Upload
dinhthu
View
285
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
RANCANG
ALA
G BANGUN
AT DAN ME
JAW
FAK
IN
N SISTEM
ESIN PERT
WA BARAT
ABDUL H
F
ULTAS TE
NSTITUT P
SKRIPSI
INFORMA
TANIAN DI
T BERBASI
OLEH
HAKIM BU
F14104113
2009
EKNOLOGI
PERTANIA
BOGOR
ASI STATUS
I KABUPAT
IS INTERNE
UDIMAN
I PERTANI
AN BOGOR
S KETERS
TEN BOGO
NET
IAN
R
1
EDIAAN
OR,
2
RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI STATUS KETERSEDIAAN
ALAT DAN MESIN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR,
JAWA BARAT BERBASIS INTERNET
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Departemen Teknik Pertanian Bogor
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh:
ABDUL HAKIM BUDIMAN
F14104113
2009
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
3
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI STATUS KETERSEDIAAN
ALAT DAN MESIN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR,
JAWA BARAT BERBASIS INTERNET
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Departemen Teknik Pertanian Bogor
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
ABDUL HAKIM BUDIMAN
F14104113
Tanggal lulus:
Disetujui, Mei 2009
Ir. Mohamad Solahudin, MSi
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Desrial, M.Eng
Ketua Departemen Teknik Pertanian
4
Abdul Hakim Budiman. F14104113. Rancang Bangun Sistem Informasi Status Ketersediaan Alat dan Mesin Pertanian di Kabupaten Bogor, Jawa Barat Berbasis Internet. Dibimbing oleh: Mohamad Solahudin.
RINGKASAN
Kabupaten Bogor merupakan daerah satelit bagi kota Jakarta, kondisi ini mengakibatkan banyak lahan pertanian khususnya padi sawah, yang beralih fungsi menjadi kawasan pemukiman penduduk dan industri. Selain berkurangnya luas lahan-lahan pertanian, banyak pula sumber daya manusia di bidang pertanian yang memilih untuk pindah ke kota serta beralih profesi. Hal-hal tersebut tentunya akan menjadi hambatan dalam usaha peningkatan produksi pangan khususnya beras di Kabupaten Bogor, dimana permintaan beras semakin tinggi seiring meningkatnya jumlah penduduk. Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut salah satunya dengan cara menerapkan mekanisasi pertanian..
Penerapan mekanisasi pertanian di Kabupaten Bogor perlu diimbangi dengan adanya ketersediaan data maupun informasi yang mendukungnya sehingga dapat dihasilkan kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi tiap-tiap wilayah pada waktu tertentu. Namun selama ini seringkali data maupun informasi mengenai keberadaan dan persebaran alat dan mesin pertanian sulit dicari dan isinya kurang aktual sehingga penggunaanya belum maksimal bagi pengembangan mekanisasi pertanian di Kabupaten Bogor.
Pada penelitian ini dihasilkan sistem informasi yang bernama Sistem Informasi Status Ketersediaan Alat dan Mesin Pertanian di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara umum sistem informasi ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi penyebaran alat dan mesin pertanian yang terkait pada proses produksi beras, mulai dari prapanen hingga pascapanen. Selain itu sistem informasi ini juga diharapkan mampu memberikan informasi mengenai kebutuhan alat dan mesin pertanian tersebut pada tiap-tiap kecamatan di Kabupaten Bogor.
Metode yang digunakan dalam pengembangkan Sistem Informasi Status Ketersediaan Alat dan Mesin Pertanian di Kabupaten Bogor, Jawa Barat adalah metodologi System Development Life Cycle (SDLC). Metodologi ini terdiri lima tahap, yaitu investigasi sistem, analisis sistem, desain sistem, implementasi sistem serta perawatan sistem.
Sistem Informasi Status Ketersediaan Alat dan Mesin Pertanian di Kabupaten Bogor yang telah dibangun adalah sistem berbasis web dan dapat berjalan pada berbagai platform sistem operasi diantaranya yaitu Windows™ dan Linux yang telah diinstal web server. Sistem ini terdiri dari dua buah basisdata, yaitu basisdata spasial dan non-spasil. Selain itu sistem ini juga dilengkapi dengan aplikasi Web GIS dalam bentuk peta interaktif, agar informasi mudah dipahami oleh pengguna (user).
Sistem dibangun dengan mengunakan konsep CMS yang memungkinkan pengelolaan sistem dapat dilakukan oleh banyak pengguna (user), sehingga menjamin keterkinian data dan informasi. Dalam pengelolaan sistem pengguna diberikan hak akses berbeda-beda, sesuai dengan level aksesnya. Level akses dibedakan menjadi 4 yaitu super administrator, administrator, admin uptd dan admin kecamatan.
5
Dari hasil uji kompatibilitas browser dapat diketahui bahwa tampilan halaman, gambar dan animasi berjalan dengan baik pada browser Mozilla Firefox 3.0.1 dan Opera 9.50. Namun pada browser Internet Explorer 7 animasi pada flash object tidak berjalan. Selain itu resolusi layar yang paling baik dalam menampilkan halaman ini adalah 1024 x 768. Untuk mengakses halaman depan (front end) sistem pada jaringan lokal, pengguna dapat mengetikan URL http://localhost/alsintan/. Sedangkan untuk halaman belakang (back end) sistem dapat diakses melalui alamat URL http://localhost/alsintabe/.
Secara umum selama tahun 2005-2007 ketersediaan traktor roda dua di Kabupaten Bogor mengingkat, namun hal tersebut diikuti pula dengan peningkatan kebutuhan traktor roda dua. Kebutuhan traktor roda dua pada tahun 2005-2007 rata-rata baru tercukupi sebanyak 40% pada tiap tahunnya. Walaupun demikian masih ada kecamatan yang tidak pernah mengalami kekurangan traktor roda dua pada tahun 2005-2007, kecamatan tersebut adalah Kecamatan Babakan Madang.
Berbeda dengan traktor roda dua, ketersediaan perontok padi bermotor (power thresher) selama tahun 2005-2007 cenderung menurun Meskipun ketersediaannya cenderung menurun, namun kebutuhan power thresher pada tahun 2005-2007 terus meningkat. Secara umum kebutuhan power thresher di Kabupaten pada tahun 2005-2007 rata-rata baru tercukupi sebanyak 12.8% pada tiap tahunnya.
Ketersediaan RMU pada tahun 2006 sempat menurun dari tahun 2005, namun pada tahun 2007 ketersediaannya kembali naik. Begitu pula dengan kebutuhannnya. Namun secara umum pada selama tahun 2005-2007 Kabupaten Bogor mengalami kekurangan RMU, dimana kebutuhan RMU pada tiap tahunnya rata-rata baru tercukupi sebanyak 80%. Gabah yang tidak tergiling oleh RMU akan diolah dengan menggunakan PPK, dimana kersediaan PPK ini secara umum melebihi jumlah kebutuhan.
6
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 19 Maret 1986
sebagai anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Drs.
Sumarjoto dan Siti Kulsum. Saat kecil, penulis mengenyam
pendidikan dasar di SD Nasional 1, Bekasi (1992-1998).
Penulis selanjutnya melanjutkan pendidikan menengahnya di
lembaga pendidikan yang sama, yaitu SMP Nasional 1, Bekasi
(1998-2001). Selanjutnya pada tahun 2001 – 2004 penulis melanjutkan sekolah
menengahnya di SMU 42, Jakarta. Pada tahun 2004 penulis berhasil lulus dari
ujian Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB), dan diterima di Departemen
Teknik Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB). Di Depatemen Teknik Pertanian
IPB, penulis mengambil minat pada bagian Sistem dan Manajemen Mekanisasi
Pertanian di bawah bimbingan Ir. Mohamad Solahudin, M.Si.
Untuk memenuhi syarat kelulusan dan memperoleh gelar sarjana, penulis
melaksanakan Praktek Lapangan di PT. Parung Farm, Bogor dengan judul
Penjadwalan Produksi Bayam dan Kangkung Hidroponik di PT. Parung Farm,
Bogor dan melaksanakan Tugas Akhir penelitian dan penulisan skripsi berjudul
Rancang Bangun Sistem Informasi Status Ketersediaan Alat dan Mesin Pertanian
di Kabupaten Bogor, Jawa Barat Berbasis Internet.
Selama mengikuti perkuliahan di IPB, penulis juga aktif di organisasi
kemahasiswaan kampus. Selain pernah menjadi ketua panitia di beberapa program
kerja Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (HIMATETA), penulis juga pernah
menjabat sebagai Wakil Ketua HIMATETA pada periode 2006 – 2007. Selain
aktif di organisasi mahasiswa dalam kampus IPB, penulis juga pernah menjabat
Sekretaris Umum Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian Indonesia pada periode
2007 – 2008.
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas Rahmat
dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Rancang
Banngun Sistem Informasi Status Ketersediaan Alat dan Mesin Pertanian di
Kabupaten Bogor, Jawa Barat Berbasis Internet.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya dan penghargaan yang tulus kepada :
1. Bapak Ir. Mohamad Solahudin, M.Si selaku dosen pembimbing atas
bimbingan dan masukannya dalam penyusunan skripsi.
2. Dr. Ir. I Wayan Astika, M.Si dan Ir. Gatot Pramuhadi, M.Si selaku dosen
penguji atas masukan dan arahannya dalam penyelesaian skripsi.
3. Ayah dan Ibu tersayang serta keluarga yang selalu mendo’akan dan
memberikan segalanya bagi penulis.
4. Daragantina Nursani atas segala dorongan, kasih sayang dan kesabaran
selama penulis menyelesaikan tugas akhir.
5. Arip Sonjaya dan Supriyanto atas segala bantuan dan kerjasamanya selama
penulis meyelesaikan tugas akhir.
6. Teman-teman kost Komando atas kebersamaan dan dukungannya kepada
penulis.
7. Teman-teman seperjuangan Teknik Pertanian angkatan 41 atas
kebersamaannya dan atas pengalaman hidup yang tidak terlupakan.
8. Adik-adik TEP angkatan 42, 43 dan 44 atas segala doa dan dorongan yang
diberikan.
9. Seluruh staf Departemen TEP, Fakultas dan Perpustakaan atas bantuannya.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Penulis
menyadari bahwa sistem informasi yang penulis buat masih jauh dari sempurna
sehingga kritik dan saran penulis harapkan demi kesempurnaan sistem yang
dibangun
Bogor, Mei 2009
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................. 3
C. Manfaat Penelitian ............................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Alat dan Mesin Pertanian ..................................................................... 4
B. Traktor Roda Dua ................................................................................. 4
C. Perontok Padi Bermotor (Power Thresher) ......................................... 5
D. Rice Milling Unit (RMU) .................................................................... 7
E. Sistem Informasi .................................................................................. 8
F. Sistem Informasi Geografis.................................................................. 9
G. Database Management System (DBMS) ............................................. 10
H. Entity Relationship Diagram (ERD) .................................................... 12
I. System Development Life Cycle (SDLC) ........................................... 14
J. Internet dan Jaringan Komputer........................................................... 17
K. Server Side dan Client Side Programming .......................................... 18
L. World Wide Web ................................................................................. 19
M. Open Source ......................................................................................... 20
N. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 21
III. METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat ............................................................................... 24
B. Alat dan Bahan ..................................................................................... 24
C. Metodologi Penelitian .......................................................................... 24
D. Metodologi Pengembangan Sistem ...................................................... 26
iii
E. Penentuan Kebutuhan Alat dan Mesin Pertanian ................................. 29
F. Asumsi-asumsi ..................................................................................... 32
IV. PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum Kabupaten Bogor ........................................................ 35
B. Pembangunan Sistem Informasi ........................................................... 35
1. Investigasi Sistem .......................................................................... 35
2. Analisis Sistem ............................................................................... 39
3. Desain Sistem ................................................................................. 39
4. Implementasi Sistem ...................................................................... 64
C. Kelebihan dan Kekurangan Sistem ...................................................... 68
D. Status Ketersediaan Alat dan Mesin Pertanian di Kabupaten Bogor ... 69
1. Status Ketersediaan Traktor Roda Dua .......................................... 69
2. Status Ketersediaan Perontok Padi Bermotor (Power Thresher) ... 74
3. Status Ketersediaan Rice Milling Unit (RMU) .............................. 79
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 87
B. Saran ..................................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 89
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Notasi Entity Relationship Diagram .................................................. 13
Tabel 2. Kelebihan dan Kelemahan SDLC ...................................................... 15
Tabel 3. Development Environment ................................................................. 44
Tabel 4. Perangkat Pembantu ........................................................................... 45
Tabel 5. Hak akses halaman back end pada berbagai level akses .................... 61
Tabel 6. Status Ketersediaan dan Kebutuhan Traktor Roda Dua di Kabupaten
Bogor Tahun 2005 .............................................................................. 70
Tabel 7. Status Ketersediaan dan Kebutuhan Traktor Roda Dua di Kabupaten
Bogor Tahun 2006 .............................................................................. 71
Tabel 8. Status Ketersediaan dan Kebutuhan Traktor Roda Dua di Kabupaten
Bogor Tahun 2007 .............................................................................. 73
Tabel 9. Status Ketersediaan dan Kebutuhan Power Thresher di Kabupaten
Bogor Tahun 2005 .............................................................................. 75
Tabel 10. Status Ketersediaan dan Kebutuhan Power Thresher di Kabupaten
Bogor Tahun 2006 ........................................................................... 76
Tabel 11. Status Ketersediaan dan Kebutuhan Power Thresher di Kabupaten
Bogor Tahun 2007 ........................................................................... 78
Tabel 12. Status Ketersediaan dan Kebutuhan RMU di Kabupaten Bogor
Tahun 2005 ...................................................................................... 80
Tabel 13. Status Ketersediaan dan Kebutuhan RMU di Kabupaten Bogor
Tahun 2006 ...................................................................................... 82
Tabel 14. Status Ketersediaan dan Kebutuhan RMU di Kabupaten Bogor
Tahun 2007 ...................................................................................... 83
Tabel 15. Data Ketersediaan dan Kebutuhan PPK di Kabupaten Bogor ......... 85
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Sepuluh negara pengguna internet terbesar di Asia
pada tahun 2008 ............................................................................. 2
Gambar 2. Penggilingan padi kecil tipe lengkap (Patiwiri, 2006) ................... 7
Gambar 3. Komponen sistem informasi .......................................................... 8
Gambar 4. Diagram alir pengembangan sistem metode
SDLC (O’Brien, 1999) ................................................................... 14
Gambar 5. Rancangan Penelitian ..................................................................... 25
Gambar 6. Proses penentuan kebutuhan alat dan mesin pertanian .................. 32
Gambar 7. ERD sistem informasi status ketersediaan alat dan mesin pertanian
di Kabupaten Bogor ........................................................................ 42
Gambar 8. Diagram konteks sistem informasi status ketersediaan alat dan mesin
pertanian di Kabupaten Bogor ....................................................... 43
Gambar 9. Desain layout halaman depan (front end) sistem informasi ........... 46
Gambar 10. Tampilan halaman muka (Home) ................................................. 47
Gambar 11. Tampilan halaman profil alsintan ................................................. 48
Gambar 12. Tampilan halaman situs terkait .................................................... 49
Gambar 13. Tampilan halaman kontak ............................................................ 50
Gambar 14. Tampilan halaman pencarian ....................................................... 50
Gambar 15. Tampilan halaman download ....................................................... 51
Gambar 16. Tampilan halaman bantuan .......................................................... 52
Gambar 17. Tampilan halaman Web GIS Kabupaten Bogor .......................... 53
Gambar 18. Tampilan halaman Web GIS Kabupaten Bogor dengan layer
persebaran traktor roda dua .......................................................... 54
Gambar 19. Tampilan halaman data pertanian Kabupaten Bogor ................... 55
Gambar 20. Tampilan halaman tren alsintan dengan alsintan
traktor roda dua ............................................................................. 56
Gambar 21. Lokasi list menu tahun dan data kecamatan pada halaman
Web GIS ....................................................................................... 57
Gambar 22. Tampilan halaman Web GIS Kecamatan Jonggol ....................... 58
vi
Gambar 23. Tampilan halaman Web GIS Kecamatan Jonggol dengan
pemilihan layer topografi ............................................................. 59
Gambar 24. Tampilan halaman login administrator ........................................ 60
Gambar 25. Halaman utama back end ............................................................. 62
Gambar 26. Halaman input data Modul Manajemen Data Alsintan ................ 62
Gambar 27. Tampilan pesan kesalahan pada penginputan data Modul
Manajemen Data Alsintan ............................................................ 63
Gambar 28. Tampilan halaman muka sistem dengan browser Mozilla Firefox
3.0.1 dan resolusi layar 1024 x 768 pixel ..................................... 65
Gambar 29. Tampilan halaman muka sistem dengan browser Internet
Explorer 7 dan resolusi layar 1024 x 768 pixel ............................ 66
Gambar 30.Tampilan halaman muka sistem dengan browser Opera 9.50
dan resolusi layar 1024 x 768 pixel .............................................. 67
Gambar 31. Grafik perbandingan jumlah ketersediaan dan kebutuhan traktor
roda dua di Kabupaten Bogor pada tahun 2005-2007 .................. 74
Gambar 32. Gambar Grafik perbandingan jumlah ketersediaan dan kebutuhan
power thresher di Kabupaten Bogor pada tahun 2005-2007 ........ 79
Gambar 33. Grafik perbandingan jumlah ketersediaan dan kebutuhan RMU di
Kabupaten Bogor pada tahun 2005-2007 ..................................... 84
Gambar 34. Grafik perbandingan jumlah ketersediaan dan kebutuhan PPK di
Kabupaten Bogor pada tahun 2005-2007 ..................................... 86
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Luas Sawah (ha) di Kabupaten Bogor Tahun 2005-2007 ........... 93
Lampiran 2. Luas Panen (ha) di Kabupaten Bogor Tahun 2005-2007 ............ 94
Lampiran 3. Produktifitas Padi (ton/ha) di Kabupaten Bogor Tahun
2005-2007 .................................................................................... 95
Lampiran 4. Jumlah Ketersediaan Alat dan Mesin Pertanian di
Kabupaten Bogor Tahun 2005 ..................................................... 96
Lampiran 5. Jumlah Ketersediaan Alat dan Mesin Pertanian di
Kabupaten Bogor Tahun 2006 ..................................................... 97
Lampiran 6. Jumlah Ketersediaan Alat dan Mesin Pertanian di
Kabupaten Bogor Tahun 2007 ..................................................... 98
Lampiran 7. Jumlah Produksi GKP (ton) di Kabupaten Bogor Tahun
2005-2007 .................................................................................... 99
Lampiran 8. Jumlah Produksi GKG (ton) di Kabupaten Bogor Tahun
2005-2007 .................................................................................... 100
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kabupaten Bogor merupakan daerah satelit bagi kota Jakarta, kondisi
ini mengakibatkan banyak lahan-lahan pertanian khususnya padi sawah yang
beralih fungsi menjadi kawasan pemukiman penduduk dan industri. Hal ini
dapat dilihat pada besarnya luas tanam pada tahun 2005 dan 2006. Pada tahun
2005, Kabupaten Bogor memiliki luas tanam lahan padi sawah sebesar 81 185
ha (Dinas Pertanian dan Kehutanan, 2005). Namun pada tahun 2006, luas
tanam padi sawah berkurang menjadi sebesar 71 650 ha (Dinas Pertanian dan
Kehutanan Kabupaten Bogor, 2006).
Selain berkurangnya luas lahan-lahan pertanian, banyak pula sumber
daya manusia di bidang pertanian yang memilih pindah ke kota serta beralih
profesi. Hal-hal tersebut tentunya akan menjadi hambatan dalam usaha
peningkatan produksi pangan khususnya beras di Kabupaten Bogor, dimana
permintaan beras semakin tinggi seiring meningkatnya jumlah penduduk.
Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan - permasalahan tersebut
yaitu dengan menerapkan mekanisasi pertanian. Mekanisasi pertanian
merupakan aplikasi teknologi dan manajemen penggunaan alat dan mesin
pertanian, mulai dari pengolahan tanah, penanaman, pengelolaan air,
pemupukan, perawatan tanaman, pemanenan, penanganan pasca panen sampai
menghasilkan produk yang siap dipasarkan (Priyanto, 1997). Dukungan
mekanisasi pertanian harus menjadi agenda pembangunan pertanian jika
dikaitkan dengan program revitalisasi pertanian, yang mengisyaratkan tiga
pilar utama yaitu ketahanan pangan, pengembangan agribisnis, dan
kesejahteraan rakyat. Sektor pertanian selalu dikaitkan dengan ketiga hal
tersebut, karena merupakan sumber mata pencaharian yang sangat dominan
bagi lebih dari 65% penduduknya (Balitbang, 2007).
Penerapan mekanisasi pertanian di Kabupaten Bogor harus diimbangi
dengan adanya ketersediaan data maupun informasi yang mendukungnya,
sehingga dapat dihasilkan kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi tiap-tiap wilayah pada waktu tertentu. Namun selama ini seringkali
data mau
pertanian
maksima
P
Informas
Jawa Ba
media in
Indonesi
Asia (M
Gambar
Gambar
S
memperm
(output)
yang me
internet
yang be
keunggu
Juta
upun inform
n sulit dicar
al bagi penge
Pada peneliti
si Status Ket
arat. Sistem
nternet dilak
ia yang mer
Miniwatts M
1.
1. Sepuluh2008.
Selain itu p
mudah serta
serta penged
enjadi pertim
adalah bany
ersifat open
ulan, salah sa
0
50
100
150
200
250
300253
masi mengen
i dan isinya
embangan m
ian ini dihas
tersediaan A
m Informasi
kukan sebaga
rupakan mas
Marketing G
h negara pe
penggunaan
a memperce
ditan data ya
mbangan sis
yaknya pera
source. Per
atunya yaitu
94
60
nai keberadaa
a kurang aktu
mekanisasi p
silkan sistem
Alat dan Mes
ini dibangu
ai upaya mem
syarakat pen
Group, 2008)
engguna inte
n media in
epat proses
ang dilakuka
stem inform
angkat lunak
rangkat luna
u bisa didapa
34.8 25
an dan peny
ual sehingga
ertanian di K
m informasi
sin Pertanian
un berbasis
mperluas ak
ngguna inter
) seperti ya
ernet terbesa
ternet dilak
pemasukkan
an oleh insta
masi dikemba
k (software)
ak open sou
atkan dan di
20.2 17.5
yebaran alat
a penggunaa
Kabupaten B
yang berna
n di Kabupa
internet. P
kses kepada m
rnet terbesar
ang ditunjuk
ar di Asia p
kukan seba
n (input), p
ansi terkait.
angkan mel
) pembangun
urce memili
igunakan sec
15.4 14.9
2
dan mesin
anya belum
Bogor.
ama Sistem
aten Bogor,
Penggunaan
masyarakat
r kelima di
kkan pada
pada tahun
agai upaya
engeluaran
Aspek lain
alui media
nan sistem
iki banyak
cara gratis.
14
3
Dengan demikian penggunaan perangkat lunak ini dapat meminimalisasi biaya
yang dibutuhkan dalam pembangunan sistem.
B. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah membangun Sistem Informasi Status
Ketersediaan Alat dan Mesin Pertanian di Kabupaten Bogor berbasis Internet,
memberikan informasi persebaran alat dan mesin pertanian di Kabupaten
Bogor, serta memberikan informasi kebutuhan alat dan mesin pertanian pada
tiap-tiap kecamatan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
C. Manfaat Penelitian
Sistem informasi ini dapat membantu memberikan informasi
penyebaran alat dan mesin pertanian yang terkait pada proses produksi beras.
Selain itu sistem informasi ini juga mampu memberikan informasi mengenai
kebutuhan alat dan mesin pertanian tersebut pada tiap-tiap kecamatan di
Kabupaten Bogor. Informasi-informasi tersebut diharapkan dapat membantu
beberapa instansi terkait dalam mengambil kebijakan-kebijakan dalam bidang
mekanisasi pertanian secara cepat, serta sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
petani yang ada di Kabupaten Bogor.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Alat dan Mesin Pertanian
Menurut Riyansah (2008) alat dapat didefinisikan sebagai perkakas
sederhana yang berguna meringankan dan mempermudah pekerjaan sehingga
dapat mengurangi tenaga manusia. Sedangkan mesin diartikan sebagai suatu
alat yang digerakkan secara mekanis, yang disertai dengan adanya perubahan
dari satu bentuk energi ke dalam bentuk energi lainnya (Pratomo, 1983).
