58
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini, menyebabkan banyak perubahan dalam masyarakat. Salah satunya di bidang pendidikan. Pendidikan merupakan suatu proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat dimana ia hidup (Ihsan, 2005:4). Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat (Ihsan, 2005:2). Proses pendidikan ini dapat berlangsung dimana dan kapan saja. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai pelajaran matematika baik itu secara sengaja maupun tidak sengaja. Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan juga merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan kepada siswa mulai dari SD sampai dengan SMA. Matematika sebagai mata pelajaran di sekolah dinilai memegang peranan penting, baik pola pikir siswa maupun aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Fathani (2009:5), “Matematika adalah sebuah ilmu yang memang selama ini menjadi induk dari segala ilmu pengetahuan di dunia. Semua kemajuan zaman dan perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia selalu tidak terlepas dari unsur matematika”. Meskipun matematika memiliki peranan penting, namun bagi anak-anak atau pelajar pada umumnya matematika merupakan pelajaran yang kurang diminati. Hal ini dapat

Skripsi Jeye

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Skripsi Jeye

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini,

menyebabkan banyak perubahan dalam masyarakat. Salah satunya di bidang

pendidikan. Pendidikan merupakan suatu proses dimana seseorang

mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di

dalam masyarakat dimana ia hidup (Ihsan, 2005:4). Pendidikan bagi kehidupan

umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang

hayat (Ihsan, 2005:2). Proses pendidikan ini dapat berlangsung dimana dan

kapan saja. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai pelajaran

matematika baik itu secara sengaja maupun tidak sengaja.

Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang sering

digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan juga merupakan salah satu mata

pelajaran yang wajib diajarkan kepada siswa mulai dari SD sampai dengan

SMA. Matematika sebagai mata pelajaran di sekolah dinilai memegang

peranan penting, baik pola pikir siswa maupun aplikasinya dalam kehidupan

sehari-hari. Menurut Fathani (2009:5), “Matematika adalah sebuah ilmu yang

memang selama ini menjadi induk dari segala ilmu pengetahuan di dunia.

Semua kemajuan zaman dan perkembangan kebudayaan dan peradaban

manusia selalu tidak terlepas dari unsur matematika”. Meskipun matematika

memiliki peranan penting, namun bagi anak-anak atau pelajar pada umumnya

matematika merupakan pelajaran yang kurang diminati. Hal ini dapat

Page 2: Skripsi Jeye

2

dikarenakan kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh

guru.

Dalam kegiatan belajar mengajar guru sering menggunakan metode

ceramah sebagai metode utama (Sanjaya, 2010:97). Suasana demikian

membuat siswa diam di tempat duduk mendengar dan menerima apa saja yang

diberikan guru. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru

matematika, dalam kegiatan pembelajaran siswa tidak aktif bertanya ketika

guru mempersilahkan siswa untuk bertanya tentang materi yang belum

dimengerti. Siswa juga tidak bertanya kepada teman yang lebih tahu jika

mengalami kesulitan. Akibatnya, siswa merasa bosan, kurang berminat dan

tidak tertarik untuk mengikuti pelajaran yang di ajarkan oleh guru. Sehingga

tidak ada motivasi dalam diri siswa untuk berusaha memahami materi pelajaran

dan akhirnya mempengaruhi hasil belajar. Untuk mengatasi hal tersebut, Guru

harus berusaha membuat siswa tertarik pada matematika. Dalam penyajian

materi, guru harus terampil dalam memilih dan menggunakan model mengajar

yang tepat untuk situasi dan kondisi yang di hadapinya.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMA Negeri Megang Sakti,

diperoleh data bahwa siswa kurang berminat untuk belajar matematika dan

hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika masih rendah dibawah

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu, 73. Ada

163 dari 280 siswa kelas X atau 50% lebih yang belum tercapai, sedangkan

siswa yang mencapai 60 hanya sebanyak 97, sehingga mereka harus mengikuti

program remidial untuk mencapai nilai yang telah ditetapkan oleh sekolah.

Page 3: Skripsi Jeye

3

Dalam pengajaran matematika di SMA Negeri Megang Sakti, rata-rata

guru mengeluhkan rendahnya kemampuan siswa dalam menerapkan konsep

matematika. Hal ini terlihat dari banyaknya kesalahan siswa dalam

mengerjakan soal-soal dan rendahnya hasil belajar siswa (nilai) baik dalam

ulangan harian, ujian tengah dan akhir semester. Padahal, dalam pelaksanaan

proses belajar mengajar dikelas biasanya guru memberikan tugas (pemantapan)

secara kontinyu berupa latihan soal. Tetapi dalam pelaksanaannya, latihan

tidak sepenuhnya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menerapkan

konsep matematika.

Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar siswa adalah terletak pada

proses pembelajaran matematika yang masih sering ditemui adanya dominasi

guru yang mengakibatkan siswa cenderung lebih bersifat pasif. Disamping itu,

proses pembelajaran matematika yang ditemui pada umumnya masih secara

konvensional dengan hanya mendengar ceramah dari guru, sehingga sebagian

siswa menjadi cepat bosan dan malas dalam mengikuti materi pelajaran.

Akibatnya, penguasaan mereka terhadap materi yang diberikan tidak tuntas.

Dengan demikian hasil belajarnya menjadi rendah. Untuk dapat memahami

suatu konsep atau teori dalam matematika bukanlah suatu pekerjaan mudah.

Sehingga untuk mempelajari matematika dengan baik diperlukan aktivitas

belajar yang baik.

Oleh karena itu, setiap kegiatan belajar yang sedang berlangsung

hendaknya melibatkan seluruh siswa, sehingga siswa tersebut dapat

berpartisipasi aktif dalam materi yang sedang dibicarakan. Siswa akan berhasil

Page 4: Skripsi Jeye

4

dengan baik bila dalam pembelajaran berpartisipasi secara aktif. Pentingnya

aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran matematika didasarkan pada sifat

mata pelajaran itu sendiri, karena pada dasarnya mata pelajaran tersebut

bersifat abstrak, sehingga diperlukan suatu cara dalam mengatasi agar mata

pelajaran tersebut mendapat respon yang tinggi dari siswa. Maka dari itu,

diperlukan aktivitas siswa untuk dapat memahami dan menguasai materi yang

diberikan.

Salah satu kondisi pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas

siswa dalam belajar matematika yaitu melalui pembelajaran cooperative tipe

Think-Pair-Share atau dikenal dengan nama pembelajaran kooperatif.

Kooperatif dapat diartikan dengan mengerjakan sesuatu secara bersama-sama

dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu

tim (Isjoni,2010:15). Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan pencapaian

prestasi para siswa, dan juga akibat-akibat positif lainnya yang dapat

mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan teman sekelas yang

lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri (Slavin,

2010:5).

Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share merupakan jenis

pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi

siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share digunakan untuk

mengajarkan pelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi

pelajaran. Guru menciptakan interaksi yang dapat mendorong rasa ingin tahu,

ingin mencoba, bersikap mandiri, dan rasa ingin maju. Guru memberi

Page 5: Skripsi Jeye

5

informasi yang mendasar saja sebagai dasar pijakan bagi anak didik dalam

mencari dan menemukan sendiri informasi lainnya. Menurut Lie (2008:57),

Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share ini memberi kesempatan

untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Model

pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share ini jelas sekali sangat menuntut

siswa untuk aktif dalam belajar dan diskusi.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti berkeinginan untuk mengadakan

penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think-

Pair-Share terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri

Megang Sakti”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas

maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh

yang signifikan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share terhadap

hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri Megang Sakti ?

C. Ruang Lingkup Masalah

Agar permasalahan yang dibahas tidak terlalu meluas, maka penulis

perlu membatasi ruang lingkup dari permasalahan yaitu materi yang dibahas

adalah Operasi hitung bentuk Logaritma di Kelas X SMA Negeri Megang

Sakti.

Page 6: Skripsi Jeye

6

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran

kooperatif tipe Think-Pair-Share terhadap hasil belajar matematika siswa Kelas

X SMA Negeri Megang Sakti.

E. Manfaat Penelitian

Hasil pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat,

antara lain sebagai berikut :

1. Siswa dapat meningkatkan motivasi dalam proses belajar dengan hasil

belajar siswa yang lebih baik serta melatih dan membiasakan siswa dan

saling membantu dengan sesama teman untuk mencapai hasil belajar yang

lebih baik lagi.

2. Guru dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di kelas

sehingga dapat dipahami dengan baik oleh siswa melalui pembelajaran

kooperatif tipe Think-Pair-Share.

F. Definisi Operasional

Menghindari salah penafsiran terhadap istilah yang digunakan, perlu adanya

batasan istilah. Beberapa istilah yang perlu dijelaskan adalah :

1. Pengaruh yang dimaksud adalah akibat yang ditimbulkan atau yang terjadi

setelah diberikan perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-

Share terhadap hasil belajar matematika siswa.

Page 7: Skripsi Jeye

7

2. Menurut Suprijono (2009 : 91)

Seperti namanya “Thinking” pembelajaran ini diawali guru

mengajukan pertanyaan untuk dipikirkan oleh peserta didik,

selanjutnya “Pairing” guru meminta peserta didik berpasang-

pasangan untuk berdiskusi. Hasil diskusi inter subjektif di tiap-tiap

pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas yang

dikenal sebagai “Sharing”.

3. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai yang diperoleh

siswa sebagai pencerminan dari kemampuan yang dikuasainya akibat proses

belajar yang didapat. Dengan kata lain, nilai yang diperoleh siswa dari hasil

tes setelah diterapkan pembelajaran model kooperatif tipe Think-Pair-Share.

