97
i PROYEK PERUBAHAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL I-XLVII STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME MELALUI PROGRAM DISENGAGEMENT BERBASIS PENDIDIKAN DAN EKONOMI Dr. HOIRUDDIN HASIBUAN, S.H., M.Hum DETASEMEN KHUSUS 88 ANTI TEROR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Peristiwa Bom Thamrin, Jakarta, 14 Januari 2016 LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

i

PROYEK PERUBAHAN

PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL I-XLVII

STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME MELALUI PROGRAM DISENGAGEMENT BERBASIS PENDIDIKAN DAN EKONOMI

Dr. HOIRUDDIN HASIBUAN, S.H., M.Hum

DETASEMEN KHUSUS 88 ANTI TEROR KEPOLISIAN NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

Peristiwa Bom Thamrin, Jakarta, 14 Januari 2016

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

Page 2: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

i

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN IMPLEMENTASI PROYEK PERUBAHAN

Peristiwa Bom Thamrin, Jakarta 14/1/2016

STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA

TERORISME MELALUI PROGRAM DISENGAGEMENT

BERBASIS PENDIDIKAN DAN EKONOMI

Disusun oleh:

NAMA : Dr. HOIRUDDIN HASIBUAN, S.H., M.Hum

NDH : 21

INSTANSI : DENSUS 88 AT POLRI

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT I - XLVII

TAHUN 2020

Page 3: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

ii

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga Laporan Proyek Perubahan dengan

judul ”Strategi Deradikalisasi Mantan Narapidana Terorisme melalui

Program Disengagement Berbasis pada Pendidikan dan Ekonomi” dapat

diselesaikan dengan baik. Penulisan laporan ini merupakan salah satu

syarat dalam menyelesaikan Pelatihan Kepemimpinan Nasional Tingkat I

Lembaga Administrasi Negara.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Mentor Irjen Pol. Marthinus Hukom, S.I.K., M.Si.,

Kadensus 88 AT Polri dan Coach Dr. Elly Fariani, M.Sc., serta seluruh

anggota tim Efektif, juga kepada semua pihak yang telah mendukung,

dan rekan-rekan seangkatan PKN I Angkatan 47 yang telah banyak

memberi motivasi, bantuan dan kerjasama yang baik selama menempuh

pendidikan dan pelatihan ini.

Pepatah mengatakan, tiada gading yang tak retak, tentunya

Laporan Proyek Perubahan ini masih jauh dari sempurna, yang tentunya

memerlukan berbagai masukan dan kritikan dari para pakar, pegiat,

pemerhati atau pemangku kepentingan lainnya untuk

penyempurnaannya.

Penulis berharap, Proyek Perubahan ini dapat bermanfaat dalam

rangka penanggulangan terorisme di Indonesia khususnya program

deradikalisasi berupa pendekatan/pembinaan terhadap mantan

Narapidana Terorisme, yang memiliki riwayat pernah terlibat dalam kasus

TP Terorisme dan memiliki hubungan dengan jaringan terorisme.

Diharapkan pula Proyek Perubahan ini bermanfaat bagi

pengambil kebijakan pada Kepolisian Republik Indonesia, BNPT dan

Kementrian maupun Dinas terkait di provinsi/kabupaten/kota serta

Perguruan Tinggi, Lembaga Pendidikan, Organisasi Kemasyarakatan,

Organisasi Keagamaan serta masyarakat luas yang pada akhirnya akan

meningkatkan keamanan, pertumbuhan ekonomi serta kesejahteraan

masyarakat secara umum.

Akhir kata, penulis menyampaikan permohonan maaf atas segala

kekurangan, hal ini adalah karena keterbatasan kemampuan dan waktu

yang tersedia, juga pada saat bersamaan terjadinya Pandemi Covid-19

yang tentunya mempengaruhi rangkaian pelaksanaannya.

Penulis

Page 4: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

iii

ABSTRAKSI

Terorisme merupakan bentuk kejahatan luar biasa (extra ordinary

crime), hal ini disebabkan akibat yang ditimbulkan memiliki dampak

sangat luar biasa, karena Tindak pidana (TP) terorisme merupakan suatu

tindakan yang terencana, terorganisir, dapat terjadi kapan dan dimana

saja menjadi sasarannya, tidak mengenal batas wilayah (negara) serta

memiliki jaringan global, sehingga tidak ada satu negarapun yang

terbebas dari ancaman terorisme.

Berdasarkan data Densus 88 AT Polri, bahwa sejak tahun 2003 (pasca

Bom Bali I) jumlah pelaku TP Terorisme yang telah ditangkap sebanyak 2.206

orang, lebih dari 1.700 orang yang dijatuhi divonis hukuman, dengan masa

hukuman bervariasi sesuai dengan tingkat kesalahannya, mulai dari

hukuman mati, hukuman seumur hidup dan hukuman penjara maksimal 20

tahun. Sebanyak 1.007 orang telah bebas (mantan narapidana terorisme)

dan sebanyak 64 orang mereka terlibat kembali dalam perkara terorisme

(residivis).

Upaya penanggulangan melalui pendekatan represif (hard

approach) ternyata hanya mampu mengatasi permasalahan di

permukaan, belum mampu secara komprehensif menghilangkan faktor

penyebab terorisme, sebab ideology radikalisme tetap hidup dan terus

tumbuh.

Selain upaya hard approach, juga telah dilakukan upaya soft

approach melalui program deradikalisasi terhadap narapidana terorisme

(Napiter) dan mantan Napiter. Namun hasilnya masih belum maksimal,

banyak mantan narapidana terorisme masih radikal pro-kekerasan, anti

Pancasila, anti NKRI (dianggap negara kafir), ingin mendirikan negara

khilafah, dan terbukti beberapa orang mantan Napiter menjadi residivis.

Gagasan proyek perubahan “Strategi Deradikalisasi Mantan

Narapidana Terorisme melalui Program Disengagement Berbasis pada

Pendidikan dan Ekonomi” ini disusun berdasarkan kondisi rill di lapangan

yang diharapkan dapat menurunkan kejadian dan ancaman terorisme di

Indonesia.

Masukan yang konstruktif akan sangat dibutuhkan agar proyek

perubahan ini benar-benar dapat diterapkan dan juga membawa

manfaat bagi peningkatan upaya penanggulangan terorisme dimasa

mendatang.

Page 5: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii

ABSTRAKSI ................................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL............................................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2. Tujuan Proyek Perubahan ................................................................ 12

1.2.1. Tujuan jangka Pendek ............................................................................ 12

1.2.2. Jangka Menengah .................................................................................. 13

1.2.3. Jangka Panjang ....................................................................................... 13

1.3. Analisis Permasalahan ...................................................................... 14

1.3.1. Kondisi Saat ini ........................................................................................... 14

1.3.2. Implikasi ....................................................................................................... 15

1.3.3. Kondisi yang diharapkan ....................................................................... 15

1.3.4. Inovasi .......................................................................................................... 16

1.4. Manfaat Proyek Perubahan ........................................................... 17

1.4.1. Manfaat Internal ....................................................................................... 17

1.4.2. Manfaat Eksternal .................................................................................... 17

BAB II RANCANGAN PROYEK PERUBAHAN ........................................ 19

2.1. Output Kunci....................................................................................... 19

2.1.1. Output ......................................................................................................... 19

2.1.2. Outcome .................................................................................................... 20

2.2. Pentahapan/ Milestone Proyek Perubahan .............................. 21

2.2.1. Milestones Jangka Pendek .................................................................... 21

2.2.2. Milestones Jangka Menengah ............................................................. 26

2.2.3. Milestones Jangka Panjang .................................................................. 29

2.3. Tata Kelola ............................................................................................ 31

BAB III PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN ....................................... 35

Page 6: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

v

3.1. Pelaksanaan Kegiatan ..................................................................... 35

3.1.1. Konsultasi pra pelaksanaan Proyek Perubahan ............................. 35

3.1.2. Rapat awal pembentukan Tim Efektif ................................................ 36

3.1.3. Rapat pembahasan inventarisasi dan validasi data .................... 38

3.1.1. Rapat Pembahasan Proyek Perubahan Bersama Pejabat Utama

(PJU) Densus 88 AT Polri. ......................................................................... 40

3.1.2. Inventarisasi data mantan narapidana terorisme dalam rangka

pemutahiran (updating) ........................................................................ 41

3.1.3. Focus Group Discussion (FGD) ersama stakeholder terkait. ........ 43

3.1.4. Melakukan koordinasi dan diskusi dengan jajaran Direktorat .... 44

3.1.5. Rapat penentuan target mantan narapidana teroris untuk

pembinaan dan penggalangan (handling). .................................. 45

3.1.6. Melakukan kegiatan pembinaan/penggalangan Tahap

Pertama (Minggu I Oktober 2020) ....................................................... 47

3.1.7. Melakukan koordinasi dan diskusi dengan jajaran Badan

Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). .................................. 51

3.1.8. Melakukan kegiatan pembinaan/penggalangan tahap Kedua

(Minggu I November 2020) .................................................................... 56

3.1.9. Focus Group Discussion (FGD) tentang Peraturan Kadensus. .... 61

3.1.10. Menyusun draft Peraturan Kadensus tentang Deradikalisasi

Mantan Narapidana Terorisme ............................................................ 62

3.1.11. Melakukan Monitoring dan evaluasi (Monev) terhadap jalannya

pelaksanaan kegiatan proyek perubahan. ..................................... 63

3.1.12. Menyusun laporan implementasi proyek perubahan. ................. 67

3.2. Peta Sumber Daya Proyek Perubahan ........................................ 68

3.2.1. Regulasi ....................................................................................................... 68

3.2.2. Sumber Daya Manusia (Stakeholders) ............................................... 69

Error! Bookmark not defined.

3.2.3. Anggaran ................................................................................................... 70

3.2.4. Potensi Pengembangan Sumber Daya ............................................. 70

3.3. Strategi Komunikasi ............................................................................ 73

3.4. Resiko, Kendala dan Strategi Mengatasi .................................... 74

3.5. Faktor Kunci Keberhasilan ............................................................... 76

Page 7: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

vi

3.6. Capaian Proyek Perubahan ........................................................... 76

BAB IV PENUTUP .......................................................................................... 83

4.1. Kesimpulan ........................................................................................... 83

4.2. Rekomendasi ....................................................................................... 84

4.3. Lesson Learned ................................................................................... 85

Page 8: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1- Project Leader konsultasi ke Mentor di kantor Kadensus 88 AT Polri 36

Gambar 2 - Tim Leader Memberikan arahan kepada Tim Efektif 37

Gambar 3 - Tim Pokja menyusun Surat Perintah Kadensus tentang pelaksanaan

Proyek Perubahan (8/9/2020) 38

Gambar 4 - Project Leader dan anggota pokja berdiskusi dalam rapat lanjutan

terkait Proyek Perubahan (11/9/2020) 39

Gambar 5 - Anggota pokja menyusun Nota Dinas undangan rapat pembahasan

Proyek Perubahan (11-09-2020) 40

Gambar 6 - Project Leader dan anggota pokja berdiskusi terkait Proyek

Perubahan (11-09-2020) 41

Gambar 7 - Project Leader dan Tim Pokja berkoordinasi dengan Katim Idensos

DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten terkait tahapan yang akan

dilakukan dalam pemutahiran data mantan napiter 43

Gambar 8 - Project Leader memberikan materi dalam Focus Group Discussion

(FGD) bersama stakeholder terkait (24-09-2020) 44

Gambar 9 - Project Leader dan Tim Pokja membahas target handling (01-10-

2020) 46

Gambar 14: Silaturrahmi kpd Jais Halim dalam rangka penggalangan 48

Gambar 15: Silaturrahmi kpd Ahmad Jaelani dalam rangka penggalangan 48

Gambar 16: Silaturrahmi kpd Rahman Surahman dalam rangka penggalangan

49

Gambar 17: Silaturrahmi kpd Wachidun Triono Als Abu Faqih Bin Marsudi dalam

rangka penggalangan 49

Gambar 18: Silaturrami kpd Irhan Nugrara Als Abu Azzam dalam rangka

penggalangan 50

Gambar 19: Silaturrahmi kpd Safryson als Econ dalam rangka penggalangan 51

Gambar 10: Project Leader melakukan diskusi terkait Proyek Perubahan dengan

Kepala BNPT, Komjen. Pol. Dr. Drs. Boy Rafli Amar, M.Si. dan

mendapat dukungan sepenuhnya (07-10-2020) 52

Gambar 11: Project Leader melakukan diskusi terkait Proyek Perubahan dengan

Deputi 1 BNPT, Mayjen TNI Hendri P. Lubis (17-10-2020) 53

Gambar 12: Project Leader melakukan diskusi dan mendapat dukungan dari

Direktur Pencegahan BNPT, 54

Gambar 12: Prof. Dr. Irfan Idris, Direktur Deradikalisasi BNPT, 55

Page 9: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

viii

Gambar 13: Project Leader berdiskusi terkait proyek perubahan dengan Karoren

BNPT, Bangbang Surono, Ak., M.M. (07-10-2020) 56

Gambar 20: Silaturrahmi kedua kpd Jais Halim dalam rangka penggalangan 59

Gambar 21: Silaturrahmi kedua kpd Ahmad Jaelani dalam rangka

penggalangan 59

Gambar 22: Silaturrahmi kedua kpd Rahman Surahman dalam rangka

penggalangan 60

Gambar 23: Silaturrahmi kedua kpd Wachidun Triono Als Abu Faqih Bin Marsudi

dalam rangka penggalangan 60

Gambar 24: Silaturrami kedua kpd Irhan Nugrara Als Abu Azzam dalam rangka

penggalangan 61

Gambar 25: Silaturrahmi kedua kpd Safryson als Econ dalam rangka

penggalangan 61

Gambar 26: FGD Internal Densus 88 AT Polri ttg Perkadensus (5/11/2020) 62

Page 10: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

ix

DAFTAR TABEL

Table 1- Data Tersangka Terorisme 2004-2020, diolah dari data Densus 88 AT Polri 6

Table 2- Data Ex Napiter 2004-2020, diolah dari Data Densus 88 AT Polri 6

Table 3 - DAftar Nama Target Pembinaan dan Penggalangan 47

Table 4 - Peta Sumberdaya Manusia 69

Table 5- Peta Resiko, Kendala dan Strategi Mengatasi 76

Page 11: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

x

LEMBAR PENGESAHAN PROYEK PERUBAHAN (LPP)

STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA

TERORISME MELALUI PROGRAM DISENGAGEMENT

BERBASIS PADA PENDIDIKAN DAN EKONOMI

Disusun Oleh:

NAMA : Dr. HOIRUDDIN HASIBUAN, S.H., M.Hum

NDH : 21

INSTANSI : DENSUS 88 AT POLRI

COACH,

Dr. Elly Fariani, Ak., M.Sc

NIP. 195802111979112001

MENTOR,

Marthinus HukomUKOM, S.I.K., M.Si

INSPEKTUR JENDERAL POLISI

NARASUMBER,

Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, SH., MA. NIP. 196807151994011001

Page 12: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Terorisme merupakan bentuk kejahatan luar biasa (extra

ordinary crime), hal ini disebabkan akibat yang ditimbulkan dari

kejahatan tersebut memiliki dampak sangat luar biasa. Tindak

pidana terorisme merupakan suatu tindakan yang terencana,

terorganisir dan dapat terjadi kapan dan dimana saja sasarannya.

Tindakan teror fisik biasanya berakibat pada fisik (badan) seseorang

bahkan sampai pada kematian, seperti pemukulan, pembunuhan,

peledakan bom dan lainnya, tindakan non fisik bisa dilakukan

dengan penyebaran isu, ancaman, penyanderaan dan

sebagainya, akibat dari tindakan teror mengakibatkan seorang atau

kelompok merasa tidak aman dan kondisi rasa takut yang berakibat

pada kehidupan ekonomi, politik dan kedaulatan suatu negara.

Memiliki jaringan domestik, regional dan internasional.

