skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    1/118

    TIDUR DALAM PERSPEKTIF HADITS

    (Sebuah Kajian tentang Implikasi Pola Tidur Nabiterhadap Kesehatan)

    SKRIPSI

    Diajukan untuk memenuhi tugas dan Salah Satu Syarat Guna

    Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I).

    Disusun Oleh :

    MASRUKHINNIM: 109034000052

    JURUSAN TAFSIR HADITS

    FAKULTAS USHULUDDIN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

    SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    1435 H./2014 M.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    2/118

    Dengan kes

    keilmuan, penuli

    PERSPEKTIF

    terhadap Kesehat

    1. Skripsi i

    memenuh

    Theologi

    Negeri (U

    2. Semua s

    cantumka

    Universit

    3. Jika di k

    asli saya

    bersedia

    (UIN) Sy

    ii

    ERNYATAAN KEASLIAN KARYA

    adaran dan rasa tanggung jawab terhadap

    menyatakan bahwa skripsi dengan judul: T

    ADITS (Sebuah Kajian tentang Implikasi

    an) adalah:

    i merupakan hasil karya asli saya yang

    i salah satu persyaratan memperoleh gelar

    Islam [S.Th.I]) di Fakultas Ushuluddin

    IN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    mber yang digunakan dalam penelitian

    n sesuai dengan ketentuan yang berla

    s Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Ja

    emudian hari terbukti bahwa karya ini bu

    atau merupakan jiplakan dari karya orang

    enerima sanksi yang berlaku di Universit

    rif Hidayatullah Jakarta.

    Jakart

    NI

    pengembangan

    IDUR DALAM

    Pola Tidur Nabi

    diajukan untuk

    trata 1 (Sarjana

    niversitas Islam

    ini telah saya

    ku di kampus

    karta.

    kan hasil karya

    lain, maka saya

    as Islam Negeri

    a, 15 April 2014

    Penulis,

    Masrukhin

    . 109034000052

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    3/118

    iii

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    4/118

    iv

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    5/118

    v

    MOTTO

    Jika engkau tidak merasa malu, maka berkatalah semaumu

    Dan jika engkau tidak merasa malu, maka tulislah sekehendakmu

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    6/118

    vi

    PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB - LATIN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA TAHUN 2012/2013

    A. Konsonan Tunggal

    Huruf Arab Huruf latin Keterangan Tidak dilambangkan tidak dilambangkan b be t te ts te dan es j je h h (dengan garis bawah) kh ka dan ha d da dz de dan zet r er z zet s es sy es dan ye s es (dengan garis bawah) d de (dengan garis bawah) t te (dengan garis bawah) z zet (dengan garis bawah) koma terbalik ke atas, menghadap kekanan gh ge dan ha f ef q ki k ka l el m em n en w we h ha apostrog y ye

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    7/118

    vii

    B. Vokal

    Vokal dalam bahasa Arab, seperti bahasa Indonesia, terdiri dari vokal

    tunggal (monoftong) dan vokal rangkap (diftong). Berikut pemaparannya:

    1. Vokal Tunggal

    Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

    ______ a fathah

    , i kasrah

    ______ u dammah

    2. Vokal Rangkap

    Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

    ai a dan i au a dan u

    C. Vokal Panjang (Mad)

    Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan a (dengan topi di atas) i (dengan topi di atas) u (dengan topi di atas)Contoh :

    :qla

    :yaqlu

    :qla: sar

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    8/118

    viii

    D. Syaddah (Tasydd)

    Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

    dengan sebuah tanda, dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitudengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Namun, hal ini

    tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah

    kaata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya yang

    secaraa lisan berbunyi ad-daruurah, tidak ditulis ad-darrah, melainkan

    al-Darrah, demikian seterusnya.

    E. Ta MarbtahBerkaitan dengan alih aksara ini, jika hurufta marbtah terdapat pada

    kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan manjadi huruf

    /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbtah

    tersebut diikuti oleh kata sifat(naat) (lihat contoh 2). Akan tetapi, jika hurufta marbtah tersebut diikuti oleh kata benda (isim), maka huruf tersebut

    dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

    Contoh:

    No. Kata Arab Alih aksara

    1 Tarqah2 al-jmah al-islmiyyah

    3 wahdat al-wujd

    F. Kata SandangKata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan

    huruf, yaitu alif dan lam ( ), dialih aksarakan menjadi huruf /l/, baik diikutioleh hurufsyamsyiah maupunqamariyah. Contoh:al-Rijl,bukanar-rijl, al-

    Dwnbukanad-dwn.

    G. Huruf KapitalMeskipun dalam tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih

    aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan memiliki ketentuan

    yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia,antara lain yang menuliskan kalimat, huruf awal nama tempat nama bulan,

    nama diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama didahului oleh kata

    sandang, maka yang ditulis dengan huruf capital tetap huruf awal nama diri

    tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Ab Hmd al-

    Ghazl bukan Ab Hamd Al-Ghazl, al-Kind bukan Al-Kind.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    9/118

    ix

    ABSTRAK

    Masrukhin, NIM: 109034000052

    Tidur Dalam Perspektif Hadits (Sebuah Kajian tentang Implikasi Pola Tidur

    Nabi terhadap Kesehatan).

    Kata Kunci : Hadits, Tidur, Nabi dan Kesehatan

    Tidur merupakan kebutuhan primer yang menunjang kehidupan seseorang.

    Tidak dapat dibantah bahwa tidur merupakan salah satu hak tubuh, baik bagi

    manusia, maupun makhluk hidup lainnya yang perlu ditunaikan dan dijaga. Tidur

    sangat mempunyai andil dalam pemenuhan kesehatan. Pengaruh tidur begitu

    nyata dalam kehidupan. Melihat kenyataan tersebut, maka perlu ditengok kembali

    sebuah konsep tidur dalam Islam yang terpandu dalam hadits.

    Sisi lain dari keteladanan yang dicontohkan Nabi adalah terkait pola tidur.

    Namun demikian Ulama berbeda pendapat terkait pola tidur yang dilakukan Nabi,

    ada yang memahami sebagai bentuk kesunnahan, dan ada juga yang

    memahaminya sebagai bentuk tabiat saja dan tidak ada beban untuk

    mengikutinya. Namun yang menjadi pembahasan dalam skripsi ini bukanlah

    mempermasalahkan apakah pola tidur Nabi wajib diikuti atau tidak. Kajian yang

    akan menjadi pembahasan pada skripsi ini adalah mencari imlikasi pola tidur yang

    diajarkan Nabi terhadap kesehatan.

    Adapun pembahasan yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini adalah

    menemukan implikasi perihal pola tidur Nabi terhadap kesehatan. Karenakesehatan sendiri terdiri dari beberapa aspek, oleh karena itu penulis hanya

    membatasi tiga aspek saja, yaitu aspek kesehatan fisik, mental, dan sosial.

    Metode dalam penelitian ini bersifat kualitatif berdasarkan kajian kepustakaan

    (library research). Sedangkan dalam pengolahan data, metode yang digunakan

    penulis adalah deskriptif-analitik. Deskripsi yang dimaksud adalah memaparkan

    terkait hadits-hadits pola tidur Nabi secara apa adanya sebagaimana penjelasan

    Ulama yang terdapat dalam kitabsyarah, kemudian penulis menganalisanya dari

    sisi kesehatan. Sehingga jelas implikasi pola tidur Nabi terhadap kesehatan.

    Dari penelitian yang dilakukan, maka ditemukan beberapa kesimpulan, yaitu

    berdasarkan hadits-hadits terkait pola tidur Nabi yang termuat dalamal-Kutub al-

    Tisah jika diimplikasikan terhadap kesehatan, maka dapat diklasifikasikanmenjadi tiga aspek. Terkait kesehatan fisik terdapat delapan point, meliputi

    (berwudu, membersihkan tempat tidur, tidur di pagi hari, tidur di siang hari,

    posisi miring ke kanan, posisi tengkurap, telentang dan mematikan lampu),

    kesehatan mental terdapat enam poin, meliputi: (berwudu, membersihkan tempat

    tidur, tidur pagi hari, berdoa, tidur siang hari, tidur di antara Maghrib dan Isya dan

    begadang), dan terkait kesehatan sosial terdapat tiga poin, meliputi: (mematikan

    lampu, posisi telentang, dan begadang). Selain pertimbangan aspek kesehatan,

    aspek kualitas hadits dan aspek situasi dan kondisi juga penting untuk

    dipertimbangkan. Aspek-aspek tersebut hanya ditempatkan sebagai pertimbangan,

    bukan untuk memvetoijbarkeinginan setiap individu.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    10/118

    x

    KATA PENGANTAR

    Puja dan Puji syukur selalu penulis curahkan hanya kepada Allah Swt, yang

    selalu memberikan karunia rahmat dan hidayahNya sehingga penulis mampu

    menyelesaikan skripsi ini. Salawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan

    kepada pengkonstruk peradaban dunia Nabi dan Rasul Muhammad Saw, para

    keluarganya, para sahabatnya, paramuhaddits serta bagi semua umatnya.

    Selain itu, penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari keterlibatan para pihak

    yang telah memberikan kontribusi dan dukungannya. Dalam kesempatan ini

    penulis mengucapkan terima kasihJazakumullah Ahsanal Jazakepada:

    1. Kedua orang tua yang selalu mencintai, mengasihi, menyayangi,

    mendukung, dan mendoakan penulis (mama Mustafidz Talim dan mimi

    Samira Juairiyah). Tidak lupa juga buat kakak-kakakku tercinta, Nur

    Hakim (alm.), Siti Khadija, Ida, Khurratul Aini, Titin Safratin, Khoiran

    Makmun, Mami Alfia, Moch. Maskon dan Dewi Atun Saroh. Jangan

    pernah berhenti untuk selalu men-supportdan mendoakan adik bungsu-mu

    ini agar selalu menjadi orang yang bermanfaat.

    2. Dr. M. Isa H.A. Salam, MA, selaku dosen dan pembimbing penulis dalam

    proses penyusunan skripsi ini. Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA., Dr.

    Masykur Hakim, MA., M. Zuhdi Zaini, M.Ag., dan Jauhar Azizy, MA

    selaku tim penguji pada sidang skripsi penulis. Dan para dosen Fakultas

    Ushuluddin UIN Syahida Jakarta yang senantiasa meluangkan banyak

    waktu untuk mentransfer ilmunya kepada penulis.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    11/118

    3. Prof. Dr.

    Ushuluddin

    4. Prof. Dr. Ko

    Jakarta yang

    bertaraf Inter

    juga ucapan t

    5. Para staf

    Perpustakaan

    Perpustakaan

    6. Para kiyai,

    Syathori, Dr

    MA., Prof.

    Muhammad,

    dengan penu

    7. Para sahabat

    inspirasi dan

    Penulis s

    konstruktif

    selanjutnya.

    dan para pem

    xi

    ainun Kamaludin Faqih, MA, selaku

    IN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    marudin Hidayat, selaku rektor UIN Sya

    selalu berusaha menjadikan UIN Jakarta

    asional dan menjadi kiblat kampus Islam d

    rima kasih kepada seluruh staf rektorat.

    erpustakaan. Perpustakaan Fakultas (P

    Fakultas (PF) Kedokteran, Perpustakaan

    Utama (PU) UIN Syarif Hidayatullah Jakart

    H. Abdullah Muthi (alm.), KH. Ar.

    s. KH. Husein Muhammad, KH. Mahs

    Dr. KH. Chozin Nasuha, MA., Dr. K

    MA., serta semua guru yang telah m

    perhatian.

    dimanapun berada, penulis haturkan terima

    otivasinya.

    angat berharap adanya kritik dan sara

    demi kesempurnaan dan pengemban

    emoga skripsi ini bisa bermanfaat khusus

    aca secara umum.

