Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PROYEK PERUBAHAN
PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL I-XLVII
STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA TERORISME MELALUI PROGRAM DISENGAGEMENT BERBASIS PENDIDIKAN DAN EKONOMI
Dr. HOIRUDDIN HASIBUAN, S.H., M.Hum
DETASEMEN KHUSUS 88 ANTI TEROR KEPOLISIAN NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
Peristiwa Bom Thamrin, Jakarta, 14 Januari 2016
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
i
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
LAPORAN IMPLEMENTASI PROYEK PERUBAHAN
Peristiwa Bom Thamrin, Jakarta 14/1/2016
STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA
TERORISME MELALUI PROGRAM DISENGAGEMENT
BERBASIS PENDIDIKAN DAN EKONOMI
Disusun oleh:
NAMA : Dr. HOIRUDDIN HASIBUAN, S.H., M.Hum
NDH : 21
INSTANSI : DENSUS 88 AT POLRI
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT I - XLVII
TAHUN 2020
ii
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga Laporan Proyek Perubahan dengan
judul ”Strategi Deradikalisasi Mantan Narapidana Terorisme melalui
Program Disengagement Berbasis pada Pendidikan dan Ekonomi” dapat
diselesaikan dengan baik. Penulisan laporan ini merupakan salah satu
syarat dalam menyelesaikan Pelatihan Kepemimpinan Nasional Tingkat I
Lembaga Administrasi Negara.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Mentor Irjen Pol. Marthinus Hukom, S.I.K., M.Si.,
Kadensus 88 AT Polri dan Coach Dr. Elly Fariani, M.Sc., serta seluruh
anggota tim Efektif, juga kepada semua pihak yang telah mendukung,
dan rekan-rekan seangkatan PKN I Angkatan 47 yang telah banyak
memberi motivasi, bantuan dan kerjasama yang baik selama menempuh
pendidikan dan pelatihan ini.
Pepatah mengatakan, tiada gading yang tak retak, tentunya
Laporan Proyek Perubahan ini masih jauh dari sempurna, yang tentunya
memerlukan berbagai masukan dan kritikan dari para pakar, pegiat,
pemerhati atau pemangku kepentingan lainnya untuk
penyempurnaannya.
Penulis berharap, Proyek Perubahan ini dapat bermanfaat dalam
rangka penanggulangan terorisme di Indonesia khususnya program
deradikalisasi berupa pendekatan/pembinaan terhadap mantan
Narapidana Terorisme, yang memiliki riwayat pernah terlibat dalam kasus
TP Terorisme dan memiliki hubungan dengan jaringan terorisme.
Diharapkan pula Proyek Perubahan ini bermanfaat bagi
pengambil kebijakan pada Kepolisian Republik Indonesia, BNPT dan
Kementrian maupun Dinas terkait di provinsi/kabupaten/kota serta
Perguruan Tinggi, Lembaga Pendidikan, Organisasi Kemasyarakatan,
Organisasi Keagamaan serta masyarakat luas yang pada akhirnya akan
meningkatkan keamanan, pertumbuhan ekonomi serta kesejahteraan
masyarakat secara umum.
Akhir kata, penulis menyampaikan permohonan maaf atas segala
kekurangan, hal ini adalah karena keterbatasan kemampuan dan waktu
yang tersedia, juga pada saat bersamaan terjadinya Pandemi Covid-19
yang tentunya mempengaruhi rangkaian pelaksanaannya.
Penulis
iii
ABSTRAKSI
Terorisme merupakan bentuk kejahatan luar biasa (extra ordinary
crime), hal ini disebabkan akibat yang ditimbulkan memiliki dampak
sangat luar biasa, karena Tindak pidana (TP) terorisme merupakan suatu
tindakan yang terencana, terorganisir, dapat terjadi kapan dan dimana
saja menjadi sasarannya, tidak mengenal batas wilayah (negara) serta
memiliki jaringan global, sehingga tidak ada satu negarapun yang
terbebas dari ancaman terorisme.
Berdasarkan data Densus 88 AT Polri, bahwa sejak tahun 2003 (pasca
Bom Bali I) jumlah pelaku TP Terorisme yang telah ditangkap sebanyak 2.206
orang, lebih dari 1.700 orang yang dijatuhi divonis hukuman, dengan masa
hukuman bervariasi sesuai dengan tingkat kesalahannya, mulai dari
hukuman mati, hukuman seumur hidup dan hukuman penjara maksimal 20
tahun. Sebanyak 1.007 orang telah bebas (mantan narapidana terorisme)
dan sebanyak 64 orang mereka terlibat kembali dalam perkara terorisme
(residivis).
Upaya penanggulangan melalui pendekatan represif (hard
approach) ternyata hanya mampu mengatasi permasalahan di
permukaan, belum mampu secara komprehensif menghilangkan faktor
penyebab terorisme, sebab ideology radikalisme tetap hidup dan terus
tumbuh.
Selain upaya hard approach, juga telah dilakukan upaya soft
approach melalui program deradikalisasi terhadap narapidana terorisme
(Napiter) dan mantan Napiter. Namun hasilnya masih belum maksimal,
banyak mantan narapidana terorisme masih radikal pro-kekerasan, anti
Pancasila, anti NKRI (dianggap negara kafir), ingin mendirikan negara
khilafah, dan terbukti beberapa orang mantan Napiter menjadi residivis.
Gagasan proyek perubahan “Strategi Deradikalisasi Mantan
Narapidana Terorisme melalui Program Disengagement Berbasis pada
Pendidikan dan Ekonomi” ini disusun berdasarkan kondisi rill di lapangan
yang diharapkan dapat menurunkan kejadian dan ancaman terorisme di
Indonesia.
Masukan yang konstruktif akan sangat dibutuhkan agar proyek
perubahan ini benar-benar dapat diterapkan dan juga membawa
manfaat bagi peningkatan upaya penanggulangan terorisme dimasa
mendatang.
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii
ABSTRAKSI ................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL............................................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Tujuan Proyek Perubahan ................................................................ 12
1.2.1. Tujuan jangka Pendek ............................................................................ 12
1.2.2. Jangka Menengah .................................................................................. 13
1.2.3. Jangka Panjang ....................................................................................... 13
1.3. Analisis Permasalahan ...................................................................... 14
1.3.1. Kondisi Saat ini ........................................................................................... 14
1.3.2. Implikasi ....................................................................................................... 15
1.3.3. Kondisi yang diharapkan ....................................................................... 15
1.3.4. Inovasi .......................................................................................................... 16
1.4. Manfaat Proyek Perubahan ........................................................... 17
1.4.1. Manfaat Internal ....................................................................................... 17
1.4.2. Manfaat Eksternal .................................................................................... 17
BAB II RANCANGAN PROYEK PERUBAHAN ........................................ 19
2.1. Output Kunci....................................................................................... 19
2.1.1. Output ......................................................................................................... 19
2.1.2. Outcome .................................................................................................... 20
2.2. Pentahapan/ Milestone Proyek Perubahan .............................. 21
2.2.1. Milestones Jangka Pendek .................................................................... 21
2.2.2. Milestones Jangka Menengah ............................................................. 26
2.2.3. Milestones Jangka Panjang .................................................................. 29
2.3. Tata Kelola ............................................................................................ 31
BAB III PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN ....................................... 35
v
3.1. Pelaksanaan Kegiatan ..................................................................... 35
3.1.1. Konsultasi pra pelaksanaan Proyek Perubahan ............................. 35
3.1.2. Rapat awal pembentukan Tim Efektif ................................................ 36
3.1.3. Rapat pembahasan inventarisasi dan validasi data .................... 38
3.1.1. Rapat Pembahasan Proyek Perubahan Bersama Pejabat Utama
(PJU) Densus 88 AT Polri. ......................................................................... 40
3.1.2. Inventarisasi data mantan narapidana terorisme dalam rangka
pemutahiran (updating) ........................................................................ 41
3.1.3. Focus Group Discussion (FGD) ersama stakeholder terkait. ........ 43
3.1.4. Melakukan koordinasi dan diskusi dengan jajaran Direktorat .... 44
3.1.5. Rapat penentuan target mantan narapidana teroris untuk
pembinaan dan penggalangan (handling). .................................. 45
3.1.6. Melakukan kegiatan pembinaan/penggalangan Tahap
Pertama (Minggu I Oktober 2020) ....................................................... 47
3.1.7. Melakukan koordinasi dan diskusi dengan jajaran Badan
Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). .................................. 51
3.1.8. Melakukan kegiatan pembinaan/penggalangan tahap Kedua
(Minggu I November 2020) .................................................................... 56
3.1.9. Focus Group Discussion (FGD) tentang Peraturan Kadensus. .... 61
3.1.10. Menyusun draft Peraturan Kadensus tentang Deradikalisasi
Mantan Narapidana Terorisme ............................................................ 62
3.1.11. Melakukan Monitoring dan evaluasi (Monev) terhadap jalannya
pelaksanaan kegiatan proyek perubahan. ..................................... 63
3.1.12. Menyusun laporan implementasi proyek perubahan. ................. 67
3.2. Peta Sumber Daya Proyek Perubahan ........................................ 68
3.2.1. Regulasi ....................................................................................................... 68
3.2.2. Sumber Daya Manusia (Stakeholders) ............................................... 69
Error! Bookmark not defined.
3.2.3. Anggaran ................................................................................................... 70
3.2.4. Potensi Pengembangan Sumber Daya ............................................. 70
3.3. Strategi Komunikasi ............................................................................ 73
3.4. Resiko, Kendala dan Strategi Mengatasi .................................... 74
3.5. Faktor Kunci Keberhasilan ............................................................... 76
vi
3.6. Capaian Proyek Perubahan ........................................................... 76
BAB IV PENUTUP .......................................................................................... 83
4.1. Kesimpulan ........................................................................................... 83
4.2. Rekomendasi ....................................................................................... 84
4.3. Lesson Learned ................................................................................... 85
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1- Project Leader konsultasi ke Mentor di kantor Kadensus 88 AT Polri 36
Gambar 2 - Tim Leader Memberikan arahan kepada Tim Efektif 37
Gambar 3 - Tim Pokja menyusun Surat Perintah Kadensus tentang pelaksanaan
Proyek Perubahan (8/9/2020) 38
Gambar 4 - Project Leader dan anggota pokja berdiskusi dalam rapat lanjutan
terkait Proyek Perubahan (11/9/2020) 39
Gambar 5 - Anggota pokja menyusun Nota Dinas undangan rapat pembahasan
Proyek Perubahan (11-09-2020) 40
Gambar 6 - Project Leader dan anggota pokja berdiskusi terkait Proyek
Perubahan (11-09-2020) 41
Gambar 7 - Project Leader dan Tim Pokja berkoordinasi dengan Katim Idensos
DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten terkait tahapan yang akan
dilakukan dalam pemutahiran data mantan napiter 43
Gambar 8 - Project Leader memberikan materi dalam Focus Group Discussion
(FGD) bersama stakeholder terkait (24-09-2020) 44
Gambar 9 - Project Leader dan Tim Pokja membahas target handling (01-10-
2020) 46
Gambar 14: Silaturrahmi kpd Jais Halim dalam rangka penggalangan 48
Gambar 15: Silaturrahmi kpd Ahmad Jaelani dalam rangka penggalangan 48
Gambar 16: Silaturrahmi kpd Rahman Surahman dalam rangka penggalangan
49
Gambar 17: Silaturrahmi kpd Wachidun Triono Als Abu Faqih Bin Marsudi dalam
rangka penggalangan 49
Gambar 18: Silaturrami kpd Irhan Nugrara Als Abu Azzam dalam rangka
penggalangan 50
Gambar 19: Silaturrahmi kpd Safryson als Econ dalam rangka penggalangan 51
Gambar 10: Project Leader melakukan diskusi terkait Proyek Perubahan dengan
Kepala BNPT, Komjen. Pol. Dr. Drs. Boy Rafli Amar, M.Si. dan
mendapat dukungan sepenuhnya (07-10-2020) 52
Gambar 11: Project Leader melakukan diskusi terkait Proyek Perubahan dengan
Deputi 1 BNPT, Mayjen TNI Hendri P. Lubis (17-10-2020) 53
Gambar 12: Project Leader melakukan diskusi dan mendapat dukungan dari
Direktur Pencegahan BNPT, 54
Gambar 12: Prof. Dr. Irfan Idris, Direktur Deradikalisasi BNPT, 55
viii
Gambar 13: Project Leader berdiskusi terkait proyek perubahan dengan Karoren
BNPT, Bangbang Surono, Ak., M.M. (07-10-2020) 56
Gambar 20: Silaturrahmi kedua kpd Jais Halim dalam rangka penggalangan 59
Gambar 21: Silaturrahmi kedua kpd Ahmad Jaelani dalam rangka
penggalangan 59
Gambar 22: Silaturrahmi kedua kpd Rahman Surahman dalam rangka
penggalangan 60
Gambar 23: Silaturrahmi kedua kpd Wachidun Triono Als Abu Faqih Bin Marsudi
dalam rangka penggalangan 60
Gambar 24: Silaturrami kedua kpd Irhan Nugrara Als Abu Azzam dalam rangka
penggalangan 61
Gambar 25: Silaturrahmi kedua kpd Safryson als Econ dalam rangka
penggalangan 61
Gambar 26: FGD Internal Densus 88 AT Polri ttg Perkadensus (5/11/2020) 62
ix
DAFTAR TABEL
Table 1- Data Tersangka Terorisme 2004-2020, diolah dari data Densus 88 AT Polri 6
Table 2- Data Ex Napiter 2004-2020, diolah dari Data Densus 88 AT Polri 6
Table 3 - DAftar Nama Target Pembinaan dan Penggalangan 47
Table 4 - Peta Sumberdaya Manusia 69
Table 5- Peta Resiko, Kendala dan Strategi Mengatasi 76
x
LEMBAR PENGESAHAN PROYEK PERUBAHAN (LPP)
STRATEGI DERADIKALISASI MANTAN NARAPIDANA
TERORISME MELALUI PROGRAM DISENGAGEMENT
BERBASIS PADA PENDIDIKAN DAN EKONOMI
Disusun Oleh:
NAMA : Dr. HOIRUDDIN HASIBUAN, S.H., M.Hum
NDH : 21
INSTANSI : DENSUS 88 AT POLRI
COACH,
Dr. Elly Fariani, Ak., M.Sc
NIP. 195802111979112001
MENTOR,
Marthinus HukomUKOM, S.I.K., M.Si
INSPEKTUR JENDERAL POLISI
NARASUMBER,
Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, SH., MA. NIP. 196807151994011001
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Terorisme merupakan bentuk kejahatan luar biasa (extra
ordinary crime), hal ini disebabkan akibat yang ditimbulkan dari
kejahatan tersebut memiliki dampak sangat luar biasa. Tindak
pidana terorisme merupakan suatu tindakan yang terencana,
terorganisir dan dapat terjadi kapan dan dimana saja sasarannya.
Tindakan teror fisik biasanya berakibat pada fisik (badan) seseorang
bahkan sampai pada kematian, seperti pemukulan, pembunuhan,
peledakan bom dan lainnya, tindakan non fisik bisa dilakukan
dengan penyebaran isu, ancaman, penyanderaan dan
sebagainya, akibat dari tindakan teror mengakibatkan seorang atau
kelompok merasa tidak aman dan kondisi rasa takut yang berakibat
pada kehidupan ekonomi, politik dan kedaulatan suatu negara.
Memiliki jaringan domestik, regional dan internasional.
