Upload
dinhnhi
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam
BULETIN
BMKG
EDISI 13, MARET 2015
K A T A P E N G A N T A R
Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir
dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa
depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek
lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi
keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan
dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan menilik hal itu, serta
mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam
setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.
Buletin Meteorologi edisi Maret 2015 akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan
iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Februari 2015, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta
prakiraan pasang surut bulan Maret 2015. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang
penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan
juga kepada masyarakat umum.
Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak keku-
rangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar
buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertan-
yaan mengenai isu-isu meteorologI di wilayah Kepulauan Riau
.
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I
HANG NADIM BATAM
PHILIP MUSTAMU M.Si.
NIP. 19590406 198203 1 002
TIM REDAKSI
PELINDUNG :
PHILIP MUSTAMU, M.Si.
KEPALA STASIUN METEOROLOGI
KELAS I HANG NADIM BATAM
PENANGGUNGJAWAB :
TRI AGUS PRAMONO, S.Kom
KEPALA SEKSI DATA DAN
INFORMASI
ANGGOTA TIM :
YAYAN HERMAWAN
DUDI JUHANDINATA, S.Stat., M.M.
SRI SULISMIYATI, A.Md.
DEBORA TRULY MARPAUNG, S.ST.
SABILA RAHMABUDHI, A.Md.
PANDE MADE RONY, S.ST.
RIZKI ADZANI, S.ST.
NANGSIP CAHYANA, S.SI.
DUATI WARDANI, S.SI.
MOHAMMAD TAUFIQ, S.SI.
STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM
Jl. Hang Nadim Batu Besar, batam 29466
Phone :
+62-778-761507 ext 1025
Fax. +62-778-761401
E-mail : [email protected]
Web: hangnadim.kepri.bmkg.go.id
Web: bmkg.bpbatam.go.id
DAFTAR ISI
K A T A P E N G A N T A R
I . R I N G K A S A N 4
I I . P E N G E R T I A N 5
I I I . A N A L I S A C U A C A D A N I K L I M
A. KERAGAMAN HUJAN
B. DINAMIKA ATMOSFIR & LAUTAN BULAN FEBRUARI 2015
1. Monsun
2. El Nino - Southern Oscilation (ENSO) dan Indian Ocean
Dipole (IOD)
3. Madden - Julian Oscilation (MJO)
4. IOD (Indian Ocean Dipole)
C. ANALISIS HUJAN BULAN FEBRUARI 2015
1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan Februari 2015
Stamet Hang Nadim
5
7
7
9
1 0
1 2
1 2
1 5
I V . P R A K I R A A N B U L A N M A R E T 2 0 1 5
A. DINAMIKA ATMOSFIR
1. Tekanan Udara dan Angin
2. ENSO (El Nino - Southern Oscilation)
3. MJO
4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)
A. PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET 2015
1. Prakiraan Hujan Dasarian
2. Prakiraan Hujan Bulanan
1 7
1 7
1 8
1 9
2 1
2 3
2 4
V . P R A K I R A A N A N G I N , G E L O M B A N G D A N A R U S
L A U T B U L A N M A R E T 2 0 1 5
2 6
V I . P R E D I K S I P A S A N G S U R U T B U L A N M A R E T 2 0 1 5 3 0
V I I . I N F O R M A S I M A T A H A R I T E R B I T / T E R B E N A M
D A N B U L A N T E R B I T / T E R B E N A M M A R E T 2 0 1 5
3 5
V I I I . D A F T A R I S T I L A H 3 8
1. Berdasarkan data curah hujan bulan Februari 2015 yang diterima dari stasiun/pos hujan di
Barelang yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan
sifat hujan bulan Februari 2015 adalah sebagai berikut :
Bahwa kejadian hujan di kota Pulau Batam cukup merata ditandai dengan sifat hujan
secara umum berada pada kisaran di bawah normal terhadap rata-ratanya. Jumlah
curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 1-120 mm. Angin bertiup dengan ke-
cepatan 10 hingga 35 km/jam, kondisi angin ini kurang signifikan dalam mendukung
proses pembentukan awan.
