Analisis Pengukuran Aset Biologis dengan Pendekatan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5818/2/T1_232009115_Full... · DalamMencerminkan Kinerja PerusahaanStudi Kasus Pada

Embed Size (px)

Citation preview

  • i

    ANALISIS PENGUKURAN ASET BIOLOGIS

    DENGAN PENDEKATAN MARKET APPROACH, COST

    APPROACHDAN INCOME APPROACH

    Oleh :

    SANI GUNTARA

    Nim : 232009115

    KERTAS KERJA

    Diajukan Kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis

    Guna Memenuhi Sebagian dari

    Persyaratan persyaratan Untuk Mencapai

    Gelar Sarjana Ekonomi

    Fakultas : EKONOMIKA DAN BISNIS

    Program Studi :AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2013

  • ii

  • iii

  • iv

    Motto

    Apapun yang dilakukan awali dengan

    "Sugih tanpa bandha, Digdaya tanpa aji, Nglurug tanpa bala, dan Menang tanpa

    ngasorake." (R.M. Pandji Sosrokartono)

  • v

    Kata Pengantar

    Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

    hidayah-Nya, serta memberikan kemudahan sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Pengukuran Aset Biologis Dengan

    Pendekatan MarketApproach, Cost Approach, Dan Income Approach

    DalamMencerminkan Kinerja PerusahaanStudi Kasus Pada PT.Rumeksa

    Mekaring Sabda.

    Penulisan skripsi ini ditujukan sebagai salah satu syarat dalam menempuh

    ujian Sarjana Ekonomi Strata 1 pada Program Studi Akuntansi, Fakultas

    Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

    Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak

    terdapat kekurangan dan kelemahan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran,

    kritik dan koreksi yang membangun sebagai perbaikan penulisan dimasa yang

    akan datang. Selain itu penulis mengharapkan karya ilmiah ini dapat memberikan

    manfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan.

    Salatiga, 3 Desember 2013

    Penulis

  • vi

    Abstract

    Indonesian SFAS has adopted IFRS as its main concept is fair value. In

    addition to the adoption of IAS 41 on the field of agricultural bussiness that

    recognize plant and animal life as a corporate assets. This has resulted in the

    treatment of assets historical cost initially withthe concept must be changed with

    the fair value. The measurement of assets is a crucial thing that determine the

    companies value. There are many technique that can be done but not all can be

    applied in fields, espicially agricultural field. The research has purpose to

    measure the biologycal assets on cattle field bussines use the return on assets with

    the object of research is PT.Rumekso Mekaring Sabda. The measurement

    biological assets are animal farm is used market approach, cost approach and

    income approach. This reasearch also discusses about the measuring technique to

    minimalize the distortions of accounting to cattle field bussiness especially in

    PT.Rumekso Mekaring Sabda. The result of research shows that the cost

    approach is the best approachon measuring the fair value assets to show the

    return on assets value and market approach to minimalize accounting distortion.

    Key word : Fair value, Biological assets,market approach, cost approach and

    income approach,accounting distortion.

  • vii

    Saripati

    Standar Akuntansi Indonesia telah mengadopsi IFRS yang konsep

    utamanya adalah nilai wajar, selain itu adopsi IAS 41 tentang bidang usaha

    agrikultur mengakui tumbuhan dan hewan hidup sebagai aset perusahaan, hal ini

    mengakibatkan perlakuan terhadap aset yang awalnya dengan konsep biaya

    historisharus diubah dengan nilai wajar. Pengukuran aset merupakan hal yang

    sangat penting dan krusial dalam menentukan nilai perusahaan. Banyak sekali

    teknik yang dapat dilakukan untuk mengukur aset perusahaan tetapi tidak semua

    dapat diaplikasikan untuk bidang usaha kusus seperti bidang usaha agrikultur.

    Penelitian ini bertujuan mengukuraset biologis dalam bidang usaha peternakan

    menggunakan return on assets dengan objek penelitian adalah peternakan

    PT.Rumekso Mekaring Sabda. Pengukuran aset biologis berupa hewan ternak

    dilakukan menggunakan pendekatan market approach, cost approach dan income

    approach. Penelitian ini juga membahas mengenai teknik pengukuran yang dapat

    diaplikasikan dalam rangka meminimalkan distorsi akuntansi untuk bidang usaha

    peternakan khususnya pada Peternakan PT. Rumekso Mekaring Sabda. Hasil

    penelitian menunjukan cost approach merupakan pendekatan terbaik dalam

    mengukur nilai aset dalam memperlihatkan return on assets dan market approach

    dalam meminimalkan distorsi akuntansi.

    Kata Kunci :Nilai wajar, Aset biologis, market approach, cost approach dan

    income approach, Distorsi Akuntansi.

  • viii

    Ucapan Terimakasih

    Dengan segenap hati penulis mengucap syukur kehadirat kehadirat Allah

    SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, serta memberikan

    kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini

    tidak lepas dari bantuan baik berupa bimbingan informasi, dorongan, semangat

    dan perhatian dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis

    dengan segala hormat dan kerendahan hati ingin menyampaikan rasa terima kasih

    kepada :

    1. Untuk kedua orang tua saya, Djoni Suwandana dan Endang Sri Hastuti,

    serta kedua kakak saya atas dukungan dan biaya dari merekalah saya dapat

    menempuh jenjang pendidikan hingga strata 1.

    2. Untuk dosen pembimbing Ibu M.I Mitha Dwi Restuti, SE., M.Si atas

    kesabaran dan bimbingannya saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi

    ini.

    3. Untuk Wali Studi Bapak Marwata,SE,MSI.PhD mohon maaf apabila saya

    selama studi di UKSW tidak pernah perwalian ataupun bertemu dengan

    bapak kecuali saat jam kuliah.

    4. Untuk PT.Rumekso Mekaring Sabda terimakasih informasi mengenai

    peternakan yang telah diberikan sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.

    5. Untuk Bapak Hari Sunarto, SE, MBA selaku dekan FEB UKSW.

    6. Untuk seluruh staf dosen FEB dan Pegawai yang tidak dapat saya

    sebutkan satu per satu,terutama untuk dosen progdi Akuntansi mereka

    yang mengajarkan saya tentang serunya seni akuntansi.

  • ix

    7. Untuk Teman-teman seperjuangan 2009 Great Gold Generation. Kalian

    memang benar-benar Generasi emas.

    8. Untuk para sahabat seperjuangan dari semester 1 hingga lulus angkatan

    2009 diantaranya Fuad, Adiel (Dede), Andre(Tumbur), Brian (Bebek),

    Erwan, Tiar, Giras, Bofidan masih banyak lagi yang tidak sempat saya

    sebutkan satu per satu.

    9. Untuk seluruh pihak yang membantu dan tidak dapat saya sebutkan satu

    per satu.

  • x

    Daftar Isi

    Halaman Judul...........................................................................................................i

    Surat Pernyataan Keaslian Karya Tulis Skripsi.... ...................................... ................ii

    Halaman Persetujuan..............................................................................................iii

    Halaman Motto.......................................................................................................iv

    Kata Pengantar........................................................................................................v

    Abstract.......................................................................................... .......................vi

    Saripati...................................................................................................................vii

    Ucapan Terima Kasih...........................................................................................viii

    Daftar Isi..................................................................................................................x

    Daftar Tabel...........................................................................................................xii

    Daftar Gambar......................................................................................................xiv

    Daftar Lampiran....................................................................................................xv

    Daftar Rumus........................................................................................................xvi

    Pendahuluan.............................................................................................................1

    Kajian Teoritis..........................................................................................................3

    Analisis Laporan Keuangan.........................................................................3

    Analisis Akuntansi.......................................................................................4

    Distorsi Akuntansi........................................................................................4

    Fair Value....................................................................................................6

    Aset Biologis...............................................................................................8

    Pengukuran.................................................................................................10

    Metode Pengukuran Aset...........................................................................11

    Return On Assets........................................................................................14

    Kaitan Antar Teori.....................................................................................14

  • xi

    Model Penelitian....................................................................................................16

    Jenis Sumber Data..................................................................................................16

    Teknik Olah Data...................................................................................................17

    Langkah-langkah Pengukuran Aset...........................................................18

    Profil Perusahaan...................................................................................................23

    Profil Peternakan....................................................................................................24

    Operasi Peternakan.....................................................................................24

    Data Pasar...............................................................................................................25

    Olah Data...............................................................................................................27

    Data Awal Peternakan................................................................................27

    Pengukuran Melalui Market Approach......................................................32

    Pengukuran Melalui Cost Approach..........................................................35

    Pengukuran Melalui Discounted Cash Flow..............................................41

    Pengukuran Melalui Kapitalisasi Pendapatan............................................43

    Analisis Data..........................................................................................................45

    Kesimpulan............................................................................................................49

    Implikasi.................................................................................................................49

    Keterbatasan Penelitian..........................................................................................50

    Daftar Pustaka........................................................................................................51

  • xii

    Daftar Tabel

    Tabel 1.1.Rata-rata Harga Sapi di Pasar Hewan Sunggingan...............................26

    Tabel 1.2.Rata-rata Harga Sapi di Pasar Hewan Ambarawa.................................26

    Tabel 1.3.Rata-rata Harga Sapi Secara Keseluruhan.............................................26

    Tabel 2.1.Daftar Aset Operasi Peternakan PT.Rumekso Mekaring Sabda............27

    Tabel 2.2.Posisi Nilai Buku Aset Dengan Depresiasi Garis Lurus Tahun

    2012...........................................................................................................28

    Tabel 2.3.Posisi Nilai Buku Aset Dengan Depresiasi Saldo Menurun Tahun

    2012...........................................................................................................29

    Tabeli 3.1.Posisi Aset , Laba dan ROA awal Perusahaan Tanpa Sapi Sebagai

    Aset............................................................................................................30

    Tabel 4.1.Nilai Sapi Sesuai Keterangan Perusahaan.............................................30

    Tabel 4.2.Nilai Buku Sapi Metode Depresiasi Garis Lurus...................................31

    Tabel 4.3.Nilai Buku Sapi Metode Depresiasi Saldo Menurun.............................31

    Tabel 5.1.Posisi Aset, Laba dan Roa awal Perusahaan Dengan Sapi Sebagai

    Aset............................................................................................................32

    Tabel 6.1.Daftar Harga Pasar Sapi Berdasakan Market Approach........................32

    Tabel 7.1.Posisi Aset Ketika Sapi Diukur Dengan Metode Market Approach

    Depresiasi Garis Lurus...............................................................................33

    Tabel 7.2.Posisi Aset Ketika Sapi Diukur Dengan Metode Market Approach

    Depresiasi Saldo Menurun.........................................................................34

    Tabel 8.1Posisi Aset, Laba dan ROA Perusahaan metode

    Market Approah.........................................................................................35

    Tabel 9.1.Data Harga Sapi Cost Approach............................................................36

    Tabel 10.1.Daftar Usia Pemanfaatan Sapi.............................................................36

    Tabel 11.1.Nilai Buku Sapi Cost Approach Tahun 2012Depresiasi

    Garis Lurus.................................................................................................37

    Tabel 11.2.Nilai Buku Sapi Cost ApproachTahun 2012 Saldo Menurun..............37

    Table 11.3.Rincian Depresiasi Saldo Menurun Cost Approach............................38

    Tabel 12.1.Total Aset Cost Approach Depresiasi Garis Lurus..............................39