Aplikasi teknologi dan manajemen alat dan mesin di bidang pertanian
dikenal dengan mekanisasi pertanian. Mekanisasi pertanian ini mencakup
aplikasi atau penggunaan alat dan mesin dalam kegiatan prapanen hingga
pascapanen yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas pertanian
(Priyanto, 1997). Menurut Daywin et al. (1992) tujuan utama dari penggunaan
alat dan mesin di bidang pertanian adalah untuk meningkatkan produktivitas
kerja petani dan merubah pekerjaan berat menjadi ringan dan menarik.
Ada beberapa cakupan dari alat dan mesin pertanian yaitu: Pertama,
alat dan mesin yang digunakan dalam kegiatan pengolahan lahan. Pada
kegiatan ini dibagi atas pengolahan primer dan sekunder. Kedua, alat dan
mesin yang digunakan dalam kegiatan penanaman. Alat dan mesin ini dibagi
atas alat tanam padi dan alat tanam biji-bijian. Ketiga, alat dan mesin yang
digunakan dalam kegiatan pemeliharaan. Alat dan mesin ini dibagi atas
kegiatan alat kegiatan pemupukan dan alat kegiatan pengendalian hama dan
gulma. Kelima, alat dan mesin yang berperan dalam kegiatan pengairan atau
irigasi dalam proses budidaya pertanian. Keenam, alat dan mesin yang
digunakan dalam kegiatan panen dan kegiatan pascapanen. (Riyansah, 2008).
B. Traktor Roda Dua
Menurut Sakai et al. (1998) Traktor Roda Dua merupakan traktor
beroda dua yang digerakkan oleh motor penggerak (engine) dengan
menggunakan bahan bakar bensin, solar atau kerosin yang dapat dipakai untuk
mengolah tanah sawah atau tegalan dan mempunyai sifat serbaguna dengan
tenaga 2 sampai 10 Hp serta operatornya berjalan kaki.
5
Tenaga penggerak traktor roda dua selalu menggunakan internal
combustion engine yang dapat dibedakan terutama dari bahan bakarnya, yaitu
motor bensin dan motor diesel. Biasanya traktor roda dua menggunakan motor
penggerak dengan satu silinder. Sistem transmisi pada traktor roda dua
menggunakan sabuk dan gigi yang berfungsi untuk memindahkan tenaga ke
bagian yang bergerak lainnya. Putaran gigi dapat diatur atau diubah dengan
menggunakan kopling dan pengaturan putaran motor serta stering clutch yang
berfungsi untuk membelokkan traktor. Traktor roda dua juga dilengkapi
implemen untuk mengolah tanah seperti bajak singkal, bajak rotari, garu
penggulud, dan papan perata (Sakai et al., 1998).
Menurut ukurannya, traktor roda dua dapat diklasifikan menjadi 4 tipe
yakni (Sakai et al., 1998):
1. Tipe Mini Tiller (1.47 – 2.21 kW)
2. Tipe Traksi (2.99 – 4.42 kW)
3. Tipe Ganda (3.68 – 5.51 kW)
4. Tipe Gerak (5.51 - 10.30 kW)
Menurut Direktorat Alat dan Mesin Departemen Pertanian RI tahun
2002, traktor roda dua memiliki kapasitas kerja sebesar 20-30 ha/musim
dengan 8 jam kerja/hari dan 50-60 hari kerja/musim. Menurut Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbang Pertanian) traktor roda dua
dengan daya 8.5 Hp memiliki kapasitas kerja sebesar 25 ha/musim dengan 8
jam kerja/hari dan 90 hari kerja/tahun.
C. Perontok Padi Bermotor (Power Thresher)
Menurut Purwono (1992) prinsip kerja perontok (thresher) padi yaitu:
1. Cara thresher merontokkan padi dengan melepas bulir-bulir gabah dari
tangkai atau malai untuk kemudian memisahkannya.
2. Pelepasan bulir gabah dari tangkai atas dasar tarikan, pukulan, dan gesekan
serta kombinasi dari masing-masing itu.
3. Bagian thresher yang berfungsi untuk melepaskan bulir gabah adalah gigi
perontok.
6
Menurut tenaga penggerak dan cara kerjanya, thresher padi dapat
dibedakan menjadi tiga (Purwono, 1992):
1. Pedal Thresher
Menurut Purwono (1992) pedal thresher adalah alat perontok yang
digerakkan oleh kaki operator. Pada saat perontokan, padi dipegang dan
bagian malai diumpankan pada bagian atas silinder perontok berputar.
Menurut Direktorat Alat dan Mesin Pertanian (2002) kapasitas kerja dari
pedal thresher yaitu berkisar antara 75–100 kg/jam dengan 6 jam
kerja/hari dan 30 hari kerja/musim.
2. Power Thresher
Menurut Purwono (1992) perontok padi bermotor (power thresher)
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3 merupakan perontok padi yang
digerakkan oleh motor bahan bakar atau motor listrik melalui sistem
transmisi. Biasanya besar tenaga motor yang digunakan tergantung ukuran
perontoknya (Riyanto, 1994). Purwono (1992) juga menyatakan bahwa
pada umumnya power thresher sudah dilengkapi dengan unit pembersih
berupa saringan dan kipas penghembus untuk memisahkan tangkai atau
jerami, daun, dan gabah hasil perontokan. Pengumpanan padi yang
dirontokkan dengan cara memegang tangkai padi dan bagian malai
diletakkan di bawah atau di atas silinder perontok (Purwono, 1992).
Perontokan dengan power thresher menggunakan motor sebagai
penggeraknya mempunyai kapasitas perontokan sebesar 420 kg gabah/jam
hingga mendekati 1 ton gabah/jam (Dewa, 1998). Menurut Direktorat Alat
dan Mesin (2002), power thresher padi memiliki kapasitas kerja sebesar
600 – 800 kg/jam dengan 8 jam kerja/hari dan 25 hari kerja/musim.
3. Automatic Thresher
Automatic thresher merupakan alat perontok berpenggerak motor
yang disempurnakan dengan menambah alat pengumpan otomatis yang
berupa seperangkat alat terdiri dari rantai (bergerak paralel dengan silinder
perontok), spring (pegas) dan rail (semacam batangan logam yang
menekan rantai) (Purwono, 1992).
7
D. Rice Milling Unit (RMU)
Rice Milling Unit (RMU) termasuk dalam penggiling padi kecil yang
kompak dan lengkap. Menurut Patiwiri (2006) penggilingan padi kecil adalah
unit peralatan teknik yang merupakan gabungan dari beberapa mesin menjadi
satu kesatuan utuh yang berfungsi sebagai pengolah gabah menjadi beras
dengan kapasitas lebih kecil 2 (dua) ton per jam gabah kering giling. Skema
proses dari penggilingan gabah kecil tipe lengkap dapat dilihat pada Gambar
2.
Gambar 2. Penggilingan padi kecil tipe lengkap (Patiwiri, 2006).
Pada tipe RMU (lengkap) terdapat empat proses, yaitu: proses
pembersihan gabah, proses pecah kulit, proses pemisahan gabah dengan beras
pecah kulit, dan proses pemutihan beras pecah kulit, serta pemindahan bahan
antarmesin menggunakan elevator. Meskipun peralatan yang digunakan telah
dikategorikan lengkap, akan tetapi peralatan yang digunakan masih sederhana
(Patiwiri, 2006).
Menurut Patiwiri (2006) pula, industri penghasil peralatan
penggilingan padi kecil tipe lengkap yang umum dikenal di Indonesia adalah:
(1) Satake Engineering Co dari Jepang, (2) Yanmar Engineering Co dari
Jepang, (3) Nippon Sharyo dari Jepang, (4) PT Agrindo dari Indonesia, dan
(5) industri local dari Indonesia.
EE. Sistem I
D
saling be
menerim
terorgan
M
yang be
melaksan
pemrose
bagi pro
diartikan
mengatu
(Mannin
Gambar
S
terintegr
Informasi Dilihat dari
erhubungan
ma masukan
isasi (O’Brie
Menurut Sim
ekerja sama
nakan pengo
esan data un
oses pengam
n sebagai s
ur perolehan
no, 2001). K
3.
G
Sistem infor
rasi, sistem
definisinya,
dan bekerjas
dan mengh
en, 1999).
mkin (1987),
baik secara
olahan data y
ntuk mengha
mbilan keputu
suatu kump
n, penyimp
Komponen d
Gambar 3. K
rmasi dapat
manusia-m
, sistem ada
sama untuk m
hasilkan kelu
, sistem info
a manual m
yang berupa
asilkan infor
usan. Selain
pulan komp
panan, man
dari sistem
Komponen si
t pula dide
mesin, untuk
alah sekump
mencapai su
uaran di dal
ormasi adala
maupun berb
a pengumpul
rmasi yang b
n itu, suatu s
onen yang
ipulasi dan
informasi i
istem inform
efinisikan se
k menyedia
pulan komp
uatu tujuan d
lam suatu pr
ah sekumpul
basis kompu
lan, penyimp
bermakna da
sistem inform
bekerja sa
n distribusi
ini dapat di
masi
ebagai sebu
akan inform
8
onen yang
dengan cara
roses yang
lan elemen
uter dalam
panan serta
an berguna
masi dapat
ama untuk
informasi
ilihat pada
uah sistem
masi untuk
9
mendukung operasi, manajemen dan fungsi pengambilan keputusan dalam
suatu organisasi. Sistem ini memanfaatkan perangkat keras dan lunak
komputer, prosedur manual, model manajemen dan pengambilan keputusan
serta basis data (Mannino, 2001). Whitten et al. (2003) mendefinisikan sistem
informasi sebagai kumpulan dari manusia, data, proses, informasi dan
teknologi informasi yang saling berinterkasi untuk mendukung kegiatan bisnis
serta mendukung dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
suatu pengguna atau manajemen.
Secara umum, fungsi utama sistem informasi ada tiga, yaitu (1)
mangambil data (data capturing/input), (2) mengolah, mentransformasikan
dan mengkonversi data menjadi informasi dan (3) mendistribusikan informasi
(reporting/disseminating) kepada para pemakai sistem informasi (Dwipayana,
2007).
F. Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu sistem berbasis
komputer untuk mendayagunakan dan menghasilgunakan, penyimpanan,
pengolahan dan analisis data spasial (keruangan) serta data non spasial
(tabular), dalam memperoleh berbagai informasi yang berkaitan dengan aspek
keruangan, baik yang berorientasi ilmiah, komersil, pengelolaan maupun
kebijaksanaan (Purwadhi, 1999). SIG mempunyai karakteristik sebagai
perangkat pengelola basis data, Data Base Management System (DBMS),
sebagai perangkat analisis keruangan (Spatial Analysis), dan juga sekaligus
sebagai proses komunikasi untuk pengambilan keputusan. Suatu SIG biasanya
dihubungkan dengan teknologi komputer yang bereferensi geografis, suatu
sistem terintegrasi yang dipakai sebagai aplikasi subtansial yang telah banyak
menarik perhatian di seluruh dunia.
Komponen SIG terdiri dari komponen yang sama pada Sistem
Informasi secara umum, yaitu perangkat keras (hardware), perangkat lunak
(software), brainware, netware dan dataware seperti pada Gambar 3. Kelima
komponen tersebut saling bersinergi membentuk suatu sistem yang utuh.
10
Secara umum keuntungan SIG pada perencanaan dan pengelolaan sumberdaya
alam adalah sebagai berikut (Kam et al., 1992):
1. Mampu mengintegrasikan data dari berbagai format data (grafik, teks,
digital dan analog) dari berbagai sumber.
2. Memiliki kemampuan yang baik dalam pertukaran data diantaranya
berbagai disiplin ilmu dan lembaga terkait.
3. Mampu memproses dan menganalisis data lebih efisien dan efektif
daripada pekerjaan manual.
4. Mampu melakukan permodelan, pengujian dan perbandingan antara
berbagai alternatif kegiatan sebelum dilakukan aplikasi di lapangan.
5. Memiliki kemampuan pembaharuan data yang efisien, terutama grafik.
Dengan berbagai keuntungan tersebut di atas, penggunaan SIG dalam
klasifikasi penggunaan lahan akan sangat membantu. Dalam klasifikasi
kesesuaian lahan yang membutuhkan fungsi tumpang tindih dari berbagai peta
tematik, dapat dilakukan oleh SIG. Kemampuan SIG mengintegrasikan
berbagai format data sangat dibutuhkan dalam klasifikasi kesesuaian lahan.
Data penggunaan lahan, jenis tanah, kondisi iklim dan data pendukung
lainnya, serta parameter-parameter klasifikasi akan diintegrasikan menjadi
satu kesatuan hingga dapat menghasilkan informasi kesesuaian lahan.
Kemampuan SIG menampilkan data dalam bentuk gambar (peta
digital) memudahkan pengguna untuk memahami informasi yang diinginkan,
sebagai contoh untuk melihat daerah yang tidak sesuai dengan komoditi
tertentu, perubahan penggunaan lahan dan lain sebagainya dengan mudah
dapat ditampilkan dengan SIG. Klasifikasi kesesuaian lahan dengan
pendekatan SIG memungkinkan pengembangan database dalam bentuk sistem
informasi berorientasi geografis.
G. Database Management System (DBMS)
Database Management Systems (DBMS) atau dalam bahasa Indonesia
disebut Sistem Manajemen Basis Data adalah koleksi terpadu dari sekumpulan
program (utilitas) yang digunakan untuk mengakses dan merawat database
(Post, 1999). Menurut Whitten et al. (2003) Sistem Manajemen Basis Data
11
merupakan perangkat lunak (software) khusus yang diciptakan suatu
perusahaan komputer, yang digunakan untuk menciptakan, mengakses,
mengatur, dan memenej basis data. Pada awalnya DBMS digunakan untuk
mendukung penyimpanan dan pengambilan data. Sejalan dengan permintaan
pasar dan inovasi produksi, penerapan DBMS meluas meliputi aktivitas lain
yang lebih luas seperti penyediaan kesempatan yang luas untuk akuisisi,
diseminasi, pengambilan dan pemformatan data (Mannino, 2001).
DBMS merupakan salah satu alat penting dalam berbisnis dan sistem
informasi manajemen. Aplikasi komputer yang sudah dibangun dapat diubah
oleh DBMS dan juga merubah cara mengatur (manajemen) perusahaan.
Pendekatan awal dari basis data dengan menggunakan premis yang merupakan
aspek penting adalah data yang disimpan (Post, 1999).
Sistem informasi berbasis data memberikan keuntungan yang
signifikan dibandingkan data konvensional (Post, 1999). Keuntungan yang
dapat diperoleh:
1. Data menjadi sumberdaya bersama (shareable resources) dari berbagai
pengguna (user) maupun program aplikasi.
2. Metoda untuk akses dan perawatan data menjadi baku dan konsisten.
3. Tidak terjadi redudansi data dan variasi struktur data.
4. Data tidak tergantung pada perubahan program aplikasinya (data
independence).
5. Keterkaitan logik antar data terpelihara.
Menurut Post (1999) komponen-komponen dasar dari suatu sistem
manajemen basis data adalah sebagai berikut:
1. Database engine, berperan dalam penyimpanan, pengambilan kembali,
dan updating data.
2. Data dictionary, data dictionary dibuat dalam bentuk tabel dalam suatu
database.
3. Query prosesor, semua operasi dalam database dapat dijalankan dengan
query language. Dengan bantuan database engine, data yang diinginkan
user dapat ditampilkan ke layar monitor.
12
4. Report writer, komponen berfungsi untuk membuat laporan dengan
berbagai tipe dan spesifikasi yang ingin ditampilkan dan atau dihitung.
5. Form regenerator, berfungsi untuk menciptakan input/output form
database sehingga lebih menarik dalam segi tampilan.
6. Application generator, laporan dan bentuk form yang dirancang untuk user
tertentu karena mempunyai fungsi input/output spesifik.
7. Communication and integration, perlengkapan yang mendukung
keterkaitan dan kesatuan data pada bebrapa database apabila dijalankan
pada mesin berbeda bahkan lokasi yang berbeda.
8. Security, komponen yang bertanggung jawab dalam memelihara keamanan
dan akses data. Komponen ini mampu mengenali level akses user,
memberikan atau membatasi waktu dan jenis akses pada user.
H. EntityRelationship Diagram (ERD)
Entity Relationship Digram (ERD) merupakan salah satu pemodelan
data menggunakan beberapa notasi untuk menggambarkan data dalam bentuk
entitas-entitas dan relasi-relasi yang digambarkan oleh data tersebut. Entitas
merupakan kelas dari orang, tempat, objek, event, atau konsep tentang apa
yang dibutuhkan untuk mengambil dan menyimpan data. Setiap entitas
memiliki atribut, yaitu suatu properti yang deskriptif atau karakteristik dari
suatu entitas (Whitten et al., 2001). Notasi Entity Relationship Diagram ini
ditunjukkan pada Tabel 1.
Entitas dibedakan menjadi dua tipe, yaitu strong entity dan weak entity.
Strong entity adalah tipe entitas yang memiliki atribut key, dan keberadaannya
tidak tergantung pada entitas lain. Sedangkan weak entity merupakan entitas
yang tidak memiliki atribut key sendiri. Atribut key adalah atribut yang
nilainya berbeda untuk setiap entitas, dan bisa digunakan untuk
mengidentifikasi masing-masing entitas secara unik. Salah satu jenis atribut
lainnya adalah composite attribute, yaitu atribut yang dapat dibagi menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil yang merepresentasikan lebih banyak atribut
dasar dengan keterkaitan makna (Whitten et al., 2001).
Tabel 1.
R
entitas. A
Suatu re
Notasi EntitNotasi
Relasi adalah
Ada dua tip
elasi biner
ty RelationshN
E
E
Ass
E
E
car
Z
car
O
m
car
Zer
or
car
h suatu hub
e constraint
memiliki k
hip DiagramNama
Entity
Su
me
da
inf
Weak
Entity
Tip
ter
sociative
Entity
Tip
ya
key
dig
to-
Exactly
one
rdinality
Ins
ter
lai
Zero or
one
rdinality
Ins
ter
lai
One or
more
rdinality
Ins
ter
en
ro, one,
r more
rdinality
Ins
ter
sat
pa
bungan atau
t pada relasi
kardinalitas
m (Whitten eD
uatu objek
erepresemtasi
an berguna
formasi.
pe entitas
rgantung dari
pe entitas yan
ang merupaka
y entitas
gunakan untu
-many relatio
stance enti
rhubung ke te
in pada relatio
stance enti
rhubung ke m
in pada relatio
stance enti
rhubung ke
ntitas lain pada
stance enti
rhubung ke t
tu, atau bany
ada relationsh
keterkaitan
i yaitu kardi
yang men
t al., 2001) Deskripsi
k konseptu
ikan kesama
a untuk
yang keb
entitas lain.
ng memiliki p
an turunan d
lain. Tipe
uk menggant
onship.
itas ini h
epat satu inst
onship terseb
itas ini h
maksimal inst
onship terseb
itas ini h
minimal sat
a relationship
itas ini h
tidak sama s
yak instance
hip tersebut.
antara satu
inalitas dan
nspesifikasik
13
ual yang
aan atribut
menyimpan
beradaannya
primary key
dari primary
ini biasa
tikan many-
hanya bisa
ance entitas
but.
hanya bisa
tance entitas
but.
hanya bisa
tu instance
p tersebut.
hanya bisa
sekali, tepat
entitas lain
atau lebih
partisipasi.
kan jumlah
14
Investigasi Sistem
Analisis Sistem
Desain Sistem
Implementasi Sistem
Perawatan Sistem
keterhubungan dimana suatu entitas berpartisipasi. Sedangkan partisipasi
suatu entitas pada relasi ada dua macam yaitu total, dimana semua anggota
entitas terlibat pada relasi tersebut; dan relasi parsial, dimana tidak semua
anggota entitas terlibat dalam relasi tersebut (Whitten et al., 2001).
I. System Development Life Cycle (SDLC)
System Development Life Cycle (SDLC) merupakan metode dalam
melakukan pengembangan suatu sistem. SDLC terdiri dari beberapa tahapan
yaitu investigasi (investigation) sistem, analisis (analysis) sistem, desain
(design) sistem, implementasi (implementation) sistem, dan pemeliharaan
(maintenance) sistem (O’Brien, 1999). Diagram alir dari tahapan-tahapan
tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Diagram alir pengembangan sistem metode SDLC (O’Brien, 1999)
Post dan Anderson (2003) menyatakan bahwa terdapat kelemahan dan
kelebihan dari metodologi SDLC, seperti yang ditunjukan pada Tabel 2.
15
Tabel 2. Kelebihan dan Kelemahan SDLC Kelebihan Kelemahan
Mudah dalam mengontrol Waktu pengembangan meningkat
Mudah memonitor proyek besar Dana pengembangan meningkat
Kejelasan tahap-tahap Sistem harus didefinisikan dari awal
Baik dalam mengevaluasi dana dan
penyelesaian rencana kerja
Kaku
Baik dalam dokumentasi Sulit untuk memperkirakan dana
Baik dalam mendefinisikan
kebutuhan pengguna
Input dari pengguna terkadang
terbatas
Mudah dalam perawatan
Mudah dalam desain dan
pengembangan sistem
Mentolerasi perubahan dalam
manajemen sistem informasi.
1. Investigasi sistem
Manfaat dari fase investigasi atau penyidikan dilakukan untuk
menentukan masalah-masalah atau kebutuhan yang timbul. Pada tahapan
investigasi sistem dilakukan perumusan masalah yang dihadapi oleh end
user, membuat solusi alternatif pemecahan masalah yang tersedia,
melakukan studi kelayakan (organisasi, ekonomi, teknik dan operasional)
analisis manfaat (baik yang terukur atau yang tidak terukur) terhadap
solusi alternatif, serta membuat perencanaan manajemen proyek
pengembangan (Post, 1999).
Tahapan investigasi sistem terdiri dari studi awal dan studi
kelayakan. Pada tahapan studi awal, dimana gagasan untuk membangun
sistem baru atau menyempurnakan sistem yang berjalan, diterima dan
dipelajari pada sistem yang berjalan paling awal (Sutabri, 2004). Studi
kelayakan adalah suatu tinjauan sekilas pada faktor utama yang akan
mempengaruhi kemampuan sistem untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Tujuan studi kelayakan adalah mengevaluasi alternatif sistem
16
dan kemudian mengusulkan sistem yang paling nyata dan layak untuk
pembangunan sistem (Post, 1999).
2. Analisis sistem
Tahapan analisis sistem merupakan tahap yang kritis dan sangat
penting karena kesalahan dalam tahap ini akan menyebabkan kesalahan
pada tahap selanjutnya. Proses analisis sistem dalam pengembangan
sistem informasi adalah suatu prosedur yang dilakukan untuk pemeriksaan
masalah dan penyusunan alternatif pemecahan masalah yang timbul serta
membuat spesifikasi sistem yang baru atau sistem yang akan diusulkan
atau dimodifikasi (Sutabri, 2004). Beberapa aktivitas dasar dari analisis
sistem diperlukan dalam pembangunan aplikasi secara cepat maupun
pembangunan proyek yang memerlukan waktu lama. Pada umumnya
aktivitas tersebut merupakan perluasan dari pelaksanaan studi kelayakan.
3. Desain sistem
Tahapan desain sistem merupakan prosedur untuk mengkonversi
spesifikasi logis ke dalam sebuah desain yang dapat diimplementasikan
pada sistem komputer organisasi. Selain itu, melakukan desain informasi
seperti content, form dan time. Mendesain format tampilan yang dapat
menghubungkan antara sistem dengan pengguna dan juga membuat proses
desain yaitu dengan cara mentransformasikan input menjadi output serta
membuat keamanan sistem. Menurut Whitten et al. (2003) tahapan desain
sistem dalam SDLC meliputi :
a. Desain basis data
Pada tahap desain data dilakukan pada desain struktur database
yang akan digunakan oleh sistem.
b. Desain proses
Aktivitas desain proses terfokus pada desain software berupa
program dan prosedur yang telah diusulkan.
c. Desain antar muka (user interface)
Desain user interface merupakan prototipe dimana model kerja
di desain dan dimodifikasi berulang kali menggunakan feedback dari
17
end user. Aktivitas pada desain user interface terfokus pada dukungan
interaksi antara end user dan aplikasi berbasis komputer.
