113
KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA LETUSAN GUNUNG GEDE DI DESA GALUDRA KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Di susun Oleh: Darul Faisal Ramadhan 1112015000108 PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

  • Upload
    others

  • View
    18

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM

MENGHADAPI BENCANA LETUSAN GUNUNG

GEDE DI DESA GALUDRA KECAMATAN

CUGENANG KABUPATEN CIANJUR

SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai salah satu syarat

untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Di susun Oleh:

Darul Faisal Ramadhan

1112015000108

PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data
Page 3: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data
Page 4: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data
Page 5: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data
Page 6: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

i

ABSTRAK

Darul Faisal Ramadhan (1112015000088) : Kesiapsiagaan Masyarakat dalam

Menghadapi Bencana Letusan Gunung Gede, di Desa Galudra, Kecamatan

Cugenang, Kabupaten Cianjur.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapsiagaan Masyarakat

dalam menghadapi Bencana Letusan Gunung Gede di Desa Galudra, Kecamatan

Cugenang, Kabupaten Cianjur.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan analisis kuantitatif.

Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat Desa Galudra, Kecamatan

Cugenang. Jumlah sampel yang diambil adalah 25 orang. Teknik pengambilan

sampel yang digunakan yaitu dengan teknik Purposive Sample. Pengumpulan data

menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

menggunakan table frekuensi, kemudian juga dianalisis secara deskriptif. Nilai

skor dalam penelitian ini meliputi per parameter yaitu pengetahuan dan sikap

tentang bencana rencana tanggap darurat, sistem peringatan bencana dan

mobilisasi sumber daya.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kesiapsiagaan masyarakat di Desa

Galudra dalam menghadapi bencana letusan Gunung Gede termasuk dalam

kategori siap memiliki rata-rata skor dari nilai kesluruhan responden yang sangat

siap yaiu sebesar 28%, persentase responden yang siap sebesar sebesar 52%,

persentase responden yang kurang siap sebesar 8% dan responden yang tidak siap

serta sangat tidak siap sebesar 4%.

Kata Kunci : Kesiapsagaan, Masyarakat, Bencana Letusan

Page 7: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

ii

ABSTRACT

Darul Faisal Ramadhan (1112015000088): Community Preparedness in

Facing the Mount Gede Eruption Disaster, in Galudra Village, Cugenang

District, Cianjur Regency.

This study aims to determine community preparedness in the face of the Gunung

Gede Eruption Disaster in Galudra Village, Cugenang District, Cianjur Regency.

This research is a descriptive study with quantitative analysis. The population of

this study is the people of Galudra Village, District Cugenang. The number of

samples taken is 25 people. The sampling technique used is the Purposive Sample

technique. Data collection uses a questionnaire consisting of 25 questions. Data

analysis techniques used frequency tables, then also analyzed descriptively. The

score scores in this study include per parameter namely knowledge and attitudes

about disaster emergency response plans, disaster warning systems and resource

mobilization.

The results showed that community preparedness in Galudra Village in the face of

the Gunung Gede eruption disaster was included in the category of having an

average score of the overall value of respondents who were 28% ready, the

percentage of respondents prepared was 52%, the percentage of respondents who

were unprepared by 8% and respondents who were unprepared and very

unprepared at 4%.

Keywords: Preparedness, Society, Eruption Disaster

Page 8: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul ”Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Menghadapi

Bencana Letusan Gunung Gede di Desa Galudra, Kecamatan Cugenang,

Kabupaten Cianjur” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana.

Tanpa akal, berkah dan rahmat-Nya yang diberikan penulis pasti tidak akan

sampai pada fase akhir di perkuliahan ini.Selanjutnya Shalawat serta salam

semoga terlimpah dan tercurah kepada junjungan alam, baginda Nabi Muhammad

SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya. Nabi akhirul zaman yang telah

membawa umat manusia dari zaman kegelapan menjadi zaman yang terang

berderang dengan ilmu dan teknologi yang berkembang dengan pesat saat ini.

Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan

yang harus disempurnakan dan penuh dengan hambatan yang harus dilalui. Tanpa

dukungan dari seluruh pihak yang telah membantu pastinya skripsi ini tidak dapat

terselesaikan. Oleh karena itu padakesempatan ini penulis menyampaikan

penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua jurusan Pendidikan Imu

Pengetahuan Sosial sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang

senantiasa memberikan banyak perhatian, bimbingan, serta motivasi

kepada mahasiswa tingkat akhir disela-sela kesibukannya.

3. Bapak Drs. Syaripulloh, M.Si, selaku sekertaris Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial, yang juga senantiasa memberikan banyak perhatian

dan motivasi kepada mahasiswa tingkat akhir disela-sela kesibukannya.

4. Bapak Dr. Sodikin, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktu serta selalu memberikan motivasi, bimbingan dan

nasehat selama penulisan skripsi ini.

Page 9: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

iv

5. Seluruh dosen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah

memberikan ilmu selama penulis mengenyam pendidikan di kampus ini.

6. Kepada kedua orang tua, Bapak Dedy Mawardy (alm) dan Ibu Lilis serta

kedua saudara perempuan saya tercinta Lita Juliawati Rahmah (alm) dan

Salwa Alfiyah dan semua keluarga saya terimakasih atas seluruh doa dan

dukungan moril maupun materil serta kasih sayang yang selalu mengiringi

langkah penulis hingga saat ini.

7. Kepada Agus Salim, Rizal Fahrudin dan Wais selaku teman satu

bimbingan. Terimakasih atas perjuangan selama ini dalam menyeleaikan

skripsi bersama-sama yang telah menerima segala kekurangan penulis

dalam suka maupun duka.

8. Sahabat-sahabat tercinta Kosan Manda Terimakasih atas dukungan dan

doa kalian, yang selalu membuat penulis selalu semangat hingga saat ini.

9. Rekan mengajar di SMP Paramarta program Unggulan terutama Fuji

Nurul Hamdan, yang telah membantu pekerjaan di sekolah ketika penulis

berhalangan hadir untuk menyelesaikan penelitian

10. Teman-teman Jurusan Pendidikan IPS angkatan 2012 atas kekompakannya

selama ini, baik di kelas ataupun saat praktikum.

11. Seluruh pihak yang penulis sadari atau tidak sadari telah membantu secara

langsung ataupun tidak langsung.

Penulis harapkan semoga segala kebaikan yang diberikan mendapatkan

pahala yang berlipat ganda oleh Allah SWT dan senantiasa selalu dilindungi oleh

Allah SWT.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang akan

digunakan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Penulis berharap agar skripsi

ini dapat bermanfaat, khusunya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Jakarta, 2 Juni 2019

Penulis,

Darul Faisal Ramadhan

Page 10: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

v

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

ABSTRAK ............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................... 5

C. Batasan Masalah......................................................................... 5

D. Rumusan Masalah ...................................................................... 5

E. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5

F. Manfaat Penilitian ...................................................................... 5

BAB II KAJIAN TEORI .............................................................................. 7

A. Kesiapsiagaan ............................................................................ 7

1. Pengertian Kesiapsiagaan .................................................. 7

B. Masyarakat ................................................................................ 8

1. Pengertian Masyarakat ......................................................... 8

2. Bentuk-bentuk Masyarakat .................................................. 9

C. Bencana ..................................................................................... 10

1. Pengertian Bencana ............................................................. 10

2. Jenis-jenis Bencana ............................................................. 11

3. Pengertian Manajemen Bencana ......................................... 12

D. Gunung Api ............................................................................... 13

1. Pengertian Gunung Api ....................................................... 13

2. Jenis-jenis Gunung Api ....................................................... 14

3. Sebaran Gunung Api di Indonesia ...................................... 16

Page 11: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

vi

4. Karakteristik Bentuk Lahan Gunung Strato di Indonesia ... 17

5. Jenis Erupsi Gunung ........................................................... 18

6. Tanda-tanda Awal Eksplosif Gunung ................................. 19

7. Bahaya Letusan Gunung ..................................................... 21

8. Jenis Bahaya Letusan Gunung ............................................ 23

E. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................. 26

F. Kerangka Berfikir……………………………………………………………………….…28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 29

A. Lokasi dan Waktu Penilitian ..................................................... 29

B. Metode Penelitian...................................................................... 29

C. Alat dan Bahan ......................................................................... 30

D. Populasi dan Sampel ................................................................ 31

E. Tahap Penelitian ....................................................................... 32

F. Teknik dan Instrument Pengumpulan Data .............................. 33

1. Kuesioner (Angket) ............................................................ 33

2. Wawancara ......................................................................... 34

3. Studi Dokumen ................................................................. 34

G. Langkah-langkah Pengolahan Data .......................................... 35

H. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ....................................... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 42

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ........................................ 42

1. Letak Geografis Daerah Penelitian ................................... 42

2. Kondisi Sosial Daerah Penelitian ...................................... 43

B. Deskripsi Responden ................................................................ 44

C. Deskripsi Hasil Penelitian ........................................................ 48

1. Hasil Observasi Penelitian ................................................ 48

2. Hasil Angket ..................................................................... 49

a. Pengetahuan dan Sikap Responden terhadap

Kesiapsiagaan Letusan Gunung Ciremai .................... 49

b. Rencana Tanggap Darurat ........................................... 55

Page 12: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

vii

c. Sistem Peringatan Dini ................................................ 60

d. Mobilisasi Kebencanaan ............................................. 67

3. Hasil Wawancara .............................................................. 72

4. Hasil Uji Instrument .......................................................... 73

a. Uji Validitas ................................................................ 73

b. Uji Realibilitas ............................................................ 74

D. Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat di Desa Galudra ............... 75

E. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................... 77

BAB V PENUTUP ...................................................................................... 79

A. Kesimpulan ............................................................................... 79

B. Implikasi ................................................................................... 79

C. Saran .......................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian 29

Gambar 4.1 Piramida Penduduk Desa Galudra menurut Jenis Kelamin 41

Page 14: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

ix

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Hasil Penelitian Relevan 26

Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket 34

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara 34

Tabel 3.3 Data yang Dibutuhkan 35

Tabel 3.4 Nilai Skor Kesiapsiagaan Terhadap Bencana Letusan Gunung 37

Tabel 3.5 Skor Kategori Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat 40

Tabel 4.1 Data Penduduk Menurut Kelompok Umur 43

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Desa Galudra Menurut Umur 45

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan 46

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Menurut Jenis Pekerjaan 47

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga 48

Tabel 4.6 Pengetahuan Responden Tentang Bencana 50

Tabel 4.7 Pengetahuan Responden Tentang Bencana Letusan 51

Tabel 4.8 Pengetahuan Responden Tentang Penyebab Letusan 51

Tabel 4.9 Pengetahuan Masyarakat Tentang Tanda-tanda Letusan 53

Tabel 4.10 Pengetahuan Mengenai Dampak Letusan 54

Tabel 4.11 Sikap Responden Terhadap Bencana Letusan 54

Tabel 4.12 Rencana Evakuasi Responden saat Terjaid Bencana Letusan 56

Tabel 4.13 Kepemilikan Alat Transportasi 56

Tabel 4.14 Tempat Pengungsian Sementara 57

Tabel 4.15 Perlengkapan dan Barang-barang Evakuasi 58

Tabel 4.16 Ketersediaan Obat-obatan untuk Pertolongan Pertama 59

Tabel 4.17 Pembagian Tugas Penyelamatan 60

Tabel 4.18 Sistem Peringatan Dini Berbasis Kearifan Lokal 61

Tabel 4.19 Pihak atau Pemberi Informasi Resmi 62

Page 15: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

x

Tabel 4.20 Sistem Peringatan Bencana 63

Tabel 4.21 Sistem Peringatan Bencana Berbasis Teknologi 64

Tabel 4.22 Simulasi atau Latihan daam Pelatihan Kebencanaan 64

Tabel 4.23 Jumlah Keikiutsertaan dalam Pelatihan Kebencanaan 65

Tabel 4.24 Keikutsertaan Seminar Mengenai Bencana atau Kesiapsiagaan 66

Tabel 4.25 Kepemilikan Materi atau Buku tentang Kesiapsiagaan 67

Tabel 4.26 Akses Informasi dari Media dan Sumber Lain 68

Tabel 4.27 Keterampilan Kesiapsiagaan Bencana Anggota Keluarga 69

Tabel 4.28 Sumber Pendanaan Responden Untuk Menghadapi Bencana 70

Tabel 4.29 Jaringan Sosial Reponden 71

Tabel 4.30 Kesepatan Melakukan Simulasi 72

Tabel 4.31 Hasil Pengujian Validitas 75

Tabel 4.32 Uji Realibilitas 75

Tabel 4.33 Kategori Kesiapsiagaan Dalam Menghadapi Bencana 76

Tabel 4.34 Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Menghadapi Bencana……..……77

Page 16: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Letak geografis dan geologis menyebabkan Indonesia menjadi salah

satu Negara yang berpotensi sekaligus rawan bencana1 seperti gempa

bumi,tsunami,banjir,tanah longsor,badai dan letusan gunung berapi. Bencana-

bencana tersebut di atas dikarenakan keadaan geologi Indonesia sangat unik,

terletak di antara dua lempeng benua yang selalu bergerak.2

Dalam sebuah Surat An-Naml ayat 88, kita diberitahu bahwa gunung-gunung

tidaklah diam sebagaimana yang tampak, akan tetapi mereka terus-menerus

bergerak.

“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya,

padahal dia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang

membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat

mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma

yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah,

seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan bahwa

benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal bumi,

namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah

ketika mereka bergerak saling menjauhi.

Secara geologi Indonesia terletak pada daerah tektonik aktif dimana

terjadi pertemuan beberapa lempeng tektonik. Gunung-api terbentuk sebagai

akibat dari tumbukan lempeng-lempeng tersebut. Sejak tahun 1600 bencana

1 Pusat Data dan Analisa, Indonesia Rawan Bencana, (Jakarta: Tempo,2006),h.01

2 Sukandarrumidi, Bencana Alam dan Bencana Antrhopogone,(Yogyakarta: Kanisius,2010), h.31

Page 17: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

2

gunung-api di Indonesia telah menelan korban sekitar 160.000. Dua letusan

gunung-api terbesar yang pernah terjadi di Indonesia adalah Gunung Tambora

pada tahun 1815 dan Gunung Krakatau pada tahun 1883, masing-masing

menimbulkan korban jiwa sebanyak 92.000 dan 36.000 orang.3

Gunung Gede yang berada dalam kawasan Taman Nasional Gunung

Gede-Pangrango merupakan destinasi favorit bagi para wisatawan dan

pendaki dari kawasan JABODETABEK karena letaknya yang dekat dan

memiliki keindahan alam yang melimpah, selain itu kawasan di sekitar kaki

gunung di manfaatkan oleh para warga untuk bercocok tanam karena

kesuburan tanahnya seperti cabai , kol ,bawang , wortel dll. Hal ini dilakukan

pula oleh warga Desa Galudra yang berada di Kabupaten Cianjur Jawa Barat.

Desa Galudra, Kabupaten Cianjur yang berada di kaki Gunung Gede

berpotensi terkena dampak langsung erupsi Gunung Gede. Oleh karena itu

dibutuhkan kesadaran masyarakat dalam menghadapi bencana gunung

meletus yang bisa saja terjadi kapan walaupun bencana gunung meletus dapat

diprediksi dan dapat peringatan dini karena gunung-gunung di Indonesia terus

di pantau oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

Warga Desa Galudra sampai saat ini belum pernah mengalami

bencana letusan Gunung Gede akan tetapi bencana alam yang lain seperti

pergerakan tanah pernah terjadi pada tahun 2017 dan beberapa bangunan

warga terkena dampak, dari hal ini warga desa tidak mengindahkan aspek

lingkungan sekitar atau gejala alam sekitar dan besar kemungkinan di

bencana letusan pun begitu.

Sebagai fenomena alam, erupsi gunung-api merupakan bahaya alam

(natural hazard) yang tidak dapat dihindarkan keberadaan maupun

kejadiannya. Meskipun demikian, fenomena-fenomena yang mendahului

terjadinya erupsi gunung-api dapat dimanfaatkan untuk mengantisipasi

3 Lembaga penilitian & Pengabdian Kepada Masyarakat ITB, Mengelola Risiko Bencana di

Negara Maritim Indonesia,(Bandung: ITB,2009,)h.51

Page 18: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

3

bencana akibat erupsi gunung-api. Kondisi tektonik Indonesia memposisikan

kehidupan manusia dan lingkungan di Indonesia menjadi rentan terhadap

bencana alam (natural disaster) akibat erupsi gunung-api. Oleh karena itu

diperlukan kajian dan tindakan yang dapat meminimumkan dampak erupsi

gunung-api (mitigasi).4

Kurangnya kesadaran masyarakat Desa Galudra sekarang dalam

menghadapi bencana letusan Gunung Gede terjadi karena masyarakat

menganggap Gunung Gede bukanlah sebuah ancaman besar, hal ini terjadi

karena letusan terbesar terakhir Gunung Gede pada 12 November 1840 terjadi

sebuah letusan yang besar dan sangat tiba-tiba yang membangunkan desa-

desa disekitarnya dengan guncangan yang hebat.

Upaya pengurangan risiko bencana perlu dilakukan pada berbagai

tingkat, dengan melibatkan semua pemangku kepentingan yang terkait,

termasuk masyarakat pada tingkat komunitas yang terkecil. Bagian ini

membahas bagaimana upaya penguranagn risiko bencana berbasis masyarakat

dapat dilakukan di Indonesia. Selain itu juga dibahas konsep membangun

kesiapsiagaan masyarakat sebagai bagian dari upaya pengurangan risiko

bencana.

Penanggulangan bencana berbasis masyarakat adalah upaya yang

dilakukan oleh anggota masyarakat secara terorganisir baik sebelum, saat dan

sesudah bencana dengan menggunakan sumber daya yang mereka miliki

semaksimal mungkin untuk mencegah, mengurangi, menghindari dan

memulihkan diri dari dampak bencana.

Maka penting bagi masyarakat untuk menyiapkan diri dengan cara

mengurangi ancaman, melakukan kegiatan pengurangan dampak ancaman,

kesiapsiagaan, dan meningkatkan kemampuan dalam penanganan bencana.

