175
SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA SISTEM PENDAFTARAN TERINTEGRASI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL (DISDUKCAPIL) MENGGUNAKAN MODEL UTAUT (STUDI KASUS: KOTA TANGERANG SELATAN) Skripsi ini Diajukan Sebagai Syarat Melaksanakan Kewajiban Studi Strata Satu (SI) Program Studi Sistem Informasi Disusun Oleh: Neera Maulidia Awalina 11160930000082 Dosen Pembimbing: Meinarini Catur Utami, MT Suci Ratnawati, MTI PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021 M/ 1442 H

SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

SKRIPSI

PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA SISTEM

PENDAFTARAN TERINTEGRASI DINAS KEPENDUDUKAN DAN

PENCATATAN SIPIL (DISDUKCAPIL) MENGGUNAKAN MODEL

UTAUT (STUDI KASUS: KOTA TANGERANG SELATAN)

Skripsi ini Diajukan Sebagai Syarat Melaksanakan Kewajiban Studi

Strata Satu (SI) Program Studi Sistem Informasi

Disusun Oleh:

Neera Maulidia Awalina

11160930000082

Dosen Pembimbing:

Meinarini Catur Utami, MT

Suci Ratnawati, MTI

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021 M/ 1442 H

Page 2: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

i

HALAMAN JUDUL

PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA SISTEM

PENDAFTARAN TERINTEGRASI DINAS KEPENDUDUKAN DAN

PENCATATAN SIPIL (DISDUKCAPIL) MENGGUNAKAN MODEL

UTAUT (STUDI KASUS: KOTA TANGERANG SELATAN)

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun Oleh:

NEERA MAULIDIA AWALINA

11160930000082

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021 M/ 1442 H

Page 3: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Page 4: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN

Page 5: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

iv

LEMBAR PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-

BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI

MANAPUN

Tangerang Selatan, 19 April 2021

Neera Maulidia Awalina

11160930000082

Page 6: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

v

ABSTRAK

Neera Maulidia Awalina – 11160930000082, Pengukuran Tingkat Penerimaan

Pengguna Sistem Pendaftaran Terintegrasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil (Disdukcapil) Menggunakan Model UTAUT (Studi Kasus: Kota Tangerang

Selatan) di bawah bimbingan Meinarini Catur Utami, MT dan Suci Ratnawati,

MTI.

Dukcapil Kota Tangsel meningkatkan pelayanannya dengan menerapkan Sistem

Administrasi Kependudukan (SIAK) yang digunakan untuk melakukan pendaftaran

layanan. Pengguna SIAK di kota Tangsel mencapai 417.800 dari jumlah kartu

keluarga yang terdaftar di sistem ini per tahun awal 2020. Namun, kesadaran

masyarakat terhadap teknologi yang belum optimal serta adanya berbagai kendala

dalam penerapan sistem layanan publik secara digital menyebabkan rendahnya niat

masyarakat untuk mengadopsi sistem e-government. Penelitian ini bertujuan untuk

mengukur tingkat penerimaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat

Kota Tangsel terhadap penerimaan SIAK. Metodologi pada penelitian ini meliputi

proses pengembangan model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology

(UTAUT) dengan menambahkan variabel yakni Attitude, Trust of Government,

Anxiety, dan Perceived Risk. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif,

analisis data dengan metode partial least squares-structural equation modeling

(PLS-SEM) menggunakan tools SmartPLS. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa Performance Expectancy, Effort Expectancy, Facilitating Condition, dan

Attitude Toward Use mempengaruhi sikap pengguna secara positif untuk menerima

aplikasi SIAK. Sementara variabel yang secara negatif mempengaruhi sikap dan

niat pengguna meliputi Anxiety dan Perceived Risk. Temuan dari penelitian ini

diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak Dukcapil serta dapat

berkontribusi terhadap pengukuran pengguna khususnya dalam perspektif e-

government.

Kata Kunci: Penerimaan pengguna, e-Government, Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil, Metode Kuantitatif, UTAUT, PLS-SEM, SmartPLS

BAB I-V + xv Halaman + 146 Halaman + 21 Gambar + 27 Tabel + Daftar Pustaka

+ Lampiran

Page 7: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT atas nikmat dan

karunia yang telah dilimpahkan sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan

skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan

kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan tuntunan dan petunjuk

kepada umat manusia menuju kehidupan dan peradaban, serta para keluarga dan

para sahabat yang dicintainya.

Laporan skripsi dengan judul “Pengukuran Tingkat Penerimaan

Pengguna Sistem Pendaftaran Terintegrasi Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Menggunakan Model UTAUT (Studi Kasus:

Kota Tangerang Selatan)” ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh

dalam menyelesaikan jenjang Strata 1 (S1) pada Program Studi Sistem Informasi

Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan laporan ini, peneliti telah mendapat banyak bantuan dan

bimbingan serta semangat dari berbagai pihak. Tanpa bantuan dari berbagai pihak

tersebut, tentunya proses penyusunan laporan ini akan sangat sulit untuk

diselesaikan. Oleh karena itu, peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Nashrul Hakiem, M.T, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak A’ang Subiyakto, Ph.D. selaku Ketua Program Studi Sistem

Informasi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dan Ibu Nida’ul Hasanti, MMSI selaku Sekretaris Program Studi

Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi.

3. Ibu Meinarini Catur Utami, MT sebagai Dosen Pembimbing I dan Ibu

Suci Ratnawati, MTI sebagai Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, arahan, dan dukungan kepada penulis selama

proses penyelesaian skripsi ini. Terima kasih banyak atas seluruh waktu,

Page 8: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

vii

tenaga, kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis serta

membagikan banyak pengetahuan agar penulis bisa menyelesaikan

skripsi ini dengan baik.

4. Kedua orang tua peneliti, yaitu Bapak Asep Suhendra dan Ibu

Rosmawati yang sudah mendidik, memberikan dukungan, serta doa

yang tiada henti kepada peneliti sehingga memacu peneliti untuk

memberikan yang terbaik terkait tugas akhir ini.

5. Adik peneliti, Damar Ramadhan Suhendra yang selalu menemani

penulis setiap harinya dan memberikan dukungan.

6. Teman dekat peneliti, Muhamad Fauzan Zarkashie yang selalu

memberikan dukungan, membantu dalam penyebaran data, dan

berperan sangat besar dalam pembuatan skripsi ini. Semoga menjadi

ladang pahala bagi beliau.

7. Keluarga Prodi Sistem Informasi, senior maupun junior yang telah

membantu kehidupan perkulahan peneliti. Khususnya Rahmadi

Prabowo yang selalu memberikan saran, dukungan, dan ilmu kepada

peneliti untuk penyelesaian tugas akhir ini.

8. Sahabat-sahabat penulis di perkuliahan, Annisa Novianti, Salsa

Kholilah, Nesya Amelia, Rovidhatul Hikmah, Farah Dhia Yasmin dan

lainnya yang tidak dapat peneliti sebutkan semua, yang telah

memberikan dukungan serta doa kepada peneliti.

9. Sahabat peneliti saat SMA, yaitu Keluarga Kopagal & Baxot yang telah

memberikan kesenangan, dukungan, serta doa kepada peneliti terkait

penyelesaian skripsi ini.

10. Bagian Perencanaan Dukcapil yang telah membantu peneliti mengurus

hal-hal terkait birokrasi penelitian, khususnya Bapak Andi yang telah

berjasa amat besar terkait penyelesaian tugas akhir ini.

11. Keluarga Sistem Informasi 2016 khususnya SI-C yang telah memotivasi

penulis juga ikut andil dalam penyelesaian skripsi ini.

12. Keluarga Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Dapur Seni FST, yang hadir

Page 9: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

viii

mewarnai kehidupan penulis di masa perkuliahan. Yang telah

memotivasi penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

13. Keluarga PT. Solusi Integrasi Teknologi yang telah memberikan banyak

sekali ilmu, cerita, masukan kepada peneliti dalam masa perkuliahan ini.

14. Keluarga KKN 95 Bersemangat, yang selalu memberikan dukungan,

doa kepada penulis. Telah memberikan cerita singkat yang sangat

berharga dan memiliki arti nilai penting baik dalam hal kehidupan,

keluarga, dan cinta.

15. Seluruh responden yang telah bersedia meluangkan waktunya, dan

memberikan dukungan, saran, serta doa kepada peneliti secara

langsung. Semoga kebaikan kalian dibalas oleh Allah SWT.

16. Serta seluruh pihak-pihak terkait yang telah berjasa dalam proses

penyelesaian laporan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu

persatu.

Dengan bantuan semua pihak di atas, peneliti bersyukur dan berdoa kepada

Allah SWT, semoga semua bantuan yang peneliti terima dalam proses penulisan

skripsi ini mendapatkan balasan yang setimpal di akhirat nantinya. Peneliti juga

menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, baik

dari segi bahasa, penyusunan, maupun penulisannya. Untuk itu peneliti berharap

agar pembaca dapat memaklumi atas kekurangan dalam laporan skripsi ini.

Akhir kata, peneliti berharap semoga laporan skripsi ini dapat bermanfaat

bagi penelitian selanjutnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Jakarta, 28 Januari 2021

Neera Maulidia Awalina

11160930000082

Page 10: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN ................................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................... iv

ABSTRAK .......................................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL............................................................................................................ xiv

BAB I .................................................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah .......................................................................................... 13

1.3 Rumusan Masalah ............................................................................................. 14

1.4 Batasan Masalah ............................................................................................... 14

1.5 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 15

1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 16

1.7 Sistematika Penulisan ....................................................................................... 16

BAB II .............................................................................................................................. 18

2.1 Definisi Metode Kuantitatif .............................................................................. 18

2.2 Definisi Pengukuran ......................................................................................... 18

2.3 Definisi Penerimaan Pengguna ......................................................................... 19

2.4 Definisi Sistem Informasi ................................................................................. 20

2.5 Definisi E-government ...................................................................................... 23

2.5.1 Model Pengembangan E-government ....................................................... 24

2.5.2 Klasifikasi E-government .......................................................................... 26

2.6 Definisi Administrasi Kependudukan ............................................................... 28

2.7 Definisi Pelayanan Publik ................................................................................. 28

2.8 Sistem Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil (SIAK) ....................... 30

Page 11: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

x

2.8.1 Layanan Dukcapil ..................................................................................... 31

2.8.2 Alur Pendaftaran SIAK ............................................................................. 32

2.9 Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) .................... 32

2.9.1 Performance Expectancy .......................................................................... 37

2.9.2 Effort Expectancy ...................................................................................... 38

2.9.3 Social Influence ......................................................................................... 39

2.9.4 Facilitating Condition ............................................................................... 40

2.9.5 Behavioral Intention ................................................................................. 42

2.9.6 Use Behavior ............................................................................................. 42

2.10 Theory of Planned Behavior ............................................................................. 42

2.10.1 Attitude Toward the Behavior ................................................................... 43

2.10.2 Subjective Norm ........................................................................................ 44

2.10.3 Perceived Behavioral Control .................................................................. 44

2.10.4 Intention .................................................................................................... 45

2.10.5 Behavior .................................................................................................... 45

2.11 Social Cognitive Theory (SCT) ......................................................................... 45

2.11.1 Computer Self-Efficacy ............................................................................. 47

2.11.2 Affect ......................................................................................................... 48

2.11.3 Anxiety ...................................................................................................... 48

2.11.4 Outcome Expectations (Performance) ...................................................... 49

2.11.5 Outcome Expectations (Personal) ............................................................ 49

2.11.6 Usage ........................................................................................................ 50

2.12 Variabel Perceived Risk .................................................................................... 50

2.13 Variabel Trust of Government .......................................................................... 51

2.14 Studi Literatur Penelitian .................................................................................. 52

2.15 Populasi dan Sampel ......................................................................................... 60

2.15.1 Metode Pengambilan Sampel ................................................................... 61

2.15.2 Rumus Slovin ............................................................................................ 64

2.16 Skala likert ........................................................................................................ 65

2.17 Partial Least Square-Structural Equation Modeling (PLS-SEM) .................... 66

2.17.1 SmartPLS .................................................................................................. 66

2.17.2 Evaluasi Model PLS ................................................................................. 67

BAB III ............................................................................................................................. 73

3.1 Pendekatan Penelitian ....................................................................................... 73

Page 12: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

xi

3.2 Kerangka Penelitian .......................................................................................... 74

3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................................... 75

3.3.1 Studi Literatur ........................................................................................... 75

3.3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................ 75

3.3.3 Survei ........................................................................................................ 77

3.4 Metode Analisis Data ........................................................................................ 78

3.4.1 Model Usulan dan Pengembangan Hipotesis............................................ 78

3.4.2 Indikator Penelitian ................................................................................... 89

3.4.3 Pembuatan Kuesioner ............................................................................... 90

3.4.4 Analisis Data dan Hasil Interpretasinya .................................................... 96

BAB IV ............................................................................................................................. 98

4.1 Gambaran Umum Perusahaan........................................................................... 98

4.2 Pilot Study ....................................................................................................... 100

4.3 Hasil Analisis .................................................................................................. 100

4.3.1 Hasil Analisis Demografis ...................................................................... 100

4.3.2 Hasil Analisis Pengukuran Model .......................................................... 108

4.3.3 Hasil Analisis Struktural Model .............................................................. 115

4.4 Interpretasi dan Pembahasan Hasil Analisis ................................................... 123

4.4.1 Interpretasi dan Pembahasan Hasil Analisis Data Demografis ............... 123

4.4.2 Interpretasi dan Pembahasan Hasil Analisis Model Pengukuran ............ 126

4.4.3 Interpretasi dan Pembahasan Hasil Analisis Model Struktural ............... 129

4.5 Implikasi Hasil Analisis .................................................................................. 138

4.5.1 Implikasi secara Teori ............................................................................. 138

4.5.2 Implikasi secara Praktis .......................................................................... 139

4.6 Perbandingan dengan Penelitian Sebelumnya ................................................ 141

4.7 Keterbatasan Penelitian ................................................................................... 142

BAB V ............................................................................................................................ 144

5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 144

5.2 Saran ............................................................................................................... 145

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 146

LAMPIRAN ................................................................................................................... 137

Page 13: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Nilai Indeks SPBE Kota Tangerang Selatan (spbe.go.id) .................. 5

Gambar 1. 2 Fishbone Diagram Dukcapil .............................................................. 7

Gambar 2. 1 Konsep Sistem Informasi Berlandaskan IPO ................................... 21

Gambar 2. 2 Komponen Sistem Informasi ........................................................... 21

Gambar 2. 3 Model Penerimaan Teknologi UTAUT (Venkatesh et al. 2003) ..... 34

Gambar 2. 4 Model Theory of Planned Behavior (Fishbein and Ajzen 1977) ..... 43

Gambar 2. 5 Model Pengembangan Social Cognitive Theory.............................. 46

Gambar 2. 6 Contoh Model Pengukuran dalam PLS (Juliandi 2018) .................. 68

Gambar 2. 7 Contoh Model Struktural dalam PLS (Juliandi 2018) ..................... 70

Gambar 3. 1 Kerangka Penelitian ......................................................................... 74

Gambar 3. 2 Usulan Model Penelitian .................................................................. 80

Gambar 4. 1 Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Tangerang Selatan ................................................................................................. 99

Gambar 4. 2 Diagram Jenis Kelamin .................................................................. 101

Gambar 4. 3 Diagram Usia ................................................................................. 102

Gambar 4. 4 Diagram Tingkat Pendidikan Terakhir........................................... 103

Gambar 4. 5 Diagram Profesi ............................................................................. 104

Gambar 4. 6 Diagram Kecamatan yang Ditempati ............................................. 105

Gambar 4. 7 Diagram Total Waktu Penggunaan Internet ................................... 106

Gambar 4. 8 Diagram Tipe Jaringan Internet ..................................................... 106

Gambar 4. 9 Diagram Pengetahuan tentang alur pendaftaran Dukcapil ............. 107

Page 14: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

xiii

Gambar 4. 10 Hasil Path Coeffecient.................................................................. 116

Page 15: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Analisis GAP implementasi layanan elektronik Dukcapil..................... 8

Tabel 2. 1 Delapan Teori Pembangun UTAUT .................................................... 34

Tabel 2. 2 Variabel Acuan pada Konstruk Performance Expectancy ................... 37

Tabel 2. 3 Variabel Acuan pada Konstruk Effort Expectancy .............................. 39

Tabel 2. 4 Variabel Acuan pada Konstruk Social Influence ................................. 40

Tabel 2. 5 Variabel Acuan pada Konstruk Facilitating Condition ........................ 41

Tabel 3. 1 Jumlah Sampel dari Tujuh Kecamatan ................................................ 76

Tabel 3. 2 Studi Literatur Penelitian Sejenis ........................................................ 52

Tabel 3. 3 Jumlah Data Kuesioner ........................................................................ 77

Tabel 3. 4 Indikator Penelitian .............................................................................. 89

Tabel 3. 5 Keterangan Lima Poin Skala Likert ..................................................... 92

Tabel 3. 6 Daftar Kuesioner .................................................................................. 93

Tabel 4. 1 Hasil Uji Outer Loadings Sebelum Penghapusan Indikator .............. 109

Tabel 4. 2 Hasil Uji Outer Loadings Setelah Penghapusan Iindikator ............... 110

Tabel 4. 3 Hasil Uji Composite Reliability ......................................................... 111

Tabel 4. 4 Hasil Uji Average Variance Extracted ............................................... 112

Tabel 4. 5 Hasil Uji Cross Loadings ................................................................... 113

Tabel 4. 6 Hasil Uji Fornell-Larcker Criterion ................................................... 114

Tabel 4. 7 Hasil Uji Path Coeffecient ................................................................. 115

Tabel 4. 8 Hasil Uji Coeffecient of Determination ............................................. 117

Tabel 4. 9 Hasil Uji T-Test ................................................................................. 118

Page 16: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

xv

Tabel 4. 10 Hasil Uji Effect Size ........................................................................ 119

Tabel 4. 11 Hasil Uji Predictive Relevance ........................................................ 120

Tabel 4. 12 Hasil Uji Relative Impact................................................................. 121

Tabel 4. 13 Hasil Uji Analisis Model Struktural ................................................ 122

Tabel 4. 14 Hasil Uji Analisis Model Pengukuran ............................................. 127

Tabel 4. 15 Hasil Uji Hipotesis ........................................................................... 129

Page 17: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terciptanya good governance di Indonesia harus didukung oleh

berbagai pihak termasuk masyarakat maupun aparat negara yang terlibat. Salah

satu cara untuk meningkatkan good governance di Indonesia salah satunya

dalam bidang pelayanan publik, untuk memenuhi kebutuhan dasar dan hak-hak

sipil setiap warga negara atas pelayanan administrasi yang disediakan oleh

penyelenggara layanan publik. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan

pelayanan publik tidak berjalan dengan lancar salah satunya adalah kendala

kultural di dalam birokrasi. Seperti contoh sikap aparat negara yang tidak

mencerminkan perilaku melayani, dan sebaliknya aparat cenderung

menunjukan perilaku ingin dilayani (Siti Maryam 2017).

Banyaknya layanan yang tersedia di internet memungkinkan

kemudahan setiap pengguna dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi mempengaruhi perilaku

masyarakat modern dalam menggunakan internet. Layanan publik merupakan

salah satu ranah yang terkena dampak perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi untuk menambah efisiensi dalam konsep e-government (Patel and

Jacobson 2008). Masyarakat harus turut serta dalam adopsi e-government agar

tercapainya tujuan pemerintah yang transparan dan responsif. Layanan publik

Page 18: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

2

dalam e-government menjanjikan beberapa keuntungan untuk para

penyelenggara layanan diantaranya mengurangi biaya, meningkatkan kualitas

layanan, meningkatkan transparansi serta mengurangi korupsi, dan

meningkatkan hubungan yang erat antara penyelenggara dengan warga negara.

Kesuksesan implementasi e-government tidak hanya didasari oleh warga

negara yang sudah pernah menggunakan internet, tetapi juga harus bisa

mencakup warga negara yang belum pernah menggunakan internet (Reffat

2003).

E-government pertama kali diluncurkan di Amerika Serikat pada tahun

1993 untuk meningkatkan proses pemerintahan dengan menerapkan teknologi

informasi dan komunikasi (Patel and Jacobson 2008). Korea Selatan

menerapkan e-government untuk meningkatkan transparansi dan mengurangi

korupsi melalui sistem yang dinamakan Online Procedures Enhancement for

Civil Application (OPEN) pada tahun 1998 yang memuat seluruh informasi

mengenai perizinan publik. Begitu pula dengan Kanada pada tahun 2005

menerapkan suatu layanan pemerintahan yang dinamakan Service Canada,

merupakan sebuah platform layanan informasi yang memuat jenis layanan yang

ada dengan berbagai macam bidang di negara tersebut. Di Asia Tenggara,

Singapura membuat layanan e-government dalam situs bernama E-Citizen

Portal yang merupakan situs untuk mengurus segala jenis pengurusan dokumen

perizinan yang menyangkut kewarganegaraan (Hardjaloka 2014).

Page 19: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

3

Pemerintahan republik Indonesia merupakan negara dengan peringkat

ke 107 dengan level EGDI (E-government Development Index) yang tinggi

berdasarkan survey yang dilakukan oleh United Nations tahun 2018 (Oktavia

2020). Pada kenyataan di lapangan, setiap pemerintah daerah di Indonesia telah

mempunyai situs website tetapi sebagian daerah hanya berupa tampilan awal

saja dan bahkan informasi yang di tampilkan jarang di update oleh pihak

penyelenggara daerah. Penyelenggaraan situs website daerah merupakan

tahapan pertama dalam pengembangan e-government di Indonesia, tujuannya

agar masyarakat Indonesia dapat dengan mudah mengakses informasi seputar

layanan pemerintah daerah (Sosiawan 2015). Kementrian Kominfo (2003)

mengklasifikasikan e-government di Indonesia menjadi 4 tingkatatan, yaitu: (1)

Persiapan, (2) Pematangan, (3) Pemantapan, (4) Pemanfaatan yang nantinya

akan dijelaskan lebih lanjut pada Bab II penelitian ini.

Terkait implementasi e-government di Indonesia, terdapat kerangka

yang dapat dijadikan acuan dalam implementasi sektor pemerintahan yang

disebut sebagai Government Function Framework. Kerangka ini

mengklasifikasikan fungsi pemerintahan yang dimana mempunyai 6 aspek

fungsi dasar umum diantaranya: pelayanan, administrasi dan manajemen,

legislasi, pembangunan, keuangan, dan kepegawaian (Yunita and Aprianto

2018). Salah satu kewenangan pemerintah kabupaten/kota yang berkaitan

dengan aspek fungsi dasar e-government yaitu aspek pelayanan dan

administrasi, erat hubungannya dengan dinas kependudukan dan catatan sipil.

Direktorat Jenderal Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil merupakan

Page 20: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

4

instansi pemerintahan yang bergerak dalam bidang administrasi kependudukan

dan catatan sipil seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Tugas yang dilakukan

antara lain adalah memfasilitasi warga negara terhadap pelayanan administrasi

kependudukan serta pengelolaan informasi warga negaranya. Beberapa layanan

yang disediakan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil diantaranya

mencakup cetak ktp-elektronik, akta perkawinan, kartu identitas anak, akta

kematian, akta kelahiran, laporan pindah datang, dan sebagainya.

Studi pendahulu yang dilakukan oleh Purnamawati (2012), melakukan

pengamatan dan wawancara dengan salah seorang warga di Surabaya. Studi

tersebut menyatakan bahwa pencatatan akta kelahiran di Surabaya mendapat

banyak keluhan dari masyarakat. Penelitian tersebut juga menyatakan bahwa

pelayanan di Disdukcapil Surabaya memiliki keterbatasan loket dan jam buka

tutup kantor dimana hal tersebut mempengaruhi kepuasan masyarakat. Tahun

2020 ini, Kepala Dirjen Dukcapil Zudan Arif Fakrulloh menyatakan bahwa

Dukcapil telah menerapkan Go Digital untuk mempercepat layanan

administrasi kependudukan. “Dukcapil Go Digital merupakan awal

transformasi di bidang Adminduk yaitu dengan diterbitkannya KK dan akta

kelahiran yang semula ditandatangani dan distempel basah oleh Kepala Dinas,

sekarang telah ditandatangani secara elektronik (TTE), sehingga pelayanan

lebih cepat” kata Zudan Arif kepada Kompas.com, Minggu (1/3/2020).

Kota Tangerang Selatan terletak di provinsi Banten dengan luas wilayah

mencapai 14.719 Ha yang secara administratif terdiri dari 7 kecamatan dan 54

kelurahan. Letak geografis Kota Tangerang Selatan yang berbatasan dengan

Page 21: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

5

Ibukota DKI Jakarta, memberikan peluang Kota Tangsel menjadi wilayah yang

strategis di sekitaran Ibukota. Dalam implementasi e-government Kota

Tangerang Selatan masuk kedalam tiga besar Kota terbaik pada evaluasi yang

dilakukan kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi (PANRB) tahun 2019. Evaluasi ini dilakukan untuk melihat lembaga

pemerintahan yang sudah menerapkan sistem pemerintah berbasis elektronik

(SPBE) yang sudah sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018.

Gambar 1. 1 Nilai Indeks SPBE Kota Tangerang Selatan (spbe.go.id)

Kota Tangerang Selatan mempunyai enam jenis layanan pada

implementasi sistem pemerintahan berbasis elektronik, yaitu:

1. SIMPONIE (Sistem Perijinan Online)

2. SISUMAKER (Sistem Informasi Surat Masuk dan Keluar)

3. E-SPTPD (Sistem Pembayaran dan Pelaporan Pajak Daerah)

4. SIMRAL (Sistem Informasi Perencanaan, Penganggaran, dan

Pelaporan)

5. Pelayanan Pendaftaran Pasien berbasis SMS di RSUD

Page 22: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

6

6. SIAK (Sistem Administrasi Kependudukan)

Disdukcapil Kota Tangerang Selatan menerapkan sistem online

pendaftaran terintegrasi bernama Sistem Administrasi Kependudukan dan

Pencatatan Sipil (SIAK CAPIL) yang merupakan sebuah hal yang baru bagi

masyarakat Kota Tangsel. Salah satu tujuan diterapkannya sistem online adalah

untuk mengatur proses pendaftaran secara runtut dan terkelola sehingga lebih

mudah bagi pihak penyedia layanan untuk mendata warga dan semua jenis

layanan yang ada. Hal ini sejalan dengan arahan Kepala Dirjen Dukcapil Zudan

Arif Fakrulloh untuk merealisasikan Dukcapil go-Digital yaitu suatu proses

layanan administratif secara digital sebagai bentuk tercapainya kepuasan

masyarakat. Terbukti pada implementasinya, SIAK CAPIL merupakan sistem

pemerintahan Kota Tangsel yang paling banyak mendapatkan ulasan dan

pertanyaan pada platform google.

Setelah ditetapkan sistem online terintegrasi ternyata banyak fakta yang

ditemukan pada implementasi sistem ini. Hal ini penulis rangkum dalam suatu

observasi yang dilakukan peneliti pada google review yang mengeluhkan

sistem dengan kualitas respon relatif lambat dan sulit untuk dijangkau oleh

warga. Masyarakat juga cenderung minim kesadaran terhadap teknologi, hal ini

menyebabkan berbagai hambatan dan kendala dalam penerapan layanan publik

secara digital. Adanya kendala kultural dalam birokrasi Dukcapil, dimana

aparat cenderung menunjukan perilaku yang ingin dilayani bukan yang

melayani dengan sungguh-sungguh. Adapun petugas Dukcapil yang kurang

memberikan arahan yang jelas terkait layanan elektronik kepada masyarakat,

Page 23: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

7

dari fakta ini dapat dilihat bahwa Dukcapil juga belum dapat beradaptasi

dengan kepentingan masyarakat sehingga masyarakat kurang memahami hak

dan kewajibannya dalam rangka mendapatkan pelayanan. Selebihnya peneliti

mengkategorikan beberapa ranah terkait fakta pada penelitian ini yang

dijelaskan dalam Diagram Ishikawa (fishbone diagram) di bawah ini.

Gambar 1. 2 Fishbone Diagram Dukcapil

Peneliti juga melakukan analisis GAP dengan tujuan untuk

membandingkan proses fakta-fakta kinerja yang terjadi saat ini dengan kinerja

yang diharapkan. Analisis GAP yang dilakukan mengacu kepada arahan dan

template Tom Wright (2019) pada Cascade.app, (10/7/2019). Berikut analisis

GAP dilampirkan pada Tabel 1.1.

Page 24: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

8

Tabel 1. 1 Analisis GAP implementasi layanan elektronik Dukcapil

Focus Area Future State Current State Action Plan

People

(Masyarakat)

1. Petugas yang

memiliki

pengetahuan

yang luas

tentang alur

layanan

elektronik

2. Masyarakat

semua rentang

usia dapat

menggunakan

teknologi

Dukcapil

dengan mudah

1. Petugas Dukcapil

yang kurang

memberikan

arahan yang jelas

kepada

masyarakat

2. Kesulitan bagi

masyarakat lansia

dalam

menggunakan

teknologi

Memberikan

pelatihan secara

berkala untuk

petugas terkait

layanan ekeltronik

dan memberikan

arahan petugas utuk

bersikap sesuai

dengan kode etik

ASN (Aparatur

Sipil Negara)

Time

(Waktu)

1. Petugas yang

memberikan

arahan secara

luas melalui

media sosial

tentang

perubahan

jadwal

pengurusan

sesuai akta

2. Antrian yang

mematuhi

protokol

kesehatan

dengan tingkat

penyelesaian

akta yang cepat

1. Waktu pelayanan

yang telah

dijadwalkan

sesuai dengan

pengurusan akta

2. Antri yang

panjang masih

sering terjadi

Melakukan

penyebaran

informasi melalui

berbagai media

sosial tentang alur

pendaftaran yang

telah di jadwalkan

waktunya sesuai

akta yang ingin

diurus. Dengan

dilakukan hal

tersebut dapat

mencegah

terjadinya antrian

yang melonjak

Machine

(Sistem)

1. Penyesuaian

sistem yang

memenuhi aspek

kegunaan

(usability)

sehingga mudah

untuk digunakan

masyarakat

2. Perbaikan secara

berkala sistem

pendaftaran

1. Minimnya

kesadaran

masyarakat dalam

menggunakan

sistem

2. Error sistem saat

menginput text-

field

Perbaikan sistem

secara berkala dan

melakukan evaluasi

sistem sesuai

dengan aspek

kegunaan (usability)

masyarakat Kota

Tangsel.

