Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
SKRIPSI
FUNGSI PENGAWASAN INSPEKTORAT MAKASSAR DALAM
IMPLEMENTASI PROGRAM KESEHATAN GRATIS DI KOTA
MAKASSAR
disusun dan Diajukan oleh
ASNAWIR GASSING
NomorStambuk: 105 64 104 07
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
2
FUNGSI PENGAWASAN INSPEKTORAT MAKASSAR DALAM
IMPLEMENTASI PROGRAM KESEHATAN GRATIS DI KOTA
MAKASSAR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana ilmu pemerintahan
ASNAWIR GASSING
NomorStambuk: 105 64 104 07
KEPADA
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
3
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi : Fungsi Pengawasan Inspektorat Makassar Dalam
Implementasi Program Kesehatan Gratis Di Kota Makassar
Nama Mahasiswa : Asnawir Gassing
Stambuk : 105 64 104 07
Program Studi : IlmuPemerintahan
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H. Muhlis Madani, M.Si A. LuhurPrianto, S.IP., M.Si
Mengetahui :
Dekan, Ketua Jurusan,
Fisipol Unismuh Makassar Ilmu Pemerintahan
Dr. H. Muhlis Madani, M.Si A. Luhur Prianto. SIP., M.Si
4
PENERIMAAN TIM
Telah diterima oleh TIM Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar, berdasarkan Surat Keputusan/Undangan menguji ujian
skripsi Dekan Fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar, Nomor 0285/FSP/A.1-
VIII/II/36/2015 sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S.1) dalam
program studi Ilmu Pemerintahan Di Makassar pada hari Jum’at tanggal 27 bulan
Februari tahun 2015.
TIM PENILAI
Ketua, Sekertaris,
Dr. H. Muhlis Madani, M.Si Drs. H. Muhammad Idris, M.Si
Penguji
1. Dr. H. Muhlis Madani, M.Si (Ketua) ( )
2. Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si ( )
3. Dr. Jaelan Usman, M.Si ( )
4. A. Luhur Prianto. SIP., M.Si ( )
5
Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : Asnawir Gassing
Nomor Stambuk : 105 64 104 07
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa
bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain. Pernyataan ini
saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak
benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku.
Makassar, 16 februari 2015
Yang menyatakan,
Asnawir Gassing
6
KATA PENGANTAR
AssalamuAlaikumWr. Wb.
Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “fungsi pengawasan Inspektorat Makassar Implementasi Program
Kesehatan Gratis Di Kota Makassar .
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan akademik yang mutlak
dan harus dipenuhi sebagai syarat dalam memperoleh gelar sarjana jurusan Ilmu
Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini terwujud setelah mendapatkan
bantuan serta dorongan dari berbagai pihak dengan memberikan masukan dan saran-
saran sebagai bahan materi pada penulisan skripsi ini.Padakesempatanini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. H. Muhlis Madani, M.Si selaku
pembimbing I dan bapak A. Luhur Prianto. SIP., M.Si selaku pembimbing II yang
telah memberikan bantuan arahan yang mendetail sehingga penulis dapat mengerti
tentang metode penulisan skripsi. Selain itu penulis juga tak lupa mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. H Irwan Akib, M,Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
7
2. Kedua Orang Tua ( Ayah dan Ibu), serta saudara-saudaraku yang turut
mendoakan, mendidik serta memberikan Konstribusi yang begitu tulus
sehingga penulis dapat meraih cita-cita yang mulia ini.
3. Bapak Dr. H. Muhlis Madani M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. A. Luhur Prianto. SIP., M.Si selaku Ketua Jurusan ilmu pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Bapak Dr. H. Muhlis Madani M.Si sebagai penasehat akademik, penulis
berterima kasih atas segala bimbingannya selama ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen dilingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Makassar yang turut memberikan kontribusi
pemikirannya terhadap perkembangan pemikiran penulis.
7. Bapak Ketua dan staf Lembaga Penelitian Pengembangan dan Pengabdian
Kepada Masyarakat Universitas Muhammadiyah Makassar atas pelayanannya
selama proses penelitian, serta Bapak Inspektur Inspektorat Makassar beserta
staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuannya selama penulis
melakukan penelitian.
8. Teman-teman Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar Yang telah memberikan semangat sehingga proses
penyusunan skripsi ini dapat mencapai penyelesaian.
9. Buat teman-teman KKP angkatan ke IV yang banyak memberikan masukan-
masukan yang sifatnya membangun.
8
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan
sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan, dan semoga Allah SWT
memberikan pahala yang melimpah atas segala kebaikan kita semua, Amin.
Makassar…… 2015
Penulis
9
ABSTRAK
Asnawir G, fungsi Pengawasan Inspektorat Makassar dalam Implementasi
Program Kesehatan Gratis Di Kota Makassar (di bimbing oleh H. Muhlis Madani
dan A. Luhur Prianto).
Tujuan di adakannya penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas
fungsi pengawasan pada Inspektorat Makassar, Jenis penelitian ini adalah penelitian
survey langsung keobjek penelitian dengan tipe deskriptif Kualitatif dengan Data
dalam penelitian ini dikumpul dengan data primer dan sekunder yang menggunakan
tekhnik pengumpulan data berupa; observasi, dan wawancara secara mendalam
terhadap informan dan data sekunder lima tahun terakhir. Data tersebut di analisis
secara deskriptif kualitatif.
Berdasarkan hasil analisis mengenai pelaksanaan fungsi pengawasan
khususnya pada Kantor Inspektorat Makassar, ternyata dapatlah di simpulkan bahwa
pelaksanaan pengawasan baik dilihat dari segi pemeriksaan, pengujian, hingga
pengusutan, ternyata ternyata belum efektif, seperti tidak efektifnya hasil
pemeriksaan yang di lakukan di mana data yang di dapatkan tidak sesuai
penyimpangan yang sebenarnya terjadi
Faktor yang mempengaruhi Fungsi pengawasan Inspektorat Makassar
terhadap Implementasi Program Kesehatan Gratis Di Kota Makassar adalah meliputi
kualitas sumber daya manusia (SDM), kerja sama dengan masyarakat atau kelompok
masyarakat, di dalam melakukan fungsi pengawasan Inspektorat Makassar dalam
implementasi program kesehatan Gratis di Kota Makassar .
Efektivitas fungsi Pengawasan Inspektorat Makassar dalam Implementasi
Program Kesehatan Gratis Di Kota Makassar
10
DAFTAR ISI
Halaman judul…………..............….........………………………...... i
Halaman pengesahan…………………………………….................. ii
Penerimaan tim penguji...................................................................... iii
Kata pengantar.................................................................................... iv
Abstrak................................................................................................. v
Daftar isi…………………………………………………………....... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang ........................................................................ 1
B. RumusanMasalah ................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 5
D. Kegunaan Penelitian.............................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. LandasanTeori ....................................................................... 7
B. KerangkaPikir ........................................................................ 26
C Fokus Penelitian................................................................ ..... 28
D. Deskripsi Fokus Peneitian...................................................... 28
BAB III METODE PENELITIAN
A.Waktu Dan LokasiPenelitian ................................................. 30
B. Jenis dan TipePenelitian ........................................................ 30
C. Sumber Data .......................................................................... 30
D. Informan Penelitian.................................................................. 31
D. TeknikPengumpulan Data ..................................................... 31
E. TeknikAnalisis Data .............................................................. 32
F. Keabsahan Data ..................................................................... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran umum Kota Makassar dan Kantor Inspektorat ...... 34
B.Fungsi pengawasan inspektorat Makassar dalam Implementasi
program kesehatan gratis di Kota Makassar ............................. 48
C.Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan fungsi
pengawasan Inspektorat Makassar dalam Implementasi program
Kesehatan Gratis di Kota Makassar......................... ................. 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................... 62
B. Saran .........................................................................................
62
DAFTAR PUSTAKA
11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penigkatan efisien dan efektivitas pelaksanaan pemerintahan daerah, di
butuhkan partisipasi semua pihak.Masyarakat terlebih dari aparat yang akan
melaksanakan pemerintahan. Penyelenggaran pemerintahan yang efektif merupakan
kebutuhan yang sangat mendesak, khususnya masa reformasi sekarang ini.
Hal ini ditandai olehtuntutan bagi masyarakat, yang menghasilkan terciptanya
aparatur pemerintahan yang bersih dan berwibawa, tertib dan teratur dalam
menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tuntutan
bagi masyarakat itu timbul karena adanya praktek-praktek yang tidak sesuai dengan
aturan yang ada. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dikalangan aparat
pemerintah daerah, salah satunya disebabkan oleh kurang efektifnya pelaksanaan
pengawasan yang dilakukan oleh badan yang ada dalam tubuh pemerintah daerah itu
sendiri. (Victor, 1994, :28)
Dasar hukum yang dapat dijadikan acuan dalam pelaksanan pengawasan adalah
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah yang diperkuat
oleh peraturan pemerintahan No. 20 Tahun 2001 tentang pembinaan dan pengawasan
atas penyelenggaraan pemerintahan daerah, Keputusan Presiden No. 74 Tahun 2001
tentang tata cara pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah dan keputusan
Menteri No. 41 Tahun 2001 tentang pengawasan represif kebijakan daerah.
1
12
Kedisiplinan pegawai untuk mentaati peraturan jam kerja, dan pelaksanaan
tugas yang lainnya masih terkadang diremehkan. Keadaan tersebut disebabkan oleh
tingkat kesadaran para pegawai yang tugasnya belum maksimal, sehingga terkadang
pegawai lebih mengurus kepentingan pribadi atau golongannya. (Victor, 1994, :38)
Penguasa atau pimpinan perlu melakukan pengawasan, sebab tanpa
pengawasan akan mengakibatkan terjadi penyelewengan-penyelewengan. Oleh
karena itulah perlu dilakukan pengawasan yang efektif, khususnya yang berkaitan
dengan tugas-tugas pokok pemerintahan di dalam program Kesehatan Gartis di Kota
Makassar hal ini bertujuan untuk menunjang terwujudnya pemerintahan yang bersih
dan berwibawa, dan untuk mewujudkannya maka perlu diterapkan fungsi
pengawasan terhadap kinerja pemerintahan di dalam program Kesehatan Gratis.
Fungsi pengawasan dilakukan dengan memperhatikan pelaksanaan fungsi
manajemen lainnya seperti fungsi perencanaan, pengorganisasian dan penggerakan.
Salah satu fungsi pengawasan yang efektif untuk diterapkan adalah pengawasan
fungsional, karena setiap gejala penyimpangan akan lebih mudah dan lebih cepat
diketahui. Dalam melaksanakan keempat dari fungsi manajemen tersebut secara baik,
akan secara otomatis menunjang pencapaian tugas-tugas pokok yang sesuai dengan
yang direncanakan. (Manullang, 2006, : 13)
Tidak bisa dipungkiri bahwa peradaban manusia tidak bisa dipisahkan dari
Perkembangan ilmu dan teknologi sekarang ini dan masa depan. Demikian pesatnya
kemajuan sains seiring perubahan waktu. Hampir tidak terelakkan lagi, aspek
kehidupan harus menyesuaikan dengan arah perubahan tersebut. Pelayanan kesehatan
13
pun demikian, sebagai akibat dari pergeseran pemanfaatan sumber daya yang
menuntut efisiensi dan akselerasi. Relevansi dengan penyediaan pelayanan kesehatan
saat ini, maka dipandang perlunya reformasi pelayanan kesehatan kearah layanan
publik yang mengutamakan pemenuhan kebutuhan pelanggan, bukan pelayanan
kesehatan yang ditentukan oleh penyelenggara pelayanan kesehatan itu
sendiripelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau
secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perseorangan keluarga, kelompok, dan ataupun masyarakat.
Kantor Inspektorat di Kota Makassar yang memiliki fungsi dalam melakukan
pengawasan kinerja pemerintahan daerahdalam hal ini program Kesehatan Gratis
Makassar Dimana salah satu misi yang ingin dicapai adalah dengan mencegah
terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan manajemen pemerintahan daerah.
