20
TUGAS PERILAKU KESEHATAN ( Teori Social Learning ) Disusun Oleh: FIANA FAIQOH 25010113130211 PUTRI UTAMI 25010113140212 ERIKA KUSUMA 25010113130213 BRIGITA NOVIANTI 25010113130214 AYU RAHMADANI 25010113130215 LINDA AGUSTINAWATI 25010113130216 DEVITA NUR APRILIA 25010113130217 DIANITA DESTI K. 25010113140218 UMMI KHAIRUNISA 25010113130219 NOVA ADIANI P. 25010113140220 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

Social Learning & Analisis Kasus

  • Upload
    iqoh1

  • View
    23

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas Matkul Perilaku Kesehatan Semester 4

Citation preview

TUGAS PERILAKU KESEHATAN( Teori Social Learning )Disusun Oleh:FIANA FAIQOH 25010113130211PUTRI UTAMI25010113140212ERIKA KUSUMA25010113130213BRIGITA NOVIANTI25010113130214AYU RAHMADANI25010113130215LINDA AGUSTINAWATI 25010113130216DEVITA NUR APRILIA25010113130217DIANITA DESTI K.25010113140218UMMI KHAIRUNISA25010113130219NOVA ADIANI P. 25010113140220

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATUNIVERSITAS DIPONEGORO2015A. Pengertian Teori Social LearningTeori social learning juga biasa dengan sebutan teoriobservational learning, belajar observasional/ dengan pengamatan itu adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Teori social learning oleh Albert Bandura menyatakan bahwa orang belajar banyak perilaku melalui peniruan , bahkan terkadang tanpa adanya penguatan (reinforcement) yang diterima. Observer pun terkadang meniru beberapa perilaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model. Teori belajar social ini menjelaskan bagaimana kepribadian seseorang berkembang melalui proses pengamatan, dimana orang belajar melalui pengamatan, dimana sesorang belajar melalui proses observasi atau pengamatan terhadap perilaku lain terutama pemimpin atau orang yang dianggap memiliki nilai lebih dibanding dirinya (John Santrock, 2010).

