Upload
trinhnhan
View
219
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENGARUH BRAND IMAGE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MOBIL MEREK PAJERO SPORT PADA
PT. BOSOWA BERLIAN MOTOR
Oleh:
NURUL RIZKI FACHIRA A21106663
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2012
ii
PENGARUH BRAND IMAGE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MOBIL MEREK PAJERO SPORT PADA
PT. BOSOWA BERLIAN MOTOR
Oleh:
NURUL RIZKI FACHIRA A21106663
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2012
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga pembuatan skripsi sederhana dengan judul “Pengaruh Brand
Image terhadap Keputusan Pembelian Mobil Merek Pajero Sport pada PT. Bosowa
Berlian Motor“ ini dapat terselesaikan.
Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan dalam kurikulum
Jurusan Ekonomi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin.
Selama proses penyelesaian penulisan skripsi ini banyak ditunjang dengan
bantuan tenaga, pemikiran baik moral maupun materil dari berbagai pihak. Oleh
karena itu Penulis pada kesempatan ini dengan kerendahan hati menyampaikan
terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin.
2. Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin.
3. Ibu Prof. Dr. Hj. St. Haerani, SE., M.Si. selaku Pembimbing I dan Bapak Dr.
Muhammad Ismail, SE., M.Si selaku Pembimbing II yang rela meluangkan
waktunya dan dengan penuh kesabaran memeriksa dan memberikan saran atas
kesempurnaan penulisan skripsi ini.
4. Bapak / ibu dosen Universitas Hasanuddin yang telah bersedia mengajar dan
membimbing kami selama menjalani study di kampus Universitas Hasanuddin
Makassar.
v
5. Seluruh Staff Akademik yang banyak membantu selama ini.
6. Orang Tuaku yang selalu memberikan dukungan dan doanya selama ini.
7. Suami tercinta Ismail C. Hakim dan seluruh keluargaku yang selalu memberikan
dukungannya.
8. My all Best friends, Rica Feriana dan Kunti Aprilia Risanti yang selalu dengan
setia membantu dan menjadi tempat curhat and teman dalam suka dan duka. I luv
you all.
9. Semua pihak yang ikut terlibat dalam proses pembuatan tugas akhir ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu di sini.
Akhir kata, penulis berharap agar tugas akhir ini bermanfaat bagi semuanya.
Penulis juga menyadari masih adanya kekurangan dan ketidaksempurnaan sehingga
tidak menutup adanya pengembangan lebih lanjut dari sistem yang dibuat dalam
tugas akhir ini. Oleh karenanya saran dan kritik yang membangun senantiasa penulis
harapkan.
Makassar, Januari 2012
Penulis
vi
ABSTRAK
NURUL RIZKI FACHIRA. A21106663. PENGARUH BRAND IMAGE
TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MOBIL MEREK PAJERO SPORT
PADA PT. BOSOWA BERLIAN MOTOR. Pembimbing: Hj. St. Haerani dan
Muhammad Ismail.
Tujuan penelitian ini adalah : (i) untuk menganalisis pengaruh brand image
meliputi kualitas merek, loyalitas merek dan asosiasi merek terhadap keputusan
pembelian mobil Pajero Sport pada PT. Bosowa Berlian Motor, dan (ii) untuk
menganalisis diantara brand image tersebut berpengaruh dominan terhadap keputusan
pembelian mobil Pajero Sport pada PT. Bosowa Berlian Motor.
Penelitian ini memakai metode deskriptif kuantitatif. Populasi dan sampel
penelitian sebanyak 93 responden (full sampling). Teknik analisa data dalam
penelitian ini adalah analisis Regresi Linier Berganda.
Hasil penelitian menemukan bahwa secara simultan setelah diuji dengan uji-
Fisher (F) ditemukan bahwa brand image berupa kualitas merek, loyalitas merek dan
asosiasi merek signifikan berpengaruh terhadap keputusan pembelian mobil Pajero
Sport pada PT. Bosowa Berlian Motor Makassar. Brand image berupa asosiasi merek
merupakan faktor dominan dan signifikan yang berpengaruh terhadap keputusan
pembelian mobil Pajero Sport pada PT. Bosowa Berlian Motor Makassar. Asosiasi
merek yang diterapkan ditentukan oleh kemampuan perusahaan dalam menciptakan
informasi padat bagi pelanggan dan bisa mempengaruhi pengingatan kembali atas
informasi tersebut, terutama saat mengambil keputusan pembelian produk mobil
Pajero Sport. Asosiasi merek ditentukan oleh kredibilitas, strategi positioning yang
diterapkan dan persepsi konsumen.
Saran yang diberikan yaitu menjadi bahan evaluasi bagi PT. Bosowa Berlian
Motor Makassar dalam meningkatkan keputusan pembelian dengan memperbaiki
brand image dari produk yang ditawarkan yang mampu memberikan ketertarikan
kepada konsumen untuk membeli produk mobil merek Pajero Sport.
vii
ABSTRACT
NURUL RIZKI FACHIRA. A21106663. AFFECT OF BRAND IMAGE
TOWARD PURCHASING DECISION OF PAJERO SPORT CAR ON BOSOWA
BERLIAN MOTOR LTD. Supervisors by Hj. St. Haerani and Muhammad
Ismail.
The research aims : (i) to analysis the affect of brand image include brand
quality, brand loyalty and brand association toward purchasing decision of Pajero
Sport car on Bosowa Berlian Motor Ltd, and (ii) to analysis between brand image
which dominant affect toward purchasing decision of Pajero Sport car on Bosowa
Berlian Motor Ltd.
This research using quantitative descriptive method. Population and sample as
amount 93 respondents (full sampling). Data analysis in Multiple Regression through
SPPS 15.
The result of research to found that in simultaneous after testing with Fisher
test (F test) to found that the brand image such as brand quality, brand loyalty and
brand association have significant affect toward purchasing decision of Pajero Sport
car on Bosowa Berlian Motor Ltd. Brand image such as brand association represent
the dominant factor and significant affect toward purchasing decision of Pajero Sport
car on Bosowa Berlian Motor Ltd. The brand association appointment by ability of
company in creation of information by customer and to affect the remember on
information, mainly on take of decision the product of Pajero Sport car. The brand
association to appointment by credibility, positioning strategy which applied and the
consumer perception.
The suggestion which become evaluation by Bosowa Berlian Motor Ltd in
increasing of purchasing decision with improvement of brand image from the product
offering which able to give interesting by consumer to buy of product which have
merk the Pajero Sport.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
HASIL PENERIMAAN TIM EVALUASI ...................................................... iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
ABSTRACT ..................................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 3
1.4 Sistematika Penulisan .......................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORITIS .............................................................. 5
2.1 Pemasaran Produk ............................................................... 5
2.2 Konsep Brand (Merek) ........................................................ 12
2.3 Strategi Pengenalan Merek Produk ...................................... 16
2.4 Brand Image ........................................................................ 21
2.5 Keputusan Pembelian ........................................................... 28
2.6 Kerangka Pikir .................................................................... 31
2.7 Hipotesis ............................................................................. 32
ix
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 33
3.1 Daerah dan Obyek Penelitian .............................................. 33
3.2 Metode Pengumpulan Data ................................................. 33
3.3 Jenis dan Sumber Data ........................................................ 34
3.4 Populasi dan Sampel ........................................................... 34
3.5 Pengukuran Instrumen Penelitian ....................................... 35
3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas .............................................. 35
3.7 Metode Analisis .................................................................. 36
3.8 Definisi Operasional ........................................................... 37
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ..................................... 39
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 42
5.1 Hasil Penelitian ....................................................................... 42
5.2 Pembahasan ............................................................................ 57
BAB VI PENUTUP .................................................................................... 66
6.1 Kesimpulan ............................................................................. 66
6.2 Saran ....................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA
x
DAFTAR TABEL
Tabel Teks Halaman
1. Data Penjualan Mobil Pajero Sport Tahun 2005 – 2010 (Dalam
Unit) ................................................................................................ 1
2. Frekuensi dan Persentase Umur .................................................... 43
3. Frekuensi dan Persentase Jenis Kelamin ....................................... 43
4. Frekuensi dan Persentase Pendidikan ............................................ 44
5. Frekuensi dan Persentase Tanggapan Responden Mengenai
Keputusan pembelian .................................................................... 46
6. Frekuensi dan Persentase Tanggapan Responden Mengenai
Kualitas Merek .............................................................................. 47
7. Frekuensi dan Persentase Tanggapan Responden Mengenai
Loyalitas Merek ............................................................................. 48
8. Frekuensi dan Persentase Tanggapan Responden Mengenai
Asosiasi Merek .............................................................................. 49
9. Tingkat Validitas Variabel Penelitian ........................................... 51
10. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas ................................................... 51
11. Rangkuman Hasil Uji-F Analisis Regresi Berganda (Full Model
Regression) .................................................................................... 53
12. Hasil Perhitungan Uji Student (Uji-t) dan Koefisien Determinasi
Partial ............................................................................................. 56
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Teks Halaman
1. Kerangka Pikir ............................................................................... 32
12
BAB
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menghadapi gencarnya persaingan dalam bidang pemasaran, maka
tuntutan memperkenalkan kualitas produk menjadi pertimbangan yang harus
diterapkan perusahaan kepada pelanggan. Pentingnya kualitas produk menjadi
keunggulan bagi suatu perusahaan di dalam meningkatkan brand image-nya
untuk dapat bertahan dan survive dalam memasarkan produknya ke konsumen.
Makin sering suatu produk diperkenalkan kepada konsumen dengan
memperbaiki kualitas dan menjamin kualitas produk, maka pelanggan akan terus
menjadikan produk tersebut sebagai produk utama dan produk unggulan pilihan
pelanggan yang pada akhirnya loyalitas pelanggan terhadap produk tersebut
tinggi.
Dasar di dalam menentukan suatu brand image selama ini bertumpu
kepada nilai tambah suatu produk yang diberikan melalui nama merek yang
diukur dengan mengurangi utilitas atribut fisik produk dari total utilitas suatu
merek. Paradigma ini masih dipegang teguh oleh pihak manajemen mengingat
persaingan dengan perusahaan lain. Begitu banyak para pesaing yang melakukan
persaingan dalam penjualan produk, PT. Bosowa Berlian Motor ikut
mengimbangi ekspansi yang dilakukan agar lebih unggul.
Setelah dilihat dari hasil pengamatan persentase yang ditunjukkan, bahwa
ternyata setiap tahun brand image produk PT. Bosowa Berlian Motor tidak
13
mengalami peningkatan yang tinggi, tetapi cenderung mengalami fluktuatif, dan
salah satu alasan penyebab dari terjadinya suatu penambahan peningkatan
penguatan merek tidak dapat terjadi, karena rendahnya kontribusi bauran promosi
dalam mempengaruhi brand image produk tersebut. Lebih jelasnya ditunjukkan
pada Tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1
Data Penjualan Mobil Pajero Sport Tahun 2005 – 2010 (Dalam Unit)
Tahun Penjualan (unit)
Persentase Pertumbuhan (%)
2005 166 0.00
2006 179 19.12
2007 184 7.35
2008 201 25.00
2009 227 38.24
2010 234 10.29
Sumber: PT. Bosowa Berlian Motor, 2011
Secara keseluruhan menunjukkan persentase pertumbuhan penjualan
produk mobil Pajero Sport pada PT. Bosowa Berlian Motor Makassar mengalami
fluktuatif. Tahun 2005 sampai 2006 menunjukkan persentase pertumbuhan
sebesar 19.12%, menurun pada tahun 2007 menjadi 7.35% kemudian meningkat
lagi menjadi 38.24% pada tahun 2009 kemudian menurun sekitar 10.29% tahun
2010.
Atas dasar itu, maka peneliti mencoba melakukan pengkajian dan
penganalisaan tentang pengaruh brand image terhadap keputusan pembelian pada
14
PT. Bosowa Berlian Motor dalam menentukan penerapan brand image
berdasarkan persepsi kualitas suatu merek, loyalitas suatu merek dan
kesadaran/asosiasi merek, sehingga peneliti tertarik memilih judul: ”Pengaruh
Brand Image terhadap Keputusan pembelian Mobil Merek Pajero Sport pada PT.
Bosowa Berlian Motor ”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut :
1. Apakah brand image meliputi kualitas merek, loyalitas merek dan asosiasi
merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian mobil merek Pajero Sport
pada PT. Bosowa Berlian Motor?
2. Diantara brand image tersebut, manakah yang berpengaruh dominan terhadap
keputusan pembelian mobil merek Pajero Sport pada PT. Bosowa Berlian
Motor?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis pengaruh brand image meliputi kualitas merek, loyalitas
merek dan asosiasi merek terhadap keputusan pembelian mobil merek Pajero
Sport pada PT. Bosowa Berlian Motor.
2. Untuk menganalisis diantara brand image tersebut berpengaruh dominan
terhadap keputusan pembelian mobil merek Pajero Sport pada PT. Bosowa
Berlian Motor.
15
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dan penelitian ini adalah :
1. Menjadi bahan pertimbangan bagi pihak perusahaan dalam menerapkan brand
image untuk meningkatkan keputusan pembelian mobil merek Pajero Sport di
PT. Bosowa Berlian Motor.
2. Menjadi bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang terkait dengan penerapan
brand image produk untuk meningkatkan keputusan pembelian.
3. Bagi pengembangan ilmu, sebagai tolok ukur data (benchmark data) untuk
penelitian selanjutnya
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab I merupakan bab pendahuluan terdiri atas latar belakang, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori terdiri atas kajian teori yang relevan dengan penelitian
terdiri atas konsep pemasaran produk, konsep brand (merek), strategi
pengenalan merek produk, brand image dan keputusan pembelian serta
menyajikan kerangka pikir dan hipotesis.
