150
SKRIPSI HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KLAGENSERUT Oleh : ULIS WAHYU PURNAMA SARI NIM : 201403091 PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2018

SKRIPSI HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU …repository.stikes-bhm.ac.id/52/1/15.pdf · 2018-11-29 · berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Angka Kuman Udara di

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

  • SKRIPSI

    HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU DENGAN

    KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

    DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KLAGENSERUT

    Oleh :

    ULIS WAHYU PURNAMA SARI

    NIM : 201403091

    PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

    2018

  • ii

    SKRIPSI

    HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU DENGAN

    KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

    DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KLAGENSERUT

    Diajukan untuk memenuhi

    Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar

    Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)

    Oleh :

    ULIS WAHYU PURNAMA SARI

    NIM : 201403091

    PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

    2018

  • iii

  • iv

  • v

    HALAMAN PERNYATAAN

    Yang bertanda tangan dibawah ini:

    Nama : Ulis Wahyu Purnama Sari

    NIM : 201403091

    Judul : Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku dengan Kejadian

    Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas

    Klagenserut

    Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan

    di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam memperoleh gelar

    ahli madya/sarjana di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya.

    Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan baik yang sudah maupun

    belum/tidak dipublikasikan, sumbernya dijelaskan dalam tulisan dan daftar

    pustaka

    Madiun, 8 Agustus 2018

    Ulis Wahyu Purnama Sari

    NIM. 201403091

  • vi

    LEMBAR PERSEMBAHAN

    Sujud syukurku kusembahkan kepadamu Tuhan yang Maha Agung nan

    Maha Tinggi nan Maha Adil nan Maha Penyayang, atas takdirmu telah kau

    jadikan aku manusia yang senantiasa berfikir, berilmu, beriman dan bersabar

    dalam menjalani kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah

    awal bagiku untuk meraih cita- cita besarku.

    Tugas akhir ini saya persembahkan untuk:

    1. Ayahanda Misranto dan Ibundaku Nurul Hidayati Ulfa tercinta, yang tiada

    pernah hentinya selama ini memberiku semangat, doá, dorongan, nasehat,

    dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku selalu

    kuat menjalani setiap rintangan yang ada di depanku. Dan tak lupa

    Keluarga SD (Alm.Supeno-Almh.Djamiatun) yang selalu menghibur,

    memberikan motivasi, dan kasih sayang kepada saya agar tidak mudah

    putus asa.

    2. Dosen pembimbing skripsi Ibu Avicena Sakufa Marsanti, S.KM., M.Kes

    dan Ibu Riska Ratnawati, S.KM., yang selama ini telah tulus dan ikhlas

    meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan saya,

    memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai harganya, agar

    saya menjadi lebih baik.

    3. Semua mahasiswa STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun Program Studi

    Kesehatan Masyarakat Angkatan 2014 dan teman-teman dekat saya yang

    bersama-sama bahu membahu saling membantu demi terselesaikan skripsi

    ini.

  • vii

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Nama : Ulis Wahyu Purnama Sari

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Tempat dan Tanggal Lahir : Madiun, 5 Februari 1996

    Agama : Islam

    Alamat : Ds. Klagenserut RT. 22 RW. 07 Kecamatan

    Jiwan Kabupaten Madiun

    Email : [email protected]

    Riwayat Pendidikan :

    1. RA Tarbiyatul Islamiyah Klagenserut 2001-2002

    2. MIN Klagenserut Kab. Madiun 2002-2008

    3. MTsN Bibrik Kab. Madiun 2008-2011

    4. MAN 1 Kota Madiun 2011-2014

    5. STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2014-2018

    mailto:[email protected]

  • viii

    Program Studi Kesehatan Masyarakat Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun

    2018

    ABSTRAK

    Ulis Wahyu Purnama Sari

    HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU DENGAN

    KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA

    PUSKESMAS KLAGENSERUT

    97 halaman + 15 tabel + 5 gambar + 11 lampiran

    Penyakit DBD merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang

    utama di Indonseia. Angka Kejadian DBD Provinsi Jawa Timur dengan jumlah

    21.092 kesakitan (Kemenkes RI, 2016). Angka kesakitan di Kabupaten Madiun

    tahun 2014 yaitu 155 kasus dengan kematian 3 orang, tahun 2015 menglami

    peningkatan 320 kasus dengan jumlah kematian 5 orang, dan tahun 2016 301

    kasus dengan jumlah kematian sama dengan tahun sebelumnya 5 orang.

    Jenis penelitian ini menggunakan desain case control study. Populasi studi

    adalah seluruh penderita DBD periode 1 Januari 2017- Juni 2018 di wilayah kerja

    Puskesmas Klagenserut, jumlah sampel adalah 60 responden dengan 30 kasus dan

    30 kontrol. Teknik analisis data menggunakan uji chi-square dengan tingkat

    kemaknaan (p=0,05) dan untuk mengetahui besarnya resiko menggunakan odd

    ratio.

    Variabel yang terbukti berhubungan dengan kejadian DBD di wilayah kerja

    Puskesmas Klagenserut adalah keberadaan barang bekas p=0,002 (OR=6,417;

    95%CI=2,084-19,755), pencahayaan p=0,002 (OR=6,571; 95%CI=2,109-20,479),

    kebiasaan menggantung pakaian p=0,003 (OR=6,538; 95%CI=1,967-21,739), dan

    kebiasaan pengggunaan obat/ anti nyamuk p=0,02 (OR=4,030; 95%CI=1,372-

    11,839). Variabel yang tidak berhubungan adalah angka bebas jentik

    p=0,7(OR=6,417; 95%CI=0,240-2,206).

    Angka bebas jentik bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan

    kejadian DBD, tetapi keberadaan barang bekas, pencahayaan, kebiasaan

    menggantung pakaian, dan kebiasaan penggunaan obat/ anti nyamuk yang

    berhubungan dengan kejadian DBD. Peran serta masyarakat diharapkan dengan

    peduli lingkungan dan perilaku untuk meminimalisir kejadian DBD.

    Kata Kunci : Lingkungan, Perilaku, Demam Berdarah Dengue

    Kepustakaan : 50 (2002-2017)

  • ix

    Public Health Program Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun 2018

    ABSTRACT

    Ulis Wahyu Purnama Sari

    THE RELATIONSHIP BETWEEN ENVIRONMENT AND BEHAVIOR FACTORS

    WITH DENGUE HEMORRHAGIC FEVER IN PRIMARY HEALTH CENTER OF

    KLAGENSERUT AREA

    97 pages+ 15 tables+ 5 pictures and 11 appendix

    Background: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is one of the main public

    health problems in Indonesia. The incidence of DHF East Java Province with the

    number of 21.092 morbidity (Ministry of Health RI, 2016). The morbidity rate in

    Madiun District in 2014 was 155 cases with 3 deaths, 2015 increased 320 cases

    with 5 deaths, and in 2016 301 cases with the number of deaths equal to the

    previous year 5 people.

    Methods: The kind of this research was epidemiology used of case control study.

    The population of all patients with DHF the period 1 January 2017- June2018 in

    Primary Health centers of Klagenserut area. The numbers of samples were 30

    patients with 30 cases and 30 controls. Data analysis technique used chi square

    test with level significance (p = 0,05) and to know the risk of using odd ratio.

    Results: Variables are associated with incidence of DHF in Primary Health

    centers of Klagenserut area were the existence of used goods p= 0,002 (OR=

    6,417; 95%CI= 2,084- 19,755 ), lighting p= 0,002 (OR= 6,571; 95%CI= 2,109-

    20,479), hanging clothes habits p= 0,003 (OR= 6,538; 95%CI= 1,967- 21,739),

    dan habits of drug use / mosquito repellent p= 0,02 (OR= 4,030; 95%CI=

    1,372- 11,839).Variables are not associated with DHF free of larvae p=

    0,7(OR= 6,417; 95%CI= 0,240- 2,206).

    Conclusion: The free number of larvae is not a factor associated with incidence

    DHF, but the existence of used goods, lighting, hanging clothes habits, and

    habits of drug use / mosquito repellent. Community participation is expected

    with concerns environment and behavior to minimize incidence of DHF.

    Keywords : environment, behavior, DHF

    Bibliography : 50 (2002-2017)

  • x

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

    karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang

    berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Angka Kuman Udara di

    Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Paru Dungus Madiun”. Penelitian ini disusun

    sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan jenjang Sarjana di Prodi

    Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

    Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

    kepada semua pihak yang telah membantu proses penulisan ini :

    1. Ibu drg. Anies Bektiarsi, selaku Kepala Puskesmas Klagenserut yang telah

    mengizinkan saya melakukan penelitian.

    2. Bapak Zaenal Abidin, S.KM.,M.Kes (Epid), selaku Ketua STIKES Bhakti

    Husada Mulia Madiun.

    3. Ibu Avicena Sakufa Marsanti, S.KM.,M.Kes, selaku Ketua Prodi S1 Kesehatan

    Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun serta Dosen Pembimbing I

    yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.

    4. Ibu Riska Ratnawati, S.KM.,M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

    memberikan bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.

    5. Bapak H. Edy Bachrun, S.KM.,M.Kes, selaku Ketua Dewan Penguji dalam

    skripsi ini.

    6. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, peneliti ucapkan

    terima kasih yang sedalam-dalamnya.

  • xi

    Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh

    dari sempurna. Oleh karena itu, berbagai saran, tanggapan, dan kritik yang

    bersifat membangun senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan tugas akhir

    skripsi ini.

    Penulis juga berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada

    umumnya dan bagi penulis serta orang-orang yang peduli dengan dunia kesehatan

    masyarakat pada khususnya.

