78
ABSTRAK Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap Pendidikan Anak (Studi Kasus di Desa Bungin kecamatan Paringin Kabupaten Balangan). Laporan penelitian Oleh Rabiatul Adawiah Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalsel 2012 bahwa dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan, Kabupaten Balangan merupakan kabupaten yang terendah APK dan APMnya baik untuk sekolah dasar maupun untuk sekolah lanjutan pertama. Hal ini mengindikasikan bahwa angka putus di Kabupaten Balangan juga tergolong tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status sosial budaya dan ekonomi masyarakat desa Bungin dan mengetahui pandangan mereka tentang pendidikan anak. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara kualitatif Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Status sosial budaya desa Bungin merupakan desa yang terbuka, hal ini ditandai dengan banyaknya perkebunan karet di desa ini yang dimiliki oleh orang luar. Dalam pertalian sosialnya mereka menjalankan sebagaimana yang dikemukakan oleh Scot dan Tonnis bahwa pertalian sosial dibangun melalui hubungan emosional dan kekerabatan. Agama Islam dijadikan inti kebudayaan mereka; 2) Keadaan sosial ekonomi, dalam perekonomian mereka berfikir rasional ekonomi, artinya mereka tidak hanya sebagai buruh karet tetapi ada usaha lain seperti berjualan kecil-kecilan di depan rumah, pencangkok karet unggul dan juga adanya arisan; 3) Pandangan tentang pendidikan, pendidikan agama lebih diutamakan karena dengan pendidikan agaman dia akan menjadi orang baik dari sekaolah. Dari penelitian ini disarankan 1) Hubungan sisal antar masya agar teteap dipelihara dg mengutamkan kekerabatan ketimbang hubungan yang bersifat sementara melalui peningkatan gotong royong, kegiatan keaagamaan dan kegiatan nasional; 2) Diperlukan patron dari pemerintah yang mnjadi bapak asuh mereka untuk memberikan pinjaman tanah agar mereka mampu untuk mengembangkan usahanya; 3) Pihak intsasi terkait agar bisa bekerja sama dengan tuan guru bahwa sekolah pemerintahpun diwajbkan dalam agama, sehingga pemahaman pendidikan agama maupun sekuler menjadi selaras

ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

ABSTRAK

Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap Pendidikan Anak (Studi Kasus di Desa Bungin

kecamatan Paringin Kabupaten Balangan). Laporan penelitian

Oleh Rabiatul Adawiah

Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak

Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalsel 2012 bahwa

dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan, Kabupaten Balangan merupakan

kabupaten yang terendah APK dan APMnya baik untuk sekolah dasar maupun untuk sekolah

lanjutan pertama. Hal ini mengindikasikan bahwa angka putus di Kabupaten Balangan juga

tergolong tinggi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status sosial budaya dan ekonomi

masyarakat desa Bungin dan mengetahui pandangan mereka tentang pendidikan anak. Data

yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara kualitatif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Status sosial budaya desa Bungin merupakan

desa yang terbuka, hal ini ditandai dengan banyaknya perkebunan karet di desa ini yang

dimiliki oleh orang luar. Dalam pertalian sosialnya mereka menjalankan sebagaimana yang

dikemukakan oleh Scot dan Tonnis bahwa pertalian sosial dibangun melalui hubungan

emosional dan kekerabatan. Agama Islam dijadikan inti kebudayaan mereka; 2) Keadaan

sosial ekonomi, dalam perekonomian mereka berfikir rasional ekonomi, artinya mereka tidak

hanya sebagai buruh karet tetapi ada usaha lain seperti berjualan kecil-kecilan di depan

rumah, pencangkok karet unggul dan juga adanya arisan; 3) Pandangan tentang pendidikan,

pendidikan agama lebih diutamakan karena dengan pendidikan agaman dia akan menjadi

orang baik dari sekaolah.

Dari penelitian ini disarankan 1) Hubungan sisal antar masya agar teteap dipelihara dg

mengutamkan kekerabatan ketimbang hubungan yang bersifat sementara melalui peningkatan

gotong royong, kegiatan keaagamaan dan kegiatan nasional; 2) Diperlukan patron dari

pemerintah yang mnjadi bapak asuh mereka untuk memberikan pinjaman tanah agar mereka

mampu untuk mengembangkan usahanya; 3) Pihak intsasi terkait agar bisa bekerja sama

dengan tuan guru bahwa sekolah pemerintahpun diwajbkan dalam agama, sehingga

pemahaman pendidikan agama maupun sekuler menjadi selaras

Page 2: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan hal yang sangat urgen dan tidak bisa lepas dari kehidupan.

Dengan pendidikan akan membantu manusia untuk menyingkapkan dan menemui rahasia

alam, mengembangkan fitrah manusia yang merupakan potensi untuk berkembang.

Pendidikan itu untuk membentuk kepribadian dan memahami ilmu pengetahuan. Manusia

sangat membutuhkan pendidikan, mulai dari dilahirkan ia sudah membutuhkan bantuan.

Bantuan itulah awal dari kegiatan pendidikan

Pendidikan bagi umat manusia di muka bumi mutlak harus dipenuhi sepanjang

hayat (life long education). Tanpa pendidikan mustahil suatu bangsa dapat

melangsungkan dan mengembangkan dirinya sejalan dengan cita-cita untuk maju,

sejahtera, dan bahagia m

enurut konsep pandangan hidup yang menjadi keyakinannya. Semakin tinggi cita-

cita manusia semakin menuntut kepada peningkatan mutu pendidikan sebagai syarat

utama tercapainya cita-cita itu.

Di bangku pendidikan banyak sekali hal yang kita dapatkan. Sebagaimana yang

diungkapkan Daoed Joesoef (Hariyanto, 2012) yang mengatakan bahwa pendidikan

merupakan segala bidang penghidupan, dalam memilih dan membina hidup yang baik,

yang sesuai dengan martabat manusia‖ Dari pernyataan tersebut kita bisa mengambil

Page 3: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

kesimpulan bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa lepas

dari kehidupan.

Pendidikan merupakan salah satu kunci seseorang untuk meraih kesuksesan atau

menentukan masa depan. Dengan pendidikan yang baik suatu Negara dapat mengurangi

kemiskinan.Bangsa Indonesia sebagi salah satu negara berkembang belum bisa maju

selama belum bisa memperbaiki kualitas sumber daya manusianya. Kualitas hidup bangsa

bisa meningkat jika ditunjang dengan sistam pendidikan yang mapan. Dengan system

pendidikan yang mapan memungkinkan kita berpikir kritis,kreatif dan produktif.

Dalam UUD 1945 disebutkan bahwa Negara kita ingin mewujudkan masyarakat

yang cerdas. Untuk mencapai bangsa yang cerdas dibutuhkan pendidikan yang memadai

dan tidak membeda-bedakan. Pendidikan yang layak dapat terwujud apabila pemerintah

menyediakan sarana dan prasarana yang baik tanpa membebani dengan masalah biaya.

Apabila soal biaya sudah di permasalahkan maka sulit untuk dapat mewujudkan

pendidika yang baik karena sebagian besar bangsa kita adalah masyarakat kurang

kalangan menengah kebawah.

Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh

setiap negara di dunia. Sudah menjadi suatu rahasia umum bahwa maju atau tidaknya

suatu negara salah satunya dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Begitu pentingnya

pendidikan, sehingga suatu bangsa itu maju atau tidak maka umumnya dilihat dari

pendidikan. Karena seperti yang kita ketahui bahwa dengan pendidikan tentunya akan

mencetak Sumber Daya Manusia yang berkualitas baik dari segi spritual, intelegensi dan

skill dan pendidikan merupakan proses mencetak generasi penerus bangsa. Apabila

Page 4: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

output dari proses pendidikan ini gagal maka sulit dibayangkan bagaimana suatu bangsa

dapat mencapai kemajuan. Bagi suatu bangsa yang ingin maju, pendidikan harus

dipandang sebagai sebuah kebutuhan sama halnya dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya.

Walaupun pendidikan merupakan hal yang sangat penting, tetapi entah mengapa

banyak sekali warga di Indonesia ini yang tidak mengenyam bangku pendidikan

sebagaimana mestinya, sebagaimana halnya yang terjadi pada anak-anak di Kabupaten

Balangan.

Berdasarkan observasi yang dilakukan saat berkunjung ke salah satu kecamatan di

Kabupaten Balangan yaitu Kecamatan Paringin, terlihat satu keluarga yang terdiri dari

ayah, ibu dan dua orang anaknya sedang istirahat di sebuah warung. Kami tertarik untuk

mewancarai mereka, karena melihat dua orang anak usia sekolah tetapi saat jam sekolah

mereka tidak berada di kelas. Kepala keluarga ini bernama Bani, isterinya bernama

Sarniah dan dua orang anaknya masing-masing bernama Harun dan Syarkawi. Ketika

kami menanyakan kenapa anak-anaknya tidak ke sekolah, ternyata mereka sudah tidak

sekolah lagi. Anak yang pertama laki-laki berusia 17 tahun, dan sekolah hanya sampai

lulus sekolah dasar. Anak yang kedua juga laki-laki dan berusia 14 tahun. Anak yang

kedua sempat masuk ke sekolah lanjutan pertama, tetapi hanya bertahan beberapa bulan,

setelah itu berhenti. Merekapun mengatakan bahwa anak-anak yang ikut bekerja di kebun

karet bukan hanya anak-anak mereka, tetapi juga ada anak-anak dari keluarga lainnya.

Pernyataan keluarga Bani dikuatkan oleh Husin ketua Tim Koordinasi

Peningkatan Mutu Siswa Kabupaten Balangan bahwa dari hasil survey tahun 2012 yang

dilakukan ditiga kecamatan yaitu kecamatan Paringin, Paringin Selatan dan Halong

Page 5: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

ditemukan 32 orang siswa tidak melanjutkan sekolah lagi atau putus sekolah (hanya

sampai SD) . Salah satu yang menjadi alasan mereka tidak sekolah lagi adalah karena

bekerja (Hanafi Imam, 2012).

Berdasarkan data yang ada di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi

Kalimantan Selatan, Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM)

di Provisni Kalimantan Selatan dapat terlihat pada tabel berikut.

Tabel 1.1

Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni SD Menurut

Kota/Kabupaten Provinsi Kalimantan Selatan

NO KABUPATEN JLH PENDUDUK

USIA 7-12 THN

APK APM

1 Kab. Balangan 12,994

109.25 89.12

2 Kab. Banjar 54,243 115.63 94.32

3 Kab. Barito Kuala 30,985 116.71 95.20

4 Kab. Hulu Sungai Selatan 25,278 116.19 91.55

5 Kab. Hulu Sungai Tengah 32,466 116.49 95.03

6 Kab. Hulu Sungai Utara 27,048 112.50 91.77

7 Kab. Kota Baru 33,273 115.28 94.04

8 Kab. Tabalong 23,509 120.88 98.60

9 Kab. Tanah Bumbu 29,738 115.42 94.16

10 Kab. Tanah Laut 31,475 124.72 99.15

11 Kab. Tapin 17,835 116.58 95.10

12 Kota Banjarbaru 19,661 118.48 96.65

13 Kota Banjarmasin 63,193 116.92 97.96

Sumber Disdikbud Prov Kalsel, 2011

Page 6: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

Tabel 1.2

Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni SLTP

Menurut Kota/KabupatenProvinsi Kalimantan Selatan

NO KABUPATEN JLH PENDUDUK

USIA 13-15 THN

APK APM

1 Kab. Balangan 4,897 70.10 50.34

2 Kab. Banjar 31,309 69.50 52.67

3 Kab. Barito Kuala 14,982 80.10 62.48

4 Kab. Hulu Sungai Selatan 14,396 81.73 60.62

5 Kab. Hulu Sungai Tengah 15,144 96.63 72.93

6 Kab. Hulu Sungai Utara 13,332 97.45 73.86

7 Kab. Kota Baru 15,776 92.65 68.75

8 Kab. Tabalong 11,467 95.81 74.82

9 Kab. Tanah Bumbu 16,930 79.98 60.04

10 Kab. Tanah Laut 17,738 82.64 61.00

11 Kab. Tapin 10,161 81.40 60.98

12 Kota Banjarbaru 8,796 100.43 77.71

13 Kota Banjarmasin 30,579 100.78 76.47

Sumber Disdikbud Prov Kalsel, 2011

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di

Kalimantan Selatan. Kabupaten Balangan merupakan kabupaten yang terendah APK

dan APMnya baik untuk sekolah dasar maupun untuk sekolah lanjutan pertama. Hal

ini mengindikasikan bahwa angka putus di Kabupaten Balangan juga tergolong tinggi.

Berdasarkan wawancara dengan beberapa warga di Kabupaten Balangan,

bahwa sebagian besar mata pencaharian masyarakat di Kabupaten Balangan adalah

sebagai petani dan penyadap karet. Hal ini juga dikuatkan dengan banyaknya

perkebunan karet yang ada di Kabupaten Balangan. Menurut data di Dinas Kehutanan

dan Perkebunan Kabupaten Balangan bahwa dari 35 persen lahan yang digunakan

untuk perkebunan, sebagian besar dipakai untuk usaha perkebunan karet. Mayoraitas

warga yang berpenghasilan menengah ke bawah umumnya bekerja sebagai buruh

Page 7: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

penyadap karet. Bekerja sebagai penyadap karet dilakukan pagi hari. Berdasarkan

wawancara dengan warga ternyata bukan hanya dilakoni oleh orang tua, tetapi juga

oleh anak-anak mereka yang masih usia sekolah. Pemerintah sebenarnya sudah

melakukan berbagai terobosan agar anak-anak yang membantu orang tuanya pagi hari

tetap bisa bersekolah, yaitu melalui pendidikan nonformal (pendidikan luar sekolah).

Namun hal inipun tampaknya kurang berhasil. Hal inilah yang diduga menjadi salah

satu penyebab banyaknya anak putus sekolah di Kabupaten Balangan. Kemiskinan

yang mereka hadapi, membuat mereka terbelenggu dalam kemelaratan.

Ada kesan bahwa saat ini kesempatan menuntut ilmu di sekolah-sekolah

formal hanya bisa dirasakan oleh anak-anak dari golongan berduit (kaya), padahal

anggapan itu salah besar sebab pada kenyataannya anak-anak keluarga miskin juga

memiliki kesempatan yang sama untuk bersekolah. Hal terpenting adalah niat dan

kemauan untuk berubah. Berubah dari kebodohan menjadi pandai, tidak tahu menjadi

mengerti, terpuruk menjadi bangkit, miskin menuju kaya, duka menjadi suka, kecewa

menjadi bahagia. Semua itu hanya bisa diraih melalui pendidikan (sekolah).

Berdasarkan hal tersebut, maka dipandang perlu untuk mengkaji secara

mendalam pandangan keluarga buruh penyadap karet tentang pendidikan.

B. Fokus Penelitian

Untuk menjawab dan mengkaji masalah penelitian, penentuan focus penelitian

menjadi sangat perlu. Menurut Eisenhartdt (1989;536) tanpa focus penelitian, peneliti

akan terjebak oleh melimpahnya volume data yang diperoleh di lapangan. Oleh karena

Page 8: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

itu, focus penelitian sangat penting peranannya dalam memandu dan mengarahkan

jalannya penelitian.

Fokus penelitian berkaitan erat dengan masalah yang telah dirumuskan, dan

masalah yang telah dirumuskan dijadikan sebagai acuan dalam menentukan focus

penelitian. Fokus penelitian masih dapat berkembang sesuai dengan sifatnya yang

masih emergent atau tentative. Karena sifatnya tentative, maka perlu focus penelitian

kualitatif yang menurut Moleong (1999:237) dimaksudkan untuk membatasi studi

kualitatif, sekaligus membatasi penelitian guna memilih mana data yang relevan dan

mana yang tidak.

