97
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting karena dari sektor inilah sebagian besar kebutuhan manusia dipenuhi. Oleh karena itu, pertanian perlu ditangani secara sungguh-sungguh sehingga dapat memberikan manfaat sesuai dengan kebutuhan manusia. Secara umum pertanian terdiri dari pertanian tanaman pangan, tanaman perkebunan, dan tanaman hortikultura. Hortikultura terdiri atas buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman biofarmaka. Tanamanhortikultura mempunyai sifat yang unik, yaitu mudah rusak dan pada umumnya dikonsumsi dalam keadaan segar, maka diperlukan perlakuan khusus dalam penanganannya. Pengembangan usaha di bidang hortikultura merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kontribusi sektor pertanian. Hal ini dipertimbangkan karena hortikultura merupakan sumber pertumbuhan ekonomi yang masih potensial dan belum sepenuhnya dimanfaatkan. Pengembangan komoditas hortikultura merupakan penggerak program diversifikasi, ekstensifikasi, intensifikasi, dan rehabilitasi pertanian yang merupakan inti dari kegiatan pembangunan pertanian. Salah satu komoditas hortikultura dari kelompok sayuran yang potensial untuk dikembangkan dan memilki prospek sangat potensial untuk dikembangkan adalah jamur tiram. Semakin banyaknya orang yang mengetahui dan sadar akan pentingnya nilai gizi yang terkandung dalam jamur tiram dan memiliki berbagai 1

strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

  • Upload
    vanmien

  • View
    244

  • Download
    9

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor yang penting karena dari sektor inilah

sebagian besar kebutuhan manusia dipenuhi. Oleh karena itu, pertanian perlu

ditangani secara sungguh-sungguh sehingga dapat memberikan manfaat sesuai

dengan kebutuhan manusia. Secara umum pertanian terdiri dari pertanian tanaman

pangan, tanaman perkebunan, dan tanaman hortikultura. Hortikultura terdiri atas

buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman biofarmaka.

Tanamanhortikultura mempunyai sifat yang unik, yaitu mudah rusak dan pada

umumnya dikonsumsi dalam keadaan segar, maka diperlukan perlakuan khusus

dalam penanganannya.

Pengembangan usaha di bidang hortikultura merupakan salah satu upaya

yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kontribusi sektor pertanian. Hal

ini dipertimbangkan karena hortikultura merupakan sumber pertumbuhan

ekonomi yang masih potensial dan belum sepenuhnya dimanfaatkan.

Pengembangan komoditas hortikultura merupakan penggerak program

diversifikasi, ekstensifikasi, intensifikasi, dan rehabilitasi pertanian yang

merupakan inti dari kegiatan pembangunan pertanian.

Salah satu komoditas hortikultura dari kelompok sayuran yang potensial

untuk dikembangkan dan memilki prospek sangat potensial untuk dikembangkan

adalah jamur tiram. Semakin banyaknya orang yang mengetahui dan sadar akan

pentingnya nilai gizi yang terkandung dalam jamur tiram dan memiliki berbagai

1

Page 2: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

2

manfaat selain untuk bahan makanan dapat pula digunakan sebagai obat-obatan

karena memiliki khasiat yang baik dan telah dibuktikan dengan berbagai

penelitian baik bertaraf nasional dan internasional maka semakin banyak kalangan

yang terbiasa mengkonsumsi jamur khususnya jamur tiram yang dapat diolah

menjadi berbagai macam produk makanan olahan dan jenis lainnya.

Fakta tersebut merupakan hal yang positif, baik bagi upaya diversifikasi

sumber pangan alternatif maupun peluang bisnis bagi petani pembudidaya jamur

tiram. Banyaknya muncul pertanyaan mengenai bagaimana peluang pasar jamur

tiram di Bali perlu dijawab dengan melihat secara makro bahwa masih banyaknya

pasokan dari daerah luar Bali yang masuk ke pasaran wilayah Bali. Hal tersebut

membuktikan bahwa peluang pasar jamur tiram di Bali sangat besar dan

seharusya peluang tersebut dimanfaatkan sebagi peluang bisnis yang menjanjikan.

Dilihat secara umum dengan keunggulan komoditas jamur tiram itu sendiri baik

dari segi kesegeran dan biaya distribusi yang jauh lebih murah harusnya petani

jamur di Bali dapat mengisi market jamur di daerahnya sendiri. Mulai banyaknya

peminat jamur tiram di Bali maka sangat baik untuk dikembangkan selain

menyediakan jamur segar menjadi bahan olahan yang digemari oleh masyarakat

seperti kripik, nugget, pepes, abon, sate dan produk olahan lainnya. Mengolah

jamur segar menjadi beraneka ragam produk olahan bertujuan untuk

memperpanjang masa kegunaan komoditi jamur dan meningkatkan nilai produk

secara ekonomi.

Dalam setiap harinya, manusia makan untuk mencukupi kebutuhan tubuh

akan nutrisi. Selain faktor kuantitas, kualitas makanan merupakan hal yang sangat

Page 3: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

3

penting agar tubuh dapat tumbuh dengan optimal. Makanan yang berkualitas tentu

mengandung bermacam-macam gizi. Salah satu gizi yang sangat diperlukan oleh

tubuh adalah protein. Protein berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan

tubuh di samping untuk perbaikan sel-sel yang rusak. Kebutuhan standar protein

manusia dewasa sehari-hari ialah sebanyak 0.8 gram protein per kg berat badan.

Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan bahan makanan bernutrisi dengan

kandungan protein tinggi, kaya vitamin dan mineral, rendah karbohidrat, lemak

dan kalori. Jamur ini memiliki kandungan nutrisi seperti vitamin, fosfor, besi,

kalsium, karbohidrat, dan protein.

Untuk kandungan proteinnya cukup tinggi, yaitu sekitar 10,5-30,4%.

Komposisi dan kandungan nutrisi setiap 100 gram jamur tiram adalah 367 kalori,

10,5-30,4 % protein, 56,6 % karbohidrat, 1,7-2,2 % lemak, 0.20 mg thiamin, 4.7-

4.9 mg riboflavin, 77,2 mg niacin, dan 314.0 mg kalsium. Kalori yang dikandung

jamur ini adalah 100 kj/100 gram dengan 72 % lemak tak jenuh. Serat jamur

sangat baik untuk pencernaan. Kandungan seratnya mencapai 7,4-24,6 %

sehingga cocok untuk para pelaku diet. Untuk optimalisasi penggunaan protein,

maka konsumsi makanan sumber protein juga harus optimal, artinya bahwa

asupan protein sesuai dengan kebutuhan, tidak kurang tidak lebih. Jamur tiram

(Pleurotus ostreatus) merupakan bahan makanan bernutrisi dengan kandungan

protein tinggi, kaya vitamin dan mineral, rendah karbohidrat, lemak dan kalori

yang dapat memenuhi kebutuhan protein yang dibutuhkan oleh tubuh. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa jamur timar dapat digunakan sebagai bahan pengganti

daging ayam dan daging sapi.

Page 4: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

4

Jamur tiram merupakan bahan pangan yang digemari, bergizi tinggi, dan

dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Prospek pengembangan

budidaya jamur tiram di Indonesia amat cerah. Selain keadaan wilayah nusantara

cocok untuk jamur tiram, juga akan berdampak positif terhadap peningkatan

pendapatan petani, perbaikan gizi masyarakat, perluasan kesempatan kerja,

pengembangan agribisnis, pengurangan impor dan peningkatan ekspor (Rukmana,

1999).

Salah satu sentra produksi produk olahan jamur tiram di Bali adalah KWT

Spora Bali di daerah Monang Maning Denpasar. Pengembangan usahatani jamur

tiram pada komunitas Spora Bali meliputi semua kegiatan, mulai dari pengadaan

sarana produksi (input), budidaya, penanganan dan pengolahan produk, distribusi

dan pemasaran hasil serta berbagai kegiatan-kegiatan lain yang mendukung.

Dalam pelaksanaannya seluruh kegiatan tesebut harus saling terkait satu sama

lainnya. Salah satu komoditi unggulan dibudidayakan yaitu jamur tiram.

Komoditi jamur tiram ini tidak hanya dijual dalam bentuk segar, tetapi juga dalam

bentuk olahan. Produk olahan tersebut antara lain berupa kripik, kerupuk, pepes,

abon, sate, sayur olahan jamur untuk keperluan catering, dan stick.

Kegiatan pengolahan jamur tiram ini telah dilakukan sejak tahun 2011

oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Spora Bali. Kelompok ini berlokasi di Jalan

Luhur Sandat I Gang III No.11 Banjar Tegal Kawan Monang-Maning, dan dalam

kegiatannya memperoleh bimbingan dari para penyuluh lapangan Dinas Pertanian

kota Denpasar, karena selain berproduksi bahan olahan juga menyediakan baglog

yang akan disitribusikan ke Dinas Pertanian .

Page 5: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

5

Produk olahan ini memiliki potensi untuk dikembangkan. Potensi pertama

yaitu adanya ketersediaan bahan baku jamur tiram sebagai bahan baku utama dari

produk olahan jamur tiram ini, mudah diperoleh karena tidak tergantung dari

pasokan pihak eksternal melainkan sudah dipasok dari interen karena sebagai

produsen bahan olahan sekaligus membudidayakan jamur tiram secara langsung.

Potensi kedua yaitu adanya konsumen tetap yang memasok hasil dari

produk olahan mereka yaitu organisasi untuk anak-anak autis Pradnyagama dan

masyarakat lainnya yang tertarik terhadap produk olahan Jamur tiram. Tanggapan

positif tersebut juga banyak muncul dari para tamu berasal dari luar wilayah

Denpasar dan pasar-pasar tradisional dan komunitas tertentu yang merespon baik

produk tersebut. Tanggapan positif ini menunjukkan bahwa produk olahan jamur

tiram tersebut bisa dijadikan sebagai makanan alternatifeyang bergizi dan

digemari banyak kalangan karena telah diolah sedemikin rupa untuk menarik

minat konsumen dengan cara tetap menjaga kualitas dan nilai gizi yang

dikandung dalam jamur tiram .

Kualitas produk yang baik yang menggunakan bahan-bahan khusus yang

aman bagi kesehatan untuk kedepannya akan di daftarkan di Departemen

Kesehatan. Hal tersebut merupakan langkah untuk memberikan rasa aman dan

keyakinan bagi konsumen dan sebagai prasyarat untuk mengembangkan produk

olahan jamur ke tempat yang lebih luas seperti supermarket bahkan ekspor. Untuk

permintaan terhadap produk olahan jamur tiram khususnya untuk permintaan

produk unggulan dan paling digemari oleh konsumen yaitu kripik jamur dan

produk olahan jamur tiram untuk keperluan catering seperti sate, pepes, oseng

Page 6: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

6

sayur cenderung mengalami trend meningkatnya permintaan karena dari tahun ke

tahun permintaannya terus bertambah. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1

Tabel 1.1

Jenis dan Volume Produksi Produk Olahan Jamur Tiram KWT Spora Bali,Tahun 2011-2013

Jenis Produk Produksi (kg)

2011 2012 2013 Kripik jamur 480 720 1,200 Nugget jamur 120 140 180 Abon jamur 60 70 80 Olahan catering 220 300 420

Di sisi lain, adanya kegiatan pengolahan ini ternyata mampu

memberdayakan masyarakat setempat khususnya ibu rumah tangga di wilayah

Denpasar dan sekitarnya. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel 1.1 yang

menggambarkan bahwa permintaan cenderung meningkat mulai dari kripik jamur

sebagai produk olahan unggulan, olahan catering, nugget jamur dan abon jamur.

Ibu-ibu tersebut dapat bekerja dan memperoleh penghasilan tanpa menggangu

aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga. Artinya kegiatan pengolahan ini dapat

menciptakan lapangan pekerjaan sekaligus meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Selain itu, kegiatan pengolahan ini juga mampu meningkatkan nilai

tambah bagi petani pembudidaya jamur yang sekaligus sebagai produsen

pengolah produk olahan jamur tiram yang dihasilkan. Pada saat harga jamur

rendah karena terjadi peningkatan produksi, maka kegiatan pengolahan akan lebih

baik untuk dilakukan. Nilai tambah akan diperoleh jika dibandingkan hanya

Page 7: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

7

menjual jamur tiram dalam bentuk segar. Oleh karena itu, kegiatan pengolahan

perlu dilakukan mengingat harga jamur yang mengalami fluktuasi. Sebagai

contoh harga jamur tiram tahun 2012 adalah berkisar antara Rp 20.000-25.000

per kilogram. Produsen pengolah jamur tiram yang sekaligus sebagai petani

pembudidaya ini akan memperoleh harga yang lebih tinggi dari harga per

kilogram jamur tiram tersebut jika petani melakukan pengolahan terlebih dahulu,

artinya akan diperoleh nilai tambah dari kegiatan pengolahan. Produk olahan yang

dihasilkan dapat berupa kripik, kerupuk, dan stick dan produk olahan lainnya

untuk keperluan catering .

Pengolahan satu kilogram jamur tiram diolah untuk dijadikan kripik, maka

akan menghasilkan 12 bungkus kecil kripik dengan harga Rp 6.000 per bungkus

untuk harga eceran dan untuk pembelian satu bungkus besar per 1 pak isi 12

bungkus kecil dihargai Rp 60.000. Jika diolah menjadi nugget maka setengah kilo

jamur tiram segar akan menghasilkan nugget untuk dipasok ke catering dengan

harga Rp 40.000 per bungkusnya.

Berdasarkan informasi tersebut dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan

harga yang akan diperoleh jika dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Dengan

demikian kegiatan pengolahan akan memberikan nilai tambah secara ekonomis

dibandingkan jika hanya menjual jamur tiram dalam bentuk segar.

Kegiatan pengolahan jamur tiram pada KWT Spora Bali mulai

menghadapi permasalahan dalam aspek pemasaran mulai tahun 2013. Indikasi

yang menunjukkan adanya permasalahan itu yakni kegiatan penjualan produk

yang dilakukan masih terbatas. Penjualan ini hanya dilakukan kepada tamu yang

Page 8: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

8

berkunjung dan pemasaran di sekitar kawasan produksi saja dan beberapa

konsumen tetap yang sudah memasok hasil olahan tersebut. Tamu-tamu tersebut

biasanya merupakan petani pemula jamur tiram yang datang dari kota Denpasar

dan luar kota untuk datang melihat langsung budidaya dan proses pembuatannya

kemudian membeli produk olahan mereka sebagai oleh-oleh. Dengan adanya

keterbatasan lokasi penjualan produk olahan ini, maka dapat dikatakan penjualan

belum mampu dijual keluar jauh dari tempat produksi. Hal ini terkait dengan

keterbatasan informasi pasar yang dimiliki oleh KWT Spora Bali.

Masalah lainnya yaitu dalam hal kemasan produk. Kemasan produk yang

masih belum menarik menunjukkan bahwa teknologi pengemasan belum

diterapkan. Dengan demikian pasar belum bisa menerima produk olahan ini

karena kondisi kemasan yang masih sederhana.

Kondisi produk olahan yang tidak tahan lama juga merupakan suatu

permasalahan yang dihadapi oleh KWT Spora Bali. Kripik dapat bertahan selama

satu bulan, kerupuk mentah dua bulan, kerupuk siap makan satu bulan, dan stick

dapat bertahan selama dua bulan. Melihat kondisi tersebut maka diperlukan siklus

yang pendek untuk produk dapat sampai ke konsumen. Jika produk tidak cepat

sampai ke konsumen maka akan muncul barang sisa dan itulah yang akan menjadi

masalah bagi KWT Spora Bali.

Menghadapi masalah-masalah tersebut, maka manfaat yang seharusya

dapat diperoleh dari kegiatan pengolahan ini belum dapat dirasakan khususnya

oleh KWT Spora Bali. Kegiatan pemasaran yang belum mampu dilakukan dengan

baik oleh KWT Spora Bali mengakibatkan penjualan produk olahan jamur tiram

Page 9: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

9

yang rendah. Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi berkaitan dengan aspek

pemasaran untuk dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh KWT Spora

Bali tersebut.

Strategi yang sebaiknya digunakan KWT Spora Bali dalam kaitannya

dengan usaha pemasaran adalah strategi yang disusun dengan mempertimbangkan

kondisi internal dan eksternal. Tantangan utama yang dihadapi KWT Spora Bali

saat ini adalah bagaimana membangun dan mempertahankan usaha yang sehat

dalam pasar dan lingkungan usaha yang cepat berubah sehingga mempengaruhi

organisasi dan manajemen. Dengan menggunakan analisis terhadap lingkungan,

diharapkan KWT Spora Bali dapat melakukan strategi pemasaran tepat yang

dapat digunakan untuk menghadapi persaingan industri makanan.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut:

1. Apa saja faktor lingkungan internal dan eksternal pemasaran yang dihadapi

oleh usaha pengolahan jamur tiram KWT Spora Bali?

2. Mengidentifikasi strategi pemasaran apa saja yang dapat diterapkan oleh

usaha pengolahan jamur tiram KWT Spora Bali?

3. Strategi pemasaran mana yang dapat dilakukan oleh KWT Spora Bali dalam

kaitannya dengan aspek pemasaran sehingga dapat mengembangkan kegiatan

usaha pengolahan jamur tiram tersebut ?

Page 10: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

10

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk merumuskan strategi

pemasaran bagi produk olahan jamur di Kelompok Wanita Tani (KWT) Spora

Bali di daerah Denpasar. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka secara rinci

penelitian ini ditujukan untuk:

1. Menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal pemasaran

usaha pengolahan jamur tiram KWT Spora Bali.

2. Merumuskan strategi pemasaran usaha pengolahan jamur tiram oleh KWT

Spora Bali.

3. Menentukan strategi pemasaran prioritas usaha pengolahan jamur tiram oleh

KWT Spora Bali.

1.4 Kegunaan Penelitian

Untuk itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa

pihak. Penelitian ini berguna bagi :

1. Kelompok tani yang dapat digunakan sebagai sumber informasi dan bahan

pertimbangan dalam penentuan proses pengolahan dan penetapan strategi

pemasaran.

2. Pemerintah dan instansi terkait, yang dapat berfungsi sebagai sumber

informasi dan tambahan masukan dalam melihat sejauh mana industri jamur

tiram dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan menciptakan nilai tambah

bagi suatu usaha, terutama industri kecil.

Page 11: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

11

3. Peneliti yang menjadi pengalaman berharga dan sebagai langkah awal dalam

penerapan ilmu pengetahuan. Mengingat keterbatasan dalam penelitian ini

maka diharapkan dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai dan berdasarkan

pembatasan yang dihadapi, maka penelitian dibataskan pada produk olahan jamur

tiram berupa kripik, kerupuk, makanan olahan rumahan seperti sayuran, pepes,

sate untuk catering dan stick. Adapun campuran bahan-bahan pendukung seperti

gula, tepung, telur, penyedap rasa, ketumbar, air, dan minyak goreng. Kegiatan

usaha yang dijalankan terbatas pada cakupan industri rumah tangga.

