67
Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA TRIVURTI DALAM NOVEL JUKSTAPOSISI KARYA CALVIN MICHEL SIDJAJA PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Oleh Antonius Sulis Setyawan NIM: 034114031 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008

Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

Skripsi

MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA TRIVURTI

DALAM NOVEL JUKSTAPOSISI KARYA CALVIN MICHEL SIDJAJA PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Oleh

Antonius Sulis Setyawan

NIM: 034114031

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2008

Page 2: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

ii

Page 3: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

iii

Page 4: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

iv

Page 5: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Antonius Sulis Setyawan

Nomor Mahasiswa : 034114031

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA TRIVURTI DALAM NOVEL JUKSTAPOSISI KARYA CALVIN MICHEL SIDJAJA PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, 12 Februari 2009

Yang menyatakan

(Antonius Sulis Setyawan)

Page 6: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

v

ABSTRAK

Setyawan, Antonius Sulis. 2008. Makna Mimpi dan Bentuk Fantasi Tokoh Ashra Trivurti dalam Novel Jukstaposisi Karya Calvin Michel Sidjaja: Pendekatan Psikologi Sastra. Skripsi. Yogyakarta: Sastra Indonesia. Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Secara garis besar penelitian ini mengkaji gejala kejiwaan manusia, yakni mimpi dan fantasi. Gejala kejiwaan tersebut kemudian dispesifikasikan ke arah makna mimpi dan bentuk fantasi tokoh Ashra Trivurti dalam novel Jukstaposisi. Pertama, penelitian ini bertujuan meneliti secara struktural mengenai tokoh dan penokohan Ashra Trivurti. Kedua, mendeskripsikan mimpi dan fantasi tokoh Ashra Trivurti untuk menganalisis makna mimpi dan bentuk fantasinya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan psikologi. Sedangkan metode yang dipilih yakni metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang ada dalam novel Jukstaposisi. Langkah pertama ditempuh dengan cara mendeskripsikan tokoh dan penokohan Ashra Trivurti kemudian menganalisis makna mimpi dan bentuk fantasi yang dialami oleh tokoh tersebut. Analisis struktural berupa tokoh dan penokohan, digunakan untuk melihat sejauh mana kehidupan dan kepribadian mempengaruhi mimpi dan fantasi tokoh Ashra Trivurti. Kenyataan buruk yang ditemui dalam hidup sehari-hari telah membentuk tokoh Ashra Trivurti menjadi suatu pribadi yang terbuai dalam angan-angan. Hanya dalam mimpi dan fantasilah, tokoh Ashra Trivurti dapat suatu kehidupan yang lebih baik dari kenyataan. Mimpi dan fantasi yang dialaminya, bukan tidak punya makna atau bentuk apa-apa. Melalui penyingkapan mimpi dan fantasi lebih dalam lagi, penelitian ini sanggup menemukan makna mimpi dan bentuk-bentuk yang ada dalam fantasinya. Beberapa mimpi Ashra Trivurti dimaknai sebagai wujud keinginan untuk menggugat kematian, mimpi sebagai wujud keinginan menghidupkan mitos, mimpi sebagai wujud keinginan menolak kenyataan, mimpi sebagai wujud keinginan untuk berkuasa, mimpi sebagai wujud keinginan melampiaskan rindu, dan mimpi sebagai wujud keinginan menggambarkan otoritas kekuasaan. Sementara bentuk-bentuk fantasinya dapat dikategorikan menjadi: fantasi menciptakan, fantasi yang tak disadari dan fantasi terpimpin.

Page 7: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

vi

ABSTRACT

Setyawan, Antonius Sulis. 2008. The Meaning of Dream and The Fantasy Form of Ashra Trivurti Character in Calvin Michel Sidjaja’s Jukstaposisi: A Literary Psychological Approach. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Letters. Faculty of Letters. Sanata Dharma University.

In general, this research studies about the human psychological phenomena:

dream and fantasy. The psychological phenomena then specified into the meaning of dream and fantasy form of Ashra Trivurti character in Jukstaposisi. First, this research aims to study structurally about Ashra Trivurti character and characterization. Second, to describe Ashra Trivurti dream and fantasy to analyze the meaning of dream and his fantasy form. The approach that used in this research is psychology research while method that chosen is analysis descriptive. Analysis descriptive method held by describing the facts in the novel. The first step is to describe Ashra Trivurti character and characterization then analyze the meaning and fantasy form experienced by the character. Structural analysis is character and characterization, used to see how far the life and personality effect the dream and fantasy of Ashra Trivurti character. Bad reality that faced in daily life has formed the character to be a personality who is easy to be captivated by the illusion. Only in dream and fantasy, the character gets a better life from the reality, dream and fantasy he gets, are not something meaningless. Through the reveal of the deeper dream and fantasy, this research can find the meaning and the form in hid fantasy. Some of Ashra Trivurti’s dream analyzed as the will to sue death, dream as the will to revive myth, dream as the refusal reality, dream as the will to rule, dream as the will to reply someone’s miss, and dream as the will to describe authority. While his fantasy forms can be described into: fantasy to create, unknown fantasy and led fantasy.

Page 8: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

vii

KATA PENGANTAR

Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi tugas akhir, sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Sastra Indonesia, Universitas

Sanata Dharma. Lebih pribadi, penulis berharap semoga ini bisa jadi salah satu bukti

pencapaian penulis dalam melakukan penelitian terhadap karya sastra.

Dalam prosesnya, skripsi ini sebetulnya tidak bisa dilepaskan dari keterlibatan

beberapa pihak. Segala sumbangan, baik itu berupa tenaga, gagasan, sampai dengan

materiil, ternyata memang tidak kalah berharga dalam membantu terselesaikannya

skripsi ini. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. B Rahmanto, M. Hum selaku dosen pembimbing I, yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk mengoreksi dengan cermat hasil penelitian tahap

demi tahap.

2. Dra. Fr. Tjandrasih Adji, M. Hum selaku dosen pembimbing II yang secara

teliti memberi banyak kritik dan saran sebagai bahan pertimbangan yang

sangat berarti bagi penelitian.

3. Seluruh dosen Jurusan Sastra Indonesia atas studi yang diberikan sehingga

dapat menambah pengetahuan penulis mengenai sastra

4. Kedua orang tua penulis yang mengajari bagaimana cara menyiasati segala

keterbatasan biaya dalam pengerjaannya

5. S. Liany yang membantu menunjukkan referensi-referensi psikologi dan

mendebat soal kebahasaan

Page 9: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

viii

6. Mereka yang bersedia berbagi pikiran: Sungkalang Agus, Febrianto Aji, Jati

Yesaya, Riawan, Cahyono Adi; serta

7. Teman-teman angkatan 2003, yang namanya cukup saya cantumkan dalam

hati.

Mudah-mudahan skripsi ini mampu menjadi balasan kecil bagi pihak-pihak

yang telah disebutkan di atas. Meski demikian, penulis tetap menyadari akan adanya

berbagai kekurangan dan apabila terdapat kesalahan itu hanya menjadi tanggung

jawab penulis semata.

Penulis

Page 10: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………….......iii

PERNYATAAN KEASILAN KARYA…………………………………………….. iv

ABSTRAK…………………………………………………………………….…........v

ABSTRACT....................................................................................................................vi

KATA PENGANTAR………………………………………………...………….......vii

DAFTAR ISI……………………………………………………..……………….......ix

BAB I PENDAHULUAN………………………..…………………….....................1

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………….….......1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………….…….4

C. Tujuan Penelitian……………………………………………….…….…….5

D. Manfaat Penelitian ………………………………………….….………….5

E. Tinjauan Pustaka …………………………………………………….….…6

F. Landasan Teori……………………………………………………….….…6

G. Metodologi Penelitian………………………………………………….......13

H. Sistematika Penyajian………………………………………………….......14

BAB II TOKOH DAN PENOKOHAN ASHRA TRIVURTI DALAM NOVEL

JUKSTAPOSISI…...………………………………………………………….16

BAB III MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA

TRIVURTI DALAM NOVEL JUKSTPOSISI..............................................28

A. Makna Mimpi.…………………………………...………………………...28

Page 11: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

x

1. Mimpi sebagai Wujud Keinginan untuk Menggugat Kematian.............30

2. Mimpi sebagai Wujud Keinginan Menghidupkan Mitos ......................32

3. Mimpi sebagai Wujud Keinginan Menolak Kenyataan.........................35

4. Mimpi sebagai Wujud Keinginan untuk Berkuasa ................................37

5. Mimpi sebagai Wujud Keinginan Melampiaskan Rindu........................40

6. Mimpi sebagai Wujud Keinginan Menggambarkan

Otoritas Kekuasaan…………………………………………………….41

B. Bentuk Fantasi………………………………...….…………………...…..43

1. Fantasi Menciptakan .............................................................................44

2. Fantasi Terpimpin .................................................................................45

3. Fantasi yang Terjadi Secara Tidak Disadari..........................................47

BAB IV PENUTUP……………………………………………….……...……...….49

A. Kesimpulan……………………………………………………....…..……49

B. Saran…………………………………………………………………........52

DAFTAR PUSTAKA …………………………..……………………..….………...53

Page 12: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ada alasan pokok mengapa Ashra Trivurti (tokoh utama), dipilih sebagai objek

penelitian ini. Sebagai karya terpilih dari Dewan Kesenian Jakarta, Jukstaposisi bukan

saja memuat kebaruan dalam segi bentuk dan isi, tapi juga keberanian. Seperti yang

telah dikemukakan oleh Ahmad Tohari sebagai dewan juri, Jukstaposisi telah

menembus realitas manusia dan membaliknya menjadi sebuah dunia maya. Keberadaan

Tuhan yang selama ini dianggap sebagai pencipta, ternyata diubah menjadi sesosok

makhluk yang sedang tertidur untuk selamanya. Anggapan yang berani ini lahir dari

sesuatu yang sebetulnya sepele, yaitu mimpi. Namun mengapa justru dalam mimpilah,

tokoh Ashra menjadi pribadi yang lebih berani dan bebas dibanding dalam kenyataan

sehari-hari? Pertanyaan inilah yang paling mengawali ketertarikan penulis untuk

melakukan penelitian lebih lanjut terhadap tokoh utama.

Kehidupan yang dihadirkan dalam novel Jukstaposisi adalah kehidupan realis

dan surealis sekaligus. Dikatakan realis karena cerita dalam novel ini mengambil kisah

mengenai kehidupan manusia biasa. Sementara itu di sisi lain, novel ini juga

mengambil kisah mengenai kehidupan di dunia mimpi. Terdapat pula tokoh-tokoh luar

biasa yang hanya muncul ketika mimpi sedang berlangsung. Berdasarkan atas mimpi-

mimpinya, tokoh Ashra berkesimpulan bahwa dunia yang nyata adalah dunia mimpi.

Sedangkan yang bersifat ilusi adalah yang ada di dalam kehidupan sehari-hari. Segala

kenyataan-kenyataan pahit yang pernah dialami dalam hidup, ternyata

Page 13: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

2

menimbulkan beberapa pertanyaan dalam benak Ashra. Gejolak kesedihan dalam

hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam

nan muram.

Unsur-unsur mimpi dalam kisah Jukstaposisi memang lebih dominan hadir

dibanding dengan unsur-unsur fantasi. Namun karena kedua unsur tersebut saling

mendukung, maka peneliti meletakkan fantasi sebagai objek penelitian yang tak bisa

dikesampingkan. Unsur-unsur mimpi dan fantasi inilah yang kemudian membawa

tokoh utama ke dalam berbagai peristiwa-peristiwa penting sampai menuju ke bagian

puncak penceritaan. Peristiwa-peristiwa surealis yang ternyata sanggup mengambil

porsi besar dalam realitas sehari-hari. Kenyataan, dengan demikian menjadi ambigu

ketika dihadapkan pada dunia surealis yang sebetulnya ada tapi tidak bisa dibuktikan

secara logis. Apakah mimpi dan fantasi itu merupakan sesuatu yang nyata? Lalu

apakah sebetulnya mimpi dan fantasi itu? Berangkat dari pertanyaan inilah penulis

mengangkat topik permasalahan yang paling mendasari penceritaan novel

Jukstaposisi, yakni mimpi dan fantasi tokoh utama.

Calvin Michel Sidjaja sebagai penulis novel Jukstaposisi, menurut data dari

penerbit, mengaku begitu terpengaruh oleh teori psikologi Carl Jung

Unsur psikologi yang terdapat dalam novel itu sangat mungkin memang terpengaruh

oleh model Jungian. Hal ini dimungkinkan karena banyak sekali simbol atau

lambang- lambang yang dipakai dalam Jukstaposisi. Terkait dengan topik penelitian

ini, peneliti sengaja tidak merunut permasalahan psikologi berdasarkan tinjauan

Page 14: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

3

psikologi Jungian. Seperti yang dikemukakan Dimyati Mahmud, dalam bukunya

Psikologi: Suatu Pengantar (1989:222), bahwa tekanan pada dasar rasial dari

lambang- lambang itu telah menjadi ciri aliran Carl Jung. Dapat disebutkan di sini

beberapa lambang yang sering muncul berulang kali dalam novel. Benda-benda

semisal Api, heksagram, jam pasir, dan beberapa simbol rasial lain yang cenderung

dimaknai sebagai penafsiran belaka dalam psikologi Jungian. Hal yang hampir sama,

yakni mengenai penafsiran simbol, juga digunakan oleh golongan Freudian ortodox.

