Upload
nguyenkhuong
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STRATEGI BADAN PENYELENGGARA JAMINAN
SOSIAL KETENAGAKERJAAN UNTUK
MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN BURUH DI
KOTA TANGERANG
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu sosial
pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Konsentrasi Kebijakan Publik
Oleh:
Raden Dendy Yudha Prawira
NIM. 6661110702
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, NOVEMBER 2015
SELALU BEKERJA KERAS UNTUK MERAIH HASIL YANG
MEMUASKAN.
Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orang tuaku
yang selalu mendoakanku tiada henti
serta teman-teman yang selalu memberikan motivasi
serta doa dan dukungannya.
ABSTRAK
Raden Dendy Yudha Prawira. 6661110702. 2015. Skripsi. Strategi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Untuk Meningkatkan
Kesejahteraan Buruh di Kota Tangerang. Program Studi Ilmu Administrasi
Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa. Dosen Pembimbing I, Ipah Ema Jumiati, M.Si; Dosen
Pembimbing II, Yeni Widyastuti, M.Si.
Program jaminan sosial merupakan suatu bentuk perlindungan, pemeliharaan, dan
peningkatan kesehatan serta kesejahteraan kepada buruh yang relatif mempunyai
kedudukan yang lemah dan penuh dengan resiko kerja. BPJS Ketenagakerjaan
Kota Tangerang dalam menyelenggarakan jaminan sosial dihadapkan oleh
beberapa masalah seperti, pertumbuhan kepesertaan lambat, kurangnya
komunikasi dengan Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang, kurangnya
sosialisasi kepada buruh, kurangnya kesadaran perusahaan. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui strategi BPJS ketenagakerjaan untuk meningkatkan
kesejahteraan buruh di Kota Tangerang. Penelitian ini menggunakan teori teknik
analisis SWOT menurut Siagian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukan belum optimalnya strategi
yang dijalankan oleh BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang karena beberapa
faktor yang berasal dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal
antara lain adalah buruh melakukan demo dan perusahaan masih keberatan
dengan iuran yang harus dibayarkan. Faktor internal antara lain kurangnya
sosialisasi kepada buruh, kurangnya kesadaran yang dimiliki perusahaan,
kurangnya pembinaan yang dilakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan, buruh tidak
setuju terhadap perubahan regulasi JHT, dan belum berubahnya pola pikir
perusahaan dan buruh tentang program jaminan sosial. Saran penelitian agar
strategi BPJS Ketenagakerjaan lebih optimal adalah meningkatkan intensitas
sosialisasi kepada buruh dan meningkatkan kesadaran perusahaan tentang
program jaminan sosial untuk kesejahteraan buruh agar meningkatkan
produktivitas buruh.
Kata Kunci : Jaminan Sosial, Kesejahteraan, Strategi.
ABSTRACT
Raden Dendy Yudha Prawira. NIM 6661110702. 2015. Thesis. Strategy of
Employment Institution of Social Security to Improve the Welfare of Workers in
City of Tangerang. Public Administration Departement. The Faculty of Social
and Political Science. Sultan Ageng Tirtayasa University. 1st Advisor, Ipah Ema
Jumiati, M.Si; 2nd Advisor, Yeni Widyastuti, M.Si.
The social security program is a form of protection, maintenance, health
improvement and prosperity with a relatively weak position and risky position.
Institution of social security employment organize social security that faced some
issues such as slow membership growth, the lack of communication with the City
of Tangerang Department of Labor, the lack of socialization to workers, and lack
of the company awareness. The purpose on this research was to determine the
strategy of employment institution of social security to improve the workers
prosperity in the city of Tangerang. The methods used on this research is
qualitative descriptive. This research used the theory of SWOT analysis technique
by Siagian. This research result showed that the employment institution of social
security strategy is not optimal because by several factors that come from internal
factors and external factors. External factors such as the workers held a
demonstration and the company still objected to the dues to be paid. Internal
factors such as the lack of socialization to workers, lack of company awareness,
the lack of guidance by the institution of social security employment, the workers
do not agree to changes the regulation of old age insurance, and the mindset of
the company and the workers of the social security program. Recommendation
from this research are increase the intensity of socialization to workers, increase
company awareness of the importance of social security programs for the workers
prosperity to increase workers productivty.
Keywords: Prosperity, Sosial Security, Strategy
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur selalu kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat, rahmat
dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada kita semua. Shalawat serta salam
senantiasa selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW,
beserta keluarga dan para sahabat. Atas berkat rahmat, karunia dan ridho-Nya pula
peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan untuk Meningkatkan Kesejahteraan Buruh di Kota
Tangerang.”
Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Penyusunan skripsi ini
tidak akan selesai dengan baik tanpa bantuan dari banyak pihak yang senantiasa
memberikan bimbingan, motivasi, dan nasihat, sehingga penelitian ini dapat
diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, perkenankan dengan rendah hati dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd. selaku Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2. Dr. Agus Sjafari, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
ii
3. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos. M.Si. sebagai Wakil Dekan I Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Mia Dwianna W, M.Ikom. sebagai Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Gandung Ismanto, S.Sos. M.M sebagai Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Rahmawati, S.Sos. M.Si. sebagai Ketua Program Studi Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Ipah Ema Jumiati, S.Sos. M.Si. Sekretaris Program Studi Ilmu Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, serta dosen pembimbing
I yang telah memberikan saran dan arahan kepada peneliti selama proses
bimbingan berlangsung.
8. Yeni Widyastuti, S.Sos. M.Si, dosen wali akademik dan pembimbing II yang
telah membimbing peneliti selama masa perkuliahan dan selama proses
penyusunan skripsi ini yang telah memberikan saran dan arahan kepada
peneliti.
9. Dosen-dosen serta staff pada Program Studi Ilmu Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang memberikan ilmu dan pengetahuan
kepada peneliti.
10. Kedua orang tua tercinta dan tersayang, Mamah dan Papah yang telah
memberikan dukungan moril dan materiil serta doa kepada peneliti.
11. Sahabat terdekat peneliti Khaerinisa, Ratu Arum Sukmaningtyas,
Rosmalasari, Shara Anggariani dan Muhamaad Frayogi yang selalu
memberikan dukungan, doa serta motivasi kepada peneliti.
iii
12. Teman-teman seperjuangan terutama kelas B Administrasi Negara, terima
kasih teman-teman telah membantu dalam penelitian ini, susah senang
semenjak awal bertemu sampai sekarang tidak akan pernah terlupakan.
13. Sahabat terdekat peneliti dari Sekolah Menengah Atas (SMA), Danu
Anggada, Hana Amadea, dan Ikhfa Latifa Dinar yang telah memberikan
motivasi, doa, dan selalui memberikan semangat kepada peneliti sehingga
skirpsi ini dapat diselesaikan.
14. Serta tidak lupa peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh
informan penelitian yang telah berkontribusi banyak dalam penyusunan
skripsi ini serta pihak-pihak lainnya yang juga terlibat dalam penyusunan
skripsi ini.
Selain itu, peneliti sebagai penyusun skripsi ini menyadari bahwa akan adanya
kekurangan, oleh karena itu peneliti juga mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam
penelitian ini. Karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi untuk perbaikan penelitian ini demi untuk penyempurnaan penelitian ini.
Peneliti berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat, khususnya bagi peneliti dan
bagi para pembaca penelitian ini nantinya.
Tangerang, November 2015
Raden Dendy Yudha Prawira
NIM. 6661110702
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI………………………………………………………………...............iv
DAFTAR TABEL.................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ ..x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah................................................................................ 31
1.3 Batasan Masalah...................................................................................... 31
1.4 Rumusan Masalah....................................................................................31
1.5 Tujuan Penelitian..................................................................................... 31
1.6 Manfaat Penelitian................................................................................... 32
1.7 Sistematika Penulisan...............................................................................32
v
BAB II DESKRIPSI TEORI
2.1 Deskripsi Teori...................................................................................... 36
2.1.1 Definisi Manajemen......................................................................36
2.1.2 Definisi Strategi........................................................................... 37
2.1.3 Definisi Manajemen strategi.........................................................39
2.1.4 Proses Manajemen Strategi...........................................................40
2.1.5 Analisis SWOT.............................................................................43
2.1.6 Definisi Buruh.............................................................................. 44
2.1.7 Kajian BPJS Ketenagakerjaan......................................................45
2.2 Penelitian Terdahulu..............................................................................49
2.3 Kerangka Berpikir..................................................................................53
2.4 Asumsi Dasar..........................................................................................56
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian.................................................................................. 57
3.2 Fokus Penelitian.................................................................................... 58
3.3 Lokasi Penelitian................................................................................... 59
3.4 Variabel Penelitian................................................................................ 60
3.4.1 Definisi Konsep............................................................................60
3.4.2 Definisi Operasional.................................................................... 60
vi
3.5 Instrumen Penelitian.............................................................................. 62
3.6 Informan Penelitian............................................................................... 63
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data........................................................... 64
3.6.2 Jenis dan Sumber Data................................................................. 69
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data................................................... 69
3.7.1 Teknik Analisis Data.................................................................... 69
3.7.2 Uji Keabsahan Data..................................................................... 71
3.8 Jadwal Penelitian................................................................................... 73
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian....................................................................74
4.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Tangerang..............................................74
4.1.2 Gambaran Umum BPJS Ketenagakerjaan....................................79
4.1.3 Struktur Organisasi BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang.......82
4.1.4 Tugas dan Fungsi BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang..........84
4.2 Deskripsi Data........................................................................................91
4.3 Informan Penelitian................................................................................93
4.4 Analisis Hasil Penelitian.........................................................................95
4.4.1 Strengths (Kekuatan).....................................................................95
4.4.2 Weaknesses (Kelemahan)...........................................................118
vii
4.4.3 Opportunities (Peluang)..............................................................140
4.4.4 Threats (Ancaman).....................................................................149
4.5 Pembahasan..........................................................................................157
4.5.1 Strengths (Kekuatan)..................................................................157
4.5.2 Weaknesses (Kelemahan)............................................................161
4.5.3 Opportunities (Peluang)..............................................................165
4.5.4 Threats (Ancaman).....................................................................167
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan...........................................................................................175
5.2 Saran.....................................................................................................177
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
1.1 Peserta PT Jamsostek Kota Tangerang Tahun 2012-2013.................................... 9
1.2 Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja di Kota Tangerang.................................. 18
1.3 Peserta BPJS Ketenagakerjaan yang Mendekati Usia Pensiun Tahun 2014-
2015..................................................................................................................... 22
1.4 Pertumbuhan Kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang Tahun
2013-2014............................................................................................................ 25
1.5 Perbedaan Jumlah Peserta BPJS Ketenagakerjaan di Dinas Ketenagakerjaan
dan BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang Tahun 2013-2014...........................26
3.1 Definisi Operasional Penelitian............................................................................ 61
3.2 Informan Penelitian.............................................................................................. 64
3.3 Pedoman Wawancara............................................................................................ 66
3.4 Jadwal Penelitian.................................................................................................. 73
4.1 Jumlah Kecamatan dan Luas Kecamatan di Kota Tangerang..............................75
4.2 Jumlah Penduduk di Kota Tangerang Tahun 2013..............................................77
4.3 Jumlah Angkatan Kerja, Pengangguran, dan Partisipasi Angkatan Kerja Kota
Tangerang Tahun 2011-2013................................................................................78
4.4 Informan Penelitian..............................................................................................94
4.5 Matriks Analisis SWOT.....................................................................................172
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Kerangka Berpikir................................................................................................ 55
3.1 Analisis Data Menurut Miles dan Huberman....................................................... 70
4.1 Struktur Organisasi BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang...............................83
x
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I Surat Ijin Penelitian
LAMPIRAN II Member Check
LAMPIRAN III Pedoman Wawancara
LAMPIRAN IV Matriks Hasil Penelitian
LAMPIRAN V Dokumentasi Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembangunan sektor perburuhan di Indonesia secara umum ditunjukan
untuk mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi, mewujudkan
pemerataan kesempatan kerja, dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan
kebutuhan pembangunan nasional dan daerah, memberikan perlindungan kepada
tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan serta meningkatkan kesejahteraan
pekerja dan keluarganya. Pembangunan sektor perburuhan ini merupakan bagian
dari upaya pembangunan sumber daya manusia yang tidak terpisahkan dari
pembangunan nasional. Hal ini merupakan wujud dari pengamalan Pancasila dan
pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 yang diarahkan pada peningkatan
harkat, martabat dan kemampuan manusia serta kepercayaan diri sendiri dalam
rangka mewujudkan masyarakat sejahtera, adil dan makmur baik materiil maupun
spiritual.
Dalam pelaksanaan pembangunan nasional, peran serta pekerja atau buruh
dalam pembangunan nasional semakin meningkat dengan disertai semakin
besarnya kemungkinan tantangan dan risiko yang akan dihadapinya ke depan.
Oleh karena itu kepada buruh diperlukan adanya suatu perlindungan,
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan serta kesejahteraan sehingga nantinya
2
akan dapat meningkatkan produktivitas nasional. Selain itu, perlindungan
terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar buruh dan
menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar
apapun untuk mewujudkan kesejahteraan buruh dan keluarganya dengan tetap
memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha.
Bentuk perlindungan, pemeliharaan, dan peningkatan kesehatan serta
kesejahteraan diselenggarakan dalam bentuk jaminan sosial tenaga kerja. Program
ini lebih ditekankan pada perlindungan kepada buruh yang relatif mempunyai
kedudukan yang lemah dimana pada kenyataannya buruh berada pada posisi yang
penuh dengan resiko dimana resikonya adalah kecelakaan kerja, sakit akibat kerja,
kematian, datangnya hari tua dan terjadinya PHK yang dilakukan oleh
perusahaan. Hal ini dapat mempengaruhi kehidupan tenaga kerja dan keluarganya
sehingga pekerja terpaksa tidak dapat bekerja untuk sementara waktu, bahkan bisa
untuk selamanya, dan penghasilannya akan berkurang atau mungkin juga terhenti.
Oleh karena itu perusahaan memikul tanggung jawab kepada setiap pekerja atau
buruhnya dari resiko yang mungkin saja bisa terjadi di kemudian hari sehingga
perusahaan mempunyai kewajiban untuk meningkatkan perlindungan dan
kesejahteraan buruh dan keluarganya dengan baik.
Alasan utama yang melandasi mengapa jaminan sosial perlu diberikan
kepada setiap pekerja atau buruh adalah karena selain jaminan sosial dapat
melindungi pekerja atau buruh dari resiko-resiko yang tidak terduga, juga karena
jaminan sosial secara ekonomi maupun sosial tidak merugikan baik kepada
penyelenggara maupun penerima pelayanan. Jaminan sosial bukanlah pengeluaran
3
publik yang sia-sia melainkan sebuah bentuk investasi sosial yang
menguntungkan dalam jangka panjang. Jaminan sosial merupakan hak asasi setiap
warga negara sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27
ayat 2 yang menyatakan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
Bagi tenaga kerja apa yang dinamakan program jaminan sosial sangatlah
dibutuhkan untuk menjamin keselamatan para tenaga kerja serta meningkatkan
produktivitas kerja. Karena bisa dibayangkan apabila tenaga kerja yang bekerja
tanpa adanya suatu jaminan sosial diluar upah yang selama ini mereka dapatkan
maka secara tidak langsung berpengaruh terhadap semakin melemahnya kinerja
dan perlindungan bagi para tenaga kerja. Oleh karena itu, memperbaiki dan
meningkatkan jaminan sosial tenaga kerja merupakan bagian terpenting dari salah
satu usaha pemerintah dan masyarakat disamping upah yang cukup serta syarat
kerja yang manusiawi, karenanya usaha untuk memperoleh jaminan sosial tenaga
kerja sering tidak dapat dilepaskan dari usaha perbaikan upah. Perlindungan
terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar tenaga
kerja/buruh dan menjamin kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas
dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan tenaga kerja/buruh dan
keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan dunia usaha.
Upaya perlindungan buruh tidak terlepas dari usaha perusahaan untuk
mengikutsertakan pekerja atau buruhnya menjadi anggota jaminan sosial tenaga
kerja yang secara tidak langsung dapat menimbulkan perasaan aman dan tenteram
bagi buruh sehingga tidak mengganggu konsentrasi kerja mereka. Manfaat lain
4
dari perusahaan yang mengikutsertakanburuhnya sebagai anggota program
jaminan sosial tenaga kerja adalah dapat menumbuhkan motivasi buruhnya dalam
bekerja sehingga produktivitas kerja meningkat.
Upaya pemerintah Indonesia dalam meningkatkan sistem jaminan sosial
agar dapat dirasakan seluruh elemen masyarakat di Indonesia diawali dengan
lahirnya Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN). Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) merupakan program
negara yang bertujuan memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan
sosial bagi seluruh rakyat sebagaimana diamanatkan dalam pasal 28H ayat (1),
ayat (2) dan ayat (3) serta pasal 34 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Selain itu, dalam ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Nomor X/MPR/2001, Presiden ditugaskan untuk
membentuk sistem jaminan sosial nasional dalam rangka memberikan
perlindungan sosial bagi masyarakat yang lebih menyeluruh dan terpadu.
Dengan ditetapkannya Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional, Indonesia telah memiliki sistem jaminan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan sistem jaminan sosial
nasional perlu dibentuk badan penyelenggara untuk melaksanakan sistem jaminan
sosial nasional ini. Setelah diresmikan menjadi Undang-Undang No.40 tentang
SJSN pada tanggal 19 Oktober 2004, 4 bulan berselang UU SJSN kembali
mendapatkan masalah dimana beberapa daerah di Indonesia datang ke Mahkamah
Konstitusi (MK) untuk meminta menguji UU SJSN terhadap UUD Negara RI
Tahun 1945. MK akhirnya menganulir 4 ayat dalam pasal 5 yang mengatur
5
penetapan 4 BUMN tersebut dan memberi peluang bagi daerah untuk membentuk
BPJS Daerah (BPJSD).
Keputusan MK ini semakin memperumit penyelenggaraan jaminan sosial di
masa transisi dan pembangunan kelembagaan SJSN yang semula diatur dalam
satu paket peraturan dalam UU SJSN, kini harus diatur dengan UU BPJS.Dewan
Jaminan Sosial Nasional (DJSN) pun akhirnya baru terbentuk. Pemerintah secara
resmi membentuk DJSN lewat Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 110 tahun
2008 tentang pengangkatan anggota DJSN pada tanggal 24 September
2008.Pembahasan RUU BPJS pun berjalan alot antara Tim Kerja Menko Kesra
dan Tim Kerja Meneg BUMN, yang notabene keduanya adalah Pembantu
Presiden, tidak mencapai titik temu. RUU BPJS tidak selesai dirumuskan hingga
tenggat peralihan UU SJSN pada 19 Oktober 2009 terlewati. Kemudian pada
tahun 2010 DPR mengambil alih perancangan RUU BPJS namun perdebatan
konsep BPJS kembali muncul bahkan area perdebatan bertambah, selain bentuk
badan hukum penentuan siapa BPJS dan berapa jumlah BPJS juga diperbebatkan
DPR dan Pemerintah. Pada akhirnya pro dan kontra perancangan RUU BPJS
berakhir pada 29 Oktober 2011 dimana DPR RI sepakat dan kemudian
mengesahkannya menjadi Undang-Undang setelah melalui proses yang panjang.
Setelah disahkan oleh DPR RI,lahirlah Undang-Undang No.24 Tahun 2011
tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) untuk melaksanakan
Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN). BPJS ini berbentuk badan hukum publik berdasarkan prinsip
kegotongroyongan, nirlaba, keterbukaan, kehatian-hatian, akuntabilitas,
6
portabilitas, kepesertan bersifat wajib, dana amanat, dan hasil pengelolaan dana
Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk
sebesar-besarnya kepentingan peserta.
Pembentukan Undang-Undang No.24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial ini guna memberikan kepastian hukum bagi
pembentukan BPJS untuk melaksanakan program jaminan sosial di seluruh
Indonesia. Undang-Undang No.24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) ini merupakan pelaksanaan dari pasal 5 ayat (1) dan pasal
52 Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
yang mengamanatkan pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan
transformasi kelembagaan PT Askes (Persero), PT Jamsostek (Persero), PT
TASPEN (Persero), dan PT ASABRI (Persero) menjadi Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial. Transformasi tersebut diikuti adanya pengalihan peserta,
program, aset, dan liabilitas, pegawai, serta hak dan kewajiban. Dengan Undang-
Undang No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
maka dibentuk BPJS Ketenagakerjaan sebagai salah penyelenggara jaminan
sosial.
BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelekaan
kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian. Dengan
dibentuknya BPJS Ketenegakerjaan tersebut jangkauan kepesertaan program
jaminan sosial akan diperluas secara bertahap, serta diharapkan kesejahteraan
akan meningkat secara merata di seluruh Indonesia.
7
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan merupakan
badan hukum publik yang ditugaskan khusus oleh pemerintah Indonesia untuk
menyelenggarakan program jaminan sosial seperti jaminan kecelakaan kerja,
jaminan kematian, jaminan hari tua dan jaminan pensiun bagi seluruh rakyat
Indonesia, terutama untuk pekerja formal dan informal, Pegawai Negeri Sipil,
TNI/POLRI, penerima pensiunan pegawai negeri sipil dan TNI/POLRI dan badan
usaha lainnya ataupun rakyat pada umumnya. Disamping itu, berdasarkan pasal
14 Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial menyatakan bahwa setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling
singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, wajib menjadi peserta program jaminan
sosial.
Dengan dibentuknya BPJS Ketenagakerjaan ini untuk mencegah adanya
pengeluaran yang tidak terduga apabila buruh mengalami kecelakaan kerja dan
membutuhkan biaya operasi yang sangat tinggi. Hal ini akan berpengaruh pada
penggunaaan pendapatan seseorang dari pemenuhan kebutuhan hidup pada
umumnya.
Begitu pula dengan resiko kematian yang dapat menyebabkan keluarga dari
buruh kehilangan pendapatan secara permanen, sehingga akan menurunkan
kesejahteraannya. Selain itu, resiko hari tua yang akan datang sehingga buruh
dituntut untuk memiliki tabungan hari tua agar bisa menikmati masa tuanya
dengan cerah sehingga tidak mengurangi kesejahteraannya ketika sudah tidak
bekerja lagi.
8
BPJS Ketenagakerjaan merupakan hasil transformasi dari PT Jamsostek
yang sebelumnya menyelenggarakan program jaminan sosial di Indonesia. PT
Jamsostek bertransformasi menjadi BPJS Ketenagakerjaan pada 1 Januari 2014
dan PT Jamsostek dinyatakan bubar tanpa likuidasi serta Peraturan Pemerintah
No.36 tahun 1995 tentang penetapan Badan Penyelenggara Program Jaminan
Sosial Tenaga Kerja dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.
Semua asset dan liabilitas serta hak dan kewajiban PT Jamsostek (Persero)
menjadi asset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum BPJS
Ketenagakerjaan dan semua pegawai PT Jamsostek menjadi pegawai BPJS
Ketenagakerjaan. Selanjutnya tahap persiapan operasionalisasi BPJS
Ketenagakerjaan untuk menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja,
jaminan kematian, jaminan hari tua dan jaminan pensiun sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Pada 1 Juli 2015 BPJS Ketenagakerjaan mulai beroperasi secara penuh yang
ditandai dengan keluarnya Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2015 Tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian,
Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Pensiun, dan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2015 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2015 Tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Hari Tua.
Pada saat PT Jamsostek bertugas menyelenggarakan program jaminan sosial
strategi yang diterapkan untuk mencapai jumlah kepesertaan yang maksimal atau
yang bertujuan untuk melindungi dan meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja
9
secara menyeluruh yaitu dengan mendatangi setiap perusahaan yang belum
terdaftar di PT Jamsostek yang dibantu serikat pekerja dan petugas pengawas dari
dinas ketenagakerjaan yangakan mendatangi perusahaan itu agar segera menjadi
peserta. Selain itu, PT Jamsostek juga memberikan surat peringatan kepada
perusahaan tersebut agar segera menjadi peserta PT Jamsostek danakan dikenakan
sanksi berupa dendapaling tinggi Rp 50.000.000 dan pidana penjara paling lama 8
bulanyang diatur dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1992 tentang Jaminan
Sosial Tenaga Kerja. PT Jamsostek pun hanya dibantu oleh dinas ketenagakerjaan
sebagai pihak dari pemerintah untuk membantu menjalankan tugasnya tersebut.
Namun strategi ini tidak berjalan efektif karena pertumbuhan kepesertaan berjalan
lambat karena PT Jamsostek harus mendatangi perusahaan satu per satu tidak bisa
langsung semua dicatat PT Jamsostek perusahaan-perusahaan yang belum
terdaftar ini. Adapun untuk melihat pertumbuhan kepesertaannya lihat tabel
sebagai berikut :
Tabel 1.1
Peserta PT Jamsostek Kota Tangerang Tahun 2012-2013
No Tahun Tenaga Kerja Perusahaan
1. 2012 124.041 268
2. 2013 86.416 312
(Sumber:BPJS Ketenagakerjaan, 2015)
Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa, peserta PT Jamsostek yang
terdiri dari perusahaan berjumlah 268 pada tahun 2012 dan mengalami sedikit
peningkatan pada tahun 2013 menjadi 312 atau mengalami kenaikan sebesar
16,41%. Meskipun terjadi peningkatan jumlah perusahaan tetapi jumlah tenaga
10
kerja yang menjadi peserta PT Jamsostek mengalami penurunan yang berjumlah
124.041 pada tahun 2012 menjadi 86.416 pada tahun 2013 atau sebesar 30,33%.
Setelah PT Jamsostek bertransformasi menjadi BPJS Ketenagakerjaan
strategi terkait upaya pihak penyelenggara jaminan sosial untuk meningkatkan
jumlah kepesertaan masih diterapkan sampai sekarang ini namun dengan adanya
Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 ini BPJS Ketenagakerjaan juga dapat
melakukan dengan kerja sama dengan lembaga pemerintah maupun pemerintah
daerah tidak hanya terbatas pada dinas ketenagakerjaan saja. Jadi BPJS
Ketenagakerjaan bisa bekerja sama dengan pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah dengan membuat Memorandum of Understanding (MOU) yang disepakati
kedua belah pihak. Dengan kerja sama tersebut maka diharapkan jumlah
kepesertaan akan meningkat cepat tidak berjalan lambat lagi sehingga dapat
mencapai tujuan untuk memberikan perlindungan keselamatan kerja dan
meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja maupun masyarakat luas. Selain itu
sanksi hukum yang diberikan lebih berat lagi dibanding sanksi yang sebelumnya
diterapkan di PT Jamsostek.
BPJS Ketenagakerjaan memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh PT
Jamsostek seperti peserta tidak hanya tenaga kerja saja tetapi mencakup seluruh
masyarakat Indonesia. Selain itu, kekuatan hukumnya lebih kuat dibanding PT
Jamsostek seperti hukuman denda naik dari Rp 50.000.000 menjadi paling tinggi
Rp 1.000.000.000 dan pidana penjara dari 8 bulan menjadi paling lama 8 tahun
penjara dan adanya sanksi administratif kepada perusahaan dan masyarakat seperti
tidak mendapatkan pelayanan publik dari pemerintah. Dengan ditingkatkannya
11
sanksi hukum itu diharapkan dapat memberikan efek jera bagi perusahaan
maupun masyarakat yang tidak mau mendaftar ke BPJS Ketenagakerjaan.
Selain itu, berdasarkan Peraturan Pemerintah No.85 Tahun 2013 Tentang
Tata Cara Hubungan Antar Lembaga Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS
Ketenagakerjaan juga bisa bekerja sama dengan lembaga pemerintah pusat dan
pemerintah daerah guna meningkatkan kualitas penyelenggaraan program jaminan
sosial dan meningkatkan laju pertumbuhan kepesertaan dengan cepat.
Pada sisi pelayanan kepada peserta juga BPJS Ketenagakerjaan juga sudah
ditingkatkan dengan service blue print sebagaimana dinyatakan oleh Kabid
Pelayanan bahwa pelayanan yang diberikan kepada peserta waktunya maksimal
30 menit dari mulai mengurus berkas yang masuk sampai pada tahap penyetujuan
berkas tersebut dengan begitu pelayanan diharapkan berjalan efektif dan efisien
dari sisi waktu pelayanan (Sumber: wawancara dengan Ibu Firdausyi Kabid
Pelayanan di Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 27 Mei
2015).
Selain itu, berdasarkan Keputusan Direksi BPJS Ketenagakerjaan Nomor
KEP/178/062014 tentang Tata Cara Pengelolaan Perusahaan dan Tenaga Kerja
Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan di dalam Sistem Informasi Terpadu
Online juga sudah memiliki sistem pendaftaran peserta dan adanya aplikasi BPJS
Ketenagakerjaan di handphone seperti di Iphone, Android, dan Blackberry agar
bisa untuk mengecek saldo Jaminan Hari Tua (JHT) melalui aplikasi di
handphone tersebut. Pembayaran iuran juga bisa melalui ATM yang sangat
bermanfaat untuk kemudahan calon peserta dalam melakukan pendaftaran
12
menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan serta memudahan untuk melakukan
pembayaran iuran dengan adanya sistem e-payment sehingga peserta tidak harus
datang ke kantor BPJS Ketenagakerjaan untuk membayar iuran tersebut.
BPJS Ketenagakerjaan juga memiliki kelemahan yang masih harus dibenahi
dan ditingkatkan lagi agar lebih baik lagi. BPJS Ketenagakerjaan juga masih
memiliki kelemahan dalam hal sumber daya manusia (SDM) pada bidang
marketing officer. Berdasarkan data-data yang diperoleh dari BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang petugas marketing officer yang dimiliki hanya
berjumlah 1 orang saja dimana jumlah tersebut sangat tidak ideal agar mampu
meningkatkan jumlah kepesertaan yang dimiliki BPJS Ketenagakerjaan.
Marketing officer sangat dibutuhkan BPJS Ketenagakerjaan karena untuk
mensosialisasikan BPJS Ketenagakerjaan yang baru resmi berdiri pada tahun
2014 kepada peserta dan calon peserta.
Dengan dibentuknya BPJS Ketenagakerjaan ini juga menciptakan peluang
bagi BPJS Ketenagakerjaan terutama dalam hal kepesertaan yang jenisnya tidak
hanya tenaga kerja saja namun juga meliputi seluruh masyarakat Indonesia untuk
bisa merasakan manfaat dari program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan.
Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan bisa bekerja sama dengan lembaga pemerintah
maupun pemerintah daerah sehingga menciptakan peluang untuk meningkatkan
lagi laju pertumbuhan kepesertaannya.
Disamping itu, BPJS Ketenagakerjaan juga memiliki peluang untuk
menyelenggarakan program pendidikan sejak dini yang dapat diselenggarakan
oleh BPJS Ketenagakerjaan dari tahun 2014 untuk memberikan pengetahuan
13
tentang pentingnya manfaat program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan bagi
tenaga kerja maupun masyarakat secara luas. Tanpa adanya itu masyarakat
ataupun tenaga kerja masih kurang pengetahuannya tentang manfaat yang akan
diberikan oleh program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan. Hal ini
sebagaimana yang disampaikan oleh Kabid Pemasaran BPJS Ketenagakerjaan
Kota Tangerang bahwa BPJS Ketenagakerjaan belum masuk ke dalam ruang
lingkup pendidikan jadi generasi muda ini tidak dibekali pendidikan tentang
program jaminan sosial yang artinya ketika generasi muda ini telah lulus sekolah
dan bekerja nantinya dia menjadi tidak mengetahui tentang perlindungan dasar
buat tenaga kerja dan tidak menjadi peserta program jaminan sosial yang tentunya
sangat bermanfaat disamping mendapatkan gaji dari pekerjaannya tersebut
(Sumber: wawancara dengan Pak Efa Zuryadi Kabid Pemasaran di Kantor Cabang
BPJS Ketenagakerjaan 11 Februari 2015).
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa pendidikan sejak dini
kepada masyarakat terutama generasi muda saat ini sangat penting karena akan
memberikan pengetahuan mendasar tentang manfaat dari program jaminan sosial
jadi ketika generasi muda ini sudah lulus dari sekolah dan nantinya akan bekerja
sudah memiliki pengetahuan tentang perlindungan bagi pekerja yang didapatkan
dari program jaminan sosial yang diikuti dan akan meningkatkan kesejahteraan
bagi generasi muda atau masyarakat secara umum nantinya.
BPJS Ketenagakerjaan juga memiliki ancaman yang berasal dari
perusahaan-perusahaan swasta terutama perusahaan asuransi swasta yang ada di
Indonesia ini. Perusahaan asuransi swasta ini merasa dimonopoli karena tiap
14
pekerja hanya diperbolehkan mendaftar di BPJS Ketenagakerjaan saja sehingga
menggugat Undang-Undang No.24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) ke Mahkamah Konstitusi.Hal ini sebagaimana diberitakan
media bahwa ada 4 perusahaan asuransi swasta yang mempersoalkan 6 pasal
dalam Undang-Undang No 24 Tahun 2011 Tentang BPJS. Ketentuan yang
dimaksud yaitu pasal 15 ayat 1, pasal 16 ayat 1 dan 2, pasal 17 ayat 1, 2 huruf c,
dam 4, pasal 19 ayat 1, ayat 2, dan ayat 3 terkait kewajiban memilih BPJS. Para
pemohon menganggap kewajiban mendaftarkan ke BPJS menyebabkan pemberi
kerja tidak bisa memilih penyelenggara jaminan sosial lain. Padahal, jaminan
sosial lainnya nyata-nyata lebih baik dari BPJS. Terlebih adanya sanksi
administratif kepada pemberi kerja apabila tidak mendaftarkan pekerjanya ke
BPJS seperti diatur pasal 17 ayat 1, 2 huruf c dan ayat 4, Undang-Undang BPJS.
Tetapi, penyelenggara negara tidak dikenai sanksi administratif bila tidak
mendaftarkan BPJS bagi pekerja/pegawainya. Menurut pemohon, adanya
kewajiban memilih BPJS sebagai penyelenggara jaminan sosial pekerja
menyebabkan monopoli dalam penyelenggaraan jasa layanan jaminan sosial yang
berimbas langsung bagi penyedia layanan jasa lainnya
(http://www.hukumonline.com. Pemerintah Diminta Beri Penjelasan Soal
Gugatan UU BPJS. Diakses 14 Februari 2015 13.30 WIB).
Ancaman ini yang menuntut BPJS Ketenagakerjaan siap menghadapinya
agar program jaminan sosial tetap terlaksana untuk mencapai tujuan dari
dibentuknya BPJS Ketenagakerjaan yang diharapkan mampu memberikan
jaminan sosial kepada seluruh masyarakat Indonesia. Selain itu, dengan adanya
15
ancaman yang datang dapat memperbaiki lagi yang kurang dan lebih
menyempurnakannya agar BPJS Ketenagakerjaan lebih baik lagi nantinya.
Dengan adanya BPJS Ketenagakerjaan ini diharapkan mampu
meningkatkan kesejahteraan pekerja di seluruh Indonesia termasuk di Provinsi
Banten. Berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
Provinsi Banten Tahun 2013 perekonomian Provinsi Banten didominasi oleh
sektor industri dimana Kota Tangerang memberikan nilai tambah perekonomian
sebesar 33,23%, Kabupaten Tangerang sebesar 20,88% dan Kota Cilegon sebesar
18,09%. Hal ini menunjukan bahwa ekonomi Banten didominasi oleh sektor
industri pengolahan yang terkonsentrasi pada ketiga daerah tersebut.
Selain itu, berdasarkan LAKIP Provinsi Banten tahun 2013 persebaran
penduduk di Provinsi Banten tidak merata, karena masih terkonsentrasi di wilayah
Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan. Dengan
luas wilayah kurang dari 14 persen dari seluruh luas wilayah Provinsi Banten,
ketiga wilayah tersebut pada tahun 2013 dihuni oleh sekitar 53,25 persen dari
seluruh penduduk Banten dan Kota Tangerang merupakan wilayah dengan tingkat
kepadatan tertinggi, mencapai 12.147 jiwa per km2.
Kota Tangerang sebagai salah satu wilayah industri di Provinsi Banten
memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dibanding dengan Provinsi
Banten sendiri. Berdasarkan data-data dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah Kota Tangerang (LAKIP) tahun 2013 laju pertumbuhan ekonomi
Kota Tangerang sebesar 6,02 % dibandingkan dengan Provinsi Banten yang
16
mencapai 5,86%. Laju pertumbuhan ekonomi yang berjalan dengan baik ini
diikuti dengan laju inflasi yang tinggi sebesar 10,02% pada tahun 2013.
Disamping itu, Kota Tangerang merupakan daerah yang strategis karena
berada di antara Ibukota Negara DKI Jakarta dan Kabupaten Tangerang. Sesuai
dengan Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1976 tentang Pengembangan
Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi), Kota Tangerang merupakan salah
satu daerah penyangga Ibukota Negara DKI Jakarta. Posisi Kota Tangerang
tersebut menjadikannya pertumbuhannya pesat. Pada satu sisi wilayah Kota
Tangerang menjadi daerah limpahan berbagai kegiatan Ibukota Negara DKI
Jakarta. Di sisi lain Kota Tangerang dapat menjadi kolektor pengembangan
wilayah Kabupaten Tangerang sebagai daerah dengan sumber daya alam yang
produktif. Pesatnya pertumbuhan Kota Tangerang dipercepat pula dengan
keberadaan Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang sebagian arealnya
termasuk ke dalam wilayah administrasi Kota Tangerang.
Kota Tangerang menjadi gerbang masuk dan keluar orang, barang, dan jasa
ke dan dari Provinsi Banten. Posisi strategis ini dipandang sebagai potensi yang
selanjutnya diformulasikan dalam visi Kota Tangerang yaitu “Kota Tangerang
sebagai Kota Industri, Perdagangan, dan Permukiman yang Ramah Lingkungan
dalam Masyarakat yang Berakhlak Mulia”. Sebagai wilayah yang sumber
perekonomian didominasi sektor industri pengolahan dan sektor jasa-jasa, serta
mempunyai laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita penduduk Kota
Tangerang yang semakin meningkat, tentunya menarik minat para pendatang
untuk tinggal dan mencari pekerjaan di kota ini.
17
Pembangunan manusia di Kota Tangerang merujuk pada perkembangan
capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai ukuran yang banyak
digunakan untuk mengetahui derajat kesejahteraan masyarakat. Kota Tangerang
menempati peringkat 3 untuk IPM pada tahun 2012 setelah Kota Tangerang
Selatan dan Kota Cilegon Indikator IPM itu sendiri berupa angka harapan hidup,
pencapaian pendidikan, serta daya beli masyarakatnya dan berdasarkan peringkat
IPM yang menempatkan Kota Tangerang di peringkat 3 di Provinsi Banten
menunjukan keberhasilan yang baik dalam melaksanakan proses pembangunan di
bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi Kota Tangerang. Namun dalam hal
kecepatan pembangunan SDM Kota Tangerang pada tahun 2010-2012 menempati
nomor dua terendah setelah Kabupaten Tangerang. Hal ini menunjukan bahwa
kecepatan pembangunan manusia di Kota Tangerang masih lebih lambat dengan
Kabupaten/Kota lain kecuali dengan Kabupaten Tangerang.
Kota Tangerang sebagai Kota Akhlakul Karimah yang memiliki misi untuk
meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial
masyarakatnya, maka dari itu BPJS Ketenagakerjaan pun sudah memiliki kantor
cabang di Kota Tangerang sebagai wujud dari pelaksanaan untuk melindungi dan
menjamin kesejahteraan tenaga kerja/buruh di Kota Tangerang. Kota Tangerang
juga merupakan salah satu wilayah industri di Provinsi Banten yang memiliki
tenaga kerja formal maupun informal yang banyak dan wajib dilindungi oleh
program, jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan.
Disamping itu, jumlah perusahaan yang berada di Kota Tangerang terus
meningkat tiap tahunnya. Semakin banyaknya perusahaan juga ikut berperan
18
dalam menambah lapangan pekerjaan yang ada di Kota Tangerang ini. Hal ini
juga menuntut BPJS Ketenagakerjaan untuk bergerak cepat dalam melindungi
setiap tenaga kerja yang ada. Adapun jumlah perusahaan dan tenaga kerja yang
ada di Kota Tangerang dari tahun 2013 sampai dengan 2014, yaitu:
Tabel 1.2
Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja di Kota Tangerang
Tahun
Jumlah
Perusahaan
Tenaga Kerja Jumlah
Tenaga Kerja Warga Negara
Indonesia
Warga Negara
Asing
2013 2.846 319.779 710 320.489
2014 3.030 332.765 825 333.590
(Sumber: Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 2014)
Berdasarkan tabel 1.2 dapat diketahui bahwa dari tahun ke tahun jumlah
perusahaan serta tenaga kerja yang ada di Kota Tangerang terus mengalami
peningkatan baik tenaga kerja warga negara Indonesia maupun warga negara
asing. Pesatnya pertumbuhan yang terjadi di Kota Tangerang menjadi salah faktor
terus meningkatnya jumlah perusahaan dan tenaga kerja yang ada di Kota
Tangerang. Dengan banyaknya jumlah tenaga kerja tersebut maka keselamatan
dan kesejahteraannya pun harus dijamin oleh pemerintah. Disini peran dari BPJS
Ketenagakerjaan begitu penting karena bertugas menjamin keselamatan dan
kesejahteraan para tenaga kerja. Selain itu BPJS Ketenagakerjaan juga merupakan
wujud nyata dari pemerintah untuk melindungi dan meningkatkan kesejahteraan
tenaga kerja.
Dengan semakin bertambahnya jumlah perusahaan serta tenaga kerja di
Kota Tangerang, maka akan semakin besar pula tanggung jawab BPJS
19
Ketenagakerjaan untuk menjamin keselamatan dan kesejahteraan tenaga kerja
melalui program jaminan sosial yang dimilikinya. Dalam menjalankan program
jaminan sosialnya BPJS Ketenagakerjaan masih memakai sistem door to door
atau mendatangi perusahaan yang belum menjadi peserta dimana sistem ini
pernah dijalankan oleh PT Jamsostek sebelumnya. BPJS Ketenagakerjaan
mendatangi tiap perusahaan yang belum menjadi peserta dan diberitahukan agar
segera menjadi peserta dan akan dikenakan sanksi hukum apabila masih belum
mendaftarkan perusahaan itu menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Dalam
melakukan prosedur untuk menjadi peserta prosesnya bisa sampai satu minggu
agar perusahaan itu resmi menjadi peserta dengan ditandai keluarnya kartu peserta
untuk perusahaan itu.
Namun strategi ini diperkuat dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor
85 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Hubungan Antar Lembaga Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial dimana BPJS Ketenagakerjaan bisa bekerja sama
dengan lembaga pemerintah pusat atau pemerintah daerah dalam hal ini
pemerintah Kota Tangerang untuk meningkatkan lagi pertumbuhan
kepesertaannya. Berdasarkan informasi yang didapat dari media massa disebutkan
bahwa BPJS Ketenagakerjaan Provinsi Banten menandatangani MOU yang sudah
disepakati antara BPJS Ketenagakerjaan Provinsi Banten dengan Kejati Provinsi
Banten dimana seluruh cabang BPJS Ketenagakerjaan di Provinsi Banten dan juga
Kejari ikut menandatangi MOU tersebut. Bentuk kerja sama yang disepakati
dalam MOU itu berupa bantuan hukum, pertimbangan hukum, dan tindakan
20
hukum lainnya (http://www.radarbanten.com/. BPJS Ketenagakerjaan Teken
MOU dengan Kejati Banten. Diakses 30 Maret 2015. 15.00 WIB)
Dengan adanya MOU itu diharapkan pemberian sanksi hukum bagi peserta
atau calon peserta yang melanggar dapat diberikan sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku yang diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 86 tahun
2013 Tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif Kepada Pemberi Kerja
Selain Penyelenggara Negara dan Setiap Orang, Selain Pemberi Kerja, Pekerja,
dan Penerima Bantuan Iuran Dalam Penyelenggaraan Jaminan Sosial. Disamping
itu, dengan adanya kerja sama ini juga diharapkan pertumbuhan kepesertaan
mengalami peningkatan dari sebelumnya agar program jaminan sosial dapat
dirasakan manfaatnya bagi perusahaan maupun tenaga kerja.
Selain kerja sama, BPJS Ketenagakerjaan juga melakukan pengawasan dan
pemeriksaan secara langsung ke perusahaan dimana sebelumnya fungsi ini
dijalankan oleh dinas ketenagakerjaan. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Kabid
Pemasaran BPJS Ketenagakerjaan cabang Kota Tangerang bahwa BPJS
Ketenagakerjaan bisa langsung mengawasi perusahaan yang belum menjadi
peserta dan melakukan pemeriksaan kepada perusahaan tersebut. Dengan begitu
pengawasan akan lebih efektif karena BPJS Ketenagakerjaan langsung yang
mengawasi dan mengetahui perusahaan mana yang belum menjadi peserta
(Sumber: wawancara dengan Pak Efa Zuryadi Kabid Pemasarandi Kantor Cabang
BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 29 Desember 2014).
21
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa BPJS Ketenagakerjaan
bisa melaksanakan pengawasan secara langsung tidak lagi dilakukan oleh dinas
ketenagakerjaan seperti sebelumnya. Hal ini juga akan lebih efektif dalam
meningkatkan pertumbuhan kepesertaan menjadi lebih cepat lagi karena BPJS
Ketenagakerjaan sendiri yang akan mengetahui perusahaan yang belum menjadi
peserta dan segera dilakukan pemeriksaan ke perusahaan itu dan diharapkan
fungsi pengawasan dapat berjalan dengan lebih baik lagi.
BPJS Ketenagakerjaan juga memanfaatkan pilkada sebagai kesempatan
untuk melakukan sosialisasi tentang BPJS Ketenagakerjaan. Hal ini sebagaimana
dinyatakan oleh relationship officer BPJS Ketenagakerjaan bahwa calon-calon
yang mengikuti pilkada akan mendatangi BPJS Ketenagakerjaan untuk mengajak
kerja sama agar apabila terpilih menjadi kepala daerah maka BPJS
Ketenagakerjaan bisa ikut memenuhi janji dari calon yang terpilih di pilkada
untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja dengan mengikutsertakan semua
pekerja menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan (Sumber: wawancara dengan Pak
Aditia Suswanto Relationship Officer di Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan
Kota Tangerang, 13 Mei 2015).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa pilkada dapat
dijadikan media untuk sosialisasi tentang BPJS Ketenagakerjaan dimana calon-
calon yang mengikuti pilkada mendatangi BPJS Ketenagakerjaan untuk mengajak
bekerja sama dalam hal meningkatkan kesejahteraan pekerja yang calon tersebut
janjikan dalam kampanye pilkada sehingga BPJS Ketenagakerjaan bisa
22
merealisasikan janji tersebut untuk mengikutsertakan seluruh pekerja menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan agar meningkatkan kesejahteraan pekerja tersebut.
Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan juga menerima peserta yang sudah
mendekati usia pensiun untuk menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan tetapi
peserta tersebut masih aktif bekerja di perusahaan. Hal ini agar peserta itu juga
tetap menerima manfaat dari mengikuti program jaminan sosial BPJS
Ketenagakerjaan. Adapun tabel kategorisasi usia yang sudah mendekati usia
pensiun sebagai berikut :
Tabel 1.3
Peserta BPJS Ketenagakerjaan yang Mendekati Usia Pensiun Tahun 2014-
2015
No. Nama Peserta Kep. Awal Tanggal Lahir Usia Jenis Kelamin
1. Sri Widaryanti 02-2014 10-10-1964 50 Perempuan
2. Asep Nurachim 04-2014 31-12-1965 49 Laki-Laki
3. M.Taufik 05-2014 15-02-1966 48 Laki-Laki
4. Waluji 05-2014 31-01-1962 52 Laki-Laki
5. Mufti Ali 07-2014 29-08-1961 53 Laki-Laki
6. Misho 02-2015 20-01-1960 55 Laki-Laki
7. Erwin 01-2015 05-04-1964 51 Laki-Laki
8. Nurman 02-2015 07-04-1961 54 Laki-Laki
9. Boy Siskah 01-2015 06-01-1965 50 Laki-Laki
10. Karyawan 02-2015 06-03-1965 50 Laki-Laki
(Sumber: BPJS Ketenagakerjaan, 2015)
Berdasarkan tabel 1.3 dapat dilihat bahwa, peserta yang sudah mendekati
usia pensiun atau mendekati usia 55 tahun tetap menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan dikarenakan peserta tersebut masih aktif bekerja di perusahaan
dan membutuhkan perlindungan dari program jaminan sosial agar dapat bekerja
dengan maksimal. Selain itu, peserta itu juga akan merasakan manfaat dari
23
program jaminan sosial seperti memiliki tabungan untuk hari tua yang terdapat
dari program jaminan hari tua.