  • xiii

    Tabel 12.2.Total Aset Cost Approach Depresiasi Saldo Menurun........................40

    Tabel 13.1.Posisi Aset dan Laba Perusahaan Saat Cost Approach........................41

    Tabel 14.1.Perhitungan Discounted Cash flow(Garis Lurus)................................42

    Tabel 14.2.Perhitungan Discounted Cash flow(Saldo Menurun)...........................42

    Tabel 15.1.Posisi Nilai Aset, Laba dan ROA Metode Discounted Cash Flow......43

    Tabel 16.1.Posisi Nilai Aset, Laba dan ROA Metode Kapitalisasi Pendapatan....44

    Tabel 17.1.Hasil Perbandingan ROA Keseluruhan............................................45

  • xiv

    Daftar Gambar

    Gambar.1 Model Penelitian................................................... 16

    Gambar 2. Langkah Pengolahan Data.................................... 19

  • xv

    Daftar Lampiran

    Lampiran 1 Rangkuman hasil wawancara.............................................................55

    Lampiran 2 Data Produksi Peternakan...................................................................63

    Lampiran 3 Biaya Operasi tahun 2012...................................................................75

    Lampiran 4 Data Harga Sapi..................................................................................78

    Lampiran 5 Perhitungan Aset Metode Depresiasi Garis Lurus.............................84

    Lampiran 6 Perhitungan Aset Metode Depresiasi Saldo Menurun........................92

    Lampiran 7 Perhitungan Aset Metode Discounted Cash Flow............................103

    Lampiran 8 Perhitungan Aset Metode Kapitalisasi Pendapatan..........................105

  • xvi

    Daftar Rumus

    Rumus 1 Return Of Assets......................................................................................14

    Rumus 2 Present Value..........................................................................................22

    Rumus 3 Tingkat Pengembalian Aset....................................................................23

    Rumus 4 Tingkat Kapitalisasi................................................................................23

    Rumus 5 Nilai Wajar Aset.....................................................................................23

    Rumus 6 Proporsi Aset Biologis...........................................................................

  • 1

    Pendahuluan

    Analisis laporan keuangan merupakan hal yang penting dan bagian tidak

    dapat terpisahkan dari analisis yang lebih luas yaitu analisis bisnis. Analisis

    laporan keuangan sendiri terbagi atas 3 bagian yaitu analisis akuntansi, analisis

    keuangan dan analisis prospektif. Analisis akuntansi merupakan langkah awal

    yang sering dilupakan oleh para analis keuangan. Masalah dari akuntansi yang

    tidak mungkin dihindari adalah distorsi akuntansi. Tujuan utama analisis

    akuntansi adalah untuk meminimalkan distorsi akuntansi.

    Aset sebagai hal utama yang berkaitan dengan kegiatan sebuah entitas

    tidak lepas dari distorsi akuntansi. Pengembalian aset sering digunakan untuk

    mengukur kinerja sebuah entitas. Aset sebagai komponen utama pembentuk

    pendapatan bagi sebuah entitas oleh karena itu aset perlu dianalisis dan dinilai

    ulang untuk meminimalkan distorsi akuntansi. Pengukuran nilai aset tetap seperti

    bangunan, mesin, kendaraan dan properti tidak terlalu dipermasalahkan sebab

    peraturan di Indonesia menerangkan secara detail bagaimana aset tersebut

    diperlakukan. Tetapi sejak 2012 Indonesia telah mengadopsi peraturan baru IFRS

    yang salah satu prisip utamanya menganut sistem nilai wajar (fair value). IAS 41

    sebagai peraturan yang mengatur secara jelas mengenai aset biologis yang juga

    mengambil pendekatan nilai wajar dalam pelaporanya. Ini mungkin adalah hal

    baru yang hingga saat ini belum dapat diadopsi oleh Indonesia. Secara detail IAS

    41 mengatur bahwa tumbuhan dan binatang hidup merupakan aset. Aset biologis

    dapat diakui apabila aset tersebut merupakan hewan atau tumbuhan hidup yang

    dikendalikan untuk kegiatan usaha entitas. Aset juga merupakan hasil peristiwa

    masa lalu dan digunakan untuk memperoleh manfaat ekonomi dimasa akan

    datang. Nilai wajar aset dapat diukur secara andal. Pengukuran aset biologis harus

    diukur berdasarkan nilai wajarnya, dan dapat dilakukan dengan berbagai macam

    teknik, namun hanya beberapa yang dapat diaplikasikan secara cepat dan mudah.

    Pendekatan itu antara lain adalah dengan data pasar (market Approach),

    pendekatan biaya (cost approach) dan pendekatan pendapatan (income Approach)

    walaupun pendekatan ini adalah pendekatan melalui sudut pandang keuangan

    bukan sudut pandang akuntansi, tetapi dari penelitian terdahulu dalam mengukur

  • 2

    aset pendekatan ini menghasilkan nilai pengukuran yang tidak jauh berbeda dari

    dua pendekatan yang lain.

    PT.Rumekso Mekaring Sabda memiliki salah satu kegiatan usaha dibidang

    usaha peternakan yang memanfaatkan aset biologis, namun tidak mengakui sapi

    sebagai aset dan hanya mengakuinya sebagai persediaan. Sesuai Peraturan

    Menteri Keuangan No.126/ PMK.011/2012 bahwa hewan ternak dikategorikan

    sebagai harta berwujud. Sapi dapat dikategorikan sebagai aset dan dapat

    didepresiasikan. Ini menjadikan sebuah bias pada laporan keuangankarena sapi

    yang sebenarnya dapat diakui sebagai aset hanya diakui sebagai persediaan. Hal

    kedua yang menjadikan bias adalah karena pemasukan utama dari kegiatan

    peternakan merupakan hasil dari kegiatan operasi pemerahan sapi serta kegiatan

    lain seperti ternak anak sapi dan produksi pupuk. Secara jelas dapat diketahui

    bahwa sapi adalah aset bagi perusahaan dan bukan merupakan persediaan karena

    perusahaan mendapat manfaat ekonomis dari kegiatan peternakan.

    Dalam menilai kinerja perusahaan melalui analisis profitabilitas

    setidaknya terdapat 4 rasio pengukuran profitabilitas melalui ratio keuangan, yaitu

    operating profit margin,net profit margin, return on asset (ROA), return on equity

    (ROE).Penelitian ini terkait dengan berbagai teknik pengukuran aset dan

    dampaknya terhadap proyeksi kinerja perusahaan akibat dari penggunaan berbagai

    teknik pengukuran. Dimana teknik-teknik yang ada dapat diaplikasikan oleh

    manajemen untuk mengukur nilai aset perusahaan dalam laporan keuangan.Dari

    pengukuran aset dalam penelitian ini menggunakan berbagai teknik pengukuran

    tujuannya untuk memberikan pandangan mengenai proyeksi pengukuran aset

    terhadap kinerja manajemen perusahaan akibat dari aplikasi teknik pengukuran

    aset biologis. Oleh karena itu maka peneliti menggunakan ROA sebagai tolak

    ukur kinerja karena terkait dengan manajemen perusahaan. ROA merupakan rasio

    pengembalian aset, selain sederhana ROA merupakan rasio yang paling tepat

    untuk menggambarkan dampak dari penggunaan teknik pengukuran aset terhadap

    proyeksi kinerja peternakan dibanding dengan rasio profitabilitas yang lain.

  • 3

    Dari uraian tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui metode yang paling

    baik untuk pengukuran aset biologis dalam mencerminkan kinerja aset

    perusahaan. Tujuan pengukuran ulang aset biologis untuk mengetahui metode

    yang dapat mencerminkan kinerja perusahaan yang paling baik. Baik disini tidak

    hanya mengenai nilai aset perusahaan tetapi mengenai penerapan metode

    pengukuran agar dapat meminimalkan distorsi akuntansi dalam laporan keuangan

    PT.Rumekso Mekaring Sabda. Selain itu penelitian ini diharapkan untuk

    memberikan masukan untuk manajemen perusahaan agar dapat mengaplikasikan

    teknik pengukuran aset biologis dalam menyusun laporan keuangan selanjutnya

    dengan mengakui aset biologis sebagai aset dengan teknik pengukuran yang

    rendah distorsi.

    Menurut peneliti topik ini adalah topik yang menarik sebab kebanyakan

    hanya berfokus pada analisis rasio keuangan tanpa menyinggung mengenai

    distorsi akuntansi. Sedangkan penelitian terdahulu mengenai pengukuran aset

    kebanyakan meneliti mengenai aset tetap dan properti. Dalam penelitian tentang

    aset biologis, kebanyakan penelitian hanya berfokus pada masalah regulasi, dan

    penanganan aset terutama untuk aset perkebunan. Belum ada penelitian mengenai

    analisis pengukuran aset biologis berupa hewan ternak sehingga hal ini perlu

    untuk diteliti lebih lanjut.

    Kajian Teoritis

    Analisis Laporan Keuangan

    Analisis laporan keuangan adalah aplikasi dari alat dan teknik analisis

    untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data data yang berkaitan untuk

    menghasilkan estimasi serta kesimpulan yang bermanfaat untuk analisis bisnis

    (Subramanyam dan Wild, 2010:4). Analisis laporan keuangan merupakan bagian

    dari analisis bisnis. Analisis bisnis merupakan proses evaluasi prospek ekonomi

    dan risiko perusahaan (Subramanyam dan Wild, 2010:3). Kegiatan yang

    dilakukan dalam analisis bisnis meliputi analisis lingkungan bisnis perusahaan,

    analisis strategi, serta analisis posisi keuangan dan kinerja.

  • 4

    Analisis Akuntansi

    Analisis laporan keuangan sendiri terbagi atas 3 bagian yaitu analisis

    akuntansi, analisis keuangan dan analisis prospektif. Analisis akuntansi adalah

    proses evaluasi sejauh mana akuntansi perusahaan mencerminkan realita ekonomi

    (Subramanyam dan Wild, 2010:13). Analisis akuntansi merupakan langkah awal

    yang sering dilupakan oleh para analis keuangan. Kebanyakan hanya melakukan

    analisa keuangan melalui rasio. Memperbandingan rasio-rasio yang diperoleh baik

    secara waktu, industry, dan juga melalui trend yang terjadi pada rasio tersebut.

    Padahal setiap entitas belum tentu memiliki teknik akuntansi yang sama walaupun

    berada dalam satu bidang usaha yang sama. Ini menunjukan bahwa analis laporan

    keuangan tidak boleh langsung membandingkan hasil analisa rasio keuangan tiap

    entitas dengan entitas yang laintanpa melakukan perhitungan ulang melalui teknik

    akuntansi yang sama. Terdapat beberapa keterbatasan akuntansi yang tidak dapat

    dicegah antara lain adalah masalah perbandingan (comparability problem),

    distorsi akuntansi dan risiko akuntansi.

