27
1 I. PENDAHULUAN Rumahtangga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang menjadi salah satu tolok ukur pembangunan, jadi kesejahteraan rumahtangga berarti juga kesejahteraan masyarakat. Pemenuhan kebutuhan merupakan masalah ekonomi yang sangat penting bagi setiap orang, karena menyangkut pada kesejahteraan rumahtangganya. Strategi bertahan hidup (livelihood strategy) perlu diterapkan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Karet merupakan salah satu komoditi utama Indonesia, untuk ekspor maupun kebutuhan dalam Negeri. Tanaman karet banyak tersebar di seluruh wilayah Indonesia seperti di pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan pulau lainnya baik diusahakan oleh perkebunan Negara, Swasta maupun Rakyat. Tlompakan merupakan salah satu desa yang berpotensi besar untuk tanaman industri karet yang menopang perekonomian masyarakat sekitar. Namun potensi yang tersedia tidak sepenuhnya dimiliki oleh penduduk desa, sebab warga desa hanya bertindak sebagai penggarap atau buruh. Pendapatan sebagai buruh relatif rendah dan cenderung tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari. Dibukanya akses penggarapan warga pada lahan perkebunan karet didasarkan pada PKBL (Program Kemitraan Bina Lingkungan) yang berlaku bagi setiap BUMN. Program ini dimaksudkan agar perusahaan memiliki tanggung jawab sosial dan berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat setempat. PKBL perkebunan karet dilaksanakan dengan mengangkat warga setempat dalam perekrutan karyawan, penyadap, dan mandor. Selain itu memberi beasiswa bagi anak pegawai yang berprestasi dari tingkat SD hingga Perguruan Tinggi. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat desa ikut mengawasi keamanan kebun karet. Berdasarkan hasil kajian di lapangan, ada beberapa temuan pokok tentang kehidupan buruh penyadap karet di Desa Tlompakan yang perlu mendapat perhatian. Pertama, buruh penyadap karet merupakan pekerjaan yang diturunkan dari orang tua kepada anak-anaknya. Kedua, buruh penyadap karet cenderung berpendidikan rendah. Ketiga, Upah yang diperoleh habis dan kurang mencukupi kebutuhan rumahtangga. Keempat, masih ada budaya lokal yang kurang mendukung, yaitu menikahkan anak perempuan diusia dini untuk meringankan beban keluarga. Kelima, peran anggota keluarga adalah sumber penghasilan terpenting. Keenam, ibarat “gali lubang tutup lubang” kehidupan mereka tidak lepas dari hutang.

Strategi Buruh Penyadap Karet Desa Tlompakan Mengatasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5713/3/T1_222010011_Full... · ... ada beberapa temuan pokok tentang kehidupan buruh

  • Upload
    lythu

  • View
    226

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Strategi Buruh Penyadap Karet Desa Tlompakan Mengatasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5713/3/T1_222010011_Full... · ... ada beberapa temuan pokok tentang kehidupan buruh

1

I. PENDAHULUAN

Rumahtangga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang menjadi salah satu

tolok ukur pembangunan, jadi kesejahteraan rumahtangga berarti juga kesejahteraan

masyarakat. Pemenuhan kebutuhan merupakan masalah ekonomi yang sangat penting bagi

setiap orang, karena menyangkut pada kesejahteraan rumahtangganya. Strategi bertahan

hidup (livelihood strategy) perlu diterapkan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Karet merupakan salah satu komoditi utama Indonesia, untuk ekspor maupun

kebutuhan dalam Negeri. Tanaman karet banyak tersebar di seluruh wilayah Indonesia seperti

di pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan pulau lainnya baik diusahakan oleh perkebunan

Negara, Swasta maupun Rakyat. Tlompakan merupakan salah satu desa yang berpotensi

besar untuk tanaman industri karet yang menopang perekonomian masyarakat sekitar. Namun

potensi yang tersedia tidak sepenuhnya dimiliki oleh penduduk desa, sebab warga desa hanya

bertindak sebagai penggarap atau buruh. Pendapatan sebagai buruh relatif rendah dan

cenderung tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Dibukanya akses penggarapan warga pada lahan perkebunan karet didasarkan pada

PKBL (Program Kemitraan Bina Lingkungan) yang berlaku bagi setiap BUMN. Program ini

dimaksudkan agar perusahaan memiliki tanggung jawab sosial dan berkontribusi pada

kesejahteraan masyarakat setempat. PKBL perkebunan karet dilaksanakan dengan

mengangkat warga setempat dalam perekrutan karyawan, penyadap, dan mandor. Selain itu

memberi beasiswa bagi anak pegawai yang berprestasi dari tingkat SD hingga Perguruan

Tinggi. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat desa ikut mengawasi keamanan kebun karet.

Berdasarkan hasil kajian di lapangan, ada beberapa temuan pokok tentang kehidupan

buruh penyadap karet di Desa Tlompakan yang perlu mendapat perhatian. Pertama, buruh

penyadap karet merupakan pekerjaan yang diturunkan dari orang tua kepada anak-anaknya.

Kedua, buruh penyadap karet cenderung berpendidikan rendah. Ketiga, Upah yang diperoleh

habis dan kurang mencukupi kebutuhan rumahtangga. Keempat, masih ada budaya lokal

yang kurang mendukung, yaitu menikahkan anak perempuan diusia dini untuk meringankan

beban keluarga. Kelima, peran anggota keluarga adalah sumber penghasilan terpenting.

Keenam, ibarat “gali lubang tutup lubang” kehidupan mereka tidak lepas dari hutang.

Page 2: Strategi Buruh Penyadap Karet Desa Tlompakan Mengatasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5713/3/T1_222010011_Full... · ... ada beberapa temuan pokok tentang kehidupan buruh

2

Perekonomian yang semakin maju menuntut manusia untuk hidup lebih baik dari

sebelumnya. Meskipun menyadari perlu adanya perubahan atas keadaan sekarang, seringkali

buruh penyadap karet mengalami kesulitan untuk menjajaki kemungkinan-kemungkinan yang

ada. Potensi perubahan menggunakan sumber daya modal, sangat minimal karena tidak ada

surplus yang disisihkan. Oleh sebab itu mereka harus memutar otak, mencari alternatif lain

untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin meningkat. Atas dasar tersebut peneliti

tertarik mengangkat topik permasalahan, “Bagaimana strategi buruh penyadap karet

mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi?”.

Agar informasi yang diperoleh sesuai tujuan, maka penelitian ini dibatasi pada

karakteristik dan kondisi ekonomi wilayah Desa Tlompakan Kecamatan Tuntang yang

terletak di Kabupaten Semarang. Informan yang dipilih yaitu: (1) rumahtangga yang bekerja

sebagai buruh penyadap karet. (2) buruh penyadap karet berstatus buruh tetap. (3)

rumahtangga sedapur yang terdiri dari suami, istri, anak, dan kerabat yang ditanggung.

Penelitian sebelumnya mengenai strategi nafkah yang dilakukan oleh Wahyudi (2007)

menunjukan, bahwa keluarga miskin di wilayah perkotaan cenderung menghadapi masalah

yang lebih berat dan kompleks. Sumberdaya alam di perkotaan umumnya tidak dapat

digunakan secara bebas, sistem kekerabatan lebih lemah, kondisi lingkungan lebih berat dan

berbahaya. Strategi bertahan hidup ditentukan oleh sumber daya individu yang meliputi

kesehatan fisik, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial, serta dukungan

sosial dan materi. Sedangkan Kurniawan (2013), masyarakat desa memiliki strategi untuk

keberlangsungan hidupnya dengan menerapkan empat fungsi utama yang dikembangkan oleh

Parsons, yakni “AGIL” yang terdiri: Adaptation, dengan mengikuti kegiatan sosial ekonomi

dan bekerja sampingan. Goal Attainment, masyarakat berperilaku baik dan menjalin relasi

dengan pemerintah setempat. Integration, menjalin relasi sosial ekonomi dengan berinteraksi

dan bekerja sama dengan orang lain baik keluarga, masyarakat serta rekan kerja. Latency,

masyarakat memiliki peraturan dan mematuhi norma sosial yang ada dan bekerja sama

dengan tokoh masyarakat sekitar tempat tinggal. Sementara hasil penelitian Lempao (2014),

rumahtangga petani karet mengelola strategi nafkah dengan memanfaatkan sumberdaya yang

tersedia di desa untuk tetap bertahan hidup dalam kondisi kemiskinan atau dalam kondisi

normal untuk memperoleh pendapatan. Selain itu memanfaatkan modal sosial dengan

membangun hubungan baik dengan penduduk untuk meminimalkan resiko yang terjadi di

desa serta membantu mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi rumahtangga.

Page 3: Strategi Buruh Penyadap Karet Desa Tlompakan Mengatasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5713/3/T1_222010011_Full... · ... ada beberapa temuan pokok tentang kehidupan buruh

3

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tlompakan kecamatan Tuntang. Lokasi dipilih

karena di desa tersebut terdapat masyarakat yang tetap bertahan sebagai buruh penyadap

karet, walaupun pendapatan yang diterima cenderung tidak memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Penelitian ini terdiri dari 10 informan yang didasari oleh perbedaan aktivitas nafkah

rumahtangga. Sepuluh rumahtangga informan sudah dianggap cukup mewakili rumahtangga

buruh penyadap karet lainnya karena tipe dan aktivitas rumahtangga memiliki kesamaan.

Jenis data penelitian ini adalah data primer berupa cerita langsung dari para informan

penelitian, perilaku buruh penyadap karet dalam melakukan aktivitasnya, serta strategi untuk

mengatasi masalah ekonomi yang hadapi. Sedangkan metode penelitian yang digunakan

adalah metode kualitatif, karena pengumpulan data (jenis informasi) bersifat kualitatif.

