SSRN-id2191639

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/23/2019 SSRN-id2191639

    1/18Electronic copy available at: http://ssrn.com/abstract=2191639

    Azharsyah Ibrahim Income Smoothing dan Implikasinya

    Jurnal Media Syariah | Vol. XII | No. 24 | Jul - Des 2010

    102

    I ncome Smoothing dan Implikasinya

    terhadap Laporan Keuangan Perusahaan dalam Etika Ekonomi Islam

    Azharsyah IbrahimFakultas Syariah IAIN Ar-Raniry

    Email: [email protected]

    Abstract

    Income smoothing is a form of income management thatreflects economic results, not as they are, but rather asmanagement wishes them to look. This results in lowerearnings quality since net income does not representativelyportray the economic performance of the business entity forthe period. This study examines the implication of incomesmoothing practices toward corporates income statement and its legitimacy to incorporate into Islamic economicpractice. The methodology used for this study is descriptive

    and content analysis. Findings show that the incomesmoothing practices are seen from two differentperspectives. First, the practices are seen as legal activitiesas they rely not on falsehoods and distortions but on thewide leeway existing in alternatively accepted accountingprinciples and their interpretations. It is conducted withinthe structure of GAAP. Second perspective, however, seesit as an unethical conduct since companies indulge in thispractice aims to deceive their investors who are generallywilling to pay a premium for stocks with steady andpredictable earnings streams, compared with stocks whoseearnings are subject to wild fluctuations.

    Income smoothing (perataan laba) adalah suatu perilakuyang rasional yang didasarkan pada asumsi dalampositiveaccounting theory,dimana manajemen suatu perusahaanmelakukan kebijakan tertentu untuk memaksimumkankepentingannya. Tulisan ini bertujuan untuk mengkajiimplikasi praktik income smoothingpada laporan keuanganperusahaan serta untuk melihat kepatutannya dalamsistem ekonomi Islam. Untuk mendapatkan jawabannya,kajian ini menggunakan metode analisis isi (content

    analysis) dan deskriptif analisis (descriptive analysis). Hasilkajian menunjukkan bahwa dari sudut pandang etikasecara umum ada dua pendapat yang bertolak belakang;yang menganggap wajar; dan yang menganggap tidak etis.Akan tetapi pendapat yang kedua lebih kuat. Praktiktersebut juga mempunyai pengaruh yang signifikanterhadap laporan keuangan perusahaan karenamempengaruhi jumlah laba yang dihasilkan oleh suatuperusahaan. Efeknya, hal itu akan mengelabui pendapatstakeholders terhadap kondisi keuangan perusahaantersebut.

    Keywords: Income smooting, perataan laba, akuntansi

    A. Pendahuluan

    Kegiatan ekonomi merupakan salah satu dari aspek muamalah dalam sistem hukum

    Islam, sehingga kaidah fiqh yang digunakan dalam mengidentifikasi transaksi-transaksi

    ekonomi juga menggunakan kaidah fiqh muamalah. Kaidah fiqh muamalah adalah al ashlu

    fil muamalati al ibahah hatta yadullu ad dhalilu ala tahrimiha(hukum asal dalam urusan

    muamalah adalah boleh, kecuali ada dalil yang mengharamkannya).1Ini berarti bahwa semua

    hal yang berhubungan dengan muamalah yang tidak ada ketentuan baik larangan maupun

    anjuran yang ada di dalam dalil Islam (Al-Quran maupun Al-Hadist), maka hal tersebut

    adalah diperbolehkan dalam Islam.2

    Efek yang timbul dari kaidah fiqh muamalah di atas adalah adanya ruang lingkup

  • 7/23/2019 SSRN-id2191639

    2/18Electronic copy available at: http://ssrn.com/abstract=2191639

    Azharsyah Ibrahim Income Smoothing dan Implikasinya

    Jurnal Media Syariah | Vol. XII | No. 24 | Jul - Des 2010

    103

    yang sangat luas dalam penetapan hukum-hukum muamalah, termasuk juga hukum ekonomi.

    Ini berarti suatu transaksi baru yang muncul dalam fenomena kontemporer yang dalam

    sejarah Islam belum ada/dikenal, maka transaksi tersebut dianggap diperbolehkan, selama

    transaksi tersebut tidak melanggar prinsip-prinsip yang dilarang dalam Islam. Sedangkan

    transaksi-transaksi yang dilarang dalam Islam adalah transaksi yang disebabkan oleh faktor:

    haramnya zat (objek transaksinya), haram selain zatnya (cara bertransaksinya), dan tidak

    sah/lengkap akadnya.3

    Salah satu bentuk pengembangan muamalah manusia adalah praktik akuntansi yang

    berhubungan dengan laba, yaitu praktik income smoothing (perataan laba). Perataan laba

    adalah tindakan normalisasi laba yang dilakukan oleh pihak manajemen untuk menolak

    risiko, menghindari pinjaman laba dan pemberian pinjaman di pasar modal. Demikian juga

    hubungannya dengan kreditor, manajer lebih menyukai alternatif yang menghasilkan perataan

    laba.

    Perataan laba merupakan salah satu bagian dari manajemen laba (earnings

    management). Definisi awal tentang perataan laba (income smoothing)adalah suatu perilaku

    yang rasional yang didasarkan pada asumsi dalam positive accounting theory, dimana

    manajemen suatu perusahaan melakukan kebijakan tertentu untuk memaksimumkan

    kepentingannya.4Perataan laba adalah pengurangan fluktuasi laba dari tahun ke tahun dengan

    cara memindahkan pendapatan dari tahun yang tinggi pendapatannya ke periode-periode

    yang kurang menguntungkan.5

    B. Motivasi dibalik Praktik I ncome Smoothing

    Tindakan perataan laba yang dilakukan manajemen dapat dilihat dari dua cara.

