Slemmons y Wells

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Slemmons y Wells

Citation preview

  • Analisis Seismic Hazard Indonesia Timur

    Bab IV Analisis Sesmic Hazard IV- 1

    BAB IV ANALISIS SEISMIC HAZARD

    Analisis Seismic Hazard dilakukan pada wilayah Indonesia bagian timur yang

    meliputi: Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku Papua dan pulau-pulau kecil lainnya. Di

    bawah akan dijelasakan tentang analisis yang dilakukan setiap tahapan dalam studi

    tugas akhir ini.

    4.1 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA GEMPA Data-data gempa yang digunakan dalam tugas akhir ini berasal dari katalog-katalog

    USGS, ANNS, dan NOAA. Data gempa yang diambil adalah data kejadian gempa

    yang berada dalam batas lokasi studi dengan kedalaman kuang dari 200 kilometer

    .Jumlah data yang diperoleh adalah 33060 data.yang merupakan kejadian gempa yang

    tercatat dari tahun 1899-2006.

    Dari data tersebut dilakukan pemisahan antara gempa utama dan gempa ikutan

    dengan menggunakan analisis depedency criteria yang diusulkan oleh Uhrhammer,

    dengan menggunakan program Uhrhammer. Hasil output program uhrhammer adalah

    sebanyak 18287 data gempa utama. Setelah dilakukan analisi depency criteria,

    dilakukan pemilihan data gempa yang mempunyai skala magnitude lebih besar atau

    sama dengan 5 Mw (momen magnitude). Dari hasil pemilihan data gempa yang

    mempunyai skala magnitude lebih besar atau sama dengan 5 Mw sebanyak 2126 data

    gempa. Adapun sebaran episenter yang telah dilakukan analisis dependency didalam

    wilayah studi adalah sebagai berikut:

  • Analisis Seismic Hazard Indonesia Timur

    Bab IV Analisis Sesmic Hazard IV- 2

    Gambar 4. 1 Sebaran Episenter Gempa Utama

    4.2 PEMODELAN ZONA SUMBER GEMPA

    Seperti yang telah dijelaskan pada bab II bahwa dalam tugas akhir ini zona sumber

    gempa di bagi menjadi tiga jenis yaitu zona sumber gempa subduksi, zona sumber

    gempa transformasi dan zona sumber gempa difusi (Firmansyah dan Irsyam 1999).

    Pemodelan zona sumber gempa yang digunakan pada tugas akhir ini adalah

    pemodelan yang telah dilakukan oleh peneliti yaitu Firmansyah dan Irsyam. Untuk

    pembagian magnitude maksimum zona sumber gempa dapat dilihat pada tabel 4.1

  • Analisis Seismic Hazard Indonesia Timur

    Bab IV Analisis Sesmic Hazard IV- 3

    Gambar 4. 2 Zona Sumber Gempa

  • Analisis Seismic Hazard Indonesia Timur

    Bab IV Analisis Sesmic Hazard IV- 4

    Tabel 4. 1 Magnitude Maksimum Tiap Zona Gempa

    Klasifikasi Zona Sumber Gempa Mmaks

    1 Banda 8.5

    2 Seram 8.4

    3 Papua Utara 8.4

    4 Halmahera 8.5

    5 Sangihe 8.5

    6 Sulawesi Utara 8.0

    Subduksi

    7 Molluca Passage 8.5

    1 Palu-Koro 7.6

    2 Matano 7.6

    3 Sorong 7.6

    4 Ransiki 6.5

    5 Yapen-Mamberano 7.6

    Transformasi

    6 Tarera-Aiduna 6.5

    1 Flores 7.0

    2 Kalimantan Selatan 6.0

    3 Lengan Selatan Sulawesi 6.0

    4 Lengan Timur Sulawesi 6.0

    5 Lengan Tenggara Sulawesi 6.0

    6 Sulawesi tengah 6.5

    7 Halmahera selatan 7.0

    8 Banda 8.0

    9 Aru 6.0

    10 Salawati-Bintuni 6.0

    Difusi

    11 papua 8.5

    4.2.1 Zona Subduksi

    Dalam studi ini, wilayah yang tergolong ke dalam zona subduksi adalah zona flores-