Dikarenakan BPJS Ketenagakerjaan itu sendiri merupakan transformasi dari
PT Jamsostek yang sebelumnya bertugas memberikan jaminan sosial kepada
buruh dan baru diresmikan oleh pemerintah tahun 2014 ini, maka dari itu masih
terdapat beberapa permasalahan atau kendala yang dialami oleh BPJS
Ketenagakerjaan dalam menjalankan strateginya untuk memberikan perlindungan
dan keselamatan kepada buruh atau tenaga kerja terutama mengenai dampak dari
program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan terhadap kesejahteraan dan
keselamatan buruh, yaitu:
Pertama, Kepesertaan mengalami pertumbuhan yang lambat. Lambatnya
pertumbuhan kepesertaan ini sebagaimana dikatakan oleh Kepala Bidang
Pemasaran BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang pertumbuhan kepesertaan
berjalan dengan lambat karena sistem BPJS Ketenagakerjaan yang mendatangi
dan memberikan surat peringatan tiap perusahaan yang belum ikut BPJS
Ketenagakerjaan. Sistem door to door ini yang membuat pertumbuhan
kepesertaan menjadi lambat karena kita harus mendatangi tiap perusahaan dan
menyita cukup banyak waktu juga sehingga tidak berjalan efektif (Sumber :
wawancara dengan Pak Efa Zuryadi Kabid Pemasarandi Kantor Cabang BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 11 Februari 2015).
24
Hal ini juga disampaikan oleh Relationship Officer dimana BPJS
Ketenagakerjaan akan mendatangi satu demi satu perusahaan yang belum menjadi
peserta dan biasanya proses agar resmi menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan
paling lama 1 minggu setelah pihak BPJS Ketenagakerjaan mendatangi
perusahaan tersebut (Sumber : wawancara dengan Pak Aditia Suswanto
Relationship Officer di Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang,
30 Maret 2015).
Selain itu, Berdasarkan data-data yang diperoleh peneliti dari BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang dapat diketahui bahwa jumlah tenaga kerja dan
perusahaan di Kota Tangerang selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya.
Namun pertumbuhan kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan berjalan tidak begitu
cepat dan manfaat program jaminan sosial pun belum dapat dirasakan oleh semua
perusahaan dan tenaga kerja yang ada di Kota Tangerang. Program jaminan sosial
belum dapat memberikan kesejahteraan yang merata ke semua buruh di Kota
Tangerang, karena belum semua buruh menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan
Kota Tangerang. Adapun tabel dari pertumbuhan kepesertaan BPJS
Ketenagakerjaan adalah sebagai berikut :
25
Tabel 1.4
Pertumbuhan Kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan di Kota Tangerang
Tahun 2013-2014
Bulan Perusahaan Presentase
(%)
Tenaga Kerja Presentase
(%) 2013 2014 2013 2014
Januari 19 19 - 6.976 5.539 20,59%
Februari 27 19 29,62% 1.008 964 4,36%
Maret 15 34 126,67% 24.838 6.615 73,36%
April 26 41 57,69% 5.268 9.221 75,03%
Mei 28 69 146,42% 4.532 10.313 127,55%
Juni 24 59 145,83% 7.661 8.528 11,31%
Juli 10 24 140% 8.764 6.193 29,33%
Agustus 8 26 225% 4.839 5.685 17,48%
September 16 26 62,5% 5.082 7.178 41.24%
Oktober 79 32 59,49% 8.895 9.574 7,63%
November 27 41 51,85% 9.125 10.214 11.93%
Desember 33 21 36,36% 8.492 9.654 13,68%
Jumlah 312 411 31,73% 86.416 89.678 3,77%
(Sumber: Data Diolah, 2015)
Berdasarkan tabel 1.4 menunjukan bahwa pertumbuhan kepesertaan BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang mengalami pertumbuhan yang lambat dimana
pertambahan kepesertaan dari tahun 2013 ke tahun 2014 hanya 31,73% dari sektor
perusahaan dan 3,77% dari sektor tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat bahwa tiap
bulannya pertumbuhan kepesertaan mengalami fase naik turun yang menyebabkan
pertumbuhan kepesertaan menjadi tidak cepat. Berdasarkan tabel 1.4 menunjukan
bahwa pada tahun 2014 baru 411 perusahaan dari 3.030 perusahaan atau 13,56%
yang baru menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan dan 89.678 tenaga kerja yang
baru menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan dari jumlah keseluruhan 333.590
tenaga kerja atau baru 26,88% tenaga kerja.
26
Kedua, kurangnya komunikasi dan koordinasi antara Dinas Ketenagakerjaan
dan BPJS Ketenagakerjaan di Kota Tangerang. Berdasarkan data-data yang
peneliti dapatkan terjadi perbedaan jumlah peserta yang sudah terdaftar di BPJS
Ketenagakerjaan antara Dinas Ketenagakerjaan dengan BPJS Ketenagakerjaan.
Untuk lebih jelasnya lihat tabel ini sebagai berikut:
Tabel 1.5
Perbedaan Jumlah Peserta BPJS Ketenagakerjaan di Dinas Ketenagkerjaan
dan BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang Tahun 2013-2014
Tahun Jumlah Peserta di Dinas
Ketenagakerjaan
Jumlah Peserta di BPJS
Ketenagakerjaan
Perusahaan Tenaga Kerja Perusahaan Tenaga Kerja
2013 799 129.211 312 86.416
2014 881 134.871 411 89.678
(Sumber : Disnaker dan BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang 2014)
Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa perbedaan jumlah peserta
yang dicatat di Dinas Ketenagakerjaan maupun BPJS Ketenagakerjaan sangat
jauh bedanya. Hal ini pula yang menunjukan masih kurangnya koordinasi dan
komunikasi yang terjalin antara Dinas Ketenagakerjaan dan BPJS
Ketenagakerjaan karena perbedaan jumlah pesertanya sangat besar.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 2013 Tentang Tata
Cara Hubungan Antar Lembaga Badan Penyelenggara Jaminan Sosial juga
menyebutkan bahwa BPJS Ketenagakerjaan dapat bekerja sama dengan lembaga
pemerintah daerah yang bertujuan meningkatkan kualitas penyelenggaraan
program jaminan sosial. Hubungan kerja sama ini dilaksanakan di bidang
pelayanan kepada peserta dan pemenuhan manfaat, kelembagaan, sumber daya
27
manusia, pengelolaan sistem informasi, peningkatan kesadaran dan kepatuhan
masyarakat untuk memenuhi kewajibannya dan kerja sama lain yang disepakati
para pihak. Hubungan kerja sama ini dilaksanakan melalui perjanjian kerjasama
dimana perjanjian kerjasama ini dibuat dalam bentuk Memorandum Of
Understanding (MOU) yang akan mengatur bentuk kerjasama yang akan terjalin
nantinya sesuai kesepakatan kedua belah pihak.
Berdasarkan peraturan pemerintah dan juga perbedaan jumlah peserta yang
sangat besar tersebut dapat diketahui bahwa BPJS Ketenagakerjaan seharusnya
bekerja sama dengan lembaga pemerintah dalam hal ini bekerja sama dengan
Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang dalam rangka melakukan pendataan
terkait dengan perusahaan dan tenaga kerja yang sudah terdaftar di Dinas
Ketenagakerjaan dan wajib untuk daftar ke BPJS Ketenagakerjaan. Namun dalam
pelaksanaannya hal ini masih belum terlihat dengan berbedanya jumlah
perusahaan dan tenaga kerja yang sudah terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan yang
dimiliki oleh Dinas Ketenagakerjaan dan BPJS Ketenagakerjaan.
Ketiga, kurangnya kesadaran pengusaha terhadap pentingnya manfaat
program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan. Hal ini sebagaimana yang
dikatakan oleh pengusaha bahwa iya memang masih ada pengusaha yang belum
mendaftarkan perusahaannya ke BPJS Ketenagakerjaan dikarenakan masih tidak
mau membayarkan iuran nantinya karena dianggap sebagai beban sehingga belum
menjadi peserta sampai sekarang ini (Sumber: wawancara dengan Pak Jamaludin
Direktur Operasional PT Anugerah Komala Tunggal, 2 April 2015).
28
Selain itu, Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang dapat diketahui bahwa pada tahun 2013 baru
311 perusahaan yang menjadi peserta dan meningkat menjadi 411 perusahaan
pada tahun 2014. Berdasarkan jumlah perusahaan yang sudah terdaftar di BPJS
Ketenagakerjaan terjadi kenaikan sebesar 31,7% dan hal ini menunjukan terjadi
peningkatan jumlah peserta yang lambat. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan
masih banyak yang kurang kesadarannya akan pentingnya manfaat program
jaminan sosial bagi perusahaan maupun pekerja yang bekerja pada perusahaan-
perusahaan tersebut. Selain itu, perusahaan masih menganggap membayar iuran
ke BPJS Ketenagakerjaan sebagai beban yang harus ditanggung bukan sebagai
investasi apabila terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan nantinya, sehingga
perusahaan masih tidak mau mendaftarkan perusahaannya ke BPJS
Ketenagakerjaan. Hal ini sebagaimana informasi dari media massa dimana
sebanyak 75 perusahaan di Kota Tangerang terbukti tidak patuh untuk
membayarkan iuran bulanan kepesertaan karyawannya dan BPJS Ketenagakerjaan
pun sudah melayangkan surat ke kejaksaan (http://tangerangekspres.com: Tak
Ikut BPJS Dilaporkan ke Jaksa,diakses 15 Maret 2015. 13.00 WIB)
Kelalaian melaksanakan kewajiban perusahaan untuk membayar iuran
setiap bulannya juga menandakan masih kurangnya kesadaran yang dimiliki oleh
perusahaan tentang pentingnya program jaminan sosial dan menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan dan membayarkan iuran pekerjanya setiap bulannya supaya tetap
mendapatkan manfaat dari program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan.
Disamping itu, perusahaan akan mendapatkan sanksi berdasarkan peraturan
29
pemerintah nomor 86 tahun 2013 Tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi
Administratif Kepada Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara dan Setiap
Orang, Selain Pemberi Kerja, Pekerja, dan Penerima Bantuan Iuran Dalam
Penyelenggaraan Jaminan Sosial yang berupa teguran tertulis sebanyak 2 kali,
pemberian denda dan tidak mendapatkan pelayanan publik tertentu seperti
perizinan terkait usaha, izin yang diperlukan dalam mengikuti tender proyek dan
izin memperkerjakan tenaga kerja asing. Namun sanksi-sanksi tersebut belum
membuat perusahaan takut dan langsung mendaftarkan perusahaannya dan tenaga
kerjanya ke BPJS Ketenagakerjaan untuk menjadi peserta agar mengikuti dan
mendapatkan manfaat dari program jaminan sosial.Selain itu, perusahaan tidak
dapat merasakan manfaat yang penting dari program jaminan sosial yang
diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan terutama buruh yang bekerja di
perusahaan tersebut. Buruh jadi tidak dapat perlindungan dan keselamatan pada
saat kerja yang dijamin oleh pemerintah yang disebabkan perusahaan belum
mendaftarkan dirinya sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Keempat, kurangnya sosialisasi yang dilakukan BPJS Ketenagakerjaan
kepada buruh. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh buruh bahwa sosialisasi yang
dilakukan BPJS Ketenagakerjaan lebih sering dilakukan kepada perusahaan saja
dan perwakilan dari perusahaan ini yang akan menyampaikan kembali hasil
sosialisasi yang disampaikan oleh BPJS Ketenagakerjaan kepada buruh (Sumber :
wawancara dengan Pak Narto buruh PT Shinta Group, 16 Maret 2015).
30
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa sosialisasi yang
dilakukan BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang lebih sering dilakukan kepada
perusahaan dibanding buruh, hal ini membuat komunikasi yang terjalin menjadi
kurang baik karena kurangnya sosialisasi yang dilakukan kepada buruh sehingga
dikhawatirkan informasi yang disampaikan oleh wakil perusahaan kepada buruh
akan berbeda dengan yang disosialisasikan oleh BPJS Ketenagakerjaan Kota
Tangerang.
Kurangnya sosialisasi kepada buruh juga akan menyebabkan kurangnya
informasi yang diterima oleh buruh dan pengetahuannya akan manfaat program
jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan menjadi terbatas sehingga menyebabkan
kurangnya komunikasi BPJS Ketenagakerjaan kepada buruh terutama lewat media
sosialisasi ini dan terbatasnya informasi yang didapat buruh mengenai BPJS
Ketenagakerjaan. Hal ini juga berdampak pada kurang tertariknya buruh menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan karena terbatasnya informasi yang dimiliki tentang
BPJS Ketenagakerjaan dan berdasarkan data yang peneliti peroleh pada tahun
2014 tenaga kerja yang menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan berjumlah 89.678.
jumlah tersebut mengalami sedikit kenaikan dari tahun 2013 yang berjumlah
86.416 atau hanya mengalami kenaikan sebesar 3,77%.
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan, maka peneliti merasa
tertarik untuk mengkaji lebih jauh mengenai permasalahan tersebut dalam
penelitian yang berjudul “Strategi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Buruh di Kota Tangerang”.
31
1.2 Identifikasi Masalah
a. Kepesertaan mengalami pertumbuhan yang lambat.
b. Kurangnya komunikasi dan koordinasi antara Dinas Ketenagakerjaan
dan BPJS Ketenagakerjaan di Kota Tangerang.
c. Kurangnya kesadaran perusahaan terhadap pentingnya manfaat program
jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan.
d. Kurangnya sosialisasi yang dilakukan BPJS Ketenagakerjaan kepada
buruh.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan dalam
bahasan sebelumnya, maka peneliti akan membatasi masalah dalam penelitian ini
mengenai Strategi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan untuk
meningkatkan kesejahteraan buruh di Kota Tangerang.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka peneliti
merumuskan masalah penelitian yaitu : “Bagaimana Strategi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan untuk meningkatkan
kesejahteraan buruh di Kota Tangerang?”
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu: “untuk mengetahui
strategi badan penyelenggara jaminan sosial ketenagakerjaan untuk meningkatkan
kesejahteraan buruh di Kota Tangerang”.
32
1.6 Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat mengembangkan teori yang ada
khususnya teori mengenai strategi dan dapat menjadi bahan bacaan
yang bermanfaat dan memberikan wawasan pengetahuan yang luas
sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengetahuan tambahan
khususnya untuk mata kuliah manajemen strategi
b. Manfaat Praktis
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini berguna untuk mengembangkan kemampuan peneliti
dalam hal mempelajari tentang strategi pada khususnya serta ilmu
pengetahuan lain selama mengikuti program studi ilmu
administrasi negara.
2. Bagi Dinas Ketenagakerjaan
Sebagai bahan masukan kepada Dinas Ketenagakerjaan agar lebih
meningkatkan lagi koordinasi dan komunikasi dengan BPJS
Ketenagakerjaan.
3. Bagi BPJS Ketenagakerjaan
Sebagai bahan masukan atau sumbangsih pemikiran kepada BPJS
Ketenagakerjaan agar digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam menerapkan strategi yang akan dilakukan oleh BPJS
Ketenagakerjaan untuk meningkatkan kesejahteraan buruh di Kota
Tangerang.
33
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan garis besar penyusunan penelitian ini
yang bertujuan untuk mempermudah dalam memahami secara keseluruhan isi dari
penyusunan penelitian ini. Adapun sistematika penulisan penelitian mengenai
Strategi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Untuk
Meningkatkan Kesejahteraan Buruh di Kota Tangerang, tersusun atas sistematika
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab I ini berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah
yang menggambarkan ruang lingkup serta kedudukan masalah yang akan diteliti
dalam bentuk uraian secara deduktif. Kemudian bab ini membahas identifikasi
masalah untuk melihat aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dengan
judul penelitian. Pembatasan dan perumusan masalah ditetapkan sebagai fokus
dari penelitian yang akan dilakukan demi mencapai hasil penelitian yang
diharapkan dalam tujuan penelitian. Tujuan penelitian mengungkapkan tentang
sasaran yang ingin dicapai dengan dilaksanakannya penelitian ini terhadap
masalah yang telah dirumuskan. Manfaat penelitian yaitu menjelaskan manfaat
teoritis dan praktis yang berguna bagi peneliti, pembaca, dan instansi terkait. Serta
sistematika penulisan yang digunakan untuk mempermudah pembaca mengetahui
isi dari penelitian secara keseluruhan.
34
BAB II DESKRIPSI TEORI
Dalam bab II mengkaji berbagai teori yang relevan dengan permasalahan-
permasalahan yang muncul dalam penelitian ini. Penelitian terdahulu dipaparkan
sebagai bahan perbandingan antara penelitian yang dilakukan dengan penelitian
sebelumnya. Selanjutnya, kerangka teori menggambarkan alur penelitian yang
dikaji dengan teori yang relevan dalam penelitian, sehingga peneliti dapat
merumuskan kesimpulan penelitian sementara.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab III ini terdiri dari pendekatan dan metode penelitian yang digunakan.
Ruang lingkup penelitian dan lokasi penelitian. Definisi variabel penelitian yang
menjelaskan mengenai variabel penelitian. Instrumen penelitian yang menjelaskan
proses penyusunan dan jenis alat yang digunakan dalam pengumpulan data.
Informan penelitian yang menjelaskan orang-orang yang terkait dengan penelitian
ini. Teknik pengolahan dan uji keabsahan data yang menjelaskan tentang teknik
dan keabsahan datanya. Serta jadwal penelitian yang memaparkan waktu
penelitian ini dilakukan.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Dalam bab IV ini akan dijabarkan mengenai deskripsi obyek penelitian yang
meliputi lokasi penelitian secara jelas. Mendeskripsikan data yaitu menjelaskan
data yang telah diolah dari data yang masih mentah dengan menggunakan teknik
analisis data yang relevan. Selanjutnya data yang sudah dianalisis, peneliti uji
validitas dengan menggunakan teknik triangulasi untuk mendapatkan hasil
35
penelitian yang diharapkan. Setelah itu melakukan pembahasan lebih lanjut
terhadap hasil analisis data.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini memuat penjelasan mengenai kesimpulan yang dibuat secara
singkat, jelas dan mudah dipahami oleh pembaca. Selanjutnya, peneliti
memberikan saran yang memiliki isi berupa tindak lanjut dari sumbangan
penelitian terhadap bidang yang diteliti baik secara teoritis maupun secara praktis.
Saran praktis biasanya lebih operasional sedangkan pada aspek teoritis lebih
mengarah pada pengembangan konsep atau teori.
36
BAB II
DESKRIPSI TEORI
2.1 Deskripsi Teori
Secara umum deskripsi teori ini menjelaskan berbagai teori yang sesuai dan
relevan dengan permasalahan dan fokus penelitian yang akan diteliti, lalu disusun
secara sistematis dan rapi agar mudah dimengerti. Dengan mempelajari berbagai
teori yang sesuai dengan permasalahan penelitian maka akan terbentuk konsep
penelitian yang jelas sehingga dapat mengarahkan peneliti agar melakukan
penelitian yang tepat dan bagus. Untuk meningkatkan kualitas kajian teori,
pembahasannya perlu dikaitkan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu yang
relevan sebagai acuan peneliti yang akan dilakukan. Selain itu, pada bagian ini
akan disertakan asumsi dasar peneliti, dimana asumsi dasar tersebut merupakan
jawaban sementara terhadap permasalahan yang akan diteliti dan akan diuji
kebenarannnya.
2.1.1 Definisi Manajemen
Manajemen menurut Stoner (dalam Handoko, 2011:2) adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha
para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi
lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Menurut
Hasibuan (2011:2) manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif
37
dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan
manajemen menurut G.R.Terry (dalam Hasibuan, 2011:2) adalah :
“Management is a distinct process consisting of planning,
organizing, actuating, and controlling performed to determine and
accomplish stated objectivies by the use of human being and other
resources.” (manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri
dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai
sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber lainnya)”.
Berdasarkan definisi manajemen di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa manajemen merupakan suatu proses untuk membagi tugas, tanggung
jawab, pekerjaan karena terbatasnya kemampuan manusia itu sendiri dalam
melaksanakan tugasnya sehingga terbentuklah kerja sama yang baik di dalam
suatu organisasi demi mencapai tujuan yang ingin dicapai organisasi tersebut.
2.1.2 Definisi Strategi
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu strategos (stratos =
militer dan ag = memimpin), yang berarti generalship atau sesuatu yang
dikerjakan oleh para jenderal perang dalam membuat rencana untuk
memenangkan perang (Rachmat 2014:2). Merumuskan strategi bukanlah
pekerjaan mudah. Kendala utamanya adalah komitmen internal terhadap
segala hal yang telah dirumuskan sebagai konsekuensi strategi. Porter (dalam
Rachmat, 2014:6) menjelaskan makna terpenting dari pemahaman strategi
sebagai mengambil tindakan yang berbeda dari perusahaan pesaing dalam
satu industri guna mencapai posisi yang lebih baik. Artinya, strategi
antarperusahaan dalam satu industri berbeda dengan lainnya, karena masing-
38
masing perusahaan mengalami kondisi internal dan tujuan yang berbeda,
walaupun pada umumnya kondisi eksternal dapat sama.
Strategi adalah cara mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan
tertentu. Ia merupakan sebuah rencana untuk sebuah kegiatan. Di dalamnya
termasuk formulasi tujuan dan kumpulan rencana kegiatan. Hal itu
mengindikasikan adanya upaya memperkuat daya saing pekerjaan bisnis
dalam mengelola organisasi dan mencegah pengaruh luar yang negatif pada
kegiatan organisasi (Mangkuprawira, 2004:14).
Definisi lain mengenai strategi menurut Menurut George Steiner
(dalam Rachmat, 2014:2) adalah secara umum, kita mendefinisikan strategi
sebagai cara mencapai tujuan. Strategi merupakan rencana jangka panjang
untuk mencapai tujuan. Strategi terdiri atas aktivitas-aktivitas penting yang
diperlukan untuk mencapai tujuan.
Adapun pengertian strategi menurut Menurut Chandler (dalam
Rangkuti, 2013:3) adalah Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan
perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak
lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya. Sedangkan menurut Argyris,
Mintzberg, Steiner dan Miner (dalam Rangkuti, 2013:4) strategi adalah
merupakan respons secara terus menerus maupun adaptif terhadap peluang
dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat
memengaruhi organisasi.
Selain itu, pengertian lain tentang strategi diungkapkan oleh James
Brian Quiin (dalam Iriantara, 2004:12) mengatakan bahwa strategi adalah
39
pola atau rencana yang mengintegrasikan tujuan pokok, kebijakan, dan
rangkaian sebuah organisasi ke dalam satu kesatuan yang kohesif.
Berdasarkan definisi-definisi diatas maka peneliti menarik kesimpulan
bahwa strategi merupakan suatu rencana atau cara terbaik dan langkah-
langkah yang harus dijalani untuk mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan agar memperoleh keberhasilan. Hal ini mengidentifikasikan
adanya upaya memperkuat daya saing pekerjaan dalam kegiatan mengelola
organisasi dan mencegah pengaruh dari luar.
2.1.3 Definisi Manajemen Strategi
Menurut Rachmat (2014:14) manajemen strategik adalah seni dan
ilmu penyusunan, penerapan, dan pengevaluasian keputusan lintas fungsional
yang memungkinkan suatu perusahaan mencapai sasarannya. Manajemen
strategik adalah proses penetapan tujuan organisasi, pengembangan kebijakan
dan perencanaan untuk mencapai sasaran serta pengalokasian sumber daya
untuk menerapkan kebijakan dan merencanakan pencapaian tujuan
organisasi. Manajemen strategik mengombinasikan aktivitas-aktivitas dari
berbagai bagian fungsional suatu bisnis untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut Siagian (dalam Rachmat, 2014:14) manajemen strategik
adalah serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh
manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran organisasi
dalam rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut. Sedangkan menurut
Ansoff dan McDonnell (dalam Iriantara, 2004:3) manajemen strategis adalah
pendekatan sistematis terhadap tanggung jawab umum manajemen yang besar
40
dan terus meningkat arti pentingnya untuk memposisikan dan mengaitkan
perusahaan dengan lingkungannya dengan cara yang akan menjamin
keberhasilan perusahaan dan mengamankan perusahaan dari
ketidakterdugaan.
Berdasarkan definisi-definisi di atas maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa manajemen strategis merupakan usaha untuk
mengembangkan kekuatan yang ada di dalam suatu perusahaan atau
organisasi yang bertujuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Manajemen strategi akan efektif bila manajemen puncak menyalurkan setiap
informasi mengenai sasaran bisnis, arah bisnis, kemajuan ke arah pencapaian
sasaran dan pelanggan, pesaing dan produk.
2.1.4 Proses Manajemen Strategi
Menurut Hunger dan Wheelen (2003:9) proses manajemen strategis
meliputi empat elemen dasar yaitu (1) pengamatan lingkungan, (2)
perumusan strategi, (3) implementasi strategi, (4) evaluasi dan pengendalian.
Pada level korporasi, proses manajemen strategis meliputi aktivitas-aktivitas
mulai dari pengamatan lingkungan sampai evaluasi kinerja. Manajemen
mengamati lingkungan eksternal untuk melihat kesempatan dan ancaman dan
mengamati lingkungan internal untuk melihat kekuatan dan kelemahan.
Faktor-faktor yang paling penting untuk masa depan perusahaan disebut
faktor-faktor strategis dan diringkas dengan singkatan S.W.O.T yang berarti
Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (kesempatan),
41
dan Threats (ancaman). Adapun penjelasan proses manajemen strategis
menurut Hunger dan Wheelen (2003:9-19) sebagai berikut:
1. Pengamatan Lingkungan
a. Analisis Eksternal
Lingkungan eksternal terdiri dari variabel-variabel (kesempatan
dan ancaman) yang berada di luar organisasi dan tidak secara
khusus ada dalam pengendalian jangka pendek dari manajemen
puncak. Variabel-variabel tersebut membentuk keadaan dalam
organisasi dimana organisasi ini hidup. Lingkungan eksternal
memiliki dua bagian : lingkungan kerja dan lingkungan sosial.
Lingkungan kerja terdiri dari elemen-elemen atau kelompok yang
secara langsung berpengaruh atau dipengaruhi oleh operasi-operasi
utama organisasi. Beberapa elemen tersebut adalah pemegang
saham, pemerintah, pemasok, komunitas lokal, pesaing, pelanggan,
kreditur, serikat buruh, kelompok kepentingan khusus, dan asosiasi
perdagangan. Lingkungan sosial terdiri dari kekuatan-kekuatan
umum kekuatan itu tidak berhubungan langsung dengan aktivitas-
aktivitas jangka pendek organisasi tetapi dapat dan sering
mempengaruhi keputusan-keputusan jangka panjang.
b. Analisis Internal
Lingkungan internal terdiri dari variabel-variabel (kekuatan dan
kelemahan) yang ada di dalam organisasi tetapi biasanya tidak
dalam pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak.
Variabel-variabel tersebut membentuk suasana dimana pekerjaan
dilakukan. Variabel-variabel itu meliputi struktur, budaya, dan
sumber daya organisasi. Struktur adalah cara bagaimana
perusahaan diorganisasikan yang berkenaan dengan komunikasi,
wewenang, dan arus kerja. Budaya adalah pola keyakinan,
pengharapan, dan nilai-nilai yang dibagikan oleh anggota
organisasi. Sumber daya adalah aset yang merupakan bahan baku
bagi produksi barang dan jasa organisasi.
2. Perumusan Strategi
Perumusan strategi adalah pengembangan rencana jangka panjang
untuk manajemen efektif dari kesempatan dan ancaman lingkungan,
dilihat dari kekuatan dan kelemahan perusahaan. Perumusan strategi
meliputi menentukan misi perusahaan, menentukan tujuan-tujuan
42
yang dapat dicapai, pengembangan strategi dan penetapan pedoman
kebijakan.
3. Implementasi Strategi
Implementasi strategi adalah proses dimana manajemen mewujudkan
strategi dan kebijakannya dalam tindakan melalui pengembangan
program, anggaran dan prosedur. Proses tersebut mungkin meliputi
perubahan budaya secara menyeluruh, struktur dan atau sistem
manajemen dari organisasi secara keseluruhan. Kecuali ketika
diperlukan perubahan secara drastis pada perusahaan, manajer level
menengah dan bawah akan mengimplementasi strateginya secara
khusus dengan pertimbangan dari manajemen puncak.
4. Evaluasi dan Pengendalian
Evaluasi dan pengendalian adalah proses yang melaluinya aktivitas-
aktivitas perusahaan dan hasil kinerja dimonitor dan kinerja
sesungguhnya dibandingkan dengan kinerja yang diinginkan. Para
manajer di semua level menggunakan informasi hasil kinerja untuk
melakukan tindakan perbaikan dan memecahkan masalah. Walaupun
evaluasi dan pengendalian merupakan elemen akhir yang utama dari
manajemen strategis, elemen itu juga dapat menunjukan secara tepat
kelemahan-kelemahan dalam implementasi strategi sebelumnya dan
mendorong proses keseluruhan untuk dimulai kembali.
Menurut David (2004:7) proses manajemen strategis adalah usaha
untuk mengulangi apa yang apa yang terjadi dalam pikiran orang cerdas,
43
intuisi yang mengetahui bisnis dan mengaitkannya dengan analisis. Proses
manajemen strategis menurut David (2004:5-6) terdiri dari tiga tahap, yaitu :
1. Perumusan Strategi
Termasuk mengembangkan misi bisnis, mengenali peluang dan
ancaman eksternal perusahaan, menetapkan kekuatan dan kelemahan
internal, menetapkan obyektif jangka panjang, menghasilkan strategi
alternatif, dan memilih strategi tertentu untuk dilaksanakan.
2. Implementasi Strategi
Menuntut perusahaan untuk menetapkan obyektif tahunan,
memperlengkapi dengan kebijakan, memotivasi karyawan, dan
mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang dirumuskan
dapat dilaksanakan. Implementasi strategi termasuk mengembangkan
budaya mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang
efektif, mengubah arah usaha pemasaran, menyiapkan anggaran,
mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi, dan
menghubungkan kompensasi karyawan dengan prestasi organisasi.
3. Evaluasi Strategi
Evaluasi strategi adalah tahap akhir dalam manajemen strategis. Para
manajer sangat perlu mengetahui kapan strategi tertentu tidak
berfungsi dengan baik, evaluasi strategi terutama berarti usaha untuk
memperoleh informasi ini. Semua strategi dapat dimodifikasi di masa
depan karena faktor-faktor eksternal dan internal selalu berubah
(David, 2004:5-6).
2.1.5 Analisis SWOT
Menurut salah satu pakar SWOT Indonesia, Fredy Rangkuti (dalam
Rachmat, 2014:285) Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor
secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini
didasarkan pada hubungan atau interaksi antarunsur internal, yaitu kekuatan
dan kelemahan, terhadap unsur-unsur eksternal, yaitu peluang dan ancaman.
Analisis SWOT terdiri dari Strengths (kekuatan), Weaknesses
(kelemahan) yang merupakan faktor dalam tubuh organisasi, sedangkan
Opportunities (peluang), Threats (ancaman) merupakan faktor-faktor
44
lingkungan yang dihadapi oleh organisasi atau perusahaan atau satuan bisnis
yang bersangkutan. Analisis SWOT dapat merupakan instrumen yang ampuh
dalam melakukan analisis stratejik, keampuhan tersebut terletak pada
kemampuan para penentu strategi perusahaan untuk memaksimalkan peranan
faktor kekuatan dan pemanfaatan peluang sehingga sekaligus berperan
sebagai alat untuk menekan dampak ancaman yang timbul dan harus
dihadapi.
Strengths (kekuatan) merupakan kekuatan yang dimiliki perusahaan
antara lain kompetensi khusus, sumber, keterampilan, produk, andalan, dan
sebagainya yang membuatnya lebih kuat dari para pesaing. Weaknesses
(kelemahan) merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber,
keterampilan, dan kemampuan menjadi penghalang serius bagi penampilan
kinerja organisasi yang memuaskan. Opportunities (peluang) merupakan
berbagai situasi lingkungan yang menguntungkan bagi suatu satuan bisnis.
Threats (ancaman) merupakan faktor-faktor lingkungan yang tidak
menguntungkan suatu satuan bisnis (Siagian, 2008:172).
2.1.6 Definisi Buruh
Pada zaman penjajahan Belanda yang dimaksudkan dengan buruh
adalah pekerja kasar seperti kuli, tukang, mandor yang melakukan pekerjaan
kasar, orang-orang ini sering disebut sebagai blue collar (Husni, 2014:45).
Sedangkan menurut Budiono (dalam Khakim, 2014:1) menyebutkan bahwa
istilah buruh sejak dulu diidentikan dengan pekerjaan kasar, pendidikan
rendah, dan penghasilan yang rendah pula. Selain itu, menurut Sedarmayanti
45
(2010:10) buruh adalah mereka yang bekerja pada usaha perorangan dan
diberikan imbalan kerja secara harian maupun borongan sesuai dengan
kesepakatan kedua belah pihak, baik lisan maupun tertulis, yang biasanya
imbalan kerja tersebut diberikan secara harian.
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 1
ayat 4 memberikan pengertian pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja
dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Pengertian ini agak
umum namun maknanya lebih luas karena dapat mencakup semua orang yang
bekerja pada siapa saja baik perorangan, persekutuan, badan hukum dengan
menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain (Husni, 2014:46-47).
Secara khusus Halim (dalam Khakim, 2014:2) memberikan pengertian
buruh/pegawai adalah
1. Bekerja pada atau untuk majikan/perusahaan.
2. Imbalan kerjanya dibayar oleh majikan/perusahaan.
3. Secara resmi terang-terangan dan kontinu mengadakan hubungan
kerja dengan majikan/perusahaan, baik untuk waktu tertentu
maupun untuk jangka waktu tidak tertentu lainnya.
Berdasarkan definisi-definisi di atas peneliti dapat menarik
kesimpulan bahwa pekerja/buruh adalah seseorang yang bekerja pada
perusahaan yang dilakukan berdasarkan hubungan kerja yang dibuat dengan
perusahaan tempatnya bekerja dan diberikan upah atau imbalan atas
pekerjaan yang dilakukannya di perusahaan tersebut.
2.1.7 Kajian BPJS Ketenagakerjaan
Berdasarkan Undang-Undang No 24 Tahun 2011 Tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial, BPJS merupakan badan hukum yang dibentuk
46
untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. Adapun fungsi BPJS
Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja,
kematian, jaminan hari tua, dan jaminan pensiun dan dalam melaksanakan
fungsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9, BPJS bertugas untuk melakukan
dan/atau menerima pendaftaran peserta, memungut dan mengumpulkan iuran
dari peserta dan pemberi kerja, menerima bantuan iuran dari pemerintah,
mengelola dana jaminan sosial untuk kepentingan peserta, mengumpulkan
dan mengelola data peserta program jaminan sosial, memberikan informasi
mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial kepada peserta dan
masyarakat.
Dalam melaksanakan tugasnya maka BPJS Ketenagakerjaan
berwenang untuk menagih pembayaran iuran, menempatkan dana jaminan
sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang dengan
mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan
dana, dan hasil yang memadai, melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas
kepatuhan peserta dan pemberi kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional,
mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang
tidak memenuhi kewajibannya, melaporkan pemberi kerja kepada instansi
yang berwenang mengenai ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau
dalam memenuhi kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, dan melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam
rangka penyelenggaraan program jaminan sosial.
47
Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana yang telah disebutkan
maka BPJS berhak untuk memperoleh dana operasional untuk
penyelenggaraan program yang bersumber dari dana jaminan sosial dan/atau
sumber lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan
memperoleh hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program jaminan
sosial dari Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) setiap 6 bulan.
Dalam melaksanakan tugasnya BPJS berkewajiban untuk memberikan
nomor identitas tunggal kepada peserta, mengembangkan aset dana jaminan
sosial dan aset BPJS untuk sebesar-besarnya kepentingan peserta,
memberikan informasi melalui media massa cetak dan elektronik mengenai
kinerja, kondisi keuangan, serta kekayaan dan hasil pengembangannya,
memberikan manfaat kepada seluruh peserta sesuai dengan Undang-Undang
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, memberikan informasi kepada
peserta mengenai hak dan kewajiban untuk mengikuti ketentuan yang
berlaku, memberikan informasi kepada peserta mengenai prosedur untuk
mendapatkan hak dan memenuhi kewajibannya, memberikan informasi
kepada peserta mengenai saldo jaminan hari tua dan pengembangannya 1 kali
dalam 1 tahun, memberikan informasi kepada peserta mengenai besaran hak
pensiun 1 kali dalam 1 tahun, melaporkan pelaksanaan setiap program,
termasuk kondisi keuangan secara berkala 6 bulan sekali kepada Presiden
dengan tembusan kepada DJSN.
Ruang lingkup dari BPJS Ketenagakerjaan meliputi Jaminan
Kecelakaan Kerja yang memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi tenaga
48
kerja yang mengalami kecelakaan pada saat dimulai berangkat bekerja sampai
tiba kembali dirumah atau menderita penyakit akibat hubungan kerja. Iuran
untuk program JKK ini sepenuhnya dibayarkan oleh perusahaan. Kecelakaan
kerja termasuk penyakit akibat kerja merupakan risiko yang harus dihadapi
oleh tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Untuk menanggulangi
hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh adanya
risiko-risiko sosial seperti kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik
fisik maupun mental, maka diperlukan adanya jaminan kecelakaan kerja.
Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja merupakan tanggung jawab
pengusaha sehingga pengusaha memiliki kewajiban untuk membayar iuran
jaminan kecelakaan kerja yang berkisar antara 0,24% - 1,74% sesuai
kelompok jenis usaha.
Selain itu, ada jaminan hari tua yang diselenggarakan secara nasional
berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib. Jaminan hari tua
diselenggarakan dengan tujuan untuk menjamin agar peserta menerima uang
tunai apabila memasuki masa pensiun, mengalami cacat total tetap, atau
meninggal dunia. Program Jaminan Hari Tua memberikan kepastian
penerimaan penghasilan yang dibayarkan pada saat tenaga kerja mencapai
usia 55 tahun atau telah memenuhi persyaratan tertentu. Iuran untuk jaminan
hari tua ditanggung perusahaan sebesar 3,7% dan tenaga kerja sebesar 2%.
Kemudian ada jaminan kematian yang diselenggarakan dengan tujuan
untuk memberikan santunan kematian yang dibayarkan kepada ahli waris
peserta yang meninggal dunia bukan karena kecelakaan kerja. Jaminan
49
Kematian diperlukan sebagai upaya meringankan beban keluarga baik dalam
bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa uang. Pengusaha wajib
menanggung iuran Program Jaminan Kematian sebesar 0,3% dengan jaminan
kematian yang diberikan adalah Rp 21.000.000,- terdiri dari Rp 14.200.000,-
santunan kematian dan Rp 2.000.000 juta biaya pemakaman dan santunan
berkala Rp 200.000 per bulan selama 24 bulan.
Selain itu, ada jaminan pensiun yang diselenggarakan secara nasional
berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib. Jaminan pensiun
diselenggarakan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak pada
saat peserta kehilangan atau berkurang penghasilannya karena memasuki usia
pensiun atau mengalami cacat total tetap. Manfaat jaminan pensiun berwujud
uang tunai yang diterima setiap bulan oleh peserta.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah kajian penelitian yang pernah dilakukan oleh
peneliti sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber ilmiah, baik skripsi,
tesis, disertasi atau jurnal penelitian. Dalam penelitian ini fokus penelitian
terdahulu yang dijadikan acuan adalah yang terkait dengan permasalahan
kesejahteraan. Untuk itu peneliti akan mencantumkan beberapa penelitian
terdahulu oleh beberapa peneliti, yaitu :
Tesis Gusti Nur Aini tahun 2007 dari Universitas Gadjah Mada yang
berjudul “Kebijakan Pengembangan Daerah Wisata Kabupaten Kotawaringin
Barat dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat”. Penelitian ini dilakukan
dengan pendekatan kualitatif dimana prosedur penelitian yang menghasilkan data
50
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan orang-orang dan perilaku yang
diamati. Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan realisasi kebijakan-
kebijakan pengembangan daerah wisata oleh Pemerintah Kabupaten Kotawaringin
Barat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta hambatan-hambatan
yang ditimbulkan dari kebijakan-kebijakan pengembangan daerah wisata tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat keberhasilan
pemerintah dalam mengakomodasikan kepentingan masyarakat terhadap
kebijakan pengembangan pariwisata belum sepenuhnya berhasil, artinya
masyarakat belum banyak memberikan kontribusinya pada pelaksanaan kebijakan
pengembangan pariwisata oleh Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat.
Adapun yang menjadi kendala adalah pertama, rendahnya tingkat pendidikan dan
keterampilan masyarakat, yang berarti rendahnya sumber daya manusia yang
dimiliki. Kedua, terbatasnya dana yang dialokasikan pemerintah untuk sektor
pariwisata, yang berarti masih rendahnya investasi yang ditanamkan di sektor
pariwisata. Ketiga, sarana dan prasarana yang mendukung pengembangan
pariwisata masih sangat terbatas dan perlu ditingkatkan. Keempat, walaupun dari
segi pendapatan masyarakat dan daerah mengalami peningkatan secara numerik,
namun dari sisi kesejahteraan penduduk masih rendah. Ini terbukti dengan masih
banyaknya masyarakat miskin di sekitar lokasi objek wisata yang belum ditangani
dengan baik.
Persamaaan penelitian “Kebijakan Pengembangan Daerah Wisata Kabupaten
Kotawaringin Barat dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat” dengan
penelitian skripsi ini yang berjudul Strategi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
51
Ketenagakerjaan Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Buruh di Kota Tangerang
adalah sama-sama melatarbelakangi tentang kesejahteraan dan perbedaan dari
kedua penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya
membahas tentang peran pemerintah melalui kebijakannya untuk meningkatkan
kesejahteraan, sedangkan penelitian yang diambil dari skripsi ini membahas
tentang peran pemerintah dan swasta dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
buruh.
Selanjutnya, skripsi Dyah Ayu Setyaningrum tahun 2011 dari Universitas
Diponegoro yang berjudul “Pengaruh Implementasi Corporate Social
Responsibilty Terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat (Studi kasus pada PT.
APAC INTI CORPORA, Bawen”. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan
kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh implementasi
Corporate Social Responsibility (CSR) PT. APAC INTI CORPORA terhadap
Kesejahteraan hidup masyarakat.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semua variabel yang digunakan yaitu
Corporate Social Responsibility Goal, Corporate Social Issue, dan Corporate
Relation Program secara signifikan memiliki pengaruh positif terhadap
peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat. Program CSR yang dilaksanakan
oleh PT. APAC INTI CORPORA berjalan dengan baik terhadap Kesejahteraan
hidup masyarakat.
Perbedaan dan persamaan penelitian ini dengan penelitian Strategi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Untuk Meningkatkan
Kesejahteraan Buruh di Kota Tangerang adalah sama-sama melatarbelakangi
52
tentang kesejahteraan dan perbedaannya adalah penelitian ini tentang peran swasta
melalui program CSR yang akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat,
sedangkan penelitian yang diambil dari skripsi ini membahas tentang penelitian
yang diambil dari skripsi ini membahas tentang peran pemerintah dan swasta
dalam upaya meningkatkan kesejahteraan buruh.
Skripsi Novia Saghita tahun 2011 dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
yang berjudul “Alternatif Strategi Pengelolaan Pariwisata Pulau Untung Jawa
Melalui Pendekatan Analisis SWOT”. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan
kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan, menganalisis, dan
merumuskan strategi pengelolaan pariwasata di Pulau Untung Jawa.
Hasil penelitian ini yaitu strategi pengelolaan pariwasata Pulau Untung Jawa
dilakukan mengacu pada peningkatan potensi wisata dan sumber daya alam yang
melimpah dan meningkatkan mutu pendidikan bagi sumber daya manusia sebagai
pengelola pariwasata Pulau Untung Jawa serta meminimalisir faktor penghambat
yang terjadi pada pariwisata Pulau Untung Jawa.
Persamaan penelitian “Alternatif Strategi Pengelolaan Pariwisata Pulau
Untung Jawa Melalui Pendekatan Analisis SWOT” dengan penelitian skripsi ini
yang berjudul Strategi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Buruh di Kota Tangerang adalah sama-sama
melatarbelakangi tentang strategi yang dilaksanakan dan perbedaan dari kedua
penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya lebih terfokus
tentang strategi untuk melakukan pemberdayaan masyarakat Pulau Untung Jawa
untuk mengelola pariwisata di Pulau Untung Jawa sedangkan penelitian yang
53
diambil dari skripsi ini membahas tentang peran pemerintah dan swasta dalam
upaya meningkatkan kesejahteraan buruh.
2.3 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan alur berpikir peneliti. Kerangka berpikir
menggambarkan konsep penelitian mengenai “Strategi Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Buruh di
Kota Tangerang”, dimana ditujukan untuk menjawab rumusan masalah dan
mencapai tujuan yang ingin dicapai di dalam penelitian yang akan dilakukan.
Adapun permasalahan-permasalahan yang ada terkait Strategi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Untuk Meningkatkan
Kesejahteraan Buruh di Kota Tangerang yaitu :
1. Kepesertaan mengalami pertumbuhan yang lambat.
2. Kurangnya komunikasi dan koordinasi antara Dinas Ketenagakerjaan dan
BPJS Ketenagakerjaan di Kota Tangerang.
3. Kurangnya kesadaran perusahaan terhadap pentingnya manfaat program
jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan.
4. Kurangnya sosialisasi yang dilakukan BPJS Ketenagakerjaan kepada
buruh.
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka dibutuhkan
suatu pendekatan untuk mengetahui Strategi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Buruh di Kota Tangerang.
Oleh karena itu, peneliti menggunakan teori teknik analisis SWOT yang dikutip
54
dalam Siagian (2008:172), terdapat empat variabel dari analisis SWOT yang
terdiri dari:
1. Strengths (kekuatan)
2. Weaknesses (kelemahan)
3. Opportunities (peluang)
4. Threats (ancaman)
Variabel analisis SWOT ini yang akan membantu peneliti menjawab
permasalahan-permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya serta dinilai dan
dianggap rasional dan tepat. Variabel dari analisis SWOT diatas akan menjelaskan
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan suatu strategi baik dilihat
dari faktor internal mau eksternal karena dalam salah satu proses pengambilan
kebijakan itu membutuhkan strategi antara lain melakukan analisis SWOT
terutama untuk analisis kebijakan yang dijalankan mengingat banyak faktor yang
harus diperhatikan dan berpengaruh terhadap produk akhir sebuah kebijakan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penyusunan kebijakan tersebut
adalah faktor eksternal berupa pengaruh lingkungan, sosial politik, serta para
stakeholder yang memiliki kepentingan terhadap produk kebijakan dan faktor
internal seperti masalah kelembagaan, sumber daya manusia, masalah
ketersediaan waktu atau masalah biaya/anggaran karena dengan adanya strategi
bisa menganalisis tantangan dan kesempatan eksternal, menilai kekuatan dan
kelemahan internal, mengembangan dan mengevaluasi alternatif strategi. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada kerangka berfikir di bawah ini.
55
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
STRATEGI BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL
KETENAGAKERJAAN UNTUK MENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN BURUH DI KOTA TANGERANG
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Kepesertaan mengalami pertumbuhan
yang lambat.
2. Kurangnya komunikasi dan koordinasi
antara Dinas Ketenagakerjaan dan BPJS
Ketenagakerjaan di Kota Tangerang.
3. Kurangnya kesadaran perusahaan
terhadap pentingnya manfaat program
jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan.
4. Kurangnya sosialisasi yang dilakukan
BPJS Ketenagakerjaan kepada buruh.
(Sumber: Peneliti, 2015)
Teori tentang teknik analisis SWOT
yang dikutip dari Siagian (2008:172),
terdapat empat variabel yang
mempengaruhi keberhasilan strategi
yang sudah digunakan, yaitu:
1. Strengths
2. Weaknesses
3. Opportunities
4. Threats
Meningkatnya kesejahteraan buruh dengan mengikuti BPJS
Ketenagakerjaan
56
2.4 Asumsi Dasar
Berdasarkan pada kerangka pemikiran yang telah dipaparkan di atas, peneliti
telah melakukan observasi awal terhadap objek penelitian. Asumsi yang
disimpulkan berdasarkan pada pengamatan peneliti di lapangan yang menunjukan
berbagai permasalahan yang ada. Selain itu, peneliti menarik asumsi berdasarkan
informasi yang diperoleh dari informan dimana peneliti melakukan wawancara
awal dengan informan tersebut dan menemukan berbagai permasalahan.
Berdasarkan permasalahan dan kerangka berpikir yang telah dipaparkan di
atas, maka peneliti berasumsi bahwa Strategi Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Ketenagakerjaan Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Buruh di Kota
Tangerang belum berjalan dengan efektif.
57
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitan pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2011:2). Bogdan dan Taylor
(dalam Moleong, 2006:4) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat dimati. Menurut mereka, pendekatan ini
diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal
ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau
hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.
Penelitian kualitatif adalah salah satu metode penelitian yang bertujuan
untuk mendapatkan pemahaman tentang kenyataan melalui proses berpikir
induktif. Melalui penelitian kualitatif peneliti dapat mengenali subjek, merasakan
apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini, peneliti
terlibat dalam situasi dan setting fenomena yang diteliti. Peneliti diharapkan selalu
memusatkan perhatian pada kenyataan atau kejadian dalam konteks yang diteliti.
