38
STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF BADAN PERTANAHAN NASIONAL November, 2004

STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

STANDARSTRUKTUR DATA SPASIAL DXF

BADAN PERTANAHAN NASIONALNovember, 2004

Page 2: STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

DAFTAR ISI

BAB I...........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.........................................................................................................................1I.1 LATAR BELAKANG..........................................................................................................1

I.2. TUJUAN...........................................................................................................................2

BAB II..........................................................................................................................................4

RUANG LINGKUP STANDARISASI..........................................................................................4II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR....................................4

II.2. STANDAR SATUAN GAMBAR.......................................................................................8

II.3. STANDAR PENAMAAN FILE DAN DIREKTORI............................................................9

II.4. STANDAR PENAMAAN LAYER DAN ENTITAS............................................................9

II.5. STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL......................................................................15

II.6. STANDAR JENIS TOPOLOGI......................................................................................22

II.7. STANDAR PENULISAN TEKS.....................................................................................23

II.8. STANDAR FORMAT PENCETAKAN ..........................................................................24

II.8.1. Elemen – Elemen Peta Pendaftaran.....................................................................24

II.8.2. Metode Pembuatan Layout...................................................................................31

II.9. STANDAR LEGENDA...................................................................................................32

BAB III.......................................................................................................................................34

VALIDASI DATA.......................................................................................................................34II.1. RUANG LINGKUP VALIDASI DATA.............................................................................34

Page 3: STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

Struktur Data Spasial DXF

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

eta dapat didefinisikan sebagai representasi permukaan fisik bumiyang ditampilkan secara grafik pada bidang planar. Petamenampilkan isyarat, simbol dan hubungan spasial diantara fitur

geografik. Adakalanya peta menekankan, mengeneralisasi danmenghilangkan fitur tertentu sesuai dengan kebutuhan peta tersebut.Sebagai contoh, jalan kereta api mungkin saja ditampilkan pada petatransportasi tetapi dihilangkan dari peta jalan.

PSeiring dengan perkembangan teknologi informasi, maka teknologipemetaan juga berkembang ke arah Sistem Informasi Geografik atausering disingkat dengan SIG. SIG adalah integrasi antara data geografik,data atribut dan data – data bereferensi geografik lainnya didalam sebuahsistem terkomputerisasi sebagai alat bantu untuk mengambil keputusan.SIG dipakai untuk mengumpulkan, menyimpan, memanggil, menganalisadan menampilkan data spasial. Dalam hubungannya dengan basis datarelasional dan peta digital, SIG dapat diilustrasikan sebagai berikut :

Gambar XX. Hubungan Antara Basis Data, CAD, dan SIG

Basis data relasional pada umumnya hanya menyimpan data – datatekstual dan tidak dihubungkan dengan data spasial, sebaliknya peta –peta digital dalam format CAD tidak dilengkapi dengan data atribut.Sistem Informasi geografik kemudian mengorganisasikan basis datarelasional dengan peta digital tersebut sehingga pengguna dapat

Badan Pertanahan Nasional 1

Gambar 1. Hubungan Antara Basis Data, CAD, dan SIG

Sistem Informasi Geografis

Peta Digital Kartografi

(CAD Format)

Basis Data Relasional(RDBMS)

Page 4: STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

Struktur Data Spasial DXF

memperoleh informasi spasial yang tergambar pada peta digital dari database relasional atau sebaliknya, pengguna bisa memperoleh informasiyang tersimpan pada basis data relasional melalui peta digital.Dengan demikian jelas sekali terlihat bahwa tidak bisa dilakukankomparasi atau perbandingan antara kemampuan software - softwareCAD (AutoCad, Microstation) dengan software - software SIG (Smallworld,Arc GIS, MapInfo) karena memang 'wilayah kerja' software tersebutberbeda. Hal ini dikarenakan software - software CAD dirancang bukanuntuk mengelola sistem informasi geografis, sebaliknya software -software SIG dibuat dengan kondisi editing tool yang tidak terlalu baik.Meskipun beberapa software CAD sekarang ini dilengkapi dengan moduluntuk mengelola data spasial seperti AutoCad dengan AutoCad Map danMicrostation dengan Microstation Geographic, masih tetap saja adakelemahannya yaitu software - software tersebut tidak bisa menanganidata - data spasial dengan ukuran yang besar. Berbeda sekali dengansoftware - software GIS yang memang dipersiapkan untuk mengelola datageografis dengan ukuran yang besar. Untuk mengatasi keterbatasanediting tool pada perangkat lunak SIG, maka peta digital bisa dibuatdengan menggunakan perangkat lunak CAD yang mempunyai 'engine'topologi. Selanjutnya peta – peta digital tersebut diimport ke dalam SIG.Keuntungan yang bisa diperoleh dengan mensinergikan dua perangkatlunak CAD dan SIG adalah kecepatan penggambaran dan kemampuanpengelolaan data spasial. Kendala yang dihadapi dalam mensinergikan duaperangkat lunak tersebut adalah mengenai format data. Seperti telahdiketahui bersama, data - data tekstual yang diorganisasikan dalam suatudatabase relasional memiliki banyak sekali kaidah agar tercipta suatukondisi dimana tabel – tabel yang membetuk database tersebut normal(tidak ada redudancy dan duplikasi data). Redudancy data biasanyadikurangi dengan memecah tabel menjadi beberapa tabel dan masing –masing tabel tersebut direlasikan dengan sebuah 'foreign key'. Duplikasidata dapat dikurangi dengan penggunaan 'primary key' yaitu sebuah nilai(value) yang unik yang membedakan suatu objek dengan objek lainnya.Norma – norma tersebut tidak pernah ditemukan pada peta digitaldengan format CAD. Seorang operator CAD bisa memasukkan entity apasaja pada peta digital tanpa terikat oleh norma – norma basis datarelasional. Seorang operator bahkan bisa membuat sebuah layer yanghanya dimengerti oleh dirinya sendiri. Hal ini tentu saja akan menyulitkandalam proses integrasi data nantinya. Oleh karena itu, perlu dibuat suatustandarisasi mengenai peta digital, sehingga menjamin peta tersebutdapat diintegrasikan dengan database relasional.

I.2. TUJUAN

Tujuan pembuatan standar struktur data DXF ini adalah untukmenerapkan standar yang jelas dalam pembuatan peta digital dilingkungan Badan Pertanahan Nasional. Dengan standar struktur data ini,

Badan Pertanahan Nasional 2

Page 5: STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

Struktur Data Spasial DXF

diharapkan proses import data ke dalam sistem informasi geografis dapatberjalan dengan baik. Selain itu, dengan struktur data yang jelasdiharapkan peta – peta tersebut bisa dipahami oleh semua pihak, baik dilingkungann BPN maupun instansi lain diluar BPN yang memerlukan data –data spasial bidang tanah.

Badan Pertanahan Nasional 3

Page 6: STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

Struktur Data Spasial DXF

BAB II

RUANG LINGKUP STANDARISASI

II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR

Standar sistem proyeksi diperlukan untuk memastikan adanyakesamaan pola distorsi sudut, luas dan jarak pada peta. Seperti telahdiketahui, setiap sistem proyeksi peta hanya mampu meminimalkandistorsi, tidak menghilangkan. Karakteristik distorsi tersebut berbeda –beda untuk setiap sistem proyeksi. Dengan adanya kesamaan poladistorsi, diharapkan peta – peta pendaftaran diseluruh wilayah indonesiadapat disatukan dalam satu sistem peta tunggal.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997, sistemkoordinat nasional menggunakan sistem koordinat proyeksi TransverseMercator Nasional dengan lebar zone 3o atau disingkat TM3o. BerdasarkanPeraturan Pemerintah tersebut, sistem koordinat TM3o memiliki ketentuan– ketentuan sebagai berikut:

1. Meridian sentral zone TM-3o terletak 1,5 derajat di timur danbarat meridian sentral zone UTM yang bersangkutan

2. Besaran faktor skala di meridian sentral yang digunakan dalamZone TM-3o adalah 0,9999

3. Titik nol semu yang digunakan mempunyai koordinat (X) =200.000 m barat dan (Y) = 1.500.000 m selatan.

4. Model matematik bumi sebagai bidang referensi adalah spheroidpada datum WGS-1984 dengan parameter a = 6.378.137 meterdan f = 1 / 298,25722357

World Geodetic System 1984 (WGS 84) selanjutnya dikenal jugadengan Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN 95). Selengkapnya, datum inimempunyai parameter sebagai berikut :

1. Jari-jari ekuator (a) = 6.378.137 m

2. Penggepengan (f) = 1 : 298,25722357

3. Setengah sumbu pendek (b) = 6.356.752,314 m

4. Jari-jari kutub (c) = 6.399.593,626 m

5. Eksentisitas I kuadrat (e2) = 0,006694380

6. Eksentrisitas II kuadrat (e'2) = 0,006739497

Badan Pertanahan Nasional 4

Page 7: STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

Struktur Data Spasial DXF

Berdasarkan titik semu tersebut dan dengan beberapapenyederhanaan, satu zone TM-3o akan berupa sebuah persegi panjangdengan dengan koordinat titik kiri bawah adalah (32.000, 282.000) dantitik kanan atas adalah (368.000, 2.166.000).

