Upload
lynhi
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
12
BAB II
LANDASAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Laporan keuangan
Laporan Keuangan adalah laporan pertanggungjawaban menajer atau pimpinan
perusahaan atas pengelolaan perusahaan yang dipercayakan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan (stakeholder) terhadap perusahaan, yaitu pemilik perusahaan (pemegang
saham), pemerintah (instansi pajak), kreditor (Bank atau Lembaga Keuangan), maupun
pihak yang berkepentingan lainnya.
Harahap (2008) menyatakan bahwa “Laporan keuangan menggambarkan kondisi
keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.
Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah neraca, laporan laba rugi,
laporan arus kas dan laporan perubahan posisi keuangan”.
2.1.1.1 Jenis-jenis laporan keuangan
2.1.1.1.1 Neraca
Neraca (balance sheet) merupakan laporan yang menunjukkan posisi
keuangan perusahaan pada tanggal tertentu. Artinya dari posisi keuanagan
dimaksudkan adalah posisi jumlah dan jenis aktiva (harta) dan pasiva (kewajiban
dan ekuitas) suatu perusahaan.
13
Menurut Budi Raharjo dalam bukunya memahami laporan keuangan
(1998). Bahwa neraca merupakan laporan mengenai keadaan harta kekayaan
perusahaan atau keadaan posisi keuangan perusahaan. Neraca memberitahu
mengenai seberapa kuat posisi keuangan perusahaan dengan meperlihatkan
bagian yang dimiliki perusahaan dan bagian yang dipinjam dari kreditur untuk
suatu jangka waktu tertentu.
2.1.1.1.2 Laporan laba rugi
Menurut Ramlan (2013). Laporan rugi laba merupakan ringkasan kegiatan
perusahaan selama priode tertentu dan dipandang sebagai laporan akutansi yang
penting. Karena dengan adanya laporan laba rugi dapat diketahui jumlah keuntungan
atau kerugian yang diderita oleh suatu perusahaan selama priode tertentu. Tiga
komponen laporan ini adalah pendapatan, beban, laba dan rugi.
a. Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya,
kebanyakan dari penjualan produk dan/atau jasa kepada pelanggan. Bagi investor,
pendapatan kurang penting dibanding keuntungan, yang merupakan jumlah uang
yang diterima setelah dikurangi pengeluaran.
b. Beban adalah adalah pengurang dari pendapatan yang akan menghasilkan laba
bersih sebelum pajak pada laporan laba/rugi. Pada kode perkiraan, beban biasanya
merupakan jenis yang paling banyak jumlahnya, walaupun secara sederhana,
beban dapat diklasifikasikan menjadi, Beban perolehan pendapatan, Beban
operasi/rutin, Beban operasional lainnya, dan Beban lain-lain
c. Laba atau keuntungan dapat didefinisikan dengan dua cara, yang pertama Laba
dalam ilmu ekonomi murni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang
14
investor sebagai hasil penanam modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang
berhubungan dengan penanaman modal tersebut (termasuk di dalamnya, biaya
kesempatan). Sementara itu, laba dalam akuntansi didefinisikan sebagai selisih
antara harga penjualan dengan biaya produksi.
d. Rugi adalah penurunan modal dari transaksi sampingan yang jarang terjadi dari
suatu badan usaha selama satu priode tertentu kecuali yang timbul dari biaya atau
distribusi pemilik
2.1.1.1.3 Laporan Perubahan Modal/Ekuitas
Laporan perubahan modal merupakan laporan yang berisi jumlah dan jenis
modal yang dimiliki pada saat ini. Kemudian, laporan ini juga menjelaskan
perubahan modal dan sebab-sebab terjadinya perubahan modal di perusahaan.
Menurut Yulia (2005) laporan perubahan ekuitas menggambarkan peningkatan
atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama priode bersangkuta.
2.1.1.1.4 Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek
yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik yang berpengaruh langsung atau
tidak langsung terhadap kas. Laporan kas terdiri arus kas masuk (cash in) dan arus
kas keluar (cash out) selama periode tertentu. Kas masuk terdiri dari uang yang
masuk keperusahaan, seperti hasil penjualan atau penerimaan lainnya, sedangkan
kas keluar merupakan sejumlah jumlah pengeluaran dan jenis-jenis
pengeluarannya seperti pembayaran biaya operasional perusahaan.