Bab III Metode penelitian terdiri atas tempat penelitian, metode pengumpulan data,
jenis dan sumber data dan metode analisis.
Bab IV Gambaran Umum Perusahaan terdiri atas sejarah singkat dan perkembangan
perusahaan beserta struktur perusahaannya.
Bab V Hasil dan Pembahasan terdiri dari uraian mengenai hasil yang diteliti dan
dianalisis.
Bab VI Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran-saran yang dianggap perlu.
16
BAB II
LANDASAN TEORITIS
Pemasaran Produk
Bernard (2006:28) menyatakan konsep pemasaran adalah mencocokkan
kemampuan perusahaan dengan kebutuhan dan keinginan konsumen untuk
mencapai hubungan mutualisme yang saling menguntungkan. Pengertian produk
menurut Kotler (2004:19) adalah barang yang diproduksi atau dihasilkan untuk
memenuhi kebutuhan mutualisme konsumen berdasarkan keuntungan dan nilai
tambah sesuai kegiatan transaksi dalam suatu pasar. Berarti pemasaran produk
adalah suatu tindakan mencocokkan kemampuan perusahaan dalam
memperoduksi suatu barang yang dapat dijual atau dibeli dalam kegiatan
transaksi yang dapat menguntungkan.
Pengertian pemasaran dan aspek managemen saling terkait, menurut
Kartanegara (2006:8) adalah suatu proses perencanaan dan pelaksanaan mengenai
konsep harga, promosi, dan penyaluran ide-ide, barang-barang, jasa yang
ditunjukkan untuk menciptakan pertukaran dengan sasaran untuk memberikan
kepuasan kepada individu atau organisasi.
Konsep pemasaran adalah suatu konsep yang ditujukan untuk menciptakan
adanya pertukaran atas ide, barang atau jasa dengan tujuan akhir adalah
17
memberikan kepuasan kepada konsumen dan memberikan keuntungan kepada
perusahaan berdasarkan nilai penjualan.
Secara umum pemasaran adalah aktivitas manusia yang berkaitan dengan
pasar. Artinya bekerja dengan pasar guna mengaktualisasikan potensi pertukaran
untuk tujuan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia.
Kotler (1997:8) pengertian manajemen pemasaran adalah suatu proses
sosial dan manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa
yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
Swastha (2004:5) mengemukakan bahwa pemasaran adalah proses sosial di
mana individu dan kelompok mendapat apa yang mereka butuhkan dan inginkan
dengan menciptakan dan mempertukarkan produk dan nilai dengan individu atau
kelompok lainnya. Jadi ukuran pasar tergantung pada banyaknya orang yang
memiliki kebutuhan, mempunyai sumberdaya yang menarik bagi orang lain dan
ingin menawarkan sumberdaya ini sebagai ganti atau produk yang bernilai dan
dapat memuaskan kebutuhan serta keinginannya.
Shultz dalam Alma (1998:185) manajemen pemasaran adalah suatu usaha
atau kegiatan yang menyalurkan barang atau jasa dari produsen ke konsumen.
Converse (1999:2) memberikan pengertian manajemen pemasaran produk adalah
kegiatan pembelian dan penjualan dan termasuk di dalamnya kegiatan
menyalurkan barang diantara produsen dan konsumen.
18
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh para ahli di atas, diketahui
bahwa manajemen pemasaran produk adalah suatu proses sosial yang merupakan
sistem dari keseluruhan aktivitas usaha yang berorientasi pada pasar konsumen.
Manajemen pemasaran merupakan suatu proses yang dinamis, integrasi dan hasil
interaksi dari banyak kegiatan seperti transaksi barang, jasa dan lainnya yang
dimulai dengan pengembangan ide suatu produk terhadap kegiatan jual-beli.
Kotler (1997:12) terdapat lima konsep yang dianut oleh suatu perusahaan
dalam melakukan kegiatan pemasaran produk antara lain:
1. Konsep produksi, di mana konsumen akan menyukai produk yang tersedia
secara luas dan rendah harganya. Manajer-manajer pemasaran yang
berorientasi pada produksi yang tinggi dan pencapaian cakupan lokasi yang
luas.
2. Konsep produk, yaitu konsumen akan menyukai produk yang memberikan
kualitas dan prestasi yang paling baik. Manajer organisasi pada konsep ini
akan menfokuskan energi pada pembuatan produk yang baik dan perbaikan
secara terus menerus.
3. Konsep penjualan, konsumen apabila dibiarkan sendiri, biasanya tidak akan
membeli banyak produk. Oleh karena itu harus melakukan usaha penjualan
dan promosi yang gencar.
19
4. Konsep pemasaran, merupakan kunci untuk mencapai tujuan organisasi, yaitu
penentuan kebutuhan dan keinginan dari pasar sasaran dan pada pemberian
kepuasan yang diinginkan lebih efektif dan efisien daripada pesaing.
5. Konsep pemasaran sosial, penentuan kebutuhan, keinginan dan kepentingan
dari pasar sasaran dan untuk memberikan kepuasan yang diinginkan lebih
efektif dan lebih efisien daripada pesaing dengan cara mempertahankan dan
meningkatkan kesejahteraan konsumen dan masyarakat. Konsep ini meminta
kepada para pemasar untuk menyeimbangkan ketiga pertimbangan dalam
menentukan kebijakan pemasaran mereka, yaitu keuntungan perusahaan,
pemuasan keinginan konsumen dan kepentingan umum.
Manajemen pemasaran juga ditentukan oleh penerapan segmentasi,
targeting dan positioning. Banyak pemasar yang langsung melakukan strategi
pemasaran, sementara pasar sasarannya sendiri belum jelas, sehingga pemasar
perlu kembali memeriksa ketetapan pasar sasaran yang dipilih.
Menurut Kasali (1999:57) segmentasi pasar harus dilakukan sejak awal
yaitu sejak proses pertama dimulai pada analisis peluang pasar. Segmentasi pasar
adalah suatu proses untuk membagi-bagi atau mengelompokkan konsumen
kedalam kotak-kotak yang lebih homogen.
Ada lima keuntungan yang diperoleh dengan melakukan segmentasi pasar
yaitu mendesain produk-produk yang lebih responsif terhadap kebutuhan pasar,
memudahkan menganalisis pasar, menemukan peluang, menguasai posisi yang
20
superior dan kompetitif, menemukan strategi komunikasi yang efektif dan efisien
dalam bauran pemasaran.
Kasali (1999:69) menambahkan bahwa segmentasi pasar dapat berpedoman
pada karakteristik konsumen dengan melihat segmentasi geografis, demografis,
psikografis, segmentasi perilaku dan segmentasi multi atribut dalam bauran
pemasaran.
Segmentasi geografis adalah segmentasi pasar yang mengharuskan
pembagian pasar menjadi unit-unit geografis yang berbeda dari setiap daerah.
Suatu perusahaan dapat memutuskan untuk beroperasi dalam satu atau sedikit
wilayah geografisnya atau beroperasi dalam seluruh wilayah tetapi memberikan
perhatian pada variasi lokal dalam kebutuhan dan preferensi geografis dalam
bauran pemasaran.
Segmentasi demografis yaitu pasar dibagi menjadi kelompok-kelompok
demografis seperti usia, ukuran keluarga, siklus hidup keluarga, jenis kelamin,
penghasilan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, suku, kewarganegaraan dan kelas
sosial menunjang dalam bauran pemasaran.
Segmentasi psikografis mengharuskan pembeli dibagi menjadi kelompok
yang berbeda berdasarkan pengetahuan, sikap, pemakaian atau tanggapan mereka
terhadap suatu produk. Banyak pemasar yakini bahwa kejadian, manfaat, status
pemakai, tingkat pemakaian, kesetiaan, tahap kesiapan pembeli dan sikap dalam
21
segmentasi psikografis merupakan titik awal yang terbaik dalam membentuk
segmen pasar sesuai dalam bauran pemasaran.
Segmentasi multi atribut (geoclustering) yaitu segmen pasar yang tidak lagi
membicarakan konsumen rata-rata atau bahkan membatasi analisa hanya pada
sedikit segmen pasar dalam bauran pemasaran. Segmentasi tidak berdiri sendiri.
Segmentasi merupakan satu kesatuan dengan targeting dan positioning, yang
menandakan hubungan ini sebagai STP (segmentation, targeting, positioning).
Proses ini merupakan bagian dari kegiatan penciptaan dan penyampaian nilai
kepada konsumen. Nilai disini berarti sesuatu yang memberi
keuntungan/kenikmatan bagi konsumen karena menerima pelayanan yang baik,
harga yang sesuai, citra yang kuat, penyampaian yang tepat waktu dan
sebagainya.
Menurut Kotler (1997:265) targeting adalah suatu tindakan untuk
mengembangkan ukuran-ukuran daya tarik pasar dan memilih satu atau lebih
segmen pasar untuk dimasuki. Targeting atau menetapkan target pasar merupakan
tahap selanjutnya setelah segmentasi. Produk dari targeting adalah target market
(pasar sasaran) yaitu satu atau beberapa segmen pasar yang menjadi fokus
kegiatan pemasaran. Targeting disebut juga selecting karena marketer harus
menyeleksi. Menyeleksi disini berarti marketer harus memiliki keberanian untuk
menfokuskan kegiatannya pada beberapa bagian (segmen) dan meninggalkan
bagian lainnya.
22
Ada beberapa kriteria untuk memilih pasar sasaran yang optimal yaitu: (i)
harus responsif terhadap produk dan program pemasaran yang dikembangkan, (ii)
potensi penjualan harus cukup luas. Artinya, semakin besar pasar sasaran semakin
besar nilainya. Besar pasar sasaran ditentukan oleh daya beli dan keinginan pasar
untuk memiliki produk tersebut, (iii) pertumbuhan memadai, pasar tumbuh
perlahan-lahan sampai akhirnya meluncur dengan pesat dan mencapai titik
kedewasaan dan (iv) jangkauan media, pasar sasaran dapat dicapai dengan
optimal kalau marketer tepat memilih media untuk mempromosikan dan
memperkenalkan produknya.
Setelah pasar sasaran dipilih dan produk yang dibutuhkan dirancang kini
tiba giliran memposisikan produk itu ke dalam pemikiran calon konsumen. Ini
merupakan suatu hal yang harus dilakukan dengan perencanaan yang matang dan
langkah yang tepat. Positioning bukanlah bagian dari strategi produk melainkan
komunikasi. Positioning berhubungan dengan bagaimana menempatkan produk
itu ke dalam pemikiran konsumen yang telah ditargetkan.
Menurut Kotler (1997:295) positioning adalah tindakan yang dilakukan
marketer untuk membuat citra produk dan hal-hal yang ingin ditawarkan kepada
pasarnya berhasil memperoleh posisi yang jelas dan mengandung arti dalam
benak konsumen. Jadi positioning berhubungan dengan bagaimana memperoleh
posisi yang jelas dan mengandung arti dalam benak konsumen. Positioning justru
23
dilakukan karena adanya persaingan baik dalam kategori produk sejenis maupun
produk yang berbeda.
Kasali (1999:85) positioning adalah strategi komunikasi untuk memasuki
jendela otak konsumen agar produk/merek/nama anda mengandung arti tertentu
yang dalam beberapa segi mencerminkan keunggulan terhadap produk lain dalam
bentuk hubungan asosiatif.
Positioning harus diungkapkan dalam bentuk suatu pernyataan yang harus
mewakili citra produk yang hendak dicatat dalam benak konsumen, sehingga
produk tersebut dinyatakan dengan mudah, enak didengar dan harus dipercaya.
Konsep Brand (Merek)
Merek saat ini telah menjadi aset perusahaan yang paling bernilai. Selain
sangat membantu dalam penetrasi pasar, merek yang kuat juga menciptakan
loyalitas. Perusahaan atau produk yang memiliki merek yang kuat cenderung
lebih mudah memenuhi kebutuhan dan keinginan sesuai dengan persepsi
konsumen (Susanto, 2008:14)
Aaker (2004:9) merek adalah nama atau simbol yang bersifat membedakan
(seperti logo, cap atau kemasan), yang membedakannya dari barang atau jasa
yang dihasilkan oleh kompetitor, serta melindungi konsumen maupun produsen
dari para kompetitor yang berusaha memberikan produk-produk yang tanpa
identik.
24
Merek adalah identifikasi yang berupa nama atau simbol yang
mempengaruhi proses pemilihan suatu produk atau jasa yang membedakannya
dari produk pesaing serta mempunyai nilai bagi pembeli dan penjualnya.
American Marketing Association (Kotler, 2004:460) menyatakan bahwa merek
adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan atau kombinasi dari hal-hal
tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari
seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk
pesaing.
Merek bukan sekedar nama, istilah, tanda atau simbol saja, lebih dari itu,
merek merupakan sebuah janji perusahaan untuk secara konsisten memberikan
gambaran, semangat dan pelayanan kepada konsumen. Pengelolaan merek
membutuhkan perspektif jangka panjang dan dikelola secara aktif setiap waktu
dengan merek atau jika dibutuhkan dengan revitalisasi merek.
Susanto dan Wijanarko (2004:2) menyatakan bahwa dalam menghadapi
persaingan yang ketat, merek merupakan suatu pembeda yang jelas, bernilai dan
berkesinambungan, menjadi ujung tombak bagi daya saing perusahaan dan sangat
membantu strategi pemasaran.
Kotler (1997:71) menyatakan bahwa suatu perusahaan memiliki lima
pilihan strategi merek yaitu perluasan lini (line extension), merek (brand), multi
merek (multi brand), merek baru (new brand) dan merek bersama (co-brand).
