Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
HUBUNGAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT
DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD LABUANG BAJI PROVINSI
SULAWESI SELATAN
NUR FITRIANI
K11113078
Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Kesehatan Masyarakat
DEPARTEMEN MANAJEMEN RUMAH SAKIT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
iii
iv
RINGKASAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
NUR FITRIANI
“Hubungan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Perawat Di Instalasi
Rawat Inap RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan”
( xiv + 144 Halaman + 30 tabel + 5 lampiran )
Kinerja perawat dapat dilihat dalam pelaksanaan pendokumentasian
Asuhan Keperawatan (ASKEP). Pencapaian rata-rata ASKEP di RSUD
Labuang Baji periode juli-september 2016 sebesar 76,58%, sehingga
mengindikasikan bahwa tingkat kinerja perawat masih cukup rendah karena
tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh PPNI yaitu 100%. Salah satu
faktor yang mempengaruhi kinerja adalah kepuasan kerja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepuasan kerja
berdasarkan aspek (imbalan, promosi, supervisi, rekan kerja, dan pekerjaan itu
sendiri, perlengkapan kerja, ketentraman kerja, keterampilan) terhadap kinerja
perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji. Jenis penelitian ini adalah
survey analitik dengan rancangan cross sectional study. Pengambilan sampel
menggunakan simple random sampling dengan besar sampel 118 responden
pada perawat di Instalasi Rawat Inap. Pengumpulan data diperoleh langsung
dari responden melalui kuesioner yang diberikan. Analisis data menggunakan
uji statistik Chi-square.
Hasil penelitian diperoleh bahwa kepuasan kerja imbalan (p=0,011),
kepuasan kerja promosi (p=0,027), kepuasan kerja supervisi (p=0,024),
kepuasan kerja rekan kerja (p=0,048), kepuasan kerja perlengkapan (p=0,027),
dan kepuasan kerja ketentraman (p=0,044) memiliki hubungan dengan kinerja
perawat, dan kepuasaan kerja pekerjaan itu sendiri (0,327), kepuasaan kerja
keterampilan (0,114) tidak memiliki hubungan dengan kinerja perawat di
Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji.
Disarankan kepada pihak rumah sakit agar dapat memperhatikan
kepuasan kerja perawat khususnya pada kepuasan kerja yang dapat
mempengaruhi kinerja perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji.
Daftar Pustaka : 46 (1990-2016)
Kata Kunci : Perawat, Rumah Sakit, Kepuasan Kerja, Kinerja
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Hubungan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Perawat di
Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji Tahun 2017”. Pembuatan skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk penyelesaian studi penulis pada jenjang
pendidikan Strata Satu Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Hasanuddin.
Selama proses penyelesaian tugas akhir ini, penulis menerima begitu
banyak bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materi maupun non materi.
Pertama-tama penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada
Bapak Dr. Syahrir A. Pasinringi, MS selaku pembimbing I dan Ibu Nur
Arifah, SKM, MA selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktunya,
dengan sabar mengarahkan serta memberikan masukan-masukan, dan motivasi
kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga penulis tujukan untuk seluruh responden yang
telah bersedia meluangkan waktunya menjadi bagian terpenting dari skripsi ini
dan memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh penulis yang tanpa
kesediaan mereka tentu skripsi ini tidak akan selesai.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih dan
penghargaan kepada:
vi
1. Ibu Dr. Fridawaty Rivai, SKM, MARS selaku penguji I, Ibu Rini
Angraeni, SKM.,M.Kes selaku penguji II, dan Bapak Indra Dwinata,
SKM. MPH. selaku penguji III yang telah memberikan bimbingan
dan arahan selama ini demi kesempurnaan tulisan ini.
2. Rektor Universitas Hasanuddin Makassar Prof. Dr. Dwia Aries Tina
Pulubuhu, MA dan seluruh Wakil Rektor dalam Lingkungan
Universitas Hasanuddin yang telah memberikan izin penelitian
kepeda penulis.
3. Bapak Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Prof. Dr. drg. A.
Zulkifli Abdullah, M.Kes dan para Wakil Dekan serta seluruh staf
yang telah membeikan bantuan selama penulis mengikuti pendidikan
di FKM Unhas serta kepada bapak/ibu dosen FKM, terima kasih
untuk segala ilmu yang telah diberikan.
4. Ibu Rismayanti, SKM. M.Kes, selaku penasehat akademik selama
menempuh kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin Makassar.
5. Seluruh Dosen Bagian Manajemen Rumah Sakit yang telah banyak
memberikan ilmu yang sangat berharga kepeda penulis.
6. Kepada Staf Departemen Manajemen Rumah Sakit FKM Unhas
(K’Ima, K’Fuad dan Ibu Ija) terima kasih atas segala bantuannya
selama penulis menjadi mahasiswa Manajemen Rumah Sakit.
vii
7. Direktur RSUD Labuang Baji beserta Staf telah memberikan izin
penelitian dan membantu selama penelitian berlangsung.
8. Seluruh teman-teman angakatan 2013 “Rempong” terkhusus kepada
teman-teman MRS 2013 terima kasih untuk segala bantuan dan
dukungannya.
9. Keluarga besar HMSC (Hospital Management Student Community)
terima kasih untuk pengalaman dan ilmu yang tak biasa saya
dapatkan selama di bangku kuliah.
10. Kedua orang tua penulis, Muhammad Ali, S.Hut dan Naora, S.Ag
terima kasih banyak atas kasih saying dan segala dukungan, doa
semangat, motivasi, kesabaran, serta pengorbanan yang selama ini
diberikan kepada penulis.
11. Saudara penulis, Mukhlis. Saudari penulis Afni dan Putri yang terus
menemani dalam pembuatan skripsi dan terima kasih atas dukungan
yang diberikan.
12. Terkhusus Idam Rasydi Azis, terima kasih atas doa motivasi dan
dukungan yang diberikan kepada penulis.
13. Sahabat-sahabat terbaik (Reski Fatimah, Adhinda Putri Pratiwi,
Resky Amalia Poetri, Tenri Diah TA, Eka Amalina, Andi simpur
Siang, Anisah Maulidyah, dan Mawaddah Lukman) terima kasih
untuk dukungan, bantuan dan doa yang telah diberikan.
viii
14. Teman - teman terbaik Muhammad Iqbal, Muhammad Sahrul
Sahputra, Andi Sahriana, Mustainnah terima kasih untuk bantuan
dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis.
15. Teman-teman PBL posko VI Desa Bontotiro dan teman-teman KKN
posko Desa Paitana Kac. Turatea Kab. Jenneponto.
16. Semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis baik
berupa materi dan non materi yang tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu, terima kasih untuk bantuan dan dukungannya.
Semoga semua bantuan yang diberikan kepada penulis mendapat
balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Oleh karena
itu, saran dan kritik demi penyempurnaan skirpsi ini sangat penulis
harapkan, Akhir kata, semoga apa yang dituliskan dalam skripsi ini
dapat bermanfaat bagi setiap yang membacanya.
Makassar, 13 September 2017
penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
RINGKASAN .................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 9
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 10
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 13
A. Tinjauan Umum Tentang Kepuasan Kerja ........................................... 13
B. Tinjauan Umum Tentang Kinerja ......................................................... 25
C. Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit ............................................... 32
D. Matriks Penelitian Terdahulu ............................................................... 41
E. Kerangka Teori ..................................................................................... 48
BAB III KERANGKA KONSEP .................................................................. 49
A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian .................................................... 49
B. Kerangka Konsep .................................................................................. 50
x
C. Definisi Teori, Operasional dan Kriteria Objektif ................................ 51
BAB IV METODELOGI PENELITIAN...................................................... 56
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 56
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 56
C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 57
D. Pengumpulan Data ................................................................................ 58
E. Pengelolahan Data ................................................................................ 59
F. Analisis Data ......................................................................................... 60
G. Penyajian Data ...................................................................................... 62
H. Instrumen Penelitian ............................................................................. 62
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 63
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 63
B. Pembahasan ......................................................................................... 91
BAB VI PENUTUP ........................................................................................ 109
A. Kesimpulan .......................................................................................... 109
B. Saran .................................................................................................... 111
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 113
LAMPIRAN ................................................................................................... 116
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Matrix Penelitian Terdahulu ................................................................ 41
Tabel 2 Definisi Operasional dan Kerangka Operasional ................................ 51
Tabel 3 Rincian Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian ................................. 57
Tabel 4 Distribusi Karakteristik Responden ..................................................... 64
Tabel 5 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Kepuasan Kerja
Variabel Imbalan di Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji
Provinsi Sulsel ................................................................................... 65
Tabel 6 Distribusi Penilaian Kepuasan Kerja Terhadap Variabel Imbalan
di Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji Provinsi Sulsel ............. 66
Tabel 7 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Kepuasan Kerja
Variabel Promosi di Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji
Provinsi Sulsel .................................................................................... 67
Tabel 8 Distribusi Penilaian Kepuasan Kerja Terhadap Variabel Promosi
di Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji Provinsi Sulsel ............. 68
Tabel 9 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Kepuasan Kerja Variabel
Supervisi di Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji Provinsi
Sulsel ................................................................................................... 69
Tabel 10 Distribusi Penilaian Kepuasan Kerja Terhadap Variabel
Supervisi di Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji Provinsi
