Standar Kinerja r.s

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/26/2019 Standar Kinerja r.s

    1/20

    9

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    A.

    Kinerja Perawat

    1.

    Definisi Kinerja

    Kinerja sebagai hasilhasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau

    kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor

    untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu

    (Pabundu, 2006). Sedangkan Mangkunegara (2009) Kinerja (prestasi

    kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai

    seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung

    jawab yang diberikan kepadanya. Menurut Prawirosentono, kinerja atau

    performance adalah usaha yang dilakukan dari hasil kerja yang dapat

    dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi

    sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masingmasing dalam

    rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak

    melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika (Usman,

    2011).

    Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan di rumah sakit memegang

    peranan penting dalam upaya mencapai tujuan pembangunan kesehatan.

    Keberhasilan pelayanan kesehatan bergantung pada partisipasi perawat

    dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas bagi pasien

    (Potter & Perry, 2005). Hal ini terkait dengan keberadaan perawat yang

    bertugas selama 24 jam melayani pasien, serta jumlah perawat yang

    mendominasi tenaga kesehatan di rumah sakit, yaitu berkisar 4060%.

    Oleh karena itu, rumah sakit haruslah memiliki perawat yang berkinerja

    baik yang akan menunjang kinerja rumah sakit sehingga dapat tercapai

    kepuasan pelanggan atau pasien (Swansburg, 2000 dalam Suroso, 2011).

    Kinerja perawat adalah aktivitas perawat dalam mengimplementasikan

    sebaikbaiknya suatu wewenang, tugas dan tanggung jawabnya dalam

  • 7/26/2019 Standar Kinerja r.s

    2/20

    10

    rangka pencapaian tujuan tugas pokok profesi dan terwujudnya tujuan

    dan sasaran unit organisasi. Kinerja perawat sebenarnya sama dengan

    prestasi kerja diperusahaan. Perawat ingin diukur kinerjanya berdasarkan

    standar obyektif yang terbuka dan dapat dikomunikasikan. Jika perawat

    diperhatikan dan dihargai sampai penghargaan superior, mereka akan

    lebih terpacu untuk mencapai prestasi pada tingkat lebih tinggi (Faizin

    dan Winarsih, 2008).

    2.

    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

    Pabundu (2006) terdapat dua faktor yang mempengaruhi kinerja

    karyawan, yaitu:

    a. Faktor internal, yaitu faktor yang berhubungan dengan kecerdasan,

    keterampilan, kestabilan emosi, sifatsifat seseorang, meliputi

    sikap, sifatsifat kepribadian, sifat fisik, keinginan atau motivasi,

    umur, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman kerja, latar belakang

    budaya dan variabel-variabel personal lainnya.

    b.

    Faktor eksternal yaitu faktorfaktor yang mempengaruhi kinerja

    karyawan yang berasal dari lingkungan, meliputi peraturan

    ketenagakerjaan, keinginan pelanggan, pesaing, kondisi ekonomi,

    kebijakan organisasi, kepemimpinan, tindakantindakan rekan kerja

    jenis latihan dan pengawasan, sistem upah dan lingkungan sosial.

    Karakteristik individu yang berhubungan dengan kinerja perawat adalah

    pendidikan, pelatihan, promosi, jenjang karir, lama bekerja, sistem

    penghargaan, gaji, tunjangan, insentif dan bonus. Hasil penelitian

    Daryanto, (2008) menunjukkan bahwa sistem penghargaan yang paling

    dominan berhubungan dengan kinerja adalah gaji dan pengakuan.

    Isesreni, (2009) tingkat pendidikan perawat mempengaruhi kinerja

    perawat, dan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur, jenis

    kelamin, status perkawinan, serta lama bekerja perawat dengan kinerja

    perawat.

  • 7/26/2019 Standar Kinerja r.s

    3/20

    11

    Baik buruknya kinerja seorang perawat dapat dipengaruhi oleh faktor,

    seperti kepuasaan kerja, motivasi, lingkungan kerja dan budaya

    organisasional (Edy, 2008). Dalam sebuah organisasi elemen yang

    paling penting adalah kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan

    kemampuan memberi inspirasi kepada orang lain untuk bekerja sama

    sebagai suatu kelompok agar dapat mencapai suatu tujuan umum (Suarli

    dan Bahtiar, 2009).

