Upload
ngodieu
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STRATEGI HIZBULLAH DALAM MERESPON
SERANGAN ISRAEL KE LIBANON SELATAN
TAHUN 2006
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.sos)
Oleh:
Dyah Swantantri
106083002803
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
STRATEGI HIZBULLAH DALAM MERESPON SERANGAN ISRAEL
KE LIBANON SELATAN TAHUN 2006
Oleh
Dyah Swantantri
106083002803
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal tanggal
20 Desember 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan
Internasional.
Ketua Sekretaris
Agus Nilmada Azmi M.si Agus Nilmada Azmi, M.Si
NIP: 197808042009121002 NIP: 197808042009121002
Penguji I Penguji II
Drs. Aiyub Mochsin, M.A Ahmad Alfajri, M.A
NIP: 020021540 NIP:
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 20 Desember
2013.
Ketua Program Studi Hubungan Internasional
FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kiky Rizky, M.Si
NIP: 197303212008011002
L
2.
J.
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul :
STRATEGI HIZBULLAH DALAM MERESPON SERANGAN ISRAEL KE
LIBANON SELATAN TAHUN 2006
Merupakan karya hasil saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata I di Universitas Islam Negeri (UIN)Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas IslamNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil asli karya
saya atau merupakan hasil jipalakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)Syari f Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 06 Desember 2013
Dyah Swantantri
v
ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai strategi Hizbullah dalam merespon
serangan Israel ke Libanon Selatan tahun 2006. Tujuan penelitian ini adalah
memahami strategi yang digunakan oleh Hizbullah dalam menghadapi serangan
Israel ke Libanon selatan tahun 2006. Penelitian ini dilakukan dengan studi
pustaka. Kerangka pemikiran yang digunakan adalah konsep strategi, perang
asimetris, dan ideology. Penulis menyimpulkan, bahwa perang yang terjadi antara
Israel dengan Hizbullah tahun 2006 telah memakan banyak korban jiwa,
kehancuran infrastruktur, dan kerusakan Lingkungan baik dipihak Israel maupun
Libanon. Dalam perang tahun 2006 kali ini, tidak ada satu pun orang di dunia
yang dapat mengira bahwa Hizbullah akan memenangkan pertempuran ini. Ini
dikarenakan yang dihadapi oleh Hizbullah adalah Israel. Sebagaimana diketahui
oleh banyak orang, Israel memiliki kekuatan militer dengan reputasi tempur yang
sudah terkenal di dunia. Dari segi persenjataan yang dimiliki oleh Israel, tidak
seimbang dengan yang dimiliki oleh Hizbullah. Israel memiliki persenjataan yang
berteknologi mutakhir serta berkapasitas tidak terduga. Dari roket, rudal, tank,
pesawat tempur, helikopter, kapal perang, artileri senapan, hingga bom dimiliki
oleh Israel. Sedangkan Hizbullah, hanyalah salah satu partai yang berkuasa di
Libanon yang memiliki pasukan tidak lebih dari 6000 jiwa. Persenjataan yang
dimiliki Hizbullah hanya sebatas roket, rudal, senjata anti tank, senjata anti kapal,
dan kekuatan dari media massa. Dengan demikian, perang tahun 2006 kala itu
dikatakan sebagai perang asimetris. Namun, fakta yang terjadi di lapangan dan
logika pemikiran tidak dapat disatukan. Hasilnya, dengan kecerdasan dan strategi
perang yang direncanakan secara matang, serta dukungan dari penduduk Libanon,
Hizbullah dapat mencapai kemenangan. Hizbullah telah mengukir kemenangan
dengan menghancurkan tank-tank dan pesawat tempur yang menjadi andalan
Negara Israel. Ini menuai simpati dari masyarakat internasional dan memberikan
inspirasi kepada Negara-Negara Arab lainnya.
Kata kunci: Perang Israel-Hizbullah tahun 2006, Hizbullah, Israel, Persenjataan
Israel, Persenjataan Hizbullah
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robill’aalamiin, segala puji dan syukur atas kehadirat Allah
SWT serta junjungan kita nabi Muhammad SAW yang telah memberikan rahmat,
hidayah serta kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul “STRATEGI HIZBULLAH DALAM MERESPON SERANGAN
ISRAEL KE LIBANON SELATAN TAHUN 2006”.
Sebelum mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang berjasa selama
dalam proses penyelesaian skripsi ini. Penulis terlebih dahulu mengatakan bahwa
semua ini tidak akan terwujud tanpa adanya kerja keras, do’a dan cita-cita di masa
depan yang menjadi motivasi utama dalam penyelesaian belajar di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penulis sangat menyadari bahwa terwujudnya skripsi ini
tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing
penulis, baik dalam bentuk waktu, tenaga, ide dan pemikiran. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Ibu Etty Suhaetty dan Bapak Achmad Mikdad
(alm). Terima kasih atas seluruh cinta dan kasih sayang yang telah
diberikan kepada penulis. Terima kasih tak terhingga atas berbagai bentuk
dukungan tulus baik moril maupun materi. Serta, dengan penuh pengertian
dan kesabarannya memberikan kepercayaan, memotivasi dan mendoakan
penulis agar tetap sehat dan selalu semangat berjuang untuk menuju pintu
keberhasilan.
vii
2. Bapak Prof. Dr. Bachtiar Effendy selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.
3. Bapak Kiky Rizky, M. Si selaku Ketua Jurusan Hubungan Internasional,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah, Jakarta.
4. Bapak Agus Nilmada Azmi, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Hubungan
Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Serta sebagai dosen
pembimbing skripsi penulis yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan
pikiran untuk memberikan bimbingan, masukan serta motivasi yang sangat
berharga hingga selesainya penulisan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Armein Daulay M.Si, selaku Dosen di Jurusan Hubungan
Internasional. Serta dosen yang selalu memberikan semangat, ilmu, waktu,
tenaga, buku-buku, dan motivasi yang sangat berharga kepada penulis,
hingga penulisan skripsi ini selesai. Terima kasih untuk semua yang bapak
berikan kepada penulis.
6. Ibu Mutiara Pertiwi MA, selaku Dosen di Jurusan Hubungan
Internasional. Serta dosen yang selalu memberikan semangat, ilmu, waktu,
tenaga, dan motivasi yang sangat berharga kepada penulis, hingga
penulisan skripsi ini selesai. Terima kasih untuk semua yang ibu berikan
kepada penulis.
7. Pak Jajang dan Pak Amali yang sudah sangat banyak membantu dalam
proses administrasi penulis.
viii
8. Seluruh Bapak / Ibu Dosen Jurusan Hubungan Internasional (HI), Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
mengajarkan berbagai ilmu dan telah membantu penulis dalam
menyelesaikan tugas sebagai mahasiswi HI.
9. Keluarga besar penulis yang selalu memberikan semangat kepada penulis.
Terima kasih kepada kakak (a’Subhan, a’Ade, a’Derry, Indah), tante, dan
semua sanak saudara yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Terima kasih atas dukungan semangat dan do’a kalian selama ini kepada
penulis. Spesial untuk Mas Dennis yang selalu memberikan dukungan,
baik materil, semangat, cinta, dan kasih sayang kepada penulis, Jazakallah
khairan katsiran.
10. Sahabat-sahabat terbaik penulis. Tini, wati, nita, Qory, Desty, Diah,
Astryd, Christa, Dian, Atik, Kismayeni, Desy, Nanda, Hendrawan, Irvan,
Yeni dan sahabat- sahabat Hubungan Internasional angkatan 2006 lainnya
yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi dengan
segala bantuan baik dalam bentuk tukar pikiran. Terimakasih, semoga
Allah membalas kebaikan kalian semua dengan pahala.
11. Teruntuk sahabat penulis yang telah tiada (Alm.) Izzun Nahdliyah.
Terimakasih telah menjadi pendengar yang baik, yang dengan sabar
mendengarkan semua curhatan penulis. Terimakasih atas dukungan
semangat, motivasi, do’a, serta pengertian dan perhatianmu menemani
hari-hari penulis dengan canda tawa. Penulis tidak akan pernah
melupakanmu. Kamu salah satu sahabat terbaik penulis.
ix
12. Semua pihak yang telah turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini
namun tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan demi perbaikan kedepannya.
Jakarta, 06 Desember 2013
Dyah Swantantri
x
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
ABSTRAK .....................................................................................................................................v
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................x
DAFTAR TABEL ..................................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. xiv
DAFTAR ARTI SINGKATAN ..................................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................................1
A. Pernyataan Masalah ............................................................................................................1
B. Pertanyaan Penelitian ..........................................................................................................6
C. Tujuan dan Manfaat ............................................................................................................6
D. Tinjauan Pustaka .................................................................................................................6
E. Kerangka Pemikiran ............................................................................................................8
xi
E.1. Strategi ........................................................................................................................8
E.2. PerangAsimetris .......................................................................................................11
E.3. Ideologi ......................................................................................................................14
F. Metode Penelitian ...............................................................................................................17
G. Sistematika Penulisan ........................................................................................................19
BAB II Konflik Libanon Selatan ................................................................................................21
A. Libanon Selatan Dalam Konflik Libanon dan Israel ......................................................21
B. Sejarah Berdirinya Hizbullah ...........................................................................................29
B.1. Sejarah Konflik Israel-Hizbullah ...........................................................................32
BAB III Serangan Israel ke Libanon Selatan Tahun 2006 ......................................................34
A. Latar Belakang Serangan ..................................................................................................34
B. Perang Asimetris Hizbullah dengan Israel ......................................................................35
C. Peran Hizbullah di Libanon ..............................................................................................40
D. Kerusakan dan Korban .....................................................................................................43
D.III.1. Di Pihak Israel ....................................................................................................43
D.III.2. Di Pihak Libanon ...............................................................................................44
E. Gencatan Senjata ................................................................................................................46
BAB IV Analisa Strategi Hizbullah Dalam Menghadapi Serangan Israel ke Libanon
Selatan (periode 12 Juli- 15 Agustus 2006) ................................................................................51
A. Idelogi Sebagai Fondasi Dasar Perjuangan Hizbullah ...................................................51
xii
A.1. Kepercayaan Pada Islam .........................................................................................51
A.2. Kepercayaan Pada Ulama yang Berada dalam Konsep Wali Al-Faqih .............52
A.3. Jihad ..........................................................................................................................55
B. Strategi Hizbullah dalam Menghadapi Serangan Israel ................................................57
B.1. Operasi Roket Jarak Dekat-Jauh Kumulatif Hizbullah Vs Serangan Udara
Israel ..................................................................................................................................58
B.2. Strategi Squental Hizbullah Vs Serangan Darat Gabungan Israel ...................62
BAB V PENUTUP ......................................................................................................................66
KESIMPULAN ...........................................................................................................................66
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................68
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel III. B. 1 Personel Israel vs Hizbullah ................................................... 36
Tabel IV. B. 1 Kronologi Serangan Roket Hizbullah ..................................... 60
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1. Peta Negara Libanon............................................................... 21
Gambar II.2. Peta Negara Israel.................................................................... 24
xv
DAFTAR ARTI SINGKATAN
AMAL Afwaj al-Muqawwamah al-Lubnaniyah
ATGM Anti Tank Guide Missile
CIA Central Intelligence Agency
DK PBB DewanKeamanan PBB
GBU Guided Bomb Unit
IDF Israel Defence Force
INSS Institute for National Security Studies
LAF Lebanese Armed Force
MK Merkava
MRLS Multiple Launch Rocket System
PLO Palestine Liberation Organization
PBB PerserikatanBangsa-bangsa
RPG Rocket Propelled Grenade
Sekjen SekertarisJenderal
UNIFIL United Nations Interim Force in Lebanon
UN United Nations
UNSC United Nations Security Council
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Struktur Komando Hizbullah
Lampiran II : Gambar Roket dan Rudal Hizbullah
Lampiran III : Zona Peluncur Roket Hizbullah
Lampiran IV : Dampak kerusakan lingkungan di Libanon
Lampiran V : Persenjataan Israel
Lampiran VI : Resolusi DK PBB 1701
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Libanon merupakan salah satu Negara1 yang kerap menjadi target
serangan Israel sejak tahun 1978. Konflik diantara Israel dan Libanon bermula
pada tahun 1978, ketika Palestine Liberation Organization (PLO) terusir dari
Negara Yordania dan menjadikan Libanon Selatan sebagai tempat pengungsian
(Tur 2006:110). PLO kerap melakukan serangan roket ke wilayah Israel yang
dilakukan dari wilayah Libanon Selatan. Ini dilakukan sebagai balasan atas
pengambilan wilayah Palestina oleh Negara Israel. Setelah itu, Israel melakukan
invasi ke Lebanon Selatan pada 14 Maret 1978 (Angkasa 2006:38). Konflik
keduanya adalah agenda ekspansi teritorial Israel di daerah Arab, termasuk
Libanon dan sekitarnya. Perlawanan Libanon terhadap Israel diwarnai pula oleh
kehadiran organisasi Hizbullah. Organisasi tersebut memberikan bantuan yang
sangat berarti kepada rakyat di Libanon guna mengusir pasukan Israel dari Negara
Libanon.
Skripsi ini membahas mengenai strategi yang diterapkan Hizbullah,
khususnya dalam menghadapi serangan Israel ke Libanon Selatan pada tahun
2006. Dalam peristiwa tersebut, Israel pada akhirnya mundur setelah menerima
perlawanan senjata dari Hizbullah sebagai aktor non negara di Libanon (Rif’at
Sayyid Ahmad 2007:V).
1 Negara lainnya adalah Palestina, Arab Saudi, Mesir, Yordania, dan Suriah
2
Hizbullah adalah organisasi bersenjata yang pendiriannya didasari oleh
keprihatinan sejumlah ulama2 Libanon terhadap invasi Israel ke Libanon Selatan
pada tahun 1982 (Naim 2006:15-25). Para ulama tersebut kemudian
mengorganisir kelompok politik bersenjata untuk melawan Israel. Ini dimulai
sejak bulan November 1983.
Pada tahun 1983 Hizbullah melakukan sejumlah aksi yaitu, pejuang
Hizbullah meledakkan diri di dalam kendaraan dekat markas tentara Israel yang
menewaskan 60 orang tentara Israel di kota Tyre (Ari Yulianto 2010:67). Dua
tahun kemudian, pada tangal 16 Pebruari 1985, pendirian Hizbullah baru
dideklarasikan secara resmi (Abdar Rahman Koya 2006:76). Sejak saat itu,
Hizbullah dikenal sebagai salah satu aktor keamanan yang dikategorikan sebagai
teroris oleh Israel.
Hingga tahun 2006, tercatat setidaknya dua periode kali konflik antara Israel
dengan Hizbullah: yaitu konflik pertama yang dimulai saat invasi Israel ke
Libanon tahun 1982-2000 selama 18 tahun; dan konflik kedua dimulai saat Israel
menyerang Libanon Selatan pada tahun 2006. Selama konflik berlangsung dari
tahun 1982 sampai tahun 2006, tercatat ±7000 kali Hizbullah diserang oleh Israel
dan ±3970 kali Hizbullah menyerang Israel (Angkasa 2006:29).
Adapun konflik Israel-Hizbullah pada tahun 2006 berawal ketika pasukan
Hizbullah menyerang pasukan Israel yang menyusup ke daerah Aita al Chaab,
Libanon Selatan pada tanggal 12 Juli 2006 (David Makovsky dan Jeffrey White
2006:6). Dalam aksi penyerangan tersebut, Hizbullah berhasil menawan dua
2 Musa al-sadr, Ayatullah Muhammad Mahdi Syamsuddin, dan Ayatullah al-sayyed
Muhammad Hussein Fadhlullah
3
tentara Israel (Andrew Exum 2006:1). Bagi Hizbullah, perlawanan tersebut
sebenarnya dimaksudkan sebagai alat diplomasi untuk melakukan pertukaran
tawanan guna membebaskan warga Libanon yang ditahan Israel dalam insiden
yang terjadi sebelumnya.3 Namun, Israel ternyata meresponnya secara militer.
Pada tanggal 13-14 Juli 2006, pesawat tempur Israel dan pasukan artileri darat
Israel bersama-sama melakukan penyerangan ke Libanon Selatan (Helena 2006).
Serangan tersebut menghancurkan infrastruktur, serta 50 jiwa penduduk Libanon
meninggal (Farid 2006:14-15).
Peristiwa tersebut tidak direspon secara militer oleh Libanon. Libanon
hanya meminta bantuan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan
memberikan pernyataan kecaman terhadap serangan yang dilakukan oleh Israel
(Ari Yulianto 2010:219-221). Pemerintah Libanon tidak segera menurunkan
pasukannya untuk membantu mengamankan negaranya. Hal ini dikarenakan
keterbatasan yang dimiliki oleh militer Libanon yang tidak seimbang dengan
jumlah pasukan militer Israel.
Perlawanan senjata yang sengit justru dilakukan oleh Hizbullah sebagai
aktor non negara. Salah satu bentuk perlawanan ini dilakukan dengan
meluncurkan roket Katyusa menargetkan kota Haifa-Israel pada 16 Juli 2006
(William M. Arkin 2007:118). Serangan ini menyebabkan 8 warga Israel tewas.
Roket Katyusa juga kembali mengenai target ketika berhasil menembak jatuh
pesawat helikopter Israel pada tanggal 27 Juli 2006. Tercatat setidaknya 100 roket
yang ditembakkan Hizbullah ke wilayah Israel dalam periode konflik ini hingga
3 Pada tahun 2004, empat tokoh Libanon yang diantaranya: Samir Kuntar, Nasim Nisr,
Yahya Skaf, dan Ali Farran ditawan oleh pasukan Israel.
4
dilakukan gencatan senjata atas desakan PBB pada minggu kedua bulan Agustus
2006 (Sergio 2006:2).
Konflik Israel-Hizbullah ini merupakan perang asimetris karena setidaknya
dua hal. Pertama, perang ini asimetris karena adanya perbedaan kekuatan antara
aktor Negara dan non Negara. Kedua, Angkatan bersenjata Israel memiliki
keunggulan personel militer yang jauh lebih banyak yaitu 621.500, dibandingkan
Hizbullah yang memiliki jumlah personil hanya 5.800 (Yiftah 2006:11). Bahkan,
perang ini tetap asimetris ketika kekuatan Hizbullah dibantu oleh personil militer
Libanon yang hanya berjumlah 15.000 orang (Angkasa 2006:23). Ketiga, dalam
hal teknologi persenjataan Israel lebih canggih, yaitu Hizbullah memiliki beberapa
jenis roket rakitan jarak pendek, menengah dan rudal jarak jauh4 (Andrew Exum
2006:6). Sedangkan, Israel dalam hal teknologi persenjataan memiliki variasi
yang beragam diantaranya; roket artileri tandan, berbagai kendaraan anti peluru,
pesawat tempur, dan armada kapal perang (Global Security 2013).
Akibat besarnya jumlah korban dalam perang Israel-Hizbullah tahun 2006
ini, Perdana Menteri Libanon Fouad Siniora meminta perhatian dunia
internasional. Seruan Perdana Menteri Libanon mendapatkan respon dari Sekjen
PBB Kofi Annan (Ari Yulianto 2010:251). Annan segera membentuk sebuah
komisi internasional untuk menangani perang ini. Pasukan PBB pun datang ke
Libanon. Atas desakan dari masyarakat internasional, pada tanggal 11 Agustus
2006 Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi 1701 untuk menghentikan
konflik. Resolusi tersebut disetujui oleh pemerintah Libanon, Hizbullah dan
4 Maksudnya roket jarak pendek yaitu radius jangkauan mencapai 6-20 km. Sedangkan
roket jarak menengah adalah radius jangkauan 35-70 km. Sedangkan untuk rudal jarak jauh yaitu
radius jangkauan 100-210 km.
5
Israel. Gencatan senjata resmi diberlakukan pada hari senin tanggal 14 Agustus
2006 pukul 05:00 AM (William M. Arkin 2007:121). Israel pun menarik mundur
pasukannya dari Libanon Selatan.