Dalam upaya menanggulangi kejahatan terorisme pemerintah
Indonesia selama ini mengedepankan pendekatan represif (hard
approach), penindakan dan perburuan para pelaku jaringan teroris
oleh aparat keamanan yang dibentuk oleh Polri Detasemen Khusus
Anti Teror (Densus 88 AT Polri) seyogyanya patut di apresiasi sebagai
suatu prestasi dalam upaya mengeliminasi gerakan-gerakan radikal,
meskipun secara empiris pengenaan pidana yang berat hingga
vonis hukuman mati sekalipun tidak membuat surut dan jera bagi
pelaku. Upaya represif tersebut hanya mampu mengatasi
permasalahan di permukaan, belum mampu secara komprehensif
menghilangkan faktor penyebab terorisme, sehingga ideology
radikalisme tetap hidup dan terus tumbuh serta suatu saat akan
membuahkan aksi-aksi teror kekerasan di masa mendatang.
2
Upaya penanggulangan kejahatan ini dilakukan tidak semata-
mata secara penal saja, tetapi juga seyogyanya harus dilakukan
dengan upayaupaya non penal agar lebih efektif dan efisien,
dimana kedua upaya tersebut saling melengkapi dan saling mengisi
satu sama lain. Penanggulangan melalui pendekatan represif
secara nyata hanya mengurangi pelaku, akan tetapi tidak
menyelesaikan persoalan terorisme. Adanya pelaku lain, dan terus
bermunculan adalah bukti bahwa pendekatan represif dinilai masih
belum efektif, perlu adanya pendekatan yang bersifa tpreventif dan
preemtif. Ada kalanya, dan dengan beberapa alasan tertentu, justru
terorisme harus ditangani secara lebih “humanis”. Salah satu bentuk
dari upaya penanganan secara lebih “humanis” itu adalah apa
yang dikenal dengan “deradikalisasi”.
Deradikalisasi dalam beberapa tahun terakhir menjadi istilah
yang cukup populer. Ditinjau dari segi etimologi deradikalisasi
berasal dari kata ‘radikal’ yang mendapat imbuhan ‘de’ dan
akhiran ‘isasi’. Radikal berasal dari kata dasar radix yang dalam
bahasa Latin memiliki arti ‘akar’. Jika ada ungkapan
“gerakanradikal” maka artinya gerakan yang ‘mengakar’ atau
‘mendasar’, yang bisa mengarah positif atau negatif. Dalam kamus,
bahasa Indonesia kata radikal memiliki arti; mendasar (sampai pada
hal yang prinsip), sikap politik amat keras menuntut perubahan
(undang-undang, pemerintahan), maju dalam berpikir dan
bertindak.1 Dalam pengertian ini, sebuah sikap “radikal” bisa tumbuh
dalam identitas apapun; tidak mengenal agama, batas teritorial
negara, ras, suku dan sekat lainnya.
1 Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi-4 Cet.I Tahun 2008
3
Dalam konteks isu terorisme, radikal pemaknaannya sangat
stereotif, over simplikasi dan subyektif. Label radikal kini dilekatkan
kepada individu atau kelompok Muslim yang memiliki cara padang
serta sikap keberagamaan dan politik yang kontradiksi dengan
mainstream (arus utama). Dengan kategorisasi sebagai alat
identifikasi, “radikal” adalah orang atau kelompok yang memiliki
prinsip-prinsip seperti; menghakimi orang yang tidak sepaham
dengan pemikirannya, mengganti ideologi Pancasila dengan versi
mereka, mengganti NKRI dengan Khilafah, gerakan mengubah
negara bangsa menjadi negara agama, memperjuangkan
formalisasi syariah dalam negara, menggangap Amerika Serikat
sebagai biang kezaliman global.
Deradikalisasi secara sederhana dimaknai sebagai suatu proses
atau upaya untuk menghilangkan ideology radikalisme.2 Sedangkan
lebih luas, deradikalisasi merupakan segala upaya untuk menetralisir
paham-paham radikal melalui pendekatan interdisipliner, seperti
hukum, psikologi, agama dan social budaya bagi mereka yang
dipengaruhi paham radikal dan/atau pro kekerasan.3
Menyimak konsep deradikalisasi yang dilakukan di beberapa
Negara, ternyata cukup beragam. Yaman yang dianggap sebagai
pionir dalam program deradikalisasi, yang menjalankan program
deradikalisasi sejak tahun 2002, dilakukan dengan membentuk
Komite untuk Dialog (Committee for Dialogue). Program ini
memprioritaskan dialog dan debat intelektual, dan bertujuan untuk
meyakinkan kepada para aktivis kekerasan atau mereka yang
2 Petrus Reindhard Golose, Deradikalisasi Terorisme, Humanis, Soul Approach dan Menyentuh
Akar Rumput, (Jakarta: Yayasan Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian, 2009), hlm. 62 3Ibid., hlm. 63.
4
tersangkut terorisme bahwa pemahaman yang mereka miliki adalah
salah.3
Program deradikalisasi Pemerintah Arab Saudi dilakukan
dengan konsep Prevention, Rehabilitation and After Care (PRAC)
(pencegahan, rehabilitasi dan perawatan pasca program).Selain
dialog teologis seperti ceramah antiterorisme yang dilakukan oleh
ulama-ulama terkemuka Arab Saudi, juga dilakukan melalui
program konseling psikologis serta pembinaan terpadu melalui Care
Center, dan bantuan social serta financial sebagai modal usaha.5
Di Indonesia Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)
dan Densus 88 AT Polri sebagai lembaga yang dibentuk Pemerintah
yang secara khusus diberi kewenangan dalam penanggulangan
terorisme, saat ini telah dan sedang melaksanakan program
deradikalisasi. Desain program deradikalisasi yang diterapkan
dengan menerapkan empat pendekatan, yaitu reedukasi,
rehabilitasi, resosialisasi, dan reintegrasi. Reedukasi adalah
penangkalan dengan mengajarkan pencerahan kepada
masyarakat tentang paham radikal, sehingga tidak terjadi
pembiaran berkembangnya paham radikal tersebut. Sedangkan
bagi narapidana terorisme, reedukasi dilakukan dengan
memberikan pencerahan terkait dengan doktrin-doktrin
menyimpang yang mengajarkan kekerasan sehingga mereka sadar
bahwa melakukan kekerasan seperti bom bunuh diri bukanlah jihad
yang diidentikkan dengan aksi terorisme.
3 http://www.eramuslim.com, “Deradikalisasi di Beberapa Negara”, Diunduh 21 Agustus 2016.
hlm.2. 5Ismail Hasani dan Bonar TN, at al, Op. Cit, hlm. 171.
5
Namun demikian, program deradikalisasi yang dilaksanakan
selama ini khususnya oleh BNPT maupun Polri ternyata masih belum
mampu mereduksi dan mengeliminir seluruh potensi yang mengarah
ketindakan ”terorisme”. Bahkan sebagian pihak berpendapat belum
efektif menyentuh akar persoalan terorisme sehingga masih adanya
aksi teror yang muncul. Berdasarkan data Densus 88 AT Polri bulan
Agustus 2020, jumlah tersangka terorisme yang ditangkap sejak
kejadian Bom Bali I Tahun 2002 termasuk yang meninggal dunia
pada saat penindakan sebanyak 2.206 orang. Saat ini, yang
berstatus narapidana sebanyak 488 orang; yang berstatus tahanan
(dalam proses penyidikan/penuntutan) sebanyak 462 orang;
meninggal dunia (MD) sebanyak 249 orang; dan sebanyak 1.059
orang sudah selesai menjalani hukum (mantan narapidana
terorisme). Selanjutnya dari sejumlah mantan narapidana
sebagaimana diuraikan tersebut ada sebanyak 64 orang (3%) yang
terlibat kembali dalam kasus TP terorisme (residivis).
Tersangka Sidik/Tuntut MD Napiter Ex Napiter Residivis
Jumlah 2,206 462 249 488 1,059 64
Persentase 3
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
DATA PELAKU TP TERORISME 2004-2020
6
Table 1- Data Tersangka Terorisme 2004-2020, diolah dari data Densus 88 AT Polri
Table 2- Data Ex Napiter 2004-2020, diolah dari Data Densus 88 AT Polri
Indonesia dengan penduduk muslim terbanyak di dunia adalah
Negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, pluralisme,
dan toleransi. Negara dimana agama islam dan demokrasi berjalan
seiring. Hal ini menurut pemerintah Indonesia menjadi rahmat bagi
dunia.
Pemerintah Indonesia dalam hal ini Presiden Republik Indonesia
menyampaikan pidatonya didepan parlemen Inggris di Winsminster,
London, menyatakan bahwa menghadapi teroris dengan
pendekatan Soft Power seperti pendekatan agama, budaya yang
melibatkan partisipasi masyarakat, khususnya ormas keagamaan,
menjalankan program deradikalisasi rehabilitasi dan reintegrasi di
masyarakat. Deradikalisasi adalah bagian dari pendekatan Soft
Power yang dimkasud oleh Presiden.
17
13
4 1 2 10 3 10
148
8
129
215
12
6
29
12 11
22
232
19 11
37
0
50
100
150
200
250
DATA EX NAPITER - 2020
Jumlah
7
Deradikalisasi yang dilakukan secara komprehensif dan dapat
mencapai sasaran perubahan yaitu dengan program
Disengagement berbasis pada Pendidikan dan Ekonomi.
Disengagement merupakan bagian dari Counter-Terorism.
Disengagemet disini lebih diartikan sebagai memutus ikatan atau
dalam hal ini menarik keluar pelaku dengan mengubah perilaku
dengan tidak lagi memilih bergabung dengan jaringannya agar
mantan narapidana terorisme meninggalkan jalan penggunaan
kekerasan. Disengagement digunakan untuk menyusun kebijakan
penangulangan Terorisme.
Menurut Hogan aksi terorisme merupakan hasil dari proses
interaksi dalam suatu kelompok teror juga dapat memberikan
semangat baru bagi kelompok dan daya tarik tersendiri bagi calon
anggota untuk membangun komitmen dan terikat lebih erat (2005,
121). Untuk itu, aksi terorisme harus dicegah dengan menarik keluar
pelaku dari apa yang dikerjakannya.
Pada umumnya deradikalisasi dan disengagement diterapkan
bersama sebagai suatu program yang saling melengkapi antara
pendekatan sosial (disengagement) dan pendekatan psikologi
(deradikalisasi). Dimana disengagement diarahkan pada
perubahan perilaku seperti keluarnya seseorang dari kelompoknya
atau perubahan aturan hidup seseorang terhadap kelompoknya.
Hal ini akan dilakukan dengan dua bentuk upaya yaitu pendekatan
pendidikan dan ekonomi.
Pendekatan pendidikan dimaksud sebagai upaya dan solusi
pencegahan yang dipandang efektif untuk memberikan
pengetahuan dan pemahaman terhadap mereka yang sudah
radikal termasuk didalamnya adalah mantan narapidana terorisme
nama programnya adalah deradikalisasi sedangkan bagi mereka
8
yang belum memiliki paham radikal maka upaya yang dilakukan
adalah kontra radikalisasi, sebagai contoh istri dan anak-anak
mantan narapidana teroris.
Urgensi pendidikan tersebut agar bagi mereka yang sudah
radikal tidak lagi melakukan tindakan teror dengan memberikan
wawasan kebangsaan, pengetahuan dan bagi mereka yang belum
radikal diberikan pemahaman sedini mungkin terkait terorisme
sebagai benteng pertahanan yang mendalam dari segi wawasan
untuk mencegah aksi terorisme dalam bentuk apapaun dan
dimanapun serta kegiatan-kegiatan yang mengarah pada aksi
terorisme.
Pendekatan ekonomi, Marx dan Engels (1850), berpendapat
bahwa kejahatan timbul disebabkan adanya system ekonomi
kapitalis yang diwarnai dengan penindasan terhadap buruh,
sehingga menciptakan factor-faktor yang mendorong berbagai
penyimpangan. 4 Berdasarkan pendapat tersebut, maka untuk
melawan kejahatan ituharuslah diadakan peningkatan di bidang
ekonomi. Dengan kata lain kemakmuran, keseimbangan dan
keadilan social akan mengurangi terjadinya kejahatan. Oleh
karenanya dasar pemberdayaan bidang ekonomi diangkat
sebagai basis dasar konsep pembinaan terhadap mantan
narapidana terorisme dianggap salah satu treatment yang tepat
guna menanggulangi tindak pidana terorisme di Indonesia, dimana
kebutuhan dasar rmanusia adalah salah satu factor penyebab
munculnya perilaku jahat. Selanjutnya, secara sosiologis, terjadinya
4 Levin, J., Innis, K.M., Carrol W.F, and Bourne, R, “Social Problem;causes,Consequences,
Intervention”,(Los Anggeles, California: Roxbury Publishing Company, 2000) Page 102
9
residivisme tindak pidana terorisme mengindikasikan gagalnya
program deradikalisasi mantan narapidana terorisme yang telah
dilakukan oleh Pemerintah selama ini.
Barnest dan Teeters menunjukkan beberapa cara untuk
menanggulangi kejahatan yaitu:
Menyadari bahwa akan adanya kebutuhan-kebutuhan untuk
mengembangkan dorongan-dorongan social atau tekanan-
tekanan sosial dan tekanan ekonomi yang dapat mempengaruhi
tingkah laku seseorang kearah perbuatan jahat.
Memusatkan perhatian kepada individu-individu yang
menunjukkan potensialitas criminal atau sosial, sekalipun
potensialitas tersebut disebabkan gangguan-gangguan biologis
dan psikologis atau kurang mendapat kesempatan social ekonomis
yang cukup baik sehingga dapat merupakan suatu kesatuan yang
harmonis.
Dari pendapat Barnest dan Teeters tersebut di atas,
menunjukkan bahwa kejahatan dapat kita tanggulangi apabila
keadaan ekonomi atau keadaan lingkungan sosial yang
mempengaruhi seseorang kearah tingkahlaku criminal dapat
dikembalikan pada keadaan baik. Dengan kata lain perbaikan
keadaan ekonomi mutlak dilakukan. Sedangkan faktor-faktor
biologis, psikologis, merupakan faktor yang sekunder saja.5 Maslow6
dalam teorinya mengatakan bahwa manusia akan mengejar
kebutuhan mulai dari tingkat dasar menujuk kebutuhan yang lebih
tinggi (aktualisasi diri).
5 Ramli Atmasasmita, Kapita Selekta Kriminologi, (Bandung: Armico, 1993), hlm. 79. 6 Dune Schultz, Psikologi Pertumbuhan, (Yogyakarta: Kanisius, 1990), hlm. 190.
10
Oleh karenanya, bagaimana kita harus melakukan sebuah
usaha yang positif, serta bagaimana kita menciptakan suatu kondisi
dan memberikan sebuah treatment yang tepat sasaran, seperti
persoalan ekonomi dari para mantan narapidana terorisme, dimana
selepas menjalani masa hukuman kondisi ekonominya cukup sulit,
sementara adanya kewajiban memenuhi kebutuhan hidupnya dan
keluarganya sehingga konsep pemberdayaan ekonomi tersebut
dinilai cukup tepat.
Program disengagement yang berbasis pada pendekatan
pendidikan dan ekonomi terhadap mantan narapidana terorisme
sesungguhnya secara strategis merupakan implementasi dari
pemenuhan hak konstitusional warga negara. Sebagai Negara
Hukum, Indonesia menjamin Penghormatan, Perlindungan, dan
Pemenuhan Hak Asasi Manusia (HAM). Negara memiliki kewajiban
(duty bearer) dalam memastikan kesejahteraan demi
keberlangsungan hidup.
Kewajiban itu termanifestasikan salah satunya dalam bentuk
memberikan jaminan Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak kepada setiap warga Negara, yang juga merupakan sebuah
hak yang melekat pada setiap Individu masyarakat. Ketentuan
tersebut telah diatur dalam UUD 1945, UU No.39 tahun 1999 tentang
HAM, UU No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan UU N0.11
tahun 2005 tentang Ratifikasi Kovenan Hak Ekonomi Sosial dan
Budaya.