Page 12: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jamur Tiram

Jamur tiram (Pleurotus sp.) adalah jamur pangan dengan tudung mirip

cangkang tiram, dengan bagian tengah agak cekung dan berwarna putih hingga

berwarna krem. Permukaan tudung jamur tiram licin, agak berminyak saat

lembab, dan tepinya bergelombang. Diameter jamur tiram dapat mencapai rentang

antara 3 cm sampai dengan 20 cm, Miselium jamur tiram (benda menyerupai

benang-benang halus berwarna putih yang menjadi salah satu sarana berkembang

biak jamur pada umumnya) dan bisa tumbuh dengan cepat.

Warna jamur tiram ada bermacam-macam, ada yang putih, abu-abu,

cokelat, dan merah. Jenis yang paling banyak ditemui di Indonesia dan banyak

dibudidayakan adalah jamur tiram putih. Satu jamur tiram putih dewasa

mempunyai bilah-bilah atau sekat-sekat yang banyak jumlahnya. Di dalam bilah-

bilah tersebut terdapat bagian yang disebut basidia. Di ujung basidia terdapat

kantong yang berisi banyak spora atau disebut juga basidiospore. Spora berfungsi

untuk berkembang biak (Wiardani, 2010).

Tempat tumbuh jamur tiram termasuk ke dalam jenis jamur kayu yang

dapat tumbuh baik pada kayu lapuk dan mengambil bahan organik yang ada

didalamnya.Untuk membudidayakan jamur jenis ini dapat menggunakan kayu

atau serbuk gergaji sebagai media tanamnya. Serbuk kayu yang baik untuk dibuat

sebagai bahan media tanam adalah dari jenis kayu yang keras sebab kayu yang

12

Page 13: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

13

keras mengandung selulosa yang merupakan bahan yang diperlukan oleh jamur

dalam jumlah yang banyak, disamping itu kayu yang keras membuat media tanam

tidak cepat habis. Usaha tani jamur tiram secara intensif sistem agribisnis

memberikan keuntungan yang memadai.

Jamur tiram dapat dibudidayakan pada ketinggian 200 meter sampai

dengan 800 meter di atas permukaan laut dengan suhu optimumnya 20 -30 derajat

celcius pada kelembaban udara dalam ruangan berkisar antara 75 -85 %. Derajat

keasaman media jamur tiram yag paling ideal sekitar 5,5 sampai dengan 7,0

(Warisno, Dahana 2010).

2.2 Pengolahan dan Jenis Produk Olahan Jamur Tiram.

Kegiatan pengolahan bertujuan memberikan nilai tambah terhadap suatu

produk, mengatasi kelebihan produksi, serta dapat meningkatkan harga jual

produk. Begitu pun halnya pada komoditi jamur tiram dapat diolah lebih lanjut

menjadi berbagai jenis makanan maupun olahan lainnya.

Pengolahan yang bertujuan memberikan nilai tambah ini telah dilakukan

oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Spora Bali. Kegiatan ini mulai dilakukan

pada bulan April 2011. Komoditi jamur tiram telah diolah menjadi kripik,

kerupuk, stick, nugget, abon, dan bahan menu sehari-hari seperti sayur tumis,

pepes, bakso dan lain-lain.

Bahan baku utama yaitu jamur tiram diperoleh dari hasil budidaya sendiri

dan para petani jamur tiram di kawasan sekitar. Adapun campuran bahan-bahan

Page 14: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

14

pendukung lainnya seperti tepung, penyedap rasa, ketumbar, air, dan minyak

goreng banyak tersedia di pasar.

2.3 Pengertian Pemasaran.

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya

individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan

dengan menciptakan, menawarkan, mempertukarkan produk yang bernilai dengan

pihak lain. Konsep intinya adalah kebutuhan, keinginan, permintaan, produk,

nilai, biaya, kepuasan, pertukaran, transaksi, hubungan dan jaringan pasar serta

pemasar dan prospek (Kotler,1995). Dalam konsep yang dikemukakan oleh

Kotler, pemasaran merupakan kunci untuk meraih tujuan organisasi yang lebih

efektif daripada pesaing dalam memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan

dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran. Pemasaran adalah proses

sosial dimana individu dan kelompok mendapat apa yang mereka butuhkan dan

iginkan dengan menciptakan dan mempertukarkan produk dan nilai dengan

individu atau kelompok lainnya. Definisi tersebut bertumpu pada konsep pokok

tentang kebutuhan, keinginan, permintaan, produk, nilai, pertukaran, transaksi,

dan pasar.

Menurut Rangkuti (2003) unsur-unsur utama pemasaran dapat

diklasifikasikan menjadi tiga unsur utama, yaitu unsur strategi persaingan, unsur

taktik pemasaran dan unsur nilai pemasaran. Unsur strategi persaingan terdiri dari

tipe-tipe yaitu (1) segmentasi pasar, merupakan tindakan mengidentifikasi dan

membentuk kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah dan masing-masing

Page 15: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

15

segmen konsumen ini memiliki karakteristik, kebutuhan produk, dan bauran

pemasaran tersendiri (2) targeting, merupakan suatu tindakan memilih satu atau

lebih segmen pasar yang akan dimasuki (3) positioning, merupakan penerapan

posisi pasar dimana tujuan positioning ini adalah untuk membangun dan

mengkomunikasikan keunggulan bersaing produk yang ada di pasar dalam benak

konsumen. Unsur taktik pasar terdiri dari dua unsur, yaitu: (1) diferensiasi, yang

berkaitan dengan cara membangun strategi pemasaran dalam berbagai aspek di

perusahaan, kegiatan membangun strategi pemasaran inilah yang membedakan

diferensiasi yang dilakukan suatu perusahaan dengan yang dilakukan perusahaan

lain (2), bauran pemasaran, yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan mengenai

produk, harga, promosi dan tempat. Sedangkan nilai pemasaran dikelompokkan

menjadi tiga yaitu: (1) merek atau brand, berkaitan dengan nama atau nilai yang

dimiliki dan melekat pada suatu perusahaan (2) pelayanan atau service, berkaitan

dengan pemberian jasa pelayanan kepada konsumen dimana kualitas pelayanan

kepada konsumen ini perlu terus menerus ditingkatkan (3) proses, berkaitan

dengan prinsip perusahaan untuk membuat setiap karyawan terlihat dan memiliki

rasa tanggung jawab dalam proses memuaskan konsumen baik langsung maupun

tidak langsung.

Kotler (2000) menjelaskan bahwa pekerjaan pemasaran bukan untuk

menemukan pelanggan yang tepat bagi produk, melainkan menemukan produk

yang tepat bagi pelanggan. Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk

mencapai sasaran organisasi adalah perusahaan harus menjadi lebih efektif

dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan

Page 16: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

16

mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih. Konsep

pemasaran berdiri di atas empat pilar; pasar sasaran, kebutuhan pelanggan,

pemasaran terpadu, dan kemampuan menghasilkan laba.

Konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa

pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi

kelangsungan hidup perusahaan. Suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan.

2.4 Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran merupakan alat fundamental yang direncanakan untuk

mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang

berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang

digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.Strategi pemasaran terdiri atas

lima elemen yang saling terkait, berikut ini :

1. Pemilihan pasar, yaitu memilih pasar yang akan dilayani dengan melakukan

segmentasi pasar sasaran yang paling memungkinkan.

2. Perencanaan produk , meliputi produk spesifik yang dijual, merek dagang,

kemasan, ukuran, pelayanan, dan jaminan pengembalian.

3. Penetapan harga, yaitu menentukan harga yang dapat mencerminkan nilai

kuantitatif dari produk kepada pelanggan.

4. Sistem distribusi, yaitu saluran perdagangan grosir dan eceran yang dilalui

produk hingga mencapai konsumen akhir yang membeli dan

menggunakannya.

Page 17: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

17

5. Komunikasi pemasaran (promosi), yang meliputi periklanan, promosi,

penjualan, pemasaran lansung, dan hubungan masyarakat.

Chandler, 1962 (dalam Rangkuti, 2003) lebih menekankan pada strategi

merupakan alat untuk mencapai tujuan dalam kaitannya dengan tujuan jangka

panjang, program tindak lanjut serta prioritas alokasi sumber daya. Strategi adalah

pola sasaran, maksud dan tujuan dan kebijakan serta rencana-rencana penting

untuk mencapai tujuan itu, yang dinyatakan dengan cara seperti menetapkan

bisnis yang akan dianut oleh perusahaan, dan jenis atau akan menjadi jenis apa

perusahaan itu. Strategi merupakan penetapan arah keseluruhan dari bisnis yang

di implementasikan dalam bentuk taktik pada bagian-bagian tertentu dalam

kegiatan bisnis.

Strategi pemasaran adalah meliputi seleksi dan analisis target pasar dan

menciptakan, memelihara bauran pemasaran yang tepat untuk kepuasan atau

memuaskan masyarakat/orang/konsumen. Menurut Kotler (1995), strategi

pemasaran adalah logika pemasaran, dimana suatu bisnis berharap akan mencapai

sasarannya. Strategi pemasaran terdiri atas pengembalian keputusan tentang biaya

pemasaran dari perusahaan, bauran pemasaran, dan alokasi pemasaran.

Strategi pemasaran adalah serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan

aturanyang member arah kepada usaha-usaha pemasaran dari waktu ke waktu,

pada masing-masing tindakan, dan acuan serta lokasinya terutama berabagi

tanggapan perusahaan dalam menghadapi lingkungan dan keadaan persaingan

yang selalu berubah. Strategi pemasaran dapat dinyatakan sebagai dasar tindakan

yang mengarahkan kegiatan atau usaha pemasaran dari suatu perusahaan, dalam

Page 18: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

18

kondisi persaingan dan lingkungan yang selalu berubah, agar dapat mencapai

tujuan yang diharapkan. Jadi dalam menetapkan strategi pemasaran yang akan

dijalankan, suatu perusahaan haruslah lebih dahulu melihat situasi dan kondisi

pasar serta menilai posisinya di pasar.

Menurut Gitosudarmono (2000), dengan mengenal faktor-faktor penentu

pembelian tersebut maka kita dapat mengetahui bahwa pasar yang kita hadapi

berbeda-beda, akan tetapi dari perbedaan tersebut dapat dilihat adanya keamanan

sifat-sifat pribadi serat lingkungan pada segmen atau bagian-bagian yang

memiliki siaft-sifat serupa. Pengelompokan ini yang dinamakan segmentasi pasar.

Dengan pengelompokan tersebut maka kegiatan atau strategi pemasarannya akan

dititik beratkan pada salah satu atau beberapa kelompok (segmen) pasar tertentu

yang dapat terjangkau sarana produksinya sehingga perusahaan dapat memenuhi

kebutuhan pasarnya secara lebih baik dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya.

Perencanaan strategi pemasaran merupakan langkah yang memegang peranan

penting bagi organisasi atau perusahaan karena keberhasilan pemasaran pada

dasarnya akan dapat menentukan standar, harkat, dan martabat hidup perusahaan.

Dengan demikian pencapaian kinerja pemasaran yang unggul akan menjadi cita-

cita setiap eksekutif perusahaan. Strategi pemasaran menjabarkan rencana

permainan untuk mencapai sasaran perusahaan.

Strategi pemasaran adalah logika pemasaran dan atas logika itu unit bisnis

diharapkan bisa mencapai sasaran-sasaran pemasarannya. Strategi pemasaran

dapat didefinisikan sebagai alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai

tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang

Page 19: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

19

berkesinambungan melaui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang

digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.

Pada dasarnya strategi pemasaran memberikan arah dalam kaitannya

dengan variabel-variabel seperti segmentasi pasar, identifikasi pasar sasaran,

positioning, elemen bauran pemasaran dan biaya bauran pemasaran. Strategi

pemasaran merupakan bagian integral dari strategi bisnis yang memberikan arah

pada semua fungsi manajemen suatu organisasi. Strategi pemasaran terdiri dari

pengambilan keputusan tentang biaya pemasaran perusahaan, bauran pemasaran,

alokasi pemasaran dan hubungannya dengan keadaan lingkungan yang

diharapkan, dan kondisi persaingan yang dihadapi (Kotler, 2000).

Perumusan strategi pemasaran didasarkan pada analisis yang menyeluruh

terhadap pengaruh faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal perusahaan.

Lingkungan eksternal perusahaan setiap saat dapat berubah dengan cepat,

sehingga melahirkan berbagai peluang dan ancaman, baik yang datang dari

pesaing utama maupun dari iklim bisnis yang senantiasa berubah. Konsekuensi

perubahan faktor eksternal tersebut juga mengakibatkan perubahan dalam internal

perusahaan, seperti perubahan terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimiliki

perusahaan.

Strategi pemasaran dapat dilakukan melalui penetapan strategi bauran

pemasaran (marketing mix). Marketing mix merupakan sekelompok variabel yang

sering dijalankan oleh suatu perusahaan dengan tujuan meningkatkan jumlah

penjualan produknya di pasar. Adapun variabel-variabel bauran pemasaran dapat

dilihat pada Tabel 2 1.

Page 20: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

20

Tabel 2.1 Variabel-variabel Bauran Pemasaran

2.5 Perencanaan Strategi

Perencanaan strategi merupakan kegiatan perusahaan mencari kesesuaian

antara situasi internal (kekuatan dan kelemahan) dan situasi eksternal (peluan dan

ancaman) perusahaan dalam memanfaatkan peluang pasar. Kegiatannya meliputi

pengamatan secara hati-hati terhadap persaigan, peraturan, tingkat inflasi, siklus

bisnis, keinginan dan harapan konsumen, serta faktor-faktor lain yang dapat

mengidentifikasi peluang dan ancaman.

Tujaun utama perencanaan strategi adalah agar perusahaan dapat melihat

secara objektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat

mengantisipasi perubahan lingkungan eskternal. Jadi perencanaan strategi penting

untuk memperoleh keunggulan bersaing menghadapi kompetitornya, dan

memiliki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang

optimal dari sumber daya yang ada.

Produk Distribusi Promosi Harga Kualitas Saluran Periklanan Harga Fasilitas Cakupan Penjualan personal Potongan harga Pilihan Lokasi Promosi penjualan Allowances Model Persediaan Publisitas Periode Nama merek Pembayaran Transportasi Syarat kredit Kemasan Ukuran Layanan Jaminan Pengembalian

Sumber : David (2003)

Page 21: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

21

Terdapat empat strategi utama yang dapat dilakukan perusahaan yaitu:

1. Strategi Stabilitas, adalah startegi yang dilakukan perusahaan bila perusahaan

tetap melayani masyarakat dalam sektor produksi, sektor pasar dan sektor

fungsi yang sangat serupa.Keputusan strategi utamanya difokuskan pada

perbaikan pelaksanaan fungsinya.

2. Strategi Ekspansi, adalah strategi yang dilakukan perusahaan bila perusahaan

melayani masyarakat dalam sektor produk tambahan atau menambahkan

pasaran atau fungsi pada bisnis mereka.

3. Strategi Penciutan, adalah strategi yang dilakukan bila perusahaan merasa

perlu untuk mengurangi lini produk, pasar dan fungsi bisnis mereka.

Keputusan strategi yang dilakukan perusahaan dipusatkan pada peningkatan

fungsional melalui pengurangan kegiatan dalam unit-unit yang mempunyai

arus kas negatif.

4. Strategi Kombinasi, adalah merupakan kombinasi antara stabilitas, perluasan,

dan penciutan, merupakan strategi yang dilakukan oleh perusahaan bila

keputusan strategi pokoknya difokuskan pada berbagai strategi besar secara

sadar pada waktu sama (secara simultan) dalam berbagai unit bisnis

perusahaan.

Perumusan strategi utama (grand strategy) dapat dilakukan dengan

menggunakan beberapa metode, yang secara melalui tiga tahapan analisis yang

dapat disajikan dalam Gambar 2.1 berikut.

Page 22: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

22

Tahap pertama adalah pengumpulan data. Pada tahap ini dilakukan

kegiatan pengumpulan data, pengklasifikasian dan praanalisis, yakni mengkaji

faktor-faktor internal, faktor-faktor eksternal dan matrik profil kompetitif.

Tahap kedua adalah analisis. Tahap analisis adalah memanfaatkan semua

informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusan strategi. Model-

model yang dapat digunakan adalah matrik SWOT, matrik internal dan eksternal.

Tahap ketiga adalah pengambilan keputusan. Tahap setelah analisis adalah

tahap pengambilan keputusan berupa perumusan yang di identifikasi dari faktor-

faktor internal dan faktor eksternal.

2.6 Manajemen Strategi

Manajemen strategi adalah sekumpulan keputusan dan tindakan yang

menghasilkan formulasi dan implementasi rencana yang dirancang untuk

Page 23: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

23

mencapai tujuan perusahaan. Proses ini melibatkan pengambilan keputusan yang

kompleks, berjangka panjang, berorientasi ke depan dan memerlukan sumber

daya yang besar, oleh sebab itu partisipasi manajemn puncak sangat pentin,

(Pearce dan Robinson, 1997).

Menurut Wahyudi (1996), manajemen strategi menanamkan suatu

mekanisme tatakerja organisasi secara simultan dengan memadukan seluruh

komponen organisasi untuk mencapai misi organisasi. Model ini

mengkombinasikan pola pikir startegi dengan proses manajemen. Ada 3 (tiga)

macam proses berfikir yakni berfikir secara mekanis, institusi dan strategi. Dari

ketiganya dapat disimpulkan bahwa berfikir secara startegis akan menghasilkan

penyelesaian yang lebih reaktif dan berbeda bentuknya daripada hanya

berdasarkan berfikir mekanis dan institusi. Semakin kreatif dalam memecahkan

masalah, dibuktikan dengan semakin banyaknya bentuk pemecahan atau

alternative, maka akan semakin kecil tingkat persoalan yang mungkin timbul di

masa yang akan datang. Hal ini lebih jauh akan menguntungkan bagi pengambil

keputusan.

Selanjutnya, Wahyudi (1996) menyatakan bahwa manajemen strategi

merupakan suatu seni dalam ilmu dari pembuatan (formulating), penerapan

(implementing), dan evaluasi (evaluating) keputusan-keputusan strategi antara

fungsi-fungsi yang memungkinkan seluruh organisasi mencapai tujuan-tujuan di

masa yang akan datang. Sejalan dengan hal tersebut, manajemen strategi dapat

berfungsi sebagai sarana mengkomunikasikan tujuan perusahaan dan jalan untuk

Page 24: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

24

mencapai tujuan kepada para pemangku kepentingan atau stakeholder yang terdiri

atas; pemilik, eksekutif, karyawan dan pihak-pihak berkepentingan lainnya.