Page 8: Skripsi Jeye

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritik

1. Hakekat Matematika

Bourne (dalam Fathani, 2009:19) memahami matematika sebagai

konstruktivisme sosial dengan penekanannya pada knowing how, yaitu pelajar

dipandang sebagai makhluk yang aktif dalam mengonstruksi ilmu pengetahuan

dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut Uno (2011:127),

“Karateristik Matematika dapat bersifat Deduktif, Logis sebagai sistem

lambang bilangan yang formal, struktur abstrak, simbolisme, dan merupakan

kumpulan dalil akal manusia, atau ilham dasar serta sebagai aktivitas berfikir”.

Menurut Heruman (2010:2), “Dalam Matematika, setiap konsep abstrak

yang baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan

bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir

dan pola tindakannya”. Menurut Soedjadi (dalam Heruman, 2010:1), “Hakekat

matematika yaitu memiliki tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan

pola pikir yang deduktif”. Hakekat belajar matematika adalah suatu aktivitas

mental untuk memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol,

kemudian diterapkannya pada situasi nyata (Uno, 2011:130). Dari pendapat di

atas maka hakekat matematika dapat disimpulkan sebagai bidang ilmu yang

abstrak, bertumpu pada kesepakatan dan pola pikir yang deduktif.

Page 9: Skripsi Jeye

9

2. Pengertian Belajar

Menurut Hamalik (2008:27), Belajar adalah suatu proses suatu kegiatan

dan bukan suatu hasil atau tujuan dan belajar bukan hanya mengingat, akan

tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu

penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.

Menurut Slameto (2003:2), “Belajar ialah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya”.

Sardiman (2001:22) menyatakan bahwa belajar secara umum adalah

suatu proses interaksi antara diri manusia (id-ego-super ego) dengan

lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori.

Dalam hal ini terkandung suatu maksud bahwa proses interaksi itu adalah:

a. Proses internalisasi dari sesuatu ke dalam diri yang belajar.

b. Dilakukan secara aktif, dengan segenap panca indra ikut berperan.

Syah (2003: 68), belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku

individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan

lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sehubungan dengan pengertian

ini perlu diutarakan sekali lagi bahwa perubahan tingkah laku yang timbul

akibat proses kematangan fisik, keadaan mabuk, lelah, dan jenuh tidak dapat

dipandang sebagai proses belajar.

Sesuai dengan pendapat diatas, Cornelius (dalam Abdurrahman, 2003:

253), mengemukakan lima alasan perlunya belajar matematika karena :

Page 10: Skripsi Jeye

10

a. Matemaatika merupakan sarana berpikir yang jelas dan logis.

b. Matemaatika merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan

sehari-hari.

c. Matemaatika merupakan sarana mengenal pola-pola hubungan dan

generalisasi pengalaman.

d. Matemaatika merupakan sarana untuk mengembangkan kreativitas.

e. Matemaatika merupakan sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap

perkembangan budaya.

Suatu proses belajar dapat berjalan efektif apabila seluruh komponen

yang berpengaruh dalam proses belajar-mengajar saling mendukung dalam

mencapai tujuan, di antaranya siswa termotivasi. Komponen yang berpengaruh

dalam proses belajar-mengajar adalah guru, siswa, metode, kurikulum, dan

sarana prasarana.

Kesimpulan dari beberapa uraian para ahli di atas maka dapat

dirumuskan definisi belajar ialah suatu proses untuk mencapai tujuan yaitu

perubahan ke arah yang lebih baik. Perubahan tersebut adalah perubahan

pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan tingkah laku yang bersifat

menetap.

3. Keterampilan Proses Pembelajaran

Menurut Damyati (2000:135), keterampilan pembelajaran yang

dimaksud adalah kegiatan yang dapat menciptakan kondisi yang

memungkinkan terjadinya belajar pada diri peserta didik. Dalam suatu kegiatan

Page 11: Skripsi Jeye

11

pembelajaran dapat dikatakan terjadi belajar, apabila terjadi proses perubahan

perilaku pada diri peserta didik sebagai hasil dari suatu pengalaman.

Menurut Djamarah dan Zain (2006:44), Dalam kegiatan belajar

mengajar, guru dan anak didik terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan

pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu anak didiklah yang lebih

aktif, bukan guru. Guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator. Inilah

sistem pengajaran yang dikehendaki dalam pengajaran dengan pendekatan

CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif).

Menurut Hamalik (2001:148), proses pembelajaran melibatkan berbagai

kegiatan dan tindakan yang perlu dilakukan oleh siswa untuk memperoleh hasil

belajar yang baik. Dalam proses tersebut guru memberi bimbingan dan

menyediakan berbagai kesempatan yang dapat mendorong siswa belajar dan

untuk memperoleh pengalaman sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Sedangkan menurut Syah (2001:15), yang dimaksud keterampilan

proses adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku proses aktif yang

kompleks dan tersusun secara mulus dan sesuai dengan keadaan strategi

pembelajaran yang disusun untuk mencapai hasil tertentu. Selanjutnya

dijelaskan bahwa keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik saja

melainkan juga pengejawantahan (perwujudan atau pelaksanaan) fungsi mental

yang bersifat kognitif.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan keterampilan proses

pembelajaran adalah suatu tuntutan proses aktif peserta didik dalam melakukan

suatu kegiatan secara motorik yang merupakan pembentukan fungsi mental

Page 12: Skripsi Jeye

12

yang dilakukan oleh peserta didik yang dirancang secara sistematis strategi

pembelajarannya oleh pengajar untuk memperoleh hasil belajar secara optimal.

Oleh karena itu keterampilan proses disini akan menjadi ciri kekhasan suatu

rancangan strategi pembelajaran dari mulai rancangan awal strategi diterapkan,

proses, akibat/dampak, hingga menutup strategi tersebut.

4. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Nashar (2004:77), “Hasil belajar merupakan kemampuan yang

diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar”. Sejalan dengan itu, Nashar

(2004:81) mengatakan bahwa “hasil belajar adalah hasil dari perubahan

tingkah laku yang diperoleh individu sebagai tujuan dari pembuatan belajar

yang dilakukannya”. Hasil belajar itu meliputi semua aspek perilaku (aspek

kognitif,afektif, dan psikomotor). Sudjana (2005:22) mengatakan “Hasil belajar

adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya”.

Abdurrahman (2003: 253), Liebeck menyatakan ada dua macam hasil

belajar matematika yang harus dikuasai oleh siswa, yaitu:

a. Perhitungan matematika (mathematics calculation)

b. Penalaran matematika (mathematics reasoning)

Sudjana (2005: 39), menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai siswa

dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor

yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang

dari dalam diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Disamping faktor

kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar,

Page 13: Skripsi Jeye

13

minat, dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi,

faktor fisik, dan psikis. Faktor yang datang dari luar, yang mempengaruhi hasil

belajar yaitu, kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran adalah tinggi rendahnya

atau efektif tidaknya proses belajar- mengajar dalam mencapai tujuan

pengajaran.

Evaluasi atau penilaian yang dilakukan merupakan tindak lanjut atau

cara untuk memperoleh hasil belajar dan mengukur tingkat penguasaan siswa.

Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu

pengetahuan tetapi juga sikap dan keterampilan. Untuk memperoleh hasil

belajar siswa yang baik, tentumya tidak terlepas dari model pembelajaran yang

digunakan oleh guru yang dapat berpengaruh terhadap hasil belajar. Adapun

faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Dalyono (2007:55)

dapat digolongkan menjadi empat, yaitu :

a. Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap

kemampuan belajar, karena jika kesehatan rohani (jiwa) kurang baik akan

mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar dan mengurangi semangat belajar.

b. Inteligensi dan Bakat

Inteligensi dan bakat besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan

belajar. Seorang yang memiliki inteligensi tinggi pada umumnya mudah belajar

dan hasilnya pun cenderung memiliki inteligensi rendah. Cenderung

mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berpikir, sehingga prestasi

belajarnya pun rendah.

Page 14: Skripsi Jeye

14

Bakat juga besar pengaruhnya dalam menentukan keberhasilan belajar.

Jadi inteligensi dan bakat sangat erat hubungannya dan tidak dapat dipisahkan

“Jika seseorang memiliki inteligensi yang tinggi dan bakatnya ada di dalam

bidang yang dipelajarinya, maka proses belajarnya akan lancar dan sukses

dibandingkan dengan orang yang memiliki bakat saja tetapi inteligensinya

rendah”.

c. Minat dan Motivasi

Minat dan Motivasi adalah dua aspek yang besar pengaruhnya terhadap

pencapaian prestasi belajar. Minat timbul karena daya tarik dari luar dan juga

dari hati. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang

tinggi, sebaiknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang

rendah.

Motivasi berbeda dengan minat karena daya penggerak/pendorong

untuk melakukan sesuatu pekerjaan yang bisa berasal dari dalam diri dan juga

dari luar diri. Motivasi yang berasal dari dalam diri adalah dorongan yang

datang dari hati pada umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu.

Motivasi yang berasal dari luar (lingkungan) dorongan yang datang dari luar

orang tua, masyarakat, guru, teman-teman dan lain-lain.

Hal yang ada pada diri individu yang juga berpengaruh terhadap kondisi

belajar adalah situasi afektif, selain ketenangan dan ketentraman psikis juga

motivasi untuk belajar. Belajar perlu didukung oleh motivasi yang kuat dan

konstan. Motivasi yang lemah serta tidak konstan akan menyebabkan

Page 15: Skripsi Jeye

15

kurangnya usaha belajar yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil

belajarnya.

d. Faktor Lingkungan

Keberhasilan belajar juga sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan

(masyarakat, keluarga, sekolah). Keluarga merupakan lingkungan pertama dan

utama dalam pendidikan, yang memberikan landasan dasar bagi proses belajar

pada lingkungan sekolah dan masyarakat.

Lingkungan sekolah juga memegang peranan penting bagi

perkembangan belajar para siswanya. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik

sekolah seperti lingkungan sekolah, sarana dan prasarana belajar yang ada,

sumber belajar, media belajar, dan lain-lain.

