Upload
others
View
18
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
HUBUNGAN KETEPATAN “GOLDEN PERIOD” DENGAN DERAJAT
KERUSAKAN NEUROLOGI PADA PASIEN STROKE ISKEMIK
DIRUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH
SAKIT STROKE NASIONAL BUKITTINGGI
TAHUN 2018
PENELITIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Oleh :
NURIA OKRAINI
14103084105022
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHAHATAN
PERINTIS PADANG
TAHUN 2018
SKRIPSI
HUBUNGAN KETEPATAN “GOLDEN PERIOD” DENGAN DERAJAT
KERUSAKAN NEUROLOGI PADA PASIEN STROKE ISKEMIK
DIRUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH
SAKIT STROKE NASIONAL BUKITTINGGI
TAHUN 2018
PENELITIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Keperawatan Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan
Oleh :
NURIA OKRAINI
14103084105022
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHAHATAN
PERINTIS PADANG
TAHUN 20S18
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS DIRI
Nama : Nuria Okraini
Umur : 23 Tahun
Tempat/tanggal lahir : Lasi Tuo, 24 Oktober 1995
Agama : Islam
Asal : Lasi Tuo
Alamat : Lasi Tuo, Kec. Candung, KAB. AGAM
Kebangsaan : Indonesia
Jumlah saudara : 4
Anak ke : 4
B. IDENTITAS ORANG TUA
Nama ayah : Jasri
Nama ibu : Masidar
Alamat : Lasi Tuo, Kec. Candung, KAB. AGAM
C. RIWAYAT PENDIDIKAN
NO Pendidikan
Tempat Tamat
Tahun
1 SDN 07 LASI TUO
Lasi Tuo, Kec. Candung,
KAB. AGAM
2002-2008
2 SMPN 03 CANDUNG
Pasanehan, Kec. Candung,
KAB. AGAM
2008-2011
3 SMAN 01 CANDUNG
Lasi, Kec. Candung,
KAB.AGAM
2011-2014
4 Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKes
Perintis Padang
Jl. Kusuma Bhakti Kel Kubu
Gulai Bancah.
2014-2018
Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Perintis Padang
Skripsi, juli 2018
Nuria Okraini
14103084105022
Hubungan Ketepatan GoldenPeriod Dengan Derajat Kerusakan Neurologi Pada
Pasien Stroke Iskemik Di Ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Stroke
Nasional Bukittinggi Tahun 2018
Vii + VI BAB + 69 Halaman + 4 Tabel + 2 Skema + 8 Lampiran
ABSTRAK
Stroke merupakan penyakit kerusakan neurologis dan fungsional yang terjadi secara mendadak
disebabkan karena kurangnya atau terputusnya aliran darah yang mengalir keotak akibat adanya
gumpalan darah, plak atau karena pecahnya pembuluh darah akibat tekanan darah yang tinggi
secara tiba-tiba ke otak. Kecacatan dan kematian pada pasien stroke iskemik merupakan salah
satu akibat ketidak tepatan waktu kedatangan pasien kerumah sakit yakni lebih dari 4,5 jam
setelah terjadinya serangan. Maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
ketepatan golden period dengan derajat kerusakan neurologi pada pasien stroke iskemik di
ruang intalasi gawat darurat Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2018. Metode
penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analisis dengan pendekatan cross
sectional. Populasi adalah pasien stroke iskemik yang mengalami serangan stroke pertama kali
datang ke IGD Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi yang berjumlah 150 orang. Sampel
penelitian sebanyak 60 orang pasien. Instrumen penelitian berupa kuisioner dengan beberapa
pertanyaan. Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan komputerisasi menggunakan uji
statistic chi square pada batas kemaknaan 0,05. Hasil penelitian didapatkan lebih dari separoh
yaitu 61,7% responden mengalami ketidaktepatan golden period pada pasien stroke iskemik,
dan 28,3% responden memiliki derajat kerusakan neurologi sedang dan berat yang tergolong
pada kategori golden period tidak tepat. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,000 (p< α)
maka dapat disimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara ketepatan golden period
dengan derajat kerusakan neurologi pada pasien stroke iskemik di ruang IGD Rumah Sakit
Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2018. Disarankan bagi keluarga supaya pasien cepat dibawa
kerumah sakit sehinggga pasien tepat dan cepat ditolong oleh tenaga kesehatan.
Kata Kunci : Derajat Kerusakan Neurologi,Ketepatan Golden Period
Daftar Bacaan : 16 (2003-2016)
Program Of Nursing Study
Perintis, School of health sclence padang
Undergraduate scription, July 2018
Nuria Okraini
14103084105022`
The Correlation of Accuracy “Golden Period” With the Degree of Neurogical
Damage on Ischemic Stroke Patients in the Emergency Room at the National Stroke
Hospital Bukittinggi 2018
Vii + VI BAB + 69 Page + 4 Table+ 2 Scema + 8 Attachments
ABSTRACT
Stroke is diseases of neurological and functional damage that happen suddenly because of the
lack or decreased of blood flow to the brain consequence a blood clots, plaque will be due tu
rupture of blood vessels as a consequence hypertension that happen suddenly to the brain.
Death and disability on ischemic stroke patients are one of the consequences of inaccuracy
arrival of patients to the hospital that is more than 4.5 hours after the attack. Based on the
problem, the purpose of this research is to know the correlation of accuracy golden period the
degree of neurological damage on ischemic stroke patients in the emergency room at the
national stroke hospital Bukittinggi 2018. This research used cross sectional descriptive
analytic. Population is the ischemic stroke patients who suffered the first stroke attack came to
the emergency room at the national stroke hospital Bukittinggi which amounted to 150 people.
The research sample counted 60 patients. The instrument form of quetionnaire with some
questions. Processing and data analysis performed by computerized using chi square statistical
test on the boundary 0,05. The result obtained more than half of that 61,7%. Respondents. Had
medium and heavy degrees of neurological damage that classified inaccuracy golden period
category. The result of statistical test obtained value p = 0,000 (p < α) it can be conclude that
there is significant the correlation between the accuracy of golden period with the degree of
neurological damage on the ischemic stroke patients in the emergency room at the national
stroke hospital 2018. Recomended for health care institution to more improve the health service
referral system.
Keywords : degree neurological damage, accuracy golden period
References : 16 (2003-2016)
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia- Nya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “Hubungan Ketepatan “Golden Period” Dengan Derajat Kerusakan
Neurologi Pada Pasien Stroke Iskemik Diruang Instalasi Gawat Darurat Rumah
Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2018” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Keperawatan. Dalam penulisan skripsi ini, peneliti banyak
mendapatkan bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, pada kesempatan
ini peneliti ingin menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan bantuan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan :
1. Bapak Yendrizal Jafri, S.Kp, M. Biomed. Selaku Ketua STIKes Perintis Padang.
2. Ibu Ns. Ida Suryati, M. Kep. Selaku Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan
STIKes Perintis Padang.
3. Bapak Ns. Muhammad Arif, M. Kep. Selaku pembimbing I yang telah banyak
memberikan petunjuk, arahan, yang sangat bermanfaat sehingga peneliti dapat
meneruskan skripsi ini.
4. Bapak Ns. Aldo Yuliano, S.Kep, M.M. Selaku pembimbing II yang telah
banyak memberikan petunjuk, arahan yang sangat bermanfaat sehingga peneliti
dapat meneruskan skripsi ini.
5. Dosen dan staf Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Perintis Padang
yang telah memberikan bimbingan, bekal ilmu pengetahuan dan bantuan kepada
peneliti dalam menyusun laporan penelitian ini.
6. Direktur RSSN Bukittinggi yang telah memberikan rekomendasi dan izin
kepada peneliti untuk mengambil data guna penelitian.
7. Para sahabat dan teman-teman yang telah sama-sama berjuang dalam suka dan
duka menjalani pendidikan ini.
8. Teristimewa buat orang tua dan keluarga yang selalu memberikan do’a dan
dukungan yang tidak terhingga.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan. Hal ini bukan lah suatu kesengajaan melainkan karena keterbatasan ilmu
dan kemampuan peneliti. Untuk itu peneliti mengharapkan tanggapan, kritikan dan
saran yang bersifat membangun dari smua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata peneliti berharap skripsi ini bermanfaat khususnya bagi peneliti sendiri
dan pihak yang telah membacanya, serta peneliti mendo’akan semoga segala bantuan
yang telah di berikan, mendapatkan balasan dari Allah SWT amin.
Bukittinggi,
Peneliti
DAFTAR ISI
HAL
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. v
DAFTAR SKEMA.................................................................................... vi
DAFTAR TABEL..................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah................................................................. 9 1.3 Tujuan Penelitian.................................................................... 9 1.4 Manfaat Penelitian................................................................. 10 1.5 Ruang Lingkup penelitian...................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stroke....................................................................................... 12
2.2 Stroke Iskemik......................................................................... 16
2.3 Derajat Kerusakan Neurologi Stroke....................................... 27
2.4 Ketepatan Golden Period........................................................ 35
2.5 Kerangka Teori......................................................................... 41
BAB III KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep............................................................................ 42
3.2 Definisi Operasional................................................................. 43 3.3 Hipotesi............................................................................................ 45
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Desian dan Metode Penelitian.......................................................... 46
4.2 Tempat Penelitian dan Waktu penelitian.......................................... 46
4.3 Populasi dan Sampel......................................................................... 47
4.4 Sampling........................................................................................... 49
4.5 Pengumpulan Data............................................................................ 50
4.6 Cara Pengelolaan dan Analisa Data................................................. 52
4.7 Etika penelitian................................................................................. 56
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBHASAN
5.1 Hasil Penelitian……………………………………………………. 58
5.2 Pembahasan………………………………………………………... 61
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan………………………………………………………… 68
6.2 Saran……………………………………………………………….. 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembaran Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2 Lembaran Informed Consent
Lampiran 3 Kisi-Kisi Kuesioner
Lampiran 4 Lembaran Observasi, Lembaran Kuesioner ketepatan Golden Period
Dan Lembaran Kuesioner Derajat Kerusakan Neurologi
Lampiran 5 Lembaran Master Tabel
Lampiran 6 Lembaran Surat izin pengambilan data dan penelitian
Lampiran 7 Lembaran konsultasi
Lampiran 8 Lembaran jadwal kegiatan
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1 Kerangka Teori...................................................................... 41
Skema 2.2 Kerangka Konsep.................................................................. 42
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Definisi Operasional............................................................................. 43
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Ketepatan Golden Period................................... 59
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Derajat kerusakan Neurologi .............................. 59
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Hubungan Ketepatan “Golden Period”
dengan Derajat Kerusakan Neurologi.................................................... 60
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke merupakan kegawat daruratan medik yang menjadi salah penyebab kematian
dan kecacatan di dunia. Stroke membunuh 1 orang dalam 6 detik di dunia dengan
perkiraan 15 juta orang di dunia terserang stroke setiap tahunnya. 5 juta
diantaranya meninggal dan 5 juta lainnya mengalami kecacatan permanen. Di
negara berkembang salah satunya indonesia, angka kejadian stroke semakin
meningkat tajam. Indonesia termasuk salah satu negara dengan jumlah penderita
stroke terbesar di dunia. Stroke ini menyumbang 11.8 % dari total di indonesia
dan merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan yang diprediksi beban
penyakit maupun ekonomi akibat stroke, stroke akan semakin meningkat pada
tahun 2020 (Iskandar,J. 2011).