Sementara landasan teori yang akan dipakai oleh peneliti keseluruhan mengacu pada

konsep psikoanalisis Sigmund Freud (aliran Freudian modern) yang lebih

menekankan pada dasar personalitiy. Dengan kata lain, teori ini lebih bisa

dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Mimpi, begitu juga fantasi pada dasarnya termasuk gejala psikologis yang

dapat di analisis secara ilmiah. Sigmund Freud, dalam teori-teorinya secara umum

menyatakan bahwa mimpi adalah produk mental yang dapat dipahami dan dapat

ditafsirkan (Dharma-Adriyanto, 1987: 264). Lebih khusus lagi Zaimar mengatakan

bahwa mimpi adalah produk psikis (2003: 36). Demikian juga dengan fantasi yang

tidak lain merupakan bagian dari objek kajian ilmu psikologi. Fantasi, menurut

Ahmadi dalam bukunya Psikologi Umum, adalah kemampuan jiwa. Sebuah gejala

kejiwaaan manusia yang dapat melepaskan manusia dari kenyataan.

Bersetuju dengan Ratna yang menganggap karya sastra sebagai hasil aktivitas

penulis yang sering dikaitkan dengan gejala-gejala kejiwaaan (2004:62), maka dapat

Page 15: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

4

disimpulkan bahwa karya sastra dalam beberapa peristiwa pasti mengandung unsur

psikologis. Apabila karya sastra (teks) dipandang sebagai objek psikologi, maka

prinsip-prinsip psikologi dapat diterapkan dalam telaahnya (Windyarti, 2005:2).

Untuk itu, peneliti mengambil tinjauan psikologi sebagai dasar analisis penelitian ini.

Objek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah mimpi dan fantasi tokoh

Ashra Trivurti yang berperan sebagai tokoh utama. Pada tokoh inilah segala alur

cerita dari yang paling penting ataupun sebagai cerita pendukung dibawa.

Permasalahan-permasalahan yang timbul dalam cerita, dilatarbelakangi oleh faktor

terpenting dari dalam diri tokoh utama, yaitu pengaruh mimpi dan fantasi. Dua hal

ini, nantinya akan dianalisis menurut satu pengertian yang menyangkut unsur-usur

makna dan unsur-unsur bentuk di dalamnya. Faktor- faktor keinginan serta pengaruh-

pengaruh tekanan psikologis, nantinya dikelompokkan menurut jenis masing-masing.

Sesuai dengan alasan yang sudah dikemukakan sebelumnya, mimpi dan fantasi dalam

penelitian ini berarti melingkupi satu gejala kejiwaan dalam diri manusia. Demikian

penelitian ini menjadi jelas mengarah pada lingkup psikoanalisis tokoh dalam sebuah

cerita.

B. Rumusan Masalah

Fokus permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini dapat dirumuskan ke

dalam dua pertanyaan sebagai berikut:

Page 16: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

5

1. Bagaimanakah tokoh dan penokohan Ashra Trivurti dalam novel Jukstaposisi

karya Calvin Michel Sidjaja?

2. Bagaimanakah makna mimpi dan bentuk fantasi tokoh Ashra Trivurti dalam

novel Jusktaposisi karya Calvin Michel Sidjaja dalam kajian psikologi

sastra?

C. Tujuan Penelitian

Berpijak pada kedua rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan tokoh dan penokohan Ashra Trivurti dalam novel

Jukstaposisi karya Calvin Michel Sidjaja.

2. Menganalisis dan mendeskripsikan makna mimpi dan bentuk fantasi tokoh

Ashra Trivurti dalam novel Jukstapisisi karya Calvin Michel Sidjaja.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan beberapa manfaat antara lain :

1. Manfaat Teoritis

1.l Untuk menambah perkembangan penelitian sastra karena, sejauh hasil

pengamatan penulis dalam tinjauan pustaka, belum ada yang

mengambil novel Jukstaposisi sebagai objek penelitian.

Page 17: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

6

1.2 Sebagai masukan pengetahuan yang berarti bagi bidang kajian

psikologi dalam penerapan teori mengenai mimpi dan fantasi yang

merupakan gejala kejiwaaan manusia dalam karya sastra.

2. Manfaat Praktis

2.1 Memudahkan pemahaman mengenai mimpi dan fantasi yang terjadi

dalam pikiran-pikiran manusia.

2.2 Memperluas pengetahuan mengenai mimpi dan fantasi dari sudut

pandang psikologi sastra

E. Tinjauan Pustaka

Sejauh telah dilakukan beberapa pengamatan, belum ada tulisan yang

mencatat Jukstaposisi sebagai bahan kajian. Kecuali beberapa tulisan yang di

antaranya merangkum cerita Jukstaposisi ke dalam suatu resensi semata dan proses

kreatif dari pengarangnya. Dengan demikian, topik penelitian ini tergolong baru.

F. Landasan Teori

Penelitian ini mengambil dua teori sebagai dasar analisis. Dua teori tersebut

yakni teori struktural sastra dan psikologi. Teori struktural diambil untuk

menganalisis unsur intrinsik, yakni tokoh dan penokohan, sedangkan teori psikologi

digunakan untuk mengkaji masalah mimpi dan fantasi tokohnya.

1. Teori Struktural

Page 18: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

7

Pradopo dengan mengacu pada pendapat Abrams, menyimpulkan bahwa teori

struktural merupakan teori yang bersifat objektif, yaitu pendekatan yang menganggap

karya sastra sebagai sesuatu yang otonom. Artinya, karya sastra terlepas dari alam

sekitarnya, pembaca, dan pengarangnya. Untuk memahami sebuah karya sastra

(novel) harus menganalisis struktur intrinsik karya sastra (novel) itu sendiri (Pradopo,

1995:140-141). Abrams (dalam Pradopo, 1995:140) mengemukakan beberapa

pendekatan karya sastra ke dalam empat jenis, yaitu pendekatan mimetik, pendekatan

pragmatik, pendekatan ekspresif, dan pendekatan objektif.

Analisis struktur memang satu langkah, satu sarana, dan alat dalam proses

pemberian makna. Dalam usaha proses ilmiah untuk memahami proses itu dengan

sesempurna mungkin. Langkah itu tidak boleh dimutlakkan, tetapi tidak boleh pula

ditiadakan (Teeuw, 1984:154). Unsur struktural antara lain meliputi tokoh dan

penokohan. Dalam penelitian ini, hanya akan membahas dua unsur tersebut. Hal ini

dikarenakan fokus penelitian ini adalah mimpi dan fantasi tokoh Ashra sehingga

untuk menganalisis mimpi dan fantasi perlu dianalisis tokoh dan penokohannya

terlebih dahulu.

1.1 Tokoh dan Penokohan

Tokoh ialah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam

berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1988: 16). Menurut Abrams, tokoh cerita

(character) adalah orang (-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau

drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan

Page 19: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

8

tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam

tindakan (Nurgiyantoro, 2002:165). Fungsi tokoh dalam cerita dapat dibedakan

menjadi tokoh sentral dan tokoh bawahan.

Penokohan menurut Esten (1990:27) ialah bagaimana cara pengarang

menggambarkan tokoh-tokoh dalam cerita rekaan. Ada beberapa cara dalam

menggambarkan tokoh-tokoh. Pertama secara analitik, yaitu pengarang langsung

menceritakan secara langsung bagaimana watak tokoh-tokohnya. Kedua, secara

dramatik, pengarang tidak langsung menceritakan watak tokoh-tokoh ceritanya.

Misal, melalui penggambaran tempat dan lingkungan tokoh, bentuk-bentuk lahir

tokoh, melalui percakapan (dialog), melalui perbuatan sang tokoh.

2. Psikologi Sastra

Sebagai dunia dalam kata, karya sastra memasukkan aspek kehidupan ke

dalamnya, khususnya manusia. Pada umumnya aspek-aspek kemanusiaan inilah yang

merupakan objek utama psikologi sastra, sebab semata-mata dalam diri manusia

itulah, sebagai tokoh-tokoh, aspek kejiwaan dicangkokkan dan diinvestasikan (Ratna,

2004:343). Jadi, dengan kata lain, Hartoko dan Rahmanto mendefinisikan bahwa

psikologi sastra adalah cabang ilmu sastra yang mendekati sastra dengan sudut

pandang psikologi. Perhatiannya diarahkan kepada pengarang dan pembaca

(psikologi komunikasi sastra) atau teks itu sendiri. Pendekatan psikologi terhadap

teks itu sendiri dapat dilangsungkan secara deskriptif belaka, namun sering mendekati

suatu penafsiran sastra (1986:126-127).

Page 20: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

9

3. Makna Mimpi

Mimpi pada dasarnya adalah sebuah gejala psikologis yang terjadi akibat

suatu ketaksadaran. Sigmund Freud lebih khusus menyatakan bahwa mimpi adalah

produk mental yang dapat dipahami dan dapat ditafsirkan. Dalam bukunya tentang

mimpi, Freud (1900) mengartikan mimpi sebagai percobaan tersamar pada

“pemenuhan harapan”. Dengan demikian, dia (Freud) memaknai bahwa mimpi

menyangkut harapan atau kebutuhan yang ternyata tidak begitu layak dan harus

ditekan (repress) atau dihilangkan (banished) dari keadaan sadar (Dharma-Adriyanto,

1987: 264). Sementara itu, Mahmud memberikan contoh tentang banyaknya mimpi

yang tidak lain mencerminkan pemuasan keinginan. Seorang pria remaja, tulisnya,

yang kepingin sekali melakukan hubungan seksual sering “mimpi basah.”

(1989:221).

Dari uraian di atas, dapat digarasbawahi adanya unsur yang penting dan

berpengaruh dalam pembentukan mimpi, yakni unsur keinginan dan sekaligus unsur

tekanan (represi).

Dalam bukunya yang berjudul Memperkenalkan Psikoanalisa, Freud

mendekati mimpi dengan menganalisis faktor represi dengan lebih jeli. Freud

menjelaskan bahwa biarpun dalam keadaan tidur represi pihak ego memang kurang

ketat, namun itu tidak berarti bahwa represi itu terhapus sama sekali. Juga waktu

tidur, keinginan yang direpresi tidak dapat lolos dari sensor. Tetapi keinginan itu

mencari akal untuk menipu sensor, yaitu dengan mengubah bentuknya atau–dengan

Page 21: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

10

kata lain–dengan menggunakan kedok. Dengan demikian, mimpi adalah cara

berkedok untuk keinginan yang direpresi. Itulah makna mimpi, suatu fenomen psikis.

Namun apabila keinginan-keinginan menjadi terlalu kuat, maka sensor sudah

kewalahan dan orang yang tidur diganggu oleh mimpi cemas (mimpi buruk). (1979:

xxv)

Naisaban (2004:146-147) menuturkan, fungsi dari represi adalah untuk

meredakan kecemasan-kecemasan atau ketegangan dengan jalan menekan dorongan-

dorongan atau keinginan yang menjadi penyebab kecemasan tersebut ke dalam bawah

sadar (unconscious). Peristiwa atau dorongan yang direpresi tidak muncul lagi ke

dalam kesadaran, tapi akan muncul dalam bentuk lain, yakni mimpi atau salah ucap

atau juga perilaku traumatis lain. Kalau diteliti, pasti ada hal yang direpresi

(Naisaban, 2004: 146).

Masih berkaitan dengan penjabaran teori represi Freud, Hall (1995:115-119)

memaparkan apa yang dimaksud dengan represi khas. Represi khas (yang secara

umum diistilahkan sebagai represi saja) memaksa ingatan yang berbahaya, pik iran,

atau pengamatan supaya keluar dari kesadaran dan mendirikan suatu penghalang

terhadap setiap bentuk pelampiasan motoris. Represi bekerja terhadap kenang-

kenangan yang sifatnya traumatik atau terhadap kenangan yang sifatnya bertalian

dengan suatu pengalaman traumatik. Pengalaman-pengalaman berbahaya dapat pula

ditekan. Dalam setiap hal, baik itu berupa pengamatan, kenangan, atau pikiran yang

ditekan. Tujuannya adalah untuk menghapuskan kecemasan obyektif, neurotis, atau

Page 22: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

11

moralistis dengan jalan menolak atau memalsukan ancaman dari luar atau dari dalam

terhadap ego (Hall, 1995: 116-119).

Freud (1979) memaknai mimpi sebagai sesuatu yang terlihat atau dialami

dalam tidur yang merupakan perwujudan lain dari dorongan atau keinginan manusia

yang ditekan. Definisi inilah yang nantinya digunakan dalam penelitian ini.

Menganalisis makna mimpi tidak lain berarti menyelidiki keinginan tersembunyi

yang diakibatkan oleh tekanan-tekanan yang ada dalam diri manusia. Dengan

menyelidiki apa yang “menyibukkan” pikiran si subyek, mimpi dapat kita maknai

sebagai sesuatu yang merupakan keinginan terbesar yang muncul dalam ketaksadaran

(1979: xxv).

Teori mimpi di atas adalah teori mimpi yang diasosiasikan dengan kondisi

manusia yang sedang tidur. Secara eksplisit teori-teori di atas diambil dalam sebuah

penelitian yang mengambil kesimpulan dari beberapa percobaan dalam kondisi

manusia sedang tidur. Demikian peneliti akan mengambil konsep mimpi yang

nantinya juga dihubungkan dengan kondisi tidur tokohnya.