Kemudian fungsi lainnya adalah dengan melakukan pengawasan, pemeriksaan,
penilaian dan pengusutan atas dua azas, yaitu : Badan Pengawasan Daerah Provinsi
sebagai wujud vertikalnya, dan Gubernur,Bupati Dan Walikota yang ada di sulawesi
selatan sebagai sumber penerimaan tugas, sehingga untuk menunjang pelaksanaan
tenaga pengawasan maka digunakan tenaga pengawas atau pembantu pengawasan,
yang diperlukan penandatanganan dalam surat perintah tugas pemeriksaan dan
penilaian. Sedang pengusutan dilakukan sendiri oleh Inspektorat Kota Makassar.
Sekretariat Inspektorat Kota Makassardalam upaya menerapkan dan
memantapkan pelaksanaan pengawasan fungsional kepada segenap komponen yang
14
ada dalam organisasi lingkup kerjanya untuk memikirkan dan mengemban tugas dan
tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya agar dapat memberikan nilai kontribusi
dalam pelaksanaan tugas dengan sebaik mungkin. Dengan demikian diharapkan dapat
mengendalikan segala bentuk kegiatan kerja sehingga dapat terlaksana sesuai dengan
tugas dan tanggungjawab yang telah diberikan.
Pelayanan kesehatan dasar bagi penduduk Kota di Puskesmas dan jaringannya
Sebagaimana Peraturan Pemerintah Kota Makassar Nomor : 7 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Kesehatan Di Kota Makassar yang dibebaskan dari biaya pelayanan
meliputi :Pelayanan rawat inap persalinan dan rawat Inap umum;, Pemeriksaan
dokter, pengobatan dan konsultasi kesehatan ;Pelayanan laboratorium yang terdiri
dari pemeriksaan darah rutin; pemeriksaan urine rutin, pemeriksaan tinja,
pemeriksaan sputum;pemeriksaan malaria/DDR; pemeriksaan, pemeriksaan
golongandarah;pemeriksaan tes kehamilan. Tindakan medik dasar terdiri dari
;Tindakan medik umum meliputi ;jahit lukaganti verband, cross insisi, insisi abses,
ekstraksi corpus alienum, perawatan :luka ringan, luka sedang, luka berat, resusitasi
kardio pulmoner (RKP). Tindakan medik gigi mulut dasar yang meliputi ;.pencabutan
gigi dewasa;pencabutan gigi anak anak;umpatan tetap;tumpatan sementara;.insisi
abses;pembersihan karang gigi manual, Pelayanan dasar kesehatan ibu dan anak
(KIA) dan keluarga berencana (KB) yang terdiri dari ;pelayanan ibu hamil (antenatal
care), pelayanan post natal care (PNC);pelayanan imunisasi;Pelayanan keluarga
berencana:suntik;pil, perawatan tali pusat;Perawatan payudara;Tindik telinga.Surat
keteranganlahir;Surat keterangan sakit;Surat keterangan kematian.Pelayanan
15
kesehatan rawat jalan lanjutan dan pelayanan kesehatan rawat inap lanjutan pada
RSUD dibebaskan dari biaya rawat jalan dan rawat inap kelas III setelah
mendapatkan surat rujukan dari Puskesmas.
Namun permasalahan yang terjadi bahwa pelaksanaan dari program kesehatan
gratis di kota makassar belum dilakukan secara efektif, alasannya karena belum
meratanya pelayanan kesehatan gratis pada puskesmas, yang di mana masih ada
masyarakat melakukan pungutan terkait apa yang menjadi program kesehatan gratis
dari pemerintah Kota terhadap masyarakat, pelaksanaan program kesehatan gratis di
Kota Makassar hendaknya bisa lebih memeratakan pelayanan kesehatan dan rasa adil
kepada masyarakat. Jangan sampai pelayanan kesehatan hanya dapat dinikmati oleh
sekelompok masyarakat tertentu.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk membahasnya dalam
penulisan Skripsi dengan judul “Fungsi Pengawasan Inspektorat Makassar Dalam
Implementasi Program Kesehatan Gratis Di Kota Makassar”
B. Rumusan Masalah
Dilihat dari latar belakang yang ditulis oleh penulis, maka penulis merumuskan
masalah yaitu:
1. Bagaimana fungsi pengawasan yang dilakukan Inspektorat Kota Makassar
terhadap program Kesehatan gratis
2. Faktor-faktor penghambat dan pendukung di dalam fungsi pengawasan
Inspektorat Kota Makassar Terhadap program Kesehatan Gratis.
16
C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui fungsi pengawasan Inspektorat Kota Makassar dalam
implementasi program Kesehatan gratis di Kota Makassar.
b. Untuk Mengetahui faktor pendukung dan penghambat pengawasan yang di
lakukan Inspektorat Kota Makassar Dalam Impelemntasi Program Kesehatan
Gratis di Kota Makassar.
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Teoritis
1. Sebagai masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam
kajian fungsi pengawasan sebagai lembaga pengawasan di dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
2. Sebagai bahan rujukan bagi peneliti atau peneliti yang lain mengenai fungsi
pengawasan Inspektorat dalam pengawasan terhadap penyelenggaraan
pemerintahan.
b. Kegunaan Praktis
Sebagai bahan masukan kepada pemerintah Kota Makassar terutama di
Inspektorat untuk meningkatkan kualitas kontrolnya secara profesional dan akuntabel
berdasarkan amanah Undang-undang.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pengawasan
Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang bertujuan untuk
mengusahakan agar apa yang telah direncanakan dalam pelaksanaan kegiatan
organisasi dapat memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Sudah menjadi pendapat umum bahwa efektifitas pelaksanaan dari seluruh
kegiatan dalam sebuah kelembagaan publik maupun kelembagaan privat, maka
sangat di butuhkan kehadiran pengawasan dalam rangka meningkatkan efesiensi dan
profesionalisme pelaksanaan berbagai program kelembagaan sehingga dapat
memberikan hasil sesuai dengan perencanaan yang telah di tetapkan sebelumnya,
apabila sesuatu progarm kelembagaan tidak memberikan hasil sesuai dengan harapan
sebelumnya, berarti minimal ada tiga jenis kelemahan di dalam kelembagaan menurut
(Makmur, 2011:175)
a. kelemahan dari segi perencanaan yang tidak tepat sasaran yang hendak di tuju
b. Pelaksanaan suatu kegiatan tidak ditangani oleh manusia yang memiliki
pengetahuan dan ketermpilan yang sesuai dengan jenis pekerjaan
c. Pengawasan yang dilakukan oleh manusianya itu sendiri
Pengertian pengawasan menurut (Siagian 2011:176). “Pengawasan merupakan
proses pengamatan atas pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi atauperusahaan
untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan
sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.”
18
Pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen yang khusus berupaya
agar rencana yang sudah di tetapkan dapat tercapai sebagaimana mestinya.
Pengawasan sering di artikan sebagaimana beberapa definisi berikut ini.
Pengawasan adalah mencakup upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuai
dengan rencana yang ditetapkan Henry Fayol dan (Harahap, 2001: 10).
Pengawasan secara umum diartikan sebagai suatu kegiatan administrasi yang
bertujuan mengandalkan evaluasi terhadap pekerjan yang sudah diselesaikan apakah
sesuai dengan rencana atau tidak. Karena itu bukanlah dimaksudkan untuk mencari
siapa yang salah satu yang benar tetapi lebih diarahkan kepada upaya untuk
melakukan koreksi terhadap hasil kegiatan.
Lebih lanjut menurut Victor dan(Makmur, 2011 : 176) “pengawasan adalah
setiap usaha dan tindakan dalam rangka untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan
tugas yang dilaksanakan menurut ketentuan dan sasaran yang hendak dicapai”.
Dengan demikian jika terjadi kesalahan atau penyimpangan-penyimpagan yang
tidak sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai, maka segera diambil langkah-langkah
yang dapat meluruskan kegiatan berikutnya sehingga terarah pelaksanaanya.
Sedangkan menurut Donelly dan (Harahap, 2001 : 11) “pengawasan adalah
pengawasan termasuk seluruh kegiatan yang dilakukan manajer untuk mencoba
meyakinkan hasil yang dicapai dengan hasil yang direncanakan.
Pengawasan adalah pekerjaan yang harus dilakukan oleh seorang pimpinan
untuk meneliti dan mengatur pekerjaan yang sedang berlangsung maupun yang telah
selesai. Dikutip dari tulisan Tanri Abeng dan (Makmur, 2001 : 11)
19
(Sarwoto 2010 : 94) menyatakan bahwa : “Pengawasan adalah kegiatan manajer
yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang
ditetapkan atau hasil yang dikehendaki.
(Fathoni 2006 : 30) mendefinisikan bahwa : “Pengawasan adalah suatu proses
untuk menetapkan aparat atau unit bertindak atas nama pimpinan organisasi dan
bertugas mengumpulkan segala data dan informasi yang diperlukan oleh pimpinan
organisasi untuk menilai kemajuan dan kemunduran dalam pelaksanaan pekerjaan.
1. Maksud dan Tujuan Pengawasan
Terwujudnya tujuan yang dikehendaki oleh organisasi sebenarnya tidak lain
merupakan tujuan dari pengawasan. Sebab setiap kegiatan pada dasarnya selalu
mempunyai tujuan tertentu. Oleh karena itu pengawasan mutlak diperlukan dalam
usaha pencapaian suatu tujuan. Menurut (Situmorang dan Juhir 1994:22) maksud
pengawasan adalah untuk :
1. Mengetahui jalannya pekerjaan, apakah lancar atau tidak
2. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan
mengadakan pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan-kesalahan
yang sama atau timbulnya kesalahan yang baru.
3. Mengetahui apakah penggunaan budget yang telah ditetapkan dalam
rencana terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan yang telah
direncanakan.
4. Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program (fase tingkat
pelaksanaan) seperti yang telah ditentukan dalam planning atau tidak.
20
5. Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan
dalam planning, yaitu standard.
Menurut Rachman (dalam Situmorang dan Juhir, 1994:22) juga mengemukakan
tentang maksud pengawasan, yaitu:
1. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan
2. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu telah berjalan sesuai dengan instruksi
serta prinsip-prinsip yang telah ditetapkan
3. Untuk mengetahui apakah kelemahan-kelemahan serta kesulitan-kesulitan dan
kegagalan-kegagalannya, sehingga dapat diadakan perubahan-perubahan untuk
memperbaiki serta. mencegah pengulangan kegiatan-kegiatan yang salah.
4. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan efisien dan apakah dapat
diadakan perbaikan-perbaikan lebih lanjut, sehingga mendapat efisiensi yang lebih
benar.
Kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa maksud pengawasan adalah
untuk mengetahui pelaksanaan kerja, hasil kerja, dan segala sesuatunya apakah sesuai
dengan yang direncanakan atau tidak, serta mengukur tingkat kesalahan yang terjadi
sehingga mampu diperbaiki ke arah yang lebih baik.
Sedangkan Situmorang dan Juhir (1994:26) mengatakan bahwa tujuan
pengawasan adalah :
1. Agar terciptanya aparat yang bersih dan berwibawa yang didukung oleh suatu
sistem manajemen pemerintah yang berdaya guna (dan berhasil guna serta
ditunjang oleh partisipasi masyarakat yang konstruksi dan terkendali dalam wujud
21
pengawasan masyarakat (kontrol sosial) yang obyektif, sehat dan bertanggung
jawab.
2. Agar terselenggaranya tertib administrasi di lingkungan aparat pemerintah,
tumbuhnya disiplin kerja yang sehat.
Sementara berkaitan dengan tujuan pengawasan, Menurut Sule dan Saefullah
(2005 : 318-319) ada empat tujuan pengawasan tersebut adalah adaptasi lingkungan,
meminimumkan kegagalan, meminimumkan biaya, dan mengantisipasi kompleksitas
dari organisasi.
1. Adaptasi lingkungan, adalah agar perusahaan dapat terus
menerusberadaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan
perusahaan, baik lingkungan yang bersifat internal maupun lingkungan
eksternal
2. Meminimumkan kegagalan, adalah ketika perusahaan melakukan kegiatan
produksi misalnya perusahaan berharap agar kegagalan seminimal mungkin.
