Status Pemeriksaan Neurologis

  • Upload
    arifin

  • View
    251

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/3/2019 Status Pemeriksaan Neurologis

    1/19

    Status Pemeriksaan Neurologi

    Filed under: med papers,Neuro ningrum @ 7:53 pm

    Pendahuluan

    Dalam rangka menegakkan diagnosis penyakit saraf diperlukan pemeriksaananamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan mental dan laboratorium (penunjang).

    Pemeriksaan neurologis meliputi: pemeriksaan kesadaran, rangsang selaput otak, saraf otak,sistem motorik, sistem sensorik refleks dan pemeriksaan mental (fungsi luhur).

    Selama beberapa dasawarsa ini ilmu serta teknologi kedokteran maju dan berkembang

    dengan pesat. Banyak alat dan fasilitas yang tersedia, dan memberikan bantuan yang sangat

    penting dalam mendiagnosis penyakit serta menilai perkembangan atau perjalanan penyakit.

    Saat ini kita dengan mudah dapat mendiagnosis perdarahan di otak, atau keganasan di otak

    melalui pemeriksaan pencitraan. Kita juga dengan mudah dapat menentukan polineuropati

    dan perkembangannya melalui pemeriksaan kelistrikan.

    Di samping kemajuan yang pesat ini, pemeriksaan fisik dan mental di sisi ranjang (bedside)

    masih tetap memainkan peranan yang penting. Kita bahkan dapat meningkatkan kemampuan

    pemeriksaan di sisi ranjang dengan bantuan alat teknologi yang canggih. Kita dapat

    mempertajam kemampuan pemeriksaan fisik dan mental dengan bantuan alat-alat canggihyang kita miliki.

    Sampai saat ini kita masih tetap dan harus memupuk kemampuan kita untuk melihat,

    mendengar, dan merasa, serta mengobservasi keadaan pasien. Dengan pemeriksaananamnesis, fisik dan mental yang cermat, kita dapat menentukan diagnosis, dan pemeriksaan

    penunjang yang dibutuhkan.

    Anamnesis

    Dalam memeriksa penyakit saraf, data riwayat penyakit merupakan hal yang penting.

    Seorang dokter tidak mungkin berkesempatan mengikuti penyakit sejak dari mulanya.

    Biasanya penderita datang ke dokter pada saat penyakit sedang berlangsung, bahkan kadang-

    kadang saat penyakitnya sudah sembuh dan keluhan yang dideritanya merupakan gejala sisa.Selain itu, ada juga penyakit yang gejalanya timbul pada waktu-waktu tertentu; jadi, dalam

    bentuk serangan. Di luar serangan, penderitanya berada dalam keadaan sehat. Jika penderitadatang ke dokter di luar serangan, sulit bagi dokter untuk menegakkan diagnosis penyakitnya,

    kecuali dengan bantuan laporan yang dikemukakan oleh penderita (anamnesis) dan orangyang menyaksikannya (allo-anamnesis).

    Tidak jarang pula suatu penyakit mempunyai perjalanan tertentu. Oleh karenaperjalanan penyakit sering mempunyai pola tertentu, maka dalam menegakkan diagnosis kita

    perlu menggali data perjalanan penyakit tersebut. Suatu kelainan fisik dapat disebabkan oleh

    bermacam penyakit. Dengan mengetahui perjalanan penyakit, kita dapat mendekati

    diagnosisnya, dan pemeriksaan laboratorium yang tidak perlu dapat dihindari. Tidaklah

    berlebihan bila dikatakan bahwa: Anamnesis yang baik membawa kita menempuh setengah

    jalan ke ara diagnosa yang tepat.

  • 8/3/2019 Status Pemeriksaan Neurologis

    2/19

    Untuk mendapatkan anamnesis yang baik dibutuhkan sikap pemeriksa yang sabar danpenuh perhatian, serta waktu yang cukup. Pengambilan anamnesis sebaiknya dilakukan di

    tempat tersendiri, supaya tidak didengar orang lain. Biasanya pengambilan anamnesismengikuti 2 pola umum, yaitu:

    1. Pasien dibiarkan secara bebas mengemukakan semua keluhan serta kelainan yangdideritanya.

    2. Pemeriksa (dokter) membimbing pasien mengemukakan keluhannya atau kelainannyadengan jalan mengajukan pertanyaan tertuju.

    Pengambilan anamnesa yang baik menggabungkan kedua cara tersebut diatas.

    Biasanya wawancara dengan pasien dimulai dengan menanyakan nama, umur,

    pekerjaan, alamat. Kemudian ditanyakan keluhan utamanya, yaitu keluhan yang mendorongpasien datang berobat ke dokter. Pada tiap keluhan atau kelainan perlu ditelusuri:

    1. Sejak kapan mulai2. Sifat serta beratnya3. Lokasi serta penjalarannya4. Hubungannya dengan waktu (pagi, siang, malam, sedang tidur, waktu haid, sehabis

    makan dan lain sebagainya)

    5. Keluhan lain yang ada hubungannya dengan keluhan tersebut6. Pengobatan sebelumnya dan bagaimana hasilnya7. Faktor yang membuat keluhan lebih berat atau lebih ringan8. Perjalanan keluhan, apakah menetap, bertambah berat, bertambah ringan, datang

    dalam bentuk serangan, dan lain sebagainya

    Pada tiap penderita penyakit saraf harus pula dijajaki kemungkinan adanya keluhan atau

    kelainan dibawah ini dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:

    1. Nyeri kepala : Apakah anda menderita sakit kepala? Bagaimana sifatnya, dalambentuk serangan atau terus menerus? Dimana lokasinya? Apakah progresif, makin

    lama makin berat atau makin sering? Apakah sampai mengganggu aktivitas sehari-

    hari?