Stroke merupakan penyakit kerusakan neurologis dan fungsional yang terjadi
secara mendadak disebabkan karena kurangnya atau terputusnya aliran darah
yang mengalir keotak akibat adanya gumpalan darah, plak , atau karena pecahnya
pembuluh darah akibat tekanan darah yang tinggi secara tiba-tiba ke otak. Hal ini
mengakibatkan sel-sel otak mengalami kekurangan oksigen serta energi dan
menyebabkan kerusakan otak permanen yang mengakibatkan kecacatan sampai
kematian dini ( Depkes RI, 2013).
World Health Organizatin (WHO) 2009 menyatakan stroke adalah tanda-tanda
klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal atau global,
dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat
menyebabkan kematian, tampa adanya peyebab lain selain gangguan vaskuler
(Misbach ddk, 2011). Stroke diklasifikasi kan menjadi stroke hemoragik dan
stroke iskemik. Stroke hemoragik merupakan penyakit kerusakan neurologi otak
fokal dan global akibat terhambatnya aliran darah keotak yang disebabkan oleh
perdarahan suatu arteri serebralis. Stroke iskemik merupakan pembuluh darah
yang mengalami pemyumbatan, sehingga bagian otak yang seharusnya mendapa
suplai darah dari cabang pembuluh darah tersebut akan terganggu karena tidak
mendapat suplai oksigen sebagaimana mestinya (Alway dkk, 2012). Stroke
iskemik disebabkan oleh penyakit ateroskelerotis (menumpuknya lemak dan
kolesterol di dinding arteri) pada pembuluh darah yang mengedarkan darah ke
otak. Faktor resiko terjadinya ateroslerotis adalah merokok, hipertensi,
hiperlipidemia, fibrilasi atrium, penyakit jantung iskemik, penyakit katup jantung,
obesitas, diit tidak sehat, dan kurang aktivitas (Gofir A, 2009).
World Health Organization (WHO) 2009 menyatakan penderita stroke iskemik
yang meninggal di dunia adalah 7,2 juta jiwa (12,2%), dan penyakit jantung 5,7
juta jiwa (9,7%). Insidens rate penyakit stroke iskemik untuk serangan pertama
adalah 9 juta jiwa. Setiap tahun hampir 700.000 orang amerika mengalami stroke
,dan stroke mengakibatkan hampir 150.000 kematian. Badan kesehatan dunia
memprediksi bahwa kematian stroke akan meningkat seiring dengan kematian
akibat penyakit jantung dan kanker kurang lebih 6 juta terjadi kasus stroke pada
tahun 2010 menjadi 8 juta di tahun 2013. Tercatatat hampir setiap 45 detik
terjadi kasus stroke dan setiap 4 detik terjadi kematian akibat stroke.
Provinsi Sumatra Barat menepati urutan ke 10 terbanyak penderita stroke yaitu
sebanyak 7,4 per 1000 penduduk setelah penyakit ketuaan atau lansia, jantung,
hipertensi, diabetes mellitus (kementrian kesehatan RI 2013). Ini di pengaruhi
budaya makan masyarakat Sumatra Barat selalu banyak mengandung kelestrol
dan lemak yang sangat tinggi. Makanan yang berlemak berasal dari santan kelapa
dan jeroan yang mengakibatkan plasma darah lebih kental dan banyak mengandung
lemak jenus, sehingga menciptakan kandungan kolesterol dalam darah menjadi
meningkat, dan menghambat atau bahkan menyumbat aliran darah sampai
terjadi gangguan dan kerusakan neurologi. (Misbach dkk, 2011)
Kerusakan neurologi yang di derita pasien stroke iskemik seperti tidak mampu
berbicara atau kemampuan berkomunikasi berkurang, tidak mampu berjalan
secara mandiri, perlu bantuan orang lain atau alat, gangguan buang air besar dan
buang airkecil, serta gangguan makan. Adapun untuk menilai derajat kerusakan
neurologis pasien stroke. Tujuannya Untuk menilai tingkat derajat kerusakan
pasca stroke iskemik dapat digunakan beberapa sistem, diantaranya menggunakan
skala rankin yang dimodifikasi ( The Modification Rankim Scale) dengan skala
sebagai berikut.
Derajat kerusakan fungsi neourologi psikologis motorik yaitu Derajat kerusakan
0 tidak ada perubahan. Derajat kerusakan neurologi 1 yaitu penyembuhan akan
sempurna tanpa ada masalah motorik dan sensorik, hampir tidak ada gangguan
fungsi aktifitas sehari-hari, pasien mampu melakukan tugas dan kewajibannya.
Derajat kerusakan neurologi 2 yaitu pasien tidak mampu melakukan beberapa
aktivitas seperti sebelumnya, tetapi tetap dapat melakukan sendiri tanpa bantuan
orang lain. Derajat kerusakan neurologi 3 yaitu pasien memerlukan bantuan orang
lain tetapi masih mampu berjalan tanpa bantuan orang lain, walau mungkin
menggunakan tongkan. Derajat kerusakan neurologi 4 yaitu pasien tidak dapat
berjalan tanpa bantuan orang lain, perlu bantuanorang lain untuk menyelesaikan
sebagian aktivitas diri seperti mandi, pergi ke toilet, merias diri, dan lain-lain.
Derajat kerusakan neurologi 5 yaitu pasien terpaksa berbaring di tempat tidur dan
buang air besar dan kecil tidak terasa (inkotinensia), selalu memerlukan perawatan
dan perhatian. ( Iskandar J, 2011).
Status kerusakan neorologis mengarah pada konsep multidimensi yang melihat
karakteristik kemampuan individu untuk berperan penuh dalam memenuhi
kebutuhan hidup, termaksud kebutuhan dasar, pemeliharaan kesehatan serta
kesejahteraan, status fungsional merupakan suatu kemampuan individu untuk
menggunakan kapasitas fisik yang dimilikinya untuk memenuhi kewajiban hidup
meliputi melaksanakan aktifitas fisik, perawatan diri, pemeliharaan diri sehingga
dapat meningkatkan kesehatan individu (Wilkinson, dalam Iskandar J, 2011).
Ketidakmampuan fisik merupakan suatu kondisi kehilangan kemampuan anatomi
atau kerusakan muskuloskeletal, neurologi, respirasi, kardiovaskuler, akibat cidera,
peyakit atau kelainan kongenital dan secara signifikan mengganggu dan membatasi
setidaknya satu aktivitas kehidupan yang utama dari seorang manusia. Lebih dari
30% pasien stroke membutuhkan bantuan dalam aktivitas sehari-hari dan
sekitar 15% membutuhkan bantuan di fasilitas pelayanan seperti rumah sakit dan
pusat rehabilitasi (Ginsberg, 2008).
Pengobatan stroke menentukan kualitas hidup pasien dan bahkan mencegah
kematian. Sehingga motto tatalaksana pasien stroke adalah “ time is brain”. Oleh
karena itu perawatan harus dilakukan di unit stroke. selain sudah diakui
kelebihanya oleh organisasi stroke internasional, perawatan di unit stroke dilakukan
oleh multi disiplin yang terdiri dari dokter ahli saraf, perawat khusus stroke,
fisioterapi, terapi bicara dan okupasi, serta ahli nutrisi, prinsip menejemen stroke.
(Misbach, 2011)
Menurut Al Rasyid (2007) dalam menejemen stroke bahwa 80% stroke iskemik
berulang dapat dicegah dengan kombinasi perubahan gaya hidup dan pengobatan.
Modifikasi gaya hidup untuk pencegahan stroke berulang meliputi penurunan berat
badan dan diit yang sehat, kurangi konsumsi alkohol dan aktifitas fisik, berhenti
merokok.
Berdasarkan hasil penelitian Wahid (2015) menyebutkan bahwa 33 responden
mengalami serangan stroke ketika berada di rumah. Maka dari saat itu pada saat
terjadi serangan stroke terjadi kerusakan neurologi dan keluarga berperan penting
dalam pengambilan keputusan dalam perawatan pasien stroke. Stroke adalah
masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus dan dapat menyerang
siapa saja dan kapanpun, tanpa memandang jenis kelamin, usia ataupun ras.
Berdasarkan data terbaru riset kesehatan dasar tahun 2013 menyebutkan stroke
menjadi penyebab utama kecacatan pada orang dewasa dan kematian prevenlensi
stroke di indonesia menjadi 12,1 per 1.000 penduduk. Prevalensi stroke
kecacatan dan kematian tertinggi terdapat di provinsi sulawesi utara 10.8 % dan
terendah di provinsi papua (2,3).
Widi (2013) menyatakan bahwa salah satu kunci penting dalam mengurangi
kematian dan meminimalkan kerusakan otak yang di timbulkan oleh stroke iskemik
adalah memberikan penanganan yang cepat dan tepat (Golden Period). Fassbender
(2013) menyatakan bahwa waktu yang paling direkomendasikan pada pasien
stroke adalah 3-4.5 jam yang disebut golden period. Jika penangan stroke
diberikan lebih dari rentang waktu ( golden period) maka kerusakan neorologis
yang dialami pasien akan bersifat permanen.
Hal yang mempengaruhi ketepatan waktu (golden period) pasien dibawa kerumah
sakit yaitu transportasi, ekonomi dan keluarga sangat berperan penting dalam
upaya-upaya saat pasien dibawa kerumah sakit saat terserang stroke sehingga
sejak awal perawatan keluarga diharapkan terlibat dalam penangan pasien untuk
ketepatan golden period (Misbach, 2011).
