Upload
tika-rizkiani
View
21
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
PENERAPAN DIAGONALISASI MATRIKS DALAM MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFERENSIAL
LINIER HOMOGEN ORDE-n
SKRIPSI
Oleh: Sri Rahmah
NIM 01510043
JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG 2007
HALAMAN PENGAJUAN
PENERAPAN DIAGONALISASI MATRIKS DALAM MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFERENSIAL
LINIER HOMOGEN ORDE-n
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Malang
untuk Memenuhi Salah Satu persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)
Oleh: Sri Rahmah
NIM 01510043
JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG 2007
HALAMAN PERSETUJUAN
PENERAPAN DIAGONALISASI MATRIKS DALAM MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFERENSIAL
LINIER HOMOGEN ORDE-n
SKRIPSI
Oleh: Sri Rahmah
NIM 01510043
Telah disetujui oleh: Pembimbing,
Drs. H. Turmudi. M.Si NIP 150.209.630
Tanggal, 12 Desember 2007
Mengetahui, Ketua Jurusan Matematika
Fakultas Sains dan Teknologi
Sri Harini, M. Si NIP 150.318.321
HALAMAN PENGESAHAN
PENERAPAN DIAGONALISASI MATRIKS DALAM MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFERENSIAL
LINIER HOMOGEN ORDE-n
SKRIPSI
Oleh: Sri Rahmah
NIM 01510043
Telah dipertahankan di depan dewan penguji skripsi dan dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
Gelar sarjana Sains (S,Si)
Tanggal, 17 Desember 2007
Dewan Penguji: Tanda Tangan
1. Penguji Utama : Sri Harini, M.Si ( ) Nip 150 318 321
2. Ketua penguji : Wahyu H. Irawan, M.Pd ( ) Nip 150 300 415
3. Sekertaris : Drs. H. Turmudi, M.Si ( ) Nip 150 209 630
Mengetahui dan Mengesahkan, a.n. Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Kepala Jurusan Matematika
Sri Harini, M.Si Nip 150 318 321
PERSEMBAHAN Seiring kebahagiaan dan rasa syukur yang teramat dalam Qpersembahkan karya mungilQ untuk orang-orang tersayang dan tercinta serta orang-orang yang telah mewarnai hidupQ:
Segenap dosen dan staf jurusan matematika Universitas Islam Negeri (UIN) Malang yang selama ini telah memberikan ilmu pengetahuan
dan membagikan pengalamannya selama masa studi penulis. Ayahanda Tajuddin dan Ibunda Nurmi yang kucinta& kuhormati:Tiada terbatas
terima kasih dan syukur ananda atas segala tuntunan, kesabaran dan dukungan serta doa yang selalu menyertai disetiap langkahku, untuk mencapai cita-cita
demi kesuksesan buah hatimu, kepada Allah jualah ananda bermohon semoga ayah dan ibunda senantiasa terlindungi dalam rahmat-Nya Ya robbi, Ampunisegala dosa-dosa-
Nya dan kabulkan Segala doanya serta sayangilah mereka sebagaimanamereka menyayangiku dan toek pak suaib sekeluarga terimakasih tas kasihsayang, perhatian
serta dukungan yang tercurahkan selama ananda dirantauan,toek mas agus,mbak munir thank tas support&bantuannya.Saudara-saudaraku yang kucinta dan kusayang:
Mas nandar berusahalah untuk lebih baik tak ada yang jatuh dari langit dengan cuma-cuma semuanya perlu usaha dan doa, tieni&penokanQ yang lucu makacih telah
menemaniQ disaat suka&duka .Dek ernha yang selalu memberikan dorongan dan support untuk maju terus dalam menggapai cita-cita dengan penuh pengertian, engkau adalah lautan semangat disetiap langkah hidupQ dan qt jadikan pengalaman sebagai motivasi untuk lebih waspada akibatnya. Dek fathir,adam&nuju: Berjuanglah demi masa depan kalian dan jangan lupa untuk senantiasa ibtahal untuk ketenangan hati kalian, ingat!!!
Ayah&bunda menaruh asa yang besar pada kalian.Toek teman-teman yang telah mewarnai hidupku:Rizan teman seperjuanganQ yang tulus menemani dalam tawa dan
air mata, nourul,ekha&yaty thanks tas komputer dan kebersamaannya telah mewarnailorong-lorong hidupQ,cik,benny,ulfa,lya makasih tas support& informasinya, maskur,muys,riama,aedha makasih dah jadi teman curhatQ, ima,fah,fat,atyk,alam,sri,
mut,hasnah,fitri,ani banyak hikmah hidup Qpetik dalam kebersamaan kita meski masih banyak yang belum Qmengerti dan toek orang-orang yang tak mampu Qsebut namanya
disini terimakasih tas segala kebaikan yang pernah kalian berikan,selamanya akan Q ukir dalam hati, tatkala zaman memisahkan kita jangan lupakan aq walaupun panjang
perpisahan itu.
MOTTO
Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya,namun kegagalan merupakan
keberhasilan yang tertunda, Jadikan masalalu sebagai pelajaran
untuk lebih waspada akibatnya kesuksesan itu datang sesudah kesabaran, Kelapangan datang sesudah kesempitan,
Dan kemudahan datang sesudah kesulitan, Masa lalu adalah kenangan indah, Masa sekarang perlu dijalani, Dan
Masa depanlah yang perlu diraih dan diwujudkan,
tak ada yang jatuh dari langit dengan percuma
semua perlu upaya dan ibtahal
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah saya: Nama : Sri Rahmah NIM : 01510043 Jurusan : Matematika Fakultas : Sains Dan Teknologi
Menyatakan bahwa "Skripsi" saya yang berjudul merupakan hasil karya saya sendiri, Penerapan Diagonalisasi Matriks Dalam Meyelesaikan Persamaan Diferensial Homogen orde-n bukan duplikasi ataupun plagiasi dari karya orang lain.
Selanjutnya apabila di kemudian hari ada gugatan ataupun tuntutan dari pihak lain atas karya saya ini, maka hal itu sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya sendiri.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan tanpa paksaan dari siapapun.
Malang,12 Desember 2007 yang menyatakan,
Sri Rahmah Nim 01510043
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaiakan penulisan skripsi ini yang
berjudul penerapan diagonalisasi matriks dalam menyelesaikan persamaan
diferensial linier homogen orde-n
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita
nabi besar Muhammad SAW. Beserta keluarga dan sahabat-Nya yang telah
mengantarkan kita pada jalan kebenaran.
Suatu kebanggan bagi penulis karena dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini yang tentunya tidak lepas dari dukungan semangat dan segenap bantuan
dari beberapa pihak, karenanya dalam kesempatan ini penulis menyampaikan
banyak terima kasih yang sebesar-besar-Nya dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku rektor Universitas Islam
Negeri Malang.
2. Bapak Prof. Drs. Sutiman Bambang Sumitro, SU. DSC selaku Dekan
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Malang.
3. Ibu Sri Harini M.Si selaku ketua jurusan Matematika Universitas Islam
Negeri Malang.
4. Bapak Drs.H.Turmudi M.Si selaku dosen pembimbing karena atas
bimbingan dan bantuan serta motivasi yang beliau berikan sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Segenap dosen dan staf jurusan matematika Universitas Islam Negeri
Malang yang selama ini telah memberikan ilmu pengetahuan kepada
penulis dengan penuh keikhlasan.
6. Ayahanda&Ibunda (Tajuddin&Nurmi) yang telah memberikan dukungan
baik moril maupun materil demi kesuksesan penulis serta doa, perhatian
dan kasihsayang yang selalu menyertai setiap langkahku sehingga
penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Pak suaib sekeluarga&pak tamin,mapak yudy,bu lima,mas agus,mbak
munir,yang telah mensupport dan perhatian serta kasih sayangnya.
8. Kakak dan adek-adek tercinta yang selalu memberikan motivasi dan
support serta doa yang selalu menyertai disetiap langkah penulis sehingga
penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
9. Teman-teman yang telah memberikan dukungan dan semangat serta semua
pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.
Semoga dengan segenap bantuan yang diberikan kepada penulis menjadi
amal sholeh dan semoga Allah memberikan balasan yang sepantasnya. penulis
menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan, seperti tak ada gading yang tak retak Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna perbaikan kedepan.
Akhirnya, hanya pada Allah SWT, penulis mohon petunjuk dan
pertolongan mudah-mudahan karya ini bermanfaat bagi sekalian amin.
Malang, 12 desember 2007
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv HALAMAN PERNYATAAN........................................................................ v HALAMAN MOTTO .................................................................................... vi HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... vii KATA PENGANTAR.................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................. x ABSRTAK...................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ............................................................................... 1 B. Rumusan masalah........................................................................... 3 C. Tujuan penelitian............................................................................ 3 D. Manfaat penulisan ......................................................................... 4
E. Batasan masalah ............................................................................. 4
F. Metode penelitian ........................................................................... 5 G. Sistematika pembahasan................................................................. 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian tentang matriks.................................................................... 7
1. Pengertian matriks dan matriks diagonal ................................... 7
2. Determinan dan matriks Jordan................................................ 9 3. Perkalian matriks dan matriks invers......................................... 17 4. Nilai eigen dan vektor eigen ..................................................... 25 5. Diagonalisasi matriks................................................................ 28
B. Kajian tentang persamaan diferensial (PD) biasa .......................... 34 1. Persamaan diferensial linier homogen dengan koefisien kontan 34 2. Persamaan diferensial linier tak homogen ................................ 35 3. Persamaan diferensial linier homogen orde-n............................ 36
BAB III PEMBAHASAN A. Penerapan diagonalisasi matriks dalam menyelesaikan persamaan
diferensial linier homogen orde-n dengan koefisien konstan. ......... 46 1. Persamaan karakteristik dengan akar-akar real dan berlainan .... 54 2. Persamaan karakteristik dengan akar-akar yang sama ............... 66 3. Akar-akar kompleks dan sekawan............................................. 71
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................... 80 B. Saran .............................................................................................. 83
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Rahmah, Sri. 2007. Penerapan Diagonalisasi Matriks dalam Menyelesaiakan Persamaan Diferensial Linier Homogen Orde-n. Skripsi, Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Malang. Dosen Pembimbing Drs.H.Turmudi,M.Si
Kata kunci: Diagonalisasi matriks, Persamaan diferensial linier homogen Orde-n.
Persamaan diferensial linier homogen dapat diselesaikan dengan menggunakan diagonalisasi matriks Dengan diagonalisasi matriks koefisien suatu persamaan dibentuk menjadi matriks diagonal sehingga persamaan yang semula melibatkan banyak fungsi yang tidak diketahui menjadi persamaan yang hanya mempunyai satu fungsi yang tak diketahui sehingga persamaan tersebut mudah untuk dipecahkan.
