skripsi sri.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • PENERAPAN DIAGONALISASI MATRIKS DALAM MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFERENSIAL

    LINIER HOMOGEN ORDE-n

    SKRIPSI

    Oleh: Sri Rahmah

    NIM 01510043

    JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG 2007

  • HALAMAN PENGAJUAN

    PENERAPAN DIAGONALISASI MATRIKS DALAM MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFERENSIAL

    LINIER HOMOGEN ORDE-n

    SKRIPSI

    Diajukan Kepada Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Malang

    untuk Memenuhi Salah Satu persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)

    Oleh: Sri Rahmah

    NIM 01510043

    JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG 2007

  • HALAMAN PERSETUJUAN

    PENERAPAN DIAGONALISASI MATRIKS DALAM MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFERENSIAL

    LINIER HOMOGEN ORDE-n

    SKRIPSI

    Oleh: Sri Rahmah

    NIM 01510043

    Telah disetujui oleh: Pembimbing,

    Drs. H. Turmudi. M.Si NIP 150.209.630

    Tanggal, 12 Desember 2007

    Mengetahui, Ketua Jurusan Matematika

    Fakultas Sains dan Teknologi

    Sri Harini, M. Si NIP 150.318.321

  • HALAMAN PENGESAHAN

    PENERAPAN DIAGONALISASI MATRIKS DALAM MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFERENSIAL

    LINIER HOMOGEN ORDE-n

    SKRIPSI

    Oleh: Sri Rahmah

    NIM 01510043

    Telah dipertahankan di depan dewan penguji skripsi dan dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh

    Gelar sarjana Sains (S,Si)

    Tanggal, 17 Desember 2007

    Dewan Penguji: Tanda Tangan

    1. Penguji Utama : Sri Harini, M.Si ( ) Nip 150 318 321

    2. Ketua penguji : Wahyu H. Irawan, M.Pd ( ) Nip 150 300 415

    3. Sekertaris : Drs. H. Turmudi, M.Si ( ) Nip 150 209 630

    Mengetahui dan Mengesahkan, a.n. Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

    Kepala Jurusan Matematika

    Sri Harini, M.Si Nip 150 318 321

  • PERSEMBAHAN Seiring kebahagiaan dan rasa syukur yang teramat dalam Qpersembahkan karya mungilQ untuk orang-orang tersayang dan tercinta serta orang-orang yang telah mewarnai hidupQ:

    Segenap dosen dan staf jurusan matematika Universitas Islam Negeri (UIN) Malang yang selama ini telah memberikan ilmu pengetahuan

    dan membagikan pengalamannya selama masa studi penulis. Ayahanda Tajuddin dan Ibunda Nurmi yang kucinta& kuhormati:Tiada terbatas

    terima kasih dan syukur ananda atas segala tuntunan, kesabaran dan dukungan serta doa yang selalu menyertai disetiap langkahku, untuk mencapai cita-cita

    demi kesuksesan buah hatimu, kepada Allah jualah ananda bermohon semoga ayah dan ibunda senantiasa terlindungi dalam rahmat-Nya Ya robbi, Ampunisegala dosa-dosa-

    Nya dan kabulkan Segala doanya serta sayangilah mereka sebagaimanamereka menyayangiku dan toek pak suaib sekeluarga terimakasih tas kasihsayang, perhatian

    serta dukungan yang tercurahkan selama ananda dirantauan,toek mas agus,mbak munir thank tas support&bantuannya.Saudara-saudaraku yang kucinta dan kusayang:

    Mas nandar berusahalah untuk lebih baik tak ada yang jatuh dari langit dengan cuma-cuma semuanya perlu usaha dan doa, tieni&penokanQ yang lucu makacih telah

    menemaniQ disaat suka&duka .Dek ernha yang selalu memberikan dorongan dan support untuk maju terus dalam menggapai cita-cita dengan penuh pengertian, engkau adalah lautan semangat disetiap langkah hidupQ dan qt jadikan pengalaman sebagai motivasi untuk lebih waspada akibatnya. Dek fathir,adam&nuju: Berjuanglah demi masa depan kalian dan jangan lupa untuk senantiasa ibtahal untuk ketenangan hati kalian, ingat!!!

    Ayah&bunda menaruh asa yang besar pada kalian.Toek teman-teman yang telah mewarnai hidupku:Rizan teman seperjuanganQ yang tulus menemani dalam tawa dan

    air mata, nourul,ekha&yaty thanks tas komputer dan kebersamaannya telah mewarnailorong-lorong hidupQ,cik,benny,ulfa,lya makasih tas support& informasinya, maskur,muys,riama,aedha makasih dah jadi teman curhatQ, ima,fah,fat,atyk,alam,sri,

    mut,hasnah,fitri,ani banyak hikmah hidup Qpetik dalam kebersamaan kita meski masih banyak yang belum Qmengerti dan toek orang-orang yang tak mampu Qsebut namanya

    disini terimakasih tas segala kebaikan yang pernah kalian berikan,selamanya akan Q ukir dalam hati, tatkala zaman memisahkan kita jangan lupakan aq walaupun panjang

    perpisahan itu.

  • MOTTO

    Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya,namun kegagalan merupakan

    keberhasilan yang tertunda, Jadikan masalalu sebagai pelajaran

    untuk lebih waspada akibatnya kesuksesan itu datang sesudah kesabaran, Kelapangan datang sesudah kesempitan,

    Dan kemudahan datang sesudah kesulitan, Masa lalu adalah kenangan indah, Masa sekarang perlu dijalani, Dan

    Masa depanlah yang perlu diraih dan diwujudkan,

    tak ada yang jatuh dari langit dengan percuma

    semua perlu upaya dan ibtahal

  • SURAT PERNYATAAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah saya: Nama : Sri Rahmah NIM : 01510043 Jurusan : Matematika Fakultas : Sains Dan Teknologi

    Menyatakan bahwa "Skripsi" saya yang berjudul merupakan hasil karya saya sendiri, Penerapan Diagonalisasi Matriks Dalam Meyelesaikan Persamaan Diferensial Homogen orde-n bukan duplikasi ataupun plagiasi dari karya orang lain.

    Selanjutnya apabila di kemudian hari ada gugatan ataupun tuntutan dari pihak lain atas karya saya ini, maka hal itu sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya sendiri.

    Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan tanpa paksaan dari siapapun.

    Malang,12 Desember 2007 yang menyatakan,

    Sri Rahmah Nim 01510043

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,

    taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaiakan penulisan skripsi ini yang

    berjudul penerapan diagonalisasi matriks dalam menyelesaikan persamaan

    diferensial linier homogen orde-n

    Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita

    nabi besar Muhammad SAW. Beserta keluarga dan sahabat-Nya yang telah

    mengantarkan kita pada jalan kebenaran.

    Suatu kebanggan bagi penulis karena dapat menyelesaikan penyusunan

    skripsi ini yang tentunya tidak lepas dari dukungan semangat dan segenap bantuan

    dari beberapa pihak, karenanya dalam kesempatan ini penulis menyampaikan

    banyak terima kasih yang sebesar-besar-Nya dan penghargaan yang setinggi-

    tingginya kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku rektor Universitas Islam

    Negeri Malang.

    2. Bapak Prof. Drs. Sutiman Bambang Sumitro, SU. DSC selaku Dekan

    Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Malang.

    3. Ibu Sri Harini M.Si selaku ketua jurusan Matematika Universitas Islam

    Negeri Malang.

    4. Bapak Drs.H.Turmudi M.Si selaku dosen pembimbing karena atas

    bimbingan dan bantuan serta motivasi yang beliau berikan sehingga

    skripsi ini dapat terselesaikan.

  • 5. Segenap dosen dan staf jurusan matematika Universitas Islam Negeri

    Malang yang selama ini telah memberikan ilmu pengetahuan kepada

    penulis dengan penuh keikhlasan.

    6. Ayahanda&Ibunda (Tajuddin&Nurmi) yang telah memberikan dukungan

    baik moril maupun materil demi kesuksesan penulis serta doa, perhatian

    dan kasihsayang yang selalu menyertai setiap langkahku sehingga

    penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

    7. Pak suaib sekeluarga&pak tamin,mapak yudy,bu lima,mas agus,mbak

    munir,yang telah mensupport dan perhatian serta kasih sayangnya.

    8. Kakak dan adek-adek tercinta yang selalu memberikan motivasi dan

    support serta doa yang selalu menyertai disetiap langkah penulis sehingga

    penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

    9. Teman-teman yang telah memberikan dukungan dan semangat serta semua

    pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.

    Semoga dengan segenap bantuan yang diberikan kepada penulis menjadi

    amal sholeh dan semoga Allah memberikan balasan yang sepantasnya. penulis

    menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih

    banyak kekurangan, seperti tak ada gading yang tak retak Oleh karena itu,

    kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna perbaikan kedepan.

    Akhirnya, hanya pada Allah SWT, penulis mohon petunjuk dan

    pertolongan mudah-mudahan karya ini bermanfaat bagi sekalian amin.

    Malang, 12 desember 2007

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv HALAMAN PERNYATAAN........................................................................ v HALAMAN MOTTO .................................................................................... vi HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... vii KATA PENGANTAR.................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................. x ABSRTAK...................................................................................................... xii

    BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ............................................................................... 1 B. Rumusan masalah........................................................................... 3 C. Tujuan penelitian............................................................................ 3 D. Manfaat penulisan ......................................................................... 4

    E. Batasan masalah ............................................................................. 4

    F. Metode penelitian ........................................................................... 5 G. Sistematika pembahasan................................................................. 5

    BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian tentang matriks.................................................................... 7

    1. Pengertian matriks dan matriks diagonal ................................... 7

    2. Determinan dan matriks Jordan................................................ 9 3. Perkalian matriks dan matriks invers......................................... 17 4. Nilai eigen dan vektor eigen ..................................................... 25 5. Diagonalisasi matriks................................................................ 28

  • B. Kajian tentang persamaan diferensial (PD) biasa .......................... 34 1. Persamaan diferensial linier homogen dengan koefisien kontan 34 2. Persamaan diferensial linier tak homogen ................................ 35 3. Persamaan diferensial linier homogen orde-n............................ 36

    BAB III PEMBAHASAN A. Penerapan diagonalisasi matriks dalam menyelesaikan persamaan

    diferensial linier homogen orde-n dengan koefisien konstan. ......... 46 1. Persamaan karakteristik dengan akar-akar real dan berlainan .... 54 2. Persamaan karakteristik dengan akar-akar yang sama ............... 66 3. Akar-akar kompleks dan sekawan............................................. 71

    BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................... 80 B. Saran .............................................................................................. 83

    DAFTAR PUSTAKA

  • ABSTRAK

    Rahmah, Sri. 2007. Penerapan Diagonalisasi Matriks dalam Menyelesaiakan Persamaan Diferensial Linier Homogen Orde-n. Skripsi, Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Malang. Dosen Pembimbing Drs.H.Turmudi,M.Si

    Kata kunci: Diagonalisasi matriks, Persamaan diferensial linier homogen Orde-n.

    Persamaan diferensial linier homogen dapat diselesaikan dengan menggunakan diagonalisasi matriks Dengan diagonalisasi matriks koefisien suatu persamaan dibentuk menjadi matriks diagonal sehingga persamaan yang semula melibatkan banyak fungsi yang tidak diketahui menjadi persamaan yang hanya mempunyai satu fungsi yang tak diketahui sehingga persamaan tersebut mudah untuk dipecahkan.

    Tujuan dari penulisan ini adalah: untuk mengetahui cara penggunaan diagonalisasi matriks dalam menyelesaikan persamaan diferensial linier homogen orde-n dengan koefisien konstan.

    Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah studi literatur. Dimana penulis mengumpulkan beberapa buku penunjang yaitu: aljabar linier elementer, persamaan diferensial dan Literatur pendamping lainnya. Dengan cara membaca dan memahami materi yang berkaitan dengan pokok bahasan, kemudian dari buku-buku tersebut digabungkan beberapa teori yang terkait dari satu mata kuliah yang kemudian mengaplikasikannya pada mata kuliah lainnya.

    Langkah-langkah menyelesaikan sistem PD dengan cara diagonalisasi matriks adalah. (1) Dengan menyatakan persamaan diferensial di dalam bentuk matriks Y=AY dengan A sebagai matriks koefisien. (2) menentukan nilai-nilai eigen (1, 2,,n) dari (A I)Y=0. (3) menentukan vektor eigen dari matriks A yang yang bersesuaian dengan yaitu p1, p2,,pn dari vektor eigen itu dibentuk sebuah matriks P yang mendiagonalisasi matriks A. (4) dicari matriks invers dari P yaitu P-1. (5) proses diagonalisasi matriks A (D=P-1 AP). (6) proses penyulihan (substitusi) Y=PU dan Y=PU untuk mendapatkan sistem diagonal yang baru U=DU, dengan D=P-1AP, dengan memecahkan U=DU diperoleh penyelesaian dari persamaan diferensial linier homogen orde-n. (7) untuk memperoleh penyelesaian matriks yang baru diperoleh (U) dibentuk ke dalam y = cerx.

    Apabila nilai eigen yang diperoleh real dan berlainan (12 n) maka penyelesaian persamaan diferensial linier homogen orde-n: y(x)=c1e1x + c1e2x +.c1e

    nx. Apabila nilai eigennya real dan berulang (1 = 2 == n) maka

    penyelesaian dapat dilakukan dengan menggunakan matriks Jordan (J) yang tidak lagi berupa matriks diagonal. Sehingga untuk mencari matriks non singular P digunakan persamaan PJ=AP. Karena PJ=AP maka J=P-1 AP dan Y=PU, maka dari Y=PU diperoleh U=JU sebagai pemecahan dari persamaan diferensial. Jadi penyelesaian persamaan diferensial linier homogen orde-n: y(x) = c1ex (c1 + c2x + c3e

    2 ++ cnx

    n-1). Apabila nilai eigennya bilangan imajiner (1,2 = a bi) maka penyelesaian persamaan diferensial linier homogen orde-n adalah: y(x) = eax (cos bx + sin bx).

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang.

    Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang (membangun)

    untuk itu ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat dibutuhkan dalam

    pelaksanaan pembangunan. Dalam pelaksanaan pembangunan pemerintah

    mengadakan usaha-usaha pembangunan di segala bidang, tak terkecuali pada

    bidang pendidikan dan pengajaran. Sesuai dengan perkembangan dan kemajuan

    teknologi dewasa ini, sangat diperlukan sekali ilmu pengetahuan yang menunjang

    kearah perkembangan tersebut. Salah satu ilmu pengetahuan yang diperlukan

    tersebut adalah matematika. Matematika ini tidak hanya berperan pada ilmu

    eksakta saja, tetapi pada ilmu-ilmu non eksakta. Dari segi perkembangan ilmu

    pengetahuan maka terasa kekurangan-kekurangan dalam pendidikan kita

    khususnya pada minat belajar matematika.

    Dalam kehidupan masyarakat sering kita jumpai suatu anggapan bahwa

    matematika adalah pelajaran yang rumit atau sulit dan sebagai akibatnya

    penguasaan terhadap matematika itu kurang memuaskan. Padahal dalam

    kehidupan sehari-hari kita tidak pernah terlepas dari penggunaan matematika. baik

    dalam hal-hal yang paling sederhana sampai paling rumit sekalipun.

    Matematika sebagai landasan berpijak perkembangan ilmu pengetahuan

    dan teknologi (IPTEK) akan dirasakan peran dan arti pentingnya apabila para

    matematikawan itu sendiri dalam berbagai cabang IPTEK mempunyai cakrawala

  • yang luas, sehingga pada akhirnya nanti matematika akan mampu mengikuti

    langkah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang sudah

    makin pesat lajunya. Kehadiran matematika untuk membantu memecahkan

    permasalahan seiring dengan semakin kompleksnya problema teknologi. Hal ini

    tentunya akan sangat membantu dalam mencapai jalan keluar permasalahan yang

    timbul.

    Banyak situasi yang tergabung secara alami dan dapat diinterpretasikan

    dengan menggunakan teknik-teknik yang terdapat dalam matematika, matematika

    sering dijadikan model untuk menyelesaikan masalah-masalah yang

    membutuhkan penyelesaian secara tepat dan cepat. Khususnya mengenai

    penerapan diagonalisasi matriks dalam menyelesaikan persamaan diferensial linier

    homogen orde-n dengan koefisien konstan.

    Nilai eigen merupakan salah satu pokok bahasan dalam aljabar linier yang

    dapat menyelesaikan berbagai permasalahan umum, antara lain dalam bidang

    fisika, kimia, biologi, ekonomi serta dalam matematika sendiri. Salah satu

    penerapannya dalam matematika yaitu penerapan pada persamaan diferensial.

    (Anton,1997:303).

    Persamaan diferensial linier dibagi menjadi dua yaitu persamaan

    diferensial linier homogen dan persamaan diferensial linier tak homogen.

    persamaan diferensial yang akan dibahas dalam penulisan ini adalah persamaan

    diferensial linier homogen orde-n dengan koefisien konstan.

    Persamaan diferensial linier homogen dapat diselesaikan dengan

    menggunakan beberapa metode salah satunya adalah metode diagonalisasi

  • matriks. metode diagonalisasi matriks ini diharapkan dapat digunakan sebagai

    alternatif lain dalam menyelesaikan persamaan diferensial linier homogen orde-n

    dengan koefisien konstan. Dengan metode diagonalisasi matriks koefisien suatu

    persamaan dibentuk menjadi matriks diagonal sehingga persamaan yang semula

    melibatkan banyak fungsi yang tidak diketahui menjadi persamaan yang hanya

    mempunyai satu fungsi yang tak diketahui sehingga persamaan tersebut mudah

    untuk dipecahkan. Hal inilah yang menjadi pendorong bagi penulis untuk

    mengambil judul Penerapan diagonalisasi matriks dalam menyelesaikan

    persamaan diferensial linier homogen orde-n.

    B. Rumusan Masalah.

    Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis merumuskan

    suatu masalah yaitu bagaimana penggunaan diagonalisasi matriks dalam

    menyelesaikan persamaan diferensial linier homogen orde-n dengan koefisien

    konstan?

    C. Tujuan Penelitian.

    Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka dalam penulisan ini

    bertujuan untuk mengetahui penggunaan diagonalisasi matriks dalam

    menyelesaikan persamaan diferensial linier homogen orde-n dengan koefisien

    konstan.

  • D. Manfaat Pembahasan.

    Dalam penulisan skripsi tentang Penerapan diagonalisasi matriks dalam

    menyelesaikan persamaan diferensial linier homogen orde-n dengan koefisien

    konstan ini dapat berguna bagi:

    1. Bagi penulis: Menambah wawasan penulis untuk mengetahui tentang

    penerapan diagonalisai matriks dalam menyelesaikan persamaan

    diferensial linier homogen orde-n dengan koefisien konstan.

    2. Bagi lembaga:

    1. Sebagai bahan informasi tentang pembelajaran mata kuliah aljabar

    linear elementer, terutama mengenai diagonalisai matriks dalam

    menyelesaikan persamaan diferensial linier homogen orde-n dengan

    koefisien konstan.

    2. Sebagai tambahan bahan kepustakaan.

    3. Bagi mahasiswa: Menambah pengetahuan keilmuan mengenai penerapan

    diagonalisai matriks dalam menyelesaikan persamaan diferensial linier

    homogen orde-n dengan koefisien konstan.

    E. Batasan Masalah.

    Karean luasnya permasalahan yang berhubungan dengan aplikasi matriks

    pada persamaan diferensial, maka dalam penulisan ini dibatasi pada persamaan

    diferensial linier homogen orde-n dengan koefisien konstan meliputi: Persamaan

    karakteristik dengan akar-akar real dan berlainan, Persamaan karakteristik dengan

    akar-akar yang sama, Akar-akar kompleks dan sekawan.

  • F. Metode Penelitian.

    Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah studi literatur.

    Studi literatur adalah penelitian yang dilakukan dengan bantuan bermacam-

    macam material yang terdapat di ruangan perpustakaan seperti buku, majalah,

    dokumen, catatan kisah-kisah, sejarah dan sebagainya (Madalis, 1989: 28).

    Studi literatur berisi satu topik kajian yang di dalamnya memuat beberapa

    gagasan atau proposisi yang berkaitan dan harus didukung oleh data yang

    diperoleh dari berbagai sumber kepustakaan. Sumber pustaka kajian dapat berupa

    jurnal penelitian, tesis, skripsi, laporan penelitian, buku teks, makalah, laporan

    seminar, diskusi ilmiah, atau terbitan resmi pemerintah atau lembaga penerbit

    swasta. Bahan pustaka harus dibahas secara kritis dan mendalam sehingga

    mendukung gagasan proposisi untuk menghasilkan kesimpulan dan saran.

    Dalam studi literatur, penulis mengumpulkan beberapa buku penunjang

    yaitu: aljabar linier elementer, dasar-dasar aljabar linier, persamaan diferensial,

    aljabar linier, persamaan diferensial dan matematika model dan lain sebagainya.

    Dengan cara membaca dan memahami materi yang berkaitan dengan pokok

    bahasan, kemudian dari buku-buku tersebut digabungkan beberapa teori yang

    terkait dari satu mata kuliah yang kemudian mengaplikasikannya pada mata

    kuliah lainnya.

  • G. Sistematika Pembahasan.

    Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang permasalahan yang dikaji

    dalam skripsi ini maka penyusunannya didasarkan atas sistematika sebagai

    berikut:

    BAB I Pendahuluan, dalam bab ini menjelaskan tentang, latar belakang.

    rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat pembahasan, batasan masalah,

    metode penelitian dan sistematika pembahasan.

    BAB II Kajian Pustaka, dalam bab ini menjelaskan tentang, pengertian

    Matriks dan matriks diagonal, determinan dan matriks jordan, perkalian matriks

    dan matriks invers, diagonalisasi matriks, nilai eigen dan vektor eigen, persamaan

    diferensial linear homogen dengan koefisien konstan, persamaan diferensial linear

    tak homogen. persamaan diferensial linear homogen orde-n dengann koefisien

    konstan.

    BAB III Pembahasan, dalam bab ini menjelaskan, penerapan diagonalisa matriks pada persamaan diferensial linier homogen Orde-n dengan koefisien

    konstan meliputi Persamaan karakteristik dengan akar-akar real dan berlainan, Persamaan karakteristik dengan akar-akar yang sama, Akar-akar kompleks dan sekawan

    BAB IV merupakan Penutup, dalam bab ini menjelaskan tentang

    Kesimpulan dan Saran.

  • BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Kajian Tentang Matriks.

    1. Pengertian Matriks dan Matriks Diagonal.

    Definisi 1.

    Matriks adalah suatu kumpulan dari angka-angka (elemen-elemen) yang disusun

    menurut baris dan kolom sehingga berbentuk segi empat siku-siku dengan

    panjang dan lebarnya ditunjukkan oleh banyaknya baris dan kolom. (budhi,1995:

    16).

