10
Ineke Pania Mexi 102012124/D4 Inekepania @yahoo.com Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No 6, Jakarta Barat 11510 Pendahuluan Penyakit Hipertensi atau yang sering disebut dengan darah tinggi adalah penyakit yang banyak dialami oleh sebagian orang terutama pada orangorang yang lansia atau lanjut usia. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantung congestive, gagal ginjal, dan penyakit vaskuler. Hipertensi disebut “silent killer” karena sifatnya asimptomatik dan telah beberapa tahun menimbulkan stroke yang fatal atau penyakit jantung. Meskipun tidak dapat diobati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian hipertensi dan penyakit yang menyertainya. Secara global 9,4 juta orang meninggal setiap tahun dan 1,5 miliar orang diseluruh dunia yang menderita karena tekanan darah tinggi atau hipertensi. Ini adalah faktor resiko terbesar dunia menyebabkan penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal, DM. Epidemiologi Hasil analisis menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia (32,2%) lebih tinggi dari temuan penelitian sebelumnya. 8,12d Hasil analisis lanjut ini juga mendapatkan kasus hipertensi

SL FF37 (Hipertensi)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

............................

Citation preview

Page 1: SL FF37 (Hipertensi)

Ineke Pania Mexi

102012124/D4

Inekepania @yahoo.com

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No 6, Jakarta Barat 11510

Pendahuluan

Penyakit Hipertensi atau yang sering disebut dengan darah tinggi adalah penyakit yang

banyak dialami oleh sebagian orang terutama pada orangorang yang lansia atau lanjut usia.

Hipertensi yang tidak terkontrol dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal

jantung congestive, gagal ginjal, dan penyakit vaskuler. Hipertensi disebut “silent killer”

karena sifatnya asimptomatik dan telah beberapa tahun menimbulkan stroke yang fatal atau

penyakit jantung. Meskipun tidak dapat diobati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat

menurunkan kejadian hipertensi dan penyakit yang menyertainya.

Secara global 9,4 juta orang meninggal setiap tahun dan 1,5 miliar orang diseluruh dunia

yang menderita karena tekanan darah tinggi atau hipertensi. Ini adalah faktor resiko terbesar

dunia menyebabkan penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal, DM.

Epidemiologi

Hasil analisis menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia (32,2%) lebih tinggi dari

temuan penelitian sebelumnya.8,12d Hasil analisis lanjut ini juga mendapatkan kasus hipertensi

yang sudah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan atau yang telah minum obat hipertensi masih

rendah yaitu hanya 24,2%, yang menunjukkan 75,8% kasus hipertensi di masyarakat belum

terjangkau pelayanan kesehatan. Mengingat komplikasi yang ditimbulkan dari kasus

hipertensi yang tidak mendapat pengobatan yang adekuat misalnya terjadinya penyakit

jantung koroner, stroke, dan gagal ginjal.5-7,13d Pemerintah dalam hal ini Departemen

Kesehatan juga harus memperhatikan masalah ini, antara lain melalui pro-gram peningkatan

deteksi dini di masyarakat dan peningkatan sarana pengobatan hipertensi di Puskesmas.

Mengingat tingginya prevalensi hipertensi dan tingginya kasus hipertensi yang belum

terjangkau pelayanan kesehatan yang ditemukan dari analisis ini, Provinsi Kalimantan

Selatan dan Sulawesi Barat perlu lebih memprioritaskan program pencegahan dan

penanggulangan hipertensi di masyarakat. Hasil analisis mendapatkan faktor umur

Page 2: SL FF37 (Hipertensi)

mempunyai risiko terhadap hipertensi. Semakin meningkat umur responden semakin tinggi

risiko hipertensi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian lainnya yaitu, penelitian Zamhir

Setiawan12d, yang menemukan bahwa prevalensi hipertensi makin meningkat seiring dengan

bertambahnya umur. Pada umur 25-44 tahun prevalensi hipertensi sebesar 29%, pada umur

