SKripsi Expos Facto 1

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    1/124

    PENGARUH PELATIHAN DASAR PAUD TERHADAP TINGKAT

    PENGETAHUAN PENDIDIK TENTANG PEMBELAJARAN DI

    PAUD

    ( Ex Pos t Fac to di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Jakarta Timur )

    SISCA NURUL FADILA1615061204

    Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

    Skripsi Yang Ditulis Untuk Memenuhi Sebagian PersyaratanDalam Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

    FAKULTAS ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

    2011

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    2/124

    2

    ABSTRAK

    Sisca Nurul Fadila. Pengaruh Pelatihan Dasar PAUD Terhadap TingkatPengetahuan Pendidik Tentang Pembelajaran di PAUD. (Ex Post Facto diSanggar Kegiatan Belajar (SKB) Jakarta Timur). Skripsi Jakarta: PG PAUD,

    Fakultas Ilmu Pendidikan, universitas Negeri Jakarta, 2011.Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data empiris tentang pengaruhpelatihan dasar pendidik PAUD terhadap tingkat pengetahuan pembelajarandi PAUD di wilayah Jakarta Timur. Penelitian ini dilaksanakan di SanggarKegiatan Belajar (SKB) Jakarta Timur, Kelurahan Pondok kelapa, KecamatanDuren Sawit, Jakarta Timur.

    Metode penelitian yang digunakan adalah ex post facto . Populasi dalampenelitian ini adalah seluruh pendidik PAUD di wilayah Jakarta Timur. Adapunsampel dalam penelitian ini adalah pendidik yang pernah mengikuti pelatihandasar PAUD di Sanggar Kegiatan Belajar (Jakarta Timur), Kelurahan PondokKelapa, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur yang berjumlah 78 orang.

    Sampel diambil dengan menggunakan stratified sample . Teknik pengumpulandata yang digunakan adalah dengan menggunakan tes tertulis. Teknikanalisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan uji-t.

    Berdasarkan hasil pengujian hipotesis maka diperoleh harga t hitung = 4,801dan harga t tabel = 2,68, dengan nilai dk = 38 pada taraf signifikansi = 0,05.dari hasil tersebut diketahui bahwa t hitung > t tabel (4,801 > 2,68); artinya Hoditolak dan H1 diterima. Dengan demikian kesimpulan yang diperoleh adalahpelatihan dasar pendidik PAUD berpengaruh signifikan terhadap tingkatpengetahuan pembelajaran di PAUD.

    Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa pelatihan merupakan salah satucara yang efektif untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan kompetensipara pendidik PAUD. Dengan mengikuti pelatihan pendidik dapat memilikibekal pengetahuan mumpuni dalam menjalankan perannya untuk menyiapkanpembelajaran di PAUD. Selain mengikuti pelatihan, pendidik PAUD juga dapatmenambah pengetahuan dan keterampilan-keterampilan baru dengan banyakmembaca buku atau artikel tentang pendidikan anak usia dini. Pengetahuan

    juga bisa di dapat dengan mengikuti diskusi-diskusi atau seminar. Selain itupihak penyelenggara pelatihan maupun pihak pemerintah dapat mendukunghal-hal yang berkaitan dengan peningkatan mutu dan kualitas pendidik anakusia dini. Hal ini dapat dilakukan dengan terus mengadakan pelatihan yangberkala dan berjenjang serta evaluasi untuk pendidik PAUD. Pelatihan berkaladan berjenjang berguna untuk memperbaharui dan meningkatkankemampuan pendidik. Sedangkan penyelenggaraan evaluasi dimaksukanuntuk mengetahui tingkat kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki olehpendidik sehingga pemerintah atau lembaga penyelenggara pelatihan dapatmenentukan strategi selanjutnya dalam rangka meningkatkan kompetensipendidik PAUD.

    i

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    3/124

    3

    ABSTRACT

    Sisca Nurul Fadila. Effect of Early Childhood Education Basic Trainingagainst Educators Learning Knowledge in Early Childhood Education. (Ex Post Facto in Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), East Jakarta). Thesis.Jakarta: PG PAUD, Faculty of Educations, State University of Jakarta, 2011.

    This study aims to obtain empirical data on the influence of basic training ofearly childhood education to educators learning knowledge in early childhoodeducation. The research was conducted in Sanggar Kegiatan Belajar (SKB),East Jakarta.

    The method used is the ex post facto. The populations are early childhoodeducator in East Jakarta. The samples in this study are early childhoodeducators has been basic training early childhood education in East JakartaSanggar Kegiatan Belajar numbered 78 people. Samples taken using

    stratified sampling technique. Data collection technique used was to usewriting objective tests. The data analysis technique used is t-test.

    Based on hypothesis result get t count = 4,801 and t table = 2, 68, with dk = 38significance rank = 0,05. The result showed t count > t table (4,801 > 2,68),meaning Ho refused and H 1 accepted. Thus the conclusions obtain are thebasic training early childhood education has positive influence the educatorslearning knowledge in early childhood education.

    The implications in this research is training is one of effective way to increaseearly childhood educators knowledge and competency. By join the training,the educator would have a good knowledge and good abilities to role their partas an educator to prepare the learning in early childhood education. Beside

    join the training, educator can reach their knowledge and new skills with readbooks and join in discussion. The government and organizer also canparticipate to increase the quality of early childhood educator by organizing acontinue and staged training of course with the evaluation to the training.Participants. The aim of a continue and staged training is to up grade theeducator knowledge and ability. Whereas the evaluation will show howsignificant of the training result. So the government can take and decide thenext strategy to increase early childhood educators competency.

    ii

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    4/124

    4

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas taufiq dan hidayah-Nya kepada

    semesta alam dan seluruh isinya. Salawat dan salam semoga tercurah pada

    junjungan besar Nabi Muhammad SAW,serta segenap keluarga, sahabat dan

    pengikutnya hingga hari akhir. Atas izin dan pertolonganNya maka peneliti

    dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Pelatihan Dasar

    Pendidik PAUD Terhadap Tingkat Pengetahuan Pembelajaran di PAUD ( Ex

    Post Facto di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Jakarta Timur).

    Dalam proses penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan dan

    kendala yang peneliti temui, namun berkat dorongan, bantuan serta

    bimbingan dari semua pihak, hambatan dan kendala tersebut dapat teratasi.

    Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima

    kasih dan penghargaan kepada berbagai pihak, khususnya kepada Dra

    Nurbiana Dhieni, M.Psi dan Dr. M Syarif Sumantri M.Pd, selaku Dosen

    Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan

    waktu untuk membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penyelesaian

    skripsi ini. Kepada Dr. Karnadi, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Pendidikan

    Universitas Negeri Jakarta dan Dr. Sofia Hartati, M.Si selaku ketua jurusanPG PAUD dan segenap dosen-dosen dan staff administrasi PG PAUD.

    Peneliti juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak

    Herry Hermawan, S.Sos, M.Si selaku penanggung jawab SKB Jakarta Timur

    yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian. Rasa

    terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Rini Supriyati, Ibu Lina Herlina dan

    seluruh pendidik dan staf di SKB Jakarta Timur. Rasa terima kasih tak lupa

    disampaikan kepada guru-guru PAUD di wilayah Jatinegara, Pasar Rebo,

    Pondok Kelapa, Cakung yang telah meluangkan waktu untuk ikut serta dalam

    penelitian ini.

    Terutama dan utama rasa terima kasih peneliti sampaikan kepada

    bapak, ibu tercinta, kakak-kakak, keponakan-keponakan mungil dan segenap

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    5/124

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    6/124

    6

    DAFTAR ISI

    Halaman

    ABSTRAK................................................................................................... iKATA PENGANTAR.... iii

    DAFTAR ISI . . v

    DAFTAR TABEL . . viii

    DAFTAR GAMBAR..................................................................................... ix

    DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. x

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1B. Identifikasi Masalah.................................................................... 8

    C. Pembatasan Masalah................................................................. 9

    D. Rumusan Masalah..................................................................... 10

    E. Tujuan Penelitian....................................................................... 10

    F. Manfaat Penelitian...................................................................... 10

    BAB II DESKRIPSI TEORETIK, KERANGKA BERPIKIR DAN

    PENGAJUAN HIPOTESIS PENELITIAN

    A. Deskripsi Teoretik

    1. Hakikat Pengetahuan Pembelajaran di PAUD...................... 12

    a. Hakikat Pengetahuan....................................................... 12

    1. Pengertian Pengetahuan............................................. 12

    2. Jenis-Jenis Pengetahuan............................................. 17

    b. Hakikat Pembelajaran di PAUD .......... 19

    1. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini........................ 19

    2. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini............................... 233. Pembelajaran Anak Usia Dini...................................... 25

    2. Hakikat Pelatihan Dasar Pendidik PAUD.............................. 30

    a. Hakikat Pelatihan............................................................. 30

    1. Pengertian Pelatihan.................................................... 30

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    7/124

    7

    2. Tujuan Pelatihan.......................................................... 34

    3. Komponen Pelatihan.................................................... 38

    b. Hakikat Pendidik PAUD................................................... 40

    c. Hakikat Pelatihan Dasar PAUD........................................ 471. Pengertian Pelatihan Dasar PAUD.............................. 47

    2. Tujuan Pelatihan Dasar PAUD.......... ........................... 49

    B. Penelitian yang Relevan............................................................. 51

    C. Kerangka Berpikir....................................................................... 53

    D. Hipotesis Penelitian.................................................................... 55

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tujuan Penelitian........................................................................ 56B. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................... 56

    C. Metode Penelitian....................................................................... 57

    D. Teknik Pengambilan Sampel...................................................... 58

    1. Populasi................................................................................. 58

    2. Sampel.................................................................................. 58

    E. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 59

    1. Definisi Konseptual................................................................ 59

    2. Definisi Operasional.............................................................. 60

    3. Instrumen Penelitian ............................................................. 61

    4. Uji Persyaratan Instrumen..................................................... 64

    a Pengujian Validitas........................................................... 64

    b Perhitungan Reliabilitas.................................................... 66

    F. Teknik Analisis Data.................................................................... 67

    1. Statistik Deskriptif.................................................................. 68

    2. Statistik Inferensial................................................................. 68a Uji Normalitas.................................................................... 68

    b Uji homogenitas ............................................................... 68

    c Uji Hipotesis ...................................................................... 69

    G. Hipotesis Statistik......................................................................... 70

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    8/124

    8

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Deskripsi Data.............................................................................. 71

    1. Hasil Perhitungan Tingkat Pengetahuan Pendidik

    Yang Mengikuti Pelatihan Dasar PAUD.................................. 722. Hasil Perhitungan Tingkat Pengetahuan Pendidik Yang

    Tidak MengikutiPelatihan......................................................... 74