    Distorsi Akuntansi

    Distorsi Akuntansi adalah penyimpangan informasi akuntansi dari

    ekonomi yang mendasarinya (Subramanyam dan Wild, 2010: 15). Atau dengan

    kata lain distorsi adalah penyimpangan fakta informasi akuntansi dari realita

    ekonominya. Penyimpangan ini dapat mengakibatkan risiko akuntansi dalam

    analisis laporan keuangan. Risiko akuntansi adalah ketidak pastian dari analisis

    laporan keuangan. Distorsi akuntansi tidak dapat dihindari sebab sumber awal dari

    distorsi adalah peraturan atau standart yang telah diterapkan. Peraturan atau

    standart dikeluarkan oleh pihak- pihak berkepentingan serta pemerintah yang

    memiliki wewenang dan kekuatan untuk mengaturnya. Selain mereka yang

    berwewenang, distorsi dapat terjadi karena adanya berbagai pilihan metode

    akuntansi yang legal dan kebebasan memilih metode akuntansi oleh

    penggunaanya. Masalah pertama distorsi akuntansi dari kebebasan pemilihan

    metode akuntansi menyebabkan (comparability problem) atau asas

  • 5

    keterbandingan dalam akuntansi tidak dapat dilakukan secara penuh walaupun

    beberapa entitas berada dalam satu industri yang bergerak di bidang yang sama.

    Masalah ke dua adalah mengenai tarik-menarik antara kualitas informasi

    yang diinginkan oleh penggunanya. Kualitas pertama adalah Relevan yang

    menuntut informasi akuntansi disajikan tepat waktu. Kualitas kedua adalah Andal

    dimana informasi yang disajikan harus mencerminkan realita dan netral. Selain itu

    terdapat kualitas sekunder yaitu komparabilitas dan konsistensi (Subramanyam

    dan Wild 2010: 90). Komparabilitas pada paragraf sebelumnya sudah peneliti

    sampaikan bahwa komparabilitas tidak sepenuhnya dapat dilakukan walaupun 2

    atau lebih entitas berada pada pada satu industri yang sama karena setiap entitas

    memiliki kebebasan pemilihan metode akuntansi. Oleh karena itu sebelum

    melakukan komparabilitas perlulah dilakukan perhitungan ulang (rechasting)

    laporan keuangan yang dihasilkan oleh setiap entitas. Konsistensi menghendaki

    bahwa laporan keuangan harus disajikan menggunakan metode yang diaplikasikan

    secara konsisten oleh entitas.

    Masalah ketiga adalah mengenai prinsip akuntansi yang berfokus pada

    konsep biaya historis. Konsep ini menyebutkan bahwa akuntasi harus

    mengaplikasikan pengukuran dan pencatatan nilai aset sesuai biaya historis. Tentu

    ini akan mengakibatkan laporan keuangan tidak sesuai dengan realita dan pada

    akhirnya akan berakibat pada buruknya kualitas analisis bisnis. Konsep biaya

    historis kemudian beralih pada nilai wajar (fair value), yang menggunakan nilai

    ekonomis aset saat ini sebagai dasar nilai pengukuran dan pencatatan. Konsep

    nilai wajar dikeluarkan oleh IASB dengan mengeluarkan standart yang disebut

    sebagai IFRS. Indonesia sebagai negara yang mulai mengadopsi IFRS tentu akan

    menggunakan basis pengukuran menggunakan nilai wajar atau fair value. Nilai

    wajar adalah suatu basis pengukuran independen dan dianggap lebih tidak

    memihak.

    Masalah ke empat adalah tepat waktu, luasnya ruang lingkup akuntansi,

    banyaknya metode yang dapat digunakan dan tuntutan laporan keuangan harus

    memberikan informasi yang berkualitas menyebabkan laporan keuangan yang

    dihasilkan memakan banyak waktu. Terlebih untuk laporan keuangan yang perlu

  • 6

    diaudit. Ini akan menyebabkan sebuah informasi yang disampaikan terlambat dan

    informasi yang terlambat bisa dikatakan hanyalah sampah apabila sebuah

    perusahaan menuntut kecepatan dan ketepatan dalam pengambilan keputusan.

    Fair Value

    Selain empat karakteristik kualitatif yang harus dipenuhi dalam laporan

    keuangan sesuai PSAK. Peraturan terbaru PSAK menyebutkan bahwa laporan

    keuangan harus dilaporkan sebesar nilai wajar atau fair value . Definisi fair value

    menurut IAS 41 Fair value is the amount for which an asset could be exchanged,

    or a liability settled, between knowledgeable, willing parties in an arms length

    transaction (IAS 41 , 2009:3) . Definisi menurut IAI dalam PSAK 10

    menyatakan bahwa nilai wajar atau fair value adalah suatu jumlah yang dapat

    digunakan sebagai dasar pertukaran aktiva atau penyelesaian kewajiban antara

    pihak yang paham (knowledgeable) dan berkeinginan untuk melakukan transaksi

    wajar (arms's length transaction)(PSAK 10, 2009 : 4). Dapat ditarik kesimpulan

    bahwa laporan keuangan berbasis IFRS telah diadopsi Indonesia, peraturan ini

    menghendaki nilai yang dilaporkan dalam laporan keuangan berdasarkan nilai saat

    ini, bukan nilai berdasarkan data biaya historis atau hystorical cost. Secara tidak

    langsung mewajibkan bahwa pengukuran terhadap komponen laporan keuangan

    harus dilakukannya secara rutin agar laporan keuangan yang dilaporkan kepada

    Stakeholders sesuai dengan nilai wajarnya. Setidaknya pengukuran harus

    dilakukan saat akan dilakukan pelaporan atas laporan keuangan tahunan.

    Pengukuran untuk mengetahui nilai wajar aset biologis secara andal dapat

    dilakukan dengan berbagai metode.

    Terdapat hierarki atau tingkatan dalam mengukur nilai wajar menurut

    Subramanyam dan Wild. Tingkat 1 harga ditentukan melalui pasar aktif (sering

    terjadi transaksi) atas aset dan laba yang identik. Tingkat 2 harga dikutip melalui

    diobservasi pasar aktif untuk aset dan kewajiban yang mirip namun tidak identik

    tetapi pasar tidak aktiv ( jarang terjadi). Tingkat 3 adalah ketika input tidak dapat

    diobservasi dan aset atau kewajiban tidak diperdagangkan atau subtitusi

  • 7

    (pengganti aset) tidak dapat di identifikasi (Subramanyam dan Wild 2010: 122-

    123).

    Hal serupa juga ditegaskan dalam PSAK 13 (2011). Disebutkan bahwa

    dalam PSAK 13 paragraf 46 mengenai definisi nilai wajar mengacu pada transaksi

    wajar. Transaksi wajar adalah transaksi antara pihak-pihak yang tidak mempunyai

    hubungan tertentu atau khusus, yang membuat harga transaksi tidak

    mencerminkan karateristik dari kondisi pasar. Transaksi tersebut dianggap terjadi

    di antara pihak-pihak yang tidak berelasi, yang masing-masing bertindak secara

    independen. Untuk hierarki penentuan nilai wajar tahap 1 terdapat pada PSAK 13

    (2011) paragraf 47. Menyebutkan bahwa pedoman nilai wajar terbaik mengacu

    pada harga kini dalam pasar aktif untuk properti serupa dalam lokasi dan kondisi

    yang sama dan berdasarkan pada sewa dan kontrak lain yang serupa. Entitas harus

    memerhatikan adanya perbedaan dalam sifat, lokasi, atau kondisi properti, atau

    ketentuan yang disepakati dalam sewa dan kontrak lain yang berhubungan dengan

    properti (PSAK 13, 2011 : 15).

    Apa bila tahap 1 tidak dapat dilakukan maka dapat diketahui nilai

    wajarnya melalui tahap 2. Pada PSAK 2013 paragraf 48 jika tidak tersedianya

    harga kini dalam pasar aktif yang sejenis diuraikan pada paragraf 47, suatu entitas

    harus mempertimbangkan informasi dari berbagai sumber, termasuk:

    (a) harga kini dalam pasar aktif untuk properti yang memiliki sifat, kondisi dan

    lokasi berbeda (atau berdasarkan pada sewa atau kontrak lain yang berbeda),

    disesuaikan untuk mencerminkan perbedaan tersebut;

    (b) harga terakhir properti serupa dalam pasar yang kurang aktif, dengan

    penyesuaian untuk mencerminkan adanya perubahan dalam kondisi ekonomi

    sejak tanggal transaksi terjadi pada harga tersebut, dan

    (c) proyeksi arus kas diskontoan berdasarkan estimasi arus kas di masa depan

    yang dapat diandalkan, didukung dengan syarat/klausula yang terdapat dalam

    sewa dan kontrak lain yang ada dan (jika mungkin) dengan bukti eksternal seperti

    pasar kini rental untuk properti serupa dalam lokasi dan kondisi yang sama, dan

    penggunaan tarif diskonto yang mencerminkan penilaian pasar kini dari

  • 8

    ketidakpastian dalam jumlah atau waktu arus kas.

    (PSAK 13, 2011:15)

    Aset Biologis

    Aset merupakan salah satu komponen utama dalam laporan keuangan

    sehingga harus diukur sesuai dengan nilai wajarnya.Aset atau aktiva didefinisikan

    menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang tertuang dalam PSAK pada bagian

    kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan pada paragraf 49

    poin (b) aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat

    dari peristiwa masa lalu dan diharapkan dapat digunakan untuk memperoleh

    manfaat ekonomi dimasa depan (PSAK 2007, kerangka dasar penyusunan dan

    penyajian laporan keuangan :9) . Pada PSAK 2012 aset beralih menjadi aktiva dan

    diartikan sama seperti pada PSAK 2007. Pada kerangka dasar penyusunan dan

    penyajian laporan keuangan PSAK 2012 paragraf 49 poin (a) aktiva adalah

    adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa

    masa lalu dan diharapkan dapat digunakan untuk memperoleh manfaat ekonomi

    dimasa depan.

    Perusahaan agrikultur memiliki aset unik yaitu aset biologis yang diatur

    tersendiri pada IAS 41. Aktivitas usaha perusahaan agrikultur adalah

    menggunakan aset biologis untuk memperoleh manfaat ekonomi dimasa yang

    akan datang. Dalam IAS 41 butir ke 5 menyatakan Agricultural activity is the

    management by an entity of the biological transformation and harvest of

    biological assets for sale or for conversion into agricultural produce or into

    additional biological (IAS 41 2009:2). Sedangkan yang dimaksud aset biologis

    adalahtumbuhan dan hewan hidup, dijelaskan pada IAS 41 butir ke 5 Biological

    asset is a living animal or plant (IAS 41 2009:2). Peraturan yang dibuat oleh IAI

    sebagai pembuat regulasi akuntansi keuangan di Indonesia belum ada yang

    menjelaskan mengenai pengertian aset biologis secara khusus dan bagaimana cara

    memperlakukan aset biologis dalam laporan keuangan. Namun setidaknya

    pengakuan mengenai harga perolehan harta berwujud, perlakuan dan penyusutan

    bagi tanaman dan hewan pada usaha tertentu telah diatur dalam tiga peraturan.

  • 9

    Pertama Peraturan Menteri Keuangan No.249/PMK.03/2008, peraturan kedua

    merupakan revisi peratutan pertama yaitu Peraturan Menteri Keuangan

    No.126/PMK.011/2012 dan ketiga adalah Undang-Undang Republik Indonesia

    Nomor 17 Tahun 2000.

    Dalam penelitian Ridwan (2011) aset biologis dapat dikategorikan

    berdasarkan ciri-ciri yang melekat dan juga berdasarkan jangka waktu manfaatnya

    atau transformasinya. Berdasarkan ciri yang melekat aset biologis dibagi menjadi

    dua. Pertama dikategorikan sebagai aset biologis bawaan. Aset biologis jenis ini

    menghasilkan produk agrikultur bawaan yang dapat dipanen, namun aset biologis

    ini dapat beregenerasi sendiri, contohnya produksi wol dari ternak domba, dan

    pohon yang buahnya dapat dipanen. Kedua adalah aset biologis bahan pokok.