Untuk kondisi atmosfer di bulan Februari 2015 adalah sebagai berikut : MJO pada
bulan Februari berada pada fase 4 hingga 8 dengan sifat lemah hingga kuat. Wilayah
Indonesia berada fase 3 sampai 4. Dalam hal ini, aktifitas MJO cukup berpengaruh ter-
hadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Batam. Secara umum
nilai OLR pada bulan Februari bernilai relatif rendah di wilayah Indonesia termasuk
Kepulauan Riau, yaitu sekitar 220. Nilai OLR yang kecil menunjukkan bahwa semakin
banyak tutupan awan konvektif di wilayah tersebut.. Kondisi rata-rata suhu muka laut
di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan Februari
2015 berkisar antara 28.00C hingga 30.00C (Gbr.1). Suhu muka laut yang hangat
(>27.00C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak. Kondisi yang
demikian ini meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang
menjulang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai anomali
Suhu Muka Laut di wilayah perairan Indonesia secara umum merata, termasuk
Kepulauan Riau sebesar 0.5 - 1.0 terhadap normalnya hal ini menunjukan pada bulan
Februari 2015 kondisi suhu muka laut masih berada dalam kisaran normalnya. Keadaan
seperti ini kurang mendukung dalam proses pembentukan awan-awan konvektif di
wilayah Kepulauan Riau sehingga tidak ada penambahan curah hujan yang signifikan
pada bulan tersebut
II. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA
(Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai
Maret 2015 hingga Febuari 2016. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan
dasarian Hang Nadim periode Maret 1998 s.d Februari 2015 dan dengan membandingkan
prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh
nilai korelasi 0.9544 dan RMSE (error) 11.9935 menunjukkan bahwa curah hujan di bulan
Maret 2015 diprakirakan bersifat normal.
I. RINGKASAN
Page 4 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5
A. SIFAT HUJAN
Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan
nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.
Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:
1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %.
2. Normal ( N ), jika nila perbandingannya antara 85 % - 115 %.
3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.
B. NORMAL CURAH HUJAN
1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:
Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.
2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN :
Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun.
3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN :
Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1
Maret 1901 s/d 31 Maret 1930, 1 Maret 1931 s/d 31 Maret 1960, 1 Maret 1961 s/d 31
Maret 1990, dan seterusnya.
C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM
A . K E R A G A M A N H U J A N
Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan
dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta
dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah
pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirku-
lasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mem-
pengaruhi keragaman iklim di Indonesia.
KRITERIA CH CH/hari CH/Jam
Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm
Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm
Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm
Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm
II. PENGERTIAN
Page 5 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5
Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang
tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi ke-
ragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri
merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal
cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah
gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang
tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan
dapat berubah dari tahun ke tahun.
El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan
menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia.
Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan
equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole)
hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.
Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern Os-
cillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi
intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Julian Oscillation) juga mempengaruhi keragaman
hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasi
pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya
dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-April) dapat menyebabkan terjadinya pe-
ningkatan curah hujan sekitar 200%.
Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase. Pha-
se-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-3
di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia
( 100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah
( 160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB).
Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit
mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memper-
hatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada
satelit.
Page 6 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5
Page 7 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5
Gbr.2 Peta Anomali Suhu Muka Laut bulan Februari 2015
B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN FEBRUARI 2015
1. Monsun
Pada bulan Februari matahari mulai berada pada penjalarannya dari BBS (Belahan Bumi Sela-
tan) menuju equator dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 10.2° yaitu dari 20.0°LS
menuju 9.8°LS. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di daerah ekuator dan BBS
yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Pada bulan Februari 2015
tercatat ada satu kejadian siklon tropis yaitu siklon tropis Lam. Siklon tropis ini menarik mas-
sa udara menuju wilayah Siklon Tropis tersebut sehingga mempengaruhi kondisi pola cuaca di
Indonesia. Dimana hal ini menyebabkan berkurangnya jumlah curah hujan di wilayah Indonesia
bagian utara termasuk Kepulauan Riau.
Gbr.1 Peta Rata-rata Suhu Muka Laut bulan Februari 2015
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/
sst_analysis/images/monsstv2.png
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/
sst_analysis/images/monanomv2.png
Page 8 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5
Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan
Riau pada bulan Februari 2015 berkisar antara 28.00C hingga 30.00C (Gbr.1). Suhu muka laut yang
hangat (>27.00C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak. Kondisi yang demikian ini
meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang tinggi sehingga
berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai anomali Suhu Muka Laut (Gbr.2) di wilayah perairan
Indonesia secara umum merata, termasuk Kepulauan Riau sebesar 0.5 - 1.0 terhadap normalnya hal
ini menunjukan pada bulan Februari 2015 kondisi suhu muka laut masih berada dalam kisaran
normalnya.
Keadaan seperti ini kurang mendukung dalam proses pembentukan awan-awan konvektif di
wilayah Kepulauan Riau sehingga tidak ada penambahan curah hujan yang signifikan pada bulan terse-
but.