    Apabila suatu matriks A terdiri dari m baris dan n kolom, maka matriks A

    bisa ditulis sebagai berikut:

    A =

    1

    21

    11

    ma

    a

    a

    M

    2

    22

    12

    ma

    a

    a

    M

    L

    L

    L

    mn

    n

    n

    a

    a

    a

    M

    2

    1

    Bilangan-bilangan a11, a12,, amn yang menyusun matriks A disebut

    elemen atau unsur. Di dalam literatur atau buku lain biasanya disebut entri. Untuk

    selanjutnya penulis menggunakan entri untuk menyatakan bilangan-bilangan dari

    matriks. Suatu matriks biasanya dinotasikan dengan huruf kapital dan dinyatakan

    dengan tanda kurung, yaitu ada yang dalam kurumg siku (backets) [ ], ada yang

    dalam kurung biasa (parentheses) ( ) atau dalam garis vertikal yang doubel

    (double verticalbar) . Walaupun demikian, umumnya suatu matriks ditulis

    dalam tanda kurung siku atau [ ].

  • Ukuran matriks dijelaskan dengan menyatakan banyaknya baris (entri

    horisontal) dan banyaknya kolom (entri vertikal) yang terdapat dalam matriks.

    Ukuran matriks disebut ordo matriks.

    Jika A sebuah matriks, maka aij untuk menyatakan entri yang terdapat di

    dalam baris i dan j dari A. jadi sebuah matriks 3x4 yang umum dapat ditulis

    sebagai

    A =

    31

    21

    11

    a

    a

    a

    32

    22

    12

    a

    a

    a

    33

    23

    13

    a

    a

    a

    34

    24

    14

    a

    a

    a

    Contoh 1

    A =

    31

    42

    , Matriks A berordor 2x2 C = [ 4 7 8], Matriks C berordor 1x3

    B =

    23

    34

    12

    , Matriks B berordor 2x3 D =

    24

    , Matriks berordor 2x1

    Matriks yang mempunyai satu baris saja disebut matriks baris dan yang

    mempunyai satu kolom disebut matriks kolom, atau disebut juga vektor dalam

    bukunya (Budhi 1995: 16). Dengan demikian, matriks C dinamakan matriks

    baris/vektor baris, sedangkan matriks D dinamakan matriks kolom/vektor kolom.

    Dua matriks A dan B disebut sama jika ukuran kedua matriks adalah sama dan

    entri yang seletak juga sama, sehingga dapat ditulis A.

    Selanjutnya akan dibahas mengenai matriks diagonal sebagai berikut:

    Definisi 2

    Matriks diagonal adalah matriks bujur sangkar yang semua elemennya sama

    dengan nol kecuali elemen pada diagonal utamanya. (Stroud, 1996: 364)

  • A =

    0

    011

    M

    a

    0

    0

    22a

    K

    K

    K

    nna

    M

    00

    Matriks diagonal adalah matriks segitiga atas dan segitiga bawah dan

    unsur diagonal utamanya tak nol semua.

    Contoh 2:

    C =

    003

    020

    700

    Unsur-unsur pada matriks C yaitu 3, 2, 7, dinamakan unsur diagonal utama.

    2. Determinan dan matriks jordan.

    Misalkan A adalah matrik kuadrat. Fungsi determinan dinyatakan dengan

    det, dan kita definisikan det (A) sebagai jumlah semua hasil kali elementer

    bertanda dari A, jumlah det (A) kita namakan determinan A (Anton, 1997: 63).

    Rumus dari determinan adalah sebagai berikut:

    `

    21

    11

    a

    a

    22

    12

    a

    a

    31

    21

    11

    a

    a

    a

    32

    22

    12

    a

    a

    a

    33

    23

    13

    a

    a

    a

    31

    21

    11

    a

    a

    a

    32

    22

    12

    a

    a

    a

    Gambar (1) Gambar (2)

    Gambar 1 dengan mengalikan entri-entri pada panah yang mengarah ke

    kanan dan mengurangkan hasil kali entri-entri pada panah yang mengarah ke kiri.

    Gambar 2 dengan menyalin kembali kolom pertama dan kolom kedua

    kemudian dihitung dengan menjumlahkan hasil kali pada panah-panah yang

  • mengarah ke kanan dan mengutarakan hasil kali pada panah-panah yang

    mengarah ke kiri.

    Contoh 3,

    Hitunglah determinan dari matriks A =

    62

    11

    B =

    62

    1

    852

    764

    penyelesaian;

    det A =

    63

    25

    , Dengan menggunakan metode dari gambar 1 maka:

    det A = (3) (-2) (5) (6) = -6 30 = -36

    det B =

    62

    1

    852

    764

    62

    1

    852

    , Dengan menggunakan metode dari gambar 2

    maka:

    = (1.5.7) + (2.6.6) + (4.(-2).(-8)) (4.5.6) (1.6.(-8)) (2.(-2).7)

    = 35 + 72 + 64 120 - (-48) (-28) = 127

    Determinan dari sebuah matriks ordo ke-n A = ija , ditulis A

    didefinisikan sebagai bilangan yang dihitung dari jumlah berikut,

    A = () a1i a1j . anr

    jumlah diambil terhadap semua permutasi dari subkrip kedua. Sebuah unsur diberi

    tanda + jika (i, j, . , r) adalah permutasi genap dari (1, 2, , n) dan tanda -

    jika permutasi ganjil (Hadley, 1992: 74).

  • Definisi 3.

    sebuah permutasi dinamakan genap (even) jika invers seluruhnya adalah sebuah

    bilangan bulat yang genap dan dinamakan ganjil (odd) jika jumlah invers

    seluruhnya adalah sebuah bilangan bulat yang ganjil (Anton, 1987: 61)

    Definisi umum dari suatu determinan adalah

    Jika A adalah suatu matriks berordo nxn, maka submatriks (n-1) x (n-1) yang

    diperoleh dari A dengan menghapus baris ke i dan kolom ke j dinamakan minor

    unsur (i.j) dari matriks A dan dilambangkan dengan Mij atau Mij (A). (Cullen;

    1993: 106).

    Definisi 4.

    Jika A adalah matriks kuadrat, maka minor entri aij dinyatakan oleh mij dan

    didefinisikan menjadi determinan submatriks yang tetap setelah baris ke-i dan

    kolom ke-j dicoret dari A. bilangan (-1)i+j Mij yang di namakan kofaktor entri aij

    (Anton, 1997:77).

    kofaktor dan minor entri ajj hanya berbeda dalam tandanya, yakni Cij =

    Mij. Cara untuk menentukan apakah Cij = Mij atau Cij = -Mij adalah dengan

    menggunakan tanda yang menghubungkan Cij dan Mij dalam baris ke-i dan kolom

    ke-j dari susunan berikut

    +

    +

    M

    M

    +

    M

    +

    +

    M

    L

    L

    L

    sehingga C11 = M11, C21 = -K21, C12 = - M12, C22 = M22 dan seterusnya. Jadi,

    jika i + j adalah genap, maka Cij = Mij dan jika i + j adalah ganjil, maka Cij = -Mij.

  • Bentuk umum matriks 3 x 3 adalah sebagai berikut:

    A =

    31

    21

    11

    a

    a

    a

    32

    22

    12

    a

    a

    a

    33

    23

    13

    a

    a

    a

    Berdasarkan definisi determinan, maka

    Det (A) = (a11a22a33 + a12a23a31 + a21a32a13) - (a31a22a13 + a32a23a11 + a21a12a33).

    = a11(a22a33 - a23a32) + a21(a13 a32 - a12a33) + a31(a12 a23 - a13 a22)

    karena pernyataan-pernyataan dalam kurung adalah kofaktor-kofaktor dari C11,

    C21, C31, maka diperoleh

    det (A) = a11C11 + a21C21 + a31C31 (2.1)

    Persamaan (2.1) memperlihatkan bahwa determinan A dapat dihitung dengan

    mengalikan entri-entri dalam kolom pertama dari A dengan kofaktor-kofaktornya,

    dan menambahkan hasil perkalian yang dihasilkan. Metode menghitung

    determinan seperti ini dinamakan ekspansi kofaktor pada kolom pertama dari A

    (Anton, 1997: 78).

    Contoh 4.

    A=

    213

    462

    03

    1 maka

    Minor entri a11adalah M11 = 46

    03

    = 0-(-12) = 12

    dan kofaktor entri a11 adalah C11 = (-1)1+1 = (1) 12 = 12 Minor entri a13adalah M13 = 2

    1

    46

    = -4 -12 = -16

    dan kofaktor entri a13 adalah C13 = (-1)1+3 = (1) -16 = -16 Minor entri a21adalah M21 = 4

    2

    01

    = 0 - 4 = 4

    dan kofaktor entri a21 adalah C21 = (-1)2+1 = (1) 4 = 4

  • Minor entri a22adalah M22 = 23

    01

    = 0 - 2 = 2

    dan kofaktor entri a22 adalah C22 = (-1)2+2 = (1) 2 = 2 Minor entri a31adalah M31 = 6

    2

    31

    = 6-(-6) = 12

    dan kofaktor entri a31 adalah C31 = (-1)3+1 = (1) 12 = 12 minor entri a32 adalah M32 = 1

    3

    22

    12

    a

    a = 9 (-1) = -10

    dan kofaktor entri a32 adalah C32 = (-1)3+2M32 = -M32 = -10

    Kofaktor A adalah C11 = 12 C12 = 6 C13 = -16

    C21 = 4 C22 = -2 C23 = 16

    C31 = 12 C32 = -10 C33 = 16

    sehingga matriks kofaktor

    12412

    1026

    1616

    16, dan Adj (A) =

    16612

    162

    4

    1616

    12

    Sifat-sifat determinan.

    1. Matriks persegi yang salah satu vektor barisnya (kolomnya) unsur-unsurnya

    nol maka nilai determinannya sama dengan nol.

    2. Determinan traspos suatu matriks sama dengan matriks itu sendiri (det Ai = det

    A)

    3. Determinan dari suatu matriks persegi A yang salah satu baris atau kolom

    dikalikan dengan skalar k, maka determinannya berubah menjadi k A.

    4. Determinaan suatu baris yang salah satu baris atau kolomnya ditukar dengan

    baris atau kolom yang lain maka nilai determinan matriks tersebut menjadi

    negatif dari determinan semula.

    5. Determinan dari suatu matriks persegi yang salah dua baris atau kolom yang

    sama adalah sama dengan nol.

  • 6. Determinan dari suatu matriks persegi yang salah satu baris atau kolomnya

    merupakan kelipatan dari baris atau kolom yang adalah sama dengan nol.

    7. Determinan dari matriks persegi A = [aij] berdimensi n yang baris ke i atau

    kolom ke j terdiri dari elemen-elemen yang dapat diuraikan menjadi dua

    binomium, maka determinannya sama dengan A yang baris ke i atau kolom ke

    j diganti oleh satu binomium persegi tidak berubah nilainya jika salah satu

    baris atau kolom diganti dengan suku yang kedua.

    8. Determinan dari suatu matriks persegi tidak berubah nilainya jika salah satu

    baris atau kolom ditambah dengan kelipatan baris atau kolom yang lainnya.

    Determinan dari matriks segitiga adalah sama dengan produk (hasil kali) elemen-

    elemen diagonalnya (Ayres, 2000:20)

    Selanjutnya akan dibahas Matriks Jordan.

    Di dalam penerapannya, ada kalanya suatu matriks tidak dapat

    didiagonalkan. Untuk matriks yang tidak dapat didiagonalkan, selalu dapat dibuat

    menjadi similar dengan matriks yang hampir diagonal yang disebut sebagai

    bentuk normal Jordan, yaitu matriks segi tiga atas atau bawah yang lebih khusus

    lagi. (budhi, 1995:301).

    Misalkan diketahui matriks 2x2 dengan dua nilai eigen yang sama. Jika

    matriks tersebut mempunyai dua vektor eigen yeng bebas linier, maka matriks

    tersebut similar dengan matriks diagonal. Tetapi dalam hal matriks hanya

    mempunyai sebuah nilai eigen, maka matriks tersebut similar dengan bentuk

    normal Jordan.

    0

    1

  • matriks tersebut hanya mempunyai satu nilai eigen sebab jika mempunyai dua

    nilai eigen maka matriks tersebut dapat didiagonalkan.