Sejauh ini, telah banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah
dalam rangka program deradikalisasi terhadap mantan narapidana
terorisme, demikian juga jenis dan pola pendekatannyapun
berviariasi dan juga biaya yang dikeluarkanpun tidak sedikit
jumlahnya. Namun, ancaman terorisme masih saja tetap ada dan
11
bahkan pelaku yang ditangkap oleh aparat tetap saja ada, baik
yang sudah melakukan aksi penyerangan maupun dalam tahap
perencanaan tetapi semua persiapaan sudah matang, keburu
ditangkap karena aparat berhasil mengendus rencana akan
melakukan serangan.
Dengan melihat kondisi tersebut, maka diperlukan adanya
inovasi strategis untuk bisa mengeliminir adanya ancaman teroris,
khususnya dalam penanganan terhadap mantan narapidana
terorisme yang sudah kembali berada di tengah masyarakat karena
cenderung masih memiliki pemikiran yang radikal, dan tentunya
masih sangat potensial menjadi ancaman akan adanya serangan
terorisme untuk bisa lebih baik dan bisa dibina secara mental
maupun ideologi, kemudian bisa menjadi agen perubahan dalam
penanganan terorisme.
Strategi Kebijakan Program disengagement yang berbasis
pada pendidikan dan ekonomi terhadap mantan narapidana
terorisme adalah salah satu pendekatan soft power dalam upaya
perdamaian yang diserukan Indonesia. Hal ini dapat berjalan
maksimal dengan adanya sebuah kebijakan formulatif yang
mengatur secara spesifik, sehingga sinergisme antara Lembaga
Pemerintah, salah satu diantaranya adalah Densus 88 Anti Teror
POLRI yang memiliki tugas khusus untuk menangani masalah
penangulangan terorisme harus bekerjasama dengan Stakeholder
terkait utamanya BNPT, Kementerian Agama, dan Kementerian/
Lembaga pemerintah terkait, aparat penegak hukum dapat
diupayakan.
Dengan demikian diharapkan pelaksanaan strategi
deradikalisasi mantan narapidana terorisme melaui program melalui
“Strategi Deradikalisasi melalui Program Disengagement yang
12
Berbasis pada Pendidikan dan Ekonomi” terhadap mantan
narapidana terorisme mampu berdayaguna dalam menanggulangi
masalah terorisme.
1.2. Tujuan Proyek Perubahan
Adapun tujuan dari Proyek perubahan adalah menurunkan
kejadian tindak pidana terorisme melalui strategi deradikalisasi
terhadap mantan narapidana terorisme melaui program
disengagement yang berbasis pada peningkatan kualitas
pendidikan dan kemampuan ekonomi serta mendapatkan
kepercayaan masyarakat/publik terhadap mantan narapidana
terorisme, terbagi menjadi : Tujuan jangka pendek, Tujuan jangka
menengah dan Tujuan jangka panjang:
1.2.1. Tujuan jangka Pendek
a. Tersedianya data terkait mantan Napiter melalui kegiatan
pemutahiran data menyangkut informasi, antara lain:
alamat/domosili, pekerjaan, ekonomi, pendidikan anak,
Tingkat radikalisme (khususnya di 3 (tiga) wilayah: DKI Jakarta,
Jabar dan Banten);
b. Disepakatinya renc pelaks kegiatan Kebijakan strategi
deradikalisasi mantan Napiter melalui program
disengagement berbasis Pendidikan dan Ekonomi;
c. Telaksananya kegiatan kunjungan dlm rangka
penggalangan dan pembinaan terhadap 6 (enam) org
target mantan Napiter yg telah ditentukan sbg pilot project
di wilayah DKI Jakarta, Banten dan Jabar;
d. Tersusunya Draft Peraturan Kadensus 88 AT Polri tentang
Strategi Deradikalisasi mantan Napiter melalui Program
13
Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Kemampuan Ekonomi;
dan
e. Terlaksananya Monev pelaksanaan kegiatan
pembinaan/penggalangan terhadap 6 orang Ex Napiter
dalam kebijakan strategi deradikalisasi Ex Napiter melalui
program disengagement berbasis Pendidikan dan Ekonomi.
1.2.2. Jangka Menengah
a. Tersusunnya Draft SKB antara Polri, BNPT & StakeHolders terkait
ttg Kebijakan Strategi Deradikalisasi mantan Napiter melalui
Program Peningkatan Kualitas Pendidikan & Kemampuan
Ekonomi;
b. Disepakatinya pelaks dan terbentuknya Tim pelaksana
kegiatan peningkatan kualitas pendidikan dan kemampuan
ekonomi mantan Napiter oleh stakeholder terkait;
c. Tersosialisasinya SKB Strategi program Deradikalisasi Ex Napiter
melalui program disengagement berbasis pendidikan dan
ekonomi kepada stakeholder terkait.
1.2.3. Jangka Panjang
Dalam jangka panjang proyek perubahan yang didesain
diharapkan akan mampun untuk menurunkan jumlah kejadian TP
Terorisme baik dari segi kuantitas maupun kualitas melalui Srategi
Deradikalisasi terhadap Mantan Napiter dengan meningkatnya
kualitas Pendidikan dan kemampuan Ekonomi mantan Napiter serta
meningkatnya kepercayaan publik terhadap mantan Napiter
sebagai hasil dari berbagai upaya yang dilakukan, diantaranya
berupa:
a. Adanya SKB antara POLRI, BNPT dan Stakeholder terkait ttg
Strategi Kebijakan Deradikalisasi mantan Napiter melalui
14
Program Disengagement Berbasis Pendidikan dan Ekonomi di
Indonesia;
b. Terimplementasikannya Strategi Kebijakan Deradikalisasi
mantan Napiter melalui Program Disengagement Berbasis
Pendidikan dan Ekonomi di Indonesia.
1.3. Analisis Permasalahan
1.3.1. Kondisi Saat ini
Permasalah terorisme hingga saat ini masih menjadi beban
tugas berat yang harus ditangani oleh negara, karena ancaman
terjadinya serangan terorisme masih tinggi dengan berbagai faktor
yang menjadi penyebabnya. Hal ini sangat mudah dapat diketahui
dari pemberitaan di media massa, media elektonik maupun media
sosial, dimana masih saja terus terjadi Tindak Pidana Terorisme,
jumlah pelaku terus bertambah, sudah 1.059 orang yang telah
berstatus mantan narapidana terorisme (jumlah yang sangat bersar)
dan sebanyak 64 orang (3%) dari mantan narapidana terorisme
tersebut terlibat kembali (residivis). Kelompok teroris tidak hanya
bersifat local akan tertapi terhubung dengan jaringan regional dan
internasional, Upaya (hard/soft approach) telah dilakukan namun
belum mampu mengatasi permasalahan terorisme dan masyarakat
khawatir akan adanya serangan terorisme, bahkan terkadang ada
masyarakat yang menganggap kejadian terorisme sebagai
rekayasa.
Berdasarkan fakta-fakta dan fonomena yang ada, selanjutnya
dilakukan analisis dan kajian mendalam dari berbagai sumber
informasi, kemudian dapat disampaikan beberapa hal yang perlu
mendapat perhatian serius dari semua stakeholder terkait, antara
lain: a. Ancaman terorisme masih tinggi; b. Sebagian mantan
15
Napiter masih Radikal; c. Masyarakat enggan menerima kehadiran
mantan napiter; d. Tingkat ekonomi mantan Napiter masih rendah;
dan e. Banyak anak-anak Napiter putus sekolah.
1.3.2. Implikasi
Berdasarkan Analisa terhadap beberapa hal yang telah
diuraikan diatas, lalu kemudian akan menimbulkan implikasi
terhadap masyarakat maupun pemerintah yang memiliki tugas
kewajiban untuk memberikan pelayanan kepada warganya, yakni:
a. Rasa aman publik terganggu karena khawatir terjadi
serangan terorisme;
b. Kewajiban pemerintah untuk memberikan perlindungan dan
rasa aman terhadap warganya tidak terpenuhi;
c. Dapat berakibat menurunnya legitimasi publik terhadap
pemerintah;
d. Kepercayaan internasional dan investor menurun sehingga
berdampak pada sektor ekonomi dll.
1.3.3. Kondisi yang diharapkan
Gagasan maupun ide yang dirancang untuk penanganan/
pembinaan mantan narapidana terorisme berupa penerapan
Kebijakan Strategi Deradikalisasi Mantan Napidana Terorisme
melalui Program Disengagement berbasis Pendidikan dan Ekonomi
diharapkan mampu berdayaguna serta memberikan manfaat yang
positif, dengan:
a. Menurunnya ancaman terorisme dimasa yang akan datang
b. Menurunnya tingkat radikalisme Mantan Narapidana
Terorisme
c. Masyarakat bisa menerima kehadiran Mantan Narapidana
Terorisme dilingkungannya
16
d. Membaiknya kemampuan ekonomi Mantan Narapidana
Terorisme
e. Anak-anak Mantan Narapidana Terorisme bisa mengenyam
Pendidikan yang layak.
1.3.4. Inovasi
Dalam mewujudkan kondisi yang diharapkan tentunya harus
ada upaya inovatif yang dilakukan secara terencana dan
kolaboratif antar stakeholder baik Lembaga pemerintah maupun
Lembaga non pemerintah yang bertujuan untuk dapat mengatasi
persoalan-persoalan terorisme.
Segala upaya yang akan dilakukan tersebut memerlukan
komitmen bersama antar stakeholder dengan menciptakan inovasi-
inovasi baru yang lebih dapat diterima oleh semua pihak termasuk
kelompok jaringan yang selama ini menjadi pelaku tindak pidana
terorisme. Tindakan dan upaya yang dilakukan oleh pemerintah
berupa upaya pendekatan keras dan lunak masih dianggap perlu
untuk dimaksimalkan.
Deradikalisasi sebagai salah satu bentuk upaya yang telah
dijalankan oleh pemerintah maupun pihak-pihak berkontribusi aktif,
sejauh ini telah banyak dilakukan namun kenyataannya masih
belum berhasil maksimal karena hingga sekarang ancaman
terorisme masih tinggi dan pelakunya melibatkan mantan
narapidana terorisme. Kami sebagai agen perubahan, menawarkan
penerapan program kebijakan “Strategi Deradikalisasi Mantan
Napiter melalui Program Disengagement Berbasis pada Pendidikan
dan Ekonomi.”
17
1.4. Manfaat Proyek Perubahan
Dalam setiap upaya terobosan yang dilakukan oleh satu
organisasi dengan penerapan program yang telah ditetapkan, akan
memiliki manfaat baik internal maupun ekternal karena keduanya
saling membutuhkan. Adapun manfaat yang dihasilkan dalam
proyek perubahan ini adalah:
1.4.1. Manfaat Internal
a. Tersedianya aturan program disangegament berbasis pada
pendidikan dan peningkatan ekonomi Mantan Narapidana
Terorisme
b. Penanganan terhadap Mantan Narapidana Terorisme dapat
lebih efektif dan maksimal
c. Memudahkan implementasi program Deradikalisasi mantan
Napidana terorisme dalam rangka penanggulangan
terorisme di jajaran Satgaswil Densus 88 AT di seluruh
Indonesia.
1.4.2. Manfaat Eksternal
a. Adanya kebijakan bersama antara POLRI, BNPT &
Kementerian termasuk Lembaga non pemerintah terkait
penanggulangan terorisme guna memudahkan dalam hal
koordinasi termasuk anggaran.
b. Terjalinnya kerjasama yang baik antar stakeholder terkait
dalam penanggulangan terorisme, tidak berjalan sendiri-
sendiri, sehingga akan lebih efektif dan efisien.
c. Meningkatnya sinergitas antar instansi terkait, organisasi-
organisasi masyarakat (LSM), Lembaga-lembaga non
pemerintah dan pihak-pihak terkait, sehingga memudahkan
dalam setiap langkah pelaksanaan penganganan terorisme
18
lebih khusus terhadap mantan Narapidana Terorisme, hal ini
akan menumbuhkan kesamaan persepsi dalam
memandang persoalan terorisme, seperti misalnya sama
pandangan bahwa bukan persoalan agama yang menjadi
titik persoalan dalam masalah terorisme, tetapi paham atau
idelogi yang diusung oleh kelompok terorisme yang
menyimpang.
d. Masyarakat sebagai penerima mafaat dapat merasakan
kondisi dan situasi yang lebih aman, kondusif dan tidak
khawatir akan adanya ancaman terorisme.
19
BAB II
RANCANGAN PROYEK PERUBAHAN
2.1. Output Kunci
Pelaksaan suatu kegiatan yang dirancang secara baik dan
matang serta tujuan yang sudah ditentukan, akan mendapatkan
hasil yang sesuai dengan keinginan organisasi dalam bentuk output
berupa produk dan outcome berupa manfaat yang akan diperoleh
sesuai tujuan dan harapan.
2.1.1. Output
Adapun standart atau kriteria keberhasilan dari proyek
perubahan ini khususnya dalam pelaksanaan program jangka
pendek, adalah ;
a. Adanya dokumen data mantan Napiter yang update,
berupa informasi-informasi mengenai: alamat/domisili,
pekerjaan, kondisi ekonomi, tingkat radikalisme dan
hubungan dengan jaringan.
b. Terlaksananya kegiatan penggalangan/ pembinaan
terhadap 6 (enam) orang mantan narapidana terorisme
yang menjadi pilot proyek di 3 (tiga) provinsi (DKI Jakarta,
Jabar dan Banten) menggunakan strategi deradikalisasi
melalui program disagegement berbasis pada ekonomi dan
pendidikan.
c. Adanya Peraturan Kadensus 88 AT Polri tentang Strategi
Deradikalisasi mantan Napiter melalui program
disagegement berbasis Pendidikan dan Ekonomi.
d. Terlaksananya kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap
pelaksanaan kegiatan penggalangan/ pembinaan
20
terhadap mantan narapidana terorisme menggunakan
Strategi Deradikalisasi Mantan Narapidana Terorisme melalui
Program Disengagement Berbasis Ekonomi dan Pendidikan.
e. Meningkatnya soliditas dan sinergitas antar stakeholder
terkait dalam pelaksanaan kegiatan program deradikalisasi
terhadap mantan Narapidana Terorisme.
2.1.2. Outcome
Outcome yang dihasilkan dalam proyek perubahan ini adalah
sebagai berikut :
a. Optimalnya upaya penanggulangan terorisme melalui
program deradikalisasi mantan Napiter
b. Menurunnya ancaman dan Kejadian TP Terorisme di
Indonesia yang pada akhirnya memberikan rasa aman bagi
masyarakat, sehingga kepercayaan Internasional dan
investor terbangun dan sektor ekonomi akan meningkat.
21
2.2. Pentahapan/ Milestone Proyek Perubahan
2.2.1. Milestones Jangka Pendek (Waktu: Minggu ke-2 Sep sd Minggu ke-4 Nop 2020 )
No Milestone Kegiatan Output Waktu PIC
Persiapan:
- Persetujuan Mentor Persetujuan M IV/8/2020 Tim Kerja
- Pembentukan Tim Efektif Sprin Tugas M IV/8/2020 Tim Kerja
1. Hasil data/ potret mantan Napiter
Pengumpulan data dan informasi mantan Napiter mengenai: Alamat/domisili (saat keluar Lapas),
pekerjaan, kondisi ekonomi, hub dengan jaringan. Untuk pemetaan
dalam penentuan rencana tindak lanjut kebijakan.
Kegiatan dilakukan melalui Forum diskusi, rapat bersama tim kerja dan
stakeholder terkait, serta turun langsung ke lapangan.