    Jakart

    dekan Fakultas

    rif Hidayatullah

    sebagai kampus

    unia. Tidak lupa

    ) Ushuluddin,

    ascasarjana dan

    .

    bnu Ubaidillah

    n Muhammad,

    . Ahsin Sakho

    ndidik penulis

    kasih atas segala

    yang bersifat

    an penelitian

    nya bagi penulis

    a, 15 April 2014

    Penulis,

    asrukhin

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    12/118

    xii

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK .......................................................................................................... ix

    KATA PENGANTAR ......................................................................................... x

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii

    BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1

    A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

    B. Pokok Masalah .................................................................................... 5

    C. Tujuan, Manfaat dan Kegunaan Penelitian ......................................... 6

    D. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 7

    E. Metode Penelitian ............................................................................... 8

    F. Sistematika Pembahasan ................................................................... 13

    BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................. 15A. Makna Sehat dan Kesehatan ............................................................. 15

    B. Pandangan Umum tentang Tidur ...................................................... 18

    1. Definisi Tidur .............................................................................. 19

    2. Fisiologi Tidur ............................................................................ 22

    3. Faktor-Faktor Penyebab Tidur .................................................... 23

    4. Pola Tidur .................................................................................... 25

    C. Urgensi Tidur Bagi Tubuh ................................................................ 27

    D. Tidur yang Sehat ............................................................................... 30

    E. Gangguan Tidur ................................................................................ 33

    F. Mimpi dan Ruang Lingkupnya ......................................................... 34

    BAB III TINJAUAN REDAKSIONAL DAN ANALISIS SYARAH HADITS

    TENTANG POLA TIDUR NABI......................................................... 38

    A. Tinjauan Redaksional dan AnalisisSyarah Hadits tentang Pola

    Tidur Nabi ......................................................................................... 39

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    13/118

    xiii

    1. Anjuran Meninggalkan Tidur di Pagi Hari ................................. 39

    2. Anjuran Tidur di Siang Hari ....................................................... 42

    3. Larangan Tidur di Antara Maghrib dan Isya dan Begadang ....... 46

    4. Membersihkan Tempat Tidur ...................................................... 53

    5. Mematikan Lampu ketika tidur ................................................... 58

    6. Berwudu, Posisi Tidur Miring ke Kanan dan Berdoa ................. 60

    7. Larangan dan Pembolehan Posisi Tidur Telentang

    dan Meletakkan Kaki Satu ke Kaki yang Lain ........................... 67

    8. Larangan Tidur dengan Posisi Tengkurap .................................. 70

    BAB IV ANALISIS HADITS TENTANG POLA TIDUR NABI DAN

    IMPLIKASINYA TERHADAP KESEHATAN ................................. 73

    A. Analisis Hadits tentang Pola Tidur Nabi .......................................... 73

    B. Implikasi Pola Tidur Nabi terhadap Kesehatan ................................ 75

    1. Kesehatan Fisik ........................................................................... 76

    2. Kesehatan Mental ........................................................................ 84

    3. Kesehatan Sosial ......................................................................... 89

    C. Studi Pemahaman atas Pola Tidur Nabi ............................................ 90

    BAB V PENUTUP ............................................................................................. 96

    A. Kesimpulan ....................................................................................... 96

    B. Saran ................................................................................................. 97

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 98

    LAMPIRAN

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    14/118

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Agama Islam merupakan agama yang penuh dengan peraturan pada setiap sisi

    kehidupan yang mengatur bagaimana manusia berperilaku dalam kehidupan

    sehari-harinya. Hukum Islam telah teruji oleh perkembangan zaman sehingga

    dapat bertahan hingga saat ini.

    Islam sebagai agama yang mengusung misi rahmat li al-laminbenar-benar

    menaruh perhatian besar terhadap segala aspek kehidupan umat manusia, entah

    disaat manusia berada dalam kesusahan ataupun sebaliknya, sadar ataupun tidak

    sadar, bangun ataupun tidur, dengan kata lain, tidak ada satu-pun yang

    terlewatkan, semuanya telah dijelaskan dalam Islam. Salah satu perkara yang juga

    mendapat perhatian khusus adalah tidur. Allah menjadikan tidur sebagai sarana

    beristirahat1 dan menjadi salah satu bentuk dari tanda-tanda kekuasaanNya di atas

    makhluk-Nya. Sebagaimana dalam firman-Nya:

    Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu diwaktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian darikarunia-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benarterdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan. (Qs. al-Rm[30]: 23).

    1 Dan kami jadikan tidurmu untuk istirahat.(Qs. al-Naba[78]: 9). Lihatjuga pada Qs. al-Furqn [25]: 47.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    15/118

    2

    Imam Ibnu Katsr (13011372 M) memberikan penjelasan bahwa termasuk

    tanda-tanda kekuasaan Allah Swt ialah menjadikan sifat tidur bagi manusia di

    waktu malam dan siang, dengan tidur ketenangan dan rasa lapang dapat tercapai

    dan rasa lelah serta kepenatan dapat hilang.2 Allah Swt telah mengisyaratkan

    dalam al-Quran tentang pentingnya tidur dan menegaskan bahwa tidur adalah

    salah satu tanda kebesaran-Nya yang harus direnungkan.

    Sementara, sebagai penyampai dari aturan-aturan-Nya, Allah mengutus

    Raslullh Saw untuk menjadi pembimbing dan teladan bagi umat Islam

    khususnya, umumnya bagi manusia secara universal dan alam semesta dengan

    tujuan agar mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Allah berfirman mengenai

    suri tauladan beliau yang sayogyanya di ikuti oleh seluruh manusia:

    Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Raslullh itu suriteladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.(Qs. al-Ahzab [33] : 21).

    Bimbingan dan teladan yang beliau ajarkan dapat ditemukan dan dipelajari

    dari sabda-sabdanya yang diwariskan kepada umatnya, yakni berupasunnah yang

    terhimpun dalam bentuk hadits. Adapun yang termasuk tuntunan dan teladan

    beliau adalah bagaimana tata cara tidur. Begitu pentingnya tidur, sehingga

    Raslullh Saw mengajarkan bagaimana seharusnya tidur yang menyehatkan.

    2

    Imaduddin Ab al-Fida Isml bin Katsr al-Dimasyq. Tafsr al-Qurn al-Azm. 3th

    ed. (Beirut: Dr al-Marifah. 1989), Juz III, h. 402.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    16/118

    3

    Sebab tidur adalah istirahat yang paling baik. Semua orang membutuhkan tidur,

    selain makan dan minum, tidur merupakan titik awal munculnya energi baru.

    Setiap orang tidak akan terlepas dari faktor-faktor biologis (motiv biologis)

    yang selalu membutuhkan istirahat atau tidur agar mempertahankan status

    kesehatan pada tingkat yang optimal.3 Prof. William C. dan Dement, seorang

    pakar kesehatan tidur percaya bahwa untuk menjaga kesehatan, seseorang harus

    memperhatikan tiga komponen, yang disebut The Triumvirate of Healt, meliputi:

    kesehatan fisik, keseimbangan nutrisi dan tidur yang sehat.4

    Raslullh Saw mengingatkan kepada segenap kaum muslimin dan seluruh

    umat manusia bahwa untuk mewujudkan kehidupan ideal, harus ada

    keseimbangan diri, antara pemenuhan kebutuhan jasad dengan kebutuhan rohani,

    yakni malaksanakan hak-hak jasad dan hak-hak ruh (jiwa), adapun salah satu hak

    jasad adalah mata, yaitu tidur. Namun, dalam realitanya banyak dari kalangan

    umat Islam yang tidak mengikuti pola tidur yang diajarkan oleh Raslullh Saw

    sebagai panutannya, mereka menganggap tidur adalah perihal sepele yang tidak

    perlu adanya ketentuan khusus. Sehingga dampaknya banyak terjadi efek dan

    kasus negatif, seperti kasus yang dominan dilakukan pada malam hari, misal

    pencurian, perjudian, minuman keras, dan kasus lainya yang dapat memberikan

    dampak buruk terhadap dirinya sendiri dan orang lain (sosial). Padahal Raslullh

    Saw menganjurkan seseorang untuk meninggalkan tidur larut malam (begadang),

    disebutkan dalam sebuah hadits:

    3 Jalaluddin Rakhmat.Psikologi Komunikasi. 6th ed. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2008), h. 35.

    4

    Andreas Prasadja. Ayo Bangun! dengan Bugar karena Tidur yang Benar. (Jakarta:Hikmah, 2009), h. 3.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    17/118

    4

    5.

    Artinya : Diriwayatkan dari Ab Barzah bahwasanya Raslullh Sawmembenci tidur sebelum Isya dan bercakap-cakap setelahnya.

    Selain waktu tidur, Beliau juga memberikan arahan tentang bagaimana posisi

    tidur yang baik, beliau bersabda :

    .6Artinya : ... Diriwayatkan dari al-Bara' bin 'zib, dia berkata: NabiSaw bersabda: "Jika kamu mendatangi tempat tidurmu maka wudulahseperti wudu untuk salat, lalu berbaringlah pada sisi kanan badanmudan ucapkanlah: ya Allah, aku pasrahkan wajahku kepada-Mu, akuserahkan urusanku kepada-Mu, aku sandarkan punggungku kepada-Mudengan perasaan senang dan takut kepada-Mu. Tidak ada tempat

    berlindung dan menyelamatkan diri dari siksa-Mu melainkan kepada-Mu. Ya Allah, aku beriman kepada kitab-Mu yang Engkau turunkandan kepada Nabi-Mu yang Engkau utus. Jika kamu meninggal pada

    malammu itu, maka kamu dalam keadaan fitrah dan jadikanlah doa inisebagai akhir kalimat yang kamu ucapkan. al-Bara' bin 'zib berkata,"Maka aku ulang-ulang doa tersebut di hadapan Nabi Saw hinggasampai pada kalimat: Allahumma amantu bikitab kalladz anzalta,aku ucapkan: wa Rasulika, beliau bersabda: "Jangan, tetapi, dankepada Nabi-Mu yang Engkau utus."

    5 Ab Abdillah Muhammad bin Isml bin Ibrahm bin Mughrah bin Bardizbah al-Bukhr al-Juf. Sahh Bukhr. 6th ed. (Bairut: Dr al-Kutub al-Ilmiyyah, 2009), h. 117, haditske-568. Hal ini juga sejalan dengan firman Allah dalam Qs. al-Naml[27]: 86.

    6

    Ibid., h. 61-62, hadits ke-247. Lihat juga hadits ke- 626 (h. 126), hadits ke-6310 (h.1155), hadits ke-994 (h. 186), hadits ke-1123 (h. 210), dan hadits ke-1160 (h. 216).

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    18/118

    5

    Kedua hadits di atas merupakan salah satu bentuk perhatian Raslullh Saw

    kepada umat manusia. Semakin tidak teraturnya tidur, semakin banyak pula

    dampak dan efek negatif yang ditimbulkan darinya. Bukan saja masalah itu, para

    ilmuan, intelektual Muslim dan Ulama juga sedikit sekali yang mengkaji tentang

    keseharian Nabi secara detail. Sehingga yang terjadi adalah pemahaman semata,

    tanpa adanya praktek. Selain itu, masalah selanjutnya adalah apakah pola tidur

    Nabi mempunyai implikasi dalam membantu tercapainya kesehatan?.

    Oleh karena itu, dengan melihat latar belakang masalah di atas, yaitu tentang

    pentingnya tidur teratur, menyehatkan dan sesuai dengan tuntunan Raslullh

    Saw, maka kajian skripsi ini diberi judul TIDUR DALAM PERSPEKTIF

    HADITS (Sebuah Kajian tentang Implikasi Pola Tidur Nabi terhadap

    Kesehatan).

    B. Pokok Masalah

    Dari pemaparan latar belakang di atas, dapat diketahui bahwa hadits yang

    berbicara tentang tidur perlu penjelasan yang lebih tepat dan perlu dikaitkan

    dengan kajian kesehatan. Oleh karena itu, untuk lebih memfokuskan

    permasalahan yang akan dikaji, penulis merumuskan beberapa pokok masalah

    dari penelitian hadits tentang tidur tersebut, antara lain:

    1. Bagaimana redaksi hadits dan penjelasan Ulama tentang pola tidur Nabi?

    Apakah hadits tersebut dapat dipahami secara tekstual atau kontekstual,

    dan apakah kandungan haditsnya bersifat universal, termporal atau lokal?