15
Menurut Ramlan (2013) laporan arus kas bertujuan untuk melihat efek kas
dari kegiatan operasi, investasi, dan pendanaan. Aktivitas operasi meliputi semua
transaksi dan lain yang bukan merupakan kegiatan investasi atau pendanaan. Ini
termaksud transaksi yang melibatkan produksi, penjualan, penyerahan barang,
atau penyerahan jasa. Aktivitas investasi meliputi pemberian kredit, pembelian
atau penjualan investasi jangka panjang seperti pabrik dan perlatan. Aktivitas
pendanaan meliputi transaksi untuk memperoleh dana dan pelunasan hutang.
2.1.1.1.5 Cacatan atas Laporan Keuangan
Laporan cacatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang
memberikan informas apabila ada laporan keuangan yang memerlukan penjelasan
tertentu. Artinya terkadang ada komponen atau nilai dalam laporan keungan yang
perlu diberi penjelasan terlebih dulu sehingga jelas.
Menurut Maryati (2013). Catatan atas laporan keuangan adalah catatan
tambahan dan informasi yang ditambahkan keakhir laporan keuangan untuk
memberi tambahan informasi kepada pembaca dengan informasi yang lebih
konprehensif dari kondisi keuangan perusahaan. Catatan atas laporan keuangan
dapat mencakup informasi tentang hutang, kelangsungan usaha, piutang,
kewajiban kontijensi, atau informasi kontekstual untuk menjelaskan angka-angka
keuangan misalnya untuk menunjukan gugatan.
16
2.1.2 Rasio Keuangan
Untuk dapat memperoleh gambaran tentang perkembangan keuangan
suatu perusahaan perlu diadakan analisa terhadap data keuangan dari suatu
perusahaan, dan data keuangan tersebut tercermin dalam laporan keuangan.
Dalam mengadakan interpretasi dan analisa laporan keuangan suatu perusahaan,
maka diperlukan adanya ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam
analisa keuangan adalah rasio keuangan
Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan perusahaan untuk
menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang
terdapat pada pos laporan keuangan (neraca, laporan laba/rugi, laporan aliran
kas). Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical
relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain.
Analisis rasio dapat digunakan untuk membimbing investor dan kreditor
untuk membuat keputusan atau pertimbangan tentang pencapaian perusahaan dan
prospek pada masa datang. Salah satu cara pemrosesan dan penginterpretasian
informasi akuntansi, yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk
menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lain
dari suatu laporan keuangan.
Analisi rasio keuangan adalah future oriented atau berorientasi dengan
masa depan, artinya dengan analisi rasio keuangan dapat digunakan sebagai alat
untuk meramalkan keadaan keuangan serta hasil usaha dimasa yang akan datang.
Dengan angka-angka historis atau kalau memungkinkan dengan angka rasio
17
industri (yang dilengkapi dengan data lainya) dapat digunakan sebagai dasar
untuk penyusunan laporan keuangan yang diproyeksikan yang merupakan salah
satu bentuk perencanaan keuangan perusahaan, Menurut Munawir (2010).
2.1.2.1 Jenis-jenis Rasio Keuangan
Menurut Hanafi (2009), rasio keuangan dapat dikelompokan ke dalam
lima macam yaitu :
1. Rasio Likuiditas, yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
2. Rasio Aktivitas, yaitu rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas
penggunaan asset dengan melihat tingkat aktivitas aset.
3. Rasio Solvabilitas, yaitu rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjang.
4. Rasio Profitabilitas, yaitu rasio yang melihat kemampuan perusahaan
menghasiilkan laba.
5. Rasio Pasar, yaitu rasio ini melihat perkembangan nilai perusahaan relatif
terhadap nilai buku perusahaan.