Dengan mengacu pada pemikiran tersebut di atas, maka focus penelitian ini

dapat diformulasikan sebagai berikut :

1. Kondisi sosial budaya keluarga buruh penyadap karet, yang dilihat dari sisi :

a. Jaringan Sosial Sesama Warga Kampung

b. Pertalian Sosial

c. Ikatan Agama

d. Perayaan Hari Besar Agama (Islam)

e. Suasana Rumah Tangga warga desa

f. Masyarakat pendatang

g. Kerja sama Penduduk kampung

h. Masyarakat Pendatang

2. Kondisi sosial ekonomi keluarga buruh penyadap karet yang dilihat dari sisi :

a. Deskripsi Kepemilikan Perkebunan Karet di Desa Bungin

Page 9: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

b. Kegiatan ekonomi yang dilakukan

c. Pekerjaaan anggota keluarga buruh

d. Penghasilan buruh

3. Pandangan keluarga buruh penyadap karet tentang pendidikan anak-anaknya

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan focus penelitian tersebut di atas, maka pertanyaan penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah gambaran sosial budaya buruh penyadap karet

2. Bagaimanakah gambaran sosial ekonomi rumah tangga buruh penyadap karet

3. Bagaimanakah pandangan buruh penyadap karet terhadap pendidikan anak-

anaknya

D. Manfaat Penelitian

Mengacu pada pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mendeskripsikan kondisi sosial budaya buruh penyadap karet

2. Mendeskripsikan kondisi sosial ekonomi rumah tangga buruh penyadap karet

3. Mendeskripsikan pandangan buruh penyadap karet terhadap pendidikan anak-

anaknya

Page 10: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Konseptual Fokus Penelitian

1. Pendidikan dan Kemiskinan

Pendidikan merupakan pembangunan dasar manusia. Pentingnya pendidikan harus

dilihat dlm konteks hak asasi manusia, dalam artian bahwa setiap manusia berhak untuk

memperoleh pendidikan. Pada sisi lain pendidikan merupakan kebutuhan dasar dari

keberhasilan dan kesinambungan pembangunan, karena pembangunan memerlukan

sumber daya manusia yang berkualitas serta mampu memanfaatkan, mengembangkan,

menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (Usman, 2004 : 145).

Pendidikan merupakan salah satu upaya pengentasan kemiskinan. Namun pada

kenyataannya, bagi masyarakat golongan menengah kebawah, pendidikan bukan

merupakan suatu kebutuhan pokok yang harus diprioritaskan. Terutama bagi anak

perempuan, selain masalah kemiskinan, stereotype masyarakat bahwa anak perempuan

tidak perlu mengecap pendidikan menyebabkan anak-anak perempuan dari golongan

miskin tidak memperoleh kesempatan bersekolah. Oleh karena itu, tugas ini difokuskan

pada perempuan, objek penelitian ini adalah perempuan dari rumahtangga miskin.

Pembangunan pendidikan merupakan salah satu prioritas utama dalam agenda

pembangunan nasional.Pembangunan pendidikan sangat penting karena perannya yang

signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang kehidupan: sosial, ekonomi,

politik, dan budaya. Karena itu, pemerintah berkewajiban untuk memenuhi hak setiap

Page 11: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

warga negara dalam memperoleh layanan pendidikan guna meningkatkan kualitas hidup

bangsa Indonesia sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945, yang mewajibkan

pemerintah bertanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan menciptakan

kesejahteraan umum. Semua warga negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan dan

pengajaran tanpa terkecuali, baik ‖yang kaya‖ maupun ‖yang miskin‖ dan masyarakat

perkotaan maupun pedesaan (terpencil). Kurang meratanya pendidikan di Indonesia

terutama akses memperoleh pendidikan bagi masyarakat miskin dan terpencil menjadi

suatu masalah klasik yang hingga kini belum ada langkah-langkah strategis dari

pemerintah untuk menanganinya. Tingkat kemiskinan dan pengangguran di Indonesia

masih paling tinggi di antara negara-negara ASEAN. Posisi Indonesia jauh di bawah

negara tetangga Malaysia dan Filipina. Setiap negara dunia ketiga selalu menempatkan

prioritas yang tinggi untuk memajukan pendidikan. Asumsi dasar dalam member prioritas

yang tinggi pada pendidikan ialah bahwa selain memajukan bangsa, pendidikan

diharapkan member ketrampilan pada setiap individu agar bisa menjadi Sumber Daya

Manusia yang produktif. Jenis pendidikan yang relevan untuk penduduk dunia ketiga telah

banyak dipertanyakan. Apa yang umumnya berlaku saat ini, menurut beberapa kalangan,

dilihat dari sudut filsafat pendidikan, merupakan kepentingan untuk menanamkan disiplin

dan kepatuhan pada otoritas, bukan kreativitas, kebebasan maupun kepekaan terhadap

lingkungannya baik sosial, ekonomi maupun politik (Ratna dan Brigitte dalam Dito

Sunjaya, 2012)

Akan tetapi bagi keluarga miskin, memilih menyekolahkan anak merupakan beban

yang berat. ILO dan UNICEP (Usman, 2004 : 146) juga menyatakan bahwa kesempatan

Page 12: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

untuk mendapatkan pendidikan bagi anak-anak miskin terbatas dan biayanya masih

dirasakan mahal. Mutu pendidikan yang rendah mengakibatkan anak-anak tidak

mempunyai motivasi untuk tetap sekolah. Motivasi anak-anak untuk melanjutnya sekolah

banyak dipengaruhi oleh factor keluarga, khususnya orang tua.

Keluarga merupakan satuan unit sosial yang terdiri dari ayah, ibu, anak dan

anggota keluarga lainnya, mempunyai arti yang sangat penting dalam pembentukan

kepribadian anak dikemudian hari. Dalam lingkungan keluarga akan mempelajarai system

pengetahuan tentang norma-norma yang berlaku serta kedudukan dan peran yang

diharapkan oleh masyarakat. Setiap kedudukan dan peran memberikan hak untuk mencari

apa yang tidak boleh dilakukan serta kewajiban-kewajiban apa yang harus dilakukan

sebagai warga dalam lingkungan sosial tertentu. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai

budaya dalam keluarga merupakan dasar utama bagi pembentukan pribadi anak.

Menurut Marzali (Sparadley, 1997) bahwa penanaman nilai-nilai budaya pada

anak bukan hanya sekedar merawat dan li (mengawasi saja melainkan lebih dari itu yaitu

meliputi pendidikan, sopan santun, tanggung jawab, mandiri, dan sebagainya yang

bersumber kepada pengetahuan dan kebudayaan serta pendidikan yang diberikan orang

tuanya.

Hampir seluruh aktivitas yang dilakukan manusia dalam kehidupannya adalah

dari proses belajar, walaupun ada sebagian kecil aktivitas yang merupakan gerakan reflek

dan bukan kegiatan belajar. Biasanya gerakan reflek tersebut terjadi secara tiba-tiba di

bawah kendali dari manusia itu sendiri. Lebih lanjut Sparadley menjelaskan bahwa

kebudayaan sebagai suatu system pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses

Page 13: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

belajar yang kemudian mereka gunakan untuk menginterpretasikan dunia sekeliling

mereka sekaligus untuk menusun strategi perilaku dalam menghadapi dunia sekeliling

mereka.

Kemiskinan yang dihadapi oleh para orang tua, secara tidak langsung akan

mempengaruhi pola fikir dan penanaman nilai-nilai budaya pada anak anaknya.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Supriatna (2000) bahwa kemiskinan merupakan situasi

serba kekurangan yang terjadi bukan dikehendaki oleh si miskin pada umumya ditandai

oleh rendahnya tingkat pendidikan, produktivitas kerja, pendapatan, kesehatan, dan gizi

serta kesejahteraannya sehingga menunjukkan lingkaran ketidakberdayaan. Selanjutnya

dikatakan bahwa kemiskinan disebabkan oleh terbatasnya sumber daya manusia yang

dimiliki dan dimanfaatkan terutama dari tingkat pendidikan formal maupun nonformal

dan membawa konsekuensi terhadap pendidikan informal yang rendah.

Menurut Sudantoko (2009) kemiskinan terbagi atas tiga yaitu kemiskinan relatif,

kemiskinan absolut, kemiskinan struktural dan kultural. Kemiskinan relatif merupakan

kondisi masyarakat karena kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau

seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan.

Kemiskinan secara absolut ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi

kebutuhan pokok minimum. Kemiskinan struktural dan kultural merupakan kemiskinan

yang disebabkan kondisi struktur dan faktor-faktor adat budaya dari suatu daerah tertentu

yang membelenggu seseorang.

Oscar Lewis (Menno, 1992 :60) mengatakan bahwa kebudayaan kemiskinan

(cultur of proverty) mempunyai ciri-ciri :

Page 14: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

a. Tingkat mortalitas yang tinggi dan harapan hidup yang rendah;

b. Tingkat pendidikan yang rendah

c. Partisipasi yang rendah dalam organisasi-organisasi sosial

d. Tidak atau jarang ambil bagian dalam perawatan medis dan program-program

kesejahteraan lainnya

e. Sedikit saja memanfaatkan fasilitas-fasilitas kota seperti toko, museum, dan bank

f. Upah rendah dan keamanan kerja yang rendah

g. Tingkat keterampilan kerja yang rendah

h. Tidak memiliki tabungan atau kredit

i. Tidak memiliki persediaan makan dalam rumah untuk hari esok

j. Kehidupan mereka tanpa kerahasiaan pribadi

k. Sering terjadi tindak kekerasan termasuk pemukukan anak-anak

l. Perkawinan sering berdasarkan consensus sehingga sering terjadi perceraian dan

pembuangan anak

m. Keluarga bertumbu pada ibu

n. Kehidupan keluarga adalah otoriter

o. Penyerahan diri pada nasib

p. Besarnya hypermasculinity complex dikalangan pria atau marty complex di

kalangan wanita

Menurut Menno (1992) bahwa pengekalan diri kebudayaan kemiskinan ini

telah agak luas diterima meskipun yang dimaksudkan bukanlah suatu kebudayaan,

melainkan subkultur kemiskinan.

Page 15: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

Salah satu kekhawatiran dari munculnya kebudayaan kemiskinan sebagaimana

yang diistilahkan oleh Oscar Lewis adalah semakin banyaknya anak-anak yang terjun

dalam dunia kerja. Menurut Bellamy (Usman, 2004 :149) bahwa pekerja anak akan

terperangkap dalam lingkaran setan karena anak-anak yang bekerja pada usia yang

dini yang biasanya berasal dari keluarga miskin dengan pendidikan yang terabaikan

akan tumbuh menjadi seorang dewasa yang terjebak dengan pekerjaan yang terlatih

dengan upah yang sangat buruk.

Anak-anak ini pada gilirannya akan kembali melahirkan anak-anak miskin yang besar

kemungkinannya kembali menjadi pekerja anak yang tidak punya kesempatan luas

untuk mendapatkan pendidikan yang memadai.

Anwar Sitepu (Amalia, 2009) mengatakan bahwa anak merupakan salah satu

golongan penduduk yang berada dalam situasi rentan dalam kehidupannya di tengah

masyarakat. Kehidupan anak dipandang rentan karena memiliki ketergantungan tinggi

dengan orang tuanya. JIka orang tua lalai menjalankan tanggung jawabnya, maka anak

akan menghadapi masalah. Anak dalam setiap masyarakat adalah anggota baru karena

usianya masih muda dan ia merupakan generasi penerus. Dalam kedudukan demikian

amat penting bagi anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal sehingga kelak

akan bisa melaksanakan tugas dan tanggung jawab sosialnya secara mandiri.

Anak sendiri memiliki nilai ekonomi. Pepatah mengatakan ―banyak anak,

banyak rezeki‖. Hal ini dapat kita jumpai pada masyarakat di pedesaan di Jawa. Anak

merupakan factor terpenting dalam kehidupan berkeluarga terutama berkaitan dengan

potensi nilai ekonomis yang ditimbulkannya. Para orang tua atau calon ayah dan ibu

Page 16: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

(yang membuat keputusan-keputusan terpenting dalam menentukan jumlah anak

mereka) hidup dalam lingkungan ekonomi yang bisa dinamakan ekonomi rumah

tangga (Benyamin White dalam Koentjaraningrat, 1997 : 145).

Sekalipun pengaruh kemiskinan sangat besar terhadap anak anak, kemiskinan

bukanlah satu-satunya factor yang berpengaruh. Faktor lainnya adalah pola fikir yang

pendek dan sederhana akibat rendahnya pendidikan. Dalam budaya Indonesia, kepala

rumah tangga terutama seorang ayah mempunyai peranan yang sangat besar dalam

rumah tangga, termasuk dalam hal menentukan boleh atau tidaknya anak melanjutkan

sekolah. Untuk mengambil keputusan tersebut tentu sangat dipengaruhi oleh

pandangan orang tua terhadap pendidikan.

Pengertian pendidikan dapat diartikan sebagai usaha atau kegiatan yang

dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan tujuan mengubah tingkah

laku manusia (anak didik) ke arah yang diinginkan. Dalam hubungannya dengan

kebudayaan nasional, pendidikan merupakan suatu wadah untuk mengkreativitaskan

kebudayaan (Jarkasi , 1996 : 3-4).

Pendidikan pada dasarnya adalah pewarisan nilai-nilai budaya. Sebenarnya

pendidikan tidak hanya penanaman nilai-nilai budaya, akan tetapi lebih dari itu

pendidikan hendaknya merupakan proses pemeliharaan, pembinaan dan penumbuhan

nilai-nilai yang diharapkan. Pembinaan tata nilai itu dapat dilakukan dalam tiga pusat

pendidikan yaitu keluarga, masyarakat dan pemerintah

Keluarga sebagai pusat pendidikan yang pertama dan memiliki banyak

kesempatan, merupakan wadah yang sangat strategis untuk terus membina dan

Page 17: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

menanamkan nilai-nilai tata pergaulan yang sudah dianggap baik dan sudah dilakukan

tersebut. Tata pergaulan yang mengatur tugas, fungsi, kewajiban, hak dari masing-

masing anggota keluarga dapat terus dibina dalam keluarga itu sendiri. Tata hubungan

keluarga dalam keluarga inti dengan keluarga luas dengan keluarga bukan inti tetap

dapat dibina dalam pendidikan keluarga. Dalam hal ini sudah barang tentu peranan

orang tua sangat penting. Orang tua hendakanya dapat mengontrol dan member contoh

yang baik dalam upaya tetap melestaraikan nilai-nilai yang ada.

Sekolah merupakan kebutuhan setiap orang. Oleh karenanya investasi

masyarakat semakin banyak di tanam di sekolah..Dalam hal ini Dimyati Mahmud

(Amalia, 2009) mengatakan bahwa sekolah meraih dua tujuan yaitu (1) tujuan-tujuan

yang menitikberatkan pada aspek individual, yaitu mengembangkan anak didik secara

optimal agar kelak menjadi pribadi yang bebas dan pandai, memikirkan secra

merencakan kehidupan yang lebih baik; (2) tujuan yang menakankan pada aspek sosial

yakni memindahkan warisan-warisan budaya yang penting untuk kebaikan dan

kesejahteraan hidup serta kehidupan bersama. Dua tujuan ini nampaknya berorienatasi

agar anak kelak menjadi waarga Negara yang mengabdi kepada masyarakat.

Pendidikan merupakan sarana yang paling strategis untuk meningkatkan

kualitas manusia. Artinya melalui pendidikan kualitas manusia dapat ditingkatkan.

Dengan kualitas yang meningkat produktivitas individualpun akan meningkat.

Selanjutnya jika secara individual produktivitas manusia meningkat, maka secara

komunal produktivitas manusia akan meningkat (Widiastono, 2004).