Dalam upaya menanggulangi kejahatan terorisme pemerintah

Indonesia selama ini mengedepankan pendekatan represif (hard

approach), penindakan dan perburuan para pelaku jaringan teroris

oleh aparat keamanan yang dibentuk oleh Polri Detasemen Khusus

Anti Teror (Densus 88 AT Polri) seyogyanya patut di apresiasi sebagai

suatu prestasi dalam upaya mengeliminasi gerakan-gerakan radikal,

meskipun secara empiris pengenaan pidana yang berat hingga

vonis hukuman mati sekalipun tidak membuat surut dan jera bagi

pelaku. Upaya represif tersebut hanya mampu mengatasi

permasalahan di permukaan, belum mampu secara komprehensif

menghilangkan faktor penyebab terorisme, sehingga ideology

radikalisme tetap hidup dan terus tumbuh serta suatu saat akan

membuahkan aksi-aksi teror kekerasan di masa mendatang.

Page 13: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

2

Upaya penanggulangan kejahatan ini dilakukan tidak semata-

mata secara penal saja, tetapi juga seyogyanya harus dilakukan

dengan upayaupaya non penal agar lebih efektif dan efisien,

dimana kedua upaya tersebut saling melengkapi dan saling mengisi

satu sama lain. Penanggulangan melalui pendekatan represif

secara nyata hanya mengurangi pelaku, akan tetapi tidak

menyelesaikan persoalan terorisme. Adanya pelaku lain, dan terus

bermunculan adalah bukti bahwa pendekatan represif dinilai masih

belum efektif, perlu adanya pendekatan yang bersifa tpreventif dan

preemtif. Ada kalanya, dan dengan beberapa alasan tertentu, justru

terorisme harus ditangani secara lebih “humanis”. Salah satu bentuk

dari upaya penanganan secara lebih “humanis” itu adalah apa

yang dikenal dengan “deradikalisasi”.

Deradikalisasi dalam beberapa tahun terakhir menjadi istilah

yang cukup populer. Ditinjau dari segi etimologi deradikalisasi

berasal dari kata ‘radikal’ yang mendapat imbuhan ‘de’ dan

akhiran ‘isasi’. Radikal berasal dari kata dasar radix yang dalam

bahasa Latin memiliki arti ‘akar’. Jika ada ungkapan

“gerakanradikal” maka artinya gerakan yang ‘mengakar’ atau

‘mendasar’, yang bisa mengarah positif atau negatif. Dalam kamus,

bahasa Indonesia kata radikal memiliki arti; mendasar (sampai pada

hal yang prinsip), sikap politik amat keras menuntut perubahan

(undang-undang, pemerintahan), maju dalam berpikir dan

bertindak.1 Dalam pengertian ini, sebuah sikap “radikal” bisa tumbuh

dalam identitas apapun; tidak mengenal agama, batas teritorial

negara, ras, suku dan sekat lainnya.

1 Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi-4 Cet.I Tahun 2008

Page 14: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

3

Dalam konteks isu terorisme, radikal pemaknaannya sangat

stereotif, over simplikasi dan subyektif. Label radikal kini dilekatkan

kepada individu atau kelompok Muslim yang memiliki cara padang

serta sikap keberagamaan dan politik yang kontradiksi dengan

mainstream (arus utama). Dengan kategorisasi sebagai alat

identifikasi, “radikal” adalah orang atau kelompok yang memiliki

prinsip-prinsip seperti; menghakimi orang yang tidak sepaham

dengan pemikirannya, mengganti ideologi Pancasila dengan versi

mereka, mengganti NKRI dengan Khilafah, gerakan mengubah

negara bangsa menjadi negara agama, memperjuangkan

formalisasi syariah dalam negara, menggangap Amerika Serikat

sebagai biang kezaliman global.

Deradikalisasi secara sederhana dimaknai sebagai suatu proses

atau upaya untuk menghilangkan ideology radikalisme.2 Sedangkan

lebih luas, deradikalisasi merupakan segala upaya untuk menetralisir

paham-paham radikal melalui pendekatan interdisipliner, seperti

hukum, psikologi, agama dan social budaya bagi mereka yang

dipengaruhi paham radikal dan/atau pro kekerasan.3

Menyimak konsep deradikalisasi yang dilakukan di beberapa

Negara, ternyata cukup beragam. Yaman yang dianggap sebagai

pionir dalam program deradikalisasi, yang menjalankan program

deradikalisasi sejak tahun 2002, dilakukan dengan membentuk

Komite untuk Dialog (Committee for Dialogue). Program ini

memprioritaskan dialog dan debat intelektual, dan bertujuan untuk

meyakinkan kepada para aktivis kekerasan atau mereka yang

2 Petrus Reindhard Golose, Deradikalisasi Terorisme, Humanis, Soul Approach dan Menyentuh

Akar Rumput, (Jakarta: Yayasan Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian, 2009), hlm. 62 3Ibid., hlm. 63.

Page 15: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

4

tersangkut terorisme bahwa pemahaman yang mereka miliki adalah

salah.3

Program deradikalisasi Pemerintah Arab Saudi dilakukan

dengan konsep Prevention, Rehabilitation and After Care (PRAC)

(pencegahan, rehabilitasi dan perawatan pasca program).Selain

dialog teologis seperti ceramah antiterorisme yang dilakukan oleh

ulama-ulama terkemuka Arab Saudi, juga dilakukan melalui

program konseling psikologis serta pembinaan terpadu melalui Care

Center, dan bantuan social serta financial sebagai modal usaha.5

Di Indonesia Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)

dan Densus 88 AT Polri sebagai lembaga yang dibentuk Pemerintah

yang secara khusus diberi kewenangan dalam penanggulangan

terorisme, saat ini telah dan sedang melaksanakan program

deradikalisasi. Desain program deradikalisasi yang diterapkan

dengan menerapkan empat pendekatan, yaitu reedukasi,

rehabilitasi, resosialisasi, dan reintegrasi. Reedukasi adalah

penangkalan dengan mengajarkan pencerahan kepada

masyarakat tentang paham radikal, sehingga tidak terjadi

pembiaran berkembangnya paham radikal tersebut. Sedangkan

bagi narapidana terorisme, reedukasi dilakukan dengan

memberikan pencerahan terkait dengan doktrin-doktrin

menyimpang yang mengajarkan kekerasan sehingga mereka sadar

bahwa melakukan kekerasan seperti bom bunuh diri bukanlah jihad

yang diidentikkan dengan aksi terorisme.

3 http://www.eramuslim.com, “Deradikalisasi di Beberapa Negara”, Diunduh 21 Agustus 2016.

hlm.2. 5Ismail Hasani dan Bonar TN, at al, Op. Cit, hlm. 171.

Page 16: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

5

Namun demikian, program deradikalisasi yang dilaksanakan

selama ini khususnya oleh BNPT maupun Polri ternyata masih belum

mampu mereduksi dan mengeliminir seluruh potensi yang mengarah

ketindakan ”terorisme”. Bahkan sebagian pihak berpendapat belum

efektif menyentuh akar persoalan terorisme sehingga masih adanya

aksi teror yang muncul. Berdasarkan data Densus 88 AT Polri bulan

Agustus 2020, jumlah tersangka terorisme yang ditangkap sejak

kejadian Bom Bali I Tahun 2002 termasuk yang meninggal dunia

pada saat penindakan sebanyak 2.206 orang. Saat ini, yang

berstatus narapidana sebanyak 488 orang; yang berstatus tahanan

(dalam proses penyidikan/penuntutan) sebanyak 462 orang;

meninggal dunia (MD) sebanyak 249 orang; dan sebanyak 1.059

orang sudah selesai menjalani hukum (mantan narapidana

terorisme). Selanjutnya dari sejumlah mantan narapidana

sebagaimana diuraikan tersebut ada sebanyak 64 orang (3%) yang

terlibat kembali dalam kasus TP terorisme (residivis).

Tersangka Sidik/Tuntut MD Napiter Ex Napiter Residivis

Jumlah 2,206 462 249 488 1,059 64

Persentase 3

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

DATA PELAKU TP TERORISME 2004-2020

Page 17: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

6

Table 1- Data Tersangka Terorisme 2004-2020, diolah dari data Densus 88 AT Polri

Table 2- Data Ex Napiter 2004-2020, diolah dari Data Densus 88 AT Polri

Indonesia dengan penduduk muslim terbanyak di dunia adalah

Negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, pluralisme,

dan toleransi. Negara dimana agama islam dan demokrasi berjalan

seiring. Hal ini menurut pemerintah Indonesia menjadi rahmat bagi

dunia.

Pemerintah Indonesia dalam hal ini Presiden Republik Indonesia

menyampaikan pidatonya didepan parlemen Inggris di Winsminster,

London, menyatakan bahwa menghadapi teroris dengan

pendekatan Soft Power seperti pendekatan agama, budaya yang

melibatkan partisipasi masyarakat, khususnya ormas keagamaan,

menjalankan program deradikalisasi rehabilitasi dan reintegrasi di

masyarakat. Deradikalisasi adalah bagian dari pendekatan Soft

Power yang dimkasud oleh Presiden.

17

13

4 1 2 10 3 10

148

8

129

215

12

6

29

12 11

22

232

19 11

37

0

50

100

150

200

250

DATA EX NAPITER - 2020

Jumlah

Page 18: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

7

Deradikalisasi yang dilakukan secara komprehensif dan dapat

mencapai sasaran perubahan yaitu dengan program

Disengagement berbasis pada Pendidikan dan Ekonomi.

Disengagement merupakan bagian dari Counter-Terorism.

Disengagemet disini lebih diartikan sebagai memutus ikatan atau

dalam hal ini menarik keluar pelaku dengan mengubah perilaku

dengan tidak lagi memilih bergabung dengan jaringannya agar

mantan narapidana terorisme meninggalkan jalan penggunaan

kekerasan. Disengagement digunakan untuk menyusun kebijakan

penangulangan Terorisme.

Menurut Hogan aksi terorisme merupakan hasil dari proses

interaksi dalam suatu kelompok teror juga dapat memberikan

semangat baru bagi kelompok dan daya tarik tersendiri bagi calon

anggota untuk membangun komitmen dan terikat lebih erat (2005,

121). Untuk itu, aksi terorisme harus dicegah dengan menarik keluar

pelaku dari apa yang dikerjakannya.

Pada umumnya deradikalisasi dan disengagement diterapkan

bersama sebagai suatu program yang saling melengkapi antara

pendekatan sosial (disengagement) dan pendekatan psikologi

(deradikalisasi). Dimana disengagement diarahkan pada

perubahan perilaku seperti keluarnya seseorang dari kelompoknya

atau perubahan aturan hidup seseorang terhadap kelompoknya.

Hal ini akan dilakukan dengan dua bentuk upaya yaitu pendekatan

pendidikan dan ekonomi.

Pendekatan pendidikan dimaksud sebagai upaya dan solusi

pencegahan yang dipandang efektif untuk memberikan

pengetahuan dan pemahaman terhadap mereka yang sudah

radikal termasuk didalamnya adalah mantan narapidana terorisme

nama programnya adalah deradikalisasi sedangkan bagi mereka

Page 19: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

8

yang belum memiliki paham radikal maka upaya yang dilakukan

adalah kontra radikalisasi, sebagai contoh istri dan anak-anak

mantan narapidana teroris.

Urgensi pendidikan tersebut agar bagi mereka yang sudah

radikal tidak lagi melakukan tindakan teror dengan memberikan

wawasan kebangsaan, pengetahuan dan bagi mereka yang belum

radikal diberikan pemahaman sedini mungkin terkait terorisme

sebagai benteng pertahanan yang mendalam dari segi wawasan

untuk mencegah aksi terorisme dalam bentuk apapaun dan

dimanapun serta kegiatan-kegiatan yang mengarah pada aksi

terorisme.

Pendekatan ekonomi, Marx dan Engels (1850), berpendapat

bahwa kejahatan timbul disebabkan adanya system ekonomi

kapitalis yang diwarnai dengan penindasan terhadap buruh,

sehingga menciptakan factor-faktor yang mendorong berbagai

penyimpangan. 4 Berdasarkan pendapat tersebut, maka untuk

melawan kejahatan ituharuslah diadakan peningkatan di bidang

ekonomi. Dengan kata lain kemakmuran, keseimbangan dan

keadilan social akan mengurangi terjadinya kejahatan. Oleh

karenanya dasar pemberdayaan bidang ekonomi diangkat

sebagai basis dasar konsep pembinaan terhadap mantan

narapidana terorisme dianggap salah satu treatment yang tepat

guna menanggulangi tindak pidana terorisme di Indonesia, dimana

kebutuhan dasar rmanusia adalah salah satu factor penyebab

munculnya perilaku jahat. Selanjutnya, secara sosiologis, terjadinya

4 Levin, J., Innis, K.M., Carrol W.F, and Bourne, R, “Social Problem;causes,Consequences,

Intervention”,(Los Anggeles, California: Roxbury Publishing Company, 2000) Page 102

Page 20: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

9

residivisme tindak pidana terorisme mengindikasikan gagalnya

program deradikalisasi mantan narapidana terorisme yang telah

dilakukan oleh Pemerintah selama ini.

Barnest dan Teeters menunjukkan beberapa cara untuk

menanggulangi kejahatan yaitu:

Menyadari bahwa akan adanya kebutuhan-kebutuhan untuk

mengembangkan dorongan-dorongan social atau tekanan-

tekanan sosial dan tekanan ekonomi yang dapat mempengaruhi

tingkah laku seseorang kearah perbuatan jahat.

Memusatkan perhatian kepada individu-individu yang

menunjukkan potensialitas criminal atau sosial, sekalipun

potensialitas tersebut disebabkan gangguan-gangguan biologis

dan psikologis atau kurang mendapat kesempatan social ekonomis

yang cukup baik sehingga dapat merupakan suatu kesatuan yang

harmonis.

Dari pendapat Barnest dan Teeters tersebut di atas,

menunjukkan bahwa kejahatan dapat kita tanggulangi apabila

keadaan ekonomi atau keadaan lingkungan sosial yang

mempengaruhi seseorang kearah tingkahlaku criminal dapat

dikembalikan pada keadaan baik. Dengan kata lain perbaikan

keadaan ekonomi mutlak dilakukan. Sedangkan faktor-faktor

biologis, psikologis, merupakan faktor yang sekunder saja.5 Maslow6

dalam teorinya mengatakan bahwa manusia akan mengejar

kebutuhan mulai dari tingkat dasar menujuk kebutuhan yang lebih

tinggi (aktualisasi diri).

5 Ramli Atmasasmita, Kapita Selekta Kriminologi, (Bandung: Armico, 1993), hlm. 79. 6 Dune Schultz, Psikologi Pertumbuhan, (Yogyakarta: Kanisius, 1990), hlm. 190.

Page 21: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

10

Oleh karenanya, bagaimana kita harus melakukan sebuah

usaha yang positif, serta bagaimana kita menciptakan suatu kondisi

dan memberikan sebuah treatment yang tepat sasaran, seperti

persoalan ekonomi dari para mantan narapidana terorisme, dimana

selepas menjalani masa hukuman kondisi ekonominya cukup sulit,

sementara adanya kewajiban memenuhi kebutuhan hidupnya dan

keluarganya sehingga konsep pemberdayaan ekonomi tersebut

dinilai cukup tepat.

Program disengagement yang berbasis pada pendekatan

pendidikan dan ekonomi terhadap mantan narapidana terorisme

sesungguhnya secara strategis merupakan implementasi dari

pemenuhan hak konstitusional warga negara. Sebagai Negara

Hukum, Indonesia menjamin Penghormatan, Perlindungan, dan

Pemenuhan Hak Asasi Manusia (HAM). Negara memiliki kewajiban

(duty bearer) dalam memastikan kesejahteraan demi

keberlangsungan hidup.

Kewajiban itu termanifestasikan salah satunya dalam bentuk

memberikan jaminan Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak kepada setiap warga Negara, yang juga merupakan sebuah

hak yang melekat pada setiap Individu masyarakat. Ketentuan

tersebut telah diatur dalam UUD 1945, UU No.39 tahun 1999 tentang

HAM, UU No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan UU N0.11

tahun 2005 tentang Ratifikasi Kovenan Hak Ekonomi Sosial dan

Budaya.