Sulsel ................................................................................................. 70
Tabel 11 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Kepuasan Kerja
Variabel Rekan Kerja di Instalasi Rawat Inap RSUD
Labuang Baji Provinsi Sulsel .......................................................... 70
Tabel 12 Distribusi Penilaian Kepuasan Kerja Terhadap
Variabel Rekan Kerja di Instalasi Rawat Inap RSUD
Labuang Baji Provinsi Sulsel ............................................................ 71
Tabe 13 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Kepuasan Kerja
Variabel Pekerjaan itu Sendiri di Instalasi Rawat Inap
RSUD Labuang Baji Provinsi Sulsel ................................................ 72
xii
Tabel 14 Distribusi Penilaian Kepuasan Kerja Terhadap Variabel Pekerjaan
itu Sendiri di Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji Provinsi
Sulsel ................................................................................................. 73
Tabel 15 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Kepuasan Kerja
Variabel Perlengkapan Kerja di Instalasi Rawat Inap RSUD
Labuang Baji Provinsi Sulsel ............................................................ 71
Tabel 16 Distribusi Penilaian Kepuasan Kerja Terhadap Variabel
Perlengkapan Kerja di Instalasi Rawat Inap RSUD
Labuang Baji Provinsi Sulsel ............................................................ 74
Tabel 17 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Kepuasan Kerja
Variabel Ketentraman Kerja di Instalasi Rawat Inap
RSUD Labuang Baji Provinsi Sulsel ................................................. 75
Tabel 18 Distribusi Penilaian Kepuasan Kerja Terhadap Variabel
Ketentramanan Kerja di Instalasi Rawat Inap RSUD
Labuang Baji Provinsi Sulsel ............................................................ 76
Tabel 19 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Kepuasan
Kerja Variabel Keterampilan di Instalasi Rawat Inap
RSUD Labuang Baji Provinsi Sulsel ................................................. 77
Tabel 20 Distribusi Penilaian Kepuasan Kerja Terhadap
Variabel Keterampilan di Instalasi Rawat Inap RSUD
Labuang Baji Provinsi Sulsel ............................................................ 78
Tabel 21 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Kepuasan Kerja
Variabel Kinerja di Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang
Baji Provinsi Sulsel ........................................................................... 79
Tabel 22 Distribusi Penilaian Kepuasan Kerja Terhadap
Variabel Kinerja di Instalasi Rawat Inap RSUD
Labuang Baji Provinsi Sulsel ............................................................ 83
Tabel 23 Hubungan Kepuasan Kerja Variabel Imbalan Terhadap Kinerja
Perawat .............................................................................................. 83
Tabel 24 Hubungan Kepuasan Kerja Variabel Promosi Terhadap Kinerja
Perawat .............................................................................................. 84
xiii
Tabel 25 Hubungan Kepuasan Kerja Variabel Supervisi Terhadap
Kinerja Perawat ................................................................................ 85
Tabel 26 Hubungan Kepuasan Kerja Variabel Rekan Kerja Terhadap
Kinerja Perawat ................................................................................ 86
Tabel 27 Hubungan Kepuasan Kerja Variabel Pekerjaan itu Sendiri
Terhadap Kinerja Perawat ................................................................ 87
Tabel 28 Hubungan Kepuasan Kerja Variabel Perlengkapan Kerja
Terhadap Kinerja Perawat ................................................................ 88
Tabel 29 Hubungan Kepuasan Kerja Variabel Ketentraman Kerja
Terhadap Kinerja Perawat ................................................................ 89
Tabel 30 Hubungan Kepuasan Kerja Variabel Keterampilan Terhadap
Kinerja Perawat ................................................................................ 90
Tabel 31 Kesimpulan ...................................................................................... 91
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Teori Penelitian ............................................................... 48
Gambar 2 Kerangka Konsep ............................................................................. 50
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
Lampran 2. Surat Izin Meneliti dari Fakultas
Lampiran 3. Surat Izin Meneliti dari BKPMD
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian
Lampiran 5. Analisis Data Menggunakan SPSS
xvi
DAFTAR SINGKATAN
ASKEP : Asuhan Keperawatan
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
SDM : Sumber Daya Manusia
SKP : Sasaran Kinerja Pegawai
PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan
mencegah penyakit dengan sasaran utamanya adalah masyarakat, dimana ruang
lingkup pelayanan kesehatan menyangkut kepentingan masyarakat banyak
sehingga peran banyak pihak dalam pelayanan kesehatan cukup besar. Rumah
sakit sendiri merupakan bagian integral dari keseluruhan system pelayanan
kesehatan yang dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan.
Dalam Undang-Undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Rumah sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat serta memiliki fungsi-fungsi yang
mengharuskan rumah sakit mengambil peran dalam meningkatkan derajat
kesehatan nasional.
Untuk memenuhi tugas dan fungsinya, rumah sakit memerlukan beberapa
sumber daya salah satunya yaitu sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas
sebagai penyedia layanan kesehatan. Sumber daya manusia sangat penting di
rumah sakit karena perannya sebagai subyek pelaksana kebijakan dan kegiatan
operasional di rumah sakit. Salah satu SDM yang berpengaruh di rumah sakit
adalah perawat. Perawat memiliki peranan penting dan menjadi kunci untuk
kualitas pelayanan kesehatan karena profesi perawat memberikan pelayanan
langsung kepada pasien selama 24 jam (Nurhayni dkk, 2012).
2
Jumlah perawat mencapai 50-60% dari seluruh tenaga kerja yang bekerja
di rumah sakit, bahkan perawat mendampingi pasien selama hampir 24 jam
penuh. Atas dasar tersebut, pelayanan yang diberikan perawat atau yang
dikenal dengan asuhan keperawatan merupakan salah satu faktor penentu
image atau citra dari rumah sakit. Hal tersebut mengindikasikan bahwa peran
perawat di rumah sakit begitu penting, sehingga menjadi bahan penilaian dan
pertimbangan bagi calon konsumen dan loyalitas konsumen (Asthu, 2016)
Kelangsungan rumah sakit di masa mendatang akan bergantung pada
kemampuan perawat untuk memberikan respon terhadap kebutuhan konsumen
melalui pelayanan yang berkulitas. Untuk mencapai pelayanan yang
berkualitas setidaknya dibutuhkan kinerja yang baik didalam rumah sakit yang
bersangkutan. Kinerja yang baik merupakan tanggung jawab dari seluruh pihak
yang ada didalam rumah sakit, dimana mereka berhubungan dan
bersinggungan langsung dengan para konsumen (Rizal, 2012).
Kinerja (performance) menjadi isu dunia saat ini. Hal tersebut terjadi
sebagai konsekuensi tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan akan pelayanan
prima atau pelayanan yang bermutu tinggi. Mutu tidak dapat terpisahkan dari
standar, karena kinerja diukur berdasarkan standar. Melalui kinerja perawat,
diharapkan dapat menunjukkan kontribusi profesionalnya secara nyata dalam
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, agar berdampak terhadap
pelayanan kesehatan secara umum pada organisasi tempatnya bekerja, dan
dampak akhir bermuara pada kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat
(Hasmoko, 2008).
3
Kinerja yang baik adalah kinerja yang optimal, yaitu kinerja yang sesuai
dengan standar organisasi dan mendukung tercapainya tujuan organisasi.
Peningkatan kinerja perawat akan membawa kemajuan bagi rumah sakit untuk
dapat bertahan dalam suatu persaingan lingkungan bisnis yang tidak stabil.
Oleh karena itu upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja perawat merupakan
tantangan manajemen yang paling serius karena keberhasilan untuk mencapai
tujuan dan kelangsungan hidup rumah sakit tergantung pada kualitas kinerja
sumber daya manusia yang ada didalamnya (Rizal, 2012).
Kinerja perawat sangat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang
bukan hanya diukur secara finansial, tetapi ada yang lebih bersifat intrinsik.
Salah satu faktor instrinsiknya adalah motivasi, kepuasan kerja, dan komitmen
organisasional yang baik langsung maupun tidak langsung dapat berpengaruh
terhadap kinerja (Asthu, 2016)
Secara teoritis dikatakan bahwa faktor penting yang mempengaruhi kinerja
adalah kepuasan kerja, kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang
terhadap pekerjaannya. Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang
berbeda berdasarkan sistem nilai yang berlaku di dalam dirinya. Semakin
banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan kepentingan atau harapan
individu tersebut maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakannya dan
atau sebaliknya (Natsir, 2015).
Menurut Colquiit, Lapine, dan Wesson (2011) kepuasan kerja merupakan
prediktor kinerja karena kepuasan kerja memiliki korelasi moderat dengan
kinerja. Pekerja yang puas melakukan pekerjaan lebih baik dalam memenuhi
4
kewajibannya sesuai deskriptif pekerjaan. Kepuasan kerja mempunyai
pengaruh positif moderat pada kinerja. Orang yang mempunyai tingkat
kepuasan kerja lebih tinggi cenderung mempunyai tingkat kinerja tugas lebih
tinggi, tingkat citizentship behavior lebih tinggi dan tingkat perilaku kontra
produktif lebih rendah.
Kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau sikap
umum terhadap perbedaan penghargaan yang diterima serta yang seharusnya
diterima. Kepuasan kerja dipengaruhi beberapa faktor yaitu balas jasa yang adil
dan layak, penempatan yang sesuai dengan keahlian, berat ringannya
pekerjaan, suasana dan lingkungan kerja, peralatan yang menunjang
pelaksanaan pekerjaan, sikap pemimpin dan kepemimpinan dan sifat pekerjaan
yang monoton atau tidak. Kepuasan kerja perawat seharusnya mendapat
perhatian serius dari pihak manajemen rumah sakit, karena perawat merupakan
karyawan terbesar dan menjadi ujung tombak pelaksana pelayanan
keperawatan serta tenaga yang berinteraksi langsung dengan pasien dan
keluarga pasien (Mayasari, 2009).
Kepuasan kerja juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti ciri-ciri
intrinsik dari pekerjaan, gaji yang diperoleh, atasan dan rekan kerja yang
menunjang atau mendukung. Selain itu kondisi kerja yang menunjang serta
informasi yang dapat diperoleh berkaitan dengan pekerjaan juga mempunyai
pengaruh terhadap kepuasan kerja (Munandar, 2008 dalam Atmaji, 2011).
Dengan perasaan yang positif dan senang berkaitan dengan pekerjaan,
perawat diharapkan bekerja dengan baik untuk mencapai kinerja yang
5
diharapkan. Sebaliknya apabila perawat tidak memiliki kepuasan kerja,
kemungkinan pekerjaan tidak terselesaikan dengan baik. Hal ini dikarenakan
perawat tidak memiliki perasaan positif berkaitan dengan pekerjaannya
(Atmaji, 2011).
Perawat yang merasa puas dalam pekerjaannya akan memberikan
pelayanan lebih baik dan bermutu kepada pasien di rumah sakit sehingga
kepuasan pasien dan keluarga pasien juga terpenuhi, yang kemudian dapat
meningkatkan citra dan pendapatan rumah sakit (Crose, 1999).