    B. Uji Persyaratan Analisis Data....................................................... 76

    1. Uji Normalitas........................................................................... 77

    a. Uji Normalitas Data Tingkat Pengetahuan Pendidik

    Yang Mengikuti Pelatihan Dasar PAUD.............................. 77

    b. Uji Normalitas Data Tingkat Pengetahuan PendidikYang Tidak Mengikuti Pelatihan Dasar PAUD.................... 78

    2. Uji Homogenitas....................................................................... 79

    C. Pengujian Hipotesis...................................................................... 80

    D. Pembahasan Hasil Penelitian....................................................... 82

    E. Keterbatasan Penelitian................................................................ 84

    BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

    A. Kesimpulan................................................................................... 85

    B. Implikasi........................................................................................ 86

    C. Saran............................................................................................ 88

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 90

    LAMPIRAN................................................................................................... 94

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    9/124

    9

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 Waktu Penelitian.................................................................... 57

    Tabel 2 Desain Peneliian................................................................... 58

    Tabel 3 Kisi kisi Pengetahuan Konsep Dasar PAUD....................... 62

    Tabel 4 Interpretasi Instrumen Pengetahuan Pembelajaran di PAU. 67

    Tabel 5 Deskripsi Data Tingkat Pengetahuan Pendidik Yang

    Mengikuti Pelatihan Dasar PAUD............................................ 72

    Tabel 6 Tabel Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan PendidikYang Mengikuti Pelatihan Dasar PAUD.................................. 73

    Tabel 7 Deskripsi Data Tingkat Pengetahuan Pendidik Yang

    Tidak Mengikuti Pelatihan Dasar PAUD.................................. 75

    Tabel 8 Tabel Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Pendidik

    Yang Tidak Mengikuti Pelatihan Dasar PAUD........................ 75

    Tabel 9 Uji Normalitas Data Tingkat Pengetahuan Pendidik

    Yang Mengikuti Pelatihan dasar PAUD................................... 78

    Tabel 10 Uji Normalitas Data Tingkat Pengetahuan Pendidik Yang

    Tidak Mengikuti Pelatihan dasar PAUD.................................. 79

    Tabel 11 Hasil Uji Homogenitas............................................................. 80

    Tabel 12 Hasil Uji-t................................................................................. 81

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    10/124

    10

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Tingkat PengetahuanPendidik yang Mengikuti Pelatihan Dasar PAUD.................... 74

    Gambar 2 Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan

    Pendidik yang Tidak Mengikuti Pelatihan Dasar PAUD.......... 76

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    11/124

    11

    DAFTAR LAMPIRANLampiran 1 Instrumen tes Pengetahuan Pembelajaran di PAUD.... .......... 94

    Lampiran 2 Data Validitas Instrumen Tes Pengetahuan Pembelajaran

    di PAUD........................................................................ 100

    Lampiran 3 Perhitungan Validitas Instrumen Butir No.1............................. 101

    Lampiran 4 Data Reliabilitas Instrumen Tes Pengetahuan Pembelajaran

    di PAUD................................................................................... 102

    Lampiran 5 Perhitungan Reliabilitas........................................................... 103

    Lampiran 6 Data Pendidik Yang Mengikuti Pelatihan................................ 104

    Lampiran 7 Perhitungan Hasil Tes Pengetahuan Pendidik Yang

    Mengikuti Pelatihan................................................................. 105

    Lampiran 8 Data Pendidik Yang Tidak Mengikuti Pelatihan....................... 107Lampiran 9 Perhitungan Hasil Tes Pengetahuan Pendidik Yang

    Tidak Mengikuti Pelatihan....................................................... 108

    Lampiran 10 Analisa Uji Normalitas Kelompok Pendidik Yang MengikutiPelatihan.................................................................................. 110

    Lampiran 11 Analisa Uji Normalitas Kelompok Pendidik Yang Tidak

    Mengikuti Pelatihan................................................................. 111

    Lampiran 12 Uji Homogenitas...................................................................... 112

    Lampiran 13 Uji-t.......................................................................................... 114

    Lampiran 14 Data Responden..................................................................... 116

    Lampiran 15 Jadwal Pelatihan.................................................................... 126

    Lampiran 16 Pelaksanaan Pelatihan........................................................... 130

    Lampiran 17 Instrumen Validitas................................................................. 139

    Lampiran 18 Instrumen Penelitian Pendidik Yang Mengikuti

    Pelatihan................................................................................. 146

    Lampiran 19 Instrumen Penelitian Kelompok Pendidik Yang Tidak

    Mengikuti Pelatihan................................................................ 152Lampiran 20 Materi Pelatihan..................................................................... 158

    Lampiran 21 Profil Sanggar Kegiatan Belajar Jakarta Timur...................... 174

    Lampiran 22 Daftar Riwayat Hidup............................................................. 177

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    12/124

    12

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Pendidikan merupakan faktor penting dan strategis dalam

    pengembangan sumber daya manusia. Salah satu naluri manusia, bahwa

    manusia selalu berkembang dan ingin mengembangkan kehidupannya di

    segala bidang sesuai dengan tuntutan zaman dan pendidikan hadir sebagai

    salah satu cara.

    Pendidikan bagi umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

    harus dipenuhi sepanjang hayat. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

    tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 4 ayat 3 menyatakan bahwa

    Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan

    pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. 1 Pendidikan

    hadir bukan hanya untuk manusia dewasa namun pendidikan yang

    sebenarnya dimulai sejak dini bahkan sejak dalam kandungan. Bidang yang

    khusus menangani pendidikan untuk anak adalah Pendidikan Anak Usia Dini

    atau yang biasa di sebut PAUD.

    Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang

    ditujukan kepada anak mulai dari rentan usia lahir sampai dengan usia enam

    tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

    1 UU Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 4ayat 3, p.4 1

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    13/124

    13

    membantu pertumbuhan dan perkembangan baik jasmani maupun rohani

    sebagai bekal awal anak memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut 2.

    Berdasarkan uraian tersebut maka yang disebut dengan pendidikan anak usiadini adalah sebuah program pendidikan yang ditujukan untuk anak sampai

    dengan usia 6 tahun yang bertujuan memberikan pengalaman pertama

    kepada anak untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan-

    keterampilan baru.

    Pada masa usia dini pendidikan menjadi begitu penting, menurut

    Bredekamp pendidikan pada masa usia dini ini diakui sebagai periode yang

    sangat penting dalam membangun sumber daya manusia, pengembangan

    kemampuan untuk berbuat dan belajar pada masa berikutnya. 3 Masa ini

    merupakan penentu dan peletak dasar kehidupan manusia. Karena pada

    masa ini anak belajar kemampuan dan perkembangan dasar, dimana

    kemampuan tersebut merupakan modal anak untuk berkembang di tahap

    perkembangan selanjutnya.

    Beberapa penelitian tentang neourologi menunjukkan pada masa ini

    otak anak berkembang luar biasa pesat, yaitu pada saat lahir otak bayi yang

    baru lahir sekitar 25 % dari berat otak dewasa dan pada saat usia 2 tahun

    otak anak sekitar 75% berat otak dewasa. 4 Dari penelitian tersebut dapat

    dilihat bahwa kemampuan manusia untuk menyerap berbagai hal, paling baik

    2 Ibid,Pasal 1 3 Bredekamp, Sue, DevelopMentally Appropriate Practice In Early Childhood Programs ,

    (Washington Dc:NAEYC publication,1997 )p .974 Santrok, J W. Perkembangan Anak . 2007. Boston: Mc Graw Hill. P.172

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    14/124

    14

    pada masa usia dini oleh karena itu masa ini disebut sebagai masa keemasan

    atau the golden age .

    Pendidikan anak usia dini pertama kali berkembang di dunia baratdan salah satu tokoh yang paling berpengaruh menyebarluaskan tentang

    pentingnya pendidikan untuk anak adalah Friederich Wilhelm Frobel. Frobel

    dianggap sebagai ayah dari pendidikan anak, ia juga yang pertama kali

    mendirikan kindegarten (taman kanak-kanak). Frobel memandang bahwa

    pendidikan dapat membantu perkembangan anak secara wajar. 5 Dari

    pemikiran-pemikiran tersebutlah maka saat ini berkembang pemahaman

    tentang pentingnya pendidikan untuk anak.

    Di Indonesia, pendidikan anak usia dini sudah mulai digalakkan

    sekitar tahun 1997. Implementasi dari keseriusan pemerintah untuk

    mewujudkan pendidikan anak usia dini adalah dengan dikeluarkannya UU No

    20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bagian ketujuh yang

    menjelaskan perihal penyelenggaraan pendidikan anak usia dini. Pemerintah

    juga menghimbau masyarakat untuk menyediakan akses pendidikan untuk

    anak usia dini sampai satuan lini terkecil di masyarakat yaitu di rukun warga

    (RW). Lembaga-lembaga tersebut bisa berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK),

    pos PAUD, Bina Keluarga Balita PAUD (BKB PAUD), Tempat Penitipan Anak

    (TPA), Kelompok Bermain (KB), atau Satuan PAUD Sederajat (SPS).

    Saat ini pendidikan anak usia dini sudah menjadi rujukan utama bagi

    para orang tua agar anak-anak mereka mendapatkan pendidikan yang layak.

    5 Patmonodewo, Soemaiarti. Pendidikan Anak Prasekolah , Jakarta: Rineka Cipta. 2003. p.7

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    15/124

    15

    Walaupun berdasarkan data dari Direktorat PAUD tahun 2007, jumlah anak

    usia dini yang tertampung pada lembaga PAUD sekitar 7.155.165 anak atau

    sekitar 27,34 % dari jumlah seluruh anak di Indonesia.6

    Dilihat dari datatersebut maka dapat dilihat jumlah anak yang terlayani masih cukup rendah.

    Ada 2 hal yang melatar belakangi mengapa angka partisipasi anak usia dini

    masih rendah, yang pertama adalah tidak tersedianya akses PAUD di daerah

    tersebut dan yang kedua adalah belum terbangunnya kesadaran orang tua

    akan pentingnya pendidikan anak usia dini.

    Selain jumlah partisipasi yang masih rendah, penyelenggaraan

    pendidikan anak usia dini memiliki tantangan tersendiri yaitu pada

    pengelolaan program pembelajaran di PAUD. Pengelola PAUD harus mampu

    menyelenggarakan pendidikan untuk anak yang sesuai dengan

    perkembangan dan karakteristik anak. Karena seyogyanya pendidikan untuk

    anak tidak sama dengan pendidikan untuk orang dewasa atau remaja.

    Pendidikan untuk anak lebih menekankan kepada pengembangan aspek

    perkembangan anak agar berkembang dengan optimal. Pendekatan yang

    dilakukanpun berbeda, pendidikan untuk anak usia dini dikemas dengan cara

    yang menyenangkan namun bermakna untuk anak.