Menurut Siswandi 2009 : 83-84) mengatakan bahwa tujuan pengawasan adalah:
1. Pengukuran kepatuhan terhadap kebijakan, rencana, prosedur, peraturan dan hukum
yang berlaku
2. Menjaga sumber daya yang dimiliki organisasi
3. Pencapaian tujuan dan sasaran yang yang telah ditetapkan oleh organisasi
4. Dipercayainya informasi dan keterpaduan informasi yang ada di dalam organisasi
22
5. Kinerja yang sedang berlangsung dan kemudian membandingkan kinerja aktual
dengan standar serta menetapkan tingkat penyimpangan yang kemudian mencari
solusi yang tepat.
3. Fungsi-fungsi Pengawasan
Menurut Sule dan Saefullah (2005 : 317) mengemukakan fungsi pengawasan
pada dasarnya meruapakan proses yang dilakukan untuk memastikan agar apa yang
telah direncanakan berjalan sebagaiamana mestinya. Termasuk kedalam fungsi
pengawasan adalah identifikasi berbagai faktor yang menghambat sebuah kegiatan,
dan juga pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan agar tujuan organisasi dapat
tetap tercapai. Sebagai kesimpulan, fungsi pengawasan diperlukan untuk memastikan
apa yang telah direncanakan dan dikoordinasikan berjalan sebagaimana mestinya
ataukah tidak. Jika tidak berjalan dengan semestinya maka fungsi pengawasan juga
melakukan proses untuk mengoreksi kegiatan yang sedang berjalan agar dapat tetap
mencapai apa yang telah direncanakan.
Fungsi dari pengawasan sendiri adalah :
a. Mempertebal rasa tangung jawab dari pegawai yang diserahi tugas dan
wewenang dalam pelaksanan pekerjaan.
b. Mendidik pegawai agar melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan prosedur
yang telah ditetapkan.
c. Mencegah terjadinya kelalaian, kelemahan dan penyimpangan agar tidak
terjadi kerugian yang tidak diinginkan.
23
d. Memperbaiki kesalahan dan penyelewengan agar dalam pelaksanaan
pekerjan tidak mengalami hambatan dan pemborosan-pemborosan.
4. Jenis – jenis Pengawasan
Berdasarkan pengertian pengawasan tersebut, maka jenis-jenis pengawasan
yang seringkali diterapkan pada setiap instansi/organisasi adalah:
a. Pengawasan Prepentif
Pengawasan preventif adalah pengawasan yang dilakukan sebelum suatu
tindakan dilaksanakan. Jenis pengawasan ini termanifestasi dalam bentuk
regulasi/prosedur-prosedur baku lainnya.
b. Pengawasan Represif
Pengawasan represif adalah pengawasan yang dilakukan sesudah suatu
kegiatan dilakukan, dengan membandingkan apa yang harus terjadi (direncanakan)
dengan apa yang telah terjadi.
c. Pengawasan Langsung
Pengawasan langsung yaitu apabila unit pengawasan, pimpinan organisasi
atau perusahaan melakukan pemeriksaan langsung pada tempat pelaksanaan
pekerjaan. Maksudnya agar segera dapat dilakukan tindakan perbaikan dan
penyempurnaan didalam pelaksanaan pekerjaan.
d. Pengawasan tidak langsung
Pengawasan tidak langsung yaitu aparat pengawasan suatu institusi melakukan
pemeriksaan pelaksanaan pekerjaan hanya melalui laporan-laporan. Laporan tersebut
dapat berupa uraian kata-kata, ataupun deretan angka-angka.
24
e. Pengawasan formal
Pengawasan formal yaitu pengawasan yang bertindak atas nama
pimpinan institusinya atau atasannya.
f. Pengawasan informal
Pengawasan informal yaitu pengawasan yang tidak melalui saluran
formal atau prosedur yang telah ditentukan. Pengawasan informal ini dilakukan
berupa kunjungan yang tidak resmi.
g. Pengawasan Administratif
Pengawasan administratif adalah pengawasan yang meliputi bidang
keuangan, kepegawaian dan material.
h. Pengawasan Teknis
Pengawasan teknis ialah pengawasan terhadap hal-hal yang bersifat fisik,
misalnya pemeriksaan terhadap pembangunan fisik, dan sebagainya.
5. Pentingnya Pengawasan
Seseorang berhasil atau berprestasi, biasanya adalah mereka yang telah
memiliki disiplin tinggi. Begitu pula dengan keadaan lingkungan tertib, aman, teratur
diperoleh dengan penerapan disiplin secara baik. Disiplin yang dari rasa sadar dan
insaf akan membuat seseorang melaksanakan sesuatu secara tertib, lancar dan teratur
tanpa harus diarahkan oleh orang lain. Bahkan lebih dari itu yang bersangkutan akan
merasa malu atau risih jika melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan ketentuan-
ketentuan organisasi yang berlaku. Hal ini ialah yang diharapkan pada diri setiap
pegawai melalui pengawasan dan pembinaan pegawai.
25
Ada berbagai faktor yang membuat pengawasan semakin diperlukan oleh setiap
organisasi, menurut (Siwandi 2009 : 200) adalah :
1. Perubahan lingkungan organisasi. Berbagai perubahan lingkungan organisasi
terjadi terus menerus dan tidak dapat dihindari, seperti munculnya inovasi
produk dan persaingan baru, diketemukannya bahan baku baru, adanya
peraturan pemerintah baru, dan sebagainya. Melalui fungsi pengawasan
manajer mendeteksi perubahan-perubahan yang berpengaruh pada barang dan
jasa organisasi, sehingga mampu menghadapi tantangan atau memanfaatkan
kesempatan yang diciptakan perubahan-perubahan yang terjadi.
2. Peningkatan komplesitas organisasi. Semakin besar organisasi semakin
memerlukan pengawasan yang lebih formal dan hati-hati. Berbagai jenis
produk harus diawasi untuk menjamin bahwa kualitas dan profitabilitas tetap
terjaga, penjualan eceran pada para penyalur perlu dianalisis dan dicatat
secara tepat, bermacam-macam pasar organisasi, luar dan dalam negeri, perlu
selalu dimonitor. Di samping itu organisasi luar dan dalam negeri, perlu selalu
dimonitor. Disamping nitu organisasi sekarang lebih bercorak desentralisasi,
dengan banyak agen-agen atau cabang-cabang penjualan dan kantor-kantor
pemasaran, pabrik-pabrik yang terpisah secara geografis, atau fasilitas-
fasilitas penelitian terbesar luas. Semuanya memerlukan pelaksanaan fungsi
pengawasan dengan lebih efisien dan efektif.
3. Kesalahan-kesalahan. Bila para bawahan tidak pernah membuat kesalahan,
manajer dapat secara sederhana melakukan fungsi pengawasan. Tetapi
26
kebanyakan anggota organisasi sering membuat kesalahan memesan barang
atau komponen yang salah, membuat penentuan harga yang terlalu rendah,
masalah-masalah diagnosa secara tidak tepat. Sistem pengawasan
memungkinkan manajer mendeteksi kesalahan-kesalahan tersebut sebelum
menjadi kritis.
4. Kebutuhan manajer untuk mendelegasikan wewenang. Bila manajer
mendelegasikan wewenang kepada bawahannya tanggung jawab atasan itu
sendiri tidak berkurang. Satu-satunya cara manajer dapat menentukan apakah
bawahan telah melakukan tugas-tugas yang telah dilimpahkan kepadanya
adalah dengan menginplementasikan sistem pengawasan. Tanpa sistem
pengawasan. Tanpa sistem tersebut, manajer tidak dapat memeriksa
pelaksanaan tugas bawahan.
Kata pengawasan sering mempunyai konotasi yang tidak menyenangkan,
karena dianggap akan mengancam kebebasan dan otonomi pribadi. Padahal
organisasi sangat memerlukan pengawasan untuk menjamin tercapainya tujuan.
Sehingga tugas manajer adalah menemukan keseimbangan antara pengawasan
organisasi dan kebebasan pribadi atau mencari tingkat pengawasan yang tepat.
Pengawasan yang berlebihan akan menimbulkan birokrasi mematikan kreativitas, dan
sebagainya, yang akhirnya merugikan organisasi sendiri. Sebaliknya pengawasan
yang tidak mencukupi dapat menimbulkan pemborosan sumber daya dan membuat
sulit pencapaian tujuan.
27
6. Tahapan-Tahapan Proses Pengawasan
Langkah umum yang diikuti dalam proses pengawasan ini adalahsebagai
berikut Belkaoui dalam bukunya (Harahap, 2011 : 35)
1. Tahap Penetapan Standar
Tujuannya adalah sebagai sasaran, kuota, dan target pelaksanaan kegiatan
yang digunakan sebagai patokan dalam pengambilan keputusan. Bentuk standar yang
umum yaitu :
a. Standar Phisik
b. Standar Moneter
c. Standar Waktu
2. Tahap Penyusunan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Digunakan sebagai dasar atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan secara
tepat.
3. Tahap Pengukuran hasil Pelaksanaan Kegiatan
Beberapa proses yang berulang-ulang dan kontinue, yangberupa atas,
pengamatan l laporan, metode, pengujian, dan sampel.
4. Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan
Digunakan untuk mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan dan
menganalisanya mengapa bisa terjadi demikian, juga digunakan sebagai alat
pengambilan keputusan bagai manajer.
5.Tahap Pengambilan Tindakan Koreksi
28
Bila diketahui dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan, dimana perlu ada
perbaikan dalam pelaksanaan.
7. Pengawasan yang efektif
pengawasan yang efektif menurut Certo dan (Sofyan, 2001 : 44) :
a. Sistem kontrol tertentu hanya berlaku untuk suatu organisasi tertentu, artinya
suatu kontrol tidak akan dapat berlaku untuk semua badan
b. Kegiatan kontrol harus dapat mencapai beberapa tujuan sekaligus, bukan
hanya tujuan sektoral tetapi tujuan lainnya
c. Informasi untuk maksud kontrol harus di peroleh tetapt waktu.
d. Mekanisme kontrol harus dapat dipahami semua orang yang ada dalam
organisasi
Sementara Duncan dalam bukunya Sofyan (2001 : 45) mengemukakan
beberapa sifat pengawasan efektif sebagai berikut:
1.Pengawasan harus dipahami sifat dan kegunaannya. Oleh karena itu harus
dikomunikasikan.
2. pengawasan harus mengikuti pola yang dianut oleh organisasi.
3.pengawasan harus dapat mengidentifikasi masalah organisasi.
4. pengawasan harus fleksibel.
5. pengawasan harus ekonomis.
29
8. Tindak Lanjut Pengawasan
Pada dasarnya pengawasan bukanlah di maksudkan untuk mencari kesalahan
dan menetapkan sanksi atau hukuman tetapi pengawasan dimaksudkan untuk
mengetahui kenyataan yang sesunguhnya mengenai pelaksanaan kegiatan organisasi.
Sesuai dengan Instrusksi Presiden Nomor 15 Tahun 1983, tindak lanjut
pengawasan terdiri dari :
1. Tindakan adminstratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundag-undangan
di bidang kepegawaian termasuk penerapan hukum disiplin yangdimaksudkandi
dalam pemerintahan Nomor 30 Tahun 1980 tentangpengaturadisiplinpegawai
negri sipil.
2. Tindakan tuntutan atau gugatan perdata yaitu :
a) Tuntutan ganti rugi atau penyetoran kembali.
b) Tuntutan perbendaharaan
c) Tuntutan pengenaan denda, ganti rugi, dll.
3. Tindakan pengaduan tindak pidana dengan menyerahkan perkaranya kepada
kepolisian Negara Repulik Indonesia dalam hal terdapat indikasi pidana
umum, atau kepala Kejaksaan Republik Indonesia dalam hal terdapat indikasi
tindakan pidana khusus.
4. Tindakan penyempurnaan aparatur pemerintahan di bidang kelembagan,
kepegawaian dan ketatalaksanaan.