B. Sejarah dan Tokoh Teori Social LearningTeori Social Learning atau teori pembelajaran sosial adalah teori pembelajaran yang menggunakan prinsip-prinsip belajar sosial, dimana teori ini berusaha menjelaskan tingkah laku manusia dari segi interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara faktor kognitif, tingkah laku, dan faktor lingkungan. Teori pembelajaran sosial (social learning theory) ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori ini merupakan perkembangan utama dari teori belajar tradisional (behavioristik) . Teori pembelajaran sosial (social learning theory) dari Albert Bandura menerima kebanyakan prinsip teori perilaku (behavioristik), tetapi terfokus jauh lebih banyak pada efek isyarat pada perilaku dan pada proses mental internal, dengan menekankan efek pemikiran pada tindakan dan tindakan pada pemikiran (William Crain, 2007).Seperti kebanyakan pendekatan teori belajar terhadap kepribadian, teori belajar sosial berpangkal pada dalil bahwa tingkah laku manusia sebagian besar adalah hasil pemerolehan, dan bahwa prinsip-prinsip belajar adalah cukup untuk menjelaskan bagaimaba tingkah laku berkembang dan menetao. Akan tetapi, teori teori belajar sebelumnya selain kurang member perhatian pada konteks sosial dimana tingkah laku ini muncul, kurang menyadari fakta bahwa banyak peristiwa belajar yang penting terjadi denngan perantaraan orang lain. Artinya, sambil mngamati tingkah laku orang lain, individu belajar mengimit asi atau meniru tingkah laku tersebut atau dalam hal tertentu menjadikan orang lain model baginya.Bandura melakukan banyak penelitian yang mencakup permasalahaan bersifat sentral untuk teori belajar sosial. Pada saat Bandura melakukan percobaan-percobaan mengenai teori belajar sosial, waktu itu sangat dipengaruhi oleh kelompok-kelompok peneliti dengan aliran teori belajar behavioristik. Bandura melihat bahwa hewan-hewan yang dipergunakan untuk percobaan memperlihatkan tingkah laku sendiri. Artinya tidak ada hewan lain atau dengan kata lain hewan percobaan dari kelompok peneliti dengan aliran teori belajar behavioristik tersebut tidak sosial. Hasil-hasil percobaan dan penelitian para ahli teori belajar behavioristik seperti Skinner dan Pavlov diamalkan pada situasi sosial. Padahal penelitian dan percobaan yang dilakukan oleh Skinner dan Pavlov tidak dalam situasi sosial, sehingga Bandura menganggap bahwa perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai hal ini. Bandura mengembangkan teori belajar sosial juga karena ia melihat keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh teori belajar behavioristik yang pada saat itu merupakan teori yang diterima oleh banyak kalangan. Bandura (Alwisol, 2009) menguraikan hal-hal keterbatasan teori belajar behavioristik yaitu :1. Teori behavioristik sukar diterapkan pada situasi kehidupan nyata. Tidak mungkin ada satu orang yang terus menerus hadir setiap harinya untuk memberikan hadiah bagi terlihatnya perilaku yang diinginkan guna menjamin meningkatnya frekuensi munculnya perilaku tersebut. Biasanya orang harus mengatur dan mengendalikan perilakunya sendiri.2. Teori belajar behavioristik tidak menerangkan mengenai terjadinya pembelajaran perilaku baru. Kadang-kadang kita melihat orang melakukan suatu tindakan yang belum pernah dilakukan sebelumnya.3. Teori belajar behavioristik hanya dapat menerangkan pembelajaran langsung (direct learning), di mana konsekuensi diberikan segera setelah perilaku belajar terjadi, tidak untuk pemadanan yang tertunda (delayed matching), di mana konsekuensi diberikan kemudian. Sering terjadi suatu perilaku telah terpelajari tetapi belum segera ditampakkan, dampak belajar mungkin belum terjadi segera sampai waktu kemudian.4. Untuk mengatasi keterbatasan-keterbatasan teori belajar behavioristik tersebut, akhirnya Bandura mengembangkan sebuah teori yang dikenal sebagai Teori Belajar Sosial.

C. Tahapan Tahapan Social LearningDalam observational learning terdapat empat tahap belajar dari proses pengamatan atau modeling Proses yang terjadi dalam observational learning tersebut antara lain (Santrock W. John, 2011) :a. Fase Perhatian (Atensi )Atensi, dalam tahapan ini seseorang harus memberikan perhatian terhadap model dengan cermat. Pada fase pertama ini pembelajaran pengamatan ialah memberikan perhatian pada orang yang ditiru. Pada umumnya, siswa memberikan perhatian pada panutan yang memikat, berhasil, menarik, dan popular. Sebagai pengamat orang tidak dapat belajar melalui observasi kecuali kaku ia memperhatikan kegiatan-kegiatan yang diperagakan oleh model itu sendiri dan benar-benar memahaminya. Ini tergantung seberapa besar dan menjolok mata perilaku yang diperagakan itu. Perilaku yang sederhana dan menjolok mata lebih mudah diperhatikan daripada yang tidak jelas. Juga tergantung pada apakah si pengamat siap untuk memperhatikan perilaku-perilaku yang diperagakan itu terutama ketika banyak hal lain yang bersaing untuk mendapatkan perhatian si pengamat.Proses memberikan perhatian tergantung pada kepada kegiatan apa dan siapa modelnya yang bersedia untuk diamati, misalnya jika anak-anak dibesarkan dalam rumah tangga yang selalu bertengkar maka kemungkinan besar mereka akan mudah bertindak kasar dan agresif pula, perilaku yang demikian akan lebih akan lebih menarik perhatian dari anak tersebut. Menurut Panen (2005:4.10) menyatakan bahwa, untuk menerapkan teori belajar sosial dan memastikan siswa memberi perhatian yang lebih pada prilaku yang dimodelkan, maka guru sebaiknya mengusahakan untuk: (1) menekankan bagian-bagian penting dari perilaku yang dipelajari untuk memusatkan perhatian siswa, (2) membagi-bagi kegiatan besar menjadi bagian-bagian kecil, (3) memperjelas ketrampilan-ketrampilan yang menjadi komponen-komponen prilaku, (4) memberi kesempatan untuk siswa mempraktikkan hasil pengamatan mereka begitu mereka selesai dengan satu topik.

