Upload
lyngoc
View
224
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam
BULETIN
BMKG
Edisi 8, Agustus 2014
K A T A P E N G A N T A R
Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir
dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa
depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek
lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi
keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan
dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan menilik hal itu, serta
mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam
setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.
Buletin Meteorologi edisi Agustus 2014 akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan
iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Juli 2014, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta
prakiraan pasang surut bulan Agustus 2014. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang
penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan
juga kepada masyarakat umum.
Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak ke-
kurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang memban-
gun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami
agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua
pertanyaan mengenai isu-isi meteorologI di wilayah Kepulauan Riau
.
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I
HANG NADIM BATAM
PHILIP MUSTAMU S.Sos
NIP. 19590406 198203 1 002
TIM REDAKSI
PELINDUNG :
PHILIP MUSTAMU, S.Sos.
KEPALA STASIUN METEOROLOGI
KLAS I HANG NADIM BATAM
PENANGGUNGJAWAB :
TRI AGUS PRAMONO, S.Kom
KEPALA SEKSI DATA DAN
INFORMASI
ANGGOTA TIM :
YAYAN HERMAWAN
DUDI JUHANDINATA, S.Stat.
SRI SULISMIYATI, A.Md.
NIZAM MAWARDI, A.Md.
ADHITYA PRAKOSO, A.Md.
AGITA DEVIPRASTIWI, A.Md.
TATA NASKAH
NOOR AZIZAH, S.Kom.
NANGSIP CAHYANA, A.Md.
DUATI WARDANI, A.Md.
MOHAMMAD TAUFIQ, S.Si
STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM
Jl. Hang Nadim Batu Besar, batam 29466
Phone :
+62-778-761507 ext 1025
Fax. +62-778-761401
E-mail : [email protected]
hangnadim.kepri.bmkg.go.id
bmkg.bpbatam.go.id
DAFTAR ISI
K A T A P E N G A N T A R
I . R I N G K A S A N 4
I I . P E N G E R T I A N 5
I I I . A N A L I S A C U A C A D A N I K L I M
A. KERAGAMAN HUJAN
B. DINAMIKA ATMOSFIR & LAUTAN BULAN JULI 2014
1. Monsun
2. El Nino - Southern Oscilation (ENSO) dan Indian Ocean
Dipole (IOD)
3. Madden - Julian Oscilation (MJO)
4. IOD (Indian Ocean Dipole)
C. ANALISIS HUJAN BULAN JULI 2014
5
7
7
9
1 0
1 2
1 3
I V . P R A K I R A A N B U L A N A G U S T U S 2 0 1 4
A. DINAMIKA ATMOSFIR
1. Tekanan Udara dan Angin
2. ENSO (El Nino - Southern Oscilation)
3. MJO
4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)
A. PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS 2014
1. Prakiraan Hujan Dasarian
2. Prakiraan Hujan Bulanan
1 7
1 7
1 8
1 9
2 1
2 3
2 4
V . P R A K I R A A N A N G I N , G E L O M B A N G D A N A R U S
L A U T B U L A N A G U S T U S 2 0 1 4 2 6
V I . P R E D I K S I P A S A N G S U R U T B U L A N A G U S T U S
2 0 1 4 3 0
V I I . I N F O R M A S I M A T A H A R I T E R B I T / T E R B E N A M D A N B U L A N T E R B I T / T E R B E N A M B U L A N
A G U S T U S 2 0 1 4
3 5
V I I I . D A F T A R I S T I L A H 3 8
1. Berdasarkan data curah hujan bulan Juli 2014 yang diterima dari stasiun / pos hujan di
Barelang yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan
sifat hujan bulan Juli 2014 adalah sebagai berikut:
Sebaran Hujan cukup merata di wilayah Pulau Batam, Rempang dan Galang, konsentrasi
jumlah curah hujan tertinggi terdapat di Batam yaiu di Hnag Nadim. Berdasarkan hasil
analisa angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan dari arah Selatan hingga Barat
Daya dengan kecepatan 5 hingga 20 km/jam .
Untuk kondisi atmosfer dibulan Juli 2014 adalah sebagai berikut :
MJO pada bulan Juli berada pada fase 1 hingga 7 dengan sifat kuat hingga lemah.
Wilayah Indonesia berada fase 3 sampai 5 dengan sifat lemah hingga kuat sehingga pada
bulan Juli MJO berpengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia
termasuk Batam. Hal ini sesuai dengan kondisi kejadian hujan lebat dan angin kencang
yang terjadi di wilayah Kepualaun Riau pada pertengahan bulan Juli. Secara umum nilai
OLR pada bulan Juli bernilai relatif rendah di utara wilayah Indonesia termasuk Kepu-
lauan Riau. Nilai OLR yang semakin kecil menunjukkan bahwa semakin banyak tutupan
awan konvektif di wilayah tersebut. Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah
perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan Juli 2014 berkisar
antara 28.50C hingga 32.00C. Suhu muka laut yang hangat (>27.00C) mengindikasikan
ketersediaan uap air yang lebih banyak. Kondisi yang demikian ini meningkatkan
kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang tinggi sehingga
berpotensi menyebabkan terjadinya hujan.