    Aset agrikultur yang dipanen menghasilkan bahan pokok seperti ternak untuk

    diproduksi daging, padi menghasilkan bahan pangan beras, dan produksi kayu

    sebagai bahan kertas.

    Aset biologis dibagi berdasarkan masa manfaat atau jangka waktu

    transformasi biologisnya, aset biologis dapat dikelompokkan menjadi dua jenis.

    Pertama aset biologis jangka pendek (short term biological assets). Aset biologis

    yang memiliki masa manfaat/masa transformasi biologis kurang dari atau sampai

    1 (satu) tahun. Contoh dari aset biologis jangka pendek, yaitu tanaman/hewan

    yang dapat dipanen/dijual pada tahun pertama atau tahun kedua setelah

    pembibitan seperti ikan, ayam, padi, jagung, dan lain sebagainya. Kategori kedua

    adalah aset biologis jangka panjang (long term biological assets). Aset biologis

    yang memiliki masa manfaat/masa tranformasi biologis lebih dari 1 (satu) tahun.

    Contoh dari aset biologis jangka panjang, yaitu tanaman/hewan yang dapat

    dipanen/dijual lebih dari satu tahun atau aset biologis yang dapat menghasilkan

    produk agrikultur dalam jangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun, seperti tanaman

    penghasil buah (jeruk, apel, durian, dsb), hewan ternak yang berumur panjang

    (kuda, sapi, keledai, dsb.).

    Namun jika mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan

    No.126/PMK.011/2012 pasal 1 ayat (2) huruf c menyatakan bahwa bidang usaha

    peternakan dapat mengakui harta berwujud atas ternak apabila ternaknya

  • 10

    dapat berproduksi berkali-kali dan baru menghasilkan setelah dipelihara lebih dari

    1 (satu) tahun. Selain itu pada pasal 1 ayat (3) huruf c mengatur bahwaharta

    berwujud yang dapat diakui dibidang usaha peternakan, termasuk ternak pejantan.

    Ini berarti aset biologis yang boleh diakui sebagai harta berwujud adalah aset

    biologis yang memiliki masa manfaat lebih dari 1 tahun dan digunakan untuk

    produksi berulang kali baik hewan ternak jantan atau betina, sehingga mengakui

    aset biologis berdasarkan klasifikasi aset biologis menurut Ridwan menyalahi

    aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

    Dapat dilihat jelas dari Peraturan Menteri Keuangan

    No.126/PMK.011/2012 bahwa Indonesia telah memiliki peraturan kusus

    mengenai aset biologis untuk mereka yang memiliki bidang usaha agrikultur.

    Hewan ternak dapat dilaporkan sebagai aset berwujud dalam laporan keuangan

    apabila perusahaan tersebut mengendalikan aktiva tersebut sebagai hasil peristiwa

    masa lalu. Diharapkan Hewan ternak hasil peristiwa masa lalu perusahaan akan

    memperoleh manfaat ekonomi yang mungkin terjadi dimasa akan datang. Nilai

    wajar aktiva tersebut dapat diukur dengan andal. Selain itu aset harus dapat

    berproduksi berkali-kali dan dipelihara sekurang-kurangnya satu tahun.

    Pengukuran

    Ruang lingkup akuntansi mencakup beberapa hal pokok antara lain

    identifikasi, pengukuran (measurement) dan mengkomunikasikan informasi

    financial melalui laporan keuangan suatu entitas untuk pihak yang berkepentingan

    (Stakeholders). Kieso yang menyatakan The essential characteristics of

    accounting are : identification, measurement, and communication of financial

    information about economic entities to interested parties (Kieso,2009: 2) . Ruang

    ligkup akuntansi dalam PSAK 2007 mencakup empat hal yaitu pertama tujuan

    laporan keuangan, kedua karakteristik kualitatif , ketiga definisi , pengakuan dan

    pengukuran unsur-unsur laporan keuangan, keempat adalah konsep modal dan

    pemeliharaan modal (PSAK 2007, kerangka dasar penyusunan dan penyajian

    laporan keuangan : 1).

  • 11

    Laporan keuangan digunakan oleh pihak berkepentingan salah satunya

    adalah untuk membuat keputusan. Laporan keuangan haruslah memenuhi kualitas

    fundamental yaitu relevan dan keandalan agar dapat memberikan informasi yang

    tidak menyesatkan bagi penggunanya. Kualitas fundamental dijelaskan dalam

    PSAK 2007 pada kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan

    paragraf ke dua puluh empat bahwa karakteristik kualitatif dalam laporan

    keuangan akan memberikan informasi yang berguna bagi penggunanya. Terdapat

    empat karakteristik kualitatif pokok yaitu : dapat dipahami, relevan, keandalan

    dan dapat diperbandingkan (PSAK 2007, kerangka dasar penyusunan dan

    penyusunan laporan keuangan: 5). Definisi pengukuran menurut Sudijono (2003)

    adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran tertentu. Oleh

    karena itu agar dapat memenuhi karakteristik kualitatif dapat diperbandingkan

    perlu dilakukanya pengukuran dalam satuan ukuran tertentu. Jika melihat asumsi

    dasar dalam akuntansi yang dijelaskan Kieso bahwa terdapat empat asumsi dasar

    struktur laporan keuangan antara lain economic entity, going concern, monetary

    unit, and periodicity (Kieso,2009;36). Sesuai asumsi dasar tersebut maka

    pengukuran harus dinyatakan dalam (monetary unit) satuan moneter atau satuan

    uang.

    Metode Pengukuran Aset

    Pengukuran aset sesuai nilai wajar (fair value) dapat dilakukan melalui

    berbagai teknik. Tiga pendekatan penilaian (valuasi) yang dapat diambil antara

    lain pendekatan pasar, pendekatan laba, dan pendekatan biaya (Subramanyam dan

    Wild 2010: 123). Sama seperti halnya yang dikatakan oleh Supriyanto (2010)

    menyebutkan bahwa pengukuran aset sesuai nilai wajar dapat diketahui melalui

    tiga metode.

    Metode Pertama menurut melalui pendekatan data pasar (market data

    approach) adalah pengukuran nilai aset yang mendasarkanpada perbandingan data

    dari aktiva biologis yang sejenis dan dilakukan dengan melakukan penyesuaian

    atas faktorfaktor yangberpengaruh terhadap nilai pasar yang dinilai pada saat

    penilaian (Supriyanto, 2010:27).

  • 12

    Metode Kedua melalui pendekatan biaya / cost approach yaitu

    pengukuran nilai aset berdasarkan pada besarnya biaya yang dikeluarkan untuk

    memperoleh aktiva biologis seperti kondisi pada tanggal penilaian (cut off date),

    tentu dengan memperhatikan kondisi dari aktiva biologis termasuk faktor-faktor

    koreksi yang mempengaruhi kondisi aktiva biologis (Supriyanto, 2010: 30).

    Kondisi dari aktiva termasuk faktor-faktor koreksi seperti harga perolehan dan

    penyusutan. Tidak jauh berbeda dengan yang dijelaskan oleh Subramanyam dan

    Wild pendekatan biaya atau cost approach dilakukan dengan cara menentukan

    biaya penggantian aset pada periode berjalan, atau membentuk aset pengganti

    dengan utilitas yang sebanding dengan melakukan penyesuaian terhadap

    kerusakan dan pemakaian (Subramanyam dan Wild : 123).

    Penyesuaian adalah mengenai besaran penyusutan dan akumulasi akibat

    dari pemanfaatan aset selama periode berjalan. Dalam Peraturan Menteri

    Keuangan No.249/PMK.03/2008Tentang Penyusutan Atas Pengeluaran Untuk

    Memperoleh Harta Berwujud Yang Dimiliki Dan Digunakan Dalam Bidang

    Usaha Tertentu, setidaknya sudah mencakup mengenai pengakuan harga

    perolehan harta berwujud termasuk harga perolehan untuk hewan ternak. Namun

    per 06 Agustus 2012 Peturan tersebuttelah dicabut. Digantikan dengan Peraturan

    Menteri Keuangan Republik Indonesia No.126/PMK.011/2012. Pada Peraturan

    Menteri Keuangan No.126/PMK.011/2012 pasal 1 ayat (2) huruf c menyatakan

    bahwa bidang usaha peternakan yang ternaknya dapat berproduksi berkali-kali

    dan baru menghasilkan setelah dipelihara lebih dari 1 (satu) tahun. Selain itu pada

    pasal 1 ayat (3) huruf c mengatur bahwaharta berwujud yang dapat

    diakui dibidang usaha peternakan, meliputi ternak, termasuk ternak pejantan.

    Penyusutan atas aset yang diakui sebagai harta berwujud dijelaskan pada

    Peraturan Menteri Keuangan No.126/PMK.011/2012 pasal 1 ayat (4) disebutkan

    bahwa Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai pada bulan produksi komersial.

    Pada pasal 1 ayat (5) menyatakan bulan produksi komersial sebagaimana

    dimaksud pada ayat (4) adalah bulan dimana penjualan mulai dilakukan.

  • 13

    Biaya perolehan yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan

    No.126/PMK.011/2012 pasal 2 ayat (1), menyatakan bahwa yang termasuk dalam

    pengeluaran atau biaya adalah biaya pembelian bibit, biaya untuk membesarkan

    bibit dan memelihara bibit. Pengecualian biaya dijelaskan pada pasal 2 ayat (2),

    bahwa biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja tidak termasuk ke dalam

    pengeluaran untuk memperoleh harta.

    Usia aset dan penyusutan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan

    No.126/PMK.011/2012 Pasal 2A ayat (1) huruf c, menyatakan bahwa bidang

    usaha peternakan dikelompokkan dalam kelompok II. Mengacu pada peraturan

    tersebut maka pengelompokan aset dapat dilihat dalam Undang-Undang Republik

    Indonesia Nomor 17 Tahun 2000 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-

    Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan. Dalam Undang-

    Undang Nomor 17 Tahun 2000 Pasal 11A ayat (2) Untuk aktiva kelompok II

    dapat disusutkan dengan masa manfaat 8 (delapan) tahun dapat didepresiasikan

    menggunakan metode garis lurus (straight line methode) atau metode saldo

    menurun (decline balance methode) tanpa nilai sisa .

    Metode Ketiga melalui pendekatan pendapatan (Income Approach).

    Supriyanto menyatakan melalui metode Income approach dengan cara

    pengukuran nilai aset yang dilakukan dengan menghitung pendapatan bersih

    operasi per tahun yang dikapitalisasikan dengan suatu faktor tingkat kapitalisasi

    tertentu. Dari perhitungan tersebut didapatkan nilai wajar aset (Supriyanto, 2010:

    33). Tidak jauh berbeda menurut Subramanyam dan Wild menyatakan bahwa

    pendekatan pendekatan pendapatan adalah pendekatan laba. Pendektan laba

    diukur dengan mendiskontokan arus kas atau laba masa depan pada masa

    sekarang (Subramanyam dan Wild 2010 : 123). Menurut Suprianto untuk

    mengetahui nilai wajar aset dengan pendekatan pendapatan dapat dilakukan

    dengan 2 cara. Pertama pendekatan pendapatan dengan metode discounted cast

    flow yaitu menentukan nilai wajar suatu aktiva biologis dengan metode arus kas

    yang didiskontokan. Dengan metode ini akan dapat mencerminkan nilai pasar aset

    biologis. Cara kedua adalah dengan kapitalisasi pendapatan yaitu menghitung

    besarnya pendapatan dan pengeluaran dari aset biologis saja dengan

  • 14

    memperlakukan aset non biologis sebagai aset yang disewa dari pihak lain tetapi

    semuanya tetap berbasis pasar (mark to market) dari aset. Dalam penelitian

    Nugroho (2010) Teknik kapitalisasi pendapatan dapat mencerminkan nilai aset

    secara keseluruhan untuk bidang usaha perhotelan yang memiliki masa manfaat

    40 tahun. Namun belum diketahui secara hasil secara nyata apabila pendekatan ini

    diaplikasikan pada aset biologis yang hanya memiliki masa manfaat aset 8 tahun.