Penelitian kualitatif peka terhadap informasi yang bersifat deskriptif dan berusaha

mempertahankan keutuhan objek yang diteliti. Sehingga dapat mendeskripsikan peristiwa

real di lapangan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara.

Hasil penelitian ini memberikan gambaran mengenai karakteristik rumahtangga buruh

penyadap karet yang lebih realistis, yang menjelaskan bagaimana buruh penyadap karet

merespon dan mengatasi permasalahan ekonomi yang dihadapi, hasil yang diperoleh, alasan

pengelolaan sumberdaya, pemanfaatan hubungan sosial, serta kondisi rumahtangga mereka.

Buruh penyadap karet memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang sering

mereka gunakan untuk mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi, yaitu bekerja serabutan,

beternak, pemanfaatan tenaga kerja keluarga. Sedangkan strategi sosial terlihat ketika mereka

mengatasi masalah ekonomi dengan meminjam uang kepada tetangga, Lembaga PKK dan

Arisan, hutang ke warung, bahkan ada juga yang hutang pada rentenir. Pilihan strategi nafkah

yang mereka kembangkan tersebut sangat menunjang kehidupan rumahtangga mereka.

II. HASIL TEMUAN LAPANGAN

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Desa Tlompakan merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Tuntang

Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Luas wilayah desa terdiri dari pemukiman (75,611 Ha),

Page 4: Strategi Buruh Penyadap Karet Desa Tlompakan Mengatasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5713/3/T1_222010011_Full... · ... ada beberapa temuan pokok tentang kehidupan buruh

4

pertanian (66.714 Ha), hutan (44.123 Ha) dan lain-lain (27,234 Ha)1. Komposisi penduduk

Desa Tlompakan bisa dikatakan heterogen karena terdiri dari berbagai etnis agama, tingkat

pendidikan, serta jenis mata pencaharian. Berdasarkan sensus tahun 2013, jumlah penduduk

desa sebanyak 2.776 jiwa (laki-laki 1.383 jiwa dan perempuan 1.393 jiwa) yang terdiri dari

732 kepala keluarga. Sebagian besar penduduk adalah warga asli Desa Tlompakan, yang

bermata pencaharian sebagai petani. Sedangkan jumlah orang yang bekerja sebagai buruh

penyadap karet tetap) berjumlah 23 orang dan 32 orang sebagai penyadap harian. Hal tersebut

berkaitan erat dengan tingkat pendidikan penduduk dan fasilitas pendidikan yang tersedia di

desa maupun kecamatan masih rendah. Berdasarkan data yang tercatat di kantor Desa

Tlompakan, jumlah penduduk yang tamat SMP sebanyak 891 orang, SD 881 orang, SMA

529 orang, dan Perguruan Tinggi 16 orang.

Desa Tlompakan terdiri dari lima dusun yaitu Kebondowo, Sombron, Krajan

Tlompakan, Semen dan Muludan, serta terbagi dalam 6 RW, masing-masing terdapat ketua

RW dan ketua RT yang bertugas mengurus kepentingan administratif dan sosial warganya.

Pak Sayuti sebagai ketua RW 01 Dusun Kebondowo, beliau selalu mengkoordinasikan

kegiatan desa kepada warganya untuk kepentingan gotong royong, rukun kematian, kerja

bakti membersihkan lingkungan, membuat saluran air bersih dan sebagainya. Mereka juga

sering berkumpul pada acara peringatan kalendar ritual keagamaan, nasional dan merti desa

(pesta desa). Masyarakat Desa Tlompakan mudah diajak gotong royong asalkan diberitahu

dan diberi contoh terlebih dahulu oleh ketua RT atau RW setempat. Terkhusus masyarakat

buruh penyadap karet, yang mana mereka mempunyai waktu luang cukup leluasa setelah

bekerja. Biasanya kegiatan ini dilakukan sebagian kecil warga yang berada di rumah, sebab

sebagian besar sedang bekerja. Hal ini tidak menjadi masalah bagi warga yang ikut bergotong

royong, karena mereka memahami kesibukan masing-masing. Warga yang tidak hadir karena

sedang bekerja atau alasan lain biasanya memberi bantuan berupa uang, makanan atau

minuman sebagai pengganti tenaga. Bahkan ada tenaga pengganti orang yang bersangkutan.

Buruh penyadap karet Desa Tlompakan selalu menjaga hubungan yang baik dengan

para tetangganya. Seperti yang dilakukan oleh keluarga Pak Yono ketika mesin sanyo

sumurnya rusak, hampir setiap hari anggota keluarganya menumpang mandi di rumah Bu

Nunik tetangganya. Dengan senang hati, keluarga Bu Nunik memberi tumpangan. Tidak lain

1Sumber : Data Kependudukan Desa Tlompakan 2013-2014

Page 5: Strategi Buruh Penyadap Karet Desa Tlompakan Mengatasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5713/3/T1_222010011_Full... · ... ada beberapa temuan pokok tentang kehidupan buruh

5

halnya denga Pak Sari warga baru desa setempat, ketika ia baru pindah dan membangun

rumah di desa tersebut, ia mengantarkan nasi kuning kepada para tetangganya untuk

membangun silahturahmi. Jika ada tetangga yang melewati rumahtangga lain, tidak jarang

ada suara sapaan dari dalam rumah untuk mengajak singgah. Ajakan untuk singgah dari tuan

rumah walau itu basa-basi tetap merupakan bentuk keakraban sesama warga. Hubungan

sosial tersebut membuat mereka akrab mengenal satu sama lain, bahkan mereka memahami

benar siapa saudara, rupa, asal usul, sampai pekerjaan yang digeluti. Begitu pula dengan Bu

Jiah setiap kali anaknya pulang bekerja, ia selalu membawa cumi-cumi. Buah tangan tersebut

tidak mereka habiskan sendiri, tetapi juga dibagikan kepada tetangga terdekatnya.

Jarak antar desa sudah diperkeras dengan aspal, namun fasilitas angkutan antar desa

belum memadai. Di desa tersebut terdapat 2 buah sekolah dasar dan 1 buah taman kanak-

kanak yang letaknya dekat dengan kantor kelurahan. Biasanya anak-anak buruh penyadap

karet berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki dengan waktu tempuh 10-20 menit. Untuk

pendidikan tingkat SMP dan SMA jaraknya jauh dari Desa Tlompakan. Sedangkan angkutan

desa hanya ada satu, yang tersedia pada jam berangkat dan pulang sekolah. Diluar jam

tersebut angkutan tidak ada sama sekali. Di Desa Tlompakan tidak terdapat pasar, untuk

mendapatkan makanan dan sayuran mereka beli di warung atau penjual keliling.

MATA PENCAHARIAN BURUH PENYADAP KARET

Buruh penyadap karet merupakan pekerjaan warisan turun-temurun, jadi mereka

meneruskan pekerjaan dari orang tuanya. Seperti Pak Nasri yang sudah 31 tahun bekerja

sebagai buruh penyadap karet. Dulu orang tuanya juga bekerja sebagai buruh penyadap

karet. Karena desakan ekonomi orang tua, Pak Nasri putus sekolah di bangku kelas empat

SD. Sejak saat itu ia membantu mengasuh kedua adiknya yang masih berumur 1 dan 5 tahun,

sementara orang tuanya bekerja. Diusianya ke-16 tahun, ia bekerja sebagai buruh penyadap

karet sesuai saran orang tuanya. Bahkan kini anaknya juga bekerja di perkebunan karet.

Begitu pula dengan Pak Ginarno, dulu orang tuanya juga buruh penyadap karet kini beliau

dan ke empat saudaranya juga bekerja sebagai buruh penyadap karet. Tidak lain halnya

dengan keluarga Pak Parno dan Pak Paino, anak mereka tidak melanjutkan ke SMP dan lebih

memilih untuk bekerja sebagai buruh penyadap karet.

Walaupun pendidikan merupakan hal yang sangat penting, tetapi buruh penyadap

karet tidak mengenyam pendidikan sebagaimana mestinya. Besar upah yang diterima,

Page 6: Strategi Buruh Penyadap Karet Desa Tlompakan Mengatasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5713/3/T1_222010011_Full... · ... ada beberapa temuan pokok tentang kehidupan buruh

6

membuat mereka tidak terlalu berani menyekolahkan anak ke tataran lebih lanjut. Padahal

pendidikan adalah kunci sukses untuk bisa makan, minum, memiliki sandang dan papan. Hal

terpenting adalah niat dan kemauan untuk berubah. Berubah dari kebodohan menjadi pandai

dan miskin menuju kaya yang semuanya itu bisa diraih melalui pendidikan. Tidak hanya

orang tua buruh penyadap karet yang berpendidikan rendah. Bahkan anak-anak merekapun

tidak mengenyam pendidikan sebagaimana mestinya. Seperti anak Pak Parno, Pak Paimun,

Pak Gino dan Pak Suwidi yang putus sekolah di bangku SMP. Begitu pula dengan anak Pak

Parno, bahkan kini anaknya ikut bekerja sebagai buruh penyadap karet. Tidak lain halnya

dengan anak Pak Paino, kedua anaknya bahkan hanya mengenyam bangku sekolah di SD.

Menurutnya tidak hanya anak-anak dari keluarga mereka yang putus sekolah. Banyak anak

dari buruh penyadap karet lainnya yang juga tidak mengenyam bangku pendidikan. Mereka

lebih nyaman jika anak bekerja membantu orang tua mencari pendapatan. Karena pendidikan

tentunya memerlukan biaya tambahan yang sulit mereka peroleh.