Pada bulan Februari, tekanan udara di BBU secara umum masih lebih tinggi daripada daerah
equator menyebabkan massa udara bergerak dari BBU (bertekanan tinggi) menuju equator
(bertekanan rendah) sehingga menyebabkan pola angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan
bertiup dari arah utara hingga timur laut. Selain itu, tekanan udara di wilayah BBS (Belahan Bumi
Selatan) yang lebih tinggi dari pada wilayah equator juga membuat massa udara yang berasal dari
wilayah BBS (bertekanan tinggi) menuju ke wilayah equator (bertekanan rendah) sehingga memicu
terbentuknya pola angin konvergen yang memanjang di wilayah equator atau biasa disebut sebagai
Inter Tropical Convergance Zone (ITCZ), sebagaimana terlihat pada (Gbr. 3). Pada daerah belokan
angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga
terjadi pengangkatan massa udara dan menimbulkan potensi adanya pertumbuhan awan-awan kon-
vektif yang menyebabkan terjadinya hujan dan petir.
Gbr.3 Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut bulan Februari 2015
Sumber : : http://www.bom.gov.au/cg-bin/climate/cmb.cgi?
page=map&variable=mslp&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
Page 9 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5
Berdasarkan hasil analisa (Gbr.4) daerah Kepulauan Riau angin bertiup dengan kecepatan 10
hingga 35 km/jam. Kondisi angin ini kurang signifikan dalam mendukung proses pembentukan
awan.
2. El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD)
Pada bulan Februari ENSO berada pada kondisi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
anomali SST Nino 3.4 pada akhir Januari +0.23°C. Sedangkan kondisi SOI (Southern
Oscillation Index) pada Februari 2015 berada pada kondisi normal. Nilainya pada akhir Febru-
ari sebesar +0.7 Hal ini tidak berpengaruh terhadap penambahan atau pengurangan jumlah
curah hujan pada bulan Februari di wilayah Kepulauan Riau.
Gbr.5 Rata-rata Arah dan Kecepatan Angin 850 mb bulan Februari 2015
Gbr.4 Klimatologi Arah Angin 3000 Feet bulan Februari 2015
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?
page=map&variable=850wind&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
Page 10 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5
3. Madden-Julian Oscillation ( MJO)
a. Outgoing Longwave Radiation (OLR)
OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar
angkasa. Tidak semua radiasi gelombang panjang yang terpancar dari bumi sampai ke
luar angkasa. Awan-awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan
gelombang panjang. Jika pada suatu wilayah tertutup hamparan awan konvektif, maka
nilai OLR akan kecil. Secara umum nilai OLR pada bulan Februari bernilai relatif rendah
di wilayah Indonesia termasuk Kepulauan Riau, yaitu sekitar 220. Nilai OLR yang kecil
menunjukkan bahwa semakin banyak tutupan awan konvektif di wilayah tersebut.
Gbr.7 Grafik indeks ENSO / SOI
Gbr.6 Grafik indeks SST Nino3.4
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
Page 11 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5
Gbr.8 Rata-rata OLR bulan Februari 2015
b. Fase MJO (Median Julian Oscilation)
MJO pada bulan Februari berada pada fase 4 hingga 8 dengan sifat lemah hingga kuat.
Wilayah Indonesia berada fase 3 sampai 4. Dalam Hal ini aktifitas MJO cukup berpengaruh ter-
hadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khusunya Batam.
Gbr.9 Fase MJO
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?
page=map&variable=olr&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
Page 12 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5
4. IOD (Indian Ocean Dipole)
Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada kisaran
dibawah normal dengan kondisi netral (-0,5°C s.d 0,5°C). Pada akhir Februari nilai IOD memiliki
kondisi normal yang bernilai -0.430C. Sehingga bisa diketahui bahwa selama bulan Februari 2015,
secara umum IOD cukup signifikan dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah
Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau.
C. ANALISIS HUJAN BULAN FEBRUARI 2015
Berdasarkan data curah hujan bulan Februari 2015 yang diterima dari stasiun / AWS (Automatic
Weather Station) di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan
dan sifat hujan bulan Februari 2015 adalah sebagai berikut:
Gbr.10 Grafik IOD
Page 13 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5
Dari tabel di atas tampak bahwa kejadian hujan di Pulau Batam cukup merata ditandai dengan sifat
hujan secara umum berada pada kisaran di bawah normal terhadap rata-ratanya. Jumlah curah hujan di wilayah
Batam berkisar antara 0-120 mm.