    Di tambah lagi supervisi dan kapasitas pekerjaan atau beban kerja juga

    dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Supervisi merupakan segala

    bantuan dari pimpinan/penanggung jawab kepada perawat yang

    ditujukan untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya dalam

    mencapai tujuan asuhan keperawatan. Selain itu, perawat pelaksana akan

    mendapat dorongan positif sehingga mau belajar dan meningkatkan

    kemampuan profesionalnya. Dengan kemauan belajar, secara tidak

    langsung akan meningkatkan kinerja perawat. sedangkan kapasitas

    pekerjaaan adalah frekuensi kegiatan rata-rata dari masing-masing

    pekerjaan dalam jangka waktu tertentu (Suyanto, 2009).

    Peningkatan pelayanan keperawatan dapat diupayakan dengan

    meningkatkan kinerja perawat yaitu dengan peningkatan pengetahuan

    melalui pendidikan keperawatan berkelanjutan dan peningkatan

    keterampilan keperawatan sangat mutlak diperlukan. Penataan

    lingkungan kerja yang kondusif perlu diciptakan agar perawat dapat

    bekerja secara efektif dan efisien. Menciptakan suasana kerja yang dapat

    mendorong perawat untuk melakukan yang terbaik, diperlukan seorang

    pemimpin. Pemimpin tersebut harus mempunyai kemampuan untuk

    memahami bahwa seseorang memiliki motivasi yang berbedabeda

    (Sugijati, dkk; 2008).

  • 7/26/2019 Standar Kinerja r.s

    4/20

    12

    Mulia Nasution (1994 dalam Riyadi, 2011) mengemukakan bahwa

    seorang pemimpin harus mengembangkan suatu sikap dalam memimpin

    bawahannya. Suatu sikap kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai

    suatu pola perilaku yang dibentuk untuk diselaraskan dengan

    kepentingankepentingan organisasi dan karyawan untuk dapat

    mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan berpengaruh

    signifikan dan positif terhadap kinerja karyawan. Kepemimpinan yang

    baik maka akan berdampak pada kinerja karyawan yang tinggi

    Kepemimpinan kepala ruangan sangat berpengaruh terhadap kinerja

    perawat yang merupakan cerminan dari mutu pelayanan rumah sakit.

    Berbagai penelitian tentang kepemimpinan transformasional telah

    dilakukan seperti yang dijelaskan oleh Temalagi (2010) bahwa

    kepemimpinan transformasional lebih dominan diterapkan oleh manager

    Rumah Sakit di Kota Malang. Humairah (2005) menunjukkan

    kepemimpinan transformasional lebih berpengaruh terhadap efektivitas

    kinerja perawat di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta. Hal ini

    diperkuat oleh peneliti Andira dan Budiarto (2010) bahwa

    kepemimpinan transformasional berpengaruh positif pada kinerja

    karyawan lini depan pada perusahaan jasa. Berbagai hasil penelitian

    tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional menjadi

    faktor penentu dalam menciptakan kinerja organisasi yang positif tanpa

    terbatasi oleh budaya dan jenis organisasi (Walumbwa dkk, 2007;

    Dharmayanti, 2009).

    Sitanggang, (2005) Hasil penelitian mendapatkan hubungan yang

    signifikan antara kepemimpinan transformasional (karisma, konsiderasi

    individu, simulasi intelektual) dengan kinerja perawat dan tidak ada

    hubungan karakteristik individu meliputi usia, tingkat pendidikan, masa

    kerja, status perkawinan dan imbalan dengan kinerja perawat di Rumah

    Sakit St. Carolus Jakarta.

  • 7/26/2019 Standar Kinerja r.s

    5/20

    13

    Victor, Sudarma dan Sutrisno, (2011) mengemukakan kepemimpinan

    transformasional berpengaruh positif terhadap kinerja pelayanan. Hal ini

    menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional yang bercirikan

    dengan pengaruh ideal, motivasi inspirasi, stimulasi intelektual dan

    pertimbangan individu yang diterapkan oleh pemimpin organisasi rumah

    sakit berperan besar dalam mencapai sasaran dan tujuan kerja, dimana

    terhadap pelayanan yang diberikan.

    3.