25
Merek terjadi jika perusahaan memperkenalkan unit produk tambahan
dalam kategori produk yang sama dengan merek yang sama, biasanya dengan
tampilan baru seperti rasa, bentuk, warna baru, tambahan, ukuran kemasan dan
lainnya. Merek terjadi jika perusahaan memutuskan untuk menggunakan merek
yang sudah ada pada produknya dalam satu kategori baru. Merek atau
ekstensifikasi merek memberikan keuntungan karena merek baru tersebut
umumnya lebih cepat diterima (karena sudah dikenal sebelumnya). Hal ini
memudahkan perusahaan memasuki pasar dengan kategori produk baru. Merek
menghemat banyak biaya iklan yang biasanya diperlukan untuk membiasakan
konsumen dengan suatu merek baru (Kotler, 1997:72).
Multi merek terjadi apabila perusahaan memperkenalkan berbagai merek
tambahan dalam kategori produk yang sama. Tujuannya adalah untuk membuat
kesan, feature serta daya tarik yang lain kepada konsumen, sehingga lebih banyak
pilihan. Merek baru dilakukan apabila perusahaan tidak memiliki satu merek pun
yang sesuai dengan produk yang akan dihasilkan atau citra dari merek tersebut
tidak membantu untuk produk baru. Sedangkan merek bersama adalah
kecenderungan yang terjadi saat ini yaitu dengan meningkatkan strategi co-
branding (kerjasama merek) yang terjadi apabila dua merek terkenal digabung
dalam satu penawaran dengan tujuan agar merek yang satu dapat memperkuat
merek yang lain sehingga menarik minat konsumen (Kotler, 1997:73).
26
Brand (merek) adalah penggunaan sebuah merek yang telah mapan pada
suatu kelas produk atau jasa untuk memasuki kelas produk atau jasa lain. Merek
atau ekstensifikasi merek merupakan strategi alamiah bagi perusahaan yang
sedang tumbuh dan mengeksploitasi asetnya (Aaker, 2004:255).
Keller (1993:43) menyatakan bahwa merek atau ekstensifikasi merek
adalah keinginan seseorang untuk melanjutkan menggunakan suatu merek atau
tidak. Pengukuran dari merek sangatlah berhubungan dengan kesetiaan dan
bagian pengukuran dari pengguna baru menjadi pengguna yang setia.
Merek dilakukan dengan cara menggunakan aset untuk penetrasi pada
kategori produk baru atau memberi lisensinya kepada produk lain atau
mengakuisisi sebuah perusahaan yang mempunyai merek yang bisa dijadikan
landasan bagi perusahaan (Decker, 2004:141).
Keller (2003:98) menyatakan bahwa merek secara umum dibedakan
menjadi dua kategori yaitu perluasan lini (line extension) dan perluasan kategori
(category extension). Perluasan lini artinya perusahaan membuat produk baru
dengan menggunakan merek lama yang terdapat pada merek induk. Meskipun
target pasar produk yang baru tersebut berbeda, tetapi kategori produknya sudah
dilayani oleh merek induk. Sedangkan perluasan kategori artinya perusahaan tetap
menggunakan merek induk yang lama untuk memasuki kategori produk yang
sama sekali berbeda dari yang sedang dilayani oleh merek induk.
Penerapan ekstensifikasi merek bagi suatu perusahaan memiliki keuntungan
dan kerugian. Keller (2003:455) menyatakan bahwa keuntungan ekstensifikasi
27
merek ada dua yaitu memfasilitasi penerimaan produk dan menyediakan manfaat
timbal balik pada merek asal. Memfasilitasi penerimaan produk dilakukan
dengan:
a. Mengurangi risiko yang dirasakan konsumen;
b. Meningkatkan kemungkinan memperoleh distribusi dan trial;
c. Meningkatkan efisiensi pengeluaran promosi;
d. Mengurangi biaya perkenalan dan program pemasaran lanjutan;
e. Menghindari biaya pengembangan merek baru untuk melakukan riset
konsumen yang diperlukan dan mempekerjakan personal yang
berketerampilan untuk mendesain nama merek yang berkualitas, logo, simbol,
pengemasan, ciri dan slogan yang bisa sangat mahal dan tidak ada jaminan
sukses;
f. Efisiensi pengemasan dan pelabelan;
g. Mengijinkan konsumen untuk mencari variasi.
Menyediakan manfaat timbal balik pada merek asal yaitu dengan memperjelas
arti merek, meningkatkan citra merek, membawa pelanggan baru ke dalam brand
franchise, mengaktifkan kembali merek dan mengijinkan merek berikutnya.
Keller (2003:456) menambahkan bahwa kerugian dari ekstensifikasi merek
ada 8 (delapan) yaitu: 1) membingungkan atau menyebabkan konsumen frustasi,
2) mengancam ketahanan retailer, 3) merusak citra merek, 4) sukses tetapi
mengkanibalisasi penjualan merek asal, 5) sukses tapi mengurangi identifikasi
28
dengan satu kategori lain, 6) sukses tapi merusak citra merek asal, 7) merusak arti
merek dan 8) membatalkan kesempatan mengembangkan merek baru.
Tahap-tahap dalam melakukan ekstensifikasi merek dilakukan dengan
mengidentifikasi asosiasi-asosiasi merek, mengidentifikasi produk-produk yang
berkaitan dengan asosiasi merek dan memilih calon terbaik dari daftar produk
tersebut untuk menguji konsep dan pengembangan produk baru (Keller,
2003:457).
Strategi Pengenalan Merek Produk
Kotler (1999:128) menyatakan strategi bauran promosi adalah strategi yang
memberikan distribusi yang optimal dari setiap metode promosi. Tugas tersebut
tidaklah mudah, mengingat efektifitas masing-masing metode berbeda dan yang
paling repot, setiap metode kadang-kadang tumpang tindih (overlap) dengan
metode yang lain.
Tjiptono (2004:235) strategi bauran promosi adalah strategi mengenai
produk, pasar, pelanggan, anggaran, dan bauran pemasaran sebagai faktor-faktor
yang menentukan bauran promosi. Lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Faktor Produk
Faktor produk yaitu mempertimbangkan karakteristik dan cara produk
itu dibeli, dikonsumsi dan dipersepsikan. Apabila produk itu adalah produk
industri yang bersifat sangat teknis, personal selling paling tepat untuk
mempromosikannya, karena penjual harus memberikan penjelasan-penjelasan
29
teknis dan menjawab pertanyaan-pertanyaan pelanggan. Sebaliknya untuk
produk konsumen ada beberapa pendekatan. Untuk convenience product yang
sifat distribusinya intensif, mass selling adalah metode promosi yang efektif.
Untuk shopping product yang mana pembeli harus memilih, perusahaan harus
menggunakan promosi penjualan. Sedangkan untuk specialty product dan
unsought product, perusahaan harus menggunakan personal selling.
Apabila pelanggan memandang risiko pembelian suatu produk tinggi,
penekanan promosi adalah pada personal selling. Untuk produk yang tahan
lama (durable goods), karena lebih jarang dibeli daripada produk-produk yang
tidak tahan lama (nondurable goods) dan memerlukan komitmen tinggi
terhadap sumber-sumber, maka personal selling lebih efektif daripada iklan.
Sedangkan untuk produk yang dibeli dalam jumlah kecil dan sering dibeli
(membutuhkan pengambilan keputusan yang rutin), perusahaan harus lebih
memilih iklan daripada personal selling.
2. Faktor Pasar
Tahap-tahap product life cycle (PLC) dalam faktor pasar terdiri dari
tahap perkenalan, pertumbuhan, kedewasaan dan penurunan. Pada tahap
perkenalan, penekanan utama untuk produk konsumen adalah pada iklan,
guna menginformasikan keberadaan produk dan menciptakan permintaan
awal, yang didukung oleh personal selling dan promosi penjualan. Untuk
produk industrial, hanya personal selling yang cocok untuk tahap ini.
30
Pada tahap pertumbuhan, karena adanya peningkatan permintaan dan
masuknya pesaing ke dalam industri, maka bagi produk konsumsi metode-
metode promosinya harus digeser pada iklan saja. Di lain pihak, iklan dan
personal selling digunakan untuk produk industri pada tahap ini. Pada tahap
kedewasaan, iklan dan promosi penjualan dibutuhkan untuk membedakan
produk perusahaan (produk konsumen) dari milik pesaing, sedangkan
personal selling semakin intensif dilakukan untuk mempromosikan produk
industrial. Dan pada tahap penurunan, promosi penjualan mungkin diperlukan
untuk memperlambat penurunan penjualan produk.
Pada produk-produk tertentu, jika pangsa pasar tinggi, perusahaan harus
menggunakan iklan dan personal selling bersama-sama, karena pangsa pasar
yang tinggi menunjukkan perusahaan melayani beberapa segmen dan saluran
distribusi ganda. Sebaliknya, jika pangsa pasarnya rendah, penekanan
hendaknya diberikan pada iklan atau personal selling (tergantung pada
produknya).
Dalam faktor pasar, iklan lebih cocok digunakan di dalam industri yang
jumlah perusahaannya sedikit. Hal ini dikarenakan iklan yang besar-besaran
dapat menjadi hambatan masuk ke dalam industri, dan iklan yang besar-
besaran tersebut dapat digunakan sebagai jaminan kualitas produk dan
mengurangi ketidakpastian pelanggan terhadap produk baru.
Apabila persaingan sangat ketat, ketiga metode promosi (personal
selling, mass selling dan promosi penjualan) dibutuhkan untuk
31
mempertahankan posisi produk. Sebaliknya pada persaingan yang terbatas,
penekanan promosi dapat hanya pada mass selling atau personal selling saja.
3. Faktor Pelanggan
Pelanggan rumah tangga lebih mudah dipikat dengan iklan, karena
untuk mencapai pelanggan, metode tersebut paling murah, sedangkan jika
sasaran yang dituju adalah pelanggan industri, maka perusahaan harus
menggunakan personal selling agar dapat memberi penjelasan dan jasa-jasa
tertentu yang berkaitan dengan produk.
Ada dua strategi yang digunakan untuk faktor pelanggan dalam strategi
bauran promosi yaitu push strategy dan pull strategy. Push strategy adalah
aktivitas promosi produsen kepada perantara (biasanya dengan personal
selling dan trade promotion), dengan tujuan agar para perantara itu memesan,
kemudian menjual serta mempromosikan produk yang dihasilkan produsen.
Sedangkan pull strategy yaitu aktivitas promosi produsen kepada konsumen
akhir (biasanya dengan iklan dan consumer promotion) dengan tujuan agar
mereka mencarinya pada para perantara, yang pada gilirannya kemudian
perantara memesan produk yang dicari konsumen kepada produsen.
4. Faktor Anggaran
Jika perusahaan memiliki dana promosi yang besar, maka peluangnya
untuk menggunakan iklan yang bersifat nasional juga besar. Sebaliknya bila
dana yang tersedia terbatas, maka perusahaan dapat memilih personal
selling, promosi penjualan atau iklan bersama di dalam wilayah lokal atau
regional.
32
5. Faktor Bauran Pemasaran
Pada faktor bauran pemasaran, harga yang tinggi sering dianggap
pelanggan berkorelasi positif dengan kualitas yang juga tinggi. Dalam kasus
demikian, maka penggunaan iklan lebih tepat untuk mengkomunikasikan
kualitas dari produk-produk yang harganya mahal.
Jika pendistribusian dilakukan secara langsung, maka karakteristiknya
mensyaratkan penggunaan personal selling, sedangkan bila secara tidak
langsung, maka dibutuhkan iklan karena terbatasnya jumlah armada penjual
yang dipakai. Sebagaimana halnya dengan produk, merek juga memiliki daur
hidup. Pada tahap perkenalan, suatu merek baru memerlukan iklan yang
gencar untuk memperkenalkannya. Memasuki tahap pertumbuhan, iklan harus
dikombinasikan dengan personal selling. Setelah tahap ini segala aktivitas
promosi mulai menurun, sehingga pada tahap kedewasaan pemasar dapat
menerapkan life-extension strategy, harvest atau memperkenalkan merek baru
lagi.
Brand Image
Brand adalah identifikasi yang berupa nama atau simbol yang
mempengaruhi proses pemilihan suatu produk atau jasa yang membedakannya
dari produk pesaing serta mempunyai nilai bagi pembeli dan penjualnya.
American Marketing Association (Kotler, 2002:460) menyatakan bahwa brand
atau merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan atau kombinasi dari
33
hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari
seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk
pesaing.
Brand bukan sekedar nama, istilah, tanda atau simbol saja, lebih dari itu,
brand merupakan sebuah janji perusahaan untuk secara konsisten memberikan
gambaran, semangat dan pelayanan kepada konsumen. Pengelolaan brand atau
merek membutuhkan perspektif jangka panjang dan dikelola secara aktif setiap
waktu dengan penguatan merek atau jika dibutuhkan dengan revitalisasi merek.
Susanto dan Wijanarko (2004:2) menyatakan bahwa dalam menghadapi
persaingan yang ketat, merek yang kuat merupakan suatu pembeda yang jelas,
bernilai dan berkesinambungan, menjadi ujung tombak bagi daya saing
perusahaan dan sangat membantu strategi pemasaran.
Keller (1993:43) menyatakan bahwa brand image adalah keinginan
seseorang untuk melanjutkan menggunakan suatu brand atau tidak. Pengukuran
dari brand image sangatlah berhubungan kuat dengan kesetiaan dan bagian
pengukuran dari pengguna baru menjadi pengguna yang setia.
Beberapa pengertian brand image yang dikemukakan oleh beberapa ahli,
yang pertama Susanto dan Wijanarko (2004:127), brand image adalah
seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama
dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh suatu
barang atau jasa kepada perusahaan atau pelanggan.