Setiap kejadian merupakan sesuatu yang unik, berbeda dengan yang lain, karena
perbedaan konteks (Basrowi dan Suwandi, 2008:1-2)
58
Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dimana dalam penelitian ini
peneliti mencoba menjelaskan bagaimana Strategi BPJS Ketenagakerjaan untuk
meningkatkan kesejahteraan buruh di Kota Tangerang. Penggunaan pendekatan
kualitatif dalam penelitian ini didasarkan atas pertimbangan bahwa pendekatan
kualitatif relevan dan cocok dengan masalah penelitian. Selanjutnya digunakan untuk
membangun pemahaman dan memberikan eksplanasi terhadap fenomena yang
diteliti.
3.2 Fokus Penelitian
Ruang lingkup penelitian merupakan bagian yang membatasi dan menjelaskan
substansi materi kajian penelitian yang akan dilakukan. Ruang lingkup penelitian
digunakan sebagai batasan penelitian agar dapat fokus pada fokus penelitian yang
akan dijalankan. Jadi dapat memudahkan peneliti untuk lebih fokus dengan penelitian
yang akan dijalankan, yaitu mengenai “Strategi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Buruh di Kota Tangerang”.
Pembatasan ruang lingkup penelitian didasarkan pada permasalahan yang
dibahas pada latar belakang masalah yang dijelaskan secara terperinci dan ringkas ke
dalam identifikasi masalah. Jadi, ruang lingkup dalam penelitian ini adalah
menjabarkan mengenai bagaimana Strategi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan untuk meningkatkan kesejahteraan buruh secara lebih mendalam
lagi.
59
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian yaitu menjelaskan locus penelitian yang akan dilakukan nanti,
termasuk menjelaskan tempat, serta alasan memilihnya. Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Kota Tangerang dipilih sebagai lokasi penelitian
berdasarkan pada permasalahan-permasalahan yang dijabarkan pada latar belakang
masalah penelitian, yaitu pertumbuhan kepesertaan berjalan lambat, kurangnya
koordinasi dan komunikasi Dinas Ketenagakerjaan dengan BPJS Ketenagakerjaan,
kurangnya kesadaran perusahaan terhadap pentingnya manfaat program jaminan
sosial dari BPJS Ketenagakerjaan, buruh masih belum menerima perubahan yang
terjadi dalam transformasi yang terjadi pada PT Jamsostek ke BPJS Ketenagakerjaan.
BPJS Ketenagakerjaan diwajibkan untuk segera memperbaiki strategi yang
dijalankan agar terciptanya solusi bagi permasalahan-permasalahan tersebut.
Disamping itu, laju inflasi Kota Tangerang mengalami peningkatan yang sangat
tinggi yaitu sebesar 10,02% pada tahun 2013 dimana kenaikan ini merupakan yang
tertinggi di seluruh Provinsi Banten. Laju inflasi yang tinggi ini tentu saja
mempengaruhi kesejahteraan masyarakat Kota Tangerang karena harga-harga
kebutuhan pokok sehari-hari menjadi naik dari harga sebelumnya. Selain itu,
kecepatan pembangunan manusia di Kota Tangerang sangat rendah walaupun Kota
Tangerang berada pada peringkat 3 posisi IPM nya setelah Kota Cilegon dan Kota
Tangerang Selatan di Provinsi Banten.
60
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Definisi Konsep
Definisi konseptual memberikan pengertian tentang konsep dari variabel yang
akan diteliti menurut pendapat peneliti berdasarkan kerangka teori yang digunakan.
Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian tentang Strategi BPJS
Ketenagakerjaan untuk Meningkatkan Kesejahteraan buruh di Kota Tangerang.
Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis SWOT
dalam Siagian (2008:172) yang menjelaskan bahwa dalam teknik analisis SWOT
terdapat 4 variabel yang mempengaruhi keberhasilan strategi yang telah digunakan,
yaitu Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats. Keempat variabel ini dinilai
tepat untuk menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian ini.
3.4.2 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjabaran konsep atau variabel penelitian
dalam rincian yang terukur (indikator penelitian). Dalam penelitian Strategi BPJS
Ketenagakerjaan untuk Meningkatkan Kesejahteraan buruh di Kota Tangerang
peneliti menggunakan pendekatan Analisis SWOT dimana Analisis SWOT ini
merupakan suatu cara menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal menjadi
langkah-langkah strategi dalam pengoptimalan usaha. Adapun dimensi dan
indikatornya yang digunakan Tabel 3.1 dibawah ini:
61
Tabel 3.1
Definisi Operasional Penelitian
Dimensi Indikator Pertanyaan
Strategi BPJS
Ketenagakerjaan
untuk
Meningkatkan
Kesejahteraan
buruh di Kota
Tangerang
Strengths
Apakah kekuatan yang dimiliki oleh
BPJS Ketenagakerjaan?
Apa saja manfaat program jaminan
sosial bagi peserta BPJS
Ketenagakerjaan?
Weaknesses
Apa Kelemahan yang dimiliki oleh
BPJS Ketenagakerjaan?
Apa langkah-langkah yang akan
dilakukan untuk meningkatkan
koordinasi dan komunikasi dengan
lembaga pemerintah?
Opportunities
Apa saja peluang yang dimiliki dengan
dibentuknya BPJS Ketenagakerjaan?
Bagaimana BPJS Ketenagakerjaan
memanfaatkan peluang yang
didapatkan?
Threats
Apa saja ancaman yang ada di BPJS
Ketenagakerjaan?
Bagaimana cara BPJS Ketenagakerjaan
menghadapi ancaman dari perusahaan
dan buruh?
(Sumber: Peneliti, 2015)
62
3.5 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian adalah
peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrument juga harus “divalidasi”
seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke
lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap
pemahaman metode penelitian kualitatif penguasaan wawasan terhadap bidang yang
diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara akademik
maupun logistiknya. Validasi dilakukan oleh peneliti sendiri, melalui evaluasi diri
seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan teori dan wawasan
terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan
(Sugiyono, 2011:222).
Jenis data yang dikumpulkan berupa jenis data primer dan sekunder. Menurut
Lofland dan Lofland (Moleong, 2006:157) sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi
ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik. Adapun alat-
alat bantu yang dipakai peneliti dalam mengumpulkan data adalah alat perekam
(handphone), pedoman wawancara, buku catatan, kamera digital atau handphone
yang digunakan untuk membantu peneliti mengumpulkan data di tempat penelitian.
63
3.6 Informan Penelitian
Menurut Denzin dan Lincoln (dalam Fuad dan Nugroho, 2012:83), seorang
peneliti harus bisa menemukan “orang dalam” (an insider) salah satu anggota
kelompok partisipan yang ingin menjadi informan dan berperan sebagai pengarah dan
penerjemah muatan-muatan budaya, dan pada saat yang lain, jargon dan bahasa
kelompok setempat. Meskipun wawancara dapat dilakukan tanpa bantuan seorang
informan, namun sebaiknya tetap menggunakan informan yang baik, sebab dengan
begitu seorang peneliti dapat menghemat waktu lebih banyak dan dapat
menghindarkan kesalahan-kesalahan selama proses berlangsung. Untuk itulah
perlunya key informan.
Dalam penelitian ini pemilihan informannya menggunakan teknik Purposive
sampling. Menurut Sugiyono (2011:218-219) purposive sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan
tertentu ini misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita
harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga memudahkan peneliti
menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti. Adapun yang menjadi informan dalam
penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut :
64
Tabel 3.2
Informan Penelitian
Kode
Informan Informan Status Informan
I1 BPJS Ketenagakerjaan Kota
Tangerang Key Informan
I2 Buruh Key Informan
I3 Pengusaha Key Informan
I4 Serikat Pekerja Key Informan
I5 APINDO Key Informan
I6 Pemerintah Kota Tangerang Secondary Informan
(Sumber: Peneliti, 2015)
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan cara
mengumpulkan data primer dan sekunder yang berkaitan dengan masalah penelitian
yang akan dibahas. Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi :
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
65
pertanyaan itu (Moleong, 2006:186). Wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2011:137).
Dalam penelitian kualitatif, wawancara dilakukan secara mendalam. Ada
dua jenis wawancara dalam penelitian kualitatif, yaitu wawancara terstruktur
dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik
pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan
pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Sedangkan wawancara tidak
terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa
garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono, 2011:138-
140). Adapun pedoman wawancara sebagai acuan dalam wawancara sebagai
berikut :
66
Tabel 3.3
Pedoman Wawancara
No. Indikator Pertanyaan Informan
I1 I2 I3 I4 I5 I6
1. Strengths
Apa saja strength yang dimiliki oleh BPJS
Ketenagakerjaan?
Apa saja manfaat program jaminan sosial
bagi buruh dan perusahaan?
Bagaimana penerapan sanksi hukum apabila
ada perusahaan atau buruh yang belum
menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan?
Bagaimanakah petugas pengawasan BPJS
Ketenagakerjaan menjalankan fungsi
pengawasan?
Bagaimana bentuk kerja sama dengan
lembaga pemerintah dan manfaatnya bagi
BPJS Ketenagakerjaan?
2. Weaknesses
Apa kelemahan yang dimiliki oleh BPJS
Ketenagakerjaan?
Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan
pertumbuhan kepesertaan lambat?
Apa saja langkah-langkah yang dilakukan
BPJS Ketenagakerjaan untuk meningkatkan
kesadaran perusahaan dan buruh tentang
pentingnya program jaminan sosial?
Apa langkah-langkah yang akan dilakukan
untuk meningkatkan koordinasi dan
komunikasi dengan dinas ketenagakerjaan?
3. Opportunities
Apa peluang yang dimiliki dengan
dibentuknya BPJS Ketenagakerjaan?
Bagaimana BPJS Ketenagakerjaan
memanfaatkan peluang yang didapatkan?
4. Threats
Apa saja ancaman yang ada di BPJS
Ketenagakerjaan?
Bagaimana cara BPJS Ketenagakerjaan
menghadapi ancaman dari perusahaan dan
buruh?
Sumber: Peneliti, 2015
67
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara secara
terstruktur dengan menggunakan pedoman wawancara sebagai acuan dalam
melakukan wawancara dengan informan. Jadi bahan untuk melakukan
wawancara dengan informan sudah jelas dan tersusun secara sistematis di
dalam pedoman wawancara yang akan dijadikan acuan bagi peneliti untuk
wawancara.
2. Observasi
Menurut Basrowi dan Suwandi (2008: 94) menyatakan bahwa, observasi
merupakan salah satu metode pengumpulan data dimana peneliti melihat
mengamati secara visual sehingga validitas data sangat tergantuk pada
kemampuan observer. Apabila orang yang melakukan observasi
subjektivitasnya tinggi, hal ini akurasi data sangat terganggu, sehingga harus
diadakan lebih dari satu orang yang melakukan observasi dalam satu fenomena.
Menurut Sugiyono (2011:145) observasi sebagai teknik pengumpulan data
mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu
wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu
berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi
juga obyek-obyek alam yang lain. Teknik pengumpulan data dengan observasi
digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja,
gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Dari segi
68
pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi participant
observation (observasi berperan serta) dan non participant observation,
selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan, maka observasi dapat
dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur.
Ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian kualitatif pengamatan
dimanfaatkan sebesar-besarnya seperti apa yang dikemukakan oleh Guba dan
Lincoln (dalam Moleong, 2006:216-217), yaitu :
1. Teknik ini didasarkan pada pengalaman secara langsung
2. Memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat
perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
3. Memungkinkan peneliti mencatat perisitiwa dalam situasi yang berkaitan
dengan pengetahuan proposiornal maupun pengetahuan yang langsung
diperoleh dari data
4. Sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan pada data yang
didapatnya ada yang bias
5. Memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit,
karena harus memperhatikan beberapa tingkah laku yang kompleks
sekaligus
6. Dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak
dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan salah satu sumber data sekunder yang
diperlukan dalam sebuah penelitian. Studi dokumentasi adalah setiap bahan
tertulis ataupun film, gambar, dan foto-foto yang dipersiapkan karena adanya
permintaan seorang peneliti. Selanjutnya studi dokumentasi dapat diartikan
sebagai teknik pengumpulan data melalui bahan-bahan tertulis yang
69
diterbitkan oleh lembaga-lembaga yang menjadi bahan objek penelitian.
Baik berupa prosedur, peraturan-peraturan, gambar, laporan hasil pekerjaan
serta berupa foto ataupun dokumen elektronik (rekaman) (Fuad dan
Nugroho, 2012:89).
3.6.2 Jenis dan Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah data primer dan data
sekunder. Sumber data primer adalah data-data yang diperoleh langsung dari
lapangan dan masih bersifat data mentah. Sumber data sekunder merupakan sumber
data yang diperoleh dari studi kepustakaan dan studi dokumentasi. Adapun alat
pendukung lainnya yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian ini berupa
alat perekam, kamera, dan catatan lapangan.
3.7 Teknik pengolahan dan Analisis Data
3.7.1 Teknik Analisis Data
Dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan (dalam Sugiyono, 2011:244)
menyatakan analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain,
sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang
lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke
dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan
70
kepada orang lain. Dalam prosesnya analisis data dalam penelitian ini menggunakan
model yang telah dikembangkan oleh Miles dan Huberman, yaitu selama proses
pengumpulan data dilakukan tiga kegiatan penting, diantaranya reduksi data (data
reduction), penyajian data (data display), dan verifikasi (verification). Apabila
digambarkan proses tersebut maka akan tampak seperti berikut :
Gambar 3.1 Analisis Data Menurut Miles & Huberman (Sugiyono, 2011:247)
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa pada prosesnya peneliti akan melakukan
kegiatan berulang-ulang secara terus-menerus. Ketiga hal tersebut merupakan sesuatu
yang saling berkaitan dan mendukung pada saat sebelum, selama dan sesudah
pengumpulan data. Ketiga kegiatan analisis data menurut Miles and Huberman
(dalam Fuad dan Nugroho, 2012:92) di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
Data Collection
Data Reduction
Conclusion:
Drawing/ Verifying
Data Display
71
a. Reduksi Data (data reduction)
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan transformasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan tulisan di lapangan (field note), dimana reduksi data
berlangsung secara terus-menerus selama penelitian yang berorientasi
kualitatif berlangsung.
b. Penyajian Data (data display)
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan keputusan
yang terus berkembang menjadi sebuah siklus dan penyajian data bias
dilakukan dalam sebuah matrik
c. Verifikasi (verification)
Verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan sebagian dari suatu
kegiatan dari suatu kegiatan dan konfigurasi yang utuh. Dimana
kesimpulan-kesimpulan di verifikasi selama penelitian berlangsung.
3.7.2 Uji Keabsahan Data
Adapun uji keabsahan data bahwa setiap keadaan harus memenuhi 3 hal,
yaitu: (1) mendemonstrasikan nilai yang benar, (2) menyediakan dasar agar hal itu
dapat diterapkan, dan (3) memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang
72
konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya
(Moleong, 2006:320). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan uji keabsahan data
dengan teknik triangulasi dan pengecekan anggota (member check).
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu (Moleong, 2006:330). Adapun dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan 2 jenis teknik triangulasi, yaitu :
a. Triangulasi sumber, yaitu Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas
data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber.
b. Triangulasi Teknik, yaitu Triangulasi Teknik untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda (Sugiyono, 2011:273).
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti menggunakan 2 jenis pendekatan dalam
triangulasi yaitu triangulasi sumber dimana peneliti akan mendapatkan data dari sudut
pandang BPJS Ketenagakerjaan, Dinas Ketenagakerjaan, perusahaan, serikat buruh,
dan buruh. Selain itu, peneliti menggunakan triangulasi teknik dimana peneliti
menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi untuk memperoleh
data dimana teknik-teknik itu untuk mengetahui apakah terjadi perbedaan atau tidak.
Peneliti juga menggunakan member check dalam menguji keabsahan data yang
didapatkan dari informan. Peneliti melakukan pengecekan kembali data-data yang
telah diperoleh dari informan penelitian dan bertujuan memvalidasi data dengan yang
telah diberikan informan penelitian, sehingga data menjadi valid dan dapat dipercaya.
73
3.8 Jadwal Penelitian
Penelitian tentang Strategi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Buruh di Kota Tangerang
dilaksanakan dalam kurun waktu 12 bulan di Bulan September 2014 sampai bulan
Agustus 2015. Adapun jadwal penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4
Jadwal Penelitian
No. Kegiatan
Waktu
Sep
2014
Nov
2014
Des
2014
Feb
2015
Mar
2015
Apr
2015
Mei
2015
Okt
2015
Jan
2016
1. Pengajuan Judul
2. Observasi Awal
3. Bab I Pendahuluan
4. Bab II Deskripsi Teori
5. Bab III Metode Penelitian
6. Seminar Proposal Penelitian
7. Pengumpulan data
8. Pengolahan dan analisis data
9. Bab IV Pembahasan
10. Bab V Penutup
11. Sidang Hasil Penelitian
Sumber: Peneliti, 2015
74
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Tangerang
Kota Tangerang yang terbentuk pada tanggal 28 Februari 1993
berdasarkan Undang-Undang No. 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kotamadya
Daerah Tingkat II Tangerang, merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten
Tangerang. Secara geografis Kota Tangerang terletak pada 106036’ – 106o42’
Bujur Timur (BT) dan 606’ – 6013’ Lintang Selatan (LS). Kota Tangerang
memiliki letak strategis karena berada di antara DKI Jakarta, Kota Tangerang
Selatan dan Kabupaten Tangerang dan posisi strategis tersebut menjadikan
perkembangan Kota Tangerang berjalan pesat.
Kota Tangerang berada pada ketinggian 10-30 meter di atas permukaan
laut (dpl), dengan bagian Utara memiliki rata-rata ketinggian 10 meter dpl seperti
Kecamatan Neglasari, Kecamatan Batuceper, dan Kecamatan Benda. Sedangkan
bagian Selatan memiliki ketinggian 30 meter dpl seperti Kecamatan Ciledug dan
Kecamatan Larangan. Wilayah Kota Tangerang dilintasi oleh sungai Cisadane
yang membagi Kota Tangerang menjadi 2 bagian yaitu bagian timur sungai dan
bagian barat sungai. Kecamatan yang terletak di bagian barat Sungai Cisadane
meliputi Kecamatan Jatiuwung dan sebagian Kecamatan Tangerang.
75
Adapun secara administratif luas Wilayah Kota Tangerang dibagi dalam 13
Kecamatan, yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.1
Jumlah Kecamatan dan Luas Kecamatan di Kota Tangerang
Kecamatan Luas (km2) Presentase Terhadap
Luas Kota Tangerang (%)
Ciledug 8,77 4,87
Larangan 9,40 4,47
Karang Tengah 10,47 5,64
Cipondoh 17,91 9,72
Pinang 21,59 12,13
Tangerang 15,79 8,60
Karawaci 13,48 7,28
Jatiuwung 14,41 7,93
Cibodas 9,61 5,08
Periuk 9,54 6,34
Batuceper 11,58 4,99
Neglasari 16,08 8,12
Benda 5,92 14,84
Kota Tangerang 164,55 100
(Badan Pusat Statistik Kota Tangerang, 2015)
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa Kecamatan Benda
memiliki peran yang besar dalam luas Kota Tangerang, yaitu 14,84% sedangkan
Kecamatan Larangan memberikan dampak yang kecil terhadap luas daerah Kota
Tangerang yaitu 4,47% dan secara keseluruhan luas Kota Tangerang mencapai
164,55 km2.
Selain sungai Cisadane, di Kota Tangerang terdapat pula sungai-sungai
lain seperti Sungai Cirarab yang merupakan batas sebelah barat, Kecamatan
Jatiuwung dengan Kecamatan Pasar Kemis di Kabupaten Tangerang. Kali Ledug
yang merupakan anak sungai Cirarab, Kali Sabi, dan Kali Cimode, sungai-sungai
tersebut berada di sebelah barat Sungai Cisadane, sedangkan pada bagian timur
76
Sungai Cisadane terdapat pula kali yang meliputi: Kali Pembuangan Cipondoh,
Kali Angke, Kali Wetan, Kali Pesanggarahan, Kali Cantiga, Kali Pondok Bahar.
Adapun batas Kota Tangerang adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Kecamatan Teluk Naga, Kecamatan Kosambi dan
Kecamatan Sepatan Timur (Kabupaten
Tangerang).
b. Sebelah Selatan : Kecamatan Curug dan Kecamatan Kelapa Dua
(Kabupaten Tangerang), serta Kecamatan Serpong
Utara dan Kecamatan Pondok Aren (Kota
Tangerang Selatan).
c. Sebelah Barat : Kecamatan Cikupa dan Kecamatan Pasar Kemis
(Kabupaten Tangerang)
d. Sebelah Timur : Jakarta Barat dan Jakarta Selatan
1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Tangerang
Berdasarkan data BPS Kota Tangerang jumlah penduduk Kota Tangerang
tahun 2013 berjumlah 1.952.396. Jumlah itu terdiri dari 997.398 penduduk laki-
laki dan 954.998 penduduk perempuan. Berdasarkan jumlah tersebut dapat terlihat
bahwa jumlah penduduk laki-laki di Kota Tangerang berjumlah lebih banyak
dibanding penduduk perempuan. Adapun tabel jumlah penduduk Kota Tangerang
sebagai berikut :
77
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk di Kota Tangerang Tahun 2013
No. Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Total
1. Ciledug 85.252 81.546 166.798
2. Larangan 91.571 88.404 179.975
3. Karang Tengah 64.953 63.591 128.544
4. Cipondoh 126.901 123.840 250.741
5. Pinang 91.310 88.251 179.561
6. Tangerang 84.905 80.054 164.959
7. Karawaci 88.738 87.932 176.670
8. Jatiuwung 64.385 56.975 121.360
9. Cibodas 74.783 73.915 148.698
10. Periuk 70.661 67.348 138.009
11. Batuceper 49.615 46.674 96.089
12. Neglasari 57.151 52.909 110.060
13. Benda 47.173 43.759 90.932
Jumlah Total 997.398 954.998 1.952.396
(Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang, 2015)
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat terlihat bahwa jumlah penduduk terbesar
saat ini berada di Kecamatan Cipondoh, yaitu 250.741 jiwa, sedangkan jumlah
penduduk terkecil berada di Kecamatan Benda, yaitu 90.932 jiwa. Selain itu,
berdasarkan data BPS Kota Tangerang Kecamatan Larangan merupakan
Kecamatan terpadat dengan penghuni 19.146 jiwa untuk setiap kilometer
perseginya, dan Kecamatan Neglasari merupakan Kecamatan yang paling sedikit
tingkat kepadatannya dengan penghuni sebanyak 6.551 jiwa untuk setiap
kilometer perseginya.
2. Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan merupakan salah satu indikator penting pembangunan
ekonomi khususnya dalam upaya pemerintah menanggulangi kemiskinan. Hal ini
karena tenaga kerja adalah modal bagi geraknya pembangunan dan dapat
memberikan gambaran tentang seberapa besar keterlibatan penduduk dalam
78
kegiatan ekonomi produktif. Indikator ketenagakerjaan yang dapat memberikan
gambaran seberapa besar keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi adalah
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang memiliki usia 15 tahun ke atas
dan tergolong angkatan kerja.
Tabel 4.3
Jumlah Angkatan Kerja, Pengangguran, dan Partisipasi Angkatan Kerja
Kota Tangerang Tahun 2011-2013
Tahun
Angkatan Kerja Bukan
Angkatan
Kerja
Penduduk
Usia 15
Tahun ke
atas
Tingkat
Partisipasi
Angkatan
Kerja (%)
Bekerja
Pengang-
guran
Jumlah
2011 823.516 126.712 950.228 394.321 1.344.549 70,31
2012 840.092 76.134 916.226 456.581 1.372.807 66,74
2013 901.496 84.991 986.487 463.812 1.450.299 68,02
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang, 2015
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa, Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja Kota Tangerang Tahun 2013 sebesar 68,02% dimana mengalami
kenaikan dibanding tahun 2012 sebesar 66,74%. Namun meningkatnya jumlah
angkatan kerja tidak dibarengi dengan terbukanya lapangan kerja yang luas
sehingga Tingkat Pengangguran Terbuka Meningkat (TPT) Kota Tangerang tahun
2013 adalah 8,62%, sedikit lebih tinggi dibanding tahun 2012 yang mencapai
8,31%. Berdasarkan status pekerjaan utama sekitar 76% penduduk yang bekerja
berstatus buruh/karyawan, 15% berstatus usaha sendiri dan 9% berstatus selain
kedua rincian tersebut.
79
3. Ekonomi
Kondisi perekonomian suatu wilayah dapat tercermin dari total produksi
barang dan jasa yang dihasilkan dari aktivitas ekonomi yang tergambar dalam
besaran nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Nilai PDRB Kota
Tangerang pada tahun 2013 terlihat mengalami kenaikan dibanding dengan tahun
sebelumnya. Kenaikan ini mencerminkan adanya peningkatan produksi barang
dan jasa yang dihasilkan serta kenaikan harga produksinya di Kota Tangerang dan
laju pertumbuhan PDRB Kota Tangerang tahun 2013 atas dasar harga berlaku
mencapai 12,83%
Secara riil, pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang pada tahun 2013
meningkat lebih lambat dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya yang
mencapai 5,91%, sebelumnya 6,42% pada tahun 2012 dan 6,85% pada tahun
2011. Pada tahun 2013 perekonomian Kota Tangerang masih didominasi sektor
industri pengolahan yang memberikan kontribusi sebesar 45,03% dan sektor
perdagangan, hotel, dan restoran memberikan kontribusi sebesar 32,00% dan
sektor angkutan dan komunikasi sebesar 13,16%.
4.1.2 Gambaran Umum Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan
1. Visi dan Misi
Secara umum visi merupakan cara pandang jauh ke depan, kemana
suatu organisasi harus dibawa agar dapat eksis. Visi organisasi harus
merupakan gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan
80
yang diinginkan oleh suatu organisasi di tahun yang akan datang.
Maka dari itu, BPJS Ketenagakerjaan menetapkan visi yaitu :
“Menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) berkelas
dunia, terpecaya, bersahabat dan Unggul dalam Operasional dan
Pelayanan”
Untuk memenuhi visi tersebut BPJS Ketenagakerjaan menjabarkannya
ke dalam misi. Misi merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan
organisasi dan sasaran yang ingin dicapai. Adapun misi BPJS
Ketenagakerjaan yaitu sebagai berikut :
a. Memberikan perlindungan yang layak bagi tenaga kerja dan
keluarga.
b. Menjadi mitra terpercaya untuk memberikan perlindungan kepada
tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas
c. Berperan serta dalam pembangunan
2. Tugas Pokok dan Fungsi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan
Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), maka BPJS Ketenagakerjaan
memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut :
A. Fungsi
Untuk melaksanakan tugas tersebut BPJS Ketenagakerjaan
mempunyai fungsi :
81
a. BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan
kecelakaan kerja
b. BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan
kematian
c. BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan hari
tua
d. BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan
pensiun
B. Tugas
Dalam melaksanakan fungsinya, maka BPJS Ketenagakerjaan
mempunyai tugas :
a. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta
b. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi
kerja
c. Menerima bantuan iuran dari Pemerintah
d. Mengelola dana jaminan sosial untuk kepentingan peserta
e. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan
sosial
Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program
jaminan sosial kepada peserta dan masyarakat
82
4.1.3 Struktur Organisasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan Cabang Kota Tangerang
Susunan struktur organisasi BPJS Ketenagakerjaan berdasarkan Keputusan
Direksi BPJS Ketenagakerjaan Nomor KEP / 158 / 052014 tentang nama
jabatan, uraian jabatan, dan persyaratan jabatan BPJS Ketenagakerjaan
adalah terdiri dari :
1. Kepala Kantor Cabang
2. Sekretaris Kantor Cabang
3. Penata utama pengawasan dan pemeriksaan
4. Bidang Pemasaran Formal
a. Marketing officer
b. Relationship officer
c. Penata madya administrasi pemasaran
5. Bidang Pemasaran Informal
a. Penata madya pemasaran peserta informal
b. Penata madya administrasi peserta informal
c. Penata madya kesejahteraan peserta
6. Bidang Umum dan SDM
a. Penata madya umum
b. Penata madya SDM
c. Staff umum
7. Bidang Keuangan dan Teknologi Informasi
a. Penata madya keuangan
b. Penata madya teknologi informasi
c. Penata muda keuangan
8. Bidang Pelayanan
a. Manajer kasus kecelakaan kerja dan PAK
b. Penata madya pelayanan JHT-JP
c. Penata madya JKK-JK
d. Customer service
83
Gambar 4.1 Struktur Organisasi BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang
(Sumber: BPJS Ketenagakerjaan, 2015)
Kepala Kantor
Cabang
Sekretaris
Kantor Cabang
Penata Utama
Pengawasan dan
Pemeriksaan
Bidang
Pemasaran
Formal
Marketing
Officer
Relationship
Officer
Penata
Madya
Administrasi
Pemasaran
Bidang
Pemasaran
Informal
Penata
Madya
Pemasaran
Informal
Penata
Madya
Administrasi
Informal
Penata Madya
Kesejahteraan
Peserta
Bidang
Umum dan
SDM
Penata
Madya
SDM
Penata
Madya
Umum
Staff
Umum
Bidang
Keuangan
dan TI
Penata
Madya
Keuangan
Penata
Madya TI
Penata
Muda
Keuangan
Bidang
Pelayanan
Manajer
Kasus
Kecelakaan
Kerja dan
PAK
Penata
Madya
Pelayanan
JHT-JP
Penata
Madya
Pelayanan
JKK-JK
Customer
Service
84
4.1.4 Tugas dan Fungsi BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang
Sebagaimana Keputusan Direksi BPJS Ketenagakerjaan Nomor KEP / 158 /
052014 tentang nama jabatan, uraian jabatan, dan persyaratan jabatan BPJS
Ketenagakerjaan dengan struktur jabatan Kepala Kantor Cabang, Sekretaris
Kantor Cabang, Bidang pemasaran formal, Marketing Officer, Relationship
officer, Penata madya administrasi pemasaran, Bidang pemasaran informal,
Penata madya pemasaran informal, Penata madya administrasi informal, Penata
madya kesejahteraan peserta, Bidang umum dan SDM, Penata madya umum,
Penata madya SDM, Staff umum, Bidang keuangan dan TI, Penata madya
keuangan, Penata madya TI, Penata muda keuangan, Bidang Pelayanan, Manajer
kasus kecelakaan kerja dan PAK, Penata madya JHT-JP, Penata madya JKK-JK,
Customer service. Adapun tugas pokoknya sebagai berikut :
1. Kepala Kantor Cabang
Mengarahkan, mengevaluasi, dan mengendalikan kegiatan operasional di
Kantor Cabang selaras dengan kebijakan dan strategi yang ditetapkan di
kantor wilayah guna memastikan pencapaian target cabang dan wilayah
secara optimal sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku di
perusahaan.
2. Sekretaris Kantor Cabang
Melaksanakan pengelolaan administrasi surat menyurat, rapat
intern/ekstern, administrasi personil, serta sarana dan prasarana kerja
pada kantor cabang guna mendukung kelancaran kerja Kepala Kantor
Cabang.
85
3. Bidang Pemasaran Formal
Bidang pemasaran formal dipimpin oleh seorang kepala bidang yang
bertugas merencanakan program pemasaran formal (untuk
pengembangan kepesertaan) dan pengelolaan kepesertaan formal melalui
program Customer Relationship Management (CRM) di cabang yang
selaras dengan strategi pemasaran wilayah, memantau dan membina
kinerja Relationship Officer (RO) serta mengendalikan pelayanan
administrasi kepesertaan guna memastikan target kepesertaan formal dan
iuran di cabang tercapai dengan efektif dan efisien.
4. Marketing Officer
Menyusun usulan program pemasaran untuk timnya, mengkoordinasikan
dan/atau melaksanakan kegiatan pemasaran untuk mengakuisisi
kepesertaan baru atau mendapatkan kembali peserta yang telah keluar
dari kepesertaan (untuk masuk kembali menjadi peserta), serta
melakukan pembinaan kepada tim, guna memastikan tercapainya target
kepesertaan dan iuran yang telah dibebankan.
5. Relationship Officer
Menyusun usulan rencana pengelolaan kepesertaan untuk timnya,
mengkoordinasikan dan/atau melaksanakan kegiatan pembinaan kepada
peserta (sebagai bagian dari program Customer Relationship
Management (CRM), memberikan pelayanan dan menangani keluhan
peserta dengan cepat dan tepat, serta melakukan pembinaan kepada
timnya guna tercapainya tertib administrasi, terjalinnya hubungan baik
86
dengan peserta, dan meningkatkan kepesertaan dan iuran yang telah
ditetapkan.
6. Penata Madya Administrasi Pemasaran
Menghimpun dan mengelola data yang terkait dengan kegiatan
pemasaran dan administrasi kepesertaan, melakukan pelayanan
dokumen administrasi dan penghitungan besaran iuran serta denda (jika
ada), guna menyediakan data yang akurat dan dokumen yang lengkap
untuk mendukung kelancaran kegiatan pemasaran.
7. Bidang Pemasaran Informal
Bidang pemasaran informal dipimpin oleh seorang kepala bidang yang
bertugas merencanakan program pemasaran informal dan program
khusus (untuk pengembangan kepesertaan) dan pengelolaan
kepesertaan, di bidang jasa konstruksi dan sektor informal di cabang
yang selaras dengan strategi pemasaran wilayah, memantau dan
membina kinerja Relationship Officer (RO) serta mengendalikan
pelayanan administrasi kepesertaan, guna memastikan target kepesertaan
serta iuran di bidang jasa konstruksi dan sektor informal di cabang
tercapai dengan efektif dan efisien. Merencanakan dan
mengkoordinasikan penerapan program kesejahteraan peserta, selaras
dengan strategi di kantor wilayah, guna efektivitas dan efisiensi program
untuk mendukung kegiatan pemasaran.
87
8. Penata Madya Pemasaran Informal
Melaksanakan kegiatan pemasaran (untuk mengembangkan kepesertaan)
dan pembinaan kepada peserta bukan penerima upah dan jasa
konstruksi, memberikan pelayanan dan menangani keluhan peserta
dengan cepat dan tepat, guna memastikan tercapainya target kepesertaan
dan iuran informal yang telah dibebankan dan untuk menjaga kepuasan
peserta.
9. Penata Madya Administrasi Informal
Menghimpun data yang terkait dengan kegiatan pemasaran dan
administrasi kepesertaan bukan penerima upah dan jasa konstruksi,
menyiapkan sarana prasarana penunjang kegiatan pemasaran serta
melakukan pelayanan dokumen administrasi dan penghitungan besar
iuran serta denda (jika ada) guna menyediakan data yang akurat dan
dokumen yang lengkap untuk mendukung kelancaran kegiatan
pemasaran peserta bukan penerima upah.
10. Penata Madya Kesejahteraan Peserta
Menyebarkan informasi mengenai program kesejahteraan peserta,
menghimpun dan mengkonsolidasikan data, serta mengelola
administrasi program dan informasi yang terkait dengan program KP,
guna menunjang kelancaran program KP kantor cabang.
11. Bidang Umum dan SDM
Bidang Umum dan SDM dipimpin oleh seorang kepala bidang yang
bertugas memantau dan mengkoordinasikan kegiatan pengelolaan
88
sumber daya manusia, pengadaan barang dan jasa, pemeliharaan aset
dan pelayanan umum bagi karyawan (seperti rumah tangga, kebersihan,
keamanan, kearsipan), serta hubungan komunikasi dengan pihak internal
dan eksternal, guna memberikan dukungan pada aspek SDM dan umum
bagi kelancaran kegiatan bisnis di kantor cabang.
12. Penata Madya SDM
Melaksanakan pengelolaan sistem SDM, administrasi karyawan dan
pembinaan bagi karyawan di kantor cabang, sesuai arahan guna
memberikan dukungan optimal terhadap kelancaran operasional.
13. Penata Madya Umum
Mengkoordinasikan pemberian pelayanan umum dan penyediaan
barang/jasa sesuai kebutuhan, dan pemeliharaan arsip, aset, sarana dan
prasaran serta melaksanakan program komunikasi sesuai arahan guna
memberikan dukungan optimal terhadap kelancaran operasional.
14. Staff Umum
Melakukan kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana perusahaan,
penerimaan, penyimpanan, dan distribusi barang di gudang sesuai
dengan kebutuhan serta melakukan pencatatan/monitoring sesuai
ketentuan yang berlaku, penyediaan kendaraan dinas, guna memastikan
seluruh sarana dan prasarana kantor terjaga dan terpelihara dengan baik
dan mendukung pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana dalam
mendukung efektivitas kegiatan operasional.
89
15. Bidang Keuangan dan Teknologi Informasi
Bidang Keuangan dan Teknologi Informasi dipimpin oleh seorang
kepala bidang yang bertugas memantau dan mengkoordinasikan
kegiatan yang terkait dengan pengelolaan keuangan dan teknologi
informasi di kantor cabang guna memberikan dukungan pada aspek
keuangan dan teknologi informasi bagi kegiatan operasional yang efektif
dan efisien.
16. Penata Madya Keuangan
Mengkompilasi usulan anggaran dari setiap bidang di kantor cabang,
melaksanakan pengendalian penggunaan anggaran, serta memenuhi
kewajiban perpajakan perusahaan guna menghasilkan pengelolaan
anggaran yang efektif dan efisien serta dipenuhinya kewajiban yang
terkait dengan perpajakan.
17. Penata Madya Teknologi Informasi
Melaksanakan pengaturan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan
hardware, software, dan jejaring, serta mengelola database dan aplikasi
guna mengoptimalkan pengoperasian perangkat sistem informasi untuk
memberikan pelayanan yang cepat dan akurat kepada peserta dan untuk
efektivitas kegiatan operasional.
18. Penata Muda Keuangan
Melaksanakan pencatatan keuangan secara akurat, memproses klaim
jaminan, dan mengelola administrasi keuangan, guna menghasilkan
laporan tertib administrasi.
90
19. Bidang Pelayanan
Bidang pelayanan dipimpin oleh seorang kepala bidang yang bertugas
merencanakan, mengkoordinasikan, memantau, dan mengevaluasi
penyelenggaraan dan pelayanan program JHT, JP, JKK dan JK serta
mengkoordinasi penyelesaian kasus terdiagnosa Kecelakaan Kerja –
Penyakit Akibat Kerja (KK-PAK) di lingkungan operasional kantor
cabang guna memastikan kegiatan pelayanan berlangsung lancar dan
memenuhi standar kualitas yang ditentukan.
20. Manajer Kasus Kecelakaan Kerja dan PAK
Melaksanakan dan menindaklanjuti penyelesaian kasus terdiagnosa
Kecelakaan Kerja – Penyakit Akibat Kerja (KK-PAK) di lingkungan
operasional kantor cabang, serta melakukan koordinasi dengan mitra
terkait dalam penanganan kasus KK-PAK guna hingga memastikan
peserta BPJS Ketenagakerjaan tersebut siap kembali bekerja.
21. Penata Madya Pelayanan JHT-JP
Melakukan verifikasi terhadap dokumen pendukung proses klaim
program JHT dan JP, menentukan besar klaim dan memproses klaim
sesuai ketentuan yang berlaku guna memenuhi kewajiban pembayaran
klaim kepada peserta dengan tepat jumlah dan tepat waktu.
22. Penata Madya Pelayanan JKK-JK
Melakukan verifikasi dokumen pendukung dan perhitungan biaya sesuai
ketentuan dalam proses klaim JKK dan JK, menentukan besar klaim dan
memproses klaim, serta memantau kinerja dan melakukan pembinaan
91
kepada mitra penyedia pelayanan kecelakaan kerja, guna memenuhi
kewajiban proses klaim kepada peserta dengan tepat sasaran, tepat mutu
dan tepat waktu.
23. Customer Service
Memberikan pelayanan kepada peserta maupun calon peserta sesuai
kebutuhan (seperti pelayanan kepesertaan, iuran, pengajuan jaminan,
permintaan informasi), menangani keluhan peserta sesuai ketentuan
guna memenuhi kebutuhan dengan tepat sasaran dan tepat waktu dan
untuk menjaga kepuasan pelanggan sesuai standar yang ditetapkan.
24. Penata Utama Pengawasan dan Pemeriksaan
Menyusun dan melaksanakan rencana kerja pengawasan dan
pemeriksaan kepada pemberi kerja, membuat laporan dan mengusulkan
sanksi adminsitratif berupa surat teguran, denda, dan rekomendasi
penghentian pelayanan publik berkoordinasi dengan instansi terkait guna
mendukung kepatuhan dan pertumbuhan kepesertaan program jaminan
sosial.
4.2 Deskripsi Data
Deskripsi data penelitian merupakan penjelasan mengenai data yang telah
didapatkan dari hasil observasi penelitian. Penelitian mengenai Strategi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Untuk Meningkatkan
Kesejahteraan Buruh di Kota Tangerang, peneliti menggunakan teori analisis
SWOT. Teori tersebut memberikan gambaran yang berguna atas komponen-
komponen penting yang harus dipertimbangkan oleh pimpinan untuk menjamin
92
bahwa strategi dapat berjalan dengan kehidupan organisasi. Strategi yang efektif
mencakup hubungan yang konsisten dari satu faktor yaitu strengths, weaknessess,
opportunities, threats. Peneliti mengelompokan faktor-faktor yang berasal dari
faktor ekstern dan faktor intern yang akan memberikan gambaran yang jelas
tentang keberhasilan strategi tersebut.
Mengingat jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif, maka data yang diperoleh bersifat deskriptif berbentuk kata dan kalimat
dari hasil wawancara, observasi, serta data atau hasil dokumentasi lainnya. Dalam
penelitian ini kata-kata dan tindakan orang yang diwawancara merupakan sumber
utama dalam penelitian. Berdasarkan teknik analisa data kualitatif, data-data
tersebut dianalisa selama penelitian berlangsung, dimana data-data tersebut
merupakan data-data yang berkaitan dengan Strategi Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Buruh di
Kota Tangerang. Data-data yang telah didapatkan kemudian dianalisa sehingga
dapat menghasilkan suatu pemahaman baru dari data yang didapatkan.
Penelitian kualitatif ini merupakan penelitian investagasi sehingga data yang
didapatkan harus dikonfirmasi ulang tidak hanya dari satu sumber data atau
informan tetapi dari sumber lain yang memang masih memiliki informasi yang
sesuai dengan fokus penelitian. Data yang sudah didapatkan kemudian diuji
kembali dengan metode triangulasi. Kemudian data yang diperoleh dari hasil
wawancara, observasi lapangan, dan kajian pustaka tersebut, dilakukan ke dalam
bentuk tertulis untuk mendapatkan polanya serta diberi kode-kode pada aspek-
93
aspek tertentu berdasarkan jawaban-jawaban yang sama dan berkaitan dengan
pembahasan permasalahan penelitian serta dilakukan kategorisasi.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif sehingga dalam menganalisis
data dilakukan secara bersamaan selama proses pengumpulan data berlangsung.
Oleh karena itu proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan model
Miles dan Huberman yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Untuk mempermudah peneliti dalam melakukan kegiatan reduksi
data, maka peneliti memberikan kode pada aspek-aspek tertentu. Kode-kode
tersebut ditentukan berdasarkan jawaban-jawaban yang sama dan berkaitan
dengan permasalahan penelitian. Adapun kode-kode tersebut yaitu :
a. Kode Q menunjukan daftar urutan pertanyaan
b. Kode A, B, C dan seterusnya menunjukan item pertanyaan
c. I1, I2, I3, dan seterusnya menunjukan daftar informan
Untuk penyajian data (data display) dalam penelitian ini, peneliti melakukan
penyajian data dalam bentuk teks narasi, tabel, dan gambar. Selanjutnya menarik
kesimpulan atau mencari makna-makna baru dari hasil yang sudah diperoleh.
4.3 Informan Penelitian
Seperti yang telah peneliti jelaskan pada bab 3 sebelumnya, bahwa penelitian
ini informan penelitiannya ditentukan dengan menggunakan teknik purposive,
yaitu suatu teknik pengambilan informan dengan pertimbangan tertentu dari pihak
peneliti yang memahami objek dan fokus penelitian. Adapun informan-informan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
94
Tabel 4.4
Informan Penelitian
No Kode Informan Nama Informan Status Informan
1.
I1
Irwan Ibrahim (I1-1) Kepala Kantor Cabang
Efa Zuryadi, S.E (I1-2) Kepala Bidang Pemasaran
Formal
Dr. Firdausy, MKK (I1-3) Kepala Bidang Pelayanan
Aditia Suswanto (I1-4) Relationship Officer
Juliartha Sinulingga (I1-5) Penata Utama
Pengawasan dan
Pemeriksaan
2.
I2
Narto (I2-1) Buruh PT Shinta Group
Yati (I2-2) Satpam PT Anugrah
Komala Tunggal
Prihatin (I2-3) Satpam PT Anugrah
Komala Tunggal
Zamy Hardiyanto (I2-4) Buruh PT Intan Pertiwi
Industri
M.Saefullah (I2-5) Buruh PT Sanvin
3.
I3
Jamaluddin (I3-1) Direktur Operasional PT
Anugerah Komala
Tunggal
Herry Tubagus S.H (I3-2) Kepala Bagian Personalia
PT Shinta Group
4. I4 Iwan Suhara (I4-1) Ketua Pengurus Unit
Kerja SPSI Kota
Tangerang
5. I5 Drs. H. Yopi Suprihanto, MM
(I5-1)
Wakil Ketua Bidang Jasa
APINDO Kota Tangerang
6.
I6
Amri Luzarfi, SH, MH (I6-1)
Kepala Seksi Pengupahan
dan Jamsostek Dinas
Ketenagakerjaan Kota
Tangerang
Drs. H. Julias, MM (I6-2) Kepala Bidang Advokasi
BPMPTSP Kota
Tangerang
7. I7 Edy Peserta BPJS
Ketenagakerjaan
(Sumber: Peneliti 2015)
95
4.4 Analisis Hasil Penelitian
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data-data
hasil wawancara, observasi maupun dari dokumen-dokumen yang diperoleh
selama penelitian. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara terus-
menerus dari sejak data awal dikumpulkan sampai dengan penelitian berakhir.
Dalam memperkuat analisis peneliti dalam penelitian yang berjudul Strategi
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan untuk Meningkatkan
Kesejahteraan Buruh di Kota Tangerang peneliti menggunakan teori analisis
SWOT menurut Siagian (2008:172), dimana analisis SWOT terdiri dari strengths,
weaknesses, opportunity, threats.
4.4.1 Strengths (kekuatan)
Strengths merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi,
proyek, atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor
yang terdapat di dalam tubuh organisasi itu sendiri. Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Ketenagakerjaan di Kota Tangerang memiliki strengths untuk
menyelenggarakan program jaminan sosial agar dapat berjalan lancar, efektif dan
efisien, seperti yang diungkapkan oleh Kepala Kantor Cabang BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang :
“BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang bisa bekerja sama dengan
Pemerintah Kota Tangerang. Bentuk kerja samanya berupa perjanjian
kerja sama dan kami sudah membuat MoU dengan Pemerintah Kota
Tangerang seperti dengan BPMPTSP Kota Tangerang dan Dinas
Ketenagakerjaan Kota Tangerang.” (Wawancara dengan Kepala Kantor
Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 27 Juli 2015, pukul
08.30 WIB di Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang)
96
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, BPJS
Ketenagakerjaan telah menjalin kerja sama dalam bentuk MoU dengan dinas-
dinas terkait seperti Dinas Ketenegakerjaan dan Badan Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Kota Tangerang dalam rangka
meningkatkan kualitas penyelenggaraan program jaminan sosial supaya dapat
berjalan dengan efektif dan efisien. Hal serupa juga ditambahkan dengan
pernyataan dari Kepala Bidang Pemasaran Formal BPJS Ketenagakerjaan Kota
Tangerang sebagai berikut :
“Salah satu keunggulan dari BPJS Ketenagakerjaan ini sekarang bisa
membuat perjanjian kerja sama dengan Pemerintah Pusat maupun
Daerah. BPJS Ketenagakerjaan juga sudah bekerja sama dengan
Pemerintah Kota Tangerang dalam bentuk MoU terutama dengan Dinas
Ketenagakerjaan dan BPMPTSP Kota Tangerang.” (Wawancara dengan
Kepala Bidang Pemasaran Formal BPJS Ketenagakerjaan Kota
Tangerang, 28 Juli 2015, Pukul 09.00 WIB di Kantor Cabang BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang)
Berdasarkan hasil dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang telah menjalin kerja sama dengan Pemerintah
Kota Tangerang yang bertujuan untuk membantu BPJS Ketenagakerjaan Kota
Tangerang dalam menyelenggarakan program jaminan sosial di Kota Tangerang.
Bentuk kerja sama ini juga akan membantu BPJS Ketenagakerjaan Kota
Tangerang agar semua perusahaan dan buruh di Kota Tangerang dapat menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan dalam meningkatkan kesejahteraan perusahaan dan
buruh tersebut.