    Penilaian Kinerja

    Penilaian kinerja disebut juga sebagai performance appraisal,

    performance evaluation, development review, performance review and

    development. Penilaian kinerja merupakan kegiatan untuk menilai

    keberhasilan atau kegagalan seorang pegawai dalam melaksanakan

    tugasnya. Oleh karena itu, penilaian kinerja harus berpedoman pada

    ukuranukuran yang telah disepakati bersama dalam standar kerja

    (Usman, 2011).

    Penilaian kinerja perawat merupakan mengevaluasi kinerja perawat

    sesuai dengan standar praktik professional dan peraturan yang berlaku.

    Penilaian kinerja perawat merupakan suatu cara untuk menjamin

    tercapainya standar praktek keperawatan. Penilaian kinerja merupakan

    alat yang paling dapat dipercaya oleh manajer perawat dalam

    mengontrol sumber daya manusia dan produktivitas. Proses penilaian

    kinerja dapat digunakan secara efektif dalam mengarahkan perilaku

    pegawai, dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan dalam kualitas

    dan volume yang tinggi. Perawat manajer dapat menggunakan proses

    operasional kinerja untuk mengatur arah kerja dalam memilih, melatih,

    membimbing perencanaan karier serta memberi penghargaan kepada

    perawat yang berkompeten (Nursalam, 2008).

  • 7/26/2019 Standar Kinerja r.s

    6/20

    14

    Proses penilaian kinerja dengan langkahlangkah sebagai berikut:

    mereview standar kerja, melakukan analisis jabatan, mengembangkan

    instrument penilaian, memilih penilai, melatih penilai, mengukur kinerja,

    membandingkan kinerja aktual dengan standar, mengkaji hasil penilaian,

    memberikan hasil penilaian, mengaitkan imbalan dengan kinerja,

    membuat rencanarencana pengembangan dengan menyepakati sasaran

    sasaran dan standarstandar kinerja masa depan (Usman, 2011).

    Tujuan penilaian kinerja adalah untuk mengetahui tingkat efektivitas dan

    efisiensi atau tingkat keberhasilan atau kegagalan seorang

    pekerja/karyawan atau tim kerja dalam melaksanakan tugas/jabatan yang

    menjadi tanggung jawabnya. (Nawawi, 2006) Sedangkan menurut

    Nursalam (2008) manfaat dari penilaian kerja yaitu:

    a.

    Meningkatkan prestasi kerja staf secara individu atau kelompok

    dengan memberikan kesempatan pada mereka untuk memenuhi

    kebutuhan aktualisasi diri dalam kerangka pencapaian tujuan

    pelayanan di rumah sakit.

    b.

    Peningkatan yang terjadi pada prestasi staf secara perorangan pada

    gilirannya akan mempengaruhi atau mendorong sumber daya

    manusia secara keseluruhannya.

    c.

    Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan tujuan

    meningkatkan hasil karya dan prestasi dengan cara memberikan

    umpan balik kepada mereka tentang prestasinya.

    d. Membantu rumah sakit untuk dapat menyusun program

    pengembangan dan pelatihan staf yang lebih tepat guna, sehingga

    rumah sakit akan mempunyai tenaga yang cakap dan tampil untuk

    pengembangan pelayanan keperawatan dimasa depan.

    e. Menyediakan alat dan sarana untuk membandingkan prestasi kerja

    dengan meningkatkan gajinya atau sistem imbalan yang baik.

    f.

    Memberikan kesempatan kepada pegawai atau staf untuk

    mengeluarkan perasaannya tentang pekerjaannya atau hal lain yang

  • 7/26/2019 Standar Kinerja r.s

    7/20

    15

    ada kaitannya melalui jalur komunikasi dan dialog, sehingga dapat

    mempererat hubungan antara atasan dan bawahan.

    4. Model dan Metode Penilaian Kinerja

    Mangkunegara, (2009) model penilaian kinerja yaitu:

    a.

    Penilaian sendiri

    Penilaian sendiri adalah pendekatan yang paling umum digunakan

    untuk mengukur dan memahami perbedaan individu. Akurasi

    didefinisikan sebagai sikap kesepakatan antara penilaian sendiri dan

    penilaian lainnya. Other Rating dapat diberikan oleh atasan,

    bawahan, mitra kerja atau konsumen dari individu itu sendiri.