Hal-hal tersebut dapat dilakukan dengan baik apabila masyarakat

4 Ibid., h.51

Page 19: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

4

mengorganisir diri membentuk Kelompok Masyarakat Penanggulangan

Bencana (KMPB).

Dalam penanggulangan bencana perlu adanya koordinasi dan

penanganan yang cepat, tepat, efektif, efisien, terpadu dan akuntabel agar

korban jiwa dan kerugian harta benda dapat diminimalisir5. Penanggulangan

bencana haarus dilakukan secara cepat, tepat, dan di koordinasikan dalam

satu komando. Untuk melaksanakan penanganan tanggap darurat bencana,

maka pemerintah/pemerintah daerah yang diwakili oleh kepala BNPB/BPBD

Propinsi/Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya dapat menunnjuk

seorang pejabat sebagai komandan penanganan tanggap darurat bencana. Hal

ini dimaksudkan sebagai memudahkan akses dalam menangani tanggap

darurat bencana.6

Bencana tidak saja “mengakibatkan korban Jiwa”, tetapi juga dapat

menhancurkan sarana,prasarana,pemukiman, “tekanan psikologis yang hebat

baik bagi koraban langsung maupun korban masyarakat pada umumnya.”7

Hal ini mengakibatkan terjadinya pengungsian besar-besaran dan

terganggunya kehidupan social-ekonomi masyarakat, seperti melumpuhkan

segala sumber daya alam sehingga menghambat program.

Selama ini,umumnya banyak diantara kita yang bereaksi hanya pada

waktu terjadi bencana dan setelah itu dilupakan, baru ramai lagi saat terjadi

bencana pada waktu dan lokasi lain. Penanggulangan bencana sesaat lebih

terlihat dari upaya antipatif dan pencegahann yang cenderung dilupakan.

Penanggulangan bencana harus dilakukan baik sebelum, pada saat maupun

secara bersama, baik oleh pemerintah yang diwakili BNPB/BPBD, serta

masyarakat sendiri yang harus siap menghadapi bencana yang akan di hadapi

5 Lampiran peraturan Kepala BNPB Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pedoman Komando Tanggap

Darurat Bencana, h.1 6 Ibid., h. 1 .

7 Badan Perencanaan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kelembagaan dan

pengelolaan penanganan Kedaruratan di Provinsi DIY, (Yogyakarta,2006),h. 01

Page 20: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

5

B. Identifikasi Masalah

Berdasakan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas maka

masalah yang dapat diidentifikasi adalah

1. Gunung Gede berpotensi meletus dan menjadi ancaman warga

2. Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dalam menghadapi letusan

gunung gede

3. Kurangnya tingkat kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana

letusan Gunung Gede

C. Batasan Masalah

Dikarenakan banyaknya permasalahan yang ada sehingga peneliti

membatasi hanya mengkaji kesiapsiagaan masyarakat Desa Galudra

Kabupaten Cianjur dalam menghadapi letusan Gunung Gede

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka pertanyaan dalam

penelitian ini adalah Bagaimana kesiapsiagaan Masyarakat Desa Galudra

Kabupaten Cianjur menghadapi letusan Gunung Gede

E. Tujuan Penilitian

Untuk mengetahui seberapa besar kesiapsiagaan masyarakat Desa

Galudra Kabupaten Cianjur dalam menghadapi letusan Gunung Gede

F. Manfaat Penilitian

Adapun kegunaan atau manfaat yang diharapakan dari penelitian ini

adalah adanya suatu kontribusi baik secara teoritis atau pun secara praktis,

manfaat-manfaat tersebut yaitu sebagai berikut :

1. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis sebagai salah satu cara untuk memperoleh gelar sarjana

pendidikan

b. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan

pengetahuan kepada masyarkat tentang kesiapsiagaan masyarakat

dalam menghadapi bencana letusan gunung gede

Page 21: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

6

c. Memperoleh pemecahan masalah dari kesiapsiagaan masyarakat

dalam menghadapi letusan Gunung Gede

d. Sebagai sarana untuk mengaplikasikan teori mengenai mitigasi

bencana

2. Manfaat Teoritis

Diharapkan dari penelitian ini dapat menjadi acuan untuk :

a. Perkembangan ilmu geografi lingkungan fisik seperti litosfer,

dan untuk mengkaji dan menjelaskan permasalahan tentang

kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi letusan gunung api,

gunung api Gede pada khususnya.

b. Bagi pendidikan diharapkan dapat berguna sebagai bahan kajian

dalam pelajaran IPS dan Geografi khususnya pada materi litosfer.

c. Bagi Penulis penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan, pengalaman ilmu dibidang geografi, dan tentang

kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana

Page 22: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

7

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kesiapsiagaan

1. Pengertian Kesiapsiagaan

Bencana dapat datang secara tiba-tiba baik itu disebabkan oleh

alam atau non alam dan kita pun tidak pernah tahu kapan bahaya

atau bencana akan datang menghampiri kita oleh karena itu kita

harus selalu waspada dalam menghadapi bencana yang dapat

mengancam keselamatan diri kita.

Definisi kesiapsiagaan menurut undang – undang nomor 24

tahun 2007 (tentang penanggulangan bencana) adalah serangkaian

kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui

pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan

berdaya guna8

Istilah kesiapsiagaan sendiri merupakan adalah upaya

menghadapi situasi darurat serta mengenali berbagai sumber daya

untuk memenuhi kebutuhan pada saat itu. Hal ini bertujuan agar

warga mempunyai persiapan yang lebih baik untuk menghadapi

bencana9.

Sementara menurut BPBD DKI Jakarta Kesiapsiagaan adalah

serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana

melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan

berdaya guna 10

.

Contoh tindakan kesiapsiagaan:

8 Undang-undang nomor 24 tahun 2007; (Tentang Penanggulangan Bencana)

9 Yayasan IDEP,Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat (Bali:YayasannIDEP,2007),h.8

10

Widiani Nurrahmah, “Pengalaman Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana Banjir di

Rt 001 Rw 012 Kelurahan Bintaro, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan Tahun 2015”

Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 23: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

8

a. Pembuatan sistem peringatan dini

b. Membuat sistem pemantauan ancaman

c. Membuat sistem penyebaran peringatan ancaman

d. Pembuatan rencana evakuasi

e. Membuat tempat dan sarana evakuasi

f. Penyusunan rencana darurat, rencana siaga

g. Pelatihan, gladi dan simulasi atau ujicoba

h. Memasang rambu evakuasi dan peringatan dini

B. Masyarakat

1. Pengertian Masyarakat

Istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan-

kesatuan hidup manusia, baik dalam tulisan ilmiah maupun dalam

bahasa sehari-hari adalah masyarakat. Dalam bahasa Inggris dipakai

istilah society yang berasal dari akar kata Arab Syaraka yang berarti

“ikut serta”, berpartisipasi.11

Menurut Koentjaraningrat, Masyarakat adalah memang

sekumpulan manusia yang saling “bergaul”, atau dengan istilah ilmiah,

saling “berinteraksi”. Suatu kesatuan masyarakat dapat mempunyai

prasaran melalaui apa yang warga-warganya dapat saling berinteraksi.

Suatu Negara modern misalnya, merupakan kesatuan manusia dengan

berbagai macam prasarana, yang memunginkan para warganya untuk

berinteraksi secara intensif, dan dengan frekuensi yang tinggi. Suatu

Negara modern mempunyai suatu jaringan perhubungan udara,

jaringan telekomunikasi, sistem radio dan tv, berbagai macam surat

kabar ditingkat nasional, bahkan internasional. 12

Hampir sama seperti yang disampaikan oleh Ralp Linton,

masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah hidup dan

bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur waktu dan

11

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 143-144 12

Iin Indriani, “Persepsi Masyarakat terhadap Kiai di Pondok Pesantren Ulumul Qur’an

Bojongsari, Kota Depok“ Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. h. 32

Page 24: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

9

menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-

batas yang telah dirumuskan dengan jelas. 13

Masyarakat menurut Mac Iver dan Page mengatakan bahwa

masyarakat merupakan suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara,

dari wewenang serta kerja sama antara berbagai kelompok dan

penggolongan, dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan-

kebebasan manusia. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial

yang bersifat selalu berubah. 14

Pengertian lain muncul dari Auguste Comte yang

mendifinisikan masyarakat sebagai suatu kelompok kelompok

makhluk hidup dengan realitas-realitas baru yang baru yang

berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri dan berkembang

menurut pola perkembangan sendiri. Manusia terikat kelompok

Karen rasa sosial yang serta merta dan kebutuhannya.15

Dari beberapa definisi diatas terdapat kesamaan arti bahwa

masyarakat merupakan suatu hubungan kelompok baik dalam

lingkup kecil seperti hubungan orang tua dan anak, guru dan murid,

atasan dan bawahan maupun lingkup besar seperti sekolah dan

lingkungannya/interaksi yang terjadi antara 2 orang atau lebih yang

prosesnya berjalan cukup lama. Dimana didalamnya terlihat suatu

tata cara, adat istiadat dan hukum disetiap kebiasaan dalam

kehidupannya yang mengatur antara kepentingan individu dan

individu lainnya.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian masyarakat ialah

setiap manusia yang mengelompok atau membuat suatu komunitas dan

memiliki suatu kebudayaan.

13

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 144 14

Basrowi. Pengantar Sosiologi. (Bogor : Galia Indonesia, 2005), h. 40 15

Ibid., h. 42

Page 25: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

10

2. Bentuk-bentuk Masyarakat

a. Masyarakat Tradisional

Adalah masyarakat yang kehidupannya masih banyak dikuasai oleh

adat istiadat lama. Adat istiadat adalah suatu aturan yang sudah

mantap dan mencakup segala konsepsi sistem budaya yang

mengatur tindakan atau perbuatan manusia dalam kehidpan

sosialnya. Jasi, masyarakat tradisional didalam melangsungkan

kehidupannya berdasarkan pada cara-cara atau kebiasaaan-

kebiasaan lama yang masih diwarisi dari nenek moyangnya.

Masyarakat tradisional didup di daerah pedesaan yang secara

geografis terletak di pedalaman yang jauh dari keramaian kota.

Masyarakat ini juga disebut masyarakat pedesaan atau masyarakat

desa.

b. Masyarakat Modern

Adalah yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai

budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban dunia masa

kini. Masyarakat modern relatif bebas dari kekuasaan adat-istiadat

lama. Karena mengalami perubahan dalam perkembangan zaman

deswasa ini. Perubahan-perubahan itu terjadi sebagai akibat

masuknya engaruh kebudayaan dari luar yang membawa kemajuan

terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada

umumnya masyarakat perkotaan atau masyarakat kota.16

C. Bencana

1. Pengertian Bencana

Banyak pengertian atau definisi tentang bencana yang pada

umumnya mereflesikan karakteristik tentang gangguan terhadap pola

hidup manusia, dampak bencana bagi manusia, dampak terhadap

struktur sosial, kerusakan pada aspek sistem pemerintahan, bangunan,

16

Ferinaldi, “Perubahan Sosial Masyarakat Cigugur (analisis perubahan sistem mata

pencaharian masyarakat Cigugur, Cianjur, Jawa Barat)“ Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. h. 24

Page 26: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

11

dan lain-lain serta kebutuhan masyarakat yang diakibatkan oleh

bencana.

Definisi bencana menurut undang-undang adalah peristiwa atau

rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau

faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan

timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta

benda dan dampak psikologis.17

Sementara definisi yang lain dari bencana yang dimuat dalam buku

disaster manajemen tersebut adalah:

‘…Suatu kejadian, yang disebabkan oleh alam atau karena ulah

manusia, terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, sehingga

menyebabkan hilangnya jiwa manusia, harta benda dan kerusakan

lingkungan, kejadian ini terjadi di luar kemampuan masyarakat

dengan segala sumber dayanya”18

2. Jenis-jenis Bencana

Pada umumnya bencana dkelompokkan ke dalam enam kelompok

berikut :

a. Bencana Geologi;

Yang tergolong dalam bencana geologi anatara lain letusan

gunung api, gempa bumi atau tsunami, longsor atau gerakan

tanah.

b. Bencana Hydro-meteorologi;

Antara lain banjir, banjir bandang, badai atau angin topan,

kekeringan, rob atau air laut pasang, kebakaran hutan.

c. Bencana Biologi;

Antara lain epidemic, penyakit tanaman atau hewan.

d. Bencana Kegagalan Teknologi;

17

Undang-undang nomor 24 Tahun 2007; (Tentang Penanggulangan Bencana) 18

Nurjannah dkk, Manajemen Bencana, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 10-11

Page 27: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

12

Antara lain kegagalan atau kecelakaan industri, kecelakaan

transportasi, kesalahan desaign tekhnologi,

e. Bencana Lingkungan;

Degradasi lingkungan antara lain pencemaran, abarasi pantai,

kebakaran (urban fire) kebakaran hutan (forest fire)

f. Bencana Sosial;

Diantaranya seperti konflik sosial atau kerusuhan.

g. Kedaruratan Kompleks;

yang merupakan kombinasi dari situasi bencana pada suatu daerah

konflik,, meskipun jarang terjadi namun dampaknya sangat besar.

Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain konflik sosial,

terorisme atau ledakan bom, dan eksudus (pengungsian atau

berpindah tempat secara besar-besaran).19

3. Pengertian Manajemen Bencana

Manajeman bencana (Disaster Management) adalah ilmu

pengetahuan yang mempelajari bencana beserta segala aspek yang

berkaitan dengan bencana, terutama resiko bencana, dan bagaimana

menghindari risiko bencana. Manajemen bencana merupakan proses

dinamis tentang bekerjanya fungsi-fungsi manajemen yang kita kenal

selama ini misalnya fungsi planning, organizing, actuating, dan

controlling. Cara bekerja manajemen bencana adalah melalui

kegiatan-kegiatan yang ada pada tiap kuadran/siklus/bidang kerja

yaitu pencegahan mitigasi dan kesiapsiagaan, tanggap darurat, serta

pemulihan. Sedangkan tujuannya (secara umum) antara lain untuk

melindungi masyarakat beserta harta bendanya dari (ancaman)

bencana.20

19

Nurjannah dkk, Manajemen Bencana, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 20 20

Nurjannah dkk, Manajemen Bencana, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 42

Page 28: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

13

D. Gunung Api

1. Pengertian Gunung Api

Para ahli sampai saat ini belum mendapatkan kata sepakat

mengenai batasan atau istilah baku tentang definisi gunung api secara

jelas. Namun Ilmu yang mempelajari gunung api biasa dinamakan

vulkanologi. Ada beberapa ahli yang mendefinisikan gunung api

seperti Menurut Koesoemadinata Gunug api adalah “lubang atau

saluran yang menghubungkan suatu wadah berisi bahan yang disebut

magma”21

Jadi gunung api itu selalu berasosiasi dengan Peristiwa yang

berhubungan dengan naiknya magma dari dalam perut bumi. Magma

yang biasa disebut juga campuran batu-batuan dalam keadaan cair, liat

dan panas. Magma adalah cairan atau larutan silikat yang mudah

bergerak. Akivitas magma disebabkan oleh tingginya suhu dan

banyaknya gas yang terkandung didalamnya.

Namun secara umum gunung api dapat didefinisikan sebagai suatu

sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang

memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi

sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi

material yang dikeluarkan pada saat dia meletus.22

Di pertegas lagi oleh salah seorang ahli, Matahelamual menyatakan

bahwa gunung api (Vulkan) adalah suatu bentuk timbulan di muka

bumi, pada umumnya berupa suatu kerucut raksasa, kerucut terpacung,

kubah ataupun bukit yang diakibatkan oleh penerobosan magma ke

permukaan bumi23

.

Jadi tidak semua tempat yang tinggi dinamakan gunung, karena

pengertian gunung harus memenuhi kriteria tinggi dan proses

21

Dedi Hermon, Geografi Bencana Alam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 163 22

http://e-jurnal.com/pengertian-gunung-api, diunggah pada tanggal 8 Oktober 2017, pukul 19.45

WIB 23

Nandi, “geologi Lingkungan” Hand Outs pada Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung,

Jawa Barat 2006

Page 29: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

14

terbentuknya. Begitu pula dengan gunung api. Dari definisi tersebut

juga terlihat bahwa gunung api tidak harus ada di daratan (seperti

halnya pendapat masyarakat awam), tetap juga muncul di dasar laut

(dikenal sebagai submarine vulcano).24

2. Jenis-jenis Gunung Api

Setiap gunung api yang kita jumpai baik yang ada di daratan

maupun yang ada di bawah permukaan laut, semuanya memiliki

potensi untuk mengeluarkan magma yang terkandung di dalamanya,

menurut Ir. Soetoto gunung api bisa dibedakan berdasarkan magma

yang keluar dan bentuk tubuh gunung api yang terjadi, berdasarkan

bentuk lubang erupsinya, berdasarkan atas fase erupsinya, dan

berdasarkan atas tingkat aktivitas, sifat ledakan materi vulkanik dan

komposisi materi vulkaniknya gunung api. Berikut ini penjelasannya;

a. berdasarkan magma yang keluar dan bentuk tubuh gunung api

yang terjadi

1) Shield volcano;

yaitu gunung api yang mengeluarkan magma cair sehingga

terbentuk tubuh gunung api belerang landai (hanya beberapa

derajat). Magma cair yang keluar dari adalah jenis magma

basalt. Bahan-bahan fragmental sedikit. Contoh; gunung api

Maona Loa dan Kilauea di Hawai, gunungapi di Islandia,

Samoa, kepulauan Galapagos dan pulau-pulau samudera lain

yang merupakan bagian atas shield volcano yang besar.

2) Composit volcan;

yaitu gunung api yang mengeluarkan magma kental bersifat

andesitic dan riolitik. Disamping itu gunung api tersebut

mengeluarkan pula bahan-bahan fragmental sehingga terbentuk

tubuh gunung api berlapis-lapis yang juga disebut gunung api

strato (stratovolcano) yang berbentuk kerucut. Kemirngan

lereng kurang lebih 60 –di bgaian kaki dan 30

0 di dekat puncak.