Sejauh ini, telah banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah

dalam rangka program deradikalisasi terhadap mantan narapidana

terorisme, demikian juga jenis dan pola pendekatannyapun

berviariasi dan juga biaya yang dikeluarkanpun tidak sedikit

jumlahnya. Namun, ancaman terorisme masih saja tetap ada dan

Page 22: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

11

bahkan pelaku yang ditangkap oleh aparat tetap saja ada, baik

yang sudah melakukan aksi penyerangan maupun dalam tahap

perencanaan tetapi semua persiapaan sudah matang, keburu

ditangkap karena aparat berhasil mengendus rencana akan

melakukan serangan.

Dengan melihat kondisi tersebut, maka diperlukan adanya

inovasi strategis untuk bisa mengeliminir adanya ancaman teroris,

khususnya dalam penanganan terhadap mantan narapidana

terorisme yang sudah kembali berada di tengah masyarakat karena

cenderung masih memiliki pemikiran yang radikal, dan tentunya

masih sangat potensial menjadi ancaman akan adanya serangan

terorisme untuk bisa lebih baik dan bisa dibina secara mental

maupun ideologi, kemudian bisa menjadi agen perubahan dalam

penanganan terorisme.

Strategi Kebijakan Program disengagement yang berbasis

pada pendidikan dan ekonomi terhadap mantan narapidana

terorisme adalah salah satu pendekatan soft power dalam upaya

perdamaian yang diserukan Indonesia. Hal ini dapat berjalan

maksimal dengan adanya sebuah kebijakan formulatif yang

mengatur secara spesifik, sehingga sinergisme antara Lembaga

Pemerintah, salah satu diantaranya adalah Densus 88 Anti Teror

POLRI yang memiliki tugas khusus untuk menangani masalah

penangulangan terorisme harus bekerjasama dengan Stakeholder

terkait utamanya BNPT, Kementerian Agama, dan Kementerian/

Lembaga pemerintah terkait, aparat penegak hukum dapat

diupayakan.

Dengan demikian diharapkan pelaksanaan strategi

deradikalisasi mantan narapidana terorisme melaui program melalui

“Strategi Deradikalisasi melalui Program Disengagement yang

Page 23: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

12

Berbasis pada Pendidikan dan Ekonomi” terhadap mantan

narapidana terorisme mampu berdayaguna dalam menanggulangi

masalah terorisme.

1.2. Tujuan Proyek Perubahan

Adapun tujuan dari Proyek perubahan adalah menurunkan

kejadian tindak pidana terorisme melalui strategi deradikalisasi

terhadap mantan narapidana terorisme melaui program

disengagement yang berbasis pada peningkatan kualitas

pendidikan dan kemampuan ekonomi serta mendapatkan

kepercayaan masyarakat/publik terhadap mantan narapidana

terorisme, terbagi menjadi : Tujuan jangka pendek, Tujuan jangka

menengah dan Tujuan jangka panjang:

1.2.1. Tujuan jangka Pendek

a. Tersedianya data terkait mantan Napiter melalui kegiatan

pemutahiran data menyangkut informasi, antara lain:

alamat/domosili, pekerjaan, ekonomi, pendidikan anak,

Tingkat radikalisme (khususnya di 3 (tiga) wilayah: DKI Jakarta,

Jabar dan Banten);

b. Disepakatinya renc pelaks kegiatan Kebijakan strategi

deradikalisasi mantan Napiter melalui program

disengagement berbasis Pendidikan dan Ekonomi;

c. Telaksananya kegiatan kunjungan dlm rangka

penggalangan dan pembinaan terhadap 6 (enam) org

target mantan Napiter yg telah ditentukan sbg pilot project

di wilayah DKI Jakarta, Banten dan Jabar;

d. Tersusunya Draft Peraturan Kadensus 88 AT Polri tentang

Strategi Deradikalisasi mantan Napiter melalui Program

Page 24: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

13

Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Kemampuan Ekonomi;

dan

e. Terlaksananya Monev pelaksanaan kegiatan

pembinaan/penggalangan terhadap 6 orang Ex Napiter

dalam kebijakan strategi deradikalisasi Ex Napiter melalui

program disengagement berbasis Pendidikan dan Ekonomi.

1.2.2. Jangka Menengah

a. Tersusunnya Draft SKB antara Polri, BNPT & StakeHolders terkait

ttg Kebijakan Strategi Deradikalisasi mantan Napiter melalui

Program Peningkatan Kualitas Pendidikan & Kemampuan

Ekonomi;

b. Disepakatinya pelaks dan terbentuknya Tim pelaksana

kegiatan peningkatan kualitas pendidikan dan kemampuan

ekonomi mantan Napiter oleh stakeholder terkait;

c. Tersosialisasinya SKB Strategi program Deradikalisasi Ex Napiter

melalui program disengagement berbasis pendidikan dan

ekonomi kepada stakeholder terkait.

1.2.3. Jangka Panjang

Dalam jangka panjang proyek perubahan yang didesain

diharapkan akan mampun untuk menurunkan jumlah kejadian TP

Terorisme baik dari segi kuantitas maupun kualitas melalui Srategi

Deradikalisasi terhadap Mantan Napiter dengan meningkatnya

kualitas Pendidikan dan kemampuan Ekonomi mantan Napiter serta

meningkatnya kepercayaan publik terhadap mantan Napiter

sebagai hasil dari berbagai upaya yang dilakukan, diantaranya

berupa:

a. Adanya SKB antara POLRI, BNPT dan Stakeholder terkait ttg

Strategi Kebijakan Deradikalisasi mantan Napiter melalui

Page 25: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

14

Program Disengagement Berbasis Pendidikan dan Ekonomi di

Indonesia;

b. Terimplementasikannya Strategi Kebijakan Deradikalisasi

mantan Napiter melalui Program Disengagement Berbasis

Pendidikan dan Ekonomi di Indonesia.

1.3. Analisis Permasalahan

1.3.1. Kondisi Saat ini

Permasalah terorisme hingga saat ini masih menjadi beban

tugas berat yang harus ditangani oleh negara, karena ancaman

terjadinya serangan terorisme masih tinggi dengan berbagai faktor

yang menjadi penyebabnya. Hal ini sangat mudah dapat diketahui

dari pemberitaan di media massa, media elektonik maupun media

sosial, dimana masih saja terus terjadi Tindak Pidana Terorisme,

jumlah pelaku terus bertambah, sudah 1.059 orang yang telah

berstatus mantan narapidana terorisme (jumlah yang sangat bersar)

dan sebanyak 64 orang (3%) dari mantan narapidana terorisme

tersebut terlibat kembali (residivis). Kelompok teroris tidak hanya

bersifat local akan tertapi terhubung dengan jaringan regional dan

internasional, Upaya (hard/soft approach) telah dilakukan namun

belum mampu mengatasi permasalahan terorisme dan masyarakat

khawatir akan adanya serangan terorisme, bahkan terkadang ada

masyarakat yang menganggap kejadian terorisme sebagai

rekayasa.

Berdasarkan fakta-fakta dan fonomena yang ada, selanjutnya

dilakukan analisis dan kajian mendalam dari berbagai sumber

informasi, kemudian dapat disampaikan beberapa hal yang perlu

mendapat perhatian serius dari semua stakeholder terkait, antara

lain: a. Ancaman terorisme masih tinggi; b. Sebagian mantan

Page 26: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

15

Napiter masih Radikal; c. Masyarakat enggan menerima kehadiran

mantan napiter; d. Tingkat ekonomi mantan Napiter masih rendah;

dan e. Banyak anak-anak Napiter putus sekolah.

1.3.2. Implikasi

Berdasarkan Analisa terhadap beberapa hal yang telah

diuraikan diatas, lalu kemudian akan menimbulkan implikasi

terhadap masyarakat maupun pemerintah yang memiliki tugas

kewajiban untuk memberikan pelayanan kepada warganya, yakni:

a. Rasa aman publik terganggu karena khawatir terjadi

serangan terorisme;

b. Kewajiban pemerintah untuk memberikan perlindungan dan

rasa aman terhadap warganya tidak terpenuhi;

c. Dapat berakibat menurunnya legitimasi publik terhadap

pemerintah;

d. Kepercayaan internasional dan investor menurun sehingga

berdampak pada sektor ekonomi dll.

1.3.3. Kondisi yang diharapkan

Gagasan maupun ide yang dirancang untuk penanganan/

pembinaan mantan narapidana terorisme berupa penerapan

Kebijakan Strategi Deradikalisasi Mantan Napidana Terorisme

melalui Program Disengagement berbasis Pendidikan dan Ekonomi

diharapkan mampu berdayaguna serta memberikan manfaat yang

positif, dengan:

a. Menurunnya ancaman terorisme dimasa yang akan datang

b. Menurunnya tingkat radikalisme Mantan Narapidana

Terorisme

c. Masyarakat bisa menerima kehadiran Mantan Narapidana

Terorisme dilingkungannya

Page 27: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

16

d. Membaiknya kemampuan ekonomi Mantan Narapidana

Terorisme

e. Anak-anak Mantan Narapidana Terorisme bisa mengenyam

Pendidikan yang layak.

1.3.4. Inovasi

Dalam mewujudkan kondisi yang diharapkan tentunya harus

ada upaya inovatif yang dilakukan secara terencana dan

kolaboratif antar stakeholder baik Lembaga pemerintah maupun

Lembaga non pemerintah yang bertujuan untuk dapat mengatasi

persoalan-persoalan terorisme.

Segala upaya yang akan dilakukan tersebut memerlukan

komitmen bersama antar stakeholder dengan menciptakan inovasi-

inovasi baru yang lebih dapat diterima oleh semua pihak termasuk

kelompok jaringan yang selama ini menjadi pelaku tindak pidana

terorisme. Tindakan dan upaya yang dilakukan oleh pemerintah

berupa upaya pendekatan keras dan lunak masih dianggap perlu

untuk dimaksimalkan.

Deradikalisasi sebagai salah satu bentuk upaya yang telah

dijalankan oleh pemerintah maupun pihak-pihak berkontribusi aktif,

sejauh ini telah banyak dilakukan namun kenyataannya masih

belum berhasil maksimal karena hingga sekarang ancaman

terorisme masih tinggi dan pelakunya melibatkan mantan

narapidana terorisme. Kami sebagai agen perubahan, menawarkan

penerapan program kebijakan “Strategi Deradikalisasi Mantan

Napiter melalui Program Disengagement Berbasis pada Pendidikan

dan Ekonomi.”

Page 28: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

17

1.4. Manfaat Proyek Perubahan

Dalam setiap upaya terobosan yang dilakukan oleh satu

organisasi dengan penerapan program yang telah ditetapkan, akan

memiliki manfaat baik internal maupun ekternal karena keduanya

saling membutuhkan. Adapun manfaat yang dihasilkan dalam

proyek perubahan ini adalah:

1.4.1. Manfaat Internal

a. Tersedianya aturan program disangegament berbasis pada

pendidikan dan peningkatan ekonomi Mantan Narapidana

Terorisme

b. Penanganan terhadap Mantan Narapidana Terorisme dapat

lebih efektif dan maksimal

c. Memudahkan implementasi program Deradikalisasi mantan

Napidana terorisme dalam rangka penanggulangan

terorisme di jajaran Satgaswil Densus 88 AT di seluruh

Indonesia.

1.4.2. Manfaat Eksternal

a. Adanya kebijakan bersama antara POLRI, BNPT &

Kementerian termasuk Lembaga non pemerintah terkait

penanggulangan terorisme guna memudahkan dalam hal

koordinasi termasuk anggaran.

b. Terjalinnya kerjasama yang baik antar stakeholder terkait

dalam penanggulangan terorisme, tidak berjalan sendiri-

sendiri, sehingga akan lebih efektif dan efisien.

c. Meningkatnya sinergitas antar instansi terkait, organisasi-

organisasi masyarakat (LSM), Lembaga-lembaga non

pemerintah dan pihak-pihak terkait, sehingga memudahkan

dalam setiap langkah pelaksanaan penganganan terorisme

Page 29: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

18

lebih khusus terhadap mantan Narapidana Terorisme, hal ini

akan menumbuhkan kesamaan persepsi dalam

memandang persoalan terorisme, seperti misalnya sama

pandangan bahwa bukan persoalan agama yang menjadi

titik persoalan dalam masalah terorisme, tetapi paham atau

idelogi yang diusung oleh kelompok terorisme yang

menyimpang.

d. Masyarakat sebagai penerima mafaat dapat merasakan

kondisi dan situasi yang lebih aman, kondusif dan tidak

khawatir akan adanya ancaman terorisme.

Page 30: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

19

BAB II

RANCANGAN PROYEK PERUBAHAN

2.1. Output Kunci

Pelaksaan suatu kegiatan yang dirancang secara baik dan

matang serta tujuan yang sudah ditentukan, akan mendapatkan

hasil yang sesuai dengan keinginan organisasi dalam bentuk output

berupa produk dan outcome berupa manfaat yang akan diperoleh

sesuai tujuan dan harapan.

2.1.1. Output

Adapun standart atau kriteria keberhasilan dari proyek

perubahan ini khususnya dalam pelaksanaan program jangka

pendek, adalah ;

a. Adanya dokumen data mantan Napiter yang update,

berupa informasi-informasi mengenai: alamat/domisili,

pekerjaan, kondisi ekonomi, tingkat radikalisme dan

hubungan dengan jaringan.

b. Terlaksananya kegiatan penggalangan/ pembinaan

terhadap 6 (enam) orang mantan narapidana terorisme

yang menjadi pilot proyek di 3 (tiga) provinsi (DKI Jakarta,

Jabar dan Banten) menggunakan strategi deradikalisasi

melalui program disagegement berbasis pada ekonomi dan

pendidikan.

c. Adanya Peraturan Kadensus 88 AT Polri tentang Strategi

Deradikalisasi mantan Napiter melalui program

disagegement berbasis Pendidikan dan Ekonomi.

d. Terlaksananya kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap

pelaksanaan kegiatan penggalangan/ pembinaan

Page 31: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

20

terhadap mantan narapidana terorisme menggunakan

Strategi Deradikalisasi Mantan Narapidana Terorisme melalui

Program Disengagement Berbasis Ekonomi dan Pendidikan.

e. Meningkatnya soliditas dan sinergitas antar stakeholder

terkait dalam pelaksanaan kegiatan program deradikalisasi

terhadap mantan Narapidana Terorisme.

2.1.2. Outcome

Outcome yang dihasilkan dalam proyek perubahan ini adalah

sebagai berikut :

a. Optimalnya upaya penanggulangan terorisme melalui

program deradikalisasi mantan Napiter

b. Menurunnya ancaman dan Kejadian TP Terorisme di

Indonesia yang pada akhirnya memberikan rasa aman bagi

masyarakat, sehingga kepercayaan Internasional dan

investor terbangun dan sektor ekonomi akan meningkat.

Page 32: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

21

2.2. Pentahapan/ Milestone Proyek Perubahan

2.2.1. Milestones Jangka Pendek (Waktu: Minggu ke-2 Sep sd Minggu ke-4 Nop 2020 )

No Milestone Kegiatan Output Waktu PIC

Persiapan:

- Persetujuan Mentor Persetujuan M IV/8/2020 Tim Kerja

- Pembentukan Tim Efektif Sprin Tugas M IV/8/2020 Tim Kerja

1. Hasil data/ potret mantan Napiter

Pengumpulan data dan informasi mantan Napiter mengenai: Alamat/domisili (saat keluar Lapas),

pekerjaan, kondisi ekonomi, hub dengan jaringan. Untuk pemetaan

dalam penentuan rencana tindak lanjut kebijakan.

Kegiatan dilakukan melalui Forum diskusi, rapat bersama tim kerja dan

stakeholder terkait, serta turun langsung ke lapangan.