    Ada dua kasus bentuk Jordan untuk matriks berordo 3x3, yaitu matriks

    yang mempunyai dua nilai eigen (berbeda) atau hanya satu nilai eigen. Untuk satu

    nilai, ada dua kasus yaitu tergantung dari banyaknya vektor eigen yeng bebas

    linier. Matriks berikut merupakan contoh matriks dengan satu nilai eigen yang

    masing-masing mempunyai satu dan dua vektor eigen yeng bebas linier.

    00

    0

    1

    10

    00

    0

    1

    00

    sedangkan untuk dua nilai eigen , mempunyai bentuk normal Jordan sebagai

    berikut

    00

    0

    1

    10

    Matriks di atas mempunyai dua vektor eigen yang bebas linier, atau satu vektor

    eigen bebas linier yang berkaitan dengan nilai eigen ganda. Jadi jika matriks 3x3

    mempunyai tiga vektor eigen yang bebas linier, matriks tersebut dapat

    didiagonalkan.

    Definisi 5

    Matriks A berordo nxn mempunyai vektor eigen v1, v2,,vs bebas linier,

    matriks tersebut similar dengan matriks diagonal dalam bentuk normal Jordan.

  • 0

    01

    M

    J

    0

    0

    2

    M

    J

    L

    L

    L

    .

    sJM

    00

    Dimana setiap sub matriks J1 adalah blok dangan bentuk

    Ji =

    0

    00

    M

    i

    0

    0

    0

    M

    i

    0

    00

    M

    i

    L

    O

    L

    L

    L

    iM

    000

    Dengan 1 adalah nilai eigen dari A dan bersesuaian dengan vektor eigen v1

    (Edwards 2001:453)

    Definisi 6

    Jika A dan B adalah matriks nxn, dan terdapat P matriks nxn yang non singular,

    sehingga B = P -1AP, maka B dikatakan serupa dengan A. (baker, 1990:216)

    Contoh 5.

    Diketahui A =

    600

    12

    0

    411

    , B =

    001

    02

    0

    300

    ,

    dan matriks non singular P =

    111

    e

    c

    a

    fdb

    . Jika B serupa dengan A,

    maka tentukanlah matriks non singular P

    Penyelesaian,

    P non singular berarti martiks P mempunyai invers (devinisi 8) yaitu P-1.

    B serupa dengan A sehingga B = P-1A P.

  • PB = AP

    111

    e

    c

    a

    fdb

    .

    001

    02

    0

    12

    0

    =

    600

    12

    0

    411

    111

    e

    c

    a

    fdb

    Sehingga diperoleh a = 1, b =1, c = -2, d = -3, e = -4 dan f = 9

    jadi matriks non singular P =

    111

    42

    1

    93

    1

    3. Perkalian matriks dan matriks invers.

    Definisi 7.

    Jika A adalah matriks m x r dan B adalah matriks r x n, maka hasil AB adalah m x

    n yang entri-entrinya ditentukan sebagai berikut: untuk mencari entri dalam baris i

    dan kolom j dari matriks AB, pilihlah baris i dari matriks A dan kolom j dari

    matriks B. kalikan entri-entri yang bersesuaian dari baris dan kolom tersebut

    bersama-sama dan kemudian tambahkan hasil kali yang dihasilkan. (Anton,1997:

    25)

    Contoh 6;

    A =

    41

    13

    69

    B =

    546

    302

    618

    64

    3

    Maka, AB =

    41

    13

    69

    546

    302

    618

    64

    3

    =

    ++

    ++

    30.42445126

    18082702

    +

    ++

    364325438

    ++

    ++

    +

    3641218123

  • =

    1863

    1029

    065

    49

    Karena A adalah matriks 2x3 dan B adalah matriks 3x4 maka hasil kali AB adalah

    matriks 2x4.

    Definisi 8

    Jika A adalah matriks bujur sangkar, dan jika dapat dicari matriks B sehingga

    AB=BA=I, maka A dikatakan dapat dibalik (invertable) dan B dinamakan balikan

    (Inverse) dari A. (Anton, 1997: 34).

    Contoh 7

    B =

    13

    25

    adalah invers dari A =

    12

    35

    karena,

    AB =

    12

    35

    13

    25

    =

    01

    10

    = I dan

    BA =

    13

    25

    12

    35

    =

    01

    10

    = I

    Sifat-sifat perkalian matriks:

    1. AB BA (tidak komutatif)

    2. (AB) C = A (BC) (sifat assosiatif)

    3. A (B+C) = AB + AC (sifat distribusi).

    Contoh 8:

    A =

    32

    01

    24

    B =

    423

    21

    5 Maka

  • AB =

    32

    01

    24

    423

    21

    5

    =

    ++

    ++

    4.22.03.34.42.13.2

    ++

    ++

    2.2)1.(05.32.4)1.(15.2

    =

    124

    1117

    BA =

    423

    21

    5

    32

    01

    24

    =

    +

    6834156

    040203

    +

    +

    +

    +

    +

    416281012

    =

    27

    9

    423

    20622

    Karena A matriks 2x3 dan B matriks 3x2, maka hasil kali AB adalah matriks 2x2.

    Karena B matriks 3x2 dan A matriks 2x3, maka hasil kali BA adalah matriks 3x3

    Jadi tebukti bahwa perkalian matriks tidak bersifat komutatif atau AB BA

    Sedangkan sifat-sifat matriks invers adalah.

    1. Invers hasil kali dua buah matriks A dan B sama dengan hasil kali invers

    masing-masing matriks dengan urutan yang barlainan.

    Jadi, (AB)-1 = B-1. A-1 (Subagio Suharti: 1986: 4.8).

    Bukti: telah diketahui bahwa AA-1 = A-1A = I dan BB-1 = B-1B = I

    begitu pula (AB) (AB)-1 = (AB)-1 (AB) = I

    (AB) (B-1 A-1 ) = A (BB-1) A-1 assosiatif

    = A I A karena BB-1 = I

    = AA-1 = I

    (B-1 A-1 ) (AB) = B-1 (A-1A) B assosiatif

    = B-1 I B karena A-1 A = I

  • = B-1 B = I

    Jadi (AB)-1 = B-1A-1

    Contoh 9 : Jika A =

    12

    23

    dan B =

    53

    42

    ,tunjukan bahwa (AB)-1= B-1A-1

    Penyelesaian: jika A =

    12

    23

    , maka A-1=

    12

    23

    jika B =

    53

    42

    , maka B-1= 21

    54

    32

    B-1A-1 = 21

    54

    32

    12

    23

    =

    21

    1310

    2116

    =

    213

    5

    221

    8

    AB =

    12

    23

    53

    42

    =

    1321

    1016

    (AB)-1= 208210

    1

    1310

    2116

    =

    21

    1310

    2116

    =

    213

    5

    221

    8

    Jadi (A)-1 = B-1 A-1

    2. Jika A matriks non singular maka invers dari invers A adalah A.

    jadi (A-1)-1 = A (Subagio Suharti: 1986: 4.9).

    Bukti: A-1 invers dari A. jadi, AA-1 = A-1A = I atau A-1A = AA-1 = I

    dengan A matriks yang telah diketahui maka A-1 invers dari A,

    jika A-1A = AA-1 = I dengan A-1 matriks yang telah diketahui

  • maka A adalah invers dari A-1 yang dinyatakan dengan A = (A-1)-1.

    Contoh 10: jika A

    35

    34

    , tunjukan bahwa invers dari invers A adalah A

    atau (A-1)-1 = A.

    Penyelesaian: jika

    35

    34

    maka A-1 31

    33

    54

    atau

    1

    1

    35

    34

    jika A-1 =

    1

    1

    35

    34

    maka (A-1) = 34

    35

    1

    135

    134

    =

    311

    135

    134

    = 3

    135

    134

    =

    35

    14

    pada (A-1) = A

    Sedangkan cara mencari Matriks Invers sebagai berikut:

    Jika P =

    c

    a

    db

    untuk mendapatkan matriks P, dipergunakan perkalian matriks

    dan kesamaan dua buah matriks sebagai berikut:

    Misalkan P-1 =

    z

    x

    u

    y dan P.P-1 = I jadi

    c

    a

    db

    z

    x

    u

    y =

    01

    10

    +

    +

    dzcxbzax

    +

    +

    ducybuay

    =

    01

    10

  • a) ax + bz = 1 b) ay + bu = 0

    cx + dz = 0 cy + du = 1

    penyelesaiaan sistem persamaan ini adalah

    a) ax + bz = 1

    cx + dz = 0 jika persamaan pertama dikalikan dengan d dan

    persamaan kedua dikalikan dengan b diperoleh

    adx + bdx = d

    bcx + bdx = 0 _

    (ad - bc) x = d atau x = bcad

    d

    b) ay + bu = 0

    cy + du = 1, jika persamaan pertama dikalikan dengan d dan

    persamaan kedua dikalikan dengan b diperoleh

    ady + bdu = 0

    bcy + bdu = -b _

    (ad - bc) x = d atau y = bcad

    b

    dengan substitusi diperoleh bu ay atau u = bcad

    a

    nilai x, y, z, dan u ada apabila ad o

    jadi P-1 =

    bcadc

    bcadd

    bcada

    bcadb

    atau P-1 bcad

    1

    c

    d

    a

    b

    dengan ad - bc 0

  • Contoh 11:

    Tentukan matriks invers P =

    35

    46

    Penyelesaian:

    jika P =

    c

    a

    db

    maka P-1 = bcad

    1

    c

    d

    a

    b

    jadi P-1 = 1820

    1

    34

    56

    =

    21

    34

    56

    =

    23

    2

    25

    3

    Teorema 1.

    Jika A adalah matrik yang dapat dibalik, maka:

    A-1 = )(.)det(1 Aadj

    A (Anton, 1997: 82)

    Bukti;

    Akan dibuktikan A adj (A) = (A) I

    A adj (A) =

    1

    1

    21

    11

    n

    i

    a

    a

    a

    a

    M

    M

    2

    2

    22

    12

    n

    i

    a

    a

    a

    a

    M

    M

    L

    M

    L

    M

    L

    L

    nn

    in

    n

    n

    a

    a

    a

    a

    M

    M

    2

    1

    nC

    CC

    1

    12

    11

    M

    nC

    CC

    2

    22

    21

    M

    L

    M

    L

    L

    jn

    j

    j

    C

    CC

    M

    2

    1

    L

    M

    L

    L

    nn

    n

    n

    C

    CC

    M

    2

    1

    Entri-entri baris ke-i dan kolom ke-j dari A adj (A) adalah

    ai1Cj1 + ai2Cj2 + + ainCjn ..(3.1)

  • jika i = j maka (3.1) adalah ekspansi kofaktor dari det (A) pada baris ke-i dari A.

    sebaliknya jika i j, maka koefisien-koefisien a dan faktor-faktor berasal dari

    baris-baris A yang berbeda, sehingga nilai (3.1) sama dengan nol. Maka:

    A adj (A) =

    0

    0)det(

    M

    A

    0

    )det(0

    M

    A

    L

    M

    L

    L

    )det(

    00

    AM

    = det (A) I (3.2)

    Karena A dapat dibalik maka det (A) 0. jadi persamaan (2) dapat ditulis

    [ ] IAAadjA

    =)()det(1

    A IAadjA

    =

    )()det(1

    Dengan mengalikan kedua ruas dari kiri dengan A-1 maka menghasilkan

    A-1 = )()det(1 Aadj

    A

    Jadi terbukti A-1 = )()det(1 Aadj

    A

    Contoh 12;

    Carilah invers matriks A =

    213

    462

    03

    1

    Penyelesaian.