Golden period (Waktu emas) ini sangat efektif untuk tujuan utama penanganan
stroke iskemik yaitu menyelamatkan jaringan otak yang menderita kekurangan
pasokan nutrisi dan oksigen. Obat stroke tepat di berikan saat golden periot, karena
obat stroke bekerja sebagai penghancur sumbatan (trombolisis). Beberapa faktor
yang mempengaruhi keterlambatan golden hour pasien stroke yang terdapat dalam
pizon (2010) adalah tingkat pengetahuan, pendidikan, persepsi, transportasi,
ekonomi. Pentingnya pengetahuan tentang golden period pada stroke dapat
menekankan angka kematiandan kecacatan pada penderita. Serta mengetahui
tingkat derajat kerusakan neurologis pada pasien stroke iskemik, dan pencegahan
stroke dapat dihindari dengan melakukan pengobatan dengan benar saat masih
dalam golden period.
Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi merupakan bagian dari sistem pelayanan
kesehatan di Bukittinggi, selain melaksanakan pelayanan kesehatan kuratif dan
rehabilitatif juga berperan melaksanakan kegiatan promotif dan preventif
dibidang kesehatan. Pada tahun 2015 Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi
telah menerima pasien di IGD sebanyak 3.066 orang dan tahun 2016 sebanyak
4.802 orang (Medical Record RRSN, 2015), sedangkan jumlah pasien stroke
iskemik yang masuk ke IGD tahun 2015 sebanyak 1.538 orang dan stroke
hemoragik 675 orang dan tahun 2016 stroke iskemik sebanyak 1.723 orang
dan stroke hemoragik sebanyak 692 orang. Disini tergambar pasien strok iskemik
lebih banyak dari pada pasien stroke hemoragik. Berdasarkan klinikal pathway
RSSN Bukittinggi dari pasien masuk ke IGD.
Dari studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan oktober tahun 2017 tentang
ketepatan Golden period terhadap 7 orang pasien stroke iskemik, didapatkan ada
perbedaan derajat kerusakan neurologi pasien stroke iskemik saat masuk ke IGD
diantaranya, 3 orang dengan waktu golden period kurang dari 3- 4,5 yaitu pasien
cepat mendapat pertolong oleh perawat IGD, serta kerusakan neurologi yang di
alami pasien tidak parah seperti pasien mampu melakukan aktivitas sendiri, pasien
tidak kehilangan kemampuan berkomunikasi, pasien bisa berjalan tanpa bantuan
orang lain atau alat, serta tidak ada gangguan makan, buang air besar, buang air
kecil. Dan 4 orang dengan waktu golden period lebih dari 3-4.5 yaitu pasien
lambat mendapat pertolongan dari perawat IGD dikarenakan oleh jarak yang jauh,
transportasi yang tidak memadai, ekonomi pasien dan serta pengambilan keputusan
keluarga, serta kerusakan neurologi yang di alami pasien seperti pasien tidak
mampu melakukan ktivitas sendiri, pasien kehilangan kemampuan berkomunikasi,
pasien tidak bisa berjalan tanpa bantuan orang lain atau alat, serta mengalami
gangguan makan, buang air besar, buang air kecil.
Berdasarkan fenomena diatas serta data yang didapat oleh peneliti. Maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Hubungan Ketepatan Golden
Period” Dengan Derajat Kerusakan Neurologi Pada Pasien Stroke Iskemik Di
Ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun
2018.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah hubungan ketepatan
“golden period” dengan derajat kerusakan neurologi pada pasien stroke iskemik
di ruang instalasi gawat darurat Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi tahun
2018.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan ketepatan “golden period” dengan derajat
kerusakan neurologi pada pasien stroke iskemik di ruang instalasi gawat
darurat Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi tahun 2018.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Diketahui distribusi frekuensi ketepatan golden period pada pasien
stroke iskemik diruang instalasi gawat darurat Rumah Sakit Stroke Nasional
Bukittinggi tahun 2018.
2. Diketahui distribusi frekuensi derajat kerusakan neurologi pada pasien
stroke iskemik diruang instalasi gawat darurat Rumah Sakit Stroke Nasional
Bukittinggi Tahun 2018.
3. Mengetahui hubungan ketepatan “golden period” dengan derajat kerusakan
neurologi pada pasien stroke iskemik di ruang instalasi gawat darurat
Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi tahun 2018.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman tentang penerapan metode
ilmiah, khususnya hubungan ketepatan “golden period” dengan derajat
kerusakan neurologi pada pasien stroke iskemik .
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian tentang hubungan ketepatan golden period dengan derajat kerusakan
neurologi pada pasien stroke iskemik di ruang instalasi gawat darurat RSSN
Bukittinggi tahun 2018 ini dihararapkan sebagai masukan dan pengalaman
serta di integrasikan dalam pengembangan materi mata perkuliahan terkait. Dan
juga menambah koleksi karya ilmiah untuk bahan bacaan di perpustakaan.
1.4.3 Bagi Lahan
Sebagai sumbangan ide dan pemikiran khususnya ilmu keperawatan gawat
darurat dan diharapkan penelitian hubungan ketepatan “golden period “ dengan
derajat kerusakan neurologis ini dapat dikembangkan untuk kemajuan kesehatan
khususnya bidang kegawat daruratan
1.5 Ruang Lingkup
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan ketepatan golden period
dengan derajat kerusakan neurologis pada pasien stroke iskemik di ruangan instalasi
gawat darurat RSSN Bukittinggi tahun 2018. Dimana variabel independenya dalam
penelitian ini adalah ketepatan golden period dan variabel dependen Penelitian ini
adalah derajat kerusakan neurologis pada pasien stroke iskemik. Sampel dalam
penelitian ini adalah sebanyak 60 orang responden yang mengalami serangan stroke
pertama kali datang ke IGD Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif analisis dengan melakukan pendekatan cross sectional
untuk mengetahui hubungan ketepatan golden period dengan derajat kerusakan
neurologis pada pasien stroke iskemik. Penelitian ini dilakukan selama 2 minggu
dimulai pada tanggal 05-17 Februari 2018 diruang IGD Rumah Sakit Stroke Nasional
Bukittinggi tahun 2018. Instrumen yang dipakai untuk penelitian ini adalah
menggunakan kuesioner. Teknik dalam penelitian ini menggunakan Accidental
sampling pada pasien stroke iskemik yang mengalami serangan stroke pertama kali.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 STROKE
2.1.1 Definisi Stroke
Menurut Depkes RI (2013), Stroke didefinisikan sebagai kerusakan neorologi
otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal
maupun global yang berlansung dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali
gangguan vaskuler. (Misbach dkk, 2011)
Stroke merupakan gangguan pembuluh darah intra kranial yang meliputi
penghentian mendadak aliran darah ke dalam otak, kurangnya aliran darah
menyebabkan infark pada daerah otak yang terkena sehingga terjdi defisit
neurologis ini bervariasi menurut lokasi dan lamanya iskemia.Strok di
klasifikasikan sebagai stroke iskemik dan hemoragik. Stroke iskemik disebabkan
oleh trombus atau emboli yang menyumbat aliran darah dalam pembuluh darah
serebri. Sekitar 80-85% dari semua stroke merupakan stroke iskemik.Stroke
hemoragik meliputi pendarahan pada parenkim otak yang terjadi karena
gangguan pembuluh darah seperti ruptur atau hipertensi kronis yang
menyebabkan bocornya pembuluh daraharteriol intra serebri yang kecil. Sekitar
15-20% dari semua serangan stroke bersifat hemoragik. (Iskandar J, 2011).
Stroke merupakan penyakit gangguan kerusakan neurologi yang terjadi secara
mendadak disebabkan karena kurangnya atau terputusnya aliran darah yang
mengalir ke otak karena adanya gumpalan darah, endapan, plak, atau karena
pecahnya pembuluh darah akibat tekanan darah yang tinggi secara tiba -tiba
keotak. Hal ini yang mengakibatkan sel-sel otak mengalami kekurangan oksigen
serta energi dan menyebabkan kerusakanotak permanen yang mengakibatkan
kecacatan sampai kematian dini (Depkes RI, 2013).
Stroke adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gejala atau tanda klinis yang
berkembang dengan cepat berupa gangguan kerusakan neurologi otak, fokal
maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam ( kecuali ada intervensi
bedah atau membawa kematian) yang tidak disebabkan oleh sebab lain
vaskuler. (Misbach, 2011).
Jadi stroke merupakan defisit neorologis yang timbul semata-mata karena
penyakit pembuluh darah dan penyumbatan pembuluh darah bukan oleh
penyebab lain.
2.1.2 Penyebab Stroke
Menurut (Gisberg, 2008) penyebab stroke yang paling sering adalah :
a. Penyubatan pembuluh darah arteri akibat endapan darah (plak) pada dinding
pembuluh darah yang menyebabkan terjadinya arterosklerosis.
b. Pecah pembuluh darah akibat kelemahan pada dinding pembuluh darah atau
kelainan pada arah itu sendiri.
c. Endapan pada dinding pembuluh darah yang terlepas ( embolus )dan
menyumbat pembuluh darah yang kecil.
2.1.3 Klasifikasi Stroke
Berdasarkan etiologi stroke dibagi menjadi :
1. Stroke hemoragik
Stroke pendarahan yaitu pendarahan yang tidak terkontrol di otak.
Pendarahan tersebut dapat mengenangi dan membunuh sel-sel otak. Stroke
pendarahan ini di bagi menjadi :
a. Pendarahan intraserebral (PIS) yaitu terjadi pendarahan lansung ke
jaringanotak atau disebut juga dengan perdarahan parenkim otak.
b. Perdarahansub araknoid (PSA) yang terjadi pendrahan di ruangan sub-
arachoid (antara arachoid dan piameter).
(Gofir A, 2009).
2. Stroke Iskemik
Merupakan suatu penyakit yang diawali dengan terjadinya serangkaian
perubahan dalam otak yang terserang, apabila tidak di tangani dengan segera
berakhir dengan kematian bagian otak tersebut. Stroke iskemik terjadi karena
suplai darah ke otak terhambat atau terhenti dan sel- sel otak akan berhenti
melakukan fungsi secara sempurna.
Penyebab adanya emboli, aterosklerosis atau okulasi trombotik.
Pembagian stroke iskemik berdasarkan perjalanan klinisnya dikelompok kan
menjadi :
1) TIA (transient ischemic attack) atau serangan stroke sementara, gejala
defisit hanya berlangsung kurang dari 24 jam.
2) RIND (reversible ischemic neurological deficits) kelainan atau gejala
neurologis menghilang antara lebih dari 24 jam sampai 3 minggu.
3) Stroke progresif atau stroke in evolution yaitu stroke yang gejala
klinisnya secara bertahap berkembang dari yang ringan sampai yang
smakin berat.