    Penilaian sendiri biasanya digunakan pada bidang sumber daya

    manusia seperti: penilaian, kinerja, penilaian kebutuhan pelatihan,

    analisa peringkat jabatan, perilaku kepemimpinan dan lainnya.

    Penilaian sendiri dilakukan bila personal mampu melakukan

    penilaian terhadap proses dan hasil karya yang mereka laksanakan

    sebagai bagian dari tugas organisasi.Penilaian sendiri atau

    dipengaruhi oleh sejumlah faktor kepribadian, pengalaman,

    pengetahuan dan sosio demografi seperti suku dan kependidikan.

    Dengan demikian tingkat kematangan personal dalam menilai hasil

    karya menjadi hal yang patut diperhatikan.

    b.

    Penilaian atasan

    Pada organisasai pada kematangan tingkat majemuk, personal

    biasanya dinilai oleh manajer yang tingkatnya lebih tinggi, penilaian

    ini yang termasuk dilakukan oleh supervisor atau atasan langsung.

    c.

    Penilaian mitra

    Penilaian mitra lebih cocok digunakan pada kelompok kerja yang

    mempunyai otonomi yang cukup tinggi. Dimana wewenang

    pengambilan keputusan pada tingkat tertentu telah didelegasikan

    oleh manajemen kepada anggota kinerja kelompok kerja. Penilaian

    mitra dilakukan oleh seluruh anggota kerja kelompok dan umpan

  • 7/26/2019 Standar Kinerja r.s

    8/20

    16

    balik untuk personal yang dinilai yang dilakukan oleh komite kerja

    dan bukan oleh supervisor. Penilaian mitra biasanya lebih ditujukan

    untuk pengembangan personal dibandingkan untuk evaluasi.

    d.

    Penilaian bawahan

    Penilaian bawahan terhadap kinerja personal terutama dilakukan

    dengan tujuan untuk pengembangan dan umpan balik personal. Bila

    penilaian ini digunakan untuk administratif dan evaluasi,

    menetapkan gaji dan promosi maka penggunaan penilaian ini

    kurang mendapat dukungan, program penilaian bawahan terhadap

    manajer dalam rangka perencanaan dan penilaian kinerja manajer.

    Program ini meminta kepada manajer untuk dapat menerima

    penilaian bawahan sebagai umpan balik atas kemampuan

    manajemen mereka.

    Menurut Lumbanraja dan Nizma, (2010), metode penilaian prestasi

    dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

    a.

    Metode yang berorientasi pada masa lalu

    1)

    Rating Scale: Pengukuran dilakukan berdasarkan skala prestasi

    (kuantitatif dan kualitatif) yang sudah baku.

    2) Checklist: Metode ini memerlukan penilaian untuk menyeleksi

    pernyataan yang menjelaskan karakteristik karyawan.

    3)

    Critical Incident Method: pengukuran dilakukan berdasarkan

    catatan aktivitas seorang karyawan dalam periode waktu tertentu

    yang dinyatakan dalam perilaku positif dan negatif.

    4)

    Field Review Method: Pengukuran dilakukan dengan langsung

    meninjau lapangan.

    5)

    Performance Test and Observation: Penilaian prestasi kerja

    dapat dilaksanakan didasarkan pada suatu test keahlian.

    6)

    Comparative Evaluation Approach: Pengukuran dilakukan

    dengan membandingkan prestasi kerja seorang karyawan

    dengan karyawan lain.

  • 7/26/2019 Standar Kinerja r.s

    9/20

    17

    b.

    Metode yang berorientasi pada masa depan

    1)

    Self appraisal: Teknik evaluasi ini berguna bila tujuan evaluasi

    diri adalah untuk melanjutkan pengembangan diri.

    2)

    Psycological appraisal: penilaian ini biasanya dilakukan oleh

    seorang psikolog, terutama digunakan untuk menilai potensi

    karyawan.

    3)

    Management By Objectives: Pengukuran ber-dasarkan pada

    tujuan2 pekerjaan yang terukur dan disepakati bersama antara

    karyawan dan atasan-nya.

    4)

    Assesment Center: bentuk penilaian yang di standarisasi,

    tergantung pada tipe berbagai penilai.