Dengan demikian berbagai pihak khususnya yang memiliki kepentingan

langsung dapat lebih memahami peluang dan tantangan bisnis yang dihadapi.

Diharapkan kepada mereka akan memiliki sensitivitas yang cukup terhadap

lingkungan bisnis, dan pada saat yang sama memiliki kesiapan yang cukup jika

sekiranya perusahaan memutuskan untuk melakukan perubahan secara internal

(Muhammad, 2002).

Berdasarkan definisi tersebut di atas, terdapat beberapa hal penting yang

dapat disimpulkan berkaitan dengan manajemen strategi sebagai berikut.

a. Pembuatan strategi yang meliputi pembagian misi dan tujuan jangka panjang,

mengidentifikasikan peluang dan ancaman dari luar serta kekuatan dan

kelemahan perusahaan pengembangan alternative strategi dan penentuan

strategi yang sesuai untuk diadopsi.

b. Penerapan strategi meliputi sasaran-sasaran operasional tahunan, kebijakan

perusahaan, memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumber daya agar

strategi yang di tetapkan dapat di implementasikan.

c. Evaluasi atau kontrol strategi mencakup usaha-usaha untuk memonitor seluruh

dari hasil-hasil pembuatan dan penerapan strategi, termasuk mengukur kinerja

individu, perusahaan dan mengambil langkah-langkah perbaikan jika

diperlukan.

Page 25: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

25

d. Manajemen strategi memfokuskan pada penyatuan atau penggabungan aspek-

aspek pemasaran, riset dan pengembangan, keuangan dan akuntansi serta

produksi atau operasional dari seluruh bisnis.

Menurut Reksohadiprojo (1992), manajemen strategi merupakan suatu

yang berkelanjutan di dalam formulasi, analisis, seleksi, pelaksanaan dan evaluasi

startegi oleh suatu organisasi baik formal maupun informal. Lebih lanjut

dikatakan bahwa berbicara masalah manajemn startegi ada dua hal yang pokok

yaitu, perubahan lingkungan dan bagaimana kita memenangkan kompetisi.

Dengan demikian manajemen strategi merupakan suatu proses untuk

menghasilkan keputusan strategi dan merupakan arus keputusan dan tindakan

yang mengarah kepada strategi pemasaran bukanlah sebagai pengganti

kepimpinan bukan juga pengembangan strategi perusahaan tetapi merupakan

kerangka atau kesatuan konsep dan alat yang direncanakan untuk pimpinan,

manajemn dan perencanaan berfikir dan bertindak strategis. Oleh karena

pimpinan dituntut mampu menjelaskan tentang misi suatu organisasi yang

dipimpinnya.

Tidak jauh berbeda pernyataan di atas, Menurut Suwarsono (1998),

manajemen strategi adalah sebagai usaha manajerial menumbuhkembangkan

kekuatan perusahaan untuk mengeksploitasikan peluang bisnis yang muncul guna

mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sesuai dengan misi yang telah

ditetapkan. Pengertian ini juga mengandung implikasi bahwa perusahaan berusaha

mengurangi kelemahannya dan berusaha melakukan adaptasi dengan lingkungan

Page 26: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

26

usahanya. Pengertian tersebut juga menunjukkan bahwa perusahaan berusaha

untuk mengurangi efek negatif yang ditimbulkan oleh ancaman (threat) bisnis.

Sehubungan dengan pendapat para ahli di atas jelas bahwa manajemn

strategi adalah rencana berskala yang berorientasi pada jangkauan jauh ke masa

depan yang ditetapkan sedemikian rupa, sehingga memungkinkan organisasi

berinteraksi secara efisien dengan lingkungannya dalam situasi persaingan yang

semuanya diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan

yang bersangkutan.

2.7 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal

Analisis lingkungan dimaksud untuk mencoba mengindentifikasi peluang

yang perlu segera mendapatkan perhatian dan pada saat yang sama diarahkan

untuk mengetahui ancaman yang perlu mendapatkan antisipasi (Suwarsono,

1998).

Analisis lingkunagn internal memberikan gambaran bahwa perusahaan

memiliki kekuatan (strengths) atau kelemahan (weakness) di bidang manajemen

produksi, operasi pemasaran dan distribusi, organisasi sumber daya manusia,

keuangan dan akuntansi (Suwarsono, 1998). Tetapi Kotler (1995) menyatakan

bahwa, faktor-faktor lingkungan internal terdiri atas perusahaan, pemasok,

perantara pemasaran, pesaing dan masyarakat.

Menurut Reksohadiprojo (1992), konsep analisis lingkungan internal

berkenaan dengan situasi persaingan yang dekat dan harus dihadapi perusahaan.

Faktor tersebut terdiri dari profil langganan, posisi persaingan, saluran distribusi,

Page 27: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

27

pemasok. Lingkungan ini memberikan tantangan bagi perusahaan saat perusahaan

harus berjuang memasarkan barang dan jasa-jasa dengan cara yang

menguntungkan.

Adapun tujuan dilakukannya analisis internal adalah untuk mendapatkan

faktor kekuatan yang akan digunakan dan faktor kelemahan yang akan

diantisipasi keberadaannya.Untuk mengevaluasi faktor tersebut digunakanmatriks

IFAS (Internal Factor Analysis strategy). Pada dasarnya ada dua pendekatan yang

dapat digunakan dalam mengidentifikasi dan menilai faktor-faktor internal yang

dimaksud yaitu: a) Pendekatan fungsi, dan b) pendekatan analisis rincian

operasional. Lingkungan internal meliputi bagian dalam perusahaan yang

merupakan sumberdaya perusahaan yang dapat menjadi kekuatan perusahaan jika

dikelola secara efektif dan efesien, dan apabila sebaliknya menjadi kelemahan

perusahaan. Lingkungan internal terdiri dari faktor pemasaran, keuangan,

produksi, administrasi, riset dan pengembangan. Pada akhirnya, analisis terhadap

lingkungan internal perusahaan akan memberikan gambaran tentang kekuatan dan

kelemahan yang dapat dijadikan masukan bagi perusahaan dalam menerapkan

strategi pemasarannya (David, 2003).

Disebut kekuatan jika variabel internal yang dievaluasi mampu

menjadikan perusahaan memiliki keunggulan tertentu. Perusahaan mampu

mengerjakan sesuatu dengan lebih baik atau lebih murah dibandingkan

pesaingnya. Paling tidak variabel tersebut menjadi pembeda utama untuk

mempertahankan lebih baik jika mampu mengembangkan kinerja masa lalu.

Disebut kelemahan jika perusahaan tidak mampu mengerjakan sesuatu yang

Page 28: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

28

ternyata dapat dikerjakan dengan baik atau lebih murah oleh pesaingnya. Paling

tidak, variabel tersebut dievaluasi sebagai penyebab pokok penurunan kerja.

Variabel-variabel tersebut merupakan variabel yang terkait dengan strategi bauran

pemasaran (marketing mix).

Kunci sukses organisasi adalah kerjasama efektif dan saling pengertian

antar manajer dari semua bidang fungsional dari bisnis. Berikut beberapa contoh

bidang fungsional (David, 2003) :

1. Manajemen

Fungsi manajemen terdiri dari lima aktivitas dasar, yaitu perencanaan,

pengorganisasian, pemotivasian, penunjukkan staf, dan pengendalian.

2. Pemasaran

Pemasaran dapat diuraikan sebagai proses menetapkan, mengantisipasi

menciptakan, dan memenuhi kebutuhan pelanggan akan produk dan jasa.

Terdapat sembilan dasar fungsi pemasaran, yaitu : (1) analisis pelanggan, (2)

membeli sediaan, (3) menjual produk atau jasa, (4) merencanakan produk atau

jasa, (5) menetapkan harga, (6) distribusi, (7) riset pemasaran, (8) analisis

peluang, dan (9) tanggung jawab sosial.

3. Keuangan

Kondisi keuangan sering dianggap ukuran tunggal terbaik dari posisi bersaing

prusahaan dan daya tarik keseluruhan bagi keseluruhan bagi investor.

Menetapkan kekuatan dan kelemahan keuangan organisasi sangat penting

dalam merumuskan strategi secara efektif. Faktor-faktor keuangan seperti

likuiditas, solvabilitas, modal kerja, profitabilitas, pemanfaatan harta, arus kas,

Page 29: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

29

dan modal, sering mengubah strategi yang ada dan mengubah rencana

implementasi.

4. Produksi dan Operasi

Fungsi produksi dan operasi terdiri dari aktifitas yang mengubah masukan

menjadi barang dan jasa. Manajemen produksi dan operasi terdari dari lima

bidang keputusan: proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja, dan mutu.

5. Sumberdaya Manusia (SDM)

Faktor sumberdaya manusia dapat menambah kemampuan perusahaan dalam

mencapai tujuannya. Berhubungan dengan penerimaan, penyeleksian,

penilaian motivasi serta mempertahankan jumlah dan tipe pekerja yang

dibutuhkan.

6. Penelitian dan Pengembangan

Investasi pada litbang mengarah pada produk dan jasa yang superior dan

keunggulan bersaing. Anggaran litbang diarahkan pada pengembangan produk

baru sebelum pesaing, memperbaiki mutu produk, atau memperbaiki proses

manufaktur untuk menekan biaya.

Analisis lingkungan eksternal adalah analisis yang tersusun dari

sekumpulan-sekumpulan kekuatan-kekuatan yang timbul dan berada di luar

jangkauan serta biasanya terlepas dari situasi operasional suatu perusahaan.

Faktor-faktor yang terdapat pada analisis lingkungan eksternal adalah politik,

ekonomi, social dan teknologi. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi

perusahaan memberikan peluang, ancaman dan kendala kepada perusahaan, tetapi

Page 30: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

30

sebaliknya perusahaan secara individu tidak dapat mempengaruhi analisis

lingkungan eksternal (Reksohadiprojo,1992).

Menurut David (2000),faktor-faktor analisis lingkungan eksternal terdiri

atas social, ekonomi, teknologi dan pemerintah. Sedangkan menurut Kotler

(1995), lingkungan eksternal terdiri atas kependudukan, ekonomi, fisik, teknologi,

kebijakan dan perarturan pemerintah telah menjadi pertimbangan yang semakin

penting bagi perusahaan atau organisasi akhir-akhir ini dalam merumuskan

strategi guna mencapai sasaran yang diinginkan perusahaan atau organisasi

tersebut. Kotler (2000), mendefinisikan peluang pemasaran sebagai suatu daerah

kebutuhan pembeli dimana perusahaan dapat beroperasi secara menguntungkan.

Sedangkan ancaman lingkungan adalah tantangan akibat kecenderungan atau

perkembangan yang kurang menguntungkan, yang akan mengurangi penjualan

dan laba jika tidak dilakukan tindakan pemasaran defensif.

Kotler (2000), membagi lingkungan eksternal menjadi dua macam, yaitu

lingkungan eksternal makro (tidak langsung), terdiri dari demografi, ekonomi,

alam, teknologi, politik-hukum, dan sosial budaya. Adapun lingkugan eksternal

mikro (langsung), yang terdiri dari para pesaing, penyedia (pemasok), pelanggan,

produk substitusi, dan pendatang baru.

a. Lingkungan Makro

Lingkungan makro menggambarkan suatu situasi di luar perusahaan

yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Terdapat tiga karakteristik

khas lingkungan makro. Pertama, lingkungan makro tidak memiliki batas

(boundlessness) dan memiliki intensitas pengaruh yang berbeda terhadap

Page 31: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

31

berbagai aspek manajemen. Kedua, lingkungan makro hanya memberikan

sinyal lemah pada manajemen, karena perubahan yang ditimbulkan hanya

dapat dilihat dalam jangka panjang. Ketiga, lingkungan makro mempunyai

sifat tidak dapat dikendalikan. Dalam situasi global, perusahaan harus

memantau enam kekuatan utama : demografi, ekonomi, alam, teknologi,

politik dan hukum, serta sosial budaya. Mengenali dan mengevaluasi eksternal

makro membuat organisasi mampu mendesain strategis untuk mencapai

sasaran jangka panjang.

1. Demografi

Lingkungan demografi dapat dianalisis dengan menggunakan

informasi mengenai jumlah penduduk, pertumbuhan penduduk, umur,

level pendidikan, pendapatan, pekerjaan, ukuran keluarga, tempat tinggal,

pola rumah tangga, dan ukuran kota. Data mengenai demografi merupakan

salah satu data yang mudah ditemukan, sehingga jangan sampai suatu

perusahaan gagal hanya karena kurangnya informasi mengenai faktor-

faktor demografi.

2. Ekonomi

Selain orang, pasar juga mensyaratkan adanya daya beli. Daya beli

yang ada di suatu perekonomian bergantung pada pendapatan, harga,

tabungan, utang, dan ketersediaan kredit saat ini. Pemasar juga harus

memperhatikan dengan cermat kecenderungan utama pendapatan dan pola

pembelanjaan konsumen. Faktor ekonomi lainnya (David, 2003) adalah

suku bunga, kecenderungan nilai mata uang, dan inflasi.

Page 32: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

32

3. Alam

Salah satu permasalahan global yang utama adalah kerusakan

alam. Di banyak kota di dunia, polusi udara, tanah, dan air, telah mencapai

tingkat yang membahayakan. Saat ini konsumen lebih menyukai produk-

produk yang melestarikan lingkungan dan mau membayar lebih mahal

untuk produk-produk “hijau”. Demikian pula dengan pemerintah yang

mengatur pemanfaatan sumberdaya alam dengan sistem dan teknologi

ramah lingkungan. Pemasar harus mewaspadai ancaman dan peluang yang

berhubungan dengan keempat kecenderungan dalam lingkungan alam,

yaitu kekurangan bahan baku, peningkatan biaya energi, tekanan anti

polusi, dan perubahan peran pemerintah.

4. Teknologi

Teknologi kini menjadi salah satu sumber utama perubahan dunia.

Banyak ditemukan berbagai macam penemuan baru di berbagai bidang.

Dalam waktu singkat, penemuan-penemuan tersebut sudah terlihat efek

ekonominya. Teknologi mampu menjadi kekuatan bagi suatu perusahaan

apabila digunakan dengan semaksimal mungkin. Akan tetapi menjadi

kelemahan apabila teknologi pesaing lebih baik dan lebih efisien. Pemasar

harus mengamati tren teknologi berikut ini: percepatan perubahan,

peluang inovasi, anggaran litbang yang beragam, dan peningkatan

peraturan perundang-undangan atas perubahan teknologi.

Page 33: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

33

5. Politik dan Hukum

Lingkungan politik dan hukum memiliki pengaruh yang cukup

besar terhadap keberhasilan dan kegagalan perusahaan melalui peluang

dan ancaman bisnis yang ditimbulkannya. Lingkungan ini dibentuk oleh

hukum, badan pemerintah, dan kelompok penekan. Para pemasar harus

tunduk terhadap beragam kelompok yang mempunyai kepentingan khusus

dan berbagai perundang-undangan yang mengatur praktek bisnis.

6. Sosial Budaya

Masyarakat membentuk keyakinan, nilai, dan norma. Manusia

menyerap hampir secara tidak sadar, pandangan dunia, yang merumuskan

hubungan mereka dengan dirinya sendiri, dengan sesamanya, dengan

organisasi, dengan masyarakat, dan dengan alam sekitarnya. Mereka harus

memasarkan produk yang berkaitan dengan nilai-nilai dasar dan nilai-nilai

sekunder masyarakat, serta memikirkan dan mencari solusi atas

kebutuhan-kebutuhan yang berbeda di dalam suatu masyarakat.

b. Lingkungan Mikro

Michael Porter telah mengidentifikasi lima kekuatan yang menentukan

daya tarik laba jangka panjang intrinsik pasar atau segmen pasar tertentu

(Kotler, 2000). Lima kekuatan tersebut adalah pesaing industri, pendatang

baru, produk substitusi, pembeli, dan pemasok. Lima ancaman yang

ditimbulkan kekuatan tersebut adalah :

1. Ancaman Pesaing Industri

Page 34: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

34

Segmen tertentu menjadi tidak menarik jika ia memiliki pesaing

yang paling banyak, kuat, dan agresif. Segmen ini menjadi tidak menarik

lagi jika pertumbuhannya stabil atau menurun, penambahan kapasitas

dilakukan secara besar-besaran, biaya tetap tinggi, hambatan untuk keluar

besar, atau pesaing mempunyai kepentingan yang besar terhadap segmen

tersebut. Kondisi ini akan menyebabkan sering terjadinnya perang harga,

perang iklan, dan pengenalan produk baru.

2. Ancaman Pendatang Baru

Daya tarik segmen berbeda-beda menurut tingginya hambatan

masuk dan keluar. Segmen yang paling menarik adalah memiliki

hambatan untuk masuk yang tinggi dan hambatan untuk keluar yang

rendah. Sedangkan tidak menarik apabila hambatan masuk rendah tetapi

hambatan keluar tinggi. Semakin menarik segmen tersebut, akan

mengkokohkan posisi perusahaan lama, karena pendatang baru tidak

mudah memasuki segmen tersebut dan begitu sebaliknya.

3. Ancaman Produk Substitusi

Segmen tertentu menjadi tidak menguntungkan jika terdapat

substitusi produk yang aktual dan potensial. Konsumen akan segera

berpikir untuk berpindah mengkonsumsi suatu produk ke produk

substitusinya, apabila produk tersebut tidak mampu memuaskan kebutuhan

konsumen.

4. Ancaman Kekuatan Posisi Tawar Pembeli

Page 35: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

35

Sebagian pembeli memiliki kekuatan tawar (bargaining power)

yang tinggi. Kekuatan tawar pembeli berkembang apabila mereka menjadi

lebih terorganisasi, produk tersebut merupakan bagian yang signifikan dari

biaya pembeli, produk tersebut tidak terdeferensiasi, pembeli peka

terhadap harga, atau pembeli dapat melakukan integrasi ke hulu.

5. Ancaman Kekuatan Posisi Tawar Pemasok

Pemasok yang mempunyai bargaining power yang tinggi, dapat

memaksakan kehendaknya kepada perusahaan. Pemasok mampu berbuat

sesuai keinginannya, seperti menaikkan harga atau mengurangi kuantitas

input yang mereka pasok. Kekuatan pemasok yang besar dapat

mempengaruhi biaya dan investasi, sehingga akan mengurangi potensi

laba perusahaan.