Pengukuran kepuasan kerja tenaga perawat tidak hanya penting untuk
mengetahui kinerja rumah sakit terutama bidang ketenagaannya, tetapi juga
untuk menentukan strategi manajemen dimasa yang akan datang. Hal ini
menunjukan bahwa pentingnya kepuasan kerja perawat untuk kemajuan rumah
sakit kedepannya. Misalnya, seorang perawat yang merasa tidak puas dalam
melakukan pekerjaannya akan sering mangkir dalam bekerja. Tingkat
kehadiran ini dapat menyebabkan beban kerja perawat yang lain meningkat.
Ketika beban kerja perawat meningkat, maka hasil kerja perawat tersebut
menjadi tidak maksimal, sehingga dapat mempengaruhi kinerja organisasi,
dalam hal ini kinerja rumah sakit. Oleh karena itu, pandangan dan juga
perasaan perawat terhadap pekerjaannya harus tetap terjaga pada sisi positif
(Argapati, 2013).
Tingginya kepuasan kerja merupakan tanda dari organisasi yang dikelola
dengan baik. Kepuasan kerja yang rendah sering menjadi penyebab unjuk rasa
6
yang liar, penurunan kerja, ketidak hadiran dan keluar masuknya karyawan
yang tinggi (Natsir, 2015).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Luthfan Atmaji (2011) Studi Pada
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang menunjukan bahwa kepuasan
kerja (aspek gaji, kondisi kerja, rekan kerja, penyelia, dan pekerjaan itu sendiri)
berpengaruh positif dan sinifikan terhadap kinerja perawat. Selanjutnya dalam
penelitian yang dilakukan oleh Nurhayni (2012) menunjukkan bahwa ada
hubungan antara kepuasan kerja (kondisi lingkungan kerja, insentif,
kesempatan pengembangan diri, hubungan supervisi, dan hubungan rekan
kerja) dengan kinerja perawat di Ruang Rawat Inap RSU Daya Kota Makassar.
Penelitian yang dilakukan oleh Astini As’ad (2013) di Unit Rawat Inap RS
Universitas Hasanuddin menunjukkan bahwa ada hubungan kepuasan kerja
aspek pekerjaan, gaji, peluang pengembangan, rekan kerja dan supervise
dengan kinerja perawat, dan tidak ada hubungan kepuasan kerja aspek kondisi
kerja dan kepemimpinan dengan kinerja perawat. Penelitian yang sama juga
dilakukan oleh Andi Kinarkas Argapati (2013) di Rumah Sakit Stella Maris
Kota Makassar menunjukkan pada tingkat kepuasan kerja perawat bahwa dari
130 orang responden terdapat 79 reponden (60,8%) yang merasa puas dan 51
responden (39,2%) yang merasa tidak puas. Tingkat kepuasan ini berdasarkan
aspek minat, ketentraman kerja, keterampilan, interaksi sosial perawat dengan
atasan, interaksi sosial antar perawat, pengaturan waktu kerja dan waktu
istirahat, perlengkapan kerja, keadaan ruangan, gaji, jaminan sosial, tunjangan,
dan promosi.
7
RSUD Labuang Baji adalah rumah sakit pemerintah kelas B. Rumah sakit
ini memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas dan
menyediakan 305 tempat tidur inap. Rumah sakit ini juga menampung
pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. Jumlah dokternya pun tersedia
banyak, dengan jumlah 74 dokter. (Profil RSUD Labuang Baji Kota
Makassar).
Untuk melihat kinerja pegawainya RSUD Labuang Baji menggunakan
Sasaran Kerja Pegawai (SKP) dan kinerja perawat menggunakan Asuhan
Keperawatan (ASKEP). Standar SKP sesuai dengan PP No.46 Tahun 2011
tetang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai adalah 100%, standar dari rumah sakit
adalah 80-90%. Sedangkan berdasarkan rekapitulasi data SKP tahun 2016 yang
telah didapatkan oleh peneliti, diketahui bahwa dari 559 terdapat 289 pegawai
yang masih belum memenuhi standar kinerjanya dengan rata-rata pencapaian
SKP 70-80%, dari 289 terdapat 135 yang berasal dari profesi perawat.
Dari hasil observasi data rekam medik pendokumentasian asuhan
keperawatan (ASKEP) dari pengkajian sampai evaluasi masih belum optimal,
pendokumentasian ASKEP seharusnya sesuai standar yaitu 100% menurut
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Sedangkan hasil evaluasi
penerapan dokumentasi ASKEP di Instalasi Rawat Inap periode juli-september
2016 menunjukkan pengkajian keperawatan rata-rata 83,25%, diagnosa
keperawatan rata-rata 81,66%, perencanaan rata-rata 77.89%, tindakan
keperawatan rata-rata 69,65%, evaluasi rata-rata 71,94%, dan catatan
keperawatan 77,58%, sehingga pencapaian rata-rata pendokumentasian
8
ASKEP sebesar 76,58%. Dalam hal ini pendokumentasian ASKEP oleh
perawat masih kurang mengindikasikan bahwa kinerja perawat masih rendah.
Kinerja rumah sakit tidak lepas dari masalah mutu pelayanan kesehatan
terkait pelayanan keperawatan. Salah satu faktor yang mempengaruhi mutu
pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah kinerja perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Sehingga rendahnya kinerja perawat akan
berpengaruh pada tingkat kepercayaan dan kepuasan pasien terhadap rumah
sakit. Hasil rekapitulasi tingkat kepuasan responden terhadap mutu asuhan
keperawatan di Instalasi Rawat Inap periode juli-september 2016 juga rendah
yakni 72.37% dari standar 100%.
Dari data-data tersebut menunjukkan masih rendahnya kinerja pegawai
dilihat dari rekapitulasi data pencapaian SKP dan rendahnya kinerja perawat
dalam pendokumentasian ASKEP. Sehingga mengindikasikan bahwa tingkat
kinerja perawat di RSUD Labuang Baji masih cukup rendah.
Selain itu di RSUD Labuang Baji belum ada promosi yang berhubungan
dengan peningkatan karir untuk karyawan yang berprestasi dan belum ada
evaluasi untuk menilai kepuasan kerja perawat. Oleh karena itu faktor internal
perawat yaitu kepuasan kerja yang berpengaruh terhadap kinerja perawat
menjadi penting untuk diteliti. Berdasarkan uraian tersebut, bahwa dalam
melihat kinerja perawat menggunakan 2 teori yaitu teori kepuasan kerja oleh
Colquitt et.al (2011) yang menjelaskan bahwa kepuasan kerja dipengaruhi oleh
faktor imbalan, promosi, supervisi, rekan kerja, dan pekerjaan itu sendiri.
Sedangkan dalam teori Jewell and Siegal (1998) menjelaskan beberapa faktor
9
yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja namun hanya 3 faktor yang
digunakan oleh peneliti yaitu faktor perlengkapan kerja, ketentrman kerja, dan
keterampilan. Hal ini dikarenakan bahwa faktor yang lain dari teori Jewell and
Siegall telah terwakilkan oleh faktor yang ada pada teori Colquitt et.al.
Karena masalah yang berhubungan dengan kepuasan kerja tersebut di atas,
maka dianggap perlu untuk menganalisis sejauh mana tingkat kepuasan
perawat yang bekerja pada RSUD Labuang Baji dan bagaimana hubungannya
dengan kinerja perawat. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti
memutuskan untuk meneliti tentang “ Hubungan Kepuasan Kerja Terhadap
Kinerja Perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji Provinsi
Sulawesi Selatan ”.
B. Rumusan Masalah
Untuk meningkatkan kinerja karyawan, organisasi dituntut untuk lebih
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti kepuasan kerja
perawat. Untuk dapat melaksanakan pelayanan yang bermutu juga dibutuhkan
perawat yang professional, karena profesionalisme yang rendah dapat
mengurangi kompetensi sehingga mempengaruhi kinerja, karakteristik
(umur,masa kerja), teman sekerja, situasi kerja, supervisi/ atasan, intensif dan
promosi juga dapat mempengaruhi kinerja. Kinerja yang rendah dapat
berpengaruh terhadap kepuasan kerja, rendahnya kepuasan kerja perawat dapat
mengakibatkan menurunnya mutu pelayanan sehingga memengaruhi pula
kunjungan pasien serta akan mengancam keberlangsungan hidup rumah sakit
itu sendiri.
10
Menurut konsep Value Theory, kepuasan kerja terjadi pada tingkatan di
mana hasil pekerjaan diterima individu seperti yang diharapkan. Semakin
banyak orang menerima hasil, akan semakin puas. Dengan terciptanya
kepuasan kerja yang merupakan sikap positif yang dilakukan individual
terhadap pekerjaan mereka, maka akan tercapainya kinerja individual tersebut
(Wibowo, 2007).
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
masalah pokok yang akan diteliti yaitu “ Apakah ada hubungan kepuasan kerja
berdasarkan variabel (imbalan, promosi, supervisi, rekan kerja, dan pekerjaan
itu sendiri, perlengkapan kerja, ketentraman kerja, keterampilan) terhadap
kinerja perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi
Selatan ”.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan,
maka yang menjadi tujuan penelitian adalah :
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
kepuasan kerja berdasarkan variabel (imbalan, promosi, supervisi, rekan
kerja, pekerjaan itu sendiri, perlengkapan kerja, ketentraman kerja,
keterampilan) terhadap kinerja di Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang
Baji.
11
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan kepuasan kerja berdasarkan imbalan
terhadap kinerja perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji
Provinsi Sulawesi Selatan.
2. Untuk mengetahui hubungan kepuasan kerja berdasarkan promosi
terhadap kinerja perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji
Provinsi Sulawesi Selatan.
3. Untuk mengetahui hubungan kepuasan kerja berdasarkan supervisi
terhadap kinerja perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji
Provinsi Sulawesi Selatan.
4. Untuk mengetahui hubungan kepuasan kerja berdasarkan rekan kerja
terhadap kinerja perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji
Provinsi Sulawesi Selatan.
5. Untuk mengetahui hubungan kepuasan kerja berdasarkan pekerjaan
itu sendiri terhadap kinerja perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD
Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan.
6. Untuk mengetahui hubungan kepuasan kerja berdasarkan
perlengkapan kerja terhadap kinerja perawat di Instalasi Rawat Inap
RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan.