    Pertama, tindakan perataan laba yang dipandang sebagai perilaku oportunistik manajemen

    untuk memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi dan hutang.

  • 7/23/2019 SSRN-id2191639

    3/18

    Azharsyah Ibrahim Income Smoothing dan Implikasinya

    Jurnal Media Syariah | Vol. XII | No. 24 | Jul - Des 2010

    104

    Kedua, prilaku perataan laba memberikan manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri

    dari perusahaan dalam mengantisipasi kejadian yang tidak terduga demi kepentingan pihak-

    pihak yang terlibat dalam kontrak.6

    Oleh karena itu tindakan perataan laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan

    adalah sebuah metode untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham dan kesejahteraan

    pribadinya.

    Dari berbagai isi laporan keuangan biasanya perhatian investor lebih banyak ditujukan

    pada informasi laba. Akibatnya, investor tidak memperhatikan prosedur yang digunakan oleh

    manajer untuk menghasilkan informasi laba tersebut.7 Oleh karena itu manajer berusaha

    memberikan informasi yang akan meningkatkan nilai perusahaan dimata investor yaitu

    dengan cara melakukan perataan laba (income smoothing). Tindakan manajemen untuk

    melakukan perataan laba umumnya didasarkan atas berbagai alasan. Antara lain untuk

    memuaskan kepentingan pemilik perusahaan, seperti menaikkan nilai dari perusahaan,

    sehingga muncul anggapan bahwa perusahaan yang bersangkutan memiliki risiko yang

    rendah.

    Alasan lainnya adalah untuk memuaskan kepentingan sendiri atau bonus purpose,

    yaitu manajer yang memiliki informasi laba bersih perusahaan akan bertindak secara

    oportunistik untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba saat ini.8

    Kemudian taxation motivation, yaitu upaya manajer dalam memanajemen laba yang

    dihasilkan perusahaan untuk melakukan penghematan terhadap pembayaran pajak.

    Pergantian CEO (Chief Executive Officer)juga menjadi motivasi dalam melakukan perataan

    laba dimana CEO yang mendekati masa pensiun cenderung akan menaikkan pendapatan

    untuk meningkatkan bonus mereka. Jika kinerja perusahaan buruk, mereka akan

    memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.

    Adanya perubahan informasi atas laba bersih suatu perusahaan melalui berbagai cara

  • 7/23/2019 SSRN-id2191639

    4/18

  • 7/23/2019 SSRN-id2191639

    5/18

    Azharsyah Ibrahim Income Smoothing dan Implikasinya

    Jurnal Media Syariah | Vol. XII | No. 24 | Jul - Des 2010

    106

    akuntansi syariah. Ketiga nilai tersebut tentu saja telah menjadi prinsip dasar yang universal

    dalam operasional akuntansi syariah. Berikut adalah makna yang terkandung dalam surat Al

    Baqarah 282 :10

    1. Prinsip pertanggungjawaban

    Prinsip pertanggungjawaban (accountability)merupakan konsep yang tidak asing lagi

    dikalangan masyarakat muslim. Pertanggungjawaban selalu berkaitan dengan konsep

    amanah.bagi kaum muslim, persoalan amanah merupakan hasil transaksi manusia dengan

    sang khaliq mulai dari alam kandungan. Manusia diciptakan oleh allah sebagai khalifah

    dimuka bumi. Manusia dibebani oleh Allah untuk menjalankan fungsi-fungsi

    kekhalifahannya. Inti kekhalifahan adalah menjalankan dan menunaikan amanah.

    Banyak ayat al-Quran yang menjelaskan tentang proses pertanggungjawaban

    manusia sebagai pelaku amanah allah di muka bumi. Implikasi dalam bisnis dan akuntansi

    adalah bahwa individu yang terlibat dalam praktik bisnis harus selalu melakukan

    pertanggungjawaban apa yang telah di amanatkan dan diperbuat kepada pihak-pihak yang

    terkait. Wujud pertanggungjawabannya biasanya dalam bentuk laporan akuntansi.

    2. Prinsip kebenaran

    Jika ditafsirkan lebih lanjut, QS Al Baqarah 282 mengandung prinsip keadilan dalam

    melakukan transaksi. Prinsip keadilan ini tidak saja merupakan nilai yang sangat penting

    dalam etika kehidupan sosial dan bisnis, tetapi juga merupakan nilai yang secara inhern

    melekat dalam fitrah manusia. Hal ini berarti bahwa manusia itu pada dasarnya memiliki

    kapasitas dan energi untuk membuat adil dalam setiap aspek kehidupan. Dalam konteks

    akuntansi, menegaskan, bahwa setiap transaksi yang dilakukan oleh perusahaan mesti di catat

    dengan benar. Kata keadilan disini memiliki dua arti, yaitu : pertama, adalah berkaitan

    dengan praktik moral, yaitu kejujuran yang merupakan faktor yang dominan. Tanpa

  • 7/23/2019 SSRN-id2191639

    6/18

    Azharsyah Ibrahim Income Smoothing dan Implikasinya

    Jurnal Media Syariah | Vol. XII | No. 24 | Jul - Des 2010

    107

    kejujuran, informasi akuntansi yang disajikan akan menyesatkan dan merugikan para

    pengguna informasi tersebut. Kedua, kata adil bersifat lebih fundamental (dan tetap berpijak

    pada nilai etika/syariah dan moral). Pengertian kedua inilah yang lebih merupakan sebagai

    pendorong untuk melakukan upaya-upaya dekonstruksi terhadap bangun akuntansi modern

    menuju pada bangun akuntansi (alternatif) lebih baik.