    Untuk dapat merancang pendidikan yang baik untuk anak maka

    dibutuhkan tenaga pendidik yang kompeten dibidangnya. Menurut Permen No

    58 Tahun 2009 tentang Standar PAUD, Pendidik anak usia dini adalah tenaga

    profesional yang memiliki kompetensi untuk menjalankan tugas dalam

    6 Depdiknas, Dikti. 2007.

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    16/124

    16

    merencanakan, melaksanakan dan menilai program serta membimbing,

    memotivasi dan memfasilitasi kegiatan pengasuhan dan pendidikan anak usia

    dini.7

    Berdasarkan peraturan menteri pendidikan tersebut dijelaskan bahwaseorang pendidik adalah tenaga profesional yang harus mempunyai keahlian

    khusus atau kompetensi sebagai pendidik. Kompetensi yang harus dimiliki

    diantaranya adalah mampu merancang pembelajaran, mampu melaksanakan

    dan mengelola kelas, dan mampu melakukan evaluasi serta menjadi panutan

    dan fasilitator untuk peserta didik.

    Berdasarkan uraian tersebut, untuk dapat menjalankan program

    Pendidikan Anak Usia Dini dengan baik dan sesuai dengan ilmu PAUD

    diperlukan tenaga pendidik profesional yang paham dan mengerti tentang

    prinsip dasar pendidikan anak usia dini serta mampu mengelola program

    pembelajaran di PAUD. Sehingga anak-anak mendapatkan pendidikan yang

    patut dan berkualitas, yang dapat membantu mengoptimalisasi

    perkembangan anak di masa keemasannya yang dapat melahirkan bibit-bibit

    sumber daya manusia yang berkualitas.

    Pada kenyataannya di lapangan, penyelengaraan program pendidikan

    anak usia dini belum berjalan dengan optimal. Banyak penyelenggara

    program PAUD yang tidak sesuai dengan disiplin ilmu PAUD sendiri.

    Misalnya, seperti dalam pemberian materi pada anak didik, para pendidik

    PAUD sering kali hanya terfokus pada kegiatan membaca, menulis dan

    berhitung yang dianggap lebih penting, lebih mudah dan praktis yang akhirnya

    7 Peraturam Mentri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009 tentang Standar PAUD p. 14

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    17/124

    17

    tanpa disadari mengabaikan aspek perkembangan anak yang lain. Atau

    sering kali pendidik PAUD menjadi peran sentral dalam pembelajaran tanpa

    melihat partisipasi aktif dari peserta didik sehingga proses pembelajaranmenjadi monoton dan tidak lagi bermakna untuk anak karena tidak ada proses

    menemukan pengetahuan itu sendiri untuk anak.

    Salah satu penyebab ketidaksesuaian pelaksanaan program PAUD di

    lapangan antara lain terkait dengan sumber daya pendidiknya. Sumber daya

    manusia yang ditugaskan untuk mengelola program ini belum memiliki

    pengetahuan yang dibutuhkan tentang pendidikan anak usia dini dan tidak

    memiliki kompetensi yang seharusnya dimiliki. Hal ini terjadi terutama di

    lembaga-lembaga PAUD non-formal di tingkat rukun warga (RW) yang

    penyelenggaraannya dikelola oleh ibu-ibu/kader PKK.

    Peran pendidik PAUD sangat sentral dalam menghidupkan lembaga

    PAUD di masyarakat. Sebagian besar pendidik PAUD tidak memiliki

    pengetahuan yang mumpuni dan mengerti prinsip dasar PAUD serta tidak

    memiliki kompetensi yang seharusnya dimilliki oleh seorang pendidik PAUD.

    Hal ini karena para pendidik tidak memiliki latar belakang pendidikan yang

    mendukung atau bahkan ada pendidik yang memang tidak mengenyam

    pendidikan sebelumnya.

    Dari hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh Himpaudi DKI

    Jakarta pada tahun 2007, dari 2000 tenaga pendidik PAUD nonformal Se

    Jakarta hanya 10% yang berlatar pendidikan Sarjana PAUD, 50% lulusan D2

    PGTK dan 40% adalah lulusan SMA. Kondisi ini semakin memprihatinkan

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    18/124

    18

    takkala banyak PAUD yang diselenggarakan oleh tutor yang merupakan

    lulusan SD atau SMP. 8 Selanjutnya data dari Sanggar Kegiatan Belajar tahun

    2007, ada sekitar 432 pendidik PAUD di wilayah Jakarta Timur, hanya 12,2 %yang berlatar belakang sarjana, 29,2 % yang berlatar belakang diploma dan

    sisanya sekitar 55,8% adalah lulusan SMA atau SMP. 9

    Untuk mengatasi hal ini, maka pemerintah menyelenggarakan

    berbagai program pendidikan dan pelatihan untuk para pendidik/tutor PAUD.

    Pemerintah juga bekerja sama dengan masyarakat maupun perkumpulan

    profesi untuk dapat menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang

    dibutuhkan guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan para pendidik.

    Data dari SKB Jakarta Timur, dari 432 pendidik PAUD di wilayah Jakarta

    Timur sudah sekitar 78 pendidik PAUD yang telah mengikuti pelatihan dasar

    PAUD di Sanggar Kegiatan Belajar Jakarta Timur dari tahun 2007 hingga

    2010. 10 Peserta pelatihannya merupakan perwakilan dari masing-masing

    daerah di Jakarta timur. Dengan dilaksanakannya berbagai program

    pendidikan dan pelatihan diharapan dapat meningkatkan pengetahuan,

    pemahaman, perubahan sikap dan perilaku para pendidik PAUD.

    Berdasarkan uraian di atas terdapat harapan besar bahwa pelatihan

    yang diadakan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pendidik

    PAUD sehingga lebih baik dalam melaksanakan pembelajaran di PAUD

    8 Fidesrinur , Makalah Pemerataan dan perluasan akses layanan PAUD Suatu AlternatifSolusi Komprehensif terhadap Pelayanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Indonesia:2007, p.139 Data PTKPNF, Sanggar Kegiatan Belajar Jakarta Timur,200710 ibid

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    19/124

    19

    sampai tingkat satuan terkecil. Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengkaji

    lebih dalam tentang pengaruh pelatihan dasar PAUD terhadap tingkat

    pengetahuan pendidik terhadap pembelajaran di PAUD.

    B. IDENTIFIKASI MASALAH

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka terdapat berbagai

    permasalahan yang dapat diidentifikasikan, sebagai berikut:

    1. Masih banyak pendidik PAUD yang belum memiliki pengetahuan tentang

    PAUD.

    2. Apakah ada peningkatan pengetahuan pendidik terhadap pembelajaran

    di PAUD setelah diberikan pelatihan?

    3. Seberapa besar pengaruh pelatihan dasar PAUD dalam meningkatkan

    pengetahuan pendidik PAUD dalam melaksanakan perannya sebagai

    pendidik PAUD?

    4. Pengetahuan dan kemampuan apa yang dibutuhkan oleh pendidik PAUD

    untuk melaksanakan pembelajaran di PAUD?

    C. PEMBATASAN MASALAH

    Dari identifikasi masalah yang telah dipaparkan, maka dalam

    penelitian ini akan dibatasi pada apakah pelatihan dasar pendidik PAUD

    berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan pembelajaran di PAUD.

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    20/124

    20

    Pelatihan merupakan salah satu metode dalam pendidikan orang

    dewasa atau dalam suatu pertemuan yang biasa digunakan untuk

    meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan mengubah sikap pesertadengan cara spesifik. Pelatihan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

    pelatihan dasar PAUD yang berisikan materi yang terkait pelaksanaan

    pembelajaran di PAUD meliputi materi prinsip pembelajaran anak usia dini,

    pembuatan perencanaan pembelajaran, pengelolaan pembelajaran hingga

    evaluasi untuk anak. Sedangkan yang dimaksud dengan pengetahuan adalah

    segala hal baik itu informasi maupun keterampilan yang di dapat peserta

    tentang Pendidikan Anak Usia Dini dari hasil proses pelatihan.

    Sasaran penelitian ini dibatasi pada pendidik PAUD di lembaga PAUD

    non formal di Jakarta Timur yang pernah mengikuti pelatihan tentang

    Pendidikan Anak Usia Dini. Penelitian akan diberikan dengan memberikan tes

    kepada pendidik yang sudah mendapatkan pelatihan dan yang belum pernah

    mendapatkan pelatihan lalu perbandingan hasilnya akan menunjukkan

    pengaruh dari mengikuti pelatihan tersebut.

    D. RUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan

    masalah yang telah dipaparkan, maka perumusan masalah yang peneliti

    ajukan adalah Apakah terdapat Pengaruh pelatihan dasar PAUD terhadap

    tingkat pengetahuan pendidik tentang pembelajaran di PAUD?

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    21/124

    21

    E. TUJUAN PENELITIAN

    Penelitian ini akan memberikan gambaran hubungan antara pelatihan

    dasar PAUD terhadap tingkat pengetahuan pendidik tentang pembelajaran diPAUD.

    F. MANFAAT PENELITIAN

    Penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun

    secara praktis, yakni sebagai berikut:

    1. Secara Teoritis

    Secara teoritis diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah

    khasanah keilmuan terutama dalam bidang pendidikan anak usia dini.

    Khususnya dalam pengembangan kualitas sumber daya pendidik anak usia

    dini.

    2. Secara Praktis

    a. Program studi pendidikan anak usia dini

    Sebagai salah satu sumbangan pemikiran bagi para insan akademik,

    tentang pengembangan kualitas pendidik anak usia dini.

    b. Pemerintah

    Sebagai sumbangan informasi bagi pemerintah khususnya

    penyelenggara pelatihan dasar PAUD seperti di Sanggar Kegiatan Belajar

    untuk mengembangkan kualitas sumber daya pendidik anak usia dini

    terutama melalui model pelatihan.

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    22/124

    22

    c. Pendidik PAUD

    Menambah pengetahuan, wawasan serta sebagai bahan masukan

    untuk pendidik dalam pengembangan pembelajaran di lembaga PAUD.Diharapkan dapat meningkatkan pemahaman tentang pembelajaran di PAUD

    sehingga berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan anak usia dini.

    d. Peneliti Selanjutnya

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

    referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait peningkatan

    pengetahuan dan pemahaman pendidik PAUD terhadap pembelajaran di

    PAUD.

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    23/124

    23

    BAB II

    KERANGKA TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN

    PENGAJUAN HIPOTESIS

    A. Deskripsi Teoretis

    1. Hakikat Pengetahuan Pembelajaran di PAUD

    a. Hakikat Pengetahuan

    1. Pengertian Pengetahuan

    Menjadi sebuah fitrah bahwa manusia selalu ingin mengetahui apayang terjadi di sekitarnya. Mengetahui merupakan suatu sikap sadar

    manusia. 11 Oleh karena itu manusia disebut sebagai makhluk berfikir karena

    mengetahui merupakan salah satu dari bentuk berpikir. Pengetahuan berasal

    dari bahasa Yunani yaitu episteme yang artinya pengetahuan/kebenaran.

