Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 79
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
KABUPATEN BANTUL
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Bantul 2018-2021
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 0
LAPORAN AKHIR
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH 2018-
2021
KABUPATEN BANTUL
BAPPEDA KABUPATEN BANTUL
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga dokumen Strategi Penaggulangan Kemiskinan
Daerah (SPKD) Kabupaten Bantul Tahun 2018-2021 ini dapat terselesaikan.
Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah ini disusun setelah
melalui kajian mengenai berbagai kebijakan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten
Bantul dan di Indonesia Sekaligus sebagai upaya mempertegas komitmen pemerintah
daerah, masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat, Organisasi Massa, Swasta,
Perguruan Tinggi, Lembaga Internasional/Nasional/Lokal dan pihak-pihak yang peduli
untuk memecahkan masalah kemiskinan; Membangun konsensus bersama untuk
mengatasi masalah kemiskinan melalui pendekatan hak-hak dasar (right based
approach) serta pendekatan partisipatif dan kemitraan dalam perumusan kebijakan dan
strategi; Menegaskan komitmen dalam mendukung pencapaian tujuan SDGs;
Menyelaraskan berbagai upaya penanggulangan kemiskinan yang dilakukan
pemerintah pusat, pemerintah daerah, LSM, Ormas, masyarakat, swasta, Lembaga
Internasional/Nasional/Lokal dan pihak-pihak lain yang peduli.
Selain itu juga untuk mengakomodir permasalahan kemiskinan sebagai masalah
multidimensi. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan
ekonomi, tetapi juga kegagalan pemenuhan hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan
bagi seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, dalam menjalani
kehidupan secara bermartabat. Masyarakat miskin diakui mempunyai hak-hak dasar
yang sama dengan anggota masyarakat lainnya.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 2
DAFTAR ISI
BAB 1:
PENDAHULUAN .......................................................................................... 3
BAB 2:
KONDISI UMUM DAERAH....................................................................... 8
BAB 3:
PROFIL & DETERMINAN KEMISKINAN DAERAH .......................... 30
BAB 4:
ANALISIS APBD UNTUK PENANGGULANGAN KEMISKINAN..... 60
BAB 5:
PRIORITAS INTERVENSI KEBIJAKAN ................................................ 75
BAB 6:
ISU STRATEGIS DAN RENCANA AKSI DAERAH ............................ 105
BAB 7:
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI ............................................ 130
BAB 8:
PENUTUP .................................................................................................... 134
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 3
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemerintah Republik Indonesia telah melakukan upayakan terus menerus
melakukan akselerasi penanggulangan kemiskinan yang ditandai dengan
dikeluarkannya Peraturan Presiden nomor 166 tahun 2014 tentang percepatan
program penanggulangan kemiskinan. Di dalam aturan yang dimaksud berisikan
penajaman program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dunia usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan
usaha ekonomi mikro dan kecil serta program lain yaitu: Program Perlindungan Sosial,
yang meliputi Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan
Program Indonesia Sehat dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi sehingga
derajat kesejateraan rakyat juga meningkat.
Pemerintah juga telah mengeluarkan Peraturan Presiden nomor 15 tahun 2010
tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, yang bertujuan untuk meningkatkan
akselerasi dan koordinasi lintas kelembagaan dalam upaya percepatan penanggulangan
kemiskinan. Sebagai pengawalnya Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K) mengawal suksesnya pelaksanaan Program Perlindungan Sosial
dimaksud untuk level nasional sedangkan di level daerah dikawal oleh Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) berkaloborasi dengan program unggulan
untuk mengurangi penduduk miskin di daerah termasuk di Kabupaten Bantul.
Di Kabupaten Bantul, pengentasan kemiskinan selalu menjadi prioritas
pembangunan dari waktu ke waktu, mengingat jumlah penduduk miskin yang cukup
signifikan dan cenderung fluktuatif dalam satu dekade terakhir. Melalui Perda
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 4
Kabupaten Bantul Nomor 7 Tahun 2017, Pemkab Bantul mengembangkan Kebijakan
Pengentasan Kemiskinan dengan berpedoman pada RJPD Kabupaten Bantul Tahun
2006-2025. Kebijakan Pengentasan Kemiskinan di Kabupaten Bantul diarahkan untuk
mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin, dengan memanfaatkan sumber daya lokal,
berwawasan lingkungan, dan menitik beratkan pada pengurangan risiko bencana serta
didasarkan pada keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
1.2. Maksud dan Tujuan
1. Maksud
Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) Kabupaten
Bantul ini dimaksudkan untuk memberi arah dan pedoman serta mensinergikan
peran Organisasi Perangkat Daerah (OPD), TKPKD, DPRD, pelaku usaha
(swasta), masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya (stakeholders) dalam
upaya penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat
di Kabupaten Bantul.
2. Tujuan
a. Menggunakan pendekatan pemenuhan hak dasar dan pendekatan partisipatif
dalam perumusan strategi dan kebijakan agar tercapai konsensus bersama
untuk mengatasi masalah kemiskinan;
b. Operasionalisasi dari RPJMD Kabupaten Bantul Tahun 2018 – 2021 dalam
bentuk Strategi, Kebijakan, dan Program/Kegiatan Pembangunan dalam
upaya penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bantul untuk masa kerja
sampai dengan tahun 2021.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 5
1.3. Dasar Hukum
1. Peraturan Presiden nomor 166 tahun 2014 tentang percepatan program
penanggulangan kemiskinan
2. Peraturan Presiden nomor 15 tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan
3. Peraturan Presiden Nomor 13/2009 tentang Koordinasi Penanggulanagn
Kemiskinan;
4. Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan;
5. Permendagri Nomor 42/2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota;
6. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul No.12/2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Bantul;
7. Perda Kab. Bantul No.6/2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah
Kabupaten Bantul No. 06/2013 tentang Penanggulangan Kemiskinan;
8. Perda Kab. Bantul No.21/2017 tentang APBD Tahun Anggaran 2018;
9. Perbup Nomor 107/2017 tentang Penjabaran APBD Tahun Anggaran 2018;
10. Perbup Nomor 110/2017 tentang Kebijakan dan Pedoman Pelaksanaan APBD
Kab. Bantul;
11. Perbup Bantul Nomor 111/2017 tentang Standar Harga Barang dan Jasa
Pemerintah Kabupaten Bantul;
12. Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) pada Bappeda Kabupaten Bantul Nomor
914/013/DPA/PPKD/2018 tanggal 29 Desember 2017.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 6
1.4. Kedudukan dan Ruang Lingkup
1. Kedudukan
Dokumen SPKD menjadi pedoman dan acuan seluruh pemangku kepentingan yang
merupakan bagian integral dari rencana pembangunan daerah. Oleh sebab itu, strategi,
rencana aksi dan sasaran SPKD tidak hanya menjadi rencana kerja dan program
pemerintah, tetapi juga menjadi gerakan bersama semua pihak.
