Upload
ngocong
View
235
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
PENGARUH KONSENTRASI KARBOKSIMETIL
KITOSAN TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK
NANOPARTIKEL ARTESUNAT
(Menggunakan metode gelasi ionik dalam larutan
biner etanol-air)
OKTAVIA INDAH AMBARSARI
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
DEPARTEMEN FARMASETIKA
SURABAYA
2015
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
SKRIPSI
PENGARUH KONSENTRASI KARBOKSIMETIL
KITOSAN TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK
NANOPARTIKEL ARTESUNAT
(Menggunakan metode gelasi ionik dalam larutan
biner etanol-air)
OKTAVIA INDAH AMBARSARI
051111062
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
DEPARTEMEN FARMASETIKA
SURABAYA
2015
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
LEMBAR PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya
menyetujui skripsi/ karya ilmiah saya dengan judul :
PENGARUH KONSENTRASI KARBOKSIMETIL
KITOSAN TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK
NANOPARTIKEL ARTESUNAT
(Dibuat dengan metode gelasi ionik dalam larutan biner etanol-air)
Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media
lain yaitu Digital Library Perpustakaan Universitas Airlangga
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-
Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi skripsi/
karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.
Surabaya, 20 Agustus 2013
Oktavia Indah Ambarsari
NIM : 051111062
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Oktavia Indah Ambarsari
Nim : 051111062
Fakultas : Farmasi
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa hasil skripsi atau tugas
akhir yang saya tulis dengan judul :
PENGARUH KONSENTRASI KARBOKSIMETIL
KITOSAN TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK
NANOPARTIKEL ARTESUNAT
(Dibuat dengan metode gelasi ionik dalam larutan biner etanol-air)
Adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Apabila
dikemudian hari diketahui bahwa skripsi ini merupakan hasil
plagiarisme, maka saya bersedia menerima sangsi berupa
pembatalan kelulusan dan atau pencabutan gelar yang saya peroleh.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan
sebagaimana semestinya.
Surabaya,20 Agustus 2015
Oktavia Indah Ambarsari
NIM : 051111062
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
Lembar Pengesahan
PENGARUH KONSENTRASI KARBOKSIMETIL
KITOSAN TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK
NANOPARTIKEL ARTESUNAT
(Menggunakan metode gelasi ionik dalam larutan
biner etanol -air)
SKRIPSI
Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana
Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
2015
Oleh :
OKTAVIA INDAH AMBARSARI
NIM : 051111062
Skripsi ini telah disetujui
tanggal 10 Agustus 2015 oleh :
Pembimbing Utama Pembimbing Serta
Dr. Retno Sari, M.Sc., Apt. Helmy Yusuf, M.Sc., Ph.D., Apt.
NIP. 196308101989032001 NIP. 19790715 200312 1 002
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,
nikmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH
KONSENTRASI KARBOKSIMETIL KITOSAN TERHADAP
KARAKTERISTIK FISIK NANOPARTIKEL ARTESUNAT
(Dibuat dengan metode gelasi ionik dalam larutan biner etanol-air)”
ini dengan baik, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana farmasi Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Surabaya.
Rasa terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan
kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini, antara lain :
1. Dr. Retno Sari, M.Sc., Apt selaku pembimbing utama yang telah
membimbing dan mengarahkan dengan semangat, sabar, kasih
sayang, telaten, pengertian dan baik hati hingga terselesaikannya
skripsi ini .
2. Helmy Yusuf, M.Sc., Ph.D., Apt selaku pembimbing serta yang
dengan tulus dan sabar memberikan masukan serta bimbingan
hingga terselesaikannya skripsi ini.
3. Dr. Dwi Setyawan, S.Si., M.Si., Apt dan Dra. Esti Hendradi, M.Si.,
Ph.D., Apt selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan
saran dan kritik demi perbaikan skripsi ini.
4. Prof. Dr. Tutuk Budiati, Apt., M.S. selaku dosen wali yang dengan
sabar, telaten dan memberikan dukungan dan bimbingan selama
menempuh kuliah di Fakultas Farmasi Unversitas Airlangga ini.
5. Ibu Lilik Halimatus S. dan bapak Amierudin tercinta selaku orang
tua yang telah banyak berkorban dan memberikan segalanya untuk
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
saya, membimbing dan menyayangi saya sepenuh hati, dan selalu
mendoakan yang terbaik untuk saya.
6. Destian Arisandi Wirasaputra selaku kakak kandung saya, yang
telah memberikan semangat dan motifasi untuk segera
menyelesaikan gelas sarjana saya.
7. M. Abqory Mudhories selaku tunangan saya, yang telah
memberikan perhatian, semangat, motivasi, bimbingan dan
waktunya dalam membantu penyusunan skripsi ini.
8. Seluruh keluarga besar Wirosendjoto yang selalu mendoakan,
menyemangati dan mendukung dalam penyelesaian gelar sarjana
saya.
9. Teman-teman nanopartikel (Nisa, Meida dan Acit) yang selalu
menyemangati, membantu dan menghibur saya.
10. Sahabat (Indah, Tifra, Erwin, Ranggi, Soni, Feisal, Faris, Era, Mbak
Aisyah, Mas Fuad, Hikmen, Bibie dan Ve) yang telah menghibur,
memberikan dorongan motivasi demi terselesaikannya naskah ini.
11. Teman-teman kelas C (CTM) 2011 atas kerja samanya selama
menjalani perkuliahan.
12. Teman-teman Farmasetika yang telah membantu, memberikan
semangat dan berjuang bersama-sama dalam mendapat gelar
sarjana.
13. Pak Harmono, Pak Supriyono, Mbak Nawang, Bu Arie atas kerja
sama yang telah banyak membantu dengan sabar dan telaten dalam
meyelesaikan skripsi ini.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu dan mendoakan demi kelancaran dan terselesaikannya
skripsi ini.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
Semoga Allah SWT selalu melindungi dan melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya atas segala kebaikan, doa dan bantuan
yang telah diberikan.
Dengan segala kerendahan hati, penulis memohon maaf
atas segala kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan bagi ilmu
pengetahuan didunia farmasi khususnya.
Surabaya, 20 Agustus 2015
Penulis
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
RINGKASAN
PENGARUH KONSENTRASI KARBOKSIMETIL
KITOSAN TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK
NANOPARTIKEL ARTSUNAT
(Dibuat dengan metode gelasi ionik dalam larutan
biner etanol-air)
Oktavia Indah Ambarsari
Keberhasilan beberapa obat mencapai efikasi sering
terbatasi, disebabkan kelarutan yang rendah dalam air, cepat terhidrolisis, dan terjadi degradasi secara enzimatik. Hal tersebut dapat diatasi dengan penggunaan nanopartikel sebagai pembawa obat atau vaksin. Nanopartikel merupakan partikel padat dengan diameter ukuran 1-1000 nm yang dibuat dengan menggunakan matriks salah satunya polimer alam yaitu Karboksimetil kitosan (Km kitosan).
Km kitosan merupakan polimer alam derivat dari kitosan dengan penggantian gugus H oleh gugus karboksil pada posisi orto yang dapat meningkatkan kelarutan dalam air. Km kitosan memiliki gugus -COO- yang dapat berikatan dengan gugus muatan positif penyambung silang seperti kalsium klorida (CaCl2) melalui proses gelasi ionik. Faktor yang mempengaruhi pembuatan nanopartikel adalah jenis polimer, berat molekul polimer, jumlah penyambung silang, jumlah obat dan konsentrasi polimer.
Sistem nanopartikel dapat diaplikasikan untuk bahan obat yang berasal dari alam maupun sintetis. Pada penelitian ini digunakan model obat dari bahan semi sintetik yaitu artesunat. Obat ini memiliki kelarutan rendah dalam air sehingga bioavailabilitas rendah jika digunakan secara peroral. Pembuatan nanopartikel Artesunat-Km kitosan diharapkan dapat mengatasi permasalahan tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi Km kitosan pada 0,9% (FP 1), 1,0 % (FP 2 ) dan 1,1 % (FP 3) terhadap karakteristik fisik yang meliputi ukuran, morfologi, kandungan dan efisiensi penjerapannya.
Hasil evaluasi ukuran dan morfologi menggunakan SEM menunjukkan partikel berukuran heterogen berkisar 840 nm – 8,532 µm dan berbentuk bulat tidak berongga. Peningkatan konsentrasi
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
Km kitosan 0,9% sampai 1,1% pada FP 1, FP 2 dan FP 3 tidak berpengaruh terhadap ukuran nanopartikel yng dihasilkan.
Hasil evaluasi spektrum infra merah nanopartikel terlihat peningkatan konsentrasi Km kitosan menyebabkan terjadi pergeseran bilangan gelombang dan peningkatan intensitas pada gugus –OH, -COO asimetrik dan –COO simetrik disebabkan oleh ikatan antara gugus –COO dan Ca2+ menyebabkan perubahan ikatan hidrogen pada Km kitosan.
Pada evaluasi DTA sistem nanopartikel menunjukkan puncak endotermik yang berbeda dengan artesunat, hal itu menunjukkan bahwa artesunat telah terjebak dalam sistem. Peningkatan konsentrasi Km kitosan 0,9% - 1,1% menghasilkan puncak endotermik semakin melebar pada semua formula nanopartikel.
Pengaruh peningkatan konsentrasi pada evaluasi difraksi sinar X menunjukkan difraktogram semua formula nanopartikel berbeda dengan artesunat, hal tersebut menunjukkan artesunat telah terjebak dalam sistem dan pada FP 1, FP 2 dan FP 3 muncul puncak baru hal tersebut dapat disebabkan telah terjadi proses sambung silang antara Km kitosan dengan CaCl2.
Evaluasi efisiensi penjerapan artesunat diperoleh nilai FP 1 43,12 %, FP 2 40,40 % dan FP 3 66,72 %. Efisiensi penjerapan FP 3 lebih tinggi dibanding FP 1, dan FP 2. Hal tersebut disebabkan peningkatan konsentrasi polimer dari 0,9% sampai 1,1% mengakibatkan semakin banyak gugus –COO- yang akan berikatan dengan ion Ca2+ sehingga jumlah bahan obat yang terjebak semakin banyak dan efisiensi penjerapan semakin meningkat. Berdasarkan analisa statistika, FP 1 tidak berbeda bermakna dengan FP 2, tetapi berbeda bermakna dengan FP 3, Sedangkan FP 3 berbeda bermakna dengan FP 1 dan FP 2.
Dari hasil penelitian maka disimpulkan penelitian ini didapatkan bentuk partikel bulat tidak berongga dengan ukuran heterogen dan juga efisiensi penjerapan yang dihasilkan masih rendah sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memperbaiki ukuran yang lebih homogen dan meningkatkan efisiensi penjerapan salah satunya dengan mengoptimasi waktu pengadukan agar dihasilkan sistem nanopartikel yang lebih baik
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
ABSTRACT
EFFECT OF CARBOXYMETHYL CHITOSAN
CONCENTRATION ON PHYSICAL
CHARACTERISTICS OF ARTESUNATE
NANOPARTICLES
(Using ionic gelation method in ethanol-water a
binary solvent)
Oktavia Indah Ambarsari
Nanoparticles is used as drug carriers that can improve the dissolution rate and bioavailability of the drug. The aim of this study was to investigate the effects of Carboxymethyl chitosan (Cm chitosan) concentration in the range 0.9%; 1.0% and 1.1% on physical characteristics and drug entrapment efficiency of artesunate-Cm chitosan nanoparticles. The nanoparticles were prepared by ionic gelation method with cross linker calcium chloride in etanol-water binary solvent and dried by spray drying.
Evaluation particle size and morphology of nanoparticles artesunate-Cm chitosan showed that the particles has heterogeneous size at range between 840 nm - 8,532 µm with spherical shape. From FTIR evaluation it was showed by shift absorbance band of –OH at 3400 cm-1 , COO asymmetric at 1600 cm-1 and COO symmetric at 1400 cm-1 indicated the bonding between Cm chitosan and calcium chloride. XRD difractogram of nanoparticles artesunat-Cm chitosan that indicated drugs were entrapped in the system. Increasing concentrations of Carboxymethyl chitosan 0,9% - 1,1% could increased the entrapment efficiency of drug up to 66,72%.
Keywords : Nanoparticles; Ionic gelation; carboxymethyl chitosan; calcium chloride; spray drying; Artesunate.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................v
RINGKASAN .........................................................................viii
ABSTRAK ..................................................................................x
DAFTAR ISI .............................................................................xi
DAFTAR TABEL ...................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR ...............................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................1
1.1 Latar Belakang .................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................5
1.4 Manfaat Penelitian ..........................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................6
2.1 Nanopartikel ....................................................................6
2.1.1 Definisi Nanopartikel ..............................................6
2.1.2 Kegunaan Nanopartikel ..........................................7
2.1.3 Pembuatan Nanopartikel .........................................8
2.1.4 Faktor yang Berpengaruh pada
Pembuatan Nanopartikel ......................................13
2.2 Karboksimetil kitosan ....................................................17
2.3 Kalsium Klorida ............................................................19
2.4 Artesunat .......................................................................20
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ...................................22
3.1 Uraian Kerangka Konseptual ........................................22
3.2 Hipotesis ........................................................................23
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
iii
BAB IV METODE PENELITIAN ...........................................25
4.1 Bahan dan Alat ..............................................................25
4.1.1 Bahan ....................................................................25
4.1.2 Alat .......................................................................25
4.2 Metode Penelitian ..........................................................25
4.2.1 Metode Kerja ........................................................25
4.2.2 Pembuatan Nanopartikel dengan Metode
Pengeringan Semprot ...........................................30
4.2.3 Evaluasi Nanopartikel
Artesunat-Km kitosan ..........................................31
4.2.4 Analisis Statistik ...................................................37
BAB V HASIL PENELITIAN ..................................................38
5.1 Hasil pemeriksaan kualitatif bahan ................................38
5.1.1 Karboksimetil kitosan ...........................................38
5.1.2 Artesunat ...............................................................39
5.2 Evaluasi Karakteristik Nanopartikel
Artesunat-Km kitosan ...................................................40
5.2.1 Evaluasi Ukuran dan Morfologi ............................40
5.2.2 Evaluasi Spektroskopi Fourier Transform
Infra Red (FTIR) ...................................................41
5.2.3 Evaluasi Jarak lebur .............................................42
5.2.4 Evaluasi Difraksi Sinar X .....................................43
5.2.5 Evaluasi Kandungan Artesunat
Dalam Nanopartikel .............................................43
5.2.6 Evaluasi Efisiensi Penjerapan ..............................46
5.3 Analisis Statistik ............................................................47
BAB VI PEMBAHASAN .........................................................48
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN .................................55
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
iv
7.1 Kesimpulan ...................................................................55
7.2 Saran ..............................................................................55
DAFTAR PUSTAKA...............................................................56
LAMPIRAN .............................................................................64
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
IV.1 Rancangan formula nanopartikel
Artesunat-CM kitosan ..........................................................26
V.1 Pemeriksaan kualitatif Km kitosan........................................38
V.2 Pemeriksaan kualitatif artesunat ............................................39
V.3 Hubungan konsentrasi artesunat dengan
serapan pada λ maks 229,97 nm............................................45
V.4 Hasil pemeriksaan kandungan artesunat
dalam nanopartikel ................................................................46
V.5 Efisiensi penjerapan nanopartikel .........................................46
V.6 Hasil uji HSD efisiensi penjerapan .......................................47
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Ilustrasi nanosfer dan nanokapsul....................................... 6
2.2 Rute aliran udara dan sampel pada pengeringan
semprot .............................................................................12
2.3 Struktur Karboksimetil kitosan .........................................19
2.4 Struktur Kalsium klorida ..................................................20
2.5 Struktur Artesunat .............................................................21
3.1 Skema Kerangka Konseptual ........................................... 24
4.1 Skema Kerja Penelitian .................................................... 29
4.2 Skema kerja pembuatan.................................................... 31
5.1 Hasil SEM formula nanopartikel Km kitosan : CaCl2
dengan perbandingan 1,8:1 (A), 2:1 (B) dan 2,2:1 (C)
pada perbesaran 5.000x .................................................... 40
5.2 Hasil SEM formula nanopartikel Km kitosan : CaCl2
dengan perbandingan 1,8:1 (A), 2:1 (B) dan 2,2:1 (C)
pada perbesaran 10.000x................................................... 40
5.3 Spektra Inframerah dari Artesunat (A), Karboksimetil
kitosan (B), Plasebo (C) dan formula nanopartikel
Km kitosan : CaCl2 dengan perbandingan
1,8:1 (D), 2:1 (E) dan 2,2:1 (F) ........................................ 41
5.4 Termogram dari Artesunat (A), Karboksimetil
kitosan (B),Plasebo 1 (C), Plasebo 2 (D), Plasebo 3 (E)
dan formula nanopartikel Km kitosan : CaCl2 dengan
perbandingan 1,8:1 (F), 2:1 (G) dan 2,2:1 (H)...................42
5.5 Difraktogram dari Artesunat (A), Kalsium klorida (B),
Karboksimetil kitosan (C), Plasebo 1 (C), Plasebo 2 (D),
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
vii
Plasebo 3 (E) dan formula nanopartikel Km kitosan
: CaCl2 dengan perbandingan 1,8:1 (F), 2:1 (G)
dan 2,2:1 (H)......................................................................44
5.6 Spektra UV pengaruh bahan tambahan
terhadap serapan artesunat ................................................44
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Sertifikat Bahan Km kitosan ................................................62
2. Sertifikat Artesunat ..............................................................63
3. Sertifikat Kalsium klorida ....................................................64
4. Foto nanopartikel sebelum dan setelah pengeringan............65
5. Termogram DTA Bahan baku ..............................................66
6. Spektrum Infra merah Km kitosan .......................................67
7. Spektrum Infra merah Artesunat ..........................................68
8. Difraktogram bahan baku......................................................69
9. Penentuan panjang glombang maksimum ...........................80
10. Penentuan pengaruh bahan tambahan .................................87
11. Penentuan kurva baku .........................................................88
12. Penentuan kandungan artesunat dalam nanopartikel ..........91
13. Penentuan efisiensi penjerapan ...........................................92
14. Hasil analisis statistik efisiensi penjerapan .........................93
15. Titik persentase distribusi F ................................................95
16. Tabel R (Koefisien korelasi) ...............................................96
17. Tabel ukuran SEM nanopartikel ..........................................97
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberhasilan beberapa obat mencapai efikasi sering
terbatasi, disebabkan kelarutan yang rendah dalam air, cepat
terhidrolisis, dan terjadi degradasi secara enzimatik. Beberapa
metode telah diteliti untuk mengatasi hal tersebut, termasuk
penggunaan berbagai pembawa obat seperti misel, hidrogel,
mikropartikel, dan nanopartikel (Alamdarnejat et al, 2013).