    Menurut Tafsir, pengetahuan adalah semua yang diketahui. 12

    Selanjutnya menurut Suriasumantri, pengetahuan pada hakikatnya

    merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu. 13

    Pengetahuan adalah segala hal yang diketahui manusia baik itu diperoleh

    dengan cara mencari maupun informasi yang datang dengan sendirinya

    secara tidak sengaja.

    11 J. Sudarminto, Epistemologi Dasar, Pengantar Filsafat Pengetahuan (Yogyakarta: Kanisius,2002) p.62

    12 Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu (Bandung : Rosda Karya, 2006) p.4-5 13 Jujun S Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer (Jakarta: PT

    Pancarahintan Indahgraha, 2007) p.104 12

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    24/124

    24

    Dari segi psikososial, pengetahuan adalah hasil tahu manusia

    terhadap sesuatu atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu

    objek yang dihadapinya.14

    Pengetahuan adalah hasil usaha manusia untukmemahami suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan sekumpulan

    informasi yang diterima oleh panca indera manusia yang kemudian tersimpan

    di dalam otak (memori) dalam bentuk arti dan konsep.

    Pengetahuan merupakan sebuah proses berpikir yang melibatkan

    kemampuan kognitif seseorang untuk mencerna atau memahami sebuah hal.

    Dalam taksonomi Bloom pengetahuan merupakan tingkatan terendah dalam

    kemampuan kognitif. Bloom membagi kemampuan kognitif seseorang

    kedalam 6 tingkatan yaitu mulai dari tingkat sederhana yaitu pengetahuan

    sampai pada tingkat yang paling kompleks yaitu evaluasi. Blooms Taxonomy

    classifies cognitive ability into six categories, ranging from the fairly simple

    recall to information to the complex assimilation of information and evaluation.

    15 Keenam tingkat ini disusun berjenjang dan tidak boleh saling mendahului,

    dimulai dengan level pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,

    sintesis, dan evaluasi.

    Pada level pertama yaitu pengetahuan, seseorang dituntut untuk

    mempu mengingat ( recall ) informasi yang telah diterima sebelumnya seperti

    fakta, terminologi rumus, strategi pemecahan masalah dan sebagainya. 16 Hal

    14 Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007) p.39 15 Kenneth D.Moore, Effective Instructional StrategiesFrom Theory to Practice, California:

    Sage Publications, Inc, 2005, p.93 6 Op Cit, p 6

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    25/124

    25

    ini juga diterangkan oleh Moore The term knowledge learning refers to the

    simple recall or recognition of previously learned material. This may involve

    the recall of terminology, basic principles, generalizations and specific facts.17

    Kata kerja yang biasa digunakan untuk menunjukkan kemampuan ini antara

    lain mendefinisikan, memilih, menyebutkan nama, membuat daftar,

    menghapal, mengingat, menjelaskan.

    Pengetahuan merupakan sekumpulan dari informasi-informasi yang

    diterima manusia melalui panca inderanya. Dilihat dari segi motifnya,

    pengetahuan diperoleh melalui 2 cara, yaitu (1) pengetahuan yang diperoleh

    begitu saja, tanpa niat, tanpa motif, tanpa keingintahuan dan tanpa usaha, (2)

    pengetahuan yang didasari oleh rasa ingin tahu, yang diperoleh karena

    diusahakan misalnya seperti belajar. 18 Dalam memperoleh pengetahuan baik

    itu pengetahuan yang diusahakan maupun yang datang secara tidak sengaja

    manusia membutuhkan alat atau perantara agar pengetahuan itu dapat

    diterima oleh manusia.

    Menurut Hopes terdapat 6 alat untuk seseorang memperoleh

    pengetahuan, yaitu: (1) pengalaman indera ( sense experience ), (2) nalar

    (reason ), (3) otoritas ( authority ), (4) intuisi ( intuition ), (5) wahyu ( revelation ),

    (6) keyakinan ( faith ).19 Melalui keenam perantara tersebut memungkinkan

    manusia dapat menerima informasi dari luar yang akan berubah menjadi

    pengetahuan-pengetahuan baru.

    17 Kenneth D. Moore, Op Cit , p.7 18 Ahmad Tafsir, Op Cit , p.4-5 19 Abbas Hamami, Dasar Epistemologi ( Jakarta: Reineka Cipta, 1982),p. 16

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    26/124

    26

    Yamin menjelaskan tentang proses pengolahan informasi hingga

    menjadi pengetahuan yang siap untuk dipanggil sewaktu-waktu jika

    dibutuhkan. Dijelaskan bahwa informasi yang menjadi pengetahuan padaseseorang terjadi karena proses interaksi verbal dan nonverbal yang didapat

    melalui indrawi manusia berupa pesan yang diterima oleh mata, telinga, kulit,

    hidung yang tersimpan di dalam sensory stronge (gudang indrawi) kemudian

    ditransfer ke dalam otak melalui short term memory (STM) atau yang biasa

    disebut dengan alam sadar. Selanjutnya informasi tersebut dilupakan atau

    dikoding untuk dimasukkan ke dalam long term memory (LTM) atau memori

    panjang .20 Di memori panjanglah tempat penyimpanan informasi yang

    menjadi pengetahuan yang dapat dipanggil sewaktu-waktu jika dibutuhkan.

    Manusia membuktikan bahwa dirinya merupakan makhluk sosial

    yang selalu dinamis dan dapat mengembangkan pengetahuan secara

    sungguh-sungguh. Menurut Sudarminto ada 3 alasan mengapa manusia

    selalu mengembangkan pengetahuan, yaitu alasan strategis, alasan

    kebudayaan dan alasan pendidikan. 21 Pengetahuan merupakan hal yang

    secara strategis penting bagi kehidupan manusia yaitu yang berkenaan

    dengan bagaimana mengelola kekuasaan atau daya kekuatan yang ada

    sehingga tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud karena pengetahuan

    mempunyai daya kekuatan untuk mengubah sebuah keadaan.

    20 Martinis Yamin, Op Cit, p.7 21 J. Sudarminto, Op Cit, p.26-28

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    27/124

    27

    Secara kebudayaan pengetahuan merupakan salah satu unsur dari

    kebudayaan. Berkat pengetahuan manusia dapat mengolah dan

    mendayagunakan alam lingkungannya, mengenali permasalahan yangdihadapi, menganalisa, menafsirkan pengalaman dan peristiwa, menilai

    situasi hingga akhirnya manusia dapat mengambil sebuah keputusan untuk

    situasi yang dihadapinya. Dengan daya pengetahuan tersebut maka manusia

    dapat membudayakan alam, membudayakan masyarakat dan

    membudayakan dirinya sendiri. Sehingga dapat dikatakan pengetahuan

    mampu melahirkan dan menjadi penggerak sebuah kebudayaan.

    Selanjutnya adalah karena alasan pendidikan, diketahui bahwa

    pendidikan adalah sebuah usaha sadar untuk membantu peserta didik

    mengembangkan pandangan hidup, sikap dan keterampilan hidup.

    Semuanya itu tidak dapat lepas dari penguasaan pengetahuan. Karena

    dalam proses belajar mengajar dalam sebuah pendidikan selalu memuat

    unsur penyampaian pengetahuan, keterampilan maupun sikap tertentu

    kepada peserta didik.

    Selain alasan yang telah disampaikan diatas, Suriasumantri

    menyampaikan dua hal yang menyebabkan manusia dapat mengembangkan

    pengetahuan, yaitu (1) manusia mempunyai bahasa yang mampu

    mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi

    informasi tersebut, (2) kelebihan yang memungkinkan manusia

    mengembangkan pengetahuan yaitu bahasa yang bersifat komunikatif dan

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    28/124

    28

    pikiran yang mampu menalar. 22 Dengan kemampuan komunikasi dan

    penalaran yang dimiliki manusia, pengetahuan dapat berkembang dan terus

    berkembang sehingga dapat melahirkan sebuah peradaban.Dari uraian tersebut maka yang dimaksud dengan pengetahuan

    adalah segala hal yang diketahui oleh seseorang tentang suatu objek.

    Pengetahuan meliputi ingatan akan hal-hal yang pernah didapat secara tidak

    sengaja maupun yang didapat secara sadar dipelajari oleh seseorang.

    Informasi tersebut lalu disimpan dalam ingatan dan dapat dipanggil sewaktu-

    waktu pada saat dibutuhkan dalam bentuk mengingat kembali.

    2. Jenis Jenis Pengetahuan

    Para ahli pendidikan membagi pengetahuan menjadi dua jenis, yaitu

    pengetahuan yang bersifat deklaratif dan pengetahuan yang bersifat

    prosedural. 23 Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan mengenai apa

    sedangkan pengetahuan prosedural lebih mengenai mengapa.

    Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan bahwa sesuatu adalah begini

    dan begitu dan meliputi semua data serta fakta, pengetahuan teoritis, semua

    pengalaman pribadi serta kesukaan pribadi yang pernah dimasukkan ke

    dalam ingatan jangka panjang. Sedangkan pengetahuan prosedural adalah

    pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu atau berbuat sesuatu. Gagne

    dan Write menjelaskan pengetahuan deklaratif adalah segala bentuk

    22 Jujun S Suriasumantri, Op Cit , p.42 23 Martinis Yamin, Op Cit , p.44

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    29/124

    29

    informasi verbal sedangkan pengetahuan prosedural sama dengan

    pengetahuan intelektual. 24 Pengetahuan deklaratif mampu dijelaskan dengan

    kata-kata, misal bagaimana terjadi hujan sedangkan pengetahuan proseduraladalah pengetahuan untuk melakukan sesuatu tanpa mampu dijelaskan

    dengan kata-kata.

    Selanjutnya, Sudarminto membagi pengetahuan menjadi 3 jenis yaitu

    pengetahuan ilmiah, pengetahuan moral dan pengetahuan religius. 25

    Pengetahuan ilmiah adalah jenis pengetahuan yang diperoleh melalui

    pertanggungjawaban secara keilmiahan kebenaran secara ilmiah dan dengan

    menerapkan cara kerja/metode ilmiah. Pengetahuan moral adalah jenis

    pengetahuan yang tidak memiliki kebenaran yang bersifat objektif dan

    universal. Selanjutnya yang dimaksud dengan pengetahuan religius adalah

    jenis pengetahuan yang berhubungan dengan keyakinan seseorang terhadap

    Tuhan.

    Menurut Tafsir, pengetahuan jika ditinjau dari ilmu filsafat, terbagi

    menjadi 2 jenis pengetahuan yaitu pengetahuan sains atau disebut dengan

    ilmu dan pengetahun filsafat. 26 Pengetahuan sains atau biasa disebut dengan

    ilmu adalah pengetahuan yang rasional dan didukung dengan adanya bukti

    empiris. Sedangkan pengetahuan filsafat adalah sebuah kebenaran yang

    hanya dapat dipertanggungjawabkan secara rasional namun tidak dapat

    dibuktikan secara empiris.