    nusa Tenggara, Laut Banda, Sulawesi Utara, Papua Utara, dan Maluku. Zona

    subduksi dibedakan menjadi 2 macam, yaitu: interface dan intraslab. Dimana analisis

    dilakukan dengan melakukan pengamtan terhadap kedalaman titik gempa dan jarak

  • Analisis Seismic Hazard Indonesia Timur

    Bab IV Analisis Sesmic Hazard IV- 5

    horizontal titik gempa ke sumber garis subduksi. Hubungan antara kedalaman titik

    pusat gempa dan jarak horizontal titik pusat gempa dengan garis zona subduksi adalah

    sebagai berikut:

    Gambar 4. 3 Zona Flores

    Gambar 4. 4 Zona Laut Banda

  • Analisis Seismic Hazard Indonesia Timur

    Bab IV Analisis Sesmic Hazard IV- 6

    Gambar 4. 5 Zona Seram

    Gambar 4. 6 Zona Papua

  • Analisis Seismic Hazard Indonesia Timur

    Bab IV Analisis Sesmic Hazard IV- 7

    Gambar 4. 7 Zona Sulawesi Utara

    Gambar 4. 8 Zona Sangihe

  • Analisis Seismic Hazard Indonesia Timur

    Bab IV Analisis Sesmic Hazard IV- 8

    Gambar 4. 9 Zona Selat Maluku

    Gambar 4. 10 Zona Halmahera

    Zona Subduksi interface dan intraslab dapat diiliustrasikan pada gambar sebagai berikut:

  • Analisis Seismic Hazard Indonesia Timur

    Bab IV Analisis Sesmic Hazard IV- 9

    Gambar 4. 11 Zona subduksi Indonesia Bagian Timur

    4.2.2 Zona Transformasi

    Wilayah Indonesia timur yang termasuk pada zona difusi dalah adalah Palu-Koro,

    Sorong, Ransiki, Yapen-Memberano, dan Tarera-Aiduna. Gempa yang terjadi pada

    zona transformasi tergolong ke dalam Shallow Crustal Reathquake (gempa kerak

    dangkal) dengan kedalaman relative dangkal (

  • Analisis Seismic Hazard Indonesia Timur

    Bab IV Analisis Sesmic Hazard IV- 10

    4.2.3 Zona Difusi Wilayah Indonesia timur yang termasuk pada zona difusi adalah Flores, Kalimantan

    Selatan, Lengan Selatan Sulawesi, Lengan Timur Sulawesi, Lengan Tenggara

    Sulawesi, Sulawesi Tengah, Halmahera Selatan, Banda, Aru, Salawati-Bintuni, dan

    papua.

    Gambar 4. 12 Zona Trasnformasi dan Difusi Indonesia Bagian timur

  • Analisis Seismic Hazard Indonesia Timur

    Bab IV Analisis Sesmic Hazard IV- 11

    Dengan melakukan beberapa modifikasi terhadap model zona-zona gempa ini dengan

    cara menggabungkan juga model yang telah dikembangkan oleh Leo Eliasta &

    Oktavianus Uki (2004), dan juga telah memperhitungkan zona megathrust & Benioff

    pada zona gempa subduksi contoh pada gambar 4.2, maka dihasilkan model zona

    gempa seperti gambar berikut ini:

    Gambar 4. 13 Zona Sumber Gempa

    4.3 PARAMETER GEMPA

    Karena setiap sumber gempa mempunyai karakteristik data masing-masing, maka

    diperlukanlah sebuah parameter yang menggambarkan kedaaan seismisitas masing-

    masing zona gempa

    4.3.1 Penetuan a-b value

    Penentuan parameter zona sumber gempa meliputi penetuan a-value,b-value,rate, dan

    magnitude maksimum. Penentuan a-b value dilakukan dengan metode weichert

    dengan program Calcrate (USGS). Dalam penentuan a-b value metode Weichert

    dalam penentuan parameter seismic hazard berdasarkan pada iterasi metode Newton.