    2. Muntah : Apakah disertai rasa mual atau tidak? Apakah muntah ini tiba-tiba,mendadak, seolah-olah isi perut dicampakkan keluar (proyektil)?

    3. Vertigo : Pernahkah anda merasakan seolah sekeliling anda bergerak, berputar atauanda merasa diri anda yang bergerak atau berputar? Apakah rasa tersebut ada

    hubungannya dengan perubahan sikap? Apakah disertai rasa mual atau muntah?

    Apakah disertai tinitus (telinga berdenging, berdesis)?

    4. Gangguan pemglihatan (visus) : Apakah ketajaman penglihatan anda menurun padasatu atau kedua mata? Apakah anda melihat dobel (diplopia)?

    5. Pendengaran : Adakah perubahan pada pendengaran anda? Adakah tinitus (bunyiberdenging/berdesis pada telinga)?

    6. Saraf otak lainnya : Adakah gangguan pada penciuman, pengecapan, salivasi(pengeluaran air ludah), lakrimasi (pengeluaran air mata), dan perasaan di wajah?

    Adakah kelemahan pada otot wajah? Apakah bicara jadi cadel dan pelo? Apakahsuara anda berubah, jadi serak, atau bindeng (disfonia), atau jadi mengecil/hilang

    (afonia)? Apakah bicara jadi cadel dan pelo (disartria)? Apakah sulit menelan(disfagia)?

  • 8/3/2019 Status Pemeriksaan Neurologis

    3/19

    7. Fungsi luhur : Bagaimana dengan memori? Apakah anda jadi pelupa? Apakah andamenjadi sukar mengemukakan isi pikiran anda (disfasia, afasia motorik) atau

    memahami pembicaraan orang lain (disfasia, afasia sensorik)? Bagaimana dengankemampuan membaca (aleksia)? Apakah menjadi sulit membaca, dan memahami apa

    yang anda baca? Bagaimana dengan kemampuan menulis, apakah kemampuan

    menulis berubah, bentuk tulisan berubah?

    8. Kesadaran : Pernahkah anda mendadak kehilangan kesadaran, tidak mengetahui apayang terjadi di sekitar anda? Pernahkah anda mendada merasa lemah dan seperti mau

    pingsan (sinkop)?

    9. Motorik : Adakah bagian tubuh anda yang menjadi lemah, atau lumpuh (tangan,lengan, kaki, tungkai)? Bagaimana sifatnya, hilang-timbul, menetap atau berkurang?

    Apakah gerakan anda menjadi tidak cekatan? Adakah gerakan pada bagian tubuh atau

    ekstremitas badan yang abnormal dan tidak dapat anda kendalikan (khorea, tremor,

    tik)?

    10.Sensibilitas : Adakah perubahan atau gangguan perasaan pada bagian tubuh atauekstremitas? Adakah rasa baal, semutan, seperti ditusuk, seperti dibakar? Dimana

    tempatnya? Adakah rasa tersebut menjalar?11.Saraf otonom : Bagaimana buang air kecil (miksi), buang air besar (defekasi), dan

    nafsu seks (libido) anda? Adakah retensio atau inkontinesia urin atau alvi?

    Pemeriksaan Fisik

    y Pemeriksaan Umumo Sensorium (kesadaran)

    Tingkat kesadaran dibagi menjadi beberapa yaitu:

    yo

    Normal : kompos mentis Somnolen : : Keadaan mengantuk. Kesadaran dapat pulih penuh bila

    dirangsang. Somnolen disebut juga sebagai letargi. Tingkat kesadaranini ditandai oleh mudahnya pasien dibangungkan, mampu memberi

    jawaban verbal dan menangkis rangsang nyeri. Sopor (stupor) : Kantuk yang dalam. Pasien masih dapat dibangunkan

    dengan rangsang yang kuat, namun kesadarannya segera menurun lagi.Ia masih dapat mengikuti suruhan yang singkat dan masih terlihat

    gerakan spontan. Dengan rangsang nyeri pasien tidak dapatdibangunkan sempurna. Reaksi terhadap perintah tidak konsisten dan

    samar. Tidak dapat diperoleh jawaban verbal dari pasien. Gerak

    motorik untuk menangkis rangsang nyeri masih baik.

    Koma ringan (semi-koma) : Pada keadaan ini tidak ada responsterhadap rangsang verbal. Refleks ( kornea, pupil dsb) masih baik.Gerakan terutama timbul sebagai respons terhadap rangsang nyeri.