Network

(Cakupan)

1. Perluasan

cakupan jaringan

server sehingga

masyarakat di

berbagai

1. Sistem yang

masih sulit untuk

dijangkau

masyarakat

Memperluas

jaringan sistem

sehingga dapat

melakukan

pendaftaran jarak

Page 25: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

9

kecamatan di

Tangsel dapat

dengan mudah

melakukan

pendaftaran

jarak jauh

2. Kode aktivasi

yang dapat

ditinjau sendiri

oleh masyarakat

2. Kode aktivasi

yang sulit

diterima secara

otomatis

jauh dengan mudah,

serta penambahan

sub-menu cek kode

aktivasi dalam

website.

Berdasarkan pencarian penelitian sebelumnya terkait Dukcapil, belum

pernah ada penelitian yang mengukur tingkat penerimaan pengguna terhadap

sistem pendaftaran online terintegrasi Disdukcapil khususnya di kota

Tangerang Selatan. Maka dari itu, model penelitian Unified Theory of

Acceptance Model (UTAUT) (Venkatesh et al. 2003) dipilih untuk membantu

proses dalam penelitian ini dengan tambahan variabel Attitude Toward Use dari

model penelitian Theory of Planned Behavior (TPB) (Fishbein and Ajzen 1977),

Anxiety dari model Social Cognitive Theory (SCT) (D. Compeau, Higgins, and Huff

1999), Trust of Government (Bélanger and Carter 2008), dan Perceived Risk

(Bélanger and Carter 2008).

Venkatesh (Venkatesh et al. 2003) mengusulkan model pengembangan

penerimaan teknologi dimana model ini mengkombinasikan 8 model

penerimaan teknologi yang sudah dikembangkan sebelumnya seperti TAM,

TAM-TPB, TRA, TPB, MPCU, MM, SCT dan IDT. Penelitian ini

mengusulkan model baru yang lebih kuat untuk mengukur tingkat penerimaan

teknologi. Performance Expectancy merupakan konstruk predikor terkuat

dimana tetap signifikan dalam mengukur sistem mandatory (wajib) maupun

voluntary (sukarela). Effort Expectancy berkaitan dengan tingkat kemudahan

Page 26: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

10

pengguna dalam menggunakan sistem. Konteks Social Influence cenderung

hanya signifikan terhadap penggunaan sistem voluntary (sukarela), walaupun

dalam beberapa kasus signifikan terhadap seseorang yang belum pernah

menggunakan teknologi sebelumnya. Konstruk Facilitating Condition

membuktikan bahwa seorang individu percaya bahwa infrastruktur yang ada

sudah mendukung penerapan sistem (Venkatesh et al. 2003).

Penelitian ini mengembangkan teori penerimaan model teknologi dalam

konteks e-government oleh Rana et al (Rana et al. 2016). Model penerimaan yang

dikembangkan Rana meneliti niat masyarakat India untuk mengadopsi sistem

pengaduan pemerintah (OPGRS System) menggunakan model pengukuran

UTAUT. Model penelitian ini terbukti dapat menjelaskan 66% varian terhadap niat

penggunaan (behavioral intention) dalam ranah e-government di India, dengan

menambahkan variabel dependen yaitu Attitude dan variabel Anxiety sebagai

variabel independen. Penelitian ini selanjutnya menambahkan dua variabel dari

penelitian Carter&Belanger (Bélanger and Carter 2008) yaitu kepercayaan terhadap

institusi pemerintah (trust of government) dan risiko (perceived risk) sesuai dengan

ranah e-government di Dukcapil.

Attitude Toward Use didefinisikan sebagai sikap atau perilaku seorang

pengguna baik negatif atau positif dalam penggunaan suatu infrastruktur teknologi

(Ajzen 1991). Konstruk dari variabel ini antara lain attitude toward behavior (TRA,

TPB/DTPB, C-TAM-TPB), intrinsic motivation (MM), affect toward use (MPCU),

dan affect (SCT). Sesuai dengan model TPB, attitude dinilai tepat dalam

memprediksi niat perilaku (Behavioral Intention) pada individu (Rana et al. 2016).

Page 27: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

11

Hal tersebut diperkuat dalam beberapa penelitian yang membuktikan bahwa

variabel Attitude memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap Behavioral

Intention (Hung, Chang, and Kuo 2013; Moryson and Moeser 2016; Thomas,

Singh, and Gaffar 2013).

Konteks anxiety banyak diteliti dalam lingkup teknologi informasi

maupun psikologi, meskipun perannya dalam konteks e-government belum

pernah diteliti sebelumnya. Variabel ini lebih mengarah terhadap kekhawatiran

seseorang ketika dihadapkan dengan menggunakan teknologi. Seorang individu

dengan tingkat kecemasan yang tinggi, akan memiliki sifat negatif terhadap

penggunaan komputer. Demikian dipastikan bahwa faktor kecemasan (anxiety)

berpengaruh terhadap minimnya minat seseorang dalam menggunakan

teknologi (Rana et al. 2016; Simonson et al. 1987). Beberapa penelitian

membuktikan bahwa Anxiety memiliki pengaruh negatif yang signifikan

terhadap Attitude (Korobili, Togia, and Malliari 2010).

Trust of Government memungkinkan pengguna layanan (warga negara)

secara sukarela menggunakan fasilitas yang disediakan pemerintah dan berperilaku

dengan cara yang bertanggung jawab. Kepercayaan dalam menggunakan internet

dalam konteks e-government berarti percaya bahwa pemerintah menyajikan

informasi yang akurat dan relevan (Kurfalı et al. 2017). Trust of Government lebih

tertuju kepada persepsi warga negara tentang kemampuan dan integritas

penyelenggara layanan (Carter and Belanger 2004). Beberapa penelitian terdahulu

membuktikan bahwa variabel Trust of Government memiliki pengaruh positif yang

Page 28: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

12

signifikan terhadap Behavioral Intention (Voutinioti 2013) dan memiliki pengaruh

positif terhadap performance expectancy (Kurfalı et al. 2017).

Perceived Risk adalah ketidakpastian akan kemungkinan atau konsekuensi

negatif konsumen dari menggunakan produk atau layanan. Perceived Risk

dibuktikan menjadi pengaruh utama yang menghalangi konsumen dalam

mengadopsi teknologi baru yang berhubungan dengan informasi data pribadi serta

menghambat penerimaan teknologi dalam konteks belanja di Internet (Featherman

and Pavlou 2003; Ranganathan and Ganapathy 2002). Sebagai contoh kekhawatiran

atau perasaan takut pengguna dalam mengadopsi pembelanjaan melalui internet.

Variabel ini peneliti dapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh Carter dan

Belanger (Bélanger and Carter 2008). Beberapa penelitian sejenis membuktikan

bahwa Perceived Risk berpengaruh negatif yang signifikan terhadap Attitude (C.-

M. Chiu and Wang 2008; Moryson and Moeser 2016).

Peneliti melakukan observasi terkait penelitian-penelitian sejenis yang

mengambil objek di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil seperti yang

dilakukan Afif dan Munandar (2017), mencari tahu faktor-faktor yang

mempengaruhi kepuasan pengguna layanan pada Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kota Bogor berlandaskan Indeks Kepuasan Masyarakat.

Kemudian Rafi Setiawan (2019) melakukan pengukuran tingkat usability

website Disdukcapil kota Bandung menggunakan konsep heuristic evaluation.

Dari hasil observasi yang dilakukan, menunjukkan belum ada penelitian yang

mengukur tingkat penerimaan dari persepsi pengguna khususnya pada

Dukcapil kota Tangsel. Hal ini juga didasari fakta-fakta yang dirasakan

Page 29: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

13

pengguna terkait implementasi Sistem Administrasi Kependudukan (SIAK)

kota Tangsel.

Berdasarkan penjabaran di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Pengukuran Tingkat Penerimaan Pengguna Sistem

Pendaftaran Terintegrasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

(Disdukcapil) Menggunakan Model UTAUT (Studi Kasus: Kota Tangerang

Selatan)”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, dapat

diidentifikasi masalah sebagai berikut:

a. Berbagai kendala dan hambatan dalam penerapan sistem layanan publik

secara digital.

b. Masyarakat kurang memahami hak dan kewajibannya dalam rangka

mendapatkan pelayanan.

c. Sikap aparat negara yang tidak mencerminkan perilaku melayani sebaliknya

menunjukan perilaku ingin dilayani.

d. Dukcapil belum pernah melakukan analisis terkait faktor-faktor yang

mempengaruhi pengguna untuk mengadopsi Sistem Administrasi

Kependudukan (SIAK).

Page 30: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

14

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan

sebelumnya, maka dapat dirumuskan bahwa permasalahan yang akan dibahas

dalam penelitian ini adalah :

a. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pengguna pada

sistem Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan?

b. Bagaimana menganalisis tingkat penerimaan pengguna sistem Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil dengan menggunakan model UTAUT

yang diperbarui?

1.4 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Penelitian ini dilakukan kepada masyarakat yang pernah melakukan

pendaftaran melalui situs Disdukcapil, dan terdaftar di catatan sipil

kependudukan Kota Tangerang Selatan.

b. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Unified Theory of

Acceptance and Use of Technology (UTAUT) dengan variabel Performance

Expectancy (PE), Effort Expectancy (EE), Social Influence (SI), Facilitating

Condition (FC) (Venkatesh et al. 2003), dengan penambahan variabel

Attitude Toward Use (ATU) dari Theory of Planned Behavior (TPB)

(Fishbein and Ajzen 1977), Anxiety (ANX) dari Social Cognitive Theory

Page 31: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

15

(SCT) (D. Compeau, Higgins, and Huff 1999), dan variabel Perceived Risk

dan Trust of Government (Bélanger and Carter 2008).

c. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik Simple

Random Sampling dan metode penentuan responden menggunakan rumus

Slovin.

d. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Slovin dengan metode

analisis data PLS-SEM menggunakan bantuan tools SmartPLS versi 3.0.

e. Pengumpulan data dilakukan dengan cara survei dan pengumpulan data

kuesioner secara langsung (tatap muka) ataupun tidak langsung melalui

media daring online.

f. Kuesioner terdiri dari pertanyaan dan pernyataan dengan menggunakan

lima poin skala likert.

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dijabarkan,

penelitian ini memiliki tujuan diantaranya:

a. Mengetahui tingkat penerimaan pengguna terhadap layanan sistem

pendaftaran Dukcapil.

b. Mengetahui faktor yang mempengaruhi tingkat penerimaan pengguna

sistem Disdukcapil menggunakan UTAUT model.

c. Memberikan saran serta rekomendasi kepada pemerintahan khususnya

Dukcapil Kota Tangsel untuk mengembangkan sistem kedepannya.

Page 32: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

16

1.6 Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah diantaranya:

a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi arsip dokumen

akademik yang dapat bermanfaat sebagai landasan untuk penelitian

selanjutnya.

b. Secara metode, dapat menjadi acuan penelitian di program studi sistem

informasi dengan pendekatan kuantitatif.

c. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan

untuk memperbaiki kinerja sistem Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kota Tangsel.

1.7 Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan laporan penelitian, penulis secara garis besar membagi

ruang lingkup penjelasan dalam penelitian menjadi beberapa bab untuk

mempermudah penulisan yang secara ringkas dapat dijabarkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan landasan sebab penelitian ini perlu untuk dilakukan, meliputi

latar belakang penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah, batasan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, metodologi dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini membahas dasar–dasar teori yang berkenaan dengan penelitian dalam

mengukur tingkat penerimaan pengguna serta hubungannya dengan sistem

Page 33: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

17

pendaftaran online terintegrasi Disdukcapil, teori pembangunan model yang

diajukan, serta alat dan metode yang digunakan pada penelitian ini.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini membahas metodologi penelitian yang digunakan meliputi pendekatan

penelitian, pembuatan kerangka penelitian, metode pengumpulan data, populasi

dan sampel penelitian, pembangunan hipotesis dan usulan model penelitian,

pembuatan kuesioner, hungga analisis data menggunakan alat bantu yang sudah

ditentukan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan profil organisasi secara singkat, menjabarkan hasil analisis

data yang didapatkan, menguji konstruk model penelitian yang diajukan, pengujian

hipotesis penelitian, serta interpretasi, implikasi hasil, dan keterbatasan pada

penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan sebagai bagian dari hasil perumusan masalah serta tujuan

penelitian dan beberapa saran untuk pihak terkait dan pengembangan penelitian

selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Page 34: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Metode Kuantitatif

Menurut Sugiyono (2015) metode penelitian kuantitatif berlandaskan pada

filsafat positivisme. Metode ini melakukan proses penelitian pada populasi/sampel

tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan secara random meskipun

beberapa penelitian melakukan pengambilan sampel secara purposive.

Pengumpulan data menggunakan instrument penelitian dan analisis data bersifat

statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang ditetapkan oleh peneliti.

Arikunto (2016) menyimpulkan penelitian kuantitatif banyak dituntut

menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data

tersebut, serta penampilan dari hasilnya.

Berdasarkan definisi yang telah dijabarkan di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa metode kuantitatif merupakan metode penelitian yang berkarakteristik

sistematis terencana dan terstruktur dengan jelas, berfokus pada populasi/sampel

tertentu yang tujuannya untuk menguji hipotesis yang ditetapkan.

2.2 Definisi Pengukuran

Menurut Hopkins dan Antes (1985) pengukuran didefinisikan sebagai

sebuah proses yang dilakukan secara sistematis menghasilkan gambaran berupa

angka-angka berdasarkan hasil dari pengamatan yang telah dilakukan mengenai

beberapa ciri tentang suatu objek, orang atau peristiwa tertentu. Definisi

Page 35: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

19

pengukuran menurut Alwasilah (2002) merupakan sebuah proses yang

mendeskripsikan performa seseorang dengan menggunakan skala kuantitatif

bertujuan untuk mengubah sifat kualitatif dari performa seseorang menjadi lebih

mudah dinyatakan degan angka-angka. Adapun pengukuran menurut Jogiyanto

(2008) adalah proses pemberian nilai properti dari suatu objek, dimana objek

merupakan suatu entitas yang akan diteliti sedangkan properti adalah karakteristik

dari objek tersebut.

Berdasarkan definisi yang telah dijabarkan di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa pengukuran merupakan suatu prosedur sistematis dengan menggunakan

skala kuantitatif untuk menentukan kualitas dari performa suatu hal kedalam bentuk

yang mudah dinyatakan dengan angka-angka.

2.3 Definisi Penerimaan Pengguna

Menurut Dilon dan Morris (1996) penerimaan pengguna didefinisikan

sebagai kesediaan (willingness) yang dapat dibuktikan dalam kelompok pengguna

untuk menggunakan teknologi informasi dalam menunjang tugas-tugas yang

dirancang untuk mendukung pekerjaannya. Bried dan Aldag (1977) juga

mendefinisikan penerimaan pengguna menjadi dua tipe motivasi dasar; ekstrinsrik

dan intrinsik. Motivasi ekstrinsik didorong dari harapan atau ekpektasi seseorang

terhadap hubungannya dengan sistem. Sedangkan motivasi intrinsik didorong dari

manfaat yang ditimbulkan terhadap hubungan seseorang dengan sistem.

Dilon dan Morris (Dillon and Morris 1996) mengumpulkan banyak

penelitian seputar topik penerimaan pengguna dan masing-masing dari peneliti

Page 36: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

20

memiliki ketertarikan yang kuat bagaimana seorang pengguna dapat menerima

teknologi sehingga menghasilkan metode yang lebih baik untuk mengevaluasi dan

mengembangkan model penerimaan teknologi. Begitu pula Davis (1993),

menegaskan bahwa penerimaan pengguna dipandang sebagai faktor penting dalam

menentukan keberhasilan atau kegagalan proyek sistem informasi.

Berdasarkan definisi yang telah dijabarkan di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa penerimaan pengguna merupakan faktor penting dalam menentukan

keberhasilan sistem informasi dan sebagai persepsi kelompok pengguna bahwa

sistem informasi yang digunakan dapat dengan mudah diterima dan menunjang

pekerjaannya.

2.4 Definisi Sistem Informasi

Sistem informasi menurut Sutabri (2005), merupakan sistem dalam suatu

organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian dimana

sistem tersebut mendukung fungsi organisasi yang bersifat manajerial dalam

kegiatan strategi dari organisasi untuk mampu menyediakan laporan-laporan yang

diperlukan kepada pihak luar (eksternal). Definisi sistem informasi menurut Lani

Sidharta (1995) adalah sebuah sistem buatan manusia yang berisikan komponen-

komponen manual dan komponen-komponen terkomputerisasi yang saling

terintegrasi bertujuan untuk mengumpulkan data, memproses data, dan

menghasilkan informasi untuk pemakai. Konsep sistem informasi menurut Hanif

(2007) berlandaskan IPO (Input, Process, dan Output) dapat dilihat pada gambar

berikut :

Page 37: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

21

Gambar 2. 1 Konsep Sistem Informasi Berlandaskan IPO

Masukan (input) berasal dari data mentahan (raw data) dari internal maupun

eksternal organisasi, pemrosesan (process) berfungsi sebagai pengolahan data

mentah yang telah didapatkan menjadi suatu bentuk informasi yang bermakna,

keluaran (output) berfungsi mengalirkan informasi yang telah di proses tersebut

sehingga dapat digunakan oleh internal maupun eksternal organisasi (Sutono 2007).

Terdapat beberapa komponen sistem informasi diantaranya perangkat

lunak, perangkat keras, jaringan komunikasi, basis data, dan manusia (Sagirani

2006).

Gambar 2. 2 Komponen Sistem Informasi

Page 38: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

22

Berikut penjelasan dari masing-masing komponen sistem informasi :

a. Perangkat Lunak

Sekumpulan perintah dan program untuk memerintah perangkat keras

memproses sistem informasi

b. Perangkat Keras

Piranti fisiki untuk menunjang pemrosesan sistem seperti keyboard,

monitor, mouse, printer, dsb.

c. Jaringan

Sistem operasi jaringan yang menghubungkan beberapa sumber daya dan

dapat dipakai bersama.

d. Basis Data (database)

Sekumpulan tabel yang berisikan kode tertentu yang berguna untuk

penyimpanan data.

e. Manusia (people)

Semua pihak yang terlibat atas pengembangan, pemrosesan, dan

penggunaan sistem informasi.

Berdasarkan definisi yang telah dijabarkan di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa sistem informasi merupakan sebuah alat untuk menunjang transaksi harian

yang mendukung fungsi organisasi yang bersifat manajerial dengan

menggabungkan 6 komponen di dalamnya meliputi perangkat lunak, perangkat

keras, jaringan, basis data, dan manusia agar organisasi tersebut dapat mencapai

tujuannya.

Page 39: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

23

2.5 Definisi E-government

Sesuai dengan instruksi Presiden RI Nomor 3 Tahun 2003 berisikan strategi

nasional seputar pengembangan e-government dalam penyelenggaraan fungsi

pemerintahan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi,

pemerintah meluncurkan blueprint sebagai arahan penerapan sistem e-government

di seluruh pemerintahan daerah (P. R. Indonesia 2003). Indrajit (2002)

mendefinisikan e-government sebagai suatu mekanisme interaksi antara

pemerintah, masyarakat dan pelaku bisnis dengan melibatkan teknologi informasi

sebagai alat bantu untuk memperbaiki kualitas layanan. Brown dan Brudney (2004)

juga mendefinisikan e-government sebagai penggunaan teknologi internet berbasis

web untuk meningkatkan akses dan penyampaian informasi pemerintahan secara

efisien.

Pembuatan situs web pemerintah merupakan langkah awal pertama yang

dilakukan dalam pengembangan e-government di Indonesia. Sasaran dari

diluncurkannya electronic government agar warga negara dapat dengan mudah

memperoleh akses kepada informasi dan layanan pemerintah daerah serta ikut

berpartisipasi di dalam pengembangan demokrasi di Indonesia dengan

menggunakan media internet (Sosiawan 2015). Menurut Indrajit (2005) terdapat

beberapa manfaat diterapkannya teknologi dalam kerangka manajemen

pemerintahan, diantaranya:

• Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintah kepada masyarakat dan

komunitas lainnya.

Page 40: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

24

• Memperbaiki proses transparansi dan akuntabilitas di kalangan

penyelenggara layanan (pemerintah).

• Mereduksi biaya transaksi, komunikasi, dan interaksi yang terjadi dalam

proses pemerintahan.

• Menciptakan masyarakat berbasis komunitas informasi yang lebih

berkualitas, dan sebagainya.

Berdasarkan definisi yang telah dijabarkan di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa electronic government merupakan sebuah mekanisme yang digunakan oleh

pihak penyelenggara layanan (pemerintahan) untuk menunjang interaksi antara

warga negara dan pelaku bisnis serta pemerintahan lainnya dengan melibatkan

teknologi informasi untuk meningkatkan akses dan penyampaian informasi secara

efisien.

2.5.1 Model Pengembangan E-government

Terdapat 4 fase tahapan pengembangan e-government di Indonesia yang

sama dengan tahap pengembangan e-government di Selandia Baru dikemas dalam

jurnal yang ditulis oleh Sosiawan (Sosiawan 2015) diantaranya :

a. Fase 1 : Web Presence (penampilan situs web)

Kegiatan ini merupakan tahap awal pembuatan situs web pemerintahan sebagai

alat untuk menyampaikan informasi seputar layanan hingga tata cara atau

prosedur untuk melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pemerintahan

(Layne and Lee 2001). Dalam fase ini, semua informasi yang dibutuhkan

Page 41: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

25

masyarakat dikemas sedemikian rupa dan kemudia ditampilkan dalam website

pemerintah (Sosiawan 2015).

b. Fase 2 : Interaction (interaksi)

Kegiatan ini merupakan suatu bentuk interaksi antara pemerintah dan warga

negaranya dengan memanfaatkan situs internet. Salah satu contoh kegiatan dari

fase ini adalah adanya fasilitas mengunduh file dan fasilitas komunikasi yang

tersedia di situs web tersebut (Sosiawan 2015).

c. Fase 3 : Transaction (transaksi)

Pada fase ini penyedia layanan dan warga negara mulai merasakan dampak

internet sebagai jaringan layanan dan ingin memanfaatkannya. Tahap ini

memberdayakan warga negara untuk berhubungan dengan pemerintah kapan

saja secara online (Layne and Lee 2001). Salah satu contohnya adalah formulir

transaksi bagi masyarakat secara online (Sosiawan 2015).

d. Fase 4 : Transformation (transformasi)

Pemerintah sudah menyadari dampak yang signifikan dari penerapan e-

government dan manfaat yang dirasakan adalah meningkatnya pelayanan

pemerintah secara terintegrasi. Situs web government tidak hanya

menghubungkan pemerintah dengan masyarakat tetapi juga organisasi yang

terkait (Sosiawan 2015).

Page 42: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

26

2.5.2 Klasifikasi E-government

Berdasarkan fase empat transformasi dalam model pengembangan e-

government, situs web pemerintah tidak hanya menghubungkan pemerintahan

dengan masyarakat tetapi juga dengan organisasi yang terkait. Menurut Nemat

(2011), terdapat beberapa jenis e-government seperti pada penjelasan berikut :

a. Government to Citizen

Kegiatan ini adalah suatu bentuk hubungan komunikasi antara pemerintahan

dengan warga negara. Tujuan dari hubungan pemerintah terhadap warga negara

adalah pelayanan publik yang mencakup administrasi penduduk seperti

pendaftaran akta kelahiran, akta perkawinan, pembuatan ktp dan lainnya. Selain

dalam hal pencatatan, hubungan government to citizen juga dapat berupa

tampilan informasi di situs layanan pemerintah dapat mencakup surat maupun

sebagai bentuk media kampanye (Nemat 2011).

b. Government to Business

Kegiatan ini merupakan suatu bentuk interaksi antara pemerintah pusat dengan

sektor bisnis komersial. Tujuan dari terbentuknya hubungan government to

business karena dibutuhkannya relasi yang erat antara pemerintah dan pelaku

bisnis seperti pelaporan pajak online, surat izin usaha perdagangan (SIUP)

(Nemat 2011).

c. Government to Government

Kegiatan ini merupakan interaksi online non-komersial antara organisasi

pemerintah, departemen dan otoritas dengan organisasi pemerintah, departemen

Page 43: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

27

dan otoritas lainnya. Penggunaan government to government sudah umum

digunakan di Inggris bersamaan dengan government to citizen dan government

to business (Nemat 2011). Sistem G2G menurut Nemat (Nemat 2011)

merupakan salah satu dari dua jenis diantaranya :

• Internal : hubungan internal organisasi pemerintah, departemen dan

otoritas dalam suatu instansi pemerintahan yang sama.

• Eksternal : hubungan eksternal organisasi pemerintah bergabung

dengan sistem informasi pemerintahan lainnya. Seperti pemerintah

pusat dengan pemerintah daerah, maupun pemerintah daerah dengan

pemerintah daerah lainnya.

d. Government to Employee

Kegiatan ini merupakan interaksi online melalui sistem komunikasi antara unit

pemerintah dan karyawan mereka di sebuah instansi yang sama. Government

to employee dapat menjadi sebuah sistus pembelajaran (e-learning) bagi para

karyawan dengan tujuan saling mendekatkan dan berbagi pengetahuan yang

dimiliki masing-masing karyawan. Situs ini juga memberi karyawan informasi

yang berkaitan dengan kebijakan kompensasi dan tunjangan, pelatihan

karyawan, dan hukum hak-hak sipil. Layanan G2E juga dapat berupa

perangkat lunak untuk menyimpan informasi personil dan catatan karyawan

(Nemat 2011).

Page 44: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

28

2.6 Definisi Administrasi Kependudukan

Administrasi dijelaskan oleh George Terry (1972) sebagai perencanaan,

pengendalian, dan pengorganisasian pekerjaan, serta mobilisasi bagi mereka yang

menerapkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Administrasi publik menurut

Henry (2015) di definisikan sebagai kombinasi antara teori dan praktik yang

beragam, hubungan ini untuk mendorong pemahaman tentang pemerintahan

dengan masyarakat yang dikelola serta mendorong kebijakan publik yang responsif

terhadap kebutuhan sosial. Di Indonesia sendiri, terdapat Undang-Undang No. 23

Tahun 2006 yang mengatur Administrasi Kependudukan. Undang-Undang tersebut

mendefinisikan administrasi kependudukan sebagai prosedur kegiatan penataan

dan penertiban dalam hal dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran

penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta

pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain

(Nomor 23AD).

Berdasarkan definisi yang telah dijabarkan di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa administrasi kependudukan adalah sebuah prosedur pengendalian,

pengelolaan dan penertiban dalam hal dokumen dan data kependudukan untuk

mendorong kebijakan yang responsif terhadap kebutuhan sosial maupun

pembangunan sektor lain.

2.7 Definisi Pelayanan Publik

Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik,

mendefinisikan pelayanan publik sebagai suatu prosedur rangkaian kegiatan dalam

Page 45: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

29

rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sebagai peraturan perundang-undangan

bagi setiap warga negara atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang

disediakan oleh penyelenggara layanan publik (pemerintah) (P. I. Indonesia 2015).

Lewis dan Gilman (2005) mendefinisikan pelayanan publik sebagai suatu bentuk

kepercayaan publik. Warga negara mengharapkan pegawai negeri melayani

kepentingan publik dengan adil dan mengelola sumber daya publik dengan baik.

Etika pelayanan publik yang adil dan jujur dapat meningkatkan kepercayaan publik

dan sebagai batu kunci dari tata pemerintahan yang baik.

Masyarakat berperan penting dalam wewujudkan dan terlaksananya

hubungan sinergis dalam sistem pemerintahan yang baik. Begitu pula pemerintah

telah merancang dan mengatur peran masyarakat dalam implementasi pelayanan

publik dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2009, bahwa masyarakat dapat

membentuk lembaga pengawasan yang sayangnya hanya sedikit masyarakat yang

mengetahui peraturan tersebut. Hal tersebut dibuktikan pada jurnal yang ditulis oleh

Yustinus (2016) bahwa banyak daerah yang belum melaksanakan amanat dari

Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 dengan survei yang dilakukan oleh

Ombudsman Republik Indonesia.

Berdasarkan definisi yang telah dijabarkan di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa pelayanan publik adalah suatu prosedur kegiatan sebagai bentuk

kepercayaan publik akan pemerintah. Kegiatan ini sebagai langkah dalam

pemenuhan kebutuhan pelayanan pemerintah terhadap warga negaranya atas

barang, jasa, dan pelayanan administratif yang disediakan penyedia layanan.

Page 46: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

30

2.8 Sistem Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil (SIAK)

Dinas kependudukan dan pencatatan sipil (Disdukcapil) merupakan

lembaga pemerintah yang bergerak di bidang administrasi publik berada di bawah

naungan Kementrian Dalam Negeri (Kemendagri). Lembaga ini bertugas untuk

memfasilitasi warga negara terhadap pelayanan administrasi kependudukan serta

pengelolaan informasi warga negara Indonesia. Sesuai dengan arahan Kepala

Dirjen Dukcapil Zudan Arif Fakrullah tentang pelaksanaan Dukcapil Go-Digital,

demikian Kota Tangsel sudah melaksanakan arahan tersebut dengan menerapkan

proses pendaftaran layanan secara elektronik dan mempercepat layanan Adminduk

(Administrasi kependudukan). Beliau pun mengapresiasi tindakan Kepala Dukcapil

Tangsel Dedi Budiawan, yang telah menerapkan teknologi untuk mempermudah

layanan pencatatan sipil. SIAK merupakan salah satu sistem yang diterapkan

pemerintahan Kota Tangsel yang menyita perhatian masyarakat sangat besar

dibuktikan dari banyaknya masyarakat yang mengajukan ulasan maupun

pertanyaan pada google review jika dibandingkan dengan sistem pemerintahan

Kota Tangsel lainnya.