    Return On Assets

    Aset biologis merupakan salah satu dari bagian aset sebuah perusahaan

    agrikultur yang harus dilaporkan dalam laporan keuangan. Aset merupakan

    komponen laporan keuangan yang dapat digunakan untuk menghitung Return on

    asset. ROA adalah salah satu rasio keuangan yang berfungsi untuk analisis

    kinerja perusahaan. Didefinisikan oleh sawir ROA adalah rasio antara Net Income

    After Tax terhadap aset secara keseluruhan menunjukan ukuran produktivitas

    aktiva dalam memberikan pengembalian pada penanaman modal (Sawir,2001).

    ROA dapat juga dinilai dengan laba sebelum pajak. Menurut Surat Edaran Bank

    Indonesia Nomor 12/ 11 /DPNP tanggal 31 Maret 2010 lampiran 14 mengenai

    pedoman perhitungan rasio keuangan. Pada lampiran 14 no. 7 menyebutkan

    bahwa ROA dihasilkan dengan rumus berikut:

    ROA (Return on Assets) = Laba sebelum pajak...................................................(1) Rata-rata total aset

    Oleh karena itu ROA pada penelitian ini akan dihitung berdasarkan laba

    sebelum pajak sesuai dengan surat edaran Bank Indonesia. Dengan faktor

    pembaginya bukan rata-rata total aset tetapi menggunakan total nilai buku aset

    sebab tidak semua nilai aset akan diukur dengan menggunakan metode fair value.

    Kaitan Antar Teori

    Analisis akuntansi merupakan bagian dari analisis laporan keuangan yang

    sering diabaikan. Alisis akuntansi merupakan bagian yang tidak kalah penting,

    dimana hasilnya dapat digunakan untuk analisis bisnis yang lebih luas. Perlulah

    dilakukan analisis akuntansi sebab akuntansi memiliki keterbatasan yang tidak

  • 15

    dapat dihindarkan yaitu distorsi akuntansi. Tujuan utama dari analisis akuntansi

    adalah menghitung ulang laporan keuangan dengan berbagai teknik dan metode

    untuk meminimalkan distorsi akuntansi.

    Aset adalah salah satu bagian utama dari kegiatan usaha sebuah entitas

    digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja, oleh karena itu aset harus diukur

    berdasarkan nilai wajarnya. Untuk aset tetap seperti bangunan, mesin, properti

    dan aset tetap lain telah diatur secara detail dalam PSAK. Aset berupa makhluk

    hidup belum diatur secara detail padahal Indonesia telah menerapkan IFRS sejak

    2012. IAS 41 sebagai peraturan yang juga memiliki pendekatan nilai wajar telah

    secara detail mengatur mengenai aset biologis. Peraturan di Indonesia mengenai

    Aset biologis dan detail perlakuan aset biologis masih terpecah pecah dalam

    berbagai peraturan dan belum secara fokus dalam satu peraturan. Ini tentu akan

    membingungkan bagi para pembuat ataupun pengguna laporan keuangan. Aset

    biologis juga tidak lepas dari distorsi akuntansi sebab banyak sekali teknik

    pengukuran yang dapat digunakan untuk mengukur nilai aset biologis sesuai nilai

    wajarnya.Selain teknik pengukuran, pengakuan terhadap biaya yang dapat

    dikategorikan sebagai biaya perolehan aset juga akan berpengaruh terhadap nilai

    aset. Macam-macam biaya yang dapat dikategorikan sebagai biaya perolehan

    dapat diakui tergantung dari keputusan manajemen perusahaan.

    Penelitian akan mengkaitkan berbagai pendekatan pengukuran aset

    biologis dengan Return on assets. Aset merupakan salah satu faktor dalam

    menghitung ROA, apabila terdapat berbagai pilihan metode tentu akan

    mempengaruhi ROA dan hasil dari nilai ROA yang diperoleh juga akan memiliki

    hasil yang berbeda- beda walaupun sebenarnya aset yang diukur adalah aset yang

    sama. Ditambah beberapa metode depresiasi aset yang boleh dipakai di Indonesia,

    maka akan semakin banyak hasil ROA yang dapat diperoleh. Ini tentu akan

    memberikan berbagai pandangan bagi mereka yang hanya melihat nilai ROA

    tanpa mengetahui metode-metode yang diterapkan terhadap Aset. Dari hal

    tersebut juga belum diketahui metode yang dapat mencerminkan ROA paling baik

    dan metode pengukuran aset yang paling baik untuk meminimalkan distorsi

  • 16

    akuntansi dalam rangka menghasilkan informasi yang baik untuk tujuan analisis

    laporan keuangan dan analisis bisnis.

    Fokus penelitian akan dilakukan untuk mengukur nilai wajar aset biologis

    berupa sapi. Meneliti dengan cara menghitung nilai wajar aset biologis saja dan

    mengasumsikan bahwa aset lain telah dilaporkan sesuai nilai wajarnya. Beberapa

    tahun ini bahkan hingga saat ini tedapat suatu hal yang mungkin aneh karena

    harga sapi dalam bentuk daging di Indonesia sangat mahal dibanding negara lain.

    Oleh karena itu peneliti ingin mengkombinasikan antara berbagai metode

    pengukuran aset, dan pilihan metode depresiasi. Selain itu juga mengidentifikasi

    secara teoritis mengenai hal-hal yang dapat meninimalkan distorsi akuntansi agar

    dapat diapolikasikan oleh peternakan.

    Model Penelitian

    Gambar 1

    Model Penelitian

    Jenis dan Sumber Data

    Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan

    data kuantitatif. Data kualitatif berupa informasi baik lisan maupun tulisan yang

    dibutuhkan dalam rangka penulisan. Data kualitatif antara lain adalah metode

    akuntansi harga perolehan aset biologis, metode depresiasi yang digunakan .

    Perlakuan terhadap aset biologis dan hal-hal yang dapat dimasukan sebagai

    komponen harga perolehan terhadap aset biologis hingga aset tersebut siap untuk

    berproduksi. Kinerja Produksi aset biologis dari waktu ke waktu dan hal- hal lain

    yang berkaitan dengan aset yang dapat mempengaruhi aset.

    Aset

    Biologis

    Fair Value___________

    1.Market Data Approach

    2.Cost Approach

    3.Income Approach

    Return on

    Assets

    Depresiasi

  • 17

    Data kuantitatif berupa angka-angka antara lain neraca, laporan rugi-laba,

    laporan perubahan modal, laporan arus kas. Data-data angka lain yang dibutuhkan

    untuk pengolahan dataseperti data harga perolehan aset biologis , data biaya yang

    dikeluarkan untuk aset hingga siap berproduksi , data harga pasar aset biologis

    sejenis, data harga yang berkaitan dengan hal hal yang berpengaruh dengan

    harga perolehan aset biologis hingga aset tersebut dapat berproduksi.Umur dan

    aset biologis yang akan dinilai ulang.

    Terdapat 2 sumber data yang akan digunakan dalam penelitian yaitu

    primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan terhadap objek

    penelitian dan wawancara langsung dengan pihak perusahaan serta pedagang

    dipasar hewan. Data primer berupa Umur dan bobot aset biologis , harga aset

    biologis sejenis , dan hal-hal lain yang berkenaan dengan data kualitatif dan

    kuantitatif. Data Sekunder yang diperoleh melalui dokumen-dokumen atau arsip-

    arsip perusahaan seperti laporan keuangan, catatan mengenai pengakuan dan

    pengukuran aset biologis, catatan mengenai biaya-biaya yang berhubungan

    dengan aset biologis oleh perusahaan.

    Teknik olah data

    Teknik untuk mendapatkan data dilakukan melalui penelitian kepustakaan

    (library research) dilakukan melalui studi pustaka dengan membaca buku-buku

    dan literatur untuk mendapatkan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian,

    keterkaitan teori dan masalah-masalah yang perlu diteliti mengenai aset biologis.

    Mengetahui peraturan dan metode pengukuran nilai aset biologis dan informasi

    lain yang dibutuhkan dalam rangka penelitian.

    Penelitian lapangan (field research) dilakukan dengan meninjau langsung

    pada. objek yang diteliti pada peternakan , serta pasar hewan di Boyolali dan

    Ambarawa. Adapun penelitian lapangan dilakukan dengan 2 cara. Pertama dengan

    cara wawancara (interview) terhadap pihak perusahaan untuk memperoleh

    informasi yang dibutuhkan. Selain itu melakukan wawancara dengan pedagang di

    pasar hewan. Kedua dengan cara pengamatan atau observasi objek yang diteliti.

    Pengamatan dilakukan untuk memperoleh informasi baik peternakan dan juga

  • 18

    pada pasar hewan. Setelah data diperoleh maka akan diolah dengan berbagai

    teknik pengukuran.

    Langkah Langkah Pengukuran Aset

    Langkah pengukuran dapat dilihat melalui gambar berikut:

  • 19

  • 20

    1. Menghitung Return On Assets

    Aset biologis sebagai objek penelitian akan diukur dengan 4 metode

    yaitu.Pendekatan pertama adalah dengan data pasar (Market Data Approach).

    Cara kedua dengan menggunakan pendekatan biaya (Cost Approach). Cara ketiga

    dengan pendekatan discounted cast flow .Cara keempat adalah dengan pendekatan

    kapitalisasi pendapatan.

    a. Pendekatan Data pasar (Market Approach)

    Pendekatan pertama melalui data pasar (Market Approach) adalah

    membandingkan harga aset biologis peternakan dengan aset biologis sebanding

    yang dijual dipasar. Data harga pasar aset pembanding yang diperoleh dirata-rata

    dan hasilnya adalah sebagai harga pasar aset biologis yang dijadikan objek

    penelitian. Nilai aset yang didapat dari rata-rata harga pasar ditambah dengan

    biaya-biaya yang terjadi hingga aset tersebut siap untuk berproduksi. Dari hal

    tersebut akan diketahui harga perolehan aset biologis saat ini sesuai harga

    pasarnya. Harga tersebut akan ditambah dengan nilai aset lain dalam laporan

    keuangan namun yang sebelumnya disesuaikan terlebih dahulu menggunakan

    metode depresiasi garis lurus dan saldo menurun dengan total masa manfaat 8

    tahun. Setelah disesuaikan maka akan didapat nilai aset total peternakan saat ini

    sesuai Market Approach. Beban depresiasi baru akan mempengaruhi laba sebelum

    pajak, oleh karena itu laporan keuangan juga akan disesuaikan dengan besarnya

    depresiasi dengan nilai yang diperoleh. Setelah disesuaikan maka akan diketahui

    total aset baru dan total laba Operasi baru yang kemudian dihitung dengan rumus

    mencari nilai ROA.