    5. Standar Kinerja

    Standar pekerjaan adalah sejumlah kriteria yang menjadi ukuran dalam

    penilaian kinerja, yang dipergunakan sebagai pembanding cara dan hasil

    pelaksanaan tugastugas dari suatu pekerjaan/jabatan (Nawawi, 2011).

    Timpe (1988, dalam Usman 2011) menyatakan bahwa standar kinerja

    dapat dibuat untuk setiap individu dengan berpedoman pada uraian

    jabatan. Proses penulisan standar dimulai ketika pengawas dan pegawai

    mendiskusikan pekerjaan. Langkah pertama meliputi penulisan semua

    tugas dan tanggung jawab karyawan. Pegawai juga mempertimbangkan

    pemahamannya tentang harapan-harapan utama yang mungkin dimiliki

    pengawas. Setelah menyelesaikan proses penulisan, penyuntingan dan

    integrasi, standar kinerja yang disepakati untuk dituliskan dan dapat

    dikuantifikasikan atau diukur dan dicapai.

    6.

    Standar Penilaian Kinerja Perawat

    Nursalam, (2008) standar pelayanan keperawatan adalah pernyataan

    deskriptif mengenai kualitas pelayanan yang diinginkan untuk menilai

    pelayanan keperawatan yang telah diberikan pada pasien. Tujuan standar

    keperawatan adalah meningkatkan kualitas asuhan keperawatan,

  • 7/26/2019 Standar Kinerja r.s

    10/20

    18

    mengurangi biaya asuhan keperawatan, dan melindungi perawat dari

    kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari

    tindakan yang tidak terapeutik. Dalam menilai kualitas pelayanan

    keperawatan kepada klien digunakan standar praktik keperawatan yang

    merupakan pedoman bagi perawat dalam melaksanakan asuhan

    keperawatan. Standar praktek keperawatan telah di jabarkan oleh PPNI

    (Persatuan Perawat Nasional Indonesi) (2000) yang mengacu dalam

    tahapan proses keperawatan yang meliputi: (1) Pengkajian; (2) Diagnosa

    keperawatan; (3) Perencanaan; (4) Implementasi; (5) Evaluasi.

    a.

    Standar Satu: Pengkajian Keperawatan

    Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara

    sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan.

    Kriteria pengkajian keperawatan, meliputi:

    1)

    Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, observasi,

    pemeriksaan fisik serta dari pemeriksaan penunjang.

    2) Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang yang terkait, tim

    kesehatan, rekam medis, dan catatan lain.

    3)

    Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi:

    a)

    Status kesehatan klien masa lalu

    b) Status kesehatan klien saat ini

    c)

    Status biologis-psikologis-sosial-spiritual

    d)

    Respon terhadap terapi

    e)

    Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal

    f) Resiko-resiko tinggi masalah

    b.

    Standar Dua: Diagnosa Keperawatan

    Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan dignosa

    keperawatan.

    Adapun kriteria proses:

    1)

    Proses diagnosa terdiri dari analisa, interpretasi data, identikasi

    masalah klien, dan perumusan diagnose keperawatan.

  • 7/26/2019 Standar Kinerja r.s

    11/20

    19

    2)

    Diagnosa keperawatan terdiri dari: masalah (P), Penyebab (E),

    dan tanda atau gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab

    (PE).

    3)

    Bekerjasama dengan klien, dan petugas kesehatan lain untuk

    memvalidasi diagnosa keperawatan.

    4)

    Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan

    data terbaru.

    c. Standar Tiga: Perencanaan Keperawatan

    Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi

    masalah dan meningkatkan kesehatan klien. Kriteria prosesnya,

    meliputi:

    1) Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan, dan

    rencana tindakan keperawatan.

    2)

    Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan

    keperawatan.

    3) Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau

    kebutuhan klien.

    4)

    Mendokumentasi rencana keperawatan.

    d.

    Standar Empat: Implementasi

    Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi

    dalam rencana asuhan keperawatan. Kriteria proses, meliputi:

    1)

    Bekerja sama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan

    keperawatan

    2) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain.

    3)

    Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan

    klien.

    4)

    Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai

    konsep keterampilan asuhan diri serta membantu klien

    memodifikasi lingkungan yang digunakan.

    5)

    Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan

    berdasarkan respon klien.

  • 7/26/2019 Standar Kinerja r.s

    12/20

    20

    e.