Page 18: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

Selain keterkaitan dengan ekonomi, pandangan pendidikan juga memiliki

keterkaitan dengan system nilai budaya pada suatu masyarakat. Suatu system nilai

budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam fikiran sebagai besar

warga masyarakat, mengenai hal-hal yang mereka anggap amat bernilai dalam hidup.

Karena itu dalam system nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertingi

bagi kelakuan manusia (Koentjaraningrat, 1997).

Banyak orang menanyakan ― suatu system nilai budaya dalam kebudayaan itu

sebenarnya mengenai masalah-masalah apa ―. Untuk menjawab pertanyaan itu

Koentjaraningrat menunjuk kepada suatu kerangka diri masalah yang dapat diterapkan

secara universal untuk menganalisa suatu system nilai budaya dari semua kebudayaan

yang ada di dunia. Kerangka itu mulai dikembangkan oleh seorang ahli antropologi

Clyde Kluckhon. Setelah ia meninggal konsepnya dikembangkan lebih lanjut oleh

isterinya Florence Kluckhon yang dengan kerangka itu kemudian ia melakukan

penelitian.

Menurut kerangka Kluckhon semua system nilai budaya dalam kebudayaan di

dunia itu adalah :

1. Masalah mengenai hakekat dari kehidupan manusia

2. Masalah mengenai hakekat dari karya manusia

3. Masalah mengenai hakekat dari kedudukan manusia dalam ruang waktu

4. Masalah mengenai hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitar

5. Masalah mengenai hakekat dari hubungan manusia dengan sesamanya

Page 19: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

Jika kita ingin memahami perilaku individu maka kita tidak dapat

mengesampingkan factor nilai. Peranan nilai sangat menentukan maksud dan tujuan

dari tindakan manusia. Dalam kehodupan sehari-hari kita tidak bisa membebaskan diri

dari pengaruh nilai (Mintargo, 2000).

Keluarga adalah wadah pertama dan agen pertama pensosialisasian budaya

disetiap lapisan masyarakat. Proses sosialisasi adalah semua pola tindakan individu-

individu yang menempati berbagai kedudukan di masyarakat yang dijumpai seseorang

dalam kedudukannya sehari-hari sejak ia dilahirkan menjadikan pola-pola tindakan

tersebut sebagai bagian dari kepribadiannya (Koentjaraningrat, 1997:143).

Keluarga juga sebagai media pertama yang memancarkan budaya kepada anak-

anak. Sebab keluarga adalah dunia yang pertama kali menyentuh kehidupan anak-

anak. Anggota keluarga termasuk anak kecil mendapat pelajaran berbagai hal yang

ada dalam keluarga, tanpa disadari bahwa apa yang terjadi dalam keluarga member

pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan mereka. Maka sesungguhnya keluarga

mempunyai tanggung jawab dan peranan yang sangat besar dalam melahirkan dan

membentuk generasi yang sangat baik dan berkualitas (Agus Ruslan, 2007).

Keluarga juga sebagai media yang pertama yang memancarkan kultur kepada

anak-anak, sebab keluarga adalah dunia yang pertama kali menyentuh kehidupan

anak-anak, keluarga merupakan dunia inspirasi bagi anak-anak. Anggota keluarga

mendapat pelajaran berbagai hal yang ada dalam keluarga, tanpa disadari apa yang

terjadi dalam keluarga memberikan pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan

Page 20: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

mereka. Ayah dan ibu sebagai orang dewasa dalam keluaraga sangat penting dalam

membuat system dalam keluarga.

Keluarga tidak terbatas hanya berfungsi sebagai penerus keturunan.Namun

keluarga merupakan tempat peletak landasan dalam membentuk sosialisasi anak dan

dalam bidang pendidikan, keluarga merupakan sumber pendidikan utama karena

segala pengetahuan dan kecerdasan intelektualmanusia diperoleh pertama-tama dari

orang tua dan anggota keluarganyasendiri. Proses dan hasil pendidikan keluarga akan

sangat bermakna bagipencapaian mutu pendidikan pada jenjang sekolah yang lebih

tinggi. Dalam penyelenggaraan pendidikan keluarga tidak sekedar berperan

sebagaipengelola yang bertanggung jawab dalam meletakkan landasan dan arah

sertapola-pola kehidupan anak, sehingga keluarga khususnya orang tua harusmemiliki

wawasan, sikap dan kemampuan analisis pasif yang memadai

dalammenyelenggarakan pendidikan prasekolah di keluarga. Sebagai salah

satukomponen pendidikan yang mempunyai tanggung jawab untuk mewujudkantujuan

pendidikan keluarga yaitu orang tua harus dapat menciptakan suasanayang

mendukung anak melakukan aktivitas belajar. Tujuan diselenggarakanpendidikan

keluarga adalah membekali pengetahuan, sikap, mental danketrampilan produktif bagi

penanggung jawab keluarga dalam menanamkankeyakinan agama, nilai budaya, nilai

moral dan ketrampilan agar dapatmengembangkan dirinya sendiri dan menjadi

keluarga yang sejahtera dan bahagia.

Menurut Ruslan (2007) kebanyakan anak yang berprestasi di sekolahnya

sampai lulus studi hingga bekerja disebabkan lingkungan keluarga yang baik yang

Page 21: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

dapat mendorong anak-anak mencapai keberhasilan. Sedangkan anak-anak yang

prestasi belajarnya kurang baik atau drop out di sekolah lebih besar dikarenakan

lingkungan keluarga. Oleh karena itu keluarga mempunyai tanggung jawab dan

peranan yang sangat besar dalam melahirkan dan membentuk generasi yang baik dan

berkualitas.

Keluarga atau orang tua yang serba kekurangan tentunya sangat

mempengaruhi akan pola fikir tentang pendidikan anak-anaknya. Menurut Fauzul

Amin (2012) ada beberapa alasan yang menyebabkan orang miskin enggan

menyekolahkan anak-anak mereka, yaitu :

1. Keyakinan yang salah tentang sekolah: boleh dibilang banyak orang miskin

memiliki sebuah keyakinan bahwa sekolah merupakan lembaga pendidikan yang

hanya boleh diisi oleh anak-anak dari keluarga berduit, anak-anak yang pintar.

Sedangkan mereka orang miskin merasa bahwa mereka tidak memiliki uang serta

anak-anak mereka bodoh sehingga mereka akhirnya enggan menyekolahkan anak-

anaknya.

2. Kurangnya wawasan dan pengetahuan tentang dunia pendidikan. Harus diakui

bahwa faktor kurangnya informasi mengenai dunia pendidikan menyebabkan

orang-orang miskin berpikiran sempit. Pendidikan bagi orang miskin masih

dianggap sebagai kebutuhan tersier (istimewa) yang tidak harus dipenuhi saat ini.

Padahal kalau mau jujur pendidikan sama pentingnya dengan kebutuhan primer

manusia seperti makan, minum, sandang dan papan. Bahkan bisa dikatakan

Page 22: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

pendidikan merupakan kunci sukses manusia untuk bisa makan, minum, memiliki

sandang dan juga papan.

3. Anggapan salah tentang sekolah. Selama ini ada anggapan yang salah dari orang

miskin tentang sekolah, mereka mengganggap bahwa sekolah itu mahal dan tidak

bisa terjangkau oleh orang-orang miskin. Anggapan bahwa sekolah mahal

memang tak salah, tetapi menjadi salah apabila mereka merasa bahwa sekolah

tidak bisa dijangkau oleh mereka adalah keliru. Karena saat ini telah ada berbagai

program beasiswa dari pemerintah, lembaga swasta, lsm dan lain sebagainya bagi

anak-anak dari keluarga miskin, apalagi bagi anak-anak yang memiliki prestasi.

Jadi ada baiknya jika anggapan salah tentang sekolah harus di buang jauh-jauh.

Sudah jelas sekolah adalah tempat belajar semua orang baik yang miskin ataupun

kaya punya hak yang sama untuk bersekolah.

4. Sikap mudah putus asa pada keadaan. Satu hal yang menjadi kebiasaan dari orang

miskin adalah terlalu pasrah (putus asa) terhadap keadaan. Sikap ini pula yang

menjadi salah satu penyebab mengapa banyak anak-anak orang miskin yang tidak

bersekolah. Mereka lebih banyak menerima keadaan bahwa orang miskin hanya

memiliki kewajiban untuk mencari nafkah untuk makan bukan untuk memiliki

pendidikan.

5. Terbawa lingkungan. Biasanya orang miskin akan menjalani kehidupan

sebagaimana kehidupan masyarakat disekitarnya. Jika mayoritas orang miskin

jarang berpendidikan, maka besar kemungkinan anak-anaknya juga tidak akan

berpendidikan. Kondisi semacam itu hampir terjadi dilinkungan masyarakat

Page 23: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

miskin, jikapun ada keluarga miskin yang menyekolahkan anaknya hanya satu dua

orang saja. Mereka lebih suka menikmati kehidupan sebagaimana kehidupan

masyarakat miskin lainnya yang tidak menyekolahkan anak-anaknya dan lebih

merasa nyaman jika anak-anaknya membantu mencari nafkah keluarga

2. Buruh dan Kemiskinan

Mendengar kata buruh petani terlintas dibenak kita tentang kemiskinan,

kefatalistikan, mendahulukan keselamatan, dan kemarginalan mereka. Padahal secara

historis mereka telah mengemparkan dunia, karena mereka telah menjadi aktor

berbagai pergolakan, resistensi, dan perlawanan dalam mempertahankan hak mereka,

seperti di Mesuji Lampung, Jawa Timur, Sumatera, Meksiko, Rusia, Kuba dan

terakhir di Vietnam, yang menjadi kuburan bagi serdadu Amerika. Buku tentang

heroikdan filsafat hidupnya nya para buruh petani banyak yang sudah dikaryakan.

Misalnya, Eric R. Wolf, 1969, Peasant wars of the Twentieth Century.New York;

Harper& Row, Publishers, J.S Migdal,1974, Peasant, Politic and Revolution. New

Jersey: Princeton Universitr Pers, Jeffry M.Peige, 1975, Agrarian Revolution Social

Movement and Export Agriculture in the Underdeveloped World, J.C.Scoot,1976, The

Moral Economy of the Peasant. New Haven: Yale University Pers,, S.L/ Popkin,

1979. The Rational Peasant: The Political Economy of Rural Society in Vietnam.

Berkeley: University of California Press., Scott, 1985, Weapons of the weak: Everday

Formas of Peasant Resistance. New Haven: Yale University Press., Sartono

Page 24: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

Kartodirdjo, 1973, Protest Movement in Rural Java: A Study of Agrarian Unrest in the

ninenteenth and Early Twentieth centuries. Singapore: Oxford Universty Press.

Heroiknya para buruh tani membuat kajian tentang mereka sampai saat ini

selalu banyak diminati. Mendiskusikan muasal konsep buruh tidak lepas dari rumusan

yang dilontarkan oleh Marx. Marx telah membelah masyarakat menjadi dua kelas,

yaitu kelas produktif dan kelas konsumtif. Konsep kelas sendiri dapat dirujuk dari

sejarah di Romawi. Ketika para penguasa Romawi menggunakan kata kelas sebagai

penanda bagi penduduk ke dalam kelompok-kelompok pembayaran pajak. Katagori

pertama adalah sebutan bagi penduduk yang secara kwalitas adalah kelompok

minoritas dan sangat mereka hormati disebut assidoi, kebalikannya ada juga kelompok

masyarakat yang menyandang predikat proles, yaitu kelompok yang memiliki

sejumlah anak cucu (proles) dan secara kwantitas melebihi dari kaum assidoi karena

hitungannya menurut jumlah kepala (capital cenci). Kemudian, masyarakat Romawi

kuno menyebut para seniman atau pekerja seni sebagai classis yang berarti sebutan

untuk kelomok masyarakat yang utama, sedangkan sebutan untuk orang kebanyakan

adalah proletar.

Konotasi kelas mengalami perubahan makna, dimulai pada abad XVIII, ketika

para orang bijak (filosof), yaitu Ferguson, Miller memaknai kelas sebagai pembeda

dalam jenjang sosial tentang status di suatu masyarakat. Pada abad XIX konsep kelas

mulai mapan, ketika Adam Smith membicarakan tentang kelas pekerja yang secara

sosial mereka termasuk katagori orang-orang miskin (Dahrendorf, 1986: 4-9).

Pengertian kelas semakin mapan ketika Engels dan Karl Marx setelah mempelajari

Page 25: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

revolusi industry dan sosial di Inggris mengintrodusir kelas kapitalis sebagai oposisi

kelas pekerja. Arti kelas menurut teori Marxis adalah kelompok individu atau

kelompok sosial yang pada dasarnya tidak ditentukan oleh tempat dan proses

produksi dalam bidang ekonomi ( Poulantzas dalam Giddens,1987: 46). Dalam sisi

ini, konsep kelas mengandung dua arti yang selalu beroposisi, yaitu kelas pekerja dan

kelas kapitalis, kelas orang kaya dan kelas orang miskin, dan kelas proletar dengan

kelas borjuis.

Pandangan di atas tentang mengisyaratkan, bahwa masyarakat sangat mendua

atau dikotomi yaitu kelas borjuis dan proletar, penguasa dan yang dikuasai, bahkan

Karl Marx berpendapat, bahwa sejarah kehidupan masyarakat dari dulu sampai saat ini

adalah perjuangan atau pertentangan antar kelas yang sangat kental dengan nuansa

pertentangan politik. Dalam arti lain, masyakat terbelah menjadi dua kelas yang

masing-masing dalam posisi antagonis. Pandangan ini mengisyaratkan, bahwa

mendiskusikan kelas maka di dalamnya ada nuansa politik dan ideologis, sehingga

wacana konflik atau pertentangan yang akan menyeruak. Sementara konsep buruh

yang hakiki malah tenggalam.Konsep buruh dapat dimaknai dengan meneropongnya

dari relasi profesi.

Menurut Marx masyarakat kapitalis merupakan masyarakat berkelas. Di

dalam masyarakat ini terdapat katagori sosial yang menerangkan tentang kelompok

orang yang memiliki kekayaan yang disebut kelas berjuasi atau kapitalis dan kelas

yang tidak memiliki kekayaan yaitu kelas proletar. Kekayaan pribadi kelas kapitalis

berwujud alat-alat produksi, yakni pabrik dan mesin-mesin produksi dan mereka

Page 26: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

secara langsung mengendalikan alat-alat produksi itu, sedangkan kelas proletar atau

tenaga kerja upahan yang biasa juga disebut buruh adalah orang yang tergantung

melalui perjanjian kerja—kepada alat-alat produksi sekaligus kepada pemiliknya

(Dahrendorf,1986:46). Makna buruh dalam konteks ini perlu ditapsirkan secara

cermat, sebab penerima upah dibidang kesehatan, perbankan, perusahaan, periklanan,

dosen, dokter dan sebagainya tidak dapat dikatagorikan sebagai penyandang predikat

buruh. Buruh seperti petani, buruh pabrik, buruh transportasi oleh Marx disebut

tenaga kerja produktif atau kelas produktif. Alasan Marx, mengatakan buruh sebagai

tenaga kerja produktif karena sebelumnya mereka tidak memiliki komoditi (nilai

lebih) ), sedangkan penerima upah di bidang kesehatan, dokter, perbankan,

perdagangan berada dalam b idang sirkulasi dan sebagian lagi tidak menghasilkan

nilai lebih , tetapi hanya memberikan sumbangan terhadap realitas nilai lebih (

Poulantzas dalam Gidden,1987:50-51). Bahasa lainnya kelas buruh atau proletar buruh

walaupun menyandang predikat sebagai kelas produktif, tetapi ia tidak memiliki hak

milik. Melalui kaum buruh, lahan pertanian diperuntukan bagi manusia.Dalam sisi ini

dapat dikatakan, bahwa pertanian merupakan kerja yang produktif. Tanah dipandang

sebagai sesuatu yang hidup secara alamiah dan independen terhadap manusia, dan

sebagai modal atau factor bagi kerja, sebaliknya kerja menjadi factor bagi alam

(Fromm,2004:161).