Lingkungan masyarakat dimana siswa atau individu berada juga dalam

berpengaruh terhadap semangat dan aktivitas belajarnya. Lingkungan

masyarakat dimana warga memiliki latar belakang pendidik yang cukup,

terdapat lembaga-lembaga pendidik dan sumber-sumber belajar di dalamnya

akan memberikan pengaruh yang positif terhadap semangat dan perkembangan

belajar generasi mudanya.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan setelah pembelajaran

dilaksanakan yang suatu prestasi kegiatan yang telah dicapai, dikerjakan, baik

secara individu maupun kelompok yang biasanya dinyatakan dalam bentuk

angka, huruf, atau kata.

Page 16: Skripsi Jeye

16

5. Macam-Macam Model Pembelajaran Kooperatif

Berbagai teknik pembelajaran cooperative learning dipaparkan di

bawah ini. Tipe-tipe yang dipaparkan di bawah ini bisa dipakai berulang-ulang

dengan berbagai bahan pelajaran, situasi, ataupun siswa.

a. Mencari Pasangan.

Model pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan (make a match)

dikembangkan oleh Lorna Curran. Salah satu keunggulan Model pembelajaran

kooperatif tipe mencari pasangan adalah siswa mencari pasangan sambil

belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.

b. Bertukar Pasangan.

Model pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan memberi siswa

kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain.

c. Berkirim Salam dan Soal.

Model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal memberi

siswa kesempatan untuk melatih pengetahuan dan keterempilan mereka. Siswa

membuat pertanyaan sendiri sehingga akan merasa lebih terdorong untuk

belajar dan menjawab pertanyaan yang dibuat oleh teman sekelasnya. Kegiatan

berkirim salam dan soal cocok untuk persiapan menjelang tes dan ujian.

d. Kepala Bernomor.

Model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor (Numbred Heads)

dikembangkan oleh Spencer Kagan. Model pembelajaran tipe kepala bernomor

ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide-ide dan

mempertimbang jawaban yang paling tepat. Selain itu, Model pembelajaran

Page 17: Skripsi Jeye

17

tipe kepala bernomor ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat

kerja sama mereka.

e. Dua Tinggal Dua Tamu.

Model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu (two stay two

stray) dikembangkan oleh Spencer Kagan dan bisa digunakan bersama dengan

teknik kepala bernomor.

f. Jigsaw.

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dikembangkan oleh

Aronson et al. sebagai model pembelajaran cooperative learning. Model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini bisa digunakan dalam pengajaran

membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara.

g. Berpikir-Berpasangan-berbagi.

Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share atau berpikir-

berpasangan-berbagi adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang

untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Dalam model pembelajaran

kooperatif tipe Think-Pair-Share ini guru mengajukan pertanyaan atau masalah

yang dikaitkan dengan pelajaran yang diminta siswa menggunakan waktu

beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah. Selanjutnya guru

meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka

peroleh. Pada langkah terakhir guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi

dengan ke seluruh kelas yang telah mereka bicarakan.

6. Model Pembelajaran kooperatif Tipe Think-Pair-Share

Menurut Fadholi (2009), Model pembelajaran Think-Pair-Share adalah

salah satu model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada setiap siswa

Page 18: Skripsi Jeye

18

untuk menunjukkan partisipasi kepada orang lain. Dalam model pembelajaran

kooperatif tipe Think-Pair-Share ini guru mengajukan pertanyaan atau masalah

yang dikaitkan dengan pelajaran yang diminta siswa menggunakan waktu

beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah. Selanjutnya guru

meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka

peroleh. Pada langkah terakhir guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi

dengan ke seluruh kelas yang telah mereka bicarakan.

Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share memberi waktu

kepada siswa untuk berpikir dan merespon serta saling membantu yang lain

dan digunakan untuk mengajarkan pelajaran atau mengecek pemahaman siswa

terhadap materi pelajaran. Guru menciptakan interaksi yang dapat mendorong

rasa ingin tahu, ingin mencoba, bersikap mandiri, dan rasa ingin maju. Guru

memberi informasi yang mendasar saja sebagai dasar pijakan bagi anak didik

dalam mencari dan menemukan sendiri informasi lainnya.

Model Pembelajaran ini juga memberi kesempatan siswa untuk bekerja

sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dan teknik ini

adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang

memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh

kelas. Model Pembelajaran ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali

lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi

mereka kepada orang lain. Adapun cara pembelajaran kooperatif tipe Think-

Pair-Share menurut (Hanafiah dan Suhana, 2009:46) adalah :

a. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.

Page 19: Skripsi Jeye

19

b. Peserta didik diminta untuk berfikir tentang materi atau permasalahan yang

disampaikan guru.

c. Peserta didik diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2

orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.

d. Guru memimpin pleno kecil diskusi, setiap kelompok mengemukakan hasil

diskusinya.

e. Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok

permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.

f. Guru memberi kesimpulan dan penutup.

Pembelajaran Think-Pair-Share memiliki prosedur yang diterapkan

secara eksplisit untuk memberikan siswa waktu lebih banyak untuk berfikir,

menjawab dan saling membantu satu sama lain. Dalam model pembelajaran

kooperatif tipe Think-Pair-Share ini guru hanya berperan sebagai fasilitator

sehingga guru menyajikan satu materi dalam waktu pembahasan yang relatif

singkat. Setelah itu giliran siswa untuk memikirkan secara mendalam tentang

apa yang telah dijelaskan.

Langkah-langkah yang perlu diterapkan dalam model pembelajaran

kooperatif tipe Think-Pair-Share menurut Fadholi (2009) adalah sebagai

berikut:

a. Tahap pertama :Think (berfikir).

Guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan pelajaran.

Kemudian siswa diminta untuk memikirkan jawaban pertanyaan tersebut

secara mandiri untuk beberapa saat.

Page 20: Skripsi Jeye

20

b. Tahap kedua :Pairing (berpasangan).

Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk

mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap pertama. Biasanya guru

mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

c. Tahap ketiga : Sharing (berbagi).

Pada tahap akhir, guru meminta pasangan dengan kelompoknya tersebut

untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai

yang telah mereka bicarakan.

Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share menganut sistem

gotong royong yang mencegah terjadinya keagresifan dalam kompetisi dan

keterasingan dalam sistem individual tanpa mengorbankan aspek kognitif.

Dengan adanya sistem gotong royong, siswa dapat membantu satu sama lain.

Siswa yang merasa mampu akan memberi bantuan kepada siswa yang belum

mampu pada saat melakukan diskusi. Hal ini akan berdampak positif pada hasil

belajar siswa, karena siswa merasa lebih nyaman apabila mendapat bantuan

dari temannya sendiri daripada oleh gurunya.

Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share memberikan

hasil belajar baik karena terjadi interaksi tatap muka dalam anggota kelompok

dan kemampuan menjalin hubungan interpersonal. Berdasarkan pendapat

Nanang dan Fadholi maka dapat disimpulkan langkah-langkah pembelajaran

kooperatif tipe TPS sebagai :

Page 21: Skripsi Jeye

21

a. Pembentukan kelompok-kelompok kecil dengan anggota 2-6 siswa dibuat

heterogen, yang dipilih dari tes awal dan dibedakan antara siswa pintar,

sedang dan kurang pintar.

b. Guru menjelaskan materi pelajaran, kemudian memberikan soal latihan

dalam bentuk LKS.

c. Siswa diminta untuk mengerjakan soal secara mandiri untuk beberapa saat.

d. Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi

dengan pasangannya.

e. kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat.

f. Guru memberi kesempatan kepada kelompok untuk melaporkan hasil

diskusinya di depan kelas, diikuti dengan kelompok lain yang memperoleh

hasil yang berbeda sehingga terjadi proses berbagi/sharing pada diskusi

kelas.

g. Guru mengevaluasi terhadap hasil pemecahan masalah yang telah mereka

diskusikan.

h. Guru memberikan kesimpulan akhir dari diskusi kelas.

Hambatan yang ditemukan selama proses pembelajaran antara lain dari

segi siswa, yakni : siswa-siswa yang pasif. Tahap pair (berpasangan) yang

seharusnya menyelesaikan soal dengan berdiskusi dengan pasangan satu

bangku tetapi masih suka memanfaatkan kegiatan ini untuk berbicara di luar

materi pelajaran, menggantungkan pada pasangan dan kurang berperan aktif

dalam menemukan penyelesaian serta menanyakan jawaban dari soal tersebut

pada pasangan yang lain. Untuk mengatasi hambatan dalam penerapan model

Page 22: Skripsi Jeye

22

pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share, yaitu guru akan berkeliling

kelas dengan mengingatkan kembali tahap-tahap yang harus siswa dilalui. Hal

ini dilakukan agar siswa tertib dalam melalui setiap tahapnya dalam proses

pembelajaran ini. Guru akan memberikan poin pada siswa, jika siswa tersebut

mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan atau memberikan sanggahan

pada tahap share (berbagi).

Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share ini bertujuan

agar siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir dan menjawab dalam

komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam

kelompok-kelompok kecil. Dalam hal ini guru sangat berperan penting untuk

membimbing siswa melakukan diskusi sehingga terciptanya suasana belajar

yang lebih hidup, aktif, kreatif, dan menyenangkan.

Pada model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share ini juga

memiliki kelebihan dan kelemahannya menurut Fadholi (2009) adalah sebagai

berikut : Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share

adalah memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan

saling membantu satu sam lain. Sedangkan kelemahan model pembelajaran

kooperatif tipe Think-Pair-Share adalah Membutuhkan koordinasi secara

bersamaan dari berbagai aktivitas, membutuhkan perhatian khusus dalam

penggunaan ruangan kelas, peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil

dapat menyita waktu pengajaran yang berharga.Untuk itu guru harus dapat

membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan jumlah

waktu yang terbuang.