    Pasien tidak dapat dibangunkan.

    Koma (dalam atau komplit) : Tidak ada gerakan spontan. Tidak adajawaban sama sekali terhadap rangsang nyeri yang bagaimanapun

    kuatnya.

    o Skala Koma Glasgow

  • 8/3/2019 Status Pemeriksaan Neurologis

    4/19

    Untuk mengikuti perkembangan tingkat kesadaran dapat digunakan skala koma Glasgowyang memperhatikan tanggapan (respon) penderita terhadap rangsang dan memberikan nilai

    pada respon tersebut. Tanggapan/respon penderita yang perlu diperhatikan adalah:

    Membuka mata

    yo

    Spontan 4 Terhadap bicara 3 Dengan rangsang nyeri 2 Tidak ada reaksi 1

    Respon verbal (bicara)

    yo

    Baik dan tidak ada disorientasi 5 Kacau (confused) 4 Tidak tepat 3 Mengerang 2 Tidak ada jawaban 1

    Respon motorik (gerakan)

    yo

    Menurut perintah 6 Mengetahui lokasi nyeri 5

    Reaksi menghindar 4 Refleks fleksi (dekortikasi) 3 Refleks ekstensi (deserebrasi) 2 Tidak ada reaksi 1

    yo Tekanan daraho Frekuensi nadio Frekuensi nafaso Suhu

    y Pemeriksaan Neurologiso Kepala dan Leher

    - Bentuk : simetris atau asimetris

    - Fontanella : tertutup atau tidak

  • 8/3/2019 Status Pemeriksaan Neurologis

    5/19

    - Transiluminasi

    yo Rangsang meningeal

    - Kaku kuduk : Untuk memeriksa kaku kuduk dapat dilakukan sbb: Tangan pemeriksa

    ditempatkan dibawah kepala pasien yang sedang berbaring, kemudian kepala ditekukan(fleksi) dan diusahakan agar dagu mencapai dada. Selama penekukan diperhatikan adanya

    tahanan. Bila terdapat kaku kuduk kita dapatkan tahanan dan dagu tidak dapat mencapai

    dada. Kaku kuduk dapat bersifat ringan atau berat

    - Kernig sign : Pada pemeriksaan ini , pasien yang sedang berbaring difleksikanpahanya pada persendian panggul sampai membuat sudut 90. Setelah itu tungkai bawah

    diekstensikan pada persendian lutut sampai membentuk sudut lebih dari 135 terhadap paha.Bila teradapat tahanan dan rasa nyeri sebelum atau kurang dari sudut 135, maka dikatakan

    Kernig sign positif.

    - Brudzinski I (Brudzinskis neck sign)

    Pasien berbaring dalam sikap terlentang, dengan tangan yang ditempatkan dibawah kepalapasien yang sedang berbaring , tangan pemeriksa yang satu lagi sebaiknya ditempatkan

    didada pasien untuk mencegah diangkatnya badan kemudian kepala pasien difleksikan

    sehingga dagu menyentuh dada. Test ini adalah positif bila gerakan fleksi kepala disusul

    dengan gerakan fleksi di sendi lutut dan panggul kedua tungkai secara reflektorik.

    - Brudzinski II (Brudzinskis contralateral leg sign)

    Pasien berbaring terlentang. Tungkai yang akan dirangsang difleksikan pada sendi lutut,

    kemudian tungkai atas diekstensikan pada sendi panggul. Bila timbul gerakan secara

    reflektorik berupa fleksi tungkai kontralateral pada sendi lutut dan panggul ini menandakantest ini postif.

    - Lasegue sign : Untuk pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang berbaring lalukedua tungkai diluruskan (diekstensikan), kemudian satu tungkai diangkat lurus,

    dibengkokkan (fleksi) persendian panggulnya. Tungkai yang satu lagi harus selalu berada

    dalam keadaan ekstensi (lurus). Pada keadaan normal dapat dicapai sudut 70 sebelum timbul

    rasa sakit dan tahanan. Bila sudah timbul rasa sakit dan tahanan sebelum mencapai 70 maka

    disebut tanda Lasegue positif. Namun pada pasien yang sudah lanjut usianya diambil patokan

    60.

    yo Saraf-saraf otak

    Nervus I (olfaktorius)- Anosmia adalah hilangnya daya penghiduan.

    - Hiposmia adalah bila daya ini kurang tajam.

    - Hiperosmia adalah daya penghiduan yang terlalu peka.

  • 8/3/2019 Status Pemeriksaan Neurologis

    6/19

    - Parosmia adalah gangguan penghiduan bilamana tercium bau yang tidak sesuaimisalnya minyak kayu putih tercium sebagai bau bawang goreng.

    - Kakosmia adalah mempersepsi adanya bau busuk, padahal tidak ada.

    - Halusinasi penciuman adalah bila tercium suatu modalitas olfaktorik tanpa adanya

    perangsangan maka kesadaran akan suatu jenis bau ini

    yo

    Nervus II (optikus)- Tajam penglihatan : membandingkan ketajaman penglihatan pemeriksa dengan jalan

    pasien disuruh melihat benda yang letaknya jauh misal jam didinding, membaca huruf dibuku atau koran.