Paparan di atas dapat dijadikan pijakan, bahwa buruh dapat didefinisikan

sebagai sekelompok individu yang bekerja untuk orang lain yang mempunyai suatu

usaha kemudian

Page 27: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

mendapatkan Buruh upah atau imbalan sesuai dengan kesepakatan sebelumnya.upah

biasanya diberikan secara harian maupun bulanan tergantung dari hasil kesepakatan

yang telah disetujui.

Pada fenomena maka buruh dapat dikatagorikan sebagai berikut: (1) buruh harian,

penerima upah berdasararkan jumlah hari masuk kerja; (2) buruh musiman, mereka

bekerja sesuai dengan kalender musim-musim tertentu; (3) buruh pabrik mereka yang

bekerja di pabrik-pabrik; (4) buruh tani, penerima upah yang bekerja di sawah atau di

perkebunan orang lain ; (5) buruh kasar, buruh yg menggunakan tenaga fisiknya

karena tidak mempunyai keahlian dibidang tertentu; (6) buruh terampil buruh yg

mempunyai keterampilan di bidang tertentu; dan (7) buruh terlatih buruh yg sudah

dilatih untuk keterampilan tertentu.

3. Moral Ekonomi dan Rasional Buruh

Pendekatan moral ekonomi sebenarnya kami adopsi dari bukunya J.C

Scott,1976, The Making of the English Working Class, yang sudah diterjemahkan ke

dalam bahasa Indonesia menjadi, Moral Ekonomi Petani. Pendekatan moral ekonomi

mengedepankan , bahwa kehidupan petani sangat rentan akan kemiskinan, bahkan

kehidupan ekonomi mereka sangat dekat dengan jurang kemiskinan yang sangat

dalam. Kemiskinan ini menyadarkan para petani tentang bagaimana mengamankan

ekonominya. Caranya terlihat dari tata laku yang tidak mau mengambil resiko, ia

meminimunkan kemungkinan subyektif dari kerugian maksimum.Akhirnya mereka

Page 28: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

mengeluarkan prinsif, akhirnya mereka mempunyai prinsif untuk mengutamakan

keselamatan ( safety first) ( Scott,1983:7).

Prinsif mengutamakan keselamatan yang ditawarkan oleh Scott

menginformasikan, bahwa pendekatan mencoba memahami tentang apa yang berada

dalam benak buruh, yaitu apa yang dipikirkan dan diyakini oleh petani tentang dunia

yang mereka geluti. Perilaku petani yang hanya menerima tentunya harus ditapsirkan.

Menurut Scoot (2000,53) sekurang-kurang ada dua penafisran bertentangan tentang

fenomena perilaku petani; (1) karena buruh memiliki ideology keagamaan, bahwa

realitas yang hadapi merupakan sebuah cobaan dari Tuhan, sehingga kenyataan itu

dianggap taqdir dan tentunya dibenarkan oleh tatanan sosialnya; (2) pandangan

lain,adalah apa yang disebut sebagai perdamaian agraris yang erat dengan perdamaian

penindasan ketimbang persetujuan atau kepatuhan. Dalam konteks keagamaan para

petani mengedepankan moral. Moral dibangun dari motivasi. Motivasi-motivasi

moral menurut Wilk (Ahimsa,2003) dibangun atas dasar ― cultural specific belief

systems and values‖ dan nilai moral ini bersumber pada suatu kosmologi, yaitu ― a

cultural patterned view of the universe and wihitin it‖.

Pandangan di atas menarasikan, bahwa manusia (dalam hal ini petani) yang

bermoral adalah orang-orang yang berimam, yang selaru tingkah laku dan tindakannya

dilandasai oleh ide tentang baik dan benar yang mereka pelajari sejak mereka kecil

dan tumbuh menjadi dewasa. Pandangan moral ini dalam bahasa lain adalah dikukung

oleh apa yang disebut oleh pengikut Marx sebagai mistifikasi. Kami tidak

mendiskusikan tentang mistifikasi, karena kami tidak setuju. Kami beranggapan,

Page 29: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

bahwa agama merupakan ruangan keyakinan (believers). Pendekatan ini kami

gunakan untuk memahami bagaimana para petani menyerahkan dan kepasrahan

hidupnya kepada Allah sesuai dengan keyakinan agama yang diyakininya.

Pada sisi lain, kaum elite sebagai kelas minoritas yang mengendalikan sector-

sektor budaya, agama, pendidikan dan media masa kadang membangun apa yang

disebut sebagai rekayasa sosial (social engenering). Sebagaimana yang diucapkan oleh

Gramsci (Scoot, 200:54), bahwa kaum elite mengendalikan sector-sektor ideologis dan

merekayasanya sebagai iklim simbolik untuk mencegah kelas non elite (buruh )

berpendapat, bahwa mereka sudah bebas. Pandangan Gramsci bisa diartikan, bahwa

kaum buruh pada tingkatan gagasan telah diperbudak. Dalam konteks ini, akan kami

gunakan untuk melihat relasi sosial apa relasi antara elite dan buruh relasinya

kekuasaan atau relasi bapak-anak (patron- client).

Dalam moral ekonomi, seperti yang dikemukakan oleh Scott (1983:41)

terdapat ikatan pelindungan (patron) dan klien (anak buah), suatu bentuk asuransi

sosial yang menginformasikan, bahwa patron berada dalam posisi untuk membantu

klientnya.Dalam artian relasinya saling menguntungkan, sang patron memberikan

perlindungan fisik dan non fisik kepada kliennya. Sebaliknya klien mengerjakan tanah

milik, serta mengabdikan dirinya secara total kepada patronnya. Patron selain

penguasa ekonomi terkadang juga merangkap sebagai pemuka agama, sosial dan

penasehat spritualnya para klient.

Menarik dicermati pandangan Popkin tentang rasional petani yang sangat

bertolak belakang dengan pemikiran Scoot tentang pendekatan moral ekonomi.

Page 30: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

Pendekatan rasional ekonomi menjadi dasar dari pandangan Popkin, 1979, The

Rational Peasant; the Political Economy of Rural Society in Vietnam. Popkin

menyebut pendekatannya sebagai ekonomi politik.Hematnya manusia kodratnya

adalah manusia homoecononicus mempunyai kesadaran pribadi dan selalu

menggunakan kalkulasi untung rugi dalam bertindak. Popkin juga menyadari, bahwa

umumnya petani kehidupan ekonominya berada pada posisi dekat sekali dengan posisi

batas minimum, tetapi ketika mereka mengalami surplus ia akan berani

menginventasikan modalnya walaupun terbatas dan penuh resiko (Popkin, 1979: 30).

Asumsi Popkin mengisyaratkan, bahwa titik pandangnya bertumpu pada factor

pengambilan keputusan individu yang berorientasi pada prinsif efisiensi dan

efektivitas. Penjelasan tentang operasionalnya pengambilan keputusan individual,

Popkin (1979:20) mengetengahkan konsep krisis subsitensi jangka pendek ( short-run

subsintence) dan krisis subsitensi jangka panjang (long-run subsintence). Konsep

krisis dianalogikan oleh Popkin, bagaimana petani Vietnam melakukan perlawanan,

ketika terjadi perang Vietnam. Kelompok-kelompok petani ada yang melawan dan

ada juga kelompok petani yang tidak melawan. Bagi kelompok petani yang tidak

melawan menganggap melawan tidak menyelesaikan masalah dan kesempatan

kompromi yang menguntungkan masih terbuka.

Fakta tentang petani Vietnam itu, Popkin beranggapan, bahwa seorang petani

pertama-tama memperhatikan kesejahteraan dan keamanan diri dan

keluarganya.Apapun nilai-nilai dan tujuan hidupnya, ia akan bertindak setalah

memperhitungkan kemungkinan memperoleh hasil yang diinginkan atas dasar

Page 31: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

tindakan-tindakan individual. Kedua, hubungan petani dengan orang-orang lain tidak

selalu didasarkan atas beberapa prinsip moral yang umum, tetapi pada kalkulasi

apakah relasi-relasi itu akan menguntungkan diri dan keluarganya atau tidak (

Ahimsa,2003;31).

Pandangan Scoot dan Popkin akan kami gunakan untuk melihat moral dan

keputusan buruh dalam menginvestasikan anak dalam memilih pendidikan untuk

anaknya. Lantas, ketika keputusan diambil, maka kami akan melihat strategi baik

moral maupun rasional yang dilakukan oleh buruh.

Page 32: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian inni adalah untuk mengolah dan menganalisis data tentang :

1. kondisi sosial budaya buruh penyadap karet

2. kondisi sosial ekonomi rumah tangga buruh penyadap karet

3. pandangan buruh penyadap karet terhadap pendidikan anak-anaknya

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah di desa Bungin Kecamatan Paringin Selatan Kabupaten

Balangan. Pemilihan Desa Bungin sebagai tempat dilaksanakannya penelitian dilakukan

secara purposive, karena di desa ini warga yang bekerja sebagai buruh penyadap karet

lebih banyak dibandingkan dengan desa-desa lainnya. Di samping itu pula Desa Bungin

sebenarnya cukup dekat dengan ibukota kabuaten, namun ternyata mengalami

ketertinggalan dibandingkan dengan desa-desa lainnya yang ada di sekitar ibukota

kabupaten.

C. Latar Penelitian

Page 33: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

Penelitian ini dilaksanakan disebuah desa di Kabupaten Balangan, kenapa

mengambil lokasi penelitian di desa tersebut karena memiliki keunikan tersendiri yang

perlu di lakukan kajian yang lebih mendalam dan perlu mendapat perhatian khusus dari

kita bersama untuk kemajuan desa tersebut dimasa yang akan datang.

Desa Bungin adalah sebuah desa berjarak lebih kurang 3 km dari pusat

pemerintahan ibukota kabupaten Balangan yang merupakan daerah pemekaran Kabupaten

baru dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara. Dengan letak geografis yang dekat dengan

pusat pemerintahan, tetapi kondisi desa bungin sangat jauh dari harapan kita untuk

sentuhan pebangunan secara fisik maupun non fisik. Problem yang sangat dirasakan sekali

adalah tingkat kesejahteraan penduduknya yang kurang lebib 400 KK masih rendah,

angka putus sekolah masih tinggi, mata pencarian penduduknya mayoritas buruh tani,

layanan pendidikan dan kesehatan masih rendah, pola pikir dan budaya lokal yang masih

terkebelakang, sehingga menjadikan desa Bungin sebuah desa yang terisolir oleh

maraknya aksi pembangunan yang selama ini dilaksanakan di Kabupaten Balangan.

Melalui Penelitian ini diharapkan dapat memberikan secercah harapan bagi

msyarakat di desa Bungin untuk lebih mendapat perhatian dimasa yang akan datang, serta

dapat memberikan informasi kepada semua unsur pelaku pembangunan untuk lebih

memperhatikan perkembangan desa tersebut, serta dapat memberikan pelayanan

pembangunan di berbagai sektor. Kondisi sekarang yang sangat dibutuhkan masyarakat

adalah sekolah setingkat SLTP serta layanan kesehatan termasuk layanan air bersih.

Banyak sekali angka putus sekolah di tingkat SLTP akibat akses sekolah yang jauh dari

desa bungin, serta akses air bersih yang belum terlayani di masyarakat.

Page 34: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

Melihai kondisi yang demikian, sangat ironis sekali dengan letak geografis dengan

pusat pemerintahan, dan ini perlu mendapat perhatian serius dari semua stkeholder di

Kabupaten Balangan agar ius-isu sejarah negatif tentang desa Bungin kedepan akan

terkikis habis, memang isu mayoritas penduduknya memelihara ajian ―racun‖ di era tahun

2000-an kebawah sangat santer terdengar d seluruh Kalimantan Seatan, sehingga desa

Bungin tersebut sebelumnya bernama desa ―kubur‖ karena memang dari kasus-kasus

pendatang yang masuk ke desa tersebut bila makan minum di desa tersebut akan muntah

darah dan kehilangan nyawa, sehingga tempo dulu orang menyebutnya desa Kubur.

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan perhatian Pemerintah HSU

di tahun 2000-an maka telah mengambil langkah cepat untuk memberi nma baru kepada

desa kubur menjadi desa bungin, dan melakukan pendekatan kepada masyarakat melalui

tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk syiar-syiar agama tentang keberadaan ajian

racun tersebut membuat masyarakat desa bungin sekarang dudah meninggalkan

kepercayaan tersebut, tetapi seiring dengan waktu isu ajian racun tersebut tetap

membayangi masyarakat luar sehingga isu ini juga menjadi faktor penghambat bagi

pembangunan desa bungin.

D. Metode dan Prosedur Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, karena

dari sifat data (jenis informasi) yang dicari atau dikumpulkan bersifat kualitatif.

Penelitian kualitatif di samping dapat mengungkap dan mendeskripsikan peristiwa-

Page 35: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

peristiwa riil di lapangan, juga dapat mengungkapkan nilai-nilai tersembunyi (hidden

value) dari penelitian ini.

Di samping itu penelitian ini juga peka terhadap informasi-informasi yang

bersifat deskriptif dan berusaha mempertahankan keutuhan objek yang diteliti. Dalam

penelitian ini, peneliti berada pada posisi sebagai instrumen kunci (Lincoln dan Guba,

1985 : 198).

E. Data dan Sumber Data

Sesuai dengan sumber data yang dipilih, maka jenis data dalam penelitian ini

meliputi kata-kata atau cerita langsung dari para informan penelitian, tindakan atau

perilaku para buruh penyadap karet dalam melakukan pekerjaannya sebagai buruh

penyadap karet, pola fikir para buruh tentang pendidikan anak-anaknya dan data-data

yang berkaitan dengan pendidikan Selain itu, juga menggunakan foto-foto tentang

aktivitas sehari-hari sebagai buruh penyadap karet di perkebunan.

Keterangan berupa kata-kata atau cerita langsung dari informan dijadikan sebagai

data utama (data primer), sedangkan tulisan atau data dari berbagai dokumen dijadikan

sebagai data pelengkap (data sekunder).

F. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif ini peneliti bertindak sebagai instrument utama yang

turun ke lapangan serta berusaha sendiri mengumpulkan informasi baik melalui observasi

maupun wawancara. Wawancara yang dilakukan bersifat terbuka dan tak terstruktur.

Untuk memudahkan engumpulan data, peneliti menggunakan alat bantu berupa catatan

lapangan, tape recorder, kamera foto dan pedoman wawancara.

Page 36: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

Proses pengumpulan data yang dilakukan peneliti meliputi tiga kegiatan yaitu :

1. Proses memasuki lokasi penelitian

2. Ketika berada di lokasi penelitian

3. Proses mengumpulkan data

G. Prosedur Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknis analisis model interaktif (interactive model of

analysis) dari Miles dan Huberman. Pada model analaisis interaktif ini peneliti bergerak

pada tiga komponen, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display)

dan penarikan kesimpulan (verification).

Proses analisis interaktif ini dapat disajikan dalam bentuk gambar sebagai berikut :

Gambar 1. Analisis data Model Interaktif

Sumber : Miles dan Huberman (1992:20)

Reduksi data diartikan bahwa data yang diperoleh dari lokasi penelitian atau data

lapangan dituangkan dalam uraianatau laporan lengkapdan terinci. Laporan lapangan

oleh peneliti akan direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok, difokuskan pada hal-hal

Penyajian data

Reduksi Data

Kesimpulan/Verifikasi

Pengumpulan data

Page 37: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

yang penting kemudian dicari tema atau polanya (melalui proses penyuntingan,

pemberian kode, dan pentabelan). Reduksi data ini dilakukan terus menerus selama

proses penelitian berlangsung.

Penyajian data dimaksudkan agar memudahkan bagi peneliti untuk melihat

gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian. Dengan kata

lain merupakan pengorganisasian data ke dalam bentuk tertentu sehingga kelihatan

dengan sosoknya yang lebih utuh.

Pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan bukan

sesuatu yang berlangsung linier, melainkan merupakan suatu siklus yang interaktif,

karena menunjukkan adanya kemauan yang sungguh-sungguh untuk memahami atau

mendapatkan gambaran dan pengertian yang mendalam komprehensif, yang rinci

mengenai suatu masalah sehingga dapat melahirkan suatu kesimpulan yang induktif.

Penarikan kesimpulan/verifikasi data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan

seara terus menerus sepanjang penelitian berlangsung. Sejak awal memasuki lapangan

dan selama proses pengumpulan data, peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari

makna dari data yang dikumpulkan, yaitu mencari pola, tema, hubungan persamaan, hal-

hal yang sering timbul, hipotesis dan sebagainya yang dituangkan dalam kesimpulan

yang masih tentatif. Akan tetapi, dengan bertrambahnya data melalui verifikasi seara

terus menerus, maka akan diperoleh kesimpulan yang bersifat “ grounded‖. Dengan kata

lain setiap kesimpulan senantiasa terus dilakukan verifikasi selama penelitian

Page 38: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

berlangsung melibatkan inpretasi peneliti. Komponen-komponen analisis data tersebut

di atas oleh Miles dan Huberman (1992:20) disebut sebagai ―model interaktif‖

H. Keabsahan data

Setiap penelitian memerlukan adanya standar untuk melihat derajat keperayaan

atau kebenaran terhadap hasil penelitian tersebut. Di dalam penelitian kualitatif standar

tersebut sering disebut dengan keabsahan data. Moleong (1999:173) mengemukakan

bahwa ada empat kriteria yang digunakan untuk memeriksa keabsahan data, yaitu

derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan

(dependability), dan kepastian (confirmability).

Untuk memeriksa keabsahan data dilakukan kegiatan sebagai berikut :

1. Kredibilitas

Untuk memeriksa kredibilitas dilakukan kegiatan sebagai berikut :

a. Memperpanjang masa observasi

Dengan cara ini, peneliti mempunyai waktu beberapa Minggu untuk betul-betul

mengenal situasi lingkungan, untuk mengadakan hubungan baik dengan para

informan. Dengan keadaan yang demikian, peneliti bisa mengeek data yang

diperoleh dari informan sehingga data yang diperoleh sudah dirasa benar

b. Melakukan Peer debriefing

Page 39: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

Hasil kajian didiskusikan dengan orang lain yang mempunyai pengetahuan

tentang pokok penelitian dan metode penelitian yang diterapkan. Hal ini

dilakukan untuk memperoleh masukan, saran dan kritik berkaiatan dengan

hasil penelitian.

c. Melakukan Triangulasi

Hal ini dilakukan dengan maksud mengecek kebenaran data tertentu dan

membandingkan dengan data yang diperoleh dari sumber lain, pada berbagai fase

penelitian di lapangan, pada waktu yang berlainan, dan sering dengan

menggunakan metode yang berlainan

2. Keteralihan

Keteralihan sebagai persoalan empiris bergantung pada kesamaan antara

konteks pengirim dan penerima. Untuk melakukan keteralihan tersebut, peneliti

berusaha mencari dan mengumpulkan data kejadian empiris dalam konteks yang

sama. Keteralihan hasil penelitian ini berkenaan dengan pertanyaan, hingga manakah

hasil penelitian ini dapat dipublikasikan atau digunakan dalam situasi-situasi lain.

3. Ketergantungan dan Kepastian

Untuk mengecek apakah hasil penelitian ini benar atau salah, peneliti akan

mendiskusikannya dengan semua tim setahap demi setahap, mengenai konsep-

konsep yang dihasilkan di lapangan. Setelah hasil penelitian dianggap benar,

kemudian dibuat dalam satu laporan untuk diseminarkan. Dengan seminar

diharapkan diperoleh banyak masukan untuk menambah kualitas dari hasil kajian

Page 40: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Page 41: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

A. Kondisi Sosial Budaya Buruh Penyadap Karet

1. Gambaran Suasana Desa

Sekitar tiga belas tahun yang lalu , Desa Bungin awalnya bernama Desa Kubur

yang termasuk menjadi wilayah Kabupaten Hulu Sungai Utara Kecamatan Paringin.

Menurut informasi dan cerita dari mulut ke mulut yang masih bisa kita didengar sampai

saat ini, Paringin sangat dikenal sebagai wilayah orang memberi makan racun, sehingga

orang tidak mau singgah lama di sana, karena takut terkena bisa racun.Menurut informasi

dari informan yang kebetulan juga berasal dari Paringin, menyebutkan, bahwa sumber

racun berasal dari desa Kubur dan Tarangan yang saat itu wilayahnya masih tertutup oleh

perkebunan karet. Konon, racun itu dimiliki sebagai jimat untuk cepat menjadi kaya bagi

pemiliknya. Label tentang racun begitu kuat, sehingga sangat jarang orang pergi Paringin

karena takut terkena racun. Biasa orang yang baru datang ke sana ketika ia memakan dan

meminum di desa langsung sakit dengan cirri-ciri muntah darah dan meninggal dunia,

sehingga Desa itu disebut sebagai Desa Kubur. Sebutan ini, membuat beberapa pemuda

dan tokoh masyarakat yang didukung oleh bupati Hulu Sungai Utara (saat ini itu dijabat

oleh Suhailin) untuk melaksanakan ritual untuk mengganti nama. Ritual ini bernama

tasmiyah yang biasanya dilakukan oleh masyarakat Banjar untuk member nama kepada

anaknya. Setelah ritual tasmiyah itu dilaksanakan maka Desa Kubur berubah menjadi

Desa Bungin . Nama Bungin diambil dari sungai yang melintas di desa itu bernama

Sungai Bungin. Pasca pemberian nama baru, para tokoh masyarakat dan tokoh agama

Page 42: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

sering melakaukan penyuluhan tentang tidak bermanfaatnya memilihara jimat dan racun

dalam pandangan agama.

Desa Bungin, sebagaimana wilayah Balangan lainnya sejak tahun 1920 yang saat

itu masih termasuk onderafdeeling Amuntai timbul setelah adanya perkebunan-

perkebunan karet. Onderafdeeling Amuntai terbagi lagi dalam 3 distrik atau kewadanaan,

yang meliputi: (1) Distrik Amuntai meliputi onderafdeeling Amuntai, (2) Districk Alabio,

meiputi Sungai Panda dan Babirik, (3) Distrik Balangan meliputi Paringin, Awayan dan

Juai.

Pasca kemerdekaan, kewilayahan ini tidak jauh berbeda, tetapi di dalam system

pemerintahan secara menyeluruh mengalami perubahan. Luasnya wilayah Kabupaten

Amuntai, membuat masyarakat Balangan ingin melepaskan diri dari Amuntai (Hulu

Sungai Utara). Keingin ini dimulai direalisasi pada 13 Desember 1963 dengan

dibentuknya Panitia Penuntutan Kabupaten Balangan ( PPKB), tetapi tidak membuahkan

hasil. Keinginan masyarakat ini diteruskan lagi pada 29 Juli 1968, akan tetapi tetap tidak

berhasil. Keinginan memekarkan diri mulai memperlihatkan buahnya, ketika bupati Hulu

Sungai Utara dijabat oleh H. Suhailin (1992-2002) yang kebetulan berasal dai Balangan.

Balangan resmi menjadi kabuten tersendiri pasca turunnya Undang-undang Republik

Indones9a nomoe 2 tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Tanah Bumbu dan

Balangan yang ditandatangai oleh Mentri Dalam Negri Hari Sabarno. Sejak saat itupula,

Desa Bungin masuk menjadi wilayah Kabupaten Balangan Kecamatan Paringin Selatan.

Pada tahun 2013, Desa Bungin tetap menjadi desa yang sepi dan miskin ketimbang desa –

desa lainnya. Penyebabnya menurut informasi seperti yang dinarasikan diatas.

Page 43: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

2. Jaringan Sosial Antar Warga di Kampung

Desa Bungin dapat dikatakan bisa kooperativ bisa juga individualistic, tergantung

dari sisi mana kita melihat. Hubungan suami istri sangat erat, bahkan seorang ibu masih

mau mengurus dan memelihara cucunya, yang kehidupan orang tuanya secara ekonomi

sangat di bawah rata-rata. Hubungan antar warga juga sangat akrab, sehingga

memudahkan mereka untuk saling bekerja sama mengatasi kemelut kemiskinan yang

mereka hadapi. Pada akhirnya pilihan hidup untuk menggapai keberhasilan kembali pada

mereka sendiri.

3. Pertalian Sosial

Ciri utama kehidupan kampung seperti yang ditawarkan oleh Tonnis adalah selalu

menjaga hubungan yang baik dengan para tetangganya. Hal ini yang dilakukan oleh

Bapak Sarbani, ketika ia baru pindah dan membangun rumah di desa itu, ia mengantarkan

nasi kuning kepada para tetangganya untuk membangun silahturami. Bahkan Bapak

Sarkawi (70 thn) yang rumah bersebelahan dengan Bapak Bani, langsung diangkat

menjadi orang tua angkatnya. Jika ada tetangga yang meliwat rumah tangga lain, tidak

jarang ada suara sapaan dari dalam rumah untuk menyuruh singgah, ― ooyy naikan

satumat‖. Ajakan untuk singgah dari tuan rumah, apakah itu sebuah basa-basi, akan tetap

itu tanda dari bentuk keakraban sesama warga kampung.

Pertalian sosial semakin erat semakin terlihat, ketika dalam keadaan menerima

cobaan dari Tuhan, seperti sakit dan kematian. Katakan saja, ketika suami Ibu Innah

Page 44: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

meninggal dunia, maka para tetangga berdatangan untuk memberi bantuan, baik tenaga

maupun dana. Ibu Innah juga tidak terlalu berharap banyak untuk mendapat bantuan dari

anaknya yang tinggal di desa Lingsir tidak jauh dari desa itu, karena ia tahu, bahwa

anaknya juga sudah punya keluarga yang kehidupan ekonomi perlu perhatian. Akhirnya,

Ibu Innah tetap mengambil keputusan untuk menjadi buruh sadap karet kampung dan

buruh tani untuk menyambung kehidupannya. Fakta ini mengisyaratkan, walaupun ikatan

kekerabatan dapat mengatasi penderitaan, pada akhirnya setiap keluarga harus

menghidupi dirinya sendiri dan tidak tergantung kepada kerabat dekatnya yang juga

berjuang untuk memenuhi kebutuhannya.

Bentuk berbagi rasa rupa tidak hanya seperti yang dicontohkan di atas. Sebelum

ada bantuan Program Pamsimas (Pogram airminum dan santasi berbasis masyarakat dari

pemerintah, mereka saling memanfaatkan sumur yang bersama untuk mencuci, bisa juga

sambil antri untuk buang air besar di kakus yang ada di sungai yang berada tidak jauh

dari perkampungan mereka. Tidak jarang jika pada siang hari sambil menunggu tukang

sayur, atau menunggu pembelantikan (broker) getah, tetangga duduk sambil lesehan di

beranda rumah tetangga sambil bercerita. Bentuk relasi yang kerap tatap muka sesame

anggota desa dengan suasana akrab, besar kemungkinan mereka saling memberi nasehat

satu sama lainnya tentang harga getah karet, mendidik anak, mencari informasi siapa

pemilik tanah yang mengizinkan warga meminjam untuk melakukan okulasi karet bibit

unggul, atau siapa pemelik karet kampung yang perlu tyenaga buruh untuk

menyadapnya.Tidak jarang anggota atau warga desa punya pertalian kekerabatan satu

dengan lainnya, sehingga ikatan bertetangga tambah erat antar mereka.

Page 45: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

4. Kerjasama bidang Agama

Selain perayaan agenda keagamaan Islam yaitu Idul Fitri dan Idul Adha, ada

bentuk kerja sama lain, ketika ada anggota masyarakat yang terkena musibah ( sakit, dan

kematian) seluruh masyarakat bersatu. Musibah kematian akan tampak kelihatan

persatuan antar warga. Keluarga yang mengalami musibah kematian, biasanya tidak

dibiarkan sendiri. Para tetangga dan kerabat saling berdatangan untuk membantu

memandikan, membungkus sampai menguburkan jenazah. Biasanya juga mereka

melakukan upacara tahlilan. Seperti yang dialami oleh keluaga Ibu Fatmawati ketika

suami, anak dan menantunya meninggal dunia. Para tetangga secara spontan

menyumbang juga menawarkan pengumpulan dana untuk mengkebumikannya kepada

mereka yang ingin menyumbang. Selain itu, penduduk melakukan apa yang disebut

dengan nama iuran kematian sebesar Rp.2.000,00. Setiap bulannya. Dana ini, biasanya

digunakan untuk membeli kain kafan dan digunakan juga untuk melaksanakan ritual

kematian, seperti tahlilan.

Kerjasama penduduk tidak melulu pada saat-saat kedukaan, tetapi juga dapat

ditemukan pada saat bergembira. Misalnya pada acara pernikahan, tetangga biasanya

menyediakan halaman rumahnya untuk digunakan sebagai area acara, meminjamkankan

piring, gelas, tikar, kursi. Beragaman jenis makan tersaji untuk para tamu. Pesta

pernikahan tanpa disadari oleh mereka merupakan media untuk mereka bersatu secara

spontan dan tidak direncakan.

Page 46: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

Ikatan agama, perayaan Islam, dan arisan di Desa Bungin mereflesikan apa yang

disebut resiprositas. Resiprositas secara sederhana dapat diartikan, sebagai pertukaran

timbale balik antar individu dan antar kelompok ( Sairin, Semedi dan Hudayana,2002:43).

Resiprositas ditandai hubungan simetris antar kelompok maka resiprosita tidak akan

terwujud. Hubungan simetris merupakan refleksi dari pertautan sosial, ketika proses

pertukaran berlangsung , masing-masing invidu individu menempatkan diri setara.

Misalnya, ketika Ibu fatmawati menyelegarakan acara tasmiyah emebrian nama cucunya,

Pak Rt, Pak haji yang diundang dan hadir pada acara itu yang secara status berbeda akan

tetapi mereka sejajar.

Berbeda dengan resiprositas, penjelasan tentang kerjasama penduduk terutama

gotong dapat dijelaskan dengan apa yang disebut redistribusi. Redistribusi dapat

terselenggara oleh adanya individu yang muncul sebagai pengorganisir untuk

mengumpulkan barang atau jasa kepada penduduk desa atau anggota kelompok. Setelah

terkumpul didistribusikan kembali kepada anggotanya ( Sairin, Semedi dan Hudayana,

2002: 45). Contohnya adalah ketika warga desa Bungin melakukan kerja bakti untuk

membersihkan desa atau pesta desa seperti upacara tasmiyah perubahan nama dari Desa

Kubur menjadi Desa Bungin.

5. Deskripsi Rumah Tangga Warga Desa Bungin

Keluarga merupakan unit dasar, sedangkan rumah tangga merupakan tempat

tinggal. Di desa ini terdapat beberapa katagori. Katakan saja, ada keluarga yang tidak

Page 47: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

utuh hanya terdiri dari seorang ibu bernama Innah berusia (70thn), karena ditinggal wafat

oleh suami dan anaknya sudah tidak tinggal di desa itu. Ada keluarga inti yang terdiri dari

Bapak, ibu dan anak, yaitu keluarga Bapak Bani berusia 30 tahun. Ada juga keluarga

Bapak Sarbani (30 thn), yang terdiri dari istri dan seorang anaknya. Bapak sarbani adalah

pendatang menikah dengan warga desa itu. Ada juga keluarga yang tidak utuh, yaitu

keluarga Ibu fatmawati (45 thn), yang ditinggal wafat oleh suaminya ,juga anak dan

menantunya juga wafat, ia tinggal men gurus cucunya yang yatim piatu. Di dalam 177

rumah tangga ada kira-kira 629 yang terdiri dari 3 RT (Kecamatan Paringin Dalam angka,

2012:13). Pada tahun 2012, memang masih banyak rumah tangga inti, sedangkan rumah

tangga yang sedikit terdiri dari keluarga yang tidak utuh.