34
East (1997:29) menyatakan bahwa “brand image or brand strength is the
control on purchase exerted by a brand, and by virtue of this, the brand as an
asset that can be exploited to produce revenue”. Brand image atau kekuatan
merek adalah kontrol dari pembelian dengan menggunakan merek, dan kebaikan
dari merek, merek sebagai aset yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan
pendapatan.
Kotler dan Armstrong (2004:292) menyatakan bahwa “brand image is the
positive differential effect that knowing the brand name has on customer response
to the product or service”. Artinya, ekuitas merek adalah efek diferensiasi yang
positif yang dapat diketahui dari respon konsumen terhadap barang atau jasa. Jadi
brand image adalah kekuatan suatu brand yang dapat menambah atau mengurangi
nilai dari brand itu sendiri yang dapat diketahui dari respon konsumen terhadap
barang atau jasa yang dijual.
Susanto dan Wijanarko (2004:40-41) menyatakan bahwa brand image
dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori:
1. Brand awareness yaitu kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali
atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori
merek tertentu.
2. Perceived quality yaitu persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau
keunggulan suatu produk atau jasa berkenaan dengan maksud yang
diharapkan.
35
3. Brand association yaitu sesuatu yang berkaitan dengan ingatan mengenai
sebuah produk. Asosiasi ini tidak hanya eksis, namun juga memiliki suatu
tingkat kekuatan. Keterikatan pada suatu merek akan lebih kuat apabila
dilandasi pada banyak pengalaman atau penampakan untuk
mengkomunikasikannya.
4. Brand loyalty yaitu ukuran kesetiaan seorang pelanggan pada sebuah merek.
Kotler (2002:154) menyebutkan bahwa brand image adalah brand asset
dan liability yang berhubungan dengan sebuah merek tertentu. Hal ini berkaitan
dengan tingkat pengakuan merek, mutu merek yang diyakini, asosiasi mental dan
emosional yang kuat, serta aktiva lain seperti hak paten, merek dagang dan
hubungan saluran distribusi. Keuntungan kompetitif yang dapat diperoleh dari
tingginya brand image adalah:
1. Merek tersebut memberikan pertahanan terhadap persaingan harga yang
kompetitif.
2. Lebih mudah meluncurkan perluasan merek karena kredibilitasnya yang
tinggi.
3. Mampu menetapkan harga yang lebih tinggi dari pesaing karena terdapat
keyakinan konsumen terhadap kredibilitas barang tersebut.
4. Posisi yang lebih kuat dalam negosiasi dengan distributor dan pengecer sebab
pelanggan mengharapkan memiliki merek tersebut.
36
5. Menikmati biaya pemasaran yang lebih kecil karena tingkat kesadaran dan
kesetiaan merek konsumen tinggi.
Pengelolaan brand image perlu dilakukan dengan cermat mengingat para
pelanggan akan sangat terikat dengan hal tersebut pada waktu akan melakukan
relationship dengan perusahaan. Oleh karenanya pemahaman pelanggan
berdasarkan brand image menjadi critical view bagi pemasar. Keller (1999:29)
menyatakan bahwa brand image berdasarkan pemahaman pelanggan adalah suatu
pemahaman yang dimiliki konsumen terhadap suatu merek sebagai bentuk respon
dari aktivitas pemasaran. Pelanggan berdasarkan brand image yang baik akan
mempengaruhi tanggapan secara positif terhadap suatu produk, harga atau
komunikasi ketika merek tersebut diidentifikasi.
Bernard (2006:1) menyatakan bahwa brand image bukan sekedar identity
tetapi brand yang memberikan added-value untuk sebuah produk. Brand image
adalah sekumpulan asset (dan liabilities) yang berkaitan dengan sebuah nama
atau simbol yang memberi nilai tambah bagi produk (termasuk jasa) untuk
perusahaan atau customer perusahaan penyedia produk atau jasa tersebut. Brand
image dibentuk oleh 5 (lima) komponen yaitu brand awareness, brand loyalty,
perceived quality, brand association dan other proprietary brand asset. Brand
awareness dan brand loyalty akan mendorong dan berkontribusi terhadap
peningkatan kinerja sales, sedangkan perceived quality, brand association serta
other proprietary brand assets memberikan added-value pada sebuah produk.
37
Brand loyalty lebih ditekankan pada users, sedangkan brand awareness,
perceived quality dan brand associations terjadi pada proses keputusan membeli
dan other proprietary brand assets lebih untuk kepentingan penciptaan
perlindungan brand dan eksklusifitas dalam kaitannya dengan competitiveness.
Komponen-komponen brand image ini secara bersama-sama akan
menggenerasikan nilai (menambah nilai).
Berdasarkan uraian-uraian di atas diketahui bahwa brand image adalah
nilai tambah atau incremental utility suatu produk yang diberikan melalui nama
mereknya yang ditentukan oleh dimensi brand image yaitu persepsi kualitas,
loyalitas merek dan kesadaran/asosiasi merek. Persepsi kualitas adalah penilaian
subyektif konsumen mengenai superioritas sebuah produk, pengalaman pribadi
terhadap produk, kebutuhan yang unik dan situasi konsumsi yang bisa
mempengaruhi penilaian subyektif konsumen terhadap kualitas.
Loyalitas merek adalah komitmen yang mendalam untuk membeli
kembali atau berlangganan produk atau jasa yang lebih disukai secara konsisten
di masa datang. Dan kesadaran/asosiasi merek adalah segala sesuatu yang
dihubungkan dengan daya ingatan konsumen terhadap suatu merek. Konstruk ini
merupakan bentuk mix dari kesadaran dan asosiasi merek. Asosiasi merek akan
menjadi lebih kuat ketika konsumen banyak mendapatkan pengalaman dari
38
produk atau dari komunikasi periklanan yang sering diterima dibandingkan
dengan produk lain yang lebih sedikit.
Brand image ditentukan oleh tiga hal yaitu kualitas merek, loyalitas merek
dan asosiasi merek. Aaker (2004:45) menyatakan bahwa perusahaan dalam
menerapkan brand image harus didasari oleh kualitas dari merek tersebut,
loyalitas konsumen terhadap merek dan asosisasi yang diterapkan pada merek
tersebut.
Kualitas merek adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk
mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari
kategori merek tertentu (Aaker dan Jacobson, 2004:94). Kesadaran merek
mengacu pada seberapa besar kesadaran konsumen dan konsumen potensial
terhadap merek dan produk – produknya. Kualitas merek berpengaruh terhadap
kemampuan pembeli potensial untuk mengenali dan mengingat bahwa suatu
merek merupakan anggota dari suatu kategori produk yang pasti.
Kualitas merek berkaitan dengan kekuatan dari suatu merek yang muncul
dalam ingatan konsumen. Tolok ukur kualitas suatu merek diukur keterkenalan
dan mudahnya konsumen mengingat suatu merek. Kualitas merek merupakan
langkah awal untuk membangun merek produk. Aspek paling penting dari
kesadaran merek adalah bentuk informasi pertama dalam ingatan.
Aaker (2004:58) membagi loyalitas merek ke dalam lima tingkatan yaitu
switcher adalah golongan yang tidak peduli pada merek, mereka suka berpindah
merek. Motivasi mereka berpindah merek adalah harga yang rendah karena
39
golongan ini memang sensitif terhadap harga (price sensitive switcher).
Selanjutnya habitual buyer adalah golongan yang setia terhadap suatu merek
dimana dasar kesetiaannya bukan kepuasan atau keakraban dan kebanggaan.
Satisfied buyer adalah golongan konsumen yang merasa puas dengan suatu
merek. Mereka setia, tetapi dasar kesetiaannya bukan pada kebanggaan atau
keakraban pada suatu merek tetapi lebih didasarkan pada perhitungan untung rugi
atau biaya peralihan (switching cost) bila melakukan pergantian ke merek lain.
Liking the brand adalah golongan konsumen yang belum mengekspresikan
kebanggannya pada kepada orang lain, kecintaan pada produk baru terbatas pada
komitmen terhadap diri sendiri, dan mereka merasa akrab dengan merek. Dan
commited buyer adalah konsumen yang merasa bangga dengan merek tersebut
dan mengekspresikan kebanggaannya.
Dilihat dari asosiasi merek merupakan suatu nilai mendasar sebuah merek
seringkali merupakan sekumpulan asosiasinya, dengan kata lain merupakan
makna merek tersebut bagi khalayak. Asosiasi-asosiasi menjadi pijakan dalam
keputusan-keputusan pembelian dan loyalitas merek. Menurut Simamora (2001:
82), asosiasi merek yang menciptakan nilai bagi perusahaan dan para
pelanggannya juga dapat digunakan untuk membantu memproses penyusunan
informasi, memposisikan merek, membangkitkan alasan untuk membeli,
menciptakan sikap perasaan positif dan memberikan landasan untuk perluasan.
40
Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian dalam berbagai pandangan para ahli, secara
eksplisit memberikan pengertian bahwa pemasaran suatu produk sangat berkaitan
dengan besarnya jumlah penawaran yang ditawarkan kepada pelanggan sesuai
tingkat kepuasan atas produk yang digunakannya.
Tjiptono (2002:118) definisi mengenai keputusan pembelian, esensinya
diterapkan dalam tiga apresiasi yaitu: pertama, tingkat penjualan yang ingin
dicapai, kedua, pasar yang ingin dikembangkan sebagai kegiatan transaksi atau
tempat melakukan transaksi dan ketiga, adalah keuntungan atas penjualan.
Ketiga esensi tersebut pada dasarnya memberikan batasan bahwa
keputusan pembelian diartikan sebagai penambahan nilai ekonomi yang
ditimbulkan melalui aktivitas penawaran produk dari berbagai perusahaan
industri yang menawarkan pembelian kepada konsumen.
McDaniel (2010:26) mengemukakan bahwa keputusan pembelian
menunjukkan nilai penawaran yang memiliki kesan sesuai dengan tingkat
kemampuan konsumen untuk membeli dan memiliki suatu produk yang
dinyatakan dengan nilai finansial atau nominal.
Sturtmant (1996:252) pengertian keputusan pembelian adalah banyaknya
jumlah omzet yang diterima akibat penawaran dan penjualan secara kontinyu dan
menguntungkan, sehingga terjadi peningkatan nilai ekonomis dari suatu kegiatan
jasa.
41
Annisa Andriyani (1999:19) memberikan definisi keputusan pembelian
yang berorientasi pada pertambahan omzet adalah hasil keuntungan yang
diperoleh atau dicapai sesuai dengan banyaknya produk yang ditawarkan dan
dibutuhkan oleh konsumen, banyaknya jumlah transaksi yang terjadi dan
banyaknya penawaran yang dilakukan sehingga menghasilkan keuntungan. Tentu
peningkatan penjualan akan terjadi apabila jasa yang ditawarkan tersebut
didistribusikan oleh pihak-pihak yang melakukan transaksi penjualan produk.
Banyak perusahaan menerapkan tingkat penawaran optimal (omzet yang
menguntungkan) apabila memahami tiga hal yaitu penerapan positioning
penjualan, targeting penjualan dan segmentasi penjualan. Ketiga hal ini
merupakan bentuk yang sangat diperlukan dalam melakukan proses aktivitas
penjualan suatu produk yang dipromosikan.
Reni Damayanti (2008:148) kebanyakan manajer perusahaan selalu
berharap agar perusahaan yang dipimpinnya mengalami peningkatan dalam
peningkatan keputusan pembelian dibandingkan dengan perusahaan lainnya.
Harapan tersebut tidak akan menjadi kenyataan apabila para manajer tidak
bertindak dengan jeli dan konsisten dalam memecahkan persoalan strategi
pemasaran yang harus diterapkannya, agar omzet keputusan pembelian
ditingkatkan.
Menghadapi persaingan yang semakin ketat, Kartanegara (2009:46)
menyatakan bahwa setiap perusahaan dipaksa untuk mampu berkompetitif secara
sehat dalam mempertahankan peningkatan keputusan pembelian. Keputusan
42
pembelian tersebut seyogyanya diperlukan dan diperkokoh berdasarkan posisi
perusahaan dalam meningkatkan trend penjualannya yang sesuai dengan
segmentasi, targeting dan positioning pasar.
Triyadi (2002:133) bahwa tujuan dari suatu perusahaan adalah
mempertahankan dan meningkatkan penjualan. Penerimaan tersebut akan
komparatif dengan jumlah total penerimaan yang diperoleh dalam mencapai
profit (keuntungan) yang diinginkan oleh perusahaan.
Peningkatan keputusan pembelian dari pelanggan bagi perusahaan sangat
penting untuk mengukur keberhasilan para manajer atau merupakan indikasi
berhasil tidaknya perusahaan dalam persaingannya. Pemasaran yang tidak
berhasil akan mengakibatkan fungsi-fungsi lain dalam perusahaan tidak berarti.
Karena itu, menjadi suatu tujuan dari setiap perusahaan dalam meningkatkan
penjualannya. Dan salah satu yang sangat berpengaruh terhadap penjualan adalah
adanya faktor-faktor distribusi yang mempengaruhi peningkatan keputusan
pembelian produk perusahaan dalam melakukan suatu pengambilan keputusan.
Keputusan pembelian yang meningkat akan menggambarkan adanya
keuntungan atau perolehan manfaat dalam mengembangkan perusahaannya atau
meningkatkan suatu produk ke jenjang pemenuhan tingkat pencapaian hasil yang
diraih oleh perusahaan.
Kotler (2007:168) menyatakan bahwa perolehan peningkatan penjualan
yang tinggi akan terpenuhi apabila: (i) kekuatan-kekuatan dari luar perusahaan
dapat memberikan keuntungan, (ii) kinerja perusahaan secara rata-rata mengalami
43
peningkatan setiap periode waktu, (iii) setiap keputusan pembelian perusahaan
tidak mengalami penurunan, (iv) setiap omzet perusahaan meningkat sesuai
dengan besarnya jumlah pelanggan, (v) tidak terpengaruh oleh faktor-faktor yang
kurang komparatif dalam mempengaruhi keputusan pembelian yang diterima.