Banyak para pemerhati masalah ini berpendapat bahwa, dalam perang
asimetris ini, sesungguhnya Hizbullah telah memenangkan pertempurannya
dengan Israel. Menurut pendapat Charles Krauthammer Washington post,
Hizbullah telah menghindarkan Libanon kehilangan wilayah Libanon Selatan
(Charles 2006). Selain itu, Rahul Mahajan dalam political affairs berpendapat
bahwa 87% masyarakat Libanon menyatakan bahwa Hizbullah adalah
pemenangnya dalam perang Libanon 2006 (Rahul 2010). Rahul menuliskan 87%
responden menyatakan mendukung Hizbullah untuk melakukan perlawanan
kepada Israel yang telah menyebabkan korban jiwa, kehancuran di bidang
infrastruktur, serta kemiskinan akibat serangan yang dilancarkan oleh pasukan
Israel. Sedangkan, Shahram Akbarzadeh yang merupakan Profesor Politik Asia
(Timur Tengah & Asia Tengah) di Universitas Melbourne mengatakan bahwa,
Hizbullah adalah simbol dari kemenangan Libanon tahun 2006 melawan pasukan
Israel (Shahram 2007).
Keberhasilan Hizbullah mempertahankan wilayah Libanon Selatan dari
gempuran Israel di tahun 2006 ini mengundang ketertarikan penulis untuk
menelitinya. Sebagai aktor non negara, organisasi ini telah berhasil melakukan
strategi yang efektif dalam perang asimetrisnya dengan Israel. Faktor strategi
utama yang mensukseskan strategi tersebut akan dianalisis dalam skripsi ini.
Topik ini dimungkinkan karena pihak Hizbullah sendiri telah mempublikasikan
6
data mengenai strategi mereka dalam konflik tersebut, diantaranya melalui media
massa online dan buku5.
B. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana strategi Hizbullah dalam merespon serangan Israel ke Libanon
Selatan tahun 2006?
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat dari penelitian tentang Strategi Hizbullah dalam
Merespon Serangan Israel ke Libanon Selatan Tahun 2006 adalah sebagai berikut:
1. Memahami strategi yang digunakan oleh Hizbullah dalam
Menghadapi Serangan Israel ke Libanon Selatan (periode 12 Juli 2006-15
Agustus 2006).
2. Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan kontribusi
terhadap kajian Ilmu Hubungan Internasional, khususnya analisis strategi
dalam perang asimetris ini
D. Tinjauan Pustaka
Beberapa penelitian sudah dilakukan mengenai masalah konflik Israel-
Hizbullah tahun 2006. Salah satunya adalahpenelitian yang dilakukan oleh Amal
Saad-Ghorayeb pada tahun 2009 dengan judul “The Hizbollah project: Last war,
next war” (Amal 2011). Ghorayeb menjelaskan bahwa Hizbullah menggunakan
5 Media massa online yaitu melalui website www.moqawama.org, http://almashriq.hiof,
Televisi Al-Manar, radio Al-Nour, dan majalah bulanan Kabdat Alla.
7
kombinasi strategi perang gerilya dan perang konvensional. Ini difasilitasi
perlengkapan perang modern buatan Rusia.
Selain Ghorayeb, terdapat buku yang membahas mengenai Hizbullah
berjudul ”Blue Print Hizbullah” yang ditulis oleh Wakil Sekjen Hizbullah, Naim
Qassem (Naim 2008:25). Tokoh tersebut dilahirkan di Libanon pada tahun 1953.
Beliau adalah anggota pendiri partai Hizbullah pada tahun 1982, dan menjabat
sebagai Sekjen Hizbullah sejak tahun 1991 sampai sekarang. Buku ini
menjelaskan visi dan tujuan Hizbullah sebagai sebuah partai Islam yang
menjadikan landasan dasar pergerakannya kepada tiga pilar yaitu: kepercayaan
kepada Islam, Jihad, dan Yuridiksi Wali al-Faqih. Selanjutnya, Naim Qassem juga
menjelaskan mengenai perlawanan yang telah dilakukan oleh Hizbullah untuk
membantu masyarakat Libanon maupun membantu masyarakat Palestina. Selain
itu, terdapat pula penjelasan mengenai hubungan regional dan internasional
Hizbullah serta masa depan Hizbullah sebagai sebuah partai yang terus berjuang
melawan pendudukan Israel di wilayah-wilayah Arab lain setelah Palestina. Buku
ini sangat membantu penulis dalam menyediakan informasi awal mengenai
Hizbullah dan perjuangan pergerakannya.
Buku kedua ditulis oleh tiga wartawan Indonesia: Farid Gaban, Surya
Kusuma, dan Alfian Hamzah, yang meliput langsung perang antara Israel-
Hizbullah tahun 2006 di Libanon (Farid 2006:13-40). Buku ini menceritakan
kronologi perang Hizbullah-Israel, dampak dari perang, serta kerusakan yang
ditimbulkannya.
8
Penulis memfokuskan penulisan skripsi ini kepada strategi yang dipakai
oleh Hizbullah. Skripsi ini menambah kajian Hubungan Internasional dengan
fokus pada permasalahan strategi Hizbullah dalam merespon serangan Israel ke
Libanon Selatan tahun 2006. Dalam penelitian ini penulis tidak hanya
menjelaskan tentang konflik Israel-Hizbullah tahun 2006, akan tetapi juga
memaparkan tentang perang asimetris antara Hizbullah dengan Israel guna
melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya.
E. Kerangka Pemikiran
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis akan menggunakan tiga kerangka
pemikiran yang berkaitan dengan strategi Hizbullah dalam konflik Hizbullah-
Israel tahun 2006, yaitu konsep strategi, konsep perang asimetris, dan konsep
ideologi.
E.1. Strategi
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, ”Strategi adalah ilmu dan seni
menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan
tertentu dalam perang dan damai.”
Clausewitz di dalam bukunya On War menjelaskan tentang definisi strategi
adalah penggunaan pertempuran sebagai cara memperoleh tujuan-tujuan perang
(Carl 2013). Selain itu, strategi merupakan sepandai-pandainya kita menyusun
cara-cara bertempur yang paling baik dan paling memungkinkan untuk dapat
memenangkan pertarungan itu sendiri. Tujuannya tidak lain ialah untuk mencapai
9
kepentingan-kepentingan yang mungkin dihasilkan dari perang tersebut (Carl
2013). Strategi adalah kunci pelaksanaan perang. Taktik adalah penggunaan
kekuatan bersenjata untuk menjalankan pertempuran.
Menurut T. May Rudi, strategi adalah ”Seluruh keputusan kondisional yang
menetapkan tindakan-tindakan yang akan dan harus dijelaskan guna menghadapi
setiap keadaan yang mungkin terjadi di masa depan” (hal.1).
Dalam menentukan suatu strategi, seorang Jenderal Amerika JL. Wylle
dalam bukunya Navy Reel Admirel mengemukakan pendapat bahwa ”untuk
memenuhi peperangan, suatu pasukan harus mengenali kekuatan sendiri dan
musuh yang akan dihadapi (Rudi 2002:1). Penjelasan diatas ada dua hal utama
dalam menerapkan konsep strategi di medan perang. Strategi tersebut adalah
Menghimpun seluruh potensi untuk melawan musuh serta, mengidentifikasi
sejauh mana kekuatan musuh yang akan dihadapi.
Menurut J.L.Wylle, pola strategi terbagi menjadi dua bagian yaitu,
Sequental (berurutan) adalah dalam penerapan strateginya satu langkah dengan
langkah berikutnya tidak dapat dipisahkan; Kumulatif (penjumlahan) adalah hasil
yang diperoleh dari penerapan strategi tidak diperoleh secara berurutan melainkan
berdasarkan penjumlahan hasil keseluruhan perang (Rudi 2002:10).
Dari kedua pola strategi diatas, penulis akan memakai kedua pola tersebut
untuk menganalisa dua pola strategi yang dipakai oleh Hizbullah selama
berperang dengan Israel pada tahun 2006. Pada minggu pertama berperang,
Hizbullah menerapkan strategi roket secara kumulatif menghadapi serangan udara
Israel. Sedangkan di pertengahan bulan Juli tepatnya tanggal 20an hingga sebelum
10
diterapkannya genjatan senjata 11 Agustus 2006 oleh DK PBB, Hizbullah
memakai pola strategi sequental menghadapi serangan udara gabungan pasukan
Israel (yang terdiri dari angkatan darat, infanteri, pasukan terjun payung, dan
artileri). Penjelasan mengenai kedua pola strategi diatas, akan di paparkan lebih
dalam pada bab empat di dalam skripsi ini.
Strategi perang ada dua, yaitu:
1. Secara defensif (bertahan)
a. Secara langsung
2. Secara tidak langsung Secara ofensif (menyerang)
a. Secara langsung
b. Secara tidak langsung
Secara langsung adalah seseorang atau kelompok yang sedang berperang
menggunakan kekuatan langsung untuk melibatkan atau menyerang musuh.
Secara tidak langsung adalah seseorang menggunakan kekuatan tidak langsung
untuk mencapai kemenangan perang, dengan jalan menghancurkan strateginya
dan digunakan jalur diplomatik (Rudi 2002:10).
Prinsip perang menurut Sun Tzu (Rudi 2002:11):
1. Harus memiliki karsa atau tujuan, yaitu untuk apa perang dilakukan.
2. Strategi yang digunakan atau perencanaan strategi.
3. Bagaimana penyerbuannya.
4. Taktiknya bagaimana.
5. Tenaganya bagaimana.
6. Titik lemah atau kekuatan musuh
11
7. Bagaimana menggerakan pasukan.
8. Macam daerah kekuatan musuh itu di daerah mana.
9. Menyerbu dengan api untuk mengacaukan konsentrasi musuh.
10. Tipu muslihat, salah satu aksi dari taktik.
Prinsip-prinsip perang menurut Dephankam RI, adalah (Rudi 2002:11):
1. Harus memiliki tujuan.
2. Adanya prakarsa atau inisiatif.
3. Tenaga atau konsentrasi.
4. Fleksibilitas artinya tidak kaku.
5. Manuver, perubahan formasi.
6. Kemanunggalan atau kesatuan.
7. Harus ekonomis.
8. Ada unsur pendadakan.
9. Perang itu harus sederhana.
10. Perang itu harus ada unsur keamanan.
11. Moril, semangat dari pasukan.
12. Eksploitasi memberdayakan kekuatan yang ada.
E.2. Perang Asimetris
Menurut Sergyi Way, Perang asimetris awalnya disebut perang antara dua
aktor atau lebih atau kelompok militer yang kekuasaannya relatif berbeda secara
signifikan. Pemikir militer kontemporer cenderung untuk memperluas pengertian
ini untuk mencakup asimetris strategi atau taktik. Perang asimetris dapat
menggambarkan suatu konflik di mana sumber daya dari dua pihak yang
12
berperang berbeda dalam esensi dan perjuangan, berinteraksi dan berusaha untuk
mengeksploitasi kelemahan karakteristik masing-masing aktor. Perjuangan dari
kedua aktor tersebut sering melibatkan strategi dan taktik perang konvensional,
aktor yang lebih lemah mencoba menggunakan strategi untuk mengimbangi
kekurangan dalam kuantitas atau kualitas (Sergyi 2008).
Konsep perang asimetris menurut David Kilcullen dikelompokkan ke dalam
beberapa aspek yakni
a. Perang asimetris dalam teknologi persenjataan adalah cara berpikir dua
aktor yang saling berperang dalam memberikan penilaian tentang
efektivitas teknologi persenjataan.
b. Perang asimetris dalam metode taktik operasional adalah aktor yang
lebih kuat mengutamakan atau cenderung memakai seluruh elemen
kekuatan militer yang di gabungkan dengan teknologi persenjataan.
Sedangkan untuk aktor yang lebih lemah mengutamakan pemakaian
kekuatan non militer (media massa) sebagai propaganda untuk
menyerang aktor kuat.
c. Perang asimetris dalam kebudayaan adalah cara berpikir masyarakat
barat dengan masyarakat timur dalam melihat kematian yang
berpengaruh kepada penggunaan strategi dan taktik dalam berperang.
Masyarakat barat menilai kematian para personel militer dalam perang
adalag sebuah hal yang fatal karena hidup seseorang sangat bernilai
tinggi. Sedangkan bagi masyarakat timur, kematian adalah sebagain dari
13
jihad mereka. Ini dilihat dari pandangan agama dan nilai-nilai
kebudayaan yang mereka yakini.
d. Perang asimetris dalam tujuan adalah cara pandang kedua aktor dalam
hal menilai kemenangan dan kekalahan. Bagi aktor kuat, kemenangan
adalah dapat menghancurkan sumber kekuatan yang dimiliki oleh aktor
lemah. Sedangkan bagi aktor lemah kemenangan adalah dapat bertahan
dari serangan-serangan aktor kuat dengan tetap mempertahankan
semangat perjuangan tanpa harus memenangkan di setiap pertempuran
dan tanpa harus menghancurkan semua sumber kekuatan aktor kuat
(David L Buffaloe 2006:15).
Dari penjelasan berbagai macam definisi perang asimetris dan konsep
perang asimetris diatas, penulis akan memakai konsep Perang asimetris dalam
teknologi persenjataan. Bagi aktor kuat seperti Israel, keunggulan yang
dimilikinya berupa kuantitas dan kualitas persenjataan hal tersebut mejadi
ketergantungan. Sedangkan bagi aktor lemah seperti Hizbullah kualitas dari
teknologi persenjataan bukanlah hal yang penting, melainkan hanya sebagai faktor
pendukung saja. Yang menjadi sumber kekuatan utamanya adalah dukungan
masyarakat Libanon, dan tim yang kompak untuk berjuang melawan penjajahan di
Negara Libanon. Pemaparan tentang konsep diatas, penulis akan menjelaskan
lebih dalam pada bab tiga.
Berbagai literatur memberikan definisi berbeda mengenai perang asimetris.
Sayidiman Suryohadiprojo menjelaskan tentang definisi perang asimetris adalah
sebagai berikut:
14
”Perang asimetris adalah Perang antara belligerent atau pihak-pihak
berperang yang kekuatan militernya sangat berbeda. Akibat adanya perbedaan
besar dalam kekuatan militer itu, lalu digunakan strategi dan taktik yang juga
berbeda. Pihak yang relatif lemah kekuatan militernya, apabila ada pimpinan
yang cerdas, tidak melakukan perlawanan konvensional karena pasti amat
sulit dan berat menghadapi keunggulan lawannya. Maka, perlawanan
nonkonvensional (unconventional warfare) yang dapat mengompensasi
kelemahannya.” (Kompas 2011)
Menurut Dewan Riset Nasional Komisi Teknis Pertahanan dan Keamanan,
“Perang asimetris adalah perang antara dua pihak dengan kekuatan yang tidak
seimbang dengan pola yang tidak beraturan dan bersifat tidak konvensional.
Masing-masing pihak berusaha untuk mengembangkan taktik dan strategi untuk
mengeksploitasi kelemahan lawannya dalam mencapai kemenangan” (Tekno
Kompas 2008). Perang asimetris adalah suatu model peperangan yang
dikembangkan dari cara-cara berfikir yang tidak lazim, dan diluar aturan-aturan
peperangan yang berlaku, dengan spektrum perang yang sangat luas, terbuka dan
mencakup seluruh aspek-aspek kehidupan.
E.3. Ideologi
”Ideologi berasal dari kata idea artinya gagasan dan pengertian. Sedangkan
menurut bahasa latin terdiri dari dua kata yaitu ideo artinya cita-cita, pemikiran;
logos artinya logika,rasio, ilmu, pengetahuan, paham” (Minto 2007:47). Jadi,
ideologi adalah cita-cita ajaran suatu lapisan masyarakat atau kelompok manusia
yang berbeda-beda. Menurut Horal H Titus, ”ideologi adalah suatu istilah yang
dipergunakan untuk sekelompok cita-cita mengenai berbagai macam masalah
politik dan ekonomi, filsafat sosial yang sering dilaksanakan bagi suatu rencana
15
yang sistematis tentang cita-cita yang dijalankan oleh kelompok masyarakat”
(h.47).
Sedangkan menurut Ali Syariati, ideologi adalah ilmu mengenai keyakinan
dan cita-cita (Ali 1982:192). Ali menjelaskan, ideologi merupakan sebuah kata
ajaib yang dapat menciptakan pemikiran dan semangat hidup diantara manusia
terutama kaum muda, khususnya diantara cendikiawan atau intelekual dalam
suatu masyarakat. Ideologi dapat memberikan inspirasi, mengarahkan dan
mengorganisir perlawanan, protes, dan penggugatan yang menakjubkan. Ideologi
memiliki semangat tanggung jawab, keyakinan dan keterlibatan serta komitmen
(Ali 1982:196).
Ideologi mempunyai ciri yaitu cita-cita yang dalam dan luas, bersifat jangka
panjang, diyakini bersifat universal. Ideologi dirasakan milik dari suatu kelompok
manusia yang dapat mengidentifikasikan dirinya dengan isi ajaran tersebut. Ini
juga dapat mengikat kelompok, sering pula membenarkan dan mempertahankan
sikap perbuatan kelompok (Deliar 1983:31).
Hizbullah terlahir sebagai reaksi tindakan kekejaman yang dilakukan oleh
Israel di Libanon setelah invasi tahun 1982. Ideologi dijadikan oleh Hizbullah
sebagai nilai dasar atau keyakinan dalam mendukung setiap aksi-aksi mereka.
Ideologi dijadikan Hizbullah sebagai motifasi perjuangan mereka untuk
menegakkan kebenaran. Ideologi yang dikembangkan oleh Imam Khomeini yaitu
seorang tokoh di Iran, dijadikan sebagai rujukan bagi Hizbullah untuk
menanamkan nilai-nilai dasar perjuangan mereka. Dalam pandangan Imam
16
Khomeini, Islam merupakan suatu ideologi yang melandasi perjuangannya yaitu
Al-Quran dan Al-Hadits.
Menurut Naim Qassem, Hizbullah mempunyai tiga pilar yang menjadi
ideologi dasar perjuangannya yaitu: ”Kepercayaan pada Islam, Kepercayaan pada
ulama yang berada dalam konsep Wali Al-Faqih, dan Jihad” (Naim 2008:23-24).
Dari tiga pilar yang menjadi ideologi Hizbullah, penulis menggunakan tiga
pilar yakni kepercayaan pada Islam dan kepercayaan pada ulama dalam konsep
Wali Al-Faqih. Hizbullah meyakini Islam merupakan program yang lengkap
meliputi semua aspek kehidupan sebagai landasan intelektual, agama, ideologi,
yang mampu menjawab semua tantangan dan menyediakan solusi terbaik dalam
kehidupan manusia (Naim 2008:23). Hizbullah tidak ragu menjadikan Islam
sebagai kepercayaan, ibadah, dan ajaran-ajaran kehidupan juga sebagai prinsip
dan inspirasi gerakannya. Salah satunya merupakan kepercayaan kepada Wali Al-
Faqih yang akan dijelaskan berikut ini.
Rancangan Wali Al-Faqih yang dikemukakan oleh Imam Khomeini menjadi
sistem politik yang diterapkan di Iran setelah Revolusi Islam Iran tahun 1979. Inti
rancangan ini adalah ulama sebagai seorang yang Faqih atau mengetahui dan
memahami berbagai macam ilmu, terutama Syariat Islam merupakan orang yang
pantas berkuasa di suatu negara dan menjadi pemimpin. Hizbullah menjaga
kepatuhannya kepada Wali Al-Faqih sebagai tempat konsultasi, agar bentuk-
bentuk dari gerakan perlawanan, dan aksi sosial yang dijalankannya tetap sesuai
dengan Syariat Islam.
17
Jihad menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah usaha dengan segala
daya dan upaya untuk mencapai kebaikan; usaha sungguh-sungguh membela
Agama Islam dengan mengorbankan harta benda, jiwa, dan raga. Jihad
menunjukkan usaha sungguh-sungguh atau melakukan berbagai upaya untuk
melawan musuh. Dalam konteks Islam, kata jihad memiliki makna luas daripada
perang bersenjata. Maknanya meliputi perjuangan melawan musuh yang berada
dalam diri seseorang sebagai bujukan untuk melakukan perbuatan buruk atau
disebut juga dengan jihad mengendalikan hawa nafsu (Naim 2008:46).