b. Fase Pengingatan (retensi)Tahapan ini adalah tahapan mengingat kembali perilaku yang ditampilkan oleh model yang diamati maka seseorang perlu memiliki ingatan yang bagus terhadap perilaku model. Agar dapat mengambil manfaat dari perilaku orang lain yang telah diamati, seorang pengamat harus dapat mengingat apa yang yang telah dilihatnya. Dia harus mengubah informasi yang diamatinya menjadi bentuk gambaran mental, atau mengubah simbol-simbol verbal, dan kemudian menyimpan dalam ingatannya. Akan sangat membantu apabila kegiatan yang ditiru segera diulanginya atau dipraktekkan setelah pengamatan selesai. Pengamat tidak perlu melakukan pengulangan atau mempraktekkan secara fisik tetati dapat saja secara kognitif, yaitu: membayangkan, memvisualisasikan perilaku tersebut dalam pikirannya.

c. Reproduksi Dalam tahapan ini seseorang yang telah memberikan perhatian untuk mengamati dengan cermat dan mengingat kembali perilaku yang telah ditampilkan oleh modelnya maka berikutnya adalah mencoba menirukan atau mempraktekkan perilaku yang dilakukan oleh model. Komponen ketiga dalam proses peniruan adalah mengubah ide gambaran, atau ingatan menjadi tindakan. Umpan balik terhadap hasil belajar dalam bentuk perilaku yang diperlihatkan oleh pengamat dapat menjadi alat bantu yang penting dalam proses ini. Umpan balik ini dapat dilakukan lewat observasi diri dan masukan dari pelatih, guru, dan modelnya sendiri.

d. Fase MotivasiTahap terakhir dalam proses pembelajaran pengamatan ialah motivasi. Orang tidak akan memperagakan atau melaksanakan setiap hal yang dipelajarinya lewat proses pengamatan. Siswa akan meniru orang yang ditiru karena mereka percaya bahwa tindakan seperti itu akan meningkatkan peluang mereka sendiri dikuatkan. Umumnya seorang pengamat akan cenderung untuk memperagakan perilaku yang ditirunya jika hal tersebut menghasilkan hal yang berharga atau diiinginkan oleh pengamat terebut. Pengamat cenderung tidak memperagakan perilaku yang mengakibatkan munculnya hukuman atau bila ia tidak mendapat hadiah dari perbuatan tersebut.

Proses pembelajaran menurut Teori Bandura, terjadi dalam tiga komponen (unsur) yaitu (Latief, 2012) : 1. Perilaku Model (contoh)Individu melakukan pembelajaran dengan proses mengenal perilaku model (perilaku yang akan ditiru), kemudian mempertimbangkan dan memutuskan untuk meniru sehingga menjadi perilakunya sendiri. Perilaku model ialah berbagai perilaku yang dikenal di lingkungannya. Apabila bersesuaian dengan keadaan dirinya (minat, pengalaman, cita-cita, tujuan, dsb), maka perilaku itu akan ditiru.2. Pengaruh Perilaku ModelUntuk memahami pegaruh perilaku model, maka perlu diketahui fungsi model itu sendiri, yaitu: Untuk memindahkan informasi ke dalam diri individu Memperkuat atau memperlemah perilaku yang telah ada Memindahkan pola-pola perilaku yang baru.3. Proses Internal PelajarModel-model yang ada di lingkungan senantiasa meberikan ransangan kepada individu yang membuat individu memberikan tindak balas apabila terjadi hubungkait antara ransangan dengan dirinya. Macam-macam model boleh berasal dari ibu-bapak, orang tua, orang dewasa, guru, pemimpin, teman sebaya, anggota keluarga, anggota masyarakat, tokoh-tokoh yang berpretise seperti penyanyi, pahlawan, bintang film dan sebagainya.