7. Untuk mengetahui hubungan kepuasan kerja berdasarkan
keterampilan terhadap kinerja perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD
Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan.
12
8. Untuk mengetahui hubungan kepuasan kerja berdasarkan ketentraman
kerja terhadap kinerja perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD
Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Manfaat Ilmiah
Sebagai kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dalam
bidang manajemen rumah sakit khususnya perilaku organisasi untuk
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan dalam hal ini adalah asuhan
keperawatan.
2. Manfaat Institusi
Sebagai dasar utuk mengembangkan kebijakan dan mengoptimalkan
kinerja pegawai atau perawat dalam rangka memberikan pelayanan
kesehatan yang bernilai unggul bagi rumah sakit.
3. Manfaat Praktis
Sebagai sarana untuk mendapatkan pengalaman dan menambah
wawasan dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh di perkuliahan
khususnya mengenai kepuasan kerja perawat dan kinerja.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Kepuasan Kerja
1. Definisi Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja merupakan sekumpulan perasaan karyawan terhadap
pekerjaannya, apakah senang atau tidak senang sebagai hasil interaksi
karyawan dengan lingkungan pekerjaannya atau sebagai persepsi sikap
mental, juga sebagai hasil penilaian karyawan terha-dap pekerjaannya.
Perasaan karyawan terha-dap pekerjaan mencerminkan sikap dan peri-
lakunya dalam bekerja (Donni Juan Priansa, 2014).
Robbins (2001:148) mengemukakan bahwa kepuasan kerja adalah
sebagai suatu sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya.
Pekerjaan menuntut interaksi dengan rekan sekerja dan atasan, mengikuti
aturan dan kebijakan organisasi, memenuhi standar kinerja, hidup pada
kondisi kerja yang sering kurang dari ideal, dan hal serupa lainnya. Ini
berarti penilaian (assesment) seorang karyawan terhadap puas atau tidak
puasnya dia terhadap pekerjaan merupakan penjumlahan yang runit dari
sejumlah unsur pekerjaan yang diskrit (terbedakan dan terpisahkan satu
sama lain).
Luthan (1995) mendefinisikan kepuasan kerja adalah ungkapan
kepuasan karyawan tentang bagaimana pekerjaan mereka dapat
memberikan manfaat bagi organisasi. Hal ini berarti bahwa apa yang
diperoleh dalam bekerja sudah memenuhi apa yang dianggap penting.
14
Karena kepuasan adalah masalah persepsi, maka kepuasan kerja yang
ditunjukkan oleh seseorang berbeda dengan orang lain, karena yang
dianggap penting oleh masingmasing orang adalah berbeda.
Menurut Hasibuan (2004) mengatakan bahwa kepuasan kerja sebagai
suatu sikap emotional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya.
Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisplinan dan prestasi kerja.
Tolak ukur tingkat kepuasan kerja yang mutlak tidak ada karena setiap
individu berbeda standar kepuasannya.
Menurut Coulqiit, Lepine, Wesson (2011) menyatakan bahwa
kepuasan kerja adalah tingkat perasaan menyenangkan yang diperoleh dari
penilaian pekerjaan seseorang atau pengalaman kerja. Dengan kata lain,
kepuasan kerja mencerminkan bagaimana kita merasakan tentang pekerjaan
kita dan apa yang kita pikirkan tentang pekerjaan kita.
Jadi secara umum berdasarkan teori diatas tersebut bahwa kepuasan
kerja adalah perasaan seseorang terhadap pekerjaannya yang nampak dalam
sikap positif terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang ada serta dihadapi
dilingkungan pekerjaannya.
2. Teori-teori Kepuasan Kerja
Menurut Wexley dan Yulk (1977) dalam As’ad (2004), ada tiga
kategori teori tentang kepuasan kerja, yaitu :
1) Teori Ketidaksesuaian (disprepancy theory)
Teori ini mengukur kepuasan kerja dengan menghitung selisih antara
apa yang seharusnya dengan kenyataan yang ada.
15
Kepuasan kerja seseorang bergantung pada selisih antara keinginan
(expectation) dengan apa yang menurutnya telah terpenuhi diperoleh
melalui pekerjaannya. Dengan demikian orang akan merasa puas
apabila tidak ada perbedaan antara yang diinginkan dengan
persepsinya atas kenyataan, karena batas minimum yang diinginkan
telah terpenuhi. Jika yang didapatkan lebih besar daripada yang
diinginkan, maka disebut discrepancy yang positif. Sebaliknya makin
jauh kenyataan yang dirasakan itu dibawah standar minimum sehingga
menjadi negative discrepancy, maka semakin besar pula ketidakpuasan
seseorang terhadap pekerjaannya.
Kesimpulan teori ketidaksesuain adalah menekankan selisih antara
kondisi yang diinginkan dengan kondisi actual (kenyataan), jika selisih
jauh antara keinginan dan kekurangan yang ingin dipenuhi dengan
kenyataan maka orang menjadi tidak puas. Tetapi jika kondisi yang
diinginkan dan kekurangan yang ingin dipenuhi ternyata sesuai dengan
kenyataan yang didapat maka ia akan merasa puas.
2) Teori Keadilan (equity theory)
Menurut teori ini bahwa kepuasan seseorang tergantung apakah ia
merasakan keadilan (equity) atau tidak adil (unequity) atas suatu situasi
yang dialaminya. Teori ini merupakan variasi dari teori perbandingan
sosial. Komponen utama dari teori ini adalah :
1. Input, yaitu sesuatu yang bernilai bagi seseorang yang dianggap
mendukung pekerjaannya, seperti : pendidikan, pengalaman,
16
kecakapan, banyaknya usaha yang dicurahkan, jumlah jam kerja,
dan peralatan pribadi yang dipergunakan untuk pekerjaannya.
2. Hasil (outcomes) adalah sesuatu yang dianggap bernilai oleh
seseorang pekerja yang diperoleh dari pekerjaannya, seperti : gaji,
keuntungan sampingan, symbol status, penghargaan, serta
kesempatan untuk berhasil atau ekspresi diri.
3) Teori Dua Faktor (two factor theory)
Herzberg (1959) membagi situasi yang mempengaruhi sikap seseorang
terhadap pekerjaannya menjadi dua kelompok :
1. Faktor Motivator (satisfier)
Faktor ini berhubungan dengan aspek-aspek yang
terkandung dalam pekerjaan itu sendiri. Berhubungan dengan job
content atau juga sebagai aspek intristik dalam pekerjaan. Faktor
yang termasuk disini adalah : achievement (keberhasilan
menyelesaikan tugas), recognition (penghargaan), work it self
(pekerjaan itu sendiri), responsibility (tanggung jawab), possibility
of growth (kemungkinan untuk mengembangkan diri), dan
advancement (kesempatan untuk maju).
2. Faktor Higine (disatisfier)
Faktor komponen yang ada didalamnya mencakup
kebutuhhan yang paling mendasar bagi karyawan untuk dapat
memelihara dan melindungi diri dari kemerosotan hidup. Faktor-
faktor yang termasuk adalah : working condition (kondisi kerja),
17
interpersonal relation (hubungan antar personal), company policy
and administration (kebijakan dan administrasi), supervision
technical (teknik pengawasan), job security (perasaan aman dalam
bekerja), dan salary (gaji/upah).
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
1. Menurut Colquiit, Lapine dan Wesson (2011) mengemukakan kategori
kepuasan kerja :
a. Kepuasan terhadap pembayaran
Mencerminkan perasaan mereka terhadap bayaran mereka,
termasuk apakah sebanyak yang mereka berhak mendapatkan,
diperoleh dengan aman, dan cukup untuk pengeluaran normal.
Kepuasan terhadap pembayaran didasarkan pada perbandingan
antara bayaran yang diinginkan pekerja dengan yang mereka terima.
b. Kepuasan terhadap promosi
Mencerminkan perasaan pekerja tentang kebijakan romosi
perusahaan dan pelaksanaannya, termasuk apakah promosi sering
diberikan, dilakukan dengan jujur, dan berdasar pada kemampuan.
Banyak pekerja yang menghargai promosi karena memberikan
peluang untuk pertumbuhan persona lebih besar, upah yang lebih
baik, dan prestise lebih tinggi.
c. Kepuasan terhadap supervisi
Mencerminkan perasaan pekerja tentang atasan mereka,
termasuk apakah atasan mereka kompeten, sopan dan komikator
18
yang baik, dan bukannya bersifat malas, mengganggu, dan
menajaga jarak. Kebanyakan pekerja mengharapkan atasan
membantu mereka mendapatkan apa yang mereka hargai.
Disamping itu, pekerja mengharapkan atasan yang disukai. Hal ini
bergantung pada apakah atasan mempunyai nilai-nilai dan
keyakinan mereka yang sama dengan pekerja.
d. Kepuasan terhadap rekan kerja
Mencerminkan perasaan pekerja tentang teman sekerja mereka,
termasuk apakah rekan sekerja mereka cerdas, bertanggung jawab,
membantu, menyenangkan, dan menarik. Pekerja mengharapkan
rekan sekerjanya membantu dalam pekerjaan. Disisi lain, kita
mengharapkan senang bekerja bersama mereka, karena
menggunakan banyak waktu bersama rekan sekerja. Rekan sekerja
yang menyenangkan dapat membuat hari kerja berjalan lebih cepat.
e. Kepuasan terhadap pekerjaan itu sendiri
Mencerminkan perasaan pekerja tentang tugas mereka
sebenarnya, termasuk apabila tugasnya menantang, menarik,
dihormati, dan memanfaatkan keterampilan penting daripada sifat
pekerjaan yang menjemukan, berulang-ulang dan tidak nyaman.
Aspek ini memfokuskan pda apa sebenarnya dilakukan pekerja.
2. Menurut Jewell dan Siegall (1998) menyimpulkan secara umum faktor-
faktor yang berhubungan dengan kepuasan kerja sebagai berikut :
19
a. Faktor Psikologis, faktor ini berhubungan dengan kejiwaan
karyawan yang meliputi :
1) Minat
Minat adalah kecenderungan dalam diri individu untuk tertarik
pada suatu objek atau menyenangi sesuatu objek (Sumadi, 2007).
Menurut Witherington (1999) Minat adalah kesadaran seseorang
dalam sesuatu objek seseorang, suatu soal atau situasi yang
mengandung sangkut paut dengan dirinya.