    24 Ibid, p.45 25 J. Sudarminto, Op Cit, p. 162 26 Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, (Bandung : Rosda Karya, 2006), p.9

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    30/124

    30

    b. Hakikat Pembelajaran di PAUD

    1. Pengertian Pendidikan Anak Usia DiniTahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan kurun waktu yang

    sangat penting dan kritis dalam hal tumbuh kembang anak baik fisik, mental,

    maupun psikososial. Perkembangan ini berjalan sedemikian cepatnya

    sehingga keberhasilan tahun-tahun pertama sebagian besar menentukan

    hari depan anak. Penelitian pada masa lampau memperlihatkan dampak

    langgeng pendidikan anak usia dini pada prestasi akademis anak-anak dan

    keberhasilan hidup masa depan mereka. 27 Anak yang mendapatkan

    pendidikan pada masa-masa ini lebih baik prestasinya dibandingkan dengan

    anak yang tidak mendapatkan pendidikan pada masa ini.

    Pernyataan tersebut juga diperkuat dengan adanya beberapa

    penelitian terbaru tentang neurologi yang mengatakan otak anak sangat

    pesat berkembang pada usia dini. Kapasitas kecerdasan anak saat

    mencapai usia 4 tahun sudah mencapai 50%, usia 8 tahun mencapai 80%

    dan titik akumulasi 100% pada usia 18 tahun. 28 Pernyataan tersebut

    membuktikan bahwa perkembangan kecerdasan manusia pada masa anak-

    anak telah mencapai 50% dari kecerdasannya jika diberikan stimulus,

    27 Carol Seefelt dan Barbara A. Wasik, Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Indeks,2008) p.20

    28 Kurikulum Dan Hasil Belajar PAUD (Jakarta: Pusat Balitbang Departemen PendidikanNasional, 2002) p. 1

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    31/124

    31

    sedangkan 50% lagi diperoleh selama rentangan usia 8 sampai dengan 18

    tahun.

    Menurut Freud berdasarkan teori psikoanalisisnya, menyatakanbahwa pengalaman seorang anak dengan orang tuanya selama 5 tahun

    pertama kehidupan merupakan penentu yang penting bagi perkembangan

    kepribadian anak lebih lanjut. 29 Pernyataan Freud telah banyak didukung

    oleh sejumlah ahli baik dalam bidang psikologi, kedokteran maupun biologi.

    Para ahli menyatakan bahwa masa usia dini merupakan peletak dasar

    kehidupan manusia.

    Hal tersebut juga dinyatakan oleh Ghazali bahwa karakter anak

    ditentukan seberapa banyak penanaman akidah yang mereka peroleh sejak

    lahir hingga usia 8 tahun. 30 Melihat betapa pentingnya pada rentang usia

    tersebut maka para ahli memberikan perhatian khusus pada masa tersebut

    dan salah satu yang mendapat perhatian besar adalah dalam hal

    memberikan pendidikan yang layak untuk anak usia dini.

    Sebagai komitmen dan keseriusan bangsa- bangsa di dunia terhadap

    pendidikan anak usia dini, telah dilaksanakan berbagai forum dan

    menghasilkan kesepakatan penting yang dihadiri dan disetujui secara

    internasional. Dalam pertemuan Forum Pendidikan Dunia tahun 2000 di

    Dakar, Senegal telah menghasilkan enam kesepakatan sebagai kerangka

    aksi pendidikan untuk semua. Salah satu butirnya adalah memperluas dan

    29 John. W Santrock, Perkembangan Anak (Jakarta: Erlangga, 2007), p.9 30 Syaid Jafar, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Keluarga dan Lingkungan , Buletin PAUD

    Volume 8 No 2 tahun 2009, (Jakarta:Dirjen PAUD,2009), p.50

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    32/124

    32

    memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak usia dini, terutama

    bagi anak-anak yang sangat rawan dan kurang beruntung.

    Adapun komitmen antara bangsa secara internasional lainnya adalahkesepakatan antar negara yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-

    Bangsa yang menyepakati Dunia yang layak bagi anak 2002 atau dikenal

    dengan world fit for children 2002 .31 Dari pertemuan tersebut ada beberapa

    kesepakatan yang diperoleh yaitu: (1) mencanangkan kehidupan yang sehat,

    (2) memberikan pendidikan yang berkualitas, (3) memberikan perlindungan

    terhadap penganiayaan, eksploitasi dan kekerasan.

    Indonesia sebagai salah satu negara berdaulat yang kerap kali

    mengikuti forum internasional menuangkan pentingnya pendidikan untuk

    anak usia dini dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003

    Bab I, Pasal I ayat 14, yaitu:

    Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yangditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahunyang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untukmembantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agaranak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. 32

    Berdasarkan undang-undang tersebut maka yang disebut dengan

    pendidikan anak usia dini adalah sebuah program pendidikan yang ditujukan

    untuk anak sampai dengan usia 6 tahun. Tujuan dari program pendidikan

    anak usia dini adalah memberikan pengalaman pertama kepada anak untuk

    mendapatkan pengetahuan dan keterampilan-keterampilan baru. Sehingga

    31 Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Naskah Akademik Kajian Kurikulum Pendidikan AnakUsia Dini (Jakarta: 2007), p.1

    32 Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sitem Pendidikan Nasional

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    33/124

    33

    anak memiliki bekal dan siap melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya

    dan siap sidup dalam masyarakat yang lebih luas.

    Menurut pandangan psikologi pendidikan, anak usia dini dalamsebuah lembaga sesungguhnya merupakan proses interaksi antara pendidik

    dengan anak didik untuk membantu anak mencapai tugas-tugas

    perkembangannya dan memperoleh optimalisasi berbagai ragam potensi

    perkembangan. 33 Penanggungjawab utama untuk memberikan pendidikan

    anak pada suatu lembaga pendidikan adalah pendidik/guru. Sudah menjadi

    tugas pendidik untuk memberikan kegiatan dan menyediakan lingkungan

    pembelajaran yang aman dan nyaman sehingga anak dapat

    mengembangkan seluruh perkembangannya secara optimal dalam bingkai

    sebuah lembaga pendidikan anak.

    2. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini

    Pendidikan anak usia dini memiliki fungsi utama mengembangkan

    semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif,

    bahasa, fisik (motorik kasar dan halus), sosial dan emosional anak.

    Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2002 telah menetapkan

    tentang tujuan dari program pendidikan Anak Usia Dini yang terbagi menjadi

    dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. 34 Tujuan Umum dari program

    PAUD adalah untuk mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini

    33 Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Op Cit, p.6 34 Direktorat PAUD, (Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional, 2002), p. 4 5

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    34/124

    34

    sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan

    lingkungannya. Sedangkan kegiatan pendidikan secara khusus bertujuan

    agar :a) anak mampu melakukan ibadah, mengenal dan percaya akan ciptaan

    Tuhan dan mencintai sesama, b) anak mampu mengelola keterampilantubuh termasuk gerakan-gerakan yang mengontrol gerakan tubuh,gerakan halus dan gerakan kasar, serta menerima ransangan sensorik(panca indera), c) anak mampu menggunakan bahasa untukpemahaman bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif yangbermanfaat untuk berfikir dan belajar, d) anak mampu berfikir logis,kritis, memberi alasan, memecahkan masalah dan menemukanhubungan sebab akibat, e) anak mampu mengenal lingkungan sosial,

    peranan masyarakat, dan menghargai keragaman sosial dan budaya.Serta mampu mengembangkan konsep diri, sikap positif terhadapbelajar, kontrol diri dan rasa memiliki, f) anak memiliki kepekaanterhadap irama, nada, birama, berbagai bunyi, bertepuk tangan, sertamenghargai hasil karya yang kreatif.

    Pada tahun 2007 Direktorat Jendral Pendidikan Anak Usia Dini

    merumuskan tujuan dari pendidikan anak usia dini yaitu sebagai berikut: 35

    Memberikan pengasuhan dan pembimbingan yang memungkinkananak usia dini tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia danpotensinya, (b) Mengidentifikasi penyimpangan yang mungkinterjadi, sehingga jika terjadi penyimpangan, dapat dilakukanintervensi dini dan (c) Menyediakan pengalaman yangberanekaragam dan mengasyikkan bagi anak usia dini, yangmemungkinkan mereka mengembangkan potensi dalam berbagaibidang, sehingga siap untuk mengikuti pendidikan pada jenjangsekolah dasar (SD).

    Dengan hadirnya PAUD, berharap semakin banyak pula anak usia

    dini yang dapat terlayani dan mendapatkan pendidikan yang layak. Sehingga

    tidak ada lagi anak yang tidak mendapatkan haknya untuk mendapatkan

    penghidupan yang layak.

    35 Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Op Cit , p. 7

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    35/124

    35

    Menurut Seefelt dan Wasik tujuan pembelajaran anak usia dini pada

    saat ini adalah lebih ke arah menawarkan kepada anak-anak di bawah enam

    tahun kesempatan bagi pertumbuhan akademis, intelektual, sosial, emosionaldan fisik melalui program yang terencana dengan baik dari kegiatan dan

    pengalaman. 36 Program pendidikan anak diharapkan dapat membantu,

    mengarahkan dan memfasilitasi seorang anak untuk dapat tumbuh dan

    berkembang dengan optimal. Selain itu dapat membantu mereka

    mempersiapkan diri untuk bersosialisasi dan masuk dalam masyarakat.

    Selanjutnya Morrison mengungkapkan tujuan yang terkandung dalam

    Pendidikan Anak Usia Dini yaitu:

    All programs of early childhood education should have goal to guideactivities and on which to base teaching methodologies. Without goals,it is easy to end up teaching just about anything without knowing why.Early childhood education set minimum goals in at least a few of theseareas: social an interpersonal skill, building self-image, academics,thinking, learning readiness, language and nutrition. 37

    Dari pernyataan tersebut maka dapat diartikan bahwa dalam setiap

    kegiatan pembelajaran yang dilakukan di PAUD harus memiliki tujuan

    tertentu tujuan. Tujuan tersebut adalah untuk mengembangkan kemampuan

    anak dalam segala bidang baik itu kemampuan bidang akademik anak

    sampai pada kesehatan fisik anak.

    3. Pembelajaran Anak Usia Dini

    36 Carol Seefelt dan Barbara A. Wasik, Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Indeks, 2008, p.17

    37 George S Morrison , Early Chilhood Education To Day: Fourth Edition (London: Merril Publishing Company,1988) p.231

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    36/124

    36

    Program PAUD pada dasarnya merupakan sebuah program yang

    dirancang untuk memberikan pengalaman kepada anak dibawah 6 tahun.