Tujuan dari penulisan ini adalah: untuk mengetahui cara penggunaan diagonalisasi matriks dalam menyelesaikan persamaan diferensial linier homogen orde-n dengan koefisien konstan.
Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah studi literatur. Dimana penulis mengumpulkan beberapa buku penunjang yaitu: aljabar linier elementer, persamaan diferensial dan Literatur pendamping lainnya. Dengan cara membaca dan memahami materi yang berkaitan dengan pokok bahasan, kemudian dari buku-buku tersebut digabungkan beberapa teori yang terkait dari satu mata kuliah yang kemudian mengaplikasikannya pada mata kuliah lainnya.
Langkah-langkah menyelesaikan sistem PD dengan cara diagonalisasi matriks adalah. (1) Dengan menyatakan persamaan diferensial di dalam bentuk matriks Y=AY dengan A sebagai matriks koefisien. (2) menentukan nilai-nilai eigen (1, 2,,n) dari (A I)Y=0. (3) menentukan vektor eigen dari matriks A yang yang bersesuaian dengan yaitu p1, p2,,pn dari vektor eigen itu dibentuk sebuah matriks P yang mendiagonalisasi matriks A. (4) dicari matriks invers dari P yaitu P-1. (5) proses diagonalisasi matriks A (D=P-1 AP). (6) proses penyulihan (substitusi) Y=PU dan Y=PU untuk mendapatkan sistem diagonal yang baru U=DU, dengan D=P-1AP, dengan memecahkan U=DU diperoleh penyelesaian dari persamaan diferensial linier homogen orde-n. (7) untuk memperoleh penyelesaian matriks yang baru diperoleh (U) dibentuk ke dalam y = cerx.
Apabila nilai eigen yang diperoleh real dan berlainan (12 n) maka penyelesaian persamaan diferensial linier homogen orde-n: y(x)=c1e1x + c1e2x +.c1e
nx. Apabila nilai eigennya real dan berulang (1 = 2 == n) maka
penyelesaian dapat dilakukan dengan menggunakan matriks Jordan (J) yang tidak lagi berupa matriks diagonal. Sehingga untuk mencari matriks non singular P digunakan persamaan PJ=AP. Karena PJ=AP maka J=P-1 AP dan Y=PU, maka dari Y=PU diperoleh U=JU sebagai pemecahan dari persamaan diferensial. Jadi penyelesaian persamaan diferensial linier homogen orde-n: y(x) = c1ex (c1 + c2x + c3e
2 ++ cnx
n-1). Apabila nilai eigennya bilangan imajiner (1,2 = a bi) maka penyelesaian persamaan diferensial linier homogen orde-n adalah: y(x) = eax (cos bx + sin bx).
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang (membangun)
untuk itu ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat dibutuhkan dalam
pelaksanaan pembangunan. Dalam pelaksanaan pembangunan pemerintah
mengadakan usaha-usaha pembangunan di segala bidang, tak terkecuali pada
bidang pendidikan dan pengajaran. Sesuai dengan perkembangan dan kemajuan
teknologi dewasa ini, sangat diperlukan sekali ilmu pengetahuan yang menunjang
kearah perkembangan tersebut. Salah satu ilmu pengetahuan yang diperlukan
tersebut adalah matematika. Matematika ini tidak hanya berperan pada ilmu
eksakta saja, tetapi pada ilmu-ilmu non eksakta. Dari segi perkembangan ilmu
pengetahuan maka terasa kekurangan-kekurangan dalam pendidikan kita
khususnya pada minat belajar matematika.
Dalam kehidupan masyarakat sering kita jumpai suatu anggapan bahwa
matematika adalah pelajaran yang rumit atau sulit dan sebagai akibatnya
penguasaan terhadap matematika itu kurang memuaskan. Padahal dalam
kehidupan sehari-hari kita tidak pernah terlepas dari penggunaan matematika. baik
dalam hal-hal yang paling sederhana sampai paling rumit sekalipun.
Matematika sebagai landasan berpijak perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) akan dirasakan peran dan arti pentingnya apabila para
matematikawan itu sendiri dalam berbagai cabang IPTEK mempunyai cakrawala
yang luas, sehingga pada akhirnya nanti matematika akan mampu mengikuti
langkah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang sudah
makin pesat lajunya. Kehadiran matematika untuk membantu memecahkan
permasalahan seiring dengan semakin kompleksnya problema teknologi. Hal ini
tentunya akan sangat membantu dalam mencapai jalan keluar permasalahan yang
timbul.
Banyak situasi yang tergabung secara alami dan dapat diinterpretasikan
dengan menggunakan teknik-teknik yang terdapat dalam matematika, matematika
sering dijadikan model untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
membutuhkan penyelesaian secara tepat dan cepat. Khususnya mengenai
penerapan diagonalisasi matriks dalam menyelesaikan persamaan diferensial linier
homogen orde-n dengan koefisien konstan.
Nilai eigen merupakan salah satu pokok bahasan dalam aljabar linier yang
dapat menyelesaikan berbagai permasalahan umum, antara lain dalam bidang
fisika, kimia, biologi, ekonomi serta dalam matematika sendiri. Salah satu
penerapannya dalam matematika yaitu penerapan pada persamaan diferensial.
(Anton,1997:303).
Persamaan diferensial linier dibagi menjadi dua yaitu persamaan
diferensial linier homogen dan persamaan diferensial linier tak homogen.
persamaan diferensial yang akan dibahas dalam penulisan ini adalah persamaan
diferensial linier homogen orde-n dengan koefisien konstan.
Persamaan diferensial linier homogen dapat diselesaikan dengan
menggunakan beberapa metode salah satunya adalah metode diagonalisasi
matriks. metode diagonalisasi matriks ini diharapkan dapat digunakan sebagai
alternatif lain dalam menyelesaikan persamaan diferensial linier homogen orde-n
dengan koefisien konstan. Dengan metode diagonalisasi matriks koefisien suatu
persamaan dibentuk menjadi matriks diagonal sehingga persamaan yang semula
melibatkan banyak fungsi yang tidak diketahui menjadi persamaan yang hanya
mempunyai satu fungsi yang tak diketahui sehingga persamaan tersebut mudah
untuk dipecahkan. Hal inilah yang menjadi pendorong bagi penulis untuk
mengambil judul Penerapan diagonalisasi matriks dalam menyelesaikan
persamaan diferensial linier homogen orde-n.
B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis merumuskan
suatu masalah yaitu bagaimana penggunaan diagonalisasi matriks dalam
menyelesaikan persamaan diferensial linier homogen orde-n dengan koefisien
konstan?
C. Tujuan Penelitian.
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka dalam penulisan ini
bertujuan untuk mengetahui penggunaan diagonalisasi matriks dalam
menyelesaikan persamaan diferensial linier homogen orde-n dengan koefisien
konstan.
D. Manfaat Pembahasan.
Dalam penulisan skripsi tentang Penerapan diagonalisasi matriks dalam
menyelesaikan persamaan diferensial linier homogen orde-n dengan koefisien
konstan ini dapat berguna bagi:
1. Bagi penulis: Menambah wawasan penulis untuk mengetahui tentang
penerapan diagonalisai matriks dalam menyelesaikan persamaan
diferensial linier homogen orde-n dengan koefisien konstan.
2. Bagi lembaga:
1. Sebagai bahan informasi tentang pembelajaran mata kuliah aljabar
linear elementer, terutama mengenai diagonalisai matriks dalam
menyelesaikan persamaan diferensial linier homogen orde-n dengan
koefisien konstan.
2. Sebagai tambahan bahan kepustakaan.
3. Bagi mahasiswa: Menambah pengetahuan keilmuan mengenai penerapan
diagonalisai matriks dalam menyelesaikan persamaan diferensial linier
homogen orde-n dengan koefisien konstan.
E. Batasan Masalah.
Karean luasnya permasalahan yang berhubungan dengan aplikasi matriks
pada persamaan diferensial, maka dalam penulisan ini dibatasi pada persamaan
diferensial linier homogen orde-n dengan koefisien konstan meliputi: Persamaan
karakteristik dengan akar-akar real dan berlainan, Persamaan karakteristik dengan
akar-akar yang sama, Akar-akar kompleks dan sekawan.
F. Metode Penelitian.
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah studi literatur.
Studi literatur adalah penelitian yang dilakukan dengan bantuan bermacam-
macam material yang terdapat di ruangan perpustakaan seperti buku, majalah,
dokumen, catatan kisah-kisah, sejarah dan sebagainya (Madalis, 1989: 28).
Studi literatur berisi satu topik kajian yang di dalamnya memuat beberapa
gagasan atau proposisi yang berkaitan dan harus didukung oleh data yang
diperoleh dari berbagai sumber kepustakaan. Sumber pustaka kajian dapat berupa
jurnal penelitian, tesis, skripsi, laporan penelitian, buku teks, makalah, laporan
seminar, diskusi ilmiah, atau terbitan resmi pemerintah atau lembaga penerbit
swasta. Bahan pustaka harus dibahas secara kritis dan mendalam sehingga
mendukung gagasan proposisi untuk menghasilkan kesimpulan dan saran.
Dalam studi literatur, penulis mengumpulkan beberapa buku penunjang
yaitu: aljabar linier elementer, dasar-dasar aljabar linier, persamaan diferensial,
aljabar linier, persamaan diferensial dan matematika model dan lain sebagainya.
Dengan cara membaca dan memahami materi yang berkaitan dengan pokok
bahasan, kemudian dari buku-buku tersebut digabungkan beberapa teori yang
terkait dari satu mata kuliah yang kemudian mengaplikasikannya pada mata
kuliah lainnya.
G. Sistematika Pembahasan.
Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang permasalahan yang dikaji
dalam skripsi ini maka penyusunannya didasarkan atas sistematika sebagai
berikut:
BAB I Pendahuluan, dalam bab ini menjelaskan tentang, latar belakang.
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat pembahasan, batasan masalah,
metode penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II Kajian Pustaka, dalam bab ini menjelaskan tentang, pengertian
Matriks dan matriks diagonal, determinan dan matriks jordan, perkalian matriks
dan matriks invers, diagonalisasi matriks, nilai eigen dan vektor eigen, persamaan
diferensial linear homogen dengan koefisien konstan, persamaan diferensial linear
tak homogen. persamaan diferensial linear homogen orde-n dengann koefisien
konstan.
BAB III Pembahasan, dalam bab ini menjelaskan, penerapan diagonalisa matriks pada persamaan diferensial linier homogen Orde-n dengan koefisien
konstan meliputi Persamaan karakteristik dengan akar-akar real dan berlainan, Persamaan karakteristik dengan akar-akar yang sama, Akar-akar kompleks dan sekawan
BAB IV merupakan Penutup, dalam bab ini menjelaskan tentang
Kesimpulan dan Saran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Tentang Matriks.
1. Pengertian Matriks dan Matriks Diagonal.
Definisi 1.