    - Lapangan pandang : Yang paling mudah adalah dengan munggunakan metode

    Konfrontasi dari Donder. Dalam hal ini pasien duduk atau berdiri kurang lebih jarak 1 meterdengan pemeriksa, Jika kita hendak memeriksa mata kanan maka mata kiri pasien harus

    ditutup, misalnya dengan tangannya pemeriksa harus menutup mata kanannya. Kemudianpasien disuruh melihat terus pada mata kiri pemeriksa dan pemeriksa harus selalu melihat ke

    mata kanan pasien. Setelah pemeriksa menggerakkan jari tangannya dibidang pertengahan

    antara pemeriksa dan pasien dan gerakan dilakukan dari arah luar ke dalam. Jika pasien mulai

    melihat gerakan jari jari pemeriksa, ia harus memberitahu, dan hal ini dibandingkan dengan

    pemeriksa, apakah iapun telah melihatnya. Bila sekiranya ada gangguan kampus penglihatan

    (visual field) maka pemeriksa akan lebih dahulu melihat gerakan tersebut. Gerakan jari

    tangan ini dilakukan dari semua jurusan dan masing masing mata harus diperiksa.

    - Melihat warna

    - Refleks ancaman

    - Refleks pupil

    yo

    Nervus III (okulomotorius)- Pergerakan bola mata ke arah : atas, atas dalam, atas luar, medial, bawah, bawah luar.

    - Diplopia (melihat kembar)

    - Strabismus (juling)

    - Nistagmus (gerakan bola mata diluar kemauan pasien)

    - Eksoftalmus (mata menonjol keluar)

    - Pupil : lihat ukuran, bentuk dan kesamaan antara kiri dan kanan

  • 8/3/2019 Status Pemeriksaan Neurologis

    7/19

    - Refleks pupil (refleks cahaya)

    Direk/langsung: cahaya ditujukan seluruhnya kearah pupil. Normal, akibat adanya cahayamaka pupil akan mengecil (miosis). Perhatikan juga apakah pupil segera miosis, dan apakah

    ada pelebaran kembali yang tidak terjadi dengan segera.

    Indirek/tidak langsung: refleks cahaya konsensuil. Cahaya ditujukan pada satu pupil, danperhatikan pupil sisi yang lain.

    - Rima palpebra

    - Deviasi konjugae

    yo

    Nervus IV (trochlearis)- Pergerakan bola mata ke bawah dalam

    yo

    Nervus V (trigeminus)- Pemeriksaan motorik : membuka dan menutup mulut; palpasi otot maseter dan

    temporalis; kekuatan gigitan.

    - Cara :

    1.1.

    1.

    1. pasien diminta merapatkan gigi sekuatnya, kemudian merabaM. masseter dan M. temporalis. Normalnya kiri dan kanan

    kekuatan, besar dan tonus nya sama.

    2. Pasien diminta membuka mulut dan memperhatikan apakah adadeviasi rahang bawah, jika ada kelumpuhan maka dagu akan

    terdorong kesisi lesi. Sebagai pegangan diambil gigi seri atas

    dan bawah yang harus simetris.Bila terdapat parese disebelahkanan, rahang bawah tidak dapat digerakkan kesamping kiri.

    Cara lain pasien diminta mempertahankan rahang bawahnyakesamping dan kita beri tekanan untuk mengembalikan rahang

    bawah keposisi tengah.

    - Pemeriksaan sensorik : dengan kapas dan jarum dapat diperiksa rasa nyeri dan suhu,kemudian lakukan pemeriksaan pada dahi, pipi dan rahang bawah.

    - Refleks kornea : Kornea disentuh dengan kapas, bila normal pasien akan menutup

    matanya atau menanyakan apakah pasien dapat merasakan.

  • 8/3/2019 Status Pemeriksaan Neurologis

    8/19

    - Refleks masseter : Dengan menempatkan satu jari pemeriksa melintang pada bagiantengah dagu, lalu pasien dalam keadaan mulut setengah membuka dipukul dengan hammer

    reflex normalnya didapatkan sedikit saja gerakan, malah kadang kadang tidak ada. Bila adagerakan hebat yaitu kontraksi M. masseter, M. temporalis, M. pterygoideus medialis yang

    menyebabkan mulut menutup ini disebut refleks meninggi.

    - Refleks bersin : menggunakan kapas.

    yo

    Nervus VI (abdusens)- Pergerakan bola mata ke lateral

    yo

    Nervus VII (fasialis)- Pemeriksaan fungsi motorik : mengerutkan dahi (dibagian yang lumpuh lipatannya

    tidak dalam), mimik, mengangkat alis, menutup mata (menutup mata dengan rapat dan cobabuka dengan tangan pemeriksa), moncongkan bibir atau menyengir, memperlihatkan gigi,

    bersiul (suruh pasien bersiul, dalam keadaan pipi mengembung tekan kiri dan kanan apakah

    sama kuat. Bila ada kelumpuhan maka angin akan keluar kebagian sisi yang lumpuh)

    - Pemeriksaan fungsi sensorik :

    yo

    2/3 bagian depan lidah : Pasien disuruh untuk menjulurkanlidah, kemudian pada sisi kanan dan kiri diletakkan gula,asam,garam atau sesuatu yang pahit. Pasien cukup menuliskan

    apa yang terasa diatas secarik kertas. Bahannya adalah: glukosa

    5 %, NaCl 2,5 %, asam sitrat 1 %, kinine 0,075 %.