30
Demikian tindak lanjut yang dilakukan dalam pengawasan tidak semuanya
harus berbentuk sanksi atau hukuman tetapi juga berupa bimbingan atau pengarahan
bahkan dapat berupa pujian atau penghargaan kepada mereka yang berprestasi.
9. Konsep Inspektorat
Berdasarkan amanat Pasal 112 ayat (2) UU No. 22 tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan pasal 11 PP No. 20 tahun 2001 tentang Pembinaan
Pengawasan atas penyelenggaraan Pemerintah Daerah, maka unsur pengawasan pada
Pemerintah Daerah yang semula dilaksanakan oleh Inspektorat Wilayah
Propinsi/Kota atau Kabupaten, Inspektorat merupakan unsur penunjang Pemerintah
Daerah di Bidang Pengawasan yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang
berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.
Inspektorat mempunyai tugas melaksanakan pengawasan fungsional terhadap
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah
serta Usaha Daerah lainnya. Disamping itu Inspektorat mempunyai fungsi yaitu :
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pengawasan fungsional;
b. Pelaksanaan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah oleh
Perangkat Daerah dan pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah dan Usaha
Daerah lainnya,
c. Pelaksanaan pemeriksaan, pengujian dan penilaian atas kinerja Perangkat
Daerah dan Badan Usaha Milik Daerah serta Usaha Daerah lainnya;
31
d. Pelaksanaan pengusutan dan penyelidikan terhadap dugaan penyimpangan atau
penyalahgunaan wewenang baik berdasarkan temuan hasil pemeriksaan
maupun pengaduan atau informasi dari berbagai pihak;
e. Pelaksanaan pemeriksaan, pengujian dan penilaian atas kinerja Perangkat
Daerah dan Badan Usaha Milik Daerah serta Usaha Daerah lainnya;
f. Pelaksanaan pengusutan dan penyelidikan terhadap dugaan penyimpangan atau
penyalahgunaan wewenang baik berdasarkan temuan hasil pemeriksaan
maupun pengaduan atau informasi dari berbagai pihak;
g. Pelaksanaan tindakan awal sebagai pengamanan diri terhadap dugaan
penyimpangan yang dapat merugikan daerah;
h. Pelaksanaan fasilitasi dalam penyelenggaraan otonomi daerah melalui
pemberian konsultasi;
i. Pelaksanaan koordinasi tindak lanjut hasil pemeriksaan. Aparat pengawasan
Fungsional Pemerintah (APFP);
j. Pelaksanaan pelayanan informasi pengawasan kepada semua pihak;
k. Pelaksanaan koordinasi dan kerja sama dengan pihak yang berkompeten dalam
rangka menunjang kelan-caran tugas pengawasan;
l. Pelaporan hasil pengawasan disampaikan kepada Gubernur dengan tembusan
kepada DPRD;
m. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diperintahkan oleh Gubernur;
32
10. Fungsi Inspektorat
Inspektorat Kota mempunyai tugas pokok melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan urusan pemerintahan daerah di bidang pengawasan yang meliputi
pemerintahan, pembangunan, sosial kemasyarakatan serta keuangan dan kekayaan
daerah.
Fungsi Inspektorat Provinsi, meliputi :
1. Perencanaan program pengawasan
2. Perumusan kebijakan dan fasilitas pengawasan
3. Pembinaan dan pelaksanaan pengawasan meliputi bidang pemerintahan,
pembangunan, sosial kemasyarakatan serta keuangan dan kekayaan daerah
4. Pemeriksaan, pengusutan pengujian dan penilaian tugas pengawasan
5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Sedangkan Inspektorat Kota/Kabupaten mempunyai kedudukan, tugas pokok
dan fungsi yang hampir sama tapi dalam konteks Kota/Kabupaten masing-masing,
yang diatur dan ditetapkan dengan Perda masing-masing kota/kota sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
11.KonsepKesehatan
Tahun 1968 – Rapat Kerja Kesehatan Nasional, dicetuskan bahwa
Puskesmas adalah merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian
dikembangkan oleh pemerintah (Depkes) menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas disepakati sebagai suatu unit pelayanan
33
kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu,
menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian
kecamatan di kotamadya/kabupaten.Tahun 1969.
Sistem Puskesmas disepakati dua saja, yaitu tipe A (dikepalai dokter) dan
tipe B (dikelola paramedis). Pada tahun 1969-1974 yang dikenal dengan masa Pelita
1, dimulai program kesehatan Puskesmas di sejumlah kecamatan dari sejumlah
Kabupaten di tiap Propinsi. Tahun 1979 Tidak dibedakan antara Puskesmas A atau B,
hanya ada satu tipe Puskesmas saja, yang dikepalai seorang dokter dengan stratifikasi
puskesmas ada 3 (sangat baik, rata-rata dan standard).
Selanjutnya Puskesmas dilengkapi dengan piranti manajerial yang lain, yaitu
Micro Planning untuk perencanaan, dan Lokakarya Mini (LokMin) untuk
pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerjasama tim. Tahun 1984
Dikembangkan program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana di
Puskesmas (KIA, KB, Gizi, Penaggulangan Diare, Immunisasi) Awal tahun 1990-an
Puskesmas menjelma menjadi kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga memberdayakan
peran serta masyarakat, selain memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok..
Kesehatan masyarakat menurut Winslow (1920), Kesehatan Masyarakat
(Public Health) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan
meningkatkan kesehatan melalui “Usaha-usaha Pengorganisasian Masyarakat” untuk
a. Perbaikan sanitasi lingkungan
34
b. Pemberantasan penyakit-penyakit menular
c. Pendidikan untuk kebersihan perorangan
d. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini
dan pengobatan.
e.Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan
hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.
12. Konsep Kesehatan Gratis di Kota Makassar.
Bahwa kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan unsur
penunjang kesejahteraan umum yang harus diwujudkan oleh pemerintah daerah
sesuai dengan amanat Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945,
Peraturan Kota Makassar nomor 7 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Kesehatan
Di kota makassar.Pelayanan kesehatan dasar bagi penduduk Kota di puskesmas dan
jaringannya dibebaskan dari biaya pelayanan meliputi :
1.Pelayanan rawat inap persalinan dan rawat Inap umum;
2.Pemeriksaan dokter, pengobatan dan konsultasi kesehatan ;
3.Pelayanan laboratorium yang terdiri dari
a) pemeriksaan darah rutin;
b) pemeriksaan urine rutin;
c) pemeriksaan tinja;
d) pemeriksaan sputum;
e) pemeriksaan malaria/DDR;
35
f) pemeriksaan widal;
g) pemeriksaan golongan darah;
4. Tindakan medik dasar terdiri dari ;
1) Tindakan medik umum meliputi ;
a. jahit luka
b.ganti verband
c.cross insisi
d. insisi abses
e.ekstraksi corpus alienum
f. perawatan :
a) luka ringan
b) luka sedang
c) luka berat
g.resusitasi kardio pulmoner (RKP).
h. pemeriksaan tes kehamilan.
2 ) Tindakan medik gigi mulut dasar yang meliputi ;
a.pencabutan gigi dewasa;
b.pencabutan gigi anak anak;
c.tumpatan tetap;
d.tumpatan sementara;
e.insisi abses;
f.pembersihan karang gigi manual.
36
5. Pelayanan dasar kesehatan ibu dan anak (KIA) dan keluarga berencana (KB)
yang terdiri dari ;
1) pelayanan ibu hamil (antenatal care)
2) pelayanan post natal care ( PNC );
3) pelayanan imunisasi;
4) Pelayanan keluarga berencana:a. suntik;b. pil
5) perawatan tali pusat;
6) Perawatan payudara;
7) Tindik telinga
6. Surat keterangan lahir;
7. Surat keterangan sakit
8. Surat keterangan kematian
B. Kerangka Pemikiran
Untuk mengetahui sejauh mana fungsi pengawasan Inspektorat Kota Makassar
dalam Implementasi program Kesehatan Gratis di Kota Makassar, maka perlu
dilaksanakan penelitian untuk mendapatkan suatu hasil yang kongkrit tentang fungsi
pengawasan inspektorat dalam implementasi program Kesehatan gratis, dengan
berpedoman pada indikator-indikator pengawasan yaitu pemeriksaan, pengujian,
pengusutan.
Pengawasan yang baik akan menghasilkan kinerja yang baik pula. Karena
dengan adanya pengawasan, baik pengawasan secara langsung maupun tidak
37
langsung akan memberikan motivasi bagi para tenaga kerja untuk dapat
melaksanakan tugasnya secara maksimal.
Pengawasan yang baik tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya,
baik faktor pendukung maupun faktor penghambatnya. Adapun faktor pendukung
dalam penelitian ini yaitu, kualitas, kerjasama, kebijakan, dan partisipasi masyarakat.
Sedangkan faktor penghambatnya yaitu kesibukan para anggota yang ada dilembaga
inspektorat daerah, dan minimnya pengalaman organisasi.
Untuk lebih memahami alur pemikiran di atas tentang fungsi Pengawasan
inspektorat Makassat dalam implementasi program Kesehatan gratis di Kota
Makassar, maka peneliti menggambarkan dalam bagan kerangka pikir sebagai
berikut. Gambar 1.
BAGAN KERANGKA PIKIR
Fungsi pengawasan
Inspektorat Makassar
dalam implementasi
program kesehatan
gratis di Kota Makassar
Pemeriksaan
Pengujian
Pengusutan
Faktor pendukung:
-Kualitas
-Kerjasama dalam
berbagai pihak
Faktor penghambat:
-Kesibukan
--Minimnya
pengalaman organisasi
Efektivitas pengawasan
38
C. Fokus Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir di atas, maka fokus penelitian ini
adalah Fungsi Pengawasan Inspektorat Makassar dalam Implementasi Kesehatan
Gratis Di Kota Makassar , Serta faktor yang mempengaruhi fungsi Pengawasan
Inspektorat Makassar Dalam Implementasi Program Kesehatan Gratis Di Kota
Makassar
D. Deskripsi Fokus Penelitian
1. Pengawasan di maksud untuk mencegah terjadinya penyimpangan yang akan
merugikan hajat orang banyak.
2. Inspektorat daerah sebagai lembaga yang mempunyai fungsi untuk melakukan
pengawasan dan pembinaan di dalam penyelenggaraan pemerintahan.
3. Program Kesehatan gratis di lakukan untuk mengupayakan adanya ruang bagi
seluruh rakyat yang tidak mampu mebiayai dirinya untuk Berobat.
4. Pemeriksaan adalah sebuah proses untuk mengetahui sebuah pekerjaan apakah
sudah berjalan sesuai aturan yang ada atau sebaliknya.
5. Pengujian merupakan hal untuk melakukan ketepatan terhadap aparatur yang di
beri tugas apakah berkompeten di bidangnya.
6. Pengusutan sebuah tindakan Pelaksanaan yang dilakukan apabila terdapat
dugaan penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang baik berdasarkan
temuan hasil pemeriksaan maupun pengaduan atau informasi dari berbagai
pihak.
39
7. Kesibukan di setiap anggota inspektorat dapat menyebabkan fungsi pelaksanaan
pengawasan bukan menjadi prioritas.
8. Kurangnya pengalaman berorganisasi dapat mempengaruhi ketepatan untuk
tujun yang ingin di capai.
9. Dengan kualitas yang di miliki setiap SDM membuat sebuah kegiatan dapat
bejalan lancar dan selalu mengedepankan profesionalisme dan proporsional.
10. Adanya kerja sama dari masyarakat baik secara individu maupun berkelompok
seperti, lembaga swadaya masyarakat yang bersifat independent. Di harapakn
ada kemajuan di dalam pelaksanaan pengawasan.
.
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian ini adalah di kantor Inspektorat Kota Makassar
Provinsi Sulawesi Selatan, Alasan penentuan lokasi adalah diamana Inspektorat
merupakan lembaga yang mempunyai fungsi pengawasan terhadap setiap
penyelenggaraan pemerintahan yang secara umum dalam hal ini yaitu program
Kesehatan gratis di Kota Makassar.
B. Jenis dan tipe penelitian
Penelitian ini menggunakan metode peniltian deskriptifkualitatif, dengan cara
menjelaskan secara tepat fakta-fakta yang bersifat khusus, kemudian diteliti dan
akhirnya ditemukan pemecahan persoalan yang bersifat umum.
