Upload
maulidhyanti-hijaz
View
70
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan SO2 laboratorium lingkungan udara
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Udara merupakan salah satu komponen penting yang tidak bisa
dihilangkan posisinya dari kehidupan yang ada pada Bumi karena keberadaannya
yang berfungsi sebagai penyuplai oksigen untuk pernapasan maupun kegiatan
lainnya. Akibat dari pentingnya keberadaan udara pada atmosfer Bumi,
diperlukan perhatian terhadap kondisi udara untuk menjaga keberlangsungan
hidup di muka Bumi dan kualitas udara. Kualitas udara telah berubah akibat dari
revolusi kehidupan dan industrialisasi sehingga makin menurun. Terdapat
beberapa gas pencemar yang menyebabkan penurunan kualitas udara dengan efek
yang berbeda. Salah satu dari pencemar tersebut adalah pencemar Sulfur
Dioksida (SO2)
Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen
sulfur bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan Sulfur
trioksida (SO3), dan keduanya disebut sulfur oksida (SOx). Sulfur dioksida
mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak mudah terbakar diudara. Gas
belerang dioksida dihasilkan dari pembakaran senyawasenyawa yang
mengandung unsur belerang. Gas belerang dioksida SO2 terdapat di udara
biasanya bercampur dengan gas belerang trioksida SO3 dan campuran ini diberi
simbol sebagai SOx.
Hanya sepertiga dari jumlah sulfur yang terdapat di atmosfer merupakan
hasil dari aktivitas manusia, dan kebanyakan dalam bentuk SO2 . Sebanyak dua
pertiga dari jumlah sulfur di atmosfer berasal dari sumber-sumber alam seperti
gunung berapi dan terdapat dalam bentuk H2S dan oksida. Masalah yang
ditimbulkan oleh polutan yang dibuat manusia adalah dalam hal distribusinya
yang tidak merata sehingga terkonsentrasi pada daerah tertentu, bukan dari
jumlah keseluruhannya, sedangkan polusi dari sumber alam biasanya lebih
tersebar merata. Transportasi bukan merupakan sumber utama polutan SOx tetapi
pembakaran bahan bakar pada sumbernya merupakan sumber utama polutan
SOx, misalnya pembakaran batu arang, minyak bakar, gas, kayu dan sebagainya.
Pengaruh belerang dioksida bervariasi tergantung pada jumlah yang
dipancarkan, garis lintang di mana emisi terjadi, ketinggian di mana gas
terkonsentrasi, dan angin regional serta pola cuaca. Pada tingkat dasar, belerang
dioksida menyebabkan iritasi kulit, mata, dan saluran pernapasan bagian atas.
Pada ketinggian yang lebih tinggi, belerang dioksida dapat menjalani
serangkaian reaksi kimia yang mempengaruhi lingkungan. Misalnya, Ketika
bereaksi dengan uap air, sulfur dioksida membuat ion sulfat, prekursor menjadi
asam sulfat. Selain risiko terjadinya hujan asam, ion-ion juga dapat bereaksi
membentuk partikel cerminkan sinar matahari.
Sulfur dioksida (SO2) bersifat iritan kuat pada kulit dan lendir, pada
konsentrasi 6-12 ppm mudah diserap oleh selaput lendir saluran pernafasan
bagian atas, dan pada kadar rendah dapat menimbulkan spesme tergores otot-otot
polos pada bronchioli, speme ini dapat menjadi hebat pada keadaan dingin dan
pada konsentrasi yang lebih besar terjadi produksi lendir di saluran pernafasan
bagian atas, dan apabila kadarnya bertambah besar maka akan terjadi reaksi
peradangan yang hebat pada selaput lendir disertai dengan paralycis cilia, dan
apabila pemaparan ini terjadi berulang kali, maka iritasi yang berulang-ulang
dapat menyebabkan terjadi hyper plasia dan meta plasia sel-sel epitel dan
dicurigai dapat menjadi kanker.
1.2. Tujuan Percobaan
Untuk menentukan kadar sulfur dioksida (SO2) dengan metode
pararosanin menggunakan spektrofotometer pada Monumen Peringatan 12 Mei di
Kampus A Universitas Trisakti, Grogol.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Udara terdiri dari berbagai gas dalam kadar yang tetap pada permukaan bumi,
kecuali gas metana, ammonia, hidrogen sulfida, karbon monoksida dan nitrooksida
mempunyai kadar yang berbeda-beda tergantung daerah atau lokasi. Umumnya
konsentrasi metana, ammonia, hidrogen sulfida, karbon monoksida dan nitrooksida
sangat tinggi di areal rawa-rawa atau industri kimia.(Gabriel, 2001).