Tiga katagori rumah tangga sangat ajeg, sehingga membuat antar mereka saling

kenal. Bahkan mereka juga mengenal pendatang, bahkan kedatangan kamipun mereka

terima dengan baik tanpa ada kecurigaan dan tanpa mengawasi kami dengan ketat,

melainkan sambutan kekeluargaan. Katakan saja Ibu Inah dengan kemiskinan tetap

mempersilahkan kami masuk ke rumah kecilnya. Ibu Innah bekerja sebagai buruh

penyadap karet tetapi bukan karet unggul melainkan karet kampung dan buruh tani.

Begitu juga Bapak Bani sebagai keluarga utuh tetap saja mempersilahkan kami masuk ke

rumahnya. Bapak Bani, dulu bekerja di luar kampung (madam), tetapi satu tahun ini, ia

kembali ke desa dan bekerja sebagai b uruh sadap karet, buruh tani dan menjual bibit

karet.

Keramahan senada kami juga rasakan, ketika kami berkunjung ke Ibu fatmawati,

ia tinggal bersama cucunya yang yatim piatu, selain sebagai buruh sadap ia juga buka

Page 48: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

warung keperluan dapur untuk menopang ekonomi keluarga agar ia bisa membesarkan

cucunya.

6. Masyarakat Pendatang

Tidak semua warga desa itu adalah penduduk asli, tetapi ada 7 orang pendatang

yang berasal dari Barabai dan Banjarmasin. Para pendatang itu tidak membuat kelompok

eksklusif di desa, bahkan mereka menikahi putri dari kampung tersebut, sehingga

keakraban tampak terbangun di kampung itu. Di dalam lingkungan desa itu, yang dapat

dikatagorikan orang luar adalah pendatang yang tidak bermukim. Katakan saja, para

pemilik lahan karet yang berasal dari Paringin maupun Banjarmasin. Bisa juga para

pembelantikan getah karet, tukang sayur bdan ikat, yang umumnya berasal dari Paringin.

Secara relasi sosial merekapun diakui mengakui satu dengan lainnya. Para pendatang itu

membangun hubungan sosial dalam konteks ekonomi. Fenomena ini menhisyaratkan,

bahwa para pendatang yang sifatnya temporal ini tentunya secara relasi sosial sangat

jarang berpartisipasi dengan kegiatan-kegiatan di desa.

7. Ikatan Agama

Seperti umumnya wilayah di Kalimantan Selatan penduduknya beragama Islam,

begitu juga di desa ini. Agama Islam dapat dikatakan menjadi focus utama untuk

organisas sosial yang formal di desa ini. Mesjid di desa ini hanya sebuah didirikan pada

tahun 2005. Pembangunan mesjid ini memang didanai oleh pemerintah, tetap masyarakat

desa juga berpartisipasi dalam membangun mesjid ini. Di mesjid terdapat sebuah

perkumpulan pengajian yang disebut jamaah yang dipimpin oleh seorang Tuan Guru

Page 49: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

sebuah sebutan untuk pengajar agama. Tuan Guru dan Tokoh Masyarakat dapat dikatakan

orang yang berhasil memberikan keyakinan kepada masyarakat Desa Bungin untuk tidak

menyimpan jimat dan menabur racun pada masa desa ini bernama Desa Kubur.

Ketika Desa Bungin masih bernama Desar Kubur, daerah sangat ditakuti oleh

orang luar untuk datang dan minum serta makan di desa ini. Biasa orang luar yang datang

ke desa apabila ia meminum di sana, atau memakan makanan yang ada di desa itu, selang

beberapa menit dari mulutnya langsung keluar busa dan darah tidak lama kemudian ia

meninggal dunia. Banyak kejadian orang meninggal dunia di sana, akhir oleh orang luar

desa itu diberi nama Desa Kubur.

Masyarakat Desa Kubur memang merasa dilematis, sebab jimat dan racun itu

diberikan secara turun temurun sejak zamn Belanda. Jika racun tidak disebar, maka

anggota keluarganya yang akan meninggal dunia. Keyakinan ini berlanjut, sehingga para

Tuan Guru dan Tokoh Masyarakat merasa perlu untuk menerangi hati para warga agar

keyakinan itu bisa dibuang dengan cara dakwah dan kesabaran yang luar biasa, akhir

berhasil meyakini mereka untuk tidak memakai jimat dan memeilihara racun.

Tuan Guru sebagai pengajar agama Islam selalu memberikan materi pengajian

bersumber kepada faham ahlussunnah wal jamaah yang meliputi fikih ( dasar-dasar

kepercayaan pada Tuhan), , akaid ( tatacara beribadat), tauhid ( kepercayaan kepada

Tuhan), dan ahlak ( budi pekerti sesuai dengan ajaran Islam) dengan mengikuti Mazhab

Syafii ( Fedyani, 1986: 37). Tuan Guru dan Tokoh masyarakat secara sabar, akhirnya

mampu meyakini masyarakat yang sejak dahulu percaya jimat dan memiliki racun untuk

meninggalkannya.

Page 50: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

Upaya Tuan Guru, Tokoh Masyarakat yang didukung oleh pemerintah selain

berhasil membuang keyakinan masyarakat, berhasil juga mengajar warga desa untuk

setiap malam mengikuti pengajian di kampung itu. Setiap malam Ibu Innah dan 10

sampai lima belas orang penduduk desa secara teratur mengikuti pengajian dan solat

berjamaah di mesjid itu. Rajin para warga desa mengikuti pengajian di mesjid membuat

mereka lebih sadar akan ajaran agama Islam. Pada sat ini, mereka terkadang malu jika

ditanya persoalan, tentang label Desa Kubur yang pernah disandangnya. Fenomena ini

menginformasikan, bahwa agama Islam yang difahaminya melalui pengajian memberikan

kesadaran tentang kesalahan mereka tentang kebiasaan menyebar racun. Selain itu, agama

member keyakinan, bahwa kemiskinan yang mereka hadapi adalah bagian dari cobaan

dari Tuhan.

8. Perayaan Hari Besar Agama (Islam)

Setiap agama ada agenda ritual yang melibatkan ritual pada hari-hari besar.

Katakan saja agenda ritual itu adalah hari Idul fitri dan Idul Adha sera maulid. Suasana

perayaan keagaman pada hari idul fitri dan Idul Adha menampakan sifat kegotong

royongan dan penuh persaudaran. Sesuai dengan ketentuan agama, setiap rumah tangga

menyumbang 2.5 liter beras kepada mushola ( ini yang disebut zakat) menjelang hari Idul

Fitri. Bapak Syarbani, Ibu Fatmawati, Ibu Husna selalu menyisihkan dan membayar zakat

kepada pa nitia zakat pada masa satu hari sebelum hari raya. Mereka merasa itu sebagai

sebuah kewajiban untuk membayar zakat, sesuai dengan ketentuan agama. Akan tetapi

walaupun terbatas ekonominya ia engan untuk mengabaikan pemberian zakat dan dengan

Page 51: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

penuh tangung jawab serta ikhlas selalu memberikan zakat kepada panitia zakat.

Sementara Ibu Innah oleh panitia dianjurkan untuk tidak member zakat, tetapi ia

memperoleh zakat. Tampaknya pemberian zakat dipahami maknanya oleh warga desa,

sebab mereka merasa walaupun miskin ia masih mampu mengeluarkan hartanya untuk

orang miskin sesuai dengan pemahaman mereka terhadap agama Islam.

Idul fitri merupakan hari kemenangan setelah melaksanakan ibadah puasa. Para

tetangga, sahabat dan kerabat, serta para tetuha (orang yang dituakan) baik ulama maupun

orang yang dituakan selalu saling bermaafan. Setiap rumah berupaya untuk membuat

makanan seperti soto Banjar ataupun ketupat Kandangan untuk menjamu atau member

makanan kepada tetangganya. Katakan saja, Ibu Fatmawati , bapak Sarbani selalu

menyisihkan penghasilannya kemudian dikumpulkan untuk persiapan hari lebaran.

Nyiur, daun nyiur, daun pisang, pisan mereka tidak membelinya sebab di desa tumbuh

dengan baik.

B. Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Buruh Penyadap Karet

1. Deskripsi Kepemilikan Perkebunan Karet di Desa Bungin

Memasuki wilayah Desa Bungin kita disuguhi oleh panorama tentang kehijauan

perkebunan karet. Pohon-pohon karet yang rimbun menghiasi kiri kanan jalan menuju

Desa Bungin. Pohon-pohon karet tertata dengan baik dan rapih menggambar, bahwa

pohon-pohon karet itu merupakan jenis pohon karet unggul . Di balik pohon karet unggul

itu, ditemukan juga pohon-pohon karet yang tidak tertata , tampaknya ia tumbuh dengan

liar. Pohon-pohon karet tidak tertata ini termasuk jenis pohan karet lokal.

Page 52: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

Menurut data kecamatan Paringin Selatan dalam angka 2012, desa ini secara

keseluruhan berpenduduk 629 0rang terdiri dari 314 laki-laki dan 315 perempuan dengan

rasio jenis kelamin 97. Banyaknya kelahiran menurut jenis kelamin 7 laki-laki dan 2

perempuan. Dalam sisi lain ternyata Desa Bungin diminati untuk didatangi oleh

pendatang sebanyak 34 orang. Di desa ini hanya terdapat sebuah SD, tidak ada SLTP

terlebih SLA.

Pola pemukiman berjajar dan dibelah oleh jalan kampung yang di seberang

jalannya terdapat perkebunan karet tetapi bukan milik mereka melainkan milik Orang

Paringin dan Banjarmasin. Di belakang perkampungnya terdapat persawahan dan mereka

menyebutnya dengan sebutan pahumaan. Penduduk selalu mengidentifikasi dirinya

dengan kampung. Mereka mengenal satu sama lain dengan akrab bahkan seperti saudara,

baik rupa, asal usul, sampai pekerjaannya yang memang homogen. Jika bertemu satu

sama lainnya mereka saling bertegor sapa, menghadiri agenda ritual di mesjid yang sama,

hadir dalam setiap handilan (arisan) yang diselenggarakan satu minggu sekali di rumah

warga yang setiap b ulan bergiliran berdasarkan kesepakatan.

Masyarakat di desa ini hidup berkelompok terkonsentrasi dalam beberapa RT.

Tiap RT ada pengurusnya yang mengurusi kepentingan administratif warganya. Di

samping itu untuk kepentingan sosial warganya biasanya dikoordinasikan oleh pengurus

RT nya untuk berkumpul misalnya untuk kepentingan gotong royong, rukun kematian,

membersihkan lingkungan, membersihkan jalan setapak, membuat sanitasi air bersih

sumbangan dari pemerintah kabupaten dan sebagainya. Acap juga mereka berkumpul

Page 53: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

pada acara memperingati calendar ritual keagamaan, nasional dan dalam acara saruan

(pesta)

2. Kegiatan Ekonomi Masyarakat Desa Bungin

Setiap minggu ada acara handilan (arisan) ibu-ibu rumah tangga yang dilakukan

secara bergiliran di rumahnya masing-masing. Bagi mereka yang terkena giliran

menyelengaran arisan, biasa pemenang dalam undian, ia secara suka hati menyediakan

makanan ala kadarnya sebagai jemuan buat anggota arisan yang datang. Menarik juga

dicermati, terkadang hasil dari arisan tidak mencukupi untuk biaya jamuan acara itu.

Biasanya tuan rumah sebagai penyelenggara menutupi dengan tambahan biaya lainnya.

Ada sebetulnya arisan ini dikatakan sebagai tabungan mereka, artinya bila dapat arisan

tersebut mereka memperoleh sejumlah uang yang dapat dibelanjakan dalam jumlah relatif

besar, karena sifatnya adalah tabungan. Misalnya tabungan untuk elektronik, korban, haji

dan sebagainya. Tetapi kasus di desa Bungin ini arisan hanya di rumah mereka masing-

masing sekedar berkumpul besama sambil pengajian atau yasinan ibu-ibu untuk

silaturahmi bukan untuk menabung.

Narasi di atas memperlihatkan, rumah-rumah tangga terikat dalam jaringan

hubungan yang kompleks. Esensi dari pertalian relasi ini mempeetontonkan tentang

pertukaran timbale balik tentangn informasi mengenai konsep pertemuan yang dalam

bahasa agamanya adalah silaturahmi bukan persoalan materi. Ada kecenderungan setiap

ada acara pertemuan mereka selalu hadir tanpa adanya paksaan. Relasi sosial dalam

Page 54: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

bentuk arisan dapat dikatakan membantu melindungi mereka dari tekanan luar berupa

pekerjaan yang tidak pasti dan kebutuhan dasar yang tidak memadai.

Handilan biasanya melibatkan orang yang memberikan biasanya melibatkan

sepuluh sampai 25 orang yang menyetorkan sejumlah uang yang disepakati. Jumlah uang

yang harus disetorkan bisa dicicil setiap hari, seminggu sekali atau sebulan dengan

pembayaran penuh. Biasanya pengurus arisan mencari anggota arisan dengan mendatangi

rumah tetangga yang dekat untuk menawarkan tentang ikut atau tidaknya handilan itu.

Anggota handilan setelah selasai selama satu tahun setelah anggotanya

memperoleh bagian uang dengan cara diundi dihadapan para anggotanya di rumah yang

disepakati. Peserta arisan tampaknya tidak pernah mengabaikan kewajibannya untuk

membayar arisan setiap b ulan sampai selesai. Biasanya arisan berlangsung selama satu

tahun.

Anggota arisan, biasanya berubah-ubah bisa juga tetap untuk melanjutkan

handilan berikutnya. Arisan bubar setelah setiap anggota telah menerima bagian uangnya.

Arisan dapat dimulai lagi, dengan anggota yang berbeda. Maksudnya, apabila warga desa

yang ekonomi tidak menentu dan merasa tidak mampu lagi membayar iuran arisan yang

biasanya selama satu tahun, biasanya ia tidak mengikuti arisan berikutnya. Misalnya, Ibu

Innah selama 2 tahun terakhir ia tidak mengikuti arisan di desanya karena kemerosotan

perolehan yang diterima dikernakan factor usia yang lanjut, sehingga ia tidak mampu

bekerja keras lagi tentunya peroleh uangnya semakin sedikit.

3. Deskripsi Pekerjaan Keluarga Buruh Penyadap Karet

Page 55: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

Desa Bungin merupakan contoh umum untuk kehidupan desa-desa di Indonesia.

Hal ini ditandai sebagian besar penduduknya mencari nafkah pada sector informal. Hasil

pencarian nafkah ini mereka mampu membangun rumah, membeli pesawat telivisi , kursi

bahkan ada yang memeliki sepeda motor. Bisa jadi kehidupan ekonomi yang membuat

label mereka miskin bukan persoalan kemiskinan melainkan ketidak pastian penghasilan.

a. Pangangaron (Buruh Penyadap Karet )

Penghasilan utama nasyarakat adalah dari buruh karet (menyadap karet milik

orang lain). Tetapi mereka tidak di rumahkan dalam barak-barak perusahaan melainkan

tetap menghuni dan tinggal di rumah mereka masing-masing. Mereka umumnya hanya

menggarap karet jenis kampung saja bukan karet bibit unggul. Karet kampung ini tidak

banyak menghasilkan getah seperti karet bibit unggul, Hasil menyadap karet kampung ini

porsi bagiannya lebih menguntungkan petani dengan ketentuan hasilnya dibagi 3 (tiga), 2

(dua) bagian untuk petani penggarap dan 1 (satu) bagian untuk pemilik. Sebetulnya bila

dilihat dari jumlah bagian ini lebih besar jika dibandingkan dengan penyadap karet bibit

unggul yang hanya 2 (dua) berbanding 2 (dua) atau setengahnya. Tetapi pemilik karet

bibit unggul tidak mau atau percaya kepada masyarakat menyadap karet ini, karena takut

akan terjadi kesalahan menyadapnya akan menyebabkan umur ekonomis karet tersebut

singkat. Misalnya jika menyadapnya sampai kena batang (kayu) karet bagian dalam, maka

di samping tidak banyak menghasilkan getah juga akan merusak pohon karet itu sehingga

akan cepat mati.