Jenis penelitian yang digunakan adalah Grounded Reseach (Studi lapangan)
yang menitikberatkan pada penemuan fakta-fakta yang diamati di tempat penelitian
selama penelitian berlangsung, mengenai Fungsi pengawasan Inspektorat Makassar
dalam implementasi program Kesehatan gratis di Kota Makassar.
C. Sumber data
a) Sumber data primer adalah data yang dikumpulkan melalui hasil wawancara
secara langsung dengan pihak yang menjadi obyek dalam penelitian.
b) Sumber data sekunder adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengumpulkan dokumen-dokumen yang relevan dengan penelitian.
41
D. Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini adalah Inspektur Inspektorat Kota makassar
provinsi Sulawesi-Selatan serta anggota Inspektorat Kota Makassar dan Tokoh
masyarakat, dari informan tersebut dipilih 19orang sebagai informan kunci yang
memahami permasalahan pokok yang diteliti serta setiap saat penulis menkonfirmasi
data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
19 informan yang dimaksud ialah:
Tabel 1 Informan Peneliian No Informan Jumlah
1 Kepala Inspektorat 1
2 Anggota Inspektorat 5
3 Tokoh Masyarakat 10
4 Pegawai Dinas Kesehatan 3
Total Informan 19
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang autentik, mengenai data penelitian ini penulis
mengemukakan teknik pengumpulan data yaitu :
a. Teknik Wawancara atau lisan yaitu penulis mewawancarai langsung dengan
informan yang mengetahui permasalahan yang diteliti.
b. Teknik observasi (Pengamatan) yaitu mengadakan pengamatan langsung
dengan cara mengumpulkan data serta mencatat gejala-gejala yang nampak
pada objek penelitian.
42
c. Dokumentasi
F. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan analisis data dalam metode
penelitian dengan menjawab rumusan masalah maka dengan menggunakan analisis
data deskriptif kualitatif. Menurut Sugiyono (2008 : 147) penelitian deskriptif adalah
penelitian yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpulkan sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Dengan kata lain
tujuan penelitian deskriptif secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta
dan sifat-sifat daerah tertentu.
Pedoman pada jenis penelitian deskriptif Kualitatif, dimana data terkumpul
dengan teknik wawancara dan dokumenter kemudian proses selanjutnya adalah
penyederhanaan melalui beberapa proses, baik pencatatan, pengetikan, penyuntingan
agar mudah dibaca dan dipahami serta upaya mencari jawaban atas permaslahan yang
dirumuskan. Setelah dilakukan pengumpulan data yang diperoleh dengan
menggunakan teknik kualitatif dengan menggunakan data yang tersedia.
Analisis data tersebut menunjukkan pada petunjuk makna, deskripsi dan
penempatan data pada konteksnya masing-masing serta seringkali melukiskan kata-
kata dalam bentuk yang sederhana.
43
G. Keabsahan data
Triangulasi bermakna silang yakni mengadakan pengecekan akan kebenaran
data yang akan dikumpulkan dari berbagai sumber data, dengan menggunakan tehnik
pengumpulan data yang lain, serta pengecekan pada waktu yang berbeda.
1. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek pada sumber lain
keabsahan data yang telah diperoleh sebelumnya.
2. Triangulasi metode
Triangulasi metode bermakna data yang diperoleh dari satu sumber dengan
menggunakan metode atau teknik tertentu, diuji keakuratan atau ketidak
akuratannya.
3. Triangulasi waktu
Triangulasi waktu berkenaan dengan waktu pengambilan data.
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kota Makassar dan KantorInspektorat Kota Makassar
1. Gambaran Umum Kota Makassar
A. Letak Geografis dan Topografi
Kota Makassar terletak antara 1190
24’17’38” bujur Timur dan 508’6’19”
Lintang Selatan yang berbatasan sebelah utara dengan Kabupaten Maros, sebelah
timur Kabupaten Maros, sebelah selatan Kabupaten Gowa dan sebelah barat adalah
selat Makassar. Luas wilayah kota makassar tercatat 175,77 km persegi yang
meliputi 14 kecamatan. Dan memiliki batas-batas wilayah administratif dari letak
Kota Makassar, antara lain :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkep
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa
- Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar
Secara geografis, letak Kota Makassar berada di tengah diantara pulau-pulau
besar lain dari wilayah kepulauan nusantara sehingga menjadikan Kota Makassar
dengan sebutan “angin mammiri” ini menjadi pusat pergerakan spasial dari wilayah
Barat ke bagian Timur maupun Utara ke Selatan Indonesia. Dengan posisi ini
menyebabkan Kota Makassar memiliki daya tarik kuat bagi para imigran dari daerah
Sulawesi Selatan itu sendiri maupun daerah lain seperti provinsi yang ada di
45
kawasan Timur Indonesia untuk datang mencari tempat tinggal dan lapangan
pekerjaan.
Kota Makassar cukup unik dengan bentuk mnyudut di bagian Utara, sehingga
mencapai dua sisi pantai yang saling tegak lurus di bagian Utara dan Barat. Di
sebelah Utara kawasan pelabuhan hingga Tallo telah berkembang kawasan campuran
termasuk di dalamnya armada angkutan laut, perdagangan, pelabuhan rakyat dan
samudera, Sebagai rawa-rawa, tambak, dan empang dengan perumahan kumuh
hingga sedang. Kawasan pesisir dari arah Tengah ke bagian Selatan berkembang
menjadi pusat kota (Centre Busines District – CBD) dengan fasilitas perdagangan,
pendidikan, pemukiman, fasilitas rekreasi dan resort yang menempati pesisir pantai
membelakangi laut yang menggunakan lahan hasil reklamasi pantai.
Kenyataan di atas menjadikan beban kawasan pesisir Kota Makassar saat ini
dan dimasa mendatang akan semakin berat terutama dalam hal daya dukung dan
aspek fisik lahan termasuk luasnya yang tertabatas. Ditambah lagi pertumbuhan dan
perkembangan penduduk sekitarnya yang terus berkompetisi untuk mendapatkan
sumber daya di dalamnya.
B. Penduduk dan Tenaga Kerja
a. Penduduk
Penduduk Kota Makassar tahun 2014 tercatat sebanyak 1.272.349 jiwa yang
terdiri dari 610.270 laki-laki dan 662.079 perempuan. Sementara itu jumlah
penduduk Kota Makassar tahun 2008 tercatat sebanyak 1.253.656 jiwa.
46
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat ditunjukan dengan rasio
jenis kelamin penduduk Kota Makassar yaitu sekitar 92,17 persen, yang berarti setiap
100 penduduk wanita terdapat 92 penduduk laki-laki.
Penyebaran penduduk Kota Makassar dirinci menurut kecamatan, menunjukan
bahwa penduduk masih terkonsentrasi diwilayah Kecamatan Tamalate, yaitu
sebanyak 154.464 atau sekitar 12,14 persen dari total penduduk, disusul Kecamatan
Rappocini sebanyak 145.090 jiwa (11,40 persen).Kecamatan Panakkukang sebanyak
136.555 jiwa (10,73 persen), dan yang terendah adalah Kecamatan Ujung Pandang
sebanyak 29.064 jiwa (2,28 persen).
Ditinjau dari kepadatan penduduk Kecamatan Makassar adalah terpadat yaitu
33.390 jiwa per km persegi, disusul Kecamatan Mariso (30.457 jiwa per km persegi),
Kecamatan Bontoala (29.872 jiwa per km persegi). Sedang Kecamatan Biringkanaya
merupakan Kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah yaitu sekitar 2.709 jiwa
per km persegi, kemudian Kecamatan Tamanlanrea (2.841 jiwa per km persegi),
Manggala (4.163 jiwa per km persegi), Kecamatan Ujung Tanah (8.266 jiwa per km
persegi), Kecamatan Panakkukang (8.009 jiwa per km persegi). Wilayah-wilayah
yang kepadatan penduduknya masih rendah tersebut memungkinkan untuk
pngembangan daerah pemukiman terutama di 3 (tiga) Kecamatan yaitu Biringkanaya,
Tamanlanrea, Manggala.
47
Tabel I
Luas Wilayah dan Presentase Terhadap Luas Wilayah Menurut Kecamatan
di Kota Makassar
KODE
WIL
KECAMATAN
LUAS
(Km2)
PRESENTASE
TERHADAP
LUAS KOTA
MAKASSAR
(1) (2) (3) (4)
010
020
030
040
050
060
070
080
090
100
110
101
110
111
MARISO
MAMAJANG
TAMALATE
RAPPOCINI
MAKASSAR
UJUNG PANDANG
WAJO
BONTOALA
UJUNG TANAH
TALLO
PANAKKUKANG
MANGGALA
BIRINGKANAYA
TAMALANREA
1,82
2,25
20,21
9,23
2,52
2,63
1,99
2,10
5,94
5,83
17,05
24,14
48,22
31,84
1,04
1,28
11,50
5,25
1,43
1,50
1,13
1,19
3,38
3,32
9,70
13,73
27,43
18,11
7371 MAKASSAR 175,77 100,00
Sumber : Kantor Badan Pertanahan Nasional, Makassar Dalam Angka 2014
Presentase diatas menunjukan luas kota, juga turut mempengaruhi luas
kecamatan. Sehingga secara geografis dapat membagi wilayahnya dalam beberapa
wilayah administratif.
48
Tabel II
Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan di Kota Makassar 20014
KODE
WIL
KECAMATAN
KELURAHAN
RW
RT
(1) (2) (3) (4) (5)
010
020
030
031
040
050
060
070
080
090
100
101
110
111
MARISO
MAMAJANG
TAMALATE
RAPPOCINI
MAKASSAR
UJUNG PANDANG
WAJO
BONTOALA
UJUNG TANAH
TALLO
PANAKKUKANG
MANGGALA
BIRINGKANAYA
TAMALANREA
9
13
10
10
14
10
8
12
12
15
11
6
7
6
50
57
71
37
45
58
82
51
91
101
91
66
89
82
230
292
308
140
159
262
504
201
445
553
420
368
480
427
7371 MAKASSAR 143 971 4.789
Sumber : Kantor Walikota Makassar, Bagian Tata Pemerintahan. 2014
Jumlah desa / kelurahan pada Kota Makassar pada tahun 2014 terdata seperti
pada tabel di atas, tabel ini menunjukan jumlah RT dan RW pada setiap kelurahan
yang ada pada setiap kecamatan di Kota Makassar. Dari jumlah tersebut dapat dilihat
bahwa Kota Makassar memiliki desa / kelurahan yang jumlahnya sangat banyak.
49
Jumlah ini disesuaikan dengan ulah penduduk suatu wilayah sehingga dengan jelas
wilayah administrasi suatu kota.
2. Gambaran Umum Inspektorat Kota Makassar
Kantor Inspektorat Kota Makassar adalah suatu badan instansi pemerintah yang
berada didaerah Kota Makssar dan terletak di Perumahan Griya Fajar Mas Jalan
Teduh Bersinar No. 07 Makassar. Inspektorat Kota Maksasar dibentuk berdasarkan
peraturan daerah Nomor 07 Tahun 2005 tentang pembentukan susunan organisasi dan
tata kerja Inspektorat Kota Makassar.
Kedudukan Inspektorat Kota Makassar yaitu Inspektorat Kota Makassar berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota dan mempunyai tugas pokok
melaksanakan kewenangan Walikota dibidang pengawasan penyelenggaraan
pemerintahan daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Fungsi Inspektorat Kota Makassar yaitu:
a. Penyusunan kebijaksanaan teknis pemeriksaan terhadap penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
b. Penyusunan kebijaksanaan teknis pengusutan terhadap kebenaran
laporan/pengaduan penyimpangan wewenang pada unit kerja.
c. Pengendalian dan pelaksanaan teknis operasaional dalam rangka
pemberdayaan pengawasan daerah.
d. Pelaksanaan pelayanan teknis administrative dan fungsional.