2.1.2.1.1 Rasio Likuiditas
Menurut Kasmir (2008), menyebutkan bahwa rasio likuiditas
merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Dibawah ini adalah jenis-
jenis rasio likuiditas, yaitu :
18
1. Current Ratio (Rasio Lancar)
Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban
lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui
kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Current
ratio menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi kewajiban-kewajiban
lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar
semakintinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya
masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang
bagus, karean menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya
dapat mengurangi kemampulabaan perusahaan (Sawir, 2009).
Rasio ini dihitung dengan rumus:
Current Ratio =
Aktiva Lancar
Utang Lancar
2. Quick Ratio (Rasio Cepat)
Rasio ini disebut juga acid test rasio yang juga digunakan untuk mengukur
kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Penghitungan quick ratio dengan mengurangkan aktiva lancar dengan persediaan.
19
Sawir (2009:10) mengatakan bahwa quick ratio umumnya dianggap baik
adalah semakin besar rasio ini maka semakin baik kondisi perusahaan.
Rasio ini dihitung dengan rumus:
Quick Ratio =
Aktiva Lancar- persediaan
Utang Lancar
3. Cash Ratio (Rasio Kas)
Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan posisi kas yang dapat
menutupi hutang lancar dengan kata lain cash ratio merupakan rasio yang
menggambarkan kemampuan kas yang dimiliki dalam manajemen kewajiban
lancar tahun yang bersangkutan.
Rasio ini dihitung dengan rumus:
Cash Ratio =
Kas
Utang Lancar
2.1.2.1.2 Rasio Aktivitas
Merupakan rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan dalam
memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya. Menurt Harahap (2009).
Menurut fahmi (2013), rasio yang mengambarkan sejauh mana suatu perusahaan
20
mempergunakan sumber daya yang dimilikinya guna menunjang aktivitas
perusahaan, dimana penggunaan aktivitas ini dilakukan secara sangat maksimal
dengan maksud meperoleh hal yang maksimal. Jenis-jenis rasio aktivitas adalah
sebagai berikut :
1. Total Asset Turnover (TAT)
Rasio TAT menurut Harahap (2009), rasio TAT menunjukan bagaiman
efektifitas perusahaan menggunakan keseluruhan aktiva unutk meningkatkan nilai
penjualan dan meningkatkan laba.
Rasio TAT dipengaruhi oleh nilai penjualan bersih yang dilakukan oleh
perusahaan dibandingkan dengan nilai aktiva total yang dimiliki oleh perusahaan.
Bila nilai TAT ditingkatkan maka akan terjadi kenaikan penjualan bersih
perusahaan, peningkatan bersih perusahaan akan mendorong peningkatan laba
sehingga mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Rasio TAT yang tinggi
biasanya menunjukan manajemen yang baik, sebaiknya rasio yang rendah
membuat manajemen mangevaluasi strategi pemasarannya dan pengeluaran
modalnya.
Rasio ini dihitung dengan rumus:
Rasio Total Asset Turnover =
Penjualan
Total Aset
21
2. Inventory Turnover (IT)
Inventory Turnover atau sering disebut dengan rasio perputaran persediaan
untuk mengukur efisien pengolahaan pesediaan barnag dagang. Rasio ini
merupakan indikasi yang cukup popular unutuk menilai sfisien operasional, yang
memperlihatkan sebaerapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada
dalam perusahaan. Fahmi (2013)
Inventory Turnover atau peputaran persediaan yang tinggi menandakan
semakin tingginya persediaan berputar dalam satu tahun dan ini menandakan
efektivitas manajemen persediaan. Sebaliknya, peputaran persediaan yang rendah
menandakan manajemen yang kurang efektif pada pengendalia pesediaan.
Rasio ini dihitung dengan rumus:
Inventory Turnover =
Beban Pokok Penjualan
Rata-rata Persediaan
2.1.2.1.3 Rasio Solvabilitas
Menurut Kasmir (2013). Rasio leverage atau yang sering disebut juga
rasio solvabilitas yaitu rasio yang mengukur sebuah perbandingan dana yang
disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan
tersebut. Syafri (2008) menyatakan bahwa Rasio solvabilitas adalah rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewjiban jangka
22
panjangnya/ kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan di likuidasi. Jenis-jenis
rasio solvabilitas adalah sebagai berikut
1. Debt to Equity Ratio
Rasio hutang modal menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik
dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang
mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai dari hutang. Rasio ini disebut
juga rasio leverage. Rasio leverage merupakan rasio untuk mengukur seberapa
bagus struktur permodalan perusahaan. Struktur permodalan merupakan
pendanaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan
modal pemegang saham (Wahyono, 2002).
