Upload
lancenk-keramat
View
434
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
ABDURRAHMAN WAHID
(GUS DUR)
Oleh : Shofatul Khiyaroh AnaE81211050
Biografi Abdurrahman Wahid
Abdurrahman wahid lahir di Denanyar, Jombang pada tanggal 4 Agustus 1940 dengan nama Abdurrahman Addakhil. "Addakhil" berarti "Sang Penakluk". Kata "Addakhil" tidak cukup dikenal dan diganti nama "Wahid“ yang diambil dari nama ayahnya “Wahid Hasyim”, dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. beliau ini pernah menjadi presiden RI ke-4 (1999-2001). Ia juga pernah terpilih sebagai ketua umum Tanfidziyah PBNU dan berhasil mengembangkan toleransi beragama serta alam demokrasi di Indonesia.
Pendidikan Gus Dur• Tamat SD di Jakarta pada tahun 1953, • Ia melnjutkan pendidikannya Sekolah Menengah
Ekonomi Pertama di Yogyakarta pada tahun 1956• Belajar di Pesantran Tegalrejo, Magelang dan kemudian
pindah ke pesantran Tambakberas Jombang tahun 1959-1963.
• Pada tahun 1963 melanjutkan di Universitas Al-Azhar Kairo
• Melanjutkan ke Universitas Baghdad fakultas seni pada tahun 1966-1970
• Dan di tahun 1971 Ia kwmbali ke tempat asalnya dalam dunia pesantren.
Karya-karya Gus DurMuslim di Tengah Pergumulan (1981)
Bunga Rampai Pesantren (1979)
Kiai Nyentrik Membela Pemerintah (1997)
• Tuhan Tidak Perlu Dibela (1999)
• Gus Dur menjawab perubahan Jaman (1999)
• Melawan Melalui Lelucon (2002)
Pembaharuan Gus Dur
Membentuk Kabinet Kerja
Bidang Ekonomi
Bidang Budaya dan
Sosial
Pemikiran Gus Dur
Pluralisme
Islam dan NegaraHukum Islamliberalisme
Pluralisme Pemikiran Gus Dur tentang Pluralisme,sesungguhnya makna Pluralisme persepektif Gus Dur adalah mempunyai makna keberagaman dari berbagai agama khususnya Negara Indonesia, sebagai Negara yang mengakui Keberagaman Agama bukan kita dipaksa untuk meyakini sudut pandang plural Agama untuk kita yakini,namun kita dibukakan cakrawala mata kita untuk lebih memahamkan diri kita pada sudut pandang kita, maksudnya kita banyak harus toleran terhadap agama lain dalam bingkai Muamalah,bukan aqidah atau Idiologi dan teologi
Politik (Islam dan Negara)
Dalam pemikiran Gus Dur tentang Islam dan Negara adalah tentang pemisahan agama dan negara. Yang mana Gus Dur mengatakan bahwa agama dan negara itu berjalan masing-masing, artinya pemimpin negara tidak boleh menjadi pemimpin agama dan begitu sebaliknya bawa ahli agama tidak boleh memimpin negara.
Hukum IslamGus Dur memandang bahwa hukum Islam harus menjadi salah satu factor pendukung pembangunan bangsa, sebagai kumpulan peraturan dan tata cara yang harus diikuti oleh seorang yang patuh memeluk agamanya, hukum Islam memiliki pengertian yang lebih dari hanya sekedar luas lingkup hukum yang dikenal umumnya. Dalam pandangannya, hukum Islam selain mengandung pengertian akan hal-hal yang lazimnya dikenal sebagai bidang juridis, juga meliputi soal ritual keagamaan, etika dari soal cara bersopan santun hingga kepada spekulasi estetis dari para mistikus (mutasawwifin) yang terhalus. Selanjutnya Gus Dur juga berpendapat bahwa hukum Islam juga terkait dengan soal-soal perdata urusan perorangan hingga urusan perniagaan dan moneter, soal-soal pidana dari penetapan bukti dan saksi hingga pada penetapan hukuman mati, ketatanegaraan, hubungan internasional, dan seribu satu masalah lainyang meliputi keseluruhan aspek kehidupan
Liberalisme Liberalisasi pemikiran Abdurrahman Wahid dapat terlihat secara jelas dalam berbagai bentuk gagasan besarnya, yang dianggap oleh banyak pengamat keluar dari jalur kelaziman, utamanya dari logika arus mainstream yang berkembang pada zamannya. Tidak berlebihan bila Hakim (1993:86) mengatakan bahwa cara untuk memahami pemikiran Abdurrahman Wahid adalah dengan tiga kata kunci, yaitu liberalisme, demokrasi dan universalisme.
a). Universalitas Nilai-Nilai kemanusiaan
b). Makna Keadilan dalam Pluralitas Masyarakat
c). Makna Kebudayaan dalam Pluralitas Masyarakat
Nilai-Nilai kemanusiaan
Salah satu pemikira Gus Dur yang juga dianggap menonjol adalah komitmennya untuk mengeluarkan gagasan tentang perlunya ditegakkan kemanusiaan dalam masyarakat. Hal ini sebenarnya tampak dalam kesukannya pada musik, utamanya pada musik yang berisikan nilai-nilai perdamaian dan persaudaraan manpandangan tentang nilai ini telah menjadi titik tolak dalam menelusuri alur atau paradigma pemikirannya. Baginya, penghayatan atas nilai-nilai kemanusiaan adalah inti dari ajaran agama. Tanpa nilai-nilai tersebut, dunia hanya dipenuhi oleh berbagai bentuk kekerasan dan konflik sosial.
Makna Keadilan dalam Pluralitas Masyarakat
Gus Dur berusaha untuk mengedepankan nilai-nilai keadilan sosial di tengah masyarakat plural. Keadilan harus ditegakkan tanpa memandang agama. Gus Dur sangat menginginkan dijunjung tingginya nilai dasar dalam membangun masyarakat, yaitu keadilan, persamaan dan demokrasi. Upaya menjunjung tinggi dasar tersebut adalah meninggalkan formalisasi agama di tengah-tengah masyarakat plural. Menurutnya, masyarakat seharusnya dirangsang untuk tidak terlalu memikirkan manifestasi simbolik dari agama dalam kehidupan, akan tetapi lebih mementingkan esensinya. Keadilan, baginya, adalah milik semua agama, dan harus ditegakkan oleh umat beragama.
Makna Kebudayaan dalam Pluralitas Masyarakat
Gus Dur memiliki suatu pandangan bahwa kebudayaan sebuah bangsa pada hakikatnya adalah kenyataan yang majemuk dan pluralistik. Penyeragaman kebudayaan merupakan suatu tindakan yang dianggapnya tidak berbudaya. Karenanya, sebuah kebudaya yang berlingkup lebih luas, seperti kebudayaan sebuah bangsa, haruslah memiliki wajah pluralitas dan menghargai kemajemukan. Gagasannya terhadap persoalan ini adalah perlunya dikembangkan sebuah kebijaksanaan pengembangan kebudayaan.
Sudah itu saja
Terimakasih