2. Secara umum kondisi cuaca bulan Agustus 2014 di Batam Berdasarkan keluaran program
HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)
diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian Agustus 2014. Data masukan yang digunakan
adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Agustus 1998 s.d Juli 2014. Dan den-
gan mempertimbangkan kondisi terakhir dinamika atmosfer di wilayah Indonesia dan seki-
tarnya, serta membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan Agustus 2014
adalah normal dengan curah hujan bulanan antara 150 mm – 300 mm .
I. RINGKASAN
Page 4 E D I S I 8 — A G U S T U S 2 0 1 4
A. SIFAT HUJAN
Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan
nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.
Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:
1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %.
2. Normal ( N ), jika nila perbandingannya antara 85 % - 115 %.
3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.
B. NORMAL CURAH HUJAN
1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:
Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.
2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN :
Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun.
3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN :
Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1
Januari 1901 s/d 31 Januari 1930, 1 Januari 1931 s/d 31 Januari 1960, 1 Januari 1961 s/d 31
Januari 1990, dan seterusnya.
C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM
A . K E R A G A M A N H U J A N
Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan
dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta
dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah
pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirku-
lasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mem-
pengaruhi keragaman iklim di Indonesia.
KRITERIA CH CH/hari CH/Jam
Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm
Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm
Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm
Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm
II. PENGERTIAN
Page 5 E D I S I 8 — A G U S T U S 2 0 1 4
Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan
sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam
mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat
diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam men-
yebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpenga-
ruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini
berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-
masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun.
El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini
akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di
Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada dae-
rah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan
IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.
Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-
Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena
fase aktif osilasi intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Agustusan Oscillation) juga
mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO
akan menyebabkan terjadinya variasi pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan.
Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau
(Desember-April) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%.
Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8
phase. Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT –
80° BT), phase-3 di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di
benua maritim Indonesia ( 100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-
160° BT), phase 7 di Pasifik tengah ( 160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di
belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan
konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang),
oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR (Outgoing
Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada satelit.
Page 6 E D I S I 8 — A G U S T U S 2 0 1 4
Page 7 E D I S I 8 — A G U S T U S 2 0 1 4
Gbr. 2 Peta Anomali Suhu Muka Laut bulan Juli 2014
B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN JULI 2014
1. Monsun
Pada bulan Juli matahari telah verada pada titik paling utara bumi yaitu 23.5°LU atau
biasa disebut ‘summer soltice’ kemudian menuju equator dan mengalami pergerakan semu
sejauh kurang lebih 9.3° yaitu dari 18.8°LU menuju 9.5°LU. Hal ini berdampak ke peningkatan
suhu muka laut di daerah sekitar ekuator dan BBU yang memicu terbentuknya pola-pola te-
kanan udara rendah. Pada bulan Juli 2014 tercatat ada tiga kejadian siklon tropis yaitu siklon
tropis Neoguri, siklon tropis Rammasun, dan siklon tropis Matmo. Dimana hal ini cukup ber-
pengaruh terhadap bertambahnya jumlah curah hujan di wilayah Kepulauan Riau.
Gbr. 1 Peta Rata-rata Suhu Muka Laut bulan Juli 2014
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/
sst_analysis/images/monsstv2.png
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/
sst_analysis/images/monanomv2.png
Page 8 E D I S I 8 — A G U S T U S 2 0 1 4
Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk
Kepulauan Riau pada bulan Juli 2014 berkisar antara 28.50C hingga 32.00C (Gbr.1). Suhu muka
laut yang hangat (>27.00C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak. Kondisi
yang demikian ini meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang
menjulang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai anomali Suhu Muka
Laut (Gbr.2) di wilayah perairan Indonesia secara umum merata, termasuk Kepulauan Riau se-
besar 0.5 - 1.5 terhadap normalnya hal ini menunjukan pada bulan Juli 2014 kondisi suhu muka
laut berada pada nilai diatas normalnya.
Keadaan seperti ini mendukung dalam proses pembentukan awan-awan konvektif
di wilayah Kepulauan Riau sehingga jumlah curah hujan cenderung meningkat pada bulan Juli
2014.