    Prinsip ini sebenarnya tidak dapat dilepaskan dengan prinsip keadilan. Sebagai

    contoh, dalam akuntansi kita akan selalu dihadapkan pada masalah pengakuan, pengukuran

    laporan. Aktivitas ini akan dapat dilakukan dengan baik apabila dilandaskan pada nilai

    kebenaran, kebenaran ini kan dapat menciptakan nilai keadilan dalam mengakui, mengukur,

    dan melaporkan tansaksi-transaksi dalam ekonomi. Dengan demikian pengembangan

    akuntansi Islam, nilai-nilai kebenaran, kejujuran dan keadilan harus diaktualisasikan dalam

    praktik akuntansi. Secara garis besar, bagaimana nilai-nilai kebenaran membentuk akuntansi

    syariah dapat diterangkan.

    Akuntan muslim harus meyakini bahwa Islam sebagai way of life (Q.S. 3 : 85).

    Akuntan harus memiliki karakter yang baik, jujur, adil, dan dapat dipercaya (Q.S. An-Nisa

    135). Akuntan bertanggung jawab melaporkan semua transaksi yang terjadi (muamalah)

    dengan benar, jujur serta teliti, sesuai dengan syariah Islam (Q.S. Al-Baqarah : 7 - 8). Dalam

    penilaian kekayaan (asset), dapat digunakan harga pasar atau harga pokok. Keakuratan

    penilaiannya harus dipersaksikan pihak yang kompeten dan independen (Al-Baqarah 282).

    Standar akuntansi yang diterima umum dapat dilaksanakan sepanjang tidak bertentangan

    dengan syariah Islam. Transaksi yang tidak sesuai dengan ketentuan syariah, harus dihindari,

    sebab setiap aktivitas usaha harus dinilai halal dan haramnya. Faktor ekonomi bukan alasan

    tunggal untuk menentukan berlangsungnya kegiatan usaha.

    3. Prinsip keadilan

    Prinsip kebenaran disini tidak dapat dipisahkan dari prinsip keadilan. Dimana al-

  • 7/23/2019 SSRN-id2191639

    7/18

    Azharsyah Ibrahim Income Smoothing dan Implikasinya

    Jurnal Media Syariah | Vol. XII | No. 24 | Jul - Des 2010

    108

    Quran tidak memperbolehkan untuk mencampuradukkannya dengan kebatilan. Kebenaran

    pelaporan yang dimaksud hendaknya dapat diukur dan dapat diakui.

    Secara praktis, laporan keuangan yang berkualitas harus memenuhi kriteria berikut :11

    a) Dapat dipahami (understandable)

    informasi keuangan yang ditampilkan dalam laporan keuangan harus jelas sehingga

    mudah dimengerti dan dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

    b)

    Relevan

    Data yang diolah serta informasi yang disajikan dalam laporan keuangan hanya ada

    kaitannya dengan transaksi yang dibutuhkan.

    c) Andal

    Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan juga harus memenuhi kualitas andal,

    yaitu bebas dari pengertian yang menyesatkan. Kesalahan material, dan dapat diandalkan

    pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan atau

    yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

    d) Dapat dibandingkan (comparability)

    Laporan keuangan yang disusun harus dapat dibandingkan dengan periode-periode

    sebelumnya untuk mengikuti perkembangan posisi dan kinerja keuangan perusahaan yang

    bersangkutan. Selain itu juga dapat dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis,

    untuk mengevaluasi posisi keuangan dan kinerja secara relatif.

    e) Dapat diuji kebenarannya (auditability)

    Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus dapat ditelusuri sampai ke bukti

    asalnya. Baik dalam bentuk dokumen dasar, fisik aktiva yang bersangkutan. Artinya,

    semua transaksi yang terjadi dapat dipertanggungjawabkan oleh pihak manajemen.

    E. Perspektif hukum Islam terhadap praktik perataan laba

  • 7/23/2019 SSRN-id2191639

    8/18

    Azharsyah Ibrahim Income Smoothing dan Implikasinya

    Jurnal Media Syariah | Vol. XII | No. 24 | Jul - Des 2010

    109

    Dalam pandangan Islam, prilaku perataan laba ini sepertinya bertentangan dengan

    kaidah fiqh muamalah, dimana mengandung unsur penipuan (tadlis) dan ketidakjelasan

    (gharar) karena ada pihak yang menyembunyikan informasi terhadap pihak yang lain

    (unknown to oneparty) dengan maksud untuk menipu pihak lain atas ketidaktahuannya

    tentang informasi tersebut. Dan apabila tindakan ini terbukti, maka hal ini dilarang dalam

    Islam, karena melanggar prinsip an taraaddin minkum(sama-sama ridha).

    Ketidakjelasan (gharar) terjadi bila salah satu pihak yang bertransaksi merubah

    sesuatu yang seharusnya bersifat pasti menjadi tidak pasti. Informasi yang disembunyikan

    dan bersifat tidak pasti tersebut dapat berbentuk kuantitas (quantity),kualitas (quality),harga

    (price),ataupun waktu penyerahan (time of delivery)atas objek yang ditransaksikan.