4. Implementasi sistem
Tahap implementasi adalah untuk menyelesaikan desain sistem
yang sudah disetujui, menguji serta mendokumentasikan program-program
dan prosedur sistem yang diperlukan, memastikan bahwa komponen yang
terlibat dapat mengoperasikan sistem baru dan memastikan bahwa
konversi sistem lama ke sistem baru dapat berjalan secara baik dan benar.
5. Pemeliharaan sistem
Tahap akhir SDLC melibatkan monitoring, evaluasi dan modifikasi
sistem untuk membuat perbaikan yang penting atau diinginkan oleh pihak
end user.
J. Internet dan Jaringan Komputer
Internet (interconnected network) adalah jaringan komputer yang
terdiri dari ribuan jaringan komputer independen yang dihubungkan satu
dengan yang lainnya. Internet juga didefinisikan sebagai sekumpulan jaringan
komputer yang menggunakan TCP (Transmission Control Protocol) atau IP
(Internet Protocol) yang saling terhubung, sehingga pengguna pada suatu
jaringan dapat menggunakan laysanan yang disediakan oleh TCP/IP untuk
mencapai jaringan lain (Agusrinaldy, 2006).
Pada awalnya internet merupakan suatu jaringan komputer yang
dibentuk oleh Departemen Pertahanan Amerika, melalui proyek ARPA
(Advance Research Project Agency) yang disebut ARPANET. ARPANET
dibentuk secara khusus di empat universitas besar di Amerika, yaitu Stanford
Research Institut, University of California di Santa Barbara, University of
California di Los Angeles dan University of Utah. ARPANET akhirnya
diperkenalkan secara umum pada tahun 1972. Dengan berakhirnya era perang
dingin antara Amerika dan sekutunya Uni Sovyet, seluruh jaringan yang
tercakup pada ARPANET diubah menjadi TCP/IP dan selanjutnya menjadi
cikal bakal dari internet.
18
Menurut Agusrinaldy (2006) ada beberapa jenis jaringan komputer
lainnya yaitu:
1. Local Area Network (LAN)
LAN merupakan suatu jaringan yang terbatas dalam jarak atau area
setempat (local). Jaringan ini banyak digunakan dalam suatu perusahaan
yang berhubungan antara departemen-departemen dalam satu gedung.
2. Metropolitan Area Network (MAN)
MAN merupakan versi LAN yang memiliki mobilitas tinggi dan
biasanya digunakan di kota-kota besar.
3. Wide Area Network (WAN)
Jaringan dari sistem komunikasi data yang masing-masing node
berlokasi jauh (remote location) satu dengan yang lainnya. Jarak biasanya
mencakup daerah geografis yang luas dan sering kali mencakup sebuah
negara atau benua. WAN disebut juga dengan nama Remote Network atau
External Network atau Long Distance Network.
4. Jaringan tanpa kabel (Wireless Network)
Pada jaringan tanpa kabel jalur transmisi untuk arus informasi
diantara node dapat berupa microwave system, layer system atau satelite
system.
K. Server Side dan Client Side Programming
Ciri-ciri situs yang bersifat dinamis adalah bisa berinteraksi dengan
pengunjung situs, bisa menampilkan informasi-informasi yang berasal dari
basis data dan halaman-halaman web bisa berubah secara otomatis. Menurut
Sutisna (2007) Berdasarkan tempat dijalankannya perintah-perintah program
dalam halaman web, pemrograman web dapat dikategorikan menjadi dua,
yaitu Server-Side Programming dan Client-Side Programming.
1. Server-Side Programming
Pemrosesan kode dijalankan pada server, kemudian hasilnya
dikirim kepada klien untuk ditampilkan pada browser. Karena skrip
berjalan pada server, kode program tidak akan diketahui user. Yang
termasuk dalam server side adalah program jenis middleware seperti PHP,
19
ASP, Perl dan sebagainya. Program jenis middleware mampu
menerjemahkan dan menjalankan bahasa pemrograman web tertentu serta
memungkinkan berinteraksi dengan basis data.
2. Client-Side Programming
Kode program dijalankan pada komputer klien, kemudian hasilnya
ditampilkan pada browser. Skrip program yang termasuk client-side antara
lain HTML, XHTML, CSS, Javascrpit, VbScript dan sebagainya.
L. World Wide Web
World Wide Web (WWW) atau sering disebut Web, adalah jaringan
informasi yang menggunakan protokol HTTP (Hyper Text Transfer Protocol)
dan dapat diakses melalui suatu interface sederhana dan mudah digunakan
(Agusrinaldy, 2006). Web juga didefinisikan sebagai kumpulan dari banyak
dokumen, gambar, dan sumber lainnya yang saling berhubungan. Sumber-
sumber tersebut dihubungkan dengan hyperlink dan URLs. Hyperlink dan
URLs memungkinkan web server maupun mesin-mesin lain yang menyimpan
sumber informasi dan mengirimkan informasi tersebut menggunakan HTTP.
Selain HTTP, protokol yang sangat penting dalam penggunaan internet adalah
FTP (File Transfer Protocol). Penggunaan FTP sebagai protokol
memungkinkan beberapa operasi sebagai berikut :
a. Pemindahan files antar komputer.
b. Melihat direktori pada komputer yang terhubung.
c. Menghapus, memindahkan, dan mengganti nama files pada komputer lain.
d. Navigasi struktur direktori pada komputer yang terhubung.
e. Membuat dan menghapus direktori pada komputer yang terhubung.
Informasi dalam jaringan disajikan dalam format Hypertext yang
tersimpan pada berbagai server di seluruh dunia. HTML (Hyper Text Markup
Language) sebagai bahasa web memungkinkan web menampilkan citra, teks,
multimedia dan menyediakan instruksi bagi pengguna untuk mengatur
penampilan suatu dokumen dan menghubungkan saru dokumen dengan
dokumen lainnya.
20
M. Open Source
Menurut Coar (2006) Open Source tidak hanya berarti suatu hak atau
kebolehan akses terhadap source code. Coar (2006) juga menambahkan bahwa
terminologi distribusi di dalam perangkat lunak open source harus sesuai
dengan kriteria-kriteria berikut :
1. Free distribution
Lisensi yang didapat tidak akan membatasi pengguna untuk
menjual atau memberikan perangkat lunak. Lisensi juga tidak memerlukan
royalti atau biaya.
2. Source Code
Distribusi program juga harus disertai dengan source code
(program-program atau scripts terkait sebelum dikompilasi.
3. Derived Works
Lisensi harus mengizinkan pemodifikasian berikut derived works
lainnya, dan harus memungkinkan produk terkait didistribusikan dengan
ketentuan yang sama sebagaimana perangkat lunak aslinya.
4. Integrity of The Author’s Source Code
Lisensi secara explisit harus mengizinkan pendistribusian
perangkat lunak yang telah dimodifikasi.
5. No Discrimination Against Persons or Group
Lisensi yang didapat adalah sama baik untuk individu maupun
kelompok.
6. No Discrimination Against Fields of Endeavour
Lisensi yang diberikan adalah sama untuk semua bidang usaha.
7. Distribution of License
Hak yang terkait dengan program harus mengikat pihak-pihak yang
menerima distribusi produk terkait tanpa kebutuhan untuk pengeksekusian
lisensi tambahan oleh pihak-pihak tersebut.
8. License Must Not Be Specified to a Product
Hak yang terkait dengan program tidak tergantung pada program
yang menjadi bagian dari distribusi perangkat lunak tertentu.
21
9. License Must Not Restrict Other Software
Lisensi tidak boleh membatasi perangkat lunak lainnya yang
kebetulan didistribusikan bersama dengan perangkat lunak berlisensi
tersebut.
10. License Must Be Technology Neutral
Lisensi tidak menyebutkan ketentuan teknologi atau ’gaya’
antarmuka yang digunakan
N. Penelitian Terdahulu
Lestari (2003) membangun Sistem Informasi Geografis (SIG) Klasifikasi
Lahan untuk Padi Sawah dan Status Ketersediaan Traktor Roda Dua di
Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor. SIG ini disajikan dalam format project
Arcview, yang bersumber dari data digital Arcinfo. SIG ini terdiri atas
informasi-informasi peta administrasi, peta kemampuan lahan dan kesesuaian
lahan bagi tanaman padi sawah serta dilengkapi data penyebaran dan status
ketersediaan traktor roda dua di kecamatan Jonggol. Klasifikasi kesesuaian
lahan berkenaan dengan data-data yang bersifat spasial (keruangan) yang
membutuhkan analisis geografis, sedangkan status ketersediaan traktor roda
dua berkenaan dengan data-data tabular yang membutuhkan analisis
matematik.
Metode pengembangan sistem yang digunakan adalah SDLC (System
Development Life Cycle) oleh O’Brien (1999). Untuk pemenuhan input data
dalam SIG dilakukan pengumpulan data yang memanfaatkan data sekunder,
baik data yang bersifat keruangan maupun data tabel yang meliputi data
vektor/grafis dan data tabel/atribut. Desain sistem meliputi rancangan proses
transformasi input menjadi output yang terdiri atas dua tahap yakni
penyusunan basis dan analisis data keruangan dan data atribut/label. Proses
kesesuaian lahan menggunakan sistem matching atau membandingkan,
mencocokkan antara kualitas dan sifat-sifat lahan dengan kriteria kelas
kesesuaian lahan yang telah disusun berdasarkan syarat tumbuh tanaman.
Dengan sistem ini, berlaku hukum minimum yaitu kelas kesesuaian lahan
ditentukan oleh nilai terkecil, dalam hal ini oleh parameter yang sifat
22
pembatasnya terberat atau yang paling sulit diatasi. Klasifikasi tanaman padi
sawah yang digunakan adalah FAO (1976).
Candra (2004) membangun Sistem Informasi Pemilihan Traktor Roda
Dua Berbasis Internet dengan PHP. Pembangunan sistem informasi tersebut
bertujuan untuk membantu dalam pemilihan traktor roda dua yang banyak
beredar di pasaran.
Pane (2006) membangun Sistem Informasi keberadaan alat dan mesin
pertanian di Indonesia berbasis Internet (Sikampi). Sistem informasi tersebut
dirancang dan dibangun menggunakan sistematika proses pengembangan
sistem, yang dikenal sebagai Sistem Development Life Cycle (SDLC).
Informasi yang disajikan meliputi : penjelasan sistem informasi dan
keanggotaan, profil lembaga/perusaahaan, detail spesifikasi produk alat dan
mesin pertanian (alsintan), cara pemesanan alsintan, kontak detail
lembaga/perusahaan, informasi terkini seputar keberadaan alsintan, serta
memberikan kemudahan dalam pencarian data alsintan. Sistem informasi ini
juga dilengkapi level akses anggota, yaitu registered publisher, dan super
admin.
Agusrinaldy (2006) membangun Sistem Informasi Monitoring
Penyebaran Alat dan Mesin Pertanian di Wilayah Pulau Jawa berbasis web.
Sistem informasi ini dibangun dengan tujuan dapat meyajikan informasi
maupun data-data persebaran alat dan mesin pertanian di Pulau Jawa. Pada
penelitian ini alat dan mesin pertanian dikelompokan berdasarkan fungsinya
yaitu, mesin pengolahan lahan, mesin penanam, alat pemupukan, mesin
pemberantasan hama, mesin perontok padi, mesin pengolah padi dan mesin
pompa air. Pada penelitian ini digunakan perangkat lunak MapServer untuk
membuat aplikasi GIS berbasis web. Tujuan aplikasi dibangun berbasis web
adalah untuk memperluas akses bagi masyarakat.
Dwipayana (2007) mengembangkan Sistem Informasi Kesesuaian Lahan
untuk padi sawah di Kecamatan Jonggol Berbasis SIG dan SMS. Sistem
Informasi ini merupakan pengembangan Sistem Informasi yang telah
dibangun oleh Lestari (2003) dengan menambahkan aplikasi SMS. Aplikasi
SMS dibangun dengan tujuan memudahkan pengguna (user) dalam
23
mengakses informasi yang ada di dalam Aplikasi Sistem Informasi Geografis.
Sistem informasi yang dihasilkan diberi nama Gmap.
Aplikasi GMap dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman
Microsoft Visual Basic 6.0 dan MapObject 2.2, didukung dengan penambahan
komponen Mobile FBUS v.1.5, seperangkat PC dan telepon selular atau
modem GSM. Database yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
model data relasional yang dibangun dengan menggunakan Microsoft Access.
Aplikasi GMap terdiri dari dua bagian yaitu Aplikasi Sistem Informasi
Geografis dan Aplikasi SMS Sistem Monitoring tentang keadaan kesesuaian
lahan untuk padi sawah di Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor. Aplikasi
Sistem Informasi Geografis yang dibangun terdiri atas informasi-informasi
peta administrasi, penggunaan lahan, jenis tanah beserta sifat fisik dan
kimianya, kemampuan lahan, kondisi lahan dan kesesuaian lahan dari
Kecamatan Jonggol.
24
III. METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2008 sampai dengan
Mei 2009 di Laboratorium Sistem dan Manajemen Mekanisasi Pertanian,
Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor, serta pengambilan data di Dinas Pertanian Kabupaten Bogor,
Biro Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Unit Pelaksana Teknis Daerah Alat dan
Mesin Pertanian Wilayah Bogor Timur, serta Unit Pelaksana Teknis Daerah
Penyuluhan Pertanian Wilayah Bogor Timur.
B. Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini yaitu seperangkat
komputer dengan spesifikasi sebagai berikut :
1. Processor AMD Athlon XP 2000+ (1,67 GHz)
2. RAM DDR 1024 Mb PC 3200
3. VGA Card AGP 256 MB 128 Bit
4. Hardisk berkapasitas 40 GB
5. Monitor 15’
Bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data-data spasial
yang berasal dari hasil penelitian yang dilakukan Lestari (2003) dan
Dwipayana (2007). Selain itu juga terdapat data-data mengenai persebaran
alsintan, luas sawah, luas panen, produktivitas padi di Kabupaten Bogor yang
diperoleh dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor serta Biro
Pusat Statistik Kabupaten Bogor.
C. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
digambarkan dalam diagram rancangan penelitian. Rancangan penelitian yang
terdiri dari beberapa tahap dapat dilihat pada Gambar 5.
25
Gambar 5. Rancangan Penelitian
26
D. Metodologi Pengembangan Sistem
Metodologi pengembangan sistem adalah proses pengembangan sistem
yang baku dan rinci yang mendefinisikan kumpulan aktivitas-aktivitas,
metoda-metoda, praktek-praktek, laporan, serta peralatan otomatis yang
digunakan pengembang sistem maupun manager proyek, untuk
mengembangkan dan merawat seluruh sistem informasi dan perangkat lunak
(Whitten et al., 2001).
Dalam mengembangkan Sistem Informasi Status Ketersediaan Alat
dan Mesin Pertanian di Kabupaten Bogor, metodologi yang peneliti gunakan
ialah metodologi System Development Life Cycle (SDLC). Menurut O’Brien
(1999), SDLC ini memiliki lima tahap pengembangan sistem, yaitu dimulai
dengan investigasi sistem dan dilanjutkan dengan analisis sistem, desain
sistem, implementasi sistem serta perawatan sistem.
1. Investigasi Sistem
Tahap investigasi sistem dimaksudkan untuk merumuskan
permsalahan dan peluang dari suatu kondisi. Kegiatan investigasi meliputi
pemantauan, seleksi dan studi awal mengenai tujuan pemecahan masalah
dalam sistem. Tahapan investigasi sistem meliputi tahap studi kelayakan.
Studi kelayakan adalah suatu tinjauan sekilas pada faktor-faktor
utama yang akan mempengaruhi sistem untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Empat dimensi kelayakan sistem meliputi kelayakan teknis,
kelayakan ekonomis, kelayakan organisasi, dan kelayakan operasional.
Kelayakan teknis terkait dengan penggunaan teknologi yang
dibutuhkan dalam mendukung pengembangan sistem. Hal tersebut
tentunya terkait dengan kebutuhan perangkat keras (hardware) dan
perangkat lunak (software). Kelayakan ekonomis dapat dilihat dari segi
biaya pembangunan sistem, dan keuntungan yang diperoleh dari informasi
sistem. Sedangkan kelayakan organisasi dapat dilihat dari ada tidaknya
sumber daya manusia yang menggunakan sistem tersebut. Kelayakan
operasional sistem dapat ditinjau dari kemampuan dalam manajemen,
bagaimana cara menggunakan dan mendukung sistem yang berjalan.
27
2. Analisis Sistem
Tahapan analisis sistem melakukan analisis terhadap informasi
yang dibutuhkan dari organisasi, end user dan kemampuan sistem yang
akan dibangun untuk mempertemukan kebutuhan pengguna dengan fungsi
operasional sistem yang akan dikembangkan. Analisis sistem dibagi atas
kebutuhan fungsional dan nonfungsional.
Pada kebutuhan fungsional objek sistem yang pertama kali harus
ditetapkan adalah target pengguna yang dituju oleh sistem yang dibangun,
kemudian dilanjutkan dengan analisa kebutuhan pengguna. Analisa
kebutuhan ini merupakan dasar dalam penyusunan spesifikasi sistem yang
kemudian akan diimplementasikan menjadi suatu perangkat lunak yang
mengintegrasikan seluruh sistem. Sumber analisa kebutuhan dapat berasal
dari buku dan data sekunder mengenai persebaran alat dan mesin
pertanian.
Pada tahapan siklus sistem ini, analisis mengumpulkan
dokumentasi dari sistem yang ada, menelaah dan menambahkan
dokumentasi baru jika dirasa perlu. Hasil akhir yang baik diharapkan dari
sistem ini adalah agar mempermudah dalam pengambilan keputusan oleh
pengguna.
Sistem yang dibangun juga memiliki kebutuhan nonfungsional,
yang merupakan kebutuhan tambahan di luar fungsi sistem yang mampu
memberikan nyaman bagi pengguna dalam melakukan penelusuran sistem
informasi.
3. Desain Sistem
Pada tahap ini menjelaskan bagaimana sistem dapat memenuhi
kebutuhan informasi bagi pengguna.
a. Desain data
Pada tahap desain data dilakukan pada desain struktur database
yang akan digunakan oleh sistem. Desain struktur database akan dibuat
dengan Microsoft Visio 2003. Dalam penyusunan basis data terdiri
dari dua tahap yaitu penyusunan basis data keruangan dan penyusunan
basis data atribut/tabel relasional.
28
b. Desain proses
Aktivitas desain proses terfokus pada desain software berupa
program dan prosedur yang telah diusulkan. Aktivitas desain proses
digambarkan dengam Data Flow Diagram (DFD).
c. Desain antar muka (Interface)
Desain user interface merupakan prototipe dimana model kerja
di desain dan dimodifikasi berulang kali menggunakan feedback dari
end user. Aktivitas pada desain user interface terfokus pada dukungan
interaksi antara end user dan aplikasi berbasis komputer.
4. Implementasi Sistem
Tahapan implementasi meliputi pengadaan hardware, software,
pengembangan software, pengujian program dan prosedur, pengembangan
dokumentasi dan aktivitas instalasi kebutuhan program. Pada tahapan ini
dilakukan kegiatan pengembangan dari desain yang ada dan dilakukan
penerapan terhadap sistem yang telah dibangun. Proses yang dilakukan
dalam tahapan ini adalah pemrograman (coding) untuk pembangunan
sistem informasi. Dilakukan pula uji sistem dan prosedurnya untuk
mengetahui kinerja dari program yang dibangun, serta pembuatan
dokumentasi untuk kelengkapan sistem.
5. Perawatan Sistem
Tahap ini adalah tahapan akhir dari siklus daur hidup sistem
(SDLC), yang meliputi kegiatan pengawasan, evaluasi dan modifikasi
sistem yang sesuai. Perawatan sistem dilakukan selama dan setelah proses
perancangan sistem berlangsung.
Pada tahap ini pula Sistem Informasi langsung diuji di Dinas
terkait seperti, Dinas Pertanian Kabupaten Bogor untuk mengetahui
apakah ada bug-bug dan kesalahan pada program. Perbaikan akan
dilakukan apabila ditemukan kesalahan yang terjadi saat pengujian.
Sistem yang akan dibangun masih berupa prototipe sehingga untuk
tapahan perawatan sistem hanya mencakup tahapan monitoring ketika
dilakukan uji performansi, evaluasi dan selanjutnya dilakukan modifikasi
agar sistem yang dibangun sesuai dengan kriteria pengguna.
29
E. Penentuan Kebutuhan Alat dan Mesin Pertanian
Penentuan kebutuhan alat dan masin pertanian ini terdiri dari
perhitungan jumlah kebutuhan pada traktor roda dua, perontok padi bermotor
dan Rice Milling Unit (RMU). Proses penentuan kebutuhan alat dan mesin
pertanian ini dapat dilihat pada Gambar 6.
1. Penentuan Jumlah Kebutuhan Traktor Roda Dua
Tahap-tahap yang dilakukan dalam menentukan kebutuhan traktor
roda dua adalah:
a. Mengkonversi satuan kapasitas lapang traktor roda dua (ha/jam)
kedalam satuan ha/tahun.
................................................................ (1)
b. Menghitung luas sawah yang diolah menggunakan traktor roda dua.
% ........................................................................... (2)
c. Menghitung kebutuhan traktor roda dua.
/ ............................................................................... (3)
Keterangan:
Ktt = luas sawah yang diolah menggunakan traktor roda dua
per tahun (ha/tahun)
Ktj = kapasitas kerja traktor roda dua (ha/jam)
Jtk = jumlah waktu operasional traktor roda dua per hari (jam/hari)
Htk = jumlah waktu operasional traktor roda dua per tahun (hari/tahun)
Ls = luas sawah per tahun (ha/tahun)
Lso = luas sawah yang diolah menggunakan traktor roda dua per tahun
(ha/tahun)
A = asumsi penggunaan tenaga traktor roda dua (%)
Jb = kebutuhan traktor roda dua (unit)
2. Penentuan jumlah kebutuhan perontok padi bermotor (power
thresher)
Tahap-tahap yang dilakukan dalam menentukan kebutuhan power
thresher adalah:
a. Menghitung jumlah produksi gabah kering panen (GKP) per tahun.
................................................................................. (4)
30
b. Mengkonversi satuan kapasitas kerja power thresher (ton/jam)
kedalam satuan ton/tahun.
............................................................. (5)
c. Menghitung jumlah produksi GKP yang diolah menggunakan power
thresher per tahun.
% .............................................................................. (6)
d. Menghitung kebutuhan power thresher.
/ ................................................................................ (7)
Keterangan:
P = jumlah produksi gabah kering panen per tahun (ton/tahun)
Lp = luas panen per tahun (ha/tahun)
ph = produktivitas gabah kering panen per hektar (ton/ha)
Kpt = jumlah produksi gabah kering panen yang diolah menggunakan
power thresher per tahun (ton/tahun)
Kpj = kapasitas kerja power thresher (ton GKP/jam)
Jpk = jumlah waktu operasional power thresher per hari (jam/hari)
Hpk = jumlah waktu operasional power thresher per tahun (hari/tahun)
Po = jumlah gabah kering panen yang diolah menggunakan power
thresher per tahun (ton/tahun)
A = asumsi penggunaan tenaga power thresher bermotor (%)
Jp = kebutuhan power thresher (unit)
3. Penentuan jumlah kebutuhan Rice Milling Unit (RMU)
Tahap-tahap yang dilakukan dalam menentukan kebutuhan RMU
adalah:
a. Menghitung jumlah produksi gabah kering giling (GKG) per tahun.
.................................................................................. (8)
b. Mengkonversi satuan kapasitas kerja RMU (ton beras/jam) kedalam
satuan ton beras/tahun.
............................................................... (9)
c. Mengkonversi kapasitas kerja RMU (ton beras/tahun) kedalam satuan
ton GKG/tahun.
31
100% ...................................................................... (10)
d. Menghitung jumlah produksi gabah yang diolah menggunakan RMU.
% ......................................................................... (11)
e. Menghitung kebutuhan RMU.