    2. Bagaimana relevansi dan implikasi pola tidur Nabi terhadap kesehatan?

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    19/118

    6

    C. Tujuan, Manfaat dan Kegunaan Penelitian

    Sesuai dengan latar belakang masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk

    mengetahui implikasi pola tidur Nabi terhadap kesehatan. Adapun manfaat yang

    harapkan dari penelitian ini adalah:

    1. Secara teoritis, penelitian ini akan menambah khazanah keilmuan yaitu

    memperkaya perbendaharaan matan hadits terkait pola tidur Nabi yang

    direkam dalam kitab-kitab hadits, mengungkapkan implikasinya terhadap

    kesehatan dan juga untuk mengetahui kandungan hadits tersebut bersifat

    universal, temporal atau lokal.

    2. Secara praktis, hasil penelitian ini memberikan panduan yang jelas tentang

    pola tidur yang benar dan dapat menghantarkan pada kesehatan. Kemudian

    diharapkan pengetahuan yang telah diperoleh akan menghasilkan

    keberkahan dalam hidup, membentuk kepribadian yang beretika dan

    menjauhkan diri dari perilaku yang tidak baik. Diharapkan juga dapat

    menambah keteguhan dan kekuatan dalam beriman, khususnya terhadap

    keabsahan hadits-hadits Nabi yang memuat kebaikan dalam kehidupan,

    dan umumnya terhadap ajaran yang disyariatkan kepada umat Islam.

    Sedangkan kegunaan dari penelitian ini dilakukan, antara lain:

    1. Secara akademik, penelitan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

    pemahaman bagi perkembangan pemikiran wacana keagamaan dan

    menambah khazanah literatur studi hadits di Indonesia.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    20/118

    7

    2. Secara sosial, penelitian ini diharapkan berguna bagi lingkungan umat

    Islam dan umumnya bagi seluruh manusia, sehingga dapat mengatur pola

    tidur sesuai dengan ketentuan syariat dan baik untuk kesehatan.

    3. Mengingatkan kembali kepada masyarakat tentang dampak yang

    ditimbulkan dari tidak teraturnya tidur terhadap berbagai aspek. Baik

    aspek pribadi, keagamaan maupun aspek sosial.

    D. Tinjauan Pustaka

    Kajian yang mengungkap tentang tidur bukanlah merupakan pembahasan

    yang baru. Dalam beberapa kitab dan buku telah ditemukan pembahasan yang

    cukup luas tentang tidur. Bahkan para penulis kontemporer sudah menjadikan

    bahasan yang lebih luas dalam satu buku. Begitu juga penulisan dalam bentuk

    makalah, artikel dan jurnal tentang topik tidur ini dari berbagai aspek.

    Karya yang ditulis oleh Muhammad Hasan YusufEtika Tidur Nabi,7 karya

    terbaru Misteri Tidur8 yang ditulis oleh Ahmad Syawqi Ibrahim. Kedua karya

    tersebut memuat beberapa bahasan tidur dari aspek agama dan ilmiah. Dalam

    karya terbaru juga terdapat pembahasan terkait, yaitu Ajaibnya Bangun Pagi dan

    Bangun Malam,9 karangan Muhammad Yusuf bin Abdurrahman. Dalam buku

    tersebut dijelaskan juga beberapa cara untuk meraih hidup sehat, termasuk di

    dalamnya adalah pola waktu tidur. Dan banyak juga buku, artikel ataupun majalah

    yang membahas tentang perihal tidur dari beragam pendekatan.

    7 Muhammad Hasan Yusuf.Etika Tidur Nabi Saw. Penerjemah Saiful Aziz. (Solo: MediaDzikir, 2008).

    8 Ahmad Syawqi Ibrahim. Misteri Tidur. Penerjemah Syamsu A. Rizal dan LuqmanJunaidi. (Jakarta: Zaman, 2013).

    9

    Muhammad Yusuf bin Abdurrahman. Ajaibnya Bangun Pagi dan Bangun Malam:Untuk Kesehatan Tubuh dan Jiwa. Jogjakarta: DIVA Pres, 2013.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    21/118

    8

    Dari penelusuran pustaka yang dilakukan terhadap beberapa karya tersebut,

    dapat diketahui bahwa belum ada penelitian yang secara khusus membahas

    implikasi pola tidur Nabi terhadap kesehatan sebagaimana yang akan dikaji dalam

    skripsi ini. Dengan demikian, penulis mengadakan penelitian hadits-hadits yang

    dituangkan dalam skripsi ini yang khusus membahas pola tidur Nabi yang

    mempunyai implikasi terhadap kesehatan. Dan pada dasarnya pembahasan ini

    merupakan telaah pertama dalam kajian Implikasi Pola Tidur Nabi terhadap

    Kesehatan.

    E. Metode Penelitian

    1. Jenis penelitian

    Untuk menjawab persoalan yang telah diuraikan pada pokok masalah,

    maka dalam penelitian ini dibutuhkan data-data deskriptif, yakni berupa kata-

    kata tertulis bukan berupa angka ataupun lapangan. Dengan demikian,

    penelitian ini tergolong pada penelitian kualitatif10 deskriptif, atau bisa disebut

    dengan metode dokumentasi. Sementara, jika dilihat dari tempatnya,

    penelitian ini termasuk kategori penulisan konsep, yaitu jenis penelitian studi

    kepustakaan (library research), yaitu melalui data yang lebih memerlukan

    olahan filosofik dan teoritik daripada uji empirik. Dalam hal ini, penulis

    menggunakan serta memanfaatkan literatur-literatur yang berkaitan dengan

    permasalahan yang dikaji.

    10 Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penulisanyang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

    perilaku yang dapat diamati. Liohat Lexy J. Moleong.Metodologi Penulisan Kualitatif. (Bandung:Rosdakarya, 2005), h. 3.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    22/118

    9

    Untuk itu dalam penelitian ini, penulis menempatkan diri sebagai

    instrumen, bertindak sebagai perencana, pelaksana pengumpul data, analis,

    penafsir data tentang kajian tidur dalam perspektif hadits, yang pada akhirnya

    menjadi pelopor dari hasil penelitian ini.

    2. Pendekatan Penelitian

    Untuk menjawab persoalan yang termuat dalam pokok masalah, maka

    dibutuhkan sebuah pendekatan yang relevan sebagai perangkat analisisnya.

    Dalam hal ini, penulis menggunakan tiga pendekatan, yaitu:

    a. Pendekatan kesehatan (fisik, mental [psikologi] dan sosial), digunakan

    untuk melacak kebenaran tentang implikasi hadits sebagai alat bantu

    dalam proses menuju kesehatan.

    b. Pendekatan tekstual, dipergunakan sebagai pisau analisis terhadap

    pemaknaan hadits secara tekstual baik melalui pemaknaan terhadap

    makna gramatikal ataupun makna leksikalnya.

    c. Pendekatan kontekstual, digunakan untuk melihat latar belakang baik

    eksternal maupun internal, yaitu menyelidiki keadaan khusus yang

    dialami saat kemunculannya.11 Kaitannya dengan penelitian ini, secara

    khusus digunakan untuk mengkajiAsbb al-Wurdhadits.

    11 Bakker dan Zubair.Metode Penulisan Filsafat, h. 52.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    23/118

    10

    3. Sumber Data

    Menurut Sugiyono dalam bukunya Memahami Penulisan Kualitatif,

    membagi jenis data menjadi dua bagian, yaitu data primer dan data skunder.12

    Adapun yang termasuk sumber primer dalam penelitan ini, yaitu kitab-kitab

    hadits yang termuat dalam Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam

    Hadits13beserta kitab-kitabsyarah-nya.14 Dengan alasan bahwa hadits yang

    diteliti oleh penulis semuanya terdapat di Lidwa Pusaka dan karena hadits

    yang tercantum dalam kitab-kitab tersebut telah diakui otentitasnya oleh para

    Ulama. Dalam penelitiannya, penulis menggunakan kamus hadits al-Mujam

    al-Mufahras li Alfaz al-Hadits al-Nabaw,15 karya A.J. Wensinck sebagai

    alat untuk mengetahui letak dimana redaksi-redaksi hadits tentang tidur

    termuat dalam kitab-kitab tersebut. Kemudian untuk mengolah data primer

    dan mempertajam analisis, penulis juga menggunakan data-data sekunder,

    yaitu berupa buku, kitab, artikel, tulisan ilmiah, dan lain sebagainya yang

    dapat mendukung penelitian dalam skripsi ini.

    12 Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepadapengumpul data. Sedangkan sumber data skunder adalah sumber data yang tidak langsungmemberikan data kepada pengumpul data, atau data yang mengutip dari sumber lain sehingga

    tidak bersifat otentik karena sudah diperoleh dari sumber kedua dan ketiga. Sugiyono.MemahamiPenulisan Kualitatif. (Bandung: CV Alfabeta, 2005), h. 62.13 Yaitu: Sahh Bukhr, Sahh Muslim, Sunan Ab Dwud, Sunan Ibnu Mjah, Sunan al-

    Tirmidz, Sunan al-Nas, Musnad Ahmad bin Hanbal, Muwatto, dan Sunan al-Drim. Kitab-kitab tersebut disebut dengan al-Kutub al-Tisah.

    14 Dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan satu kitab syarah dari kitab-kitabtersebut. Yaitu tujuh kitab, diantaranya adalah:Fath al-Br, karya Ibnu Hajar al-Asqaln, Syarhal-Nawaw ala Muslim, karya Imam al-Nawaw, Syarh Sunan Ibnu Mjah karya al-Suyt, AbdulGhan dan Ab al-Hasan al-Dahlaw, al-Arf al-Syadz Syarh Sunan al-Tirmidz, karya MuhammadAnwar Syah bin Muazzam al-Kasymir, Hasyiyah al-Sanad ala al-Nas, karya Nuruddin binAbdul Had al-Sanad, al-Muntaq Syarh al-Muwatta, karya Khalaf bin Sulaiman bin Saad Abual-Walid al-Andalus al-Malik, dan Aun al-Mabd Syarh Sunan Ab Dwud, karya MuhammadSyamsul Haq al-Azm.

    15

    A.J. Wensinck. al-Mujam al-Mufahras li Alfaz al-Hadts al-Nabaw. (Leiden:Maktabah Bril, 1936).

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    24/118

    11

    4. Teknik Pengumpulan Data

    Seperti diketahui bahwa penelitian ini tergolong ke dalam penelitian studi

    kepustakaan (library research), sehingga data yang dibutuhkan adalah data

    yang diperoleh dari hasil telaah terhadap berbagai literatur, maka instrumen

    pengumpulan terhadap data-data tersebut adalah dengan menggunakan metode

    dokumentasi.13

    Dalam melakukakan pengumpulan terhadap data-data yang dibutuhkan,

    terlebih dahulu mengidentifikasi sumber data yang dapat dijadikan sebagai

    objek telaah dalam penelitian, kemudian dilanjutkan dengan upaya

    pengumpulan data-data dari berbagai sumber yang telah ditentukan baik

    sumber primer maupun sumber sekunder dengan cara menghimpun hadits-

    hadits yang sesuai dengan tema sentral yang sedang diteliti melalui kamus

    hadits al-Mujam al-Mufahras. Selain penelusuran terhadap kamus tersebut,

    digunakan juga program Lidwa Pusaka i-Software- Kitab 9 Imam Hadits

    dan al-Maktabah al-Symilah. Setelah itu, kemudian dimasukkan data-data

    sekunder berupa literatur-literatur tentang kesehatan untuk mengetahui

    implikasi pola tidur Nabi terhadap kesehatan.

    5. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

    Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah melakukan

    pengolahan atas data-data tersebut. Dalam proses penelitian ini, penulis

    menggunakan metode deskriptif16 analitik.17 Metode deskripitif penulis

    16 Metode deskriptif adalah menguraikan secara teratur seluruh konsep yang akan di kaji.

    Lihat Anton Bakker dan Achmad Charris Zubair. Metode Penulisan Filsafat. (Yogyakarta:Kanisius, 1994), h. 65.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    25/118

    12

    gunakan untuk memaparkan data dan memberikan penjelasan secara

    mendalam mengenai sebuah data dan juga untuk menyelidiki dengan

    menuturkan, menganalisa data-data kemudian menjelaskannya.18 Dalam hal

    ini penulis mengambil penjelasan dari para Ulama melalui kitab-kitab syara.