2) Ketentraman Kerja
Ketentraman Kerja adalah keadaan yang tentram atau aman
sangat mempengaruhi perasaan karyawan selama bekerja. semakin
tinggi tingkat kepuasan terkait ketentraman kerja semakin besar
pula peluang untuk memiliki kinerja perawat yang baik/tinggi.
3) Keterampilan
Keterampilan adalah kegiatan yang memerlukan ppraktek atau
dapat diartikan sebagai implikasi dari aktivitas, ketika karyawan
merasa puas dengan keterampilan yang dimilikinya maka akan
berdampak terhadap kinerja.
b. Faktor Sosial
1) Interaksi sosial karyawan dengan atasan
Perilaku atasan juga merupakan salah satu untur utama dari
kepuasan kerja pada umumnya. Kepuasan kerja karyawan akan
meningkat apabila pimpinan bersifat ramah, dapat memahami,
20
memberikan pujian untuk kinerja yang baik, mendengarkan
pendapat pegawai, mengkritik atau memberi saran, kerja sama, dan
cara komunikasi.
2) Interaksi sosial sesama karyawan
Hubungan yang baik dalam kerja timbul karena adanya
komunikasi dan kepercayaan diantara mereka yang berinteraksi
selama masa kerja. Jika seseorang mempunyai rekan kerja yang
ramah dan mendukung maka akan menghantarkan kepada
kepuasan kerja yang meningkat.
c. Faktor Fisik
1) Pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat
Pengaturan waktu yaitu kesesuaian antara waktu yang
digunakan untuk bekerja dan waktu istirahat.
2) Perlengkapan kerja
Perlengkapan kerja yaitu semua jenis benda yang berfungsi
sebagai alat pembantu tidak langsung dalam produksi,
mempercepat prosesn dan menambah kenyamanan dalam bekerja.
Perlengkapan kerja yang lengkap dan memadai serta aman saat
digunakan akan membuat karyawan nyaman dalam bekerja dan
tidak kesulitan sehingga tidak akan menghambat kinerja karyawan.
3) Keadaan ruangan
Keadaan ruangan adalah semua keadaan yang terdapat disekitar
tempat kerja yang akan mempengaruhi pegawai baik secara
21
langsung dan tidak langsung terhadap pekerjaannya. Seperti
penerangan, dan kebersihan ruangan.
d. Faktor Finansial
1) Gaji
Gaji merupakan reward finansial yang diterima seseorang atas
pekerjaan yang telah dilakukan. Gaji lebih banyak menyeabkan
ketidakpuasan, dan jarang orang mengepresikan kepuasan kerjanya
dengan jumlah uang yang diperolehnya.
Karyawan melihat gaji sebagai refleksi dari bagaimana
manajemen membandingkan kontribusi mereka terhadap
organisasi. Oleh karena itu penting sekali memperhatikan aspek
gaji ini dalam kaitannya dengan kepuasan kera perawat.
2) Jaminan Sosial
Jaminan sosial sebagai salah satu faktor ekonomi yang
memberikan manfaat tunai kepada peserta sebagai pengganti
penghasilan yang hilang, karena peserta mengalami berbagai
musibah seperti sakit, kecelakaan, kematian, pemutusan hubungan
kerja sebelum usia pensiun atau hari tua.
3) Tunjangan
Tunjangan adalah balas jasa tidak langsung yang diberikan
perusahaan kepada tenaga kerjanya diluar upah dan gaji guna
meningkatkan semangat kerja karyawan
22
4) Promosi
Salah satu cara untuk mengembangkan karir pegawai adalah
melalui promosi, yakni beralih keadaan dimana wewenang dan
tanggung jawab karyawan diperbesar dengan cara perpindahan ke
jabatan yang lebih tinggi di dalam suatu organisasi sehingga
kewajiban, hak, status dan penghasilan semakin besar.
3. Menurut Harold E. Burt, faktor-faktor yang menimbulkan kepuasan
kerja :
a. Faktor hubungan antara karyawan : hubungan antara manajer
dengan karyawan, kondisi kerja, hubungan sosial diantara
karyawan.
b. Faktor individual : sikap orang terhadap pekerjaannya, umur dan
jenis kelamin.
c. Faktor luar : keadaan keluarga karyawan dan pendidikan.
4. Menurut Ghiseli dan Brown, faktor-faktor yang menimbulkan kepuasan
kerja :
a. Kedudukan, pada umumnya manusia beranggapan bahwa seseorang
yang bekerja pada pekerjaan yang lebih tinggi akan merasa lebih
puas daripada mereka yang bekerja pada pekerjaan yang lebih
rendah.
b. Umur menurut penelitian mempunyai hubungan yang positif dengan
kepuasan kerja.
23
c. Jaminan finansial dan jaminan sosial, jaminan-jaminan ini secara
nyata berpengaruh terhadap kepuasan kerja.
d. Mutu pengawasan, hal ini berupa adanya perhatian dan hubungan
yang baik antara pihak pimpinan dengan bawahan sehingga
karyawan merasa bahwa ia adalah merupakan bagian penting dari
perusahaan atau organisasi.
5. Hasibuan (2005) mengumukakan beberapa faktor yang mempengaruhi
kepuasan kerja antara lain : balas jasa yang adil dan layak, penempatan
tempat yang sesuai dengan keahlian, berat riangannya pekerjaan,
saranan dan lingkungan pekerjaan, peralatan yang menunjang
pelaksanaaan pkerjaan, sikap pemimpin dalam kepemimpinannya dan
pekerjaan yang monoton atau tidak.
6. Siagagin (2004) menyatakan bahwa terdapat paling sedikit 4 faktor
yang berperan terhadap kepuasan kerja, yaitu :
a. Pekerjaan yang penuh tantangan, menjadi sumber kepuasan kerja
apabila pekerjaan yang mengandung tantangan berhasil
terselesaikan.
b. Penerapan system penghargaanyang adil mencakup soal penggajian,
system promosi dan kondisi kerja.
c. Kondisi yang sifatnya mendukung meliputi : tersedianya sarana dan
prasarana, situasi ruangan kerja dan keamanan tempat kerja.
d. Sikap orang dain dalam organisasi meliputi interaksi positif antara
rekan sekerja dan dukungan atasan.
24
4. Pengukuran Kepuasan Kerja
Ada dua pendekatan yang banyak digunakan untuk mengukur kepuasan
kerja (Robbins, 2006), yaitu:
a. Peringkat Global Tunggal (Single Global Rating)
Metode ini hanya sekedar menanyakan seberapa puas karyawan
terhadap pekerjaan dengan lima skala jawaban mulai dari sangat puas
sampai sangat tidak puas.
b. Skor Perhitungan yang Terdiri dari Sejumlah Aspek Pekerjaan.
Pendekatan ini dikatakan lebih canggih karena mengidentifikasi
elemen-elemen pekerjaan tertentu dan menanyakan perasaan karyawan
terhadap setiap elemen tersebut.
Faktor-faktor yang umumnya disertakan adalah:
1. Suasana pekerjaan
2. Pengawasan
3. Tingkat upah saat ini
4. Peluang promosi
5. Hubungan dengan mitra kerja
Beberapa cara untuk mengukur kepuasan kerja, yakni :
a. Menggunakan skala indeks deskripsi jabatan (job description index).
Skala pengukuran ini dikembangkan oleh Smith, Kendall, dan Hullin
pada tahun 1969. Caranya dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan pada karyawan mengenai pekerjaan. Setiap pertanyaan
25
yang diajukan harus dijawab dengan ya, tidak, dan ragu-ragu.
Dengan cara ini dapat diketahui tingkat kepuasan karyawan.
b. Menggunakan kuesioner kepuasan kerja Minnesota (Minnesota
satisfaction quesionare). Cara ini dikembangkan oleh Weiss dan
England pada tahun 1967. Skala ini berisi tanggapan yang
mengharuskan karyawan untuk memilih salah satu dari alternatif
jawaban : sangat tidak puas, tidak puas, netral, puas dan sangat puas
terhadap pertanyaan yang diajukan sehingga dapat diketahui tingkat
kepuasan kerja karyawan.
c. Pengukuran berdasarkan ekspresi wajah. Cara ini dikembangkan oleh
kunin pada tahun 1955. Responden diharuskan memilih salah satu
gambar wajah orang, mulai dari gambar wajah yang sangat gembira,
gembira, netral, cemberut, dan sangat cemberut. Kepuasan kerja
karyawan akan dapat diketahui dengan melihat pilihan gambar yang
diambil oleh responden (Mangkunegara, 2000).
B. Tinjauan Umum Tentang Kinerja
1. Definisi Kinerja
Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai
oleh seorang pekerja dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2000). Lebih
lanjut Mangkunegara (2005:75) menyatakan bahwa pada umumnya kinerja
dibedakan menjadi dua, yaitu kinerja individu dan kinerja organisasi.
Kinerja individu adalah hasil kerja karyawan baik dari segi kualitas maupun
26
kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah ditentukan, sedangkan
kinerja organisasi adalah gabungan dari kinerja individu dengan kinerja
kelompok.
Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik secara kuantitas
dan kualitas dalam suatu organisasi. Namun penampilan hasil karya ini
tidak terbatas pada personel yang memangku jabatan fungsional maupun
struktural, tetapi juga pada keseluruhan jajaran personel di dalam organisasi
(Ilyas,2001).
Menurut Hasibuan (2005) kinerja atau prestasi kerja adalah suatu hasil
kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya yang didasarkan kecakapan, pengalaman, dan
kesungguhan serta waktu.
Menurut Rivai (2005:14), kata kinerja merupakan terjemahan dari kata
performance yang berasal dari kata to perform dengan beberapa entries
yaitu :
1. Melakukan, menjalankan, melaksanakan (to do or carry out, execute)
2. Memenuhi atau melaksanakan kewajiban suatu niat atau nazar (to
discharge of fulfil; as vow)
3. Melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab (to execute or
complete an understanding)
4. Melakukan sesuatu yang diharapkan oleh orang atau mesin (to do what
is expected of a person machine).
