Upload
malika-jamal
View
117
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang
Kesadaran masyarakat terhadap kesehatan meningkat secara signifikan
seiring dengan perputaran waktu. Ini terlihat dari meningkatnya kesadaran,
kemauan dan kemampuan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat untuk
hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan, bersumber masyarakat serta
terciptanya lingkungan yang kondusif untuk mendorong terbentuknya
kemampuan masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.¹
Meningkatkan derajat kesehatan dapat dilihat dari berbagai aspek yang saling
berhubungan, salah satunya adalah aspek gizi dan juga aktivitas fisik. Namun jika
terjadi ketidakselarasan pada kedua hal tersebut, tentu akan menimbulkan
berbagai dampak salah satunya yaitu obesitas.2
Obesitas adalah penumpukan lemak tubuh yang berlebih. Penyebab
obesitas sangat multifaktorial, pada pembagian dua bagian besar dibagi menjadi
faktor internal ( genetik dan gangguan hormonal) dan faktor eksternal yang
meliputi (aktivitas fisik, gaya hidup, nutrisi dan juga sosial ekonomi).3,4,5 Obesitas
yang didapat karena pengaruh faktor eksternal biasanya terjadi karena adanya
ketidakseimbangan antara asupan energi dan pengeluaran energi yang berdampak
pada penumpukan sisa energi yang tidak terpakai dalam bentuk cadangan lemak
yang akhirnya menjadi obesitas.3
Pada penyuluhan riskesdas 2010 mengenai gizi seimbang diikuti dengan
aktivitas fisik, ternyata sangat diperlukan terlebih untuk mengatasi masalah
obesitas pada remaja dan dewasa .6 Penelitian pada anak muda Flemish ternyata
didapatkan bahwa subyek dengan obesitas menunjukkan kekuatan pegangan
tangan yang lebih besar dibandingkan non obesitas,meskipun komponen
kesegaran jasmani yang lain memiliki skor yang lebih rendah.7 Dan juga
didapatkan pada remaja obesitas tampaknya kurang aktif secara fisik daripada
1
rekan-rekan mereka lebih ramping, tetapi pengeluaran energi total remaja obesitas
mungkin sama atau besar.7
Aktivitas fisik ialah gerakan fisik yang dilakukan oleh sistem
muskuloskeleal yang setiap gerakannya dapat membuat pengeluaran energi.
Rendah dan tingginya aktivitas fisik seseorang berhubungan dengan obesitas,
penelitian menyatakan angka kejadian obesitas (70% pada laki-laki dan 59% pada
wanita) disebabkan oleh kurangnya partisipasi dalam aktivitas fisik dan
kurangnya latihan olahraga yang diperlukan.8 Selain aktivitas fisik, asupan gizi
juga mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap obesitas. Asupan gizi adalah
semua makanan dan minuman (yang selanjutnya di anggap sebagai makanan)
yang dikonsumsi secara peroral. Selain makanan, ada juga suplemen makanan dan
bumbu yang mengandung energi dan ataupun nutrisi. Dapat dijabarkan asupan
gizi adalah jumlah asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, fe, dan zinc yang
dikonsumsi oleh seseorang yang bersumber dari makanan dan minuman.9
Penelitian menyatakan remaja yang mengalami obesitas mempunyai asupan gizi
yang lebih tinggi dan konsumsi makanan (energi dan lemak) yang lebih besar
daripada remaja non obesitas. Dapat disimpulkan adanya hubungan kuat antara
jumlah makanan yang dikonsumsi dan asupan gizi dengan kejadian obesitas pada
remaja.10
Masalah obesitas pada remaja menjadi polemik tersendiri. Data Riskesdas
2010 menggambarkan prevalensi besarnya obesitas pada remaja usia 16-18 tahun
di Indonesia sebesar 1,4% dan khususnya di Provinsi Jawa Barat memliki
prevalensi sebesar 2,1%. Usia remaja (16-18 tahun) cenderung memiliki aktivitas
fisik yang tinggi, semakin tinggi aktivitas fisik yang dilakukan semakin tinggi
pula asupan energi yang dibutuhkan. Namun remaja cenderung menyukai
makanan padat energi yakni makanan manis dan berlemak, yang jika terus
dikonsumsi tanpa diimbangi dengan pengeluaran energi yang sesuai akan
berdampak pada kegemukan, obesitas dini atau penyakit degeneratif
berkepanjangan seperti stroke, jantung koroner, diabetes mellitus, hipertensi pada
usia lanjut.
2
Dari data-data diatas, maka memperkuat keinginan penulis untuk membuat
penelitian yang berjudul “Hubungan antara aktivitas fisik, asupan gizi dengan
obesitas”. Penelitian ini akan dilakukan di SMAN 2 depok dengan harapan agar
remaja siswa/i (remaja usisa 16-18 tahun) lebih memperhatikan asupan gizi dan
aktivitas yang seimbang agar terhindar dari obesitas.
1.2 Permasalahan penelitian
1.2.1 Permasalahan Umum
Masalah remaja obesitas menjadi polemik tersendiri. Remaja yang pada
hakikikatnya memiliki kecendrungan untuk beraktivitas lebih tinggi, yang diikuti
pula oleh peningkatan konsumsi makanan tambahan yang padat energi (manis
ataupun berlemak ) dan jika tidak dilakukan pengontrolan baik yang baik dampak
berdampak pada obesitas.
1.2.2 Permasalahan Khusus
1. Bagaimana gambaran status gizi siswa/i SMA usia 16-18 tahun ?
2. Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas siswa/i SMA
usia 16-18 tahun ?
3. Apakah ada hubungan antara asupan gizi dengan obesitas siswa/i SMA
SMA usia 16-18 tahun ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui adanya hubungan antara aktivias fisik , asupan
gizi dengan obesitas agar dapat meningkatkan status kesehatan remaja.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran status gizi siswa/i SMA usia 16-18 tahun.
2. Untuk mengetahui adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas
siswa/iSMA usia 16-18 tahun.
3. Untuk mengtahui adanya hubungan asupan gizi dengan obesitas siswa/i
SMA usia 16-18 tahun.
3
1.4 Hipotesis
1. Terdapat gambaran status gizi siswa/i SMA usia 16-18 tahun.
2. Adanya hubungan antara antara aktivitas fisik dengan obesitas siswa/i
SMA usia 16-18 tahun.
3. Adanya hubungan asupan gizi dengan obesitas siswa/i SMA usia 16-18
tahun.
1.5 Manfaat
1.5.1 Bagi Ilmu Pengetahuan
1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi kesehatan akan
hubungan antara aktivitas fisik , asupan gizi dengan obesitas.
2. Penelitian ini diharapkan agar dapat menambah kepustakaan akan
hubungan antara aktivitas fisik , asupan gizi dengan obesitas.
3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk penelitian-penelitian
berikutnya yang lebih berkembang.
1.5.2 Bagi Profesi
1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi akan pentingnya
aktivitas fisik dan asupan gizi untuk menghindari obesitas .
1.5.3 Bagi Masyarakat
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat
akan pentingnya aktivitas fisik dan asupan gizi.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi
masyarakat yang terhindar dari obesitas.
3. Penelitian ini diharapkan agar masyarakat dapat mengetahui asupan gizi
yang baik dan benar.