Stroke komplite atau completed strokeyaitu stroke yaitu stroke dengan
kelainan neurologis yang ada sifatnya sudah menetap, tidak berkembang
lagi. ( Iskandar J, 2011).
2.2 Stroke Iskemik
2.2.1 Pengertian Stroke Iskemik
Stroke iskemik adalah penyumbatan pembuluh darah ke otak, sumbatan ini dapat
disebabkan oleh :
1) Stroke Trombolik
Terjadi karena adanya sumbatan pembuluh darah (anterosklerosis) dan
bekuan darah bercampur lemak yang menempel pada dinding pembuluh
darah.
2) Stroke Embolik
Terjadi karena tersumbatnya pembuluh darah otak oleh emboli, yaitu bekuan
yang berasal dari trombus di jantung. Penyebabnya adalah Atrial fibrilasi,
MCI, terpasang katup jantung buatan. (Always D, 2011).
2.2.2 Faktor Resiko Stroke Iskemik
Faktor resiko adalah suatu situasi, kebiasaan, kondisi sosial, lingkungan, kondisi
fisiologis atau psikologis, kondisi intelektual, spritual, dan lainya yang
meningkatkan kerentanan individu terhadap penyakit stroke iskemik. Faktor
resiko stroke terdiri dari faktor resiko yang dapat dikendalikan dan faktor resiko
yang tidak dapat dikendalikan atau di ubah.
1. Faktor Resiko yang Tidak Bisa Dimodifikasi
1) Riwayat keluarga dan genetika
Gen berperan dalam beberapa faktor resiko stroke seperti hipertensi,
penyakit jantung, diabetes dan kelainan pembuluh darah,faktor genetis
berperan besar dalam pendarahan subaraknoid. Riwayat stroke dalam
keluarga, terutama jika dua atau lebih anggota keluarga pernah mengalami
stroke. Pada usia kurang dari 60 tahun, akan meningkatkan resiko stroke.
2) Usia atau umur
Insiden stroke meningkat seiring bertambahnya usia. Setelah umur 55 tahun
resiko stroke iskemik semakin meningkat 2 kali lipat tiap dekade. Menurut
Schutz penderitayang berumur antara 70 - 79 tahun banyak menderita
pendarahan intrakaranial.
3) Jenis Kelamin
Laki-laki lebih beresiko dari wanita dengan perbandingan 1,3 : 1, kecuali
pada usia lanjut laki-laki dan wanita hampir berbeda. Laki-laki yang berumur
45 tahun bila bertahan hidup sampai 85 tahun kemungkinan terkena stroke
25%, sedangkan resiko bagi wanita hanya 20%. Pada laki- laki cenderung
terkena stroke iskemik sedangkan wanita lebih sering menderita stroke
pendarahan subaraknoid dan kematianya 2 kali lebih tinggi dari laki-laki.
4) Ras
Tingkat kejadian stroke diseluruh dunia tertinggi dialami oleh orang Jepang
dan Cina. Menurut Broderick dan kawan-kawan melaporkan orang negro
Amerika cenderung beresiko 1,4 kali lebih besar mengalami pendarahan intra
serebral (dalam otak) dibandingkan kulit putihnya, orang Jepang dan Afrika-
Amerika cenderung mengalami stroke pendarahan suku dan pendidikan
merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian stroke pada lansia hipertensi
di Bukittinggi.
Pada penelitian ini sebagian besar responden adalah lansia bersuku Minang,
suka makan makanan yang berlemak yang berasal dari santan kelapa, lemak
daging, dan jeroan yang menyebabkan plasma darah menjadi kental sehingga
beresiko mengalami penyakit stroke. (Iskandar J, 2011).
2. Faktor Resiko yang Bisa Dimodifikasi
a. Hipertensi
Hipertensi adalah faktor resiko stroke utama dan pengobatan serta
pengendalian dapat untuk menurunkan resiko untuk terjadinya stroke
(Misbach, 2011). Hiperteni dapat menyebabkan stroke iskemik maupun
pendrahan, tetapi terjadi stroke pendarahan akibat hipertensi lebih banyak
80%. Pada pendarahan, hipertensi kronis diduga menyebabkan lipohialinosis
parenkim pembuluh darah kecil. Hipertensi pada kasus iskemik terjadi
karena adanya cidera (injuri) pada selendotel pembuluh darah yang
berkembang kemudian berkembang menjadi plak aterosklerotik yang dapat
mempersempit lumen pembuluh darah (Iskandar, 2003). Resiko stroke
bertambah sebanding dengan beratnya hipertensi, dari hasil study
framingham, bila tekanan darah >140/90 mmHg, resiko stroke meningkat
antara 3,1 kali pada laki-laki dan 2,9 kali pada wanita.
Rekomendasi Perdossi (2004) dalam tatalaksana hipertensi untuk
menurunkan resiko stroke adalah sebagai berikut :
a) Mengupayakan tekanan darah sistolik 30 kg/mm3 berhubungan dengan adjusted
relatif risk (RR) stroke iskemik sebesar 2.0 (95% CI:1.5 hingga 2.7)
dibandingkan laki-laki dengan BMI
c. Diabetes militus (DM)
Diabetes militus dapat menyebabkan stroke iskemik karena terbentuknya
plak antero sklerotik pada dinding pembuluhdarah yang disebab gangguan
metabolisme glukosa sistemik. Kadar glukosa darah yang tinggi pada stroke
akan memperbesar meluasnya area infark karena terbentuknya asam laktat
akibat metabolisme glukosa yang terjadi secara anaerob yang merusak
jaringan otak. Hiperglikemia dapat menurunkan sintesis proktasilin,
meningkatkan terjadinya trombosis dan menyebabkan lisis protein pada
dinding arteri (Iskandar J, 2011). Tatalaksana diabetes sebagai faktor resiko
stroke adalah mengontrol dan mengendalikan kadar gula darah dengan cara
diit, obat anti diabetikum oral, insulin dan mengobati hipertensi bila pasien
menderita hipertensi. (Misbach, 2003).
d. Merokok
Kebiasaan merokok memungkinkan untuk menderita stroke lebih besar,
resiko meningkat sesuai dengan beratnya kebiasaan merokok. Merokok
dapat berefek pada proses pembentukan plak anterosklerotik, hematologi,
dan reologik. Dimana karbon monoksida (CO) diyakini sebagai penyebab
utama kerusakan vaskuler, terbentuknya aneurisma penyebab pendarahan
subaraknoid sedangkan iskemik terjadi akibat perubahan arteri karotis
(Iskandar J, 2003). Resiko stroke meningkat 2-3 kali lipat pada perokok,
efek rokok bisa bertahan 5-10 tahun, orang yang bekas perokok kurang
mendapat serangan stroke dibandingkan dengan yang masih merokok, walau
lebih banyak terjadi serangan stroke (1,9 kali) dibandingkan dengan orang
yang tidak merokok. Dengan berhenti bisa mengurangai resiko stroke
(Misbach, 2011).
e. Hiperkolesterolemia
Kadar kolesterol tidak boleh terlampau rendah, sebab akan menyebabkan
lemahnya dinding endotelium arteri otak, sehingga mundah terjadi
pendarahan intrakranial, kolesterol total mencakup LDL( kolestrol jahat)
dan HDL( kolesterol baik), serta lemak lain di dalam darah, kadarnya tidak
boleh lebih dari 200. LDL disebut kolesterol jahat sebaiknya kadarnya 130
mg/dl atau kurang. HDL harus lebih dari 40 mg/dl (Misbach,2011).
f. Pemakaian alkohol
Alkohol telah diidentivikasi sebagai faktor resik, namun mengkonsumsi
alkohol ternyata mempunyai efek merugikan dan menguntungkan bagi
resiko strok. Menurut Iskandar J (2011), apa bila minum sedikit alkohol
(lebih dari 40 ml perhari) secara rutin setiap hari dapat mengurangi resiko
stroke iskemik, karena dapat meningkatkan kolesterol baik atau HDL
( Hight Density Lipid) dalam darah tetapi masih lebih dari 60 ml perhari
akan meningkatkan tekanan darah sehingga menambah resiko stroke
hemoragik ( Misbach, 2011 ).
g. Fibrilasi Atrial
Atrial Fibrilasi merupakan gangguan irama jantung yang banyak menyerang
pria dewasa dan merupakan salah satu faktor resiko indenpenden stroke.
kejadian strok yang di dasari oleh atrial fibrilasi sering di ikuti dengan
peningkatan morbiditas, mortalitas, dan penurunan kemampuan fungsi dari
stroke penyebab lainnya (Misbach, 2011).
h. Migren
Nyeri kepala adalah sebuah gejala dari penyakit serebrovaskuler dan faktor
resiko untuk stroke. pada stroke hemoragik nyeri kepala mungkin
memunculkan tanda bahaya sebelum terjadinya perdarahan (Misbach, 2011).
i. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik secara teratur dapat menurunkan tekanan darah,
meningkatkan kadar kolestrol jahat atau LDL, menurunkan berat badan,
mendorong berhenti merokok. Pada study proepektif terhadap 7735 pria
inggris, yang berumur di antara 40-59 tahun menujukan manfaat dari
aktifitas fisik derajat sedang dapat menurunkan resiko tekanan stroke.
j. Faktor diet
Faktor diet dapat sebagai faktor resiko stroke, misalnya peningkatan
konsumsi garam yang berhubungan dengan hipertensi, dan penurunan
konsumsi garam akan menurunkan tekanan darah dan menurunkan
mortalitas stroke. konsumsi buah-buahan dan sayuran dapat menurunkan
resiko terjadinya stroke melalui mekanisme antioksidan atau melalui
kenaikan kadar kalium ( Misbach, 2011).
k. Terapi Hormon
Terapi sulih hormon (Hormon Replacement theraphy atau HRT) di berikan
kepada wanita monopouse atau pasca monopouse untuk meningkatkan
kekuatan tulang dan mengurangi resiko kalerektum. Namun HRT bisa
meningkatkan resiko sekitar 33%, terutama stroke iskemik
(Iskandar J, 2011).
l. Riwayat Stroke Iskemik atau TIA
Satu dari 100 orang dewasa akan mengalami paling sedikit satu kali
serangan iskemik sesaat (Transient Iskemic Attack atau TIA) dalam
hidupnya. Sekitar sepuluh dari pasien ini akan mengalami stroke (biasnya
stroke iskemik) dalam tiga bulan setelah serangan pertama dan sepertiga
akan terkena stroke dalam lima tahun setelah serangan pertama
(Misbach, 2011).
m. Penggunaan Obat-Obatan
Menurut Misbach 2004 Heroin, amfetamin, kokain, fensiklidin, mariyuana
dan obat-obatan adiktif, lainya dapat menyebabkan stroke akibat peradangan
arteri dan vena, spasme (kejang) arteri di otak, disfungsi jantung,
peningkatan pembekuan darah, atau peningkatan mendadak tekanan darah.