1) Rapat Pokja pengumpulan data
dan informasi dan bentuk Tim pelaksana
- Notelensi
rapat
M I/9/2020 Mentor, Project
leader & Tim Pokja
2) Pelaksanaan pengumpulan data
dan informasi (Densus Ditjenpas/Lapas)
- Data & info
terkait mantan Napiter
M II/9/2020 Tim Pokja
3) Verifikasi data mantan Napiter - Draft awal
laporan.
M III/9/2020 Project Leader
dan Tim Pokja 4) Pengajuan laporan kepada
kadensus - Laporan data
update
mantan Napiter
M IV/9/2020 Tim Pokja.
22
No Milestone Kegiatan Output Waktu PIC
2. Hasil kesepakatan renc pelaks kegiatan Kebijakan
strategi deradikalisasi mantan Napiter melalui program disengagement
berbasis Pendidikan dan Ekonomi.
Mengkaji program kegiatan upaya membina mantan Napiter yang
menjadi ancaman serius jika tidak ditangani dengan baik.
Kegiatan dilakukan melalui kajian tentang kondisi real para mantan
Napiter melalui forum diskusi, dan rapat bersama tim kerja dan
stakeholder terkait.
1) Buat undangan rapat - Surat undangan
M IV/09/2020 Tim Pokja
2) Distribusi Undangan - Tanda terima M IV/09/2020 Tim Pokja
3) Rapat pembahasan rencana kegiatan
- Notulen rapat M IV/09/2020 Project Leader dan Tim Pokja.
4) Kesepatan bersama pelaksanaan
kegiatan
- Tertuang
dalam Notulen rapat.
M IV/09/2020 Project Leader
dan Tim Pokja
23
No Milestone Kegiatan Output Waktu PIC
3. Hasil rencana dan pelaksanaan (implementasi) kegiatan
kebijakan strategi deradikalisasi mantan
Napiter melalui program disengagement berbasis Pendidikan dan Ekonomi
Penyusunan rencana kegiatan, dilanjutkan pelaksanaan pembinaan/ penggalangan dalam upaya
deradikalisasi melalui program disengagement terhadap 6 orang
mantan Napiter yang menjadi target sebagai pilot project (2 orang tiap Provinsi: DKI Jakarta, Jabar dan
Banten).
Kegiatan dilakukan dengan bertemu langsung baik ke rumah kediaman
target maupun tempat lain yang disepakati dengan membangun
komunikasi dan saling percaya.
1) Pembuatan undangan dan distribusi
- Surat undangan
M IV/09/2020 Tim Pokja
2) Distribusi undangan - Tanda terima M IV/09/2020 Tim Pokja
3) Rapat pembahasan target dan
Jadwal
- Notulen rapat M IV/09/2020 Projek Leader,
Tim Pokja. 4) Pembuatan Surat Perintah Tugas - Surat Perintah
Tugas
M IV/09/2020 Tim Pokja
5) Distribusi Surat Perintah Tugas - Tanda terima M IV/09/2020 Tim Pokja
6) Pelaksanaan kegiatan
pembinaan/ galang 6 orang mantan Napiter
- Laporan
pelaksanan tugas
M I/10/2020- M
III/11/2020
Project Leader,
Tim Pokja
24
No Milestone Kegiatan Output Waktu PIC
4. Draft Peraturan Kadensus
88 AT Polri tentang Strategi Deradikalisasi mantan
Napiter melalui Program Peningkatan Kualitas
Pendidikan dan Kemampuan Ekonomi
Penyusunan Draf Kadensus 88 AT Polri
tentang Strategi Deradikalisasi mantan Napiter melalui Program
Disengagement Berbasis Pendidikan dan Ekonomi.
Kegiatan dilakukan melalui kajian
pustaka (literatur review), FGD, forum diskusi, serta rapat bersama tim kerja.
1) Penyusunan agenda rapat - Draft agenda rapat
M I/11/2020 P. Leader& Tim Pokja
2) Rapat Pokja penyusunan Peraturan Kadensus
- Notulen rapat M II/11/2020 P. Leader &Tim Pokja
3) Pembuatan und rapat & distribusi FGD
- Surat und/ T. Terima
M II/11/2021 Tim Pokja
4) FGD draf Peraturan Kadensus - Laporan hasil FGD
M III/11/2021 Mentor, P.Leader, Tim Pokja
5) Pengajuan draf Peraturan Kadensus kepada Kadensus
- Draft awal Peraturan
Kadensus
M II/12/2021 Tim Pokja dan Bagrenmin
P. Leader& Tim Pokja
25
No Milestone Kegiatan Output Waktu PIC
5. Analisis dan Monev hasil
pelaksanaan kegiatan pendekatan terhadap 6
orang Ex Napiter dalam kebijakan strategi
deradikalisasi Ex Napiter melalui program disengagement berbasis
Pendidikan dan Ekonomi
Mengkaji dan menganalisa sekaligus
konsolidasi atas pelaksanaan kegiatan penggalangan dan
pembinaan yang telah dilakukan terhadap 6 orang target, untuk
mengetahui terkait sikap penerimaan dan segala masukan serta harapan target dan stakeholder terkait atas
pelaksanaan pembinaan/ penggalangan, dilakukan melalui
diskusi dan turun langsung ke lapangan.
Monev dijadikan sebagai bahan dan
referensi dalam pembuatan SKB dan renc tindak lanjut.
1) Monitoring langsung lapangan, gali dan tampung masukan dari
semua pihak dan masyarakat
- Turun lapangan
M II - M III/11/ 2020
Mentor, Projek Leader, dan Tim
Pokja 2) Rapat dan diskusi terkait hasil,
kendala dan efektivitas dan solusi hambatan.
- Notulen rapat M IV/11/2020 Mentor, P.
Leader, Tim kerja & stakeholder.
3) Pembuatan Laporan Monev - Draft Laporan M IV/11/2020 Tim Pokja
4) Pengajuan Laporan Monev kepada Kadensus
- Dok Laporan M IV/11/2020 Tim Pokja dan Bagrenmin.
5) Monitoring langsung lapangan,
gali dan tampung masukan dari semua pihak dan masyarakat
- Turun
lapangan
M II - M III/11/
2020
Mentor, Projek
Leader, dan Tim Pokja
26
2.2.2. Milestones Jangka Menengah (Waktu: Januari sd Juni 2021 )
No Milestone Kegiatan Output Waktu PIC
1. Draft SKB antara Polri, BNPT
dan StakeHolders terkait tentang Kebijakan Strategi
Deradikalisasi mantan Napiter melalui Program
Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Kemampuan Ekonomi
Penyusunan Draft SKB antara Polri,
BNPT dan StakeHolders terkait tentang Kebijakan Strategi
Deradikalisasi mantan Napiter melalui Program Peningkatan Kualitas
Pendidikan dan Kemampuan Ekonomi. Kegiatan dilakukan melalui kajian
pustaka (literatur review), forum diskusi, serta rapat bersama tim kerja
dan stakeholder terkait.
1) Penyusunan agenda rapat - Draft agenda rapat
M I/01/2021 P. Leader & Tim Pokja
2) Rapat Pokja penyusunan SKB - Notulen rapat M II/01/2021 P. Leader &Tim Pokja
3) Pembuatan und rapat & distribusi FGD
- Surat und/ T. Terima
M II/01/2021 Tim Pokja
4) FGD draf SKB antara Polri, BNPT dan StakeHolders terkait
- Laporan hasil FGD
M I/02/2021 Mentor, P.Leader, Tim stakeholder terkait
5) Pengajuan draft SKB kepada pimpinan instansi stakholder
terkait
- Draft awal M II/02/2021 Tim Pokja dan Bagrenmin
6) Masukan dan koreksi draft SKB dari
masing2 instansi
- Dok Laporan M IV/11/2020 Tim Pokja dan
Bagrenmin. 7) Perbaiki dan finalisasi draft SKB - Turun
lapangan M II - M III/11/ 2020
Mentor, Projek Leader, dan Tim
Pokja
27
No Milestone Kegiatan Output Waktu PIC
2. Tim pelaksana program
kegiatan lanjutan pembinaan/
penggalangan mantan Napiter di pulau Jawa
Penyusunan anggota tim pelaksana
pembinaan/ penggalangan. Menunjuk dan memilih personil yang
memiliki kemampuan pendekatan yang baik, dan kompetensi dibidang
komunikasi.
1) Rapat dan diskusi Pokja - Notules rapat M III/01/2021 P. Leader, Tim
Pokja 2) Buat Surat Permintaan personil
kpd instansi terkait
- Surat permintaan
M IV/01/2021 Tim Pokja dan Renmin
3) Pembuatan Surat Perintah Tugas - Surat Perintah Tugas
M III/02/2021 Tim Pokja dan Renmin
4) Pelaksanaan kegiatan
pembinaan/ penggalangan
terhadap 72 orang mantan
Napiter
- Laporan hasil pelaks tugas
M I/03- M II/ 06/2021
Tim Pokja dan Tim Stakeholder
terkait
5) Monitoring dan Anev - Laporan hasil
Anev
M III/05- M III/
06/2021
P. Leader, Tim
Pokja dan Renmin
28
No Milestone Kegiatan Output Waktu PIC
3. Sosialisasi Strategi
program Deradikalisasi mantan Napiter melalui
program disengagement berbasis pendidikan dan
ekonomi kepada stakeholder terkait
Melakukan sosialisasi kepada
pejabat dan staf dilingkungan Densus 88 AT Polri dan kepada
Stakeholder terkait ttg Strategi program Deradikalisasi mantan
Napiter melalui program disengagement berbasis pendidikan dan ekonomi kepada
stakeholder terkait.
1) Rapat Pokja pelaksanaan
Sosialisasi Drat SKB
- Notulen rapat M II/05/2021 P. Leader, Tim
Pokja, Bagrenmin, Tim Stakeholder
terkait. 2) Pelaksanaan kegiatan sosialisasi
Draft SKB
- Laporan
pelaksanaan
M III/05- M III/
06/2021
Tim Sosialisasi SKB
3) Analisa dan Evaluasi - Laporan Anev M IV/06/2021 Mentor, P.
Leader dan Tim Sosialisasi.
29
2.2.3. Milestones Jangka Panjang (Waktu: Juni 2021 sd Desember 2022 )
No Milestone Kegiatan Output Waktu PIC
1. Terlaksana dan
ditandatanganinya SKB antara POLRI, BNPT dan
Stakeholder terkait ttg Strategi Kebijakan
Deradikalisasi mantan Napiter melalui Program Disengagement berbasis
Pendidikan dan Ekonomi di Indonesia.
Draft yang sudah disusun kemudikan
dikirim kepada pimpinan Stakeholder terkait untuk dilakukan sinkronisasi
dimasing-masing instansi.
Jika ada masukan dan koreksi atas
draft yang dikirimkan kemudikan dilakukan pembahasan dan diskusi tentang penting masukan dan koreksi
dimaksud.
1) Pengiriman draft SKB ke Divkum
Polri dan pimpinan stakeholder
terkait untuk dilakukan sinkronisasi
- Draft agenda
rapat
M I/01/2021 P. Leader & Tim
Pokja
2) Pembahasan draft SKB di masing2
instansi guna pemberoleh
masukan
- Notulen rapat M II/01/2021 P. Leader &Tim Pokja
3) Rapat tim Pokja draft stakeholder
terkait untuk finalisasi
- Surat und/ T. Terima
M II/01/2021 Tim Pokja
4) Pembuatan draft final untuk
diparaf masing2 bidkum masing2
stakeholder
- Laporan hasil FGD
M I/02/2021 Mentor, P.Leader, Tim stakeholder
terkait 5) Penjadwalan dan proses
undangan pelaksanaan
penandatangan SKB
- Draft awal M II/02/2021 Tim Pokja dan
Bagrenmin
6) Penandatanganan SKB. - Dok Laporan M IV/11/2020 Tim Pokja dan Bagrenmin.
30
No Milestone Kegiatan Output Waktu PIC
2. Terwujudnya Strategi
Kebijakan Deradikalisasi mantan Napiter melalui
Program Disengagement berbasis Pendidikan dan
Ekonomi di Indonesia
Sosialisasi dan implementasi Strategi
Kebijakan Deradikalisasi mantan Napiter melalui Program
Disengagement berbasis Pendidikan dan Ekonomi di Indonesia.
1) Rapat Pokja pelaksanaan solisasi
SKB
- Notulen Rapat M II/11/2021 P. Leader dan
Tim Pokja
2) Pelaksanaan kegiatan sosialisasi
SKB
- Laporan pelaks
sosialisasi
M IV/11/2021 -
M IV/5/2022
Tim Pokja
3) Pelaksanaan kegiatan
pembinaan mantan Napiter
secara terencana dan
pemetaan program kegiatan
pembinaan dan penggalangan
- Laporan
pelaksanaan
kegiatan
M II/11/2021-M
II/12/2022
Tim Pokja
4) Monitoring dan Anev - Laporan
pelaksaan Monev
M II/10- M III/ 12/2022
P. Leader dan
Tim Pokja
31
2.3. Tata Kelola
Keberhasilan suatu organisasi sangat ditentukan oleh bagaimana
seorang pemimpin untuk bisa meggerakkan semua potensi yang
dimiliki baik sarana dan prasarana maupun sumber daya manusia. Jika
dianalogikan seperti sebuah Kapal maka tidaklah mungkin kapal bisa
berlayar dengan baik apabila semua crew/ awak kapal tidak bekerja
sesuai dengan tugas fungsi masing-masing. Kerja tim adalah kuncinya,
namun demikian untuk sebuah Tim bisa bergerak, pengelolaan semua
sumber daya harus baik agar semua komponen saling mendukung
antara satu bagian dengan bagian lainnya, dan tentunya sangat
diperlukan kepiawaian dan kemampuan seorang pemimpin untuk
mengorganisir dan menggerakkan semua potensi yang ada.
Tata kelola proyek perubahan ini tergabung dalam struktur
organisasi Tim Efektif dan melibatkan para pemangku kepentingan dari
kementerian/Lembaga (K/L) terkait. Tim efektif mencakup staf dan
tenaga ahli pada Direktorat dan Bagian/ Sub Bagian di lingkup Densus
88 AT Polri. Pemangku kepentingan (stakeholder) dalam program
kegiatan proyek perubahan ini diantaranya:
a. Institusi Internal, Pejabat pada:
1) Dit Intelijen Densus 88 AT Polri
2) Dit Sidik Densus 88 AT Polri
3) Dit Idensos Densus 88 AT Polri
4) Dit Pencegahan Densus 88 AT Polri
5) Bagrenmin Densus 88 AT Polri
6) Bag Banops Densus 88 AT Polri
7) Bag Ops Densus 88 AT Polri
8) Satgaswil jajaran Densus 88 AT Polri
9) Urusan Keuangan Densus 88 AT Polri
10) Baintelkam Polri
11) Korbimmas Polri
32
12) Polda/Polres/Polsek
b. Institusi Eksternal, Pejabat pada:
1) Ditjenpas
2) Kemendagri
3) Kemenkumham
4) Komnasham
5) Kemenag
6) Kemendiknas
7) Kemenpan
8) Kemenaker
9) Kemensos
10) Kemen Perindustrian
11) Kemendag
12) Bapenas
13) Kodam/Korem/Kodim/ Koramil
14) Pemprov/Pemkab/Kota/Kecamatan/Kelurahan
15) Majelis Ulama Indonesis (MUI)
16) Ikatan Pesantren Indonesia (IPI)
17) Organisasi Kemasyrakatan
18) Oragisasi Keagamaan
19) Tokoh Agama
20) Tokoh Masyarakat
21) Tokoh pemuda
22) LSM/Assosiasi
23) Yayasan Lingkar Perdamaian, Lamongan (Ustad Ali Fauzi)
24) Yayasan Al Hidayah, Medan (Ustad Ghozali)
25) DASP, Jakarta (Ustad Nasir Abbas)
26) Dll
Dalam pengelolaan proyek perubahan ini, telah dibangun
sebuah struktur pelaksana agar ketika proyek ini dijalankan semua
pihak dan tim yang terlibat didalamnya telah memiliki pembagian
tugas dan tanggung jawab masing-masing, hal ini guna
menghindarkan adanya kesalahan yang bisa mengakibatkan tidak
maksimalnya hasil yang diharapkan sesuai dengan perencanaan yang
33
telah didesain sebelumnya. Adapun struktur pelaksana proyek
perubahan adalah sebagai berikut:
Table 3 - Struktur Organisasi Proyek Perubahan
1. Atasan/ Mentor : Irjen Pol. Marthinus Hukom, S.I.K., M.Si,
Kadensus 88 AT Polri
2. Coach : Ibu Dr. Elly Fariani, M.Sc, Widyaiswara
Utama pada LAN RI
3. Project Leader : Dr. Hoiruddin Hasibuan, S.H., M.Hum.
Peserta PKN 1, Angkatan 47, NDH_21
4. Tim Pemutahitan Data : Koordinator : Marsan Saputra, S.E
Anggota : Uci Diana S.K.M.,
Sandytias Prakoso, S.H., Rakhe Tegar,
Farhan.