SIAK menampung data 417.800 keluarga di Kota Tangsel dan semua data

pribadi masyarakat Kota Tangsel tersimpan dalam database sistem ini. Sistem ini

bersifat mandatory untuk digunakan masyarakat sebelum melakukan layanan

terkait administrasi publik. SIAK juga sering disebut dengan Sistem pendaftaran

terintegrasi Dukcapil. Beberapa manfaat yang dirasakan ketika sistem ini

diimplementasikan, pemerintahan menjadi lebih transparan, akuntabel, dan juga

responsif terhadap masyarakat. Sesuai dengan tujuan Kepala Dukcapil Tangsel,

Page 47: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

31

sinergitas antara pemerintah sebagai penyedia data dan warga sebagai penggunanya

akan terbangun ketika data pemerintahan dapat diakses masyarakat dengan mudah.

2.8.1 Layanan Dukcapil

Dinas kependudukan dan pencatatan sipil (Disdukcapil) memiliki beberapa

jenis layanan yang dapat dilakukan pendaftaran secara online. Semua masyarakat

Kota Tangsel diwajibkan untuk melakukan proses pendaftaran terlebih dahulu pada

SIAK (Sistem Administrasi Kependudukan). Beberapa jenis layanan yang tersedia

didaftarkan secara online, meliputi:

1. Akta kelahiran

2. Akta kematian

3. Akta perkawinan

4. Pengajuan cetak penggantian kartu keluarga

5. Pindah domisili

6. Cetak KTP elektronik

7. Kartu identitas anak

Semua layanan tersebut telah tersedia pada aplikasi SIAK yang dapat

diakses oleh seluruh masyarakat yang terdaftar di Kota Tangsel. Begitupun menurut

kepala Dukcapil Tangsel Dedi Budiawan, bahwa sinergitas yang terbentuk antara

pemerintah sebagai penyedia data dan informasi, dan masyarakat yang menerima

data tersebut akan memunculkan sebuah pemerintahan yang transparan dan

responsif.

Page 48: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

32

2.8.2 Alur Pendaftaran SIAK

Masyarakat Kota Tangsel diwajibkan untuk melakukan pendaftaran dan

diharapkan dapat mengetahui alur tatacara pada aplikasi SIAK. Pertama,

masyarakat wajib melakukan registrasi pada aplikasi SIAK sesuai dengan NIK

pengguna. Semua kartu keluarga masyarakat Kota Tangsel tersimpan pada aplikasi

ini dan memperlihatkan susunan pada Kartu Keluarga. Setelah melakukan

pendaftaran, kode aktivasi akan terkirim pada nomor telefon yang didaftarkan.

Kedua, pengguna melakukan login untuk melakukan pendaftaran layanan yang

tersedia dan menentukan jadwal pengurusan layanan sesuai dengan kuota yang ada.

Ketiga, seletah melakukan pendaftaran layanan, sistem akan menampilkan printout

bukti pendaftaran dan wajib dicetak selanjutnya harus dibawa untuk mengurus

proses pendaftaran pada kantor layanan Dukcapil.

2.9 Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT)

Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) merupakan

model penerimaan teknologi informasi yang dikembangkan oleh Venkatesh

(Venkatesh et al. 2003). Model ini menggabungkan 8 teori penerimaan teknologi

informasi dan teori tersebut telah digunakan secara luas dan berhasil oleh sejumlah

besar studi sebelumnya. Dengan tujuan untuk menyelaraskan literatur model

penerimaan teknologi, Venkatesh mengembangkan model terpadu yang

menyatukan pandangan tentang penggunaan dan penerimaan di ranah teknologi

informasi (Williams, Rana, and Dwivedi 2015). Delapan teori penerimaan tersebut

antara lain:

Page 49: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

33

1. Theory of Reasoned Action (TRA)

2. Technology Acceptance Model (TAM)

3. Motivational Model (MM)

4. Theory of Planned Behavior (TPB)

5. Combined TAM and TPB (C-TAM-TPB)

6. Model of PC Utilization (MPCU)

7. Innovation Diffusion Theory (IDT)

8. Social Cognitive Theory (SCT)

UTAUT memiliki variabel yang meliputi variabel bebas (independen),

variabel terikat (dependen), dan variabel moderator. Variabel independen tersebut

meliputi Performance Expectancy (PE), Effort Expectancy (EE), Social Influence

(SI), dan Faciiltating Condition (FC). Variabel dependen merupakan variabel yang

dipengaruhi karena adanya variabel independen meliputi Behavioral Intention (BI)

dan Use Behavior (UB). Variabel moderator meliputi Gender, Age, Experience, dan

Voluntariness of Use. Berikut model penerimaan teknologi Unified Theory of

Acceptance and Use of Technology yang dikembangan Vankatesh (Venkatesh et al.

2003) :

Page 50: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

34

Gambar 2. 3 Model Penerimaan Teknologi UTAUT (Venkatesh et al. 2003)

Sesuai dengan yang telah dijelaskan sebelumnya, model penelitian ini

terdiri dari 4 konstruk variabel independen yang masing-masing diantaranya

memiliki indikator-indikator dari 8 teori terkemuka sebelumnya. Berikut penjelasan

landasan teori pada model UTAUT pada tabel 2.2.

Tabel 2. 1 Delapan Teori Pembangun UTAUT

No. Nama Teori Peneliti Variabel Keterangan

1.

Theory of

Reasoned

Action

(TRA)

Fishben and

Ajzein

(Fishbein

and Ajzen

1977)

Attitude Toward

Behavior,

Subjective Norm

Diambil dari psikologi sosial,

TRA merupakan salah satu

teori dasar yang paling

mempengaruhi perilaku

manusia (human behavior).

Teori ini banyak digunakan

dalam penelitian untuk

memprediksi perilaku manusia

(behavior).

Page 51: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

35

2.

Technology

Acceptance

Model

(TAM)

Davis

(Davis

1989)

Perceived

Usefulness,

Perceived Ease

of Use, Subjective

Norm

TAM merupakan teori yang

dirancang untuk ranah

penerimaan dan penggunaan

Sistem Informasi di tempat

kerja. Model TAM sudah

banyak digunakan dalam ranah

penerimaan teknologi dan

pengguna.

3.

Motivational

Model (

MM)

Davis, et al.

(1992)

Exrtinsic

Motivation,

Intrinsic

Motivation

Penelitian seputar psikologi

telah mendukung teori motivasi

secara umum sebagai

penjelasan tentang perilaku.

Dalam ranah Sistem Informasi,

Davis menerapkan teori

motivasi untuk memahami

adopsi dan penggunaan

teknologi baru.

4.

Theory of

Planned

Behavior

(TPB)

Ajzen

(Ajzen

1991)

Attitude Toward

Behavior,

Subjective Norm,

Perceived

Behavioral

Control

TPB mengembangka teori TRA

dengan menambahkan konstruk

Perceived Behavioral Control,

konstruk tersebut dipersiapkan

menjadi penentu tambahan dari

niat dan perilaku seorang

pengguna. TPB berhasil

diterapkan dalam konteks

penerimaan dan penggunaan

berbagai macam jenis

teknologi.

5.

Combined

TAM and

TPB (C-

TAM-TPB)

Taylor and

Todd

(1995a)

Attitude Toward

Behavior.

Subjective Norm,

Perceived

Behavioral

Model ini menggabungkan

prediktor TPB dengan

Perceived Usefulness dari

model TAM untuk menghasil

model hybrid.

Page 52: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

36

Control,

Perceived

Usefulness

6.

Model of PC

Utilization

(MPCU)

Thompson,

et al. (1991)

Job-fit,

Complexity,

Long-term

Consequences,

Affect Toward

Use, Social

Factors,

Facilitating

Condition

Model ini mengadaptasi dan

menyempurnaka model

Triandis (1977) untuk konteks

Sistem Informasi dan

menggunakan model untuk

memprediksi pemanfaatan PC.

7.

Innovation

Diffusion

Theory

(IDT)

Rogers

(1971)

Relative

Advantage, Ease

off Use, Image,

Visibility,

Compatibility,

Results

Demonstrability,

Voluntariness of

Use

Model ini berlandaskan pada

sosiologi, sudah digunakan

sejak 1960-an untuk

mempelajari berbagai inovasi.

Mulai dari alat pertanian hingga

inovasi organisasi.

8.

Social

Cognitive

Theory

(SCT)

Compeau

dan Higgins

Outcome

Expectations-

Performance,

Outcome

Expectations-

Personal, Self-

efficacy, Affect,

Anxiety

Teori perilaku manusia paling

kuat salah satunya adalah SCT.

Model ini diperluas oleh

Compeau dan Higgins (1995)

dengan konteks pemanfaatan

komputer dan untuk

mempelajari kinerja.

Page 53: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

37

2.9.1 Performance Expectancy

Venkatesh et al. (Venkatesh et al. 2003) mendefinisikan performance

expectancy sebagai derajat seorang individu percaya bahwa menggunakan sistem

akan membantunya mendapat keuntungan dalam hal kinerja pekekerjaan. Lima

konstruk dari model acuan UTAUT pada variabel ekspektasi kinerja (performance

expectancy) meliputi harapan yang dirasakan manfaatnya (perceived usefulness)

(TAM), motivasi ektrinsik (extrinsic motivation) (MM), job-fit (MPCU),

keunggulan relatif (relative advantage) (IDT), harapan hasil (outcome

expectations) (SCT). Tabel berikut menjelaskan variabel acuan yang berkaitan

dengan performance expectancy:

Tabel 2. 2 Variabel Acuan pada Konstruk Performance Expectancy

Konstruk Definisi Referensi

Perceived Usefulness

Tingkat dimana seseorang percaya

bahwa menggunakan sistem tersebut

akan meningkatkan pekerjaanya.

Davis (Davis

1989)

Davis et al.

(Davis, Bagozzi,

and Warshaw

1992)

Extrinsic Motivation

Persepsi bahwa pengguna ingin

melakukan kegiatan karena dianggap

berperan penting dalam mencapai hasil

yang bernilai, seperti peningkatan

kinerja pekerjaan, gaji, dan promosi

jabatan.

Davis et al.

(Davis, Bagozzi,

and Warshaw

1992)

Job-fit

Bagaimana kemampuan suatu sistem

meningkatkan kinerja pekerjaan

seseorang.

Thompson et al.

(Thompson,

Page 54: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

38

Higgins, and

Howell 1991)

Relative Advantage

Tingkatan dari sejauh mana

menggunakan inovasi dianggap lebih

baik daripada menggunakan

pendahulunya

Moore & Benbasat

(1991)

Outcome Expectations

Variabel ini berkaitan dengan

konsekuensi perilaku. Berdasarkan

bukti empiris, variabel ini dipisahkan

menjadi harapan kinerja (terkait

pekerjaan) dan harapan pribadi (tujuan

individu).

Compeau &

Higgins (1995)

Compeau et al. (D.

Compeau,

Higgins, and Huff

1999)

Variabel performance expectancy merupakan prediktor yang terkuat dan

signifikan dalam pengukuran sistem wajib (mandatory) ataupun sukarela

(voluntary) (Venkatesh et al. 2003).

2.9.2 Effort Expectancy

Harapan usaha (effort expectancy) menurut Venkatesh (Venkatesh et al.

2003) didefinisikan sebagai tingkat kemudahan yang dirasakan pengguna terkait

dengan penggunaan sistem. Tiga konstruk model pendahulu pada variabel effort

expectancy meliputi kemudahan yang dirasakan (perceived ease of use) (TAM),

kompleksitas (complexity) (MPCU), dan kemudahan pengguna (ease of use) (IDT).

Penjelasan seputar konstruk pada variabel effort expextancy akan dijelaskan pada

tabel 2.2 berikut:

Page 55: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

39

Tabel 2. 3 Variabel Acuan pada Konstruk Effort Expectancy

Konstruk Definisi Referensi

Perceived Ease of Use

Sejauh mana seseorang percaya bahwa

menggunakan sistem akan terbebas dari

usaha

Davis (Davis

1989)

Complexity

Sejauh mana suatu sistem dianggap

relatif sulit untuk dipahami atau

digunakan

Thompson et al.

(Thompson,

Higgins, and

Howell 1991)

Ease of Use

Tingkat dari sejauh mana menggunakan

sistem dianggap sulit untuk digunakan

Moore & Benbasat

(Moore and

Benbasat 1991)

Konstruk effort expectancy pada tabel 2.2 signifikan terhadap konteks

sukarela (voluntary) maupun wajib (mandatory). Namun variabel ini hanya

signifikan selama periode waktu pertama, dan menjadi tidak signifikan setelah

penggunaan sistem yang berkelanjutan (Venkatesh et al. 2003).

2.9.3 Social Influence

Pengaruh sosial (social influence) didefinisikan oleh Venkatesh (Venkatesh

et al. 2003) sebagai sejauh mana seorang individu mengaggap orang lain itu penting

dan mereka percaya harus menggunakan sistem baru. Social influence sebagai

penentu langsung terhadap behavioral intention direpresentasikan sebagai norma

subyektif (subjective norm) (TRA, C-TAM-TPB), faktor sosial (social factors)

(MPCU), dan gambaran (image) (IDT). Penjelasan lebih lanjut mengenai konstruk

pada variabel social influence dijabarkan pada tabel 2.3 berapa berikut:

Page 56: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

40

Tabel 2. 4 Variabel Acuan pada Konstruk Social Influence

Konstruk Definisi Referensi

Subjective Norm

Persepsi seseorang bahwa kebanyakan

orang yang penting bagi mereka berfikir

dia harus atau tidak seharusnya

melakukan perilaku yang dimaksud

Davis et al. (Davis

1989); Taylor &

Todd (Taylor and

Todd 1995a)

Social Factors

Internalisasi individu dari budaya

subyektif kelompok yang berpengaruh,

dan perjanjian interpersonal spesifik

yang telah dibuat individu dengan orang

lain dalam situasi sosial tertentu

Thompson,et al.

(Thompson,

Higgins, and

Howell 1991)

Image

Sejauh mana penggunaan suatu inovasi

dirasakan untuk meningkatkan citra atau

status seseorang dalam suatu sistem

sosial

Moore and

Benbasat (Moore

and Benbasat

1991)

Konstruk dalam variabel ini tidak signifikan dalam penggunaan sistem

secara sukarela (voluntary) sebaliknya signifikan terhadap penggunaan sistem

wajib (mandatory) (Venkatesh et al. 2003). Sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Venkatesh dan Davis (2000), konteks wajib (mandatory) pada

variabel social influence menjadi penting hanya dalam tahap awal pemahaman

seseorang dengan teknologi. Perannya terkikis dari waktu ke waktu dan akhirnya

tidak signifikan dengan pengguna tetap.

2.9.4 Facilitating Condition

Kondisi yang memfasilitasi (facilitating condition) didefinisikan oleh

Venkatesh (2003) sebagai derajat dimana seseorang indivudu percaya bahwa suatu

Page 57: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

41

infrastruktur teknis yang tersedia dapat mendukung penggunaan suatu sistem.

Konstruk dalam variabel ini antara lain kontrol perilaku yang dirasakan (perceived

behavioral control) (C-TAM-TPB), kondisi yang memfasilitasi (facilitating

condition) (MPCU), dan kompatibilitas (compatibility) (IDT). Berikut tabel 2.4

menejelaskan lebih lanjut seputar konstruk yang ada pada variabel facilitating

condition:

Tabel 2. 5 Variabel Acuan pada Konstruk Facilitating Condition

Konstruk Definisi Referensi

Perceived Behavioral

Control

Mencerminkan persepsi kendala

internal dan eksternal pada kondisi

fasilitas sumber daya dan kondisi

fasilitas teknologi

Taylor and Todd

(Taylor and Todd

1995a)

Facilitating Condition

Faktor obyektif di lingkungan yang

disepakati pengamat membuat

tindakan penyediaan dukungan

komputer semakin mudah untuk

dilakukan

Thompson, et al.

(Thompson,

Higgins, and

Howell 1991)

Compatibility

Tingkat sejauh mana inovasi dianggap

konsisten dengan nilai-nilai dan

kebutuhan yang ada

Moore &

Benbasat (Moore

and Benbasat

1991)

Masing-masing konstruk dalam variabel ini dioperasionalkan untuk

menambahkan aspek teknologi yang dirancang untuk menghilangkan hambatan

dalam menggunakan sistem. Penelitian yang dilakukan Taylor dan Todd (Taylor

and Todd 1995a) menyatakan bahwa perceived behavioral control penting dalam

Page 58: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

42

konteks sukarela (voluntary) maupun wajib (mandatory) hanya setelah pelatihan

pertama, namun pelatihan selanjutnya tidak berpengaruh terhadap niat perilaku.

2.9.5 Behavioral Intention

Behavioral Intention merupakan tingkat dimana niat seorang pengguna

dalam menggunakan sistem yang baru. Seorang pengguna harus percaya bahwa

dengan menggunakan sistem akan meningkatkan performanya dalam pekerjaan,

memerlukan usaha, akan dipandang oleh lingkungan sosial, dan tersedianya

fasilitas yang menyokong dalam penggunaan sistem tersebut (Venkatesh et al.

2003).

2.9.6 Use Behavior

Use behavior merupakan tingkat dimana seberapa sering seseorang

menggunakan suatu sistem setelah adanya niat dalam menggunakan sistem tersebut

terus menerus. Sistem dinilai memberikan pengaruh positif atau negatif tergantung

pada hal-hal yang dirasakan pengguna setelah menggunakan sistem tersebut

(Venkatesh et al. 2003).

2.10 Theory of Planned Behavior

Model niat perilaku atau theory of planned behavior (TPB) dikembangkan

oleh Ajzen (Ajzen 1991), merupakan perkembangan dari teori sebelumnya yaitu

theory of reasoned action oleh Ajzen dan Fishbein (Fishbein and Ajzen 1977)

dengan tujuan untuk memprediksi perilaku individu secara lebih spesifik. Niat

(intention) diamsumsikan untuk menangkap faktor motivasi yang mempengaruhi

perilaku (behavior), hal ini dikaitkan dengan seberapa keras seorang individu ingin

Page 59: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

43

mencoba dan seberapa besar usaha yang mereka keluarkan untuk melakukan

perilaku tersebut. Teori ini menjelaskan bahwa semakin kuat niat seorang individu

untuk terlibat dalam suatu perilaku, semakin besar dan kuat kemungkinan

kinerjanya (Ajzen 1991). Berikut hubungan antara variabel pada model perilaku

pada gambar 2.2

Gambar 2. 4 Model Theory of Planned Behavior (Fishbein and Ajzen 1977)

2.10.1 Attitude Toward the Behavior

Attitude merupakan faktor penentu niat perilaku (behavioral intention)

merujuk pada perasaan seorang individu terhadap suatu perilaku tertentu. Sifat ini

mengacu terhadap sejauh mana seseorang memiliki penilaiain yang disukai maupun

tidak disukai merujuk pada suatu perilaku. Seperti halnya seseorang percaya

terhadap suatu perilaku tertentu menghasilkan keuntungan, maka orang tersebut

cenderung memiliki sifat positif terhadap perilaku. Sama halnya jika suatu perilaku

Page 60: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

44

tersebut dianggap tidak menguntungkan, maka orang tersebut cenderung memiliki

sifat negatif terhadap perilaku (Fishbein and Ajzen 1977).

2.10.2 Subjective Norm

Norma subjektif (subjective norm) merupakan faktor sosial yang mengacu

pada tekanan sosial yang dirasakan individu sebagai suatu penentu seorang individu

melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku. Seperti halnya, seseorang akan

melakukan suatu tindakan tertentu jika berada di suatu kelompok individu (seperti

keluarga, teman kerabat) yang menganggap tindakan tersebut dapat ditoleransi.

Sebaliknya jika seseorang cenderung akan menghindari suatu tindakan tersebut jika

berada dalam suatu kelompok individu yang menganggap tindakan tersebut tidak

dapat ditoleransi (Fishbein and Ajzen 1977).

2.10.3 Perceived Behavioral Control

Faktor kontrol perilaku yang dirasakan (perceived behavioral control)

mengacu pada kemudahan atau kesulitan yang dirasakan dalam melakukan suatu

perilaku tertentu. Faktor ini diasumsikan mencerminkan pengalaman masa lalu

serta hambatan-hambatan yang dapat diantisipasi. Seperti halnya, semakin baik

sikap (attitudes) dan norma subjektif (subjective norm) sehubungan dengan suatu

perilaku, dan semakin besar kontrol perilaku yang dirasakan, maka semakin kuat

niat individu untuk melakukan suatu perilaku tersebut (Ajzen 1991). Ajzen (2005)

mengemukakan bahwa persepsi kontrol perilaku ditentukan dari keyakinan seorang

individu mengenai ketersediaan sumberdaya yang mendukung seperti peralatan,

kompetensi, dan kesempatan. Konsep lain yang maksudnya sejenis dengan kontrol

Page 61: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

45

perilaku adalah efikasi diri atau self-efficacy yang dikemukakan oleh Bandura

(1977) dimana efikasi diri adalah suatu keyakinan individu bahwa ia akan berhasil

menguasai keterampilan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas

tertentu.

2.10.4 Intention

Faktor intention merupakan fungsi utama di antara attitudes, subjective

norm, dan perceived behavioral control terhadap perilaku. Jika faktor attitudes

semakin kuat, subjective norm semakin positif, dan perceived behavioral control

semakin besar, maka semakin kuat hubungan seseorang dengan perilaku tersebut

(Fishbein and Ajzen 1977).

2.10.5 Behavior

Faktor behavior (perilaku) membutuhkan definisi yang jelas dari beberapa

hal, diantaranya meliputi tujuan (target), tindakan (action), konteks (context), dan

elemen waktu (time elements) dari suatu perilaku tersebut. Sehingga beberapa

penetilian yang menggunakan landasan perilaku dari TRA dapat menguji

keabsahan dari perilaku yang sedang diteliti dengan parameter yang jelas (Fishbein

and Ajzen 1977).

2.11 Social Cognitive Theory (SCT)

Social Cognitive Theory pertama kali diperkenalkan oleh Bandura (Bandura

1977) dimana merupakan salah satu teori terkuat dan paling berpengaruh pada

konteks perilaku manusia (human behavior). Compeau dan Higgins

mengembangkan social cognitive theory pada penelitian yang mereka lakukan pada

Page 62: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

46

tahun 1995 dalam perspektif perilaku manusia terhadap teknologi komputasi

(computing behavior). Self-efficacy terbukti merupakan variabel yang pengaruhnya

paling penting dalam konteks psikologi sosial. Compeau dan Higgins melakukan

penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dampak self-efficacy pada perilaku

seseorang dalam konteks teknologi komputasi. Pemodelan yang diusulkan

mengacu pada konteks psikologi sosial dari social cognitive theory yang

diperkenalkan oleh Bandura (Bandura 1977) dan penelitian penerimaan sistem

informasi sebelumnya (D. R. Compeau and Higgins 1995). Berikut hubungan

antara variabel pada model yang diusulkan Compeau dan Higgins (D. Compeau,

Higgins, and Huff 1999) dalam konteks perilaku terhadap teknologi komputasi

pada gambar 2.5.

Gambar 2. 5 Model Pengembangan Social Cognitive Theory

Page 63: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

47

2.11.1 Computer Self-Efficacy

Konteks computer self-efficacy mengacu pada penilaian kemampuan

seseorang dalam menggunakan komputer. Hal ini tidak peduli dengan apa yang

terjadi di masa lalu, namun memikirkan apa hal yang akan terjadi di masa depan.

Kegiatan ini tidak sebatas memasukan rumus dalam excel, melainkan sesuatu yang

memerlukan kemampuan dalam menerapkan keterampilan tersebut seperti

menyiapkan laporan tertulis (D. R. Compeau and Higgins 1995). Terdapat beberapa

dimensi dalam faktor computer self-efficacy yang akan di jelaskan berikut ini:

1. Magnitude

Seorang individu dengan tingkat efikasi diri pada komputer yang relatif tinggi,

diharapkan mereka dapat menyelesaikan tugas komputasi yang lebih sulit

dibandingakan dengan mereka yang mempunyai tingkat efikasi diri yang

rendah. Besaran (magnitude) efikasi diri dapat diartikan sebagai pencerminan

tingkat kapabilitas yang diharapkan.

2. Strength

Kekuatan pada efikasi diri terhadap komputer ini mengacu pada tingkat

keyakinan seorang individu akan kemampuannya untuk melakukan berbagai

tugas terkait komputasi. Faktor ini berkaitan dengan kepercayaan diri dari

masing-masing individu untuk melakukan tugas komputasi yang lebih sulit,

terlepas dari individu dengan tingkat efikasi diri yang tinggi.

Page 64: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

48

3. Generalizability

Kemampuan generalisasi erat kaitannya dengan individu yang adaptif dan

responsif. Seorang individu dengan kemampuan menggeneralisasi efikasi diri

yang tinggi, diharapkan dapat secara kompeten menggunakan perangkat lunak

yang berbeda dengan sistem komputer yang berbeda. Beda kaitannya dengan

seseorang yang memiliki tingkat efikasi diri yang rendah, cenderung terbatas

hanya pada perangkat lunak tertentu dengan sistem komputer tertentu.

2.11.2 Affect

Pengaruh individu terhadap suatu perilaku tertentu dalam beberapa

keadaan, dapat memberikan pengaruh yang kuat atas tindakan seseorang. Dalam

konteks ini Compeau dan Higgins (D. R. Compeau and Higgins 1995) menegaskan

perilaku individu yang kuat mempengaruhi seseorang dalam penggunakan

teknologi komputasi. Seperti contoh hal yang disukai dan menarik pada iklan

televisi, semata-mata berdasar pada pengaruh (affect). Sama halnya dengan

perilaku konsumen dalam memilih suatu barang pada situs e-commerce, juga

berdasarkan pada reaksi pengaruh. Semakin tinggi pengaruh individu terhadap

penggunaan komputer, maka semakin tinggi tingkat seseorang menggunakan

komputer (D. Compeau, Higgins, and Huff 1999).

2.11.3 Anxiety

Perasaan cemas terhadap penggunaan computer diharapkan dapat

mempengaruhi penggunaan komputer secara negatif. Semakin tinggi tingkat

kecemasan akan penggunaan komputer, semakin rendah tingkat seseorang

Page 65: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

49

menggunakan komputer. Maka dari itu, pengguna diharapkan dapat menghindari

perilaku yang menimbulkan perasaan cemas khususnya dalam konteks penggunaan

teknologi komputasi (D. Compeau, Higgins, and Huff 1999).

2.11.4 Outcome Expectations (Performance)

Hasil yang diharapkan (outcome expectations) memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap reaksi individu pada teknologi komputasi. Konsekuensi yang

diharapkan dari sebuah perilaku, dapat menjadi suatu pengaruh yang besar untuk

meningkatkan kinerja individu. Kepuasan yang didapat saat merasakan keuntungan

dari perilaku tersebut, menjadi sebuah reaksi peningkatan kinerja untuk perilaku

dalam konteks penggunaan teknologi komputasi. Semakin tinggi kinerja individu

dalam mencapai hasil yang diharapkan, semakin tinggi pengaruh individu

menyukai perilaku tersebut dan semakin tinggi tingkat dalam penggunaan

komputer (D. Compeau, Higgins, and Huff 1999).

2.11.5 Outcome Expectations (Personal)

Hasil yang diharapkan (outcome expectations) yang dipengaruhi oleh

kepribadian individu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan

teknologi komputasi. Hasil yang diharapkan dapat memberikan pengaruh yang

besar terhadap individu untuk meningkatkan kepribadian mereka masing-masing.

Kepuasan yang dirasakan individu saat merasakan keuntungan dari perilaku

tertentu juga dapat meningkatkan kepribadian individu dalam penggunaan

komputer. Semakin tinggi kepribadian individu terhadap hasil yang diharapkan,

semakin tinggi pula pengaruh seseorang menyukai perilaku tersebut dan semakin

Page 66: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

50

tinggi tingkat dalam pengunaan komputer (D. Compeau, Higgins, and Huff 1999).

Sebagai contoh individu yang melakukan perilaku tertentu dimana mereka berharap

mendapat suatu imbalan atas apa yang mereka lakukan berdasarkan kinerja

(performance) maupun kepribadian (personal) mereka (Bandura 1977).

2.11.6 Usage

Faktor usage merupakan fungsi utama sebagai hasil akhir berdasarkan

computer self efficcacy, outcome expectations (performance), outcome

expectations (personal), affect, dan anxiety. Jika faktor computer self efficacy,

outcome expectations (performance), outcome expectations (personal), dan affect

semakin tinggi dan faktor anxiety semakin rendah, maka semakin besarnya

pengaruh individu untuk menggunakan teknologi informasi.

2.12 Variabel Perceived Risk

Resiko yang dirasakan (perceived risk) dalam konteks e-government di

definisikan sebagai suatu ekspektasi warga negara jika menderita kerugian dalam

mencapai hasil yang diinginkan. Risiko yang dirasakan ini bisa terjadi karena faktor

lingkungan (environmental) dan faktor perilaku (behavioral), yang dapat

mengurangi niat pengguna dalam menggunakan teknologi komputasi dan untuk

bertukar informasi. Ketidakpastian perilaku (behavior) terjadi karena pihak

penyedia layanan berperilaku tidak jujur dengan memanfaatkan layanan elektronik

dengan sifat impersonal. Ketidakpastian lingkungan (environmental) muncul

karena kekhawatiran terhadap teknologi yang tidak dapat diprediksi dan berada di

luar kemampuan warga (Bélanger and Carter 2008).

Page 67: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

51

Penelitian terdahulu menemukan bahwa kepercayaan menjadi signifikan

saat risiko dilibatkan. Risiko yang dirasakan (perceived risk) akan berkurang ketika

kepercayaan (trust) warga hadir terhadap layanan elektronik pemerintah

(Featherman and Pavlou 2003).

2.13 Variabel Trust of Government

Variabel Trust of Government (TOG) mengacu pada persepsi warga negara

terhadap integritas dan kemampuan pemerintah dalam menyediakan layanan

electronic government. Gefen (2005) menjelaskan bahwa kepercayaan warga

negara terhadap lembaga pemerintah mempunyai dampak yang kuat atas adopsi

teknologi e-government secara luas. Demikian warga akan turut serta membangun

inisiatif yang tinggi akan penerapan e-government secara luas. Namun sebelumnya

warga harus percaya bahwa lembaga pemerintah memiliki sumber daya yang

diperlukan untuk mengelola dan mengamankan sistem ini. Interaksi warga negara

dengan penyedia layanan yang jujur dan minim kecurangan akan meningkatkan

kepercayaan warga terhadap pemerintah, sebaliknya jika interaksi yang dilakukan

mengandung ketidakjujuran dari pejabat, jelas akan menurunkan kepercayaan

warga dan menentang insiatif untuk implementasi e-government (Bélanger and

Carter 2008).