Pada bulan Juli 2014, tekanan udara di BBS secara umum lebih tinggi dari pada BBU
menyebabkan massa udara bergerak dari BBS (bertekanan tinggi) menuju BBU (bertekanan
rendah) sehingga menyebabkan pola angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan dari
arah selatan hingga barat serta membentuk daerah pola belokan angin (shearline) dan pola
daerah pertemuan angin (konvergensi). Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan
kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan
massa udara, sedangkan pola konvergen menyebabkan daerah-daerah pertemuan massa udara
sehingga keduanya menimbulkan potensi pembentukan awan – awan konvektif.
Gbr. 3 Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan Juli 2014
Sumber : : http://www.bom.gov.au/cg-bin/climate/cmb.cgi?
page=map&variable=mslp&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
Page 9 E D I S I 8 — A G U S T U S 2 0 1 4
Berdasarkan hasil analisa (Gbr.5) daerah Kepulauan Riau angin bertiup dengan kecepatan 5
hingga 20 km/jam. Kondisi angin dengan kecepatan lemah ini mendukung dalam proses
pembentukan banyak awan.
2. El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD)
Pada bulan Juli 2014, ENSO berada pada kondisi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
anomali SST Nino 3.4 pada akhir Juli +0.04 °C. Sedangkan kondisi SOI (Southern Oscillation
Index) pada Juli 2014 berada pada kondisi normal. Nilainya pada akhir Juli nilainya -3.7. Hal ini
tidak berpengaruh terhadap penambahan atau pengurangan jumlah curah hujan pada bulan Juli
2014.
Gbr. 5 Rata-rata Arah dan Kecepatan Angin 850 mb pada Bulan Juli 2014
Gbr. 4 Klimatologi Arah Angin 3000 Feet pada Bulan Juli 2014
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?
page=map&variable=850wind&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
Page 10 E D I S I 8 — A G U S T U S 2 0 1 4
3. Madden-Julian Oscillation ( MJO)
a. Outgoing Longwave Radiation (OLR)
OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke
luar angkasa. Tidak semua radiasi gelombang panjang yang terpancar dari bumi sampai ke
luar angkasa. Awan awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan
gelombang panjang. Jika pada suatu wilayah tertutup hamparan awan konvektif, maka nilai
OLR akan kecil. Secara umum nilai OLR pada bulan Juli bernilai relatif rendah di utara
wilayah Indonesia termasuk Kepulauan Riau. Nilai OLR yang semakin kecil menunjukkan
bahwa semakin banyak tutupan awan konvektif di wilayah tersebut.
Gbr. 7 Grafik indeks ENSO / SOI
Gbr.6 Grafik indeks SST Nino3.4
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
Page 11 E D I S I 8 — A G U S T U S 2 0 1 4
Gbr. 8 Rata-rata OLR bulan Juli 2014
b. Fase MJO (Median Agustusan Oscilation)
MJO pada bulan Juli berada pada fase 1 hingga 7 dengan sifat kuat hingga lemah.
Wilayah Indonesia berada fase 3 sampai 5 dengan sifat lemah hingga kuat sehingga pada
bulan Juli MJO berpengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia
termasuk Batam. Hal ini sesuai dengan kondisi kejadian hujan lebat dan angin kencang
yang terjadi di wilayah Kepualaun Riau pada pertengahan bulan Juli.
Gbr. 9 Fase MJO
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?
page=map&variable=olr&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
Page 12 E D I S I 8 — A G U S T U S 2 0 1 4
4. IOD (Indian Ocean Dipole)
Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole)
berada pada kisaran diatas normal dengan kondisi netral (-0,5°C s.d 0,5°C). Pada
akhir Juli nilai IOD memiliki kecenderungan berada di bawah -0,50C yaitu bernilai -
0.700C. Sehingga bisa diketahui bahwa selama bulan Juli 2014, secara umum IOD
cukup signifikan dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia
bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau.
C. ANALISIS HUJAN BULAN JULI 2014
Berdasarkan data curah hujan bulan Juli 2014 yang diterima dari stasiun / AWS
(Automatic Weather Station) di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka
evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Juli 2014 adalah sebagai berikut:
Gbr. 10 Grafik IOD
Page 13 E D I S I 8 — A G U S T U S 2 0 1 4
Dari tabel di atas diketahui bahwa kejadian hujan di Pulau Batam pada bulan Juli 2014
pada cakupan diatas normal. Dimana wilayah Hang Nadim memiliki curah hujan diatas normal
yaitu 249.7 mm dari normalnya yaitu 169.0 mm. wilayah Nongsa memiliki curah hujan diatas
normal yaitu 234.0 mm dari normalnya yaitu 185.7 mm.