Mengukur peningkatan keputusan pembelian dengan menggunakan
metode aplikasi terhadap total penjualan yang diterima adalah total penjualan
yang diterima oleh perusahaan berbanding dengan total biaya yang dikeluarkan
oleh perusahaan dalam proses pengoperasian produk tersebut sampai ke tangan
konsumen. Hasil akumulasi antara total penerimaan berbanding dengan
pengeluaran x 100% merupakan nilai penjualan yang diterima oleh perusahaan.
Dengan menggunakan metode perhitungan bahwa keputusan pembelian
yang diterima adalah besarnya total pengeluaran dibanding dengan total
penerimaan x 100% adalah jumlah penjualan yang diterima oleh suatu
perusahaan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka diketahui bahwa peningkatan
keputusan pembelian yang diterima oleh suatu perusahaan sangat ditentukan oleh
besarnya jumlah total penerimaan yang diterima dari transaksi produk berbanding
dengan besarnya jumlah pengeluaran dari biaya yang dikeluarkan oleh suatu
perusahaan dalam memperoleh keuntungan yang komparatif.
Kerangka Pikir
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, berikut kerangka pikir
penelitian disajikan dilembar selanjutnya:
44
Gambar 1
Kerangka Pikir
Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan uraian di atas, hipotesis yang diajukan
adalah sebagai berikut:
1. Ada pengaruh brand image meliputi kualitas merek, loyalitas merek dan asosiasi
merek terhadap keputusan pembelian mobil Pajero Sport pada PT. Bosowa
Berlian Motor.
2. Diantara brand image tersebut, asosiasi merek yang berpengaruh dominan
terhadap keputusan pembelian mobil Pajero Sport pada PT. Bosowa Berlian
Motor.
KUALITAS MEREK
LOYALITAS MEREK
ASOSIASI MEREK
BRAND IMAGE
KEPUTUSAN
PEMBELIAN
45
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Daerah dan Obyek Penelitian
Daerah penelitian dilaksanakan di Kota Makassar, dengan obyek penelitian
pada PT. Bosowa Berlian Motor. Lokasi penelitian ini dipilih dengan pertimbangan
bahwa peneliti mudah memperoleh data penelitian baik yang bersifat data primer
maupun data sekunder dalam melakukan wawancara dengan informan.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi,
kuesioner dan telaah dokumen:
1. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data melalui tanya jawab langsung kepada
sejumlah responden terpilih yang berkaitan pengaruh brand image terhadap
keputusan pembelian mobil Pajero Sport pada PT. Bosowa Berlian Motor.
2. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data di mana peneliti terlibat langsung
untuk mengamati pengaruh brand image terhadap keputusan pembelian mobil
Pajero Sport pada PT. Bosowa Berlian Motor.
3. Kuesioner adalah pengumpulan data dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan
kepada beberapa pelanggan yang dijadikan sebagai responden.
4. Studi dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari
buku-buku maupun jurnal yang berkaitan dengan topik pembahasan.
46
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data adalah kualitatif dan kuantitatif yang bersumber dari:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung di lapangan yang
bersumber dari hasil pengamatan langsung di lokasi penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data pendukung bagi data primer yang diperoleh dari bahan-
bahan literatur seperti dokumen-dokumen serta laporan-laporan dan kepustakaan
lainnya yang berkaitan dengan penelitin ini.
3.4 Populasi dan Sampel
Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, umumnya berupa orang,
obyek, transaksi atau kejadian, di mana peneliti mempelajari atau menjadikannya
obyek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh
konsumen yang melakukan transaksi pembelian mobil Pajero Sport pada PT. Bosowa
Berlian Motor.
Sampel adalah suatu himpunan atau bagian dari unit populasi. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan teknik penarikan sampel secara purposive yaitu
melakukan penunjukan langsung kepada konsumen yang melakukan transaksi
pembelian Mobil Pajero pada Bulan September sampai Oktober 2011, dengan
menetapkan konsumen sebanyak 93 orang sebagai responden.
47
3.5 Pengukuran Instrumen Penelitian
Pengukuran yang digunakan untuk mengukur instrumen atas tanggapan
responden adalah menggunakan skala likert dengan interval 1 sampai 5
menyesuaikan pertanyaan yang diajukan. Contoh interval jawaban dan skor yang
diberikan untuk setiap item pertanyaan : Sangat tidak setuju, skor = 1, tidak setuju,
skor = 2, ragu-ragu, skor = 3, setuju, skor = 4 dan sangat setuju, skor = 5.
3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas
3.6.1 Uji Validitas
Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana suatu alat
pengukur (instrumen) dapat mengukur apa yang diukur (Ancok dan
Singarimbun, 1995). Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan untuk
memperoleh data adalah kuesioner. Apabila dalam uji validitas ditemukan
sebuah komponen yang tidak valid, maka dapat dikatakan bahwa komponen
tersebut tidak konsisten dengan komponen-komponen lainnya untuk
mendukung sebuah konsep.
Pengujian validitas dilakukan dengan beberapa langkah-langkah, antara
lain (Ancok dan Singarimbun, 1995):
a. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur.
b. Melakukan uji coba skala pengukuran dengan menggunakan responden.
c. Mempersiapkan tabel jawaban.
d. Menghitung korelasi.
48
3.6.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu indeks tentang sejauhmana suatu alat ukur
dapat dipercaya atau diandalkan. Jika suatu alat ukur dapat digunakan dua kali
untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukurannya diproses relatif
secara konsisten, maka alat ukur tersebut dianggap reliable. Artinya suatu alat
ukur yang digunakan konsisten dalam mengukur gejala yang sama.
3.7 Metode Analisis Data
Adapun metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Analisis kualitatif deskriptif, yaitu dengan menganalisis data kualitatif yang telah
diperoleh melalui observasi dan kuesioner pada PT. Bosowa Berlian Motor.
2. Analisis regresi linier berganda sebagai analisis preferensi yang digunakan untuk
mengetahui pengaruh brand image terhadap keputusan pembelian mobil Pajero
Sport pada PT. Bosowa Berlian Motor. Rumus yang digunakan adalah :
(Sumarsono, 2009:45)
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3 X3 + e
Dimana :
Y = Keputusan pembelian
X1 = Kualitas Merek
X2 = Loyalitas Merek
X3 = Asosiasi merek
b1 – b3 = Koefisien Regresi
b0 = Konstanta
e = Standar Error
49
3.8 Definisi Operasional
Definisi operasional digunakan agar tidak menimbulkan penafsiran ganda
yaitu dengan memberikan batasan terhadap variabel-variabel yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu:
1. Keputusan pembelian adalah pengambilan keputusan dari pelanggan untuk
melakukan pembelian, sehingga perusahaan memperoleh keuntungan
berdasarkan pengenalan merek menjadikan konsumen membeli produk
tersebut. Indikatornya adalah pembelian produk mobil Pajero Sport yang
diterapkan konsumen berdasarkan pada kebutuhan dan kesesuaian harapan
atas produk yang diinginkan. Pengukuran menggunakan skala Likert
5,4,3,2,1.
2. Kualitas merek adalah imej dari merek produk mobil Pajero Sport yang
memberikan ketertarikan kepada konsumen untuk membeli produk tersebut.
Indikatornya adalah merek pajero yang sudah terkenal, inovasi yang
diterapkan pada kendaraan dan produk Pajero merupakan keluaran dari
Mitsubishi. Pengukuran menggunakan skala Likert 5,4,3,2,1.
3. Loyalitas merek adalah imej yang ditunjukkan konsumen untuk melakukan
pembelian mobil Pajero Sport lebih dari satu. Indikatornya adalah melakukan
rekomendasi kepada pihak lain untuk menggunakan mobil merek Pajero
Sport, sejak dahulu setia telah menggunakan mobil merek Pajero, dan bila ada
keluaran terbaru konsumen melakukan tukar tambah untuk mendapatkan
mobil merek Pajero Sport yang terbaru. Pengukuran menggunakan skala
Likert 5,4,3,2,1.
50
4. Asosiasi merek adalah menciptakan informasi padat bagi pelanggan dan bisa
mempengaruhi pengingatan kembali atas informasi tersebut, terutama saat
mengambil keputusan pembelian produk mobil Pajero Sport. Indikatornya
adalah kredibilitas, strategi positioning yang diterapkan dan persepsi
konsumen. Pengukuran menggunakan skala Likert 5,4,3,2,1.
51
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Perusahaan PT. Bosowa Berlian Motor adalah perusahaan yang bergerak
di bidang pemasaran mobil merek Mitsubishi. PT. Bosowa Berlian Motor awal
mulanya bernama CV. Moneter Motor yang didirikan pada tanggal 22 Februari 1973
berdasarkan Akte Pendirian No. 6 oleh Prof. Teng Tjinleng, SH di Ujung
Pandang.
Pada tanggal 24 Oktober 1980, perusahaan tersebut berganti nama menjadi
PT. Bosowa Berlian Motor yang mendapat kepercayaan sebagai dealer kendaraan
Mitsubishi dari PT. Krama Yudha Tiga Berlian Motors Jakarta sebagai agen tunggal
pemegang merk Mitsubishi di Indonesia atas kerjasama 3 (tiga) pemegang saham
yaitu H.M. Aksa Mahmud, Hj. Siti Ramlah Kalla dan Abd. Rahman AT.
Bosowa adalah singkatan dari Bone, Soppeng dan Wajo, berdasarkan latar
belakang kerajaan Bugis yang dikenal dengan nama Tellu Boccoe (Tiga Serangkai).
Bone dengan kepemerintahannya, Soppeng dengan pertaniannya dan Wajo dengan
jiwa dagang masyarakatnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, diharapkan
menjadi perusahaan yang dilandasi dengan semangat Tellu Boccoe serta selalu rukun
dan damai, bersatu, saling bekerjasama dan keberadaannya bermanfaat bagi
masyarakat serta tercermin dalam sejarah kerajaan Bugis.
52
Struktur organisasi merupakan tulang punggung manajemen yang harus
disusun menjadi misi perusahaan yang telah dinyatakan. Hendaknya struktur
organisasi tersebut disusun sesuai dengan kebutuhan perusahaan, mengingat
perusahaan tidak bersifat mekanik tetapi lebih bersifat organik.
Susunan (struktur) organisasi merupakan susunan pembagian tugas dan
wewenang di dalam suatu organisasi yang memperlihatkan pengaturan tata hubungan
antara atasan dan bawahan serta tugas dan tanggungjawab masing-masing pelaksana.
Dalam perusahaan produk mobil terdapat beberapa aspek-aspek penting guna
mencapai tujuan, antara lain:
1. Aspek Manajemen
Perusahaan dipimpin oleh seorang Direktur dengan membawahi bagian
marketing, administrasi, produksi dan keuangan. Direktur sebagai pimpinan
perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan, yang bertanggungjawab
secara penuh atas segala keberhasilan dan kegagalan perusahaan yang terjadi.
Gaya kepemimpinan bersifat kekeluargaan, namun kejujuran, disiplin dan
kerja keras tetap menjadi prioritas utama di perusahaan ini untuk kelangsungan
pekerjaan dari semua karyawan.
2. Aspek Pemasaran
Pemasaran ditangani oleh beberapa sales yang melakukan pemasaran di
Makassar dan di beberapa daerah di Sulawesi Selatan. Para sales memasarkan
produk mobil merek Pajero. Dalam memasarkan produk, seorang sales harus
mengetahui jenis produk yang dipasarkan.
53
Prinsip perusahaan dalam menangani konsumen adalah lebih mudah
mencari konsumen baru dari pada menarik kembali konsumen yang telah pergi.
Jadi dalam menyikapi konsumen, sebagaimana berat dan marahnya harus
ditangani dengan perasaan yang tulus dan bersifat terbuka.
3. Aspek Administrasi dan Keuangan
Tugasnya adalah mengidentifikasi barang yang masuk dan keluar dari
gudang, mencatat pengiriman barang dan mencatat sisa barang yang kembali
yang belum terjual, membuat stok gudang dan membukukannya, membuat daftar
utang dan piutang perusahaan.
4. Aspek Keuangan
Tugasnya membuat harga pokok barang yang terjual, menghitung rugi laba
per minggu perusahaan, membayar gaji karyawan dan mencatat uang yang masuk
dan keluar.
Dalam menjalankan usahanya, PT. Bosowa Berlian Motor mempunyai
tujuan untuk mengembangkan usaha produk mobil merek Pajero Sport lebih luas
lagi. Dalam menjalankan roda perusahaan, ketersediaan produk mobil merek
Pajero Sport yang dimiliki disesuaikan dengan pesanan/kebutuhan konsumen
untuk dipasarkan oleh sales ke daerah-daerah yang sudah ditentukan.
54
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden adalah penjelasan tentang keberadaan
pelanggan yang melakukan pembelian mobil Pajero Sport pada PT. Bosowa
Berlian Motor, yang diperlukan sebagai informasi untuk mengetahui identitas
sebagai responden dalam penelitian ini. Responden sebagai obyek penelitian
yang memberikan interpretasi pengaruh brand image terhadap omset
penjualan mobil merek Pajero Sport.