    Untuk mencari invers matriks A, maka

    Det A =42

    6123

    042361

    23

  • Det A = (3.6.0) + (2.3.2) + (-1.1.-4) (-1.6.2) - (3.3.-4) (2.1.0)

    = (0+12+4) (-12+ -36 + 0)

    = 16 (-48) = 64

    Jadi Det A = 64 dan dari contoh 4 adj A =

    16612

    1624

    1610

    12

    A-1 = )()det(1 Aadj

    A

    A-1 = 641

    16612

    1624

    1610

    12 =

    641664

    664

    12

    6416

    642

    644

    6416

    641064

    12

    4. Nilai eigen dan vektor eigen.

    Kata vektor eigen adalah ramuan bahasa jerman dan inggris. Dalam

    bahasa jerman eigen dapat diterjemahkan sebagai sebenarnya atau

    karakteristik oleh karena itu, nilai eigen dapat juga dinamakan nilai sebenarnya

    atau nilai karakteristik, dalam literatur lama kadang-kadang dinamakan akar-

    latent.

    Dalam penerapan matriks, sering di jumpai persamaan dalam bentuk A.X

    = X, Dengan A=(aij) adalah matriks bujur-sangkar dan adalah bilangan

    (skalar). Untuk solusi non-trivial, yaitu x 0, harga yang memenuhi

    persamaan itu disebut dengan nilai eigen, atau nilai karakteristik, atau latar laternt

    dari matriks A dan solusi yang bersesuai dengan persamaan yang diberikan

    AX= X dibentuk vektor eigen atau vektor karakteristik dari A.

  • Persamaan AX = X dapat dinyatakan dalam bentuk:

    1

    21

    11

    ma

    a

    a

    M

    2

    22

    12

    ma

    a

    a

    M

    L

    L

    L

    mn

    n

    n

    a

    a

    a

    M

    2

    1

    .

    nx

    x

    x

    M

    2

    1

    =

    nx

    x

    x

    M

    2

    1

    yaitu

    11

    121

    111

    xa

    xa

    xa

    m

    M

    +

    +

    +

    22

    222

    212

    xa

    xa

    xa

    m+

    +

    +

    nmn

    nn

    nn

    xa

    xa

    xa

    M

    2

    1

    =

    =

    =

    nx

    x

    x

    2

    1

    bila ruas kanan dipindahkan keruas kiri, persamaan menjadi

    111 )( xa L+ + nn xa1 = 0 121xa L+ + nn xa2 = 0 M M M

    11xam L+ + nmn xa )( = 0

    yaitu

    ( )

    1

    21

    11

    na

    a

    a

    M

    2

    22

    21

    )(

    na

    a

    a

    M

    L

    M

    L

    L

    )(

    2

    1

    nn

    n

    n

    a

    a

    a

    M.

    nx

    x

    x

    M

    2

    1

    =

    0

    00

    M

    A .X = X menjadi A .X - X = 0

    Atau (A I)X = 0

    Agar sistem persamaan linier homogen ini mempunyai solusi non trivial,

    maka haruslah IA = 0

  • IA =

    1

    21

    11 )(

    na

    a

    a

    M

    2

    22

    21

    )(

    na

    a

    a

    M

    L

    M

    L

    L

    )(

    2

    1

    nn

    n

    n

    a

    a

    a

    M = 0

    IA disebut determinan karakteristik dari A dan IA =0 disebut persamaan

    karakteristik.

    Contoh 13:

    Carilah nilai eigen dari matriks A =

    24

    11

    Penyelesaian:

    AX = X yaitu ( I-A)X = 0

    Determinan karakteristik: IA = 2

    )4( )1(

    1

    Persamaan karakteristik: IA = 0

    ( )4 ( )1 + 2 = 0 4 5 + 2 + 2 = 0

    2 - 5 + 6 = 0

    ( )2 ( )3 = 0 1 = 2 dan 2 = 3

    Untuk setiap nilai eigen yang diperoleh terdapat solusi-solusi yang

    bersesuaian dengannya, yang disebut dengan vektor eigen. Dalam bahasa matriks,

    istilah vektor menyatakan matriks baris dan matriks kolom. Vektor eigen yang

    bersesuaian dengan adalah vektor tak nol dalam ruang pemecahan dari

  • (A- I)X = 0. Ruang pemecahan ini di kenal sebagai ruang eigen (eigenspace)

    dari A yang bersesuai dengan .

    Contoh 14:

    Carilah basis-basis ruang eigen dari A=

    023

    032

    500

    Penyelesaian:

    Persamaan dari karakteristik dari A adalah - 3 + 11 2 35 + 25 = 0 difaktorkan

    menjadi ( - 1) ( - 5)2 = 0 sehingga nilai eigen A adalah = 1 dan = 5. jadi

    diperoleh dua ruang eigen dari A.

    5. Diagonalisasi matriks.

    Definisi 9.

    Matriks kuadrat A dinamakan dapat didiagonalisasi jika terdapat matriks P yang

    dibalik sehingga P-1AP diagonal, matriks P dikatakan mendiagonalisasi A (Anton,

    1997: 284)

    Teorema 2.

    Jika A adalah matriks n x n maka pernyataan-pernyataan berikut ekuivalen satu

    sama lain.

    (a) A dapat didiagonalisasi.

    (b) A mempunyai n vektor eigen bebas linier (Anton, 1997: 285).

    Bukti:

    (a) (b), karena A dianggap dapat didiagonalisasi, maka terdapat matriks yang

    dapat dibalik.

  • P =

    1

    22

    11

    nP

    PP

    M

    2

    22

    12

    nP

    PP

    M

    L

    L

    L

    nn

    n

    n

    P

    PP

    M

    2

    1

    , Maka P-1 AP diagonal jika P-1AP = D, sehingga

    D =

    0

    01

    M

    0

    0

    2

    M

    L

    L

    L

    nM

    00

    , Maka AP = PD; yakni

    AP =

    1

    22

    11

    nP

    PP

    M

    2

    22

    12

    nP

    PP

    M

    L

    L

    L

    nn

    n

    n

    P

    PP

    M

    2

    1

    0

    01

    M

    0

    0

    2

    M

    L

    L

    L

    nM

    00

    =

    11

    22

    111

    1

    nP

    PP

    M

    22

    222

    122

    nP

    PP

    M

    L

    L

    L

    nnn

    nn

    nn

    P

    PP

    M

    2

    1

    (5.1)

    Jika dimisalkan P11, P21, , Pn1 menyatakan vektor kolom P, maka bentuk (5.1)

    kolom-kolom AP yang berurutan adalah 1212111 ....,, nP atau kolom-kolom AP

    bisa berupa AP11, AP21, , APn1. jadi akan diperoleh

    AP11 = 111P , AP21 = 212 , , APn1 = 1nn P .(5.2)

    Karena P dapat dibalik, maka vektor-vektor kolom semuanya tak nol, jadi

    menurut (5.2) 1 , 2 , , n adalah nilai-nilai eigen A dan P11, P21, ,Pn1 bebas

    linier. Jadi A mempunyai n vektor eigen bebas linier.

    (b) (a) anggaplah bahwa A mempunyai n vektor eigen bebas linier, maka P11,

    P21, , Pn1 dengan nilai eigen yang bersesuaian 1 , 2 , , n , dan misalkan

  • P =

    1

    22

    11

    nP

    PP

    M

    2

    22

    12

    nP

    PP

    M

    L

    L

    L

    nn

    n

    n

    P

    PP

    M

    2

    1

    adalah matriks yang vektor kolomnya adalah P11, P21, , Pn1 sehingga hasil kali

    AP adalah AP1,A P2, , APn, Tetapi AP1 = 111P , A P2 = 22 P ,APn = nn P

    Sehingga AP =

    11

    22

    111

    1

    nP

    PP

    M

    22

    222

    122

    nP

    PP

    M

    L

    L

    L

    nnn

    nn

    nn

    P

    PP

    M

    2

    1

    =

    1

    22

    11

    nP

    PP

    M

    2

    22

    12

    nP

    PP

    M

    L

    L

    L

    nn

    n

    n

    P

    PP

    M

    2

    1

    0

    01

    M

    0

    0

    2

    M

    L

    L

    L

    nM

    00

    = PD .(5.3)

    dengan D adalah matriks diagonal yang mempunyai nilai eigen 1 , 2 , , n

    pada diagonal utama karena vektor-vektor kolom dari P bebas linier, maka P dapat

    dibalik jadi, (5.3) dapat ditulis P-1AP = D, yakni A terdiagonalisasi. Untuk lebih

    jelasnya dapat dilihat pada contoh 14 yaitu P-1AP = D, yakni A terdiagonalisasi.

    Dari 5.3 adalah diagonal tetapi bagaimana kita menangani sistem

    Y = AY

    Yang ternyata matrik A-nya tidak diagonal gagasannya sederhana saja cobalah

    membuat penyulihan untuk Y yang akan menghasilkan sebuah sistem baru dengan

    sebuah matriks koefisien diagonal, pecahkanlah sistem baru yang lebih sederhana

    ini, dan kemudian gunakanlah pemecahan tersebut untuk menetukan sistem

    aslinya.

  • Tipe penyulihan adalah

    y1 = p11u1 + p12u2 + .... + p1nun

    y1 = p11u1 + p12u2 + .... + p1nun

    M M M M

    y1 = p11u1 + p12u2 + .... + p1nun

    atau pada notasi matriks

    ny

    yy

    M

    2

    1

    =

    1

    22

    11

    nP

    PP

    M

    2

    22

    12

    nP

    PP

    M

    L

    L

    L

    nn

    n

    n

    P

    PP

    M

    2

    1

    nu

    u

    u

    M

    2

    1

    Atau dengan lebih singkat

    Y = PU ..........................................................(3.6)

    Pada penyulihan ini fungsi Pij adalah konstanta-konstanta yang akan ditentukan

    sedemikian rupa sehingga sistem baru yang melibatkan fungsi-fungsi u1, u2, .....un

    yang tak diketahui mempunyai matrik koefisien diagonal.

    Sehingga dapat disimpulkan bahwa

    Y = PU.........................................................(3.7)

    Jika kita membuat penyulihan (substitusi).

    Maka dari D=P1 dan Y=PU sehingga Y=PU yang menggunakan sistem diagonal

    baru (u) dan jika P dapat dibalik,maka dari Y = AY diperoleh

    Y = PU

    = AY

    = A (PU)

    U = P-1 [A (PU)]

  • = [P-1 AP] U

    = DU, dengan D matriks diagonal.....................(3.8)

    Teorema 3.

    Jika matrik A berukuran nxn mempunyai nilai eigen yang berbeda, matriks A

    dapat didiagonalisasi (Anton,1997 :289).

    Bukti.

    Jika v1, v2, ,vn adalah vektor-vektor eigen yang bersesuaian dengan nilai-nilai

    eigen yang berbeda 1 , 2 , , n maka menurut teorema v1, v2, ,vn bebas

    linier. Jadi, A dapat didiagonalisasi oleh teorema 3.

    Jika suatu matriks hanya mempunyai k < n buah nilai eigen tidak berarti bahwa

    matriks tersebut tidak dapat didiagonalisasikan.dalam hal ini nilai eigen hanya

    layak k buah yang berbeda. Langkah berikut harus diambil untuk menentukan A

    dapat didiagonalisasikan atau tidak.

    1. Cari basis p dari tiap ruang eigen yang berkaitan dengan nilai eigen .

    2. Bentuk himpunan p yang merupakan gabungan dari p1, p2, ,pk.

    3. Jika p terdiri dari n vektor dan basis linier, maka A dapat didiagonalkan.

    Berikut langkah-langkah mendiagonalisasikan matriks A yang berukuran n x n:

    Langkah 1. Carilah n vektor bebas linier. A, p1, p2, ,pn..

    Langkah 2. Bentukkanlah matriks p yang mempunyai p1, p2, ,pn sebagai vektor

    kolom.