/ .............................................................................. (12)
Keterangan:
Pg = jumlah produksi gabah kering giling per tahun (ton/tahun)
P = jumlah produksi gabah kering panen per tahun (ton/tahun)
k = angka konversi dari ton GKP ke ton GKG (86.01%)
kb = angka konversi dari ton GKG ke ton beras (62.74%)
Krb = jumlah produksi beras yang diolah menggunakan
RMU per tahun (ton/tahun)
Krt = jumlah produksi gabah kering giling yang diolah menggunakan
RMU per tahun (ton/tahun)
Krj = kapasitas giling RMU (ton GKG/jam)
Jrk = jumlah waktu operasional RMU per hari (jam/hari)
Hk = jumlah waktu operasional RMU per tahun (hari/tahun)
A = asumsi penggunaan tenaga RMU (%)
Ppo = jumlah gabah kering giling yang diolah menggunakan RMU per
tahun (ton GKG/tahun)
Jr = kebutuhan RMU (unit)
32
Gambar 6. Proses penentuan kebutuhan alat dan mesin pertanian
E. Asumsi-asumsi
Dalam menentukan status ketersediaan alat dan mesin pertanian maka
dilakukan asumsi-asumsi. Sebagian besar asumsi-asumsi yang digunakan
bersumber dari Balitbang Pertanian (2007), yaitu:
33
1. Traktor roda dua
a. Kapasitas lapang traktor roda dua (8.5 Hp) yang digunakan sama pada
tiap-tiap kecamatan, yaitu sebesar 0.06 ha/jam (Direktorat Alat dan
Mesin Departemen Pertanian Republik Indonesia, 2002).
b. Waktu operasional traktor roda dua per hari adalah 8 jam (Balitbang
Pertanian, 2007).
c. Waktu operasional traktor roda dua per tahun adalah 90 hari (Balitbang
Pertanian, 2007).
d. Prosentase luas sawah yang diolah menggunakan traktor roda dua
sama pada tiap-tiap kecamatan.
e. Prosentase luas sawah yang diolah oleh traktor roda dua berbeda pada
setiap tahun, dan meningkat sebesar 10.3% pada tiap tahunnya. Pada
tahun 2005, prosentase luas sawah yang diolah menggunakan traktor
roda dua adalah sebesar 48.3%, tahun 2006 sebesar 58.6%, dan tahun
2007 sebesar 68.9%. Nilai-nilai ini didasarkan kepada nilai
penggunaan tenaga traktor roda dua di Indonesia pada tahun 2004
sebesar 38%, dan target penggunaan tenaga traktor roda dua di
Indonesia pada tahun 2010 sebesar 100% (Balitbang Pertanian, 2007).
f. Tidak ada perpindahan traktor roda dua antar kecamatan.
g. Tidak ada perpindahan traktor roda dua ke kabupaten lain, juga
sebaliknya.
2. Perontok Padi Bermotor (Power Thresher)
a. Kapasitas kerja power thresher (5.5 Hp) yang digunakan sama pada
tiap-tiap kecamatan, yaitu 600 kg GKP/jam (Direktorat Alat dan Mesin
Departemen Pertanian Republik Indonesia, 2002).
b. Waktu operasional power thresher per hari adalah 8 jam (Balitbang
Pertanian, 2007).
c. Waktu operasional power thresher per tahun adalah 90 hari (Balitbang
Pertanian, 2007).
d. Prosentase jumlah gabah yang dirontokkan oleh power thresher sama
pada tiap-tiap kecamatan.
34
e. Prosentase jumlah gabah yang dirontokkan oleh power thresher
berbeda pada setiap tahun, dan meningkat sebesar 6.5% pada tiap
tahunnya. Pada tahun 2005, prosentase jumlah gabah yang diolah
menggunakan power thresher adalah sebesar 27.5%, tahun 2006
sebesar 34%, dan tahun 2007 sebesar 40.5%. Nilai-nilai ini didasarkan
kepada nilai penggunaan tenaga power thresher di Indonesia pada
tahun 2004 sebesar 21%, dan target penggunaan tenaga power thresher
di Indonesia pada tahun 2010 sebesar 60% (Balitbang Pertanian, 2007).
f. Tidak ada perpindahan power thresher antar kecamatan.
g. Tidak ada perpindahan power thresher ke kabupaten lain, juga
sebaliknya.
3. Rice Milling Unit (RMU)
a. Kapasitas kerja RMU (16 - 21 Hp) yang digunakan sama pada tiap-tiap
kecamatan, yaitu sebesar 350 kg beras/jam (Direktorat Alat dan Mesin
Departemen Pertanian Republik Indonesia, 2002).
b. Waktu operasional RMU per hari adalah 8 jam (Balitbang Pertanian,
2007).
c. Waktu operasional RMU per tahun adalah 90 hari (Balitbang
Pertanian, 2007).
d. Penggunaan tenaga RMU sama pada tiap-tiap kecamatan, yaitu pada
tahun 2005, 2006 dan 2007 sebesar 40%. Nilai ini didasarkan kepada
nilai penggunaan tenaga penggiling padi di Indonesia pada tahun 2004
sebesar 100% (Penggilingan Padi Kecil 20%, RMU 40%, dan
Penggilingan Padi Besar 40%), dan target penggunaan RMU di
Indonesia pada tahun 2010 sebesar 40% (Balitbang Pertanian 2007).
Namun dari data yang peneliti peroleh diketahui bahwa di Kabupaten
Bogor tidak tersedia Penggilingan Padi Besar (PPB), maka peneliti
menaikkan nilai penggunaan tenaga RMU menjadi sebesar 60%
sedangkan penggunaan tenaga PPK menjadi sebesar 40% (Balitbang
Pertanian, 2007).
e. Tidak ada perpindahan RMU antar kecamatan.
f. Tidak ada perpindahan RMU ke kabupaten lain, juga sebaliknya.
35
IV. PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum Kabupaten Bogor
Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah kabupaten di Propinsi
Jawa Barat. Luas Kabupaten Bogor adalah 2301.95 km2 yang terbagi dalam 40
kecamatan. Daerah ini terletak di 6.19°-6.47°LS dan 106°1’-107°103’BT
dengan batas-batas administrasi sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Depok
2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Kabupaten
Tangerang
3. Sebelah Timur dengan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Bekasi
4. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Sukabumi
5. Sebelah Tenggara dengan Kabupaten Cianjur
Luas sawah rata-rata di Kabupaten Bogor selama periode tahun 2005-
2007 adalah 86 181 ha, sedangkan luas panen padi per tahun di Kabupaten
Bogor adalah 81 294.67 ha dengan produksi padi (sawah dan gogo) rata-rata
pertahun mencapai 439 624.7 ton. Luas sawah, luas panen, dan rata-rata
produksi padi di 40 kecamatan Kabupaten Bogor periode tahun 2005-2007
dapat dilihat pada Lampiran 1 sampai dengan Lampiran 3.
Dalam rangka pengembangan daerah, Pemerintah Daerah Kabupaten
Bogor melakukan pengembangan alat dan mesin pertanian untuk menunjang
peningkatan hasil pertanian, terutama pada produksi beras. Keadaan beberapa
alat dan mesin pertanian (alsintan) pada produksi beras selama tahun 2005-
2006 di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Lampiran 4 sampai dengan
Lampiran 6.
B. Pembangunan Sistem Informasi
1. Investigasi Sistem
Pada tahap investigasi sistem dilakukan studi kelayakan (feasibility
study) pada beberapa hal yaitu kelayakan organisasional, teknis, ekonomis
dan operasional. Hal ini dilakukan untuk menentukan kelayakan solusi
yang diberikan.
36
a. Kelayakan Organisasi
Sasaran pengguna dan sekaligus pengelola dalam sistem ini
adalah Dinas Pertanian Kabupaten Bogor atau Dinas Perindustrian
Kabupaten Bogor serta Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Alat
dan Mesin Pertanian tiap-tiap wilayah (barat, tengah dan timur). Hal
ini didasari karena lembaga-lembaga pemerintahan tersebut yang
mampu membuat kebijakan pada bidang mekanisasi pertanian di
Kabupaten Bogor. Penggunaan sistem informasi pada pada lembaga
pemerintahan tersebut tentunya akan membantu proses pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan pengembangan mekanisasi pertanian
yang sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap wilayah maupun kecamatan.
Selain pengguna dari lembaga-lembaga pemerintah, sistem
informasi ini juga dapat digunakan oleh pihak swasta yang terkait
dalam bidang mekanisasi pertanian maupun tidak, masyarakat tani dan
masyarakat luas yang membutuhkan informasi ketersediaan dan
kebutuhan alat dan mesin pertanian di Kabupaten Bogor. Kemampuan
mengakses informasi yang luas ini disebabkan karena sistem dibangun
berbasis internet. Pembangunan sistem informasi berbasis internet
pada saat ini memiliki potensi yang sangat besar di Indonesia, hal in
dikarenakan terdapat 25 juta pengguna internet di Indonesia pada
tahun 2008 (Miniwatts Marketing Group, 2008).
Dariuraian-uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
sistem informasi yang dibangun layak dari segi organisasi.
b. Kelayakan Teknis
Sistem yang dibangun berbasis web tentunya hanya bisa
diakses oleh pengguna yang terhubung dengan internet. Internet
sendiri kini semakin mudah ditemui dan diakses di kantor-kantor
pemerintahan maupun swasta. Di kalangan masyarakat umum, akses
internet juga dapat dengan mudah diakses, hal ini dikarenakan
tersedianya tempat-tempat penyedia layanan internet (Warnet). Selain
itu dengan adanya teknologi wireless, maka kini masyarakat dapat
mengakses internet dimana saja. Perluasan akses internet juga
37
didukung oleh pemerintah, salah satunya tercermin dengan
dikeluarkannya program internet masuk desa.
Sistem yang dibangun berbasis internet, dalam penggunaannya
juga memungkinkan pengaksesan di berbagai platform sistem operasi
yang kini banyak beredar seperti, Windows, Linux, UNIX, Mac Os,
dan sebagainya. Sistem juga dapat diakses melalui ponsel pintar (smart
phone) yang telah memiliki browser intenet didalamnya.
Secara teknis, spesifikasi komputer yang digunakan dalam
pengembangan harus memenuhi syarat spesifikasi minimum yaitu,
processor berkecepatan 1 GHz, RAM 256 MB, Hardisk 15 GB, VGA
32 MB, monitor 15’ dan koneksi internet dengan modem internal atau
eksternal 54 Kbps, atau dengan wireless. Selain itu komputer juga
harus ter-install sistem operasi dan beberapa perangkat lunak yang
berfungsi sebagai pendesain web, editor web, web server, web browser
dan manajemen basis data. Keuntungan lain pada sistem yang
dibangun berbasis web adalah semua perangkat lunak yang dibutuhkan
dalam pengembangan sistem dapat diperoleh secara mudah dan gratis.
Dengan segala keunggulan yang telah diuraikan, maka dapat
disimpulkan bahwa sistem informasi layak secara teknis.
c. Kelayakan Ekonomis
Pada penerapannya, sistem dapat membantu mempermudah
proses pengolahan data yang biasa dilakukan secara manual. Dengan
demikian, sistem juga membantu meminimalkan anggaran suatu
instansi untuk menggaji karyawan-karyawan yang digunakan pada
proses pengolahan data secara manual.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa banyak
perangkat lunak yang dipakai dalam pembangunan sistem informasi ini
merupakan perangkat lunak open source yang bisa didapatkan secara
gratis. Kebutuhan akan perangkat keras (hardware) dalam
pembangunan sistem juga tidak memerlukan dana yang besar, karena
dalam pembangunan sistem ini digunakan seperangkat komputer milik
pribadi peneliti.
38
Pengguna sistem informasi ini juga dapat menggunakan jasa
warung internet ataupun menggunakan paket-paket program jasa
pelayanan internet yang banyak disediakan operator telepon selular
dan provider internet. Dengan menggunakan warung internet (warnet),
pengguna dapat mengakses sistem tanpa harus membeli peralatan
untuk mengakses internet. Biaya akses internet yang dikenakan
pengguna juga tidak terlalu mahal yaitu sekitar Rp 4.000,-/jam. Biaya
ini tentunya sangat murah dibandingkan dengan biaya transportasi
yang harus dikeluarkan untuk mencari data-data ke sumber-sumber
informasi. Biaya yang dikenakan kepada pengguna melalui paket
program yang disediakan operator telepon selular maupun provider
internet juga terhitung murah. Ada beberapa paket program yang
menawarkan biaya akses internet sebesar Rp 75.000,-/bulan. Dari
uraian-uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa sistem informasi
yang dibangun layak dari segi ekonomis.
d. Kelayakan Operasional
Sistem informasi ini juga dikatakan layak secara operasional
dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:
1) Kemudahan penggunaan jasa internet oleh pengguna informasi.
2) Pembangunan sitem informasi berbasis internet/web
memungkinkan terjadi akses dalam jumlah yang banyak pada
waktu yang bersaman.
3) Penelusuran data akan semakin mudah karena mengaplikasikan
Sistem Informasi Geografis yaitu berupa peta interaktif berbasis
internet.
4) Mudah dalam pengelolaan dan pemeliharaan Sistem Informasi
(data dan informasi), karena sistem informasi dibuat berbasis
sistem manajemen konten.
5) Sistem informasi dapat diakses dari berbagai macam sistem operasi
yang saat ini banyak tersedia (Windows, Linux, Mac Os, dsb).
39
2. Analisis Sistem
Tahap analisis sistem meliputi tahap identifikasi kebutuhan dan
fungsional. Hal ini dilakukan agar sistem yang dibangun mampu
memberikan alternatif informasi yang dibutuhkan oleh pengguna (user).
a. Kebutuhan Fungsional
Pengguna utama sistem ini ditujukkan kepada Dinas Pertanian
Kabupaten Bogor atau Dinas Perindustrian Kabupaten Bogor. Hal ini
dikarenakan setiap tahunnya instansi tersebut melakukan kebijakan
dalam pengadaan alat dan mesin pertanian. Dalam melakukan
pengadaan tersebut tentunya diperlukan informasi mengenai
persebaran dan kebutuhan alat dan mesin pertanian pada setiap
wilayah. Perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang alat dan
mesin pertanian juga membutuhkan informasi tersebut. Informasi yang
cepat dan akurat tentunya dapat membantu perusahaan dalam
melakukan perencanaan produksi dan penjualan dengan baik.
Selain dari pihak pemerintah dan swasta, sistem informasi ini
juga dapat digunakan oleh masyarakat tani (kelompok tani, petani) dan
masyarakat luas yang membutuhkan informasi secara umum mengenai
alat dan mesin pertanian khususnya traktor roda dua, perontok
bermotor (power thresher), Penggilingan Padi Kecil (PPK), dan Rice
Milling Unit (RMU) serta persebaran dan kebutuhannya khususnya
pada tiap-tiap kecamatan di Kabupaten Bogor.
b. Kebutuhan Nonfungsional
Untuk memberikan kenyamanan bagi pengguna maka dilakukan
perancangan antarmuka yang dilakukan dengan prinsip konsistensi dari
segi penggunaan jenis dan ukuran huruf, serta posisi link untuk
navigasi yang tidak berubah-ubah.
3. Desain Sistem
Proses desain sistem memegang peranan yang sangat penting,
karena dengan desain sistem yang baik akan menentukan kualitas sistem.
40
Pada proses ini pula dijelaskan bagaimana sistem dapat dapat memenuhi
kebutuhan informasi pengguna.
a. Deskripsi Sistem
Tujuan utama dikembangkannya sistem informasi ini adalah
menyajikan informasi mengenai informasi maupun data-data alat dan
mesin pertanian khususnya traktor roda dua, perontok padi bermotor
(power thresher), dan Rice Milling Unit (RMU) serta kebutuhannya di
tiap-tiap kecamatan pada Kabupaten Bogor dengan cepat, mudah
pemakaiannya, interaktif dengan pengguna, serta mampu diakses
dimanapun.
Sebagai upaya memperluas akses kepada pengguna, sistem
informasi juga dibangun berbasis internet (internet-based).
Selanjutnya agar sistem informasi dapat bekerja secara interaktif
dengan pengguna, maka disediakan halaman-halaman yang
menyediakan peta digital. Penyajian peta digital berbasis internet
dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Mapserver. Peta
tersebut memungkinkan pengguna mendapatkan informasi yang
dibutuhkan dengan mudah.
Agar fungsi-fungsi sistem informasi dapat dirawat dengan mudah
dan baik, maka digunakan perangkat lunak berbasis konten (Content
Management System). Pada sistem informasi ini juga dilakukan
penggunaan level akses, hal ini bertujuan untuk menjaga keamanan
sistem.
b. Batasan Sistem
Sistem informasi yang dikembangkan diharapkan lebih terarah
dan tidak keluar dari tujuan yang direncanakan. Oleh karena itu, perlu
ditentukan batasan (domain) sistem dengan mempertimbangkan
kebutuhan pengguna, tujuan sistem dan alur sistem yang
dikembangkan. Batasan umum sistem ini adalah:
1) Sistem informasi Status Kesesuaian Alat dan Mesin Pertanian
dibangun untuk memberikan informasi mengenai persebaran alat
dan mesin pertanian yang terkait dengan proses produksi beras
41
khususnya traktor roda dua, perontok padi bermotor (power
thresher) Penggilingan Padi Kecil (PPK), dan Rice Milling Unit
(RMU) di Kabupaten Bogor.
2) Sistem informasi juga dapat memberikan informasi mengenai
kebutuhan alsintan pada kecamatan-kecamatan di Kabupaten
Bogor. Pemilihan ke-empat alat dan mesin diatas didasari karena
alat - alat tersebut memiliki tujuan dalam upaya pengefisienan pada
proses produksi beras.
3) Sistem ini terdiri dari aplikasi utama berbasis internet dan basis
data (spasial dan non spasial) untuk penyimpanan informasi.
c. Perancangan Sistem
Kegiatan perancangan meliputi perancangan basis data dan
perancangan alur atau proses kerja sistem.
1) Perancangan Basisdata
Basisdata pada sistem informasi ini terdiri dari basisdata
spasial dan non-spasial. Basisdata spasial yang digunakan yaitu
Bogor.dbf dan Klcov.dbf. Basisdata spasial tersebut berasal dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2003) dan Dwipayana
(2007).
Dalam merancang basisdata non-spasial digunakan
pemodelan data Entity Relationship Digram (ERD) (Gambar 7).
Meskipun penelitian yang dilakukan hanya mencakup kecamatan-
kecamatan di Kabupaten Bogor, namun basisdata yang dibangun
telah dipersiapkan agar mampu mengelola data dengan cakupan
yang lebih luas.
42
Gambar 7. ERD Sistem Informasi Status Ketersediaan Alat dan
Mesin Pertanian di Kabupaten Bogor.
Gambar 7 memperlihatkan bahwa basisdata non-spasial
sistem informasi status ketersediaan alat dan mesin pertanian di
Kabupaten Bogor melibatkan 10 entitas, yaitu:
a) User. Entitas ini menyimpan data pengenal pengguna serta
mengatur level akses akses pengguna.
b) Level_Akses. Entitas ini merupakan master data level akses
yang akan digunkanan pengguna.
c) Provinsi. Entitas ini menyimpan data provinsi.
d) Kabupaten. Entitas ini menyimpan data kabupaten.
e) Kecamatan. Entitas ini menyimpan data nama-nama
kecamatan.
f) Uptd. Entitas ini menyimpan nama-nama UPTD Alsintan yang
ada di Kabupaten Bogor.
43
g) Alsintan. Entitas ini menyimpan data alat dan mesin pertanian
(Alsintan). Dan variabel-variabel yang digunakan dalam
perhitungan kebutuhan alat dan mesin pertanian.
h) Jenis Alsintan. Entitas ini menyimpan data jenis alat dan
mesin pertanian.
i) Data. Entitas ini meyimpan data mengenai pertanian secara
umum di suatu kecamatan pada tahun tertentu.
j) Detil. Entitas ini merupakan entitas turunan dari entitas data.
Entitas ini menyimpan data mengenai ketersediaan serta
kebutuhannya alsintan di suatu kecamatan pada tahun tertentu.
2) Perancangan Proses Sistem Informasi
Perancangan proses Sistem Informasi Status Ketersediaan
Alat dan Mesin Pertanian dibuat menggunakan diagram
kontekstual seperti yang ditujukkan pada Gambar 8.
Gambar 8. Diagram Konteks Sistem Informasi Status Ketersediaan
Alat dan Mesin Pertanian di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Pada diagram konteks diketahui bahwa alur proses yang
terjadi dalam sistem melibatkan pengguna (user) sebagai pengguna
utama serta melibatkan administrator sistem yang bertugas
memantau, mengontrol dan memperbaharui sistem informasi
termasuk basis data. Pengguna (user) yang terlibat dalam sistem ini
adalah masyarakat tani (kelompok tani dan petani) serta pengguna
44
lain yang memiliki perhatian terhadap mekanisasi pertanian
(distributor alsintan, dsb). Sementara itu administrator sistem
informasi terdiri atas empat level akses, yaitu level Super
Administrator, Administrator, Admin UPTD dan Admin
Kecamatan. Dalam melakukan manajemen sistem informasi
administrator harus melakukan registrasi terlebih dahulu sebelum
masuk ke halaman administrator, hal ini dilakukan untuk menjaga
keamanan sistem informasi. Penjelasan mengenai level akses
sistem informasi akan dijelaskan pada sub bab Perancangan
Halaman Administrator.
d. Solusi Teknis
Solusi teknis yang digunakan dan diimplementasikan pada
sistem akan dijelaskan melalui dua hal, yaitu lingkungan
pengembangan (development environment) dan perangkat lunak
pembantu. Development environment adalah perangkat-perangkat
lunak yang digunakan untuk menunjang berjalannya sistem. Pada
Tebel 3 dijelaskan rangkuman komponen-komponen yang digunakan
sebagai development environment.
Tabel 3. Development Environment
No Development
Environment Penjelasan
1 Apache 2.2.4 Apache merupakan aplikasi yang berfungsi
sebagai web server dalam pengembangan
sistem.
2 PHP 5.2.3
PHP merupakan bahasa program yang
digunakan dalam pengembangan sistem.
3 MapServer 4.10.2 MapServer merupakan salah satu lingkungan
open-source yang dapat digunakan untuk
mengembangkan aplikasi-aplikasi intenet-
based yang melibatkan data spasial.
4 MySql 4.0.24 MySql digunakan sebagai Database
Management System (DBMS).
45
No Development
Environment Penjelasan
5 Mozilla Firefox
3.0.1
Mozilla Firefox seri ini digunakan sebagai web
browser dalam pengembangan sistem.
6 Internet Explorer 7 IE 7 merupakan web browser yang digunakan
sebagai web browser pembanding dalam
pengembangan sistem.
7 Opera 9.50 Opera 9.50 merupakan web browser yang
digunakan sebagai web browser pembanding
dalam pengembangan sistem.
8 Windows Xp
Professional SP2
Merupakan sistem operasi yang dipakai dalam
pengembangan sistem.
sedangkan perangkat-perangkat lunak pembantu digunakan
untuk menunjang proses analisis, perancangan, dan implementasi
sistem. Perangkat-perangkat lunak pembantu tersebut dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Perangkat Lunak Pembantu
No Perangkat lunak
Pembantu Penjelasan
1 PHPMyAdmin
2.5.7
Aplikasi yang berfungsi untuk melakukan
pengaturan database MySql seperti DDL, pengujian
query, pengaturan data, dan lain sebagainya.
2 Macromedia Dreamweaver 8
Macromedia Dreamweaver merupakan software
editor web WYSIWYG (What You See is What You
Get).
3 Adobe
Photoshop CS 2
Adobe Photoshop CS2 merupakan software
pengolah foto dan gambar, yang digunakan untuk
mendesain halaman web dalam pengembangan
sistem
6 Java Web Start Java Web Start merupakan perangkat lunak yang
digunakan untuk menjalankan fitur Java pada web
browser
46
No Perangkat lunak
Pembantu Penjelasan
4 CMS Joomla
1.5.4
Joomla Merupakan Content Management System
(CMS) untuk membuat aplikasi berbasis web dan
berorientasi terhadap konten.
5 Flash Player 9 Flash Player merupakan perangkat lunak yang
digunakan untuk menjalankan flash object pada web
browser.
e. Perancangan Halaman Depan (Front End)
Desain halaman depan ini terdiri dari halaman utama, halaman
profil alsintan, halaman situs terkait, halaman kontak, halaman
pencarian, halaman download, halaman bantuan dan halaman web
GIS. Desain layout halaman depan Sistem Informasi ini dapat dilihat
pada Gambar 9.