Terkait pernyataan tersebut, peneliti juga melakukan pengecekan
kebenaran tersebut dengan mewawancarai Dinas Ketenagakerjaan Kota
Tangerang untuk mengkonfirmasi informasi yang didapatkan dari BPJS
97
Ketenagakerjaan. Adapun hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pengupahan dan
Jamsostek Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang sebagai berikut :
“Dinas Ketenagakerjaan sudah menjalin kerja sama dengan BPJS
Ketenagakerjaan dalam bentuk MOU. Kerja sama ini dalam hal
pengawasan terhadap perusahaan dan buruh yang ada di Kota Tangerang
supaya pengawasan dapat berjalan dengan maksimal.” (Wawancara
dengan Kepala Seksi Pengupahan dan Jamsostek Dinas Ketenagakerjaan
Kota Tangerang, 31 Juli 2015, Pukul 10.00 WIB, di Kantor Dinas
Ketenagakerjaan Kota Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa BPJS
Ketenagakerjaan sudah menjalin kerja sama dalam bentuk MoU dalam melakukan
fungsi pengawasan kepada perusahaan dan buruh serta untuk meningkatkan
koordinasi dengan dinas-dinas terkait seperti Dinas Ketenagakerjaan agar kualitas
pelaksanaan program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan dapat berjalan lebih
baik lagi dan untuk meningkatkan kepatuhan perusahaan dan buruh terhadap
peraturan yang ada di BPJS Ketenagakerjaan.
Peneliti juga melakukan wawancara dengan Badan Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Kota Tangerang untuk
mengkonfirmasi informasi yang didapatkan dari BPJS Ketenagakerjaan tentang
kerja sama yang dilakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan dengan BPMPTSP Kota
Tangerang. Adapun hasil wawancara dengan Kepala Bidang Advokasi BPMPTSP
Kota Tangerang sebagai berikut :
“Kami sudah bekerja sama dengan BPJS Ketenagakerjaan dalam bentuk
MOU. Bentuk kerja sama ini terkait perusahaan dan pekerja yang akan
mengurus izin disini untuk memberikan himbauan agar segera daftar
BPJS Ketenagakerjaan terlebih dahulu sebelum mengurus perizinan dan
BPJS Ketenagakerjaan juga sudah buka kantor tempat pendaftaran disini
untuk mempermudah proses pendaftaran.” (Wawancara dengan Kepala
Bidang Advokasi BPMPTSP Kota Tangerang, 04 September 2015, Pukul
10.30 WIB, di kantor BPMPTSP Kota Tangerang)
98
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa Badan Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Kota Tangerang sudah
melakukan kerja sama dengan BPJS Ketenagakerjaan dalam bentuk MoU dimana
BPMPTSP Kota Tangerang akan memberikan himbauan kepada perusahaan dan
pekerja yang akan mengurus perizinan agar daftar menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan sebelum mengurus perizinan.
Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan sudah bekerja sama dengan Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Kota
Tangerang dalam rangka meningkatkan pertumbuhan kepesertaan BPJS
Ketenagakerjaan di Kota Tangerang dan untuk mempermudah pelayanan
pendaftaran peserta BPJS Ketenagakerjaan membuka tempat pendaftaran di
BPMPTSP Kota Tangerang agar calon peserta yang mau daftar dapat langsung
daftar tidak harus ke kantor cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang.
Dengan adanya kantor pendaftaran BPJS Ketenagakerjaan di BPMPTSP
Kota Tangerang akan mempermudah calon peserta BPJS Ketenagakerjaan agar
langsung daftar ke kantor pendaftaran itu, sehingga tidak perlu ke kantor cabang
BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang untuk melakukan pendaftaran menjadi
peserta. Hal ini diharapkan membuat pelayanan yang diberikan kepada calon
peserta dapat berjalan dengan efektif dan efisien, serta mempercepat proses
pendaftaran calon peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 2013 tentang Tata
Cara Hubungan Antar Lembaga Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, disebutkan
bahwa BPJS Ketenagakerjaan bisa bekerja sama dengan lembaga pemerintah dan
99
lembaga pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan
program jaminan sosial. Dalam pasal 3 ayat 1 disebutkan bahwa hubungan kerja
sama dapat dilaksanakan dalam bidang pelayanan kepada peserta dan pemenuhan
manfaat, kelembagaan, sumber daya manusia, pengelolaan sistem informasi,
peningkatan kesadaran dan kepatuhan masyarakat untuk memenuhi kewajibannya,
dan kerja sama lain yang disepakati para pihak. Dalam pasal 4 menyebutkan
bahwa hubungan kerja sama ini dilaksanakan melalui perjanjian kerja sama yang
sudah disepakati bersama.
Program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan memiliki 4 jenis program
jaminan sosial yaitu program jaminan kecelakaan kerja, program jaminan
kematian, program jaminan hari tua, dan program jaminan pensiun. Keempat
program ini sangat bermanfaat bagi buruh dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan hidupnya dan menjamin keselamatannya saat bekerja nanti apabila
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti yang dikatakan oleh Kepala Cabang
Kantor BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang sebagai berikut :
“BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan 4 program jaminan sosial
yang diantaranya adalah jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian,
jaminan hari tua dan jaminan pensiun sebagai ganti jaminan
pemeliharaan kesehatan. Dari 4 program itu ada 2 yang manfaatnya
ditingkatkan untuk peserta, yaitu program jaminan kecelakaan kerja dan
jaminan kematian. Selain itu, dengan adanya program pensiun ini akan
sangat bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan hidup buruh ke
depannya nanti.” (Wawancara dengan Kepala Cabang Kantor BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 27 Juli 2015, pukul 08.30 WIB, di
Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang)
100
Berdasarkan hasil wawancara dapet diketahui bahwa, program jaminan
sosial BPJS Ketenagakerjaan telah ditingkatkan manfaatnya bagi peserta BPJS
Ketenagakerjaan sehingga BPJS Ketenagakerjaan dapat menjamin kesejahteraan
peserta. Disamping itu, adanya program jaminan pensiun akan menjamin
kesejahteraan peserta ketika sudah pensiun atau tidak bekerja lagi ketika
memasuki usia pensiun, sehingga masa depannya tetap terjamin dengan program
jaminan pensiun dari BPJS Ketenagakerjaan. Hal ini juga diungkapkan oleh
Kepala Bidang Pemasaran Formal BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang sebagai
berikut:
“BPJS Ketenagakerjaan telah mempunyai 4 program jaminan sosial seperti
program jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua,
dan jaminan pensiun. Selain itu, ada peningkatkan manfaat pada program
jaminan kecelakaan kerja dan kematian dan juga adanya jaminan pensiun
diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan buruh nantinya.”
(Wawancara dengan Kepala Bidang Pemasaran Formal BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 28 Juli 2015, Pukul 09.00 WIB di
Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, BPJS
Ketenagakerjaan menjalankan 4 program jaminan sosial yang diantaranya terdapat
program jaminan pensiun sebagai ganti dari program jaminan pemeliharaan
kesehatan yang sekarang sudah dijalankan oleh BPJS Kesehatan. Selain itu,
adanya peningkatan manfaat dari program jaminan kecelakaan kerja dan jaminan
kematian kepada peserta BPJS Ketenagakerjaan akan meningkatkan kesejahteraan
dari peserta tersebut. Hal ini juga dikatakan oleh Relationship Officer BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang sebagai berikut :
101
“Setelah BPJS Ketenagakerjaan beroperasi penuh maka BPJS
Ketenagakerjaan memiliki program jaminan pensiun setelah sebelumnya
ada program jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, dan jaminan
hari tua. Selain itu sekarang ada program beasiswa yang merupakan
manfaat baru pada program jaminan kecelakaan kerja dan program
jaminan kematian.” (Wawancara dengan Relationship Officer BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 04 Agustus 2015, di Kantor Cabang
BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, program jaminan
kecelakaan kerja dan program jaminan kematian memberikan beasiswa kepada
peserta BPJS Ketenagakerjaan dimana program beasiswa ini merupakan manfaat
baru yang diterapkan di dalam program jaminan kecelakaan kerja dan program
jaminan kematian. Program beasiswa ini akan diberikan kepada peserta yang
meninggal akibat kecelakaan kerja yang diberikan oleh program jaminan
kecelakaan kerja dan meninggal akibat bukan kecelakaan kerja yang diberikan
oleh program jaminan kematian. Hal yang sama juga ditambahkan oleh Kepala
Bidang Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang sebagai berikut :
“Dengan berubahnya PT Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan diikuti
dengan ditambahnya manfaat yang didapatkan dari program jaminan
sosial yang dijalankan khususnya pada program jaminan kecelakaan
kerja dan juga program jaminan kematian. Disamping itu, sekarang
sudah ada program jaminan pensiun yang bertujuan untuk menjamin
kehidupan peserta setelah pensiun bekerja nantinya.” (Wawancara
dengan oleh Kepala Bidang Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan Kota
Tangerang, 05 Agustus 2015, Pukul 02.00 WIB, di Kantor Cabang BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa ada
penambahan manfaat pada program jaminan kecelakaan kerja dan juga jaminan
kematian seperti beasiswa yang didapatkan oleh peserta BPJS Ketenagakerjaan
dan adanya program jaminan pensiun juga lebih menjamin kehidupan buruh di
102
hari tua nanti bila sudah tidak bekerja lagi dan memasuki usia pensiun yaitu 56
tahun agar mempunyai tabungan hari tua yang bermanfaat bagi buruh nanti.
Hal ini berdasarkan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan
Kerja dan Jaminan Kematian yang menyebutkan bahwa, bagi setiap peserta yang
meninggal dunia atau cacat total tetap akibat kecelakaan kerja akan menerima
beasiswa pendidikan anak yang berjumlah Rp 12.000.000 untuk setiap peserta.
Tidak ada batas dana bantuan yang dikeluarkan oleh BPJS Ketenagakerjaan untuk
membantu pengobatan peserta yang mengalami kecelakaan kerja yang artinya
BPJS Ketenagakerjaan akan membiayai pengobatan peserta sampai peserta itu
sembuh.
Selain itu, pada program jaminan kematian adanya peningkatan jumlah
uang santunan sebesar Rp 16.200.000 yang sebelumnya Rp 14.200.000 yang akan
dibayarkan sekaligus kepada keluarga buruh. Keluarga buruh juga akan
mendapatkan santunan berkala selama 24 bulan dimana akan dibayarkan Rp
200.000 perbulannya dan akan sangat bermanfaat bagi keluarga buruh tersebut.
Biaya pemakaman pun mengalami peningkatan jumlah pembayarannya menjadi
Rp 3.000.000 dari yang sebelumnya Rp 2.000.000 dan akan mendapatkan juga
beasiswa pendidikan anak sebanyak Rp 12.000.000 yang dibayarkan kepada
setiap peserta.
Selain itu, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2015
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Hari Tua, buruh sudah memiliki tabungan
103
yang bermanfaat apabila buruh sudah tidak bekerja lagi, meninggal atau di PHK
oleh perusahaan yang berdampak pada kesejahteraannya nanti.
Disamping itu, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2015
tentang penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun, maka buruh dapat
penghasilan dari jaminan pensiun ketika buruh sudah memasuki usia pensiun atau
sudah memasuki usia 56 tahun dengan minimal 15 tahun masa kepesertaan di
BPJS Ketenagakerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
kehidupan buruh beserta keluarganya yang sudah menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan ketika sudah pensiun dan tidak bekerja lagi.
Dalam bidang pelayanan BPJS Ketenagakerjaan juga meningkatkan
kualitas pelayanan yang diberikan kepada peserta BPJS Ketenagakerjaan agar
pelayanan yang berjalan dapat berjalan maksimal dan peserta dapat merasakan
kepuasan dari pelayanan yang diberikan oleh BPJS Ketenagakerjaan. Salah
satunya dengan waktu pelayanan maksimal adalah 30 menit kepada setiap peserta,
seperti yang diungkapkan oleh Kepala Bidang Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan
Kota Tangerang sebagai berikut :
“Waktu pelayanan kepada peserta sekarang maksimal 30 menit yang
berpedoman pada service blue print dan tidak boleh lebih dari itu agar
peserta yang menerima pelayanan dari kami merasakan kepuasan dari
pelayanan yang diberikan. Service blue print ini juga bertujuan agar
peserta yang telah antre tidak menunggu lama untuk mendapatkan
pelayanan dari BPJS Ketenagakerjaan.” (Wawancara dengan Kepala
Bidang Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 5 Agustus
2015, pukul 02.00 WIB, di Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota
Tangerang)
104
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa demi
terciptanya pelayanan yang efektif dan efisien maka waktu pelayanan dibatasin
maksimal 30 menit agar dapat tercapainya kepuasan dari peserta yang menerima
pelayanan dan juga agar peserta yang sudah antri dapat terlayani secepatnya.
Dengan adanya peraturan service blue print ini diharapkan pelayanan dapat
menjalankan tugasnya dengan baik dan pelayanan yang diberikan bisa maksimal
nantinya.
Terkait pernyataan hasil wawancara tersebut peneliti kemudian
mewawancarai salah satu peserta BPJS Ketenagakerjaan di Kantor Cabang Kota
Tangerang, sebagai berikut :
“Waktu pelayanan sekarang sudah berjalan dengan lebih cepat sekitar 10
sampai 20 menit sudah selesai dan dokumen-dokumen yang dibawa buat
mengajukan klaim sudah lengkap dibawa semua.” (Wawancara dengan
Peserta BPJS Ketenagakerjaan di Kantor Cabang Kota Tangerang, 06
Agustus 2015, pukul 09.00 WIB di Kantor Cabang BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa waktu
pelayanan yang diberikan sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan peraturan
sehingga pelayanan dapat berjalan dengan lancar. Untuk itu sistem pelayanan ini
harus tetap dipertahankan agar kepuasan dari peserta yang mendapatkan
pelayanan dapat tercapai. Dengan adanya service blue print sendiri pelayanan jadi
mempunyai pedoman dalam memberikan pelayanan sehingga harapan akan
terciptanya pelayanan yang efektif dan efisien dapat tercapai.
Selain itu, setiap akan memberikan pelayanan kepada peserta yang akan
mengajukan klaim petugas BPJS Ketenagakerjaan akan mengadakan sosialisasi
terlebih dahulu untuk memberikan informasi terkait dokumen-dokumen apa saja
105
yang perlu dilengkapin seperti KTP asli dan Kartu Keluarga (asli) kepada peserta
agar peserta dapat mengetahui dokumen yang perlu dibawa pada saat ingin
mengajukan klaim ke BPJS Ketenagakerjaan.
Dengan adanya sosialisasi ini diharapkan dapat menjalin komunikasi yang
baik dengan peserta yang datang ke kantor cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota
Tangerang, sehingga informasi yang disampaikan dapat tersampaikan kepada
peserta. Sosialisasi ini dilakukan sebelum melaksanakan pelayanan kepada peserta
agar tidak terjadi kesalahan dan tidak lengkapnya dokumen yang dibawa oleh
peserta ketika akan mengajukan klaim kepada BPJS Ketenagakerjaan, sehingga
proses pelayanan dapat berjalan lancar dan tidak terhambat karena adanya
dokumen yang tidak lengkap.
Di samping itu, BPJS Ketenagakerjaan bekerja sama dengan bank Mandiri
guna mempermudah peserta untuk menampung saldo dari program jaminan hari
tua maupun program jaminan sosial lainnya. Bank Mandiri juga menyediakan
fasilitas mobil Mandiri yang sudah disediakan di dalam Kantor Cabang BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang yang berfungsi untuk peserta dalam membuka
rekening Mandiri. Peserta yang belum memiliki rekening Mandiri dapat membuka
rekening ini dengan peserta tidak perlu menyetor saldo awal agar dapat membuka
rekening sehingga peserta tidak perlu ke kantor cabang Bank Mandiri untuk
membuat buku tabungan Mandiri karena sudah ada fasilitas mobil mandiri yang
tersedia di kantor cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang.
106
Namun mobil bank mandiri itu akan digantikan oleh loket bank mandiri
yang akan disediakan di gedung baru Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota
Tangerang yang letaknya berada di lantai 1 gedung baru, sehingga apabila peserta
belum memiliki rekening Bank Mandiri bisa langsung membuat di loket tersebut.
Dengan adanya loket Bank Mandiri itu akan mempermudah dan mempercepat
proses pelayanan pembuatan rekening Bank Mandiri untuk peserta BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang.
Disamping itu, BPJS Ketenagakerjaan juga sudah melakukan
pembangunan gedung baru yang terletak di jalan perintis kemerdekaan II Cikokol
Kota Tangerang guna memberikan kenyamanan yang lebih baik bagi peserta yang
datang ke Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan dan memperluas kantor cabang
karena kantor cabang yang sekarang ini tidak besar sehingga pegawai BPJS
Ketenagakerjaan pun diharapkan dapat bekerja maksimal dan lebih efektif lagi.
Gedung Baru itu memiliki luas tanah 1000m2 dan pelaksanaan
pembangunan itu sudah mencapai 90% dan akan mulai digunakan sebagai kantor
cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang pada bulan november. Gedung
baru ini memiliki 3 lantai dimana ruang pelayanan kepada peserta terdapat pada
lantai 1 yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan kepuasan
serta memberikan kenyamanan yang lebih baik lagi kepada peserta. Hal ini juga
ditambahkan oleh pernyataan dari Kepala Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan
Kota Tangerang sebagai berikut :
107
“Diharapkan mampu memperbaiki pelayanan kepada peserta agar
pelayanan dapat berjalan lebih baik lagi. Dibangunnya kantor baru itu
diharapkan mampu memberikan kenyamanan yang lebih baik bagi
peserta yang datang ke kantor cabang dan juga diharapkan kinerja dari
pegawai akan lebih baik lagi.” (Wawancara dengan Kepala Kantor
Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 27 Juli 2015, pukul
08.30 WIB, di Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, tujuan dibangunnya
kantor baru itu untuk memberikan kenyamanan yang lebih baik kepada peserta
dengan tujuan agar peserta BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang mendapatkan
kepuasan dari pelayanan yang diberikan oleh BPJS Ketenagakerjaan Kota
Tangerang. Selain itu, diharapakan kinerja dari pegawai BPJS Ketenagakerjaan
Kota Tangerang akan semakin baik lagi nantinya, sehingga dalam melakukan
pelayanan kepada peserta dapat berjalan dengan maksimal. Hal yang sama
diungkapkan oleh Kepala Bidang Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan Kota
Tangerang sebagai berikut :
“Dengan adanya kantor baru nanti diharapkan mampu meningkatkan
kenyamanan yang diberikan terkait ruangan tempat pelayanan
berlangsung dan mampu memberikan pelayanan yang lebih baik lagi
kepada peserta BPJS Ketenagakerjaan.” (Wawancara dengan Kepala
Bidang Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 5 Agustus
2015, pukul 02.00 WIB, di Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota
Tangerang)
Berdasarkan hasil dari kedua wawancara di atas dapat diketahui bahwa
dengan dibangunnya kantor baru tersebut dalam rangka meningkatkan
kenyamanan dari peserta yang datang ke Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan
Kota Tangerang dan juga untuk meningkatkan kinerja dari pegawai BPJS
Ketenagakerjaan yang memberikan pelayanan kepada peserta BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang.
108
Selain itu, untuk proses pendaftaran menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan sudah bisa dilakukan melalui proses online dengan mengunjungi
website dari BPJS Ketenagakerjaan. Dengan begitu proses pendaftaran akan
berjalan dengan mudah karena tidak harus datang ke kantor cabang untuk daftar
menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan dan dalam proses mendaftar juga akan
disediakan pilihan mendaftar sebagai personal dan sebagai perusahaan sehingga
calon peserta dapat memilih sesuai dengan pekerjaannya.
Apabila mendaftar sebagai personal maka diwajibkan mengisi data-data
pribadi seperti nomor KTP, nama lengkap, tanggal lahir dan juga nomor
handphone. Dengan pendaftaran online melalui website BPJS Ketenagakerjaan ini
dapat mempermudah proses pendaftaran menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan
dan waktu dalam mendaftar akan lebih cepat daripada datang ke kantor cabang
BPJS Ketenagakerjaan.
Adapun untuk pendaftaran sebagai perusahaan maka pengisian data awal
hanya perlu mencantumkan email perusahaan saja yang diperlukan. Dengan
adanya sistem online ini perusahaan bisa dengan mudah mendaftarkan
perusahaannya untuk menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan dan juga bisa
membantu mempercepat pertumbuhan kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan.
Di dalam pelayanan online BPJS Ketenagakerjaan juga disediakan aplikasi
pada handphone yang akan berfungsi untuk peserta jika ingin mengetahui saldo
jaminan hari tuanya jadi peserta tidak perlu lagi untuk ke kantor cabang BPJS
Ketenagakerjaan agar dapat mengetahui saldo jaminan hari tuanya. Dengan begitu
109
peserta jadi dimudahkan dalam mendapatkan informasi tentang saldo jaminan hari
tuanya.
Pada aplikasi tersebut terdapat beberapa pilihan yang dapat diakses peserta
seperti layanan JHT yang berfungsi untuk mengetahui saldo JHT peserta dan juga
simulasi JHT apabila peserta ingin mengetahui jumlah JHT ke depannya atau
ingin mengetahui cara menghitung jumlah JHT tersebut. Pada pilihan informasi
peserta dapat mengetahui informasi mengenai lokasi kantor cabang yang ada di
seluruh Indonesia sehingga peserta dapat mengetahui lokasi kantor cabang
terdekat dari peserta tersebut.
Peserta juga dapat mengetahui informasi tentang 4 program jaminan sosial
yang dijalankan oleh BPJS Ketenagakerjaan sehingga peserta dapat memahami
program jaminan sosial yang dijalankan oleh BPJS Ketenagakerjaan sehingga
memudahkan peserta apabila ingin memahami dan mengetahui tentang 4 program
jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan dan aplikasi ini hanya terdapat pada
software handphone IOS, Android, dan juga Blackberry.
Pada bidang pengawasan BPJS Ketenagakerjaan diberikan strengths untuk
dapat melakukan pemeriksaan dan pengawasan secara langsung kepada
perusahaan atau buruh baik yang belum menjadi peserta maupun yang melanggar
peraturan sehingga harus dikenakan sanksi hukum oleh BPJS Ketenagakerjaan.
Petugas pengawasan dari BPJS Ketenagakerjaan dinamakan Penata Utama
Pengawasan dan Pemeriksaan yang akan menjalankan tugasnya untuk melakukan
110
pemeriksaan dan pengawasan tersebut. Hal ini sebagaimana diungkapkan Kepala
Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang sebagai berikut :
“Untuk pengawasan BPJS Ketenagakerjaan sudah memiliki petugas
sendiri yang akan melakukan pengawasan terhadap peserta yang
melanggar aturan dan akan dikenakan sanksi hukum sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Petugas pegawasan ini nantinya akan tetap
berkoordinasi dengan Dinas Ketenagakerjaan dan sekarang ditambah
dengan Badan Perizinan juga untuk membantu pengawasan yang
dilakukan kepada peserta.” (Wawancara dengan Kepala Kantor Cabang
BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 27 Juli 2015, pukul 08.30 WIB,
di Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, dalam melaksanakan
proses pengawasan BPJS Ketenagakerjaan sudah dapat melakukan pengawasan
dan pemeriksaan secara langsung kepada perusahaan dan buruh, tetapi tetap
melakukan koordinasi dengan Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang dan Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMTSP) Kota Tangerang
melalu kerja sama dalam bentuk MoU yang disepakati bersama dengan tujuan
agar proses pengawasan dan pemeriksaan dapat berjalan dengan lebih baik lagi.
Hal yang sama diungkapkan oleh Penata Utama Pengawasan dan Pemeriksaan
BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang sebagai berikut :
“Adanya petugas pengawasan dan pemeriksaan ini membuat BPJS
Ketenagakerjaan bisa melakukan pengawasan dan pemeriksaan secara
langsung kepada perusahaan atau buruh, tetapi petugas pengawasan tetap
bekerja sama dengan Dinas Ketenagakerjaan dan Perizinan juga untuk
mempermudah pengawasan juga nantinya.” (Wawancara dengan Penata
Utama Pengawasan dan Pemeriksaan BPJS Ketenagakerjaan Kota
Tangerang, 18 agustus 2015, Pukul 08.30 WIB, di Kantor Cabang BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang)
111
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa petugas
pengawasan dan pemeriksaan BPJS Ketenagakerjaan tetap bekerja sama dan
berkoordinasi dengan Dinas Ketenagakerjaan dan juga Badan Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMTSP) Kota Tangerang untuk
mempermudah pengawasan dan juga pemberian sanksi kepada perusahaan atau
buruh yang melanggar aturan atau yang belum menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan.
Pembentukan petugas pengawas dan pemeriksaan ini berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi
Administratif Kepada Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara dan Setiap
Orang, Selain Pemberi Kerja, Pekerja, dan Penerima Bantuan Iuran Dalam
Penyelenggaraan Jaminan Sosial dimana petugas pengawas dan pemeriksaan ini
dapat langsung menyelenggarakan pengawasan dan pemeriksaan secara langsung
kepada perusahaan atau buruh yang tidak taat kepada peraturan yang berlaku.
Bentuk pemberian sanksi kepada perusahaan atau buruh yang melanggar
peraturan berupa terguran tertulis, denda dan tidak mendapatkan pelayanan publik
baik dari Pemerintah pusat maupun Pemerintah Daerah. Pemberian sanksi ini
akan dilaksanakan sesuai hasil pengawasan dan pemeriksaaan yang dilakukan
petugas pengawas BPJS Ketenagakerjaan setelah melakukan pemeriksaan
terhadap perusahaan dan buruh tersebut. Hal ini sebagaimana hasil wawancara
dengan Kepala Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang sebagai
berikut :
112
“Dalam memberikan sanksi BPJS Ketenagakerjaan akan melakukan
pemeriksaan dari data perusahaan dan buruh yang kami miliki. Kalau
perusahaan atau buruh ternyata melanggar peraturan maka akan segera
diberikan sanksi oleh petugas pengawas kami seperti diberikan teguran
tertulis kalau masih melanggar juga diberikan denda dan yang terakhir
perusahaan dan buruh tidak mendapatkan pelayanan publik dari
Pemerintah.” (Wawancara dengan Kepala Kantor Cabang BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 27 Juli 2015, pukul 08.30 WIB, di
Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, sanksi yang
diberikan oleh BPJS Ketenagakerjaan kepada perusahaan dan buruh kalau
melanggar peraturan berupa teguran tertulis, dikenakan denda dan tidak
mendapatkan pelayanan publik dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah
sesuai hasil pemeriksaan dan pengawasan yang dilakukan petugas pengawas BPJS
Ketenagakerjaan. Hal ini juga diungkapkan oleh Penata Utama Pengawasan dan
Pemeriksaan BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang sebagai berikut :
“Petugas pengawas akan memberikan sanksi setelah melakukan
pemeriksaan kepada perusahaan dan buruh berdasarkan data-data yang
dimiliki BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Ketenagakerjaan juga melakukan
komunikasi dengan Dinas Ketenagakerjaan untuk mengetahui
perusahaan yang belum menjadi peserta. Kalau perusahaan dan buruh
terbukti melanggar akan diberikan sanksi teguran tertulis, denda dan
tidak mendapatkan pelayanan publik.” (Wawancara dengan Penata
Utama Pengawasan dan Pemeriksaan BPJS Ketenagakerjaan Kota
Tangerang, 18 agustus 2015, Pukul 08.30 WIB, di Kantor Cabang BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa sanksi dapat
diberikan kepada pengusaha dan juga buruh setelah dilakukan pemeriksaan oleh
petugas pengawas dan pemeriksaan BPJS Ketenagakerjaan. Apabila hasilnya
menunjukan bahwa pengusaha atau buruh terbukti melanggar peraturan dari BPJS
Ketenagakerjaan. Sanksi yang diterima pertama adalah teguran tertulis setelah itu
113
berupa denda yang harus dibayarkan pengusaha atau buruh yang melanggar dan
setelah itu tidak mendapatkan pelayanan publik dari pemerintah.
Disamping itu, dengan adanya sanksi administratif seperti tidak
mendapatkan pelayanan publik dari pemerintah dapat memberikan efek jera bagi
perusahaan atau buruh yang melanggar peraturan yang sudah ditetapkan sehingga
diharapkan mampu mengurangi pelanggaran yang terjadi selama proses
penyelenggaraan program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan.
Dengan adanya BPJS Ketenagakerjaan ini memberikan manfaat yang
besar baik bagi perusahaan maupun buruh dalam hal kesejahteraan hidupnya.
BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan sosial dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan hidup buruh karena kedudukan buruh yang lemah
dan bisa diberhentikan atau PHK oleh perusahaan serta ketika mengalami
kecelakaan kerja saat bekerja akan ditanggung BPJS Ketenagakerjaan biaya
pengobatannya. Hal ini seperti yang diungkapkan buruh PT Shinta Group seperti
berikut :
“Manfaatnya bagi buruh itu BPJS Ketenagakerjaan memberikan jaminan
kepada buruh kalau mengalami hal-hal yang tidak diinginkan seperti
kecelakaan kerja, kematian, dan jaminan hari tua kalau saya tidak bekerja
lagi nantinya. Selain itu, sekarang ditambah jaminan pensiun juga dan
semoga ke depannya BPJS Ketenagakerjaan ini dapat bekerja lebih baik
lagi dan program yang dijalankan dapat bermanfaat bagi pesertanya.”
(Wawancara dengan Buruh PT Shinta Group, 10 Agustus 2015, pukul
12.30 WIB di PT Shinta Group)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, program jaminan
sosial BPJS Ketenagakerjaan sangat bermanfaat bagi buruh karena ketika buruh
mengalami kejadian yang tidak diinginkan seperti kecelakaan saat bekerja atau
kematian sudah ada yang menanggung biayanya, yaitu BPJS Ketenagakerjaan
114
sehingga ikut meningkatkan kesejahteraan buruh yang menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Satpam PT Anugerah
Komala Tunggal sebagai berikut :
“Manfaatnya banyak seperti masa depan jadi lebih terjamin terutama buat
hari tua nanti jadi lebih terjamin dengan adanya BPJS Ketenagakerjaan
ini dan semoga saja BPJS Ketenagakerjaan dapat terus meningkatkan
kinerja dan pelayanan yang diberikan kepada pesertanya.” (Wawancara
dengan Satpam PT Anugerah Komala Tunggal, 21 agustus 2015, Pukul
10.00 WIB di PT Anugerah Komala Tunggal)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, masa depan buruh
menjadi lebih terjamin karena adanya program jaminan sosial BPJS
Ketenagakerjaan, hal ini dikarenakan BPJS Ketenagakerjaan memiliki program
jaminan hari tua dan jaminan pensiun yang akan menjamin kehidupan yang layak
bagi buruh yang telah pensiun atau sudah memasuki usia pensiun nantinya.
Dengan begitu akan menciptakan rasa aman dan tentram bagi buruh dalam
menjalankan pekerjaannya karena ketika sudah pensiun nanti sudah memiliki
tabungan hari tua di BPJS Ketenagakerjaan. Hal ini juga diutarakan oleh buruh PT
Intan Pertiwi Industri sebagai berikut :
“Dengan adanya BPJS Ketenagakerjaan buruh tidak akan terkena biaya
pengobatan ketika mengalami kecelakaan kerja dan mendapatkan
santunan kematian untuk keluarga kami jika kami meninggal dunia.
Selain itu, jaminan hari tua bermanfaat sebagai jaminan bagi buruh ketika
sudah tidak bekerja atau di PHK untuk modal memulai usaha atau
keperluan sehari-hari dan hari tua kami juga akan terjamin dengan
adanya jaminan pensiun.” (Wawancara dengan buruh PT Intan Pertiwi
Industri, 13 Oktober 2015, pukul 13.00 WIB, di PT Intan Pertiwi
Industri)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, manfaat yang
diberikan program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan sangat besar manfaatnya
bagi buruh. Manfaatnya antara lain biaya pengobatan buruh ketika mengalami
115
kecelakaan kerja sudah ditanggung oleh BPJS Ketenagakerjaan, buruh
mendapatkan santunan kematian dari BPJS Ketenagakerjaan yang diberikan
kepada keluarganya ketika buruh sudah meninggal dunia. Selain itu, buruh
mendapatkan modal untuk memulai usaha atau untuk keperluan sehari-hari dari
tabungan di program jaminan hari tua, dan jaminan pensiun yang bertujuan untuk
mempertahankan kehidupan yang layak bagi buruh dengan memberikan
penghasilan setelah buruh memasuki usia pensiun atau sudah mencapai usia 56
tahun. Hal ini juga diungkapkan oleh buruh PT Sanvin sebagai berikut :
“Manfaatnya itu buruh mempunyai tabungan pada jaminan hari tua yang
akan diambil ketika buruh tidak bekerja lagi atau mengalami PHK. Selain
itu, biaya pengobatan ketika buruh mengalami kecelakaan kerja sudah
ditanggung oleh BPJS Ketenagakerjaan.” (Wawancara dengan buruh PT
Sanvin, 09 Oktober 2015, pukul 13.30 WIB, di PT Sanvin)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, program jaminan
sosial BPJS Ketenagakerjaan memberikan manfaat kepada buruh seperti program
jaminan hari tua memberikan tabungan hari tua untuk buruh yang akan
bermanfaat ketika buruh tidak bekerja lagi atau mengalami PHK. Selain itu, BPJS
Ketenagakerjaan akan menanggung biaya pengobatan bagi buruh yang mengalami
kecelakaan kerja, sehingga buruh tidak perlu mengeluarkan biaya lagi. Hal yang
sama juga diungkapkan oleh Ketua Pengurus Unit Kerja Serikat Pekerja Seluruh
Indonesia Kota Tangerang sebagai berikut :
“Tentu banyak manfaatnya program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan
ini terutama untuk menjamin hari tua buruh karena buruh sudah
mempunyai tabungan hari tua di BPJS Ketenagakerjaan yang bisa
diambil setelah masuk usia tua atau sudah tidak bekerja lagi. Semoga saja
dengan dibentuknya BPJS Ketenagakerjaan ini program jaminan sosial
dapat berjalan lancar dan sesuai pada tujuannya.” (Wawancara dengan
Ketua Pengurus Unit Kerja Serikat Pekerja Seluruh Indonesia Kota
Tangerang, 10 Agustus 2015, pukul 12.30 WIB, di PT Shinta Group)
116
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa manfaat yang
diberikan program jaminan sosial sangat banyak bagi buruh seperti masa depan
jadi lebih terjamin dan buruh sudah memiliki tabungan untuk hari tuanya atau
ketika sudah tidak bekerja lagi nantinya dan dengan adanya program jaminan
pensiun yang baru diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan diharapkan
mampu meningkatkan kesejahteraan buruh beserta keluarganya.
Selain itu, bagi perusahaan manfaat yang dirasakan juga sangat besar
terutama untuk memberikan rasa tenang bagi buruh yang bekerja di perusahaan
itu dan biaya pengobatan jika terjadi kecelakaan kerja sudah menanggung
sehingga mengurangi beban yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk biaya
pengobatan buruhnya, hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Direktur
Operasional PT Anugerah Komala Tunggal sebagai berikut :
“Manfaatnya besar bagi perusahaan terutama jika terjadi kecelakaan kerja
sudah ada yang menanggung semua biaya pengobatannya, sehingga
perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya lagi untuk menanggungnya.
Disamping itu, menciptakan rasa tenang juga karena sudah ada jaminan
hari tua yang menjamin hari tua buruh kalau sudah tidak bekerja lagi dan
membuat semangat buruh untuk bekerja juga meningkat lagi.”
(Wawancara dengan Direktur Operasional PT Anugerah Komala
Tunggal, 26 Agustus 2015, Pukul 09.00 WIB, di kantor PT Anugerah
Komala Tunggal)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa, manfaat
program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan bagi perusahaan adalah
perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya pengobatan lagi ketika buruh yang
bekerja di perusahaan itu mengalami kecelakaan kerja karena semua biaya sudah
ditanggung oleh BPJS Ketenagakerjaan.
117
Disamping itu, buruh yang sudah meninggal dunia seluruh biaya
pemakaman dan santunan sudah ditanggung oleh BPJS Ketenagakerjaan,
sehingga perusahaan tidak perlu lagi menanggung lagi biaya apapun dan membuat
semangat buruh untuk bekerja juga akan meningkat karena sudah terjamin oleh
BPJS Ketenagakerjaan. Hal ini juga diungkapkan oleh Kepala Bagian Personalia
PT Shinta Group:
“Banyak manfaatnya seperti mengurangi beban biaya untuk pengobatan
jika terjadi kecelakaan kerja karena BPJS Ketenagakerjaan yang akan
menanggung semuanya dan meningkatkan produktivitas kerja buruh juga
karena sudah terlindungi oleh BPJS Ketenagakerjaan.” (Wawancara
dengan Kepala Bagian Personalia PT Shinta Group, 13 Agustus 2015,
pukul 10.00 WIB, di kantor PT Shinta Group)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa manfaat
program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan bagi perusahaan seperti
mengurangi beban biaya pengobatan untuk kecelakaan kerja karena BPJS
Ketenagakerjaan yang menanggung seluruh biaya pengobatannya dan
meningkatkan semangat dan produktivitas kerja dari buruh karena dengan
menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan akan menimbulkan rasa tenang bagi buruh
apabila sudah tidak bekerja lagi atau di PHK dari perusahaan tersebut. Hal ini juga
diperkuat oleh pernyataan dari Wakil Ketua Bidang Jasa APINDO Kota
Tangerang :
“Banyak manfaatnya untuk perusahaan seperti mengurangi beban biaya
kalau buruh mengalami kecelakaan kerja atau kematian karena BPJS
Ketenagakerjaan yang menanggung biayanya dan meningkatkan
semangat bekerja dari buruh.” (Wawancara dengan Wakil Ketua Bidang
Jasa APINDO Kota Tangerang, 20 Agustus 2015, pukul 11.00 WIB, di
kantor APINDO Kota Tangerang)
118
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa dengan menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan dapat mengurangi beban biaya perusahaan dalam
biaya pengobatan kecelakaan kerja dan santunan kematian sehingga
menguntungkan bagi perusahaan dan meningkatkan lagi semangat bekerja buruh
yang berdampak meningkatnya produktivitas buruh dalam bekerja.
4.4.2 Weaknesses (kelemahan)
Weaknesses (kelemahan) merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam
hal sumber, keterampilan, dan kemampuan menjadi penghalang serius bagi
penampilan kinerja organisasi yang memuaskan. Kelemahan yang dianalisis
merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep
bisnis itu sendiri. BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang dalam
menyelenggarakan program jaminan sosial masih memiliki beberapa kelemahan
dalam menyelenggarakan program jaminan sosial yang perlu diperbaiki agar
kualitas penyelenggaraan program jaminan sosial dapat dijalankan dengan lebih
baik lagi, seperti yang diungkapkan oleh Kepala Cabang BPJS Ketenagakerjaan
Kota Tangerang seperti berikut :
“Kelemahan BPJS Ketenagakerjaan ini salah satunya masih belum bisa
merubah sepenuhnya pola pikir dari pengusaha dan buruh kalau program
jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan itu merupakan suatu kebutuhan
yang harus dipenuhi bukan lagi hanya kewajiban dalam membayar
iurannya. Pemahaman dari pengusaha maupun buruh masih kurang
karena masih beranggapan menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan itu
hanya membayar iuran saja padahal manfaat dari program jaminan sosial
ini sangat besar sekali bagi perusahaan dan buruh.” (Wawancara dengan
Kepala Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 27 Juli 2015,
pukul 08.30 WIB, di Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota
Tangerang)
119
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, salah satu
kelemahan BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang ini masih belum bisa
memberikan pemahaman yang baik dan benar baik kepada perusahaan maupun
kepada buruh. Hal ini menyebabkan buruh dan perusahaan menganggap kalau
menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan hanya menjadi beban saja karena harus
membayar iuran setiap bulannya. Hal ini juga diungkapkan oleh Kepala Bidang
Pemasaran Formal BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang sebagai berikut :
“Disini BPJS Ketenagakerjaan ingin merubah pola pikir dari pengusaha
dan buruh sehingga membuat program jaminan sosial sebagai kebutuhan
yang harus dipenuhi karena manfaatnya sangat besar baik bagi
perusahaan maupun bagi buruh itu sendiri. Program jaminan sosial BPJS
Ketenagakerjaan ini merupakan suatu kebutuhan yang harus ada dalam
setiap pekerja ataupun berjalannya perusahaan untuk menjamin apabila
nanti terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam lingkungan kerjanya.”
(Wawancara dengan Kepala Bidang Pemasaran Formal BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 28 Juli 2015, Pukul 09.00 WIB di
Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa BPJS
Ketenagakerjaan sedang melakukan upaya untuk merubah pola pikir bahwa
program jaminan sosial merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi sehingga tidak
dianggap sebagai beban saja karena harus membayar iuran setiap bulannya
sehingga pengusaha dan buruh akan menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan tanpa
harus adanya paksaan dari BPJS Ketenagakerjaan.
Upaya-upaya yang dilakukan BPJS Ketenagakerjaan belum dapat berjalan
dengan maksimal. Hal ini disebabkan BPJS Ketenagakerjaan kurang dalam
melakukan pembinaan kepada peserta, karena bentuk pembinaan yang dilakukan
BPJS Ketenagakerjaan belum dilaksanakan secara rutin. Hal ini sebagaimana
120
diungkapkan oleh Kepala Bidang Pemasaran Formal BPJS Ketenagakerjaan Kota
Tangerang sebagai berikut :
“BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang melaksanakan pembinaan
langsung ke perusahaan jika perusahaan mengundang BPJS
Ketenagakerjaan. Selain itu, pembinaan juga dilakukan melalui telepon
yang berfungsi untuk memberitahukan peserta tentang informasi terbaru
tentang BPJS Ketenagakerjaan dan apabila ada data-data dari peserta
yang masih harus dilengkapin lagi.” (Wawancara dengan Kepala Bidang
Pemasaran Formal BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 28 Juli 2015,
Pukul 09.00 WIB di Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota
Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, BPJS
Ketenagakerjaan melaksanakan pembinanaan dengan dua cara, yaitu secara
langsung dan melalui telepon. Pembinaan secara langsung dilaksanakan ketika
perusahaan atau peserta mengundang BPJS Ketenagakerjaan untuk melakukan
pembinaan. Pembinaan melalui telepon dilakukan untuk memberikan informasi
terbaru mengenai BPJS Ketenagakerjaan dan data-data peserta yang masih kurang
dan harus segera dilengkapi oleh peserta. Hal ini juga diungkapkan oleh
Relationship Officer BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang sebagai berikut :
“Untuk pembinaan yang dilakukan kepada peserta itu terdapat 2 jenis
pembinaan, yaitu kami akan mendatangi perusahaan sesuai dengan
permintaan perusahaan agar melakukan pembinaan. Pihak perusahaan
akan hadir dalam pembinaan begitu juga pihak buruh yang diwakilkan
oleh serikat buruh untuk mengikuti pembinaan dan bentuk pembinaannya
itu seperti sosialisasi. Selain itu, ada pembinaan yang dilakukan dengan
menelepon perusahaan apabila ada data-data dari perusahaan itu masih
kurang dan dilakukan setiap 1 bulan sekali.” (Wawancara dengan
Relationship Officer BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang 16 Oktober
2015, di Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, upaya-upaya yang
dilakukan BPJS Ketenagakerjaan untuk mengubah pola pikir dari buruh dan
peserta terhadap program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan sudah ada.
121
Namun upaya yang dilakukan ini belum maksimal, karena BPJS Ketenagakerjaan
Kota Tangerang melakukan pembinaan langsung kepada perusahaan dan buruh
tergantung permintaan yang diajukan perusahaan untuk melakukan pembinaan di
perusahaannya dan bentuk pembinaannya yang dilakukan seperti sosialisasi dan
diskusi yang diikuti pihak perusahaan dan serikat buruh.
Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang melakukan pembinaan
melalui telepon kepada perusahaan. BPJS Ketenagakerjaan akan menelepon
perusahaan setiap 1 bulan sekali untuk memberitahu tentang informasi terbaru
tentang BPJS Ketenagakerjaan dan kekurangan data yang diberikan oleh
perusahaan agar segera dilengkapi data-data perusahaan tersebut.
Upaya-upaya yang dilakukan BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang
belum dapat memberikan hasil yang maksimal karena pembinaan langsung
kepada perusahaan dan buruh masih sangat kurang, karena dilakukan tidak rutin
hanya sesuai permintaan perusahaannya saja. Disamping itu, kegiatan pembinaan
yang rutin hanya melalui telepon yang dilakukan setiap sebulan sekali kepada
perusahaan dan hasil pembinaannya tidak maksimal.
Selain itu, pertumbuhan kepesertaan yang berjalan lambat juga menjadi
suatu hambatan bagi BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang untuk dapat
memberikan manfaat dari program jaminan sosial kepada seluruh perusahaan dan
buruh di Kota Tangerang sehingga menunjukan belum semua perusahaan dan
buruh menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan, hal ini sebagaimana diungkapkan
oleh Kepala Cabang Kantor BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang sebagai
berikut :
122
“Seharusnya dengan menjadi BPJS Ketenagakerjaan ini kan ikut
meningkatkan laju pertumbuhan kepesertaan namun untuk saat ini belum
ada dampak yang besar terhadap pertumbuhan kepesertaan. Kurangnya
SDM di bidang marketing officer ikut mempengaruhi laju pertumbuhan
kepesertaan karena sebelum terjadinya mutasi di BPJS Ketenagakerjaan
Kota Tangerang ini hanya memiliki 1 marketing officer dan setelah
terjadi mutasi belum ada yang menggantikannya. Sementara tugas
marketing officer diberikan kepada relationship officer dan BPJS
Ketenagakerjaan sudah membuka open rekrutmen untuk menambah
pegawai yang ada saat ini.” (Wawancara dengan Kepala Cabang Kantor
BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 27 Juli 2015, pukul 08.30 WIB,
di Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang pertumbuhan kepesertaannya belum berjalan
dengan baik. Hal ini disebabkan transformasi PT Jamsostek menjadi BPJS
Ketenagakerjaan belum memberikan dampak yang besar terhadap pertumbuhan
kepesertaannya seperti bertambahnya daya tarik BPJS Ketenagakerjaan terhadap
calon peserta BPJS Ketenagakerjaan. Disamping itu, belum adanya yang mengisi
posisi marketing officer setelah terjadi mutasi juga menyebabkan kinerja BPJS
Ketenagakerjaan dalam menambah jumlah kepesertaan menjadi kurang maksimal.
Hal ini juga diungkapkan oleh Kepala Bidang Pemasaran Formal BPJS
Ketenagakerjaan Cabang Kota Tangerang sebagai berikut :
“Untuk pertumbuhan kepesertaan sendiri masih belum cepat hal ini
dikarenakan berubahnya Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan
belum memberikan dampak yang besar untuk kepesertaan. Kekurangan
SDM di bidang marketing officer juga berpengaruh terhadap laju
pertumbuhan kepesertaan dan sementara ini tugas tersebut dibebankan
kepada relationship officer.” (Wawancara dengan Kepala Bidang
Pemasaran Formal BPJS Ketenagakerjaan Cabang Kota Tangerang, 28
Juli 2015, Pukul 09.00 WIB di Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan
Kota Tangerang)
123
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, laju pertumbuhan
kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang belum berjalan dengan baik
dan cepat. Salah satu penyebabnya adalah masih belum adanya staff marketing
officer yang baru untuk menggantikan yang telah di mutasi sebelumnya, sehingga
dalam usaha mendapatkan peserta menjadi kurang maksimal. Hal ini juga
ditambahkan oleh Relationship Officer BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang
sebagai berikut :
“Sekarang tugas marketing officer sementara diberikan kepada
relationship officer jadi kalau ada relationship officer yang tidak terlalu
sibuk biasanya yang nanti bertugas ke lapangan menggantikan tugas
marketing officer. Hal ini dilakukan karena belum ada pengganti
marketing officer sebelumnya disini jadi bergantian saja sama
relationship officer yang lain karena kebetulan disini ada 5 relationship
officer yang bisa bergantian menjalani tugas marketing officer.”
(Wawancara dengan Relationship Officer BPJS Ketenagakerjaan Kota
Tangerang, 04 Agustus 2015, di Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan
Kota Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, pertumbuhan
kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang berjalan lambat karena
disebabkan beberapa faktor-faktor antara lain terbentuknya BPJS Ketenagakerjaan
menggantikan PT Jamsostek belum memberikan dampak yang besar terhadap
pertumbuhan kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan. Disamping itu, kurangnya SDM
di bidang marketing officer juga ikut mempengaruhi pertumbuhan kepesertaan
yang lambat karena tugas dari marketing officer ini sangat penting dalam
mendapatkan peserta seperti mendatangi perusahaan yang belum menjadi peserta
dan juga melakukan sosialisasi kepada perusahaan tersebut.
124
Belum adanya petugas marketing officer yang baru membuat relationship
officer menjalankan tugas marketing officer untuk sementara sampai ada petugas
marketing officer yang baru nanti. BPJS Ketenagakerjaan juga sudah membuka
lowongan pekerjaan untuk menambah jumlah pegawai agar kegiatan
penyelenggaraan program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan dapat berjalan
dengan lancar dan lebih baik lagi.