Matriks adalah suatu kumpulan dari angka-angka (elemen-elemen) yang disusun
menurut baris dan kolom sehingga berbentuk segi empat siku-siku dengan
panjang dan lebarnya ditunjukkan oleh banyaknya baris dan kolom. (budhi,1995:
16).
Apabila suatu matriks A terdiri dari m baris dan n kolom, maka matriks A
bisa ditulis sebagai berikut:
A =
1
21
11
ma
a
a
M
2
22
12
ma
a
a
M
L
L
L
mn
n
n
a
a
a
M
2
1
Bilangan-bilangan a11, a12,, amn yang menyusun matriks A disebut
elemen atau unsur. Di dalam literatur atau buku lain biasanya disebut entri. Untuk
selanjutnya penulis menggunakan entri untuk menyatakan bilangan-bilangan dari
matriks. Suatu matriks biasanya dinotasikan dengan huruf kapital dan dinyatakan
dengan tanda kurung, yaitu ada yang dalam kurumg siku (backets) [ ], ada yang
dalam kurung biasa (parentheses) ( ) atau dalam garis vertikal yang doubel
(double verticalbar) . Walaupun demikian, umumnya suatu matriks ditulis
dalam tanda kurung siku atau [ ].
Ukuran matriks dijelaskan dengan menyatakan banyaknya baris (entri
horisontal) dan banyaknya kolom (entri vertikal) yang terdapat dalam matriks.
Ukuran matriks disebut ordo matriks.
Jika A sebuah matriks, maka aij untuk menyatakan entri yang terdapat di
dalam baris i dan j dari A. jadi sebuah matriks 3x4 yang umum dapat ditulis
sebagai
A =
31
21
11
a
a
a
32
22
12
a
a
a
33
23
13
a
a
a
34
24
14
a
a
a
Contoh 1
A =
31
42
, Matriks A berordor 2x2 C = [ 4 7 8], Matriks C berordor 1x3
B =
23
34
12
, Matriks B berordor 2x3 D =
24
, Matriks berordor 2x1
Matriks yang mempunyai satu baris saja disebut matriks baris dan yang
mempunyai satu kolom disebut matriks kolom, atau disebut juga vektor dalam
bukunya (Budhi 1995: 16). Dengan demikian, matriks C dinamakan matriks
baris/vektor baris, sedangkan matriks D dinamakan matriks kolom/vektor kolom.
Dua matriks A dan B disebut sama jika ukuran kedua matriks adalah sama dan
entri yang seletak juga sama, sehingga dapat ditulis A.
Selanjutnya akan dibahas mengenai matriks diagonal sebagai berikut:
Definisi 2
Matriks diagonal adalah matriks bujur sangkar yang semua elemennya sama
dengan nol kecuali elemen pada diagonal utamanya. (Stroud, 1996: 364)
A =
0
011
M
a
0
0
22a
K
K
K
nna
M
00
Matriks diagonal adalah matriks segitiga atas dan segitiga bawah dan
unsur diagonal utamanya tak nol semua.
Contoh 2:
C =
003
020
700
Unsur-unsur pada matriks C yaitu 3, 2, 7, dinamakan unsur diagonal utama.
2. Determinan dan matriks jordan.
Misalkan A adalah matrik kuadrat. Fungsi determinan dinyatakan dengan
det, dan kita definisikan det (A) sebagai jumlah semua hasil kali elementer
bertanda dari A, jumlah det (A) kita namakan determinan A (Anton, 1997: 63).
Rumus dari determinan adalah sebagai berikut:
`
21
11
a
a
22
12
a
a
31
21
11
a
a
a
32
22
12
a
a
a
33
23
13
a
a
a
31
21
11
a
a
a
32
22
12
a
a
a
Gambar (1) Gambar (2)
Gambar 1 dengan mengalikan entri-entri pada panah yang mengarah ke
kanan dan mengurangkan hasil kali entri-entri pada panah yang mengarah ke kiri.
Gambar 2 dengan menyalin kembali kolom pertama dan kolom kedua
kemudian dihitung dengan menjumlahkan hasil kali pada panah-panah yang
mengarah ke kanan dan mengutarakan hasil kali pada panah-panah yang
mengarah ke kiri.
Contoh 3,
Hitunglah determinan dari matriks A =
62
11
B =
62
1
852
764
penyelesaian;
det A =
63
25
, Dengan menggunakan metode dari gambar 1 maka:
det A = (3) (-2) (5) (6) = -6 30 = -36
det B =
62
1
852
764
62
1
852
, Dengan menggunakan metode dari gambar 2
maka:
= (1.5.7) + (2.6.6) + (4.(-2).(-8)) (4.5.6) (1.6.(-8)) (2.(-2).7)
= 35 + 72 + 64 120 - (-48) (-28) = 127
Determinan dari sebuah matriks ordo ke-n A = ija , ditulis A
didefinisikan sebagai bilangan yang dihitung dari jumlah berikut,
A = () a1i a1j . anr
jumlah diambil terhadap semua permutasi dari subkrip kedua. Sebuah unsur diberi
tanda + jika (i, j, . , r) adalah permutasi genap dari (1, 2, , n) dan tanda -
jika permutasi ganjil (Hadley, 1992: 74).
Definisi 3.
sebuah permutasi dinamakan genap (even) jika invers seluruhnya adalah sebuah
bilangan bulat yang genap dan dinamakan ganjil (odd) jika jumlah invers
seluruhnya adalah sebuah bilangan bulat yang ganjil (Anton, 1987: 61)
Definisi umum dari suatu determinan adalah
Jika A adalah suatu matriks berordo nxn, maka submatriks (n-1) x (n-1) yang
diperoleh dari A dengan menghapus baris ke i dan kolom ke j dinamakan minor
unsur (i.j) dari matriks A dan dilambangkan dengan Mij atau Mij (A). (Cullen;
1993: 106).
Definisi 4.
Jika A adalah matriks kuadrat, maka minor entri aij dinyatakan oleh mij dan
didefinisikan menjadi determinan submatriks yang tetap setelah baris ke-i dan
kolom ke-j dicoret dari A. bilangan (-1)i+j Mij yang di namakan kofaktor entri aij
(Anton, 1997:77).
kofaktor dan minor entri ajj hanya berbeda dalam tandanya, yakni Cij =
Mij. Cara untuk menentukan apakah Cij = Mij atau Cij = -Mij adalah dengan
menggunakan tanda yang menghubungkan Cij dan Mij dalam baris ke-i dan kolom
ke-j dari susunan berikut
+
+
M
M
+
M
+
+
M
L
L
L
sehingga C11 = M11, C21 = -K21, C12 = - M12, C22 = M22 dan seterusnya. Jadi,
jika i + j adalah genap, maka Cij = Mij dan jika i + j adalah ganjil, maka Cij = -Mij.
Bentuk umum matriks 3 x 3 adalah sebagai berikut:
A =
31
21
11
a
a
a
32
22
12
a
a
a
33
23
13
a
a
a
Berdasarkan definisi determinan, maka
Det (A) = (a11a22a33 + a12a23a31 + a21a32a13) - (a31a22a13 + a32a23a11 + a21a12a33).
= a11(a22a33 - a23a32) + a21(a13 a32 - a12a33) + a31(a12 a23 - a13 a22)
karena pernyataan-pernyataan dalam kurung adalah kofaktor-kofaktor dari C11,
C21, C31, maka diperoleh
det (A) = a11C11 + a21C21 + a31C31 (2.1)
Persamaan (2.1) memperlihatkan bahwa determinan A dapat dihitung dengan
mengalikan entri-entri dalam kolom pertama dari A dengan kofaktor-kofaktornya,
dan menambahkan hasil perkalian yang dihasilkan. Metode menghitung
determinan seperti ini dinamakan ekspansi kofaktor pada kolom pertama dari A
(Anton, 1997: 78).
Contoh 4.
A=
213
462
03
1 maka
Minor entri a11adalah M11 = 46
03
= 0-(-12) = 12
dan kofaktor entri a11 adalah C11 = (-1)1+1 = (1) 12 = 12 Minor entri a13adalah M13 = 2
1
46
= -4 -12 = -16
dan kofaktor entri a13 adalah C13 = (-1)1+3 = (1) -16 = -16 Minor entri a21adalah M21 = 4
2
01
= 0 - 4 = 4
dan kofaktor entri a21 adalah C21 = (-1)2+1 = (1) 4 = 4
Minor entri a22adalah M22 = 23
01
= 0 - 2 = 2
dan kofaktor entri a22 adalah C22 = (-1)2+2 = (1) 2 = 2 Minor entri a31adalah M31 = 6
2
31
= 6-(-6) = 12
dan kofaktor entri a31 adalah C31 = (-1)3+1 = (1) 12 = 12 minor entri a32 adalah M32 = 1
3
22
12
a
a = 9 (-1) = -10
dan kofaktor entri a32 adalah C32 = (-1)3+2M32 = -M32 = -10
Kofaktor A adalah C11 = 12 C12 = 6 C13 = -16
C21 = 4 C22 = -2 C23 = 16
C31 = 12 C32 = -10 C33 = 16
sehingga matriks kofaktor
12412
1026
1616
16, dan Adj (A) =
16612
162
4
1616
12
Sifat-sifat determinan.
1. Matriks persegi yang salah satu vektor barisnya (kolomnya) unsur-unsurnya
nol maka nilai determinannya sama dengan nol.
2. Determinan traspos suatu matriks sama dengan matriks itu sendiri (det Ai = det
A)
3. Determinan dari suatu matriks persegi A yang salah satu baris atau kolom
dikalikan dengan skalar k, maka determinannya berubah menjadi k A.
4. Determinaan suatu baris yang salah satu baris atau kolomnya ditukar dengan
baris atau kolom yang lain maka nilai determinan matriks tersebut menjadi
negatif dari determinan semula.
5. Determinan dari suatu matriks persegi yang salah dua baris atau kolom yang
sama adalah sama dengan nol.
6. Determinan dari suatu matriks persegi yang salah satu baris atau kolomnya
merupakan kelipatan dari baris atau kolom yang adalah sama dengan nol.
7. Determinan dari matriks persegi A = [aij] berdimensi n yang baris ke i atau
kolom ke j terdiri dari elemen-elemen yang dapat diuraikan menjadi dua
binomium, maka determinannya sama dengan A yang baris ke i atau kolom ke
j diganti oleh satu binomium persegi tidak berubah nilainya jika salah satu
baris atau kolom diganti dengan suku yang kedua.
8. Determinan dari suatu matriks persegi tidak berubah nilainya jika salah satu
baris atau kolom ditambah dengan kelipatan baris atau kolom yang lainnya.
Determinan dari matriks segitiga adalah sama dengan produk (hasil kali) elemen-
elemen diagonalnya (Ayres, 2000:20)
Selanjutnya akan dibahas Matriks Jordan.