    Program dirancang agar mereka dapat menguasai pengetahuan maupunketerampilan baru yang akan berguna untuk kehidupannya di masa

    mendatang. Pendidikan diberikan dengan tetap memperhatikan faktor

    psikologis dan perkembangan mereka dan melibatkan seluruh aspek

    perkembangan anak. Karena dalam perkembangannya, seluruh aspek

    perkembangan anak saling terintegrasi dan saling mempengaruhi. Domains

    of childrens developmentally - physical, social, emotional, and cognitive are

    closely related. Developmentally in one domain influences and is influences

    by development in other domains. 38

    Berdasarkan uraian diatas, dapat dinyatakan bahwa perkembangan

    anak dibagi menjadi 4 aspek yaitu perkembangan fisik, social, emosi dan

    kognitif. Perkembangan fisik berhubungan dengan kemampuan

    mengkoordinasikan fisik baik itu yang berhubungan dengan otot besar atau

    motorik kasar maupun yang berhubungan dengan otot kecil atau motorik

    halus. Perkembangan sosial yaitu kemampuan yang berhubungan dengan

    kemampuan seseorang dalam mengenal dan berinteraksi dengan

    lingkungannya.

    Selanjutnya yang dimaksud dengan perkembangan emosi yaitu

    berhubungan dengan kemampuan mengendalikan perasaan dan

    38 Carol Gestwicki, Developmentally Appropriate Practice (Canada: Thompson DelmarLearning, 2007). p.13

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    37/124

    37

    mengeluarkan perasaan tersebut dengan tepat dan wajar. Sedangkan

    perkembangan kognitif berhubungan dengan kecerdasan anak. Kemampuan

    anak untuk mencari sebab akibat suatu kejadian dan kemampuan untukmeyelesaikan masalah.

    Selain harus sesuai dengan tahapan perkembangan anak dan

    melibatkan seluruh aspek perkembangannya. Program PAUD dalam

    melaksanakan pembelajaran juga harus menggunakan cara atau pendekatan

    yang sesuai dengan cara belajar anak. Diyakini bahwa pendekatan yang

    paling baik dan paling tepat untuk anak usia dini adalah dengan bermain.

    Karena belajar bagi anak usia dini adalah segala sesuatu yang dikerjakannya

    ketika ia sedang bermain. Bermain merupakan wahana belajar untuk

    mengeksplorasi lingkungan yang dapat mengembangkan kemampuan fisik,

    kognitif, dan sosial-emosional anak. 39 Hal ini juga dipertegas oleh Getswicki

    dalam DAP play is an important vehicle for children s social, emotional and

    cognitive development as well as a reflection of their development. 40 Dengan

    bermain anak dapat menguasai keterampilan baru tanpa merasa tertekan

    bahkan anak akan merasa senang.

    Bermain juga dapat membantu anak untuk memiliki kebiasaan-

    kebiasaan baik, seperti tolong-menolong, berbagi, disiplin, berani mengambil

    keputusan dan bertanggungjawab dengan sendirinya . Karena dengan

    bermain anak akan berinteraksi dengan lingkungannya terutama dengan

    39 Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Op Cit , p.9 40 Carol Gestwicki, Op Cit, p.14

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    38/124

    38

    teman sebaya, dimana dalam kelompok pertemanan. Anak akan belajar

    tentang peraturan, mana yang boleh dan dapat diterima oleh kelompok atau

    mana yang salah dan yang tidak dapat diterima oleh kelompok tersebut.Keterampilan-keterampilan tersebut dapat dipelajari anak dari lingkungannya

    karena prinsip pembelajaran anak usia dini adalah mencontoh dari

    lingkungan.

    Sebagai seorang pendidik anak usia dini tugas utamanya adalah

    merancang kegiatan dan menciptakan lingkungan bermain untuk anak.

    Lingkungan yang mendukung anak untuk memperoleh pengetahuan dan

    keterampilan baru melalui pengalaman langsung saat meraka berinteraksi

    dengan lingkungannya. NAEYC menyatakan bahwa kegiatan yang sesuai

    dengan pengembangan anak usia dini sebaiknya: (1) penyediaan fisik

    lingkungan yang aman, (2) kegiatan yang dilaksanakan di PAUD berdasarkan

    kesesuaian usia dan kesesuaian individual dan (3) Pembelajaran disusun

    sesuai dengan perkembangan anak kegiatan yang dilaksanakan sesuai

    dengan usia anak dan rambu-rambu dalam pembelajaran disusun sesuai

    dengan perkembangan anak. 41

    Penyediaan fisik lingkungan yang aman akan mendukung

    perkembangan anak baik fisik, sosial, emosional dan kognitif. Metode yang

    digunakan dalam pembelajaran juga harus mengacu pada pengembangan

    aspek-aspek tersebut. Kesesuaian usia berarti bahwa pada perkembangan

    41 Sue Bredekamp, Developmentally Appropriate Practice in Childhood Program ServingChildren from Birth trough Age 8 , Washinton DC, 1987

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    39/124

    39

    manusia terdapat urutan universal. Kesesuaian individual berati bahwa setiap

    anak adalah pribadi yang unik dengan pola waktu pertumbuhan, latar

    belakang, kepribadian yang berbeda-beda. Materi yang diberikan juga harusmengacu pada hal-hal tersebut.

    Pembelajaran yang dilakukan sebaiknya disusun sesuai dengan

    perkembangan anak dan mencakup seluruh aspek. Perkembangan anak

    meliputi fisik, emosi, sosial dan kognitif melalui pendidikan terpadu.

    Perencanaan, materi, metode, media dan evaluasi mengacu pada

    perkembangan anak. Pembelajaran terpadu diyakini sebagai pendidikan

    yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan

    anak atau yang disebut dengan developmentally appropriate practice (DAP)

    sebagai landasan pelaksanaannya.

    Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk

    penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke

    arah pertumbuhan dan perkembangan dari segala aspek. Aspek

    perkembangan fisik berupa koordinasi motorik halus dan kasar. Aspek

    kecerdasan anak yang dapat dikembangkan melalui pemberian rangsangan

    daya pikir maupun daya cipta. Aspek sosio emosional yaitu pengembangan

    sikap dan perilaku serta agama. Serta pengembangan bahasa dan

    komunikasi yang dikembangkan sesuai tahap-tahap perkembangan yang

    dilalui oleh anak serta tetap memperhatikan keunikan dari tiap individu.

    Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, yang dimaksud dengan

    pengetahuan pembelajaran di PAUD adalah pengetahuan dalam merancang,

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    40/124

    40

    melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran untuk anak usia dini sesuai

    dengan prisnsip-prinsip pembelajaran dan perkembangan anak. Bagi

    seorang pendidik anak usia dini, pengetahuan akan pembelajaran di PAUDmerupakan kebutuhan mutlak yang harus dimiliki selain pengetahuan-

    pengetahuan lain. Pengetahuan-pengetahuan tersebut berguna untuk

    menunjang tugasnya dalam membuat pembelajaran yang baik dan bermakna

    untuk anak didik mereka.

    2. Hakikat Pelatihan Dasar Pendidik PAUD

    a. Hakikat Pelatihan

    1. Pengertian Pelatihan

    Pelatihan merupakan idiom baru dalam dunia pendidikan. Pelatihan

    biasanya masuk atau dikelompokkan dalam pendidikan non formal. Antara

    pendidikan dan pelatihan memiliki keterkaitan satu sama lain walau memiliki

    perbedaan, namun diantara keduanya saling mendukung. Menurut Syah

    disampaikan pendidikan merupakan tahapan perubahan sikap dan tingkah

    laku manusia baik sebagai individu maupun sebagai kelompok melalui ikhtiar

    pengajaran dan pelatihan. 42 Dari definisi tersebut maka dapat dikatakan

    bahwa pelatihan masih berada dalam ruang lingkup pengajaran. Pelatihan

    adalah salah satu unsur proses pengajaran terutama dalam pengajaran

    keterampilan ranah karsa (psikomotorik).

    42 Muhhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: Rosdakarya,2003), p.35

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    41/124

    41

    Diantara keduanya yaitu pendidikan dan pelatihan memiliki

    persamaan yang mendasar yaitu keduanya merupakan aktivitas belajar.

    Perbedaannya adalah pendidikan sebagai kegiatan belajar yangberhubungan dengan pekerjaan di masa yang akan datang sedangkan

    pelatihan merupakan kegiatan belajar yang berhubungan dengan tugas-tugas

    individu pada masa sekarang. 43 Hasil dari pelatihan diharapkan dapat

    langsung di aplikasikan oleh peserta dalam kehidupan sehari-hari terutama

    untuk menambah kualitas performa peserta dalam melaksanakan tugasnya.

    Belajar sendiri merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku

    yang dilakukan oleh individu sebagai akibat dari pengalaman ataupun

    latihan. 44 Belajar merupakan sebuah proses yang terjadi pada individu yang

    didapat melalui pengalaman dan juga latihan sehingga terjadi perubahan

    pada individu yang bersifat permanen. Definisi yang tidak jauh berbeda di

    kemukakan oleh Wittaker yaitu Learning may be defined as the process by

    which behavior originates or altered through training or experience. 45

    Perubahan yang terjadi dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti

    pengetahuan individu dari yang tidak tahu menjadi tahu, perubahan sikap dan

    tingkah laku dari yang tidak baik menjadi baik ataupun perubahan

    kemampuan individu dari yang tidak bisa menjadi bisa.

    43 Saleh Marzuki, Dimensi-Dimensi Pendidikan Non Formal (Malang: Fakultas IlmuPendidikan Universitas Negeri Malang, 2009),p.184

    44 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), p.5545 Wasty Soemanti, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipat, 2003),p.104

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    42/124

    42

    Chaplin membatasi belajar dengan dua rumusan,yaitu: (1) acquisition

    of any relatively permanent change in behavior as a result of practice and

    experience, (2) process of acquiring responses as a result of special practice. 46 Dari uraian tersebut maka dapat diartikan bahwa belajar adalah

    pemerolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat

    latihan dan pengalaman. Selanjutnya dinyatakan pula bahwa belajar ialah

    proses memperoleh respon respon sebagai akibat adanya pelatihan khusus.

    Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan sebuah usaha sadar

    yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh hal baru baik itu

    pengetahuan maupun keterampilan sehingga terjadi perubahan dalam diri

    individu yang bersifat menetap.

    Pelatihan merupakan salah satu kegiatan belajar dimana

    pengetahuan, keterampilan dan tingkah laku bisa didapat melalui kegiatan

    pelatihan. Pelatihan biasanya banyak dilakukan oleh lembaga/organisasi

    tertentu di luar sistem sekolah formal dengan tujuan tertentu pula yang

    disesuaikan dengan jenis pelatihan dan sasaran pelatihan. Materi yang

    disampaikan biasanya merupakan materi aplikatif dalam artian dapat

    langsung digunakan dalam kehidupan sehari-hari peserta. Sehingga dapat

    meningkatkan kinerja dan perfoma peserta. Metode yang digunakan lebih

    banyak praktek daripada teori.