Gambar 9. Desain layout halaman depan (front end) Sistem Informasi
1) Halaman Utama
Halaman Utama merupakan titik awal bagi pengguna dalam
melakukan penelusuran pada Sistem Informasi. Pada halaman ini
terdapat dua buah menu yang terdapat di kiri dan atas. Menu
Header
Menu Kiri Konten (Tengah)
Menu Atas
Footer
sebelah k
Alsintan,
atas terdi
Bantuan
penjelasa
bagian ko
Gambar 1
kiri terdiri
menu Situs
iri dari men
dan menu
an umum m
onten. Tamp
10.
Gambar 10.
dari menu
s Terkait, da
nu Halaman
Download.
mengenai Si
pilan dari h
.Tampilan ha
u Halaman
an menu Pen
n Utama, m
Pada halam
stem Inform
halaman utam
alaman muk
Utama, m
ncarian. Me
menu Web G
man ini jug
masi yang t
ma dapat d
ka (Home).
47
enu Profil
enu sebelah
GIS, menu
ga terdapat
terdapat di
ilihat pada
22) Halaman
H
Pada hala
alat dan
gambar a
informasi
dengan c
dapat dili
Profil Alsin
alaman ini
aman ini dis
mesin pert
atau foto a
i yang diber
contoh alat d
ihat pada Ga
Gambar 11
ntan
dapat diaks
sajikan peng
tanian. Hala
alat dan me
ikan. Contoh
dan mesin p
ambar 11.
1. Tampilan
ses melalui
ertian atau p
aman ini ju
esin pertani
h tampilan h
pertanian be
halaman pro
menu Profi
profil umum
uga dilengka
ian untuk m
halaman pro
erupa traktor
ofil alsintan.
48
l Alsintan.
m mengenai
api dengan
melengkapi
ofil alsintan
r roda dua
.
3
4
3) Halaman
H
halaman
Sistem In
tersebut d
yang ters
Gambar 1
4) Halaman
H
halaman
biodata a
tanggapan
ada kepad
dapat dili
Situs Terka
alaman ini d
ini disajika
nformasi ini
dari halaman
sedia. Tamp
12.
Gambar 1
Kontak
alaman ini
ini penggu
administrator
n maupun k
da administr
ihat pada Ga
it
dapat diakses
an daftar sit
i. Pengguna
n ini dengan
pilan halama
12. Tampilan
dapat diak
una dapat
r. Selain itu
komentarnya
rator melalu
ambar 13.
s melalui me
tus-situs lain
juga dapat
n meng-klik
an situs terk
n halaman si
kses melalui
mendapatka
pengguna ju
a mengenai
i email. Tam
enu Situs Te
n yang terk
mengakses
nama situs p
kait dapat d
itus terkait.
i menu Kon
an informa
uga dapat m
sistem infor
mpilan halam
49
erkait. Pada
kait dengan
situs-situs
pada daftar
dilihat pada
ntak. Pada
asi tentang
memberikan
rmasi yang
man kontak
5
5) Halaman
H
halaman
terkait), k
Sistem In
itu, peng
waktu, ke
dilihat pa
Gamba
Pencarian
alaman ini
ini penggu
kontak, kate
nformasi ini
gguna juga
epopuleran d
ada Gambar
Gambar 1
ar 13. Tampi
dapat diaks
una dapat m
egori, bidang
dengan han
dapat men
dan kategori
14.
14. Tampilan
ilan halaman
es melalui m
mencari art
g maupun fe
nya menulisk
ngurutkanny
i. Tampilan
n halaman p
n kontak.
menu Penca
tikel, web
feed berita y
kan kata ku
ya berdasark
dari halama
pencarian.
50
arian. Pada
link (situs
yang ada di
unci. Selain
kan abjad,
an ini dapat
6
7
6) Halaman
H
halaman
isinya be
informasi
Tampilan
7) Halaman
H
Halaman
pengguna
dilihat pa
Download
alaman ini
ini penggun
erkaitan deng
i ini khusu
n halaman in
Gambar
Bantuan
alaman ban
ini memb
aan khusus a
ada Gambar
dapat diakse
na dapat me
gan informa
usnya pada
ni dapat dilih
15. Tampila
ntuan dapat
berikan inf
aplikasi Web
16.
es melalui m
emperoleh f
asi yang dis
a bidang m
hat pada Gam
an halaman d
diakses m
formasi kep
b GIS. Tamp
menu Down
file-file doku
ampaikan p
mekanisasi
mbar 15.
download.
melaui menu
pada pengg
pilan halama
51
load. Pada
umen yang
pada sistem
pertanian.
u Bantuan.
guna cara
an ini dapat
8
8) Halaman
H
Halaman
status ke
(alsintan)
didalamn
(peta), da
Gambar
Web GIS
alaman Web
ini membe
etersediaan
) di Kabu
nya. Informa
ata-data tabu
r 16. Tampil
b GIS dapat
erikan inform
dan kebutu
upaten Bo
si tersebut d
lar dan dalam
lan halaman
t diakses me
masi kepada
uhan Alat
ogor dan
disajikan dala
m bentuk gra
bantuan.
elalui menu
a pengguna
dan Mesin
kecamatan-
am bentuk d
afik.
52
Web GIS.
a mengenai
Pertanian
-kecamatan
data spasial
Gamb
In
lain nama
serta sta
memasuk
informasi
alsintan
Gambar 1
Pe
alsintan t
bar 17. Tamp
nformasi-info
a alsintan, j
atus keters
ki halaman
i maupun da
di Kabupat
17.
engguna jug
tertentu pada
pilan halama
ormasi yang
umlah baik,
ediaannya.
ini, pengg
ata-data men
ten Bogor,
ga dapat me
a peta deng
an Web GIS
g disajikan
, jumlah rus
Pada pert
guna akan
ngenai keters
seperti ya
endapatkan i
gan cara mem
Kabupaten
pada menu
sak, jumlah
tama kali
disajikan
sediaan dan
ang ditunjuk
informasi ke
milih layer
53
Bogor.
ini antara
kebutuhan
pengguna
informasi-
kebutuhan
kkan pada
etersediaan
persebaran
alsintan
Kabupate
dua dapat
Gambar 1
G
roda dua
pada tiap
legenda p
Se
pengguna
pertanian
diakses m
bawah. In
tetapi dis
mudah m
lahan (ha
yang diingi
en Bogor de
t dilihat pada
18. Tampilanlayer per
ambar 18 m
a ditampilka
p jangkauan
pada menu L
elain disajik
a juga dis
n khususnya
melalui menu
nformasi ya
sajikan pula
memahami. D
a), luas pan
inkan. Cont
engan pemili
a Gambar 18
n halaman Wrsebaran trak
memperlihat
an dengan m
nilai. Keter
Layer di sebe
kan informas
sajikan info
padi di Kab
u Data Perta
ang disajikan
a dengan gr
Data pertani
en (ha), jum
toh tampilan
ihan layer p
8.
Web GIS Kabktor roda dua
tkan inform
memberikan
rangan warn
elah kiri peta
si mengenai
ormasi umu
bupaten Bog
anian yang b
n tidak hany
rafik agar p
an yang dis
mlah produk
n halaman
persebaran tr
bupaten Boga.
asi persebar
n warna yan
na ini dapat
a.
ketersediaa
um menge
gor. Informas
erada di seb
ya berupa da
pengguna d
ajikan antar
ksi (ton), pr
54
Web GIS
raktor roda
gor dengan
ran traktor
ng berbeda
t dilihat di
an alsintan,
enai profil
si ini dapat
belah kanan
ata tabular,
dapat lebih
ra lain luas
roduktifitas
sawah (t
pertanian
Gambar
Pe
perkemba
alsintan d
yang ada
Bogor. In
lebih mud
contoh al
ton/ha) sert
n dapat diliha
r 19. Tampil
engguna ju
angan juml
di Kabupaten
pada sebela
nformasi dis
dah memaha
sintan trakto
ta jumlah
at pada Gam
lan halaman
ga dapat d
ah ketersed
n Bogor, den
ah kanan baw
sajikan deng
ami. Tampil
or roda dua d
ternak. Tam
mbar 19.
data pertani
dengan mu
daiaan dan
ngan mengak
wah halaman
gan grafik b
lan halaman
dapat dilihat
mpilan hala
an Kabupate
dah menge
kebutuhan
kses menu tr
n Web GIS
batang agar
Tren Alsint
pada Gamb
55
aman data
en Bogor.
etahui tren
n beberapa
ren alsintan
Kabupaten
r pengguna
tan dengan
ar 20.
Gambar 2
Un
mesin per
dapat m
Sedangka
mesin pe
nama kec
dapat dite
lokasi ke
merah.
20. Tampilanroda dua
ntuk mempe
rtanian di K
emilih tahu
an untuk m
ertanian tiap
camatan yan
emukan di b
edua list m
n halaman tra
eroleh infor
abupaten Bo
un yang ad
memperoleh
p-tiap kecam
g ada pada l
bagian bawa
menu tersebu
ren alsintan d
rmasi status
ogor pada tah
da pada lis
informasi
matan, peng
list menu dat
ah peta. Gam
ut dengan t
dengan alsin
ketersediaa
hun lainnya
st menu d
ketersediaan
gguna dapa
ta. Kedua lis
mbar 21 me
tanda panah
56
ntan traktor
an alat dan
. Pengguna
data tahun.
n alat dan
at memilih
st menu ini
enunjukkan
h berwarna
Gambar 2
Se
data kec
ketersedia
halaman
hanya di
terdapat
kecamata
lahan (la
Tampilan
Kecamata
Pe
kecamata
berada pa
ketersedia
pengguna
Tampilan
seperti pa
21. Lokasi lhalaman
etelah pengg
camatan. P
aan alsintan
ini informa
isajikan den
tambahan
an tersebut s
anduse) ya
n halaman
an Jonggol d
engguna ju
an tersebut
ada bagian b
aan dan k
a dapat den
n output men
ada Gambar
list menu dan Web GIS.
guna memili
Pengguna a
n di halam
si status ket
ngan data-d
informasi
seperti topog
ang disajika
Web GI
dapat dilihat
ga dapat m
dengan men
bawah halam
kebutuhan
ngan mudah
nu data perta
19 dan Gam
ata tahun dan
ih nama kec
akan disajik
man Web G
tersediaan d
data tabular
mengenai k
grafi, jenis t
an dengan
S Kecama
pada Gamba
memperoleh
ngakses men
man. Untuk m
alsintan di
h mengakses
anian dan m
mbar 20.
n data kecam
amatan pada
kan inform
GIS Kecama
dan kebutuha
r dan grafi
keadaan ge
tanah dan p
data spas
atan, denga
ar 22.
h profil pe
nu data alsi
mengetahui t
kecamatan
s menu tren
menu tren als
57
matan pada
a list menu
masi status
atan. Pada
an alsintan
k. Namun
eografis di
penggunaan
ial (peta).
an contoh
ertanian di
intan yang
tren jumlah
n tersebut
n alsintan.
intan sama
Gamb
In
data-data
Dwipayan
layer yan
menunjuk
pemilihan
ar 22. Tamp
nformasi kea
hasil penel
na (2007).
ng tersedia p
kkan halam
n layer topog
pilan halaman
adaan geogra
litian yang d
Informasi in
pada menu l
man Web G
grafi.
n Web GIS K
afis Kecamat
dilakukan ol
ni dapat dia
layer. Sebag
GIS Kecam
Kecamatan J
tan Jonggol
leh Lestari (
akses denga
gai contoh, G
matan Jongg
58
Jonggol
diolah dari
(2003) dan
an memilih
Gambar 23
gol dengan
f. P
S
b
Gamb
Se
halaman
berupa m
terletak d
mencatat
ini berda
jumlah p
informasi
disajikann
Sedangka
menginga
Perancangan
Halam
System (CM
basisdata no
ar 23. Tampdenga
elain terdapa
lainnya jug
modul Data P
di sebelah k
jumlah pen
sarkan hari,
pengguna y
i pada saat
nya sebuah
an modul j
at waktu den
n Halaman B
man ini dise
MS). Halama
on-spasial (
pilan halamanan pemilihan
at menu-men
ga terdapat
Pengguna, m
kiri bawah
ngguna yang
minggu, da
yang online
bersamaan.
h poling y
jam berfun
ngan mudah.
Belakang (Ba
ebut juga de
an ini berfu
(tambah, ed
n Web GIS Kn layer topog
nu, pada hala
beberapa m
modul Poling
halaman. M
g telah mem
an bulan. Se
e atau seda
Modul Poli
yang dibuat
ngsi memba
ack End)
ngan bagian
ungsi sebag
dit, hapus)
Kecamatan Jgrafi.
aman ini dan
modul tamb
g dan modul
Modul Data
makai Sistem
erta menginf
ang memak
ing merupak
t oleh adm
antu penggu
n Content M
gai tempat p
yang dilak
59
Jonggol
n halaman-
ahan yaitu
l Jam yang
Pengguna
m Informasi
formasikan
kai sistem
kan tempat
ministrator.
una dalam
Management
pengolahan
kukan oleh
a
d
p
p
s
s
s
s
m
administrato
dahulu mela
pada halama
Ga
Halam
pengguna te
sistem infor
sistem info
sehingga m
sistem infor
masing level
or. Untuk dap
akukan login
an Login Adm
ambar 24. Ta
man yang
ersebut. Lev
rmasi. Selain
ormasi dilak
memudahkan
rmasi ini ter
l dijelaskan p
pat mengaks
n dengan mem
ministrator (
ampilan hala
diakses d
vel akses ber
n itu level a
kukan oleh
dalam me
rdapat empa
pada Tabel 5
ses halaman
masukkan us
(Gambar 24)
aman login a
disesuaikan
rguna dalam
akses memu
beberapa
elakukan up
at level akse
5.
n ini, penggu
sername dan
).
administrator
dengan le
m menjamin
ungkinkan p
orang atau
pdate inform
es. Hak akse
60
una terlebih
n password
r.
evel akses
keamanan
pengelolaan
u lembaga
masi. Pada
es masing-
61
Tabel 5. Hak akses halaman back end pada berbagai level akses
No Modul
Level Akses
Super
Admin
Admin
Kabupaten
Admin
UPTD
Admin
Kecamatan
1 Manajemen User X - - -
2 Master Data Alsintan X X - -
3 Master Data Jenis
Alsintan X X - -
4 Master Data
Kecamatan X X - -
5 Manajemen Data
Pertanian X X - X
6 Manajemen Data
Alsintan X X X -
Ket: ( X ) = dapat mengakses modul
( - ) = tidak dapat mengakses modul
Pengguna (user) dengan level akses Super Admin dapat
mengakses 6 modul, sementara user dengan level akses lainnya dapat
mengakses modul sesuai yang tertera pada Tabel 5. Modul-modul ini
dapat diakses melalui menu yang ada sebelah kiri halaman utama back
end (Gambar 25).
Modul Manajemen User berfungsi untuk menambah,
mengedit, dan menghapus user halaman back end. Selain itu modul ini
berfungsi mengatur level akses user tersebut. Modul Master Data
Alsintan berfungsi untuk menambah, mengedit, dan menghapus data-
data pengenal mengenai suatu alsintan. Sedangkan Modul Master
Data Jenis Alsintan berfungsi menambah, mengedit, dan menghapus
data pengenal jenis-jenis alsintan.
k
K
k
D
h
M
Prose
kecamatan d
Kecamatan.
kecamatan d
Data Pertani
hapus data-d
Modul Mana
Gambar 26
Gambar
es tambah, e
di Kabupate
Sedangkan
dalam tahun
ian. Penggu
data alsintan
ajemen Data
6. Halaman
25. Halama
edit dan hap
en Bogor dil
untuk men
tertentu, dila
una dapat m
n di suatu ke
a Alsintan.
input data M
an Utama Ba
pus data-data
lakukan pad
nambah data
akukan mela
melakukan pr
ecamatan pa
Modul Manaj
ack End
a pengenal k
da modul M
a-data perta
alui modul M
roses tambah
ada tahun ter
jemen Data A
62
kecamatan-
Master Data
anian suatu
Manajemen
h, edit dan
rtentu pada
Alsintan.
d
t
m
2
G
g. P
K
d
d
/
i
$
/
Gam
dilakukan p
terjadi kesal
menampilka
27.
Gambar 27.
Proses Pene
Kabupaten B
Prose
di Kabupate
dilihat pada
//Menghitu
if ($colna
$sawah =
$kap_tra
$row_alsin
$kebutuh
$selisih
//Menghitu
} elseif (
mbar 27 me
pada Modul
lahan dalam
an pesan kes
Tampilan peManajemen
entuan Statu
Bogor.
es penentuan
en Bogor y
potongan sc
ung Kebutuh
ame_alsin1=
= ($row_da
aktor = ($
n1['jam_ker
han = rou
h = ($kebu
ung Kebutuh
$colname_a
enunjukkan
Manajemen
m proses pen
alahan seper
esan kesalahn Data Alsint
us Ketersedi
n status kete
yang diimpl
cript php ber
han Trakto
=='als1'){
ata['l_sawa
$row_alsin1
rja'] * $r
und($sawah/
utuhan - $j
han Power
alsin1=='a
proses pe
n Data Als
nginputan da
rti yang ditu
han pada pentan.
aan Alat da
ersediaan ala
lementasikan
ikut.
or Roda Dua
ah'] * $pe
1['kap_ker
row_alsin1
/$kap_trak
jbaik);
Thresher
als2'){
nginputan
intan. Namu
ata, maka si
unjukkan pad
nginputan da
an Mesin Pe
at dan mesin
n pada sist
a
ersen);
rja'] *
['hari_ker
ktor);
63
data yang
un apabila
istem akan
da Gambar
ata Modul
ertanian di
n pertanian
tem, dapat
rja']);
64
$olah = ($row_data['l_panen'] *
$row_data['produktifitas']);
$olah_thresher = ($olah * $persen);
$kap_thresher = (($row_alsin1['kap_kerja'] *
$row_alsin1['jam_kerja'] *
$row_alsin1['hari_kerja'])/1000);
$kebutuhan = round($olah_thresher/$kap_thresher);
$selisih = ($kebutuhan - $jbaik);
//Menghitung Kebutuhan RMU
} elseif ($colname_alsin1=='als3'){
$gkg_olah = ($row_data['gkg'] * $persen);
$kap_rmu = (($row_alsin1['kap_kerja'] *
$row_alsin1['jam_kerja'] *
$row_alsin1['hari_kerja'])/1000);
$kebutuhan = round($gkg_olah/$kap_rmu);
$selisih = ($kebutuhan - $jbaik);
} else {
echo "Alsintan Belum Tersedia!";
}
Script diatas merupakan sebuah script conditional yang
dikerjakan ketika variabel $colname_alsin berisi kode als1, als2, dan
als3. Kode als1 merujuk pada alsintan traktor roda dua, kode als2
merujuk pada alsintan power thresher, sedangkan kode als3 merujuk
pada alsintan RMU. Proses penentuan status ketersediaan alat dan
mesin pertanian dilakukan di halaman belakang (back end) pada
modul Manajemen Data Alsintan.
4. Implementasi Sistem
a. Uji Kompatibilitas Web Browser
Uji kompabilitas dilakukan di beberapa browser, diantaranya
adalah Mozilla Firefox 3.0.1, Internet Explorer 7, dan Opera 9.50.
Selain itu uji kompatibilitas juga dilakukan dengan menggunakan
resolusi layar 1024 x 768 pixel. Pemilihan beberapa browser tersebut
didasarkan atas penggunaan browser yang umum digunakan oleh
kalangan pengguna internet.
1)) Mozilla Fir
Gambar 28
Pad
3.0.1 dapa
fitur tamba
dapat dijal
menggunak
informasi.
refox 3.0.1
8. Tampilan Firefox 3.0
da Gambar
at menyajika
ahan seperti f
ankan denga
kan browser
halaman mu0.1 dan reso
28 terlihat
an dengan b
flash object
an baik. Hal
r tersebut da
uka sistem delusi layar 10
bahwa bro
baik seluruh
t. Selain itu a
l ini juga did
alam proses
engan brows024 x 768 pix
owser Mozil
konten hala
aplikasi Web
dukung kare
pengemban
65
ser Mozillaxel.
lla Firefox
aman serta
b GIS juga
ena peneliti
ngan sistem
2)) Internet Ex
Gambar 29
Sepe
Explorer 7
Aplikasi W
browser in
perangkat l
xplorer 7
9. Tampilan Explorer 7
rti yang te
7 mampu m
Web GIS ju
ni tidak m
lunak Flash
halaman mu7 dan resolus
erlihat pada
menampilka
uga dapat d
mampu mena
Player 9 sud
uka sistem desi layar 1024
a Gambar
an konten h
ditampilkan
ampilkan fl
dah terinstal
engan brows4 x 768 pixel
29, browse
halaman se
dengan ba
flash object
pada kompu
66
ser Internetl.
er Internet
ecara utuh.
aik, namun
meskipun
uter server.
3)
b. In
in
te
) Opera 9.50
Gambar 3
Sepe
mampu me
serta flash
nstalasi Siste
Sebelu
nstalasi peran
rdapat pera
0
0. Tampilan9.50 dan r
rti yang ter
enampilkan s
object.
em pada Lok
um melakuk
ngkat lunak
angkat lunak
n halaman muresolusi laya
rlihat pada
seluruh isi k
kal Intranet
kan instalasi
k MS4W v2.
k lainnya s
uka sistem dar 1024 x 76
Gambar 30
konten halam
sistem, terl
.2.4. Didalam
seperti web
dengan brow8 pixel.
. browser O
man, aplikasi
ebih dahulu
m perangka
server Ap
67
wser Opera
Opera 9.50
i Web GIS,
u dilakukan
at lunak ini
ache 2.2.4
68
bahasa pemrograman web PHP 5.2.3, basisdata MySQL 4.0.24, Map
Serv 4.10.2 dan Map Script 4.10.2.
Setelah dilakukan instalasi perangkat lunak, kemudian file-file
sistem dan basisdata diletakkan pada folder yang ditentukan oleh web
server. Sistem yang telah terinstal dapat diakses pada jaringan lokal
dengan URL http://localhost/alsintan/ untuk halaman front end dan
http://localhost/alsintanbe/ untuk halaman back end. Sistem juga dapat
diakses oleh komputer lain yang terhubung jaringan lokal dengan
mengetikkan URL http://<IP address>/alsintan/ untuk halaman front
end, dan http://<IP address>/alsintanbe/ untuk halaman back end.
C. Kelebihan dan Kekurangan Sistem
1. Kelebihan Sistem
a) Sistem informasi ini dapat menyajikan informasi persebaran alat dan
mesin pertanian di Kabupaten Bogor secara interaktif dengan
menggunakan peta dijital.
b) Sistem informasi juga menyajikan data-data tersebut dengan grafik,
sehingga pengguna mudah memahami.
c) Selain menampilkan jumlah ketersediaan alat dan mesin pertanian,
sistem ini juga memberikan status ketersediaannya.
d) Sistem juga dibuat dengan prinsip Content Management System
sehingga mempermudah dalam pengelolaan data maupun informasi
pada sistem.
e) Sistem memiliki keamanan data yang baik, karena akses terhadap
halaman belakang (back end) dilakukan dengan menggunakan
username dan password. Selain itu halaman belakang juga telah
memakai level akses.
f) Sistem informasi berjalan cukup baik dibeberapa browser baru yang
sering digunakan pengguna, seperti Mozilla Firefox, Internet Explorer,
dan Opera.
g) Sistem dapat berjalan di berbagai flatform sistem operasi yang
memiliki webserver.
69
2. Kekurangan Sistem
a) Data-data pada basisdata spasial belum bisa diakses melalui basisdata
non-spasial. Hal ini menyebabkan data-data spasial tidak dapat
diupdate secara mudah.
b) Belum tersedia data spasial (peta dijital) kecamatan-kecamatan lain
selain Kecamatan Jonggol.
D. Status Ketersediaan Alat dan Mesin Pertanian di Kabupaten Bogor
Ketersediaan alat dan mesin pertanian (alsintan) penting bagi kemajuan
pertanian di Kabupaten Bogor. Selain itu peran alsintan juga penting dalam
upaya mendukung program swasembada beras nasional yang dicanangkan
oleh pemerintah.