Dari beberapa devinisi di atas,maka dapat dirangkum bahwa lingkungan

eskternal adalah suatu kekuatan yang berada di luar perusahaan dimana

perusahaan tidak mempunyai pengaruh sama sekali terhadapnya (uncontrolable),

sehingga perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan ini akan

mempengaruhi kinerja semua perusahaan dalam industri tersebut. Dari hasil

analisis eksternal kemudian dilanjutkan dengan melakukan evaluasi untuk

mengetahui apakah strategi yang digunakan selama ini memberikan respon

terhadap peluang dan ancaman yang ada.Untuk maksud tersebut digunakan

matriks EFAS (External Factor Analysis Strategy).

Page 36: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

36

2.8 Matriks Internal dan Eksternal (I - E Matrix)

Matriks I-E menempatkan berbagai divisi dari organisasi dalam sembilan

sel. Matriks I-E didasarkan pada dua dimensi kunci yaitu total skor bobot IFAS

pada sumbu X dan total skor bobot EFAS pada sumbu Y. Pada sumbu X dari

matriks I- E, total skor bobot IFAS dari 1,0 sampai 1,99 menunjukkan posisi

internal lemah, skor 2,0 hingga 2,99 menunjukkan pertimbangan sedang, dan skor

3,0 hingga 4,0 adalah kuat. Demikian pula dengan sumbu Y, total skor bobot

EFAS dari 1,0 sampai 1,99 adalah pertimbangan rendah, skor dari 2,0 hingga 2,99

adalah sedang, dan skor dari 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi. Matriks I - E terbagi

menjadi tiga bagian utama yang memiliki implikasi strategi yang berbeda yakni

sebagai berikut.

a. Sel I, II, atau IV dapat disebut tumbuh dan bina, Strategi intensif (penetrasi

pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk) atau integrasi

(integrasi ke belakang, integrasi ke depan, integrasi horizontal) mungkin paling

tepat untuk semua devisi ini.

b. Sel III, V, atau VII dapat melaksanakan strategi pertahankan dan pelihara;

penetrasi pasar, pengembangan produk merupakan dua strategi yang terbanyak

dilakukan untuk tipe-tipe devisi ini.

c. Sel VI, VII, atau IX adalah panen atau divestasi. Organisasi yang sukses dapat

membentuk porfolio dari posisi bisnis-bisnisnya pada atau sekitar sel I di

Matriks I - E (David, 2000).

Page 37: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

37

Total skor bobot IFAS

Gambar 2.2 Diagram Matriks Internal-Ekstenal (David, 2006)

2.9 Analisis SWOT

Dalam menggambarkan alternatif strategi, dapat dilakukan dengan alat

bantu yang dikenal dengan matrik SWOT (S=Strengths, kekuatan), (W=

Weaknesses, kelemahan), (O=Opportunities , peluang), dan (T=Threats, ancaman)

yang didasarkan pada situasi lingkuangan internal dan eksternal. Rangkuti (2002),

menyatakan bahwa perumusan strategi yang didasarkan pada logika dengan

mengidentiflkasi faktor-faktor secara sistematis yang dapat memaksimalkan

kekuatan yang ada dalam mengoptimalkan peluang yang tersedia. Akan tetapi di

lain pihak, pada saat bersamaan meminimalkan kelemahan dan ancaman yang

dapat mengha tercapainya tujuan perusahaan.

Matrik ini mampu menghasilkan empat set kemungkinan strategi seperti

yang dipaparkan di bawah sebagai berikut:

4,0 3,0 2,0

3,0

2,0

1,0

rata-rata kuat lemah

tinggi

sedang

rendah

I II III

IV

VII VIII IX

V VI Total skor bobot EFAS

Page 38: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

38

1. Strategi SO (Strengths - Opportunities), menggunakan kekuatan yang dimiliki

untuk mengambil peluang yang ada.

2. Strategi ST (Strengths - Threats), menggunakan kekuatan untuk menghindari

dan mengatasi ancaman.

3. Strategi WO (Weaknesses - Opportunities), menggunakan peluang yang

dimiliki untuk mengatasi kelemahan.

4. Strategi WT (Weaknesses - Threats), berupa meminimalkan kelemahan dan

menghindari ancaman.

2.10 Analisis Quantitative Strategics Planning Matrix (QSPM)

Untuk menentukan prioritas dari beberapa faktor atau alternatif strategi,

dilakukan pengambilan keputusan dengan menggunakan QSPM. Analisis QSPM

adalah analisis yang direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan

evaluasi pilihan strategi alternatif secara objektif, berdasarkan Key Success Factor

Internal-External yang telah diidentifikasikan sebelumnya. Jadi secara konseptual,

tujuan QSPM untuk menetapkan kemenarikan relatif (relative attractiveness) dari

strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih dan untuk menentukan strategi

pemasaran produk olahan jamur tiram pada KWT Spora Bali yang dianggap

paling baik untuk diimplementasikan.

Mulyono (1996), menyebutkan bahwa untuk menghindari kesalahan dan

kesulitan membuat ekuivalensi antar pengaruh, diperlakukan skala yang luas yang

disebut prioritas. Skala prioritas merupakan suatu ukuran abstrak yang berlaku

untuk semua skala, Penentuan prioritas inilah yang akan dilakukan dengan

menggunakan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM).

Page 39: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

39

2.11 Penelitian yang Relevan

Patria (2005), melakukan penelitian tentang strategi pengembangan bisnis

di PT Supra Sari Pratama (SSP) Bogormenggunakan alat analisis berupa Matriks

IFE, EFE, IE, SWOT, dan QSPM. Setelah dilakukan analisis diperoleh nilai

matriks internal PT SSP adalah sebesar 1,680 maka perusahaan ini memiliki

faktor internal yang tergolong rendah. Kekuatan yang dimiliki perusahaan adalah

harga jual produk yang selalu diusahakan selalu lebih rendah dari produk-produk

yang telah dikenal oleh masyarakat. Sedangkan kelemahannya adalah sulit

mencapai biaya produksi yang rendah.

Di sisi lain nilai matriks eksternalnya adalah 2,157, ini menunjukkan

respon PT SSP kepada lingkungan eksternal tergolong sedang. Peluang terbesar

yang dimanfaatkan adalah kepercayaan masyarakat. Ancaman terbesar yang

dihadapi adalah daya beli masyarakat. Hal ini menempatkan posisi PT SSP berada

pada posisi kuadran keenam, dimana strategi yang dapat dilakukan dengan

penekanan pada produk bermutu tinggi dengan harga sedang, penekanan biaya

dan pengendalian biaya yang ketat, serta periklanan yang terbatas.

Berdasarkan urutan kemenarikan, strategi yang disarankan untuk

diterapkan oleh perusahaan adalah:

1. Mengefisienkan penggunaan bahan baku dan sumber energi pabrik.

2. Berusaha mempertahankan kualitas produk dan harga jual yang lebih rendah

dari pesaing.

3. Memperluas pasar dengan memproduksi produk yang lebih bervariasi.

Page 40: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

40

4. Mengoptimalkan kerja R&D agar didapat produk yang sesuai dengan

keinginan konsumen.

5. Menjalin kerjasama dengan distributor yang telah ada untuk melakukan

promosi.

Murtini (2006) dalam penelitian yang berjudul “Strategi Pengembangan

Bisnis Kacang Mete Melalui Pola Kemitraan di Kecamatam Kubu, Kabupaten

Karangasem” menyimpulkan prioritas strategi pengembangan yang dihasilkan

melalui analisis SWOT dan AHP terdapat lima strategi prioritas secara berurutan.

Urutan strategi tersebut yaitu peningkatan kemintraan melalui subak abian,

pengembangan komoditas jambu mete organik, peningkatan kualitas sumber daya

manusia melalui pelatihan wirausaha, dan penciptaan iklim kondusif untuk

berinvestasi serta pengembangan teknologi serta peningkatan penggunaan alat

pengemasan dengan kacip.

Suarbawa (2005), dalam tesis berjudul Strategi Pengembangan Agribisnis

Stroberi dengan Pola Kemitraandi Desa Pancasari Kecamatan Sukasada,

Kabupaten Buleleng, menyimpulkan adanya faktor-faktor internal dan eksternal

yang menentukan keberhasilan dalam pengembangan agribisnis stroberi di Desa

Pancasari. Faktor kekuatan yang teridentifikasi antara lain potensi sumberdaya

alam, jumlah ketersediaan SDM, teknologi usaha tani dan manajemen, peluang

usaha, kelembagaan tani, dan kelestarian produksi. Sedangkan kelemahannya

adalah permodalan, kualitas SDM, sarana dan prasarana serta layanan pemerintah

daerah (pemda). Dari segi eksternal peluang yang ada di antaranya pola

kemitraan, perkembangan iptek, kepastian hukum dan suku bunga bank, peluang

Page 41: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

41

ekspor, dan kebijakan pemda.. Sedangkan ancaman antara lain berupa produk

impor, kebijakan pemerintah pusat, akses pasar, kondisi politik dan keamanan

serta anggaran pemda. Dari faktor-faktor tersebut, yang menjadi prioritas strategi

berturut-turut adalah pengembangan sentra budidaya, kemitraan terpadu,

pembinaan terpadu, dan penyediaan modal pengembangan.

Page 42: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

42

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

Kawasan potensial budidaya jamur tiram yang menghasilkan jamur tiram

segar perlu diproses lebih lanjut sebagai penanganan pasca panen mengingat

komoditas pertanian memiliki sifat mudah rusak dan tidak tahan lama. Setelah

mengidentifikasi berbagai potensi dari kegiatan pengolahan jamur tiram yang

telah dilakukan oleh KWT Spora Bali, maka ditemukan beberapa permasalahan

yang berhubungan dengan subsistem pengolahan dan pemasaran jamur tiram.

Subsistem pengolahan dalam suatu sistem agribisnis memiliki tujuan untuk

menciptakan bentuk yang lebih baik. Selain itu, kemudahan dalam konsumsi oleh

konsumen, produk yang tahan lama, kemudahan distribusi dan pemasaran,

pemeliharaan citarasa, dan peningkatan pendapatan bagi petani dan pengolah

produk olahan jamur tiram melalui nilai tambah juga merupakan tujuan dari

pengolahan.

Kegiatan yang dilakukan KWT Spora Bali yaitu pengadaan bahan baku,

produksi atau pengolahan, dan pemasaran. Ketiga kegiatan ini saling berkaitan

satu sama lain. Kegagalan dalam kegiatan awal, akan mengakibatkan kegagalan

pada kegiatan selanjutnya. Untuk itu dalam pelaksanaan ketiaga kegiatan tersebut

di atas perlu direncanakan sebaik-baiknya.

Dalam kegiatan pengolahan jamur tiram menjadi berbagai produk olahannya

seperti kripik, kerupuk, stick dan bahan olahan untuk catering seperti sate, nugget,

sushi, oseng sayur, pepes dan lain lain ini memerlukan perencanaan yang matang

dalam aspek manajemen produksi dan pemasarannya. Penelitian ini bertujuan

42

Page 43: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

43

mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang menjadi

kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dihadapi oleh KWT Spora

Bali dalam mengembangkan usaha pengolahan produk olahan jamur tiram.

Selanjutnya dirancang strategi pengembangan yang tepat dengan melalui tiga tahap.

Tahap pertama yaitu menghitung faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang

teridenfikasi dengan menggunakan IFE dan EFE. Dari IFE dan EFE kemudian

dilakukan tahap kedua yaitu analisis SWOT untuk merumuskan berbagai alternatif

strategi yang layak dalam pengembangan strategi pemasaran produk olahan jamur

tiram. Melalui analisis ini, kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman akan

dicocokkan satu dengan lainnya sehingga akan didapat empat strategi, yaitu Strategi

SO, Strategi WO, Strategi ST dan Strategi WT. Informasi ini merupakan titik tolak

dalam merumuskan prioritas strategi pengembangan produk olahan jamur tiram yang

diimplementasikan dengan menggunakan QSPM ( Quantitative Strategic Planning

Matrix) sebagai tahap akhir.

Secara sistematis model kerangka konsep penelitian dimaksud disajikan pada

Gambar 3.1.

Page 44: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

44

Kawasan Potensial Budidaya Jamur Tiram

KWT Spora Bali

Produk olahan Jamur

Potensi : 1.Tersedianya bahan baku yang diproduksi sendiri 2.Memiliki pelanggan sbg konsumen tetap 3.Kualitas produk yg baik 4.Memberikan nilai tambah 5.Meningkatkan pendapatan masyarakat

Permasalahan : 1.Penjualan produk masih terbatas 2.Pasar belum menerima produk karena belum

menggunakan teknologi pengemasan dan merek yang kurang dikenal

3.Kemungkinan muncul barang sisa karena produk merupakan barang konsumsi yg tidak tahan lama

Analisis lingkungan eksternal

Analisis lingkungan internal

Rumusan strategi pemasaran

Matriks IE dan Matriks SWOT

Matriks EFE

Matriks IFE

Prioritas Strategi Pemasaran

Matriks QSPM

Alternatif strategi pemasaran

Rekomendasi

Gambar 3.1 : Kerangka Pemikiran Operasional Strategi Pemasaran Produk Olahan Jamur Tiram KWT Spora Bali

Page 45: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

45

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada KWT Spora Bali yang berlokasi di Jalan

Luhur Sandat 1 Gang III No.11 Banjar Tegal Kawan Monang-Maning, Denpasar.

Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

bahwa KWT Spora Bali merupakan salah satu kelompok wanita tani yang

melakukan pengolahan jamur tiram sejak tahun 2011 sebagai komoditi unggulan

di wilayah Denpasar. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Maret -

Desember 2013 mulai dari pencarian lokasi penelitian, pembuatan judul proposal,

pengambilan data di lapangan, analisis data sampai dengan tahap hasil.

4.2 Jenis Data dan Sumber Data

4.2.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

1. Data kuantitatif, yaitu data yang dapat dihitung dan berbentuk angka-angka

seperti jumlah produksi per tahun yang diperoleh dari industri rumah tangga

pengolahan jamur tiram KWT Spora Bali dan harga-harga produk yang

dihasilkan.

2. Data kualitatif, yaitu data berupa keterangan-keterangan yang berhubungan

dengan masalah dalam penelitian ini seperti, sejarah berdirinya, keanggotaan

KWT Spora Bali, dan produk-produk yang diolah untuk dipasarkan.

45

Page 46: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

46

4.2.2 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi ke dalam dua kelompok

yaitu data primer dan data skunder. Data primer merupakan data yang diperoleh

dari wawancara dan observasi yang dilakukan secara langsung dengan pihak-

pihak yang terkait langsung memberikan informasi. Jenis data primer yang

dikumpulkan antara lain indentifikasi faktor internal, faktor eksternal, nilai rating,

sejarah berdirinya KWT Spora Bali, struktur dan jumlah anggota, fasilitas dan

peralatan, kegiatan produksi dan operasi. Sedangkan, data sekunder merupakan

data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya yang mampu

memberikan informasi seperti publikasi yang berhubungan dengan penelitian.

4.3 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah berupa

kuesioner. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan memberikan suatu

daftar pertanyaan kepada responden untuk diisi.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai

berikut.

1. Library research yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengulas publikasi

yang berhubungan dengan penelitian.

2. Field research yaitu pengumpulan data yang diperoleh secara langsung pada

penelitian dengan metode:

Page 47: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

47

a. Observasi

Observasi yaitu mengadakan pengamatan langsung ke lokasi

penelitian mengenai kegiatan KWT Spora Bali dan mencatat hal-hal yang

diperlukan untuk penelitian.

b. Wawancara

Wawancara yaitu berupa tanya jawab langsung dengan responden

dengan menggunakan kuesioner berupa daftar pertanyaan. Wawancara

yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur dan

tidak terstruktur. Wawancara terstruktur yaitu wawancara dengan

menggunakan instrumen penelitian yaitu kuesioner sedangkan wawancara

tidak terstruktur yaitu wawancara yang tidak menggunakan pedoman

wawancara yang tersusun secara sistematis.

c. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan melihat catatan-catatan yang

dimiliki oleh pengelola KWT Spora Bali untuk mengetahui berbagai

catatan yang ada kaitannya dengan penelitatan.

4.5 Penentuan Responden

Dalam penelitian ini yang menjadi responden stakeholders yang

mengetahui dengan baik tentang perkembangan produk olahan jamur tiram pada

KWT Spora Bali. Responden faktor internal yang dipilih sebagai berikut:

1. Pengurus kelompok wanita tani dan anggotanya yang keseluruhan berjumlah

10 orang ditetapkan secara purposive yang terdiri dari ketua, sekretaris dan

Page 48: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

48

bendahara dan sisanya 7 orang sebagai anggota dilibatkan dalam penentuan

faktor –faktor strategi internal dan eksternal.

2. Responden yang dipilih untuk pembobotan faktor-faktor internal dan eksternal

yang digunakan pada matriks IFE, matriks EFE dan matriks IE adalah ketua

dan sekretaris KWT Spora Bali.

3. Responden yang dipilih dalam penentuan prioritas dan pembobotan strategi

matriks QSPM adalah ketua KWT Spora Bali karena diasumsikan memiliki

pengetahuan, kemampuan dan kapasitas dalam pengembangan usaha

pengolahan jamur tiram di masa depan.

Sedangkan responden eksternal yang dipilih untuk pembobotan faktor

internal dan eksternal adalah pimpinan dari Yayasan Pradnyagama sebuah

lembaga untuk penyandang anak autis dan 1 orang petugas penyuluh lapangan

dari dinas pertanian Denpasar.

4.6 Metode Analisis Data

Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis lingkungan internal dan eksternal pemasaran. Formulasi strategi

pada analisis lingkungan internal dan eksternal menggunakan metode yang

bersumber dari David (2003). Pada Tahap Pemasukkan (The Input Stage)

digunakan matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor

Evaluation).

Dalam Tahap Pemaduan (The Matching Stage) digunakan alat analisis

Matriks IE dan Matriks SWOT. Matriks IE digunakan untuk menentukan posisi

Page 49: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

49

usaha. Matriks SWOT digunakan untuk menghasilkan strategi-strategi yang

sesuai dengan kondisi internal dan eksternal pemasaran perusahaan.

Tahap terakhir adalah Tahap Keputusan (The Decision Stage). Matriks

QSPM digunakan dalam penentuan prioritas dari beberapa alternatif strategi

pemasaran yang dihasilkan dari Tahap Pemaduan.

4.6.1 Penentuan Bobot

Penentuan bobot setiap variabel yang telah didaftar, dilakukan dengan

mengajukan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal tersebut kepada

pihak manajemen dan para pakar dengan menggunakan "Paired Comparison".