Nanopartikel merupakan partikel padat yang memiliki
diameter ukuran berkisar 1-1000 nm dan dapat digunakan sebagai
pembawa obat atau vaksin dengan mekanisme melarutkan,
memerangkap, mengenkapsulasi, menjerap, atau menempelkan
bahan aktif secara kimia (Muljanah, 2011). Ukuran partikel dan
distribusi ukuran merupakan karakteristik yang penting dari
nanopartikel, karena dapat menentukan distribusi, toksisitas,
kemampuan menuju sistem target, mempengaruhi pelepasan obat,
dan stabilitas. Pembuatan nanopartikel juga dapat meningkatkan
laju kelarutan suatu senyawa serta dapat meningkatkan absorpsi
obat (Singh, 2009; Prusty and Sahu, 2013).
Matriks nanopartikel dapat dibuat dari berbagai bahan
seperti protein, polisakarida, polimer alam maupun sintesis. Polimer
alam yang dapat digunakan salah satunya adalah Karboksimetil
kitosan (Km kitosan). Km kitosan merupakan polimer alam derivat
dari kitosan dengan penggantian gugus H oleh gugus karboksil pada
posisi orto yang dapat meningkatkan kelarutan dalam air (Sahu et
al, 2010). Dibandingkan turunan kitosan larut air lainnya, Km
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
2
kitosan telah digunakan secara luas karena mudah disintesis,
mempunyai sifat amfolitik, bersifat biokompatibel, biodegradabel ,
dan memiliki toksisitas yang rendah (Mourya et al, 2010).
Nanopartikel dapat dibuat dengan beberapa metode salah
satu diantaranya gelasi ionik (ionic gelation) (Muljanah, 2011).
Gelasi ionik yaitu interaksi eletrostatik antara gugus muatan positif
dengan gugus muatan negatif dari polianion. Km kitosan memiliki
ion -COO- yang akan berikatan dengan gugus muatan positif
penyambung silang, salah satu contoh penyambung silang yang
digunakan kalsium klorida (CaCl2). Ion -COO- akan berikatan
dengan Ca2+ dari kalsium klorida (Mourya et al, 2010). Tetapi tidak
semua CaCl2 berikatan dengan Km kitosan, karena gugus -COO-
dari Km kitosan dapat berikatan pula dengan air menyebabkan tidak
semua ion Ca2+ bereaksi dengan -COO-. ion Ca2+ bebas akan
menarik air dari udara dan menyebabkan sampel tidak kering
sempurna (Feriza, 2013). Hal tersebut dapat diminimalisir dengan
penambahan etanol yang akan merusak ikatan diantara Km kitosan
dengan air, mengurangi rigiditas ikatan, dan meningkatkan belitan
ikatan dari Km kitosan sehingga ion Ca2+ dapat berikatan sempurna
dengan ion COO- dan etanol akan berikatan dengan sisa air,
sehingga jika dikeringkan sampel menjadi kering. Kelebihan
metode gelasi ionik adalah prosesnya yang sederhana, dan tidak
menggunakan pelarut organik (Luo, Y et al, 2013).
Pengeringan nanopartikel dapat menggunakan metode
pengeringan semprot dengan cara sampel likuid disemprotkan ke
ruangan berudara panas hingga sampel menjadi kering. Metode ini
memiliki keunggulan prosesnya cepat, sederhana, mudah, dan dapat
digunakan untuk skala besar dengan biaya yang efektif (Agnihotri
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
3
et al., 2004; Kissel et al., 2006). Faktor yang mempengaruhi ukuran
dan bentuk partikel dari metode ini adalah suhu inlet, ukuran nozzle,
laju pompa, laju aliran udara (He et al., 1999).
Beberapa faktor yang dapat berpengaruh pada pembuatan
nanopartikel adalah jenis polimer, berat molekul polimer, jumlah
penyambung silang, jumlah obat dan konsentrasi polimer yang
digunakan (Pratiwi, 2012; Wu et al, 2005). Berat molekul polimer,
jumlah penyambung silang, dan konsentrasi polimer berpengaruh
pada ukuran partikel, pembentukan partikel dan agregasi partikel
dan berpengaruh terhadap efisiensi penjebakan dan pemuatan obat
dari bahan polimer yang digunakan (Muljanah, 2011; Mohanraj and
Chen ,2006). Konsentrasi polimer semakin tinggi, menyebabkan
partikel yang terbentuk memiliki ukuran semakin besar dan efisiensi
penjerapan semakin meningkat, tetapi jika konsentrasi polimer yang
digunakan terlalu kecil, akan menghasilkan ukuran partikel yang
sangat kecil yang mudah beragregasi dan menyebabkan ukuran
partikel semakin besar pula (Wu et al, 2005). Hal tersebut diperkuat
dengan penelitian oleh Lestari, 2012, menggunakan perbedaan
konsentrasi Km kitosan pada sistem mikropartikel menggunakan
perbedaan konsentrasi Km kitosan 0,250% b/v dan 0,375% b/v
menghasilkan mikropartikel berukuran 1,60 µm dan 1,90, efisiensi
penjerapan ketoprofen 93,23% dan 98,86%. Penelitian Dhisiati,
2014, menggunakan perbedaan konsentrasi Km kitosan 0,150% b/v
sampai 0,300% b/v dengan metode pengeringan semprot
menghasilkan ukuran nanopartikel 921,5 nm-3,261 µm sampai
1,167 µm-3,514 µm dan efisiensi penjerapan terhadap Artesunat
67,31% sampai 94,18%.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
4
Sistem nanopartikel dapat diaplikasikan untuk bahan obat
yang berasal dari alam maupun sintetis. Pada penelitian ini
digunakan model obat dari bahan semi sintetik yaitu artesunat yang
merupakan turunan dari artemisinin yang di ekstraksi dari tumbuhan
tradisional Artemisia annua yang sangat ampuh sebagai antimalaria
(Nguyen et al, 2014). Obat ini memiliki kelarutan rendah dalam air
dan bioavailabilitas rendah jika digunakan secara peroral. Selain
efektif sebagai anti malaria, artesunat dapat sebagai anti inflamasi,
rheumatoid artritis, lupus eritematosus, dan bakteri yang disebabkan
oleh sepsis (Setyawan et al, 2014; Ho et al, 2014). Sistem
nanopartikel Artesunat – Km kitosan, diharapkan dapat
meningkatkan laju kelarutan dan bioavailabilitas dari artesunat.
Berdasarkan latar belakang diatas, dilakukan penelitian
nanopartikel Artesunat - Karboksimetil kitosan melanjutkan
penelitian sebelumnya dengan mengpengaruh konsentrasi Km
kitosan pada rentang 0,9% b/v; 1,0% b/v; 1,1% b/v dan dibuat
dengan metode gelasi ionik dalam larutan biner (etanol – air) dan
dikeringkan dengan pengeringan semprot yang bertujuan untuk
mengetahui karakteristik fisik meliputi evaluasi ukuran dan
morfologi, spektrum infra merah, titik lebur, difraksi sinar X,
kandungan dan efisiensi penjerapan bahan obat dalam sistem yang
telah terbentuk.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah bagaimana pengaruh konsentrasi polimer
terhadap :
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
5
1. Karakteristik fisik nanopartikel artesunat meliputi
evaluasi ukuran dan morfologi, spektrum infra merah,
titik lebur, difraksi sinar X sistem nanopartikel
2. Kandungan dan efisiensi penjerapan artesunat dalam
sistem nanopartikel
yang dibuat dengan metode gelasi ionik dalam larutan
biner (etanol - air) dan dikeringkan dengan pengeringan
semprot?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh
konsentrasi Km kitosan terhadap :
1. Bentuk, morfologi pada sistem nanopartikel artesunat-Km
kitosan
2. Kandungan dan efisiensi penjerapan bahan obat dalam sistem
nanopartikel artesunat-Km kitosan
yang dibuat dengan metode gelasi ionik dalam larutan biner
(etanol - air) dan dikeringkan dengan pengeringan semprot.
1.4 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian didapatkan data ilmiah berupa data
karakteristik fisik yang berguna untuk pembuatan sistem
nanopartikel dengan bahan obat sukar larut dengan
menggunakan polimer Km kitosan atau polimer lainnya.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nanopartikel
2.1.1 Definisi Nanopartikel
Nanopartikel merupakan partikel padat yang memiliki
diameter berkisar 1-1000 nm. Nanopartikel dapat digunakan
sebagai pembawa obat atau vaksin dengan mekanisme melarutkan,
memerangkap, mengenkapsulasi, menjerap, atau menempelkan
bahan aktif secara kimia (Muljanah, 2011). Nanopartikel terkadang
dapat menunjukkan sifat yang berbeda secara signifikan terkait
ukuran partikel yang diamati. Ukuran partikel dan distribusi ukuran
merupakan karakteristik yang penting dari nanopartikel karena
dapat menentukan distribusi, toksisitas, kemampuan menuju sistem
target, pelepasan obat, stabilitas dan lain-lain (M abhilash, 2010;
Singh, 2009). Ditinjau dari metode preparasi, diperoleh 2 tipe untuk
nanopartikel, yaitu nanokapsul dan nanosfer. Nanokapsul adalah
suatu sistem vesikular dengan bahan obat berada dalam suatu
rongga yang dikelilingi oleh membran polimer, sedangkan nanosfer
adalah sistem matrik dengan bahan obat terdispersi merata
didalamnya. Nanosfer dan nanokapsul dapat dibuat untuk proses
pelepasan dan penghantaran yang berbeda sebagai agen terapetik
(Singh, 2009).
Gambar 2.1 Ilustrasi nanosfer dan nanokapsul (Fattal and
Vauthier, 2007).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
7
2.1.2 Kegunaan Nanopartikel
Nanopartikel dapat sebagai penghantar obat dengan
memanipulasi sistem untuk tujuan mecapai target yang spesifik
secara optimal dengan keuntungan menjaga keamanan obat
tersebut. Sistem ini dapat digunakan untuk berbagai rute
penggunaan obat termasuk melalui mulut, hidung, parenteral, intra-
okular, dan lainnya (Mohanraj and Chen ,2006).
Beberapa kelebihan nanopartikel antara lain:
a. Nanopartikel dapat mengendalikan dan mempertahankan
pelepasan obat dengan mempengaruhi farmakokinetik obat
dan kelarutan selama perjalanan menuju sistem target
sehingga diperoleh efek terapi yang diinginkan dan
mengurangi efek samping (Mohanraj and Chen, 2006).
b. Sistem ini dapat menembus kapiler yang sempit dan dapat
langsung berinteraksi dengan sel secara efektif pada target
yang dituju karena memiliki ukuran yang kecil sehingga
dapat meningkatkan bioavailabilitas obat (N. Ariyandi,
2007).
c. Sistem ini dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan
bahan obat terutama obat dengan golongan BCS II yang
memiliki kelarutan rendah dan permeabilitas yang tinggi
(Fattal and Vauthier, 2007).
d. Ukuran partikel dan karakteristik permukaan nanopartikel
dapat dengan mudah dimanipulasi untuk mencapai
penargetan obat secara aktif dan pasif setelah pemberian
parenteral, dapat mencapai target lokasi dengan
menambahkan ligan penargetan pada permukaan partikel,
dan nanopartikel dapat melewati hambatan fisiologis
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
8
dalam tubuh karena penghantaran obat secara efisien ke
berbagai bagian tubuh yang secara langsung dipengaruhi
oleh ukuran partikel (Abilash, 2010).
Selain memiliki beberapa kelebihan, sistem nanopartikel juga
memiliki beberapa keterbatasan seperti :
a. Ukuran partikel yang kecil dan luas permukaan yang besar
berakibat partikel – pertikel tersebut beragregasi, berakibat
pada sulitnya penanganan nanopartikel berbentuk cair
maupun kering, dan keterbatasan dalam pelepasan obat.
Tidak semua obat dapat menerapkan sistem ini, tergantung
sifat material dan fisika kimia obat tersebut. (Mohanraj
and Chen, 2006).
b. Nanopartikel jika melewati kapiler terkecil tubuh dengan
beragregasi dapat mengakibatkan terjadinya emboli
(Eerikainen, 2004).
2.1.3. Metode Pembuatan Nanopartikel
Metode pembuatan nanopartikel yang dapat digunakan
sangat beragam, beberapa contohnya antara lain gelasi ionik dan
pengeringan semprot (Agnihotri et al, 2004).
a. Gelasi Ionik
Metode Gelasi ionik memiliki dasar metode interaksi
eletrostatik antara gugus yang berbeda muatan antar polimer dengan
penyambung silang. Km kitosan memiliki gugus -COO- yang akan
berikatan dengan gugus muatan positif penyambung silang, salah
satu contoh penyambung silang yang digunakan kalsium klorida
(CaCl2). Gugus -COO- akan berikatan dengan Ca2+ dari kalsium
klorida (Mourya et al, 2010).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
9
Metode ini banyak dipilih karena prosesnya tidak rumit dan
tidak menggunakan pelarut organik (Mardliyati et al, 2012).
Pembuatan koloid nanopartikel dengan gelasi ionik dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu konsentrasi larutan polimer, larutan
penyambung silang, perbandingan jumlah polimer dan penyambung
silang, suhu larutan kitosan, konsentrasi pelarut, dan kecepatan
pengadukan (Fan et al, 2012).
b. Pengeringan Semprot
Pengeringan semprot adalah metode yang sering
digunakan untuk menghasilkan serbuk dengan ukuran partikel yang
sangat kecil (Amaro, 200). Metode pengeringan ini dapat
menghasilkan partikel kering yang halus dengan proses sampel di
atomisasi menjadi droplet-droplet kecil dalam udara panas. Droplet
tersebut akan kering dengan cepat, dan partikel yang telah kering
akan jatuh ke dalam bagian yang lebih rendah pada alat pengering.
Keunggulan dari metode ini adalah proses yang realtif cepat, lebih
mudah jika dibandingkan dengan pengeringan beku, dan banyak
digunakan untuk produksi skala besar karena biaya relatif murah
(Agnihotri et al., 2004; Kissel et al., 2006). Pada metode ini, sampel
likuid mengalami evaporasi secara cepat yang disebakan oleh
adanya pemanasan, besarnya luas permukaan sampel dan kontak
dengan uap kering sehingga pelarut dapat dihilangkan dari sampel
(Williams and Vaughn, 2007).
Tahap pengeringan semprot dibagi menjadi 4 tahapan yaitu
: (Kissel et al., 2006).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
10
1. Atomisasi Sampel
Proses ini merubah sampel menjadi bentuk tetesan-tetesan
kecil (Agnihotri et al, 2004). Terdapat beberapa atomizer antara lain
rotary atomizer dimana sampel disemprotkn menggunakan cakram
berputar untuk membuat tetesan droplet, salah satu keuntungan dari
atomizer ini adalah ukuran partikel dapat diubah dengan mengubah
kecepatan roda; pressure atomizer yang membentuk tetesan droplet
dengan memberi tekanan pada atomizer, tipe ini paling sering
digunakan dalam pengeringan semprot; dan two fluid nozzle yang
membentuk tetesan droplet dengan proses adanya kontak antara
udara dan sampel , dan biasanya sampel yang dihasilkan memiliki
diameter internal antara 0,5 μm dan 1,0 μm, sehingga membentuk
partikel dengan diameter kurang dari 10 μm. Proses atomisasi ini
akan mempengaruhi sifat tetesan selama pengeringan dan sifat
produk kering. (Kissel et al, 2006).
Pemilihan alat penyemprot tergantung bahan yang
digunakan, sifat produk yang telah ditetapkan, viskositas dari
larutan yang digunakan serta jenis dan kapasitas pengering. (Kissel
et al, 2006).
2. Kontak droplet dengan udara
Tahapan awal dalam proses pengeringan adalah adanya
kontak antara droplet dengan udara panas dalam beberapa detik.
Terdapat dua macam cara pada tahap penyemprotan, cara pertama
adalah menyemprotkan cairan searah dengan aliran udara panas atau
disebut co-current. Kelebihan cara ini adalah sampel dapat kering
secara cepat. Cara yang kedua adalah sampel disemprotkan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
11
berlawanan arah dengan aliran udara panas (Patel et al, 2011;
Gharsallaoui et al, 2007).
3. Evaporasi Solven
Proses evaporasi pelarut ada dua tahapan, tahap pertama
adalah suhu jenuh pada permukaan droplet kira – kira sama dengan
suhu basah pada udara pengeringan. Cairan didalam tetesan droplet
akan mengganti cairan yang menguap dipermukaan, dan penguapan
yang terjadi berlangsung konstan. Pada tahap kedua, dimulai ketika
tidak ada lagi air yang cukup untuk mempertahankan kondisi jenuh
pada permukaan tetesan droplet, menyebabkan terbentuknya bagian
kering dipermukaan. Penguapan selanjutnya tergantung difusi air
melalui bagian kering tersebut, pada tahap ini tingkat penguapan
menurun dengan cepat (Agnihotri et al, 2004; Patel et al, 2009).