    Langkah 3. Matriks P-1AP akan diagonal dengan 1 , 2 , , n sebagai entri

    entri diagonalnya yang berukuran, dimana i adalah nilai eigen yang

    bersesuaian dengan Pi, i = 1,2,..,n (Anton,1997:286)

  • Contoh 15:

    Carilah matriks P yang mendiagonalkan

    A =

    02

    3

    03

    2

    500

    Penyelesaian:

    Diperoleh nilai-nilai eigen dari A yaitu = 1 dan = 5 maka vektor eigen

    P1 =

    01

    1,

    P2 =

    100

    P3 =

    011

    Karena { P1, P2, P3}bebas linier, sehingga P =

    01

    1

    100

    011

    Akan mendiagonalkan matriks A.

    P-1AP =

    21

    21

    0

    21

    21

    0

    010

    02

    3

    03

    2

    500

    01

    1

    100

    011

    =

    005

    050

    100

    Karena entri diagonal ke-i dari P-1AP adalah nilai eigen untuk vektor kolom ke-i

    dari P, maka dengan mengubah ukuran kolom-kolom P hanya merubah ukuran

    nilai-nilai eigen pada diagonal P-1AP (Anton, 1997: 287)

    Jadi seandainya ditulis P =

    01

    1

    100

    011

    Maka akan memperoleh:P-1AP =

    005

    050

    100

  • B. Kajian Tentang Persamaan Diferensial

    1. Persamaan diferensial linear homogen dengan koefisien konstan.

    Bentuk umum persamaan homogen:

    a0 n

    n

    dxyd

    + a1 1

    1

    n

    n

    dxyd

    + a2 2

    2

    n

    n

    dxyd

    +..........+ an-1 dxdy

    + any = 0 .........(1.1)

    dengan a0, a1, a2 ........, an adalah konstanta (Sudaryat, 1986: 3.2)

    persamaan diferensial di atas dapat diselesaikan dengan substitusi y = emx, dengan

    ini akan ditentukan bilangan tetap m sehingga emx (1.1)

    y = emx, maka dxdy

    = memx, 2

    2

    dxyd

    = m2 emx, ...........,

    n

    n

    dxyd

    = mn emx

    selanjutnya subtitusikan ke dalam persamaan (1.1) untuk mendapat suatu

    persamaan dalam m, didapat:

    a0 mn emx + a1 m

    n-1 emx + a2 m

    n-2 emx + ... + an-1 me

    mx + an e

    mx = 0 atau

    emx (a0 mn + a1 mn-1 emx + a2 mn-2 + ... + an-1 m + an) = 0

    fungsi eksponen tidak pernah bernilai nol. Jadi, agar y = emx dapat menjadi

    penyelesaian persamaan diferensial di atas maka m merupakan akar polinom.

    a0 mn + a1 m

    n-1 emx + a2 m

    n-2 + ... + an-1 m + an = 0

    dan disebut persamaan karakteristik dari persamaan diferensial linear homogen

    (1.1), sedangkan akar-akar persamaan karakteristik disebut akar-akar

    karakteristik.

    Dalam menentukan penyelesaian umum dari persamaan diferensial linear

    homogen dengan koefisien konstantan, akan didapat tiga kemungkinan

    pertimbangan pemecahan, apakah akar-akar dari persamaan karakteristik yang

  • diperoleh berupa bilangan real dan berlainan, bilangan real dan sama atau

    bilangan imajiner saling konjugate (bilangan kompleks sekawan).

    2. Persamaan diferensial linear tak homogen.

    Bentuk umum persamaan diferensial liniear tak homogen

    a0 n

    n

    dxyd

    + a1 1

    1

    n

    n

    dxyd

    + a2 2

    2

    n

    n

    dxyd

    +..........+ an-1 dxdy

    + any = f (x)............... (2.1)

    atau (y) = f(x) dimana operator = a0 nn

    dxyd

    + a1 1

    1

    n

    n

    dxyd

    + ........+ an, f(x) suatu

    fungsi dari x (sudaryat, 1986:29)

    Definisi

    Jika n fungsi-fungsi y1, y2, ....,yn membentuk sistem fundamental penyelesaian

    untuk persamaan diferensial homogen, maka fungsi yh yang ditentukan oleh

    yh = c1y1 + c2y2 + ... + cnyn

    dengan konstanta c1,c2,...,cn merupakan penyelesaian homogen untuk persamaan

    (2.1). Teorema: jika y1, y2,....,yn membentuk sistem fundamental penyelesaian

    untuk persamaan diferensial homogen dan jika yp suatu penyelesaian khusus dari

    persamaan (2.1), maka penyelesaian umum dari persamaan (2.1) dapat ditulis

    dalam bentuk:

    y = yh + yp = c1y1 + c2y2 + ...... + cnyn + yp (Finizio,1988: 109)

    Jadi untuk mencari penyelesaian bagi persamaan diferensial linear tak

    homogen, harus ditentukan terlebih dahulu penyelesaian homogen dari persamaan

    diferensial linear tak homogen yang diberikan dan kemudian akan ditentukan

    penyelesaian khususnya. Penggabungan antara penyelesaian homogen dan

  • penyelesaian khusus inilah yang merupakan penyelesaian umum dari persamaan

    diferensial tak homogen.

    3. Persamaan diferensial linier homogen tingkat/orde-n.

    Persamaan diferensial (PD) ialah persamaan yang memuat hubungan

    antara x, suatu fungsi y dari x dan turunannya.

    Jika y = f (x) atau suatu fungsi yang mengandung hanya satu peubah bebas

    maka disebut suatu persamaan diferensial biasa. Sedangkan jika z = f(x,y) atau

    suatu fungsi yang membuat lebih satu variabel bebas maka disebut persamaan

    diferensial parsial.

    Contoh persamaan diferensial biasa. Dan Contoh persamaan diferensial parsial

    1) ( ) 0222 =++ xyyy && 1). + 22

    dxz

    2

    2

    dyz

    = 0

    2). 0222

    =++ xydxdy

    dxyd

    2). +x

    z xy = 0

    Orde dari persamaan diferensial ditentukan oleh turunan tertinggi dari

    turunan-turunan yang terdapat di dalamnya, sedangkan derajat dari persamaan

    diferensial ditentukan oleh pangkat tertinggi dari orde turunan tertinggi.

    Contoh.

    1) ( ) 0222 =++ xyyy && persamaan diferensial orde 1 derajat 2

    2). 0222

    =++ xydxdy

    dxyd

    persamaan diferensial orde 2 derajat 1

    Penyelesaian dari suatu persamaan diferensial adalah suatu

    fungsi/keluarga fungsi yang memenuhi persamaan diferensial tersebut. Keluarga

    fungsi dalam persamaan diferensial memuat penyelesaian umum jika memuat

  • konstanta sebarang. Sebagai contoh: y=cx (c=konstanta) dan persamaan

    diferensial disebut penyelesaian khusus jika tidak memuat konstanta sembarang

    sebagai contoh y=2x (disebut penyelesaian khusus memuat bilangan real). Untuk

    lebih jelasnya dapat dilihat contoh pada halaman berikutnya.

    Bentuk umum persamaan diferensial linear homogen orde-n

    a0 n

    n

    dxyd

    + a1 1

    1

    n

    n

    dxyd

    + a2 2

    2

    n

    n

    dxyd

    +........+ an-1 dxdy

    + any = Q (x) .........(3.1)

    dengan a0 0, a1, a2 ........, an adalah konstanta dan q(x) merupakan fungsi dari x.

    Untuk mempermudah mencari penyelesaiaan umum bagi persamaan diferensial

    linear homogen dengan koefisien konstan dapat digunakan operator D, dengan D

    adalah notasi diferensial operator dari

    dxd

    = D dan dxdy

    = Dy, 22

    dxyd

    = D2y.... n

    n

    dxyd

    = Dny

    sehingga persamaan (3.1) dapat ditulis sebagai

    (a0 Dn + a1 Dn-1 emx + a2 Dn-2 + ... + an-1 D + an) y = Q

    Persamaan diferensial linier homogen orde-n dengan koefisien konstan dapat juga

    ditulis sebagai

    Any(n) +an-1y(n-1) +.....a2y +a1 y = a0 y = 0...................(3.2)

    Jika

    k

    k

    dxd

    (erx) = rk erx

    Maka y = erx disubstitusikan ke persamaan (3.2) diperoleh

    anrnerx + an-1r

    (n-1)erx + ... + a2r2erx + a1re

    rx + a0rerx

    = 0

    sehingga

  • erx(anr(n) + an-1r(n-1) + ......... + a2r2 + a1r + a0) = 0

    Dan y = erx adalah penyelesaian dari persamaan diferensial homogen.

    Misalnya satu persamaan diferensial homogen orde-2

    ay+by+cy = 0. ......... .......................................(3.3)

    Dengan a,b dan c koefisien konstan, Untuk mencari solusi tunggal dari persamaan

    (3.3)

    Perhatikan

    (erx) = erx dan (erx) = r2erx,

    Maka turunan erx adalah perkalian berulang pada konstanta r dari e rx. Karena jika

    y=e rx disubstitusi ke persamaan 3.3 , dengan bergantung koefisien konstanta pada

    r dan koefisien a, b, c, maka ditemukan nilai r sedemikian hingga erx akan

    mempunyai penjumlahan nol. jadi y = erx merupakan solusi dari persamaan 3. 3.

    Contoh:

    jika y = erx disubstitusi ke dalam persamaan.

    Y-5y + 6y = 0,

    Diperoleh

    r2 erx - 5 rerx + 6erx = 0,

    maka

    (r2 + 5r + 6) erx = 0

    (r-2) (r-3) erx = 0.

    Karena y=erx akan menjadi solusi jika r=2 atau r=3. maka di dalam mencari solusi

    ditemukan 2 solusi : y1 (x) = e 2x dan y2 = e3x.

  • Ada 3 kemungkinan akar-akar karakteristik bagi penyelesaian persamaan

    diferensial linear orde-n:

    Kasus 1 persamaan karakteristik dengan akar-akar real dan berlainan

    Telah diuraikan pada bagian bahwa persamaan diferensial linier homogen

    an y(n) + an-1y(n-1) + ....... + a2y + a1y + a0y = 0

    Dimisalkan persamaan polinomial dalam r, yaitu:

    an rn + an-1yn-1 + ....... + a2r2 + a1r + a0 = 0

    Persamaan ini dinamakan persamaan bantu dan sering pula disebut persamaan

    karakteristik dari persamaan diferensial diatas.

    Jika y=erx adalah penyelesaian dari persamaan tersebut, maka dapat dilihat bahwa

    konstanta r memenuhi persamaan karakteristik di atas, persamaan karakteristik ini

    digunakan untuk mencari nilai r. Nilai r yang diperoleh memberikan penyelesaian

    pada persamaan diferensial linier homogen.

    Misalkan r1, r2, ...., rn merupakan akar-akar persamaan karakteristik yang

    termasuk bilangan real berlainan. Dari hasil perolehan r ini dapat diperoleh

    penyelesaian

    y = c1er1x + c2er2x + .... + cnernx (Kusumah, 1989: 271)

    sebagai contoh, selesaikanlah persaman diferensial

    dxdy

    dxyd

    +2

    2

    - 6y = 0

    Persamaan polinomial dari persamaan ini dengan Substitusi y = erx adalah

    erx (r2 + r - 6) = 0

    akar-akar persamaan kuadratnya (persamaan karakteristiknya) adalah

    r2 + r - 6 = 0

  • atau (r + 3), (r - 2) = 0 atau r = -3, r = 2

    jadi akar persamaan ini adalah r = -3 dan r = 2,

    maka penyelesaian adalah

    y = c1e-3x + c2e2x

    Kasus 2 Persamaan karakteristik dengan akar-akar yang sama.