  • Analisis Seismic Hazard Indonesia Timur

    Bab IV Analisis Sesmic Hazard IV- 12

    Dalam studi yang telah dilakukan oleh USGS diperoleh bahwa syarat minimum data

    agar a-b parameter yang valid menurut statistik adlah berjumlah 40 data. Adapun

    lebih baik bila pada suatu zona terdapat lebih dari 120 data karena banyaknya data

    tersebut akan memberikan nilai b-value yang stabil. Oleh karena itu, dalam analisis

    ini, zona gempa yang memiliki data kurang dari 40 akan digabung dengan zona

    gempa lainnya yang memiliki mekanisme gempa yang sama sehingga akan dihasilkan

    nilai a-b parameter gabungan dari beberapa zona. Tiap-tiap zona yang menjadi bagian

    dari zona gabungan tersebut memiliki nilai b-value yang sama. Sedangkan nilai rate

    dan a-value masing-masing zona didapatkan dengan melakukan metode alokasi balik

    (back allocation method). Alokasi balik untuk mendapatkan rate dan a value tiap-tiap

    zona dalam zona gabungan dilakukan dengan bantuan prograng WTBACK 10.

    Gambar 4. 14 Grafik Parameter Gempa Zona Subduksi Interface Flores-Nusa Tenggara, dan Laut Banda

  • Analisis Seismic Hazard Indonesia Timur

    Bab IV Analisis Sesmic Hazard IV- 13

    Gambar 4. 15 Grafik Parameter Gempa Zona Subduksi Intraslab Flores-Nusa

    Tenggara, dan Laut Banda

    Gambar 4. 16 Grafik Parameter Gempa Zona Subduksi Interface Seram, Papua,

    Sulawesi Utara

  • Analisis Seismic Hazard Indonesia Timur

    Bab IV Analisis Sesmic Hazard IV- 14

    Gambar 4. 17 Grafik Parameter Gempa Zona Subduksi Intraslab Seram, Papua,

    Sulawesi Utara

    Gambar 4. 18 Grafik Parameter Gempa Zona Subduksi Interface Sangihe dan

    Halmahera

  • Analisis Seismic Hazard Indonesia Timur

    Bab IV Analisis Sesmic Hazard IV- 15

    Gambar 4. 19 Grafik Parameter Gempa Zona Subduksi Intrasalab Sangihe dan

    Halmahera

    Gambar 4. 20 Grafik Parameter Gempa Zona Subduksi Interface Selat Maluku

  • Analisis Seismic Hazard Indonesia Timur

    Bab IV Analisis Sesmic Hazard IV- 16

    Gambar 4. 21 Grafik Parameter Gempa Zona Subduksi Intraslab Selat Maluku

    Gambar 4. 22 Grafik Parameter Gempa Zona Tranformasi Terera-Aiduna

  • Analisis Seismic Hazard Indonesia Timur

    Bab IV Analisis Sesmic Hazard IV- 17

    Gambar 4. 23 Grafik Parameter Gempa Zona Difusi Memberamo

    4.3.2 Penentuan Magnitude Maksimum

    Magnitude maksimum dari suatu suatu zona sumber ditentukan dengan pengamatan

    kejadian gempa historis hubungan magnitude dengan panjang wilayah patahan

    (rupture length) , dan besarnya nilai slip (slip rate) dari suatu zona gempa. Perkirran

    magnitude maksimum dengan menggunakan hubungnnaya dengan slip rate dan

    rupture length adalah sebagai berikut:

    1. Rupture Length Vs Magnitude (Slemmons,1982)

    Normal faults : Ms = 0.809 + 1.314Log(L)

    Reverse faults : Ms = 2.021 + 1.142Log(L)

    Strike-slip faults : ms = 1.404 + 1.1169Log(L)

    Dimana :Ms = magnitude permukaan (surface magnitude)