Selain itu, kurangnya kesadaran perusahaan dan buruh di Kota Tangerang
untuk menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan juga memberikan dampak kepada
pertumbuhan kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan sehingga perlu segera diatasi
agar ikut mempercepat pertumbuhan kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan, hal
seperti yang diungkapkan oleh Kepala Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota
Tangerang sebagai berikut :
“Salah satu kelemahan lainnya, yaitu masih kurang kesadaran yang
dimiliki oleh perusahaan dan juga buruh tentang pentingnya manfaat
jaminan sosial ini padahal jaminan sosial ini menjamin kesejahteraan
buruh yang bekerja di perusahaan tersebut. Perusahaan dan buruh masih
berpikir kalau menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan itu hanya menjadi
beban saja, karena kewajiban membayar iuran setiap bulannya.”
(Wawancara dengan Kepala Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota
Tangerang, 27 Juli 2015, pukul 08.30 WIB, di Kantor Cabang BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, kurangnya kesadaran
perusahaan akan pentingnya program jaminan sosial juga menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang.
Perusahaan masih berpikir menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan hanya akan
menjadi beban karena diwajibkan membayar iuran setiap bulannya tanpa
memikirkan manfaat yang akan didapat oleh perusahaan dari program jaminan
125
sosial tersebut. Hal ini juga diungkapkan oleh Kepala Bidang Pemasaran Formal
BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang sebagai berikut :
“Masih kurang kesadaran yang dimiliki perusahaan dan buruh tentang
jaminan sosial ini maka dari itu juga menyebabkan pertumbuhan
kepesertaan tidak berjalan dengan cepat. Perusahaan dan buruh masih
menganggap membayar iuran setiap bulannya ke BPJS Ketenagakerjaan
sebagai beban dan tidak melihat manfaat yang akan didapat dari jaminan
sosial kepada perusahaan dan buruh.” (Wawancara dengan Kepala
Bidang Pemasaran Formal BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 28
Juli 2015, Pukul 09.00 WIB di Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan
Kota Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa kesadaran
yang dimiliki perusahaan dan juga buruh akan manfaat jaminan sosial yang akan
diterima masih kurang hal ini juga menyebabkan pertumbuhan kepesertan BPJS
Ketenagakerjaan menjadi ikut terhambat. Perusahaan dan buruh masih
beranggapan menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan beban tambahan karena
diharuskan membayar iuran setiap bulannya tanpa memikirkan manfaat yang akan
diterimanya nanti.
Kurangnya kesadaran perusahaan dikarenakan berbagai faktor seperti
kondisi ekonomi yang berlangsung di Indonesia saat ini dan penghasilan yang
dimiliki perusahaan hanya cukup buat membayar buruhnya dan biaya produksinya
saja sehingga tidak memungkinkan untuk membayar iuran yang diwajibkan oleh
BPJS Ketenagakerjaan, sehingga perusahaan tersebut belum menjadi peserta
BPJS Ketenagakerjaan, hal ini sebagaimana diungkapkan Direktur Operasional
PT Anugerah Komala Tunggal sebagai berikut :
126
“Dikatakan kurang juga sebenarnya tidak biasanya kalau ada perusahaan
yang belum ikut BPJS Ketenagakerjaan itu karena belum mampu bayar
iurannya karena penghasilannya yang cukup membayar pekerjanya saja.
Kondisi ekonomi sekarang juga membuat perusahaan yang
penghasilannya tidak besar harus tetap bisa bertahan. Hal ini juga yang
membuat perusahaan terpaksa nakal untuk tidak ikut BPJS
Ketenagakerjaan.” (Wawancara dengan Direktur Operasional PT
Anugerah Komala Tunggal, 26 Agustus 2015, Pukul 09.00 WIB, di
kantor PT Anugerah Komala Tunggal)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, kurangnya kesadaran
perusahaan disebabkan oleh ketidakmampuan perusahaan dalam membayar iuran
yang diwajibkan setiap bulannya. Hal ini menyebabkan perusahaan tidak menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan karena penghasilannya yang belum mencukup
untuk membayar iuran dan kondisi ekonomi Indonesia juga ikut berpengaruh
terhadap penghasilan dari perusahaan itu, karena biaya produksi dan harga jual
barang ikut dipengaruhi oleh kondisi perekonomian Indonesia. Hal ini juga
dikatakan oleh Kepala Bagian Personalia PT Shinta Group :
“Kesadaran sudah ada namun untuk perusahaan kecil yang penghasilannya
hanya cukup untuk membayar pekerjanya yang terpaksa tidak ikut BPJS
Ketenagakerjaan karena tidak mampu membayar iurannya.” (Wawancara
dengan Kepala Bagian Personalia PT Shinta Group, 13 Agustus 2015,
pukul 10.00 WIB, di kantor PT Shinta Group)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa kesadaran yang
dimiliki perusahaan sudah ada namun dikarenakan penghasilan yang kecil
membuat perusahaan itu tidak mampu membayar iuran dari BPJS
Ketenagakerjaan sehingga perusahaan itu tidak menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan dari Wakil Ketua Bidang
Jasa APINDO Kota Tangerang :
127
“Sebenarnya kesadaran dari perusahaan tentang jaminan sosial sudah ada,
tetapi biasanya perusahaan yang belum menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan dikarenakan tidak mampu membayar iurannya karena
membuat beban yang ditanggung perusahaan itu semakin besar.
Disamping itu, penghasilan yang dimiliki perusahaan tidak besar untuk
bisa membayar iuran dari BPJS Ketenagakerjaan.” (Wawancara dengan
Wakil Ketua Bidang Jasa APINDO Kota Tangerang, 20 Agustus 2015,
pukul 11.00 WIB, di kantor APINDO Kota Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa kesadaran
perusahaan tentang program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan sudah ada
namun untuk menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan terkendala dalam membayar
iuran karena penghasilan dari perusahaan itu tidak mencukupi untuk membayar
iuran BPJS Ketenagakerjaan sehingga perusahaan itu tidak ikut dalam program
jamian sosial BPJS Ketenagakerjaan.
Disamping itu, kurangnya sosialisasi yang dilakukan BPJS
Ketenagakerjaan kepada buruh juga menyebabkan kurangnya kesadaran yang
dimiliki buruh serta kurangnya pengetahuan tentang program jaminan sosial BPJS
Ketenagakerjaan yang sudah ditambah dengan program jaminan pensiun. Hal ini
sebagaimana diungkapkan oleh buruh PT Shinta Group sebagai berikut :
“Kelemahannya masih kurang sosialisasi yang dilakukan kepada buruh
karena biasanya BPJS Ketenagakerjaan melakukan sosialisasi ke
perusahaan melalui perwakilan perusahaan saja, sosialisasi seperti itu
kurang bagus harusnya kan selain ke perusahaan juga sosialisasi ke
buruhnya juga agar pemahaman tentang BPJS Ketenagakerjaan pun
dapat tersampaikan dengan baik.” (Wawancara dengan Buruh PT Shinta
Group, 10 Agustus 2015, pukul 12.00 WIB di PT Shinta Group)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang kurang melakukan sosialisasi langsung kepada
buruh karena sosialisasi langsung kepada buruh dilakukan oleh perwakilan dari
perusahaa yang telah mengikuti proses sosialisasi yang dilakukan oleh BPJS
128
Ketenagakerjaan Kota Tangerang. Hal ini menyebabkan informasi yang
disampaikan oleh perwakilan perusahaan kepada buruh menjadi tidak maksimal,
karena informasi yang disampaikan bisa sedikit berbeda dari yang sudah
disampaikan BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang. Hal ini juga dikatakan oleh
Satpam PT Anugerah Komala Tunggal :
“Biasanya sosialisasi dilakukan ke perusahaannya saja nanti dari
perusahaan yang akan menyampaikan lagi ke buruhnya seharusnya buruh
juga ikut mendapatkan sosialisasi langsung dari BPJS Ketenagakerjaan
supaya lebih memahami tentang BPJS Ketenagakerjaan.” (Wawancara
dengan Satpam PT Anugerah Komala Tunggal, 21 Agustus 2015, Pukul
10.00 WIB di PT Anugerah Komala Tunggal)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, sosialisasi yang
dilakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan hanya kepada pihak perusahaan saja
sedangkan buruh kurang dilibatkan dalam proses sosialisasi tersebut. Kurangnya
sosialisasi langsung kepada buruh menyebabkan kurangnya komunikasi yang
terjalin antara buruh dan juga BPJS Ketenagakerjaan, sehingga informasi yang
didapatkan buruh tentang BPJS Ketenagakerjaan masih belum maksimal. Hal ini
juga diungkapkan oleh buruh PT Intan Pertiwi Industri sebagai berikut :
“Kelemahannya itu masih kurangnya sosialisasi yang dilakukan BPJS
Ketenagakerjaan kepada buruh, karena BPJS Ketenagakerjaan hanya
melakukan sosialisasi kepada perusahaannya saja. Seharusnya buruh juga
mendapatkan sosialisasi dari BPJS Ketenagakerjaan tidak hanya dari
perwakilan perusahaan saja yang sosialisasi kepada buruh.” (Wawancara
dengan buruh PT Intan Pertiwi Industri, 13 Oktober 2015, pukul 13.00
WIB, di PT Intan Pertiwi Industri)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, kurangnya
sosialisasi BPJS Ketenagakerjaan kepada buruh menyebabkan terbatasnya
informasi yang diketahui buruh tentang program jaminan sosial BPJS
Ketenagakerjaan. BPJS Ketenagakerjaan melakukan sosialisasi lebih sering
129
kepada perusahaan saja dibanding dengan buruh dan perwakilan perusahaan yang
akan melakukan sosialisasi kepada buruh sehingga informasi yang diterima buruh
menjadi tidak maksimal. Terkait kurangnya sosialisasi juga dinyatakan oleh buruh
PT Sanvin sebagai berikut :
“Sosialisasi yang dilakukan BPJS Ketenagakerjaan masih sangat kurang
terutama sosialisasi kepada buruh, karena biasanya BPJS
Ketenagakerjaan melakukan sosialisasi ke perusahannya saja. Setelah itu
perusahaan yang akan melakukan sosialisasi kepada buruh, tetapi akan
lebih efektif kalau sosialisasi itu dilakukan langsung oleh BPJS
Ketenagakerjaan.” (Wawancara dengan buruh PT Sanvin, 09 Oktober
2015, pukul 13.30 WIB, di PT Sanvin)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, sosialisasi langsung
kepada buruh masih kurang karena BPJS Ketenagakerjaan melakukan sosialisasi
kepada perusahannya dan disosialisasikan lagi kepada buruh oleh perusahaan
tersebut. Hal ini menyebabkan belum terjalinnya komunikasi yang baik antara
buruh dengan BPJS Ketenagakerjaan dan pengetahuan buruh tentang BPJS
Ketenagakerjaan menjadi terbatas. Hal ini juga diungkapkan Ketua Pengurus Unit
Kerja Serikat Pekerja Seluruh Indonesia Kota Tangerang sebagai berikut :
“Kelemahannya yang paling utama adalah dalam hal sosialisasi ke buruh
ini karena biasanya BPJS Ketenagakerjaan hanya melakukan sosialisasi
ke perwakilan perusahaan saja atau jika ada kepentingan saja baru
melakukan sosialisasi ke perusahaan kalau ke buruh sendiri masih kurang
sosialisasinya seharusnya sosialisasi juga dilakukan ke buruh langsung
tidak hanya melalui perwakilan perusahannnya.” (Wawancara dengan
Ketua Pengurus Unit Kerja SPSI Kota Tangerang, 10 Agustus 2015,
pukul 12.30 WIB, di PT Shinta Group)
Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa, sosialisasi yang
dilakukan BPJS Ketenagakerjaan sudah dilakukan namun lebih sering sosialisasi
ke perusahaannya saja sedangkan untuk ke buruhnya langsung intensitas
sosialisasinya masih kurang. Informasi yang didapatkan buruh kurang dan belum
130
bisa untuk memahami secara menyeluruh tentang program jaminan sosial yang
dijalankan BPJS Ketenagakerjaan sehingga mengakibatkan kurangnya kesadaran
buruh akan pentingnya program jaminan sosial ini.
Oleh karena itu, pengetahuan buruh tentang pelayanan maupun program
jaminan sosial masih kurang sehingga membuat penyelenggaraan program
jaminan sosial menjadi tidak berjalan dengan baik. Pelayanan online untuk
mendapatkan informasi mengenai saldo JHT dari buruh melalui handphone masih
kurang sosialisanya, hal ini sebagaimana diungkapkan buruh PT Shinta Group
sebagai berikut :
“Saya tidak tahu sekarang sudah bisa cek saldo JHT dari handphone.”
(Wawancara dengan Buruh PT Shinta Group, 10 Agustus 2015, pukul
12.30 WIB di PT Shinta Group)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, buruh masih belum
mengetahui informasi mengenai cek saldo Jaminan Hari Tua (JHT) sudah bisa
dilakukan melalui handphone. Hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi yang
dilakukan BPJS Ketenagakerjaan kepada buruh, sehingga informasi yang dimiliki
buruh tentang BPJS Ketenagakerjaan masih terbatas. Hal ini juga diutarakan
Satpam PT Anugerah Komala Tunggal :
“Saya kurang tahu bisa cek saldo JHT dari handphone.” (Wawancara
dengan Satpam PT Anugerah Komala Tunggal, 21 Agustus 2015, Pukul
10.00 WIB di PT Anugerah Komala Tunggal)
Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa kurangnya
sosialisasi ini membuat buruh kurang mengetahui tentang pelayanan-pelayanan
yang diberikan BPJS Ketenagakerjaan seperti pelayanan online cek saldo Jaminan
131
Hari Tua (JHT) lewat handphone sehingga pelayanan ini menjadi kurang efektif
karena buruh belum mengetahui tentang pelayanan ini.
Selain itu, dengan adanya program jaminan pensiun dari BPJS
Ketenagakerjaan maka beban iuran yang akan dibebankan kepada perusahaan
akan bertambah. Beban tambahan pembayaran iuran dari jaminan pensiun ini
membuat beban perusahaan menjadi semakin besar, hal ini sebagaimana
diungkapkan oleh Direktur Operasional PT Anugerah Komala Tunggal sebagai
berikut :
“Kelemahannya itu beban iuran yang perusahaan tanggung akan semakin
besar dengan adanya program jaminan pensiun walaupun manfaatnya
bagus buat buruh kami nantinya.” (Wawancara dengan Direktur
Operasional PT Anugerah Komala Tunggal, 26 Agustus 2015, Pukul
09.00 WIB, di kantor PT Anugerah Komala Tunggal)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, iuran yang harus
dibayar perusahaan akan semakin besar dengan adanya program jaminan pensiun
dari BPJS Ketenagakerjaan. Pengeluaran perusahaan akan semakin bertambah
untuk membayar iuran kepada BPJS Ketenagakerjaan, tetapi manfaat yang
dirasakan dari program jaminan pensiun sangat baik untuk buruh perusahaan
tersebut. Hal ini juga diungkapkan oleh oleh Kepala Bagian Personalia PT Shinta
Group sebagai berikut :
“Beban iuran yang harus ditanggung perusahaan menjadi semakin besar
dengan adanya program jaminan pensiun yang baru dijalankan oleh BPJS
Ketenagakerjaan ini.” (Wawancara dengan Kepala Bagian Personalia PT
Shinta Group, 13 Agustus 2015, pukul 10.00 WIB, di kantor PT Shinta
Group)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, beban iuran yang
ditanggung perusahaan akan semakin besar karena adanya program jaminan
132
pensiun yang baru dijalankan oleh BPJS Ketenagakerjaan. Oleh karena itu, belum
semua perusahaan di Kota Tangerang yang menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan yang disebabkan salah satunya oleh kewajiban membayar iuran
kepada BPJS Ketenagakerjaan yang belum mampu dipenuhi.
Disamping itu, sosialisasi yang dilakukan BPJS Ketenagakerjaan Kota
Tangerang ini lebih sering dilakukan kepada perusahaan-perusahaan saja dan hasil
sosialisasi ini akan disampaikan kembali oleh perusahaan kepada buruh namun
jika ada keluhan dari buruh mengenai BPJS Ketenagakerjaan tidak bisa langsung
disampaikan kepada BPJS Ketenagakerjaan karena perusahaan yang akan
menerima keluhan itu, hal ini sebagaimana hasil wawancara dengan Direktur
Operasional PT Anugerah Komala Tunggal sebagai berikut :
“Untuk sosialisasi biasanya BPJS Ketenagakerjaan melakukan sosialisasi
tidak langsung kepada buruhnya biasanya melalui perwakilan perusahaan
saja yang diundang untuk datang ke acara BPJS Ketenagakerjaan seperti
seminar. Hasil dari sosialisasi akan disampaikan lagi kepada buruh
melalui perwakilan perusahaan tersebut, jadi sosialisasi ke buruhnya
langsung hampir tidak pernah ada jadi lebih sering sosialisasi ke
perusahaannya saja.” (Wawancara dengan Direktur Operasional PT
Anugerah Komala Tunggal, 26 Agustus 2015, Pukul 09.00 WIB, di
kantor PT Anugerah Komala Tunggal)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, BPJS
Ketenagakerjaan mengundang pihak perusahaan ketika BPJS Ketenagakerjaan
Kota Tangerang akan melakukan sosialisasi. Setelah itu pihak perusahaan yang
akan memberikan sosialisasi lagi kepada buruhnya, sehingga sosialisasi yang
dilakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang hanya kepada perusahaan
saja. Hal ini juga diungkapkan oleh Kepala Bagian Personalia PT Shinta Group :
133
“Biasanya untuk sosialisasi lebih sering ke perusahaannya dibanding ke
buruhnya langsung jadi kalau ada sosialisasi dari BPJS Ketenagakerjaan
yang diundang hanya perwakilan dari perusahaannya kemudian
perwakilan perusahaan itu akan melakukan sosialisasi lagi ke buruh.”
(Wawancara dengan Kepala Bagian Personalia PT Shinta Group, 13
Agustus 2015, pukul 10.00 WIB, di kantor PT Shinta Group)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa sosialisasi yang
dilakukan BPJS Ketenagakerjaan hanya terbatas kepada perusahaan saja sehingga
sosialisasi yang dilakukan BPJS Ketenagakerjaan belum merata karena intensitas
sosialisasi langsung kepada buruh belum maksimal sehingga kegiatan sosialisasi
ini belum berjalan dengan baik. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan dari Wakil
Ketua Bidang Jasa APINDO Kota Tangerang sebagai berikut :
“Sosialisasinya masih kurang karena biasanya hanya mengundang
perwakilan perusahaan saja seharusnya perwakilan dari buruh juga
diundang dan informasi yang disampaikan dapat diterima semua pihak
tidak hanya perusahaan saja.” (Wawancara dengan Wakil Ketua Bidang
Jasa APINDO Kota Tangerang, 20 Agustus 2015, pukul 11.00 WIB, di
kantor APINDO Kota Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, sosialisasi yang
dilaksanakan BPJS Ketenagakerjaan belum merata ke semua pihak, karena hanya
pihak perusahaan saja yang diundang untuk mengikuti sosialisasi yang
dilaksanakan BPJS Ketenagakerjaan. Perwakilan dari buruh juga seharusnya
diundang agar informasi yang disampaikan dalam sosialisasi dapat tersampaikan
ke semua pihak.
Selain itu, buruh masih belum menerima tentang perubahan regulasi yang
terjadi pada program jaminan hari tua. Perubahan regulasi ini terjadi pada
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Hari Tua yang berubah menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun
134
2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Hari Tua, tetapi buruh masih belum sepenuh
setuju dengan Peraturan Pemerintah tersebut. Hal ini sebagaimana diungkapkan
oleh buruh PT Intan Pertiwi Industri sebagai berikut :
“Saya tidak setuju dengan perubahan peraturan yang mengatur tentang
program jaminan hari tua. Perubahan memberatkan pihak buruh karena
buruh tidak bisa mengambil jaminan hari tua sepenuhnya sebelum
berhenti bekerja atau terkena PHK dan buruh hanya bisa mengambil 10%
saja.” (Wawancara dengan buruh PT Intan Pertiwi Industri, 13 Oktober
2015, pukul 13.00 WIB, di PT Intan Pertiwi Industri)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, perubahan regulasi
tentang teknis pengambilan jaminan hari tua tidak disetujui oleh buruh. Hal ini
disebabkan perubahan regulasi itu memberatkan buruh ketika ingin mengambil
uang dari jaminan hari tua ketika masih bekerja, karena buruh hanya bisa
mengambil 10% untuk keperluan sehari-hari dan 30% untuk keperluan mencicil
rumah. Hal senada juga diungkapkan oleh buruh PT Sanvin sebagai berikut :
“Perubahan yang terjadi pada tata cara pengambilan jaminan hari tua
sangat mempersulit buruh. Buruh harus menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan minimal 10 tahun baru bisa mengambil dana jaminan
hari tua dan dana itu hanya 10% saja yang bisa diambil.” (Wawancara
dengan buruh PT Sanvin, 09 Oktober 2015, pukul 13.30 WIB, di PT
Sanvin)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, buruh baru bisa
mengambil dana jaminan hari tua ketika masih aktif bekerja setelah masa
kepesertaan mencapai 10 tahun. Hal ini sangat merugikan buruh karena buruh
hanya bisa mengambil 10% untuk keperluan sehari-hari dan 30% untuk biaya
mencicil rumah, sehingga perubahan regulasi itu belum sepenuhnya
mempermudah buruh dalam memanfaatkan dana jaminan hari tua.
135
Pada lanjutan dari pernyataan Kepala Cabang Kantor BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang mengenai kurangnya kesadaran perusahaan
akan pentingnya program jaminan sosial, pernyataan mengenai usaha-usaha yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
“Untuk meningkatkan lagi kesadaran akan pentingnya jaminan sosial kami
melakukan sosialisasi kepada perusahaan supaya perusahaan dan buruh
mengerti dan memahami tentang manfaat jaminan sosial yang akan
diterima setelah menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.” (Wawancara
dengan Kepala Cabang Kantor BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang,
27 Juli 2015, pukul 08.30 WIB, di Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan
Kota Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang sudah melakukan usaha untuk meningkatkan
kesadaran perusahaan tentang pentingnya menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan
dengan melakukan sosialisasi kepada buruh maupun perusahaan. Namun
sosialisasi ini belum dilakukan secara rutin karena jadwal untuk melakukan
sosialisasi tidak menentu. Hal serupa ditambahkan dengan pernyataan Kepala
Bidang Pemasaran Formal BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang sebagai
berikut:
“Terkait kurangnya kesadaran tersebut, langkah-langkah yang dilakukan
adalah dengan meningkatkan intensitas melakukan sosialisasi kepada
perusahaan dan sosialisasi melalui pimpinan-pimpinan perusahaannya.
Selain itu, apabila diminta perusahaan untuk sosialisasi maka kita akan
datang langsung ke perusahaan itu untuk sosialisasi lalu dengan adanya
sanksi administratif ini diharapkan mampu memberikan efek jera bagi
perusahaan yang tidak taat peraturan.” (Wawancara dengan Kepala
Bidang Pemasaran Formal BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 28
Juli 2015, Pukul 09.00 WIB di Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan
Kota Tangerang)
Dari pernyataan di atas menyatakan bahwa usaha-usaha yang dilakukan
oleh BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang yaitu dengan meningkatkan
136
intensitas kegiatan sosialisasi kepada perusahaan supaya perusahaan mengerti
tentang program jaminan sosial serta manfaat yang akan diperoleh dari program
jaminan sosial tersebut. Dengan begitu diharapkan mampu meningkatkan
kesadaran dari perusahaan tentang pentingnya program jaminan sosial dan mampu
meningkatkan pertumbuhan kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang.
Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang juga akan mendatangi
perusahaan yang meminta untuk dilakukannya sosialisasi ke perusahaan tersebut
yang diharapkan mampu meningkatkan kesadaran dari perusahaan tentang
program jaminan sosial dan manfaat yang akan diterima perusahaan dengan
mengikuti program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan dan dengan adanya
sanksi administratif berupa tidak mendapatkan pelayanan publik dari pemerintah
dapat membuat perusahaan dan buruh menjadi lebih mentaati peraturan BPJS
Ketenagakerjaan.
Kurangnya koordinasi dan komunikasi BPJS Ketenagakerjaan dengan
Dinas Ketenagakerjaan akan menyebabkan ketidakharmonisan dalam membantu
penyelenggaraan program jaminan sosial. Oleh karena itu, sangat diperlukan
koordinasi dan komunikasi yang baik antara BPJS Ketenagakerjaan dan Dinas
Ketenagakerjaan Kota Tangerang, hal ini sebagaimana diungkapkan Kepala
Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang sebagai berikut :
“Dalam menyelenggarakan jaminan sosial ini sangat diperlukan koordinasi
dan komunikasi dengan dinas dinas terkait di Kota Tangerang, maka dari
itu BPJS Ketenagakerjaan sudah membuat kerja sama dalam bentuk
MoU dengan Dinas Ketenagakerjaan dalam bidang pengawasan dan
pemeriksaan ke perusahaan dan buruh agar terjalin koordinasi dan
komunikasi yang baik.” (Wawancara dengan Kepala Kantor Cabang
BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 27 Juli 2015, pukul 08.30 WIB,
di Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang)
137
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, BPJS
Ketenagakerjaan sudah meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan Dinas
Ketenagakerjaan Kota Tangerang dengan menjalin kerja sama melalui MoU yang
telah disepakati bersama. BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang membuat MoU
dengan Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang dalam bidang pengawasan supaya
dalam melaksanakan pengawasan kepada perusahaan dan buruh dapat berjalan
maksimal. Hal ini juga diutarakan oleh Kepala Bidang Pemasaran Formal BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang :
“BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang ini sudah melakukan MOU
dengan Dinas Ketenagakerjaan sehingga nantinya petugas pengawas dari
Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang akan membantu BPJS
Ketenagakerjaan dalam melakukan pengawasan ke perusahaan.”
(Wawancara dengan Kepala Bidang Pemasaran Formal BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 28 Juli 2015, Pukul 09.00 WIB di
Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka dapat diketahui bahwa BPJS
Ketenagakerjaan sudah meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan Dinas
Ketenagakerjaan Kota Tangerang dengan membuat MOU dalam hal pengawasan
dan pemeriksaan yang akan dibantu oleh petugas pengawas dari Dinas
Ketenagakerjaan sehingga akan tercipta koordinasi dan komunikasi yang lebih
baik lagi.
Dalam melakukan pelayanan BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang
belum dapat melakukannya secara maksimal karena tempat yang belum memadai
sehingga pelayanan yang diberikan kepada peserta BPJS Ketenagakerjaan belum
dapat melayani semua peserta yang datang ke Kantor Cabang BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang karena keterbatasan tempat untuk menampung
138
peserta yang datang. Hal ini sebagaimana diungkapkan Kepala Bidang Pelayanan
BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang sebagai berikut :
“Kami dalam memberikan pelayanan belum dapat maksimal karena
keterbatasan tempat sehingga membuat kenyamanan yang didapatkan
peserta yang datang kesini juga kurang. Kami masih belum mampu untuk
melayani semua peserta yang datang kesini akan kami batasi jumlahnya
supaya pelayanan dapat berjalan dengan lancar.” (Wawancara dengan
Kepala Bidang Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 5
Agustus 2015, pukul 02.00 WIB, di Kantor Cabang BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang)
Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti kemudian mencoba
mewawancarai peserta yang datang ke Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan
Kota Tangerang untuk mengetahui kebenaran di lapangan. Ternyata untuk
mendapatkan pelayanan harus datang pagi sekali agar dapat nomor antrian untuk
mendapatkan pelayanan, seperti yang diungkapkan oleh peserta BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang sebagai berikut :
“Biasanya untuk mendapatkan pelayanan peserta akan menaruh dokumen
yang digunakan untuk klaim di tempat yang telah disedikan. Setelah itu
akan dikasih nomor antrian dan untuk mendapatkan nomor antrian ini
harus datang pagi sekali karena banyak peserta yang antri dan saya juga
tadi datang jam 5 subuh supaya dapat nomor antri.” (Wawancara dengan
Peserta BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 06 Agustus 2015, pukul
09.00 WIB di Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang)
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat terlihat bahwa untuk mendapatkan
pelayanan dari BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang harus datang pagi sekali
supaya mendapatkan nomor antrian. Karena keterbatasan tempat maka peserta
mau tidak mau harus datang pagi sekali supaya mendapatkan nomor antrian,
sehingga pelayanan masih belum mampu dilaksanakan kepada seluruh peserta
yang datang ke Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang.
139
Keterbatasan tempat membuat peserta yang datang menjadi kurang
nyaman dan tidak kebagian tempat duduk untuk antri sehingga membuat kepuasan
yang didapatkan peserta belum maksimal karena semua peserta yang datang tidak
dapat dilayanin sepenuhnya oleh BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang. Peserta
juga harus datang pagi jika ingin mendapatkan pelayanan dari BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang karena tidak semua peserta yang datang
mendapatkan pelayanan dari BPJS Ketenagakerjaan, karena keterbatasan tempat
dan juga waktu.
Selain itu, keterbatasan tempat parkir di sekitar Kantor Cabang BPJS
Ketenagakerjaan juga membuat kenyamanan peserta berkurang karena peserta
yang membawa kendaraan diparkir di pinggir jalan sekitar Kantor Cabang BPJS
Ketenagakerjaan sehingga dapat membuat kemacetan kendaraan yang melintas
disitu.
Tempat parkir yang didominasi kendaraan roda dua mempersempit jalan
umum tersebut, sehingga apabila kendaraan yang melintas sedang ramai akan
menimbulkan kemacetan di jalan itu dan kendaraan yang parkir juga akan
dikenakan biaya Rp 2.000 oleh penjaga parkir yang menjaga parkir di jalanan
tersebut. Kondisi tempat parkir ini yang membuat kenyamanan peserta yang
datang ke Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang akan berkurang
karena tempat parkir yang tidak nyaman dan tidak mencukupi untuk semua
peserta yang datang ke Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang.
140
4.4.3 Opportunities (peluang)
Opportunities (peluang) merupakan kondisi peluang yang berkembang di
masa mendatang. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi,
proyek, atau konsep bisnis itu sendiri. Dengan dibentuknya BPJS
Ketenagakerjaan menimbulkan berbagai macam peluang yang menguntungkan
baik untuk BPJS Ketenagakerjaan maupun untuk perusahaan dan buruh. Dengan
adanya kebijakan pemerintah yang baru akan menimbulkan peluang-peluang yang
dapat dimanfaatkan oleh BPJS Ketenagakerjaan, hal ini sebagaimana
diungkapkan oleh Kepala Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang
sebagai berikut :
“Banyak peluang yang didapat seperti cakupan kepesertaan lebih luas
karena tidak hanya terbatas pada perusahaan dan tenaga kerja saja
melainkan seluruh masyarakat Indonesia wajib menjadi peserta. Selain
itu, dengan adanya kerja sama dengan pemerintah mampu meningkatkan
lagi kualitas penyelenggaraan jaminan sosial dan adanya penambahan
manfaat dalam program jaminan sosial akan berdampak pada
kesejahteraan peserta nantinya.” (Wawancara dengan Kepala Kantor
Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 27 Juli 2015, pukul
08.30 WIB, di Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, peluang yang
dimiliki oleh BPJS Ketenagakerjaan kepesertaan tidak terbatas pada tenaga kerja
saja, tetapi seluruh masyarakat Indonesia wajib menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan. Masyarakat Indonesia jadi memiliki jaminan sosial yang akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dan memiliki
tabungan hari tua yang akan bermanfaat ketika peserta BPJS Ketenagakerjaan
tidak bekerja lagi.
141
Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan bisa menjalin kerja sama dengan
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah yang akan memberikan peluang
untuk dapat meningkatkan kualitas penyelenggaraan program jaminan sosial
dengan adanya kerja sama dengan Pemerintah. Kerja sama ini juga bertujuan
untuk memperbaiki dan mempermudah dalam melaksanakan penyelenggaraan
program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan agar berjalan lebih baik lagi. Hal
ini juga ditambahkan oleh Kepala Bidang Pemasaran Formal BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang :
“Peluang yang dimiliki itu seperti kepesertaan sudah mencakup seluruh
masyarakat tidak hanya tenaga kerja dan perusahaan saja. Selain itu,
pemerintah bisa ambil peran dalam penyelenggaraan program jaminan
sosial dengan melakukan kerja sama. Produktivitas tenaga kerja juga
akan meningkat karena sudah ada yang menjamin kesejahteraan dari
tenaga kerja itu.” (Wawancara dengan Kepala Bidang Pemasaran Formal
BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 28 Juli 2015, Pukul 09.00 WIB
di Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, dengan dibentuknya
BPJS Ketenagakerjaan ini menimbulkan banyak peluang yang bisa dimanfaatkan
dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan program jaminan sosial
karena pesertanya tidak terbatas pada tenaga kerja dan perusahaan saja melainkan
seluruh masyarakat Indonesia diwajibkan menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan
yang akan menjadi jembatan menuju kesejahteraan yang lebih baik lagi dengan
program jaminan sosialnya.
Selain itu, adanya penambahan manfaat pada program jaminan sosial
seperti adanya program beasiswa untuk peserta BPJS Ketenagakerjaan yang
sangat bermanfaat bagi kesejahteraan peserta beserta keluarganya dan BPJS
Ketenagakerjaan bisa bekerja sama dengan lembaga pemerintah membuat peluang
142
adanya peningkatkan kualitas penyelenggaraan program jaminan sosial karena
BPJS Ketenagakerjaan bisa bekerja sama dengan lembaga pemerintah yang akan
membantu kinerjanya melalui kerja sama yang sudah disepakati bersama.
Pada sisi waktu pelayanan juga membuat pelayanan akan berjalan menjadi
lebih baik lagi dengan adanya service blue print yang membuat pelayanan yang
diberikan kepada peserta yang akan membuat klaim ke BPJS Ketenagakerjaan.
Waktu pelayanan maksimal 30 menit sehingga sudah menjadi acuan untuk BPJS
Ketenagakerjaan dalam melakukan pelayanan yang cepat dan efektif kepada
peserta BPJS Ketenagakerjaan, hal ini sebagaimana diungkapkan Kepala Bidang
Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang sebagai berikut :
“Dengan adanya peraturan dalam service blue print membuat waktu
pelayanan menjadi lebih cepat dan efektif, sehingga peserta juga akan
cepat dalam mengurus klaim yang dibuatnya dan pelayanan dapat
berjalan dengan lancar.” (Wawancara dengan Kepala Bidang Pelayanan
BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 5 Agustus 2015, pukul 02.00
WIB, di Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang)
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat terlihat bahwa tujuan adanya
service blue print untuk memberikan waktu pelayanan yang cepat dan efektif
kepada peserta sehingga pelayanan dapat diberikan dengan waktu yang singkat
namun berjalan lancar dan efektif dalam mengurus klaim yang diajukan oleh
peserta BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang.
Bagi buruh dan perusahaan dengan adanya pembentukan BPJS
Ketenagakerjaan akan memberikan manfaat yang besar bagi kesejahteraannya
nanti karena berbagai manfaat yang diberikan program jaminan sosial ditambah
dengan adanya jaminan pensiun membuat hari tua buruh akan terjamin dengan
143
jaminan pensiun, hal ini sebagaimana dikatakan buruh PT Shinta Group sebagai
berikut :
“Peluang ada untuk buruh yaitu untuk menjamin hari tua nanti dan ada
yang membiayai pengobatan kalau terjadi kecelakaan saat kerja
sedangkan bagi BPJS Ketenagakerjaan penyelenggaraan jaminan sosial
dapat berjalan lebih baik lagi apabila dapat mengelolanya dengan baik.”
(Wawancara dengan buruh PT Shinta Group, 10 Agustus 2015, pukul
12.30 WIB di PT Shinta Group)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, BPJS
Ketenagakerjaan memberikan peluang untuk menjamin hari tua buruh ketika
sudah tidak bekerja lagi dan memasuki usia pensiun dengan tabungan hari tua
yang dikelola oleh BPJS Ketenagakerjaan. Selain itu, kesejahteraan buruh akan
lebih terjamin karena tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pengobatan ketika
mengalami kecelakaan kerja, karena sudah ditanggung oleh BPJS
Ketenagakerjaan. Hal ini juga ditambahkan oleh Satpam PT Anugerah Komala
Tunggal :
“Hari tua kita jadi terjamin karena sudah ada tabungan hari tua di BPJS
Ketenagakerjaan jadi kalau nanti sudah tidak bekerja lagi bisa diambil
buat keperluan sehari-hari juga jadi sudah ada jaminan buat hari tua
nanti.” (Wawancara dengan Satpam PT Anugerah Komala Tunggal, 21
Agustus 2015, Pukul 10.00 WIB di PT Anugerah Komala Tunggal)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa dengan
adanya BPJS Ketenagakerjaan sudah ada jaminan bagi buruh untuk hari tuanya
atau ketika sudah tidak bekerja lagi di perusahaan karena adanya jaminan hari tua
dan juga jaminan pensiun yang akan menjamin hari tua buruh nanti dan apabila
buruh sudah tidak bekerja lagi sehingga menciptakan rasa tenang dalam buruh
tentang hari tuanya nanti dan sudah memiliki biaya pengobatan dari BPJS
Ketenagakerjaan apabila terjadi kecelakaan ketika bekerja sehingga berpeluang
144
untuk meningkatkan kesejahteraan buruh. Peluang yang tercipta bagi buruh
dengan adanya BPJS Ketenagakerjaan ini juga diungkapkan oleh buruh PT Intan
Pertiwi Industri sebagai berikut :
“Peluangnya bagi buruh seperti meningkatkan kesejahteraan kehidupan
buruh dengan menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Kehidupan buruh
akan tetap dijamin ketika sudah memasuki usia pensiun sehingga buruh
tetap memiliki penghasilan apabila sudah pensiun atau tidak bekerja
lagi.” (Wawancara dengan buruh PT Intan Pertiwi Industri, 13 Oktober
2015, pukul 13.00 WIB, di PT Intan Pertiwi Industri)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, dengan adanya BPJS
Ketenagakerjaan menciptakan peluang yang sangat baik untuk kesejahteraan
kehidupan buruh. Dalam segi ekonomi buruh tetap memiliki penghasilan ketika
sudah tidak bekerja lagi dengan menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan karena
adanya program jaminan hari tua dan program jaminan pensiun, sehingga akan
meningkatkan kesejahteraan buruh. Hal ini juga diungkapkan oleh buruh PT
Sanvin sebagai berikut :
“Dengan adanya BPJS Ketenagakerjaan ini membuat buruh memiliki
jaminan dan perlindungan dari program jaminan sosialnya. Selain itu,
buruh memiliki jaminan adanya penghasilan kalau sudah tidak bekerja
lagi atau sudah pensiun nanti dari BPJS Ketenagakerjaan.” (Wawancara
dengan buruh PT Sanvin, 09 Oktober 2015, pukul 13.30 WIB, di PT
Sanvin)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, BPJS
Ketenagakerjaan memberikan jaminan dan perlindungan kepada buruh ketika
bekerja. Disamping itu, buruh mendapatkan jaminan untuk tetap mendapatkan
penghasilan dari BPJS Ketenagakerjaan melalui program jaminan hari tua dan
jaminan pensiun yang diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan. Hal ini juga
145
diperkuat dengan pernyataan dari Ketua Pengurus Unit Kerja Serikat Pekerja
Seluruh Indonesia Kota Tangerang :
“Peluangnya itu seperti kesejahteraan buruh sudah ada yang menjamin
dengan adanya jaminan sosial ini terutama untuk hari tua nanti atau
sudah tidak bekerja lagi. Karena sudah ada jaminan sosial yang
menjamin hari tua buruh.” (Wawancara dengan Ketua Pengurus Unit
Kerja SPSI Kota Tangerang, 10 Agustus 2015, pukul 12.30 WIB, di PT
Shinta Group)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa dengan adanya
program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan dapat meningkatkan kesejahteraan
buruh sebagai bentuk dari manfaat program jaminan sosial tersebut dan hari tua
buruh sudah ada yang menjamin dengan adanya tabungan pada program jaminan
hari tua dan jaminan pensiun yang diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan.
Bagi perusahaan dengan adanya BPJS Ketenagakerjaan juga menimbulkan
peluang bagi kesejahteraan buruhnya dan untuk meningkatkan produktivitasnya
buruhnya dengan menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Perusahaan akan
menjadi lebih tenang dan menciptakan lingkungan yang kondusif di dalam
perusahaan dengan mengikut sertakan perusahaan serta burunnya ke dalam
program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan, hal ini sebagaimana yang
diungkapkan Direktur Operasional PT Anugerah Komala Tunggal sebagai
berikut:
“Peluangnya itu menciptakan ketenangan kepada buruh dalam bekerja
karena sudah memiliki tabungan hari tua dari BPJS Ketenagakerjaan,
sehingga semangat kerjanya pun akan meningkat. Selain itu,
pengeluaraan perusahaan dapat berkurang apabila buruh mengalami
kecelakaan kerja atau kematian karena sudah ditanggung oleh BPJS
Ketenagakerjaan.” (Wawancara dengan Direktur Operasional PT
Anugerah Komala Tunggal, 26 Agustus 2015, Pukul 09.00 WIB, di
kantor PT Anugerah Komala Tunggal)
146
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, dengan menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan perusahaan dapat mengurangi beban biaya untuk
membayar biaya pengobatan ketika buruh perusahaan tersebut mengalami
kecelakaan kerja karena sudah ditanggun BPJS Ketenagakerjaan. Selain itu, dapat
menciptakan ketenangan kepada buruh karena sudah dijamin oleh program
jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan, sehingga akan meningkatkan produktivitas
kerjanya di perusahaan tersebut. Hal ini juga diutarakan oleh Kepala Bagian
Personalia PT Shinta Group :
“Peluang yang dimiliki pasti ada untuk perusahaan seperti mengurangi
beban biaya yang harus dikeluarkan perusahaan kalau buruh mengalami
kecelakaan kerja atau kematian karena semua biaya sudah ditanggung
oleh BPJS Ketenagakerjaan dan buruh juga akan memiliki tabungan hari
tua kalau sudah tidak bekerja lagi sehingga semangat kerja meningkat.”
(Wawancara dengan Kepala Bagian Personalia PT Shinta Group, 13
Agustus 2015, pukul 10.00 WIB, di kantor PT Shinta Group)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa perusahaan akan
mendapatkan manfaat yang besar dengan mengikuti program jaminan sosial BPJS
Ketenagakerjaan seperti BPJS Ketenagakerjaan akan menanggung semua biaya
kecelakaan kerja dan kematian yang dialami buruh sehingga perusahaan tidak
akan keluar biaya sama sekali. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan dari Wakil
Ketua Bidang Jasa APINDO Kota Tangerang :
“Banyak peluang yang tercipta bagi perusahaan seperti menanggulangi
resiko kecelakaan kerja dan kematian yang dialami buruh karena seluruh
biaya sudah ditanggung BPJS Ketenagakerjaan dan buruh sudah
memiliki tabungan dari jaminan hari tua yang dapat digunakan kalau
sudah tidak bekerja lagi yang akan meningkatkan lagi produktivitas kerja
buruh itu.” (Wawancara dengan Wakil Ketua Bidang Jasa APINDO Kota
Tangerang, 20 Agustus 2015, pukul 11.00 WIB, di kantor APINDO Kota
Tangerang)
147
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa perusahaan tidak
akan menanggung biaya pengobatan kecelakaan kerja dan kematian yang dialami
buruh yang akan menguntungkan perusahaan karena berkurangnya beban biaya
yang dikeluarkan oleh perusahaan dan menciptakan kondisi lingkungan kerja
yang kondusif di perusahaan yang akan meningkatkan semangat bekerja dari
buruh tersebut. Buruh juga akan memiliki tabungan di BPJS Ketenagakerjaan
yang akan bermanfaat apabila sudah tidak bekerja lagi sehingga meningkatkan
produktivitas kerja yang akan menguntungkan perusahaan itu.
Adanya berbagai peluang yang didapat dengan terbentuknya BPJS
Ketenagakerjaan dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan program
jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan maka BPJS Ketenagakerjaan
memanfaatkan berbagai peluang tersebut untuk menyelenggarakan program
jaminan sosialnya, seperti yang diungkapkan oleh Kepala Kantor Cabang BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang sebagai berikut :
“Memanfaatkannya dengan mengadakan kerja sama dengan Pemerintah
Kota Tangerang untuk proses pengawasan dan pemeriksaan kepada
peserta maupun calon peserta dan dalam pemberian sanksi administratif
yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Kota Tangerang sehingga
diharapkan masyarakat Kota Tangerang sudah menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan seluruhnya nanti.” (Wawancara dengan Kepala Kantor
Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 27 Juli 2015, pukul
08.30 WIB, di Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang memanfaatkan peluang yang ada dengan
menjalin kerja dengan Pemerintah Kota Tangerang. Kerja sama ini dilakukan
dalam melaksanakan pengawasan kepada perusahaan dan buruh agar proses
148
pengawasan dapat berjalan maksimal. Hal ini juga diutarakan oleh Kepala Bidang
Pemasaran Formal BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang :
“BPJS Ketenagakerjaan sudah bekerja sama dengan Pemerintah Kota
Tangerang untuk bisa membantu dalam hal pengawasan dan pemeriksaan
kepada peserta dan yang belum menjadi peserta.” (Wawancara dengan
Kepala Bidang Pemasaran Formal BPJS Ketenagakerjaan Kota
Tangerang, 28 Juli 2015, Pukul 09.00 WIB di Kantor Cabang BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa dalam memanfaatkan
peluangnya salah satu yang dilakukan yaitu melakukan kerja sama dengan
lembaga pemerintah dalam hal ini Pemerintah Kota Tangerang agar membantu
penyelenggaraan program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan dalam hal
pengawasan dan pemeriksaan kepada buruh dan perusahaan yang ada di Kota
Tangerang dan dalam memberikan sanksi adminsitrastif seperti tidak
mendapatkan pelayanan publik dari pemerintah terhadap peserta yang melanggar
peraturan.
Disamping itu, dalam melakukan pelayanan dengan adanya peraturan
service blue print akan dimanfaatkan BPJS Ketenagakerjaan untuk membuat
pelayanan menjadi lebih cepat dan baik lagi dalam melayani peserta yang datang
ke Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang, hal ini sebagaimana
diungkapkan Kepala Bidang Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang
sebagai berikut :
“Manfaatnya pelayanan yang diterima peserta yang datang akan menjadi
lebih cepat dan lebih baik lagi terutama dalam waktu pelayanan yang
diberikan dan diharapkan nantinya mampu melayani seluruh peserta yang
datang kesini.” (Kepala Bidang Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan Kota
Tangerang, 5 Agustus 2015, pukul 02.00 WIB, di Kantor Cabang BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang)
149
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa dalam
pelayanan dengan adanya service blue print yang mewajibkan waktu pelayanan
maksimal 30 menit dapat membuat pelayanan menjadi lebih cepat dan lebih baik
lagi sehingga peserta yang datang ke Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota
Tangerang dapat terlayani seluruhnya.
4.4.4 Threats (ancaman)
Threats (ancaman) merupakan kondisi yang mengancam dari luar dan
ancaman ini dapat menganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
BPJS Ketenagakerjaan dalam menyelenggarakan program jaminan sosialnya tidak
lepas dari akan adanya ancaman baik dari buruh maupun perusahaan yang tidak
puas dengan progam jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan, hal ini sebagaimana
diungkapkan oleh Kepala Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang
sebagai berikut :
“Faktor ketidakpuasan terhadap kebijakan yang diambil pemerintah terkait
program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan ini biasanya membuat
buruh dan juga perusahaan protes terhadap kebijakan itu terutama buruh
yang biasanya akan melakukan demo apabila kebijakan yang dikeluarkan
BPJS Ketenagakerjaan tidak sesuai keinginannya.” (Wawancara dengan
Kepala Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 27 Juli
2015, pukul 08.30 WIB, di Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota
Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, ketidakpuasan buruh
dan perusahaan terhadap kebijakan yang dijalankan BPJS Ketenagakerjaan dalam
menyelenggarakan program jaminan sosial akan menjadi ancaman proses
penyelenggaraan program jaminan sosial. Hal ini disebabkan oleh buruh yang
akan melakukan demo terkait kebijakan yang dinilai oleh buruh merugikan buruh,
sehingga diperlukan perubahan dalam kebijakan tersebut. Hal ini juga
150
ditambahkan oleh Kepala Bidang Pemasaran Formal BPJS Ketenagakerjaan Kota
Tangerang :
“Ancaman biasanya datang dari buruh dan perusahaan yang tidak puas
dengan kebijakan yang dikeluarkan BPJS Ketenagakerjaan terutama
buruh yang sering melakukan demo untuk menyampaikan
ketidakpuasannya terhadap BPJS Ketenagakerjaan. Namun hal ini juga
bisa dijadikan pelajaran untuk memperbaiki yang masih kurang dari
program jaminan sosial ini.” (Wawancara dengan Kepala Bidang
Pemasaran Formal BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 28 Juli 2015,
Pukul 09.00 WIB di Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota
Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa, ancaman
yang datang ke BPJS Ketenagakerjaan datang dari pihak buruh dan perusahaan
yang merasa tidak puas tentang program jaminan sosial yang dijalankan BPJS
Ketenagakerjaan. Buruh akan melakukan aksi demo kepada BPJS
Ketenagakerjaan untuk memprotes kebijakan yang dikeluarkan BPJS
Ketenagakerjaan dalam menjalankan program jaminan sosialnya yang dianggap
tidak adil buat buruh sehingga akan berdampak pada pertumbuhan kepesertaan
dan penyelenggaraan program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan. Hal ini juga
diperkuat oleh pernyataan Kepala Bidang Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan Kota
Tangerang sebagai berikut :
“Ancamannya datang dari buruh dan perusahaan yang tidak puas terhadap
kinerja BPJS Ketenagakerjaan sehingga akan mempengaruhi
penyelenggaraan program jaminan sosial dan bisa dijadikan penilaian
untuk lebih baik lagi ke depannya dalam menyelenggarakan program
jaminan sosial.” (Wawancara dengan Kepala Bidang Pelayanan BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 5 Agustus 2015, pukul 02.00 WIB, di
Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang)
151
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa ketidakpuasan buruh
dan perusahaan ketika menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan dapat membuat
penyelenggaraan program jaminan sosial menjadi tidak lancar sehingga perlu
dilakukan perbaikan oleh BPJS Ketenagakerjaan agar dalam menjalankan
program jaminan sosial dapat berjalan lebih baik lagi.