Tabel.1 Analisis Curah Hujan dan Sifat Hujan Februari 2015
Gbr.11 Evaluasi Curah Hujan Bulan Februari 2015
Lokasi RR Februari 2015 (mm) Rata - rata (mm) Sifat Hujan
Hang Nadim 62.4 163.8 Bawah Normal
Mukakuning 55.8 172.1 Bawah Normal
Nongsa 40.0 125.0 Bawah Normal
Tg. Uncang 41.8 166.7 Bawah Normal
Pagoda 118.8 134.9 Normal
Sengkuang 38.4 149.4 Bawah Normal
Seiladi 37.0 156.8 Bawah Normal
Page 14 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5
Gbr.12 Evaluasi Sifat Hujan Bulan Februari 2015
Dari gambar peta isohyet di atas dapat diketahui konsentrasi hujan di Barelang yang terjadi
selama bulan Februari 2015. Sebaran hujan cukup merata di wilayah Pulau Batam, Rempang dan
Galang. dengan nilai antara 0-120 mm. konsentrasi jumlah curah hujan tertinggi terdapat di wilayah
Pagoda.
1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan Februari 2015 Stamet Hang Nadim
a. Hujan
Sifat hujan bulan Februari 2015 di Barelang Bawah Normal (B) dengan curah hujan
selama sebulan berkisar 38,0 mm - 118,8 mm atau antara 15,1 % - 47,1 %. Curah hujan
terendah terjadi di Sengkuang dan tertinggi di Pagoda. Khusus di Hang Nadim dalam bulan
Februari 2015 terdapat 6 hari hujan terukur dan 3 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan
total curah hujan sebesar 62,4 mm atau berkisar 24,8% dari rata-rata yang berarti sifat hu-
jan Bawah Normal (B). Pada dasarian I terjadi 8 hari hujan dengan jumlah curah hujan 34
mm, dasarian II terjadi 1 hari hujan dengan jumlah curah hujan 28,4 mm, dan dasarian III
tidak terjadi hujan. Curah hujan tertinggi 28,4 mm terjadi pada tanggal 18 Februari 2015.
Page 15 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5
Gbr.13 Grafik Curah Hujan bulan Februari 2015 di Hang Nadim
b. Suhu Udara
Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 23,0 - 26,6 ° C. Suhu udara ter-
endah dalam bulan Februari adalah 22,4 °C terjadi pada tanggal 18 Februari 2015 pagi
hari dan suhu udara tertinggi 31,6 °C terjadi pada tanggal 28 Februari 2015 siang hari.
C. Kelembaban Udara
Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 71 % - 86 %. Kelembaban
udara terendah mutlak 71% terjadi pada tanggal 01 Februari 2015 siang hari, sedangkan
kelembaban udara tertinggi 99% terjadi tanggal 18 Februari 2015 pagi hari. Dengan
demikian udara pada bulan Februari 2015 lebih kering dibandingkan bulan Januari 2015.
d. Angin Permukaan
Selama periode dasarian I – III Februari 2015 angin permukaan secara umum
didominasi dari arah Timur Laut dengan kecepatan rata-rata 32 km/jam, arah dan ke-
cepatan maximum dari Tumur Laut dengan kecepatan 43 km/jam terjadi pada tanggal 6
dan 11 Februari 2015.
Gbr.14 Grafik Suhu Udara bulan Februari 2015 di Hang Nadim
Gbr.15 Grafik Kelembaban Udara Bulan Februari 2015 di Hang Nadim
Page 16 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5
A. DINAMIKA ATMOSFIR
1. Tekanan Udara dan Angin.
Pada bulan Maret, posisi matahari dalam gerak semunya berada di BBS (Belahan
Bumi Selatan) menuju ke BBU (Belahan Bumi Utara) dengan pergerakan semu sejauh kurang
lebih 15° yaitu dari 9.8°LS menuju 5.2° LU (http://www.physicalgeography.net). Sehingga,
dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah pada Maret 2015 akan berada di
wilayah Bumi Bagian Selatan (BBS).
Hal tersebut mengakibatkan pola angin rata-rata bulan Maret secara umum akan
bertiup dari Bumi Bagian Utara (BBU) menuju Bumi Bagian Selatan (BBS). Angin dari wila-
yah BBU akan bertemu dengan angin dari wilayah BBS yang akan menyebabkan konvergensi
di wilayah tropis dan dinamakan sebagai ITCZ (Inter Tropical Convergance Zone).
Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau, seperti yang terlihat pada gambar 2,
pola angin yang terbentuk berada dekat dengan daerah belokan angin (shearline) dan pusaran
angin tertutup (eddy). Pola angin ini cenderung mendukung dalam proses pertumbuhan awan
-awan hujan.