    Persamaan diferensial linier homogen orde-n

    Any(n) + an-1y(n-1) + ....... + a2y + a1y + a0y = 0

    Jika dibentuk dalam persamaan operator Ly=0 dengan L adalah sebagai operator,

    sehingga

    L an nn

    dxd

    + an-1 1

    1

    n

    n

    dxd

    ... + a2 2

    2

    dxd

    + a1 dxd

    + a0

    D = dxd

    adalah operasi diferensial pada x, maka

    Dy = y, D2y =y, D3 = y(3)

    dan seterusnya. persamaan operator L dapat pula ditulis sebagai

    L = an Dn + an-1 Dn-1 + .... + a2 D2 + a1D + a0

    Persamaan ini dikenal sebagai polinomial derajat n pada variabel D atau disebut

    juga polinomial operator (Edwards, 2001: 302)

    Polinomial operator derajat satu mempunyai bentuk Da dimana a adalah

    bilangan real, dengan y = y (x) sehingga

    (D-a) y = Dy ay = y ay.

    Untuk polinomial derajat dua

    (D - a) (D - b)y = (D - b) (D - a)y

    dengan dua kali pendiferensial fungsi y = y(x), sehingga

  • (D - a) (D - b)y = (D - a) (y- by)

    = D (y- by) a (y - by)

    = y (b + a) y + aby

    = y (a + b) y + bay

    = D (y - ay) b (y - ay)

    = (D - b) (y - ay)

    = (D - b) (D - a) y

    persamaan karakteristik

    anrn + an-1r

    n-1 + .... + a2r

    2 + a1r

    2 + a1r + a0 = 0 ....... (*)

    mempunyai akar-akar sama. Sebagai contoh misalkan persamaan (*) mempunyai

    dua akar berlainan r0 dan r1.

    sehingga

    (r r1)k (r r0) = (r r1) (r r1) = 0

    similar dengan operator L, maka

    L = (D r1)k (D r0) = (D r1) (D r1)k

    Dua penyelesaian dalam persamaan diferensial Ly=0 adalah y0=er0x dan y1=er0x

    Hal ini masih belum cukup, dibutuhkan k+1 solusi bebas linier untuk membentuk

    penyelesaian umum, karena persamaan tersebut berorde k+1.

    Ly = (D r0) [(D r1)ky] = 0

    Sebagai konsekuensi tiap-tiap solusi persamaan orde-k

    (D r1)ky = 0 ...........(**)

    akan menjadi solusi persamaan Ly = 0

    diketahui y1 = er1x adalah satu solusi dari (**), sehingga

  • Y (x) = u(x) y1 (x) = u (x) er1x

    Dimana u (x) adalah fungsi determinan. Amatilah

    (D r1) [uer1x] = (Du) er1x + r1 e r1x - r1u e r1x

    maka

    (D r1)k [uer1x] = (Dk u) e r1x

    untuk fungsi u(x). Karena y=ue r1x akan merupakan suatu solusi dari persamaan

    (**) jika dan hanya jika Dku=u(k)=0 tetapi ini akan menjadi

    u (x) = c1 + c2x + c3x2 + ... + ckek-1

    suatu polinomial derajat k1. karenanya solusi diinginkan pada persamaan (**)

    adalah

    y(x) = uer1x = (c1 + c2x + c3x2 + .... + ckek-1).

    Khususnya, dapat dilihat xer1x, x2er1x, ...., xk-1 er1x adalah penyelesaian persamaan

    diferensial Ly = 0

    Kasus 3. akar-akar kompleks dan sekawan

    Ingatlah kembali fungsi eksponensial deret taylor pada kalkulus, yakni

    Et = .......!3!2

    1!

    32

    0++++=

    =

    ttt

    n

    t

    n

    n

    Jika t = ix disubsitusikan kepersamaan tersebut diperoleh

    eix = ( )

    =0 !n

    n

    n

    ix

    = 1 + ix - ..........!5!4!3!2

    5432

    ++ixxixx

    =

    + ..........

    !4!21

    42 xx+ i

    + .........

    !5!3

    53 xxx

  • Padahal cos x =

    ++ ..........

    !6!4!21

    642 xxx dan sin x

    ++ .........

    !7!5!3

    753 xxxx

    ini berarti

    eix = cos x + i sin x

    Untuk mencari penyelesaian khusus (yk) dari persamaan diferensial

    tersebut adalah dengan menggunakan metode koefisien tak tentu. sedangkan

    aturan model koefisien tak tentu adalah

    1. Bila Q (x) memuat di u dan u juga termuat dalam yh sebanyak r kali, maka

    yk yang dicoba adalah xru dan ditambah dengan suku-suku yang muncul

    dari diferensialnya. Sebagai contoh:

    (D - 2)3 y = e2x

    Yh = e2x (c3x2 + c2x + c1)

    Karena e2x atau r = 3 berulng sebanyak tiga kali maka

    Yk = Ax3e2x + Bx2e2x + Cxe2x + De2x .... dst

    2. Bila Q (x) = xru dan u juga termuat dalam yh sebanyak 5 kali maka yk

    yang dicoba = xr+5 u dan ditambah dengan suku-suku yang muncul dari

    diferensialnya sebagai contoh

    (D - 2)3 y = x2 e2x

    Yh = e2x (c3x2 + c2x + c1)

    Karena e2x berulng sebanyak lima kali maka

    Yk = Ax2+3e2x + Bx2+2e2x + Cx2+1 e2x + Dx2 e2x +Exe2x + Fe2x

    = Ax5 e2x + Bx4 e2x + Cx3 e2x + Dx2 e2x +Exe2x + Fe2x

  • Contoh :

    1. Tentukan penyelesaian dari persamaan y + 7y + 12y = 0

    Bentuk operator D

    (D2 + 7D + 12) y = 0

    Persamaan karakteristik (bantu)

    r2 + 7r + 12 = 0

    (r + 3) (r + 4) = 0

    r1 = -3, r2 = -4

    maka penyelesaian umum adalah

    y = c1e-3x + c2e-4x

    Contoh:

    2. Tentukan penyelesaian dari y 4y = 16x2

    Persamaan diferensial linear

    y 4y = 0

    (D2 - 4) y = 0

    Persamaan karakteristik

    r2 4 = 0

    (r + 2) (r - 2) = 0

    r1 = -2, r2 = 2

    penyelesaian umum

    y = c1e-2x + c2e2x

    yk yang dicoba

    yk = Ax2 + Bx + C,

  • yk = 2Ax + B,

    yk = 2A

    substitusi ke y 4y = 16x2

    2A 4 (Ax2 + Bx + C) = 16x2

    2A 4Ax2 Bx 4c = 16x2

    -4Ax2 Bx + 2A 4c = 16x2

    -4Ax2 = 16x2 -Bx = 0

    -4A = 16 2A 4C = 0

    A = -4 2(-4) 4C = 0

    -4C = 8

    C = -2

    Sehingga yk = -4x2 + 2

    PUPD Y = c1e-2x + c2e2x 4x2 2

  • BAB III

    PEMBAHASAN

    Pada dasarnya untuk menentukan persamaan diferensial linier homogen

    dapat diselesaikan dengan menggunakan diagonalisasi matriks, diagonalisasi

    matriks ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif lain dalam

    menyelesaikan persamaan diferensial linier homogen orde-n dengan koefisien

    konstan. Dengan diagonalisasi matriks koefisien suatu persamaan dibentuk

    menjadi matriks diagonal sehingga persamaan yang semula melibatkan banyak

    fungsi yang tidak diketahui menjadi persamaan yang hanya mempunyai satu

    fungsi yang tak diketahui sehingga persamaan tersebut mudah untuk dipecahkan.

    Dalam bab III ini akan dibahas (A) Penerapan diagonalisasi matriks dalam

    menyelesaikan persamaan diferensial linier homogen orde-n meliputi tiga bagian

    yang sangan penting yaitu: (1) persamaan karakteristik dengan akar-akar real dan

    berlainan. (2) persamaan karakteristik dengan akar-akar yang sama. (3) persamaan

    karakteristik akar-akar kompleks dan sekawan.

    A. Penerapan diagonalisasi matriks dalam menyelesaikan persamaan

    diferensial linier homogen orde-n.

    Pada bab sebelumnya definisi 8 dijelaskan bahwa matriks kuadrat A dapat

    didiagonalisasi (diagonalizable) jika terdapat matriks P yang dapat dibalik

    sehingga P-1 AP diagonal, matriks P dikatakan mendiagonalisasi A (Anton, 1997:

    284).

    46

  • Adapun untuk mendiagonalkan matrik A yang berordo nxn adalah: (1).

    Carilah n vektor eigen bebas linier P1, P2, ,Pn. (2) Bentuklah matriks P yang

    mempunyai P1, P2,,Pn sebagai vektor-vektor kolom. Dan (3) Matriks P-1AP akan

    diagonal dengan 1, 2,. n, sebagai entri-entri diagonalnya yang berurutan,

    dengan

    1 adalah nilai eigen yang bersesuaian dengan pi, i = 1, 2, , n.

    Selanjutnya dalam persamaan diferensial yang paling sederhana adalah

    y=ay, dengan y menyatakan turunan dari y dan a menyatakan bilangan real.

    Penyelesaian dari y = ay fungsi-fungsi yang berbentuk y = ceax dengan c adalah

    sebarang konstan. Berikut ini akan diuraikan langkah mendiagonalisasikan

    matriks untuk menyelesaikan sistem persamaan diferensial yang berbentuk:

    ny

    yy

    '

    '

    '

    2

    1

    M

    =

    =

    =

    11

    121

    111

    ya

    yaya

    n

    +

    +

    +

    22

    222

    212

    ya

    yaya

    n

    +

    +

    +

    K

    K

    K

    +

    +

    +

    nnn

    nn

    nn

    ya

    yaya

    2

    1

    dengan y1 = f1(x), y2 = f2(x), , yn = fn(x) adalah fungsi-fungsi yang akan

    ditentukan, dan aij adalah konstanta-konstanta. Dalam notasi matriks dapat ditulis

    sebagai berikut:

    ny

    yy

    '

    '

    '

    2

    1

    =

    1

    21

    11

    na

    a

    a

    M

    2

    22

    12

    na

    a

    a

    K

    K

    K

    nn

    n

    n

    a

    a

    a

    M

    2

    1

    ny

    yy

    2

    1

    atau secara singkat Y=AY (Anton, 1997: 304)

    Dalam penerapan persamaan diferensial, muncul juga persamaan

    diferensial dengan fungsi yang dicari mempunyai turunan lebih dari satu. Turunan

    paling tinggi dari fungsi yang dicari muncul pada persamaan diferensial disebut

    orde dari persamaan diferensial. Bentuk umum persamaan diferensial linier

  • homogen orde-n sebagai berikut: y(n) + a1(x)y(n-1) + + an-1(x)y+ an(x)y=0

    dengan y(i) menyatakan turunan ke- 1 dari y, sedangkan f, a1, a2, , an merupakan

    fungsi yang diketahui (Budhi, 1995: 297). Khususnya untuk persamaan diferensial

    linier homogen orde-2 adalah: y + a1 (x) y+ a2 (x) y = 0.(*) dengan

    a1(x) = a, a2(x) = b. Salah satu cara untuk menyelesaikan (*) adalah dengan

    mengubah persamaan tersebut menjadi sistem persamaan linier orde-1.

    Adapun langkah-langkah untuk menyelesaikan sistem persamaan

    diferensial dengan metode diagonalisasi matriks adalah:

    Langkah 1. Mengubah sistem persamaan diferensial ke dalam bentuk matriks.

    Matriks tersebut berbentuk Y=AY dan menentukan matriks koefisien

    dari sistem persamaan diferensial yang ada yaitu:

    A =

    1

    21

    11

    na

    a

    a

    M

    2

    22

    12

    na

    a

    a

    K

    K

    K

    nn

    n

    n

    a

    a

    a

    M

    2

    1

    Langkah 2.Menentukan nilai eigen dari A yaitu AY = Y atau secara ekuevalen

    dapat dituliskan (A - I)Y = 0.