4. Pemisahan sampel kering.
Tahap ini menggunakan siklon yang berada diluar
pengering yang akan memisahkan sampel kering dari udara lembab
dan partikel yang lebih halus. Sampel yang telah terpisah
tertampung dalah wadah penampung. Pemisahan ini berdasar pada
perbedaan densitas (Patel et al., 2009; Gharsallaoui et al., 2007).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
12
Gambar 2.2. Rute aliran udara dan sampel pada pengering semprot (1) inlet udara kering + filtrasi; (2) pemanas; (3) ruang desikasi; (4) cyclone; (5) penampung serbuk kering; (6) filtrasi + outlet udara; (A) larutan, suspensi, emulsi yang akan di spray; (B) udara bertekanan atau nitrogen; dan (C) spray nozzle (Kissel et al, 2006).
Pada metode pengeringan semprot, digunakan suhu tinggi
untuk terjadinya evaporasi, sehingga bahan-bahan yang digunakan
harus tahan terhadap panas dan hati-hati terhadap penggunaan
pelarut organik yang dapat meledak pada suhu tinggi (Williams and
Vaughn, 2007). Hasil dari pengeringan semprot dipengaruhi oleh
faktor-faktor seperti :
a. Ukuran nozzle
Semakin meningkatnya ukuran nozzle, maka ukuran partikel
yang dihasilkan akan meningkat pula (He et al, 1999).
b. laju pompa
Sampel yang dikeringkan dengan kondisi laju pompa tinggi,
menghasilkan ukuran partikel yang lebih besar dibandingkan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
13
dengan sampel yang dikeringkan dengan kondisi laju pompa
rendah (He et al, 1999)
c. laju aliran udara (He et al., 1999).
Ukuran sampel tergantung pula dengan laju aliran udara. Ukuran
sampel meningkat seiring dengan menurunnya laju aliran udara
(He et al, 1999).
d. Suhu inlet
Suhu inlet tidak berpengaruh banyak terhadap ukuran partikel
(He et al, 1999).
2.1.4 Faktor - faktor yang berpengaruh pada pembuatan
nanopartikel
a. Perbandingan jumlah obat dengan jumlah polimer
Perbandingan jumlah obat dengan jumlah polimer
berpengaruh pada ukuran partikel yang dihasilkan. Semakin
tinggi jumlah obat dan semakin sedikit jumlah polimer yang
ditambahkan menghasilkan ukuran partikel relatif kecil jika
dibandingkan dengan penambahan jumlah polimer yang lebih
besar (Swarbrick and Boyland, 1994).
b. Konsentrasi polimer yang digunakan
Konsentrasi polimer semakin meningkat, menyebabkan
partikel yang terbentuk memiliki ukuran semakin besar dan
peningkatan efisiensi penjerapan. Hal ini disebabkan oleh
jumlah polimer yang lebih banyak terkandung dalam volume
yang sama (He et al, 1999). Hal tersebut diperkuat dengan
penelitian Lestari, 2012, dengan menggunakan konsentrasi
polimer 0,250% menghasilkan mikropartikel berukuran 1,60
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
14
µm sedangkan konsentrasi 0,375% menghasilkan 1,90 µm
dengan efisiensi penjerapan bahan obat ketoprofen 93,23% dan
98,86%. Penelitian Dhisiati, 2014, menyatakan efisiensi
penjerapan formula 4 dengan kadar Km kitosan 0,300% sebesar
94,18%, paling besar dibandingkan dengan penjerapan formula
1 dengan kadar Km kitosan 0,175% sebesar 67,31%, formula 2
kadar Km kitosan 0,200% sebesar 82,66%, dan formula 3
kandungan Km kitosan 0, 275% sebesar 88,29%. Penelitian juga
dilakukan oleh Santoso, 2011, menyatakan semakin banyak
jumlah polimer yang ditambahkan, ukuran partikel semakin
besar dan efisiensi penjerapan semakin tinggi. Hasil penelitian
Santoso, 2011 menunjukkan jumlah polimer 0,5 g; 1,0 g; 1,5 g
menghasilkan diameter rata-rata 1138,36 μm; 1517,27 μm; dan
1611,35 μm, dan efisiensi penjerapan bahan obat ketoprofen
pada jumlah polimer 0,5 g sebesar 75,75%, sedangkan pada 1,0
g sebesar 91,78%. Penelitian pengaruh konsentrasi polimer
lainnya dilakukan oleh Rosyidah, 2011, dengan meningkatnya
konsentrasi larutan polimer yaitu 3%, 4%, dan 5% berturut-turut
didapatkan ukuran mikropartikel sebesar 1238,50 µm, 1356,05
µm, dan 1320,51 µm. Jika konsentrasi polimer yang digunakan
terlalu kecil, akan menghasilkan ukuran partikel yang sangat
kecil yang mudah beragregasi dan menyebabkan ukuran partikel
semakin besar (Wu et al, 2005).
c. Jenis Polimer
Jenis polimer yang digunakan contohnya adalah Km
kitosan dimana partikel akhir yang terbentuk dipengaruhi oleh
derajat deasetilasi, derajat substitusi, dan berat molekul dari
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
15
karbosimetil kitosan tersebut (Jayakumar et al., 2010). Derajat
deasetilasi mempengaruhi protonasi gugus amino dari kitosan.
Dengan bertambahnya nilai derajat deasetilasi, partikel yang
terbentuk akan semakin kecil dengan permukaan yang lebih
halus (Prashanth and Taranathan, 2007). Derajat substitusi
berpengaruh terhadap diameter partikel, semakin besar nilai
derajat substitusi maka diameter partikel yang terbentuk
semakin kecil sehingga meningkatkan enkapsulasi obat serta
menurunkan laju pelepasannya (Mourya et al., 2010; Jayakumar
et al., 2010). Semakin tinggi berat molekul Km kitosan berarti
semakin banyak gugus karboksil yang berikatan dengan bahan
obat dan berdampak pada meningkatnya efisiensi penjerapan
dari Km kitosan (Shi et al., 2005).
d. Berat molekul Polimer
Berat molekul dan derajat deasetilasi pada salah satu
polimer (kitosan) merupakan faktor penting yang berpengaruh
pada ukuran partikel, pembentukan partikel dan agregasi
partikel (Muljanah, 2011). Berat molekul, serta komposisi
polimer dan interaksi obat-polimer juga berpengaruh terhadap
efisiensi penjebakan dan pemuatan obat dari bahan polimer yang
digunakan ( Mohanraj and Chen ,2006 ). Meningkatnya berat
polimer berakibat pada peningkatan viskositas larutan polimer
yang jika berinteraksi dengan penyambung silang dapat
terbentuk struktur dinding mikropartikel yang lebih kuat dan
dapat menurunkan kemampuan swelling sehingga pelepasan
obat menurun (Ko et al, 2002).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
16
e. Jumlah Penyambung Silang
Penyambung silang berguna untuk mencegah butiran-
butiran mengembang yang akhirnya akan hancur. Mekanisme
dari penyambung silang dengan menghubungkan rantai-rantai
polimer sehingga menjadi bentuk 3 dimensi melalui
pembentukan kompleks dengan polimer lain, ikatan ionik atau
dengan agregasi polimer (Prashanth and Tharanathan, 2006).
Faktor penting dalam reaksi sambung silang adalah komposisi
kimia bahan, konsentrasi bahan, pH, waktu reaksi dan
temperatur (Hirsch and Kokini, 2001). Reaksi sambung silang
dipengaruhi pula oleh densitas atau kepadatan sambung silang.
Semakin padat sambung siang, semakin rendah kemampuan
polimer untuk mengembang dan tingkat pelepasan obat akan
menurun (Mi and Chang, 2000). Reaksi silang juga dipengaruhi
oleh ukuran dan jenis zat penyambung silang. Semakin kecil
ukuran penyambung silang, semakin cepat terjadi reaksi silang
selama proses difusi masih mudah. Tergantung dari sifat alami
penyambung silang, pembentuk interaksi utama adalah jaringan
kovalen atau ikatan ionik (Goncalves et al, 2005). Sambung
silang merupakan cara efektif untuk membuat mikropartikel
tidak larut air, dan mengendalikan profil pelepasan obat dengan
mengubah tingkat sambung silang (Zheng Li, et al., 2009).
Jumlah dan jenis penyambung silang berpengaruh pada ukuran
partikel, penjerapan dan pelepasan bahan obat. Semakin
meningkatnya jumlah penyambung silang, dapat menyebabkan
ukuran partikel dan efisiensi penjerapan semakin meningkat
(Woitiski, et al, 2009).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
17
2.2 Karboksimetil kitosan
Deasetilasi dari kitin menghasilkan kitosan, sebuah
polimer yang banyak diteliti untuk penggunaan produk farmasi dan
non farmasi. Kitosan memiliki karakteristik yang unik seperti
memiliki biodegradabilitas, biokompatibilitas, bioadhesif, dan tidak
beracun. Kendala dalam penelitian kitosan ini adalah keterbatasan
kelarutan dalam pH netral atau basa karena struktur kristal yang
sangat stabil yang timbul dari adanya ikatan hidrogen yang kuat.
Maka dari itu dibuat karboksimetil kitosan untuk mengatasi kendala
tersebut.
Km kitosan merupakan derivat dari kitosan memiliki sifat
fisik dan biologis yang termodulasi yang dapat berfungsi sebagai
khelat, penyerapan, retensi kelembaman, antibakteri, antiapoptosis,
dan lainnya. Km kitosan dapat digunakan lebih lanjut lagi sebagai
pengendali pengiriman pelepasan obat, pengiriman DNA, dan
lainnya. Km kitosan juga dapat larut dalam larutan asam, netral
ataupun basa saat derajat substitusinya lebih dari 60% (Mourya et
al, 2010). Km kitosan dengan derajat substitusi 87 - 90%
mempunyai sifat poliamfolitik (ion zwitter), yang dapat membentuk
gel atau larutan jernih tergantung dari konsentrasi polimer pada pH
netral dan basa tetapi beragregasi pada kondisi asam. Polimer ini
dapat dimodifikasi dengan proses alkilasi, asilasi dan okulasi
(Mourya et al, 2010). Km kitosan dapat disintesis dengan dua
metode, yaitu :
a. Alkilasi reduktif
Pada reaksi ini gugus –NH2 dari kitosan direaksikan
dengan gugus karbonil dari aldehid asam glioksilat kemudian
terhidrogenasi oleh reaksi dengan NaBH4 atau NaCNBH3 untuk
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
18
menghasilkan N-karboksimetil kitosan. Prosedur pembuatannya
terdiri dari penaburan kitosan dalam 1% asam asetat untuk
mendapatkan sekitar 1 - 1,5 larutan b/v, reaksinya dengan larutan
dari asam glioksilat dengan perbandingan molar 1 : 1 sampai 1 : 3
dari amina, diatur pH 4 - 5 dengan mengurangi jumlah dari sodium
borohydride. Larutan kental kemudian didialisis dalam air dan di
liofilisasi untuk mendapatkan N-Karboksimetil kitosan.
Penggunaan metode ini menghasilkan sekitar 70% unit N-
karboksimetil kitosan. Kekurangan penggunaan metode ini adalah
membutuhkan reagen yang relative mahal dan tidak mudah di
aplikasikan dalam sekala besar.
b. Alkilasi langsung
Metode alkilasi langsung dapat menggunakan asam
monokarboksilat, asam monokloroasetat dengan berbagai kondisi
reaksi. Kondisi reaksi disini bertanggung jawab untuk mencapai
selektivitas alkilasi dan derajat substitusi. Langkah awal pada
metode ini adalah dengan merendam kitosan dalam larutan alkali.
Selama proses karboksimetilasi kitosan dengan asam
monokloroasetat, pH media 8 - 8,5. Sebab pada pH tersebut hanya
kelompok amina yang akan diaktifkan sehingga hanya N-Substitusi
yang akan berlangsung. Meskipun kitosan akan mengendap pada
pH ini, tetapi secara bertahap akan terlarut sebagai hasil reaksi, dan
pada akhir reaksi semua molekul kitosan akan terlarut dan menjadi
mono atau di-N- substitusi. Alkilasi menggunakan asam
monokloroasetat akan menghasilkan campuran N dan O-alkil
turunan kitosan yang tersubstitusi pada kelompok OH C6 dan C3,
dan beberapa substitusi pada kelompok C2- NH2. Pada suasana
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
19
basa, substitusi gugus lebih mudah terjadi pada gugus OH-6 > OH-
3 > NH2-2 (Morya V.K, 2010).
Gambar 2.2 Struktur (a) O-karboksimetil kitosan; (b) N- karboksimetil kitosan; (c) N,O-karboksimetil kitosan (Jayakumar et al, 2010).
2.3 Kalsium Klorida
Kalsium klorida (CaCl2) memiliki tiga bentuk formula
kimia yaitu anhydrous (CaCl2), Dihydrate (CaCl2.2H2O), dan
Hexahydrate (CaCl2. 6H2O). Masing-masing memiliki berat
molekul 110.99; 147.02; 219.08. Anhidrate berwarna putih dan
memiliki massa berpori, mudah larut dalam air dan etanol;
Dihydrate berwarna putih, keras dan berbentuk butiran atau
deliquescent fragment, mudah larut dalam air dan larut dalam
etanol; Hexahydrate berwarna, berbentuk Kristal sangat
deliquescent. Larut dalam 0,25 bagian air, mudah larut (1 - 10
bagian) dalam etanol dan dalam etanol mendidih, sangat mudah
larut dalam air panas (<1 bagian). pH larutan antara 4,5 dan 9,2 (1
dalam 20), titik leleh pada 772○C (JECFA, 2004).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
20
Mekanisme penyambung silang dari kalsium klorida
dengan cara membentuk kation divalent dari Ca2+ yang berikatan
ionic dengan gugus –COO dari Carboksilmetil Kitosan (Mourya et
al, 2010).
Gambar 2.3 Struktur CaCl
2.2 Artesunat
Artesunat merupakan partikel semi sintetik salah satu
turunan dari artemisinin yang di ekstraksi dari tumbuhan tradisional
Artemisia annua yang sangat sampuh sebagai antimalaria (Nguyen
et al, 2014). Artesunat memiliki profil farmakologis yang
menguntungkan untuk terapi malaria (Razavi, 2007). Selain efektif
sebagai anti malaria, artesunat dapat sebagai anti inflamasi,
Rheumatoid Artritis, Lupus eritematosus, dan bakteri yang
disebabkan oleh sepsis (Ho et al, 2014).
Artesunat berbentuk serbuk halus yang berwarna putih,
tidak berbau dan hampir tidak berasa, sukar larut dalam air, sangat
larut dalam diklorometana R, larut dalam etanol (~750 g/L) TS dan
aseton R (Budavari, 2001; Xiao and Hong, 2010). BM = 384,4
(Sweetman, 2009). Titik leleh artesunat berkisar antara 131-135 ⁰C,
sedangkan titk didihnya pada 507,12 ⁰C (pada 760 mmHg).
Densitasnya 1,32 g/cm3. Obat ini diklasifikasikan dalam BCS kelas
II, dimana memiliki kelarutan rendah dalam air sehingga memiliki
biovailabilitas rendah bila diberikan secara oral. Hal tersebut
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
21
menimbulkan masalah dalam formulasi juga dapat berpengaruh
terhadap khasiat dan keterbatasan sebagai biofarmasetik. Telah
banyak dilakukan penelitian untuk meningkatkan kelarutan dan
bioavailabilitas dari artesunat seperti penggunaan liposom,
nanopartikel, dan pembentukan kompleks artesunat-beta-
sikodekstrin (Setyawan et al, 2014).
Gambar 2.4 Struktur Artesunat ( Lisgarten et al, 2002 ).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
22
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Uraian Kerangka Konseptual
Nanopartikel dapat dibuat menggunakan metode gelasi
ionik interaksi eletrostatik antara gugus muatan positif polimer
dengan gugus muatan negatif dari penyambung silang. Polimer Km
kitosan bersifat biokompatibel, biodegradabel, dan mudah larut
dalam air memiliki gugus COO- yang akan berikatan dengan Ca2+
dari penyambung silang CaCl2 (Mourya et al, 2010). Pada penelitian
ini digunakan model obat dari bahan semi sintetik yaitu artesunat
yang merupakan turunan dari artemisinin. Obat ini memiliki
kelarutan rendah dalam air sehingga bioavailabilitas rendah jika
digunakan secara peroral (Setyawan et al, 2014).
Pada proses gelasi ionik, tidak semua CaCl2 berikatan
dengan Km kitosan, karena gugus COO- dari Km kitosan juga dapat
berikatan dengan air menyebabkan tidak semua ion Ca2+ bereaksi
dengan COO-. ion Ca2+ bebas akan menarik air dari udara dan
menyebabkan sampel tidak kering sempurna (Feriza, 2013). Hal
tersebut dapat diminimalisir dengan penambahan etanol dalam
proses gelasi ionik (Luo Y. et al, 2013). Untuk mendapatkan
partikel kering, maka dilakukan pengeringan menggunakan metode
pengeringan semprot. Keunggulan metode ini prosesnya cepat,
sederhana, mudah, dan dapat digunakan untuk skala besar dengan
biaya yang efektif (Agnihotri et al, 2004; Kissel et al, 2006). Faktor
yang berpengaruh pada ukuran dan bentuk partikel dari metode ini,
antara lain suhu inlet, ukuran nozzle, laju pompa, laju aliran udara
(He et al, 1999).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
23
Faktor yang dapat berpengaruh pada pembuatan
nanopartikel salah satunya adalah konsentrasi polimer (Wu et al,
2005). Konsentrasi polimer semakin tinggi, menyebabkan partikel
yang terbentuk memiliki ukuran semakin besar dan efisiensi
penjerapan semakin meningkat tetapi jika konsentrasi polimer yang
digunakan terlalu kecil, akan menghasilkan ukuran partikel yang
sangat kecil yang mudah beragregasi dan menyebabkan ukuran
partikel semakin besar (Wu et al, 2005). Sistem nanopartikel
menyebabkan peningkatan laju kelarutan bahan obat sehingga
meningkatkan bioavailabilitasnya (Sing, 2009; Prusty and Sahu,
2013).