    Madiun, 8 Agustus 2018

    Penyusun

  • xii

    DAFTAR ISI

    Halaman Judul .................................................................................................. i

    Sampul Dalam .................................................................................................. ii

    Lembar Persetujuan .......................................................................................... iii

    Lembar Pengesahan ......................................................................................... iv

    Halaman Pernyataan......................................................................................... v

    Halaman Persembahan ..................................................................................... vi

    Daftar Riwayat Hidup ...................................................................................... vii

    Abstrak ............................................................................................................. viii

    Abstract ............................................................................................................ ix

    Kata Pengantar ................................................................................................. x

    Daftar Isi........................................................................................................... xii

    Daftar Tabel ..................................................................................................... xv

    Daftar Gambar .................................................................................................. xvi

    Daftar Lampiran ............................................................................................... xvii

    BAB I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

    1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 5

    1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 5

    1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................... 5

    1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................ 5

    1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 6

    1.5 Keaslian Penelitian ........................................................................... 7

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Demam Berdarah Dengue................................................................. 11

    2.1.1 Definisi Demam Berdarah Dengue .......................................... 11

    2.1.2 Etiologi Demam Berdarah Dengue ........................................... 11

    2.1.3 Vektor Penular Penyakit Demam Berdarah Dengue ................ 12

    2.1.4 Ciri- ciri Nyamuk Aedes aegypti............................................... 13

    2.1.5 Biomonik Vektor ...................................................................... 13

  • xiii

    2.1.6 Penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue ......................... 15

    2.1.7 Tanda dan Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue ............. 16

    2.2 Pencegahan Demam Berdarah Dengue ............................................ 17

    2.2.1 Lingkungan ............................................................................... 18

    2.2.2 Biologis ..................................................................................... 18

    2.2.3 Kimiawi..................................................................................... 18

    2.3 Epidemiologi Penyakit Demam Berdarah Dengue ........................... 19

    2.3.1 Agent ......................................................................................... 20

    2.3.2 Vektor ....................................................................................... 20

    2.3.3 Host ........................................................................................... 21

    2.3.4 Environment .............................................................................. 24

    2.4 Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Demam Berdarah

    Dengue ............................................................................................. 25

    2.4.1 Agent ......................................................................................... 26

    2.4.2 Host (Manusia).......................................................................... 26

    2.4.2.1 Kebiasaan Menggantung Pakaian ................................... 27

    2.4.2.2 Kebiasaan Penggunaan Obat/ Anti Nyamuk .................. 28

    2.4.3 Environment (Lingkungan) ....................................................... 29

    2.4.3.1 Keberadaan Barang Bekas di Sekitar Rumah ................. 29

    2.4.3.2 Pencahayaan .................................................................... 30

    2.4.3.4 Angka Bebas Jentik (ABJ) .............................................. 32

    2.5 Kerangka Teori ................................................................................. 35

    BAB III. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

    3.1 Kerangka Konseptual........................................................................ 36

    3.2 Hipotesa Penelitian ........................................................................... 37

    BAB IV. METODE PENELITIAN

    4.1 Desain Penelitian .............................................................................. 38

    4.2 Populasi dan Sampel ......................................................................... 39

    4.3 Teknik Sampling ............................................................................... 41

    4.4 Kerangka Kerja Penelitian ................................................................ 42

    4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel .................... 44

  • xiv

    4.6 Instrumen Penelitian ......................................................................... 47

    4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 50

    4.8 Prosedur Pengumpulan Data............................................................. 51

    4.9 Teknik Analisis Data ........................................................................ 52

    4.10 Etika Penelitian ............................................................................... 58

    BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................. 59

    5.2 Hasil Penelitian ................................................................................. 61

    5.3 Pembahasan ...................................................................................... 73

    5.4 Keterbatasan Penelitian .................................................................... 87

    BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 89

    6.2 Saran ................................................................................................. 90

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 92

    LAMPIRAN

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ..................................................................... 7

    Tabel 4.1 Definisi Operasional ................................................................... 44

    Tabel 4.2 Waktu Penelitian ......................................................................... 50

    Tabel 4.3 Koding Faktor Lingkungan dan Perilaku DBD .......................... 53

    Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ............................. 62

    Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................ 62

    Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

    Responden ................................................................................... 63

    Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Responden .... 63

    Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian DBD ...................... 64

    Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Keberadaan Barang

    Bekas di Sekitar Rumah .............................................................. 65

    Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pencahayaan ......................... 65

    Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Angka Bebas Jentik .............. 66

    Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kebiasaan Menggantung

    Pakaian ........................................................................................ 66

    Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kebiasaan Penggunaan

    Obat/ Anti Nyamuk ..................................................................... 67

    Tabel 5.11 Hubungan Keberadaan Barang Bekas di Sekitar Rumah

    dengan Kejadian DBD ................................................................ 68

    Tabel 5.12 Hubungan Pencahayaan rumah dengan Kejadian DBD ............. 69

    Tabel 5.13 Hubungan Angka Bebas Jentik dengan Kejadian DBD ............. 70

    Tabel 5.14 Hubungan Kebiasaan Menggantung Pakaian dengan

    Kejadian DBD ............................................................................. 71

    Tabel 5.15 Hubungan Kebiasaan Kebiasaan Penggunaan Obat/ Anti

    Nyamuk dengan Kejadian DBD ................................................. 72

  • xvi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Kerangka Teori Penellitian .......................................................... 35

    Gambar 3.1 Kerangka Konsep ........................................................................ 36

    Gambar 4.1 Skema Rancangan Kerja Penelitian ............................................. 38

    Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian ........................................................... 42

    Gambar 5.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Klagenserut ................................ 59

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Surat Permohonan Responden

    Lampiran 2 Informed Consent

    Lampiran 3 Lembar Kuesioner

    Lampiran 4 Hasil Output Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

    Lampiran 5 Surat ijin Penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Klagenserut

    Lampiran 6 Surat Keterangan Telah Menyelesaikan Penelitian di Wilayah

    Kerja Puskesmas Klagenserut

    Lampiran 7 Hasil Ouput Pengolahan data SPSS

    Lampiran 8 Hasil Observasi

    Lampiran 9 Lembar Bimbingan

    Lampiran 10 Dokumentasi Penelitian

    Lampiran 11 Lembar Revisi Skripsi

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Penyakit berbasis lingkungan merupakan fenomena penyakit yang terjadi

    pada sebuah kelompok masyarakat, yang berhubungan, berakar, atau memiliki

    keterkaitan erat dengan satu atau lebih komponen lingkungan pada sebuah ruang

    dimana masyarakat tersebut tinggal atau beraktivitas dalam jangka waktu tertentu.

    Indonesia sebagai negara tropis merupakan kawasan endemis berbagai penyakit

    menular. Berdasarkan proses kejadiannya, penyakit menular dikategorikan

    menjadi penyakit menular endemis dan penyakit yang berpotensi menjadi KLB

    (Kejadian Luar Biasa). Beberapa penyakit menular endemis yang terjadi di

    Indonesia diantaranya adalah diare, TBC, malaria, filariasis dan Demam Berdarah

    Dengue. Sedangkan penyakit menular yang berpotensi menjadi KLB, misalnya

    demam berdarah dengue (DBD) (Achmadi, 2012).

    Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan

    oleh infeksi virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, ditandai

    dengan demam 2-7 hari dengan suhu 39°C, nyeri kepala, nyeri dipunggung dan

    ulu hati, selain itu pada anak biasanya ditandai dengan muntah, nyeri pada tulang/

    otot, disertai dengan manifestasi perdarahan, penurunan jumlah trombosit

  • 2

    dengue terutama yang tinggal di daerah perkotaan di negara tropis dan subtropis.

    Saat ini juga diperkirakan ada 390 juta infeksi dengue yang terjadi di seluruh

    dunia setiap tahun. Angka terjadinya kasus dengue mengalami peningkatan secara

    drastis diseluruh dunia pada tahun 2015 terakhir (WHO, 2015).

    Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia pada tahun 2015 terdapat

    129.650 kasus kesakitan demam berdarah dengan jumlah kematian 1.071 orang,

    sedangkan jumlah kasus tahun 2016 terdapat 204.171 kasus kesakitan dengan

    jumlah kematian sebanyak 1.598 orang. Angka kesakitan atau Incidence Rate

    DBD tahun 2015 50,75 per 100.000 penduduk menjadi 77,96 per 100.000

    penduduk. (Profil Kesehatan Indonesia, Kemenkes RI 2016).

    Pada tahun 2015 di Jawa Timur terdapat kasus DBD sebanyak 21.092 kasus

    kesakitan dan mengalami peningkatan kasus kesakitan DBD di tahun 2016

    sebesar 25.338 kasus. Insiden rate (Incidence Rate) atau angka kesakitan Demam

    Berdarah Dengue pada tahun 2015 sebesar 54,18 per 100.000 penduduk dan

    mengalami peningkatan pada tahun 2016 yaitu sebesar 64,8 per 100.000

    penduduk. Angka ini masih di atas target nasional ≤ 49 per 100.000 penduduk.

    Angka kematian atau Case Fatality Rate (CFR) DBD tahun 2016 sebesar 1,4%,

    hal tersebut menunjukkan DBD di Jawa Timur masih diatas target < 1%. (Profil

    Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2016).

    Berdasarkan data kasus Demam Berdarah yang diperoleh dari data profil

    Kesehatan Kabupaten Madiun pada tahun 2014 yaitu 155 kasus kesakitan demam

    berdarah dengan jumlah kematian 3 orang, pada tahun 2015 sebanyak 320 kasus

    meningkat dibandingkan tahun sebelumnya dengan jumlah kematian 5 orang, dan

    2

  • 3

    pada tahun 2016 sebesar 301 kasus kesakitan tetapi dengan jumlah kematian sama

    pada tahun sebelumnya yaitu 5 orang (Profil Kesehatan Kabupaten Madiun 2014

    dan 2016). Jumlah kasus DBD dari 26 puskesmas yang dua tahun terakhir

    mengalami peningkatan dibandingkan wilayah lainnya yaitu wilayah kerja

    Puskesmas Klagenserut mulai dari tahun 2016 ditemukan sebanyak 6 kasus

    kesakitan demam berdarah dan tahun 2017 ditemukan sebanyak 10 kasus

    kesakitan demam berdarah (Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun, 2017).

    Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue

    yaitu peran perilaku masyarakat dan faktor lingkungan (Cecep, 2011). Salah satu

    faktor lingkungan yang berhubungan dengan kejadian DBD yaitu faktor

    lingkungan dalam rumah yang mendukung terjadinya DBD antara lain

    pencahayaan, kelembaban, angka bebas jentik, tempat penampungan air, plafon,

    dan kawat kasa pada ventilasi. Kurangnya pencahayaan atau sinar matahari

    didalam rumah menyebabkan rumah menjadi teduh dan lembab sehingga keadaan

    ini menjadi tempat istirahat yang disenangi nyamuk Aedes aegypti sp. (Lisa,

    2016). Hal tersebut didukung oleh penelitian yang sudah dilakukan di wilayah

    kerja puskesmas Sentosa Baru Medan menunjukkan pencahayaan di rumah salah

    satu faktor terhadap kejadian demam berdarah dengue dengan nilai p= 0,001 <

    0,05 dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pencahayaan terhadap

    kejadian demam berdarah dengue (Lisa Anggriani, 2016).