Pekerjaan sebagai buruh penyadap karet hanya memerlukan waktu kerja 7-9 jam

sehari. Jadi setelah bekerja mereka dapat melakukan kegiatan sampingan seperti bercocok

tanam, beternak atau lainnya. Setiap penyadap karet mempunyai 3 hanca (daerah sadapan)

yang terbagi menjadi hanca A, B, dan C. Jadi setiap pohon karet disadap secara bergiliran

tiga hari sekali. Setiap kebun (afdeling) diawasi oleh mandor yang setiap saat memantau

keadaan kebun dan memberi teguran pada penyadap karet yang melakukan kesalahan.

Sesuai aturan kerja, buruh penyadap karet mulai aktivitasnya menjelang pukul 02.00

karena waktu itulah paling baik dilakukan penyadapan. Buruh yang rumahnya jauh dari

hanca biasanya berangkat lebih pagi, karena mereka mempunyai tanggungan 350-400 pohon

karet per hanca. Seperti halnya Pak Paino, dengan berjalan kaki butuh waktu 15 menit untuk

sampai ke hanca. Begitu pula Mas Parjan yang merupakan buruh penyadap baru, ia belum

mahir melakukan penyadapan sehingga berangkat lebih pagi dari buruh sadap lainnya karena

takut pekerjaannya tidak selesai tepat waktu. Pukul 09.00 mereka berangkat ketempat

penyadapan lagi untuk mengambil hasil tetesan getah karet (latex). Saat proses pengambilan

latex inilah biasanya mereka dibantu oleh istri atau anggota keluarga yang tidak bekerja.

Hasil latex tersebut disetor ke gudang dengan cara dipikul, namun ada juga yang mengangkut

menggunakan sepeda motor. Biasanya mereka adalah buruh penyadap baru atau muda yang

tidak kuat memikul latex. Hasil latex yang diperoleh tidak pasti sekitar 30-60kg per hanca.

Hal tersebut dipengaruhi proses penyadapan yang salah atau juga oleh cuaca. Saat kemarau

Page 7: Strategi Buruh Penyadap Karet Desa Tlompakan Mengatasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5713/3/T1_222010011_Full... · ... ada beberapa temuan pokok tentang kehidupan buruh

7

latex sedikit menetes, sedangkan saat musim penghujan latex menetes banyak. Tetapi jika

latex bercampur dengan air maka tidak bisa disetor ke gudang.

Sistem pemberian upah buruh penyadap karet dilakukan satu bulan dua kali yaitu gaji

diberikan setiap tanggal 4 dan uang muka (UM) yang diterima setiap tanggal 17 sebagai ganti

biaya penerangan listrik atau baterai. Buruh yang masuk kerja hari minggu dianggap lembur

dan hasil latexnya dihitung per kilogram. Selain itu ada bonus premi produksi (jika ada

kelebihan target produksi per bulan) dan premi kualitas berdasarkan hasil sadapan.

Tabel 1. Upah Buruh Penyadap Karet per Bulan

Upah Jumlah (Rp)

Gaji (Tanggal 4) 40.000 per hari

Uang Muka (Tanggal 17) Max 200.000

Lembur Hari Minggu (Sistem Borong) 5.000 per kg latex kering

Bonus Premi Produksi 5.000 per kg latex kering

Bonus Premi Kualitas ± 1.000 per hari

Sumber : Diolah dari data primer

PENGELUARAN RUMAHTANGGA BURUH PENYADAP KARET

Pengeluaran rumahtangga merupakan biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi semua

anggota rumahtangga, yang terdiri dari pengeluaran pangan dan non pangan. Dalam kondisi

seimbang, total pendapatan seharusnya merupakan total dari pengeluaran dan tabungan2.

Dengan kata lain jika total pengeluaran kurang dari total pendapatan, maka sisanya bisa

ditabung sebagai cadangan kebutuhan bersifat mendesak.

Pola konsumsi rumahtangga merupakan salah satu indikator kesejahteraan

rumahtangga. Semakin tinggi tingkat penghasilan rumahtangga, maka semakin kecil proporsi

pengeluaran untuk makan terhadap seluruh pengeluaran rumahtangga. Dengan kata lain

rumahtangga semakin sejahtera bila persentase pengeluaran untuk makanan lebih kecil

dibandingkan persentase pengeluaran untuk non makanan (Data Statistik Indonesia, 2014).

Pengeluaran pangan rumahtangga buruh penyadap karet lebih besar dari pengeluaran

non pangan rumahtangga yaitu 56,1% pangan dan 43,9% non pangan, ini berarti tingkat

kesejahteraan rumahtangga buruh penyadap karet masih rendah. Dalam keadaan seperti ini

rumahtangga lebih mempriotiskan tercukupinya kebutuhan dasar dahulu yakni kebutuhan

2Http://staff.unila.ac.id/sigit/files/2012/06/teori-konsumsi.pdf

Page 8: Strategi Buruh Penyadap Karet Desa Tlompakan Mengatasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5713/3/T1_222010011_Full... · ... ada beberapa temuan pokok tentang kehidupan buruh

8

pangan yang berguna untuk mengatasi rasa lapar, dan jika kebutuhan pangan sudah terpenuhi

baru memenuhi kebutuhan non pangan. Namun hal tersebut tidak sepenuhnya berlaku di

lokasi penelitian. Pada keluarga Pak Ginarno, Pak Yono dan Pak Diyono proporsi

pengeluaran pangan lebih rendah dari non pangan, hal ini terkait adanya pengeluaran untuk

kredit. Pada kondisi tersebut berlaku Hukum Engel, bahwa proporsi dari total pengeluaran

yang dialokasikan untuk pengeluaran pangan akan berkurang seiring meningkatnya

pendapatan. Yang menarik dari keluarga ini adalah adanya pergeseran peran dalam

rumahtangga. Peran istri di sektor domestik seperti memasak, mencuci, mengasuh anak dan

lainnya dilakukan oleh suami ketika istri bekerja diluar rumah. Widodo (2012) Pergeseran

peran perempuan sering disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi rumahtangga. Kontribusi

perempuan dalam rumahtangga diperoleh melalui kegiatan produktif yang mereka lakukan.

Page 9: Strategi Buruh Penyadap Karet Desa Tlompakan Mengatasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5713/3/T1_222010011_Full... · ... ada beberapa temuan pokok tentang kehidupan buruh

9

Tabel 2

Persentase Pengeluaran Rumahtangga Buruh Penyadap Karet

Desa Tlompakan Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, 2014

Jenis Pengeluaran Bp.

Paimun

Bp.

Ginarno

Bp.

Paino

Bp.

Yono

Bp.

Podho

Bp.

Han

Bp.

Parno

Bp.

Suwidi

Bp.

Diyono

Bp.

Nasri Rata-Rata

Pengeluaran Pangan 53,5 42,4 75,1 49,1 57,2 68,7 77,3 56,1 37,1 44,2 56,1

Beras 12,8 18,8 17,7 14 10,9 6,5 18,9 23,2 17,9 10,3 15,6

Lauk Pauk 47,9 35,2 37,9 43,8 37,7 30,5 28,4 49,2 44,7 38,7 39,5

Bumbu Dapur 7,3 9,0 8,5 7,9 10,2 5,7 5,5 9,9 8,5 8,1 8,1

Gula/Kopi/Teh/Susu 6,2 11,7 7,4 8,4 10,6 5,4 10,2 4,9 2,2 4,9 7,4

Rokok/Tembakau 18,4 13,5 14,2 11,2 26,7 46,8 29,8 10,5 25,7 7,3 21,8

Mie Instan 7,5 11,7 14,2 14,6 3,9 5,1 7,1 2,3 1,1 6,4 7,5

Pengeluaran Non Pangan 46,5 57,6 24,9 50,9 42,8 31,3 22,7 43,9 62,9 55,8 43,9

Listrik 8,6 3,5 9,5 4,7 7,0 8,9 14,5 2,9 2,2 4,5 6,7

Gas 2,1 2,0 6,5 1,6 2,4 5,1 - - 0,7 1,7 2,8

Air Bersih 2,5 0,9 3,8 1,9 3,5 3 6,4 1,2 0,4 1 2,5

Kebersihan Diri 5,6 1,6 6,9 2,5 4,9 5,4 7,6 3,7 1,5 5,5 4,3

Biaya Anak Sekolah 1,2 0,6 1,9 0,9 1,4 1,5 - - 0,4 49,6 1,9

Uang Jajan Anak 55,2 22,5 28,6 22,6 54,6 44,6 - 69,8 19,7 24,8 39,2

Cicilan Kredit - 43,8 - 51,7 - - - - 65,8 - 63,5

Pulsa 8,6 8,6 11,4 2,8 7 4,5 19,3 8,1 3,5 7,4 8,1

Hajatan Dan Sumbangan Sosial 7,6 4,6 11,4 4,7 9,4 11,5 18,4 6,1 2,6 5,6 8,2

Pemeliharaan Kendaraan Dan Bensin 8,6 12,1 20 6,6 9,8 15,6 33,8 8,1 3,1 10,4 12,7

Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Sumber : Diolah dari data primer

Page 10: Strategi Buruh Penyadap Karet Desa Tlompakan Mengatasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5713/3/T1_222010011_Full... · ... ada beberapa temuan pokok tentang kehidupan buruh

10

Gambar 1

Pengeluaran Rumahtangga Buruh Penyadap Karet

Desa Tlompakan Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, 2014

Sumber : Diolah dari data primer

Beras

16%

Lauk Pauk

40% Bumbu dapur

8%

Gula/kopi/teh

/susu

7%

Rokok/temba

kau

22%

Mie instan

7%

Persentase Rata-rata Pengeluaran Pangan Per

Bulan

Listrik

4%

Gas

2%

Air bersih

2% Kebersihan diri

3% Biaya anak

sekolah

1%

Uang jajan anak

26%

Cicilan kredit

42%

Pulsa

5%

Hajatan dan

sumbangan

sosial

6%

Pemeliharaan

kendaraan dan

bensin

9%

Persentase rata-rata pengeluaran non pangan per bulan

Page 11: Strategi Buruh Penyadap Karet Desa Tlompakan Mengatasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5713/3/T1_222010011_Full... · ... ada beberapa temuan pokok tentang kehidupan buruh

11

Tabel 3

Pengeluaran Pangan Rumahtangga Buruh Penyadap Karet Per Kapita

Desa Tlompakan Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, 2014

(dalam persen per bulan)

Jenis Pengeluaran Bp.