5. Tim Kebijakan : Koordinator : Mardiman Sane, S.H., M.H.
Anggota : Nana Sudrajat, M.Psi,
Azda, Anandafi, Sudarma.
6. Tim Kerja : Koordinator : Laga Bring, S.H.
Anggota : Tri Wahyudi, Lerry Ibrahim,
Bagus Faturrohman, Aris Yudianto
34
35
BAB III
PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN
Penjelasan mengenai Proyek Perubahan difokuskan pada
perkembangan pelaksanaan tahap jangka pendek. Kelancaran
pelaksanaan kegiatan pada jangka pendek ini menjadi titik tolak
utama keberhasilan pelaksanaan tahap jangka menengah dan
jangka panjang.
3.1. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan Proyek Perubahan berjalan dengan baik
berdasarkan tahapan/ milestone yang telah direncanakan. Tim Pokja
bekerja sesuai perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Adapun
Pilot Project pada Proyek Perubahan yang dilaksanakan berupa
pendekatan dan penggalangan terhadap 6 (enam) orang mantan
narapidana terorisme di 3 (tiga) Provinsi yakni Provinsi DKI Jakarta
Jakarta, Jawa Barat dan Banten.
3.1.1. Konsultasi pra pelaksanaan Proyek Perubahan dengan Kadensus
88 AT Polri
Sebelum Proyek Perubahan dilaksanakan, Project Leader
melakukan diskusi dan konsultasi kepada Irjen Pol. Marthinus Hukom,
S.I.K., M.Si. selaku Mentor yang juga menjabat sebagai Kadensus 88 AT
Polri. Selanjutkan sesuai arahan Kadensus untuk berkonsultasi dan
berdiskusi dengan Brigjen Pol Sentot Prasetyo, S.I.K sebagai
Wakadensus yang ditunjuk sebagai Co-Mentor. Dalam pertemuan
tersebut mentor memberikan masukan, dukungan dan rekomendasi
36
teknis agar pelaksanaan Proyek Perubahan dapat berjalan dengan
baik, lancar dan terlaksana sesuai tujuan yang diharapkan.
Gambar 1- Project Leader konsultasi ke Mentor di kantor
Wakadensus 88 AT Polri
3.1.2. Rapat awal pembentukan Tim Efektif dan pengumpulan data
serta informasi terkait mantan narapidana terorisme.
Project Leader membentuk Tim Efektif guna melakukan koordinasi
dan membangun sinergitas untuk keberhasilan pencapaian Proyek
Perubahan serta untuk menyamakan persepsi dalam mengumpulkan
data dan informasi terkait mantan narapidana terorisme. Rapat awal
pembentukan Tim Efektif dilakukan di safehouse Satgaswil Kep. Bangka
Belitung. Kemudian setelah nama-nama personil yang dilibatkan
dapat Tim efektif yang terdiri dari: a. Tim Pemutahiran Data; b. Tim
Kebijakan dan c. Tim Kerja, dilanjutkan dengan pembuatan Surat
Perintah Kadensus 88 AT Polri.
37
Gambar 2 - Tim Leader Memberikan arahan kepada Tim Efektif
38
Gambar 3 - Tim Pokja menyusun Surat Perintah Kadensus tentang pelaksanaan
Proyek Perubahan (8/9/2020)
3.1.3. Rapat pembahasan inventarisasi dan validasi data mantan
narapidana terorisme
Rapat lanjutan dan diskusi terkait proyek perubahan ini
membahas mengenai validasi data mantan narapidana terorisme dan
disepakati dan dibagi beberapa tim, dengan melakukan
pengumpulan data dimulai dari internal Densus 88 AT Polri yang
memiliki akses dan informasi menengai mantan narapidana terorisme,
yakni: Direktorat Idensos, Direktorat Pencegahan, Direktorat Intelijen,
Direktorat Penyidikan, Bagian Operasional. Sedangkan untuk Instansi
eksternal yaitu: Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditejenpas)
Kemenkumham RI dan beberapa Lapas yang bisa dihubungi yakni:
Lapas Cipinang, Lapas Makassar, Lapas Nusakambangan, Lapas
Lowokwaru Malang, Lapas Tanjung Gusta Medan, Lapas Madiun.
Dilanjutkan dengan pembahasan rencana mengadakan rapat
pembahasan Proyek Perubahan dengan mengundang seluruh
39
Pejabat Utama (PJU) di lingkungan Densus 88 AT Polri. Sehubungan
dengan pandemic Covid-19 maka disepakati pelaksanaan rapat
pembahasan akan dilakukan secara virtual melalui aplikasi Zoom
Meeting.
Gambar 4 - Project Leader dan anggota pokja berdiskusi dalam rapat lanjutan
terkait Proyek Perubahan (11/9/2020)
Selanjutnya, Tim pokja membuat Nota Dinas untuk Pejabat Utama
(PJU) Densus 88 AT Polri perihal undangan rapat pembahasan Proyek
Perubahan yang akan dilaksanakan pada tanggal 17 September 2020
secara virtual melalui aplikasi Zoom Meeting.
40
Gambar 5 - Anggota pokja menyusun Nota Dinas undangan rapat pembahasan
Proyek Perubahan (11-09-2020)
3.1.1. Rapat Pembahasan Proyek Perubahan Bersama Pejabat Utama
(PJU) Densus 88 AT Polri.
Rapat Pembahasan Proyek Perubahan diikuti oleh Pejabat Utama
(PJU) Densus 88 AT Polri secara virtual melalui aplikasi Zoom Meeting.
Project Leader memaparkan tentang Rancangan Proyek Perubahan
dengan judul “Strategi Deradikalisasi Mantan Narapidana Terorisme
Melalui Program Disengagement Berbasis pada Pendidikan dan
Ekonomi”.
Diskusi berjalan lancar dan dinamis, banyak tanggapan dan
masukan yang diberikan oleh peserta rapat dan semua setuju bahwa
dalam penanganan mantan narapidana terorisme harus dilakukan
dengan cara-cara humanis termasuk salah satunya dengan
mendekati mereka dalam bidang pendidikan dan ekonomi yang
merupakan kebutuhan utama sehari-hari. Kadensus dan PJU Densus 88
AT Polri dan seluruh PJU Densus 88 AT Polri menyatakan mendukung dan
41
siap membantu terkait pelaksanaan Proyek Perubahan yang
dilaksanakan.
Gambar 6 - Project Leader dan anggota pokja berdiskusi terkait Proyek
Perubahan (11-09-2020)
3.1.2. Inventarisasi data mantan narapidana terorisme dalam rangka
pemutahiran (updating)
Inventarisasi data mantan narapidana terorisme dalam rangka
pemutahiran data yang dilakukan oleh Pokja secara sistematis dengan
melakukan koordinasi dengan Direktorat Indensos Densus 88 AT Polri
dan Bagian Ops Densus 88 AT Polri, juga menerjunkan tim Pokja ke
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas) Kemenkumham RI dan
sejumlah Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) di daerah yang menjadi
tempat para mantan narapidana terorisme menjadi warga binaan.
Adapun Lapas yang dikunjungi, yaitu: Lapas Kelas 1 Cipinang, Lapas
Kelas 3 Gunung Sindur, Lapas Kelas I Malang, Lapas Kelas I
Kedungpane Semarang, Lapas Kelas 1 Surabaya dan Lapas Kelas 1
Makassar. Hal ini dimaksudkan agar data yang ada di Densus 88 AT Polri
42
kemudian di-cross check dengan data yang dimiliki oleh Ditjenpas dan
Lapas guna memperolah hasil yang akurat, sebab sangat mungkin
rekaman data dimasing-masing instansi kemungkinan berbeda
sehingga akan saling melengkapi.
Disamping itu, juga diharapkan dengan pelaksanaan demikian
akan diperoleh informasi yang lebih lengkap mengenai alamat atau
domisili terakhir dari para mantan narapidana terorisme yang mungkin
selama ini masih menjalin komunikasi dengan petugas Lapas dimana
mereka pernah menjalani hukuman (warga binaan). Sehingga dengan
demikian akan sangat bermanfaat dalam rangka updating data yang
dilaksanakan. Dalam pelaksanaannya, Tim kerja melakukan inventarisir
semua data dan informasi berupa: Nama berikut alias-alias, alamat
atau domisili ketika bebas, pekerjaan, data keluarga, dll.
Setelah data dan informasi diperoleh, kemudian dilakukan validasi
dengan susunan berdasarkan wilayah Propinsi, guna memudahkan
koordinasi dan perencanaan dalam rangka pembinaan/
penggalangan mereka dikemudian hari, sebab data tersebut masih
bersifat umum sehingga perlu dilakukan pendalaman di lapangan oleh
stakeholder terkait berdasarkan wilayah tempat tinggalnya.
Diharapkan kedepan Satgaswil Densus di seluruh Indonesia yang
menjadi motor penggerak, berkolaborasi dengan seluruh komponen
terkait dan masyarakat untuk melakukan pembinaan dan
penggalangan mantan narapidana terorisme yang ada di wilayah
masing-masing dengan menerapkan “Strategi Deradikalisasi Mantan
Narapidana Terorisme Melalui Program Disengagement Berbasis
Pendidikan dan Ekonomi”.
43
Gambar 7 - Project Leader dan Tim Pokja berkoordinasi dengan Katim Idensos
DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten terkait tahapan yang akan dilakukan dalam pemutahiran data mantan napiter
3.1.3. Focus Group Discussion (FGD) bersama stakeholder terkait.
Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Quick Wins Kegiatan
I tentang Pencegahan/ Penanggulangan Paham Radikal dan Anti
Pancasila Guna Mewujudkan Situasi Kamtibmas yang Aman dan
Kondusif” diadakan dalam rangka diskusi dan tukar pendapat dari
berbagai sudut pandang stakeholder terkait seperti Korbinmas,
Baintelkam, Divkum Polri, Ditjenpas, Lapas, TNI, MUI, Tokoh Agama,
Tokoh Masyarakat, Tokoh Media, Pemerhati Budaya, Perwakilan Bem
dari berbagai Universitas/ Perguruan Tinggi, dll. FGD ini dilaksanakan di
Hotel Ambhara, Jakarta Selatan.
44
Gambar 8 - Project Leader memberikan materi dalam Focus Group Discussion
(FGD) bersama stakeholder terkait (24-09-2020)
3.1.4. Melakukan koordinasi dan diskusi dengan jajaran Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas) Kemenkumham RI
Pada tanggal 25 September 2020, Project Leader bersama pokja
melakukan koordinasi dan diskusi dengan Bapak Irjen Pol Reynhard
Silitonga, Dirjen Pemasyarakatan dan beberapa pejabat jajarannya,
bertempat di kantor Ditjenpas, Jalan Veteran, Jakarta Pusat.
Berdasarkan paparan singkat yang disampaian tentang Proyek
Perubahan “Strategi Deradikalisasi Mantan Narapidana Terorisme
melalui Program Disengagement Berbasis Pendidikan dan Ekonomi”,
dari paparan yang disampaikan kemudian ada beberapa masukan
dan saran dari DIrjenpas dan jajaran terkait dengan masalah
pembinaan kepada mantan narapidana terorisme yang sedang
menjalani hukuman di Lapas yang menjadi tanggung jawab pihak
Ditjenpas. Terhadap peroyek perubahan yang dilaksanakan, jajaran
Ditjenpas (termasuk Lapas) penyatakan mendukung sepenuhnya
45
dann siap membantu dalam proses palaksanaannya khususnya dalam
hal pemberian data dan informasi yang dibutuhkan mengenai mantan
narapidana terorisme yang telah selesai menjalani hukuman.
Gambar 9 - Dirjenpas Kemenkumham RI (IJP Drs. Reinhard Silitonga)
(Bukti dukungan berupa video pernyataan Dirjenpas Kemenkumham
RI)
3.1.5. Rapat penentuan target mantan narapidana teroris untuk
pembinaan dan penggalangan (handling).
Project Leader dan Tim Pokja membahas dan menentukan 6
(enam) orang target handling yang terdiri dari 2 (dua) orang mantan
napiter dari DKI Jakarta, 2 (dua) orang mantan napiter dari Jawa
barat dan 2 (dua) orang mantan napiter dari Banten. Pelaksanaan
penentuan target melalui koordinasi dengan Katim Idensos DKI
Jakarta, Jawa Barat dan Banten yang merupakan anggota Tim
pelaksana handling, selanjutnya disepakati langkah-langkah
penggalangan dan pembinaan yang akan dilakukan dalam
menghandling mantan napiter tersebut.
46
Gambar 10 - Project Leader dan Tim Pokja membahas target handling (01-10-
2020)
Berdasarkan diskusi dan masukan dari Tim handling, disepakati 6
orang mantan ranapidana teroris yang menjadi target pembinaan
dan penggalangan, yakni:
NO NAMA TARGET ALAMAT TARGET PROVINSI HANDLER
1 Jais Halim Als
Bj Als Hendrik
Als Daeng
Jalan Muara Baru Blok
D No, 128 RT. 16 RW. 17
Kel. Pejaringan, Kec.
Pejaringan, Jakarta
Utara
DKI
Jakarta
Kompol
Goentoro W
Brigpol Taufik H
2 Ahmad
Jaelani Bin
Kusnan
Jalan Muara Baru
RT.19 RW.17 Kel.
Pejaringan, Kec.
Pejaringan, Jakarta
Utara
DKI
Jakarta
Kompol
Goentoro W
Brigpol Taufik H
47
3 Rahman
Surahman Als
Abu Faidil Bin
Mudri
Jagasatru Selatan RT 3
RW 10 Kel, Jagasatru
Kec. Pekalipan Kota
Cirebon
Jawa
Barat
Kompol Beri
Diatra, S.I.K.,
M.H.
Akp Satori, S.H.
4 Wachidun
Triono Als Abu
Faqih Bin
Marsudi
Babakan Sari RT
002/008 Kel. Pasirbiru
Kec. Cibiru Kodya
Bandung
Jawa
Barat
Kompol Beri
Diatra, S.I.K.,
M.H.
Akp Satori, S.H.
5 Irhan
Nugraha Als
Abu Azzam
Kp. Menes RT.001/004,
Desa Menes, Kec.
Menes, Kab.
Pandeglang, Banten
Banten
Bripka Leo
Martien, Bripka
Gilang E Ertis
6 Safryson Als
Econ
Perumahan Lebak
Indah Griya Asri RT 04
RW 07 BLOK A1/33
Kramatwatu, Kota
Serang, Banten
Banten Bripka Leo
Martien, Bripka
Gilang E Ertis
Table 4 - DAftar Nama Target Pembinaan dan Penggalangan
3.1.6. Melakukan kegiatan pembinaan/penggalangan Tahap Pertama
(Minggu I Oktober 2020)
Tim Pokja bersama Tim Idensos dari Satgas DKI Jakarta, Jawa
Barat dan Banten turun ke lapangan berjumpa dan silaturrahmi
dalam rangka melakukan pembinaan/ penggalangan terhadap 6
(enam) orang mantan narapidana terorisme yang menjadi pilot
project.