45-64 tahun sebesar 51% dan pada umur >65 Tahun sebesar 65%. Tingginya hipertensi

sejalan dengan bertambahnya umur, disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh

darah besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi

kaku, sebagai akibat adalah meningkatnya tekanan darah sistolik.13d Tingginya risiko pria

untuk mengalami hipertensi sebagaimana yang ditemukan dari hasil analisis ini, sejalan

dengan temuan Zambir Setiawan.12,15d Pria lebih banyak mengalami kemungkinan hipertensi

dari pada wanita, seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok dan konsumsi alkohol),

depresi dan rendahnya status pekerjaan, perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan dan

pengangguran. Demikian halnya pengaruh faktor pendidikan dan pekerjaan. Hal ini diduga

berkaitan dengan gaya hidup yang berkaitan dengan status sosial. Mereka yang ber-

pendidikan rendah berkaitan dengan rendahnya kesadaran untuk berperilaku hidup sehat dan

rendahnya akses terhadap sarana pelayanan kesehatan. Sedangkan masalah pekerjaan diduga

berkaitan dengan masalah psikologis yang berkaitan dengan lingkungan pekerjaan.10-13,15-18d

Gambar 1. Prevalensi Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber, Riskesdas 2007 & 2013, Balitbangkes, Kemenkes

Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140

mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan

selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah

yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada

Page 3: SL FF37 (Hipertensi)

ginjal (gagal ginjal) jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (stroke) bila tidak dideteksi

secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Hipertensi merupakan silent killer

dimana gejala dapat bervariasi pada masingmasing individu dan hampir sama dengan gejala

penyakit lainnya. Gejala-gejalanya adalah sakit kepala/rasa berat ditengkuk, vertigo,jantung

berdebar-debar, mudah lelah penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), mimisan.

Terdapat faktor-faktor risiko yang berperan dalam hipertensi. Faktor resiko yang dapat diubah

dan tidak dapat diubah.

Faktor – Faktor yang dapat diubah termasuk gaya hidup, antara lain :

Merokok

Kurang aktivitas fisik

Kelebihan berat badan

Diet tinggi lemak

Asupan garam berlebih

Konsumsi alkohol berlebih

Faktor – Faktor yang tidak dapat diubah, antara lain :

Riwayat keluarga dengan hipertensi Usia > 45 tahun pada pria dan >55 tahun pada wanita Etnik / suku bangsa

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi menurut JNC VII, 2003

Adapun klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya.

1. Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial

Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan dengan

koombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak (inaktivasi) dan pola makan.

Terjadi ada sekitar 90% penderita hipertensi

2. Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial

Page 4: SL FF37 (Hipertensi)

Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dikedua lengan. mencari

kerusakan organ sasaran (retinopati, gangguan neurologi, payah jantung kongestif, diseksi

aorta). Palpasi denyut nadi, auskultasi untuk mendengar ada atau tidak bruit pembuluh darah

besar, bising jantung dan ronki paru.5,6a Pengukuran tekanan darah dilakukan sesuai dengan

standar WHO dengan alat sphygomanometer. Untuk menegakan diagnosis hipertensi perlu

dilakukan pengukuran tekanan darah minimal 2 kali dengan jarak 1 minggu bila tekanan

darah <160/100mmHg.2a

Rehabilitatif hipertensi

Rehabilitasi merupakan upaya perbaikan dampak negatif dari hipertensi yang tidak bisa

diobati. Upaya yang dapat dilakukan oleh penderita hipertensi antara lain dengan perubahan

pola makan dan gaya hidup sehat yang harus dilakukan secara kontinum. Hal-hal lain yang

dilakukan dan bertujuan agar tekanan darah selalu dalam keadaan normal seperti menurunkan

berat badan hingga mencapai berat badan ideal, berolahraga, dan pola makan seimbang

seperti mengurangi asupan garam karena didalam garam terdapat kandungan sodium yang

dapat meningkatkan tekanan darah bagi orang yang memiliki sensitifitas garam.

1. Kontrol penyakit ke dokter minimal sebulan sekali.

2. Monitoring:

a. Tekanan darah

b. Kerusakan target organ:

1) Mata (Retinopati hipertensi)

2) Ginjal (Nefropati hipertensi)

3) Jantung (HHD)

4) Otak (Stroke)

c. Interaksi obat dan efek samping

d. Kepatuhan

3. Untuk mengatasinya, para ahli dari Harvard Medical School di Boston, Amerika

Serikat menyarankan Anda untuk menambah waktu tidur sebagai cara mudah

menurunkan tekanan darah. Selain itu, tentu Anda harus mengubah pola makan, atau

setidaknya mengkonsumsi jenis makanan yang bekerja menurunkan tekanan darah

4. Program rehabilitasi exercise 

Program latihan :

a. Menghitung denyut nadi awal,  untuk mengetahui kondisi  kardiovaskuler saat

itu.