4. Penelitian ini diharapkan agar dapat menambah pengetahuan akan gaya
hidup sehat.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Obesitas
Obesitas dalam pengertian sederhana diartikan sebagai kelainan kronik,
pada penumpukan lemak di tubuh yang berlebih.11 Obesitas juga dapat diartikan
sebagai akumulasi lemak yang berlebihan dibawah kulit dan jaringan lainnya
dalam tubuh, yang disebabkan karena ketidak seimbangan asupan dan
pengeluaran energi, sehingga berlebihnya kalori dalam tubuh yang dapat
menimbulkan resiko dan efek buruk bagi kesehatan seorang individu.12,13,14
2.1.1 Etiologi
Penyebab obesitas pada remaja biasa dikarenakan konsumsi makanan manis
dan berlemak yang dikonsumsi remaja saat sekolah. Jika digaris besarkan ,
penyebab obesitas dapat dibagi menjadi dua faktor :
1. Faktor internal
a) Herediter
Faktor genetik dari orangtua atau parental fatness diturunkan melalui faktor
DNA , yang memiliki peranan penting terhadap obesitas pada anak. Jika kedua
orangtua mengalami obesitas , maka kemungkinan anaknya menjadi obesitas
sebesar 80 %, sedangkan jika hanya salah satu ornagtua yang mengalami obesitas,
kemungkinan anaknya mengalami obesitas sebesar 40 %, dan jika kedua orangtua
tidak menalami obesitas, maka kemungkinan anaknya mengalami obesitas sebesar
14 %.4 Remaja yang memiliki orangtua obesitas, akan mewariskan tingkat
metabolisme yang rendah dan berbeda dengan anak yang tidak memiliki orangtua
obesitas.14
b) Hormonal
Gangguan hormonal turut ambil peran dalam terjadinya obesitas pada
remaja. Walau insidens terjadinya obeitas dikarenakan gangguan hormonal sangat
5
jarang, tapi pada beberapa kejadian obesitas bisa terjadi karena adanya endocrine
disorder, seperti pada Sindroma Cushing, hiperaktivitas adrenokortikal,
hipogonadisme, dan penyakit hormon lain .3
2. Faktor eksternal
a) Aktivitas fisik
Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan
kebutuhan energi, sehingga apabila aktivitas fisik rendah maka kemungkinan
terjadinya obesitas akan meningkat dikarenakan jika rendahnya aktivitas fisik,
sedikit terjadinya pembakaran lemak dan sedikit energi yang dipergunakan.
Misalnya pada anak seperti berkurangnya lapangan tempat bermain serta
tersedianya hiburan dalam bentuk game elektonik atau playstation dan tontonan
televisi.3,4 Dan aktivitas fisik yang kurang juga dapat merupakan salah satu faktor
risiko penyakit kronik terutama penyakit kardiovaskuler, penyakit serebrovaskuler
dan Diabetes Mellitustipe 2.15Anak dengan obesitas pada remaja akan memiliki
resiko 17 kali lipat obesitas pada masa dewasa yang sekaligus memiliki resiko
penyakit kardiovaskular, dan metabolik serta penyakit kejiwaan dan juga kanker
tertentu.17,18 Walaupun telah terjadi penurunan dan berat badan dapat
dipertahankan, setelah masa dewasa terdapat tingkat kematian lebih tinggi pada
dewasa yang mengalami obesitas di masa remaja.
b) Asupan gizi
Peranan faktor nutrisi dimulai sejak dalam kandungan dimana jumlah lemak
tubuh dan pertumbuhan bayi dipengaruhi berat badan ibu.Kenaikan berat badan
dan lemak anak dipengaruhi oleh waktu pertama kali mendapat makanan padat,
asupan tinggi kalori dari karbohidrat dan lemak.11,16
c) Sosioekonomi
Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan, serta
peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan
yang dikonsumsi.11 Keluarga dengan pendapatan tinggi dapat membeli makanan
6
apa pun, termasuk makanan sehat bergizi namun juga makanan tinggi kalori/
lemak/gula, junk food, fast food, soft drink, yang merupakan penyumbang besar
terhadap masalah obesitas. Sebaliknya, keluarga dengan pendapatan rendah
cenderung mengonsumsi makanan yang kurang bergizi sehingga sering
mengantarkan mereka pada kondisi buruk.13 Pola makan adalah sebagai cara
individu dan kelompok individu memilih, mengkonsumsi dan menggunakan
makanan yang tersedia dan didasarkan pada faktor budaya dimana tempat mereka
hidup.
2.1.2 Prevalensi dan Epidemiologi
Pada tahun 2008, lebih dari 1,4 miliar orang kelebihan berat badan dan
lebih dari setengah miliar mengalami obesitas. Setidaknya 2,8 juta orang setiap
tahun meninggal akibat kelebihan berat badan atau obesitas. Prevalensi obesitas
hampir dua kali lipat antara tahun 1980 dan 2008. Setelah berhubungan dengan
negara-negara berpenghasilan tinggi, obesitas kini juga lazim di negara
berpenghasilan rendah dan menengah.19
Pada penelitian WHO prevalensi mengenai overweight dan obesitas
meningkat sesuai dengan tingkat pendapatan negara. Prevalensi kelebihan berat
badan pada negara-negara berpenghasilan tinggi dan menengah ke atas lebih dari
dua kali lipat dari negara-negara berpendapatan rendah. Untuk obesitas, perbedaan
lebih dari tiga kali lipat dari obesitas 7% pada kedua jenis kelamin di bawah
negara-negara berpenghasilan menengah menjadi 24% di negara berpenghasilan
menengah ke atas.20
2.1.3 Klasifikasi
Untuk menilai obesitas di dapatkan perhitungan berdasarkan indeks massa tubuh
yang dinilai dari berat badan dibagi tinggi badan yang dikuadratkan Pengukuran
indeks massa tubuh untuk orang dewasa yang berusia 20 tahun keatas,
diinterpretasi menggunakan kategori status berat badan standard yang sama untuk
semua umur bagi pria dan wanita. Dan menurut depkes RI skala pengukuran yang
dipakai adalah, klasifikasi pengukuran berdasarkan Kriteria asia-pasifik .21
7
Tabel 2.1 Indeks Massa Tubuh menurut CDC
Status gizi IMT
Kurang < 18,5
Normal 18,5 – 22,9
Resiko gemuk 23,0 – 24,9
Obesitas 1 25,0 – 29,9
Obesitas 2 ≥30,0
2.1.4 Dampak Obesitas pada Remaja
1. Faktor penyakit kardiovaskular
Faktor Risiko ini meliputi peningkatan: kadar insulin, trigliserida, LDL-
kolesterol dan tekanan darah sistolik serta penurunan kadar HDL- kolesterol.
Risiko penyakit Kardiovaskuler di usia dewasa pada anak obesitas sebesar 1,7 -
2,6. IMT mempunyai hubungan yang kuat (r = 0,5) dengan kadar insulin. Anak
dengan IMT > persentile ke 99, 40% diantaranya mempunyai kadar insulin tinggi,
15% mempunyai kadar HDL-kolesterol yang rendah dan 33% dengan kadar
trigliserida tinggi.22
2. Diabetes mellitus tipe-2
Diabetes mellitus tipe-2 jarang ditemukan pada anak obesitas.11,22 Pada anak
dengan obesitas, terjadi penurunan toleransi glukosa sebesar 25 % dan menderita
diabetes mellitus tipe-2 sebsar 4 %. Hampir semua anak yang mengalami obesitas
≥ + 3sd atau ≥99 persentil akan mengalami diiabetes mellitus tipe 2. 23
3. Obstructive sleep apnea
Sering dijumpai pada anak obesitas dengan kejadian 1/100 dengan gejala
mengorok.11 Ini disebabkan oleh penebalan jaringan lemak didaerah dinding dada
dan perut yang mengganggu pergerakan dinding dada dan diafragma, sehingga
terjadi penurunan volume dan perubahan pola ventilasi paru serta meningkatkan
8
beban kerja otot pernafasan. Pada saat tidur terjadi penurunan tonus otot dinding
dada yang disertai penurunan saturasi oksigen dan peningkatan kadar CO2, serta
penurunan tonus otot yang mengatur pergerakan lidah yang menyebabkan lidah
jatuh kearah dinding belakang faring yang mengakibatkan obstruksi saluran nafas
intermiten dan menyebabkan tidur gelisah, sehingga keesokan harinya anak
cenderung mengantuk dan hipoventilasi. Gejala ini berkurang seiring dengan
penurunan berat badan.11,16
4. Gangguan ortopedik
Pada anak obesitas cenderung berisiko mengalami gangguan ortopedik yang
disebabkan kelebihan berat badan, yaitu tergelincirnya epifisis kaput femoris yang
menimbulkan gejala nyeri panggul atau lutut dan terbatasnya gerakan panggul.11
5. Pesudotumor serebri
Pseudotumor serebri akibat peningkatan ringan tekanan intrakranial pada
obesitas disebabkan oleh gangguan jantung dan paru-2 yang menyebabkan
peningkatan kadar CO2 dan memberikan gejala sakit kepala, papil edema,
diplopia, kehilangan lapangan pandang perifer dan iritabilitas.11
2.2 Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik didefinisikan sebagai setiap gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot-otot skeletal dan menghasilkan peningkatan resting energy expenditure
yang bermakna.24
Aktivitas fisik di luar sekolah termasuk aktivitas fisik di waktu luang,
dimana aktivitas dilakukan pada saat yang bebas dan dipilih berdasarkan
kebutuhan dan ketertarikan masing-masing individu. Hal ini termasuk latihan dan
olah raga. Latihan merupakan bagian dari aktivitas fisik yang terencana,
terstruktur, berulang dan bertujuan untuk meningkatkan atau menjaga kesegaran
jasmani, sedangkan olahraga termasuk sebuah bentuk aktivitas fisik yang
melibatkan kompetisi.24
2.2.1 Jenis-jenis aktivitas fisik
9
Aktivitas fisik dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan, aktivitas fisik yang
sesuai untuk remaja sebagai berikut:
a. Kegiatan ringan : hanya memerlukan sedikit tenaga dan biasanya tidak
menyebabkan perubahan dalam pernapasan atau ketahanan (endurance). Contoh :
berjalan kaki, menyapu lantai, mencuci baju/piring, mencuci kendaraan,
berdandan, duduk, les di sekolah, les di luar sekolah, mengasuh adik, nonton TV,
aktivitas main play station, main komputer, belajar di rumah, nongkrong.