    Sedangkan metode analitik yang dimaksud adalah menjelaskan hadits-hadits

    tentang pola tidur Nabi dan implikasinya terhadap kesehatan. Sehingga

    menjadi jelas keterlibatan pola tidur Nabi dalam membantu pemenuhan

    kesehatan.

    Selain itu, penulis juga menggunakan metode deduktif (deduksi)19 dan

    induksi. Metode deduktif digunakan untuk menguraikan data dari suatu

    pendapat yang bersifat umum kemudian diuraikan menjadi hal-hal yang

    bersifat khusus. Sedangkan metode induksi merupakan alur pembahasan yang

    berangkat dari realita-realita yang bersifat khusus atau peristiwa konkrit,

    kemudian ditarik secara general sehingga bersifat umum.

    Setelah mengelola data-data tersebut, maka diharapkan penelitian ini dapat

    terlaksana secara rasional, sistematis dan terarah. Sementara, terkait dengan

    teknik penulisan, skripsi ini merujuk pada pedoman penulisan skripsi UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012-2013.20

    17 Metode analitik adalah metode yang digunakan untuk pemeriksaan secara konseptualatas data-data yang ada, kemudian diklasifikasikan sesuai permasalahan, dengan maksud untukmemperoleh kejelasan atas data yang sebenarnya. Lois O Katsoff.Pengantar Filsafat. PenerjemahSuyono Sumargono. (Yogyakarta: Tiara Wacana,1992), h. 18.

    18 Bakker dan Zubair.Metodologi Penelitian Filsafat, h. 70.19 Deduktif atau deduksi merupakan alur pembahasan yang berangkat dari realitas yang

    bersifat umum kepada sebuah pemaknaan yang bersifat khusus. Sutrisno Hadi. Metode ResearchI. (Yogyakarta: Andi Offset, 1987), h. 42.

    20

    Tim AAK UIN Jakarta. Pedoman Akademik: Program Strata 1 2012-2013. (Jakarta:Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan UIN Jakarta, 2012).

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    26/118

    13

    F. Sistematika Pembahasan

    Untuk memudahkan proses penulisan skripsi ini, agar masalah yang diteliti

    dapat dianalisa secara tajam dan sesuai apa yang diharapkan, oleh karena itu,

    dalam penulisan skripsi ini, setidaknya penulis membuat bagan mengikuti

    sistematika sebagai berikut:

    Bab I, dalam bab pertama terlebih dahulu diuraikan seputar latar belakang

    masalah yang menjadi kegelisahan akademik penulis. Dari latar belakang itulah

    kemudian dirumuskan sebuah pertanyaan sekaligus pokok masalah yang akan

    dikaji, dan tentu saja pokok masalah tersebut akan dijawab melalui tujuan dan

    kegunaan penelitian. Pada bagian ini juga diutarakan tentang telaah pustaka

    terdahulu yang dijadikan sebagai parameter untuk mengetahui sejauh mana

    orisinalitas penelitian yang sedang penulis lakukan. Begitu juga metode penelitian

    yang penulis gunakan, kemudian diakhiri dengan sistematika pembahasan sebagai

    gambaran umum dari penelitian ini.

    Bab II, memuat tentang kajian pustaka, meliputi: pada sub babpertama akan

    di bahas tentang makna sehat dan kesehatan. Sub bab kedua akan di kaji

    pandangan umum tentang tidur. berisi: definisi tidur, fisiologi tidur, faktor yang

    mempengaruhi tidur, pola tidur, urgensi tidur bagi tubuh, tidur yang sehat,

    kemudian diakhiri dengan gangguan tidur. Selain itu, pada sub bab keempat

    dibahas mengenai mimpi dan ruang lingkupnya. Pentingnya kajian pustaka ini

    adalah sebagai titik tolak dalam menganalisis tema yang dijadikan sebagai fokus

    dalam penelitian ini.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    27/118

    14

    Bab III, dalam bab tiga ini hanya terdapat satu sub bab, yakni tentang

    redaksional hadits tentang pola tidur Nabi yang variatif dengan

    mengkategorisasikan berdasarkan perbedaan redaksional beserta syarahnya.

    Klasifikasi bab meliputi: redaksi hadits, terjemah hadits dan penjelasan (syarah)

    hadits. Sehingga diperoleh kesimpulan mengenai kehujjahannya.

    Bab IV, berisi pemahaman yang diperoleh melalui berbagai pendekatan

    sehingga pada akhirnya diperoleh kesimpulan analisis mengenai hadits-hadits

    tentang pola tidur Nabi dan implikasinya terhadap kesehatan (fisik, mental dan

    sosial), kemudian dilanjutkan dengan studi pemahaman atas pola tidur Nabi yang

    dihasilkan melalui pendekatan tersebut.

    Bab V, penutup, sebagai bagian akhir dari rangkaian penulisan disajikan

    tentang kesimpulan sebagai intisari dan jawaban dari hasil penelitian, begitu juga

    saran-saran sebagai tindak lanjut terhadap hasil penelitian ini.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    28/118

    15

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Makna Sehat dan Kesehatan

    Kesehatan merupakan salah satu hak tubuh dan hak asasi manusia, bahkan

    bagi seluruh makhluk hidup lainnya. Kesehatan merupakan sesuatu yang sesuai

    dengan fitrah manusia, Kesehatan merupakan persoalan universal yang menjadi

    kebutuhan dasar. Kesehatan menjadi salah satu unsur utama kesejahteraan.

    Secara psikologi manusia mempunyai tabiat pencari keuntungan (hedonisme).

    Manusia mengejar kesenangan dan menghindari kesakitan.1 Pendapat ini

    merupakan penjelas bahwa manusia sangat mengutamakan memperoleh keadaan

    sehat. Dalam pembahasan ini, penulis akan memilah antara sehat dan

    kesehatan agar dapat diketahui definisi dari keduanya secara jelas.

    1. Sehat

    Secara bahasa, definisi sehat adalah baik seluruh badan serta bagian-

    bagiannya (bebas dari sakit),2 atau sinonim dengan kondisi tidak sakit dan

    antonim dari sakit. Sehat diartikan sebagai kondisi yang normal dan alami.

    Sehat bersifat dinamis yang statusnya terus menerus berubah. Secara

    gamblang definisi sehat dalam berbagai tinjauan, antara lain :

    1Dikutip dari Sarwono (1995), oleh Zikri Neni Iska. Psikologi: Pengantar Pemahaman

    Diri dan Lingkungan. (Jakarta: Kizi Brothers, 2006), h. 8.2

    Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Tim Penyusun Kamus PusatBahasa, 2008), h. 1248.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    29/118

    16

    a) Menurut WHO (World Healt Organization), sehat adalah keadaan

    keseimbangan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial. Tidak

    hanya bebas dari penyakit dan kelemahan.

    b) Menurut Parson, sehat adalah kemampuan optimal individu untuk

    menjalankanperan dan tugasnya secara efektif.

    c) Menurut Undang-Undang Kesehatan RI No. 23 tahun 1992, sehat

    adalah keadaan sejahtera tubuh, jiwa dan sosial yang memungkinkan

    setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.3

    2. Kesehatan

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kesehatan diartikan sebagai situasi

    dalam keadaan sehat.4 Secara istilah, kesehatan adalah keadaan sejahtera

    badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

    secara sosial dan ekonomis.5 Kesehatan mempengaruhi tingkat fungsi

    seseorang, baik dari segi fisiologis, psikologis maupun dimensi sosiokultural.6

    Dalam Islam, kesehatan sangat diutamakan dan merupakan nikmat yang

    sangat besar, sehingga dalam sebuah hadits Nabi menggandengkan dua nikmat

    yang sangat besar bagi manusia, yaitu nikmat iman (keyakinan) dan

    kesehatan. Sebagaimana dalam sabdanya:

    3Ns. Asmadi. Konsep Dasar Keperawatan. (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,

    2008), h. 28.4

    Depdiknas.Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1248.5

    Redaksi Best Publiser. Undang-Undang Kesehatan dan Praktek Kedokteran.

    (Yogyakarta: Best Publiser, 2009), h. 6.6Asmadi.Konsep Dasar Keperawatan, h. 27.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    30/118

    17

    Artinya: Wahai manusia, sesungguhnya manusia tidak diberi yang

    lebih baik di dunia daripada keyakinan dan kesehatan, maka mohonlah

    keduanya kepada Allah Swt.7

    Dalam hadits tersebut Nabi merangkaikan persyaratan mendasar untuk

    memperoleh kesejahteraan dunia dan akhirat. Iman adalah dasar untuk

    keselamatan dalam hidup, terutama untuk kehidupan setelah mati. Sedangkan

    kesehatan adalah syarat untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia. Karena

    betapa pun banyak nikmat yang dimiliki akan menjadi tidak bermakna ketika

    jatuh sakit.

    Seseorang yang memiliki kesehatan dianggap telah mempunyai sepertiga

    dari isi dunia. Sebagaimana sabda Raslullh Saw: Barang siapa yang

    merasa aman di rumahnya, sehat badannya, mempunyai kekuatan untuk

    menjalani hari-harinya, maka seolah-olah dia telah memiliki dunia ini.8

    Namun, seiring banyaknya kegiatan yang dilakukan, nikmat kesehatanpun

    menjadi terlupakan. Sehingga menimbulkan dampak yang serius dalam

    kehidupan. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Saw:

    9

    .Artinya: Diriwayatkan dari Ibnu Abbs r.a. dia berkata: Nabi Saw

    bersabda: Dua kenikmatan yang sering dilupakan oleh kebanyakan

    manusia adalah kesehatan dan waktu luang.

    7Lihat Ab Abdillh Amad bin Muhammad bin anbal bin Hill bin Asad al-Syaibn.

    Musnad Amad bin anbal. (Riyad: Bait al-Afkr al-Dauliyah, 1998), hadits ke-3207.8

    Hadits dikutip dari Adnan Tarsyah. 16 Jalan Kebahagiaan Sejati. Penejemah Arum

    Tirta Sari, (Jakarta: Hikmah, 2006), h, 1.9

    Ab Abdillh Muhammad bin Isml bin Ibrahm bin al-Mughrah bin Bardizbah al-

    Bukhr al-Juf. Sahh al-Bukhr. 6th

    ed. (Lebanon: Dr al-Kutub al-Ilmiyah, 2009), h. 1172,hadits ke-6412.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    31/118

    18

    Simpul-simpul pemeliharaan kesehatan dalam Islam terletak pada

    kehidupan yang bersih, aktif, tenang, moderat, adil, proporsional, seimbang,

    dan alami. Islam melarang melakukan sesuatu dengan mengabaikan

    kebutuhan diri. Sebagai akhir dari pembahasan ini, penulis cantumkan sebuah

    renungan dari firman Allah Swt:

    .Artinya: Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscayakamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-

    benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs. al-Nahl[16]: 18).

    A. Pandangan Umum tentang Tidur

    Tidur telah menjadi subjek spekulasi10 dan pemikiran sejak zaman filsuf

    Yunani kuno.11 Penelitian menemukan cara untuk mempelajari tidur secara

    sistematis dan obyektif, yaitu dengan munculnya teknologi baru

    electroencephalograph (EEG).12 Melalui teknologi tersebut, para ilmuan mampu

    menyelidiki tidur dan fenomena terkait. Namun tidak semua peneliti setuju

    dengan beberapa argumen yang ditawarkan sebelumnya. Sehingga masalah tidur

    menjadi bahan kajian para ilmuan yang terus berlanjut.