    Adapun penjabaran dari konsep adil adalah dilarangnya gharar (ketidakjelasan) dan

    tadlis (penipuan). Namun, ketidakpastian dari hasil usaha tidak dapat dikatakan gharar. Ia

    merupakan konsekuensi logis dari suatu usaha. Bila usaha itu dilakukan oleh dua belah pihak

    atau lebih dengan menggabungkan sumber daya yang mereka miliki, maka usaha itu disebut

    dengansyirkah.

    Ketidakpastian dalam risiko (pure risk) terdiri dari dua kemungkinan, yaitu rugi atau

    tidak rugi. Risiko ini dapat ditanggung sendiri (take it yourself) atau risiko ditanggung

    bersama (risk sharing). Kedua cara ini dapat dilakukan dengan tidak melanggar syariat

    (halal).12

    Penjabaran lain dari konsep adil adalah dilarangnya tadlis. Tadlis terjadi karena

    adanya penyembunyian (cacat) atas informasi yang tidak diketahui oleh salah satu pihak yang

    bertransaksi. Yang dilarang disini bukanlah menjual barang cacatnya, tetapi adalah

    menyembunyikan cacatnya barang tersebut, sehingga informasi yang dimiliki para pihak

    tidak simetris (asymmetric information). 13

    Dari sisi ilmu pengetahuan, Akuntansi adalah ilmu informasi yang mencoba

  • 7/23/2019 SSRN-id2191639

    9/18

    Azharsyah Ibrahim Income Smoothing dan Implikasinya

    Jurnal Media Syariah | Vol. XII | No. 24 | Jul - Des 2010

    110

    mengkonversi bukti dan data menjadi informasi dengan cara melakukan pengukuran atas

    berbagai transaksi dan akibatnya yang dikelompokkan dalam account, perkiraan atau pos

    keuangan seperti aktiva, utang, modal, hasil, biaya, dan laba (Dapat dilihat dalam Al-Quran

    surat A-Baqarah :282).14

    Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai

    untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah

    seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis

    enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia

    menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan

    ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia

    mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. (Q. S. Al-Baqarah ayat 282)

    Perintah menulis dapat mencakup perintah kepada kedua orang bertransaksi, dalam

    arti salah seorang menulis, dan apa yang ditulisnya diserahkan kepada mitranya jika mitra

    pandai tulis baca, dan apabila tidak pandai, atau keduanya tidak pandai, maka mereka

    hendaknya mencari orang ketiga sebagaimana bunyi ayat lanjutan.

    Selanjutnya, Allah menegaskan : dan hendaklah seorang penulis diantara kamu

    menulisnya dengan adil, yakni dengan benar, tidak menyalahi juga merugikan salah satu

    pihak yang bermuamalah, sebagaimana dipahami dari kata adil dan diantara kamu. Dengan

    demikian, dibutuhkan tiga kriteria bagi penulis, yaitu kemampuan menulis, pengetahuan

    tentang aturan serta tatacara menulis perjanjian , dan kejujuran.

    Dalam Al Quran juga disampaikan bahwa kita harus mengukur secara adil, jangan

    dilebihkan dan jangan dikurangi. Kita dilarang untuk menuntut keadilan ukuran dan

    timbangan bagi kita, sedangkan bagi orang lain kita menguranginya.. Dalam hal ini, Al Quran

    menyatakan dalam berbagai ayat, antara lain dalam surah Asy-Syuara ayat 181-183 yang

    berbunyi:

    Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang

    merugikan dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu

    merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi

    dengan membuat kerusakan... (Q. S. Asy-Syuara ayat 181-183)

  • 7/23/2019 SSRN-id2191639

    10/18

    Azharsyah Ibrahim Income Smoothing dan Implikasinya

    Jurnal Media Syariah | Vol. XII | No. 24 | Jul - Des 2010

    111

    Kata ( ) kamu kurangi terambil dari kata bakhs yang berarti kekurangan

    akibat kecurangan. Ibnu Arabi sebagaimana dikutib oleh Ibnu Asyhur, mendefinisikan kata

    ini dalam arti pengurangan dalam bentuk mencela, dan memperburuk sehingga tidak

    disenangi, atau penipuan dalam nilai dan kecurangan dalam timbangan dan takaran dengan

    melebihkan atau mengurangi. Jika seseorang berkata dimuka umum barang anda buruk

    untuk tujuan menurunkan harganya padahal kualitas barangnya tidak demikian, maka orang

    tersebut dinilai telah mengurangi hak orang lain dalam hal ini si penjual.

    Kata (

    ) Al-Qisthas atau Al-Qusthas ada yang memahaminya dalam arti

    neraca ada juga dalam arti adil. Kata ini adalah salah satu kata asing dalam hal ini Romawi

    yang masuk beralkulturasi dalam bahasa arab yang digunakan Al-Quran. Demikian

    pendapat mujahid yang di temukan dalam shahih Bukhari. Kedua maknanya yang

    dikemukakan diatas dapat dipertemukan, karena untuk mewujudkan keadilan anda

    memerlukan tolok ukur yang pasti (neraca dan timbangan) dan sebaliknya bila anda

    menggunakan dengan baik timbangan yang benar, pasti akan lahir keadilan.15

    Kebenaran dan keadilan dalam mengukur (menakar) tersebut, menurut Dr. Umer

    Chapra juga menyangkut pengukuran kekayaan, utang, modal pendapatan, biaya, dan laba

    perusahaan, sehingga seorang akuntan wajib mengukur kekayaan secara benar dan adil. Agar

    pengukuran tersebut dilakukan dengan benar, maka perlu adanya fungsi auditing.16

    Dalam Islam, fungsi auditing ini disebut tabayyun sebagaimana yang dijelaskan

    dalam Surah Al-Hujuraat ayat 6 yang berbunyi:

    Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu

    berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah

    kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal

    atas perbuatanmu itu. (Q. S. Al Hujuraat ayat 6)

    Ayat diatas merupakan salah satu dasar yang ditetapkan agama dalam kehidupan

  • 7/23/2019 SSRN-id2191639

    11/18

    Azharsyah Ibrahim Income Smoothing dan Implikasinya

    Jurnal Media Syariah | Vol. XII | No. 24 | Jul - Des 2010

    112

    sosial sekaligus merupakan tuntunan yang sangat logis bagi penerimaan dan pengamatan

    suatu berita. Kehidupan manusia dan interaksinya haruslah didasarkan pada hal-hal diketahui

    dan jelas. Manusia sendiri tidak dapat menjangkau informasi, karena hal itu ia membutuhkan

    pihak lain. Pihak lain itu ada yang jujur dan memiliki integritas sehingga menyampaikan hal-

    hal yang benar, dan ada pula sebaliknya. Karena itu pula harus disaring, khawatir jangan

    sampai seorang melangkah tidak jelas atau dalam bahasa ayat ini bi jahalah. Dengan kata

    lain ayat ini menuntut kita menjadikan langkah kita berdasarkan pengetahuan sebagai lawan

    dari jahalah yang berarti kebodohan, disamping melakukannya berdasarkan pertimbangan

    logis dan nilai-nilai yang ditetapkan Allah SWT.17

    Kemudian, sesuai dengan perintah Allah dalam Al Quran, kita harus

    menyempurnakan pengukuran di atas dalam bentuk pos-pos yang disajikan dalam Neraca,

    sebagaimana digambarkan dalam Surah Al-Israa ayat 35 yang berbunyi:

    Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan

    neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (Q.

    S. Al-Isra ayat 35)

    Salah satu hal yang berkaitan dengan hak pemberian harta adalah menakar dengan

    sempurna, karena itu ayat ini melanjutkan dengan menyatakan bahwa dan sempurnakanlah

    secara sungguh-sungguh takaran apabila kamu menakar untuk pihak lain dan timbanglah

    dengan neraca yang lurus yakni benar dan adil. Itulah yang baik bagi kamu dan orang lain

    karena dengan demikian orang akan percaya kepada kamu sehingga semakin banyak yang

    berinteraksi dengan kamu dan melakukan hal itu juga lebih bagus akibatanya bagi kamu di

    akhirat nanti dan bagi seluruh masyarakat dalam kehidupan dunia ini.

    Penyempurnaan takaran dan timbangan oleh ayat diatas dinyatakan baik dan lebih bagus

    akibatnya. Ini karena penyempurnaan takaran/timbangan, melahirkan rasa aman, ketentraman

    dan kesejahteraan dalam hidup bermasyarakat.18

    Dari paparan di atas, dapat kita tarik kesimpulan, bahwa kaidah akuntansi dalam

  • 7/23/2019 SSRN-id2191639

    12/18

    Azharsyah Ibrahim Income Smoothing dan Implikasinya

    Jurnal Media Syariah | Vol. XII | No. 24 | Jul - Des 2010

    113

    konsep Islam dapat didefinisikan sebagai kumpulan dasar-dasar hukum yang baku dan

    permanen, yang disimpulkan dari sumber-sumber Syariah Islam dan dipergunakan sebagai

    aturan oleh seorang Akuntan dalam pekerjaannya, baik dalam pembukuan, analisis,

    pengukuran, pemaparan, maupun penjelasan, dan menjadi pijakan dalam menjelaskan suatu

    kejadian atau peristiwa.

    Dasar hukum dalam akuntansi syariah bersumber dari Al Quran, Sunah Nabawiyyah,

    Ijma (kesepakatan para ulama), Qiyas (persamaan suatu peristiwa tertentu), dan Urf (adat

    kebiasaan) yang tidak bertentangan dengan Syariah Islam. Kaidah-kaidah akuntansi dalam

    Islam, memiliki karakteristik khusus yang membedakan dari kaidah akuntansi konvensional.

    Kaidah-kaidah akuntansi syariah sesuai dengan norma-norma masyarakat Islami, dan

    termasuk disiplin ilmu sosial yang berfungsi sebagai pelayan masyarakat pada tempat

    penerapan akuntansi tersebut.

    Akuntansi barat (konvensional) memiliki sifat yang dibuat sendiri oleh kaum kapital

    dengan berpedoman pada filsafat kapitalisme, sedangkan dalam akuntansi Islam ada meta

    rule yang berasal diluar konsep akuntansi yang harus dipatuhi, yaitu hukum Syariah yang

    berasal dari Tuhan yang bukan ciptaan manusia, dan akuntansi Islam sesuai dengan

    kecenderungan manusia yaitu hanief yang menuntut agar perusahaan juga memiliki etika

    dan tanggung jawab sosial, bahkan ada pertanggungjawaban di akhirat, dimana setiap orang

    akan mempertanggungjawabkan tindakannya di hadapan Tuhan yang memiliki akuntan

    sendiri (Rakib dan Atid) yang mencatat semua tindakan manusia bukan saja di bidang

    ekonomi, tetapi juga bidang sosial-masyarakat dan pelaksanaan hukum syariah lainnya. Jadi,

    dapat kita simpulkan dari uraian di atas, bahwa konsep akuntansi dalam Islam jauh lebih

    dahulu dari konsep akuntansi konvensional, dan bahkan Islam telah membuat serangkaian