    Sekresi air mata : Dengan menggunakan Schirmer test (lakmusmerah). Ukuran : 0,5 cm x 1,5 cm. Warna berubah jadi biru;

    normal: 1015 mm (lama 5 menit).

    yo

    Nervus VIII (vestibulo-koklearis)- Pemeriksaan fungsi n. koklearis untuk pendengaran

    yo

  • 8/3/2019 Status Pemeriksaan Neurologis

    9/19

    Pemeriksaan Weber : Maksudnya membandingkan transportasimelalui tulang ditelinga kanan dan kiri pasien. Garputala

    ditempatkan didahi pasien, pada keadaan normal kiri dan kanansama keras (pasien tidak dapat menentukan dimana yang lebih

    keras). Pendengaran tulang mengeras bila pendengaran udara

    terganggu, misal: otitis media kiri, pada test Weber terdengar

    kiri lebih keras. Bila terdapat nerve deafness disebelah kiri,pada test Weber dikanan terdengar lebih keras.

    Pemeriksaan Rinne : Maksudnya membandingkan pendengaranmelalui tulang dan udara dari pasien. Pada telinga yang sehat,

    pendengaran melalui udara didengar lebih lama daripada

    melalui tulang. Garputala ditempatkan pada planum mastoid

    sampai pasien tidak dapat mendengarnya lagi. Kemudian garpu

    tala dipindahkan kedepan meatus eksternus. Jika pada posisi

    yang kedua ini masih terdengar dikatakan test positip. Pada

    orang normal test Rinne ini positif. Pada conduction deafness

    test Rinne negatif. Pemeriksaan Schwabah : Pada test ini pendengaran pasien

    dibandingkan dengan pendengaran pemeriksa yang dianggapnormal. Garpu tala dibunyikan dan kemudian ditempatkan

    didekat telinga pasien. Setelah pasien tidak mendengarkanbunyi lagi, garpu tala ditempatkan didekat telinga pemeriksa.

    Bila masih terdengar bunyi oleh pemeriksa, maka dikatakanbahwa Schwabach lebih pendek (untuk konduksi udara).

    Kemudian garpu tala dibunyikan lagi dan pangkalnya

    ditekankan pada tulang mastoid pasien. Dirusuh ia

    mendengarkan bunyinya. Bila sudah tidak mendengar lagi

    maka garpu tala diletakkan di tulang mastoid pemeriksa. Bila

    pemeriksa masih mendengar bunyinya maka dikatakan

    Schwabach (untuk konduksi tulang) lebih pendek.

    - Pemeriksaan fungsi n. vestibularis untuk keseimbangan

    yo

    Pemeriksaan dengan tes kalori

    Bila telinga kiri didinginkan (diberi air dingin) timbul nystagmus kekanan. Bila telinga kiri

    dipanaskan (diberi air panas) timbul nistagmus kekiri. Nystagmus ini disebut sesuai dengan

    fasenya yaitu : fase cepat dan fase pelan, misalnya nystagmus kekiri berarti fase cepat kekiri.

    Bila ada gangguan keseimbangan maka perubahan temperatur dingin dan panas memberikanreaksi.

    yo

    Pemeriksaan pastpointing test

  • 8/3/2019 Status Pemeriksaan Neurologis

    10/19

    Pasien diminta menyentuh ujung jari pemeriksa dengan jari telunjuknya, kemudian denganmata tertutup pasien diminta untuk mengulangi. Normalnya pasien harus dapat

    melakukannya.

    yo

    Tes Romberg

    Pada pemeriksaan ini pasien berdiri dengan kaki yang satu didepan kaki yang lainnya. Tumit

    kaki yang satu berada didepan jari kaki yang lainnya, lengan dilipat pada dada dan mata

    kemudian ditutup. Orang yang normal mampu berdiri dalam sikap Romberg yang dipertajam

    selama 30 detik atau lebih.

    yo

    Stepping test

    Pasien disuruh berjalan ditempat, dengan mata tertutup, sebanyak 50 langkah dengan

    kecepatan seperti jalan biasa. Selama test ini pasien diminta untuk berusaha agar tetap

    ditempat dan tidak beranjak dari tempatnya selama test berlangsung. Dikatakan abnormal bila

    kedudukan akhir pasien beranjak lebih dari 1 meter dari tempatnya semula, atau badan

    terputar lebih dari 30 derajat.

    yo

    Nervus IX

    - Pemeriksaan motorik : disfagia, palatum molle, uvula, disfonia, refleks muntah.