Penggunaan metode tersebut bertujuan untuk memberikan penilaian terhadap

setiap faktor penentu eksternal dan internal pemasaran. Dalam menentukan bobot

setiap variabel digunakan skala 1, 2, dan 3 kriteria skala yang digunakan untuk

pengisian kolom adalah sebagai berikut.

1 = Jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal.

2 = Jika indikator horisontal sama penting daripada indikator vertikal.

3 = Jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal.

Indikator horisontal adalah variabel-variabel atau faktor-faktor eksternal

atau internal pada laju horisontal. Sedangkan indikator vertikal adalah variabel-

variabel atau faktor-faktor eksternal atau internal pada laju vertikal.

Hasil penilaian masing-masing pakar pada setiap variabel atau faktor

dibobot terlebih dahulu dan dimasukkan ke dalam tabel penilaian bobot seperti

ditunjukkan pada Tabel 4.1. Kemudian bobot masing-masing pakar dirata-ratakan

untuk menentukan bobot setiap faktor yang digunakan dalam Matriks IFE, EFE,

Page 50: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

50

dan Matriks IE. Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap

variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus :

i =

n

1iXi

Xi

i = Bobot variabel ke-i

Xi = Nilai variabel X ke-i

n = Jumlah data i = 1, 2, 3, ..., n

Sumber : Kinnear and Taylor (1991)

Tabel 4.1. Penilaian Bobot Faktor Internal-Eksternal Pemasaran Perusahaan

Faktor Internal atau

EksternalA B C D Total

ABCD

TOTAL

4.6.2 Matriks IFE dan EFE

Alat analisis pada tahap masukan yang merupakan tahap awal dari

perumusan strategi pemasaran akan digunakan sebagai masukan informasi dalam

tahap selanjutnya. Analisis internal pemasaran perusahaan merupakan perumusan

kekuatan dan kelemahan pemasaran perusahaan. Analisis eksternal merupakan

perumusan peluang dan ancaman pemasaran perusahaan.

Untuk matriks IFE (Tabel 4.2), skala nilai peringkat (rating) untuk kekuatan

dan kelemahan yang digunakan adalah :

Page 51: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

51

1 = Kekuatan yang kecil 1 = Kelemahan yang sangat berarti

2 = Kekuatan yang sedang 2 = Kelemahan yang cukup berarti

3 = Kekuatan yang besar 3 = Kelemahan yang kurang berarti

4 = Kekuatan yang sangat besar 4 = Kelemahan yang tidak berarti

Tabel 4.2 Matriks IFE Pemasaran Produk Olahan Jamur Tiram

Kelompok Wanita Tani (KWT) Spora Bali Faktor-faktor Internal Bobot Rating Skor

(1) (2) (3) (5)

Kekuatan

1. Kualitas Produk yang baik 2. Lokasi produksi strategis 3. Bahan baku tidak terbatas 4. Jenis Produk bervariasi 5. Dukungan dari komunitas petani jamur Kelemahan

1.Kemasan produk kurang memadai 2.Merek produk kurang dikenal 3 Promosi terbatas 4.Harga jual produk tinggi 5.Saluran distribusi terbatas

Total 1,0

Matriks EFE (Tabel 4.3), skala nilai peringkat (rating) untuk

peluang dan ancaman yang digunakan adalah :

1 = Peluang kecil 1 = Ancaman sangat besar

2 = Peluang sedang 2 = Ancaman besar

4 = Peluang sangat besar 4 = Ancaman sedikit

Sumber : (David, 2000)

Page 52: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

52

Tabel 4.3 Matriks EFE Pemasaran Produk Olahan Jamur Tiram

Kelompok Wanita Tani (KWT) Spora Bali

Faktor-faktor Eksternal Bobot Rating Skor (1) (2) (3) (4) Peluang 1. Meningkatnya permintaan pelanggan 2. Perkembangan teknologi 3. Dukungan pemerintah pada UKM 4.Trend gaya hidup sehat 5 Penawaran bantuan modal dari perbankan Ancaman 1. Adanya barang sisa tidak terjual 2. Naiknya biaya produksi 3. Isu zat Adiktif pada makanan 4. Banyaknya prodesen produk sejenis 5. Adanya produk substitusi

Total 1,0

Tahap-tahap dalam mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal -

eksternal dalam matriks IFE dan Matriks EFE adalah sebagai berikut :

1. Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan pada

matriks IFE serta peluang dan ancaman pada matriks EFE pada kolom 1.

2. Memberikan bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari

1,00 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting) semua bobot tersebut

jumlahnya harus sama dengan skor total 1,00. Pada tabel 7 dapat dilihat

bentuk penilaian pembobotan faktor internal-eksternal perusahaan penentuan

peringkat oleh manajemen atau pakar dari perusahaan dilakukan terhadap

variabel-variabel dari hasil analisis perusahaan. Untuk mengukur pengaruh

Page 53: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

53

masing-masing variabel terhadap kondisi perusahaan digunakan nilai

peringkat dengan menggunakan skala 1, 2, 3, dan 4 terhadap masing-masing

faktor strategis yang menandakan seberapa efektif strategi perusahaan saat ini

menjawab faktor-faktor strategis tersebut.

3. Menghitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor),

berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang

bersangkutan.

4. Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh

faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk

masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding)

sampai dengan 1,0 (poor).

5. Menjumlahkan skor pembobotan (dalam kolom 4) untuk memperoleh total skor

pembobotan. Nilai total ini menunjukan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi

terhadap faktor-faktor strategis eksternal dan internalnya.

4.6.3 Matriks Internal dan Eksternal (I - E Matrix)

Matriks I-E menempatkan berbagai divisi dari organisasi dalam Matriks I-

E didasarkan pada dua dimensi kunci yaitu total skor bobot IFAS sumbu X dan

total skor bobot EFAS pada sumbu Y. Pada sumbu X dari I - E, total skor bobot

IFAS dari 1,0 sampai 1,99 menunjukkan posisi lemah, skor 2,0 hingga 2,99

menunjukkan pertimbangan rata-rata, dan skor 3,0 hingga 4,0 adalah kuat.

Page 54: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

54

Demikian pula dengan sumbu Y, total skor bobot EFAS dari 1,0 sampai 1,99

adalah pertimbangan rendah, skor dari 2,0 hingga 2,99 sedang, dan skor dari 3,0

hingga 4,0 adalah tinggi. Matriks I-E terbagi menjadi tiga bagian utama yang

memiliki implikasi strategi yang berbeda yakni sebagai berikut:

a. Sel 1. II atau IV dapat disebut tumbuh dan bina. Strategi intensif (penetrasi

pasar pengembangan pasar dan pengembangan produk) atau integrasi

(integrasi ke belakang, integrasi ke depan, integrasi horizontal) mungkin paling

tepat untuk semua devisi ini.

b. Sel III. V atau VII dapat melaksanakan strategi pertahankan dan pelihara;

penetrasi pasar, pengembangan produk merupakan dua strategi yang terbanyak

dilakukan untuk tipe-tipe devisi ini.

Sel VI, VIII, atau IX adalah panen atau divestasi. Organisasi yang sukses

dapat membentuk porfolio dari posisi bisnis-bisnisnya pada atau sekitar sel I di

Matriks I - E Matriks Internal-Eksternal dapat dikelompokkan menjadi tiga

kelompok, yaitu :

1. Grow and build strategies (pertumbuhan dan pembangunan), yang terletak pada

sel I, II, atau IV. Strategi yang layak diterapkan adalah strategi intensif (penetrasi

pasar, perkembangan pasar, perkembangan produk) dan strategi integrasi

(integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horisontal).

2. Hold and maintain strategies (mempertahankan dan memelihara), jika hasil

pembobotan terletak pada sel III, V, atau VII. Strategi yang layak digunakan

adalah strategi penetrasi pasar dan perkembangan produk.

Page 55: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

55

3. Harvest or divest strategies (mengambil hasil atau melepaskan), terletak pada sel

VI, VIII, atau IX adalah usaha untuk memperkecil atau menutup usaha yang

dilakukan perusahaan.

4.0 3.0 1.0

3.0

2.0

2.0

1.0

Kuat Rata-rata Lemah

I II III

IV V VI

VII VIII IX

Tinggi

Sedang

Rendah

Total Skor Bobot IFE

Total SkorBobot EFE

Gambar 4.1

Matriks Internal – Eksternal (I – E) Strategi Pemasaran Produk Olahan Jamur Tiram pada Kelompok Wanita Tani (KWT) Spora Bali

4.6.4 Matriks SWOT

Matriks SWOT adalah kelanjutan analisis situasi internal-eksternal, di

mana faktor-faktor internal berupa faktor-faktor kekuatan dan kelemahan

dikombinasikan dengan faktor-faktor eksternal berupa faktor-faktor peluang dan

ancaman, di mana kombinasi ini akan menghasilkan beberapa strategi pemasaran

Produk Olahan Jamur Tiram pada KWT Spora Bali. Mengacu pendapat Rangkuti

(2000), tahapan-tahapan dalam merumuskan strategi pemasaran Produk Olahan

Jamur tersebut melalui SWOT sebagai berikut :

Page 56: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

56

a. Meletakkan faktor-faktor kekuatan dan kelemahan pada kolom 2 dan 3, faktor-

faktor peluang dan ancaman masing-masing pada bans 2 dan 3 pada matriks

SWOT (Tabel 4.4).

b. Merumuskan strategi SO yang merupakan kombinasi faktor-faktor kekuatan-

peluang yang diletakkan dalam sel strategi SO.

c. Merumuskan strategi WO yang merupakan kombinasi faktor-faktor

kelemahan-peluang yang diletakkan dalam sel strategi WO.

d. Merumuskan strategi ST yang merupakan kombinasi faktor-faktor kekuatan-

ancaman yang diletakkan dalam sel strategi ST.

e. Merumuskan strategi WT yang merupakan kombinasi faktor-faktor kelemahan-

ancaman yang diletakkan dalam sel strategi WT.

Dari Matriks SWOT pada Tabel 4.4 menghasilkan kombinasi strategi

sebagai berikut.

a. Strategi SO (Strengths -Opportunities). Menggunakan kekuatan yang dimiliki

untuk mengambil peluang yang ada.

b. Strategi ST (Strengths-Threats). Menggunakan kekuatan untuk menghindari

dan mengatasi ancaman.

c. Strategi WO (Weaknesses-Opportunities). Menggunakan peluang yang dimiliki

untuk mengatasi kelemahan.

d. Strategi WT (Weaknesses-Threats). Berupaya meminimalkan kelemahan dan

menghindari ancaman.

Page 57: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

57

Tabel 4.4 Matriks SWOT Strategi Pemasaran pada

Produk Olahan Jamur Tiram pada KWT Spora Bali

Situasi Internal

Situasi Eksternal

STRENGTH (S) Identifikasi faktor-

faktor kekutan

WEAKNESSES W) Identifikasi faktor-faktor kelemahan

OPPORTUNITIES (O) Identifikasi faktor-

faktor peluang

STRATEGI SO Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan

peluang

STRATEGI WO Ciptakan strategi yang

meminimalkan kelemahan untuk

memanfaatkan peluang

THEATS (T) Identifikasi faktor-

faktor ancaman

STRATEGI ST Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan untuk

mengatasi ancaman

STRATEGI WT Ciptakan strategi yang

meminimalkan kelemahan dan

menghindari ancaman Sumber: Rangkuti (2000)

4.6.5 Analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix).

QSPM adalah alat yang direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk

melakukan evaluasi pilihan strategi altematif secara objektif, berdasarkan Key

Success Factor Internal-External yang telah diidentifikasi sebelumnya. Jadi

secara konseptual, tujuan QSPM untuk menetapkan kemenarikan relatif (relative

attractiveness) dari strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih dan untuk

menentukan strategi pemasaran komoditas sayuran dengan pola kemitraan yang

mana dianggap paling baik untuk diimplementasikan. Cara membuat tabel QSPM

sebagai berikut:

a. Membuat daftar peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan di sebelah kiri

QSPM, informasi ini diambil dari Matriks EFAS dan IFAS.

Page 58: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

58

b. Memberi Weight pada masing-masing eksternal dan internal. Weight ini sama

dengan yang ada di matriks EFAS dan IFAS.

c. Meneliti matriks-matriks pada stage I dan identifikasikan alternative strategi

yang dapat direkomendasikan dari hasil Matriks SWOT,

d. Menetapkan Attractiveness Score (AS), yaitu nilai yang menunjukkan

kemenarikan relative untuk masing-masing strategi yang dipilih. AS ditetapkan

dengan cara meneliti faktor internal dan eksternal, dan bagaimana peran dari

tiap faktor dalam proses pemilihan strategi yang sedang dibuat Batasan nilai

Attractive Score adalah 1 - tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = menarik, 4 =

sangat menarik.

e. Menghitung total Attractiveness Score yang didapat dari perkalian weight

dengan attractive score pada masing-masing baris. Total Attractiveness Score

menunjukkan relative attractiveness dan Strategi.

f. Menjumlahkan semua score attractiveness score pada masing-masing koJom

QSPM Dari beberapa nilai TAS yang didapat, nilai TAS dari alternatif strategi

yang tertinggilah menunjukkan prioritas utama.

g. Strategi itu yang menjadi pilihan utama. Nilai TAS terkecil menunjukkan

bahwa alternatif strategi ini menjadi pilihan terakhir.

Page 59: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

59

BAB V

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1 Sejarah Berdirinya Kelompok Wanita Tani (KWT) Spora Bali

Kelompok Wanita Tani (KWT) Spora Bali merupakan kelompok yang

pada awalnya merupakan kelompok tani yang membudidayakan jamur tiram

untuk dipasarkan di pasar-pasar tradisional, konsumen langsung dan pedagang

pengepul untuk kepentingan jamur tiram olahan.. Budidaya jamur tiram ini

dimulai pada bulan Juni 2010 dan pengolahan menjadi poroduk olahan jamur

tiram dilakukan sejak bulan April 2011.

Pada awalnya pemasaran jamur tiram segar tidak mengalami kendala

karena telah memiliki pelanggan tetep, namun seiring dengan banyaknya

bermunculan petani pembudidaya jamur tiram sehingga konsumen memiliki

banyak pilihan tempat untuk membeli hasil jamur tiram segar. Dengan hasil panen

yang cukup banyak dan usaha hanya menyediakan bag log untuk dinas pertanian

dan konsumen ternyata memunculkan permasalahan baru bagi kelompok

pembudidaya jamur tiram KWT Spora Bali yaitu menangani hasil jamur tiram

pasca panen, mengingat jamur tiram merupakan komoditi pertanian yang mudah

rusak sehingga membutuhkan penanganan secara khusus.

59

Page 60: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

60

Dari permasalahan yang muncul maka munculnya keinginan untuk

mengelola hasil panen tersebut menjadi berbagai macam produk olahan jamur

tiram yang apabila dibandingkan dengan hanya menjual jamur tiram segar akan

memberikan nilai tambah dan penghasilan lebih tinggi bagi petani pembudidaya

jamur tiram dan produsen pengolah produk olahan jamur tiram.

.

5.2 Keanggotaan KWT Spora Bali

Jumlah keseluruhan anggota KWT Spora Bali adalah 10 orang yang

terdiri dari 1 orang ketua, 1 orang sekretaris, 1 orang bendahara dan 7 orang

anggota.. Tujuan dari dikumpulkannya anggota sehingga menjadi 10 orang

anggota yang masih memiliki hubungan kekerabatan ini adalah untuk

mengumpulkan modal yang yang dibutuhkan dalam menjalankan usaha produk

olahan jamur tiram. Adapun modal awal yang harus disetor untuk masing -

masing orang adalah sebesar Rp 300.000.

Dana yang terkumpul dari 10 orang anggota dengan total sebesar

Rp 3.000.000 kemudian dialokasikan untuk membeli peralatan - peralatan yang

dibutuhkan dalam menjalankan usaha pengolahan produk olahan jamur tiram.

Berikut Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Spora Bali yang 40 %

anggotanya berpendidikan SLTA, 20 % berpendidikan SLTA, 30 %

berpendidikan SD dan hanya 10 % berpendidikan Strata 1 (S1), KWT Spora Bali

diketuai oleh Ibu Eni Ekawati, sekretaris ditugaskan pada Ibu Tri Susilowati,

bendahara ditugaskan pada Ayu Pertiwi dan selebihnya sebagai anggota disajikan

dalam Tabel 5.1.

Page 61: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

61

Tabel 5.1 Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Spora Bali

NO Nama Pendidikan Terakhir

1 Eni Ekawati S1

2 Tri Susilowati SLTA

3 Ayu Pertiwi SLTA

4 Nunuk Cahyani SLTA

5 Sri Rukmana SLTA

6 Dian Ningsih SLTP

7 Resmini Wati SLTP

8 Tika Wongso SD

9 Tatik Wijayanti SD

10 Suparmi SD

Jumlah aset yang dimiliki oleh KWT Spora Bali yang digunakan untuk

kegiatan pengolahan jamur tiram disajikan dalam Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Aset KWT Spora Bali

Nama Aset Jumlah Jangka waktu pemakaian (tahun)

Kompor gas 3 5 Wajan 3 5 Juicer 1 8 Blender 2 8 Slicer 1 10 Siller 1 10 Panci 3 5 Pisau 5 1 Nampan 4 2

Page 62: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

62

Peralatan tersebut di atas digunakan dalam kegiatan pengolahan jamur

tiram menjadi berbagai produk olahan. Jamur tiram dikupas menggunakan pisau.

Pemotongan menggunakan slicer dan penghancuran menggunakan blender.

Pembuatan adonan digunakn panci. Wajan dan kompor digunakan untuk

memasak. Nampan biasa digunakan untuk menjemur pada proses pembuatan

kerupuk. Selanjutnya dalam proses pengemasan digunakan siller.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua KWT Spora Bali, sumber

keuangan berasal dari iuran dari para anggota. Besarnya iuran ini tidak tentu

jumlahnya karena disesuaikan dengan jumlah biaya yang akan dikeluarkan dalam

kegiatan produksi. Namun demikian, iuran ini tidak dapat menjadi sumber

keuangan selamanya bagi KWT Spora Bali, karena anggota tidak sanggup saat

jumlah biaya produksi tinggi. Oleh karena itu diperlukan hubungan kerjasama

dengan pihak luar untuk mendapatkan tambahan biaya dalam rangka peningkatan

kualitas dan kuantitas produk.

5.3 Peranan Petugas Penyuluh Lapangan dalam KWT Spora Bali

KWT Spora Bali merupakan kelompok tani yang dalam kegiatannya

memperoleh bimbingan dan pengarahan dari para Petugas Peyuluh Lapangan

(PPL) yang berasal dari Dinas Pertanian .Secara umum dengan adanya peran dari

PPL ini diperoleh masukan dan saran yang dapat diterapkan oleh KWT Spora Bali

dalam memajukan usahanya. Adanya penyuluhan tersebut mampu meningkatkan

pengetahuan dandan keterampilan dari anggota KWT Spora Bali.