    Faktor lain yang berhubungan dengan kejadian DBD yaitu perilaku

    masyarakat dengan kebiasaan masyarakat menggantung pakaian yang sudah lama

    terjadi dan sebaiknya, pakaian-pakaian yang tergantung di balik lemari atau di

    3

  • 4

    balik pintu dilipat dan disimpan dalam almari, karena nyamuk Aedes aegypti

    senang hinggap dan beristirahat di tempat-tempat gelap dan kain yang tergantung

    (Yatim, 2007). Seperti hasil penelitian di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan

    menunjukkan bahwa kebiasaan menggantung pakaian menunjukkan dimana nilai

    p = 0,001

  • 5

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan dari uraian pada latar belakang di atas maka dapat

    dirumuskan masalah penelitian yaitu “apakah ada hubungan faktor lingkungan

    dan perilaku dengan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Klagenserut”

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.3.1 Tujuan Umum

    Untuk menganalisis hubungan faktor lingkungan dan perilaku dengan

    kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Klagenserut.

    1.3.2 Tujuan Khusus

    1.3.2.1 Untuk mengidentifikasi keberadaan barang bekas di sekitar rumah,

    pencahayaan, angka bebas jentik, kebiasaan menggantung pakaian,

    kebiasaan penggunaan obat/ anti nyamuk dan kejadian Demam Berdarah

    Dengue di wilayah kerja Puskesmas Klagenserut.

    1.3.2.2 Untuk menganalisis hubungan keberadaan barang bekas di sekitar rumah

    dengan kejadian Demam Berdarah Dengue di wilayah kerja Puskesmas

    Klagenserut.

    1.3.2.3 Untuk menganalisis hubungan pencahayaan dengan kejadian Demam

    Berdarah Dengue di wilayah kerja Puskesmas Klagenserut.

    1.3.2.4 Untuk menganalisis hubungan angka bebas jentik dengan kejadian Demam

    Berdarah Dengue di wilayah kerja Puskesmas Klagenserut.

    1.3.2.5 Untuk menganalisis hubungan kebiasaan menggantung pakaian dengan

    kejadian Demam Berdarah Dengue di wilayah kerja Puskesmas

    Klagenserut.

    5

  • 6

    1.3.2.6 Untuk menganalisis hubungan kebiasaan penggunaan obat/ anti nyamuk

    dengan kejadian Demam Berdarah Dengue di wilayah kerja Puskesmas

    Klagenserut.

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Bagi Ilmu Pengetahuan

    Manfaat yang dapat diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai

    penerapan ilmu selama duduk di bangku kuliah serta dapat mengembangkan

    khasanah ilmu pengetahuan bidang kesehatan lingkungan terutama mengenai

    faktor lingkungan dan perilaku dengan kejadian Demam Berdarah Dengue di

    wilayah kerja Puskesmas Klagenserut.

    1.4.2 Bagi Institusi Kesehatan

    Sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam pemecahan masalah

    pada program kesehatan bidang penyakit menular, khususnya masalah pencegah

    penyakit DBD agar dapat dijadikan sebagai monitoring dan evaluasi program

    pemberantasan penyakit menular (P2M).

    1.4.3 Bagi Peneliti

    Hasil penelitian dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya

    tentang faktor lingkungan dan perilaku dengan kejadian demam berdarah

    1.4.4 Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiiun

    Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan

    menambah referensi yang sudah ada.

    6

  • 7

    1.5 Keaslian Penelitian

    No Peneliti Judul

    Penelitian

    Tempat

    Penelitian

    Desain

    Penelitian Variabel HasilPenelitian

    1. Indra,dkk

    (2017)

    Hygiene

    Sanitasi

    Rumah

    Dengan

    Kejadian

    Demam

    Berdarah

    Dengue

    Kelurahan

    Kapuas

    Kanan Hulu

    wilayah

    kerja

    Puskesmas

    Sungai

    Durian

    Kabupaten

    Sintang

    Kuantitatif

    Observasio

    nal analitik

    Cross

    Sectional

    Variabel bebas :

    1. Sarana Air Bersih 2. Sarana pembuangan

    Sampah

    3. SPAL Variabel Terikat :

    Kejadian Demam Berdarah

    Dengue.

    1. Ada hubungan Sarana Air bersih dengan kejadian DBD.

    (p-value = 0,03 < 0,05), Odds Ratio (OR)= 4.812

    2. Tidak ada hubungan sarana pembuangan sampah dengan

    kejadian DBD. (p-value=0.480>0,05), Odds

    Ratio (OR)= 1.913 3. Tidak ada hubungan Sarana

    Pembuangan Air Limbah

    dengan kejadian DBD. (p-value = 0.297> 0,05), Odds

    Ratio (OR)= 0,522

    2. Taufiq

    Kurniawa

    n

    (2013)

    Faktor-

    Faktor yang

    berhubungan

    Dengan

    Kejadian

    DBD

    Di Desa

    Gonilan

    Kecamatan

    Kartasura

    Kabupaten

    Sukoharjo

    Observasio

    nal

    Cross

    Sectional

    Variabel bebas :

    1. kebiasaan membersihkan tempat

    penampungan air

    2. kebiasaan membersihkan halam

    rumah

    3. partisipasi masyarakat dalam melakukan

    PSN

    4. aktivitas sehari-hari di

    1. Ada hubungan antara kebiasaan membersihkan

    tempat penampungan air

    dengan kejadian

    DBD(p=0,000

  • 8

    dalam maupun luar

    rumah

    Variabel Terikat :

    Kejadian Demam Berdarah

    Dengue.

    3. Ada hubungan antara partisipasi masyarakat dalam

    melakukan PSN dengan

    kejadian DBD(p = 0,001 < α = 0,05)

    4. Ada hubungan antara aktivitas sehari-hari di dalam

    maupun di luar rumah

    dengan kejadian DBD. (p = 0,002 0,05)

    4. Luluk

    Masruroh,

    dkk

    (2016)

    Hubungan

    lingkungan

    dan praktik

    PSN dengan

    kejadian

    DBD

    Di

    Kecamatan

    Ngawi

    Case

    control

    Variabel Bebas :

    1. Keberadaan vegetasi 2. Keberadaan

    breeding place

    3. Penggunaan kelambu

    4. Praktik 3M

    1. Ada hubungan antara keberadaan vegetasi dengan

    DBD (p=0,002

  • 9

    5. Suhu di dalam rumah

    6. Kelembaban rumah

    Variabel Terikat :

    Kejadian Demam Berdarah

    Dengue.

    (p=0,001

  • 10

    Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan peneliti sebelumnya

    adalah sebagai berikut :

    1. Tahun dalam pelaksanaan penelitian yaitu tahun 2018.

    2. Variabel bebas yaitu keberadaan barang bekas di sekitar rumah.

    Tempat dalam penelitian yaitu wilayah kerja puskesmas Klagenserut dan

    merupakan wilayah endemis Demam Berdarah Dengue.

    10

  • 11

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Demam Berdarah Dengue

    2.1.1 Definisi Demam Berdarah Dengue

    Demam Berdarah Dengue merupakan suatu penyakit yang di sebabkan

    oleh virus DEN-1,DEN-2,DEN-3 atau DEN-4 yang masuk ke peredaran darah

    melalui gigitan vektor nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau

    Aedes albopictus yang sebelumnya telah terinfeksi oleh virus dengue dari

    penderta DBD lainnya. Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat

    menyerang seluruh kelompok usia. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi

    lingkungan dan perilaku masyarakat (Kemenkes RI, 2015).

    Demam berdarah dengue ditandai dengan demam mendadak 2 sampai

    dengan 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati,

    disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechiae,lebam

    (echymosis) atau ruam (purpura). Kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah

    darah, kesadaran menurun atau renjatan (Shock) (Rita Kusriastuti, 2011).

    2.1.2 Etiologi DBD

    Penyakit DBD disebabkan virus dengue yang termasuk kelompok B

    Arthopod Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genus

    Flavivirus, famili Flaviviricae, dan mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DEN-1,

    DEN-2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi

    terhadap serotipe yang bersangkutan,sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap

  • 12

    serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang

    memadai terhadap serotipe lain. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang

    dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang

    berat. Virus penyebab DHF atau DSS adalah flavi virus dan terdiri dari 4 serotipe

    yaitu serotipe 1,2,3, dan 4 (dengue -1,-2,-3,-4) virus ini ditularkan ke manusia

    melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang terinfeksi. Virus ini dapat tetap

    hidup di alam melalui 2 mekanisme. Mekanisme pertama, transmisi vertikal

    dalam tubuh nyamuk, dimana virus yang ditularkan oleh nyamuk betina pada

    telurnya yang nantinya akan menjadi nyamuk. Virus juga dapat ditularkan dari

    nyamuk jantan pada nyamuk betina melalui kontak seksual. Mekanisme kedua,

    transmisi virus dari nyamuk ke dalam tubuh manusia dan sebaliknya. Nyamuk

    mendapatkan virus ini pada saat itu sedang mengandung virus dengue pada

    darahnya. Virus yang sampai ke lambung nyamuk akan mengalami replikasi

    (berkembangbiak/memecah diri), kemudian akan migrasi yang akhirmya akan

    sampai di kelenjar ludah. Virus yang berada d lokasi ini setiap saat siap untuk

    dimasukkan ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk (Najmah, 2016).

    2.1.3 Vektor Penular Penyakit DBD

    Vektor penyakit DBD adalah nyamuk jenis Aedes aegypti dan Aedes

    albopictus terutama bagi Negara Asia, Philippines dan Jepang, sedangkan nyamuk

    jenis Aedes polynesiensis, Aedes scutellaris dan Aedes pseudoscutellaris

    merupakan vektor di negara-negara kepulauan Pasifik dan New Guinea. Vektor

    DBD di Indonesia adalah nyamuk Aedes (Stegomya) aegypti dan albopictus

    (Djunaedi, 2006).

  • 13

    2.1.4 Ciri-ciri Nyamuk Aedes aegypti

    Menurut Nadesul (2007) dalam Dermala Sari (2012) nyamuk Aedes

    aegypti telah lama diketahui sebagai vektor utama dalam penyebaran penyakit

    DBD, adapun ciri-cirinya adalah sebagai berikut:

    1. Badan kecil berwarna hitam dengan bintik-bintik putih.

    2. Jarak terbang nyamuk sekitar 100 meter.

    3. Umur nyamuk betina dapat mencapai sekitar 1 bulan.

    4. Menghisap darah pada pagi hari sekitar pukul 09.00-10.00 dan sore

    hari pukul 16.00-17.00.

    5. Nyamuk betina menghisap darah untuk pematangan sel telur,

    sedangkan nyamuk jantan memakan sari-sari tumbuhan.