Paimun

Bp.

Ginarno

Bp.

Paino

Bp.

Yono

Bp.

Podho

Bp.

Han

Bp.

Parno

Bp.

Suwidi

Bp.

Diyono

Bp.

Nasri Rata-Rata

Pengeluaran Pangan 13,39 8,47 12,51 9,82 19,08 22,90 25,76 11,22 7,41 11,05 14,16

Beras 1,71 1,59 2,22 1,38 2,08 1,49 4,88 2,61 1,32 1,50 2,08

Lauk Pauk 6,41 2,99 4,75 4,30 7,19 6,99 7,32 5,52 3,31 5,64 5,44

Bumbu Dapur 0,98 0,76 1,06 0,78 1,95 1,32 1,41 1,11 0,63 1,19 1,12

Gula/Kopi/Teh/Susu 0,83 1 0,93 0,83 2,02 1,23 2,63 0,55 0,16 0,71 1,09

Rokok/Tembakau 2,46 1,14 1,78 1,10 5,09 10,71 7,68 1,18 1,90 1,06 3,41

Mie Instan 1 1 1,78 1,43 0,75 1,16 1,83 0,26 0,08 0,94 1,02

Total 939.400 1.276.900 1.581.400 1.026.900 955.300 1.474.800 1.055.900 1.097.400 1.343.100 881.800 1.163.290

Sumber : Diolah dari data primer

Page 12: Strategi Buruh Penyadap Karet Desa Tlompakan Mengatasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5713/3/T1_222010011_Full... · ... ada beberapa temuan pokok tentang kehidupan buruh

12

Pengeluaran Pangan

Proporsi pengeluaran pangan merupakan persentase banyaknya pengeluaran pangan

dibanding besarnya pengeluaran total. Rumahtangga dengan pendapatan kecil seperti buruh

penyadap karet lebih memusatkan pengeluarannya untuk memenuhi kebutuhan pangan secara

kuantitas, sedangkan aspek pendidikan kurang dipertimbangkan. Tabel 3 pada golongan

pangan, proporsi pengeluaran untuk lauk pauk lebih besar dari beras. Hal tersebut

dikarenakan harga beras yang cenderung lebih murah karena mendapat subsidi dari

pemerintah. Sedangkan pengeluaran lauk pauk besar karena saat ini terdapat berbagai macam

jenis lauk pauk yang disediakan oleh penjual. Selain beras, mereka juga mengkonsumsi

makanan jadi berupa mie instan. Mie menjadi alternatif pemenuhan kebutuhan selain nasi

karena dianggap lebih praktis dan mudah diperoleh di warung terdekat.

Semua kepala rumahtangga informan adalah perokok aktif. Pengeluaran rokok besar

karena harga rokok mahal. Jenis rokok yang sering dikonsumsi adalah kretek dan tembakau,

karena harganya dianggap lebih murah dari jenis rokok filter. Rata-rata informan habis satu

bungkus rokok per hari. Namun Pak Han dalam sehari habis dua bungkus rokok, hal ini

ditunjukan pada persentase pengeluaran rokoknya yang paling besar dari informan lain.

Minyak goreng biasa digunakan untuk menggoreng lauk dan menumis bumbu (garam,

merica, terasi, vetsin, penyedap rasa, kecap, bawang merah, bawang putih, cabai dan

lainnya). Bawang merah dan bawang putih adalah pengeluaran terbanyak setelah minyak

goreng, karena kedua jenis ini diperlukan disetiap masakan dan dalam jumlah lebih banyak

dari jenis bumbu lainnya. Selain itu harga bawang merah dan bawang putih cukup mahal.

Minuman merupakan pengeluaran yang dikonsumsi rutin setiap hari. Pagi sebelum

berangkat bekerja dan sore hari sebagai penghangat badan serta teman ngobrol. Dari jenis

tersebut, gula adalah pengeluaran terbanyak yang sering digunakan sebagai pelengkap teh,

kopi danbumbu dalam masakan. Rumahtangga yang mengkonsumsi susu hanya yang

mempunyai anak balita yaitu keluarga Pak Yono dan Pak Paino.

Page 13: Strategi Buruh Penyadap Karet Desa Tlompakan Mengatasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5713/3/T1_222010011_Full... · ... ada beberapa temuan pokok tentang kehidupan buruh

13

Tabel 4

Pengeluaran Non Pangan Rumahtangga Buruh Penyadap Karet Per Kapita

Desa Tlompakan Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, 2014

(dalam persen per bulan)

Jenis Pengeluaran Bp.

Paimun

Bp.

Ginarno

Bp.

Paino

Bp.

Yono

Bp.

Podho

Bp.

Han

Bp.

Parno

Bp.

Suwidi

Bp.

Diyono

Bp.

Nasri

Rata-

Rata

Pengeluaran Non Pangan 11,61 11,53 4,15 10,18 14,26 10,43 7,57 8,78 12,59 13,95 10,51

Listrik 1 0,40 0,40 0,48 1 0,93 1,10 0,26 0,28 0,56 0,64

Gas 0,24 0,23 0,27 0,16 0,34 0,53 - - 0,09 0,21 0,21

Air Bersih 0,28 0,10 0,16 0,19 0,50 0,31 0,49 0,10 0,05 0,13 0,23

Kebersihan Diri 0,66 0,19 0,28 0,26 0,70 0,56 0,57 0,33 0,19 0,69 0,44

Biaya Anak Sekolah 0,14 0,07 0,08 0,10 0,20 0,16 - - 0,06 6,26 0,71

Uang Jajan Anak 6,41 2,59 1,19 2,30 7,79 4,66 - 6,13 2,48 3,13 3,67

Cicilan Kredit - 5,04 - 5,26 - - - - 8,28 - 1,86

Pulsa 1 1 0,47 0,29 1 0,47 1,46 0,72 0,44 0,94 0,78

Hajatan dan Sumbangan

Sosial 0,88 0,53 0,47 0,48 1,34 1,20 1,39 0,53 0,33 0,71 0,79

Pemeliharaan Kendaraan

Dan Bensin 1 1,39 0,83 0,67 1,40 1,63 2,56 0,72 0,39 1,32 1,19

Total 815.000 1.737.000 525.000 1.064.000 714.000 672.000 310.500 859.000 2.280.000 1.114.000 1.009.050

Sumber : Diolah dari data primer

Page 14: Strategi Buruh Penyadap Karet Desa Tlompakan Mengatasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5713/3/T1_222010011_Full... · ... ada beberapa temuan pokok tentang kehidupan buruh

14

Pengeluaran Non Pangan

Khusus untuk pemenuhan kebutuhan makan keluarga buruh penyadap sudah dapat

dikategorikan cukup, namun untuk pemenuhan kebutuhan pendidikan anak masih sangat

terbatas. Pendidikan masih dianggap sebagai kebutuhan istimewa yang tidak harus dipenuhi

saat ini, terlebih jika anak ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Dari 10

informan, hanya keluarga Pak Nasri yang menyekolahkan anaknya sampai ke Perguruan

Tinggi, hal tersebut didukung dengan persentase pengeluaran biaya sekolah anak yang tinggi

yaitu 6,26%. Menurutnya dengan menyekolahkan anak diharapkan masa depan anak akan

menjadi lebih baik dari orang tua walaupun dengan keterbatasan biaya yang mereka miliki.

Sedangkan pada keluarga Pak Parno tidak ada biaya sekolah anak, karena anaknya putus

sekolah di tingkat SMP, begitu pula pada keluarga Pak Suwidi.

Jumlah anak sekolah dianggap tidak membebani orang tua karena biaya sekolah di

tingkat SD dan SLTP gratis, kecuali biaya pendidikan pada tingkat SMA dan Perguruan

Tinggi. Sedangkan jumlah anak dalam keluarga sangat membebani pengeluaran, seperti pada

keluarga Pak Paimun, Pak Podho dan Pak Suwidi. Pemberian uang jajan anak dilakukan rutin

setiap hari, bahkan mereka memberi dua kali sehari baik untuk jajan di sekolah maupun

dirumah. Walaupun libur sekolah, uang jajanpun tetap diberikan.

Pengeluaran kredit sepeda motor dilakukan beberapa rumahtangga yaitu Pak Diyono,

Pak Ginarno dan Pak Yono. Tabel 4 menunjukkan bahwa persentase pengeluaran kredit

justru lebih besar dari persentase total pengeluaran pangan. Hal ini kredit dianggap sangat

membebani pengeluaran rumahtangga. Besar pengeluaran kredit memaksa mereka untuk

mengurangi konsumsi makan, karena kredit merupakan pengeluaran yang bersifat wajib. Jika

lalai membayar makamereka harus menanggung bunga pinjaman yang tinggi, yang akan

semakin membebani pengeluaran. Kepemilikan kendaraan bermotor menjadi hal lumrah pada

rumahtangga, yang sering digunakan untuk mengangkut latex, rumput dan sebagainya.