Suatu kecamatan dinyatakan kekurangan alsintan tertentu apabila
kebutuhan alsintan tersebut lebih besar dari ketersediaannya. Sedangkan
kelebihan alsintan tertentu terjadi apabila ketersediaannya lebih besar dari
kebutuhan. Selain itu status ketersediaan alsintan di suatu kecamatan
dinyatakan cukup apabila jumlah kebutuhan sama dengan jumlah
ketersediaannya.
1. Status Ketersediaan Traktor Roda Dua
Untuk mendapatkan status ketersediaan traktor roda dua di suatu
kecamatan, maka perlu diketahui terlebih dahulu jumlah kebutuhan traktor
roda dua di kecamatan tersebut. Jumlah kebutuhan traktor roda dua dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan (1) sampai dengan persamaan
(3). Berdasarkan beberapa asumsi yang peneliti gunakan, diperoleh bahwa
pertahunnya satu unit traktor roda dua mampu mengolah sawah seluas
43.2 ha.
Kebutuhan traktor roda dua tambahan dihitung berdasarkan selisih
antara jumlah kebutuhan dengan jumlah ketersediaan. Bila selisih nilai
tersebut positif maka kecamatan tersebut masih membutuhkan tambahan
traktor roda dua, dan sebaliknya, bila selisih bernilai negatif maka
kecamatan tersebut memiliki kelebihan traktor roda dua.
70
Tabel 6. Status Ketersediaan dan Kebutuhan Traktor Roda Dua di Kabupaten Bogor Tahun 2005.
No Kecamatan
Luas Sawah yang diolah
Traktor (48.3%) (ha)
Traktor Roda Dua Tersedia
(unit)
Kebutuhan Traktor
Roda Dua (unit)
Selisih (unit) Status
1 Tenjo 1 422.92 5 33 28 kurang 2 Parung
Panjang 1 758.60 23 41 18 kurang
3 Jasinga 1 386.21 3 32 29 kurang 4 Cigudeg 2 218.42 1 51 50 kurang 5 Sukajaya 1 777.44 0 41 41 kurang 6 Nanggung 651.57 4 15 11 kurang 7 Rumpin 1 853.27 10 43 33 kurang 8 Leuwiliang 1 281.88 7 30 23 kurang 9 Cibungbulang 1 577.96 9 37 28 kurang 10 Pamijahan 3 222.58 23 75 52 kurang 11 Ciampea 1 406.50 0 33 33 kurang 12 Leuwisadeng 800.33 0 19 19 kurang 13 Tenjolaya 1 191.56 10 28 18 kurang 14 Gunung
Sindur 167.12 2 4 2 kurang
15 Parung 275.31 4 6 2 kurang 16 Ciseeng 594.57 1 14 13 kurang 17 Kemang 269.51 0 6 6 kurang 18 Rancabungur 264.20 0 6 6 kurang 19 Dramaga 639.97 2 15 13 kurang 20 Ciomas 604.23 4 14 10 kurang 21 Tamansari 621.62 0 14 14 kurang 22 Caringin 1 252.42 3 29 26 kurang 23 Cijeruk 640.94 1 15 14 kurang 24 Ciawi 682.48 0 16 16 kurang 25 Megamendung 416.35 0 10 10 kurang 26 Cisarua 169.53 2 4 2 kurang 27 Sukaraja 96.60 0 2 2 kurang 28 Citeureup 73.90 2 2 0 cukup 29 Babakan
Madang 55.54 1 1 0 cukup
30 Cibinong 253.09 0 6 6 kurang 31 Bojong Gede 73.42 0 2 2 kurang 32 Tajurhalang 98.05 0 2 2 kurang 33 Cigombong 554.00 3 13 10 kurang 34 Gunung Putri 218.80 0 5 5 kurang 35 Cileungsi 607.61 20 14 -6 lebih 36 Jonggol 3 854.34 49 89 40 kurang 37 Sukamakmur 1 516.14 7 35 28 kurang 38 Cariu 1 463.49 60 34 -26 lebih 39 Klapanunggal 732.71 10 17 7 kurang 40 Tanjungsari 2 467.16 63 57 -6 lebih
Jumlah 39 212.35 329 910 581
71
Asumsi penggunaan tenaga traktor roda dua pada tahun 2005
adalah sebesar 48.3% dari seluruh luas area sawah, sedangkan sisa
lahannya diolah dengan menggunakan tenaga hewan ataupun dengan
tenaga manusia. Dengan asumsi tersebut, secara umum pada tahun 2005 di
Kabupaten Bogor terjadi kekurangan traktor roda dua dengan jumlah
kekurangan sebesar 581 unit yang tersebar di 35 kecamatan seperti yang
terlihat pada Tabel 6. Kekurangan yang paling banyak terjadi di
Kecamatan Pamijahan. Sedangkan kelebihan traktor roda dua terjadi di
Kecamatan Cileungsi dan Cariu.
Pada tahun 2006 jumlah kecamatan yang mengalami kekurangan
traktor roda dua berkurang menjadi 33 kecamatan, seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 7. Sama seperti pada tahun 2005, pada tahun 2006
kebutuhan traktor roda dua tambahan di Kecamatan Pamijahan juga paling
tinggi dibandingkan kecamatan-kecamatan lainnya. Kelebihan traktor roda
pada tahun 2006 terjadi di beberapa tempat, seperti di Kecamatan Parung
Panjang, Cileungsi dan Tanjung Sari. Dengan asumsi penggunaan tenaga
traktor roda dua sebesar 58.6% dari seluruh luas lahan sawah, secara
umum pada tahun 2006 kebutuhan traktor roda dua tambahan di
Kabupaten Bogor berkurang dari tahun 2005. Hal ini terjadi karena
ketersediaan traktor roda dua meningkat dari tahun sebelumnya dan terjadi
penurunan luas sawah (Lampiran 1).
Tabel 7. Status Ketersediaan dan Kebutuhan Traktor Roda Dua di Kabupaten Bogor Tahun 2006.
No Kecamatan Luas Sawah yang diolah Traktor (ha)
Traktor Roda Dua Tersedia
(unit)
Kebutuhan Traktor
Roda Dua (unit)
Selisih (unit) Status
1 Tenjo 1 531.80 8 35 27 kurang
2 Parung Panjang 1 078.83 27 25 -2 lebih
3 Jasinga 1 588.65 11 37 26 kurang4 Cigudeg 1 893.95 11 44 33 kurang 5 Sukajaya 1 903.91 3 44 41 kurang 6 Nanggung 1 701.74 4 39 35 kurang 7 Rumpin 2 279.54 17 53 36 kurang 8 Leuwiliang 1 441.56 13 33 20 kurang 9 Cibungbulang 1 903.33 17 44 27 kurang
10 Pamijahan 4 257.88 37 99 62 kurang
72
No Kecamatan Luas Sawah yang diolah Traktor (ha)
Traktor Roda Dua Tersedia
(unit)
Kebutuhan Traktor
Roda Dua (unit)
Selisih (unit) Status
11 Ciampea 1 796.68 4 42 38 kurang 12 Leuwisadeng 1 220.05 6 28 22 kurang13 Tenjolaya 1 816.01 14 42 28 kurang
14 Gunung Sindur 196.90 2 5 3 kurang
15 Parung 311.75 5 7 2 kurang 16 Ciseeng 592.45 1 14 13 kurang17 Kemang 161.15 2 4 2 kurang 18 Rancabungur 332.26 1 8 7 kurang 19 Dramaga 852.63 4 20 16 kurang 20 Ciomas 713.16 6 17 11 kurang 21 Tamansari 759.46 1 18 17 kurang22 Caringin 1 504.85 6 35 29 kurang 23 Cijeruk 711.40 2 16 14 kurang 24 Ciawi 816.30 5 19 14 kurang 25 Megamendung 505.72 1 12 11 kurang 26 Cisarua 192.21 3 4 1 kurang 27 Sukaraja 83.21 1 2 1 kurang 28 Citeureup 253.15 3 6 3 kurang
29 Babakan Madang 82.63 2 2 0 cukup
30 Cibinong 248.46 1 6 5 kurang 31 Bojong Gede 53.33 1 1 0 cukup 32 Tajurhalang 78.52 1 2 1 kurang 33 Cigombong 644.60 5 15 10 kurang 34 Gunung Putri 83.21 1 2 1 kurang 35 Cileungsi 874.31 22 20 -2 lebih 36 Jonggol 3 001.49 61 69 8 kurang 37 Sukamakmur 2 952.85 21 68 47 kurang 38 Cariu 1 566.38 82 36 -46 lebih 39 Klapanunggal 694.41 30 16 -14 lebih 40 Tanjungsari 1 943.18 58 45 -13 lebih
Jumlah 44 623.90 500 1034 534
Pada tahun 2007 jumlah kecamatan yang mengalami kekurangan
traktor roda dua bertambah dari tahun 2006 menjadi 38 kecamatan, dengan
kekurangan paling banyak terjadi di Kecamatan Pamijahan seperti yang
ditampilkan pada Tabel 8. Jumlah kecamatan yang mengalami kelebihan
traktor roda dua juga berkurang menjadi dua kecamatan.
73
Tabel 8. Status Ketersediaan dan Kebutuhan Traktor Roda Dua di Kabupaten Bogor Tahun 2007.
No Kecamatan Luas Sawah yang diolah Traktor (ha)
Traktor Roda Dua Tersedia
(unit)
Kebutuhan Traktor
Roda Dua (unit)
Selisih (unit) Status
1 Tenjo 3 197.65 12 74 62 kurang 2 Parung Panjang 2 511.41 32 58 26 kurang 3 Jasinga 3 318.91 14 77 63 kurang4 Cigudeg 3 226.59 11 75 64 kurang5 Sukajaya 2 208.93 3 51 48 kurang 6 Nanggung 2 259.92 4 52 48 kurang 7 Rumpin 2 840.06 22 66 44 kurang 8 Leuwiliang 2 166.22 13 50 37 kurang 9 Cibungbulang 2 562.39 8 59 51 kurang
10 Pamijahan 5 131.67 19 119 100 kurang 11 Ciampea 2 092.49 37 48 11 kurang 12 Leuwisadeng 1 899.57 5 44 39 kurang 13 Tenjolaya 2 006.37 14 46 32 kurang 14 Gunung Sindur 247.35 2 6 4 kurang 15 Parung 328.65 3 8 5 kurang 16 Ciseeng 865.38 3 20 17 kurang 17 Kemang 302.47 1 7 6 kurang 18 Rancabungur 353.46 3 8 5 kurang 19 Dramaga 870.90 3 20 17 kurang 20 Ciomas 677.98 1 16 15 kurang 21 Tamansari 905.35 5 21 16 kurang22 Caringin 2 032.55 6 47 41 kurang 23 Cijeruk 932.91 2 22 20 kurang 24 Ciawi 905.35 4 21 17 kurang 25 Megamendung 615.28 5 14 9 kurang 26 Cisarua 285.93 6 7 1 kurang 27 Sukaraja 94.39 6 2 -4 lebih 28 Citeureup 509.86 3 12 9 kurang
29 Babakan Madang 89.57 2 2 0 cukup
30 Cibinong 107.48 1 2 1 kurang 31 Bojong Gede 84.75 3 2 -1 lebih 32 Tajurhalang 145.38 2 3 1 kurang 33 Cigombong 824.04 2 19 17 kurang 34 Gunung Putri 319.01 1 7 6 kurang 35 Cileungsi 1 060.37 24 25 1 kurang 36 Jonggol 6 174.13 75 143 68 kurang 37 Sukamakmur 4 513.64 26 104 78 kurang 38 Cariu 4 794.06 91 111 20 kurang 39 Klapanunggal 1 426.92 30 33 3 kurang 40 Tanjungsari 4 842.98 71 112 41 kurang
Jumlah 69 732.31 575 1613 1038
dari
trakto
sebel
sawa
keter
2007
Perba
Kabu
G
2. Statu
dihitu
bebe
unit p
Unit
Dengan a
seluruh luas
or roda dua
lumnya (Gam
ah (Lampir
rsediaan trak
Secara ke
7 rata-rata
andingan ju
upaten Bogo
Gambar 31. Gtr2
us Ketersed
Jumlah K
ung dengan
erapa asumsi
power thres
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
3
Perba
asumsi pengg
s lahan sawa
a tambahan
mbar 31). H
ran 1) yan
ktor roda dua
eseluruhan,
baru tercu
umlah keter
or pada tahun
Grafik perbanraktor roda
2007
diaan Peront
Kebutuhan p
Persamaan
i yang peneli
sher mampu
2005
329
910
andingan JumTraktor Ro
gunaan tena
ah, secara u
di Kabupa
Hal ini terjad
ng tidak
a.
kebutuhan t
ukupi seban
rsediaan dan
n 2005-2007
ndingan jumdua di Kab
tok Padi Be
erontok pad
4 sampai d
iti gunakan,
u mengolah j
2006
500
1034
Tahun
mlah Ketersoda Dua di K
aga traktor ro
umum pada
aten Bogor
di karena ad
diimbangi
traktor roda
nyak 40%
n kebutuhan
7 dapat diliha
mlah ketersedbupaten Bog
ermotor (Po
di bermotor (
dengan Persa
diperoleh ba
jumlah prod
2007
575
1613
sediaan dan Kabupaten B
oda dua sebe
tahun 2007
bertambah
danya pening
dengan p
dua pada ta
pada tiap
n traktor ro
at pada Gam
diaan dan kebgor pada ta
ower Thresh
(power thres
amaan 7. B
ahwa pertah
duksi sebany
3
Kebutuhan ogor
Kete
Keb
74
esar 68.9%
kebutuhan
dari tahun
gkatan luas
eningkatan
ahun 2005-
tahunnya.
oda dua di
mbar 30.
butuhan ahun 2005-
er)
sher) dapat
Berdasarkan
hunnya satu
yak 432 ton
ersediaan
butuhan
75
GKP. Kebutuhan power thresher tambahan dihitung berdasarkan selisih
antara jumlah kebutuhan dengan jumlah ketersediaan. Bila selisih nilai
tersebut positif maka kecamatan tersebut masih membutuhkan tambahan
traktor roda dua, dan sebaliknya.
Dengan asumsi penggunaan tenaga power thresher sebesar 27.5%
dari seluruh produksi gabah, sedangkan 72.5% dari produksi gabah
dirontokkan dengan menggunakan pedal thresher dan dengan cara digebot.
Berdasarkan asumsi diatas, diketahui bahwa pada tahun 2005
terdapat 37 kecamatan di Kabupaten Bogor mengalami kekurangan jumlah
power thresher. Kebutuhan power thresher tambahan paling banyak dapat
ditemukan di Kecamatan Pamijahan sedangkan kelebihan jumlah power
thresher dapat ditemukan di Kecamatan Jonggol sebanyak 7 unit (Tabel
9).
Tabel 9. Status Ketersediaan dan Kebutuhan Power Thresher di Kabupaten Bogor Tahun 2005.
No Kecamatan
Jumlah gabah yang diolah
dengan Power Thresher (ton
GKP)
Power Thresher Tersedia
(unit)
Kebutuhan Power
Thresher (unit)
Selisih (unit) status
1 Tenjo 4 015.57 0 9 9 kurang 2 Parung Panjang 4 121.03 0 10 10 kurang 3 Jasinga 3 224.53 2 7 5 kurang 4 Cigudeg 6 670.95 3 15 12 kurang 5 Sukajaya 6 040.23 0 14 14 kurang 6 Nanggung 2 022.86 0 5 5 kurang 7 Rumpin 5 168.53 0 12 12 kurang 8 Leuwiliang 2 964.12 0 7 7 kurang 9 Cibungbulang 4 610.54 1 11 10 kurang
10 Pamijahan 9 388.66 0 22 22 kurang 11 Ciampea 4 647.23 0 11 11 kurang 12 Leuwisadeng 1 883.35 0 4 4 kurang 13 Tenjolaya 2 511.19 0 6 6 kurang 14 Gunung Sindur 436.14 0 1 1 kurang 15 Parung 926.95 0 2 2 kurang 16 Ciseeng 1 305.92 0 3 3 kurang 17 Kemang 965.75 0 2 2 kurang 18 Rancabungur 728.85 0 2 2 kurang 19 Dramaga 1 848.52 0 4 4 kurang 20 Ciomas 1 615.33 0 4 4 kurang 21 Tamansari 1 724.95 0 4 4 kurang 22 Caringin 3 863.68 0 9 9 kurang 23 Cijeruk 2 012.58 0 5 5 kurang 24 Ciawi 1 869.82 0 4 4 kurang 25 Megamendung 1 582.97 0 4 4 kurang
76
No Kecamatan
Jumlah gabah yang diolah
dengan Power Thresher (ton
GKP)
Power Thresher Tersedia
(unit)
Kebutuhan Power
Thresher (unit)
Selisih (unit) status
26 Cisarua 489.01 0 1 1 kurang 27 Sukaraja 525.61 0 1 1 kurang 28 Citeureup 697.08 0 2 2 kurang
29 Babakan Madang 609.61 0 1 1 kurang
30 Cibinong 203.36 0 0 0 cukup31 Bojong Gede 387.29 0 1 1 kurang 32 Tajurhalang 233.28 0 1 1 kurang 33 Cigombong 1 717.96 1 4 3 kurang34 Gunung Putri 164.48 0 0 0 cukup 35 Cileungsi 1 569.19 0 4 4 kurang 36 Jonggol 12 115.24 35 28 -7 lebih37 Sukamakmur 5 280.43 0 12 12 kurang 38 Cariu 4 783.41 1 11 10 kurang 39 Klapanunggal 5 208.67 0 12 12 kurang40 Tanjungsari 6 911.03 3 16 13 kurang
Jumlah 117 045.91 46 271 225
Pada tahun 2006 jumlah kecamatan yang mengalami kekurangan
power thresher berkurang menjadi 36 kecamatan, dengan kekurangan
terbanyak tetap ditemukan di Kecamatan Pamijahan (Tabel 10). Kelebihan
power thresher terbanyak terjadi di Kecamatan Cileungsi yaitu sebanyak
10 unit. Secara umum kebutuhan power thresher tambahan di Kabupaten
Bogor bertambah meskipun ketersediaan power thresher tetap serta
produksi GKP berkurang (Gambar 32). Hal ini terjadi karena asumsi
penggunaan tenaga power thresher yang digunakan pada tahun 2006
meningkat menjadi sebesar 34% dari keseluruhan produksi gabah.
Tabel 10. Status Ketersediaan dan Kebutuhan Power Thresher di Kabupaten Bogor Tahun 2006.
No Kecamatan
Jumlah gabah yang diolah
dengan Power Thresher (ton
GKP)
Power Thresher Tersedia
(unit)
Kebutuhan Power
Thresher (unit)
Selisih (unit) status
1 Tenjo 5 058.80 0 12 12 kurang 2 Parung Panjang 4 619.64 0 11 11 kurang 3 Jasinga 6 301.49 2 15 13 kurang 4 Cigudeg 6 342.89 3 15 12 kurang 5 Sukajaya 5 054.69 0 12 12 kurang 6 Nanggung 4 697.71 0 11 11 kurang 7 Rumpin 5 728.82 0 13 13 kurang 8 Leuwiliang 4 373.70 0 10 10 kurang
77
No Kecamatan
Jumlah gabah yang diolah
dengan Power Thresher (ton
GKP)
Power Thresher Tersedia
(unit)
Kebutuhan Power
Thresher (unit)
Selisih (unit) status
9 Cibungbulang 6 169.46 1 14 13 kurang 10 Pamijahan 12 456.67 0 29 29 kurang 11 Ciampea 5 667.70 0 13 13 kurang12 Leuwisadeng 4 319.57 0 10 10 kurang 13 Tenjolaya 5 465.89 1 13 12 kurang 14 Gunung Sindur 707.17 0 2 2 kurang15 Parung 925.53 0 2 2 kurang 16 Ciseeng 2 263.21 0 5 5 kurang 17 Kemang 659.95 0 2 2 kurang18 Rancabungur 944.22 0 2 2 kurang 19 Dramaga 2 422.87 0 6 6 kurang 20 Ciomas 2 300.57 1 5 4 kurang21 Tamansari 2 248.57 0 5 5 kurang 22 Caringin 4 702.51 0 11 11 kurang 23 Cijeruk 2 285.11 0 5 5 kurang24 Ciawi 2 373.07 0 5 5 kurang 25 Megamendung 1 420.07 0 3 3 kurang 26 Cisarua 588.68 1 1 0 cukup 27 Sukaraja 202.09 0 0 0 cukup 28 Citeureup 265.99 0 1 1 kurang
29 Babakan Madang 178.56 0 0 0 cukup
30 Cibinong 987.94 0 2 2 kurang 31 Bojong Gede 163.43 0 0 0 cukup 32 Tajurhalang 239.97 0 1 1 kurang 33 Cigombong 1 963.09 1 5 4 kurang 34 Gunung Putri 751.77 0 2 2 kurang 35 Cileungsi 2 742.14 16 6 -10 lebih 36 Jonggol 10 119.87 1 23 22 kurang 37 Sukamakmur 7 025.19 1 16 15 kurang 38 Cariu 5 753.47 0 13 13 kurang 39 Klapanunggal 2 594.51 0 6 6 kurang 40 Tanjungsari 6 588.81 6 15 9 kurang
Jumlah 139 675.42 34 322 288
Berbeda dari tahun 2006, pada tahun 2007 jumlah kecamatan yang
mengalami kekurangan power thresher terjadi hampir di semua kecamatan
di Kabupaten Bogor (Tabel 11). Seperti pada tahun 2006, kekurangan
terbanyak tetap terjadi di Kecamatan Pamijahan, sedangkan kelebihan
jumlah power thresher tetap terjadi di Kecamatan Cileungsi. Dengan
asumsi penggunaan tenaga power thresher sebesar 40.5%, secara umum
kebutuhan power thresher tambahan pada tahun 2007 meningkat (Gambar
32). Hal ini terjadi karena berkurangnya ketersediaan power thresher dan
produksi GKP yang diolah (Lampiran 7).
78
Tabel 11. Status Ketersediaan dan Kebutuhan Power Thresher di Kabupaten Bogor Tahun 2007.
No Kecamatan
Jumlah produksi
yang diolah dengan Power Thresher (ton
GKP)
Power Thresher Tersedia
(unit)
Kebutuhan Power
Thresher (unit)
Selisih (unit) status
1 Tenjo 6 218.60 0 14 14 kurang 2 Parung Panjang 5 720.44 0 13 13 kurang 3 Jasinga 8 017.66 0 19 19 kurang 4 Cigudeg 10 514.86 3 24 21 kurang 5 Sukajaya 7 557.71 0 17 17 kurang 6 Nanggung 6 399.57 0 15 15 kurang 7 Rumpin 8 996.08 0 21 21 kurang 8 Leuwiliang 7 936.19 0 18 18 kurang 9 Cibungbulang 8 706.75 0 20 20 kurang
10 Pamijahan 17 688.84 0 41 41 kurang 11 Ciampea 6 969.20 0 16 16 kurang12 Leuwisadeng 5 557.96 0 13 13 kurang 13 Tenjolaya 6 512.64 1 15 14 kurang 14 Gunung Sindur 846.09 0 2 2 kurang 15 Parung 1 025.76 0 2 2 kurang 16 Ciseeng 2 710.25 0 6 6 kurang 17 Kemang 776.18 0 2 2 kurang 18 Rancabungur 1 139.70 0 3 3 kurang 19 Dramaga 3 078.87 0 7 7 kurang 20 Ciomas 2 451.09 0 6 6 kurang 21 Tamansari 2 883.15 0 7 7 kurang 22 Caringin 6 069.38 0 14 14 kurang 23 Cijeruk 2 845.14 0 7 7 kurang 24 Ciawi 3 111.15 1 7 6 kurang 25 Megamendung 2 167.98 0 5 5 kurang 26 Cisarua 852.76 1 2 1 kurang 27 Sukaraja 408.53 0 1 1 kurang 28 Citeureup 1 084.00 0 3 3 kurang
29 Babakan Madang 1 003.04 0 2 2 kurang
30 Cibinong 328.46 0 1 1 kurang 31 Bojong Gede 293.10 0 1 1 kurang 32 Tajurhalang 447.38 0 1 1 kurang 33 Cigombong 2 581.54 1 6 5 kurang 34 Gunung Putri 254.52 0 1 1 kurang 35 Cileungsi 3 159.84 16 7 -9 lebih 36 Jonggol 14 609.76 0 34 34 kurang37 Sukamakmur 13 246.49 2 31 29 kurang 38 Cariu 10 271.63 2 24 22 kurang 39 Klapanunggal 2 828.93 0 7 7 kurang 40 Tanjungsari 11 228.56 6 26 20 kurang
Jumlah 198 499.77 33 461 428
2007
Perb
Kabu
G
3. Statu
terleb
dan
meng
Angk
(Ano
berda
meny
kerja
Persa
Unit
Secara k
7 rata-rata
andingan ju
upaten Bogo
Gambar 32. Gp
us Ketersed
Untuk m
bih dahulu d
pada tiap-ti
galikan jum
ka konversi
onim, 2008)
asarkan Pers
Kapasitas
yesuaikan d
a RMU ke
amaan (9) da
0
100
200
300
400
500
2
4
Perb
eseluruhan,
baru tercuk
umlah keter
or pada tahun
Grafik perbanpower thresh
diaan Rice M
memperoleh k
dicari jumlah
iap kecamat
mlah GKP d
dari GKP k
. Perhitunga
samaan (8).
s kerja RMU
data produks
e dalam be
an Persamaa
2005
46
271
andingan JuPower Th
kebutuhan p
kupi sebany
rsediaan da
n 2005-2007
ndingan jumher di Kabup
Milling Unit
kebutuhan R
h produksi d
tan tersebut.
dengan angk
ke GKG ya
an konversi
U diketahui
si gabah, m
entuk kg b
an (10).