Jihad mengendalikan hawa nafsu adalah jihad yang jauh lebih besar
tantangannya, karena dilakukan setiap hari dan terus-menerus. Sedangkan jihad
melawan musuh merupakan jihad yang lebih ringan, karena dilakukan saat terjadi
peristiwa khusus sebagai bagian dari tugas untuk memenangkan aqidah, nilai-nilai
moral, kebenaran, dan kemenangan suatu bangsa (Naim 2008:50). Jihad ini
dilakukan oleh pasukan Hizbullah untuk mempertahankan negaranya dari
serangan negara lain atau aktor lain yang ingin menghancurkan negara tersebut.
Ketiga pilar diatas, penulis akan jelaskan lebih dalam pada bab empat di
dalam skripsi ini.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian pada skripsi ini menggunakan analisa data kualitatif.
Penelitian ini pun menggunakan pendekatan deskripsi analitis mengenai strategi
Hizbullah dalam menghadapi serangan Israel tahun 2006. Adapun deskripsi
analitis bertujuan untuk menjabarkan dan mendeskripsikan apa yang ada atau apa
18
yang sudah ada atau menggambarkan fenomena tertentu untuk menentukan
adanya keterlibatan antar satu gejala dengan gejala lainnya yang relevan dengan
masalah penelitian.
Hakikat penelitian bersifat deskriptif-analitis memberikan pemaparan
mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif dengan menjawab
pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana suatu fenomena itu terjadi dalam
konteks lingkungannya. Objektifitas pun harus dijaga sedemikian rupa agar
subjektifitas dalam interpretasi dapat dihindari. Hal ini pun berarti interpretasi
terhadap isi dibuat dan disusun secara sistematik atau menyeluruh dengan
sistematis (Nurul 2007:92&94). Penulisan skripsi ini tidak hanya terbatas pada
pengumpulan data, melainkan pula dengan melakukan sebuah analisa serta
interpretasi tentang arti kata yang digunakan.
Oleh karena penelitian kualitatif merupakan proses penelitian yang
berkesinambungan sehingga tahap pengumpulan data, pengolahan data dan
analisis data dilakukan secara bersamaan selama proses penelitian (Emy
2007:172). Teknik pengumpulan data penelitian yang digunakan dalam peyusunan
skripsi ini yakni melalui studi pustaka dengan melihat data-data sekunder yang
relevan dengan tema yang diangkat dalam penelitian ini. Adapun sumbernya
didapat melalui buku-buku, jurnal, laporan, surat kabar, website, dan lain
sebagainya.
19
G. Sistematika Penulisan
Bab I. Pendahuluan
A. Pernyataan Masalah
B. Pertanyaan Penelitian
C. Tujuan dan Manfaat
D. Tinjauan Pustaka
E. Kerangka Pemikiran
E.1. Strategi
E.2. Perang Asimetris
E.3. Ideologi
F. Metode Penelitian
G. Sistematika Penulisan
Bab II. Konflik Libanon Selatan
A. Libanon Selatan Dalam Konflik Libanon dan Israel
B. Sejarah Berdirinya Hizbullah
B.1. Sejarah Konflik Israel-Hizbullah
Bab III. Serangan Israel ke Libanon Selatan Tahun 2006
A. Latar Belakang Serangan
B. Perang Asimetris Hizbullah dengan Israel
C. Peran Hizbullah di Libanon
D. Kerusakan dan Korban
D.III.1. Di Pihak Israel
D.III.2. Di Pihak Libanon
20
E. Gencatan Senjata
Bab IV. Analisa Strategi Hizbullah Dalam Menghadapi Serangan Israel
ke Libanon Selatan (periode 12 Juli-13 Agustus 2006)
A. Idelogi Sebagai Fondasi Dasar Perjuangan Hizbullah
A.1. Kepercayaan Pada Islam
A.2. Kepercayaan Pada Ulama yang Berada dalam
Konsep Wali Al-Faqih
A.3. Jihad
B. Strategi Hizbullah dalam Menghadapi Serangan Israel
B.1. Operasi Roket Jarak Dekat-Jauh Kumulatif
Hizbullah Vs Serangan Udara Israel
B.2. Strategi Squental Hizbullah Vs Serangan Darat
Gabungan Israel
Bab V. Penutup
A. Kesimpulan
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
21
BAB II
KONFLIK LIBANON SELATAN
Bab ini membahas mengenai hubungan Negara Libanon dengan Negara
Israel yang bertetangga namun selalu berkonflik. Kelahiran Hizbullah dan
keterlibatannya di dalam pemerintahan Libanon membuat konflik Israel-Libanon
ini semakin kompleks. Sebelum ke pembahasan inti tersebut, bab ini terlebih
dahulu membahas posisi geografis Israel dan Libanon. Ini dipaparkan pada sub
bab di bawah ini.
A. Libanon Selatan Dalam Konflik Libanon dan Israel
Gambar II.1
Peta Negara Libanon
Sumber:
http://www.worldatlas.com/webimage/countrys/asia/lgcolor/lbcolor.gif
22
Negara Libanon dan Israel terletak di kawasan Timur Tengah. Negara
Libanon sebagian besar wilayahnya merupakan pegunungan. Libanon terletak di
sepanjang pantai Timur Laut Mediterania dengan pesisir pantainya yang sempit di
bagian barat. Libanon berbatasan dengan Negara Israel di bagian Selatan,
sedangkan di bagian Utara dan Timur, berbatasan dengan Negara Suriah (Lebanon
Embassy US 2013). Libanon memiliki luas wilayah 10.400 km2
, yang
diantaranya 217 km dari Utara ke Selatan Libanon dan 80 km dari Timur ke Barat
Libanon (IBCR 2011:13).
Jumlah penduduk Libanon tercatat 4.131.583 jiwa (CIA 2013). Mayoritas
penduduk Libanon bertempat tinggal di Beirut (ibu kota) dan Mount Libanon,
sementara sisanya tersebar di empat propinsi lainnya yaitu 20,5% di Libanon
utara, 12,5% di Bekaa, 10,7% di Libanon selatan, dan 5,9% di Nabatieh.
Wilayah Libanon dibagi menjadi enam propinsi yaitu Beqaa, Beirut,
Libanon Utara, Mount Liban, Libanon Selatan, dan Nabatiye (State Gov 2013:1).
Konstitusi Libanon mengikuti konstitusi yang dibuat tahun 1926 dan kemudian
disesuaikan dengan Kesepakatan Nasional tahun 1943 dan Perjanjian Thaif tahun
1982. Kesepakatan Nasional tahun 1943 direvisi berdasarkan isi perjanjian Taif
tersebut dan hasilnya menjadi Undang-Undang Dasar Libanon. Kekuasaan
Eksekutif berada di tangan Presiden, Perdana Menteri, dan Kabinet (Lebanese
Constitution 1995). Sementara kekuasaan Legislatif berada di tangan Parlemen
atau Majelis Al-Nuwab yang memiliki 128 anggota.
Penduduk Libanon terdiri dari beragam etnis dan agama yang diantaranya
adalah etnis Arab dan Armenia; agama Islam (Syiah, Sunni, Druze) dan Kristen.
23
Bahasa yang digunakan adalah bahasa Arab, Prancis, Inggris, dan Armenia.
Penduduk Libanon terbagi atas tiga faksi besar, yakni kelompok Muslim Sunni,
kelompok Muslim Syia’ah, dan kelompok Kristen Maronite6, serta banyak faksi-
faksi kecil dalam masyarakat berdasarkan suku, agama, maupun ketokohan orang
per orang (Lebanon Ethnic Group 2013). Oleh karena itu dibentuk sistem politik
konfessional yang dianggap dapat mengakomodir kepentingan-kepentingan faksi-
faksi yang ada dengan membagi kekuasan politik pada tiga kelompok besar dan
kelompok kecil masyarakat tersebut. Kekuasaan Presiden berada di tangan
kelompok Kristen Maronite, kelompok Muslim Sunni menjadi Perdana Menteri,
sedangkan kelompok Muslim Syi’ah hanya menjadi juru bicara parlemen
(Angkasa 2006:35).
Negara Libanon merdeka pada tanggal 22 November 1943 dari mandat Liga
Bangsa-Bangsa di bawah administrasi Perancis (LGIC 2013). Libanon merupakan
Negara Republik. Kekuasaan Eksekutif berada di tangan Presiden, Perdana
Menteri, dan kabinet. Konstitusi yang didasarkan pada pemisahan kekuasaan
eksekutif, legislatif dan yudikatif, dengan presiden dipilih untuk jangka waktu
enam tahun. 128 anggota parlemen dipilih oleh hak pilih universal dewasa untuk
masa jabatan empat tahun (CIA 2013).
6 Lihat Lampiran IV
24
Gambar II.2
Peta Negara Israel
Sumber:
http://www.worldatlas.com/webimage/countrys/asia/lgcolor/lbcolor.gif
Sedangkan Negara Israel berbatasan dengan Negara Lebanon di sebelah
Utara, di sebelah Timur laut dengan Negara Suriah, di sebelah Timur dengan
Negara Yordan, di sebelah Barat daya dengan Negara Mesir dan Laut Mediterania
(MFA 2013). Negara Israel memiliki luas wilayah 8.630 km2. Teritorialnya seluas
8,367 km adalah berupa daratan dengan panjang 470 km2, dan lebar 85 km
2. Israel
25
dibagi menjadi tiga wilayah utama yang memanjang yaitu, dataran pantai, wilayah
pegunungan, dan celah lembah Yordan (Go Israel 2011).
Jumlah penduduk Israel tercatat 8.018.000 jiwa (CBS 2013). Mayoritas
penduduk Israel bertempat tinggal di Jerussalem (ibu kota) 730.000, sementara
sisanya tersebar di beberapa daerah lainnya yaitu Haifa ( 268.250), Hadera
(75.300), Netanya (169.400), Herzliya (83.000), Ra’anana (70.500), Kfar sava
(79.800), Bnei brak (142.300), Metulla (1.500), Tel aviv (371.400), Kiryat Gat
(47.800), Tiberias (39.900), Nazareth (63.800) (State Gov 2010). Penduduk Israel
terdiri dari beragam etnis dan agama yang diantaranya adalah etnis Yahudi dan
arab; agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Bahasa yang digunakan adalah bahasa
Ibrani dan arab (Nation online 2013).
Negara Israel merdeka pada 14 Mei 1948 dari Britania Raya (PBS 2013).
Israel merupakan Negara Republik demokrasi dengan sistem parlementer. Sistem
kekuasaannya terbagi menjadi tiga, yang terdiri dari legislatif, eksekutif, dan
yudikatif (ConsuladodeIsrael 2013). Presiden dipilih oleh Knesset sebagai kepala
Negara untuk jangka waktu 7 tahun, namun tugas-ugasnya hanya sebatas
seremonial dan formal (Jewish virtual library 2013). Tugas lain dari Presiden
adalah membuka sesi pertama dari Knesset baru, mengarahkan anggota Knesset
untuk membentuk pemerintah baru, menerima mandat dari utusan asing,
menandatangani traktat dan undang-undang yang diadopsi oleh Knesset,
perwakilan diplomatik di luar negeri, hakim, dan Gubernur Bank of Israel (MFA
2010).
26
Knesset adalah badan legislatif Negara Israel. Masa jabatan Knesset adalah
4 tahun, tetapi dapat berubah tergantung dari keputusan Perdana Menteri. Perdana
Menteri dipilih dan didukung oleh anggota parlemen secara mayoritas. Perdana
Menteri merupakan kepala pemerintahan dan juga menjabat sebagai ketua kabinet
(Roger darlington 2013). Israel diperintah oleh 120 anggota parlemennya, yang
dikenal sebagai Knesset. Anggota-anggota Knesset berasal dari berbagai partai
yang dipilih dalam pemilihan parlemen. Di dalam pemerintahan tersebut, yang
terbentuk adalah pemerintahan dengan sistem koalisi. Pemilihan parlemen
diadakan setiap empat tahun sekali, namun koalisi pemerintahan yang tidak stabil
ataupun adanya mosi tidak percaya oleh Knesset dapat membubarkan
pemerintahan yang ada lebih awal (Knesset 2013).
Kewenangan eksekutif negara adalah pemerintah (kabinet para menteri).
Kabinet membentuk sebuah pemerintahan, daftar menteri untuk di setujui oleh
Knesset. Menteri harus dari warga negara Israel, dan berhak menjadi seorang
Knesset. Setelah pelantikan, para menteri bertanggung jawab kepada Knesset atas
tugas yang telah diberikan. Seperti halnya Knesset, masa jabatan menteri adalah 4
tahun. Apabila dalam pelaksanaan tugasnya mengalami permasalahan yang
diantaranya: meninggal, mengalami kecacatan, impeachment, dan pengunduran
diri, maka jabatan menteri akan dikurangi (MFA 2010).
Konflik diantara Israel dan Libanon bermula pada tahun 1978, ketika
Palestine Liberation Organization (PLO) terusir dari Negara Yordania dan
menjadikan Libanon Selatan sebagai tempat pengungsian (Tur 2006). PLO kerap
melakukan serangan roket ke wilayah Israel yang dilakukan dari wilayah Libanon
27
Selatan. Ini dilakukan sebagai balasan atas pengambilan wilayah Palestina oleh
Negara Israel. Setelah itu, Israel melakukan invasi ke Lebanon Selatan pada 14
Maret 1978.
Konflik dua negara ini mulai membahayakan Libanon Selatan sejak tahun
1978. Ini dikarenakan para pejuang PLO masih melakukan aksi serangan kepada
pasukan Israel dari daerah perbatasan Libanon Selatan ke wilayah Israel Utara.
Pada 19 Maret 1978, atas permintaan pemerintah Libanon yaitu Alias Syarkis,
melalui Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi 425 yang bertujuan untuk
mendesak pasukan Israel agar segera keluar dari wilayah Libanon. Kemudian,
PBB membentuk badan yang mengawasi pelaksanaan resolusi tersebut, yaitu
United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL). UNIFIL bekerja untuk
mengawasi penarikan pasukan Israel secara keseluruhan dan mendorong
perdamaian di wilayah Libanon (UN 2013). Sementara itu, Israel membentuk
sebuah milisi Kristen Libanon dibawah pimpinan Mayor Sa’ad Haddad untuk
mengimbangi kekuatan PLO di Libanon. Tindakan tersebut mendapatkan
perlawanan dari pemerintah Libanon. Haddad dianggap sebagai penghianat
Negara dan ia dipecat dari angkatan bersenjata Libanon (Ari Yulianto 2010:61).
PLO meresponnya dengan memperbanyak pasokan senjata modern yaitu
seperti roket Katyusa, serta artileri jarak jauh (Country Studies US 2012). Senjata
tersebut dipakai untuk menembaki wilayah Israel. Pada bulan Juli tahun 1981,
PLO melakukan serangan roket dan artileri ke kota Israel bagian utara yaitu
Galilea. Israel membalas dengan menghancurkan markas PLO di Beirut dengan
bom. Kemudian, atas prakarsa utusan dari Amerika yaitu Philip Habib dan
28
mediasi dari Arab Saudi, tercapailah genjatan senjata antara Israel dengan PLO
(ISR 2006).
Namun, genjatan senjata itu tidak berlangsung lama. Konflik masih terus
berlangsung pada 6 Juni tahun 1982. Israel pun kembali melakukan operasi yaitu
Operations Peace of Galilee. Tujuannya adalah untuk menghancurkan kekuatan
PLO di Libanon sekaligus mempertahankan rancangan tentang Konsep Galilee
yaitu memperluas wilayah kekuasaan 40 km ke sebelah utara perbatasan Libanon
(Israel National News 2012). Dalam operasi ini, Israel dibantu oleh milisi Kristen
Maronite di bawah pimpinan Bashir al-Jumayyil. Namun, upaya untuk melakukan
operasi tersebut terhalang oleh resolusi yang dikeluarkan oleh PBB yaitu resolusi
Dewan keamanan PBB 509 yang menyatakan bahwa Israel harus segera menarik
seluruh pasukannya dari Libanon (UN 1982). Namun, Israel tetap tidak
memperdulikan resolusi tersebut dan tetap melaksanakan operasi tersebut hingga
13 Juni 1982.
Dalam melakukan operasi tersebut, Israel menggunakan cluster bomb, rudal
dengan campuran zat kimia berbahaya, dan bom napalm untuk menyerang
wilayah Beirut bagian barat yaitu Sidon dan Tyre (New York Times 2006).
Wilayah tersebut hancur, sehingga perekonomian Libanon menjadi lumpuh tidak
beroperasi.
Ini membuat pemerintah Libanon tidak berani tegas terhadap Negara Israel.
Hingga tahun 1999, konflik ini masih terus berlangsung dan menimbulkan
kerusakan serta korban jiwa yang cukup banyak, baik di pihak Libanon maupun di
pihak Israel. Sekitar 50.000 warga Palestina dan Libanon meninggal, 30.130
29
orang luka-luka, 330 orang pasukan Israel meninggal, dan 1000 orang terluka
(John 1982).
Ini disebabkan oleh tentara Libanon tidak mampu mengimbangi kekuatan
militer Israel. Pasukan Israel menggunakan senjata-senjata yang lebih modern
daripada tentara Libanon. Israel lebih banyak melancarkan serangan lewat udara
dengan pesawat tempur andalannya yang dilengkapi oleh rudal-rudal berteknologi
mutakhir. Ini lebih menguntungkan Israel untuk meminimalisir kerugian di
pihaknya.
Terdapat setidaknya delapan kelompok para militer aktif di Libanon yang
anti kepada Israel. Kelompok ini yaitu Fatah, Hamas, Osbat al-Ansar, Amal, Jund
al-Sham, PF3-GC, PLO, Fatah al-Islam, dan Hizbullah (Ari Yulianto 2010:53). Di
antara yang anti Israel, Hizbullah yang mendapat posisi tersendiri di dalam negeri.
Sedangkan, di mata internasional karena memerangi Israel dengan seranga ke area
sipil, Hizbullah di kategorikan sebagai teroris.
B. Sejarah Berdirinya Hizbullah
Pendirian Hizbullah didasari oleh keprihatinan sejumlah ulama terhadap
invasi Israel ke Libanon selatan pada tahun 1982. Para ulama tersebut adalah
Ayatullah Muhammad Mahdi Syamsuddin, Ayatullah al-Sayyed Muhammad
Hussein Fadhlullah, dan Imam Musa al-Sadr. Mereka menjalani pendidikan di
sekolah-sekolah teologi di Najaf Irak. Salah satu ulama tersebut adalah Ayatullah
al-Sayyed Muhammad Hussein Fadhlullah (Riza:37). Fadhlullah dilahirkan dan
belajar di Najaf, dimana ayahnya adalah seorang cendikiawan dari Libanon
selatan. Pada tahun 1966, Fadhlullah pulang ke Libanon dan membuat sebuah
30
perubahan pada Husayniyyah (lembaga pendidikan Syiah) di Beirut menjadi
sebuah pusat pergerakan Islam Libanon. Pada masa itu, gerakan Syiah di Libanon
di pimpin oleh Sayyed Musa al-Sadr, dan Fadhlullah sebagai pengikutnya. Musa
al-Sadr mendirikan Afwaj al-Muqawwamah al-Lubnaniyah atau yang dikenal
dengan AMAL pada saat perang saudara Libanon berlangsung tahun 1975 (Naim
2008:17). AMAL mempunyai beberapa anggota yang diantaranya adalah
Ayatullah al-Sayyed Muhammad Hussein Fadhlullah, Sheik Sayyed Hassan
Nasrallah, Sheik Abbas al-Musawi, Ali Ammar, Hussein al-Khalil, dan Nabih
Berri (Abdarrahman Koya 2006:16). Tujuan didirikannya AMAL adalah untuk
membantu tentara Libanon melawan pasukan Israel dalam perang saudara
Libanon yang sedang berlangsung di tahun 1975. Namun, beliau tidak dapat
meneruskan tujuannya tersebut, karena pada tahun 1978 beliau diculik ketika
sedang menghadiri perayaan nasional yang diadakan oleh Presiden Muammar al-
Qaddafi di Libya (Naim 2008:18). Sampai saat ini keberadaan beliau belum
diketahui.