    Sejumlah teori yang berbeda telah diusulkan untuk menjelaskan perlunya tidur

    serta fungsi dan tujuannya. Oleh karena itu, untuk mengetahui teori-teori tersebut,

    sekiranya penulis memulai penjelasan dari definisi tidur, fisiologi tidur, faktor-

    faktor yang menyebabkan tidur, pola tidur, urgensi tidur bagi tubuh, tidur yang

    10Spekulasi adalah pendapat atau dugaan yang tidak berdasarkan pada kenyataan

    (bersifat untung-untungan).11

    Zaman yunani kuno yaitu zaman yang terjadi pada abad 8 sampai abad ke-6 SM.12

    EEG adalah sebuah rekaman yang dihasilkan dari elektroda yang di pasang di kening

    untuk mengukur gelombang otak. Lihat Maeve Ennis dan Jennifer Parker, ed. Memahami ArtiMimpi. Penerjemah Widyananto, (Jakarta: Erlangga, 2005), h. 11.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    32/118

    19

    sehat, gangguan tidur, kemudian diakhiri dengan pembahasan mimpi. Hal ini

    dimaksudkan agar bisa diketahui secara beurutan tentang tahapan tidur. Sehingga

    yang dihasilkan adalah kejelasan dan pemahaman yang sesuai dan terarah.

    1. Definisi Tidur

    Secara bahasa, istilah tidur dalam bahasa Arab diartikan sebagai

    terjemahan dari kata yang berarti mengistirahatkan atau istirahat.Kata tidur mempunyai sinonim dengan kata al-Muntaji (berbaring), al-

    Ruqd(tetap), al-Sinah dan al-Nuas (mengantuk).13 Adapun kata tidur dalam

    berbagai bahasa disebut dengan sleep (Inggris), schlafen (Jerman), dormer

    (Prancis dan Spanyol), sonna (Itali), jamjada (Korea), sona (India), shui jiao

    (Cina) dan al-Naum (Arab).14

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tidur diartikan sebagai keadaan

    berhenti (mengaso) anggota badan dan kesadarannya dengan memejamkan

    mata, berbaring (tidak berdiri) dan keadaan tidak aktif.15 Sedangkan secara

    istilah, al-Quran menyebutkan tidur sebagai jiwa yang ditahan (sementara)

    oleh Allah sebelum datang kematiannya, kemudian jiwa tersebut

    dikembalikan lagi pada jasadnya, pernyataan ini sesuai dengan firman Allah

    dalam surat al-Zumarayat 42.

    13Kata al-Naum dalam al-Quran terulang sebanyak dua belas kali yang tersebar dalam

    sepuluh surat. Kata al-Ruqddalam al-Quran terdapat dalam Qs. al-Kahfi [18]: 18 dan Qs. Yasin

    [36]: 52, kata al-Sinah terdapat dalam Qs. al-Baqarah [2]: 255 dan kata al-Nuas termaktub dalam

    Qs. al-Anfl [8]: 11, dan pada Qs. ali-Imrn [3]: 154. Lihat penjelasan lengkapnya dalam

    Kemenag RI. Tafsir al-Quran Tematik: Kesehatan dalam Perspektif al-Quran. 2th

    ed. (Jakarta:PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), h. 176-177. Kata al-Naum berhubungan dengan hati, kata

    al-Nuas berhubungan dengan kepala atau otak, sedangkan kata al-Sinah berhubungan dengan

    mata. Muhammad Anwar Syah bin Muazzam al-Kasymir, al-Arf al-Syadz Syarh Sunan

    Tirmidz,jilid 1/405 h, 344. al-Maktabah al-Symilah14

    Kemenag RI.Kesehatan dalam Perspektif al-Quran, h. 174.15Depdiknas,Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1518.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    33/118

    20

    .

    Artinya: Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan

    (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya. Maka

    Dia tahan jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia

    melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan.16

    Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan

    Allah bagi kaum yang berfikir. (Qs. al-Zumar[39]: 42).

    Tidur merupakan aktivitas pengorganisasian ulang dan restrukturisasi

    memori, dengan alasan bahwa tidur dapat membantu mengonsolidasikan dan

    memperbaiki memori di otak.17 Tidur adalah keadaan normal yang

    berlangsung secara berkala. Selama tidur terjadi penurunan kegiatan fisiologik

    yang disertai oleh penurunan kesadaran.18

    Menurut Guyton (1986), tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar dimana

    seorang individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai.

    Dengan bahasa sederhana tidur berarti suatu keadaan tidak sadarkan diri yang

    relatif.19 Mengutip pendapat Imam al-Isfahan, beliau mendefinsikan tidur

    sebagai:

    Melembutnya urat syaraf otak dengan kelembaban oksigen menuju ke

    otak. Pendapat lain: tidur adalah suatu keadaan dimana Allah sedang

    menggenggam jiwa seseorang tanpa mati. Tidur disebut juga dengan

    mati kecil, sedangkan mati adalah tidur berat.20

    16Maksudnya orang-orang yang mati rohnya ditahan Allah sehingga tidak dapat kembali

    kepada tubuhnya, dan orang-orang yang tidak mati hanya tidur saja, rohnya dilepaskan sehingga

    dapat kembali kepada jasadnya.17

    Muhammad Yusuf bin Abdurrahman. Ajaibnya Bangun Pagi dan Bangun Malam:

    Untuk Kesehatan Tubuh dan Jiwa, (Jogjakarta: DIVA Pres, 2013), h. 146.18

    Tuti Alawiyah. Gambaran Gangguan Pola Tidur pada Perawat di RS. Syarif

    Hidayatullah Jakarta tahun 2009. (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

    UIN Jakarta, 2009), h. 6.19

    Musrifatul Uliyah dan A. Aziz Alimul Hidayat. Keterampilan Dasar Praktek Klinik

    Untuk Kebidanan. 2th

    ed. (Jakarta: Salemba Medika, 2008), h. 111.20Dikutip oleh Kemenag RI.Kesehatan dalam Perspektif al-Quran, h. 174.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    34/118

    21

    Ahmad Syawqi Ibrahim menjelaskan bahwa tidur adalah fenomena

    biologis tubuh (fisik) yang secara teratur silih berganti dengan masa terjaga.21

    Di sisi lain tidur dianggap sebagai kematian kecil, tidur bukanlah kelemasan

    dan pengenduran proses biologis di dalam tubuh, melainkan perubahan pada

    fungsi sebagian organ tubuh, yaitu pada sistem kerja peredaran, aktivitas

    kelenjar, endoktrin, persepsi dan alat indrawi. Tidur merupakan proses aktif

    biologis pada otak dan memiliki efek pada tubuh.22 Secara jelas bahwa definisi

    yang ditawarkan beliau adalah bahwa tidur merupakan proses atau kejadian

    alami yang berlangsung secara terus-menerus bagi manusia, dan mempunyai

    pengaruh besar terhadap tubuh.

    Evans (1984), dalam teorinya menyatakan bahwa tidur dipandang sebagai

    periode dimana otak lepas dari dunia eksternal dan menggunakan waktu

    offline (bebas) untuk memilih pikiran dan mengorganisasi banyak jenis

    informasi yang masuk selama sehari. 23 Sementara, dalam ilmu psikologi, tidur

    diartikan sebagai lapisan bawah sadar yang berisi hal-hal yang dilupakan

    tetapi dapat memproduksi kembali bila ada perangsang. Hal ini disandarkan

    bahwa struktur ilmu jiwa terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan kesadaran,

    lapisan bawah sadar dan lapisan yang tidak disadari. Tidur merupakan bagian

    dari lapisan kedua, yaitu lapisan bawah sadar.24

    21Ahmad Syawqi Ibrahim. Misteri Tidur: Rahasia Kesehatan, Kepribadian, dan

    Keajaiban Lain di Balik Tidur Anda. Penerjemah Syamsu A. Rizal dan Luqman Junaidi. (Jakarta:Zaman, 2013), h. 88.

    22Ibid., h. 84-85.

    23Rita L. dkk. Pengantar Psikologi. Artikel diakses pada tanggal 28 Oktober 2013 dari

    http.//www.Teori%20Tidur%20Mimpi%20~%20Aji%20Raksa.htm.24

    Purwa Atmaja Prawira. Psikologi Kepribadian: Dengan Perspektif Baru. (Jogjakarta:Ar-Ruz Media, 2013), h. 195-196.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    35/118

    22

    Dari definisi yang telah dipaparkan di atas, kesimpulannya adalah bahwa

    walaupun antara definisi-definisi terdapat perbedaan, namun pada dasarnya

    mempunyai keterkaitan yang erat jika dikaji lebih dalam lagi. Tidur

    merupakan sarana istirahat dengan tanpa menggerakkan anggota badan selama

    beberapa waktu. Tidur merupakan perubahan biologis yang juga mencakup

    fisik, bukan hanya otak. Selain alat indra, sensitivitas, kesadaran, dan reaksi.

    2. Fisiologi Tidur

    Tidur adalah suatu periode istirahat bagi tubuh berdasarkan atas kemauan

    serta kesadaran secara utuh, atau sebagian fungsi tubuh yang akan dihambat

    atau dikurangi. Tidur digambarkan sebagai suatu tingkah laku yang ditandai

    dengan karakteristik pengurangan gerakan tetapi bersifat reversible terhadap

    rangsangan dari luar.

    Salah satu kebutuhan manusia sebagai objek dan subjek dalam psikologi

    adalah bahwa manusia akan selalu membutuhkan kebutuhan fisiologis.

    Kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar yang bersifat primer dan vital

    karena menyangkut fungsi-fungsi biologis.25

    Kata fisiologi berarti cabang biologi yang berkaitan dengan fungsi dan

    kegiatan kehidupan atau zat hidup (organ, jaringan, atau sel) atau ilmu fal.

    Sedangkan fisiologis bararti bersifat fisiologi.26 Fisiologi tidur merupakan

    pengaturan kegiatan tidur yang melibatkan hubungan mekanisme serebal

    secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat

    tidur dan bangun.

    25

    Dikutip dari Ngalim Purwanto.Psikologi Pendidikan. Oleh Neni Iska.Psikologi, h. 43.26Depdiknas.Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 411.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    36/118

    23

    Aktifitas tidur salah satunya diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis

    (hormon kolistrol atau enzim). Sistem tersebut mengatur seluruh kegiatan

    sistem pusat, termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur yang terletak dalam

    mesense falon dan bagian atas pons.27

    Dari kajian fisiologi dapat ditemukan tentang perbedaan antara tidur laki-

    laki dan perempuan. Para peneliti sepakat bahwa jumlah tidur perempuan

    lebih sedikit dibanding laki-laki. Perubahan fisiologis tubuh perempuan

    mengurangi kemampuan untuk tidur lelap, disebabkan oleh adanya masa

    siklus bulanan (haid), masa kehamilan dan masa menopause. Faktor-faktor

    itulah yang menyebabkan perubahan kadar hormon dalam tubuh, sehingga

    berpengaruh pada tidurnya.28

    3. Faktor-Faktor Penyebab Tidur

    Tidur bukanlah merupakan sesuatu yang terjadi tanpa adanya sebab atau

    faktor yang melatar belakanginya. Dengan kata lain tidur merupakan sesuatu

    yang di lakukan dengan adanya sebab atau faktor tertentu. Dalam buku

    Misteri Tidur disebutkan, bahwa faktor tidur disebabkan karena adanya

    hormon melatonin, yaitu hormon yang dihasilkan dari kelenjar pineal.

    Hormon melatonin disebut sebagai hormon malam atau hormon kegelapan.

    Salah satu fungsi dari hormon melatonin adalah sebagai pembantu

    terlaksananya tidur.29

    27Uliyah dan Hidayat.Keterampilan Dasar Praktek Klinik, h. 111-112.

    28

    Syawqi Ibrahim.Misteri Tidur, h. 183.29Ibid., h. 46.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    37/118

    24

    Di halaman yang berbeda dalam buku tersebut juga dijelaskan tentang fase

    terjadinya tidur, yaitu melalui proses al-Nuas (rasa kantuk biasa) dan al-

    Sinah (rasa kantuk yang mendesak untuk segera tidur[Narcolpsy]).30 Kata al-

    Sinah dalam ayat ini merupakan penegas bahwa Allah Swt tidak pernah

    mengalami rasa kantuk apalagi tidur sebagaimana yang di alami oleh

    makhluknya.