b. Kegiatan sedang : membutuhkan tenaga intens atau terus menerus, gerakan otot
yang berirama atau kelenturan (flexibility). Contoh: berlari kecil, tenis meja,
berenang, bermain dengan hewan peliharaan, bersepeda, bermain musik, jalan
cepat.
c. Kegiatan berat : biasanya berhubungan dengan olahraga dan membutuhkan
kekuatan (strength), membuat berkeringat. Contoh : berlari, bermain sepak bola,
aerobik, bela diri ( misal karate, taekwondo, pencak silat ) dan outbond.
Berdasarkan aktivitas fisik di atas, dapat disimpulkan faktor kurangnya
aktivitas fisik anak penyebab dari obesitas. Lakukan minimal 30 menit olahraga
sedang untuk kesehatan jantung, 60 menit untuk mencegah kenaikan berat badan
dan 90 menit untuk menurunkan berat badan.13
2.2.2 Aktivitas fisik yang baik
Peningkatan aktivitas fisik mempunyai pengaruh terhadap laju
metabolisme.Latihan fisik yang diberikan disesuaikan dengan tingkat
perkembangan motorik, kemampuan fisik dan umurnya.Aktivitas fisik untuk anak
usia 6-18 tahun lebih tepat yang menggunakan keterampilan otot, seperti
bersepeda, berenang, menari dan senam. Dianjurkan untuk melakukan aktivitas
fisik selama 20-30 menit per hari.11
2.2.3 Manfaat aktivitas fisik
10
Peningkatan aktifitas fisik mempunyai pengaruh terhadap laju metabolisme.
Latihan fisik yang diberikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik,
kemampuan fisik dan umurnya. Aktifitas fisik untuk anak reamaja, lebih tepat
yang menggunakan ketrampilan otot, seperti bersepeda, berenang, menari dan
senam. Dianjurkan untuk melakukan aktifitas fisik selama 20-30 menit per hari.11
Bagi segi remaja, membutuhkan aktivitas fisik karena ada keuntungan bagi
mereka dalam waktu jangka panjang dan keuntungan bagi mereka terutama dalam
tahun-tahun atau masa-masa pertumbuhan sehinggapertumbuhan mereka dapat
menjadi optimal. Beberapa keuntungan untuk remaja dari aktif secara fisik antara
lain:11
a. Membantu menjaga otot dan sendi tetap sehat.
b. Membantu meningkatkan mood atau suasana hati.
c. Membantu menurunkan kecemasan, stress dan depresi ( faktor
yang berkontribusi pada penambahan berat badan ).
d. Membantu untuk tidur yang lebih baik.
e. Menurunkan resiko penyakit penyakit jantung, stroke, tekanan
darah tinggi dan diabetes.
f. Meningkatkan sirkulasi darah.
g. Meningkatkan fungsi organ-organ vital seperti jantung dan paruparu.
h. Mengurangi kanker yang terkait dengan kelebihan berat badan.
Tabel 2.2 Jenis kegiatan dan jumlah kalori yang dibutuhkan
11
Jenis kegiatan Kalori yang digunakan/ jam
Jalan kaki 6 km/jam 150
Joging 8 km/jam 300
Lari 12 km/jam 480
Tenis tunggal 600
Tenis ganda 360
Golf 240
Berenang 180
2.2.4 Aktivitas aeorbik dan anaerobik
Perkembangan kondisi anaerobik dan aerobik selama aktivitas fisik atau
latihan penting diketahui dalam mempelajari kesegaran jasmani khususnya
kesegaran kardiorespirasi. Secara metabolik, ketahanan aerobik disediakan oleh
sistem oksidatif untuk tercapainya ketahanan jangka lama yang berlangsung
dengan adanya oksigen, sedangkan kondisi anaerobik tersedia melalui
penggunaan sistem Adenosin Triphosphat – Phosphate Creatin (ATP-PC) dan
sistem asam laktat untuk aktivitas fisik yang intensif dan segera yang diperoleh
tanpa kehadiran oksigen. Respon energi yang dihasilkan oleh sistem-sistem ini
menghasilkan kapasitas kerja fisiologis dari tubuh untuk penampilan fisik. Kedua
sistem ini bekerja saling berhubungan satu sama lain menggunakan proses
metabolik oksidatif maupun glikolisis dalam tingkat yang lebih besar atau lebih
sedikit tergantung kebutuhan tubuh.
2.3Asupan gizi
Asupan gizi diukur dari segi asupan makanan dan tidak dalam hal energi
dan asupan gizi dan karena jumlah energi dan nutrisi yang berasal dari
pengukuran asupan makanan, di terbaik, adalah jumlah energi dan nutrisi yang
ditemukan dalam makanan dan tidak tentu jumlah yang tersedia untuk individu
untuk metabolisme. Pengukuran asupan makanan, karena itu, hanya memberikan
panduan untuk, dan bukan ukuran langsung dari itu, jumlah energi dan nutrisi
yang tersedia untuk metabolisme.9
12
2.3.1 Kebutuhan gizi remaja
Angka kecukupan gizi (AKG) yang dibutuhkan adalah banyaknya masing-
masing zat gizi essensial yang harus dipenuhi dari makanan, yang harus dicukupi
bagi kesehatan manusia. Zat gizi makro merupakan komponen terbesar yang
berguna untuk menyuplai energi, pertumbuhan sel atau jaringan, fungsi
pemeliharaan dan aktivitas tubuh. 25 Angka kecukupan gizi dan energi yang baik
untuk tubuh terdapat pada tabel dibawah ini.26
Tabel 2.3 Angka kecukupan gizi yang diperlukan.