4. Bentuk Fantasi

Landasan teori yang akan dipakai untuk menganalisis masalah fantasi adalah

teori yang ditulis oleh Ahmadi. Teori fantasi yang dikemukakan Ahmadi memang

sedikit berbeda dari teori fantasi yang dikemukakan oleh Freud. Perbedaan itu

terletak pada penjabaran mengenai bentuk-bentuk fantasi yang lebih luas

Page 23: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

12

dikemukakan oleh Ahmadi. Penulis akan menggunakan teori Ahmadi karena lebih

lengkap dan mendukung penelitian. Namun pada dasarnya, teori fantasi Ahmadi

merupakan penjabaran dari teori kesadaran dan ketaksadaran yang pernah ditulis oleh

Freud. Untuk itulah penulis lebih memilih untuk menggunakan teori fantasi Ahmadi.

Ahmadi dalam bukunya Psikologi Umum (1992:78), secara rinci memaknai

fantasi sebagai kemampuan jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan atau

bayangan-bayangan baru. Namun demikian, ini tidak berarti bahwa fantasi itu tidak

mempunyai keburukan. Keburukannya ialah dengan fantasi orang dapat

meninggalkan alam kenyataan, lalu masuk dalam alam fantasi. Hal ini merupakan

suatu bahaya, karena orang terbawa hidup dalam alam yang tak nyata. Fantasi juga

menimbulkan kedustaan, takhayul, dan sebagainya (Ahmadi, 1992:80).

Menurut bentuknya, Ahmadi (1992:79) juga membedakan beragam jenis

fantasi. Di antara bermacam jenis fantasi itu, peneliti mengambil beberapa saja yang

sekiranya perlu untuk bahan penelitian. Bentuk-bentuk fantasi itu antara lain:

1. Fantasi yang tidak disadari

Yaitu apabila individu tidak secara sadar telah dituntut oleh fantasinya.

Keadaan semacam ini banyak dijumpai pada anak-anak. Anak sering mengemukakan

hal-hal yang bersifat fantastis sekalipun tidak ada niat atau maksud dari anak untuk

berdusta.

2. Fantasi menciptakan

Page 24: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

13

Fantasi menciptakan merupakan bentuk atau jenis fantasi yang mampu

menciptakan hal-hal baru. Fantasi macam ini lebih banyak dimiliki oleh seniman,

anak-anak, juga para ilmuwan untuk mencetuskan teori-teori baru.

3. Fantasi terpimpin

Sedangkan fantasi terpimpin adalah bentuk fantasi yang dituntun oleh pihak

lain. Misalnya seorang penonton film dapat mengikuti apa yang dilihatnya dan

berfantasi tentang keadaan atau tempat-tempat yang ada dalam film itu. Demikian

pula apabila seseorang mendengarkan atau membaca sebuah cerita. Orang tersebut

dapat berfantasi dengan bantuan tulisan.

Peneliti akan menggunakan pengertian bentuk-bentuk fantasi yang telah

dipaparkan oleh Ahmadi sebagai landasan teori. Freud memang pernah menyinggung

masalah fantasi (fantasme) akan tetapi persoalan yang dihadirkan Freud lebih sempit

dan cenderung meliputi fantasi seksual semata. Sedangkan dalam penjabaran

Ahmadi, pengertian dan penggolongan fantasi lebih menyeluruh dan lengkap.

G. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural

dan psikologi sastra. Pendekatan struktural adalah pendekatan yang membatasi diri

pada penelaahan karya itu sendiri. Telaah berdasarkan segi intrinsik saja yakni tema,

Page 25: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

14

alur, latar, penokohan, dan gaya bahasa (Semi, 1989: 44 - 45). Dalam penelitian ini,

unsur intrinsik yang akan dibahas hanya mencakup tokoh dan penokohannya.

Pendekatan psikologis adalah pendekatan sastra yang mendekati sastra dengan

sudut pandang psikologi. Dalam penelitian ini pendekatan psikologi yang dipakai

adalah pendekatan yang mengarah pada teks sastra (novel) itu sendiri (Hartoko-

Rahmanto, 1986:126).

2. Metode

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu metode yang

dilakukan dengan cara memaparkan fakta-fakta yang disusul dengan analisis. Metode

ini hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai variabel-variabel yang

diteliti.

Penelitian ini bersifat penelitian pustaka karena berobjek pada sebuah teks

sastra yakni novel. Peneliti akan menggali data-data mengenai mimpi dan fantasi

tokoh Ashra Trivurti yang terdapat dalam novel Jukstaposisi. Data-data tersebut

kemudian dianalisis berdasarkan kriteria rumusan masalah hingga menemukan

jawaban permasalahan. Kemudian tahap terakhir adalah penyajian hasil analisis data.

3. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan satu sumber data sebagai objek penelitian, yakni

berupa novel yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut.

Judul Novel : Jukstaposisi

Pengarang : Calvin Michel Sidjaja

Page 26: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

15

Penerbit : Gagas Media, Jakarta

Tahun terbit : 2007

Tebal Novel : 279 hlm.

H. Sistematika Penyajian

Penelitian ini akan disajikan dalam empat bab. Bab pertama yaitu

pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika

penyajian. Bab dua berupa pembahasan mengenai harapan atau keinginan tokoh

AshraTrivurti. Bab tiga membahas mimpi dan fantasi tokoh Ashra Trivurti dalam

kajian psikologi sastra. Bab empat adalah penutup yang berisi kesimpulan

pembahasan sekaligus saran. Kemudian bagian paling akhir adalah daftar pustaka.

Page 27: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

16

BAB II

TOKOH DAN PENOKOHAN ASHRA TRIVURTI

DALAM NOVEL JUKSTAPOSISI

Analisis mengenai tokoh dan penokohan dalam penelitian ini dilakukan

dengan tujuan untuk mendukung pembahasan mengenai masalah pokok yang hendak

dibahas nantinya, yakni mimpi dan fantasi tokoh utama. Untuk lebih jauh

menganalisis mimpi dan fantasi maka akan lebih jelas apabila dianalisis mengenai

gambaran tokoh dan penokohannya terlebih dahulu.

Dalam bab ini, peneliti akan memaparkan bagaimana tokoh dan penokohan

Ashra sesuai dengan yang tercantum dalam novel. Peneliti akan menggunakan dua

cara yang biasa dipakai pengarang untuk menggambarkan tokohnya, yakni secara

analitik dan dramatik. Dua cara ini dianggap cukup baik dalam penganalisaan tokoh.

Sebab selain dari sudut pandang pengarang langsung, peneliti bisa juga melibatkan

diri melihat gambaran atau karakter tokoh yang diteliti.

Gambaran mengenai tokoh Ashra Trivurti (selanjutnya Ashra) ternyata kurang

menonjol. Ini disebabkan ada dua peranan mengenai tokoh ini, yakni tokoh Ashra

sebagai tokoh dalam kenyataan dan Ashra sebagai tokoh dalam mimpi. Akan tetapi

peranannya sebagai tokoh dalam mimpi lebih mendominasi novel. Dalam hal ini,

peneliti hanya akan menganalisis sejauh mana peranan tokoh Ashra dalam kenyataan

sebab peranannya dalam mimpi dianggap tidak mewakili penokohan Ashra yang

sebenarnya.

Page 28: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

17

Namun bila dilihat secara keseluruhan, sosok tokoh Ashra adalah sosok

yang kompleks. Artinya, Ashra bukanlah pribadi yang secara utuh membentuk

dirinya sendiri melalui kehendak pribadi tapi dibentuk juga oleh lingkungan

sosialnya. Peneliti akan melihat juga celah ini sebagai indikasi yang

mempengaruhi kekuatan peranan tokoh Ashra. Banyak faktor-faktor eksternal

yang turut membentuk pribadi Ashra. Untuk itu, peneliti berusaha lebih jeli

melihat hubungan ini hingga diperolah gambaran yang jelas mengenai penokohan

Ashra sebagai subyek yang berkarakter.

Pada bagian awal cerita, dikisahkan bahwa Ashra adalah seorang

perempuan yang hidup dan dibesarkan oleh neneknya yang bernama Vahni. Lebih

tepatnya, dia seorang anak angkat. Akan tetapi, dalam penceritaan tidak

dikisahkan bagaimana kedua orang tuanya dulu mengambil Ashra sebagai anak

mereka. Bagian flashback yang bercerita mengenai keluarganya itu tidak lengkap.

Di bagian itu hanya dikatakan bahwa Ashra adalah anak angkat dari pasangan

Tuan Wadya dan Nyonya Iliviana. Nasib kedua orang tuanya pun tidak

diceritakan. Setelah pindah dari Bali, Ashra hanya tinggal dengan neneknya di

sebuah apartemen mewah di Jakarta. Ashra lahir dengan kondisi ekonomi yang

sangat berkecukupan.

Ashra bisa melihat dirinya, 14 tahun, gadis yang datang dari bali dan baru saja pindah ke Jakarta. Ia akan memulai hari pertama sekolahnya.(Sidjaja, 2007:4)

Dia lalu masuk ke dalam lift. Terlihat beberapa wanita dan pria mengenakan setelan jas berdiri di dalam lift. Ashra melihat beberapa dari orang tersebut adalah bule dan beberapa lagi adalah Chinese. Ya, pikir Ashra tempat ini dihuni berbagai orang dari penjuru dunia yang memiliki uang berlebih dan melabelkan diri mereka sebagai kalangan kelas atas (Sidjaja, 2007:6).

Page 29: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

18

Meski hidup berkecukupan, Ashra lebih memilih menjalani hidup secara

lebih sederhana. Malahan, Ashra kurang suka akan adanya ‘pelabelan’ terhadap

status ekonomi orang-orang kaya. Dia tidak diantar ke sekolah oleh sopir pribadi

seperti kebiasaan teman-teman sekolahnya. Dengan naik sepeda yang diberikan

oleh ayahnya dulu, Ashra biasa berangkat ke sekolah.

Ashra mulai belajar mengenai banyak hal dari neneknya. Dia mulai

mengerti banyak hal dari mitos yang kerap didongengkan oleh nenek Vahni.

Nasihat-nasihat serta dukungan tidak lupa pula diberikan kepada Ashra.

Kedekatan komunikasi dan kasih sayang yang baik dari nenek Vahni ternyata

mampu membangun sebuah hubungan yang harmonis sebagaimana orang tua dan

anak.

Air, kata Nenek Vahni adalah sumber kehidupan. Tak ada makhluk hidup yang dapat hidup tanpa air di dunia ini. Extra agua nulla vitae, di luar air tak ada kehidupan. (Sidjaja, 2007:3) Benaknya melayang. Ashra ingat sewaktu masih kecil, dia sering didongengi sebuah cerita oleh nenek setiap malam. Bahwa dunia ini, pada dahulu sekali, manusia tidak mengenal adanya perbedaaan bahasa. Seluruh manusia menggunakan pikiran mereka jika ingin berkomunikasi satu sama lain. Lalu Ashra pun sering bertanya kepada neneknya. “Kenapakah manusia kehilangan kemampuan itu, nenek?”. Neneknya hanya tersenyum. Karena dunia itu berubah. Tiga Tuhan saling menghancurkan untuk merebutkan kekuasaaan mereka di dunia ini. Lalu pemenangnya adalah sang Tuhan yang memiliki sayap emas. Dialah yang membuat kekuatan tersebut punah dari dunia ini. Dongeng itu sudah ia dengar berkali-kali. Dan dia tidak pernah bosan mendengarnya. Ashra suka sekali cerita itu. (Sidjaja, 2007:13) Beberapa pemahaman mengenai mitos kadangkala ia peroleh dari cerita-

cerita klasik neneknya. Namun selain itu, Ashra juga banyak mendapat

Page 30: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

19

pengetahuan dari kegemarannya akan hal-hal yang berhubungan dengan sejarah

atau membaca buku-buku di perpustakaan.

“Aku menyukai sejarah, dan aku juga menggemari hal-hal yang berbau fisika. Aku harap kita semua bisa akrab,” kata Ashra kepada seluruh penghuni kelas. (Sidjaja, 2007:11) Ashra sangat menyukai perpustakaan. Menurutnya, sebuah perpustakaan adalah tempat di mana dia bisa mendapatkan pengetahuan-pengetahuan baru yang masih tersembunyi di sebuah rak buku. (Sidjaja, 2007:38) Museum bagi Ashra adalah tempat yang menyenangkan, karena di sana dia bisa bertemu dengan patung para dewa Hindu maupun arca Budha. Semenjak masih kecil, Ashra sangat gemar memandang ilustrasi dewa-dewi. Dia merasa familiar dan dekat dengan segala macam deitas. Apakah mungkin aku dulunya Tuhan yang berinkarnasi menjadi Ashra Trivurti? Apa mungkin aku adalah avatar ke 11 dari Vishnu? pikir Ashra. Atau mungkin aku inkarnasi sebuah setan? Namaku Ashra, mungkin sebelum aku lahir ke dunia sebagai perempuan dan berambut panjang seperti ini, bisa saja aku adalah Mahasura. (Sidjaja, 2007:51-52) Lambat- laun Ashra tumbuh menjadi anak yang terbiasa mandiri dan selalu

‘sibuk’ dengan pikirannya sendiri. Ia menjadi pribadi yang sering

mempertanyakan banyak hal yang mengganggu pikirannya. Masalah-masalah

mengenai eksistensi, terutama, menjadi hal yang sangat menyita perhatiannya.

Ashra kerap diterjang berbagai pertanyaan filsafat.