Berdasarkan latar belakang diatas, dirumuskan hipotesis
bahwa konsentrasi polimer semakin meningkat menyebabkan
ukuran partikel semakin besar dan efisiensi penjerapan semakin
meningkat.
3.2 Hipotesis
konsentrasi polimer semakin meningkat menyebabkan
ukuran prtikel semakin besar dan efisiensi penjerapan semakin
meningkat.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
24
Gambar 3.1 Kerangka konseptual
Km kitosan - Biokompatibel - Biodegradabel - Toksisitas rendah - Mudah larut dalam air
(Mourya et al, 2010; sahu et al, 2010)
Artesunat - Kelarutan rendah dalam air - Bioavailabilitas rendah
(Setyawan et al, 2014)
Dibuat menggunakan gelasi ionik dalam larutan biner (etanol - air) dikeringkan
menggunakan pengeringan semprot Jumlah obat Konsentrasi Polimer Jenis Polimer Berat Molekul
polimer Jumlah penyambung
silang
Berpengaruh terhadap - Ukuran dan
Morfologi - Efisiensi
Penjerapan
Sistem nanopartikel Artesunat-Km kitosan
yang dibuat dengan perbedaan konsentrasi
polimer
Konsentrasi polimer semakin meningkat menyebabkan ukuran partikel semakin besar dan efisiensi penjerapan semakin meningkat.
Dipengaruhi oleh
Peningkatkan laju kelarutan bahan obat
Peningkatkan bioavailabilitas
(Singh, 2009; Prusty and Sahu, 2013)
Menyebabkan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
25
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Bahan dan Alat
4.1.1 Bahan
Artesunat (Goldliloo Pharmaceutical); carboxymethyl
chitosan (derajat substitusi 81,9%, derajat deasetilasi 96,5%, China
Eastar Group Co., Ltd.); CaCl2.2H2O pro analysis (Merck); Ethanol
pro analysis (EMSURE®); Methanol pro analysis (Merck);
aquades.
4.1.2 Alat
Spray Dryer (SD-basic Lab Plant UK Ltd. Type SD
B09060019); Neraca analitik (Ohaus); Spektrofotometer inframerah
(Jasco FT-IR 5300); Differential Thermal Analyser (Mettler Toledo
FP-65 DTA P-900 Thermal); Digital Viscosimeter (Brookfield
Viscosimeter DV-II); alat-alat gelas; Ultrasonic ELMA LC60/H;
magnetic stirrer (DRAGONLAB MS-Pro); Spektrofometer UV-
Vis (Cary WinUV Ver.1.00(9)c); Scanning Electron Microscopy
(inspect S50 Tipe FP 2017/12), Difraktogram X’Pert Phillips.
4.2 Metodologi Penelitian
4.2.1 Metode Kerja
Penelitian kali ini, dilakukan pembuatan nanopartikel
dengan menggunakan konsentrasi Km kitosan yang berbeda antar
formula, jumlah artesunat 100 mg tiap formula dan jumlah
penyambung silang CaCl2 250 mg yang dibuat dengan metode
gelasi ionik dalam larutan biner (etanol - air). Dilakukan juga
pembuatan formula tanpa bahan obat (plasebo) dengan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
26
perbandingan konsentrasi Km kitosan dan CaCl2 sama seperti
formula nanopartikel artesunat-Km kitosan.
Tabel IV.1 Rancangan formula nanopartikel Artesunat-Km kitosan
Nama Bahan Fungsi
Formula
FP 1
(mg)
FP 2
(mg)
FP 3
(mg)
Artesunat Bahan Aktif 100 100 100
Km kitosan Polimer 450 500 550
CaCl2 Penyambung silang 250 250 250
Keterangan : FP 1 : Konsentrasi Km kitosan 0,9 % b/v
FP 2 : Konsentrasi Km kitosan 1,0 % b/v FP 3 : Konsentrasi Km kitosan 1,1 % b/v Konsentrasi larutan CaCl2 0,5% b/v
Langkah awal dengan melakukan pemeriksaan terhadap
bahan baku yang digunakan, lalu dilakukan pembuatan tiga formula
nanopartikel Artesunat - Km kitosan dengan perbedaan konsentrasi
Km kitosan. Setelah itu dilakukan evaluasi spektrum infra merah
dari nanopartikel yang dihasilkan untuk melihat ada tidaknya
interaksi antara Km kitosan - CaCl2.Evaluasi selanjutnya dilakukan
terhadap karakteristik fisik nanopartikel antara lain ukuran dan
morfologi, uji difraksi sinar X, jarak lebur dan pemeriksaan
kandungan artesunat dengan spektrofotometer UV-Vis serta
penentuan efisiensi penjerapan artesunat dari nanopartikel artesunat
- Km kitosan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan
metode Analysis of Variance (ANOVA).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
27
4.2.1.1 Identifikasi Karboksimetil kitosan (Km kitosan)
a. Evaluasi Organoleptis
Dilakukan pemeriksaan terhadap bentuk, warna, dan bau
kemudian dibandingkan dengan pustaka.
b. Evaluasi DTA Karboksimetil kitosan (Km kitosan)
Pemeriksaan DTA dilakukan untuk mengetahui jarak lebur Km
kitosan. Pemeriksaan dilakukan dengan cara menimbang
secukupnya sampel lalu memasukkan sampel dalam krus
kemudian dilakukan pengamatan pada suhu 50 °C – 300 °C
dengan kecepatan kenaikan suhu 10° C per menit.
c. Evaluasi Viskositas
Dibuat larutan CM chitosan 1% b/v dalam aquades. Kemudian
diukur viskositasnya dengan Viscotester (Brookfield Digital
Model DV-II). selanjutnya hasil pemeriksaan dibandingkan
dengan viskositas Km kitosan pada sertifikat analisis dari bahan.
d.Evaluasi Difraksi sinar X
Uji difraksi sinar X dilakukan menggunakan alat difraktometer
X’Pert Phillips yang dilakukan pada temperatur ruangan dengan
kondisi pengukuran sumber sinar X K𝛼, target logam Cu, filter
Ni, voltase 40 kV, arus 40 mA pada rentang 2Ө 5-40⁰. Hasil
difraktogram yang diperoleh dibandingkan dengan pustaka.
e. Evaluasi spektroskopi Fourier Transform Infra Red (FTIR)
Spektrum inframerah Km kitosan dibuat dengan metode cakram
KBr. Km kitosan digerus hingga homogen, kemudian
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
28
dimasukkan ke dalam pengering hampa udara, selanjutnya
dicetak sampai diperoleh cakram transparan. Hasil pemeriksaan
dibandingkan dengan spektrum inframerah Km kitosan
pembanding.
4.2.1.2 Identifikasi Artesunat
a. Evaluasi Organoleptis
Dilakukan pemeriksaan secara visual terhadap bentuk, warna,
dan bau kemudian dibandingkan dengan pustaka.
b. Evaluasi Titik Lebur Artesunat
Pemeriksaan DTA dilakukan untuk mengetahui jarak lebur
artesunat. Pemeriksaan dilakukan dengan cara menimbang
secukupnya sampel lalu memasukkan sampel dalam krus
kemudian dilakukan pengamatan pada suhu 50 °C – 300 °C
dengan kecepatan kenaikan suhu 10° C per menit.
c. Evaluasi Difraksi Sinar X
Uji difraksi sinar X dilakukan menggunakan alat difraktometer
X’Pert Phillips yang dilakukan pada temperatur ruangan dengan
kondisi pengukuran sumber sinar X K𝛼, target logam Cu, filter
Ni, voltase 40 kV, arus 40 mA pada rentang 2Ө 5-40⁰. Hasil
difraktogram yang diperoleh dibandingkan dengan pustaka.
d. Evaluasi spektroskopi Fourier Transform Infra Red (FTIR)
Spektrum inframerah artesunat dibuat dengan metode cakram
KBr. artesunat digerus hingga homogen, kemudian dimasukkan
ke dalam pengering hampa udara, selanjutnya dicetak sampai
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
29
diperoleh cakram transparan. Hasil pemeriksaan dibandingkan
dengan spektrum inframerah artesunat pembanding.
Gambar 4.1 Skema kerja penelitian
Nanopartikel dibuat dengan metode gelasi ionik
menggunakan penyambung silang CaCl2 dengan konsentrasi 0,5%
dan polimer Km kitosan 0,9% b/v; 1,0% b/v; 1,1% b/v dalam larutan
biner etanol 10% dikeringkan menggunakan pengeringan semprot
dengan menggunakan model bahan obat artesunat..
Pemeriksaan bahan baku (Km kitosan dan Artesunat)
Pembuatan nanopartikel :
- FP 1 konsentrasi Karboksimetil kitosan 0,9% b/v - FP 2 konsentrasi Karboksimetil kitosan 1,0% b/v - FP 3 konsentrasi Karboksimetil kitosan 1,1% b/v
Pengeringan sampel dengan pengeringan semprot pada suhu 98 ℃, laju pompa skala 3, ukuran nozzle 1 µm, dan tekanan 2 bar (Feriza, 2013).
a. Evaluasi nanopartikel: - Ukuran dan morfologi - Spektroskopi FTIR - Titik lebur - Difraksi sinar X
Penetapan kandungan dan efisiensi penjerapan artesunat dalam sistem
nanopartikel
Analisis statistik kandungan dan efisiensi penjerapan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
30
4.2.2 Pembuatan Nanopartikel dengan Metode Pengeringan
semprot
Berikut ini adalah tahapan pembuatan nanopartikel dengan
pengeringan semprot :
a. Km kitosan ditimbang (sesuai formula), lalu dilarutkan
dalam 50 ml aquades, diaduk sampai homogen
menggunakan magnetic stirrer 500 rpm selama 10 menit.
b. Artesunat ditimbang sebanyak 100 mg, lalu dilarutkan
dalam 5 ml etanol sampai larut diaduk menggunakan
magnetic stirrer 500 rpm selama 5 menit.
c. Larutan Km kitosan dicampurkan ke dalam larutan
artesunat dan diaduk dengan magnetic stirrer kecepatan
500 rpm selama 30 menit.
d. CaCl2 ditimbang, kemudian dilarutkan ke dalam larutan
biner etanol 10% diaduk dengan magnetic stirrer
kecepatan 500 rpm selama 5 menit.
e. Larutan artesunat-Km kitosan diteteskan ke dalam larutan
CaCl2 kecepatan 2 tetes/ detik sambil diaduk dengan
magnetic stirrer kecepatan 500 rpm dan terus diaduk
dengan kecepatan 500 rpm selama 1 jam.
f. Terbentuk koloid halus yang kemudian di keringkan
dengan pengeringan semprot pada suhu inlet 98℃, laju
pompa skala 3, ukuran nozzle 1 µm, dan tekanan 2 bar
(Feriza, 2013).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
31
Gambar 4.2. Skema kerja pembuatan nanopartikel artesunat-Km kitosan
4.2.3 Evaluasi Nanopartikel Artesunat-Km kitosan
4.2.3.1 Evaluasi Ukuran dan Morfologi Nanopartikel
Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui ukuran dan
bentuk nanopartikel. Evaluasi ini menggunakan Scanning Electron
Microscope (SEM) FEI Inspect S50 pada beberapa perbersaran.. Uji
menggunakan SEM dilakukan dengan melekatkan sampel diatas
holder yang dilapisi karbon, kemudian holder diletakkan dalam
sputter cooter untuk dilapisi dengan gold palladium selama ± 120
detik. Nanopartikel yang teramati kemudian ditentukan ukuranya.
Larutan Km kitosan dalam aquadest dengan konsentrasi : 0, 9% b/v; 1,0% b/v; 1,1% b/v
Artesunat dalam 5 ml etanol 96% ad larut
Larutan CaCl2 0, 5 % b/v dalam larutan biner etanol 10% Larutan Km kitosan- artesunat
Diaduk menggunakan magnetic stirrer kecepatan 500 rpm, selama 60 menit
Koloid Km kitosan-Artesunat - CaCl2
Diteteskan dalam larutan CaCl2 dengan kecepatan 2 tetes/detik.
Dikeringkan menggunakan pengeringan semprot pada suhu inlet 98 ℃, laju pompa 3, tekanan 2 bar (Feriza,2013).
Nanopartikel kering artesunat – Km kitosan
Evaluasi karakteristik fisik meliputi : a. Ukuran dan morfologi b. Spektroskopi Fourier Transform Infra Red (FTIR) c. Titik lebur d. Difraktogram sinar X e. Kandungan dan efisiensi penjerapan
Diaduk menggunakan magnetic stirrer kecepatan 500 rpm, 30 menit
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
32
4.2.3.2 Evaluasi Spektroskopi Fourier Transform Infra Red
(FTIR)
Evaluasi ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya
interaksi yang terbentuk yang disebabkan adanya interaksi antara
Km kitosan dengan CaCl2. Evaluasi ini menggunakan
spektrofotometri infra merah dengan metode cakram KBr. Tahapan
yang dilakukan adalah dengan menimbang sampel yang kemudian
ditambah serbuk KBr pro-spektroskopi dan menggerusnya dalam
mortir hingga homogen. Langkah selanjutnya adalah membentuk
sampel menjadi cakram yang transparan. Sampel diamati pada
panjang gelombang 4000 – 450 𝑐𝑚−1. Hasil pemeriksaan formula
yang dibuat dibandingkan dengan spektrum inframerah artesunat,
Km kitosan dan CaCl2.
4.2.3.3 Evaluasi DTA
Evaluasi ini dilakukan untuk penentuan jarak lebur sistem
nanopartikel menggunakan alat Diferrential Thermal Analyser
(DTA). Pemeriksaan dilakukan dengan cara menimbang
secukupnya sampel lalu memasukkan sampel dalam krus kemudian
dilakukan pengamatan pada suhu 50 °C – 300 °C dengan kecepatan
kenaikan suhu 10° C per menit.
Termogram yang terbaca diamati dan dibandingkan dengan
termogram Km kitosan, Artesunat dan nanopartikel tanpa bahan
obat (plasebo).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
33
4.2.3.4 Evaluasi Difraksi sinar X
Uji difraksi sinar X dilakukan menggunakan alat
difraktometer X’Pert Pro PANAlytical yang dilakukan pada
temperatur ruangan dengan kondisi pengukuran sumber sinar X K𝛼,
target logam Cu, filter Ni, voltase 40 Kv, arus 40 Ma pada rentang
2Ө 5-40⁰. Hasil difraktogram yang diperoleh dibandingkan dengan
pustaka.
4.2.3.5 Evaluasi Kandungan Artesunat dalam Nanopartikel
Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui kandungan
artesunat dalam nanopartikel yang terentuk. Penetapan kadar
artesunat dalam nanopartikel dilakukan dengan menggunakan
Spektrofotometri UV-Vis (Okwelogu et al., 2011).
a. Pembuatan larutan kerja
1. Etanol 20%
Dipipet 41,67 ml etanol 96% kemudian ditambah air
hingga 200,0 ml.
2. 0,1 M Sodium hidroksida (NaOH)
Ditimbang 0,42 g NaOH, larutkan dengan aquades dan
tambah kan sampai 100 ml.
3. 0,1 M Asam asetat dalam 20% Etanol
Dipipet asam asetat glasial 1,144 ml kemudian di tambah
etanol 20% hingga 200,0 ml.
b. Pembuatan larutan baku artesunat dalam etanol
Larutan baku induk artesunat dibuat dengan cara menimbang
50 mg artesunat, kemudian dilarutkan dalam etanol sampai
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
34
volume 100,0 ml secara kuantitatif. Sehingga diperoleh
kensentrasi 500 ppm.
c. Pembuatan larutan baku kerja artesunat dalam etanol
Sejumlah larutan baku induk artesunat 500 ppm dipipet
kemudian diencerkan dengan etanol sampai diperoleh
konsentrasi 10 ppm; 15 ppm; 25 ppm; 50 ppm; 125 ppm; 250
ppm; 350 ppm. Kemudian dari larutan baku kerja tersebut
dipipet sebanyak 5,0 ml dan ditambahkan 2,0 ml NaOH dalam
labu ukur 10,0 ml. Kemudian dipanaskan selama 60 ⁰C, 60
menit. Kemudian didinginkan pada suhu kamar. Setelah itu
masing-masing baku kerja ditambah asam asetat dalam 20%
etanol ad 10,0 ml. Sehingga diperoleh konsentrasi akhir 5 ppm;
7,5 ppm; 12,5 ppm; 25 ppm; 62,5 ppm; 125 ppm; dan 175 ppm.
d. Penentuan panjang gelombang maksimum
Panjang gelombang maksimum merupakan panjang gelombang
yang memberikan serapan terbesar. Panjang gelombang
maksimum ditentukan dengan mengamati serapan dari larutan
baku kerja artesunat 12,5 ppm; 25 ppm; 62,5 ppm dengan
menggunakan spektrofometer UV-vis pada panjang gelombang
200-400 nm. Dari hasil pengamatan diperoleh panjang
gelombang maksimum 229, 97 nm.
e. Pembuatan kurva baku
Pembuatan kura baku dilakukan dengan menggunakan
absorban dari larutan baku konsentrasi 5 ppm, 7,5 ppm, 12,5
ppm, 25 ppm, 125 ppm, 175 ppm yang diamati pada pajang
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
35
gelombang 229,97 nm. Dari hasil absorban yang didapatkan,
didapatkan kurva baku kemudian dibuat persamaan regresi
antara absorban dengan konsentrasinya.
f. Penentuan pengaruh bahan tambahan terhadap nilai serapan
artesunat
1. Ditimbang nanopartikel Km kitosan 10 mg ditambahkan
etanol sebanyak 10,0 ml dan disaring.