    1

    21

    11

    na

    a

    a

    M

    2

    22

    21

    na

    a

    a

    M

    L

    L

    L

    nn

    n

    n

    a

    a

    a

    M

    2

    1

    .

    ny

    yy

    M

    2

    1

    =

    0

    00

    M

    supaya manjadi nilai eigen, maka harus ada penyelesaian tak trivial

    dari persamaan ini. persamaan ini akan mempunyai penyelesaian tak

    trivial jika dan hanya jika (A - I)Y = 0.

  • 1

    21

    11

    na

    a

    a

    M

    2

    22

    21

    na

    a

    a

    M

    L

    L

    L

    nn

    n

    n

    a

    a

    a

    M

    2

    1

    . =

    0

    00

    M

    sehingga didapat persamaan karakteristik A yaitu

    0

    01

    M

    0

    0

    2

    M

    L

    L

    L

    nM

    00

    ,

    Langkah 3. Menentukan vektor eigen matriks A, yang bersesuaian dengan yaitu

    P =

    np

    pp

    M

    2

    1

    Setelah memperoleh nilai eigen, selanjutnya dimasukkan ke dalam

    persamaan (A - I).

    Langkah 4.Mencari sebuah matriks P yang mendiagonalisasi matriks A, yang

    merupakan matriks dengan vektor eigen sebagai vektor kolomnya

    kemudian dicari matriks invers dari P yaitu P-1.

    Langkah 5. Diagonalisasi A

    Suatu matruks A berordo n x n yang mempunyai vektor eigen yang

    bebas linier, maka D = P-1 AP merupakan matriks diagonal dengan

    nilai eigen dari matriks A sebagai elemen pada diagonal utamanya.

    D = P-1 AP =

    0

    011

    M

    D

    0

    0

    22

    M

    D

    K

    K

    K

    nnDM

    00

  • Langkah 6. Proses penyulihan (substitusi).

    Misalkan dari D=P-1 dan Y=PU sehingga Y=PU yang menggunakan

    sistem diagonal baru (u) dan jika P dapat dibalik, maka dari Y=AY

    diperoleh

    Y = PU

    = AY

    = A (PU)

    U = P-1 [A (PU)]

    = [P-1 AP] U

    = DU, dengan D matriks diagonal.

    Langkah 7. Untuk memperoleh penyelesaian, matriks yang baru diperoleh (U)

    dibentuk ke dalam y = cerx.

    Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan diberikan contoh untuk

    menyelesaikan sistem persamaan diferensial dengan diagonalisasi matriks. Dan

    menggunakan langkah-langkah yang telah diuraikan sebelumnya dalam bagian A.

    Contoh 1. Tentukan selesaian persamaan diferensial berikut

    =

    =

    12

    21

    ydxdy

    ydxdy

    Penyelesaian:

    Langkah 1. Mengubah sistem persamaan ke dalam bentuk matriks yang berbentuk

    Y = AY dan menentukan matriks koefisien.

    dxdy

    =

    10

    01

    2

    1

    yy

    , dengan A adalah matriks koefisien.

  • Langkah 2. Mencari nilai eigen dari matriks A yang memenuhi, yaitu

    Det (A - I) =

    10

    01

    -

    01

    10

    =

    10

    01

    -

    0

    0

    =

    1

    1

    Persamaan karakteristik

    (-) (-) + 1 = 0

    2 1 = 0

    difaktorkan menjadi ( -1) ( +1). Jadi nilai eigen yang bersesuaian

    dengan adalah 1=1 dan 2 =-1.

    Langkah 3. Menentukan vektor eigen matriks A yang bersesuaian dengan , yaitu

    Untuk 1 = 1

    (A - I)Y = 0

    1

    1

    2

    1

    yy

    =

    00

    11

    11

    2

    1

    yy

    =

    00

    Diperoleh persamaan

    -y1 + y2 = 0 ................(1)

    y1 - y2 = 0 ................(2)

  • dari (1) dan (2) diperoleh persamaan baru y1 = y2, misalkan y1 = s

    maka y2 = -s. Sehingga diperoleh vektor eigen yang bersesuaian

    dengan 1 = 1 adalah

    s

    s = s

    11

    atau dapat ditulis P1 =

    11

    Untuk 2 = -1

    (A - I)Y = 0

    1

    1

    2

    1

    yy

    =

    00

    11

    11

    2

    1

    yy

    =

    00

    Diperoleh persamaan

    y1 + y2 = 0 ................(1)

    y1 + y2 = 0 ................(2)

    dari (1) dan (2) diperoleh persamaan baru y1=-y2, misalkan y1=s

    maka y2=-s. Sehingga diperoleh vektor eigen yang bersesuaian

    dengan 1=-1 adalah

    s

    s = s

    11

    atau dapat ditulis P2 =

    11

    Langkah 4. Mencari matriks P dan mencari invers dan mencari inversnya.

    Dari langkah 3 diperoleh matriks P, yaitu

  • =

    =

    =

    =

    =

    =

    21

    21

    21

    21

    1111

    21

    21

    111

    1111

    1

    1

    P

    sehingga2

    12

    12

    12

    1 P

    P dan P 1

    Langkah 5. Diagonalisasi A

    =

    21

    21

    21

    21

    1 APP

    10

    01

    11

    11

    ++=

    11

    021

    210

    021

    210

    11

    =

    11

    21

    21

    21

    21

    11

    +

    +=

    21

    21

    21

    21

    21

    21

    21

    21

    =

    01

    10

    Langkah 6. Proses Penyulihan (subsitusi)

    Karena matriks berbentuk diagonal dan diketahui D = P-1 AP dan Y =

    PU sehingga Y = PU menghasilkan sistem diagonal baru.

    U = DU

    =

    01

    10

    U

    Diperoleh persamaan diferensial baru dalam bentuk y = cerx.

  • Langkah 7. Memperoleh penyelesaian diferensial dalam bentuk y = cerx.

    u1 = c1ex

    u2 = c2e-x

    sehingga

    U =

    x

    x

    ec

    ec

    2

    1

    Dari Y = PU menghasilkan Y penyelesaian baru.

    Y =

    2

    1

    yy

    =

    11

    11

    x

    x

    ec

    ec

    2

    1=

    x

    x

    ec

    ec

    1

    1

    +

    x

    x

    ec

    ec

    2

    2

    Jadi diperoleh solusi umum

    Y1 = c1ex + c2e-x dan y2 = c1ex + c2e- c1ex - c2e-x

    Contoh 1 merupakan contoh persamaan diferensial linier homogen orde-1.

    berikut merupakan contoh penerapan diagonalisasi matriks pada persamaan

    diferensial linier homogen dengan orde yang lebih tinggi. Ada 3 kemungkinan

    akar-akar karakteristik bagi penyelesaian persamaan diferensial linear orde-n:

    1. Persamaan karakteristik dengan akar-akar real dan berlainan

    Telah diuraikan pada bagian bahwa persamaan diferensial linier homogen

    an y(n) + an-1y(n-1) + ....... + a2y + a1y + a0y = 0

    Dimisalkan persamaan polinomial dalam r, yaitu: an rn+an-1yn-1+.......+a2r2+ a1r

    +a0=0 persamaan ini di namakan persamaan bantu dan sering pula disebut

    persamaan karakteristik dari persamaan diferensial di atas.

  • Jika y=erx adalah penyelesaian dari persamaan tersebut, maka dapat

    dilihat bahwa konstanta r memenuhi persamaan karakteristik di atas, persamaan

    karakteristik ini digunakan untuk mencari nilai r. Nilai r yang diperoleh

    memberikan penyelesaian pada persamaan diferensial linier homogen.

    Misalkan r1, r2, ...., rn merupakan akar-akar persamaan karakteristik yang

    termasuk bilangan real berlainan. Dari hasil perolehan r ini dapat diperoleh

    penyelesaian Y = c1et1x + c2et2x + .... + cnetnx untuk lebih jelasnya dapat dilihat

    contoh sebagai berikut:

    Contoh 2. Tentukan selesaian persamaan diferensial berikut

    2

    2

    dxzd

    - 3 dxdz

    + 2z = 0

    Penyelesaian:

    Misalkan z = y1

    y2 = dxdz

    maka dxdy1

    =

    dxdz

    = y2 dan dxdy2

    = 2

    2

    dxzd

    = 3y2 2y1

    Langkah 1. Mengubah sistem persamaan ke dalam bentuk matriks yang berbentuk

    Y = AY dan menentukan matriks koefisien.

    dxdy

    =

    20

    31

    2

    1

    yy

    dengan A =

    20

    31

    sebagai matriks koefisien.

    Langkah 2. Mencari nilai eigen dari matriks A yang memenuhi, yaitu

    Det (A - I) =

    20

    31

    -

    01

    10

    =

    20

    31

    -

    0

    0

  • =

    2

    31

    Persamaan karakteristik

    - (3-) + (-2. 1) = 0

    2 - 3 + 2 = 0

    2 3 + 2 = 0 difaktorkan menjadi (-1) ( -2) = 0 Jadi nilai eigen

    yang bersesuaian dengan adalah 1=1 dan 2 = 2.

    Langkah 3. Menentukan vektor eigen matriks A yang bersesuaian dengan , yaitu

    Untuk 1 = 1

    (A - I)Y = 0

    2

    31

    2

    1

    yy

    =

    00

    21

    21

    2

    1

    yy

    =

    00

    Diperoleh persamaan

    -y1 + y2 = 0 ................(1)

    -2 y1 + 2y2 = 0 ................(2)

    dari persamaan (1) dan (2) diperoleh persamaan baru -y1=-y2, jika y1=s

    maka y2 = s.

    jadi vektor eigen yang bersesuaian dengan 1 = 1 adalah

    2

    1

    yy

    =

    s

    s = s

    11

    atau dapat ditulis P1 =

    11

    Untuk 2 = 2

    (A - I)Y = 0

  • 2

    31

    2

    1

    yy

    =

    00

    21

    21

    2

    1

    yy

    =

    00

    Diperoleh persamaan

    -y1 + y2 = 0 ................(1)

    -2 y1 + 2y2 = 0 ................(2)

    dari persamaan (1) dan (2) diperoleh persamaan baru -y1=2y2, jika

    y1=s maka y2= 2s. jadi vektor eigen yang bersesuaian dengan

    2 = 2 adalah

    2

    1

    yy

    =

    s

    s

    2 = s

    21

    atau dapat ditulis P2 =

    21

    Langkah 4. Mencari matriks P dan mencari invers dan mencari inversnya.

    Dari langkah 3 diperoleh matriks P, yaitu

    P =

    11

    21

    dan selanjutnya mencari P-1

    =

    =

    =

    1112

    112

    11

    1P

    sehinggaP

    Langkah 5. Diagonalisasi A

    P-1 AP =

    12

    11

    10

    01

    11

    21

    =

    22

    21

    11

    21

  • =

    01

    20

    Langkah 6. Proses Penyulihan (subsitusi)

    Karena matriks berbentuk diagonal dan diketahui D = P-1 AP dan Y =

    PU sehingga Y = PU menghasilkan sistem diagonal baru.

    U = DU

    =

    01

    20

    U

    Diperoleh persamaan diferensial baru dalam bentuk y = cerx.

    u1 = u1

    u2 = 2u2

    Langkah 7. Memperoleh penyelesaian diferensial dalam bentuk y = cerx.

    u1 = c1ex

    u2 = c2e2x

    sehingga

    U =

    x

    x

    ec

    ec

    22

    1

    Dari Y = PU menghasilkan Y penyelesaian baru.

    Y =

    2

    1

    yy

    =

    11

    21

    x

    x

    ec

    ec

    22

    1=

    x

    x

    ec

    ec

    1