2. Ruang Lingkup
a. Rencana aksi yang memuat strategi dan program/kegiatan, prioritas kebijakan
serta langkah kebijakan termasuk sasaran, target dan indikator kinerja
b. Tatacara pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana aksi
penanggulangan kemiskinan.
1.5. Proses Penyusunan SPKD Kabupaten Bantul
Proses penyusunan dokumen SPKD Kabupaten Bantul terdiri dari 4 (empat) tahapan,
yaitu:
a. Pengkajian permasalahan kemiskinan,
b. Pengkajian kebijakan yang terkait dengan usaha penanggulangan kemiskinan,
c. Pengkajian ulang kebijakan dan program untuk penanggulangan kemiskinan,
serta,
d. Pengembangan sistem monitoring dan evaluasi penanggulangan kemiskinan
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 7
1.6. Sistematika Pengkajian
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : KONDISI UMUM DAERAH
BAB III : PROFIL & DETERMINAN KEMISKINAN DAERAH
BAB IV : ANALISIS APBD UNTUK PENANGGULANGAN KEMISKINAN
BAB V : PRIORITAS INTERVENSI KEBIJAKAN
BAB VI : ISU STRATEGIS DAN RENCANA AKSI DAERAH
BAB VII : SISTEM MONITORING DAN EVALUASI
BAB VIII : PENUTUP
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 8
BAB II. KONDISI UMUM DAERAH
Kondisi umum daerah adalah bentuk informasi tentang kondisi daerah sebagai
basis pijakan untuk merumuskan berbagai kebijakan yang terkait dengan aspek
geografi, demografi, kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, hingga daya saing
daerah.
2.1. Kondisi Geografi
Secara makro, bentang alam Kabupaten Bantul terdiri dari daerah dataran yang
terletak pada bagian tengah dan daerah perbukitan yang terletak pada bagian Timur
dan Barat, serta kawasan pantai di sebelah Selatan. Kondisi bentang alam tersebut
relatif membujur dari Utara ke Selatan.
Gambar 1. Peta Geografi Kabupaten Bantul
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 9
Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07º44'04"-08º00'27" Lintang
Selatan dan 110º12'34"-110º31'08" Bujur Timur, berbatasan dengan Kabupaten
Gunungkidul di sebelah Timur, dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman di
sebelah Utara, dengan Kabupaten Kulon Progo di sebelah Barat, dan dengan Samudra
Indonesia di sebelah Selatan. Luas wilayah Kabupaten Bantul adalah 506,85 Km2,
terdiri dari 17 kecamatan yang dibagi menjadi 75 desa dan 933 pedukuhan. Kecamatan
Dlingo adalah kecamatan yang mempunyai wilayah paling luas, yaitu 55,87 Km2.
Sedangkan jumlah desa dan pedukuhan yang terbanyak terdapat di Kecamatan Imogiri
dengan delapan desa dan 72 pedukuhan. Berdasarkan kondisi lahan terdapat luas lahan
506,85 km persegi yang terbagi dalam beberapa klasifikasi penggunaan lahan yang
terdiri dari pekarangan, sawah, tegal, dan kebun campur. Penggunaan lahan adalah
informasi yang menggambarkan sebaran pemanfaatan lahan yang ada di Kabupaten
Bantul Di dalam tabel tersebut ditampilkan bahwa penggunaan lahan terbesar adalah
untuk kebun campur sebesar 32,75% dan sawah sebesar 31,43%, sedangkan yang
terkecil adalah tambak sebesar 0,06%. Terlihat bahwa pemanfaatan kebun campur
terbesar ada di Kecamatan Pajangan yaitu seluas 2.295 Ha. Adapun persawahan terluas
terdapat di Kecamatan Sewon dengan luas 1.408,8 Ha. Sementara itu, pemanfaatan
tambak hanya berada di wilayah Kecamatan Srandakan seluas 30 Ha. Wilayah
Kabupaten Bantul terbagi menjadi 17 Kecamatan, 75 Desa, dan 933 pendukuhan.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 10
Gambar 2. Persentase Luas Wilayah menurut kecamatan di Kabupaten Bantul
Sumber: BPS, 2017
2.2. Kondisi Iklim
Menurut data dari Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan
Permukiman di Kabupaten Bantul terdapat 13 titik Stasiun Pemantau curah hujan, yaitu
Stasiun Pemantau Ringinharjo, Nyemengan, Gandok, Kotagede, Pundong, Barongan,
Ngetak, Kebonongan, Piyungan, Sedayu, Ngestiharjo, Dlingo dan Karang Ploso.
Sepanjang Tahun 2017 curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November dan
Desember yang tercatat di Stasiun Pemantau Kebonongan, yaitu sebanyak 1 287 mm.
Sedangkan, jumlah hari hujan terbanyak pada bulan Januari sebanyak 25 hari tercatat di
Stasiun Pemantau Kotagede.
Tabel 2.1
Jumlah Curah Hujan (CH) dan Banyaknya Hari Hujan (HH) menurut Stasiun
Pemantau Per Bulan
No.