    6. Hidup di genangan air bersih bukan di got atau comberan.

    7. Di dalam rumah dapat hidup di bak mandi, tempayan, vas bunga,

    dan tempat air minum burung.

    8. Di luar rumah dapat hidup di tampungan air yang ada di dalam

    drum, dan ban bekas.

    2.1.5 Bionomik Vektor

    Bionomik vektor meliputi kesenangan tempat perindukan nyamuk,

    kesenangan nyamuk menggigit dan kesenangan nyamuk istirahat.

    2.1.5.1 Kesenangan tempat perindukan nyamuk

    Habitat perkembangbiakan Aedes sp ialah tempat-tempat yang dapat

    menampung air di dalam, diluar atau di sekitar rumah serta tempat tempat umum.

  • 14

    Habitat perkembangbiakan Aedes sp dapat dikelompokkan sebagai berikut ( Rita

    Kusriastuti, 2011).

    a. Tempat penampungan air (TPA), untuk keperluan sehari-hari

    seperti: drum, bak mandi/WC, tempayan, ember dan tangki.

    b. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari

    seperti: tempat minuman burung, vas bunga, perangkap semut, bak

    control, pembuangan air, tempat pembuangan air kulkas/dispenser,

    barang-barang bekas (contoh: ban bekas, kaleng bekas, botol bekas,

    plastik dan lain-lain)

    c. Tempat penampungan air alamiah seperti: lubang pohon, lubang

    batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang, potongan

    bambu dan lain-lain.

    2.1.5.2 Kesenangan nyamuk menggigit

    Aktivitas menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari, dengan

    puncak aktivitasnya antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00. Aedes aegypti

    mempunyai kebiasaan mengisap darah berulang kali dalam satu siklus gonotropik

    untuk memenuhi lambungnya dengan darah ( Rita Kusriastuti, 2011).

    2.1.5.3 Kesenangan nyamuk istirahat

    Nyamuk Aedes hinggap (beristirahat) di dalam atau kadang di luar rumah

    berdekatan dengan tempat perkembangbiakannya, biasanya di tempat yang agak

    gelap dan lembab. Di tempat-tempat tersebut nyamuk menunggu proses

    pematangan telur. Setelah beristirahat dan proses pematangan telur selesai,

    nyamuk betina akan meletakan telurnya di dinding tempat perkembangbiakannya,

  • 15

    sedikit di atas permukaan air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik

    dalam waktu ± 2 hari setelah telur terendam air. Setiap kali bertelur nyamuk

    betina dapat menghasilkan telur sebanyak ±100 butir. Telur tersebut dapat

    bertahan sampai berbulanbulan bila berada di tempat kering dengan suhu -2ºC

    sampai 42ºC, dan bila di tempat tersebut tergenang air atau kelembabannya tinggi

    maka telur dapat menetas lebih cepat ( Rita Kusriastuti, 2011).

    2.1.6 Penularan Penyakit DBD

    Nyamuk Aedes betina biasanya terinfeksi virus dengue pada saat dia

    menghisap darah dari seseorang yang sedang dalam fase demam akut (viraemia)

    yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul. Nyamuk menjadi

    Infektif 8-12 hari sesudah menghisap darah penderita yang sedang viremia

    (periode inkubasi ekstrinsik) dan tetap infektif selam hidupnya. Setelah melalui

    periode inkubasi ekstrinsik tersebut, kelenjar ludah nyamuk bersangkutan akan

    terinfeksi dan virusnya akan ditularkan ketika nyamuk tersebut menggigit dan

    mengeluarkan cairan ludahnya ke dalam luka gigitan ke tubuh orang lain. Setelah

    masa inkubasi di tubuh manusia selama 3-4 hari (rata-rata selama 4-6 hari) timbul

    gejala awal penyakit secara mendadak, yang ditandai demam, pusing, myalgia

    (nyeeri otot), hilangnya nafsu makan dan berbagai tanda atau gejala lainnya (Rita

    Kusriastuti, 2011).

  • 16

    2.1.7 Tanda dan Gejala Penyakit DBD

    Diagnosa penyakit DBD dapat dilihat berdasarkan kriteria diagnosa klinis

    dan laboratoris. Berikut ini tanda dan gejala penyakit DBD yang dapat dilihat dari

    penderita kasus DBD dengan diagnosa klinis dan laboratoris :

    2.1.1.1 Diagnosa Klinis

    a. Demam tinggi mendadak 2 sampai 7 hari (38 – 40 º C).

    b. Manifestasi perdarahan dengan bentuk: uji Tourniquet positif , Petekie

    (bintik merah pada kulit), Purpura (pendarahan kecil di dalam

    kulit), Ekimosis, Perdarahan konjungtiva (pendarahan pada mata),

    Epistaksis (pendarahan hidung), Perdarahan gusi, Hematemesis

    (muntah darah), Melena (BAB darah) dan Hematuri (adanya darah

    dalam urin).

    c. Perdarahan pada hidung dan gusi.

    d. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada

    kulit akibat pecahnya pembuluh darah.

    e. Pembesaran hati (hepatomegali).

    f. Renjatan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau

    kurang, tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah.

    g. Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia

    (hilangnya selera makan), lemah, mual, muntah, sakit perut, diare

    dan sakit kepala.

  • 17

    2.1.1.2 Diagnosa Laboratoris

    a. Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan penurunan

    trombosit hingga 100.000 /mmHg.

    b. Hemokonsentrasi, meningkatnya hematrokit sebanyak 20% atau lebih

    (Monica, 2012)

    2.2 Pencegahan DBD

    Hingga kini, belum ada vaksin atau obat anti virus bagi penyakit Demam

    Berdarah Dengue (DBD). Tindakan paling efektif untuk menekan epidemi demam

    berdarah adalah dengan mengontrol keberadaan vektor nyamuk pembawa virus

    dengue. Pencegahan yang efektif dan efisien untuk terhadap nyamuk Aedes

    adalah dengan cara 3M, yaitu menguras, menyikat dan menutup tempat-tempat

    penampungan air bersih, bak mandi, vas bunga dan sebagainya, paling tidak

    seminggu sekali, karena nyamuk tersebut berkembang biak dari telur sampai

    menjadi dewasa dalam kurun waktu 7-10 hari. Halaman atau kebun di sekitar

    rumah harus bersih dari benda-benda yang dapat menampung air bersih, terutama

    pada musim hujan. Pintu dan jendela rumah sebaiknya dibuka setiap hari, mulai

    pagi hari sampai sore, agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk, sehingga

    terjadi pertukaran udara dan masuknya cahaya. Dengan demikian, tercipta

    lingkungan yang tidak kondusif bagi nyamuk tersebut. Pengendalian nyamuk

    Aedes dapat dilakukan dengan memperhatikan aspek lingkungan, biologi dan

    kimiawi. Ketiga aspek ini dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut.

  • 18

    2.2.1 Lingkungan

    Pencegahan DBD dapat dilakukan dengan mengendalikan vektor nyamuk,

    antara lain dengan menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya

    sekali seminggu; mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung

    seminggu sekali; menutup dengan rapat tempat penampungan air; mengubur

    kaleng-kaleng bekas; aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah; dan perbaikan

    desain rumah (A. Arsunan Arsin, 2013).

    2.2.2 Biologis

    Secara khusus, rumah yang memiliki kolam dan terdapat genangan air yang

    tetap, disarankan memelihara ikan kepala timah (panchx). Hal ini dimaksudkan

    agar ikan tersebut dapat memakan jentik nyamuk Aedes yang terdapat dalam

    genangan air. Secara umum pencegahan dapat pula dilakukan dengan menanam

    tumbuhan bunga lavender (lavendula agustifolia). Hal ini dimaksudkan untuk

    mengusir nyamuk, nyamuk tidak menyukai aroma bunga tersebut, karena

    mengandung zat linalool (A. Arsunan Arsin, 2013).

    2.2.3 Kimiawi

    Pengasapan (fogging) dapat membunuh vektor DBD sedangkan pemberian

    bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air dapat membunuh jentik

    nyamuk. Selain itu, dapat juga digunakan larvaside. senyawa anti nyamuk yang

    mengandung DEET, pikaridin, atau minyak lemon eucalyptus. Pada umumnya

    penyakit DBD meningkat pada musim penghujan, maka beberapa cara yang dapat

    dilakukan dalam pencegahan penyakit DBD. Yang paling penting dalam

  • 19

    pencegahan demam berdarah ini adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan

    sekitar. Terdapat pula cara mencegah penyakit DBD dengan metode pengontrolan

    atau pengendalian vektor, dengan cara sebagai berikut.

    1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang digalakkan pemerintah.

    Hal lainnya adalah dengan pengelolaan sampah padat dengan baik,

    dan perbaikan desain rumah.

    2. Pemeliharaan ikan pemakan jentik nyamuk misalnya ikan adu/ikan

    cupang pada tempat air kolam.

    3. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat hidup dan

    berkembang biaknya jentik nyamuk misalnya pada penampungan air

    seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan sebagainya.

    4. Melakukan pengasapan / fogging. Dan biasanya dilaksanakan dengan

    petugas kesehatan dari dinas kesehatan atau puskesmas terdekat.

    5. Melakukan 3 M yaitu menguras, mengubur, menutup. Selanjutnya

    pencegahan demam berdarah yaitu dengan melakukan pengobatan

    demam berdarah (A. Arsunan Arsin, 2013)

    2.3 Epidemiologi Penyakit Demam Berdarah Dengue

    Timbulnya suatu penyakit dapat diterangkan melalui konsep segitiga

    epidemiologi, yaitu adanya agen (agent), host, dan environment (lingkungan).

    Perubahan dari sektor lingkungan akan mempengaruhi host, sehingga akan timbul

    penyakit secara individu maupun keseluruhan populasi yang mengalami

  • 20

    perubahan tersebut. Demikian pula dengan kejadian DBD yang berhubungan

    dengan lingkungan (Dermala, 2012).

    2.3.1 Agent (Virus Dengue)

    Agent (penyebab penyakit) yaitu semua unsur atau elemen hidup dan mati

    yang kehadiran atau ketidakhadirannya, apabila diikuti dengan kontak yang

    efektif dengan manusia rentan dalam keadaan yang memungkinkan akan menjadi

    stimulus untuk mengisi dan memudahkan terjadinya suatu proses penyakit. Dalam

    ini menjadi agent dalam penyebaran DBD virus Dengue. Demam Berdarah

    Dengue (DBD) disebabkan virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod

    Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili

    Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3,

    DEN-4 (A. Arsunan Arsin, 2013). Menurut Soegijanto (2006) Virus ditularkan ke

    manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang terinfeksi. Virus yang

    banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengue tipe satu dan tipe tiga

    (Rima, 2017). Virus ini memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu lama yaitu

    antara 3-7 hari, virus akan terdapat di dalam tubuh manusia. Dalam masa tersebut

    penderita merupakan sumber penular penyakit DBD.