Sumber penerangan rumahtangga diperoleh dari berlangganan PLN. Sumber

penerangan listrik keluarga Pak Suwidi paling rendah yaitu 0,26%, karena listrik keluarganya

masih menyalur ke tetangga. Jadi setiap bulan Pak Suwidi memberi sumbangan ke tetangga

sebagai ganti rugi penggunaan listrik. Sedangkan penggunaan kayu bakar sering mereka

gunakan untuk memasak, walaupun sudah ada konversi minyak tanah ke LPG. Kayu bakar

Page 15: Strategi Buruh Penyadap Karet Desa Tlompakan Mengatasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5713/3/T1_222010011_Full... · ... ada beberapa temuan pokok tentang kehidupan buruh

15

bisa menghemat pengeluaran, selain itu masakannya dianggap lebih nikmat. Seperti keluarga

Pak Suwidi dan Pak Parno yang sama sekali tidak menggunakan LPG untuk memasak.

Biaya sosial meliputi sumbangan kumpulan RT/RW, acara pernikahan, khitanan,

kematian, perayaan agama, perayaan adat dan lainnya. Mereka beranggapan bahwa

sumbangan yang mereka berikan adalah tabungan yang suatu saat akan kembali ketika

mereka punya acara yang sama. Besar pengeluaran untuk keperluan sosial bagi setiap

rumahtangga tidak sama, tergantung kemampuan masing-masing individu. Untuk biaya

kesehatan, mereka memperoleh jaminan kesehatan dari perusahaan perkebunan.

Pengeluaran lain yang tidak masuk dalam pengeluaran adalah pengeluaran untuk

sandang (pengeluaran untuk pakaian, alas kaki, tutup kepala), barang tahan lama (fasilitas

rumahtangga, alat dapur, alat hiburan), pajak dan asuransi, serta pengeluaran untuk pesta atau

upacara desa. Rumahtangga penyadap karet tidak membeli pengeluaran tersebut dalam kurun

waktu satu bulan melainkan dalam waktu satu tahun itupun jika mereka memiliki uang.

DEFISIT ANGGARAN RUMAHTANGGA

Umur rata-rata informan adalah 40-50 tahun. Umur tersebut masih dikelompokkan

dalam masa produktif, yang berarti buruh penyadap karet masih bisa mengerjakan

pekerjaannya dengan maksimal. Besar pendapatan yang diterima informan tidak sama

tergantung pada kerajinan mereka masuk bekerja, lembur dan jumlah latex yang diperoleh.

Tabel 5 pendapatan Pak Yono paling sedikit dari informan yang lainnya karena Pak Yono

sering bolos bekerja karena bangun kesiangan. Sedangkan Pak Han tergolong pekerja yang

rajin masuk kerja dan sering lembur.

Tabel 5

Selisih Pendapatan Dan Pengeluaran Rumahtangga Buruh Penyadap Karet

(dalam ribu rumpiah per bulan)

Keterangan Bp.

Paimun

Bp.

Ginarno

Bp.

Paino

Bp.

Yono

Bp.

Podho

Bp.

Han

Bp.

Parno

Bp.

Suwidi

Bp.

Diyono

Bp.

Nasri

Pendapatan 1.400 1.350 1.300 1.000 1.400 1.550 1.100 1.200 1.300 1.450

Pengeluaran 1.754 3.013 2.106 2.090 1.669 2.146 1.366 1.956 3.623 2.172

Jumlah -354 -1.663 -806 -1.090 -269 -596 -266 -756 -2.323 -722

Sumber : Diolah dari data primer

terkadang bermain judi

Page 16: Strategi Buruh Penyadap Karet Desa Tlompakan Mengatasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5713/3/T1_222010011_Full... · ... ada beberapa temuan pokok tentang kehidupan buruh

16

Tabel 5 menunjukkan bahwa total pengeluaran rumahtangga lebih besar dari total

pendapatan, sehingga usaha pembentukan modal dalam bentuk tabungan belum bisa

dilaksanakan. Tidak terpenuhinya anggaran rumahtangga sering terjadi karena adanya

keinginan mengkonsumsi barang dan jasa untuk kebutuhan pokok yang tidak dapat ditunda,

kewajiban membayar kredit, kebiasaan menghabiskan uang, tingkat pendidikan, dan jumlah

anggota keluarga yang cukup banyak (3-6orang). Semakin banyak anggota keluarga, maka

kebutuhan pangannya lebih banyak. Menurut Sadiyah (2012), jumlah anggota rumahtangga

mempengaruhi kemiskinan. Alasannya jumlah tanggungan keluarga yang banyak, dapat

disebabkan oleh banyak anak, ada anggota keluarga yang tidak produktif (usia lanjut atau

alasan lain) dan kesulitan memperoleh pekerjaan bagi anggota keluarga usia produktif.

STRATEGI NAFKAH RUMAHTANGGA BURUH PENYADAP KARET

Salah satu pendekatan untuk memahami kehidupan ekonomi rumahtangga di

pedesaan adalah menggunakan strategi mata pencaharian (livelihood strategies). Pendekatan

ini tidak hanya berbicara mengenai pendapatan dan pekerjaan tetapi lebih memahami tentang

upaya yang dilakukan masyarakat dalam mencapai penghidupan yang memadai, bagaimana

masyarakat mengelola aset-aset kehidupan yang tersedia, mensikapi perubahan yang terjadi

dan menentukan prioritas untuk mempertahankan atau memperbaiki hidup (Lempao, 2014).

Kebutuhan jangka pendek manusia adalah pangan, dan kebutuhan jangka panjangnya

adalah kesejahteraan. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan jangka pendek meyebabkan

mereka masuk kedalam jurang kemiskinan, dalam hal ini ekonomi rumahtangga mereka

berada pada kondisi berbahaya karena pemenuhan kebutuhan akan semakin kritis bila tidak

dicari alternatif atau solusi dalam mengatasi masalahnya (Agbanlahor, 2011). Pada penelitian

ini masing-masing buruh penyadap karet memiliki strategi untuk menutup kekurangan serta

mempertahankan roda perekonomiannya.

Mengurangi Biaya Konsumsi Dengan Memanfaatkan Sumberdaya Alam

Buruh penyadap karet cenderung mempunyai semangat tinggi dalam

mempertahankan hidup. Dengan tingkat kehidupan yang layak, mereka lebih memperhatikan

pendapatan dan pengeluaran. Dari pengeluaran mereka menghemat biaya konsumsi yang

dianggap tidak terlalu penting, seperti menghemat biaya LPG dengan memanfaatkan kayu di

perkebunan sebagai bahan bakar memasak. Jenis kayu yang dicari adalah ranting pohon karet

yang mengering, atau jenis pohon karet yang sudah mati. Selain kayu, mereka juga mencari

Page 17: Strategi Buruh Penyadap Karet Desa Tlompakan Mengatasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5713/3/T1_222010011_Full... · ... ada beberapa temuan pokok tentang kehidupan buruh

17

cangkok3 dan biji karet. Cangkok juga digunakan sebagai bahan bakar memasak, sedangkan

biji karet dijual ke tengkulak seharga Rp 2.500,00 per kilogram. Kegiatan tersebut mereka

lakukan pada sore hari ketika persediaan kayu bakar mulai menipis. Dalam sehari mereka

bisa mengumpulkan tiga ikat kayu bakar dan satu karung cangkok bercampur biji karet.

Pengelolaan Lahan Dengan Menanam Beragam Tanaman

Rata-rata buruh penyadap karetmemiliki lahan sempit di pekarangan atau belakang

rumah. Dengan keterbatasan yang ada, mereka bisa mengoptimalkan fungsi lahannya dengan

menanam jenis buah-buahan. Buah mangga dan rambutan cenderung menonjol, hampir setiap

rumah memiliki tanaman buah tersebut. Jika hasil buahnya lebat, biasanya mereka jual

dengan sistem tebas4 kepada pedagang buah. Namun jika hasilnya sedikit biasanya mereka

konsumsi sendiri dan dibagikan kepada saudara atau tetangga terdekat. Selain buah-buahan,

tanaman sayuran seperti sawi, kacang panjang, terong dan tanaman berumur singkat lainnya

menjadi pilihan karena perawatannya tidak rumit, cepat menghasilkan, serta menghemat

pengeluaran sayuran. Penanaman singkong juga sering dilakukan karena tanaman tersebut

mempunyai banyak kegunaan, dari daun sampai singkong yang bisa dijual dan dikonsumsi,

bahkan mereka sering menggunakannya untuk kombor5 sapi. Namun tidak semua jenis

tanaman mereka tanam. Ada beberapa jenis tanaman yang tidak sengaja tumbuh dengan

sendirinya, seperti cabai, tomat, pepaya dan yang lainnya. Tanaman tersebut tumbuh ketika

mereka membeli cabai atau tomat berlebihan dan tidak habis dikonsumsi yang akhirnya

membusuk. Cabai dan tomat yang busuk dan terbuang tersebut dengan sendirinya tumbuh

menjadi pohon yang menghasilkan. Pemanfaatan lahan tersebut tidak dianggap sebagai

kegiatan ekonomi untuk mencari keuntungan, tetapi sekedar mencukupi kebutuhan.