    Cara 1 : Pasien diminta untuk membuka mulut dan mengatakan huruf a. Jika ada gangguan

    maka otot stylopharyngeus tak dapat terangkat dan menyempit dan akibatnya rongga hidung

    dan rongga mulut masih berhubungan sehingga bocor. Jadi pada saat mengucapkan huruf a

    dinding pharynx terangkat sedang yang lumpuh tertinggal, dan tampak uvula tidak simetris

    tetapi tampak miring tertarik kesisi yang sehat

    Cara 2 : Pemeriksa menggoreskan atau meraba pada dinding pharynx kanan dan kiri dan bilaada gangguan sensibilitas maka tidak terjadi refleks muntah.

    - Pemeriksaan sensorik : pengecapan 1/3 belakang lidah

    yo

    Nervus XPemeriksaan bersamaan dengan nervus IX.

  • 8/3/2019 Status Pemeriksaan Neurologis

    11/19

    yo

    Nervus XI- Memeriksa tonus m. sternocleidomastoideus : Dengan menekan pundak pasien dan

    pasien diminta untuk mengangkat pundaknya.

    - Memeriksa tonus m. trapezius : Pasien diminta untuk menoleh kekanan dan kekiri dan

    ditahan oleh pemeriksa , kemudian dilihat dan diraba tonus dari m. sternocleidomastoideus.

    yo

    Nervus XIIDengan adanya gangguan pergerakan lidah, maka perkataan-perkataan tidak dapat diucapkan

    dengan baik, hal demikian disebut: dysarthria. Dalam keadaan diam lidah tidak simetris,biasanya tergeser kedaerah lumpuh karena tonus disini menurun. Bila lidah dijulurkan maka

    lidah akan membelok kesisi yang sakit. Melihat apakah ada atrofi atau fasikulasi pada otot

    lidah. Kekuatan otot lidah dapat diperiksa dengan menekan lidah kesamping pada pipi dan

    dibandingkan kekuatannya pada kedua sisi pipi.

    y Pemeriksaan sistem motorikPemeriksaan sistim motorik sebaiknya dilakukan dengan urutan urutan tertentu untuk

    menjamin kelengkapan dan ketelitian pemeriksaan.

    yo Pengamatan

    - Gaya berjalan dan tingkah laku.

    - Simetri tubuh dan ektremitas.

    - Kelumpuhan badan dan anggota gerak, dll.

    yo Gerakan volunter

    Yang diperiksa adalah gerakan pasien atas permintaan pemeriksa, misalnya:

    - Mengangkat kedua tangan pada sendi bahu.

    - Fleksi dan ekstensi artikulus kubiti.

    - Mengepal dan membuka jari-jari tangan.

    - Mengangkat kedua tungkai pada sendi panggul.

    - Fleksi dan ekstensi artikulus genu.

  • 8/3/2019 Status Pemeriksaan Neurologis

    12/19

    - Plantar fleksi dan dorso fleksi kaki.

    - Gerakan jari- jari kaki.

    yo Palpasi otot

    - Pengukuran besar otot.

    - Nyeri tekan.

    - Kontraktur.

    - Konsistensi (kekenyalan).

    - Konsistensi otot yang meningkat terdapat pada:

    yo

    Spasmus otot akibat iritasi radix saraf spinalis, misal: meningitis, HNP Kelumpuhan jenis UMN (spastisitas) Gangguan UMN ekstrapiramidal (rigiditas) Kontraktur otot

    - Konsistensi otot yang menurun terdapat pada

    yo

    Kelumpuhan jenis LMN akibat denervasi otot.

    Kelumpuhan jenis LMN akibat lesi di motor end plate

    yo Perkusi otot

    - Normal : otot yang diperkusi akan berkontraksi yang bersifat setempat dan berlangsunghanya 1 atau 2 detik saja.

    - Miodema : penimbunan sejenak tempat yang telah diperkusi (biasanya terdapat pada

    pasien mixedema, pasien dengan gizi buruk).

    - Miotonik : tempat yang diperkusi menjadi cekung untuk beberapa detik oleh karena

    kontraksi otot yang bersangkutan lebih lama dari pada biasa.

    yo Tonus otot

  • 8/3/2019 Status Pemeriksaan Neurologis

    13/19

    - Pasien diminta melemaskan ekstremitas yang hendak diperiksa kemudian ekstremitastersebut kita gerak-gerakkan fleksi dan ekstensi pada sendi siku dan lutut. Pada orang normal

    terdapat tahanan yang wajar.

    - Flaccid : tidak ada tahanan sama sekali (dijumpai pada kelumpuhan LMN).

    - Hipotoni : tahanan berkurang.

    - Spastik : tahanan meningkat dan terdapat pada awal gerakan, ini dijumpai pada

    kelumpuhan UMN.

    - Rigid : tahanan kuat terus menerus selama gerakan misalnya pada Parkinson.

    yo Kekuatan otot

    - Pemeriksaan ini menilai kekuatan otot, untuk memeriksa kekuatan otot ada dua cara:

    yo

    Pasien disuruh menggerakkan bagian ekstremitas atau badannya danpemeriksa menahan gerakan ini.

    Pemeriksa menggerakkan bagian ekstremitas atau badan pasien dan iadisuruh menahan.

    - Cara menilai kekuatan otot:

    yo

    0 : Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot, lumpuh total.