Responden dalam penelitian ini sebanyak 93 orang yang representatif
untuk dikemukakan sebagai kelayakan responden dalam memberikan
informasi mengenai identitas diri mulai dari jenis kelamin, umur dan
pendidikan. Lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:
1. Umur
Umur ada usia yang dimiliki responden guna memudahkan untuk
mengetahui apa yang mendasari keputusan karyawan melakukan
pembelian mobil Pajero Sport. Lebih jelasnya umur responden
ditunjukkan pada Tabel 2 sebagai berikut:
55
Tabel 2
Frekuensi dan Persentase Umur
Umur Frekuensi
(F)
Persentase
(%)
21 – 30 4 4.3
31 – 40 78 83.9
41 – 50 11 11.8
Total 93 100.0
Sumber: Data setelah diolah, 2012
Tabel 2 di atas terlihat sebanyak 78 orang atau 83.9% berusia antara
31 – 40 tahun, 11 orang atau 11.8% berusia antara 41 – 50 tahun, dan 4
orang atau 4.3% berusia antara 21 – 30 tahun. Ini menunjukkan bahwa
usia responden kebanyakan telah berusia dewasa untuk memahami
pentingnya sebuah brand image dalam pertimbangan membeli suatu
produk.
2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin terdiri atas laki-laki dan perempuan guna mengetahui
proporsi dari responden laki-laki dan perempuan. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut:
Tabel 3
Frekuensi dan Persentase Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi
(F)
Persentase
(%)
Laki-laki 83 89.2
Perempuan 10 10.8
Total 93 100.0
Sumber: Data setelah diolah, 2012
56
Tabel 3 di atas terlihat sebanyak 83 orang atau 89.2% adalah laki-
laki dan perempuan sebanyak 10 orang atau 10.8%. Terlihat responden
laki-laki yang kebanyakan menjadi konsumen mobil merek Pajero Sport
pada PT. Bosowa Berlian Motor.
3. Pendidikan
Pendidikan adalah jenjang pendidikan yang ditamati oleh responden
sesuai dengan latar belakang pendidikan dan disiplin ilmu yang ditekuni
dan diakui oleh pemerintah atas tamatan pendidikan yang dimilikinya.
Jelasnya dapat dilihat Tabel 4 sebagai berikut:
Tabel 4
Frekuensi dan Persentase Pendidikan
Pendidikan Frekuensi
(F)
Persentase
(%)
S2 13 14.0
S1 62 66.7
SLTA 17 18.3
SLTP 1 1.1
Total 90 100.0
Sumber: Data setelah diolah, 2012
Tabel 4 di atas terlihat yang paling banyak adalah responden dengan
pendidikan S1 yaitu 62 orang atau 66.7%, Melihat tingkat pendidikan
responden tersebut, cukup layak untuk mengetahui pertimbangan dari
konsumen membeli suatu merek produk sesuai dengan brand image yang
ditawarkan perusahaan.
57
Demikian gambaran responden sebagai suatu rangkaian penting untuk
memperkuat sasaran penelitian dalam menghasilkan keakuratan hasil
penelitian yang diinginkan.
5.1.2 Deskripsi Variabel Penelitian
Deskripsi penelitian adalah hasil penelitian yang menjelaskan mengenai
pengaruh brand image terhadap keputusan pembelian produk mobil merek Pajero
Sport pada PT. Bosowa Berlian Motor berdasarkan tanggapan pelanggan yang
menggunakan layanan kargo sebagai kelayakan responden dalam memberikan
informasi terhadap pertanyaan kuesioner yang diajukan sesuai tingkat substansi
pemahaman responden.
Variabel bebas (X) adalah brand image yang terdiri atas kualitas merek,
loyalitas merek dan asosiasi merek terhadap keputusan pembelian sebagai
variabel terikat (Y) dijelaskan dibawah ini:
a. Keputusan pembelian (Y)
Keputusan pembelian adalah perolehan keuntungan yang dapat diraih
perusahaan berdasarkan pengenalan merek menjadikan konsumen
membeli produk tersebut. Keputusan pembelian ditentukan oleh
pembelian produk mobil Pajero Sport yang diterapkan konsumen
berdasarkan pada kebutuhan dan kesesuaian harapan atas produk yang
diinginkan. Lebih jelasnya dapat dilihat tanggapan responden pada Tabel
5 berikut:
58
Tabel 5 Frekuensi dan Persentase Tanggapan Responden Mengenai
Keputusan pembelian
Kategori
Tanggapan Responden
Frekuensi
(Orang)
Perbandingan
(%)
Sangat Baik 49 52.7
Baik 38 40.9
Cukup Baik 6 6.5
Kurang Baik 0 0.0
Tidak Baik 0 0.0
Total 93 100.0
Sumber : Data setelah diolah, 2012
Hasil penelitian dari Tabel 5 frekuensi dan persentase tanggapan
responden mengenai keputusan pembelian ada sebanyak 49 responden
(52.7%) menyatakan sangat baik. Berdasarkan uraian tersebut, diketahui
bahwa peningkatan keputusan pembelian mobil merek Pajero Sport
ditentukan oleh keinginan dari pelanggan dalam melihat sebuah merek
produk, di mana konsumen telah mengenal mobil merek Pajero Sport
karena menunjang aktivitas kerja dan spesifikasi merek Pajero tersebut
sesuai dengan keinginan pelanggan.
b. Kualitas Merek (X1)
Kualitas merek adalah imej dari merek produk mobil Pajero Sport yang
memberikan ketertarikan kepada konsumen untuk membeli produk
tersebut. Kualitas merek ditentukan oleh merek pajero yang sudah
terkenal, inovasi yang diterapkan pada kendaraan dan produk Pajero
merupakan keluaran dari Mitsubishi. Untuk jelasnya dapat dilihat
tanggapan responden pada Tabel 6 berikut:
59
Tabel 6
Frekuensi dan Persentase Tanggapan Responden
Mengenai Kualitas Merek
Kategori
Tanggapan Responden
Frekuensi
(Orang)
Perbandingan
(%)
Sangat Sesuai 56 60.2
Sesuai 36 38.7
Cukup Sesuai 1 1.1
Kurang Sesuai 0 0.0
Tidak Sesuai 0 0.0
Total 93 100.0
Sumber : Data setelah diolah, 2012
Hasil penelitian dari Tabel 6 frekuensi dan persentase tanggapan
responden mengenai kualitas merek terlihat sebanyak 56 responden
(60.2%) menyatakan sesuai. Artinya, responden pelanggan telah mengenal
mobil merek Pajero Sport karena merek mobil tersebut dari tahun ke tahun
selalu melakukan inovasi produk dan juga mobil Pajero Sport merupakan
keluaran dari pabrik Mitsubishi.
c. Loyalitas Merek (X2)
Loyalitas merek adalah imej yang ditunjukkan konsumen untuk
melakukan pembelian mobil Pajero Sport lebih dari satu. Loyalitas merek
ditentukan oleh rekomendasi kepada pihak lain untuk menggunakan mobil
merek Pajero Sport, sejak dahulu setia telah menggunakan mobil merek
60
Pajero, dan bila ada keluaran terbaru konsumen melakukan tukar tambah
untuk mendapatkan mobil merek Pajero Sport yang terbaru. Untuk
jelasnya dapat dilihat tanggapan responden pada Tabel 7 berikut:
Tabel 7
Frekuensi dan Persentase Tanggapan Responden
Mengenai Loyalitas Merek
Kategori
Tanggapan Responden
Frekuensi
(Orang)
Perbandingan
(%)
Sangat Sesuai 75 80.6
Sesuai 11 11.8
Cukup Sesuai 7 7.5
Kurang Sesuai 0 0.0
Tidak Sesuai 0 0.0
Total 93 100.0
Sumber : Data setelah diolah, 2012
Hasil penelitian dari Tabel 7 frekuensi dan persentase tanggapan
responden mengenai loyalitas merek menunjukkan sebanyak 75 responden
(80.6%) menyatakan sangat sesuai. Artinya, responden pelanggan dalam
memahami bahwa perusahaan PT. Bosowa Berlian Motor harus mampu
membangun imej agar konsumen loyal dengan produk yang ditawarkan
oleh perusahaan, sehingga memberikan rekomendasi kepada pihak lain
untuk membeli produk mobil merek Pajero Sport. Selain itu pelanggan
umumnya telah lama menggunakan mobil merek Pajero dan bila ada
keluaran terbaru, pelanggan tidak segan-segan melakukan tukar tambah
untuk mendapatkan mobil merek pajero yang baru.
61
d. Asosiasi Merek (X3)
Asosiasi merek adalah menciptakan informasi padat bagi pelanggan dan
bisa mempengaruhi pengingatan kembali atas informasi tersebut, terutama
saat mengambil keputusan pembelian produk mobil Pajero Sport. Asosiasi
merek ditentukan oleh kredibilitas, strategi positioning yang diterapkan
dan persepsi konsumen. Untuk jelasnya dapat dilihat tanggapan responden
pada Tabel 8 berikut:
Tabel 8
Frekuensi dan Persentase Tanggapan Responden
Mengenai Asosiasi Merek
Kategori
Tanggapan Responden
Frekuensi
(Orang)
Perbandingan
(%)
Sangat Sesuai 39 41.9
Sesuai 38 40.9
Cukup Sesuai 10 10.8
Kurang Sesuai 6 6.5
Tidak Sesuai 0 0.0
Total 93 100.0
Sumber : Data setelah diolah, 2012
Hasil penelitian dari Tabel 8 frekuensi dan persentase tanggapan
responden mengenai asosiasi merek menunjukkan sebanyak 39 responden
(41.9%) menyatakan sesuai. Artinya, responden pelanggan telah
memahami bahwa perusahaan dalam melakukan asosiasi merek senantiasa
menjaga kredibilitasnya dengan menerapkan strategi positioning dalam
pendistribusian mobil merek Pajero dan melakukan kegiatan promosi
produk untuk memberikan persepsi produk yang berkualitas.
62
5.1.3 Uji Validitas dan Reliabilitas
Berdasarkan hasil analisis uji validity dan reliability variabel
penelitian menggunakan program SPSS 15.0 menunjukkan bahwa pengujian
validitas dan reliabilitas terhadap instrumen kuesioner dilakukan untuk
menjamin bahwa instrumen penelitian yang digunakan tersebut akurat dan
dapat dipercaya, serta dapat diandalkan apabila digunakan sebagai alat dalam
pengumpulan data. Untuk jelasnya kedua pengujian tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Uji Validitas
Melakukan pengujian validitas suatu instrumen kuesioner dapat
digunakan metode statistik SPSS 15.00. Hasil pengolahan data, maka
diperoleh hasil bahwa pada umumnya rata-rata instrumen kuesioner sangat
valid. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Standar Deviasi lebih besar dari 0,5
(positif). Ketentuan validitas suatu instrumen telah memenuhi syarat minimal
sebesar 0,5 sebagai suatu instrumen yang dianggap valid. Untuk jelasnya,
ringkasan hasil uji validitas dapat dilihat dalam tabel uji validitas sebagaimana
terlihat pada Tabel 9 di bawah ini:
63
Tabel 9
Tingkat Validitas Variabel Penelitian
Variabel Penelitian Indikator Variabel Penelitian Std. Dev.
Y Y-1
Y-2
0.7893
0.6505
X1
X1-1
X1-2
X1-3
0.7893
0.6432
0.6505
X2
X2-1
X2-2
X2-3
0.6510
0.6432
0.8799
X3
X3-1
X3-2
X3-3
1.0151
1.0536
1.1014
Sumber: Data Diolah, 2012
2. Uji Reliabilitas
Untuk menguji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan Koefisien
Reliabilitas (Cronbach Alpha). Hasil uji reliabilitas instrumen kuesioner
sebagaimana yang terdapat dalam lampiran tesis ini dapat disimpulkan dalam
Tabel 12 berikut ini:
Tabel 10
Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas
Kuesioner Alpha Keterangan
Y = Keputusan pembelian
X1 = Kualitas Merek
X2 = Loyalitas Merek
X3 = Asosiasi Merek
0.7597
0.7043
0.8603
0.7293
Reliable
Reliable
Reliable
Reliable
Sumber: Data setelah diolah, 2012
64
Berdasarkan Tabel 10 di atas, menunjukkan bahwa nilai alpha
instrumen penelitian pada masing-masing variabel lebih besar dari nilai yang
diisyaratkan, yaitu sebesar 0.50 atau lebih besar dari 0.50. Dengan demikian,
keseluruhan instrumen kuesioner dalam penelitian ini adalah reliable (dapat
dipercaya) karena telah memenuhi syarat minimal.
5.1.4 Analisis Hasil Penelitian
Untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian di
lapangan, digunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kuantitatif
digunakan untuk membuktikan hipotesis yang diajukan dengan menggunakan
model analisis regresi linier berganda, sedangkan analisis kualitatif
digunakan untuk menelaah pembuktian analisis kuantitatif.
Pembuktian ini dimaksudkan untuk menguji variasi dari model regresi
yang digunakan dalam menerangkan variabel bebas (X) terhadap variabel
terikat (Y) dengan cara menguji kemaknaan dari koefisien regresinya. Hasil
perhitungan dengan menggunakan model regresi penuh (Full Model
Regression) diperoleh dengan nilai koefisien regresi pengaruh brand image
terhadap keputusan pembelian mobil merek Pajero Sport pada PT. Bosowa
Berlian Motor.
65
Tabel 11
Rangkuman Hasil Uji-F Analisis Regresi Berganda
(Full Model Regression)
Variable
Regresi
Koefisien
Regresi
R
Square
Multiple
R Fratio Ftable Constanta Sig.
X1
X2
X3
0.786
0.808
0.873
0.799 0.638 35.237 4.9646 2.435 0.000
Sumber : Lampiran Regresi, 2012
Berdasarkan perhitungan dengan bantuan program SPSS
menggunakan Full Model Regression diperoleh persamaan regresinya adalah
sebagai berikut:
Y = 2.435 + 0.786X1 + 0.808X2 + 0.873X3
Persamaan regresi di atas terdapat nilai β0 atau nilai konstanta
sebesar 2.435. Hal ini menunjukkan bahwa jika variabel independen
dianggap konstan, maka pengaruh brand image terhadap keputusan
pembelian mobil merek Pajero Sport pada PT. Bosowa Berlian Motor adalah
sebesar 2.435.