Page 63: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

63

Peningkatan pengetahuandan keterampilan ini dapat tercapai jika ada

peran aktif dari anggota itu sendiri untuk ikut mengalami, mengungkapkan,

menganalisis, menyimpulkan, dan menerapkan segala bentuk pengarahan dan

bimbingan yang diberikan oleh PPL. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan

mengakibatkan kelompok tani sangat memperhatikan kualitas pengolahan jamur

tiram. Dengan kualitas yang baik, hasil yang diterima oleh kelompok tani juga

semakin baik. Adapun kegiatan-kegiatan yang pernah diikuti oleh KWT Spora

Bali dalam memperkenalkan produk mereka adalah pada pameran UKM yang

diselenggarakan dinas Koperasi di Lapangan Puputan Mandala Renon dan ikut

serta pada pamaran kuliner Pesta Kesenian Bali (PKB). Dalam pembinaannya

PPL melakukan penyuluhan ke lapangan sesuai dengan jadwal kelembagaan

Dinas Pertanian sebulan sekali. Namun karena hubungan pribadi yang baik secara

pribadi pula petugas tersebut biasa memberikan masukan dan penyuluhan saat

dibutuhkan. Secara spesifik peranan PPL bagi Kelompok Wanita Tani (KWT)

Spora Bali adalah :

1. Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai budidaya jamur tiram

sehingga para petani dapat melakukan budidaya dengan benar dan

menghasilkan panen yang baik, hal ini sangat mendukung usaha KWT Spora

Bali dalam melakukan pengolahan produk olahan mengingat jamur tiram

adalah bahan baku utama yang digunakan.

2. Memberikan ide awal untuk melakukan proses pengolahan jamur tiram

menjadi berbagai produk olahan untuk menghindari kerugian saat panen

jamur tiram segar terlalu banyak, sehingga dapat meningkatkan penghasilan

Page 64: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

64

petani pembudidaya jamur tiram pada awalnya dan berkembang menjadi

KWT Spora Bali agar proses pengolahannya lebih terfokus.

3. Memberikan informasi-informasi untuk memasarkan hasil produk olahan

jamur tiram namun masih terbatas pada pameran-pameran UKM yang

diadakan oleh instansi-instansi pemerintah.

4. Membantu mengajukan perijinan dan berbagai hal legalitas seperti

mendaftarkan nama produk dan mencantumkan nomor depkes pada kemasan

produk yang dihasilkan yang sampai saat ini masih dalam proses.

5.4 Produk - Produk Hasil Olahan KWT Spora Bali

KWT Spora Bali telah mampu memproduksi berbagai jenis produk olahan

jamur tiram untuk kepentingan catering dan produk olahan dalam kemasan.

Produk unggulan yang dibuat adalah kripik dan nugget jamur. Namun ada pula

berbagai variasi produk yang dikembangkan seperti krupuk, stick, dan produk

olahan untuk catering seperti pepes, abon, cah tumis, bakso, sate dan masih

banyak kreasi olahan lainnya. Berikut proses produksi beberapa jenis produk

olahan jamur tiram :

1. Keripik Jamur Crispy

Keripik jamur merupakan produk unggulan dari KWT Spora Bali, Adapun

bahan-bahan yang harus disiapkan adalah jamur segar 1 kg, tepung crispy

siap saji dan minyak goreng 1 liter. Cara pembuatannya adalah suwir jamur

kecil-kecil kemudian kocok telur di mangkok. Setelah itu cuci jamur dan

peras hingga kesat, campur telur kocokan dan lumuri tepung crispy diayak

Page 65: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

65

agar tidak terlalu terlalu tebal dan goreng menggunakan api sedang agar tidak

mudah gosong dan bolak balik hingga berwarna kecoklatan, kemudian

tiriskan dan siap di spinner untuk menghilangkan minyak dan keripik jamur

siap dikemas. Harga kripik jamur per pak berisi 12 bungkus kecil seharga

Rp 60.000.

2. Kerupuk Jamur

Jamur tiram juga dapat diolah menjadi kerupuk. Bahan yang

digunakan antara lain jamur tiram, sagu, penyedap rasa, ketumbar, air, dan

minyak goreng. Jamur tiram tersebut dicampur dengan sagu, air, penyedap

rasa, dan ketumbar. Setelah dicampur rata, adonan tersebut dimasukkan ke

dalam plastik putih yang berukuran 10 x 3 cm dengan tujuan untuk

membentuk adonan kerupuk. Adonan selanjutnya dikukus hingga matang.

Setelah matang, adonan tersebut didinginkan dan dimasukkan sebentar ke

dalam lemari es agar adonan tersebut menjadi keras sehingga mudah

mengirisnya.

Tahapan selanjutnya adalah proses pengirisan adonan, plastik

pembungkusnya dibuang terlebih dahulu. Setelah diiris tipis, kerupuk yang

masih basah dijemur dengan menggunakan bantuan sinar matahari. Sinar

matahari ini sangat membantu dalam proses pengeringan kerupuk jamur tiram

ini. Penjemuran dilakukan sampai kerupuk jamur tiram benar-benar kering.

Setelah benar-benar kering, kerupuk tersebut digoreng. Kerupuk yang telah

digoreng didinginkan terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam plastik

Page 66: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

66

pembungkus yang berukuran 15 x 20 cm. Kerupuk ini dijual dengan harga Rp

5.000 per bungkus.

3. Sirup Jamur tiram

Sirup Jamur tiram yang dijual dengan harga Rp 20.000 per botol

dimana dalam pembuatannya menggunakan bahan-bahan seperti jamur tiram,

gula, air, vanilla, dan asam sitrat. Untuk setiap 1 kg jamur tiram digunakan

gula sebanyak 700 gram, air sebanyak 1 liter, vanilla, dan asam sitrat

secukupnya.

Tahap pertama jamur dikupas kulit luarnya, dicuci, dan diiris tipis.

Lalu irisan jamur itu dihaluskan dengan menggunakan blender untuk diambil

sarinya. Sari jamur tiram tersebut dicampur dengan air, gula, vanila, dan

asam sitrat. Kemudian dimasak hingga mendidih dengan cara diaduk-aduk

hingga mendidih dan agak mengental. Setelah didinginkan sirup tersebut

dimasukkan ke dalam botol.

4. Stick Jamur tiram

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan stick jamur ini

adalah jamur tiram, terigu, bawang merah, bawang putih, penyedap rasa, dan

garam.

Cara membuatnya yaitu jamur yang sudah dibersihkan kemudian

dihaluskan, dicampurkan dengan bawang merah, bawang putih yang telah

dihaluskan terlebih dahulu. Selanjutnya dicampurkan dengan bahan-bahan

lain. Setelah adonan tercampur, cetak adonan sesuai dengan selera. Proses

Page 67: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

67

terakhir adalah proses penggorengan. Harga stick jamur Rp 2.000 per

bungkus kecilnya.

5. Nugget Jamur Tiram

Nugget merupakan makanan cepat saji yang sangat digemari oleh anak-anak

maupun orang dewasa. Dari peluang tersebutlah KWT Spora Bali

memproduksi nugget berbahan baku jamur sebagai alternative nugget yang

biasanya terbuat dari daging.

Adapun bahan-bahan yang dibutuhkan adalah 1 kg jamur tiram, 300

gram roti tawar, susu cair secukupnya, 150 gram bawang bombay, 4 sendok

makan margarine, 4 butir telur, 300 gram tepung panir, 1 kg minyak goreng, 4

siung bawang putih, 1 sendok teh merica, 1 sendok makan garam. Cara

pembuatannya yaitu rendam roti dalam air susu, haluskan dengan sendok,

bawang bombay dicincang halus dan ditumis dengan margarine kemudian

campurkan adonan rendaman roti dalam susu bersama telur dan bumbu yang

telah dihaluskan. Masukkan adonan ke dalam loyang yang telah diolesi

margarin, ratakan, kukus selama 30 menit. Setelah dingin potong sesuai

selera. Celupkan potongan nugget kedalam putih telur, gulingkan dalam

tepung panir dan goreng diatas api kecil, nugget siap dikemas. Harga nugget

jamur Rp 40.000 per pak.

Page 68: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

68

BAB VI

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

6.1 Analisis Lingkungan Internal

Keinginan KWT Spora Bali untuk berkembang sangat kuat, hal ini

ditunjukkan dengan mempersiapkan berbagai persyaratan untuk memperoleh ijin

dari Dinas Kesehatan Kota Denpasar yang bertujuan untuk memberikan rasa aman

bagi konsumen.

Analisis lingkungan internal yang dilakukan yaitu terhadap faktor-faktor

strategis internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan dalam pemasaran

produk olahan jamur tiram yang dilakukan oleh KWT Spora Bali. Adapun faktor-

faktor strategis internal tersebut antara lain:

a. Kualitas Produk Yang Baik

Produk olahan jamur tiram ini bermanfaat bagi kesehatan karena bahan

baku utamanya yaitu jamur tiram mengandung serat dan protein tinggi. Selain

itu, jamur tiram juga berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit seperti

kolesterol dan baik untuk pelaku diet dan memelihara kesehatan karena

kandungan karbohidratnya rendah kalori.

Produk olahan KWT Spora Bali merupakan produk olahan yang

ditangani secara baik dan menggunakan bahan-bahan khusus terbukti dengan

adanya konsumen yang loyal dan sejauh ini tidak ada keluhan dari konsumen

setelah dikonsumsi. Artinya produk olahan jamur tiram ini merupakan produk

yang hygenis sehingga dapat dikatakan sebagai produk yang berkualitas baik.

68

Page 69: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

69

Selain itu, adanya permintaan dari pasar modern yaitu Indomart

menunjukkan produk tersebut berkualitas baik, karena tidak semua produk

olahan dapat masuk ke pasar modern seperti Indomart. Pasar modern seperti

Indomart biasanya memiliki ketentuan untuk suatu produk dapat masuk dan

dipasarkan. Dengan demikian kondisi produk yang berkualitas baik ini

menjadi kekuatan bagi KWT Spora Bali.

b. Lokasi Produksi Strategis

Lokasi pengolahan produk olahan jamur tiram berada di daerah yang

strategis, yaitu berada di daerah pemukiman yang ramai di kawasan Monang-

Maning yang membuka peluang banyaknya peminat jamur tiram dengan

mudah mendapatkan hasil olahan jamur tiram. Hal ini merupakan faktor yang

sangat esensial dalam proses pemasaran produk. Lokasi produksi KWT Spora

Bali tidak jauh dari lokasi bahan baku berasal. Bahan baku dapat dengan

mudah diperoleh dan tidak memerlukan biaya transportasi yang tinggi.

Rendahnya biaya transportasi ini akan berpengaruh terhadap biaya produksi.

Jika biaya produksi dapat ditekan, maka akan berdampak pada peningkatan

keuntungan. Kondisi ini menjadi kekuatan bagi KWT Spora Bali.

c. Bahan Baku Tidak Terbatas

KWT Spora Bali dapat memproduksi setiap jumlah pesanan yang

diminta oleh konsumennya selama ini. Berapa pun besarnya jumlah pesanan

tersebut dapat dipenuhinya. Hal ini dikarenakan segala kondisi produksi yang

mendukung seperti bahan baku dan tenaga kerja yang memadai. Dengan

Page 70: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

70

demikian kegiatan produksi untuk mencapai kapasitas yang diinginkan dapat

tercapai. Oleh karena itu, kondisi ini menjadi kekuatan bagi KWT Spora Bali.

d. Jenis Produk Bervariasi

Terdapat berbagai jenis produk olahan yang dihasilkan oleh KWT

Spora Bali. Produk olahan tersebut yaituk kripik, kerupuk, nugget, dan produk

masakan jadi seperti pepes, sate , siomay, sushi jamur dan lain-lain. Dengan

demikian konsumen bisa memilih jenis olahan yang lebih disukai. Hal ini

menjadi kekuatan bagi KWT Spora Bali dalam memasarkan produknya.

Tidak semua orang menyukai jamur tiram meskipun dikatakan bahwa

mengkonsumsinya baik untuk kesehatan. Dengan adanya pengolahan terhadap

jamur tiram, maka jamur tiram akan lebih menarik untuk dikonsumsi

mengingat manfaatnya yang cukup besar, apalagi KWT Spora Bali telah

mampu mengolahnya menjadi berbagai jenis produk olahan jamur tiram,

sehingga konsumen bisa lebih variatif dalam memilih.

e. Dukungan dDari Komunitas Petani Jamur

KWT Spora Bali berada dalam lingkungan kawasan pembudidaya

jamur tiram yang sering dijadikan tempat penelitian bagi pelajar atau

mahasiswa perguruan tinggi di bidang pertanian. Selain itu, KWT Spora Bali

juga mendapatkan pengarahan dan pembinaan dari Dinas Pertanian dan

bekerjasama untuk penyaluran baglog. Disamping itu dukungan dari petani

jamur bali dan luar daerah sangat bermanfaat untuk saling bertukar informasi

dan teknik budidaya jamur. Selain itu, penelitian dan pelatihan ini mencakup

kegiatan pengolahan produk, sampai pada pemasaran produk, sehingga

Page 71: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

71

keberadaanya sangat berpengaruh positif dalam pengembangan kegiatan yang

dilakukan oleh kelompok tani.

Hal tersebut membuat KWT Spora Bali dapat meningkatkan

keterampilannya. Dengan peningkatan keterampilan ini diharapkan KWT

Spora Bali mampu memperbaiki produksinya sampai pada pemasaran

produknya sehingga lebih efektif dan efisien.

Dengan demikian, kondisi ini menjadi kekuatan bagi KWT Spora Bali

dalam melakukan kegiatan pengolahannya yang selanjutnya berdampak pada

kegiatan pemasaran.

f. Kemasan Produk Kurang Memadai

Kemasan yang masih sangat sederhana menunjukkan bahwa belum

diterapkannnya teknologi pengemasan. Produk yang telah memiliki kualitas

baik sebaiknya ditunjang dengan kemasan yang menarik.

Kondisi ini menjadi kelemahan bagi KWT Spora Bali dalam

memasarkan produknya dikarenakan tampilan produk menjadi kurang

menarik. Padahal bagaimana produk itu dikemas akan sangat menentukan

pemasaran produk. Kemasan produk pada akhirnya akan menentukan

besarnya harga jual produk tersebut. Akibat lain karena belum menggunakan

teknologi pengemasan yang baik yaitu berpengaruh terhadap umur simpan

produk yang lebih pendek. Hal ini tentu akan menimbulkan kerugian bagi

KWT Spora Bali jika produk tidak cepat terjual.

Page 72: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

72

g. Merek Produk Kurang dikenal

Sampai saat ini produk hasil olahan KWT Spora Bali belum

mempunyai merek dagang. Dengan demikian konsumen belum mengenal

dengan baik produk olahan ini. Merek yang digunakan juga sering diganti-

ganti dalam beberapa kurun waktu seperti jamur Rezza, jamur enak dan lain-

lain. Seharusnya dipilih dan ditetapkan satu nama yang akan digunakan untuk

mempermudah mengenali produk yang beredar dipasaran. Hal ini menjadi

kelemahan bagi KWT Spora Bali dalam memasarkan produknya

h. Promosi Terbatas

Kegiatan pemasaran produk juga ditentukan oleh kegiatan promosi.

KWT Spora Bali melakukan kegiatan promosi melaui kegiatan pameran yang

biasa diselenggarakan oleh persatuan petani jamur Bali. Kegiatan pameran

yang diikuti jangka waktunya terlalu lama sehingga dinilai kurang efektif

untuk bisa mempromosikan produk olahan tersebut. Selebihnya kegiatan

promosi hanya dilakukan mulut ke mulut. Kegiatan promosi ini juga tidak

efektif karena sangat terbatas jangkauannya sehingga informasi produk tidak

dapat menyebar dengan luas. Kegiatan promosi ini dirasakan belum optimal,

sehingga masih menjadi kelemahan bagi KWT Spora Bali dalam memasarkan

produknya.

i. Harga Jual Produk Tinggi

Harga jual produk dipengaruhi oleh besarnya biaya produksi yang

dikeluarkan. Jika biaya produksi dapat ditekan diharapkan harga jual relatif

lebih rendah. Biaya untuk bahan-bahan yang digunakan dalam kegiatan

Page 73: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

73

produksi produk olahan ini dinilai cukup tinggi. Komponen seperti minyak,

gula, dan terigu memberikan komposisi yang tinggi dalam proses produksi.

Komposisi yang digunakan merupakan bahan-bahan pilihan karena diproduksi

untuk anak-anak penyandang autis. Dengan tingginya harga komponen-

komponen tersebut maka menimbulkan peningkatan terhadap biaya produksi.

Hal ini akan berdampak pada harga jual produk yang tinggi. Kondisi ini

menjadi kelemahan bagi KWT Spora Bali untuk memasarkan produknya

karena konsumen cenderung untuk memilih produk dengan harga yang relatif

rendah.

j. Saluran Distribusi Terbatas

Distribusi adalah proses sampainya barang dari produsen ke

konsumen. Saat ini KWT Spora Bali masih merasa kesulitan untuk dapat

menyalurkan produknya hingga sampai ke tangan konsumen. Produk diolah

masih menggunakan teknologi sederhana, sehingga umur simpan produk

menjadi lebih pendek. Oleh karena itu, diperlukan saluran distribusi yang tepat

agar produk bisa cepat sampai ke tangan konsumen. Dengan demikian kondisi

saluran distribusi yang ada saat ini menjadi kelemahan bagi KWT Spora Bali

dalam memasarkan produknya.