Dengan mengacu pada ketentuan tersebut, maka pembagian zoneTM3o adalah sebagai berikut :

Dalam penggambaran Peta Pendaftaran, satu zone TM-3o dibagi menjadibeberapa lembar. Penomoran lembar tersebut disesuaikan dengan skalapeta yang akan dibuat.

1. Penomoran Lembar Peta Skala 1:10.000

Untuk peta skala 1:10.000, satu zone TM-3 dibagi menjadi bujursangkar kecil dengan ukuran 6.000 m x 6.000 m sehinggaterbentuk 314 baris dan 56 kolom bujur sangkar. Nomor kolomdan baris masing – masing bujur sangkar tersebut dijadikandasar penomoran lembar pada skala 1:10.000. Formatpenomoran lembar pada skala 1:10.000 adalah kk.bbb dimanakk adalah nomor kolom (2 digit) dan bbb adalah nomor baris (3digit). Penomoran baris dimulai dari nomor satu dan makinmembesar kearah atas. Penomoran kolom dimulai dari nomorsatu dan makin membesar ke arah kanan. Sebagai contoh, bujursangkar yang terletak pada baris pertama kolom pertamamempunyai nomor lembar 01.001, bujur sangkar yang terletakpada baris terakhir kolom terakhir mempunyai nomor lembar56.314.

Badan Pertanahan Nasional 5

Gambar 2. Pembagian Zona TM3

94O30' 97O30' 100O30' 103O30' 106O30' 109O30' 112O30' 115O30' 118O30' 121O30' 124O30' 127O30' 130O30' 133O30' 136O30' 139O30'

93O 96O 99O 102O 105O 108O 111O 114O 117O 120O 123O 126O 129O 132O 135O 138O 141O

46.2 47.1 47.2 48.1 48.2 49.1 49.2 50.1 50.2 51.1 51.2 52.1 52.2 53.1 53.2 54.1

Page 8: STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

Struktur Data Spasial DXF

2. Penomoran Lembar Peta Skala 1:2.500

Satu lembar peta skala 1:10.000 dibagi menjadi 16 lembar petaskala 1:2.500 dengan ukuran masing – masing 1.500 m.Penomoran kotak dimulai dari kotak kiri bawah dengan nomorurut satu. Nomor ini makin membesar ke arah kanan. Setelahkolom keempat, penomoran dilanjutkan dari baris diatasnya danmembesar lagi kearah kanan. Demikian selanjutnya sampai bariskeempat. Format penomoran lembar skala 1:2.500 adalahkk.bbb-mm dimana kk.bbb adalah nomor lembar skala 1:10.000dan nn adalah nomor kotak skala 1:2.500.

Badan Pertanahan Nasional 6

Gambar 3. Pembagian Lembar Skala 1:10000

312

313

314

001

002

003

01 02 03 54 55 56

02.002

Page 9: STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

Struktur Data Spasial DXF

3. Penomoran Lembar Peta Skala 1:1.000

Satu lembar peta skala 1:2.500 dibagi menjadi 9 lembar petaskala 1:1.000 dengan ukuran masing – masing 500 m.Penomoran kotak dimulai dari kotak kiri bawah dengan nomorurut satu. Nomor ini makin membesar ke arah kanan. Setelahkolom ketiga, penomoran dilanjutkan dari baris diatasnya danmembesar lagi kearah kanan. Demikian selanjutnya sampai barisketiga. Format penomoran lembar skala 1:2.500 adalah kk.bbb-mm-n dimana kk.bbb-mm adalah nomor lembar skala 1:2.500dan n adalah nomor kotak skala 1:1.000.

4. Penomoran Lembar Peta Skala 1:500

Satu lembar peta skala 1:1.000 dibagi menjadi 4 lembar petaskala 1:500 dengan ukuran masing – masing 250 m. Penomorankotak dimulai dari kotak kiri bawah dengan nomor urut satu.Nomor ini makin membesar ke arah kanan. Setelah kolomketiga, penomoran dilanjutkan dari baris diatasnya danmembesar lagi kearah kanan. Demikian selanjutnya sampai barisketiga. Format penomoran lembar skala 1:500 adalah kk.bbb-mm-n-o dimana kk.bbb-mm-n adalah nomor lembar skala1:1.000 dan o adalah nomor kotak skala 1:500.

Badan Pertanahan Nasional 7

Gambar 5. Pembagian Lembar Skala 1:1000

Gambar 4. Pembagian Lembar Skala 1:2500

1 2 3

4 5 6

7 8 9Skala 1 : 2.500, No. Lembar 02.002-06

Skala 1 : 1.000, No. Lembar 02.002-06-5

01 02 03 04

05 06 07 08

09

13

10 1211

14 15 16

Skala 1 : 10000, No. Lembar 02.002

Skala 1 : 2.500, No. Lembar 02.002-06

Page 10: STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

Struktur Data Spasial DXF

5. Penomoran Lembar Peta Skala 1:250

Satu lembar peta skala 1:500 dibagi menjadi 4 lembar peta skala1:250 dengan ukuran masing – masing 125 m. Penomoran kotakdimulai dari kotak kiri bawah dengan nomor urut satu. Nomor inimakin membesar ke arah kanan. Setelah kolom kedua,penomoran dilanjutkan dari baris diatasnya dan membesar lagikearah kanan. Demikian selanjutnya sampai baris kedua. Formatpenomoran lembar skala 1:250 adalah kk.bbb.nn.m.o.p dimanakk.bbb.nn.m.o adalah nomor lembar skala 1:500 dan p adalahnomor kotak skala 1:250.

II.2. STANDAR SATUAN GAMBAR

Standar satuan gambar ini sangat terkait dengan data spasialutama yang dikelola oleh BPN, yaitu bidang tanah. Setiap bidang tanahmemiliki identitas unik yang disebut dengan nomor identitas bidang.Nomor identitas bidang ini terdiri dari 13 digit numerik. Delapan digitpertama merupakan kode desa persil yang bersangkutan dan 5 digitberikutnya dikenal dengan istilah nomor induk bidang. Nomor identitasbidang tersebut selalu unik untuk setiap bidang diseluruh wilayahindonesia karena kode desa bersifat unik, tetapi nomor induk bidang (5digit terakhir) bisa sama untuk desa yang berbeda. Pada petapendaftaran, yang ditampilkan hanyalah nomor induk bidangnya saja,

Badan Pertanahan Nasional 8

Gambar 7. Pembagian Lembar Skala 1:250

Gambar 6. Pembagian Lembar Skala 1:250

21

3 4Skala 1 : 500, No. Lembar 02.002-06-5-1

Skala 1 : 250, No. Lembar 02.002-06-5-1-4

21

3 4Skala 1 : 1.000, No. Lembar 02.002-06-5

Skala 1 : 500, No. Lembar 02.002-06-5-1

Page 11: STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

Struktur Data Spasial DXF

yaitu 5 digit terakhir. Oleh karena itu, satuan peta pendaftaranseharusnya di buat perdesa, mengikuti sistem penomoran nomor identitasbidang. Hal ini berarti dalam satu file peta digital hanya ada satu kodedesa saja. Jika diperlukan untuk mengimport data ke dalam SIG, nomoridentitas bidang sebagai kode yang unik dengan mudah bisa diperolehdengan menggabungkan kode desa dengan nomor induk bidang setiapbidang tanah. Bagi kantor yang memiliki dua zone, maka dilakukanpenyederhanaan pembagian zone per desa dilihat dari kecenderungandesa tersebut masuk ke dalam zone berapa. Untuk keperluan pencetakanperlembar berdasarkan peta – peta perdesa tersebut akan dijelaskan padabagian standar format pencetakan.