Kelompok umur Energi
(Kkal)
Protein
(g)
Lemak
(g)
Pria
16-18 tahun 2600 60 650
19-29 tahun 2550 65 638
Perempuan
16-18 tahun 2200 50 550
19-29 tahun 1900 50 475
2.3.2 Faktor- faktor mempengaruhi asupan gizi
Pola makan yang tebentuk sangat erat kaitannya dengan kebiasaan makan
seseorang. Secara umum faktor – faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola
makan ialah faktor ekonomi, sosial budaya, agama, pendidikan, dan lingkungan.
a. Faktor ekonomi
Faktor ekonomi yang cukup dominan dalam mempengaruhi konsumsi
pangan ialah pendapatan keluarga dan harga. Meningkatnya pendapatan akan
13
meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan kuantitas dan kualitas yang
lebih baik, sebaliknya penurunan pendapatan akan menyebabkan menurunnya
daya beli pangan baik secara kuantitas maupun kualitas. Meningkatnya taraf hidup
( kesejahteraan ) masyarakat, pengaruh promosi melalui iklan, serta kemudahan
informasi, dapat menyebabkan perubahan gaya hidup, dan timbulnya kebutuhan
psikogenik baru di kalangan masyarakat ekonomi menengah ke atas. Tingginya
pendapatan yang tidak diimbangi pengetahuan gizi yang cukup, akan
menyebabkan seseorang menjadi sangat konsumtif dalam pola makannya sehari-
hari, sehingga pemilihan suatu bahan makanan lebih didasarkan pertimbangan
selera dibandingkan aspek gizi. Kecenderungan untuk mengkonsumsi makanan
jenis siap santap ( fast food ), seperti ayam goreng, pizza,hamburger dan lain- lain,
telah meningkat tajam terutama dikalangan remaja, generasi muda dan kelompok
masyarakat ekonomi menengah ke atas.
b. Faktor sosio budaya
Pantangan dalam mengonsumsi jenis makanan tertentu dapat dipengaruhi
oleh faktor budaya / kepercayaan. Kebudayaan suatu masyarakat mempunyai
kekuatan yang cukup besar untuk mempengaruhi seseorang dalam memilih
makanan begitu pula kepercayaan. Kebudayaan menuntun orang dalam cara
bertingkah laku dan memenuhi kebutuhan dasar biologinya, termasuk kebutuhan
terhadap pangan. Kebudayaan juga menentukan kapan seseorang boleh
mengonsumsi suatu makanan ( dikenal dengan istilah tabu ), meskipun tidak
semua hal yang tabu masuk akal daari segi medis. Terdapat 3 kelompok anggota
masyarakat yang biasanya memiliki pantangan terhadap makanan tertentu, yaitu
balita, ibu hamil, dan ibu menyusui.
c. Agama
Pantangan yang didasari agama, khususnya Islam disebut haram dan
individu yang melanggar hukumnya berdosa. Adanya pantangan terhadap
makanan / minuman tertentu dari sisi agama dikarenakan makanan / minuman
tersebut membahayakan jasmani dan rohani bagi yang mengonsumsinya.
Pandangan agama Islam makan terlalu kekenyangan tidak di perbolehkan karena
akan merusak kesehatan ( memberatkan kerja jantung, sakit perut dll ) dan
14
mengurangi kecerdasan serta akan menjadi malas untuk beribadah. Sedangkan,
menurut agama lain makan banyak hingga kekenyangan tidak bermasalah selama
perut masih dapat menampung makanan.
d. Lingkungan
Faktor lingkungan cukup besar pengaruhnya terhadap pembentukan perilaku
makan. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan keluarga, sekolah,
serta adanya promosi melalui media elektronik maupun cetak. Kebiasaan makan
dalam keluarga sangat berpengaruh besar terhadap pola makan seseorang,
kesukaan seseorang terhadap makanan terbentuk dari kebisaan makan yang
terdapat dalam keluarga. Lingkungan sekolah, termasuk di dalamnya para guru,
teman sebaya dan keberadaan tempat jajan sangat mempengaruhi terbentuknya
pola makan, khususnya bagi remaja di sekolah.27
Tabel 2.4 Ringkasan pustaka
15
Peneliti ,lokasi tahun
Studi desain Judul studi variabel Hasil
Robert SB, VinkenAG/
London, 1987
Kohort Energy and substrate
regulation in obesity
pediatrics.
Asupan gizi dan obesitas
Terdapat ketidakseimbangan energi pada anak
obesitas.
Rippe J, Mc Innis K,
Melanson K 2001-9
Kohort Physician involvement
in the management
of obesity as a primary medical
condition.
Aktivitas fisik dengan
obesitas
Subjek dengan obesitas yang
diberikan pengarahan dan
management dapat lebih baik
menurunkan berat badan ,
dibandingkan yang tidak.
Syarif D R/ Surabaya,2003
Kohort Childhood obesity :Evalu
ation and management ,
pediatics
Nutrisi dan obesitas.
Management nutrisi masa kanak-kanak
sangat berpengaruh
terhadap penyakit masa dewasa.
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
16
3.1 Kerangka Konsep
Faktor Internal tidak diperiksa karena keterbatasan waktu, sedangkan
ras,suku tidak dibedakan karena dianggap satu kultural. Faktor-faktor diatas
mendasari kerangka konsep, seperti berikut :
3.2 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Alat ukur Cara pengukuran
Hasil pengukuran Skala pengukuran
17
Obesitas
Aktivitas fisik
Asupan gizi
1. Aktivitas fisik
gerakan fisik yang melibatkan sistem muskuloskeleal yang setiap gerakannya dapat membuat pengeluaran energi oleh responden.
Kuisioner
(IPAQ short form.)28
Wawancara 1. Aktif : jika skor diatas 2,5
2. Tidak aktif : jika skor dibawah 2,5
Ordinal
2. Asupan gizi
semua makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh responden.
Kuisioner (Food Recall)29
Wawancara 1. Cukup : jika supan gizi ≥ 80% AKG 2004
2. Kurang : jika supan gizi < 80% AKG 2004
Ordinal
3. Obesitas Suatu keadaan dimana nilai pengukurann indeks massa tubuh responden yang memiliki hasil perhitungan ≥25 .
Dengan menggunakan pengukuran indeks massa tubuh. 30
Wawancara dengan pengukuran yang disisipkan.
Kurang: <18,5 Normal : 18,5 –
22,9 Overweight : 23,0
– 24,9 Obesitas : 25,0 –
≥30,0
Ordinal
BAB IV
METODE
18
4.1 Desain Penelitian
Pada penelitian ini digunakan rancangan penelitian analitik
deskriptif dengan metode pendekatan cross sectional .
4.2 Lokasi dan waktu penelitian
Pada penelitian ini diadakan di SMAN 2 Depok .Penelitian
direncanakan dilakukan pada bulan September hingga bulan November
2013 .
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi Target
Populasi target pada penelitian ini adalah siswa/i obesitas dan non obesitas
yang berusia 16-18 tahun .
4.3.2 Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah siswa/i kelas XI dan XII di
SMAN 2 Depok.
4.3.2 Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini meliputi siswa/i SMAN 2 Depok yang
memiliki kriteria berikut ini :
Kriteri Inklusi :
1. Siswa/i aktif di SMAN 2 Depok
2. Sehat
3. Bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini
4. Usia 16-18 tahun
Kriteria Eksklusi :
19
1. Siswa/i yang menolak berpartisipasi
2. Mengkonsumsi obat-obat yang dapat mempengaruhi penilaian penelitian .
4.3.3 Cara Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel menggunakan cara consequetive non random
sampling . Sampel diambil dalam lingkup siswa/i SMAN 2 Depok yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
4.3.4 Perkiraan Pengambilan sampel
Sesuai dengan tujuan penelitian dan cara pengabilan sampel, maka besar
sampel menggunakan rumus sebagai berikut :
Infinit : n0 = Z².p.q
d²
Finit : n = n0
1 + n0
N
Infinit : 1,96².0,02.0.98 = 30.118144
0,05²
Finit : 30.118144
1+ 30.118144
494 = 30 sampel
Keterangan :
n0 = jumlah sampel minimal N = populasi SMAN2Depok (494 siswa)
n = jumlah sampel yang diperlukan Z = derajat kepercayaan (1,96)
p = prevalensi anak obesitas (2,1% = 0.02)6
20
q = 1-p (prevalensi anak yang tidak obesitas) (0,98)
d = limit dari error atau presisi absolut (0,05)
Berdasarkan perhitungan besar sampel dibutuhkan 30 orang ,dengan
jumlah drop out sebesar 15 %, maka jumlah besar sampel minimal 35
orang.Namun untuk memudahkan pembagian sampel, peneliti membulatkan
menjadi 40 orang.