Pak Nasri memiliki ladang seluas sekitar 20 meter persegi. Dulunya tanah tersebut

dimanfaatkan untuk tanaman padi, yang hasilnya mereka konsumsi sendiri. Sehingga dapat

menguragi biaya pengeluaran untuk membeli beras, namun sudah 10 tahun ini lahan yang

tadinya ditanami padi sekarang menjadi kebun karet. Menurutnya kelak pohon karet lebih

menghasilkan dibandingkan padi, karena pohon karetbisa dipanen setiap hari walau butuh

waktu lama untuk menunggu pohonnya tumbuh besar yaitu sekitar 5-10 tahun. Sedangkan

padi butuh waktu beberapa bulan untuk memanen, itupun resikonya lebih besar, bisa saja

3Cangkok adalah tempurung biji karet

4Sistem Tebas adalah menjual hasil pertanian yang masih berada di kebun. Dengan harga sesuai kesepakatan

antara kedua belah pihak. Baik pembeli atau penjual sama-sama tidak tahu ukuran barang dagangan. 5Kombor adalah proses penggemukan ternak sapi menggunakan singkong dan garam yang diolah

Page 18: Strategi Buruh Penyadap Karet Desa Tlompakan Mengatasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5713/3/T1_222010011_Full... · ... ada beberapa temuan pokok tentang kehidupan buruh

18

gagal panen karena cuaca yang buruk atau diserang hama. Tidak hanya perkebunan saja yang

mereka manfaatkan, bahkan pekarangan merekapun memiliki nilai ekonomi. Beberapa buruh

penyadap karet sengaja memanfaatkan pekarangan mereka untuk ditanami sayuran.

Tabel 6. Pendapatan Dari Pemanfaatan Sumber Daya Alam

Jenis

Lahan Pelaku Luas Hasil Utama

Hasil

Perolehan

Harga

(Rp)

Waktu

Perolehan

Kontribusi

terhadap

rumahtangga

Kebunan

karet

Semua

Informan

Kayu Bakar 3 ikat 5.000/ikat 1 hari Bahanbakar

memasak

sebagai ganti

LPG

Cangkok Dikonsumsi sendiri

6 bulan Biji Karet

10kg /

minggu 2.500/kg

Kebun milik

sendiri

Pak Nasri 4m x 6m

Kelapa 10 biji 3.000/biji 1 tahun Konsumsi

pangan

(bumbu

masak dan

sayuran) dan

non pangan

(bahan dasar

pembuatan

bangunan)

Sengon 5 pohon 1,5 juta

/pohon 10 tahun

Talas Dikonsumsi sendiri 1 tahun

Jahe 15 kg 8.000/kg 1 tahun

200m2 Karet 6 kg 6.000/kg

6 Setiap hari

Pak Yono 150m2

Singkong tebas 80.000 1 tahun

Kelapa 15 biji 3.000/biji 1 bulan

Talas Dikonsumsi sendiri 1 tahun

Pekarangan

Pak Yono 4m x 5m Rambutan Dikonsumsi sendiri

1 tahun Konsumsi

pangan

(menghemat

pengeluaran

untuk

sayuran) dan

sebagai

strategi sosial

untuk

menjalin

hubungan

baik dengan

tetangga.

Mangga tebas 75.000

Pak Nasri 6m x 8m

Rambutan Dikonsumsi sendiri

Cabai rawit 3 kg 20.000/kg 6 bulan

Terong 6kg 4.000/kg 5 bulan

Sawi 20 Ikat 2.500/ikat 2 bulan

Tomat 3 kg 7.000/kg 6 bulan

Pak

Podho 3m x 5m Rambutan

Dikonsumsi sendiri 1 tahun

Pak

Diyono 5m x 4m

Cabai rawit 1 kg 20.000/kg 6 bulan

Talas

Dikonsumsi sendiri

Rambutan

Pak

Ginarno 3m x 5m Rambutan

Pak

Paimun 2m x 6m Rambutan

Sumber : Diolah dari data primer

Perkiraan harga dan jumlah uang dapat berubah karena produk ditentukan oleh

kualitas dan kuantitas hasil serta perubahan harga pasar.

Memelihara Ternak

Peternakan berperanan penting sebagai sumber pendapatan tambahan, yang umumnya

mereka peroleh dari warisan orang tua. Jenis ternak tersebut adalah sapi, kambing dan ayam.

Bagi yang tidak memiliki ternak, biasanya mereka merawat ternak milik orang lain

6 Dijual ke tengkulak

Page 19: Strategi Buruh Penyadap Karet Desa Tlompakan Mengatasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5713/3/T1_222010011_Full... · ... ada beberapa temuan pokok tentang kehidupan buruh

19

(nggadoh) untuk proses penggemukan. Dengan sistem bagi hasil sebesar 60% untuk

penggadoh dan 40% untuk pemilik ternak. Dalam hal ini penggadoh memperoleh bagian

lebih besar dari pemilik ternak karena 20% dari hasil, sebagai biaya pengganti penggemukan

untuk membeli dedak7, singkong dan garam grosok. Dalam kerja sama ini dibutuhkan rasa

saling percaya antara pemilik ternak dan penggadoh. Pembelian sapi biasanya dilakukan pada

bulan apit8 karena pada saat itu harga sapi relatif murah, dan menjualnya menjelang bulan

Idul Qurbanatau Maulud Nabi, pada saat itu harga sapi mahal karena banyak masyarakat

yang membutuhkan hewan untuk kurban. Ketikasapi sakit (biasanya sapi mengalami

sariawan pada musim kemarau panjang) pemilik ternak mendatangkan mantri hewan untuk

memeriksa dengan biaya pengobatan sebesar Rp50.000,00.

Sedangkan untuk beternak kambing dianggap tidak serumit beternak sapi. Menurut

Pak Diyono, hasil yang diperoleh dari beternak kambing lebih cepat dari sapi. Waktu

pembesaran kambing yaitu sekitar 9-10 bulan. Biasanya ia menjual kambing ketika

membutuhkan uang secara mendesak yang cukup besar. Awalnya ia membeli dua pasang

kambing, kemudian kambing tersebut beranak 2 ekor dan lama-lama menjadi banyak.

Kambing yang sudah besar ia jual dan menyisihkan kambing yang masih kecil untuk

diternak, dan begitu seterusnya.

Sementara kontribusi ternak ayam sebagai sumber pendapatan keluarga tidak begitu

besar. Banyak perternak ayam yang rugi karena ayam sering menjadi mangsa kucing dan

anjing. Penjualan ayam sering dilakukan terutama untuk mengatasi kebutuhan uang tunai

yang bersifat mendesak. Selain bisa diambil telurnya, bila ada keperluan seperti menyambut

kedatangan kerabat atau menjelang perayaan hari besar keagamaan, ayam bisa disembelih

untuk dikonsumsi dagingnya. Untuk makanannya, ayam sering diberi sisa makanan sehingga

tidak perlu pengeluaran tambahan guna membeli makan ternak.

Tabel 7. Perkiraan Pendapatan Dari Memelihara Ternak

(dalam ribu rupiah per bulan)

Jenis

Ternak

Pelaku

(Bp.)

Jumlah

(ekor)

Harga Beli

(Rp)

Perawatan

(Rp)

Harga Jual

(Rp)

Keuntungan Hasil Fungsi

Nafkah

Sapi

Podho 2 12.000/ekor 750/ekor 16.000/ekor 325/ekor 1

tahun

Pengeluaran

sosial

(Biaya Han 2 9.800/ekor 1.200/ekor 18.000/ekor 700/ekor

Naseri 2 8.000/ekor 500/ekor 14.500/ekor 600/ekor

7Dedak adalah limbah dari proses penggilingan padi yang tidak menjadi butiran-butiran beras

8 Bulan apit adalah sebutan dalam kalender jawa, yaitu dua bulan setelah bulan Idul Fitri

Page 20: Strategi Buruh Penyadap Karet Desa Tlompakan Mengatasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5713/3/T1_222010011_Full... · ... ada beberapa temuan pokok tentang kehidupan buruh

20

Diyono 5 Nggadoh9 15.000/ekor

60% dari

penjualan

menikahkan

anak)

Kambing Diyono

1 700/ekor

betina -

1.100/ekor

betina

400/ekor

9

bulan

Biaya

pendidikan

anak

sekolah 2

1.500/ekor

jantan

2.500/ekor

jantan

1.000/ekor

Ayam

Yono 3 5-10/ekor

Listrik 10

watt selama

2 bulan

100-200/ekor bangkok betina

6

bulan

Konsumsi

pangan

(menyambut

kedatangan

saudara dan

pesta desa)

200-350/ekor bangkok jantan

Podho 5

Warisan

orang tua -

65/ekor ayam betina jawa

80/ekor ayam jantan jawa

Paino 4

Han 5

Naseri 6

Sumber : Diolah dari data primer

Buruh Bangunan

Desakan ekonomi mendorong buruh mencari penghasilan tambahan dengan menjadi

buruh bangunan. Pekerjaan sampingan tersebut tidak pasti, karena menjadi buruh bangunan

tergantung pada permintaan tetangga yang membutuhkan tenaganya. Mereka tidak mematok

berapa besar upah yang harus dibayar, umumnya mereka terima setiap satu minggu sekali

sebesar Rp30.000-60.000/hari. Dengan bekerja menjadi buruh bangunan, mereka mendapat

dua keuntungan sekaligus. Selain memperoleh pendapatan tambahan, mereka juga dapat

menghemat pengeluaran makan. Sebab buruh bangunan mendapat tunjangan makan dua kali

sehari yaitu siang dan sore hari dari pemilik kerja. Biasanya buruh penyadap karet

mengerjakan pekerjaan sampingan tersebut setelah pulang dari menyadap karet.

Pola Nafkah Ganda

Pola nafkah ganda dilakukan dengan menerapkan keanekaragaman pola nafkah

dengan mencari pekerjaan lain selain menjadi buruh penyadap karet untuk menambah

pendapatan, atau dengan melibatkan anggota keluarga untuk ikut bekerja. Kondisi ekonomi

saat ini tidak memungkinkan jika rumahtangga hanya mengandalkan pendapatan dari suami.