24

Munir, Geologi Lingkungan, (Malang: B ayumedia Publishing, 2003), h. 211

Page 30: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

15

Contoh; gunung-gunung api di Indonesia dan gunung api

daerah benua yang lain.

b. berdasarkan bentuk lubang erupsinya;

1) Gunung api linear

Yaitu gunung api yang mempunyai lubang erupsi berbentuk

garis atau celah lurus

2) Gunung api sentral

Yaitu gunung api yang mempunyai lubang erupsi berbentuk

bundaran atau lingkaran.

c. berdasarkan atas fase erupsinya;

1) Gunung api aktif, yaitu gunung api yang secara konstan

melakukan kegiatan erupsi

2) Gunung api tidur (dormant volcano), yaitu gunung api yang

tidak aktif untuk periode waktu yang lama

3) Gunung api mati (extinct volcano), yaitu gunung api yang

sudah tidak aktif lagi.

4) Gunung api desdruktif (desdructive volcano), yaitu gunung api

yang sudah mati dan sudah mengalami proses penghancuran

erosi.

d. berdasarkan atas tingkat aktivitas, sifat ledakan materi vulkanik

dan komposisi materi vulkaniknya gunung api;

1) Gunung api tipe Hawai, tidak ada ledakan, lava cair bersifat

basa meleleh membentuk lereng landau.

2) Gunung api tipe Stromboli, nama ini diambil dari nama gunung

api Stromboli di dekat Sisilia; ledakan ringan secara teratur

dengan interval pendek. Materi yang keluar yaitu lava merah

panas pijar dna bongkah-bongkah scoria.

3) Gunung tipe Vulkano (Volcanian type), nama gunung ini

diambil dari nama gunung api yang Vulkano di Kepulauan

Lipari, ledakan ringan secara teratur dengan interval pendek.

Page 31: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

16

Materi yang keluar yaitu lava merah panas pijar dan bongkah-

bongkah.

4) Gunung tipe Vesuvius, nama gunung ini diambil dari nama

gunung api vesuvius di Italia dekat dengan Naples; ledakan

kuat secara tiba-tiba setelah masa tenang agak lama, lava kelaur

bersama dengan banyak gas yang telah tertahan lama dan

banyak dalam dapur magma.

5) Gunung api tipe Krakatau, ledakan dangat dahsyat, sampai

menghancurkan gunung api tersebut. Walaupun debu vulkanik

sangat banyak keluar tetapi tidak ada lava yang keluar.

6) Gunung api tipe Pelee, nama gunung ini diambil dari nama

gunung api di Pelee di Martinique; ledakan berupa gas pijar

atau gelap dan debu (nuees ardentes) yang tidak dapat

terhambur ke atas karena tersumbat kubah lava, materi

vulkanik ini kelaur secara lateral melalui retakan-retakan pada

tubuh gunung api tersebut. 25

3. Sebaran Gunung Api di Indonesia

Jumlah gunung api baik yang aktif maupun yang tidak aktif banyak

tersebar di dunia, terutama di Indonesia, hampir seluruh daratan atau

pulau di Indonesia ada satu atau lebih gunung yang menempatinya,

gunung api di Indonesia dibedakan menjadi lima, yaitu :

a. Gunung api kumpulan sunda;

Memanjang dari ujung Sumatera Utara melalui Jawa, Bali,

Sumbawa, Flores sampai Alor. Dalam kumpulan ini terdapat krang

lebih 300 buah gunung api yang masih aktif atau yang sedang

padam. Kelompok gunung api ini biasanya terdapat bertumpuk-

tumpuk, misalnya gunung api di Priangan, Flores, dan sekitar

danau Toba. Gunung api yang berdiri sendiri atau gunung api

soliter juga ada, misalnya Gunung api Gede di Cianjur, Jawa Barat.

25

Soetoto, Geologi Dasar, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013), h. 114-120

Page 32: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

17

Gunung api yang telah padam misalnya gunung Muria di pantai

utara Jawa Tengah.

b. Gunung api kumpulan banda;

Muncul dari dasar laut cekungan Banda yang sangat dalam. Secara

keseluruhan tingginya dari dasar laut hingga 5.000 meter, tetapi

yang muncul di atas muka laut tidak lebih dari 1.000 meter. Contoh

gunung api yang terkenal adalah gunung api laut Emperor di Laut

Cina.

c. Gunung api kumpulan Minahasa dan Sangihe;

Merupakan gunug api yang sangat aktif dan dapat di ikuti ke arah

utara sampai Mindanao. Contoh gunung api yang masuk kelompok

ini adalah gunung api Soputan dan Lokon.

d. Gunung api kumpulan Halmahera;

Terdapat di bagian tengah daerah Halmahera antara makian dan

Tobello. Di bagian lain daerah ini tidak terdapat aktivitas vulkanik

sejak zaman Neogen Tua. Dalam kelompok ini gunung api yang

terkenal adalah gunung api Tidore dan Maitara. Gunung api di

Halmahera jelas terletak pada satu garis lurus yang menunjukan

daerah lemah dan patahan geologi dalam kerak bumi.

e. Gunung api kumpulan Sulawesi Selatan dan Bonthain

Terhitung suatu kompleks yang besar, akan tetapi sekarang tidak

aktif lagi.26

4. Karakteristik Bentuk Lahan Gunung Api Strato di Indonesia

Erupsi sentral adalah yang dominan diantara gunung api strato,

meskipun gunung api yagn berkerucut tunggal sangat jarang. Menurut

Kemmerling, 1915, kebanyakan gunung api strato mempunyai dua

kerucut, sebagai akibat dari pergeseran sedikit dari pusat aktivitasnya.

Gunung api Merapi di Jawa Tengah sebagai contohnya, beberapa

gunung api strato lainnya menunjukkan karakteristik celah yang jelas,

26

Sukandarrumidi, Bencana alam dan Bencana Anthropogene, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,

2010), h. 67-68

Page 33: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

18

seperti Gamkonora di Halmahera, erupsi areal yang benar tidak ada,

meskipun aktivitas vulkanik tersebut menyebar di sekitar Gunung

Lamongan, Jawa Timur, mungkin sebagai atribut areal atau aktivitas

magmatic poly-orificic. Dua faktor yang berperan dalam

perkembangan lereng pada gunung api strato di Indonesia, yaitu

dominasi abu dan material klastik lainnya, di sebagian besar di

Indonesia tingginya curah hujan dan hujan lebat tropis. Sebagai

konsekuensinya, lereng fluvio-vulkanik yang terbentuk oleh aliran

lahar meluas. Kenampakan tersebut sering dijumpai dalam beberapa

tingkat, masing-masing menunjukan fase yang spesifik dan periode

perkembangan dari .gunung api 27

5. Jenis Erupsi Gunung Api

Erupsi yakni proses keluarnya magma ke permukaan bumi karena

tekanan dari dalam, melalui retakan atau lubang kepundan. Menurut

sifart keluarnya magma ada yang bersifat letusan (explosive) dan

lelehan (effusive) :

a. Erupsi explosive;

Adalah keadaan dimana gunung api meletus melontarkan bahan

hamburan dari dalam bumi ke permukaan bumi, bahan hamburan

yang dilontarkan itu dalam bentuk :

1) Endapan Hidroklastik;

Endapan hidroklastik adalah bahan hamburan dari letusan

freatik gunung api yang dihasilkan oleh letusan non magmatik.

Kata hydro disini mencerminkan bahwa letusan berasal dari

uap air bertekanan tinggi sebagai hasil pemanasan air tanah

oleh magma di dalam bumi. Ini merupakan variasi dari

prioklastika yang terbentuk oleh letusan uap air.

2) Endapan / batuan prioklastika;

27

Herman Th. Verstappen,Garis Besar Geomorfologi Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 2014), h. 75-76

Page 34: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

19

Bahan hamburan yang langsung berasal dari magma (Primay

magmatic materilas) disebut piroklas, onggokan piroklas

disebut endapan piroklastika dan setelah mengalami litifikasi

menjadi batuan piroklastika istilah piroklast berasal dari kata

pyro (bahasa Yunani) yang berarti api dan Clast yang berarti

bahan hamburan, butiran, fragmen, kepingan atau pecahan.

Oleh sebab itu piroklas adalah fragmen fijar atau butiran yang

mengeluarkan api (membara) pada saat dilontarkan dari dalam

bumi ke permukaan melalui kawah gunung api. Terbentuknya

api tersebut dikarenakan magma yang mempunyai temperatur

tinggi (900 – 1.2000 C) tiba –tiba dilontarkan ke permukaan

bumi dimana temperature rata-ratanya kurang dari 350

C.

b. Erupsi Effusive

Merupakan erupsi Effusive merupakan erupsi gunung api yang

menghasilkan bahan secara meleleh. Dalam arti yang

sempit/langsung kata ‘meleleh’ hanyalah memberikan kesan

keluarnya magma ke permukaan bumi kemudian mengalir

mengikuti bentang alam cekungan yang ada. Apabila berdsarkan

pengertian ini maka maka hanya aliran lava yang terpat sebagai

hasil erupsi efusiva. Namun demikian pada kenyataannya hasil

kegiatan gunung api nono eksplosif bukan hanya aliran lava dan

dalam beberapa hal produk-produk kegiatan itu saling berkaitan, da

juga lava mancur dan percikan lava pijar, lelehan lava di

permukaan hingga magma yang membentuk inrusi dangkal di

dalam tubuh gunung api.28

6. Tanda-tanda Awal Eksplosif Gunung Api

Masyarakat yang tinggal di lereng gunung api, yang sebetulnya

merupakan daerah rawan bencana, datang dengan keinginan sendiri,

berladang, berkelompok membentuk kampung dan desa. Akan tetapi,

28

Ferad Puturuhu, Mitigasi Bencana dan Penginderaan Jauh, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), h.

88-89 dan 96

Page 35: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

20

apabila gunung api meletus, maka itulah yang harus dibantu dan

diselamatkan oleh pemerintah.

Sebelum melakukan kegiatan eksplosif yang oleh masyarakat

setempat dikenal dengan istilah meletus, gunung api akan

menampakan kalainan tingkah laku, yang oleh masyarakat dipandang

sebagai isyarat bahwa mereka harus bersiap-siap menyelamatkan diri.

Isyarat tersebut antara lain sebagai berikut;

a. Sering terjadi gempa vulkanik, mulai dari gempa skala kecil

hingga skala besar. Makin sering dan makin besar gempa vulkanik

berlangsung, makin dekat waktu eksplosif akan terjadi. Peranan

petugas pos pengamat gunung api menjadi sangat penting dan

menentukan bilamana evakuasi harus dilakukan.

b. Sering timbul suara gemuruh yang dirasakan oleh masyarakat

yang tinggal di dekat daerah kepundan, sebagai akibat,

bergolaknya magma yang mencari jalan untuk keluar. Makin

sering dan makin kuat suara gemuruh tersebut, mencirikan

eksplosif akan segera terjadi.

c. Timbulnya awan panas mengakibatkan suhu di sekitar lereng

gunung api meningkat. Akbibatnya, binatang liar mulai tidak

tahan dan lari ke bawah, burung-burung berimigrasi

meninggalkan tempat yang berbahaya.

d. Timbul bau belerang yang sangat menyengat, bau tersebut akan

menyebar sesuai dengan arah tiupan angina.

e. Beberapa mata aiar di bagian lereng atas mulai mongering atau

debit airnya turun.

f. Diatas puncak gunung api sering terjadi kilatan-kilatan bunga api,

kilatan ini akan sangat mudah terlihat jelas [ada malam hari.

g. Terjadi aliran lava pijar. Aliran lava ini akan terlihat jelas pada

malam hari, melalui alur-alur. Lava pijar ini mampu membakar

Page 36: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

21

apa saja yang diterjang, namun sangat indah apabila dilihat dari

kejauhan.29

Dari penjelasan di atas, ada juga penjelasan masyarakat Jawa

Tengah yang mepercayai kalau turunnya binatang dari lereng

puncak gunung api yang masih aktif, ke daerah dataran rendah

merupakan suatu petunjuk telah terjadi “ketidak nyamanan” di

lereng puncak gunung api, kejadian ini dipercaya oleh masyarakat

setempat sebagai tanda-tanda alam, sebagai penanda peringatan

kemungkinan gunung api akan meletus.30

Ada juga slogan yang sering terdengar masyarakat sekitar gunung

Merapi di Jawa Tengah, “Kalau Merapi Berulah, Kenali Cara Lari”,

demikian seruan yang selalu disampaikan oleh para petugas gunung

api kepada masyarakat sekitar.31

7. Bahaya Letusan Gunung Api

Indonesia merupakan Negara yang kaya akan gunung api, hampir

seluruh pulau di Indonesia banyak di temui gunung api baik yang aktif

maupun yang tidak aktif. keadaan ini juga menjadikan tanah yang ada

di Indonesia sebagian besar termasuk pada jenis tanah vulkanik, tanah

ini merupakan tanah yang kaya akan unsur hara yang cocok bagi

tumbuhan jenis ini tentunya menguntungkan bagi para petani

khususnya. makanya tidak salah jika musisi terkenal seperti Koes

Ploes pernah menuliskan dalam lirik lagunya “…tongkat dan kayu jadi

tanaman” mungkin ini penggaambaran betapa suburnya negeri ini.

Karena banyak gunung api yang menempati di sebagian pulau

Indonesia, keadaan seperti ini disamping banyak keuntungan dalam hal

kesuburan tanahnya, keadaan ini juga menjadi ancaman bagi para

29

Sukandarrumidi, Bencana alam dan Bencana Anthropogene, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,

2010), h. 71-73 30

Sukandarrumidi, Geologi Medis; Pengantar Pemanfaatan Sumber Daya Alam Geologi dalam

Usaha Menuju Hidup Sehat, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006), h. 160 31

Sukandarrumidi, Geologi Medis; Pengantar Pemanfaatan Sumber Daya Alam Geologi dalam

Usaha Menuju Hidup Sehat, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006), h. 165

Page 37: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

22

penghuninya. Diantara jenis bahaya gunung api yang paling pasti

adalah bahaya erupsi gunung api.

Bahaya yang mungkin timbul dapat merupakan bahaya

primer atau bahaya sekunder. Bahaya tersebut berasal dari hal-hal

berikut:

a. Awan panas;

Daerah yang dilewati aliran awan panas merupakan daerah yang

menderita paling parah. Arah mengalirnya awan panas

dipengaruhi oleh bentuk kawah/kepundan. Awan panas yang

dikeluarkan oleh gunung Merapi pada tahun 1994 telah

menghancurkan desa Turgo di lereng Merapi bagian selatan.

Puluhan rumah terbakar. (peristiwa; pada saat itu akan

berlangsung acara pernikahan. Sepasang pengantin, keluarga, dan

rumah ikut hangus terbakar)

b. Kebakaran Hutan;

Biasanya terjadi di sepanjang alur sungai yang di lalui oleh awan

panas. Tanaman kayu mongering sedangkan semak-semak dan

rerumputan terbakar, namun dalam waktu singkat akan segera

tumbuh kembali.

c. Eksplosif (letusan);

Yang memnuntahkan material vulkanik dari ukuran bom hingga

debu, bangunan rumah terutama atap tidak mampu menahan

timbunan material vulkanik ini, hingga akhirnya roboh. Tanaman

akan tertutup, terpanggang oleh panas material vulkanik, dan

akhirnya mati. Apabila tanaman tersebut merupakan tanaman

perkebunan atau tanaman semusim, tentunya petani akan

mengalami kerugian.

d. Banjir lahar dingin;

Akan melewati sungai yang berhulu di puncak biasanya hal ini

terjadi pada musim hujan dan membanjiri daerah hilir,

memperdalam alur sungai, serta menimbulkan longsoran tebing.

Page 38: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

23

e. Keluar dan menyebarnya uap belerang;

Arah aliran uap belerang tergantung pada arah angin, uap belerang

dapat menyebabkan sesak napas dan apabila berkelanjutan dapat

mengakibatkan keracunan pada paru-paru, yang mengakibatkan

kematian.

f. Longosoran kubah lava;

Ini terjadi setelah gunung api mengeluarkan material vulkanik dan

membentuk kubah lava, seperti yang terjadi di gunung Merapi

pada saat mengeluarkan awan panas pada September 2007,

bahaya selanjutnya adalah longsoran kubah lava yang belum stabil

dan bersama air hujan akan akan mengalir turun hingga banjir

lahar. Berdasrakan pengalaman, banjir lahar turun setiap kali

turun hujan dengan intensitas hujan yang cukup tinggi, dengan

curah hujan lebih dari 40 mm selama dua jam berturut-turut.

Apabila tidak ada anomali pada alur sungai yang berujung di

puncak gunung, aliran lahar itu tetap mengalir mengikuti alur

sungai sehingga tidak akan menimbulkan bencana akibat

meluapnya lahar ke permukiman.

g. Kesulitan mendapatkan air bersih;

Masyarakat disekitar gunung api umumnya kesulitan

mendapatkan air bersih, karena mata air banyak yang hilang

akibat terkena longsoran.32

8. Jenis Bahaya Letusan Gunung Api

Mekanisme perusakan perusakan bahaya letusan gunung api di

bagi menjadi dua berdasarkan waktu kejadiannya, yaitu:

a. Bahaya Utama (Primer)

Bahaya utama (sering juga disebut bahaya langsung) letusan

gunung api adalah bahaya yang langsung terjadi ketika proses

32

Sukandarrumidi, Bencana alam dan Bencana Anthropogene, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,

2010), h. 73-75

Page 39: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

24

peletusan sedang berlangsung. Jenis bahaya ini adalah sebagai

berikut;

1) Awan Panas (Piroclastic Flow)

Awan panas adalah campuran material letusan antara gas dan

bebatuan (segala ukuran) terdorong ke bawah akibat

densitasnya yang tinggi dan merupakan akibat adonan yang

jenuh, menggulung secara turbulensi bagaikan gulungan awan

yang menyusuri lereng. Selain suhunya sangat tiggi (antara

300-7000 C) kecepatan luncurannya pun sangat tinggi, > 70

Km per jam (tergantung kemirignan lereng).