    kaidah yang belum terpikirkan oleh pakar-pakar akuntansi konvensional.19

    Akuntansi modern tidak mungkin bebas dari nilai dan kepentingan apapun, karena

  • 7/23/2019 SSRN-id2191639

    13/18

    Azharsyah Ibrahim Income Smoothing dan Implikasinya

    Jurnal Media Syariah | Vol. XII | No. 24 | Jul - Des 2010

    114

    dalam proses penciptaan akuntansi melibatkan manusia yang memiliki kepribadian dan penuh

    dengan kepentingan. Nilai utama yang melekat dalam diri akuntansi modern adalah nilai

    egoistik. Bila informasi yang dihasilkan oleh akuntansi egoistik dikonsumsi oleh para

    pengguna, maka dapat dipastikan bahwa pengguna tadi akan berpikir dan mengambil

    keputusan yang egoistik pula

    Nilai utama kedua yang melekat pada akuntansi modern adalah nilai materialistik,

    yang juga merupakan sifat yang melekat pada diri manusia. Dengan nilai ini akuntansi hanya

    akan memberikan perhatian pada dunia materi (uang). Sifat egoistik dan materialistik,

    diekspresikan dengan jelas pada laporan keuangan. Laporan rugi-laba misalnya,

    menunjukkan akomodasi akuntansi modern terhadap kepentingan (ego) stakeholders untuk

    mendapatkan informasi besarnya laba yang menjadi haknya.

    Setelah kedua nilai utama akuntansi modern itu, muncullah nilai utilitarianisme

    sebagai akibat dari menguatnya dua sifat sebelumnya. Sifat utilitarian adalah sifat yang

    menganggap bahwa nilai baik atau buruk dari sebuah perbuatan, diukur dengan ada tidaknya

    utilitas yang dihasilkan dari perbuatan yang dilakukan. Sehingga, sepanjang perbuatan itu

    menghasilkan utilitas, maka sepanjang itu pula sebuah perbuatan dikatakan baik tanpa

    melihat bagaimana prosesnya. Ketiga nilai yang dimiliki oleh akuntansi modern ini kemudian

    dikenal sebagai kapitalisme.

    Realitas akuntansi modern yang dibangun dengan nilai-nilai egoistik, materialistik

    dan utilitarian, menjadi belenggu bagi manusia modern untuk menemukan jati dirinya dan

    Tuhan. Menjadikan manusia modern terperangkap dalam dunia materi yang hedonis.

    Sehingga, akan mengakibatkan terjadinya dehumanisasi bagi diri manusia itu sendiri. Selain

    menjadikan manusia jauh dari penemuan jati dirinya bahkan menjauhkan manusia pada

    Tuhannya, karakter ini juga merusak hubungan antar manusia. Dimana relasi sosial menjadi

    terasuki oleh sifat egoistik, materialistik dan utilitarian. Bagi kalangan masyarakat muslim,

  • 7/23/2019 SSRN-id2191639

    14/18

    Azharsyah Ibrahim Income Smoothing dan Implikasinya

    Jurnal Media Syariah | Vol. XII | No. 24 | Jul - Des 2010

    115

    Tuhan menjadi tujuan akhir dan menjadi tujuan puncak kehidupan manusia. Akuntansi

    syariah, hadir untuk melakukan dekonstruksi terhadap akuntansi modern. Melalui

    epistemologi berpasangan, akuntansi syariah berusaha memberikan kontribusi bagi

    akuntansi sebagai instrumen bisnis sekaligus menunjang penemuan hakikat diri dan tujuan

    hidup manusia.

    Pada versi pertama, akuntansi syariah memformulasikan tujuan dasar laporan

    keuangannya untuk memberikan informasi dan media untuk akuntabilitas. Informasi yang

    terdapat dalam akuntansi syariah merupakan informasi materi baik mengenai keuangan

    maupun non-keuangan, serta informasi nonmateri seperti aktiva mental dan aktiva spiritual.

    Contoh aktiva spiritual adalah ketakwaan, sementara aktiva mental adalah akhlak yang baik

    dari semua jajaran manajemen dan seluruh karyawan.

    Sebagai media untuk akuntabilitas, akuntansi syariah memiliki dua macam

    akuntabilitas yaitu akuntabilitas horizontal, dan akuntabilitas vertikal. Akuntabilitas

    horizontal berkaitan dengan akuntabilitas kepada manusia dan alam, sementara akuntabilitas

    vertikal adalah akuntabilitas kepada Sang Pencipta Alam Semesta.

    Pada versi kedua, tujuan dasar laporan keuangan syariah adalah memberikan

    informasi, memberikan rasa damai, kasih dan sayang, serta menstimulasi bangkitnya

    kesadaran ke-Tuhanan. Ketiga tujuan ini, merefleksikan secara berturut-turut dunia materi,

    mental, dan spiritual. Tujuan pertama secara khusus hanya menginformasikan dunia materi

    baik yang bersifat keuangan maupun non keuangan. Tujuan kedua membutuhkan bentuk

    laporan yang secara khusus menyajikan dunia mental yakni rasa damai, kasih dan sayang.

    Selanjutnya tujuan ketiga, disajikan dalam wadah laporan yang khusus menyajikan informasi

    kebangkitan kesadaran keTuhanan.