Bu Rita, wali kelas II D mengenalkan Ashra kepada seluruh kelas sekaligus menceritakan sedikit mengenai dirinya. Diriku? Kata Ashra dalam hati. “Sedikit adalah kata yang relatif. Seberapakah sedikit itu, Bu Rita?” (Sidjaja, 2007:11)

Kenapa ada manusia yang mati? Teriak Ashra dalam hati sambil memandang tubuh Marya Yeshwa yang sudah tak bergerak di lapangan yang sekarang menjadi kanvas hijau berdarah (Sidjaja, 2007:29)

Page 31: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

20

Ujian, sekolah, Noah, langit biru. Ashra merenung melihat segala pemandangan di hadapannya. Kenapa rasanya aneh sekali. Apa benar aku hidup? (Sidjaja, 2007:139)

Pertanyaan-pertanyaan yang mengganggu pikirannya itu datang ketika ia

menemui berbagai situasi di sekelilingnya. Peristiwa buruk di sekitarnya,

membuat perasaan Ashra sering kalut. Ashra adalah seorang yang selalu

kontradiktif terhadap diri sendiri. Ini bisa dilihat baik dari penggambaran

pengarangnya langsung maupun dari kutipan monolog Ashra.

Dia selalu kontradiktif dengan dirinya sendiri. Apa yang harus ia lakukan saat melihat suatu masa depan? (Sidjaja, 2007:65)

Rasa kagum tiba-tiba menyeruak masuk ke dalam benak Ashra. Betapa bahasa ternyata bisa melebur jarak. Membuat perbedaan suku bangsa dan bahasa seolah tak berarti ketika ada bahasa lain yang menjembataninya. Ashra terdiam. Kenapa harus ada perbedaan bahasa? (Sidjaja, 2007:12)

Perasaan paradoks, pikirnya. Dia belum mengenal orang itu namun dia sangat sedih. Kenapa aku menangis? Kenapa aku sedih karena kehilangan seseorang yang belum kukenal? (Sidjaja, 2007:134)

Dari pertanyaan-pertanyaan yang kerap dipikirkannya, bisa dikatakan

bahwa Ashra sudah terjerumus ke dalam suatu pesimisme, anggapan bahwa pada

dasarnya dunia itu sebetulnya hanya buruk semata. Kejadian-kejadian tragis yang

dijumpai Ashra, membuat pandangannya hanya tertuju pada satu sisi, yaitu

kenyataan getir dan pahit. Bahkan dalam mimpi yang tiap kali dialaminya pun

Ashra tetap menemui kejadian yang buruk.

Tubuh Ashra terguling dari tempat tidur dan jatuh ke lantai kamarnya. Badan gadis itu membentur tegel, lalu dalam sekejap saja Ashra terbangun. Dia perlahan membuka matanya dengan penuh kengerian. Rambutnya terlihat sekusut wajahnya. Dia melihat sekelilingnya. Kamar tidurnya yang biasa, tidak ada yang lain. Apa? Tadi itu cuma mimpi?

Page 32: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

21

Mimpi yang mengerikan, pikir Ashra. Dia tidak ingat seluruhnya tapi dia bermimpi dicekik dan dibunuh. (Sidjaja, 2007:136)

Tokoh Ashra juga digambarkan sebagai seorang indigo, yakni punya

kemampuan melihat suatu kejadian sebelum kejadian itu berlangsung. Suatu

kejadian seolah-olah pernah dilihat atau dialami sebelumnya, de javu. Meski

kedengarannya mustahil, tapi banyak pada bagian awal novel ini yang

memperkenalkan sosok Ashra sebagai seorang perempuan yang aneh dengan

segala kelebihannya itu.

De javu..cetus Ashra. Harusnya dia tak perlu kaget karena hal tersebut hampir terjadi setiap hari. (Sidjaja, 2007:30). Terlalu banyak pengulangan, pikirnya. Dia masih bisa merasakan de javu yang ganjil sepanjang waktu (Sidjaja, 2007:33).

Kemampuan itu membuatnya semakin yakin bahwa segala sesuatu di

dunia ini sebetulnya telah ditentukan oleh suratan takdir. Ia bisa punya keyakinan

seperti ini melalui de javu yang sering dialaminya. Manusia, dengan demikian,

hanya menjalani takdirnya masing-masing. Jadi, masa depan manusia tidak dapat

diubah karena sudah ditentukan, begitulah Ashra pernah menyimpulkan.

Masa depan, benar-benar tak bisa berubah, pikir Ashra. Tanpa sadar dia melelehkan air mata. Dia merasa menjadi orang paling berdosa di dunia (Sidjaja, 2007:67).

Pandangan-pandangan pesimisme amat mendominasi pemikiran Ashra.

Banyak tema kematian yang diikutkan dalam beberapa bagian penceritaan tokoh

ini. Salah satu alasan yang mendasari adalah bahwa kematian memang sesuatu

yang tak dapat terhindarkan oleh setiap manusia. Ini dapat mengindikasikan

Page 33: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

22

bahwa pandangan pesimisme Ashra memang beralasan. Belum lagi kehidupan

Jakarta yang serba vulgar semakin menambah nilai minus pada pandangannya

terhadap dunia. Tidak hanya melalui tabloid-tabloid yang digantung di kios-kios

pinggir jalan, ternyata seks juga terang-terangan telah merambah lingkungan

sekolahnya.

“Daniel, sudah kubilang kan bahwa hari ini bakal ada ulangan mendadak. Kau kenapa malah kemarin pergi untuk menyewa film xxx? Salah sendiri!” (Sidjaja, 2007:31).

Lalu orang itu kembali membaca tabloid berjudul sEXy bergambar seorang perempuan memakai pakaian renang dan menampilkan pose yang mampu membuat para lelaki terangsang. Halaman depannya dipenuhi dengan judul- judul Sex Hebat Tiap Malam, Full Bra Uncensored, dan sebagainya. Ashra merasa mual melihat tabloid sampah itu (Sidjaja, 2007:67).

Dengan ciri hidup yang cenderung bersifat individualis, lingkungan

apartemen mewah membentuk Ashra jadi remaja yang penyendiri. Di dalam

apartemen itu ia tak punya teman sama sekali. Orang–orang sibuk dengan urusan

masing-masing. Dia hanya punya kesempatan bertemu dengan kawan-kawannya

saat sedang melakukan aktivitasnya di sekolah saja. Di luar itu ia hanya bergaul

dengan neneknya dan dengan boneka kesayangannya.

Ashra berjalan di sepanjang lorong apartemen. Sudah seminggu Ashra tinggal di kamar 415 bersama neneknya di gedung pemukiman yang oleh para pengiklan di surat kabar dan majalah bisnis properti diberi label “tempat orang elit hidup”. Ashra kerap tak habis pikir, mengapa pelabelan seperti itu perlu dilakukan? Sampai hari ini ia belum mendapatkan seorang teman pun di apartemen barunya (Sidjaja, 2007: 5).

Ashra Trivurti membuka matanya lebar- lebar. Di sebelah kanannya, ada Teddy Bear berpita hijau di leher memandanginya dengan senyum hangat yang biasa ia berikan setiap pagi (Sidjaja, 2007:49).

Page 34: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

23

Ashra membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Senyuman Teddy Bear milik Ashra yang selalu menyambut pada saat bangun tidur tampak seperti sebuah seringai saat ini (Sidjaja, 2007:69).

Ashra duduk di tempat tidur. Boneka Teddy Bear itu basah ditimpa air mata Ashra yang mengalir bagai hujan di tengah kemarau (Sidjaja, 2007:113).

Ashra malah merasa lebih nyaman bila sudah berada di dalam kamarnya.

Ia merasa akrab dengan boneka yang seolah selalu memberi senyum kepadanya

itu. Segala curahan perasaannya sering ia curahkan pada boneka. Tidak ada rasa

keakraban lain yang tergambar jelas selain saat berada di dekat neneknya dan

boneka kesayangannya. Kehidupan orang-orang kalangan atas yang terkesan

masabodo tak sanggup memberi sandaran dalam hatinya. Wajar bila kemudian

Ashra mengalami kegalauan yang terbendung dalam dirinya.

Ashra adalah perempuan yang mudah tersentuh perasaannya. Selain

berotak cerdas, Ashra juga punya perasaan yang tajam. Rasa iba atau kasihan

kerap mengendap dalam dirinya ketika melihat penderitaan orang lain. Kematian

Marya telah membuat Ashra menjadi sangat tertikam jiwanya.

Air matanya meleleh. Kenapa harus Marya? Kenapa harus ada yang mati? Ashra menengadah ke angkasa yang gelap itu. Hari masih siang namun rasanya segelap malam dan lebih kelam daripada saat matahari terbenam (Sidjaja, 2007:127).

Sebagai seorang yang berpikir kritis, bahkan rasional, Ashra tidak mau

menerima suatu hal tanpa alasan yang jelas. Ia tidak mau menerima sesuatu begitu

saja sehingga harus ada alasan-alasan yang menyertai segala sesuatu terjadi.

Semua hal dan peristiwa terjadi disebabkan karena suatu alasan. Namun pada

kenyataannya, ia pun kadang menyerah pada keraguan dalam dirinya sendiri.

Page 35: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

24

Pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat ia temukan alasannya malah berbalik

melumpuhkan pikirannya sendiri. Meski telah menyerah, Ashra pun membuat

suatu alasan yang kuat untuk kekalahannya.

Tapi jika aku pun tidak hidup, apakah bedanya? Bukankah lebih penting kita bisa menikmati hidup yang bukan hidup itu? Bukankah lebih penting demikian? Tidak peduli kita sungguh ada atau tidak, tapi bukankah ingatan, kenangan adalah bukti bahwa kita pernah ada? (Sidjaja, 2007:139) Salah satu kelebihan lain yang terdapat pada Ashra adalah cara berpikirnya

yang lebih kritis dan lebih menonjol dibanding anak seusianya. Bila sedang

mengobrol dengan temannya, bahkan Ashra sering menganggap bodoh cara

berpikir lawan bicaranya itu. Pernyataan–pernyataan lawan bicaranya

dianggapnya tidak atau kurang bermutu.

“Oh …lalu menurut kamu, sekolah ini bagus tidak?” tanya Hilda. “Tampaknya ini sekolah yang bagus.” Keluarkan pertanyaaan terakhir yang sekaligus bermakna tolol itu, pikir Ashra menahan nafas. Dia baru di sana kurang dari tiga jam dan anak itu sudah menanyakan apakah sekolah itu bagus atau tidak (Sidjaja, 2007:17). Ashra tersenyum memikirkannya. Dia berumur lima belas tahun, pemikirannya lebih dewasa dan lebih maju dibandingkan anak-anak seusianya (Sidjaja, 2007:139).

Pemikiran Ashra tidaklah selalu benar adanya. Kadangkala ia menyadari

bahwa pikirannya sempat keliru. Itu terjadi saat ia sedang berbagi pendapat

dengan neneknya. Ashra lebih percaya dengan apa yang dikatakan neneknya

daripada orang lain. Dia lebih memilih untuk menyalahkan diri sendiri ketimbang

harus berambisi menyalahkan neneknya. Ashra begitu percaya kepada setiap

nasehat neneknya.

Page 36: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

25

“Nenek apakah masa depan itu pasti?” tanya Ashra tiba-tiba. Nenek Vahni terdiam mendengar pertanyaan Ashra. “Apakah masa depan itu tidak dapat diubah?” tanya Ashra.

“Ashra pertanyaan itu hanya bisa kau temukan jawabannya kalau kau mencari tahu sendiri jawabannya,” Kata Nenek Vahni. “Nenek percaya pada karma tapi sayang kau bisa memutuskan apakah seluruh hal yang terjadi di alam semesta ini sudah diatur atau kebetulan semata,”lanjut nenek Vahni. Kata-kata Ashra terserap. Ia kehabisan kata mendengar kalimat-kalimat yang diucapkan neneknya. “Ashra hapus air matamu, sayang. Jangan sedih lagi,” hibur nenek Vahni sambil menghapus air mata Ashra dengan punggung tangannya yang keriput. Ashra tersenyum dia bersyukur sekali memiliki seorang Nenek Vahni di dunia ini (Sidjaja, 2007:70-72).

Entah kenapa tiap kali sedang tidur, Ashra sering dihantui oleh mimpi

yang menyeramkan. Mimpi buruk itu semakin menambah pandangan pesimisnya

terhadap dunia. Dia menjadi sulit membedakan manakah yang lebih nyata: mimpi

atau realitas sehari-hari. Akan tetapi, pada akhirnya ia menjadi ragu-ragu sendiri.

Tapi Ashra kembali diliputi keragu-raguan yang selalu muncul di pagi hari setiap kali ia bangun. Benarkah, tanyanya pada diri sendiri, aku sudah bangun?( Sidjaja, 2007:24). Lelehan selai stroberi memenuhi lidah ketika Ashra menggigit roti panggang yang masih hangat. Lezat, pikir Ashra. Tapi benarkah ini kumakan, pikirnya (Sidjaja, 2007:25).

Yang mana mimpi? Benarkah aku sudah terbangun? (Sidjaja, 2007:137)

Bagaikan seorang yang baru lahir ke dunia, seluruh pandangan Ashra

selalu diliputi tanda tanya. Ia melihat dunia ini sebagai sekumpulan keganjilan,

keanehan. Pandangan-pandangan negatif yang berujung pada kesimpulan bahwa

dunia ini buruk, akhirnya menumbuhkan pandangan pesimisme yang berlebihan

dalam diri Ashra. Dunia ini tidak jauh beda dengan mimpi-mimpi buruk yang

Page 37: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

26

menderanya setiap saat. Seolah-olah tidak ada terselip kebahagiaan sedikit pun

dalam hidupnya selain kasih sayang dari neneknya. Hanya saat berada di dekat

neneknya itulah, Ashra masih bisa menemukan kesempatan yang membuat

hidupnya terasa sedikit nyaman.