    Standar Lima: Evaluasi Keperawatan

    Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan

    dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan.

    Adapun kriteria prosesnya:

    1)

    Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara

    komprehensif, tepat waktu dan terus menerus.

    2)

    Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukut

    perkembangan ke arah pencapaian tujuan.

    3)

    Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat.

    4)

    Bekerja sama dengan klien keluarga untuk memodifikasi rencana

    asuhan keperawatan.

    5) Mendokumentasi hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.

    B.

    Kepemimpinan Transformasional

    1.

    Definisi Kepemimpinan Transformasional

    Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam keberhasilan

    manajemen. Pentingnya kepemimpinan dapat dirasakan pada tingkat

    individu, antar individu, manajerial dan organisasi (Soeroso, 2003).Gillies (1994) mendefinisikan kepemimpinan berdasarkan kata kerjanya,

    yaitu (to lead), yang mempunyai arti beragam, seperti untuk memandu

    (to guide), untuk menjalankan dalam arah tertentu (to run in a specific

    direction), untuk mengarahkan (to direct), berjalan di depan (to go at the

    head of), menjadi yang pertama (to be first), membuka permainan (to

    open play), dan cenderung ke hasil yang pasti (to tend toward a definite

    result). Hersey & Blanchard (1977) mengartikan kepemimpinan sebagai

    suatu kegiatan yang dilakukan melalui individu dan kelompok untuk

    mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Fleishman (1973) mengartikan

    kepemimpinan (leadership) sebagai suatu kegiatan yang menggunakan

    proses komunikasi untuk memengaruhi kegiatan seseorang atau

  • 7/26/2019 Standar Kinerja r.s

    13/20

    21

    kelompok ke arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu (Arwani dan

    Supriyatno, 2006).

    Kepemimpinan merupakan kemampuan memberi inspirasi kepada orang

    lain untuk bekerja sama sebagai suatu kelompok agar dapat mencapai

    suatu tujuan umum (Suarli dan Bahtiar, 2009). Banyak penelitian

    mengenai kepemimpinan yang telah dilakukan. Salah satu bentuk

    kepemimpinan yang diyakini dapat mengimbangi pola pikir dan refleksi

    paradigma baru dalam arus globalisasi dirumuskan sebagai kepemimpi-

    nan transformasional. (Munawaroh, 2011).

    Pemimpin transformasional didefinisikan sebagai seorang pemimpin

    yang mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi bawahan dengan cara

    cara tertentu. Kepemimpinan transformasional akan membuat bawahan

    merasa dipercaya, dihargai, loyal dan respek kepada pimpinannya. Pada

    akhirnya bawahan akan termotivasi untuk melakukan lebih dari yang

    diharapkan. Pemimpin transformasional menggunakan karisma,

    pertimbangan individual, dan stimulasi intelektual untuk menghasilkan

    upaya yang lebih besar, efektivitas, dan kepuasan bagi bawahannya

    (Bass & Avolio, 1990 dalam Sulieman, et all, 2011).

    Burns (1978, dalam Usman, 2011), orang yang disebutsebut sebagai

    yang pertama kali menggagas kepemimpinan transformasional

    mendefinisikan kepemimpinan transformasional sebagai a process in

    which leaders and followers raise to higher levels of morality and

    motivation. Kepemimpinan semacam ini akan mampu membawa

    kesadaran para pengikut (followers) dengan memunculkan ideide

    produktif, hubungan yang sinergikal, kebertanggungjawaban, kepedulian

    edukasional, dan citacita bersama.

  • 7/26/2019 Standar Kinerja r.s

    14/20

  • 7/26/2019 Standar Kinerja r.s

    15/20

    23

    Olga Epitropika (2001, dalam Usman, 2011) mengemukakan enam hal

    kepemimpinan transformasional penting bagi suatu organisasi, yaitu: (1)

    secara signifikan meningkatkan kinerja organisasi, (2) secara positif

    dihubungkan dengan orientasi pemasaran jangka panjang dan kepuasan

    pelanggan, (3) membangkitkan komitmen yang lebih tinggi para anggota

    terhadap organisasi, (4) meningkatkan kepercayaan pekerja dalam

    manajemen dan perilaku keseharian organisasi, (5) meningkatkan

    kepuasan pekerja melalui pekerjaan dan pemimpin, (6) mengurangi

    stress para pekerja dan meningkatkan kesejahteraan.