Buruh yang merasa tidak puas dengan kinerja dari BPJS Ketenagakerjaan
akan melakukan aksi demo untuk menyampaikan ketidakpuasannya terhadap
BPJS Ketenagakerjaan agar BPJS Ketenagakerjaan dapat memperbaiki lagi
kinerjanya agar penyelenggaraan program jaminan sosial dapat berjalan lebih baik
lagi, hal ini sebagaimana diungkapkan buruh PT Shinta Group sebagai berikut :
“Ancamannya itu biasanya buruh akan melakukan demo untuk menuntut
adanya perbaikan di BPJS Ketenagakerjaan agar program jaminan sosial
ini juga tidak merugikan buruh yang seharusnya memberikan manfaat
kepada buruh seperti peraturan baru tentang JHT yang baru dikeluarkan,
peraturan itu merugikan untuk buruh makanya buruh melakukan demo
sehingga aspirasi dari buruh akan tersampaikan kepada BPJS
Ketenagakerjaan agar segera dilakukan perbaikan.” (Wawancara dengan
buruh PT Shinta Group, 10 Agustus 2015, pukul 12.30 WIB di PT
Shinta Group)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, buruh akan
melakukan demo untuk menuntut adanya perbaikan yang dilakukan BPJS
Ketenagakerjaan tentang peraturan yang dijalankan. Buruh akan menyampaikan
aspirasinya dari demo tersebut agar aspirasinya dapat tersampaikan kepada BPJS
Ketenagakerjaan, sehingga BPJS Ketenagakerjaan dapat mempertimbangkan
aspirasi tersebut untuk memperbaiki kekurangan dari peraturan tersebut. Hal ini
juga diutarakan oleh Satpam PT Anugerah Komala Tunggal :
152
“Ancamannya BPJS Ketenagakerjaan bisa di demo oleh buruh kalau ada
kebijakan yang dijalankan merugikan pihak buruh kaya peraturan tentang
JHT yang baru dikeluarkan yang mempersulit buruh dalam memperoleh
dana JHT sehingga menuntut BPJS Ketenagakerjaan untuk melakukan
perbaikan pada peraturan itu.”(Wawancara dengan Satpam PT Anugerah
Komala Tunggal, 21 Agustus 2015, Pukul 10.00 WIB di PT Anugerah
Komala Tunggal)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa ancaman untuk BPJS
Ketenagakerjaan yaitu demo yang dilakukan buruh sebagai bentuk rasa tidak puas
akan kinerja dan kebijakan yang dijalankan BPJS Ketenagakerjaan sehingga
buruh akan menuntut adanya perbaikan dari BPJS Ketenagakerjaan agar dapat
menyelenggarakan program jaminan sosial lebih baik lagi ke depannya. Hal ini
juga diutarakan oleh buruh PT Intan Pertiwi Industri sebagai berikut :
“Ancamannya itu buruh akan melakukan demo kepada BPJS
Ketenagakerjaan tentang peraturan yang dinilai tidak memihak kepada
buruh. Selain itu, buruh tidak akan menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan kalau ada ketidakpuasan terhadap peraturan tentang
program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan.” (Wawancara dengan
buruh PT Intan Pertiwi Industri, 13 Oktober 2015, pukul 13.00 WIB, di
PT Intan Pertiwi Industri)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, buruh akan
melakukan demo kepada BPJS Ketenagakerjaan terhadap peraturan yang
digunakan dalam penyelenggaraan program jaminan sosial. Buruh akan
menyampaikan asipirasinya itu kepada BPJS Ketenagakerjaan melalui aksi demo
dan buruh memilih untuk tidak menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Hal
senada juga diungkapkan oleh buruh PT Sanvin sebagai berikut :
“Ancamannya bisa berupa demo yang dilakukan buruh dan tidak menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan. Demo yang dilakukan sebagai bentuk
ketidakpuasan buruh terhadap penyelenggaraan program jaminan sosial
oleh BPJS Ketenagakerjaan.” (Wawancara dengan buruh PT Sanvin, 09
Oktober 2015, pukul 13.30 WIB, di PT Sanvin)
153
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, ancaman yang
dilakukan buruh berupa demo sebagai bentuk protes dan ketidakpuasanya kepada
BPJS Ketenagakerjaan. Selain itu, buruh tidak akan menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan kalau peraturan yang dijalankan BPJS Ketenagakerjaan
merugikan pihak buruh. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan Ketua Pengurus
Unit Kerja Serikat Pekerja Seluruh Indonesia Kota Tangerang sebagai berikut :
“Kalau ada peraturan dari BPJS Ketenagakerjaan yang merugikan buruh
maka buruh akan melakukan demo sebagai bentuk protes ke BPJS
Ketenagakerjaan. Contohnya seperti peraturan baru mengenai jaminan
hari tua yang baru dikeluarkan BPJS Ketenagakerjaan. Peraturan itu
merugikan buruh sehingga buruh melakukan demo kepada BPJS
Ketenagakerjaan agar peraturan baru itu diperbaiki lagi agar manfaatnya
tetap bisa dirasakan oleh buruh.” (Wawancara dengan Ketua Pengurus
Unit Kerja Serikat Pekerja Seluruh Indonesia Kota Tangerang, 10
Agustus 2015, pukul 12.30 WIB, di PT Shinta Group)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa aksi demo yang
dilakukan buruh sebagai bentuk protes dan untuk menyampaikan aspirasinya
tentang kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan BPJS Ketenagakerjaan yang
merugikan buruh sehingga bisa dilakukan perubahan atau perbaikan pada
kebijakan itu agar tidak merugikan buruh dan penyelenggaraan program jaminan
sosial dapat berjalan lancar dan lebih baik lagi.
Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan juga mendapatkan keluhan dari
perusahaan yang tidak puas dengan pelayanan dan kebijakan yang diberikan
kepada perusahaan agar pelayanan dan kebijakan yang dijalankan BPJS
Ketenagakerjaan dapat berjalan lebih baik lagi, hal ini sebagaimana diungkapkan
oleh Direktur Operasional PT Anugerah Komala Tunggal sebagai berikut :
154
“Kalau dari perusahaan tidak melakukan demo, tetapi menyampaikan
keluhan saja kepada BPJS Ketenagakerjaan mengenai pelayanan dan
iuran yang dibebankan kepada perusahaan karena sekarang ditambah
iuran jaminan pensiun juga yang membebani perusahaan karena iurannya
semakin bertambah.” (Wawancara dengan Direktur Operasional PT
Anugerah Komala Tunggal, 26 Agustus 2015, Pukul 09.00 WIB, di
kantor PT Anugerah Komala Tunggal)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, perusahaan hanya
menyampaikan keluhan dari ketidakpuasannya kepada BPJS Ketenagakerjaan dan
tidak melakukan demo seperti yang buruh lakukan. Pihak perusahaan akan
menyampaikan keluhan terkait pelayanan yang kurang baik dan iuran yang
semakin besar karena adanya program jaminan pensiun. Hal ini juga diuatarakan
oleh Kepala Bagian Personalia PT Shinta Group :
“Biasanya perusahaan akan menyampaikan keluhan kepada BPJS
Ketenagakerjaan tentang pelayanan yang kurang baik dan masalah iuran
yang harus dibayar perusahaan supaya bisa diringankan lagi.”
(Wawancara dengan Kepala Bagian Personalia PT Shinta Group, 13
Agustus 2015, pukul 10.00 WIB, di kantor PT Shinta Group)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, perusahaan
menyampaikan keluhan saja kepada BPJS Ketenagakerjaan apabila pelayanan
yang diberikan kurang baik sehingga BPJS Ketenagakerjaan akan melakukan
perbaikan pada pelayanan yang diberikan kepada perusahaan dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepada perusahaan. Hal ini juga
diperkuat dari pernyataan Wakil Ketua Bidang Jasa APINDO Kota Tangerang
sebagai berikut :
“Perusahaan tidak melakukan demo kepada BPJS Ketenagakerjaan
melainkan hanya menyampaikan keluhan kepada BPJS Ketenagakerjaan
jika perusahaan merasa tidak puas atas pelayanan yang diberikan dan
iuran semakin besar dengan adanya jaminan pensiun.” (Wawancara
dengan Wakil Ketua Bidang Jasa APINDO Kota Tangerang, 20 Agustus
2015, pukul 11.00 WIB, kantor APINDO Kota Tangerang)
155
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa perusahaan
tidak melakukan demo dalam menyampaikan ketidakpuasannya terhadap BPJS
Ketenagakerjaan hanya menyampaikan keluhan-keluhan saja yang disampaikan
kepada BPJS Ketenagakerjaan yang diharapkan bisa dijadikan penilaian dalam
meningkatkan kualitas program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan.
Dalam menghadapi ancaman yang diterima BPJS Ketenagakerjaan, maka
BPJS Ketenagakerjaan perlu mengeluarkan solusi-solusi terbaik agar ancaman
tersebut tidak menganggu penyelenggaraan program jaminan sosial yang
dijalankan oleh BPJS Ketenagakerjaan dan program jaminan sosial dapat berjalan
sesuai dengan tujuannya. Menurut Kepala Cabang Kantor BPJS Ketenagakerjaan
Kota Tangerang sebagai berikut :
“Solusinya itu kami mempelajari dahulu kesalahannya dan ikut
mempertimbangkan aspirasi dari buruh maupun perusahaan dalam
melakukan perbaikan peraturan di BPJS Ketenagakerjaan ini contohnya
seperti peraturan baru tentang jaminan hari tua yang tidak disetujui oleh
buruh. BPJS Ketenagakerjaan mengkaji ulang peraturan itu dan
merevisinya dengan ikut mempertimbangkan usulan buruh di dalamnya.”
(Wawancara dengan Kepala Cabang Kantor BPJS Ketenagakerjaan Kota
Tangerang, 27 Juli 2015, pukul 08.30 WIB, di Kantor Cabang BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, BPJS
Ketenagakerjaan melakukan pengkajian ulang terhadap peraturan yang tidak
disetujui oleh buruh dengan ikut mempertimbangkan aspirasi dari buruh agar
peraturan yang direvisi akan menguntungkan semua pihak. Hal ini juga
diungkapkan oleh Kepala Bidang Pemasaran Formal BPJS Ketenagakerjaan Kota
Tangerang sebagai berikut :
156
“Kami akan melakukan perbaikan tentang peraturan yang diprotes oleh
buruh atau perusahaan setelah dilakukan pengkajian ulang tentang
peraturan itu seperti peraturan baru tentang JHT yang sangat diprotes
oleh buruh. Kami melakukan revisi terhadap peraturan itu dengan
melihat usulan dari buruh juga agar peraturan yang direvisi nanti dapat
disesuaikan dengan usulan dari buruh juga.” (Wawancara dengan Kepala
Bidang Pemasaran Formal BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 28
Juli 2015, Pukul 09.00 WIB di Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan
Kota Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa untuk memberikan
solusi terhadap ancaman yang timbul dari buruh maupun perusahaan BPJS
Ketenagakerjaan akan melakukan perbaikan terhadap peraturan atau pelayanan
yang kurang baik dengan menyesuaikan aspirasi dari buruh maupun perusahaan
agar program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan dapat berjalan dengan lebih
baik lagi. Hal ini juga ditambahkan oleh pernyataan Kepala Bidang Pelayanan
BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang :
“Kami akan melakukan perbaikan pelayanan yang membuat peserta tidak
nyaman dan tidak puas tentang pelayanan yang diberikan kepada peserta
agar peserta dapat merasa lebih nyaman dan puas terhadap pelayanan
kami berikan.” (Wawancara dengan Kepala Bidang Pelayanan BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 5 Agustus 2015, pukul 02.00 WIB, di
Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa BPJS Ketenagakerjaan
akan melakukan perbaikan pelayanan apabila pelayanan yang diberikan belum
memberikan kenyamanan dan kepuasan bagi peserta yang menerima pelayanan itu
sehingga pelayanan yang diberikan BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang
kepada peserta yang datang ke kantor cabang akan berjalan lebih baik lagi nanti.
157
4.5 Pembahasan
Pembahasan merupakan isi dari hasil analisis data dan fakta yang peneliti
dapatkan di lapangan serta diseusaikan dengan teori yang peneliti gunakan.
Pembahasan hasil penelitian ini dilakukan untuk memberikan penafsiran terhadap
hasil yang diperoleh selama penelitian berlangsung. Peneliti dalam penelitiannya
ini menggunakan teori analisis SWOT dalam Siagian (2008:172) dimana di dalam
teori ini memberikan visualisasi yang berguna atas komponen-komponen penting
yang harus dipertimbangkan oleh pimpinan untuk menjamin bahwa strategi dapat
berjalan dalam kehidupan organisasi. Strategi yang efektif mencakup hubungan
yang konsisten dari satu faktor yaitu : strengths, weaknesses, opportunities,
threats.
4.5.1 Strenghts (kekuatan)
Strenghts yang berkaitan dengan kekuatan atau keunggulan yang dimiliki
suatu organisasi. Temuan di lapangan terlihat bahwa kekuatan atau keunggulan
yang dimiliki BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang diantaranya bisa bekerja
sama dengan lembaga pemerintah pusat atau pemerintah daerah dalam rangka
meningkatkan kualitas penyelenggaraan program jaminan sosial BPJS
Ketenagakerjaan yang berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 2013
tentang Tata Cara Hubungan Antar Lembaga Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial. BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang sudah mengadakan kerja sama
dengan Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP)
Kota Tangerang dan Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang dalam bentuk MoU
yang sudah disepakati bersama dimana dinas-dinas itu akan membantu BPJS
158
Ketenagakerjaan Kota Tangerang dalam menyelenggarakan program jaminan
sosial seperti dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan kepada perusahaan
dan buruh yang akan dibantu oleh Dinas Ketenagakerjaan sedangkan BPMPTSP
Kota Tangerang membantu dalam mempercepat laju pertumbuhan kepesertaan
dengan tidak memberikan izin usaha kepada perusahaan apabila ingin membuat
surat izin usaha atau memperpanjang izin usaha dan sebagai bentuk kerja sama itu
BPJS Ketenagakerjaan sudah membuka kantor untuk calon peserta yang akan
mendaftar menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan di BPMPTSP Kota Tangerang.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian
BPJS Ketenagakerjaan sudah menambah manfaat dari program jaminan sosial
bagi peserta BPJS Ketenagakerjaan dimana akan ada program beasiswa bagi
peserta BPJS Ketenagakerjaan yang mengalami cacat total tetap dan meninggal
dunia akibat kecelakaan kerja yang diberikan sebesar Rp. 12.000.000 dalam
program jaminan kecelakaan kerja sedangkan dalam program jaminan kematian
santunan kematian yang diberikan meningkat menjadi Rp. 16.200.000 dari
sebelumnya Rp.14.200.000 dan pemberian biaya pemakaman juga meningkat
menjadi Rp.3.000.000 dari sebelumnya Rp.2.000.000 dan peserta yang meninggal
dunia bukan akibat kecelakaan kerja akan menerima beasiswa sebanyak
Rp.12.000.000 dan telah memiliki masa iuran paling singkat 5 tahun.
BPJS Ketenagakerjaan juga menjalankan program jaminan pensiun yang baru
dijalankan tahun 2015 ini yang bermanfaat untuk buruh apabila sudah mencapai
usia pensiun yaitu 56 tahun sesuai dengan usia pensiun yang ditetapkan oleh
159
pemerintah dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun. Jaminan pensiun ini akan
memberikan dana pensiun secara berkala setiap bulan kepada peserta dengan
syarat peserta telah memiliki masa iuran 15 tahun namun apabila peserta belum
mencapai masa iuran 15 tahun maka peserta berhak mendapatkan jaminan pensiun
seluruhnya.
Disamping itu, buruh juga akan memiliki tabungan saat sudah tidak bekerja
lagi atau terkena PHK dari perusahaan tempatnya bekerja yang terdapat pada
program jaminan hari tua. Program jaminan hari tua dijalankan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 46 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan
Hari Tua yang akan memberikan hasil tabungan hari tua yang sudah ada di BPJS
Ketenagakerjaan kepada peserta yang mengalami cacat total tetap, mencapai usia
pensiun, meninggal dunia dan yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK) atau berhenti bekerja karena mengundurkan diri akan dibayarkan secara
tunai dan sekaligus setelah melewati masa tunggu 1 bulan. Manfaat Jaminan Hari
Tua (JHT) juga bisa diambil selama buruh aktif bekerja dengan catatan masa
kepesertaan minimal 10 tahun dan manfaat dapat diberikan paling banyak 30%
dari jumlah JHT yang bisa digunakan untuk membeli rumah atau paling banyak
10% untuk keperluan lainnya.
Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan sudah memiliki sistem e-service yang akan
memudahkan peserta dalam mengakses pelayanan dari BPJS Ketenagakerjaan
tanpa harus datang ke kantor cabang BPJS Ketenagakerjaan. Pelayanan e-service
160
ini terdiri dari pendaftaran menjadi peserta secara online yang dapat dilakukan di
website BPJS Ketenagakerjaan sehingga mempermudah calon peserta yang akan
daftar menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Peserta juga bisa untuk mengecek
saldo Jaminan Hari Tua (JHT) lewat aplikasi yang terdapat di handphone yang
memiliki software ios, android, dan blackberry yang akan mempermudah peserta
untuk mengetahui saldo jaminan hari tuanya tanpa harus datang ke kantor cabang
BPJS Ketenagakerjaan.
BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang sudah bekerja sama dengan bank
mandiri dimana peserta diharuskan untuk memiliki rekening mandiri untuk
menyimpan jaminan hari tuanya. Untuk mempermudah peserta yang belum
memiliki rekening bank mandiri maka bank mandiri sudah memberikan fasilitas
mobil mandiri yang tersedia di kantor cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota
Tangerang yang berfungsi untuk membuat buku tabungan mandiri tanpa harus
memberikan saldo awal untuk dapat membuka rekening itu sehingga
mempermudah peserta yang baru membuat rekening di bank mandiri.
Dalam memberikan sanksi kepada perusahaan dan buruh yang melanggar
peraturan, BPJS Ketenagakerjaan dapat memberikan sanksi peringatan tertulis,
denda dan tidak mendapatkan pelayanan publik dari pemerintah berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi
Administratif Kepada Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara dan Setiap
Orang, Selain Pemberi Kerja, Pekerja dan Penerima Bantuan Iuran. Sanksi tidak
mendapatkan pelayanan publik ini baru dijalankan ketika BPJS Ketenagakerjaan
dibentuk yang akan membantu memberikan efek jera kepada perusahaan dan
161
buruh yang melanggar peraturan sehingga perusahaan dan buruh dapat lebih
mematahui peraturan dari BPJS Ketenagakerjaan.
4.5.2 Weaknesess (kelemahan)
Weaknesess yang berkaitan dengan keterbatasan atau kekurangan dalam hal
sumber daya, keterampilan dan kemampuan yang akan menjadi penghalang serius
dalam kinerja organisasi. Pada temuan di lapangan menunjukan bahwa BPJS
Ketenagakerjaan belum bisa merubah pola pikir dari perusahaan dan buruh bahwa
jaminan sosial merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi tidak hanya
membayar iuran saja karena manfaat dari jaminan sosial sangat besar bagi
perusahaan dan buruh. Hal ini yang masih diusahakan oleh BPJS Ketenagakerjaan
Kota Tangerang agar pola pikir perusahaan dan buruh dapat diubah iuran yang
harus dibayarkan tidak dijadikan beban yang harus dikeluarkan melainkan karena
kebutuhan yang harus dipenuhi oleh perusahaan dan buruh.
Upaya-upaya yang dilakukan BPJS Ketenagakerjaan dalam mengubah pola
pikir perusahaan dan buruh ada 2 jenis, yaitu pembinaan secara langsung kepada
perusahaan dan buruh dan pembinaan melalui telepon. Pembinaan secara
langsung kepada perusahaan dan buruh dilakukan apabila perusahaan meminta
BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang melakukan pembinaan di perusahannya.
Pembinaannya ini berupa sosialisasi mengenai informasi terbaru dari BPJS
Ketenagakerjaan dan diskusi mengenai keluhan-keluhan dan masukan-masukan
yang ingin disampaikan oleh perusahaan dan serikat buruh selaku wakil dari
buruh.
162
Pembinaan secara langsung ini tidak dilakukan secara rutin, karena hanya
dilakukan apabila perusahaan meminta pembinaan kepada BPJS Ketenagakerjaan
Kota Tangerang di perusahaannya, sehingga hasilnya tidak maksimal. Selain itu,
pembinaan melalui telepon dilaksanakan setiap 1 bulan sekali kepada perusahaan.
BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang akan menelepon perusahaan terkait data-
data perusahaan yang masih belum lengkap dan memberikan informasi terbaru
mengenai program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan.
Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang masih kurang dalam
melakukan sosialisasi kepada buruh karena sosialisasi yang dilakukan lebih sering
kepada perwakilan perusahaannya saja dan perwakilan perusahaan tersebut yang
akan mensosialisasikan lagi ke buruhnya sehingga komunikasi yang terjalin antara
BPJS Ketenagakerjaan dan buruh masih kurang dan perlu untuk ditingkatkan lagi
karena akan berdampak pada kurangnya pemahaman yang dimiliki buruh tentang
BPJS Ketenagakerjaan dan penyampaian informasi tentang BPJS
Ketenagakerjaan menjadi tidak maksimal sehingga apabila ada buruh yang tidak
mengerti tidak bisa bertanya langsung kepada BPJS Ketenagakerjaan.
Selain itu, buruh tidak setuju terhadap perubahan regulasi tentang tata cara
pengambilan dana jaminan hari tua BPJS Ketenagakerjaan. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 46 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan program jaminan hari tua buruh
baru bisa mengambil dana jaminan hari tua ketika sudah memiliki masa
kepesertaan 10 tahun dan hanya bisa 10% untuk keperluan sehari-hari dan 30%
untuk keperluan kepemilikan rumah. Buruh bisa mengambil seluruh dana jaminan
163
hari tua apabila sudah berhenti bekerja atau terkena PHK, sudah memasuki usia
pensiun, buruh mengalami cacat total tetap dan buruh meninggal dunia.
Selain itu, beban iuran yang ditanggung perusahaan akan semakin besar
karena adanya program jaminan pensiun yang baru dijalankan oleh BPJS
Ketenagakerjaan. Oleh karena itu, belum semua perusahaan di Kota Tangerang
yang menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan yang disebabkan salah satunya oleh
kewajiban membayar iuran kepada BPJS Ketenagakerjaan yang belum mampu
dipenuhi.
Disamping itu, kurangnya kesadaran perusahaan tentang program jaminan
sosial di Kota Tangerang masih belum maksimal. Perusahaan tidak menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan dikarenakan tidak mau menambah beban biaya
yang harus dikeluarkan untuk membayar iuran kepada BPJS Ketenagakerjaa. Hal
ini dikarenakan beban yang harus ditanggung perusahaan lebih besar karena
adanya program tambahan baru yaitu program jaminan pensiun sehingga beban
iuran yang dibayarkan menjadi lebih besar lagi dibanding sebelumnya. Hal ini
yang masih harus dibenahi oleh BPJS Ketenagakerjaan agar meningkatkan lagi
kesadaran perusahaan tentang pentingnya manfaat program jaminan sosial BPJS
Ketenagakerjaan kepada perusahaan tersebut. Ini juga menyebabkan pertumbuhan
kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang menjadi terhambat karena
kurangnya kesadaran perusahaan untuk menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan
dan pentingnya program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan untuk perusahaan
itu.
164
BPJS Ketenagakerjaan akan meningkatkan sosialisasi kepada buruh melalui
sosialisasi secara massal artinya BPJS Ketenagakerjaan melakukan sosialisasi
sekaligus kepada buruh dan juga perusahaan agar sosialisasi dapat berjalan lebih
efektif sehingga informasi yang disampaikan BPJS Ketenagakerjaan dapat
tersampaikan dengan baik dan apabila ada buruh yang tidak mengerti dan ingin
bertanya dapat bertanya langsung kepada BPJS Ketenagakerjaan saat kegiatan
sosialisasi berlangsung sehingga akan tercipta komunikasi yang baik antara BPJS
Ketenagakerjaan dan buruh. Kegiatan sosialisasi ini juga sebagai bentuk untuk
meningkatkan kesadaran perusahaan akan pentingnya program jaminan sosial
BPJS Ketenagakerjaan sehingga dapat menumbuhkan kesadaran yang lebih baik
lagi dari perusahaan agar menjadi peserta program jaminan sosial BPJS
Ketenagakerjaan dan pemberian sanksi administratif juga diharapkan dapat
meningkatkan kepatuhan perusahaan dan burun terhadap peraturan yang
diterapkan oleh BPJS Ketenagakerjaan tentang penyelenggaraan program jaminan
sosial
Selain itu, pertumbuhan kepesertaan di BPJS Ketenagakerjaan Kota
Tangerang masih berjalan lambat, hal ini disebabkan masih kurangnya petugas
marketing officer yang bertugas ke lapangan untuk mendatangi perusahaan yang
belum menjadi peserta sehingga pertumbuhan kepesertaan menjadi terhambat.
Tugas marketing officer ini sementara dilakukan oleh relationship officer untuk
bertugas ke lapangan agar kegiatan yang selama ini dilakukan marketing officer
dapat terus berjalan karena petugas marketing officer yang sebelumnya sudah di
165
mutasi ke kantor cabang BPJS Ketenagakerjaan lainnya sehingga posisi ini masih
belum ada gantinya.
Keterbatasan tempat di kantor cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang
untuk menampung peserta yang datang belum memadai. Hal ini menyebabkan
peserta yang datang tidak dapat dilayani seluruhnya sehingga peserta yang
dilayani dibatasi oleh BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang demi pelayanan
yang diberikan berjalan lancar dan baik. Tempat untuk menunggu antrian pun
belum memberikan kenyamanan kepada peserta karena keterbatasan tempat
sehingga ada peserta yang tidak kebagian tempat duduk dan terpaksa berdiri untuk
menunggu antrian pelayanan di kantor cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota
Tangerang.
Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang juga belum
menyediakan lahan parkir untuk peserta yang datang sehingga peserta yang
datang memarkir kendaraannya di pinggir jalan yang dijaga oleh penjaga parkir.
Hal ini menyebabkan kemacetan apabila ada mobil yang datang dari arah yang
berlawanan karena sebagian jalan sudah dipakai untuk area parkir kendaraan
peserta yang datang ke kantor cabang BPJS Ketenagakerjaan.
4.5.3 Opportunities (peluang)
Opportunities yang berkaitan berbagai situasi yang menguntungkan bagi
suatu organisasi. Pada temuan lapangan dengan dibentuknya BPJS
Ketenagakerjaan menciptakan banyak peluang untuk meningkatkan kualitas
penyelengaraan program jaminan sosial diantaranya cakupan kepesertaan tidak
hanya terbatas pada tenaga kerja dan perusahaan saja melainkan seluruh
166
masyarakat Indonesia diwajibkan menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan agar
semua elemen masyarakat dapat merasakan manfaat program jaminan sosial BPJS
Ketenagakerjaan.
Selain itu, adanya kerja sama yang dapat dilakukan BPJS Ketenagakerjaan
dengan lembaga Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah dapat meningkatkan
kualitas penyelenggaraan program jaminan sosial karena pemerintah dapat
dilibatkan dalam proses penyelenggaraan jaminan sosial dimana sebelumnya
pemerintah hanya dilibatkan melalui Dinas Ketenagakerjaan dan Kementerian
Ketenagakerjaan saja sehingga diharapkan Pemerintah juga ikut andil dalam
meningkatkan kualitas penyelenggaraan program jaminan sosial seperti dalam
pemberian sanksi administratif kepada peserta dan dalam proses pengawasan dan
pemeriksaan kepada peserta maupun calon peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Dengan adanya service blue print membuat BPJS Ketenagakerjaan dapat
melayani peserta dengan maksimal karena setiap peserta mendapatkan waktu
pelayanan maksimal 30 menit sehingga pelayanan akan berjalan dengan baik dan
lancar. Peserta juga akan merasa puas karena pelayanannya cepat dan tidak
membuat peserta menunggu lama sehingga diharapkan mampu meningkatkan
kepuasan peserta yang menerima pelayanan dari BPJS Ketenagakerjaan.
Bagi buruh dengan dibentuknya BPJS Ketenagakerjaan maka akan
meningkatkan kesejahteraannya karena manfaat yang diberikan program jaminan
sosial BPJS Ketenagakerjaan. Buruh tidak perlu lagi menanggung biaya
pengobatan kalau mengalami kecelakaan saat bekerja dan mendapatkan santunan
dari BPJS Ketenagakerjaan apabila telah meninggal dunia serta mendapatkan
167
beasiswa bagi anak dari peserta tersebut. Buruh juga akan mempunyai tabungan
hari tua apabila sudah tidak bekerja lagi atau mencapai usia pensiun yang terdapat
pada jaminan pensiun dan jaminan hari tua sehingga buruh mempunyai tabungan
yang akan bermanfaat untuk hari tuanya. Dengan begitu akan meningkatkan
kesejahteraan untuk buruh dengan menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan karena
berbagai manfaat dari program jaminan sosial yang diselenggarakan BPJS
Ketenagakerjaan.
Bagi perusahaan dengan adanya BPJS Ketenagakerjaan maka akan
mengurangi beban biaya pengobatan ketika buruh mengalami kecelakaan kerja
karena seluruhnya sudah ditanggung oleh BPJS Ketenagakerjaan sehingga akan
menguntungkan perusahaan. Selain itu, akan meningkatkan produktivitas kerja
dari buruh karena sudah menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan karena
terciptanya lingkungan kerja yang kondusif dan mencipatkan suasana tenang bagi
buruh saat bekerja karena perusahaannya sudah menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan.
4.5.4 Threats (ancaman)
Threats yang berkaitan dengan faktor-faktor yang tidak menguntungkan
suatu organisasi. Pada temuan lapangan ancaman yang akan mempengaruhi
kinerja BPJS Ketenagakerjaan adalah aksi demo yang dilakukan buruh sebagai
bentuk ketidakpuasan buruh akan kinerja dan kebijakan yang dijalankan oleh
BPJS Ketenagakerjaan. Buruh akan melakukan aksi protes dengan melakukan
demo kepada BPJS Ketenagakerjaan yang menuntut adanya perbaikan di BPJS
Ketenagakerjaan agar kinerja dari BPJS Ketenagakerjaan dapat lebih baik lagi.
168
Kebijakan yang dijalankan juga akan diperbaiki agar tidak merugikan buruh
nantinya seperti kebijakan dari Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2015
Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Hari Tua yang dinilai buruh sangat
merugikannnya karena BPJS Ketenagakerjaan mempersulit buruh dalam
mendapatkan manfaat dari jaminan hari tua sehingga buruh melakukan demo agar
kebijakan tersebut diperbaiki lagi.
Ancaman yang datang dari perusahaan itu seperti perusahaan tidak menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan karena tidak mau membayar iuran yang sangat
membebankan perusahaan terutama perusahaan yang mempunyai penghasilan
yang tidak besar sehingga akan menghambat pertumbuhan kepesertaan dari BPJS
Ketenagakerjaan. Perusahaan juga menyampaikan keluhan kepada BPJS
Ketenagakerjaan terkait iuran yang harus dibayarkan agar diringankan dan
pelayanan yang diberikan harus lebih baik lagi.
Ancaman dari perusahaan dan buruh ini juga akan berdampak pada
pertumbuhan kepesertaan dari BPJS Ketenagakerjaan karena buruh dan
perusahaan tidak mau menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Pertumbuhan
kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan akan berjalan lambat dan program jaminan
sosial dari BPJS Ketenagakerjaan tidak akan berjalan dengan efektif karena
manfaatnya belum dapat dirasakan oleh seluruh buruh dan perusahaan di Kota
Tangerang.
169
Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang telah menyiapkan strategi
yang akan dijalankannya nanti untuk memperbaiki kelemahan yang masih
dimiliki, serta memperkuat strategi yang sedang dijalankan oleh BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang. BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang akan
melakukan kerja sama dengan Bank BRI dalam hal meningkatkan pertumbuhan
kepesertaan. Bank BRI akan memberikan himbauan kepada calon peserta yang
akan mengajukan kredit untuk membeli motor atau mobil untuk menjadi peserta
BPJS Ketenagakerjaan terlebih dahulu agar calon peserta tersebut dapat
dilindungi oleh BPJS Ketenagakerjaan ketika mengalami kecelakaan kerja atau
kematian karena biayanya sudah ditanggung oleh BPJS Ketenagakerjaan dan
pembayaran kredit pada motor atau mobil tersebut dapat berjalan lancar.
BPJS Ketenagakerjaan juga akan melakukan kerja sama dengan Kantor
Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Kota Tangerang agar
perusahaan yang telat membayar iuran dan tidak membayar iuran dapat disita oleh
KPKNL Kota Tangerang. Dengan begitu diharapkan akan memberikan efek jera
kepada perusahaan agar selalu membayar iurannya setiap bulan kepada BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang.
Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan akan meningkatkan kompetensi dari
marketing officer dan relationship officer agar meningkatkan kualitas
penyelenggaraan program jaminan sosial. BPJS Ketenagakerjaan akan
melaksanakan diklat kepada marketing officer dan relationship officer agar
kompetensinya semakin baik dan menjalankan tugasnya dengan baik sesuai
bidangnya.
170
BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang juga akan meningkatkan intensitas
pertemuan dengan serikat buruh atau dengan buruhnya langsung untuk
memberikan sosialisasi tentang program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan.
Disamping itu, BPJS Ketenagakerjaan akan mendapatkan informasi mengenai
perusahaan yang belum menjadi peserta berdasarkan informasi dari serikat buruh
tersebut.
BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang akan melakukan sosialisasi kepada
peserta maupun calon peserta BPJS Ketenagakerjaan terutama tentang program
jaminan pensiun yang baru diterapkan oleh BPJS Ketenagakerjaan. Sosialisasi ini
akan sangat bermanfaat bagi peserta maupun calon peserta agar mengetahui
informasi mengenai program jaminan pensiun ini agar nantinya peserta sudah
mengetahui tentang tata cara pengambilan jaminan pensiun serta pembayaran
iuran jaminan pensiun.
Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan akan meningkatkan sosialisasi melalui
media cetak dan media elektronik. Sosialisasi melalui media cetak dilakukan
dengan membuat spanduk dan baleho yang akan dipasang di tempat yang strategis
agar mudah dilihat masyarakat secara luas. Sosialisasi melalui media elektronik
dilakukan dengan membuat iklan yang akan tayang di televisi dan melalui internet
seperti informasi yang akan didapatkan peserta ketika mengakses website BPJS
Ketenagakerjaan.
171
Berdasarkan strategi yang telah dipaparkan maka peneliti mendukung strategi
yang akan dijalankan oleh BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang ke depannya.
Strategi itu sudah sejalan dengan teori teknik analisis SWOT dalam Siagian
(2008:172) yang terdiri dari strengths, weaknesses, opportunities, threats karena
strategi itu akan membantu BPJS Ketenagakerjaan memperbaiki kelemahan dari
strategi yang sedang dijalankan sekarang seperti meningkatkan pertumbuhan
kepesertaan dan memanfaatkan peluang yang diciptakan ketika BPJS
Ketenagakerjaan dibentuk seperti perluasan cakupan kepesertaan.
Oleh karena itu, strategi tersebut akan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki
BPJS Ketenagakerjaan untuk memperbaiki kelemahan yang masih ada dalam
BPJS Ketenagakerjaan serta BPJS Ketenagakerjaan akan memanfaatkan peluang
yang ada seperti cakupan kepesertaan yang semakin luas dan meminimalisir
ancaman yang akan diterima BPJS Ketenagakerjaan.
Strategi yang akan dijalankan oleh BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang ke
depannya sudah melalui pengamatan lingkungan baik lingkungan internal maupun
lingkungan eksternal. Lingkungan internal meliputi kekuatan dan kelemahan,
sedangkan lingkungan eksternal meliputi peluang dan ancaman di BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang.
Selain itu, strategi yang akan digunakan BPJS Ketenagakerjaan Kota
Tangerang ke depannya merupakan pengembangan rencana jangka panjang
karena secara perlahan-lahan akan meningkatkan kualitas penyelenggaraan
program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan. Strategi itu juga merupakan
172
pelaksanaan dari visi BPJS Ketenagakerjaan yaitu Menjadi Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) berkelas dunia, terpercaya, bersahabat, dan unggul dalam
operasional dan pelayanan dan misi BPJS Ketenagakerjaan yaitu memberikan
perlindungan yang layak bagi tenaga kerja dan keluarga, menjadi terpercaya untuk
memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas,
dan berperan serta dalam pembangunan.
Disamping itu, strategi yang akan dilaksanakan oleh BPJS Ketenagakerjaan
tersebut berdasarkan hasil evaluasi atas strategi sebelumnya. Evaluasi ini
dilakukan agar dapat memperbaiki kekurangan pada strategi sebelumnya sehingga
strategi yang akan dijalankan nanti akan berjalan dengan lebih baik dan
meningkatkan kualitas penyelenggaraan program jaminan sosial BPJS
Ketenagakerjaan. Hasil evaluasi menunjukan secara tepat kelemahan-kelemahan
yang dimiliki oleh strategi sebelumnya sehingga mendorong untuk melakukan
tindakan perbaikan dan memecahkan masalah yang terdapat pada strategi
sebelumnya.
Adapun peneliti menggunakan analisis SWOT dalam penelitiannya,
dikarenakan disesuaikan dengan adanya permasalahan yang ada, maka dengan itu
penemuan di lapangan yang berhubungan dengan judul peneliti yaitu Strategi
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan untuk Meningkatkan
Kesejahteraan Buruh di Kota Tangerang dapat dibuat Matriks analisis SWOT,
seperti di bawah ini :
173
Tabel 4.5
Matriks Analisis SWOT
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Strengths Weaknesses
a. Bisa bekerja sama
dengan lembaga
pemerintah
b. Adanya penambahan
manfaat pada program
jaminan sosial
c. Diperkuatnya sanksi
yang diberikan
kepada perusahaan
dan buruh.
d. Waktu pelayanan
maksimal 30 menit
e. Ada fasilitas mobil
mandiri dari bank
mandiri
f. Pelayanan online
melalui e-service
g. Pembangunan kantor
cabang baru BPJS
Ketenagakerjaan Kota
Tangerang
a. Belum berubahnya
pola pikir perusahaan
dan buruh tentang
program jaminan
sosial
b. Kurangnya sosialisasi
kepada buruh
c. Pertumbuhan
kepesertaan berjalan
lambat
d. Kurangnya kesadaran
perusahaan
e. Terbatasnya tempat
bagi peserta di kantor
cabang BPJS
Ketenagakerjaan
f. Belum tersedianya
lahan parkir
g. Buruh tidak setuju
terhadap perubahan
regulasi JHT
h. Kurangnya pembinaan
yang dilakukan oleh
BPJS Ketenagakerjaan
i. Beban iuran
perusahaan bertambah
Opportunities Strategi SO Strategi WO
a. Peserta tidak
terbatas pada
tenaga kerja dan
perusahaan saja
b. Dapat
meningkatkan
kualitas
penyelenggaraan
program jaminan
sosial
c. Dapat
meningkatkan
kesejahteraan
buruh
d. Memberikan
perlindungan dan
jaminan kepada
buruh
a. Melakukan kerja
sama dengan lembaga
pemerintah
b. Meningkatkan
kualitas pelayanan
baik pelayanan
langsung kepada
peserta maupun
pelayanan melalui e-
service
c. Memanfaatkan
penambahan manfaat
pada program jaminan
sosial untuk
menambah jumlah
kepesertaan
a. Meningkatkan
sosialisasi yang
dilakukan baik kepada
perusahaan maupun
buruh
b. Menambah pegawai
pada bidang
pemasaran
c. Memberikan sanksi
yang tegas kepada
perusahaan yang
melanggar peraturan
d. Memperbaiki sarana
dan prasarana di
kantor cabang
174
Threats Strategi ST Strategi WT
a. Adanya aksi demo
yang dilakukan
buruh
b. Perusahaan masih
keberatan dengan
iuran yang harus
dibayar
c. Kurang
terciptanya
hubungan yang
baik dengan buruh
dan perusahaan
a. Melakukan evaluasi
terhadap peraturan
yang sudah berjalan
b. Memberikan
sosialisasi mengenai
manfaat yang akan
diterima perusahaan
dari jaminan sosial
c. Melakukan pertemuan
secara formal maupun
informal dengan
perusahaan dan buruh
a. Mengadakan seminar
kepada perusahaan
dan buruh
b. Melakukan pertemuan
dengan perusahaan
secara formal maupun
informal mengenai
iuran
c. Meningkatkan
intensitas pembinaan
secara langsung
kepada buruh maupun
perusahaan
(Sumber : Peneliti 2015)
Berdasarkan tabel 4.4 tersebut dapat diketahui bahwa BPJS Ketenagakerjaan
memiliki strengths yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan
program jaminan sosial agar dapat berjalan lebih baik lagi dan strengths ini akan
bermanfaat untuk mendukung jalannya program jaminan sosial agar manfaatnya
dapat dirasakan seluruh masyarakat Indonesia.
BPJS Ketenagakerjaan juga masih memiliki kelemahan yang masih harus
dibenahi agar tidak menganggu jalannya program jaminan sosial sehingga
kelemah-kelemahan ini bisa ditutupi dan diperbaiki lagi. Dibentuknya BPJS
Ketenagakerjaan juga memunculkan opportunities yang menguntungkan apabila
bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya namun juga memunculkan threats
apabila kinerja BPJS Ketenagakerjaan tidak memuaskan peserta.
175
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penelitian mengenai Strategi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan untuk Meningkatkan Kesejahteraan Buruh di Kota Tangerang
dianalisis peneliti dengan menggunakan teori teknik analisis SWOT dalam
Siagian (2008:172) yang terdiri dari empat dimensi dalam Strengths, Weaknesses,
Opportunities, Threats.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penelitian serta penjabaran
dari masing-masing dimensi dari teori yang digunakan, maka peneliti menarik
kesimpulan bahwa pelaksanaan strategi badan penyelenggara jaminan sosial
ketenagakerjaan dalam meningkatkan kesejahteraan buruh belum berjalan dengan
optimal. Pencapaian strategi yang belum maksimal ini tidak terlepas dari faktor-
faktor dalam penerapan strategi tersebut, adapun faktor-faktor yang menyebabkan
belum maksimalnya strategi yang dijalankan oleh BPJS Ketenagakerjaan Kota
Tangerang tersebut terdiri dari lingkungan eksternal dan lingkungan internal.
Lingkungan internal atau lingkungan yang berasal dari dalam organisasi terdiri
dari faktor kekuatan dan kelemahan. Faktor kekuatan yang terdapat dalam strategi
BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang untuk meningkatkan kesejahteraan buruh
diantaranya :
176
BPJS Ketenagakerjaan sudah menjalin kerja sama dengan Pemerintah Kota
Tangerang, adanya e-service yang bisa dimanfaatkan oleh peserta, adanya service
blue print untuk mempercepat pelayanan, adanya penambahan manfaat pada
program jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian serta ditambah program
jaminan pensiun, adanya sosialisasi yang rutin dilakukan kepada peserta sebelum
memulai pelayanan dan adanya gedung baru untuk meningkatkan kualitas
pelayanan serta menambah kenyamanan peserta yang datang ke kantor BPJS
Ketenagakerjaan.
Faktor kelemahan antara lain : pertumbuhan kepesertaan berjalan lambat,
belum adanya marketing officer yang baru, kurangnya sosialisasi kepada buruh,
belum berubahnya pola pikir perusahaan dan buruh yang beranggapan bahwa
menjadi peserta hanya beban saja, kurangnya pembinaan kepada perusahaan dan
buruh, kurangnya kesadaran yang dimiliki perusahaan dan terbatasnya lahan
parkir.
Selain lingkungan internal, strategi BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang
untuk meningkatkan kesejahteraan juga dipengaruhi oleh lingkungan eksternal.
Lingkungan eksternal atau lingkungan yang berasal dari luar organisasi terdiri dari
faktor peluang dan ancaman. Faktor peluang antara lain: cakupan kepesertaan
tidak hanya tenaga kerja dan perusahaan saja, dapat meningkatkan kualitas
penyelenggaraan program jaminan sosial dan dapat meningkatkan kesejahteraan
terutama kesejahteraan buruh. Faktor ancaman antara lain: adanya demo yang
dilakukan buruh, perusahaan masih keberatan dengan iuran yang harus dibayar,
kurang terciptanya hubungan yang baik dengan buruh dan perusahaan.
177
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi badan penyelenggara
jaminan sosial ketenagakerjaan untuk meningkatkan kesejahteraan buruh di Kota
Tangerang, maka peneliti mencoba memberikan saran-saran mengenai hasil
penelitiannya agar dapat membantu pihak badan penyelenggara jaminan sosial
ketenagakerjaan dalam pelaksanaan strategi untuk meningkatkan kesejahteraan
buruh di Kota Tangerang sebagai berikut :
1. Meningkatkan intensitas sosialisasi BPJS Ketenagakerjaan kepada buruh
tidak hanya mengutamakan sosialisasi kepada perusahaan saja sehingga
informasi yang ingin disampaikan dapat tersalurkan seutuhnya kepada
buruh tidak hanya perusahaan saja sehingga apabila buruh masih ada yang
belum paham bisa langsung menanyakannya kepada pihak BPJS
Ketenagakerjaan yang melakukan sosialisasi sehingga dapat mengurangi
adanya perbedaan informasi yang disampaikan perwakilan perusahaan
kepada buruh.
2. Memberikan peluang yang lebih besar kepada perusahaan dan buruh dalam
tahap musyawarah untuk mencapai kesepakatan tentang kebijakan yang
menyangkut penyelenggaraan jaminan sosial. Hal ini dapat dilakukan
dengan tujuan mengurangi adanya protes yang dilakukan pihak buruh
maupun perusahaan karena ketidakpuasan akan kebijakan yang dijalankan
oleh BPJS Ketenagakerjaan sehingga masukan-masukan yang didapat juga
akan lebih beragam dan akan dipertimbangkan dalam skala prioritas agar
kebijakan yang dibuat sesuai dengan permasalahan yang harus segera
178
ditangani. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membuat forum diskusi yang
dilakukan BPJS Ketenagakerjaan dengan mengundang perwakilan pihak
perusahaan dan juga buruh dalam mencapai kesepakatan akan kebijakan
yang akan diformulasikan.
3. Meningkatkan pemeriksaan serta pengawasan yang lebih ketat kepada
perusahaan yang belum menjadi peserta maupun yang belum membayar
iuran bulanan kepada BPJS Ketenagakerjaan dengan bekerja sama dengan
Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang agar fungsi pengawasan dapat
berjalan lebih baik lagi. Pengawasan juga bisa dilakukan masyarakat
maupun buruh apabila mengetahui ada perusahaan di sekitar lingkungan
masyarakat atau buruh yang bekerja di perusahaan tersebut ternyata belum
menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan maka bisa melaporkan perusahaan
tersebut kepada BPJS Ketenagakerjaan agar dapat ditindaklanjuti dan agar
segera menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.
4. Meningkatkan intensitas pembinaan secara langsung (face to face) kepada
perusahaan dan buruh minimal satu minggu sekali agar pembinaan yang
dilakukan dapat memberikan hasil yang maksimal.
5. BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang segera melakukan rekrutmen
pegawai untuk mengisi posisi staf marketing officer agar posisi staf
marketing officer tidak dibiarkan kosong terlalu lama dan nantinya staf
marketing officer dapat bertugas sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.
David, Fred R. 2004. Manajemen Strategis: Konsep. Jakarta: PT Indeks.
Fuad, Anis dan Nugroho Kandung. 2012. Panduan Praktis Peneliti Kualitatif. Serang:
FISIP Untirta Press.
Handoko. T. Hani. 2011. Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Hasibuan, Malayu. 2011. Manajemen Dasar, Pengertian, Dan Masalah. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Hunger, J. David dan Thomas L. Wheelen. 2003. Manajemen Strategis. Yogyakarta:
Andi.
Husni, Lalu. 2014. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Iriantara, Yosal. 2004. Manajemen Strategis Public Relations. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Khakim, Abdul. 2014. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Bandung: PT Citra Aditya
Sakti.