Bulan
Station Pemantau
Ringinharjo Nyemengan Gandok Kotagede
CH mm
HH hari
CH mm
HH hari
CH mm
HH hari
CH mm
HH hari
1. Januari 460 24 277 16 84 7 427 25
2. Februari 484 19 316 9 435 17 402 21
3. Maret 528 20 264 13 363 17 379 18
4. April 27 1 277 16 217 13 201 14
5. Mei 19 3 41 2 103 6 41 4
6. Juni 135 11 33 1 16 1 4 1
7. Juli 2 1 - - - - - -
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 11
No.
Bulan
Station Pemantau
Ringinharjo Nyemengan Gandok Kotagede
CH mm
HH hari
CH mm
HH hari
CH mm
HH hari
CH mm
HH hari
8. Agustus 4 1 - - - - - -
9. September 102 2 54 1 39 2 40 3
10. Oktober 13 4 114 6 99 11 67 12
11. November 13 4 693 14 821 19 720 21
12. Desember 13 4 693 14 272 14 281 15 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman Kab. Bantul, 2017
2.3. Kependudukan
Berdasarkan data hasil proyeksi penduduk Tahun 2010-2020, jumlah penduduk
Kabupaten Bantul tahun 2017 adalah 995.264 jiwa yang tersebar di 75 Desa dan 17
Kecamatan. Dari jumlah tersebut, 493.087 jiwa adalah laki-laki dan 502.177 jiwa adalah
perempuan. Jika dibandingkan dengan data hasil sensus penduduk SP 2010 tahun 2010
yang tercatat jumlah penduduk Kabupaten Bantul 911.503 jiwa berarti dalam 7 tahun
terakhir telah terjadi pertambahan jumlah penduduk 83.761 jiwa.
Kabupaten Bantul dengan luas wilayah 506,85 km2, kepadatan penduduk
Kabupaten Bantul tahun 2017 adalah 1.964 jiwa per km2 dan kepadatan tertinggi
berada di Kecamatan Banguntapan yakni 5.008 jiwa per km2 sedangkan Kecamatan
Dlingo memiliki kepadatan penduduk terendah yang dihuni rata-rata 659 jiwa per km2
seperti terlihat pada gambar di bawah ini
Gambar 3. Tingkat Kepadatan Penduduk per Kecamatan, 2017
Sumber: Disdukcapil, 2018
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 12
Struktur penduduk Kabupaten Bantul menunjukan dominasi penduduk usia
produktif (15-64) sebagaimana terlihat pada Gambar di bawah ini.
Gambar 4. Piramida Penduduk Kabupaten Bantul, 2017
Gambar di bawah ini menunjukan penduduk usia produktif laki-laki dan perempuan
yang bekerja menurut lapangan usaha pada tahun 2017.
Tabel di bawah memperlihatkan luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan
penduduk per Km2 pada tahun 2017. Kecamatan Dlinggo adalah kecamatan terluas
sekaligus dengan kepadatan penduduk per Km2 paling sedikit sedangkan Kecamatan
Srandakan merupakan kecamatan tersempit sekaligus mempunyai jumlah penduduk
paling sedikit. Kecamatan Banguntapan mempunyai jumlah penduduk paling banyak
sekaligus paling padat untuk per Km2 sedangkan
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 13
Tabel 2.2
2.4. Indeks Pembangunan Manusia
Dalam konsep pembangunan manusia, manusia adalah kekayaan bangsa yang
sesungguhnya. Pembangunan manusia menempatkan manusia sebagai tujuan akhir
pembangunan, bukan alat pembangunan. Tujuan utama pembangunan adalah
menciptakan lingkungan yang memungkinkan rayat untuk menikmati umur panjang,
sehat dan menalankan kehidupan yang produktif (United Nation Development Program
– UNDP). Untuk mengukur keberhasilan dalam upaya pembangunan kualitas hidup
manusia menggunakan indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Selama beberapa tahun terakhir, nilai IPM Kabupaten Bantul menunjukkan
perkembangan yang positif yaitu nilai IPM yang terus mengalami peningkatan yakni
sebesar 75,31 pada tahun 2010 hingga 78,42 pada tahun 2016.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 14
Sumber: BPS, 2017
Gambar 5. Perkembangan IPM Kabupaten Bantul, 2010-2016
Capaian level IPM Kabupaten Bantul juga termasuk dalam kelompok 40 besar
daerah dengan IPM tertinggi di Indonesia. Nilai IPM Bantul pada tahun 2016 mencapai
78,42 dan berada dalam kategori IPM tinggi. Pencapaian ini mengalami peningkatan
dibandingkan dengan tahun 2010 yang sebesar 75,31. Komponen yang memiliki andil
terbesar terhadap IPM Kabupaten Bantul adalah indikator angka harapan hidup dan
pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten
Bantul tahun 2016 lebih tinggi dari DIY (78,38) dan Nasional (70,02).
Jika dibandingkan dengan Kabupaten/Kota yang ada di DIY, Bantul menempati
urutan ketiga setelah Kota Yogyakarta (85,32) dan Sleman (82,15).
Gambar 6. IPM Kabupaten/Kota di Provinsi DIY 2014-2016
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 15
2.5. Penduduk Miskin
Dengan menggunakan dasar penghitungan sementara proyeksi dari BPS maka
diperoleh persentase tingkat kemiskinan tahun 2017 menjadi 14,07% atau lebih rendah
dari tahun 2016 yaitu sebesar 14,55%.
Gambar 7. Trend Presentase Penduduk Miskin Tahun 2013-2017
2.6. Kondisi Ekonomi Daerah
Peningkatan nilai tambah dari suatu proses kegiatan ekonomi menunjukkan
adanya perkembangan perekonomian suatu daerah. Semakin tinggi pertumbuhan
ekonomi suatu daerah menunjukan makin berkembangnya aktifitas perekonomian baik
aktifitas produksi, konsumsi, investasi maupun perdagangan di daerah tersebut yang
berdampak pada penyerapan tenaga kerja.