2. Dipipet 0,5 ml nanopartikel yang telah disaring, dimasukkan
ke labu ukur 10,0 ml ditambahkan 1,0 ml larutan baku
artesunat, lalu ditambah etanol ad 10,0 ml. Selanjutnya
dipipet 5,0 ml dan ditambahkan NaOH 0,1 N sebanyak 2,0
ml pada labu 10,0 ml.
3. Larutan tersebut dipanaskan pada suhu 60 ⁰C selama 60
menit.
4. Setelah larutan dingin ad suhu kamar, masing-masing larutan
ditambah asam asetat dalam 20% etanol ad 10,0 ml.
5. Sebagai pembanding, dipipet 1,0 ml larutan baku induk yang
kemudian ditambah etanol ad 10,0 ml. Kemudian dipipet 5,0
ml dan ditambah NaOH 0,1 N sebanyak 2,0 ml lalu
dipanaskan pada suhu 60 ⁰C selama 60 menit, lalu diadkan
dengan asam asetat dalam etano 20%.
6. Sebagai blanko digunakan etanol 5,0 ml yang ditambah
dengan NaOH 0,1 N
sebanyak 2,0 mL.
7. Diamati spektrumnya pada panjang gelombang 200-400 nm.
Spektrum yang diperoleh dibandingkan dengan larutan
artesunat pembanding.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
36
g. Penetapan kadar artesunat dalam nanopartikel
Nanopartikel artesunat 50 mg (dilakukan replikasi
penimbangan sebanyak tiga kali) dilarutkan dalam etanol p.a.
didiamkan selama 2 jam dan di ad 25,0 ml, lalu disonifikasi
selama 5 menit dan didiamkan selama 1 jam. Setelah itu,
larutan nanopartikel dipipet 5,0 ml kemudian ditambah dengan
NaOH 0,1 N sebanyak 2,0 ml. Larutan tersebut dipanaskan
pada suhu 60 ⁰C selama 60 menit, lalu dinginkan pada suhu
kamar, kemudian ditambahkan asam asetat dalam etanol 20%
ad 10,0 ml. Lalu diukur absorbannya pada panjang gelombang
maksimum dan ditentukan konsentrasinya dengan
memasukkan data absorban yang diperoleh ke dalam kurva
baku. Dihitung persen (%) kadar artesunat yang didapat dalam
nanopartikel.
4.2.3.6 Perhitungan Efisiensi Penjerapan Bahan Obat
Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui berapa % jumlah
bahan obat yang terjerap dalam nanopartikel yang terbentuk. Nilai
efisiensi penjerapan obat ini didapatkan dari data hasil penetapan
kandungan artesunat dalam nanopartikel yang diolah berdasarkan
rumus (Mahajan et al, 2009):
Efisiensi penjerapan = 𝑀 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
M teoritis 𝑥 100 %
Keterangan: M aktual = jumlah bahan obat yang terkandung
dalam sistem nanopartikel
M teoritis = jumlah bahan obat yang ditambahkan dalam proses pembuatan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
37
4.2.4 Analisis Statistik
Untuk mengetahui adanya perbedaan yang bermakna
antara efisiensi penjerapan dari formula nanopartikel artesunat-Km
kitosan, maka dilakukan analisis statistik dengan metode uji
Analysis of Variance (ANOVA) one way dan jenis rancangan
Completely Randomized Design (CRD). Rancangan ini dapat
digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan bermakna
antar formula dengan membandingkan harga F hitung terhadap F
tabel dengan derajat kepercayaan (α) = 0,05. Jika dari analisis
diperoleh hasil F hitung lebih besar dari F tabel, maka terdapat
perbedaan bermakna antar formula. Perhitungan dilanjutkan dengan
uji Honestly Significant Difference Test (HSD) untuk mengetahui
formula mana saja yang berbeda. Adanya perbedaan bermakna antar
dua formula dipenuhi bila harga selisih rata-rata dua formula lebih
besar dari pada hasil perhitungan harga
HSD (Daniel, 2005).
HSD = qα, k, N-k √MSE/n
Keterangan:
qα, k, N-k : harga q tabel pada (k, N-k)
α : derajat kepercayaan (α = 0,05)
k : banyaknya kelompok (numerator)
N-k :derajat bebas within groups
(denominator)
MSE : MSE pada uji anova CRD
N : pengamatan dalam tiap kelompok
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
38
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Hasil Pemeriksaan Kualitatif Bahan
5.1.1 Karboksimetil kitosan (Km kitosan)
Pemeriksaan Km kitosan dilakukan secara kualitatif dengan hasil
sebagai berikut:
Tabel V.1. Pemeriksaan kualitatif Km kitosan
keterangan: (*) Sertifikat Analisis Km kitosan
No Pemeriksaan Pengamatan Pustaka
1 Organoleptis Serbuk berwarna off-white,
tidak berbau
Serbuk berwarna
off-white atau
kuning muda (*)
2 Viskositas 1% b/v
dalam aquades
6 cps ≤ 22 mpa.s (*)
3 Spektrum Inframerah Bilangan gelombang (cm-1) Bilangan
Gelombang (cm-1)
- Gugus O-H dan N-H 3467 3369 (**); 3420
(***); 3455 (****)
- Gugus C-H 2927 2923-2867 (**)
- Gugus COO
asimetrik
1650 1599 (**);
1600 (***)
- Gugus COO simetrik 1415 1412 (**); 1419
(***)
- NH3+ 1574 1624-1506
(****)
- Gugus C-OH 1071 1067(**)
- Gugus C-O 1156 1156 (*****)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
39
(**) Cai et al., 2009 (***) Fan et al., 2006 (****) Mourya et al., 2010 (*****) Nesr et al., 2014
Hasil identifikasi Km kitosan yang digunakan telah sesuai dengan
pustaka. Sertifikat analisis Km kitosan dapat dilihat pada lampiran 1.
5.1.2 Artesunat
Pemeriksaan artesunat dilakukan secara kualitatif dengan hasil
sebagai berikut:
Tabel V.2. Pemeriksaan kualitatif artesunat
keterangan: (*) Sertifikat Analisis artesunat (**) Lawal et al., 2012
No Pemeriksaan Pengamatan Pustaka
1 Organoleptis serbuk halus,
berwarna putih, tidak
berbau dan berasa
pahit
Serbuk putih,
tidak berbau dan
tidak berasa (*)
2 Titik Lebur 142,2 ⁰C 131-136 ⁰C (*)
131-135 ⁰C (***)
3 Spektrum
Inframerah
Bilangan gelombang
(cm-1)
Bilangan
gelombang (cm-1)
- Gugus C-C 1624 2000-1620 (**)
- Gugus C=C 1455 1650-1400 (**)
- Gugus C=O 1419 1420-300 dan
1870-1550 (**)
- Gugus C-O 1372 1380-1370 dan
1235 (**)
- Gugus C-H 1212 1225-950 (**)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
40
(***) World Health Organization, 2003 Hasil identifikasi artesunat yang digunakan dalam penelitian telah
sesuai dengan pustaka. Sertifikat analisis artesunat dapat dilihat
pada lampiran 2.
5.2 Evaluasi Karakteristik Nanopartikel Artesunat-Km kitosan
5.2.1 Evaluasi Ukuran dan Morfologi Nanopartikel
Ukuran dan morfologi nanopartikel diamati dengan
Scanning Electron Microscopy (SEM). FP 1, FP 2, FP 3 merupakan
formula nanopartikel dengan perbandingan Km kitosan : CaCl2
berturut-turut 1,8:1; 2:1; 2,2:1. Ukuran dan morfologi dapat dilihat
pada gambar 5.1 dan 5.2.
Gambar 5.1. Hasil SEM formula nanopartikel konsentrasi
Km kitosan 0,9% (A), 1,0% (B) dan 1,1%(C) pada perbesaran 5.000x.
Gambar 5.2. Hasil SEM formula nanopartikel konsentrasi Km kitosan 0,9% (A), 1,0% (B) dan 1,1%(C) pada perbesaran 10.000x.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
41
Hasil yang didapatkan adalah partikel dengan ukuran yang heterogen berkisar anatara 840 nm – 8,532 µm, berbentuk bulat tidak berongga dengan permukaan yang halus.
5.2.2 Evaluasi Spektroskopi Fourier Transform Infra Red (FTIR)
Berdasarkan hasil spektrum inframerah nanopartikel
artesunat didapatkan hasil sebagai berikut:
Gambar 5.3. Spektra Inframerah dari Artesunat (A), Karboksimetil kitosan (B), plasebo (C) dan formula nanopartikel konsentrasi Km kitosan 0,9% (D), 1,0% (E) dan 1,1% (F).
Berdasarkan hasil spektra Infra merah, terlihat bahwa telah
terjadi perubahan bentuk pita dan peningkatan intensitas yang
menandakan telah terjadi reaksi sambung silang antara gugus
COO- Km kitosan dan Ca2+ dari CaCl2.
A
B
C
D
E
F
% T
OH dan NH COO Simetrik COO Asimetrik
A
B
C
E
D
F
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
42
5.2.3 Evaluasi Titik Lebur
Berdasarkan pengujian titik lebur menggunakan DTA didapatkan
hasil sebagai berikut:
Gambar 5.4. Termogram dari Artesunat (A), Karboksimetil kitosan (B), Plasebo 1 (C), Plasebo 2 (D), Plsebo 3 (E) dan formula nanopartikel konsentrasi Km kitosan 0,9% (F), 1,0% (G) dan 2,2:1 (H).
Berdasarkan hasil termogram, terlihat bahwa termogram
FP 1 (D) dan FP 2 (E) terbentuk puncak tajam menandakan telah
terbentuk ikatan sambung silang antara COO- Km kitosan dan
Ca2+ dari CaCl2 yang kuat, sehingga dibutuhkan energi lebih
tinggi untuk meleburkannya.
5.2.4 Evaluasi Difraksi Sinar X
Pemeriksaan menggunakan alat difraktometer X’Pert Pro
Phillips dilakukan pada rentang sudut 2 Ө = 5,0 – 40,0⁰.
Suhu ⁰C
142,2 ⁰C
162,9 ⁰C
158,5 ⁰C
154,2 ⁰C
150,3 ⁰C
168,5 ⁰C
A B C
D E
G
F
H
Endot e rmi k
155,8 ⁰C
162,4 ⁰C
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
43
Perbandingan difraktrogram Artesunat, Km kitosan, FPo 1, FPo 2,
FPo 3, FP 1, FP 2, FP 3 dapat dilihat pada gambar 5.4.
Gambar 5.5 Difraktogram sinar X Artesunat (A), Kalsium klorida (B), Km kitosan (C), Plasebo (D) dan formula nanopartikel konsentrasi Km kitosan 0,9% (E), 1,0% (F), 1,1% (G).
Berdasarkan hasil difraktogram, terlihat bahwa FP 1 (D),
FP 2 (E), FP 3 (F) tidak terbentuk puncak artesunat menandakan
artesunat sudah terjebak dalam sistem. Pada sampel nanopartikel
artesunat-Km kitosan terbentuk puncak baru sekitar 2Ө 32⁰
mengindikasikan terbentuk ikatan sambung silang yang teratur.
5.2.5 Evaluasi Kandungan Artesunat dalam Nanopartikel
a) Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Artesunat
Dari hasil pengamatan serapan artesunat, diperoleh panjang
gelombang maksimum artesunat (λ maks) sebesar 229,97 nm.
A B C
D
F E
G
Inte
nsita
s (A
.u)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
44
Gambar 5.6. Spektra UV penentuan panjang gelombang maksimal
b) Penentuan Pengaruh Bahan Tambahan terhadap Absorban
Artesunat
Pengaruh bahan tambahan dilakukan terhadap absorban artesunat
pembanding.
Gambar 5.7. Spektra UV pengaruh bahan tambahan terhadap serapan artesunat
Hasil dari penentuan pengaruh bahan tambahan adalah tidak
adanya perbedaan absorban antara larutan artesunat 25 ppm dengan
absorban nanopartikel kosong yang ditambahkan artesunat 25 ppm.
Keterangan : - Merah : Artesunat 25 ppm - Biru : Nanopartikel kosong +Artesunat 25 ppm
-
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
45
C) Penentuan Kurva Baku Artesunat
Hasil pengukuran larutan baku kerja artesunat dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel V.3. Hubungan konsentrasi artesunat dengan serapan pada λ
maks 229,97 nm.
Dari hasil pengukuran, diperoleh harga slope (b) = 0,01188 dan
intersep (a) = 0,00334, sehingga persamaan regresi yang diperoleh
yaitu y = 0,01188 x + 0,00334 dengan harga koefisien korelasi (r) =
0,99365. Harga koefisien korelasi tersebut lebih besar dibandingkan
harga r tabel pada α = 0,05 dengan derajat bebas (df) = 4 yaitu
0,7293, sehingga menunjukkan adanya hubungan linier antara
konsentrasi dan serapan.
d) Pemeriksaan Kandungan Artesunat dalam Nanopartikel
Hasil pemeriksaan kandungan artesunat dalam nanopartikel dapat
dilihat pada tabel berikut:
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
46
Tabel V.4. Hasil pemeriksaan kandungan artesunat dalam nanopartikel
Formula Repli-kasi
Kadar (%)
Rata-Rata ± SD
1 5,05 FP 1 2 5,25 5,38 ± 0,42
3 5,85 1 4,72
FP 2 2 4,34 4,75 ± 0,43 3 5,2 1 7,34
FP 3 2 7,56 7,41 ± 0,13 3 7,34
Dari hasil pemeriksaan kandungan bahan obat, didapat
kadar bahan obat tertinggi pada FP 3 yaitu 7,41% ± 0,13
5.2.6 Evaluasi Efisiensi Penjerapan Bahan Obat
Hasil perhitungan efisiensi penjerapan nanopartikel dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel V.5. Efisiensi penjerapan nanopartikel
Formula Replikasi Kadar (%) Efisiensi
Penjerapan (%) EP Rata-Rata
± SD
FP 1 1 5,05 40,4
2 5,25 42,16 43,12 ± 3,31
3 5,85 46,8
FP 2 1 4,72 40,12
2 4,34 36,89 40,40 ± 3,66
3 5,2 44,2
FP 3 1 7,34 66,06
2 7,56 68,04 66,72 ± 1,14
3 7,34 66,06
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
47
Berdasarkan data pada tabel di atas, dilakukan analisis statistik
Analysis of Variance (ANOVA) dan jenis rancangan Completely
Randomized Design (CRD) data efisiensi penjerapan nanopartikel
dengan derajat kepercayaan 95% (α = 0,05).
5.3 Analisis Statistik
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan metode
ANOVA satu arah tersebut diperoleh nilai F hitung sebesar 47,883
dimana F hitung > F tabel (5,79) dapat dilihat pada lampiran 17.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
bermakna antar formula nanopartikel. Selanjutnya dilakukan uji
HSD untuk mengetahui formula mana yang berbeda bermakna.
Hasil uji HSD menunjukkan FP 1 tidak berbeda bermakna dengan
FP 2, karena harga sig lebih besar dari 0,05. Sedangkan FP 1
berbeda bermakna dengan FP 3 karena memiliki harga sig yang
lebih kecil dari 0,05. FP 2 tidak berbeda bermakna dengan FP 1,
tetapi berbeda bermakna dengan FP 3, dan untuk FP 3 berbeda
bermakna dengan FP 1 dan FP 2 karena harga sig lebih kecil dari
0,05. Hasil analisa efisiensi penjerapan dapat dilihat pada tabel V.7
Tabel V.6. Hasil uji HSD Efisisensi penjerapan
Harga sig.
tiap formula
FP 1 FP 2 FP 3
FP 1 0,584 0,001*
FP 2 0,584 0,001*
FP 3 0,001* 0,001* * Menunjukkan adanya perbedaan bermakna
Hasil analisis statistik efisiensi penjerapan artesunat terdapat pada
lampiran 16.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
48
BAB VI
PEMBAHASAN
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh
konsentrasi polimer terhadap karakteristik fisik nanopartikel
artesunat-Karboksimetil kitosan yang dibuat menggunakan metode
gelasi ionik dalam larutan biner (etanol - air) dan dikeringkan
dengan pengeringan semprot. Sebelum melakukan penelitian,
dilakukan pemeriksaan secara kualitatif terhadap bahan baku yang
digunakan dengan tujuan agar bahan-bahan yang digunakan sesuai
dengan ketentuan pustaka. Bahan yang diperiksa adalah
karboksimetil kitosan (Km kitosan) dan Artesunat. Pemeriksaan
Km kitosan meliputi pemeriksaan organoleptis, viskositas, dan
spektrum inframerah. Sedangkan pemeriksaan Artesunat meliputi
pemeriksaan organoleptis, titik lebur dan spektrum inframerah.
Berdasarkan hasil organoleptis, bahan Km kitosan
merupakan serbuk off-white dan tidak berbau. Identifikasi spektrum
inframerah menunjukkan adanya pita spesifik serapan lebar pada
daerah 3467 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus O-H.