    2.3.2 Vektor

    Nyamuk Aedes aegypti adalah sebagai vektor. Vektor Demam Berdarah

    Dengue adalah hidup dan berkembang biak pada tempat penampungan air bersih

    yang tidak langsung berhubungan dengan tanah (Ferdiansyah (2016). Di

    Indonesia, nyamuk Aedes aegypti tersebar di seluruh kota maupun desa, kecuali

  • 21

    wilayah yang ketinggian ±1000 meter di atas permukaan laut. Adapun siklus

    nyamuk Aedes aegypti adalah telur menetas menjadi larva atau jentik biasanya

    melakukan pergantian kulit sebanyak empat kali dan berpupasi sesudah 7 hari

    menjadi kepompong (pupa) nyamuk. Perkembangan dari telur sampai menjadi

    nyamuk kurang lebih 9-10 hari. Menurut Soegijanto (2006) tempat hinggap yang

    paling disenangi adalah benda-benda yang tergantung seperti pakaian, kelambu,

    atau tumbuh- tumbuhan di dekat tempat berkembangbiaknya, biasanya di tempat

    yang agak gelap dan lembab (Rima, 2017).

    2.3.3 Host

    Host adalah manusia yang kemungkinan terpapar terhadap penyakit DBD

    dan pejamu pertama yang dikenal virus. Menurut Dermala (2012) Beberapa faktor

    yang mempengaruhi manusia adalah :

    2.3.3.1 Umur

    Umur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan terhadap

    infeksi virus dengue. Semua golongan umur dapat terserang virus

    dengue,meskipun baru berumur beberapa hari setelah lahir. Sebagian besar kasus

    DBD menyerang anak-anak di bawah umur 15 tahun.

    2.3.3.2 Nutrisi

    Teori nutrisi mempengaruhi derajat berat ringan penyakit dan ada

    hubungannya dengan teori imunologi, bahwa pada gizi yang baik mempengaruhi

    peningkatan antibodi dan karena ada reaksi antigen dan antibodi yang cukup baik,

    maka terjadi infeksi virus dengue yang berat.

  • 22

    2.3.3.3 Populasi

    Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi

    virus dengue, karena daerah yang berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah

    insiden kasus DBD tersebut.

    2.3.3.4 Mobilitas penduduk

    Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi

    penularan infeksi virus dengue. Salah satu faktor yang mempengaruhi penyebaran

    epidemi dari Queensland ke New South Wales pada tahun 1942 adalah

    perpindahan personil militer dan angkatan udara, karena jalur transportasi yang

    dilewati merupakan jalur penyebaran virus dengue (Sutaryo, 2005).

    2.3.3.5 Pendidikan

    Tingkat pendidikan dengan penyebaran penyakit dan kematian.

    Kelompok masyarakat yang berpendidikan tinggi cenderung lebih mengetahui

    cara-cara pencegahan penyakit.

    2.3.3.6 Perilaku Kesehatan

    Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap

    stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan

    kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Pemeliharaan kesehatan

    mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan

    lain, meningkatkan kesehatan dan mencari penyembuhan apabila sakit atau

    terkena masalah kesehatan. Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap, dan

    tindakan proaktif untuk memelihara dan mencegah resiko terjadinya penyakit,

  • 23

    melindungi diri dari ancaman penyakit. Seorang ahli kesehatan Becker (Soekidjo

    Notoatmodjo, 2011) mengklasifikasikan perilaku kesehatan yaitu :

    1. Perilaku Hidup Sehat

    Perilaku hidup sehat adalah hal-hal yang berkaitan dengan upaya

    atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan

    kesehatannya. Termasuk juga tindakan-tindakan untuk mencegah

    penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi, dan

    sebagainya.

    2. Perilaku Sakit

    Perilaku sakit yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan

    oleh individu yang merasa sakit, untuk merasakan dan mengenal keadaan

    kesehatannya atau rasa sakit. Juga kemampuan atau pengetahuan

    individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit serta

    usaha-usaha mencegah penyakit tersebut.

    3. Perilaku Peran Sakit

    Perilaku peran sakit yakni segala tindakan atau kegiatan yang

    dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh

    kesembuhan. Perilaku ini disamping berpengaruh terhadap kesehatan/

    kesakitannya sendiri juga berpengaruh terhadap orang lain. Perilaku ini

    meliputi tindakan untuk memperoleh kesembuhan, mengenal /

    mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan/ penyembuhan penyakit yang

    layak.

  • 24

    2.3.4 Environment (Lingkungan)

    Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit dengue adalah yang

    bukan bagian dari agent maupun penjamu, tetapi mampu menginteraksikan agent

    penjamu. Lingkungan yang banyak terdapat tempat pembuangan menjadi medium

    breeding place bagi nyamuk Aedes aegypti seperti bak mandi / WC, gentong,

    kaleng-kaleng bekas, botol aqua, ember bekas, dan lain-lain. Kondisi rumah yang

    lembab, dengan pencahayaan yang kurang ditambah dengan saluran air yang tidak

    lancar mengalir disenangi nyamuk untuk beristirahat (Soegijanto, 2006).

    2.3.4.1 Letak Geografis

    Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas di berbagai

    negara terutama di negara tropik dan subtropik yang terletak antara 30º Lintang

    Utara dan 40º Lintang Selatan seperti Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Caribbean

    dengan tingkat kejadian sekitar 50-100 juta kasus setiap tahunnya (Djunaedi,

    2006).

    Infeksi virus dengue di Indonesia telah ada sejak abad ke-18 seperti yang

    dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Pada saat

    itu virus dengue menimbulkan penyakit yang disebut penyakit demam lima hari

    (vijfdaagse koorts) kadang-kadang disebut demam sendi (knokkel koorts). Disebut

    demikian karena demam yang terjadi menghilang dalam lima hari, disertai nyeri

    otot, nyeri pada sendi dan nyeri kepala. Sehingga sampai saat ini penyakit tersebut

    masih merupakan problem kesehatan masyarakat dan dapat muncul secara

    endemik maupun epidemik yang menyebar dari suatu daerah ke daerah lain atau

    dari suatu negara ke negara lain (Hadinegoro dan Satari, 2002).

  • 25

    2.3.4.2 Musim

    Negara dengan 4 musim, epidemi DBD berlangsung pada musim panas,

    meskipun ditemukan kasus DBD sporadis pada musim dingin. Di Asia Tenggara

    epidemi DBD terjadi pada musim hujan, seperti di Indonesia, Thailand, Malaysia

    dan Philippines epidemi DBD terjadi beberapa minggu setelah musim hujan.

    Periode epidemi yang terutama berlangsung selama musim hujan dan erat

    kaitannya dengan kelembaban pada musim hujan. Hal tersebut menyebabkan

    peningkatan aktivitas vektor dalam menggigit karena didukung oleh lingkungan

    yang baik untuk masa inkubasi.

    2.3.4.3 Suhu udara

    Nyamuk dapat bertahan hidup pada suhu rendah, tetapi metabolismenya

    menurun atau bahkan terhenti bila suhunya turun sampai di bawah 10°C. Pada

    suhu yang lebih tinggi dari 35°C, nyamuk juga akan mengalami perubahan, dalam

    arti lebih lambatnya proses-proses fisiologis. Rata-rata ideal untuk pertumbuhan

    nyamuk adalah 25°C-27°C. Pertumbuuhan nyamuk akan terhenti sama sekali bila

    suhu kurang 10°C atau lebih dari 40°C.

    2.4 Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue

    Suatu penyakit timbul akibat dari interaksi berbagai faktor baik dari agent,

    host, dan environment. Dengan demikian, ketigafaktor tersebut mempengaruhi

    persebaran kasus DBD dalam suatu wilayah tertentu.

  • 26

    2.4.1 Agent

    Agent (penyebab penyakit) yaitu semua unsur atau elemen hidup dan mati

    yang kehadiran atau ketidakhadirannya, apabila diikuti dengan kontak yang

    efektif dengan manusia rentan dalam keadaan yang memungkinkan akan menjadi

    stimulus untuk mengisi dan memudahkan terjadinya suatu proses penyakit. Dalam

    ini menjadi agent dalam penyebaran DBD virus Dengue. Demam Berdarah

    Dengue (DBD) disebabkan virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod

    Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili

    Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3,

    DEN-4 (A. Arsunan Arsin, 2013). Virus ditularkan ke manusia melalui gigitan

    nyamuk Aedes aegypti betina yang terinfeksi. Virus yang banyak berkembang di

    masyarakat adalah virus dengue tipe satu dan tipe tiga (Soegijanto,2006). Virus

    ini memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu lama yaitu antara 3-7 hari, virus

    akan terdapat di dalam tubuh manusia. Dalam masa tersebut penderita merupakan

    sumber penular penyakit DBD.

    2.4.2 Host (manusia)

    Host (penjamu) yang dimaksud adalah manusia yang kemungkinan terpapar

    terhadap penyakit DBD dan pejamu pertama yang dikenal virus. Virus bersikulasi

    dalam darah manusia terinfeksi pada kurang lebih saat dimana manusia

    mengalami demam. Hanya nyamuk Aedes aegypti betina yang dapat menularkan

    virus dengue dan menyebabkan adanya gejala demam berdarah. Faktor yang

    terkait penularan DBD dari vektor nyamuk pada manusia diantaranya faktor

  • 27

    perilaku. Perilaku sehat salah satunya yaitu tindakan proaktif untuk memelihara

    dan mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit

    (Luluk, 2016 ).

    2.4.2.1 Kebiasaan menggantung pakaian

    Menurut Luluk (2016) faktor resiko yang dapat tertular penyakit demam

    berdarah adalah rumah atau lingkungan dengan baju yang bergantungan. Menurut

    Suroso dan Umar nyamuk lebih menyukai benda-benda yang tergantung di dalam

    rumah seperti gorden, kelambu dan baju/pakaian. Maka dari itu pakaian yang

    tergantung di balik pintu sebaiknya dilipat dan disimpan dalam almari, karena

    nyamuk Aedes aegypti senang hinggap dan beristirahat di tempat-tempat gelap

    dan kain yang tergantung untuk berkembangbiak, sehingga nyamuk berpotensi

    untuk bisa mengigit manusia (Yatim 2007).