Tabel 1: Analisis Curah Hujan dan Sifat Hujan Bulan Juli 2014
Gbr.11 Evaluasi Curah Hujan Bulan Juli 2014
Lokasi RR Juni 2014 (mm) Rata - rata (mm) Sifat Hujan
Hang Nadim 249.7 169.0 Atas Normal
Nongsa 234.0 185.7 Atas Normal
Page 14 E D I S I 8 — A G U S T U S 2 0 1 4
Gbr. 12 Evaluasi Sifat Hujan Bulan Juli 2014
Dari gambar peta isohyet di atas dapat diketahui konsentrasi hujan di Barelang yang terjadi
selama bulan Juli 2014. Sebaran hujan cukup merata di wilayah Pulau Batam, Rempang dan Galang.
dengan nilai antara 230 – 250 mm. konsentrasi jumlah curah hujan tertinggi terdapat di Batam bagian
Timur.
1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan Juli 2014 Stamet Hang Nadim
a. Hujan
Khusus di Hang Nadim dalam bulan Juli 2014 terdapat 17 hari hujan terukur dengan curah
hujan total sebesar 249,7 mm atau berkisar 99,1 % dari rata-rata yang berarti sifat hujan
Normal (N). Pada dasarian I terjadi 9 hari hujan dengan jumlah curah hujan 115,4 mm,
dasarian II terjadi 5 hari hujan dengan jumlah curah hujan 70,1 mm, dan dasarian III terjadi 3
hari hujan dengan jumlah curah hujan 64,2 mm. Curah hujan tertinggi 39,4 mm terjadi pada
tanggal 09 Juli 2014.
Page 15 E D I S I 8 — A G U S T U S 2 0 1 4
Gbr.13 Grafik Curah Hujan bulan Juli 2014 di Hang Nadim
b. Suhu Udara
Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 24,0 - 28,4 ° C. Suhu udara
terendah dalam bulan Juli 2014 adalah 22,7 °C terjadi pada tanggal 09 Juli 2014 pagi
hari dan suhu udara tertinggi 33,4 °C terjadi pada tanggal 14 Juli 2014 siang hari.
C.Kelembaban Udara
Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 74 % - 92 %. Kelembaban
udara terendah mutlak 50% terjadi pada tanggal 25 Juli 2014 siang hari, sedangkan
kelembaban udara tertinggi 98% terjadi tanggal 04,06,17, dan 20 Juli 2014. Dengan
demikian udara pada bulan Juli 2014 lebih kering dibandingkan bulan Juni 2014.
d. Angin Permukaan
Selama periode dasarian I – III Juli 2014 angin permukaan secara umum di-
dominasi dari arah Selatan sampai Barat Daya dengan kecepatan rata-rata 06 km/jam –
16 km/jam, arah dan kecepatan maximum dari Barat Daya sekitar 32 km/jam terjadi
pada tanggal 13 Juli 2014.
Gbr.14 Grafik Suhu Udara bulan Juli 2014 di Hang Nadim
Gbr.15 Grafik Kelembaban Udara Bulan Juli 2014 di Hang Nadim
Page 16 E D I S I 8 — A G U S T U S 2 0 1 4
A. DINAMIKA ATMOSFIR
1. Tekanan Udara dan Angin.
Pada bulan Agustus, posisi matahari dalam gerak semunya berada di BBU (Belahan
Bumi Utara) paling ujung dan kembali menuju equator atau BBS (Bumi Bagian Selatan)
dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 14.5° yaitu dari 9.5°LU menuju 5.0°LS (http://
www.physicalgeography.net). Sehingga, dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah
pada Agustus 2014 berada pada wilayah Bumi Bagian Selatan (BBS).
Akibatnya, pola angin rata-rata bulan Agustus secara dominan bertiup dari Bumi Bagian
Selatan (BBS) menuju Bumi Bagian Utara (BBU). Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau,
pola angin yang terbentuk berada dekat dengan daerah pertemuan angin (konvergensi). Pola
angin konvergensi ini akan cukup mendukung dalam proses pertumbuhan awan-awan hujan.
Page 17 E D I S I 8 — A G U S T U S 2 0 1 4
I V . P R A K I R A A N B U L A N A G U S T U S 2 0 1 4
Prediksi Anomali Suhu Muka Laut
periode Juli-Agustus-September 2014
Rata-rata Tekanan Udara
pada Bulan Agustus 2014
Gbr.16 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Agustus 2014
Sumber: http://www.esrl.noaa.gov/psd/cgi-bin/data/composites/ Sumber: http://pred.ldeo.columbia.edu/forecast/sst/12/
glbbld_DJF_nov2012.html
2. ENSO (EL Nino-Southern Oscillation)
ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi
penambahan curah hujan (fase La Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El Nino) di
wilayah Indonesia. Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu BMKG, POAMA
(Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia), NOAA (National Oceanic and Atmospheric
Administration) dan JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology)
menyatakan bahwa terjadi EL Nino Lemah untuk Agustus 2014. Dengan demikian, di
Wilayah Indonesia, khususnya di Indonesia bagian timur diprediksi akan terdapat
pengurangan jumlah curah hujan.