Rasio ini dihitung dengan rumus:
Debt to Equity Ratio =
Total Hutang
Modal (equity)
2. Total Asets to Debt Ratio/ Debt Ratio
Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva.
Sehingga rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva.
Menurut Sawir (2008:13) debt ratio merupakan rasio yang memperlihatkan
proposi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki.
23
Rasio ini dihitung dengan rumus:
Debt Ratio =
Total Hutang
Total Aktiva
3. Times Interest Earned
Sawir (2008:14) mengatakan bahwa: Rasio ini juga disebut dengan rasio
penutupan (coverage ratio), yang mengukur kemampuan pemenuhan kewajiban
bunga tahunan dengan laba operasi (EBIT) dan mengukur sejauh mana laba
operasi boleh turun tanpa menyebabkan kegagalan dari pemenuhan kewajiban
membayar bunga pinjaman.
Rasio ini dihitung dengan rumus:
Times Interest Earned =
Laba Bersih Sebelum Bunga dan Pajak
Beban Bunga
2.1.2.1.4 Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan
juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam
melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen disini dilihat dari laba
yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Rasio ini disebut
juga rasio rentabilitas.
24
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam mendapatka laba melalui semua kemampuan dan sumber yang
ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan
sebagainya (Syafri, 2008). Jenis-jenis rasio profitabilitas adalah sebagai berikut.
1. Gross Profit Margin
Gross profit margin merupakan persentase laba kotor dibandingkan
dengan sales. Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi
perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif
lebih rendah dibandingkan dengan sales, demikian pula sebaliknya, semakin
rendah gross profit margin semakin kurang baik operasi perusahaan (Syamsuddin,
2009).
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :
Gross Profit Margin =
Penjualan – Harga Pokok Penjualan
Penjualan
2. Net Profit Margin
Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin
tinggi Net profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan.
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :
Net Profit Margin =
Laba Bersih Setelah Pajak
Pejualan
25
3. Return on Investment
Return on investment merupakan perbandingan antara laba bersih setelah
pajak dengan total aktiva. Return on investment adalah merupakan rasio yang
mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan
keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan
(Syamsuddin, 2009).
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :
Return on Investment =
Laba Bersih Setelah Pajak
Total Aktiva
4. Return on Equity
Return on equity merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah
pajak dengan total ekuitas. Return on equity merupakan suatu pengukuran dari
penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang
saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka
investasikan di dalam perusahaan (Syafri, 2008).
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :
Return on Equity =
Labah Bersih Setelah Pajak
Ekuitas
26
5. Earning Per Share
Earning per share adalah rasio yang menunjukkan berapa besar
kemampuan perlembar saham dalam menghasilkan laba (Syafri, 2008). Oleh
karena itu pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan
calon pemegang saham sangat tertarik akan earning per share. Earning per share
adalah suatu indikator keberhasilan perusahaan.
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :
Earning per share =
Labah Bersih Setelah Pajak – Devenden saham Preferen
Jumlah saham biasa yang beredar
6. Return On Asset
Return On Asset adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan
menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal (biaya yang
digunakan mendanai aktiva) dikeluarkan dari analisis.
Menurut Syahyunan (2004), ROA menunjukkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Besarnya perhitungan
pengembalian atas aktiva menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan
menghasilkan laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa dengan seluruh
aktiva yang dimilikinya.