D. Konsep Teori Social LearningKonsep Teori Belajar Sosial (Social Learing Theory), yaitu (Alwisol, 2009) :1. Determinis Resiprokal (reciprocal determinism)Pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi timbal-balik yang terus menerus antara determinan kognitif, behavioral dan lingkungan. Orang menentukan/mempengaruhi tingkah lakunya dengan mengontrol lingkungan, tetapi orang itu juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan itu. Determinis resiprokal adalah konsep yang penting dalam teori belajar sosial Bandura, menjadi pijakan Bandura dalam memahami tingkah laku. Teori belajar sosial memakai saling-determinis sebagai prinsip dasar untuk menganalisis fenomena psiko-sosial di berbagai tingkat kompleksitas, dari perkembangan intrapersonal sampai tingkah laku interpersonal serta fungsi interaktif dari organisasi dan sistem social (Jalaludin, 2003).

2. Tanpa Renforsemen (beyond reinforcement)Bandura memandang teori Skinner dan Hull terlalu bergantung pada renforsemen. Jika setiap unit respon sosial yang kompleks harus dipilah-pilah untuk direforse satu persatu, bisa jadi orang malah tidak belajar apapun. Menurutnya, reforsemen penting dalam menentukan apakah suatu tingkah laku akan terus terjadi atau tidak, tetapi itu bukan satu-satunya pembentuk tingkah laku. Orang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan mengamati dan kemudian mengulang apa yang dilihatnya. Belajar melalui observasi tanpa ada renforsemen yang terlibat, berarti tingkah laku ditentukan oleh antisipasi konsekuensi, itu merupakan pokok teori belajar sosial.

3. Kognisi dan Regulasi diri (Self-regulation/cognition)Teori belajar tradisional sering terhalang oleh ketidaksenangan atau ketidak mampuan mereka untuk menjelaskan proses kognitif. Konsep bandura menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri sendiri (self regulation), mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi bagi tingkahlakunya sendiri.

E. Jenis Jenis ModelingIstilah yang sering dikenal dalam teori belajar social adalah modelling (peniruan). Modelling lebih dari sekedar peniruan atau mengulangi perilaku model, tapi lebih dari itu semua bahwa peniruan perilaku modelling melibatkan penambahan atau pengurangan tingkah laku yang diamati, kemudian menggeneralisasikan berbagai respon tersebut sekaligus melibatkan proses kognitif. (Alwisol, 2009).Menurut Bandura (dalam Alwisol, 2009) menyatakan bahwa jenis-jenis modelling berdasarkan dampak atau efeknya (reinforcement atau punishment) ada empat yaitu : 1. Modelling Tingkah Laku Baru Melalui teknik modelling ini orang dapat memperoleh tingkah laku baru. Ini dimungkinkan karena adanya kemmapuan kognitif. Stimulasi tingkah laku model ditransformasi menjadi gambaran mental dan symbol verbal yang dapat diingat dikemudian hari. Ketrampilan kognitif simbolik ini membuat orang mentransformasi apa yang didapat menjadi tingkah laku baru.2. Modelling Mengubah Tingkah Laku LamaAda dua macam dampak modelling terhadap tingkah laku lama. Pertama tingkah laku model yang diterima secara social memperkuat respon yang sudah dimiliki. Kedua, tingkah laku model yang tidak diterima secara social dapat memperkuat atau memperlemah tingkah laku yang tidak diterima itu. Bila diberi suatu hadiah maka orang akan cenderung meniru tingkah laku itu, bila dihukum maka respon tingkah laku akan melemah.3. Modelling SimbolikModeling yang berbentuk simbolik biasanya didapat dari model film atau televisi yang menyajikan contoh tingkah laku yang dapat mempengaruhi pengamatnya.4. Modelling KondisioningModelling ini banyak dipakai untuk mempelajari respon emosional. Pengamat mengobservasi model tingkah laku emosional yang mendapat penuatan. Muncul respon emosional yang sama di dalam diri pengamat, dan respon itu ditujukan ke obyek yang ada didekatnya saat dia mengamati model itu, atau yang dianggap mempunyai hubungan dengan obyek yang menjadi sasaran emosional model yang diamati.