2006
34
322
Tahun
umlah Ketershresher di Ka
power thres
yak 12.8%
an kebutuha
7 dapat diliha
mlah ketersedpaten Bogor p
t (RMU)
RMU di tiap
dalam Gabah
. Produksi G
ka konversi
ang dipakai
GKP ke be
dalam bentu
maka dilakuk
beras/jam d
2007
33
461
sediaan danabupaten Bo
sher pada ta
pada tiap
an power th
at pada Gam
diaan dan kebpada tahun 2
-tiap kecam
h Kering Gil
GKG dihitu
dari GKP
yaitu sebesa
eras ini dapa
uk kg GKG/j
kan konvers
dengan me
n Kebutuhanogor
Ke
Ke
79
ahun 2005-
tahunnya.
hresher di
mbar 32.
butuhan 2005-2007
atan, maka
ing (GKG)
ung dengan
ke GKG..
ar 86.01%,
at dihitung
/jam, untuk
i kapasitas
nggunakan
n
etersediaan
ebutuhan
80
Kebutuhan RMU dapat diperoleh dengan cara membagi jumlah
produksi GKG yang diolah dengan RMU dengan kapasitas kerja RMU
pertahun. Perhitungan kebutuhan RMU ini dihitung berdasarkan
Persamaan (11) dan Persamaan (12). Kebutuhan power thresher tambahan
diperoleh dengan cara mengurangi jumlah kebutuhannya dengan jumlah
ketersediaan.
Dari beberapa asumsi yang digunakan, diperoleh bahwa
pertahunnya satu unit RMU mampu mengolah GKG sebanyak 252 ton.
Dengan asumsi penggunaan tenaga RMU sebesar 60%, pada tahun 2005
terdapat 21 kecamatan di Kabupaten Bogor yang mengalami kekurangan
RMU. Kekurangan RMU paling banyak ditemukan di Kecamatan Jonggol.
Jumlah ketersediaan dan kebutuhan RMU di Kabupaten Bogor tahun 2005
secara rinci ditampilkan pada Tabel 12.
Tabel 12. Status Ketersediaan dan Kebutuhan RMU di Kabupaten Bogor tahun 2005.
No Kecamatan
Jumlah produksi
yang diolah dengan RMU
(ton GKG)
RMU Tersedia
(unit)
Kebutuhan RMU (unit)
Selisih RMU (unit)
Status
1 Tenjo 7 537.30 30 19 -11 lebih
2 Parung Panjang 7 735.25 20 19 -1 lebih
3 Jasinga 6 052.50 26 15 -11 lebih 4 Cigudeg 12 521.49 60 31 -29 lebih 5 Sukajaya 11 337.61 0 28 28 kurang 6 Nanggung 3 796.94 12 9 -3 lebih 7 Rumpin 9 701.43 34 24 -10 lebih 8 Leuwiliang 5 563.71 37 14 -23 lebih 9 Cibungbulang 8 654.06 0 22 22 kurang
10 Pamijahan 17 622.69 76 44 -32 lebih 11 Ciampea 8 722.93 28 22 -6 lebih 12 Leuwisadeng 3 535.08 0 9 9 kurang 13 Tenjolaya 4 713.55 0 12 12 kurang
14 Gunung Sindur 818.64 0 2 2 kurang
15 Parung 1 739.90 1 4 3 kurang 16 Ciseeng 2 451.23 7 6 -1 lebih 17 Kemang 1 812.73 0 5 5 kurang 18 Rancabungur 1 368.06 0 3 3 kurang 19 Dramaga 3 469.71 0 9 9 kurang 20 Ciomas 3 032.01 0 8 8 kurang 21 Tamansari 3 237.77 0 8 8 kurang 22 Caringin 7 252.20 0 18 18 kurang 23 Cijeruk 3 777.66 0 9 9 kurang
81
No Kecamatan
Jumlah produksi
yang diolah dengan RMU
(ton GKG)
RMU Tersedia
(unit)
Kebutuhan RMU (unit)
Selisih RMU (unit)
Status
24 Ciawi 3 509.68 1 9 8 kurang 25 Megamendung 2 971.26 10 7 -3 lebih 26 Cisarua 917.88 2 2 0 cukup27 Sukaraja 986.58 3 2 -1 lebih 28 Citeureup 1 308.43 0 3 3 kurang
29 Babakan Madang 1 144.25 10 3 -7 lebih
30 Cibinong 381.70 0 1 1 kurang 31 Bojong Gede 726.96 1 2 1 kurang32 Tajurhalang 437.88 0 1 1 kurang 33 Cigombong 3 224.64 0 8 8 kurang 34 Gunung Putri 308.74 0 1 1 kurang35 Cileungsi 2 945.40 53 7 -46 lebih 36 Jonggol 22 740.52 0 57 57 kurang 37 Sukamakmur 9 911.47 76 25 -51 lebih38 Cariu 8 978.54 0 22 22 kurang 39 Klapanunggal 9 776.76 0 24 24 kurang 40 Tanjungsari 12 972.13 1 32 31 kurang
Jumlah 219 697.29 488 546 58
Pada tahun 2006 terjadi peningkatan jumlah kecamatan yang
mengalami kekurangan RMU, yaitu menjadi sebesar 27 kecamatan.
Namun dibeberapa kecamatan terjadi kelebihan RMU yang cukup banyak,
seperti di Kecamatan Cigudeg, Leuwiliang dan Cileungsi. Data
ketersediaan dan kebutuhan RMU ini secara rinci dapat dilihat pada Tabel
13.
Berbeda dengan tahun 2005, pada tahun 2006 kecamatan yang
paling banyak mengalami kekurangan RMU adalah Kecamatan
Pamijahan. Hal ini terjadi karena pada Kecamatan Pamijahan terjadi
kenaikan produksi GKG (Lampiran 8), namun tidak diimbangi dengan
kenaikan jumlah RMU. Meskipun pada tahun 2006 terjadi penurunan
kebutuhan RMU, namun secara umum kebutuhan RMU tambahan tetap
meningkat. Hal ini disebabkan karena adanya penurunan jumlah
ketersediaan RMU (Gambar 33).
82
Tabel 13. Status Ketersediaan dan Kebutuhan RMU di Kabupaten Bogor tahun 2006.
No Kecamatan
Jumlah gabah yang
diolah dengan RMU (ton GKG)
RMU Tersedia
(unit)
Kebutuhan RMU (unit)
Selisih RMU (unit)
Status
1 Tenjo 7 680.16 30 19 -11 lebih 2 Parung Panjang 7 013.44 22 17 -5 lebih 3 Jasinga 9 566.77 29 24 -5 lebih4 Cigudeg 9 629.63 60 24 -36 lebih 5 Sukajaya 7 673.91 0 19 19 kurang 6 Nanggung 7 131.96 0 18 18 kurang 7 Rumpin 8 697.36 34 22 -12 lebih 8 Leuwiliang 6 640.05 57 17 -40 lebih 9 Cibungbulang 9 366.32 0 23 23 kurang 10 Pamijahan 18 911.43 0 47 47 kurang 11 Ciampea 8 604.57 28 21 -7 lebih 12 Leuwisadeng 6 557.87 0 16 16 kurang 13 Tenjolaya 8 298.19 0 21 21 kurang 14 Gunung Sindur 1 073.61 0 3 3 kurang 15 Parung 1 405.12 2 3 1 kurang 16 Ciseeng 3 435.95 23 9 -14 lebih 17 Kemang 1 001.93 4 2 -2 lebih18 Rancabungur 1 433.50 0 4 4 kurang 19 Dramaga 3 678.35 0 9 9 kurang 20 Ciomas 3 492.68 0 9 9 kurang21 Tamansari 3 413.73 0 8 8 kurang 22 Caringin 7 139.24 0 18 18 kurang 23 Cijeruk 3 469.21 0 9 9 kurang24 Ciawi 3 602.74 1 9 8 kurang 25 Megamendung 2 155.91 4 5 1 kurang 26 Cisarua 893.72 0 2 2 kurang27 Sukaraja 306.81 3 1 -2 lebih 28 Citeureup 403.83 0 1 1 kurang 29 Babakan Madang 271.08 10 1 -9 lebih30 Cibinong 1 499.87 0 4 4 kurang 31 Bojong Gede 248.12 1 1 0 cukup 32 Tajurhalang 364.32 0 1 1 kurang33 Cigombong 2 980.31 0 7 7 kurang 34 Gunung Putri 1 141.32 0 3 3 kurang 35 Cileungsi 4 163.05 59 10 -49 lebih 36 Jonggol 15 363.75 0 38 38 kurang 37 Sukamakmur 10 665.48 0 27 27 kurang 38 Cariu 8 734.78 0 22 22 kurang 39 Klapanunggal 3 938.93 0 10 10 kurang 40 Tanjungsari 10 002.97 1 25 24 kurang
Jumlah 212 051.94 368 529 161
Berbeda dari tahun 2006, pada tahun 2007 terjadi kenaikan jumlah
kecamatan yang mengalami kekurangan RMU yaitu sebanyak 25
kecamatan. Pada tahun 2006 Kecamatan Pamijahan juga tetap menjadi
kecamatan yang paling banyak kekurangan RMU. Data ketersediaan dan
83
kebutuhan RMU di Kabupaten Bogor tahun 2007 secara rinci dapat dilihat
pada Tabel 14.
Tabel 14. Status Ketersediaan dan Kebutuhan RMU di Kabupaten Bogor tahun 2007.
No Kecamatan
Jumlah gabah yang
diolah dengan RMU
(ton GKG)
RMU Tersedia
(unit)
Kebutuhan RMU (unit)
Selisih RMU (unit)
Status
1 Tenjo 7 925.72 30 20 -10 lebih 2 Parung Panjang 7 290.81 22 18 -4 lebih 3 Jasinga 10 218.66 29 25 -4 lebih 4 Cigudeg 13 401.39 60 33 -27 lebih 5 Sukajaya 9 632.44 0 24 24 kurang 6 Nanggung 8 156.37 0 20 20 kurang 7 Rumpin 11 465.67 30 29 -1 lebih 8 Leuwiliang 10 114.82 57 25 -32 lebih9 Cibungbulang 11 096.92 0 28 28 kurang 10 Pamijahan 22 544.76 0 56 56 kurang 11 Ciampea 8 882.37 76 22 -54 lebih12 Leuwisadeng 7 083.73 28 18 -10 lebih 13 Tenjolaya 8 300.48 9 21 12 kurang 14 Gunung Sindur 1 078.35 0 3 3 kurang15 Parung 1 307.35 2 3 1 kurang 16 Ciseeng 3 454.26 0 9 9 kurang 17 Kemang 989.25 1 2 1 kurang18 Rancabungur 1 452.56 0 4 4 kurang 19 Dramaga 3 924.08 4 10 6 kurang 20 Ciomas 3 123.96 0 8 8 kurang21 Tamansari 3 674.63 0 9 9 kurang 22 Caringin 7 735.54 11 19 8 kurang 23 Cijeruk 3 626.18 13 9 -4 lebih 24 Ciawi 3 965.21 62 10 -52 lebih 25 Megamendung 2 763.13 0 7 7 kurang 26 Cisarua 1 086.86 0 3 3 kurang 27 Sukaraja 520.68 1 1 0 cukup 28 Citeureup 1 381.58 4 3 -1 lebih 29 Babakan Madang 1 278.39 0 3 3 kurang 30 Cibinong 418.63 0 1 1 kurang 31 Bojong Gede 373.57 0 1 1 kurang 32 Tajurhalang 570.19 10 1 -9 lebih 33 Cigombong 3 290.23 0 8 8 kurang 34 Gunung Putri 324.39 0 1 1 kurang35 Cileungsi 4 027.27 59 10 -49 lebih 36 Jonggol 18 620.41 0 46 46 kurang 37 Sukamakmur 16 882.89 0 42 42 kurang38 Cariu 13 091.38 0 33 33 kurang 39 Klapanunggal 3 605.52 0 9 9 kurang 40 Tanjungsari 14 311.00 1 36 35 kurang
Jumlah 252 991.63 509 630 121
RMU
penin
penin
rata
juml
2005
G
oleh
(peng
sehin
mem
yang
RMU
kebu
Unit
Secara u
U tambahan
ngkatan pro
ngkatan jum
Secara ke
baru tercuk
ah ketersedi
5-2007 dapat
Gambar 33. GR
Untuk m
RMU dig
ggilingan pa
ngga gabah y
miliki kapasit
g dihasilkan
U.
Cara pe
utuhan RMU
0
100
200
300
400
500
600
700
Unit
Perba
umum pada
di Kabupat
oduksi GKG
mlah RMU.
eseluruhan,
kupi sebany
iaan dan keb
t dilihat pada
Grafik perbanRMU di Kab
engolah atau
gunakan P
adi kecil). M
yang tidak te
tas giling ya
n tidak lebi
rhitungan k
U, namun ber
2005
488546
ndingan Jum
tahun 200
ten Bogor, h
G (Lampiran
kebutuhan R
yak 80% pa
butuhan RM
a Gambar 33
ndingan jumbupaten Bogo
u menggiling
PB (pengg
Mesin PPB d
ergiling RM
ang sama de
ih baik dib
kebutuhan
rberbeda dal
2006
368
529
Tahun
mlah Keterseddi Kabupaten
07 terjadi p
hal ini diseb
8) yang tid
RMU pada
ada tiap tah
U di Kabup
3.
mlah ketersedor pada tahu
g gabah yan
gilingan pa
di Kabupaten
MU diolah den
engan RMU,
andingkan
PPK sama
am asumsi p
2007
509
630
diaan dan Kebn Bogor
eningkatan
babkan kare
dak diimban
tahun 2005-
hunnya. Per
aten Bogor p
diaan dan kebun 2005-2007
ng tidak dap
di besar)
n Bogor tid
ngan PPK. M
, namun kua
dengan me
dengan p
penggunaan
butuhan RMU
Ke
Ke
84
kebutuhan
ena adanya
ngi dengan
-2007 rata-
rbandingan
pada tahun
butuhan 7
at tergiling
dan PPK
ak tersedia
Mesin PPK
alitas beras
nggunakan
perhitungan
tenaganya.
U
etersediaan
ebutuhan
85
Asumsi penggunaan tenaga PPK adalah sebesar 40% dari keseluruhan
gabah yang diguling. Jumlah ketersediaan PPK di Kabupaten Bogor cukup
banyak dan secara umum mencukupi kebutuhan mesin penggiling. Data
ketersediaan dan kebutuhan PPK di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada
Tabel 15.
Tabel 15. Data Ketersediaan dan Kebutuhan PPK di Kabupaten Bogor
No Kecamatan
2005 2006 2007 Keterse diaan (unit)
Kebu tuhan (unit)
Keterse diaan (unit)
Kebu tuhan (unit)
Keterse diaan (unit)
Kebu tuhan (unit)
1 Tenjo 0 12 0 13 0 13 2 Parung Panjang 0 13 0 12 0 12 3 Jasinga 0 10 0 16 0 17 4 Cigudeg 0 21 0 16 0 22 5 Sukajaya 0 19 21 13 48 16 6 Nanggung 0 6 45 12 60 14 7 Rumpin 0 16 0 14 0 19 8 Leuwiliang 0 9 0 11 0 17 9 Cibungbulang 0 14 20 16 0 18
10 Pamijahan 0 29 34 31 0 37 11 Ciampea 15 14 16 14 0 15 12 Leuwisadeng 7 6 5 11 15 12 13 Tenjolaya 9 8 25 14 0 14 14 Gunung Sindur 4 1 0 2 6 2 15 Parung 0 3 0 2 0 2 16 Ciseeng 0 4 0 6 0 6 17 Kemang 0 3 0 2 0 2 18 Rancabungur 6 2 6 2 0 2 19 Dramaga 17 6 9 6 2 7 20 Ciomas 11 5 11 6 6 5 21 Tamansari 13 5 13 6 18 6 22 Caringin 29 12 30 12 0 13 23 Cijeruk 45 6 12 6 13 6 24 Ciawi 7 6 0 6 0 7 25 Megamendung 10 5 0 4 0 5 26 Cisarua 9 2 11 1 28 2 27 Sukaraja 3 2 5 1 7 1 28 Citeureup 7 2 4 1 0 2
29 Babakan Madang 0 2 8 0 10 2
30 Cibinong 2 1 0 2 0 1 31 Bojong Gede 1 1 0 0 7 1 32 Tajurhalang 0 1 9 1 0 1 33 Cigombong 0 5 2 5 2 5 34 Gunung Putri 1 1 0 2 2 1 35 Cileungsi 0 5 0 7 0 7 36 Jonggol 124 6 46 25 21 31 37 Sukamakmur 0 43 13 18 0 28 38 Cariu 62 15 23 14 0 22 39 Klapanunggal 15 16 8 7 62 6 40 Tanjungsari 36 22 45 17 110 24
Jumlah 433 359 421 354 417 423
2006
mele
PPK
PPK
diola
padi
G
1
1
2
2
3
3
4
4
Pada Tab
6 jumlah keb
ebihi keterse
belum terc
ini digamba
Gabah ya
ah di kabup
yang cukup
Gambar 34. GP
0
50
00
50
00
50
00
50
00
50
200
433
Perban
bel 15 dapa
butuhan PPK
ediaan PPK.
cukupi. Perb
arkan pada G
ang tidak te
paten lain ya
besar sepert
Grafik perbanPPK di Kabu
05
3
359
ndingan Juml
at dilihat ba
K di Kabup
. Namun pa
bandingan ju
Gambar 34.
ergiling oleh
ang merupa
ti di Kabupa
ndingan jumupaten Bogor
2006
421
354
lah KetersediKabupaten
ahwa pada t
paten Bogor
ada tahun 20
umlah kebutu
h RMU dan
akan daerah
aten Karawan
mlah ketersedr pada tahun
2007
417 423
iaan dan KebBogor
tahun 2005
tercukupi d
007 jumlah
uhan dan ke
n PPK pada
industri pe
ng.
diaan dan kebn 2005-2007
utuhan PPK d
ke
ke
86
dan tahun
dan bahkan
kebutuhan
etersediaan
umumnya
enggilingan
butuhan
di
etersediaan
ebutuhan
87
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Sistem Informasi Status Ketersediaan Alat dan Mesin Pertanian di
Kabupaten Bogor yang telah dibangun adalah sistem berbasis web dan dapat
berjalan pada berbagai platform sistem operasi diantaranya yaitu Windows™
dan Linux yang telah diinstal web server. Sistem juga dilengkapi dengan
aplikasi Web GIS dalam bentuk peta interaktif. Secara keseluruhan besar
ukuran sistem tanpa data adalah sebesar 54,9 MB.
Sistem juga dibangun dengan mengunakan konsep CMS yang
memungkinkan pengelolaan sistem dapat dilakukan oleh banyak pengguna
(user), sehingga menjamin keterkinian data dan informasi. Dalam pengelolaan
sistem pengguna diberikan hak akses berbeda-beda, sesuai dengan level
aksesnya. Level akses dibedakan menjadi 4 yaitu super administrator,
administrator, admin uptd, dan admin kecamatan.
Dari hasil uji kompatibilitas browser dapat diketahui bahwa tampilan
halaman, gambar, dan animasi berjalan dengan baik pada browser Mozilla
Firefox 3.0.1 dan Opera 9.50. Namun pada browser Internet Explorer 7
animasi pada flash object tidak berjalan. Selain itu resolusi layar yang paling
baik dalam menampilkan halaman sistem adalah 1024 x 768.
Informasi yang disediakan oleh sistem yaitu informasi mengenai status
ketersediaan dan kebutuhan alat dan mesin pertanian khususnya traktor roda
dua, perontok padi bermotor (power thresher), dan Rice Milling Unit (RMU)
di Kabupaten Bogor.
Secara umum selama tahun 2005-2007 ketersediaan traktor roda dua di
Kabupaten Bogor mengingkat, namun hal tersebut diikuti pula dengan
peningkatan kebutuhan traktor roda dua. Kebutuhan traktor roda dua pada
tahun 2005-2007 rata-rata baru tercukupi sebanyak 40% pada tiap tahunnya.
Walaupun demikian masih ada kecamatan yang tidak pernah mengalami
kekurangan traktor roda dua pada tahun 2005-2007, kecamatan tersebut
adalah Kecamatan Babakan Madang.
88
Berbeda dengan traktor roda dua, ketersediaan perontok padi bermotor
(power thresher) selama tahun 2005-2007 cenderung menurun Meskipun
ketersediaannya cenderung menurun, namun kebutuhan power thresher pada
tahun 2005-2007 terus meningkat. Secara umum kebutuhan power thresher di
Kabupaten pada tahun 2005-2007 rata-rata baru tercukupi sebanyak 12.8%
pada tiap tahunnya.
Ketersediaan RMU pada tahun 2006 sempat menurun dari tahun 2005,
namun pada tahun 2007 ketersediaannya kembali naik. Begitu pula dengan
kebutuhannnya. Namun secara umum pada selama tahun 2005-2007
Kabupaten Bogor mengalami kekurangan RMU, dimana kebutuhan RMU
pada tiap tahunnya rata-rata baru tercukupi sebanyak 80%. Gabah yang tidak
tergiling oleh RMU akan diolah dengan menggunakan PPK, dimana
kersediaan PPK ini secara umum melebihi jumlah kebutuhan.
Apabila mengacu pada asumsi besarnya penggunaan tenaga alsintan yang
tertinggi, dapat diketahui bahwa alsintan yang sangat diperlukan di Kabupaten
Bogor adalah traktor roda dua.
B. Saran
Program yang dikembangkan ini secara teknis sudah dapat
diimplementasikan untuk pengaksesan informasi. Namun disamping itu,
masih banyak saran-saran yang perlu dilaksanakan untuk penyempurnaan
sistem di masa yang akan datang, diantaranya:
1. Penambahan data-data spasial kecamatan lainnya, agar informasi yang
diberikan lebih lengkap.
2. Perlu dilakukan hosting/ instalasi di lingkungan internet, agar sistem dapat
dapat dipublikasikan secara luas.
3. Agar lebih banyak informasi yang diperoleh pengguna sistem, maka perlu
dilakukan updating terhadap konten maupun data yang telah ada saat ini.
4. Perlu dilakukan integritas antara basisdata spasial dan non-spasial, agar
data-data mudah dikelola dan disampaikan dengan lebih baik.
89
DAFTAR PUSTAKA
Agusrinaldy, R. 2006. Rancang Bangun Sistem Informasi Monitoring Penyebaran
Alat dan Mesin Pertanian di Wilayah Pulau Jawa [Skripsi]. Bogor: Fakultas
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Anonim. 10 September 2008. Press Release Angka Susut Panen dan Pasca Panen
Gabah/Beras Tahun 2005 – 2007. Agribisnis Indonesia Online.
http://agribisnis.deptan.go.id/index.php?files=mutu&id=44&id_kategori=3.