Page 23: Skripsi Jeye

23

7. Operasi Hitung Bentuk Logaritma

a. Bentuk logaritma

Log adalah notasi dari logaritma. Bentuk alog b dibaca sebagai

logaritma b dengan bilangan pokok a.

alog b = n � b = a

n

dengan :

a disebut bilangan pokok, a > 0 dan a � 1

b disebut numerus, b > 0

n disebut hasil logaritma

b. Menghitung Nilai Logaritma

Dalam menghitung nilai logaritma ada bilangan-bilangan yang

bias langsung kita tentukan nilainya. Karena bilangan-bilangan tersebut

merupakan hasil dari perpangkatan dari bilangan pokoknya, misalnya :

2log 8 = 3 sebab 2

3 = 8

3log 27 = 3 sebab 3

3 = 27

5log 25 = 2 sebab 5

2 = 25

Akan tetapi, bagaimana kalau kita dihadapkan pada persoalan

2log 7 = x kita perhatikan bahwa bilangan 7 tidak bisa kita tentukan

secara langsung dari 2x. Untuk menentukan nilai x yang mendekati ada

beberapa cara yang dapat kita gunakan antara lain :

a) Dengan menggunakan grafik y = ax, a > 1 atau 0 < a < 1,

b) Dengan menggunakan tabel, dan

c) Dengan menggunakan kalkulator.

Page 24: Skripsi Jeye

24

c. Sifat-sifat Operasai Aljabar pada Logaritma

Pada pembahasan logaritma ini kita telah memahami tentang

pengertian logaritma dan cara menentukan nilai-nilai logaritma.

Kegunaan dari sifat-sifat logaritma yang kita pelajari ini adalah untuk

menentukan logaritma bilangan-bilangan yang lebih dari 10 atau

bilangan-bilangan antara 0 dan 1 serta penerapannya dalam perhitungan

aljabar.

1. bab

a

=log

2. alog bc =

alog b +

alog c

3. cbc

b aaa logloglog −=

4. alog b

n = n.

alog b

5. 1,1,0,0,0log

loglog ≠≠>>>= cacbauntuk

a

bb

c

ca

6. alog b .

blog c =

alog c untuk a > 0 , a � 1 , b > 0 , b � 1 dan c > 0

7. Jika alog b = c , maka cb

mam

=log

8. Jika alog b = c , maka c

n

mb

man

.log =

Contoh :

Sederhanakan dengan menggunakan sifat-sifat logaritma

1. 2log 16 –

2log 4

2. 3

1log3

Page 25: Skripsi Jeye

25

Jawab :

1. 2log 16 –

2log 4 = 24log

4

16log 22

==��

���

2. 3

1log3 =

3log 3

-1 = -1 .

3log 3 = -1 . 1 = -1

B. Penelitian yang Relevan

Sebelumnya penelitian dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Think-Pair-Share (TPS) sudah pernah diteliti oleh Ani Rahmawati, (2010)

dengan judul “ Pengaruh Model Pembejaran Kooperatif tipe Think-Pair-Share

Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa kelas VIII Sekolah Menengah

Pertama Negeri 13 Lubuklinggau”. Dari hasil penelitiannya menyimpulkan

bahwa hasil belajar siswa jauh lebih baik dengan menggunakan pembelajaran

kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) daripada yang tidak menggunakan

pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS). Yang menjadi

perbedaan dalam penelitian ini terletak pada objek dan materi dalam penelitian

yang pernah dilakukan di SMP 13 Lubuklinggau dengan materi pokok Bentuk

Aljabar, sedangkan pada penelitian ini akan menerapkan pembelajaran tipe

think-Pair-Share (TPS) di SMA Negeri Megang sakti dengan materi pokok

Logaritma, serta waktu yang dilaksanakan juga berbeda. Jadi pembelajaran tipe

Think-Pair-Share (TPS) ini berarti dapat berpengaruh terhadap hasil belajar

siswa.

Page 26: Skripsi Jeye

26

C. Kerangka berfikir

D. Hipotesis Penelitian

Arikunto (2009:64), menyatakan bahwa hipotesis merupakan suatu

jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah peneliti sampai terbukti

melalui data yang terkumpul. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ”Ada

pengaruh yang signifikan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-

Share terhadap hasil belajar Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri Megang

Sakti."

Pre tes Pre tes

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Model Pembelajaran Kooperatif

tipe think-pair-share

Model Pembelajaran

Konvensional

Post tes Post tes

Hasil Belajar Hasil Belajar

Kesimpulan

Uji Instrumen

Page 27: Skripsi Jeye

27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen. Menurut Arikunto (2008:3) eksperimen adalah suatu cara untuk

mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan

oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-

faktor lain yang mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud

untuk melihat akibat pemberian perlakuan.

Peneliti mengadakan eksperimen dengan memberikan pembelajaran di

kelas-kelas yang menjadi sampel dengan perlakuan yang berbeda. Pada kelas

eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-

Share sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran

konvensional.

Desain penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen murni.

Menurut Arikunto (2008:86) dapat digambarkan sebagai berikut:

E 01 X 02

K 03 - 04

Keterangan: E = Kelas Eksperimen

K = Kelas Kontrol

X = Pembelajaran tipe Think-Pair-Share (tps)

O1 & O3 = Pretest

O2 & O4 = Posttest

Page 28: Skripsi Jeye

28

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2008:130).

(Sudjana, 2005:6) Populasi adalah “Totalitas semua nilai yang mungkin,

hasil perhitungan atau pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai

karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jika

yang ingin dipelajari sifat-sifatnya”. Penulis menyimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan objek penelitian yaitu

seluruh siswa kelas X SMA Negeri Megang Sakti. Adapun populasi dalam

penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1

Tabel 3.1

Populasi Penelitian

No Kelas Jumlah

Jumlah Laki-laki Perempuan

1

2

3

4

5

6

7

X1

X2

X3

X4

X5

X6

X7

16

14

16

13

12

15

19

25

26

24

27

27

24

22

41

40

40

40

39

39

41

Jumlah 105 175 280

Sumber : Tata usaha SMA Negeri Megang Sakti Tahun Pelajaran 2011/2012

2. Sampel

Sampel adalah “Sebagian atau wakil populasi yang diteliti”

(Arikunto, 2008:131). Pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan teknik Simple Random Sampling, yaitu dengan mengambil

beberapa kelas dari anggota populasi diantara kelas-kelas yang homogen.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran, diketahui bahwa

Page 29: Skripsi Jeye

29

ketujuh kelas ini homogen. Sampel diambil dari kelas X Semester Ganjil

SMA Negeri Megang Sakti Tahun Pelajaran 2011/2012. Untuk

melaksanakan penelitian, penulis menentukan sampel sebanyak dua kelas :

a. Kelas Eksperimen yaitu kelas yang menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Think-Pair-Share.

b. Kelas Kontrol yaitu kelas yang tidak menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Think-Pair-Share dan menggunakan strategi

pembelajaran konvensional.

Pada penelitian ini terambil kelas X.5 dengan 39 siswa sebagai

kelas eksperimen dan kelas X.6 sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa

39 siswa. Jumlah responden sampel dalam penelitian ini adalah 78 orang.

Untuk menguji coba instrumen diambil satu kelas yaitu kelas XI IS 4

dengan jumlah siswa 38 orang.

C. Teknik Pengumpulan Data

Arikunto (2008:222) mengatakan bahwa “menyusun instrumen adalah

pekerjaan penting di dalam langkah penelitian. Akan tetapi mengumpulkan

data jauh lebih penting lagi”. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik tes. Tes digunakan untuk memperoleh data tentang

hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan. Tes dalam penelitian ini dilakukan

sebanyak dua kali yaitu sebelum (pretest) dan sesudah (posstest).

Page 30: Skripsi Jeye

30

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

kuantitatif. Dalam teknik kuantitatif, data yang dianalisis berupa angka-angka,

mulai dari pengumpulan data, penafsiran data serta penampilan dari hasilnya

(Arikunto, 2008:12). Menurut Subana dan Sudrajat (2005:25), ”Dari segi

tujuan, penelitian kuantitatif biasanya dipakai untuk menguji suatu teori, untuk

menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan statistik, untuk menunjukan

hubungan antar variabel, dan ada pula bersifat mengembangkan konsep,

mengembangkan pemahaman, atau mendeskripsikan banyak hal”. Adapun

langkah-langkah dalam menganalisis data hasil belajar siswa adalah sebagai

berikut:

1. Membuat kunci jawaban

2. Memeriksa jawaban siswa sesuai kunci jawaban yang dibuat

3. Memberikan skor total dan nilai dari jawaban siswa

4. Mencari rentang kelas

5. Mencari panjang interval

6. Mencari rata-rata dan simpangan baku

7. Mencari uji normalitas

8. Mencari homogenitas

9. Mencari uji kesamaan dua rata-rata

E. Pertanggungjawaban Penelitian

1. Teknik Penentuan Kualitas Instrumen

Page 31: Skripsi Jeye

31

Sesuai dengan jenis penelitian untuk mengumpulkan data yang

diperlukan dalam penelitian ini, maka instrumen yang digunakan yaitu soal

tes hasil belajar yang tujuannya untuk mengetahui penguasaan materi

pembelajaran. Tes tersebut berjumlah 6 soal yang berbentuk essay.

Arikunto (2008:160) menyatakan, instrumen merupakan alat atau

fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar

pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,

lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen didalam

penelitian ini memiliki kedudukan yang paling tinggi, karena data yang

diperoleh dapat menggambarkan variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai

alat penelitian hipotesis. Jadi, benar tidaknya data yang diperoleh sangat

menentukan mutu hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya data,

tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data tersebut.

Instrumen yang baik harus memenuhi empat syarat penting yaitu, validitas,

reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.