Tim melakukan pendekatan secara bertahap dengan
melibatkan petugas Kepolisian, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat dan
pemerintah desa setempat, sesuai dengan kondisi di lapangan, cara
48
dan teknis terbaik yang efektif serta bisa diterima oleh target
(situasional).
1) DKI Jakarta
Gambar 11 - Silaturrahmi kpd Jais Halim dalam rangka penggalangan
Gambar - Silaturrahmi kpd Ahmad Jaelani dalam rangka penggalangan
49
2) Jawa Barat
Gambar 12 - Silaturrahmi kpd Rahman Surahman dalam rangka
penggalangan
Gambar 13 - Silaturrahmi kpd Wachidun Triono Als Abu Faqih Bin Marsudi
dalam rangka penggalangan
50
4) Banten
Gambar 14 - Silaturrami kpd Irhan Nugrara Als Abu Azzam dalam rangka
penggalangan
51
Gambar - Silaturrahmi kpd Safryson als Econ dalam rangka penggalangan
3.1.7. Melakukan koordinasi dan diskusi dengan jajaran Badan
Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Project Leader bersama pokja melakukan koordinasi dan diskusi
dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Hotel
Aston Sentul, Bogor. Koordinasi dan diskusi yang dilakukan terkait
Proyek Perubahan, dari paparan yang disampaikan kemudian
mendapat dukungan penuh dari Kepala BNPT, Deputi 1 Pencegahan
BNPT, Direktur Perlindungan BNPT, Direktur Deradikalisasi dan Kepala
Bagian Perencanaan BNPT. Hal ini seiring dengan penyamaan
persepsi dan kesepahaman dalam melakukan deradikalisasi
terhadap mantan narapidana terorisme.
Dalam pertemuan yang dilakukan dengan para pejabat BNPT
menyambut baik adanya gagasan, konsep dan pemikiran yang
dipaparkan oleh project leader, sebab sangat sesuai dengan tugas
BNPT dalam rangka upaya penanggulangan terorisme khususnya
52
dalam rangka penanganan terhadap para mantan narapidana
terorisme maupun keluarganya, sebagai salah satu tugas pokok BNPT
dibidang pencegahan.
a. Kepala BNPT
Diskusi dan koordinasi berjalan lancar, diawali dari penyampaian
paparan singkat dari project leader tentang proyek perubahan yang
akan dilaksanakan, dengan inovasi yang dirancang dalam rangka
upaya pencegahan dan deradikalisasi melalui program
disengagement mantan narapidana terorisme, kemudan Kepala
BNPT (Bapak Komjem Pol Dr. Drs. Bay Rafli Amar, M.Si) menyambut baik
dan sangat mendukung dan akan membantu sepenuhnya.
Gambar 15 - Project Leader melakukan diskusi terkait Proyek Perubahan
dengan Kepala BNPT, Komjen. Pol. Dr. Drs. Boy Rafli Amar, M.Si. dan mendapat dukungan sepenuhnya (07-10-2020)
(Bukti dukungan berupa video pernyataan Kepala BNPT)
b. Deputi 1 Pencegahan BNPT
53
Setelah project leader penyampaian dan paparan singkat
tentang proyek perubahan yang akan dilaksanakan, dan menyimak
inovasi yang dirancang dalam rangka upaya pencegahan dan
deradikalisasi melalui program disengagement mantan narapidana
terorisme, sebagai pejabat Deputi yang membidangi pencegahan
tindak pidana terorisme kemudan Bapak Mayjen TNI Hendri P. Lubis
menyatakan mendukung sepenuhnya proyek perubahan yang
digagas.
Gambar 16 - Project Leader melakukan diskusi terkait Proyek Perubahan
dengan Deputi 1 BNPT, Mayjen TNI Hendri P. Lubis (17-10-2020)
(Bukti dukungan berupa video pernyataan Deputi I BNPT)
c. Derektur Perlindungan BNPT
54
Dari paparan singkat dari project leader tentang proyek
perubahan yang akan dilaksanakan terkait upaya pencegahan
melalui program disengagement mantan narapidana terorisme,
sebagai Direktur Perlindungan BNPT, kemudan Bapak Brigjen Pol. Drs.
Herwan Haidir, menyatakan mendukung sepenuhnya atas proyek
perubahan yang dirancang.
Gambar 17 - Project Leader melakukan diskusi dan mendapat dukungan dari
Direktur Pencegahan BNPT,
(Bukti dukungan berupa video pernyataan Dir Perlindungan BNPT)
d. Derektur Deradikalisasi BNPT
Setelah Project leader memaparkan tentang proyek perubahan
yang akan dilaksanakan dalam rangka upaya deradikalisasi
khususnya melalui program disengagement mantan narapidana
terorisme, sebagai Direktur Deradikalisasi BNPT, kemudian Bapak Prof.
Dr. Irfan Idris, penyampaikan bahwa gagasan tersebut sangat bagus
dan merupakan satu torobosan dalam rangka pendekatan dan
pembinaan terhadap mantan narapidana terorisme yang jumlahnya
sudah sangat banyak dan perlu penanganan khsusus agar mereka
55
tidak kembali bergabung dengan kelompoknya. Selanjutnya
menyatakan mendukung sepenuhnya atas proyek perubahan yang
dirancang.
Gambar 18 - Prof. Dr. Irfan Idris, Direktur Deradikalisasi BNPT,
(Bukti dukungan berupa video pernyataan Dir Deradikalisasi BNPT)
e. Kabag Perencanaan BNPT
Setelah menyimak paparan singkat dari project leader tentang
proyek perubahan yang akan dilaksanakan terkait upaya
pencegahan melalui program disengagement mantan narapidana
terorisme, sebagai Kabag perencanaan BNPT, kemudan Bapak Drs.
Bambang Surono, menyatakan mendukung sepenuhnya atas proyek
perubahan yang dirancang khususnya terkait masalah
penganggaran kegiatan penggalangan terhadap mantan
narapidana terorisme dimasa mendatang .
56
Gambar 19 - Project Leader berdiskusi terkait proyek perubahan dengan Karoren
BNPT, Bangbang Surono, Ak., M.M. (07-10-2020)
3.1.8. Melakukan kegiatan pembinaan/penggalangan tahap Kedua
(Minggu I November 2020)
Tim Pokja bersama Tim Idensos dari Satgas DKI Jakarta, Jawa
Barat dan Banten melanjutkan kegiatan pembinaan/ penggalangan
terhadap 6 (enam) orang mantan narapidana terorisme yang sudah
dilakukan pendekatan awal (Tahap I). Tim memastikan bahwa
keenam orang napiter tersebut sudah benar-benar kembali
mengakui NKRI dan sudah melepaskan paham serta ideologi
radikalnya sehingga dikategorikan zona hijau. Adapun dari hasil
pembinaan terhadap 6 (enam) orang mantan narapidana terorisme
didapatkan data sebagai berikut :
57
No Nama Alamat Pendd Pekerjaan Keluarga
1 JAIS HALIM
Als BJ Als
HENDRIK Als
DAENG
Jalan Muara
Baru Blok D
No, 128 RT.
16 RW. 17
Kel.
Pejaringan,
Kec.
Pejaringan,
Jakarta
Utara
SLTA Pengelola
Juru Parkir
Muara
Angke
- Sabariah
(Istri) :
Jualan mie
ayam
- Sofiana
(anak) : IRT
- Siti
Nurhadania
(anak) : IRT
2 AHMAD
JAELANI Bin
KUSNAN
Jalan Muara
Baru RT.19
RW.17 Kel.
Pejaringan,
Kec.
Pejaringan,
Jakarta
Utara
SLTP Juru Parkir - Kusnan
(ayah) :
Supir
- Rosada (ibu)
: Karyawan
Swasta
- Khoirul
Umam
(adik) :
sekolah
pesanyttren
3 IRHAN
NUGRAHA
Als ABU
AZZAM
Kp. Menes
RT.001/004,
Desa Menes,
Kec. Menes,
Kab.
Pandeglang,
Banten
Strata
1 (S1)
Wiraswasta
(dagang)
- Suci
Komalasari
(Istri) : Guru
- Abdullah
Azzam
Mauza
(anak) :
balita
4 SAFRYSON
Als ECON
Perumahan
Lebak Indah
Griya Asri RT
04 RW 07
BLOK A1/33
Kramatwatu,
Kota Serang,
Banten
SLTA Penjual
Bakso
- Suersih (Istri) :
IRT
- M. Ikram
Habibullah
(anak) :
Swasta
- Abdul Aziz
Mudzakir
58
(anak) :
bantu jualan
bakso
- Zakiyah
Darojatain
(anak) :
belum
bekerja
- Umar Billah
(anak):
sekolah SMA
- M. Faalih Al-
Faaruq
(anak) :
sekolah SMP
5 RAHMAN
SURAHMAN
Als ABU
FAIDIL Bin
MUDRI
Jagasatru
Selatan RT 3
RW 10 Kel,
Jagasatru
Kec.
Pekalipan
Kota
Cirebon
Tamat
SD
Belum
punya
usaha,
sedang
diupayakan
diberikan
mesin jahit
- Sri Indayati
(Istri) : IRT
- Citra
Anggriani
(anak) :
pelajar SMA
- M. Faidil
Ilham (anak)
: Pelajar SD
- Karima
Haura
Zuhda
(anak) :
balita
6 WACHIDUN
TRIONO Als
ABU FAQIH
Bin
MARSUDI
Babakan
Sari RT
002/008 Kel.
Pasirbiru
Kec. Cibiru
Kodya
Bandung
SLTA Pedagang
Sandal
Iin Kurniastuti
(Istri) : IRT
- M.
Faqihuddin
Annahba
(anak)
:pelajar SMP
Ahmad Al
Aukaly
59
(anak):
Pelajar SD
Aisyah Naura
Auni (anak) :
pelajar SD
Table 5 - Data update target Narapidana terorisme yang menjadi pembinaan
1) DKI Jakarta
Gambar 20 - Silaturrahmi kedua kpd Jais Halim dalam rangka
penggalangan
Gambar 21 - Silaturrahmi kedua kpd Ahmad Jaelani dalam rangka
penggalangan
60
2) Jawa Barat
Gambar - Silaturrahmi kedua kpd Rahman Surahman dalam rangka
penggalangan
Gambar 22 - Silaturrahmi kedua kpd Wachidun Triono Als Abu Faqih Bin
Marsudi dalam rangka penggalangan
3) Banten
61
Gambar 23 - Silaturrami kedua kpd Irhan Nugrara Als Abu Azzam dalam
rangka penggalangan
Gambar 24 - Silaturrahmi kedua kpd Safryson als Econ dalam rangka
penggalangan
3.1.9. Focus Group Discussion (FGD) tentang Peraturan Kadensus.
Focus Group Discussion (FGD) internal dihadiri oleh Pejabat
Utama (PJU) Densus 88 AT Polri agenda pembahasan mengenai
rancangan Peraturan Kadensus (Perkadensus). FGD ini dilaksanakan
di ruang rapat Densus 88 AT Polri dan dipimpin oleh Kadensus. Project
62
Leader memaparkan secara garis besar mengenai rancangan
Perkadensus karena berhubungan dengan Proyek Perubahan yakni
mengenai Deradikalisasi Mantan Narapidana Terorisme. Saran,
masukan serta dukungan dari Para PJU Densus 88 AT Polri menjadi
pedoman dalam proses penyusunan konsep draft Perkadensus.
Gambar - FGD Internal Densus 88 AT Polri ttg Perkadensus (5/11/2020)
3.1.10. Menyusun draft Peraturan Kadensus tentang Deradikalisasi
Mantan Narapidana Terorisme
Tim Pokja bekerja untuk menyusun draft Peraturan Kadensus
(Perkadensus) tentang Deradikalisasi Mantan Narapidana Terorisme
Melalui Program Disengagement Berbasis Pendidikan dan Ekonomi.
Konsep draft Perkadensus disusun berdasarkan konsep penanganan
mantan narapidana terorisme. Dengan berbagai referensi, diskusi dan
hasil FGD internal, konsep draft Perkadensus dibuat untuk selanjutnya
ditelaah dan disempurnakan.
63
Apabila dianggap sudah sempurna draft Perkadensus yang telah
disempurnakan menjadi draft Perkadensus kemudian dikaji ulang dan
selanjutnya diserahkan ke Divkum Polri untuk dilakukan verifikasi.
Gambar 25 - Tim menyusun konsep draft Perkadensus untuk selanjutnya ditelaah dan disempurnakan (Minggu kedua November).
Gambar 26 - Tim menyusun dan menyempurnakan draft Perkadensus untuk selanjutnya dikaji untuk diverifikasi (Minggu ketiga November).
64
3.1.11. Melakukan Monitoring dan evaluasi (Monev) terhadap jalannya
pelaksanaan kegiatan proyek perubahan.
Tujuan monitoring dan evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat
pencapaian dan kesesuaian antara rencana yang telah ditetapkan
dalam perencaan program dengan hasil yang dicapai melalui
kegiatan dan/atau program secara berkala. Apabila dalam
pelaksanaan Monev ditemukan masalah atau penyimpangan, maka
secara langsung dapat dilakukan bimbingan, saran-saran dan cara
mengatasinya.
Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan oleh Project Leader
bersama beberapa pejabat utama Densus 88 AT Polri dan Kasatgaswil
Densus 88 AT Polri (Kombes Pol. Wawan Ridwan, S.I.K., Kabagrenmin;
Kombes Pol. Dayan Blegur, S.I.K., Kabagops; Kombes Pol. Amie
Prindani, S.I.K., M.Si./ DKI Jakarta, Kombes Pol. Arief Mahfudianto, S.I.K.,
M.Si., dan AKBP I. Wayan Sukarena, S.H.) secara simultan sejak Tim
efektif mulai bekerja, yang menjadi fokus adalah terkait dengan
jalannya rangkaian kegiatan yang telah direncanakan sesuai dengan
milestone yang disusun.
Dalam kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan yang menjadi
titik perhatian adalah apakah tim telah bekerja sesuai dengan arahan
dan kesepakatan dalam setiap sub kegiatan, sehingga hasil yang
diharapkan termasuk waktu yang dialokasikan, apakah berjalan
dengan baik. Jika ada kendala ataupun terjadi pergeseran waktu
karena kondisi lapangan maupun adanya persoalan yang membuat
adanya hambatan, maka kemudian segera diambil langkah strategis
65
agar kendala yang ada bisa diatasi, guna lancar dan terlaksananya
program kegiatan yang sedang dikerjakan.
Dalam kegiatan yang sifatnya administrasi seperti pembuatan
surat perintah, surat undangan rapat/FGD dan pembuatan draft
peraturan Kadensus, monitoring dilakukan dengan mengecek dan
menanyakan langsung kepada tim pelaksana setiap perkembangan.
Jika ada kendala dan kesulitan maka dilakukan diskusi untuk mencari
solusi jalan keluar, sehingga kegiatan bisa berjalan baik sesuai dengan
alokasi waktu dan agar memperoleh hasil yang diharapkan.
Kemudian dalam kegiatan lapangan yaitu kegiatan
pengumpulan dan inventarisasi data mantan narapidana terorisme di
lingkungan Densus 88 AT Polri dilakukan dengan koordinasi dengan
para Direktur dan Kabag masing-masing, sekaligus untuk bisa
memberikan masukan dan penjelasan tentang arti pentingnya
pemutahiran data mantan narapidana terorisme. Sedangkan kegiatan
pengumpulan dan inventarisasi data di Ditjenpas dan beberapa Lapas
yang menjadi objek, pelaksanaan montoring dan evaluasi umumnya
dilakukan dengan menggunakan komunikasi IT (whatsapp dan cell
phone) untuk memastikan kunjungan dan koordinasi yang dilakukan
oleh tim kerja yang ditugaskan.