27
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :
Return On Asset =
Net Income
Average total Assets
2.1.2.1.5 Rasio Pasar
Rasio ini merupakan indicator untuk mengukur mahal murahnya suatu
saham, ukuran prestasi perusahaan yang dipaling lengkap bagi para pemegang
saham, serta dapat membantu investor dalam mencari saham yang memiliki
potensi keuntungan dividen yang bessar sebelum melakukan penaman modal
berupa saham. Namun rasio pasar tidak mempunyai ukuran yang menunjukan
tingkat efesiensi rasio serta tidak dapat mencerminkan kinerja keuangan
perusahaan secara keseluruhan jika dilihat berdasarkan harga saham maupun jika
dipergunakan oleh pihak manajemen perusahaan.
Menurut Hanafi (2004). Rasio pasar mengukur harga pasar saham
perusahaan, relative terhadap nilai bukunya. Sudut pandang rasio ini lebih banyak
berdasar pada sudut pandang investor ataupun calon investor, meskipun pihak
manajemen, juga berkepentingan rasio ini. Rasio modal saham atau rasio pasar
terdiri dari:
1. Rasio Earning Per Share
Menurut Alwi (2003). Rasio Earning Per Share biasanya menjadi
perhatian pemegang saham pada umumnya atau calon pemegang saham dan
manajmeen. EPS menunjukan jumlah uang yang dihasilkan (return) dari seti
28
lembar saham. Semakin besar nilai EPS semakin besar keuntungan yang diterima
pemegang saham.
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :
Rasio Earning Per Share =
Labah Bersih – Dividen Saham Istimewa
Rata-rata tertimbang jumlah lembar saham biasa yang beredar
2. Price Earning Ratio
Oleh para investor rasio ini digunakan untuk memprediksi kemampuan
perusahaan dalam menghasilakan laba di masa yang akan datang. Kesedian para
investor untuk menerima kenaikan PER sangat bergantung pada prospek
perusahaan. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan yang tingi, biasanya
memiliki PER yang tinggi. Sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan
yang rendah cenderung memiliki PER yang rendah pula. Menurut Prastowo
(2005).
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :
Price Earning Ratio =
Harga pasar per lembar saham
Pendapatan per lembar saham
3. Market to Book Value Ratio
Rasio ini menunjukan berapa besar nilai perusahaan dari apa yang telah
atau sedang ditanamkan oleh pemilik perusahaan, semakin tinggi rasio ini,
semakin besar tambahan wealth (kekayaan) yang dinikmati oleh pemilik
perusahaan (Husnan, 2006)
29
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :
Market to Book Value Ratio =
Harga pasar per saham
Nilai buku per saham
4. Dividend Yield Ratio
Dividend Yield Ratio merupakan sebagian dari total return yang akan
diperoleh investor. Biasanya perusahaan yang mempunyai prospek pertumbuhan
yang tinggi akan mempunyai dividend yield yang rendah, karena dividen sebagian
besar akan diinvestasikan kembali. Kemudian karena perusahaan dengan prospek
yang tinggi akan mempunyai harga pasar saham yang tinggi, yang berarti
pembaginya tinggi, maka dividend yield untuk perusahaan macam ini akan
cenderung lebih rendah (Hanafi, 2004).
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :
Dividend Yield Ratio =
Dividen per lembar saham
Harga per lembar saham
5. Dividend Payout Ratio
Rasio ini melihat bagian pendapatan yang dibayarkan sebagai dividen
kepada investor. Bagian lain yang tidak dibagikan akan diinvestasikan kembali ke
perusahaan (Hanafi, 2004)
30
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :
Dividend Payout Ratio =
Dividen per lembar saham
Pendapatan per lembar saham
2.1.3 Kinerja keuangan
Menurut Fahmi (2012). Kinerja keuangan merupakan gambaran dari
pencapaian keberhasilan perusahaan dapat diartikan sebagai hasil yang telah
dicapai atas berbagai aktivitas yang telah dilakukan. Dapat dijelaskan bahwa
kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana
suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan
pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.
Menurut Sucipto (2003), pengertian kinerja keuangan yakni penentuan
ukuran - ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu organisasi atau
perusahaan dalam menghasilkan laba. Sementara itu menurut IAI (2007),
dikemukakan bahwa kinerja keuangan adalah kemampuan perusahaan dalam
mengelola dan mengendalikan sumberdaya yang dimilikinya.