Pada tahun 1982, Presiden Libanon di masa itu Ilyas Sarkis mendirikan
Komite Penyelamatan Nasional dengan tujuan untuk menangani dampak invasi
Israel di Libanon selatan. Kemudian, Ilyas Sarkis mengadakan rapat Komite
Penyelamatan Nasional dengan mengundang anggota AMAL (Abdarrahman Koya
2006:15). Dalam pertemuan tersebut terjadi perdebatan argumen yang disebabkan
oleh salah satu anggota yaitu Nabih Berri datang bersama dengan panglima militer
Phalangis Bashir Jumayyil yang mendukung Israel berada di Libanon (Diplomasi
2010:8). Para anggota AMAL melakukan protes kepada Berri atas tindakannya
31
tersebut dengan mengundurkan diri dari organisasi AMAL. Anggota yang
mengundurkan diri dari AMAL diantaranya, Ayatullah al-Sayyed Muhammad
Hussein Fadhlullah, Sheik Sayyed Hassan Nasrallah, Sheik Abbas al-Musawi, Ali
Ammar dan Hussein al-Khalil. Beberapa orang anggota AMAL mencurigai bahwa
Berri telah melakukan kerjasama dengan Israel melalui tangan Bashir. Kemudian
dari beberapa orang yang keluar dari AMAL masing-masing membentuk
kelompok sendiri yang diantaranya; Sheik Abbas al-Musawi mendirikan
kelompok dengan nama Gerakan Amal Islam dan Ayatullah al-Sayyed
Muhammad Hussein Fadhlullah mendirikan Perhimpunan Persaudaraan serta
Perhimpunan Organisasi Filantropik (Naim 2008:20).
Pada tahun 1982 terjadi dua peristiwa besar yaitu perang saudara dan
pembantaian di Sabra dan Shatila Libanon selatan. Peristiwa tersebut membuat
sejumlah kelompok ulama marah dan prihatin karena 100.000 penduduk Libanon
terbunuh (Global Research 2013). Kemudian, sejumlah ulama yang terdiri dari
sembilan perwakilan diantaranya; tiga orang mewakili ulama dari Bekaa (Libanon
timur), tiga orang mewakili komite Islam, dan tiga orang lagi mewakili Gerakan
amal Islam (Naim 2008:24). Mereka berkumpul bersama untuk menyatukan visi
misi dengan membubarkan organisasi mereka demi mendukung sebuah organisasi
Islam baru, yang kemudian dikenal sebagai ”Hizbullah”. Tujuan didirikannya
Hizbullah adalah untuk mengusir pasukan Israel dari Libanon.
Hizbullah baru diperkenalkan oleh Sheik Ibrahim al-Amin secara luas pada
16 Pebruari 1985 ketika memperingati satu tahun wafatnya Sheik Ragheb Harb
yang merupakan pemimpin perlawanan kelompok Syiah (Robert G. Rabil 2012).
32
Sheik Ibrahim al-Amin menegaskan bahwa Hizbullah akan mengusung semangat
Revolusi Islam Iran dalam pemerintahan di Libanon. Sebagian besar kegiatan
Hizbullah diarahkan ke berbagai kegiatan sosial, politik, dan kenegaraan.
B.1. Sejarah Konflik Israel-Hizbullah
Sejarah konfik Israel-Hizbullah dimulai pada tahun 1982 setelah kelahiran
Hizbullah yang bertepatan dengan Perang saudara.7 Hizbullah merasa prihatin
terhadap kondisi yang sedang dialami oleh masyarakat Libanon saat itu dan
Hizbullah tidak bisa tinggal diam atas serangan pasukan Israel ke wilayah
Libanon. Hizbullah kemudian bersama-sama dengan kaun Syiah lainnya dan
Suriah berperang melawan pasukan Israel di Libanon. Kemudian, tahun 1983
dengan adanya tekanan dari masyarakat internasional melalui protes yang
dilakukan di seluruh dunia, Israel mundur ke sungai Awali di Libanon (James
Kelly 1983).
Pada bulan November 1983, terjadi bom bunuh diri yang dilakukan oleh
pejuang Syiah di dekat markas pasukan Israel di kota Tyre Israel. Peristiwa ini
menewaskan 60 orang yang termasuk di dalamnya pasukan Israel. Setelah
kejadian tersebut, tahun 1985 pemerintah Israel yang dipimpin oleh Perdana
Menteri Shimon Peres memutuskan untuk menarik mundur pasukan Israel ke
wilayah Libanon selatan (The US Army 2006).
Beberapa tahun kemudian terjadi serangan lagi yang dilancarkan oleh
pasukan Israel pada tahun 1988 di Maydun basis Hizbullah (New York Times
1988). Pasukan Israel menyerang wilayah Libanon selama 3 hari. Namun,
7 100.000 orang terbunuh oleh pasukan Israel
33
penyerangan yang dilakukan pasukan Israel justru menambah peningkatan
serangan Hizbullah ke wilayah Israel. Setelah itu, berkat mediasi negara Arab
saudi, perang saudara yang telah berlangsung selama 15 tahun berakhir.
Berakhirnya perang saudara di Libanon, tidak menghentikan perang antara
Israel dengan Hizbullah. Pasukan Israel melancarkan serangan ke wilayah
Libanon selatan yang menjadi basis Hizbullah. Tujuannya untuk menghancurkan
kekuatan Hizbullah agar dapat menarik simpati rakyat Libanon, karena dengan
keberadaan Hizbullah nasib rakyat Libanon terancam. Namun, serangan yang
dilakukan Israel menimbulkan kebencian rakyat Libanon terhadap Israel.
Perlawanan Hizbullah menjadi semakin meningkat dengan membalas
serangan ke wilayah Israel utara. Pada bulan Juli 1993 Israel kembali melancarkan
serangan akuntabilitas dengan tujuan agar penduduk Libanon selatan mengungsi
dan pindah ke utara kota Beirut (Global Security 2013). Hingga tahun 1996
pasukan Israel masih melancarkan serangan ke wilayah Libanon.
Pada tahun 1999 menjelang penarikan mundur Israel tahun 2000, pejuang
Hizbullah intens mengadakan operasi perlawanan untuk menyerang pasukan
Israel. Pada tahun 2000, ketika Perdana Menteri Ehud Barak terpilih dalam
pemilu, ia memutuskan untuk menarik pasukan Israel dari wilayah Libanon
sebagai realisasi janjinya kepada rakyat Israel saat Pemilu. Penarikan mundur
tentara Israel ini merupakan kemenangan terbesar bagi Hizbullah (Naim
2008:187-188).
34
BAB III
SERANGAN ISRAEL KE LIBANON SELATAN TAHUN 2006
Dalam Bab ini penulis memaparkan tentang serangan Israel ke Libanon
Selatan tahun 2006. Bab ini terdiri dari lima bagian. Di bagian pertama penulis
menjelaskan tentang latar belakang serangan Israel ke Libanon Selatan tahun
2006. Di bagian kedua mengenai perang asimetris Hizbullah dengan Israel. Di
bagian ketiga menjelaskan tentang Peran Hizbullah di Libanon. Bagian ke empat
tentang kerusakan dan korban jiwa akibat dari konflik tersebut. Di bagian akhir,
menjelaskan tentang proses gencatan senjata antara Hizbullah dengan Israel yang
diakhiri dengan Resolusi 1701 yang dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB.
A. Latar Belakang Serangan
Konflik Israel-Hizbullah tahun 2006 dilatar belakangi oleh insiden
penangkapan empat tokoh Libanon yaitu Samir Kuntar, Nasim Nisr, Yahya Skaf,
dan Ali Farran oleh pasukan Israel pada tahun 2004 (Angkasa 2006:16-17).
Kemudian, pada Juli 2006 pasukan Hizbullah meluncurkan roket Katyusa ke kota
Shlomi, Zar’it Israel (Farid 2006:13). Aksi tersebut dilakukan sebagai balasan
terhadap penangkapan warga Libanon. Dalam serangan tersebut, pasukan
Hizbullah berhasil menangkap dua prajurit Israel Ehud Goldwasser dan Eldad
Regev di kota Aita al Chab Libanon Selatan (Andrew Exum 2006:1). Hizbullah
menuntut diadakannya pertukaran tawanan. Namun, pihak Israel menyatakan
bahwa penangkapan prajurit Israel sebagai tindakan perang. Kemudian, tanggal 12
Juli 2006 Israel melakukan serangan dengan mengerahkan pesawat tempur F16i
Sufa ke wilayah Libanon Selatan. Pada minggu pertama serangan, Israel
35
melakukan blokade laut, udara, dan darat. Israel melakukan serangan yang
mengakibatkan kehancuran infrastruktur, rumah-rumah penduduk, jalan raya,
sarana ibadah, dan bandar udara internasional Beirut Libanon (Barbara 2006).
Pada minggu kedua, Israel memperluas serangan ke wilayah Libanon Utara,
Beirut, Baalbek, dan Tripoli (Ari Yulianto 2010:225). Akibat dari aksi tersebut,
15 orang warga Libanon tewas. Perdana Menteri Ehud Olmert menyatakan
bahwa, serangan akan terus dilakukan sampai pasukan Hizbullah membebaskan
tawanan yaitu prajurit Israel. Hizbullah melancarkan serangan ke kota Haifa Israel
Utara sebagai aksi balasan yang mengakibatkan 15 orang warga Libanon luka-
luka (HRW 2006). Konflik antara pasukan Israel dan pasukan Hizbullah tidak
dapat dihindari. Ribuan warga Libanon, Israel, dan pasukan Hizbullah menjadi
korban dalam perang yang berlangsung selama 34 hari tersebut.
B. Perang Asimetris Hizbullah dengan Israel
Perang asimetris awalnya disebut perang antara dua aktor atau lebih atau
kelompok militer yang kekuasaannya relatif berbeda secara signifikan. Perjuangan
dari kedua aktor tersebut sering melibatkan strategi dan taktik perang
konvensional, aktor yang lebih lemah mencoba menggunakan strategi untuk
mengimbangi kekurangan dalam kuantitas atau kualitas (Sergyi 2008).
Clausewitz menjelaskan bahwa faktor kekuatan moral yang dimiliki aktor
lemah yaitu Hizbullah dapat mengimbangi dan mengatasi keunggulan material
power yang dimiliki oleh aktor kuat dalam peperangan. Kekuatan moral yang
bersumber dari gabungan solidaritas yang berdasarkan semangat nasionalisme
36
meningkatkan motifasi untuk berperang dan mengatasi keunggulan dari kuantitas
persenjataan yang dimiliki oleh aktor kuat dalam hal ini Israel (Clausewitz 1976).
Israel dengan Hizbullah masing-masing memiliki kemampuan berperang
yang berbeda-beda baik dalam hal personel, persenjataan, maupun kendaraan
tempurnya. Ini dapat dilihat dari jumlah personelnya yang dijelaskan oleh Yiftah
shapir dalam The Middle East Military Balance 2006, sebagai berikut:
Tabel III. 1
Personel Israel vs Hizbullah
Sumber:
Yiftah shaper, The Middle East Military Balance 2006, Jaffee Center for Strategic
Studies, yang diakses dari http://www.tau.ac.il/jcss/balance/Libanon pada tanggal
02-02-2012
Israel Defence Force (IDF) adalah Angkatan Bersenjata Negara Israel yang
terdiri dari komponen pasukan Angkatan Darat (Israel Ground Force), pasukan
Angkatan Udara (Israel Air Force), dan pasukan Angkatan Laut (Israel Navy)
(INSS 2010:12). Personel Reguler IDF total berjumlah 176.500 yang terdiri dari
Angkatan Darat Israel 133.000 personel, Angkatan Udara Israel 34.000 personel,
dan Angkatan Laut Israel 9.500 personel. Sedangkan untuk total personel
cadangan IDF adalah 445.000 yang terdiri dari Angkatan Darat 380.000 personel,
Angkatan Udara 55.000 personel, dan Angkatan Laut 10.000 personel (INSS
2010).
Selama berperang melawan Hizbullah tahun 2006, Israel menggunakan
berbagai macam jenis persenjataan dan kendaraan. Angkatan Darat Israel
Personel Israel defense force (IDF) Hizbullah
Regular 176.500 800
Cadangan 445.000 5000
Total 621.500 5.800
37
menggunakan Tank Merkava Mk-4, Merkava Mk-3, M60 A3, M60/ Magach-7,
M-48 A5, Centurion, Achzarit, Namer, M113, Nagmachon, Nakpadon, M2/M3
halftrack, Akrep, M1114, Ze'ev, Sufa-2, (David Makovsky dan Jeffrey White
2006), Guardium UGV (Military Factor 2013). Persenjataan Artileri Israel adalah
203mm M110, 175mm M107, 155mm M109, 155mm M-50, 130mm M-46, dan
122mm D-30 (Israeli Weapon 2013). Senjata Mortir Israel adalah 160mm SP dan
120mm Keshet/ Cardom SP (Ari Yuliato 2010:156). Senjata MRLS Israel adalah
240mm, 140mm, 122mm BM-21, 227mm MLRS, dan 290mm MAR 290 (Army
Recognition 2013). Rudal Israel adalah Keres anti-radar missile dan Kachlilit anti-
radar missile. Rudal Antitank Israel adalah Spike missiles (NT-S, NT-G, NT-D),
BGM-71A/C TOW, Israeli improved BGM-71C TOW, Mapats SP, Nimrod, M-
47 Dragon, dan Matador (Army Technology 2013).
Angkatan Udara Israel menggunakan persenjataan yang menjadi
andalannya yaitu pesawat tempur F-16 I (Soufa), F-16 C/D (Barak), F-16 A/B
(Netz), F-15 I (Ra'am), F-15, F-4E Phantom, A-4 Skyhawk, dan Kfir C-2.
Helikopter Israel yang digunakan Israel yaitu AH-64A Apache (Peten), AH-64D
Apache (Saraf), AH-1G/S Cobra (Effeh), 500MD Defender, CH-53-2000
(Yasoor), Bell 212 (Anafa), S-70A Blackhawk (Yanshouf), Heron-2 (Shoval),
Seascan (1124N) (IAF 2013). Angkatan Udara Israel juga dilengkapi dengan rudal
udara dan darat yaitu AIM-9L/M Sidewinder, AIM-7 Sparrow, Python 3, Python
4, Derby, dan AMRAAM AIM-120B (INSS 2010:19). Rudal darat yaitu AGM-
78D Standard ARM, AGM-65 Maverick, AGM-62A Walleye, AGM-45A/B
Shrike, AGM-114 Hellfire, AGM-142 Popeye, Nimrod ATGM, dan Spike (LR,
38
ER.NLOSf) ATGM. Angkatan Udara Israel juga dilengkapi dengan senjata
berupa bom yaitu CBU (including Tal-1, ATA-1000, ATA-500), Delilah ALCM ,
GBU-39 guided bombs (1,000), runway-penetration bombs, Griffin, Guillotine,
JDAMs (Barad Kaved) (228), Opher, PB-500 , dan Pyramid, Spice (Barad Plada)
(INSS 2010:19).
Angkatan Laut Israel memiliki senjata andalannya yaitu Korvet Sa’ar 5,
kapal rudal Sa’ar 4,5, kapal selam Gal, Kapal patroli Shaldag-2, Super Dvora,
Dabur, Stingray (Nahshol), Mulit (RHIB), dan Morena (Ari Yulianto 2010:158).
Personel Hizbullah terdiri dari personel reguler dan cadangan. Hizbullah
memiliki personel reguler yang berjumlah 800 orang. Jumlah ini diluar resimen
regulernya. Sedangkan untuk personel cadangan berjumlah 5000. Mereka
dikelompokkan ke dalam brigade-brigade yang masing-masing dapat
melaksanakan operasi di bawah satu komando sentral.
Dalam hal merekrut personelnya, Hizbullah mengambil calon anggota
Hizbullah di setiap desa yang merupakan penganut Syi’ah. Kemudian, Hizbullah
membuat sebuah Komisi Keamanan yang memiliki peran sebagai Komando Lokal
untuk menyekolahkan para calon anggota Hizbullah ke sejumlah sekolah milik
Iran Officer School. Para calon anggota ini menempuh pendidikan selama 6 bulan.
Mereka dibekali sejumlah materi tentang intelijen, roket, dan teknik komando
(Angkasa 2006:62).
Setelah lulus dari pendidikan, para pejuang Hizbullah tidak langsung
kembali ke Negara Libanon, tetapi bergabung dengan Garda Revolusi Iran untuk
mengaplikasikan ilmu yang mereka dapat selama sekolah. Mereka melaksanakan
39
tugas sebagai operator roket antitank, mortir, alat komunikasi, personel sabotase,
dan petugas kesehatan.
Komisi Keamanan mempunyai dua lembaga (Angkasa 2006:63). Pertama
adalah lembaga rekrutmen yang disebut Taabiya. Kedua adalah lembaga
paramiliter yang disebut Muftarin. Anggota Taabiya diambil dari para pasukan
cadangan Hizbullah. Sehingga, dalam keadaan tertentu mereka dapat difungsikan
untuk berperang. Sementara anggota Muftarin berperang sebagai orang sipil yang
menyuplai berbagai kebutuhan para pasukan Hizbullah baik fisik maupun non
fisik.
Di bidang kekuatan artileri, Hizbullah memiliki tiga Brigade Roket. Brigade
pertama disebut Brigade Nassar. Brigade ini dipersenjatai roket Katyusha kaliber
107 mm dan 220 mm buatan Iran dan Suriah. Brigade kedua adalah Brigade
Khaibar-1. Brigade ini dipersenjatai rudal jarak medium Naziyat buatan Iran,
Katyusha kaliber 302 mm buatan Suriah dengan jarak jelajah mencapai 110 km,
Fajr-5 jarak jelajah 110 km dengan berat 90 kg, dan Zelzal-1 jarak jelajah 120 km
(Andrew Exum 2006). Brigade ketiga dipersenjatai dengan rudal jarak jauh
Zelzal-2 dengan jarak jangkau 250 km.
Hizbullah juga memiliki senjata antitank yang digunakan dalam perang
melawan Israel tahun 2006. Senjata Antitank tersebut adalah Kornet At-14 jarak
tempuh mencapai 3,5 mi, penetrasi 1.100-1.200 mm, memiliki teknologi laser;
Konkurs At-5 jarak tempuh mencapai 75 mi, penetrasi 800 mm, memiliki
teknologi laser; Metis M At-13 jarak tempuh mencapai 80 m-1,5 km, penetrasi
460-850 mm, memiliki teknologi laser; Sagger At-3 jarak tempuh mencapai 3 km,
40
penetrasi 200 mm, memiliki teknologi laser; Fagot At-4 jarak tempuh 70 m- 2 km,
penetrasi 400 mm, memiliki teknologi laser; Milan jarak tempuh 400-2000 m,
penetrasi 352 mm, memiliki teknologi laser; Tow jarak tempuh 600-3.700 m,
penetrasi 800 mm, memiliki teknologi laser; RPG-29 jarak tempuh 460 m,
penetrasi 750 mm, memiliki teknologi laser; dan RPG-7 jarak tempuh 500 m,
penetrasi 330 mm, memiliki teknologi laser (David Makovsky dan Jeffrey White
2006:40).
Hizbullah juga memiliki Ruda anti kapal yaitu C-802 Noor dengan jarak
120 km, panjangnya mencapai 6,39 m, rentang sayap 1,22 m, dan bobot luncurnya
715 kg (FAS 2013); C-701 dengan jarak 15 km, beratnya mencapai 100 kg,
diameter 0,18 m, dan panjangnya 2,507 m (Missile Threat 2013).
C. Peran Hizbullah di Libanon
Hizbullah memainkan 4 peran sekaligus. Pertama, menggunakan kekuasaan
militer. Salah satunya yang menjadi kelebihan Hizbullah merupakan satu-satunya
partai politik yang mempunyai pasukan militer. Dalam sebuah fórum parlemen
Libanon di Istana L’Etoile Beirut pada awal juni 2006, pemimpin Hizbullah
Hasan Nasrallah mengatakan bahwa ada 3 poin yang membuat Libanon harus
memberikan kelonggaran kepada Hizbullah untuk menyimpan senjata, yaitu:
1. Persenjataan Hizbullah untuk melindungi libanon secara keseluruhan, jika
terjadi lagi peperangan dengan Israel.