    2. Teori Kepemimpinan Transformasional

    Bass (1985, dalam Supardi, 2010) mengemukakan sebuah teori

    kepemimpinan transformasional (transformational leadership) yang

    dibangun atas gagasangagasan yang lebih awal dari Burns (1978).

    Tingkatan sejauh mana seorang pemimpin disebut transformasional

    terutama diukur dalam hubungannya dengan efek pemimpin tersebut

    terhadap para pengikutnya. Para pengikut seorang pemimpin

    transformasional merasa adanya kepercayaan, kekaguman, kesetiaan,

    dan hormat terhadap pemimpin tersebut serta mereka termotivasi untuk

    melakukan lebih daripada yang awalnya diharapkan terhadap mereka.

    Pemimpin tersebut mentransformasi dan memotivasi para pengikutnya

    dengan membuat mereka lebih sadar mengenai pentingnya hasilhasil

    suatu pekerjaan, mendorong mereka untuk lebih mementingkan

    organisasi atau tim daripada kepentingan diri sendiri, dan mengaktifkan

    kebutuhan-kebutuhan mereka pada yang lebih tinggi.

    Formulasi asli dari teori tersebut di atas mencakup tiga komponen

    kepemimpinan transformasional yaitu: karisma, stimulasi intelektual,

    dan perhatian yang diindividualisasi. Karisma dapat didefinisikan

    sebagai sebuah proses seorang pemimpin memengaruhi pengikutnya

  • 7/26/2019 Standar Kinerja r.s

    16/20

    24

    dengan emosiemosi yang kuat sehingga merasa kagum dan segan

    dengan dirinya. Karisma adalah bagian penting dari kepemimpinan

    transformasional karena para pemimpin transformasional memengaruhi

    pengikutnya dengan menimbulkan emosi yang kuat dan identifikasi

    dengan pemimpin tersebut. Para pemimpin transformasional

    mentransformasikan nilainilai dengan bertindak sebagai pelatih, guru,

    atau mentor. Para pemimpin transformasional mencoba untuk memberi

    kekuasaan dan meninggikan para pengikutnya. Para pemimpin

    transformasional dapat dijumpai dalam organisasi mana saja dan pada

    tingkatan mana saja. Stimulasi intelektual ialah proses seorang

    pemimpin untuk meningkatkan kesadaran pengikutnya terhadap

    masalahmasalah dan memengaruhi pengikutnya untuk memecahkan

    masalahmasalah itu dengan perspektif yang baru. Perhatian yang

    individualisasi ialah dukungan, membesarkan hati, dan memberikan

    pengalamanpengalaman kepada pengikutnya untuk lebih berprestasi.

    (Usman, 2011).

    Sebuah revisi baru dari teori tersebut menambahkan perilaku

    transformasional yang lain yang disebut inspirasi atau motivasi

    inspirasional. Motivasi inspirasional didefinisikan sebagai sejauh mana

    seorang pemimpin mengkomunikasikan sebuah visi yang menarik,

    menggunakan simbolsimbol untuk memfokuskan usahausaha

    bawahan dan memodelkan perilakuperilaku yang sesuai (Bass dan

    Avolio, 1990 dalam Supardi, 2010). Skema model kepemimpinan

    transformasional terdapat pada gambar skema 2.1

  • 7/26/2019 Standar Kinerja r.s

    17/20

    25

    Transformasional

    organisasi

    Skema 2.1

    Model Kepemimpinan Transformasional

    (Bass & Avolio, 1994 dalam Usman, Husaini (2011)

    Kondisi sekarang dari upaya yang

    diharapkan bawahan

    Makin meningginya motivasi bawahan untuk

    mencapai hasil dengan upaya tambahan

    Bawahan menghasilkan kinerja

    sebagaimana yang diharapkan

    Bawahan mempersembahkan kinerja melebihi

    apa yang diharapkan

    Pemimpin memperluas

    kebutuhan bawahan

    Pemimpin mentransformasikan

    perhatian kebutuhan bawahan

    Pemimpin membangun

    rasa percaya diri bawahan

    Pemimpin mengangkat nuansa

    kebutuhan bawahan ke tingkatan

    yang lebih tinggi pada hierarki

    Pemimpin mempertinggi

    probabilitas keberhasilan

    yang subjektif

    Pemimpin mempertinggi nilai

    kebenaran bawahan

  • 7/26/2019 Standar Kinerja r.s

    18/20

    26

    3.