Pencemaran udara diawali oleh adanya emisi. Emisi merupakan jumlah pollutant
(pencemar) yang dikeluarkan ke udara dalam satuan waktu. Emisi dapat disebabkan oleh
proses alam maupun kegiatan manusia. Emisi yang disebabkan proses alam disebut
biogenic emmisions, sebagai contoh gas Metana (CH4) yang terjadi sebagai akibat
dekomposisi bahan organik oleh bakteri pengurai. Emisi yang disebabkan kegiatan
manusia disebut anthropogenic emmisions. Contoh emisi diudara yang disebabkan oleh
kegiatan manusia adalah hasil pembakaran bahan bakar fosil (bensin, solar, batubara),
pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara dan sebagainya.
Penyebab polusi dapat diklasifikasikan sebagai polusi udara primer dan sekunder.
Polusi primer seperti SO2 dapat langsung mencemari udara sebagai proses alamiah atau
aktivitas manusia. Polusi sekunder seperti asam sulfat terbentuk di udara melalui reaksi
kimia antara polusi primer dengan komponen kimia yang sudah ada diudara.
(Darmono,2001)
Sulfur dioksida mempunyai pasangan-pasangan menyendiri dan dapat bertindak
sebagai basa lewis. Meskipun demikian, ia juga bertindak sebagai asam Lewis
menghasilkan kompleks, misalnya dengan amina seperti Me3HSO2, dan dengan
kompleks logam transisi yang kaya elektron. Dalam senyawa kristal SbF5SO, yang
menarik karena penggunaan SO2 sebagai pelarut bagi sistem super-asam. SO2 sangat
larut dalam air; suatu larutan yang memiliki sifat asam, telah lama dikenal sebagai larutan
asam sulfit, H2SO3. Gas SO2 diudara bereaksi dengan uap air atau larut pada tetesan air
membentuk H2SO4 yang merupakan komponen utama dari hujan asam.
Menurut Wisnu (2001), gas SO2 juga dapat membentuk garam sulfat apabila
bertemu dengan oksida logam, yaitu melalui proses kimiawi berikut ini :
4MgO + 4SO2 → 3MgSO4 + MgS
Udara yang mengadung uap air akan bereaksi dengan gas SO2 sehingga
membentuk asam sulfit :
SO2 + H2O → H2SO3 (asam sulfit)
Udara yang mengandung uap air juga akan bereaksi dengan gas SO3 membentuk
asam sulfat :
SO3 + H2O → H2SO3 (asam sulfat)
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengurangi dan mengendalikan
SO2 dan berbagai proses desulfurisasi dilakukan untuk menghilangkan partikel sulfur
dari bahan bakar. Adapun metode untuk menghilangkan SO2 dari gas buang dengan
menggunakan sistem penyaringan (scrubbing) yang memanfaatkan batu kapur atau
dolomite dengan menginjeksikan dolomite atau batu kapur kering ke dalam ketel. Metode
yang digunakan untuk mengurangi dan mengendalikan emisi SO2 diantaranya dengan
menghilangkan SO2 dari gas buang adalah dengan injeksi batu kapur ke dalam zona
pembakaran sehingga bereaksi dengan SO2 dan membentuk garam sulfat (Kristanto,
2002).
BAB III
ALAT DAN BAHAN
3.1. Alat
No Alat Jumlah
1
Midget impinger
1 buah
2
Pompa hisap
1 buah
3
Anemometer
1 buah
4
Corong
1 buah
Spektrofotometer
5 1 buah
6
Barometer
1 buah
7
Labu ukur
1
8 Stopwatch 1
9 Termometer 1
10
Pipet gondok
1
3.2. Bahan
No Bahan Jumlah
1 Aluminium Foil 1buah
2
Larutan Sulfur Dioksida
3
Formaldehida 0,2 %
4
Larutan pararosanilin
5
Asam sulfamat 0,6 %
6 Aquadest
BAB IV
CARA KERJA
1. Susun peralatan contoh uji sesuai rangkaian untuk pengambilan contoh uji selama
1 jam;
2. masukkan penjerap sulfur dioksida sebanyak 50 ml pada masing-masing tabung;
Gamnbar 4.1 Pemberian penjerap sulfur dioksida
3. Bungkus tabung midget impinger dengan aluminium foil;
Gambar 4.2 Midget Impinger yang telah dibungkus
4. Nyalakan pompa, jaga agar laju alir tetap pada 1 L/menit;
Gambar 4.3 Pengaturan aliran
5. lakukan percobaan selama satu jam dan catat temperatur dan tekanan udara;
6. Setelah 1 jam, catat laju akhir dan kemudian matikan pompa penghisap. Diamkan
selama 20 menit;
7. lakukan persiapan pengujian seperti: standarisasi larutan natrium tiosulfat;
penentuan konsentrasi SO2 pada Na2S2O3 dan pembuatan kurva kalibrasi;
8. pindahkan larutan pada midget impinger sebanyak 25 ml kedalam labu ukur;
Gambar 4.4 Pemindahan Larutan Penjerap
9. tambahkan larutan asam sulfamat 0,6 % sebanyak 4 ml ke dalam labu ukur
kemudian diamkan 10 menit;