Mengetahui tingkat kebaikan instrumen suatu penelitian, maka

terlebih dahulu instrumen tersebut di uji coba. Hal ini diperlukan untuk

mengetahui tingkat validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat

kesukaran setiap item butir soal dari suatu instrumen. Uji coba instrumen

dilaksanakan di kelas XI IS 4 SMA Negeri Megang Sakti tahun pelajaran

20110/2012, pada hari Sabtu tanggal 10 September 2011 dengan jumlah

peserta 38 siswa.

Page 32: Skripsi Jeye

32

Menurut Arikunto (2008:168),

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa

yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat

mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi

rendahnya validitas instrumen menunjukan sejauh mana data yang

terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang

dimaksud.

a. Validitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukan tingkat-

tingkat kevalitan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2008:168).

Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi.

Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti mempunyai validitas

rendah. Jadi sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur

apa yang diinginkan dan dapat menangkap data dari variabel yang diteliti

secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh

mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang

validitas yang dimaksud.

Validitas isi dari tes dapat diketahui dari kesesuaian antara tujuan

pembelajaran dan ruang lingkup materi yang telah diberikan dengan

butir-butir tes yang menyusunnya. Tes dikatakan valid apabila tes tepat

mengukur apa yang hendak diukur. Untuk mengetahui validitas butir soal

dilakukan dengan mengkorelasikan skor butir soal dengan skor total yang

diperoleh koefisien korelasi dihitung dengan rumus korelasi Product

Moment sebagai berikut :

Page 33: Skripsi Jeye

33

( )( )

( ){ } ( ){ }2222 � �� �

� ��−−

−=

YYNXXN

YXXYNrxy (Arikunto,,2006:170)

Keterangan : rXY = Koefisien korelasi.

X = Skor butir soal.

Y = Skor total.

N = Banyak soal.

Menurut Suherman dan Sukjaya (1990:147) interprestasi mengenai

besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut :

rXY � 0,00 tidak valid

0,00 < rXY � 0,20 valid sangat rendah

0,20 < rXY � 0,40 valid rendah

0,40 < rXY � 0,60 valid cukup

0,60 < rXY � 0,80 valid tinggi

0,80 < rXY � 1,00 valid sangat tinggi

Mendapatkan kesignifikanan validitas instrumen, maka

diperlukan uji statistik t dengan rumus :

21

2

xy

xyr

nrt

−= (Sudjana, 2005: 377)

Keterangan : n = Banyak data

r = Korelasi

t = Distribusi student t.

Taraf signifikan (α = 0,05), maka hipotesis diterima jika thitung <

ttabel. Dimana distribusi t yang digunakan mempunyai dk = (n-2). Dalam

Page 34: Skripsi Jeye

34

hal lain hipotesisnya ditolak, dengan kata lain soal tersebut dikatakan

valid.

Berdasarkan hasil perhitungan (lampiran B), rekapitulasi hasil

analisis validitas butir soal diperlihatkan pada tabel 3.2 berikut :

Tabel 3.2

Hasil Analisis Validitas

No Nilai rxy thitung ttabel Keterangan

1 0,40 2,65 2,02 Valid/ Sedang

2 0,48 3,28 2,02 Valid/ Sedang

3 0,78 7,50 2,02 Valid/ Tinggi

4 0,65 5,12 2,02 Valid/ Tinggi

5 0,38 2,46 2,02 Valid/ Rendah

6 0,39 2,54 2,02 Valid/ Rendah

b. Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu

instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto,

2008:178). Instrumen yang sudah dapat dipercaya (reliabel) akan

menghasilkan data yang dapat dipercaya.

Mengetahui reliabilitas tes bentuk uraian digunakan rumus Alpha

dikemukakan oleh Arikunto (2009: 109) sebagai berikut :

��

��

�−�

���

−=

�t

i

n

nr

2

2

11 11 σ

σ

Keterangan :

r11 = Raliabilitas instrumen.

� 2

bσ = Jumlah varians butir.

Page 35: Skripsi Jeye

35

t2σ = varians total.

n = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal.

Klarifikasi untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas suatu tes

menurut Guilford (dalam Suherman, 1990:177) adalah sebagai berikut :

20,011 ≤r Reliabilitas sangat rendah

40,020,0 11 ≤< r Reliabilitas rendah

60,040,0 11 ≤< r Reliabilitas sedang

80,060,0 11 ≤< r Reliabilitas tinggi

80,060,0 11 ≤< r Reliabilitas sangat tinggi

Setelah data hasil uji coba dianalisis dengan menggunakan rumus

di atas (lampiran B), diperolah koefisien reliabilitas sebesar 0,48, maka

instrumen penelitian ini memiliki derajat reliabilitas sedang, sehingga

dapat dipercaya sebagai alat ukur.

c. Daya Pembeda

Arikunto (2006: 211) menyatakan bahwa daya pembeda

instrumen adalah kemampuan suatu instrumen untuk membedakan antara

siswa yang pandai (kemampuan tinggi) dengan siswa yang tidak pandai

(kemampuan rendah). Jika suatu soal dapat dijawab benar oleh semua

siswa baik siswa yang pandai maupun siswa yang kurang pandai, maka

soal tes tersebut tidak baik karena tidak memiliki daya pembeda.

Demikian pula sebaliknya jika semua siswa baik siswa yang pandai

maupun yang kurang pandai tidak dapat menjawab dengan benar.

Page 36: Skripsi Jeye

36

Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut juga

indeks diskriminan (daya pembeda). Dalam penghitungan daya pembeda

butir soal tersebut dibagi dua, separuh kelompok atas dan separuh

kelompok bawah. Untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal

essay digunakan rumus sebagai berikut :

B

BA

A

BA

IS

JSJSDPatau

SI

JSJSDP

−=

−=

(Suherman & Sukjaya 1990:201)

Keterangan :

DP = indeks daya pembeda

JSA = jumlah skor kelompok atas

JSB = jumlah skor kelompok bawah

SIA / SIB = jumlah skor ideal salah satu kelompok

Dengan ketentuan menurut Suherman dan Sukjaya (1990:202) sebagai

berikut :

DP≤ 0,00 Sangat jelek

0,00 <DP≤ 0,20 Jelek

0,20 <DP≤ 0,40 Cukup

0,40 <DP≤ 0,70 Baik

0,70 <DP≤ 1,00 Sangat baik

Hasil perhitungan (lampiran B), dapat dikemukakan rekapitulasi

hasil analisis daya pembeda tes penguasaan materi bentuk akar seperti

pada tabel berikut :

Page 37: Skripsi Jeye

37

Tabel 3.3

Hasil Analisis Daya Pembeda

Nomor

Soal

Jumlah skor

kelompok

atas

Jumlah

skor

Kelompok

Bawah

Jumlah skor

Ideal

Kelompok

Atas/bawah

Daya

Pembeda

(DP)

Ket

1 16 11 20 0,25 Cukup

2 18 11 20 0,35 Cukup

3 38 18 40 0,50 Baik

4 26 10 30 0,53 Baik

5 8 3 20 0,25 Cukup

6 21 13 30 0,27 Cukup

d. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran atau taraf kesukaran suatu butir soal,

menunjukan apakah butir soal tersebut tergolong butir soal yang sukar,

sedang atau mudah. Butir soal yang baik adalah butir soal yang tidak

terlalu mudah dan tidak terlalu sukar (Arikunto, 2008: 207). Untuk

keperluan penghitungan daya pembeda butir soal tersebut dibagi dua,

separuh kelompok atas dan separuh kelompok bawah. Untuk menghitung

tingkat kesukaran butir soal.

Untuk mengetahui tingkat kesukaran untuk butir soal uraian,

dihitung menggunakan rumus:

BA

BA

SISI

JSJSIK

+

+= (Sukjaya dan Suherman, 1990:213)

Keterangan: IK : Indeks kesukaran

JSA : Jumlah skor kelompok atas

JSB : Jumlah skor kelompok bawah

SIA : Jumlah skor ideal kelompok atas

SIB : Jumlah skor ideal kelompok bawah

Page 38: Skripsi Jeye

38

Menurut Suherman dan Sukjaya (1990:213), klasifikasi

interpretasi untuk indeks kesukaran yang banyak digunakan adalah :

IK = 0,00 Soal terlalu sukar

0,00 < IK � 0,30 Soal sukar

0,30 < IK � 0,70 Soal sedang

0,70 < IK � 1,00 Soal mudah

Hasil perhitungan (lampiran B), dapat dikemukakan rekapitulasi

hasil analisis tingkat kesukaran tes penguasaan materi Logaritma seperti

pada tabel 3.4 berikut :

Tabel 3.4

Hasil Analisis Indeks Kesukaran

Nomor

Soal

Jumlah

skor

kelompok

atas

Jumlah

skor

Kelompok

Bawah

Jumlah skor

Ideal

Kelompok

Atas/bawah

Indeks

Kesukaran

(IK)

Ket

1 16 11 20 0,68 Sedang

2 18 11 20 0,73 Mudah

3 38 18 40 0,70 Sedang

4 26 10 30 0,60 Sedang

5 8 3 20 0,28 Sukar

6 21 13 30 0,57 Sedang

Berdasarkan analisis hasil uji coba tes belajar, maka rekapitulasi hasil uji

coba tes dapat dilihat pada tabel 3.5 rekapitulasi hasil uji coba berikut.

