Upload
aolani
View
72
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Slide 5 Pengukuran Aset. Dwi Martani Slide by : Jayu Pramudya , Nia Pramita Sari Departemen Akuntansi FEUI. Pengeluaran yang Tidak Boleh Dibebankan Sekaligus Pasal 9 Ayat (2 ) UU PPh. - PowerPoint PPT Presentation
Citation preview
1
Dwi MartaniSlide by : Jayu Pramudya, Nia Pramita Sari
Departemen Akuntansi FEUI
Slide 5
Pengukuran Aset
2
Pengeluaran yang Tidak BolehDibebankan Sekaligus
Pasal 9 Ayat (2) UU PPh
Dikapitalisasi saat pengeluaran, untuk kemudian dibebankan melalui penyusutan
atau amortisasi.
Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
• Perolehan yang dipengaruhi hubungan istimewa.
• Tukar menukar harta.• Perolehan dalam rangka likuidasi,
penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha, kecuali ditentukan lain oleh Menkeu.
• Pengalihan selain dalam bentuk sumbangan keagamaan yang bersifat wajib kepada lembaga yang dibentuk atau disahkan pemerintah; atau hibah kepada keluarga dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial sesuai ketentuan Menkeu.
• Pengalihan sebagai pengganti saham atau penyertaan modal.
Berlaku nilai sesuai nilai wajar/ harga pasar untuk:
3
Nilai Perolehan atau Pengalihan Aset (1)Pasal 10 Ayat (1), (2), (3), (4), (5), dan (6) UU PPh
• Pengalihan dalam bentuk sumbangan keagamaan yang bersifat wajib kepada lembaga yang dibentuk atau disahkan pemerintah; atau hibah kepada keluarga dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial sesuai ketentuan Menkeu.
• Warisan.
Berlaku nilai sesuai nilai sisa buku dari pihak yang melakukan pengalihan atau nilai yang ditetapkan Dirjen Pajak, untuk:
• Perolehan persediaan dan penghitungan harga pokok penjualan.
Berlaku nilai perolehan yang dilhitung secara rata – rata (Average) atau dengan cara mendahulukan persediaan yang diperoleh pertama (FIFO), untuk:
4
Nilai Perolehan atau Pengalihan Aset (2)Pasal 10 Ayat (1), (2), (3), (4), (5), dan (6) UU PPh
PT. Maha, PT. Jonggring, dan PT. Saloka terlibat dalam transaksi pengalihan aset di tahun 2012. Berikut merupakan informasi terkait harta yang dimiliki oleh ketiga PT.
PT. Maha, PT. Jonggring, dan PT. Saloka terlibat dalam transaksi pengalihan aset di tahun 2012. Berikut merupakan informasi terkait harta yang dimiliki oleh ketiga PT.
5
Ilustrasi(Nilai Pengalihan)
Keterangan Bus Hino Bus MB Bus Scania
Nilai Buku (Rp) 650.000.000
725.000.000
550.000.000
Akumulasi Depresiasi (Rp)
300.000.000
325.000.000
200.000.000
Nilai Wajar (Rp) 425.000.000
375.000.000
425.000.000
Pemilik PT. Maha PT. Jonggring
PT. Saloka
Bagaimakah penentuan nilai perolehan atau pengalihan, serta pengakuan keuntungan atau kerugian yang dilakukan untuk setiap transaksi berikut?
a. Bus Hino dipertukarkan dengan Bus Scania.
b. Bus MB dijual kepada PT. Maha dengan nilai kontrak Rp 325.000.000,00 akibat hubungan istimewa.
c. Bus Hino dan MB dialihkan akibat penggabungan PT. pemilik.
d. Bus Hino dan MB dialihkan akibat penggabungan PT. pemilik yang diakui Menkeu memenuhi unsur pooling of interest.
e. Bus Scania dialihkan kepada PT. Jonggring sebagai bentuk penyertaan modal atas 100 lot saham dengan nominal Rp 400,00 per lembar.
f. Bus Scania dihibahkan kepada badan sosial yang diakui Kemenkeu.
Bagaimakah penentuan nilai perolehan atau pengalihan, serta pengakuan keuntungan atau kerugian yang dilakukan untuk setiap transaksi berikut?
a. Bus Hino dipertukarkan dengan Bus Scania.
b. Bus MB dijual kepada PT. Maha dengan nilai kontrak Rp 325.000.000,00 akibat hubungan istimewa.
c. Bus Hino dan MB dialihkan akibat penggabungan PT. pemilik.
d. Bus Hino dan MB dialihkan akibat penggabungan PT. pemilik yang diakui Menkeu memenuhi unsur pooling of interest.
e. Bus Scania dialihkan kepada PT. Jonggring sebagai bentuk penyertaan modal atas 100 lot saham dengan nominal Rp 400,00 per lembar.
f. Bus Scania dihibahkan kepada badan sosial yang diakui Kemenkeu.