1) Rapat Pokja pengumpulan data

dan informasi dan bentuk Tim pelaksana

- Notelensi

rapat

M I/9/2020 Mentor, Project

leader & Tim Pokja

2) Pelaksanaan pengumpulan data

dan informasi (Densus Ditjenpas/Lapas)

- Data & info

terkait mantan Napiter

M II/9/2020 Tim Pokja

3) Verifikasi data mantan Napiter - Draft awal

laporan.

M III/9/2020 Project Leader

dan Tim Pokja 4) Pengajuan laporan kepada

kadensus - Laporan data

update

mantan Napiter

M IV/9/2020 Tim Pokja.

Page 33: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

22

No Milestone Kegiatan Output Waktu PIC

2. Hasil kesepakatan renc pelaks kegiatan Kebijakan

strategi deradikalisasi mantan Napiter melalui program disengagement

berbasis Pendidikan dan Ekonomi.

Mengkaji program kegiatan upaya membina mantan Napiter yang

menjadi ancaman serius jika tidak ditangani dengan baik.

Kegiatan dilakukan melalui kajian tentang kondisi real para mantan

Napiter melalui forum diskusi, dan rapat bersama tim kerja dan

stakeholder terkait.

1) Buat undangan rapat - Surat undangan

M IV/09/2020 Tim Pokja

2) Distribusi Undangan - Tanda terima M IV/09/2020 Tim Pokja

3) Rapat pembahasan rencana kegiatan

- Notulen rapat M IV/09/2020 Project Leader dan Tim Pokja.

4) Kesepatan bersama pelaksanaan

kegiatan

- Tertuang

dalam Notulen rapat.

M IV/09/2020 Project Leader

dan Tim Pokja

Page 34: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

23

No Milestone Kegiatan Output Waktu PIC

3. Hasil rencana dan pelaksanaan (implementasi) kegiatan

kebijakan strategi deradikalisasi mantan

Napiter melalui program disengagement berbasis Pendidikan dan Ekonomi

Penyusunan rencana kegiatan, dilanjutkan pelaksanaan pembinaan/ penggalangan dalam upaya

deradikalisasi melalui program disengagement terhadap 6 orang

mantan Napiter yang menjadi target sebagai pilot project (2 orang tiap Provinsi: DKI Jakarta, Jabar dan

Banten).

Kegiatan dilakukan dengan bertemu langsung baik ke rumah kediaman

target maupun tempat lain yang disepakati dengan membangun

komunikasi dan saling percaya.

1) Pembuatan undangan dan distribusi

- Surat undangan

M IV/09/2020 Tim Pokja

2) Distribusi undangan - Tanda terima M IV/09/2020 Tim Pokja

3) Rapat pembahasan target dan

Jadwal

- Notulen rapat M IV/09/2020 Projek Leader,

Tim Pokja. 4) Pembuatan Surat Perintah Tugas - Surat Perintah

Tugas

M IV/09/2020 Tim Pokja

5) Distribusi Surat Perintah Tugas - Tanda terima M IV/09/2020 Tim Pokja

6) Pelaksanaan kegiatan

pembinaan/ galang 6 orang mantan Napiter

- Laporan

pelaksanan tugas

M I/10/2020- M

III/11/2020

Project Leader,

Tim Pokja

Page 35: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

24

No Milestone Kegiatan Output Waktu PIC

4. Draft Peraturan Kadensus

88 AT Polri tentang Strategi Deradikalisasi mantan

Napiter melalui Program Peningkatan Kualitas

Pendidikan dan Kemampuan Ekonomi

Penyusunan Draf Kadensus 88 AT Polri

tentang Strategi Deradikalisasi mantan Napiter melalui Program

Disengagement Berbasis Pendidikan dan Ekonomi.

Kegiatan dilakukan melalui kajian

pustaka (literatur review), FGD, forum diskusi, serta rapat bersama tim kerja.

1) Penyusunan agenda rapat - Draft agenda rapat

M I/11/2020 P. Leader& Tim Pokja

2) Rapat Pokja penyusunan Peraturan Kadensus

- Notulen rapat M II/11/2020 P. Leader &Tim Pokja

3) Pembuatan und rapat & distribusi FGD

- Surat und/ T. Terima

M II/11/2021 Tim Pokja

4) FGD draf Peraturan Kadensus - Laporan hasil FGD

M III/11/2021 Mentor, P.Leader, Tim Pokja

5) Pengajuan draf Peraturan Kadensus kepada Kadensus

- Draft awal Peraturan

Kadensus

M II/12/2021 Tim Pokja dan Bagrenmin

P. Leader& Tim Pokja

Page 36: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

25

No Milestone Kegiatan Output Waktu PIC

5. Analisis dan Monev hasil

pelaksanaan kegiatan pendekatan terhadap 6

orang Ex Napiter dalam kebijakan strategi

deradikalisasi Ex Napiter melalui program disengagement berbasis

Pendidikan dan Ekonomi

Mengkaji dan menganalisa sekaligus

konsolidasi atas pelaksanaan kegiatan penggalangan dan

pembinaan yang telah dilakukan terhadap 6 orang target, untuk

mengetahui terkait sikap penerimaan dan segala masukan serta harapan target dan stakeholder terkait atas

pelaksanaan pembinaan/ penggalangan, dilakukan melalui

diskusi dan turun langsung ke lapangan.

Monev dijadikan sebagai bahan dan

referensi dalam pembuatan SKB dan renc tindak lanjut.

1) Monitoring langsung lapangan, gali dan tampung masukan dari

semua pihak dan masyarakat

- Turun lapangan

M II - M III/11/ 2020

Mentor, Projek Leader, dan Tim

Pokja 2) Rapat dan diskusi terkait hasil,

kendala dan efektivitas dan solusi hambatan.

- Notulen rapat M IV/11/2020 Mentor, P.

Leader, Tim kerja & stakeholder.

3) Pembuatan Laporan Monev - Draft Laporan M IV/11/2020 Tim Pokja

4) Pengajuan Laporan Monev kepada Kadensus

- Dok Laporan M IV/11/2020 Tim Pokja dan Bagrenmin.

5) Monitoring langsung lapangan,

gali dan tampung masukan dari semua pihak dan masyarakat

- Turun

lapangan

M II - M III/11/

2020

Mentor, Projek

Leader, dan Tim Pokja

Page 37: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

26

2.2.2. Milestones Jangka Menengah (Waktu: Januari sd Juni 2021 )

No Milestone Kegiatan Output Waktu PIC

1. Draft SKB antara Polri, BNPT

dan StakeHolders terkait tentang Kebijakan Strategi

Deradikalisasi mantan Napiter melalui Program

Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Kemampuan Ekonomi

Penyusunan Draft SKB antara Polri,

BNPT dan StakeHolders terkait tentang Kebijakan Strategi

Deradikalisasi mantan Napiter melalui Program Peningkatan Kualitas

Pendidikan dan Kemampuan Ekonomi. Kegiatan dilakukan melalui kajian

pustaka (literatur review), forum diskusi, serta rapat bersama tim kerja

dan stakeholder terkait.

1) Penyusunan agenda rapat - Draft agenda rapat

M I/01/2021 P. Leader & Tim Pokja

2) Rapat Pokja penyusunan SKB - Notulen rapat M II/01/2021 P. Leader &Tim Pokja

3) Pembuatan und rapat & distribusi FGD

- Surat und/ T. Terima

M II/01/2021 Tim Pokja

4) FGD draf SKB antara Polri, BNPT dan StakeHolders terkait

- Laporan hasil FGD

M I/02/2021 Mentor, P.Leader, Tim stakeholder terkait

5) Pengajuan draft SKB kepada pimpinan instansi stakholder

terkait

- Draft awal M II/02/2021 Tim Pokja dan Bagrenmin

6) Masukan dan koreksi draft SKB dari

masing2 instansi

- Dok Laporan M IV/11/2020 Tim Pokja dan

Bagrenmin. 7) Perbaiki dan finalisasi draft SKB - Turun

lapangan M II - M III/11/ 2020

Mentor, Projek Leader, dan Tim

Pokja

Page 38: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

27

No Milestone Kegiatan Output Waktu PIC

2. Tim pelaksana program

kegiatan lanjutan pembinaan/

penggalangan mantan Napiter di pulau Jawa

Penyusunan anggota tim pelaksana

pembinaan/ penggalangan. Menunjuk dan memilih personil yang

memiliki kemampuan pendekatan yang baik, dan kompetensi dibidang

komunikasi.

1) Rapat dan diskusi Pokja - Notules rapat M III/01/2021 P. Leader, Tim

Pokja 2) Buat Surat Permintaan personil

kpd instansi terkait

- Surat permintaan

M IV/01/2021 Tim Pokja dan Renmin

3) Pembuatan Surat Perintah Tugas - Surat Perintah Tugas

M III/02/2021 Tim Pokja dan Renmin

4) Pelaksanaan kegiatan

pembinaan/ penggalangan

terhadap 72 orang mantan

Napiter

- Laporan hasil pelaks tugas

M I/03- M II/ 06/2021

Tim Pokja dan Tim Stakeholder

terkait

5) Monitoring dan Anev - Laporan hasil

Anev

M III/05- M III/

06/2021

P. Leader, Tim

Pokja dan Renmin

Page 39: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

28

No Milestone Kegiatan Output Waktu PIC

3. Sosialisasi Strategi

program Deradikalisasi mantan Napiter melalui

program disengagement berbasis pendidikan dan

ekonomi kepada stakeholder terkait

Melakukan sosialisasi kepada

pejabat dan staf dilingkungan Densus 88 AT Polri dan kepada

Stakeholder terkait ttg Strategi program Deradikalisasi mantan

Napiter melalui program disengagement berbasis pendidikan dan ekonomi kepada

stakeholder terkait.

1) Rapat Pokja pelaksanaan

Sosialisasi Drat SKB

- Notulen rapat M II/05/2021 P. Leader, Tim

Pokja, Bagrenmin, Tim Stakeholder

terkait. 2) Pelaksanaan kegiatan sosialisasi

Draft SKB

- Laporan

pelaksanaan

M III/05- M III/

06/2021

Tim Sosialisasi SKB

3) Analisa dan Evaluasi - Laporan Anev M IV/06/2021 Mentor, P.

Leader dan Tim Sosialisasi.

Page 40: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

29

2.2.3. Milestones Jangka Panjang (Waktu: Juni 2021 sd Desember 2022 )

No Milestone Kegiatan Output Waktu PIC

1. Terlaksana dan

ditandatanganinya SKB antara POLRI, BNPT dan

Stakeholder terkait ttg Strategi Kebijakan

Deradikalisasi mantan Napiter melalui Program Disengagement berbasis

Pendidikan dan Ekonomi di Indonesia.

Draft yang sudah disusun kemudikan

dikirim kepada pimpinan Stakeholder terkait untuk dilakukan sinkronisasi

dimasing-masing instansi.

Jika ada masukan dan koreksi atas

draft yang dikirimkan kemudikan dilakukan pembahasan dan diskusi tentang penting masukan dan koreksi

dimaksud.

1) Pengiriman draft SKB ke Divkum

Polri dan pimpinan stakeholder

terkait untuk dilakukan sinkronisasi

- Draft agenda

rapat

M I/01/2021 P. Leader & Tim

Pokja

2) Pembahasan draft SKB di masing2

instansi guna pemberoleh

masukan

- Notulen rapat M II/01/2021 P. Leader &Tim Pokja

3) Rapat tim Pokja draft stakeholder

terkait untuk finalisasi

- Surat und/ T. Terima

M II/01/2021 Tim Pokja

4) Pembuatan draft final untuk

diparaf masing2 bidkum masing2

stakeholder

- Laporan hasil FGD

M I/02/2021 Mentor, P.Leader, Tim stakeholder

terkait 5) Penjadwalan dan proses

undangan pelaksanaan

penandatangan SKB

- Draft awal M II/02/2021 Tim Pokja dan

Bagrenmin

6) Penandatanganan SKB. - Dok Laporan M IV/11/2020 Tim Pokja dan Bagrenmin.

Page 41: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

30

No Milestone Kegiatan Output Waktu PIC

2. Terwujudnya Strategi

Kebijakan Deradikalisasi mantan Napiter melalui

Program Disengagement berbasis Pendidikan dan

Ekonomi di Indonesia

Sosialisasi dan implementasi Strategi

Kebijakan Deradikalisasi mantan Napiter melalui Program

Disengagement berbasis Pendidikan dan Ekonomi di Indonesia.

1) Rapat Pokja pelaksanaan solisasi

SKB

- Notulen Rapat M II/11/2021 P. Leader dan

Tim Pokja

2) Pelaksanaan kegiatan sosialisasi

SKB

- Laporan pelaks

sosialisasi

M IV/11/2021 -

M IV/5/2022

Tim Pokja

3) Pelaksanaan kegiatan

pembinaan mantan Napiter

secara terencana dan

pemetaan program kegiatan

pembinaan dan penggalangan

- Laporan

pelaksanaan

kegiatan

M II/11/2021-M

II/12/2022

Tim Pokja

4) Monitoring dan Anev - Laporan

pelaksaan Monev

M II/10- M III/ 12/2022

P. Leader dan

Tim Pokja

Page 42: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

31

2.3. Tata Kelola

Keberhasilan suatu organisasi sangat ditentukan oleh bagaimana

seorang pemimpin untuk bisa meggerakkan semua potensi yang

dimiliki baik sarana dan prasarana maupun sumber daya manusia. Jika

dianalogikan seperti sebuah Kapal maka tidaklah mungkin kapal bisa

berlayar dengan baik apabila semua crew/ awak kapal tidak bekerja

sesuai dengan tugas fungsi masing-masing. Kerja tim adalah kuncinya,

namun demikian untuk sebuah Tim bisa bergerak, pengelolaan semua

sumber daya harus baik agar semua komponen saling mendukung

antara satu bagian dengan bagian lainnya, dan tentunya sangat

diperlukan kepiawaian dan kemampuan seorang pemimpin untuk

mengorganisir dan menggerakkan semua potensi yang ada.

Tata kelola proyek perubahan ini tergabung dalam struktur

organisasi Tim Efektif dan melibatkan para pemangku kepentingan dari

kementerian/Lembaga (K/L) terkait. Tim efektif mencakup staf dan

tenaga ahli pada Direktorat dan Bagian/ Sub Bagian di lingkup Densus

88 AT Polri. Pemangku kepentingan (stakeholder) dalam program

kegiatan proyek perubahan ini diantaranya:

a. Institusi Internal, Pejabat pada:

1) Dit Intelijen Densus 88 AT Polri

2) Dit Sidik Densus 88 AT Polri

3) Dit Idensos Densus 88 AT Polri

4) Dit Pencegahan Densus 88 AT Polri

5) Bagrenmin Densus 88 AT Polri

6) Bag Banops Densus 88 AT Polri

7) Bag Ops Densus 88 AT Polri

8) Satgaswil jajaran Densus 88 AT Polri

9) Urusan Keuangan Densus 88 AT Polri

10) Baintelkam Polri

11) Korbimmas Polri

Page 43: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

32

12) Polda/Polres/Polsek

b. Institusi Eksternal, Pejabat pada:

1) Ditjenpas

2) Kemendagri

3) Kemenkumham

4) Komnasham

5) Kemenag

6) Kemendiknas

7) Kemenpan

8) Kemenaker

9) Kemensos

10) Kemen Perindustrian

11) Kemendag

12) Bapenas

13) Kodam/Korem/Kodim/ Koramil

14) Pemprov/Pemkab/Kota/Kecamatan/Kelurahan

15) Majelis Ulama Indonesis (MUI)

16) Ikatan Pesantren Indonesia (IPI)

17) Organisasi Kemasyrakatan

18) Oragisasi Keagamaan

19) Tokoh Agama

20) Tokoh Masyarakat

21) Tokoh pemuda

22) LSM/Assosiasi

23) Yayasan Lingkar Perdamaian, Lamongan (Ustad Ali Fauzi)

24) Yayasan Al Hidayah, Medan (Ustad Ghozali)

25) DASP, Jakarta (Ustad Nasir Abbas)

26) Dll

Dalam pengelolaan proyek perubahan ini, telah dibangun

sebuah struktur pelaksana agar ketika proyek ini dijalankan semua

pihak dan tim yang terlibat didalamnya telah memiliki pembagian

tugas dan tanggung jawab masing-masing, hal ini guna

menghindarkan adanya kesalahan yang bisa mengakibatkan tidak

maksimalnya hasil yang diharapkan sesuai dengan perencanaan yang

Page 44: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

33

telah didesain sebelumnya. Adapun struktur pelaksana proyek

perubahan adalah sebagai berikut:

Table 3 - Struktur Organisasi Proyek Perubahan

1. Atasan/ Mentor : Irjen Pol. Marthinus Hukom, S.I.K., M.Si,

Kadensus 88 AT Polri

2. Coach : Ibu Dr. Elly Fariani, M.Sc, Widyaiswara

Utama pada LAN RI

3. Project Leader : Dr. Hoiruddin Hasibuan, S.H., M.Hum.

Peserta PKN 1, Angkatan 47, NDH_21

4. Tim Pemutahitan Data : Koordinator : Marsan Saputra, S.E

Anggota : Uci Diana S.K.M.,

Sandytias Prakoso, S.H., Rakhe Tegar,

Farhan.