Berdasarkan pada System of National Account (SNA) tahun 2008, pada tahun
2017 penghitungan PDRB menggunakan tahun dasar 2010 menggantikan tahun dasar
2000. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bantul pada tahun 2017 (angka sangat
sementara) sebesar 4,52% atau mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan
tahun 2016 yang mampu tumbuh sebesar 5,06%. Hal ini disebabkan oleh melambatnya
beberapa kegiatan sektor ekonomi, utamanya kegiatan sektor pertanian, kehutanan,
dan perikanan dan industri pengolahan. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 16
mengalami perlambatan produksi pada tanaman bahan makanan yang meliputi padi
dan palawija. Perlambatan yang dialami pada sektor pertanian, lebih disebabkan oleh
cuaca terutama intesitas hujan yang meningkat diakhir tahun, sehingga pertanian
mengalami gagal panen karena banjir. Sektor industri pengolahan mengalami
perlambatan pada kegiatan industri mikro dan kecil, hal ini disebabkan peningkatan
produksi tidak setinggi tahun sebelumnya.
Tabel 2.3
Pertumbuhan PDRB 2016-2017
Nilai PDRB Kabupaten Bantul atas dasar harga berlaku pada tahun 2017 (sangat
sementara) mencapai angka 22,816 triliun rupiah. Secara nominal nilai PDRB tersebut
mengalami kenaikan dibanding tahun 2016 yang mencapai 20,924 triliun rupiah.
Kenaikan ini dipengaruhi oleh meningkatnya produksi dan laju inflasi yang terkendali.
Nilai PDRB Kabupaten Bantul tahun 2017 atas dasar harga konstan tahun 2010
mencapai 17,117 triliun rupiah, mengalami kenaikan dibanding tahun 2016 yang
mencapai 16,377 triliun rupiah. Kenaikan PDRB ini murni disebabkan oleh
meningkatnya produksi seluruh sektor ekonomi dan sudah terbebas dari pengaruh
inflasi.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 17
Tabel 2.4
Pertumbuhan PDRB Tahun 2015-2017
Nilai PDRB per kapita Kabupaten Bantul atas dasar berlaku sejak tahun 2015-
2017 senantiasa mengalami kenaikan. Pada tahun 2016 nilai PDRB per kapita tercatat
sebesar Rp21.275 ribu. Secara nominal mengalami kenaikan pada tahun 2017 menjadi
Rp22.925 ribu.
Salah satu indikator tingkat kemakmuran penduduk di suatu daerah/wilayah
dapat dilihat dari nilai PDRB per kapita, yang merupakan hasil bagi antara nilai tambah
yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan jumlah penduduk. Oleh karena
itu, besar kecilnya jumlah penduduk akan mempengaruhi nilai PDRB per kapita,
sedangkan besar kecilnya nilai PDRB sangat tergantung pada potensi sumber daya alam
dan faktor-faktor produksi yang terdapat di daerah tersebut. PDRB per kapita atas
dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per satu orang penduduk.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 18
Gambar 8. Pergeseran Struktur Ekonomi Tahun 2013-2017
Sektor primer mengalami penurunan kontribusi dari 16% pada tahun 2013
menjadi 13,16% pada tahun 2017. Sektor sekunder mengalami peningkatan, walaupun
tidak terlalu besar, dari 24,99% pada tahun 2013 menjadi 25,00% pada tahun 2017.
Sementara sektor tersier sebagai sektor yang memiliki peran terbesar dalam struktur
perekonomian Kabupaten Bantul, meningkat dari 58,99% pada tahun 2013 menjadi
61,84% pada tahun 2017.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam rentang lima tahun
pembangunan perekonomian di Kabupaten Bantul menunjukkan perkembangan yang
positif, khususnya pada sektor tersier. Penurunan peran sektor primer bisa diimbangi
dengan peningkatan sektor sekunder dan tersier.
2.7. Komposisi Jumlah Pegawai Negeri Sipil
Pegawai Negeri Sipil di Wilayah Kabupaten Bantul terdiri dari Pegawai Otonomi
Daerah dan Pegawai Vertikal. Pegawai Otonomi Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2017
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 19
berjumlah 8.584 orang yang terdiri dari 3.658 orang laki-laki (42,61 persen) dan 4.926
orang perempuan (57,39 persen).
Sedangkan berdasarkan pendidikan, SDM Bantul didominasi oleh jenjang
pendidikan S1 sebanyak 48,21% atau 4.138 orang, disusul oleh jenjang pendidikan SMA
sebanyak 21,87% atau 1.877 orang. Hal ini menunjukkan bahwa jenjang pendidikan
SDM Bantul cukup baik. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 9. PNS menurut Pendidikan
Bila datanya dipilah menurut tingkat pendidikan dan jenis kelamin, maka
datanya menunjukkan perimbangan gender yang baik. Pada PNS dengan jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, mulai dari D1 hingga S1, perimbangan gender nya relatif
berimbang. Kesenjangan dalam hal jumlah justru menguat pada PNS dengan jenjang
pendidikan yang lebih rendah (SMA, SMP dan SD).
Gambar 10. Perimbangan Gender per Tingkat Pendidikan
Sementara bila dipilah lagi menurut eselon, datanya menunjukkan bahwa
semakin tinggi eselon, persentase perempuan semakin sedikit. Beberapa upaya perlu
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 20
didorong untuk membuat pengembangan karir perempuan semakin terbuka termasuk
dalam posisi-posisi strategis dalam pengambilan keputusan. Apalagi karena melihat
data sebelumnya, bahwa dari segi jenjang pendidikan, semakin tinggi tingkat
pendidikan, kesenjangan gendernya justru semakin kecil.
Gambar 11. Persentase Eselon menurut Gender
Menurut BPS (2018) Jumlah Pegawai Otonomi Daerah Kabupaten Bantul menurut
golongan, terdiri dari:
- Golongan I berjumlah 108 orang
- Golongan II berjumlah 1.170 orang
- Golongan III berjumlah 3.756 orang
- Golongan IV berjumlah 3.550 orang
Sedangkan Pegawai Negeri Vertikal di Kabupaten Bantul Tahun 2017 berjumlah
1496 orang, yang terdiri dari: 825 orang lakilaki dan 671 orang perempuan.