    L = rupture length dalam meter

    2. Rupture Length Vs magnitude (Wells and Coppersmith,1994)

    Normal faults : Mw = 4.86 + 1.32Log(RL)

    Reverse faults : Mw = 5.00 + 1.22Log(RL)

    Srike-slip faults : Mw = 5.16 + 1.12Log(RL)

    All mechanism : Mw = 5.08 + 1.16Log(RL)

  • Analisis Seismic Hazard Indonesia Timur

    Bab IV Analisis Sesmic Hazard IV- 18

    Dimana : Mw = magnitude momen

    RL rupture ength dalam kilometer

    3. Slip rate Vs magntitude (Woodward and Clyde Consultants, after 1994)

    Strike-slip : Ms = magnitude permukaan (surface magnitude)

    S = slip rate dalam mm per tahun

    Pada tugas akhir ini penentuan magnitude maksimum akan digunakan data magnitude

    maksimum hasil penelitian Firmansjah dan Irsyam (1999). Data magnitude

    maksimum tersebut dapat dilihat pada table 4.1, akan tetapi, untuk menentukan

    magnitude maksimum yang digunakan adalah dengan membandingkan terlebih

    dahulu mana yang lebih besar antara magnitude maksimum yang diusulkan oleh

    Firmansjah dan Irsyam (1999) dengan pengamatan historis.

    Berikut ini adalah tabel yang memuat Mmaks, b, rate dan mekanisme gempa yang

    terjadi untuk tiap-tiap zona sumber gempa:

  • Analisis Seismic Hazard Indonesia Timur

    Bab IV Analisis Sesmic Hazard IV- 19

    Tabel 4. 2 Parameter Tiap Zona Gempa dengan Metode Weichert

    Mekanisme Running Subzona b a A-1a 0.90 2.07 5.19 3.08 A-2a 0.90 2.07 5.19 3.08 A-3a 0.90 2.07 5.19 3.08

    S1

    A-4a 0.90 2.07 5.19 1.77 A-1b 0.83 1.92 5.07 3.88 A-2b 0.83 1.92 5.07 3.88 A-3b 0.83 1.92 5.07 3.88

    S2

    A-4b 0.83 1.92 5.07 4.08 E-1a 0.87 2.00 4.88 2.18 E-2a 0.87 2.00 4.88 2.18 L-1a 0.87 2.00 4.88 0.26 L-2a 0.87 2.00 4.88 0.26 Q-1a 0.87 2.00 4.88 0.98

    S3

    Q-2a 0.87 2.00 4.88 0.98 E-1b 0.87 2.01 5.05 0.44 E-2b 0.87 2.01 5.05 0.44 L-1b 0.87 2.01 5.05 0.62 L-2b 0.87 2.01 5.05 0.62 Q-1b 0.87 2.01 5.05 3.88

    S4

    Q-2b 0.87 2.01 5.05 3.88 R-1a 0.89 2.04 4.92 2.36 R-2a 0.89 2.04 4.92 2.36 T-1a 0.89 2.04 4.92 0.76 T-2a 0.89 2.04 4.92 0.76 T-3a 0.89 2.04 4.92 0.76 T-4a 0.89 2.04 4.92 0.76

    S5

    T-5a 0.89 2.04 4.92 0.76 R-1b 0.86 1.97 5.08 4.22 R-2b 0.86 1.97 5.08 4.22 T-1b 0.86 1.97 5.08 2.20 T-2b 0.86 1.97 5.08 2.20 T-3b 0.86 1.97 5.08 2.20 T-4b 0.86 1.97 5.08 2.20

    S6

    T-5b 0.86 1.97 5.08 2.20 S-1a 0.84 1.93 4.86 4.60 S-2a 0.84 1.93 4.86 4.60 S-3a 0.84 1.93 4.86 4.60 S-4a 0.84 1.93 4.86 4.60

    S7

    S-5a 0.84 1.93 4.86 4.60 S-1b 0.81 1.87 4.55 3.11 S-2b 0.81 1.87 4.55 3.11 S-3b 0.81 1.87 4.55 3.11