2) Lontaran Batu Pijar (Pijar)

Lontaran material (pijar) terjadi ketika letusan (magmatik)

berlangsung. Jauhnya lontaran sangat bergantung dari

besarnya energi letusan, bisa mencapai ratusan meter jauhnya.

Selain suhunya tinggi (>2000

C), ukurannya pun besar (garis

tengah >10 cm), sehingga dapat membakar sekaligus melukai,

bahkan mematikan mahluk hidup, yang lazim disebut sebagai

“Bom Vulkanik”

3) Hujan Abu Lebat

Hujan abu lebat terjadi ketika letusan gunung api sedang

berlangsung. Material yang berukuran halus (abu dan pasir

halus) diterbangkan angin dan jatuh sebagai hujan abu,

arahnya tergantung arah angin, karena ukurannya halus, maka

berbahaya bagi pernafasan, mata, dapat mencemari air tanah,

merusak terumbuhan (terutama daun), kosorif pada atap seng

dan pesawat terbang (terutama yang bermesin jet) karena

mengandung unsur-unsur kimia yang bersifat asam.

4) Leleran Lava (Lava Flow)

Lava adalah magma yang mencapai permukaan, sifatnya

liquid (cairan kental) dan bersuhu tinggi, antara 700-12000

C.

karena cair, maka lava umumnya mengalir mengikuti lereng

Page 40: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

25

atau lembah dan membakar apa saja yang dilalauinya menjadi

ladang batu.

5) Gas beracun

Gas racun yang muncul dari gunung api tidak selalu di dahului

oleh letusan, akan tetapi dapat keluar dengan sendirinya

melalui celah bebatuan yang ada, meskipun kerap kali diawali

oleh letusan gas utama yang biasa muncul dari celah bebatuan

gunung api adalah CO2, H2S, HCI, SO2 dan CO. yang paling

kerap dan sering menjadi penyebab kematian adalah CO2. Sifat

gas jenis ini lebih berat dari udara sehingga cenderung

menyelinap di dasar lembah atau cekungan terutama bila

malam hari, cuaca kabut atau tidak berangin, karena dalam

suasana tersebut konsentrasinya akan bertambah besar.

Sebagai contoh gunung Tangkubanparahu, Gunung Dieng,

Gunung Gede, dan Gunung Papandayan, terkenal memiliki

karakteristik letusan gas dan sering menelan korban karena

keberadaan gas yang dikandungnya dan dikenal dengan

lembah maut.

b. Bahaya Ikutan (Sekunder)

Bahaya ikutan lettusan gunung api adalah bahaya terjadi setelah

proses peletusan berlangsung. Apabila suatu gunung api meletus

akan terjadi penumpukan material dalam berbagai ukuran di

puncak dan lereng bagian atas. Pada saat musim hujan tiba

sebagian material tersebut akan terbawa oleh air hujan dan tercipta

adonan lumpur yang turun ke lembah sebagai banjir lahar

dingin.33

33

Ferad Puturuhu, Mitigasi Bencana dan Penginderaan Jauh, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), h.

124

Page 41: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

26

E. Hasil Penilitian yang Relevan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap penelitian-peneltitan yang

sudah ada, peneltitan yang berkaitan dengan penelitian yang penyusun

lakukan ada beberapa yang sejalur dengan tema dari penelitian yang telah

dilakukan oleh penyusun, diantaranya:

Tabel 2.1

Tabel hasil penelitian yang relevan

No Judul

Hasil Persamaan Perbedaan Peneliti

1

Tanggap Darurat Bencana

Studi Kasus : Tanggap

Darurat Bencana Gunung

Api Merapi Kabupaten

Sleman tahun 2010 (Fitra

Haris)

bagaimana

implementasi

tanggap

darurat

bencana

gunung api

Merapi tahun

2010 di

Kabupaten

Sleman.

1. sama-

sama

meniliti

tentang

bencana

gunung

api

2. sama-

sama

meniliti

mitigasi

bencana

gunung

berapi

1. Lokasi

penilitian

berbeda

2. Lingkup

objek

sasaran

penelitian

kesiapsiagaa

n lebih luas

Page 42: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

27

2

Analisis

Kesiapsiagaan

Masyarakat dan

Pemerintah

dalam

Menghadapi

Erupsi Gunung

Api Kelud

Tahun 2014

(Puspita Indra

Wardhani,

dkk)

1. Bagaimana

keselarasan

pemerintah dan

masyarakat dalam

menghadapi

bencana.

2. Mengetahui

lembaga

pemerintah yang

kinerjanya kurang

optimal terkait

kebencanaan,

seperti SATLAK

PBP, Sebagai

posko pusat yang

menangani segala

kebutuhan,

lembaga khusus

yang menangani

bencana yang

dinilai kurang

perihal

kinerjanya.

Penanganan

banyak dibantu

oleh pihak TNI

dan POLRI

1. Memiliki

persamaan

dalam mencari

tahu

kesiapsiagaan

dalam suatu

masyarakat.

2. sama-sama

mengkaji

letusan

gunung api

1. Tidak

melibatkan

lembaga

pemerintah

terkait

kebencanaan

dalam penelitian

ini.

2. Lingkup objek

sasaran

penelitian

kesiapsiagaan

lebih luas.

Page 43: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

28

F. KERANGKA BERFIKIR

Kerangka berpikir adalah argumentasi-argumentasi logis, easional,

dan kritis mengenai hubungan atau keterkaitan antar variable penelitian

yang disusun peneliti bedasarkan hasil komparasi, analisisis dan sintesisi

teori 34

Kerangka berfikir ini menggambarkan bagan yang menjadi suatu

fondasi dalam penilitian ini. Bagaimana ketika bencana gunung meletus

terjadi dan menimpa masyarakat di sekitar dan bagaimana kesiapsiagaan

masyarakat dalam menghadipanya dan apakah tingkat kesadaran

masyarakat itu sendiri ada atau tidak

Pada setiap jenis penelitian, selalu menggunakan kerangka berfikir

sebagai alur dalam menentukan arah penelitian, hal ini untuk menghindari

terjadinya perluasan pembahasan yang menjadikan penelitian tidak

terarah/ terfokus. Pada penelitian ini maka peneliti menyajikan kerangka

pikir sebagai berikut :

34

Pedoman Penulisan Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta:FITK,2014), h.58.

BENCANA GUNUNG

MELETUS

MASYARAKAT

SIAP ATAU TIDAKNYA MASYARAKAT

KESIAPSIAGAAN

EVALUASI

Page 44: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penilitian

Penelitian dilakukan di wilayah administrasi Desa Galudra, Kecamatan

Cugenang, Kabupaten Cianjur . Luas wilayah Desa Galudra adalah 4.08 km.

Secara astronomis Desa Galudra terletak pada 06◦35’41.7” LU 106

◦46’ 07.0”

BT. Adapun lokasi penilitian seperti terlihat pada gambar 3.1

Gambar 3.1

B. Metode Penelitian

Metode penelitian berisi jenis penelitian yang digunakan peneliti untuk

memecahkan masalah penelitian. Penelitian ini menggunakan metode survei.

Menurut Sofian “Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel

LOKASI PENILITIAN

Page 45: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

30

dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data

pokok”35

C. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Seperangkat perangkat keras (Hardware) berupa laptop

b. Perangkat lunak computer (software) berupa aplikasi yang

digunakan untuk pengolahan data, antara lain:

1. Microsoft Word untuk penulisan laporan

2. ArcView 3.3 untuk digitasi peta

3. Printer untuk mencetak hasil penelitian

2. Bahan

a. Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat baik yang

dilakukan melalui wawancara, observai dan alat lainnya merupakan data

primer. Data primer diperolehnya sendiri secara mentah-mentah dari

masyarakat dan masih memerlukan analisa lebih lanjut. Data yang

diperoleh dari responden masih sangat polos, tidak menutup-nutupi atau

mengganti dengan jalan pikirannya, diceritakan sesuai yang ia dapat atau

ia lihat sendiri sesuai dengan keadaan senyatanya merupakan data

murni.36

Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai

merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui

catatan tulisan atau melalui perekaman video/audio tapes, pengambilan

foto atau film. Pencatatan data utama melalui wawancara atau

35 Sofian Efendi dan Tukiran, Metode Penelitian Survei, (Jakarta; LP3ES, 2012), Cet. Ke-

XXX, h.3 36

Ibid., h. 79

Page 46: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

31

pengamatan berperanserta merupakan hasil usaha gabungan dari

kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya.37

Sumber data primer

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari atau berasal dari kepustakaan disebut

sebagai data sekunder. Data ini digunakan untuk melengkapi data

primer, mengingat bahwa data primer dapat dikatakan sebagai data

praktek yang sacara langsung dalam praktek yang ada secara

langsung dalam praktek di lapangan atau ada di lapangan karena

penerapan suatu teori.38

Data sekunder yang digunakan adalah:

1) Data jumlah penduduk Desa Galudra, Kecamatan Cugenang,

Kabupaten Cianjur

2) Studi kepustakaan yang dapat diperoleh dari literatur yang

relevan dan berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti

seperti artikel, surat kabar, buku, makalah, skripsi, tesis dan

sumber bacaan lain

3) Studi dokumentasi dari media gambar, peta dan dokumen-

dokumen dari dinas terkait mitigasi bencana.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek

yang memunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda

alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada

obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat

yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu39

. Sebelum penelitian

dilaksanakan, terlebih dahulu harus ditentukan populasi penelitian.

37

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2013), h.306 38

Ibid., h.308 39

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 117.

Page 47: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

32

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga di Desa Galudra,

Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur

2. Sampel

Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti

tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya

karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat

menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. apa yang

dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan

untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus

betul-betul representatif (mewakili)40

.

Dilihat dari prinsip pengambilan sampel, jumlah populasi tersebut

akan diambil sampelnya dengan merujuk pada pendapat Suharsimi

Arikunto yaitu: “apabila obyeknya kurang dari 100 orang, lebih baik

diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian

populasi. Sebaliknya, apabila obyeknya lebih besar dapat diambil

10%-15% atau 20% atau lebih41

.

E. Tahapan Penelitian

Tahap-Tahap Penelitian Tahap-tahap penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap

yaitu :

1. Menentukan masalah penelitian, dalam tahap ini peneliti mengadakan

studi pendahuluan.

2. Pengumpulan data, pada tahap ini peneliti mulai dengan menentukan

sumber data, yaitu buku-buku yang berkaitan dengan kesiapsiagaan

bencana, mitigasi bencana dan tentang gunung api. Pada tahap ini

diakhiri dengan pengumpulan data dengan menggunakan metode

observasi, wawancara dan dokumentasi.

40

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 118. 41

Suharsimi Arikunto , Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Rineka Cipta,

2013, Cet. Ke-15), h. 173.

Page 48: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

33

3. Analisis dan penyajian data, yaitu menganalisis data dan akhirnya

ditarik suatu kesimpulan

F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis

melakukan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu :

1. Kuesioner (Angket)

Kuesioner meliputi berbagai instrument di mana subjek

menanggapi untuk menulis pertanyaan untuk mendapatkan reaksi,

kepercayaan dan sikap. Peneliti memilih atau membangun perangkat

pertanyaan yang tepat dan meminta kepada subjek untuk

menjawabnya, biasanya dalam suatu form yang meminta subjek

untuk mengecek responden ( misalnya: ya, tidak, mungkin)42

. Teknik

ini untuk mengumpulkan data melalui komunikasi secara tidak

langsung, dalam hal ini sampel penelitian yaitu sebagian warga Desa

Galudra, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur. Kuisioner ini

akan disebarkan pada warga Desa Galudra yang berjumlah ….

Kepala Keluarga, untuk menggali data tentang pengetahuan dan

sikap , rencana tanggap darurat, sistem peringatan bencana dan

mobilisasi sosial dalam menghadapi bencana letusan gunung api.

Adapun kisi-kisi angket seperti terlihat pada Tabel 3.1, menjelaskan

tentang indikator, nomor soal dan jumlah butir soal.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Angket

No. Indikator Nomor Soal Jumlah

Soal

1. Pengetahuan dan Sikap 1,2,3,4,5,6 6

2. Rencana tanggap darurat 7,8,9,10,11,12 6

3. Sistem peringatan bencana 13,14,15,16,17,18 6

42

Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian:Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan, (Bandung:

PT Refika Aditama, 2012), h. 97.

Page 49: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

34

4. Mobilisasi sosial 19,20,21,22,23,24 6

2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang

harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih mendalam dan jumlah repondennya sedikit/kecil43

.

Adapun informan yang akan diwawancarai dalam penelitian ini antara lain

kepala desa dan tokoh masyarakat serta masyarakat asli Desa Galudra,

Kabupaten Cianjur, untuk menggali tentang kesiapsiagaan masyarakat dalam

menghadapi bencana letusan gunung api dan peran pemerintah setempat

dalam melakukan tindakan saat bencana letusan gunung api terjadi.

Adapun tabel pedoman wawancara seperti terlihat pada Tabel 3.2,

menjelaskan tentang indikator, nomor soal dan jumlah soal.

Tabel 3.2

Pedoman Wawancara

No. Indikator Nomor Soal Jumlah Soal

1. Pengetahuan dan Sikap 1 1

2. Rencana Tanggap Darurat 2 1

3. Sistem Peringatan Bencana 3 1

4. Sistem Peringatan Bencana 4 1

5. Mobilisasi Sosial 5 1

3. Studi Dokumen

Studi dokumen dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data yang

berkaitan dengan situasi sosial warga Desa Galudra, Kecamatan Cugenang,

Kabupaten Cianjur. Kemudian yang dapat dijadikan data dokumentasi yaitu

berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental seseorang atau

43

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 194.

Page 50: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

35

masyarakat sekitar, serta sebagai data pendukung dari data observasi dan

wawancara44

.

Dan yang terakhir tabel studi dokumen seperti terlihat pada Tabel 3.3,

menjelaskan tentang dokumen yang dibutuhkan dan sumber dokumen lainnya

yang mendukung.

Tabel 3.3

Data yang Dibutuhkan

No. Dokumen yang Dibutuhkan Sumber

1. Data Monografi Desa Galudra,

Kabupaten Cianjur

Kantor Desa Galudra,

Kabupaten Cianjur

2. Data penduduk Desa Galudra, Kabupaten

Cianjur

Kepala Desa Galudra,

Kabupaten Cianjur

G. Langkah-langkah Pengolahan Data dan Analisis Data

Sesuai teknik pengolahan data, mencakup dua karakteristik yaitu data

kuantitatif dan kualitatif. Untuk mengelola data dengan metode kuantitatif dalam

penulisan ini, penulis melakukan langkah sebagai berikut:

1. Editing yaitu memeriksa kembali jawaban daftar pertanyaan yang diserahkan

oleh responden. Kemudian angket tersebut diperiksa satu persatu, tujuannya

untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada pada daftar pertanyaan

yang telah diselesaikan. Jika ada jawaban yang diragukan atau tidak dijawab,

maka penulis menghubungi responden yang bersangkutan untuk

menyempurnakan jawabannya.

2. Scoring yaitu merupakan tahap pemberian skor terhadap butir-butir

pertanyaan yang terdapat dalam angket. Dalam setiap pertanyaan dalam

angket terdapat 2 butir jawaban yaitu: ada dan tidak ada yang harus dipilih

oleh responden.

44

Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&d, (Bandung:

Alfabeta, 2012, h 329.

Page 51: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

36

3. Tabulating yaitu setelah diketahui setiap indikatornya, maka seluruh data

tersebut ditabulasikan dalam bentuk tabel untuk kemudian diketahui

perhitungannya45

.

Adapun dari data wawancara dan dokumentasi merupakan data kualitatif yang

berguna untuk melengkapi data kuantitatif yang akan digunakan sebagai

pendukung.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan

pendekatan kuantitatif. Penelitian ini bertujuan memaparkan data hasil

pengamatan tanpa diadakan pengujian hipotesis. Data yang terkumpul ditata

dalam tabel frekuensi. Tabel tersebut akan menghasilkan gambaran secara

deskriptif mengenai kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana letusan

gunung api.

Gambaran tentang kesiapsiagaan diperoleh dari pemberian asumsi nilai

skoring kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana bencana letusan

gunung api yang dibagi menjadi parameter kesiapsiagaan yaitu, sangat siap, siap,

kurang siap, tidak siap, dan sangat siap.

Nilai skor tersebut diperoleh dari pemberian asumsi skor pada setiap

jawaban instrument. Kemudian dari nilai skor dicari nilai terendah dan

tertingginya. Apabila nilai sudah diketahui nilai terendah dan tertinggi maka akan

digunakan dalam mencari interval skor untuk pemberian nilai pada setiap

kategori. Untuk menganalisis tingkat kesiapsiagaan digunakan rumus sebagai

berikut:

Keterangan : i = lebar interval

R = nilai tertinggi dikurangi nilai terenda

45

Mardialis Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES,

1989), H.137.

i =

Page 52: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

37

Asumsi nilai skor kesiapsiagaan terhadap bencana letusan gunung api dapat

dilihat pada Tabel 3.4

Tabel 3.4

Nilai Skor Kesiapsiagaan terhadap Bencana Letusan Gunung Api

No. Variabel Indikator Alternatif Jawaban Skor

1. Pengorganisasian,

penyuluhan,pelatih

an, dan gladi

tentang

mekanisme

tanggap darurat

Pengetahuan tentang

bencana

a. Mengetahui

b. Tidak mengetahui

1

0

Pengetahuan tentang

bencana letusan

gunung api

a. Mengetahui

b. Tidak mengetahui

1

0

Pengetahuan tentang

penyebab letusan

gunung api

a. Mengetahui

b. Tidak mengetahui

1

0

Tanda-tanda akan

terjadi letusan gunung

api

a. Mengetahui

b. Tidak mengetahui

1

0

Pengetahuan tentang

dampak letusan

gunung api

a. Mengetahui

b. Tidak mengetahui

1

0

Sikap saat terjadi

letusan gunung api

a. Mengungsi

b. Tetap tinggal

dirumah

1

0

2. Penyediaan dan

penyiapan bhan

barang dan

peralatan untuk

pemenuhan

pemulihan

prasarana dan

sarana

Rencana evakuasi a. Ada rencana

evakuasi

b. Tidak ada rencana

1

0

Alat transportasi

untuk keadaan darurat

a. Ada alat

transportasi untuk

keadaan darurat

b. Tidak ada alat

transportasi untuk

keadaan darurat

1

0

Kerabat/keluarga yang

menyediakan tempat

pengungsian

sementara

a. Ada

kerabat/keluarga

yang

menyediakan

tempat

pengungsian

b. Tidak Ada

kerabat/keluarga

yang

1

0

Page 53: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

38

menyediakan

tempat

pengungsian

Perlengkapan

evakuasi dan barang-

barang

a. Ada perlengkapan

evakuasi

b. Tidak ada

perlengkapan

evakuasi

1

0

Obat-obatan untuk

pertolongan pertama

a. Ada obat-obatan

b. Tidak ada obat-

obatan

1

0

Pembagian tugas

dalam tindakan

penyelamatan

a. Ada pembagian

tugas

b. Tidak ada

pembagian tugas

1

0

3.