Teknologi ini memungkinkan pemerintah melakukan pengumpulan data

dengan cepat dan analisis data tingkat lanjut. Warga menginginkan interaksi

mereka dengan penyedia layanan, dapat menjaga dan menghormati data pribadi

mereka sebaik mungkin. Warga harus percaya bahwa pemerintah menyediakan

Page 68: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

52

layanan e-government untuk mendapatkan keuntungan dalam hal kinerja pekerjaan,

bukan semata-mata untuk memantau masyarakat (Bélanger and Carter 2008).

2.14 Studi Literatur Penelitian

Penelitian umumnya harus didasari oleh landasan dari hasil penelitian-

penelitian sebelumnya. Hal ini untuk menunjang suatu konstruk dan hipotesis dari

model yang diajukan. Oleh karena itu, penelitian ini telah melakukan pengumpulan

data sebanyak 12 jurnal yang berkaitan dengan topik penelitian ini. Tabel 2.6

berikut menjelaskan beberapa penelitian sejenis sebelumnya yang digunakan

peneliti sebagai acuan pada penelitian ini.

Tabel 2. 6 Studi Literatur Penelitian Sejenis

1 Peneliti

Nripendra P. Rana, Yogesh K. Dwivedi, Micahel D.

Williams, Vishantash Weerakkody (2016)

Judul Penelitian

Adoption of online public grievance redressal system in

India: Toward developing a unified view (Rana et al.

2016)

Variabel Penelitian

Performance Expectancy, Effort Expectancy, Social

Influence, Facilitating Conditions, Anxiety, Attitude,

Behaviral Intention

Hasil Penelitian

Kelebihan pada penelitian ini yaitu peneliti melakukan

pembaharuan dengan menambahkan variabel Anxiety

dan variabel Attitude, serta menjelaskan secara rinci

teori model penelitian. Penelitian dijelaskan dengan

sangat rinci dengan landasan ilmiah yang memperkuat

analisis landasan pemodelan. Hanya saja penelitian ini

terbatas pada masyarakat yang tidak tersebar rata di

beberapa Kota di India. Penelitian ini dapat

membuktikan bahwa model yang diajukan pada

Page 69: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

53

penelitian ini menghasilkan niat behavioral intention

sebesar 66% varian. Variabel Attitude pada penelitian ini

juga berperan besar dalam pengembangan model

penerimaan khususnya pada konteks e-government.

2 Peneliti Chao-Min Chiu & Eric T.G. Wang (2008)

Judul Penelitian

Understanding Web-based learning continuance

intention: The role of subjective task value (C.-M. Chiu

and Wang 2008)

Variabel Penelitian

Performance Expectancy, Effort Expectancy, Social

Influence, Facilitating Conditions, Computer Self-

Efficacy, Attainment Value, Utility Value, Intrinsic

Value, Social Isolation, Anxiety, Delay in Responses,

Risk of Arbitary Learning

Hasil Penelitian

Penelitian ini menambahkan 8 variabel tambahan yang

digabungkan dengan model UTAUT untuk memprediksi

kontinyuitas mahasiswa dalam menjalankan sistem

pembelajaran berbasis web. Hanya saja, responden pada

penelitian ini di dominasi oleh mahasiswa part-time,

sebaiknya pengukuran untuk mahasiswa full-time juga

diperlukan untuk memperkuat hasil analisis. Penelitian

ini membuktikan bahwa variabel Intrinsic Value

merupakan faktor yang paling kuat dan mempengaruhi

pengguna untuk melanjutkan pembelajaran melalui situs

web.

3 Peneliti Heiko Moryson & Guido Moeser (2016)

Judul Penelitian

Consumer Adoption of Cloud Computing Services in

Germany: Investigation of Moderating Effects by

Applying an UTAUT Model (Moryson and Moeser

2016)

Variabel Penelitian

Performance Expectancy, Effort Expectancy, Social

Influence, Facilitating Conditions, Perceived Trust,

Perceived Security Risk, Attitude Toward Use, Intention

to Use

Page 70: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

54

Hasil Penelitian

Penelitian ini mengembangkan model teori penerimaan

pengguna dengan menambahkan 2 variabel independen

(Perceived Trust & Perceived Security Risk) dan 1

variabel dependen (Attitude Toward Use). Penelitian ini

membuktikan bahwa faktor Social Influnce & Perceived

Trust merupakan faktor yang paling kuat dalam

mempengaruhi masyarakat Jerman dalam mengadopsi

cloud computing. Dengan total 2040 masyarakat Jerman

yang terlibat pada penelitian ini, disimpulkan bahwa

pengaruh sosial (teman/keluarga terdekat) dan

kepercayaan mereka terhadap integritas institusi yang

menyediakan layanan cloud computing sangat

mempengaruhi adopsi mereka dalam menggunakan

layanan tersebut.

4 Peneliti

Ali Tarhini, Mazen El-Masri, Maged Ali, Alan Serrano

(2015)

Judul Penelitian

Extending the UTAUT model to understand the

customers’ acceptance and use of internet banking in

Lebanon (Tarhini et al. 2016)

Variabel Penelitian

Performance Expectancy, Effort Expectancy, Social

Influence, Facilitating Conditions, Perceived

Credibility, Task Technology Fit, Behavior Intention,

Actual Usage

Hasil Penelitian

Penelitian ini mengembangkan model penerimaan

dengan menambahkan variabel Perceived Credibility &

Task Technology Fit sebagai variabel untuk memperkuat

faktor penerimaan internet banking di Lebanon. Dari

total 408 responden yang ikut serta dalam penelitian ini,

variabel ekspektasi kinerja mempunyai pengaruh yang

paling kuat diterima oleh pengguna dalam mengadopsi

internet banking. Disimpulkan bahwa penggunaan

internet banking di Lebanon dibuktikan dapat

Page 71: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

55

meningkatkan layanan dan produktivitas pengguna

dalam melakukan transaksi melalui internet banking.

5 Peneliti

Emma L. Slade, Yogesh K. Dwivedi, Niall C. Pierry,

and Michael D. Williams (2015)

Judul Penelitian

Modeling Consumers’ Adoption Intentions of Remote

Mobile Payments in the United Kingdom: Extending

UTAUT with Innovativeness, Risk, and Trust (Slade et

al. 2015)

Variabel Penelitian

Performance Expectancy, Effort Expectancy, Social

Influence, Innovativeness, Perceived Rsik, Trust in

System, Behavioral Intention

Hasil Penelitian

Penelitian ini mengembangkan konteks penerimaan di

ranah mobile payments dengan menambahkan unsur

inovatif, risiko yang didapatkan, dan kepercayaan

terhadap aplikasi pembayaran. Penelitian ini melibatkan

268 responden yang belum pernah menggunakan remote

mobile payment (pembayaran jarak jauh) untuk

berpartisipasi dalam penelitian di wilayah Inggris. Hasil

dari penelitian ini membuktikan bahwa faktor

Performance Expectancy, Social Influence,

Innovativeness, dan Perceived Risk mempengaruhi niat

pengguna secara signifikan terhadap mengadopsi remote

mobile payment.

6 Peneliti

Murathan Kurfali, Ali Arifglu, Gul Tokdemir, Yudum

Pacin (2016)

Judul Penelitian Adoption of e-government services in Turkey (Kurfalı et

al. 2017)

Variabel Penelitian

Performance Expectancy, Effort Expectancy, Social

Influence, Facilitating Conditions, Trust of Internet,

Trust of Government, Behavioral Intention to Use E-

government Services

Penelitian ini mengembangkan model penerimaan

teknologi dengan menambahkan variabel Trust of

Page 72: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

56

Internet & Trust of Government khusus dalam konteks

penerimaan di ranah pemerintahan. Responden yang

terlibat pada penelitian ini sebanyak 529 warga di Turki

yang mewakili dari berbagai wilayah. Penelitian ini

membuktikan bahwa faktor ekspektasi kinerja

merupakan faktor yang paling kuat mempengaruhi

pengguna dalam mengadopsi sistem pemerintahan di

Turki.

7 Peneliti Anastasia Voutinioti (2013)

Judul Penelitian

Determinants of User Adoption of e-Government

Services in Greece and the role of Citizen Service

Centres (Voutinioti 2013)

Variabel Penelitian

Performance Expectancy, Effort Expectancy, Social

Influence, Facilitating Conditions, Trust of the Internet,

Trust of the Government, Trust of the CSC, Behavioral

Intention, Use Behavior

Hasil Penelitian

Penelitian ini mengembangkan model penerimaan dalam

konteks e-government dengan menambahkan variabel

Trust of the Internet, Trust of Government, & Trust of

the CSC (Citizen Services Centre). Penelitian ini

membuktikan bahwa faktor kemudahan (effort

expectancy) paling mempengaruhi masyarakat di Yunani

dalam mengadopsi sistem pemerintahan. Kepercayaan

terhadap CSC juga merupakan faktor yang berperan

penting untuk meningkatkan niat adopsi masyarakat.

8 Peneliti

Troy Devon Thomas, Lenandlar Singh and Kemuel

Gaffar (2014)

Judul Penelitian

The utility of the UTAUT model in explaining mobile

learning adoption in higher education in Guyana

(Thomas, Singh, and Gaffar 2013)

Variabel Penelitian

Performance Expectancy, Effort Expectancy, Social

Factors, Facilitating Conditions, Attitude Towards

Technology, dan Behavioral Intention

Page 73: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

57

Hasil Penelitian

Penelitian ini mengembangkan model penerimaan

pengguna dalam konteks adopsi mobile learning dengan

menambahkan satu variabel dependen yaitu Attitude

Toward Technology. Hasil dari penelitian ini adalah

faktor Attitude Toward Technology memiliki peran yang

besar terhadap penggunaan, begitu pula dengan faktor

kondisi (facilitating condition) juga memiliki pengaruh

yang besar dan signifikan sebagai penentu adopsi mobile

learning di Guyana.

9 Peneliti Suha Alawadhi & Anne Morris (2008)

Judul Penelitian

The Use of the UTAUT Model in the Adoption of E-

government Services in Kuwait (AlAwadhi and Morris

2008)

Variabel Penelitian Performance Expectancy, Effort Expectancy, Peer

Influence, Facilitating Conditions, Behavioral Intention

Hasil Penelitian

Penelitian ini menguji model UTAUT dalam konteks

penerimaan teknologi e-government di wilayah Kuwait.

Model yang digunakan murni merupakan variabel

UTAUT, tidak adanya penambahan namun adanya

penghilangan variabel Use Behavior. Responden yang

terlibat pada penelitian ini mencapai 880 orang, dengan

karakteristik responden adalah masyarakat yang sudah

pernah menggunakan teknologi sebelumnya. Penelitian

ini membuktikan bahwa faktor kinerja (performance

expectancy), kemudahan (effort expectancy), dan

pengaruh (peer influence) berpengaruh signifikan

terhadap niat pengguna mengadopsi e-government di

Kuwait.

10 Peneliti

Ricardo de Sena Abrahao, Stella Naomi Moriguchi, &

Darly Fernando Andrade (2016)

Judul Penelitian

Intention of adoption of mobile payment: An analysis in

the light of the Unified Theory of Acceptance and Use

of Technology (UTAUT)

Page 74: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

58

Variabel Penelitian Performance Expectancy, Effort Expectancy, Social

Factors, Perceived Risk, Perceived Cost dan Behavioral

Intention

Hasil Penelitian Penelitian ini mengembangkan teori penerimaan

teknologi dalam konteks mobile payment dengan

menambahkan variabel Perceived Risk & Perceived

Cost untuk memperkuat model penelitian. Sebanyak 605

responden pada penelitian ini dilibatkan yang

didominasi oleh masyarakat Brazil. Penelitian ini

membuktikan bahwa faktor kuliatas layanan

(performance expectancy), kemudahan (effort

expectancy), serta keamanan bagi pengguna (perceived

risk) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap niat

pengguna dalam mengadopsi mobile payment.

11 Peneliti Syopiansyah Jaya Putra, Muhamad Nur Gunawan, Yoga

Tri Hutomo, Nia Kumala Dewi, & Yusuf Durachman

(2017)

Judul Penelitian Factors Influencing the User Acceptance of Integrated

Service Management Information System on Local

Government in Indonesia

Variabel Penelitian Performance Expectancy, Effort Expectancy, Social

Factors, Facilitating Condition, Hedonic Motivation,

Habit, Behavioral Intention, Use Behavior

Hasil Penelitian Penelitian ini menguji model UTAUT2 terhadap

implementasi sistem pemerintahan yang digunakan

pegawai. Sistem tersebut bersifat mandatory (wajib)

sehingga peneliti menghapus variabel price value karena

tidak sesuai dengan karakteristik sistem tanpa

mengeluarkan biaya. Kuesioner yang didapat dari

penelitian sebanyak 30 reponden, dengan analisis data

menggunakan IBM SPSS 20. Hasil dari penelitian ini

membuktikan variabel Facilitating Condition dan Habit

Page 75: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

59

secara positif mempengaruhi pengguna menerima sistem

informasi manajemen di pemerintahan.

12 Peneliti

Nurullah Sururi Afif, Jono M Munandar & Ma’mun

Sarma (2017)

Judul Penelitian

Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pengguna

Layanan pada Unit Pelayanan Disdukcapil Kota Bogor

(Afif and Munandar 2017)

Variabel Penelitian Kualitas Interaksi, Kualitas Lingkungan Fisik, Kualitas

Hasil, Harga, Kepuasan Pengguna Layanan

Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor yang

mempengaruhi kepuasan pengguna terhadap layanan di

Dukcapil Kota Bogor. Model penelitian yang diajukan

berlandaskan dari IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat).

Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa faktor

kualitas lingkungan fisik dan harga mempengaruhi

pengguna dalam mencapai kepuasan terhadap pelayanan

Dukcapil Kota Bogor. Kuliatas lingkungan fisik

dilakukan dengan penataan dan perbaikan terhadap

fasilitas fisik dan juga harga didasari untuk

menghilangkan pungutan tidak resmi (menggunakan

calo/menyuap aparat).

Berdasarkan penelitian sejenis yang telah dijelaskan pada tabel di atas,

penelitian ini diharapkan dapat menutupi kekurangan serta keterbatasan pada hasil

penelitian-penelitian sebelumnya seperti mengukur niat pengguna dalam

mengadopsi Sistem Administrasi Kependudukan (SIAK), menggunakan variabel

trust & risk dalam mengukur tingkat penerimaan pengguna SIAK serta kaitannya

dengan Dukcapil Kota Tangerang Selatan. Oleh karena itu, penelitian ini

menggunakan model UTAUT (Venkatesh et al. 2003), dengan variabel tambahan

Page 76: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

60

seperti Attitude Toward Use (Ajzen 1991), Anxiety (D. Compeau, Higgins, and Huff

1999), Percived Risk & Trust of Government (Bélanger and Carter 2008) untuk

meneliti niat perilaku masyarakat untuk menggunakan SIAK di wilayah Kota

Tangerang Selatan.

2.15 Populasi dan Sampel

Pengertian populasi menurut Sugiyono (2008) adalah suatu wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek/subjek dimana mereka mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang sudah ditetapkan sebelumnya oleh peneliti untuk

dipelajari yang kemudian di tarik kesimpulannya. Suharsimi Arikunto (2004) juga

berpendapat bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian, disaat seseorang

ingin melakukan penelitian sebuah elemen pada wilayah tertentu maka

penelitiannya merupakan penelitian populasi. Berdasarkan definisi yang telah

dijabarkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan

objek penelitian yang terdiri atas objek maupun subjek dimana mereka mempunyai

karakteristik tertentu yang sudah ditetapkan sebelumnya oleh peneliti yang

nantinya akan dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Sampel merupakan suatu bagian atau wakil dari keseluruhan populasi yang

akan diteliti. Jika penelitian yang dilakukan sebagian dari populasi maka

penelitiannya merupakan penelitian sampel (Arikunto and Jabar 2004). Sugiyono

(J. Sugiyono 2008) juga menjelaskan sampel yaitu sebagai suatu bagian dari

keseluruhan serta karakteristik yang dimiliki sebuah populasi. Sampel yang di

dapatkan dari suatu populasi nantinya harus benar-benar representatif (sangat

Page 77: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

61

mewakili) populasi tersebut. Berdasarkan definisi yang telah dijabarkan

sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa sampel adalah suatu bagian dari keseluruhan

populasi yang mencermkinkan karakteristik sebuah populasi.

2.15.1 Metode Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel adalah sebuah cara untuk menentukan sampel

yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data,

dengan memperhatikan sifat-sifat penyebaran populasi sehingga diperoleh sampel

yang representatif (mewakili) (Margono n.d.). Sugiyono (2015) membagi teknik

pengambilan sampel menjadi 2 metode yaitu probabilitas dan non-probabilitas,

seperti pada penjelasan sebagai berikut:

a. Probabilitas

Metode pemilihan sampel probabilitas disebut juga sebagai metode

pemilihan sampel secara acak. Teknik pengambilan sampel ini menetapkan semua

individu dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi

sampel penelitian (Zainal 2007).

1. Simple Random Sampling

Merupakan pengambilan sampel yang paling sederhana dengan

menggunakan angka random atau acak. Pengambilan sampel ini digunakan

apabila populasi yang diambil dari sampel memiliki satu ciri tertentu.

Page 78: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

62

2. Stratified Sampling

Merupakan pengambilan sampe secara bertingkat, biasanya digunakan

oleh peneliti apabila di dalam populasi terdapat srata atau tingkatan antara

satu kelompok dengan kelompok lainnya.

3. Systematic Sampling

Merupakan teknik pengambilan sampel secara sistematis. Teknik

pengambilan sampel ini hanya dilakukan secara acak hanya pada unsur

pertama dari populasi, unsur selanjutnya mengikuti deret atau sistematika

tertentu.

4. Cluster Sampling

Merupakan pengambilan sampel dengan memilih kelompok tertentu secara

acak, biasanya digunakan peneliti jika di dalam populasi terdapat suatu

kelompok yang memiliki ciri khas tersendiri.

5. Multistage Random Sampling

Teknik ini merupakan pengembangan dari teknik cluster random sampling.

Pada sampel acak bertingkat, kluster masih sangat besar. Karenanya sampel

tersebut di pecah kembali ke dalam beberapa kluster lalu sampel baru dapat

diambil.

b. Non-Probabilitas

Karakteristik dari teknik pengambilan sampel ini adalah tidak semua

anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel

penelitian. Sampel ini diambil secara tidak acak atau sampel diambil tanpa melalui

proses seleksi (Zainal 2007).

Page 79: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

63

1. Convenience Sampling

Merupakan teknik pengambilan sampel tanpa melakukan mekanisme

tertentu. Pengambilan sampel dengan teknik ini dianggap tidak representatif

(mewakili) populasi.

2. Purposive Sampling

Merupakan teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti

mempumyai pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya

seperti pemikiran atau pengetahuan. Sampel yang terpilih mewakili

pemahaman sampel terhadap populasi sehingga sampel benar-benar

mewakili seluruh populasi.

3. Quota Sampling

Merupakan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan batasan

jumlah (kuota). Sampel tersebut mempunyai kriteria tertentu yang dapat

dijadikan responden.

4. Snowball Sampling

Merupakan teknik pengambilan sampel dengan metode rekomendasi dari

sampel sebelumnya. Teknik ini dimulai dari sedikit sampel, kemudian

mengambil sampel selanjutnya berdasarkan rekomendasi dari sampel

sebelumnya. Teknik ini diambil ketika peneliti tidak terlalu paham

mengenai kondisi populasi yang menjadi targetnya.

Page 80: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

64

2.15.2 Rumus Slovin

Besarnya suatu populasi dalam melakukan penelitian menghadirkan ide

bagi Slovin untuk mengembangkan suatu rumus yang sederhana dengan tujuan

mendapatkan jumlah sampel yang mewakili keseluruhan populasi. Rumus Slovin

dikembangkan oleh Slovin tahun 1960 dengan tujuan untuk menghitung jumlah

sampel minimal, apabila perilaku dari suatu populasi tidak diketahui secara pasti.

Rumus ini digunakan untuk menghitung jumlah sampel minimal dari suatu daerah

yang terlalu besar yang disebabkan oleh wilayah yang cukup luas dan populasi yang

amat besar (Consuelo and Sevilla 2007).

Metode dalam menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini

menggunakan rumus slovin yaitu sebagai berikut :

𝑛 =𝑁

(1+(𝑁×𝑒2)) ………………..(1)

Keterangan

n : Total ukuran sampel

N : Ukuran populasi

e : Tingkat kesalahan

1 : Bilangan konstan

Perlunya ditentukan batas toleransi kesalahan sebelum menggunakan rumus

Slovin. Sebagai contoh, semakin kecil toleransi kesalahan maka semakin akurat

suatu sampel menggambarkan populasi. Besaran ukuran sampel sangat tergantung

dari besaran tingkat kesalahan yang diinginkan peneliti. Dalam hal ini, semakin

Page 81: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

65

besar tingkat kesalahan, maka semakin kecil jumlah sampel dan sebaliknya

semakin kecil tingkat kesalahan, maka semakin besar jumlah sampel. Sebagai

contoh, penelitian dengan batas kesalahan 10% berarti memiliki tingkat akurasi

sebesar 90%. Penelitian dengan tingkat kesalahan 5% berarti memiliki tingkat

akurasi sebesar 95% (Consuelo and Sevilla 2007).

2.16 Skala likert

Menurut Sugiyono (S. Sugiyono 2015), skala likert adalah suatu skala yang

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang suatu fenomena sosial. Skala ini dikembangkan oleh

Likert tahun 1932 dimana skala ini mempunyai lima atau lebih skor pilihan dalam

satu butir pertanyaan untuk mengukur perilaku individu. Variabel yang diukur

nantinya digambarkan menjadi sebuah indikator variabel. Indikator tersebut akan

menjadi acuan dalam menyusun poin-poin instrumen berupa pertanyaan maupun

pernyataan menggunakan skala Likert. Pemberian skor dalam skala Likert meliputi;

(1) Skor 1 untuk menyatakan Sangat Tidak Setuju, (2) Skor 2 untuk menyatakan

Tidak Setuju, (3) Skor 3 untuk menyatakan Netral/Tidak Memutuskan, (4) Skor 4

untuk menyatakan Setuju, dan (5) Skor 5 untuk menyatakan Sangat Setuju

Skala Likert biasanya digunakan dengan lima skala namun kadang

digunakan juga skala tingkat tujuh atau tingkat sembilan. Weksi Budiaji mengutip

pembahasan Preston dan Colman (2000) mengenai jumlah titik pada skala Likert.

Jumlah titik 5, 6, dan 7 menghasilkan indeks realibilitas, validitas, dan kekuatan

Page 82: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

66

diskriminasi yang baik. Berbeda dengan jumlah pada titik 2, 3, dan 4 menghasilkan

indeks reliabilitas, validitas, dan kekuatan diskriminasi yang buruk (Budiaji 2013).

2.17 Partial Least Square-Structural Equation Modeling (PLS-SEM)

Partial Least Square (PLS) pertama kali dikembangkan oleh Wold pada

tahun 1975 pada bidang ekonometrik. Menurut Wold (1975), metode analisis ini

mempunyai kekuatan yang kuat sebab tidak didasarkan pada banyak asumsi atau

syarat. Misalnya data tidak harus terdistribusi normal multivariate dan ukuran

sampel yang tidak harus besar. PLS didefinisikan oleh Mustakini (2015) sebagai

suatu teknik statistik multivarian yang melakukan perbandingan antara variabel

dependen berganda dengan variabel independen berganda. PLS merupakan analisis

SEM berbasis varian yang dapat melakukan pengujian model pengukuran dan

pengujian model struktural. Model pengukuran PLS dapat digunakan untuk uji

validitas dan reliabilitas, sedangkan model struktural digunakan untuk tujuan

konfirmasi (pengujian hipotesis). Tujuan dari Partial Least Square adalah untuk

menjelaskan hubungan antar konstruk variabel dan membangun pengertian dari

nilai hubungan yang terbangun (Yamin, Rachmach, and Kurniawan 2011).

2.17.1 SmartPLS

Teknik analisis menggunakan PLS-SEM sering menggunakan SmartPLS

sebagai tools yang biasa digunakan. Software ini dikembangkan oleh University of

Hamburg . SmartPLS mempunyai kelebihan dibandingkan dengan software sejenis

(seperti: Lisrel dan AMOS) yaitu ketika peneliti memiliki keterbatasan jumlah

Page 83: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

67

sampel sementara model yang dibangun kompleks. Beberapa komponen dalam

SmartPLS, yaitu:

1. Variabel Laten

Variabel ini terbagi menjadi dua yaitu variabel eksogen (bersifat independen)

dan variabel endogen (bersifat dependen), variabel eksogen adalah variabel

yang mempengaruhi variabel endogen. Karakteristik dari variabel laten tidak

dapat diamati dan diukur secara langsung .

2. Observed Variabel

Sering dikenal dengan variabel manifest yaitu variabel yang besaran

kuantitatifnya dapat diamati dan diketahui secara langsung. Contohnya skor

skala respons subjek terhadap instrument pengukuran.

2.17.2 Evaluasi Model PLS

a. Outer Model

Model ini biasa disebut juga dengan model pengukuran yang mencakup

pemeriksaan individual item reliability, internal consistency, average variance

extracted dan discriminant validity. Model pengukuran ini digunakan dengan

tujuan mengetahui hubungan antara variabel dengan indikator-indikatornya

(Yamin, Rachmach, and Kurniawan 2011). Model pengukuran ini biasa

digunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas model.

Page 84: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

68

Gambar 2. 6 Contoh Model Pengukuran dalam PLS (Juliandi 2018)

Pengecekan individual item reliability untuk dapat mengetahui nilai outer

loadings. Besaran nilai outer loadings tersebut dapat menjelaskan seberapa

besar hubungan konstruk indikator dengan variabelnya. Nilai outer loadings

idealnya adalah di atas 0,7 dan nilai outer loadings antara 0,4 sampai 0,7 dapat

dipertimbangkan jika nilai composite reliability dan average variance extracted

indikator tersebut memenuhi standar. Indikator sebaiknya dihilangkan jika

mempunyai nilai loadings di bawah 0,4 (Hair Jr et al. 2017).

Pengecekan Internal consistency dapat dilihat dari nilai composite

reliability. Nilai ini nantinya dapat mencerminkan reliabilitas semua indikator

dalam suatu model. Reliabilitas dengan composite reliability diinterpretasikan

sama dengan Cronbach’s alpha pada model SEM. Cronbach’s alpha cenderung

menaksir lebih rendah construct reliability jika dibandingkan dengan composite

reliability. Besaran nilai composite reliability idealnya adalah 0,7 higga 0,9 dan

nilai 0,6 hingga 0,7 masih dapat diterima (Hair Jr et al. 2017).

Pengukuran convergent validity adalah untuk menemukan nilai average

variance extracted (AVE). Nilai ini menjelaskan besaran varian atau keragaman

Page 85: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

69

variabel manifes yang dapat di kandung oleh variabel laten. Besaran minimal

average variance extracted adalah 0,5 hal ini mempunyai arti bahwa satu

variabel laten setidaknya mampu menjelaskan lebih dari setengah varian dari

indikatornya (Hair Jr et al. 2017).

Pengujian discriminant validity dilakukan dengan dua cara yaitu dengan

melihat nilai cross-loadings dan kriteria Fornell-Larcker. Cross-Loadings

dengan membandingkan nilai outer loadings suatu indikator dengan

variabelnya sendiri dan dengan variabel pada blok lain. Jika suatu indikator

mempunyai korelasi yang lebih tinggi dengan variabelnya dibandingkan dengan

variabel pada blok lainnya, maka variabel tersebut memprediksi blok mereka

lebih baik daripada blok lainnya. Kriteria Fornell-Larcker dengan cara

membandingkan nilai AVE dengan kuadrat nilai korelasi antar variabel (R2).

Akar AVE harus bernilai lebih tinggi dari kuadrat korelasi antar variabel (R2).

b. Inner Model

Pengujian inner model atau yang biasa disebut dengan model struktural

dilakulan untuk dapat mengetahui hubungan antara konstruk variabel dengan

variabel lainnya yang di hipotesiskan oleh peneliti. Pengujian ini mempunyai 6

tahapan meliputi path coefficient (β), coefficient of determination (R2), t-test,

effect size (f2), predictive relevance (Q2), dan relative impact (q2) (Yamin,

Rachmach, and Kurniawan 2011).

Page 86: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

70

Gambar 2. 7 Contoh Model Struktural dalam PLS (Juliandi 2018)

Tahap pertama yaitu path coefficient (β) dengan melihat signifikansi

terhadap pengujian hipotesis. Path coefficient menggambarkan kekuatan

hubungan antara konstruk variabel dengan model yang diajukan. Besaran

ambang batas nilai koefisien jalur di atas 0,1 dapat berarti memiliki pengaruh

terhadap model.

Tahap selanjutnya yaitu dengan mengevaluasi coefficient of determinant

(R2), nilai ini menjelaskan varian dari tiap variabel laten endogeneous. Semakin

tinggi nilai R2 membuktikan bahwa semakin baik model memprediksi model

penelitian yang diajukan. Nilai R2 dibagi menjadi tiga kategori yaitu nilai 0,67

dikategorikan sebagai nilai substansial (kuat), nilai 0,33 dikategorikan sebagai

moderate, dan nilai 0,19 menunjukan tingkat varian yang lemah.

Tahap ketiga yaitu t-test dengan menggunakan metdoe bootstrapping

menggunakan uji two-tailed dengan tingkat signifikansi untuk menguji

Page 87: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

71

hipotesis penelitian. Besar tingkat signifikan yang sering dipakai dalam

peneitian adalah 1,65 (10%), 1,96 (5%) dan 2,57 (1%) (Hair Jr et al. 2017).