6
Ilustrasi(Nilai Pengalihan)
Jawaban :a. Nilai perolehan = Nilai Wajar= Rp
425.000.000,00PT. Maha mengakui keuntungan senilai Rp 75.000.000,00.
(425.000.000 – (650.000.000 – 300.000.000))PT. Saloka mengakui keuntungan senilai Rp 75.000.000,00.
(425.000.000 – (550.000.000 – 200.000.000)) b. Nilai perolehan = Nilai Wajar= Rp
375.000.000,00PT. Jonggring mengakui kerugian senilai Rp 25.000.000,00.
(375.000.000 – (725.000.000 – 325.000.000))c. Nilai perolehan dicatat PT. baru = Nilai Wajar
= Rp 425.000.000,00 (Hino) dan Rp 375.000.000,00 (MB)PT. Maha mengakui keuntungan senilai Rp 75.000.000,00.
(425.000.000 – (650.000.000 – 300.000.000))PT. Jonggring mengakui kerugian senilai Rp 25.000.000,00.
(375.000.000 – (725.000.000 – 325.000.000))
Jawaban :a. Nilai perolehan = Nilai Wajar= Rp
425.000.000,00PT. Maha mengakui keuntungan senilai Rp 75.000.000,00.
(425.000.000 – (650.000.000 – 300.000.000))PT. Saloka mengakui keuntungan senilai Rp 75.000.000,00.
(425.000.000 – (550.000.000 – 200.000.000)) b. Nilai perolehan = Nilai Wajar= Rp
375.000.000,00PT. Jonggring mengakui kerugian senilai Rp 25.000.000,00.
(375.000.000 – (725.000.000 – 325.000.000))c. Nilai perolehan dicatat PT. baru = Nilai Wajar
= Rp 425.000.000,00 (Hino) dan Rp 375.000.000,00 (MB)PT. Maha mengakui keuntungan senilai Rp 75.000.000,00.
(425.000.000 – (650.000.000 – 300.000.000))PT. Jonggring mengakui kerugian senilai Rp 25.000.000,00.
(375.000.000 – (725.000.000 – 325.000.000))
7
Ilustrasi(Nilai Pengalihan)
Jawaban :d. Nilai perolehan dicatat PT. baru = Nilai Sisa Buku
= Rp 350.000.000,00 (Hino) dan Rp 400.000.000,00 (MB)PT. Maha dan PT. Jonggring tidak mengakui keuntungan.
e. Nilai perolehan = Nilai Wajar= Rp 425.000.000,00
PT. Saloka mengakui keuntungan senilai Rp 75.000.000,00.
(425.000.000 – (550.000.000 – 200.000.000))
PT. Jonggring mencatat nilai Share Capital senilai Rp 200.000.000,00
(1.000 x 500 x 400) PT. Jonggring mencatat nilai Share Premium
senilai Rp 225.000.000,00(425.000.000 – 200.000.000)
f. Nilai perolehan dicatat badan sosial = Nilai Sisa Buku
= 550.000.000 – 200.000.000
= Rp 350.000.000,00PT. Saloka tidak mengakui keuntungan.
Jawaban :d. Nilai perolehan dicatat PT. baru = Nilai Sisa Buku
= Rp 350.000.000,00 (Hino) dan Rp 400.000.000,00 (MB)PT. Maha dan PT. Jonggring tidak mengakui keuntungan.
e. Nilai perolehan = Nilai Wajar= Rp 425.000.000,00
PT. Saloka mengakui keuntungan senilai Rp 75.000.000,00.
(425.000.000 – (550.000.000 – 200.000.000))
PT. Jonggring mencatat nilai Share Capital senilai Rp 200.000.000,00
(1.000 x 500 x 400) PT. Jonggring mencatat nilai Share Premium
senilai Rp 225.000.000,00(425.000.000 – 200.000.000)
f. Nilai perolehan dicatat badan sosial = Nilai Sisa Buku
= 550.000.000 – 200.000.000
= Rp 350.000.000,00PT. Saloka tidak mengakui keuntungan.
8
Ilustrasi(Nilai Pengalihan)
Nilai Perolehan, PPN, dan PPnBM
Pembayaran atas
Perolehan Aset
Komponen yang
Dikapitalisasi
Biaya Pokok Ase
t
Biaya Penduk
ung (Instal
asi, Angkut
an)
Komponen yang
Dikapitalisasi atau
Dibebankan
PPnBM
Pajak
Lain (Bea
Masuk)
PPN Masukan yang tidak dapat
dikreditkan.