4.4 Bahan dan Instrumen Penelitian
4.4.1 Bahan
Siswa/i yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi .
4.4.2 Instrumen Penelitian
Instrumen yang dipakai pada penelitian ini adalah :
1. Kuisioner : untuk mengukur aktivitas fisik (IPAQ short form,
asupan gizi(food recall) yang sebelumnya telah dijelaskan di definisi
operasional.
2. Meteran : untuk pengukuran tinggi sampel dengan tingkat
ketelitian 1cm.
3. Timbangan : untuk pengukuran berat badan sampel, dengan
tingkat ketelitian 100 gram.
4.5 Analisis data
Analisis data pada perkumpulan data pertama melalui cleaning, coding dan
data entry menggunakan SPSS . Dan pada penelitian ini analisis data yang
digunakan adalah analisis univariat dan bivariat yang akan dijabarkan sebagai
berikut.
4.5.1 Analisis univariat
21
Analisis univariat adalah analisis yang menjelaskan sper-variabel baik
variabel bebas mapupun variabel tergantung. Variabel bebas diantaranya aktivitas
fisik, asupan gizi dan pola. Dan variabel terngantungnya adalah obesitas.
4.5.2 Analisis bivariat
Analisis bivariat adalah analisi yang ditujukan untuk melihat adanya
hubungan diantara dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel tergantung.
Pada penelitian ini analisis bivariat diantaranya hubungan antara aktivitas fisik
dengan obesitas. Pada analisis bivariat ini digunakan uji chi-square dengan
tingkat kemaknaan 5 %. Bila nilai p-value < 0,05 maka hubungan antara variabel
bebas dan variabel tergantung berhubungan. Dan dikatakan hubungan antara
variabel bebas dengan variabel tergantung tidak berhubungan jika nilai p-value >
0,05 .
4.6 Alur penelitian
4.7 Etika penelitian
22
Analisis data
Pengumpulan data
Wawancara aktivitas fisik,asupan gizi,
Pengukuran tinggi badan dan berat badan .
Siswa/i SMAN 2 Depok
Hasil penelitian
1) Peneletian dilakukan setelah mendapat persetujuan dan diketahui oleh
kedua belah pihak terkait (Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Trisakti, dr. Suriptiastuti, DAP&E, MS dan Kepala Sekolah SMAN 2
Depok, Drs. H.M. Achmadi )
2) Setiap pelajar diberikan informasi dan tujuan penelitan beserta
dimintai persetujuan dalam penelitian ini .
3) Keamanan dan keselamatan para pelajar selalu di utamakan.
4.8 Penjadwalan penelitian
23
24
Kegiatan
Waktu
Juni Juli Agustus September- November
Desember Januari Februari
Persiapan &
pengumpulan
data
Penyusunan
&
penyelesaian
BABI
(Pendahuluan
)
Penyusunan
&
penyelesaian
BABII
(Tinjauan
pustaka)
Penyusunan
&
penyelesaian
BABIII
(Metodologi)
Penyusunan
&
penyelesaian
BABIV(Hasil
)
Penyusunan
&
penyelesaian
BABV
(Pembahasan
)
Penyusunan
&
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Analisis Univariat
Analisis univariat akan mendeskripsikan mengenai karakteristik masing -
masing variabel bebas dan tergantung yang diteliti, yaitu karakteristik responden
(jenis kelamin, usia, indeks massa tubuh), aktivitas fisik dan asupan gizi .
5.1.1 Karateristik Responden
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Pada Siswa/i SMAN 2 Depok
KarakteristikFrekuensi
Jumlah (n) Persen (%)
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
18
22
45,0
55,0
Jumlah 40 100,0
Usia
16 tahun
17 tahun
18 tahun
8
25
7
20
62,5
17,5
Jumlah 40 100,0
25
Indeks Massa Tubuh
Kurus
Normal
Overweight
Obesitas kelas 1
Obesitas kelas 2
8
10
4
16
2
20,0
25,0
10,0
40,0
5,0
Jumlah 40 100,0
Tabel 5.1 menunjukkan 40 orang responden (100,0%) terdiri dari 18 orang
(45,0%) laki-laki dan 22 orang (55,0%) perempuan. Hampir sebagian yaitu 25
orang (62,5%) berusia 17 tahun, 8 orang (20,%) berusia 16 tahun dan 7 orang
(17,5%) berusia 18 tahun.Sebagian besar responden yaitu, 16 orang (40,0%)
memiliki berat badan obesitas kelas 1, 10 orang (25,0%) bertubuh normal, 8 orang
(20,0%) bertubuh kurus, 4 orang (10,0%) termasuk dalam overweight dan 2
orang (5,0%) termasuk dalam obesitas kelas II.
5.1.2 Variabel bebas
Tabel 5.2 Distribusi Responden Menurut Aktivitas Fisik dan Asupan Gizi
Siswa/i SMAN 2 DEPOK
Variabel bebasFrekuensi
Jumlah (n) Persen (%)
Aktivitas Fisik
Aktif
Tidak aktif
19
21
47,5
52,5
Jumlah 40 100,0
Asupan Gizi
Cukup
Kurang
27
13
67,5
32,5
26
Jumlah 40 100,0
Tabel 5.2 menunjukan tingkat aktivitas fisik responden , yang di bagi menjadi dua
kategori berdasarkan nilai median untuk menunjukan tingkat aktivitas fisik
responden .Pada penelitian didapatkan hasil yaitu, 21 orang (52,5%) responden
memiliki tingkat aktivitas fisik dibawah nilai median sehingga tergolong tidak
aktif, sedangkan 19 orang (47,5%) memiliki tingkat aktivitas fisik diatas nilai
median yang dapat dimasukkan dalam golongan aktif. Dan juga pada tabel
didapatkan status asupan gizi responden , yang dibagi menjadi dua kategori untuk
menunjukan status gizi responden. Pada penelitian didapatkan nilai sebagian
besar responden memiliki angka kecukupan gizi yang cukup yaitu, 27 orang
(67,5%), sedangkan 13 orang (32,5%) memiliki angka asupan gizi yang kurang.
5.1.3 Variabel tergantung
Pada hasil perhitungan variabel tergantung, yaitu status gizi hasil penelitian dibagi
menjadi dua hasil pengukuran (obesitad dan tidak obesitas) ini dilakukan agar
dapat memudahkan perhitungan.Pada penelitian didapatkan hasil pada responden
yaitu, 22 orang (55,0%) memiliki status gizi pada tingkat tidak obesitas sedangkan
responden yang memiliki status gizi obesitas sebanyak 18 orang (45,0%).
5.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat ditujukan untuk menganalisis hubungan antara dua variabel
yaitu variabel bebas aktivitas fisik yang meliputi aktivitas pada saat olahraga
maupun waktu luang dan asupan gizi yang dinilai dari jumlah makanan selama 24
jam, dengan variabel tergantung obesitas.
5.2.1 Hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas.
Tabel 5.4 Hubungan antara Aktivitas Fisik Dengan Obesitas Siswa/i SMAN 2
Depok
Tingkat aktivitas fisik
Status GiziTotal
P value
Obesitas Tidak Obesitas
N % n % n %
27
Aktif 1 2,5 18 45,0 19 47,50,000
Tidak aktif 17 42,5 4 10,0 21 52,5
Hasil analisis antara aktivitas fisik dengan obesitas diperoleh bahwa ada sebanyak
1 orang (2,5%) dari 19 orang (47,5%) responden yang memiliki tingkat aktivitas
fisik yang aktif memiliki status gizi obesitas dan sisanya 18 orang (45,0%)
memiliki status gizi yang tidak obesitas. Sedangkan 17 orang (42,5%) responden
dari 21 orang (52,5%) responden yang memiliki tingkat aktivitas fisik tidak aktif
memiliki status gizi obesitas dan 4 orang (10,0%) responden yang memiliki
aktivitas fisik tidak aktif memiliki status gizi yang tidak obesitas. Hasil uji Chi-
square diperoleh nilai probabilitas p = 0,000 yang berarti tingkat kemaknaan <
0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas.