Sementara, menurut golongan, terdiri dari :
- Golongan I berjumlah 19 orang
- Golongan II berjumlah 197 orang
- Golongan III berjumlah 907 orang
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 21
- Golongan IV berjumlah 373 orang
Gambar 12. Jumlah PNS menurut Tingkat Pendidikan
2.8. Ketenagakerjaan
Berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul,
tercatat jumlah pendaftar pencari kerja pada tahun 2017 sebesar 11.563 orang. Jumlah
tenaga kerja yang ditempatkan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
Bantul tahun 2017 tercatat sebanyak 2.650 jiwa, yang terdiri dari 388 orang laki-laki
dan 2.262 orang perempuan Tingginya angka pengangguran tidak hanya menimbulkan
masalah-masalah di bidang ekonomi, melainkan juga menimbulkan berbagai masalah di
bidang social, seperti kemiskinan dan kerawanan sosial. Berdasarkan hasil Survei
Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada tahun 2017 di Kabupaten Bantul, persentase
penduduk angkatan kerja sebesar 73,94 persen. Sementara persentase jumlah
penduduk yang bekerja sebesar 97,13 persen terhadap jumlah angkatan kerja.
Persentase pengangguran di Kabupaten Bantul pada tahun 2017 mencapai 2,87
menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 22
Tabel 2.5
Tabel di bawah ini memperlihatkan persentase kelompok umur menurut gender
yang bekerja. Kelompok umur 15-54 sangat dominan (76,52 persen) bekerja pada
berbagai lapangan usaha. Pada kelompok umur sama, wanita (77,37 persen) sedikit
lebih banyak dibanding laki-laki (75.83 persen) yang bekerja diberbagai lapangan
usaha.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 23
Tabel 2.6
Tabel di bawah ini memperlihatkan persentase penduduk berumur 15 tahun ke
atas yang bekerja menurut lapangan usaha. Lapangan usaha Perdagangan, Hotel dan
Restoran paling tinggi (25,83 persen) menyerap tenaga kerja diantara lapangan usaha
lainnya diikuti sedikit dibawahnya adalah Industri Pengolahan (24,78 persen) dan
peringkat tiga adalah lapangan usaha pertanian yang menyerap 18,17 persen tenaga
kerja di Kabupaten Bantul.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 24
Tabel 2.7
2.9. Pertanian
Luas Lahan Sawah Kabupaten Bantul pada tahun 2017 menurut Dinas Pertanian,
Pangan, Kelautan dan Perikanan tercatat 15.184 Ha, Lahan Bukan Sawah tercatat
12.692 Ha dan Lahan Bukan Pertanian tercatat seluas 22.324 Ha. Lahan Bukan Sawah
meliputi tegal/kebun, lahan ditanami pohon / hutan rakyat, dan lainnya. Sedangkan
Lahan Bukan Pertanian meliputi tanah untuk bangunan dan pekarangan, hutan Negara,
lahan tidak ditanami/rawa, dan tanah lainnya. Pada tahun 2016 produksi tanaman padi
sawah tercatat 182.980 ton dengan rata-rata produksi sebesar 61 kw/ha, produksi
tanaman padi ladang 231 ton dengan rata-rata produksi 36 kw/ha, produksi jagung
25.394 ton dengan rata-rata produksi 70 kw/ha, produksi ubi kayu 27.962 ton dengan
rata-rata produksi 205 kw/ha, produksi ubi jalar 425 ton dengan rata-rata produksi
177 kw/ha, produksi kacang tanah 3.448 ton dengan rata-rata produksi 14 kw/ha dan
produksi kedelai 1.262 ton dengan rata-rata produksi 13 kw/ha. Untuk tanaman
sayuran, produksi terbanyak pada tahun 2017 adalah bawang merah, dengan jumlah
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 25
produksi sebesar 52.951 Kw, dengan rata-rata produksi sebesar 69,95 Kw/Ha.
Sedangkan untuk tanaman biofarmaka produksi tertinggi pada tahun 2017 adalah
tanaman jahe sebesar 21.206 Kg.
Gambar 13. Produksi Padi, Ubi Kayu dan Jagung (Ton) di Kabupaten Bantul, 2012-2016
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Bantul 2017
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul jumlah
populasi ternak besar tahun 2017 tercatat jumlah sapi potong sebanyak 56.904 ekor,
sapi perah sebanyak 80 ekor, kerbau 248 ekor, dan kuda 1.258 ekor. Sedangkan untuk
ternak kecil pada tahun 2017 tercatat jumlah kambing sebanyak 87.195 ekor, domba
74.955 ekor dan babi 3.544 ekor. Adapun jumlah populasi unggas tahun 2017 tercatat
jumlah ayam ras petelur sebanyak 792.862 ekor, ayam ras pedaging sebanyak 712.307
ekor, ayam buras sebanyak 841.103 ekor dan itik sebanyak 163.528 ekor.
Berdasarkan data Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Bantul jumlah produksi budidaya ikan kolam tahun 2017 tercatat 11.586.350 kg.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 26
2.10. Perindustrian
Menurut hasil Survei Industri Besar/Sedang tahun 2013 yang dilakukan oleh
Badan Pusat Statistik di Kabupaten Bantul, tercatat sebanyak 92 unit usaha yang
tersebar di 17 Kecamatan. Sedangkan jumlah tenaga kerja seluruhnya tercatat sebanyak
16.504 orang. Data jumlah usaha industri Besar/Sedang ini lebih rendah dibandingkan
dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebanyak 96 usaha dengan total tenaga kerja
sebanyak 13.454 orang.
Gambar 14. Jumlah Industri Besar/Sedang menurut Golongan Pokok Industri di Kabupaten Bantul, 2017
Sumber: BPS, 2017
2.11. Perdagangan
Data Dinas Perdagangan mencatat total volume ekspor Kabupaten Bantul pada
Tahun 2017 mencapai 10.168.084,05 Kg dengan total nilai 79.200.365,59 US $. Jumlah
Eksportir di Kabupaten Bantul pada tahun 2017 tercatat sebanyak 570 eksportir.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 27
Gambar 15. Volume Ekspor & Nilai Ekspor Kabupaten Bantul 2013-2017
2.12. Transportasi
Berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul, total panjang
jalan Kabupaten tahun 2017 adalah 624,47 Km seluruhnya terdiri dari jalan aspal. Jika
dirinci menurut kondisi jalan, 271,39 Km dalam keadaan baik, 191,84 Km dalam
keadaan sedang, 109,58 Km rusak dan 51,66 Km rusak berat.