    Pelatihan merupakan salah satu metode yang biasa digunakan

    dalam pembelajaran orang dewasa. Suatu pertemuan yang biasa digunakan

    46 Ibid, p.90

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    43/124

    43

    untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan mengubah sikap

    peserta dengan cara yang lebih spesifik. 47 Konsep pembelajaran sepanjang

    hayat dapat teraplikasikan di masyarakat, terutama untuk manusia dewasasalah satunya dengan cara mengadakan pelatihan-pelatihan untuk

    memperbaharui dan meningkatkan kemampuan individu.

    Secara antropologis, diyakini bahwa sebagai makhluk hidup, manusia

    akan selalu mengalami perubahan, pertumbuhan dan perkembangan secara

    alami dalam hidupnya. Pelatihan hadir sebagai salah satu upaya untuk

    membantu dan mempercepat terjadinya perubahan, pertumbuhan dan

    perkembangan pengetahuan, keterampilan serta sikap manusia.

    Pada perusahaan/lembaga, pelatihan diselenggarakan untuk

    meningkatkan kemampuan staf atau anggotanya. Oleh karena itu banyak

    lembaga dan perusahaan yang sering mengadakan pelatihan untuk para staf

    dan anggotanya, hal ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi mereka.

    Menurut Hamalik, yaitu:

    Pelatihan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian upaya atautindakan yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentukpemberitahuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenagaprofesional kepelatihan dalam satuan waktu tertentu yang bertujuanuntuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidangpekerjaan tertentu serta meningkatakan efektivitas dan produktivitasdalam suatu organisasi/ lembaga. 48

    47 Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa dari teori sampai aplikasi (Jakarta: PT Bumi Aksara,2007), p.158

    48 Oemar Hamalik, Pengembangan SDM Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan (Jakarta:Bumi Aksara, 2000), p.14-15

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    44/124

    44

    Definisi serupa juga dipaparkan oleh Sutamta, pelatihan adalah

    suatu usaha untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang

    dimiliki oleh penyelenggaran, sistemnya agar mereka mampu untukmelaksanakan tugas dengan baik. 49 Dari uraian tersebut dijelaskan bahwa

    pelatihan merupakan sebuah usaha yang dirancang dan dilakukan oleh pihak

    lain misal lembaga/organisasi demi mencapai tujuan dari lembaga yang

    menyelenggarakan pelatihan tersebut. Sehingga pelatihan biasa

    dihubungkan dengan pemberian petunjuk, orientasi dan pengarahan agar

    pekerja bisa bekerja lebih baik sesuai dengan tujuan dari lembaga/

    perusahaan.

    2. Tujuan Pelatihan

    Pelatihan yang biasa diselenggarakan oleh lembaga/organisasi

    tertentu biasanya memiliki tujuan tertentu pula sesuai dengan tujuan dari

    penyelenggaranya. Tujuan-tujuan tersebut lebih banyak menekankan pada

    peningkatan kompetensi berupa pengetahuan, keterampilan ataupun sikap

    peserta. Pelatihan diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan performa

    peserta dalam kehidupan sehari-hari terutama yang berguna untuk kemajuan

    lembaga/organisasi tersebut.

    49 Sutamta, Program Latihan sebagai suatu Pendidikan dalam Dunia Pendidikan (Jakarta:Usaha Jaya, 1983), p. 5

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    45/124

    45

    Bernardin mendefinisikan training is defined as any attempt to

    improve employee performance on a currently held job or one related to it. 50

    Sedangkan menurut Robinson pelatihan dilakukan untuk mengembangkanpola perilaku seseorang dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk

    mencapai standar tertentu atau tujuan yang diinginkan. 51 Pelatihan dilakukan

    untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan ( capability )

    seseorang baik dari segi kognitif berupa pengetahuan atau pemahaman

    maupaun dari segi afektif yaitu sikap seseorang kearah yang lebih baik.

    Dijelaskan dalam keputusan Menteri Tenaga Kerja yang terdapat

    dalam himpunan peraturan dan perundang-undangan ketenagakerjaan tahun

    2000, tertera yang dimaksud dengan pelatihan:

    Keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkanserta mengembangkan keterampilan atau keahlian, produktifitas, disiplindan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuaidengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan baik di sektorformal maupun sektor informal. 52

    Sehingga dapat diartikan bahwa penyelenggaraan pelatihan lebih

    menekankan pada peningkatan kualitas seseorang dalam suatu jabatan.

    Diharapkan seseorang setelah mengikuti pelatihan dapat lebih baik dalam

    menjalankan tugasnya.

    50 H.John Bernardin. Human Resouce Management : An Experiential Approach , (New York:Mcgraw-Hill Companies) p. 164

    51 Soebagio Atmodjo, Manajemen Pelatihan (Jakarta: Ardadizya Jaya, 2002), p.23 52 Himpunan Peraturan Dan Perundang-Undangan Ketenagakerjaa n (Jakarta: Association Of

    Labour Legislation,2008) p.299

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    46/124

    46

    Tujuan pelatihan sebenarnya tertuju pada dua sasaran yaitu pada

    partisipan dan organisasi. 53 Dengan pelatihan diharapkan adanya perbaikan

    pada partisipan/peserta pelatihan yang merupakan anggota suatuorganisasi/lembaga dan yang kedua adanya perbaikan pada

    organisasi/lembaga itu sendiri yakni menjadi lebih efektif.

    Lebih lanjut, yang dimaksud dengan tujuan pelatihan untuk partisipan

    atau peserta adalah hasil akhir yang akan dicapai. Hasil yang diperoleh dapat

    berupa perubahan sikap, perilaku dan kemampuan maupun pengetahuan

    peserta pelatihan. Pada latihan kader sebuah organisasi atau lembaga

    misalnya, pelatihan bertujuan untuk memperbaiki kecakapan kader dan

    selanjutnya diharapkan organisasinya/lembaga yang dinaungi menjadi lebih

    efektif dalam melaksanakan program-programnya dan mencapai tujuan.

    Menurut Manulung tujuan dari pelatihan dirumuskan menjadi 2 yaitu

    tujuan umum dan tujuan khusus. 54 Tujuan umum adalah rumusan mengenai

    kemampuan umum yang akan dicapai oleh pelatihan tersebut sedangkan

    tujuan khusus adalah rincian kemampuan yang dirumuskan ke dalam tujuan

    umum. Contohnya dalam pelatihan pengembangan APE bersumber

    lingkungan bagi pendidik PAUD tertera bahwa tujuan umumnya adalah untuk

    meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pendidik dalam menjalankan

    perannya sebagai perencana, fasilitator, motivator, evaluator dan peneliti.

    Sedangkan tujuan khususnya antara lain adalah peserta memiliki

    53 Op cit . p.174 54 Soekidjo Notoadmodjo, Pengembangan Sumber DayaManusia (Jakarta: Rineka Cipta,

    2009), p. 22

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    47/124

    47

    pengetahuan dan komptensi berkenaan dengan konsep dan wawasan

    PAUD, peserta memiliki kemampuan dan keterampilan dalam

    mengembangkan APE PAUD bersumber lingkungan sekitar dan seterusnya.Pelatihan dilaksanakan dengan harapan peserta dan penyelenggara

    dapat memetik manfaat dari pelatihan tersebut. Beberapa manfaaat tersebut

    antara lain dikemukakan oleh Robinson sebagai berikut:

    (1) pelatihan merupakan alat untuk memperbaiki penampilankemampuan individu atau kelompok dengan harapan memperbaikiorganisasi. Pelatihan yang efektif dapat menghasilkan pengetahuan

    dalam berbagai hal seperti pekerjaan/tugas, pengetahuan tentangstruktur dan tujuan organisasi dan lain-lain; (2) keterampilan tertentudiajarkan agar karyawan dapat melaksanaka tugas-tugas sesuaidengan standar yang diinginkan; (3) pelatihan juga dapat memperbaikisikap-sikap terhadap pekerjaan, terhadap pimpinan atau temanseprofesi. 55

    Secara umum pelatihan memberikan manfaat untuk memperbaiki

    dan meningkatkan kinerja dan performa individu demi terciptanya

    harmonisasi individu dalam sebuah kelompok baik itu pada perusahaan,

    organisasi maupun pada lembaga baik pemerintahan maupun non

    pemerintah.

    3. Komponen Pelatihan

    Seperti halnya dalam sebuah pembelajaran di lembaga formal yang

    memerlukan alat dan perangkat dalam proses pelaksanaanya, pelatihan

    dalam prosesnya juga memerlukan hal yang sama. Dalam pelaksanaanya

    pelatihan minimal melibatkan unsur-unsur, seperti:

    55 Saleh Marzuki, Op cit . p.175

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    48/124

    48

    (1) pelatih ( trainer ); (2) peserta pelatihan; ( trainee ); (3) materipelatihan ( training material) ; (4) media pelatihan ( training media ); (5)prosedur dan metode pelatihan ( procedure and method of training ; (6)pengelola program ( program conductor) .56

    Selain unsur minimal, agar pelaksanaan pelatihan dapat berjalan

    dengan maksimal, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut

    Moekijat hal-hal yang harus diperhatikan antara lain:

    (1) perbedaan individu. Dalam latar belakang pendidikan, pengalamandan minat harus diperhatikan dalam merencanakan suatu programpelatihan; (2) hubungan pelatihan dengan analisis jabatan. Analisis

    jabatan dapat menunjukkan pengetahuan, keterampilan dan sikap

    seperti apa yang diperlukan untuk masing-masing jabatan (3) partisipasiaktif dalam kegiatan belajar mengajar. Keterlibatan aktif dari pesertabisa menambah minat dan motivasi peserta dalam mengikuti kegiatanpelatihan; (4) metode pelatihan. Ada banyak metode pelatihan untuksatu jenis pelatihan dan untuk itu perlu dicari metode yang sesuaidengan situasi yang ada. 57

    Sama halnya seperti interaksi dalam sebuah pembelajaran, agar kegiatan

    belajar mengajar dapat berjalan efektif dan diterima oleh peserta didik maka

    perlu diperhatikan hal-hal tersebut. Hal ini disebabkan karena sasaran

    pelatihan kebanyakan adalah orang dewasa yang motivasi dan cara

    belajarnya berbeda dengan anak-anak atau remaja.