F. CONTOH APLIKASI SOCIAL LEARNINGBandura menyatakan bahwa seseorang dapat belajar dari pengalaman tak langsung atau pengalaman pengganti dan belajar dengan mengamati konsekuensi dari perilakunya sendiri.Bandura mendefenisikan model sebagai segala sesuatu yang menyampaikan informasi. Jadi koran, majalah, televisi, dan sebagainya merupakan model. Dan tentu saja informasi berita yang disampaikan dapat membawa pengaruh positif maupun dapat memunculkan proses kognitif yang salah pada individu. Bandura menyatakan bahwa anak-anak dan orang dewasa mendapatkan sikap, emosi tanggapan, dan gaya baru melalui modeling (Alwisol, 2009).Contoh aplikasi teori belajar Bandura adalah ketika seorang anak belajar untuk mengendarai sepeda. Ditahap perhatian, si anak akan tertarik mengamati para pengendara sepeda dibanding dengan orang yang melakukan aktifitas lain yang dia anggap kurang menarik. Oleh karena itu, ia akan mengamati bagaimana seseorang mengayuh sepeda. Selanjutnya pada tahap penyimpanan dalam ingatan si anak akan tersimpan bahwa bersepeda itu menyenangkan dan suatu saat jika waktunya tepat ia akan meminta ayahnya (semisal) untuk mengajarinya mengendarai sepeda. Semuanya itu kemudian dilaksanakan pada tahap reproduksi di mana si anak kemudian benar-benar belajar mengendarai sepeda bersama sang ayah. Ketika anak itu sudah berhasil, di sinilah tugas sang ayah untuk memberi reward sebagai bentuk apresiasi atas keberhasilan sang anak sekaligus merupakan tahap motivasi.Jenis modelling kasus ini adalah modeling tingkah laku baru, karena si anak menirukan gaya orang bersepeda yang nantinya ketika ia berhasil menirukannya maka hal tersebut menjadi kebiasaan baru bagi si anak. Dalam kasus ini, si anak akan tetap mempertahankan berlatih sepeda karena karena ia lebih merasakan Reinforcement (ganjaran/peneguhan) yang ia dapat daripada Punishment (hukuman). Peneguhan tersebut datang dari keluarganya yakni si ayah yang memberikan hadiah jika si anak dapat bersepeda.

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. Psikologi Kepribadian - Edisi Revisi. Malang: UMM Press, 2009.Crain, William. Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi. . Jakarta: Pustaka Pelajar, 2007.Hall, Calvin S. & Gardner Lindzey. Psikologi Kepribadian 3 TEORI-TEORI SIFAT DAN BEHAVIORISTIK. Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 2012.Latief, Mutmainnah. Teori Belajar Sosial. 2012.Rahmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003.Santrock, John.Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika, 2010.Santrock, W. John. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika. 2011.Santrock W. John. Educational Psychology (fifth edition). McGRAW-HILL International Edition. University of Texas at Dallas, 2011.

Sumber Lain : http://www.kompasiana.com/jokowinarto/teori-belajar-sosial-albert-bandura_550094558133119a17fa79fd