Banyaknya kendaraan umum yang layak uji tahun 2017 menurut data dari Dinas
Perhubungan tercatat sebanyak 1.370 unit kendaraan, yang terdiri dari 128 unit mobil
penumpang, 669 unit mobil bus, 550 unit Truk, 5 unit pick up, 8 unit mobil barang jenis
lainnya, 4 unit kereta gandengan dan 6 unit traktor. Sedangkan untuk kendaraan bukan
umum yang layak uji tahun 2017 berjumlah 9.262 unit yang terdiri dari 125 mobil bus,
6.627 unit mobil Pik-Up, 2.472 unit truk, 30 unit mobil barang jenis lainnya, 3 unit
kereta gandengan dan 4 unit traktor.
2.13. Keuangan
Realisasi Penerimaan Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2017 tercatat sebesar Rp.
2.086.878.989.570,-, yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp.
494.179.068.472,-, Dana Perimbangan sebesar Rp. 1.287.256.262.558,- dan Lain-lain
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 28
Pendapatan yang Sah sebesar Rp 305.443.658.540,-. Sementara itu, untuk total belanja
tahun 2017 tercatat sebesar Rp. 2.076.742.163.063,-.
Jumlah Bank Umum di Kabupaten Bantul yang tercatat di Otoritas Jasa Keuangan
Yogyakarta pada tahun 2017 sebanyak 116 unit, terdiri dari Bank dengan status Kantor
Pusat 17 unit, Kantor Cabang 4 unit, Kantor Cabang Pembantu 34 unit, dan Kantor Kas
61 unit. Pada bulan Desember 2017, besarnya dana masyarakat yang terhimpun dalam
bentuk tabungan tercatat Rp. 3.619.218 juta dengan 841.118 penabung dan dalam
bentuk deposito tercatat Rp. 1.860.637 juta dengan 19.536 deposan. Sedangkan jumlah
kredit yang disalurkan pada Desember 2017 sebesar Rp. 4.470.122 juta dengan jumlah
debitur 237.545 nasabah.
2.14. Transmigrasi
Transmigrasi merupakan upaya untuk mengurangi kepadatan penduduk di
suatu wilayah untuk dipindahkan ke wilayah lain yang kurang padat penduduk. Jumlah
transmigran umum asal Kabupaten Bantul pada tahun 2017 ada sebanyak 34 Jiwa, yang
berasal d ari 11 Kepala Keluarga (KK). Sejumlah 4 jiwa di Gorontalo, 6 jiwa di Sulawesi
Tengah dan 13 jiwa di Sulawesi Tenggara.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 29
Tabel 2.8
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 30
BAB III. PROFIL & DETERMINAN KEMISKINAN DAERAH
3.1. Konsep Kemiskinan
Indonesia menggunakan konsep atau definisi kemiskinan sesuai dengan konsep
Badan Pusat Statistik bahwa Kemiskinan Absolut yaitu kemiskinan yang ditentukan
berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum seperti
Pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa
hidup dan bekerja.
Kebutuhan Pokok minimum diterjemahkan sebagai ukuran finansial dalam
bentuk uang. Nilai kebutuhan minimum/ kebutuhan dasar tersebut dikenal dengan
istilah garis kemiskinan. Penduduk yang pendapatannya dibawah garis kemiskinan
digolongkan sebagai penduduk miskin.
Garis kemiskinan absolut, mampu membandingkan kemiskinan secara umum.
Garis kemiskinan absolut sangat penting untuk menilai efek dari kebijakan
penanggulangan kemiskinan antar waktu, atau memperkirakan dampak dari suatu
program terhadap kemiskinan (misalnya, pemberian kredit usaha kecil).
Angka kemiskinan akan dapat dibandingkan antara satu negara dengan negara
lain, jika garis kemiskinan absolut yang digunakan sama di negara yang dibandingkan.
Bank dunia memerlukan garis kemiskinan absolut agar dapat membandingkan angka
kemiskinan antar negara. Hal ini bermanfaat dalam menentukan kemana menyalurkan
sumber daya sosial atau dana yang ada, juga dalam menganalisis kemajuan dalam
memerangi kemiskinan. Pemerintah Indonesia menggunakan ukuran pendapatan US $1
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 31
perkapita per hari sebagai garis kemiskinan. Penduduk yang pendapatannya dibawah
US$1 perkapita per hari dikatagorikan sebagai penduduk miskin.
Tidak tercapainya standar hidup layak oleh seseorang dipengaruhi oleh faktor-
faktor yang sifatnya multidimensi seperti tidak mencukupinya kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM), kurangnya kesempatan produktif dan tidak mencukupinya
perlindungan social. Rendahnya kualitas SDM dipengaruhi oleh akses terhadap
pendidikan, kesehatan dan pelayanan lainnya yang diselenggarakan pemerintah.
Sementara kurangnya kesempatan produktif dipengaruhi oleh rendahnya kemampuan
dan iklim wirausaha khususnya bagi Usaha Kecil dan Menengah (UMKM). Sementera
perlindungan sosial yang cukup akan melindungi masyarakat dari guncangan sosial
yang dapat menyebabkan seseorang jatuh kedalam kemiskinan ketika terjadi bencana,
sakit ataupun krisis ekonomi. Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010
tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan menyatakan bahwa program
penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan
usaha ekonomi mikro, kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan
ekonomi. Dengan demikian percepatan penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan
strategi :
1. Mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin;
2. Meningkatkan kemampuan dan pendapatan warga miskin;
3. Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan Usaha Mikro dan Kecil;
4. Pemberdayaan warga miskin untuk memenuhi kebutuhan dasar; dan
5. Mensinergikan kebijakan program penanggulangan kemiskinan.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 32
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi
kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang
sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan
dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah
penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis
kemiskinan. Sumber data utama yang dipakai adalah data Survei Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas) Panel Modul Konsumsi dan Kor.