Selanjutnya, pada daerah 2927 cm-1 muncul serapan yang
menunjukkan gugus C-H. Pada daerah 1650 cm-1 dan 1415 cm-1
muncul serapan curam yang menunjukkan gugus COO asimetrik
dan COO simetrik. Pada daerah 1574 cm-1 muncul serapan yang
menunjukkan gugus NH3+, serta pada daerah 1071 cm-1 muncul
serapan yang menunjukkan gugus C-OH. Untuk pemeriksaan
kualitatif Km kitosan, dilakukan juga pemeriksaan viskositas yang
menunjukkan hasil 6 cpa.s.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
49
Hasil organoleptis artesunat menunjukkan bahan obat yang
berwarna putih, berbentuk serbuk halus, tidak berbau dan berasa
pahit. Hasil jarak lebur artesunat 139,5-152,3 (⁰C) dan suhu
leburnya 142,2 (⁰C) hal tersebut berbeda dengan pustaka. pada
termogram DTA artesunat (lampiran-5), terdapat peak endotermik
dan eksotermik. Adanya peak eksotermik ini menunjukkan bahwa
untuk membentuk kristal kembali, artesunat perlu mengeluarkan
energi. Selanjutnya identifikasi spektrum inframerah muncul
serapan yang kuat pada bilangan gelombang 1624 cm-1
menunjukkan adanya gugus C-C. Pada daerah 1455 cm-1 muncul
serapan yang menunjukkan gugus C=C; daerah 1419 cm-1 muncul
serapan yang menunjukkan adanya gugus C=O, daerah 1372 cm-1
yang menunjukkan adanya gugus C-O, serta pada daerah 1212 cm-1
yang menunjukkan adanya gugus C-H. Spektrum inframerah
artesunat yang digunakan identik dengan spektrum inframerah
pustaka (lampiran-8). Hasil titik lebur artesunat berbeda dengan
pustaka, namun karena artesunat memiliki spektra inframerah yang
identik dengan pustaka (lampiran-7) maka artesunat dapat
digunakan untuk penelitian. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa bahan Km kitosan dan artesunat yang digunakan dalam
penelitian ini telah sesuai dengan persyaratan dalam pustaka.
Tahap selanjutnya dilakukan pembuatan sistem
nanopartikel dengan mengoptimasi konsentrasi Km kitosan pada
rentang 0,9 % b/v sampai 1,1 % b/v dibuat dengan metode gelasi
ionik dalam larutan biner (etanol – air) yang dilanjutkan dengan
proses pengeringan. Proses awal untuk pembuatan formula dimulai
dengan meneteskan larutan Km kitosan yang telah bercampur bahan
obat kedalam larutan CaCl2 yang dilarutkan dalam larutan biner
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
50
(etanol - air), pada saat itulah terbentuk proses gelasi ionik dan terus
dilakukan pengadukan sampai 1 jam untuk menyempurnakan sistem
yang terbentuk. Ketika proses gelasi ionik tidak semua CaCl2
berikatan dengan Km kitosan, karena gugus -COO- dari Km kitosan
dapat berikatan pula dengan air menyebabkan tidak semua ion Ca2+
bereaksi dengan -COO-. ion Ca2+ bebas akan menarik air dari udara
dan menyebabkan sampel tidak kering sempurna. Hal tersebut dapat
diminimalisir dengan penambahan etanol yang akan merusak ikatan
diantara Km kitosan dengan air, mengurangi rigiditas ikatan, dan
meningkatkan belitan ikatan dari Km kitosan sehingga ion Ca2+
dapat berikatan sempurna dengan ion COO- dan etanol akan
berikatan dengan sisa air, sehingga sampel menjadi kering (Y. Luo
et al, 2013). Jumlah CaCl2 yang meningkat juga dapat menyebabkan
nanopartikel kering yang terbentuk menjadi basah (Feriza, 2013),
sehingga dari semua optimasi yang dilakukan konsentrasi CaCl2
terpilih adalah 0,5 %. Secara organoleptis, FP 1, FP 2, dan FP 3 tidak
ada perbedaan yang menonjol, semua sistem terbentuk koloid halus
berwarna putih, tidak berbau dan memiliki viskositas yang tidak
berbeda. Koloid yang terbentuk dapat dilihat pada lampiran 4. Pada
proses pengeringan sampel, dilakukan metode pengeringan semprot
dengan menggunakan ukuran nozzle 1,0 mm, suhu inlet 98 oC , laju
pompa 3 dan tekanan 2 bar. Pemilihan tersebut berdasarkan
optimasi yang telah dilakukan oleh penelitian sebelumnya.
Setelah nanopartikel kering terbentuk, dilakukan
pemeriksaan organoleptis kembali sebelum melakukan
karakterisasi. Pada FP 1, FP 2 dan FP 3 sama-sama terbentuk sistem
kering, berwarna putih dan tidak berbau. Kemudian dilakukan
evaluasi spektra infra merah, ukuran dan morfologi, difraksi sinar
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
51
X, titik lebur menggunakan Differential Thermal Analyser (DTA),
kandungan dan efisiensi penjerapan artesunat dalam sistem
nanopartikel.
Pemeriksaan spektra inframerah dari nanopartikel dengan
tujuan untuk melihat adanya interaksi antara gugus COO- Km
kitosan dan Ca2+ dari CaCl2. Pada gambar 5.2 menunjukkan adanya
gugus fungsi spesifik dari Km kitosan pada Plasebo, FP 1, FP 2 dan
FP 3 meliputi gugus hidroksil (O-H), gugus karbonil (COO)
asimetrik dan COO simetrik pada bilangan gelombang 3467 cm-1,
1650 cm-1, 1415 cm-1. Peningkatan konsentrasi Km kitosan
berpengaruh pada pergeseran bilangan gelombang gugus-gugus
fungsi tersebut. Pada evaluasi plasebo gugus hidroksil bergeser
menjadi 3434 cm-1, FP 1 menjadi 3436 cm-1, FP 2 menjadi 3434 cm-
1 dan FP 3 menjadi 3430 cm-1. Pada gugus COO asimetrik plasebo
bergeser menjadi 1649 cm-1, FP 1 menjadi 1651 cm-1, FP 2 menjadi
1648 cm-1, dan FP 3 menjadi 1651 cm-1. Sedangkan pada gugus
COO simetrik plasebo bergeser menjadi 1445 cm-1, FP 1 menjadi
1440 cm-1, FP 2 menjadi 1441 cm-1, dan FP 3 menjadi 1435 cm-1.
Hal tersebut disebabkan oleh ikatan yang terbentuk diantara gugus
–COO dan Ca2+ yang menyebabkan perubahan ikatan hidrogen pada
Km kitosan dan mengubah posisi dan penampilan pita absorbsi infra
merah (Fessenden and fessenden, 1986 ; Cai et al, 2009). Perbedaan
konsentrasi Km kitosan 0,9% - 1,1% juga menunjukkan adanya
pengaruh terhadap intensitas pita serapan yang terbentuk. Semakin
tinggi konsentrasi menyebabkan intensitas pita serapan semakin
kuat.
Evaluasi SEM pada gambar 5.1 menunjukkan sistem yang
terbentuk memiliki ukuran yang heterogen dan lebih mengarah
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
52
kepada ukuran mikro dibanding nano. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh perubahan metode penetesan dari larutan polimer
kedalam larutan penyambung silang yang kemudian dengan segera
terbentuk koloid (Y. Luo et al, 2013) dan disebabkan juga oleh
kecepatan dan proses pengadukan yang belum sempurna (Sari,
2015). Pada gambar 5.2 terlihat pada semua formula memiliki
partikel dengan bentuk bulat tidak berongga dengan permukaan
halus.
Hasil evaluasi dengan DTA menunjukkan bahwa terlihat
adanya perbedaan pola termogram pada semua formula
nanopartikel artesunat-Km kitosan dengan termogram artesunat, hal
tersebut menunjukkan artesunat sudah terjebak dalam sistem
nanopartikel. Peningkatan konsentrasi Km kitosan berpengaruh
terhadap sistem nnopartikel yang terbentuk dapat dilihat dari
semakin tinggi konsentrasi menghasilkan termogram formula
semakin tajam. Pada FP 1 dan FP 2 terbentuk termogram yang
tajam menunjukkan bahwa telah terjadi interaksi antara Km kitosan
dengan CaCl2. Pada termogram FP 1 masih terdapat puncak
artesunat yang menandakan masih ada artesunat yang belum
terjebak dalam sistem dengan baik, di dukung pula oleh data SEM
yang menunjukkan kristal artesunat masih terlihat diluar sistem.
Hasil evaluasi difraksi sinar X menunjukkan bahwa
artesunat mempunyai struktur kristalin, Km kitosan mempunyai
struktur amorf dan CaCl2 terdapat puncak kristalin yang ditunjukkan
pada gambar 5.5. Pada difraktogram FP 1, FP 2 dan FP 3 tidak
terdapat puncak dari artesunat, hal tersebut membuktikan bahwa
artesunat telah terjebak dalam sistem nanopartikel dan mengalami
perubahan struktur kristal. Stuktur kristal bahan obat yang telah
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
53
terlarut dapat berubah bentuk menjadi kecil dan struktur dari
kristalin menjadi amorf. Hal ini bermanfaat untuk bahan obat yang
memiliki kelarutan rendah dalam air karena dapat meningkatkan
laju kelarutan dan bioavailabilitas bahan obat (Sing, 2009; Prusty
and Sahu, 2013). Tetapi pada difraktogram FP 1, FP 2, FP 3 muncul
puncak sekitar 2Ө 32⁰, hal tersebut menunjukkan adanya struktur
ikatan teratur yang akan membiaskan sinar X dan diterjemahkan
sebagai puncak difraksi baru.
Penetapan kandungan dan efisiensi penjerapan artesunat
dalam sistem nanopartikel artesunat-Km kitosan sulit diamati
dengan metode spektrofotometri standar karena mengandung gugus
peroksida, mengabsorbsi cahaya pada panjang gelombang rendah,
dan mempunyai kemampuan berfluorosensi yang rendah, sehingga
diperlukan penambahan pereaksi dan pemanasan yang dapat
merusak gugus peroksida tersebut dan setidaknya menghasilkan
satu ikatan rangkap dalam molekulnya (Okwelogu et al, 2011).
Hasil kurva baku dapat diketahui persamaan regresi y = 0,01188 x
+ 0,00334 dengan harga koefisien korelasi (r) = 0,99365. Dilihat
dari besarnya koefisien korelasi, dapat dikatakan persamaan regresi
menunjukkan hubungan yang linier antara absorban versus
konsentrasi.
Pemeriksaan pengaruh bahan tambahan dilakukan untuk
mengetahui apakah Km kitosan dengan bahan-bahan lain yang
digunakan memiliki serapan pada panjang gelombang maksimum
artesunat. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Km kitosan dan
bahan-bahan lainnya tidak memiliki serapan pada panjang
gelombang maksimal artesunat (lampiran 12). Dari hasil penetapan
kandungan artesunat diketahui bahwa FP 1, FP 2 dan FP 3 berturut-
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
54
turut diperoleh 5,83%, 4,75%, dan 7,41%. Selanjutnya dari
perhitungan efisiensi penjerapan untuk FP 1, FP 2, dan FP 3
diperoleh berturut-turut 43,12%, 40,40% dan 66,72%. Dari
perhitungan efisiensi penjerapan diketahui bahwa peningkatan
konsentrasi Km kitosan pada FP 3 menunjukkan efisiensi
penjerapan yang dihasilkan semakin meningkat. Peningkatan
jumlah polimer menyebabkan viskositas semakin tinggi sehingga
bahan obat lebih banyak terjerap (Agnihotri et al, 2004). Efisiensi
penjerapan yang menurun pada FP 2 disebabkan sistem yang
terbentuk belum sempurna. Efisiensi penjerapan artesunat dianalisis
secara statistik dengan ANOVA satu arah dengan derajat
kepercayaan 95% (α = 0,05) untuk mengetahui apakah ada
perbedaan bermakna antar formula. F hitung diperoleh nilai 47,883
lebih besar dari F tabel yaitu 5,79. Hal tersebut menunjukkan adanya
perbedaan minimal satu pasang formula yang dianalisis. Untuk
mengetahui formula mana yang berbeda, maka dilakukan uji HSD.
Hasil uji HSD pada tabel V.7 menunjukkan efisiensi penjerapan FP
1 tidak berbeda bermakna dengan FP 2, tetapi berbeda bermakna
dengan FP 3, Sedangkan efisiensi penjerapan FP 3 berbeda
bermakna dengan FP 1 dan FP 2. Hasil efisiensi penjerapan yang
rendah dapat disebabkan waktu pengadukan yang kurang lama,
karena terbentuknya gelasi ionik salah satunya dipengaruhi oleh
lamanya waktu pengadukan.
Dari hasil penelitian maka disimpulkan penelitian ini telah
didapatkan bentuk partikel bulat tidak berongga namun sistem
nanopartikel masih berukuran heterogen yang lebih banyak
berukuran mikro dan juga efisiensi penjerapan yang dihasilkan
masih rendah berkisar antara 46%-67%, sehingga selanjutnya perlu
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
55
dilakukan penelitian untuk memperbaiki ukuran yang lebih
homogen dan meningkatkan efisiensi penjerapan salah satunya
dengan mengoptimasi waktu pengadukan agar dihasilkan sistem
nanopartikel yang lebih baik.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
56
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa pembuatan nanopartikel konsentrasi Km
kitosan 0,9%; 1,0%; dan 1,1% dengan metode gelasi ionik dalam
larutan biner (etanol-air) berpengaruh terhadap :
1. Morfologi nanopartikel berbentuk bulat tidak berongga dengan
permukaan halus dan ukuran partikel heterogen.
2. Semakin tinggi konsentrasi Km kitosan menyebabkan semakin
tinggi efisiensi penjerapan.
7.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian untuk memperbaiki ukuran
yang lebih homogen dan meningkatkan efisiensi penjerapan salah
satunya dengan mengoptimasi waktu pengadukan agar dihasilkan
sistem nanopartikel yang lebih baik.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
57
DAFTAR PUSTAKA
Agnihotri, S.A, Mallikarjuna N.N., Aminabhavi T.M., 2004. Recent
advances on chitosan-based micro and nanoparticles in drug delivery. Journal of Controlled Release, Vol. 100, p. 5–28.
Alamdarnejad, G., Sharif, A., Taranejoo, S., Janmaleki, M., Kalaee, M. R., Dadgar, M., et al. (2013). Synthesis and characterization of thiolated carboxymethyl chitosan-graft-cyclodextrin nanoparticles as a drug delivery vehicle for albendazole. J Mater Sci: Mater Med 24 , 1939–1949.
Amaro, M.I., Tajber, L., Corrigan, O.I., and Healy, A.M., 2011. Optimisation of Spray Dring Process Conditions for Sugar Nanoporous Microparticles (NPMPS) Intended fo Inhalation. International Journal of Pharmaceutic, vol. 421, p. 99-109.
Cai W.D., Chu J.X., Han B.Q., Wang C.H., Liu W.S., 2009. Preparation and Properties of Carboxymethyl Chitosan Calcium. Zhongguo Zuzhi Gongcheng Yanjiu yu Linchuang Kangfu, Vol. 14 Ed. 3, p. 567-570.
Dhisiati, Okki Fajrin, 2014. Pengaruh Jumlah Karboksimetil
kitosan Terhadap Karakteristik Fisik Nanopartikel
Artesunat - Karboksimetil kitosan. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Surabaya.
Eerikainen, H., Kauppinen, E. I., & Kansikas, a. J. (2004). Polymeric Drug Nanoparticles Prepared by an Aerosol Flow Reactor Method. Pharmaceutical Research , 136-143.
Fan L., Du, Y., Zhang, B., Yang, J., Zhou, J., and Kennedy, J.F., 2006. Preparation and properties of alginate/carboxymethyl chitosan blend fibers. Carbohydrate Polymers, Vol. 65, p. 447-452.
Fattal E. and Vauthier C., 2007. Drug Delivery: Nanoparticles. In: Swarbrick, J. (ed). Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, Ed. 3rd, Vol. 1. London: Informa Health Care, pp. 1183-1200.
Fessenden, R.J. and Fessenden, J.S., 1986. Kimia Organik. Jilid 1, Edisi Ke-3. Diterjemahkan oleh Pudjaatmaka, A.H. Jakarta: Penerbit Erlangga, hal. 311-327.
Gharsallaoui, A., Roudaut, G., Chambin, O., Voilley, A., and Saurel, R., 2007. Applications of spray-drying in microencapsulation of food ingredients: An overview. Food Research International, Vol. 40, p. 1107-1121.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
58
Gonçalves, V. L., Laranjeira, M. C., & Fávere, V. T. (2005). Effect of Crosslinking Agents on Chitosan Microspheres in Controlled Release of Diclofenac Sodium. Ciência e Tecnologia , 6-12.
Hariyadi, D. M., Hendradi, E., & Piay, O. L. (2013). Optimasi
Mikrosfer Ovalbumin-Alginat yang Diproduksi Dengan
Teknik Aerosolisasi. PharmaScientia Vol.2, No.1 , 21-30. He P., Davis S.S., Illum L. 1999. Chitosan microspheres prepared
by spray drying. International Journal of Pharmaceutics, Vol. 187, p. 53-65.
Hirsch, J. B., & Kokini, J. L. (2001). Understanding the Mechanism of Cross-Linking Agents (POCl3, STMP,and EPI) Through Swelling Behavior and Pasting Properties of Cross-Linked Waxy Maize Starches. American Association of Cereal Chemists , 102-107.
Ho, W. E., Xu, Y.-J., Xu, F., Cheng, C., Peh, H. Y., Huang, S.-M., et al. (2014). Anti-malarial drug artesunate restores metabolic changes in experimental allergic asthma. Artesunate restores metabolome of asthma , 1-11.
Jayakumar R., Prabaharan M., Nair S.V., Tokura S., Tamura H., Selvamurugan N. 2010. Novel carboxymethyl derivatives of chitin and chitosan materials and their biomedical applications. Progress in Material Science, Vol. 55, p. 675-709.
Kissel, T., Maretschek, S., Packhauser, C., Schinieder, J., and Seidel, N., 2006. Microencapsulation techniques for parenteral depot system. In: S. Benita (Eds.). Microencapsulation Methods and Industrial Application, USA: Taylor & Francis Group, LLC., p. 114.