Gambar 4.5 Penambahan Asam Sulfamat
10. Tambahkan 4 mL larutan formaldehida 0,2%.
Gambar 4.6 Penambahan Larutan Formaldehida
11. Tambahkan 10 mL larutan pararosanilin.
Gambar 4.7 Penambahan Pararosanilin
12. Tepatkan air suling hingga 25 mL, lalu homogenkan dan tunggu selama 30-60
menit.
Gambar 4.8 Penambahan Aquadest
13. Ukur menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 548 nm.
Gambar 4.9 Pengujian dengan Spektrofotometer
14. Baca serapan contoh uji kemudian hitung konsentrasi dengan menggunakan
kurva kalibrasi
BAB V
HASIL PENGAMATAN
Lokasi : Monumen 12 Mei Kampus A
Universitas Trisakti
Hari/ tanggal : Kamis 4 Oktober 2012
Waktu : 10.15 – 11.15
Suhu Udara : 35,50 C
Tekanan Udara : 1,011 bar = 768,36 mmHg
Kecepatan Aliran Angin : 1 m/s
Arah Angin : dari selatan
Durasi : 60 menit
Gambar 5.1 Lokasi Pengambilan Sampel Titik 1
Kurva 5.1 Kurva Standar Sulfur Dioksida
Tabel 5.1. Hasil Pengamatan Sulfur Dioksida Titik 1
Hasil Pengamatan
ABS: 3,5592 gram
Panjang Gelombang : 548 nm
Konsentrasi menggunakan kurva
spektrofotometer : 1,661
Konsentrasi menggunakan kurva
kalibrasi : 56,69 3
Tabel 5.2. Konsentrasi Sulfur Dioksida pada 9 Titik
Gambar 5.2 Hasil Percobaan 9 Kelompok
(Ket: Dari kiri ke kanan: 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10)
BAB VI
RUMUS DAN PERHITUNGAN
4.1. Rumus
a. Volume contoh uji udara
V : volume udara yang dihisap
F1 : laju alir awal
F2 : laju akhir awal
Pa : tekanan baromatik rata-rata contoh uji
t : durasi pengambilan contoh uji
Ta : temperature rata –rata
298 : temperature pada kondisi normal
760 : tekanan pada kondisi normal 1 ATM
b. Perhitungan berdasarkan kurva treadline
Y = 72,23 x X
X = absorbansi menggunakan spektrofotometer
c. Konsentrasi SO2 (1 jam )
C =
C : konsentrasi SO2 diudara
V : volume udara pada kondisi normal
a : jumlah SO2 dari cntoh uji menggunakan kurva kalibrasi
50 :jumlah total laruta penjerap yang dipakai untuk pengambilan contoh uji 24
jam
25 : volum yang dipipet untuk dianalisis dengan spektrofotometer
4.2. Perhitungan
a. Volume contoh uji udara
F1 : 1 m/s
F2 : 1 m/s
Pa : 1,011 bar = 1,011 x 760 mmHg = 768,36mmHg
t : 60 menit
Ta : 35,5 C = 308,5 K
= 58,59 L
b. Perhitungan berdasarkan kurva treadline
X = 0,023
Y = 72,23 x 0,023
= 1,661 mg
c. Konsentrasi SO2 (1 jam )
V : 58,59 L
a : 1,661
C =
= 56,69 3
BAB VII
PEMBAHASAN
Percobaan pengukuran kadar sulfur dioksida ini, pengambilan sampel dilakukan
pada 9 titik berbeda pada Kampus A Universitas Trisakti yang mewakili wilayah yang
berbeda. Salah satu titik sampel tersebut adalah pada Monumen Peringatan 12 Mei yang
merupakan titik sampel kelompok pertama. Pengambilan sampel dilakukan secara active
sampler dengan menggunakan pompa vakum untuk menyedot udara selama 1 jam.
Kadar sulfur dioksida ditentukan dengan metode pararosanilin terhadap larutan
penjerap pada tabung midget impinger menggunakan spektrofotometer. Hasil yang
didapatkan bervariasi dengan konsentrasi tertinggi 195,84 µg/Nm3 adalah dan konsentrasi
terendah adalah 54,19 µg/Nm3, sedangkan konsentrasi pada titik pengamatan kelompok 1
adalah 56,709 µg/Nm3.