Page 17 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5
I V . P R A K I R A A N B U L A N M A R E T 2 0 1 5
Prediksi Anomali Suhu Muka Laut
periode Maret 2015
Rata-rata Tekanan Udara
Bulan Maret 2015
Gbr.16 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Maret 2015
Sumber: http://www.esrl.noaa.gov/psd/cgi-bin/data/composites/ Sumber: http://pred.ldeo.columbia.edu/forecast/sst/12/
glbbld_DJF_nov2012.html
2. ENSO (EL Nino-Southern Oscillation)
ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi
penambahan curah hujan (fase La Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El Nino) di
wilayah Indonesia. Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu NOAA (National
Oceanic and Atmospheric Administration), POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for
Australia), BMKG, dan JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology)
menyatakan bahwa ENSO untuk bulan Maret 2015 berada dalam kondisi normal.
Dengan demikian, di Wilayah Indonesia diprediksi tidak terdapat adanya penamba-
han maupun pengurangan jumlah curah hujan.
Gbr.17 Rata-rata Streamline 3000 feet Maret 2015
Gbr.18 Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG
Page 18 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5
Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM
(Bureau of Meteorology Australia) hingga Februari akhir masih menunjukkan kondisi
normal. Sehingga diprakirakan untuk bulan Maret 2015 di wilayah Indonesia tidak akan
terdapat penambahan jumlah curah hujan yang signifikan.
3. MJO (Madden-Julian Oscillation)
Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan
di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan atau
disebut MJO. Berdasarkan data dari NOAA, diprakirakan pada tanggal 28 Februari s.d 14
Maret 2015 MJO berada pada fase 7 atau berada pada wilayah Samudera Pasifik bagian
Barat. Hal ini tidak mempengaruhi dalam penambahan jumlah curah hujan di wilayah
Indonesia. . Sedangkan berdasarkan data anomali OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang
merupakan salah satu indikator MJO di wilayah Indonesia secara umum menunjukkan
nilai -10 s.d +5 Wm-2. Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau data anomali OLR pada
14 hari kedepan diprakirakan pada nilai -10 s.d -5 yang berarti tutupan awan di wilayah
Kepulauan Riau pada bulan Maret akan cukup banyak.
Gbr.19 Grafik SOI Maret 2012 sampai dengan awal Maret 2015
Page 19 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5
Gbr.20 Grafik Fase MJO pada Bulan Februari 2015 dan Prakiraan Bulan Maret 2015
Gbr.21 Anomali OLR sampai dengan 31 Februari 2015 dan prakiraan 15 hari kedepan
Page 20 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5
Sumber: http://cawcr.gov.au/staff/mwheeler/maproom OLR_modes/
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/
4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)
Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indone-
sia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM, grafik
indeks IOD awal Maret 2015 berada pada kisaran -0,50 C s.d 0,50 C (netral) dengan nilai
terakhir -0.43 (gambar 7) dan prediksi bulan Maret 2015 bernilai -0.12. Sedangkan BMKG
memprediksi nilai indeks dipole mode Maret 2015 bernilai 0.07 (gambar 8). Secara umum
berdasarkan data prakiraan yang didapat dari BMKG dan BoM keduanya menunjukan bahwa
nilai IOD pada bulan Maret tidak berpengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah
Indonesia Bagian Barat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa IOD masih dalam kondisi
normal sehingga penambahan curah hujan di Indonesia bagian barat kurang signifikan.
Gbr.22 Grafik indeks IOD sampai dengan akhir Maret 2015 dari BoM
Gbr. 23 Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG
Page 21 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5
Sumber:www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
5. Tinjauan Klimatologis
Kondisi cuaca bulan Maret di Batam berdasarkan data klimatologis selama 22 tahun
(1993-2014) diketahui:
Secara umum curah hujan di Batam terbagi menjadi dua daerah konsentrasi hujan
selama bulan Maret. Daerah Batam Timur dan Galang curah hujannya 100 – 150 mm.
Sedangkan Batam Barat, Batam Tengah dan Rempang curah hujannya sedikit lebih tinggi
yaitu 150 – 200 mm.
Kesimpulan:
Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di
Batam pada bulan Maret 2015 cenderung lebih besar dibandingkan pada bulan Februari dan
peluang jumlah intensitas curah hujan juga lebih besar.
Page 22 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET 2015
1. Prakiraan Hujan Dasarian
Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA
(Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai
Maret 2015 hingga Februari 2016. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan
dasarian Hang Nadim periode Maret 1999 s.d Februari 2016.
Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan
dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.9544 dan RMSE (error) 11.9935
Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Maret 2015 diprakirakan:
Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada
dasarian I di bawah normal sedangkan dasarian II dan III berada pada normalnya.
Page 23 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5
Dasarian Pertama Di Bawah Normal
Dasarian Kedua Normal
Sifat Hujan
2. Prakiraan Hujan Bulanan
Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat
diperoleh hasil prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan Maret 2015 di wilayah Barelang
sebagai berikut:
Gbr.24 Peta Prakiraan Curah Hujan Bulan Maret 2015
Tabel.2 Prakiraan Curah Hujan Bulan Maret 2015
Page 24 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5
JUMLAH CURAH
HUJAN
0 mm - 150 mm Batam, Rempang, Galang
150 mm - 300 mm -
300 mm - 450 mm -
WILAYAH
dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan Maret 2015 di
Barelang dapat diprakirakan sebagai berikut:
Tabel.3 Prakiraan Sifat Hujan Bulan MARET 2015
Gbr.25 Peta Prakiraan Sifat Hujan Bulan Maret 2015
Page 25 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5
SIFAT HUJAN WILAYAH
Atas Normal
Normal Rempang Galang
Bawah Normal Batam
Berdasarkan peta prakiraan angin dan gelombang laut mingguan di wilayah perairan Kepulauan Riau
pada bulan Maret 2015 yang dibuat Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam menggunakan
Software Windwave – 05, dapat disampaikan prakiraan angin permukaan dan tinggi gelombang laut
serta arus laut perairan Kepulauan Riau dan sekitarnya sebagai berikut:
V . P R A K I R A A N A N G I N D A N G E L O M B A N G L A U T
M A R E T 2 0 1 5
Tabel.4 Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Bulan Maret 2015
WILAYAH PERAIRAN
TINGGI
GELOMBANG
( m )
ARAH & KECEP.
ANGIN
( km/jam )
ARUS LAUT
( cm/s )
Batam - Tanjung Pinang 0,75 – 1,5 Utara – 20 Barat Laut – 13
Batam - Tarempa 1– 2 Timur Laut – 20 Utara - 25
Batam - Natuna 1 – 2 Timur Laut – 20 Barat Laut - 40
Batam - Karimun 0,75 – 1,5 Timur Laut – 10 Barat Daya - 5
Batam - Lingga 1– 2 Utara – 30 Utara – 30
Batam - Singapura 0,75 – 1 Utara – 18 Barat Laut – 13
Batam - Dumai 0,75 – 1 Timur Laut – 10 Barat Daya - 5
Batam - Tambelan 1 – 2 Utara – 25 Barat – 25
Page 26 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5
Page 27 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5
Gbr.26 Peta Prakiraan Angin Minggu I Maret 2015
Gbr.27 Peta Analisa Angin Bulan Februari 2015
Page 28 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5
Gbr.28 Peta Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Minggu I Maret 2015
Gbr.29 Peta Analisa Tinggi Gelombang Laut Bulan Februari 2015
Page 29 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5
Gbr.30 Peta Prakiraan Arus Laut Minggu I Maret 2015
Gbr.31 Peta Analisa Arus Laut Bulan Februari 2015
A. Pendahuluan
Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi
akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti
yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut
dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang,
dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sen-
trifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.
B. Pola Pasang Surut
Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu
kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah
setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali
pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-
diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga
level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.
Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang
menunjukkan paras air untuk sumbu vertical dan sumbu mendatar menyatakan waktu
hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk
menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai Rata-rata ini dapat dihitung
anomaly pasang naik dan pasang surut air.