2. Dengan persenjataan modern, Hizbullah telah menciptakan ketakutan
sendiri bagi militer Israel.
41
3. Angkatan Bersenjata libanon tidak akan mampu melindungi perbatasan
negara yang kedaulatannya secara rutin dilanggar oleh Israel (Farid 2006:57).
Kedua, kekuatan politik. Program-program politik Hizbullah dituangkan
dalam sebuah risalah terbuka, yang disebarkan kepada masyarakat8. Hal ini
dimaksudkan agar masyarakat mengetahui Hizbullah beserta identitasnya serta
mengetahui sandaran dan komitmennya terhadap doktrin-doktrin ketuhanan Islam.
Selain itu masyarakat pun diharapkan mengetahui bagaimana sikap Hizbullah
terhadap Israel dan Amerika.
Ketiga, kekuatan media. Hizbullah memiliki jaringan televisi satelit yang
dikelola sendiri yaitu Al-Manar. Al-Manar menyiarkan berita dalam bahasa Arab,
Inggris, Prancis, dan Ibrani. Al-Manar dapat disaksikan dari Libanon dan negara-
negara Arab lainnya. Stasiun Tv ini dimaksudkan untuk menyiarkan segala bentuk
aktivitas Hizbullah, baik sebagai media dakwah, kepada Israel dan masyarakat
internasional. Al-Manar juga mensiarkan segala bentuk perlawanan yang
dilakukan oleh Hizbullah untuk mengambil simpati masyarakat internasional.
Media ini digunakan oleh Hizbullah untuk menayangkan dan mengabarkan
sebagai alat penangkal dan penghancur propaganda Israel.
Keempat, kekuatan sosial kemasyarakatan. Hizbullah menyediakan berbagai
pelayanan sosial di Libanon. Menurut media CNN, ”Hizbullah melakukan segala
sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah, mulai dari pengumpulan
sampah sampai menjalankan Rumah sakit dan memperbaiki sekolah” (CNN
2006). Hizbullah menjalankan 4 Rumah Sakit, 12 Klinik, 12 sekolah, 2 pusat
8 Berupa riflet dan spanduk kecil yang ditempelkan di sudut-sudut tembok di seluruh
Libanon
42
pertanian, dan pelatihan (Angkasa 2006:58). Hizbullah juga mempunyai
departemen lingkungan hidup dan program bantuan sosial yang luas. Pelayanan
yang disediakan Hizbullah juga lebih murah dibandingkan Rumah Sakit swasta
milik Negara Libanon. Selama berlangsungnya perang bulan Juli 2006, Hizbullah
menyuplai kebutuhan air bersih untuk seluruh kota di Libanon.
Pemerintah Libanon telah menerima Hizbullah sebagai organisasi
perlawanan legal. Perdana Menteri Libanon Fuad Siniora berpendapat bahwa,
kehadiran Hizbullah sangat membantu menghindari Libanon dari kehilangan
wilayah. Hubungan Pemerintah Libanon dengan Hizbullah sangat baik. Ini dapat
terlihat dari Pemilu awal yang Hizbullah ikuti pada tahun 1992. Hizbullah
memperoleh 12 kursi dari 128 kursi (Angkasa 2006:56). Tahun 1996, Hizbullah
memperoleh 10 kursi. Tahun 2000, memperoleh 8 kursi. Tahun 2005, Hizbullah
memperoleh 14 kursi. Hizbullah menempatkan 3 perwakilannya yaitu menjabat
sebagai Menteri, yang salah satunya adalah Mohammed Fneish sebagai Menteri
energi dan air.
Hubungan Hizbullah dengan penduduk Libanon sangat harmonis. Ini dapat
dilihat dari dukungan yang diberikan oleh penduduk Libanon pada perang tahun
2006 kemarin. Penduduk Libanon berperan sebagai aktor intelijen Hizbullah, yang
menginformasikan hal-hal yang berkaitan dengan pasukan militer Israel.
Penduduk Libanon juga membantu Hizbullah untuk memperlancar jalur masuk
persenjataan yang di kirim dari Iran dan Suriah melalui daerah perbatasan.
Dukungan Iran terhadap Hizbullah tampak dari segi moril dan material,
demikian juga halnya dengan Suriah (Angkasa 2006:67). Dari segi moril, kedua
43
Negara tersebut sama-sama siap terjun ke medan perang membantu Hizbullah.
Sedangkan dari segi material tampak pada bantuan persenjataan dan finansial.
Persenjataan yang dimiliki Hizbullah merupakan pasokan dari Iran dan Suriah.
Tetapi, asal-usul persenjataan tersebut merupakan buatan Rusia, baru kemudian
dibeli Iran dan Suriah serta selanjutnya didistribusikan kepada Hizbullah.
Persenjataan tersebut tidak hanya sekedar dibeli saja, tetapi dimodifikasi sehingga
daya tempurnya semakin tinggi dan canggih. Hizbullah menerima 200 juta dollar
AS per tahun dari pemerintah Iran (Angkasa 2006:69). Uang tersebut digunakan
Hizbullah untuk melaksanakan program kesehatan, pendidikan, dan membantu
kaum du’afa dan anak yatim-piatu akibat perang di Libanon.
D. Kerusakan dan korban
Konflik antara Negara Israel dengan Hizbullah telah menimbulkan dampak
buruk bagi kedua Negara Israel dan Libanon yaitu hancurnya infrastruktur,
pencemaran lingkungan, menimbulkan korban jiwa (luka-luka dan meninggal
dunia), pengungsian, dan kerugian finansial.
D.3.1 Di pihak Israel
Dalam memperhitungkan jumlah korban perang, Negara Isrel sangat
berhati-hati. Ini karena jumlah korban personelnya akan menunjukkan kredibilitas
kemampuan selama berperang dengan Hizbullah. Israel ingin mempertahankan
gelarnya sebagai negara yang memiliki kemampuan perang tak terkalahkan.
Korban jiwa dari pihak Israel yang didapat dari berbagai sumber adalah sebagai
berikut:
44
Korban jiwa: 43 warga sipil dan 117 tentara IDF meninggal dunia, 1000
orang luka-luka. 300.000 warga Israel yang terlantar dan lebih dari satu juta
mengungsi (Andri Shevtsov 2007). Menurut data dari BBC, 119 tentara IDF
meninggal dunia dan 40 warga sipil meninggal dunia (BBC 2007). Data lain dari
Jpost menyebutkan 52 orang penduduk sipil meninggal dunia (Jpost 2006). 1.350
orang luka-luka (Ynet News 2006). 300.000 orang mengungsi (Ny Times 2006).
Korban dari pihak tentara IDF mencapai 115, 402 orang luka-luka, dan 2 orang
ditawan (Jpost 2006).
Kerusakan infrastruktur: lebih dari 300 gedung rusak, termasuk rumah,
jalan raya, sekolah, pabrik, sarana umum, rumah sakit, dan apartemen (Farid
2006:13-38). Ini mengakibatkan Negara Israel sempat lumpuh, tidak dapat
beroperasi akibat serangan yang dilakukan oleh pasukan Hizbullah.
Kerugian finansial: kerugian 1,5 milyar untuk rekonstruksi infrastruktur
(Jeffrey Stinson 2006), US$ 4,8 miliar sebagai total biaya perang yang
dikeluarkan oleh negara Israel (Libanon 2006). Kerugian tersebut mengakibatkan
70% bisnis di Negara Israel Utara terpaksa berhenti beroperasi. Sektor pariwisata
Israel juga terpaksa berhenti utnuk sementara. Kerugian yang dialami oleh Negara
Israel menjadi cambuk di masa depannya untuk memperhitungkan kembali biaya
yang akan di keluarkan jika akan berperang melawan Hizbullah.
D.3.2 Di pihak Libanon
Selama perang berlangsung, bukan hanya infrastruktur saja yang hancur
menjadi korban serangan pasukan Israel, namun juga korban jiwa berjatuhan.
Berbagai sumber telah di dapatkan berikut ini penjelasannya:
45
Korban jiwa: lebih dari 1.100 warga Libanon meninggal dunia, 4.000
orang luka-luka, 65 orang pasukan Hizbullah meninggal dunia (Kathy Gannon
2006), dan lebih dari satu juta warga Libanon mengungsi selama perang (Andriy
Shevtsov 2007). Menurut data dari BBC, 1.125 orang warga Libanon meninggal
dunia (BBC 2007). Selama perang berlangsung, terjadi pula pembunuhan massal
yang diakibatkan oleh bom dari pesawat tempur Israel yang telah menewaskan
1.123 orang dalam pembunuhan di Qana. Jumlah itu terdiri dari 37 orang tentara
Libanon dan Polisi, 894 orang warga sipil yang identitasnya jelas dan 192 tanpa
identitas. Sedangkan untuk data korban luka-luka berjumlah 4.409 orang.
Kerusakan infrastruktur: Kerugian diterima oleh Negara Libanon
membuat kondisi negara ini lumpuh total. Bantuan dari negara-negara tetangga
tidak dapat masuk, sehingga penduduk Libanon mengalami kelaparan,
kedinginan, dan penderitaan yang cukup lama. 80 jembatan, 900 pabrik, bandara,
sekolah, rumah sakit, sarana umum, rumah ibadah, stasiun televisi, pelabuhan
laut, dan lebih dari 15.000 rumah hancur.
Kerusakan lingkungan: Sebuah tumpahan minyak besar dari pemboman
tangki bahan bakar yang berada di dekat pembangkit listrik Jiyyeh mengakibatkan
pantai di Libanon dan beberapa negara tetangga tercemar. Pemboman yang
dilakukan Israel menyebabkan pencemaran hidrokarbon, pencemaran air tanah.
Bahaya lain yang ditimbulkan dari pemboman tersebut adalah polusi udara.
Karena, asap yang membakar bahan bakar minyak tersebut terus berlangsung
selama 27 hari. Sehingga menyebabkan sejumlah polutan ke atmosfer, termasuk
karbon monoksida dan metana yang dapat mengakibatkan gangguan pernapasan.
46
Pencemaran tanah juga terjadi akibat pemboman pabrik deterjen Ghabris di Tyre
(Andriy Shevtsov 2007). Bahan kimia dari deterjen tumpah dan meresap kedalam
tanah sehingga menyebapkan tanah tidak dapat ditumbuhi oleh tanaman dan
kerusakan ekosistem disekitar pabrik tersebut. Selain itu, satu juta bom curah yang
belum meledak tersebar di seluruh Libanon (Andriy Shevtsov 2007). Serangan
roket Hizbullah mengakibatkan kebakaran 3000 hektar hutan di Israel utara.
E. Gencatan Senjata
Gencatan senjata adalah penghentian perang atau konflik bersenjata apapun
untuk sementara di mana kedua belah pihak yang terlibat setuju untuk
menghentikan tindakan agresif masing-masing. Konflik antara Israel dengan
Hizbullah pada tahun 2006 berlangsung selama 34 hari. Pada tanggal 11 Agustus
2006 Dewan Keamanan PBB menyetujui resolusi 1701 yang menyerukan
penghentian serangan antara Israel dengan Hizbullah. Penjelasan Resolusi ini
adalah pemerintah Libanon bertugas memberikan jaminan keamanan di
perbatasan dan menjaga lebih intensif pos-pos yang berada di perlintasan seluruh
wilayah Libanon. Resolusi ini bertujuan untuk menghentikan permusuhan secara
menyeluruh diantara Israel dengan Hizbullah dan 15.000 tentara penjaga
perdamaian akan menggantikan posisi Israel di Libanon Selatan (Farid 2006:36).
Resolusi PBB juga memerintahkan Israel agar mengakhiri seluruh aksinya di
wilayah Libanon dan memerintahkan pasukan Hizbullah mengakhiri seranganya.
Resolusi tersebut juga menyerukan embargo pengiriman senjata sah, dan
memerintahkan pasukan Libanon untuk dikerahkan ke wilayah Libanon selatan
guna memperkuat pasukan perdamaian PBB.
47
Setelah perjanjian genjatan senjata, diberlakukan Status Quo. Status Quo
adalah kembali kekeadaan semula. Dalam perjanjian genjatan senjata, disepakati
antara pihak yang berperang bahwa, daerah perbatasan harus dikembalikan ke
status quo yaitu kekeadaan sebagaimana adanya sebelum perang. Ini berarti,
kedua pihak yang berperang harus menarik kembali pasukan masing-masing
sasuai dengan peta perbatasan yang semula berlaku sah sebelum perang..
Setelah adanya status quo, PBB menjalankan peacekeeping. Menurut PBB,
Penjaga perdamaian atau peacekeeping adalah sebuah instrument yang unik dan
dinamis yang dikembangkan oleh organisasi sebagai cara untuk membantu
negara-negara yang hancur oleh konflik, dan menciptakan kondisi untuk
perdamaian abadi. Sementara itu, definisi lain menyebutkan bahwa penjaga
perdamaian adalah segala sesuatu yang memberikan kontribusi untuk memajukan
proses perdamaian. Penjaga perdamaian itu tidak mutlak adalah tentara, karena
pasukan ini tidak berkewajiban untuk terlibat dalam pertempuran sebab pasukan
ini tidak diproyeksikan untuk meberikan perlawanan. Pasukan ini ditempatkan
pada daerah yang berstatus gencatan senjata yang telah mendapatkan persetujuan
dari kedua belah pihak yang sedang bertikai. Pada saat inilah ruang untuk
mengatasi konflik lewat upaya diplomatik dapat dijalankan. Pasukan penjaga
perdamaian memantau dan mengamati proses perdamaian di daerah pasca konflik
dan membantu mantan kombatan dalam melaksanakan kesepakatan damai.
Bantuan tersebut datang dalam berbagai bentuk, termasuk langkah-langkah
membangun rasa percaya diri, pengaturan pembagian kekuasaan, dukungan
pemilu, penguatan supremasi hukum, dan pembangunan ekonomi sosial.
48
Peacekeeping operations adalah operasi PBB di lapangan dimana personil
internasional, warga sipil maupun pemerintah diberikan izin berkelompok di
bawah komando PBB untuk membantu mengendalikan dan memecahkan konflik
internasional yang nyata terjadi maupun konflik internal yang terjadi serta
mempunyai kebebasan internasional (Murphy 2007:2). Operasi penjagaan
perdamaian secara sah dilakukan dengan adanya Dewan Keamanan PBB serta
persetujuan dari pemerintah dan pihak-pihak yang terlibat. (UN 2004:72).
Sejumlah negara yang tergabung dalam pasukan penjaga perdamaian PBB
yang dikenal dengan sebutan United Nations Interim Force in Libanon (UNIFIL)
mengirimkan wakil dari negaranya ke Libanon. Kehadiran pasukan PBB ke
negara Libanon sebenarnya bukan hal yang asing lagi. Sebab, sejak tahun 1978
ketika perang saudara di Libanon, untuk meredakan konflik tersebut, pasukan
PBB telah diterjunkan.
Sebanyak 50 personel pasukan militer Prancis sudah berada di markas
UNIFIL di Naqoura, Libanon Selatan. Negara Perancis merupakan pasukan
kelompok pertama yang datang. Mereka adalah sebagian dari 200 personel yang
akan dikerahkan untuk menjaga wilayah tersebut. Negara lainnya seperti
Finlandia mengirimkan 250 personel, Spanyol 1000 personel, Polandia 500
personel, dan Belgia 400 personel (Angkasa 2006:89). Sedangkan untuk negara
Jerman dan Belanda akan membantu dalam pengamanan laut Libanon. Sedangkan
untuk negara Amerika, tidak akan mengirimkan pasukannya. Karena, mengalami
kerugian besar pada perang-perang sebelumnya di Beirut, sehingga Amerika akan
membantu dalam hal logistik untuk pasukan UNIFIL.
49
Sedangkan untuk negara-negara Asia seperti Indonesia telah menyiapkan
4.276 personel, Malaysia menyiapkan satu Batalion Zeni, Bangladesh menyiapkan
dua Batalion Zeni dan, Nepal menyiapkan 1000 personel (Angkasa 2006). Qatar
mengirimkan 200-300 pasukannya.
Implementasi Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701 dibagi menjadi 7
tahap pelaksanaan, yaitu:
1. Memonitor kesepakatan penghentian permusuhan di antara pihak-pihak
yang bertikai
2. Mendampingi dan membantu pemerintah Libanon selama proses
penggelaran pasukan Libanon (LAF) di Libanon Selatan. Hal itu dilaksanakan
bersamaan dengan proses pengunduran pasukan Israel (IDF). Pemerintah Libanon
dan Israel akan mengoordinasikan proses pengunduran pasukan di Libanon
Selatan.
3. Membantu pelaksanaan dan koordinasi dalam proses pengunduran
pasukan Israel, baik dengan pemerintah Libanon maupun Israel.
4. Memberikan bantuan kemanusiaan kepada masyarakat sipil setempat serta,
membantu mengamankan proses kembalinya masyarakat, baik yang telah
mengungsi maupun yang telah terpisah dari keluarganya selama berlangsungnya
perang sepanjang Juli sampai Agustus 2006.
5. Membantu pasukan LAF dalam proses mewujudkan zona wilayah bebas
dari personel atau kelompok bersenjata beserta aset militer lainnya antara Blue
Line dan Sungai Litani, kecuali aset militer dan senjata milik pemerintah Libanon
dan personel UNIFIL.
50
6. Menyakinkan bahwa wilayah tanggung jawab yang telah diberikan tidak
digunakan untuk berbagai bentuk kegiatan yang dapat memicu terjadinya kembali
konflik di antara pihak-pihak yang bertikai.
7. Membantu pemerintah Libanon mengamankan garis batas antara Libanon
dan Israel serta sejumlah daerah yang dapat dijadikan titik infiltrasi.
Rancangan tersebut diterima oleh Pemerintah Libanon dan disetujui oleh
Hizbullah 12 Agustus 2006. Menanggapi Resolusi Dewan Keamanan PBB, sehari
kemudian Israel mengadakan sidang kabinet mendadak. Kabinet Israel akhirnya
menyetujui dan mengesahkan gencatan senjata dengan perolehan suara 24
mendukung dan satu abstain. Dengan demikian, secara resmi penghentian
gencatan senjata berlaku secara efektif pada tanggal 14 Agustus 2006.
Indonesia mengirimkan pasukan KONGA XXIII dan bergabung dengan
UNIFIL melaksanakan misi pemeliharaan perdamaian di Libanon Selatan.
Pasukan KONGA terdiri dari TNI AD 576 orang, TNI AL 221 orang, TNI AU 37
orang, staf operasi Mabes TNI 2 orang, Puspen TNI 3 orang, Perwira TNI 1
orang, Satkomlek TNI 5 orang. Kendaraan tempur yang digunakan oleh pasukan
KONGA terdiri dari alat berat, kendaraan tempur Kavaleri TNI AD, dan
kendaraan bermotor. Kendaraan tempur Kavaleri terdiri dari V150 commando 5
unit, V150 AP 5 unit, V150 Intai 15 unit, VAB 14 unit, Panhard 16 unit, Recovery
1 unit. Kendaraan bermotor terdiri dari D Max Isuzu 10 unit, Tangki air 4 unit,
Tangki BBM 2 unit, Truck Harpal 2 unit, TNI AL Ranpur Marinir BTR 80A 12
unit, dan Truck Liaz. Alat berat yang terdiri dari Back loader 1 unit, Fork lift 1
unit, dan Taft GT 2 unit.
51
BAB IV
ANALISA STRATEGI HIZBULLAH DALAM MENGHADAPI
SERANGAN ISRAEL KE LIBANON SELATAN
(Periode 12 Juli-13 Agustus 2006)
A. Ideologi Sebagai Fondasi Dasar Perjuangan Hizbullah
A.1. Kepercayaan Pada Islam
Keyakinan kepada ajaran Islam merupakan fondasi utama bagi gerakan
Hizbullah, hal ini didasari karena ajaran Islam itu bersifat komprehensif dan
sekaligus ajaran samawi terakhir yang diturunkan Allah sebagai penyempurnaan
terhadap umat manusia (Naim 2008:26). Karena itu, Hizbullah sangat menitik
beratkan pada Islam yang menyeluruh, sebab ajarannya merupakan bahtera
keselamatan umat Islam di kehidupan dunia maupun di akhirat kelak. Keikhlasan
dalam menjalankannya merupakan suatu kaharusan bagi semua orang yang telah
yakin untuk masuk ke dalam Hizbullah ini. Bagi Hizbullah, kehidupan yang telah
digariskan oleh Allah kepada semua manusia tidaklah sia-sia (Naim 2008:27).