2.2.3 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis stroke iskemik menurut Iskandar J, (2011) berdasarkan area
otak yang di kenai yaitu:
1. Hemisfer dominan (kiri)
Gejala adalah arah pandanga k arah kiri penurunan lapangan pandang ke
kanan, hemiparise kanan, kehilangan hemisensori kanan
2. Hemisfer tidak dominan ( kanan)
Gejalanya adalah arah pandang ke arah kanan, penurunan lapangan pandang
kiri, hemiparise kiri, kehilangan hemisensori kiri.
3. Batang otak (brainstem)
Gejala adalah mual, muntah, diplopia, dysatria (bicara pelo), afasia (tidak bisa
bicara), disfagia (gangguan menelan), vertigo, tinitis, hemiparise (kelemahan
satu sisi tubuh) atau kuadriplegia, kehilangan sensori di sebelah badan,
penurunan kesadaran, penurunan kesadaran, cegukan, nafas tidak normal.
4. Otak kecil (serebellum)
Gejalanya adalah gaya berjalan ataxia, kaku leher.
2.2.4 Patofisiologi Stroke Iskemik
Stroke dibagi atas dua yaitu stroke hemoragik dan stroke iskemik. Stroke iskemik
terjadi karena terhambatnya atau berkurangnya aliran darah ke otak akibat
sumbatan darah seperti trombus atau emboli. Trombus umumnya terjadi karena
berkembangnya anterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri
menjadi tersumbat, aliran darah ke area trombus menjadi berkurang, kekurangan
darah tersebut mengakibatkan otak tidak mendapat suplai oksigen yang cukup,
sampai suatu saat oksigen yang di terima otak kurang dari 20 mlper 10 gram
jaringan otak permenit (antara 10-20) maka aktivitas listrik neoron berhenti tetapi
struktur sel masih baik, sehingga gejala klinis masih reversibel, timbulnya
manifestasi derajat kerusakan neurologi dan defisit neurologis yang biasanya
berupa hemiparise atu hemiplegi (kelemahan satu sisi tubuh), dysatria (bicara
pelo), dispagia (gangguan menelan), hemihipestensi ( kehilangan rasa peka sisi
tubuh), afasia (tidak bisa bicara), gangguan buang air besar dan buang air kecil.
Penurunan aliran darah ini jika semakin parah dapat mengakibatkan jaringan otak
mati yang sering di sebut infark. Jadi infark otak timbul karena iskemik otak.
Yang lama dan parah dengan perubahan fungsi dan struktur otak yang reversible
(Al Rasyid, 2007).
2.2.5 Komplikasi Stroke Iskemik
Pada pasien stroke sering ditandai adanya kelemahan tubuh (hemiparise) yang
biasanya hanya sebagian, mulut mencong, bicara pelo, gangguan psikologis
seperti depresi atau perubahan tingkah laku dan perubahan konsep diri. Sekitar
25-50% klien stroke mengalami depresi dan gangguan konsep diri setelah
serangan stroke. biasanya yang terkena pada pasien stroke adalah bagian otak
yang mengatur fungsi perasaan dan gerakan klien sehingga yang terlihat pada
diri penderita stroke adalah kesulitan dalam melakukan gerakan akibat
lumpuhnya tubuh sebagian dan gangguan suasana perasaan yang terkena pada
pasien stroke juga di sebabkan oleh adanya ketidak mampuan klien dalam
melakukan sesuatu yang biasanya di kerjakan sebelum terkena stroke.
Komplikasi stroke meunurut Al Rasyid (2007) yaitu :
1. komplikasi neurologik : edema otak, kejang, tekanan tinggi intrakaranial,
infark berdarah, stroke iskemik berulang, delirium akut, depresi.
2. Komplikasi paru-paru : obstruksi jalan nafas, hipoventilasi, aspirasi,
pneumonia.
3. Komplikasi kardiovaskuler : miokard infark, aritmia, dekompensasio
kordis, hipertensi, emboli paru.
4. Komplikasi nutrisi : ulkus, perdahan lambung, konstipasi, dehidrasi,
gangguan elektrolit, malnutrisi.
5. Komplikasi traktus urinarius : inkontinensia ( ketidak mampuan menahan
buang air kecil) , infeksi.
2.3 Derajat Kerusakan Neurologi Stroke
2.3.1 Definisi Derajat Kerusakan Neurologi Stroke
Derajat kerusakan neurologis adalah tingkat kerusakan pasca stroke (setelah
stroke terjadi dan diberi prtolongan), seseorang dikatakan mengalami kerusakan
neurologi bila gangguan saraf berlangsung selama 24 jam, menilai tingkat
kerusakan stroke dapat digunakan beberapa sistem, diantaranya menggunakan
skala rankim yang dimodifikasi (The Modified rankim scale) dengan skla
derajat kerusakan neurologis yaitu, derajat kerusakan neurologi 0, derajat
kerusakan neurologi 1, derajat kerusakan neurologi 2, derajat kerusakan
neurologi 3, derajat kerusakan neurologi 4, dan derajat kerusakan neurologi 5.
Dengan berbagai kecacatan yang mungkin diderita penderita setelah stroke
( Iskandar J, 2011).
2.3.2 Jenis-jenis Kerusakan Neurologis Stroke
Menurut Iskandar J, (2011), derajat kerusakan neorologis terbagi 2 yaitu
biologis dan psikologis
a. Kerusakan Biologis
1. Derajat kerusakan neurologi 0 yaitu tidak ada gangguan fungsi.
2. Derajat kerusakan neurologi 1 Disebut juga neuropraxia, berupa
kerusakan pada serabut myelin, hanya terjadi gangguan kondisi saraf
tanpa terjadinya degenerasi wallerian. Saraf akan sembuh dalam
hitungan hari setelah cedera, atau sampai dengan empat bulan.
3. Derajat kerusakan neurologi 2 (ringan) Disebut juga axonotmesis,
terjadi diskotinuitas myelin dan aksonal, tidak melibatkan jaringan
encapsulating, epineurium dan perineurium, juga akan sembuh
sempurna. Bagaimanapun, penyembuhan akan terjadi lebih lambat
daripada cedera tingkat pertama.
4. Derajat kerusakan neurologi 3 (sedang) yaitu Cedera ini melibatkan
kerusakan myelin, akson dan endoneurium. Cedera juga akan sembuh
dengan lambat, tetapi penyembuhannya hanya sebagian. Penyembuhan
akan tergantung pada beberapa faktor, seperti semakin rusak saraf,
semakin lama pula penyembuhan terjadi.
5. Derajat kerusakan neurologis 4 (sedang-berat) yaitu melibatkan
kerusakan myelin, akson, endoneurium dan perineurium. Cedera derajat
ini terjadi bila terdapat skar pada jaringan saraf, yang menghalangi
penyembuhan
6. Derajat kerusakan neurologis 5 (berat) yaitu kerusakan neurologis
melibatkan pemisahan sempurna dari saraf, seperti saraf yang
terpotong. Cedera saraf tingkat empat dan lima memerlukan tindakan
operasi untuk sembuh.
b. Kerusakan Psikologis
1. Derajat kerusakan 0 tidak ada perubahan.
2. Derajat kerusakan neurologi 1 yaitu penyembuhan akan sempurna tanpa
ada masalah motorik dan sensorik, hampir tidak ada gangguan fungsi
aktifitas sehari-hari, pasien mampu melakukan tugas dan kewajibannya.
3. Derajat kerusakan neurologi 2 yaitu pasien tidak mampu melakukan
beberapa aktivitas seperti sebelumnya, tetapi tetap dapat melakukan
sendiri tanpa bantuan orang lain.
4. Derajat kerusakan neurologi 3 yaitu pasien memerlukan bantuan orang
lain tetapi masih mampu berjalan tanpa bantuan orang lain, walau
mungkin menggunakan tongkan.
5. Derajat kerusakan neurologi 4 yaitu pasien tidak dapat berjalan tanpa
bantuan orang lain, perlu bantuan orang lain untuk menyelesaikan
sebagian aktivitas diri seperti mandi, pergi ke toilet, merias diri, dan lain-
lain.
6. Derajat kerusakan neurologi 5 yaitu pasien terpaksa berbaring di tempat
tidur dan buang air besar dan kecil tidak terasa (inkotinensia), selalu
memerlukan perawatan dan perhatian.
2.3.3 Kecacatan Akibat Derajat Kerusakan Neurologi Stroke
Menurut Iskandar J (2011) kecacatan akibat derajat kerusakan neurologis yang
mungkin diderita penderita setelah stroke sebagai berikut :
a. Tidakmampu berbicara atau kemampuan komunikasi berkurang.
b. Tidak mampu berjalan secara mandiri, perlu bantuan orang lain atau alat.
c. Gangguan buang air besar dan kecil.
d. Gangguan makan.
e. Ketidak mampuan berpindah posisi, misal dari tempat tidur kekursi roda.
f. Perlu bantuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, misalnya berpakaian,
mandi, mencuci, dan lain-lain.
Apabila masih memungkinkan dan penderita masih mampu untuk meningkatkan
kemampuanya untuk dapat hidup mandiri maka penderita di ajar untuk dapat
duduk, meningkatkan rasa keseimbangan tubuhnya, lalu diajar berdiri dan
berjalan. Tahapan belajar berjalan adalah mula-mula di papah, kemudian dengan
menggunakan tongkat, dan akhirnya bila tingkat kemampuan bertambah di ajar
jalan sendiri. Selain itu penderita dilatih dalam berbagai hal bila perlu
difisioterapi, untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi, penderita dapat
dibantu oleh ahli terapi bicara. Bila memungkinkan keadaan dan situasi rumah
disesuaikan dengan kondisi penderita misalnya kamar mandi, wc, dapur, supaya
penderita mudah mandi, BAK dan BAB. Bila perlu di tempat tidur disediakan
tali yang dapat membantu penderita.