Menurut Mulyadi (2007) menguraikan pengertian kinerja keuangan ialah
penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi dan
karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang ditetapkan
sebelumnya.
31
2.2 Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian tentang pengaruh rasio keuangan terhadap kinerja keuangan
pasti telah banyak dilakukan oleh banyak penelitian-penelitian terdahulu. Pada penelitian
terdahulu masih menghasilkan penelitian yang bermacam-macam penelitian dengan hasil
yang berbeda-beda antara penelitian satu dengan yang lain, dengan kata lain penelitian
tersebut masih memiliki kesenjangan dalam penelitiannya (Gap Research). Adapun
penelitian yang dijadikan sebagai acuhan adalah sebagai berikut :
Penelitian tentang pengaruh Debt t Equity Ratio terhadap Return On Equity oleh
Aminatuzzahra (2010) menunjukan bahwa Debt t Equity Ratio memiliki pengaruh yang
signifikan yang positif terhadap Return On Equity. Hasil penelitian tersebut dikuatkan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Zainal (2013) yang juga menyimpulkan bahwa
Debt t Equity Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return On Equity. Dan
pada penelitian Zulfahdi (2013) dan Buchary jahja (2002) tentang pengaruh Debt t Equity
Ratio terhadap Return On Equity memiliki hasil yang sama, yang menyatakan bahwa
Debt t Equity Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return On Equity.
Semetara itu penelitian yang dilakukan Henny yulsiasti (2016) tentang pengaruh
Debt t Equity Ratio terhadap Return On Equity menunjukan bahwa Debt t Equity Ratio
tidak memiliki pengaruh yang signifikan atau memiliki hasi yang negatif terhadap Return
On Equity. Dan hasil penelitian tersebut juga dialami oleh Debora setianti santoso (2009)
yang menyimpulkan bahwa Debt t Equity Ratio tidak memiliki berpengaruh signifikan
terhadap Return On Equity.
32
Penelitian tentang pengaruh Current Ratio terhadap Return On Equity yang
dilakukan oleh Farida titik (2012) menunjukan bahwa Current Ratio memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap Return On Equity. Begitu pula pada penelitian Aminatuzzahra
(2009) Current Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return On Equity. Dan
diperkuat lagi oleh penelitian yang dilakukan jihan salim (2015) dan Yuli orniati (2009)
yang menyatakan bahwa Current Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
Return On Equity.
Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Debora setianti santoso (2009)
tentang pengaruh Current Ratio terhadap Return On Equity menunjukan bahwa Current
Ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return On Equity. Dan hasil
penelitian tersebut juga dialami oleh Zulfadli (2013) dan Desi kartikaningsi (2013) yang
menyimpulkan bahwa Current Ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
Return On Equity.
2.3 Kerangka Pemikiran
1. Pengaruh hubungan atara Debt to Equity Ratio terhadap Return On Equity
Bagi perusahaan sebaiknya hutang tidak melebihi modal sendiri agar
beban hutang tetapnya tidak terlalu tinggi. Dimana Debt to Equity Ratio yang
tinggi menujukan struktur pemodalan usaha yang lebih banyak memanfaatkan
hutang terhadap ekuitas. Perusahaan dengan laba bertumbuh mempunyai
kesempatan yang profitabilitas dalam mendanai investasinya secara internar
sehingga perusahaan menghindar untuk menarik dana dari luar dan berusaha
mencari solusi yang tepat atas masalah-masalah yang terkait dengan hutangnya,
33
selain itu dengan profitabilitas yang meningkat akan mengangkat laba ditahan.
Sehingga akan mnegurangi minat perusahaan untuk melakukan pinjaman dan
Debt to Equity Ratio menurun. Barclay, Smith dan Wats, (1998) yang
dikemukakan Subakti (2001).
Karena hutang mempunyai dampak yang buruk terhadap kinerja
perusahaan, tingkat hutang yang semakin tinggi berarti beban bunga akan
semakin besar yang artinya akan mengurangi keuntungan. Semakin tingginya
Debt to Equity Ratio menunjukan semakin besar beban perusahaan pihak luar. Hal
ini sangat memungkinkan menurunnya kinerja perusahaan, karena tingkat
ketergantungan dengan pihak luar semakin tinggi. Maka pengaruh Debt to Equity
Ratio terhadap Ratio On Equity adalah negatif. Brigham dan Houston (2001).