Prinsip-prinsip ajaran pokok Islam hakikatnya memberikan pemahaman
kepada kita bahwa segala perbuatan yang kita lakukan di jalan Allah niscaya
Allah akan membalasnya. Hal ini tertanam kuat di jiwa setiap Muslim dan juga
berlaku untuk umat yang berada dalam gerakan Hizbullah yang menyakini adanya
hari kebangkitan, dimana pada hari kebangkitan tersebut seluruh makhluk akan
dikumpulkan oleh Allah dan akan dimintai pertanggung jawabannya, hal-hal apa
saja yang sudah dilakukan selama di dunia dan bagaimana sikap kita dalam
52
mempersiapkannya (Naim 2008:27). Ajaran Islam telah menjelaskan seluruh
aspek kehidupan dan kebutuhan manusia, baik yang bersifat individual maupun
sosial, berupa petunjuk secara garis besar dan rinci. Karena itu, Hizbullah merasa
bertanggung jawab kepada Allah mengenai segala macam bentuk dan tindakan
yang dilakukannya.
Bagi Hizbullah, memahami ajaran Islam yang berisikan sekumpulan
aturan dan kebijakan permanen Islam, baik yang umum maupun spesifik adalah
hal penting. Begitu pula mengakui bahwa kedua hal itu dapat diterapkan bagi
individu serta berbagai kepentingannya, terlepas dari persoalan waktu dan tempat.
Banyak penafsiran yang terbuka mengenai Syari’ah, kodifikasi hukum Islam yang
mengatur seluruh persoalan sosial, telah mendiskusikan seluruh persyaratan
modernitas dan jawaban terhadap berbagai peristiwa kekinian, serta pertanyaan
yang muncul kemudian. Hal ini tentunya dengan mempertimbangkan berbagai
penafsiran sebelumnya, serta mempertimbangkan kondisi dan lingkungan yang
baru ada. Hal ini menciptakan ruang yang dibutuhkan untuk berkembang dan
menyesuaikan diri dengan perubahan (Naim 2008:37).
A.2. Kepercayaan Pada Ulama yang Berada dalam Konsep Wali Al-
Faqih
Ajaran Syi’ah yang dianut oleh mayoritas gerakan Hizbullah sejalan
dengan paham yang dianut oleh Republik Islam Iran di bawah pmpinan Imam
Khomeini. Setelah Revolusi Islam Iran tahun 1979, muncul tokoh pembaharu
Syi’ah seperti Khomeini dan para pengikut setianya. Meskipun sama-sama
menganut Syi’ah, yang dibawa Imam Khomeini adalah sesuatu yang baru dalam
53
menerapkan nilai-nilai Islam Syi’ah di dunia nyata. Contohnya: memandang wajib
berjihad melawan segala bentuk ke zaliman. Keberadaan seorang pemimpin Wali
Faqih atau imam adalah suatu keharusan bagi mereka. Seorang ulama terkemuka
di Iraq Sayyid Muhammad Baqir Al-Shadr mengatakan:
”Rasulullah SAW dan para imam ditunjuk dan diangkat oleh Allah SWT,
sementara otoritas spiritual ditunjuk secara kualitatif. Karenanya, Islam
menetapkan Syarat ketentuan Imam bagi seorang penengah agama, dengan
memberikan tugas berupa meneguhkan syarat ketentuan bagi bangsanya sendiri.
Mengikuti seorang penengah agama adalah keputusan Ilahi. Sementara pilihan
penengah agama merupakan manifestasi fisikal dari keputusan semacam ini,
keputusan yang dilaksanakan oleh bangsanya” (Naim 2008:73-74).
Keterikatan religius seseorang dengan Rasulullah SAW dan upaya
menempuh ajaran-Nya, saat menerima semua keputusan Allah SWT, menjadikan
orang tersebut beriman kepada Rasulullah SAW. Dengan cara yang sama,
hubungan yang serupa dengan Imam, menjadikan seseorang mempercayai Imam,
sementara hubungan seseorang dengan otoritas spiritual menjadikannya sebagai
pengikut otoritas tersebut (Naim 2008:74).
Implementasinya dapat mengambil salah satu dari dua bentuk. Pertama,
masalah individual dan terkait dengan masalah ibadah, perilaku terhadap orang
lain, dan segala hal yang terkait dengan kehidupan personal keseharian. Kedua,
masalah yang bersifat umum, berhubungan dengan umat dan bangsa secara
keseluruhan berbagai kepentingannya, perang, perdamaian, dan seluruh arah
kebijakannya. Pada tahap implementasi pertama individu yang diberi tanggung
jawab, benar-benar membutuhkan seorang arbitrator agama agar dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapi sesuai dengan kaidah agama. Sementara
untuk masalah yang kedua, perlunya seorang pemimpin sebagaimana diwujudkan
54
oleh Wali Al-Faqih, yang menetapkan kebijakan baik politik, ekonomi, keamanan
dan semua bidang yang menjadi tanggung jawabnya.
Dalam pemikirannya, Imam Khomeini menghendaki suatu bentuk negara
Islam, dimana kekuasaan sepenuhnya berada di tangan Fuqaha (alim ulama),
yaitu mereka yang memiliki pemahaman tentang ajaran dan peraturan Islam, serta
memiliki keutamaan dalam Iman dan Akhlak. Gagasan Imam Khomeini yang
berkenaan dengan Wilayat Al-Faqih, antara lain:
A. Para alim ulama berhak menjadi penguasa dalam sebuah negara Islam,
yaitu laki-laki yang memiliki kecerdasan dan kepandaian yang luas sehingga
mampu mengerahkan potensi masyarakat.
B. Seorang Fuqaha berfungsi sebagai pewaris Nabi, oleh karenanya
mempunyai tugas dan kewajiban untk mempergunakan angkatan bersenjata dan
aparat politik, demi pelaksanaan hukum-hukum Allah, serta membentuk suatu
sistem pemerintahan demi kemakmuran bangsa.
C. Membentuk pemerintahan atau negara Islam, hukumnya wajib bagi
setiap umat Islam, khususnya para alim ulama dimanapun berada, karena hal itu
merupakan bagian utama dari akidah Imamiyah.
D. Negara atau pemerintahan Islam diperlukan demi tegaknya hukum-
hukum Islam, karena hukum apapun tidak dapat dilaksanakan tanpa adanya suatu
kekuasaan eksekutif.
E. Di dalam negara Islam, para wakil rakyat tidak berhak membuat
Undang-Undang. Karena Undang-Undang atau dasar hukum (Islam) diperoleh
langsung dari Allah, yaitu Al-quran dan Hadits (Naim 2008:62).
55
Adanya Wali Al-Faqih merupakan mutlak untuk memelihara dan
mengimplementasikan Islam. Melalui pengawasan Wali Al-Faqih, agar dicapai
sebuah tujuan sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Khomeini berikut ini:
”Tujuan penjagaan yang absolut dari Wali Al-Faqih adalah bahwa Islam
adalah agama yang benar, agama samawi yang terakhir dan agama yang akan
tetap ada hingga Hari Kebangkitan. Dengan demikian, masyarakat Islam
membutuhkan seorang penjaga, seorang faqih, dan pemimpin yang akan menjaga
umat Muslim melawan musuh, melindungi bangunan umat, dan menjamin
keadilan di antara konstituennya. Serta menjaga dan mencegah agar yang kuat
tidak menindas yang lemah” (Naim 2008:76).
A.3. Jihad
Hizbullah menilai bahwa jihad tidak hanya identik dengan aksi bunuh diri.
Seperti dengan ajaran Islam umumnya bahwa, mencurahkan segala kemampuan
untuk menyebarkan ajaran Islam adalah jihad (Naim 2008:60). Karena itu, jihad
merupakan bagian yang integral dari iman seseorang. Jihad membutuhkan
kesiapan dan keseriusan dalam melakukannya bukan setengah hati.
Hizbullah menilai tuntunan jihad sangat erat kaitannya dengan visi Islam
tentang kehidupan, karena dunia adalah tempat manusia tinggal sementara
sedangkan akhirat yang kekal. Karena itu, dalam pandangan mereka, jihad adalah
kewajiban setiap muslim. Jihad juga bisa berarti pengorbanan jiwa sebagaimana
yang telah dirasakan oleh para imam suci yang rela mengorbankan jiwa dan
raganya untuk Islam. Jihad juga dapat dalam bentuk pengorbanan harta yang
dimiliki untuk membantu sesama muslim yang menderita dan tertindas (Naim
2008:44). Hizbullah mengobarkan semangat jihad kepada semua anggota
pasukannya di Libanon, melalui media televisi dan radio yang dimilikinya.
Hizbullah menilai, kesyahidan yang disiarkan di media dapat menyemangati
56
seluruh rakyat Libanon. Mati syahid sebagai anugerah dari Allah SWT yang
diberikan kepada umatnya. Bagi Hizbullah, mati syahid di jalan Allah akan masuk
surga dan mendapatkan pahala. Selain itu, Hizbullah melakukan jihad9 dengan
menyisihkan sebagian harta mereka untuk memperbaiki nasib rakyat Libanon
pasca perang tahun 2006 (Angkasa 2006:56).
Jihad yang diusung oleh Hizbullah dalam bentuk membantu sesama
Muslim telah menjadi suatu hal yang suci. Para pemuda Libanon khususnya dan
pemuda muslim di dunia telah menjadikan Hizbullah sebagai teladan mereka.
Hizbullah mengajarkan keteguhan dan konsistensi dalam berjuang melawan
musuh serta menghadapi berbagai situasi dan isu politik (Rif’at 2007:1-30).
Hizbullah membentuk Jihad Al-Bina sebagai bentuk pelayanan sosial
kepada rakyat Libanon pasca perang tahun 2006. Jihad Al-Bina dibagi menjadi
tujuh komite, yang salah satu diantaranya adalah Komite Kesehatan Islam
Hizbullah, Komite Perlindungan Keungan Hizbullah, Komite Rekonstruksi,
Komite Lingkungan Hidup, Komite Pertanian, Komite Administrasi dan Teknis
(Nando 2009:160). Komite Kesehatan Islam Hizbullah membangun 2 rumah
sakit, beberapa balai pengobatan dan farmasi di daerah Beqaa, Beirut, dan
Libnaon Selatan. Rumah Sakit Dar Al-Hawra untuk wanita dan anak-anak,
selama setahun merawat dan memeriksa 59.255 wanita dan 10.490 anak-anak.
Sedangkan Komite Perlindungan Keuangan Hizbullah didanai oleh Iran untuk
kebutuhan keluarga yang meninggal dunia maupun luka-luka. Komite
rekonstruksi memelihara dan memperbaiki lebih dari 1000 daya listrik dan air di
9 Jihad Al-Bina
57
Beqaa hingga Libanon Selatan. Komite Lingkungan Hidup memelihara daerah
yang terkena dampak dari polusi yang diakibatkan oleh penggunaan senjata
berupa bom. Sementara Komite Pertanian mendirikan Koperasi Agrikultur yang
menjual benih tumbuhan, pupuk, dan alat-alat pertanian lainnya. Komite
Administrasi dan Teknis bertugas melakukan pendataan ke daerah-daerah yang
terkena dampak dari perang tahun 2006.
B. Strategi Hizbullah dalam Menghadapi Serangan Israel
Aksi yang dilakukan Israel pada perang melawan Hizbullah tahun 2006
merupakan suatu aksi yang tergolong besar, karena melibatkan begitu banyak
personil baik dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara.
Pengerahan tentara dalam jumlah besar juga diimbangi oleh persenjataan militer
Israel yang didukung oleh teknologi tinggi, sehingga membuat mereka sangat
tangguh. Namun, itu semua tidak membuat Hizbullah gentar dalam menghadapi
setiap serangan yang dilancarkan oleh pasukan Israel. Ideologi yang diterima oleh
para anggota Hizbullah merupakan pemicu semangat mereka dalam berjuang
menghadapi tentara Israel. Para pejuang Hizbullah hanya menggunakan roket dan
rudal dalam menghadapi tank-tank Merkava milik Angkatan Darat Israel dan
pesawat-pesawat tempur F16i yang membantu mereka untuk membombardir
basis-basis Hizbullah di Libanon Selatan.
Sejak berdirinya Hizbullah tahun 1985, tercatat sudah beberapa kali
Hizbullah menghadapi pertempuran dengan Israel. Baik itu pertempuran yang
bersifat fisik yang mengandung aksi militer dalam skala kecil maupun propaganda
58
melalui media-media yang berskala besar. Dalam menghadapi semua itu,
diperlukan strategi yang tepat untuk mengimbangi kekuatan Israel tersebut. Untuk
menganalisa hal tersebut, penulis mengungkapkan 2 strategi yang digunakan
Hizbullah dalam perang asimetris tahun 2006 yakni:
B.1. Operasi Kumulatif Roket Jarak Dekat-Jauh Hizbullah Vs
Serangan Udara Israel
Untuk menghadapi strategi serangan udara pasukan Israel pada tanggal 13
Juli 2006 sampai 13 Agustus 2006, Hizbullah menggunakan strategi operasi
kumulatif Roket jarak dekat-jauh ke wilayah-wilayah Israel terutama di Israel
Utara yang berbatasan dengan Libanon Selatan.
Jika di tarik ke belakang, peristiwa perang Israel-Hizbullah tahun 2006
dipicu oleh serangkaian insiden yaitu:
A. Pada tahun 2004 empat tokoh penting Libanon yang diantaranya adalag
Samir Kuntar, Nasim Nisr, Yahya Skaf, dan Ali Farran ditawan oleh
pasukan Israel.
B. Pada 25 Juni 2006, terjadi penyerangan dan penculikan kepada Kopral
Gilat Shalit di jalur Gaza. Peristiwa tersebut dilakukan oleh militan
Palestina yaitu Hamas. Ini dilakukan oleh Hamas sebagai alat diplomasi
untuk melakukan penukaran tawanan antara kopral Gilat Shalit dengan
empat tokoh Libanon yang pada tahun sebelumnya di tawan. Namun,
Israel tidak menanggapi hal tersebut dan memilih untuk tetap berperang.
59
C. Pada 28 Juni 2006, dua orang tentara Israel yaitu Ehud Goldwasser dan
Eldad Regev di culik oleh pasukan Hizbulah di Israel Utara yang
berbatasan dengan Libanon Selatan (Ari Yulianto 2010: 209).
Dari ketiga insiden tersebut, perang antara Israel dengan pasukan Hizbullah
masih terus berlangsung. Pada 12 Juli 2006 Hizbullah menjalankan strategi
kumulatif operasi roket jarak dekat-jauh ke wilayah Shelomi dan Zar’it Israel
Utara (Andrew Chadwick 2012). Serangan tersebut memicu dimulainya operasi
change of direction pada 13 Juli 2006. Israel melakukan blockade laut, serta udara
terhadap infrastruktur Libanon dan wilayah-wilayah yang menjadi tempat tinggal
pasukan Hizbullah. Ini dimaksudkan sebagai serangan balasan terhadap
penculikan dan penyerangan yang dilakukan oleh Hizbullah dan militant Palestina
pada insiden sebelumnya. Pada operasi roket jarak dekat ini, Hizbullah
menggunakan roket jenis Katyusha yang jangkauannya tidak lebih dari 20 km.
meskipun begitu, apabila serangan roket ini dilakukan dalam jumlah banyak10
,
maka dapat menimbulkan dampak yang sangat besar yaitu menghancurkan kota-
kota utama di wilayah Israel Utara yang berbatasan langsung dengan Libanon
Selatan.
Pada operasi ini, Hizbllah menempatkan roket-roketnya di dalam rumah-
rumah, gua, atau bunker-bunker yang telah disiapkan untuk menghadapi serangan
udara Israel. Operasi ini dilakukan oleh struktur komando unit roket Hizbullah
yang terdesentralisasi. Didalam struktur tersebut, masing-masing sel roket
Hizbullah diberikan otonomi khusus atau kekuasaan tersendiri untuk menjalankan
10
100-500 serangan dalam satu hari
60
aksi roketnya. Didalam bunker-bunker, rumah, atau gua, sel-sel ini meluncurkan
roket dengan leluasa. Serangan ini tidak diketahui oleh pasukan udara Israel.
Sehingga tingkat keberhasilan strategi roket jarak dekat Hizbullah dapat
maksimal.
Tabel IV. 1
Kronologi Serangan Roket Hizbullah
Tanggal Peristiwa
12 Juli 2006 Hizbullah melakukan serangan ke wilayah Shelomi dan Zar’it Israel
Utara
13 Juli 2006 Hizbullah menyerang kota Haifa Israel Utara, melukai 14 orang dan
1 orang tewas.
14 Juli 2006 Hizbullah menyerang kapal laut Sa’ar-5 INS Hanit dengan rudal anti
kapal C-802.
16 Juli 2006 Hizbullah menyerang kota Haifa, Acre, dan Nahariya dengan roket
Fajr-3 dan Ra’ad-1. 8 orang tewas akibat serangan tersebut. Roket
Hizbullah juga menghantam kota Shetula, Zar’it, Ghazar, Kibbutz
Ma’ayan Baruch, Meron dan Safed. Sasaran roket Hizbullah adalah
pos-pos pasukan Israel yang ada di perbatasan Libanon.
17 Juli 2006 Roket Hizbullah mengenai kota Haifa dan Atlit yang melukai 2
orang warga sipil Israel.
22 Juli 2006 Hizbullah menyerang Israel Utara dan melukai 16 orang tentara
Israel.
23 Juli 2006 Serangan Hizbullah masih ditujukan ke kota Haifa yang
mengakibatkan 2 orang tewas dan 70 orang luka-luka.
24 juli 2006 Pasukan Hizbullah menyergap pasukan Israel di wilayah Bint Jibeil
yang menewaskan 2 orang tentara dan melukai 20 orang tentara.
27 Juli 2006 Hizbullah masih melancarkan serangan 100 roket Katyusha ke
wilayah Israel Utara dari Galilee sampai Hula Valley dan melukai
13 orang.
28 Juli 2006 Hizbullah melakukan serangan 100 roket Khaibar-1ke kota Aufa.
1 Agustus 2006 Terjadi pertempuran antara pasukan Israel dengan pasukan
Hizbullah di Ayta-Al-chaab. Insiden tersebut menewaskan 3 orang
tentara Israel dan menghancurkan 1 tank Merkava. Hizbullah juga
meluncurkan 5 roket ke kota Rosh Hanikra dan Ma’alot.
4 Agustus 2006 Roket Hizbullah menghantam kota Hadera Israel Utara.
Sumber: diolah dari Ari Yulianto 2010
Roket yang digunakan oleh Hizbullah selama perang harus menyesuaikan
dengan medan pertempuran. Roket ini dikelompokkan berdasarkan
61
lingkungannya, yaitu perkotaan seperti Beirut dan kota-kota besar lainnya di
Libanon Selatan yang memiliki medan sempit; pedesaan atau pegunungan yang
memiliki medan luas. Di daerah perkotaan, pasukan Hizbullah akan memakai
roket dengan jenis yang lebih ringan, kecil dan dapat dibawa oleh orang-per
orang. Sehingga memudahkan gerak tempur pasukan Hizbullah. Selain jenis roket
yang lebih ringan, jarak tempuh juga relatif lebih dekat hanya mencapai 20 km.
Sedangkan untuk medan berupa pedesaan atau pegunungan, Hizbullah
menggunakan roket dengan jenis yang lebih besar berupa platform truk atau mobil
dan memiliki jarak tempur serangan mencapai 210 km. Roket jenis ini digunakan
pada strategi kumulatif operasi jarak menengah-jauh yang akan dipaparkan lebih
dalam berikut ini:
Selama perang berlangsung, seperti penjelasan kronologi diatas, pasukan
Hizbullah juga menjalankan pertempuran dengan strategi operasi roket jarak
menengah dan jauh. Operasi tersebut menggunakan roket Fajr, Zelzal, dan
Khaibar yang dipasok dari Iran dan Suriah. Roket-roket tersebut dapat
menjangkau hingga 210 km.