Ko, J.A., Park, H.J., Hwang, S.J., Park, J.B., and Lee, J.S., 2002. Preparation and characterization of chitosan microparticle intended for controlled drug delivery. Int. J. Pharm., Vol. 249, p. 165-174.
Lawal, A., Umar, R.A., Abubakar, M.G., Faruk, U. Z. and Wali, U., 2012. FTIR and uv-visible spectrophotometeric analyses of artemisinin and its derivatives. Journal of Pharmaceutical and Biomedical Sciences. Vol. 24, p. 6-14.
Lestari, W., 2012. Pengaruh Konsentrasi Carboxymethyl
Chitosan Terhadap Karakteristik Fisik Dan Profil
Pelepasan Mikropartikel Ketoprofen-Carboxymethyl
Chitosan (Dibuat Dengan Metode Spray Drying). Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Surabaya.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
59
Lisgarten, N. J., Potter, B., Palmer, R. A., Chimanuka, B., & Aymami, J. (2002). Structure, absolute configuration, and conformation of the antimalarial drug artesunate. Journal of Chemical Crystallography, Vol 32 , 1-2.
Luo, Y., Teng Zi., Wang Xiangan.,Wang Qin. 2013. Development of carboxymethyl chitosan hydrogel beads in alcohol-aqueous binary solvent for nutrient delivery applications, Vol. 31, p. 332-339.
M Abilash., 2010. Potential application of Nanoparticle. International Journal of Pharma and Bio Sciences Vol. 1.
Mahajan, H.S., Deore, U.V., 2009. Development and Characterization of Sustained Release Microspheres by Quasi Emulsion Solvent Diffusion Methode, International Journal of Chemtech Research, Vol. 1 No.3, p. 634-642.
Mardliyati, E., Muttaqien, S. E., & Setyawati, D. R. (2012). Sintesis
Nanopartikel Kitosan-Trypoly Phospat dengan Metode
Gelasi Ionik : Pengaruh Konsentrasi dan Rasio Volume
Terhadap Karakteristik Partikel. Prosiding Pertemuan Ilmiah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bahan , 1411-2213.
Mi, F.-L., Kuan, C.-Y., Shyu, S.-S., Lee, S.-T., & Chang, S.-F. (2000). The study of gelation kinetics and chain-relaxation properties of glutaraldehyde-cross-linked chitosan gel and their effects on microspheres preparation and drug release. Carbohydrate Polymers , 389-396.
Mohanraj, V.J., Chen, Y. 2006. Nanoparticles-Review. Tropical Jurnal of Pharmaceutical Research Vol.5, p. 561-573
Mourya V.K., Inamdar N.N., Tiwari A., 2010. Carboxymethyl chitosan and its applications. Advance Material Letter, Vol. 1 No. 1, p. 11-33
N. Ariyandi, S. K. (2007). Pembuatan Nanosfer Berbasis
Biodegradable Polilaktat dengan Metode Ultrasonik. Jurnal Sains Materi Indonesia , 182.
Nesr, E.M.El., Raafat, A.I, Nasef, Sh.M., Soliman, E.A., Hegazy, El-Sayed.A. 2014. Radiation Synthesis and Characterization of N,O-Carboxymethyl chitosan /Poly(vinylpyrrolidone) Copolymer Hydrogel. Arab Journal of Science and Applications, Vol. 47, p. 14-27.
Nguyen, H. T., Tran, T. H., Kim, J. O., Yoong, C. S., & Nguyen, C. N. (2014, june 10). Enhancing the in Vitro anti-cancer efficacy of artesunate by loading into poly-D,L-lactide-co-glycolide (PLGA) nanoparticles.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
60
Novarinandha, Eryka Anggih., 2011. Pengaruh jumlah chitosan
terhadap karakteristik fisik dan profil pelepasan dari
mikropartikel ketoprofen-chitosan (dibuat dengan metode
orifice ionic gelation). Surabaya: Departemen farmasetika fakultas farmasi universitas airlangga.
Okwelogu, C., Silva, B., Azubike, C., and Babatunde, K.,2011. Development of a simple UV assay method for artesunate in pharmaceutical formulations. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research, Vol. 3 No. 3, p. 277-285.
Patel, A.S., Soni, T.G., Thakkar, V.T., and Gandhi, T.R., 2011. Effect of polymeric blend on the dissolution behavior of spray-dried microparticles. International Journal of Research in Pharmacy and Chemistry, Vol. 1 No. 3.
Prashanth K.V.H. and Tharanathan R.N., 2006. Crosslinked Chitosan – Preparation and Characterization. Carbohydrate Research, Vol. 341, p. 169-173.
Pratiwi. 2012. Pengaruh Rasio Ketoprofen-Carboxymethyl
Chitosan Terhadap Karakteristik Fisik Dan Profil
Pelepasan Mikropartikel Ketoprofen- Carboxymethyl
Chitosan, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Surabaya.
Prusty, A. k., & Sahu, S. K. (2013). Development and Evaluation of Insulin Incorporated Nanoparticles for Oral Administration. ISRN Nanotechnology , 1-6.
Razavi, A., Nouri, H. R., Mehrabian, F., & Mirshafiey, A. (2007). Treatment of Experimental Nephrotic Syndrome with Artesunate. International Journal of Toxicology , 373-380.
Reis Catarina pinto, P., Ronald J. Neufeld, P., PhD, A. J., & Fransisco Veiga, P. (2006). Nanoencapsulation I. Methods for Preparation of Drug-loaded Polymeric Nanoparticles. Nanomedicine : Nanotechnology, Biology, and Medicine , 8-21
Rosydah, R., 2011. Pengaruh jumlah chitosan terhadap
karakteristik fisik dan profil pelepasan dari mikropartikel
ketoprofen-chitosan (dibuat dengan metode orifice ionic
gelation). Surabaya: Departemen farmasetika fakultas farmasi universitas airlangga.
Sahu, S. K., Mallick, S. K., Santra, S., Maiti, T. K., Ghosh, S. K., & Pramanik, P. (2010). In vitro evaluation of folic acid modified carboxymethyl chitosan nanoparticles loaded with doxorubicin for targeted delivery. J Mater Sci: Mater Med , 1587–1597.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
61
Santoso, J.,2011. Pengaruh jumlah alginat terhadap
karakteristik fisik dan pelepasan dari mikropartikel
ketoprofen-chitosan (dibuat dengan metode orifice-ionic
gelation dengan modifikasi peristaltic pump). Surabaya: Departemen farmasetika fakultas farmasi universitas airlangga.
Sari, R. 2015. Sistem penghantaran partikulat menggunakan
matriks kitosan dengan model bahan alam diterpen lakton
sambiloto. Disertasi. Surabaya: Departemen farmasetika fakultas farmasi universitas airlangga.
Setyawan, D., Sari, R., Yusuf, H., & Primaharinastiti, R. (2014). Preparation and Characterization of Artesunate - Nicotinamide Cocrystal by Solvent Evaporation and Srully Method. Asian Journal Of Pharmaceutical and Clinical Research , 62-65.
Shi X., Du Y.,Yang J., Zhang B., Sun L., 2006. Effect of degree of substitution and molecular weight of carboxymethyl chitosan nanoparticles on doxorubicin delivery. Journal Applied Polymer Science, Vol. 100, p. 4689-4696.
Singh Rajesh and Jr. Lillard James W., 2009. Nanoparticle-based targeted drug delivery. NIH-PA Author Manuscript
Swarbrick, J., and Boylan, J.C., 1994. Encyclopedia of
Pharmaceutical Technology, Vol. I, New York: Maecel dekker, Inc.
Wang J., Chen B., Zhao D., Peng Y., Zhuo R.X., Cheng S.X., 2013. Peptide Decorated Calcium Phosphate/Carboxymethyl Chitosan Hybrid method. Journal of Food Engineering , 250-254.
Williams R.O. and Vaughn J.M., 2007. Nanoparticle Engineering. In: Swarbrick, J. (ed). Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, Ed. 3rd, Vol. 1. London: Informa Health Care, pp. 2384-2398.
Woitiski, C.B., Veiga F., Ribeiro, A., Neufeld, R., 2009. Design for Optimization of Nanoparticles Integrating Biomaterials for Orally Dosed Insulin. European Journal of Pharmaceutics and Biopharmaceutics, Vol. 73., p. 25-33.
World Health Organization, 2003. The International Pharmacopoeia. 3rd ed. Geneva : World Health Organization. Vol. 5, p.222-224.
Wowk, B. 2007. How cryonics work. The science of cryonics magazine, vol. 28, no. 3, p. 3-7
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
62
Wu, Y., Yang, W., Wang, C., Hu, J., Fu, S., 2005. Chitosan nanoparticles as a novel delivery system for ammonium glycyrrhizinate. International Journal of Pharmaceutics, Vol. 295, p. 235–245.
Yan W., Yang W., Wang C., Hu J., Fu S., 2005. Chitosan Nanoparticles as A Novel Delivery System for Ammonium Glycyrrhizinate. International Journal Of Pharmaceutics, Vol. 295, p. 235-245.
Zheng Li, B., Wang, L.-J., Li, D., Bhandari, B., Jun, S., Lan e, Y., et al. (2009). abrication of starch-based microparticles by an emulsification-crosslinking.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
63
LAMPIRAN
Lampiran 1
Sertifikat Bahan Km kitosan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
64
Lampiran 2
Sertifikat Artesunat
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
65
Lampiran 3
Sertifikat Kalsium klorida
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
66
Lampiran 4
Foto Nanopartikel Sebelum dan Setelah Pengeringan.
Sebelum Pengeringan
Setelah Pengeringan
Foto pembuatan formula nanopartikel Artesunat-Km kitosan dalam larutan biner (Etanol-Aquades) dengan konsentrasi Km kitosan 0,9 % (a); 1,0 % (b); 1,1 % (c).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
67
Lampiran 5
Termogram DTA Bahan Baku
Km kitosan
Artesunat
162,9 ⁰ C
142,2 ⁰C
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
68
Lampiran 6
Spektrum Infra merah Km kitosan
Spektrum IR Km kitosan sebagai bahan dalam penelitian
Spektrum IR Km kitosan menurut pustaka (Cai et al., 2010)
4000.0 3000 2000 1500 1000 450.00.0
20
40
60
80
100.0
cm-1
%T
3467,31
2927,45
2342,562298,56 1650,51
1574,52
1415,561315,60
1156,601114,60
1071,591030,60
873,66673,61
562,60
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
69
Lampiran 7
Spektrum Infra merah Artesunat
Spektrum IR Artesunat sebagai bahan obat dalam penelitian
Artesunat menurut pustaka (Lawal et al., 2012)
4000.0 3000 2000 1500 1000 450.00.0
20
40
60
80
100.0
cm-1
%T 3467,513428,513378,513282,50
2977,602967,592956,592923,572884,612869,60
1769,56
1756,47
1624,701597,711538,751505,741467,711455,691419,70
1391,641372,61
1347,701325,691281,731270,741252,721230,74
1212,661202,701185,70
1149,53
1131,651093,691053,67
1031,63
1005,49
955,74940,74925,70909,74
873,67
858,75834,72825,73
763,78727,77707,77687,76619,77578,76547,75527,77513,73
485,79
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
70
Lampiran 8
Difraktogram Bahan Baku dan Formula
a. Artesunat
Measurement Conditions: (Bookmark 1) Dataset Name Artesunat File name E:\DATA PENGUJIAN\Pengujian tahun 2015\Juni\Oktavia\Artesunat\Artesunat.rd Comment Configuration=Reflection-Transmission Sp Goniometer=PW3050/60 (Theta/Theta); Mini Measurement Date / Time 6/28/2015 3:09:00 PM Raw Data Origin PHILIPS-binary (scan) (.RD) Scan Axis Gonio Start Position [°2Th.] 5.0084 End Position [°2Th.] 39.9774 Step Size [°2Th.] 0.0170 Scan Step Time [s] 10.1500 Scan Type Continuous Offset [°2Th.] 0.0000 Divergence Slit Type Fixed Divergence Slit Size [°] 0.2500 Specimen Length [mm] 10.00 Receiving Slit Size [mm] 12.7500 Measurement Temperature [°C] -273.15 Anode Material Cu K-Alpha1 [Å] 1.54060 K-Alpha2 [Å] 1.54443 K-Beta [Å] 1.39225 K-A2 / K-A1 Ratio 0.50000 Generator Settings 30 mA, 40 kV Diffractometer Type XPert MPD Diffractometer Number 1 Goniometer Radius [mm] 200.00 Dist. Focus-Diverg. Slit [mm] 91.00 Incident Beam Monochromator No Spinning No
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
71
Main Graphics, Analyze View: (Bookmark 2)
b. Karboksimetil kitosan
Measurement Conditions: (Bookmark 1) Dataset Name Km kitosan File name E:\DATA PENGUJIAN\Pengujian tahun 2015\Juni\Oktavia\Km kitosan\Km kitosan.rd Comment Configuration=Reflection-Transmission Sp Goniometer=PW3050/60 (Theta/Theta); Mini Measurement Date / Time 6/28/2015 3:15:00 PM Raw Data Origin PHILIPS-binary (scan) (.RD) Scan Axis Gonio Start Position [°2Th.] 5.0084 End Position [°2Th.] 39.9774 Step Size [°2Th.] 0.0170 Scan Step Time [s] 10.1500 Scan Type Continuous Offset [°2Th.] 0.0000 Divergence Slit Type Fixed Divergence Slit Size [°] 0.2500
Position [°2Theta] (Copper (Cu))
10 20 30
Counts
0
2000
4000
6000 Artesunat
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
72
Specimen Length [mm] 10.00 Receiving Slit Size [mm] 12.7500 Measurement Temperature [°C] -273.15 Anode Material Cu K-Alpha1 [Å] 1.54060 K-Alpha2 [Å] 1.54443 K-Beta [Å] 1.39225 K-A2 / K-A1 Ratio 0.50000 Generator Settings 30 mA, 40 kV Diffractometer Type XPert MPD Diffractometer Number 1 Goniometer Radius [mm] 200.00 Dist. Focus-Diverg. Slit [mm] 91.00 Incident Beam Monochromator No Spinning No
Main Graphics, Analyze View: (Bookmark 2)
c. Kalsium klorida
Measurement Conditions: (Bookmark 1) Dataset Name CaCe2 Dihidrat File name E:\DATA PENGUJIAN\Pengujian tahun 2015\Juli\Oktavia Indah\CaCe2 Dihidrat\CaCe2 Dihidrat.xrdml
Position [°2Theta] (Copper (Cu))
10 20 30
Counts
0
100
CM Kitosan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
73
Comment Configuration=Reflection-Transmission Spinner, Owner=User-1, Creation date=12/2/2011 8:19:55 AM Goniometer=PW3050/60 (Theta/Theta); Minimum step size 2Theta:0.001; Minimum step size Omega:0.001 Sample stage=Reflection-Transmission Spinner PW3064/60; Minimum step size Phi:0.1 Diffractometer system=XPERT-PRO Measurement program=C:\PANalytical\Data Collector\Programs\scan 5-50.xrdmp, Identifier={86687D0C-F966-4A79-B6BC-FD938E12C1DA} scan 5-50 Measurement Date / Time 7/13/2015 2:53:17 PM Operator Institut Teknologi Raw Data Origin XRD measurement (*.XRDML) Scan Axis Gonio Start Position [°2Th.] 5.0084 End Position [°2Th.] 39.9774 Step Size [°2Th.] 0.0170 Scan Step Time [s] 10.1600 Scan Type Continuous PSD Mode Scanning PSD Length [°2Th.] 2.12 Offset [°2Th.] 0.0000 Divergence Slit Type Fixed Divergence Slit Size [°] 0.2177 Specimen Length [mm] 10.00 Measurement Temperature [°C] 25.00 Anode Material Cu K-Alpha1 [Å] 1.54060 K-Alpha2 [Å] 1.54443 K-Beta [Å] 1.39225 K-A2 / K-A1 Ratio 0.50000 Generator Settings 30 mA, 40 kV Diffractometer Type 0000000011119014 Diffractometer Number 0 Goniometer Radius [mm] 240.00 Dist. Focus-Diverg. Slit [mm] 100.00
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
74
Incident Beam Monochromator No Spinning No
Main Graphics, Analyze View: (Bookmark 2)
d. Formula tanpa bahan obat
Dataset Name FO2 kosong File name E:\DATA PENGUJIAN\Pengujian tahun 2015\Juli\Oktavia Indah\FO2 kosong\FO2 kosong.rd Comment Configuration=Reflection-Transmission Sp Goniometer=PW3050/60 (Theta/Theta); Mini Measurement Date / Time 7/4/2015 11:35:00 AM Raw Data Origin PHILIPS-binary (scan) (.RD) Scan Axis Gonio Start Position [°2Th.] 5.0084 End Position [°2Th.] 39.9774 Step Size [°2Th.] 0.0170 Scan Step Time [s] 10.1500
Position [°2Theta] (Copper (Cu))
10 20 30
Counts
0
200
400
600 CaCe2 Dihidrat
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
75