    1 : Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan gerakanpada persendiaan yang harus digerakkan oleh otot tersebut.

    2 : Didapatkan gerakan,tetapi gerakan ini tidak mampu melawan gayaberat (gravitasi).

    3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat. 4 : Disamping dapat melawan gaya berat ia dapat pula mengatasi

    sedikit tahanan yang diberikan.

    5 : Tidak ada kelumpuhan (normal)

    y Sistem sensibilitaso Eksteroseptif : terdiri atas rasa nyeri, rasa suhu dan rasa raba.

    Rasa nyeri bisa dibangkitkan dengan berbagai cara, misalnya dengan menusuk menggunakan

    jarum, memukul dengan benda tumpul, merangsang dengan api atau hawa yang sangat dingin

    dan juga dengan berbagai larutan kimia.

    Rasa suhu diperiksa dengan menggunakan tabung reaksi yang diisi dengan air es untuk rasa

    dingin, dan untuk rasa panas dengan air panas. Penderita disuruh mengatakan dingin atau

  • 8/3/2019 Status Pemeriksaan Neurologis

    14/19

    panas bila dirangsang dengan tabung reaksi yang berisi air dingin atau air panas. Untukmemeriksa rasa dingin dapat digunakan air yang bersuhu sekitar 10-20 C, dan untuk yang

    panas bersuhu 40-50 C. Suhu yang kurang dari 5 C dan yang lebih tinggi dari 50 C dapatmenimbulkan rasa-nyeri.

    Rasa raba dapat dirangsang dengan menggunakan sepotong kapas, kertas atau kain dan

    ujungnya diusahakan sekecil mungkin. Hindarkan adanya tekanan atau pembangkitan rasanyeri. Periksa seluruh tubuh dan bandingkan bagian-bagian yang simetris.

    yo Proprioseptif : rasa raba dalam (rasa gerak, rasa posisi/sikap, rasa getar dan

    rasa tekanan)

    Rasa gerak : pegang ujung jari jempol kaki pasien dengan jari telunjuk dan jempol jari tanganpemeriksa dan gerakkan keatas kebawah maupun kesamping kanan dan kiri, kemudian pasien

    diminta untuk menjawab posisi ibu jari jempol nya berada diatas atau dibawah ataudisamping kanan/kiri.

    Rasa sikap : Tempatkan salah satu lengan/tungkai pasien pada suatu posisi tertentu, kemudian

    suruh pasien untuk menghalangi pada lengan dan tungkai. Perintahkan untuk menyentuh

    dengan ujung ujung telunjuk kanan, ujung jari kelingking kiri dsb.

    Rasa getar : Garpu tala digetarkan dulu/diketuk pada meja atau benda keras lalu letakkan

    diatas ujung ibu jari kaki pasien dan mintalah pasien menjawab untuk merasakan ada getaran

    atau tidak dari garputala tersebut.

    yo Diskriminatif : daya untuk mengenal bentuk/ukuran; daya untuk mengenal

    /mengetahui berat sesuatu benda dsb.

    Rasa gramestesia : untuk mengenal angka, aksara, bentuk yang digoreskan diatas kulit pasien,misalnya ditelapak tangan pasien.

    Rasa barognosia : untuk mengenal berat suatu benda.

    Rasa topognosia : untuk mengenal tempat pada tubuhnya yang disentuh pasien.

    y Reflekso Refleks fisiologis

    - Biseps

    Stimulus : ketokan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m. biseps brachii,

    posisi lengan setengah ditekuk pada sendi siku.

    Respons : fleksi lengan pada sendi siku.

    Afferent : n. musculucutaneus (C5-6)

    Efferenst : idem

  • 8/3/2019 Status Pemeriksaan Neurologis

    15/19

    - Triseps

    Stimulus : ketukan pada tendon otot triseps brachii, posisi lengan fleksi pada sendi sikudan sedikit pronasi.

    Respons : extensi lengan bawah disendi siku

    Afferent : n. radialis (C 6-7-8)

    Efferenst : idem

    - KPR

    Stimulus : ketukan pada tendon patella

    Respons : ekstensi tungkai bawah karena kontraksi m. quadriceps emoris.

    Efferent : n. femoralis (L 2-3-4)

    Afferent : idem

    - APR

    Stimulus : ketukan pada tendon achilles

    Respons : plantar fleksi kaki karena kontraksi m. gastrocnemius

    Efferent : n. tibialis ( L. 5-S, 1-2 )

    Afferent : idem

    - Periosto-radialis

    Stimulus : ketukan pada periosteum ujung distal os radii, posisi lengan setengah fleksi

    dan sedikit pronasi

    Respons : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi karena kontraksi m.

    brachioradialis

    Afferent : n. radialis (C 5-6)

    Efferenst : idem

    - Periosto-ulnaris

    Stimulus : ketukan pada periosteum proc. styloigeus ulnea, posisi lengan setengah fleksi

    & antara pronasi supinasi.

    Respons : pronasi tangan akibat kontraksi m. pronator quadratus

  • 8/3/2019 Status Pemeriksaan Neurologis

    16/19

    Afferent : n. ulnaris (C8-T1)

    Efferent : idem

    yo Refleks patologis

    - Babinski

    Stimulus : penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke anterior.