Di dalam penerapannya, ada kalanya suatu matriks tidak dapat
didiagonalkan. Untuk matriks yang tidak dapat didiagonalkan, selalu dapat dibuat
menjadi similar dengan matriks yang hampir diagonal yang disebut sebagai
bentuk normal Jordan, yaitu matriks segi tiga atas atau bawah yang lebih khusus
lagi. (budhi, 1995:301).
Misalkan diketahui matriks 2x2 dengan dua nilai eigen yang sama. Jika
matriks tersebut mempunyai dua vektor eigen yeng bebas linier, maka matriks
tersebut similar dengan matriks diagonal. Tetapi dalam hal matriks hanya
mempunyai sebuah nilai eigen, maka matriks tersebut similar dengan bentuk
normal Jordan.
0
1
matriks tersebut hanya mempunyai satu nilai eigen sebab jika mempunyai dua
nilai eigen maka matriks tersebut dapat didiagonalkan.
Ada dua kasus bentuk Jordan untuk matriks berordo 3x3, yaitu matriks
yang mempunyai dua nilai eigen (berbeda) atau hanya satu nilai eigen. Untuk satu
nilai, ada dua kasus yaitu tergantung dari banyaknya vektor eigen yeng bebas
linier. Matriks berikut merupakan contoh matriks dengan satu nilai eigen yang
masing-masing mempunyai satu dan dua vektor eigen yeng bebas linier.
00
0
1
10
00
0
1
00
sedangkan untuk dua nilai eigen , mempunyai bentuk normal Jordan sebagai
berikut
00
0
1
10
Matriks di atas mempunyai dua vektor eigen yang bebas linier, atau satu vektor
eigen bebas linier yang berkaitan dengan nilai eigen ganda. Jadi jika matriks 3x3
mempunyai tiga vektor eigen yang bebas linier, matriks tersebut dapat
didiagonalkan.
Definisi 5
Matriks A berordo nxn mempunyai vektor eigen v1, v2,,vs bebas linier,
matriks tersebut similar dengan matriks diagonal dalam bentuk normal Jordan.
0
01
M
J
0
0
2
M
J
L
L
L
.
sJM
00
Dimana setiap sub matriks J1 adalah blok dangan bentuk
Ji =
0
00
M
i
0
0
0
M
i
0
00
M
i
L
O
L
L
L
iM
000
Dengan 1 adalah nilai eigen dari A dan bersesuaian dengan vektor eigen v1
(Edwards 2001:453)
Definisi 6
Jika A dan B adalah matriks nxn, dan terdapat P matriks nxn yang non singular,
sehingga B = P -1AP, maka B dikatakan serupa dengan A. (baker, 1990:216)
Contoh 5.
Diketahui A =
600
12
0
411
, B =
001
02
0
300
,
dan matriks non singular P =
111
e
c
a
fdb
. Jika B serupa dengan A,
maka tentukanlah matriks non singular P
Penyelesaian,
P non singular berarti martiks P mempunyai invers (devinisi 8) yaitu P-1.
B serupa dengan A sehingga B = P-1A P.
PB = AP
111
e
c
a
fdb
.
001
02
0
12
0
=
600
12
0
411
111
e
c
a
fdb
Sehingga diperoleh a = 1, b =1, c = -2, d = -3, e = -4 dan f = 9
jadi matriks non singular P =
111
42
1
93
1
3. Perkalian matriks dan matriks invers.
Definisi 7.
Jika A adalah matriks m x r dan B adalah matriks r x n, maka hasil AB adalah m x
n yang entri-entrinya ditentukan sebagai berikut: untuk mencari entri dalam baris i
dan kolom j dari matriks AB, pilihlah baris i dari matriks A dan kolom j dari
matriks B. kalikan entri-entri yang bersesuaian dari baris dan kolom tersebut
bersama-sama dan kemudian tambahkan hasil kali yang dihasilkan. (Anton,1997:
25)
Contoh 6;
A =
41
13
69
B =
546
302
618
64
3
Maka, AB =
41
13
69
546
302
618
64
3
=
++
++
30.42445126
18082702
+
++
364325438
++
++
+
3641218123
=
1863
1029
065
49
Karena A adalah matriks 2x3 dan B adalah matriks 3x4 maka hasil kali AB adalah
matriks 2x4.
Definisi 8
Jika A adalah matriks bujur sangkar, dan jika dapat dicari matriks B sehingga
AB=BA=I, maka A dikatakan dapat dibalik (invertable) dan B dinamakan balikan
(Inverse) dari A. (Anton, 1997: 34).
Contoh 7
B =
13
25
adalah invers dari A =
12
35
karena,
AB =
12
35
13
25
=
01
10
= I dan
BA =
13
25
12
35
=
01
10
= I
Sifat-sifat perkalian matriks:
1. AB BA (tidak komutatif)
2. (AB) C = A (BC) (sifat assosiatif)
3. A (B+C) = AB + AC (sifat distribusi).
Contoh 8:
A =
32
01
24
B =
423
21
5 Maka
AB =
32
01
24
423
21
5
=
++
++
4.22.03.34.42.13.2
++
++
2.2)1.(05.32.4)1.(15.2
=
124
1117
BA =
423
21
5
32
01
24
=
+
6834156
040203
+
+
+
+
+
416281012
=
27
9
423
20622
Karena A matriks 2x3 dan B matriks 3x2, maka hasil kali AB adalah matriks 2x2.
Karena B matriks 3x2 dan A matriks 2x3, maka hasil kali BA adalah matriks 3x3
Jadi tebukti bahwa perkalian matriks tidak bersifat komutatif atau AB BA
Sedangkan sifat-sifat matriks invers adalah.
1. Invers hasil kali dua buah matriks A dan B sama dengan hasil kali invers
masing-masing matriks dengan urutan yang barlainan.
Jadi, (AB)-1 = B-1. A-1 (Subagio Suharti: 1986: 4.8).
Bukti: telah diketahui bahwa AA-1 = A-1A = I dan BB-1 = B-1B = I
begitu pula (AB) (AB)-1 = (AB)-1 (AB) = I
(AB) (B-1 A-1 ) = A (BB-1) A-1 assosiatif
= A I A karena BB-1 = I
= AA-1 = I
(B-1 A-1 ) (AB) = B-1 (A-1A) B assosiatif
= B-1 I B karena A-1 A = I
= B-1 B = I
Jadi (AB)-1 = B-1A-1
Contoh 9 : Jika A =
12
23
dan B =
53
42
,tunjukan bahwa (AB)-1= B-1A-1
Penyelesaian: jika A =
12
23
, maka A-1=
12
23
jika B =
53
42
, maka B-1= 21
54
32
B-1A-1 = 21
54
32
12
23
=
21
1310
2116
=
213
5
221
8
AB =
12
23
53
42
=
1321
1016
(AB)-1= 208210
1
1310
2116
=
21
1310
2116
=
213
5
221
8
Jadi (A)-1 = B-1 A-1
2. Jika A matriks non singular maka invers dari invers A adalah A.
jadi (A-1)-1 = A (Subagio Suharti: 1986: 4.9).
Bukti: A-1 invers dari A. jadi, AA-1 = A-1A = I atau A-1A = AA-1 = I
dengan A matriks yang telah diketahui maka A-1 invers dari A,
jika A-1A = AA-1 = I dengan A-1 matriks yang telah diketahui
maka A adalah invers dari A-1 yang dinyatakan dengan A = (A-1)-1.
Contoh 10: jika A
35
34
, tunjukan bahwa invers dari invers A adalah A
atau (A-1)-1 = A.
Penyelesaian: jika
35
34
maka A-1 31
33
54
atau
1
1
35
34
jika A-1 =
1
1
35
34
maka (A-1) = 34
35
1
135
134
=
311
135
134
= 3
135
134
=
35
14
pada (A-1) = A
Sedangkan cara mencari Matriks Invers sebagai berikut:
Jika P =
c
a
db
untuk mendapatkan matriks P, dipergunakan perkalian matriks
dan kesamaan dua buah matriks sebagai berikut:
Misalkan P-1 =
z
x
u
y dan P.P-1 = I jadi
c
a
db
z
x
u
y =
01
10
+
+
dzcxbzax
+
+
ducybuay
=
01
10
a) ax + bz = 1 b) ay + bu = 0
cx + dz = 0 cy + du = 1
penyelesaiaan sistem persamaan ini adalah
a) ax + bz = 1
cx + dz = 0 jika persamaan pertama dikalikan dengan d dan
persamaan kedua dikalikan dengan b diperoleh
adx + bdx = d
bcx + bdx = 0 _
(ad - bc) x = d atau x = bcad
d
b) ay + bu = 0
cy + du = 1, jika persamaan pertama dikalikan dengan d dan
persamaan kedua dikalikan dengan b diperoleh
ady + bdu = 0
bcy + bdu = -b _
(ad - bc) x = d atau y = bcad
b
dengan substitusi diperoleh bu ay atau u = bcad
a
nilai x, y, z, dan u ada apabila ad o
jadi P-1 =
bcadc
bcadd
bcada
bcadb
atau P-1 bcad
1
c
d
a
b
dengan ad - bc 0
Contoh 11:
Tentukan matriks invers P =
35
46
Penyelesaian:
jika P =
c
a
db
maka P-1 = bcad
1
c
d
a
b
jadi P-1 = 1820
1
34
56
=
21
34
56
=
23
2
25
3
Teorema 1.
Jika A adalah matrik yang dapat dibalik, maka:
A-1 = )(.)det(1 Aadj
A (Anton, 1997: 82)
Bukti;
Akan dibuktikan A adj (A) = (A) I
A adj (A) =
1
1
21
11
n
i
a
a
a
a
M
M
2
2
22
12
n
i
a
a
a
a
M
M
L
M
L
M
L
L
nn
in
n
n
a
a
a
a
M
M
2
1
nC
CC
1
12
11
M
nC
CC
2
22
21
M
L
M
L
L
jn
j
j
C
CC
M
2
1
L
M
L
L
nn
n
n
C
CC
M
2
1
Entri-entri baris ke-i dan kolom ke-j dari A adj (A) adalah
ai1Cj1 + ai2Cj2 + + ainCjn ..(3.1)
jika i = j maka (3.1) adalah ekspansi kofaktor dari det (A) pada baris ke-i dari A.
sebaliknya jika i j, maka koefisien-koefisien a dan faktor-faktor berasal dari
baris-baris A yang berbeda, sehingga nilai (3.1) sama dengan nol. Maka:
A adj (A) =
0
0)det(
M
A
0
)det(0
M
A
L
M
L
L
)det(
00
AM
= det (A) I (3.2)
Karena A dapat dibalik maka det (A) 0. jadi persamaan (2) dapat ditulis
[ ] IAAadjA
=)()det(1
A IAadjA
=
)()det(1
Dengan mengalikan kedua ruas dari kiri dengan A-1 maka menghasilkan
A-1 = )()det(1 Aadj
A
Jadi terbukti A-1 = )()det(1 Aadj
A
Contoh 12;
Carilah invers matriks A =
213
462
03
1
Penyelesaian.