3.2. Sustainable Development Goals (SDG’s) di Indonesia
Penandatanganan Peraturan Presiden No. 59 Tahun 2017 tentang
Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s atau
Sustainable Development Goals) oleh Presiden Joko Widodo pada bulan Juli 2017
merupakan bukti Pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmen yang kuat
dan mengambil tindakan awal, termasuk menghubungkan sebagian besar target
dan indikator SDGs ke dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional
(RJPMN), menindaklanjuti konvergensi yang kuat antara SDGs, sembilan agenda
prioritas presiden “Nawa Cita” dan RJPMN.
Melalui PP No. 59 tahun 2017 merupakan bentuk penetapan struktur dan
mekanisme tata kelola SDGs nasional untuk perencanaan, penganggaran,
pembiayaan, pemantauan dan pelaporan. Sedangkan, Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional (BAPPENAS) memimpin upaya pemerintah untuk
membawa agenda baru itu ke tingkat nasional dan daerah, PP tersebut juga
memberi peran yang jelas bagi aktor non-pemerintah. Hal ini sangat penting
karena Indonesia adalah salah satu contoh terbaik dunia tentang masyarakat
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 33
madani, sektor swasta, filantropi dan akademisi yang secara aktif mendukung
SDGs.
Dengan adanya struktur nasional, keberhasilan Indonesia dalam mencapai
SDGs sangat bergantung pada tiga faktor utama, yaitu Percepatan, Pembiayaan
dan Inklusi yang harus menjadi prioritas untuk tahun 2018 dan tahun-tahun
mendatang.
1. Percepatan, percepatan diperlukan di tingkat provinsi dan kabupaten
untuk mengintegrasikan SDGs ke dalam rencana pembangunan daerah.
Pada bulan Juli 2018, pemerintah daerah harus menyusun Rencana Aksi
Daerah untuk SDGs sebagaimana dimandatkan oleh PP. Pemerintah Daerah
juga harus siap untuk mengintegrasikan sasaran, target dan indikator SDGs
ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah.
2. Pembiayaan, pergeseran fundamental diperlukan untuk melihat SDGs
sebagai peluang satu triliun dolar, dan bukan kesenjangan pendanaan
untuk dijembatani. Di negara-negara berpenghasilan menengah seperti
Indonesia, bantuan asing menurun dan anggaran nasional tidak cukup
untuk mencapai SDGs. Kunci pencapaian SDGs terletak pada diversifikasi
arus keuangan dan investasi terbuka. Inisiatif telah dilakukan di tingkat
pusat dan daerah di Indonesia. Ini termasuk penerbitan Sukuk Hijau oleh
Kementerian Keuangan, upaya yang sedang berjalan untuk membentuk
Dana Sumber Daya Alam pertama di Indonesia di tingkat kabupaten serta
minat terhadap investasi sosial (impact investment) dan urun dana
(crowdfunding) . Indonesia juga mengambil langkah untuk memanfaatkan
potensi signifikan pembiayaan Islam untuk SDGs. Baznas dan UNDP
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 34
bekerja untuk mendukung pengumpulan zakat untuk SDGs. Selain itu,
terdapat peluang yang signifikan untuk pengembangan wakaf untuk SDGs.
Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan pembiayaan
inovatif untuk SDGs dan banyak negara telah menunjukkan minat untuk
belajar dari pengalaman Indonesia.
3. Inklusi, prinsip utama agenda pembangunan berkelanjutan adalah inklusi
dan partisipasi. Selain konsultasi, berbagai platform dibutuhkan di tingkat
nasional dan daerah yang akan mempertemukan pemerintah, penanam
modal, perusahaan, filantropi, masyarakat madani dan akademisi dan
mendorong kemitraan nyata. Kemitraan tersebut harus diperbaiki untuk
memberi pengakuan terhadap kontribusi masing-masing aktor yang
berbeda terhadap SDGs. Pengalaman dari Millennium Development
Goals 2000-2015 telah menunjukkan bahwa kontribusi dari sektor swasta
seringkali tidak ditangkap secara memadai oleh statistik pemerintah, yang
biasanya berfokus pada program pemerintah. Pengukuran kontribusi
sektor swasta penting untuk melacak upaya nasional secara kesel uruhan
terhadap SDGs. Sertifikasi SDGs yang diberikan kepada perusahaan swasta
akan memberi pengakuan dan insentif untuk mendukung SDGs di
Indonesia. Sementara filantropi dan organisasi masyarakat madani secara
aktif terlibat dalam SDGs di Indonesia, semakin banyak yang harus
dilakukan untuk melibatkan kaum muda. Dialog antara UNDP dan
mahasiswa Universitas Gajah Mada an Universitas Padjadjaran
menunjukkan minat kaum muda untuk berperan aktif. Perguruan tinggi
berperan penting untuk meningkatkan kesadaran di kalangan mahasiswa
dan mendorong mereka untuk bertindak untuk pencapaian SDGs, dan lebih
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 35
banyak mahasiswa diperlukan untuk memobilisasi kaum muda di seluruh
Indonesia.
3.3. Status Kesejahteraan
Status kesejahteraan terbagi dalam 4 desil dengan jumlah rumah tangga
sebanyak adalah 98.604 KK dan jumlah individu sebanyak 313.731 orang. jumlah
rumah tangga dari desil 1 sampai desil 3 adalah 83.291 dengan jumlah terendah adalah
Kecamatan Kretek dan tertinggi Kecamatan Sewon. Sedangkan jumlah individu
sebanyak 258.965 orang dengan jumlah terendah adalah Kecamatan Kretek dan
tertinggi adalah Kecamatan Imogiri. Dibandingkan dengan data PPLS 2011 yang
mencakup 3 kelompok, jumlah Rumah Tangga maupun jumlah individu mengalami
perubahan, dimana di PPLS 2011 jumlah Rumah Tangga sebanyak 112.300 KK dan
jumlah individu sebanyak 399.565 orang sebagaimana table berikut.