Tabel 3.5

Rekapitulasi Hasil Uji Coba

No

Soal Validitas

Indeks

Kesukaran

Daya

Pembeda Ket

1 0,40 Valid Sedang 0,68 Sedang 0,25 Cukup Dipakai

2 0,48 Valid Sedang 0,73 Mudah 0,35 Cukup Dipakai

3 0,78 Valid Tinggi 0,70 Sedang 0,50 Baik Dipakai

4 0,65 Valid Tinggi 0,60 Sedang 0,53 Baik Dipakai

5 0,38 Valid Rendah 0,28 Sukar 0,25 Cukup Dipakai

6 0,39 Valid Rendah 0,57 Sedang 0,27 Cukup Dipakai

Page 39: Skripsi Jeye

39

2. Teknis Analisis Data

a. Menentukan Skor Rata-rata dan Simpangan Baku

Menurut (Sudjana, 2005:67) Menentukan skor rata-rata dan

simpangan baku pada tes awal dan tes akhir, untuk data hasil belajar pada

kelompok eksperimen maupun kelas kontrol dengan rumus:

xn

x i�= , dan ( )

1

2

−=

�n

xxfs

ii

Keterangan : x = nilai rata-rata hasil belajar siswa

ix = nilai siswa keseluruhan

n = banyak data

s = simpangan baku

b. Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan untuk menentukan apakah kelas

tersebut berdistribusi normal atau tidak. Rumus yang digunakan adalah

uji Chi-Kuadrat dengan hipotesis statistik sebagai berikut:

H 0 : Berdistribusi normal, jika X2

hitung � X2 tabel

H1 : Tidak berdistribusi normal, jika X2

hitung > X2 tabel

X �=

−=

k

i i

ii

E

EO

1

2 )( (Sudjana, 1996:237)

Dengan: X 2 = harga Chi-Kuadrat

Oi = frekuensi hasil pengamatan

E i = frekuensi yang diharapkan

k = banyaknya kelasH interval

Page 40: Skripsi Jeye

40

Kriteria pengujian adalah: Tolak H0 Jika X2 � �

2(1-�)(k-1) dengan �=

taraf nyata untuk pengujian. Dalam hal lainnya, H0 diterima. Dan �= 5%

maka data tersebut berdistribusi normal (Sudjana, 1996:237)

c. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dalam varians antara kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol dimaksudkan untuk mengetahui keadaan varians antara

kedua kelompok, sama ataukah berbeda. Pengujian homogenitas ini

mengujikan uji varians dua buah peubah. Dengan demikian hipotesis

yang akan diuji adalah:

H0 = Hipotesis pembanding, kedua varians sama atau homogen

Ha = Hipotesis kerja, kedua varians tidak sama atau heterogen.

Dimana dk1=(n1-1) dan dk2=(n2-1)

Uji statistiknya menggunakan uji varians (F), dengan rumus:

2

2

2

1

S

SF =

Keterangan : F = Uji varians

S12

= Varians terbesar

S22

= Varians terkecil

Kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika )1,1(

2

1)1)(1(21

1 −−−− <<

nnn FFF

αα

dan tolak H0 jika mempunyai harga-harga yang lain (Sudjana, 1996:249)

Page 41: Skripsi Jeye

41

d. Uji Kesamaan Rata-Rata

Uji kesamaan dua rata-rata ini digunakan untuk menguji

kesamaan antara dua rata-rata data, dalam hal ini antara data kelompok

eksperimen dan data kelompok kontrol.

1) Jika kedua data berdistribusi normal dan homogen, maka uji statistik

yang digunakan uji-t dengan rumus :

s

nn

XXt

21

21

11+

−=

Keterangan : 1X = nilai rata – rata kelompok eksperimen

2X = nilai rata – rata kelompok kontrol

n1 = banyak sampel kelompok eksperimen

n2 = banyak sampel kelompok kontrol

s = simpangan baku

Kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika - ��

���

�−�

���

�−

<<αα

2

11

2

11

ttt

dimana ��

���

�− α

2

11

t didapat dari daftar distribusi t dengan dk = (n1 + n2 -2)

dan peluang ��

���

�− α

2

11 . Untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak.

(Sudjana, 1996:239). Maka dapat disimpulkan bahwa : jika t hitung < t

tabel maka H0 diterima, dan jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak.

2) Jika kedua data berdistribusi normal dan tidak homogen, maka uji

statistik yang digunakan adalah uji-t semu (t’) dengan rumus :

Page 42: Skripsi Jeye

42

2

2

2

1

2

1

21'

n

s

n

s

XXt

+

−=

Keterangan : =1X nilai rata-rata kelompok eksperimen

=2X nilai rata-rata kelompok kontrol

n1 = banyak sampel kelompok eksperimen

n2 = banyak sampel kelompok kontrol

=2

1s varians terbesar

=2

2s varians terkecil

Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika t’ � 21

2211

ww

twtw

+

+ dan

terima H0 jika terjadi sebaliknya. Dengan : 1

2

11

n

sw = ,

2

2

22

n

sw = ,

)1)(1(1 1 −−= ntt α dan )1)(1(2 2 −−= ntt α . Peluang untuk penggunaan daftar

distribusi t ialah (1-�) sedangkan dk-nya masing-masing (n1-1) dan

(n2-1) (Sudjana, 1996:243).

Page 43: Skripsi Jeye

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Statistik Deskriptif

Statistik Deskriptif dari skor pretes dan postes kelas eksperimen

dan kelas kontrol dapat dilihat pada table 4.1 berikut :

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif Skor Pretes Dan Postes

Kelas Eksperimen dan Kontrol

Tes Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

N x S N x S

Pretes 39 31,41 1,85 39 33,01 1,62

Postes 39 78,53 1,28 39 70,35 1,67

Berdasarkan tabel 4.1 di atas bahwa skor rata-rata pretes kelas

eksperimen adalah 31,41 dan skor rata-rata kelas kontrolnya adalah 33,01.

dengan simpangan baku kelas eksperimen adalah 1,85 dan simpangan

baku kelas kontrol adalah 1,62. Sedangkan skor rata-rata postes kelas

eksperimen 78,53 dan skor rata-rata kontrol adalah 70,35 dengan

simpangan baku kelas eksperimen adalah 1,28 dan simpangan baku kelas

kontrol adalah 1,67. Selisih skor rata-rata pretes kelas eksperimen dan

kelas kontrol adalah 1,60. Hal ini menunjukkan bahwa skor rata-rata

pretes kelas eksperimen tidak jauh berbeda dengan skor rata-rata pretes

kelas kontrol. Sedangkan selisih skor rata-rata postes antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol adalah 8,18. Hal ini menunjukkan bahwa

skor rata-rata postes kelas eksperimen cukup berbeda dengan skor rata-rata

Page 44: Skripsi Jeye

postes kelas kontrol.

rata kedua kel

2. Analisis Kemampuan Awal Siswa

pokok Operasi hitung bentuk Logaritma merupakan data penelitian yang

diperoleh dari tes awal (pretes). Pelaksanaan pretes berfungsi untuk

mengetahui ke

dilakukan pembelajaran. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan

yang signifikan pada kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kontrol

dilakukan analisa uji kesamaan rata

rata

a.

��

��

��

��

postes kelas kontrol.

rata kedua kel

Skor Rata-rata Pretes dan Postes Kelas Eksperimen Dan K

Analisis Kemampuan Awal Siswa

Kemampuan awal siswa sebelum diberikan pembelajaran materi

pokok Operasi hitung bentuk Logaritma merupakan data penelitian yang

diperoleh dari tes awal (pretes). Pelaksanaan pretes berfungsi untuk

mengetahui ke

dilakukan pembelajaran. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan

yang signifikan pada kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kontrol

dilakukan analisa uji kesamaan rata

rata-rata terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas.

Uji Normalitas Skor Pretes

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui data hasil tes siswa

berdistribusi normal atau tidak, untuk lebih jelasnya uji perhitungan

normalitas ini dapat

Pasangan hipotesis yang diuji adalah:

Ho : Sampel berada pada populasi yang berdistribusi normal.

��

��

��

��

����

postes kelas kontrol. Untuk memberikan gambaran lebih jelas skor rata

rata kedua kelas dapat disajikan pada diagram berikut :

rata Pretes dan Postes Kelas Eksperimen Dan K

Analisis Kemampuan Awal Siswa

Kemampuan awal siswa sebelum diberikan pembelajaran materi

pokok Operasi hitung bentuk Logaritma merupakan data penelitian yang

diperoleh dari tes awal (pretes). Pelaksanaan pretes berfungsi untuk

mengetahui kemampuan awal siswa tentang suatu materi sebelum

dilakukan pembelajaran. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan

yang signifikan pada kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kontrol

dilakukan analisa uji kesamaan rata

rata terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas.

Uji Normalitas Skor Pretes

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui data hasil tes siswa

berdistribusi normal atau tidak, untuk lebih jelasnya uji perhitungan

normalitas ini dapat dilihat pada lampiran C.

Pasangan hipotesis yang diuji adalah:

Ho : Sampel berada pada populasi yang berdistribusi normal.

���� � ���

Untuk memberikan gambaran lebih jelas skor rata

disajikan pada diagram berikut :

Diagram 4.1

rata Pretes dan Postes Kelas Eksperimen Dan K

Analisis Kemampuan Awal Siswa

Kemampuan awal siswa sebelum diberikan pembelajaran materi

pokok Operasi hitung bentuk Logaritma merupakan data penelitian yang

diperoleh dari tes awal (pretes). Pelaksanaan pretes berfungsi untuk

mampuan awal siswa tentang suatu materi sebelum

dilakukan pembelajaran. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan

yang signifikan pada kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kontrol

dilakukan analisa uji kesamaan rata-

rata terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas.

Uji Normalitas Skor Pretes

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui data hasil tes siswa

berdistribusi normal atau tidak, untuk lebih jelasnya uji perhitungan

dilihat pada lampiran C.

Pasangan hipotesis yang diuji adalah:

Ho : Sampel berada pada populasi yang berdistribusi normal.

� ���

Untuk memberikan gambaran lebih jelas skor rata

disajikan pada diagram berikut :

Diagram 4.1

rata Pretes dan Postes Kelas Eksperimen Dan K

Kemampuan awal siswa sebelum diberikan pembelajaran materi

pokok Operasi hitung bentuk Logaritma merupakan data penelitian yang

diperoleh dari tes awal (pretes). Pelaksanaan pretes berfungsi untuk

mampuan awal siswa tentang suatu materi sebelum

dilakukan pembelajaran. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan

yang signifikan pada kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kontrol

-rata. Sebelum dilakukan uji kesa

rata terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas.