5. Tim Kebijakan : Koordinator : Mardiman Sane, S.H., M.H.

Anggota : Nana Sudrajat, M.Psi,

Azda, Anandafi, Sudarma.

6. Tim Kerja : Koordinator : Laga Bring, S.H.

Anggota : Tri Wahyudi, Lerry Ibrahim,

Bagus Faturrohman, Aris Yudianto

Page 45: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

34

Page 46: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

35

BAB III

PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN

Penjelasan mengenai Proyek Perubahan difokuskan pada

perkembangan pelaksanaan tahap jangka pendek. Kelancaran

pelaksanaan kegiatan pada jangka pendek ini menjadi titik tolak

utama keberhasilan pelaksanaan tahap jangka menengah dan

jangka panjang.

3.1. Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan Proyek Perubahan berjalan dengan baik

berdasarkan tahapan/ milestone yang telah direncanakan. Tim Pokja

bekerja sesuai perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Adapun

Pilot Project pada Proyek Perubahan yang dilaksanakan berupa

pendekatan dan penggalangan terhadap 6 (enam) orang mantan

narapidana terorisme di 3 (tiga) Provinsi yakni Provinsi DKI Jakarta

Jakarta, Jawa Barat dan Banten.

3.1.1. Konsultasi pra pelaksanaan Proyek Perubahan dengan Kadensus

88 AT Polri

Sebelum Proyek Perubahan dilaksanakan, Project Leader

melakukan diskusi dan konsultasi kepada Irjen Pol. Marthinus Hukom,

S.I.K., M.Si. selaku Mentor yang juga menjabat sebagai Kadensus 88 AT

Polri. Selanjutkan sesuai arahan Kadensus untuk berkonsultasi dan

berdiskusi dengan Brigjen Pol Sentot Prasetyo, S.I.K sebagai

Wakadensus yang ditunjuk sebagai Co-Mentor. Dalam pertemuan

tersebut mentor memberikan masukan, dukungan dan rekomendasi

Page 47: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

36

teknis agar pelaksanaan Proyek Perubahan dapat berjalan dengan

baik, lancar dan terlaksana sesuai tujuan yang diharapkan.

Gambar 1- Project Leader konsultasi ke Mentor di kantor

Wakadensus 88 AT Polri

3.1.2. Rapat awal pembentukan Tim Efektif dan pengumpulan data

serta informasi terkait mantan narapidana terorisme.

Project Leader membentuk Tim Efektif guna melakukan koordinasi

dan membangun sinergitas untuk keberhasilan pencapaian Proyek

Perubahan serta untuk menyamakan persepsi dalam mengumpulkan

data dan informasi terkait mantan narapidana terorisme. Rapat awal

pembentukan Tim Efektif dilakukan di safehouse Satgaswil Kep. Bangka

Belitung. Kemudian setelah nama-nama personil yang dilibatkan

dapat Tim efektif yang terdiri dari: a. Tim Pemutahiran Data; b. Tim

Kebijakan dan c. Tim Kerja, dilanjutkan dengan pembuatan Surat

Perintah Kadensus 88 AT Polri.

Page 48: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

37

Gambar 2 - Tim Leader Memberikan arahan kepada Tim Efektif

Page 49: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

38

Gambar 3 - Tim Pokja menyusun Surat Perintah Kadensus tentang pelaksanaan

Proyek Perubahan (8/9/2020)

3.1.3. Rapat pembahasan inventarisasi dan validasi data mantan

narapidana terorisme

Rapat lanjutan dan diskusi terkait proyek perubahan ini

membahas mengenai validasi data mantan narapidana terorisme dan

disepakati dan dibagi beberapa tim, dengan melakukan

pengumpulan data dimulai dari internal Densus 88 AT Polri yang

memiliki akses dan informasi menengai mantan narapidana terorisme,

yakni: Direktorat Idensos, Direktorat Pencegahan, Direktorat Intelijen,

Direktorat Penyidikan, Bagian Operasional. Sedangkan untuk Instansi

eksternal yaitu: Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditejenpas)

Kemenkumham RI dan beberapa Lapas yang bisa dihubungi yakni:

Lapas Cipinang, Lapas Makassar, Lapas Nusakambangan, Lapas

Lowokwaru Malang, Lapas Tanjung Gusta Medan, Lapas Madiun.

Dilanjutkan dengan pembahasan rencana mengadakan rapat

pembahasan Proyek Perubahan dengan mengundang seluruh

Page 50: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

39

Pejabat Utama (PJU) di lingkungan Densus 88 AT Polri. Sehubungan

dengan pandemic Covid-19 maka disepakati pelaksanaan rapat

pembahasan akan dilakukan secara virtual melalui aplikasi Zoom

Meeting.

Gambar 4 - Project Leader dan anggota pokja berdiskusi dalam rapat lanjutan

terkait Proyek Perubahan (11/9/2020)

Selanjutnya, Tim pokja membuat Nota Dinas untuk Pejabat Utama

(PJU) Densus 88 AT Polri perihal undangan rapat pembahasan Proyek

Perubahan yang akan dilaksanakan pada tanggal 17 September 2020

secara virtual melalui aplikasi Zoom Meeting.

Page 51: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

40

Gambar 5 - Anggota pokja menyusun Nota Dinas undangan rapat pembahasan

Proyek Perubahan (11-09-2020)

3.1.1. Rapat Pembahasan Proyek Perubahan Bersama Pejabat Utama

(PJU) Densus 88 AT Polri.

Rapat Pembahasan Proyek Perubahan diikuti oleh Pejabat Utama

(PJU) Densus 88 AT Polri secara virtual melalui aplikasi Zoom Meeting.

Project Leader memaparkan tentang Rancangan Proyek Perubahan

dengan judul “Strategi Deradikalisasi Mantan Narapidana Terorisme

Melalui Program Disengagement Berbasis pada Pendidikan dan

Ekonomi”.

Diskusi berjalan lancar dan dinamis, banyak tanggapan dan

masukan yang diberikan oleh peserta rapat dan semua setuju bahwa

dalam penanganan mantan narapidana terorisme harus dilakukan

dengan cara-cara humanis termasuk salah satunya dengan

mendekati mereka dalam bidang pendidikan dan ekonomi yang

merupakan kebutuhan utama sehari-hari. Kadensus dan PJU Densus 88

AT Polri dan seluruh PJU Densus 88 AT Polri menyatakan mendukung dan

Page 52: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

41

siap membantu terkait pelaksanaan Proyek Perubahan yang

dilaksanakan.

Gambar 6 - Project Leader dan anggota pokja berdiskusi terkait Proyek

Perubahan (11-09-2020)

3.1.2. Inventarisasi data mantan narapidana terorisme dalam rangka

pemutahiran (updating)

Inventarisasi data mantan narapidana terorisme dalam rangka

pemutahiran data yang dilakukan oleh Pokja secara sistematis dengan

melakukan koordinasi dengan Direktorat Indensos Densus 88 AT Polri

dan Bagian Ops Densus 88 AT Polri, juga menerjunkan tim Pokja ke

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas) Kemenkumham RI dan

sejumlah Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) di daerah yang menjadi

tempat para mantan narapidana terorisme menjadi warga binaan.

Adapun Lapas yang dikunjungi, yaitu: Lapas Kelas 1 Cipinang, Lapas

Kelas 3 Gunung Sindur, Lapas Kelas I Malang, Lapas Kelas I

Kedungpane Semarang, Lapas Kelas 1 Surabaya dan Lapas Kelas 1

Makassar. Hal ini dimaksudkan agar data yang ada di Densus 88 AT Polri

Page 53: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

42

kemudian di-cross check dengan data yang dimiliki oleh Ditjenpas dan

Lapas guna memperolah hasil yang akurat, sebab sangat mungkin

rekaman data dimasing-masing instansi kemungkinan berbeda

sehingga akan saling melengkapi.

Disamping itu, juga diharapkan dengan pelaksanaan demikian

akan diperoleh informasi yang lebih lengkap mengenai alamat atau

domisili terakhir dari para mantan narapidana terorisme yang mungkin

selama ini masih menjalin komunikasi dengan petugas Lapas dimana

mereka pernah menjalani hukuman (warga binaan). Sehingga dengan

demikian akan sangat bermanfaat dalam rangka updating data yang

dilaksanakan. Dalam pelaksanaannya, Tim kerja melakukan inventarisir

semua data dan informasi berupa: Nama berikut alias-alias, alamat

atau domisili ketika bebas, pekerjaan, data keluarga, dll.

Setelah data dan informasi diperoleh, kemudian dilakukan validasi

dengan susunan berdasarkan wilayah Propinsi, guna memudahkan

koordinasi dan perencanaan dalam rangka pembinaan/

penggalangan mereka dikemudian hari, sebab data tersebut masih

bersifat umum sehingga perlu dilakukan pendalaman di lapangan oleh

stakeholder terkait berdasarkan wilayah tempat tinggalnya.

Diharapkan kedepan Satgaswil Densus di seluruh Indonesia yang

menjadi motor penggerak, berkolaborasi dengan seluruh komponen

terkait dan masyarakat untuk melakukan pembinaan dan

penggalangan mantan narapidana terorisme yang ada di wilayah

masing-masing dengan menerapkan “Strategi Deradikalisasi Mantan

Narapidana Terorisme Melalui Program Disengagement Berbasis

Pendidikan dan Ekonomi”.

Page 54: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

43

Gambar 7 - Project Leader dan Tim Pokja berkoordinasi dengan Katim Idensos

DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten terkait tahapan yang akan dilakukan dalam pemutahiran data mantan napiter

3.1.3. Focus Group Discussion (FGD) bersama stakeholder terkait.

Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Quick Wins Kegiatan

I tentang Pencegahan/ Penanggulangan Paham Radikal dan Anti

Pancasila Guna Mewujudkan Situasi Kamtibmas yang Aman dan

Kondusif” diadakan dalam rangka diskusi dan tukar pendapat dari

berbagai sudut pandang stakeholder terkait seperti Korbinmas,

Baintelkam, Divkum Polri, Ditjenpas, Lapas, TNI, MUI, Tokoh Agama,

Tokoh Masyarakat, Tokoh Media, Pemerhati Budaya, Perwakilan Bem

dari berbagai Universitas/ Perguruan Tinggi, dll. FGD ini dilaksanakan di

Hotel Ambhara, Jakarta Selatan.

Page 55: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

44

Gambar 8 - Project Leader memberikan materi dalam Focus Group Discussion

(FGD) bersama stakeholder terkait (24-09-2020)

3.1.4. Melakukan koordinasi dan diskusi dengan jajaran Direktorat

Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas) Kemenkumham RI

Pada tanggal 25 September 2020, Project Leader bersama pokja

melakukan koordinasi dan diskusi dengan Bapak Irjen Pol Reynhard

Silitonga, Dirjen Pemasyarakatan dan beberapa pejabat jajarannya,

bertempat di kantor Ditjenpas, Jalan Veteran, Jakarta Pusat.

Berdasarkan paparan singkat yang disampaian tentang Proyek

Perubahan “Strategi Deradikalisasi Mantan Narapidana Terorisme

melalui Program Disengagement Berbasis Pendidikan dan Ekonomi”,

dari paparan yang disampaikan kemudian ada beberapa masukan

dan saran dari DIrjenpas dan jajaran terkait dengan masalah

pembinaan kepada mantan narapidana terorisme yang sedang

menjalani hukuman di Lapas yang menjadi tanggung jawab pihak

Ditjenpas. Terhadap peroyek perubahan yang dilaksanakan, jajaran

Ditjenpas (termasuk Lapas) penyatakan mendukung sepenuhnya

Page 56: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

45

dann siap membantu dalam proses palaksanaannya khususnya dalam

hal pemberian data dan informasi yang dibutuhkan mengenai mantan

narapidana terorisme yang telah selesai menjalani hukuman.

Gambar 9 - Dirjenpas Kemenkumham RI (IJP Drs. Reinhard Silitonga)

(Bukti dukungan berupa video pernyataan Dirjenpas Kemenkumham

RI)

3.1.5. Rapat penentuan target mantan narapidana teroris untuk

pembinaan dan penggalangan (handling).

Project Leader dan Tim Pokja membahas dan menentukan 6

(enam) orang target handling yang terdiri dari 2 (dua) orang mantan

napiter dari DKI Jakarta, 2 (dua) orang mantan napiter dari Jawa

barat dan 2 (dua) orang mantan napiter dari Banten. Pelaksanaan

penentuan target melalui koordinasi dengan Katim Idensos DKI

Jakarta, Jawa Barat dan Banten yang merupakan anggota Tim

pelaksana handling, selanjutnya disepakati langkah-langkah

penggalangan dan pembinaan yang akan dilakukan dalam

menghandling mantan napiter tersebut.

Page 57: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

46

Gambar 10 - Project Leader dan Tim Pokja membahas target handling (01-10-

2020)

Berdasarkan diskusi dan masukan dari Tim handling, disepakati 6

orang mantan ranapidana teroris yang menjadi target pembinaan

dan penggalangan, yakni:

NO NAMA TARGET ALAMAT TARGET PROVINSI HANDLER

1 Jais Halim Als

Bj Als Hendrik

Als Daeng

Jalan Muara Baru Blok

D No, 128 RT. 16 RW. 17

Kel. Pejaringan, Kec.

Pejaringan, Jakarta

Utara

DKI

Jakarta

Kompol

Goentoro W

Brigpol Taufik H

2 Ahmad

Jaelani Bin

Kusnan

Jalan Muara Baru

RT.19 RW.17 Kel.

Pejaringan, Kec.

Pejaringan, Jakarta

Utara

DKI

Jakarta

Kompol

Goentoro W

Brigpol Taufik H

Page 58: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

47

3 Rahman

Surahman Als

Abu Faidil Bin

Mudri

Jagasatru Selatan RT 3

RW 10 Kel, Jagasatru

Kec. Pekalipan Kota

Cirebon

Jawa

Barat

Kompol Beri

Diatra, S.I.K.,

M.H.

Akp Satori, S.H.

4 Wachidun

Triono Als Abu

Faqih Bin

Marsudi

Babakan Sari RT

002/008 Kel. Pasirbiru

Kec. Cibiru Kodya

Bandung

Jawa

Barat

Kompol Beri

Diatra, S.I.K.,

M.H.

Akp Satori, S.H.

5 Irhan

Nugraha Als

Abu Azzam

Kp. Menes RT.001/004,

Desa Menes, Kec.

Menes, Kab.

Pandeglang, Banten

Banten

Bripka Leo

Martien, Bripka

Gilang E Ertis

6 Safryson Als

Econ

Perumahan Lebak

Indah Griya Asri RT 04

RW 07 BLOK A1/33

Kramatwatu, Kota

Serang, Banten

Banten Bripka Leo

Martien, Bripka

Gilang E Ertis

Table 4 - DAftar Nama Target Pembinaan dan Penggalangan

3.1.6. Melakukan kegiatan pembinaan/penggalangan Tahap Pertama

(Minggu I Oktober 2020)

Tim Pokja bersama Tim Idensos dari Satgas DKI Jakarta, Jawa

Barat dan Banten turun ke lapangan berjumpa dan silaturrahmi

dalam rangka melakukan pembinaan/ penggalangan terhadap 6

(enam) orang mantan narapidana terorisme yang menjadi pilot

project.