Komponen Tak
dikapitalisasi dan Tak Dibebanka
nPPN Masukan yang dapat
dikreditkan.
9
CV. Elbrus melakukan pembelian kendaraan secara impor menggunakan API dengan nilai kontrak $ 4.100. Perusahaan menanggung biaya asuransi, dan pengangkutan masing – masing 10% dan 15% dari cost, ditambah Bea Masuk Rp 15.750.000,00. Atas impor tersebut, dikenakan PPh 22, PPN, dan PPnBM bertarif 30%. Jika kurs port berlaku Rp 9.600,00/ USD dan kurs KMK berlaku Rp 9.800,00/ USD, bagaimanakah pencatatan dilakukan oleh CV. Elbrus?Jawaban :
Cost 4.100 PPh 22 = 2,5% x 65.975.000
Insurance 410 = 1.649.375
Freight 615 PPN = 10% x 65.975.000
5.125 = 6.597.500DPP = 5.125 x 9.800 + 15.750.000 PPnBM= 30% x 65.975.000
= 50.225.000 + 15.750.000 = 19.792.500
= 65.975.000
CV. Elbrus melakukan pembelian kendaraan secara impor menggunakan API dengan nilai kontrak $ 4.100. Perusahaan menanggung biaya asuransi, dan pengangkutan masing – masing 10% dan 15% dari cost, ditambah Bea Masuk Rp 15.750.000,00. Atas impor tersebut, dikenakan PPh 22, PPN, dan PPnBM bertarif 30%. Jika kurs port berlaku Rp 9.600,00/ USD dan kurs KMK berlaku Rp 9.800,00/ USD, bagaimanakah pencatatan dilakukan oleh CV. Elbrus?Jawaban :
Cost 4.100 PPh 22 = 2,5% x 65.975.000
Insurance 410 = 1.649.375
Freight 615 PPN = 10% x 65.975.000
5.125 = 6.597.500DPP = 5.125 x 9.800 + 15.750.000 PPnBM= 30% x 65.975.000
= 50.225.000 + 15.750.000 = 19.792.500
= 65.975.000
10
Ilustrasi(PPN dan PPnBM)
Jawaban :Nilai dikapitalisasi = 5.125 x 9.600 + 15.750.000 + 19.792.500
= 49.200.000 + 35.542.500
= 84.742.500Jurnal
Kendaraan 84.742.500Pajak dibayar di muka PPh 22
1.649.375PPN Masukan 6.597.500
Kas92.989.375
Jawaban :Nilai dikapitalisasi = 5.125 x 9.600 + 15.750.000 + 19.792.500
= 49.200.000 + 35.542.500
= 84.742.500Jurnal
Kendaraan 84.742.500Pajak dibayar di muka PPh 22
1.649.375PPN Masukan 6.597.500
Kas92.989.375
11
Ilustrasi (PPN dan PPnBM)
DPP dan pencatatan akuntansi dapat mempergunakan acuan kurs yang berbeda.DPP menggunakan kurs KMK, pencatatan
akuntansi menggunakan kurs port.
Komponen Dismantling Cost
Dismantling cost
yang dapat
dikapitalisasi.
Reklamasi untuk usaha
pertambangan.
Reforestasi untuk usaha
kehutanan.
Penutupan dan
pemeliharaan
tempat pengolahan limbah.
12
Impairment Aset
Net Realizable Value (NRV) < Biaya
Net Realizable Value (NRV) > Biaya
13
Impairment
Tidak Impair
PT. Kosciuzko memiliki persediaan barang dagangan yang dibagi dalam beberapa kategori, dengan rincian informasi sebagai berikut.
Di akhir tahun, seluruh persediaan barang dagangan telah terjual. Berapakah harga pokok penjualan yang dapat dibebankan sesuai ketentuan fiskal?
PT. Kosciuzko memiliki persediaan barang dagangan yang dibagi dalam beberapa kategori, dengan rincian informasi sebagai berikut.
Di akhir tahun, seluruh persediaan barang dagangan telah terjual. Berapakah harga pokok penjualan yang dapat dibebankan sesuai ketentuan fiskal?