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Luluk Lidya Ayun dkk,

    2017) yang meneliti faktor lingkungan fisik dan perilaku dengan DBD, salah satu

    faktor perilaku yaitu kebiasaan menggantung pakaian mempunyai nilai p-value

    0,002 < 0,05, dengan demikian mempunyai hubungan bermakna antara kebiasaan

    menggantung pakaian dengan DBD yang bertempat di wilayah kerja Puskesmas

    Sekaran Kecamatan Gunungpati kota Semarang. Hal ini menunjukkan bahwa

    kurangnya kesadaran masyarakat dengan kebiasaan menggantung pakaian

    dibelakang pintu kamar dan pintu lemari pakaian serta pakaian yang dibiarkan

    berserakan ditempat tidur. Karena nyamuk Aedes aegypti senang hinggap pada

    pakaian yang bergantungan dalam kamar untuk beristirahat setelah menghisap

    darah manusia (Luluk dkk, 2017).

  • 28

    2.4.2.2 Kebiasaan penggunaan obat/ anti nyamuk

    Penggunaan insektisida ditujukan untuk mengendalikan populasi vektor

    sehingga diharapkan penularan penyakit dapat ditekan seminimal mungkin.

    Pengendalian vektor nyamuk penyakit DBD di Indonesia setelah adanya KLB

    dengan aplikasi lavasida temeos (Abate) yang ditaburkan dalam tempat- tempat

    penampungan air. Selain dengan penggunaan insektisida oleh program

    pemerintah, perlindungan individu juga perlu dilakukan oleh masyarakat (Rima,

    2017). Nyamuk menghisap darah pada pagi hari sekitar pukul 09.00-10.00 dan

    sore hari pukul 16.00-17.00 maka dari itu, penggunaan obat/ anti nyamuk

    sebaiknya dilakukan pada waktu tersebut.

    Menurut Elvin (2016) penolak serangga merupakan sarana perlindungan

    diri terhadap nyamuk dan serangga yang umum digunakan. Penggunaan obat/ anti

    nyamuk merupakan salah satu cara untuk menghindari kontak antara host dan

    vektor DBD. Benda ini secara garis besarnya dibagi menjadi dua kategori,

    penolak alami dan penolak kimiawi. Minyak esensial dan ekstrak tanaman

    merupakan bahan pokok penolak alami. Penolak serangga kimiawi dapat

    memberikan perlindungan terhadap nyamuk Aedes aegypti, Aedes Albopictus, dan

    spesies Anopheles selama beberapa jam. Produk insektisida rumah tangga seperti

    obat nyamuk semprot aerosol, obat nyamuk bakar, dan repellent (obat oles anti

    nyamuk) saat ini banyak digunakan oleh individu sebagai pelindung diri terhadap

    gigitan nyamuk.

    Hasil penelitian mengenai penggunaan obat/anti nyamuk dengan

    kejadian DBD di Kelurahan 19 November Kecamatan Wundulako Kabupaten

  • 29

    Kolaka Tahun 2016 menunjukkan bahwa nilai p=0,008

  • 30

    bekas yang dapat menampung air, semakin banyak tempat bagi nyamuk untuk

    bertelur dan berkembang biak, sehingga semakin meningkat pula risiko kejadian

    DBD (Ferdiansyah,2016). Kondisi lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap

    penyebaran dan penularan penyakit DBD. Hasil penelitian Lia Fentia (2017)

    mengenai faktor lingkungan fisik dengan kejadian DBD menyatakan hasil p-

    value 0,003 < 0,05 yang artinya bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

    lingkungan fisik dengan kejadian penyakit DBD di Kelurahan Labuh Baru Timur

    Kota Pekanbaru. Kondisi lingkungan yang buruk dengan keberadaan barang bekas

    di luar rumah akan menjadi faktor penyebaran DBD (Lia, 2017).

    2.4.3.2 Pencahayaan

    Menurut Soekidjo (2011) rumah yang sehat memerlukan cahaya yang

    cukup. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan rumah, terutama cahaya

    matahari di samping kurang nyaman juga merupakan media (tempat) yang baik

    untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Nyamuk Aedes aegypti

    menyukai tempat hinggap dan beristirahat di tempat-tempat yang gelap.

    Sebaliknya, terlalu banyak cahaya dalam rumah akan menyebabkan silau, dan

    akhirmya dapat merusak mata. Menurut Soegijanto (2003) Kurangnya

    pencahayaan atau sinar matahari didalam rumah menyebabkan rumah menjadi

    teduh dan lembab sehingga keadaan ini menjadi tempat istirahat yang disenangi

    nyamuk Aedes aegypti sp. ( Lisa, 2016 ). Cahaya dapat dibedakan menjadi dua,

    yakni :

    1. Cahaya alamiah yakni matahari. Cahaya ini sangat penting karena

    dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya

  • 31

    baksil TBC. Rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya

    (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15% sampai 20% dari luas

    lantai yang terdapat didalam ruangan rumah. Jalan masuknya cahaya

    alamiah juga diusahakan dengan genteng kaca.

    2. Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan

    alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik, dan sebagainya.

    Pengukuran pencahayaan menggunakan alat Lux meter. Secara teknis,

    jumlah titik pengukuran pencahayaan tergantung pada luas ruangan.

    Pencahayaan yang diukur adalah pencahayaan alamiah, berasal dari

    sinar matahari secara langsung yang masuk melalui ventilasi,

    jendela, pintu dan lubang angin. Berdasarkan Permenkes No. 1077

    Tahun 2011 menyatakan bahwa persyaratan pencahayan di dalam

    rumah minimal 60 Lux dengan syarat tidak menyilaukan. (Permenkes,

    2011).

    Dari penelitian tentang lingkungan fisik rumah dengan kejadian demam

    berdarah dengue, hasil uji statistik menyatakan bahwa terdapat hubungan yang

    signifikan antara pencahayaan dengan kejadian demam berdarah dengue di

    Semarang dengan nilai p-value 0,001 < 0,05. Berdasarkan hasil penelitian dapat

    dikatakan bahwa dimana orang yang tinggal dalam rumah dengan intensitas

    cahaya dibawah 60 lux beresiko 16,714 kali terkena DBD dibandingkan orang

    yang tinggal dalam rumah dengan intensitas cahaya di atas 60 lux. Intensitas

    cahaya merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi aktifitas terbang nyamuk

    karena cahaya yang rendah dan kelembaban tinggi merupakan kondisi yang baik

  • 32

    bagi nyamuk. Nyamuk Aedes aegypti sangat senang beristirahat di tempat-tempat

    yang agak gelap dalam ruang relatif lembab dengan intensitas cahaya yang rendah

    (agak gelap) (Erna Sari, 2017).

    2.4.3.3 Angka Bebas Jentik

    Pemeriksaan Jentik Berkala adalah pemeriksaan tempat-tempat

    perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang dilakukan secara teratur oleh

    petugas kesehatan atau kader atau petugas pemantau jentik (jumantik) (Depkes

    RI,2010:2). PJB adalah kegiatan pemantauan di pemukiman atau tempat- tempat

    umum/industri di desa/ kelurahan endemis dan sporadis pada tempat-tempat

    perkembangbiakan nyamuk Aedes di 100 rumah/ bangunan yang dipilih secara

    acak dilaksanakan 4 kali setahun (3 bulan sekali).

    Program ini bertujuan untuk melakukan pemeriksaan jentik nyamuk

    penular DBD dan memotivasi keluarga atau masyarakat dalam melakukan

    Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD. PSN DBD adalah kegiatan

    memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk penular DBD di tempat

    perkembang biakannya.Program PJB dilakukan oleh kader, PKK, jumantik, atau

    tenaga pemeriksa jentik lainnya. Kegiatan pemeriksaan jentik nyamuk termasuk

    memotivasi masyarakat dalam melaksanakan PSN DBD. Dengan kunjungan yang

    berulang-ulang disertai dengan penyuluhan masyarakat tentang penyakit DBD

    diharapkan masyarakat dapat melaksanakakn PSN DBD secara teratur dan terus

    menerus.

  • 33

    Tata cara pelaksanaan PJB yaitu :

    1. Dilakukan dengan cara mengunjungi rumah-rumah dan tempat-

    tempat umum untuk memeriksa Tempat Penampungan Air (TPA),

    non-TPA dan tempat penampungan air alamiah di dalam maupun

    di luar rumah atau bangunan serta memberikan penyuluhan tentang

    PSN DBD kepada keluarga dan masyarakat.

    2. Jika ditemukan jentik, anggota kelurga atau pengelola tempat-

    tempat umum diminta untuk ikut melihat atau menyaksikan

    kemudian lanjutkan dengan PSN DBD (3M atau 3M plus).

    3. Memberikan penjelasan dan anjuran PSN DBD kepada keluarga

    dan petugas kebersihan tempat-tempat umum.

    4. Mencatat hasil pemeriksaan jentik di Kartu Jentik

    Rumah/bangunan yang ditinggalkan di rumah yang diperiksa serta

    Formulir Juru Pemantau Jentik (JPJ-1) untuk pelaporan ke

    puskesmas dan dinas yang terkait lainnya (Depkes RI, 2010:4)

    5. Berdasarkan hasil pemantauan yang tertulis di formulir JPJ-1 maka

    dapat dicari ABJ dan dicatat di formulir JPJ-2.

    6. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik nyamuk

    Aedes aegypti adalah :

    a. Angka Bebas Jentik (ABJ)

    ABJ =

    b. House Index (HI)

    HI =

  • 34

    c. Container Index (CI)

    CI =

    d. Breteau Index (BI)

    Breteau Index (BI) adalah jumlah container dengan jentik

    dalam 100 rumah atau bangunan.

  • 35

    2.5 Kerangka Teori

    Kejadian Demam

    Berdarah Dengue

    Host (Manusia)

    Umur

    Nutrisi

    Populasi

    Mobilitas

    Penduduk

    Pendidikan Perilaku

    Kesehatan

    Kebiasaan

    menggantung pakaian

    Kebiasaan penggunaan

    obat/ anti nyamuk

    Agent

    Virus Dengue Vektor Nyamuk Aedes

    aegypti

    Environment

    Letak Geografis

    Musim

    Suhu

    Udara

    Letak Geografis

    Keberadaan

    barang bekas

    Pencahayaan

    ABJ

    Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian

    Sumber : Segitiga Epidemiologi, Notoatmodjo

    2011, Wahyu Mahardika 2009

  • 36

    BAB 3

    KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN

    3.1 Kerangka Konsep

    Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan

    atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel

    yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti. Konsep

    adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan suatu

    pengertian. Oleh sebab itu, konsep tidak dapat diamati dan dapat diukur, maka

    konsep tersebut harus dijabarkan ke dalam variabel-variabel. Dari variabel itulah

    konsep dapat diamati dan diukur. Jadi, dari uraian tersebut dapat disimpulkan

    bahwa yang dimaksud kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau

    kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati (diukur)

    melalui penelitian yang dimaksud (Notoatmodjo, 2012).