Mangkuprawira, Tb. Sjafri. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Rachmat. 2014. Manajemen Strategik. Bandung: CV Pustaka Setia.
Rangkuti, Freddy. 2013. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Sedarmayanti. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi. Bandung:
PT Refika Aditama.
Siagian, Sondang P. 2008. Manajemen Stratejik. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
JURNAL PENELITIAN
Aini, Gusti Nur. 2007. Kebijakan Pengembangan Daerah Wisata Kabupaten Kotawaringin
Barat dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat. Universitas Gadjah Mada:
Thesis yang tidak dipublikasikan.
Setyaningrum, Dyah Ayu. 2011. Pengaruh Implementasi Corporate Social Responsibility
Terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat (Studi kasus pada PT APAC INTI
CORPORA). Universitas Diponegoro: Skripsi yang tidak dipublikasikan.
Saghita, Novia. 2011. Alternatif Strategi Pengelolaan Pariwisata Pulau Untung Jawa
Melalui Pendekatan Analisis SWOT. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa: Skripsi yang
tidak dipublikasikan.
SUMBER LAIN
Hukum Online. 2015. Pemerintah Diminta Beri Penjelasan Soal Gugatan UU BPJS.
Melalui, http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt54bf84a43a7a8/pemerintah-diminta-
beri-penjelasan-soal-gugatan-uu-bpjs [14/02/2015].
Tangerang Ekspres. 2015. Tak Ikut BPJS Dilaporkan ke Jaksa. Melalui,
http://tangerangekspres.com/tak-ikut-bpjs-dilaporkan-ke-jaksa/ [15/03/2015].
Radar Banten. 2015. BPJS Ketenagakerjaan Teken MOU dengan Kejati Banten. Melalui,
http://www.radarbanten.com/bpjsketenagakerjaan-teken-mou-dengan-kejati-banten/
[30/03/2015].
DOKUMEN DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang No 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
Undang-Undang No 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Peraturan Pemerintah No 85 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Hubungan Antar Lembaga
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
Peraturan Pemerintah No 86 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi
Administratif Kepada Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara dan Setiap
Orang, Selain Pemberi Kerja, Pekerja, dan Penerima Bantuan Iuran Dalam
Penyelenggaraan Jaminan Sosial.
Peraturan Pemerintah No 44 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan
Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian.
Peraturan Pemerintah No 45 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan
Pensiun.
Peraturan Pemerintah No 46 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan
Hari Tua.
Peraturan Pemerintah No 60 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
No 46 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Hari Tua.
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No 19 Tahun 2015 Tentang Tata
Cara dan Persyaratan Pembayaran Manfaat Jaminan Hari Tua.
LAMPIRAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK Program Studi: 1. Ilmu Administrasi Negara
2. Ilmu komunikasi 3. Ilmu Pemerintahan
Jalan Raya Jakarta KM.4 Phone (0254) 280330 Ext. 228, Fax. (0254) 281245 Pakupatan Serang Bantenurl: http://www.fisip-untirta.ac.id, Email: [email protected]
Nomor : /UN.43.6.1/PG/2014 27 Oktober 2014Lampiran : - Perihal : Permohonan Ijin Mencari Data
Kepada Yth.Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kota Tangerang di Tempat Dengan Hormat,Sehubungan dengan diselenggarakannya kegiatan riset mahasiswa kami di IlmuAdministrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan AgengTirtayasa, maka kami yang bertanda tangan di bawah ini memberikan tugas kepadamahasiswa berikut ini untuk mencari data yang dibutuhkan, Nama : Raden Dendy Yudha PNIM : 6661110702
Semester : VIIMata Kuliah : skripsiJudul : Persepsi Buruh Tentang Badan
Penyelenggara Jaminan SosialKetenagakerjaan di Kota Tangerang
Datadiperlukan
: 1. Data Organisasi Dinas Ketenagerjaan Kota Tangerang2. Data Wawancara dengan Kepala dan Pegawai Dinas Ketenagakerjaan KotaTangerang3. Informasi dan data terkait buruh, perusahaan dan umk Kota Tangerang
Untuk itu kami berharap dan memohon kepada Bapak/ Ibu untuk dapat memberikanizin guna mencari data yang dibutuhkan mahasiswa tersebut.
Demikian surat ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kerjasamanya, kamimengucapkan terima kasih.
Ketua Program StudiIlmu Administrasi Negara
Rina Yulianti, S.IP, M.SiNIP. 197407052006042011
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK Program Studi: 1. Ilmu Administrasi Negara
2. Ilmu komunikasi 3. Ilmu Pemerintahan
Jalan Raya Jakarta KM.4 Phone (0254) 280330 Ext. 228, Fax. (0254) 281245 Pakupatan Serang Bantenurl: http://www.fisip-untirta.ac.id, Email: [email protected]
Nomor : /UN.43.6.1/PG/2014 27 Oktober 2014Lampiran : - Perihal : Permohonan Ijin Mencari Data
Kepada Yth.Kepala Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang di Tempat Dengan Hormat,Sehubungan dengan diselenggarakannya kegiatan riset mahasiswa kami di IlmuAdministrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan AgengTirtayasa, maka kami yang bertanda tangan di bawah ini memberikan tugas kepadamahasiswa berikut ini untuk mencari data yang dibutuhkan, Nama : Raden Dendy Yudha PNIM : 6661110702
Semester : VIIMata Kuliah : skripsiJudul : Persepsi Buruh Tentang Badan
Penyelenggara Jaminan SosialKetenagakerjaan di Kota Tangerang
Datadiperlukan
: 1. Data Organisasi Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang2. Data Wawancara dengan Kepala dan Pegawai Dinas Ketenagakerjaan KotaTangerang3. Informasi dan data terkait buruh, perusahaan, umk Kota Tangerang
Untuk itu kami berharap dan memohon kepada Bapak/ Ibu untuk dapat memberikanizin guna mencari data yang dibutuhkan mahasiswa tersebut.
Demikian surat ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kerjasamanya, kamimengucapkan terima kasih.
Ketua Program StudiIlmu Administrasi Negara
Rina Yulianti, S.IP, M.SiNIP. 197407052006042011
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK Program Studi: 1. Ilmu Administrasi Negara
2. Ilmu komunikasiJalan Raya Jakarta KM.4 Phone (0254) 280330 Ext. 228, Fax. 0254-281245 Pakupatan Serang Banten
url: http://www.fisip-untirta.ac.id, Email: [email protected]
Nomor : /UN.43.6.1/PG/2014 05 Nopember 2014Lampiran : - Perihal : Permohonan Ijin Mencari Data
Kepada Yth.Kepala Cabang BPJS Ketenagakerjaan Tangerang I di Tempat Dengan Hormat,Sehubungan dengan diselenggarakannya kegiatan riset mahasiswa kami di IlmuAdministrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan AgengTirtayasa, maka kami yang bertanda tangan di bawah ini memberikan tugas kepadamahasiswa berikut ini untuk mencari data yang dibutuhkan, Nama : Raden Dendy Yudha PNIM : 6661110702
Semester : VIIMata Kuliah : skripsiJudul : Persepsi Buruh Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan di Kota TangerangDatadiperlukan
: 1. Jumlah Kepesertaan yang belum dan sudah jadi peserta tahun 2013dan 20142. Jumlah Perusahaan daftar sebagian dan jumlah potensikepesertaan3. Laporan Eksekutif Summary4. Jumlah PembayaranSantunan Langsung dan Tidak langsung
Untuk itu kami berharap dan memohon kepada Bapak/ Ibu untuk dapat memberikanizin guna mencari data yang dibutuhkan mahasiswa tersebut.
Demikian surat ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kerjasamanya, kamimengucapkan terima kasih.
Ketua Program StudiIlmu Administrasi Negara
Rahmawati, S.Sos, M.SiNIP. 197905252005012001
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK Program Studi: 1. Ilmu Administrasi Negara
2. Ilmu Komunikasi 3. Ilmu Pemerintahan
Jalan Raya Jakarta KM.4 Phone (0254) 280330 Ext. 228, Fax. 0254-281245 Pakupatan Serang Bantenurl: http://www.fisip-untirta.ac.id, Email: [email protected]
Nomor : /UN.43.6.1/PG/2015 22 Juni 2015Lampiran : - Perihal : Permohonan Ijin Mencari Data
Kepada Yth.Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang di Tempat Dengan Hormat,Sehubungan dengan diselenggarakannya kegiatan riset mahasiswa kami di IlmuAdministrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan AgengTirtayasa, maka kami yang bertanda tangan di bawah ini memberikan tugas kepadamahasiswa berikut ini untuk mencari data yang dibutuhkan, Nama : Raden Dendy Yudha PNIM : 6661110702
Semester : VIIIMata Kuliah : skripsiJudul : Strategi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan untuk
meningkatkan kesejahteraan buruh di Kota TangerangDatadiperlukan
: 1. Wawancara dengan Kepala dan Pegawai BPMTSP2. Data terkait BPMTSP
Untuk itu kami berharap dan memohon kepada Bapak/ Ibu untuk dapat memberikanizin guna mencari data yang dibutuhkan mahasiswa tersebut.
Demikian surat ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kerjasamanya, kamimengucapkan terima kasih.
Ketua Program StudiIlmu Administrasi Negara
Rahmawati, S.Sos, M.SiNIP. 197905252005012001
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK Program Studi: 1. Ilmu Administrasi Negara
2. Ilmu Komunikasi 3. Ilmu Pemerintahan
Jalan Raya Jakarta KM.4 Phone (0254) 280330 Ext. 228, Fax. 0254-281245 Pakupatan Serang Bantenurl: http://www.fisip-untirta.ac.id, Email: [email protected]
Nomor : /UN.43.6.1/PG/2015 22 Juni 2015Lampiran : - Perihal : Permohonan Ijin Mencari Data
Kepada Yth.Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kota Tangerang di Tempat Dengan Hormat,Sehubungan dengan diselenggarakannya kegiatan riset mahasiswa kami di IlmuAdministrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan AgengTirtayasa, maka kami yang bertanda tangan di bawah ini memberikan tugas kepadamahasiswa berikut ini untuk mencari data yang dibutuhkan, Nama : Raden Dendy Yudha PNIM : 6661110702
Semester : VIIIMata Kuliah : skripsiJudul : Strategi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Untuk
Meningkatkan Kesejahteraan Buruh di Kota TangerangDatadiperlukan
: 1. Data dan Wawancara dengan Kepala dan Pegawai Badan Penanaman Modaldan Pelayanan Terpadu Satu pintu Kota Tangerang
Untuk itu kami berharap dan memohon kepada Bapak/ Ibu untuk dapat memberikanizin guna mencari data yang dibutuhkan mahasiswa tersebut.
Demikian surat ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kerjasamanya, kamimengucapkan terima kasih.
Ketua Program StudiIlmu Administrasi Negara
Rahmawati, S.Sos, M.SiNIP. 197905252005012001
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK Program Studi: 1. Ilmu Administrasi Negara
2. Ilmu Komunikasi 3. Ilmu Pemerintahan
Jalan Raya Jakarta KM.4 Phone (0254) 280330 Ext. 228, Fax. 0254-281245 Pakupatan Serang Bantenurl: http://www.fisip-untirta.ac.id, Email: [email protected]
Nomor : /UN.43.6.1/PG/2015 03 Agustus 2015Lampiran : - Perihal : Permohonan Ijin Mencari Data
Kepada Yth.Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Banten di Tempat Dengan Hormat,Sehubungan dengan diselenggarakannya kegiatan riset mahasiswa kami di IlmuAdministrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan AgengTirtayasa, maka kami yang bertanda tangan di bawah ini memberikan tugas kepadamahasiswa berikut ini untuk mencari data yang dibutuhkan, Nama : Raden Dendy Yudha PNIM : 6661110702
Semester : VIIIMata Kuliah : skripsiJudul : Strategi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Untuk
Meningkatkan Kesejahteraan Buruh di Kota TangerangDatadiperlukan
: Surat Rekomendasi untuk Penelitian di Kota Tangerang
Untuk itu kami berharap dan memohon kepada Bapak/ Ibu untuk dapat memberikanizin guna mencari data yang dibutuhkan mahasiswa tersebut.
Demikian surat ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kerjasamanya, kamimengucapkan terima kasih.
Ketua Program StudiIlmu Administrasi Negara
Rahmawati, S.Sos, M.SiNIP. 197905252005012001
PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN
Dalam upaya memperoleh data, penelitian tentang Strategi Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan dengan menggunakan wawancara sebagai
metode utama dalam melakukan pengkajian data secara mendalam. Peneliti
menyusun pedoman wawancara yang ditujukan kepada BPJS Ketenagakerjaan
Kota Tangerang (I1) sesuai dengan indikator dari teori yang digunakan dalam
penelitian ini.
1. Strengths
a. Apa saja strengths yang dimiliki oleh BPJS Ketenagakerjaan?
b. Bagaimana penerapan sanksi hukum apabila ada perusahaan atau buruh
yang belum menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan?
c. Bagaimanakah petugas pengawasan BPJS Ketenagakerjaan menjalankan
fungsi pengawasan?
d. Bagaimana bentuk kerja sama dengan lembaga pemerintah dan
manfaatnya bagi BPJS Ketenagakerjaan?
e. Apakah dampak yang akan diberikan nantinya dengan adanya kantor
cabang baru BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang?
2. Weaknesses
a. Apa kelemahan yang dimiliki oleh BPJS Ketenagakerjaan?
b. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan pertumbuhan kepesertaan
melambat?
c. Apa saja langkah-langkah yang akan dilakukan BPJS Ketenagakerjaan
untuk meningkatkan kesadaran perusahaan dan buruh tentang pentingnya
program jaminan sosial?
d. Apa langkah-langkah yang akan dilakukan untuk meningkatkan
koordinasi dan komunikasi dengan Dinas Ketenagakerjaan?
e. Apa saja pembinaan yang dilakukan BPJS Ketenagakerjaan terhadap
perusahaan dan buruh?
3. Opportunities
a. Apa peluang yang dimiliki dengan dibentuknya BPJS Ketenagakerjaan?
b. Bagaimana BPJS Ketenagakerjaan memanfaatkan peluang yang
didapatkan?
4. Threats
a. Apa saja ancaman yang ada di BPJS Ketenagakerjaan?
b. Bagaimana cara BPJS Ketenagakerjaan menghadapi ancaman dari
perusahaan dan buruh?
PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN
Dalam upaya memperoleh data, penelitian tentang Strategi Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan dengan menggunakan wawancara sebagai
metode utama dalam melakukan pengkajian data secara mendalam. Peneliti
menyusun pedoman wawancara yang ditujukan kepada buruh (I2), perusahaan
(I3), serikat buruh (I4), APINDO (I5),Pemerintah Kota Tangerang (I6), Peserta
BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang (I7) sesuai dengan indikator dari teori
yang digunakan dalam penelitian ini.
1. Strengths
a. Apa saja manfaat program jaminan sosial bagi buruh dan perusahaan?
b. Bagaimana bentuk kerja sama yang dilakukan BPJS Ketenagakerjaan
dengan Pemerintah Kota Tangerang?
c. Apakah pelayanan yang diberikan BPJS Ketenagakerjaan sudah baik dan
cepat kepada peserta?
2. Weaknesses
a. Apa kelemahan yang dimiliki oleh BPJS Ketenagakerjaan?
b. Apakah buruh sudah mengetahui cek saldo JHT bisa melalui handphone?
c. Apakah kesadaran yang dimiliki perusahaan terhadap program jaminan
sosial BPJS Ketenagakerjaan masih kurang?
d. Apa saja langkah-langkah yang dilakukan BPJS Ketenagakerjaan untuk
meningkatkan kesadaran perusahaan dan buruh tentang pentingnya
program jaminan sosial?
e. Apa langkah-langkah yang akan dilakukan untuk meningkatkan
koordinasi dan komunikasi dengan dinas ketenagakerjaan?
f. Bagaimanakah sistem untuk mendapatkan pelayanan disini?
3. Opportunities
a. Apa peluang yang dimiliki dengan dibentuknya BPJS Ketenagakerjaan?
4. Threats
a. Apa saja ancaman yang ada di BPJS Ketenagakerjaan?
MEMBER CHECK
Hari/Tanggal : Senin, 27 Juli 2015
Waktu : 08.30 WIB
Tempat : Ruang Kepala Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota
Tangerang
Nama Informan : Irwan Ibrahim
Pekerjaan/Jabatan : Kepala Cabang BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang
Q1 Apa saja strength yang dimiliki oleh BPJS Ketenagakerjaan?
A1 a. BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang bisa bekerja sama dengan
Pemerintah Kota Tangerang. Bentuk kerja samanya berupa perjanjian
kerja sama dan kami sudah membuat MoU dengan Pemerintah Kota
Tangerang seperti dengan BPMPTSP Kota Tangerang dan Dinas
Ketenagakerjaan Kota Tangerang.
b. BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan 4 program jaminan sosial
yang diantaranya adalah jaminan kecelakaan kerja,jaminan kematian,
jaminan hari tua dan jaminan pensiun sebagai ganti jaminan
pemeliharaan kesehatan. Dari 4 program itu ada 2 yang manfaatnya
ditingkatkan untuk peserta, yaitu program jaminan kecelakaan kerja
dan jaminan kematian. Selain itu, dengan adanya program pensiun ini
akan sangat bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan hidup
buruh ke depannya nanti.
c. Untuk pengawasan BPJS Ketenagakerjaan sudah memiliki petugas
sendiri yang akan melakukan pengawasan terhadap peserta yang
melanggar aturan dan akan dikenakan sanksi hukum sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Petugas pegawasan ini nantinya akan tetap
berkoordinasi dengan Dinas Ketenagakerjaan dan sekarang ditambah
dengan Badan Perizinan juga untuk membantu pengawasan yang
dilakukan kepada peserta.
Q2 Bagaimana penerapan sanksi hukum apabila ada perusahaan atau buruh
yang belum menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan?
A2 Dalam memberikan sanksi BPJS Ketenagakerjaan akan melakukan
pemeriksaan dari data perusahaan dan buruh yang kami miliki. Kalau
perusahaan atau buruh ternyata melanggar peraturan maka akan segera
diberikan sanksi oleh petugas pengawas kami seperti diberikan teguran
tertulis kalau masih melanggar juga diberikan denda dan yang terakhir
perusahaan dan buruh tidak mendapatkan pelayanan publik dari
Pemerintah.
Q3 Bagaimanakah petugas pengawasan BPJS Ketenagakerjaan menjalankan
fungsi pengawasan?
A3 Untuk pengawasan BPJS Ketenagakerjaan sudah memiliki petugas
sendiri yang akan melakukan pengawasan terhadap peserta yang
melanggar aturan dan akan dikenakan sanksi hukum sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Petugas pegawasan ini nantinya akan tetap
berkoordinasi dengan Dinas Ketenagakerjaan dan sekarang ditambah
dengan Badan Perizinan juga untuk membantu pengawasan yang
dilakukan kepada peserta.
Q4 Bagaimana bentuk kerja sama dengan lembaga pemerintah dan
manfaatnya bagi BPJS Ketenagakerjaan?
A4 Bentuk kerja samanya berupa perjanjian kerja sama dan kami sudah
membuat MoU dengan Pemerintah Kota Tangerang seperti dengan
BPMPTSP Kota Tangerang dan Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang.
Q5 Apakah dampak yang akan diberikan nantinya dengan adanya kantor
cabang baru BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang?
A5 Diharapkan mampu memperbaiki pelayanan kepada peserta agar
pelayanan dapat berjalan lebih baik lagi. Dibangunnya kantor baru itu
diharapkan mampu memberikan kenyamanan yang lebih baik bagi
peserta yang datang ke kantor cabang dan juga diharapkan kinerja dari
pegawai akan lebih baik lagi.
Q6 Apa kelemahan yang dimiliki oleh BPJS Ketenagakerjaan?
A6 a. Kelemahan BPJS Ketenagakerjaan ini salah satunya masih belum bisa
merubah sepenuhnya pola pikir dari pengusaha dan buruh kalau
program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan itu merupakan suatu
kebutuhan yang harus dipenuhi bukan lagi hanya kewajiban dalam
membayar iurannya. Pemahaman dari pengusaha maupun buruh masih
kurang karena masih beranggapan menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan itu hanya membayar iuran saja padahal manfaat dari
program jaminan sosial ini sangat besar sekali bagi perusahaan dan
buruh.
b. Salah satu kelemahan lainnya, yaitu masih kurang kesadaran yang
dimiliki oleh perusahaan dan juga buruh tentang pentingnya manfaat
jaminan sosial ini padahal jaminan sosial ini menjamin kesejahteraan
buruh yang bekerja di perusahaan tersebut. Perusahaan dan buruh
masih berpikir kalau menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan itu hanya
menjadi beban saja, karena kewajiban membayar iuran setiap
bulannya.
Q7 Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan pertumbuhan kepesertaan
melambat?
A7 Seharusnya dengan menjadi BPJS Ketenagakerjaan ini kan ikut
meningkatkan laju pertumbuhan kepesertaan namun untuk saat ini belum
ada dampak yang besar terhadap pertumbuhan kepesertaan. Kurangnya
SDM di bidang marketing officer ikut mempengaruhi laju pertumbuhan
kepesertaan karena sebelum terjadinya mutasi di BPJS Ketenagakerjaan
Kota Tangerang ini hanya memiliki 1 marketing officer dan setelah
terjadi mutasi belum ada yang menggantikannya. Sementara tugas
marketing officer diberikan kepada relationship officer dan BPJS
Ketenagakerjaan sudah membuka open rekrutmen untuk menambah
pegawai yang ada saat ini.
Q8 Apa saja langkah-langkah yang dilakukan BPJS Ketenagakerjaan untuk
meningkatkan kesadaran perusahaan dan buruh tentang pentingnya
program jaminan sosial?
A8 Untuk meningkatkan lagi kesadaran akan pentingnya jaminan sosial kami
melakukan sosialisasi kepada perusahaan supaya perusahaan dan buruh
mengerti dan memahami tentang manfaat jaminan sosial yang akan
diterima setelah menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Q9 Apa langkah-langkah yang akan dilakukan untuk meningkatkan
koordinasi dan komunikasi dengan Dinas Ketenagakerjaan?
A9 Dalam menyelenggarakan jaminan sosial ini sangat diperlukan koordinasi
dan komunikasi dengan dinas dinas terkait di Kota Tangerang, maka dari
itu BPJS Ketenagakerjaan sudah membuat kerja sama dalam bentuk MoU
dengan Dinas Ketenagakerjaan dalam bidang pengawasan dan
pemeriksaan ke perusahaan dan buruh agar terjalin koordinasi dan
komunikasi yang baik.
Q10 Apa peluang yang dimiliki dengan dibentuknya BPJS Ketenagakerjaan?
A10 Banyak peluang yang didapat seperti cakupan kepesertaan lebih luas
karena tidak hanya terbatas pada perusahaan dan tenaga kerja saja
melainkan seluruh masyarakat Indonesia wajib menjadi peserta. Selain
itu, dengan adanya kerja sama dengan pemerintah mampu meningkatkan
lagi kualitas penyelenggaraan jaminan sosial dan adanya penambahan
manfaat dalam program jaminan sosial akan berdampak pada
kesejahteraan peserta nantinya.
Q11 Bagaimana BPJS Ketenagakerjaan memanfaatkan peluang yang
didapatkan?
A11 Memanfaatkannya dengan mengadakan kerja sama dengan Pemerintah
Kota Tangerang untuk proses pengawasan dan pemeriksaan kepada
peserta maupun calon peserta dan dalam pemberian sanksi administratif
yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Kota Tangerang sehingga
diharapkan masyarakat Kota Tangerang sudah menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan seluruhnya nanti.
Q12 Apa saja ancaman yang ada di BPJS Ketenagakerjaan?
A12 Faktor ketidakpuasan terhadap kebijakan yang diambil pemerintah terkait
program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan ini biasanya membuat
buruh dan juga perusahaan protes terhadap kebijakan itu terutama buruh
yang biasanya akan melakukan demo apabila kebijakan yang dikeluarkan
BPJS Ketenagakerjaan tidak sesuai keinginannya.
Q13 Bagaimana cara BPJS Ketenagakerjaan menghadapi ancaman dari
perusahaan dan buruh?
A13 Solusinya itu kami mempelajari dahulu kesalahannya dan ikut
mempertimbangkan aspirasi dari buruh maupun perusahaan dalam
melakukan perbaikan peraturan di BPJS Ketenagakerjaan ini contohnya
seperti peraturan baru tentang jaminan hari tua yang tidak disetujui oleh
buruh. BPJS Ketenagakerjaan mengkaji ulang peraturan itu dan
merevisinya dengan ikut mempertimbangkan usulan buruh di dalamnya.
MEMBER CHECK
Hari/Tanggal : Selasa, 28 Juli 2015
Waktu : 09.00 WIB
Tempat : Ruang Kepala Bidang Pemasaran Formal
Nama Informan : Efa Zuryadi
Pekerjaan/Jabatan : Kepala Bidang Pemasaran Formal
Q1 Apa saja strength yang dimiliki oleh BPJS Ketenagakerjaan?
A1 a. Salah satu keunggulan dari BPJS Ketenagakerjaan ini sekarang bisa
membuat perjanjian kerja sama dengan Pemerintah Pusat maupun
Daerah. BPJS Ketenagakerjaan juga sudah bekerja sama dengan
Pemerintah Kota Tangerang dalam bentuk MoU terutama dengan
Dinas Ketenagakerjaan dan BPMPTSP Kota Tangerang.
b. BPJS Ketenagakerjaan telah mempunyai 4 program jaminan sosial
seperti program jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan
hari tua, dan jaminan pensiun. Selain itu, ada peningkatkan manfaat
pada program jaminan kecelakaan kerja dan kematian dan juga adanya
jaminan pensiun diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan
buruh nantinya.
Q2 Bagaimana bentuk kerja sama dengan lembaga pemerintah dan
manfaatnya bagi BPJS Ketenagakerjaan?
A2 BPJS Ketenagakerjaan juga sudah bekerja sama dengan Pemerintah Kota
Tangerang dalam bentuk MoU terutama dengan Dinas Ketenagakerjaan
dan BPMPTSP Kota Tangerang.
Q3 Apa kelemahan yang dimiliki oleh BPJS Ketenagakerjaan?
A3 a. Disini BPJS Ketenagakerjaan masih ingin merubah pola pikir dari
pengusaha dan buruh sehingga membuat program jaminan sosial
sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi karena manfaatnya sangat
besar baik bagi perusahaan maupun bagi buruh itu sendiri. Program
jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan ini merupakan suatu kebutuhan
yang harus ada dalam setiap pekerja ataupun berjalannya perusahaan
untuk menjamin apabila nanti terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
dalam lingkungan kerjanya.
b. Masih kurang kesadaran yang dimiliki perusahaan dan buruh tentang
jaminan sosial ini maka dari itu juga menyebabkan pertumbuhan
kepesertaan tidak berjalan dengan cepat. Perusahaan dan buruh masih
menganggap membayar iuran setiap bulannya ke BPJS
Ketenagakerjaan sebagai beban dan tidak melihat manfaat yang akan
didapat dari jaminan sosial kepada perusahaan dan buruh.
Q4 Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan pertumbuhan kepesertaan
melambat?
A4 Untuk pertumbuhan kepesertaan sendiri masih belum cepat hal ini
dikarenakan berubahnya Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan
belum memberikan dampak yang besar untuk kepesertaan. Kekurangan
SDM di bidang marketing officer juga berpengaruh terhadap laju
pertumbuhan kepesertaan dan sementara ini tugas tersebut dibebankan
kepada relationship officer.
Q5 Apa saja pembinaan yang dilakukan BPJS Ketenagakerjaan terhadap
perusahaan dan buruh?
A5 BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang melaksanakan pembinaan
langsung ke perusahaan jika perusahaan mengundang BPJS
Ketenagakerjaan. Selain itu, pembinaan juga dilakukan melalui telepon
yang berfungsi untuk memberitahukan peserta tentang informasi terbaru
tentang BPJS Ketenagakerjaan dan apabila ada data-data dari peserta
yang masih harus dilengkapin lagi.
Q6 Apa saja langkah-langkah yang dilakukan BPJS Ketenagakerjaan untuk
meningkatkan kesadaran perusahaan dan buruh tentang pentingnya
program jaminan sosial?
A6 Terkait kurangnya kesadaran tersebut, langkah-langkah yang dilakukan
adalah dengan meningkatkan intensitas melakukan sosialisasi kepada
perusahaan dan sosialisasi melalui pimpinan-pimpinan perusahaannya.
Selain itu, apabila diminta perusahaan untuk sosialisasi maka kita akan
datang langsung ke perusahaan itu untuk sosialisasi lalu dengan adanya
sanksi administratif ini diharapkan mampu memberikan efek jera bagi
perusahaan yang tidak taat peraturan.
Q7 Apa peluang yang dimiliki dengan dibentuknya BPJS Ketenagakerjaan?
A7 Peluang yang dimiliki itu seperti kepesertaan sudah mencakup seluruh
masyarakat tidak hanya tenaga kerja dan perusahaan saja. Selain itu,
pemerintah bisa ambil peran dalam penyelenggaraan program jaminan
sosial dengan melakukan kerja sama. Produktivitas tenaga kerja juga akan
meningkat karena sudah ada yang menjamin kesejahteraan dari tenaga
kerja itu.
Q8 Bagaimana BPJS Ketenagakerjaan memanfaatkan peluang yang
didapatkan?
A8 BPJS Ketenagakerjaan sudah bekerja sama dengan Pemerintah Kota
Tangerang untuk bisa membantu dalam hal pengawasan dan pemeriksaan
kepada peserta dan yang belum menjadi peserta.
Q9 Apa saja ancaman yang ada di BPJS Ketenagakerjaan?
A9 Ancaman biasanya datang dari buruh dan perusahaan yang tidak puas
dengan kebijakan yang dikeluarkan BPJS Ketenagakerjaan terutama
buruh yang sering melakukan demo untuk menyampaikan
ketidakpuasannya terhadap BPJS Ketenagakerjaan. Namun hal ini juga
bisa dijadikan pelajaran untuk memperbaiki yang masih kurang dari
program jaminan sosial ini.
Q9 Bagaimana cara BPJS Ketenagakerjaan menghadapi ancaman dari
perusahaan dan buruh?
A9 Kami akan melakukan perbaikan tentang peraturan yang diprotes oleh
buruh atau perusahaan setelah dilakukan pengkajian ulang tentang
peraturan itu seperti peraturan baru tentang JHT yang sangat diprotes oleh
buruh. Kami melakukan revisi terhadap peraturan itu dengan melihat
usulan dari buruh juga agar peraturan yang direvisi nanti dapat
disesuaikan dengan usulan dari buruh juga.
MEMBER CHECK
Hari/Tanggal : Rabu, 05 Agustus 2015
Waktu : 02.00 WIB
Tempat : Ruang Kepala Bidang Pelayanan
Nama Informan : Dr. Firdausyi
Pekerjaan/Jabatan : Kepala Bidang Pelayanan
Q1 Apa saja strength yang dimiliki oleh BPJS Ketenagakerjaan?
A1 a. Dengan berubahnya PT Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan
diikuti dengan ditambahnya manfaat yang didapatkan dari program
jaminan sosial yang dijalankan khususnya pada program jaminan
kecelakaan kerja dan juga program jaminan kematian. Disamping itu,
sekarang sudah ada program jaminan pensiun yang bertujuan untuk
menjamin kehidupan peserta setelah pensiun bekerja nantinya.
b. Waktu pelayanan kepada peserta sekarang maksimal 30 menit yang
berpedoman pada service blue print dan tidak boleh lebih dari itu agar
peserta yang menerima pelayanan dari kami merasakan kepuasan dari
pelayanan yang diberikan. Service blue print ini juga bertujuan agar
peserta yang telah antre tidak menunggu lama untuk mendapatkan
pelayanan dari BPJS Ketenagakerjaan.
Q2 Apakah dampak yang akan diberikan nantinya dengan adanya kantor
cabang baru BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang?
A2 Dengan adanya kantor baru nanti diharapkan mampu meningkatkan
kenyamanan yang diberikan terkait ruangan tempat pelayanan
berlangsung dan mampu memberikan pelayanan yang lebih baik lagi
kepada peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Q3 Apa kelemahan yang dimiliki oleh BPJS Ketenagakerjaan?
A3 Kami dalam memberikan pelayanan belum dapat maksimal karena
keterbatasan tempat sehingga membuat kenyamanan yang didapatkan
peserta yang datang kesini juga kurang. Kami masih belum mampu untuk
melayani semua peserta yang datang kesini akan kami batasi jumlahnya
supaya pelayanan dapat berjalan dengan lancar.
Q4 Apa peluang yang dimiliki dengan dibentuknya BPJS Ketenagakerjaan?
A4 Dengan adanya peraturan dalam service blue print membuat waktu
pelayanan menjadi lebih cepat dan efektif, sehingga peserta juga akan
cepat dalam mengurus klaim yang dibuatnya dan pelayanan dapat
berjalan dengan lancar.
Q5 Bagaimana BPJS Ketenagakerjaan memanfaatkan peluang yang
didapatkan?
A5 Manfaatnya pelayanan yang diterima peserta yang datang akan menjadi
lebih cepat dan lebih baik lagi terutama dalam waktu pelayanan yang
diberikan dan diharapkan nantinya mampu melayani seluruh peserta yang
datang kesini.
Q6 Apa saja ancaman yang ada di BPJS Ketenagakerjaan?
A6 Ancamannya datang dari buruh dan perusahaan yang tidak puas terhadap
kinerja BPJS Ketenagakerjaan sehingga akan mempengaruhi
penyelenggaraan program jaminan sosial dan bisa dijadikan penilaian
untuk lebih baik lagi ke depannya dalam menyelenggarakan program
jaminan sosial.
Q7 Bagaimana cara BPJS Ketenagakerjaan menghadapi ancaman dari
perusahaan dan buruh?
A7 Kami akan melakukan perbaikan pelayanan yang membuat peserta tidak
nyaman dan tidak puas tentang pelayanan yang diberikan kepada peserta
agar peserta dapat merasa lebih nyaman dan puas terhadap pelayanan
kami berikan.
MEMBER CHECK
Hari/Tanggal : Selasa, 04 Agustus 2015
Waktu : 09.00 WIB
Tempat : Ruangan Pemasaran Formal
Nama Informan : Aditia Suswanto
Pekerjaan/Jabatan : Relationship Officer
Q1 Apa saja strength yang dimiliki oleh BPJS Ketenagakerjaan?
A1 Setelah BPJS Ketenagakerjaan beroperasi penuh maka BPJS
Ketenagakerjaan memiliki program jaminan pensiun setelah sebelumnya
ada program jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, dan jaminan
hari tua. Selain itu sekarang ada program beasiswa yang merupakan
manfaat baru pada program jaminan kecelakaan kerja dan program
jaminan kematian.
Q2 Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan pertumbuhan kepesertaan
melambat?
A2 Sekarang tugas marketing officer sementara diberikan kepada
relationship officer jadi kalau ada relationship officer yang tidak terlalu
sibuk biasanya yang nanti bertugas ke lapangan menggantikan tugas
marketing officer. Hal ini dilakukan karena belum ada pengganti
marketing officer sebelumnya disini jadi bergantian saja sama
relationship officer yang lain karena kebetulan disini ada 5 relationship
officer yang bisa bergantian menjalani tugas marketing officer juga.
Q3 Apa saja pembinaan yang dilakukan BPJS Ketenagakerjaan terhadap
perusahaan dan buruh?
A3 Untuk pembinaan yang dilakukan kepada peserta itu terdapat 2 jenis
pembinaan, yaitu kami akan mendatangi perusahaan sesuai dengan
permintaan perusahaan agar melakukan pembinaan. Pihak perusahaan
akan hadir dalam pembinaan begitu juga pihak buruh yang diwakilkan
oleh serikat buruh untuk mengikuti pembinaan dan bentuk pembinaannya
itu seperti sosialisasi. Selain itu, ada pembinaan yang dilakukan dengan
menelepon perusahaan apabila ada data-data dari perusahaan itu masih
kurang dan dilakukan setiap 1 bulan sekali.
MEMBER CHECK
Hari/Tanggal : Selasa, 18 Agustus 2015
Waktu : 08.30 WIB
Tempat : Ruangan Pemasaran Formal
Nama Informan : Juliartha Sinulingga
Pekerjaan/Jabatan : Penata Utama Pengawasan dan Pemeriksaan
Q1 Apa saja strength yang dimiliki oleh BPJS Ketenagakerjaan?
A1 Adanya petugas pengawasan dan pemeriksaan ini membuat BPJS
Ketenagakerjaan bisa melakukan pengawasan dan pemeriksaan secara
langsung kepada perusahaan atau buruh, tetapi petugas pengawasan tetap
bekerja sama dengan Dinas Ketenagakerjaan dan Perizinan juga untuk
mempermudah pengawasan juga nantinya.
Q2 Bagaimana penerapan sanksi hukum apabila ada perusahaan atau buruh
yang belum menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan?
A2 Petugas pengawas akan memberikan sanksi setelah melakukan
pemeriksaan kepada perusahaan dan buruh berdasarkan data-data yang
dimiliki BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Ketenagakerjaan juga melakukan
komunikasi dengan Dinas Ketenagakerjaan untuk mengetahui perusahaan
yang belum menjadi peserta. Kalau perusahaan dan buruh terbukti
melanggar akan diberikan sanksi teguran tertulis, denda dan tidak
mendapatkan pelayanan publik.
Q3 Bagaimanakah petugas pengawasan BPJS Ketenagakerjaan menjalankan
fungsi pengawasan?
A3 Adanya petugas pengawasan dan pemeriksaan ini membuat BPJS
Ketenagakerjaan bisa melakukan pengawasan dan pemeriksaan secara
langsung kepada perusahaan atau buruh, tetapi petugas pengawasan tetap
bekerja sama dengan Dinas Ketenagakerjaan dan Perizinan juga untuk
mempermudah pengawasan juga nantinya.
MEMBER CHECK
Hari/Tanggal : Senin, 10 Agustus 2015
Waktu : 12.30 WIB
Tempat : Kantin PT Shinta Group
Nama Informan : Narto
Pekerjaan/Jabatan : Buruh
Q1 Apa saja manfaat program jaminan sosial bagi buruh dan perusahaan?
A1 Manfaatnya bagi buruh itu BPJS Ketenagakerjaan memberikan jaminan
kepada buruh kalau mengalami hal-hal yang tidak diinginkan seperti
kecelakaan kerja, kematian, dan jaminan hari tua kalau saya tidak bekerja
lagi nantinya. Selain itu, sekarang ditambah jaminan pensiun juga dan
semoga ke depannya BPJS Ketenagakerjaan ini dapat bekerja lebih baik
lagi dan program yang dijalankan dapat bermanfaat bagi pesertanya.
Q2 Apa kelemahan yang dimiliki oleh BPJS Ketenagakerjaan?
A2 Kelemahannya masih kurang sosialisasi yang dilakukan kepada buruh
karena biasanya BPJS Ketenagakerjaan melakukan sosialisasi ke
perusahaan melalui perwakilan perusahaan saja, sosialisasi seperti itu
kurang bagus harusnya kan selain ke perusahaan juga sosialisasi ke
buruhnya juga agar pemahaman tentang BPJS Ketenagakerjaan pun dapat
tersampaikan dengan baik.
Q3 Apakah buruh sudah mengetahui cek saldo JHT bisa melalui handphone?
A3 Saya tidak tahu sekarang sudah bisa cek saldo JHT dari handphone
Q4 Apa peluang yang dimiliki dengan dibentuknya BPJS Ketenagakerjaan?
A4 Peluang ada untuk buruh yaitu untuk menjamin hari tua nanti dan ada
yang membiayai pengobatan kalau terjadi kecelakaan saat kerja
sedangkan bagi BPJS Ketenagakerjaan penyelenggaraan jaminan sosial
dapat berjalan lebih baik lagi apabila dapat mengelolanya dengan baik.
Q5 Apa saja ancaman yang ada di BPJS Ketenagakerjaan?
A5 Ancamannya itu biasanya buruh akan melakukan demo untuk menuntut
adanya perbaikan di BPJS Ketenagakerjaan agar program jaminan sosial
ini juga tidak merugikan buruh yang seharusnya memberikan manfaat
kepada buruh seperti peraturan baru tentang JHT yang baru dikeluarkan,
peraturan itu merugikan untuk buruh makanya buruh melakukan demo
sehingga aspirasi dari buruh akan tersampaikan kepada BPJS
Ketenagakerjaan agar segera dilakukan perbaikan.
MEMBER CHECK
Hari/Tanggal : Jumat, 21 Agustus 2015
Waktu : 10.00 WIB
Tempat : Pos Satpam PT Anugerah Komala Tunggal
Nama Informan : Yati
Pekerjaan/Jabatan : Satpam
Q1 Apa kelemahan yang dimiliki oleh BPJS Ketenagakerjaan?
A1 Sosialisasi dilakukan ke perusahaannya saja nanti dari perusahaan yang
akan menyampaikan lagi ke buruhnya seharusnya buruh juga ikut
mendapatkan sosialisasi langsung dari BPJS Ketenagakerjaan supaya
lebih memahami tentang BPJS Ketenagakerjaan.
Q2 Apa peluang yang dimiliki dengan dibentuknya BPJS Ketenagakerjaan?
A2 Hari tua kita jadi terjamin karena sudah ada tabungan hari tua di BPJS
Ketenagakerjaan jadi kalau nanti sudah tidak bekerja lagi bisa diambil
buat keperluan sehari-hari juga jadi sudah ada jaminan buat hari tua nanti.
MEMBER CHECK
Hari/Tanggal : Kamis, 10 Agustus 2015
Waktu : 12.30 WIB
Tempat : Kantin PT Shinta Group
Nama Informan : Iwan Suhara
Pekerjaan/Jabatan : Ketua Pengurus Unit Kerja SPSI Kota Tangerang
Q1 Apa saja manfaat program jaminan sosial bagi buruh dan perusahaan?
A1 Tentu banyak manfaatnya program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan
ini terutama untuk menjamin hari tua buruh karena buruh sudah
mempunyai tabungan hari tua di BPJS Ketenagakerjaan yang bisa
diambil setelah masuk usia tua atau sudah tidak bekerja lagi. Semoga saja
dengan dibentuknya BPJS Ketenagakerjaan ini program jaminan sosial
dapat berjalan lancar dan sesuai pada tujuannya.
Q2 Apa kelemahan yang dimiliki oleh BPJS Ketenagakerjaan?
A2 Kelemahannya yang paling utama adalah dalam hal sosialisasi ke buruh
ini karena biasanya BPJS Ketenagakerjaan hanya melakukan sosialisasi
ke perwakilan perusahaan saja atau jika ada kepentingan saja baru
melakukan sosialisasi ke perusahaan kalau ke buruh sendiri masih kurang
sosialisasinya seharusnya sosialisasi juga dilakukan ke buruh langsung
tidak hanya melalui perwakilan perusahannnya.
Q3 Apa peluang yang dimiliki dengan dibentuknya BPJS Ketenagakerjaan?
A3 Peluangnya itu seperti kesejahteraan buruh sudah ada yang menjamin
dengan adanya jaminan sosial ini terutama untuk hari tua nanti atau sudah
tidak bekerja lagi. Karena sudah ada jaminan sosial yang menjamin hari
tua buruh.
Q4 Apa saja ancaman yang ada di BPJS Ketenagakerjaan?
A4 Kalau ada peraturan dari BPJS Ketenagakerjaan yang merugikan buruh
maka buruh akan melakukan demo sebagai bentuk protes ke BPJS
Ketenagakerjaan. Contohnya seperti peraturan baru mengenai jaminan
hari tua yang baru dikeluarkan BPJS Ketenagakerjaan. Peraturan itu
merugikan buruh sehingga buruh melakukan demo kepada BPJS
Ketenagakerjaan agar peraturan baru itu diperbaiki lagi agar manfaatnya
tetap bisa dirasakan oleh buruh.
MEMBER CHECK
Hari/Tanggal : Jumat, 21 Agustus 2015
Waktu : 10.00 WIB
Tempat : Pos Satpam PT Anugerah Komala Tunggal
Nama Informan : Prihatin
Pekerjaan/Jabatan : Satpam
Q1 Apa saja manfaat program jaminan sosial bagi buruh dan perusahaan?
A1 Manfaatnya banyak seperti masa depan jadi lebih terjamin terutama buat
hari tua nanti jadi lebih terjamin dengan adanya BPJS Ketenagakerjaan
ini dan semoga saja BPJS Ketenagakerjaan dapat terus meningkatkan
kinerja dan pelayanan yang diberikan kepada pesertanya.
Q2 Apakah buruh sudah mengetahui cek saldo JHT bisa melalui handphone?
A2 Saya kurang tahu bisa cek saldo JHT dari handphone.
Q3 Apa saja ancaman yang ada di BPJS Ketenagakerjaan?
A3 Ancamannya BPJS Ketenagakerjaan bisa di demo oleh buruh kalau ada
kebijakan yang dijalankan merugikan pihak buruh kaya peraturan tentang
JHT yang baru dikeluarkan yang mempersulit buruh dalam memperoleh
dana JHT sehingga menuntut BPJS Ketenagakerjaan untuk melakukan
perbaikan pada peraturan itu.
MEMBER CHECK
Hari/Tanggal : Jumat, 09 Oktober 2015
Waktu : 13.30 WIB
Tempat : Kantin PT Sanvin
Nama Informan : M.Saefullah
Pekerjaan/Jabatan : Buruh PT Sanvin
Q1 Apa saja manfaat program jaminan sosial bagi buruh dan perusahaan?
A1 Manfaatnya itu buruh mempunyai tabungan pada jaminan hari tua yang
akan diambil ketika buruh tidak bekerja lagi atau mengalami PHK. Selain
itu, biaya pengobatan ketika buruh mengalami kecelakaan kerja sudah
ditanggung oleh BPJS Ketenagakerjaan.
Q2 Apa kelemahan yang dimiliki oleh BPJS Ketenagakerjaan?
A2 a. Sosialisasi yang dilakukan BPJS Ketenagakerjaan masih sangat kurang
terutama sosialisasi kepada buruh, karena biasanya BPJS
Ketenagakerjaan melakukan sosialisasi ke perusahannya saja. Setelah
itu perusahaan yang akan melakukan sosialisasi kepada buruh, tetapi
akan lebih efektif kalau sosialisasi itu dilakukan langsung oleh BPJS
Ketenagakerjaan.
b. Perubahan yang terjadi pada tata cara pengambilan jaminan hari tua
sangat mempersulit buruh. Buruh harus menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan minimal 10 tahun baru bisa mengambil dana jaminan
hari tua dan dana itu hanya 10% saja yang bisa diambil.
Q3 Apa peluang yang dimiliki dengan dibentuknya BPJS Ketenagakerjaan?
A3 Dengan adanya BPJS Ketenagakerjaan ini membuat buruh memiliki
jaminan dan perlindungan dari program jaminan sosialnya. Selain itu,
buruh memiliki jaminan adanya penghasilan kalau sudah tidak bekerja
lagi atau sudah pensiun nanti dari BPJS Ketenagakerjaan.
Q4 Apa saja ancaman yang ada di BPJS Ketenagakerjaan?
A4 Ancamannya bisa berupa demo yang dilakukan buruh dan tidak menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan. Demo yang dilakukan sebagai bentuk
ketidakpuasan buruh terhadap penyelenggaraan program jaminan sosial
oleh BPJS Ketenagakerjaan.
MEMBER CHECK
Hari/Tanggal : Selasa, 13 Oktober 2015
Waktu : 13.00 WIB
Tempat : Kantin PT Intan Pertiwi
Nama Informan : Zami Hardiyanto
Pekerjaan/Jabatan : Karyawan PT Intan Pertiwi
Q1 Apa saja manfaat program jaminan sosial bagi buruh dan perusahaan?
A1 Dengan adanya BPJS Ketenagakerjaan buruh tidak akan terkena biaya
pengobatan ketika mengalami kecelakaan kerja dan mendapatkan
santunan kematian untuk keluarga kami jika kami meninggal dunia.
Selain itu, jaminan hari tua bermanfaat sebagai jaminan bagi buruh ketika
sudah tidak bekerja atau di PHK untuk modal memulai usaha atau
keperluan sehari-hari dan hari tua kami juga akan terjamin dengan adanya
jaminan pensiun.
Q2 Apa kelemahan yang dimiliki oleh BPJS Ketenagakerjaan?
A2 a. Kelemahannya itu masih kurangnya sosialisasi yang dilakukan BPJS
Ketenagakerjaan kepada buruh, karena BPJS Ketenagakerjaan hanya
melakukan sosialisasi kepada perusahaannya saja. Seharusnya buruh
juga mendapatkan sosialisasi dari BPJS Ketenagakerjaan tidak hanya
dari perwakilan perusahaan saja yang sosialisasi kepada buruh.
b. Saya tidak setuju dengan perubahan peraturan yang mengatur tentang
program jaminan hari tua. Perubahan memberatkan pihak buruh karena
buruh tidak bisa mengambil jaminan hari tua sepenuhnya sebelum
berhenti bekerja atau terkena PHK dan buruh hanya bisa mengambil
10% saja.
Q3 Apa peluang yang dimiliki dengan dibentuknya BPJS Ketenagakerjaan?