50
Adapun visi dari inspektorat kota Makassar adalah ”Terwujudnya
penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan berwibawa melalui pengawasan
yang efektif dan profesional”
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka ditetapkan misi sebagai berikut :
Melakukan pengawasan terhadap sistem, mekanisme, peraturan
yang ditetapkan;
Mendorong dan memberikan kontribusi bagi terselenggaranya
pemerintahan yang baik melalui pengawasan internal/fungsional;
Mendorong terwujudnya aparat pemerintah yang profesional,
akuntabel, efektif, dan efisien serta responsif;
Meningkatkan kualitas hasil pengawasan dalam pengambilan
keputusan pimpinan untuk peningkatan kinerja aparat pemerintah;
Menumbuhkan sinergi antar aparat pengawasan.
A. Struktur Organisasi Inspektorat Kota Makassar
Susunan organisasi Inspektorat Kota Makassar berdasarkan Perda Nomor 7
Tahun 2005 yaitu sebagai berikut :
1. Inspektur
2. Bagian Tata Usaha, yang terdiri dari :
a. Sub bagian administrasi umum;
b. Sub bagian program dan perencanaan;
c. Sub bagian pelaporan dan evaluasi.
51
3. Kelompok jabatan Fungsional Auditior sebagai berikut :
a. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor Pengawasan Pemerintah dan
Pertanahan
b. Kelompok jabatan Fungsional Auditor Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan
c. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor Pengawasan Peralatan Dan
Kekayaan
d. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor Pengawasan Aparatur Dan
Kesatuan Bangsa.
Tugas dan fungsi jabatan pada kantor Inspektorat Kota Makassar berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2005, yaitu:
1. Inspektur
Tugas dan fungsi inspektur pada Pasal 7 yaitu;
(1) Inspektur mempunyai tugas pokok memimpin, melaksanakan,
mengkoordinasikan dan menfasilitasi pengawasan penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Inspektur menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan kebijaksanaan pengawasan penyelenggaraan
pemerintahan daerah;
b. Pengkoordinasian perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan
kegiatan pengawasan;
52
c. Pengkoordinasian tindak lanjut pengawasan;
d. Penyusunan kebijakan teknis pengawasan penyelengaraan
pemerintah daerah;
e. Pelaksanaan fasilitasi kerjasama kelembagaan;
f. Pembinaan urusan kepegawaian, penyusunan program,
pengelolaan keuangan serta pelaksanaan administrasi umum dan
urusan rumah tangga inspektorat;.
2. Bagian Tata Usaha
Tugas dan fungsi bagian tata usaha pada Pasal 8 yaitu ;
(1) Bagian Tata Usaha mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan
teknis administratif dan fungsional kepada semua satuan organisasi
dalam lingkup Inspektorat di bawah dan bertanggung jawab langsung
kepada Inspektur
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Bagian Tata Usaha menyelenggarakan fungsi :
a. Mengumpulkan bahan koordinasi penyusunan dan pengendalian
program kerja pengawasan;
b. Menghimpun, mengirim dan menyimpan laporan hasil
pemeriksaan/pengawasan aparat fungsional pengawasan;
menyiapkan bahan dan data dalam rangka pembinaan teknis
fungsional;
53
c. Menyiapkan dan menginventarisir bahan dan data dalam rangka
penatausahaan proses penanganan pengaduan;
d. Melaksanakan urusan kepegawaian, keuangan, surat menyurat dan
rumah tangga;
e. Melaksanakan administrasi jabatan fungsional.
3. Kelompok Jabatan Fungsional
Tugas dan fungsi Kelompok Jabatan Fungsional pada pasal 9 yaitu :
(1) Kelompok Jabatan Fungsional Auditor mempunyai tugas
melaksanakan kegiatan teknis sesuai bidang keahlian yang masing-
masing dipimpin oleh seorang Ketua Kelompok dengan tugas pokok
melaksanakan, memipmpin, mengarahkan, merencanakan dan
mengkoordinasikan pelaksanaan audit/pemeriksaan serta melakukan
pengkajian dan evaluasi hasil audit.
(2) Dalam melaksankan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Ketua
Kelompok Jabatan Fungsional Auditor menyelenggarkan fungsi :
a. Perumusan dan penyusunan daftar materi audit;
b. Perumusan dan penyusunan program kerja audit;
c. Perencanaan, pengkoordinasian, pelaksanaan, pengendalian, dan
pelaporan kegiatan audit;
d. Pelaksanaan tugas lain yang diperintahkan inspektur.
Pasal 10 Perda Nomor 7 Tahun 2005 dinyatakan bahwa Pejabat Fungsional
Auditor adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang
54
dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan
pemeriksaan pada instansi pemerintah dan masyarakat umum.
Kemudian pada Pasal 11 ayat (1) ditegaskan bahwa pengangkatan Pejabat
Fungsional Auditor ditetapkan dengan Keputusan Walikota sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan Pasal (2) ditetapkan bahwa
penempatan Pejabat Fungsional Auditor ke dalam Kelompok Jabatan Fungsional
Auditor ditetapkan Keputusan Inspektor.
B. Karakteristik Inspektorat di Kota Makassar
Penggambaran karakteristik 50 pegawai Inspektorat di Kota Makassar yang
dikemukakan berdasarkan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan
pangkat/golongan. Berikut ini adalah tabel mengenai karakteristik pegawai
Inspektorat peneliti akan menggambarkan karakteristik sebagai berikut :
Tabel 1 : Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Keterangan Frekuensi Presentase (%)
Umur :
21 – 30
31 – 40
41 – 50
51 – 60
8
18
14
10
16 %
36 %
28 %
20 %
Jumlah 50 100%
Ket : Data Pegawai Hasil Penelitian 2014
55
Tabel tersebut diatas memperlihatkan distribusi pegawai di Inspektorat
berdasarkan umur dimana menerangkan bahwa kebanyakan pegawai di Inspektorat
memiliki umur yang berkisar dari 31-40 tahun yang menunjukkan sebanyak 18 orang
pegawai di Inspektorat atau sebesar 36 persen dari jumlah keseluruhan pegawai di
Inspektorat, pegawai di Inspektorat yang memiliki umur yang berkisar dari 41-50
tahun memiliki posisi kedua terbanyak dari responden dimana menunjukkan
sebanyak 14 orang atau sebesar 28 persen dari keseluruhan pegawai di Inspektorat,
dan selanjutnya pegawai di Inspektorat yang memiliki umur yang berkisar 51-60
tahun menunjukkan sebanyak 10 orang atau sebesar 20 persen dari keseluruhan
pegawai di Inspektorat, sedangkan responden yang berumur 21-30 tahun memiliki
posisi keempat dari responden dimana menunjukkan sebanyak 8 orang atau sebesar
16 persen.
Tabel 2 : Karakteristik pegawai di Inspektorat Berdasarkan Jenis Kelamin
Keterangan Frekuensi Presentase (%)
Jenis Kelamin :
Laki- laki
Perempuan
27
23
54 %
46 %
Jumlah 50 100%
Ket : Data Pegawai Hasil Penelitian 2014
Distribusi pegawai di Inspektorat tentang jenis kelamin berdasarkan tabel di
atas menunjukkan bahwa 27 orang berjenis kelamin laki-laki atau sebesar 54 persen,
56
dan 23 orang yang berjenis kelamin perempuan atau sebesar 46 persen dari
keseluruhan jumlah pegawai di Kantor Inspektorat Kota Makassar.
Tabel 3 : Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Keterangan Frekuensi Presentase (%)
Tingkat Pendidikan :
S1 (Sarjana)
S2 (Magister)
SLTA
36
10
4
72 %
20 %
8 %
Jumlah 50 100%
Ket : Data Pegawai Hasil Penelitian 2014
Distribusi pegawai di Inspektorat tentang tingkat pendidikan ditunjukkan pula
pada tabel diatas dimana menerangkan bahwa 36 orang bergelar/ berpendidikan S1
atau sebesar 72 persen dari keseluruhan pegawai di Inspektorat, 10 orang
bergelar/berpendidikan S2 atau sebesar 20 persen dari keseluruhan pegawai di
Inspektorat, dan 4 orang berpendidikian SLTA atau sebesar 8 persen dari keseluruhan
pegawai di Inspektorat Kota Makassar.
Tabel 4 : Karakteristik pegawai di Inspektorat Berdasarkan Golongan Ruang
Keterangan Frekuensi Presentase (%)
Tingkat Golongan Ruang
IV/a – IV/d
III/a – III/d
II/a – II/d
9
34
5
2
18 %
68 %
10 %
57
I/a – I/d 4 %
Jumlah 50 100%
Ket : Data Pegawai Hasil Penelitian 2014
Distribusi pegawai di Inspektorat tentang tingkat golongan ruang ditunjukkan
pula pada tabel diatas dimana menerangkan bahwa 34 orang berpangkat III/a – III/d
atau sebesar 68 persen dari keseluruhan pegawai di Inspektorat, 9 orang berpangkat
IV/a – IV/d sebesar 18 persen dari keseluruhan pegawai di Inspektorat, dan 5 orang
berpangkat II/a – II/d atau sebesar 10 persen, sedangkan 2 orang pegawai di
Inspektorat yang berpangkat I/a – I/d atau sebesar 4 p
3. Susunan Organisasi Kantor Inspektorat Daerah Kabupaten Gowa.
STRUKTUR ORGANISASI KANTOR INSPEKTORAT KOTA MAKASSAR
VISI
Sub. Bagian keuangan
INSPEKTUR
Kelompok jabatan
fungsional
Sekretariat
Sub. Bagian
umum &
kepegawaian
Sub. Bagian
perencanan &
pelaporan
Inspektur
Pembantu
Wilayah I
Inspektur
Pembantu
Wilayah II
Inspektur
Pembantu
Wilayah IV
Sub. Bagian
keuangan
Inspektur
Pembantu
Wilayah III
58
B. Fungsi Pengawasan Inspektorat Makassar Dalam implementasi program
Kesehatan Gratis di Kota Makassar.
Bahwa kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan unsur
penunjang kesejahteraan umum yang harus diwujudkan oleh pemerintah daerah
sesuai dengan amanat Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Kesehatan Masyarakat (Public Health) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit,
memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan melalui “Usaha-usaha Pengorganisasian
Masyarakat”. Oleh karena itulah salah satu cara yang dilakukan dalam pencapaian
pelaksanaan program kesehatan gratis adalah melalui pengawasan, dimana fungsi dan
peran pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan apabila aktivitas yang
dilakukan oleh Aparat pemerintahan kotah telah sesuai dengan yang direncanakan,
dan selain itu dilakukan tindakan kolektif dari hasil pekerjaan yang tidak sesuai
dengan yang direncanakan.
Pentingnya fungsi dan peran kantor Inspektorat Kota Makassar, maka perlu
dilakukan penilaian mengenai pelaksanaan fungsi pengawasan yang selama ini
dilakukan. Hal ini bertujuan untuk menilai apakah pelaksanaan pengawasan yang
telah dilakukan telah sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itulah maka
penilaian pelaksanaan fungsi pengawasan pada Kantor Inspektorat Kota Makassar
ditekankan pada pelaksanaan pemeriksaan, pengujian dan pengusutan. Adapun hasil
penilaian dari masing-masing pelaksanaan Fungsi pengawasan di Kantor Inspektorat
Kota Makassar, dapat diuraikan sebagai berikut :
59
1. Pelaksanaan Pemeriksaan pada Kantor Inspektorat Kota Makassar.
Kantor Inspektorat Kota Makassar yang memiliki fungsi dan tugas dalam
melakukan pengawasan dalam hal ini Implementasi Program Pendidikan Gratis di
Kota Makassar. Dimana salah satu misi yang ingin dicapai adalah dengan mencegah
terjadinya penyimpangan - penyimpangan. Dimana fungsi penagwasan Inspektorat
adalah melakukan pemeriksaan, pengujian, pengusutan atas Implementasi Program
Kesehatan Gratis di Kota Makassar. Dan selain itu dapat dilakukan tindakan perbaikan
dalam Implementasi program Kesehatan Gratis di Kota Makassar.