Khusus kegiatan pembinaan dan penggalangan terhadap 6
(enam) orang target mantan narapidana terorisme yang menjadi pilot
project di 3 (tiga) provinsi (DKI, Jabar dan Banten) dilakukan dengan
kunjungan kepada petugas dan pejabat diwilayah masing-masing,
yaitu:
66
a. Kapolrestro Jakarta Utara; Camat Penjaringan Jakarta Utara; Lurah
penjaringan Kec. Penjaringan, Jakarta Utara dan Tokoh
Masyarakat dan Tokoh Agama sekitarnya.
b. Kapolres Kota Cirebon; Camat Pekalipan Kota Cirebon; dan Lurah
Jagasatru Kec. Pekalipan, Kota Cirebon, Jabar dan Tokoh
Masyarakat dan Tokoh Agama sekitarnya.
c. Kapolres Bandung, Camat Cibiru Kota Bandung, dan Lurah Pasirbiru
Kec. Cibiru Kota Bandung dan Tokoh Masyarakat dan Tokoh
Agama sekitarnya.
d. Kapolres Pandeglang Banten, Camat Menes Pandeglang dan
Kepala Desa Menes Pandeglang Banten dan Tokoh Masyarakat
dan Tokoh Agama sekitarnya.
e. Kapolres Serang Banten, Camat Serang dan Lurah Kramatwatu Kec
Serang, Banten dan Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama
sekitarnya.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi dan
masukan terkait pelaksanaan kegiatan pembinaan dan
penggalangan yang dilakukan oleh Tim pelaksana, juga diharapkan
memperkaya hasanah upaya baik metode maupun langkah terbaik
yang akan dilakukan dalam penerapan program disengagement
dalam rangka upaya deradikalisasi mantan narapidana terorisme
dimasa yang akan datang.
Secara umum dapat disampaikan bahwa rangkaian
pelaksanaan kegiatan dalam tahapan jangka pendek yakni:
Pembentukan Tim Efektif, Pemutahiran data mantan narapidana
terorisme, Pelaksanaan pembinaan dan penggalangan terhadap 6
orang target mantan narapidana teroris, pembuatan peraturan
67
kadensus dan monitoring dan evaluasi kegiatan, telah berjalan
dengan baik sesuai dengan yang direncanakan.
Gambar 27 - Project Leader melakukan cek finishing pelaksanaan kegaitan Monev
3.1.12. Menyusun laporan implementasi proyek perubahan.
Setelah rangkaian kegiatan Proyek Perubahan ini dilaksanakan,
maka selanjutnya disusun laporan implementasi dilengkapi dengan
capaian Proyek Perubahan
Inventarisasi data mantan narapidana terorisme dalam rangka
pemutahiran data yang dilakukan oleh Pokja secara sistematis dengan
melakukan koordinasi dengan Direktorat Indensos, Direktorat Intelijen,
Direktorat Penyidikan dan Bagian Operasi Densus 88 AT Polri, juga
menerjunkan tim Pokja ke Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
(Ditjenpas) Kemenkumham RI dan sejumlah Lembaga
Pemasyarakatan (Lapas) di daerah yang menjadi tempat para
mantan narapidana terorisme menjadi warga binaan. Hal ini
dimaksudkan agar data yang ada di Densus 88 AT Polri kemudian
68
dicross check dengan data yang dimiliki oleh Ditjenpas dan Lapas
untuk memperolah hasil yang akurat, sebab sangat mungkin rekaman
data dimasing-masing instansi akan saling melengkapi. Disamping itu
juga diharapkan dengan pelaksanaan yang demikian akan diperoleh
informasi mengenai alamat dan domisili terakhir dari para mantan
narapidana terorisme yang mungkin selama ini masih menjalin
komunikasi dengan petugas Lapas dimana mereka pernah menjalani
hukuman. Sehingga dengan demikian akan sangat bermanfaat dalam
rangka updating data yang dilaksanakan.
Gambar 28 - Tim Efektif sedang melaukan inventarisir data mantan
narapidana terorisme.
3.2. Peta Sumber Daya Proyek Perubahan
3.2.1. Regulasi
a. UU No. 5/2018 ttg Perubahan atas UU No. 15/2003 tentang
Pemberantasan TP Terorisme
b. UU No 9/2013, ttg Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pendanaan Terorisme
c. UU No. 2/2002, ttg Kepolisian Negara Republik Indonesia
69
d. UU No. 12/1995 ttg Pemasyarakatan
e. Perpres No. 12/2012 ttg BNPT
3.2.2. Sumber Daya Manusia (Stakeholders)
Stakeholders dapat diidentifikasi berdasarkan pengaruh (power)
dan kepentingan (interest) yang dimiliki. Indentifikasi stakeholder
berdasarkan empat kategori, yaitu Promotors (pengaruh dan
kepentingan tinggi), Latent (pengaruh tinggi dan kepentingan rendah),
Defenders (pengaruh rendah dan kepentingan tinggi), dan Apathetic
(pengaruh rendah dan kepentingan rendah).
Table 6 - Peta Sumberdaya Manusia
High Power
LATENS
1) Kemenaker 2) Kemenkes 3) Kemenperindustrian
4) Kementerian/ Dinas pertanian
5) Balai Pelatihan Kerja
6) Perbankan
15.Kemendikbud (D) 16.Bapenas (D) 17.Kesbanglinmas
Prov/Kab/Kota
18.Polda/Polres/Kodim
19.Kec/Polsek/Koramil 20.Kel/Desa
21.MUI 22. IPI (L) 23.Ormas/Orga (L)
24.Toga/Tomas/Toda (L) 25.Fak Psikologi (D) 26.Yayasan/Masy peduli
(D)
PROMOTORS
1. Dit Idensos 2. Dit Intel 3. Dit Sidik 4. Dit Pencegahan
5. Bag Ops 6. Srena Polri 7. Divkum Polri 8. Korbimas Polri 9. BNPT
10.Ditjenpas 11.Kemenag (L) 12.Kemendagri (D) 13.Kemenkeu (D) 14.Kemenkumham
1. Perguruan Tinggi 2. Lembaga
Pendidikan
3. Media
APETHETICS DEFENDERS
1. Pondok Pesantren
2. Para Pengusaha
3. Dewan Masjid Indonesia
Hig
h In
tere
st
70
3.2.3. Anggaran
Keberhasilan suatu program kegiatan yang dilaksanakan
tentunya tidak terlepas dari anggaran, tanpa anggaran yang
memadai, hasil pelaksanaan kegiatan mustahil mendapatkan hasil
yang sempurna. Sehingga diperlukan adanya pengalokasian
anggaran dalam pelaksanaan suatu kegiatan. Anggaran ini bisa
bersumber dari internal Daftar Isian Proyek Anggaran (DIPA) yang
sudah dianggarkan secara jelas sejak program kegiatan
direncanakan, juga bisa diupayakan dari sumber lain sepanjang tidak
menyalahi aturan yang berlaku dan tidak bersifat mengikat, seperti
Corporate Social Responsibility (CSR).
Dalam pelaksanaan proyek perubahan ini, dapat dijelaskan
bahwa sumber anggaran yang dipergunakan adalah:
a. Bersumber dari anggaran DIPA Densus 88 AT Polri yang bisa
dimanfaatkan dalam kegiatan penggalangan Mantan
Narapidana Terorisme.
b. Dukungan anggaran yang bersumber dari pihak ketiga berupa
Corporate Sicial Responsibility (CSR) dari perusahaan yang memiliki
keperdulian terhadap penanggulangan TP Terorisme.
3.2.4. Potensi Pengembangan Sumber Daya
Dari analisis pemetaan para pihak yang terlibat dalam proyek
perubahan ini, dapat diidentifikasi potensi sumber daya yang dapat
dikembangkan, yaitu terdiri atas:
a. Sumberdaya manusia
Personil pelaksana pembinaan khususnya unit idensos Satgaswil
71
jajaran dan yang bertugas di Ditidensos Densus 88 AT Polri memiliki
semangat, militansi dan daya juang tinggi. Secara berkala ada
pembinaan khusus dalam rangka peningkatan kemampuan
pembinaan dan penggalangan dari para senior yang memiliki
pengamanan dan jam terbang dibidang pembinaan dan
penggalangan. Disamping itu adanya dukungan dari pihak
kepolisian dan pihak terkait di daerah untuk diajak bersama
dalam pembinaan terhadap mantan narapidana terorisme dan
keluarganya.
Potensi lain yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan
deradikalisasi melalui program disengagement adalah para
mantan narapidana terorisme yang sudah sadar seperti misalnya:
Ustad Ghozali (Medan Sumut), Nasir Abbas (Jakarta), Ali Imron
(Lamongan Jatim) dll.
b. Anggaran
Dalam rangka kegiatan pembinaan dan penggalangan pada
setiap Satgaswil Densus 88 AT dapat menggunakan anggaran
bidang intelijen, walaupun anggaranya selalu lebih rendah dari
kebutuhan yang ada. Apabila tim dapat menggugah perhatian
dari pimpinan daerah setempat seperti Bupati/walikota, Kapolres
dan pihak terkait, program pembinaan akan dapat lebih
maksimal.
c. Metode
Satgaswil kewilayahan Densus 88 AT Polri telah melakukan
koordinasi dan hubungan yang baik dengan pimpinan daerah
dan stakeholder terkait, tinggal meningkatkan pemahanan
72
tentang arti pentignya pembinaan dan penggalangan terhadap
mantan narapidana terorime, sehingga pola dan upaya yang
tepat dapat dirumuskan dan disepakati, termasuk mengenai
bentuk bantuan anggaran dan peran masing-masing dalam
setiap kegiatan.
Pembinaan dan penggalangan yang telah dilakukan dengan
harapan bisa berhasil membawa keluar mantan narapidana
terorisme dari jaringannya melalui program disengagement
sehingga kedepan mereka bisa dijadikan sebagai agen yang
akan menyadarkan para mantan narapidana terorisme untuk
bersama membangun NKRI dan memiliki wawasan nusantara
yang baik.
d. Knowledge
Berbagai teori, konsep, dan metodologi pembinaan dan
penggalangan telah berkembang dan telah digunakan dalam
pendekatan personal untuk dapat mengembalikan pemahaman
radikal dari beberapa mantan narapidana terorisme yang sudah
sadar tentang kekeliruan pemahaman sehingga mereka terlibat
dalam tindak pidana terorisme. Dengan standar kompetensi
pelaksana pembinaan mantan narapidana terorisme, ke depan
dapat dikembangkan knowledge hub atau portal kearifan lokal
pelaksana di berbagai wilayah dengan beragam tantangan yang
ada, sebagai bahan pembelajaran.
Dari pelaksanaan Proyek Perubahan ini, penulis belajar bahwa
prosesnya tidak hanya mengenai inovasi kebijakan publik (policy
innovation), tetapi juga perlu ada inovasi dalam proses penyusunan
73
kebijakannya (innovation on the policy making process) dan upaya
untuk mengembangkan inovasi tersebut (policy to foster the
innovation). Untuk itu, diperlukan Kepemimpinan Kolaboratif untuk
membangun komitmen seluruh pemangku kepentingan, membina
keterikatan/ kohesivitas agar mendapatkan buy in dan membangun
ownership, serta partisipasi dan kontribusi seluruh stakeholder terkait.
3.3. Strategi Komunikasi
Kelancaran dan keberhasilan proyek perubahan ini sangat
disadari akan memiliki tantangan dan kendala saat pelaksanaannya.
Sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut, sejak awal telah dilakukan
penyusunan bentuk strategi komunikasi yang dapat digunakan untuk
masing-masing stakeholder maupun mantan narapidana terorisme
yang menjadi target pembinaan dan penggalangan untuk
memudahkan dan mengefektikan pencapaian hasil yang diharapkan.
Strategi komunikasi yang digunakan berdasarkan
pengelompokan sumber daya, sebagai berikut:
a. Promotors, strategi komunikasi yang digunakan terhadap
sumberdaya Promoters adalah melalui komunikasi (tatap muka)
secara Langsung, rapat serta jika sifatnya mendesak dan posisi
tidak dalam berdekatan menggunakan teknologi komunikasi dan
informasi yang sesuai (Zoom).
b. Latents, strategi komunikasi yang digunakan terhadap sumberdaya
Latensts adalah melalui forum-forum konsultasi dan sosialisasi
selama pelaksanaan proyek perubahan.
c. Defender, strategi komunikasi yang digunakan terhadap
sumberdaya Defenders adalah melalui diskusi perkembangan
status pelaksanaan proyek perubahan.
74
d. Apathetics, strategi komunikasi yang digunakan terhadap
sumberdaya apethetics adalah melalui interaksi yang intens baik
secara langsung atau menggunakan sarana komunikasi (IT) yang
ada guna mendapatkan dukungan dalam pelaksanaan proyek
perubahan.
3.4. Resiko, Kendala dan Strategi Mengatasi
Mengingat dalam pelaksanaan proyek perubahan ini melibatkan
banyak stakeholder yang seringkali terjadi hambatan, seperti personil
yang ditugaskan tidak bisa hadir karena pada saat bersamaan ada
tugas lain. Hambatan lain yang tidak kalah dalam pelaksanaan jangka
pendek Proyek Perubahan ini adalah terjadinya pandemi Covid 19
yang melanda Indonesia. Adanya penetapan PSBB diseluruh daerah
sehingga sebagian besar aktivitas dilakukan dari rumah. Sebagai
tindak lanjutnya, Menteri PAN-RB telah menerbitkan Surat Edaran
tentang Penyesuaian Sistem Kerja ASN dalam Upaya Pencegahan
Penyebaran Covid 19 di Lingkungan Instansi Pemerintah dan juga untuk
tatanan kenormalan baru.
Dalam situasi ini, rapat-rapat kebanyakan dilakukan secara virtual.
Terdapat risiko hambatan komunikasi karena kualitas jaringan yang
seringkali tidak baik dan waktu yang terbatas. Perubahan pola interaksi
human-to-human yang berbasis machine-to-machine membutuhkan
pembudayaan baru di masyarakat, yang bagi sebagian orang
memerlukan waktu untuk beradaptasi.
Resiko lainnya berupa kendala dari internal maupun eksternal,
yang semuanya perlu diantisipasi. Salah satu kendala internal adalah
keterbatasan staf. Untuk mengatasinya, dilakukan tambahan tenaga
ahli (outsource) untuk membantu kegiatan ini. Adapun kendala
75
eksternal adalah dengan tatanan Kenormalan Baru, membangun
pemahaman yang belum sama dengan Kementerian/ Lembaga
lainnya memerlukan waktu yang lebih panjang. Salah satu upaya
mengatasinya adalah dengan meminta kehadiran Person in Charge
yang tidak berganti–ganti selama proses kegiatan proyek perubahan
berlangsung. Risiko beserta strategi mengatasinya dijelaskan pada
Tabel 5 berikut.
No. Resiko dan Kendala Strategi Mengatasi Ket
INTERNAL
1. Kesulitan memobilisasi
personil pendukung
Sinkronisasi waktu antar
personil
2. Tingginya beban tugas Tim
kerja mengakibatkan
jadwal pelaksaan kegiatan
berubah
Menguatkan langkah2
komunikasi secara intens.