    Subduksi

    S8

    S-4b 0.81 1.87 4.55 3.11

  • Analisis Seismic Hazard Indonesia Timur

    Bab IV Analisis Sesmic Hazard IV- 20

    Mekanisme Running Subzona b a D-1 0.81 1.86 4.50 1.50 D-2 0.81 1.86 4.50 1.50 D-3 0.81 1.86 4.50 1.50 D-4 0.81 1.86 4.50 1.50 D-5 0.81 1.86 4.50 1.50

    T1

    V 0.81 1.86 4.50 1.50 G 0.76 1.75 4.46 1.32 I-1 0.76 1.75 4.46 1.32 I-2 0.76 1.75 4.46 1.32 I-3 0.76 1.75 4.46 1.32 J-1 0.76 1.75 4.46 1.32 J-2 0.76 1.75 4.46 1.32 J-3 0.76 1.75 4.46 1.32 K-1 0.76 1.75 4.46 1.32 K-2 0.76 1.75 4.46 1.32 K-3 0.76 1.75 4.46 1.32 O-1 0.76 1.75 4.46 1.32 O-2 0.76 1.75 4.46 1.32 O-3 0.76 1.75 4.46 1.32

    Transformasi

    T2

    O-4 0.76 1.75 4.46 1.32

    Mekanisme Running Subzona b a B 0.92 2.11 5.16 1.93

    C-1 0.92 2.11 5.16 1.93 C-2 0.92 2.11 5.16 1.93 C-3 0.92 2.11 5.16 1.93 C-4 0.92 2.11 5.16 1.93 F-1 0.92 2.11 5.16 1.93 F-2 0.92 2.11 5.16 1.93 M-1 0.92 2.11 5.16 1.93 M-2 0.92 2.11 5.16 1.93 N 0.92 2.11 5.16 1.93 P 0.92 2.11 5.16 1.93

    D1

    U 0.92 2.11 5.16 1.93 H-1 0.73 1.69 4.25 1.24 H-2 0.73 1.69 4.25 1.24

    Difusi

    D2 H-3 0.73 1.69 4.25 1.24

    4.4 PENENTUAN PERCEPATAN SPEKTRA

    Penentuan percepatan spektra dilakukan dengan bantuan program komputer Espekta.

    Running yang dihasilkan pada program Espektra pada periode 0.0,0.2 dan 1 detik

  • Analisis Seismic Hazard Indonesia Timur

    Bab IV Analisis Sesmic Hazard IV- 21

    dengan periode ulang 500 tahun (resiko tahunan 0,002). Pada program ini

    memerlukan input berupa koordinat sumber-sumber gempa, magnitude minimum

    setiap sumber, magnitude maksimum setiap sumber, beta-value, annual rate setiap

    sumber, kedalaman rata-rata gempa, fungsi atenuasi yuang dipilih, serta koordinat

    lokasi yang hendak dihitung percepatan spektra-nya. Fungsi atenuasi yang dipilih

    pada tugas akhir ini yaitu Youngs et al. (1997) untuk mekanisme gempa subduksi dan

    Joyner-Boore (1997) untuk mekanisme gempa shallow crustal. Pada tugas akhir ini

    running program dilakukan setiap 0.5 derajat lintang dan bujur region Indonesia

    bagian timur.

    4.5 PEMETAAN PERCEPATAN SPEKTRA

    Pemetaan percepatan spektra dilakukan dengan menggunakan bantuan program surfer

    8. Input program ini adalah beruapa koordinat lintang dan bujur dan besarnya

    percepatan spektra pada tiap koordinat tersebut. Adapun hasil pemetaan percepatan

    spektra dari tugas akhir ini dapat dilihat pada gambar 4.24 dan seterusnya sebagai

    berikut:

  • Analisis Seismic Hazard Indonesia Timur

    Bab IV Analisis Sesmic Hazard IV- 22

    Gambar 4. 24 Percepatan Spektral Pada T = 0 detik

  • Analisis Seismic Hazard Indonesia Timur

    Bab IV Analisis Sesmic Hazard IV- 23

    Gambar 4. 25 Percepatan Spektral Pada T = 0.2 detik

  • Analisis Seismic Hazard Indonesia Timur

    Bab IV Analisis Sesmic Hazard IV- 24

    Gambar 4. 26 Percepatan Spektral Pada T = 1 detik

  • Analisis Seismic Hazard Indonesia Timur

    Bab IV Analisis Sesmic Hazard IV- 25

    BAB IV ANALISIS SEISMIC HAZARD..................................................................1 4.1 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA GEMPA ..............................1 4.2 PEMODELAN ZONA SUMBER GEMPA.........................................................2

    4.2.1 Zona Subduksi.................................................................................................4 4.2.2 Zona Transformasi .........................................................................................9 4.2.3 Zona Difusi ....................................................................................................10

    4.3 PARAMETER GEMPA......................................................................................11 4.3.1 Penetuan a-b value........................................................................................11 4.3.2 Penentuan Magnitude Maksimum ..............................................................17

    4.4 PENENTUAN PERCEPATAN SPEKTRA ......................................................20 4.5 PEMETAAN PERCEPATAN SPEKTRA ........................................................21 Tabel 4. 1 Magnitude Maksimum Tiap Zona Gempa ..............................................4 Tabel 4. 2 Parameter Tiap Zona Gempa dengan Metode Weichert .....................19 Gambar 4. 1 Sebaran Episenter Gempa Utama .......................................................2 Gambar 4. 2 Zona Sumber Gempa ............................................................................3 Gambar 4. 3 Zona Flores.............................................................................................5 Gambar 4. 4 Zona Laut Banda...................................................................................5 Gambar 4. 5 Zona Seram ............................................................................................6 Gambar 4. 6 Zona Papua ............................................................................................6 Gambar 4. 7 Zona Sulawesi Utara .............................................................................7 Gambar 4. 8 Zona Sangihe..........................................................................................7 Gambar 4. 9 Zona Selat Maluku ................................................................................8 Gambar 4. 10 Zona Halmahera..................................................................................8 Gambar 4. 11 Zona subduksi Indonesia Bagian Timur ...........................................9 Gambar 4. 12 Zona Trasnformasi dan Difusi Indonesia Bagian timur................10 Gambar 4. 13 Zona Sumber Gempa ........................................................................11 Gambar 4. 14 Grafik Parameter Gempa Zona Subduksi Interface Flores-Nusa

    Tenggara, dan Laut Banda ...............................................................................12 Gambar 4. 15 Grafik Parameter Gempa Zona Subduksi Intraslab Flores-Nusa

    Tenggara, dan Laut Banda ...................................................................................13 Gambar 4. 16 Grafik Parameter Gempa Zona Subduksi Interface Seram, Papua,

    Sulawesi Utara....................................................................................................13 Gambar 4. 17 Grafik Parameter Gempa Zona Subduksi Intraslab Seram, Papua,

    Sulawesi Utara....................................................................................................14 Gambar 4. 18 Grafik Parameter Gempa Zona Subduksi Interface Sangihe dan

    Halmahera ..........................................................................................................14 Gambar 4. 19 Grafik Parameter Gempa Zona Subduksi Intrasalab Sangihe dan

    Halmahera ..........................................................................................................15 Gambar 4. 20 Grafik Parameter Gempa Zona Subduksi Interface Selat Maluku

    ..............................................................................................................................15 Gambar 4. 21 Grafik Parameter Gempa Zona Subduksi Intraslab Selat Maluku

    ..............................................................................................................................16 Gambar 4. 22 Grafik Parameter Gempa Zona Tranformasi Terera-Aiduna .....16 Gambar 4. 23 Grafik Parameter Gempa Zona Difusi Memberamo.....................17 Gambar 4. 24 Percepatan Spektral Pada T = 0 detik.............................................22 Gambar 4. 25 Percepatan Spektral Pada T = 0.2 detik..........................................23 Gambar 4. 26 Percepatan Spektral Pada T = 1 detik.............................................24