Dongeng-dongeng neneknya berhasil menerornya untuk melulu berpikir

mengenai Tuhan, dewa-dewi dan tentang keberadaan manusia di dunia. Teror itu

masuk melalui mimpi-mimpi Ashra, membuatnya menimbang kembali tentang

keberadaan dirinya sendiri. Ditambah dengan kegemarannya akan hal-hal yang

bernuansa sejarah, Ashra menjadi tak bisa lagi mengelak akan adanya kekuasaan

yang paling besar di semesta. Si Pencipta yang telah menggariskan hidup masing-

masing manusia.

Dari penggambaran mengenai tokoh Ashra tersebut, peneliti dapat

merangkum bahwa ada beberapa sikap, pandangan, dan hubungan sosial yang

secara pelan-pelan membentuk Ashra menjadi sosok pribadi yang terpecah.

Seorang remaja yang sedang gelisah, bingung mencari kepastian eksistensi.

Sementara di satu sisi, situasi tempat tinggalnya tidak berhasil membangun

sandaran yang kokoh bagi kegelisahannya. Kondisi lingkungan perkotaan yang

cenderung bersifat kapitalis, individualis dan bahkan vulgar, telah menyudutkan

Ashra ke dalam suatu keterasingan yang sangat. Kondisi itu hampir tidak pernah

memberi kesempatan untuk merasa tenang pada usianya yang sedang menginjak

dewasa. Usia di mana seorang remaja sedang dalam masa pencarian jati diri.

Tidak ada sesuatu yang bisa diharapkan lagi dari hidup ini, demikian

gambaran umum mengenai pola pikir tokoh Ashra. Pandangan pesimismenya

Page 38: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

27

terlalu kuat untuk bisa ditawar lagi. Hidup ini seperti sebuah mimpi dan mimpi itu

adalah buruk semata. Jadi keduanya dianggap tak lebih dari sia-sia. Sebab tidak

ada lagi yang bisa dipertahankan dari sebuah mimpi. Namun sayangnya, Ashra

tidak dapat mengadukan segenap kegalauannya ini kepada siapa-siapa. Hidup

nyaris tanpa kawan di sebuah apartemen mewah, telah memaksa dirinya untuk

biasa berpikir dan memecahkan persoalan seorang diri.

Bertolak dari pandangannya yang pesimis, Ashra menganut paham yang

percaya pada suratan takdir. Nasib seseorang telah digariskan menurut takdir

masing-masing dan tidak ada seorang pun yang dapat mengubah takdir itu.

Berbagai peristiwa kematian yang kerap dijumpai, membawanya pada suatu

kesimpulan. Kematian adalah salah satu bukti adanya takdir, hal yang memang

tak bisa terhindarkan oleh siapa pun. Pola pikir Ashra telah terlanjur terkurung

dalam kecenderungan pesimisme.

Page 39: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

28

BAB III

MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA TRIVURTI

DALAM NOVEL JUKSTAPOSISI

Kehidupan tokoh Ashra banyak tercurah pada dunia mimpi dan fantasi. Tokoh

inilah yang paling banyak dikenai sorotan yang berkaitan dengan mimpi sekaligus

fantasi. Bahkan lebih dari separuh isi cerita mengenai peranan tokoh Ashra

dihabiskan untuk menampilkan mimpi-mimpinya.

Dalam bab sebelumnya telah digambarkan bagaimana karakter, sifat, serta

sikap yang ada dalam diri tokoh Ashra. Dari bab tersebut juga dapat diperoleh

gambaran yang lebih dekat mengenai kehidupan Ashra beserta lingkungan tempat

tinggal. Situasi dan kondisi yang berada di lingkungan sekitar, memang turut

mendukung terbentuknya pribadi tokoh Ashra. Begitu pula dalam hubungan sosialnya

dengan orang lain.

Faktor eksternal tersebut turut membentuk kepribadian Ashra. Dengan

demikian dapat diketahui bahwa unsur eksternal turut mempengaruhi fantasi dan

mimpi yang dialami oleh Ashra.

Peneliti sengaja menggabungkan mimpi dan fantasi ke dalam satu bab karena

dua tema tersebut masuk ke dalam satu lingkup psikologi, yakni kesadaran manusia.

Dalam bab ini, mimpi akan dianalisis terlebih dulu kemudian menyusul setelahnya

fantasi.

A. Makna Mimpi

Page 40: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

29

Menganalisis makna mimpi dengan landasan teori Freud, ternyata

membutuhkan beberapa aspek di luar mimpi itu sendiri. Langkah ini ditempuh guna

mencari unsur yang memang kuat mendukung terbentuknya mimpi, yakni keinginan

dan tekanan yang berasal dari kehidupan nyata tokoh Ashra.

Peneliti akan menggunakan unsur tekanan tersebut untuk menganalisis

keinginan apa yang tersembunyi dalam mimpi yang dialami tokoh Ashra. Merujuk

kembali pada landasan teori, mimpi-mimpi yang dianalisis akan difokuskan untuk

menguak unsur yang paling mendasari teori mimpi itu sendiri, yakni keinginan yang

tersembunyi dalam diri. Sesuai dengan macam-macam keinginan yang telah terkuak

itulah masing-masing makna mimpi dikategorikan.

Peneliti akan menggunakan beberapa faktor yang memungkinkan digunakan

untuk menganalisis mimpi yang dialami tokoh Ashra. Merujuk kembali pada

landasan teori, mimpi-mimpi yang dianalisis akan difokuskan untuk menguak unsur

yang paling mendasari teori mimpi itu sendiri, yakni keinginan yang tersembunyi

dalam diri tokoh Ashra. Sesuai dengan macam-macam keinginan yang telah terkuak

itulah masing-masing mimpi dimaknai.

Tokoh Ashra, sebagai tokoh utama, sangat dekat sekali dengan peristiwa

mimpi. Bahkan hampir separuh lebih kehidupan Ashra didominasi oleh peristiwa

yang terjadi dalam mimpi. Ashra telah tertarik ke dalam dunia mimpi yang dalam dan

ia sampai nyaris tak percaya dengan dunia nyata. Menurutnya, mimpi lebih indah dari

kenyataan.

Page 41: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

30

1. Mimpi sebagai Wujud Keinginan untuk Menggugat Kematian

Bagian novel yang bercerita tentang kematian, seolah ingin menegaskan

betapa tema ini bukan sekadar tempelan. Adegan kecelakaan, bunuh diri, dan cerita-

cerita tragis lain, begitu mendominasi kehidupan tokoh utama. Setiap saat tokoh

Ashra dihantui perasaan takut atas rentetan kematian yang membawanya sampai ke

dalam mimpi.

Di sini? Kenapa bisa berpindah ke sini? Pikir Ashra bingung. Ashra lalu menoleh ke arah sudut atap itu. Sesosok tubuh yang tampaknya dikenal Ashra berdiri di sana. Rambutnya tertiup angin. Dan kepalanya tertunduk. Marya Yeshwa membiarkan tubuhnya jatuh dari atap sekolah. Namun sebelum tububnya jatuh, dia melihat Ashra dengan tatapan seribu arti. Penuh ketakutan, Ashra berdiri dari pagar atap sekolah sambil melihat tubuh temannya yang tergeletak dengan darah mengucur dari kepalanya. Dunia rasanya begitu jauh, luas dan tak terjangkau oleh Ashra. Kenapa ada manusia yang ingin mati? Teriak Ashra dalam hati sambil memandang tubuh Marya Yeshwa yang sudah tak bergerak di lapangan rumput yang menjadi kanvas hijau berdarah (Sidjaja, 2007:28-29).

Peristiwa yang dikisahkan dalam kutipan di atas adalah salah satu dari mimpi

yang dialami Ashra. Dalam mimpinya itu, Ashra menyaksikan sebuah adegan bunuh

diri. Dari atas gedung sekolah, Marya menjatuhkan tubuhnya ke tanah. Kejadian

bunuh diri itu menimbulkan sebuah pertanyaan mengenai kematian, seperti yang

pernah ditanyakan Ashra dalam kenyataan.

Dilihat dari sudut pandang ini, sebetulnya Ashra masih menyangsikan adanya

kematian itu sendiri. Ia ingin menuntut alasan logis atas sebuah adegan kematian

Page 42: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

31

yang kerap ditemuinya dalam kehidupan nyata. Tidak dapat dipungkiri, bahwa dalam

kehidupan nyata, Ashra sering mempertanyakan alasan logis mengenai kematian

manusia. Ia punya kenginan kuat untuk menggugat peristiwa pahit di balik kematian.

Namun selalu saja pertanyaan itu tak mampu terjawab. Dalam apartemen tempat

tinggalnya, Ashra tak punya kesempatan untuk mempertanyakan kematian. Dari

neneknya, Ashra tidak menemukan jawaban yang pasti. Kenyataan ini membuat

keinginannya dalam menguak jawaban misteri kematian, terpaksa ditekan. Peristiwa-

peristiwa kematian itu mencerminkan represi atas kejadian yang pernah dilihatnya

dalam kenyataan. Kematian Maria, kematian seorang bocah bertopi, dan juga

kematian manusia (secara universal), yang tak sanggup ia gugat dalam kenyataan,

muncul kembali melalui mimpinya.

Selain itu ada hal lain yang sempat dipertanyakan dalam kaitannya dengan

kematian. Dalam mimpinya yang berbeda dari sebelumnya, Ashra kembali

memunculkan suatu pertanyaan dalam mimpinya. Meski pun dalam mimpinya itu dia

tidak melihat sebuah adegan orang mati, namun tetap saja pertanyaan mengenai

kematian masih bermunculan. Hanya saja dalam mimpinya yang kedua ini, Ashra

lebih memberi penekanan pada kesedihan manusia dalam menghadapi kematian.

Tahukah kalian berdua pertanyaan terbesar di alam semesta ini? Tanya Ashra dalam hati sambil memandang kedua orang di depannya itu. Kenapa jika seseorang mati, orang lain akan bersedih? ( Sidjaja, 2007:76). Dalam kebuntuan, Ashra sering merasakan kesedihan yang sangat dalam.

Kecemasan yang disebabkan karena belum ditemukannya sebuah jawaban atas

Page 43: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

32

pertanyaannya. Memang biasanya Ashra senang mempertanyakan sesuatu pada

neneknya, akan tetapi untuk masalah yang satu ini, dia tak pernah mendapat jawaban.

Lantaran gugatannya tak mampu ia lampiaskan, segenap perasaan Ashra berubah

menjadi cemas. Kecemasan ini telah mengancam keberadaan ego dalam dirinya.

Maka represi dalam dirinya meredakan kecemasan tersebut. Keinginan dalam dirinya

pun dengan sendirinya tertekan dalam ketaksadaran. Dengan menekan segenap

keinginan, gugatannya itu tak dapat keluar dalam kesadaran.

Kenapa aku menangis? Kenapa aku sedih karena kehilangan seseorang yang belum kukenal? (Sidjaja, 2007:134) Perasaan sedih juga kerap dialaminya saat menyaksikan peristiwa kematian

dalam kehidupan nyata. Ashra yang tak sanggup membendung perasaan itu, tanpa

sadar telah menumpuknya menjadi sebuah dorongan pertanyaan yang kemudian

keluar melalui mimpinya.

Misteri-misteri kematian, berikut rasa takut dan sedih yang menyertainya,

telah menimbulkan semacam ketakmasukalan. Ketakmasukakalan inilah yang

menjadi unsur utama pendorong keinginannya. Melalui mimpi-mimpi yang

mempertanyakan kematian, Ashra ingin menggugat kematian yang terjadi di

sekelilingnya.

Air matanya meleleh. Kenapa harus Marya? Kenapa harus ada yang mati? (Sidjaja, 2007:127).

Kenapa ada manusia yang mati? Teriak Ashra dalam hati (Sidjaja, 2007:29)

Page 44: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

33

Kematian Maria, kematian seorang bocah bertopi, dan juga kematian manusia

(secara universal) yang pernah dilihatnya dalam kenyataan, dengan demikian digugat

kembali melalui mimpinya.

2. Mimpi sebagai Wujud Keinginan Menghidupkan Mitos

Di apartemen tempat tinggalnya, Ashra hanya berteman dengan neneknya.

Hanya kepada neneknya, Ashra mengungkapkan isi hatinya. Termasuk pula bila

Ashra sedang dirundung masalah, neneknya sering memberi nasihat dan saran-saran.

Namun di antara komunikasi mereka berdua, dongeng-dongeng dan kisah-kisah

klasiklah yang paling disukai Ashra.

Dari kisah yang diceritakan neneknya, kisah-kisah yang berhubungan dengan

mitos atau dongeng adalah contoh hal yang sudah melekat dalam ingatan Ashra.

Perlahan- lahan, kisah-kisah tadi turut masuk membentuk mimpi.

Tuhan kau di sini ternyata, pikir pemilik bola mata berwarna hitam itu sambil memandang anak lelaki yang sedang berdiri terpaku itu. Ya dia sudah lama sekali tidak bertemu dengannya. Dia bersiap melangkah ke arah anak itu (Sidjaja, 2007:49). Dalam mimpinya, Ashra lantas berjumpa dengan sosok-sosok aneh. Sebagian

sosok itu ia sebut sebagai Air Hidup, Malaikat, Chhya, dan makhluk lain yang ia

sebut pula sebagai Tuhan. Setiap kali bermimpi ia hampir selalu bertemu dengan

sosok-sosok itu. Melalui sosok Jasmon, untuk pertama kali Ashra mulai mengenal

Tuhan. Jasmon di sini, tidak lagi berperan sebagai tokoh penyandang cacat

Page 45: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

34

sebagaimana mestinya, namun ia malah digambarkan sebagai tokoh yang hebat dan

punya kemampuan luar biasa. Bisa melayang- layang di udara dengan sepasang sayap

hitam di punggungnya.