14
Ilustrasi(Impairment Persediaan)
Kategori Kualitas
Kuantitas
Nilai Perolehan
Satuan
NRV
Buruk 6.800 100.000 115.000
Standar 5.400 115.000 120.000
Baik 9.500 120.000 135.000
Superior 3.650 145.000 150.000
Jawaban :Perpajakan mensyaratkan pencatatan aset
berdasarkan nilai perolehan. Oleh sebab itu, keberadaan NRV yang dijadikan acuan pencatatan akuntansi untuk melakukan impairment tidak memberikan implikasi fiskal tertentu. Fiskal tetap mengakui persediaan berdasar nilai perolehan, sedangkan kerugian akibat impairment bersifat tidak boleh dibebankan.Beban Harga Pokok Penjualan
= 6.800 x 100.000 + 5.400 x 115.000+ 9.500 x 120.000 + 3.650 x 145.000
= 680.000.000 + 621.000.000 + 1.140.000.000 +529.250.000
= Rp 2.970.250.000,00
Jawaban :Perpajakan mensyaratkan pencatatan aset
berdasarkan nilai perolehan. Oleh sebab itu, keberadaan NRV yang dijadikan acuan pencatatan akuntansi untuk melakukan impairment tidak memberikan implikasi fiskal tertentu. Fiskal tetap mengakui persediaan berdasar nilai perolehan, sedangkan kerugian akibat impairment bersifat tidak boleh dibebankan.Beban Harga Pokok Penjualan
= 6.800 x 100.000 + 5.400 x 115.000+ 9.500 x 120.000 + 3.650 x 145.000
= 680.000.000 + 621.000.000 + 1.140.000.000 +529.250.000
= Rp 2.970.250.000,0015
Ilustrasi(Impairment Persediaan)
16
Bangunan
Metode Garis Lurus (Straight Line)
Metode Garis Lurus (Straight Line)
Penyusutan dan Amortisasi AsetPasal 11 Ayat (1), (2), dan (7); serta Pasal 11A Ayat (1) UU PPh
Aset Tetap Berwujud Selain Bangunan dan
Aset Tak Berwujud Metode Saldo Menurun Berganda (Double Declining) dengan
penyusutan sekaligus di periode terakhir (close
ended).
• Saat dilakukan pengeluaran terkait perolehan aset.
Ketentuan umum
• Saat bulan selesainya pengerjaan.
Bagi aset tetap berwujud yang dalam proses pembangunan atau pengerjaan.
• Saat aset mulai dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.
Bagi aset tetap berwujud yang telah dimintakan persetujuan Dirjen Pajak.
17
Saat Mulainya Penyusutan dan AmortisasiPasal 11 Ayat (3), (4), dan (5); serta Pasal 11A Ayat (2) UU PPh
Kelompok Aset Masa Manfaat
Tarif Penyusuta
n(Metode
Garis Lurus)
Tarif Penyusutan
(Metode Saldo Menurun
Berganda)
Aset Berwujud Selain Bangunan dan Aset Tak Berwujud
Kelompok I 4 Tahun
25% 50%
Kelompok II 8 Tahun
12,5% 25%
Kelompok III 16 Tahun
6,25% 12,5%
Kelompok IV 20 Tahun
5% 10%
Bangunan
Non Permanen 10 Tahun
10% -
Permanen 20 Tahun
5% -
18
Tarif Penyusutan dan AmortisasiPasal 11 Ayat (6), dan (7); serta Pasal 11A Ayat (2) UU PPh
Di awal tahun 2012, CV. Denali mulai mempersiapkan rekonsiliasi untuk pelaporan SPT, dengan informasi terkait aset sebagai berikut.
Metode penyusutan garis lurus dipergunakan pada truk dan gedung, jumlah angka tahun pada jeep, serta saldo menurun berganda pada mesin. Jika secara akuntansi laba bersih perusahaan di tahun 2011 tercatat Rp 565.000.000,00, berapakah Penghasilan Kena Pajak yang seharusnya dilaporkan dalam SPT?
Di awal tahun 2012, CV. Denali mulai mempersiapkan rekonsiliasi untuk pelaporan SPT, dengan informasi terkait aset sebagai berikut.
Metode penyusutan garis lurus dipergunakan pada truk dan gedung, jumlah angka tahun pada jeep, serta saldo menurun berganda pada mesin. Jika secara akuntansi laba bersih perusahaan di tahun 2011 tercatat Rp 565.000.000,00, berapakah Penghasilan Kena Pajak yang seharusnya dilaporkan dalam SPT?
19
Ilustrasi(Rekonsiliasi Depresiasi A)
No.