    Variabel Independen Variabel Dependent

    Kejadian Demam

    Berdarah Dengue

    (DBD)

    Kebiasaan Menggantung

    Pakaian

    Kebiasaan Penggunaan

    obat/ anti nyamuk

    Pencahayaan

    Angka Bebas Jentik (ABJ)

    Gambar 3.1 Kerangka Konsep

    Keberadaan Barang Bekas

    di sekitar rumah

  • 37

    Keterangan :

    : Variabel yang diteliti

    : Berhubungan

    3.2 Hipotesa Penelitian

    Hipotesis merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang akan

    diteliti. Hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau salah

    dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan

    mengujinya (Sugiyono, 2013). Berikut adalah hipotesis penelitian :

    Ha = Ada hubungan antara keberadaan barang bekas di sekitar rumah

    dengan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Klagenserut.

    Ha = Ada hubungan antara pencahayaan dengan kejadian DBD di wilayah

    kerja Puskesmas Klagenserut.

    Ha = Ada hubungan antara angka bebas jentik dengan kejadian DBD di

    wilayah kerja Puskesmas Klagenserut.

    Ha = Ada hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan kejadian

    DBD di wilayah kerja Puskesmas Klagenserut.

    Ha = Ada hubungan antara kebiasaan penggunaan obat/ anti nyamuk dengan

    kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Klagenserut.

  • 38

    BAB 4

    METODOLOGI PENELITIAN

    4.1 Desain Penelitian

    Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam

    melakukan prosedur penelitian. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini

    adalah penelitian analitik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    metode survei yang dilakukan dengan melakukan penyebaran kuesioner dan

    wawancara kepada responden secara langsung dengan pendekatan case control.

    Penelitian case control merupakan rancangan penelitian yang membandingkan

    antara kelompok kasus dan kelompok kontrol untuk mengetahui proporsi kejadian

    berdasarkan ada tidaknya paparan. Rancangan penelitian ini dikenal dengan sifat

    retrospektif yaitu rancang bangun dengan melihat ke belakang dari suatu kejadian

    yang berhubungan dengan kejadian kesakitan yang diteliti (Hidayat Alimul,

    2012). Rancangan penelitian case control dapat digambarkan sebagai berikut:

    Faktor Resiko +

    Retrospektif (kasus) Efek +

    Faktor Resiko -

    Faktor Resiko +

    Retrospektif (kontrol) Efek -

    Faktor Resiko –

    Gambar 4.1 Skema Rancangan Penelitian Case Control

    Populasi

    (Sampel)

  • 39

    Tahap- tahap penelitian case control ini adalah sebagai berikut:

    a. Identifikasi variabel- variabel penelitian (faktor resiko dan efek)

    b. Menetapkan subjek penelitian (populasi dan sampel)

    c. Identifikasi kasus

    d. Pemilihan subjek sebagai kontrol

    e. Melakukan pengukuran retrospektif (melihat kebelakang) untuk

    melihat faktor resiko

    f. Melakukan analisis dengan membandingkan proporsi antara variabel

    objek penelitian dengan variabel- variabel control.

    4.2 Populasi dan Sampel

    4.2.1 Populasi

    Populasi adalah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

    mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian

    untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014). Populasi

    dalam penelitian ini adalah semua penderita Demam Berdarah Dengue dan bukan

    DBD yang tercatat dalam catatan medik di wilayah kerja Puskesmas Klagenserut

    Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun dengan periode 1 Januari 2017- Juni 2018

    (1 tahun terakhir) sebanyak 30 kasus dengan perbandingan 1 : 1 yang terdiri dari

    populasi kasus sebanyak 30 responden dan populasi kontrol 30 responden. Jadi,

    populasi dalam penelitian ini adalah 60 responden.

  • 40

    4.2.2 Sampel

    Sampel adalah bagian atau sejumlah cuplikan tertentu yang dapat diambil

    dari suatu populasi dan diteliti secara rinci (Sujarweni, 2015). Kriteria sampel

    yang diambil sebagai responden adalah kriteria inklusi yaitu karakteristik umum

    subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti

    sedangkan kriteria eksklusi yaitu menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

    memenuhi kriteria inklusi dari studi karena sebab (Nursalam, 2012). Sampel

    dalam penelitian ini adalah total populasi yang diambil 30 responden untuk

    kelompok kasus dan 30 responden kelompok pembanding atau kontrol adalah

    keluarga yang anggotanya tidak/ belum pernah ada yang menderita kasus DBD

    dengan perbandingan 1:1. Sehingga jumlah sampel yang memungkinkan pada

    penelitian ini adalah 60 sampel. Sebenarnya, sampel yang lebih besar akan

    memberikan hasil yang lebih akurat, tetapi memerlukan lebih banyak waktu,

    tenaga, biaya, dan fasilitas-fasilitas lain (Notoatmodjo, 2012). Ada beberapa

    kriteria sampel sebagai berikut :

    1. Kriteria Inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh

    setiap anggota populasi sebagai sampel penelitian ini adalah:

    1) Untuk Kasus

    a) Bertempat tinggal dan menetap di wilayah kerja

    Puskesmas Klagenserut Kecamatan Jiwan Kabupaten

    Madiun.

    b) Pernah menderita penyakit Demam Berdarah Dengue dan

    benar- benar terdiagnosa menderita DBD.

  • 41

    c) Dapat berkomunikasi dengan baik

    2) Untuk Kontrol

    a) Bertempat tinggal dan menetap di wilayah kerja

    Puskesmas Klagenserut Kecamatan Jiwan Kabupaten

    Madiun

    b) Orang menderita penyakit dengan gejala yang sama DBD

    tapi tidak terdiagnosa DBD.

    c) Dapat berkomunikasi dengan baik

    2. Kriteria Eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat

    diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012).

    1) Untuk Kasus

    a) Pindah tempat tinggal saat dilakukan penelitian.

    2) Untuk kontrol

    a) Subyek tidak bersedia menjadi responden dalam penelitian.

    4.3 Teknik Sampling

    Teknik sampling cara atau teknik-teknik tertentu dalam mengambil sampel

    penelitian sehingga sampel tersebut sedapat mungkin menwakili populasinya.

    Teknik sampling sampel diambil dengan menggunakan teknik total sampling.

    Total sampling yaitu semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel penelitian

    (Notoatmodjo, 2012). Karena jumlah populasi yang kurang dari 100, maka

    seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya.

  • 42

    4.4 Kerangka Kerja Penelitian

    Kerangka kerja atau operasional adalah kegiatan penelitian yang akan

    dilakukan untuk mengumpulkan data yang akan diteliti untuk mencapai tujuan

    penelitian (Nursalam, 2013). Adapun kerangka kerja pada penelitian ini sebagai

    berikut :

    Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian

    Populasi

    Semua Penderita DBD dan Tidak Penderita DBD di wilayah kerja Puskesmas

    Klagenserut Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun berjumlah 60 orang.

    Sampel

    Penderita DBD dan Tidak Penderita DBD di wilayah kerja Puskesmas

    Klagenserut Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun sebanyak 30 orang sebagai

    kasus dan 30 orang sebagai kontrol dengan perbandingan 1 : 1

    Teknik Sampling

    Total Sampling

    Uji Validitas, Uji Reabilitas Kuesioner, dan Pengukuran

    Pengumpulan Data

    Wawancara, Observasi, dan Pengukuran

    Pengolahan Data

    Editing, Coding, Entry, Cleaning, Tabulating

    Analisis data

    Chi-square

    Hasil Penelitian dan

    Kesimpulan

  • 43

    4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

    4.5.1 Variabel Penelitian

    Variabel penelitian mengandung pengertian ukuran atau ciri-ciri yang

    dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki

    oleh kelompok lain (Notoatmodjo, 2012). Variabel ini dibedakan menjadi dua

    yaitu variabel independent (variabel bebas) dan variabel dependent (variabel

    terikat).

    4.5.1.1 Variabel Independen / Variabel Bebas

    Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi

    sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2013).

    Variabel Independen dalam penelitian ini adalah lingkungan ( keberadaan barang

    bekas di sekitar rumah, pencahayaan, angka bebas jentik) dan perilaku ( kebiasaan

    menggantung pakaian, kebiasaan penggunaan obat/ anti nyamuk ).

    4.5.1.2 Variabel Dependen / Variabel Terikat

    Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

    akibat, karena adanya variabel bebas ( Sugiyono, 2013 ). Dalam penelitian ini

    variabel dependen adalah kejadian Demam Berdarah Dengue.

    4.5.2 Definisi Operasional

    Definisi operasional adalah menjelaskan semua variabel dan semua istilah

    yang akan digunakan dalam penelitian secara optimal, sehingga mempermudah

    pembaca, penguji dalam mengartikan makna penelitian (Nursalam, 2008).

    Adapun definisi operasional penelitian ini akan diuraikan dalam tabel berikut :

  • 44

    Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel

    No Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala

    Data Skor Kriteria

    1 Keberadaan

    barang bekas di

    sekitar rumah

    Keberadaan barang

    bekas yang dapat

    menampung air di luar

    rumah (Nur Purwoko,

    2012).

    Tindakan responden

    dengan keberadaan

    barang bekas di luar

    rumah seperti kaleng

    bekas, batok kelapa,

    ban bekas, drum dan

    yang dapat

    menampung air

    lainnya.