Untuk mencari invers matriks A, maka
Det A =42
6123
042361
23
Det A = (3.6.0) + (2.3.2) + (-1.1.-4) (-1.6.2) - (3.3.-4) (2.1.0)
= (0+12+4) (-12+ -36 + 0)
= 16 (-48) = 64
Jadi Det A = 64 dan dari contoh 4 adj A =
16612
1624
1610
12
A-1 = )()det(1 Aadj
A
A-1 = 641
16612
1624
1610
12 =
641664
664
12
6416
642
644
6416
641064
12
4. Nilai eigen dan vektor eigen.
Kata vektor eigen adalah ramuan bahasa jerman dan inggris. Dalam
bahasa jerman eigen dapat diterjemahkan sebagai sebenarnya atau
karakteristik oleh karena itu, nilai eigen dapat juga dinamakan nilai sebenarnya
atau nilai karakteristik, dalam literatur lama kadang-kadang dinamakan akar-
latent.
Dalam penerapan matriks, sering di jumpai persamaan dalam bentuk A.X
= X, Dengan A=(aij) adalah matriks bujur-sangkar dan adalah bilangan
(skalar). Untuk solusi non-trivial, yaitu x 0, harga yang memenuhi
persamaan itu disebut dengan nilai eigen, atau nilai karakteristik, atau latar laternt
dari matriks A dan solusi yang bersesuai dengan persamaan yang diberikan
AX= X dibentuk vektor eigen atau vektor karakteristik dari A.
Persamaan AX = X dapat dinyatakan dalam bentuk:
1
21
11
ma
a
a
M
2
22
12
ma
a
a
M
L
L
L
mn
n
n
a
a
a
M
2
1
.
nx
x
x
M
2
1
=
nx
x
x
M
2
1
yaitu
11
121
111
xa
xa
xa
m
M
+
+
+
22
222
212
xa
xa
xa
m+
+
+
nmn
nn
nn
xa
xa
xa
M
2
1
=
=
=
nx
x
x
2
1
bila ruas kanan dipindahkan keruas kiri, persamaan menjadi
111 )( xa L+ + nn xa1 = 0 121xa L+ + nn xa2 = 0 M M M
11xam L+ + nmn xa )( = 0
yaitu
( )
1
21
11
na
a
a
M
2
22
21
)(
na
a
a
M
L
M
L
L
)(
2
1
nn
n
n
a
a
a
M.
nx
x
x
M
2
1
=
0
00
M
A .X = X menjadi A .X - X = 0
Atau (A I)X = 0
Agar sistem persamaan linier homogen ini mempunyai solusi non trivial,
maka haruslah IA = 0
IA =
1
21
11 )(
na
a
a
M
2
22
21
)(
na
a
a
M
L
M
L
L
)(
2
1
nn
n
n
a
a
a
M = 0
IA disebut determinan karakteristik dari A dan IA =0 disebut persamaan
karakteristik.
Contoh 13:
Carilah nilai eigen dari matriks A =
24
11
Penyelesaian:
AX = X yaitu ( I-A)X = 0
Determinan karakteristik: IA = 2
)4( )1(
1
Persamaan karakteristik: IA = 0
( )4 ( )1 + 2 = 0 4 5 + 2 + 2 = 0
2 - 5 + 6 = 0
( )2 ( )3 = 0 1 = 2 dan 2 = 3
Untuk setiap nilai eigen yang diperoleh terdapat solusi-solusi yang
bersesuaian dengannya, yang disebut dengan vektor eigen. Dalam bahasa matriks,
istilah vektor menyatakan matriks baris dan matriks kolom. Vektor eigen yang
bersesuaian dengan adalah vektor tak nol dalam ruang pemecahan dari
(A- I)X = 0. Ruang pemecahan ini di kenal sebagai ruang eigen (eigenspace)
dari A yang bersesuai dengan .
Contoh 14:
Carilah basis-basis ruang eigen dari A=
023
032
500
Penyelesaian:
Persamaan dari karakteristik dari A adalah - 3 + 11 2 35 + 25 = 0 difaktorkan
menjadi ( - 1) ( - 5)2 = 0 sehingga nilai eigen A adalah = 1 dan = 5. jadi
diperoleh dua ruang eigen dari A.
5. Diagonalisasi matriks.
Definisi 9.
Matriks kuadrat A dinamakan dapat didiagonalisasi jika terdapat matriks P yang
dibalik sehingga P-1AP diagonal, matriks P dikatakan mendiagonalisasi A (Anton,
1997: 284)
Teorema 2.
Jika A adalah matriks n x n maka pernyataan-pernyataan berikut ekuivalen satu
sama lain.
(a) A dapat didiagonalisasi.
(b) A mempunyai n vektor eigen bebas linier (Anton, 1997: 285).
Bukti:
(a) (b), karena A dianggap dapat didiagonalisasi, maka terdapat matriks yang
dapat dibalik.
P =
1
22
11
nP
PP
M
2
22
12
nP
PP
M
L
L
L
nn
n
n
P
PP
M
2
1
, Maka P-1 AP diagonal jika P-1AP = D, sehingga
D =
0
01
M
0
0
2
M
L
L
L
nM
00
, Maka AP = PD; yakni
AP =
1
22
11
nP
PP
M
2
22
12
nP
PP
M
L
L
L
nn
n
n
P
PP
M
2
1
0
01
M
0
0
2
M
L
L
L
nM
00
=
11
22
111
1
nP
PP
M
22
222
122
nP
PP
M
L
L
L
nnn
nn
nn
P
PP
M
2
1
(5.1)
Jika dimisalkan P11, P21, , Pn1 menyatakan vektor kolom P, maka bentuk (5.1)
kolom-kolom AP yang berurutan adalah 1212111 ....,, nP atau kolom-kolom AP
bisa berupa AP11, AP21, , APn1. jadi akan diperoleh
AP11 = 111P , AP21 = 212 , , APn1 = 1nn P .(5.2)
Karena P dapat dibalik, maka vektor-vektor kolom semuanya tak nol, jadi
menurut (5.2) 1 , 2 , , n adalah nilai-nilai eigen A dan P11, P21, ,Pn1 bebas
linier. Jadi A mempunyai n vektor eigen bebas linier.
(b) (a) anggaplah bahwa A mempunyai n vektor eigen bebas linier, maka P11,
P21, , Pn1 dengan nilai eigen yang bersesuaian 1 , 2 , , n , dan misalkan
P =
1
22
11
nP
PP
M
2
22
12
nP
PP
M
L
L
L
nn
n
n
P
PP
M
2
1
adalah matriks yang vektor kolomnya adalah P11, P21, , Pn1 sehingga hasil kali
AP adalah AP1,A P2, , APn, Tetapi AP1 = 111P , A P2 = 22 P ,APn = nn P
Sehingga AP =
11
22
111
1
nP
PP
M
22
222
122
nP
PP
M
L
L
L
nnn
nn
nn
P
PP
M
2
1
=
1
22
11
nP
PP
M
2
22
12
nP
PP
M
L
L
L
nn
n
n
P
PP
M
2
1
0
01
M
0
0
2
M
L
L
L
nM
00
= PD .(5.3)
dengan D adalah matriks diagonal yang mempunyai nilai eigen 1 , 2 , , n
pada diagonal utama karena vektor-vektor kolom dari P bebas linier, maka P dapat
dibalik jadi, (5.3) dapat ditulis P-1AP = D, yakni A terdiagonalisasi. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada contoh 14 yaitu P-1AP = D, yakni A terdiagonalisasi.
Dari 5.3 adalah diagonal tetapi bagaimana kita menangani sistem
Y = AY
Yang ternyata matrik A-nya tidak diagonal gagasannya sederhana saja cobalah
membuat penyulihan untuk Y yang akan menghasilkan sebuah sistem baru dengan
sebuah matriks koefisien diagonal, pecahkanlah sistem baru yang lebih sederhana
ini, dan kemudian gunakanlah pemecahan tersebut untuk menetukan sistem
aslinya.
Tipe penyulihan adalah
y1 = p11u1 + p12u2 + .... + p1nun
y1 = p11u1 + p12u2 + .... + p1nun
M M M M
y1 = p11u1 + p12u2 + .... + p1nun
atau pada notasi matriks
ny
yy
M
2
1
=
1
22
11
nP
PP
M
2
22
12
nP
PP
M
L
L
L
nn
n
n
P
PP
M
2
1
nu
u
u
M
2
1
Atau dengan lebih singkat
Y = PU ..........................................................(3.6)
Pada penyulihan ini fungsi Pij adalah konstanta-konstanta yang akan ditentukan
sedemikian rupa sehingga sistem baru yang melibatkan fungsi-fungsi u1, u2, .....un
yang tak diketahui mempunyai matrik koefisien diagonal.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Y = PU.........................................................(3.7)
Jika kita membuat penyulihan (substitusi).
Maka dari D=P1 dan Y=PU sehingga Y=PU yang menggunakan sistem diagonal
baru (u) dan jika P dapat dibalik,maka dari Y = AY diperoleh
Y = PU
= AY
= A (PU)
U = P-1 [A (PU)]
= [P-1 AP] U
= DU, dengan D matriks diagonal.....................(3.8)
Teorema 3.
Jika matrik A berukuran nxn mempunyai nilai eigen yang berbeda, matriks A
dapat didiagonalisasi (Anton,1997 :289).
Bukti.
Jika v1, v2, ,vn adalah vektor-vektor eigen yang bersesuaian dengan nilai-nilai
eigen yang berbeda 1 , 2 , , n maka menurut teorema v1, v2, ,vn bebas
linier. Jadi, A dapat didiagonalisasi oleh teorema 3.
Jika suatu matriks hanya mempunyai k < n buah nilai eigen tidak berarti bahwa
matriks tersebut tidak dapat didiagonalisasikan.dalam hal ini nilai eigen hanya
layak k buah yang berbeda. Langkah berikut harus diambil untuk menentukan A
dapat didiagonalisasikan atau tidak.
1. Cari basis p dari tiap ruang eigen yang berkaitan dengan nilai eigen .
2. Bentuk himpunan p yang merupakan gabungan dari p1, p2, ,pk.
3. Jika p terdiri dari n vektor dan basis linier, maka A dapat didiagonalkan.
Berikut langkah-langkah mendiagonalisasikan matriks A yang berukuran n x n:
Langkah 1. Carilah n vektor bebas linier. A, p1, p2, ,pn..
Langkah 2. Bentukkanlah matriks p yang mempunyai p1, p2, ,pn sebagai vektor
kolom.