Gbr.17 Rata-rata Streamline 3000 feet pada Bulan Agustus 2014
Gbr.18 Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG
Page 18 E D I S I 8 — A G U S T U S 2 0 1 4
Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM
(Bureau of Meteorology Australia) hingga Juni akhir masih menunjukkan kondisi normal. Jika
kondisi ini terus berlanjut, maka ENSO tidak akan mempengaruhi jumlah curah hujan
pada bulan Agustus 2014 di wilayah Indonesia.
3. MJO (Madden-Julian Oscillation)
Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan
di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan atau
disebut MJO. Berdasarkan data dari NOAA, diprakirakan pada tanggal 1 Agustus s.d 15
Agustus 2014 MJO mengalami peningkatan aktivitas. Pada akhir Juli hingga pertengahan
Agustus intensitasnya meningkat dan berlangsung di sekitar Samudra Hindia bagian timur.
Sehingga tidak banyak mempengaruhi jumlah curah hujan di wilayah Indonesia. Sedangkan
berdasarkan data anomali OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang merupakan salah satu
indikator MJO menunjukkan nilai -5 s.d +5 Wm-2 di sekitar Indonesia Bagian Barat. Hal
ini berarti tutupan awan di wilayah Kepulauan Riau pada Agustus 2014 cenderung lebih
sedikit.
Gbr.19 Grafik SOI Januari 2011 sampai dengan awal Agustus 2014
Page 19 E D I S I 8 — A G U S T U S 2 0 1 4
Gbr. 20 Grafik Fase MJO pada Bulan Juli 2014 dan Prakiraan Bulan Agustus 2014
Gbr. 21 Anomali OLR sampai dengan 30 Juli 2014 dan prakiraan 15 hari kedepan
Page 20 E D I S I 8 — A G U S T U S 2 0 1 4
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml
Sumber: http://cawcr.gov.au/staff/mwheeler/maproom OLR_modes/ h.6.ALL.EQ.html
4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)
Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia,
khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM, grafik indeks
IOD awal Agustus berada pada nilai diatas normal dengan nilai terakhir -0.70 (gambar 22)
dibandingkan dengan nilai normalnya kisaran -0,50 C s.d 0,50 C dan prediksi Agustus bernilai
0,07. Sedangkan BMKG memprediksi nilai indeks dipole mode pada bulan Agustus bernilai
0,31. (gambar 23). Secara umum dari data pengamatan BoM diketahui bahwa nilai IOD pada
awal Agustus berpengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia bagian
barat. Namun, berdasarkan data prakiraan yang di dapat dari BMKG dan BoM keduanya
menunjukan bahwa nilai IOD pada bulan Agustus kurang berpengaruh terhadap penambahan
curah hujan di wilayah Indonesia Bagian Barat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
IOD masih dalam kondisi normal sehingga penambahan curah hujan di Indonesia bagian
barat kurang signifikan.
Gbr. 22 Grafik indeks IOD sampai dengan akhir Agustus 2014 dari BoM
Gbr. 23 Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG
Page 21 E D I S I 8 — A G U S T U S 2 0 1 4
Sumber:www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
5. Tinjauan Klimatologis
Kondisi cuaca bulan Agustus di Batam berdasarkan data klimatologis selama 21 tahun
(1993-2013 diketahui:
Secara umum curah hujan merata di seluruh wilayah Batam berkisar antara 150 – 300
mm selama bulan Agustus. Wilayah Batam bagian Tengah dan Timur merupakan daerah
dengan konsentrasi hujan tertinggi yaitu sekitar 200 – 300 mm. Sedangkan daerah Tanjung
Piayu dengan konsentrasi hujan terendah yaitu sekitar 100 – 150 mm .
Kesimpulan:
Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di
Batam pada bulan Agustus 2014 kurang lebih sama dengan bulan Juli yang lalu.
Page 22 E D I S I 8 — A G U S T U S 2 0 1 4
Minimum Rata-rata Maksimum
SUHU UDARA (C) 23.6 27.0 31.5
KELEMBAPAN UDARA 45% 84% 100%
ANGIN (Km/Jam) 4 12 65
HARI HUJAN 10 17 26
*11 hari disertai petir
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS 2014
1. Prakiraan Hujan Dasarian
Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA
(Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai
Agustus 2014 hingga Juli 2015. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan
dasarian Hang Nadim periode Agustus 1998 s.d Juli 2014.
Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan
dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0,9619 dan RMSE (error) 11,281.
Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Agustus 2014 diprakirakan:
Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada
dasarian I II, dan III, nilai perbandingan prediksi curah hujan dengan normalnya 85% - 115%.