    Rumus ROA :

    Laba sebelum pajak setelah penyesuaian

    X 100% = ROA

    Total aset setelah penyesuaian

    b. Pendekatan Biaya (Cost Approach)

    Pendekatan biaya pada intinya adalah menggunakan biaya produksi

    kembali atau biaya pengganti sebagai dasar untuk mengestimasi nilai pasar obyek

  • 21

    penilaian. Pendekatan ini sesuai digunakan untuk mengestimasi nilai aset yang

    memiliki karakteristik khusus sehingga jarang atau tidak ditransaksikan di pasar.

    Pendekatan Biaya dilakukan dengan menghitung besarnya biaya yang dikeluarkan

    untuk memperoleh aset biologis sejenis seperti pada saat awal aset itu diperoleh

    dengan harga pasar saat ini. Pertama adalah mengetahui usia aset saat awal

    didapatkan, kemudian mencari harga aset biologis tersebut dengan menggunakan

    rata-rata harga pasar saat ini. Setelah itu menghitung besarnya seluruh biaya yang

    dapat dijadikan untuk menambah harga perolehan aset hingga aset siap

    berproduksi. Biaya perolehan mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan

    No.126/ PMK.011/2012 pasal 2 ayat (1), menyatakan bahwa yang termasuk

    dalam pengeluaran atau biaya adalah biaya pembelian bibit, biaya untuk

    membesarkan bibit dan memelihara bibit. Pengecualian biaya dijelaskan pada

    pasal 2 ayat (2), bahwa biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja tidak

    termasuk ke dalam pengeluaran untuk memperoleh harta. Depresiasi dilakukan

    dengan usia manfaat 8 (delapan) tahun dengan metode saldo menurun (decline

    balance methode) dan juga metode garis lurus tanpa nilai sisa ini mengacu pada

    Undang-Undang Republik Indonesia No.17 tahun 2000 pasal 11 ayat 6.

    Setelah didapat harga perolehan berdasarkan aset sejak pertama diperoleh

    dengan harga saat ini, maka ditambah biaya yang dikeluarkan hingga aset siap

    berproduksi. Hasilnya adalah sebagai harga perolehan aset biologis siap produksi

    saat ini. Kemudian disesuaikan dengan beban dan akumulasi depresiasi hingga

    usia aset saat ini. Maka hasilnya menjadi nilai wajar atas aset biologis.

    Penyesuaian juga akan dilakukan terhadap beban pada laporan keuangan, begitu

    juga nilai total aset dan juga laba sebelum pajak. Setelah keseluruhan disesuaikan

    maka akan diketahui nilai total aset baru dan juga nilai laba baru yang kemudian

    dihitung dengan rumus mencari nilai ROA.

    Rumus ROA :

    Laba sebelum pajak setelah penyesuaian

    X100% = ROA

    Total Aset setelah penyesuaian

  • 22

    c. Pendekatan (Discounted Cash Flow)

    Pendekatan discounted cash flow akan mencerminkan nilai ekonomis aset

    biologis sapi selama 8 tahun. Sebab sapi sebagai penggerak utama dalam

    menghasilkan pendapatan bagi peternakan. Metode ini akan menggunakan

    pendapatan bersih 1 tahun yang didiskontokan sebesar delapan tahun.Sesuai

    ketentuan Peraturan Menteri Keuangan No.126/PMK.011/2012 dan Undang-

    Undang Nomor 17 Tahun 2000 mengenai aset berwujud, hewan ternak masuk

    dalam golongan II dengan masa manfaat 8 tahun. Discount rate yang digunakan

    adalah suku bunga Bank Indonesia terbaru saat waktu dilakukan pengukuran.

    Karena Pendekatan discounted cash flow akan mencerminkan nilai aset

    ekonomis biologis selama 8 tahun. Maka nilai aset biologis akan dijumlahkan

    dengan besarnya nilai buku aset lain milik peternakan. Dari hal tersebut akan

    diperoleh total aset perternakan sesuai dengan nilai wajar atau nilai ekonomis

    peternakan. Adapun rumus discounted cash flow menggunakan rumus Present

    value sebagai berikut:

    Present Value (t) years = 1/(1+r)t

    ......................................................................(2)(Subramanyam dan Wild, 2005:T2)

    Setelah diketahui total aset melalui perhitungan ulang maka dapat

    diketahui nilai ROA dengan membagi laba sebelum pajak dengan Total aset

    discounted cash flow.

    Laba sebelum pajak

    X 100% = ROA

    Total aset discounted cash flow

    d. Pendekatan kapitalisasi pendapatan

    Kapitalisasi pendapatan yaitu menghitung besarnya pendapatan dan

    pengeluaran dari aset biologis saja dengan memperlakukan aset non biologis

    sebagai aset yang disewa dari pihak lain tetapi semuanya tetap berbasis pasar

    (mark to market) dari asset (Supriyanto:2010). Namun dari penelitian-penelitian

    sebelumnya mengenai pengukuran aset. Rumus ini akan mencerminkan nilai

  • 23

    keseluruhan aset. Terutama untuk aset tetap properti dan bangunan. Nilai wajar

    aset didapat dengan rumus sebagai berikut :

    Tingkat Pengembalian aset = (100% / umur ekonomis aset)................................(3)

    Tingkat Kapitalisasi= Suku bunga Bank Indonesia + Tingkat Pengembalian

    aset........................................................................................................................(4)

    Nilai wajar aset Biologis= Tingkat Kapitalisasi/ Laba Operasi............................(5)

    Suku bunga Bank Indonesia adalah suku bunga yang ditetapkan saat

    dilakukanya pengukuran aset. Umur ekonomis aset secara keseluruhan adalah

    delapan tahun dengan diasumsikan aset lain adalah aset yang disewa selama

    delapan tahun terhitung saat aset biologis hewan untuk kegiatan produksi untuk

    pertama kalinya

    2. Setelah didapat ROA dari masing masing pendekatan kemudian

    membandingkan besarnya return on assets yang telah didapat.

    3. Menganalisis hasil dari perhitungan return on assets dan menganalisis data

    kualitatif hasil wawancara sesuai literatur dan peraturan untuk mengetahui metode

    manakah yang dapat meminimalkan distorsi akuntansi.

    Profil Perusahaan

    Perusahaan yang menjadi objek penelitian ini adalah PT. Rumekso

    Mekaring Sabda. Perusahaan ini terletak di Jalan Raya Salatiga Kopeng Km 4 ,

    Ngawen , Salatiga. Perusahaan ini awalnya merupakan Yayasan Sosial yang

    didirikan pada tahun 1925.Seiring perkembangannya pada 1979 berubah menjadi

    PT. Rumekso Mekaring Sabda. Kegiatan usahanya meliputi perekebunan yang

    menghasilkan karet, kopi, cengkeh, rumput pakan ternak. Peternakan Sapi perah

    sebagai penghasil susu, kotoran bahan baku pupuk kandang, anak sapi dan juga

    urin untuk pestisida alami. Usaha utama saat perusahaan saat ini adalah Agro

    Wisata Salib Putih yang mulai beroperasi pada tahun 2004. Total pegawai ada 35

    orang yang terbagi kedalam berbagai sektor usaha perusahaan. Pimpinan

    perusahaan pada saat ini adalah Bp. Bagyo yang mulai menjabat pada pertengahan

    2013.

  • 24

    Profil Peternakan

    Penelitian tidak diarahkan kepada seluruh kegiatan usaha perusahaan,

    namun hanya pada bagian peternakan saja. Adapun Peternakan telah berdiri sejak

    1925 dengan jumlah pegawai saat ini adalah 10 orang. Penghasilan peternakan

    didapat dari susu sapi, pupuk kandang, urin, dan untuk tempat wisata bagi para

    tamu yang berkunjung.

    Pembangunan peternakan secara total dilakukan pada 2006karena

    peternakan ditujukan sebagai salah satu tujuan berkunjung bagi para tamu.

    Adapun aset operasi yang digunakan untuk peternakan antara lain adalah tanah,

    bangunan kandang, kantor,gudang , tangki air, mobil,dan motor. Total aset yang

    dimiliki dan digunakan untuk kegiatan operasi perusahaan adalah Rp.

    3.284.600.000,- tidak termasuk sapi dan pengurangan akumulasi yang terjadi

    terhadap aset. Rincian secara jelas dapat dilihat pada lampiran.

    Operasi peternakan

    Operasi peternakan dilakukan setiap hari bahkan pada hari libur. Sapi

    milik peternakan adalah 20 ekor, terbagi atas 1 ekor pejantan afkir, 7 ekor betina

    afkir, 6 ekor betina dewasa dan 6 ekor betina dara (muda) .Pemerahan susu

    dilakukan 2x sehari, pada pagi hari dimulai pada pukul 02.00WIB dan akan

    didistribusikan pada jam 04.00WIB kepada warung susu dan langganan. Namun

    ada beberapa dari mereka yang mengambil langsung ke peternakan. Sedangkan

    pemerahan pada siang hari dimulai pada pukul 12.00WIB dan kemudian

    didistribusikan pada pukul 14.30 sore hari. Rata- rata 1 ekor sapi setiap

    pemerahan dapat menghasilkan 5L susu. Proses pemerahan harus dilakukan setiap

    hari, bahkan pada saat hari raya sebab apabila tidak diperah sapi akan sakit.

    Pendapatan lain selain penjualan susu adalah penjualan anak sapi

    dilakukan dengan harga tetap selama tahun 2012 yaitu Rp.3.500.000.Selama

    tahun 2012 telah menghasilkan 9 ekor anak sapi dan dijual setelah masa sapih

    antara 3 minggu hingga usia maksimal 5minggu.Penjualan kotoran sapi sebagai

    bahan baku pupuk dilakukan setiap 1 bulan, dengan satuan rit (1 bak truk)/bulan

    dengan harga Rp.700.000/rit. Kelebihan kotoran digunakan untuk pupuk

  • 25

    perkebunan perusaahaan sendiri.Pendapatan lain adalah penjualan urin sapi, tetapi

    sejak tahun 2010 tidak dilakukan penjualan lagi. Urin hasil peternakan digunakan

    untuk kegiatan perkebunan perusahaan sendiri.Pemasukan dari kunjungan tamu

    Agro Wisata Salib Putih, namun detail dan besarnya pemasukan tidak dapat

    diketahui sebab masuk dalam laporan keuangan agro wisata bukan ke dalam

    laporan operasi peternakan.Biaya-biaya operasi antara lain adalah Gaji pegawai

    ,air, listrik, bahan bakar, biaya pakan , obat-obatan, perlengkapan pengemasan dan

    sterilisasi. Rincian biaya dapat dilihat pada lampiran.

    Data pasar

    Data pasar diambil peneliti pada pasar Sunggingan Boyolali dan pasar Pon

    Ambarawa. Adapun data yang diperoleh telah dikelompokkan berdasarkan jenis

    kelamin, jenis sapi, bobot dan juga usia sapi. Pertimbangan memilih kedua pasar

    tersebut adalah pasar tersebut merupakan 2 pasar hewan terbesar di Jawa Tengah,

    dan dipasar tersebut terdapat timbangan hewan sehingga lebih memudahkan

    peneliti dalam memperoleh data akurat.