Aset Tanggal
Perolehan
Nilai Perole
han
Nilai Sisa
Usia Akuntansi
Kategori
Fiskal
1. Truk Mei 2006
500.000.000
50.000.000
6 I
2. Jeep April 2010
325.000.000
25.000.000
5 II
3. Mesin Juli 2011
665.000.000
35.000.000
8 I
4. Gedung
Juni 1996
815.000.000
15.000.000
25 -
Jawaban :Beban depresiasi menurut akuntansi= (1/6 x 450.000.000) + ((3/12 x 5/15) + (9/12 x 4/15) x 300.000.000) + (6/ 12 x 25% x 665.000.000) + (1/25 x 800.000.000)= 75.000.000 + 85.000.000 + 83.125.000+ 32.000.000= 275.125.000Beban depresiasi menurut fiskal= (12,5% x 325.000.000) + (6/12 x 25% x 665.000.000) +(5% x 815.000.000)= 40.625.000 + 83.125.000 + 40.750.000
= 164.500.000Laba fiskal = 565.000.000 – (164.500.000 – 275.125.000)
= Rp 675.625.000,00
Jawaban :Beban depresiasi menurut akuntansi= (1/6 x 450.000.000) + ((3/12 x 5/15) + (9/12 x 4/15) x 300.000.000) + (6/ 12 x 25% x 665.000.000) + (1/25 x 800.000.000)= 75.000.000 + 85.000.000 + 83.125.000+ 32.000.000= 275.125.000Beban depresiasi menurut fiskal= (12,5% x 325.000.000) + (6/12 x 25% x 665.000.000) +(5% x 815.000.000)= 40.625.000 + 83.125.000 + 40.750.000
= 164.500.000Laba fiskal = 565.000.000 – (164.500.000 – 275.125.000)
= Rp 675.625.000,00
20
Ilustrasi(Rekonsiliasi Depresiasi A)
Fa. Kilimanjaro yang tengah mengalami kesulitan likuiditas melakukan pelepasan berbagai aset di akhir tahun, sebagai berikut.
Perusahaan mencatatakan laba bersih selain keuntungan atau kerugian pelepasan aset sebesar Rp 125.000.000,00. Berapakah total beban pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan?
Fa. Kilimanjaro yang tengah mengalami kesulitan likuiditas melakukan pelepasan berbagai aset di akhir tahun, sebagai berikut.
Perusahaan mencatatakan laba bersih selain keuntungan atau kerugian pelepasan aset sebesar Rp 125.000.000,00. Berapakah total beban pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan?
21
Ilustrasi(Rekonsiliasi Depresiasi B)
No.
Aset Nilai Perole
han
Akumulasi
Depresiasi
Akuntansi
Akumulasi
Depresiasi
Fiskal
Harga Jual
1. Mesin 350.000.000
250.000.000
175.000.000
125.000.000
2. Kendaraan
285.000.000
55.000.000
105.000.000
190.000.000
3. Tanah 875.000.000
- - 800.000.000
4. Gedung
635.000.000
315.000.000
555.000.000
300.000.000
Jawaban :Laba bersih sebelum pelepasan aset125.000.000Keuntungan pelepasan kendaraan 10.000.000Kerugian pelepasan mesin(50.000.000)Kerugian pelepasan tanah(75.000.000)Penghasilan kena pajak 10.000.000PPh badan 2.500.000PPh final = 5% x (800.000.000 + 300.000.000)
= 5% x 1.100.000.000= 55.000.000
Total beban pajak = 2.500.000 + 55.000.000
= 57.500.000
Jawaban :Laba bersih sebelum pelepasan aset125.000.000Keuntungan pelepasan kendaraan 10.000.000Kerugian pelepasan mesin(50.000.000)Kerugian pelepasan tanah(75.000.000)Penghasilan kena pajak 10.000.000PPh badan 2.500.000PPh final = 5% x (800.000.000 + 300.000.000)
= 5% x 1.100.000.000= 55.000.000
Total beban pajak = 2.500.000 + 55.000.000
= 57.500.000
22
Ilustrasi(Rekonsiliasi Depresiasi B)
Perubahan Estimasi Akuntansi
Metode Depresia
si
Nilai Sisa Aset
Masa Manfaat
Aset
23
Bentuk
Perubahan
Bersifat
Prospektif
Koperasi Kaukasus memperoleh mesin produksi dengan nilai Rp 1.400.000.000,00 di awal tahun 2012 dan mendepresiasikannya berdasar metode saldo menurun berganda dengan nilai sisa Rp 50.000.000,00 dan masa manfaat lima tahun. Di akhir tahun 2013, mesin di-overhaul dengan biaya Rp 100.000.000,00. Perusahaan mengubah metode pencatatan menjadi saldo menurun berganda, nilai sisa dikoreksi menjadi Rp 75.000.000,00 dan masa manfaat bertambah dua tahun. Pajak menggolongkan aset ke dalam kelompok I dan mengenakan tarif 25% atas penghasilan koperasi. Bagaimana penjurnalan dilakukan pasca perubahan estimasi akuntansi tersebut?