5.2.2 Hubungan antara asupan gizi dengan obesitas.
Tabel 5.5 Hubungan antaraAsupan Gizi dengan Obesitas Siswa/i SMAN 2
DEPOK
Status asupan gizi
Status GiziTotal
P valueObesitas Tidak Obesitas
N % n % n %
Cukup (menurut AKG)
17 42,5 10 25,0 27 67,5
0,001Kurang (menurut AKG)
1 2,5 12 30,0 13 32,5
Hasil analisis antara asupan gizi dengan obesitas diperoleh bahwa sebanyak 17
orang (42,5%) dari 27 (67,5%) responden yang memiliki asupan gizi cukup
memiliki status gizi obesitas,sedangkan sisanya sebanyak 10 responden (25,0%)
memiliki status gizi yang tidak obesitas.Didapatkan juga pada 1 orang (2,5%)
dari 13 orang (32,5%) responden yang memiliki asupan gizi kurang memiliki
status gizi yang obesitas dan sisanya sebanyak 12 orang (30,0%) memiliki status
gizi tidak obesitas. Hasil uji Chi-square diperoleh nilai probabilitas p = 0,001
28
yang berarti lebih besar dari nilai tingkat kemaknaan< 0,05 maka dapat
disimpulkan ada hubungan antara asupan gizi dengan obesitas.
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik responden
6.1.1 Jenis kelamin
Berdasarkan hasil analisis univariat, dari 40 orang (100%) responden,
18orang (45%) responden berjenis kelamin laki-laki dan 22 orang (55%)
responden berjenis kelamin perempuan. Pada penelitian ini, tidak dibatasi jumlah
responden baik yang berjenis kelamin perempuan maupun laki-laki, karena yang
diperlukan adalah data subjektif dari responden, yang masih menjadi siswa/i
SMAN 2 Depok yang memenuhi kriteria inklusi maupun eksklusi.
6.1.2 Usia
Responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah siswa/i yang berusia
remaja tengah yaitu antara 16 sampai 18 tahun dan terbanyak pada usia 17 tahun
(62,5%). Usia remaja tengah adalah usia transisi untuk menjadi dewasa, yang
biasanya pada usia ini remaja memiliki tingkat aktivitas fisik yang tinggi , yang
29
menyebabkan mereka membutuhkan asupan gizi yang lebih banyak dan mulai
menambahkan asupan makanan dengan makanan-makanan pendamping
dibanding usia dewasa,ini membuat remaja lebih riskan terkena obesitas.13Remaja
juga sangat penting untuk diperhatikan karena remaja yang mengalami obesitas
80% berpeluang untuk mengalami obesitas pula pada saat dewasa dan juga
sepanjang hidupnya berisiko lebih tinggi untuk menderita sejumlah masalah
kesehatan yang serius, seperti penyakit jantung, stroke, diabetes, asma dan
beberapa jenis kanker.21
6.1.3 Indeks Massa Tubuh
Indeks massa tubuh merupakan salah satu metode yang menunjang untuk
dapat menilai status gizi baik usia di atas maupun dibawah 18 tahun. Dari hasil
analisis univariat, dapat disimpulkan keadaan gizi siswa/i SMAN 2 DEPOK
dalam keadaan sangat baik, karena sebagian besar responden (40,0%) yaitu 16
orang dari 40 orang responden memiliki berat badan obesitas tipe 1. Keadaan
status gizi yang berlebih pada siswa/i SMAN 2 Depok ini dicapai karena tingkat
asupan gizi yang berlebih serta diet makanan yang cenderung tinggi
karbohidrat,aktivitas fisik yang kurang dan juga tatus perekonomian responden
yang memudahkan lebih dari sebagian responden mempunyai indeks massa tubuh
yang berlebih/ obesitas.32
6.2 Obesitas
Hasil analisis univariat menyatakan bahwa didapatkan angka status gizi
obesitas pada penelitian yaitu 18 orang (45%), sedangkan sisanya yaitu 22 orang
(55%) memiliki status gizi tidak obesitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rata-rata remaja yang mengalami obesitas adalah sebesar 10,3% .33Pada penelitian
ini, responden yang diteliti memiliki rata-rata status gizi obesitas. Hasil yang sama
juga dinyatakan oleh penelitian yang dilakukan Kartika, et al tahun 2012 pada 40
responden yang dikategorikan menurut usia menunjukkan bahwa rata-rata remaja
yang mengalami obesitas adalah sebesar 10,5% dari total siswa yang ada di
SMAK Santa Agnes Surabaya.34
30
6.3 Aktivitas Fisik
Pada penelitian ini didapatkan hasil yang tidak jauh berbeda yaitu 19 orang
(47,5%) dari 40 orang responden yang memiliki tingkat aktivitas fisik yang
aktif.Penelitian yang dilakukan oleh Syarifatun menyatakan pada siswa SMA
cenderung lebih banyak memiliki aktivitas fisik yang sedang-berat daripada yang
memiliki aktivitas ringan/ tidak aktif yang biasanya .35Namun pada penelitian ini,
didapatkkan lebih banyak responden yang memiliki tingkat aktivitas fisik tidak
aktif.Penelitian menyatakan salah satu faktor yang menyebabkan tingkat aktivitas
fisik yang tidak aktif ini didasari dari tingkat kebiasaan remaja yang lebih sering
menonton tv dibandingkan beraktivitas diluar rumah.
6.4 Asupan Gizi
Lebih dari sebagian responden (67,5%) memiliki angka asupan gizi yang
cukup atau ≥ 80% AKG dan 13 orang (32,5%) memiliki angka asupan gizi yang
kurang.Ini menandakan bahwa sebaian besar dari responden memiliki tingkat
komsumtif yang baik ataupun berlebih, inipun serupa dengan penelitian yang
dilakukan oleh Kartika dan Siti yang mengatakan, sebagian besar kelompok
remaja obesitas memiliki frekuensi konsumsi pangan, makanan cepat saji dan
kudapan lebih banyak daripada kelompok non obesitas.3 Ini didapatkan karena
pada pada remaja kelompok obesitas biasanya memiliki tingkat pengetahuan yang
rendah akan asupan gizi yang baik dan juga pengeluaran jajan yang besar serta
tidak aktifnya dalam aktivitas fisik.34
6.5 Hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas.
Pada aktivitas fisik didapatkan 19 orang (42,5%) responden memiliki
tingkat aktivitas fisik aktif dan 21 orang (57,5%) responden memiliki tingkat
aktivitas fisik tidak aktif.Hanya 1 orang pada kelompok obesitas yang memiliki
aktivitas fisik aktif.Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara
aktivitas fisik dengan obesitas (p= 0,000) didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Wiwied et al, tahun 2012 pada 80 responden remaja SMAN 9
Semarang, menyatakan bahwa tingginya kebiasaan olahraga pada respoden (60%)
31
sekitar 1,5-3 jam atau lebih per minggu dapat menurukan risiko obesitas daripada
yang hanya menonton tv dan tidur dirumah dengan p < 0,0037.33
6.6 Hubungan antara asupan gizi dengan obesitas.
Sebagian besar responden yaitu 27 orang (67,5%) memiliki satus asupan
gizi cukup sedangkan 13 orang (32,5%) memiliki status asupan gizi kurang.Dan
didapatkan hanya 1 orang pada kelompok obesitas yang memiliki asupan gizi
kurang.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa adanya hubungan antara asupan
gizi dengan obesitas (p=0,001) dan juga didapatkan pada remaja yang memiliki
asupan gizi yang cukup 20 kali lebih besar dapat mengalami obesitas(OR =
20,400 ,CI = 2,296-181,264) ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya yang di
lakukan oleh Irma, tahun 2006 bahwa pola konsumsi energi tinggi 4 kali lebih
besar untuk terjadinya obesitas pada anak dan remaja .33
32
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Didapatkan gambaran status gizi pada siswa/i SMAN 2 Depok sebanyak
18 orang (45,00 %) dari 40 orang memiliki status gizi obesitas.