II.3. STANDAR PENAMAAN FILE DAN DIREKTORI

Setiap file dengan satuan per desa disimpan dengan nama filesesuai dengan kode desanya. Struktur direktori untuk penyimpanan filedimulai dari kode kantor. Kode kantor mempunyai sub direktori kodekecamatan. File peta digital disimpan dibawah kode kecamatan sesuaidengan kecamatan desa yang bersangkutan seperti gambar berikut ini :

Untuk kepentingan back up data secara permanen, data disimpan dalambentuk CD data. CD tersebut dilengkapi dengan sampul yangmenerangkan isi CD tersebut dan informasi – informasi penting lainnya.

II.4. STANDAR PENAMAAN LAYER DAN ENTITAS

Peta – peta digital yang dibuat dengan perangkat lunak CAD padaumumnya diorganisasikan dalam beberapa layer. Layer adalah sebuahlapisan transparan yang memuat entity tertentu. Setiap entity yangmemiliki kesamaan tema digambar pada satu layer. Dilain pihak,perangkat lunak SIG mengorganisasikan data dalam bentuk tabel. Untukmempermudah proses import kedalam sistem informasi geografis,penamaan layer harus konsisten. Sebagai contoh tabel batas persil pada

Badan Pertanahan Nasional 9

Gambar 8. Struktur Direktori Penyimpanan Data

Kode Kantor

Kode Kecamatan 1Kode Desa1Kode Desa2Dan Seterusnya...

Kode Kecamatan 2Kode Desa1Kode Desa2Dan Seterusnya...

Dan Seterusnya...

Page 12: STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

Struktur Data Spasial DXF

SIG akan selalu diambil dari layer batas persil dengan identitas persil yangbersangkutan akan selalu diambil dari entity teks pada layer identitaspersil. Jika penamaan layer dan tipe entitynya tidak konsisten, makalogika pemrograman dalam proses import sulit untuk diterapkan. Selainnama layer, tipe entity yang terdapat pada suatu layer juga harus sama.Sebagai contoh : layer batas persil tidak boleh memiliki entity selainpolyline. Contoh lainnya adalah layer NIB tidak boleh memiliki entity selainteks. Hal ini dilakukan untuk menjamin tidak ada kesalahan penempatanentity pada suatu layer.

Secara umum nama layer didefinisikan sebagai 6 digit desimal dandikelompokkan berdasarkan layer batas administrasi, layer kadastral,layer perairan, layer transportasi, layer titik tinggi geodesi, layer titikdasar teknis, layer bangunan, layer teks, layer penggunaan tanah, layerkontur dan layer bingkai / frame dan layer raster. Standar penamaanlayer tersebut adalah sebagai berikut:

Layer Administrasi

NamaLayer Deskripsi Warna

DXFKombinasi

R,G,BEntity

010100 Batas Negara 42 Polyline

010200 Batas Propinsi 42 Polyline

010300 Batas Kabupaten / Kotamadya 42 Polyline

010400 Batas Kecamatan 42 Polyline

010500 Batas Kelurahan 42 Polyline

010600 Batas RW 42 Polyline

010700 Batas RT 42 Polyline

Layer Kadastral

NamaLayer Deskripsi Warna

DXFKombinasi

R,G,BEntity

020100 Batas Persil 255 Polyline

020200 Batas Sub Persil 255 Polyline

020300 Garis Garis Gambar Ukur 255 Polyline

020400 Dimensi Pengukuran 255 Dimensi

020500 Pagar Tembok 2 Polyline

020600 Pagar Besi 2 Polyline

020700 Pagar Kayu 80 Polyline

020800 Pagar Bambu 80 Polyline

020900 Pagar Hidup 80 Polyline

Badan Pertanahan Nasional 10

Page 13: STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

Struktur Data Spasial DXF

Layer Perairan

NamaLayer Deskripsi Warna

DXFKombinasi

R,G,BEntity

030100 Batas Sungai 160 Polyline

030200 Garis Tengah Sungai 160 Polyline

030300 Batas Saluran / Selokan 140 Polyline

030400 Garis Tengah Saluran / Selokan 140 Polyline

030500 Danau 150 Polyline

030600 Rawa 150 Polyline

030700 Empang / Kolam 150 Polyline

030800 Batas Pantai 160 Polyline

030900 Dam 160 Polyline

031000 Galian 150 Polyline

Layer Transportasi

NamaLayer Deskripsi Warna

DXFKombinasi

R,G,BEntity

040100 Batas Jalan Diperkeras 20 Polyline

040200 Garis Tengah Jalan Diperkeras 20 Polyline

040300 Batas Trotoar 20 Polyline

040400 Batas Jalan Tanah 20 Polyline

040500 Garis Tengah Jalan Tanah 20 Polyline

040600 Batas Jalan Tanah Di Pemukiman, Gang /Lorong

10 Polyline

040700 Garis Tengah Jalan Tanah Di Pemukiman, Gang/ Lorong

10 Polyline

040800 Batas Jalan Setapak Di Sawah, Ladang,Perkebunan

20 Polyline

040900 Garis Tengah Jalan Setapak Di Sawah, Ladang,Perkebunan

20 Polyline

041000 Batas Rel Kereta Api 10 Polyline

041100 Garis Tengah Rel Kereta Api 10 Polyline

041200 Batas Rel Lori 20 Polyline

041300 Garis Tengah Rel Lori 20 Polyline

041400 Batas Jembatan 20 Polyline

041500 Garis Tengah Jembatan 20 Polyline

Badan Pertanahan Nasional 11

Page 14: STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

Struktur Data Spasial DXF

Layer Titik Tinggi Geodesi

NamaLayer Deskripsi Warna

DXFKombinasi

R,G,BEntity

050100 Titik Tinggi Geodesi BPN 30 Titik

050200 Titik Tinggi Geodesi Instansi Lain 30 Titik

Layer Titik Dasar Teknis

NamaLayer Deskripsi Warna

DXFKombinasi

R,G,BEntity

060100 Titik Dasar Teknis Orde 0 1 Titik

060200 Titik Dasar Teknis Orde 1 1 Titik

060300 Titik Dasar Teknis Orde 2 1 Titik

060400 Titik Dasar Teknis Orde 3 1 Titik

060500 Titik Dasar Teknis Orde 4 1 Titik

060600 Titik Dasar Teknis Perapatan 1 Titik

060700 Titik Dasar Teknis Instansi Lain 1 Titik

060800 Titik Pengukuran 1 Titik

Layer Bangunan

NamaLayer Deskripsi Warna

DXFKombinasi

R,G,BEntity

070100 Bangunan Rumah 30 Polyline

070200 Bangunan Bertingkat 31 Polyline

070300 Menara Transmisi 30 Polyline

070400 Tiang Listrik 30 Titik

070500 Tiang Telepon 30 Titik

070600 Pipa 30 Titik

070700 Bangunan Tidak Permanen 30 Polyline

Layer Teks

NamaLayer Deskripsi Warna

DXFKombinasi

R,G,BEntity

080101 Nama Negara 42 Teks

080102 Nama Propinsi 42 Teks

080103 Nama Kabupaten / Kotamadya 42 Teks

080104 Nama Kecamatan 42 Teks

080105 Nama Desa 42 Teks

080106 Nama RW 42 Teks

080107 Nama RT 42 Teks

Badan Pertanahan Nasional 12

Page 15: STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

Struktur Data Spasial DXF

080201 NIB 255 Teks

080202 Nomor SU 255 Teks

080203 Nomor Hak 255 Teks

080204 Kode Sub Persil 255 Teks

080301 Nama Sungai 160 Teks

080302 Nama Saluran / Selokan 140 Teks

080303 Nama Danau 150 Teks

080304 Nama Rawa 150 Teks

080305 Nama Empang / Kolam 150 Teks

080306 Nama Pantai 160 Teks

080307 Nama Dam 160 Teks

080308 Nama Galian 150 Teks

080401 Nama Jalan Diperkeras 20 Teks

080402 Nama Jalan Tanah 20 Teks

080403 Nama Jalan Setapak Di Pemukiman, Gang /Lorong

10 Teks

080404 Nama Jalan Setapak Di Sawah, Ladang,Perkebunan

20 Teks

080405 Nama Rel Kereta Api 10 Teks

080406 Nama Rel Lori 20 Teks

080407 Nama Jembatan 20 Teks

080501 Identitas Titik Tinggi Geodesi BPN 30 Teks

080502 Identitas Titik Tinggi Geodesi Instansi Lain 30 Teks

080601 Identitas Titik Dasar Teknis Orde 0 1 Teks

080602 Identitas Titik Dasar Teknis Orde 1 1 Teks

080603 Identitas Titik Dasar Teknis Orde 2 1 Teks

080604 Identitas Titik Dasar Teknis Orde 3 1 Teks

080605 Identitas Titik Dasar Teknis Orde 4 1 Teks

080606 Identitas Titik Dasar Teknis Perapatan 1 Teks

080607 Identitas Titik Dasar Teknis Instansi Lain 1 Teks

080608 Identitas Titik Pengukuran 1 Teks

080701 Identitas Bangunan Rumah 30 Teks

080702 Identitas Bangunan Bertingkat 31 Teks

080703 Identitas Menara Transmisi 30 Teks

080704 Identitas Tiang Listrik 30 Teks

080705 Identitas Tiang Telepon 30 Teks

080706 Identitas Pipa 30 Teks

080707 Identitas Bangunan Tidak Permanen 30 Teks

080901 Nama Kebun 70 Teks

080902 Nama Sawah 70 Teks

080903 Nama Tegalan / Tanah Kosong 70 Teks

080904 Nama Hutan 80 Teks

Badan Pertanahan Nasional 13

Page 16: STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

Struktur Data Spasial DXF

Layer Penggunaan Lahan

Nama Layer Deskripsi WarnaDXF

KombinasiR,G,B

Entity

090100 Kebun 70 Polyline

090200 Sawah 70 Polyline

090300 Tegalan / Tanah Kosong 70 Polyline

090400 Hutan 80 Polyline

Layer Kontur

Nama Layer Deskripsi WarnaDXF

KombinasiR,G,B

Entity

100100 Garis Kontur 41 Polyline

100200 Garis Kontur Indeks 51 Polyline

Layer Frame

Nama Layer Deskripsi WarnaDXF

KombinasiR,G,B

Entity

110100 Layer Layout Peta 255 Blok

Layer Raster

Nama Layer Deskripsi WarnaDXF

KombinasiR,G,B

Entity

120100 Layer Citra / Foto Udara 51 Image

Setiap entity titik didefinisikan sebagai blok atau blok atribut. Hal inidimaksudkan untuk mempermudah pemberian simbol bagi titik tersebut.Khusus untuk titik yang mempunyai identitas seperti titik GPS, titik tinggi,dan lain – lain dibuat dengan blok atribut sehingga dimungkinkan setiapsimbol titik tersebut berafiliasi dengan text yang menjelaskan titiktersebut. Posisi titik akan dijelaskan oleh insertion point dari blok tersebutdan identitas titik yang bersangkutan akan diterangkan oleh atribut bloktersebut. Penamaan blok-blok atribut tersebut adalah sebagai berikut :

Nama Objek Nama Blok

Titik Dasar Orde 0 TDO0

Titik Dasar Orde 1 TDO1

Titik Dasar Orde 2 TDO2

Titik Dasar Orde 3 TDO3

Titik Dasar Orde 4 TDO4

Titik Dasar Instansi Lain TDIL

Badan Pertanahan Nasional 14

Page 17: STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

Struktur Data Spasial DXF

Nama Objek Nama Blok

Titik Poligon TPOL

Titik Pengukuran Detil TTPD

Titik Elevasi TELE

Tiang Listrik TLIS

Tiang Telepon TTEL

Tower TOWR

Hidran THDR

II.5. STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL

Struktur data spasial yang dipakai adalah data spasial dengantopologi. Topologi didefinisikan sebagai aturan geometri dalam suaturuang yang menjamin integritas data spasial. Tipe topologi disesuaikandengan type entity. Tidak semua entity pada peta digital memiliki topologi,tetapi semua entity adalah bagian dari topologi. Sebagai contoh, teks NIByang tersimpan pada layer NIB tidak mempunyai topologi tetapidigunakan sebagai centroid pada topologi persil. Beberapa tipe entityyang dipakai sebagai element topologi antara adalah titik, garis / polyline,luasan / area dan teks.

Beberapa tipe topologi yang sering dipergunakan untuk membuatpeta digital antara lain :

1. Topologi Node. Topologi Node adalah hubungan spasial diantarafeature titik. Sebagai contoh adalah topologi sebaran titik GPS.

Badan Pertanahan Nasional 15

Gambar 9. Tipe Entitas Sebagai Elemen Topologi

Vertek

Node

Node

Garis / PolylineTitik

Node

Vertek

Vertek

Luasan / Area

Jakarta

Teks

Page 18: STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

Struktur Data Spasial DXF

Tipe topologi ini menyimpan koordinat semua node (dalam sistemkoordinat tertentu). Node tersebut bisa berupa titik, ujung suatulink atau perpotongan link.

2. Topologi jaringan. Topologi jaringan adalah hubungan spasialdiantara garis seperti diilustrasikan pada gambar berikut :

Berdasarkan topologi node seperti yang dijelaskan diatas, bisadibuat link. Link tersebut mempunyai arah yang bisa ketahui denganmenyimpan informasi mengenai mengenai node awal dan nodeakhir link tersebut. Link terbentuk oleh beberapa garis lurus yangmenghubungkan beberapa vertex sehingga link bisa berupa kurvayang halus. Contoh topologi jaringan adalah adalah topologijaringan jalan, saluran listrik, sungai dan lain-lain.

3. Topologi Poligon. Topologi Poligon adalah hubungan spasial diantarafeature geografik yang berupa luasan.

Badan Pertanahan Nasional 16

Gambar 11. Topologi Jaringan

Gambar 10. Topologi Node

Node 2

Node 1

Node 3

Node 4

Node 5Link 1

Link 2

Link 3

Link 4

Link 5

Link 6

Link 7

Link1

Dari Node Ke Node

234567

1231435

2312425

Node 2

Node 1

Node 3

Node 4

Node 5

Node

2

3

4

5

1

X

X2

X3

X5

X5

X1

Y

Y2

Y3

Y4

Y5

Y1

Page 19: STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

Struktur Data Spasial DXF

Poligon pada dasarnya dibentuk oleh link. Sebuah poligondidefinisikan dengan menyimpan link yang membatasi poligontersebut. Dengan topologi ini, sebuah garis yang merupakanperbatasan poligon akan digambar sekali saja.

4. Topologi Kiri – Kanan (contiguity)

Dengan adanya topologi kiri – kanan ini, topologi bisa menjawabpertanyaan mengenai konektivitas sebuah poligon, misalnya poligontetangga.

Data – data digital hasil dijitasi ataupun penggambaran langsungsecara digital sering kali masih mengandung kesalahan sehingga belumsiap untuk dibangun topologinya. Beberapa kesalahan yang sering terjadiantara lain:

1. Duplikasi objek. Setiap objek dalam satu layer tidak bolehkongruen (sama dan sebangun) pada posisi yang sama.

Badan Pertanahan Nasional 17

Gambar 12. Topologi Poligon

Node 2

Node 1

Node 3

Node 4

Node 5Link 1

Link 2

Link 3

Link 4

Link 5

Link 6

Link 7

A

BC

D

Poligon

B

C

D

A

Link

2, 5, 6, 7

3, 4, 6

7

1, 5, 4

Gambar 13. Topologi Kiri - Kanan

Node 2

Node 1

Node 3

Node 4

Node 5Link 1

Link 2

Link 3

Link 4

Link 5

Link 6

Link 7

A

BC

D

Link1

Dari Node Ke Node

234567

Map ExtentMap ExtentMap Extent

AACB

ABCCBBD

Gambar 14. Duplikasi Objek

Salah : Dua Garis Dengan Bentuk Dan Posisi Yang Sama Benar : Satu Garis Saja

Page 20: STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

Struktur Data Spasial DXF

2. Segment yang sangat pendek. Segmen yang sangat pendeksering kali menimbulkan tampilan yang kurang indah(jagged/bergerigi). Dengan pertimbangan tertentu, segmen inisebaiknya dihilangkan.