Langkah 3. Matriks P-1AP akan diagonal dengan 1 , 2 , , n sebagai entri
entri diagonalnya yang berukuran, dimana i adalah nilai eigen yang
bersesuaian dengan Pi, i = 1,2,..,n (Anton,1997:286)
Contoh 15:
Carilah matriks P yang mendiagonalkan
A =
02
3
03
2
500
Penyelesaian:
Diperoleh nilai-nilai eigen dari A yaitu = 1 dan = 5 maka vektor eigen
P1 =
01
1,
P2 =
100
P3 =
011
Karena { P1, P2, P3}bebas linier, sehingga P =
01
1
100
011
Akan mendiagonalkan matriks A.
P-1AP =
21
21
0
21
21
0
010
02
3
03
2
500
01
1
100
011
=
005
050
100
Karena entri diagonal ke-i dari P-1AP adalah nilai eigen untuk vektor kolom ke-i
dari P, maka dengan mengubah ukuran kolom-kolom P hanya merubah ukuran
nilai-nilai eigen pada diagonal P-1AP (Anton, 1997: 287)
Jadi seandainya ditulis P =
01
1
100
011
Maka akan memperoleh:P-1AP =
005
050
100
B. Kajian Tentang Persamaan Diferensial
1. Persamaan diferensial linear homogen dengan koefisien konstan.
Bentuk umum persamaan homogen:
a0 n
n
dxyd
+ a1 1
1
n
n
dxyd
+ a2 2
2
n
n
dxyd
+..........+ an-1 dxdy
+ any = 0 .........(1.1)
dengan a0, a1, a2 ........, an adalah konstanta (Sudaryat, 1986: 3.2)
persamaan diferensial di atas dapat diselesaikan dengan substitusi y = emx, dengan
ini akan ditentukan bilangan tetap m sehingga emx (1.1)
y = emx, maka dxdy
= memx, 2
2
dxyd
= m2 emx, ...........,
n
n
dxyd
= mn emx
selanjutnya subtitusikan ke dalam persamaan (1.1) untuk mendapat suatu
persamaan dalam m, didapat:
a0 mn emx + a1 m
n-1 emx + a2 m
n-2 emx + ... + an-1 me
mx + an e
mx = 0 atau
emx (a0 mn + a1 mn-1 emx + a2 mn-2 + ... + an-1 m + an) = 0
fungsi eksponen tidak pernah bernilai nol. Jadi, agar y = emx dapat menjadi
penyelesaian persamaan diferensial di atas maka m merupakan akar polinom.
a0 mn + a1 m
n-1 emx + a2 m
n-2 + ... + an-1 m + an = 0
dan disebut persamaan karakteristik dari persamaan diferensial linear homogen
(1.1), sedangkan akar-akar persamaan karakteristik disebut akar-akar
karakteristik.
Dalam menentukan penyelesaian umum dari persamaan diferensial linear
homogen dengan koefisien konstantan, akan didapat tiga kemungkinan
pertimbangan pemecahan, apakah akar-akar dari persamaan karakteristik yang
diperoleh berupa bilangan real dan berlainan, bilangan real dan sama atau
bilangan imajiner saling konjugate (bilangan kompleks sekawan).
2. Persamaan diferensial linear tak homogen.
Bentuk umum persamaan diferensial liniear tak homogen
a0 n
n
dxyd
+ a1 1
1
n
n
dxyd
+ a2 2
2
n
n
dxyd
+..........+ an-1 dxdy
+ any = f (x)............... (2.1)
atau (y) = f(x) dimana operator = a0 nn
dxyd
+ a1 1
1
n
n
dxyd
+ ........+ an, f(x) suatu
fungsi dari x (sudaryat, 1986:29)
Definisi
Jika n fungsi-fungsi y1, y2, ....,yn membentuk sistem fundamental penyelesaian
untuk persamaan diferensial homogen, maka fungsi yh yang ditentukan oleh
yh = c1y1 + c2y2 + ... + cnyn
dengan konstanta c1,c2,...,cn merupakan penyelesaian homogen untuk persamaan
(2.1). Teorema: jika y1, y2,....,yn membentuk sistem fundamental penyelesaian
untuk persamaan diferensial homogen dan jika yp suatu penyelesaian khusus dari
persamaan (2.1), maka penyelesaian umum dari persamaan (2.1) dapat ditulis
dalam bentuk:
y = yh + yp = c1y1 + c2y2 + ...... + cnyn + yp (Finizio,1988: 109)
Jadi untuk mencari penyelesaian bagi persamaan diferensial linear tak
homogen, harus ditentukan terlebih dahulu penyelesaian homogen dari persamaan
diferensial linear tak homogen yang diberikan dan kemudian akan ditentukan
penyelesaian khususnya. Penggabungan antara penyelesaian homogen dan
penyelesaian khusus inilah yang merupakan penyelesaian umum dari persamaan
diferensial tak homogen.
3. Persamaan diferensial linier homogen tingkat/orde-n.
Persamaan diferensial (PD) ialah persamaan yang memuat hubungan
antara x, suatu fungsi y dari x dan turunannya.
Jika y = f (x) atau suatu fungsi yang mengandung hanya satu peubah bebas
maka disebut suatu persamaan diferensial biasa. Sedangkan jika z = f(x,y) atau
suatu fungsi yang membuat lebih satu variabel bebas maka disebut persamaan
diferensial parsial.
Contoh persamaan diferensial biasa. Dan Contoh persamaan diferensial parsial
1) ( ) 0222 =++ xyyy && 1). + 22
dxz
2
2
dyz
= 0
2). 0222
=++ xydxdy
dxyd
2). +x
z xy = 0
Orde dari persamaan diferensial ditentukan oleh turunan tertinggi dari
turunan-turunan yang terdapat di dalamnya, sedangkan derajat dari persamaan
diferensial ditentukan oleh pangkat tertinggi dari orde turunan tertinggi.
Contoh.
1) ( ) 0222 =++ xyyy && persamaan diferensial orde 1 derajat 2
2). 0222
=++ xydxdy
dxyd
persamaan diferensial orde 2 derajat 1
Penyelesaian dari suatu persamaan diferensial adalah suatu
fungsi/keluarga fungsi yang memenuhi persamaan diferensial tersebut. Keluarga
fungsi dalam persamaan diferensial memuat penyelesaian umum jika memuat
konstanta sebarang. Sebagai contoh: y=cx (c=konstanta) dan persamaan
diferensial disebut penyelesaian khusus jika tidak memuat konstanta sembarang
sebagai contoh y=2x (disebut penyelesaian khusus memuat bilangan real). Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat contoh pada halaman berikutnya.
Bentuk umum persamaan diferensial linear homogen orde-n
a0 n
n
dxyd
+ a1 1
1
n
n
dxyd
+ a2 2
2
n
n
dxyd
+........+ an-1 dxdy
+ any = Q (x) .........(3.1)
dengan a0 0, a1, a2 ........, an adalah konstanta dan q(x) merupakan fungsi dari x.
Untuk mempermudah mencari penyelesaiaan umum bagi persamaan diferensial
linear homogen dengan koefisien konstan dapat digunakan operator D, dengan D
adalah notasi diferensial operator dari
dxd
= D dan dxdy
= Dy, 22
dxyd
= D2y.... n
n
dxyd
= Dny
sehingga persamaan (3.1) dapat ditulis sebagai
(a0 Dn + a1 Dn-1 emx + a2 Dn-2 + ... + an-1 D + an) y = Q
Persamaan diferensial linier homogen orde-n dengan koefisien konstan dapat juga
ditulis sebagai
Any(n) +an-1y(n-1) +.....a2y +a1 y = a0 y = 0...................(3.2)
Jika
k
k
dxd
(erx) = rk erx
Maka y = erx disubstitusikan ke persamaan (3.2) diperoleh
anrnerx + an-1r
(n-1)erx + ... + a2r2erx + a1re
rx + a0rerx
= 0
sehingga
erx(anr(n) + an-1r(n-1) + ......... + a2r2 + a1r + a0) = 0
Dan y = erx adalah penyelesaian dari persamaan diferensial homogen.
Misalnya satu persamaan diferensial homogen orde-2
ay+by+cy = 0. ......... .......................................(3.3)
Dengan a,b dan c koefisien konstan, Untuk mencari solusi tunggal dari persamaan
(3.3)
Perhatikan
(erx) = erx dan (erx) = r2erx,
Maka turunan erx adalah perkalian berulang pada konstanta r dari e rx. Karena jika
y=e rx disubstitusi ke persamaan 3.3 , dengan bergantung koefisien konstanta pada
r dan koefisien a, b, c, maka ditemukan nilai r sedemikian hingga erx akan
mempunyai penjumlahan nol. jadi y = erx merupakan solusi dari persamaan 3. 3.
Contoh:
jika y = erx disubstitusi ke dalam persamaan.
Y-5y + 6y = 0,
Diperoleh
r2 erx - 5 rerx + 6erx = 0,
maka
(r2 + 5r + 6) erx = 0
(r-2) (r-3) erx = 0.
Karena y=erx akan menjadi solusi jika r=2 atau r=3. maka di dalam mencari solusi
ditemukan 2 solusi : y1 (x) = e 2x dan y2 = e3x.
Ada 3 kemungkinan akar-akar karakteristik bagi penyelesaian persamaan
diferensial linear orde-n:
Kasus 1 persamaan karakteristik dengan akar-akar real dan berlainan
Telah diuraikan pada bagian bahwa persamaan diferensial linier homogen
an y(n) + an-1y(n-1) + ....... + a2y + a1y + a0y = 0
Dimisalkan persamaan polinomial dalam r, yaitu:
an rn + an-1yn-1 + ....... + a2r2 + a1r + a0 = 0
Persamaan ini dinamakan persamaan bantu dan sering pula disebut persamaan
karakteristik dari persamaan diferensial diatas.
Jika y=erx adalah penyelesaian dari persamaan tersebut, maka dapat dilihat bahwa
konstanta r memenuhi persamaan karakteristik di atas, persamaan karakteristik ini
digunakan untuk mencari nilai r. Nilai r yang diperoleh memberikan penyelesaian
pada persamaan diferensial linier homogen.
Misalkan r1, r2, ...., rn merupakan akar-akar persamaan karakteristik yang
termasuk bilangan real berlainan. Dari hasil perolehan r ini dapat diperoleh
penyelesaian
y = c1er1x + c2er2x + .... + cnernx (Kusumah, 1989: 271)
sebagai contoh, selesaikanlah persaman diferensial
dxdy
dxyd
+2
2
- 6y = 0
Persamaan polinomial dari persamaan ini dengan Substitusi y = erx adalah
erx (r2 + r - 6) = 0
akar-akar persamaan kuadratnya (persamaan karakteristiknya) adalah
r2 + r - 6 = 0
atau (r + 3), (r - 2) = 0 atau r = -3, r = 2
jadi akar persamaan ini adalah r = -3 dan r = 2,
maka penyelesaian adalah
y = c1e-3x + c2e2x
Kasus 2 Persamaan karakteristik dengan akar-akar yang sama.