2. Siswa/i SMAN 2 Depok yang memiliki aktivitas fisik tidak aktif lebih
banyak dibandingkan yang aktif dengan hasil 19 orang (47,50%) aktivitas
fisik aktif dan 21 orang (52,50%) aktivitas fisik kurang aktif dari 40 orang
responden.
3. Terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas pada siswa/i
SMAN 2 Depok (p = 0,000).
4. Siswa/i SMAN 2 Depok yang memiliki angka asupan gizi yang cukup
lebih banyak dibandingkan yang memiliki asupan gizi kurang dengan hasil
penelitian 27 orang (67,50%) memiliki asupan gizi cukup dan 13 orang
(32,50%) memiliki asupan gizi kurang dari 40 orang responden.
33
5. Terdapat hubungan antara asupan gizi dengan obesitas pada siswa/i
SMAN 2 Depok (p= 0,001).
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan keterbatasan peneliti yang dimiliki dalam
penelitian ini, maka dapat direkomendasikan hal-hal sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
- Penelitian tentang obesitas selanjutnya diharapkan lebih meneliti
faktor-faktor lain seperti faktor internal yaitu gangguan hormonal
dan juga menanyakan lebih lanjut tentang riwayat orangtua.Dan juga
untuk faktor eksternalnya diharapkan dapat meneliti dari sisi
pengetahuan remaja akan obesitas dan pola konsumsi makanan baik
makanan cepat saji maupun kudapan serta tingkat konsumsi energi.,
karena hal ini baik diketahui untuk dapat menemukan solusi
sehingga dapat menurunkan prevalensi obesitas di kalangan remaja.
2. Bagi Siswa/i SMAN 2 Depok
- Bagi siswa/i agar dapat mengurangi konsumsi makanan khususnya
makanan tinggi karbohidrat dan lemak serta untuk meningkatkan
aktivitas fisik sehari-hari baik olahraga maupun waktu luang terkait
dengan obesitas.
3. Bagi SMAN 2 Depok
- Diadakan penyuluhan atau pemeriksan kesehatan yang lebih rutin
untuk mengingatkan ,mengatasi dan mengantisipasi akan bahaya
obesitas baik yang telah memiliki tubuh obesitas maupun yang
belum.
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Upaya Pendidikan dan Promosi Kesehatan. Available at http://www.depkes.go.id . 2009.
2. Hadi, H. 2005. Beban Ganda Masalah Gizi Dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional. Pidato Pengukuhan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.
3. Nugraha,G.I, 2009. Etiologi dab patofisiologi obesitas dalam : Soegih, R.R., dan Wiramihardjadja K.K .Obesitas permasalahan dan terapi praktis .Jakarta. ed : Sagung seto, p9-18.
4. Mustofa, A. Solusi Ampuh Mengatasi Obesitas. Yogyakarta : HanggarKreator; 2010.
5. Newnham,JP . Nutrition and the early origins of adult disease,Asia Pacific J Clin Nutr.2002;11 (suppl) :5537-42
6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,Riset kesehatan dasar (Riskesdas). Departemen kesehatan Indonesia 2010: halaman 51-9
7. Deforche B, Lenefre J , Bourdheauij I, Hills A, Daquet W, Bouckaert J.Physical fitness and physical activity in obese and non obese flemish youth. Obes Res 2003;11:434-41
8. M Liebman, S Pelican, SA Moore, B Holmes, MK Wardlaw, LM Melcher et al, Dietary intake, eating behavior, and physical activityrelated determinants of high body mass index in rural communities ,International Journal of Obesity : 2003; 27, 684–92
9. Rutishauer.I.Dietary intake measurements. School of health sciencies,Deakin University.Australia;2005.8(7a),1100-07
10. LJ Gillis1, LC Kennedy1, AM Gillis, O Bar-Or . Relationship between juvenile obesity, dietary energy and fat intake and physical activity, International Journal of Obesity :2002;26, 458–463
11. Syarif DR .Childhood obesity:Evaluatuion and management,dalam naskah lengkap National obesity symposium 11 , Ed : Adi S.Surabaya :2003 ;123-39
35
12. WHO .Obesity : Preventing and managing the global epidemic, WHO technical report series 2004; 894.
13. Nurmalina, Rina. 2011. Pencegahan & Manajemen Obesitas. Bandung :ElexMedia Komputindo, p35-40
14. Ronald S . Pedoman perawatan kesehatan anak.bandung : Yama widya 15. Makari A.Lifestye diseases : an economic burden on the health service.
Availableat:http://www.un.org/wcm/content/site/chronicle/home/archive/issues2010/achieving_global_health/economicburdenonhealthservices?ctnscroll_articleContainerList=1_0&ctnlistpagination_articleContainerList=true. Diunduh 28 juni 2013.
16. Hidayati SN, Irawan R, Hidayat B . Obesitas pada anak.Buletin pediatrik Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.Surabaya :2006.
17. Kiess W, Marcus c, Wabitsch M . Transfer into adulthood .Obesity in childhood and adolescense :pediatrics and adolescent medicine , vol 9 . Basel : 2004 ; 219-28
18. Standing commitee on nutrition (SCN) .Overweight and obesity , a new nutrition emergency ? . ED : 29 .2005
19. WHO. 10 fact about obesity..2013.Geneva20. WHO. Mean body mass index .2013 .Geneva21. Centers for Disease Control and Prevention (2009b). BMI for children and
teens Retrieved 20 July, 2013, from http://www.cdc.gov/healthyweight/assessing/bmi/childrens_bmi/about_childrens_bmi.html
22. Freadman DS.Childhood obesity and coronary heart disease : Children and adolescent , Kiess W,Marcus C, Wabitsch M. Ed . Basel : Kargel AG , 2004 : 160-9
23. Blufier S. Type 2 diabetes mellitus in children and adolescent : the european perspective, Kiess W,Marcus C, Wabitsch M. Ed . Basel : Kargel AG , 2004 :170-81
24. Kurpad AV, Swaminathan S, Bhat S. IAP national task force for childhood prevention of adult disease: the effect of childhood physical activity on prevention of adult disease. Indian Pediatrics 2004; 41: 37-62.
25. Paath Rumdasih, Heryati.Zat gizi untuk diet ,2005 .Jakarta : Bumi Aksara.26. Widya Karya Pangan dan Gizi VIII (WKNPG).Lembaga Ilmu pengtahuan
Indonesia, 2004 . Jakarta27. Sulistyaningsih H. Gizi untuk kesehatan ibu dan anak.2011 .Yogyakarta:
Graha Imu.28. Baecke, Jos A.H, et.al. “A Short Questionnaire for The Measurement of Habitual
Physical Activity in Epidemiological Studies”. American Journal of Clinical Nutrition 36 (1982): p 936 – 42
29. Gibson, Rosalind S. Principles of Nutritional Assessments. New York, USA:Oxford University Press, 1990.
30. Gibson, Rosalind S. Principles of Nutritional Assessments. New York, USA:Oxford University Press, 2005.
36
31. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,Riset kesehatan dasar (Riskesdas). Departemen kesehatan Indonesia 2007: halaman 50
32. Centers for Disease Control and Prevention. Overweight and Obesity. (internet) [cited 15 Januari 2012] Available athttp://www.cdc.gov/obesity/childhood/consequences .html.