    Andreas Prasadja menyebutkan, bahwa faktor yang menyebabkan

    seseorang tidur adalah faktor hormon. Terdapat empat hormon yang menjadi

    penyebab tidur, yaitu: (1) GABBA (Gamma Amino Butyric Acid) dan Galanin,

    yaitu hormon yang bertugas untuk menghambat status terjaga. (2) Adenosin,

    yaitu hormon yang dapat merangsang tidur. (3) Serotin, yaitu hormon yang

    berfungsi menyiapkan otak dan tubuh untuk masuk ke tahap tidur, dan (4)

    Melatonin, yaitu hormon yang berfungsi menurunkan kewaspadaan dan

    memicu rasa kantuk.31

    Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi

    atau menyebabkan tidur adalah faktor penyakit, latihan, kelelahan, stres

    psikologis, efek obat, nutrisi, lingkungan, dan motivasi.32 Dengan kata lain

    bahwa pendapat ini menyatakan bahwa penyebab tidur adalah bukan dari

    faktor hormon, melainkan segala yang mempunyai implikasi terhadap aktifitas

    fisik dan pikiran.

    30Syawqi Ibrahim.Misteri Tidur, h. 89.

    31Andreas Prasadja. Ayo Bangun! dengan Bugar karena Tidur yang Benar. (Jakarta:

    Hikmah, 2009), h. 10-12.32Uliyah dan Hidayat.Keterampilan Dasar Praktek Klinik, h. 115-116.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    38/118

    25

    4. Pola Tidur

    Pola tidur berarti susunan, fase, tahapan atau jenis dalam keadaan tidur.

    Dari referensi yang ditemukan, semenjak tahun 2008 tahapan atau pola tidur

    terbagi menjadi dua macam, yaitu: REM dan NREM (meliputi N1, N2, N3). 33

    a. Pola tidur REM (Rapid Eye Movement)

    Tidur REM disebut juga dengan tidur paradoksal (Paradoxical Sleep)

    atau tidur dalam kondisi aktif, karena tampak seperti berlawanan, dimana

    individu untuk beberapa hal menjadi lebih aktif. Tidur jenis ini dapat

    berlangsung pada tidur malam yang terjadi selama 5-20 menit, rata-rata

    timbul 90 menit. Periode pertama terjadi 80-100 menit. Namun jika dalam

    kondisi sangat lelah maka awal tidur sangat cepat bahkan jenis tidur ini

    tidak ada (waktunya tidak menentu). Pada fase ini seseorang akan sering

    mengalami mimpi, mengigau dan mendengkur. Tidur REM bersifat tidak

    nyenyak.34

    Pola tidur REM juga disebut dengan tidur gerakan mata cepat. Dengan

    alasan mata bergerak ke segala arah, frekuensi gelombang otak naik dan

    identik dengan seseorang ketika terbangun seperti biasa namun belum

    sadar.35

    Ilmuan yang pertama kali mencetuskan tentang tidur gerakan mata

    cepat ini adalah Nathanael Klitman, dia berpendapat bahwa gerakan mata

    cepat dicatat melalui penempatan elektroda pada kulit wajah yang berada

    di dekat kedua mata.36 Kemudian riset ini dilanjutkan oleh muridnya

    33Prasadja.Ayo Bangun, h. 20.

    34Uliyah dan Hidayat.Keterampilan Dasar Praktek Klinik, h. 113.

    35

    M. Yusuf.Ajaibnya Bangun Pagi, h. 21.36Syawqi Ibrahim.Misteri Tidur, h. 74.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    39/118

    26

    William Dimont yang berhasil menyimpulkan bahwa fase gerakan mata

    cepat adalah fase mimpi.37 Pola tidur REM mempunyai beberapa

    karakteristik, diantaranya adalah:

    1. Terjadi mimpi aktif, dan mimipi tersebut dapat diingat

    2. Sukar dibangunkan atau dapat bangun secara spontan

    3. Denyut jantung dan respirasi seringkali ireguler

    4. Terjadi gerakan otot ireguler terutama pergerakan mata yang cepat

    5. Metabolisme otak meningkat

    6. Terjadi relaksasi pada rahang bawah.38

    b. Pola tidur NREM (Non-Rapid Eye Movement)

    NREM adalah Tidur gelombang lambat (slow wave sleep), tidur

    NREM disebut juga sebagai tidur dalam (deep sleep), karena frekuensi

    otak mencapai puncak terendah antara delta dan theta.39 Adapun ciri dari

    pola tidur NREM adalah: menyegarkan ketika bangun, tidak mengalami

    mimpi, istirahat penuh, tekanan darah menurun, frekuensi napas menurun,

    pergerakan bola mata melambat dan metabolisme turun.40 Tidur NREM

    dibagi menjadi empat tahap berdasarkan pola gelombang otak yang

    muncul, diantaranya yaitu:

    Tahap 1 (N1). Yaitu tahap transisi antara bangun dan tidur, disebut

    juga dengan fase perpindahan dari fase jaga ke fase tidur (Twilight

    Sensation). Ciri-ciri tidur NREM tahap 1 ini adalah: rileks, masih sadar

    37Syawqi Ibrahim.Misteri Tidur, h. 75.

    38Uliyah dan Hidayat.Keterampilan Dasar Praktek Klinik, h. 113.

    39

    M. Yusuf.Ajaibnya Bangun Pagi, h. 20.40Uliyah dan Hidayat.Keterampilan Dasar Praktek Klinik, h. 112.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    40/118

    27

    dengan lingkungan, merasa ngantuk, bola mata perlahan akan menutup,

    frekuensi nadi dan napas sedikit menurun, dan dapat bangun sesuai jadwal.

    tahap ini berlangsung selama 5 menit.

    Tahap II (N2). Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus

    menurun. Fase ini berjalan relatif lebih lama dari fase 1 yaitu kira-kira

    50% dari total tidur satu malam. Adapun ciri dari NREM Fase 2 ini

    adalah: mata pada umumnya menetap, denyut jantung dan frekuensi napas

    menurun, temperatur tubuh menurun, metabolisme menurun, berlangsung

    pendek dan berakhir 10-15 menit.41

    Tahap III dan VI (N3). Tahap ini merupakan tahap tidur dengan ciri

    denyut nadi, frekuensi napas dan proses tubuh lainnya lambat, disebabkan

    adanya dominasi sistem parasimpatis sulit untuk bangun. Tahap ini juga

    merupakan tahap tidur dalam, karena otak akan menghasilkan gelombang

    delta yang sangat lamban (slow wave), dengan ciri kecepatan jantung dan

    pernapasan turun, jarang bergerak, sulit dibangunkan, gerak bola mata

    cepat, sekresi lambung menurun, dan tonus otot melemas.42

    C. Urgensi Tidur bagi Tubuh

    Tidur diartikan sebagai salah satu aktivitas terpenting bagi manusia dan

    seluruh makhluk hidup. Jika aktivitas tidur bisa dijalankan dengan baik, maka

    efeknya akan mengenai berbagai dimensi kehidupan di waktu terjaga. Sudah

    menjadi kodrat bahwa semua makhluk hidup membutuhkan tidur atau istirahat.

    41Uliyah dan Hidayat. Keterampilan Dasar Praktek Klinik, h. 113. Lihat juga Syawqi

    Ibrahim.Misteri Tidur, h. 72-73.42

    Prasadja. Ayo Bangun, h. 18, lihat juga Uliyah dan Hidayat. Keterampilan DasarPraktek Klinik, h. 113.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    41/118

    28

    Hukum kehidupan yaitu, jika kita tidak tidur (dalam jangka waktu lama) maka

    akan mati. Begitu pula jika tidur tidak sesuai dengan kebutuhan, maka bukan saja

    berpotensi kematian, bahkan akan mengalami hidup menderita dan mengalami

    sakit. Sehingga jelas bahwa bukan banyaknya tidur merupakan jaminan tubuh

    sehat, namun dari segi kualitas tidur yang memang dibutuhkan oleh masing-

    masing tubuh.

    Terdapat tiga teori mengenai urgensi tidur. Pertama, Teori Restorasi dan

    Perbaikan, menurut teori ini tidur sangat penting untuk merevitalisasi dan

    mengembalikan proses fisiologis yang menjaga tubuh dan pikiran tetap sehat dan

    berfungsi dengan baik. Kedua, Teori Evolusi (adaptif), teori ini menunjukkan

    bahwa tidur adalah periode aktivitas sebagai sarana konservasi energi.

    Sedangkan yang ketiga, Teori Informasi Konsolidasi, dalam teori ini tidur

    betujuan dalam rangka untuk memproses informasi yang telah diperoleh selama

    sehari. Teori ini juga berpendapat bahwa tidur memungkinkan otak untuk

    mempersiapkan diri menghadapi hari yang akan datang. Dalam beberapa

    penelitian menunjukkan bahwa tidur membantu hal yang telah dipelajari selama

    sehari masuk ke dalam memori jangka panjang. Dukungan untuk ide tersebut

    berasal dari sejumlah studi yang menyatakan bahwa kurang tidur memiliki

    dampak serius pada kemampuan untuk mengingat informasi.43

    Fungsi dan tujuan tidur masih belum diketahui secara jelas. Namun, terdapat

    beberapa penelitian yang menemukan bahwa tidur mempunyai banyak fungsi,

    diantaranya adalah:

    43

    Artikel diakses dari http://www. buku/penelitian%20tentang%20tidur.htm. padatanggal 28 Oktober 2013.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    42/118

    29

    a. Tidur bermanfaat untuk menjaga keseimbangan mental, emosional dan

    kesehatan. Dapat menurunkan dan mengurangi stres pada paru-paru,

    sistem kardiovaskuler (sistem organ), dan endoktrin.44

    b. Tidur dapat meningkatkan kemampuan memori dan menjadikannya lebih

    kuat,45 memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak (natural healing machanism)

    atau pembentukan sel-sel yang baru, limbah dan uap kotor dalam tubuh

    akan terbuang,46 tidur sebagai penyegaran otak paling alami.47 Tidur juga

    dapat menghadirkan kreativitas dan ide-ide baru.48

    c. Tidur sebagai salah satu cara untuk melepaskan kelelahan jasmani dan

    kelelahan mental. Dengan tidur semua keluhan akan hilang atau berkurang

    dan akan kembali mendapatkan tenaga serta semangat untuk

    menyelesaikan persoalan yang akan dihadapi kemudian.49

    Mengenai fungsi tidur, al-Quran menyebutkan bahwa Allah Swt menjadikan

    tidur sebagai sarana beristirahat dengan berdiamnya tubuh setelah melakukan

    aktivitas.50 Tidur memberikan ketenangan dan rasa lapang dapat tercapai dan rasa

    lelah serta kepenatan dapat hilang.51 Dengan tidur juga, manusia dapat

    mengembalikan daya dan kekuatan untuk melangsungkan aktivitasnya kembali.52

    44Uliyah dan Hidayat.Keterampilan Dasar Praktek Klinik, h. 114.

    45M. Yusuf.Ajaibnya Bangun Pagi, h. 113. lihat juga h. 146.

    46Ibid, h. 121.

    47Ibid, h. 150.

    48Ibid, h. 147.

    49Tuti Alawiyah. Gambaran Gangguan Pola Tidur, h. 6.

    50Lihat Qs. al-Naba[78]: 9, dan Qs. Ghafir[40]: 61.

    51Imaduddin Ab al-Fida Isml bin Katsr al-Dimasyq. Tafsr al-Quran al-Azm. 3

    th

    ed. (Beirut: Dr al-Marifah. 1989), Juz III, h. 402.52

    Kemenag RI.Al-Quran dan Tafsirnya. (Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012),jilid 10, h. 514.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    43/118

    30

    Melihat fungsi dan manfat tidur tersebut, maka fungsi dan manfaat tidur

    sangat besar dalam membantu pemenuhan kesehatan. Tidur merupakan sarana

    terbaik yang tidak begitu sulit bahkan mudah untuk dilaksanakan, serta

    memberikan kenyamanan di dalamnya.

    D. Tidur yang Sehat

    Sebagaimana penjelasan sebelumnya tentang urgensi tidur, sehingga hal ini

    sangat menjadi perhatian agar selalu memperhatikan pola tidur yang sehat. Tanpa

    tidur tubuh tidak akan bekerja dengan baik, karena dalam proses tidur terkandung

    beberapa unsur yang diperlukan tubuh. Namun, terkadang kesadaran akan

    pentingnya tidur yang sehat tidak dihiraukan. Mereka beranggapan bahwa tidur

    bisa dilakukan kapan saja, dimana saja dan dengan posisi apa saja tanpa

    memperhatikan aspek kesehatan.