    Adapun data diambil pada tanggal 2-3 Juli 2013, 27-28 Juli 2013 dan 26-

    27 Agustus 2013. Data yang dicari adalah harga sapi Fries Holland (Holstein

    Friesian) atau biasa disebut FH. Dari beberapa tanggal tersebut didapat data harga

    sapi yang kemudian harga rata-rata akan digunakan sebagai acuan dalam

    mengolah nilai wajar aset peternakan. Data yang diperoleh dan telah diambil rata-

    rata nya adalah sebagai berikut:

  • 26

    Tabel 1.1

    Rata-rata Harga Sapi di Pasar Hewan Sunggingan

    (Hari pasaran : Wage), Lokasi: Kota Boyolali

    Sumber : Olah data , 2013

    Tabel 1.2

    Rata-rata Harga Sapi di Pasar Hewan Ambarawa

    (Hari pasaran : Wage), Lokasi: Kota Ambarawa Tanggal Jenis Sapi

    Pejantan Bakalan Pejantan Dewasa

    & Afkir

    Betina Dara

    Bunting

    Betina Dewasa & Afkir

    Rabu, 3 Juli

    2013

    Rp. 14.078.571 Rp. 22.619.231 Rp. 13.955.556 Rp. 15.903.846

    Minggu, 28

    Juli 2013

    Rp. 12.782.000 Rp. 19.732.000 Rp. 11.876.923 Rp. 14.226.316

    Selasa, 27

    Agustus 2013

    Rp. 13.785.294 Rp. 22.761.765 Rp. 13.479.167 Rp. 16.320.000

    Sumber : Olah data , 2013

    Rata-rata Harga sapi secara keseluruhan berdasarkan jenis sapi yang telah

    dibulatkan sebesar 50.000 sesuai dengan mekanisme yang ditemukan berdasarkan

    pasar, data di dapat sebagai berikut:Tabel 1.3

    Rata-rata Harga Sapi Secara Keseluruhan

    Sumber: Olah data, 2013

    Tanggal

    Jenis Sapi

    Pejantan Bakalan

    Pejantan

    Dewasa

    & Afkir

    Betina Dara

    Bunting

    Betina Dewasa

    & Afkir

    Selasa, 2

    Juli 2013 Rp. 12.807.500 Rp. 22.013.889 Rp.13.370.000 Rp.15.407.692

    Sabtu, 27

    Juli 2013 Rp. 11.478.000 Rp. 18.010.800 Rp. 11.320.000 Rp.13.490.625

    Senin, 26

    Agustus

    2013

    Rp.13.452.778,00 Rp. 22.623.684 Rp. 14.283.333 Rp.16.169.231

    Total Rata-rata

    Pejantan

    Bakalan Pejantan Afkir Betina Dara Bunting

    Betina Dewasa

    & Betina Afkir

    Rp.12.900.000 Rp.20.950.000 Rp.12.900.000,00 Rp.15.100.000

  • 27

    Biaya angkut untuk sapi radius 60kilometer untuk mobil pick up sebesar

    Rp.150.000 dengan kapasitas minimum 1 ekor sapi dan maksimal 3 ekor sapi.

    Sedangkan untuk Truk dipatok harga Rp.300.000 dengan kapasitas minimal 4

    ekor sapi dan maksimal 8 ekor sapi.Untuk rincian data dapat dilihat pada

    lampiran.

    Olah data

    Dari data yang diperoleh baik dari peternakan dan juga data pasar diolah

    dengan beberapa teknik pengukuran aset dan depresiasi aset. Adapun hasil dari

    olah data tersebut adalah sebagai berikut :

    Data awal peternakan

    Tabel 2.1

    Daftar Aset Operasi Peternakan PT.Rumekso Mekaring Sabda

    Sumber: Olah data,2013

    Diketahui bahwa keseluruhan aset memiliki masa manfaat 20 tahun dan

    besaran itu belum disesuaikan dengan akumulasi dan depresiasi aset. Melihat

    bahwa masa manfaat sudah sesuai dengan UU. No 17 tahun 2000 . Oleh karena

    itu perlu dilakukan penyesuaian terhadap aset sesuai dengan informasi peternakan

    dengan masa manfaat 20 tahun. Untuk mengetahui posisi nilai aset saat ini dan

    Aset Nilai Aset Awal

    Tanah (sejak berdiri) Rp.3.000.000.000

    Bangunan

    Kantor (2006)

    Rp. 170.000.000

    Pengemasan (2006)

    ruang peralatan (2006)

    Gudang Pakan (2006)

    Garasi (2006)

    kandang I (2006)

    kandang II (2006)

    Kandang III (2006)

    Peralatan Tangki Air kubus (2006) Rp.25.600.000

    Tangki Air Silinder (2006) Rp.9.500.000

    Kendaraan Daihatsu Espass (2006) Rp.63.000.000

    Motor Roda 3 (150cc) (2006) Rp.16.500.000

    Total Rp .3.284.600.000

  • 28

    laba baik depresiasi garis lurus dan maka penyesuaian dilakukan terhadap aset,

    dan hasilnya adalah sebagai berikut:

    Tabel 2.2

    Posisi Nilai Buku Aset Dengan Depresiasi Garis Lurus Tahun 2012

    Posisi Nilai Aset Peternakan (depresiasi garis lurus) Dalam

    Rp.(000)

    Aset

    Nilai Aset

    Awal Depresiasi/thn Akumulasi

    NB akhir

    2012

    Depresiasi

    2012

    Tanah 3.000.000 - - 3.000.000 -

    Bangunan

    Kantor

    170.000 8.500 51.000 119.000 8.500

    Pengemasan

    ruang peralatan

    Gudang Pakan

    Garasi

    kandang I

    kandang II

    Kandang III

    Peralatan

    Tangki Air kubus 25.600 1.280 7.680 17.920

    1.755

    Tangki Air

    Silinder 9.500

    475000 2.850 6.650

    Kendaraan

    Daihatsu Espass 63.000 3.150 18.900 44.100

    3.975

    Motor Roda 3

    (150cc) 16.500

    825 4.950 11.550

    Total 3.284.600 14.230 85.380 3.199.220 14.230

    Sumber : Olah data , 2013

  • 29

    Tabel 2.3

    Posisi Nilai Buku Aset Dengan Depresiasi Saldo Menurun Tahun 2012

    Posisi Nilai Aset Peternakan (depresiasi saldo menurun) Dalam

    Rp.(000)

    Aset

    Nilai Aset

    Awal

    Depresiasi

    tiap tahun Akumulasi

    NB akhir

    2012

    Depresiasi

    2012

    Tanah 3.000.000 - - 3.000.000 -

    Bangunan

    Kantor

    170.000 Garis

    lurus 20 th 51.000 119.000 8.500

    Pengemasan

    ruang peralatan

    Gudang Pakan

    Garasi

    kandang I

    kandang II

    Kandang III

    Peralatan

    Tangki Air

    kubus 25.600

    10% X

    NB 11.995,110 13.604,886

    2.072,6199

    Tangki Air

    Silinder 9.500

    10% X

    NB 4.451,3105 5.048,6895

    Kendaraan

    Daihatsu

    Espass 63.000

    10% X

    NB 29.519,217 33.480,783

    4.694,3955

    Motor Roda 3

    (150cc) 16.500

    10% X

    NB 7.731,2235 8.768,7765

    Total 3.284.600 - 104.696,8614 3.179.903,139 15.267,0154

    Sumber : Olah data ,2013

    Data tersebut merupakan hasil penyesuaian aset dengan dua metode

    depresiasi. Perlu diketahui bahwa depresiasi untuk bangunan telah diatur dalam

    UU. No 17 tahun 2000 , menyatakan aset berupa bangunan tidak dapat

    didepresiasikan dengan menggunakan metode saldo menurun.

    Setelah diketahui besar depresiasi dan akumulasi maka angka-angka

    tersebut digunakan untuk menyesuaikan nilai dari aset perusahaan dan juga

    penyesuaian terhadap beban serta laba pada laporan keuangan, hasil dari

    penyesuaian tersebut dapat dilihatsebagai berikut:

  • 30

    Tabel 3.1

    Posisi Aset, Laba, dan ROA awal Perusahaan Tanpa Sapi Sebagai aset

    Data Aset Peternakan

    Nilai perusahaan saat sapi tidak diakui sebagai aset

    Garis Lurus Saldo Menurun

    NB. Aset Operasi Peternakan Rp.3.199.220.000 Rp.3.179.903.139

    Nilai Buku Sapi Rp.266.000.000 Rp.266.000.000

    Laba Operasi 2012 Rp.97.771.250 Rp.96.734.235

    Return On Assets 3,05610% 3,04205%

    Sumber: Olah data 2013

    Karena Perusahaan belum mengakui sapi sebagai aset maka belum

    diketahui nilai total aset setelah penyesuaian ketika sapi diakui sebagai aset dan

    didepresiasikan. Oleh karena itu sapi akan dihitung berdasarkan nilai historical

    cost. Data rincian nilai sapi menurut perternakan adalah sebagai berikut :

    Tabel 4.1

    Nilai Sapi Sesuai Keterangan Peternakan

    Sumber: Olah data, 2013

    Diperoleh keterangan bahwa penjualan 6 ekor sapi betina afkir dan

    pembelian 6 ekor sapi dara untuk pengganti pada Agustus 2011. Sapi afkir

    Digantikan sapi dara yang dibeli bunting antara 2-3bln, dan mulai berproduksi

    antara Juni dan Juli 2012. Pada saat itu sapi dara dibeli dengan harga satuan

    Rp.15.000.000 , karena harga sapi sedang melambung dipasaran.

    Keterangan Sapi Milik Peternakan Saat Ini

    Kelamin Jenis

    Usi

    a

    Bobot

    Awal Bobot

    Harga

    Rp.(000) Jml Th.

    Total

    Rp.(000)

    Jantan

    Afkir 9th 400kg 700kg 14.000 1 2006 14.000

    Afkir 9th

    300-400

    Kg

    450-550

    Kg 12.000 7 2006 84.000

    Betina

    Dewasa 6th

    300-400

    Kg

    450-550

    Kg 13.000 6 2009 78.000

    Dara 3th

    300-400

    Kg

    350-

    450kg 15.000 6 2011 90.000

    Total Nilai Sapi Peternakan Rp.266.000.000

  • 31

    Berdasarkan keterangan tersebut makan dilakukan penyesuaian terhadap

    nilai sapi agar diketahui nilai buku sapi pada tahun 2012. Berikut adalah

    penyesuaian yang dilakukan terhadap sapi.