    (Nur Purwoko,

    2012)

    Kuesioner,

    observasi

    Nominal 0= Tidak

    1= Ya

    0 = Kurang Baik

  • 45

    No Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala

    Data Skor Kriteria

    3. Angka Bebas

    Jentik

    Ada tidaknya jentik

    dalam tempat

    penampung air di setiap

    rumah (Rima, 2017)

    Presentase jumlah

    rumah yang tidak

    ditemukan jentik

    dengan jumlah

    rumah yang

    diperiksa (Kemenkes

    RI, 2011)

    Observasi Nominal 0= ada

    jentik

    1= tidak ada

    jentik

    0 = Kurang baik

  • 46

    No Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala

    Data Skor Kriteria

    (Nur Purwoko,

    2012)

    6. Kejadian

    Demam

    Berdarah

    Dengue

    Penyakit menular yang

    disebabkan oleh virus

    dengue melalui gigitan

    nyamuk Aedes aegypti

    (Yeni, 2009)

    Dalam satu keluarga

    pernah mengalami

    penyakit dan

    terdignosa Demam

    Berdarah Positif

    (Yeni, 2009)

    Kuesioner Nominal 0=Kasus

    1=Kontrol

    0=Kasus, Warga yang

    tercatat sebagai penderita

    DBD di wilayah

    puskesmas Klagenserut

    1= Kontrol, Warga yang

    tidak pernah tercatat

    sebagai penderita DBD

    di wilayah puskesmas

    Klagenserut

  • 47

    4.6 Instrumen Penelitian

    Instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena

    alam maupun sosial yang diamati secara spesifik semua fenomena disebut

    variabel penelitian (Sugiyono, 2014). Dalam penelitian ini pengumpulan data

    menggunakan sumber data primer, lembar kuesioner dan lembar observasi

    dilakukan dengan pengamatan secara langsung terhadap responden, lingkungan

    serta dilakukan pengukuran pencahayaan dalam rumah dengan menggunakan lux

    meter.

    4.6.1 Kuesioner

    Kuesioner diartikan sebagai daftar pertanyaan yang tersusun dengan baik,

    sudah matang, dimana responden tinggal memberikan jawaban. Kuesioner berisi

    daftar pertanyaan terkait identitas responden dan variabel dalam penelitian yang

    diajukan peneliti terhadap responden. Pertanyaan yang digunakan adalah angket

    tertutup atau berstruktur dimana angket tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga

    responden hanya tinggal memilih atau menjawab yang sudah ada (responden

    hanya memberikan tanda (√) pada jawaban yang telah disediakan).

    4.6.2 Uji Validitas

    Pada pengamatan dan pengukuran observasi, harus diperhatikan beberapa

    hal yang secara prinsip sangat penting yaitu uji validitas, reabilitas dan ketepatan

    fakta dan kenyataan hidup (data) yang dikumpulkan dari alat dan cara

    pengumpulan data maupun kesalahan-kesalahan yang sering terjadi pada

    pengamatan atau pengukuran oleh pengumpul data (Nursalam, 2013).

  • 48

    Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

    mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2012). Untuk mengukur validitas soal

    menggunakan rumus korelasi product moment pearson. Hasil r hitung

    dibandingkan r tabel dimana df = n-2 dengan sig 5%. Jika r tabel < r hitung maka

    valid (Sujarweni, 2015).

    Hasil uji validitas kuesioner dengan perbandingan r hitung dan r tabel

    menunjukkan 15 pertanyaan yang valid dengan mengeluarkan soal yang tidak

    valid terdiri dari variabel independen (keberadaan barang bekas, kebiasaan

    menggantung pakaian, dan kebiasaan penggunaan obat/ anti nyamuk) dari total

    item 18 pertanyaan dengan menggunakan jumlah responden sebanyak 20 dimana

    diperoleh dengan menggunakan rumus korelasi product moment pearson yang

    hasil r hitung dibandingkan r tabel dimana df (degree of freedom) = n-2, jadi df =

    20-2=18, maka r tabel 0,378. Hasil uji validitas diperoleh nilai r hitung antara

    0,431 sampai 0,923 (Terlampir pada lampiran).

    4.6.3 Uji Reabilitas

    Reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

    pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2012). Realibilitas

    (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam

    menjaab hal yang berkaitan dengan kontruk kontruk pertanyaan yang merupakan

    dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner. Uji reabilitas

    dapat dilihat pada nilai cronbach alpha, jika nilai Alpha > 0,60 maka kontruk

    pernyataan yang merupakan dimensi variabel adalah reliabel (Sujarweni, 2014).

  • 49

    Hasil uji reliabilitas dapat dilihat dari nilai Cronbach’s Alpha, dimana nilai

    Cronbach’s Alpha > 0,60 maka kontruk pertanyaan adalah reliabel. Hasil uji

    reliabilitas kuesioner menunjukkan kontruk dari masing-masing variabel

    dinyatakan reliabel. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel independen

    (keberadaan barang bekas, kebiasaan menggantung pakaian, dan kebiasaan

    penggunaan obat/ anti nyamuk) mempunyai konsistensi internal yang tinggi

    dibuktikan dengan nilai koefisiensi Cronbach’s Alpha yang lebih besar dari r tabel

    yaitu 0,774 > 0,60. (Selanjutnya, hasil uji reabilitas menggunakan spss 16,

    terlampir).

    4.6.5 Pengukuran

    Pengukuran ini digunakan untuk mengukur suatu benda yang tidak dapat

    dibaca melainkan untuk mengetahui hasilnya harus diukur. Satuan dalam

    pengukuran ini macam-macam. Pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini

    untuk mengetahui pencahayaan yang di dalam rumah yang dilakukan pada siang

    hari (09.00-15.00) dengan menggunakan lux meter. Dengan prosedur kerja:

    1) Siapkan alat Lux Meter

    2) Tentukan titik pengukuran penerangan umum dengan titik potong

    garis horizontal panjang dan lebar ruangan pada setiap jarak tertentu

    setinggi satu meter dari lantai. Jarak tertentu dibedakan berdasarkan

    luas ruangan sebagai berikut:

    a. Luas ruangan

  • 50

    b. Luas ruangan 10m2- 100 m2: titik potong garis horizontal panjang

    dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 3 (tiga) meter.

    c. Luas ruangan > 100 m2: titik potong garis horizontal panjang dan

    lebar ruangan adalah pada jarak setiap 6 (enam) meter.

    3) Hidupkan alat lux meter dengan menekan tombol ON

    4) Angka akan menunjukkan 000 (sebelum sensor cahaya dibuka) bukan

    sensor cahaya

    5) Perhatikan angka yang muncul pada layer lux meter

    6) Angka yang berhenti paling lama menunjukkan besarnya intensitas

    cahaya yang diukur

    7) Kemudian catat angka yang muncul tersebut

    8) Setelah selesai tekan tombol OFF

    4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

    4.7.1 Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Klagenserut,

    Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun.

    4.7.2 Waktu Penelitian

    Tabel 4.2 Waktu Penelitian

    No Kegiatan Tanggal Pelaksanaan

    1. Pengajuan Judul dan konsul 8 - 24 Februari 2018

    2. Penyusunan dan bimbingan

    proposal 10 Maret 2018 - 11 Mei 2018

    3. Ujian Proposal 19 Mei 2018

    4. Revisi Proposal 22 Mei 2018 - 25 Mei 2018

    5. Pengambilan Data 6 Juli 2018 - 10 Juli 2018

    6. Penyusunan dan Bimbingan Skripsi 20 Juli 2018 - 1 Agustus 2018

  • 51

    7. Ujian Skripsi 8 Agustus 2018

    8. Revisi Skripsi 10 Agustus 2018

    4.8 Prosedur Pengumpulan Data

    4.8.1 Cara Pengumpulan Data

    1. Observasi

    Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan

    melakukan pengamatan secara langsung kepada responden penelitian

    untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Pengumpulan

    data dengan cara observasi ini dapat digunakan apabila objek

    penelitian adalah benda atau proses kerja. Observasi di lapangan

    secara langsung mengenai kebiasaan menggantung pakaian,

    keberadaan barang bekas di sekitar rumah, angka bebas jentik.

    2. Wawancara

    Adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data,

    dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan

    dari responden, berhadapan atau tatap muka dengan orang tersebut

    (face to face). Wawancara untuk memperoleh data tentang kejadian

    Demam Berdarah Dengue, mengenai kebiasaan menggantung pakaian,

    kebiasaan penggunaan obat/ anti nyamuk, keberadaan barang bekas di

    sekitar rumah.

    3. Pengukuran

    Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan nilai besaran yang

    dikur dengan alat ukur yang telah ditetapkan sebagai satuan.

    Pengukuran ini digunakan untuk mengukur suatu benda yang tidak

  • 52

    dapat dibaca melainkan untuk mengetahui hasilnya harus diukur.

    Satuan dalam pengukuran ini macam-macam. Pengukuran yang

    dilakukan dalam penelitian ini untuk mengetahui pencahayaan yang di

    dalam rumah dengan menggunakan lux meter.

    4.8.2 Jenis Data

    1. Data Primer

    Data primer diperoleh dari survei ke wilayah kerja Puskesmas

    Klagenserut dan wawancara langsung kepada responden dengan

    menggunakan lembar kuesioner dan lembar observasi, serta hasil

    pengukuran pencahayaan di dalam rumah.

    2. Data Sekunder

    Data sekunder yang diperoleh melalui instansi kesehatan berupa

    jumlah penderita DBD, profil kesehatan berupa data kesakitan DBD,

    dan instansi pemerintah yaitu desa berupa data alamat penderita DBD

    yang berada di wilayah kerja Puskesmas Klagenserut.

    4.9 Teknik Analisa Data

    Data yang diperoleh dalam penelitian kemudian diolah dan dianalisa

    menggunakan SPSS for windows. Teknik pengolahan data yang dilakukan pada

    penelitian yaitu meliputi : (Notoatmodjo, 2012)

    1. Editing

    Editing adalah upaya untuk memeriksa atau pengecekan kembali data

    maupun kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat

  • 53

    dilakukan pada tahap pengumpulan data, pengisian kuesioner, dan

    setelah data terkumpul (Notoatmodjo, 2012).

    2. Coding

    Coding adalah kegiatan memberikan kode numerik (angka) terhadap

    data yang terdiri dari beberapa kategori, coding atau mengkode data

    bertujuan untuk membedakan berdasarkan karakter ( Notoatmodjo,

    2012 ). Coding pada penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan

    kode angka pada setiap jawaban untuk mempermudah dalam

    pengolahan dan analisis data. Data yang masuk dalam pengkodingan

    adalah kebiasaan menggantung pakaian, kebiasaan penggunaan obat/

    anti nyamuk, keberadaan barang bekas di sekitar rumah, pencahayaan,

    dan ABJ.

    Tabel 4.3 Koding Variabel Faktor Lingkungan dan Perilaku dengan

    kejadian DBD

    NO Variabel Koding Kategori Kriteria

    1. Keberadaan barang

    bekas di sekitar rumah

    0 Kurang baik

  • 54

    3. Entry

    Mengisi masing-masing jawaban dari responden dalam bentuk “kode