2.3.4 Perubahan Yang Terjadi Akibat Derajat Kerusakan Neurologi Stroke
Menurut Iskandar J (2011) :
a. Perubahan Bagian Kanan
stroke yang mengenai otak bagian kanan , merupakan stroke yang paling
membingungkan. Pasien pasien akan memperlihatkan tingkah laku yang
aneh, salah satunya adalah menabrak barang-barang pada bagian kiri tubuh,
walaupun tidak ada fungsi tubuh yang hilang. Pasien merasa bahwa lengan
kiri bukan bagian dari tubuhnya, sehingga tidak memperdulikan satu bagian
tubuh yang disebut “anosognosa” atau mengabaikan. Bila membaca hanya
pada bagian kanan, mengetik, memakai baju hanya dengan tangan kanan dan
makan hanya bagian kanan piring. Juga kesulitan dengan orientasi dan jarak
meskipun dalam lingkungan yang sudah biasa.
b. Perubahan pikiran
Berupa hilangnya semangat, ingatan, kosentrasi, dan fungsi kecerdasan.
c. Hilang rasa
Gangguan indra perasa sehingga tidak dapat merasakan panas, dingin, sakit,
pada satu sisi tubuh, termasuk kehilangan sensori yang mengakibatkan
ketidak mampuan untuk bicara atau mengerti bahasa.
d. Perubahan kepribadian
Umumnya terjadi kejengkelan karena hanya berbaring di tempat tidur
sehingga dapat mengalami ketidak tenangan, halusinasi. Ransangan yang
berlebihan karena bising dan banyak pengunjung. Orang yang baru
mengalami stroke memiliki daya memperhatikan sangat singkat. Dapat juga
pasien menjadi galak dan umumnya sulit hidup bersama mereka atau
memperlihatkan sifat kekanak-kanakan
e. Perubahan emosi
Gangguan dapat berupa berupa gampang tertawa atau menagis dengan sebab
yang tidak jelas. Para kerabat atau keluarga tidak perlu menannyakan kepada
pasien kenapa ia tertawa atau menangis.
f. Epilepsi
Epilepsi atau kejang pasca stroke dapat terjadi yang disebabkan perubahan
arus listrik otak akibat luka setelah terserang stroke.
2.3.5 Gejala Sisa Akibat Derajat Nerusakan Neurologi Yang Dialami Penderita
Stroke
Menurut Linda Scheetz (2008) gejala sisa akibat derajat kerusakan neurologi
yang dialami penderita stroke
1. Penurunan kemampuan otak, gerak, dan tangan atau kelumpuhan otot
parsial.
2. Gangguan ingatan dan proses berfikir.
3. Gangguan bicara, bicara pelo atau cadel, tidak mampu bicara atau
memahami bahasa lisan (afasia, disfasia), tidak mampu mengeluarkan suara,
walaupun iya mengerti bahasa lisan (disatria). Kesulitan memilih kata-kata
yang tepat untuk di ucapkan atau di tulis. Kesulitan memahami tulisan ,
mengeluarkan kata-kata tanpa makna atau tidak dimengerti orang lain, salah
memahami lelucon.
4. Gangguan menelan (disfagia).
5. Gangguan penglihatan, Gangguan melihat pada atau sisi atau buta sebelah
(hemianopsia) atau melihat ganda.
6. Gangguan koordinasi tubuh saat duduk, berdiri, berjalan atau (ataksia).
7. Gangguan orientasi posisi tubuh, kekeliruan dalam mengartikan mana sisi
kiri dan mana sisi yang kanan.
8. Terjadi perubahan emosi atau mood.
2.3.6 Pemeriksaan Penunjang Atau Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik ini penting untuk pelaksanaan stroke. Tujuan
pemeriksaan penunjang adalah untuk mencari penyebab, mencegah, dan
mengidentifakasi fakto-faktor yang dapat menyebabkan perburukan sistem saraf
pusat (SSP). Menurut Misbach, (2011), Pemeriksaan yang dilakukan adalah :
a. CT Scan, untuk membedakan stroke iskemik dan stroke pendarahan.
b. MRI, untuk memperlihatkan secara detail otak, medula otak, medula
spinalis dan anatomi vaskuler.
c. EKG, untuk mengetahui penyakit jantung, misalnya Atrial Fibrilasi, MCI
(myocard infark)
d. Pemeriksaan laboratorium meliputi :
1. Pemeriksaan Darah rutin meliputi : darah perifer lengkap, hitung
platelet, INR, APTT, serum elektrolit, gula darah, CRP dan LED,
fungsi ginjal dan hati.
2. Pemeriksaan Khusus sesuai indikasi : protein, C S AT III, cardiolipin
antibodies, homocystein, vasculitis-screning (ANA, Lupus AC,CSF)
2.3.8 Penatalaksanaan Stroke
Pengobatan stroke menentukan kualitas hidup pasien dan bahkan mencegah
kematian. Sehingga motto tatalaksana pasien stroke adalah “ time is brain”. Oleh
karena itu perawatan harus dilakukan di unit stroke. selain sudah diakui
kelebihanya oleh organisasi stroke internasional, perawatan di unit stroke
dilakukan oleh multi disiplin yang terdiri dari dokter ahli saraf, perawat khusus
stroke, fisioterapi, terapi bicara dan okupasi, serta ahli nutrisi, prinsip
menejemen stroke, menurut (Misbach, 2011) adalah :
1. Diagnosis stroke yang cepat dan tepat.
2. Mengurangi meluasnya lesi otak .
3. Mencegah dan mengobati komplikasi stroke.
4. Mencegah serangan stroke berulang.
5. Memaksimalkan kembali fungsi-fungsi neurologik.
2.4 Ketepatan Golden Period
2.4.1 Definisi Ketepatan Golden Period
Ketepatan golden period mengarah pada penangan penderita dengan stroke
iskemik untuk mempertahankan fungsi otak yang tergantung pada kesempatan
untuk menyelamatkan fungsi sel otak dalam waktu yang singkat. Batasan waktu
sangat bervariasi yaitu antara 3-4.5 jam tergantung kondisi, usia, gizi, dan
beratnya penyakit penderita. Pada golden period inilah kesempatan kita dalam
menyelamatkan sel saraf walaupun fungsinya terganggu namun strukturnya masih
utuh yang disebut dengan ” penumbra” ( Iskandar J, 2011).
Menurut Ott (2011) jaringan penumbra bisa bertahan sampai 12 jam setelah onset,
evaluasi klinis awal pada pasien
2.4.2 Evaluasi Klinis Awal Dalam Golden Period
Evaluasi klinis awal pada pasien dengan stroke iskemik harus ditujukan dengan
pertanyaan, menurut Iskandar J (2011) sebagai berikut :
1. Apakah kondisi yang mengancam hidup penderita ?
2. Berapa interval waktu antar onset dan saat pasien pasien di periksa atau saat
masuk ke IGD ?
3. Apakah ada tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial ?
4. Adakah penyebab penyakit yang berat ?
5. Bagaimana prognosis penyakitnya ?
2.4.3 Prosedur Yang Membawa Evaluasi Dengan Cepat Untuk Penangan
Ketepatan Golden Period
Suatu prosedur pemeriksaan yang tidak memakan waktu yang lama, demi
meminimalkan hilangnya waktu antara onset timbulnya penyakit dan dimulainya
terapi. Prosedur di bawah ini yang dapat membawa evaluasi dengan cepat untuk
penanagan menurut ( Iskandar J, 2011)
a. Pemeriksaan neurologi darurat atau cepat untuk menentukan tipe-tipe dan
lokasilisasi stroke
b. Contoh daerah untuk pemeriksaan laboratorium rutin (glukosa, elektrolit,
faktor koagulasi).
c. Pemeriksaan skening secara cepat untuk memastikan jenis stroke.
d. Melakukan koordinasi dari unit perawatan darurat dan tersedianya fasilitas
angioplasti.
e. Melakukan pemeriksaan doppler ultrasonografi secepat mungkin.
f. Melakukan pengobatan dasar seperti pemasangan kateter, dainase urine
pemberian oksigen melalui NGT, bila perlu intubasi endotracheal,
menangani kondisi umum seperti hipertensi, keadaan metabolisme, serta
fungsi jantung.
2.4.4 Tujuan Golden Period
Menurut Iskandar J (2011), sekarang pengobatan stroke harus memikirkan
kemungkinan dengan melakukan intervensi yang lebih aktif dengan tujuan
sebagai berikut :
1. Membatasi luasnya infark dengan mengurangi perluasan kerusakan area
penumra
2. Memperbaiki fungsional fungsi neuron dan membatasi kecacatan.
3. Memperbaiki integrasi kembali pasien stroke kemasyarakat
2.4.5 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Golden Period Menangani Pederita
Stroke
Ada beberapahal yang perlu diperhatikan saat menangani penderita menurut
Iskandar J ( 2011) sebagai berikut:
a. Mengusahakan agar diagnosa serta diagnosa banding stroke selesai secepat
mungkin.
b. Mengupayakan agar kerusakan otak yang terjadi seminimal mungkin
dengan secara cermat melakukan ABC-nya critical care saat pasien masih di
unit gawat darurat
c. Hindari dan obati setiap kemungkinan komplikasi stroke yang di jumpai.
d. Mencegah terjadinya stroke ulang.
e. Memaksimalkan penyembuhan fungsional pasien.
2.4.6 Prinsip Penanganan Golden Period Stroke Iskemik
1. Membatasi daerah yang tersumbat dan rusak/infark.
2. Mengatasi penyakit dasarnya.
3. Meningkatkan aliran darah keotak.
4. Mencegah terjadinya edema otak dengan memberikan zat
hiperosmolar/kortikosteroid
5. Memperbaiki aliran darah ke iskemik
Prinsip sasaran terapi khusus stroke iskemik (penumbra) yang masih dapat
disembuhkan. Upaya dilakukan dengan memperbaiki mikrosirkulasi dan
melakukan usaha untuk melindungi saraf otak sehingga terhindar dari kerusakan
permanen atau infrak (iskandar, 2011)
2.4.7 Terapi Kombinasi Obat Pada Golden Period
Menurut Iskandar J (2011). Untuk mendapatkan hasil optimal maka sebaiknya
terapi stroke iskemik dilakukan dengan secara kombinasi. Kombinasi terapi
antara obat-obat trombolitik dan obat-obat yang bersifat neuroprotektif telah
terbukti lebih efektif dibandingkan dengan terapi tunggal atau monoterapi.
a) Golongan obat yang dipergunakan dalam terapi kombinasi obat dari golden
period pasien stroke iskemik adalah :
1. Memperbaiki perfusi
Tindakan terapi ini bertujuan memulihkan aliran darah keotak yang
mengalami sumbatan yaitu dengan obat yang dapat menghancurkan
trombus (agen trombolitik)
2. Neoroprotektan
Golongan obat ini bersifat melindungi otak yang sedang mengalami iskemik
yaitu bersifat melindungi otak yang mengalami iskemik sehingga tidak
menjadi mati/infark
3. Penangan faktor resiko dan komplikasi
Yaitu dengan mengobati penyakit penyerta atau penyakit yang
mendasarinya seperti obat untuk mengatasi hipertensi , kencing manis,
jantung, hiperkolesterolemia, dan sebagainya.
b) Jenis obat stroke iskemik
1. R-Tpa (Recombinant tissue plasminogen activator), Zat ini berfungsi
untuk menghancurkan trombus (trobolisis)
2. Obat anti gregasi trombosit (inhibator platelet), berfungsi mencegah
menggumpalnya trombosit darah dan mencegah terbentuknya trombus
atau gumpalan darah, yang dapat menyumbat lumen pembuluh darah.