[9 Januari 2009].
[Balitbang] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007. Propek dan
Arah Pengembangan Agribisnis Dukungan Aspek Mekanisasi Pertanian.
Jakarta: Balitbang Pertanian.
Candra, F. 2004. Sistem Informasi Pemilihan Traktor Roda Dua Berbasis Internet
dengan PHP [Skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian. Institut
Pertanian Bogor.
Coar, K. 2006. The Open Source Definition. http://opensource.org/docs/osd. [27
November 2008].
Daywin F.J., Sitompul R.G., Hidayat I. 1992. Mesin-Mesin Budidaya Pertanian.
Bogor: Departemen Teknik Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Dewa, R. 1998. Analisis Kebutuhan Energi Untuk Pemanenan dan Perontokan
Gabah Serta Kebutuhan Mesin Panen dan Perontok Gabah (Studi Kasus
Kecamatan Telgasari, Kabupaten Karawang) [Skripsi]. Bogor: Fakultas
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. 2005. Monografi Pertanian dan
Kehutanan Bogor Tahun 2005. Bogor: Dinas Pertanian dan Kehutanan
Kabupaten Bogor.
___________________. 2006. Monografi Pertanian dan Kehutanan Bogor Tahun
2006. Bogor: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor.
90
___________________. 2007. Monografi Pertanian dan Kehutanan Bogor Tahun
2007. Bogor: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor.
Direktorat Alat dan Mesin. 2002. Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Tanaman
Pangan. Jakarta: Direktorat Alat dan Mesin.
Dwipayana, N. 2007. Pengembangan Sistem Informasi Klasifikasi Kesesuaian
Lahan untuk Padi Sawah di Kecamatan Jonggol Berbasis SIG (Sistem
Informasi Geografis) dan SMS (Short Message Service) [Skripsi]. Bogor:
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Kam, S.P., Paw, J.N., Loo, M. 1992. The Use of Remote Sensing and Geographic
Information System in Coastal Zone Management. Proceedings of The
Regional Workshop on Coastal Zone Planning and Management in ASEAN.
Brunei Darussalam 28-30 April 1992.
Lestari, L. 2003. Sistem Informasi Geografis (SIG) Klasifikasi Kesesuaian Lahan
Untuk Padi Sawah dan Status Ketersediaan Traktor Roda Dua di Kecamatan
Jonggol, Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian.,
Institut Pertanian Bogor.
Mannino, M.V. 2001. Database Application Development and Design. New York:
Mc. Graw Hill Companies, Inc.
Miniwatts Marketing Group. 2008. http://www.internetworldstats.com/stats3.com.
[27 November 2008].
O’Brien, J.A. 1999. Management Information System: A Managerial End User
Perspective. Boston, USA: Richard D. Irwin, Inc.
Pane, L.A.R. 2006. Sistem Informasi Keberadaan Alat dan Mesin Pertanian di
Indonesia Berbasis Internet [Skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Patiwiri, A.W. 2006. Teknologi Penggilingan Padi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Post, G.V. 1999. Database Management System. Singapore: McGraw-Hill.
91
Post, G.V. dan Anderson, D. 2003. Management Information System: Solving
Business Problems with Information Technology. New York: McGraw-Hill.
Pratomo, M. 1983. Alat dan Mesin Pertanian 3. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Priyanto, A. (1997). Penerapan Mekanisasi Pertanian. Jurnal. Buletin Keteknikan
Pertanian. Vol 11, no 1, Desember 1997. Hal 54-57.
Purwadhi, S.H. 1999. Sistem Informasi Geografis-Materi Pokok Pelatihan
Penginderaan Jauh dan SIG Dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan Hidup. Jakarta: Kedeputian Penginderaan Jauh LAPAN..
Purwono, I. 1992. Mesin Perontok Padi Dasar Penggunaan dan Karakteristik
Thresher. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Riyansah. 2008. Faktor Penghambat Pemakaian Traktor Dalam Pengolahan Tanah
Sawah di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat [Skripsi].
Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Riyanto. 1994. Rancangan dan Uji Performansi Alat Pemanen – Perontok Padi
Tipe Sisir dengan Penggerak Traktor Tangan [Skripsi]. Bogor: Fakultas
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Sakai, J., Sitompul, R.G., Sembiring, E.N., Setiawan R.P.A., Suastawa, I.N., dan
Tineke Mandang. 1998. Traktor Roda-2. Bogor: Departemen Teknik
Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Instutut Pertanian Bogor
Simkin, M.G. 1987. Computer Information System for Bussines. Iowa. Publishers
Dubuque.
Sutabri, T. 2004. Analisa Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi.
Sutisna, D. 2007. Tujuh Langkah Mudah Menjadi Webmaster. Jakarta: Mediakita.
Whitten, J.L., Bentley, L.D., Dittman K.C. 2001. System Analysis and Design
Methods. New York: McGraw-Hill.
92
LAMPIRAN
93
Lampiran 1. Luas Sawah (ha) di Kabupaten Bogor tahun 2005-2007
No Kecamatan Tahun 2005 2006 2007
Bogor Barat 1 Tenjo 2 946 2 614 4 641 2 Parung Panjang 3 641 1 841 3 645 3 Jasinga 2 870 2 711 4 817 4 Cigudeg 4 593 3 232 4 683 5 Sukajaya 3 680 3 249 3 206 6 Nanggung 1 349 2 904 3 280 7 Rumpin 3 837 3 890 4 122 8 Leuwiliang 2 654 2 460 3 144 9 Cibungbulang 3 267 3 248 3 719
10 Pamijahan 6 672 7 266 7 448 11 Ciampea 2 912 3 066 3 037 12 Leuwisadeng 1 657 2 082 2 757 13 Tenjolaya 2 467 3 099 2 912
Jumlah Bobar 42 545 41 662 51 411 Bogor Tengah
14 Gunung Sindur 346 336 359 15 Parung 570 532 477 16 Ciseeng 1 231 1 011 1 256 17 Kemang 558 275 439 18 Rancabungur 547 567 513 19 Dramaga 1 325 1 455 1 264 20 Ciomas 1 251 1 217 984 21 Tamansari 1 287 1 296 1 314 22 Caringin 2 593 2 568 2 950 23 Cijeruk 1 327 1 214 1 354 24 Ciawi 1 413 1 393 1 314 25 Megamendung 862 863 893 26 Cisarua 351 328 415 27 Sukaraja 200 142 137 28 Citeureup 153 432 740 29 Babakan Madang 115 141 130 30 Cibinong 524 424 156 31 Bojong Gede 152 91 123 32 Tajurhalang 203 134 211 33 Cigombong 1 147 1 100 1 196
Jumlah Boteng 16 155 15 519 16 225 Bogor Timur
34 Gunung Putri 453 142 463 35 Cileungsi 1 258 1 492 1 539 36 Jonggol 7 980 5 122 8 961 37 Sukamakmur 3 139 5 039 6 551 38 Cariu 3 030 2 673 6 958 39 Klapanunggal 1 517 1 185 2 071 40 Tanjungsari 5 108 3 316 7 029
Jumlah Botim 22 485 18 969 33 572 Total 81 185 76 150 101 208
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor
94
Lampiran 2. Luas Panen (ha) di Kabupaten Bogor tahun 2005-2007
No Kecamatan Tahun 2005 2006 2007
Bogor Barat 1 Tenjo 3 051 3 184 3 179 2 Parung Panjang 3 028 2 751 2 652 3 Jasinga 2 376 3 596 3 679 4 Cigudeg 4 519 3 465 4 464 5 Sukajaya 4 156 2 835 3 396 6 Nanggung 1 425 2 545 2 762 7 Rumpin 3 738 3 378 4 270 8 Leuwiliang 1 981 2 307 3 360 9 Cibungbulang 3 091 3 215 3 618
10 Pamijahan 6 254 6 642 7 520 11 Ciampea 3 144 3 079 2 988 12 Leuwisadeng 1 255 2 259 2 308 13 Tenjolaya 1 711 2 924 2 785
Jumlah Bobar 39 729 42 180 46 981 Bogor Tengah
14 Gunung Sindur 304 377 362 15 Parung 639 519 457 16 Ciseeng 912 1 232 1 184 17 Kemang 676 362 331 18 Rancabungur 509 588 542 19 Dramaga 1 269 1 391 1 387 20 Ciomas 1 091 1 237 1 054 21 Tamansari 1 195 1 249 1 285 22 Caringin 2 667 2 517 2 625 23 Cijeruk 1 423 1 246 1 266 24 Ciawi 1 274 1 293 1 310 25 Megamendung 1 104 833 968 26 Cisarua 333 336 382 27 Sukaraja 359 109 177 28 Citeureup 478 147 465 29 Babakan Madang 422 112 444 30 Cibinong 140 537 144 31 Bojong Gede 268 90 128 32 Tajurhalang 161 132 194 33 Cigombong 1 218 1 108 1 156
Jumlah Boteng 16 442 15 415 15 861 Bogor Timur
34 Gunung Putri 139 421 138 35 Cileungsi 1 102 1 520 1 390 36 Jonggol 9 050 5 396 6 195 37 Sukamakmur 3 531 3 920 5 615 38 Cariu 3 418 3 243 4 354 39 Klapanunggal 3 492 1 551 1 375 40 Tanjungsari 4 686 3 711 4 982
Jumlah Botim 25 418 19 762 24 049 Total 81 589 77 357 86 891
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor
95
Lampiran 3. Produktifitas Padi (ku/ha) di Kabupaten Bogor Tahun 2005-2007
No Kecamatan Tahun 2005 2006 2007
Bogor Barat 1 Tenjo 47.86 46.73 48.30 2 Parung Panjang 49.49 49.39 53.26 3 Jasinga 49.35 51.54 53.81 4 Cigudeg 53.68 53.84 58.16 5 Sukajaya 52.85 52.44 54.95 6 Nanggung 51.62 54.29 57.21 7 Rumpin 50.28 49.88 52.02 8 Leuwiliang 54.41 55.76 58.32 9 Cibungbulang 54.24 56.44 59.42
10 Pamijahan 54.59 55.16 58.08 11 Ciampea 53.75 54.14 57.59 12 Leuwisadeng 54.57 56.24 59.46 13 Tenjolaya 53.37 54.98 57.74
Rata-rata Bobar 52.31 53.14 56.02 Bogor Tengah
14 Gunung Sindur 52.17 55.17 57.71 15 Parung 52.75 52.45 55.30 16 Ciseeng 52.07 54.03 56.52 17 Kemang 51.95 53.62 57.90 18 Rancabungur 52.07 47.23 51.92 19 Dramaga 52.97 51.23 54.81 20 Ciomas 53.84 54.70 57.42 21 Tamansari 52.49 52.95 55.40 22 Caringin 52.68 54.95 57.09 23 Cijeruk 51.43 53.94 55.49 24 Ciawi 53.37 53.98 58.64 25 Megamendung 52.14 50.14 55.30 26 Cisarua 53.40 51.53 55.12 27 Sukaraja 53.24 54.53 56.99 28 Citeureup 53.03 53.22 57.56 29 Babakan Madang 52.53 46.89 55.78 30 Cibinong 52.82 54.11 56.32 31 Bojong Gede 52.55 53.41 56.54 32 Tajurhalang 52.69 53.47 56.94 33 Cigombong 51.29 52.11 55.14
Rata-rata Boteng 52.57 52.68 56.19 Bogor Timur
34 Gunung Putri 43.03 52.52 45.54 35 Cileungsi 51.78 53.06 56.13 36 Jonggol 48.68 55.16 58.23 37 Sukamakmur 54.38 52.71 58.25 38 Cariu 50.89 52.18 58.25 39 Klapanunggal 54.24 49.20 50.80 40 Tanjungsari 53.63 52.22 55.65
Rata-rata Botim 50.95 52.44 54.69 Total 51.94 52.75 55.64
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor.
96
Lampiran 4. Jumlah Ketersediaan Alat dan Mesin Pertanian di Kabupaten Bogor Tahun 2005.
No
Kecamatan
Traktor roda dua (unit)
Power Thresher (unit)
RMU (unit)
baik rusak baik rusak baik rusak 1 Tenjo 5 2 0 0 30 10 2 Parung Panjang 23 0 0 0 20 0 3 Jasinga 3 1 2 0 26 0 4 Cigudeg 1 0 3 0 60 0 5 Sukajaya 0 0 0 0 0 0 6 Nanggung 4 0 0 0 12 0 7 Rumpin 10 2 0 0 34 08 Leuwiliang 7 3 0 0 37 0 9 Cibungbulang 9 1 1 0 0 0
10 Pamijahan 23 0 0 0 76 0 11 Ciampea 0 0 0 0 28 0 12 Leuwisadeng 0 0 0 0 0 0 13 Tenjolaya 10 0 0 0 0 0 14 Gunung Sindur 2 0 0 0 0 0 15 Parung 4 0 0 0 1 0 16 Ciseeng 1 0 0 0 7 0 17 Kemang 0 0 0 0 0 0 18 Rancabungur 0 0 0 0 0 0 19 Dramaga 2 0 0 0 0 0 20 Ciomas 4 1 0 0 0 021 Tamansari 0 0 0 0 0 0 22 Caringin 3 0 0 0 0 0 23 Cijeruk 1 0 0 0 0 0 24 Ciawi 0 0 0 0 1 0 25 Megamendung 0 0 0 0 10 526 Cisarua 2 0 0 0 2 0 27 Sukaraja 0 1 0 0 3 0 28 Citeureup 2 0 0 0 0 0 29 Babakan Madang 1 0 0 0 10 0 30 Cibinong 0 0 0 0 0 0 31 Bojong Gede 0 0 0 0 1 0 32 Tajurhalang 0 0 0 0 0 0 33 Cigombong 3 0 1 1 0 0 34 Gunung Putri 0 0 0 0 0 0 35 Cileungsi 20 0 0 0 53 0 36 Jonggol 49 9 35 0 0 0 37 Sukamakmur 7 1 0 0 76 10 38 Cariu 60 0 1 0 0 039 Klapanunggal 10 0 0 0 0 0 40 Tanjungsari 63 0 3 0 1 0
Jumlah 329 21 46 1 488 25 Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor.
97
Lampiran 5. Jumlah Ketersediaan Alat dan Mesin Pertanian di Kabupaten Bogor tahun 2006.
No Kecamatan Traktor roda dua
(unit) Power Thresher
(unit) RMU (unit)
baik rusak baik rusak baik rusak 1 Tenjo 8 0 0 0 30 102 Parung Panjang 27 0 0 0 22 0 3 Jasinga 11 1 2 0 29 0 4 Cigudeg 11 0 3 0 60 0 5 Sukajaya 3 0 0 0 0 0 6 Nanggung 4 0 0 0 0 0 7 Rumpin 17 0 0 0 34 0 8 Leuwiliang 13 2 0 0 57 0 9 Cibungbulang 17 1 1 0 0 0
10 Pamijahan 37 0 0 0 0 0 11 Ciampea 4 0 0 0 28 0 12 Leuwisadeng 6 0 0 0 0 0 13 Tenjolaya 14 0 1 0 0 0 14 Gunung Sindur 2 0 0 0 0 015 Parung 5 0 0 0 2 0 16 Ciseeng 1 0 0 0 23 1 17 Kemang 2 2 0 0 4 0 18 Rancabungur 1 0 0 0 0 0 19 Dramaga 4 0 0 0 0 0 20 Ciomas 6 0 1 0 0 0 21 Tamansari 1 0 0 0 0 0 22 Caringin 6 0 0 0 0 0 23 Cijeruk 2 0 0 0 0 0 24 Ciawi 5 1 0 0 1 0 25 Megamendung 1 0 0 0 4 0 26 Cisarua 3 0 1 0 0 0 27 Sukaraja 1 0 0 0 3 0 28 Citeureup 3 0 0 0 0 0 29 Babakan Madang 2 0 0 0 10 0 30 Cibinong 1 0 0 0 0 0 31 Bojong Gede 1 0 0 0 1 032 Tajurhalang 1 0 0 0 0 0 33 Cigombong 5 0 1 1 0 0 34 Gunung Putri 1 0 0 0 0 0 35 Cileungsi 22 0 16 0 59 0 36 Jonggol 61 15 1 0 0 0 37 Sukamakmur 21 5 1 0 0 0 38 Cariu 82 0 0 0 0 0 39 Klapanunggal 30 0 0 0 0 0 40 Tanjungsari 58 4 6 0 1 0
Jumlah 500 31 34 1 368 11 Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor.
98
Lampiran 5. Jumlah Ketersediaan Alat dan Mesin Pertanian di Kabupaten Bogor tahun 2007.
No
Kecamatan
Traktor roda dua (unit)
Power Thresher (unit)
RMU (unit)
baik rusak baik rusak baik rusak 1 Tenjo 12 0 0 2 30 102 Parung Panjang 32 0 0 0 22 0 3 Jasinga 14 1 0 2 29 0 4 Cigudeg 11 1 3 0 60 3 5 Sukajaya 3 0 0 0 0 0 6 Nanggung 4 0 0 0 0 0 7 Rumpin 22 0 0 0 30 4 8 Leuwiliang 13 2 0 0 57 0 9 Cibungbulang 8 0 0 0 0 0
10 Pamijahan 19 1 0 0 0 0 11 Ciampea 37 0 0 0 76 0 12 Leuwisadeng 5 0 0 0 28 0 13 Tenjolaya 14 0 1 0 9 0 14 Gunung Sindur 2 0 0 0 0 015 Parung 3 2 0 0 2 0 16 Ciseeng 3 0 0 0 0 0 17 Kemang 1 0 0 0 1 0 18 Rancabungur 3 0 0 0 0 0 19 Dramaga 3 3 0 0 4 0 20 Ciomas 1 0 0 0 0 0 21 Tamansari 5 0 0 0 0 0 22 Caringin 6 0 0 0 11 0 23 Cijeruk 2 0 0 0 13 1 24 Ciawi 4 0 1 1 62 0 25 Megamendung 5 0 0 0 0 0 26 Cisarua 6 0 1 0 0 0 27 Sukaraja 6 0 0 0 1 0 28 Citeureup 3 0 0 0 4 0
29 Babakan Madang 2 0 0 0 0 0
30 Cibinong 1 0 0 0 0 0 31 Bojong Gede 3 0 0 0 0 0 32 Tajurhalang 2 0 0 0 10 0 33 Cigombong 2 0 1 1 0 0 34 Gunung Putri 1 0 0 0 0 0 35 Cileungsi 24 0 16 0 59 036 Jonggol 75 9 0 0 0 0 37 Sukamakmur 26 2 2 0 0 0 38 Cariu 91 0 2 0 0 0 39 Klapanunggal 30 2 0 0 0 0 40 Tanjungsari 71 0 6 3 1 0
Jumlah 575 23 33 9 509 18 Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor.
99
Lampiran 7. Jumlah Produksi (ton GKP) di Kabupaten Bogor Tahun 2005-2007
No Kecamatan Tahun
2005 2006 2007 1 Tenjo 14 602.09 14 878.83 15 354.57 2 Parung Panjang 14 985.57 13 587.19 14 124.55 3 Jasinga 11 725.56 18 533.78 19 796.70 4 Cigudeg 24 257.99 18 655.56 25 962.62 5 Sukajaya 21 964.46 14 866.74 18 661.02 6 Nanggung 7 355.85 13 816.81 15 801.40 7 Rumpin 18 794.66 16 849.46 22 212.54 8 Leuwiliang 10 778.62 12 863.83 19 595.52 9 Cibungbulang 16 765.58 18 145.46 21 498.16 10 Pamijahan 34 140.59 36 637.27 43 676.16 11 Ciampea 16 899.00 16 669.71 17 207.89 12 Leuwisadeng 6 848.54 12 704.62 13 723.37 13 Tenjolaya 9 131.61 16 076.15 16 080.59 14 Gunung Sindur 1 585.97 2 079.91 2 089.10 15 Parung 3 370.73 2 722.16 2 527.21 16 Ciseeng 4 748.78 6 656.50 6 691.97 17 Kemang 3 511.82 1 941.04 1 916.49 18 Rancabungur 2 650.36 2 777.12 2 814.06 19 Dramaga 6 721.89 7 126.09 7 602.15 20 Ciomas 5 873.94 6 766.39 6 052.07 21 Tamansari 6 272.56 6 613.46 7 118.90 22 Caringin 14 049.76 13 830.92 14 986.13 23 Cijeruk 7 318.49 6 720.92 7 025.03 24 Ciawi 6 799.34 6 979.61 7 681.84 25 Megamendung 5 756.26 4 176.66 5 353.04 26 Cisarua 1 778.22 1 731.41 2 105.58 27 Sukaraja 1 911.32 594.38 1 008.72 28 Citeureup 2 534.83 782.33 2 676.54 29 Babakan Madang 2 216.77 525.17 2 476.63 30 Cibinong 739.48 2 905.71 811.01 31 Bojong Gede 1 408.34 480.69 723.71 32 Tajurhalang 848.31 705.80 1 104.64 33 Cigombong 6 247.12 5 773.79 6 374.18 34 Gunung Putri 598.12 2 211.09 628.45 35 Cileungsi 5 706.16 8 065.12 7 802.07 36 Jonggol 44 055.40 29 764.34 36 073.49 37 Sukamakmur 19 201.58 20 662.32 32 707.38 38 Cariu 17 394.20 16 921.97 25 362.05 39 Klapanunggal 18 940.61 7 630.92 6 985.00 40 Tanjungsari 25 131.02 19 378.84 27 724.83
Jumlah 425 621.47 410 810.07 490 117.36
100
Lampiran 8. Jumlah Produksi GKG (ton) di Kabupaten Bogor Tahun 2005-2007
No Kecamatan Tahun 2005 2006 2007
1 Tenjo 12 562.17 12 800.26 13 209.54 2 Parung Panjang 12 892.09 11 689.06 12 151.35 3 Jasinga 10 087.50 15 944.61 17 031.10 4 Cigudeg 20 869.15 16 049.38 22 335.65 5 Sukajaya 18 896.02 12 789.86 16 054.08 6 Nanggung 6 328.24 11 886.60 13 593.95 7 Rumpin 16 169.05 14 495.59 19 109.45 8 Leuwiliang 9 272.85 11 066.75 16 858.03 9 Cibungbulang 14 423.43 15 610.54 18 494.86
10 Pamijahan 29 371.15 31 519.05 37 574.60 11 Ciampea 14 538.21 14 340.95 14 803.95 12 Leuwisadeng 5 891.79 10 929.78 11 806.21 13 Tenjolaya 7 855.92 13 830.31 13 834.13 14 Gunung Sindur 1 364.41 1 789.35 1 797.25 15 Parung 2 899.83 2 341.87 2 174.16 16 Ciseeng 4 085.38 5 726.58 5 757.10 17 Kemang 3 021.22 1 669.88 1 648.76 18 Rancabungur 2 280.11 2 389.16 2 420.94 19 Dramaga 5 782.84 6 130.58 6 540.13 20 Ciomas 5 053.35 5 821.13 5 206.59 21 Tamansari 5 396.28 5 689.56 6 124.39 22 Caringin 12 087.01 11 898.74 12 892.56 23 Cijeruk 6 296.10 5 782.01 6 043.64 24 Ciawi 5 849.47 6 004.56 6 608.69 25 Megamendung 4 952.11 3 593.18 4 605.22 26 Cisarua 1 529.80 1 489.53 1 811.43 27 Sukaraja 1 644.31 511.34 867.80 28 Citeureup 2 180.72 673.04 2 302.63 29 Babakan Madang 1 907.08 451.80 2 130.65 30 Cibinong 636.17 2 499.78 697.71 31 Bojong Gede 1 211.59 413.54 622.61 32 Tajurhalang 729.80 607.20 950.32 33 Cigombong 5 374.40 4 967.19 5 483.71 34 Gunung Putri 514.56 1 902.20 540.66 35 Cileungsi 4 909.01 6 938.42 6 712.12 36 Jonggol 37 900.86 25 606.26 31 034.02 37 Sukamakmur 16 519.12 17 775.79 28 138.15 38 Cariu 14 964.23 14 557.97 21 818.97 39 Klapanunggal 16 294.61 6 564.88 6 009.20 40 Tanjungsari 21 620.21 16 671.62 23 851.67
Jumlah 366 162.15 353 419.91 421 647.97