    Respons : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan (fanning) jari jari kaki.

    - Chaddock

    Stimulus : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral, sekitar malleolus lateralis dari

    posterior ke anterior.

    Respons : seperti babinski

    - Oppenheim

    Stimulus : pengurutan crista anterior tibiae dari proksimal ke distal

    Respons : seperti babinski

    - Gordon

    Stimulus : penekanan betis secara keras

    Respons : seperti babinski

    - Schaeffer

    Stimulus : memencet tendon achilles secara keras

    Respons : seperti babinski

    - Gonda

    Stimulus : penekukan ( planta fleksi) maksimal jari kaki keempat

    Respons : seperti babinski

    - Hoffman

    Stimulus : goresan pada kuku jari tengah pasien

    Respons : ibu jari, telunjuk dan jari jari lainnya berefleksi

  • 8/3/2019 Status Pemeriksaan Neurologis

    17/19

    - Tromner

    Stimulus : colekan pada ujung jari tengah pasien

    Respons : seperti Hoffman

    y KoordinasiTermasuk dalam pemeriksaan koordinasi :

    - Lenggang

    - Bicara : berbicara spontan, pemahaman, mengulang, menamai.

    - Menulis : mikrografia pada Parkinsons disease

    - Percobaan apraksia : ketidakmampuan dalam melakukan tindakan yang terampil :

    mengancing baju, menyisir rambut, dan mengikat tali sepatu

    - Mimik

    - Tes telunjuk : pasien merentangkan kedua lengannya ke samping sambil menutup mata.Lalu mempertemukan jari-jarinya di tengah badan.

    - Tes telunjuk-hidung : pasien menunjuk telunjuk pemeriksa, lalu menunjuk hidungnya.

    - Disdiadokokinesis : kemampuan melakukan gerakan yang bergantian secara cepat dan

    teratur.

    - Tes tumit-lutut : pasien berbaring dan kedua tungkai diluruskan, lalu pasienmenempatkan tumit pada lutut kaki yang lain.

    y VegetatifPemeriksaan vegetatif :

    - Vasomotorik : pembuluh darah digores merah

    - Sudomotorik : berkeringat

    - Pilo-erektor : merinding tangan pemeriksa setelah memegang es, lalu memegang

    pasien

    - Miksi

    - Defekasi

    - Potensi libido

    y Vertebra

  • 8/3/2019 Status Pemeriksaan Neurologis

    18/19

    Bentuk, scoliosis, hiperlordosis, kifosis

    y Tanda-tanda perangsangan radikuler1.

    1. Laseque : kaki difleksikan pada sendi panggul dengan sendi lutut tetapekstensi tahanan dengan sudut > 60

    2. Cross Laseque : lakukan tes Laseque, nyeri pada kaki yang berlawanan3. Patrick4. Contra-Patrick

    y Gejala-gejala Cerebellar1.

    1. Ataksia : gangguan gerakan jalan yang tidak teratur oleh karena impulsproprioseptif tidak dapat diintegrasikan (gangguan koordinasi gerakan).

    2. Disartria : gangguan kata-kata.3. Tremor : intention tremor: iregular, bertambah kasar bila tangan menuju suatu

    arah atau sasaran.

    4. Nistagmus : tes kalori5. Fenomena Rebound : tidak mampu menghentikan gerakan tepat pada

    waktunya. Penderita memfleksikan tangan dan disuruh menahan tahanan oleh

    pemeriksa, lalu pemeriksa melepaskan tangannya dengan tiba-tiba ditahan

    oleh otot-otot triseps normal.

    6. Vertigo : gangguan orientasi ruangan dimana perasaan dirinya bergerakberputar terhadap ruangan di sekitarnya atau ruangan sekitarnya bergerak

    terhadap dirinya.

    y Gejala-gejala ekstrapiramidal1.

    1. Tremor : resting tremor/Parkinson tremor2. Rigiditas : hipertonus otot-otot3. Bradikinesia : gerakan melambat

    y Fungsi Luhur

    1. 1. Kesadaran kualitatif2. Ingatan baru3. Ingatan lama4. Orientasi : diri, tempat, waktu, situasi5. Inteligensia : normal, terganggu6. Daya pertimbangan : baik, kurang7. Reaksi emosi : normal, terganggu

  • 8/3/2019 Status Pemeriksaan Neurologis

    19/19

    8. Afasia : gangguan berbahasa (gangguan dalam memproduksi atau memahamibahasa)

    - Ekspresif : motorik, area Brocca

    - Reseptif : area Wernicke

    9. Agnosia : ketidakmampuan mengenali benda-benda yang telah dikenali sebelumnya.

    - Agnosia visual : tidak mampu mengenali objek secara visual

    - Agnosia jari : ketidakmampuan mengidentifikasi jarinya atau jari orang lain pasienmenutup mata, pemeriksa memegang salah satu jari pasien, dan pasien membuka mata dan

    menunjukkan jari yang diraba tadi.

    10. Akalkulia : ketidakmampuan berhitung

    11. Disorientasi kanan-kiri