Walaupun jenis karet yang disadap petani tersebut berbeda, tetapi harga per Kg

karet tersebut sama saja yakni berkirasar Rp 7.000,00 sampai dengan Rp 9.000,00. (kasus

Page 56: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

saat kami melakukan wawancara). Harga sangat berfluktuasi bisa tinggi dan bisa sangat

rendah sangat tergantung harga pasar karet dunia, sekarang mulai membaik/sedikit demi

sedikit lebih tinggi harganya, ketimbang beberapa waktu yang lalu sampai hanya Rp

2.500,00 per Kg.

Jika terjadi penurunan harga demikian, maka buruh karet sangat kesulitan

memenuhi kebutuhannya, karena pendapatan hasil penyadap karet turun drastic, dan

bahkan ada pemilik karet yang menyetop penyadapan sambil menunggu harga karet

membaik kembali. Sementara buruh karet berarti menganggur, dan ini adalah masa-masa

sangat sulit. Sabaliknya jika harga karet dalam keadaan tinggi, berarti penghasilan buruh

karet juga ikut meningkat, biasanya pada kondisi ini buruh bisa menabung untuk

kepentingan skunder lainnya seperti beli alat-alat elektronik radio, televise dan

sebagainya. Menyadap karet tersebut dolakukan oleh keluarga artinya tidak hanya oleh

suami saja tapi bersama-sama suami istri atau bahkan dibantu oleh anaknya.

Penghasilannya tidak akan meningkat, karena karet yang disadap sama saja jumlahnya

walalupun dikerjakan oleh buruh yang banyak (keluarga), tetapi mereka hanya meang

waktu penyelesaian lebih cepat (awal).

Rata-rata hasil karet setiap hari berkisar 10 Kg b jika setiap hari berbentuk Lamp,

tetapi tidak setiap hari karet tersebut bisa disadap. Dalam kondisi cuaca panas saja

kemungkinan harus berselang hari menyadapnya, karena jika setiap hari getahnya

menurun drastis (tidak banyak menghasilkan getah), sehinggan harus berselang hari.

Apalagi jika musim penghujan, maka buruh karet tidak bisa menyadapnya akibat air hujan

mengguyur getah dan getah karet tidak mau beku. Menurut sumber (ibu Rusnah 45 tahun),

Page 57: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

sering menghasilkan karet 10 Kg itu dalam waktu 3 (tiga) hari karena karena kondisi

demikian ini.

Bila tidak bekerja sebagai penyadap karet atau masa senggang setelah menyadap

karet tersebut mereka bekerja sebagai petani sawah. Tetapi sawah yang dikerjakan juga

milik orang lain (bukan milik sendiri), sehingga hanya menerima bagian setiap tahun

selesai panen. Kadang kala hasil padi ini cukup membantu juga terhadap penghasilan

mereka ada yang sampai nisab zakat padi artinya dalam satu tahun bisa menghasilkan 100

(seratus) blik padi dari hasil bagian tersebut. Tetapi masih banyak yang kurang mencukupi

hasil dari tani padi tersebut, hal ini sangat tergantung dengan luasnya lahan dan tingkat

kesuburan tanahnya. Pertanian masyarakat masih tadah hujan yang jauh dari irigasi,

sehingga sangat tergantung dari curah hujan pertahun oleh karena itu hasil padi masih satu

tahun sekali.

Harga padi juga sangat bervariasi, saat setalah panen biasanya hanrganya hanya

berkisar Rp 35.000,00 per blik (padi standar siam kampong), baru berangsur naik, makin

tinggi menjelang musim tanam lagi tahun berikutnya, tetapi tidak banyak buruh tani yang

bisa menahan padinya sampai pada musim tanam tersebut, karena sudah habis dimakan

atau dijual sebelumnya untuk memenuhi kebutuhan.

b. Buruh Harian Tani

Page 58: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

Penghasilan tidak menetap lainnya adalah sebagai buruh harian tani bercocok

tanah, pembersih rumput juga tidak tentu ada, karena mereka (masyarakat) mengerjakan

sendiri.Mencari (menangkap) ikan untuk memenuhi makan tiap harinya bisa mencari ikan

di swah, tetapi hasilnya hanya sebatas mengurangi beban pembelian ikan satu hari, tidak

cukup untuk dijual. Biaya untuk memenuhi keperluan ikan diperkirakan sebesar Rp

10.000,00 per hari, dan sayur sebesar Rp 5.000,00 per hari. Pemanfaatan pekarangan,

baluran sawah dan sebagainya juga tidak dimaksimalkan untuk menghasilkan sayur alias

nganggur saja.

Jumlah tanggungan keluarga di rumah cukup besar antara 3 (tiga) orang sampai 7

(tujuh) orang. Makan setiap hari bisa 2 (dua) atau 3 (tiga) kali. Biaya makan per hari

berkisar Rp 20.000,00 sampai Rp 30.000,00 belum termasuk belanja warung (minum dan

kue di warung). Hal ini biasa dilakukan masyarakat apalagi saat libur bekerja, dapur

mereka banyak di warung.

c. Mengokulasi Karet Unggul

Di Desa Bungin, Banyak para buruh juga melakukan okulasi karet. Biasanya

mereka meminjam lahan karet kepada pemilik lahan karet yang memang bukan warga

setempat. Pemilik lahan karet ini biasanya berasal dari Paringin dan Banjarmasin. Bentuk

meminjam benar-benar dari kata meminjam tidak ada unsure untuk membayar pasca

selesai meminjam terlebih –lebih dalam bentuk bunga pinjaman. Meminjam hanya benar

berdasarkan kebaikan pemiiik lahan.

Page 59: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

Tidak semua buruh sadap dapat meminjam lahan kebun kepada pemiliknya untuk

mengokulasi bibit karet unggul. Seperti pengalaman Bapak Bani, saat ini ia tidak

melakukan okulasi karet unggul, karena diberi izin pinjam oleh pemilik lahan. Berbeda

dengan Bapak Sarkawi (30 thn), ketika kami bertemu, di sebuah lahan karet, ia sedang

memeriksa hasil okulasi karetnya. Bapak Sarkawi atas kebaikan pemilik lahan karet

seorang perwira polisi yang berdomisili di Paringin dengan penuh antusias bercerita

tentang kebaikan pemilik lahan tersebut ― Sidin baik banar paham banar ke kami orang

sakit in” ( beliau pemilik lahan orangnya baik sangat mengerti kepada kami orang yang

miskin ini ).

Bapak Sarkawi juga menjelaskan cara mengokulasi karet unggul. Ia menempelkan

mata tunas bibit karet unggul ke pohon karet kampung (lokal). Beberapa hari kemudian

tunas bibit karet unggul akan tumbul di batang bagian atas pohon karet lokal. Batang lokal

yang sudah bertunas karet unggll kemudian dipotong lalu ditanam. Setelah tumbuh

kemudian digali dimasukan ke dalam plastic untuk dijual kepada yang berminat.

Jika dicermati, para b uruh sadap ini tidak dapat mengandalkan usaha untuk

menambah pundi-pundi pada sector mengokulasi bibit karet unggul, karena mereka sangat

tergantung kepada kebaikan pemilik lahan. Memang agak sulit untuk mengetahui apa

yang terjadi dengan para buruh sadap yang tidak dapat pinjaman lahan untyk mengokulasi

bibit karet lokal. Agaknya pilihan yang ajeg hanya menjadi butuh adap karet dan buruh

tani. Seperti yang dialami oleh Ibu Innah, Bapak Bani, Ibu Rusna, ia hanya mengandal

usahanya sebagai buruh sadap karet lokal dan buruh tani.

Page 60: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

4. Kalkulasi Pendapatan Buruh Penyadap Karet

Bila dikalkulasikan penghasilan dan biaya hidup masyarakat buruh penyadap karet

desa Kaladan kecamatan Paringin Selatan ini kira-kira sebagai berikut:

1. Penghasilan per bulan dari:

a. Buruh penyadap karet 10 Kg @ Rp 8.000,00 = Rp 80.000,00 X 15 Hari*

=Rp 1.200.000,00 X ⅔ ……………………… =Rp 800.000,00

b. Hasil sampingan menggarap sawah milik orang lain rata-rata sbb.:

60 blik per tahun : 12 X Rp 30.000,00 ………… Rp 150.000,00

c. Hasil lain-lain (misalnya buruh lepas pembersihan sawah, cari ikan dsb … Rp

100.000,00

Jumlah penghasilan per bulan ………………………… Rp1.050.000,00

2. Biaya hidup:

a. Makan dan keperluan belanja makanan ringan lainnya) Rp 750.000,00

b. Listrik dan lain-lain …………………………………… Rp 150.000,00

Jumlah biaya per bulan …………………………………… Rp 900.000,00

Sisa penghasilan penyadap karet per bulan …………………Rp 150.000,00

Keterangan: *) menyadap karet dilakukan selang sehari

Berdasarkan perkiraan penghasilan per bulan buruh penyadap karet di atas, sangat

kecil dan memprihatinkan dalam kehidupan mereka. Masyarakat di Desa Bungin dan ini

termasuk miskin dan berpenghasilan sangat rendah jika dibandingkan dengan masyarakat

dari desa lainnya terutama desa yang berada di kecamatan Paringin Selatan ini. Tertinggal

dari sisi ekonomi ini membuat masyarakatnya tertinggal juga dalam segala hal termasuk

bidang pendidikan.

Page 61: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

C. Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap Pendidikan Anak-Anak

Sejalan dengan kebijakan nasional tentang pendidikan, pemerintah kabupaten juga

turut mendukung program pendidikan nasional. Tidak terkecuali di Desa Bungin. Di desa

Bungin terdapat sebuah SD, umumnya anak-anak desa ini mengecap pendidikan hanya

sampai lulus SD. Dapat dikatakan penduduk Desa Bungin sumuanya melek hurup, karena

mereka semua tamat SD. Sangat sedikit mereka dapat melanjutkan ke tingkat SLTP

apalagi SLTA.

Kegagalan sekolah bagi anak-anaknya disamping keadaan ekonomi lemah

tersebut, juga anak-anak berusaha membantu orang tuanya bekerja untuk membantu

mencari nafkah walaupun meninggalkan sekolah malah sampai berhenti sekolah.

Contohnya adalah anaknya Ibu Innah, Bapak Bani, Ibu Husna dan Ibu Siti Sarah pada

dasar sudah lulus SD, tetapi mereka tidak melanjutkan lagi ke jenjang berikutnya.

Menurut pengakuan Bapak Bani, di desa itu tidak ada sekolah SLTP. SLTP

hanya terdapat di Paringin yang jaraknya kira-kira 5 sampai 7 km dari Desa. Akan tetapi

jarak sebenarnya bagi orang desa tidak menjadi persoalan. Terbukti anak-anak mereka

sering pergi bermain ke Paringin. Alasan lain yang bisa dipertimbangan kebanyakan

mereka mengeluh dengan predikat sebagai buruh karet, yang harga karetnya selalu

fluktuatif membuat upah yang mereka perolehpun sangat ditentukan harga pasar karet.

Kondisi penerimaan upah yang selalu tidak menentu membuat para orang tua tidak terlalu

berani menyekolahkan anaknya ke tataran lebih lanjut.

Bapak Bani juga berujar, ―Bagi kami, kanakan sakula kada terlalu penting nang

panting perihal agama kanakan harus paham. Sakula nagri tamatannya jua bagawi kayak

Page 62: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

kami ini jadi buruh jua‖ (Bagi kami, anak-anak sekolah tidak terlalu penting. Paling

penting anak harus paham persoalan agama. Tamat sekolah juga, anak bekerja sebagai

buruh seperti orang tuanya).

Tampaknya mereka merasa, bahwa menyekolahkan anak bukan sesuatu yang

harus menjadi prioritas utama. Prioritas utama mereka adalah anak-anaknya memahami

agama Islam yang menjadi bekal hidup mereka nanti, ketimbang menyekolahkan anak ke

sekolah negri yang tentunya memerlukan dana tambahan yangsangat sukar mereka

peroleh. Mereka berupaya untuk mencukupi batas minimal ekonomi subsistennya.

Berbeda dengan pandangan Bapak Bani, Ibu Husna dan Ibu Siti Sarah, ketika

mengaku punya saudara di Barabai dan Paringin yang secara ekonomi kehidupannya lebih

mapan ketimbang mereka/ Kedua ibu itu tidak mau menitipkan anaknya untuk

melanjutkan sekolah ke saudaranya, ― Dang sanak kami urang sugih, saikung ampun toko

pancarikinan ,di Pasar Barabai, saikung lagi bagawi di kantor Pemda Paringin.Tapi kami

kada mau nitip anak gasan sakula. Sabab urusan sakula itu urasan aku sebagai kuitan ― (

Saudara kami orang kaya, seorang mempunyai toko kelontong di Pasar Barabai dan

seorang lagi bekerja sebagai Pegawai Negri di Pemda Paringin. Tetapi Ibu Husna dan Ibu

Siti enggan menitipkan anaknya kesaudaranya untuk melanjutkan sekolah/ Sebab

membesarkan anak adalah tanggung jawab ia sebagai orang tua).

Dalam konteks ini, menginformasikan, bahwa masyarakat Desa Bungin masih

bergantung pada ekonomi petani, yaitu anak masih dianggap sebagai investasi untuk

membantu perekonomia keluarga.

Page 63: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

Dengan demikian kemiskinan mempengaruhi pendidikan dan sebaliknya

pendidikan juga memperpanjang kemiskinan. Dalam sisi lain, kegiatan yang membangun

keharmonisan pertautan sosial di desa bisa saling membantu, tetapi persoalan pendidikan

tampak diserahkan kepada individu masing-masing

Page 64: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

BAB V

PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN

A. JARINGAN DAN PERTALIAN SOSIAL ANTAR WARGA DI KAMPUNG

Desa Bungin merupakan desa-desa yang telah mengalami perubahan. Katakan saja

desa yang tadinya tertutup (closed villages), kini sudah menjadi desa yang terbuka (open

villages), yang ditandai dengan; (1) adanya kekaburan batas desa dengan dunia luar, (2) tidak

ada larangan bagi pemilikan tanah bagi orang luar dari desa, (3) munculnya kepemilikan

tanah secara individu (Popkin, 1986). Walaupun Bungin sudah memiliki predikat desa yang

terbuka tetapi relasi antar warga dibangun dengan penuh keakraban dengan membangun

jaringan sosial. Jaringan sosial merupakan suatu pengelompokan yang terdiri dari sejumlah

orang dan masing-masing mempunyai identitas tersendiri yang satu sama lain dihubungkan

melalui hubungan-hubungan sosial ( Suparlan dalam Sumintarsih, 2003). Jaringan sosial yang

terbentuk dari hubungan-hubungan yang kerap antar individu berfungsi untuk kepentingan

antar individu yang terlibat. Dapat dikatakan jaringan sosial berupa pertalian sosial dari

beragam individu yang berorientasi pada individu tertentu.

Jaringan sosial antar penduduk di Desa Bungin dapat dikatagorikan jaringan

sosial yang terbatas, yaitu hubungan pertemanan antara, antar tetangga dan antar individu.