3. Objek grafik yang berupa garis/polyline, luasan/area selalumemiliki node dan vertek. Pada suatu layer yang sama, setiapgaris yang bersilangan harus berpotongan pada satu vertekseperti gambar berikut ini:

4. Tidak ada “dangling lines”. Dangling lines adalah suatu kondisidimana sebuah garis tidak kontinyu. Ketidakkontinyuan tersebutbisa disebabkan oleh overshoot atau undershoot.

Badan Pertanahan Nasional 18

Gambar 15. Segmen Pendek

Salah : Segmen Terlalu Pendek Benar : Segmen Pendek Digabungkan

Gambar 16. Persilangan

NodeNode

Vertek

Vertek

Salah (cross) : Tidak Ada Vertek

NodeNode

Vertek

Vertek

Benar : Ada Vertek

Page 21: STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

Struktur Data Spasial DXF

5. Beberapa centroid dalam satu luasan / area. Setiap poligon harusmemiliki satu satu centroid pada layer yang sama, tidak bolehlebih. Centroid tersebut bisa berupa titik (label) ataupun teks(anotasi). Pada kondisi tertentu, misalnya centroid persil yangberupa teks NIB, teks tersebut harus unik. Namun adakalanyateks tersebut tidak unik seperti teks yang menjelaskanpenggunaan lahan, karena penggunaan lahan bisa saja samauntuk beberapa luasan/area.

6. Node clustering. Jarak antar setiap node dalam suatu peta digitalharus harus dibatasi dengan toleransi tertentu. Beberapa nodeyang berdekatan melebihi tolerasi disebut dengan cluster.

Badan Pertanahan Nasional 19

Gambar 17. Garis Dangling

NodeNode

Vertek

Salah : undershoot

NodeNode

Vertek

Salah : overshoot

NodeNode

Vertek

Benar : Vertek pada perpotongan

NodeNode

Vertek

Benar : Vertek pada perpotongan

Gambar 18. Centroid Dalam Poligon

Salah : Terbuka, tanpa centroid Benar : Tertutup, centroid berupa teks

02356

Gambar 19. Node Clustering

Salah : Cluster Node Benar : Cluster Node Dihapus

Cluster Node

Page 22: STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

Struktur Data Spasial DXF

7. Pseudo Node. Pesudo node adalah node yang menghubungkandua garis atau polyline.

8. Sliver Polygon. Sliver poligon adalah poligon yang memanjangdengan luas yang sangat kecil.

9. Kesederhanaan bentuk. Objek – objek yang terlalu rumitsebaiknya disederhanakan dengan tetap memperhatikan tingkatkeakurasian informasi yang akan ditampilkan. Objek garis yangterlalu rumit seringkali menimbulkan ukuran data menjadi besardan proses refreshing gambar di komputer menjadi lambat.

Untuk mencapai integritas data spasial seperti yang diinginkan, adadua proses yang harus dilalui yaitu clean-up data dan pembangunantopologi. Proses clean up akan mengoreksi beberapa kesalahan dataseperti berikut ini:

Badan Pertanahan Nasional 20

Gambar 20. Pseudo Node

Segmen I Segmen II

Vertek Segmen I Vertek Segmen II

Node Segmen INode Segmen II

Segmen

Vertek

Node

Node

Pseudo Node

Gambar 21. Sliver Poligon

Salah : Sliver Poligon Benar : Sliver Poligon Telah Dihapus

Sliver Poligon

Gambar 22. Generalisasi

Garis Yang Belum Disederhanakan Garis Yang Telah Disederhanakan

Page 23: STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

Struktur Data Spasial DXF

Proses clean-up data hanya akan mengkoreksi kesalahan data padatoleransi tertentu. Kesalahan data diluar jangkauan toleransi akanterdeteksi dalam proses pembangunan topologi.

Dengan pembangunan topologi, kondisi data yang diharapkanadalah sebagai berikut:

1. Untuk entitas yang berupa luasan• Luasan hanya memiliki satu centroid saja• Tidak ada sliver poligon• Tidak ada dangling line• Tidak ada pseudo node• Link yang membentuk area harus berupa polyline

2. Tidak ada duplikasi objek baik duplikasi link maupun duplikasicentroid.

Badan Pertanahan Nasional 21

Gambar 23. Perbaikan Kesalahan Dengan Proses Clean - Up

Sebelum Clean Up Setelah Clean Up Keterangan

Duplikasi

Segmen Pendek

Persilangan / Cross

Undershoot

Overshoot

Cluster Nodes

Pseudo Node

Penyederhanaan Garis

Page 24: STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

Struktur Data Spasial DXF

3. Untuk entitas yang berupa jaringan, kesalahan link harus benar –benar dipertimbangkan. Pertimbangan tersebut dijelaskan padabagian validasi data.

II.6. STANDAR JENIS TOPOLOGI

Standar penamaan topologi dibuat untuk menjamin bahwa topologisuatu entity tidak dibuat lebih dari satu buah. Hal ini dimaksudkan untukpenghematan ukuran file. Penamaan topologi, dan layer-layer yangdipakai sebagai unsur pembentuk topologinya adalah sebagai berikut :

Nama Topologi Jenis Topologi Layer Link Layer Centroid

Batas_Negara Poligon 010100 080101

Batas_Propinsi Poligon 010200 080102

Batas_Kabupaten Poligon 010300 080103

Batas_Kecamatan Poligon 010400 080104

Batas_Desa Poligon 010500 080105

Batas_RT Poligon 010600 080106

Batas_RW Poligon 010700 080107

Batas_Persil Poligon 020100 080201

Batas_Sub_Persil Poligon 020200 080204

Pagar_Tembok Jaringan 020500 -

Pagar_Besi Jaringan 020600 -

Pagar_Kayu Jaringan 020700 -

Pagar_Bambu Jaringan 020800 -

Pagar_Hidup Jaringan 020900 -

Batas_Sungai Poligon 030100 080301

As_Sungai Jaringan 030200 -

Batas_Saluran Poligon 030300 080302

As_Saluran Jaringan 030400 -

Batas_Danau Poligon 030500 080303

Batas_Rawa Poligon 030600 080304

Batas_Kolam Poligon 030700 080305

Garis_Pantai Jaringan 030800 -

Batas_Dam Poligon 030900 080307

Batas_Galian Poligon 031000 080308

Batas_Jalan Poligon 040100 080401

As_Jalan Jaringan 040200 -

Batas_Trotoar Poligon 040300 -

Batas_Jalan_Tanah Poligon 040400 080402

As_Jalan_Tanah Jaringan 040500 -

Batas_Gang Poligon 040600 080403

As_Gang Jaringan 040700 -

Badan Pertanahan Nasional 22

Page 25: STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

Struktur Data Spasial DXF

Batas_Jl_Setapak Poligon 040800 080404

As_Jl_Setapak Jaringan 040900 -

Batas_Rel Poligon 041000 080405

As_Rel Jaringan 041100 -

Batas_Lori Poligon 041200 080406

As_Lori Jaringan 041300 -

Batas_Jembatan Poligon 041400 080407

As_Jembatan Jaringan 041500 -

Rumah Poligon 070100 080701

Bg_Bertingkat Poligon 070200 080702

Bg_Sementara Poligon 070700 080707

Batas_Kebun Poligon 090100 080901

Batas_Sawah Poligon 090200 080902

Batas_Tegalan Poligon 090300 080903

Batas_Hutan Poligon 090400 080904

Kontur_2m Jaringan 100200 -

Kontur_10m Jaringan 100100 -

II.7. STANDAR PENULISAN TEKS

Teks sangat berpengaruh dalam proses import peta dxf kedalamdatabase sistem informasi geografis. Teks biasanya akan menjadi identitassuatu objek, misalnya NIB, nama jalan, nama sungai, dan lain – lain. Jikapenulisan teks tersebut salah atau tidak mengikuti aturan tertentu, makaada kemungkinan proses import menjadi terhambat atau mengakibatkandata di dalam database menjadi tidak akurat. Oleh karena itulah, formatteks juga dibakukan. Penulisan teks mengikuti hal hal sebagai berikut:

1. Teks NIB terdiri dari 5 digit numerik dengan posisi titik insertdidalam persil (sebaiknya pada centroid-nya). Dalam satu desa,tidak ada teks nib yang sama.