    Dimensi-Dimensi Kepemimpinan Transformasional

    Bass dan Avolio (1994) dalam Usman, Husaini (2011) mengusulkan

    empat dimensi dalam kadar kepemimpinan transformasional:

    a.

    Idealized influence, yang dijelaskan sebagai perilaku yang

    menghasilkan rasa hormat (respect) dan rasa percaya diri (trust) dari

    orangorang yang dipimpinnya. Idealized influence mengandung

    makna saling berbagi risiko, melalui pertimbangan atas kebutuhan

    yang dipimpin di atas kebutuhan pribadi, dan perilaku moral serta

    etis.

    b.

    Inspirational motivation, yang tercermin dalam perilaku yang

    senantiasa menyediakan tantangan dan makna atas pekerjaan orang

    orang yang dipimpin, termasuk di dalamnya adalah perilaku yang

    mampu mengartikulasikan ekspektasi yang jelas dan perilaku yang

    mampu mendemonstrasikan komitmen terhadap sasaran organisasi.

    Semangat ini dibangkitkan melalui antusiasme dan optimisme.

    c. Intellectual simulation. Pemimpin yang mendemonstrasikan tipe

    kepemimpinan senantiasa menggali ideide baru dan solusi yang

    kreatif dari orangorang yang dipimpinnya. Ia juga selalu

    mendorong pendekatan baru dalam melakukan pekerjaan.

    d. Individualized consideration. Direfleksikan oleh pemimpin yang

    selalu mendengarkan dengan penuh perhatian, dan memberikan

    perhatian khusus kepada kebutuhan prestasi dan kebutuhan dari

    orangorang yang dipimpinnya.

  • 7/26/2019 Standar Kinerja r.s

    19/20

    27

    C.

    Kerangka Teori

    Keterangan:

    Proses

    Mempengaruhi

    Sumber:

    Modifikasi: Pabundu, (2006), Nursalam (2008),Usman, Husain (2011), Nawawi (2011)

    Kepemimpinan transformasional:

    1.Idealized influence

    2.Inspirational motivation

    3.Intellectual stimulation

    4.Individualized consideration

    Kinerja perawat dalam melaksanakanasuhan keperawatan:

    1. Pengkajian2. Diagnosa

    3. Perencanaan

    4.

    Implementasi5. Evaluasi

    Faktor yang mempengaruhi kinerja:

    1. Faktor Internal: kecerdasan, jenis

    kelamin, usia, pendidikan,

    pengalaman kerja, sifat fisik

    2. Faktor Eksternal: peraturan

    ketenagakerjaan, kepemimpinan,

    sistem upah, lingkungan kerja,kondisi ekonomi, dan lain-lain

    Penilaian

    Kinerja

    Standar Kinerja

    Modelpenilaian

    kinerja

    MetodePenilaian

    Kinerja

  • 7/26/2019 Standar Kinerja r.s

    20/20

    28

    D.

    Kerangka Konsep

    Variabel Independent Variabel Dependent

    E. Variabel Penelitian

    Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau

    kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

    untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut Sugiyono,

    (2011) hubungan antara variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi:

    a.

    Variabel Independent: Variabel ini sering disebut variabel stimulus,

    predictor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel

    bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi

    atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

    dependen (terikat). Dalam penelitian ini variabel independen adalah

    kepemimpinan transformasional kepala ruang.

    b.

    Variabel Dependen: Sering disebut sebagai variabel output, kriteria,

    konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabelterikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

    menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini

    variabel dependen adalah kinerja perawat pelaksana dalam

    melaksanakan asuhan keperawatan.

    F. Hipotesis

    Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan penelitian

    (Sugiyono, 2011). Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubunganantara kepemimpinan transformasional kepala ruang dengan kinerja perawat

    pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan di RSUD Kota

    Semarang.

    Kinerja Perawat Pelaksanadalam melaksanakan

    asuhan keperawatan

    KepemimpinanTransformasional

    Kepala Ruang