Pertalian sosial di Desa Bungin semakin terlihat ketika di anggota desa mengalami cobaan

dari Tuhan. Pertalian sosial ini bisa dijelaskan dengan konsep resiprositas dari Polanyi untuk

menerangkan fenomena dalam masyarakat tentang pertukaran timbal balik antar individu

ataupun antar kelompok (Sairin, Semedi, dan Hudayana,2002; 43).

Page 65: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

Resiprositas akan berlangsung jika hubungan simetris. Hubungan simetris terbangun.

Ketika masing-masing fihak menempatkan diri dalam kedudukan dan peran yang sama dalam

proses pertukaran yang sedang berlangsung. Katakan saja ketika suami Ibu Innah meninggal

dunia, semua tetangga, guru bahkan kepala desa datang untuk melayat dan mereka

memposisikan diri setara. Pilihan rasional yang dipilih oleh Ibu Inna, ketika ia tetap memilih

menjadi b uruh karet ketimbang meminta bantuan kepada anaknya dapat dikatakan Popkin

(1979) sebagai self-interest yang diartikan sebagai tindakannya hanya untuk kesejateraan diri

sendiri.

B. Ikatan Agama, Kerja sama Bidang Agama dan Perayaan Hari Besar Agama

Di Desa Bungin seperti kebanyakan masyarakat Banjar lainnya memeluk agama

Islam. Ketika mereka membangun relasi sosial dan ketaatannya pada penyelengaraan ibadah,

maka kami perlu memahaminya dari konteks agama. Konsep agama dalam penelitian ini tidak

sama dengan pemahaman para ahli agama yang memandang agama sebagai perangkat aturan

yang datang dari Tuhan untk menata manusia agar menjadi hambaNya. Agama yang

dimaksud dalam penelitian adalah bagian dari 7 unsure budaya yang universal. Tujuan dari

batasan agama sebagai bagian dari budaya hanya semata untuk menganalisa agama dalam

pertalian dengan kebudayaan masyarakat Desa Bungin, sehi ngga dapat memahami fenomena

tata laku dalam masyarakat Desa Bungin.

Agama menurut Clifford Geertz (1992;50) merupakan sebuah system symbol yang

bertindak untuk memantapkan perasaan-perasaaa dan motivasi-motivasi secara kuat dan

bertahan secara ajeg dalam diri manusia, dengan cara merumuskan konsepsi-konsepsi tentang

Page 66: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

hukum yang berlaku umum dan menyelimuti konsepsi-konepsi itu dengan warna tersendiri

tentang hakekat yang nyata sehingga perasaan-perasaan dan motivasi-motivasi yang ada

nampaknya secara tersendiri adalah mengenai sesuatu yang nyata. Dengan demikian

penggunaan terhadap batas agama dapat menangkap isyarat, yaitu: (1) agama digunakan oleh

warga masyarak sebagai pandangan hidup yang berfungsi menjelaskan keberadaan manusia di

dunia, dari mana ia bermuasal dan kemana setelah meninggal dunia (Geertz 1992: 55).

Pandangan tentang agama ini oleh Achmad Fedyani Saifuddin (1982: 5) dianggap sebagai inti

kebudayaan, (2) Agama bukan hanya urusan vertical , melainkan juga urusan horizontal.

Dalam kata lain, agama tidak hanya menata urusan antar manusia dengan tuhan melainkan

juga menata urusan antar manusia. Dalam konteks ini agama bersifat aktif karena dalam

agama kehidupan bermasyarakat berhubung kait dengan kekerabatan, relasi sosial,

kepemimpinan, ekonomi, politik agenda ritual seperti hari raya IdulFitri, Idhul Adha,

Mauludan dan lain sebagainya. Sikap agama yang operasional ini menginformasikan tentang

ikatan keagamaan, kerjasama dalam bidang agama pada masyarakat Desa Bungin.

C. Buruh Karet dan Ekonomi Subsisten

Masyarakat Desa Bungin umumnya mempunyao predikat sebagai buruh penyadap

karet yang tentunya tidak dapat dipastikan berapa rata-rata penghasilan perbulan. Jika bisa

dihitung berapa penghasilannya perbulan hanyalah memperoleh angka relative. Hal ini

disebabkan factor cuaca yang tentunya berpengaruh terhadap penghasilan mereka. Dalam

konteks ini, kehidupan ekonomi buruh karet Desa Bungin masuk katagori yang oleh Scoot

(1983) disebut ekonomi subsisten. Surplus penghasilannya hanya mencukupi (1) membayar

pajak atau sewa rumah, (2) membeli atau memperbaiki perkakas yang hilang atau rusak dan

Page 67: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

(3) merayakan ritual. Jika surplus penghasilannya tidak mencukupi kebutuhan ekonomi

subsistennya maka ia b erada dalam jurang kemiskinan. Para buruh karet mempunyai moral

untuk mendahulukan keselamatan ekonominya.. Akan tetapi seperti apa kata Scoot (1983)

para buruh memiliki motivasi moral tentang apa yang dipikirkan dan diyakini oleh mereka..

Dalam pandangan ini dapat dipahami manusia yang bermoral adalah orang-orang yang

beriman terhadap agama yang dianutnya yang mereka pelajari, ketahui dan diterimanya.

Dalam sisi lain Desa Bungin bukan seperti yang dibayangkan oleh Scoot tentang desa

yang tertutup dan memberikan jaminan hidup bagi warganya,yang dapat dikatakan sebagai

keromantisan tentang kehidupan manusia komunal, melainkan sudah terbuka. Bayangan

tentang buruh yang fatalistis seperti yang digambarkan oleh Scoot menjadi bubrah, ketika

para buruh tidak melulu mengandalkan menyadap karet, tetapi juga ia membuka warung,

menjadi buruh tani dan mengokulasi karet unggul dan mengikuti arisan. Fenomena ini apabila

ditautkan dengan pandangan (Popkin,1979) menjadi terjawab. Hemat Popkin, petani dalam

hal ini buruh penyadap karet beranggapan, bawa buruh pertama-tama memperhatikan

kesejahteraan dan keamanan diri dan keluarganya. Ia selalu memperhitungkan kemungkinan

hasil yang diperolehnya atas dasar tindakan individual.Berikutnya hubungan sesama mereka

selalu mengedepankan kalkulasi menguntungkan diri dan keluarganya.

Dalam pandangan Scoot (1972) kehidupan di desa adalah hubungan patron-klien. Para

patron adalah para tuan tanah atau pejabat desa, sedangkan kliennya adalah para petani

(buruh), sedang relasinya merupakan hubungan timbalbalik, sang patron melindungi

kepentingan golongan miskin, sedangkan si miskin member dukungan kepada sang patron.

Pandangan inipun dibubrahkan, ketika pemilik lahan perkebunan karet umumnya berasal dari

Page 68: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

luar Desa Bungin. Pemilik perkebunan karet jika memakai pandangan Scoot sebagai patron

harus melindungi orang miskin, tetapi justru kebalikannya. Kebanyakan pemiliki perkebunan

karet malah tidak memperkejakan mereka sebagai buruh diperkebunannya., ataupun

meminjamkan tanahnya ungtuk para buruh mengokulasi pohon karet unggul. Jikapun ada

itupun ada, karena ada kedekatan emosional antara pemilik dangan buruh. Dalam konteks ini,

para pemilik perkebunan atau patron oleh Popkin hubungan dianggap sebagai eksplotasi

bukan sebagai hubungan paternal.

Dalam konteks ini, para buruh penyadap masuk katagori yang oleh Oscar Lewis (

Menno,1992) disebut sebagai kebudayaan kemiskinan (cultur of proverty) yang dicirikan

oleh; (a) tingkat pendidikaan yang rendah; (b) upah rendah dan keamanan kerja yang rendah;

(c) jarang memanfaatkan fasilitas kota seperti toko, bank dan rekrasi.

D. Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap Pendidikan Anak

Para buruh di Desa Bungin mengetahui, bahwa anak-anak harus sekolah setinggi-

tingginya seperti yang mereka dengar dari aparat desa, radio ataupun tv. Tetapi bagi mereka

pendidikan agama Islam yang harus dilalui, karena itu yang dianggap penting. Begitu juga

anak-anak yang kami temui motivasi untuk melanjutkan sekolah negri maksudnya SMPN

tidak terlalu kuat, tetapi mereka akan antusias menjawab ketika ditanya tentang mengaji.

Membaca fenomena saya teringat analisaa Scoot (1983) tentang perilaku petani di Asia

Tenggara, model ini memusatkan tentang apa yang dipikirkan petani tentang dunia yang

mereka hadapi, pada pandangan hidup yang digunakan untuk memahami dan menjelaskan

tindakan mereka. Dalam konteks ini, b uruh penyadap karet yang lebih mengutamakan

Page 69: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

pendidikan agama ketimbang ke sekolah profane tampaknya lebih mengedepankan moral.

Motivasi moral individu seperti kata Wilk (Ahimsa,2003), dianggap dibentuk oleh ―

culturally specific belief systems : and values‖. Tatalaku manusia dan pilihan-pilihan yang

dibuatnya diyakini dibangun oleh ― a desire to do wht is right‖, dan nilai moral ini bersumber

pada suatu kosmologi, yaitu ― a culturally patterned view of the universe and the human place

within it’

Menurut pandangan di atas, manusia yang memiliki moral adalah orang yang memiliki

iman, yang tatalakunya selalu dipandu oleh ´ idea tentang salah dan benar, yang mereka

pelajari sejak kecil sehingga mereka ketahui dan diterima oleh hati mereka. Sampai mereka

dewasa. Dalam konteks ini asumsi, bahwa jagad moral manusia menentukan atau berpengaruh

terhadap perilaku dan pilihan yang dijatuhkan oleh manusia, begitulak kata Wilk ( Ahimsa,

2003).

Page 70: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Status sosial budaya desa Bungin merupakan desa yang terbuka, hal ini ditandai dengan

banyaknya perkebunan karet di desa ini yang dimiliki oleh orang luar. Dlam pertalian

sosialnya mereka menjalankan sebagaimana yang dikemukakan oleh Scot dan Tonnis

bahwa pertalian sosial dibangun melalui hubungan emosional dan kekerabatan. Agama

Islam dijadikan inti kebudayaan mereka

2. Keadaan sosial ekonomi, dalam perekonomian mereka berfikir rasional eknomi, artinya

mereka tidak hanya sebagai buruh karet tetapi ada usaha lain seperti berjualan kecil-kecilan

di depan rumah, pencangkok karet unggul dan juga adanya arisan. Sementara ada

pergeseran patron dimana dalam pandangan Scot patron melindungi ekonomi petani,

sedangkan di desa Bungin ada pertukaran patron, sang patron berperan sebagai kaum

berjois, hubungan antara tuan dan buruh

3. Pandangan ttg pendidikan, pendidikan agama lebih diutamakan karena dg pendidikan

agaman dia akan menjadiorag baik dari sekaolah

B. Saran

1. Hubungan sisal antar masya agar teteap dipelihara dg mengutamkan kekerabatan

ketimbang hubungan yang bersifat sementara melalui peningkatan gotong royong,

kegiatan keaagamaan dan kegiatan nasional

2. diperlukan patron dari pemerintah yang mnjadi bapak asuh mereka untuk memberikan

pinjaman tanah agar mereka mampu untuk mengembangkan usahanya

Page 71: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

3. Pihak intsasi terkait agar bisa bekerja sama dengan tuan guru bahwa sekolah

pemerintahpun diwajbkan dalam agama, sehingga pemahaman pendidikan agama maupun

sekuler menjadi selataras

Page 72: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Fedyani Saifuddin, 1982, Konflik dan Integrasi Perbedaan Faham dalam Agama

Islam. Jakarta: Rajawali

Amalia.2009. Persepsi Keluarga Pemulung tentang Pendidikan. (Online)

(http://www.4buku.com/-persepsi-keluarga-pemulung-tentang-pendidikan--di-kelurahan-----pdf.html, diakses 13 Pebruari 2013)

Agus Ruslan. 2007. Agen Sosialisasi Budaya. Artikel. (Online)

(http://researchengines.com/agusruslan30-5.html, diakses 29 Januari 2013)

Dahrendorf, Ralf, 1986, Konflik dan Konflik dalam Masyarakat Industri. Jakarta; Rajawali

Dito Sunjaya. 2012. Pendidikan Bagi Orang Miskin. Artikel (Online)

(http://ditosunjaya.blogspot.com/2012/11/ diakaes 10 Pebruari 2013)

FauzulAdmin.2012.(Online)(http://edukasi.kompasiana.com/2012/06/06/orang-

miskin-harus-sekolah-467872.html, diakses 7 pebruari 2013)

Fromm, Erich 2004, Konsep Manusia Menurut Marx. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Geertz, Clifford, 1992, Kebudayaan dan Agama. Yogyakarta: Kanisius

Giddens, Anthony,1987, Kelompok, Kekuasaan dan Konflik. Jakarta: Rajawali

Hariyanto. 2012. Pentingnya Pendidikan Bagi Kehidupan, artikel (online )

(http://belajarpsikologi.com, diakses 06 Januari 2012)

Heddy Shri Ahimsa-Putra,2003, Ekonomi Moral, Rasional dan Politik dalam Industri Kecil di Jawa. Yoyakarta: Kepel.

Imam Hanafi. 2012. 32 Pelajar Putus Sekolah. Artikel. (Online)(http://www.antar- kalsel.com,

diakses 9 Pebruari 2013)

Koentjaraningrat. 1997. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. PT Gramedia Pustaka

Umum, Jakarta.

Lincoln, Ys dan Guba, FG. 1985. Naturalistik Inguiry. Beverly. Hill Sage Publication.

Menno, S dan dan Alwi Muslimin.1994. Antropologi Perkotaan. PT. Radja Grafindo, Jakarta.

Page 73: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

Miles,M.B dan Huberman, Mihael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Penerjemah Tjetjep

Rohendi Rohidi. Universitas Indonesia Pers, Jakarta.

Mintargo, Bambang. 1999. Tinjauan Manusia dan Nilai Budaya. Penerbit Universitas Trisakti,

Jakarta.

Moleong, Lexy.J. 1999. Metodologi penelitian Kualitatif. Rakesarasin, Yogyakarta.

Popkin,S.L,1979, The Rational Peasants: The Politic Economy of Rural Society in Vietnam.

Berkeley: Universitas California Press

Scott J. James,1983. Moral Ekonomi Petani. Jakatta: LP3ES.

Scott J. J. James,2000, Senjatanya Orang-Orang yang Kalah. Jakarta : Yayasan Obor.

Sudantoko, Djoko dan Hamdani, Muliawan. 2009. Dasar-Dasar Pengantar Ekonomi

Pembangunan. PT. PP. Mardi Mulya. Jakarta.

Supriatna, Tjahya. 2000. Strategi Pembangunan dan Kemiskinan. P.T. Rineka Cipta. Jakarta.

Sparedly, James. 1997. Metode Etnografi. PT Tiara Wacana. Yogyakarta.

Usman, Hardius dan Nachrowi. 2004. Pekerja Anak di Indonesia dan Kondisi, Determinan

dan Eksploitasi.(Kajian Kuantitatif). PT. Gramedia, Jakarta.

Page 74: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

Gambar 1. Pohon karet lokal

Page 75: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

Gambar 2. Pohon karet unggul

Gamabar 3. Wawancara dengan para orang tua desa

Page 76: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

Gambar 4. Wawancara dengan seorang warga

GAmbar 5. Wawancara dengan salah satu orang tua yang menjadi Warga pendatang

Page 77: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

Gambar 6. Contoh hasil penyadapan yang siap untuk dijual

Gambar 7. Salah seorang warga melakukan proses pencakokan karet unggul

Page 78: ABSTRAK Kata Kunci : buruh penyadap karet, pendidikan anak ...eprints.ulm.ac.id/73/1/3 Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap...dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Selatan,

Gambar 8. Salah seorang anak yang putus sekolah (SLTP) melakukan penyadapan