Page 5: SL FF37 (Hipertensi)

b. Senam pemanasan berupa latihan peregangan disertai latihan pernafasan yang

berlangsung sekitar 5-10 menit.

c. Latihan utama berupa jalan kaki, jogging, lari, bersepeda sekitar 20-30 menit,

sesuai dengan dosis latihan.

d. Senam pendinginan berupa latihan pernafasan ataupun teknik-teknik relaksasi

selama  5-10 menit.

e. Menghitung nadi akhir latihan

5. Terapi Oksigen

Terapi ini sama halnya dengan mempraktekkan cara bernapas yang dalam dan

panjang. Bernapas dalam dan panjang memungkinkan untuk menghirup lebih banyak

oksigen. Selain itu, cara bernapas yang seperti ini membantu untuk lebih rileks. Satu

jam sebelum tidur, usahakan turunkan suhu kamar. Kemudian saat suhu tubuh turun,

ambil dan makan pelan-pelan buah-buah yang telah disebutkan di atas, sedikit demi

sedikit selang-seling antara satu buah dan lainnya. Setelah 15 menit, pindah ke

ruangan yang lebih banyak ventilasi agar oksigen yang di hirup lebih banyak. Tunggu

sampai 20 menit dan terus ambil napas yang dalam dan panjang. Kembali lagi ke

ruangan dengan suhu rendah dan tunggu selama 20 menit sebelum kembali ke kamar

tidur dengan suhu normal. Lakukan terapi ini selama 7 hari berturut-turut. Suhu

rendah dapat merendahkan intensitas aliran darah di pembuluh, sementara oksigen

dapat memaksimalkan penyerapan nutrisi yang ada dalam buah yang dimakan.

a. Promotif

Menjelaskan tentang hipertensi itu penyakit seperti apa pada keluarga pasien,

terutama mengenai apa penyebabnya, apa akibatnya, bagaimana cara mengobati dan

pencegahannya.

Edukasi kepada keluarga pasien mengenai masalah-masalah yang dapat memunculkan

hipertensi dan bagaimana cara mengatasinya.

Melakukan penyuluhan kepada keluarga di lingkungan sekitarnya mengenai pola

hidup yang sehat agar terhindari dari hipertensi dan bagaimana cara mengontrol

hipertensi. Pola hidup yang sehat yang perlu di promosikan meliputi olahraga yang

cukup, kurangi makan makanan berlemak, kurangi konsumsi garam, hindari rokok,

dan perbanyak makan makanan yang mengandung cukup serat.

Page 6: SL FF37 (Hipertensi)

b. Preventif

Resiko seserorang terkena hipertensi dapat dikurangi dengan cara:

Mengukur tekanan darah secara rutin

Kurangi konsumsi garam dalam makanan.

Konsumsi makanan yang mengandung kalium, magnesium dan kalsium. Kalium,

magnesium dan kalsium mampu mengurangi tekanan darah tinggi.

Hindari konsumsi alkohol.

Lakukan olahraga secara teratur. Olahraga secara teratur bisa menurunkan tekanan

darah tinggi. Jika menderita tekanan darah tinggi, pilihlah olahraga yang ringan

seperti berjalan kaki, bersepeda, lari santai, dan berenang. Lakukan selama 30

hingga 45 menit sehari sebanyak 3 kali seminggu.

Berhenti merokok juga berperan besar untuk mengurangi tekanan darah tinggi atau

hipertensi.

Kendalikan kadar kolesterol.

Kendalikan diabetes.

Hindari obat yang bisa meningkatkan tekanan darah. Konsultasikan dan mintalah

ke dokter agar memberikan obat yang tidak meningkatkan tekanan 

Menghindari stress dan emosi.4

c. Kuratif (hal 23-24)

Tatalaksana hipertensi dengan obat anti hipertensi yang dianjurkan:

Diuretik : hidroclorotiazid dengan dosis 12,5-50mg/hari

Penghambat ACE/penghambat reseptor angiotensin II : captopril 25-100mmHg

Penghambat kalsium yang bekerja panjang : nifedipin 30-60mg/hari

Penghambat reseptor beta : propanolol 40-160mg/hari

d. Rehabilitatif

I. Prognosis

Page 7: SL FF37 (Hipertensi)

Penyakit : dubia ad bonam karena Bapak Sammusti ada kesadaran untuk berobat ke

puskesmas dan sebulan sekali periksa tekanan darah di puskesmas yang merupakan

kegiatan dari puskesmas.

Keluarga : kondisi kesehatan anggota keluarga yang lain dalam keadaan baik

Masyarakat : dubia ad bonam karena bukan penyakit menular