Dalam analisis internal matriks IFE dilakukan pengidentifikasian

faktor - faktor strategis internal yang memiliki pengaruh terhadap strategi

pemasaran KWT Spora Bali yang terdiri dari kekuatan (strengths) dan

kelemahan (weakness). Dalam analisis tersebut dilakukan pembobotan

(Lampiran 2) dan pemberian rating (Lampiran 3) terhadap faktor-faktor

Page 74: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

74

strategis internal KWT Spora Bali. Perhitungan rata-rata pembobotan faktor-

faktor strategis internal dari keempat responden dapat dilihat pada (Lampiran

4). Adapun hasil perkalian rata-rata bobot dan rating dari keempat responden

digabungkan dalam matiks IFE seperti ditunjukkan pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1.Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)

Faktor Strategis Internal Penilaian

Bobot Rating Skor

Kekuatan

Kualitas produk yang baik 0.106 4 0.4240

Lokasi produksi strategis 0.100 3.8 0.3800

Bahan baku tidak terbatas 0.093 3.3 0.3069

Jenis produk bervariasi 0.115 4 0.4600

Dukungan dari komunitas petani jamur 0.090 4 0.3600

Kelemahan

Kemasan produk kurang memadai 0.114 1.8 0.2052

Merek produk kurang dikenal 0.113 1.5 0.1695

Promosi terbatas 0.097 2 0.1940

Harga jual produk tinggi 0.074 1.3 0.0962

Saluran distribusi terbatas 0.099 1.5 0.1485

Jumlah 1 2.7443

Berdasarkan hasil identifikasi faktor strategis internal, skor total hasil

analisis internal adalah 2,7443 yang menandakan bahwa KWT Spora Bali

tersebut berada pada posisi internal “sedang” dalam memanfaatkam kekuatan

untuk menghadapi kelemahan yang dihadapi KWT Spora Bali. Hal ini berarti

bahwa KWT Spora Bali telah mampu mengatasi kelemahannya dengan

Page 75: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

75

memanfaatkan kekuatan yang dimiliki, karena berada pada posisi di atas rata-

rata (2,50). Kekuatan utama dari KWT Spora Bali terdapat pada faktor variasi

produk dengan skor internal 0,46. Produk olahan jamur tiram ini merupakan

produk yang belum dikenal banyak oleh masyarakat luas. Dengan demikian

semakin banyak pilihan yang ditawarkan maka akan semakin mempermudah

konsumen untuk menentukan pilihannya.

Adapun kelemahan utama KWT Spora Bali terletak pada harga jual

produk yang tinggi dengan skor internal 0,0962. Sebagai produk yang belum

banyak dikenal oleh masyarakat, harga produk yang ditawarkan saat ini relatif

lebih mahal dibandingkan dengan produk-produk sejenis yang telah lebih

dikenal masyarakat.

6.2 Analisis Lingkungan Eksternal

Kondisi perekonomian Indonesia yang masih belum stabil memberikan

iklim yang kurang kondusif bagi perkembangan industri makanan. Apalagi saat

ini naiknya harga bahan bakar minyak dan gas serta tarif angkutan yang tinggi,

akan mempengaruhi kenaikan harga-harga secara umum. Kenaikan harga ini tidak

terkecuali dengan harga bahan baku penunjang industri pengolahan jamur tiram

yang dilakukan oleh KWT Spora Bali seperti minyak, gula, dan terigu.

Hal ini menjadi suatu ancaman bagi KWT Spora Bali dalam melakukan

kegiatan produksi yang selanjutnya berdampak pada semakin sulitnya KWT Spora

Bali dalam memasarkan produknya.

Page 76: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

76

Namun demikian, di sisi lain kondisi pertambahan jumlah penduduk

memberikan peluang bagi KWT Spora Bali untuk semakin memperluas daerah

pemasarannya. Produk olahan jamur tiram ini adalah produk untuk semua umur.

Dengan demikian, semakin bertambahnya jumlah penduduk akan semakin

membuka peluang dalam memasarkan produknya.

Selain itu, saat ini pola konsumsi masyarakat cenderung untuk lebih

memilih makanan yang sehat untuk dikonsumsi. Bahan baku produk ini yaitu

jamur tiram yang bermanfaat untuk kesehatan dan menyembuhkan banyak

penyakit.

Pada periode awal produksi, produk olahan jamur tiram yang ditawarkan

adalah dua jenis produk olahan saja yaitu kerupuk dan nugget. Namun dalam

perkembangannya, KWT Spora Bali mencoba memproduksi olahan lainnya yaitu

kripik dan masakan jadi untuk disalurkan ke catering dan beberapa villa. Produk

ini ternyata lebih banyak disukai oleh konsumen dan selalu habis terjual

dibanding dengan produk olahan jamur lainnya. Dengan demikian KWT Spora

Bali selalu memproduksi kripik dan masakan jadi dalam setiap kegiatan

produksinya.

Pemasok bahan baku utama produk olahan ini adalah berasal dari hasil

pembudidayaan sendiri dan kelompok tani yang berada di kawasan sekitar KWT

Spora Bali. Dengan demikian KWT Spora Bali sudah menguasai kendali atas

pemasok bahan baku utama. Bahan baku tersedia berapa pun jumlahnya karena

jamur tiram merupakan produk unggulan yang sudah banyak di budidayakan di

Page 77: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

77

Bali. Oleh karena itu, posisi tawar pemasok menjadi lemah dalam kaitannya

dengan penggunaan bahan baku yang dilakukan oleh KWT Spora Bali.

Hambatan masuk dalam industri ini sangat kecil. Hal ini dikarenakan

diperlukan keterampilan untuk dapat menghasilkan produk yang berkualitas.

Pendatang baru yang masuk seperti dari kelompok tani lain yang mencoba

memproduksi produk sejenis, namun tidak dapat bertahan karena kesulitan untuk

memasarkan produknya.

Analisis lingkungan eksternal yang dilakukan yaitu terhadap faktor-faktor

strategis eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman dalam pemasaran

produk olahan jamur tiram yang dilakukan oleh KWT Spora Bali. Adapun faktor-

faktor strategis eksternal tersebut antara lain :

a. Meningkatnya Permintaan Pelanggan

Dengan memiliki kualitas produk yang baik maka konsumen akan

menjadi loyal dan percaya akan kualitas dan kesehatan produk yang

dihasilkan KWT Spora Bali. Ini dibuktikan dengan meningkatnya permintaan

konsumen terutama pelanggan tetap setiap tahunnya. Permintaan dari villa dan

pemesanan secara langsungpun semakin meningkat, ini menjadi peluang bagi

KWT Spora Bali dalam mengembangkan usahanya.

b. Perkembangan Teknologi

Adanya perkembangan teknologi semakin memudahkan dalam

kegiatan produksi. Contohnya dalam hal penggunaan peralatan seperti adanya

juicer, blender, slicer, dan sealer akan lebih memudahkan dalam proses

Page 78: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

78

produksi. Kegiatan produksi yang lebih mudah dapat membantu tahap

selanjutnya yaitu pemasaran produk.

Selain adanya peralatan yang dapat memudahkan kegiatan produksi,

kemajuan teknologi juga memudahkan dalam pencarian informasi yang

berkenaan dengan kegiatan pemasaran produk. Misalnya pencarian informasi

melalui media cetak, media elektronik, dan internet. Di samping itu, kemajuan

dalam sektor transportasi juga memudahkan dalam memasarkan produk. Oleh

karena itu, adanya perkembangan teknologi produksi dan teknologi informasi

menjadi peluang bagi KWT Spora Bali dalam memasarkan produk.

c. Dukungan Pemerintah Pada UKM

Pemerintah Daerah yang turut memberikan dukungan kepada kegiatan

usaha KWT Spora Bali ini adalah Dinas Pertanian dan Hortikultura Kota

Denpasar dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag). Dispertan

memberikan dukungan dalam bentuk pemberian pengarahan dan pembinaan

kepada KWT Spora Bali dalam hal pembudidayaan jamur tiram dan segala

bentuk kegiatannya. Disperindag memberikan dukungan dalam bentuk

pemberian pelatihan dalam kegiatan produksi sampai pemasaran produk serta

pemberian bantuan peralatan dan informasi-informasi mengenai seminar yang

dapat menambah keterampilan anggota KWT Spora Bali dalam menjalankan

usahanya sebagai industri rumah tangga yang tergolong dalam usaha kecil

menengah.

Page 79: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

79

d. Trend Gaya Hidup Sehat Masyarakat

Saat ini konsumen semakin cerdas dalam memilih suatu produk. Tren

healthy life telah menjadi semakin memasyarakat. Konsumen cenderung lebih

memilih produk yang sehat dan aman untuk dikonsumsi. Salah satu indikator

produk yang aman adalah tanpa bahan pengawet. Produk olahan KWT Spora

Bali ini diproduksi tanpa menggunakan bahan pengawet. Dengan demikian

konsumen akan merasa aman untuk mengkonsumsi produk ini. Selain itu,

kandungan gizi dan manfaat yang terdapat dalam jamur tiram pun akan

menjadi pilihan makanan yang baik untuk dikosumsi oleh semua umur.

Kondisi ini akan menjadi peluang bagi KWT Spora Bali dalam memasarkan

produknya.

e. Penawaran Bantuan Modal dari Perbankan

Modal yang stabil dalam menjalani suatu usaha merupakan komponen

penting dalam mewujudkan usaha yang semakin maju, karena denga

permodalan yang kuat proses produksi menjadi lancar.Dalam hal ini KWT

Spora Bali sering mendapat tawaran dari Koperasi dan Bank seperti Bank

Rakyat Indonesia (BRI) untuk diberikan pinjaman, mengingat usaha

pengolahan produk olahan jamur tiram masuk kedalam industri rumah tangga

(UKM) yang bila dianalisis oleh penyuntik dana sangat berpotensial untuk

maju dan berkembang menjadi usaha yang lebih besar. Hal tersebut dapat

menajdi peluang bagi kemajuan KWT Spora Bali.

Page 80: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

80

f. Adanya Barang Sisa Tidak Terjual

Adanya barang sisa tidak terjual yang sudah terlalu lama menjadi

tengik dan tentunya tidak dapat dijual lagi yang pada akhirnya menimbulkan

barang sisa. Barang sisa inilah yang akan menjadi masalah karena dapat

menimbulkan kerugian. Dengan demikian kondisi saluran distribusi yang ada

saat ini menjadi kelemahan bagi KWT Spora Bali dalam memasarkan

produknya.

g. Naiknya Biaya Produksi

Selain menimbulkan penurunan daya beli masyarakat, naiknya harga

bahan bakar minyak yang masih berdampak sampai saat ini juga menimbulkan

kenaikan harga kebutuhan pokok. Begitu pun halnya dengan harga bahan baku

penunjang produksi seperti minyak, gula, dan terigu yang turut meningkat.

Komponen seperti minyak, gula, dan terigu memberikan komposisi

yang tinggi dalam proses produksi produk olahan jamur tiram. Dengan

demikian jika harga komponen tersebut meningkat, maka akan sangat

berpengaruh terhadap peningkatan biaya produksi. Hal ini berdampak pada

kenaikan harga jual produk yang sekaligus akan berakibat pada kegiatan

pemasaran. Kondisi ini menjadi ancaman bagi KWT Spora Bali dalam

memasarkan produknya, karena dengan harga yang lebih tinggi konsumen

akan berpikir kembali untuk memutuskan proses pembelian.

h. Isu zat Adiktif Pada Makanan

Zat adiktif adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan dalam

proses produksi,pengemasan,atau penyimpanan dengan maksud tertentu.

Page 81: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

81

Penambahan zat aditif dalam makanan berdasarkan pertimbangan agar mutu

dan kestabilan makanan tetap terjaga dan untuk mempertahankan nilai gizi

yang mungkin rusak atau hilang selama proses pengolahan. Pada awalnya zat-

zat aditif tersebut berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan yang selanjutnya

disebut zat aditif alami.Umumnya zat aditif alami tidak menimbulkan efek

samping yang membahayakan kesehatan manusia. Adapun zat aditif alami

diantaranya adalah bunga cengkeh, pala, merica, dan cabai.

Jumlah penduduk bumi yang makin bertambah menuntut jumlah

makanan yang lebih besar sehingga zat aditif alami tidak mencukupi lagi.

Oleh karena itu, industri makanan memproduksi makanan yang memakai zat

aditif buatan (sintesis). Bahan baku pembuatannya adalah dari zat-zat kimia

yang tidak alami kemudian direaksikan. Contoh zat aditif buatan adalah

monosodium glutamat, natrium benzoat, dan tartrazin. Adapun tujuan

penggunaan zat adiktif untuk penguat rasa, pemanis, pengental dan

sebagainya, sehingga apabila digunakan secara berlebihan dan dikonsumsi

dalam jangka waktu lama akan merusak kesehatan.Isu tersebut merupakan

ancaman karena akan timbul ketidakpercayaan konsumen pada konsumen

makanan.

i. Banyaknya Produsen Produk Sejenis

Terdapat pesaing di kelompok tani lain di wilayah Denpasar yang

melakukan pengolahan jamur tiram. Produk yang dihasilkan tidak jauh

berbeda, begitu pun dengan skala usahanya yaitu skala rumah tangga.

Kelebihannya dalam segi kualitas, kualitas produk KWT Spora Bali lebih

Page 82: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

82

unggul. Keberadaan kelompok tani ini menjadi ancaman bagi KWT Spora

Bali dalam memasarkan produknya karena akan menimbulkan persaingan

dalam industri pengolahan jamur tiram

j. Adanya Produk Substitusi

Produk olahan jamur tiram ini dapat dijadikan sebagai makanan atau

cemilan yang dikonsumsi setiap hari. Namun demikian, terdapat jenis

makanan lainnya yang dapat dijadikan sebagai makanan atau cemilan

alternative seperti wortel dan bayam. Dua jenis produk tersebut merupakan

produk substitusi dari produk olahan kripik jamur tiram. Karena kondisi

produk substistusi tersebut lebih dikenal oleh masyarakat sehingga

keberadaanya dapat lebih menguasai pasar dibanding produk olahan jamur

tiram Oleh karena itu, adanya produk substitusi ini menjadi ancaman bagi

KWT Spora Bali dalam memasarkan produknya.

Dalam analisis eksternal matriks EFE dilakukan pengidentifikasian

faktor-faktor strategis eksternal yang memiliki pengaruh terhadap strategi

KWT Spora Bali. Faktor-faktor strategis eksternal terdiri dari peluang

(opportunities) dan ancaman (threats). Dalam analisis tersebut dilakukan

pembobotan (Lampiran 2 ) dan pemberian rating (Lampiran 3) terhadap

faktor-faktor strategis eksternal KWT Spora Bali. Perhitungan rata-rata

pembobotan faktor-faktor strategis eksternal dari keempat responden dapat

dilihat pada (Lampiran 4). Adapun hasil perkalian antara rata-rata bobot dan

rating dari keempat responden digabungkan dalam matriks EFE ditunjukkan

pada Tabel 6.2.

Page 83: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

83

Dalam analisis eksternal matriks EFE dilakukan pengidentifikasian

faktor-faktor strategis eksternal yang memiliki pengaruh terhadap strategi

KWT Spora Bali. Faktor-faktor strategis eksternal terdiri dari peluang

(opportunities) dan ancaman (threats). Dalam analisis tersebut dilakukan

pembobotan (Lampiran 2) dan pemberian rating (Lampiran 3) terhadap faktor-

faktor strategis eksternal KWT Spora Bali. Perhitungan rata-rata pembobotan

faktor-faktor strategis eksternal dari keempat responden dapat dilihat pada

Lampiran 4 Adapun hasil perkalian antara rata-rata bobot dan rating dari

keempat responden digabungkan dalam matriks EFE ditunjukkan pada Tabel

6.2.

Tabel 6.2.

Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation)

Faktor Strategis Eksternal Penilaian

Bobot Rating Skor

Peluang Meningkatnya permintaan pelanggan 0.128 3.8 0.4864 Perkembangan teknologi 0.107 3.3 0.3531 Dukungan Pemerintah pada UKM 0.009 3.8 0.3762 Trend gaya hidup sehat masyarakat 0.09 3.8 0.3420 Penawaran bantuan modal dari perbankan 0.089 3.5 0.3146 Ancaman Adanya barang sisa tidak terjual 0.105 1.8 0.1890 Naiknya biaya produksi 0.087 1.8 0.1566 Izu zat adiktif pada makanan 0.097 1.8 0.1890 Banyaknya produsen produk sejenis 0.087 2 0.1740 Adanya produk substitusi 0.106 2 0.2120

Jumlah 1 2.7929

Page 84: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

84

Berdasarkan hasil identifikasi faktor strategis eksternal tersebut, skor total

analisis eksternal adalah 2,7929 yang menandakan bahwa KWT Spora Bali

tersebut berada pada posisi eksternal “sedang” dalam memanfaatkan peluang

untuk mengatasi ancaman yang dihadapi.. Hal ini berarti bahwa KWT Spora Bali

merespon dengan baik terhadap peluang dan mampu mengatasi ancaman,

sehingga dapat meminimalkan dampak dari ancaman yang mungkin timbul.

Peluang utama KWT Spora Bali terdapat pada faktor meningkatnya

permintaan pelanggan dengan skor eksternal 0,4864. Dengan adanya permintaan

yang terus meningkat didukung dengan jamur tiram sebagai bahan baku utama

yang dibudidayakan sendiri merupakan faktor yang penting dalam kegiatan

produksi sehingga dapat memenuhi permintaan konsumen. Permintaanyang terus

meningkat setiap tahunnya merupakan peluang yang sangat terbuka untuk usaha

yang lebih maju.

Ancaman utama KWT Spora Bali adalah biaya produksi yang meningkat

dengan skor eksternal 0,1566. Harga bahan baku yang meningkat akan berdampak

pada peningkatan biaya produksi. Dengan meningkatnya biaya produksi maka

harga jual akan turut meningkat. Harga jual saat ini dikatakan relatif lebih mahal

dibandingkan dengan produk sejenis yang telah lebih dikenal oleh masyarakat.

Jika harga jual produk lebih meningkat lagi seiring dengan meningkatnnya biaya

produksi, maka kondisi ini tentu akan semakin mengancam KWT Spora Bali

dalam berproduksi. Selanjutnya hal ini tentu akan berdampak pada kegiatan

pemasaran yang akan dilakukan oleh KWT Spora Bali, KWT Spora Bali perlu

Page 85: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

85

menemukan daerah pemasaran yang tepat untuk memasarkan produk olahannya

tersebut.

6.3 Perumusan Strategi

Perumusan strategi diharapkan dapat membantu pengambil keputusan

untuk dapat mengenali, mengevaluasi, sehingga pada akhirnya dapat memilih

strategi tepat yang dapat diterapkan dalam kegiatan pemasaran. Terdapat tiga

tahapan perumusan strategi yaitu tahap masukan, tahap pencocokan, dan tahap

keputusan. Berdasarakan Matriks IE dimana terdapat dua dimensi kunci, yaitu

total nilai IFE yang diberi bobot pada sumbu-X dan total nilai EFE yang diberi

bobot pada sumbu-Y. Pada sumbu-X matriks IE, skor total IFE adalah 2,7443

yang menunjukkan posisi internal rata-rata. Demikian pula pada sumbu-y matriks

IE, skor total EFE adalah 2,7929 yang menunjukkan posisi eksternal menengah.

Matriks IE ditunjukkan pada Gambar 6.1

Tinggi 3,0-4,0 I II III

VI IV V

VII VIII IX

Sedang 2,0-2,99

Rendah 1,0-1,99

Gambar 6.1 Matriks IE KWT Spora Bali

Tinggi 3,0-4,0 Sedang 2,0-2,99 Rendah 1,0-1,99

Page 86: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

86

Hasil pemetaan matriks IE di atas, menunjukkan bahwa KWT Spora Bali

berada pada sel V. Penetrasi pasar merupakan strategi pemasaran terbaik yang

dapat dilakukan oleh KWT Spora Bali dalam memasarkan produk olahan jamur

tiram.