2. Standar penulisan SU adalah jenis dokumen : nomor dokumen /tahun dokumen. Sebagai contoh, SU nomor 10 tahun 2001 ditulisSU : 10/2001. Contoh lainnya, GS nomor 14 tahun 1981 ditulisGS : 14/1981. Titik insert teks nomor GS/SU harus beradadidalam persil dan tidak overlap dengan teks lainnya seperti teksNIB. Dalam satu desa, tidak ada nomor GS/SU yang sama.

3. Standar penulisan nomor hak adalah singkatan hak diikutidengan nomor haknya. Singkatan hak tersebut adalah M untukHak Milik, U untuk Hak Guna Usaha, B untuk Hak GunaBangunan, P untuk Hak Pakai, L untuk Hak Pengelolaan, R untukHMRSS dan W untuk Hak Wakaf. Sebagai contoh, Hak Miliknomor 18 ditulis M.15, Hak Guna Bangunan nomor 20 ditulisB.20, dan seterusnya. Titik insert teks nomor hak harus berada

Badan Pertanahan Nasional 23

Page 26: STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

Struktur Data Spasial DXF

didalam persil dan tidak overlap dengan teks lainnya seperti teksnib atau teks nomor GS/SU. Dalam satu desa, tidak ada nomorhak yang sama.

4. Teks nama unsur – unsur transportasi ditulis lengkap (tanpasingkatan) atau disingkat dengan pola yang teratur. Penulisanteks – teks tersebut dilakukan dengan pola “title case”, yaitusemua kata diawali dengan huruf kapital. Titik insert teks namajalan harus berada didalam batas jalan / tidak boleh diluar dandekat dengan garis tengah jalan tetapi tidak overlap.

5. Teks nama unsur - unsur perairan ditulis lengkap (tanpasingkatan) dengan pola “title case” . Titik insert teks tersebutharus berada didalam batas sungai, selokan atau saluran dandekat dengan garis tengah sungai, selokan atau saluran tetapitidak overlap.

II.8. STANDAR FORMAT PENCETAKAN

Peta pendaftaran BPN dibuat pada skala 1:10.000 atau 1:2500 atau1:1000.

II.8.1. Elemen – Elemen Peta Pendaftaran

Elemen elemen pada peta pendaftaran BPN adalah :

1. Muka Peta

Ukuran muka peta disesuaikan dengan ukuran grid, yaitu

Muka peta skala 1:10000 berukuran 60 cm x 60 cm

Muka peta skala 1:2500 berukuran 60 cm x 60 cm

Muka peta skala 1:1000 berukuran 50 cm x 50 cm

Didalam muka peta ini tergambar grid koordinat yang berbentukseperti tanda tambah (+).

Bidang gambar dibuat dengan ukuran panjang dan lebar 20 cmlebih besar daripada muka peta untuk peta skala 1:1000 dan1:2500, sedangkan untuk skala 1:10.000 ukuran muka petasama dengan bidang gambar. Bidang gambar dibatasi olehsebuah garis kontinyu berbentuk segiempat sama sisi.

2. Informasi Tepi

Informasi tepi dibatasi dengan garis kontinyu dengan jarak 2 cmdi sebelah kanan bidang gambar. Informasi tepi ini berukuran

Badan Pertanahan Nasional 24

Page 27: STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

Struktur Data Spasial DXF

lebar 15 cm dengan panjang disesuaikan dengan panjang bidanggambar. Informasi tepi memuat:

(a)Kotak Judul, Arah Utara dan Skala

Skala Peta Ukuran Kotak

1:10000 15 cm x 11 cm

1:2500 15 cm x 14 cm

1:1000 15 cm x 14 cm

Judul peta pendaftaran adalah “PETA DASARPENDAFTARAN” ditulis dengan huruf tegak atau TimesNew Romans dengan ukuran font 28. Jarak antara garisbatas informasi tepi dengan bagian atas judul peta adalah1.5 cm.

Arah utara digambarkan dengan anak panah tegak luruskeatas dengan huruf U diatasnya. Sayap anak panahbagian kiri diwarnai hitam.

Ukuran anak panah disesuaikan dengan skala petanyaseperti terlihat pada gambar berikut ini:

Skala Peta Panjang Kaki Ukuran Sayap Lebar Sayap

1:10000 4.5 cm 3.5 cm 1.5 cm

1:2500 6.0 cm 4.5 cm 1.5 cm

1:1000 6.0 cm 4.5 cm 1.5 cm

Huruf U dibuat menggunakan font Arial dengan ukuran 14.Jarak huruf dengan panah adalah 2 mm.

Badan Pertanahan Nasional 25

Gambar 24. Arah Utara

Page 28: STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

Struktur Data Spasial DXF

Skala peta terdiri dari skala grafis dan numeris. Penulisanskala peta adalah

• Skala 1 : 10000

• Skala 1 : 2500

• Skala 1 : 1000

Huruf untuk penulisan skala adalah arial dengan ukuranfont 12. Jarak antara huruf bagian atas dengan kaki anakpanah adalah

Skala Peta Jarak Dari Kaki Anak Panah

1:10000 5 mm

1:2500 1.3 mm

1:1000 1.3 mm

Skala grafis dibuat dengan 3 garis horisontal paraleldengan panjang 8 cm dan masing – masing berjarak 1mm. Garis dibagi menjadi 5 kolom. Lebar kolom pertamaadalah 10 mm dibagi menjadi 10 garis vertikal denganlebar masing – masing 1 mm. Lebar kolom kedua adalah 2cm dengan kotak bagian bawah diwarnai hitam. Lebarkolom ketiga adalah 2 cm dengan kotak bagian atasdiwarnai hitam. Lebar kolom keempat adalah 2 cm dengankotak bagian bawah diwarnai hitam. Lebar kolom kelimaadalah 1 cm dengan bagian atas diwarnai hitam. Diatasskala grafis, ditulis tanda ukuran jarak dengan font arialukuran 6. Angka tersebut adalah:

Skala Peta Penulisan Tanda Ukuran Jarak

1:10000 100, 0, 200, 400, 600, 700 meter

1:2500 25, 0 , 50, 100, 150, 175 meter

1:1000 10, 0, 20, 40, 60, 70 meter

Jarak antara skala numeris dengan bagian atas angkaskala grafis serta jarak antara skala grafis dengan garisbatas kotak adalah :

Skala Peta Jarak Dengan SkalaNumeris

Jarak Dengan Batas Kotak

1:10000 0.7 cm 1 cm

1:2500 1.0 cm 1.5 cm

1:1000 1.0 cm 1.5 cm

Contoh penggambaran skala numeris dan grafis untukpeta skala 1 : 10000 adalah :

Badan Pertanahan Nasional 26

Page 29: STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

Struktur Data Spasial DXF

(b)Kotak Lokasi

Kotak ini adalah untuk menunjukkan lokasi desa dankecamatan pada lembar tesebut. Kotak lokasi dibuatdengan ukuran 15 cm x 4 cm. Kotak lokasi dibagaimenjadi empat baris dengan jarak antar baris 1 cm dandua kolom dengan lebar kolom pertama 5.5 cm. Isi kolompertama baris petama dan kolom pertama baris ketigaadalah KECAMATAN, sedangkan isi baris kedua kolompertama dan baris keempat kolom pertama adalahDESA/KELURAHAN. Ukuran garis kotak adalah 0.33 mm.Ukuran huruf adalah Arial dengan ukuran 12. Penulisanhuruf rata kiri dan terletak dibagian tengah kotak.

