3
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang terdiri dari 13.667 pulau dan mempunyai wilayah pantai sepanjang 54.716 kilometer. Wilayah pantai (pesisir) ini banyak ditumbuhi tanaman mangrove. Luas tanaman mangrove di Indonesia sekitar 4.251.011,03 hektar dengan penyebaran: 15,46 persen di Sumatera, 2,35 persen di Sulawesi, 2,35 persen di Maluku, 9,02 persen di Kalimantan, 1,03 persen di Jawa, 0,18 Bali dan Nusa Tenggara, dan 69,43 persen di Irian Jaya (FAO/UNDP, 1990 dalam Hainim, 1996). Secara fisik tanaman mangrove menjadi zona penyangga dari instrusi air laut, melindungi pantai dari abrasi laut serta penyokong terbentuknya daratan baru. Secara ekonomis tanaman mangrove menjadi kayu bakar, daerah tangkapan ikan (fishing ground). Keberadan tanaman mangrove sangat menentukan dan menunjang tingkat perkembangan sosial dan perekonomian masyarakat pantai. Tanaman mangrove merupakan sumber berbagai produksi hasil tanaman yang bernilai ekonomi, seperti kayu, sumber pangan, bahan kosmetika, bahan pewarna dan penyamak kulit serta sumber pakan ternak dan lebah. Di samping itu juga mendukung peningkatkan hasil tangkapan ikan dan budidaya tambak yang diusahakan para nelayan dan petani tambak.

sosial ekonomi mangrove studi kasus Cirebon

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Sosial Ekonomi

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang terdiri dari 13.667 pulau dan mempunyai wilayah pantai sepanjang 54.716 kilometer. Wilayah pantai (pesisir) ini banyak ditumbuhi tanaman mangrove. Luas tanaman mangrove di Indonesia sekitar 4.251.011,03 hektar dengan penyebaran: 15,46 persen di Sumatera, 2,35 persen di Sulawesi, 2,35 persen di Maluku, 9,02 persen di Kalimantan, 1,03 persen di Jawa, 0,18 Bali dan Nusa Tenggara, dan 69,43 persen di Irian Jaya (FAO/UNDP, 1990 dalam Hainim, 1996). Secara fisik tanaman mangrove menjadi zona penyangga dari instrusi air laut, melindungi pantai dari abrasi laut serta penyokong terbentuknya daratan baru. Secara ekonomis tanaman mangrove menjadi kayu bakar, daerah tangkapan ikan (fishing ground).Keberadan tanaman mangrove sangat menentukan dan menunjang tingkat perkembangan sosial dan perekonomian masyarakat pantai. Tanaman mangrove merupakan sumber berbagai produksi hasil tanaman yang bernilai ekonomi, seperti kayu, sumber pangan, bahan kosmetika, bahan pewarna dan penyamak kulit serta sumber pakan ternak dan lebah. Di samping itu juga mendukung peningkatkan hasil tangkapan ikan dan budidaya tambak yang diusahakan para nelayan dan petani tambak. Luas tanaman mangrove Jawa Barat adalah 40.129,89 ha (tersebar di Pantai Utara dan Pantai Selatan) yang terdiri dari di dalam kawasan tanaman seluas 32.313,50 ha dan di luar kawasan tanaman seluas 7.816,30 ha. Kondisi tanaman mangrove di Jawa Barat seluruhnya dalam kondisi rusak. Tanaman mangrove yang rusak sedang seluas 24.854,38 ha (62%) dan rusak berat seluas 15.275,51 ha (38%). Secara keseluruhan, luas lahan mangrove di Kabupaten Cirebon 1.384,56 ha dengan lahan mangrove yang memiliki kondisi baik seluas 347,00 ha dan rusak seluas 1.037,56 ha. Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan pembangunan, maka fungsi lingkungan pantai di beberapa daerah telah menurun atau rusak dimana banyaknya kepentingan yang menyebabkan kawasan mangrove mengalami perlakuan yang melebihi kemapuan untuk mengadakan permudaan, pengalihan penggunaan lahan dari tanah timbul menjadi pemukiman. Selain itu, kurang adanya usaha yang signifikan dalam melakukan rehabilitasi mangrove yang telah mengalami kerusakan.1.2 TujuanMaksud dan tujuan dari pelaksanaan Kuliah Kerja Lapang 2 (KKL 2) ini ialah untuk mengetahui dampak kerusakan lahan mangrove terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat di darah penelitian1.3 Rumusan Masalah1. Bagaimana dampak kerusakan terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat di wilayah pesisir?2. Apa penyebab kerusakan lahan mangrove tersebut?3. Dimana saja wilayah yang mengalami kerusakan?

Tinjauan Pustaka2. 1 Kerusakan