Strategi penetrasi pasar merupakan strategi pemasaran yang berusaha

meningkatkan pangsa pasar untuk produk yang sudah ada di pasar melalui

peningkatan usaha pemasaran (beri referensinya). Strategi ini perlu dilakukan

mengingat daerah pemasaran KWT Spora Bali yang masih terbatas dan dilakukan

oleh suatu perusahaan untuk meningkatkan penjualan atas produk dan pasar yang

telah tersedia melalui usaha-usaha pemasaran yang lebih agresif dengan

menitikberatkan bauran pemasaran sebagai tolak ukurnya dalam tindakan nyata

sebagai usaha untuk menjalankan pemasaran secara efektif. Secara umum

penetrasi pasar dapat dibedakan atas tiga bentuk yaitu: Pertama, perusahaan

dapat mencoba merangsang konsumen mereka untuk meningkatkan pembelian.

Pembelian dapat diuraikan sebagai fungsi dari frekuensi pembelian dikalikan

dengan jumlah pembelian yang dilakukan. Suatu perusahaan dapat mendorong

konsumennya untuk membeli lebih sering sekaligus untuk membeli lebih banyak

setiap pembelian. Promosi harga, iklan, publisitas, dan perluasan jaringan

distribusi sangatlah membantu kegiatan ini. Secara lebih mendasar, perusahaan

dapat mempertimbangkan kesempatan-kesempatan untuk meningkatkan tingkat

konsumsi yang ada, yang merupakan dasar dari tingkat pembelian yang dihadapi.

Tingkat konsumsi adalah fungsi dari penggunaan produk dikalikan dengan

jumlah yang digunakan atau dikonsumsi pada setiap kali penggunaan konsumsi.

Page 87: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

87

Hal yang dapat dilakukan oleh KWT Spora dalam hal ini adalah lebih gencar

melakukan promosi dengan cara memberikan potongan harga atau harga khusus

kepada pelanggan tetap dan konsumen lainnya apabila melakukan pembelian

dalam jumlah besar, hal ini akan merangsang konsumen untuk meningkatkan

pembeliannya. Kedua, perusahaan dapat meningkatkan usahanya dengan menarik

atau mempengaruhi konsumen saingan. Sarana yang digunakan tidak berbeda

hanya pada sasaran atau target yang akan dicapai, yaitu pada konsumen saingan.

Hal yang dapat dilakukan oleh KWT Spora Bali dalam hal ini adalah lebih gencar

melakukan promosi atas keunggulan yang dimiliki oleh KWT Spora Bali dalam

hal produk yang dihasilkan, seperti mencantumkan manfaat dan komponen –

komnponen berkualitas yang digunakan dalam produk olahan yang dihasilkan

sehingga konsumen menjadi beralih ke produk yang dihasilkan oleh KWT Spora

Bali. Ketiga, perusahaan meningkatkan usahanya dengan menarik yang bukan

pemakai (non-users) atau calon konsumen yang berada dalam lingkungan

pasarnya. Hal yang dapat dilakukan oleh KWT Spora Bali dalam hal ini adalah

membuat variasi harga yang lebih terjangkau masyarakat umum dengan

menggunakan bahan - bahan yang umum digunakan dan tidak hanya terbatas pada

konsumen tetap yang menggunakan bahan - bahan khusus dengan harga khusus

sehingga usaha pengolahan ini dapat berkembang lebih baik.

Berdasarkan Matriks SWOT dihasilkan Strategi SO (Strengths-

Opportunities), strategi ST (Strengths-Threats), strategi WO (Weakness-

Opportunities), dan strategi WT (Weakness-Threats). Strategi pemasaran produk

olahan jamur tiram KWT Spora Bali yang dihasilkan dalam Matriks SWOT

Page 88: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

88

merupakan strategi aplikatif dari strategi penetrasi pasar sebagai hasil dari Matriks

IE. Diperoleh enam strategi pemasaran dalam Matriks SWOT, dimana keenam

strategi ini terkait dengan penetapan strategi bauran pemasaran yaitu produk,

distribusi, promosi, dan harga. Matriks SWOT ditunjukkan pada Tabel 6.3.

Tabel 6.3 Matriks SWOT KWT Spora Bali

internal

Eksternal

KEKUATAN (S) 1. Kualitas produk

yang baik 2. Lokasi produksi

strategis 3. Bahan baku tidak

terbatas 4. Jenis produk

bervariasi 5. Dukungan dari

komunitas petani jamur

KELEMAHAN (W) 1. Kemasan produk kurang memadai 2. Merek produk kurang dikenal 3. Promosi terbatas 4. Harga jual produk tinggi 5. Saluran distribusi terbatas

PELUANG (O) 1. Meningkatnya permintaan

pelanggan 2. Perkembangan teknologi 3. Dukungan dari Pemerintah 4. Trend gaya hidup sehat 5. Peenawaran bantuan modal dari

perbankan

Strategi SO 1. Membuka

peluang kerjasama dengan pihak lain terkait dengan pendistribusian produk (S1, S3, S4, S5, O1, O3, O5).

Strategi WO 1. Peningkatan promosi penjualan

atau penyebaran informasi produk (W2, W3, W5, O2, O3, O4, O5).

2. Memperbaiki tampilan produk melalui perbaikan kemasan (W1, O2, O3).

3. Mencari informasi pasar dengan penggunaan teknologi informasi (W3, W5, O2, O3, O5).

ANCAMAN (T) 1. Adanya barang sisa tidak terjual 2. Naiknya biaya produksi 3. Isu zat adiktif pada makanan 4. Banyaknya produsen produk

sejenis 5. Adanya produk substitusi

Strategi ST 1. Berusaha

mempertahankan kualitas produk (S1, S4, S5, T4, T5)

Strategi WT 1. Meningkatkan efisiensi dan

efektivitas dalam pemasaran produk (W3, W4, W5, T1, T4, T5)

Keenam strategi pemasaran dari hasil Matriks SWOT di atas dijabarkan

sebagai berikut.:

1. Membuka peluang kerja sama dengan pihak lain terkait dengan

pendistribusian produk. (S1, S3, S4, S5, O1, O3, O5). Strategi ini terkait

Page 89: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

89

dengan strategi bauran pemasaran tentang distribusi produk. Kerja sama yang

dapat dilakukan misalnya dengan toko-toko yang menjual makanan oleh-oleh

di Bali. KWT Spora Bali dapat menitipkan produk olahannya di toko-toko

tersebut untuk kemudian dijual dengan sistem konsinyasi. Kerja sama lainnya

dapat dilakukan dengan tempat-tempat wisata di wilayah Denpasar. KWT

Spora Bali dapat menjual produk olahannya tersebut dengan membuka lapak

setiap akhir pekan atau musim liburan sekolah. Dua bentuk kerja sama

dengan pihak lain tersebut dapat membantu KWT Spora Bali dalam

pendistribusian produk. Dengan pendistribusian produk ke dua tempat yang

berbeda diharapkan penjualan produk akan meningkat dan masyarakat akan

lebih mengenal produk olahan jamur yang diproduksi oleh KWT Spora Bali.

2. Peningkatan promosi penjualan atau penyebaran informasi produk (W2, W3,

W5, O2, O3, O4, O5). Strategi ini terkait dengan strategi bauran pemasaran

tentang promosi produk. Promosi terhadap produk yang dilakukan saat ini

belum optimal dilakukan oleh KWT Spora Bali untuk memasarkan

produknya. Oleh karena itu, strategi promosi lainnya perlu dilakukan guna

lebih mengenalkan produk terhadap masyarakat. Promosi yang dapat

dilakukan yaitu melalui pemasaran langsung dengan pemberian contoh

makanan untuk dicoba langsung oleh konsumen. Dengan begitu diharapkan

konsumen akan tertarik untuk mencoba produk tersebut dan kemungkinan

untuk melakukan pembelian. Pemasaran langsung dirasa paling efektif karena

KWT Spora Bali dapat langsung berhubungan secara intensif dengan

konsumen dalam mempengaruhi pembelian.

Page 90: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

90

3. Memperbaiki tampilan produk melalui perbaikan kemasan (W1, O2, O3).

Strategi ini terkait dengan strategi bauran pemasaran tentang produk.

Kemasan produk kripik, krupuk dan nugget yang kurang menarik saat ini

perlu diperbaiki, sehingga dapat meningkatkan harga jual produk tersebut.

Dengan kemasan produk krupuk, kripik dan nugget jamur tiram yang

menarik, KWT Spora Bali juga dapat memasarkan produknya tersebut di

pasar modern (Indomart) seperti yang telah diminta oleh Indomart selama ini.

Oleh karena itu, memperbaiki kemasan ini menjadi penting untuk dilakukan

karena dapat meningkatkan harga jual produk dan dapat memperluas daerah

pemasaran yang tentunya akan berdampak pada peningkatan penjualan

produk. Saat ini harga kripik per 1 kg yaitu Rp 60.000 per pack, jika kemasan

tersebut diperbaiki maka dapat meningkatkan harga kripik jamur tiram

tersebut.

4. Mencari informasi pasar dengan penggunaan teknologi informasi (W3, W5,

O2, O3, O5). Strategi ini terkait dengan strategi bauran pemasaran tentang

distribusi produk. Daerah pemasaran KWT Spora Bali saat ini masih sangat

terbatas yaitu di Kawasan Denpasar dan sekitar Gianyar.Pencarian informasi

pasar tentang daerah pemasaran lain yang tepat untuk memasarkan produk

perlu dilakukan. Dengan penggunaan teknologi informasi seperti media cetak

dan media elektronik dapat membantu KWT Spora Bali dalam memperluas

daerah pemasaraannya. Informasi yang diperoleh dapat berupa informasi

mengenai jangkauan pasar. Hal ini perlu dilakukan karena semakin luas

Page 91: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

91

daerah pemasaran yang dimiliki, maka akan semakin meningkatkan penjualan

produk.

5. Berusaha mempertahankan kualitas produk (S1, S4, S5, T4, T5). Strategi ini

terkait dengan strategi bauran pemasaran tentang harga produk. Produk

olahan jamur tiram terutama kripik dan nugget yang telah memiliki kualitas

produk yang baik ini perlu dipertahankan. Dengan kualitas produk kripik dan

nugget jamur tiram yang tetap dapat dijaga maka akan dapat menimbulkan

kepercayaan konsumen terhadap produk ini. Diharapkan loyalitas konsumen

terhadap produk tersebut akan terpelihara dengan baik, sehingga pasar yang

sudah ada tetap dapat dipertahankan. Selain pasar yang sudah ada tersebut,

pasar yang baru dapat diraih yang akan berakibat pada peningkatan penjualan

dengan tetap mempertahankan kualitas yang telah ada.

6. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pemasaran produk (W3, W4,

W5, T1, T4, T5). Strategi ini terkait dengan strategi bauran pemasaran

tentang promosi produk. Mengingat kegiatan promosi dan saluran distribusi

produk krupuk, kripik, nugget, dan masakan olahan jamur tiram yang belum

optimal dilakukan oleh KWT Spora Bali saat ini yang diikuti dengan harga

masing-masing produk yang dinilai relatif mahal, maka strategi pemasaran

yang efisien dan efektif perlu dilakukan. Dengan pemasaran yang lebih

efisien dan efektif diharapkan KWT Spora Bali dapat mengatasi kelemahan

yang ada, sehingga dapat memasarkan produknya ke tempat yang sesuai

dengan kondisi harga produknya saat ini.

Page 92: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

92

Tahap terakhir dalam perumusan strategi pemasaran adalah tahap

keputusan dengan menggunakan Matriks QSPM. Hasil kuesioner yang diisi oleh

responden mengenai kemenarikan alternatif strategi pemasaran produk olahan

jamur tiram KWT Spora Bali dapat dilihat pada Lampiran 6 Berdasarkan Matriks

QSPM menunjukkan bahwa strategi 3 mendapat total nilai kemenarikan terbesar

yaitu 7,628 yaitu memperbaiki tampilan produk melalui perbaikan kemasan

terutama kemasan untuk produk kripik dan nugget jamur tiram. Adapun hasil

perhitungan matriks QSPM yaitu perkalian antara rata-rata bobot faktor-faktor

strategis internal dan eksternal dengan nilai daya tarik (AS) dapat dilihat pada

Tabel 6.4.

Page 93: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

93

Tabel 6.4. Matriks QSPM

Faktor

Strategis

Bobot Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 TAS TAS TAS TAS TAS TAS

Internal A 0,106 0,424 0,424 0,424 0,424 0,424 0,424 B 0,100 0,300 0,300 0,300 0,300 0,300 0,300 C 0,093 0,279 0,372 0,372 0,372 0,372 0,372 D 0,090 0,360 0,360 0,360 0,360 0,360 0,360 E 0,115 0,460 0,460 0,460 0,460 0,460 0,460 F 0,114 0,456 0,456 0,456 0,456 0,000 0,456 G 0,113 0,452 0,113 0,452 0,339 0,000 0,452 H 0,097 0,388 0,388 0,388 0,388 0,097 0,388 I 0,074 0,296 0,074 0,296 0,148 0,222 0,074 J 0,099 0,099 0,099 0,297 0,297 0,000 0,396

Eksternal A 0,128 0,256 0,512 0,512 0,128 0,512 0,128 B 0,107 0,428 0,428 0,428 0,428 0,428 0,428 C 0,099 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 D 0,09 0,180 0,090 0,270 0,360 0,090 0,180 E 0,094 0,376 0,376 0,376 0,376 0,188 0,094 F 0,105 0,420 0,420 0,420 0,420 0,210 0,420 G 0,097 0,388 0,388 0,388 0,388 0,388 0,194 H 0,087 0,261 0,261 0,261 0,087 0,348 0,348 I 0,087 0,348 0,348 0,348 0,348 0,348 0,348 J 0,106 0,424 0,424 0,424 0,424 0,424 0,424 Total 6,991 6,689 7,628 6,899 5,567 6,642

Berdasarkan Tabel 6.4, urutan pemilihan strategi berdasarkan angka

kemenarikannya adalah sebagai berikut.:

1. Memperbaiki tampilan produk melalui perbaikan kemasan.

2. Membuka peluang kerjasama dengan pihak lain terkait dengan pendistribusian

produk.

Page 94: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

94

3. Mencari informasi pasar dengan penggunaan teknologi informasi.

4. Peningkatan promosi penjualan atau penyebaran informasi produk.

5. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pemasaran produk.

6. Berusaha mempertahankan kualitas produk.

Strategi tiga menjadi strategi pemasaran prioritas dikarenakan perbaikan

tampilan produk melalui perbaikan kemasan adalah merupakan strategi pemasaran

yang paling mungkin untuk dilakukan oleh KWT Spora Bali saat ini. Dengan

memperbaiki kemasan produk, maka peluang kerja sama dengan pihak lain terkait

dengan masalah distribusi akan lebih mudah untuk dilakukan. Selain itu,

pencarian informasi untuk memperluas daerah pemasaran yang tepat juga akan

lebih terarah karena KWT Spora Bali telah memiliki produk yang berkualitas

dengan tampilan produk yang sudah menarik. Artinya strategi pemasaran yang

lain dapat dilaksanakan setelah strategi tiga dilakukan. Perbaikan kemasan ini dapat dilakukan dengan berkoordinasi dengan

pihak Disperindag Denpasar yang akan membuat desain kemasan untuk produk

olahan jamur tiram yang dihasilkan oleh KWT Spora Bali terutama untuk produk

kripik dan nugget jamur tiram. Selain desain kemasan, Disperindag juga akan

memberikan sejumlah kemasan untuk dijadikan contoh yang selanjutnya dapat

diperbanyak oleh KWT Spora Bali.

Strategi lima yaitu berusaha mempertahankan kualitas produk menjadi

prioritas pemasaran terakir berdasarkan hasil Matriks QSPM. Produk olahan

KWT Spora Bali saat ini dikatakan memiliki kualitas yang baik terutama produk

kripik dan nugget jamur tiram. Oleh karena itu, strategi ini menjadi prioritas

Page 95: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

95

terakhir dari enam strategi aplikatif yang ada. Setelah KWT Spora Bali mampu

melaksanakan kelima strategi aplikatif lainnya, selanjutnya KWT Spora Bali perlu

tetap berusaha untuk mempertahankan kualitas produk yang sudah baik tersebut.

Page 96: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

96

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan analisis lingkungan internal pemasaran, usaha pengolahan

jamur tiram KWT Spora Bali berada pada posisi sedang dalam

memanfaatkan kekuatan dan kelemahan usaha yang ada. Kekuatan utama

KWT Spora Bali terdapat pada variasi produk. Adapun yang menjadi

kelemahan utama KWT Spora Bali adalah harga jual produk yang tinggi.

Berdasarkan analisis lingkungan eksternal pemasaran, usaha pengolahan

jamur tiram KWT Spora Bali berada pada posisi sedang dalam

memanfaatkan peluang untuk mengatasi ancaman yang dihadapi KWT

Spora Bali. Peluang utama KWT Spora Bali yaitu meningkatnya permintaan

pelanggan. Adapun yang menjadi ancaman utama KWT Spora Bali adalah

biaya produksi yang meningkat.

2. Hasil perumusan strategi pemasaran berdasarkan Matriks IE, KWT Spora

Bali berada pada kelompok usaha hold and maintain strategy (strategi

mempertahankan dan memelihara), sehingga strategi yang dapat dilakukan

adalah penetrasi pasar dengan cara meningkatkan penjualan atas produk dan

pasar yang telah tersedia melalui usaha –usaha pemasaran yang lebih agresif

seperti melakukan promosi secara langsung dan melalui media sosial. Dengan

demikian diperoleh enam strategi aplikatif dari strategi penetrasi pasar yang

merupakan hasil dari Matriks SWOT.

96

Page 97: strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada kelompok

97

3. Berdasarkan Matriks QSPM, diperoleh strategi pemasaran prioritas usaha

pengolahan jamur tiram KWT Spora Bali yaitu memperbaiki tampilan

produk melalui perbaikan kemasan.

7.2 Saran yang dapat diusulkan dari penelitian ini adalah :

1. Mempertahankan posisi usaha yang ada dengan meningkatkan produksi dan

promosi produk dengan lebih efektif seperti promosi secara langsung pada

konsumen dan menggunakan perkembangan teknologi dalam

memperkenalkan produk yang dihasilkan.

2. Memperbaiki desain kemasan produk yang disesuaikan dengan tampilan

produk dari setiap jenis produk yang dihasilkan.