Ketika suami mengalami sakit, meninggal atau dicerai, mau tidak mau istri harus

menanggung kebutuhannya sendiri, jika tidak maka akan semakin memperburuk kondisi

ekonomi keluarga, sehingga perlu strategi untuk menyeimbangkannya dengan mengikut

sertakan anggota keluarga dalam kegiatan ekonomi. Melibatkan anggota keluarga menjadi

salah satu strategi ekonomi yang sering dilakukan. Anggota berjenis kelamin laki-laki yang

sudah dewasa, cenderung terlibat dalam kegiatan perkebunan. Sedangkan anggota berjenis

9Nggadoh adalah memelihara ternak milik orang lain

Page 21: Strategi Buruh Penyadap Karet Desa Tlompakan Mengatasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5713/3/T1_222010011_Full... · ... ada beberapa temuan pokok tentang kehidupan buruh

21

kelamin perempuan keterlibatannya terbatas pada rumah. Istri yang sebelumnya hanya

mengurus sektor domestik, mulai ikut berpartisipasi di pasar kerja dengan magsut untuk

mencukupi pendapatan demi kelangsungan hidup keluarga. Haryanto (2008) pada keluarga

miskin seluruh sumber daya manusia dikerahkan untuk memperoleh penghasilan, sebagai

upaya pemenuhan pokok sehari-hari. Oleh sebab itu anggota keluarga yang menganggur

merupakan sesuatu yang mahal, atau menjadi beban tanggungan rumahtangga. Karena

anggota keluarga yang lain bekerja bahkan mereka tidak sempat menganggur hanya untuk

mempertahankan kehidupan rumahtangganya.

Perempuan lebih responsif dalam mengatasi persoalan pangan keluarga dan upaya

peningkatan pendapatan. Keterlibatannya di luar rumah disebabkan karena perempuan

memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap keluarga. Bekerja sebagai buruh pabrik

merupakan pilihan yang sering ditempuh bagi beberapa istri buruh penyadap karet, dengan

harapan merubah hidup mereka menjadi lebih baik. Mereka tertarik bekerja sebagai buruh

pabrik karena tingkat upah yang diterima jauh lebih besar dibandingkan bekerja di desanya.

Sehingga tidak menutup kemungkinan jika pendapatan istri justru lebih besar dari suami.

Puspitawati (2008), perempuan mempunyai kontribusi lebih besar dari laki-laki. Terbukti

dalam mensiasati persoalan pemenuhan kebutuhan, strategi yang dilakukan, serta curahan

waktu bekerja. Umumnya perempuan bekerja sebagai penambah penghasilan keluarga, bisa

jadi pendapatannya justru lebih besar dari laki-laki. Sehingga pendapatan perempuan menjadi

sumber penghasilan utama keluarga. Walaupun begitu perempuan tidak mengklaim bahwa ia

berperan sebagai penyangga utama ekonomi keluarga. Tetapi perempuan menunjukkan,

bahwa ia bekerja hanya sebagai pencari nafkah tambahan.

Tabel 8. Pendapatan Dari Pola Nafkah Ganda (dalam rupiah)

Pelaku Pekerjaan Upah

(Rp)

Kontribusi Pada

Rumahtangga

Anak Pak Parno dan

Anak Pak Paino

Buruh Penyadap

Karet 1.200.000 200.000

Istri Pak Diyono Buruh Toko

1.000.000 500.000

Istri Pak Ginarno 1.300.000 700.000

Anak Pak Suwidi dan

Anak Pak Ginarno Buruh Pabrik

1.200.000 200.000

Istri Pak Suwidi 1.600.000 900.000

Anak Pak Nasri 2.300.000 400.000

Sumber : Diolah dari data primer

Page 22: Strategi Buruh Penyadap Karet Desa Tlompakan Mengatasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5713/3/T1_222010011_Full... · ... ada beberapa temuan pokok tentang kehidupan buruh

22

STRATEGI SOSIAL

Strategi sosial yaitu strategi yang berupa jaringan sosial dan lembaga dimana

seseorang berpartisipasi dan memperoleh dukungan untuk kelangsungan hidupnya. Strategi

sosial dapat berupa kelembagaan tradisional yang memberi jaminan rasa aman bagi

rumahtangga dan menciptakan berbagai ragam kewajiban sosial, menciptakan rasa saling

percaya, membawa informasi, dan menetapkan norma serta sanksi sosial (Gunawan, 2012).

Strategi sosial buruh penyadap karet nampak ketika ada warga yang sakit, meninggal,

atau bahkan saat rumahtangga melangsungkan acara hajatan perkawinan dan khitanan. Untuk

menyiapkan hidangan pesta maupun bingkisan untuk dibawa pulang undangan, bersih-bersih,

dan sebagainya dilakukan secara gotong royong. Hajatan butuh biaya yang sangat banyak,

untuk dekor, menyajikan berbagai hidangan serta bingkisan untuk dibawa pulang masing-

masing undangan. Walaupun harus mengeluarkan biaya yang besar, hal ini tidak menjadi

masalah bagi mereka. Karena semua biaya yang dikeluarkan, akan kembali dari hasil uang

sumbangan para undangan. Awalnya mereka berhutang dulu untuk biaya hajatan, setelah

selesai acara uang hasil sumbangan itulah yang digunakan untuk membayar hutang. Mereka

mempunyai tradisi bahwa setiap undangan wajib menyumbang uang atau barang. Para

undangan juga tidak merasa keberatan, karena menurut mereka sumbangan yang diberikan

adalah tabungan yang suatu saat akan kembali ketika mereka punya acara yang sama. Besar

sumbangan yang diberikan cukup bervariasi sesuai kemampuan para undangan.

Simpan Pinjam Lembaga PKK dan Arisan

Strategi nafkah yang selama ini dilakukan oleh buruh penyadap karet sangat kental

sekali dengan pemanfaatan modal sosial, seperti memanfaatkan ikatan sosial masyarakat,

kerabat, tetangga maupun komunitas seperti lembaga PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan

Keluarga). PKK tumbuh dan digerakkan oleh kaum perempuan dalam membangun,

membina, dan membentuk keluarga guna mewujudkan kesejahteraan keluarga sebagai unit

kelompok terkecil dalam masyarakat. Untuk mendapatkannya seseorang harus berhubungan

dengan orang lain, dimana diantaranya saling mendapatkan manfaat. Kunci utamanya adalah

rasa saling percaya yang tinggi antar anggota maupun pengurus. Sebab jika sekali saja

terdapat kesalahan atau ingkar janji, maka rasa kepercayaan tersebut cepat luntur. Pelaku

tidak lagi memperoleh kepercayaan untuk memperoleh hutang kembali, bahkan dikucilkan

dan dijadikan pergunjingan warga. Setiap anggota PKK diwajibkan untuk menabung. Besar

Page 23: Strategi Buruh Penyadap Karet Desa Tlompakan Mengatasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5713/3/T1_222010011_Full... · ... ada beberapa temuan pokok tentang kehidupan buruh

23

jumlah tabungan masing-masing anggota berbeda sesuai dengan kemampuan mereka. Besar

bunga tabungan 26% per tahun. Sedangkan untuk bunga pinjaman sebesar 5% per bulan.

Begitu pula dengan arisan yang ditangani oleh pengurus yang ditunjuk oleh peserta

berdasarkan kepercayaan. Pengurus bertugas untuk mencatat dan mengumpulkan uang arisan.

Penarikan arisan biasanya berdasarkan kebutuhan peserta arisan, jika ada yang benar-benar

membutuhkan maka akan didahului. Dalam arisan ini peserta yang telah mendapatkan

penarikan harus tetap membayar sumbangan per bulan. Besar iurannya sebesar Rp 5.000,- per

bulan. Saat ini jumlah peserta arisan sebanyak 12 orang.

Hutang Kepada Pemilik Warung, Saudara, Rentenir dan Dealer

Berhutang merupakan salah satu penggunaan modal sosial. Rasa saling mempercayai

antar warga cukup tinggi sehingga proses hutang piutang dapat berlangsung dengan baik.

Buruh penyadap karet juga menjalin hubungan baik dengan pemilik warung. Mereka paham

bahwa kekuasaan di warung mutlak dipegang oleh pemiliknya, namun hubungan tersebut

tetap terjalin berdasarkan hubungan yang dibangun atas dasar prinsip saling menguntungkan.

Bu Wur adalah pemilik warung. Ia memperbolehkan pembeli untuk berhutang kewarung

walaupun dengan mencicil hutang setiap bulan. Biasanya pelanggan yang belum mencicil

hutangnya belum boleh berhutang lagi. Paling tidak mereka harus membayar setengahnya

baru boleh berhutang lagi.Saatmenjelang lebaran, sering kali Bu Wur memberi bingkisan

kepada para pelanggannya sebagai ucapan terimakasih telah menjadi pelanggan setianya.

Ikatan tersebut sangat berarti untuk perbaikan kesejahteraan, karena memberi jaminan rasa

aman bagi rumahtangga buruh penyadap karet. Sebab pemilik warung membutuhkan pembeli

yang setia, sementara pembeli butuh kebutuhan rumahtangga yang tersedia di warung.

Akhirnya hubungan yang terjadi menciptakan kepercayaan diantara keduanya, sehingga

memungkinkan pembeli untuk mendapatkan kebutuhan meski sedang tidak punya uang.

Hubungan kekerabatan antar saudara dan tetangga rumahtangga buruh sangat erat.