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui data hasil tes siswa

berdistribusi normal atau tidak, untuk lebih jelasnya uji perhitungan

dilihat pada lampiran C.

Pasangan hipotesis yang diuji adalah:

Ho : Sampel berada pada populasi yang berdistribusi normal.

���������

� �� �

Untuk memberikan gambaran lebih jelas skor rata

disajikan pada diagram berikut :

rata Pretes dan Postes Kelas Eksperimen Dan K

Kemampuan awal siswa sebelum diberikan pembelajaran materi

pokok Operasi hitung bentuk Logaritma merupakan data penelitian yang

diperoleh dari tes awal (pretes). Pelaksanaan pretes berfungsi untuk

mampuan awal siswa tentang suatu materi sebelum

dilakukan pembelajaran. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan

yang signifikan pada kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kontrol

rata. Sebelum dilakukan uji kesa

rata terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas.

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui data hasil tes siswa

berdistribusi normal atau tidak, untuk lebih jelasnya uji perhitungan

dilihat pada lampiran C.

Ho : Sampel berada pada populasi yang berdistribusi normal.

���������

� �� �

Untuk memberikan gambaran lebih jelas skor rata

rata Pretes dan Postes Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol

Kemampuan awal siswa sebelum diberikan pembelajaran materi

pokok Operasi hitung bentuk Logaritma merupakan data penelitian yang

diperoleh dari tes awal (pretes). Pelaksanaan pretes berfungsi untuk

mampuan awal siswa tentang suatu materi sebelum

dilakukan pembelajaran. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan

yang signifikan pada kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kontrol

rata. Sebelum dilakukan uji kesa

rata terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas.

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui data hasil tes siswa

berdistribusi normal atau tidak, untuk lebih jelasnya uji perhitungan

Ho : Sampel berada pada populasi yang berdistribusi normal.

44

Untuk memberikan gambaran lebih jelas skor rata-

elas Kontrol

Kemampuan awal siswa sebelum diberikan pembelajaran materi

pokok Operasi hitung bentuk Logaritma merupakan data penelitian yang

diperoleh dari tes awal (pretes). Pelaksanaan pretes berfungsi untuk

mampuan awal siswa tentang suatu materi sebelum

dilakukan pembelajaran. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan

yang signifikan pada kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kontrol

rata. Sebelum dilakukan uji kesamaan

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui data hasil tes siswa

berdistribusi normal atau tidak, untuk lebih jelasnya uji perhitungan

Page 45: Skripsi Jeye

45

Ha : Sampel berada pada populasi yang tidak berdistribusi normal

Kriteria pengujiannya adalah hitung2χ dibandingkan dengan

,2abeltχ dengan taraf kepercayaan 5% dan dk = j – 1, dimana j adalah

banyaknya kelas interval, jika hitung2χ < abelt

2χ , maka dapat dinyatakan

bahwa data berdistribusi normal.

Rekapitulasi hasil uji normalitas data pretes kedua kelompok

dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2

Hasil Uji Normalitas Skor Pretes

kelas hitung2χ dk tabel

2χ Kesimpulan

Eksperimen 4,9401 5 7,82 Normal

Kontrol 1,0614 5 7,82 Normal

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai hitung2χ data pretes untuk

kelas eksperimen adalah 4,9401 dengan tabel2χ adalah 7,82, berarti

hitung2χ < tabel

2χ , maka Ho diterima dan berdistribusi normal. Pada

kelas kontrol juga ditunjukkan bahwa nilai hitung2χ data pretes untuk

kelas kontrol adalah 1,0614 dengan tabel2χ adalah 7,82, berarti hitung

< tabel2χ , maka Ho diterima dan berdistribusi normal. Berdasarkan

ketentuan uji normalitas dengan menggunakan uji 2χ (chi kuadrat)

dapat disimpulkan bahwa masing-masing kelompok data untuk pretes

pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal pada taraf

kepercayaan 05,0=α dan derajat kebebasan (dk) = 5.

Page 46: Skripsi Jeye

46

b. Uji Homogenitas Skor Pretes

Setelah mengetahui bahwa data berdistribusi normal, maka yang

perlu dilakukan adalah pengujian homogenitas sampel, hal tersebut

untuk mengetahui kesamaan tiap varians sampel yang diambil dari

kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hipotesis yang digunakan adalah :

Ho : 2

2

2

1 σσ = , sampel Homogen

Ha : 2

2

2

1 σσ ≠ , sampel tidak Homogen

Kriteria pengujian tolak H0 jika Fhitung � Ftabel dengan α = 0,05,

1n – 1 adalah dk pembilang dan 2n - 1 adalah dk penyebut, Karena dk =

(38,38) tidak terdapat dalam tabel distributif F maka diambil dk =

(40,38) dengan taraf kepercayaan α = 0,05, dimana Fhitung = 1,69 dan

Ftabel = 1,74, karena Fhitung < Ftabell maka Ho diterima. Dengan demikian

kedua varians pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah

homogen.

Berdasarkan perhitungan statistik (lampiran C) tentang skor

pretes maka rekapitulasi uji normalitas dan homogenitasnya dapat

dilihat pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3

Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Dan Homogenitas Skor Pretes

Kelas Uji Normalitas Uji Homogenitas

Eksperimen Normal Homogen

Kontrol Normal

Berdasarkan tabel 4.3 di atas jelaslah bahwa data uji normalitas

dan uji homogenitas skor kelompok eksperimen dan kontrol adalah

Page 47: Skripsi Jeye

47

berdistribusi normal dan homogen, sehingga uji kesamaan rata-rata

yang digunakan adalah uji-t.

c. Uji Kesamaan Rata-rata Skor Pretes

Uji kesamaan rata-rata bertujuan untuk mengetahui ada atau

tidaknya perbedaan yang signifikan pada kemampuan awal siswa pada

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Setelah dilakukan uji

normalitas dan uji homogenitas maka uji kesamaan rata-rata yang

digunakan adalah uji-t. Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah:

Ho = Rata-rata kemampuan awal kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol tidak berbeda secara signifikan.

Ha = Rata-rata kemampuan awal kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol berbeda secara signifikan.

Kriteria pengujian adalah terima 0H jika hitungt <

tabelt pada

taraf nyata α = 0.05 dan dk = ( )2−+ ke nn . Berikut merupakan tabel

hasil uji-t terhadap skor pretes:

Tabel 4.4

Hasil Uji-t terhadap Skor Pretes

Kelas thitung dk ttabel Kesimpulan

Eksperimen 0,66 76 1,658 Ho diterima

Kontrol

Berdasarkan tabel 4.4 di atas diperoleh nilai thitung = 0,66 dan

nilai ttabel = 1,658, maka thitung < ttabel artinya H0 diterima. Dengan

demikian rata-rata nilai pretes kelas eksperimen dan rata-rata nilai

pretes kelas kontrol adalah sama atau tidak berbeda secara signifikan. .

Page 48: Skripsi Jeye

48

3. Analisis Kemampuan Akhir Siswa

Kemampuan akhir siswa dalam penguasaan materi pokok Operasi

hitung bentuk Logaritma merupakan hasil belajar siswa setelah mengikuti

proses pembelajaran. Pelaksanaan postes dimaksudkan untuk mengetahui

hasil belajar siswa yang pembelajaran menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Think-Pair-Share dengan yang pembelajaran tanpa

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share di

kelas X SMA Negeri Megang Sakti. Untuk mengetahui ada atau tidaknya

perbedaan yang signifikan pada kemampuan akhir siswa kelas eksperimen

dan kontrol dilakukan analisa uji perbedaan rata-rata. Sebelum dilakukan

uji perbedaan rata-rata terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan

homogenitas.

a. Uji Normalitas Skor Postes

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui data hasil tes siswa

berdistribusi normal atau tidak, untuk lebih jelas uji normalitas ini dapat

dilihat pada lampiran C.

Pasangan hipotesis yang diuji adalah:

Ho : sampel berada pada populasi yang berdistribusi normal.

Ha : sampel berada pada populasi yang tidak berdistribusi normal

kriteria pengujiannya adalah hitung2χ dibandingkan dengan

,2abeltχ dengan taraf kepercayaan 5% dan dk = j – 1, dimana j adalah

banyaknya kelas interval, jika hitung2χ < abelt

2χ , maka dapat dinyatakan

bahwa data berdistribusi normal dan dalam hal lainnya tidak

Page 49: Skripsi Jeye

49

berdistribusi normal. Hasil uji normalitas data postes kedua kelompok

dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut :

Tabel 4.5

Hasil Uji Normalitas Skor Tes Akhir

kelas hitung2χ dk tabel

2χ Kesimpulan

Eksperimen 4,3501 5 7,815 Normal

Kontrol 6,6634 5 7,815 Normal

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai hitung2χ data postes untuk

kelas eksperimen adalah 4,3501 dengan tabel2χ adalah 7,815. berarti

hitung2χ < tabel

2χ , maka Ho diterima dan berdistribusi normal. Pada

kelas kontrol juga ditunjukkan bahwa nilai hitung2χ data postes untuk

kelas kontrol adalah 6,6634 dengan tabel2χ adalah 7,815. berarti

hitung2χ < tabel

2χ , maka Ho diterima dan berdistribusi normal.

Berdasarkan ketentuan uji normalitas dengan menggunakan uji 2χ (chi

kuadrat) dapat disimpulkan bahwa masing-masing kelompok data untuk

postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal

pada taraf kepercayaan 05,0=α dan derajat kebebasan (dk) = 5

b. Uji Homogenitas Skor Postes

Setelah mengetahui bahwa data berdistribusi normal, maka yang

perlu dilakukan adalah pengujian homogenitas sampel, hal tersebut

untuk mengetahui kesamaan tiap varians sampel yang diambil dari

kelas eksperimen dan kelas kontrol, yang terdapat dari suatu populasi

Page 50: Skripsi Jeye

50

siswa SMA Negeri Megang Sakti pada mata pelajaran matematika.