C. Paras Pasang Surut.
Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Wa-
ter (HT) / Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low
Water (LW) / Low Tide. Mengingat Propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wila-
yahnya terdiri dari lautan maka phenomena Pasang Surut air laut sangat besar
pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti Bongkar
Muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam
buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang
meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota Sebagai Berikut :
V I . P R E D I K S I P A S A N G S U R U T ( T I D A L )
Page 30 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5
Page 31 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5
I. KOTA BATAM
1. Batu Ampar, Maret 2015
2. Sekupang, Maret 2015
1
2
II. KABUPATEN BINTAN
1. Tanjung Uban, Maret 2015
2. Tanjung Pinang, Maret 2015
3
4
Page 32 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5
III. KABUPATEN KARIMUN
1. Tanjung Balai Karimun, Maret 2015
IV. KABUPATEN LINGGA
1. Dabo Singkep, Maret 2015
6
Page 33 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5
5
IV. KABUPATEN ANAMBAS
1. Selat Peninting, Maret 2015
V. KABUPATEN NATUNA
1. Sedanau, Maret 2015
Page 34 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5
7
8
V I I . I N F O R M A S I M A T A H A R I T E R B I T / T E R B E N A M D A N
B U L A N T E R B I T / T E R B E N A M M A R E T 2 0 1 5
Page 35 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5
1. Stasiun Meterorologi Hang Nadim Batam
2. Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang
Location : E104 07, N01 07, March 2015
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0613 1819 1500 0238
2 0613 1819 1547 0325
3 0613 1818 1632 0411
4 0613 1818 1716 0455
5 0612 1818 1759 0538
6 0612 1818 1842 0620
7 0612 1818 1925 0703
8 0612 1817 2008 0745
9 0611 1817 2053 0828
10 0611 1817 2139 0913
11 0611 1817 2227 0959
12 0610 1816 2317 1048
13 0610 1816 000 1139
14 0610 1816 0010 1233
15 0610 1816 0105 1328
16 0609 1815 0200 1425
17 0609 1815 0257 1522
18 0609 1815 0354 1619
19 0608 1815 0450 1716
20 0608 1814 0546 1813
21 0608 1814 0642 1909
22 0607 1814 0737 2005
23 0607 1814 0832 2101
24 0607 1813 0927 2156
25 0606 1813 1021 2250
26 0606 1813 1114 2342
27 0606 1813 1206 000
28 0605 1812 1256 0033
29 0605 1812 1344 0122
30 0605 1812 1430 0208
31 0604 1811 1514 0253
Location : E104 32, N00 55, March 2015
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0612 1817 1458 0236
2 0611 1817 1545 0323
3 0611 1817 1630 0409
4 0611 1817 1715 0453
5 0611 1816 1758 0536
6 0610 1816 1840 0619
7 0610 1816 1923 0701
8 0610 1816 2006 0743
9 0610 1816 2051 0826
10 0609 1815 2137 0911
11 0609 1815 2225 0958
12 0609 1815 2315 1047
13 0608 1815 000 1138
14 0608 1814 0008 1231
15 0608 1814 0103 1327
16 0608 1814 0159 1423
17 0607 1814 0255 1520
18 0607 1813 0352 1618
19 0607 1813 0448 1714
20 0606 1813 0544 1811
21 0606 1812 0640 1907
22 0606 1812 0735 2003
23 0605 1812 0831 2059
24 0605 1812 0925 2154
25 0605 1811 1020 2248
26 0604 1811 1113 2340
27 0604 1811 1205 000
28 0604 1811 1254 0031
29 0603 1810 1342 0120
30 0603 1810 1428 0206
31 0603 1810 1512 0251
3. Stasiun Meteorologi Ranai Natuna
4. Stasiun Meteorologi Tanjung Balai Karimun
Page 36 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5
Location : E108 24, N03 55, March 2015
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0558 1800 1438 0224
2 0557 1800 1526 0311
3 0557 1800 1612 0356
4 0557 1800 1657 0440
5 0556 1800 1741 0522
6 0556 1800 1824 0603
7 0556 1759 1908 0645
8 0555 1759 1952 0726
9 0555 1759 2037 0809
10 0555 1759 2124 0853
11 0554 1759 2212 0939
12 0554 1759 2303 1027
13 0554 1758 2356 1118
14 0553 1758 000 1211
15 0553 1758 0051 1307
16 0552 1758 0146 1404
17 0552 1758 0242 1502
18 0552 1758 0338 1600
19 0551 1757 0434 1657
20 0551 1757 0529 1755
21 0550 1757 0623 1852
22 0550 1757 0717 1949
23 0550 1757 0812 2046
24 0549 1756 0906 2141
25 0549 1756 1000 2236
26 0548 1756 1053 2329
27 0548 1756 1144 000
28 0548 1756 1234 0019
29 0547 1756 1323 0107
30 0547 1755 1409 0153
31 0546 1755 1454 0238
Location : E103 23, N01 03, March 2015
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0616 1822 1503 0241
2 0616 1821 1550 0328
3 0616 1821 1635 0414
4 0615 1821 1719 0458
5 0615 1821 1802 0541
6 0615 1821 1845 0623
7 0615 1821 1928 0706
8 0614 1820 2011 0748
9 0614 1820 2056 0831
10 0614 1820 2142 0916
11 0614 1820 2230 1002
12 0613 1819 2320 1051
13 0613 1819 000 1142
14 0613 1819 0013 1236
15 0612 1819 0107 1331
16 0612 1818 0203 1428
17 0612 1818 0300 1525
18 0612 1818 0357 1622
19 0611 1818 0453 1719
20 0611 1817 0549 1816
21 0611 1817 0645 1912
22 0610 1817 0740 2008
23 0610 1817 0835 2104
24 0610 1816 0930 2159
25 0609 1816 1024 2253
26 0609 1816 1118 2345
27 0609 1815 1209 000
28 0608 1815 1259 0036
29 0608 1815 1347 0125
30 0608 1815 1433 0211
31 0607 1814 1517 0256
5. Stasiun Meteorologi Dabo Singkep
6. Stasiun Meteorologi Tarempa
Page 37 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5
Location : E104 34, N00 28, March 2015
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0611 1818 1500 0234
2 0610 1818 1546 0321
3 0610 1817 1631 0407
4 0610 1817 1715 0452