    Selain sebagai sumber tenaga baru bagi tubuh, tidur juga membentuk perilaku,

    suasana hati, dan struktur kepribadian. Pada hakikatnya, tidur adalah

    mengistirahatkan dan memperbaiki sel-sel tubuh yang telah digunakan saat

    beraktifitas, sehingga sangat diperlukan untuk memperhatikan pola tidur yang

    menyehatkan.

    Manusia pada dasarnya memiliki tiga komponen utama, yaitu: kesehatan fisik,

    keseimbangan nutrisi dan tidur yang sehat (The Triumvirate of Health).53

    Ketiganya haruslah memiliki pemeliharaan yang baik. Tidur dikatakan sebagai

    tidur sehat jika memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh, bukan sebaliknya

    memberikan dampak buruk bagi kesehatan. Ada beberapa hal yang dapat menjadi

    53Prasadja.Ayo Bangun, h. 3.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    44/118

    31

    tolak ukur, syarat atau cara agar seseorang memperoleh tidur yang sehat dan

    bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan tubuh, adapun tindakan yang harus

    dilakukan adalah sebagai berikut:

    a. Mencukupi kebutuhan waktu tidur

    Masa waktu tidur hendaklah di atur sebaik-baiknya, karena jika terjadi

    gangguan tidur (insomnia), maka akan sangat sulit untuk mengilangkannya.

    Kebutuhan masa waktu tidur manusia yang ideal, yaitu: 54

    1. Bayi (usia 0-1 bulan) membutuhkan tidur selama 20 jam per hari.55

    2. Masa bayi (usia 1-18 bulan) membutuhkan tidur selama 12-16 jam per

    hari.56

    3. Masa anak (usia 3-6 tahun) dapat tidur 11-12 jam per hari

    4. Masa remaja (usia 12-18 tahun) membutuhkan tidur 8,5 jam per hari.57

    5. Dewasa (usia 18-40 tahun), membutuhkan tidur 7-8 jam per hari

    6. Paruh baya (usia 40-60 tahun) membutuhkan tidur 7 jam per hari.58

    7. Lanjut usia (usia 60 tahun ke atas), membutuhkan tidak lebih dari 6

    jam per hari.

    b. Memposisikan tubuh pada bagian sisi kanan

    Posisi miring ke sisi tubuh bagian kanan merupakan posisi terbaik dalam

    tidur, karena tidak akan mengganggu pernapasan dan sistem tubuh yang lain.

    Dan usahakan kepala menghadap ke utara dan kaki mengarah keselatan, hal

    54Uliyah dan Hidayat.Keterampilan Dasar Praktek Klinik, h. 111.

    55Lihat juga Syawqi Ibrahim.Misteri Tidur, h. 34.

    56Lihat jugaIbid., h. 35.

    57DalamIbid., h. 36, pada usia remaja hanya ditekankan pada tidur siang yaitu selama

    90 menit.58

    Dalam usia ini tingkat produksi hormon melatonin berkurang sampai setengah dari

    yang dihasilkan sewaktu berusia 20 tahun. Lihat juga Syawqi Ibrahim. Misteri Tidur, h. 46. DanM. Yusuf.Ajaibnya Bangun Pagi, h. 124.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    45/118

    32

    ini bertujuan agar tubuh tidak menolak arus atau medan magnet. Sehingga

    tetap konstan mengaliri seluruh tubuh dari kutub magnetik utara ke selatan

    yang bisa berefek pada sistem saraf. Secara psikologi tidur pada posisi seperti

    ini mempunyai arti yaitu orang yang berkarakter, berakhlak, mempunyai hati

    dan jiwa yang selalu tenang dan cenderung ideal.59

    c. Menjauhi hal-hal yang dapat mengganggu tidur

    Para pakar medis memberikan cara-cara yang harus dilakukan untuk

    mencegah gangguan tidur, seseorang sayogyanya memperhatikan kiat-kiat

    berikut, diantaranya adalah:60

    1. Mengatur jadwal tidur sesuai kebutuhan.

    2. Hindari minuman berkafein dan rokok sebelum tidur, karena minuman

    berkafein dapat mengganggu pola tidur normal, sedangkan rokok dapat

    mengganggu saluran pernapasan dan menyebabkan radang lapisan

    lendir terganggu, sehingga akan menghambat aliran oksigen.

    3. Tidak makan berlebihan sebelum tidur, karena proses pencernaan

    dapat mengganggu siklus tidur.

    4. Jangan beranjak dari tempat tidur saat mengalami susah tidur.

    5. Jangan ada kata hutang dalam tidur. karena perilaku ini dapat

    mengubah jam biologis internal yang sudah terbiasa.

    6. Menunda tidur ketika sedang banyak pikiran dan saat kelelahan.

    Karena hal ini akan berdampak pada timbulnya mimpi buruk.

    7. Memilih tempat tidur yang berventilasi dan bersuhu tetap.

    59Syawqi Ibrahim.Misteri Tidur. h. 97-98.

    60

    New Life Option.Bebas Insomnia,penerjemah Budi Tri Akoso dan Galuh H.E. Akoso.5

    thed. (Yogyakarta: Kanisius, 2013), h. 9-11.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    46/118

    33

    8. Tidak bangun lebih awal dari jadwal tidur yang sudah biasa dilakukan,

    dan bangun pada waktu yang semestinya.

    9. Setelah bangun tidur jemurlah tubuh beberapa menit.

    10. Melakukan olah raga dan latihan pernapasan sebelum tidur

    11. Melakukan terapi.

    E. Gangguan Tidur

    Setelah melakukan kiat-kiat tidur sehat di atas, maka diharapkan seseorang

    akan terhindar dari gangguan tidur. Secara umum gangguan tidur adalah suatu

    keadaan ketika individu mengalami atau mempunyai resiko perubahan jumlah dan

    kualitas tidur yang tidak nyaman atau menggangu gaya hidup yang diinginkan.

    Secara khusus gangguan tidur diantaranya adalah sebagai berikut:61

    1. Insomnia, merupakan suatu keadaan yang menyebabkan individu tidak

    mampu mendapatkan tidur yang adekuat, baik secara kualitas maupun

    kuantitas. Insomnia terbagi menjadi tiga bagian yaitu: Pertama, inisial

    insomnia, yaitu ketidakmampuan individu untuk mengawali tidur, kedua,

    intermiten insomnia, yaitu ketidakmampuan tetap dalam tidur, dan ketiga,

    terminal insomnia, yaitu ketidakmampuan untuk tidur kembali setelah

    terbangun.

    2. Hypersomnia, merupakan gangguan tidur dengan kriteria tidur berlebihan

    berbeda dengan umunya (lebih dari 9 jam).62

    61Uliyah dan Hidayat. Keterampilan Dasar Praktek Klinik, h. 116. Lihat juga Syawqi

    Ibrahim.Misteri Tidur, h. 172-173.62

    Hal ini dikarenakan adanya masalah psikologi, depresi, kecemasan, gangguan susunan

    saraf pusat, ginjal, hati dan gangguan metabolisme. Hipersomnia terjadi pada fase tidur NREMtahap III dan IV. Lihat juga Syawqi Ibrahim.Misteri Tidur, h. 188.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    47/118

    34

    3. Parasomnia, merupakan kumpulan beberapa penyakit yang dapat

    mengganggu pola tidur. Misalnya berjalan dalam kondisi tidur

    (somnambulisme).

    4. Enuresis, merupakan gangguan tidur berupa keluarnya air kencing saat

    tidur (ngompol).

    5. Apnea tidur, merupakan gangguan adanya hambatan dalam pengaliran

    udara di hidung dan mulut pada saat tidur. seperti terkena adenoid, 63

    amandel dan mengendurnya otot di belakang mulut. Apnea tidur dapat

    menimbulkan apa yang disebut mendengkur (ngorok-jawa).

    6. Narcolepsy (neurologis), merupakan gangguan terhadap keadaan tidur

    yang tidak bisa dikendalikan. Seperti tidur saat mengemudi, berdiri dan

    pada ditengah pembicaran.64

    7. Mengigau, yaitu berupa gerakan dan suara diluar kebiasaan. Hal ini dapat

    menyebabkan kualitas tidur berkurang, mengganggu fungsi organ tubuh

    dan menyebabkan masalah psikologis.65

    F. Mimpi dan Ruang Lingkupnya

    Setiap manusia yang hidup dipastikan pernah mengalami yang namanya

    mimpi. Secara bahasa mimpi diartikan sebagai sesuatu yang terlihat atau dialami

    pada saat tidur.66 Sedangkan dalam bahasa Arab mimpi merupakan terjemahan

    dari kata al-Ruya dan al-Hilm, yang berarti ungkapan tentang sesuatu yang

    63Adenoid adalah penyakit berupa pembesaran atau pertumbuhan yang menyerupai

    kelenjar pada tenggorokan dan bagian belakang hidung.64

    Lihat juga Syawqi Ibrahim.Misteri Tidur, h. 186.65

    Uliyah dan Hidayat.Keterampilan Dasar Praktek Klinik, h. 116-117.66Depdiknas.Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 957.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    48/118

    35

    dilihat ketika tidur. al-Ruya biasa digunakan ketika mengalami mimpi baik dan

    al-Hilm untuk mimpi buruk.67 Para ahli mengatakan, mimpi bukanlah sebuah

    hayalan atau imajinasi, melainkan pesan yang dikirimkan orang yang bermimpi

    kepada dirinya.

    Menurut pakar psikologi klinis Sigmund Freud (1856-1939 M),68 mimpi

    didefinisikan sebagai suatu bentuk pelahiran dari kompleks terdesak yang terjadi

    pada individu, atau sebuah saluran pengaman bagi emosi manusia.69 Frued

    menarik kesimpulan bahwa di belakang impian ada bayangan-bayangan yang

    datang berulang-ulang.70

    Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa mimpi merupakan suatu fungsi

    konstruktif dari sebagian besar ketidaksadaran manusia untuk melakukan aktifitas

    secara teratur. Mimpi bukanlah suatu peristiwa yang berdiri sendiri, melainkan

    suatu rangkaian yang seolah-olah memancar dari suatu tempat.71 Sementara,

    dalam tinjauan Islam, mimpi merupakan tugas dari Allah kepada para malaikat

    yang khusus menangani masalah mimpi. Tugas ini bertujuan untuk mengawasi

    keadaan manusia melalui Lauh al-Mahfuz. Imam Ibn al-Qayyim berkata:

    sesunguhnya mimpi itu suatu perumpamaan yang di umpamakan para malaikat

    yang ditugasi oleh Allah untuk mengurus khusus masalah mimpi agar orang

    tersebut bisa mengambil pelajaran (ibrah) dari mimpi tersebut.72 Sehingga mimpi

    bisa menjadikan pelakunya sebagai orang yang selalu mawas diri dan selalu

    67Abdullah bin Muhammad al-Thayyar. Rahasia Alam Mimpi: Kaidah Islami

    Menafsirkan Mimpi. (Solo: Pustaka Arafah, t.th.), h. 17.68

    Biografi lengkapnya dalam Prawira.Psikologi Kepribadian, h. 182-186.69

    Ibid., h. 198.70

    Ibid., h. 199. Lihat juga Syawqi Ibrahim.Misteri Tidur, h. 125.71

    Ibid., h. 224-225.72Al-Thayyar.Rahasia Alam Mimpi, h. 20.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    49/118

    36

    memohon pertolongan kepada Allah dengan berdoa. Sebagian orang menyatakan

    mimpi hanyalah bunga tidur. Namun, pada dasarnya mimpi adalah refleksi dari

    pikiran dan hati yang tertuang di alam bawah sadar atau merupakan suatu isyarat

    petunjuk dari Tuhan agar selalu mawas diri dalam memaknai hidup ini.