Hal tersebut membuat mereka mudah untuk melakukan hutang piutang ke saudara maupun

tetangga, dengan dasar rasa saling percaya. Ketika rumahtangga Pak Yono mengalami

kesulitan untuk membayar hutang PKK, ia terpaksa hutang ke saudaranya. Hutang ke saudara

sebagai salah satu pilihan yang sering mereka lakukan sebab tidak berbunga, selain itu waktu

pengembaliannya sesuai kesepakatan ketika pemilik hutang mempunyai uang. Begitu pula

ikatan sosial antara rentenir dan pemilik hutang, hubungan tersebut bisa berjalan atas dasar

Page 24: Strategi Buruh Penyadap Karet Desa Tlompakan Mengatasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5713/3/T1_222010011_Full... · ... ada beberapa temuan pokok tentang kehidupan buruh

24

kepercayaan. Ketika Pak Yono hutang pada rentenir yang tak lain adalah teman dari

saudaranya, ia tidak perlu memberi jaminan untuk hutangnya bahkan ia diberi potongan

angsuran sebanyak dua kali. Untuk kredit sepeda motornya juga dipermudah tanpa memberi

jaminan sertifikat, karena surveyor dari dealer sepeda motor adalah temannya sendiri.

Gambar 2 memberi makna bahwa strategi livelihood yang diterapkan saling berkaitan

dan terlihat sebagai aliran pendapatan berupa uang atau sumberdaya yang dapat digunakan

oleh seseorang untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Persoalan livelihood tidak

sama dimasing-masing desa sehingga strategi pembangunan perlu mempertimbangkannya.

Pada penelitian ini, rumahtangga buruh penyadap karet tidak terlepas dari perangkap hutang.

Untuk membayar hutang pada satu tempat, ia harus hutang ke tempat lain.

Gambar 2. Aliran Hutang Sebagai Sumber Pendapatan Strategi Nafkah

Sumber: diolah dari data primer

Tabel 9. Pendapatan Dari Strategi Sosial (dalam rupiah)

Sumber Informan Hutang

(Rp)

Pembayaran Fungsi

PKK

Istri Pak Yono 650.000

Diangsur setiap

bulan

Pemenuhan kebutuhan untuk

uang saku anak dan sumbangan

sosial.

Istri Pak Naseri 200.000

Istri Pak Parno 720.000

Istri Pak Paino 650.000

Warung

Pak Yono 840.000

Dicicil tiap bulan

Konsumsi pangan (bumbu

dapur, minyak goreng) dan non

pangan (kebersihan diri)

Pak Ginarno 45.000

Pak Parno 85.000

Rentenir Pak Yono 1.500.000 150.000/bulan Bayar hutang ke dealer

Dealer Pak Yono 11.000.000 570.000/bulan Kredit sepeda motor

Saudara Pak Yono 2.000.000 Segera setelah

memiliki uang

Bayar hutang PKK dan

keperluan untuk lebaran Pak Parno 1.500.000

Sumber : Diolah dari data primer

Hutang Saudara

Hutang PKK Hutang Rentenir

Hutang Dealer Hutang Warung

Page 25: Strategi Buruh Penyadap Karet Desa Tlompakan Mengatasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5713/3/T1_222010011_Full... · ... ada beberapa temuan pokok tentang kehidupan buruh

25

Simpan Pinjam Lembaga Formal Bank

Rumahtangga buruh yang melakukan hutang pada lembaga Bank hanya yang

memiliki surat tanah atas namanya sendiri dan berhutang dalam jumlah yang banyak. Sebab

beberapa dari rumahtangga informan masih menumpang pada rumah orangtuanya. Seperti

rumahtangga Bapak Ginarno, ia hutang di Bank sebesar Rp 27.360.000,- dengan besar

angsuran Rp 760.000,- per bulan untuk memperbaiki rumahnya. Bunga pinjaman di Bank

dianggap lebih ringan dibanding bunga pinjaman rentenir.

III. KESIMPULAN

Masalah ekonomi yang dialami buruh penyadap karet adalah masalah pendapatan

yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga. Strategi yang dilakukan Buruh

penyadap karet dalam menghadapi masalah ekonomi adalah dengan melibatkan anggota

keluarga untuk bekerja, pemanfaatan sumber daya alam di sekitar, optimalisasi lahan,

beternak, dan menggunakan talenta mereka untuk bekerja serabutan. Selain itu mereka juga

memanfaatkan jaringan sosial melalui lembaga simpan pinjam PKK, Arisan, hutang ke

pemilik warung terdekat, saudara, bahkan ada yang hutang ke rentenir dan sebagainya.

strategi nafkah yang mereka terapkan sangat tidak hanya dipandang sebatas menjalankan

tugas melainkan bekerja untuk memperoleh tambahan untuk memenuhi kebutuhan.

Kondisi ekonomi yang dialami buruh penyadap karet menjadikan masa depan baik

keluarga maupun anak mereka berakibat pada keterbelakanagan dan ketidak mampuan untuk

merubah nasib keluarga. Karena umumnya buruh penyadap karet adalah pekerjaan turun

temurun dari orang tua ke anak-anaknya. Anak-anak merekapun sama seperti orang tuanya

yang tidak mengenyam pendidikan sebagaimana mestinya. Kondisi tersebut menyebabkan

anak-anak mereka bekerja pada usia dini, memiliki pendidikan yang terabaikan dan menjadi

seorang dewasa yang terjebak pada pekerjaan yang terlatih dengan penghasilan yang kurang

memadai untuk kebutuhan dasar hidupnya. Anak-anak ini akhirnya melahirkan kembali anak-

anak yang kemungkinan besar kembali menjadi pekerja buruh penyadap karet yang tidak

punya kesempatan luas untuk mendapatkan pendidikan yang memadai.

DAFTAR PUSTAKA

Agbanlahor, MU, OF Ashaolu, Dkk, 2011, Vulnerability To Rising Food Price And

Coping Strategies Of Farm Families In Shouthern Nigeria: The Non-Food

Compensation Ratio Approach, Unversity Of Agriculture, Abeokuta, Nigeria.

Page 26: Strategi Buruh Penyadap Karet Desa Tlompakan Mengatasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5713/3/T1_222010011_Full... · ... ada beberapa temuan pokok tentang kehidupan buruh

26

Data Statistik Indonesia, 2014. http://www.datastatistik-indonesia.com/portal

Ghofur, Abdul, 2009, Manusia Grobak: Kajian Mengenai Taktik-Taktik Pemulung

Jatinegara Di Tengah Kemiskinan Kota, Lembaga Penelitian Smeru Research

Institute.

Gunawan, 2012, Pemberdayaan Keluarga Miskin Disekitar Industri Pertambangan: Di

Desa Manduin, Kecamatan Muara Harus, Kabupaten Tabalong, Universitas

Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang. Sosiokonsepsia Vol. 32 17, No. 01 2012.

Gunawan, 2012, Strategi Bertahan Hidup Pemulung (Studi: Di Tempat Pembuangan

Akhir Sampah Ganet Tanjung Pinang), Universitas Maritim Raja Ali Haji,

Tanjungpinang.

Haryanto, Sugeng, 2008, Peran Aktif Wanita Dalam Peningkatan Pendapatan

Rumahtangga Miskin, Universitas Medeka Malang, Malang.

Kurniawan, Yeni, 2013, Pola Kehidupan Sosial Ekonomi Dan Strategi Bertahan

Masyarakat Sekitar Industri, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Lempao, Novi Maryam, 2014, Strategi Nafkah Rumahtangga Petani Di Desa Lembobaru

Kabupaten Morowali, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.

Puspitawati, Herien, Dkk, 2012, Kontribusi Ekonomi Dan Peran Ganda Perempuan

Serta Pengaruhnya Terhadap Kesejahteraan Subjektif, Institut Pertanian Bogor.

Sadiyah, Yufi Halimah, 2012, Analisis Kemiskinan Rumah Tangga Melalui Faktor-

Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kecamatan Tugu Kota Semarang, Universitas

Diponegoro, Semarang.

Wahyudi, Hendra dan Sismudjito, 2007, Strategi Adaptasi Sosial Ekonomi Keluarga

Miskin Pasca Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak, Universitas Sumatera Utara,

Medan.

Widodo, Slamet, 2012, Peran Perempuan Dalam Sistem Nafkah Rumah Tangga

Nelayan, Universitas Trunojoyo, Madura.

Yudaningrum W, Agnes, 2011, Analisis Hubungan Proporsi Pengeluaran Dan Konsumsi

Pangan Dengan Ketahanan Pangan Rumahtangga Petani Di Kabupaten Kulon

Progo, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Http://staff.unila.ac.id/sigit/files/2012/06/teori-konsumsi.pdf

Page 27: Strategi Buruh Penyadap Karet Desa Tlompakan Mengatasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5713/3/T1_222010011_Full... · ... ada beberapa temuan pokok tentang kehidupan buruh

27

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Tri Utami

NIM : 222010011

Alamat : Kebondowo, RT.02/RW.01, Kec.Tuntang, Kab. Semarang.

Judul Kertas Kerja : Strategi Buruh Penyadap Karet Desa Tlompakan Mengatasi

Masalah Ekonomi

Tempat/Tanggal Lahir : Salatiga, 20 Juli 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Warga Negara : Indonesia

Agama : Khatolik

Telephon : 0856 4040 3211

e-mail : [email protected]

Latar Belakang Pendidikan

1. 1996 – 1998 : TK PGRI Tlompakan, Tuntang

2. 1998 – 2004 : SDN 03 Tlompakan, Tuntang

3. 2004 – 2007 : SMPN 1 Pabelan

4. 2007– 2010 : SMK KRISTEN, Salatiga

Pengalaman Organisasi

1. Bidang Humas Kelompok Studi Pembangunan, Periode 2011 – 2013.

2. Koordinator Informasi dan Komunikasi (Infokom) Ikatan Mahasiswa Ekonomi

Pembangunan Indonesia (IMEPI) wilayah Jawa Tengah dan DIY, Periode 2012-2014.

3. Bendahara Karang Taruna Remaja Kebondowo, Periode 2012-2014.