Dampak yang ingin didapatkan dari operasi tersebut adalah Hizbullah
ingin menunjukkan kepada Israel bahwa Hizbullah juga memiliki kemampuan
untuk menyerang penduduk sipil di kota-kota besar di wilayah Israel. Namun,
Hizbullah harus menyesuaikan teknologi roket dengan kondisi wilayah yang ingin
dituju. Seperti roket Zelzal dan Fajr yang memiliki Platform mobil berupa truk
besar sebagai tenaga pendorongnya untuk meluncurkan roket tersebut11
.
11
Dapat di lihat di lampiran II
62
Selain kelebihan dari jarak jangkau yang dimilikinya, roket-roket tersebut
juga memiliki kelemahan. Roket-roket tersebut tidak dapat dibawa ke daerah atau
medan yang sempit. Ini dikarenakan postur roket-roket tersebut sangatlah besar,
sehingga harus di letakkan di tempat yang luas, sehingga membatasi ruang gerak
pasukan Hizbullah untuk melakukan serangan. Keberadaan roket-roket tersebut
dapat terlihat oleh pasukan Israel, dan mengancam keberadaannya.
Zona peluncuran roket Hizbullah di bagi menjadi tiga daerah, yaitu:
1. Kota Tyre tujuannya adalah penduduk Israel yang tinggal di kawasan
Utara dan kota-kota utama Israel seperti Haifa
2. Lembah beqaa tujuannya adalah pasukan Israel disekitar dataran Golan
3. Di Utara Sungai Litani tujuannya adalah Selatan Israel.
B.2. Strategi Squental Hizbullah Vs Serangan Darat Gabungan Israel
Kemudian, tanggal 17 Juli Sampai 10 Agustus 2006, dalam menghadapi
serangan dari berbagai pasukan elemen Angkatan Darat Israel yang tergabung
dalam satu divisi yaitu Korps Lapis baja, Infantri, dan Artileri, Hizbullah
menjalankan strategi serangan sequental12
yang terdiri dari unit-unit kecil yang
memiliki sistem komando yang terdesentralisasi berdasarkan wilayah
serangannya. Unit-unit kecil ini membutuhkan sistem komunikasi serta
pengendalian agar setiap unit-unit ini dapat melakukan serangan pada saat yang
bersamaan. Dengan kemajuan perkembangan teknologi, memungkinkan
meningkatnya efektifitas serangan pada unit-unit ini.
12
Penerapan strateginya satu langkah dengan langkah strategi berikutnya tidak dapat
dipisahkan
63
Di dalam unit-unit kecil tersebut, harus dilakukan serangan secara
kontinuitas agar keberhasilan serangan kepada musuh yang memiliki jumlah
kuantitas dan kualitas kekuatan yang lebih besar dalam hal ini Israel dapat
terlaksana dengan baik. Pada unit-unit kecil ini terdiri dari 3-5 orang dan
menggunakan senjata Antitank. Unit-unit ini mempertahankan proses kontinuitas
dengan memaksimalkan kekuatan dari personel Hizbullah beserta dukungan dari
masyarakat Libanon untuk memperlambat adanya penetrasi dari serangan ganda
Angkatan Darat Israel.
Hasil dari serangan yang dilakukan oleh pasukan ganda Angkatan Darat
Israel kepada unit-unit kecil Hizbullah dimenangkan oleh Hizbullah. Ini
disebabkan oleh faktor kemampuan organisasi pada sistem komando Hizbullah
dalam menggabungkan strateginya dengan kondisi lingkungan di Libanon yang
dapat menyeimbangkan keunggulan asimetris dari kualitas dan kuantitas yang
dimiliki oleh pasukan Israel.
Masyarakat internasional tidak ada yang dapat mengira bahwa Hizbullah
akan memenangkan pertempuran ini. Ini dikarenakan yang dihadapi oleh
Hizbullah adalah Israel. Sebagaimana diketahui oleh banyak orang, Israel
memiliki kekuatan militer dengan reputasi tempur yang sudah terkenal di dunia.
Dari segi persenjataan yang dimiliki oleh Israel, tidak seimbang dengan yang
dimiliki oleh Hizbullah. Israel memiliki persenjataan yang berteknologi mutakhir
serta berkapasitas tidak terduga. Dari roket, rudal, tank, pesawat tempur,
helikopter, kapal perang, artileri senapan, hingga bom dimiliki oleh Israel.
Sedangkan Hizbullah, hanyalah salah satu partai yang berkuasa di Libanon yang
64
memiliki pasukan tidak lebih dari 6000 jiwa. Persenjataan yang dimiliki Hizbullah
hanya sebatas roket, rudal, senjata anti tank, senjata anti kapal, dan kekuatan dari
media massa. Dengan demikian, perang tahun 2006 kala itu dikatakan sebagai
perang asimetris.
Namun, fakta yang terjadi di lapangan dan logika pemikiran tidak dapat
disatukan. Hasilnya, dengan kecerdasan dan strategi perang yang direncanakan
secara matang, serta dukungan dari penduduk Libanon, Hizbullah dapat mencapai
kemenangan. Hizbullah telah mengukir kemenangan dengan menghancurkan
tank-tank dan pesawat tempur yang menjadi andalan Negara Israel. Ini menuai
simpati dari masyarakat internasional dan memberikan inspirasi kepada Negara-
Negara Arab lainnya.
Asumsi kemenangan Hizbullah ini dapat dilihat dari beberapa indikator
yaitu:
1. Beberapa jenis kendaraan yang menjadi andalan Israel hancur dan rusak
terkena roket dan rudal milik Hizbullah. Kendaraan tersebut adalah tank
Merkava, pesawat tempur F16i, helikopter AH-64, kapal laut Sa’ar 4,
beberapa kendaraan pengangkut personel Israel, dan beberapa artileri.
2. Israel pada tanggal 29 Juli 2006 muai menarik mundur pasukannya. Ini
menjadi pertanda bahwa, Israel tidak mampu menghadapi serangan dari
pasukan Hizbullah. Pasukan Israel mengalami kesulitan untuk memaksa
pasukan Hizbullah keluar dari wilayah-wilayah perbatasan seperti Bint
Jbeil Libnon Selatan. Di wilayah Bint Jbeil, pasukan Israel mengalami
banyak kekalahan dalam hal personel dan kendaraan tempurnya. 30 tank
65
Merkava rusak dan hancur oleh roket dan senjata anti tank milik
Hizbullah. Hingga tanggal 6 Agustus 2006, Israel masih mengalami
kehilangan jumlah personelnya. 12 tentara Israel tewas akibat serangan
roket Katyusha di Kfar Giladi, Israel.
Meskipun Resolusi telah diberlakukan, tetapi, selama pelanggaran di
masing-masing pihak masih ada, konflik antara Israel-Hizbullah kemungkinan
akan terus berlangsung. Pasca diberlakukannya genjatan senjata oleh PBB, konflik
kembali pecah. Empat buah mortir ditembakkan dari wilayah Libanon ke wilayah
Israel. Kemudian, pada tanggal 15 Agustus 2006, terjadi pertempuran antara
pejuang Hizbullah dengan tentara Israel yang berada di perbatasan Libanon
Selatan dengan Israel. Pada tanggal 18 Agustus 2006, pesawat tempur Israel
menjatuhkan bom di wilayah Baalbeek. Kemudian Hizbullah membalas serangan
tersebut dengan menembakkan roketnya ke wilayah Israel Utara. Tanggal 19
Agustus, pasukan Israel menyerang ke wilayah Beka Valey. Pada tanggal 8
Januari 2008, Hizbullah menyerang kota Shilomi dengan menggunakan roket
Katyusha (Ari Yulianto 2010:273).
Meskipun sejumlah konflik antara pihak Israel-Hizbullah masih terus terjadi
pasca genjatan senjata tahun 2006, namun, tidak menimbulkan konflik besar
seperti tahun 2006 lalu.
66
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, perang antara Israel
dengan Hizbullah terjadi dari tanggal 12 Juli sampai 13 Agustus 2006. Perang ini
berakhir setelah diberlakukannya Genjatan Senjata oleh PBB pada 13 Agustus
2006. Perang ini menimbulkan dampak yang negatif baik berupa korban jiwa,
kehancuran infrastruktur maupun kerusakan lingkungan di Negara Israel dan
Libanon.
Berbagai peristiwa telah menjadikan Negara Libanon miskin, hancur,
tertutup untuk dunia luar. Tidak ada turis asing yang mau berdatangan lagi pasca
invasi Israel tahun 1982-2000. Namun, Libanon kembali bangkit dengan bantuan
yang diberikan oleh gerakan perlawanan Hizbullah. Belum beberapa lama
Libanon membangun kembali negaranya yang hancur. Insiden penyerangan dan
penculikan yang dilakukan oleh Israel telah mengundang keprihatinan sejumlah
ulama untuk membentuk sebuah gerakan perlawanan. Tujuannya adalah
mengakhiri kesengsaraan di tanah air tercintanya Libanon. Lahirlah sebuah
organisasi, kelompok, gerakan perlawanan yang di berinama Hizbullah. Dengan
melihat sejumlah insiden yang terjadi di Libanon, Hizbullah melakukan sejumlah
aksi protes dengan melakukan penyerangan kepada Negara Israel. Aksi tersebut
berlanjut dengan perang yang berlangsung selama 34 hari.
Dalam perang Israel-Hizbullah tahun 2006 ini, tidak ada satu pun orang di
dunia yang dapat mengira bahwa Hizbullah akan memenangkan pertempuran ini.
67
Ini dikarenakan yang dihadapi oleh Hizbullah adalah Israel. Sebagaimana
diketahui oleh banyak orang, Israel memiliki kekuatan militer dengan reputasi
tempur yang sudah terkenal di dunia. Dari segi persenjataan yang dimiliki oleh
Israel, tidak seimbang dengan yang dimiliki oleh Hizbullah. Israel memiliki
persenjataan yang berteknologi mutakhir serta berkapasitas tidak terduga. Dari
roket, rudal, tank, pesawat tempur, helikopter, kapal perang, artileri senapan,
hingga bom dimiliki oleh Israel. Sedangkan Hizbullah, hanyalah salah satu partai
yang berkuasa di Libanon yang memiliki pasukan tidak lebih dari 6000 jiwa.
Persenjataan yang dimiliki Hizbullah hanya sebatas roket, rudal, senjata anti tank,
senjata anti kapal, dan kekuatan dari media massa. Dengan demikian, perang
tahun 2006 kala itu dikatakan sebagai perang asimetris.
Namun, fakta yang terjadi di lapangan dan logika pemikiran tidak dapat
disatukan. Hasilnya, dengan kecerdasan dan strategi perang yang direncanakan
secara matang, serta dukungan dari penduduk Libanon, Hizbullah dapat mencapai
kemenangan. Kemenangan Hizbullah juga karena faktor kepercayaannya kepada
jihad yaitu ideologi dasar Hizbullah yang dijadikan sebagai motifasi untuk
berjuang melawan penindasan dari Negara Israel. Bagi Hizbullah, mati syahid
atau mati di jalan Allah SWT akan mendapatkan pahala dan surga adalah balasan
untuk orang-orang yang berjihad. Hizbullah telah mengukir kemenangan dengan
menghancurkan tank-tank dan pesawat tempur yang menjadi andalan Negara
Israel. Ini menuai simpati dari masyarakat internasional dan memberikan inspirasi
kepada Negara-Negara Arab lainnya.
68
Daftar Pustaka
Buku:
Ahmad, Rif’at Sayyid. 2007. Hizbullah Denyut Perlawanan dan Rahasia
Kekuatan. Jakarta: Pustaka IIman
Baskara, Nando. 2009. Gerilyawan-Gerilyawan Militan Islam. Yogyakarta:
Narasi
Koya, Abdarrahman. 2006. Hizbullah Menangtang Zionisme. Jakarta: Hikmah
Noer, Deliar. 1983. Ideologi Politik dan Pembangunan. Jakarta: Yayasan
Perkhidmatan
Qassem, Naim. 2008. Blue Print Hizbullah: Rahasia Manajemen Ormas Islam
Tersukses di Dunia. Jakarta: PT. Cahaya Insan Suci
Rahayu, Minto. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan: Perjuangan Menghidupi
Jati Diri Bangsa, Jakarta: Grasindo
Syam, Firdaus. 2007. Politik Pemikiran Barat: Sejarah, Filsafat, Ideologi dan
Pengaruhnya Terhadap Dunia ke 3. Jakarta: Bumi Aksara
Syariati, Ali. 1982. Tugas Cendikiawan Muslim. Yogyakarta: Salahudin Press
Rudi, T. May. 2002. Studi Strategis dalam Transformasi Sistem Internasional
Pasca Perang Dingin. Bandung: Refika
Yulianto, Mayor Ari. 2010. Lebanon: Pra dan Pasca Perang 34 Hari Israel vs
Hizbullah. Jakarta: Gramedia,
Nurul zuriah. 2007. Metodelogi Peneltian Sosial dan Pendidikan: Teori Aplikasi.
Jakarta: PT Bumi Aksara
69
Emy susanty hendarso. 2007. Penelitian Kualitatif: Sebuah Pengantar, dalam
Bagong Suyanto dan Sutinah (ed). Metodelogi Penelitian Sosial; Berbagai
Alternative Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Majalah:
Angkasa. Edisi koleksi Angkasa XXXVI. Jakarta: PT. Gramedia
Diplomasi no.33 tahun III, tgl 15 Juli-14 Agustus 2010
Website:
Akbarzadeh, Shahram. Hezbollah's risky act of terror. Dalam
http://www.abc.net.au/unleashed/4506592.html. Diakses pada tanggal 1 Mei
2013
Arkin, William M. Divine Victory for Whom? Airpower in the 2006 Israel-
Hezbollah War. Dalam http://www.au.af.mil/Strategic Studies
Quarterly/2007. Diakses pada tanggal 2 Mei 2013
Buffaloe L David. 2006. Defining Asymmetric Warfare. Land Warfare Paper
No.58. The Institute of Land Warfare Association of tha United States
Army.Dalam http://www.ausa.org/SiteCollectionDocuments/ILW%20Web-
ExclusivePubs/Land%20Warfare%20Papers/LWP_58.pdf. Diakses pada
tanggal 20 Pebruari 2013
Chadwick, Andrew. 2012. The 2006 Lebanon War : A Short History. Dalam
http://smallwarsjournal.com/jrnl/art/the-2006-lebanon-war-a-short-history.
Diakses pada tanggal 15 Pebruari 2013
70
Catignani, Dr. Sergio. PhD. The Israel-Hezbollah Rocket War: A Preliminary
Assessment, the Journal of strategic studies, terrorism& political violence,
parameters London. Dalam http://www.globalstrategyforum.org. Diakses
pada tanggal 18 April 2013
CBS. The Central Bureau of Statistics, 2013, Dalam
http://www1.cbs.gov.il/www/publications09/about/aboutcbs_e.htm. Diakses
pada tanggal 27 Agustus 2013
CIA. Lebanon, 13 Agustus 2013. Dalam
https://www.cia.gov/library/publications/the-world- factbook/geos/le.html.
Diakses pada tanggal 29 Agustus 2013
Clausewitz, Carl Von. On War, trans. James John Graham. Dalam
http://www.clausewitz.com/readings/OnWar1873/BK3ch01.html. Diakses
pada tanggal 04-02-2013
CNN. 2006. Hezbollah’s secret weapon, CNN. Dalam
http://www.cnn.com/2006/world/meast/07/24/schuster.hezbollah/index.html
. Diakses pada tanggal 25 Juli 2013
Cobban, Helena. The 33-Day War; Hizbullah’s victory, Israel’s choice, Desember
2006, Mafhoum. http://www.mafhoum.com/press10/291P10.htm. Diakses
pada tanggal 03 Desember 2012
Country Studies. Invasi Israel ke Libanon. Dalam
http://countrystudies.us/lebanon/104.htm. Diakses pada tanggal 02 Pebruari
2013
71
Consulado de Israel. Political Structure. Dalam
http://www.consuladodeisrael.com/government/political-structure.aspx.
Diakses pada tanggal 25 Nopember 2013
Exum, Andrew. Hizbullah at War; A Military Assessment, Policy Focus 63,
Desember 2006, The Washington Institute for Near East Policy. Dalam
http://www.Washingtoninstitute.org. Diakses pada tanggal 18 April 2013
Factor, Military. 2013. Israeli Tank. Dalam
http://www.militaryfactory.com/armor/israeli-tanks.asp. Diakses pada
tanggal 12 Pebruari 2013
FAS. 2013. Missile C-802. Dalam http://www.fas.org/man/dod-
101/sys/missile/row/c-802.htm. Diakses pada tanggal 14 Juli 2013
Ganon, Kathy. Tyre hospital treats Hezbollah fighters. 2006. Dalam
http://seattlepi.nwsource.com/national/1107AP_mideast_fighting_treating_h
ezbollah.html. Diakses pada tanggal 13 Agustus 2013
Ghorayeb, Amal Saad-. Hizbollah Project Last War Next War.
http://www.opendemocracy.net/article/the-hizbollah-project-last-war-next-
war. Diakses pada tanggal 10 Pebruari 2013
Go Israel. Geography & Nature in Israel, 2011. Dalam
http://www.goisrael.com/Tourism_Eng/Tourist%20Information/Discover%
20Israel/Pages/Geography%20and%20Nature.aspx. Diakses pada tanggal
27 Juni 2013
Gov, State. Lebanon Profile. Dalam http://www.state.gov/p/nea/ci/c2414.htm.
Diakses pada tanggal 22 Agustus 2013
72
Global Research. Remembering in Sabra and Satila Massacre. Dalam
http://www.globalresearch.ca/remembering-the-sabra-and-shatila-
massacre/5350020. Diakses pada tanggal 24 Nopember 2013
Global Security. Operation Accountability. Dalam
http://www.globalsecurity.org/military/world/war/lebanon-
accountability.htm. Diakses pada tanggal 22 Nopember 2013
HRW. 2006. Lebanon:Hezbollah Rocket Attacks on Haifa Designed to Kill
Civilians. Dalam http://www.hrw.org/news/2006/07/17/lebanon-hezbollah-
rocket-attacks-haifa-designed-kill-civilians. Diakses pada tanggal 23
Nopember 2013
IAF. 2013. Helicopter. Dalam http://www.iaf.org.il/211-en/IAF.aspx. Diakses
pada tanggal 12 Juli 2013
IBCR. Country profile of Lebanon: A Review of the Implementation of the UN
Convention on the Rights of the Child, August 2011. Dalam
http://www.ibcr.org/editor/assets/Country%20profile%20Lebanon.pdf.
Diakses pada tanggal 26 Juni 2013
INSS. Israel. 2010. The Institute for National Security Studies. Dalam
Http://cdn.www.inss.org.il.reblazecdn.net/upload/%28FILE%29128498615
1.pdf. Diakses pada tanggal 02 Pebruari 2013
ISR. The 1982 invasion of Lebanon. Dalam
http://www.isreview.org/issues/50/Lebanon1982.shtml. Diakses pada
tanggal 25 Nopember 2013
73
Israel National News. 30 Year Anniversary of Operation Peace for Galilee.
Dalam
http://www.israelnationalnews.com/News/News.aspx/156645#.UpWFGicR
BfA. Diakses pada tanggal 25 Nopember 2013
Jewish Virtual library. The Israel Government. Dalam
http://www.jewishvirtuallibrary.org/jsource/Politics/how_govt_works.html.
Diakses pada tanggal 25 Nopember 2013
Knesset. Knesset. Dalam
http://www.knesset.gov.il/description/eng/eng_work_org.htm. Diakses pada
tanggal 25 Nopember 2013
Kompas. Perang Asimetri di Libya, dipublikasikan pada 24 Maret 2011, dalam
http://internasional.kompas.com/read/2011/03/24/04140395/. Diakses pada
tanggal 10-09-2012
Krauthammer, Charles. Hezbollah victory, 1 September 2006.
http://www.washingtonpost.com/wpdyn/content/article/2006/08/31/AR2006
0831014444.html. Diakses pada tanggal 1 Mei 2013
Lebanon. Country Libanon, 2009. Dalam
Http://www.lebanonembassyus.org/country_lebanon/overview.html.