5 0610 1817 1758 0536
6 0610 1817 1840 0618
7 0609 1816 1923 0701
8 0609 1816 2006 0744
9 0609 1816 2050 0827
10 0609 1816 2135 0912
11 0608 1815 2223 0959
12 0608 1815 2313 1048
13 0608 1815 000 1139
14 0608 1814 0006 1233
15 0607 1814 0100 1328
16 0607 1814 0157 1425
17 0607 1814 0254 1522
18 0607 1813 0351 1618
19 0606 1813 0448 1715
20 0606 1813 0544 1811
21 0606 1812 0640 1906
22 0606 1812 0736 2002
23 0605 1812 0832 2057
24 0605 1811 0927 2152
25 0605 1811 1021 2246
26 0604 1811 1115 2338
27 0604 1810 1206 000
28 0604 1810 1256 0029
29 0604 1810 1343 0118
30 0603 1809 1429 0205
31 0603 1809 1513 0250
Location : E106 15, N03 12, March 2015
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0606 1809 1448 0231
2 0606 1809 1536 0319
3 0605 1809 1621 0404
4 0605 1809 1706 0448
5 0605 1809 1750 0530
6 0604 1808 1833 0612
7 0604 1808 1916 0654
8 0604 1808 2000 0735
9 0603 1808 2045 0818
10 0603 1808 2132 0902
11 0603 1808 2220 0948
12 0602 1807 2311 1037
13 0602 1807 000 1128
14 0602 1807 0004 1221
15 0601 1807 0058 1317
16 0601 1807 0154 1414
17 0601 1806 0250 1511
18 0600 1806 0347 1609
19 0600 1806 0442 1707
20 0559 1806 0537 1804
21 0559 1806 0632 1901
22 0559 1805 0727 1957
23 0558 1805 0821 2054
24 0558 1805 0916 2149
25 0558 1805 1010 2244
26 0557 1805 1103 2336
27 0557 1804 1154 000
28 0556 1804 1244 0027
29 0556 1804 1332 0115
30 0556 1804 1419 0202
31 0555 1804 1504 0246
Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata
Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses
pemanasan vertikal yang membawa uap air. Awan ini
mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin
kencang. Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki
wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada
saat Asia memasuki musim dingin. Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada
waktu tertentu
Dasarian : Periode sepuluh harian
Dipole Mode /IOD
(Indian Ocean Dipole) : Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut
antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika. DMI
(Dipole Mode Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole
Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan
uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya
secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak
menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung
berkurang. Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik
Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu
daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan. El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur
sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di sebagian
besar wilayah Indonesia berkurang. ENSO
(El Nino-Shouthern
Oscillation)
: Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.
Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus
permukaan laut. Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan
wilayah yang luas
ITCZ
(Intertropical
Convergence Zone)
: Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan
yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ
berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan
cukup lama (bisa lebih dari satu hari). Konvergensi : Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul
Page 38 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5
La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum
menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat. MJO
(Madden-
Novemberan
Oscillation)
: Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-
tekanan rendah) di kawasan tropik yang terkait dengan
penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan
hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat
ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar
ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini
berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation)
Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada
suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya
akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun
yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan
dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia
berkaitan dengan musim kemarau. Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan
periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005,
1978-2007, dsb) OLR
(Outgoing
Longwave
Radiation).
: Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar
dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan
konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan
konvektifnya sedikit. Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971
-1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb) Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan
kecepatan angin secara tiba-tiba. SOI
(Southern
Oscillation Index)
: Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino
atau La Nina. Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan
periode waktu yang sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1
diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010,
dst) Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas) Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhub-
ungan dengan fenomena cuaca
Page 39 E D I S I 1 3 — M A R E T 2 0 1 5