A3 Peluangnya bagi buruh seperti meningkatkan kesejahteraan kehidupan
buruh dengan menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Kehidupan buruh
akan tetap dijamin ketika sudah memasuki usia pensiun sehingga buruh
tetap memiliki penghasilan apabila sudah pensiun atau tidak bekerja lagi.
Q4 Apa saja ancaman yang ada di BPJS Ketenagakerjaan?
A4 Ancamannya itu buruh akan melakukan demo kepada BPJS
Ketenagakerjaan tentang peraturan yang dinilai tidak memihak kepada
buruh. Selain itu, buruh tidak akan menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan kalau ada ketidakpuasan terhadap peraturan tentang
program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan.
MEMBER CHECK
Hari/Tanggal : Kamis, 13 Agustus 2015
Waktu : 10.00 WIB
Tempat : Ruang Kepala Bagian Personalia PT Shinta Group
Nama Informan : Herry Tubagus
Pekerjaan/Jabatan : Kepala Bagian Personalia PT Shinta Group
Q1 Apa saja manfaat program jaminan sosial bagi buruh dan perusahaan?
A1 Banyak manfaatnya seperti mengurangi beban biaya untuk pengobatan
jika terjadi kecelakaan kerja karena BPJS Ketenagakerjaan yang akan
menanggung semuanya dan meningkatkan produktivitas kerja buruh juga
karena sudah terlindungi oleh BPJS Ketenagakerjaan.
Q2 Apa kelemahan yang dimiliki oleh BPJS Ketenagakerjaan?
A2 a. Beban iuran yang harus ditanggung perusahaan menjadi semakin besar
dengan adanya program jaminan pensiun yang baru dijalankan oleh
BPJS Ketenagakerjaan ini.
b. Biasanya untuk sosialisasi lebih sering ke perusahaannya dibanding ke
buruhnya langsung jadi kalau ada sosialisasi dari BPJS
Ketenagakerjaan yang diundang hanya perwakilan dari perusahaannya
kemudian perwakilan perusahaan itu akan melakukan sosialisasi lagi ke
buruh.
Q3 Apakah kesadaran yang dimiliki perusahaan terhadap program jaminan
sosial BPJS Ketenagakerjaan masih kurang?
A3 Kesadaran sudah ada namun untuk perusahaan kecil yang penghasilannya
hanya cukup untuk membayar pekerjanya yang terpaksa tidak ikut BPJS
Ketenagakerjaan karena tidak mampu membayar iurannya.
Q4 Apa peluang yang dimiliki dengan dibentuknya BPJS Ketenagakerjaan?
A4 Peluang yang dimiliki pasti ada untuk perusahaan seperti mengurangi
beban biaya yang harus dikeluarkan perusahaan kalau buruh mengalami
kecelakaan kerja atau kematian karena semua biaya sudah ditanggung
oleh BPJS Ketenagakerjaan dan buruh juga akan memiliki tabungan hari
tua kalau sudah tidak bekerja lagi sehingga semangat kerja meningkat.
Q5 Apa saja ancaman yang ada di BPJS Ketenagakerjaan?
A5 Biasanya perusahaan akan menyampaikan keluhan kepada BPJS
Ketenagakerjaan tentang pelayanan yang kurang baik dan masalah iuran
yang harus dibayar perusahaan supaya bisa diringankan lagi.
MEMBER CHECK
Hari/Tanggal : Rabu, 26 Agustus 2015
Waktu : 09.00 WIB
Tempat : Ruang Direktur Operasional PT Anugerah Komala
Nama Informan : Jamaluddin
Pekerjan/Jabatan : Direktur Operasional PT Anugerah Komala
Q1 Apa saja manfaat program jaminan sosial bagi buruh dan perusahaan?
A1 Manfaatnya besar bagi perusahaan terutama jika terjadi kecelakaan kerja
sudah ada yang menanggung semua biaya pengobatannya, sehingga
perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya lagi untuk menanggungnya.
Disamping itu, menciptakan rasa tenang juga karena sudah ada jaminan
hari tua yang menjamin hari tua buruh kalau sudah tidak bekerja lagi dan
membuat semangat buruh untuk bekerja juga meningkat lagi.
Q2 Apa kelemahan yang dimiliki oleh BPJS Ketenagakerjaan?
A2 a. Kelemahannya itu beban iuran yang perusahaan tanggung akan semakin
besar dengan adanya program jaminan pensiun walaupun manfaatnya
bagus buat buruh kami nantinya.
b. Untuk sosialisasi biasanya BPJS Ketenagakerjaan melakukan sosialisasi
tidak langsung kepada buruhnya biasanya melalui perwakilan
perusahaan saja yang diundang untuk datang ke acara BPJS
Ketenagakerjaan seperti seminar. Hasil dari sosialisasi akan
disampaikan lagi kepada buruh melalui perwakilan perusahaan tersebut,
jadi sosialisasi ke buruhnya langsung hampir tidak pernah ada jadi lebih
sering sosialisasi ke perusahaannya saja.
Q3 Apakah kesadaran yang dimiliki perusahaan terhadap program jaminan
sosial BPJS Ketenagakerjaan masih kurang?
A3 Dikatakan kurang juga sebenarnya tidak biasanya kalau ada perusahaan
yang belum ikut BPJS Ketenagakerjaan itu karena belum mampu bayar
iurannya karena penghasilannya yang cukup membayar pekerjanya saja.
Kondisi ekonomi sekarang juga membuat perusahaan yang
penghasilannya tidak besar harus tetap bisa bertahan. Hal ini juga yang
membuat perusahaan terpaksa nakal untuk tidak ikut BPJS
Ketenagakerjaan.
Q4 Apa peluang yang dimiliki dengan dibentuknya BPJS Ketenagakerjaan?
A4 Peluangnya itu menciptakan ketenangan kepada buruh dalam bekerja
karena sudah memiliki tabungan hari tua dari BPJS Ketenagakerjaan,
sehingga semangat kerjanya pun akan meningkat. Selain itu,
pengeluaraan perusahaan dapat berkurang apabila buruh mengalami
kecelakaan kerja atau kematian karena sudah ditanggung oleh BPJS
Ketenagakerjaan.
Q5 Apa saja ancaman yang ada di BPJS Ketenagakerjaan?
A5 Kalau dari perusahaan tidak melakukan demo, tetapi menyampaikan
keluhan saja kepada BPJS Ketenagakerjaan mengenai pelayanan dan
iuran yang dibebankan kepada perusahaan karena sekarang ditambah
iuran jaminan pensiun juga yang membebani perusahaan karena iurannya
semakin bertambah.
MEMBER CHECK
Hari/Tanggal : Kamis, 20 Agustus 2015
Waktu : 11.00 WIB
Tempat : Ruangan Bidang Jasa APINDO Kota Tangerang
Nama Informan : H. Yopi Suprihanto
Pekerjaan/Jabatan : Wakil Ketua Bidang Jasa APINDO Kota Tangerang
Q1 Apa saja manfaat program jaminan sosial bagi buruh dan perusahaan?
A1 Banyak manfaatnya untuk perusahaan seperti mengurangi beban biaya
kalau buruh mengalami kecelakaan kerja atau kematian karena BPJS
Ketenagakerjaan yang menanggung biayanya dan meningkatkan
semangat bekerja dari buruh.
Q2 Apa kelemahan yang dimiliki oleh BPJS Ketenagakerjaan?
A2 Sosialisasinya masih kurang karena biasanya hanya mengundang
perwakilan perusahaan saja seharusnya perwakilan dari buruh juga
diundang dan informasi yang disampaikan dapat diterima semua pihak
tidak hanya perusahaan saja.
Q3 Apakah kesadaran yang dimiliki perusahaan terhadap program jaminan
sosial BPJS Ketenagakerjaan masih kurang?
A3 Sebenarnya kesadaran dari perusahaan tentang jaminan sosial sudah ada,
tetapi biasanya perusahaan yang belum menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan dikarenakan tidak mampu membayar iurannya karena
membuat beban yang ditanggung perusahaan itu semakin besar.
Disamping itu, penghasilan yang dimiliki perusahaan tidak besar untuk
bisa membayar iuran dari BPJS Ketenagakerjaan.
Q4 Apa peluang yang dimiliki dengan dibentuknya BPJS Ketenagakerjaan?
A4 Banyak peluang yang tercipta bagi perusahaan seperti menanggulangi
resiko kecelakaan kerja dan kematian yang dialami buruh karena seluruh
biaya sudah ditanggung BPJS Ketenagakerjaan dan buruh sudah memiliki
tabungan dari jaminan hari tua yang dapat digunakan kalau sudah tidak
bekerja lagi yang akan meningkatkan lagi produktivitas kerja buruh itu.
Q5 Apa saja ancaman yang ada di BPJS Ketenagakerjaan?
A5 Perusahaan tidak melakukan demo kepada BPJS Ketenagakerjaan
melainkan hanya menyampaikan keluhan kepada BPJS Ketenagakerjaan
jika perusahaan merasa tidak puas atas pelayanan yang diberikan dan
iuran semakin besar dengan adanya jaminan pensiun.
MEMBER CHECK
Hari/Tanggal : Jumat, 04 September 2015
Waktu : 10.30 WIB
Tempat : Ruang Kepala Bidang Advokasi BPMPTSP Kota
Tangerang
Nama Informan : H. Julias
Pekerjaan/Jabatan : Kepala Bidang Advokasi BPMPTSP Kota Tangerang
Q1 Bagaimana bentuk kerja sama dengan lembaga pemerintah dan
manfaatnya bagi BPJS Ketenagakerjaan?
A1 Kami sudah bekerja sama dengan BPJS Ketenagakerjaan dalam bentuk
MOU. Bentuk kerja sama ini terkait perusahaan dan pekerja yang akan
mengurus izin disini untuk memberikan himbauan agar segera daftar
BPJS Ketenagakerjaan terlebih dahulu sebelum mengurus perizinan dan
BPJS Ketenagakerjaan juga sudah buka kantor tempat pendaftaran disini
untuk mempermudah proses pendaftaran.
MEMBER CHECK
Hari/Tanggal : Jumat, 31 Juli 2015
Waktu : 10.00 WIB
Tempat : Ruangan Kepala Seksi Pengupahan dan Jamsostek Dinas
Ketenagakerjaan Kota Tangerang
Nama Informan : Amri Luzarfi
Pekerjaan/Jabatan : Kepala Seksi Pengupahan dan Jamsostek Dinas
Ketenagakerjaan Kota Tangerang
Q1 Bagaimana bentuk kerja sama dengan lembaga pemerintah dan
manfaatnya bagi BPJS Ketenagakerjaan?
A1 Dinas Ketenagakerjaan sudah menjalin kerja sama dengan BPJS
Ketenagakerjaan dalam bentuk MOU. Kerja sama ini dalam hal
pengawasan terhadap perusahaan dan buruh yang ada di Kota Tangerang
supaya pengawasan dapat berjalan dengan maksimal.
MATRIKS HASIL WAWANCARA
1. Dimensi Strengths
I
Q1
Apa saja strength yang dimiliki oleh BPJS Ketenagakerjaan?
I1-1
a. BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang bisa bekerja sama dengan
Pemerintah Kota Tangerang. Bentuk kerja samanya berupa perjanjian
kerja sama dan kami sudah membuat MoU dengan Pemerintah Kota
Tangerang seperti dengan BPMPTSP Kota Tangerang dan Dinas
Ketenagakerjaan Kota Tangerang.
b. BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan 4 program jaminan sosial
yang diantaranya adalah jaminan kecelakaan kerja,jaminan kematian,
jaminan hari tua dan jaminan pensiun sebagai ganti jaminan
pemeliharaan kesehatan. Dari 4 program itu ada 2 yang manfaatnya
ditingkatkan untuk peserta, yaitu program jaminan kecelakaan kerja
dan jaminan kematian. Selain itu, dengan adanya program pensiun ini
akan sangat bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan hidup
buruh ke depannya nanti.
c. Untuk pengawasan BPJS Ketenagakerjaan sudah memiliki petugas
sendiri yang akan melakukan pengawasan terhadap peserta yang
melanggar aturan dan akan dikenakan sanksi hukum sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Petugas pegawasan ini nantinya akan tetap
berkoordinasi dengan Dinas Ketenagakerjaan dan sekarang ditambah
dengan Badan Perizinan juga untuk membantu pengawasan yang
dilakukan kepada peserta.
I1-2
a. Salah satu keunggulan dari BPJS Ketenagakerjaan ini sekarang bisa
membuat perjanjian kerja sama dengan Pemerintah Pusat maupun
Daerah. BPJS Ketenagakerjaan juga sudah bekerja sama dengan
Pemerintah Kota Tangerang dalam bentuk MoU terutama dengan
Dinas Ketenagakerjaan dan BPMPTSP Kota Tangerang.
b. BPJS Ketenagakerjaan telah mempunyai 4 program jaminan sosial
seperti program jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan
hari tua, dan jaminan pensiun. Selain itu, ada peningkatkan manfaat
pada program jaminan kecelakaan kerja dan kematian dan juga adanya
jaminan pensiun diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan
buruh nantinya.
I1-3
a. Dengan berubahnya PT Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan
diikuti dengan ditambahnya manfaat yang didapatkan dari program
jaminan sosial yang dijalankan khususnya pada program jaminan
kecelakaan kerja dan juga program jaminan kematian. Disamping itu,
sekarang sudah ada program jaminan pensiun yang bertujuan untuk
menjamin kehidupan peserta setelah pensiun bekerja nantinya.
b. Waktu pelayanan kepada peserta sekarang maksimal 30 menit yang
berpedoman pada service blue print dan tidak boleh lebih dari itu agar
peserta yang menerima pelayanan dari kami merasakan kepuasan dari
pelayanan yang diberikan. Service blue print ini juga bertujuan agar
peserta yang telah antre tidak menunggu lama untuk mendapatkan
pelayanan dari BPJS Ketenagakerjaan.
I1-4
Setelah BPJS Ketenagakerjaan beroperasi penuh maka BPJS
Ketenagakerjaan memiliki program jaminan pensiun setelah sebelumnya
ada program jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, dan jaminan
hari tua. Selain itu sekarang ada program beasiswa yang merupakan
manfaat baru pada program jaminan kecelakaan kerja dan program
jaminan kematian.
I1-5 Adanya petugas pengawasan dan pemeriksaan ini membuat BPJS
Ketenagakerjaan bisa melakukan pengawasan dan pemeriksaan secara
langsung kepada perusahaan atau buruh, tetapi petugas pengawasan tetap
bekerja sama dengan Dinas Ketenagakerjaan dan Perizinan juga untuk
mempermudah pengawasan juga nantinya.
I
Q2
Apa saja manfaat program jaminan sosial bagi buruh dan perusahaan?
I2-1
Manfaatnya bagi buruh itu BPJS Ketenagakerjaan memberikan jaminan
kepada buruh kalau mengalami hal-hal yang tidak diinginkan seperti
kecelakaan kerja, kematian, dan jaminan hari tua kalau saya tidak bekerja
lagi nantinya. Selain itu, sekarang ditambah jaminan pensiun juga dan
semoga ke depannya BPJS Ketenagakerjaan ini dapat bekerja lebih baik
lagi dan program yang dijalankan dapat bermanfaat bagi pesertanya.
I2-3
Manfaatnya banyak seperti masa depan jadi lebih terjamin terutama buat
hari tua nanti jadi lebih terjamin dengan adanya BPJS Ketenagakerjaan
ini dan semoga saja BPJS Ketenagakerjaan dapat terus meningkatkan
kinerja dan pelayanan yang diberikan kepada pesertanya.
I2-4
Dengan adanya BPJS Ketenagakerjaan buruh tidak akan terkena biaya
pengobatan ketika mengalami kecelakaan kerja dan mendapatkan
santunan kematian untuk keluarga kami jika kami meninggal dunia.
Selain itu, jaminan hari tua bermanfaat sebagai jaminan bagi buruh ketika
sudah tidak bekerja atau di PHK untuk modal memulai usaha atau
keperluan sehari-hari dan hari tua kami juga akan terjamin dengan adanya
jaminan pensiun.
I2-5
Manfaatnya itu buruh mempunyai tabungan pada jaminan hari tua yang
akan diambil ketika buruh tidak bekerja lagi atau mengalami PHK. Selain
itu, biaya pengobatan ketika buruh mengalami kecelakaan kerja sudah
ditanggung oleh BPJS Ketenagakerjaan.
I3-1
Manfaatnya besar bagi perusahaan terutama jika terjadi kecelakaan kerja
sudah ada yang menanggung semua biaya pengobatannya, sehingga
perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya lagi untuk menanggungnya.
Disamping itu, menciptakan rasa tenang juga karena sudah ada jaminan
hari tua yang menjamin hari tua buruh kalau sudah tidak bekerja lagi dan
membuat semangat buruh untuk bekerja juga meningkat lagi.
I3-2
Banyak manfaatnya seperti mengurangi beban biaya untuk pengobatan
jika terjadi kecelakaan kerja karena BPJS Ketenagakerjaan yang akan
menanggung semuanya dan meningkatkan produktivitas kerja buruh juga
karena sudah terlindungi oleh BPJS Ketenagakerjaan.
I4-1
Tentu banyak manfaatnya program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan
ini terutama untuk menjamin hari tua buruh karena buruh sudah
mempunyai tabungan hari tua di BPJS Ketenagakerjaan yang bisa
diambil setelah masuk usia tua atau sudah tidak bekerja lagi. Semoga saja
dengan dibentuknya BPJS Ketenagakerjaan ini program jaminan sosial
dapat berjalan lancar dan sesuai pada tujuannya.
I5-1
Banyak manfaatnya untuk perusahaan seperti mengurangi beban biaya
kalau buruh mengalami kecelakaan kerja atau kematian karena BPJS
Ketenagakerjaan yang menanggung biayanya dan meningkatkan
semangat bekerja dari buruh.
I
Q3
Bagaimana penerapan sanksi hukum apabila ada perusahaan atau buruh
yang belum menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan?
I1-1
Dalam memberikan sanksi BPJS Ketenagakerjaan akan melakukan
pemeriksaan dari data perusahaan dan buruh yang kami miliki. Kalau
perusahaan atau buruh ternyata melanggar peraturan maka akan segera
diberikan sanksi oleh petugas pengawas kami seperti diberikan teguran
tertulis kalau masih melanggar juga diberikan denda dan yang terakhir
perusahaan dan buruh tidak mendapatkan pelayanan publik dari
Pemerintah.
I1-5
Petugas pengawas akan memberikan sanksi setelah melakukan
pemeriksaan kepada perusahaan dan buruh berdasarkan data-data yang
dimiliki BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Ketenagakerjaan juga melakukan
komunikasi dengan Dinas Ketenagakerjaan untuk mengetahui perusahaan
yang belum menjadi peserta. Kalau perusahaan dan buruh terbukti
melanggar akan diberikan sanksi teguran tertulis, denda dan tidak
mendapatkan pelayanan publik.
I
Q4
Bagaimanakah petugas pengawasan BPJS Ketenagakerjaan menjalankan
fungsi pengawasan?
I1-1
Untuk pengawasan BPJS Ketenagakerjaan sudah memiliki petugas
sendiri yang akan melakukan pengawasan terhadap peserta yang
melanggar aturan dan akan dikenakan sanksi hukum sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Petugas pegawasan ini nantinya akan tetap
berkoordinasi dengan Dinas Ketenagakerjaan dan sekarang ditambah
dengan Badan Perizinan juga untuk membantu pengawasan yang
dilakukan kepada peserta.
I1-5
Adanya petugas pengawasan dan pemeriksaan ini membuat BPJS
Ketenagakerjaan bisa melakukan pengawasan dan pemeriksaan secara
langsung kepada perusahaan atau buruh, tetapi petugas pengawasan tetap
bekerja sama dengan Dinas Ketenagakerjaan dan Perizinan juga untuk
mempermudah pengawasan juga nantinya.
I
Q5
Bagaimana bentuk kerja sama dengan lembaga pemerintah dan
manfaatnya bagi BPJS Ketenagakerjaan?
I1-1
Bentuk kerja samanya berupa perjanjian kerja sama dan kami sudah
membuat MoU dengan Pemerintah Kota Tangerang seperti dengan
BPMPTSP Kota Tangerang dan Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang.
I1-2
BPJS Ketenagakerjaan juga sudah bekerja sama dengan Pemerintah Kota
Tangerang dalam bentuk MoU terutama dengan Dinas Ketenagakerjaan
dan BPMPTSP Kota Tangerang.
I6-1
Dinas Ketenagakerjaan sudah menjalin kerja sama dengan BPJS
Ketenagakerjaan dalam bentuk MOU. Kerja sama ini dalam hal
pengawasan terhadap perusahaan dan buruh yang ada di Kota Tangerang
supaya pengawasan dapat berjalan dengan maksimal.
I6-2 Kami sudah bekerja sama dengan BPJS Ketenagakerjaan dalam bentuk
MOU. Bentuk kerja sama ini terkait perusahaan dan pekerja yang akan
mengurus izin disini untuk memberikan himbauan agar segera daftar
BPJS Ketenagakerjaan terlebih dahulu sebelum mengurus perizinan dan
BPJS Ketenagakerjaan juga sudah buka kantor tempat pendaftaran disini
untuk mempermudah proses pendaftaran.
I
Q6
Apakah pelayanan yang diberikan BPJS Ketenagakerjaan sudah baik dan
cepat kepada peserta?
I7-1
Waktu pelayanan sekarang sudah berjalan dengan lebih cepat sekitar 10
sampai 20 menit sudah selesai dan dokumen-dokumen yang dibawa buat
mengajukan klaim sudah lengkap dibawa semua.
I
Q7
Apakah dampak yang akan diberikan nantinya dengan adanya kantor
cabang baru BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang?
I1-1 Diharapkan mampu memperbaiki pelayanan kepada peserta agar
pelayanan dapat berjalan lebih baik lagi. Dibangunnya kantor baru itu
diharapkan mampu memberikan kenyamanan yang lebih baik bagi
peserta yang datang ke kantor cabang dan juga diharapkan kinerja dari
pegawai akan lebih baik lagi.
I1-3 Dengan adanya kantor baru nanti diharapkan mampu meningkatkan
kenyamanan yang diberikan terkait ruangan tempat pelayanan
berlangsung dan mampu memberikan pelayanan yang lebih baik lagi
kepada peserta BPJS Ketenagakerjaan.
2. Weaknesses
I
Q8
Apa kelemahan yang dimiliki oleh BPJS Ketenagakerjaan?
I1-1
a. Kelemahan BPJS Ketenagakerjaan ini salah satunya masih belum bisa
merubah sepenuhnya pola pikir dari pengusaha dan buruh kalau
program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan itu merupakan suatu
kebutuhan yang harus dipenuhi bukan lagi hanya kewajiban dalam
membayar iurannya. Pemahaman dari pengusaha maupun buruh masih
kurang karena masih beranggapan menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan itu hanya membayar iuran saja padahal manfaat dari
program jaminan sosial ini sangat besar sekali bagi perusahaan dan
buruh.
b. Salah satu kelemahan lainnya, yaitu masih kurang kesadaran yang
dimiliki oleh perusahaan dan juga buruh tentang pentingnya manfaat
jaminan sosial ini padahal jaminan sosial ini menjamin kesejahteraan
buruh yang bekerja di perusahaan tersebut. Perusahaan dan buruh
masih berpikir kalau menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan itu hanya
menjadi beban saja, karena kewajiban membayar iuran setiap
bulannya.
I1-2
a. Disini BPJS Ketenagakerjaan masih ingin merubah pola pikir dari
pengusaha dan buruh sehingga membuat program jaminan sosial
sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi karena manfaatnya sangat
besar baik bagi perusahaan maupun bagi buruh itu sendiri. Program
jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan ini merupakan suatu kebutuhan
yang harus ada dalam setiap pekerja ataupun berjalannya perusahaan
untuk menjamin apabila nanti terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
dalam lingkungan kerjanya.
b. Masih kurang kesadaran yang dimiliki perusahaan dan buruh tentang
jaminan sosial ini maka dari itu juga menyebabkan pertumbuhan
kepesertaan tidak berjalan dengan cepat. Perusahaan dan buruh masih
menganggap membayar iuran setiap bulannya ke BPJS
Ketenagakerjaan sebagai beban dan tidak melihat manfaat yang akan
didapat dari jaminan sosial kepada perusahaan dan buruh.
I1-3
Kami dalam memberikan pelayanan belum dapat maksimal karena
keterbatasan tempat sehingga membuat kenyamanan yang didapatkan
peserta yang datang kesini juga kurang. Kami masih belum mampu untuk
melayani semua peserta yang datang kesini akan kami batasi jumlahnya
supaya pelayanan dapat berjalan dengan lancar.
I2-1
Kelemahannya masih kurang sosialisasi yang dilakukan kepada buruh
karena biasanya BPJS Ketenagakerjaan melakukan sosialisasi ke
perusahaan melalui perwakilan perusahaan saja, sosialisasi seperti itu
kurang bagus harusnya kan selain ke perusahaan juga sosialisasi ke
buruhnya juga agar pemahaman tentang BPJS Ketenagakerjaan pun dapat
tersampaikan dengan baik.
I2-2
Biasanya sosialisasi dilakukan ke perusahaannya saja nanti dari
perusahaan yang akan menyampaikan lagi ke buruhnya seharusnya buruh
juga ikut mendapatkan sosialisasi langsung dari BPJS Ketenagakerjaan
supaya lebih memahami tentang BPJS Ketenagakerjaan.
I2-4
a. Kelemahannya itu masih kurangnya sosialisasi yang dilakukan BPJS
Ketenagakerjaan kepada buruh, karena BPJS Ketenagakerjaan hanya
melakukan sosialisasi kepada perusahaannya saja. Seharusnya buruh
juga mendapatkan sosialisasi dari BPJS Ketenagakerjaan tidak hanya
dari perwakilan perusahaan saja yang sosialisasi kepada buruh.
b. Saya tidak setuju dengan perubahan peraturan yang mengatur tentang
program jaminan hari tua. Perubahan memberatkan pihak buruh karena
buruh tidak bisa mengambil jaminan hari tua sepenuhnya sebelum
berhenti bekerja atau terkena PHK dan buruh hanya bisa mengambil
10% saja.
I2-5 a. Sosialisasi yang dilakukan BPJS Ketenagakerjaan masih sangat kurang
terutama sosialisasi kepada buruh, karena biasanya BPJS
Ketenagakerjaan melakukan sosialisasi ke perusahannya saja. Setelah
itu perusahaan yang akan melakukan sosialisasi kepada buruh, tetapi
akan lebih efektif kalau sosialisasi itu dilakukan langsung oleh BPJS
Ketenagakerjaan.
b. Perubahan yang terjadi pada tata cara pengambilan jaminan hari tua
sangat mempersulit buruh. Buruh harus menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan minimal 10 tahun baru bisa mengambil dana jaminan
hari tua dan dana itu hanya 10% saja yang bisa diambil.
I3-1 a. Kelemahannya itu beban iuran yang perusahaan tanggung akan semakin
besar dengan adanya program jaminan pensiun walaupun manfaatnya
bagus buat buruh kami nantinya.
b. Untuk sosialisasi biasanya BPJS Ketenagakerjaan melakukan sosialisasi
tidak langsung kepada buruhnya biasanya melalui perwakilan
perusahaan saja yang diundang untuk datang ke acara BPJS
Ketenagakerjaan seperti seminar. Hasil dari sosialisasi akan
disampaikan lagi kepada buruh melalui perwakilan perusahaan tersebut,
jadi sosialisasi ke buruhnya langsung hampir tidak pernah ada jadi lebih
sering sosialisasi ke perusahaannya saja.
I3-2 a. Beban iuran yang harus ditanggung perusahaan menjadi semakin besar
dengan adanya program jaminan pensiun yang baru dijalankan oleh
BPJS Ketenagakerjaan ini.
b. Biasanya untuk sosialisasi lebih sering ke perusahaannya dibanding ke
buruhnya langsung jadi kalau ada sosialisasi dari BPJS
Ketenagakerjaan yang diundang hanya perwakilan dari perusahaannya
kemudian perwakilan perusahaan itu akan melakukan sosialisasi lagi ke
buruh.
I4-1 Kelemahannya yang paling utama adalah dalam hal sosialisasi ke buruh
ini karena biasanya BPJS Ketenagakerjaan hanya melakukan sosialisasi
ke perwakilan perusahaan saja atau jika ada kepentingan saja baru
melakukan sosialisasi ke perusahaan kalau ke buruh sendiri masih kurang
sosialisasinya seharusnya sosialisasi juga dilakukan ke buruh langsung
tidak hanya melalui perwakilan perusahannnya.
I5-1 Sosialisasinya masih kurang karena biasanya hanya mengundang
perwakilan perusahaan saja seharusnya perwakilan dari buruh juga
diundang dan informasi yang disampaikan dapat diterima semua pihak
tidak hanya perusahaan saja.
I
Q9
Apakah buruh sudah mengetahui cek saldo JHT bisa melalui handphone?
I2-1 Saya tidak tahu sekarang sudah bisa cek saldo JHT dari handphone
I2-3 Saya kurang tahu bisa cek saldo JHT dari handphone.
I
Q10
Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan pertumbuhan kepesertaan
melambat?
I1-1
Seharusnya dengan menjadi BPJS Ketenagakerjaan ini kan ikut
meningkatkan laju pertumbuhan kepesertaan namun untuk saat ini
belum ada dampak yang besar terhadap pertumbuhan kepesertaan.
Kurangnya SDM di bidang marketing officer ikut mempengaruhi laju
pertumbuhan kepesertaan karena sebelum terjadinya mutasi di BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang ini hanya memiliki 1 marketing
officer dan setelah terjadi mutasi belum ada yang menggantikannya.
Sementara tugas marketing officer diberikan kepada relationship officer
dan BPJS Ketenagakerjaan sudah membuka open rekrutmen untuk
menambah pegawai yang ada saat ini.
I1-2
Untuk pertumbuhan kepesertaan sendiri masih belum cepat hal ini
dikarenakan berubahnya Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan
belum memberikan dampak yang besar untuk kepesertaan. Kekurangan
SDM di bidang marketing officer juga berpengaruh terhadap laju
pertumbuhan kepesertaan dan sementara ini tugas tersebut dibebankan
kepada relationship officer.
I1-4
Sekarang tugas marketing officer sementara diberikan kepada
relationship officer jadi kalau ada relationship officer yang tidak terlalu
sibuk biasanya yang nanti bertugas ke lapangan menggantikan tugas
marketing officer. Hal ini dilakukan karena belum ada pengganti
marketing officer sebelumnya disini jadi bergantian saja sama
relationship officer yang lain karena kebetulan disini ada 5 relationship
officer yang bisa bergantian menjalani tugas marketing officer juga.
I
Q11
Apakah kesadaran yang dimiliki perusahaan terhadap program jaminan
sosial BPJS Ketenagakerjaan masih kurang?
I3-1
Dikatakan kurang juga sebenarnya tidak biasanya kalau ada perusahaan
yang belum ikut BPJS Ketenagakerjaan itu karena belum mampu bayar
iurannya karena penghasilannya yang cukup membayar pekerjanya saja.
Kondisi ekonomi sekarang juga membuat perusahaan yang
penghasilannya tidak besar harus tetap bisa bertahan. Hal ini juga yang
membuat perusahaan terpaksa nakal untuk tidak ikut BPJS
Ketenagakerjaan.
I3-2
Kesadaran sudah ada namun untuk perusahaan kecil yang
penghasilannya hanya cukup untuk membayar pekerjanya yang terpaksa
tidak ikut BPJS Ketenagakerjaan karena tidak mampu membayar
iurannya.
I5-1 Sebenarnya kesadaran dari perusahaan tentang jaminan sosial sudah
ada, tetapi biasanya perusahaan yang belum menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan dikarenakan tidak mampu membayar iurannya karena
membuat beban yang ditanggung perusahaan itu semakin besar.
Disamping itu, penghasilan yang dimiliki perusahaan tidak besar untuk
bisa membayar iuran dari BPJS Ketenagakerjaan.
I
Q12
Apa saja langkah-langkah yang dilakukan BPJS Ketenagakerjaan untuk
meningkatkan kesadaran perusahaan dan buruh tentang pentingnya
program jaminan sosial?
I1-1
Untuk meningkatkan lagi kesadaran akan pentingnya jaminan sosial
kami melakukan sosialisasi kepada perusahaan supaya perusahaan dan
buruh mengerti dan memahami tentang manfaat jaminan sosial yang
akan diterima setelah menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.
I1-2 Terkait kurangnya kesadaran tersebut, langkah-langkah yang dilakukan
adalah dengan meningkatkan intensitas melakukan sosialisasi kepada
perusahaan dan sosialisasi melalui pimpinan-pimpinan perusahaannya.
Selain itu, apabila diminta perusahaan untuk sosialisasi maka kita akan
datang langsung ke perusahaan itu untuk sosialisasi lalu dengan adanya
sanksi administratif ini diharapkan mampu memberikan efek jera bagi
perusahaan yang tidak taat peraturan.
I
Q13
Apa langkah-langkah yang akan dilakukan untuk meningkatkan
koordinasi dan komunikasi dengan Dinas Ketenagakerjaan?
I1-1
Dalam menyelenggarakan jaminan sosial ini sangat diperlukan
koordinasi dan komunikasi dengan dinas dinas terkait di Kota
Tangerang, maka dari itu BPJS Ketenagakerjaan sudah membuat kerja
sama dalam bentuk MoU dengan Dinas Ketenagakerjaan dalam bidang
pengawasan dan pemeriksaan ke perusahaan dan buruh agar terjalin
koordinasi dan komunikasi yang baik.
I1-2
BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang ini sudah melakukan MoU
dengan Dinas Ketenagakerjaan sehingga nantinya petugas pengawas
dari Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang akan membantu BPJS
Ketenagakerjaan dalam melakukan pengawasan ke perusahaan.
I
Q14
Apa saja pembinaan yang dilakukan BPJS Ketenagakerjaan terhadap
perusahaan dan buruh?
I1-2
BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang melaksanakan pembinaan
langsung ke perusahaan jika perusahaan mengundang BPJS
Ketenagakerjaan. Selain itu, pembinaan juga dilakukan melalui telepon
yang berfungsi untuk memberitahukan peserta tentang informasi terbaru
tentang BPJS Ketenagakerjaan dan apabila ada data-data dari peserta
yang masih harus dilengkapin lagi.
I1-4 Untuk pembinaan yang dilakukan kepada peserta itu terdapat 2 jenis
pembinaan, yaitu kami akan mendatangi perusahaan sesuai dengan
permintaan perusahaan agar melakukan pembinaan. Pihak perusahaan
akan hadir dalam pembinaan begitu juga pihak buruh yang diwakilkan
oleh serikat buruh untuk mengikuti pembinaan dan bentuk
pembinaannya itu seperti sosialisasi. Selain itu, ada pembinaan yang
dilakukan dengan menelepon perusahaan apabila ada data-data dari
perusahaan itu masih kurang dan dilakukan setiap 1 bulan sekali.
I
Q15
Bagaimanakah sistem untuk mendapatkan pelayanan disini?
I1-7
Biasanya untuk mendapatkan pelayanan peserta akan menaruh dokumen
yang digunakan untuk klaim di tempat yang telah disedikan. Setelah itu
akan dikasih nomor antrian dan untuk mendapatkan nomor antrian ini
harus datang pagi sekali karena banyak peserta yang antri dan saya juga
tadi datang jam 5 subuh supaya dapat nomor antri.
3. Opportunities
I
Q16
Apa peluang yang dimiliki dengan dibentuknya BPJS Ketenagakerjaan?
I1-1
Banyak peluang yang didapat seperti cakupan kepesertaan lebih luas
karena tidak hanya terbatas pada perusahaan dan tenaga kerja saja
melainkan seluruh masyarakat Indonesia wajib menjadi peserta. Selain
itu, dengan adanya kerja sama dengan pemerintah mampu
meningkatkan lagi kualitas penyelenggaraan jaminan sosial dan adanya
penambahan manfaat dalam program jaminan sosial akan berdampak
pada kesejahteraan peserta nantinya.
I1-2
Peluang yang dimiliki itu seperti kepesertaan sudah mencakup seluruh
masyarakat tidak hanya tenaga kerja dan perusahaan saja. Selain itu,
pemerintah bisa ambil peran dalam penyelenggaraan program jaminan
sosial dengan melakukan kerja sama. Produktivitas tenaga kerja juga
akan meningkat karena sudah ada yang menjamin kesejahteraan dari
tenaga kerja itu.
I1-3
Dengan adanya peraturan dalam service blue print membuat waktu
pelayanan menjadi lebih cepat dan efektif, sehingga peserta juga akan
cepat dalam mengurus klaim yang dibuatnya dan pelayanan dapat
berjalan dengan lancar.
I2-1 Peluang ada untuk buruh yaitu untuk menjamin hari tua nanti dan ada
yang membiayai pengobatan kalau terjadi kecelakaan saat kerja
sedangkan bagi BPJS Ketenagakerjaan penyelenggaraan jaminan sosial
dapat berjalan lebih baik lagi apabila dapat mengelolanya dengan baik.
I2-2 Hari tua kita jadi terjamin karena sudah ada tabungan hari tua di BPJS
Ketenagakerjaan jadi kalau nanti sudah tidak bekerja lagi bisa diambil
buat keperluan sehari-hari juga jadi sudah ada jaminan buat hari tua
nanti.
I2-4
Peluangnya bagi buruh seperti meningkatkan kesejahteraan kehidupan
buruh dengan menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Kehidupan buruh
akan tetap dijamin ketika sudah memasuki usia pensiun sehingga buruh
tetap memiliki penghasilan apabila sudah pensiun atau tidak bekerja
lagi.
I2-5
Dengan adanya BPJS Ketenagakerjaan ini membuat buruh memiliki
jaminan dan perlindungan dari program jaminan sosialnya. Selain itu,
buruh memiliki jaminan adanya penghasilan kalau sudah tidak bekerja
lagi atau sudah pensiun nanti dari BPJS Ketenagakerjaan.
I3-1
Peluangnya itu menciptakan ketenangan kepada buruh dalam bekerja
karena sudah memiliki tabungan hari tua dari BPJS Ketenagakerjaan,
sehingga semangat kerjanya pun akan meningkat. Selain itu,
pengeluaraan perusahaan dapat berkurang apabila buruh mengalami
kecelakaan kerja atau kematian karena sudah ditanggung oleh BPJS
Ketenagakerjaan.
I3-2
Peluang yang dimiliki pasti ada untuk perusahaan seperti mengurangi
beban biaya yang harus dikeluarkan perusahaan kalau buruh mengalami
kecelakaan kerja atau kematian karena semua biaya sudah ditanggung
oleh BPJS Ketenagakerjaan dan buruh juga akan memiliki tabungan
hari tua kalau sudah tidak bekerja lagi sehingga semangat kerja
meningkat.
I4-1 Peluangnya itu seperti kesejahteraan buruh sudah ada yang menjamin
dengan adanya jaminan sosial ini terutama untuk hari tua nanti atau
sudah tidak bekerja lagi. Karena sudah ada jaminan sosial yang
menjamin hari tua buruh.
I5-1 Banyak peluang yang tercipta bagi perusahaan seperti menanggulangi
resiko kecelakaan kerja dan kematian yang dialami buruh karena
seluruh biaya sudah ditanggung BPJS Ketenagakerjaan dan buruh sudah
memiliki tabungan dari jaminan hari tua yang dapat digunakan kalau
sudah tidak bekerja lagi yang akan meningkatkan lagi produktivitas
kerja buruh itu.
I
Q17
Bagaimana BPJS Ketenagakerjaan memanfaatkan peluang yang
didapatkan?
I1-1
Memanfaatkannya dengan mengadakan kerja sama dengan Pemerintah
Kota Tangerang untuk proses pengawasan dan pemeriksaan kepada
peserta maupun calon peserta dan dalam pemberian sanksi administratif
yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Kota Tangerang sehingga
diharapkan masyarakat Kota Tangerang sudah menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan seluruhnya nanti.
I1-2 BPJS Ketenagakerjaan sudah bekerja sama dengan Pemerintah Kota
Tangerang untuk bisa membantu dalam hal pengawasan dan
pemeriksaan kepada peserta dan yang belum menjadi peserta.
I1-3
Manfaatnya pelayanan yang diterima peserta yang datang akan menjadi
lebih cepat dan lebih baik lagi terutama dalam waktu pelayanan yang
diberikan dan diharapkan nantinya mampu melayani seluruh peserta
yang datang kesini.
4. Threats
I
Q18
Apa saja ancaman yang ada di BPJS Ketenagakerjaan?
I1-1
Faktor ketidakpuasan terhadap kebijakan yang diambil pemerintah
terkait program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan ini biasanya
membuat buruh dan juga perusahaan protes terhadap kebijakan itu
terutama buruh yang biasanya akan melakukan demo apabila kebijakan
yang dikeluarkan BPJS Ketenagakerjaan tidak sesuai keinginannya.
I1-2
Ancaman biasanya datang dari buruh dan perusahaan yang tidak puas
dengan kebijakan yang dikeluarkan BPJS Ketenagakerjaan terutama
buruh yang sering melakukan demo untuk menyampaikan
ketidakpuasannya terhadap BPJS Ketenagakerjaan. Namun hal ini juga
bisa dijadikan pelajaran untuk memperbaiki yang masih kurang dari
program jaminan sosial ini.
I1-3
Ancamannya datang dari buruh dan perusahaan yang tidak puas
terhadap kinerja BPJS Ketenagakerjaan sehingga akan mempengaruhi
penyelenggaraan program jaminan sosial dan bisa dijadikan penilaian
untuk lebih baik lagi ke depannya dalam menyelenggarakan program
jaminan sosial.
I2-1
Ancamannya itu biasanya buruh akan melakukan demo untuk menuntut
adanya perbaikan di BPJS Ketenagakerjaan agar program jaminan sosial
ini juga tidak merugikan buruh yang seharusnya memberikan manfaat
kepada buruh seperti peraturan baru tentang JHT yang baru dikeluarkan,
peraturan itu merugikan untuk buruh makanya buruh melakukan demo
sehingga aspirasi dari buruh akan tersampaikan kepada BPJS
Ketenagakerjaan agar segera dilakukan perbaikan.
I2-3
Ancamannya BPJS Ketenagakerjaan bisa di demo oleh buruh kalau ada
kebijakan yang dijalankan merugikan pihak buruh kaya peraturan
tentang JHT yang baru dikeluarkan yang mempersulit buruh dalam
memperoleh dana JHT sehingga menuntut BPJS Ketenagakerjaan untuk
melakukan perbaikan pada peraturan itu.
I2-4
Ancamannya itu buruh akan melakukan demo kepada BPJS
Ketenagakerjaan tentang peraturan yang dinilai tidak memihak kepada
buruh. Selain itu, buruh tidak akan menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan kalau ada ketidakpuasan terhadap peraturan tentang
program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan.
I2-5
Ancamannya bisa berupa demo yang dilakukan buruh dan tidak menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan. Demo yang dilakukan sebagai bentuk
ketidakpuasan buruh terhadap penyelenggaraan program jaminan sosial
oleh BPJS Ketenagakerjaan.
I3-1
Kalau dari perusahaan tidak melakukan demo, tetapi menyampaikan
keluhan saja kepada BPJS Ketenagakerjaan mengenai pelayanan dan
iuran yang dibebankan kepada perusahaan karena sekarang ditambah
iuran jaminan pensiun juga yang membebani perusahaan karena
iurannya semakin bertambah.
I3-2
Biasanya perusahaan akan menyampaikan keluhan kepada BPJS
Ketenagakerjaan tentang pelayanan yang kurang baik dan masalah iuran
yang harus dibayar perusahaan supaya bisa diringankan lagi.
I4-1
Kalau ada peraturan dari BPJS Ketenagakerjaan yang merugikan buruh
maka buruh akan melakukan demo sebagai bentuk protes ke BPJS
Ketenagakerjaan. Contohnya seperti peraturan baru mengenai jaminan
hari tua yang baru dikeluarkan BPJS Ketenagakerjaan. Peraturan itu
merugikan buruh sehingga buruh melakukan demo kepada BPJS
Ketenagakerjaan agar peraturan baru itu diperbaiki lagi agar manfaatnya
tetap bisa dirasakan oleh buruh.
I5-1 Perusahaan tidak melakukan demo kepada BPJS Ketenagakerjaan
melainkan hanya menyampaikan keluhan kepada BPJS Ketenagakerjaan
jika perusahaan merasa tidak puas atas pelayanan yang diberikan dan
iuran semakin besar dengan adanya jaminan pensiun.
I
Q19
Bagaimana cara BPJS Ketenagakerjaan menghadapi ancaman dari
perusahaan dan buruh?
I1-1
Solusinya itu kami mempelajari dahulu kesalahannya dan ikut
mempertimbangkan aspirasi dari buruh maupun perusahaan dalam
melakukan perbaikan peraturan di BPJS Ketenagakerjaan ini contohnya
seperti peraturan baru tentang jaminan hari tua yang tidak disetujui oleh
buruh. BPJS Ketenagakerjaan mengkaji ulang peraturan itu dan
merevisinya dengan ikut mempertimbangkan usulan buruh di dalamnya.
I1-2
Kami akan melakukan perbaikan tentang peraturan yang diprotes oleh
buruh atau perusahaan setelah dilakukan pengkajian ulang tentang
peraturan itu seperti peraturan baru tentang JHT yang sangat diprotes
oleh buruh. Kami melakukan revisi terhadap peraturan itu dengan
melihat usulan dari buruh juga agar peraturan yang direvisi nanti dapat
disesuaikan dengan usulan dari buruh juga.
I1-3
Kami akan melakukan perbaikan pelayanan yang membuat peserta tidak
nyaman dan tidak puas tentang pelayanan yang diberikan kepada peserta
agar peserta dapat merasa lebih nyaman dan puas terhadap pelayanan
kami berikan.
DOKUMENTASI PENELITIAN
Kantor Cabang Baru BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang yang terletak di jalan
perintis kemerdekaan II KAV. 14 Cikokol Kota Tangerang (diambil pada 19
Oktober 2015)
Ruang Pelayanan di kantor cabang baru BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang di
Jalan Perintis Kemerdekaan II KAV. 14 Cikokol Kota Tangerang (diambil pada
16 Oktober 2015)
Alur Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan di Jalan Perintis Kemerdekaan II KAV. 14
Cikokol Kota Tangerang (diambil pada 16 Oktober 2015)
Kendaraan Operasional Bank Mandiri sebagai salah bentuk kerja sama BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang dengan Bank Mandiri (diambil pada 15 Oktober
2015)
Loket Bank Mandiri untuk pembayaran iuran dan klaim BPJS Ketenagakerjaan
yang berada di kantor cabang baru BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang di
Jalan Perintis Kemerdekaan II KAV. 14 Cikokol Kota Tangerang (diambil pada
16 Oktober 2015)
Kantor Pendaftaran BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang yang berada di
BPMPTSP Kota Tangerang (diambil pada 19 Oktober 2015)
Kegiatan Sosialisasi yang dilakukan BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang yang
berada di Jalan Perintis Kemerdekaan II KAV. 14 Cikokol Kota Tangerang
(diambil pada 19 Oktober 2015)
Screenshot aplikasi BPJS Ketenagakerjaan di Handphone untuk cek saldo
Jaminan Hari Tua (JHT) (Sumber: Handphone, diakses pada 19 Agustus 2015)
Screenshot tata cara pendaftaran menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan sebagai
personal dari website BPJS Ketenagakerjaan sebagai salah satu wujud pelayanan
e-service (sumber: www.bpjsketenagakerjaan.go.id, diakses pada 19 Agustus
2015 )
Screenshot tata cara pendaftaran menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan sebagai
perusahaan dari website BPJS Ketenagakerjaan sebagai salah satu wujud
pelayanan e-service (sumber: www.bpjsketenagakerjaan.go.id, diakses pada 19
Agustus 2015 )
Lahan parkir yang menggunakan bahu jalan karena tidak ada lahan yang parkir
yang disediakan oleh BPJS Ketenagakerjaan Kota Tangerang (diambil pada, 19
Oktober 2015)
Tempat menunggu untuk mendapatkan nomor antrian dan mendapatkan panggilan
untuk menerima pelayanan dari BPJS Ketenagakerjaan di kantor BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tangerang (diambil pada, 19 Agutus 2015)
Daftar Riwayat Hidup
Identitas Pribadi
Nama : Raden Dendy Yudha Prawira
NIM : 6661110702
Tempat dan Tanggal Lahir : Sukabumi, 06 Februari 1993
Alamat : Perumahan Vila ilhami, Jl. Qomary Raya Blok D
No 48A RT 004 RW 013 Kelurahan Kelapa Dua
Kecamatan Kelapa Dua, Tangerang-Banten
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Moto Hidup : Selalu Bekerja Keras Untuk Meraih Hasil Yang
Memuaskan
Hobby : Mendengarkan Lagu, Jalan-Jalan, Nonton Bioskop
Riwayat Pendidikan
Sekolah Dasar : SDN Karawaci Baru 3 (1999-2005)
Sekolah Menengah Pertama : SMPN 19 Tangerang (2005-2008)
Sekolah Menengah Atas : SMAN 7 Tangerang (2008-2011)
Perguruan Tinggi (S1) : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
(2011-sekarang)