Tim melakukan pendekatan secara bertahap dengan

melibatkan petugas Kepolisian, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat dan

pemerintah desa setempat, sesuai dengan kondisi di lapangan, cara

Page 59: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

48

dan teknis terbaik yang efektif serta bisa diterima oleh target

(situasional).

1) DKI Jakarta

Gambar 11 - Silaturrahmi kpd Jais Halim dalam rangka penggalangan

Gambar - Silaturrahmi kpd Ahmad Jaelani dalam rangka penggalangan

Page 60: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

49

2) Jawa Barat

Gambar 12 - Silaturrahmi kpd Rahman Surahman dalam rangka

penggalangan

Gambar 13 - Silaturrahmi kpd Wachidun Triono Als Abu Faqih Bin Marsudi

dalam rangka penggalangan

Page 61: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

50

4) Banten

Gambar 14 - Silaturrami kpd Irhan Nugrara Als Abu Azzam dalam rangka

penggalangan

Page 62: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

51

Gambar - Silaturrahmi kpd Safryson als Econ dalam rangka penggalangan

3.1.7. Melakukan koordinasi dan diskusi dengan jajaran Badan

Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

Project Leader bersama pokja melakukan koordinasi dan diskusi

dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Hotel

Aston Sentul, Bogor. Koordinasi dan diskusi yang dilakukan terkait

Proyek Perubahan, dari paparan yang disampaikan kemudian

mendapat dukungan penuh dari Kepala BNPT, Deputi 1 Pencegahan

BNPT, Direktur Perlindungan BNPT, Direktur Deradikalisasi dan Kepala

Bagian Perencanaan BNPT. Hal ini seiring dengan penyamaan

persepsi dan kesepahaman dalam melakukan deradikalisasi

terhadap mantan narapidana terorisme.

Dalam pertemuan yang dilakukan dengan para pejabat BNPT

menyambut baik adanya gagasan, konsep dan pemikiran yang

dipaparkan oleh project leader, sebab sangat sesuai dengan tugas

BNPT dalam rangka upaya penanggulangan terorisme khususnya

Page 63: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

52

dalam rangka penanganan terhadap para mantan narapidana

terorisme maupun keluarganya, sebagai salah satu tugas pokok BNPT

dibidang pencegahan.

a. Kepala BNPT

Diskusi dan koordinasi berjalan lancar, diawali dari penyampaian

paparan singkat dari project leader tentang proyek perubahan yang

akan dilaksanakan, dengan inovasi yang dirancang dalam rangka

upaya pencegahan dan deradikalisasi melalui program

disengagement mantan narapidana terorisme, kemudan Kepala

BNPT (Bapak Komjem Pol Dr. Drs. Bay Rafli Amar, M.Si) menyambut baik

dan sangat mendukung dan akan membantu sepenuhnya.

Gambar 15 - Project Leader melakukan diskusi terkait Proyek Perubahan

dengan Kepala BNPT, Komjen. Pol. Dr. Drs. Boy Rafli Amar, M.Si. dan mendapat dukungan sepenuhnya (07-10-2020)

(Bukti dukungan berupa video pernyataan Kepala BNPT)

b. Deputi 1 Pencegahan BNPT

Page 64: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

53

Setelah project leader penyampaian dan paparan singkat

tentang proyek perubahan yang akan dilaksanakan, dan menyimak

inovasi yang dirancang dalam rangka upaya pencegahan dan

deradikalisasi melalui program disengagement mantan narapidana

terorisme, sebagai pejabat Deputi yang membidangi pencegahan

tindak pidana terorisme kemudan Bapak Mayjen TNI Hendri P. Lubis

menyatakan mendukung sepenuhnya proyek perubahan yang

digagas.

Gambar 16 - Project Leader melakukan diskusi terkait Proyek Perubahan

dengan Deputi 1 BNPT, Mayjen TNI Hendri P. Lubis (17-10-2020)

(Bukti dukungan berupa video pernyataan Deputi I BNPT)

c. Derektur Perlindungan BNPT

Page 65: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

54

Dari paparan singkat dari project leader tentang proyek

perubahan yang akan dilaksanakan terkait upaya pencegahan

melalui program disengagement mantan narapidana terorisme,

sebagai Direktur Perlindungan BNPT, kemudan Bapak Brigjen Pol. Drs.

Herwan Haidir, menyatakan mendukung sepenuhnya atas proyek

perubahan yang dirancang.

Gambar 17 - Project Leader melakukan diskusi dan mendapat dukungan dari

Direktur Pencegahan BNPT,

(Bukti dukungan berupa video pernyataan Dir Perlindungan BNPT)

d. Derektur Deradikalisasi BNPT

Setelah Project leader memaparkan tentang proyek perubahan

yang akan dilaksanakan dalam rangka upaya deradikalisasi

khususnya melalui program disengagement mantan narapidana

terorisme, sebagai Direktur Deradikalisasi BNPT, kemudian Bapak Prof.

Dr. Irfan Idris, penyampaikan bahwa gagasan tersebut sangat bagus

dan merupakan satu torobosan dalam rangka pendekatan dan

pembinaan terhadap mantan narapidana terorisme yang jumlahnya

sudah sangat banyak dan perlu penanganan khsusus agar mereka

Page 66: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

55

tidak kembali bergabung dengan kelompoknya. Selanjutnya

menyatakan mendukung sepenuhnya atas proyek perubahan yang

dirancang.

Gambar 18 - Prof. Dr. Irfan Idris, Direktur Deradikalisasi BNPT,

(Bukti dukungan berupa video pernyataan Dir Deradikalisasi BNPT)

e. Kabag Perencanaan BNPT

Setelah menyimak paparan singkat dari project leader tentang

proyek perubahan yang akan dilaksanakan terkait upaya

pencegahan melalui program disengagement mantan narapidana

terorisme, sebagai Kabag perencanaan BNPT, kemudan Bapak Drs.

Bambang Surono, menyatakan mendukung sepenuhnya atas proyek

perubahan yang dirancang khususnya terkait masalah

penganggaran kegiatan penggalangan terhadap mantan

narapidana terorisme dimasa mendatang .

Page 67: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

56

Gambar 19 - Project Leader berdiskusi terkait proyek perubahan dengan Karoren

BNPT, Bangbang Surono, Ak., M.M. (07-10-2020)

3.1.8. Melakukan kegiatan pembinaan/penggalangan tahap Kedua

(Minggu I November 2020)

Tim Pokja bersama Tim Idensos dari Satgas DKI Jakarta, Jawa

Barat dan Banten melanjutkan kegiatan pembinaan/ penggalangan

terhadap 6 (enam) orang mantan narapidana terorisme yang sudah

dilakukan pendekatan awal (Tahap I). Tim memastikan bahwa

keenam orang napiter tersebut sudah benar-benar kembali

mengakui NKRI dan sudah melepaskan paham serta ideologi

radikalnya sehingga dikategorikan zona hijau. Adapun dari hasil

pembinaan terhadap 6 (enam) orang mantan narapidana terorisme

didapatkan data sebagai berikut :

Page 68: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

57

No Nama Alamat Pendd Pekerjaan Keluarga

1 JAIS HALIM

Als BJ Als

HENDRIK Als

DAENG

Jalan Muara

Baru Blok D

No, 128 RT.

16 RW. 17

Kel.

Pejaringan,

Kec.

Pejaringan,

Jakarta

Utara

SLTA Pengelola

Juru Parkir

Muara

Angke

- Sabariah

(Istri) :

Jualan mie

ayam

- Sofiana

(anak) : IRT

- Siti

Nurhadania

(anak) : IRT

2 AHMAD

JAELANI Bin

KUSNAN

Jalan Muara

Baru RT.19

RW.17 Kel.

Pejaringan,

Kec.

Pejaringan,

Jakarta

Utara

SLTP Juru Parkir - Kusnan

(ayah) :

Supir

- Rosada (ibu)

: Karyawan

Swasta

- Khoirul

Umam

(adik) :

sekolah

pesanyttren

3 IRHAN

NUGRAHA

Als ABU

AZZAM

Kp. Menes

RT.001/004,

Desa Menes,

Kec. Menes,

Kab.

Pandeglang,

Banten

Strata

1 (S1)

Wiraswasta

(dagang)

- Suci

Komalasari

(Istri) : Guru

- Abdullah

Azzam

Mauza

(anak) :

balita

4 SAFRYSON

Als ECON

Perumahan

Lebak Indah

Griya Asri RT

04 RW 07

BLOK A1/33

Kramatwatu,

Kota Serang,

Banten

SLTA Penjual

Bakso

- Suersih (Istri) :

IRT

- M. Ikram

Habibullah

(anak) :

Swasta

- Abdul Aziz

Mudzakir

Page 69: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

58

(anak) :

bantu jualan

bakso

- Zakiyah

Darojatain

(anak) :

belum

bekerja

- Umar Billah

(anak):

sekolah SMA

- M. Faalih Al-

Faaruq

(anak) :

sekolah SMP

5 RAHMAN

SURAHMAN

Als ABU

FAIDIL Bin

MUDRI

Jagasatru

Selatan RT 3

RW 10 Kel,

Jagasatru

Kec.

Pekalipan

Kota

Cirebon

Tamat

SD

Belum

punya

usaha,

sedang

diupayakan

diberikan

mesin jahit

- Sri Indayati

(Istri) : IRT

- Citra

Anggriani

(anak) :

pelajar SMA

- M. Faidil

Ilham (anak)

: Pelajar SD

- Karima

Haura

Zuhda

(anak) :

balita

6 WACHIDUN

TRIONO Als

ABU FAQIH

Bin

MARSUDI

Babakan

Sari RT

002/008 Kel.

Pasirbiru

Kec. Cibiru

Kodya

Bandung

SLTA Pedagang

Sandal

Iin Kurniastuti

(Istri) : IRT

- M.

Faqihuddin

Annahba

(anak)

:pelajar SMP

Ahmad Al

Aukaly

Page 70: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

59

(anak):

Pelajar SD

Aisyah Naura

Auni (anak) :

pelajar SD

Table 5 - Data update target Narapidana terorisme yang menjadi pembinaan

1) DKI Jakarta

Gambar 20 - Silaturrahmi kedua kpd Jais Halim dalam rangka

penggalangan

Gambar 21 - Silaturrahmi kedua kpd Ahmad Jaelani dalam rangka

penggalangan

Page 71: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

60

2) Jawa Barat

Gambar - Silaturrahmi kedua kpd Rahman Surahman dalam rangka

penggalangan

Gambar 22 - Silaturrahmi kedua kpd Wachidun Triono Als Abu Faqih Bin

Marsudi dalam rangka penggalangan

3) Banten

Page 72: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

61

Gambar 23 - Silaturrami kedua kpd Irhan Nugrara Als Abu Azzam dalam

rangka penggalangan

Gambar 24 - Silaturrahmi kedua kpd Safryson als Econ dalam rangka

penggalangan

3.1.9. Focus Group Discussion (FGD) tentang Peraturan Kadensus.

Focus Group Discussion (FGD) internal dihadiri oleh Pejabat

Utama (PJU) Densus 88 AT Polri agenda pembahasan mengenai

rancangan Peraturan Kadensus (Perkadensus). FGD ini dilaksanakan

di ruang rapat Densus 88 AT Polri dan dipimpin oleh Kadensus. Project

Page 73: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

62

Leader memaparkan secara garis besar mengenai rancangan

Perkadensus karena berhubungan dengan Proyek Perubahan yakni

mengenai Deradikalisasi Mantan Narapidana Terorisme. Saran,

masukan serta dukungan dari Para PJU Densus 88 AT Polri menjadi

pedoman dalam proses penyusunan konsep draft Perkadensus.

Gambar - FGD Internal Densus 88 AT Polri ttg Perkadensus (5/11/2020)

3.1.10. Menyusun draft Peraturan Kadensus tentang Deradikalisasi

Mantan Narapidana Terorisme

Tim Pokja bekerja untuk menyusun draft Peraturan Kadensus

(Perkadensus) tentang Deradikalisasi Mantan Narapidana Terorisme

Melalui Program Disengagement Berbasis Pendidikan dan Ekonomi.

Konsep draft Perkadensus disusun berdasarkan konsep penanganan

mantan narapidana terorisme. Dengan berbagai referensi, diskusi dan

hasil FGD internal, konsep draft Perkadensus dibuat untuk selanjutnya

ditelaah dan disempurnakan.

Page 74: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

63

Apabila dianggap sudah sempurna draft Perkadensus yang telah

disempurnakan menjadi draft Perkadensus kemudian dikaji ulang dan

selanjutnya diserahkan ke Divkum Polri untuk dilakukan verifikasi.

Gambar 25 - Tim menyusun konsep draft Perkadensus untuk selanjutnya ditelaah dan disempurnakan (Minggu kedua November).

Gambar 26 - Tim menyusun dan menyempurnakan draft Perkadensus untuk selanjutnya dikaji untuk diverifikasi (Minggu ketiga November).

Page 75: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

64

3.1.11. Melakukan Monitoring dan evaluasi (Monev) terhadap jalannya

pelaksanaan kegiatan proyek perubahan.

Tujuan monitoring dan evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat

pencapaian dan kesesuaian antara rencana yang telah ditetapkan

dalam perencaan program dengan hasil yang dicapai melalui

kegiatan dan/atau program secara berkala. Apabila dalam

pelaksanaan Monev ditemukan masalah atau penyimpangan, maka

secara langsung dapat dilakukan bimbingan, saran-saran dan cara

mengatasinya.

Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan oleh Project Leader

bersama beberapa pejabat utama Densus 88 AT Polri dan Kasatgaswil

Densus 88 AT Polri (Kombes Pol. Wawan Ridwan, S.I.K., Kabagrenmin;

Kombes Pol. Dayan Blegur, S.I.K., Kabagops; Kombes Pol. Amie

Prindani, S.I.K., M.Si./ DKI Jakarta, Kombes Pol. Arief Mahfudianto, S.I.K.,

M.Si., dan AKBP I. Wayan Sukarena, S.H.) secara simultan sejak Tim

efektif mulai bekerja, yang menjadi fokus adalah terkait dengan

jalannya rangkaian kegiatan yang telah direncanakan sesuai dengan

milestone yang disusun.

Dalam kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan yang menjadi

titik perhatian adalah apakah tim telah bekerja sesuai dengan arahan

dan kesepakatan dalam setiap sub kegiatan, sehingga hasil yang

diharapkan termasuk waktu yang dialokasikan, apakah berjalan

dengan baik. Jika ada kendala ataupun terjadi pergeseran waktu

karena kondisi lapangan maupun adanya persoalan yang membuat

adanya hambatan, maka kemudian segera diambil langkah strategis

Page 76: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

65

agar kendala yang ada bisa diatasi, guna lancar dan terlaksananya

program kegiatan yang sedang dikerjakan.

Dalam kegiatan yang sifatnya administrasi seperti pembuatan

surat perintah, surat undangan rapat/FGD dan pembuatan draft

peraturan Kadensus, monitoring dilakukan dengan mengecek dan

menanyakan langsung kepada tim pelaksana setiap perkembangan.

Jika ada kendala dan kesulitan maka dilakukan diskusi untuk mencari

solusi jalan keluar, sehingga kegiatan bisa berjalan baik sesuai dengan

alokasi waktu dan agar memperoleh hasil yang diharapkan.