Selain itu persamaan regresi linier berganda di atas, terdapat nilai
koefisien regresi variabel bebas X adalah positif. Nilai koefisien X yang
66
positif artinya apabila terjadi perubahan pada variabel X, akan menyebabkan
perubahan secara searah pada variabel Y.
Koefisien Regresi X1 (kualitas merek) sebesar 0.786 yang berarti
bahwa jika X1 (kualitas merek) naik sebesar satu satuan, akan mempengaruhi
brand image terhadap keputusan pembelian mobil Pajero Sport sebesar 0.786
satuan, dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan.
Koefisien Regresi X2 (loyalitas merek) sebesar 0.808 yang berarti
bahwa jika X2 (loyalitas merek) naik sebesar satu satuan, akan
mempengaruhi brand image terhadap keputusan pembelian mobil Pajero
Sport sebesar 0.808 satuan, dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap
konstan.
Koefisien Regresi X3 (asosiasi merek) sebesar 0.873 yang berarti
bahwa jika X3 (asosiasi merek) naik sebesar satu satuan, akan mempengaruhi
brand image terhadap keputusan pembelian mobil Pajero Sport sebesar 0.873
satuan, dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan.
Uji statistik F atau uji signifikansi simultan, pada dasarnya
menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Uji
F ini dilakukan dengan membandingkan Fhitung dengan nilai Ftabel pada taraf
nyata α = 0,05. Uji F mempunyai pengaruh signifikan apabila Fhitung lebih
besar dari Ftabel atau probabilitas kesalahan kurang dari 5% (P < 0,05).
67
Dari hasil perhitungan analisis Full Model Regression dengan
bantuan program SPSS diperoleh Fhitung sebesar 35.237 dengan tingkat
probabilitas 0.000 (signifikan). Sedangkan Ftabel sebesar 4.9646 dengan
demikian maka Fhitung lebih besar dari Ftabel (35.237 > 4.9646 dan juga
probabilitas jauh lebih kecil dari 0.05, berarti bahwa brand image kualitas
merek, loyalitas merek dan asosiasi merek secara bersama-sama
berpengaruh terhadap pengaruh brand image terhadap keputusan pembelian
mobil Pajero Sport pada PT. Bosowa Berlian Motor.
Besarnya pengaruh (kontribusi) variabel bebas (X) secara bersama-
sama terhadap variabel tidak bebas (Y) dapat dilihat dari besarnya koefisien
determinan ganda (R2). Nilai koefisien determinasi adalah diantara nol dan
satu. Jika R2 yang diperoleh dari hasil perhitungan semakin besar
(mendekati 1), maka dapat dikatakan pengaruh variabel bebas terhadap
variabel tidak bebasnya semakin besar. Atau dengan kata lain, jika nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen. Sebaliknya, jika R2 yang diperoleh dari hasil perhitungan semakin
kecil (mendekati 0), maka dapat dikatakan pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat semakin kecil. Atau dengan kata lain, nilai R2 yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen amat terbatas.
68
Pada tabel Uji F (Tabel 11) menunjukkan bahwa hasil pengujian
hipotesis pertama menunjukkan bahwa faktor kualitas merek (X1), loyalitas
merek (X2), dan asosiasi merek (X3) secara bersama-sama berpengaruh
nyata terhadap keputusan pembelian mobil Pajero Sport pada PT. Bosowa
Berlian Motor. Dengan berpengaruhnya brand image tersebut dan dengan
nilai kontribusi sebesar 35.237%, menjelaskan bahwa sebelum melakukan
pembelian mobil merek Pajero Sport pada PT. Bosowa Berlian Motor, sangat
mempertimbangkan unsur brand image dari produk yang ditawarkan.
Uji t untuk menguji kemaknaan atau keberartian koefisien regresi
partial. Pengujian melalui uji t adalah dengan membandingkan thitung dengan
ttabel pada taraf nyata α = 0.05. Uji t berpengaruh signifikan apabila hasil
perhitungan thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel) atau probabilitas
kesalahan lebih kecil dari 5% (p < 0.05). Selanjutnya akan dicari nilai
koefisien determinasi partial (r2) untuk mengetahui pengaruh variabel bebas
(X) secara parsial terhadap variabel terikat (Y). Lebih jelasnya ditunjukkan
pada Tabel 12 disajikan hasil perhitungan uji t dan koefisien determinasi
partialnya sebagai berikut:
Tabel 12
Hasil Perhitungan Uji Student (Uji-t) dan Koefisien
Determinasi Partial
Variabel
Regresi
Koefisien
Regresi thitung ttabel Keterangan
X1 0.786 2.573 1.7613 Signifikan
69
X2
X3
0.808
0.873
3.944
4.388
1.7613
1.7613
Signifikan
Signifikan
Sumber : Lampiran Regresi, 2012
Berdasarkan Tabel 12, pengujian variabel-variabel bebas dijabarkan
sebagai berikut:
Variabel kualitas merek (X1), nilai thitung = 2.573 dan ttabel = 1.7613,
maka thitung lebih besar dari ttabel (2.573 > 1.7613), berarti variabel kualitas
merek (X1) mempengaruhi brand image terhadap keputusan pembelian mobil
Pajero Sport pada PT. Bosowa Berlian Motor.
Variabel loyalitas merek (X2), nilai thitung = 3.944 dan ttabel = 1.7613,
maka thitung lebih besar dari ttabel (3.944 > 1.7613), berarti variabel loyalitas
merek (X2) mempengaruhi brand image terhadap keputusan pembelian mobil
Pajero Sport pada PT. Bosowa Berlian Motor.
Variabel asosiasi merek (X3), nilai thitung = 4.388 dan ttabel = 1.7613,
maka thitung lebih besar dari ttabel (4.388 > 1.7613), berarti variabel asosiasi
merek (X3) mempengaruhi brand image terhadap keputusan pembelian mobil
Pajero Sport pada PT. Bosowa Berlian Motor.
5.2 Pembahasan Hasil Penelitian
70
Pembahasan hasil penelitian mengenai pengaruh brand image terhadap
keputusan pembelian mobil merek Pajero Sport pada PT. Bosowa Berlian Motor.
Brand image terdiri atas kualitas merek, loyalitas merek dan asosiasi merek. .
1. Kualitas Merek terhadap Keputusan pembelian
Kualitas merek merupakan kesanggupan seorang calon pembeli untuk
mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian
dari kategori merek tertentu. Kualitas merek mengacu pada seberapa besar
kesadaran konsumen dan konsumen potensial terhadap merek dan produk –
produknya. Kualitas merek berpengaruh terhadap kemampuan pembeli dari
pelanggan yang mampu memberikan pengaruh terhadap keputusan
pembelian.
Kualitas merek dari mobil Pajero Sport berkaitan dengan kekuatan
dari suatu merek yang muncul dalam ingatan konsumen atas suatu produk.
Tolok ukur kesadaran suatu merek diukur keterkenalan dan mudahnya
konsumen mengingat suatu merek. Kualitas merek penting untuk
membedakan suatu produk dengan produk pesaingnya.
Kualitas merek merupakan langkah awal untuk membangun merek
produk yang ditawarkan dalam hal ini merek mobil Pajero Sport. Aspek
paling penting dari kualitas merek mobil Pajero Sport adalah bentuk
informasi pertama dalam ingatan. Kualitas merek mobil Pajero Sport penting
sebelum asosiasi merek yang terbentuk. Empat cara yang digunakan untuk
71
melakukan asosiasi merek mobil Pajero Sport, yaitu menciptakan suatu
pengenalan – pengenalan yang akan mempermudah konsumen mengingat
merek mobil Pajero Sport, menimbulkan rasa terbiasa tentang keberadaan
mobil Pajero Sport yang sudah sekian lama merupakan produk unggulan,
memberikan sinyal kepercayaan untuk tetap menggunakan merek mobil
Pajero Sport dan memberikan alasan yang cukup kepada konsumen lain yang
ingin membeli mobil untuk mempercayakan menggunakan mobil Pajero
Sport.
Kualitas merek secara signifikan mempengaruhi pilihan konsumen
untuk membeli yang dapat meningkatkan keputusan pembelian. Kualitas
merek merefleksikan gaya hidup, kedudukan sosial dan tingkat
profesionalitas pemakai. Selain itu, merek juga dapat diasosiasikan sebagai
aplikasi produk, tipe orang yang menggunakan produk dengan merek
tersebut.
Manfaat merek terdiri atas manfaat fungsional dan emosional. Pada
tingkat yang lebih tinggi, terdapat keyakinan dan nilai (belief and value) yang
berkaitan dengan kebanggaan {proud), kemantapan diri (self-esteem),
keyakinan (belief), dan kebahagiaan (happiness) yang dipenuhi atau
dijanjikan oleh merek. Apabila sudah memiliki kualitas ini, maka merek
tersebut akan dipilih oleh konsumen.
2. Loyalitas Merek terhadap Keputusan pembelian
72
Loyalitas merek (brand loyalty) sebagai suatu ukuran keterkaitan
pelanggan kepada sebuah merek dalam hal ini merek mobil Pajero Sport dari
PT. Bosowa Berlian Motor. Ukuran ini mampu memberikan gambaran
tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek lain yang
ditawarkan oleh kompetitor, terutama jika pada merek tersebut didapati
adanya perubahan, baik menyangkut harga ataupun atribut lainnya. Seorang
pelanggan yang sangat loyal kepada suatu merek tidak akan dengan mudah
memindahkan pembeliannya ke merek lain, apa pun yang terjadi dengan
merek tersebut. Bila loyalitas pelanggan terhadap suatu merek meningkat,
kerentanan kelompok pelanggan tersebut dari ancaman dan serangan merek
produk pesaing dapat dikurangi. Dengan demikian, brand loyalty merupakan
salah satu indikator inti dari brand equity yang jelas terkait dengan peluang
penjualan, yang berarti pula jaminan perolehan laba perusahaan di masa
mendatang.
Loyalitas merek mobil Pajero Sport yang diterapkan PT. Bosowa
Berlian Motor sebagai tingkatan dimana pelanggan memiliki sikap positif
terhadap suatu merek yang dapat memberikan pengaruh terhadap keputusan
pembelian mobil itu sendiri, memiliki komitmen dan cenderung untuk terus
melanjutkan membeli produk dengan suatu merek tertentu dimasa yang akan
datang. Dengan demikian, loyalitas merek secara langsung dipengaruhi oleh
kepuasan/ketidakpuasan pelanggan terhadap merek tertentu.
73
Kesetiaan merek menggambarkan sebuah sikap yang positif dan
melakukan pembelian terhadap merek tersebut secara berulang-ulang,
misalnya menjadi agen untuk penyaluran mobil merek Pajero Sport pada
anggota keluarga lainnya dalam hal ini melakukan rekomendasi kepada sanak
keluarga untuk membeli kendaraan mobil dengan merek Pajero Sport.
Kesetiaan merek dinilai dari sikap terhadap suatu merek dengan pembelian
secara berulang-ulang. Mengulangi pembelian merupakan suatu bentuk
kesetiaan merek. Pelanggan yang loyal pada umumnya akan melanjutkan
pembelian merek tersebut walaupun dihadapkan pada banyak alternatif
merek produk pesaing yang menawarkan karakteristik produk yang lebih
unggul dipandang dari berbagai sudut atributnya. Bila banyak pelanggan dari
suatu merek masuk dalam kategori ini berarti merek tersebut memiliki brand
equity yang kuat.
Dalam kaitannya dengan loyalitas merek dalam hal ini loyalitas
pelanggan pada merek mobil Pajero Sport dari PT. Bosowa Berlian Motor
terdapat beberapa tingkat loyalitas. Masing-masing tingkatannya
menunjukkan tantangan pemasaran yang harus dihadapi sekaligus aset yang
dapat dimanfaatkan. Adapun tingkatan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Berpindah-pindah, di mana pelanggan yang berada pada tingkat loyalitas
ini dikatakan sebagai pelanggan yang berada pada tingkat paling dasar.
Semakin tinggi frekuensi pelanggan untuk memindahkan pembeliannya
74
dari suatu merek ke merek-merek yang lain mengindikasikan mereka
sebagai pembeli yang sama sekali tidak loyal atau tidak tertarik pada
merek tersebut.
b. Pembeli yang bersifat kebiasaan, pembeli yang berada dalam tingkat
loyalitas ini dapat dikategorikan sebagai pembeli yang puas dengan
merek produk yang dikonsumsinya atau setidaknya mereka tidak
mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi produk tersebut. Pada
tingkatan ini pada dasarnya tidak didapati alasan yang cukup untuk
menciptakan keinginan untuk membeli merek produk yang lain atau
berpindah merek terutama jika peralihan tersebut memerlukan usaha,
biaya, maupun berbagai bentuk pengorbanan lain. Jadi dapat disimpulkan
bahwa pembeli ini dalam membeli suatu merek didasarkan atas kebiasaan
mereka selama ini.
c. Pembeli yang puas dengan biaya peralihan, pada tingkat ini pembeli
merek masuk dalam kategori puas bila mereka mengkonsumsi merek
tersebut, meskipun demikian mungkin saja mereka memindahkan
pembeliannya ke merek lain dengan menanggung biaya peralihan
(switching cost) yang terkait dengan waktu, uang, atau resiko kinerja
yang melekat dengan tindakan mereka beralih merek. Untuk dapat
menarik minat para pembeli yang masuk dalam tingkat loyalitas ini maka
para pesaing perlu mengatasi biaya peralihan yang harus ditanggung oleh
75
pembeli yang masuk dalam kategori ini dengan menawarkan berbagai
manfaat yang cukup besar sebagai kompensasinya (switching cost loyal).
d. Menyukai merek, pembeli yang masuk dalam kategori loyalitas ini
merupakan pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek tersebut.