Tahap keempat yakni pengujian effect size (f2) untuk mengetahui pengaruh

suatu variabel terhadap variabel lainnya dengan ambang batas pengaruh kecil

sebesar 0,02; ambang batas pengaruh menengah sebesar 0,15; dan ambang batas

pengaruh besar bernilai 0,35 (Hair Jr et al. 2017). Effect size dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

𝑓2 =𝑅𝑖𝑛𝑐𝑙𝑢𝑑𝑒2 −𝑅𝑒𝑥𝑐𝑙𝑢𝑑𝑒

2

1−𝑅𝑖𝑛𝑐𝑙𝑢𝑑𝑒2 ………………..(2)

Keterangan:

𝑅𝑖𝑛𝑐𝑙𝑢𝑑𝑒2 : Nilai R2 ketika prediktor dimasukkan ke dalam model

𝑅𝑒𝑥𝑐𝑙𝑢𝑑𝑒2 : Nilai R2 ketika prediktor dikeluarkan ke dalam model

Tahap kelima pengujian yaitu predictive relevance (Q2) dengan metode

blindfolding untuk mengetahui keterkaitan prediktif antara variabel dari sebuah

model yang diajukan dengan variabel lainnya dalam model tersebut dengan

nilai ambang batas di atas nol.

Tahap terakhir yaitu melakukan pengujian relative impact (q2) dengan

menggunakan metode blindfolding untuk mengukur pengaruh relatif antara

sebuah variabel prediksi tertentu dengan variabel lainnya denan ambang batas

pengaruh kecil senilai 0,02; pengaruh menengah senilai 0,15; dan pengaruh

besar senilai 0,35 (Hair Jr et al. 2017). Relative impact (q2) dihitung dengan

rumus sebagai berikut :

Page 88: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

72

𝑞2 =𝑄𝑖𝑛𝑐𝑙𝑢𝑑𝑒2 −𝑄𝑒𝑥𝑐𝑙𝑢𝑑𝑒

2

1−𝑄𝑖𝑛𝑐𝑙𝑢𝑑𝑒2 ………………..(3)

Keterangan:

𝑄𝑖𝑛𝑐𝑙𝑢𝑑𝑒2 : Nilai Q2 ketika prediktor dimasukkan ke dalam model

𝑄𝑒𝑥𝑐𝑙𝑢𝑑𝑒2 : Nilai Q2 ketika prediktor dikeluarkan ke dalam model

Page 89: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

73

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mengukur tingkat

penerimaan pengguna terhadap sistem pendaftaran terintegrasi Disdukcapil dan

menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan

mencari tahu variabel-variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen

pada penelitian ini. Sehubungan dengan pendekatan penelitian tersebut, peneliti

menggunakan metode, teknik analisis, dan tools yang sesuai dengan pendekatan

kuantitatif untuk mendapatkan hasil yang tepat.

Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner secara langsung

(tatap muka) dan penyebaran secara tidak langsung melalui media google form.

Analisis data dilakukan dengan bantuan beberapa software, seperti Microfost Word

2016 sebagai alat bantu penulisan laporan, Mendeley Desktop sebagai alat bantu

penulisan laporan dalam memasukan referensi yang dipakai peneliti, Draw.io

sebagai media pembuatan diagram terkait pembuatan laporan, Microsoft Excel

2016 sebagai alat bantu untuk mengklasifikasikan data kuesioner, dan SmartPLS

versi 3.0 sebagai alat bantu untuk pengolahan data hasil kuesioner.

Page 90: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

74

3.2 Kerangka Penelitian

Penelitian ini diawali dengan pencarian studi literatur terkait topik yang

diambil untuk memperkuat landasan penelitian dilanjutkan dengan perumusan

masalah dan usulan model penelitian sampai akhirnya interpretasi hasil dan

kesimpulan dari penelitian ini. Gambar 3.1 berikut menunjukan runtutan kerangka

penelitian yang peneliti lakukan secara bertahap.

Gambar 3. 1 Kerangka Penelitian

Page 91: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

75

3.3 Metode Pengumpulan Data

3.3.1 Studi Literatur

Studi literatur didapatkan dari membaca dan mempelajari buku-buku

maupun jurnal terkait penelitian sejenis seputar e-government dengan berlandaskan

model pengukuran Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT)

yang dikembangkan oleh Venkatesh (Venkatesh et al. 2003), Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil, dan metode penelitian kuantitatif. Jurnal penelitian sejenis

yang telah dirangkum disajikan dalam bentuk Tabel pada Bab II.

3.3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah warga negara Kota Tangerang Selatan

yang terdaftar di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Data penelitian ini

mengacu pada jumlah kartu keluarga di Kota Tangerang Selatan yang diberikan

oleh pihak Dukcapil Kota Tangsel yaitu sebanyak 417.800 pada semester 1 tahun

2020. Maka dari itu populasi dalam penelitian ini sebanyak 417.800 pengguna

sistem terintegrasi Dukcapil dan jumlah penarikan sampel menggunakan rumus

Slovin dengan tingkat kesalahan sebesar 10% (S. Sugiyono 2015). Untuk

mendukung pengambilan sampel peneliti mengambil beberapa teori dari penelitian

sebelumnya. Pada PLS-SEM diatur mengenai penentuan sampel penelitian yaitu 10

kali dari jumlah maksimum anak panah yang mengarah ke variabel laten (10 time

rule of thumb) (Hair, Ringle, and Sarstedt 2013). Jumlah jalur pada penelitian ini

adalah 9, maka 9 dikali 10 adalah 90 sampel minimal pada penelitian ini. Teori

Page 92: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

76

lainnya adalah Guritno et al (2011) mengemukakan sampel yang diperlukan dalam

SEM (Structural Equation Modelling) berkisar 100 sampai 200 sampel.

Dengan menggunakan rumus Slovin untuk menghitung jumlah sampel

dengan tingkat kesalahan sebesar 10%, didapatkan jumlah sampel yang dibutuhkan

sebanyak 100 sampel yang nantinya akan diambil secara acak dari anggota

populasi. Populasi terbagi menjadi tujuh kecamatan yang ada di Kota Tangerang

Selatan dan untuk menghitung jumlah sampel setiap kecamatan maka digunakan

rumus sample fraction (Handayani and Sudiana 2015). Berikut data sampel

minimal setiap kecamatan pada tabel 3.1.

Dengan demikian berdasarkan rumus slovin, 127 responden didapatkan

dalam penyebaran kuesioner secara langsung maupun tidak langsung dianggap

valid dan dapat dijadikan sampel pada penelitian ini.

Tabel 3. 1 Jumlah Sampel dari Tujuh Kecamatan

No Kecamatan Sample Fraction Jumlah Sampel

1 Serpong 47,473

417,800× 127

14

2 Serpong Utara 41,723

417,800× 127

13

3 Pondok Aren 89,180

417,800× 127

27

4 Ciputat 65,088

417,800× 127

20

5 Ciputat Timur 53,415

417,800× 127

16

6 Pamulang 95,464

417,800× 127

29

Page 93: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

77

7 Setu 25,457

417,800× 127

8

Jumlah 127

Akan tetapi pada penelitian ini data yang didapat tidak sesuai dengan

pembagian jumlah sampel setiap kecamatan pada tabel 3.1. Hal ini disebabkan

keterbatasan waktu dan sulitnya untuk mendapatkan data di beberapa kecamatan.

Dengan demikian, 127 responden yang terlibat pada penelitian ini terbagi dari tujuh

kecamatan di Tangerang Selatan memiliki jumlah yang hampir sama di setiap

kecamatannya.

3.3.3 Survei

Survei dilakukan dengan penyebaran kuesioner secara langsung maupun

tidak langsung yang bertujuan untuk mengumpulkan data dari sampel yang telah

diajukan. Penyebaran kuesioner secara langsung dilakukan dengan cara tatap muka

dengan responden. Sedangkan penyebaran kuesioner secara tidak langsung melalui

bantuan media sosial seperti Whatsapp, Line, Instagram dan lain sebagainya

menggunakan media Google Form untuk pengisian datanya.

Semua kuesioner yang telah terkumpul nantinya akan diklasifikasikan

menggunakan alat bantu tools pengolah angka Microsoft Excel 2016. Dari data

kuesioner yang telah disebar, peneliti memperoleh 127 data kuesioner. 114

kuesioner berasal dari penyebaran kuesioner secara langsung dan 13 kuesioner

didapatkan dari penyebaran kuesioner secara tidak langsung. Data kuesioner dapat

dilihat pada tabel 3.3 berikut.

Page 94: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

78

Tabel 3. 2 Jumlah Data Kuesioner

Metode Penyebaran ∑ Valid ∑ Tidak Valid Keterangan

Langsung 114 - -

Tidak Langsung 13 - -

TOTAL 127 - Semua Valid

3.4 Metode Analisis Data

3.4.1 Model Usulan dan Pengembangan Hipotesis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penerimaan warga Kota

Tangerang Selatan dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi niat penggunaan

sistem pendaftaran terintegrasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Setelah

melakukan studi literatur penelitian sebelumnya dan beberapa penelitian sejenis

terkait e-government, peneliti memutuskan untuk menggunakan model Unified

Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) sebagai model utama

dalam penelitian ini (Venkatesh et al. 2003). Peneliti menggunakan konstruk

attitude toward use sebagai variabel dependen seperti yang dilakukan Rana et al

(2016) dari teori model Theory of Planned Behavior (TPB) (Ajzen 1991). Hal ini

didasari dari data yang menunjukan bahwa model yang melibatkan attitude sebagai

variabel dependen maupun independen (TRA, TPB, DTPB, TAM) lebih kuat dari

model penerimaan lainnya. Attitude juga ditemukan memiliki pengaruh yang

signifikan dari hubungan antar konstruk serta performa keseluruhan model. Dan

juga konstruk attitude sendiri menunjukan kekuatan dan hubungan signifikansi

Page 95: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

79

yang tinggi terhadap behavioral intention dari semua model penerimaan yang

melibatkan attitude sebagai variabel (seperti: TRA, TPB, DTPB, TAM)

ditunjukkan dari nilai R2 yang tinggi (Rana et al. 2016). Beberapa penelitian

sebelumnya juga pernah melibatkan attitude sebagai variabel dependen terhadap

performance expectancy, effort expectancy, dan social influence yang

menggunakan UTAUT (Hung, Chang, and Kuo 2013; Moryson and Moeser 2016;

Thomas, Singh, and Gaffar 2013). Peneliti membangun hipotesis facilitating

condition terhadap behavioral intention berdasarkan penelitian sebelumnya oleh

Ajzen (Ajzen 1991) dan Compeau & Higgins (D. R. Compeau and Higgins 1995)

dari konstruk model penelitian mereka (perceived behavioral control & facilitating

condition).

Selain itu, peneliti juga membangun hipotesis Anxiety dari model penelitian

sebelumnya (D. Compeau, Higgins, and Huff 1999) terhadap attitude toward use

sebagai penentu sikap dimana individu mungkin akan lebih peduli terhadap niat

untuk mengadopsi layanan e-government (Rana et al. 2016). Beberapa penelitian

juga membuktikan bahwa konstruk anxiety memberikan pengaruh yang signifikan

sebagai penentu attitude individu (S. A. Brown, Fuller, and Vician 2004; Korobili,

Togia, and Malliari 2010). Konstruk Perceived Risk dan Trust of Government juga

ditambahkan pada penelitian ini, mengacu pada konteks trust dan risk pada

kesediaan seseorang untuk menggunakan layanan e-government dari model

penelitian sebelumnya (Bélanger and Carter 2008). Beberapa penelitian juga

membuktikan pengaruh yang signifikan dari hipotesis konstruk variabel ini

Page 96: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

80

terhadap niat individu (Kurfalı et al. 2017; Moryson and Moeser 2016; de Sena

Abrahão, Moriguchi, and Andrade 2016; Slade et al. 2015; Voutinioti 2013)

Penelitian ini menghilangkan variabel moderator (gender, age, dan

experience) yang pada penelitian ini ditampilkan sebagai karakteristik responden,

nantinya akan di demografikan pada Bab IV. Voluntariness of use (kesukarelaan)

peneliti hilangkan sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sedana & Wijaya

(2010), hal ini dikarenakan proses pendaftaran layanan menggunakan sistem

Dukcapil bersifat wajib (mandatory) bagi masyarakat Tangsel sehingga tidak

diperlukan pengukuran kesukarelaan. Model usulan pada penelitian ini dapat dilihat

pada gambar 3.2 berikut:

Gambar 3. 2 Usulan Model Penelitian

Page 97: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

81

Sesuai dengan model penelitian yang diajukan, berikut adalah

pembangunan hipotesis penelitian terkait faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

penerimaan pengguna sistem pendaftaran Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kota Tangerang Selatan:

1. Performance Expectancy

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan performance expectancy

adalah sebagai mana seorang pengguna percaya bahwa menggunakan SIAK

dapat meningkatkan kinerjanya dan membantu pengguna dalam proses

pendaftaran layanan pemerintah secara cepat. Dapat diketahui bahwa variabel

performance expectancy adalah prediktor terkuat terhadap niat dan tetap

signifikan di segala jenis pengukuran, baik dalam penelitian sukarela

(voluntary) maupun wajib (mandatory) (Venkatesh et al. 2003). Dalam model

penerimaan TAM oleh Davis (Davis 1989) memperlihatkan konstruk perceived

usefulness memiliki hubungan yang signifikan terhadap attitude dalam konteks

adopsi teknologi informasi. Kita ketahui bahwa perceived usefulness

merupakan salah satu konstruk performance expectancy dalam UTAUT. Maka

peneliti ambil kesimpulan bahwa performance expectancy pada penelitian ini

memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap sikap pengguna

mengadopsi aplikasi SIAK. Penelitian sebelumnya juga membuktikan bahwa

variabel performance expectancy berhubungan positif dan signifikan terhadap

sikap (attitude) individu menerapkan teknologi baru (Park, Yang, and Lehto

2007; Pynoo et al. 2011). Penelitian yang dilakukan Rana (Rana et al. 2016)

Page 98: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

82

juga membuktikan bahwa variabel ini mempunyai pengaruh signifikan terhadap

attitude dalam konteks adopsi e-government.

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, dapat diasumsikan bahwa variabel

performance expectancy berpengaruh positif terhadap sikap (attitude) individu

dalam mengadopsi SIAK. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengambil

hipotesis sebagai berikut:

H1: Performance Expectancy (PE) berpengaruh positif terhadap Attitude

Toward Use (ATU)

2. Effort Expectancy

Dalam konteks penelitian ini, yang dimaksud dengan effort expectancy

adalah seberapa besar usaha yang dikeluarkan oleh pengguna dalam memahami

dan dalam aspek kemudahan dalam menggunakan SIAK. Effort expectancy

signifikan terhadap konteks sukarela (voluntary) dan wajib (mandatory).

Namun variabel ini hanya signifikan selama periode waktu pertama, dan

menjadi tidak signifikan setelah penggunaan sistem berkelanjutan (Venkatesh

et al. 2003). Sama seperti perceived usefulness dalam model penerimaan TAM

oleh Davis (Davis 1989), konstruk perceived ease of use juga memiliki

hubungan yang signifikan terhadap attitude dalam konteks adopsi teknologi

informasi. Kita ketahui bahwa perceived ease of use merupakan salah satu

konstruk effort expectancy dalam UTAUT. Maka peneliti ambil kesimpulan

bahwa effort expectancy pada penelitian ini memiliki hubungan yang positif dan

signifikan terhadap sikap pengguna mengadopsi SIAK. Penelitian sebelumnya

Page 99: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

83

juga membuktikan bahwa variabel effort expectancy berhubungan positif dan

signifikan terhadap attitude individu menerapkan teknologi baru (Alshare and

Lane 2011; Park, Yang, and Lehto 2007; Pynoo et al. 2011). Dalam konteks e-

government penelitian yang dilakukan Rana (Rana et al. 2016) membuktikan

bahwa variabel effort expectancy signifikan terhadap sikap pengguna.

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, dapat diasumsikan bahwa variabel

effort expectancy berpengaruh positif terhadap sikap (attitude) individu dalam

mengadopsi SIAK. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengambil hipotesis

sebagai berikut:

H2: Effort Expectancy (EE) berpengaruh positif terhadap Attitude

Toward Use (ATU)

3. Social Influence

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan social influence adalah sejauh

mana seseorang merasa bahwa orang terdekat dan penting bagi mereka, percaya

bahwa dia harus menggunakan SIAK dalam melakukan proses pendaftaran.

Konteks Social Influence cenderung hanya signifikan terhadap penggunaan

sistem voluntary (sukarela), walaupun dalam beberapa kasus signifikan

terhadap seseorang yang belum pernah menggunakan teknologi

sebelumnya. Variabel ini memiliki konstruk yang sama dari penelitian

sebelumnya termasuk subjective norm (TRA, TAM2, TPB, dan DTPB) dimana

memperlihatkan hubungan yang signifikan terhadap attitude dalam konteks

adopsi teknologi informasi. Diketahui bahwa subjective norm merupakan salah

Page 100: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

84

satu konstruk social influence dalam UTAUT. Penelitian sebelumnya juga

membuktikan bahwa variabel social influence memiliki hubungan positif dan

signifikan terhadap attitude individu menerapkan teknologi baru (Y.-T. H. Chiu

et al. 2012; Moryson and Moeser 2016; Park, Yang, and Lehto 2007).

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, dapat diasumsikan bahwa variabel

social influence berpengaruh positif terhadap sikap (attitude) individu dalam

mengadopsi SIAK. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengambil hipotesis

sebagai berikut:

H3: Social Influence (SI) berpengaruh positif terhadap Attitude

Toward Use (ATU)

4. Facilitating Condition

Dalam konteks penelitian ini, yang dimaksud dengan facilitating condition

adalah sejauh mana seseorang percaya bahwa infrastruktur atau hardware yang

ada dapat mendukung penggunaan SIAK. Sebagai contoh device yang dimiliki

pengguna apakah kompatibel dengan penggunaan SIAK. Penelitian yang

dilakukan Taylor dan Todd (Taylor and Todd 1995a) menyatakan bahwa

perceived behavioral control penting dalam konteks sukarela (voluntary)

maupun wajib (mandatory) hanya setelah pelatihan pertama, namun pelatihan

selanjutnya tidak berpengaruh terhadap niat perilaku. Dalam model penerimaan

TPB oleh Ajzen (Ajzen 1991) memperlihatkan konstruk perceived behavioral

control memiliki hubungan yang signifikan terhadap behavioral intention

dalam konteks adopsi teknologi informasi. Melihat referensi dari UTAUT

Page 101: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

85

model, dapat disetujui bahwa konstruk facilitating condition di hipotesakan

untuk mempengaruhi aspek teknologi saat diimplementasikan di lingkungan

organisasi (Ajzen 1991). Penelitian sebelumnya juga membuktikan bahwa

variabel facilitating condition berhubungan positif dan signifikan terhadap niat

perilaku (behavioral intention) individu menerapkan teknologi baru (Carter et

al. 2012; Thomas, Singh, and Gaffar 2013).

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, dapat diasumsikan bahwa variabel

facilitating condition berpengaruh positif terhadap berhavioral intention dalam

mengadopsi SIAK. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengambil hipotesis

sebagai berikut:

H4: Facilitating Condition (FC) berpengaruh positif terhadap Behavioral

Intention (BI)

5. Anxiety

Pada penelitian ini, konteks anxiety diartikan sebagai perasaan cemas

pengguna SIAK terhadap penggunaan internet. Konteks ini dapat disebabkan

jika seorang pengguna tidak terbiasa menggunakan teknologi dan khawatir jika

menggunakan sistem Dukcapil dapat melakukan kesalahan yang tidak dapat

diperbaiki. Pengguna diharapkan dapat menghindari perasaan cemas khususnya

dalam konteks penggunaan teknologi komputasi (D. Compeau, Higgins, and

Huff 1999). Menurut Rana et al (Rana et al. 2016) variabel anxiety dalam sistem

informasi, diperlihatkan sebagai variabel perilaku yang mempengaruhi sikap

pengguna mengadopsi teknologi. Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa

Page 102: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

86

variabel anxiety memilki pengaruh negatif dan signifikan terhadap attitude

individu menerapkan teknologi baru (S. A. Brown, Fuller, and Vician 2004;

Igbaria and Chakrabarti 1990; Korobili, Togia, and Malliari 2010).

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, dapat diasumsikan bahwa variabel

anxiety berpengaruh negatif dan signifikan terhadap attitude dalam mengadopsi

SIAK. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengambil hipotesis sebagai berikut:

H5: Anxiety (ANX) berpengaruh negatif terhadap Attitude Toward Use

(ATU)

6. Perceived Risk

Dalam konteks penelitian ini, yang dimaksud perceived risk adalah suatu

ekspektasi warga jika menderita kerugian dalam menggunakan SIAK. Hal ini

dapat terjadi karena pihak penyedia layanan berperilaku tidak jujur atas data

pribadi warganya, dan dapat disebabkan juga karena kekhawatiran terhadap

teknologi yang tidak dapat diprediksi dan diluar kemampuan penggunanya.

Carter & Belanger (Bélanger and Carter 2008) berpendapat bahwa perceived

risk sulit untuk diukur secara objektif, maka konstruk ini lebih terfokus terhadap

persepsi individu terhadap risiko. Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa

variabel perceived risk memilki pengaruh negatif dan signifikan terhadap

behavioral intention individu menerapkan teknologi baru (C.-M. Chiu and

Wang 2008; Moryson and Moeser 2016; de Sena Abrahão, Moriguchi, and

Andrade 2016).

Page 103: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

87

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, dapat diasumsikan bahwa variabel

perceived risk berpengaruh negatif dan signifikan terhadap berhavioral

intention dalam mengadopsi SIAK. Berdasarkan hal tersebut, peneliti

mengambil hipotesis sebagai berikut:

H6: Perceived Risk (PR) berpengaruh negatif terhadap Behavioral

Intention (BI)

7. Trust of government

Dalam konteks penelitian ini, yang dimaksud dengan trust of government

adalah sejauh mana warga percaya terhadap integritas dan kemampuan

Dukcapil dalam menyediakan layanan electronic government. Warga harus

percaya bahwa Dukcapil memiliki sumber daya yang diperlukan untuk

mengelola dan mengamankan sistem ini atas data pribadi mereka yang

tersimpan di sistem. Gefen (Gefen et al. 2005) menjelaskan bahwa kepercayaan

warga negara terhadap lembaga pemerintah mempunyai dampak yang kuat atas

adopsi teknologi e-government secara luas. Menurut Carter & Belanger

(Bélanger and Carter 2008), warga harus percaya bahwa lembaga pemerintah

menyediakan layanan e-government untuk mendapatkan keuntungan

(transparansi, akuntabel, responsif) bukan untuk memantau masyarakat.

Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa variabel trust of government

memilki pengaruh positif dan signifikan terhadap behavioral intention sistem

layanan pemerintah di Yunani (Voutinioti 2013). Penelitian yang dilakukan

oleh Kurfali (Kurfalı et al. 2017) juga membuktikan bahwa variabel trust of

Page 104: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

88

government memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap performance

expectancy implementasi sistem di Turki.

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, dapat diasumsikan bahwa variabel

trust of government berpengaruh positif terhadap berhavioral intention dan

performance expectancy dalam mengadopsi sistem Dukcapil. Berdasarkan hal

tersebut, peneliti mengambil hipotesis sebagai berikut:

H7: Trust of Government (TOG) berpengaruh positif terhadap

Performance Expectancy (PE)

H8: Trust of Government (TOG) berpengaruh positif terhadap Behavioral

Intention (BI)

8. Attitude Toward Using

Konstruk attitude sudah digunakan oleh beberapa model penelitian

penerimaan teknologi sebelumnya termasuk TRA (Fishbein and Ajzen 1977),

TAM (Davis 1989), TPB (Ajzen 1991), dan DTPB (Taylor and Todd 1995b)

untuk mengukur niat perilaku pengguna dalam mengadopsi teknologi. Dalam

konteks penelitian ini, attitude toward use diartikan sebagai perasaan pengguna

dalam menggunakan sistem Dukcapil. Seperti contoh, warga cenderung

memiliki sifat positif terhadap penggunaan SIAK jika penggunaannya

menghasilkan keuntungan bagi dirinya. Sebaliknya, warga cenderung memiliki

sisi negatif jika penggunaannya tidak menguntungkan bagi dirinya. Jika ditinjau

dari model TPB, Ajzen (Ajzen 1991) menyatakan attitude secara general

Page 105: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

89

signifikan dalam memprediksi keberlangsungan niat pengguna. Beberapa

penelitian sebelumnya juga membuktikan bahwa variabel attitude toward use

memilki pengaruh positif dan signifikan terhadap behavioral intention individu

menerapkan teknologi baru (Hung, Chang, and Kuo 2013; Moryson and Moeser

2016; Thomas, Singh, and Gaffar 2013).

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, dapat diasumsikan bahwa variabel

attitude toward use berpengaruh positif terhadap berhavioral intention dalam

mengadopsi SIAK. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengambil hipotesis

sebagai berikut:

H9: Attitude Toward Use (ATU) berpengaruh positif terhadap

Behavioral Intention (BI)

3.4.2 Indikator Penelitian

Tabel 3. 3 Indikator Penelitian

Variabel Indikator Kode Referensi

Ekspektasi Kinerja

(Performance

Expectancy)

Perceived Usefulness PE1 Venkatesh et al.

(Venkatesh et al.

2003)

Extrinsic Motivation PE2

Job-fit PE3

Relative Advantage PE4

Effort Expectancy

Perceived Ease of Use EE1 Venkatesh et al.

(Venkatesh et al.

2003)

Keterampilan EE2

Ease of Use EE3

Social Influence

Subjective Norm SI1 Venkatesh et al.

(Venkatesh et al.

2003)

Social Factors SI2

Page 106: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

90

Facilitating

Condition

Perceived Behavioral Control FC1 Venkatesh et al.

(Venkatesh et al.

2003)

Facilitating Condition FC2

Compatibility FC3

Anxiety

Apprehensive feelings ANX1 Compeau and Higgins

(D. Compeau,

Higgins, and Huff

1999)

Venkatesh et al.

(Venkatesh et al.

2003)

Fear of loss ANX2

Irreperable mistakes ANX3

Perceived Risk

Risky decision PR1 Carter and Belanger

(Bélanger and Carter

2008)

Risk-belief PR2

Trust of

Government

Trust of Government Agencies TOG1 Carter and Belanger

(Bélanger and Carter

2008)

Faithfully transaction TOG2

Privacy Trust TOG3

Attitude toward

use

Good idea to use system ATU1 Davis et al. (1989)

Fishbein and Ajzen

(Fishbein and Ajzen

1977)

Pleasant ATU3

Behavioral

Intention

Repurchase intentions BI1 Venkatesh et al.

(Venkatesh et al.

2003)

Service Quality BI2

3.4.3 Pembuatan Kuesioner

Pembuatan kuesioner berdasarkan model UTAUT yang diusulkan yang

telah di modifikasi. Pertayanyaan-pertanyaan yang tersedia disesuaikan dengan

variabel-variabel yang diusulkan. Berikut kuesioner pada penelitian ini:

Page 107: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

91

DATA RESPONDEN

A. Profil Responden

Jawablah dengan memberikan tanda (✓) pada jawaban yang tersedia.

1. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

2. Usia : 20-30 tahun 31-40 tahun

41-50 tahun >50 tahun

3. Profesi : Pelajar/Mahasiswa PNS

Pegawai Swasta Wirausaha

Freelance Lain-lain

4. Pendidikan Terakhir : Tidak Sekolah SD/Sederajat

SMP/Sederajat SMA/Sederajat

Diploma Sarjana

5. Kecamatan anda tinggal : Serpong Serpong Utara

Pondok Aren Ciputat

Ciputat Timur Pamulang

Setu

B. Pertanyaan Umum

1. Apakah anda sebelumnya pernah menggunakan internet?

Pernah Belum Pernah

2. Apa tipe jaringan internet yang anda gunakan?

Jaringan wifi (Indihome, First Media, MyRepublic, dsb)

Jaringan seluler (XL Axiata, Telkomsel, Indosat, dsb)

3. Sudah berapa lama anda menggunakan internet?

Page 108: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

92

< 1 tahun 1-5 tahun 6-10 tahun > 10 tahun

4. Apakah anda pernah melakukan pendaftaran online sebelumnya melalui

website Disdukcapil?

Pernah Belum Pernah

5. Apakah anda mengetahui alur pendaftaran layanan pada sistem

Disdukcapil?

Iya Tidak

C. Variabel Kuesioner

Dalam pengisian kuesioner di bawah, peneliti menggunakan lima poin skala

Likert.