Scan Type Continuous Offset [°2Th.] 0.0000 Divergence Slit Type Fixed Divergence Slit Size [°] 0.2500 Specimen Length [mm] 10.00 Receiving Slit Size [mm] 12.7500 Measurement Temperature [°C] -273.15 Anode Material Cu K-Alpha1 [Å] 1.54060 K-Alpha2 [Å] 1.54443 K-Beta [Å] 1.39225 K-A2 / K-A1 Ratio 0.50000 Generator Settings 30 mA, 40 kV Diffractometer Type XPert MPD Diffractometer Number 1 Goniometer Radius [mm] 200.00 Dist. Focus-Diverg. Slit [mm] 91.00 Incident Beam Monochromator No Spinning No
Position [°2Theta] (Copper (Cu))
10 20 30
Counts
0
100
200
300
FO2 kosong
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
76
e. Formula 1 (FP 1)
Dataset Name FO 1 Okta File name E:\DATA PENGUJIAN\Pengujian tahun 2015\Juni\Oktavia\FO 1 Okta\FO 1 Okta.rd Comment Configuration=Reflection-Transmission Sp Goniometer=PW3050/60 (Theta/Theta); Mini Measurement Date / Time 6/29/2015 8:48:00 AM Raw Data Origin PHILIPS-binary (scan) (.RD) Scan Axis Gonio Start Position [°2Th.] 5.0084 End Position [°2Th.] 39.9774 Step Size [°2Th.] 0.0170 Scan Step Time [s] 10.1500 Scan Type Continuous Offset [°2Th.] 0.0000 Divergence Slit Type Fixed Divergence Slit Size [°] 0.2500 Specimen Length [mm] 10.00 Receiving Slit Size [mm] 12.7500 Measurement Temperature [°C] -273.15 Anode Material Cu K-Alpha1 [Å] 1.54060 K-Alpha2 [Å] 1.54443 K-Beta [Å] 1.39225 K-A2 / K-A1 Ratio 0.50000 Generator Settings 30 mA, 40 kV Diffractometer Type XPert MPD Diffractometer Number 1 Goniometer Radius [mm] 200.00 Dist. Focus-Diverg. Slit [mm] 91.00 Incident Beam Monochromator No Spinning No
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
77
f. Formula 2 (FP 2)
Dataset Name FO 2 Okta File name E:\DATA PENGUJIAN\Pengujian tahun 2015\Juni\Oktavia\FO 2 Okta\FO 2 Okta.rd Comment Configuration=Reflection-Transmission Sp Goniometer=PW3050/60 (Theta/Theta); Mini Measurement Date / Time 6/29/2015 9:13:00 AM Raw Data Origin PHILIPS-binary (scan) (.RD) Scan Axis Gonio Start Position [°2Th.] 5.0084 End Position [°2Th.] 39.9774 Step Size [°2Th.] 0.0170 Scan Step Time [s] 10.1500 Scan Type Continuous Offset [°2Th.] 0.0000 Divergence Slit Type Fixed Divergence Slit Size [°] 0.2500 Specimen Length [mm] 10.00
Position [°2Theta] (Copper (Cu))
10 20 30
Counts
0
100
200
FO 1 Okta
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
78
Receiving Slit Size [mm] 12.7500 Measurement Temperature [°C] -273.15 Anode Material Cu K-Alpha1 [Å] 1.54060 K-Alpha2 [Å] 1.54443 K-Beta [Å] 1.39225 K-A2 / K-A1 Ratio 0.50000 Generator Settings 30 mA, 40 kV Diffractometer Type XPert MPD Diffractometer Number 1 Goniometer Radius [mm] 200.00 Dist. Focus-Diverg. Slit [mm] 91.00 Incident Beam Monochromator No Spinning No
g. Formula 3 (FP 3)
Dataset Name FO 3 Okta File name E:\DATA PENGUJIAN\Pengujian tahun 2015\Juni\Oktavia\FO 3 Okta\FO 3 Okta.rd Comment Configuration=Reflection-Transmission Sp Goniometer=PW3050/60 (Theta/Theta); Mini
Position [°2Theta] (Copper (Cu))
10 20 30
Counts
0
100
200
300
400 FO 2 Okta
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
79
Measurement Date / Time 6/29/2015 2:46:00 PM Raw Data Origin PHILIPS-binary (scan) (.RD) Scan Axis Gonio Start Position [°2Th.] 5.0084 End Position [°2Th.] 39.9774 Step Size [°2Th.] 0.0170 Scan Step Time [s] 10.1500 Scan Type Continuous Offset [°2Th.] 0.0000 Divergence Slit Type Fixed Divergence Slit Size [°] 0.2500 Specimen Length [mm] 10.00 Receiving Slit Size [mm] 12.7500 Measurement Temperature [°C] -273.15 Anode Material Cu K-Alpha1 [Å] 1.54060 K-Alpha2 [Å] 1.54443 K-Beta [Å] 1.39225 K-A2 / K-A1 Ratio 0.50000 Generator Settings 30 mA, 40 kV Diffractometer Type XPert MPD Diffractometer Number 1 Goniometer Radius [mm] 200.00 Dist. Focus-Diverg. Slit [mm] 91.00 Incident Beam Monochromator No
Position [°2Theta] (Copper (Cu))
10 20 30
Counts
0
100
200
300
400 FO 3 Okta
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
80
Lampiran 9 Penentuan Panjang gelombang maksimum Artesunat
Scan ReportWed 29 Jul 02:49:46 PM 2015 Batch: Software version: 01.00(6) Operator: Admin Instrument Parameters Instrument Cary 50 Instrument Version 0.00 Start (nm) 400.0 Stop (nm) 200.0 X Mode Nanometers Y Mode Abs UV-Vis Scan Rate (nm/min) 2400.00 UV-Vis Data Interval (nm) 5.00 UV-Vis Ave. Time (sec) 0.1250 UV-Vis Energy 1.00 Beam Mode Dual Beam Baseline Correction On Baseline Type Baseline correction Baseline File Name
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
81
Baseline Std Ref File Name Cycle Mode Off Comments Sample Name: Baseline 100%T Collection Time 29/07/15 14:44:54 Peak Table Peak Type Maximum Peak Peak Threshold 0.0000 Range 405.03nm to 195.02nm Wavelength (nm) Abs ____________________________ 204.95 2.9630 Peak Table Peak Type Peaks Peak Threshold 0.0000 Range 405.03nm to 195.02nm Wavelength (nm) Abs ____________________________ 370.03 0.0891 344.95 0.0875 204.95 2.9630 X-Y Pairs Table Wavelength (nm) Abs Wavelength (nm) Abs Wavelength (nm) Abs ______________________________________________________________________________________________ 405.03 0.0702 330.04 0.0888 254.93 0.1299 399.95 0.0696 325.06 0.0908 250.07 0.1377 395.03 0.0693 319.93 0.0926 245.05 0.1525 389.94 0.0722 314.94 0.0967 240.02 0.1746
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
82
385.01 0.0757 309.96 0.0977 235.00 0.2176 380.07 0.0809 304.97 0.1003 229.97 0.3189 374.98 0.0862 299.98 0.1013 224.94 0.5617 370.03 0.0891 294.99 0.1031 220.06 1.0845 364.93 0.0825 289.99 0.1069 215.03 2.1332 359.98 0.0845 284.99 0.1088 209.99 2.7729 355.02 0.0857 279.98 0.1117 204.95 2.9630 350.06 0.0869 274.98 0.1135 200.07 2.9395 344.95 0.0875 269.97 0.1169 195.02 2.9520 339.98 0.0869 264.96 0.1183 335.01 0.0885 259.95 0.1246 Sample Name: baku 12.5 ppm Collection Time 29/07/15 14:46:22 Peak Table Peak Type Maximum Peak Peak Threshold 0.0000 Range 399.95nm to 200.07nm Wavelength (nm) Abs ____________________________ 229.97 0.1325 Peak Table Peak Type Peaks Peak Threshold 0.0000 Range 399.95nm to 200.07nm Wavelength (nm) Abs ____________________________
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
83
359.98 -0.0311 350.06 -0.0315 339.98 -0.0311 330.04 -0.0319 299.98 -0.0364 229.97 0.1325 X-Y Pairs Table Wavelength (nm) Abs Wavelength (nm) Abs Wavelength (nm) Abs ______________________________________________________________________________________________ 399.95 -0.0278 330.04 -0.0319 259.95 -0.0039 395.03 -0.0288 325.06 -0.0331 254.93 0.0154 389.94 -0.0288 319.93 -0.0342 250.07 0.0419 385.01 -0.0296 314.94 -0.0348 245.05 0.0646 380.07 -0.0302 309.96 -0.0349 240.02 0.0828 374.98 -0.0310 304.97 -0.0364 235.00 0.1011 370.03 -0.0313 299.98 -0.0364 229.97 0.1325 364.93 -0.0324 294.99 -0.0368 224.94 0.1153 359.98 -0.0311 289.99 -0.0381 220.06 -0.0961 355.02 -0.0322 284.99 -0.0383 215.03 -0.7089 350.06 -0.0315 279.98 -0.0375 209.99 -0.7815 344.95 -0.0315 274.98 -0.0340 204.95 -0.3302 339.98 -0.0311 269.97 -0.0278 200.07 -0.0392 335.01 -0.0321 264.96 -0.0176
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
84
Sample Name: baku 25ppm Collection Time 29/07/15 14:48:24 Peak Table Peak Type Maximum Peak Peak Threshold 0.0000 Range 399.95nm to 200.07nm Wavelength (nm) Abs ____________________________ 229.97 0.3051 Peak Table Peak Type Peaks Peak Threshold 0.0000 Range 399.95nm to 200.07nm Wavelength (nm) Abs ____________________________ 389.94 -0.0276 370.03 -0.0277 359.98 -0.0257 339.98 -0.0223 330.04 -0.0200 319.93 -0.0207 229.97 0.3051 X-Y Pairs Table Wavelength (nm) Abs Wavelength (nm) Abs Wavelength (nm) Abs ______________________________________________________________________________________________ 399.95 -0.0276 330.04 -0.0200 259.95 0.0679 395.03 -0.0278 325.06 -0.0209 254.93 0.1206 389.94 -0.0276 319.93 -0.0207 250.07 0.1862 385.01 -0.0281 314.94 -0.0209 245.05 0.2457
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
85
380.07 -0.0278 309.96 -0.0195 240.02 0.2844 374.98 -0.0277 304.97 -0.0193 235.00 0.2995 370.03 -0.0277 299.98 -0.0182 229.97 0.3051 364.93 -0.0281 294.99 -0.0176 224.94 0.2526 359.98 -0.0257 289.99 -0.0162 220.06 0.0031 355.02 -0.0261 284.99 -0.0154 215.03 -0.6512 350.06 -0.0245 279.98 -0.0126 209.99 -0.7426 344.95 -0.0236 274.98 -0.0035 204.95 -0.2500 339.98 -0.0223 269.97 0.0106 200.07 0.0409 335.01 -0.0223 264.96 0.0332 Sample Name: baku 62.5ppm Collection Time 29/07/15 14:49:41 Peak Table Peak Type Maximum Peak Peak Threshold 0.0000 Range 399.95nm to 200.07nm Wavelength (nm) Abs ____________________________ 229.97 2.8201 Peak Table Peak Type Peaks Peak Threshold 0.0000 Range 399.95nm to 200.07nm Wavelength (nm) Abs ____________________________ 325.06 1.7462
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
86
229.97 2.8201 X-Y Pairs Table Wavelength (nm) Abs Wavelength (nm) Abs Wavelength (nm) Abs ______________________________________________________________________________________________ 399.95 0.0965 330.04 1.5112 259.95 0.9724 395.03 0.1002 325.06 1.7462 254.93 1.1872 389.94 0.1055 319.93 1.7350 250.07 1.4644 385.01 0.1105 314.94 1.5769 245.05 1.8533 380.07 0.1161 309.96 1.2943 240.02 2.1361 374.98 0.1227 304.97 1.0113 235.00 2.4645 370.03 0.1289 299.98 0.7807 229.97 2.8201 364.93 0.1377 294.99 0.6456 224.94 2.5051 359.98 0.1493 289.99 0.6236 220.06 2.2213 355.02 0.1644 284.99 0.6052 215.03 1.3165 350.06 0.1915 279.98 0.6174 209.99 0.6434 344.95 0.2509 274.98 0.6237 204.95 0.5934 339.98 0.4017 269.97 0.6496 200.07 0.6721 335.01 0.8249 264.96 0.7286
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
87
Lampiran 10
Penentuan pengaruh bahan tambahan terhadap absorban
Artesunat
Scan ReportFri 05 Jun 08:36:56 AM 2015
Artesunat 50 ppm Sampel kosong + Artesunat 50 ppm
Panjang gelombang Absorban
Panjang gelombang Absorban
370.07 -0.0165
349.95 -0.0143
324.95 -0.0109
230.03 0.2982
385.05 -0.0144
370.07 -0.0142
324.95 0.0026
230.03 0.3116
Keterangan : - Merah : Artesunat 25 ppm - Biru : Nanopartikel kosong +Artesunat
25 ppm
-
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
88
Lampiran 11
Penentuan kurva baku Artesunat
Persamaan regresi y = 0,01188 x + 0,00334
Dengan harga koefisien korelasi (r) = 0,99365
Concentration Analysis Report Report time 29/07/15 15:25:29 Batch name Application concentration 01.00(6)
Konsentrasi
(mg/L)
Serapan
5,0 0,0374
7,5 0,0704
12,5 0,1427
25,0 0,3231
125,0 1,6094
175,0 1,9946
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
89
Operator Admin Instrument Settings Instrument Cary 50 Wavelength (nm) 229.97 Ordinate Mode Abs Ave Time (sec) 0.1000 Replicates 1 Standard/Sample averaging OFF Weight 1.0000 Concentration units mg Volume 1.000 Concentration units L Fit type Linear Min R² 0.95000 Concentration units 5 Comments: Calibration Collection time 29/07/15 15:25:31 Standard Concentration F Mean Weight Volume Factor 5 mg L _____________________________________________________________________________ Std 1 5.0 0.0374 1.0000 1.000 1.0000 Std 2 7.5 0.0704 1.0000 1.000 1.0000 Std 3 12.5 0.1427 1.0000 1.000 1.0000 Std 4 25.0 0.3231 1.0000 1.000 1.0000 Std 5 125.0 1.6094 1.0000 1.000 1.0000 Std 6 175.0 1.9946 1.0000 1.000 1.0000 Calibration eqn Abs = 0.01188*Conc +0.00334 Correlation Coefficient 0.99365 Calibration time 29/07/15 15:29:30 Analysis Collection time 29/07/15 15:29:32
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
90
Sample Concentration F Mean Weight Volume Factor 5 mg L _____________________________________________________________________________ Sample 1 rep 1 50.5 0.6037 1.0000 1.000 1.0000 Sample 1 rep 2 52.7 0.6297 1.0000 1.000 1.0000 Sample 1 rep 3 58.5 0.6979 1.0000 1.000 1.0000 Sample 2 rep 1 47.2 0.5638 1.0000 1.000 1.0000 Sample 2 rep 2 43.4 0.5195 1.0000 1.000 1.0000 Sample2 rep 3 52.0 0.6213 1.0000 1.000 1.0000 Sample3 rep 1 73.4 0.8747 1.0000 1.000 1.0000 Sample3 rep 2 75.6 0.9016 1.0000 1.000 1.0000 Sample3 rep 3 73.4 0.8750 1.0000 1.000 1.0000 Results Flags Legend U = Uncalibrated O = Overrange N = Not used in calibration
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
91
Lampiran 12
Penentuan Kandungan Artesunat dalam nanopartikel
Replikasi Penimbangan (mg) Absorban 1 50 0,6037 2 50 0,6297 3 50 0,6979 1 50 0,5638 2 50 0,5195 3 50 0,6213 1 50 0,8747 2 50 0,9016 3 50 0,875
Contoh cara perhitungan untuk FP I replikasi 1 (pengenceran 2x):
Pada F I replikasi 1 diperoleh kadar = 50,5 mg/L
Penimbangan nanopartikel = 50,0 mg
Dalam 25,0 mL = 10,0 𝑚𝐿/5,0 𝑚𝐿 x 50,5 mg/L = 101 mg/L
Berat dalam 50 mg = 25,0 𝑚𝐿/1000 𝑚𝐿 x 101 mg/L = 2,525 mg
% Kadar = 2,525𝑚𝑔/50,0 𝑚𝑔 x 100% = 5,05%
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
92
Lampiran 13
Penentuan Efisiensi penjerapan
Contoh cara perhitungan untuk FP I replikasi 1:
Pada FP 1 replikasi 1 diperoleh kadar = 5,05%
Penimbangan nanopartikel = 50,0 mg
Theoritical Drug Content = 100
250+100+450𝑥 50,0 = 6,25 mg
Actual Drug Content = konsentrasi dalam 50 mg = 2,525 mg
Efisiensi Penjerapan = 2,525 𝑚𝑔/6,25 𝑚𝑔 x 100% = 40,40%
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
93
Lampiran 14
Hasil analisis statistik efisiensi penjerapan Artesunat
Oneway
Test of Homogeneity of Variances
EP
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.743 2 5 .522
Post Hoc Tests
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
94
EP
Tukey HSD
formula N
Subset for alpha = 0.05
1 2
FP 2 3 40.4033
FP 1 3 43.1200
FP 3 2 67.0500
Sig. .626 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
95
Lampiran 15
Titik persentase distribusi F probabilitas = 0,05
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
96
Lampiran 16
Tabel R (Koefisien Korelasi)
Tabel
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
97
Lampiran 17
Lampiran Ukuran SEM Nanopartikel
Nomor Ukuran
FP 1 (µm) FP 2 (µm) FP 3 (µm)
1 1,982 2,102 2,400
2 1,484 1,959 10,21
3 1,982 1,669 1,994
4 1,486 1,813 2,441
5 5,538 6,269 2,695
6 2,273 2,089 5,084
7 1,608 3,615 2,157
8 2,156 3,380 2,267
9 1,873 2,036 2,689
10 1,390 1,278 2,424
11 7,351 1,410 1,089
12 1,530 7,172 2,157
13 1,294 2,309 1,829
14 1,877 8,532 8,398
15 1,989 1,651 1,824
16 1,020 2,306 1,989
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.
98
17 2,567 2,473 3,591
18 1,954 3,029 6,729
19 3,629 0,840 1,978
20 2,314 1,898 2,329
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh konsentrasi.... Oktavia Indah A.