33. Suryaputra K,Nadhiroh SR.Perbedaan Pola Makan dan Aktivitas Fisik Antara Remaja Obesitas dan Non-Obesitas.Makara 2012.(1).p45-50
34. Aini SN.Faktor Resiko yang Berhubungan Dengan Kejadian Gizi Lebih Pada Remaja di Perkotaan.UPJH 2012.1(2). P1-8
35. Oktaviani WD,Saraswati LD,Rahfiluffin MZ. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food, Aktivitas Fisik, Pola Konsumsi, Karakteristik Remaja dan Orangtua Dengan Indeks Massa Tubuh(IMT).JKM 2012.1(2).p542-53
36. Irma R, Kamaruddin T.Faktor-Faktor Resiko Terjadinya Obesitas Pada Ana (Skripsi).Kendari :Jurusan Gizi Poltakkes ; 2006
LAMPIRAN
HASIL PENELITIAN
Statistics
Jenis
Kelamin Usia
Status
Gizi
Aktivitas
Fisik
Asupan
Gizi
Indeks
Massa
Tubuh
N Valid 40 40 40 40 40 40
Missing 0 0 0 0 0 0
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid laki-laki 18 45.0 45.0 45.0
perempuan 22 55.0 55.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
37
Valid 16.00 8 20.0 20.0 20.0
17.00 25 62.5 62.5 82.5
18.00 7 17.5 17.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
Indeks Massa Tubuh
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid kurus 8 20.0 20.0 20.0
normal 10 25.0 25.0 45.0
overweight 4 10.0 10.0 55.0
obesitas 1 16 40.0 40.0 95.0
obesitas 2 2 5.0 5.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
Aktivitas Fisik
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid aktif 19 47.5 47.5 47.5
tidak aktif 21 52.5 52.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
Asupan Gizi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid cukup asupan gizi 27 67.5 67.5 67.5
kurang asupan gizi 13 32.5 32.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
Status Gizi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
38
Valid Obesitas 18 45.0 45.0 45.0
tidak obesitas 22 55.0 55.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Aktivitas Fisik * Status Gizi 40 100.0% 0 0.0% 40 100.0%
Aktivitas Fisik * Status Gizi Crosstabulation
Status Gizi
TotalObesitas tidak obesitas
Aktivitas Fisik aktif Count 1 18 19
Expected Count 8.6 10.5 19.0
% of Total 2.5% 45.0% 47.5%
tidak aktif Count 17 4 21
Expected Count 9.5 11.6 21.0
% of Total 42.5% 10.0% 52.5%
Total Count 18 22 40
Expected Count 18.0 22.0 40.0
% of Total 45.0% 55.0% 100.0%
39
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 23.089a 1 .000
Continuity Correctionb 20.132 1 .000
Likelihood Ratio 26.765 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 22.512 1 .000
N of Valid Cases 40
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.55.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Aktivitas Fisik
(aktif / tidak aktif).013 .001 .129
For cohort Status Gizi =
Obesitas.065 .010 .443
For cohort Status Gizi = tidak
obesitas4.974 2.046 12.088
N of Valid Cases 40
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Asupan Gizi * Status Gizi 40 100.0% 0 0.0% 40 100.0%
40
Asupan Gizi * Status Gizi Crosstabulation
Status Gizi
TotalObesitas tidak obesitas
Asupan Gizi cukup asupan gizi Count 17 10 27
Expected Count 12.2 14.9 27.0
% of Total 42.5% 25.0% 67.5%
kurang asupan gizi Count 1 12 13
Expected Count 5.9 7.2 13.0
% of Total 2.5% 30.0% 32.5%
Total Count 18 22 40
Expected Count 18.0 22.0 40.0
% of Total 45.0% 55.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 10.831a 1 .001
Continuity Correctionb 8.713 1 .003
Likelihood Ratio 12.406 1 .000
Fisher's Exact Test .002 .001
Linear-by-Linear Association 10.560 1 .001
N of Valid Cases 40
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.85.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Asupan Gizi
(cukup asupan gizi / kurang
asupan gizi)
20.400 2.296 181.264
41
For cohort Status Gizi =
Obesitas8.185 1.218 55.009
For cohort Status Gizi = tidak
obesitas.401 .239 .672
N of Valid Cases 40
42
KUESIONER
I. DAFTAR IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama : …………………………………..
2. Umur : ……………………..............tahun
3. Jenis Kelamin : ………………………….
II. HASIL PENGUKURAN RESPONDEN
4. Berat Badan (BB) : ……………………kg
5. Tinggi Badan (TB) : ………………......cm
6. IMT : ……………………………………
43
FORMULIR
FOOD RECALL 24 JAM
Hari/Tanggal : ………………………….
Harike- : ………………………….
Waktu NamaMasakan BahanMasakan
Jenis Banyaknya
URT Gr
Pagi/jam
Siang/ Jam
Malam/Jam
44
FORMULIR
AKTIVITAS FISIK
a. Aktifitas Olahraga
1. apakah anda berolahraga? 1. Ya 2. Tidak
2. Jika ya, olahraga apa yang sering anda lakukan?
3. a) berapa lama anda melakukan olahraga tersebut setiap
kalinya ?.......menit/kali
b) selama seminggu, berapa kali ? 1. <1 2. 1-3 3. 4-6 4. 7-9 5. >4
c) selama setahun, berapa bulan ? 1. <1 2.1-3 3. 4-6 4. 7-9 5.>9
4. apakah anda melakukan olahraga lainnya (selain yang disebutkan di atas) ?
1. ya, yaitu........... 2. Tidak
(apabila jawaban tidak, lanjutkan pertanyaan 6)
5. a) selama seminggu, berapa kali ? 1. <1 2.1-2 3.2-3 4.3-4 5.>4
b) selama setahun, berapa bulan? 1. <1 2.1-3 3. 4-6 4.7-9 5.>9
b. Waktu luang
Sangat kurang
kurang Cukup Banyak Sangat banyak
6. jika dibandingkan dengan orang lain yang seumuran dengan anda, apakah waktu luang anda dirasakan :
45
7. selama waktu luang, apakah anda sering berkeringat ?
8. selama waktu luang, apakah anda berolahraga?
9. selama waktu luang, apakah anda menonton televisi/ radio?
10. selama waktu luang, apakah anda melakukan kegiatan dengan berjalan?
11Selam waktu luang, apakah anda melakukan suatu kegiatan dengan jalan berkeliling/bersepeda ?
12. Berapa menit anda berjalan/bersepeda dalam sehari dari dan ke tempat tujuan
anda?
1. < 5 menit 2. 5-15 menit 3. 15-30 menit 4. 30-45 menit 5. >45 menit
46
INFORMED CONSENT
Penjelasan mengenai penelitian
Penelitian mengenai hubungan antara aktivitas fisik dan asupan gizi dengan
obesitas, yang diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat meningkatkan
informasi dan status gizi kesehatan masyarakat khususnya remaja dan dapat
terhindar dari obesitas dan juga dampak-dampaknya.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan tingkat pengetahuan
mengenai risiko tersebut sehingga dapat melaksanakan pencegahan dan
pengendaliannya.
Oleh karena itu kami mengharapkan bapak/ibu/saudara untuk ikut serta
dalam penelitian ini. Bila bersedia maka peneliti akan melakukan wawancara dan
jika memenuhi persyaratan maka akan dilakukan pengukuran tinggi badan, berat
badan.Hasil pemeriksaan ini akan diinformasikan kepada bapak/ibu/saudara dan
semua hasil pemeriksaan akan dirahasiakan.
Bila ada pertanyaan, bapak/ibu/saudara dapat menghubungi peneliti di
nomor telepon 081213684804.
Bapak/ibu/saudara bebas untuk menolak ikut dalam penelitian ini. Bila
bapak/ibu/saudara bersedia ikut dalam penelitian ini kami mohon untuk
membubuhkan tanda tangan pada formulir persetujuan di bawah ini.
Jakarta,…………………..... 2013
47
Malika
FORMULIR PERSETUJUAN
Semua penjelasan di atas telah disampaikan kepada saya dan telah saya
pahami. Dengan menandatangani formulir ini saya SETUJU untuk ikut dalam
penelitian ini.
Nama peserta penelitian :
Tanda tangan :
Tanggal :
48