27
Menurut Diane Hurber (2004) mengemukakan pentingnya kinerja
dipandang dari sudut peran yang dimainkan oleh seseorang melalui
perilaku organisasi dalam mencapai hasil organisasi. Peran kinerja tersebut
pada dasarnya terdiri dari 2 faktor :
1. Kemampuan (ability), kemampuan ini terdiri dari pengetahuan dan
keterampilan seseorang.
2. Motivasi (motivation) faktor ini terdiri dari sikap dan keadaan kerja.
Jadi interaksi antara motivasi dengan kemauan untuk kerja.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Bernadi dan Russel (1993) kinerja dipengaruhi oleh
kemampuan dan usaha kerja individu serta kesempatan kerja yang
diperoleh karyawan tersebut didalam pekerjaannya.
Menurut Mangkunegara (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja seseorang adalah :
1. Faktor Kemampuan, secara umum kemampuan terbagi menjadi 2 yaitu
kemampuan prestasi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge dan
skill).
2. Faktor Motivasi, motivasi terbentuk dari sikap karyawan dalam
menghadapi situasi kerja.
Sedangkan menurut Sophiah (2008) dalam Natsir (2015) kinerja
individu dapat dipengaruhi oleh :
28
1. Usaha (effort)
Usaha individu diwujudkan dalam bentuk motivasi. Motivasi
adalah kekuatan yang dimiliki seseorang dan kekuatan akan
melahirkan intensitas dan ketekunan yang dilakukan secara sukarela.
Semua usaha individu tersebut diarahkan untuk mencapai tujuan secara
efektif dan efisien. Intensitas adalah jumlah dari usaha pengalokasian
tujuan atau beberapa usaha untuk mencapai tujuan. Motivasi ada dua
macam :
a. Motivasi dari dalam : keinginan besar yang muncul dari dalam
diri individu tersebut untuk mencapai tujuan-tujuan dalam
hidupnya.
b. Motivasi dari luar : motivasi yang bersumber dari luar diri yang
menjadi kekuatan bagi individu tersebut untuk meraih tujuan-
tujuan hidupnya, seperti pengaruh atasan, teman kerja, keluarga,
dll.
2. Kemampuan (ability)
Kemampuan individu diwujudkan dalam bentuk kompensasi.
Individu yang kompeten memiliki pengetahuan dan keahlian. Sejak
dilahirkan setiap individu dianugerahi Tuhan dengan bakat dan
kemampuan. Bakat adalah kecerdasan alami yang bersifat bawaan,
sedangkan kemampuan adalah kecerdasan individu yang diperoleh
melalui belajar.
29
3. Situasi Lingkungan
Lingkungan dapat memiliki dampak yang positif ataupun negative.
Situasi yang kondusif, misalnya dukungan dari atasan, teman kerja,
sarana dan prasara yang memadai, dll. Situasi yang negative misalnya
suasana kerja yang tidak nyaman karena sarana dan prasarana yang
tidak memadai, tidak hanya dukungan dari atasan, teman kerja, dll.
Kinerja karyawan dapat meningkat atau menurun dipengaruhi oleh
banyak faktor. Pemahaman terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja sangatlah penting agar dapat diketahui mana faktor-faktor yang
dibutuhkan sesuai dengan keadaan tertentu. T. Hani Handoko (2008)
menyebutkan bahwa kinerja karyawan baik atau tidak tergantung pada
motivasi, kepuasan kerja, tingkat stres, kondisi fisik pekerjaan, sistem
kompensasi, desain pekerjaan, aspek-aspek ekonomis dan teknis serta
keperilakuan lainnya.
3. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja adalah suatu proses menilai hasil karya personel
dalam suatu organisasi melalui instrument penilaian kera. Pada hakikatnya,
penilaian kinerja merupakan suatu evaluasi terhadap penampilan kerja
personel dengan membandingkannya dengan standar baku penampilan.
Kegiatan ini membantu pengambilan keputusan bagian personalia dan
memberikan umpan baik kepada para ersonel tentang pelaksanaan kerja
mereka (Ilyas, 2001).
30
Menurut Hall dalam Ilyas (2001), penilaian kinerja merupakan proses
yang berkelanjutan untuk menilai kerja personel dan usaha untuk
memperbaiki kerja personel dalam organisasi. Sedangkan Certo dalam Ilyas
(2001) penilaian kinerja adalah proses penelusuran kegiatan pribadi
personel pada masa tertentu dan menilai hasil karya yang ditampilkan
terhadap pencapaian sasaran system manajemen.
Evaluasi kenerja dilakukan untuk memberikan penilaian terhadap hasil
kerja prestasi kerja yang diperoleh organisasi, tim, atau individu. Evaluasi
ini akan memberikan umpan balik terhadap tujuan dan sasaran kerja,
perencanaan dan proses penilaian, review, dan pengukuran kinerja. Atas
dasar evaluasi kinerja dapat dilakukan langkah-langkah untuk melakukan
peraikan kinerja diwaktu yang akan dating (Wibowo,2007).
Penilaian kinerja menurut Ilyas (2001) mencakup faktor-faktor berikut :
a. Pengamatan, merupakan proses menilai dan menilik perilaku yang
ditentukan oleh system pekerjaan.
b. Ukuran, dipakai untuk mngukur prestasi kerja seseorang personel
dibandingkan dengan uraian pekerjaan yang telah ditetapkan untuk
personel tersebut.
c. Pengembangan, bertujuan untuk memotivasi personel dalam mengatasi
kekurangannya dan mendorongnya untuk mengembangan kemampuan
dan prestasi yang ada pada dirinya.
Robbins dalam Wibowo (2007) menemukan beberapa metode yang
dapat digunakan untuk mengevaluais kinerja karyawan, antara lain :
31
a. Written Essays
Teknik ini memberikan evaluasi kinerja dengan cara mendiskripsikan
apa yang menjadi penilaian terhadap kinerja individu, tim, maupun
organisasi.
b. Critical Incidents
Teknik mengevaluasi perilaku yang menjadi kunci dalam membuat
perbedaan antara menjalankan pekerjaan secara efektif dengan tidak
efektif.
c. Graphic Rating Scales
Teknik ini menggunakan metode evaluasi dimana evaluator
meningkatkan faktor kinerja dalam skala incremental.
d. Behaviorally Anchored Rating Scales
Teknik ini merupakan pendekatan skala yang mengombinasikan elemen
utama dari critical incident dan grapic rating scale.
e. Group Order Ranking
Teknik ini menggunakan metode evaluasi yang menempatkan pekerja
ke dalam klasifikasi tertentu quartiles.
f. Individual Ranking
Merupakan metode yang menyusun pekerja dari terbaik ke terburuk.
g. Paired Comparison
Teknik ini membandingkan masing-masing pekerja dengan pekerja lain
dan menyusun peringkat berdasar pada jumlah, nilai superior yang
dicapai pekerja
32
C. Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit
1. Definisi Rumah Sakit
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Rumah sakit merupakan
suatu bagian integral dari organisasi social dan medis yang fungsinya
adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh pada
masyarakat, baik dalam pencegahan maupun penyembuhan dan pelayanan
pasien yang jauh dari keluarga dan lingkungan tempat tinggalnya, serta
sebagai tempat pendidikan bagi tenaga kesehatan dan tempat penelitian
biososial (Adisasmito, 2009).
Berdasarkan undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit,
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inpa, rawat jalan, dan gawat darurat.
Rumah sakit adalah bagian dari suatu organisasi social dan kesehatan
dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif),
penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (prevetif) kepada
masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat penelitian bagi tenaga
kesehatan dan pusat penelitian medik (Natsir, 2015).
2. Tugas Dan Fungsi Rumah sakit
Rumah sakit umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan
yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Tugas rumah sakit umum adalah
melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil
33
guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang
dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan
serta pelaksanaan upaya rujukan. Dimana untuk menyelenggarakan
fungsinya, maka rumah sakit umum menyelenggarakan kegiatan (Natsir,
2015) :
a. Pelayanan medis
b. Pelayanan dan asuhan keperawatan
c. Pelayanan penunjang medis dan non medis
d. Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan
e. Pendidikan, penelitian dan pengembangan
f. Administrasi umum dan keuangan
Dalam buku Doctors in Hospital (1971) oleh Milton Roemer dan
Friedman mengatakan bawha rumah sakit setidaknya punya lima fungsi
(Aditama, 2007):
1. Harus ada pelayanan rawat inap dengan fasilitas diagnostic dan
terapeutiknya. Berbagai jenis spesialisasi, baik bedah maupun
nonbedah, harus tersedia. Pelayanan rawat inap ini juga meliputi
pelayanan keperawatan, gizi, farmasi, laboratorium, radiologi, dan
berbagai pelayanan diagnostic serta terapeutik lainnya.
2. Rumah sakit harus memiliki pelayanan rawat jalan.
3. Rumah sakit juga punya tugas untuk melakukan pendidikan dan
penelitian.
34
4. Rumah sakit perlu melakukan penelitian di bidang kedokteran dan
kesehatan, karena keberadaan pasien di rumah sakit merupakan modal
dasar dalam penelitian.
5. Rumah sakit juga punya tanggung jawab untuk program pencegahan
penyakit dan penyukuhan kesehatan bagi populasi di sekitarnya.
3. Tujuan Dan Sasaran Rumah Sakit
a. Tujuan Rumah Sakit
Tujuan pengelolaan rumah sakit agar mengahsilkan produk jasa
atau pelayanan kesehatan yang benar-benar menyentuh kebutuhan dan
harapan pasien dari berbagai aspek, menyangkut mutu, jenis pelayanan,
prosedur layanan, harga, dan informasi yang dibutuhkan.
b. Sasaran Rumah Sakit
1. Masyarakat umum : golongan masyarakat yang bebas dan tidak
terikan oleh instansi apapun, mereka bebas memilih pelayanan
rumah sakit manapun yang dikehendaki.
2. Masyarakat yang terkoordinasi : masyarakat dalam wadah suatu
organisasi, misalnya; instansi, perkantoran, pabrik, hotel, dan lain-
lain.
3. Masyarakat keluarga : masyarakat yang mempunyai langganan
seorang dokter keluarga. Umumnya golongan ini bila memerlukan
pelayanan rumah sakit selalu berkonsultasi terlebih dahulu kepada
dokter keluarga ((Supriyanto dkk, 2010), Natsir, 2015)
35
4. Sumber Daya Manusia Rumah Sakit
Rumah sakit merupakan suatu industri jasa yang sangat kaya akan
keanekaragaman profesi, muai dari profesi medis hingga profesi nonmedis.