Dari hasil percobaan yang berasal dari 9 titik pengambilan sampel dapat
dibandingkan bahwa konsentrasi tertinggi ada pada titik 4 yaitu pada titik yang mewakili
wilayah parkiran dan kantin FSRD. Tingginya kadar SO2 pada titik tersebut dapat terjadi
diakibatkan oleh tingginya proses pembakaran yang dilakukan oleh aktivitas manusia
baik dalam proses memasak atau kendaraan yang terparkir. Hal ini didasarkan pada
aktivitas manusia yang dapat melepaskan SO2 cukup tinggi pada udara adalah melalui
pembakaran bahan bakar pada sumbernya, misalnya pembakaran arang, minyak bakar
gas, kayu dan sebagainya dan faktor meteorologi. Apabila dibandingkan dengan dengan
baku mutu, yaitu Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 551 tahun 2001 dengan nilai
900 µg/Nm3, kondisi kadar SO2 pada titik ini masih belum membahayakan meskipun
kadarnya tertinggi dari seluruh titik.
Sedangkan titik dengan konsentrasi SO2 terendah adalah titik 8 yang mewakili
wilayah parkir gedung D. Rendahnya konsentrasi Sulfur Dioksida pada wilayah ini dapat
diakibatkan oleh rendahnya aktivitas manusia yang menggunakan pembakaran sebagai
prosesnya disekitar wilayah ini, serta arah angin sebagai salah satu faktor meteorologi
yang diduga berlawanan dengan posisi corong pengambil udara. Dengan perbandingan
baku mutu yang sama, konsentrasi SO2 pada titik 8 masih jauh dibawah batas sehingga
tidak berpotensi membahayakan.
Pada titik 1 nilai kadar SO2 merupakan konsentrasi kedua terendah yaitu 56,709
µg/Nm3 sehingga apabila dibandingkan dengan baku mutu yaitu Keputusan Gubernur
DKI Jakarta Nomor 551 tahun 2001 masih belum melampaui baku mutu. Hal ini berarti
kondisi udara ambien pada wilayah sekitar Monumen Peringatan 12 Mei belum
berpotensi membahayakan kesehatan manusia ditinjau dari kadar sulfur dioksida.
Rendahnya kadar sulfur dioksida pada titik ini diakibatkan oleh rendahnya aktivitas
pembakaran yang dilakukan manusia pada sekitar wilayah pengambilan sampel yang
hanya berupa kendaraan bermotor yang melintas dan arah angin dominan yang tidak
searah dengan corong pengambilan contoh uji udara.
Baku mutu kedua yang dapat digunakan sebagai perbandingan adalah Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999. Berdasarkan peraturan tersebut,
baku mutu untuk kadar TSP dalam udara ambien adalah 900 µg/Nm3. Karena nilai baku
mutu kedua ini sama dengan baku mutu sebelumnya, maka kadar sulfur dioksida pada
seluruh titik sampling masih dinyatakan aman dari potensi mengganggu kesehatan.
Pengurangan kadar sulfur dioksida pada udara ambien dapat dilakukan dengan
pengurangan aktivitas pembakaran bahan bakar pada sumbernya yang merupakan sumber
non-alami terbesar untuk sulfur dioksida. Aktivitas pembakaran tersebut dapat berupa
memasak, penggunaan kendaraan bermotor, pembakaran tungku, dll.
BAB VIII
KESIMPULAN
Nilai sulfur dioksida tertinggi adalah pada titik 4 yang mewakili parkiran dan
kantin FSRD dengan nilai 195,84 µg/Nm3, sedangkan nilai terendah pada titik 8
yang mewakili wilayah parkiran gedung D dengan nilai 54,19 µg/Nm3.
Nilai sulfur dioksida pada titik 1 yang mewakili parkiran mobil dan motor serta
tempat pembuangan sampah adalah 56,709 µg/Nm3.
Berdasarkan baku mutu pada Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 551 tahun
2001 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 baku
mutu sulfur dioksida untuk 1 jam adalah 900 µg/Nm3 sehingga nilai sulfur
dioksida pada titik seluruh titik sampel masih belum dalam kondisi berpotensi
membahayakan.
Perbedaan kadar sulfur dioksida bergantung kepada aktivitas di sekitar titik
sampel dan kondisi meteorologi seperti arah angin.
DAFTAR PUSTAKA
Arya Wardana, Wisnu. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi.
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran: Hubungannya dengan Toksikologi
Senyawa Logam. Cetakan Pertama. Jakarta: UI- Press.
Gabriel, J. F. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates.
Kristanto P. 2002. Ekologi Industri. Yogyakarta: Andi Offset.
SNI 19-7119.3-2005. Udara Ambien – Bagian 7: Cara Uji kadar sulfur dioksida (SO2)
Dengan metode pararosanilin menggunakan spektrofotometer