Contoh obatnya yaitu asam asetil salisalat (asetosal) atau aspirin,
tiklopidin, clopidogrel, pentoksifilin.
3. Antikoagulan, mencegah terjadinya pengumpalan darah dan emboli
trombus, diberikan pada penderita kelainan jantung yang dapat
menimbulkan embolus. Contoh obatnya yaitu heparin, coumarin,
dicumarol oral.
4. Low moleculer weight heparin, heparin masih direkomendasikan untuk
profiklasis sekunder dini (strok ulang)
5. Intra-arterial pro urokinase pemberian dengan kateter pada angiografi
dan bila tidak ada koma dalam 2 jam atau lebih, dan lain-lain.
2.5 Kerangka Teori
Skema 2.5 kerangka teori
Sumber: Modifikasi Teori Iskandar J dan Misbach ( 2011)
STROKE
Stroke Hemoragik Stroke Iskemik
Trombus Emboli
Obstruksi aliran darah ke
otak
Suplai darah & O2 ke
otak menurun
Iskemik sel otak
Kerusakan
neurologis
Derajat kerusakan
neurologi
Derajat
kerusakan
neurologi
0
Derajat
kerusakan
neurologi
1
Derajat
kerusakan
neurologi
2
(Ringan)
Derajat
kerusakan
neurologi
3 (sedang)
Derajat
kerusakan
neurologi
4 (sedang-
berat
Derajat
kerusakan
neurologi 5
(berat)
Ketepatan
Golden period
Tidak tepat
Golden
period
TepatGolden
period
BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan ketepatan golden period
dengan derajat kerusakan neurologi pada pasien stroke iskemik di ruang instalasi
gawat darurat Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi tahun 2018. Adapun
variabel yang dibahas dalam penelitian ini adalah seperti yang tertera di kerangka
konsep ini.
Skema 3.1 Kerangka Konsep
Variabel Idependen variabel Dependen
Derajat kerusakan neurologi:
Pasien yang masuk IGD :
1. Derajat kerusakan
neurologis 0
2. Derajat kerusakan
neurologis 1
3. Derajat kerusakan
neurologis 2
4. Derajat kerusakan
neurologis 3
5. Derajat kerusakan
neurologis 4
6. Derajat kerusakan
neurologis 5
7.
Ketepatan Golden Period
3.2 Definisi Operasional
Tabel 3.2 Defenisi Operasional
N
o
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Skala
ukur
Hasil
Ukur
1
2
Independen
:
Golden
period
Dependen :
Derjat
kerusakan
neurologi
Ketepatan penangan
pasien stroke iskemik
dalam waktu 3-4.5 jam
di ruangan IGD RSSN
Bukittinggi
Untuk menilai tingkat
kerusakan pasca stroke
dapat digunakan
beberapa sistem
,diantaranya
menggunakan skala
rankim yang
dimodifikasi (The
Modified rankim
scale) dengan sklala
derajat kerusakan
neurologis
Kuesioner
Kuesioner
wawancara
observasi
Ordinal
Ordinal
Tepat
golden
period
≤3-4.5 jam
Tidak
tepat
golden
period
> 4.5 jam
Tidak ada
kerusakan
yaitu
derajat
kerusakan
neurologi
nya:
0
Kerusakan
neurologi
yaitu
dengan
derajat
kerusakan
neurologi
1
Kerusakan
neurologi
ringan
yaitu
dengan
derajat
kerusakan
neurologi
2.
Kerusakan
neurologi
sedang
yaitu
dengan
derajat
kerusakan
neurologi:
3 (sedang)
Kerusakan
neurologi
berat yaitu
dengan
derajat
kerusakan
neurologi:
4 (sedang-
berat)
Kerusakan
neurologi
berat yaitu
dengan
derajat
kerusakan
neurologi
5(berat)
Sumber :
Iskandar J,
(2011)
Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian (Notoadmojo, 2005
: 72). Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ha :
Ada hubungan ketepatan golden period dengan derajat kerusakan
neurologi pada pasien stroke iskemik di ruangan instalasi gawat darurat
Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi tahun 2018.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain dan Metode Penelitian
Desain penelitian ini bersifat deskriptif analisis untuk menghubungkan dua buah
variabel independen atau dependen dan menggunakan desain cross sectional yaitu
pengumpulan data variabel independen atau dependen dilakukan secara bersama
atau sekaligus (Notoatmodjo, 2005 : 26). Hasil yang diharapkan dapat mengetahui
hubungan Hubungan Ketepatan “Golden Period” Dengan Derajat Kerusakan
Neurologi Pada Pasien Stroke Iskemik Di Ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah
Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2018.
4.2 Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
4.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di ruangan instalasi gawat darurat Rumah Sakit
Stroke Nasional Bukittinggi. Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi ini
merupakan rumah sakit rujukan untuk penyakit stroke dan di rumah sakit tersebut
tersedia sampel yang diperlukan peneliti dalam penelitian ini.
4.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini di laksanakan selama 2 minggu, dari tanggal 05 sampai 17 Februari
tahun 2018.
2.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan sabjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulanya (Hidayat, 2008). Pada penelitian
ini yang akan menjadi populasi adalah pasien stroke iskemik yang mengalami
serangan stroke pertama kali datang ke IGD Rumah Sakit Stroke Nasional
Bukittinggi. Pasien stroke iskemik mengalami serangan pertama kali yang datang
ke IGD tahun 2017 perbulannya berjumlah 150 orang, dengan rata-rata kunjungan
setiap bulannya sebanyak 37.5%
4.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan di
anggap mewakili populasi (Notoadmojo, 2005: 76). Sampel merupakan bagian
dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang
dimiliki populasi (Hidayat, 2009).
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penenelitian dari suatu populasi
atau target yang terjangkau akan diteliti (Notoatmodjo, 2005).
Kriteria inklusi:
a. Pasien stroke iskemik yang mengalami serangan pertama kali yang
datang ke IGD Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi.
b. Pasien stroke iskemik mengalami serangan pertama kali yang ada pada
saat penelitian dilakukan.
c. Pasien stroke iskemik mengalami serangan pertama kali yang didampingi
oleh keluarga.
Kriteria Ekslusi adalah menghilangkan / mengeluarkan subjek yang memenuhi
kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2013). Yang
termasuk kriteria eklusi yaitu:
a. Tidak bersedia menjadi responden.
b. Pasien dan keluarga tidak kooperatif dengan komplikasi
Pada penelitian ini yang menjadi populasi berjumlah 150 orang, menurut
Notoatmodjo (2005) untuk populasi lebih dari 100 orang, maka dapat
menggunakan rumus sebagai berikut :
Rumus:
Keterangan:
N = Besar populasi
n = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan (0.1)2
orang
Setelah dicari dengan rumus di atas maka jumlah yang menjadi sampel pada
penelitian ini adalah sebesar 60 orang
4.4 Sampling
Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi (Nursalam, 2008). Teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan accidental sampling, yaitu teknik yang dilakukan
dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia.
( Notoatmodjo, 2005).
4.5 Pengumpulan Data
4.5.1 Alat Penelitian
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan lembaran kuesioner.
Menurut Notoatmodjo (2005), metode kuesioner adalah suatu cara pengumpulan
data dengan mengedarkan suatu daftar pernyataan diajukan secara tertulis
kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan tanggapan informasi, jawaban, dan
sebagainya.
Alat yang digunakan untuk pengumpulan data berupa kuesioner yang terdiri dari
data umum pasien (Inisial Responden, Umur, Jenis kelamin, Pendidikan,
Alamat) dan lembar observasi menggunakan Skala Rankim yang di modifikasi (
The Modfied Rankim Scale) untuk menilai derajat kerusakan neurologis pasien.
Yang terdiri dari 5 komponen.
4.5.2 Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah proses pendekatan kepada subjek dan proses
pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian.
Langkah-langkah dalam pengambilan data tergantung pada rancangan penelitian
dan teknik istrumen yang digunakan (Nursalam, 2008)
Proses pengumpulan data dalam penelitian harus disusun secara sistematis agar
penelitian dapat berjalan dengan lancar sehingga tujuan tercapai. Prosedur
penelitian yang dilakukan oleh peneliti antara lain :
a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan terlebih dahulu menentukan masalah penelitian dan
mencari studi kepustakaan. Selanjutnya peneliti menyusun proposal, setelah
dapat persetujuan pembimbing, peneliti mengurus surat permohonan izin
penelitian dari STIKes Perintis Padang. Setelah itu peneliti mengajukan
surat penelitian kepada Direktur Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap penelitian ini dimulai setelah peneliti mendapat persetujuan dari
direktur melalui bagian Diklat dan mendapat surat persetujuan penelitian.
Selanjutnya peneliti mengajukan surat dari diklat ke kepala Instalai Gawat
Darurat. Setelah mendapat persetujuan peneliti melakukan sosialisasi pada
perawat IGD.
Setelah itu peneliti melakukan pengecekan nilai derajat kerusakan neurologi
terhadap responden yang akan dijadikan sampel dalam waktu 1 x 24 jam .
Jika responden sesuai dengan kriteria inklusi dilakukan pengambilan data
umum dan penilaian derajat kerusakan neurologi menggunakan skala
Rankin yang dimodifikasi (The Modified Rankin scale) saat pertama ke
IGD setelah ketepatan golden period masuk kerumah sakit. Hasil penilaian
skala Rankin yang dimodifikasi (The Modified Rankin scale)
didokumentasikan ke lembar observasi. Selanjutnya peneliti akan menilai
kembali skala Rankin yang dimodifikasi (The Modified Rankin scale) saat
ketepatan golden period dan melihat derajat kurasakan neurologi pasien.
Setelah itu mendokumentasikannya ke lembar observasi.
c. Tahap Akhir
Setelah proses pengumpulan data selesai, peneliti melakukan analisa dengan
menggunakan uji statistik yang seuai dengan data. Selanjutnya di akhiri
dengan penyususnan laporan hasil penelitian dan penyajian hasil penelitian.