    Kinerja manajemen syariah memiliki tiga bentuk realitas yaitu fisik (materi) dengan

    perspektif kesalehan keuangan yang memiliki indikator seperti nilai tambah syariah (profit),

  • 7/23/2019 SSRN-id2191639

    15/18

    Azharsyah Ibrahim Income Smoothing dan Implikasinya

    Jurnal Media Syariah | Vol. XII | No. 24 | Jul - Des 2010

    116

    dan zakat. Realitas berikutnya adalah psikis (mental) dengan perspektif kesalehan mental dan

    sosial, yang memiliki indikator seperti damai, kasih, sayang, adil, empati, dan peduli.

    Sementara realitas terakhir adalah spiritual dengan perspektif kesalehan spiritual, yang

    memiliki indikator seperti ikhsan, cinta, dan takwa.

    Akuntansi syariah dibangun dengan mengambil inspirasi dari syariah Islam. Secara

    ontologis, akuntansi syariah memahami realitas dalam pengertian yang majemuk. Sedangkan

    secara epistemologis, akuntasi syariah dibangun berdasarkan kombinasi antara akal yang

    rasional dengan rasa dan intuisi (kombinasi dunia fisik dengan dunia non fisik).

    Bila kita cermati surah Al-Baqarah ayat 282, Allah memerintahkan untuk melakukan

    penulisan secara benar atas segala transaksi yang pernah terjadi selama melakukan

    muamalah. Dari hasil penulisan tersebut dapat digunakan sebagai informasi untuk

    menentukan apa yang diperbuat oleh para pihak yang memiliki kepentingan. Jika kita kaitkan

    ayat tersebut dengan konteks ekonomi kontemporer, maka memiliki sistem akuntansi yang

    sistematis, transparan, dan bertanggungjawab, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

    ajaran Islam.

    Namun yang perlu diperhatikan, terutama pada tataran operasional, sistem akuntansi

    pada ekonomi syariah memiliki karakter tersendiri yang berbeda dengan sistem akuntansi

    perbankan konvensional, meski pada aspek-aspek tertentu keduanya memiliki persamaan.

    Diantara perbedaan yang sangat prinsipil adalah larangan penipuan dan ketidakjelasan dalam

    praktik akuntansi syariah dan perbedaan penyajian laporan keuangan syariah yang lebih

    variatif dan beragam bila dibandingkan dengan sistem perbankan konvensional. Sehingga

    konsep dan struktur dasar investasi dan keuangan pada sistem ekonomi syariah haruslah

    menjadi pertimbangan utama dalam membangun sistem akuntansi yang kredibel. Dengan

    demikian, lahirnya sistem ekonomi Islam secara langsung akan mempengaruhi bentuk sistem

    akuntansi yang akan diterapkan dalam suatu masyarakat. Yang membedakan ekonomi Islam

  • 7/23/2019 SSRN-id2191639

    16/18

    Azharsyah Ibrahim Income Smoothing dan Implikasinya

    Jurnal Media Syariah | Vol. XII | No. 24 | Jul - Des 2010

    117

    dengan materialisme adalah Islam tidak pernah memisahkan ekonomi dengan etika,

    sebagaimana tidak pernah memisahkan ilmu dengan akhlak, politik dengan etika, perang

    dengan etika, dan kerabat sedarah sedaging dengan kehidupan Islam. Islam adalah risalah

    yang diturunkan Allah melalui rasul untuk membenahi akhlak manusia.

    Islam juga tidak memisahkan agama dengan negara dan materi dengan spiritual

    sebagaimana yang dilakukan bangsa barat dengan sekularismenya. Islam juga berbeda

    dengan konsep kapitalisme yang memisahkan akhlak dengan ekonomi. Ekonomi dalam

    pandangan Islam bukanlah tujuan akhir dari kehidupan ini tetapi suatu pelengkap kehidupan,

    sarana untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, penunjang dan pelayanan bagi akidah dan

    bagi misi yang diembannya.

    Islam adalah agama yang mengatur tatanan hidup dengan sempurna, kehidupan

    individu dan masyarakat, baik aspek rasio, materi maupun spiritual, yang didampingi oleh

    ekonomi, sosial dan politik.20 Prinsip dasar yang telah ditetapkan dalam Islam mengenai

    usaha manusia dalam bermuamalah adalah tolok ukur dari kejujuran, kepercayaan dan

    ketulusan. Dewasa ini banyak ketidaksempurnaan pasar (transaksi ekonomi), yang

    seharusnya dapat dilenyapkan bila prinsip ini dapat diterima dan dijalankan oleh masyarakat.

    Prinsip Muamalah ini diantaranya telah ada dalam al-Quran dan Sunnah, seperti memberikan

    takaran yang benar dan menciptakan itikad baik dalam transaksi bisnis.

    Islam tidak hanya menekankan agar memberikan timbangan dan ukuran yang penuh,

    akan tetapi jika dalam menimbulkan itikad baik melalui transaksi bisnis, karena hal ini

    dianggap sebagai hakikat dari bisnis dewasa ini. Dari pengamatan yang teliti diketahui bahwa

    hubungan buruk dalam bisnis terutama karena kedua belah pihak tidak dapat menentukan

    secara tertulis syarat bisnis mereka dengan jelas dan jujur. Mengenai masalah ini terdapat

    perintah yang jelas dalam kitab suci al-Quran. Guna membina hubungan baik dalam usaha,

    semua perjanjian harus dinyatakan secara tertulis dan syarat-syaratnya, karena yang

  • 7/23/2019 SSRN-id2191639

    17/18

    Azharsyah Ibrahim Income Smoothing dan Implikasinya

    Jurnal Media Syariah | Vol. XII | No. 24 | Jul - Des 2010

    118

    demikian itu lebih adil di sisi Allah, dan lebih menguatkan persaksian, dan lebih dapat

    mencegah timbulnya keragu-raguan.21

    Dalam perdagangan nilai timbangan dan ukuran yang tepat dan standar benar-benar

    harus diutamakan. Islam telah meletakkan penekanan penting dari faedah memberikan

    timbangan dan ukuran yang benar seribu empat ratus tahun yang lalu. Terdapat perintah tegas

    baik dalam al-Quran maupun Hadits mengenai timbangan dan ukuran yang sepenuhnya.