Persamaan diferensial linier homogen orde-n
Any(n) + an-1y(n-1) + ....... + a2y + a1y + a0y = 0
Jika dibentuk dalam persamaan operator Ly=0 dengan L adalah sebagai operator,
sehingga
L an nn
dxd
+ an-1 1
1
n
n
dxd
... + a2 2
2
dxd
+ a1 dxd
+ a0
D = dxd
adalah operasi diferensial pada x, maka
Dy = y, D2y =y, D3 = y(3)
dan seterusnya. persamaan operator L dapat pula ditulis sebagai
L = an Dn + an-1 Dn-1 + .... + a2 D2 + a1D + a0
Persamaan ini dikenal sebagai polinomial derajat n pada variabel D atau disebut
juga polinomial operator (Edwards, 2001: 302)
Polinomial operator derajat satu mempunyai bentuk Da dimana a adalah
bilangan real, dengan y = y (x) sehingga
(D-a) y = Dy ay = y ay.
Untuk polinomial derajat dua
(D - a) (D - b)y = (D - b) (D - a)y
dengan dua kali pendiferensial fungsi y = y(x), sehingga
(D - a) (D - b)y = (D - a) (y- by)
= D (y- by) a (y - by)
= y (b + a) y + aby
= y (a + b) y + bay
= D (y - ay) b (y - ay)
= (D - b) (y - ay)
= (D - b) (D - a) y
persamaan karakteristik
anrn + an-1r
n-1 + .... + a2r
2 + a1r
2 + a1r + a0 = 0 ....... (*)
mempunyai akar-akar sama. Sebagai contoh misalkan persamaan (*) mempunyai
dua akar berlainan r0 dan r1.
sehingga
(r r1)k (r r0) = (r r1) (r r1) = 0
similar dengan operator L, maka
L = (D r1)k (D r0) = (D r1) (D r1)k
Dua penyelesaian dalam persamaan diferensial Ly=0 adalah y0=er0x dan y1=er0x
Hal ini masih belum cukup, dibutuhkan k+1 solusi bebas linier untuk membentuk
penyelesaian umum, karena persamaan tersebut berorde k+1.
Ly = (D r0) [(D r1)ky] = 0
Sebagai konsekuensi tiap-tiap solusi persamaan orde-k
(D r1)ky = 0 ...........(**)
akan menjadi solusi persamaan Ly = 0
diketahui y1 = er1x adalah satu solusi dari (**), sehingga
Y (x) = u(x) y1 (x) = u (x) er1x
Dimana u (x) adalah fungsi determinan. Amatilah
(D r1) [uer1x] = (Du) er1x + r1 e r1x - r1u e r1x
maka
(D r1)k [uer1x] = (Dk u) e r1x
untuk fungsi u(x). Karena y=ue r1x akan merupakan suatu solusi dari persamaan
(**) jika dan hanya jika Dku=u(k)=0 tetapi ini akan menjadi
u (x) = c1 + c2x + c3x2 + ... + ckek-1
suatu polinomial derajat k1. karenanya solusi diinginkan pada persamaan (**)
adalah
y(x) = uer1x = (c1 + c2x + c3x2 + .... + ckek-1).
Khususnya, dapat dilihat xer1x, x2er1x, ...., xk-1 er1x adalah penyelesaian persamaan
diferensial Ly = 0
Kasus 3. akar-akar kompleks dan sekawan
Ingatlah kembali fungsi eksponensial deret taylor pada kalkulus, yakni
Et = .......!3!2
1!
32
0++++=
=
ttt
n
t
n
n
Jika t = ix disubsitusikan kepersamaan tersebut diperoleh
eix = ( )
=0 !n
n
n
ix
= 1 + ix - ..........!5!4!3!2
5432
++ixxixx
=
+ ..........
!4!21
42 xx+ i
+ .........
!5!3
53 xxx
Padahal cos x =
++ ..........
!6!4!21
642 xxx dan sin x
++ .........
!7!5!3
753 xxxx
ini berarti
eix = cos x + i sin x
Untuk mencari penyelesaian khusus (yk) dari persamaan diferensial
tersebut adalah dengan menggunakan metode koefisien tak tentu. sedangkan
aturan model koefisien tak tentu adalah
1. Bila Q (x) memuat di u dan u juga termuat dalam yh sebanyak r kali, maka
yk yang dicoba adalah xru dan ditambah dengan suku-suku yang muncul
dari diferensialnya. Sebagai contoh:
(D - 2)3 y = e2x
Yh = e2x (c3x2 + c2x + c1)
Karena e2x atau r = 3 berulng sebanyak tiga kali maka
Yk = Ax3e2x + Bx2e2x + Cxe2x + De2x .... dst
2. Bila Q (x) = xru dan u juga termuat dalam yh sebanyak 5 kali maka yk
yang dicoba = xr+5 u dan ditambah dengan suku-suku yang muncul dari
diferensialnya sebagai contoh
(D - 2)3 y = x2 e2x
Yh = e2x (c3x2 + c2x + c1)
Karena e2x berulng sebanyak lima kali maka
Yk = Ax2+3e2x + Bx2+2e2x + Cx2+1 e2x + Dx2 e2x +Exe2x + Fe2x
= Ax5 e2x + Bx4 e2x + Cx3 e2x + Dx2 e2x +Exe2x + Fe2x
Contoh :
1. Tentukan penyelesaian dari persamaan y + 7y + 12y = 0
Bentuk operator D
(D2 + 7D + 12) y = 0
Persamaan karakteristik (bantu)
r2 + 7r + 12 = 0
(r + 3) (r + 4) = 0
r1 = -3, r2 = -4
maka penyelesaian umum adalah
y = c1e-3x + c2e-4x
Contoh:
2. Tentukan penyelesaian dari y 4y = 16x2
Persamaan diferensial linear
y 4y = 0
(D2 - 4) y = 0
Persamaan karakteristik
r2 4 = 0
(r + 2) (r - 2) = 0
r1 = -2, r2 = 2
penyelesaian umum
y = c1e-2x + c2e2x
yk yang dicoba
yk = Ax2 + Bx + C,
yk = 2Ax + B,
yk = 2A
substitusi ke y 4y = 16x2
2A 4 (Ax2 + Bx + C) = 16x2
2A 4Ax2 Bx 4c = 16x2
-4Ax2 Bx + 2A 4c = 16x2
-4Ax2 = 16x2 -Bx = 0
-4A = 16 2A 4C = 0
A = -4 2(-4) 4C = 0
-4C = 8
C = -2
Sehingga yk = -4x2 + 2
PUPD Y = c1e-2x + c2e2x 4x2 2
BAB III
PEMBAHASAN
Pada dasarnya untuk menentukan persamaan diferensial linier homogen
dapat diselesaikan dengan menggunakan diagonalisasi matriks, diagonalisasi
matriks ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif lain dalam
menyelesaikan persamaan diferensial linier homogen orde-n dengan koefisien
konstan. Dengan diagonalisasi matriks koefisien suatu persamaan dibentuk
menjadi matriks diagonal sehingga persamaan yang semula melibatkan banyak
fungsi yang tidak diketahui menjadi persamaan yang hanya mempunyai satu
fungsi yang tak diketahui sehingga persamaan tersebut mudah untuk dipecahkan.
Dalam bab III ini akan dibahas (A) Penerapan diagonalisasi matriks dalam
menyelesaikan persamaan diferensial linier homogen orde-n meliputi tiga bagian
yang sangan penting yaitu: (1) persamaan karakteristik dengan akar-akar real dan
berlainan. (2) persamaan karakteristik dengan akar-akar yang sama. (3) persamaan
karakteristik akar-akar kompleks dan sekawan.
A. Penerapan diagonalisasi matriks dalam menyelesaikan persamaan
diferensial linier homogen orde-n.
Pada bab sebelumnya definisi 8 dijelaskan bahwa matriks kuadrat A dapat
didiagonalisasi (diagonalizable) jika terdapat matriks P yang dapat dibalik
sehingga P-1 AP diagonal, matriks P dikatakan mendiagonalisasi A (Anton, 1997:
284).
46
Adapun untuk mendiagonalkan matrik A yang berordo nxn adalah: (1).
Carilah n vektor eigen bebas linier P1, P2, ,Pn. (2) Bentuklah matriks P yang
mempunyai P1, P2,,Pn sebagai vektor-vektor kolom. Dan (3) Matriks P-1AP akan
diagonal dengan 1, 2,. n, sebagai entri-entri diagonalnya yang berurutan,
dengan
1 adalah nilai eigen yang bersesuaian dengan pi, i = 1, 2, , n.
Selanjutnya dalam persamaan diferensial yang paling sederhana adalah
y=ay, dengan y menyatakan turunan dari y dan a menyatakan bilangan real.
Penyelesaian dari y = ay fungsi-fungsi yang berbentuk y = ceax dengan c adalah
sebarang konstan. Berikut ini akan diuraikan langkah mendiagonalisasikan
matriks untuk menyelesaikan sistem persamaan diferensial yang berbentuk:
ny
yy
'
'
'
2
1
M
=
=
=
11
121
111
ya
yaya
n
+
+
+
22
222
212
ya
yaya
n
+
+
+
K
K
K
+
+
+
nnn
nn
nn
ya
yaya
2
1
dengan y1 = f1(x), y2 = f2(x), , yn = fn(x) adalah fungsi-fungsi yang akan
ditentukan, dan aij adalah konstanta-konstanta. Dalam notasi matriks dapat ditulis
sebagai berikut:
ny
yy
'
'
'
2
1
=
1
21
11
na
a
a
M
2
22
12
na
a
a
K
K
K
nn
n
n
a
a
a
M
2
1
ny
yy
2
1
atau secara singkat Y=AY (Anton, 1997: 304)
Dalam penerapan persamaan diferensial, muncul juga persamaan
diferensial dengan fungsi yang dicari mempunyai turunan lebih dari satu. Turunan
paling tinggi dari fungsi yang dicari muncul pada persamaan diferensial disebut
orde dari persamaan diferensial. Bentuk umum persamaan diferensial linier
homogen orde-n sebagai berikut: y(n) + a1(x)y(n-1) + + an-1(x)y+ an(x)y=0
dengan y(i) menyatakan turunan ke- 1 dari y, sedangkan f, a1, a2, , an merupakan
fungsi yang diketahui (Budhi, 1995: 297). Khususnya untuk persamaan diferensial
linier homogen orde-2 adalah: y + a1 (x) y+ a2 (x) y = 0.(*) dengan
a1(x) = a, a2(x) = b. Salah satu cara untuk menyelesaikan (*) adalah dengan
mengubah persamaan tersebut menjadi sistem persamaan linier orde-1.
Adapun langkah-langkah untuk menyelesaikan sistem persamaan
diferensial dengan metode diagonalisasi matriks adalah:
Langkah 1. Mengubah sistem persamaan diferensial ke dalam bentuk matriks.