Selain itu, ada pula sosok lain bernama Chhya, yang merupakan jelmaan dari

tokoh bernama Silma. Makhluk-makhluk tersebut saling berhubungan dan sering

bertemu di satu alam mimpi. Masing-masing sosok pun mendapat peran sendiri-

sendiri. Ashra yang menjadi salah satu di antara mereka, mendapat peran sebagai

sosok manusia yang berusaha menempuh jalan menjadi Tuhan.

Yang juga menarik di sini, sosok bermacam Tuhan itu tidak jauh dari ciri

Tuhan yang pernah diceritakan neneknya. Tuhan-tuhan itu semuanya bersayap dan

saling bertempur, saling mengalahkan untuk kemudian menentukan siapa yang

berhak menjadi Prima Causa.

Ketertarikan Ashra terhadap sejarah dan mitologi juga berpengaruh dalam

pembentukan keinginannya ini. Dia sempat kagum dengan sejarah cerita Hindu-

Budha dan candi-candi. Tak pelak dalam mimpinya hal-hal tersebut muncul kembali.

Adanya makhluk yang dijuluki Tuhan Dengan Empat Huruf tidak lain untuk

menyebut Tuhan yang biasa dipakai dalam mitologi Hindu-Buddha, yakni dewa dan

dewi.

Air Hidup memandang candi raksasa itu. Candi yang di dalam mimpinya diberi nama Borobudur oleh Syailendra.( Sidjaja, 2007:182)

Page 46: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

35

Selain dewa-dewi dan beragam bangunan yang bentuknya mirip candi, dalam

mimpinya juga hadir makhluk bernama Kujata yang diberi keterangan sebagai

makhluk mitologi Iran yang diciptakan bersama Falak, Leviathan dan Behemoth.

Pengaruh mitos-mitos yang digandrunginya, telah menciptakan dorongan atau

keinginan yang kuat untuk menghidupkannya dalm kenyataan. Namun dorongan

untuk betul-betul menemukan cerita tersebut tidak mampu diwujudkannya. Dalam

kenyataan, ia tak kunjung bertemu dengan makhluk-makhluk itu. Ashra belum

pernah bertemu dengan dewa-dewi yang sempat dibacanya itu, misalnya. Secara tidak

langsung, kenyataan ini telah membentuk kegelisahan tersendiri. Kegelisahan yang

dialaminya itu secara otomatis telah membuat represi dalam dirinya bekerja.

Mitos-mitos yang tak bisa ditemukan dan dibuktikan dalam kehidupan nyata.

Mitos mengenai pertempuran Tuhan, mitos mengenai dewa-dewi, juga mitos tentang

dunia beserta makhluk-makhluk dengan kekuatan luar biasa, yang kesemuanya

pernah didengar dan dibacanya dalam kenyataan, kembali muncul dalam mimpi.

Mitos-mitos ini tidak lain mencerminkan represi atas keinginannya untuk

menghidupkan mitos-mitos yang didengar dan dibacanya dalam kenyataan.

Museum bagi Ashra adalah tempat yang menyenangkan, karena di sana dia bisa bertemu dengan patung para dewa Hindu maupun arca Budha. Semenjak masih kecil, Ashra sangat gemar memandang ilustrasi dewa-dewi. Dia merasa familiar dan dekat dengan segala macam deitas. Apakah mungkin aku dulunya Tuhan yang berinkarnasi menjadi Ashra Trivurti? (Sidjaja, 2007:51-52) Ashra ingat sewaktu masih kecil, dia sering didongengi sebuah cerita oleh nenek setiap malam. Bahwa dunia ini, pada dahulu sekali, manusia tidak mengenal adanya perbedaaan bahasa. Seluruh manusia menggunakan pikiran

Page 47: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

36

mereka jika ingin berkomunikasi satu sama lain. Lalu Ashra pun sering bertanya kepada neneknya. “Kenapakah manusia kehilangan kemampuan itu, nenek?”. Neneknya hanya tersenyum. Karena dunia itu berubah. Tiga Tuhan saling menghancurkan untuk merebutkan kekuasaaan mereka di dunia ini. Lalu pemenangnya adalah sang Tuhan yang memiliki sayap emas. Dialah yang membuat kekuatan tersebut punah dari dunia ini. Dongeng itu sudah ia dengar berkali-kali. Dan dia tidak pernah bosan mendengarnya. Ashra suka sekali cerita itu (Sidjaja, 2007:13). Melalui jalan mimpi itu sebetulnya ia telah menghidupkan mitos-mitos.

Sebab di sanalah ia bisa membuktikan dan bertemu dengan mitos-mitos yang

dipercayainya.

Ini membuktikan bahwa mimpi Ashra sebetulnya merupakan wujud

keinginannya untuk menghidupkan mitos.

3. Mimpi sebagai Wujud Keinginan Menolak Kenyataan

Dalam mimpi, Ashra menciptakan sebuah dunia yang sama sekali berbeda

dengan dunia nyata. Lantas diciptakanlah semua makhluk dari mimpi. Manusia-

manusia yang hidup di sana, juga tata surya yang menyertainya, semua adalah mimpi.

Ashra memandangi sekelilingnya dengan takjub. Dia bisa meihat matahari di sana, memancarkan gelap. Baru kali ini Ashra melihat dunia yang paradoks. Langit gelap dengan matahari berwarna hitam ( Sidjaja, 2007:228). Dedaunan yang ada di taman itu bukan berwarna hijau lagi, tetapi abu-abu (Sidjaja, 2007:229). Dia memandang makhluk berjubah yang dihiasi warna-warna yang tak pernah ada di bumi (Sidjaja, 2007:132).

Page 48: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

37

Tidak ada lagi manusia lemah, semua punya kemampuan setara. Semua yang

hidup di dunia itu bukanlah makhluk-makhluk yang bisa dengan mudah dikalahkan.

Mereka semua tercipta sebagai Tuhan. Inilah gambaran lain dari kenyataan dunia

yang terdapat dalam mimpi Ashra.

Kota itu selalu malam, sudah tidak pernah bercahaya lagi. Karena cahaya telah mati dan meninggalkan penduduknya dalam kegelapan. Tapi hanya dia yang tersisa sendiri, menunggu siapa pun bangun dari mimpi panjang. Bangun dari peti mati warna merah darah itu (Sidjaja, 2007:128). Polis itu benar-benar tak ada penduduknya. Banyak hamparan rumah kosong. Reruntuhan kuil-kuil kuno. Tuhan, kata orang tadi. Mereka yang tertidur di peti mati itu adalah yang dipanggil manusia sebagai Tuhan (Sidjaja, 2007:161).

Kota mimpi itu dinamai Kronopolis. Tentunya tidak seperti kota Jakarta

tempat Ashra tinggal, Kronopolis adalah sebuah kota sunyi yang semua penghuninya

adalah Tuhan. Akan tetapi beberapa sosok Tuhan di sini ditampilkan menjadi

makhluk yang sedang tertidur dalam peti. Kecuali Ashra dan kawan-kawannya,

Tuhan di kota itu tertidur dan mereka semua bermimpi. Mimpi Tuhan inilah yang

disebut sebagai dunia nyata manusia. Dengan cara ini, Ashra berhasil menepis adanya

dunia nyata. Menemukan anggapan baru bahwa tidak ada suatu kehidupan yang

betul-betul real di bumi. Sebab manusia dan makhluk penghuni bumi tercipta dari

mimpi Tuhan.

Perwujudan sebuah kota mimpi merupakan salah satu jalan untuk menolak

kehidupan nyata dan mencipta kehidupan lain. Wujud dunia yang tentunya sangat

diinginkan Ashra. Secara tidak langsung mimpinya ini dapat dipandang sebagai

Page 49: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

38

wujud atas penolakan Ashra terhadap kehidupan yang sebenarnya, yakni kehidupan

tanpa manusia lemah dan tanpa kenyataan. Ashra menganggap dunia mimpi itu lebih

indah dari dunia kenyataan. Di dalam kenyataan, Ashra memandang dunia adalah

buruk semata. Lingkungan perkotaan tempat tinggal Ashra, sama sekali tidak

mendukung dan tidak seperti yang diharapkannya. Kondisi masyarakat yang vulgar,

kapitalis, bising, individualistis, yang kerap dijumpainya dalam kenyataan,

membuatnya pesimis dan menyangsikan kehidupan.

Lalu orang itu kembali membaca tabloid berjudul sEXy bergambar seorang perempuan memakai pakaian renang dan menampilkan pose yang mampu membuat para lelaki terangsang. Halaman depannya dipenuhi dengan judul-judul Sex Hebat Tiap Malam, Full Bra Uncensored, dan sebagainya. Ashra merasa mual melihat tabloid sampah itu (Sidjaja, 2007:67).

Ashra berjalan di sepanjang lorong apartemen. Sudah seminggu Ashra tinggal di kamar 415 bersama neneknya di gedung pemukiman yang oleh para pengiklan di surat kabar dan majalah bisnis properti diberi label “tempat orang elit hidup”. Ashra kerap tak habis pikir, mengapa pelabelan seperti itu perlu dilakukan? (Sidjaja, 2007: 5).

Terlanjur sangsi terhadap segala kenyataan, Ashra lantas terbuai dan

menikmati mimpi.

Tapi dia takut…. Dia tak mau bangun dari tempat ini. Lebih indah bermimpi ketimbang bangun di pagi hari (Sidjaja:2007:173). Penolakan Ashra terhadap kenyataan dipengaruhi oleh pengalaman dan

pengamatannya dalam kehidupan sehari-hari. Ashra tidak suka pada kenyataaan

sehari-hari yang kerap membuatnya frustasi, cemas, dan sedih.

Page 50: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

39

Represi dalam dirinya pun bekerja meredakan perasaan-perasaan itu dengan

cara menekan keinginannya. Keinginan untuk hidup dalam sebuah kenyataan atau

kehidupan yang lebih ideal. Sebuah lingkungan yang tidak ada lagi manusia lemah,

sebuah kehidupan tak lagi mengandalkan kekuatan kapitalis (kekuatan uang)

melainkan kekuatan sihir, bahkan tidak ada lagi kevulgaran di sana sebab semua

adalah suci dan tercipta sebagai tempat tinggal Tuhan.

Semua benda-benda dan makhluk-makhluk dalam mimpinya itu diwujudkan

Ashra untuk menolak kenyataan. Dunia mimpi yang diciptakannya berkebalikan

dengan dunia nyata. Matahari yang bercahaya hitam, daun-daun yang kelabu, serta

makhluk-makhluk aneh, adalah contoh sesuatu yang bertolak belakang dengan dunia

nyata. Ashra telah menolak segala konsep dan wujud kenyataan dengan cara

membaliknya menjadi sesuatu yang berlawanan. Dalam kenyataan tidak ada matahari

yang bercahaya gelap, daun-daun berwarna hijau bukan kelabu, tidak ada makhluk

bersayap (Tuhan) yang berkeliaran, juga kesunyian kota yang terjadi di setiap hari.

Keinginannya untuk menolak dunia nyata, telah berhasil diwujudkannya dengan cara

membaliknya.

4. Mimpi sebagai Wujud Keinginan untuk Berkuasa Dalam tidurnya, Ashra pernah bermimpi menjadi Sang Pencipta. Dengan

terpilihnya ia sebagai Tuhan generasi berikutnya, Ashra dapat menjadi makhluk yang

Page 51: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

40

paling berkuasa dengan syarat harus menghabisi Tuhan-tuhan lain. Dalam bagian

cerita yang berjudul Sepuluh Jalan Tuhan, Ashra bersiap memenuhi syarat itu. Meski

awalnya ia merasa ragu-ragu namun akhirnya toh ia melahap Tuhan-tuhan itu.

Ashra akan menjadi pencipta? Prima Causa? ( Sidjaja, 2007:184). Makanlah sepuluh Tuhan, kata makhluk kesembilan. Dan kau pun akan menjadi yang paling mahakuasa, kata makhluk kesepuluh (Sidjaja, 2007:196).

Prima Causa adalah sosok yang dianggap sebagai simbol kekuasaan paling

besar di sana. Sebab hanya Prima Causalah sesosok Tuhan dapat melampaui

kekuasaan Tuhan lainnya. Dengan menjadi Tuhan nomor satu, maka tumbanglah

kekuasaan Tuhan yang paling berkuasa itu. Kekuasaan yang dulu sempat

membuatnya gentar dan ketakutan akan digantikan oleh kekuasaan baru, kekuasaan

Ashra.

Dalam kehidupan nyata, Ashra hanyalah seorang bocah SMP yang cengeng.

Hidup nyaris terombang-ambing, Ashra seakan tak berdaya menghadapi berbagai

kenyataan. Sedikit saja ada peristiwa buruk maka perasaannya langsung tersentuh dan

pikirannya mulai terganggu.

Ashra pun sempat merasa terganggu dengan persoalan takdir. Seperti yang

telah diungkapkan dalam bab sebelumnya, berkali-kali Ashra selalu mempertanyakan

perihal kekuasaan sang pencipta takdir. Nasib manusia, menurutnya, memang telah

ditulis dan diatur menurut kuasa takdir dan tak ada satu pun yang bisa mengubah

takdir masing-masing.