Tabel 3. 4 Keterangan Lima Poin Skala Likert

Jawaban Singkatan Nilai

STS Sangat Tidak Setuju 1

TS Tidak Setuju 2

N Netral 3

S Setuju 4

SS Sangat Setuju 5

Page 109: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

93

Tabel 3. 5 Daftar Kuesioner

No Pernyataan

Penilaian

STS TS N S SS

Performance Expectancy (PE)

1 Saya merasa aplikasi pendaftaran Dukcapil

memiliki kemampuan transaksi lebih baik

daripada manual

2 Aplikasi Dukcapil meningkatkan kualitas

pelayanan dalam proses pendaftaran online

3 Menurut saya, aplikasi Dukcapil

menghemat waktu dan tenaga saya, dan

membuat proses pendaftaran yang saya

lakukan menjadi lebih cepat

4 Aplikasi Dukcapil meningkatkan

produktivitas saya dalam proses

pendaftaran layanan secara online

Effort Expectancy (EE)

1 Menurut saya aplikasi Dukcapil mudah

digunakan dalam proses pendaftaran online

2 Mudah bagi saya untuk cepat memahami

dan mengoperasikan aplikasi pendaftaran

Dukcapil

3 Menurut saya, aplikasi Dukcapil tidak

membutuhkan keterampilan khusus dalam

penggunannya. Dan semua orang dapat

menggunakan aplikasi ini dengan mudah

4 Saya merasa aplikasi Dukcapil

menyediakan tatacara pendaftaran online

dengan jelas dan mudah dimengerti

Social Influence (SI)

Page 110: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

94

1 Keluarga/tetangga dekat saya menyarankan

untuk melakukan pendaftaran pada aplikasi

Dukcapil terlebih dahulu

2 Karyawan Dukcapil maupun orang

terdekat saya (keluarga), membantu saya

dalam penggunaan aplikasi Dukcapil

3 Secara umum pemerintah telah

memberikan arahan untuk melakukan

proses pendaftaran melalui aplikasi

Dukcapil

Facilitating Condition (FC)

1 Aplikasi Dukcapil dapat di akses dengan

perangkat yang saya miliki

(laptop/handphone/komputer/tablet)

2 Saya mengetahui dan paham dengan alur

tata cara pendaftaran online pada aplikasi

Dukcapil

3 Terdapat karyawan Dukcapil yang selalu

siap membantu saya ketika saya kesulitan

dalam melakukan pendaftaran

4 Aplikasi pendaftaran Dukcapil kompatibel

dengan internet yang saya gunakan (google

chrome, safari, modzilla, dan lain

sebagainya)

Anxiety (ANX)

1 Terdapat rasa khawatir dalam diri saya

ketika menggunakan aplikasi Dukcapil,

karena proses pendaftaran dilakukan secara

online melalui internet. Saya lebih tenang

jika proses pendaftaran dilakukan secara

manual

2 Saya merasa takut dapat menghancurkan

sejumlah besar informasi karena menekan

Page 111: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

95

tombol yang salah dalam proses

pendaftaran di aplikasi Dukcapil

3 Terdapat keraguan dalam diri saya ketika

menggunakan aplikasi Dukcapil karena

melakukan kesalahan yang tidak dapat

saya perbaiki

4 Saya merasa takut jika aplikasi Dukcapil

tidak mampu menjaga kerahasiaan data

saya

Perceived Risk (PR)

1 Menurut saya aplikasi Dukcapil

menyebabkan risiko tersebarnya data

pribadi saya

2 Secara umum, saya yakin menggunakan

aplikasi pendaftaran Dukcapil melalui

internet mempunyai risiko yang tinggi

Trust of Government (TOG)

1 Saya percaya terhadap lembaga

pemerintah, khususnya Disdukcapil

2 Lembaga Disdukcapil dapat dipercaya

menyediakan layanan transaksi online

dengan sungguh-sungguh

3 Saya percaya lembaga Disdukcapil

menjaga privasi data pribadi saya dalam

sistem mereka

Attitude Toward Use (ATU)

1 Menurut saya menggunakan aplikasi

pendaftaran Dukcapil adalah ide yang

bagus

2 Menurut saya menggunakan aplikasi

pendaftaran Dukcapil terasa

menyenangkan

Page 112: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

96

3 Saya akan menganjurkan ke orang terdekat

saya untuk melakukan pendaftaran di

aplikasi Dukcapil sebelum datang ke

kantor layanan

4 Saya menyukai proses pendaftaran online

melalui aplikasi Dukcapil

Behavioral Intentions (BI)

1 Saya berniat menggunakan aplikasi

Dukcapil dalam semua proses pendaftaran

layanan yang disediakan lembaga Dukcapil

2 Kualitas pelayanan aplikasi Dukcapil

online terintegrasi sudah baik

3.4.4 Analisis Data dan Hasil Interpretasinya

Tahap ini dilakukan setelah semua data terkumpul dimana menerapkan dua

pendekatan analisis pada penelitian ini yaitu analisis demografis dan analisis

inferential. Tahap pertama, peneliti melakukan analisis data demografis dengan

mengelompokkan data responden berdasarkan usia, jenis kelamin, profesi, tingkat

pendidikan terakhir, serta pengetahuan mengenai sistem Disdukcapil serta

pengalaman menggunakan sistem tersebut menggunakan tools Microsoft Excel

2016. Selanjutnya dilakukan pengolahan data melalui analisis inferential untuk

menganalisa dan menguji hipotesis pada penelitian ini menggunakan pendekatan

PLS-SEM dan bantuan tools SmartPLS versi 3.0.

Analisis inferential dilakukan dengan dua tahapan, yakni analisis

measurement model (outer model) dan analisis structural model (inner model).

Model pengukuran atau outer model dilakukan melalui proses pengujian validitas

Page 113: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

97

dan realibilitas meliputi beberapa tahapan meliputi individual item reliability,

internal consistency reliability, average variance extracted, dan discriminant

validity. Pengujian ini penting untuk mengetahui seberapa besar hubungan yang

terbentuk antara satu variabel dengan indikatornya. Sedangkan analisis model

struktural meliputi enam tahap pengujian, yakni path coefficient (β), coefficient of

determination (R2), t-test menggunakan metode bootstrapping, effect size (f2),

predictive relevance (Q2), dan relative impact (q2) menggunakan metode

blindfolding. Dari pengujian ini akan menentukan tingkat signifikansi sebuah

model yang diajukan dalam mengukur objek penelitian yang diajukan. Pengujian

ini juga akan menguji hipotesis yang ditetapkan pada penelitian ini.

Page 114: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

98

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Tangerang

Selatan adalah sebuah institusi pemerintahan yang mengatur layanan sipil

kewarganegaraan meliputi identitas penduduk, pindah datang, pendataan

penduduk, akta kelahiran, perkawinan/perceraian, dan akta kematian. Lembaga ini

didirikan sebagai unsur pelaksana urusan pemerintahan daerah di bidang

administrasi kependudukan dan pencatatan sipil. Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Tangerang Selatan dibawahi oleh kementrian

dalam negeri yang mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan daerah yang

berkenaan dengan bidang kependudukan dan pencatatan sipil sesuai kebijakan

pemerintah. Dalam menjalankan tugas pokok tersebut, Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan mempunyai fungsi sebagai berikut:

1) Perencanaan, pelaksanaan, pembinaan dan pengendalian pendaftaran

penduduk dan penertiban dokumen kependudukan;

2) Perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pencatatan sipil dan penertiban

akta catatan sipil;

3) Perencanaan dan pelaksanaan penyuluhan, pengawasan dan penegakan

Peraturan Daerah tentang Kependudukan;

4) Perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pendataan, evaluasi dan

penyusunan program dibidang kependudukan.

Page 115: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

99

Gambar 4. 1 Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Tangerang Selatan

Dalam pelaksanaannya, Disdukcapil memiliki landasan hukum sebagai

suatu pondasi dan menjadi pegangan dalam pelaksanaan prosedur sipil warga

negara di Indonesia. Landasan hukum tersebut meliputi Undang-Undang No. 23

Tahun 2006 mengatur Admnistrasi Kependudukan, Peraturan Presiden No. 25

Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tatacara Pendaftaran Penduduk dan

Pencatatan Sipil, dan Peraturan Walikota No. 57 Tahun 2016 tentang Kedudukan,

Kepala Dinas

Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk

Seksi Identitas Penduduk

Seksi Pindah Datang Penduduk

Seksi Pendataan Penduduk

Bidang Pelayanan Pencatatan Sipil

Seksi Kelahiran

Seksi Perkawinan dan Perceraian

Seksi Perubahan Status Anak,

Pewarganegaraan & Kematian

Bidang Pengelolaan Informasi

Administrasi Kependudukan

Seksi Sistem Informasi Adm. Kependudukan

Seksi Pengolahan dan Penyajian Data Kependudukan

Seksi Tata Kelola & SDM Teknologi

Infokom

Bidang Pemanfaatan Data & Inovasi

Pelayanan

Seksi Kerjasama

Seksi Pemanfaatan Data & Dok

Kependudukan

Seksi Inovasi Pelayanan

Sekretariat

Subbag Perencanaan

Subbag Umum & Kepegawaian

Subbag Keuangan

Kelompok Jabatan Fungsional

Page 116: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

100

Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil.

4.2 Pilot Study

Pada tahap ini dilakukan pilot study atau juga dikenal sebagai pretest

dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat reliabilitas dan validitas

kuesioner yang digunakan peneliti serta hasilnya dengan model penelitian yang

digunakan. Beberapa penelitian terkait bidang sistem informasi juga mendukung

peneliti untuk melakukan pretest contohnya penelitian yang dilakukan oleh

(Subiyakto et al. 2015). Pilot study ini menghasilkan perhitungan tingkat reliabilitas

yang baik dengan nilai Composite Reliability (CR) di atas 0,7 dan perhitungan

tingkat validitas yang baik dengan nilai Average Variance Extracted (AVE) di atas

0,5. Hasil dari pilot study ini memberi acuan kepada penulis untuk mengubah

beberapa pertanyaan indikator kuesioner yang mempunyai nilai cross loading yang

rendah dan nilai discriminant validity yang rendah.

4.3 Hasil Analisis

4.3.1 Hasil Analisis Demografis

Pada tahap ini peneliti menganalisis jawaban responden dengan melihat

karakteristik dari hasil pengumpulan data profil responden dalam kuesioner yang

telah disebarkan sebelumnya yang hasilnya akan memperlihatkan informasi

demografis terkait penerimaan pengguna terhadap sistem Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil. Dari pengambilan data responden yang dilakukan dalam kurun

waktu 2 minggu terhitung pada tanggal 26 Oktober – 8 November 2020, peneliti

Page 117: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

101

berhasil mendapatkan 127 data valid. Informasi demografis yang didapatkan

meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan terakhir, profesi, kecamatan yang

ditempati, pengalaman dalam menggunakan internet, dan pengetahuan seputar

sistem Dukcapil. Berikut peneliti menyajikan hasil dari analisis demografis.

a. Jenis Kelamin

Dari data responden yang valid sebanyak 127 data, jumlah laki-laki

mendominasi penggunaan sistem dibandingkan dengan jumlah perempuan.

Jumlah laki-laki sebanyak 83 (65%) sedangkan jumlah perempuan sebanyak 44

(35%). Selanjutnya dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut.

Gambar 4. 2 Diagram Jenis Kelamin

b. Usia

Dari data responden yang valid sebanyak 127 data, usia yang mendominasi

adalah rentang antara 21-30 tahun, yaitu sebanyak 52 (41%), lalu rentang usia

31-40 tahun sebanyak 44 (34%), 41-50 tahun sebanyak 25 (20%), dan usia lebih

65%

35%

JENIS KELAMIN

Laki-laki Perempuan

Page 118: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

102

dari 50 tahun sebanyak 6 responden (5%). Selanjutnya dapat dilihat pada

gambar 4.3 berikut.

Gambar 4. 3 Diagram Usia

c. Tingkat Pendidikan Terakhir

Dari data responden yang valid sebanyak 127 data, tingkat pendidikan

terakhir yang mendominasi adalah SMA/Sederajat yang berjumlah 66

responden (52%), lalu pendidikan Sarjana yang berjumlah 48 responden (38%),

Diploma sebanyak 10 responden (8%), dan SMP/Sederajat sebanyak 3

responden (2%). Selanjutnya dapat dilihat pada gambar 4.4 berikut.

41%

34%

20%

5%

USIA

20-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun >50 tahun

Page 119: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

103

Gambar 4. 4 Diagram Tingkat Pendidikan Terakhir

d. Profesi

Dari data responden yang valid sebanyak 127 data, profesi responden yang

mendominasi adalah pegawai swasta sebanyak 40 responden (34%), lalu

pelajar/mahasiswa sebanyak 24 responden (20%), lalu wirausaha dan ibu rumah

tangga yang keduanya memiliki nilai yang sama sebesar 20 responden (16%),

profesi lainnya sebesar 13 responden (10%), dan pegawai negeri sipil sebanyak

10 responden (8%). Selanjutnya dapat dilihat pada gambar 4.5 berikut.

2%

52%

8%

38%

TINGKAT PENDIDIKAN TERAKHIR

SMP/Sederajat SMA/Sederajat Diploma Sarjana

Page 120: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

104

Gambar 4. 5 Diagram Profesi

e. Kecamatan yang Ditempati

Dari data responden yang valid sebanyak 127 data, kecamatan yang di

dominasi responden pada penelitian ini adalah kecamatan pamulang sebanyak

26 responden (21%), lalu pondok aren sebanyak 25 responden (20%),

kecamatan ciputat sebanyak 23 responden (18%), kecamatan ciputat timur

sebanyak 21 responden (17%), kecamatan serpong utara sebanyak 13 responden

(10%), kecamatan serpong sebanyak 12 responden (9%), dan kecamatan setu

sebanyak 7 responden (5%). Selanjutnya dapat dilihat pada gambar 4.6 berikut.

19%

31%

8%

16%

16%

10%

PROFESI

Pelajar/Mahasiswa Pegawai Swasta PNS

Wirausaha Ibu Rumah Tangga Lainnya

Page 121: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

105

Gambar 4. 6 Diagram Kecamatan yang Ditempati

f. Pengalaman Penggunaan Internet

Dari data responden yang valid sebanyak 127 data, semua responden dalam

segala rentang usia sudah pernah menggunakan teknologi internet, dengan

rentang waktu yang mendominasi lebih dari 10 tahun sebanyak 43 responden

(34%), lalu 1-5 tahun sebanyak 40 responden (32%), 6-10 tahun sebanyak 36

responden (28%), dan kurang dari 1 tahun sebanyak 8 responden (6%).

Selanjutnya dapat dilihat pada gambar 4.7 berikut.

9%

10%

20%

18%

17%

20%

6%

KECAMATAN YANG DITEMPATI

Serpong Serpong Utara Pondok Aren Ciputat

Ciputat Timur Pamulang Setu

Page 122: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

106

Gambar 4. 7 Diagram Total Waktu Penggunaan Internet

Adapun dari data responden yang valid sebanyak 127 data, diperoleh tipe

jaringan internet yang digunakan responden didominasi oleh jaringan seluler

sebanyak 68 responden (54%), dan tipe jaringan wifi sebanyak 59 responden

(46%). Selanjutnya dapat dilihat pada gambar 4.8 berikut.

Gambar 4. 8 Diagram Tipe Jaringan Internet

6%

32%

28%

34%

WAKTU PENGGUNAAN INTERNET

<1 tahun 1-5 tahun 6-10 tahun >10 tahun

54%46%

TIPE JARINGAN INTERNET YANG DIGUNAKAN

Jaringan Seluler Jaringan Wifi

Page 123: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

107

g. Pendaftaran Menggunakan Sistem Dukcapil

Dari data responden yang valid sebanyak 127 data, semua responden dalam

semua kecamatan yang ditempati sudah pernah melakukan pendaftaran pada

sistem Dukcapil sebelumnya. Adapun masyarakat terlihat sudah banyak yang

mengetahui alur pendaftaran pada sistem Dukcapil daripada yang tidak. Total

responden yang mengetahui tentang alur pendaftaran layanan Dukcapil

sebanyak 111 responden (87%), dan masyarakat yang tidak mengetahui

sebanyak 16 responden (13%). Selanjutnya dapat dilihat pada gambar 4.9

berikut.

Gambar 4. 9 Diagram Pengetahuan tentang alur pendaftaran Dukcapil

87%

13%

PENGETAHUAN ALUR PENDAFTARAN DUKCAPIL

Iya Tidak

Page 124: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

108

4.3.2 Hasil Analisis Pengukuran Model

Pada tahap ini, analisis pengukuran model (outer model) dilakukan melalui

empat tahap pengujian, pertama yaitu individual construct reliability, internal

consistency reliability, average variance extracted, dan discriminant validity

(Yamin, Rachmach, and Kurniawan 2011). Hasil dari pengujian analisis

pengukuran model dilampirkan sebagai berikut.

1. Individual Construct Reliability

Pengujian ini dilakukan dengan menghitung nilai outer loadings yang

menyatakan seberapa besar korelasi antara setiap item indikator dengan

konstruk variabelnya. Nilai outer loadings dikatakan ideal jika bernilai di atas

0,7 dan dikatakan cukup ideal jika bernilai 0,6 hingga 0,7 (Hair Jr et al. 2017;

Yamin, Rachmach, and Kurniawan 2011). Setelah melakukan perhitungan

outer loadings didapatkan hasil yang ditampilkan pada tabel 4.1.

Dari hasil outer loadings pada tabel 4.1 di bawah dapat terlihat bahwa

terdapat 2 indikator yang memiliki nilai kurang dari 0,6 yaitu EE3 dan ANX4.

Hasil outer loadings setelah penghapusan 2 indikator dapat dilihat pada tabel

4.2, dan pengujian dapat dilakukan ke tahap selanjutnya karena tidak ada lagi

indikator yang bernilai di bawah 0,6.

Page 125: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

109

Tabel 4. 1 Hasil Uji Outer Loadings Sebelum Penghapusan Indikator

Indikator ANX ATU BI EE FC PR PE SI TOG

ANX1 0.67

ANX2 0.858

ANX3 0.888

ANX4* 0.013

ATU1 0.804

ATU2 0.859

ATU3 0.731

ATU4 0.876

BI1 0.88

BI2 0.881

EE1 0.83

EE2 0.792

EE3* 0.482

EE4 0.769

FC1 0.765

FC2 0.801

FC3 0.721

FC4 0.727

PE1 0.833

PE2 0.874

PE3 0.836

PE4 0.832

PR1 0.922

PR2 0.967

SI1 0.785

SI2 0.821

SI3 0.819

TOG1 0.706

TOG2 0.859

TOG3 0.871

Page 126: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

110

Tabel 4. 2 Hasil Uji Outer Loadings Setelah Penghapusan Iindikator

Indikator ANX ATU BI EE FC PR PE SI TOG

ANX1 0.702

ANX2 0.9

ANX3 0.927

ATU1 0.807

ATU2 0.859

ATU3 0.728

ATU4 0.875

BI1 0.88

BI2 0.881

EE1 0.854

EE2 0.806

EE4 0.756

FC1 0.765

FC2 0.801

FC3 0.721

FC4 0.727

PE1 0.833

PE2 0.874

PE3 0.836

PE4 0.832

PR1 0.922

PR2 0.967

SI1 0.785

SI2 0.821

SI3 0.818

TOG1 0.706

TOG2 0.859

TOG3 0.871

Page 127: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

111

2. Internal Consistency Reliability

Pengujian ini dilakukan dengan cara menghitung nilai composite reliability

(CR). Nilai composite reliability dikatakan ideal apabila bernilai di atas 0,7 dan

masih dapat diterima jika bernilai 0,6 sampai 0,7 (Hair Jr et al. 2017; Ringle,

Da Silva, and Bido 2015). Setelah melakukan penghitungan tersebut, diperoleh

hasil composite reliability pada tabel 4.3 di bawah.

Tabel 4. 3 Hasil Uji Composite Reliability

Variabel Composite Reliability

Anxiety 0.884

Attitude Toward Use 0.890

Behavioral Intention 0.873

Effort Expectancy 0.848

Facilitating Condition 0.840

Perceived Risk 0.943

Performance Expectancy 0.908

Social Influence 0.850

Trust of Government 0.855

Dari hasil composite reliability di bawah ini dapat dilihat bahwa tiap

variabel memiliki nilai composite reliability (CR) di atas 0,7 yang menunjukan

bahwa variabel-variabel tersebut valid dan dapat diterima.

3. Average Variance Extracted

Pengujian ini dilakukan dengan cara menghitung nilai average variance

extracted (AVE). Nilai average variance extracted dikatakan ideal apabila

bernilai lebih dari 0,5, hal ini memenuhi serta menunjukan nilai convergent

validity yang baik. Artinya, variabel laten dapat dapat menjelaskan rata-rata

Page 128: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

112

lebih dari setengah variance dari indikator-indikatornya (Hair Jr et al. 2017;

Yamin, Rachmach, and Kurniawan 2011). Hasil dari perhitungan tersebut

diperoleh hasil average variance extracted (AVE) yang dapat dilihat pada tabel

4.4 di bawah.

Tabel 4. 4 Hasil Uji Average Variance Extracted

Variabel Average Variance Extracted (AVE)

Anxiety 0.721

Attitude Toward Use 0.671

Behavioral Intention 0.775

Effort Expectancy 0.650

Facilitating Condition 0.569

Perceived Risk 0.892

Performance Expectancy 0.712

Social Influence 0.654

Trust of Government 0.665

Dari hasil average variance extracted (AVE) di bawah, dapat terlihat bahwa

tiap variabel memiliki nilai AVE di atas 0,5 yang menandakan bahwa variabel-

variabel tersebut valid dan dapat diterima.

4. Discriminant Validity

Pengujian ini dilakukan dengan dua metode pengujian, yang pertama

menghitung nilai cross loadings, yaitu dengan cara membandingkan nilai outer

loadings indikator pada variabelnya serta dengan variabel pada blok lainnya.

Dengan syarat nilai dari outer loadings indikator dengan variabelnya harus

lebih tinggi daripada variabel pada blok lainnya (Hair Jr et al. 2017; Ringle, Da

Page 129: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

113

Silva, and Bido 2015). Setelah melakukan perhitungan tersebut, maka diporeleh

hasil cross loadings yang dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut.

Tabel 4. 5 Hasil Uji Cross Loadings

Indikator ANX ATU BI EE FC PR PE SI TOG

ANX1 0.702 -0.066 0.011 0.005 -0.148 0.368 -0.141 -0.055 -0.113

ANX2 0.900 -0.251 -0.178 -0.194 -0.286 0.416 -0.288 -0.172 -0.124

ANX3 0.927 -0.321 -0.193 -0.147 -0.275 0.444 -0.348 -0.07 -0.081

ATU1 -0.275 0.807 0.566 0.456 0.415 -0.272 0.555 0.304 0.432

ATU2 -0.142 0.859 0.577 0.408 0.366 -0.067 0.289 0.332 0.423

ATU3 -0.315 0.728 0.521 0.267 0.362 -0.172 0.290 0.175 0.213

ATU4 -0.250 0.875 0.615 0.430 0.385 -0.096 0.388 0.314 0.385

BI1 -0.188 0.618 0.880 0.423 0.425 -0.230 0.496 0.305 0.308

BI2 -0.140 0.609 0.881 0.429 0.440 -0.281 0.390 0.373 0.398

EE1 -0.081 0.436 0.394 0.854 0.485 -0.241 0.547 0.476 0.444

EE2 -0.221 0.371 0.412 0.806 0.536 -0.268 0.543 0.496 0.38

EE4 -0.113 0.355 0.366 0.756 0.537 -0.316 0.436 0.582 0.517

FC1 -0.143 0.268 0.362 0.446 0.765 -0.225 0.434 0.306 0.352

FC2 -0.333 0.350 0.421 0.571 0.801 -0.344 0.523 0.510 0.473

FC3 -0.155 0.430 0.370 0.454 0.721 -0.329 0.345 0.623 0.532

FC4 -0.257 0.365 0.318 0.445 0.727 -0.115 0.465 0.369 0.354

PE1 -0.288 0.363 0.421 0.518 0.506 -0.236 0.833 0.307 0.244

PE2 -0.323 0.429 0.395 0.539 0.535 -0.223 0.874 0.370 0.346

PE3 -0.246 0.386 0.445 0.484 0.423 -0.249 0.836 0.232 0.170

PE4 -0.281 0.411 0.444 0.583 0.506 -0.262 0.832 0.350 0.328

PR1 0.388 -0.122 -0.211 -0.245 -0.29 0.922 -0.212 -0.337 -0.347

PR2 0.493 -0.214 -0.319 -0.369 -0.354 0.967 -0.312 -0.347 -0.288

SI1 -0.187 0.196 0.276 0.475 0.476 -0.434 0.351 0.785 0.459

SI2 0.046 0.296 0.302 0.511 0.37 -0.264 0.175 0.821 0.500

SI3 -0.178 0.321 0.344 0.548 0.612 -0.233 0.404 0.818 0.385

TOG1 -0.084 0.390 0.308 0.327 0.356 -0.140 0.101 0.322 0.706

TOG2 -0.088 0.401 0.312 0.515 0.545 -0.255 0.303 0.573 0.859

TOG3 -0.104 0.338 0.362 0.483 0.480 -0.365 0.353 0.428 0.871

Page 130: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

114

Metode selanjutnya adalah menghitung nilai Fornell-Larcker Criterion,

yaitu dengan cara membandingkan nilai akar AVE tiap variabel dengan

variabel lainnya. Dengan syarat, nilai variabel tersebut harus lebih tinggi

daripada variabel yang lainnya (Hair Jr et al. 2017; Yamin, Rachmach, and

Kurniawan 2011). Maka diperoleh nilai Fornell-Larcker Criterion yang

ditampilkan pada tabel 4.6 berikut.

Tabel 4. 6 Hasil Uji Fornell-Larcker Criterion

ANX ATU BI EE FC PR PE SI TOG

ANX 0.849

ATU -0.299 0.819

BI -0.186 0.697 0.88

EE -0.168 0.483 0.484 0.806

FC -0.298 0.467 0.491 0.64 0.754

PR 0.476 -0.187 -0.291 -0.337 -0.346 0.945

PE -0.34 0.473 0.503 0.633 0.587 -0.287 0.844

SI -0.122 0.348 0.385 0.637 0.605 -0.361 0.38 0.808

TOG -0.113 0.451 0.401 0.552 0.572 -0.329 0.331 0.548 0.815

Setelah melakukan empat tahap pengujian pengukuran model mulai

dari individual construct reliability, average variance extracted, dan

discriminant validity, dapat dilihat bahwa hasil dari keempat pengujian

tersebut sudah dikatakan ideal dan memenuhi syarat di tiap masing-masing

pengujian. Dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil dari pengujian model

pengukuran membuktikan model penelitian yang digunakan memiliki

kriteria yang baik dan sesuai untuk dapat melanjutkan ke tahap selanjutnya,

yaitu tahap pengujian model struktural.

Page 131: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

115

4.3.3 Hasil Analisis Struktural Model

Pada tahap ini, analisis dilakukan untuk menguji struktural model dengan

melakukan enam tahap pengujian, yaitu path coefficient (ß), coefficient of

determination (R2), t-test menggunakan metode bootstrapping, effect size (f2),

predictive relevance (Q2), dan relative impact (q2) (Hair Jr et al. 2017; Yamin,

Rachmach, and Kurniawan 2011). Hasil dari pengujian keenam tahap tersebut akan

dijelaskan lebih lanjut di bawah ini.

1. Path Coeffecient

Pengujian ini dilakukan dengan cara menghitung nilai path coefficient (ß),

yaitu melihat signifikansi hubungan antar konstruk. Nilai path coefficient (ß)

dikatakan ideal jika bernilai lebih dari 0,1 atau lebih sehingga memiliki

pengaruh terhadap model penelitian (Hair Jr et al. 2017; Ringle, Da Silva, and

Bido 2015). Setelah melakukan pengujian tersebut, maka didapatkan hasil path

coefficient (ß) pada tabel 4.7 berikut ini.

Tabel 4. 7 Hasil Uji Path Coeffecient

Variabel ANX ATU BI EE FC PR PE SI TOG

ANX -0.171

ATU 0.596

BI

EE 0.272

FC 0.175

PR -0.121

PE 0.216

SI 0.071

TOG -0.007 0.331

Page 132: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

116

Dari hasil path coefficient (β) di atas, dapat dilihat bahwa terdapat 7

hubungan variabel yang memiliki hubungan pengaruh yang signifikan.

Sementara 2 diantaranya yaitu jalur SI→ATU & TOG→BI memiliki

pengaruh yang tidak signifikan dan tidak berhubungan positif. Hasil model

path coefficient (ß) dapat dilihat pada gambar 4.10 berikut.

Gambar 4. 10 Hasil Path Coeffecient

Page 133: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

117

2. Coeffecient of Determination

Pengujian ini dilakukan dengan cara menghitung nilai R-Square (R2) untuk

menjelaskan varian dari tiap variabel endogen (variabel yang dipengaruhi

variabel lain dalam model). Nilai R-Square dikatakan substansial jika bernilai

lebih dari 0,67, moderat jikat bernilai 0,33-0,67, dan lemah jika bernilai di

bawah 0,33 (Yamin, Rachmach, and Kurniawan 2011). Setelah melakukan

penghitungan tersebut, diperoleh nilai R-Square yang dapat dilihat pada tabel

4.8 berikut.

Tabel 4. 8 Hasil Uji Coeffecient of Determination

Variabel R2 Keterangan

Attitude Toward Use 0.310 Lemah

Behavioral Intention 0.534 Moderat

Performance Expectancy 0.110 Lemah

Dari hasil R-Square (R2) di atas, dapat dilihat bahwa variabel ATU dan PE

masing-masing dapat dikatakan lemah, dan variabel BI dapat dikatakan moderat

dengan perolehan nilai 0,534.

3. T-test / T-Statistic

Pengujian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode bootstrapping

dengan jenis pengujian two-tailed dengan tingkat signifikansi 5% untuk

menguji hipotesis penelitian. Pada tingkat signifikansi 5%, hubungan akan

diterima jika memiliki nilai t-test lebih besar dari 1,96 (Ringle, Da Silva, and

Bido 2015).

Page 134: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

118

Tabel 4. 9 Hasil Uji T-Test

Jalur T Statistics

ANX → ATU 2.472

ATU → BI 5.464

EE → ATU 2.514

FC → BI 2.023

PR → BI 2.001

PE → ATU 2.108

SI → ATU 0.719

TOG → BI 0.107

TOG → PE 3.525

Dari tabel 4.9 di atas, dapat diketahui bahwa terdapat 7 hubungan yang

memiliki nilai lebih dari 1,96 berarti hubungan ketujuh hipotesis tersebut

diterima. Namun ada dua hipotesis yang ditolak karena memiliki nilai kurang

dari 1,96, yaitu hipotesis SI→ATU & TOG→BI.

4. Effect Size (f2)

Pengujian ini dilaksanakan dengan cara menghitung nilai effect size (f2)

dengan memprediksi seberapa besar pengaruh suatu variabel terhadap variabel

lainnya dalam struktur model. Nilai effect size (f2) dapat dikatakan berpengaruh

besar jika bernilai lebih dari 0,35, pengaruh menengah jika bernilai 0,15-0,35,

dan berpengaruh kecil jika bernilai di bawah 0,15 (Hair Jr et al. 2017). Setelah

melakukan perhitungan maka diporeleh nilai effect size (f2) yang dijelaskan

pada tabel 4.10 berikut.

Page 135: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

119

Tabel 4. 10 Hasil Uji Effect Size

Hubungan Jalur f2

Keterangan R2-in R2-ex ∑R2

ANX → ATU 0.310 0.285 0.036 Kecil

ATU → BI 0.534 0.275 0.556 Besar

EE → ATU 0.310 0.280 0.043 Kecil

FC → BI 0.534 0.516 0.039 Kecil

PR → BI 0.534 0.521 0.028 Kecil

PE → ATU 0.310 0.283 0.039 Kecil

SI → ATU 0.310 0.307 0.004 Kecil

TOG → BI 0.534 0.534 0.000 Kecil

TOG → PE 0.110 0.000 0.124 Kecil

Dari tabel 4.10 di atas, dapat diketahui bahwa satu diantara 9 hubungan jalur

memiliki pengaruh yang besar, yaitu hubungan ATU→BI yang memiliki nilai

sebesar 0,556, sedangkan delapan variabel lainnya memiliki pengaruh yang

kecil.