Pasangan hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah :

H0 : 2

2

2

1 σσ = , sampel Homogen

Ha : 2

2

2

1 σσ ≠ , sampel tidak Homogen

Kriteria pengujian tolak Ho jika Fhitung � Ftabel dengan α = 0,05,

1n – 1 adalah dk pembilang dan 2n - 1 adalah dk penyebut, Karena dk =

(38,38) tidak terdapat dalam tabel distributif F maka diambil dk =

(40,38) dengan taraf kepercayaan α = 0,05, dimana Fhitung = 1,69 dan

Ftabel = 1,71, karena Fhitung < Ftabel maka Ho diterima. Dengan demikian

kedua varians skor postes kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah

homogen.

Berdasarkan perhitungan statistik (lampiran C) tentang uji

homogenitas skor postes maka rekapitulasi uji normalitas dan

homogenitas skor postes dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6

Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Dan Homogenitas Skor Postes

Kelas Uji Normalitas Uji Homogenitas

Eksperimen Normal Homogen

Kontrol Normal

Berdasarkan tabel 4.6 di atas jelaslah bahwa data uji normalitas

dan uji homogenitas skor postes kelompok eksperimen dan kontrol

adalah berdistribusi normal dan homogen, sehingga uji kesamaan rata-

rata yang digunakan adalah uji-t.

Page 51: Skripsi Jeye

51

c. Uji Kesamaan Rata-rata Skor Postes

Uji kesamaan rata-rata bertujuan untuk mengetahui ada atau

tidaknya perbedaan yang signifikan pada kemampuan akhir siswa pada

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Setelah dilakukannya uji

normalitas dan uji homogenitas skor postes, maka uji perbedaan rata-

rata yang digunakan adalah uji-t. Pasangan hipotesis yang akan diuji

adalah:

Ha µ1 > µ2 Rata-rata skor kelas eksperimen lebih besar daripada kelas

kontrol.

Ho µ1 � µ2 Rata-rata skor kelas eksperimen lebih kecil atau sama

dengan kelas kontrol.

Kriteria pengujian adalah terima 0H jika hitungt <

tabelt pada

taraf nyata α = 0.05 dan dk = ( )221 −+ nn . Berikut merupakan tabel

hasil uji-t terhadap nilai postes.

Tabel 4.7

Hasil Uji-t terhadap Nilai Postes .

Kelas thitung dk ttabel Kesimpulan

Eksperimen 3,94 120 1,658 Ho ditolak

Kontrol

Berdasarkan tabel 4.7 di atas diperoleh nilai thitung = 3,94 dan

nilai ttabel = 1,658, maka thitung > ttabel artinya H0 ditolak. Dengan

demikian hasil analisis uji-t mengenai kemampuan akhir (lampiran C)

menunjukkan bahwa rata-rata skor siswa kelas eksperimen secara

signifikan lebih baik daripada rata-rata kelas kontrol. Hal ini berarti

Page 52: Skripsi Jeye

52

bahwa ada pengaruh yang signifikan pada model pembelajaran

kooperatif tipe Think-Pair-Share terhadap hasil belajar matematika

siswa kelas X SMA Negeri Megang Sakti.

B. Pembahasan Data Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap sampel yang

berjumlah 78 siswa, dari kelas X5 berjumlah 39 siswa yang merupakan kelas

eksperimen dan kelas X6 berjumlah 39 siswa yang merupakan kelas kontrol,

dimana kedua kelas tersebut berdistribusi normal dan homogen.

Seperti yang dijelaskan pada Bab II, sebelum menguji hipotesis

terlebih dahulu menguji normalitas dengan 815,72=tabelχ dan hitung

2χ data

tes akhir untuk kelas eksperimen = 4,3501 dan kelas kontrol = 6,6634.

Berdasarkan ketentuan pengujian normalitas dengan menggunakan uji

kecocokan 2χ (chi-kuadrat) dapat disimpulkan tes akhir pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal pada taraf kepercayaan

05,0=α karena .22tabelhitung χχ <

Sebelum diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Think-

Pair-Share (TPS), rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelas

eksperimen 5,03 dan kelas kontrol 5,28, selanjutnya setelah diterapkannya

model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS), rata-rata hasil

belajar matematika kelas eksperimen menjadi 12,56 dan pada kelas kontrol

rata-rata hasil belajarnya 11,26, berarti terjadi peningkatan hasil belajar kelas

eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Peningkatan pada kelas

Page 53: Skripsi Jeye

53

eksperimen mencapai 7,53 sedangkan pada kelas kontrol hanya mencapai

5,98, Akan tetapi dalam menjawab soal posttes masih ada siswa yang belum

mampu menjawab dengan benar beberapa nomor soal, hal ini dapat terlihat

dari adanya penurunan skor soal yang diperoleh dari hasil pretes dan posttes

yang mungkin disebabkan karena kurangnya ketelitian siswa dalam

mengerjakan soal.

Berdasarkan hasil analisis uji-t dengan taraf kepercayaan 05,0=α ,

karena tabelhitung tt > yaitu 658,194,3 =>= tabelhitung tt . Dan selain itu, menurut

Fadholi (2009), Model pembelajaran Think-Pair-Share adalah salah satu

model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk

menunjukkan partisipasi kepada orang lain. Dalam model pembelajaran

kooperatif tipe Think-Pair-Share ini guru mengajukan pertanyaan atau

masalah yang dikaitkan dengan pelajaran yang diminta siswa menggunakan

waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah.

Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa

yang telah mereka peroleh. Pada langkah terakhir guru meminta pasangan-

pasangan untuk berbagi dengan ke seluruh kelas yang telah mereka bicarakan.

Berdasarkan uraian diatas dan hasil analisis data secara statistik

terbukti bahwa “Ada pengaruh Ada pengaruh yang signifikan model

pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) terhadap hasil belajar

matematika siswa pada kelas X SMA Negeri Megang Sakti”.

Page 54: Skripsi Jeye

54

C. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan yang ditimbulkan pada waktu penelitian yaitu siswa

masih belum mendapatkan keseluruhan materi dan cara model pembelajaran

kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dengan 100% tuntas, maka sebaiknya

perlu ada peneliti-peneliti lain lagi untuk menggunakan cara pembelajaran

yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share

(TPS) pada waktu dan tempat yang berbeda supaya mendapatkan data yang

diharapkan dan mendapatkan ketuntasan belajar siswa.

Page 55: Skripsi Jeye

55

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian yang telah dilakukan

maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model

pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) terhadap hasil belajar

belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri Megang Sakti. Hasil belajar

Matematika yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-

Pair-Share (TPS) lebih baik daripada hasil belajar matematika yang

menggunakan model pembelajaran konvensional. Rata-rata skor prites kelas

eksperimen sebesar 5,03 setelah postes meningkat menjadi 12,56, sedangkan

rata-rata skor pretes kelas kontrol sebesar 5,28 setelah posttes meningkat

menjadi 11,26.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka penulis

menyampaikan saran-saran sebagai berikut:

1. Siswa, dapat melatih siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran

matematika dan dapat membuat pembelajaran siswa lebih relevan, karena

dengan pembelajaran ini siswa lebih berani untuk menyelesaikan suatu

masalah yang dialami siswa.

2. Guru, sebaiknya guru tidak hanya mengajar dengan cara konvensional

akan tetapi banyak strategi pembelajaran agar siswa tertarik dan berminat

Page 56: Skripsi Jeye

56

untuk belajar seperti model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share

(TPS) dalam upaya meningkatkan pemahaman matematika siswa dan

untuk mencapai ketuntasan belajar.

3. Sekolah, sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pendidikan menjadi

lebih baik.

4. Peneliti, dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dalam meningkatkan

hasil belajar siswa.

Page 57: Skripsi Jeye

57

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.

Jakarta: Rieneka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

--------------------------. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Dalyono. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar-mengajar.

Jakarta: Rineka Cipta.

Fadholi, Arif. 2009. Metode Think–Pair–Share {Online} http://penelitiantindakan

kelas.blogspot.com/2009/03/kelemahan–model-pembelajaran-kooperatif.

html. {26 September 2010}

Fathani, Abdul Halim. 2009. Matematika; Hakikat dan Logika. Jogjakarta: Ar-

Ruzz Media.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar-mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hanafiah, Nanang dan Suhana, Cucu. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran.

Bandung : Refika Aditama

Heruman. 2008. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung :

Remaja Rosda Karya.

Ihsan, Fuad. 2005.Dasar-dasar Kependidikan. Semarang: Renika Cipta.

Isjoni. 2010. Cooperative Learning. Bandung : Alfabeta

Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia.

Nashar. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan

Pembelajaran. Jakarta : Delia press

Rahmawati, 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-

Share Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII Sekolah

Menengah Pertama Negeri 13 Lubuklinggau

Page 58: Skripsi Jeye

58

Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana

Sardiman. 2001. Interaksi dan motivasi Belajar-mengajar. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta

Slavin, R.E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Terjemahan

oleh Narulita yusron.2010. Bandung: Nusa Media.

Subana dan Sudrajat. 2005. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka

Setia.

Sudjana. 2005. Dasar-dasar dan Proses Belajar-mengajar. Bandung:Sinar Baru

Algesindo.

----------. 1996. Metode statistika.Bandung: Tarsito.

Sukjaya dan Suherman, 1990. Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung:

Wijaya Kusuma.

Suprijono, Agus 2009.Cooperative Learning.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Syah, Muhibbin. 2001. Psikologi Belajar. Jakarta. Logos Wacana Ilmu.

Uno, Hamzah B. 2011.Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar

Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta : Bumi Aksara.