Jawaban :Akumulasi depresiasi akuntansi 2013 = (5/15 + 4/15) x (1.400.000.000 – 50.000.000)
= 9/15 x 1.350.000.000
= 810.000.000
Koperasi Kaukasus memperoleh mesin produksi dengan nilai Rp 1.400.000.000,00 di awal tahun 2012 dan mendepresiasikannya berdasar metode saldo menurun berganda dengan nilai sisa Rp 50.000.000,00 dan masa manfaat lima tahun. Di akhir tahun 2013, mesin di-overhaul dengan biaya Rp 100.000.000,00. Perusahaan mengubah metode pencatatan menjadi saldo menurun berganda, nilai sisa dikoreksi menjadi Rp 75.000.000,00 dan masa manfaat bertambah dua tahun. Pajak menggolongkan aset ke dalam kelompok I dan mengenakan tarif 25% atas penghasilan koperasi. Bagaimana penjurnalan dilakukan pasca perubahan estimasi akuntansi tersebut?
Jawaban :Akumulasi depresiasi akuntansi 2013 = (5/15 + 4/15) x (1.400.000.000 – 50.000.000)
= 9/15 x 1.350.000.000
= 810.000.000
24
Ilustrasi(Perubahan Estimasi Akuntansi)
Jawaban :Nilai buku pasca overhaul = 1.400.000.000 – 810.000.000 + 100.000.000
= 490.000.000, sisa masa manfaat 5 tahunDepresiasi akuntansi 2014 = 40% x 490.000.000
= 196.000.000Depresiasi fiskal 2014 = 1/ 4 x 1.400.000.000
= 350.000.000Liabilitas pajak tangguhan = 25% x (350.000.000 – 196.000.000)
= 25% x 154.000.000= 38.500.000
JurnalBeban depresiasi – Mesin196.000.000
Akumulasi depresiasi – Mesin196.000.000
Beban pajak tangguhan 38.500.000
Liabilitas pajak tangguhan 38.500.000
Jawaban :Nilai buku pasca overhaul = 1.400.000.000 – 810.000.000 + 100.000.000
= 490.000.000, sisa masa manfaat 5 tahunDepresiasi akuntansi 2014 = 40% x 490.000.000
= 196.000.000Depresiasi fiskal 2014 = 1/ 4 x 1.400.000.000
= 350.000.000Liabilitas pajak tangguhan = 25% x (350.000.000 – 196.000.000)
= 25% x 154.000.000= 38.500.000
JurnalBeban depresiasi – Mesin196.000.000
Akumulasi depresiasi – Mesin196.000.000
Beban pajak tangguhan 38.500.000
Liabilitas pajak tangguhan 38.500.000
25
Ilustrasi(Perubahan Estimasi Akuntansi)
26
Ketentuan Khusus Atas Penyusutan Penyusutan tidak boleh dilakukan atas aset
yang tidak dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan. Atas aset ini, keuntungan pengalihannya merupakan objek pajak, akan tetapi kerugian pengalihannya tidak dapat dibebankan sebagai biaya.
Aset berupa tanah tidak dikenai penyusutan.
Atas aset yang dilakukan revaluasi, maka paska revaluasi dilakukan perubahan beban penyusutan sesuai dengan nilah hasil revaluasi.
Penyusutan aset bagi sektor industri tertentu dapat dikenai ketentuan berbeda, di antaranya dapat diberikan fasilitas percepatan pengakuan beban penyusutan, diatur oleh ketentuan Menkeu.
27
Aset Diperuntukkan Bagi Pemangku Jabatan
Atas aset yang telah dikapitalisasi tersebut, segala bentuk biaya penyusutan,
pemeliharaan, perbaikan, operasional, dan asuransi, hanya dapat dibebankan sebesar
50% saja.
Biaya perolehan aset yang diperuntukkan bagi pemangku jabatan, seperti manajer atau
direktur, dapat dikapitalisasi sesuai nilai perolehan.
28
Pengeluaran untuk biaya pendirian dan biaya perluasan modal dapat dibebankan sekaligus atau diamortisasi.
Pengeluaran sebelum operasi komersial bermasa manfaat melebihi 1 tahun dapat dikapitalisasi dan diamortisasi.
Pengeluaran untuk perolehan hak atau pengeluaran lain di bidang penambangan minyak dan gas bumi diamortisasi dengan metode satuan produksi.
Pengeluaran untuk perolehan hak penambangan selain minyak dan gas bumi, hak pengusahaan hutan, serta hak pengusahaan sumber alam dan hasil alam diamortisasi dengan metode satuan produksi, dengan tarif maksimal 20% per tahun.