Page 52: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

41

Masa depan, benar-benar tak bisa berubah, pikir Ashra (Sidjaja, 2007:67).

Tiga Tuhan saling menghancurkan untuk merebutkan kekuasaaan mereka di dunia ini. Lalu pemenangnya adalah sang Tuhan yang memiliki sayap emas. Dialah yang membuat kekuatan tersebut punah dari dunia ini (Sidjaja, 2007:13)

Namun anggapan mengenai adanya kekuasaan Tuhan ini, lambat- laun justru

memicu munculnya antikekuasaan dalam dirinya. Besarnya kekuasaan yang telah

menyerang pikirannya itu, kemudian berbalik menciptakan semacam antitesis dan

melahirkan keinginan untuk berkuasa. Kemudian timbullah keinginan dalam diri

Ashra untuk menjadi pencipta, untuk berkuasa, dengan cara menyaingi bahkan

mengalahkan penguasa sebelumnya. Namun dalam kenyataan, keinginan itu lantas

direpresi, karena tidak ada cara untuk mewujudkannya. Tidak mungin ia bisa menjadi

penguasa (semacam Tuhan) dalam kenyataan. Melalui mimpi, keinginan Ashra untuk

berkuasa kembali diwujudkannya.

Tapi Ashra lapar, pikirnya. Aku harus makan kamu karena aku pun juga harus memiliki mata itu dengan memakan kamu. Ashra perlahan- lahan merobek daging milik mata itu, dan dia pun mulai memakannya. Rasanya lezat sekali. Inikah cita rasa Tuhan? Inikah yang harus kulakukan? Memakan mereka satu persatu dengan rasa selezat ini? Aku tidak terlalu keberatan (Sidjaja, 2007:231).

Besarnya keinginan untuk berkuasa itu, bisa diukur dari rasa lapar Ashra

untuk segera melahap tuhan-tuhan lain. Rasa bersalah pun tak dipedulikan karena

telah tergantikan dengan rasa lezat yang sangat. Itu semua dilakukan Ashra demi

merebut dan memperoleh kekuasaan.

Page 53: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

42

Kau akan menikmati rasa terpaksa saat memakan Tuhan lain, air mata yang keluar akan dibalas oleh rasa lezat yang melampaui alam semesta (Sidjaja, 2007:232). Dengan menjadi Tuhan, Ashra akan mengendalikan seluruh hidup. Ia akan

menjadi Tuhan yang paling berkuasa, melampaui Tuhan la in. Dengan kata lain, tidak

akan ada lagi takdir, tidak ada lagi kematian. Seluruh pesimismenya akan dunia yang

selama ini membuatnya murung menjadi tidak berlaku lagi. Ashra menjadi

pengendali takdir dengan kuasa yang tak terkalahkan. Keinginan Ashra untuk

menjadi penguasa dunia pun terwujud melalui mimpi itu.

5. Mimpi sebagai Wujud Keinginan Melampiaskan Rindu

Pada suatu kali, Ashra bermimpi bertemu dengan ibu dan ayahnya. Ia

merasakan pelukan hangat dari mereka.

“Aku rindu padamu…” Sebuah tangan memeluk Ashra dari belakang. Gadis itu menahan napasnya. Perasaan yang sama dengan yang ia rasakan pada saat bertemu dengan prempuan di museum.Ternyata itu adalah Anda, Ibunda (Sidjaja, 2007:176).

Lalu lelaki itu memeluknya. Ashra bisa merasakan kehanga tan dari tubuh yang memeluknya itu. Kasih sayang ayah yang tak pernah ia kenal itu..... Ya, aku juga rindu padamu, Ayah. Ashra menjawab perkataan ayahnya (Sidjaja, 2007:132-133).

Mimpi yang mempertemukan Ashra kepada kedua orang tuanya, langsung

mencairkan perasaan rindunya yang membatu. Ashra memang tak pernah bertemu

dengan orang tuanya, tapi ketika ia telah merasakan pelukan dari ayahnya, ia bisa

Page 54: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

43

merasa adanya getaran kasih sayang. Keinginannya untuk merasakan cinta yang telah

sekian lama terpendam pun kemudian menjelma menjadi sebentuk rindu yang tak

tertahan. Keinginan itu lantas tercurahkan dalam sebuah mimpi pertemuan.

Seperti yang digambarkan dalam cerita tentang keluarganya, Ashra adalah

anak angkat dari pasangan Nyonya Ilivana dan Tuan Wadya. Entah sejak umur

berapa kemudian Ashra berpisah dengan kedua orang tua angkatnya itu. Yang jelas

Ashra hidup dan diasuh oleh neneknya. Namun orang tua angkat Ashra tahu kalau

anak angkatnya itu tidak mencintai mereka.

“….Aku menyayangi Ashra tetapi aku tak yakin ia merasa begitu pada kita,” sahut Nyonya Ilivana (Sidjaja, 2007:111).

Meskipun Ashra diasuh neneknya, tapi sebagai seorang anak ia sangat butuh

kasih sayang dari orang tua. Setidaknya Ashra mengetahui bedanya memiliki orang

tua angkat dan orang tua yang sebenarnya. Setelah Ashra mengetahui dirinya

bukanlah anak kandung, ia menjadi sedih. Batinnya bergejolak dan terus menyimpan

kerinduan untuk bertemu dengan orang tua yang melahirkannya. Ashra punya

keinginan kuat untuk merasakan cinta orang tuanya, sementara dalam kenyataan ia

hanya merasakan kasih sayang neneknya. Kondisi inilah yang menekan keinginan

Ashra untuk bertemu dan melampiaskan kerinduan dengan orang tua. Perasaan rindu

itulah yang ditekannya dalam kenyataan. Keinginan itu ditekan karena takut itu justru

akan menyakiti perasaan neneknya yang dalam kenyataan telah sekian lama merawat

Page 55: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

44

dan menyayanginya. Maka tidak heran bila pelampiasan rindu itu pun terbawa ke

dalam mimpinya.

6. Mimpi sebagai Wujud Keinginan Menggambarkan Otoritas Kekuasaan

Mimpi mengenai perebutan kekuasaan Tuhan ini, diakhiri oleh kemenangan

Chhya. Chhya adalah penguasa yang telah bercokol sebelumnya. Ashra hanya

sebentara saja menikmati kekuasaannya, setelah itu dia harus kalah dan musnah.

Upaya Ashra untuk menjadi penguasa selamanya, gagal.

Kau bisa apa, Ashra Trivurti? Kau gagal. Aku akan menjadi Prima Causa. Chhya lalu menghisap tubuh Ashra ke dalam tubuhnya (Sidjaja, 2007:272). Melalui sosok bernama Chhya, otoritas kekuasaan digambarkan sebagai

sesosok penguasa yang berbeda dengan lainnya. Chhya digambarkan sebagai

makhluk yang paling terang di sana. Di samping itu, sifatnya yang rakus dan haus

kekuasaan semakin menampilkan karakternya yang tak suka diusik dan dijatuhkan.

“Dan kalian tiga Tuhan terakhir, sekarang biarlah aku memakan kalian agar ketuhananku lebih sempurna lagi.” Chhya menyeringai dan membuka mulutnya. Mulut Tuhan yang bercahaya itu semakin lama menjadi selebar alam semesta dan akhirnya menelan semua yang ada di tempat itu.” (Sidjaja, 2007:273).

Segala cara dihalalkan untuk memperoleh kesempurnaan. Itulah alasan

mengapa sosok bernama Chhya tak peduli memangsa Ashra yang berupaya

menyingkirkan kekuasaannya.

Page 56: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

45

Ashra merasa terguncang mendengarnya. Memakan Noah? Apa maksudnya? Apa Silma belum cukup? Apa menjadi Tuhan harus mengalami kutukan seperti ini? Kau harus memakan mereka, orang-orang yang kau cintai dan tak bersalah padamu? (Sidjaja, 2007:270).

Dengan melihat kelemahan Ashra yang cenderung berbelas-kasihan, Chhya

berhasil melumpuhkan kekuasaan Ashra dengan cara mudah. Sikap belas kasihan

yang masih terselip di dalam diri Ashra telah dimanfaatkan oleh musuh besarnya.

Kekuasaan yang sejati, dengan demikian tidak mengenal belas kasihan. Untuk

menjadi penguasa yang tak terkalahkan haruslah otoriter. Ashra yang tak punya sikap

otoriter membuktikan bahwa kekuasaan yang penuh pertimbangan akan mudah

diruntuhkan. Ini menggambarkan bahwa hanya penguasa otoriterlah yang tak bisa

dikalahkan.

Keinginan penggambaran ini muncul dari kesadarannya akan adanya

penguasa tertinggi yang pernah diakuinya di kenyataan.

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Penguasa itu adalah penguasa waktu yang diyakini telah mengatur kematian

Marya, sahabatnya. Gejolak kesedihan dan kekesalan pun tak terbendung

menyaksikan keotoriteran penguasa waktu itu. Namun ia tak tahu kepada siapa ia

mesti mengadukan perasaannya. Si penguasa waktu yang sewenang-wenang (otoriter)

itu tak dapat ia temui dalam kenyataan. Ashra tidak tahu siapa dan seperti apa wujud

si penguasa waktu, ia ingin sekali mengetahuinya tapi tak bisa dan merasa kesal.

Dengan demikian represi dalam dirinya pun berusaha menekan keinginannya untuk

Page 57: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

46

menggambarkan wujud otoritas penguasa yang dijumpainya dalam kenyataan. Wujud

misterius mengenai sosok penguasa otoriter itu kembali ia tampilkan melalui

penggambaran sosok Chhya dalam mimpinya.

Mimpi mengenai sosok Chhya yang dialami oleh Ashra, mempunyai makna

bahwa dalam dirinya tersimpan keinginan yang kuat untuk menggambarkan

bagaimana sosok penguasa yang otoriter. Penguasa yang otoriter itu ia citrakan

sebagai sosok Chhya yang tidak punya rasa belas kasihan, membunuh sahabat sendiri

untuk mempertahankan keabadian. Melalui gambaran sifat dan sikap yang demikian,

Ashra tanpa sadar telah menunjukkan segenap keinginannya untuk menggambarkan

suatu otoritas kekuasaan yang ada dalam kenyataan.

B. Bentuk Fantasi

Dibandingkan dengan mimpi, fantasi lebih sedikit mendapat porsi dalam

novel Jukstaposisi. Meski demikian, persoalan fantasi memegang peran yang tak

kalah penting dalam memaknai cerita. Sebab walaupun hanya mempersoalkan gejala

psikologis tokoh, tapi fantasi kadang dipengaruhi juga oleh aspek nonpsikis. Fantasi

turut menjangkau persoalan di luar tokoh yang diteliti.

Peneliti akan menganalisis topik fantasi dengan menggunakan cara yang sama

dengan topik mimpi. Seperti cara yang digunakan sebelumnya, fantasi yang dianalisis

akan dikelompokkan menurut kategorinya.

1. Fantasi Menciptakan

Page 58: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

47

Di atas sebuah kertas, Ashra mengungkapkan salah satu bentuk fantasinya.

Dalam sebuah lukisan ia menggambar sebuah dunia yang muram. Dunia yang

dilukisnya itu adalah dunia yang dia tinggali. Hanya saja Ashra merepresentasikan

dunia berdasarkan pandangannya sendiri.

Gadis itu tersenyum kepada gambar-gambarnya. Dia mengambil tiga kertas berwarna putih lalu mulai menggambar. Di kertas pertama ia menggambar lingkaran hitam besar sampai hanya menyisakan sebuah titik putih yang tak terlalu besar. Di kertas kedua, dia menggambar lorong berkarpet merah, di tiap sisi lorong panjang itu ada banyak pintu tertutup dan di ujung lorong, ada gambar-gambar malaikat. Di kertas ketiga, dia menggambar dunia yang dia tinggali. Dia sedih melihat gambar ketiganya (Sidjaja, 2007:1). Yang dilukis Ashra adalah sebentuk dunia yang tergambar di dalam

benaknya. Representasi itu sebetulnya lahir dari bayangan fantasinya. Sebuah dunia

berwarna hitam dengan setitik sinar putih, lorong panjang berkarpet merah, dan

sebuah dunia yang ditinggalinya. Ketiga lukisan itu adalah ciptaan fantasi belaka.

Lukisan Ashra bukan sekadar meniru, melainkan menciptakan hal yang baru.

Menggambar dunia? Untuk apa? Aku bermimpi jadi Tuhan. Aku bermimpi menciptakan dunia (Sidjaja, 2007:2).

Dengan fantasi itu Ashra telah menciptakan bayangan-bayangan baru. Ia

berusaha untuk melepaskan diri dari kenyataan. Ashra membayangkan dirinya

menjadi Tuhan yang menciptakan dunia. Padahal sebetulnya ia bukanlah Tuhan.

Begitu pun dengan lukisan dunia yang dibuatnya, tidak sama dengan dunia yang di

Page 59: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

48

tinggalinya. Dunia yang ada dalam lukisannya berwarna hitam. Benak Ashra bekerja

penuh kreatif membentuk sebuah fantasi yang tak terbatas. Bayangan dalam benak

Ashra telah melampaui batas-batas kenyataan dan memasuki proses fantasi yang

menciptakan dunia sendiri.

2. Fantasi Terpimpin

Salah satu dongeng yang diceritakan oleh neneknya adalah dongeng tentang

kisah pertempuran Tuhan. Mendengar dongeng itu berarti Ashra harus menggunakan

fantasinya untuk mencerna keseluruhan cerita. Sosok makhluk bersayap yang

disebutnya sebagai Tuhan, pastilah tergambar di benak Ashra.