Page 23 E D I S I 8 — A G U S T U S 2 0 1 4
Dasarian Pertama Normal 57.6
Dasarian Kedua Normal 55.3
Dasarian Ketiga Normal 69.3
Sifat Hujan Jumlah Curah Hujan
2. Prakiraan Hujan Bulanan
Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat
diperoleh hasil prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan Agustus 2014 di wilayah
Barelang sebagai berikut :
Gbr. 24 Peta Prakiraan Curah Hujan Bulan Agustus 2014
Tabel 2: Prakiraan Curah Hujan Bulan Agustus 2014
Page 24 E D I S I 8 — A G U S T U S 2 0 1 4
JUMLAH CURAH
HUJAN
0 mm - 150 mm Rempang dan Galang
150 mm - 300 mm Batam
300 mm - 450 mm -
450 mm - 600 mm -
WILAYAH
dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan Agustus 2014 di Bare-
lang dapat diprakirakan sebagai berikut :
Tabel 3: Prakiraan Sifat Hujan Bulan Agustus 2014
Gbr. 25 Peta Prakiraan Sifat Hujan Bulan Agustus 2014
Page 25 E D I S I 8 — A G U S T U S 2 0 1 4
SIFAT HUJAN WILAYAH
Atas Normal
Normal Batam, Rempang, Galang
Bawah Normal
Berdasarkan peta prakiraan angin dan gelombang laut mingguan di wilayah perairan
Kepulauan Riau pada bulan Agustus 2014 yang dibuat Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam
menggunakan Software Windwave – 05, dapat disampaikan prakiraan angin permukaan dan tinggi
gelombang laut serta arus laut perairan Kepulauan Riau dan sekitarnya sebagai berikut:
V . P R A K I R A A N A N G I N D A N G E L O M B A N G L A U T
A G U S T U S 2 0 1 4
Tabel 4 : Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Bulan Agustus 2014
WILAYAH PERAIRAN
TINGGI
GELOMBANG
( m )
ARAH & KECEP.
ANGIN
( km/jam )
ARUS LAUT
( cm/s )
Batam - Tanjung Pinang 1 – 1,5 Selatan – 25 Tenggara – 15
Batam - Tarempa 1 – 3 Selatan - 30 Tenggara – 30
Batam - Natuna 1 – 3 Selatan - 30 Tenggara - 40
Batam - Karimun 0,5 – 2 Selatan – 20 Timur Laut - 5
Batam - Lingga 1 – 2 Tenggara – 20 Selatan – 25
Batam - Singapura 0,5 – 1,5 Selatan – 20 Tenggara – 20
Batam - Dumai 0,5 – 1,5 Tenggara – 10 Timur - 8
Batam - Tambelan 1 – 3 Selatan – 30 Tenggara – 30
Page 26 E D I S I 8 — A G U S T U S 2 0 1 4
Page 27 E D I S I 8 — A G U S T U S 2 0 1 4
Gbr. 27 Peta Prakiraan Angin Minggu I Agustus 2014
Gbr.28 Peta Analisa Angin Bulan Juli 2014
Page 28 E D I S I 8 — A G U S T U S 2 0 1 4
Gbr.29 Peta Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Minggu I Agustus 2014
Gbr.30 Peta Analisa Tinggi Gelombang Laut Bulan Juli 2014
Page 29 E D I S I 8 — A G U S T U S 2 0 1 4
Gbr.30 Peta Prakiraan Arus Laut Minggu I Agustus 2014
Gbr. 31 Peta Analisa Arus Laut Bulan Juli 2014
A. Pendahuluan
Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi
akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang
terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibias-
kan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang, dalam
orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal
yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.
B. Pola Pasang Surut
Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu
kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah
setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali
pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-
diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga
level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.
Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang
menunjukkan paras air untuk sumbu vertical dan sumbu mendatar menyatakan waktu
hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk
menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai Rata-rata ini dapat dihitung
anomaly pasang naik dan pasang surut air.
C. Paras Pasang Surut.
Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Wa-
ter (HT) / Higt Tide (Ht)
Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide
Mengingat Propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka
phenomena Pasang Surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang ber-
hubungan dengan kelautan seperti Bongkar Muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para ne-
layan dan lain sebagainya.
Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepu-
lauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota Sebagai Berikut :
V I . P R E D I K S I P A S A N G S U R U T ( T I D A L )
Page 30 E D I S I 8 — A G U S T U S 2 0 1 4
Page 31 E D I S I 8 — A G U S T U S 2 0 1 4
I. KOTA BATAM
1. Batu Ampar, Agustus 2014
2. S e k u -
p a n g ,
A g u s t u s
2014
1
2
II. KABUPATEN BINTAN
1. Tanjung Uban, Agustus 2014
2. Tanjung Pinang, Agustus 201
3
4
Page 32 E D I S I 8 — A G U S T U S 2 0 1 4
III. KABUPATEN KARIMUN
1. Tanjung Balai Karimun, Agustus 2014
IV. KABUPATEN LINGGA
2. Dabo Singkep, Agustus 2014
5
6
Page 33 E D I S I 8 — A G U S T U S 2 0 1 4
IV. KABUPATEN ANAMBAS
1. Selat Peninting, Agustus 2014
V. KABUPATEN NATUNA
1. Sedanau, Agustus 2014
7
Page 34 E D I S I 8 — A G U S T U S 2 0 1 4
8
Page 35 E D I S I 8 — A G U S T U S 2 0 1 4
V I I . I N F O R M A S I M A T A H A R I T E R B I T / T E R B E N A M D A N
B U L A N T E R B I T / T E R B E N A M B U L A N A G U S T U S 2 0 1 4
1. Stasiun Meterorologi Hang Nadim Batam
2. Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang
Location : E104 07, N01 07, August 2014
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0605 1815 0943 2203
2 0605 1815 1027 2248
3 0605 1815 1113 2334
4 0605 1814 1202 000
5 0605 1814 1254 0024
6 0605 1814 1350 0117
7 0605 1814 1448 0214
8 0605 1814 1548 0313
9 0604 1814 1648 0414
10 0604 1814 1748 0514
11 0604 1813 1845 0614
12 0604 1813 1941 0711
13 0604 1813 2035 0807
14 0604 1813 2127 0901
15 0604 1813 2219 0953
16 0603 1812 2310 1045
17 0603 1812 000 1137
18 0603 1812 000 1227
19 0603 1812 0051 1318
20 0603 1811 0140 1407
21 0602 1811 0229 1455
22 0602 1811 0317 1542
23 0602 1810 0403 1627
24 0602 1810 0448 1712
25 0602 1810 0532 1755
26 0601 1810 0616 1837
27 0601 1809 0659 1919
28 0601 1809 0742 2002
29 0601 1809 0826 2046
30 0600 1808 0911 2132
31 0600 1808 000 000
Location : E104 32, N00 55, August 2014
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0604 1813 0941 2201
2 0604 1813 1025 2246
3 0603 1813 1112 2333
4 0603 1813 1200 000
5 0603 1812 1252 0023
6 0603 1812 1348 0116
7 0603 1812 1446 0213
8 0603 1812 1546 0312
9 0603 1812 1646 0412
10 0603 1812 1746 0513
11 0603 1812 1843 0612
12 0603 1811 1939 0709
13 0602 1811 2033 0805
14 0602 1811 2126 0859
15 0602 1811 2217 0951
16 0602 1810 2308 1043
17 0602 1810 2359 1135
18 0602 1810 000 1225
19 0601 1810 0049 1316
20 0601 1809 0139 1405
21 0601 1809 0228 1453
22 0601 1809 0315 1540
23 0601 1809 0402 1625
24 0600 1808 0447 1710
25 0600 1808 0531 1753
26 0600 1808 0614 1835
27 0600 1807 0657 1918
28 0559 1807 0740 2001
29 0559 1807 0824 2045
30 0559 1806 0909 2130
31 000 000 000 000
3. Stasiun Meteorologi Ranai Natuna
4. Stasiun Meteorologi Tanjung Balai Karimun
Page 36 E D I S I 8 — A G U S T U S 2 0 1 4
Location : E108 24, N03 55, August 2014
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0552 1809 0934 2153
2 0552 1809 1019 2236
3 0552 1809 1106 2322
4 0552 1809 1156 000
5 0552 1809 1248 0012
6 0552 1808 1344 0104
7 0552 1808 1442 0201
8 0552 1808 1542 0300
9 0552 1808 1642 0401
10 0552 1808 1741 0502
11 0552 1807 1837 0602
12 0552 1807 1932 0700
13 0552 1807 2025 0757
14 0552 1807 2117 0852
15 0552 1806 2207 0946
16 0552 1806 2257 1038
17 0551 1806 2347 1130
18 0551 1805 000 1222
19 0551 1805 0037 1312
20 0551 1805 0127 1401
21 0551 1804 0216 1449
22 0551 1804 0304 1536
23 0551 1804 0351 1621
24 0550 1803 0436 1704
25 0550 1803 0521 1747
26 0550 1802 0605 1829
27 0550 1802 0649 1910
28 0550 1802 0733 1952
29 0550 1801 0818 2035
30 0549 1801 0904 2120
31 000 000 0952 2207
Location : E103 23, N01 03, August 2014
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0608 1818 0946 2206
2 0608 1818 1030 2251
3 0608 1817 1116 2338
4 0608 1817 1205 000
5 0608 1817 1257 0027
6 0608 1817 1353 0121
7 0608 1817 1451 0217
8 0608 1817 1551 0316
9 0607 1817 1651 0417
10 0607 1816 1751 0517
11 0607 1816 1848 0617
12 0607 1816 1944 0714
13 0607 1816 2038 0810
14 0607 1816 2130 0904
15 0607 1815 2222 0956
16 0606 1815 2313 1048
17 0606 1815 000 1140
18 0606 1815 0003 1230
19 0606 1814 0054 1321
20 0606 1814 0143 1410
21 0605 1814 0232 1458
22 0605 1814 0320 1545
23 0605 1813 0406 1630
24 0605 1813 0451 1715
25 0605 1813 0535 1758
26 0604 1812 0619 1840
27 0604 1812 0702 1923
28 0604 1812 0745 2005
29 0604 1811 0829 2049
30 0603 1811 0914 2135
31 000 000 000 000
5. Stasiun Meteorologi Dabo Singkep
6. Stasiun Meteorologi Tarempa
Page 37 E D I S I 8 — A G U S T U S 2 0 1 4
Location : E104 34, S00 28, August 2014
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0604 1812 0941 2201
2 0604 1812 1025 2246
3 0604 1812 1111 2333
4 0604 1812 1200 000
5 0604 1812 1252 0023
6 0604 1812 1347 0116
7 0604 1812 1445 0213
8 0603 1811 1545 0312
9 0603 1811 1645 0413
10 0603 1811 1745 0513
11 0603 1811 1843 0612
12 0603 1811 1939 0709
13 0603 1811 2033 0805
14 0603 1810 2126 0858
15 0602 1810 2217 0951
16 0602 1810 2309 1043