Dimana setiap sumber daya manusia merupakan asset rumah sakit yang
penting karena memiliki peranan terhadap pencapaian kinerja pelayanan
rumah sakit (Hidayatullah, 2014).
Dalam Depkes RI (2007) menyatakan bahwa sumber daya manusia di
rumah sakit memiliki beberapa ketentuan, antara lain :
a. Jenis tenaga dirumah sakit disesuaikan dengan klasifikasi dan
kebutuhan rumah sakit.
b. Proses rekrutmen dan seleksi tenaga fungsional RS sesuai dengan
hospital by law atau medical staff by laws. Seluruh tenaga medik harus
mempunyai surat izin praktik yang masih berlaku.
c. Minimal dari 50% tenaga di rumah sakit harus bekerja secara purna
waktu
d. Jumlah minimal tenaga medis spesialis purna waktu disesuaikan
dengan klasifikasi rumah sakit.
e. Tenaga medik, keperawatan dan non-medik purna waktu mempunyai
surat pengangkatan dari direktur rumah sakit.
Salah satu sumber daya manusia yang memiliki peranan penting dalam
pelayanan rumah sakit adalah perawat, mengingat jumlahnya yang
dominan dan seringnya berinteraksi dengan pasien dan keluarga pasien,
36
perawat memiliki tanggung jawab untuk memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan standar praktik keperawatan.
1) Definisi Perawat
Menurut Kepmenkes RI Nomor 1239/MENKES/SK/XI/2001 perawat
adalah seseorang yang telah lulus pendidikan baik dari dalam maupun luar
negeri dalam ketentuan peraaturan perundang-undangan yang berlaku.
Perawat adalah profesi yang difokuskankan pada perawatan individu,
keluarga, dan masyarakat sehingga mereka dapat mencapai,
mempertahankan, dan memulihkan kesehatan yang optimal dan kualitas
hidup dari lahir sampai mati (Hidayatullah, 2014).
Tenaga perawat atau “The Caring Profession” mempunyai kedudukan
penting dalam menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit,
karena pelayanan yang diberikan berdasarkan pendekatanan bio-psiko-
sosial-spritual merupakan pelayananan yang dilaksanakan selama 24 jam
dan berkesinambungan yang memiliki kelebihan tersendiri disbanding
pelayanan lainnya (Depkes RI, 2005).
Perawat adalah tenaga professional dibidang perawatan kesehatan yang
terlibat dalam kegiatan perawatan. Perawat bertanggung jawab untuk
perawatan, perlindungan, dan pemulihan orang yang luka atau pasien
penderita penyakit akut atau kronis, pemeliharaan kesehatan orang sehat,
dan penanganan keadaan drurat yang mengancam nyawa dalam berbagai
jenis perawatan kesehatan. Perawat juga dapar terlibat dalam riset medis
dan perawatan serta menjalankan beragam fungsi non-klinis yang
37
diperlukan unruk melaksanakan fungsi perawatan kesehatan (Depkes RI,
2005).
Menurut Efendi (1998), peran perawat dalan meningkatkan kinerja
pada pelayanan keperawatan yaitu :
a) Pelaksanaan Pelayanan Keperawatan (provider of nursing care).
Peranan yang utama dari perawat adalah sebagaimana pelaksanaan
asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit atau yang mempunyai
maslah kesehatan/keperawatan, puskesmas, panti dan sebagainya
sesuai dengan kebutuhannya.
b) Sebagai Pendidik (health educator). Memberikan pendidikan
kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat secara
terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi
perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai tingkat
kesehatan yang optimal.
c) Sebagai Pembaharu (innovator). Perawat dalam berperan sebagai agen
pembaharu terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
terutama dalam menambah perilaku dan pola hidup yang erat
kaitannya dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.
d) Koordinator Pelayanan Kesehatan (coordinator of service).
Mengkoordinir seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan
masyarakat dan mencapai tujuan kesehatan melalui kerja sama dengan
tim kesehatan lainnya sehingga tercipta keterpaduan dalam sistem
38
pelayanan kesehatan. Dengan demikian pelayanan kesehatan yang
diberikan merupakan suatu kegiatan yang menyeluruh dan tidak
terpisah-pisah antara satu dan yang lainnya.
e) Sebagai Panutan (role model). Perawat harus dapat memberikan
contoh yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat tentang bagaimana tat cara hidup sehat yang
dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.
f) Sebagai Tempat Bertanya (fasilitator). Perawat dapat dijadikan tempat
bertanya oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk
memecahkan berbagai permasalahan dalam bidang kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi sehari-hari. Disamping itu perawat
kesehatan diharapkan dapat membantu memberikan jalan keluar dalam
mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi.
g) Sebagai Pengelola (manager). Perawat diharapkan dapat megelola
berbagai kegiatan pelayanan kesehatan baik puskesmas dan
masyarakat sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang
diembankan kepadanya.
2) Asuhan Keperawatan
Menurut Ali (1997) proses keperawatan adalah metode asuahan
keperawatan yang ilmiah, sistematis, dinamis, dan terus-menerus serta
berkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah kesehatan
pasien/klien di mulai dari pengkajian ( pengumpulan data, analisis data,
dan penentuan masalah), diagnosis keperawatan, pelaksanaan, dan
39
penilaian tindakan keperawatan. Asuhan keperawatan di berikan dalam
upaya memenuhi kebutuhan pasien.
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada pasien
diberbagai tatanan pelayanan kesehatan, dilaksanakan berdasarkan kaidah-
kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan
kiatkeperawatan, bersifat humanistic dan berdasarkan pada kebutuhan
pada objektif klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi pasien
(Nursalam, 2007).
3) Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit
Asuhan keperawatan adalah proses atau ringkasan kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan langsung kepada pasien dengan
menggunakan metodelogi proses keperawatan dalam lingkup dan
wewenang serta tanggung jawab keperawatan. Kegiatan yang dilakukan
adalah upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan,
pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Dengan penekanan pada upaya
pelayanan kesehatan utama (primary health care) sesuai dengan
wewenang, tanggung jawab, dan etika profesi keperawatan yang
memungkinkan setiap orang mencapai hidup sehat dan produktif
(Nursalam, 2007).
Berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jendral Pelayanan Medik
Nomor:YM.00.03.2.6.7637 maka standar asuhan keperawat di rumah sakit
disusun sebagai berikut (Nursalam, 2001) :
40
Standar 1 : Falsafah Keperawatan
Standar 2 : Tujuan Asuhan Keperawatan
Standar 3 : Pengkajian Keperawatan
Standar 4 : Diagnosa Keperawatan
Standar 5 : Perencanaan Keperawatan
Standar 6 : Intervensi Keperawatan
Standar 7 : Evaluasi Keperawatan
Standar 8 : Catatan Asuhan Keperawatan
.
41
D. Matriks Penelitian
Tabel 1
Matrix Penelitian Terdahulu
No. Peneliti (Tahun) Dan
Sumber Jurnal
Judul Dan Nama
Jurnal
Desain Penelitian Sampel Temuan
1. Suwardi
Joko Utomo
Analisis Manajemen
Vol.5 No. 1 Juli 2011
Pengaruh Motivasi
Kerja, Kepuasan
Kerja, dan Komitemen
Organsasional
Terhadap Kinerja
Pegawai (studi pada
pegawai setda
Kabupaten Pati)
Dalam penelitian ini
menggunakan metode
deskriptif, yaitu
bertujuan untuk
menggambarkan sifat
sesuatu yang tengah
berlangsung pada saat
riset dilakukan dengan
memeriksa sebab-sebab
dari suatu permasalahan
yang muncul.
Dari populasi
karyawan Sekretariat
Daerah Kabupaten
Pati yang berjumlah
312 karyawan, sampel
yang diambil sebanyak
76 (tujuh puluh enam)
orang yaitu dengan
cara proporsi dari
jumlah pegawai yang
ada di tiap-tiap Bagian
Sekretariat Daerah
Kabupaten Pati.
Dari hasil pengujian
dengan tingkat
kepercayaan 95 persen
ternyata variabel Motivasi,
Kepuasan, dan Komitmen
Organisaional yang
memiliki pengaruh
signifikan dan positif
terhadap Kinerja.
2. Ester Dwi Astuti
Mulyanto
Jurnal Manajemen
Sumber Daya Manusia
Vo. 7 No. 1 Juni 2013
Peranan Motivasii
Dalam Mempengaruhi
Kepuasan Kerja Dan
Disiplin Kerja
Terhadap Kinerja
Pegawai Pada Rumah
Sakit Ortopedi Prof.
Dr. R. Soeharto
Surakarta
Teknik pengumpulan
data yang digunakan
dalam penelitian ini
adalah observasi,
wawancara dan kuesioner
berupa daftar pertanyaan
yang disampaikan kepada
pegawai Rumah Sakit
Ortopedi Prof. Dr. R.
Soeharso Surakarta.
Sampel yang
digunakan dalam
penelitian ini
berjumlah 120
responden dengan
pertimbangan telah
memenuhi syarat yang
ditetapkan sebanyak
20%.
Pengaruh langsung
kepuasan kerja terhadap
kinerja lebih dominan
dibandingkan pengaruh
kepuasan kerja terhadap
kinerja yang melalui
motivasi.
42
No. Peneliti (Tahun) Dan
Sumber Jurnal
Judul Dan Nama
Jurnal
Desain Penelitian Sampel Temuan
Penelitian ini merupakan
jenis penelitian survey
dengan menggunakan
42upervise42 penelitian
berupa kuesioner atau
angket yang disebarkan
kepada responden.
3. Kartika Yanidrawati
Sri Susilaningsih
Irman Somantri
http://id.portalgaruda.o
rg/
Hubungan Kepuasan
Kerja Dengan Kinerja
Perawat Di Ruang
Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Daerah
Kabupaten Bekasi
2011
Penelitian ini
menggunakan metode
penelitian deskriptif
korelasional.
Total sampel yang
digunakan pada
penelitian ini sebanyak
71 orang perawat dari
86 orang perawat
pelaksana Rumah
Sakit Umum Daerah
Kabupaten Bekasi.