Kemudian dalam kegiatan lapangan yaitu kegiatan

pengumpulan dan inventarisasi data mantan narapidana terorisme di

lingkungan Densus 88 AT Polri dilakukan dengan koordinasi dengan

para Direktur dan Kabag masing-masing, sekaligus untuk bisa

memberikan masukan dan penjelasan tentang arti pentingnya

pemutahiran data mantan narapidana terorisme. Sedangkan kegiatan

pengumpulan dan inventarisasi data di Ditjenpas dan beberapa Lapas

yang menjadi objek, pelaksanaan montoring dan evaluasi umumnya

dilakukan dengan menggunakan komunikasi IT (whatsapp dan cell

phone) untuk memastikan kunjungan dan koordinasi yang dilakukan

oleh tim kerja yang ditugaskan.

Khusus kegiatan pembinaan dan penggalangan terhadap 6

(enam) orang target mantan narapidana terorisme yang menjadi pilot

project di 3 (tiga) provinsi (DKI, Jabar dan Banten) dilakukan dengan

kunjungan kepada petugas dan pejabat diwilayah masing-masing,

yaitu:

Page 77: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

66

a. Kapolrestro Jakarta Utara; Camat Penjaringan Jakarta Utara; Lurah

penjaringan Kec. Penjaringan, Jakarta Utara dan Tokoh

Masyarakat dan Tokoh Agama sekitarnya.

b. Kapolres Kota Cirebon; Camat Pekalipan Kota Cirebon; dan Lurah

Jagasatru Kec. Pekalipan, Kota Cirebon, Jabar dan Tokoh

Masyarakat dan Tokoh Agama sekitarnya.

c. Kapolres Bandung, Camat Cibiru Kota Bandung, dan Lurah Pasirbiru

Kec. Cibiru Kota Bandung dan Tokoh Masyarakat dan Tokoh

Agama sekitarnya.

d. Kapolres Pandeglang Banten, Camat Menes Pandeglang dan

Kepala Desa Menes Pandeglang Banten dan Tokoh Masyarakat

dan Tokoh Agama sekitarnya.

e. Kapolres Serang Banten, Camat Serang dan Lurah Kramatwatu Kec

Serang, Banten dan Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama

sekitarnya.

Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi dan

masukan terkait pelaksanaan kegiatan pembinaan dan

penggalangan yang dilakukan oleh Tim pelaksana, juga diharapkan

memperkaya hasanah upaya baik metode maupun langkah terbaik

yang akan dilakukan dalam penerapan program disengagement

dalam rangka upaya deradikalisasi mantan narapidana terorisme

dimasa yang akan datang.

Secara umum dapat disampaikan bahwa rangkaian

pelaksanaan kegiatan dalam tahapan jangka pendek yakni:

Pembentukan Tim Efektif, Pemutahiran data mantan narapidana

terorisme, Pelaksanaan pembinaan dan penggalangan terhadap 6

orang target mantan narapidana teroris, pembuatan peraturan

Page 78: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

67

kadensus dan monitoring dan evaluasi kegiatan, telah berjalan

dengan baik sesuai dengan yang direncanakan.

Gambar 27 - Project Leader melakukan cek finishing pelaksanaan kegaitan Monev

3.1.12. Menyusun laporan implementasi proyek perubahan.

Setelah rangkaian kegiatan Proyek Perubahan ini dilaksanakan,

maka selanjutnya disusun laporan implementasi dilengkapi dengan

capaian Proyek Perubahan

Inventarisasi data mantan narapidana terorisme dalam rangka

pemutahiran data yang dilakukan oleh Pokja secara sistematis dengan

melakukan koordinasi dengan Direktorat Indensos, Direktorat Intelijen,

Direktorat Penyidikan dan Bagian Operasi Densus 88 AT Polri, juga

menerjunkan tim Pokja ke Direktorat Jenderal Pemasyarakatan

(Ditjenpas) Kemenkumham RI dan sejumlah Lembaga

Pemasyarakatan (Lapas) di daerah yang menjadi tempat para

mantan narapidana terorisme menjadi warga binaan. Hal ini

dimaksudkan agar data yang ada di Densus 88 AT Polri kemudian

Page 79: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

68

dicross check dengan data yang dimiliki oleh Ditjenpas dan Lapas

untuk memperolah hasil yang akurat, sebab sangat mungkin rekaman

data dimasing-masing instansi akan saling melengkapi. Disamping itu

juga diharapkan dengan pelaksanaan yang demikian akan diperoleh

informasi mengenai alamat dan domisili terakhir dari para mantan

narapidana terorisme yang mungkin selama ini masih menjalin

komunikasi dengan petugas Lapas dimana mereka pernah menjalani

hukuman. Sehingga dengan demikian akan sangat bermanfaat dalam

rangka updating data yang dilaksanakan.

Gambar 28 - Tim Efektif sedang melaukan inventarisir data mantan

narapidana terorisme.

3.2. Peta Sumber Daya Proyek Perubahan

3.2.1. Regulasi

a. UU No. 5/2018 ttg Perubahan atas UU No. 15/2003 tentang

Pemberantasan TP Terorisme

b. UU No 9/2013, ttg Pencegahan dan Pemberantasan Tindak

Pidana Pendanaan Terorisme

c. UU No. 2/2002, ttg Kepolisian Negara Republik Indonesia

Page 80: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

69

d. UU No. 12/1995 ttg Pemasyarakatan

e. Perpres No. 12/2012 ttg BNPT

3.2.2. Sumber Daya Manusia (Stakeholders)

Stakeholders dapat diidentifikasi berdasarkan pengaruh (power)

dan kepentingan (interest) yang dimiliki. Indentifikasi stakeholder

berdasarkan empat kategori, yaitu Promotors (pengaruh dan

kepentingan tinggi), Latent (pengaruh tinggi dan kepentingan rendah),

Defenders (pengaruh rendah dan kepentingan tinggi), dan Apathetic

(pengaruh rendah dan kepentingan rendah).

Table 6 - Peta Sumberdaya Manusia

High Power

LATENS

1) Kemenaker 2) Kemenkes 3) Kemenperindustrian

4) Kementerian/ Dinas pertanian

5) Balai Pelatihan Kerja

6) Perbankan

15.Kemendikbud (D) 16.Bapenas (D) 17.Kesbanglinmas

Prov/Kab/Kota

18.Polda/Polres/Kodim

19.Kec/Polsek/Koramil 20.Kel/Desa

21.MUI 22. IPI (L) 23.Ormas/Orga (L)

24.Toga/Tomas/Toda (L) 25.Fak Psikologi (D) 26.Yayasan/Masy peduli

(D)

PROMOTORS

1. Dit Idensos 2. Dit Intel 3. Dit Sidik 4. Dit Pencegahan

5. Bag Ops 6. Srena Polri 7. Divkum Polri 8. Korbimas Polri 9. BNPT

10.Ditjenpas 11.Kemenag (L) 12.Kemendagri (D) 13.Kemenkeu (D) 14.Kemenkumham

1. Perguruan Tinggi 2. Lembaga

Pendidikan

3. Media

APETHETICS DEFENDERS

1. Pondok Pesantren

2. Para Pengusaha

3. Dewan Masjid Indonesia

Hig

h In

tere

st

Page 81: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

70

3.2.3. Anggaran

Keberhasilan suatu program kegiatan yang dilaksanakan

tentunya tidak terlepas dari anggaran, tanpa anggaran yang

memadai, hasil pelaksanaan kegiatan mustahil mendapatkan hasil

yang sempurna. Sehingga diperlukan adanya pengalokasian

anggaran dalam pelaksanaan suatu kegiatan. Anggaran ini bisa

bersumber dari internal Daftar Isian Proyek Anggaran (DIPA) yang

sudah dianggarkan secara jelas sejak program kegiatan

direncanakan, juga bisa diupayakan dari sumber lain sepanjang tidak

menyalahi aturan yang berlaku dan tidak bersifat mengikat, seperti

Corporate Social Responsibility (CSR).

Dalam pelaksanaan proyek perubahan ini, dapat dijelaskan

bahwa sumber anggaran yang dipergunakan adalah:

a. Bersumber dari anggaran DIPA Densus 88 AT Polri yang bisa

dimanfaatkan dalam kegiatan penggalangan Mantan

Narapidana Terorisme.

b. Dukungan anggaran yang bersumber dari pihak ketiga berupa

Corporate Sicial Responsibility (CSR) dari perusahaan yang memiliki

keperdulian terhadap penanggulangan TP Terorisme.

3.2.4. Potensi Pengembangan Sumber Daya

Dari analisis pemetaan para pihak yang terlibat dalam proyek

perubahan ini, dapat diidentifikasi potensi sumber daya yang dapat

dikembangkan, yaitu terdiri atas:

a. Sumberdaya manusia

Personil pelaksana pembinaan khususnya unit idensos Satgaswil

Page 82: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

71

jajaran dan yang bertugas di Ditidensos Densus 88 AT Polri memiliki

semangat, militansi dan daya juang tinggi. Secara berkala ada

pembinaan khusus dalam rangka peningkatan kemampuan

pembinaan dan penggalangan dari para senior yang memiliki

pengamanan dan jam terbang dibidang pembinaan dan

penggalangan. Disamping itu adanya dukungan dari pihak

kepolisian dan pihak terkait di daerah untuk diajak bersama

dalam pembinaan terhadap mantan narapidana terorisme dan

keluarganya.

Potensi lain yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan

deradikalisasi melalui program disengagement adalah para

mantan narapidana terorisme yang sudah sadar seperti misalnya:

Ustad Ghozali (Medan Sumut), Nasir Abbas (Jakarta), Ali Imron

(Lamongan Jatim) dll.

b. Anggaran

Dalam rangka kegiatan pembinaan dan penggalangan pada

setiap Satgaswil Densus 88 AT dapat menggunakan anggaran

bidang intelijen, walaupun anggaranya selalu lebih rendah dari

kebutuhan yang ada. Apabila tim dapat menggugah perhatian

dari pimpinan daerah setempat seperti Bupati/walikota, Kapolres

dan pihak terkait, program pembinaan akan dapat lebih

maksimal.

c. Metode

Satgaswil kewilayahan Densus 88 AT Polri telah melakukan

koordinasi dan hubungan yang baik dengan pimpinan daerah

dan stakeholder terkait, tinggal meningkatkan pemahanan

Page 83: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

72

tentang arti pentignya pembinaan dan penggalangan terhadap

mantan narapidana terorime, sehingga pola dan upaya yang

tepat dapat dirumuskan dan disepakati, termasuk mengenai

bentuk bantuan anggaran dan peran masing-masing dalam

setiap kegiatan.

Pembinaan dan penggalangan yang telah dilakukan dengan

harapan bisa berhasil membawa keluar mantan narapidana

terorisme dari jaringannya melalui program disengagement

sehingga kedepan mereka bisa dijadikan sebagai agen yang

akan menyadarkan para mantan narapidana terorisme untuk

bersama membangun NKRI dan memiliki wawasan nusantara

yang baik.

d. Knowledge

Berbagai teori, konsep, dan metodologi pembinaan dan

penggalangan telah berkembang dan telah digunakan dalam

pendekatan personal untuk dapat mengembalikan pemahaman

radikal dari beberapa mantan narapidana terorisme yang sudah

sadar tentang kekeliruan pemahaman sehingga mereka terlibat

dalam tindak pidana terorisme. Dengan standar kompetensi

pelaksana pembinaan mantan narapidana terorisme, ke depan

dapat dikembangkan knowledge hub atau portal kearifan lokal

pelaksana di berbagai wilayah dengan beragam tantangan yang

ada, sebagai bahan pembelajaran.

Dari pelaksanaan Proyek Perubahan ini, penulis belajar bahwa

prosesnya tidak hanya mengenai inovasi kebijakan publik (policy

innovation), tetapi juga perlu ada inovasi dalam proses penyusunan

Page 84: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

73

kebijakannya (innovation on the policy making process) dan upaya

untuk mengembangkan inovasi tersebut (policy to foster the

innovation). Untuk itu, diperlukan Kepemimpinan Kolaboratif untuk

membangun komitmen seluruh pemangku kepentingan, membina

keterikatan/ kohesivitas agar mendapatkan buy in dan membangun

ownership, serta partisipasi dan kontribusi seluruh stakeholder terkait.

3.3. Strategi Komunikasi

Kelancaran dan keberhasilan proyek perubahan ini sangat

disadari akan memiliki tantangan dan kendala saat pelaksanaannya.

Sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut, sejak awal telah dilakukan

penyusunan bentuk strategi komunikasi yang dapat digunakan untuk

masing-masing stakeholder maupun mantan narapidana terorisme

yang menjadi target pembinaan dan penggalangan untuk

memudahkan dan mengefektikan pencapaian hasil yang diharapkan.

Strategi komunikasi yang digunakan berdasarkan

pengelompokan sumber daya, sebagai berikut:

a. Promotors, strategi komunikasi yang digunakan terhadap

sumberdaya Promoters adalah melalui komunikasi (tatap muka)

secara Langsung, rapat serta jika sifatnya mendesak dan posisi

tidak dalam berdekatan menggunakan teknologi komunikasi dan

informasi yang sesuai (Zoom).

b. Latents, strategi komunikasi yang digunakan terhadap sumberdaya

Latensts adalah melalui forum-forum konsultasi dan sosialisasi

selama pelaksanaan proyek perubahan.

c. Defender, strategi komunikasi yang digunakan terhadap

sumberdaya Defenders adalah melalui diskusi perkembangan

status pelaksanaan proyek perubahan.

Page 85: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

74

d. Apathetics, strategi komunikasi yang digunakan terhadap

sumberdaya apethetics adalah melalui interaksi yang intens baik

secara langsung atau menggunakan sarana komunikasi (IT) yang

ada guna mendapatkan dukungan dalam pelaksanaan proyek

perubahan.

3.4. Resiko, Kendala dan Strategi Mengatasi

Mengingat dalam pelaksanaan proyek perubahan ini melibatkan

banyak stakeholder yang seringkali terjadi hambatan, seperti personil

yang ditugaskan tidak bisa hadir karena pada saat bersamaan ada

tugas lain. Hambatan lain yang tidak kalah dalam pelaksanaan jangka

pendek Proyek Perubahan ini adalah terjadinya pandemi Covid 19

yang melanda Indonesia. Adanya penetapan PSBB diseluruh daerah

sehingga sebagian besar aktivitas dilakukan dari rumah. Sebagai

tindak lanjutnya, Menteri PAN-RB telah menerbitkan Surat Edaran

tentang Penyesuaian Sistem Kerja ASN dalam Upaya Pencegahan

Penyebaran Covid 19 di Lingkungan Instansi Pemerintah dan juga untuk

tatanan kenormalan baru.

Dalam situasi ini, rapat-rapat kebanyakan dilakukan secara virtual.

Terdapat risiko hambatan komunikasi karena kualitas jaringan yang

seringkali tidak baik dan waktu yang terbatas. Perubahan pola interaksi

human-to-human yang berbasis machine-to-machine membutuhkan

pembudayaan baru di masyarakat, yang bagi sebagian orang

memerlukan waktu untuk beradaptasi.

Resiko lainnya berupa kendala dari internal maupun eksternal,

yang semuanya perlu diantisipasi. Salah satu kendala internal adalah

keterbatasan staf. Untuk mengatasinya, dilakukan tambahan tenaga

ahli (outsource) untuk membantu kegiatan ini. Adapun kendala

Page 86: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

75

eksternal adalah dengan tatanan Kenormalan Baru, membangun

pemahaman yang belum sama dengan Kementerian/ Lembaga

lainnya memerlukan waktu yang lebih panjang. Salah satu upaya

mengatasinya adalah dengan meminta kehadiran Person in Charge

yang tidak berganti–ganti selama proses kegiatan proyek perubahan

berlangsung. Risiko beserta strategi mengatasinya dijelaskan pada

Tabel 5 berikut.

No. Resiko dan Kendala Strategi Mengatasi Ket

INTERNAL

1. Kesulitan memobilisasi

personil pendukung

Sinkronisasi waktu antar

personil

2. Tingginya beban tugas Tim

kerja mengakibatkan

jadwal pelaksaan kegiatan

berubah

Menguatkan langkah2

komunikasi secara intens.