Diakses pada tanggal 26 Juni 2013
Lebanese Constitution. Dalam
Http://www.conseilconstitutionnelliban.com/pdf/Lebanese%20constitution.
pdf. Diakses pada tanggal 25 Nopember 2013
74
Lebanon Ethnic Group. Dalam http://www.lebanonmonitor.com/cms/index.php.
Diakses pada tanggal 25 Nopember 2013
Kelly, James. 1983. A House Divided: Hope grows dimmer for unifying Lebanon.
Dalamhttp://content.time.com/time/magazine/article/0,9171,955173-
1,00.html. Diakses pada tanggal 23 Nopember 2013
LGIC. History of Lebanon. Dalam
http://www.lgic.org/en/history_lebanon1516.php. Diakses pada tanggal 25
Nopember 2013
Mahajan, Rahul. Hizbullah's Victory. http://www.politicalaffairs.net/hizbullah-s-
victory/. Diakses pada tanggal 1 Mei 2013
MFA. About Israel: THE LAND: Geography and Climate. Dalam
http://www.mfa.gov.il/mfa/aboutisrael/land/pages/the%20land%20geograph
y%20and%0climate.aspx. Diakses pada tanggal 26 Juni 2013
Makovsky, David and Jeffrey White. Oktober 2006. Lessons and Implications of
the Israel-Hizballah War: A Preliminary Assessment. Dalam
http://www.washingtoninstitute.org/uploads/Documents/pubs/PolicyFocus6
0.pdf. Diakses pada tanggal 20 Pebruari 2013
Missile Threat. China-Iran: A Limited Partnership. Dalam
http://missilethreat.wpengine.netdna-cdn.com/wp-
content/uploads/2012/12/USCC_China-Iran-Report-Nov-28.pdf. Diakses
pada tanggal 20 Nopember 2013
75
Morrison, David. Lebanon: Hezbollah Wins, November 2006. Dalam
http://www.david-morrison.org.uk/lebanon/hezbollah-wins.pdf. Diakses
pada tanggal 20 Pebruari 2013
Nations Online. State of Israel, 2013. Dalam
http://www.nationsonline.org/oneworld/israel.htm. Diakses pada tanggal 27
Agustus 2013
New York Times. 2006. Inquiry Opened Into Israeli Use of U.S. Bombs. Dalam
http://www.nytimes.com/2006/08/25/world/middleeast/25cluster.html?_r=0.
Diakses pada tanggal 25 Nopember 2013
____. 1988. Israeli Aircraft Attack South Lebanon Towns. Dalam
http://www.nytimes.com/1988/01/03/world/israeli-aircraft-attack-south-
lebanon-towns.html. Diakses pada tanggal 22 Nopember 2013
PBS. Declaration of Israel’s Independence 1948. Dalam
http://www.pbs.org/wgbh/americanexperience/features/primary-
resources/truman-israel/. Diakses pada tanggal 25 Nopember 2013
Rabil. G Robert. HEZBOLLAH, THE ISLAMIC ASSOCIATION AND
LEBANON'S CONFESSIONAL SYSTEM Al-Infitah and Lebanonization.
DalamHttp://ejournals.bc.edu/ojs/index.php/levantine/article/download/215
1/1794. Diakses pada tanggal 23 Nopember 2013
Recognition, Army. Israeli MLRS. Dalam
http://www.armyrecognition.com/march_2012_new_army_military_defence
_industry/israeli_army_will_buy_new_longrange_mlrs_multiple_launch_ro
cket_system_1503124.html. Diakses pada tanggal 12 Pebruari 2013
76
Roger Darlington. Israel Poitical System. Dalam
http://www.rogerdarlington.me.uk/Israelipoliticalsystem.html. Diakses pada
tanggal 25 Nopember 2013
Sihbudi, Riza. Dinamika Islam Politik Kontemporer: Studi Kasus Gerakan
Revivalisme Islam di Palestina, Lebanon, Turki, dan Aljazair. Dalam
http://www.pustaka2.ristek.go.id/264.Pdf. Diakses pada tanggal 10 Maret
2013
Shapir, Yiftah. The Middle East Military Balance 2006, Jaffee Center for
Strategic Studies. http://www.tau.ac.il/jcss/balance/israel.pdf. Diakses pada
tanggal 18 April 2013
Starr, Barbara. 14 Juli 2006. Israeli Warplanes Hit Beirut Suburb. CNN. Dalam
Http://edition.cnn.com/2006/WORLD/meast/07/13/mideast/. Diakses pada
tanggal 02 Pebruari 2013
Stinson, Jeffrey. Lebanese Infrastructure Damage. 2006. Dalam
http://usatoday30.usatoday.com/news/world/2006-08-07-lebanon-
damage_x.htm. Diakses pada tanggal 03 Pebruari 2013
Shevtsov, Andriy. Environtmental implications of the 2006 Israel-Lebanon
conflict. 2007. Dalam http://www1.american.edu/ted/ice/Lebanon-war.htm.
Diakses pada tanggal 02 Pebruari 2013
Technology, Army. Anti tank Israeli. Dalam http://www.army-
technology.com/projects/gill/. Diakses pada tanggal 13 Maret 2013
77
Tekno Kompas, 2008, dipublikasikan pada tanggal 7 Oktober 2008. Dalam
http://tekno.kompas.com/read/2008/07/10/21091857/perang.asimetris.bentu
k.perang.baru. Diakses pada tanggal 25-09-2013
The US Army. 2006. Hezbollah's Employment of Suicide Bombing During the
1980s: The Theological, Political, and Operational Development of a New
Tactic.Dalamhttp://www.army.mil/professionalWriting/volumes/volume4/n
ovember_2006/11_06_1.html. Diakses pada tanggal 22 Nopember 2013
Tur, Ozlem. The Lebanese War of 2006: Reasons and Consequences, 2012.
Dalam http://sam.gov.tr/wp-content/uploads/2012/02/OzlemTur.pdf.
Diakses pada tanggal 27 Oktober 2013
UN. UNIFIL Background. Dalam
http://www.un.org/en/peacekeeping/missions/unifil/background.shtml.
Diakses pada tanggal 25 Nopember 2013
Way, Sergyi. Asymmetric Warfare, dipublikasikan pada tanggal 31.07.2008.
Dalam http://www.army-guide.com/eng/article/article_1110.html. Diakses
pada tanggal 24 april 2012
Weapon, Israeli. 2013. Israel Artillery. Dalam http://www.israeli-
weapons.com/israeli_weapons_vehicles_artillery.html. Diakses pada
tanggal 13 Pebruari 2013
World Atlas. Dalam
http://www.worldatlas.com/webimage/countrys/asia/lgcolor/lbcolor.gif.
Diakses pada tanggal 27 Oktober 2013
78
Yemma, John. 1982, Lebanon suffers heavy casualties from seven years of civil
war and Israel's invasion, dalam
http://www.csmonitor.com/1982/1118/111839.html, diakses pada tanggal 1
November 2013
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran I
Bagan III.1
Struktur Komando Hizbullah
Sumber: David Makovsky and Jeffrey White, Lessons and Implications of the
Israel-Hizballah War : A Preliminary Assessment, Policy Focus 60, The
Washington Institute for Near East Policy, October 2006.hal 39
Komando Pusat
(Hasan Nasrallah)
Komando Barat
Komando Timur
Komando Rudal Jarak Jauh
Anggota
Senior
Hizbullah
Anggota
Senior
Hizbullah
Sel
Milisi
Lokal
Sel
Roket
Jarak
Dekat
Sel
Pasukan
Khusus
Sel
Milisi
Lokal
Sel
Roket
Jarak
Dekat
Sel
Roket
Zelzal
Sel
Roket
Nazeat
Anggota
Senior
Hizbullah
Sel
Pasukan
Khusus
Lampiran II
Gambar Roket dan Rudal Hizbullah
Sumber: http://www.aerospaceweb.org/question/weapons/q0279.shtml
Katyusha
Sumber: http://www.mefacts.com/cached.asp?x_id=11723
Naziyat
Sumber: http://defence.pk/threads/history-of-iranian-missiles-and-rockets.227673/
Zelzal
Sumber: http://defence.pk/threads/history-of-iranian-missiles-and-rockets.227673/
Fateh
Sumber: defence.pk/threads/history-of-iranian-missiles-and-rockets.227673/
Senjata anti tank kornet at-14
Sumber: http://www.army-technology.com/projects/kornet/
Senjata anti tank Konkurs at-5
Sumber:
http://www.armyrecognition.com/russia_russian_army_light_heavy_weapons_uk/
at-5_spandrel_9k113_konkurs_konkurs-m_anti-
tank_missile_technical_data_sheet_specifications_pictures.html
Senjata anti tank Metis M at-13
Sumber: http://www.army-guide.com/eng/product1997.html
Sagger at-3
Sumber:
http://www.armyrecognition.com/russia_russian_missile_system_vehicle_uk/at-
3_sagger_9k11_malyutka_anti-
tank_missile_technical_data_sheet_specifications_information_uk.html
Anti tank Fagot at-4
Sumber: http://www.fas.org/man/dod-101/sys/land/row/at4spigot.htm
Anti tank TOW
Sumber: http://www.army-technology.com/projects/tow/
Anti tank RPG-7
Sumber: http://www.army-guide.com/eng/product3273.html
Rudal anti kapal C-802 dan C-701
Sumber: http://indomiliter.com/2011/06/27/c-802-rudal-penebar-maut-dari-cina/
Sunber: http://www.ausairpower.net/APA-PLA-Cruise-Missiles.html
Lampiran III
Zona Peluncur Roket Hizbullah
Sumber: Uzi Rubin. The rocket campaign against Israel during the 2006 Lebanon
war. The Begin Sadat Center for Strategic Studies. Bar-llan University. Midle
East security and Policy Studies. No. 71. Dalam
http://biu.ac.il/soc/besa/MSPS71.pdf
Lampiran IV
Dampak kerusakan lingkungan di Libanon
Sumber: http://www1.american.edu/ted/ice/lebanon-war.htm
http://www.haaretz.com/print-edition/opinion/why-i-opposed-israel-s-withdrawal-
from-lebanon-1.291383
Lampiran V
Persenjataan Israel
Tank Merkava dan M60 A3
http://www.army-technology.com/projects/merkava4/M60a3
Magach -7
Sumber: http://www.israeli-
weapons.com/weapons/vehicles/tanks/magach/magach_7.htm
M-48 A5
Sumber: http://www.militaryfactory.com/armor/detail.asp?armor_id=29
Achzarit
Sumber: http://www.israeli-
weapons.com/weapons/vehicles/armored_personnel_carriers/achzarit/Achzarit.ht
ml
Lampiran VI
RESOLUSI DK PBB 1701
11 August 2006
Security Council
SC/8808
Security Council
5511th
Meeting (Night)
SECURITY COUNCIL CALLS FOR END TO HOSTILITIES
BETWEEN HIZBOLLAH, ISRAEL,
UNANIMOUSLY ADOPTING RESOLUTION 1701 (2006)
Permanent Ceasefire to Be Based on Creation
Of Buffer Zone Free of Armed Personnel Other than UN, Lebanese
Forces
Resolution
The full text of Security Council resolution 1701 (2006) reads as follows:
“The Security Council,
“Recalling all its previous resolutions on Lebanon, in particular resolutions
425 (1978), 426 (1978), 520 (1982), 1559 (2004), 1655 (2006) 1680 (2006) and
1697 (2006), as well as the statements of its President on the situation in Lebanon,
in particular the statements of 18 June 2000 (S/PRST/2000/21), of 19 October
2004 (S/PRST/2004/36), of 4 May 2005 (S/PRST/2005/17), of 23 January 2006
(S/PRST/2006/3) and of 30 July 2006 (S/PRST/2006/35),
“Expressing its utmost concern at the continuing escalation of hostilities in
Lebanon and in Israel since Hizbollah’s attack on Israel on 12 July 2006, which
has already caused hundreds of deaths and injuries on both sides, extensive
damage to civilian infrastructure and hundreds of thousands of internally
displaced persons,
“Emphasizing the need for an end of violence, but at the same time
emphasizing the need to address urgently the causes that have given rise to the
current crisis, including by the unconditional release of the abducted Israeli
soldiers,
“Mindful of the sensitivity of the issue of prisoners and encouraging the
efforts aimed at urgently settling the issue of the Lebanese prisoners detained in
Israel,
“Welcoming the efforts of the Lebanese Prime Minister and the
commitment of the Government of Lebanon, in its seven-point plan, to extend its
authority over its territory, through its own legitimate armed forces, such that
there will be no weapons without the consent of the Government of Lebanon and
no authority other than that of the Government of Lebanon, welcoming also its
commitment to a United Nations force that is supplemented and enhanced in
numbers, equipment, mandate and scope of operation, and bearing in mind its
request in this plan for an immediate withdrawal of the Israeli forces from
southern Lebanon,
“Determined to act for this withdrawal to happen at the earliest,
“Taking due note of the proposals made in the seven-point plan regarding
the Shebaa farms area,
“Welcoming the unanimous decision by the Government of Lebanon on
7 August 2006 to deploy a Lebanese armed force of 15,000 troops in South
Lebanon as the Israeli army withdraws behind the Blue Line and to request the
assistance of additional forces from UNIFIL as needed, to facilitate the entry of
the Lebanese armed forces into the region and to restate its intention to strengthen
the Lebanese armed forces with material as needed to enable it to perform its
duties,
“Aware of its responsibilities to help secure a permanent ceasefire and a
long-term solution to the conflict,
“Determining that the situation in Lebanon constitutes a threat to
international peace and security,
“1. Calls for a full cessation of hostilities based upon, in particular, the
immediate cessation by Hizbollah of all attacks and the immediate cessation by
Israel of all offensive military operations;
“2. Upon full cessation of hostilities, calls upon the Government of
Lebanon and UNIFIL as authorized by paragraph 11 to deploy their forces
together throughout the South and calls upon the Government of Israel, as that
deployment begins, to withdraw all of its forces from southern Lebanon in
parallel;
“3. Emphasizes the importance of the extension of the control of the
Government of Lebanon over all Lebanese territory in accordance with the
provisions of resolution 1559 (2004) and resolution 1680 (2006), and of the
relevant provisions of the Taif Accords, for it to exercise its full sovereignty, so
that there will be no weapons without the consent of the Government of Lebanon
and no authority other than that of the Government of Lebanon;
“4. Reiterates its strong support for full respect for the Blue Line;
“5. Also reiterates its strong support, as recalled in all its previous
relevant resolutions, for the territorial integrity, sovereignty and political
independence of Lebanon within its internationally recognized borders, as
contemplated by the Israeli-Lebanese General Armistice Agreement of 23 March
1949;
“6. Calls on the international community to take immediate steps to
extend its financial and humanitarian assistance to the Lebanese people, including
through facilitating the safe return of displaced persons and, under the authority of
the Government of Lebanon, reopening airports and harbours, consistent with
paragraphs 14 and 15, and calls on it also to consider further assistance in the
future to contribute to the reconstruction and development of Lebanon;
“7. Affirms that all parties are responsible for ensuring that no action is
taken contrary to paragraph 1 that might adversely affect the search for a long-
term solution, humanitarian access to civilian populations, including safe passage
for humanitarian convoys, or the voluntary and safe return of displaced persons,
and calls on all parties to comply with this responsibility and to cooperate with the
Security Council;
“8. Calls for Israel and Lebanon to support a permanent ceasefire and a
long-term solution based on the following principles and elements:
-- full respect for the Blue Line by both parties;
-- security arrangements to prevent the resumption of hostilities, including
the establishment between the Blue Line and the Litani river of an area free of any
armed personnel, assets and weapons other than those of the Government of
Lebanon and of UNIFIL as authorized in paragraph 11, deployed in this area;
-- full implementation of the relevant provisions of the Taif Accords, and
of resolutions 1559 (2004) and 1680 (2006), that require the disarmament of all
armed groups in Lebanon, so that, pursuant to the Lebanese cabinet decision of 27
July 2006, there will be no weapons or authority in Lebanon other than that of the
Lebanese State;
-- no foreign forces in Lebanon without the consent of its Government;
-- no sales or supply of arms and related materiel to Lebanon except as
authorized by its Government;
-- provision to the United Nations of all remaining maps of land mines in
Lebanon in Israel’s possession;
“9. Invites the Secretary-General to support efforts to secure as soon as
possible agreements in principle from the Government of Lebanon and the
Government of Israel to the principles and elements for a long-term solution as set
forth in paragraph 8, and expresses its intention to be actively involved;
“10. Requests the Secretary-General to develop, in liaison with relevant
international actors and the concerned parties, proposals to implement the relevant
provisions of the Taif Accords, and resolutions 1559 (2004) and 1680 (2006),
including disarmament, and for delineation of the international borders of
Lebanon, especially in those areas where the border is disputed or uncertain,
including by dealing with the Shebaa farms area, and to present to the Security
Council those proposals within thirty days;
“11. Decides, in order to supplement and enhance the force in numbers,
equipment, mandate and scope of operations, to authorize an increase in the force
strength of UNIFIL to a maximum of 15,000 troops, and that the force shall, in
addition to carrying out its mandate under resolutions 425 and 426 (1978):
(a) Monitor the cessation of hostilities;
(b) Accompany and support the Lebanese armed forces as they deploy
throughout the South, including along the Blue Line, as Israel withdraws its armed
forces from Lebanon as provided in paragraph 2;
(c) Coordinate its activities related to paragraph 11 (b) with the
Government of Lebanon and the Government of Israel;
(d) Extend its assistance to help ensure humanitarian access to civilian
populations and the voluntary and safe return of displaced persons;
(e) Assist the Lebanese armed forces in taking steps towards the
establishment of the area as referred to in paragraph 8;
(f) Assist the Government of Lebanon, at its request, to implement
paragraph 14;
“12. Acting in support of a request from the Government of Lebanon to
deploy an international force to assist it to exercise its authority throughout the
territory, authorizes UNIFIL to take all necessary action in areas of deployment of
its forces and as it deems within its capabilities, to ensure that its area of
operations is not utilized for hostile activities of any kind, to resist attempts by
forceful means to prevent it from discharging its duties under the mandate of the
Security Council, and to protect United Nations personnel, facilities, installations
and equipment, ensure the security and freedom of movement of United Nations
personnel, humanitarian workers and, without prejudice to the responsibility of
the Government of Lebanon, to protect civilians under imminent threat of physical
violence;
“13. Requests the Secretary-General urgently to put in place measures to
ensure UNIFIL is able to carry out the functions envisaged in this resolution,
urges Member States to consider making appropriate contributions to UNIFIL and
to respond positively to requests for assistance from the Force, and expresses its
strong appreciation to those who have contributed to UNIFIL in the past;
“14. Calls upon the Government of Lebanon to secure its borders and
other entry points to prevent the entry in Lebanon without its consent of arms or
related materiel and requests UNIFIL as authorized in paragraph 11 to assist the
Government of Lebanon at its request;
“15. Decides further that all States shall take the necessary measures to
prevent, by their nationals or from their territories or using their flag vessels or
aircraft:
“(a) The sale or supply to any entity or individual in Lebanon of arms and
related materiel of all types, including weapons and ammunition, military vehicles
and equipment, paramilitary equipment, and spare parts for the aforementioned,
whether or not originating in their territories; and
“(b) The provision to any entity or individual in Lebanon of any technical
training or assistance related to the provision, manufacture, maintenance or use of
the items listed in subparagraph (a) above;
except that these prohibitions shall not apply to arms, related material,
training or assistance authorized by the Government of Lebanon or by UNIFIL as
authorized in paragraph 11;
“16. Decides to extend the mandate of UNIFIL until 31 August 2007, and
expresses its intention to consider in a later resolution further enhancements to the
mandate and other steps to contribute to the implementation of a permanent
ceasefire and a long-term solution;
“17. Requests the Secretary-General to report to the Council within one
week on the implementation of this resolution and subsequently on a regular
basis;
“18. Stresses the importance of, and the need to achieve, a
comprehensive, just and lasting peace in the Middle East, based on all its relevant
resolutions including its resolutions 242 (1967) of 22 November 1967, 338 (1973)
of 22 October 1973 and 1515 (2003) of 18 November 2003;
“19. Decides to remain actively seized of the matter.”