Pengorganisasian,

pemasangan, dan

pengujian sistem

peringantan dini.

Sistem peringatan

berbasis kesepakatan

lokal

a. Ada peringatan

b. Tidak ada

Peringatan

1

0

Alat penanda

peringatan bencana

letusan gunung api

a. ada (sebutkan)

b. tidak ada

1

0

Sistem peringatan dari

informasi resmi

a. Ada sistem

peringatan dari

informasi resmi

b. tidak ada

peringatan dari

informasi resmi

1

0

Sistem peringatan

berbasis teknologi

a. Ada

b. Tidak ada

1

0

Simulasi atau latihan

evakuasi

a. Pernah mengikuti

b. Tidak perna

mengikuti

1

0

Jumlah keikutsertaan

dalam pelatihan

kebencanaan

a. 1 atau lebih dari 1

kali

b. Belum pernah

1

0

Anggota keluarga

yang pernah

mengikuti

seminar/pertemuan/

workshop/pelatihan

a. Ada anggota

keluarga yang

mengikuti

b. Tidak ada

anggota keluarga

1

0

Page 54: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

39

mengenai

kesiapsiagaan bencana

yang mengikuti

4. Penyusunan data

akurat, informasi,

dan pemutakhiran

prosedur tetap

tanggap darurat

bencana

Kepemilikan materi

bencana Letusan

Gunung Api

a. Ya memiliki

b. Tidak memiliki

1

0

Akses informasi dari

sumber lain mengenai

letusan gunung api

a. Ya memiliki

b. Tidak memiliki

1

0

Anggota keluarga

yang memiliki

keterampilan

mengenai

kesiapsiagaan bencana

a. Ya ada

b. Tidak ada

1

0

Pendanaan untuk

menghadapi bencana

a. Ada

dana/anggaran

b. Tidak ada

dana/anggaran

1

0

Jaringan sosial

(Saudara/teman) yang

siap membantu saat

bencana

a. Ada bantuan

b. Tidak ada

bantuan

1

0

Kesepakatan di dalam

keluarga untuk

melakukan simulasi

bencana

a. Ya ada

b. Tidak ada

1

0

Jumlah Skor tertinggi 25

Skor terendah 0

Berdasarkan Tabel 3.4 tentang nilai skor kesiapsiagaan terhadap bencana

letusan gunung api diperoleh nilai skor tertinggi adalah 25 dan nilai skor terendah

adalah 0. Nilai skor tersebut digunakan untuk mencari niai interval skor dengan

rumus sebagai berikut:

i =

i =

i = 5

Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh nilai interval skor yaitu 5.

Interval skor tersebut dapat digunakan untuk menentukan nilai pada setiap

Page 55: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

40

kategori kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana letusan gunung api

seperti terlihat pada Tabel 3.5

Tabel 3.5

Skor Kategori Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat

No. Interval skor Kategori parameter

1. 21 – 25 Sangat siap

2. 16 – 20 Siap

3. 11 – 15 Kurang siap

4. 6 – 10 Tidak siap

5. 0 – 5 Sangat tidak siap

H. Teknik Pemeriksaan Keabsahan data

Tenik pemeriksaan keabsaha data atau uji kebsahan data dalam penelitian

kualitatif ini, di tekankan pada validitas dan realibilitas. Validitas merupakan

derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang

dapat dilaporkan oleh peneliti, sedangkan relibilitas berkenaan dengan derajat

konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Oleh karena itu Susan Stainback

menyatakan bahwa, “penelitian kuantitatif lebih menekankan pada aspek

realibilitas, sedangkan penelitian kualitatif lebih pada aspek validitas”.46

Dalam penelitian kualitatif terdapat dua macam validitas penelitian, yaitu

validitas internal yang berkenaan dengan derajad akurasi desain penelitian dengan

hasil yang dicapai, kalau dalam desain penelitia dirancang untuk menkaji

kehidupan sosial masyarakat Urban, maka data yang diperoleh seharusnya data

yang akurat tentang kehidupan sosial masyaratak urban. Penelitiian menjadi tidak

valid apabila yang ditemukan adalah motivasi masyarakat urban.

46

Sugiyono, metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dan R&D. (Bandung: alfabeta

2013), hal. 240.

Page 56: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

41

“jadi uji keabsahan data dalam penelitian kualitaitif meliputi uji Credibility

(validitas internal), Transferability (validitas eksternal), Dependability

(realibilitas), dan Comfirmabilility (obyektibilitas).47

Jadi, maksud perpanjang waktu uji keabsahan data yang dilakukan agar

data yang diperoleh peneliti memungkinkan meningkatkan derajad kepercayaan.

Sehingga terbangun rasa percaya subjek terhadap peneliti dan juga kepercayaan

diri peneliti sendiri. Ketekunan dan keseriusan pengamatan bermaksud untuk

menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situsai yang sangat relevan dengan

persoalanatau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal

tersebut secara rinci.

Trigulasi data yaitu memeriksa keabsahan data melalui sumber, metode

penyidik teori. Trigulasi data dengan sumber yang digunakan untuk

memcocockan hasil wawancara yang telah dilakuakn dengan data yang diperoleh

dari hasil pengamatan dan dokumentasi, membandingkan apa yang ada dari

sumber data di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, dan apa

yang dikatakan informan dalam situasi penelitian dengan perspektif orang lain

ketika ketika sendirian.

Auting, yaitu pemeriksaan keabsahan data yang diperoleh dalam proses

pengumpulannya, dengan dilakuakan pencocokan semua catatan-catatan

pelaksanaan keseluruhan proses penelitian dengan dokumentasi yang berkaitan

dengan fokus penelitian.

47

Ibid., hal. 240.

Page 57: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

1. Letak Geografis Daerah Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Secara geografis gunung Gede tereletak pada koordinat

06◦35’41.7” LU 106

◦46’ 07.0” BT, sedangkan secara administratif

Gunung ini berada di dua wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Cianjur dan

Kabupaten Sukabumi, dengan ketinggian 2958 MDPL, Gunung Gede

merupakan gunung tertinggi ke-3 di Jawa Barat. Sedangkan penelitian yang

akan dilakukan berada di Kecamatan Cugenang, Desa Galudra yang

merupakan bagian dari Kabupaten Cianjur.

Secara administratif Desa Galudra terletak pada :

Arah Desa/Wilayah

Utara Desa Ciputri

Timur Desa Cibeurem

Selatan Desa Sukamulya

Barat Kabupaten Sukabumi

b. Kondisi Iklim

Desa Galudra termasuk Desa yang berada di kawasan dataran

tinggi yaitu 750-1.200 mdpl, dimana iklim curah hujannya 2.500

mm/th, jumlah bulan hujan 3-6 bulan, suhu rata-rata harian 26-320

C.

dengan perincian sebagai berikkut :

1) Musim Kemarau berlangsung antara bulan Juni – Oktober

2) Musimpenghujan berlangsung antara bulan November – mei,

dengan curah hujan rata-rata 2.000 – 2.500 mm/tahun, dan curah

hujan paling tinggi terjadi antara bulan Desember – Maret.

c. Kondsisi Geologi dan Geomorfologi

Page 58: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

43

Kawasan Desa Galudra hampir didominasi oleh betuk bentang

alam yang memperlihatkan relief baik halus maupun kasar,

membentuk bukit-bukit dengan kemiringan lereng yang bervariasi.

2. Kondisi Sosial Daerah Penelitian

a. Jumlah Penduduk menurut kelompok umur

Umur responden kondisi umum masyarakat Desa Galudra yang

menjadi subyek penelitian. Umur tersebut dihitung dari tahun

responden lahir hingga pada saat penelitian ini diambil dan diukur

dalam satuan tahun. Hasil penelitian menunjukan bahwa umur

responden yang termuda 17 tahun sedangkan umur tertua 65 tahun.

Karakteristik umur responden dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1

Data Penduduk menurut Kelompok Umur

NO RENTANG UMUR JUMLAH

Jumlah Laki-laki Perempuan

1 0-4 204 177 381

2 5-9 206 169 375

3 10-14 192 162 354

4 15-19 165 144 309

5 20-24 171 153 324

6 25-29 145 110 255

7 30-34 155 119 274

8 35-39 191 166 357

9 40-45 165 133 298

10 46-49 178 153 331

11 50-54 156 135 291

12 55-59 99 80 179

13 60-64 82 109 191

Page 59: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

44

14 65-69 81 69 150

15 70-74 65 49 114

16 75 keatas 89 76 165

Jumlah 2.371 1.977 4.348

Sumber : Cianjur dalam Angka 2017

Adapun penjelasan Tabel 4.1 dapat dilihat lebih ringkas pada

gambar 4.3 guna memudahkan untuk pengelompokan penduduk

berdasarkan kelompok umur

Gambar 4.3 Piramida Penduduk Desa Galudra

Menurut Jenis Kelamin

B. Deskripsi Responden

1. Karaktersitik Responden

Pengumpulan data di lapangan tentang kesiapsiagaan masyarakat

dalam menghadapi bencana letusan Gunung Gede yaitu menyebar angket

ke beberapa warga di Desa Galudra dan wawancara kepada aparatur Desa

dan beberapa warga asli Desa Galudra yang merupakan data konkret untuk

dijadikan sebagai bahan penelitian dan penulisan skripsi.

a. Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Umur

Umur responden merupakan kondisi umum masyarakat Desa

Galudra, Desa Galudra yang menjadi subyek penelitian. Umur tersebut

10 5 0 5 10

0-45-9

10-1415-1920-2425-2930-3435-3940-4546-4950-5455-5960-6465-6970-74

75+

Tabel 4.1 (lanjutan)

Page 60: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

45

dihitung dari tahun responden lahir hingga pada saat penelitian ini

diambil dan diukur dalam satuan tahun. Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa umur responden yang termuda adalah 17 tahun

sedangkan umur tertua 63 tahun. Karakteristik umur responden dapat

dilihat pada Tabel 4.2

Tabel 4.2

Karaktersitik Responden Desa Galudra menurut Umur

No. Kelompok Umur Responden (Th) Jumlah Persentase (%)

1 < 20 3 12%

2 20 – 29 5 20%

3 30 – 39 7 28%

4 40 – 49 5 20%

5 50 – 59 2 8%

6 > 60 3 12%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa umur responden paling

banyak yaitu keompok umur 30 – 39 sebesar 7 jiwa atau sebesar 28%,

dan jumlah responden paling sedikit pada rentang umur 50 - 59 tahun

sebesar 2 jiwa atau sebesar 8%. Data tersebut menunjukan bahwa

hampir semua responden tergolong dalam umur yang produktif.

Masyarakat pada umur yang masih produktif akan lebih aktif

dalam meningkatkatkan pengetahuan terhadap bencana dan dalam

melakukan upaya meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi

bencana letusan Gunung.

b. Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini adalah

pendidikan formal responden yaitu tahun sukses atau lamanya

pendidikan formal. Yang pernah diikuti oleh responden. Semakin

tinggi tingkat pendidikan seeseorang maka semakin luas pengetahuan

dan wawasannya, sehingga pemikirannya lebih berkembang dalam

Page 61: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

46

menghadapi dalam menyikapi masalah termasuk juga dalam

melakukan upaya kesiapsiagaan bencana letusan Gunung. tingkat

pendidikan responden seperti terlihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Desa Galudra Menurut Tingkat

Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 Tidak Sekolah 1 4%

2 Lulus SD 3 12%

3 Lulus SMP 4 16%

4 Lulus SMA 16 64%

5 Lulus Akademik/PT 1 4%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa tingkat

pendidikan terendah adalah tidak sekolah dan tingkat pendidikan

tertinggi adalah sarjana. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang

maka akan semakin baik pengetahuan yang dimiliki terkait bencana,

salah satunya bencana letusan Gunung. Tabel 4.3 menunjukan tingkat

pendidikan responden dengan tingkat terbanyak yaitu pada jenjang

SMA sebesar 64%. Responden dengan tingkat pendidikan yang paling

sedikit adalah tidak sekolah dan sarjana sebesar 4%. Secara

keseluruhan tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini cukup

baik, karena sebagian besar responden mengikuti pendidikan formal

dengan sukses tamat SD, SMP, SMA maupun tamat akademik atau

perguruan tinggi.

c. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan

Pekerjaan merupakan gambaran kegiatan ekonomi yang dilakukan

seseorang untuk memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidupnya.

Adapun karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan seperti

terlihat pada Tabel 4.4

Page 62: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

47

Tabel 4.4

Karakteristik Responden Menurut Jenis Pekerjaan

No Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

1 Pelajar 3 12%

2 Pedagang 5 20%

3 Petani 6 24%

4 Karyawan 1 4%

5 Ibu Rumah Tangga 10 40 %

Jumlah 25 100%

Dari Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

dalam penelitian ini memliki pekerjaan sebagai Ibu rumah tangga

sebesar 40% dan pekerjaan responden paling sedikit dengan presentase

terendah adalah Karyawan sebesar 4%. Dan Ibu rumah tangga menjadi

sektor paling banyak di masyarakat Desa Galudra. Namun ada juga

yang bekerja sebagai petani sebesar 24% karena di desa ini banyak

perkebunan sayuran bahkan di depan perkarangan rumah sendiri

rumah sendiri warga menanam sayuran dan sebanyak 20% memiliki

pekerjaan pedagang yang berjualan di pasar Cipanas . Semakin baik

kondisi perekonomian seseorang maka kemampuan untuk menyiapkan

tabungan menghadapi bencana dan perlengkapan untuk keadaan

darurat ketika terjadi bencana letusan Gunung dapat terpenuhi.

d. Karakteristik Responden berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga merupakan jumlah banyaknya anggota

keluarga yang berada dalam satu rumah. Semakin sedikit anggota

keluarga maka dalam proses evakuasi saat terjadi bencana letusan

Gunung datang akan lebih efektif dan dapat meminimalisir munculnya

korban. Jumlah anggota keluarga dapat disajikan pada Tabel 4.5.

Page 63: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

48

Tabel 4.5

Karakteristik Responden Desa Galudra Menurut Jumlah

Anggota Keluarga

No Jumlah Anggota

Keluarga

Jumlah Persentase (%)

1 1 – 2 9 36%

2 3 – 4 11 44%

3 5 – 6 4 16%

4 > 7 1 4%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden Desa Galudra memiliki jumlah keluarga 3-4 jiwa yaitu

sebesar 44%. Responden dengan 1-2 jiwa sebesar 36%, sedangkan

presentasi paling rendah 4% dengan jumlah anggota keluarga lebih

dari 7 jiwa. Jumlah anggota keluarga menjadi kerakteristik responden

dalam penelitian ini karena dalam proses evakuasi saat keadaan

darurat, seseorang kepala keluarga bertanggung jawab penuh atas

keselamatan seluruh anggota keluarga, jadi semakin sedikit jumlah

anggota keluarga maka akan mempermudah dalam proses evakuasi.

C. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Hasil Observasi

Dari hasil observasi dapat dilihat lokasi Desa Galudra berada

didekat lereng Gunung Gede sehingga sangat rentan terhadap dampak

bencana letusan. Kondisi ini tentunya membuat masyarakat harus lebih

hati-hati dan mempersiapkan bencana letusan jika sewaktu-waktu bencana

itu datang masyarakat harus sudah mempersiapkan alat transportasi guna

memudahkan saat evakuasi masyarakat yang terkena bencana letusan, alat

transportasi ini sangat penting guna meminimalisir kerugian dan

kehilangan harta benda.

Page 64: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

49

Di Desa Galudra alat transportasi yang digunakan sudah memenuhi

kriteria standar keamanan dan memiliki daya tampung yang cukup banyak.

Karena cukup banyak kendaraan berjenis pick up yang biasa digunakan

mengangkut sayuran. Meskipun demikian, tidak semuanya masyarakat

dapat terlayani atau terevakuasi semuanya secara bersamaan, tentunya ada

warga masyarakat yang memiliki kendaraan pribadi untuk mengangkut

dan mengevakuasi keluarga maupun membawa harta benda yang akan

diamankan.

Selain alat transportasi yang digunakan, ada juga penunjang untuk

memudahkan saat evakuasi jika bencana letusan gunung Gede terjadi

adalah penunjuk jalur evakuasi. Namun dari hasil pengamatan yang

dilakukan hanya sedikit saja jalur evakuasi terpasang di beberapa simpang

jalan maupun titik-titik pertemuan jalan dan papan jalur penunjuk jalur

evakuasi pun memilki ukuran yang kecil.

2. Hasil Angket

a. Pengetahuan dan Sikap Responden terhadap Kesiapsiagaan

Letusan Gunung Gede

Pengetahuan dan sikap masyarakat merupakan hal mendasar yang

semestinya dimiliki oleh masyarakat. Hal ini meliputi pemahaman

tentang bencana, penyebab, gejala atau tanda, pengalaman akan

bencana, dampak yang ditimbulkan, maupun sikap apa yang dilakukan

bila terjadi bencana letusan Gunung.