Hubungan antara kepuasan
kerja dengan kinerja
positif, artinya untuk
meningkatkan kinerja
perawat maka perlu
ditingkatkan juga
mengenai kepuasan kerja
perawat.
4. Hasan Mohamed
Elarabi Fuadah Johari
Asian Social Science;
Vol. 10, No. 8; 2014
ISSN 1911-2017 E-
ISSN 1911-2025
Published by Canadian
Center of Science and
Education
The Determinant
Factors Effecting the
Job Satisfaction and
Performance in Libyan
Government Hospital
Dalam penelitian ini
menggunakan campuran
pendekatan deskriptif dan
kuantitatif karena kedua
saling melengkapi dan
juga menggunakan dua
pendekatan akan
membantu untuk
membuat kesimpulan
yang akurat tentang
variabel penelitian yang
kepuasan kerja dan
Populasi dalam
penelitian ini termasuk
semua manajer, staf
medis, dan karyawan
yang bekerja di rumah
sakit pemerintah.
Jumlah
peserta sampel adalah
179.
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
karyawan dan staf medis
umumnya tidak puas
dengan semua faktor
mempengaruhi kepuasan
kerja (kenyamanan kerja,
perawatan pekerjaan, gaji,
insentif) yang
menyebabkan kinerja kerja
yang rendah di rumah sakit
Tripoli. Ini bukan hasil
43
No. Peneliti (Tahun) Dan
Sumber Jurnal
Judul Dan Nama
Jurnal
Desain Penelitian Sampel Temuan
prestasi kerja. yang menggembirakan
karena setiap insentif dan
tidak ada gaji yang baik
diberikan tapi
pengobatan buruk kepada
karyawan. Semua hasil
negatif ini menunjukkan
mengapa kualitas
pelayanan medis di rumah
sakit Tripoli adalah sangat
miskin dan mengapa pasien
mencari rumah sakit lain di
luar Libya.
5. Ayu Desi Indrawati
Jurnal Manajemen,
Strategi Bisnis, dan
Kewirausahaan Vol. 7,
No. 2, Agustus 2013
Pengaruh Kepuasan
Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan
Dan Kepuasan
Pelanggan Pada
Rumah Sakit Swasta
Di Kota Denpasar
Teknik analisis
inferensial digunakan
untuk menguji model
empiris dan hipotesis
yang diusulkan dalam
penelitian ini. Teknik
analisis yang digunakan
adalah analisis jalur (path
analysis).
Populasi dalam
penelitian ini adalah
seluruh RS Swasta di
Wilayah Kota
Denpasar, yang
pelayanan utamanya
adalah kepada
masyarakat umum.
Dalam penelitian ini
dilakukan sampling,
yaitu dipilih 2 RS
yang berbentuk
yayasan dan 3 RS
yang berbentuk PT,
sehingga ada total 5
Adanya perhatian yang
baik terhadap kepuasan
kerja karyawan akan
mampu meningkatkan
kinerjanya. Hasil ini
menujukkan pelaksanaan
system kompensasi dan
karir yang baik, lingkungan
kerja yang kondusif,
adanya hubungan yang
baik antara rekan sekerja
dan atasan akan memicu
kepuasan kerja karyawan,
sehingga kemampuan
teknis dan interpersonalnya
44
No. Peneliti (Tahun) Dan
Sumber Jurnal
Judul Dan Nama
Jurnal
Desain Penelitian Sampel Temuan
RS swasta yang
dijadikan sampel
untuk penelitian ini,
yaitu RS Puri Raharja,
RS Dharma Yadnya,
RS Bali Med, RS
Surya Husadha,
dan RS Sari Dharma.
menjadi baik pula. Jika ada
peningkatan kemampuan
teknis dan interpersonal,
hal tersebut menandakan
adanya peningkatan
kinerja.
6. Elprida Sirait
Endang Pertiwiwati
Herawati
Dunia Keperawatan,
Volume 4, Nomor 1,
Maret 2016: 14-2015
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi
Kepuasan Kerja
Perawat Di Ruang
Rawat Inap Rsud Haji
Boejasin Pelaihari
2015
Desain penelitian ini
adalah penelitian
deskriptif analisis dengan
pendekatan cross
sectional yang
menjelaskan dan
menganalisis suatu
fenomena serta
memperkirakan dan
menguji berdasarkan
teori yang ada dengan
tujuan menyelidiki faktor
yang mempengaruhi
terjadinya kepuasan kerja
pada perawat.
Responden penelitian
dalam penelitian
berjumlah 83 orang
perawat yang bekerja
di ruang rawat inap
RSUD Haji Boejasin
Pelaihari.
Kesimpulan dari penelitian
ini adalah terdapat enam
faktor yang mempengaruhi
kepuasan kerja perawat di
ruang rawat inap RSUD
Haji Boejasin Pelaihari
yaitu pembayaran,
promosi,supervise, rekan
kerja, kepemimpinan,
dan komunikasi, sedangkan
satu faktor yang tidak
mempengaruhi kepuasan
kerja perawat di ruang
rawat inap RSUD Haji
Boejasin Pelaihari yaitu
faktor pekerjaan.
7. Charlotte Pietersen
SA Journal of Human
Resource
Job Satisfaction Of
Hospital Nursing Staff
Pendekatan penelitian
cross-sectional, desain
survei dipekerjakan
untuk mengumpulkan
Rumah sakit ini
memiliki staf perawat
dari 400 perawat
(hampir semua di
Rendahnya tingkat
kepuasan kerja berkaitan
dengan tingkat turnover
yang tinggi. Temuan
45
No. Peneliti (Tahun) Dan
Sumber Jurnal
Judul Dan Nama
Jurnal
Desain Penelitian Sampel Temuan
Management, 2005, 3
(2), 19-25
pekerjaan. Data kepuasan
dari populasi sasaran
dalam relatif jangka
waktu yang singkat. Jenis
desain umumnya
digunakan untuk
mengumpulkan data dari
penampang wakil dari
populasi pada
satu titik waktu.
antaranya adalah
perempuan). Sebuah
sampel acak sistematis
50% (200 orang) dari
semua spesialisasi
keperawatan (tidak
termasuk tingkat yang
lebih tinggi staf
manajerial) terpilih.
hadir penelitian
menunjukkan bahwa staf
perawat di rumah sakit itu,
di umum, tidak jelas puas
atau tidak puas. Dengan
demikian, itu akan menjadi
sulit untuk menggunakan
tingkat umum mereka
kepuasan kerja untuk
memprediksi tingkat
turnover di rumah sakit.
Namun, beberapa faktor
spesifik positif dapat
mempengaruhi keputusan
staf keperawatan untuk
tinggal di rumah Sakit.
Faktor-faktor ini adalah:
a) Sebagian besar
responden menunjukkan
bahwa pekerjaan mereka
bermanfaat.
b) Lebih dari separuh
responden menunjukkan
bahwa mereka ditemukan
itu memuaskan untuk
mengurus pasien mereka.
c) Sebagian besar
responden menunjukkan
46
No. Peneliti (Tahun) Dan
Sumber Jurnal
Judul Dan Nama
Jurnal
Desain Penelitian Sampel Temuan
ada keuangan
stabilitas dalam organisasi.
Stabilitas keuangan
merupakan salah satu
sebagian besar aspek
menarik dari pekerjaan
perawat.
9. Nurhayni
Asiah Hamzah
Balqis
Hubungan Kepuasan
Kerja Dengan Kinerja
Perawat Di Ruang
Rawat Inap Rsu Daya
Kota Makassar Tahun
2012
Penelitian ini merupakan
penelitian observasional
bersifat analitik dengan
menggunakan desain
cross sectional study
yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan
kepuasan kerja (aspek
kondisi lingkungan kerja,
insentif, kesempatan
pengembangan diri,
46upervise, dan rekan
kerja) sebagai 46upervis
independen dengan
kinerja perawat sebagai
46upervis dependen.
Teknik pengambilan
sampel dilakukan
secara total sampling
dengan jumlah
keseluruhan sebanyak
61 orang.
Hasil penelitian yang telah
dilaksanakan di RSU Daya
Makassar, maka dapat
disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antar
kepuasan kerja dari segi
aspek kondisi lingkungan
kerja, insentif, kesempatan
pengembangan diri,
supervise dan rekan kerja
dengan kinerja perawat di
ruang rawat inap RSU
Daya Makassar.
10. Kelesi Martha
Fasoi Georgia
Papageorgiou E.
Dimitrios
Tsaras Konstantinos
An Investigation Of
Factors Determining
The Level Of Job
Satisfaction Among
Nurses In Six General
Dalam studi meta-
percobaan atau
pengamatan ini
cross-sectional desain
penelitian deskriptif
Sampel terdiri dari
266 perawat dari enam
publik
rumah sakit di lima
kota besar di Yunani.
Penelitian ini meneliti
tingkat pekerjaan
kepuasan dan faktor-faktor
yang mempengaruhi dalam
sampel 266 perawat
47
No. Peneliti (Tahun) Dan
Sumber Jurnal
Judul Dan Nama
Jurnal
Desain Penelitian Sampel Temuan
Kaba Evridiki
Stavropoulou Areti
Polykandriotis Tzannis
Vlachou Eugenia8
http://valleyinternation
al.net/index.php/our-
jou/ijmsci
Public Hospitals In
Greece
International Journal
Of Medical Science
And Clinical
Inventions
Volume 3 issue 3 2016
page no. 1705-1716 e-
ISSN: 2348-991X p-
ISSN: 2454-9576
digunakan. (tingkat respon 88,7%) dari
enam publik rumah sakit di
lima kota besar di negeri
ini.Temuan menunjukkan
bahwa perawat kepuasan
kerja berkisar secara
signifikan / tingkat yang
memadai. Sebagai
tambahan, peningkatan
beberapa faktor, seperti
bekerja kondisi dan
pendapatan keuangan
mungkin berkontribusi
positif untuk
mempertahankan dan
meningkatkan kepuasan
kerja. Secara keseluruhan
jenis kelamin, umur dan
tahun pengalaman kerja
dari peserta muncul untuk
mempengaruhi perawat
persepsi tentang kepuasan
kerja. Individu dengan
frekuensi distribusi
tertinggi berada di bawah
usia 40 tahun (62,4%).