(c)Kotak Petunjuk Lembar

Kotak penunjuk lembar peta dan keterangannya dibuatdengan ukuran 15 cm x 12 cm pada semua skala.Keterangan yang ditulis adalah:

i. Tulisan PETUNJUK LEMBAR dengan jenis font Arialukuran 14. Jarak antara huruf dengan garis kotakadalah 1 cm.

ii. Diagram peta yang menunjukkan posisi peta yangbersangkutan terhadap peta yang berdampingandibuat dalam bentuk 9 bujur sangkar dengankomposisi 3 baris dan 3 kolom. Ukuran masing –masing bujur sangkar adalah 2 cm x 2 cm dengantebal garis 0.2 mm. Bujur sangkar yang terletakditengah menunjukkan posisi peta yangbersangkutan dibuat dengan garis lebih tebal yaitu0.5 mm. Jarak antara kotak diagram dengan tulisanpetunjuk lembar adalah 8 mm.

Badan Pertanahan Nasional 27

Gambar 25. Skala Batang

8cm

2cm

0.2c

m

0.1cm

100 0 200 400 600 700

Page 30: STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

Struktur Data Spasial DXF

iii.Pada masing – masing bujur sangkar ditulis nomorlembar yang sesuai dengan posisinya. Penulisannomor lembar tersebut adalah sebagai berikut:

• Untuk peta skala 1 : 10000 pada masing –masing bujur sangkar ditulis nomor lembarpeta skala 1:10000 dengan font Arial ukuran14.

• Untuk peta skala 1 : 2500 nomor lembar petaterdiri dari dua baris yaitu baris pertamaberisi nomor zone dan lembar peta skala 1 :10000 dan baris kedua berisi nomor lembarskala 1: 2500. Baris pertama dibuatmenggunakan font Arial berukuran 8. Bariskedua dibuat menggunakan font Arialberukuran 14.

• Untuk peta skala 1 : 1000 nomor lembar petaterdiri dari dua baris yaitu baris pertamaberisi nomor zone dan lembar peta skala 1 :10000 dan baris kedua berisi nomor lembarskala 1: 1000. Baris pertama dibuatmenggunakan font Arial berukuran 8. Bariskedua dibuat menggunakan font Arialberukuran 14.

iv.Keterangan. Keterangan digunakan untukmenuliskan informasi yang dianggap penting dalamproses pembuatan peta dasar pendaftaran. JudulKETERANGAN dibuat dengan font Arial berukuran11. Jarak antara bagian atas huruf dengan kotakdiagram adalah 1 cm atau 1.5 cm. Isi keterangandibuat dengan jarak 8 mm dari judul keterangandan dibuat dengan font Arial berukuran 8 denganjarak spasi 1.

(d)Kotak Legenda

Kotak legenda berisikan simbol unsur – unsur alammaupun buatan manusia yang digunakan dalam peta.Ukuran kotak legenda adalah:

Skala Peta Ukuran Kotak Legenda

1 : 10000 15 cm x 16 cm

1 : 2500 15 cm x 31 cm

1 : 1000 15 cm x 21 cm

Badan Pertanahan Nasional 28

Page 31: STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

Struktur Data Spasial DXF

Informasi yang ditampilkan pada kotak legenda adalah :

i. Bagian atas kotak ditulis LEGENDA dengan font Arial14. Jarak antara bagian atas tulisan legenda dengangaris kotak legenda adalah 7 mm.

ii. Simbol yang mengacu pada simbolisasi standar BPN.Keterangan simbol ditulis disebelah kiri dengan fontArial berukuran 7. Simbol tersebut dikelompokkanberdasarkan BATAS ADMINISTRASI, TITIK danKONTUR. Pengelompokan tersebut ditulis denganfont Arial berukuran 8.

iii.Sumber data ditulis dengan huruf Arial atau huruftegak dengan ukuran sesuai dengan bidangpenulisan yang tersedia.

(e)Kotak Informasi Pejabat Pembuat

Kotak informasi instansi pembuat peta dibuat denganukuran 15 cm x 3 cm untuk semua skala. Isi kotak iniadalah :

Logo BPN dan disebelah kanannya ditulis BADANPERTANAHAN NASIONAL dengan font Arial berukuran 18.

Bagian organisasi pembuat ditulis dengan font Arialberukuran 11. Contoh redaksi organisasi pembuat adalah :

DEPUTI BIDANG INFORMASI PERTANAHANDIREKTORAT PENGUKURAN DAN PEMETAAN

atau

KANTOR WILAYAH PROPINSI JAWA TENGAHBIDANG PENGUKURAN DAN PENDAFTARAN TANAH

atau

KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN SEMARANGSEKSI PENGUKURAN DAN PENDAFTARAN TANAH

(f)Kotak Proyek dan Tahun Anggaran

Kotak proyek dan tahun anggaran pelaksanaannya dibuatdengan ukuran 15 cm x 2 cm untuk semua skala. Kotakproyek ditulis dengan font Arial ukuran 16 – 18. Penulisanproyek nama proyek misalnya PROYEK ADMINISTRASIPERTANAHAN, PROYEK KOMPUTERISASI KANTOR

Badan Pertanahan Nasional 29

Page 32: STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

Struktur Data Spasial DXF

PERTANAHAN, dan lain – lain. Tahun anggaran proyekditulis dengan font Arial berukuran 12-14. Contohpenulisan tahun anggaran adalah TAHUN ANGGARAN2004.

(g)Kotak Pengesahan

Kotak pengesahan dibuat dengan ukuran :

Skala Peta Ukuran Kotak Pengesahan

1 : 10000 15 cm x 10 cm

1 : 2500 15 cm x 12 cm

1 : 1000 15 cm x 12 cm

Redaksi kotak pengesahan adalah sebagai berikut

Tempat, Tanggal Pengesahan

Untuk Penggunaannya

Kepala Kantor Pertanahan

Kabupaten / Kotamadya

Nama Pejabat Yang Mengesahkan

NIP

Tulisan pada kotak pengesahan ditulis dengan font Arialberukuran 10. Tulisan tempat dan tanggal pengesahanberada 1 cm dibawah garis kotak pengesahan.

(h)Kotak Identifikasi Perusahaan Pelaksana

Kotak identifikasi perusahaan pelaksana dibuat denganukuran 15 cm x 2 cm untuk semua skala. Isi dari kotak initerdiri dari dua baris kalimat yaitu baris pertama adalahPELAKSANA dan baris kedua adalah pihak yangmelaksanakan pekerjaan tersebut, misalnya PT. INDOMAPGEOMATIKA. Baris pertama ditulis dengan font Arial 12.Baris kedua ditulis dengan huruf Arial berukuran 14.

Badan Pertanahan Nasional 30

Page 33: STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

Struktur Data Spasial DXF

3. Informasi Tambahan. Ada beberapa informasi tambahan yangdiberikan pada peta pendaftaran yaitu :

(a)Informasi mengenai nama propinsi yang ditulisPropinsi : Nama Propinsi. Teks nama propinsi ditulispada kiri atas bidang gambar dengan jarak antarabagian bawah teks dengan garis batas bidang gambaradalah 0.5 cm. Teks propinsi ditulis dengan font TimesNew Romans berukuran 24.

(b)Informasi mengenai nama kabupaten yang ditulisKabupaten : Nama Kabupaten. Teks nama kabupatenditulis 0.5 cm diatas bidang gambar dengan titik tengahpada bagian tengah bidang gambar tersebut. Teks namakabupaten ditulis dengan font Times New Romansberukuran 24.

(c)Informasi Nomor Lembar yang ditulis Nomor Lembar :nomor lembar. Nomor lembar ditulis pada kiri atasinformasi tepi dengan jarak antara garis batas informasitepi dengan bagian bawah teks adalah 0.5 cm. Teksnomor lembar ditulis dengan font Times New Romanberukuran 24.