1) Pemahaman tentang bencana

Pemahaman masyakat tentang bencana dapat dijadikan dasar bagi

masyarakat untuk melakukan aktivitas yang tepat dalam

mengantisipasi datangnya bencana. Pemahaman mengenai bencana

termasuk hal yang paling dasar untuk menghadapi bencana.

Pengetahuan masyarakat Desa Galudra mengenai bencana letusan

Gunung Gede dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Page 65: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

50

Tabel 4.6

Pengetahuan Responden tentang Bencana

No Pengetahuan Responden

tentang Bencana Frekuensi Presentase (%)

1 Perisriwa yang mengancam

dan mengganggu kehidupan

yang berasal dari alam maupun

tidak

15 60%

2 Peristiwa rusaknya lingkungan,

pemukiman oleh bencana 10 40%

Jumlah 25 100%

Bersarkan Tabel 4.6 dari 25 responden, sebanyak 15 responden

atau sebesar 60% menjawab bencana adalah peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan yang berasal dari alam

maupun tidak. Sebanyak 10 responden atau 40% menjawab bahwa

bencana adalah peristiwa rusaknya lingkungan rumah akibat bencana.

Dapat disimpulkan bahwa masyarakat mengetahui bencana letusan

Gunung dapat mengakibatkan rusaknya pemukiman dan lingkungan.

2) Pengetahuan tentang bencana letusan Gunung

Pemahaman masyarakat tentang bencana banjir dapat dijadikan

dasar bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas yang tepat dalam

mengantisipasi datangnya bencana letusan Gunung Gede. Pengetahuan

masyarakat Desa Galudra mengenai bencana letusan Gunung Gede

disajikan pada Tabel 4.7.

Page 66: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

51

Tabel 4.7

Pengetahuan Responden tentang Bencana Letusan Gunung Gede

No.

Pengetahuan responden

tentang Bencana Letusan

Gunung Gede

Frekuensi Presentase (%)

1 Gunung Gede merupakan

Gunung yang masih aktif 20 80%

2 Gunung Gede merupakan

Gunung yang tidak aktif 5 20%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.7 dari 25 responden, sebanyak 20 responden

atau sebesar 80% menjawab bahwa Gunung Gede merupakan Gunung

yang masih aktif dan berpotensi untuk meletus, namun, sebanyak 5

responden atau sebesar 20% menjawab bahwa Gunung Gede

dikategorikan Gunung yang sudah mati atau tidak aktif lagi, dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat desa Galudra sudah

mengetahui bahwa Gunung Gede merupakan gunug api yang masih

aktif dan berpotensi meletus.

3) Pengetahuan tentang penyebab letusan Gunung

Pengetahuan masyarakat tentang penyebab bencana letusan

Gunung Gede dapat dijadikan acuan bagi masyarakat agar dapat

diketahui hal-hal apa saja yang menjadi penyebab bencana letusan

Gunung Gede. pengetahuan masyarakat Desa Galudra mengenai

penyebab bencana letusan Gunung Gede, disajikan pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8

Pengetahuan Responden tentang Penyebab Letusan Gunung Gede

No

Pengetahuan Responden

tentang Bencana Letusan

Gunung

Frekuensi Presentase (%)

1 Diakibatkan leh tekanan

gas dari dalam perut bumi

20 80%

2 Gerakan batuan dan tanah

didalam perut bumi

5 20%

Page 67: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

52

Jumlah 25 100%

Berdasarkan tabel 4.8 dari 25 responden, sudah hampir sepenuhnya

mengetahui penyebab terjadinya bencanaletusan Gunung Gede,

sebanyak 20 responden atau sebanyak 80% sudah mengetahui

penyebab terjadinya bencana letusan Gunung itu disebabkan oleh

magma yang mengendap dan didorong keluar gas bertekanan tinggi,

sedangkan sebagian kecil responden menjawab bahwa penyebab

terjadinya letusan Gunung adalah disebabkan oleh gerakan tanah dan

dorongan oleh tanah perut bumi, jadi dapat disimpulkan bahwa sudah

hampir semua masyarkat Desa Galudra sudah mengetahui penyebab

bencana letusan Gunung Gede.

4) Pengetahuan Tanda-tanda akan terjadi letusan Gunung

Pengetahuan masyarakat tentang tanda-tanda bencana letusan

Gunung Gede dapat dijadikan acuan bagi masyarakat agar dapat

mengetahui hal-hal apa saja yang akan terjadi jika akan terjadi bencana

letusan Gunung Gede. Setidaknya jika sudah mengetahui tanda-tanda

bencana letusan Gunung agar masyarkat dapat waspada dan siap dalam

menghadapi bencaca letusa Gunung Gede. Pengetahuan masyarakat

Desa Galudra seperti terlihat pada Tabel 4.9.

Page 68: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

53

Tabel 4.9

Pengetahuan Masyarakat tentang Tanda-tanda Letusan

Gunung

No

Pengetahuan Responden

tentang Tanda-tanda

letusan Gunung

Frekuensi Persentase (%)

1 Hewan-hewan berpindah

ke pemukiman

15 60%

2 Sering terjadi gemuruh

disekitar kawah

9 36%

3 Tidak mengetahui 1 4%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.9 dari 25 responden dapat diketahui

hanya 1 responden atau sebesar 4% saja yang tidak mengetahui tanda-

tanda akan terjadinya bencana letusan Gunung Gede, sebanyak 9

responden atau sebesar 36% menjawah bahwa tanda-tanda adalah

sering terjadinya suara gemuruh di sekitar kawah gunung dan tercium

bau belerang yang menyengat, dan sisanya sebanyak 15 responden

atau sebesar 60% menjawab jika akan terjadi bencana letusan Gunung

adalah jika hewan-hewan yang tinggal disekitar gunung mulai turun ke

pemukiman, jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Galudra

sudah mengetahui tanda-tanda akan terjadinya bencana letusan

Gunung Gede.

5) Pengetahuan tentang dampak letusan Gunung

Pengetahuan mengenai dampak letusan Gunung sangat penting,

jika masyarakat mengethaui dampak letusan Gunung makan akan

mengetahui hal apa yang seharusnya dilakukan saat terjadi bencana

letusan Gunung terjadi. Pengetahuan mengenai dampak bencana

letusan Gunung disajikan dalam Tabel 4.10.

Page 69: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

54

Tabel 4.10

Pengetahuan Mengenai Dampak Letusan Gunung

No Pengetahuan Mengenai

Dampak Letusan Gunung

Frekuensi Persentasi (%)

1 Mengetahui dampak

letusan Gunung 25 100%

2 Tidak mengetahui dampak

letusan Gunung 0 0%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel diatas seluruh responden mengetahi apa itu

dampak yang ditimbulkan dari letusan gunug api Gede, ada yang

menjawab dapat menelan korban jiwa, kehilangan harta benda,

kerusakan lingkungan, kehilangan dokumen penting dan lain

sebagainya. Pengetahuan tentang dampak bencana letusan Gunung

yang sudah diketahui ini dapat menjadi pedoman masing-masing

responden maupun masyarakat ketika akan menghadapi bencana

letusan Gunung Gede terjadi, guna mengrangi resiko bencana dan

meminimalisir dampak yang ditimbulkan.

6) Sikap saat terjadi letusan Gunung.

Sikap terhadap bencana letusan Gunung adalah keputusan yang

akan diambil saat Gunung meletus. Sikap ini meliputi apakah

masyarakat akan mengungsi saat terjadi bencana letusan Gunung atau

mengungsi ke tempat yang lebih aman atau pergi ke tempat

pengungsian.sikap masyarakat Desa Galudra terhadap bencana letusan

Gunung Gede dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11

Sikap Responden terhadap Bencana Letusan Gunung Gede

No

Sikap Responden

terhadap Bencana

Letusan Gunung Gede

Frekuensi

Persentase

(%)

1 Menyelamatkan diri dan 25 100%

Page 70: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

55

keluarga ke tempat yang

lebih aman atau mengungsi

2 Tetap tinggal di rumah 0 0%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.11 dari 25 responden sebanyak 25 responden

atau sebesar 100% menjawab akan melakukan sikap menyelamatkan

diri atau mengungsi dan keluarga ke daerah yang lebih aman jika

terjadi letusan Gunung Gede. Dapat disimpulkan banyaknya responden

yang memilki sikap untuk menyelamtkan diri, menandakan bahwa

masyarakat telah memiliki kesadaran dan sikap yang tepat jika

sewaktu-waktu terjadi bencana, sehingga dapat mengurangi risiko

jatuhnya korban jiwa maupun harta benda.

b. Rencana tangap Darurat

Recana tanggap darurat menjadi bagian yang penting dalam suatu

proses kesiapsiagaan, terutama yang terkait dengan evakuasi,

pertolongan dan penyelamatan, agar korban bencana dapat

diminimalkan

1) Rencana evakuasi.

Rencana evakuasi merupakan hal yang dilakukan sebelum

bencana letusan Gunung Gede dating. Adanya rencana evakuasi

akan membantu keselamatan masyarakat itu sendiri dan keluarga.

Jika masyarakat memiliki rencana untuk mengevakuasikan diri saat

terjadi bencana letusan Gunung, berarti masyarakat tersebut

memiliki sikap yang tepat agar mengurangi risiko jatuhnya korban

jiwa. Sedangkan jika masyarakat tidak memiliki rencana evakuasi

maka akan meningkatkan risiko jatuhnya korban jiwa, dikarenakan

ketidak siapannya masyarakat. Rencana evakuasi masyarakat Desa

Galudra jika terjadi bencana letusan Gunung Gede disajikan pada

Tabel 4.12.

Page 71: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

56

Tabel 4.12

Rencana Evakuasi Responden saat Terjadi Bencana letusan

Gunung Gede

No

Rencaana Evakuasi

Responden saat terjadi

Letusan Gunung Gede

Frekuensi

Persentase

(%)

1 Memilki rencana evakuasi 25 100%

2 Tidak memilki rencana evakuasi 0 0%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.12 dari 25 responden sebeesar 22

responden atau sebanyak 100% menjawab telah memiliki rencana

evakuasi demi keselamatan keluarga. Dan tidak ada satupun

responden yang memilih untuk menetap di rumah atau tidak ada

rencana untuk melakukan evakuasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa

masyarakat Desa Galudra sudah memiliki rencana untuk evakuasi

ke daerah yang lebih aman, sikap ini merupakan sikap yang tepat

dilakukan guna dapat mengurangi risiko jatuhnya korban jiwa.

2) Alat transportasi untuk keadaan darurat

Alat transportasi untuk keadaan darurat merupakan alat

yang dapat memudahkan bagi masyarakat dalam proses

evakuasi menuju tempat pengungsian atau derah yang lebih

aman. Kepemilikan alat transportasi untuk keadaan darurat

memilki peran penting dalam proses evakuasi yang lebih cepat

dan efisien. Kepemilikan alat transportasi untuk keadaan

darurat disajikan pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13

Kepemilikan Alat Transportasi untuk Keadaan Darurat

No Kepemilikan Alat

Transportasi untuk

Frekuensi Persentase (%)

Page 72: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

57

Keadaan Darurat

1 Memilki alat transportasi 23 92%

2 Tidak Memilki alat

transportasi 2 8%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.13 dari 25 resoponden sebanyak 23

responden atau sebesar 92% sudah memilki kendaraan untuk

proses evakuasi. Dan hanya 2 responden atau sebesar 8% saja yang

tidak memiliki alat transportasi untuk proses evakuasi dan mereka

hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah setempat atau hanya

sekedar berlari saat keadaan darurat. Jadi dapat disimpulkan bahwa

sudah sebagian besar masyarakat Desa Galudra sudah memilki

kendaraan untuk menyelamatkan diri ke tempat yang lebih aman.

3) Kerabat/keluarga yang menyediakan tempat pengungsian

sementara

Tempat pengungsian sementara adalah hal yang sangat

penting saat terjadi bencana letusan Gunung, baik yang diberikan

dari kerabat maupun dari keluarga. Tempat pengungsiaan

sementara yang disediakan saat terjadi bencana letusan Gunung

Gede dapat disajikan pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14

Tempat Pengungsian Sementara

No Tempat Pengungsian

Sementara

Frekuensi

Persentase (%)

1 Ada tempat pengungsiaan

sementara 25 100%

2 Tiadak ada tempat

pengungsian sementara 0 0%

Jumlah 25 100%

Page 73: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

58

Berdasarkan tabel 4.15 dari 25 responden, semua responden

atau sebesar 100% menyebutkan bahwa yang menyediakan tempat

pengungsian adalah di kantor atau lapangan Badan Pusat

Penanggulangan Bencana (BPBD) Kabpuaten Cianjur . Dapat

disimpulkan bahwa wilayah Desa Galudra sudah memiliki

gambaran untuk mengungsi ke tampat yang lebih aman.

4) Perlengkapan Barang-barang Evakuasi

Perlengkapan evakuasi merupakan barang-barang yang

dibawa saat proses evakuasi yang dapat mengurangi dampak

kerugian akibat bencana, barang-barang yang dibawa biasanya

merupakan barang yang berharga atau asset yang dimiliki.

Perlengkapan dan barang-barang yang dibawa saat banjir datang

disajikan dalam Tabel 4.15.

Tabel 4.15

Perlengkapan dan Barang-barang Evakuasi

No Tempat Pengungsian

Sementara

Frekuensi

Persentase

(%)

1 Menyiapkan perlengkapan

dan barang-barang saat

evakuasi

21 84%

2

Tidak menyiapkan

perlengkapan dan barang-

barang saat evakuasi

4 16%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.15 dari 25 responden sebanyak 21

responden atau sebesar 84% menjawab menyiapkan surat-surat

berharga seperti ijazah, surat nikah, dan surat berharga lainnya.

Selain surat berharga, mereka juga membawa uang, harta benda.

Adapun sebanyak 4 responden atau sebesar 16% menjawab tidak

menyiapkan perlengkapan dan barang-barang evakuasi karena

kondisi yang serba mendadak dan kepanikan muncul sehingga

Page 74: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

59

mereka tidak sempat menyiapkan apapun. Dapat disimpulkan

bahwa banyaknya masyarakat yang sudah siap membawa hal-hal

yang berharga jika terjadi bencana letusan Gunung Gede datang,

karena hal tersebut merupakan sesuatu yang penting untuk masa

yang yang akan datang.

5) Ketersediaan Obat-obatan untuk Pertolongan Pertama

Pada saat terjadi bencana letusan bencana gunug api Gede,

obat-obatan penting atau khusus harus ada yang dibawa,

dikarenakan akan menjadi penolong pertama jika datang penyakit,

atau sekadar mengobati luka-luka ringan. Ketersedian kotak P3K

atau obat-obatan penting disajikan pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16

Ketersediaan Obat-obatan untuk Pertolongan Pertama

No Ketersediaan Kotak P3K

atau Oabt-obatan

Frekuensi Persentasi

(%)

1 Memiliki persediaan obat-

obatan 21 84%

2 Tidak memiliki persediaan

obat-obatan 4 16%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.16 dari 25 responden, sebanyak 21

responden atau sebesar 84% menjawab membawa obat-obatan

yang penting namun sebanyak 4 responden atau sebesar 16% lagi

menjawab tidak menyediakan obata-obatan. Dapat disimpulkan

bahwa obat-obatan penting sudah dipersiapkan masyarakat Desa

Galudra jika sewaktu-waktu bencana letusan Gunung Gede terjadi.

6) Pembagian tugas dalam tindakan penyelamatan

Pembagian tugas dalam tindakan penyelamatan jika

sewaktu-waku terjadi bencana letusan Gunung Gede merupakan

hal yang penting guna dapat meminimalisir kerugian yang

ditimbulkan juga dapat mempermudah dalam proses penyelamatan,

Page 75: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

60

pembagian tugas jika sewaktu-waktu terjadi bencana letusan

Gunung Gede dapat lebih terorganisir. Pembagian tugas dalam

tindakan penyelamatan jika terjadi bencana letusan Gunung Gede

disajikan dalam Tabel 4.17.

Tabel 4.17

Pembagian Tugas Penyelamatan

No Pembagian Tugas

Penyelatan

Frekuensi Persentasi (%)

1 Ada pembagian tugas 25 100%

2 Tidak ada pembagian

tugas 0 0%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.17 sebanyak 25 responden atau sebesar 100%

mengatakan bahwa pembagian tugas penyelamatan jika bencana

letusan Gunung Gede terjadi. Dapat disimpulkan bahwa adanya

pembagian tugas meminimalisir keugian-kerugian yang terjadi seperti

kehilangan anggota keluarga, kehilangan harta benda dan lain

sebagainya.

c. Sistem Peringatan Dini

Sistem peringatan merupakan awal dari semua kesiapsiagaan yang

dilakukan masyarakt Desa Ciasantana, sistem peringatan bencana yang

baik dapat mengurangi kerugian yang ditimbulkan. Sistem peringatan

dan distribusi informasi jika terjadi bencana.

1) Sistem Peringatan Berbasis Kesepakatan Lokal

Sistem peringatan dini berbasis kearifan lokal merupakan

sistem peringatan dini melalui pengenalan bencana yang dilakukan

terhadap gejala-gejala alam yang muncul sebelum terjadinya

bencana. Kepercayaannya berupa ada hewan lutung hideung

(hitam) dan Careuh Bulan yang datang ke pemukiman. Adapun

kepercayaan masyarakat Desa Galudra jika akan terjadi bencana

Page 76: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

61

letusan Gunung Gede akan terjadi adalah jika masyarakat sudah

mulai merasakan hawa panas dan bau belerang yang menyengat

disekitar kaki gunung Gede. Adapun sistem peringatan dini

berbasis kearifan lokal disajikan pada Tabel 4.18.