Matriks tersebut berbentuk Y=AY dan menentukan matriks koefisien
dari sistem persamaan diferensial yang ada yaitu:
A =
1
21
11
na
a
a
M
2
22
12
na
a
a
K
K
K
nn
n
n
a
a
a
M
2
1
Langkah 2.Menentukan nilai eigen dari A yaitu AY = Y atau secara ekuevalen
dapat dituliskan (A - I)Y = 0.
1
21
11
na
a
a
M
2
22
21
na
a
a
M
L
L
L
nn
n
n
a
a
a
M
2
1
.
ny
yy
M
2
1
=
0
00
M
supaya manjadi nilai eigen, maka harus ada penyelesaian tak trivial
dari persamaan ini. persamaan ini akan mempunyai penyelesaian tak
trivial jika dan hanya jika (A - I)Y = 0.
1
21
11
na
a
a
M
2
22
21
na
a
a
M
L
L
L
nn
n
n
a
a
a
M
2
1
. =
0
00
M
sehingga didapat persamaan karakteristik A yaitu
0
01
M
0
0
2
M
L
L
L
nM
00
,
Langkah 3. Menentukan vektor eigen matriks A, yang bersesuaian dengan yaitu
P =
np
pp
M
2
1
Setelah memperoleh nilai eigen, selanjutnya dimasukkan ke dalam
persamaan (A - I).
Langkah 4.Mencari sebuah matriks P yang mendiagonalisasi matriks A, yang
merupakan matriks dengan vektor eigen sebagai vektor kolomnya
kemudian dicari matriks invers dari P yaitu P-1.
Langkah 5. Diagonalisasi A
Suatu matruks A berordo n x n yang mempunyai vektor eigen yang
bebas linier, maka D = P-1 AP merupakan matriks diagonal dengan
nilai eigen dari matriks A sebagai elemen pada diagonal utamanya.
D = P-1 AP =
0
011
M
D
0
0
22
M
D
K
K
K
nnDM
00
Langkah 6. Proses penyulihan (substitusi).
Misalkan dari D=P-1 dan Y=PU sehingga Y=PU yang menggunakan
sistem diagonal baru (u) dan jika P dapat dibalik, maka dari Y=AY
diperoleh
Y = PU
= AY
= A (PU)
U = P-1 [A (PU)]
= [P-1 AP] U
= DU, dengan D matriks diagonal.
Langkah 7. Untuk memperoleh penyelesaian, matriks yang baru diperoleh (U)
dibentuk ke dalam y = cerx.
Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan diberikan contoh untuk
menyelesaikan sistem persamaan diferensial dengan diagonalisasi matriks. Dan
menggunakan langkah-langkah yang telah diuraikan sebelumnya dalam bagian A.
Contoh 1. Tentukan selesaian persamaan diferensial berikut
=
=
12
21
ydxdy
ydxdy
Penyelesaian:
Langkah 1. Mengubah sistem persamaan ke dalam bentuk matriks yang berbentuk
Y = AY dan menentukan matriks koefisien.
dxdy
=
10
01
2
1
yy
, dengan A adalah matriks koefisien.
Langkah 2. Mencari nilai eigen dari matriks A yang memenuhi, yaitu
Det (A - I) =
10
01
-
01
10
=
10
01
-
0
0
=
1
1
Persamaan karakteristik
(-) (-) + 1 = 0
2 1 = 0
difaktorkan menjadi ( -1) ( +1). Jadi nilai eigen yang bersesuaian
dengan adalah 1=1 dan 2 =-1.
Langkah 3. Menentukan vektor eigen matriks A yang bersesuaian dengan , yaitu
Untuk 1 = 1
(A - I)Y = 0
1
1
2
1
yy
=
00
11
11
2
1
yy
=
00
Diperoleh persamaan
-y1 + y2 = 0 ................(1)
y1 - y2 = 0 ................(2)
dari (1) dan (2) diperoleh persamaan baru y1 = y2, misalkan y1 = s
maka y2 = -s. Sehingga diperoleh vektor eigen yang bersesuaian
dengan 1 = 1 adalah
s
s = s
11
atau dapat ditulis P1 =
11
Untuk 2 = -1
(A - I)Y = 0
1
1
2
1
yy
=
00
11
11
2
1
yy
=
00
Diperoleh persamaan
y1 + y2 = 0 ................(1)
y1 + y2 = 0 ................(2)
dari (1) dan (2) diperoleh persamaan baru y1=-y2, misalkan y1=s
maka y2=-s. Sehingga diperoleh vektor eigen yang bersesuaian
dengan 1=-1 adalah
s
s = s
11
atau dapat ditulis P2 =
11
Langkah 4. Mencari matriks P dan mencari invers dan mencari inversnya.
Dari langkah 3 diperoleh matriks P, yaitu
=
=
=
=
=
=
21
21
21
21
1111
21
21
111
1111
1
1
P
sehingga2
12
12
12
1 P
P dan P 1
Langkah 5. Diagonalisasi A
=
21
21
21
21
1 APP
10
01
11
11
++=
11
021
210
021
210
11
=
11
21
21
21
21
11
+
+=
21
21
21
21
21
21
21
21
=
01
10
Langkah 6. Proses Penyulihan (subsitusi)
Karena matriks berbentuk diagonal dan diketahui D = P-1 AP dan Y =
PU sehingga Y = PU menghasilkan sistem diagonal baru.
U = DU
=
01
10
U
Diperoleh persamaan diferensial baru dalam bentuk y = cerx.
Langkah 7. Memperoleh penyelesaian diferensial dalam bentuk y = cerx.
u1 = c1ex
u2 = c2e-x
sehingga
U =
x
x
ec
ec
2
1
Dari Y = PU menghasilkan Y penyelesaian baru.
Y =
2
1
yy
=
11
11
x
x
ec
ec
2
1=
x
x
ec
ec
1
1
+
x
x
ec
ec
2
2
Jadi diperoleh solusi umum
Y1 = c1ex + c2e-x dan y2 = c1ex + c2e- c1ex - c2e-x
Contoh 1 merupakan contoh persamaan diferensial linier homogen orde-1.
berikut merupakan contoh penerapan diagonalisasi matriks pada persamaan
diferensial linier homogen dengan orde yang lebih tinggi. Ada 3 kemungkinan
akar-akar karakteristik bagi penyelesaian persamaan diferensial linear orde-n:
1. Persamaan karakteristik dengan akar-akar real dan berlainan
Telah diuraikan pada bagian bahwa persamaan diferensial linier homogen
an y(n) + an-1y(n-1) + ....... + a2y + a1y + a0y = 0
Dimisalkan persamaan polinomial dalam r, yaitu: an rn+an-1yn-1+.......+a2r2+ a1r
+a0=0 persamaan ini di namakan persamaan bantu dan sering pula disebut
persamaan karakteristik dari persamaan diferensial di atas.
Jika y=erx adalah penyelesaian dari persamaan tersebut, maka dapat
dilihat bahwa konstanta r memenuhi persamaan karakteristik di atas, persamaan
karakteristik ini digunakan untuk mencari nilai r. Nilai r yang diperoleh
memberikan penyelesaian pada persamaan diferensial linier homogen.
Misalkan r1, r2, ...., rn merupakan akar-akar persamaan karakteristik yang
termasuk bilangan real berlainan. Dari hasil perolehan r ini dapat diperoleh
penyelesaian Y = c1et1x + c2et2x + .... + cnetnx untuk lebih jelasnya dapat dilihat
contoh sebagai berikut:
Contoh 2. Tentukan selesaian persamaan diferensial berikut
2
2
dxzd
- 3 dxdz
+ 2z = 0
Penyelesaian:
Misalkan z = y1
y2 = dxdz
maka dxdy1
=
dxdz
= y2 dan dxdy2
= 2
2
dxzd
= 3y2 2y1
Langkah 1. Mengubah sistem persamaan ke dalam bentuk matriks yang berbentuk
Y = AY dan menentukan matriks koefisien.
dxdy
=
20
31
2
1
yy
dengan A =
20
31
sebagai matriks koefisien.
Langkah 2. Mencari nilai eigen dari matriks A yang memenuhi, yaitu
Det (A - I) =
20
31
-
01
10
=
20
31
-
0
0
=
2
31
Persamaan karakteristik
- (3-) + (-2. 1) = 0
2 - 3 + 2 = 0
2 3 + 2 = 0 difaktorkan menjadi (-1) ( -2) = 0 Jadi nilai eigen
yang bersesuaian dengan adalah 1=1 dan 2 = 2.
Langkah 3. Menentukan vektor eigen matriks A yang bersesuaian dengan , yaitu
Untuk 1 = 1
(A - I)Y = 0
2
31
2
1
yy
=
00
21
21
2
1
yy
=
00
Diperoleh persamaan
-y1 + y2 = 0 ................(1)
-2 y1 + 2y2 = 0 ................(2)
dari persamaan (1) dan (2) diperoleh persamaan baru -y1=-y2, jika y1=s
maka y2 = s.
jadi vektor eigen yang bersesuaian dengan 1 = 1 adalah
2
1
yy
=
s
s = s
11
atau dapat ditulis P1 =
11
Untuk 2 = 2
(A - I)Y = 0
2
31
2
1
yy
=
00
21
21
2
1
yy
=
00
Diperoleh persamaan
-y1 + y2 = 0 ................(1)
-2 y1 + 2y2 = 0 ................(2)
dari persamaan (1) dan (2) diperoleh persamaan baru -y1=2y2, jika
y1=s maka y2= 2s. jadi vektor eigen yang bersesuaian dengan
2 = 2 adalah
2
1
yy
=
s
s
2 = s
21
atau dapat ditulis P2 =
21
Langkah 4. Mencari matriks P dan mencari invers dan mencari inversnya.
Dari langkah 3 diperoleh matriks P, yaitu
P =
11
21
dan selanjutnya mencari P-1
=
=
=
1112
112
11
1P
sehinggaP
Langkah 5. Diagonalisasi A
P-1 AP =
12
11
10
01
11
21
=
22
21
11
21
=
01
20
Langkah 6. Proses Penyulihan (subsitusi)
Karena matriks berbentuk diagonal dan diketahui D = P-1 AP dan Y =
PU sehingga Y = PU menghasilkan sistem diagonal baru.
U = DU
=
01
20
U
Diperoleh persamaan diferensial baru dalam bentuk y = cerx.
u1 = u1
u2 = 2u2
Langkah 7. Memperoleh penyelesaian diferensial dalam bentuk y = cerx.
u1 = c1ex
u2 = c2e2x
sehingga
U =
x
x
ec
ec
22
1
Dari Y = PU menghasilkan Y penyelesaian baru.
Y =
2
1
yy
=
11
21
x
x
ec
ec
22
1=
x
x
ec
ec
1