    Demikian al-Quranmenyatakan :

    Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila

    menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau

    menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidakkah orang-orang itu yakin, bahwa

    sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika)

    manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam? Sekali-kali jangan curang, karena

    sesungguhnya kitab orang yang durhaka tersimpan dalam sijjin (Q .S. Al Mutaffifin, ayat 1-

    7).

    Akhirnya Islam tidak hanya menekankan agar memberikan timbangan dan ukuran

    yang penuh, tapi juga dalam menimbulkan itikad baik dalam transaksi bisnis, karena hal ini

    dianggap sebagai hakikat dari bisnis dewasa ini. Dari pengamatan yang diteliti diketahui

    bahwa hubungan buruk dalam bisnis ini terutama timbul karena kedua pihak tidak dapat

    menentukan secara tertulis syarat bisnis mereka dengan jelas dan jujur.

    Dari analisis ini jelas bahwa setiap transaksi ekonomi dalam Islam secara pokok

    berbeda dengan pengertian modern tentang kegiatan ekonomi ini. Kegiatan ekonomi dalam

    Islam dihubungkan dengan nilai-nilai moral, sedangkan kegiatan ekonomi modern tidak

    demikian. Karena itu, semua transaksi bisnis yang bertentangan dengan kebajikan tidaklah

    bersifat Islami. Dalam Islam punya hak sepenuhnya untuk mengekang setiap transaksi atau

    praktik apa saja yang berusaha menarik keuntungan dari hal yang dilarang.

  • 7/23/2019 SSRN-id2191639

    18/18

    Azharsyah Ibrahim Income Smoothing dan Implikasinya

    Jurnal Media Syariah | Vol. XII | No. 24 | Jul - Des 2010

    119

    CATATAN KAKI

    1 Mukhtar Yahya, Dasar Fiqh, Bandung Al Maarif, 1986, hlm 500.

    2 Muhammad Syafiie Antonio, Bank syariah (Dari Teori ke Praktik), Jakarta, Gema Insani, 2001, hlm. 123 Fudenberg, Drew dan Jean Tirole, A Theory of Income and Dividend Smoothing Based on IncumbencyRates, Journal of Political Economic, Februari, 1995, hlm.75-93

    4 Imam Subekti, Asosiasiantara Praktik Perataan Laba dan Reaksi Pasar Modal di Indonesia, SNA VIII, Solo,

    2005, hlm. 223-237

    5 Ahmad Belkaoui, Teori Akuntansi, Terjemahan Herman Wibowo dan Marianus Sinaga, Jakarta, PT SalembaEmpat, 2002, hlm. 57

    6 Syukri Abdullah, Manajemen Laba Dalam Perspektif Teori Akuntansi Positif, Analisis Laporan KeuanganDan Etika, Media Akuntansi, Jakarta; 1999, No. 3, hlm.11-17.

    7 Beattie, V dan S. Brown, Extraordinary Items And Income Smoothing, A Positive Accounting Approach,Journal Of Business Finance And Accounting, 1994, hlm.791-811.

    8 Juniarti dan Carolina, Analisis Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba (Income Smoothing)

    Pada Perusahaan Go Public, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Jakarta, 2005, Vol. 7, No. 2, hlm.148-162.

    9 Muhammad Wahyudin, Persepsi Akuntansi Publik Dan Mahasiswa Tentang Penerimaan Etika TerhadapManajemen Laba. Surabaya: Simposium Nasional Akuntansi VI, 16-17 Oktober 2003, hlm. 806-819

    10 Muhammad, Manajemen Bank Syariah Edisi Revisi, Yogyakarta, UPP AMP YKPN, 2005, hlm. 329-33111 Hertanto Widodo, Panduan Praktis Operasional Baitul Mal Wattamwil, Bandung: Mizan, 1999, hlm. 54

    12 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam, Edisi Ketiga, Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa, 2007, hlm.36

    13 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam, Edisi Ketiga, Jakarta; Raja Grafindo Perkasa, 2007, hlm. 44

    14 Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Perbankan Syariah, edisi revisi Jakarta, LPFE-Usakti, 2005.hlm.

    15 Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, Vol 10, 2002 hlm, 128-13016 Umar Chapra, Islam And The Economic Challenge, United Kingdom: The Islamic Foundation, 1992, hlm.

    16117 Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, Vol 13, 2002 hlm, 236

    18 Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, Vol 7, 2002 hlm, 462

    19 Yusuf Abdurrahman dan Unti Ludigdo, Dekontruksi Nilai-Nilai Agency Theory Dengan Nilai Syariah: SuatuUpaya Membangun Prinsip-Prinsip Akuntansi Yang Bernafaskan Islam, Malang: PPBEI, Symposium Nasional

    Sistem Ekonomi Islami II, 28-29 Mai 2004, hlm. 249-263

    20 Yusuf Qaradhawi, Norma Dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta: Gema Insani, 2006, hlm. 3321 Abul Ala Al Maududi, Asas Ekonomi Islam Al-Maududi, Surabaya: Bina Ilmu, 2005, hlm. 160