Benaknya melayang. Ashra ingat sewaktu masih kecil, dia sering didongengi sebuah cerita oleh nenek setiap malam. Bahwa dunia ini, pada dahulu sekali, manusia tidak mengenal adanya perbedaaan bahasa. Seluruh manusia menggunakan pikiran mereka jika ingin berkomunikasi satu sama lain. Lalu Ashra pun sering bertanya kepada neneknya.

Tiga Tuhan saling menghancurkan untuk merebutkan kekuasaaan mereka di dunia ini. Lalu pemenangnya adalah sang Tuhan yang memiliki sayap emas. Dialah yang membuat kekuatan tersebut punah dari dunia ini (Sidjaja, 2007:13).

Sementara Ashra mendengar, neneknya bercerita. Pada saat bersamaan, Ashra

berusaha menangkap seluruh cerita menggunakan fantasinya. Cara neneknya

bercerita merupakan cara untuk menuntun bayangan mengenai sesuatu yang

diceritakannya. Tuntunan neneknya itu dengan mudah dapat dicerna hingga Ashra

mengaku sangat suka setiap mendengar cerita dari neneknya itu.

Page 60: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

49

Dongeng itu sudah ia dengar berkali-kali dan dia tak pernah bosan mendengarnya. Ashra suka sekali cerita itu (Sidjaja, 2007:13).

Proses pembentukan fantasi Ashra, dengan demikian tidak bekerja menurut

kemauannya sendiri, tapi lebih didasarkan pada cerita yang didengarnya. Proses

fantasinya ini termasuk ke dalam fantasi yang terpimpin. Benaknya tidak bergerak

bebas mencipta bayangan lain akan tetapi dituntun untuk membentuk bayangan-

bayangan yang serupa di dalam cerita. Pada saat Ashra mencerna kisah-kisah yang

dipaparkan neneknya, fantasinya mulai membuat bayangan-bayangan mengenai

manusia yang berkomunikasi dengan pikiran, mengenai Tuhan yang bersayap dan

saling bertempur untuk memperebutkan kekuasaan. Bayangan-bayangan tersebut

terbentuk dengan baik hingga menimbulkan rasa suka dalam diri Ashra.

3. Fantasi yang Terjadi Secara Tidak Disadari

Suatu kali Ashra pernah terjebak dalam fantasi yang tanpa disadari telah

membangkitkan rasa belas kasihan dalam dirinya. Fantasi itu tiba-tiba muncul saat ia

tengah berada di dekat jalan raya. Penglihatannya mendadak seperti menangkap

sosok anak kecil yang pernah ia lihat sebelumnya. Ia mengira anak itu betul-betul

akan tertimpa musibah kecelakaan. Namun saat hendak menolong dan mengejar si

anak kecil, Ashra malah terkejut. Tersadar bahwa ia baru saja terlena dan tertipu oleh

fantasinya sendiri.

Dari sebelah kanan, Ashra bisa melihat sebuah truk kargo berukuran besar melesat ke arah anak itu tanpa sempat memperlambat lajunya….

Page 61: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

50

Anak itu terpental sejauh lima meter lalu tubuh kecil terbaring di jalan raya berlumuran darah. Aku harus menolongnya, pikir Ashra. Tak perlu berpikir dua kali, ia berlari ke arah tubuh anak itu tanpa melihat lalu lalang jalan raya (Sidjaja,2007:53). “Hei kamu cari mati ya!! Jangan berdiri di jalan!” Teriak seorang pengemudi angkot pada Ashra yang masih berdiri seperti orang bodoh di tengah jalan raya itu. Tidak ada mayat. Tidak ada darah, hanya Ashra yang sedang dimaki-maki oleh pengemudi kendaraan di jalan raya. Dia sekarang merasa seperti orang terdungu di dunia. Ashra langsung menyingkir ke trotoar (Sidjaja, 2007:54). Pikiran Ashra yang terbiasa dihadapkan pada hal-hal yang sifatnya tragis,

menyebabkan fantasi yang berlebihan. Tanpa disadari seolah-olah bayangan atas

peristiwa-peristiwa kematian telah merasuk dalam pikirannya. Kengerian-kengerian

yang disaksikan di sekelilingnya telah tersimpan dalam ingatannya. Kengerian–

kengerian itu muncul melalui ketaksadarannya, melalui fantasi yang tak mampu

dikendalikannya. Seolah-olah di sekelilingnya, peristiwa-peristiwa tragis mengenai

kecelakaan manusia itu, terus menghantuinya setiap saat. Padahal sebetulnya

peristiwa tersebut hanya bayangan dalam fantasinya belaka. Bayangan yang kembali

muncul tiba-tiba tanpa disadari.

Page 62: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

50

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis yang telah dilakukan, ada beberapa kesimpulan yang dapat

ditarik. Tokoh Ashra Trivurti sebagai tokoh yang dijadikan objek penelitian, telah

mengalami dua macam gejala kejiwaan, yakni mimpi dan fantasi. Kedua gejala itu

timbul dan dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial. Kondisi lingkungan yang buruk

serta interaksi sosial yang kurang memadai menjadi faktor utama yang membentuk

karakter Ashra menjadi seorang yang suka bermimpi dan berfantasi.

Ada tema besar yang dapat dilihat sebagai suatu persamaan dalam mimpi dan

fantasi yang dialami oleh Ashra. Ketika bermimpi dan berfantasi, Ashra selalu

menekankan mengenai gambaran buruk kehidupan nyata di sekelilingnya. Persamaan

ini sekaligus menandai betapa kuatnya pandangan pesimisme Ashra terhadap dunia

nyata. Sebagian besar pesimisme itu menjelma dalam bentuk mimpi dan fantasinya.

Ini dapat dilihat dalam analisis mengenai tokoh dan penokohan Ashra.

Melalui mimpi yang dialaminya itu tokoh Ashra sebetulnya mengungkapkan

suatu hasrat terpendam. Hasrat inilah yang disebut dengan keinginan. Berdasarkan

analisis makna mimpi, didapat gambaran bahwa sebagian besar keinginan dalam diri

tokoh Ashra bersifat kompleks. Dengan kata lain, keinginan-keinginan yang

diungkapkannya hampir menjangkau seluruh elemen kehidupan, mikrokosmos dan

makrokosmos. Sebagai contoh, hal-hal mengenai kematian, eksistensi Tuhan,

perasaan, dan kerinduan adalah sesuatu yang umum ada dalam kehidupan. Hal-hal

Page 63: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

51

tersebut ada yang bersifat absurd, ada pula yang cenderung bersifat logis.

Mengenai hal yang sifatnya absurd, keinginannya justru lebih besar dibanding

dengan hal yang lebih bersifat logis. Mimpi-mimpi mengenai kematian dan

eksistensi Tuhan, misalnya, lebih banyak mendapat daya dorong yang kuat.

Mimpi-mimpi itu menyiratkan keinginannya yang lebih besar dibanding dengan

keinginan lain.

Tekanan (represi) adalah unsur terpenting dalam memicu dorongan atau

keinginan dalam mimpi. Adanya unsur tekanan yang ikut mempengaruhi

keinginannya, dapat disebabkan karena beberapa faktor. Faktor tersebut yaitu,

tekanan dari luar diri sendiri. Tekanan dari luar, muncul karena kondisi

lingkungan sosialnya yang tidak mendukung. Situasi apartemen yang cenderung

tertutup, tidak memungkinkan terbangunnya komunikasi yang baik

antarpenghuni. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, Ashra sangat merasa

kesepian di apartemennya itu. Bahkan ia nyaris tak punya teman sama sekali

selain neneknya. Kemudian, buruknya situasi perkotaan, semakin

menyudutkannya ke dalam sikap pesimisme. Peristiwa-peristiwa negatif yang

kerap terjadi di daerah perkotaan, turut mempengaruhi pikirannya. Kondisi

lingkungan sosial telah membentuk sebuah kontradiksi sendiri. Di satu sisi, Ashra

ingin melampiaskan segenap persoalan dalam pikirannya, tapi di sisi lain tak satu

pun ada ruang untuk mengkomunikasikan pikirannya itu.

Selain itu, ada pula faktor lain yang ikut mempengaruhi besarnya

keinginan dalam diri Ashra. Kedekatan tokoh Ashra dengan hal-hal mitologi,

menimbulkan sikap yang tak rasional. Kenyataan dianggapnya sebagai sesuatu

Page 64: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

52

yang buruk semata. Ashra berkeyakinan bahwa yang indah bukanlah sesuatu yang

ada di kehidupan nyata, tapi justru yang ada dalam mimpi-mimpinya.

Makna mimpi-mimpi Ashra merupakan perwujudan lain dari

keinginannya yang ditekan. Keinginan Ashra yang berlainan membuat makna

mimpinya juga berlainan. Namun dari hasil analisis, makna mimpinya itu dapat

dikelompokkan ke dalam enam kategori, yakni: mimpi sebagai wujud keinginan

untuk menggugat kematian, mimpi sebagai wujud keinginan menghidupkan

mitos, mimpi sebagai wujud keinginan menolak kenyataan, mimpi sebagai wujud

keinginan untuk berkuasa, mimpi sebagai wujud keinginan melampiaskan rindu,

dan mimpi sebagai wujud keinginan menggambarkan otoritas kekuasaan.

Demikian hal yang sama diungkapkan pula melalui fantasinya. Melalui

sebuah lukisan buram, Ashra mencoba menggambarkan bagaimana rupa dunia.

Namun karena begitu kuatnya keyakinan surealis mempengaruhi dirinya, Ashra

pun menilai dunia ini tak nyata dan diciptakan oleh seorang pemimpi. Fantasi

Ashra bahkan telah memerangkapnya ke dalam labirin ketaksadaran.

Kesadarannya yang terkikis, membuat pandangannya kabur. Ashra jadi kesulitan

membedakan antara kenyataan dan angan-angan. Melalui mimpi dan fantasinya

itu, sebetulnya tersimpan tujuan yang sama, yakni meraih sesuatu di luar

kenyataan. Ashra bermaksud menjangkau dunia maya, yakni dunia yang hanya

ada di dalam pikirannya.

Fantasi yang dialami Ashra dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu

fantasi menciptakan, fantasi yang tak disadari dan fantasi terpimpin. Dalam

fantasi menciptakan, kemampuan jiwa Ashra bekerja secara penuh. Ia mencipta

Page 65: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

53

gambaran dunia yang betul-betul baru melalui sebuah lukisan. Kemudian

fantasinya mengenai peristiwa itu kecelakaan itu terjadi dalam ruang

ketaksadarannya. Fantasi itu muncul tiba-tiba dan Ashra tak kuasa untuk

mengendalikan fantasinya sebelum ia keluar dari ketaksadarannya. Sementara

untuk fantasi terpimpin, kesadarannya tak bisa bergerak bebas karena dibatasi

oleh lingkup objek cerita neneknya.

B. Saran

Penelitian mengenai makna mimpi dan bentuk fantasi dalam novel

Jukstaposisi ini merupakan sebuah tema yang ditinjau dari sudut pandang

psikologi sastra. Akan tetapi, ada lagi tema atau permasalahan yang masih bisa

diteliti. Tokoh-tokoh tambahan yang dihadirkan dalam novel, dapat dijadikan

obyek penelitian dari sudut pandang yang berbeda. Khususnya untuk tema

sosiologi sastra, tokoh-tokoh dalam novel ini dapat dikaji menurut interaksi

sosialnya. Dengan menggunakan latar sosial perkotaan, tentunya menyimpan

suatu budaya modern yang kompleks. Ini tentu akan menjadi penilitian yang tak

kalah menarik. Peneliti mengharapkan tema ini bisa diangkat oleh peneliti lain

untuk dijadikan obyek kajian selanjutnya.

Page 66: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

54

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, BU.1992. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Dharma, Agus dan Michael Adriyanto. 1987. Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga.

Esten, Mursad. 1990. Kesusastraan: Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung: Angkasa. Freud, Sigmund. 1979. Memperkenalkan Psikoanalisa. Terjemahan Dr. K. Bertens.

Jakarta: Penerbit PT Gramedia. Hall, Calvin S. 1995. Freud: Seks, Obsesi, Trauma dan Katarsis. Jakarta:

Delapratasa. Hartoko, Dick dan B Rahmanto. 1986. Panduan di Dunia Sastra. Yogyakarta:

Kanisius. Naisaban, Ladislaus. 2004. Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok

Pikiran dan Karya. Jakarta: Grasindo.

Nurgiantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Pradopo, Rachmat Djoko.1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan

Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ratna, DR. Nyoman Kutha. 2003. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Semi, Atar. 1989. Kritik Sastra. Bandung: Penerbit Angkasa Bandung.

Sidjaja, Calvin Michel. 2007. Jukstaposisi. Jakarta: Gagas Media

Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.

Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

Page 67: Skripsi MAKNA MIMPI DAN BENTUK FANTASI TOKOH ASHRA ... · hatinya kemudian dituangkan ke dalam sebuah fantasi, yaitu sebuah lukisan hitam nan muram. Unsur-unsur mimpi dalam kisah

55

Windyarti, Dara. 2005. “Psikologi dalam Kritik Sastra” Makalah Disampaikan dalam rangka Seminar Kritik Sastra, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta 20-22 September 2005.

Zaimar, Okke K.S. 2003. “Psikoanalisis dan Analisis Sastra” dalam Anggadewi

Moesono (Ed) Psikoanalisis dan Sastra. Depok: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya, Universitas Indonesia.