Pengeluaran di bidang usaha kehutanan, perkebunan tanaman keras, dan peternakan diamortisasi sejak dilakuannya pengeluaran atau sejak bulan produksi komersial (PMK No. 248/ PMK. 03/ 2008).
Ketentuan Khusus Atas AmortisasiPasal 11A Ayat (3), (4), (5), dan (6) UU PPh
PT. Yamuna memiliki hak penambangan minyak bumi di Blok Arun dengan izin operasi legal selama 25 tahun. Perusahaan mengekspektasikan bahwa Blok Arun akan dapat menghasilkan 275.000.000 barel minyak bumi. Berikut merupakan informasi volume minyak bumi yang diekstraksi sepanjang empat tahun pertama operasi kilang.
Tahun 2009 20.000.000 barelTahun 2010 25.000.000 barelTahun 2011 40.000.000 barelTahun 2012 27.500.000 barel
Nilai keseluruhan hak penambangan adalah Rp 1.650.000.000,00. Berapakah beban amortisasi yang harus diakui PT. Yamuna setiap tahunnya?
PT. Yamuna memiliki hak penambangan minyak bumi di Blok Arun dengan izin operasi legal selama 25 tahun. Perusahaan mengekspektasikan bahwa Blok Arun akan dapat menghasilkan 275.000.000 barel minyak bumi. Berikut merupakan informasi volume minyak bumi yang diekstraksi sepanjang empat tahun pertama operasi kilang.
Tahun 2009 20.000.000 barelTahun 2010 25.000.000 barelTahun 2011 40.000.000 barelTahun 2012 27.500.000 barel
Nilai keseluruhan hak penambangan adalah Rp 1.650.000.000,00. Berapakah beban amortisasi yang harus diakui PT. Yamuna setiap tahunnya?
29
Ilustrasi(Amortisasi Hak Penambangan Migas)
Jawaban :Amortisasitahun 2009 =
= Rp 120.000.000,00
Amortisasi tahun 2010 = = Rp 150.000.000,00
Amortisasitahun 2011 = = Rp 240.000.000,00
Amortisasitahun 2012 = = Rp 165.000.000,00
Jawaban :Amortisasitahun 2009 =
= Rp 120.000.000,00
Amortisasi tahun 2010 = = Rp 150.000.000,00
Amortisasitahun 2011 = = Rp 240.000.000,00
Amortisasitahun 2012 = = Rp 165.000.000,00
30
Ilustrasi(Amortisasi Hak Penambangan Migas)
PT. Mandura memiliki hak pengusahaan hutan jati di pesisir Utara Jawa dengan izin operasi legal selama 10 tahun. Pepohonan jati di hutan tersebut memiliki usia beragam, dan perusahaan mengekspektasikan bahwa 130.000.000 meter kubik kayu gelondongan akan dapat dihasilkan sepanjang pengelolaan. Berikut merupakan informasi volume kayu jati yang ditebang sepanjang dua tahun pertama operasi perusahan.
Tahun 2011 22.750.000 meter kubikTahun 2012 27.500.000 meter kubik
Nilai keseluruhan hak pengusahaan hutan adalah Rp 3.250.000.000,00. Di awal tahun 2013, PT. Mandura mengalihkan hak tersebut kepada perusahaan lain dengan nilai kontrak Rp 2.100.000.000,00. Berapakah keuntungan atau kerugian yang harus diakui oleh PT. Mandura atas pengalihan tersebut sesuai ketentuan perpajakan?
PT. Mandura memiliki hak pengusahaan hutan jati di pesisir Utara Jawa dengan izin operasi legal selama 10 tahun. Pepohonan jati di hutan tersebut memiliki usia beragam, dan perusahaan mengekspektasikan bahwa 130.000.000 meter kubik kayu gelondongan akan dapat dihasilkan sepanjang pengelolaan. Berikut merupakan informasi volume kayu jati yang ditebang sepanjang dua tahun pertama operasi perusahan.
Tahun 2011 22.750.000 meter kubikTahun 2012 27.500.000 meter kubik
Nilai keseluruhan hak pengusahaan hutan adalah Rp 3.250.000.000,00. Di awal tahun 2013, PT. Mandura mengalihkan hak tersebut kepada perusahaan lain dengan nilai kontrak Rp 2.100.000.000,00. Berapakah keuntungan atau kerugian yang harus diakui oleh PT. Mandura atas pengalihan tersebut sesuai ketentuan perpajakan?