(d)Absis ditulis pada bagian bawah bidang gambar

(e)Ordinat ditulis disebelah kiri bidang gambar

(f)Nomor kolom ditulis tepat diantara dua absis. Nomorbaris ditulis tepat diantara dua ordinat. Nomor kolomdan nomor baris ditulis dengan font Arial berukuran 18.Penulisan nomor kolom dan nomor baris tersebutadalah:

Skala Nomor Kolom Nomor Baris

1 : 10000 A, B, C, D, E, F 1 , 2, 3, 4, 5, 6

1 : 2500 A, B, C, D, E, F 1 , 2, 3, 4, 5, 6

1 : 1000 A, B, C, D, E 1 , 2, 3, 4, 5

4. Bingkai Peta

Bingkai peta pendaftaran adalah garis persegi panjang yangmengelilingi bidang gambar dan informasi tepi. Bingkai petapendaftaran ini berjarak masing-masing 3 cm disekeliling bidanggambar dan informasi tepi.

Badan Pertanahan Nasional 31

Page 34: STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

Struktur Data Spasial DXF

II.8.2. Metode Pembuatan Layout

Layout peta dibuat pada 'layout tile', dengan muka peta yangberupa viewport. Ukuran viewport tersebut disesuaikan dengan ukuranmuka peta seperti yang dijelaskan diatas. Dengan demikian, petapendaftaran tetap kontinyu dalam satu desa, tetapi dalam prosespencetakan bisa ditampilkan perlembar.

Pemotongan peta menjadi satu lembar tidak perlu dilakukan karena alasanberikut ini:

1. Pemotongan peta per lembar tersebut menghambatpembentukan peta tunggal. Seperti diketahui, ukuran dancakupan peta berbeda – beda untuk skala 1:10000, 1:2500,1:1000. Akibatnya, area yang sama pada skala 1:10000 dibuatmenjadi 1 file skala 1:10000, 16 file skala 1:2500 dan 144 fileskala 1:1000. Jika suatu bidang tanah yang terdapat pada peta –peta tersebut dipecah atau digabungkan akan timbulpermasalahan peta mana yang akan diedit.

2. Pembuatan peta indeks menjadi tidak efisien.

3. Pemotongan peta per lembar cenderung mengakibatkanpermasalahan pada saat edge matching. Seringkali dijumpaiobjek jalan bertemu dengan objek sungai, objek sungai yangbuntu, jalan buntu yang tidak terhubung sama sekali ke jalanlainnya, dan lain – lain. Selain itu pula, antara persil – persil yangbersebelahan tetapi terletak pada lembar yang berbeda seringkali tidak match (terjadi gap atau overlap).

Badan Pertanahan Nasional 32

Gambar 26. Pembuatan Layout Dengan Viewport

Peta Kontinyu Per Desa Layout Dengan Viewport

Page 35: STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

Struktur Data Spasial DXF

4. Proses pencarian suatu bidang tanah juga sangat sulit jika peta –peta tersebut dibagi – bagi per lembar.

II.9. STANDAR LEGENDA

Legenda pada pendaftaran memberikan keterangan mengenai objek– objek yang tergambar di dalam peta. Legenda dibuat sama untuk semuajenis dan skala peta, tetapi item yang ditampilkan bisa berbeda beda.Sebagai contoh, legenda mengenai batas persil biasanya ditampilkan padapeta pendaftaran tetapi tidak ditampilkan pada peta dasar pendaftaran.

Badan Pertanahan Nasional 33

Page 36: STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

Struktur Data Spasial DXF

Badan Pertanahan Nasional 34

Gambar 27. Legenda Peta

BATAS ADMINISTRASI

Batas Kelurahan / Desa

Batas Kecamatan

Batas Kabupaten / Kodya / Kotip

Batas Propinsi

Batas Negara

BATAS FISIK

Batas Persil

Pagar Tembok

Pagar Besi

Pagar Kawat

Pagar Bambu

Pagar Hidup

BANGUNAN

Bangunan Beratap

Bangunan Tidak Beratap

Bangunan Bertingkat

JALAN

Jalan Aspal / Beton

Jalan Tanah

Jalan Setapak

REL

Rel Kereta Api

Rel Lori

JEMBATAN

Jembatan Beton

Jembatan Besi

Jembatan Kayu

PERTANIAN

Sawah

Ladang

Tambak

PERKEBUNAN

Kelapa, Kelapa Sawit, Sagu

Karet, Kina, Kopi

Coklat, Lada, Cengkeh

Tembakau, Tebu, Teh

Jati, Pinus

Alang - alang

Belukar, Hutan

PERAIRAN

Sungai

Dam

Saluran Irigasi

Saluran / Selokan

Tanggul

Galian / Cekungan

Rawa - Rawa

Pasir

Garis Pantai

JARINGAN

Tiang Listrik

Tiang Telepon

Menara Transmisi

Pipa

TITIK TETAP

Titik Dasar Teknik Orde 0 Atau Orde 1

Titik Dasar Teknik Orde 2

Titik Dasar Teknik Orde 3

Titik Dasar Teknik Orde 4

Titik Dasar Teknik Orde 4 Lokal

Tinggi Titik Tanah

KONTUR

Interval Kontur 2 m

Interval Kontur 10 m

a

BT

PT

PBS

PK

PB

PH

S

Ld

Tb

12

10

Laut

TL

TP

30.5

LEGENDA

Page 37: STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

Struktur Data Spasial DXF

BAB III

VALIDASI DATA

II.1. RUANG LINGKUP VALIDASI DATA

Kesesuaian antara konsep standarisasi dan peta yang ada akandiketahui dari proses validasi ini. Beberapa hal yang harus divalidasiadalah :

1. Nama layer. Meskipun tidak ada pada standar layer ini, layer 0adalah layer default format DXF. Demikian pula dengan layerdefpoints. Jadi layer 0 dan layer defpoints bukan merupakan layeryang salah. Layer 0 hanyaboleh memiliki entity viewport saja.

2. Kesalahan link. Beberapa kesalahan yang tertinggal dalam proses clean up harusdihilangkan atau tetap dibiarkan, sesuai dengan jenis topologi yangakan dibangun. Pertimbangan – pertimbangan dalam melakukankoreksi kesalahan data tersebut antara lain sebagai berikut:

Jenis Kesalahan Topologi Jaringan Topologi Poligon

Duplikasi Harus dihilangkan Harus dihilangkan

Segmen Pendek Bisa dihilangkan Bisa dihilangkan

Persilangan / Cross Cek validitasnya Harus dihilangkan

Undershoot Harus dihilangkan Harus dihilangkan

Node Cluster Harus dihilangkan Harus dihilangkan

Pseudo Node Bisa dihilangkan Bisa dihilangkan

Dangles / Overshoot Cek validitasnya Harus dihilangkan

Penyederhanaan Objek Dipertimbangkan Dipertimbangkan

3. Kesesuaian entitas pada suatu layer. Suatu entitas yang tidaksesuai dengan layernya dianggap sebagai kesalahan. Sebagaicontoh, apabila ada entitas teks pada layer batas persil, makaentitas tersebut perlu di teliti lebih lanjut karena ada kemungkinankesalahan penempatan layer.

4. Duplikasi NIB (NIB yang sama pada satu desa)

NIB adalah pengenal bidang yang unik dalam satu kelurahan / desa.Oleh karena itu, tidak ada dua bidang atau lebih memiliki NIB yangsama.

5. Format Teks NIB

Badan Pertanahan Nasional 35

Page 38: STANDAR STRUKTUR DATA SPASIAL DXF · PDF fileStruktur Data Spasial DXF BAB II RUANG LINGKUP STANDARISASI II.1. STANDAR SISTEM PROYEKSI DAN PENOMORAN LEMBAR Standar sistem proyeksi

Struktur Data Spasial DXF

Teks NIB terdiri dari 5 digit numerik, misalnya : 02341. NIB tidakberisi alfanumerik.

6. Posisi centroid harus didalam poligon.

Posisi centroid, ditentukan oleh insertion point jika centroid tersebutberupa teks atau blok. Walaupun sebuah teks sekilas terlihat sepertidi dalam sebuah poligon, tetapi jika insertion pointnya berada diluarpoligon maka centroid tersebut masih salah seperti terlihat padagambar :

Badan Pertanahan Nasional 36

Gambar 28. Kesalahan Posisi Centroid

13452

Salah: insertion point diluar poligon

Insertion Point 13452

Benar : insertion point didalam poligon

Insertion Point