5. Predictive Relevance (Q2)

Pengujian ini dilaksanakan dengan cara menghitung nilai predictive

relevance (Q2) menggunakan metode blindfolding untuk membuktikan bahwa

variabel yang digunakan dalam model mempunyai keterkaitan prediktif

(predictive relevance) dengan variabel lainnnya dalam ambang batas

pengukuran di atas nol (Hair Jr et al. 2017). Setelah melakukan perhitungan

tersebut, diperoleh hasil predictive relevane yang dapat dilihat pada tabel 4.11

berikut.

Page 136: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

120

Tabel 4. 11 Hasil Uji Predictive Relevance

Variabel Q²

Attitude Toward Use 0.186

Behavioral Intention 0.385

Performane Expectancy 0.065

Dari tabel 4.11 di atas, dapat diketahui bahwa semua variabel tersebut

memiliki keterkaitan dengan masing-masing variabel tersebut lebih dari nol.

6. Relative Impact

Pengujian ini dilaksanakan dengan cara menghitung nilai relative impact

(q2) menggunakan metode pengujian blindfolding bertujuan untuk

membuktikan pengaruh relatif dari keterkaitan prediktif (predictive relevance)

variabel sat dengan yang lainnya dalam suatu model penelitian. Nilai relative

impact dapat dikatakan berpengaruh besar jika bernilai lebih dari 0,35,

berpengaruh menengah jika bernilai 0,15-0,35, dan berpengaruh lemah jika

bernilai di bawah 0,15 (Hair Jr et al. 2017). Setelah melakukan pengujian

perhitungan tersebut maka diperoleh nilai relative impact (q2) pada tabel 4.12

berikut.

Page 137: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

121

Tabel 4. 12 Hasil Uji Relative Impact

Hubungan Jalur q2

Keterangan Q2-in Q2-ex ∑Q2

ANX → ATU 0.186 0.171 0.018 Kecil

ATU → BI 0.385 0.190 0.317 Menengah

EE → ATU 0.186 0.166 0.025 Kecil

FC → BI 0.385 0.380 0.008 Kecil

PR → BI 0.385 0.378 0.011 Kecil

PE → ATU 0.186 0.178 0.010 Kecil

SI → ATU 0.186 0.186 0.000 Kecil

TOG → BI 0.385 0.390 -0.008 Kecil

TOG → PE 0.065 0.000 0.070 Kecil

Dari hasil relative impact (q2) pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa satu

dari sembilan hubungan memiliki pengaruh menengah, yaitu hubungan

ATU→BI sebesar 0,317, sedangkan delapan variabel lainnya memiliki

pengaruh yang kecil.

Page 138: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

122

Tabel 4. 13 Hasil Uji Analisis Model Struktural

Hipotesis ß T-test R2

f2

Q2 q2 Analisis

Hx Jalur R2-in R2-ex ∑R2 Q2-in Q2-ex ∑Q2 ß T-test R2 f2 Q2 q2

H1 PE → ATU 0.216 2.137 0.310 0.310 0.283 0.039 0.186 0.186 0.178 0.010 Signifikan Diterima L k PR k

H2 EE → ATU 0.272 2.277 0.310 0.310 0.280 0.043 0.186 0.186 0.166 0.025 Signifikan Diterima L k PR k

H3 SI → ATU 0.071 0.650 0.310 0.310 0.307 0.004 0.186 0.186 0.186 0.000 Tidak Signifikan Ditolak L k PR k

H4 FC → BI 0.175 2.008 0.534 0.534 0.516 0.039 0.385 0.385 0.380 0.008 Signifikan Diterima M k PR k

H5 ANX → ATU -0.171 2.374 0.310 0.310 0.285 0.036 0.186 0.186 0.171 0.018 Signifikan Diterima L k PR k

H6 PR → BI -0.121 2.001 0.534 0.534 0.521 0.028 0.385 0.385 0.378 0.011 Signifikan Diterima M k PR k

H7 TOG → PE 0.331 3.373 0.110 0.110 0.000 0.124 0.065 0.065 0.000 0.070 Signifikan Diterima L k PR k

H8 TOG → BI -0.007 0.104 0.534 0.534 0.534 0.000 0.385 0.385 0.390 -0.008 Tidak Signifikan Ditolak M k PR k

H9 ATU → BI 0.596 5.261 0.534 0.534 0.275 0.556 0.385 0.385 0.190 0.317 Signifikan Diterima M b PR m

Page 139: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

123

4.4 Interpretasi dan Pembahasan Hasil Analisis

4.4.1 Interpretasi dan Pembahasan Hasil Analisis Data Demografis

1. Berdasarkan gambar 4.2 yang telah dilampirkan pada hasil analisis demografis

di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas dari total 127 responden pada

penelitian ini adalah Laki-Laki sebanyak 83 responden (65%), dan sisanya

perempuan sebanyak 44 responden (35%). Hal ini disebabkan karena ketika

peneliti melakukan penyebaran kuesioner secara langsung, peneliti banyak

menjumpai responden laki-laki yang kebetulan sedang mengurus layanan di

Dukcapil. Hal ini juga dapat disebabkan karena laki-laki sebagai kepala

keluarga sering melakukan hal-hal yang bersifat administratif terhadap anggota

keluarganya, seperti pembuatan KTP, pembuatan surat pindah atau datang, dan

lainnya. Hal ini juga dibuktikan pada saat penyebaran kuesioner secara tidak

langsung, responden dengan gender laki-laki lebih banyak berpartisipasi untuk

mengisi kuesioner.

2. Berdasarkan gambar 4.3 yang telah dilampirkan pada hasil analisis demografis

di atas, dapat diketahui bahwa responden dari penelitian ini mayoritas berada

pada usia 21-30 tahun sebanyak 52 responden (41%), lalu diikuti usia 31-40

tahun sebanyak 44 responden (34%), lalu rentang usia 41-50 tahun sebanyak

25 responden (20%), dan rentang usia lebih dari 50 tahun sebanyak 6 responden

(5%). Hal ini disebabkan karena beberapa responden rentang umur 21-30 tahun

yang peneliti jumpai melakukan transaksi pada SIAK mewakili keluarganya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mayoritas usia responden

penelitian ini yaitu pada rentang umur 21-30 tahun.

Page 140: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

124

3. Berdasarkan gambar 4.4 yang telah dilampirkan pada hasil analisis demografis

di atas, dapat diketahui bahwa responden dari penelitian ini mayoritas

didominasi oleh lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 66

responden (52%), lalu diikuti lulusan Sarjana sebanyak 48 responden (38%),

lalu lulusan Diploma sebanyak 10 responden (8%), dan lulusan Sekolah

Menengah Pertama sebanyak 3 responden (2%). Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa mayoritas tingkat pendidikan responden penelitian ini

yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sederajat.

4. Berdasarkan gambar 4.5 yang telah dilampirkan pada hasil analisis demografis

di atas, dapat diketahui bahwa responden dari penelitian ini mayoritas

responden berasal dari pegawai swasta sebanyak 40 responden (34%), diikuti

oleh pelajar/mahasiswa sebanyak 24 responden (20%), lalu wirausaha

sebanyak 20 responden (16%) yang jumlahnya sama dengan ibu rumah tangga

sebanyak 20 responden (16%), profesi lainnya sebanyak 13 responden (10%),

dan pegawai negeri sipil sebanyak 10 responden (8%). Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa mayoritas tingkat pendidikan responden penelitian adalah

karyawan swasta berdasarkan data yang penulis dapatkan dari survei secara

langsung maupun tidak langsung.

5. Berdasarkan gambar 4.5 yang telah dilampirkan pada hasil analisis demografis

di atas, dapat diketahui bahwa responden dari penelitian ini mayoritas

responden berasal dari kecamatan pamulang sebanyak 26 responden (21%), lalu

diikuti oleh responden dari kecamatan pondok aren sebanyak 25 responden

(20%), lalu responden dari kecamatan ciputat sebanyak 23 responden (18%),

Page 141: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

125

responden dari kecamatan ciputat timur sebanyak 21 responden (17%),

responden dari kecamatan serpong utara sebanyak 13 responden (10%),

responden dari kecamatan serpong sebanyak 12 responden (9%), dan responden

dari kecamatan setu sebanyak 7 responden (5%). Hal ini disebabkan karena

kecamatan pamulang memiliki jumlah penduduk paling banyak di wilayah Kota

Tangerang Selatan. Maka secara tidak langsung, responden yang berpartisipasi

pada penelitian ini didominasi oleh warga yang bertempat di kecamatan

pamulang dan pondok aren.

6. Berdasarkan gambar 4.6 yang telah dilampirkan pada hasil analisis demografis

di atas, dapat diketahui bahwa responden dari penelitian ini dalam segala

rentang usia sudah pernah menggunakan teknologi internet, dengan rentang

waktu yang didominasi adalah lebih dari 10 tahun sebanyak 43 responden

(34%), diikuti waktu 1-5 tahun sebanyak 40 responden (32%), lalu waktu 6-10

tahun sebanyak 36 responden (28%), dan waktu kurang dari 1 tahun sebanyak

8 responden (6%). Penulis berasumsi bahwa umumnya responden dari

penelitian ini mayoritas berumur 21-30 tahun, yang sudah berkecimpung di

dunia teknologi komunikasi lebih dari 10 tahun.

7. Berdasarkan gambar 4.7 yang telah dilampirkan pada hasil analisis demografis

di atas, dapat diketahui bahwa responden dari penelitian ini 100% pernah

menggunakan media elektronik dengan jaringan seluler yang didominasi oleh

jaringan seluler sebanyak 68 responden (54%), diikuti oleh jaringan wifi

sebanyak 59 responden (46%). Peneliti berasumsi bahwa kemungkinan besar

Page 142: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

126

responden menggunakan jaringan seluler karena kemudahan akses yang

didapatkan.

8. Berdasarkan gambar 4.8 yang telah dilampirkan pada hasil analisis demografis

di atas, dapat diketahui bahwa semua responden dalam penelitian ini sudah

pernah menggunakan SIAK. Adapun responden yang mengetahui tatacara alur

pendaftaran layanan pada website Dukcapil sebanyak 111 responden (87%),

dan yang tidak mengetahui alur pendaftaran sebanyak 16 responden (13%).

Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden telah mengetahui alur

pendaftaran layanan pada SIAK. Informasi seputar tatacara pendaftaran

layanan juga sudah disediakan di website resmi Dukcapil. Penulis berasumsi

beberapa responden yang tidak mengetahui alur terjadi karena proses

pendaftaran dibantu oleh petugas layanan di tempat atau keluarga terdekat.

4.4.2 Interpretasi dan Pembahasan Hasil Analisis Model Pengukuran

Berdasarkan hasil analisis model pengukuran (outer model), terbukti bahwa

penelitian ini telah memenuhi syarat dengan mengacu pada nilai outer loadings

yang termasuk dalam kategori di atas 0,7, serta hasil analisis average variance

extracted lebih dari 0,5. Hasil tersebut membuktikan bahwa analisis model

pengukuran telah memenuhi syarat dan telah dilakukan dengan baik, yang

selanjutnya dapat dilanjutkan ke tahap analisis model structural (inner model).

Hasil dari analisis model pengukuran dapat dilihat pada tabel 4.13 di bawah ini.

Page 143: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

127

Tabel 4. 14 Hasil Uji Analisis Model Pengukuran

Variabel Indikator

Outer

Loadings

Cross Loadings Composite

Reliability AVE

ANX ATU BI EE FC PR PE SI TOG

ANX

ANX1 0.702 0.702 -0.066 0.011 0.005 -0.148 0.368 -0.141 -0.055 -0.113

0.884 0.721 ANX2 0.900 0.900 -0.251 -0.178 -0.194 -0.286 0.416 -0.288 -0.172 -0.124

ANX3 0.927 0.927 -0.321 -0.193 -0.147 -0.275 0.444 -0.348 -0.070 -0.081

ATU

ATU1 0.807 -0.275 0.807 0.566 0.456 0.415 -0.272 0.555 0.304 0.432

0.890 0.671 ATU2 0.859 -0.142 0.859 0.577 0.408 0.366 -0.067 0.289 0.332 0.423

ATU3 0.728 -0.315 0.728 0.521 0.267 0.362 -0.172 0.290 0.175 0.213

ATU4 0.875 -0.250 0.875 0.615 0.430 0.385 -0.096 0.388 0.314 0.385

BI BI1 0.880 -0.188 0.618 0.880 0.423 0.425 -0.230 0.496 0.305 0.308

0.873 0.775 BI2 0.881 -0.14 0.609 0.881 0.429 0.440 -0.281 0.39 0.373 0.398

EE

EE1 0.854 -0.081 0.436 0.394 0.854 0.485 -0.241 0.547 0.476 0.444

0.848 0.650 EE2 0.806 -0.221 0.371 0.412 0.806 0.536 -0.268 0.543 0.496 0.380

EE4 0.756 -0.113 0.355 0.366 0.756 0.537 -0.316 0.436 0.582 0.517

FC

FC1 0.765 -0.143 0.268 0.362 0.446 0.765 -0.225 0.434 0.306 0.352

0.840 0.569 FC2 0.801 -0.333 0.350 0.421 0.571 0.801 -0.344 0.523 0.510 0.473

FC3 0.721 -0.155 0.430 0.370 0.454 0.721 -0.329 0.345 0.623 0.532

FC4 0.727 -0.257 0.365 0.318 0.445 0.727 -0.115 0.465 0.369 0.354

PE

PE1 0.833 -0.288 0.363 0.421 0.518 0.506 -0.236 0.833 0.307 0.244

0.908 0.712 PE2 0.874 -0.323 0.429 0.395 0.539 0.535 -0.223 0.874 0.370 0.346

PE3 0.836 -0.246 0.386 0.445 0.484 0.423 -0.249 0.836 0.232 0.170

PE4 0.832 -0.281 0.411 0.444 0.583 0.506 -0.262 0.832 0.350 0.328

Page 144: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

128

PR PR1 0.922 0.388 -0.122 -0.211 -0.245 -0.290 0.922 -0.212 -0.337 -0.347

0.943 0.892 PR2 0.967 0.493 -0.214 -0.319 -0.369 -0.354 0.967 -0.312 -0.347 -0.288

SI

SI1 0.785 -0.187 0.196 0.276 0.475 0.476 -0.434 0.351 0.785 0.459

0.850 0.654 SI2 0.821 0.046 0.296 0.302 0.511 0.370 -0.264 0.175 0.821 0.500

SI3 0.818 -0.178 0.321 0.344 0.548 0.612 -0.233 0.404 0.818 0.385

TOG

TOG1 0.706 -0.084 0.390 0.308 0.327 0.356 -0.140 0.101 0.322 0.706

0.855 0.665 TOG2 0.859 -0.088 0.401 0.312 0.515 0.545 -0.255 0.303 0.573 0.859

TOG3 0.871 -0.104 0.338 0.362 0.483 0.48 -0.365 0.353 0.428 0.871

Page 145: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

129

4.4.3 Interpretasi dan Pembahasan Hasil Analisis Model Struktural

Setelah melakukan analisis model struktural (inner model), hasil yang

didapatkan dari pengujian path coefficient (β), coefficient of determination (R2), t-

test menggunakan bootstrapping, effect size (f2), predictive relevance (Q2), dan

relative impact (q2) akan dibahas di bawah ini interpretasi sesuai dengan hipotesis-

hipotesis yang telah dirumuskan pada bab sebelumnya. Berikut adalah interpretasi

dan pembahasan dari analisis model struktural.

Tabel 4. 15 Hasil Uji Hipotesis

Hipotesis ß T-test

Keterangan

Hx Jalur ß T-test

H1 PE → ATU 0.216 2.137 Signifikan Diterima

H2 EE → ATU 0.272 2.277 Signifikan Diterima

H3 SI → ATU 0.071 0.650 Tidak Signifikan Ditolak

H4 FC → BI 0.175 2.008 Signifikan Diterima

H5 ANX → ATU -0.171 2.374 Signifikan Diterima

H6 PR → BI -0.121 2.001 Signifikan Diterima

H7 TOG → PE 0.331 3.373 Signifikan Diterima

H8 TOG → BI -0.007 0.104 Tidak Signifikan Ditolak

H9 ATU → BI 0.596 5.261 Signifikan Diterima

H1 : Performance Expectancy (PE) berpengaruh positif terhadap Attitude

Toward Use (ATU)

Berdasarkan hasil analisis model struktural yang telah dilakukan,

menunjukan bahwa hubungan Performance Expectancy (PE) terhadap variabel

Attitude Toward Use (ATU) memiliki nilai path coefficient sebesar 0.216 sehingga

pengaruh pada hubungan variabel tersebut dikatakan signifikan. Sedangkan nilai t-

Page 146: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

130

statistic hubungan tersebut sebesar 2.108 pada tingkat signifikansi 5%, dimana

hipotesis akan diterima jika memiliki nilai t-test lebih besar dari 1,96. Sehingga

dapat dipastikan bahwa PE berpengaruh positif terhadap ATU. Hal ini sejalan

dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rana et al. (Rana et al. 2016)

dimana PE berpengaruh signifikan terhadap Attitude dalam konteks adopsi layanan

publik e-government di India. Hubungan ini juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Park et al (Park, Yang, and Lehto 2007) dan Pynoo et al (Pynoo et

al. 2011), dimana PE berpengaruh signifikan terhadap Attide individu menerapkan

tekonologi baru.

Pada penelitian ini penggunaan SIAK dapat membantu dan mempermudah

masyarakat dalam pengurusan layanan publik, sehingga berpengaruh kepada sikap

menggunakan aplikasi SIAK. Dapat disimpulkan bahwa H1 pada penelitian ini

berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggunaan aplikasi SIAK, dan

hubungan jalur hipotesis diterima.

H2 : Effort Expectancy (EE) berpengaruh positif terhadap Attitude Toward

Use (ATU)

Berdasarkan hasil analisis model struktural yang telah dilakukan,

menunjukan bahwa hubungan Effort Expectancy (EE) terhadap variabel Attitude

Toward Use (ATU) memiliki nilai path coefficient sebesar 0.272 sehingga

pengaruh pada hubungan variabel tersebut dikatakan signifikan. Sedangkan nilai t-

statistic hubungan tersebut sebesar 2.514 pada tingkat signifikansi 5%, dimana

hipotesis akan diterima jika memiliki nilai t-test lebih besar dari 1,96. Sehingga

Page 147: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

131

dapat dipastikan bahwa EE berpengaruh positif terhadap ATU. Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Rana et al (Rana et al. 2016) dalam konteks

adopsi e-government di India. Beberapa penelitian terdahulu juga membuktikan

bahwa variabel EE berpengaruh signifikan terhadap Attitude individu mengadopsi

teknologi baru (Alshare and Lane 2011; Park, Yang, and Lehto 2007; Pynoo et al.

2011).

Pada penelitian ini pengguna SIAK percaya bahwa kemudahan dalam

menggunakan sistem menjadi aspek penting, dimana semakin kecil upaya yang

dikeluarkan dan semakin mudahnya pengguna mengadopsi sistem. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa H2 pada penelitian ini berpengaruh positif dan signifikan

terhadap penggnaan aplikasi SIAK, dan hubungan jalur hipotesis diterima.

H3 : Social Influence (SI) berpengaruh positif terhadap Attitude Toward

Use (ATU)

Berdasarkan hasil analisis struktural model hubungan Social Influence (SI)

terhadap Attitude Toward Use (ATU) pada tabel 4.14 ditolak dengan perolehan

angka t-test sebesar 0.719 dengan tingkat signifikansi 5%, sehingga dapat

dipastikan bahwa SI tidak memiliki pengaruh yang positif terhadap ATU.

Beradasarkan nilai hasil path coefficient (ß) sebesar 0.071 yang berarti SI juga tidak

berpengaruh signifikan terhadap ATU. Selanjutnya pada hasil pengujian f2, dimana

hubungan SI terhadap ATU memiliki pengaruh yang kecil sebesar 0.004.

Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rana (Rana et

al. 2016) dan Moryson & Moeser (Moryson and Moeser 2016), dimana SI terbukti

Page 148: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

132

berpengaruh signifikan terhadap ATU. Akan tetapi hal ini juga terjadi pada

penelitian yang dilakukan oleh Ryan et al (Rhodes, Jones, and Courneya 2002)

dimana hubungan Subjective Norm terhadap Attitude ditolak. Hal ini juga didukung

dari pengamatan peneliti secara langsung jika dilihat dari isi pertanyaan pada

indikator SI seperti Keluarga/tetangga dekat saya menyarankan untuk melakukan

pendaftaran pada aplikasi Dukcapil sebelum datang ke kantor layanan kurang

berpengaruh. Ini dapat disebabkan karena penggunaannya yang bersifat mandatory

maka pengaruh orang lain tidak terlalu mempengaruhi seseorang dalam

menggunakan SIAK. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H3 pada penelitian ini

tidak signifikan terhadap sikap dalam menggunakan aplikasi SIAK, dan hubungan

jalur hipotesis ditolak.

H4 : Facilitating Condition (FC) berpengaruh positif terhadap Behavioral

Intention (BI)

Berdasarkan hasil analisis model struktural yang telah dilakukan,

menunjukan bahwa hubungan Facilitating Condition (FC) terhadap variabel

Behavioral Intention (BI) memiliki nilai path coefficient sebesar 0.175 sehingga

pengaruh pada hubungan variabel tersebut dikatakan signifikan. Sedangkan nilai t-

statistic hubungan tersebut sebesar 2.023 pada tingkat signifikansi 5%, dimana

hipotesis akan diterima jika memiliki nilai t-test lebih besar dari 1,96. Sehingga

dapat dipastikan bahwa FC berpengaruh positif terhadap BI. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Rana et al (Rana et al. 2016) dalam konteks adopsi

e-government di India dimana FC berpengaruh signifikan terhadap BI. Beberapa

penelitian lainnya juga membuktikan bahwa FC berhubungan positif dan signifikan

Page 149: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

133

terhadap BI untuk pengguna menerapkan teknologi baru (Carter et al. 2012;

Thomas, Singh, and Gaffar 2013).

Pada penelitian ini, kondisi yang mendukung sangat berperan penting

terhadap adopsi SIAK. Seperti aplikasi yang mendukung browser pada smartphone

pengguna dan juga penegetahuan yang dimiliki pengguna seputar alur tata cara

pendaftaran dapat mendukung niat pengguna untuk mengadopsi aplikasi Dukcapil.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa H4 pada penelitian ini berpengaruh positif dan

signifikan terhadap penggunaan aplikasi SIAK, dan hubungan jalur hipotesis

diterima.

H5 : Anxiety (ANX) berpengaruh negatif terhadap Attitude Toward Use

(ATU)

Berdasarkan hasil analisis model struktural yang telah dilakukan,

menunjukan bahwa hubungan Anxiety (ANX) terhadap variabel Attitude Toward

Use (ATU) memiliki nilai path coefficient sebesar -0.171 sehingga pengaruh pada

hubungan variabel tersebut dikatakan negatif signifikan. Sedangkan nilai t-statistic

hubungan tersebut sebesar 2.472 pada tingkat signifikansi 5%, dimana hipotesis

akan diterima jika memiliki nilai t-test lebih besar dari 1,96. Sehingga dapat

dipastikan bahwa ANX berpengaruh positif terhadap ATU. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Rana et al (Rana et al. 2016) dimana ANX

berpengaruh signifikan meskipun negatif dalam konteks adopsi e-government di

India. Beberapa penelitian sejenis juga memperlihatkan hubungan negatif dan

signifikan pada hubungan ANX terhadap Attitude pengguna dalam mengadopsi

Page 150: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

134

teknologi baru (S. A. Brown, Fuller, and Vician 2004; Korobili, Togia, and Malliari

2010).

Pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa masyarakat tidak mempunyai

perasaan cemas dalam menggunakan SIAK dan hubungannya dengan penggunaan

internet. Hal ini juga dapat disebabkan karena masyarakat kini sudah terbiasa

menggunakan teknologi informasi, sehingga tidak ada rasa cemas yang timbul

akibat implementasinya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H5 pada penelitian ini

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penggunaan aplikasi SIAK, dan

hubungan jalur hipotesis diterima.

H6 : Perceived Risk (PR) berpengaruh negatif terhadap Behavioral

Intention (BI)

Berdasarkan hasil analisis model struktural yang telah dilakukan,

menunjukan bahwa hubungan Perceived Risk (PR) terhadap variabel Behavioral

Intention (BI) memiliki nilai path coefficient sebesar -0.121 sehingga pengaruh

pada hubungan variabel tersebut dikatakan negatif signifikan. Sedangkan nilai t-

statistic hubungan tersebut sebesar 2.001 pada tingkat signifikansi 5%, dimana

hipotesis akan diterima jika memiliki nilai t-test lebih besar dari 1,96. Sehingga

dapat dipastikan bahwa PR berpengaruh positif terhadap BI. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Moryson & Moeser (Moryson and Moeser 2016)

dimana PR berpengaruh negatif signifikan. Beberapa penelitian lainnya juga

membuktikan bahwa hubungan antara PR terhadap BI berpengaruh negatif dan

Page 151: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

135

signifikan oleh pengguna dalam menerapkan teknologi (C.-M. Chiu and Wang

2008; de Sena Abrahão, Moriguchi, and Andrade 2016).

Pada penelitian ini, disimpulkan bahwa masyarakat tidak mempunyai

ekpektasi yang buruk terhadap SIAK dan warga percaya bahwa pihak penyedia

layanan jujur dan bijaksana atas data pribadi mereka. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa H6 pada penelitian ini berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

penggunaan aplikasi SIAK, dan hubungan jalur hipotesis diterima.

H7 : Trust of Government (TOG) berpengaruh positif terhadap Performance

Expectancy (PE)

Berdasarkan hasil analisis model struktural yang telah dilakukan,

menunjukan bahwa hubungan Trust of Government (TOG) terhadap variabel

Performance Expectancy (PE) memiliki nilai path coefficient sebesar 0.331

sehingga pengaruh pada hubungan variabel tersebut dikatakan signifikan.

Sedangkan nilai t-statistic hubungan tersebut sebesar 3.525 pada tingkat

signifikansi 5%, dimana hipotesis akan diterima jika memiliki nilai t-test lebih besar

dari 1,96. Sehingga dapat dipastikan bahwa TOG berpengaruh positif terhadap PE.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurfali et al (Kurfalı et al.

2017) dimana TOG berpengaruh positif dan signifikan terhadap PE pada

implementasi sistem e-government di Turki.

Pada penelitian ini, dapat diasumsikan bahwa pengguna percaya terhadap

pemerintah khususnya Dukcapil karena dapat membantu dan mempermudah

masyarakat dalam pengurusan layanan publik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

Page 152: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

136

H7 pada penelitian ini berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggunaan

aplikasi SIAK, dan hubungan jalur hipotesis diterima.

H8 : Trust of Government (TOG) berpengaruh positif terhadap Behavioral

Intention (BI)

Berdasarkan hasil analisis struktural model hubungan Trust of Government

(TOG) terhadap Behavioral Intention (BI) pada tabel 4.14 ditolak dengan perolehan

angka t-test sebesar 0.107 dengan tingkat signifikansi 5%, sehingga dapat

dipastikan bahwa TOG tidak memiliki pengaruh yang positif terhadap BI.

Beradasarkan nilai hasil path coefficient (ß) sebesar -0.007 yang berarti SI juga

tidak berpengaruh signifikan terhadap ATU. Selanjutnya pada hasil pengujian f2,

dimana hubungan TOG terhadap BI memiliki pengaruh yang kecil sebesar 0.000.

Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Voutinioti

(Voutinioti 2013), dimana TOG terbukti berpengaruh signifikan terhadap BI dalam

adopsi layanan e-government di Yunani. Akan tetapi hal ini juga terjadi pada

penelitian yang dilakukan oleh Kurfali et al (Kurfalı et al. 2017) dimana hubungan

TOG terhadap BI ditolak pada adopsi layanan e-government di Turki. Hal ini juga

didukung dari pengamatan peneliti secara langsung jika dilihat dari isi pertanyaan

pada indikator TOG seperti Dukcpil dapat dipercaya menyediakan layanan online

dengan sungguh-sungguh kurang berpengaruh. Hal ini peneliti dapat

mengasumsikan bahwa kepercayaan terhadap pemerintah tidak mempengaruhi

penerimaan pengguna terhadap implementasi SIAK. Sehingga dapat disimpulkan

Page 153: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

137

bahwa H8 pada penelitian ini tidak signifikan terhadap niat dalam menggunakan

SIAK, dan hubungan jalur hipotesis ditolak.

H9 : Attitude Toward Use (ATU) berpengaruh positif terhadap Behavioral

Intention (BI)

Berdasarkan hasil analisis model struktural yang telah dilakukan,

menunjukan bahwa hubungan Attitude Toward Use (ATU) terhadap variabel

Behavioral Intention (BI) memiliki nilai path coefficient sebesar 0.596 sehingga

pengaruh pada hubungan variabel tersebut dikatakan signifikan. Sedangkan nilai t-

statistic hubungan tersebut sebesar 5.464 pada tingkat signifikansi 5%, dimana

hipotesis akan diterima jika memiliki nilai t-test lebih besar dari 1,96. Sehingga

dapat dipastikan bahwa ATU berpengaruh positif terhadap BI. Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Rana et al (Rana et al. 2016) dimana

hubugan ATU terhadap BI kuat dan signifikan pada adopsi e-government di India.

Beberapa penelitian lainnya juga membuktikan bahwa hubungan antara ATU

terhadap BI berpengaruh positif dan signifikan oleh pengguna dalam menerapkan

teknologi baru (Hung, Chang, and Kuo 2013; Moryson and Moeser 2016; Thomas,

Singh, and Gaffar 2013)

Pada penelitian ini, dapat diasumsikan bahwa masyarakat cenderung

memiliki sifat positif keitka mereka menggunakan SIAK dan sistem ini

menghasilkan keuntungan bagi masyarakat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H9

pada penelitian ini berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggunaan aplikasi

SIAK, dan hubungan jalur hipotesis diterima.