31
Ilustrasi(Amortisasi Hak Pengusahaan Hutan)
Jawaban :Tarif amortisasi tahun 2011 = = 17,5%Amortisasi tahun 2011 = 17,5% x 3.250.000.000
= Rp 568.750.000,00Tarif amortisasi tahun 2012 = = 21,15%Batas maksimum tarif amortisasi adalah 20% per tahun.Amortisasi tahun 2012 = 20% x 3.250.000.000
= Rp 650.000.000,00Nilai Buku Netto Aset = 3.250.000.000 - 568.750.000 - 650.000.000
= Rp 2.031.250.000,00 PT. Mandura mengakui nilai pengalihan Rp 2.100.000.000,00 sebagai keuntungan dan mengakui nilai sisa buku Rp 2.031.250.000,00 sebagai kerugian.
Jawaban :Tarif amortisasi tahun 2011 = = 17,5%Amortisasi tahun 2011 = 17,5% x 3.250.000.000
= Rp 568.750.000,00Tarif amortisasi tahun 2012 = = 21,15%Batas maksimum tarif amortisasi adalah 20% per tahun.Amortisasi tahun 2012 = 20% x 3.250.000.000
= Rp 650.000.000,00Nilai Buku Netto Aset = 3.250.000.000 - 568.750.000 - 650.000.000
= Rp 2.031.250.000,00 PT. Mandura mengakui nilai pengalihan Rp 2.100.000.000,00 sebagai keuntungan dan mengakui nilai sisa buku Rp 2.031.250.000,00 sebagai kerugian.
32
Ilustrasi(Amortisasi Hak Pengusahaan Hutan)
33
Atas pengalihan yang bersifat umum.
Nilai sisa buku diakui sebagai kerugian, dan
nilai penjualan atau nilai penggantian asuransi
diakui sebagai penghasilan.
Pengalihan Umum Aset TetapPasal 11 Ayat (8), dan (9); serta Pasal 11A Ayat (7) UU PPh
Jika nilai penggantian asuransi baru diketahui
di masa mendatang, maka pencatatan
kerugian dan penghasilan dapat dilakukan di masa
mendatang, berdasar izin Dirjen Pajak.
34
Pengalihan dalam bentuk sumbangan keagamaan yang
bersifat wajib kepada lembaga yang dibentuk atau
disahkan pemerintah; atau hibah kepada
keluarga dalam garis keturunan lurus satu
derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan
sosial sesuai ketentuan Menkeu.
Pengalihan Khusus Aset TetapPasal 11 Ayat (10); serta Pasal 11A Ayat (8) UU PPh
Atas warisan.
Nilai sisa buku tidak diakui sebagai kerugian
oleh pihak yang melakukan pengalihan.
35
Penilaian Kembali Aset TetapPasal 19 UU PPh dan PMK No. 79 Tahun 2008
Atas revaluasi dikenakan tarif pajak sebesar 10% dan bersifat final.
Dasar Pengenaan Pajak = Nilai Hasil Revaluasi – Nilai Sisa Buku Fiskal
Pajak terutang tersebut dapat diangsur hingga maksimal 12 bulan.
Revaluasi dilaksanakan untuk dapat memberikan penyajian laporan keuangan yang reliabel, sesuai dengan kondisi nilai wajar atas aset perusahaan.
Persyaratan khusus untuk revaluasi aset meliputi diperolehnya izin Menteri Keuangan,
dipergunakannya jasa penilai (appraisal) yang memiliki kompetensi di bidangnya, serta
dilaksanakan paling cepat setiap 5 tahun sekali.
36
Pembatasan Pengalihan Aset Dikenai RevaluasiPMK No. 79 Tahun 2008
• Pengalihan yang bersifat force majeur, seperti akibat kebijakan pemerintah atau keputusan pengadilan.
• Pengalihan dalam rangka penggabungan, peleburan, atau pemekaran usaha.
• Penarikan aset dari penggunaan akibat kerusakan berat yang tidak dapat diperbaiki.
Aset tetap yang telah dikenai revaluasi fiskal tidak diperbolehkan untuk dialihkan hingga jangka 10 tahun setelah revaluasi. Pengecualian dapat diberikan atas situasi pengalihan berikut:
Sanksi atas pelanggaran adalah pengenaan tambahan pajak bersifat final dengan tarif 15%.
Referensi
Fitriandi, Primandita dkk. 2011. “Kompilasi
Undang – Undang Perpajakan Terlengkap” . Jakarta:
Penerbit Salemba Empat.
Kieso, Weygandt, and Warfield. 2010.
“Intermediate Accounting IFRS Edition”. New York:
Wiley and Sons.
Waluyo. 2011. “Perpajakan Indonesia”. Jakarta:
Penerbit Salemba Empat.
37
38
Dr. Dwi MartaniDepartemen Akuntansi FEUI
[email protected] atau [email protected]
081318227080/ 08161932935http:/staff.blog.ac.id/martani/
Terima Kasih