Penilaian efektivitas dalam melakukan pemeriksaan khususnya pada Kantor
Inspektorat Kota Makassar, sesuai dengan hasil wawancara dengan berinisial “SH”
yaitu sebagai berikut :
“Selama ini pemeriksaan yang di lakukan Inspektorat sudah cukup baik, dan
ada waktu tertentu untuk melakukan pemeriksaan” (Tanggal 28 Januari 2015)
Berdasarkan hasil wawancara yang sebagaimana telah dilakukan dengan salah
satu Pegawai Dinas Kesehatan berinisial “SH”, dapat disimpulkan bahwa di dalam
melakukan pemeriksaan ada waktu yang telah di tentukan untuk melakukan
pemeriksaan terhadap program kesehatan gratis di Kota Makassar.
Hasil wawancara dengan berinisial “M” yaitu sebagai berikut :
“Dalam melakukan pemeriksaan ada beberapa hal yang menjadi acuan kami,
seperti objek yang akan di lakukan pemeriksaan, waktu yang tentukan
sebelum melakukan pemeriksaaan”(wawancara tanggal 28 januari 2015)
Sebagaimana wawancara yang telah dilakukan dengan kepala inspektorat
berinisial “M” pada Kantor Inspektorat bahwa sebelum melakukan sebuah tindakan
60
dalam pemeriksaan tentunya ada beberapa hal yang harusdi sepakati bersama seperti
adanya objek pemeriksaan yang jelas dan waktu dalam melakukan pemeriksaan yang
effektif. Hal senada juga di kemukankan oleh salah satu Pegawai Inspektorat “H”
beliau mengatakan Bahwa :
“Selama ini pengawasan yang di lakukan Inspektorat dalam hal ini
pemeriksaan harus melakukan koordiansi dulu ke tenaga pemeriksa untuk
menetapkan bidang – bidang yang terindikasi menyimpang. (Hasil wawancara
Tanggal 28 Januari 2015).
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti dapat menggambarkan bahwa di mana
fungsi pengawasan inspektorat dalam implementasi penyelenggarahan pemerintahan
program Kesehatan Gratis sudah berjalan maksimal, ini tidak terlepas dari proses
pelaksanaan pengawasan yang di lakukan inspektorat, dengan melakukan koordinasi
sesama tenaga pemeriksa untuk mejelaskan bidang – bidang yang di anggap tidak
sejalan dengan apa yang menjadi ketetapan pemerintah dalam hal ini prgram
Kesehatan Gratis di Kota Makassar. Berbeda halnya yang di kemukakan dari hasil
wawancara oleh salah satu tokoh masyarakat berinisial “FR” beliau mengatakan
bahwa :
“Dalam melakukan pemeriksaan seharusnya pihak Inspektorat lebih teliti dan
cepat memverifikasi dalam melihat bidang – bidang yang di anggap
menyimpang ” (Hasil wawancara Tanggal 28 Januari 2015).
Berdasarkan hasil wawancara yang di lakukan dengan tokoh masyarakat yang
berinisial “FR” mengatakan bahwa di mana pihak Inspektorat Kota Makassar dalam
melakukan pemerikssan harus lebih teliti dan ketepatan dalam melakukan verifikasi
bidang – bidang yang menyimpang, dan harus lebih intens melakukan pemeriksaan
61
langsung ke dinas yang di duga ada persoalan – persoalan yang terjadi ini untuk dapat
melihat langsung kondisi di mana persoalan – persoalan yang terjadi sebenarnya.
2. Pengujian
Selanjutnya dalam melakukan efektivitas pengujian dalam menerapkan fungsi
pengawasan khususnya pada Kantor Inspektorat Kota Makassar. Dalam hubungannya
dengan uraian tersebut di atas, akan disajikan hasil wawancara dengan salah satu
Pegawai inspektorat berinisal “AD” mengemukakan bahwa :
“Dalam melakukan pengujian terkait data yang di hasilkan dari pemeriksaan
belum efektif, karna di mana data tersebut tidak dapat di jadikan landasan ”
(wawancara tanggal 28 Januari 2015)
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dikemukakan di atas, maka salah satu
kendala yang dihadapi dalam melakukan pengujian adalah data yang tidak akurat,
dimana salah satu faktor yang menyebabkan ketidak akuratan data yang di peroleh di
sebabkan kurang siapnya pihak penyelenggara pemerintah di dalam melengkapi data-
data yang di inginkan pihak Inspektorat sehingga di butuhkan waktu lagi untuk
menunggu data tersebut untuk di lengkapinya. Hal inilah yang terjadi saat sekarang
ini sehingga di butuhkan pembinaan di dalam kesiapan melengkapi data-data. Hasil
wawancara dengan salah satu tokoh masyarakat berinisial “A” mengatakan bahwa :
“Pengujian yang di lakukan pihak Inspektorat tidak efektif karna tidak ada
hasil yang efektif dalam melakukan pengujian.” (wawancara tanggal 28
Januari 2015)
Berdasarkan hasil wawancara yang sebagaimana telah dilakukan dengan salah
satu tokoh masyarakat ternyata dalam melakukan pengujian tidak efektif di sebabkan
62
karna data yang tidak valid dari hasil pemeriksaan yang di lakukan sehingga dalam
melakukan pengujian tidak menghasilkan hasil yang maksimal. Hasil wawancara
yang dilakukan dengan tokoh masyarkat dengan berinisial “YD” beliau mengatakan
bahwa:
“ Pelaksanaan pengujian yang di lakukan kurang maksimal karna berawal dari
hasil pemeriksaan dengan data atau inforamsi yang di dapatkan tidak sesuai
dengan persoalan yang sebenarnya ” (Hasil Wawancara Tanggal 28 Januari
2015)
Berdasarkan hasil wawancara diatas, dengan berinisial “YD” berawal dari hasil
pemeriksaan yang tidk efektif membuat di mana tahapan untuk melakukan pengujian
terkait persoalan yang ada tidak menghasilkan apa yang diharapkan semua orang.
3. Pengusutan
Aktivitas pelaksanaan pengawasan selain dari pada pemeriksaan dan pengujian
juga ditunjang oleh adanya pelaksanaan pengusutan. Oleh karena itulah perlu
ditunjang oleh adanya penilaian mengenai efektivitas pelaksanaan pengusutan.
Terkait penjelasan di atas penulis melakukan wawancara dengan salah satu pegawai
Inspektorat berinisial “H” beliau mengatakan Bahwa :
“Pelaksanaan fungsi pengawasan Inspektorat untuk melakukan pengusutan di
lakukan sekali dalam setahun akan tetapi laporan harus masuk tiap triwulan,”
(Hasil wawancara Tanggal 30 Januari 2015).
Terkait penjelasan di atas peneliti menggambarkan bahwa pengawasan yang
di lakukan oleh kantor inspektorat terkait pelaksanan program kesehatan gratis tidak
efektif, di mana hanya sekali setahun melakukan pengawasan langsung ke dinas
terkait padahal sebuah program yang sifatnya untuk kepentingan orang banyak harus
63
di lakukan sebuah pengawasan yang kontinyu seperti melakukan pengawasan
langsung setiap sebulan sekali, semua ini untuk terciptanya sebuah program yang
tepat pada sasarannya. Hal senada juga di kemukakan oleh berinisial“LH” selaku
pegawai dinas kesehatan beliau mengatakan Bahwa :
“Selama ini pengawasan yang di lakukan Inspektorat terhadap implementasi
program kesehatan gratis di Kota Makassar menurut saya sudah efektif,di
mana salah satunya ialah proses pemeriksaannya di lakukan setiap triwulan
harus di laporkan ke kantor inspektorat dalam bentuk laporan secara tertulis
dan apabila terjadi permasalahan akan di lakukan pembinaan di dalam
pelaksanaan program Kesehatan gratis” (Hasil wawancara Tanggal 30 Januari
2015).
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti dapat menggambarkan bahwa di mana
pelaksanaan fungsi pengawasan inspektorat dalam implementasi program pendidikan
gratis sudah berjalan maksimal, ini tidak terlepas dari proses pelaksanaan pengawasan
yang di lakukan inspektorat, akan tetapi masih terdapat indikasi-indikasi yang masih
belum maksimalnya pelaksanaan program kesehatan gratis seperti masih terjadi
pungutan-pungutan di puskesmas tertentu, artinya pengawasan yang di lakukan pihak
Inspektorat sebagaimana hal di atas tidak efektif . Berbeda halnya yang di kemukakan
dari hasil wawancara oleh salah satu tokoh masyarakat berinisial “YD” beliau
mengatakan bahwa :
“Dalam melakukan pengusutan sekiranya pihak Inspektorat sering melakukan
sidak yang tanpa di ketahui siapapun untuk melihat langsung persoalan yang
sebenarnya terjadi ” (wawancara tanggal 30 Januari 2015)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dengan salah satu tokoh masyarakat yang
berinisial “YD” mengatakan bahwa dengan melakukan program sidak ke puskesmas
64
– puskesmas yang ada di Kota Makassar tentunya pihak Inspektorat akan
mendapatkan data dan informasi langsung dari hasilsidak untuk dijadikan data untuk
melakukan pemeriksaan dan pengujian.
C. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pengawasan di dalam fungsi
pengawasan Inspektorat Daerah Kota Makassar Dalam Implementasi Program
Kesehatan Gratis Di Makassar.
1. Faktor Pendukung
Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan kepada beberapa
narasumber, maka diperoleh penjelasan tentang faktor pendukung fungsi pengawasan
Inspektorat Makassar Dalam Implementasi Program Kesehatan Gratis Di Kota
Makassar.
a.Kualitas
Yang menjadi acuan peneliti dalam kategori Kualitas yaitu tentang kualitas
sumber daya manusia yang dimiliki oleh Kantor Inspektorat Kota Makassar Sumber
daya manusia yang cakap akan membantu produktivitas dalam suatu pekerjaan.
Sebaliknya pun demikian. Jadi keberhasilan suatu pekerjaan terletak dari kualitas
sumber daya manusianya.
Pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat Makassar Dalam Implementasi
Program Kesehatan Gratis Di Kota Makassar akan berjalan sesuai dengan prosedur
tidak terlepas dari kemampuan sumber daya manusianya. Sumber daya manusia yang
cakap akan mampu memberikan hasil yang lebih baik. Terkait kualitas sumber daya
65
manusia yang dimiliki Inspektorat Makassar peneliti melakukan wawancara dengan
berinisial “H” beliau mengatakan :
“Kualitas sumber daya manusia di Kantor Inspektorat saat ini cukup baik.
Karena sebagian besar memiliki jenjang pendidikan yang cukup tinggi.
Terbukti dengan banyaknya yang diduduki oleh orang-orang yang
berpendidikan strata I dan II” (Hasil Wawancara Tanggal 2 Februaru 2015)
Hasil wawancara diatas dengan salah satu pegawai Inspektorat, dengan
berinisial “H” sangat merasa puas, karena dimana Inspektorat juga memiliki SDM
yang cukup bagus, sehingga dalam pengawasan dapat berjalan dengan lancar, akan
tetapi tidak sinkron antara jenjang pendidikan dengan pengalaman-pengalaman di
bidangnya. yang paling utama adalah SDM. Menurut A.F. Stoner manajemen sumber
daya manusia adalah suatu prosedur yang berkelanjutan yang bertujuan untuk
memasok suatu organisasi dengan orang-orang yang tepat untuk ditempatkan pada
posisi dan jabatan yang tepat pada saat organisasi memerlukannya. Terkait dengan
hal di atas, peneliti juga melakukan wawancara dengan salah satu Tokoh masyarakat
yang menjadi representatif masyarakat setempat yang berinisial “R” bahwa :
“Saya melihat kualitas sumber daya manusia pada kantor Inspektorat Kota
Makassar saat ini cukup baik. Jika di lihat dari jenjang pendidikan yang
milikinya”(Hasil Wawancara Tanggal 2 Februari 2015).
Kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh anggota Inspektorat
Makassar, maka pengawasan yang dilakukan akan berjalan dengan efektif, akan
tetapi jenjang pendidikan yang di milikinya tidak sejalan dengan kemampuan untuk
melakukan bidang-bidang penyimpangan yang akan di lakukan penagawasan.