    Keberhasilan suatu pelatihan dapat dilihat dari respon para peserta

    latihan setelah mengikuti suatu pelatihan. Menurut Arif respon peserta

    pelatihan dapat digolongkan atas tiga golongan: (1) respon yang bersifat

    kognitif. (2) respon yang bersifat afektif dan respon yang bersifat

    56 Sudarwan Danim, Kinerja Staf dan Organisasi (Bandung: Pustaka Setia, 2008), p.69 57 Moekijat, Latihan dan Pengembangan Sumber daya Manusia (Bandung: Mandar Maju,

    1991), p. 4-6

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    49/124

    49

    psikomotorik. 58 Respon yang bersifat kognitif berkaitan dengan memahami

    dan tidak memahami, tahu dan tidak tahu serta menyadari dan tidak

    menyadari terhadap apa yang telah dilatihkan. Respon yang bersifat afektifberkaitan dengan suka dan tidak suka, senang dan tidak senang terhadap

    apa yang telah dilatihkan. Sedangkan respon yang bersifat psikomotorik

    berkaitan dengan dapat melaksanakan dan tidak dapat melaksanakan, bisa

    dan tidak bisa melaksanakan apa-apa yang telah dilatihkan.

    Keberhasilan suatu pelatihan juga dapat dilihat dari berfungsi atau

    tidaknya unsur-unsur pelatihan seperti:

    (1) input dasarnya yaitu para peserta pelatihan yang padaumumnya merupakan orang dewasa, (2) input alat seperti pelatihnya,sarana dan prasarana yang mendukung dan pendanaan untukpelatihan, (3) proses pelatihan yaitu kegiatan belajar mengajar yangdilakukan selama pelatihan berlangsung, (4) input lingkungan sepertiiklim belajar saat pelatihan berlangsung, hubungan peserta denganpelatih dan hubungan sesama peserta, dan (5) hasil pelatihan yaituperubahan yang terjadi pada diri peserta setelah mengikuti pelatihanbaik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotornya. 59

    Setelah melakukan pelatihan, kelima unsur tersebut harus dievaluasi

    sehingga dapat diketahui keefektifitasan sebuah pelatihan. Selain untuk

    melihat keefektifitasan pelatihan, evaluasi juga dapat berguna bagi

    penyelenggara untuk menyusun strategi selanjutnya.

    58 Zainudin Arif Ms, Pengembangan Program Pelatihan, (Jakarta:Karunika,1996),p.53 59 Moekijat, OpCit , p.40

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    50/124

    50

    b. Hakikat Pendidik PAUD

    Dalam arti yang sederhana pendidik adalah orang yang memberikan

    ilmu pengetahuan kepada anak didiknya. Pernyataan tersebut dapat diartikansebagai bahwa seorang pendidik adalah seseorang yang memiliki tugas

    mengajar atau pengajar. Menurut UU RI No 20 Tahun 2003, Pendidik

    adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,

    konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan

    sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam

    menyelenggarakan pendidikan .60 Istilah guru banyak digunakan dalam

    lingkungan pendidikan formal seperti di sekolah sedangkan istilah tutor lebih

    tertuju kepada seseorang yang mengajar dalam lingkup pendidikan non

    formal seperti tutor paket A, tutor paket B atau tutor PAUD.

    Tugas utama seorang pendidik adalah mengajar/mendidik. Menurut

    Uno, guru mempunyai tugas yang terbagi menjadi 3 ranah yaitu tugas dalam

    bidang profesi, tugas kemanusiaan dan tugas dalam kemasyarakatan. 61

    Tugas guru sebagai seorang profesi meliputi mendidik, yang berarti

    meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan. Tugas guru dalam

    bidang kemanusiaan dalam artian seorang guru harus mempunyai cinta kasih

    yang tulus dalam membimbing anak muridnya untuk menjadi manusia

    seutuhnya. Sedangkan tugas guru dalam masyarakat adalah seorang guru

    diharapkan menjadi panutan untuk lingkungannya.

    60 Departemen Pendidikan Nasional, UU RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem PendidikanNasional, (Jakarta :2003)

    61 Hamzah B.Uno, Profesi Kependidikan , (Jakarta: Bumi Aksara,2008), p.20

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    51/124

    51

    Pendidik adalah sebuah profesi, yakni suatu pekerjaan yang

    memerlukan keterampilan khusus/kompetensi untuk melaksanakannya dan

    tidak dapat dilakukan oleh orang lain di luar bidang pendidikan. Seorangpendidik harus memiliki keterampilan khusus yakni orang tersebut memiliki

    pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bahan kajian atau pelajaran

    yang diajarkan. 62 Keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang pendidik

    salah satunya adalah kemampuan merencanakan dan mengelola kelas.

    Lendon mengungkapan teacher is a profesional person who conducts

    clasess (Guru adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk

    menata dan mengelola kelas). 63 Seorang tutor juga merupakan seorang

    profesional walaupun bekerja pada lingkup pendidikan non formal, tutor tetap

    harus memiliki keahlian atau kompetensi khusus sesuai dengan bidang yang

    diajarkan.

    Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang

    Standar Nasional Pendidikan, dijelaskan bahwa sebagai seorang agen

    pembelajar pada jenjang pendidikan dasar, menengah serta pendidikan anak

    usia dini maka guru harus memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi

    kepribadian, kompetensi professional dan kompetensi sosial. Kompetensi

    berarti adalah suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan

    seeorang baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif.

    62 Anwas Iskandar, Panduan Bagi Tutor Kegiatan Belajar Paket B ,(Jakarta:Depdiknas DirjenPLS Bekerjasama Dengan IPEC DAN ILO 2000) p.10

    63 Hamzah B Uno, Op Cit, p.15

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    52/124

    52

    Dalam artian pendidik atau tutor adalah sebuah profesi atau jabatan

    yang mermerlukan keahlian khusus sebagai seorang pendidik dan tidak

    dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar bidang pendidikan. Selanjutnyamenurut Morgan dan Murgatroyed menjelaskan competence, eg.

    Possession of the skills and knowl edge to perform the service 64 Kompetensi

    adalah keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang untuk

    melaksanakan tugas dan pekerjaannya.

    Tidak berbeda halnya dengan layanan kependidikan pada berbagai

    jenjang pendidikan lain, layanan yang diberikan oleh seorang guru PAUD

    juga layak dinyatakan sebagai layanan ahli profesional karena untuk menjadi

    seorang pendidik PAUD harus memiliki pengetahuan dan keterampilan

    khusus. Seorang pendidik anak usia dini adalah profesional yang bertugas

    untuk merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, dan menilai hasil

    pembelajaran, serta melakukan pembimbingan, pengasuhan dan

    perlindungan untuk anak didik. 65 Dalam penjabarannya, seorang guru

    PAUD, dipersyaratkan memiliki wawasaan yang memadai tentang prinsip-

    prinsip perkembangan anak, yang mencakup seluruh aspek

    perkembangan anak usia dini.

    Selanjutnya, pendidik PAUD harus mengetahui perbedaan individual

    anak asuhnya. Karena tidak ada dua anak yang sama walaupun berada

    pada tahap perkembangan yang sama. Perbedaan individual mencakup

    64 Fasli Jalal, Peningkatan Profesionalisme Pendidik dan Tenaga Kependidikan dalam BuletinPAUD Volume 8. no 2 Juni 2009 . (Jakarta: Depdiknas) p.27

    65 Depdiknas, Permen No.58 Tahun 2009 tentang Standar penyelenggaraan PAUD , p. 12

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    53/124

    53

    aspek jender, temperamen, minat, gaya belajar, pengalaman hidup,

    budaya, dan juga kemungkinan kelainan atau kekhususan yang

    dimiliki.66

    Untuk membantu tumbuh kembang anak agar berkembang optimalmaka dalam pembelajaran di PAUD aspek-aspek tersebut tidak boleh

    dilupakan

    Dalam Peraturan Menteri Pendidikan No 58 Tahun 2009, Pemerintah

    telah menuangkan tentang standar kompetensi yang harus dimiliki oleh

    seorang pendidik PAUD. Standar yang harus dimiliki oleh seorang pendidik

    PAUD mencakup 4 aspek yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi

    profesional, kompetensi pendagogik dan kompetensi sosial. 67 Kompetensi

    kepribadian berhubungan dengan sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh

    seorang pendidik. Diantaranya adalah mampu bersikap dan berprilaku sesuai

    dengan kebutuhan psikologis anak didik, bersikap sesuai dengan norma

    agama, budaya dan keyakinan anak serta mampu menampilkan diri sebagai

    pribadi yang berbudi pekerti luhur.

    Kompetensi profesional berhubungan dengan kemampuan atau

    pengetahuan yang harus dimiliki sebagai seorang pendidik. Kompetensi

    tersebut antara lain seorang pendidik harus memahami tahapan

    perkembangan anak, memahami tumbuh kembang anak, memahami

    bagaimana memberikan rangsangan, pendidikan, pengasuhan dan

    66 Ibid , p. 867 Depdiknas, Op Cit, p..12-14

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    54/124

    54

    perlindungan untuk anak didiknya. Selain itu pendidik juga mampu

    membangun komunikasi yang baik dengan orang tua.

    Kompetensi pendagogik terkait dengan kemampuan pendidik dalammerencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi anak didiknya serta

    mengevaluasi program pembelajaran. Sedangkan kompetensi sosial

    berkaitan dengan kemampuan guru untuk bersosialisasi dan berkomunikasi

    dengan baik dan efektif kepada peserta didik.

    Menurut Jalal, pengetahuan atau kompetensi yang harus dimiliki

    oleh tenaga kependidikan anak usia dini dikelompokkan dalam 11 kategori,

    yaitu:

    Perkembangan Anak (Psikologi Perkembangan, Neorologi), (2) Assesmen dan Pendekatan Pembelajaran ( Developmentally Appropriate Practice, Multiple Intelegence ), (3) Kurikulum danMetodologi Pembelajaran, (4) Kegiatan Anak / Program Pembelajaran,(5) Lingkungan dan Media Pembelajaran, (6) PengelolaanPembelajaran (Perencanaan, Pelaksanaan dan EvaluasiPembelajaran), (7) Pengelolaan Lembaga Pendidikan, (8)Pengembangan Anak Terpadu dan Koordinasi pelayanan, (9) PeranSerta Keluarga dan Masyarakat, (10) Keamanan, Nutrisi danKesehatan Anak, (11) Pengembangan Diri (Komunikasi, Kerjasama). 68

    Dari uraian tersebut maka dapat diartikan bahwa seorang pendidik

    anak usia dini harus memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk dapat

    mengenal anak didiknya secara mendalam baik itu tentang perkembangan

    anak maupun latar belakang keluarga dimana anak dibesarkan. Karena untuk

    memberikan pendidikan dan pelayanan yang sesuai maka hal pertama yang

    harus diketahui pendidik adalah profil anak didiknya. Sehingga merupakan

    68Fasli Jalal, Peningkatan Profesionalisme Pendidik dan Tenaga Kependidikan dalam BuletinPAUD Volume 8. no 2 Juni 2009 . (Jakarta: Depdiknas) , p.27

  • 7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1

    55/124

    55

    sebuah kebutuhan mutlak bahwa seorang pendidik PAUD harus menguasai

    teori perkembangan dan pertumbuhan.

    Setelah mengetahui profil anak, maka pendidik juga harus mampumerancang