4.6 Cara Pengolahan Dan Analiasa Data
4.6.1 Cara Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan diolah dengan cara menggunakan tahap-tahap
sebagai berikut:
a. Pemeriksaan data (Editing )
Proses pemeriksaan kembali jawaban akseptor golden period hasil
pengamatan pada kuesioner dan hasil dari pemeriksaan derajat kerusakan
neurologi. Data yang masuk perlu diperiksa apakah terdapat kekeliruan
dalam pengisian kuesioner, barangkali ada yang tidak lengkap, palsu, tidak
sesuai dan sebagainya. Kuesioner yang telah diisi saat penelitian sudah di isi
secara teliti dan lengkap.
b. Pengkodean (coding)
Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf atau kode
menjadi data berbentuk angka atau bilangan, pada tahap coding peneliti
merubah data berbentuk huruf atau kode menjadi data yang berbentuk angka.
Pengkodean pada penelitian ini dilakukan dengan memberi kode jawaban
dari hasil pemeriksaan pada lembar format wawancara dengan memberi kode
pada masing-masing kategori. Untuk variabel independen, pada ketepatan
golden period tepat diberi kode angka waktu, golden period tidak tepat
diberi kode angka waktu. Dan pada variabel dependen, bila pasien memberi
ceklis iya di pertanyaan nomor 1, maka derajat kerusakan neurologinya
derajat 1. Bila memberi ceklis iya pada pertanyaan nomor 2, maka derajat
kerusakan neurologinya derajat 2. Bila pasien memberi ceklis iya di
pertanyaan nomor 3, maka derajat kerusakan neurologinya derajat 3. Bila
pasien memberi ceklis iya di pertanyaan nomor 4, maka derajat kerusakan
neurologinya derajat 4. Bila pasien memberi ceklis iya di pertanyaan nomor
5, maka derajat kerusakan neurologinya derajat 5.
c. Memberikan Nilai (scoring)
Pada tahap ini penelitian memberikan nilai pada golden period . untuk
kuesioner mengenai golden period, pada ketepatan golden period tepat
diberi nilai 1, golden period yang tidak tepat diberi nilai 2. Dan pada
variabel dependen, bila pasien memberi ceklis iya di pertanyaan nomor 1,
maka di beri nilai 1. Bila memberi ceklis iya pada pertanyaan nomor 2,
maka di beri nilai 2. Bila pasien memberi ceklis iya di pertanyaan nomor 3,
maka di beri nilai 3. Bila pasien memberi ceklis iya di pertanyaan nomor 4,
maka di beri nilai 4. Bila pasien memberi ceklis iya di pertanyaan nomor 5,
maka di beri nilai 5.
d. Memproses Data (Entry)
Pada tahap ini dilakukan kegiatan memproses data terhadap semua kuesioner
yang lengkap dan benar di analisis. Pengolahan data dengan bantuan
program komputer yang dimulai dengan entry kedalam proggram komputer.
e. Pembersihan Data (cleaning)
Pada tahap ini peneliti melakukan pengecekan kembali terhadap data yang
telah di entry apakah terdapat kesalahan atu tidak.
4.6.2 Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisa univariat digunakan untuk mendapatkan distribusi frekuensi dari
ketepatan golden period dengan derajat kerusakan neurologi.
Tujuan untuk mendapatkan gambaran tentang sebaran (distribusi frekuensi),
dari masing-masing variabel. Setelah dilakukan persentase masing-masing
variabel dengan rumus :
Rumus:
Keterangan :
P = Persentase
F = Frekuensi
N = Total responden
(Arikunto, 2005)
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat yaitu untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu
variabel indenpenden (Ketepatan golden period) dan variabel dependen
(Derajat kerusakan neurologi) digunakan rumus chi-square dengan derajat
kepercayaan 95 % dan pengolahan data dengan komputerisasi. Untuk melihat
kemaknaan perhitungan statistik digunakan batasan kemaknaan 0,05.
Sehingga jika p ≤ 0,05 maka secacara statistik disebut “bermakna” dan P >
0,05 maka hasil hitung tersebut “tidak bermakna”.
Apabila P ≤ 0,05, maka H0 ditolak ada hubungan antara variabel indenpenden
dan variabel dependen . apabila P > 0,05, maka Ha diterima ada hubungan
antara variabel indenpenden dan variabel dependen (Notoatmodjo, 2010).
Pengelolaan data dilakukan dengan komputerisasi yaitu dengan menggunakan
komputerisasi, dengan rumus :
Rumus: X2
= ∑
Keterangan:
X2
= Chi Square
O = Nilai observasi
E = nilai yang diharapkan (ekspektasi)
∑ = Jumlah kolom baris
( Arikunto, 2005)
4.7 Etika Penelitian
Menurut Wulan dan Hastuti (2011), mengingat penelitian keperawatan
berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika yang harus diperhatikan
adalah sebagai berikut:
I. Infomed concent (pernyataan persetujuan)
Infomed concent merupakan bentuk persetujuan antara penelitian antara
peneliti dan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Infomed concent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan. Penelitian
harus menghormati keputusan responden untuk menyetujui menjadi responden.
II. Anominity (Tanpa nama)
Anominity (Tanpa nama) tidak mencantumkan nama responden dalam lembar
observasi yang digunakan, tetapi menukar dengan kode atau inisial nama
responden, termasuk dalam penyajian hasil penelitian.
III. Prinsip Benefiense
Prinsip Benefiense artinya menumbuhkan kerja sama yang baik dengan
responden dan memberi manfaat bagi responden secara langsung maupun tidak
langsung.
IV. Autonomy (otonomi)
Autonomy (otonomi) dalam penelitian ini responden berhak menentukan iya
berpatisipasi atau tidak menjadi responden.
V. Confidentiality (kerahasiaan)
Confidentiality (kerahasiaan) peneliti menjamin bahwa data yang diberikan
oleh responden dijaga kerahasiaannya, informasi yang di berikan maupun
masalah-masalah lainya.
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama dua minggu yang dimulai tanggal 05 Februari
sampai tanggal 17 Februari 2018 di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Stroke
Nasional Bukittinggi. Judul penelitian ini adalah “Hubungan ketepatan golden
period dengan derajat kerusakan neurologi pada pasien stroke iskemik di ruang
instalasi gawat darurat Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi tahun 2018”,
dengan jumlah responden sebanyak 60 orang yang sesuai dengan kriteria sampel
yang telah ditentukan. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional
dimana pengukuran atau pengamatan yang dilakukan secara simultan pada satu
saat atau sekali waktu. Setelah data dikumpulkan kemudian diolah secara
komputerisasi dengan menggunakan uji statistik chi square test.
5.1.1 Analisa Univariat
Analisa univariat yang dilakukan dengan analisis distribusi frekuensi dan
statistik deskriptif untuk melihat variabel independen dan variabel dependen.
Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti mendapatkan hasil univariat tentang
hubungan ketepatan golden period dengan derajat kerusakan neurologi pada
pasien stroke iskemik di ruang instalasi gawat darurat Rumah Sakit Stroke
Nasional Bukittinggi tahun 2018, sebagai berikut:
a. Gambaran ketepatan golden period
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Ketepatan Golden Period pada Pasien
Stroke Iskemik di Ruang IGD Rumah Sakit Stroke Nasional
Bukittinggi Tahun 2018
No Ketepatan Golden Period Frekuensi Persentase
1 Tepat 23 38,3
2 Tidak Tepat 37 61,7
Total 60 100%
Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa lebih dari separoh responden yaitu
61,7% pasien stroke iskemik diruang instalasi gawat darurat Rumah Sakit Stroke
Nasional Bukittinggi mengalami ketidaktepatan goldenperiod dengan waktu
lebih dari sampai 4,5 jam.
b. Kerusakan Neurologi
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Derajat kerusakan Neurologipada Pasien Stroke
Iskemik di Ruang IGD Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi
Tahun 2018
No Kerusakan Neurologi Frekuensi Persentase
1 Tidak ada Kerusakan 0 0
2 Ringan 12 20
3 Sedang 17 28,3
4 Sedang Berat 14 23,4
5 Berat 17 28,3
Total 60 100%
Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa kurang dari separoh responden yaitu
28,3% pasien stroke iskemik diruang instalasi gawat darurat Rumah Sakit Stroke
Nasional Bukittinggi mengalami derajat kerusakan neurologi pada tingkatan
sedang dan berat.
5.1.2 Analisa Bivariat
Analisa Bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan ketepatan
“Goldenperiod” dengan derajat kerusakan neurologi pada pasien stroke iskemik
diruang instalasi gawat darurat Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi tahun
2018. Pengujian hipotesa dilakukan untuk mengambil keputusan tentang apakah
hipotesis yang diajukan cukup untuk meyakinkan untuk ditolak atau diterima
dengan menggunakan uji statistik chi square test.
5.1.3 Gambaran Hubungan Ketepatan Golden Period dengan Kerusakan
Neurologi
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Hubungan ketepatan “Goldenperiod” dengan derajat
kerusakan neurologi pada pasien stroke iskemik diruang instalasi gawat darurat
Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi tahun 2018
Ketepatan
Golden
Period
Derajat Kerusakan Neurologi
Jumlah P
Value Ringan Sedang Sedang
Berat Berat
F % F % F % F % F %
Tepat 12 52,1% 11 47,9% 0 0% 0 0% 23 100%
0,000 Tidak
Tepat 0 0% 6 16,2% 14 37,8% 17 46,0% 37 100%
Jumlah 12 20% 17 29,3% 14 23,0% 17 28,0% 60 100%
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari sebanyak 37 responden, pasien
yang mengalami ketidaktepatan golden periodterdapat 17 responden (46,0%)
yang memiliki derajat kerusakan neurologi Berat, sedangkan dari 23 responden
yang mengalami ketepatan golden period terdapat 12 responden (52,1) yang
memiliki derajat kerusakan neurologi ringan.
Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p value = 0,000, dari nilai α = 0,05, jika
dibandingkan p ≤ α sehingga Ha diterima artinya terdapat hubungan yang
signifikan antara golden period dengan derajat kerusakan neurologi pada pasien
stroke iskemik diruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Stroke Nasional
Bukittinggi tahun 2018.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Analisa Univariat
a. Ketepatan Golden Period
Pada tabel 5.1 dapat dilihat bahwa lebih dari separoh responden yaitu 61,7%
mengalami ketidaktepatan golden period yang memiliki derajat kerusakan
neurologi berat pada pasien stroke iskemik diruang Instalasi Gawat Darurat
Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi tahun 201