66
b.Kerjasama
Pada dasarnya kerjasama yang baik dengan orang lain dapat memberikan
manfaat yang besar bagi keberlangsungan proses kerja dalam sebuah
organisasi/lembaga. Pekerjaan yang dilkaukan secara bersama-sama, baik pekerjaan
fisik maupun kerjasama dalam pemberian informasi akan memberikan nilai lebih.
Dan waktu penyelesaian pekerjaan tidak memakan waktu yang cukup lama.
Konteks Fungsi pengawasan Inspektorat Makassar terhadap Implementasi
Program Kesehatan gratis telah menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk
lembaga swadaya masyarakat dan dari masyarakat langsung untuk memperoleh
informasi dan masukan terhadap pelaksanaan pengawasan. Terkait dengan hal ini
peneliti melakukan wawancara kepada salah satu pegawai inspektorat yang berinisial
“H” beliau mengatakan Bahwa :
“Kami di dalam melakukan pengawasan telah bekerjasama dengan berbagai
pihak, termasuk lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat langsung.
Kerjasama ini kami lakukan, Karena kami sadari tanpa bantuan masyarakat di
dalam melakukan pemantauan itu kurang efektif apalagi untuk wilayah
dataran tinggi yang jaraknya cukup jauh dari kantor Inspektorat ini. Harapan
kami dari kerjasama ini, agar setiap saat pengawasan dapat tetap terpantau dan
mencapai tujuan yang maksimal” (Hasil Wawancara Tanggal 2 Februari
2015)
Berdasarkan hasil pengamatan diatas, penulis menggambarkan di dalam
melakukan pengawasan tanpa adanya bantuan masyarakat pemantauan akan kurang
efektif. agar dengan adanya kerja sama yang dilakukan oleh beberapa elemen yang
terkait fungsi Inspektorat untuk konsisten dalam melakukan pengawasan, bukan
67
hanya sekedar konsep agar pengawasan yang dilaksanakan dapat berjalan sesuai
dengan cita-cita bangsa “Hasil yang baik bermula dari praktek yang benar”. Terkait
dengan hal di atas, peneliti juga melakukan wawancara dengan salah satu tokoh
masyarakat berinisial“R” mengatakan bahwa :
“kami sebagai masyarakat juga mengharapkan agar dalam hal pemberian
informasi dan masukan terkait masalah yang terjadi dalam pengawasan ini
betul-betul mampu memberikan hasil yang maksimal tanpa ada hal-hal yang
merugikan kami sebagai masyarakat” (Hasil Wawancara Tanggal 2 Februari
2015)
Berdasarkan hasil kerjasama yang dilakukan, peneliti berasumsi bahwa
masyarakat juga sangat berperan penting dalam pengawasan, karena tanpa didukung
peran serta masyarakat, pengawasan yang dilaksanakan akan menjadi kurang efektif.
Transparansi perlu dilakukan oleh Inspektorat di berbagai tingkatan. Ini diperlukan
bagi tumbuhnya iklim saling menghargai dan menghormati serta saling membantu
antara masyarakat dengan pemerintah agar pengawasan berjalan sebagaimana
mestinya. partisipasi masyarakat merupakan elemen penting dalam pengawasan. tidak
akan sempurna (efektif) jika tidak terdapat partisipasi masyarakat.
2. Faktor Penghambat
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa narasumber tentang
faktor pengahamabat Fungsi pengawasan Inspektorat Makassar dalam implementasi
program Kesehatan gratis di Kota Makassar yaitu :
a.Kesibukan
68
Banyaknya tugas yang diemban oleh para aparatur di kantor Inspektorat
membuat sebagian tugas tidak berjalan secara maksimal. Ditinjau dari segi
pengawasan masih banyak yang belum optimal. Salah satu pengawasan Inspektorat
yang belum maksimal salah satunya pada pengawasan implementasi dari program
Kesehatan gratis di kabupaten Gowa, hal ini disampaikan oleh berinisial “YS”
mengatakan bahwa :
“kami mengakui bahwasanya kesibukan adalah salah satu faktor kendala di
dalam melakukan Pengawasan dari tugas kami,dan ini tidak terlepas
darisumber daya manusia (SDM) di kantor Inspektorat yang masih kurang
maksimal, sedangkan pekerjaan banyak yang menumpuk.Sehingga
pelaksanaan pengawasan kurang maksimal”(Hasil Wawancara Tanggal 3
Februari 2015)
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, ternyata sumber daya manusia (SDM)
yang di miliki pihak Inspektorat kurang maksimal sehingga untuk melakukan
pengawasan kurang efektif. Jika pihak Inspektorat beralasan bahwa terlalu sibuk
dengan tugas-tugasnya, itu sangat tidak rasional karena memang terbatasnya sumber
daya manusia yang di milikinya. Disini penulis mengambil kesimpulan bahwa pihak
Inspektorat tidak punya manajemen yang bagus. Jika manajemen bagus, maka semua
terimplementasi dengan baik. Menurut John F. Mee “manajemen adalahseni untuk
mencapai hasil yang maksimal dengan usaha yang minimal,demikian pula mencapai
kesehajteraan dan kebahagiaan maksimal, baik bagi pimpinan maupun para pekerja
serta memberikan pelayanan yangsebaik mungkin kepada masyarakat.
b. Minimnya pengalaman organisasi
69
Organisasi merupakan suatu wadah yang terstruktur secara sistematis di
dalamnya terdapat beberapa orang yang melakukan kerjasama dalam rangka
pencapaian tujuan. Dalam proses pencapaian tujuan dibutuhkan orang-orang yang
cakap serta mampu mengemban amanah organisasi dengan baik.
Penggemblengan/pembinaan yang didapat oleh seseorang dalam sebuah organisasi
akan memberikan manfaat ketika terjun dalam kehidupan sosial. Sebagian anggota
Inspektorat kota Makassar, pengalaman organisasinya masih minim. Sehingga
sebagian tugas masih belum bisa dikerjakan dengan baik. Hal ini juga disampaikan
oleh salah satu pegawai Inspektorat berinisial “H” bahwa :
“Salah satu kekurangan kami disini adalah kurangnya pengalaman organisasi
diantara kami. Ini sangat penting bagi pelaksanaan tugas kami. Tanpa adanya
pengetahuan yang baik tentang organisasi saya yakin banyak pekerjaan tidak
berjalan sesuai harapan. Jadi inilah yang kemudian menjadi salah satu
perhatian kami agar sebagian diantara kami bisa memahami cara kerja
organisasi”(Hasil wawancara Tanggal 3 Februari 2015).
Hasil wawancara diatas, penulis mengasumsikan bahwa pengawasan
Inspektorat belum berjalan sebagaimana mestinya disebabkan karena pengalaman
oganisasinya masih minim, seharusnya sebagai lembaga yang mempunyai fungsi
pembinaan dan pengawasan harus punya pengalaman organisasi. Tanpa suatu
organisasi maka suatu pekerjaan tidak berjalan lancar. Menurut Chester I. Bernard
”Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua
orang atau lebih untuk mencapai suatutujuan”. Terkait dengan hal ini peneliti
70
melakukan wawancara juga dengan salah satu pegawai dinas Kesehatan yaitu
berinisial “NR” beliau mengatakan Bahwa :
“Selama di berlakukannya program Kesehatan gratis metode yang di lakukan
dengan bentuk laporan pertanggung jawaban (LPJ) secara tertulis yang di buat
pihak terkait kemudian di serahkan ke petugas pengawasan dari Inspektorat ”
(Hasil wawancara Tanggal 3 februari 2015).
Selain hal penting tersebut di atas, salah satu faktor yang juga sangat
menentukan keberhasilan pengawasanialah bagaimana manajemen suatu metode
pelaksanaan pengawasan yang di lakukan, metode pengawasan yang tidak pernah
berubah akan menimbulkan masalah baru karena di mana permasalahan yang berbeda
tidak mungkin dapat di selesaikan oleh satu metode, seharusnya dari Inspektorat
menyiapkan metode tertentu untuk masalah tertentu juga seperti keterlambatan dari
pihak sekolah untuk memberikan laporan data-data yang di butuhkan pihak
Inspektorat tersebut harus di berlakukan sanksi yang sifatnya hanya peringatan dulu.
71
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang sebagaimana telah diuraikan
sebelumnya, maka dapat disajikan hasil kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil analisis mengenai pelaksanaan fungsi pengawasan
khususnya pada Kantor Inspektorat Makassar ternyata dapatlah disimpulkan
bahwa pelaksanaan pengawasan baik dilihat dari pemeriksaan, pengujian
hingga Pengusutan, ternyata belum efektif, seperti tidak efektifnya hasil
pemeriksaan yang di lakukan di mana data yang di dapatkan tidak sesuai
penyimpangan yang sebenrnya terjadi.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi fungsi pengawasan Inspektorat Makassar dalam Implementasi
program Kesehatan Gratis di Kota Makassar. Antara lain faktor pendukung
seperti, (a) kualitas SDM, (b) kerjasama dalam berbagai pihak, Sedangakan
faktor penghambatnya yaitu, (a) kesibukan (b) minimnya pengalaman
organisasi.
B.Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan sehubungan dengan hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. agar perlunya diterapkan program fungsi pengawasan, hal ini bertujuan untuk
menghasilkan efektivitas hasil dari pemeriksaan, pengujian dan pengusutan
72
yang efektif dalam hal ini implementasi program kesehatan gratis di Kota
Makassar.
2. Agar aparatur Inspektorat Kota Makassar lebih mempertahankan faktor
pendukung dan meminimalkan faktor penghambat seperti, kesibukan
pegawai. Dan aparatur Inspektorat Kota Makassar lebih memperdalam lagi
pengetahuan tentang organisasi.
73
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, M Tolchah, dkk. 2002. Metodologi Penilitian Kualitatif ( Tinjauan
Teoritis dan Praktis). Malang: Lpunsima
Harahap, Sofyan Syafri, 2001, Sistem Pengawasan Manajemen, PT Pustaka
Quantum, Jakarta, Indoonesia.
Makmur, H, 2011, Efektivitas Kebijakan Kelembagaan Pengawasan,Refika,
Bandung
Manullang, 2006, Dasar-Dasar Manajemen, edisi revisi, cetakan ketujuh,
Penerbit : Ghalia Indonesia, Jakarta
Nasution Mustafa Edwin dan Hardius Usman, 2008, Proses Penelitian
Kuantitatif, edisi ketiga, cetakan ketiga, Penerbit : Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia
Reksohadiprodjo, Sukanto, 2008, Dasar-dasar Manajemen, edisi keenam, cetakan
kelima, Penerbit : BPFE, Yogyakarta.
Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet.
ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.
Sule Erni Trisnawati, dan Kurniawan Saefullah, 2005, Pengantar Manajemen,
edisi pertama, cetakan pertama, Penerbit : Prenada Media Jakarta
Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R& D, cetakan
keempat, Penerbit : Alfabeta, Bandung
Siswandi dan Indra Iman, 2009, Aplikasi Manajemen Perusahaan, edisi kedua,
Penerbit : Mitra Wicana Media, Jakarta
Siagian P. Sondang, 2008, Pengantar Manajemen, edisi pertama, cetakan
pertama, Penerbit : Bumi Aksara, Jakarta
Sarwoto, 2010, Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen, cetakan keenambelas,
Penerbit : Ghalia Indonesia, Jakarta
Sudjiwo. 2001. Metodologi Penilitian Sosial. Bandung : Mandar Maju
74
Terry, R, George dan Leslie W, Rue, 2010, Dasar-dasar Manajemen, edisi
bahasa Indonesia, cetakan ketigabelas, Penerbit : Bumi Aksara, Jakarta.
89
Victor, M. Situmorang, dan Jusuf Juhir, 1994, Aspek Hukum Pengawasan Melekat,
Rineka Cipta, Yogyakarta.
Dokumen Perundang-Undangan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Undang – Undang Nomor 30 Tahun 1980 tentang pengaturan disiplin pegawai
negri sipil
Peraturan Kota Makassar nomor 7 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Kesehatan Di
kota makassar.
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1983 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengawasan.
75