17 0602 1810 2359 1134
18 0602 1809 000 1225
19 0602 1809 0050 1315
20 0601 1809 0139 1404
21 0601 1809 0228 1452
22 0601 1808 0316 1539
23 0601 1808 0402 1625
24 0601 1808 0447 1709
25 0600 1808 0531 1752
26 0600 1807 0614 1835
27 0600 1807 0657 1918
28 0559 1807 0740 2001
29 0559 1806 0824 2045
30 0559 1806 000 000
31 000 000 0141 1403
Location : E106 15, N03 12, August 2014
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0554 1809 0935 2153
2 0554 1809 1019 2237
3 0554 1809 1106 2324
4 0554 1809 1156 000
5 0554 1808 1248 0013
6 0554 1808 1344 0106
7 0554 1808 1442 0202
8 0554 1808 1542 0301
9 0554 1808 1642 0402
10 0553 1807 1741 0503
11 0553 1807 1838 0603
12 0553 1807 1933 0701
13 0553 1807 2026 0758
14 0553 1806 2117 0852
15 0553 1806 2208 0946
16 0553 1806 2259 1038
17 0553 1806 2349 1130
18 0553 1805 000 1221
19 0552 1805 0039 1312
20 0552 1805 0128 1401
21 0552 1804 0217 1449
22 0552 1804 0305 1536
23 0552 1804 0352 1621
24 0552 1803 0438 1704
25 0551 1803 0522 1747
26 0551 1803 0606 1829
27 0551 1802 0650 1911
28 0551 1802 0733 1953
29 0551 1801 0818 2036
30 0550 1801 0904 2121
31 0550 1801 000 000
Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata
Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses
pemanasan vertikal yang membawa uap air. Awan ini
mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin
kencang.
Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki
wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada
saat Asia memasuki musim dingin.
Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada
waktu tertentu
Dasarian : Periode sepuluh harian
Dipole Mode /IOD (Indian Ocean Dipole)
: Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut
antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika.
DMI (Dipole Mode Index)
: Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole
Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan
uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya
secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak
menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung
berkurang.
Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik
Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu
daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan.
El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur
sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di sebagian
besar wilayah Indonesia berkurang.
ENSO (El Nino-Shouthern Oscillation)
: Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.
Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus
permukaan laut.
Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan
wilayah yang luas
ITCZ (Intertropical Convergence Zone)
: Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan
yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ
berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan
cukup lama (bisa lebih dari satu hari).
Konvergensi : Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul
Page 38 E D I S I 6 — A G U S T U S 2 0 1 4
La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum
menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat.
MJO (Madden-Agustusan Oscillation)
: Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-
tekanan rendah) di kawasan tropik yang terkait dengan
penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan
hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat
ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar
ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini
berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation)
Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada
suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya
akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun
yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan
dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia
berkaitan dengan musim kemarau.
Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan
periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005,
1978-2007, dsb)
OLR (Outgoing Longwave Radiation).
: Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar
dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan
konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan
konvektifnya sedikit.
Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971
-1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)
Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan
kecepatan angin secara tiba-tiba.
SOI (Southern Oscillation Index)
: Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino
atau La Nina.
Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan
periode waktu yang sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1
diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010,
dst)
Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas)
Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubun-
gan dengan fenomena cuaca
Page 39 E D I S I 6 — A G U S T U S 2 0 1 4