    Tabel 4.2

    Nilai Buku Sapi Metode Depresiasi Garis Lurus

    Beban Depresiasi Sapi Tahun 2012

    Aset

    Nilai Aset

    Awal

    Depresiasi Per

    Tahun Akumulasi

    Depresiasi

    2012 Penggunaan

    Sapi

    Jantan

    Afkir Rp.14.000.000 Rp.1.750.000 Rp.10.500.000 Rp.1.750.000 6th

    Betina

    afkir Rp.84.000.000

    Rp.10.500.000 Rp.63.000.000

    Rp.10.500.000 6th

    Betina

    dewasa Rp.78.000.000 Rp.9.750.000 Rp.29.250.000 Rp. 9.750.000 3th

    Betina

    dara Rp.90.000.000

    Rp.11.250.000 Rp.5.625.000 Rp.5.625.000 6bulan

    Total

    Rp.266.000.000

    Rp.33.250.000

    Rp.108.375.000

    Rp.27.625.000

    NB sapi

    Rp.157.625.000

    Sumber : Olah data, 2013

    Tabel 4.3

    Nilai Buku Sapi Metode Saldo Menurun

    Penyesuaian nilai sapi dengan metode saldo menurun

    Aset

    Nilai Aset

    Awal

    Depresiasi

    Per thn Akumulasi

    Depresiasi

    2012

    Penggunan

    Sapi

    Jantan

    Afkir Rp.14.000.000 25% X NB Rp.11.508.301 Rp.830.566 6th

    Betina

    afkir Rp.84.000.000 25% X NB Rp.69.049.805 Rp.4.983.398 6th

    Betina

    dewasa Rp.78.000.000 25% X NB Rp.45.093.750

    Rp.10.968.750 3th

    Betina

    dara Rp.90.000.000 25% X NB Rp.11.250.000

    Rp.11.250.000 6bulan

    Total

    Rp.266.000.000 -

    Rp.136.901.855

    Rp.28.032.715 -

    NB.Sapi Rp.129.098.145

    Sumber: Olah data, 2013

    Setelah diketahui besar depresiasi dan akumulasi sapi yang akan dinilai

    maka angka-angka tersebut digunakan untuk menyesuaikan nilai dari sapi

    perusahaan dan juga penyesuaian terhadap beban serta laba pada laporan

    keuangan, hasil dari penyesuaian tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

  • 32

    Tabel 5.1

    Posisi Aset, Laba dan Roa awal Perusahaan Dengan Sapi Sebagai aset

    Data Aset Peternakan

    Nilai perusahaan setelah penyesuaian saat sapi

    diakui sebagai aset

    Garis Lurus Saldo Menurun

    NB. Aset Operasi

    Peternakan

    Rp

    3.199.220.000 Rp 3.179.903.139

    Nilai buku Sapi

    Rp

    157.625.000 Rp 129.098.145

    Laba Operasi 2012

    Rp

    70.146.520 Rp 68.701.520

    Return On Assets 2,08966% 2,07620%

    Sumber : Olah data, 2013

    Pengukuran MelaluiMarket Approach

    Pendekatan (Market Approach) adalah membandingkan harga aset

    biologis peternakan dengan aset biologis sebanding yang dijual dipasar. Data

    harga pasar aset pembanding yang diperoleh dirata-rata dan hasilnya adalah

    sebagai nilai aset biologis perusahaan saat ini yaitu nilai sapi.

    Diketahui harga pasar aset tersedia dalam pasar aktif dan aset tersebut identik

    dengan yang ada dipasar. Berikut adalah harga pasar aset berupa sapi yang telah

    didapat dipasar : Tabel 6.1

    Daftar Harga Pasar Sapi Berdasakan Market Approach

    Kelamin jenis Kg Harga rata2 Jml Total

    Jantan Afkir 600kg+ Rp.20.950.000 1 Rp. 20.950.000

    Betina

    Afkir 450kg+ Rp.15.100.000 7 Rp. 105.700.000

    dewasa 450kg+ Rp.15.100.000 6 Rp. 90.600.000

    dara 400kg+ Rp.12.900.000 6 Rp. 77.400.000

    Jumlah Rp.294.650.000

    Sumber : Olah data , 2013

    Berikut adalah besarnya total aset ketika sapi dinilai dengan menggunakan

    pendekatan Market Approach.

  • 33

    Tabel 7.1

    Posisi Aset Kketika Sapi Diukur Dengan Metode Market Approach Depresiasi Garis Lurus

    Posisi Nilai Aset Apabila Sapi diakui sebagai Aset (Market data Approach)

    Aset Nilai Aset Awal Depresiasi/thn Akumulasi NB Akhir 2012 Depresiasi 2012

    Tanah 3.000.000.000 - - 3.000.000.000 -

    Bangunan

    Kantor

    170.000.000 8.500.000 51.000.000 119.000.000

    8.500.000

    Pengemasan

    ruang peralatan

    Gudang Pakan

    Garasi

    kandang I

    kandang II

    Kandang III

    Peralatan Tangki Air kubus 25.600.000 1.280.000 7.680.000 17.920.000

    1.755.000 Tangki Air Silinder 9.500.000 475.000 2.850.000 6.650.000

    Kendaraan Daihatsu Espass 63.000.000 3.150.000 18.900.000 44.100.000

    3.975.000 Motor Roda 3 (150cc) 16.500.000 825.000 4.950.000 11.550.000

    Sapi

    Jantan Afkir 20.950.000 2.618.750 15.712.500 5.237.500

    160.850.000

    Betina afkir 105.700.000 13.212.500 79.275.000 26.425.000

    Betina dewasa 90.600.000 11.325.000 33.975.000 56.625.000

    Betina dara 77.400.000 9.675.000 4.837.500 72.562.500

    total 3.579.250.000 51.061.250 219.180.000 3.360.070.000

    175.080.000

  • 34

    Tabel 7.2

    Posisi Aset Kketika Sapi Diukur Dengan Metode Market Approach Depresiasi Garis Lurus

    Posisi Nilai Aset Apabila Sapi diakui sebagai Aset (Market data Approach)

    Aset Nilai Aset Awal Depresiasi/thn Akumulasi NB akhir 2012 Depresiasi 2012

    Tanah 3.000.000.000 - - 3.000.000.000 -

    Bangunan

    Kantor

    170.000.000 Garis lurus 20 thn 51.000.000 119.000.000 8.500.000

    Pengemasan

    ruang peralatan

    Gudang Pakan

    Garasi

    kandang I

    kandang II

    Kandang III

    Peralatan Tangki Air kubus 25.600.000 10% X NB 11.995.110 13.604.890

    2.072.620 Tangki Air Silinder 9.500.000 10% X NB 4.451.311 5.048.690

    Kendaraan Daihatsu Espass 63.000.000 10% X NB 29.519.217 33.480.783

    4.694.396 Motor Roda 3 (150cc) 16.500.000 10% X NB 7.731.224 8.768.777

    Sapi

    Jantan Afkir 20.950.000 25% X NB 17.221.350 3.728.650

    29.929.285 Betina afkir 105.700.000 25% X NB 86.887.671 18.812.329

    Betina dewasa 90.600.000 25% X NB 52.378.125 38.221.875

    Betina dara 77.400.000 25% X NB 9.675.000 67.725.000

    total 3.579.250.000 - 166.162.146 3.308.390.993 45.196.300

  • 35

    Posisi aset operasi dengan menggunakan metode Market Approach baik

    depresiasi garis lurus dan saldo menurun telah diketahui. Dengan nilai buku aset

    operasi tersebut kemudian dijumlahkan dengan nilai sapi berdasarkan Market

    Approah. Tidak ada penyesuaian terhadap besar depresiasi sapi sebab sapi

    pembanding yang berada dipasar dengan sapi milik peternakan identik. Berikut

    adalah nilai peternakan ketika diukur dengan menggunakan metode Market

    Approach: Tabel 8.1

    Posisi Aset, Laba dan ROA Perusahaan metode Market Approah

    Data Aset Peternakan

    Nilai setelah penyesuaian

    Garis Lurus Saldo Menurun

    NB. Aset Operasi Peternakan Rp.3.199.220.000 Rp.3.179.903.139

    Nilai buku Sapi Rp.160.850.000 Rp.128.487.854

    Laba Operasi 2012 Rp.65.777.500 Rp.66.804.949

    Return On Assets 1,95762% 2,01926%

    Sumber: Olah data, 2013

    Pengukuran MelaluiCost Approach

    Pendekatan biaya / cost approach yaitu pengukuran nilai aset berdasarkan

    pada besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva biologis seperti

    kondisi pada tanggal penilaian (cut off date), tentu dengan memperhatikan kondisi

    dari aktiva biologis termasuk faktor-faktor koreksi yang mempengaruhi kondisi

    aktiva biologis (Supriyanto, 2010: 30). Kondisi dari aktiva termasuk faktor-faktor

    koreksi seperti harga perolehan dan penyusutan. Tidak jauh berbeda dengan yang

    dijelaskan oleh Subramanyam dan Wild pendekatan biaya atau cost approach

    dilakukan dengan cara menentukan biaya penggantian aset pada periode berjalan,

    atau membentuk aset pengganti dengan utilitas yang sebanding dengan melakukan

    penyesuaian terhadap kerusakan dan pemakaian (Subramanyam dan Wild : 123).

    Langkah pertama adalah mengetahui usia aset biologis saat awal

    didapatkan, kemudian mencari harga aset biologis tersebut dengan menggunakan

    rata-rata harga pasar saat ini. Setelah itu menghitung besarnya seluruh biaya yang

    dapat dijadikan untuk menambah harga perolehan aset hingga aset siap

  • 36

    berproduksi. Dari informasi peternakan diketahui bahwa sapi awal dipelihara

    adalah ketika sapi berada pada kelompok bakalan untuk jantan dan untuk betina

    ketika masuk pada kelompok betina dara bunting. Jika dilihat dari usia awal

    berarti ketika memasuki usia kurang lebih 2 tahun. Sehingga data pasar yang

    digunakan adalah sebagai berikut : Tabel 9.1

    Data Harga Sapi Cost Approach

    Sumber: Olah data 2013

    Nilai tersebut harus disesuaikan terlebih dahulu terutama nilai

    depresiasinya sebab nilai ekonomis sapi tidak lagi penuh selama 8 tahun. Maka

    perlulah koreksi terhadap nilai ekonomis sapi melalui depresiasi dan akumulasi.

    Sebelum menghitung besarnya depresiasi maka perlu diketahui rincian mengenai

    usia sapi dan lama pemanfaatan sapi milik perusahaan. Berikut adalah data usia

    sapi dan usia pemanfaatannya : Tabel 10.1

    Daftar Usia Pemanfaatan Sapi

    Sumber : Olah data, 2013

    Perhitungan berdasarkan data pasar

    Kelamin jenis Kg Harga rata2 Jml biaya angkut Total

    Jantan Bakalan 300kg+ Rp 12.900.000 1 Rp..150.000 Rp. 13.050.000

    Betina

    Dara 300kg+ Rp 12.900.000 7 Rp.300.000 Rp.90.600.000

    Dara 300kg+ Rp 12.900.000 6 Rp.300.000 Rp.77.700.000

    Dara 300kg+ Rp 12.900.000 6 Rp.300.000 Rp. 77.700.000

    Jumlah Rp.259.050.000

    Keterangan Sapi Milik Peternakan

    Kelamin Jenis usia Lama Pemanfaatan

    Jantan afkir 9tahun 6tahun

    Betina

    afkir 9tahun 6tahun

    dewasa 6tahun 3tahun

    dara 3tahun 6 bulan

  • 37

    Berdasarkan data usia sapi dan lama pemanfaatan sapi tersebut dapat

    diperoleh rincian mengenai nilai wajar (fair value) sapi peternakan sebagai acuan

    untuk depresiasi sapi, dan diperoleh data sebagai berikut berikut:

    Tabel 11.1

    Nilai Buku SapiCost Approach Tahun 2012 Depresiasi Garis Lurus

    Nilai buku Sapi Tahun 2012 depresiasi garis lurus

    Aset Nilai Aset Awal Depresiasi/thn Akumulasi Depresiasi 2012

    Lama

    Manfaat

    Sapi

    Jantan

    Afkir Rp.13.050.000 Rp.1.631.250 Rp.