Tabel 4.18

Sistem Peringatan Dini Berbasis Kearifan Lokal

No Sistem Peringatan Dini

Berbasis Kearifan Lokal

Frekuensi Persentasi

(%)

1 Ada kepercayaan setempat

mengenai tanda bahaya

letusan Gunung Gede

23 92%

2 Tidak ada kepercayaan

setempat mengenai tanda

letusan Gunung Gede

2 8%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.18 dari responden, sebanyak 23 responden

atau sebesar 92% mengatakan bahwa kepercayaan setempat

mengenai tanda bahaya jika akan terjadi bencana letusan Gunung

Gede dan sisanya sebanyak 2 responden atau sebesar 8%

mengatakan bahwa tidak ada dikarenakan kurang menyadari tanda-

tanda yang terjadi. Dapat disimpulkan bahwa kepercayaan

setempat mengenai tanda bahaya akan terjadi bencana letusan

Gunung Gede seperti meningkatnya temperatur suhu disekitar kaki

gunung Gede, turunnya hewan-hewab penghuni gunung ke area

pemukiman, sreing terjadi aktivitas di puncak gunung, sering

terjadi gemuruh atau getaran disekitar area gunung dan tercium bau

belerang yang sangat menyengat.

Page 77: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

62

2) Alat Penanda Peringatan Bencana Letusan Gunung

Pihak atau sumber pemberi informasi bahwa bencana letusan

Gunung Gede akan terjadi sangat membantu masyarakat dalam

kesiapsiagaan untuk menhadapi bencana letusan. Pihak atau

sumber informasi resmi disajikan pada Tabel 4.19.

Tabel 4.19

Pihak atau Sumber Pemberi Informasi Resmi

No Pihak atau Sumber

Pemberi Informasi

Resmi

Frekuensi Persentasi

(%)

1 Adanya pihak atau

sumber pemberi

informasi resmi

25 100%

2 Tidak adanya pihak atau

sumber pemberi

informasi resmi

0 0%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.19 menunjukan bahwa adanya pihak

pemberi informasi resmi dari jawaban 25 responden atau sebesar

100%. Dapat disimpulkan bahwa pemberi informasi resmi kepada

masyarakat dilakukan oleh aparatur Desa setempat, yang di

informasikan langsung oleh BPBD (Badan Penanggulangan

Bencana Daerah) Kabupaten Cianjur. Jika suda diinformasikan ini

dapat memudahkan dalam proses persiapan evakuasi dan proses

penyelamatan barang-barang berharga yang akan dibawa.

3) Sistem Peringatan Dari Informasi Atau Instansi Resmi

Pemasangan sistem peringatan bencana letusan Gunung Gede

di daerah yang memiliki potensi terkena dampak bencana letusan

Gunung Gede merupakan bagian penting dalam upaya

kesiapsiagaan. Penerapan yang baik dan benar dapat melindungi

Page 78: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

63

dan meyelamatkan masyarakat, masyarakat dapat menyelamatkan

diri dan melindungi masyarakat, dan dapat juga melindungi

keluarga, harta benda yang masih dimilikinya sehingga kerugiaan

akibat bencana dapat diminimalkan. Sistem peringatan bencana

letusan Gunung Gede dapat disajikan dalam Tabel 4.20.

Tabel 4.20

Sistem Peringatan Bencana

No Sistem Peringatan

Bencana Letusan

Gunung Gede

Frekuensi Persentasi

(%)

1 Adanya sistem peringatan

bencana letusan 25 100%

2 Tidak adanya sistem

peringatan bencana letusan 0 0%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.20 sebanyak 25 responden atau sebesar

100% menyatakan bahwa masyarakat menyatakan bahwa mereka

mengetahui sistem peringatan dini bila akan terjadi bencana letusan

yang terdapat disana berupa adanya pengeras suara dari sirine dan

kentongan yang dibunyikan oleh petugas.

4) Sistem Peringatan Berbasis Teknologi

Pemasangan sistem peringatan bencana letusan Gunung Gede

yang memiliki potensi bahaya letusan merupakan bagian yang

penting dalam upaya kesiapsiagaan. Penerapan yang baik dan

benar dapat melindungi dan menyelamatkan masyarkat, setidaknya

masyarakat ada aba-aba untuk menyelamatkan diri dan keluarga

serta harta benca yang dimilikinya sehingga kerugian akibat

bencana dapat diminimalkan. Sistem peringatan bencana letusan

Gunung Gede disajikan dalam Tabel 4.21.

Page 79: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

64

Tabel 4.21

Sistem Peringatan Bencana Berbasis Teknologi

No Sistem Peringatan Bencana

Letusan Gunung Gede

Frekuensi Persentasi

(%)

1 Adanya sistem peringatan

bencana berbasis teknologi 25 100%

2 Tidak adanya sistem

peringatan bencana berbasis

teknologi

0 0%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.21 sebesar 100% responden atau sebanyak

25 responoden menyatakan bahwa mereka mengetahui sistem

peringatan akan terjadi bencana letusan Gunung Gede, yaitu berupa

adanya sistem peringatan yang diberikan oleh Lembaga Swadaya

Masyarakat dan penjaga area Taman Nasional Gunung Gede

(TNGC) yang dilakukan di stasiun pengamatan dan pos-pos

pemantauan aktivitas Gunung Gede. Yang kemudian informasi

tersebut akan diberikan kepada masyarakat Desa Galudra melalui

humas atau apratur Desa Galudra melalui Walky atau pengeras

suara.

5) Simulasi atau Latihan Evakuasi Kebencanaan

Keikutsertaan dalam pelatihan bencana sangat dibutuhkan agar

masyarakat mengetahui apa saja yang harus dilakukan saat bencana

terjadi. Keikutsertaan dalam pelatihan bencana disajikan dalam

Tabel 4.22.

Tabel 4.22

Simulasi atau Latihan dalam Peatihan Kebencanaan

No Jumlah keikutsertaan dalam

pelatihan kebencanaan

Frekuensi Persentasi

(%)

1 Pernah mengikuti pelatihan

bencana 8 32%

Page 80: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

65

2 Belum pernah mengikuti

pelatihan bencana 17 68%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.22 kegiatan sosialiasi kebencanaan di

Desa Galudra cukup baik, sebanyak 32% atau sebanyak 8

responden mengatakan bahwa mereka sudah pernah mengikuti

kegiatan pelatihan yang berkaitan dengan kesiapsiagaan bencana

letusan Gunung Gede, baik itukegiatan yang diadakan oleh pihak

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten

Cianjur atau oleh pihak mahasiswa yang melakukan kegiatan sosial

di Desa Galudra. Namun sebagian besar responden sejumlah 17

responden atau sebesat 68% belum pernah mengikuti pelatihan

kesiapsiagaan bencana letusan Gunung Gede, dapat disimpulkan

bahwa masih banyak masyarakat yang acuh jika ada kegiatan

penyuluhan atau pelatihan kebencanaan tentunya ini akan

berdampak pada kurang siapnya mayarakat dalam upaya

mempersiapkan diri menghadapi bencana dan minimnya akan

risiko bencana letusan Gunung Gede.

6) Jumlah Keikutsertaan dalam Pelatihan Kebencanaan

Keikutsertaan dalam kesiapsiagaan merupakan hal yang

penting agar mampu memiliki kesiapan yang matang dalam

menghadapi bencna yang akan datang. Semakin sering mengikuti

pelatihan kebencanaan semakin siap juga mental dan matang

kesiapan yang dimiliki jika suatu saat bencana letusan Gunung

Gede datang. Adapun jumlah atau frekuensi keikutsetaan dalam

pelatihan disajikan dalam tabel 4.23.

Tabel 4.23

Jumlah keikutsertaan dalam Pelatihan Kebencanaan

No Jumlah keikutsertaan dalam

pelatihan kebencanaan

Frekuensi Persentasi

(%)

Page 81: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

66

1 Lebih dari 1 kali 8 32%

2 Belum pernah mengikuti

pelatihan bencana 17 68%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.23 dikarenakan hampir setengah dari

responden sebesar 17 responden atau sebesar 68% mengatakan

belum pernah mengikuti pelatihan dan hanya sebesar 32% atau

sebanyak 8 responden hanya pernah mengikuti 1 sampai 2 kali

terlibat dalam pelatihan. Hal ini mempengaruhi kesiapsiagaan

responden dalam menghadapi bencana letusan Gunung Gede.

Dapat simpulkan bahwa karena masyarakat masih banyak belum

pernah mengikuti pelatihan kesiapsiagaan, hal ini akan

menyebabkan kurang siap jika sewaktu-waktu bencana letusan

Gunung Gede datang.

7) Keikutsertaan Seminar mengenai Bencana atau Kesiapsiagaan

kegiatan sosialisasi mengenai kebencanaan sangatlah

penting dilakukan agar masyarakat mengetahui apa saja yang perlu

diperhatikan saat bencana terjadi ataupun cara mencegahnya.

Keikutsertaan seminar mengenai bencana disajikan pada Tabel

4.24.

Tabel 4.24

Keikutsertaan Seminar mengenai Bencana atau Kesiapsiagaan

No Keikutsertaan seminar

mengenai bencana

Frekuensi Persentasi

(%)

1 Pernah mengikuti pelatihan

bencana 8 32%

2 Belum pernah mengikuti

pelatihan bencana 17 68%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.24 tingkat antusiasme masyarakat terhadap

kegiatan sosialisai kebencanaan di Desa Galudra masih

Page 82: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

67

dikategorikan rendah. Hampir 68% atau 17 responden bahwa

mereka atau anggota keluarganya belum pernah mengikuti kegiatan

seminar atau pertemuan yang berkaitan dengan kesiapsiagaan

bencana letusan Gunung Gede. Dapat disimpulkan banyaknya

responden yang belum pernah mendapatkan kegiatan sosialisasi

kebencanaan dan pelatihan responden yang belum pernah

mendapatkan kegiatan sosialisasi kebencanaan dan pelatihan

evakuasi. Dan hanya sebanyak 32% atau 8 responden saja yang

pernah mengikuti pelatihan kebencanaan atau pelatihan mengenai

kesiapsiagaan bencana letusan Gunung Gede. Jadi dapat

disimpulkan banyakanya responden yang belum pernah

mendapatkan kegiatan sosialisasi kebencanaan dan pelatihan

evakuasi

d. Mobilliasi Kebencanaan

Mobilisasi sumberdaya dibutuhkan individu atau

masyarakat dalam upaya pemulihan atau bertahan dalam kondisi

bencana atau keadaan darurat.

1) Kepemilikan Materi Bencana Letusan Gunung

Kepemilikan materi atau buku tentang kesiapsiagaan

bencana letusan Gunung Gede merupakan salah satu hal

penting, agar masyarakat mengetahui apa saja yang harus

dilakukan ketika bencana letusan Gunung Gede datang.

Kepemilikan materi atau buku tentang kesiapsiagaan bencana

letusan Gunung Gede disajikan pada Tabel 4.25.

Tabel 4.25

Kepmilikan Materia tau Buku tentang Kesiapsiagaan

Bencana Letusan Gunung

No Kepemilikan materi atau buku

tentang kesiapsiagaan bencana

letusan Gunung

Frekuensi Persentasi

(%)

Page 83: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

68

1 Memiliki materi kesiapsiagaan

bencana letusan Gunung 2 8%

2 Tidak memiliki materi

kesiapsiagaan bencana letusan

Gunung

23 92%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.25 sebagian besar responden

menjawab bahwa mereka tidak memiliki bahan atau materi

bacaan mengenai kesiapsiagaan bencana letusan Gunung Gede

sebanyak 23 responden atau 92% dan 2 responden atau 4%

menjawab memiliki materi kesiapsiagaan bencana dikarenakan

pernah mengikuti pelatihan. Dapat disimpulkan bahwa hal

seperti ini akan mengurangi kesiapan masyarakat dalam

menghadapi bencana letusan Gunung Gede, karena jika tidak

memiliki panduan mengenai kesiapsiagaan bencana, ketika

bencana datanag makan akan dilakukan hanyalah sesuatu yang

bisa dikerjakan dan kurang mendapat sumber referensi untuk

menghadapi bencana letusan Gunung Gede jika sewaktu-waktu

terjadi.

2) Akses Informasi dan Sumber lain Mengenai Letusan

Gunung

Akses informasi dari media dansumber lain merupakan

pendukung untuk memberikan pemberitahuan mengenai

datangnya bencana letusan Gunung Gede. Akses informasi dari

media dan sumber lain disajikan pada Tabel 4.26.

Tabel 4.26

Akses Informasi dari Media dan Sumber lain

No Akses informasi dari media

dan sumber lain

Frekuensi Persentasi

(%)

1 Adanya akses informasi dari 25 100%

Page 84: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

69

media dan sumber lain

2 Tidak adanya akses informasi

dari media dan sumber lain 0 0%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.28 sebanyak 25 responden atau

sebesar 100% menjawab memiliki akses informasi dari sumber

lain, seperti dari Televisi, radio, internet maupun informasi

langsung dari humas Desa Galudra. Jadi dapat disimpulkan

bahwa wilayah Desa Galudra tidak berada di daerah yang

kurang akses informasi jika suatu saat terjadi bencana letusan

Gunung Gede.

3) Keterampilan Kesiapsiagaan Bencana Letusan Gunung

Keterampilan yang dimiliki anggota keluarga sangatlah

penting terutama yang berkaitan dengan kesiapsiagaan

bencana. Keterampilan yang dimiliki anggota keluarga yang

berkaitan dengan kesiapsiagaan bencana disajikan pada Tabel

4.26.

Tabel 4.26

Keterampilan yang

Keterampilan Kesiapsiagaan Bencana Anggota Keluarga

No Keterampilan kesiapsiagan

bencana anggota keluarga Frekuensi

Persentasi

(%)

1 Adanya anggota keluarga

yang memilki keterampilan 10 40%

2 Tidak adanya anggota

keluarga yang memilki

keterampilan

15 60%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.26 sebagian besar responden dari

jumlah 25 responden menjawab ada anggota keluarga yang

memiliki keterampilan tentang kesiapsiagaan bencana sebesar

Page 85: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

70

40% atau 10 responden dan sebagian lagi menjawab tidak ada

anggota keluarga yang memiliki keterampilan tentang

kesiapsiagaan bencana sebesar 60% atau 15 responden. Mereka

yang menjawab memilki keterampilan mengenai bencana, saat

bencana letusan Gunung Gede datang memungknkan akan

banyak melakukan hal yang bisa dilakukan untuk

penyelamatan diri maupun anggota keluarga dan kerabat

lainnya. Dari data anggket diatas dapat disimpulkan bahwa

memilki ketrampilan mengenai kesiapsiaggan sangatlah

diperlukan agar pada saat bencana letusan Gunung Gede datang

dapat membantu anggota kelaurga mengevakuasi diri.

4) Pendanaan untuk Menghadapi Bencana

Sumber dana yang dimiliki responden untuk

menghadapi bencana ada seperti tabnungan di bank dan

simpanan di rumah. Hal ini akan membantu responden dalam

memenuhi kebutuhannya ketika bencana letusan Gunung Gede

datang. Pedanaan masyarakat Desa Galudra untuk menghadapi

bencana disajikan pada Tabel 4.27.

Tabel 4.27

Sumber Pendanaan Responden untuk Menghadapi Bencana

No Sumber pendanaan

responden Frekuensi

Persentasi

(%)

1 Tabungan di Bank 5 20%

2 Tabungan di Rumah 16 64%

3 Tidak memilki tabungan 4 16%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.27 menunjukan bahwa sebanyak 4

responden atau sebesar 16% menjawab tidak memiliki

tabungan apapun. Sebesar 20% atau 5 responden menjawab

memiliki tabungan di rumah. Sisanya sebanyak 16 responden

atau sebsear 64% menjawab memilki tabungan di rumah.

Page 86: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

71

Dapat disimpulkan bahwa masyarakat sebagian sudah

mempersiapkan tabungan atau simpanan untuk digunakan

disaat darurat.

5) Jaringan Sosial Responden

Jaringan sosial yang dimiliki oleh responden akan dapat

membantu dalam keadaan darurat dan dapat membantu dalam

proses pemulihan setelah terjadinya bencana. Jaringan sosial

menjadi sumber kekuatan bagi masyarakat yang sedang terkena

bencana. Jaringan sosial dapat membantu korban bencana

dalam bentuk bantuan finansial atau pun membantu dalam

proses pemulihan rumah pasca terjadi bencana letusan.

Jaringan sosial responden disajikan pada Tabel 4.28.

Tabel 4.28

Jaringan Sosial Responden

No Jaringan Sosial Responden Frekuensi Persentasi

(%)

1 Adanya jaringan sosial

responden 20 80%

2 Tidak adanya jaringan sosial

responden 5 20%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.28 dari 25 responden sebanyak 80%

atau 20 responden menjawab memiliki saudara maupun kerabat

yang dapat membantu saat terjadi bencana letusan Gunung

Gede sebanyak 20% atau 5 responden menjawab tidak

memiliki saudara maupun kerabat yang dapat membantu saat

terjadi bencana letusan Gunung Gede. Dari angket diatas dapat

disimpulkan bahwa masyarakat sebagian besar masih memiliki

jaringan responden untuk membantu saat terkena bencana

letusan Gunung Gede.

Page 87: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

72

6) Kesepakatan Keluarga untuk melakukan Simulasi

Bencana

Kesepakatan melakukan simulasi bencana dimaksudkan

untuk latihan didalam keluarga untuk mempersiapkan diri jika

swaktu-waktu Gunung Gede meletus. simulasi yang dilakukan

seperti menyelamatkan barang-barang berharga, surat-surat

penting, keluarga yang masih kecil atau sudah tua agar tidak

ada korban saat Gunung Gede meletus. kesepakatan melakukan

simulasi disajikan pada Tabel 4.29.

Tabel 4.29

Kesepakatan melakukan Simulasi

No Kesepakatan melakukan

simulasi

Frekuensi Persentasi

(%)

1 Adanya kespakatan

melakukan simulasi 23 92%

2 Tidak adanya kespakatan

melakukan simulasi 2 8%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.29 dari 25 responden, sebanyak 23

responden atau 92% menjawab ada simulasi sederhana dan 2

responden atau sebesar 8% menjawab tidak ada simulasi

menghadapi bencana letusan Gunung Gede datang, agar saat

Gunung Gede meletus sudah mengetahui apa saja yang perlu

dilakukan terlebih dahulu.