Page 154: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

138

4.5 Implikasi Hasil Analisis

4.5.1 Implikasi secara Teori

Model penerimaan UTAUT (Unified Theory of Acceptance and Use of

Technology) yang asli merupakan teori pengukuran penerimaan teknologi yang

menggabungkan delapan teori penerimaan sebelumnya. Model penerimaan ini

dapat menjelaskan penerimaan individu khususnya dalam menggunakan teknologi

informasi dengan dua konstruk (performance expectancy & effort expectancy)

untuk merepresentasikan konteks teknologi, dua konstruk (social influence &

facilitating condition) untuk merepresentasikan konteks pada saat teknologi

tersebut diterapkan. Beberapa peneliti sebelumnya yang menjadi acuan dalam

penelitian ini, menunjukan hubungan signifikan dari attitude toward use individu

dalam menggunakan teknologi informasi (Hung, Chang, and Kuo 2013; Moryson

and Moeser 2016; Rana et al. 2016; Thomas, Singh, and Gaffar 2013). Penelitian

tersebut membuktikan model teori penerimaan UTAUT dengan menambahkan

variabel attitude toward use, dimana variabel tersebut dapat merepresentasikan

konteks individual. Model teori penerimaan yang dilakukan oleh Rana et al (Rana

et al. 2016), membuktikan bahwa model pengukuran yang dilakukan lebih baik

dibandingkan model penerimaan sebelumnya. Yaitu sebesar 66% varian dijelaskan

pada behavioral intention, lebih tinggi dari model penerimaan teknologi

sebelumnya. Model yang diajukan pada penelitian ini menjelaskan 54% varian pada

behavioral intention.

Penelitian ini mengungkapkan signifikansi dari konstruk seperti perceived

risk dan anxiety sejalan dengan model penelitian yang diajukan. Keberadaan dari

Page 155: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

139

variabel ini memperkuat pengukuran adopsi individu secara negatif terhadap sistem

e-government dan juga memperkuat kinerja dari model yang diajukan. Namun,

konstruk trust of government dan social influence dari model yang diajukan terbukti

tidak signifikan terhadap behavioral intention. Hal ini dapat disebabkan karena

karakteristik aplikasi SIAK yang tidak sesuai dengan variabel tersebut, maka

penting bagi peneliti selanjutnya untuk mengetahui karakteristik dari objek yang

diteliti untuk memperkuat model penelitian. Hal ini juga sejalan dengan beberapa

penelitian yang dilakukan sebelumnya bahwa hubungan dari variabel tersebut tidak

memiliki pengaruh yang signifikan (Kurfalı et al. 2017; Rhodes, Jones, and

Courneya 2002). Penelitian yang dilakuan Rana et al (Rana et al. 2016) terbukti

dapat membantu dalam membangun konstruk pada penelitian ini, dengan

penambahan variabel trust of government & perceived risk pada penelitian ini.

4.5.2 Implikasi secara Praktis

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa attitude toward use

memainkan peran yang sangat penting terhadap niat individu untuk menerima dan

menggunakan SIAK. Sikap individu memiliki efek langsung terhadap niat individu

dimana hal ini dapat menjadi suatu arahan bagi Dukcapil untuk membentuk sikap

masyarakat Kota Tangsel dan mempengaruhi niat mereka.

Penelitian ini juga membuktikan bahwa konstruk performance expectancy

& effort expectancy memiliki pengaruh yang langsung terhadap attitude toward

use. Ini dapat disimpulkan bahwa individu menerima aspek teknologi dari aplikasi

SIAK, dengan kata lain individu percaya bahwa SIAK meningkatkan produktivitas

Page 156: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

140

mereka dan mudah untuk digunakan. Selanjutnya, Dukcapil dapat meningkatkan

layanan dengan meminimilkan kompleksitas yang dirasakan masyarakat

berdasarkan dengan aspek kebergunaan (usability). Peneliti selanjutnya dapat

mengembangkan penelitian dari aspek pengujian kebergunaan (usability testing)

untuk memaksimalkan realita dari harapan maupun kekecewaan pengguna SIAK.

Penelitian ini juga memperlihatkan pengaruh secara langsung dari konstruk

facilitating condition terhadap behavioral intention. Hal ini menunjukan bahwa

individu dapat menerima aspek kondisi yang memfasilitasi pada SIAK. Dengan

kata lain, Dukcapil sudah menyediakan fasilitas yang memadai untuk masyarakat

terkait implementasi SIAK, seperti pengetahuan tata cara alur pendaftaran yang

disediakan di sistem serta aplikasi yang kompatibel di berbagai perangkat (firefox,

chrome, safari, dan sebagainya). Dukcapil dapat meningkatkan faktor ini dengan

memberikan pelatihan untuk karyawan sebagai bentuk pengetahuan untuk

membantu pengguna dalam penggunaan SIAK sehingga dapat meningkatkan niat

pengguna.

Namun dalam penelitian ini, konstruk social influence tidak memiliki

pengaruh langsung terhadap attitude toward use dan konstruk trust of government

terhadap behavioral intention. Namun trust of government masih memiliki

pengaruh tidak langsung terhadap behavioral intention karena berpengaruh

langsung terhadap performance expectancy. Hal ini menunjukan bahwa social

influence dan trust of government tidak mempengaruhi penerimaan pengguna

secara langsung terhadap implementasi sistem tersebut. Ini dapat disebabkan karena

penggunaannya yang bersifat mandatory maka pengaruh dan kepercayaan

Page 157: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

141

seseorang tidak berpengaruh dalam menggunakan sistem Dukcapil. Hasil ini dapat

memberikan rekomendasi kepada Dukcapil untuk membangun antusiasme di

kalangan masyarakat Kota Tangsel terhadap aplikasi SIAK sehingga menghasilkan

promosi mulut ke mulut yang positif di masyarakat.

4.6 Perbandingan dengan Penelitian Sebelumnya

Penelitian ini mengembangkan model penelitian yang dilakukan oleh Rana

et al (2016) dengan menambahkan 2 variabel dari penelitian Carter & Belanger

(2008), trust dan risk pada konteks adopsi e-government. Objek penelitian ini

dengan penelitian yang dilakukan oleh Rana (2016) mempunyai kesamaan yaitu

dalam konteks adopsi e-government, namun memiliki karakteristik sistem yang

berbeda. Rana (2016) melakukan penelitian dalam konteks sistem OPGRS di India,

sistem ini melakukan layanan berbasis pengaduan yang dilakukan masyarakat

kepada pemerintahan. Sistem tersebut bersifat voluntary (sukarela) untuk

digunakan oleh pengguna. Berbeda dengan penelitian ini, objek penelitian tertuju

pada SIAK di Kota Tangsel, dimana aplikasi ini melakukan proses pendaftaran dan

semua layanan terkait administrasi publik. Karakteristik sistem meliputi sistem

yang bersifat mandatory (wajib) untuk digunakan masyarakat kota Tangsel, data

masyarakat kota Tangsel tersimpan dalam aplikasi ini sesuai dengan urutan dari

kartu keluarga. Maka dari itu hasil dari penelitian ini akan sedikit berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh Rana (2016) maupun Carter&Belanger (2008),

mengingat adanya perbedaan objek penelitian, sampel, serta indikator penelitian

yang dapat menjadi faktor yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.

Page 158: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

142

Hasil dari penelitian Rana (2016) menunjukan varian pada behavioral

intention sebesar 66% dilihat dari nilai R2. Sementara penelitian ini menghasilkan

54% varian pada behavioral intention, dengan adanya dua hipotesis yang tidak

signifikan terhadap model penelitian ini, yaitu social influence dan trust of

government. Peneliti selanjutnya dapat mengkaji ulang hipotesis penelitian

dikaitkan dengan karakteristik objek penelitian masing-masing. Berbeda dengan

penelitian Rana (2016) dimana semua hipotesis yang diajukan pada penelitian

tersebut memiliki pengaruh yang signifikan.

4.7 Keterbatasan Penelitian

Terlepas dari model penelitian ini mengembangkan teori model penerimaan

Rana et al (2016), peneliti masih memiliki beberapa batasan tertentu dari penelitian

ini. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan waktu dan juga biaya yang peneliti

alami. Berikut rincian keterbatasan pada penelitian ini:

1. Sampel yang diambil pada penelitian ini cenderung kecil, yaitu 127 sampel

dengan menggunakan rumus slovin dengan error 10%. Hal ini membuktikan

tingkat signifikansi penelitian sebesar 90%. Bagi peneliti selanjutnya

diharapkan dapat menggunakan rumus slovin dengan error 5% untuk

memperkuat signifikansi sampel penelitian.

2. Dua indikator yang ditolak pada penelitian ini dari 32 indikator yang diajukan.

Peneliti selanjutnya dapat mengkaji ulang pertanyaan indikator untuk

menghindari penghapusan.

Page 159: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

143

3. Penambahan konstruk trust of government ternyata terbukti tidak signifikan

terhadap behavioral intention. Peneliti selanjutnya dapat mengkaji ulang

konstruk penelitian untuk menghindari hubungan yang insignifikan.

4. Sesuaikan penelitian sebelumnya dengan konteks budaya dan geografis objek

yang akan diteliti (Rana et al. 2016).

5. Penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling dalam

pengambilan sampel. Penelitian masa depan dapat menggunakan teknik

snowball sampling agar dapat mewakili populasi lebih baik.

Dari hasil diskusi di atas, peneliti selanjutnya akan merekomendasikan

untuk peneliti berikutnya dan untuk Dukcapil Kota Tangsel yang akan disampaikan

di Bab V.

Page 160: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

144

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Diketahuinya tingkat penerimaan dimana pengguna sudah cukup dapat

menerima penggunaan Sistem Administrasi Kependudukan (SIAK) dilihat

dari sebanyak 7 hipotesis yang diterima pada penelitian ini.

2. Diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi pengguna dalam adopsi

SIAK meliputi: PE→ATU, EE→ATU, →FC-BI, ANX→ATU, PR→BI,

TOG→PE, ATU→BI.

3. Memberikan saran serta rekomendasi kepada Dukcapil untuk membangun

pengaruh sosial dan membangun kepercayaan masyarakat dengan

meningkatkan layanan pada transaksi online.

4. Variabel Performance Expectancy, Effort Expectancy, dan Attitude Toward

Use, merupakan faktor terkuat yang secara positif dan signifikan

mempengaruhi sikap dan niat pengguna terhadap penerimaan SIAK.

5. Variabel Social Influence dan Trust of Government tidak memiliki pengaruh

yang langsung terhadap niat perilaku untuk menggunakan layanan SIAK.

Page 161: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

145

Berdasarkan beberapa hasil temuan penelitian tersebut, peneliti

menganggap penelitian ini sudah memberikan beberapa manfaat sebagai berikut:

1. Secara teori, penelitian ini mengembangkan model UTAUT dalam konteks

penerimaan pengguna, sehingga dapat menjadi alternatif secara teoritis bagi

peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian penerimaan pengguna

dalam konteks e-government.

2. Secara metodologi, penelitian ini berperan dalam pemanfataan metode

kuantitatif dalam penyusunan skripsi program studi Sistem Informasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

bagi para pengambil keputusan di Disdukcapil Kota Tangerang Selatan

dalam rencana pengembangan sistem Dukcapil selanjutnya.

5.2 Saran

Setelah melakukan penelitian terkait penerimaan pengguna terhadap sistem

pendaftaran Dukcapil Kota Tangerang Selatan, peneliti akan memberikan beberapa

rekomendasi yang nantinya dapat berguna bagi peneliti berikutnya dengan topik

pembahasan sejenis di bidang e-government.

A. Saran untuk peneliti selanjutnya yang hendak melakukan penelitian sejenis

terkait e-government:

1. Peneliti selanjutnya dapat mengkaji ulang konstruk variabel untuk

menghindari hubungan yang insignifikan.

Page 162: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

146

2. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan rumus slovin

dengan error 5% untuk pengambilan sampel. Peneliti selanjutnya dapat

menggunakan teknik pengambilan sampel non-probabilitas seperti

snowball sampling.

3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menguji kembali indikator

pertanyaan yang digunakan untuk mengurangi penghapusan indikator

penelitian.

B. Saran bagi pihak Dukcapil untuk meningkatkan layanannya pada

masyarakat

1. Membentuk sikap masyarakat Kota Tangsel untuk mengadopsi layanan

SIAK dan mempengaruhi niat mereka.

2. Memperhatikan faktor penerimaan pada konteks pengaruh sosial dan

membangun kepercayaan masyarakat dengan meningkatkan layanan

pada transaksi online.

3. Memberikan tanggung jawab kepada individu yang dihormati pada

lingkungan tertentu, untuk membangun kepercayaan dari mulut ke

mulut yang positif.

4. Menambahkan fitur pengingat sehingga masyarakat tidak lupa untuk

datang ke kantor layanan sesuai dengan jadwal yang sudah didaftarkan

pada sistem pendaftaran Dukcapil.

Page 163: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

146

DAFTAR PUSTAKA

Afif, Nurullah Sururi, and Jono M Munandar. 2017. “Faktor Yang Mempengaruhi

Kepuasan Pengguna Layanan Pada Unit Pelayanan Disdukcapil Kota Bogor.”

Jurnal Manajemen dan Organisasi 8(1): 1–14.

Ajzen, Icek. 1991. “The Theory of Planned Behavior.” Organizational behavior

and human decision processes 50(2): 179–211.

———. 2005. Attitudes, Personality, and Behavior. McGraw-Hill Education (UK).

AlAwadhi, Suha, and Anne Morris. 2008. “The Use of the UTAUT Model in the

Adoption of E-Government Services in Kuwait.” In Proceedings of the 41st

Annual Hawaii International Conference on System Sciences (HICSS 2008),

Ieee, 219.

Alshare, Khaled A, and Peggy L Lane. 2011. “Predicting Student-Perceived

Learning Outcomes and Satisfaction in ERP Courses: An Empirical

Investigation.” Communications of the association for information systems

28(1): 34.

Alwasilah, A Chaedar. 2002. Pokoknya Kualitatif: Dasar-Dasar Merancang Dan

Melakukan Penelitian Kualitatif. Pustaka Jaya.

Arikunto, Suharsimi. 2016. “Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.”

Arikunto, Suharsimi, and Cepi Safruddin Abdul Jabar. 2004. “Evaluasi Program

Pendidikan Pedoman Teoritis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan.” Jakarta:

Bumi Aksara.

Bandura, Albert. 1977. “Self-Efficacy: Toward a Unifying Theory of Behavioral

Change.” Psychological review 84(2): 191.

Bélanger, France, and Lemuria Carter. 2008. “Trust and Risk in E-Government

Adoption.” The Journal of Strategic Information Systems 17(2): 165–76.

Page 164: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

147

Brief, Arthur P, and Ramon J Aldag. 1977. “The Intrinsic-Extrinsic Dichotomy:

Toward Conceptual Clarity.” Academy of Management review 2(3): 496–500.

Brown, Mary M, and Jeffrey L Brudney. 2004. “Achieving Advanced Electronic

Government Services: Opposing Environmental Constraints.” Public

Performance & Management Review 28(1): 96–113.

Brown, Susan A, Robert M Fuller, and Chelley Vician. 2004. “Who’s Afraid of the

Virtual World? Anxiety and Computer-Mediated Communication.” Journal of

the Association for Information Systems 5(2): 2.

Budiaji, Weksi. 2013. “Skala Pengukuran Dan Jumlah Respon Skala Likert.”

Jurnal ilmu pertanian dan perikanan 2(2): 127–33.

Carter, Lemuria, and France Belanger. 2004. “Citizen Adoption of Electronic

Government Initiatives.” In 37th Annual Hawaii International Conference on

System Sciences, 2004. Proceedings of The, IEEE, 10-pp.

Carter, Lemuria, Ludwig Christian Schaupp, Jeffrey Hobbs, and Ronald Campbell.

2012. “E-Government Utilization: Understanding the Impact of Reputation

and Risk.” International Journal of Electronic Government Research (IJEGR)

8(1): 83–97.

Chiu, Chao-Min, and Eric T G Wang. 2008. “Understanding Web-Based Learning

Continuance Intention: The Role of Subjective Task Value.” Information &

Management 45(3): 194–201.

Chiu, Yen-Ting Helena, Wan-I Lee, Chia-Chi Liu, and Li-Yu Liu. 2012. “Internet

Lottery Commerce: An Integrated View of Online Sport Lottery Adoption.”

Journal of Internet Commerce 11(1): 68–80.

Compeau, Deborah, Christopher A Higgins, and Sid Huff. 1999. “Social Cognitive

Theory and Individual Reactions to Computing Technology: A Longitudinal

Study.” MIS quarterly: 145–58.

Compeau, Deborah R, and Christopher A Higgins. 1995. “Computer Self-Efficacy:

Page 165: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

148

Development of a Measure and Initial Test.” MIS quarterly: 189–211.

Consuelo, G, and Ed D Sevilla. 2007. “Research Methods.” Rex Printing Company.

Quezon City.

Davis, Fred D. 1989. “Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and User

Acceptance of Information Technology.” MIS quarterly: 319–40.

———. 1993. “User Acceptance of Information Technology: System

Characteristics, User Perceptions and Behavioral Impacts.” International

journal of man-machine studies 38(3): 475–87.

Davis, Fred D, Richard P Bagozzi, and Paul R Warshaw. 1989. “User Acceptance

of Computer Technology: A Comparison of Two Theoretical Models.”

Management science 35(8): 982–1003.

———. 1992. “Extrinsic and Intrinsic Motivation to Use Computers in the

Workplace 1.” Journal of applied social psychology 22(14): 1111–32.

Dillon, Andrew, and Michael G Morris. 1996. “User Acceptance of New

Information Technology: Theories and Models.” In Medford, NJ: Information

Today.

Al Fatta, Hanif. 2007. Analisis Dan Perancangan Sistem Informasi Untuk

Keunggulan Bersaing Perusahaan Dan Organisasi Modern. Penerbit Andi.

Featherman, Mauricio S, and Paul A Pavlou. 2003. “Predicting E-Services

Adoption: A Perceived Risk Facets Perspective.” International journal of

human-computer studies 59(4): 451–74.

Fishbein, Martin, and Icek Ajzen. 1977. “Belief, Attitude, Intention, and Behavior:

An Introduction to Theory and Research.”

Gefen, David, Gregory M Rose, Merrill Warkentin, and Paul A Pavlou. 2005.

“Cultural Diversity and Trust in IT Adoption: A Comparison of Potential e-

Voters in the USA and South Africa.” Journal of Global Information

Management (JGIM) 13(1): 54–78.

Page 166: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

149

Guritno, Suryo, and Untung Rahardja. 2011. Theory and Application of IT

Research: Metodologi Penelitian Teknologi Informasi. Penerbit Andi.

Hair, Joseph F, Christian M Ringle, and Marko Sarstedt. 2013. “Partial Least

Squares Structural Equation Modeling: Rigorous Applications, Better Results

and Higher Acceptance.” Long range planning 46(1–2): 1–12.

Hair Jr, Joseph F, Marko Sarstedt, Christian M Ringle, and Siegfried P Gudergan.

2017. Advanced Issues in Partial Least Squares Structural Equation

Modeling. saGe publications.

Handayani, Trie, and Sudiana Sudiana. 2015. “Analisis Penerapan Model Utaut

(Unified Theory of Acceptance and Use of Technology) Terhadap Perilaku

Pengguna Sistem Informasi (Studi Kasus: Sistem Informasi Akademik Pada

STTNAS Yogyakarta).” Angkasa: Jurnal Ilmiah Bidang Teknologi 7(2): 165–

80.

Hardjaloka, Loura. 2014. “Studi Penerapan E-Government Di Indonesia Dan

Negara Lainnya Sebagai Solusi Pemberantasan Korupsi Di Sektor Publik.”

Jurnal Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional 3(3): 435–52.

Henry, Nicholas. 2015. Public Administration and Public Affairs. Routledge.

Hopkins, Charles D, and Richard L Antes. 1985. Classroom Measurement &

Evaluation. Wadsworth.

Hung, Shin-Yuan, Chia-Ming Chang, and Shao-Rong Kuo. 2013. “User

Acceptance of Mobile E-Government Services: An Empirical Study.”

Government Information Quarterly 30(1): 33–44.

Igbaria, Magid, and Alok Chakrabarti. 1990. “Computer Anxiety and Attitudes

towards Microcomputer Use.” Behaviour & Information Technology 9(3):

229–41.

Indonesia, Presiden Republik. 2003. “Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor

3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional Pengembangan E-

Page 167: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

150

Government.” Jakarta: Sekretaris Negara.

Indonesia, Pusat Informasi. 2015. Undang-Undang Republik Indonesia No. 25

Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.

Indrajit, R E, Akbar Zainudin, and Dudy Rudianto. 2005. “Electronic Government

in Action.” Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Indrajit, Richardus Eko. 2002. Electronic Government: Strategi Pembangunan Dan

Pengembangan Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital. Andi.

Jogiyanto, H M. 2008. “Metodologi Penelitian Sistem Informasi.” Yogyakarta:

Penerbit Andi.

Juliandi, AZUAR. 2018. “Structural Equation Model Partial Least Square (SEM-

PLS) Dengan SmartPLS.” Batam: Universitas Batam.

Komunikasi, Kementerian, and Informasi Republik Indonesia. 2003. “Cetak Biru

(Blueprint) Sistem Aplikasi e-Government Bagi Lembaga Pemerintah

Daerah.” Jakarta: Pemerintah Indonesia.

Korobili, Stella, Aspasia Togia, and Afrodite Malliari. 2010. “Computer Anxiety

and Attitudes among Undergraduate Students in Greece.” Computers in

Human Behavior 26(3): 399–405.

Kurfalı, Murathan, Ali Arifoğlu, Gül Tokdemir, and Yudum Paçin. 2017.

“Adoption of E-Government Services in Turkey.” Computers in Human

Behavior 66: 168–78.

Layne, Karen, and Jungwoo Lee. 2001. “Developing Fully Functional E-

Government: A Four Stage Model.” Government information quarterly 18(2):

122–36.

Lewis, Carol W, and Stuart C Gilman. 2005. The Ethics Challenge in Public

Service: A Problem-Solving Guide. John Wiley & Sons.

Margono, Drs. “S. Margono. 2004.” Metodologi penelitian pendidikan.

Page 168: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

151

Moore, Gary C, and Izak Benbasat. 1991. “Development of an Instrument to

Measure the Perceptions of Adopting an Information Technology Innovation.”

Information systems research 2(3): 192–222.

Moryson, Heiko, and Guido Moeser. 2016. “Consumer Adoption of Cloud

Computing Services in Germany: Investigation of Moderating Effects by

Applying an UTAUT Model.” International Journal of Marketing Studies

8(1): 14.

Nemat, Rania. 2011. “Taking a Look at Different Types of E-Commerce.” World

Applied Programming 1(2): 100–104.

Nomor, Undang-Undang. 23AD. “Tahun 2006 Tentang Administrasi

Kependudukan.” Citra Umbara. Bandung.

Oktavia, Lola. 2020. “Penilaian Penerimaan E-Government Di Indonesia.” Jurnal

CoreIT: Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi 6(1):

15–21.

Park, JungKun, SuJin Yang, and Xinran Lehto. 2007. “Adoption of Mobile

Technologies for Chinese Consumers.” Journal of electronic commerce

research 8(3).

Patel, Hemant, and David Jacobson. 2008. “Factors Influencing Citizen Adoption

of E-Government: A Review and Critical Assessment.”

Preston, Carolyn C, and Andrew M Colman. 2000. “Optimal Number of Response

Categories in Rating Scales: Reliability, Validity, Discriminating Power, and

Respondent Preferences.” Acta psychologica 104(1): 1–15.

Purnamawati, Erlina. 2012. “Analisis Kualitas Layanan Dengan Metode Servqual

Dan AHP Di Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Di Surabaya.”

Tekmapro: Journal of Industrial Engineering and Management 3(1).

Putra, Syopiansyah Jaya et al. 2017. “Factors Influencing the User Acceptance of

Integrated Service Management Information System on Local Government in

Page 169: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

152

Indonesia.” In 2017 International Conference on Computing, Engineering,

and Design (ICCED), IEEE, 1–6.

Pynoo, Bram et al. 2011. “Predicting Secondary School Teachers’ Acceptance and

Use of a Digital Learning Environment: A Cross-Sectional Study.” Computers

in Human behavior 27(1): 568–75.

Rana, Nripendra P, Yogesh K Dwivedi, Michael D Williams, and Vishanth

Weerakkody. 2016. “Adoption of Online Public Grievance Redressal System

in India: Toward Developing a Unified View.” Computers in Human Behavior

59: 265–82.

Ranganathan, Chandrasekaran, and Shobha Ganapathy. 2002. “Key Dimensions of

Business-to-Consumer Web Sites.” Information & Management 39(6): 457–

65.

Reffat, Rabee. 2003. “Developing a Successful E-Government.” Proc. Sympos. e-

Government: Opportunities and Challenge, Muscat Municipality, Oman, IV1–

IV13.

Rhodes, Ryan E, Lee W Jones, and Kerry S Courneya. 2002. “Extending the Theory

of Planned Behavior in the Exercise Domain: A Comparison of Social Support

and Subjective Norm.” Research quarterly for exercise and sport 73(2): 193–

99.

Ringle, Christian, Dirceu Da Silva, and Diógenes Bido. 2015. “Structural Equation

Modeling with the SmartPLS.” Bido, D., da Silva, D., & Ringle, C.(2014).

Structural Equation Modeling with the Smartpls. Brazilian Journal Of

Marketing 13(2).

Rogers, Everett M, and F Floyd Shoemaker. 1971. “Communication of Innovations;

a Cross-Cultural Approach.”

Sagirani, Tri. 2006. “Sistem Informasi Manajemen.”

Sedana, I Gusti Nyoman, and St W Wijaya. 2010. “UTAUT Model for

Page 170: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

153

Understanding Learning Management System.” Internetworking Indonesia

Journal 2(2): 27–32.

de Sena Abrahão, Ricardo, Stella Naomi Moriguchi, and Darly Fernando Andrade.

2016. “Intention of Adoption of Mobile Payment: An Analysis in the Light of

the Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT).” RAI

Revista de Administração e Inovação 13(3): 221–30.

Setiawan, Muhammad Rafi. 2019. “PENGUKURAN TINGKAT USABILITY

WEBSITE DISDUKCAPIL KOTA BANDUNG MENGGUNAKAN

KONSEP HEURISTIC EVALUATION.”

Setyobudi, Yustinus Farid. 2016. “Peran Masyarakat Dalam Pelayanan Publik

Sesuai Dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan

Publik.” Jurnal Dimensi 2(1).

Sidharta, Lani. 1995. “Pengantar Sistem Informasi Bisnis.” PT ELEX Media

Komputindo, Jakarta.

Simonson, Michael R, Matthew Maurer, Mary Montag-Torardi, and Mary

Whitaker. 1987. “Development of a Standardized Test of Computer Literacy

and a Computer Anxiety Index.” Journal of educational computing research

3(2): 231–47.

Siti Maryam, Neneng. 2017. “Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan

Publik.” JIPSI-Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi UNIKOM 6.

Slade, Emma L, Yogesh K Dwivedi, Niall C Piercy, and Michael D Williams. 2015.

“Modeling Consumers’ Adoption Intentions of Remote Mobile Payments in

the United Kingdom: Extending UTAUT with Innovativeness, Risk, and

Trust.” Psychology & Marketing 32(8): 860–73.

Sosiawan, Edwi Arief. 2015. “Tantangan Dan Hambatan Dalam Implementasi E-

Government Di Indonesia.” In Seminar Nasional Informatika (SEMNASIF),.

Subiyakto, A’ang, Abd Rahman Ahlan, Syopiansyah Jaya Putra, and Mira Kartiwi.

Page 171: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

154

2015. “Validation of Information System Project Success Model: A Focus

Group Study.” SAGE Open 5(2): 2158244015581650.

Sugiyono, J. 2008. “Statistics for Research.”

Sugiyono, S. 2015. “Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Dan

R&D.” Alfabeta Bandung.

Sutabri, Tata. 2005. “Sistem Informasi Manajemen.” Yogyakarta: Andi: 21.

Sutono, Djoko. 2007. “Sistem Informasi Manajemen.” Pusdiklatwas BPKP.

Tarhini, Ali, Mazen El-Masri, Maged Ali, and Alan Serrano. 2016. “Extending the

UTAUT Model to Understand the Customers’ Acceptance and Use of Internet

Banking in Lebanon.” Information Technology & People.

Taylor, Shirley, and Peter Todd. 1995a. “Assessing IT Usage: The Role of Prior

Experience.” MIS quarterly: 561–70.

Taylor, Shirley, and Peter A Todd. 1995b. “Understanding Information Technology

Usage: A Test of Competing Models.” Information systems research 6(2):

144–76.

Terry, George Robert, and Stephen G Franklin. 1972. Principles of Management.

RD Irwin Homewood, IL.

Thomas, Troy, Lenandlar Singh, and Kemuel Gaffar. 2013. “The Utility of the

UTAUT Model in Explaining Mobile Learning Adoption in Higher Education

in Guyana.” International Journal of Education and Development using ICT

9(3).

Thompson, Ronald L, Christopher A Higgins, and Jane M Howell. 1991. “Personal

Computing: Toward a Conceptual Model of Utilization.” MIS quarterly: 125–

43.

Venkatesh, Viswanath, Michael G Morris, Gordon B Davis, and Fred D Davis.

2003. “User Acceptance of Information Technology: Toward a Unified

View.” MIS quarterly: 425–78.

Page 172: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

155

Voutinioti, Anastasia. 2013. “Determinants of User Adoption of E-Government

Services in Greece and the Role of Citizen Service Centres.” Procedia

Technology 8(1): 238–44.

Williams, Michael D, Nripendra P Rana, and Yogesh K Dwivedi. 2015. “The

Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT): A Literature

Review.” Journal of enterprise information management.

Wold, Herman. 1975. “Path Models with Latent Variables: The NIPALS

Approach.” In Quantitative Sociology, Elsevier, 307–57.

Wright, Tom. 2019. “Gap Analysis: Guide and Template.” cascade.app.

Yamin, Sofyan, Lien A Rachmach, and Heri Kurniawan. 2011. “Regresi Dan

Korelasi Dalam Genggaman Anda.” Jakarta: Salemba Empat 50.

Yunita, Novi Prisma, and Rudi Dwi Aprianto. 2018. “Kondisi Terkini

Perkembangan Pelaksanaan E-Government Di Indonesia: Analisis Website.”

In Seminar Nasional Teknologi Informasi Dan Komunikasi, , 329–36.

Zainal, A. 2007. “Metodologi Penelitian Pada Bidang Ilmu Komputer Dan

Teknologi Informasi; Konsep, Teknik, Dan Aplikasi.”

Page 173: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

LAMPIRAN

Page 174: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …
Page 175: SKRIPSI PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN PENGGUNA …

BUKTI PENELITIAN