Misal: buat group WA dll

3. Kecukupan dan

kesesuaikan waktu untuk

penyelesaian PP

Time line dan

pembuatan jadwal

kegiatan

4. Keterbatasan ketersedian

Anggaran

Review kegiatan yg

dapat diintegrasikan

5. Keterbatasan personil/

anggota

Rekrut tenaga Outsource

EKSTERNAL

1. Target pembinaan (mantan napiter) menolak untuk ditemui Tim

Lakukan komunikasi awal

dengan keluarga atau

aparat desa setempat.

2. Dampak Work From Home:

Pemahaman kurang dan

waktu tidak menentu

- Virtual meeting secara

intensif

- Membentuk wa group

Page 87: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

76

- Meminta perwakilan

stakeholder tidak

berganti orang

Table 7- Peta Resiko, Kendala dan Strategi Mengatasi

3.5. Faktor Kunci Keberhasilan

Selain faktor risiko di atas, terdapat beberapa faktor sebagai

kunci keberhasilan dari proyek perubahan ini. Faktor-faktor tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Adanya komitmen yang tinggi dari para tim efektif dan

stakeholder terkait untuk mensukseskan program kegiatan

pembinaan dan penggalangan mantan narapidana terorisme.

b. Adanya sense of urgency yang sama untuk membenahi

kebijakan terkait pembinaan dan penggalangan terhadap

mantan narapidana terorisme.

c. Terbangun spirit kolaboratif dari semua stakeholder terkait, tidak

saja di tingkat teknis tetapi juga pada tingkat pimpinan.

d. Adanya optimalisasi kerja Tim Efektif dan Tim Teknis sesuai

dengan rencana kerja, meskipun kondisi darurat Covid 19 masih

menjadi ancaman.

3.6. Capaian Proyek Perubahan

Pelaksanaan proyek perubahan telah berjalan dengan lancar

sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Kendala

yang ditemukan selama jalannya implementasi proyek perubahan

dapat diatasi dengan baik melalui upaya komunikasi guna

mendapatkan solusi jalan keluar. Adapun capaian yang diraih pada

pelaksanaan program jangka pendek dari proyek perubahan ini,

antara lain:

Page 88: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

77

a. Berhasil melakukan inventarisasi dan pemutahiran data mantan

narapidana terorisme walaupun belum sempurna, namun sudah

dapat mendakatan nama, alamat saat bebas, waktu bebas, dan

informasi terkait aktifitas pekerjaan, kondisi keluarga mantan

narapidana terorisme.

b. Kunjungan dan silaturrahmi kepada 6 (enam) orang mantan

narapidana terorisme yang menjadi target pilot project

pembinaan/ penggalangan, masing-masing 2 (dua) orang tiap

provinsi (DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten) telah terlaksana (2

x tiap target) dan kegiatan dianggap berhasil. Indikator dikatakan

berhasil karena penerimaan, tanggapan dan sikap target ketika

tim kerja datang berkunjung, dimana mereka bersedia menerima

kedatangan tim dan bersedia berkomunikasi terbuka, disamping

kesediaan mereka menerima buah tangan maupun uang

bantuan yang diberikan. Inilah yang menjadi keyakinan bahwa

mereka sudah dapat dilakukan pembinaan lanjutan. Dari

pertemuan pertama digali informasi khususnya mengenai

masalah pendidikan anak-anak, pekerjaan dan kondisi ekonomi

keluarga untuk menentukan pola pendekatan yang tepat

terhadap target pembinaan.

Dalam pelaksanaan pembinaan dan penggalangan, Tim kerja

fokus untuk melakukan pendekatan personal dalam membangun

saling percaya, diupayakan untuk meminimalisir kecurigaan

terhadap petugas Densus 88 AT Polri yang selama ini tertanam

pada fikiran para mantan narapidana terorisme. Sedangkan

untuk masalah ideologi dan pemahaman harus dilakukan secara

bertahap, karena masalah tersebut sangat sensitive bagi mereka

Page 89: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

78

apabila belum memiliki hubungan personal yang baik, bahkan

mereka akan resisten atau menolak untuk ditemui. Maka Tim

pembinaan dan penggalangan harus bisa mengetahui kapan

bisa bicara mengenai pemahaman. Namun yang penting adalah

bisa bertemu dan komunikasi untuk mendapatkan informasi

umum tentang keadaan keluarga. Kemudian dengan

mengetahui apa yang perlu dibantu seperti masalah pendidikan

anak-anak mereka yang putus sekolah dan membantu ekonomi

rumah tangga jika ekonomi sulit, akan memberikan dampak yang

sangat baik dalam pembinaan dan penggalangan. Contoh, jika

kondisi rumah rusak memprihatinkan maka perlu dibantu untuk

memperbaikinya, jika anaknya oputus sekolah maka bantu untuk

bisa bersekolah.

Diharapkan kedepan para mantan narapidana terorisme yang

berhasil dibina dan digalang akan menjadi agen yang dapat

digunakan dalam rangka mengembangkan program

disengagement terhadap mantan narapidana terorisme atau

orang yang sudah terpapar paham radikal. Sehingga program ini

dapat diimplementasikan diseluruh Indonesia pada masa

mendatang.

c. Pembuatan naskah Peraturan Kadensus 88 AT Polri sebagai

pedoman dalam pelaksanaan pembinaan dan penggalangan

dalam rangka Deradikalisasi Mantan Narapidana Terorisme

Melalui Progam Disengagement Berbasis Pendidikan dan Ekonomi

oleh jajaran Densus 88 AT Polri bersama Stakeholder terkait di

seluruh Indonesia.

Page 90: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

79

d. Terjalinnya komunikasi, sinergitas dan komitmen antara Densus 88

AT Polri dan Stakeholder terkait khususnya pembinaan mantan

narapidana terorisme dalam rangka penanggulangan terorisme.

e. Dari pelaksanaan proyek perubahan, baik hasil diskusi-diskusi

maupun masukan dari pihak terkait dan para mantan narapidana

terorisme yang menjadi target pembinaan dan penggalangan

dapat dijelaskan bahwa model dan substansi pendidikan dan

ekonomi yang dapat diterapkan, yaitu:

1) Pendidikan, untuk mantan narapidana terorisme yaitu berupa

pelatihan vokasi atau yang sifatnya praktis dibidang usaha

seperti cara beternak (sapi,kambing, ayam), bercocok tanam

(cabai, singkong, jagung, papaya, sayuran), bengkel,

makanan, minunam, dll.

Sedangkan untuk anak-anak mantan narapidada terorisme

yang putus sekolah dimasukkan ke sekolah-sekolah sesuai

dengan jenjang umur pendidikannya, bisa ke sekolah umum

maupun pesantren yang moderat yang direkomendasi sesuai

dengan tujuan program. Namun, jika sudah sekolah

diupayakan untuk membantu biaya pendidikan termasuk

pakaian dan buku. Waktunya menyesuaikan dengan kondisi,

sesuai hasil penilaian, apabila sudah dianggap mampu untuk

mandiri, maka secara bertahap didorong untuk normal.

Pemantauan, komunikasi dan hubungan selalu dijaga secara

berkelanjutan agar bisa dimonitor tentang keadaan dan

kondisi target ditengah masyarakat.

2) Ekonomi, kegiatan yang dilaksanakan adalah setelah

mengetahui melalui mendalami mengenai kondisi ekonomi,

Page 91: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

80

keterampilan bidang usaha apa yang sesuai dengan target

dengan terlebih dahulu diskusi tentang apa keinginan usaha,

jika diperlukan untuk melakukan pelatihan (training) singkat

kepada ahlinya atau yang sudah eksis usahanya, seperti

usaha pertanian, peternakan, perbengkelan dll, kemudian

diupayakan untuk memfasilitasi termasuk bantuan

permodalannya. Diharapkan dengan demikian akan dapat

memperbaiki ekonomi rumah tangga dan target memiliki

kesibukan usaha sehingga keinginan untuk bergabung

dengan kelompok jaringannya dan melikiran untuk melakukan

tindak terorisme akan berkurang bahkan hilang. Komunikasi

dan monitoring terus dilakukan secara intensif, sekaligus

dilakukan penilaian tentang kemampuannya dalam

membangun ekonomi rumah tangga, yang secara otomatis

akan berdampak kepada kemampuan untuk membiayai

sekolah anak-anak mereka.

Jika kedua hal ini berjalan beriringan maka pembinaan dan

penggalangan akan berhasil dalam program deradikalisasi,

sebagai pondasi untuk langkah berikutnya mengikis paham

radikal yang tertanam pada mereka. Tugas ini nanti secara

berkelanjutan dilakukan bersama dengan tokoh agama yang

memiliki pengerahuan agama yang mumpuni.Berdasarkan hasil

pemutahiran data mantan narapidana terorisme yang telah

disusun (walaupun belum sempurna), maka kemudian kedepan

perlu untuk dilakukan implementasi program disengagement

terhadap mantan narapidana terorisme secara serentak dan

berkesinambungan dalam rangka scaling-up penerapan proyek

Page 92: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

81

perubahan ini di seluruh daerah dengan melakukan pemetaan

dan menentukan target skala perioritas melalui kajian dan

pandalaman yang matang khususnya mantan narapidana

terorisme yang rentan.

Dalam pelaksanaannya Satgaswil Dennsus 88 AT Polri di wilayah

sebagai ujung tombak dengan dukungan penuh dari BNPT,

Pemda setempat dan stakeholder terkait, saling mendukung dan

bahu membahu sesuai fungsi dan perannya masing-masing, baik

dari segi tenaga personil, dukungan anggaran dan fasilitas yang

dimiliki guna kelancaran dan hasil yang diharapkan. Misalnya,

untuk anggaran dapat dibantu oleh BNPT maupun Pemda

setempat, dan terkait masalah pengurusan dokumen surat,

perijinan, pelatihan, bantuan modal jika dibutuhkan akan

difasilitasi oleh Pemda/ Dinas terkait.

f. Rencana kedepan 6 (enam) orang binaan mantan narapidana

terorisme yang menjadi pilot project pada proyek perubahan ini

akan dijadikan agen yang akan membantu pemerintah dalam

rangka penanggulangan terorisme di Indonesia untuk mendekati

para mantan narapidana terorisme dan keluarganya. Sejauh ini

ada beberapa orang mantan narapidana terorisme yang sudah

sadar dan aktif mendukung program deradikalisasi, seperti;

1) Ustad Ali Fauzi, Yayasan Lingkar Perdamaian, Lamongan

2) Ustad Ghozali, Yayasan Al Hidayah, Medan

3) Nasir Abbas, Jakarta, Division for Applied Social Psychology

Research (DASPR), dan

4) beberapa orang mantan narapidana terorisme yang selama

ini aktif membantu pemerintah.

Page 93: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

82

Page 94: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

83

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Implementasi Proyek Perubahan “Strategi Deradikalisasi Mantan

Narapidana Terorisme Melalui Program Disengagement Berbasis

Pendidikan dan Ekonomi” berjalan dengan baik sesuai rencana yang

disusun. Dalam pelaksanaan implementasi dapat diinventarisir

beberapa persoalan, yang kemudian dilakukan kajian guna

memperoleh terobosan, berupa program dan kebijakan agar proyek

perubahan dapat berjalan berkesinambungan.

Tahapan demi tahapan telah dilaksanakan dengan baik

khususnya tahapan jangka pendek yang merupakan kunci utama

dalam keberhasilan pada tahapan jangka menengah dan jangka

panjang dalam rangka pencegahan terorisme di Indonesia, guna

membawa kemanfaatan bagi masyarakat, bangsa dan negara

dimasa yang akan datang.

Dari pelaksanaan pembinaan dan penggalangan yang

dilakukan terhadap 6 orang mantan narapidana terorisme (target)

sebagai pilot project cukup berhasil yang diindikasikan dengan sikap

penerimaan dan tanggapan target ketika tim kerja datang

berkunjung bersilaturrahmi. Mereka menerima dengan senang hati

dan bicara terbuka, sehingga diperoleh informasi dan gambaran

mengenai kondisi ekonomi keluarga, pekerjaan, kondisi keluarga

termasuk pendidikan anak-anak, tingkat radikalisme dan hubugan

dengan jaringan terorisme yang aktif. Hal inilah yang menjadi titik

tolak untuk merencanakan dan menentukan pilihan program

Page 95: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

84

pembinaan yang diterapkan kepada target supaya mereka bisa

menjadi pioneer dan agen dalam penanggulangan terorisme

khususnya pembinaan terhadap jaringan yang masih aktif agar

meninggalkan kelompok dan paham radikalnya.

Inventarisasi dan pemutahiran data mantan narapidana

terorisme Tahun 2004-2020 telah berhasil disusun dengan baik, untuk

dijadikan data awal dalam melakukan pemetaan dan pembinaan

secara serentak disemua daerah terhadap mantan narapidina

terorisme dimana mendatang.

4.2. Rekomendasi

Tentunya apa yang dihasilkan dalam laporan proyek perubahan

ini masih perlu dilakukan pendalaman berkelanjutan, antara lain:

a. Kajian tentang strategi koordinasi antar instansi dalam berbagai

kepentingan yang berbeda perlu untuk terus dilakukan agar

memiliki sesamaan pandangan dan pola tindak dalam

menghadapi persoalan terorisme sesuai dengan peran fungsi

masing-masing.

b. Penerapan program disengagement direkomendasikan untuk

diterapkan secara massive diseluruh daerah yang ada mantan

narapidana terorisme sesuai dengan data narapidana terorisme

yang sudah disusun, kemudian menentukan target prioritas tiap

daerah sesuai tingkat kerawanan dengan menugaskan anggota

yang memiliki kompetensi pendekatan yang baik dengan

melibatkan mantan narapidana terorisme yang sudah berhasil

dibina dan digalang untuk sama-sama mensukseskan program

deradikalisasi para mantan narapidana terorisme.

Page 96: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

85

c. Terkait anggaran juga perlu menjadi perhatian pihak yang

berkompeten seperti Biro Perencanaan pada tiap instansi,

Bapenas, Kementerian Keuangan dll untuk memastikan bahwa

anggaran dalam penanggulangan terorisme dapat didukung

secara maksimal.

Dengan demikian ancaman terorisme dan radikalisasi dapat

diminimalisir guna memberikan rasa aman bagi warga masyarakat dan

untuk meningkatkan kepercayaan internasional maupun investor

terhadap Indonesia.

4.3. Lesson Learned

Dari pelaksanaan Proyek Perubahan ini, penulis belajar bahwa

prosesnya tidak hanya mengenai inovasi kebijakan publik (policy

innovation), tetapi juga perlu ada inovasi dalam proses penyusunan

kebijakannya (innovation on the policy making process) dan upaya

untuk mengembangkan inovasi tersebut (policy to foster the

innovation). Untuk itu, diperlukan Kepemimpinan Kolaboratif untuk

membangun komitmen seluruh pemangku kepentingan, membina

keterikatan/ kohesivitas agar mendapatkan buy in dan membangun

ownership, serta partisipasi dan kontribusi seluruh stakeholder terkait.

Page 97: STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME

86

LAMPIRAN-LAMPIRAN:

1. Notulen Rapat Pembentukan Tim Efektif, 7 September 2020

2. Daftar Hadir, 7 September 2020

3. Daftar Hadir, 11 September 2020 (Rapat Lanjutan)

4. Surat Perintah Kadensus 88 AT Polri Tim Efektif, 8 September 2020

5. Undangan Rapat Zoom, 15 September 2020

6. Notulen Rapat Via Zoom, 17 September 2020

7. Undangan FGD di Hotel Ambhara, 18 September 2020

8. Daftar Hadir FGD Hotel Ambhara, 24 September 2020

9. Notulen FGD Hotel Ambhara, 24 September 2020

10. Notulen Rapat penentuan target bin/gal, 01 Oktober 2020

11. Daftar Hadir rapat penentuan target bin/gal, 01 Oktober 2020

12. Data Mantan Narapidana Terorisme

13. Surat perinntah bin & gal target, 01 Oktober 2020

14. Undangan FGD Perkadensus, 02 November 2020

15. Notulen Rapat FGD Perkadensus, 05 Novemver 2020

16. Draft Perkadensus, 26 November 2020

17. Persetujuan Proyek Perubahan.