    Mimpi disebabkan karena ruh yang keluar dari tubuh saat tidur akan pergi ke

    alam arwah. Sebagian ruh mungkin ada yang ada yang berhubungan dengan alam

    barzah (tempat berkumpulnya ruh orang yang mati). Disana manusia akan saling

    berkomunikasi.73

    Mimpi dipengaruhi oleh mayoritas pengalaman aktual ketika seseorang

    terjaga. Secara umum, fenomena ini merupakan emosional terhadap pengalaman

    praktis orang tersebut. Pengalaman praktis akan mendapatkan respon emosional.74

    Secara detail menurut para pakar psikolog, mimpi disebabkan oleh beberapa

    faktor, yaitu: peristiwa sehari-hari yang terjadi di lingkungan sekitar, faktor

    kejiwaan, dan keinginan yang terkubur di dalam jiwa yang belum terealisasikan.75

    Mimpi memiliki arti yang bersifat kompersend76 pada individu tertentu.

    Mimpi berisi manifastasi dari ketidaksadaran kolektif dan kadang menampakan

    diri sebagai motif-motif yang mitologis. Menurut Jung mimpi memiliki peranan

    yang sifatnya menjadi suatu penyisihan dengan suatu fungsi yang menyebelah

    dari suatu kesadaran jiwa individu. Sedangkan teori arti dan peranan mimpi yang

    dikemukakan oleh Frued adalah bahwa mimpi merupakan hasil Patalogis yang

    73Syawqi Ibrahim.Misteri Tidur, h. 27.

    74Ibid., h. 243.

    75Ibid., h. 129-130.

    76Kompersendmenurut Carl Gustav Jung diartikan sebagai suatu istilah dari suatu mimpi

    karena dapat memelihara keseimbangan psychis individu yang bersangkutan. Lihat Prawira.Psikologi Kepribadian, h. 225.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    50/118

    37

    merupakan penjelmaan dari angan-angan atau keinginan yang tidak dapat

    direalisasikan oleh individu. Mimpi berisi konflik-konflik personlyk dari

    kesadaran yang mencapai pemuasan mesk dalam bentuk semu. Mimpi juga terjadi

    pada individu ketika kesadaran jiwanya sedang dalam kondisi lemah.77

    Mimpi dipercaya mempunyai makna yang bisa terjadi saat terjaga. Fenomena

    polemik mimpi menjadi sangat krusial dengan adanya perbedaan tafsiran

    mengenai mimpi-mimpi tersebut, baik dari kalangan medis, psikologi ataupun

    para ulama.

    Melihat kajian mimpi yang begitu ramai dibicarakan, tidak heran jika mimpi

    perlu mendapat tafsiran tersendiri agar dapat ditemukan makna dari mimpi

    tersebut. Menafsirkan mimpi merupakan bagian yang tidak bisa pisahkan dari

    kultur kebudayaan manusia. Bahkan telah menjadi jantung dari peradaban itu

    sendiri.78

    Dalam Islam, tafsir mimpi sudah ada sejak zaman Nabi Ibrahim a.s. beliau

    bermimpi menyembelih anaknya Nabi Ismail a.s.79 Namun, persoalan mimpi

    masyhur pada zaman Nabi Yusuf a.s., sebagaimana beliau bermimpi bahwa

    sebelas bintang, matahari dan rembulan sujud kepadanya, dan tafsiran beliau atas

    mimpi yang di alami oleh dua budak perdana menterinya.80

    77Prawira.Psikologi Kepribadian, h. 225-226.

    78Syawqi Ibrahim.Misteri Tidur, h. 244.

    79Lihat kisahnya pada Qs. al-Sfft[37]: 102-107. Penjelasan lengkapnya lihat Syawqi

    Ibrahim.Misteri Tidur, h. 143-146.80

    Lihat kisahnya dalam Qs. Ysuf [12]: 4-5, 36 dan 41. Penjelasan lengkapnya lihatdalam Syawqi Ibrahim.Misteri Tidur, h.137-139.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    51/118

    38

    BAB III

    TINJAUAN REDAKSIONAL DAN ANALISIS SYARAH

    HADITS TENTANG POLA TIDUR NABI

    Sebagaimana yang telah disebutkan dalam pokok masalah, pembahasan ini

    hanya akan menelusuri redaksi-redaksi hadits tentang pola tidur Nabi yang

    berkaitan dengan ilmu kesehatan. Dalam pembahasan ini, penulis akan melakukan

    penelitian menggunakan metode takhrij,1 melalui kamus al-Mujam al-Mufahras.

    Dalam hal ini penulis menyebutnya sebagai kajian tematik-komprehenshif.

    Sementara untuk mempercepat langkah kerja, penulis menggunakan Lidwa

    Pusaka i-Software- Kitab 9 Imam Hadits dan al-Maktabah al-Symilah untuk

    proses penulisan hadits beserta terjemahnya.Sebagai penguat dari penelitian ini, penulis mencantumkan kualitas hadits,

    baikSahh, hasan atau daf. Adapun jika hadits tersebut mempunyai asbb al-

    Wurd (kajian realitas historis)2, penulis juga mencantumkannya. Kemudian

    mengkaji penjelasan hadits dengan mengacu pada kitabsyarah hadits dan kitab-

    kitab mutabarah. Untuk mengetahui kesinambungan dan dinamika yang ada di

    kalangan Ulama dalam menjelaskan hadits-hadits tentang pola tidur Nabi.

    1Takhrij hadits adalah Ibraz al-Hadits li al-Ns Bidzikri Mahrajih, yaitu

    mengungkapkan atau mengeluarkan hadits kepada orang lain dengan menyebutkan para perawiyang berada dalam rangkaian sanadnya sebagai yang mengelaurkan hadits. sedangkan metodetakhrij adalah proses penelusuran atau pencarian hadits dalam berbagai kitab hadits sebagaisumber hadits yang bersangkutan. M. Syuhudi Ismail. Metodologi Penelitian Sanad Hadits Nabi.(Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h. 43.

    2 Kajian Realitas Historis terhadap hadits adalah kajian yang mengungkap tentang sesuatu

    yang melatar belakangi atau yang menyebabkan sebuah hadits muncul. Baik dari situasi makroatau mikro. dalam kajian hadits disebutAsbb al-Wurd.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    52/118

    39

    A. Tinjauan Redaksional dan Analisis Syarah Hadits tentang Pola Tidur

    Nabi

    1. Anjuran meninggalkan tidur di pagi hari

    a. Redaksi hadits

    -

    3.Artinya: Diriwayatkan dari Shakhr al-Ghmid, dari Nabi Saw,

    beliau mengucapkan: Ya Allah, berkahilah umatku di pagi harimereka. Dan beliau apabila mengirim expedisi atau pasukan beliaumengirim mereka di awal siang (pagi). Dan Shakhr adalah seorang

    pedagang, dan ia mengirim perdagangannya di awal siang, makahartanya bertambah banyak. Ab Dwud berkata: ia adalah Shakhr binWada'ah.

    3 Ab Dwud Sulaimn bin Asyats al-Sajastan. Sunan Ab Dwud. (Beirut: Dr al-Fikr,t.t.), 2/41, hadits ke-2606. al-Maktabah al-Symilah. Hadits ini berkualitas daif, dikarenakanterdapat nama Umarah bin Hadid, yang kapasitasnya adalah majhul. Lihat Muhammad Syamsul

    Haq al-Azim, Aun al-Mabd Syarh Sunan Ab Dwud, (Beirut: Dr al-Kutub al-Ilmiyyah,1415), juz 7/191. al-Maktabah al-Symilah. Adapun hadits tersebut terulang dalam: Ab AbdillhAhmad bin Hanbal.Musnad Ahmad bin Hanbal. (Riyad: Bait al-Afkar al-Dauliyah, 1998), h. 143hadits ke-1323, 1320, hadits ke-1329, 1331, 1339 (h. 144), hadits ke-15517 (h. 1079), hadits ke-15522 (h. 1080), hadits ke-15642, 15643 (h. 1091), hadits ke-19650 (h. 1422), hadits ke-19708,19709, 19710 (h. 1428), Ab Abdillh Muhammad bin Yazd al-Qazwan. Sunan Ibnu Mjah.(Beirut: Dr al-Fikr, 1995). Jilid I, h. 703, hadits ke-2236 dan hadits ke- 2237, 2238 (h. 704).Semuanya dengan redaksi yang sama. Adapun mengenai asbb al-Wurdhadits ini, adalah: al-Khatib dan Ibnu Najjar meriwayatkan dari Anas bin Mlik: Kami berjalan bersama RaslullhSaw di suatu malam tepatnya pada bulan ramadhan. Kemudian kami bertemu dengan cahaya apiyang terang sinarnya di rumah-rumah orang Ansar. Nabi bertanya: wahai Anas, api apa ini?, Anasmenjawab: ya Raslullh, sesungguhnya orang-orang Ansar sedang menikmati makan sahur. LaluRaslullh berdoa: ya Allah, berkahilah umatku di pagi harinya. Lihat Ibnu Hamzah al-Husain

    al-Hanaf al-Damsyiq. Asbb al-Wurd. Penerjemah M. Suwarta Wijaya dan Zafrullah Salim.(Jakarta: Kalam Mulia, 1996), Jilid 1, h. 338.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    53/118

    40

    -

    .4

    Artinya: Diriwayatkan dari Simk bin Harb, dia berkata: Akubertanya kepada Jbir bin Samurah: Pernahkah kamu duduk bersamaRaslullh Saw?, Jabir menjawab: "Bahkan sering. Beliau biasanya

    belum berdiri dari tempat salat (dimana beliau salat) Subuh, sebelumterbit matahari. Apabila matahari telah terbit barulah beliau berdiri.Selama duduk-duduk itu, para sahabat ada yang bercakap-cakapmembicarakan urusan masa jahiliyah, lalu mereka tertawa, sedangkan

    beliau hanya tersenyum.

    b. Syarah hadits

    Kata yang berasal dari kata , mempunyai arti pagi hari.5 Maknaal-Bukrmenurut para Ulama adalah permulaan hari (permulaan siang) dan

    setelahnya. Yakni Subuh, pagi, Zuhur, tengah hari, sore, Asar, Maghrib, Isya

    (hilangnyasyafaq) dan sampai bertemu pagi hari lagi. 6

    Waktu pagi bukanlah waktu yang sepele, bukan juga sekedar bangun dari

    lelapnya malam ataupun hanya sebuah pergantian malam menuju siang.

    Bahkan Raslullh-pun mendoakan umatnya di waktu tersebut. Telah diyakini

    bahwa doa seorang Rasul pasti mustajab. Di waktu pagi hari juga Allah

    mewajibkan hambaNya untuk bangun, yakni melakukan salat Subuh.

    4 Ab al-Husein Muslim bin Hajjaj bin Muslim al-Qusyair al-Naisabur. Sahh Muslim.(Beirut: Dr al-Fikr, 1993), juz 2, h. 411, hadits ke-69(2322). Lihat juga hadits ke-1557, denganredaksi :

    .5 Mahmud Yunus. Kamus Arab Indonesia. 8th ed. (Jakarta: PT. Hidakarya Agung,

    1990). h. 70.6 Ibnu Hamzah.Asbb al-Wurd, jilid I, h. 388.

  • 5/25/2018 skripsi Masrukhin; 109034000052.pdf

    54/118

    41

    Muhammad Syamsul Haq dalam Aun al-Mabdberkomentar, bahwa

    hadits tersebut (dari Sunan Ab Dwud) lebih tertuju kepada anjuran mencari

    rizki.7 Demikian juga, tidak ada satu pun nas al-Quran maupun hadits yang

    membicarakan tentang hukum tidur di pagi hari secara khusus. Oleh karena

    itu, hadits tersebut harus dikaji secara menyeluruh dan tidak boleh dimaknai

    secara persial, karena akan menimbulkan kesimpulan hukum yang

    kontroversi. Namun demikian, beberapa Ulama memberikan gambaran dan

    argumen tersendiri mengenai tidur di pagi hari.

    Imam al-Nawaw (631-676 H) dalam Syarh Muslim berkata, sangat

    disunnahkan waktu tersebut (setelah Subuh hingga terbitnya matahari) untuk

    berdiam diri dengan beribadah. Menurut Imam al-Qad, para Ulama salaf dan

    ahli ilmu menggunakan waktu tersebut untuk