Pada tingkatan ini dijumpai perasaan emosional yang terkait pada merek.
Rasa suka pembeli bisa saja didasari oleh asosiasi yang terkait dengan
simbol, rangkaian pengalaman dalam penggunaan sebelumnya baik yang
dialami pribadi maupun oleh kerabatnya ataupun disebabkan oleh kesan
kualitas yang tinggi. Meskipun demikian seringkali rasa suka ini
merupakan suatu perasaan yang sulit diidentifikasi dan ditelusuri dengan
cermat untuk dikategorikan ke dalam sesuatu yang spesifik.
e. Pembeli yang komit, pada tahap ini pembeli merupakan pelanggan yang
setia. Mereka memiliki suatu kebanggaan sebagai pengguna suatu merek
dan bahkan merek tersebut menjadi sangat penting bagi mereka
dipandang dari segi fungsinya maupun sebagai suatu ekspresi mengenai
siapa sebenarnya mereka. Pada tingkatan ini, salah satu aktualisasi
loyalitas pembeli ditunjukkan oleh tindakan merekomendasikan dan
mempromosikan merek tersebut kepada orang lain.
Loyalitas merek sebagai pilihan yang dilakukan untuk membeli merek
tertentu dibandingkan merek yang lain dalam satu kategori produk. Loyalitas
merek sebagai preferensi konsumen secara konsisten untuk melakukan
76
pembelian pada merek yang sama pada produk yang spesifik atau kategori
pelayanan tertentu. Walaupun demikian, loyalitas konsumen berbeda dengan
perilaku pembelian berulang (repeat purchasing behavior). Perilaku
pembelian berulang adalah tindakan pembelian berulang pada suatu produk
atau merek yang lebih dipengaruhi oleh faktor kebiasaan.
3. Asosiasi Merek terhadap Keputusan pembelian
Nilai yang mendasari merek mobil Pajero Sport dari PT. Bosowa
Berlian Motor seringkali didasarkan pada asosiasi-asosiasi spesifik yang
berkaitan dengannya. Asosiasi merek menjadi hal yang berkaitan dengan
ingatan mengenai sebuah merek Asosiasi itu tidak hanya eksis namun juga
mempunyai suatu tingkatan kekuatan. Kaitan pada merek akan lebih kuat jika
dilandasi pada pengalaman untuk mengkomunikasikannya. Juga akan lebih
kuat apabila kaitan itu didukung dengan suatu jaringan dari kaitan-kaitan lain.
Sebuah merek mobil Pajero Sport adalah seperangkat asosiasi, biasanya
terangkai dalam bentuk yang bermakna.
Asosiasi dan pencitraan dari mobil Pajero Sport, keduanya mewakili
berbagai persepsi yang dapat mencerminkan realita obyektif. Suatu merek
yang telah mapan akan mempunyai posisi yang menonjol dalam suatu
kompetisi karena didukung oleh berbagai asosiasi yang kuat. Suatu brand
positioning mencerminkan bagaimana orang memandang suatu merek.
Positioning dan positioning strategy dapat juga digunakan untuk
77
merefleksikan bagaimana sebuah perusahaan sedang berusaha untuk
meningkatkan keputusan pembeliannya.
Nilai mendasar dari merek mobil Pajero Sport seringkali merupakan
sekumpulan asosiasinya, dengan kata lain merupakan makna merek tersebut
bagi khalayak. Asosiasi-asosiasi menjadi pijakan dalam keputusan-keputusan
pembelian dan loyalitas merek. asosiasi merek yang menciptakan nilai bagi
perusahaan dan para pelanggannya juga dapat digunakan untuk membantu
memproses/menyusun informasi Asosiasi-asosiasi dapat membantu
mengikhtisarkan sekumpulan fakta dan spesifikasi yang mungkin sulit
diproses dan diakses para pelanggan. Sebuah asosiasi bisa menciptakan
informasi padat bagi pelanggan dan bisa mempengaruhi pengingatan kembali
atas informasi tersebut, terutama saat mengambil keputusan. Asosiasi juga
bisa mempengaruhi interpretasi mengenai fakta-fakta.
Selain itu membedakan/memposisikan merek Suatu asosiasi bisa
memberikan landasan yang penting bagi usaha untuk membedakan dan
memisahkan suatu merek dengan merek yang lain. Asosiasi-asosiasi pembeda
bisa menjadi keuntungan kompetitif yang penting. Jika sebuah merek sudah
dalam kondisi yang mapan (dalam kaitannya dengan para kompetitor) untuk
suatu atribut utama dalam kelas produk tertetu atau untuk suatu aplikasi
tertentu, para kompetitor akan kesulitan untuk menyerang.
78
Membangkitkan alasan untuk membeli, di mana banyak asosiasi
merek, membutuhkan berbagai atribut produk atau manfaat pelanggan
(customer benefits) yang bisa menyodorkan suatu alasan spesifik untuk
membeli dan menggunakan merek tersebut. Asosiasi-asosiasi ini merupakan
landasan dari keputusan pembelian dan loyalitas merek. Beberapa asosiasi
juga mempengaruhi keputusan pembelian dengan cara memberikan
kredibilitas dan rasa percaya diri atas merek tersebut.
79
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, disimpulkan sebagai
berikut:
1. Secara simultan setelah diuji dengan uji-Fisher (F) ditemukan bahwa brand image
berupa kualitas merek, loyalitas merek dan asosiasi merek signifikan berpengaruh
terhadap keputusan pembelian mobil merek Pajero Sport pada PT. Bosowa
Berlian Motor Makassar.
2. Brand image berupa asosiasi merek merupakan faktor dominan dan signifikan
yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian mobil merek Pajero Sport pada
PT. Bosowa Berlian Motor Makassar. Asosiasi merek yang diterapkan ditentukan
oleh kemampuan perusahaan dalam menciptakan informasi padat bagi pelanggan
dan bisa mempengaruhi pengingatan kembali atas informasi tersebut, terutama
saat mengambil keputusan pembelian produk mobil Pajero Sport. Asosiasi merek
ditentukan oleh kredibilitas, strategi positioning yang diterapkan dan persepsi
konsumen.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka perlu diberikan saran kepada pihak
pemasaran perusahaan PT. Bosowa Berlian Motor Makassar, pihak pelanggan dan
pihak-pihak lain yang terkait yaitu dengan menyarankan:
80
1. Menjadi bahan evaluasi bagi PT. Bosowa Berlian Motor Makassar dalam
meningkatkan keputusan pembelian dengan memperbaiki brand image dari
produk yang ditawarkan yang mampu memberikan ketertarikan kepada konsumen
untuk membeli produk mobil khususnya merek Pajero Sport.
2. Dalam hal asosiasi merek, PT. Bosowa Berlian Motor Makassar perlu
mensosialisasikan merek mobil Pajero Sport bukan hanya untuk kalangan atas,
tetapi dapat juga digunakan untuk kalangan menengah dengan memperbaiki
kredibilitas, strategi positioning pemasaran produk dan persepsi konsumen atas
produk yang ditawarkan.
3. Sebagai referensi bagi peneliti berikutnya yang berminat meneliti mengenai
brand image suatu produk terhadap peningkatan keputusan pembelian pada obyek
penelitian yang lain.
81
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, David. A. 2004. Building Strong Brands. New York: The Free Press
Aaker, David. A dan Jacobson, 2004. Building of Brands. New York: The Free Press
Alma, Buchari, 1998. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Penerbit CV.
Alfabeta, Bandung.
Ancok, Djamaluddin, dan Singarimbun, 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta :
LP3ES.
Annisa Andriyani, 1999. Metode Peningkatan Penjualan Produk. Penerbit Buana
Ilmu, Surabaya.
Bernard, T. Widjaja, 2006. 10 Fenomena Brand. Jurnal Bisnis.
http://www.labora.ac.id/?buka=jurbisutama&id
Cipto, Mangukusumo, 2000. Penjualan Penjualan langsung dalam Pemasaran
Produk. Penerbit Dian Rakyat, Jakarta.
Converse, William, 1999. Marketing. Third Edition, Richard D. Irwin, USA.
Decker, HB, 2004. Product and Service in Marketing. Published by Jessey Press,
New York.
East, R., 1997. Consumer Behavior. Published of Prentice Hall, London.
Kartanegara, 2006. Penjualan dan Pemasaran Produk. Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Kasali, P, 1999. Metode Pengembangan Produk dan Meningkatkan Penjualan.
Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Keller, K.L., 1993. Conceptualizing, Measuring and Managing Customer Based
Brand equity. Published of Prentice Hall, New Jersey.
--------------, 1999. Managing Brands For The Long Run: Brand Reinforcement and
Revitalizaiton Strategies. Spring Vol. 41 No. 3, California Management
Review.
-------------------, 2003. Managing Customer Based Brand equity. Published of
Prentice Hall, New Jersey.
82
Kotler, Philip, 1997. Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan, Implementasi dan Kontrol. Edisi 9 PT. Prenhallindo, Jakarta.
--------------------, 2002. Marketing Management. The Millennium Edition. Prentice
Hall, Inc. New Jersey. --------------------, 2004. Manajemen Pemasaran. Edisi 1 dan 2. Penerbit Prenhallindo,
Jakarta. Kotler, P., & Armstrong, G., 2004. Principles of Marketing. 10
th ed. Published of
Prentice Hall, New Jersey. Kotler, Philip. 2007. Marketing Strategy: A Problem Solve by Marketer. Prentice
Hall, New York. McDaniel, Steband, 2010. Marketing and Solve Problem. Published by Ohio Press. Reni Damayanti, 2008. Sosialisasi Merek Produk dan Jasa. Penerbit Andi,
Yogyakarta. Simamora, Henry, 2001. Pemasaran Produk dan Jasa. Penerbit Gramedia Pustaka,
Jakarta. Stoner, J.A.F. R.E. Freeman, 2003. Management in Marketing and Strategy
Planning. 6th ed. Englewood Cliffs, N.J.: Prentice Hall, Inc.
Sturtmant, 1996. Management Marketing. Prentice Hall, New York. Susanto, A.B., & Wijanarko, H., 2004. Power Branding: Membangun Merek Unggul
dan Organisasi Pendukungnya. Penerbit Quantum Bisnis dan Manajemen, Jakarta.
Susanto, A.B., 2008. Membangun Merek Produk. Penerbit Quantum Bisnis dan
Manajemen, Jakarta. Swastha, Basu., 2004. Manajemen Pemasaran. Bandung: Remaja Karya. Tjiptono, Fandy, 2002. Strategi Pemasaran. Penerbit Andi, Yogyakarta. ------------------, 2004. Strategi Pemasaran. Edisi Revisi, Penerbit Andi, Yogyakarta. Triyadi, DT., 2002. Aspek-aspek Pengaruh Keputusan Pembelian Produk. Penerbit
Eka Persada, Jakarta
83
FORMULIR PENGISIAN KUESIONER
PENGARUH BRAND IMAGE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MOBIL PAJERO SPORT PADA
PT. BOSOWA BERLIAN MOTOR
Oleh:
NURUL RIZKI FACHIRA A21106663
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS HASANUDDIN 2012
84
Petunjuk Pengisian
Berilah tanda silang (X) pada jawaban dari pernyataan-pernyataan berikut yang
menurut Bapak/Ibu/Saudara (i) paling sesuai. Kategori jawaban menggunakan
skala Likert dengan rentang skala 1 – 5:
1. Bila menjawab (a) diberi skor 5
2. Bila menjawab (b) diberi skor 4
3. Bila menjawab (c) diberi skor 3
4. Bila menjawab (d) diberi skor 2
5. Bila menjawab (e) diberi skor 1
A. KEPUTUSAN PEMBELIAN (Y)
No Pernyataan
Kategori
Sangat Baik
Baik Kurang Baik
Tidak Baik Sangat
Tidak Baik
1 Melakukan pembelian mobil Pajero Sport karena saya membutuhkan untuk menunjang aktivitas kerja
2 Pembelian mobil Pajero Sport dengan spesifikasi yang sesuai keinginan saya
B. KUALITAS MEREK (X1)
No Pernyataan
Kategori
Sangat Sesuai
Sesuai Kurang Sesuai
Tidak Sesuai
Sangat Tidak Sesuai
1 Merek pajero sudah dalam dikenal oleh masyarakat
2 Mobil merek pajero dari tahun ke tahun selalu melakukan inovasi produk
3 Mobil merek Pajero merupakan keluaran dari pabrik Mitsubishi
85
C. LOYALITAS MEREK (X2)
No Pernyataan tentang Tuntutan Kerja
Kategori
Sangat Sesuai
Sesuai Kurang Sesuai
Tidak Sesuai
Sangat Tidak Sesuai
1 Saya merekomendasikan kerabat kalau ingin membeli mobil harus yang merek Pajero Sport
2 Saya setia menggunakan mobil Pajero yang mengantar saya ke tempat kerja
3 Bila ada keluaran terbaru, saya tidak segan-segan melakukan tukar tambah
D. ASOSIASI MEREK (X3)
No Pernyataan
Kategori
Sangat Sesuai
Sesuai Kurang Sesuai
Tidak Sesuai
Sangat Tidak Sesuai
1 Menurut saya perusahaan telah berupaya melakukan asosiasi merek untuk menjaga kredibitas konsumen
2 Perusahaan juga menerapkan strategi positioning untuk pendistribusian mobil Pajero yang tepat sasaran
3 Perusahaan senantiasa melakukan kegiatan promosi produk untuk memberikan persepsi konsumen atas produk yang berkualitas