3. Hasil Wawancara

Wilayah Desa Galudra merupakan wilayah yang rawan

terdampak bencana letusan Gunung Gede, dikarenakan

lokasinya berada persis dibawah kaki gunung Gede.

Wawancara ini dilakukan dengan pihak-pihak yang dapat

Page 88: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

73

memperkuat hasil angket dengan mewawancarai 5 responden

yang berhubungan dengan kesiapsiagaan.

Kaitannya dengan pengetahuan dan sikap masyarakat

mengenai bencana letusan Gunung Gede, Bapak Maman

selaku Humas Desa Galudra menuturkan bahwa :

“kebanyakan masyarakat desa ini mah pasti sudah pada tahu,

hanya sebagian kecil saja yang kurang memahami sehingga

kurang tanggap jika suatu saat terjadi bencana letusan

Gunung Gede, semuanya sih memilih mengungsi”.48

4. Hasil Uji Instrumen

a. Uji Validitas

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan

penyebaran angket kepada 25 responden. Data yang

diperoleh dianalisis menggunakan SPSS 16, yaitu dengan

memperhatikan angka pada Corrected Item-Total yang

merupakan korelasi antara skor item Denfan skor total item.

Sebuah item dikatakan valid apabila nilai r-hitung > r-tabel.

r-tabel untuk jumlah responden 25 adalah 0,361.

Tabel 4.30

Hasil Pengujian Validitas

No Item r item r tabel Kesimpulan

1 0,563 0,361 Valid

2 0,568 0,361 Valid

3 0,582 0,361 Valid

4 0,710 0,361 Valid

5 0,582 0,361 Valid

6 0,568 0,361 Valid

7 0,582 0,361 Valid

48

Hasil wawancara dengan Bapak Maman pada tanggal 2 Juli 2018.

Page 89: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

74

8 0,710 0,361 Valid

9 0,568 0,361 Valid

10 0,582 0,361 Valid

11 0,710 0,361 Valid

12 0,568 0,361 Valid

13 0,582 0,361 Valid

14 0,568 0,361 Valid

15 0,243 0,361 Tidak Valid

16 0,582 0,361 Valid

17 0,445 0,361 Valid

18 0,582 0,361 Valid

19 0,582 0,361 Valid

20 0,393 0,361 Tidak Valid

21 0,565 0,361 Valid

22 0,517 0,361 Valid

23 0,710 0,361 Valid

24 0,582 0,361 Valid

Sumber : Data Primer yang diolah.

Pada hasil pengujian diketahui data valid sebanyak

24. Dapat dilihat dari 24 item, 22 item memiliki nilai

korelasi skor total diatas 0,361 maka dapat disimpulkan

bahwa item tersebut valid dan 2 item memilliki nilai

korelasi skor total dibawah 0,361. Item tersebut adalah nilai

item soa nomer 15 dan 20 nilai korelasinya dibawah 0,361

maka item tersebut tidak valid.

b. Uji Relibilitas

Uji rerliabilitas merupakan uji yang digunakan

untuk mengetahui suatu kehandalan dan konsistensi butir

soal. Sebuah instrument dilakukan reliabel ketika mencapai

nilai minimal 0,6 dan apabila reliabilitasnya kurang dari 0,6

Page 90: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

75

dikatakan tidak reliabel. Hasil pengujian reliabilitas dapat

dilihat pada Tabel 4.31 berikut ini :

Tabel 4.31

Uji Reliabilitas

Cronbach’s Aplha N of item

.740 24

Sumber : Data Primer yang diolah

Seperti yang terlihat pada Tabel 4.34 semua

pertanyaan pada kuisioner dapat dikatakan reliabel karena

Nilai Cronbach’s Alpha Based on Standardized item pada

setiap variable >0,6

D. Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat di Desa Galudra

Tingkat kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana letusan

Gunung Gede sangat diperlukan untuk mengurangi risiko bencana. Semakin

tinggi tingkat kesiapsiagaan masyarakat maka semaikn siap masyarakat dalam

menghadapi bencana. Potensi kerugian akibart bencana akan semakin

menurun dengan meningkatnya tingkat kesiapsiagaan di daerah tersebut.

Kesiapsiagaan masyarakat di Desa Galudra diperoleh dari empat parameter,

yaitu pengetahuan dan sikap, rencana keadaan darurat, sistem peringatan dini

dan mobilisasi sumber daya. Tingkat kesiapsiagaan dapat dihitung

menggunakan rumus rata-rata dari nilai skor masing-masing responden, yaitu

sebagai berikut :

Keterangan :

M = Jumlah rata-rata

X = Nilai Individual

N = Jumlah individu

Nilai individual meupakan hasil dari penjumlahan nilai skor setiap

jawaban instrument yang diperoleh responden dari empat parameter

Page 91: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

76

kesiapsiagaan yaitu pengetahuan dansikap, rencana keadaan darurat, sistem

peringatan bencana, dan mobilisasi sumber daya. Jumlah individual

merupakan jumlah responden dalam penelitian. Nilai rata-rata (M) merupakan

hasil dari jumlah nilai individual (X) dibagi dengan jumlah individual (N).

selanjutnya nilai rata-rata ini akan digunakan untuk menghitung tingkat

kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana letusan Gunung Gede.

Kategori kesiapsiagaan masyarakat Desa Galudra disajikan pada tabel 4.32

(hasil penghitungan manual).

Tabel 4.32

Kategori Kesiapsiagaan dalam menghadapi Bencana Letusan Gunung

Gede

No Kategori Frekuensi persentase

1 Sangat Siap 7 28%

2 Siap 13 52%

3 Kurang Siap 2 8%

4 Tidak Siap 1 4%

5 Sangat Tidak Siap - -

Jumlah 25 100%

Sumber: Hasil penelitian 2018

Berdasarkan Tabel 4.32 bahwa kesiapsiagaan masyarakat dalam

menghadapi bencana letusan Gunung Gede terbagi menjadi tiga kategori yaitu

sangat siap sebesar 28%, siap sebesar 52% , kurang siap sebesar 8% dan tidak

siap 4%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa

Galudra dalam menghadapi bencana letusan Gunung termasuk dalam kategori

siap. Tingkat kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana letusan

Gunung Gede disajikan pada Tabel 4.33.

Tabel 4.33

Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat dalam menghadapi Bencana

Letusan Gunung Gede

Page 92: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

77

Alamat Jumlah Nilai

Individu

Jumlah

Individu (N)

Rata-rata

(M)

Kategori

Galudra 450 25 18 Siap

Sumber : Hasil Penelitian 2018

Berdasarkan Tabel 4.36 dapat diketahui bahwa tingkat

kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana letusan Gunung Gede

adalah siap.

Pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap risiko bencana

menunjukan masyarakat sudah memahami potensi dan kerakteristik bencana

serta memiliki sikap antisipasi yang tepat jika terjadi bencana yaitu

masyarakat siap dan mau untuk dievakuasi. Rencana untuk keadaan darurat

sudah dimiliki oleh masarakat, seluruh masyarakat memiliki kesepakatan

untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman atau tempat titik kumpul

evakuasi.

Sistem peringatan dini bencana letusan Gunung Gede menggunakan Toa

atau alat pengeras suara, bahkan menggunakan sirine yang dibunyikan oleh

petugas dari pihak BPBD maupun pejabat Desa, sehingga masyarakat dapat

bergegas mempersiapkan diri untuk menyelamatkan diri. Mobilisasi sumber

daya manusia menunjukan bahwa masih sebagian kecil masyarakat yang

mengikuti kegiatan sosialisasi, artinya masyarakat sudah dalam kondisi siap

untuk menghadapi bencana letusan Gunung Gede sehingga dapat

meminimalkan resiko bencana.

E. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian diatas merupakan proses yang telah dilakukan peneilti

dengan pemenuhan persyaratan penelitian administrasi dan pengurusan surat

izin penelitian. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif,

tentang apakah masyarakat Desa Galudra memilki kesiapsiagaan dalam

menghadapi bencana letusan Gunung Gede, dan berikut pembahasan yang

akan diinterpretasikan sesuai dengan instrument dan hasil penelitian di

lapangan.

Page 93: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

78

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa masyarakat Desa Galudra

termasuk dalam golongan siap dalam menghadapi bencana letusan Gunung

Gede. Mungkin bencana letusan ini belum pernah terjadi dalam waktu dekat,

tapi masyarakat Desa Galudra sudah menyadari akan bahaya dari Gunung

Gede.

Dari hasil pemaparan permasalahan diatas bahwa kesiapsiagaan berkaitan

dengan upaya-upaya yang diambil sebelum terjadinya bencana untuk

memastikan tindakan efektif guna meminimalkan risiko bencana. Parameter

kesiapsiagaan dimulai dari pengetahuan dan sikap, rencana tanggap darurat,

sistem peringatan dini, dan mobilisasi sosial.

Sekitar 52% masyarakat Desa Galudra memiliki kesiapsiagaan pada

kategori siap jika bencana letusan Gunung Gede terjadi. Sekitar 28%

masyarakat Desa Galudra memiliki kesiapsiagaan pada kategori Sangat Siap.

Dan untuk kategori kurang siap hanya sebesar 4%. Hal ini menunjukan bahwa

untuk saat ini dan beberapa waktu kedepan masyarakat memiliki

kesiapsiagaan yang siap.

Selain kesiapsiagaan masyarkat, adanya juga peran pemerintah setempat

sangat membantu mengurangi dampak dari bencana letusan Gunung Gede.

Pemerintah berupaya memberikan sosialisasi berupa penyuluhan tentang

bahaya bencana dan dampak dari letusan Gunung Gede.

Dalam menghadapi bencana letusan Gunung Gede ada beberapa upaya

masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan ketika bencana letusan Gunung

Gede datang, seperti : menyiapkan peralatan untuk evakuasi, peralatan darurat,

menyiapkan tempat pengungsian, melakukan erencanaan untuk evakuasi,

menempatkan barang-barang ke tempat yang aman, dan mengevakuasi

kelompok yang rentan terhadap bencana.

Page 94: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

79

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas penulis dapat mengambil kesimpulan

bahwa masyarakat termasuk pada kategori siap yaitu memiliki rata-rata

skor dai nilai keseluruhan responden sebesar 18. Persentase responden

yang sangat siap yaiu sebesar 28%, persentase responden yang siap

sebesar sebesar 52%, persentase responden yang kurang siap sebesar 8%

dan responden yang tidak siap serta sangat tidak siap sebesar 4%.

Pengetahuan dan sikap masyarakat termasuk kategori siap karena

masyarakat akan mengetahui akan bahaya serta dampak dari bencana

letusan Gunung Gede akan tetapi ada beberapa warga tang tidak siap

menghadapi bencana letusan Gunung Gede oleh karena itu pekerjaan bagi

pemerintah setempat untuk lebih meningkatkan kesiapsiagaan. Sehingga

jika sewaktu-waktu bencana letusan datang masyarakat sudah siap dan

memilih untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Rencana tanggap darurat yang dilakukan yaitu masyarakat

memiliki rencana akan mengevakuasi diri dan keluarga ke daerah yang

lebih aman , agar dapat mengurangi jumlah korban maupun kerugian harta

benda. Selain itu masyarakat juga saling membantu kondisi rumah masing-

masing, saat proses evakuasi masyarakat membawa perlengkapan dan

barang-barang terpenting ke tempat pengungsian seperti surat-surat

berharga dan obat-obatan.

B. Implikasi

berdasarkan kesimpulan yang telah dilakukan, maka peneliti dapat

memberikan implikasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam

menentukan kebijakan yang berhubungan dengan kesiapsiagaan

menghadapi bencana.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang penting

bagi masyarakat di Desa Galudra, dalam mempersiapkan diri dan

pengetahuan mengenai bencana letusan Gunung Gede, Peran masyarakat

Page 95: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

80

dan pemerintah sangatlah penting dalam mencegah bencana letusan

Gunung Gede, karena kerjasama yang baik antara masyarakat dan

pemerintah akan mengurangi resiko munculnya korban dan kerugian harta

benda pada saat terjadi bencana letusan Gunung Gede.

C. Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan, maka penulis memberikan

saran sebagai berikut:

1. Untuk daerah penelitian

a. Lebih meningkatkan kesiapsiagaan apabila sewaktu-waktu

bencana letusan Gunung Gede datang tanpa disadari.

b. Mengoptimalkan kerjasama antar warga dalam berpartisipasi

mengurangi resiko bencana letusan Gunung Gede.

2. Untuk pemerintah Desa Galudra

Mengadakan pelatihan-pelatihan dan sosialisai mengenai

kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana letusan Gunung Gede.

3. Untuk peneliti selanjutnya

Diharapkan memperluas objek penelitian dan memperluas

daerah survei agar memperbanyak sampel sehingga data yang

diperoleh lebih valid. Dan menambahkan variabel selain

kesiapsiagaan mengenai kebijakan agar hasilnya lebih maksimal.

Page 96: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

81

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka

Cipta, 2013.

Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana,Pengenalan Karakteristik

Bencana dan Upaya Mitigasi di Indonesia. Jakarta: Direktorat Mitigasi,

2007.

Badan Penanggulangan Bencana, Panduan Kontijesi Menghadapi Bencana.

Jakarta :BNPB,2011.

Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Prenada media,

2005.

Dedi Hermon, Geografi Bencana Alam, Jakarta: Rajawali Pers, 2015.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, Proyek Pengadaan

Kitab Suci Al-Qur’an Indonesia.

Undang-Undang tentang Penanggulangan Bencana, UU No.24Tahun 2007,

LN No.66 Tahun 2007, TLN No. 4723.

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Lembaga penilitian & Pengabdian Kepada Masyarakat ITB, Mengelola Risiko

Bencana di Negara Maritim Indonesia.Bandung: ITB,2009.

Munir. Geologi Lingkungan, Malang: B Ayumedia Publishing, 2003.

Nurjannah dkk, Manajemen Bencana, Bandung: Alfabeta, 2012

Pusat Data dan Analisa, Indonesia Rawan Bencana. Jakarta: Tempo,2006.

Puturuhu, Ferad, Mitigasi Bencana dan Penginderaan Jauh, Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2015.

Sartohadi, Junun, Bungan Rampai Penelitian, Pengelolaan Bencana

Kegunungapian Kelud

pada Periode Krisis Erupsi 2014 , Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014.

Page 97: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

82

Singarimbun, Mardialis, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES, 1989.

Soetoto, Geologi Dasar, Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013.

Sofian Efendi dan Tukiran, Metode Penelitian Survei, Jakarta; LP3ES, 2012.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2013.

Suharsaputra, Uhar, Metode Penelitian:Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan,

Bandung: PT Refika Aditama, 2012.

Sukandarrumidi, Bencana Alam dan Bencana Antrhopogone.Yogyakarta:

Kanisius,2010.

Suryabrata ,Sumadi, Metodologi Penelitian.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

1997.

Taufik, Giri Ahmad. Bencana Alam dan Pengungsi. Jakarta: Komnas

HAM,2006.

Verstappen, Herman, Garis Besar Geomorfologi Indonesia, Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press, 2014.

Yayasan IDEP,Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat .Bali :

Yayasan IDEP,2007.

Sumber Skripsi

2013

Asep Zaenudin, “Analisis Kerentanan Bencana Letusan Gunung Ceremai di

Bencana Banjir di Rt 001 Rw 012 Kelurahan Bintaro, Kecamatan

Pesanggrahan, Jakarta Selatan Tahun 2015” Skripsi pada UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Ferinaldi, “Perubahan Sosial Masyarakat Cigugur (analisis perubahan sistem

Indonesia, Bandung, Jawa Barat 2006

Indria ni,Iin, “Persepsi Masyarakat terhadap Kiai di Pondok Pesantren

Ulumul Qur’an

Bojongsari, Kota Depok“ Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kecamtan

Cilimus Kabupaten Kuningan”, Skripsi pada Universitas Pendidikan Bandung,

Page 98: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

83

mata pencaharian masyarakat Cigugur, Kuningan, Jawa Barat)“ Skripsi

Nandi, “Geologi Lingkungan” Hand Outs pada Universitas Pendidikan

Nasution, Syafii, Penanggulangan Berbasis Komunitas, Tugas akhir pada

Nurrahmah, Widiani, “Pengalaman Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi

pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pascasarjana institut Pertanian Bogor, Bogor 2005.

PKPU” Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tonnedy, Ersyad, “Tahapan Penanggulangan Bencana Situ Gintung oleh

Sumber Undang-undang dan Peraturan Presiden

Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional

Penanggulangn Bencana

Undang-undang nomor 24 Tahun 2007

Sumber Internet

Pdf e-jurnal www.pvmbg.go.id

Page 99: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

84

LAMPIRAN - LAMPIRAN

Page 100: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

85

Page 101: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

86

Page 102: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

87

Page 103: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

88

Page 104: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

89

Page 105: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

90

Page 106: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

91

Page 107: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

92

Page 108: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

93

Page 109: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

94

Page 110: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

95

Page 111: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

96

Page 112: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

97

Page 113: SKRIPSI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46504/1/DARUL FAISAL... · menggunakan angket yang terdiri dari 25 pertanyaan. Teknik analisa data

98

BIODATA PENULIS

Darul Faisal Ramadhan, lahir di Bogor 26 Februari

1994, putra dari Bapak Dedy Mawardy (alm) dan Ibu

Lilis yang beralamat tinggal di Pagentongan Kelurahan

Lo`ji Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor, Jawa Barat.

Putra kedua dari 3 bersaudara ini telah menempuh

Pendidikan SD Insan Kamil Bogor (2000-2006),

Kemudian penulis melanjutkan ke SMP Insan Kamil

Bogor (2007-2009), selanjutnya meneruskan

pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Bogor (2009-2012) dan Setelah

lulus Madrasah Aliyah, penulis melanjutkan pendidikan di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial konsentrasi Geografi angkatan 2012 melalui jalur

mandiri.

Skripsi yang berjudul “Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Menghadapi

Bencana Letusan Gunung Gede di Desa Galudra, Kecamatan Cugenang,

Kabupaten Cianjur” ini di bawah bimbingan Bapak Dr. Sodikin, M.Si sebagai

Dosen Pembimbing