Misal: buat group WA dll
3. Kecukupan dan
kesesuaikan waktu untuk
penyelesaian PP
Time line dan
pembuatan jadwal
kegiatan
4. Keterbatasan ketersedian
Anggaran
Review kegiatan yg
dapat diintegrasikan
5. Keterbatasan personil/
anggota
Rekrut tenaga Outsource
EKSTERNAL
1. Target pembinaan (mantan napiter) menolak untuk ditemui Tim
Lakukan komunikasi awal
dengan keluarga atau
aparat desa setempat.
2. Dampak Work From Home:
Pemahaman kurang dan
waktu tidak menentu
- Virtual meeting secara
intensif
- Membentuk wa group
76
- Meminta perwakilan
stakeholder tidak
berganti orang
Table 7- Peta Resiko, Kendala dan Strategi Mengatasi
3.5. Faktor Kunci Keberhasilan
Selain faktor risiko di atas, terdapat beberapa faktor sebagai
kunci keberhasilan dari proyek perubahan ini. Faktor-faktor tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Adanya komitmen yang tinggi dari para tim efektif dan
stakeholder terkait untuk mensukseskan program kegiatan
pembinaan dan penggalangan mantan narapidana terorisme.
b. Adanya sense of urgency yang sama untuk membenahi
kebijakan terkait pembinaan dan penggalangan terhadap
mantan narapidana terorisme.
c. Terbangun spirit kolaboratif dari semua stakeholder terkait, tidak
saja di tingkat teknis tetapi juga pada tingkat pimpinan.
d. Adanya optimalisasi kerja Tim Efektif dan Tim Teknis sesuai
dengan rencana kerja, meskipun kondisi darurat Covid 19 masih
menjadi ancaman.
3.6. Capaian Proyek Perubahan
Pelaksanaan proyek perubahan telah berjalan dengan lancar
sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Kendala
yang ditemukan selama jalannya implementasi proyek perubahan
dapat diatasi dengan baik melalui upaya komunikasi guna
mendapatkan solusi jalan keluar. Adapun capaian yang diraih pada
pelaksanaan program jangka pendek dari proyek perubahan ini,
antara lain:
77
a. Berhasil melakukan inventarisasi dan pemutahiran data mantan
narapidana terorisme walaupun belum sempurna, namun sudah
dapat mendakatan nama, alamat saat bebas, waktu bebas, dan
informasi terkait aktifitas pekerjaan, kondisi keluarga mantan
narapidana terorisme.
b. Kunjungan dan silaturrahmi kepada 6 (enam) orang mantan
narapidana terorisme yang menjadi target pilot project
pembinaan/ penggalangan, masing-masing 2 (dua) orang tiap
provinsi (DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten) telah terlaksana (2
x tiap target) dan kegiatan dianggap berhasil. Indikator dikatakan
berhasil karena penerimaan, tanggapan dan sikap target ketika
tim kerja datang berkunjung, dimana mereka bersedia menerima
kedatangan tim dan bersedia berkomunikasi terbuka, disamping
kesediaan mereka menerima buah tangan maupun uang
bantuan yang diberikan. Inilah yang menjadi keyakinan bahwa
mereka sudah dapat dilakukan pembinaan lanjutan. Dari
pertemuan pertama digali informasi khususnya mengenai
masalah pendidikan anak-anak, pekerjaan dan kondisi ekonomi
keluarga untuk menentukan pola pendekatan yang tepat
terhadap target pembinaan.
Dalam pelaksanaan pembinaan dan penggalangan, Tim kerja
fokus untuk melakukan pendekatan personal dalam membangun
saling percaya, diupayakan untuk meminimalisir kecurigaan
terhadap petugas Densus 88 AT Polri yang selama ini tertanam
pada fikiran para mantan narapidana terorisme. Sedangkan
untuk masalah ideologi dan pemahaman harus dilakukan secara
bertahap, karena masalah tersebut sangat sensitive bagi mereka
78
apabila belum memiliki hubungan personal yang baik, bahkan
mereka akan resisten atau menolak untuk ditemui. Maka Tim
pembinaan dan penggalangan harus bisa mengetahui kapan
bisa bicara mengenai pemahaman. Namun yang penting adalah
bisa bertemu dan komunikasi untuk mendapatkan informasi
umum tentang keadaan keluarga. Kemudian dengan
mengetahui apa yang perlu dibantu seperti masalah pendidikan
anak-anak mereka yang putus sekolah dan membantu ekonomi
rumah tangga jika ekonomi sulit, akan memberikan dampak yang
sangat baik dalam pembinaan dan penggalangan. Contoh, jika
kondisi rumah rusak memprihatinkan maka perlu dibantu untuk
memperbaikinya, jika anaknya oputus sekolah maka bantu untuk
bisa bersekolah.
Diharapkan kedepan para mantan narapidana terorisme yang
berhasil dibina dan digalang akan menjadi agen yang dapat
digunakan dalam rangka mengembangkan program
disengagement terhadap mantan narapidana terorisme atau
orang yang sudah terpapar paham radikal. Sehingga program ini
dapat diimplementasikan diseluruh Indonesia pada masa
mendatang.
c. Pembuatan naskah Peraturan Kadensus 88 AT Polri sebagai
pedoman dalam pelaksanaan pembinaan dan penggalangan
dalam rangka Deradikalisasi Mantan Narapidana Terorisme
Melalui Progam Disengagement Berbasis Pendidikan dan Ekonomi
oleh jajaran Densus 88 AT Polri bersama Stakeholder terkait di
seluruh Indonesia.
79
d. Terjalinnya komunikasi, sinergitas dan komitmen antara Densus 88
AT Polri dan Stakeholder terkait khususnya pembinaan mantan
narapidana terorisme dalam rangka penanggulangan terorisme.
e. Dari pelaksanaan proyek perubahan, baik hasil diskusi-diskusi
maupun masukan dari pihak terkait dan para mantan narapidana
terorisme yang menjadi target pembinaan dan penggalangan
dapat dijelaskan bahwa model dan substansi pendidikan dan
ekonomi yang dapat diterapkan, yaitu:
1) Pendidikan, untuk mantan narapidana terorisme yaitu berupa
pelatihan vokasi atau yang sifatnya praktis dibidang usaha
seperti cara beternak (sapi,kambing, ayam), bercocok tanam
(cabai, singkong, jagung, papaya, sayuran), bengkel,
makanan, minunam, dll.
Sedangkan untuk anak-anak mantan narapidada terorisme
yang putus sekolah dimasukkan ke sekolah-sekolah sesuai
dengan jenjang umur pendidikannya, bisa ke sekolah umum
maupun pesantren yang moderat yang direkomendasi sesuai
dengan tujuan program. Namun, jika sudah sekolah
diupayakan untuk membantu biaya pendidikan termasuk
pakaian dan buku. Waktunya menyesuaikan dengan kondisi,
sesuai hasil penilaian, apabila sudah dianggap mampu untuk
mandiri, maka secara bertahap didorong untuk normal.
Pemantauan, komunikasi dan hubungan selalu dijaga secara
berkelanjutan agar bisa dimonitor tentang keadaan dan
kondisi target ditengah masyarakat.
2) Ekonomi, kegiatan yang dilaksanakan adalah setelah
mengetahui melalui mendalami mengenai kondisi ekonomi,
80
keterampilan bidang usaha apa yang sesuai dengan target
dengan terlebih dahulu diskusi tentang apa keinginan usaha,
jika diperlukan untuk melakukan pelatihan (training) singkat
kepada ahlinya atau yang sudah eksis usahanya, seperti
usaha pertanian, peternakan, perbengkelan dll, kemudian
diupayakan untuk memfasilitasi termasuk bantuan
permodalannya. Diharapkan dengan demikian akan dapat
memperbaiki ekonomi rumah tangga dan target memiliki
kesibukan usaha sehingga keinginan untuk bergabung
dengan kelompok jaringannya dan melikiran untuk melakukan
tindak terorisme akan berkurang bahkan hilang. Komunikasi
dan monitoring terus dilakukan secara intensif, sekaligus
dilakukan penilaian tentang kemampuannya dalam
membangun ekonomi rumah tangga, yang secara otomatis
akan berdampak kepada kemampuan untuk membiayai
sekolah anak-anak mereka.
Jika kedua hal ini berjalan beriringan maka pembinaan dan
penggalangan akan berhasil dalam program deradikalisasi,
sebagai pondasi untuk langkah berikutnya mengikis paham
radikal yang tertanam pada mereka. Tugas ini nanti secara
berkelanjutan dilakukan bersama dengan tokoh agama yang
memiliki pengerahuan agama yang mumpuni.Berdasarkan hasil
pemutahiran data mantan narapidana terorisme yang telah
disusun (walaupun belum sempurna), maka kemudian kedepan
perlu untuk dilakukan implementasi program disengagement
terhadap mantan narapidana terorisme secara serentak dan
berkesinambungan dalam rangka scaling-up penerapan proyek
81
perubahan ini di seluruh daerah dengan melakukan pemetaan
dan menentukan target skala perioritas melalui kajian dan
pandalaman yang matang khususnya mantan narapidana
terorisme yang rentan.
Dalam pelaksanaannya Satgaswil Dennsus 88 AT Polri di wilayah
sebagai ujung tombak dengan dukungan penuh dari BNPT,
Pemda setempat dan stakeholder terkait, saling mendukung dan
bahu membahu sesuai fungsi dan perannya masing-masing, baik
dari segi tenaga personil, dukungan anggaran dan fasilitas yang
dimiliki guna kelancaran dan hasil yang diharapkan. Misalnya,
untuk anggaran dapat dibantu oleh BNPT maupun Pemda
setempat, dan terkait masalah pengurusan dokumen surat,
perijinan, pelatihan, bantuan modal jika dibutuhkan akan
difasilitasi oleh Pemda/ Dinas terkait.
f. Rencana kedepan 6 (enam) orang binaan mantan narapidana
terorisme yang menjadi pilot project pada proyek perubahan ini
akan dijadikan agen yang akan membantu pemerintah dalam
rangka penanggulangan terorisme di Indonesia untuk mendekati
para mantan narapidana terorisme dan keluarganya. Sejauh ini
ada beberapa orang mantan narapidana terorisme yang sudah
sadar dan aktif mendukung program deradikalisasi, seperti;
1) Ustad Ali Fauzi, Yayasan Lingkar Perdamaian, Lamongan
2) Ustad Ghozali, Yayasan Al Hidayah, Medan
3) Nasir Abbas, Jakarta, Division for Applied Social Psychology
Research (DASPR), dan
4) beberapa orang mantan narapidana terorisme yang selama
ini aktif membantu pemerintah.
82
83
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Implementasi Proyek Perubahan “Strategi Deradikalisasi Mantan
Narapidana Terorisme Melalui Program Disengagement Berbasis
Pendidikan dan Ekonomi” berjalan dengan baik sesuai rencana yang
disusun. Dalam pelaksanaan implementasi dapat diinventarisir
beberapa persoalan, yang kemudian dilakukan kajian guna
memperoleh terobosan, berupa program dan kebijakan agar proyek
perubahan dapat berjalan berkesinambungan.
Tahapan demi tahapan telah dilaksanakan dengan baik
khususnya tahapan jangka pendek yang merupakan kunci utama
dalam keberhasilan pada tahapan jangka menengah dan jangka
panjang dalam rangka pencegahan terorisme di Indonesia, guna
membawa kemanfaatan bagi masyarakat, bangsa dan negara
dimasa yang akan datang.
Dari pelaksanaan pembinaan dan penggalangan yang
dilakukan terhadap 6 orang mantan narapidana terorisme (target)
sebagai pilot project cukup berhasil yang diindikasikan dengan sikap
penerimaan dan tanggapan target ketika tim kerja datang
berkunjung bersilaturrahmi. Mereka menerima dengan senang hati
dan bicara terbuka, sehingga diperoleh informasi dan gambaran
mengenai kondisi ekonomi keluarga, pekerjaan, kondisi keluarga
termasuk pendidikan anak-anak, tingkat radikalisme dan hubugan
dengan jaringan terorisme yang aktif. Hal inilah yang menjadi titik
tolak untuk merencanakan dan menentukan pilihan program
84
pembinaan yang diterapkan kepada target supaya mereka bisa
menjadi pioneer dan agen dalam penanggulangan terorisme
khususnya pembinaan terhadap jaringan yang masih aktif agar
meninggalkan kelompok dan paham radikalnya.
Inventarisasi dan pemutahiran data mantan narapidana
terorisme Tahun 2004-2020 telah berhasil disusun dengan baik, untuk
dijadikan data awal dalam melakukan pemetaan dan pembinaan
secara serentak disemua daerah terhadap mantan narapidina
terorisme dimana mendatang.
4.2. Rekomendasi
Tentunya apa yang dihasilkan dalam laporan proyek perubahan
ini masih perlu dilakukan pendalaman berkelanjutan, antara lain:
a. Kajian tentang strategi koordinasi antar instansi dalam berbagai
kepentingan yang berbeda perlu untuk terus dilakukan agar
memiliki sesamaan pandangan dan pola tindak dalam
menghadapi persoalan terorisme sesuai dengan peran fungsi
masing-masing.
b. Penerapan program disengagement direkomendasikan untuk
diterapkan secara massive diseluruh daerah yang ada mantan
narapidana terorisme sesuai dengan data narapidana terorisme
yang sudah disusun, kemudian menentukan target prioritas tiap
daerah sesuai tingkat kerawanan dengan menugaskan anggota
yang memiliki kompetensi pendekatan yang baik dengan
melibatkan mantan narapidana terorisme yang sudah berhasil
dibina dan digalang untuk sama-sama mensukseskan program
deradikalisasi para mantan narapidana terorisme.
85
c. Terkait anggaran juga perlu menjadi perhatian pihak yang
berkompeten seperti Biro Perencanaan pada tiap instansi,
Bapenas, Kementerian Keuangan dll untuk memastikan bahwa
anggaran dalam penanggulangan terorisme dapat didukung
secara maksimal.
Dengan demikian ancaman terorisme dan radikalisasi dapat
diminimalisir guna memberikan rasa aman bagi warga masyarakat dan
untuk meningkatkan kepercayaan internasional maupun investor
terhadap Indonesia.
4.3. Lesson Learned
Dari pelaksanaan Proyek Perubahan ini, penulis belajar bahwa
prosesnya tidak hanya mengenai inovasi kebijakan publik (policy
innovation), tetapi juga perlu ada inovasi dalam proses penyusunan
kebijakannya (innovation on the policy making process) dan upaya
untuk mengembangkan inovasi tersebut (policy to foster the
innovation). Untuk itu, diperlukan Kepemimpinan Kolaboratif untuk
membangun komitmen seluruh pemangku kepentingan, membina
keterikatan/ kohesivitas agar mendapatkan buy in dan membangun
ownership, serta partisipasi dan kontribusi seluruh stakeholder terkait.
86
LAMPIRAN-LAMPIRAN:
1. Notulen Rapat Pembentukan Tim Efektif, 7 September 2020
2. Daftar Hadir, 7 September 2020
3. Daftar Hadir, 11 September 2020 (Rapat Lanjutan)
4. Surat Perintah Kadensus 88 AT Polri Tim Efektif, 8 September 2020
5. Undangan Rapat Zoom, 15 September 2020
6. Notulen Rapat Via Zoom, 17 September 2020
7. Undangan FGD di Hotel Ambhara, 18 September 2020
8. Daftar Hadir FGD Hotel Ambhara, 24 September 2020
9. Notulen FGD Hotel Ambhara, 24 September 2020
10. Notulen Rapat penentuan target bin/gal, 01 Oktober 2020
11. Daftar Hadir rapat penentuan target bin/gal, 01 Oktober 2020
12. Data Mantan Narapidana Terorisme
13. Surat perinntah bin & gal target, 01 Oktober 2020
14. Undangan FGD Perkadensus, 02 November 2020
15. Notulen Rapat FGD Perkadensus, 05 Novemver 2020
16. Draft Perkadensus, 26 November 2020
17. Persetujuan Proyek Perubahan.