Debt to Equity Ratio akan bernilai positif apabila perusahaan dapat mengolah
pinjaman untuk modal maka profitabilitas akan meningkat. Fitri (2008).
2. Pengaruh hubungan Current Ratio terhadap Ratio On Equity
Current ratio merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk
mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek, karena rasio ini
menunjukan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh
aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan
jatuh tempo utang. Menurut Agnes Sawir (2003)
Distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan, misalnya jumlah
persediaan yang relatif tinggi dibandingkan dengan taksiran tingkat penjualan
yang akan datang sehingga tingkat perputaran persediaan rendah, itu menujukan
34
adanya over investment dalam persediaan tersebut atau adanya saldo pitutang
yang besar yang mungkin sulit untuk ditagih. Jadi kegunaan aktiva lancar adalah
untuk mengurangi jumlah hutang lancar, sedangkan hutang lancar digunakan
untuk menambah aktiva lancar.
Jika aktiva lancar yang dimiliki perusahaan lebih kecil dari pada hutang
lancar, dan perusahaan akan mengalami kesulitan dalam megoprasikan
perusahaannya. Ini dikarenakan terlalu banyak modal kerja mengakibatkan
banyak dana yang menganggur sehingga dapat menurunkan laba. Dengan
demikian sangat dimungkinkan bahwa hubungan antara Current Ratio dengan
Return On Equity adalah negatif. Current Ratio yang mengakibatkan perubahan
jumlah aktiva lancar atau hutang lancar yang keduanya mengakibatkan perubahan
terhadap Current Ratio, yang artinya menyebabkan perubahan tingkat likuiditas.
Nilai likuiditas yang terlalu tinggi berdampak kurang baik terhadap earning
power karena menujukan kelebihan modal kerja yang dibutuhkan, kelebihan ini
akan menurunkan kesempatan memperoleh keuntungan. Riyanto (1996).
3. Pengaruh Return On Asset (moderating) hubungan dengan Debt to Equity Ratio,
dan Current Ratio terhadap Return On Equity
Return On Asset dan Return On Equity kedua rasio ini mempunya
hubungan yang sangat erat, karena kedua rasio ini digunakan untuk menghitung
atau mengukur kemampuan perusahaan setelah pajak dari setiap rupiah penjualan.
Dengan meningkatnya Return On Asset makan Return On Equity akan meningkat
juga dan hal tersebut akan menarik para investor, karena Return On Equity yang
tinggi menandakan laba yang diterima perusahaan juga tinggi.
35
Return On Asset merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas
jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Return On Asset merupakan
suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelolah investasinya. Di
samping itu hasil pengembalian investasi menunjukkan produktivitas dari seluruh
dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin rendah
(kecil) rasio ini semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini
digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan.
Menurut Kasmir (2008) Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang
menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan.
Dan menurut I Made Sudana (2011) mengemukakan bahwa “Return On Assets
(ROA) menunjukan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva
yang dimiliki untuk menghasilkan laba setelah pajak.
Berdasarkan latar belakang permasalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian dan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
kerangka pemikiran teoritis yang menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio,
Current Ratio, dan Return On Asset mempunyai pengaruh terhadap Return On
Equity.
Berikut kerangka pemikiran teori dari penelitian, dibawah ini :
36
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Debt to Equty Ratio (DER)
(X1)
Current Ratio (CR)
(X2)
Return on Assets (ROA)
(M)
Return on Equity (ROE)
(Y)
37
2.4 Hipotesi
Berdasarkan hubungan antara landasan teori terhadap rumusan masalah maka hipotesis sebagai
berikut :
H1 : Debt to Equity Ratio memiliki pengaruh dan signifikan terhadap Return On
Equity
H2 : Current Ratio memiliki pengaruh dan signifikan terhadap Return On Equity
H3 : Return On Assets memoderator hubungan Debt to Equity Ratio dan Current Ratio
terhadap Return On Equity