Tabel 3.1
Desil 1 : Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan antara 0% -
10% terendah di Indonesia
Desil 2 : Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan antara 11% -
20% terendah di Indonesia
Desil 3 : Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan antara 21% -
30% terendah di Indonesia
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 36
Desil 4 : Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan antara 31% -
40% terendah di Indonesia
Tabel 3.2
Tabel di atas memperlihat kondisi kesejahteraan Kabupaten Bantul terbanyak (10,55
persen) berada pada Desil 2 dan paling sedikit pada Desil 4 (5,96 persen).
3.4. Kondisi Umum Kemiskinan Daerah
1. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin, Tingkat Kemiskinan & Garis
Kemiskinan Daerah
Kemiskinan merupakan suatu kondisi kehidupan dimana terdapat sejumlah
penduduk tidak mampu mendapatkan sumberdaya yang cukup untuk memenuhi
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 37
kebutuhan pokok minimum dan mereka hidup di bawah tingkat kebutuhan minimu
tersebut (Todaro & Smith, 2007).
BPS mengembangkan konsep pengukuran Garis Kemiskinan (GK) sebagai berikut:
1. Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan
(GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk yang memiliki
rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan
dikategorikan sebagai penduduk miskin.
2. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan
minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita perhari.
Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-
padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan,
buah-buahan, minyak dan lemak, dll)
3. Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk
perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan
dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis
komoditi di pedesaan.
Sumber data utama yang dipakai oleh BPS untuk mengukur Garis Kemiskinan (GK)
adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel Modul Konsumsi dan Kor.
Rumus Penghitungan :
GK = Garis Kemiskinan
GK = GKM + GKNM
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 38
GKM = Garis Kemiskinan Makanan
GKNM = Garis Kemiskinan Non Makan
Teknik penghitungan GKM
1. Tahap pertama adalah menentukan kelompok referensi (reference populaion)
yaitu 20 persen penduduk yang berada diatas Garis Kemiskinan Sementara
(GKS). Kelompok referensi ini didefinisikan sebagai penduduk kelas marginal.
GKS dihitung berdasar GK periode sebelumnya yang di-inflate dengan inflasi
umum (IHK). Dari penduduk referensi ini kemudian dihitung Garis Kemiskinan
Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM).
2. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) adalah jumlah nilai pengeluaran dari 52
komoditi dasar makanan yang riil dikonsumsi penduduk referensi yang
kemudian disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita perhari. Patokan ini
mengacu pada hasil Widyakarya Pangan dan Gizi 1978. Penyetaraan nilai
pengeluaran kebutuhan minimum makanan dilakukan dengan menghitung harga
rata-rata kalori dari ke-52 komoditi tersebut. Formula dasar dalam menghitung
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) adalah :
GKMj = Gris Kemiskinan Makanan daerah j (sebelum disetarakan menjadi 2100
kilokalori) provinsi P
Pjk = Harga komoditi k di daerah j.
Qjk = Rata-rata kuantitas komoditi k yang dikonsumsi di daerah j.
Vjk = Nilai pengeluaran untuk konsumsi komoditi k di daerah j.
j = Daerah (perkotaan atau pedesaan)
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 39
Selanjutnya GKMj tersebut disetarakan dengan 2100 kilokalori dengan mengalikan
2100 terhadap harga implisit rata-rata kalori menurut daerah j dari penduduk
referensi, sehingga:
Kjk = Kalori dari komoditi k di daerah j
HKj = Harga rata-rata kalori di daerah j
3. Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) merupakan penjumlahan nilai
kebutuhan minimum dari komoditi-komoditi non-makanan terpilih yang
meliputi perumahan, sandang, pendidikan dsan kesehatan. Pemilihan jenis
barang dan jasa non makanan mengalami perkembangan dan penyempurnaan
dari tahun ke tahun disesuaikan dengan perubahan pola konsumsi penduduk.
Pada periode sebelum tahun 1993 terdiri dari 14 komoditi di perkotaan dan 12
komoditi di pedesaan. Sejak tahun 1998 terdiri dari 27 sub kelompok (51 jenis
komoditi) di perkotaan dan 25 sub kelompok (47 jenis komoditi) di pedesaan.
Nilai kebutuhan minimum perkomoditi /sub-kelompok non-makanan dihitung
dengan menggunakan suatu rasio pengeluaran komoditi/sub-kelompok tersebut
terhadap total pengeluaran komoditi/sub-kelompok yang tercatat dalam data
Susenas modul konsumsi. Rasio tersebut dihitung dari hasil Survei Paket
Komoditi Kebutuhan Dasar 2004 (SPKKP 2004), yang dilakukan untuk
mengumpulkan data pengeluaran konsumsi rumah tangga per komoditi non-
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 40
makanan yang lebih rinci dibanding data Susenas Modul Konsumsi. Nilai
kebutuhan minimum non makanan secara matematis dapat diformulasikan
sebagai berikut:
NFp = Pengeluaran minimun non-makanan atau garis kemiskinan non makanan daerah
p (GKNMp).
Vi = Nilai pengeluaran per komoditi/sub-kelompok non-makanan daerah p (dari
Susenas modul konsumsi).
ri = Rasio pengeluaran komoditi/sub-kelompok non-makanan menurut daerah (hasil
SPPKD 2004).
i = Jenis komoditi non-makanan terpilih di daerah p.
p = Daerah (perkotaan atau pedesaan).
Garis Kemiskinan (GK) Daerah Istimewa Yogyakarta pada September 2016 sebesar Rp.
360.169 per kapita per bulan yang lebih tinggi di banding Maret 2016 yang sebesar
Rp.354.084 per kapita per bulan artinya mengalami kenaikan angka GK sebesar 1,72
persen. Peningkatan GK ini searah dengan inflasi Maret 2016 – September 2016 yang
mencapai 1,09 persen.
Bila dilihat pada tabel di bawah ini, komponen Garis Kemiskinan (GK) yang terdiri dari
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM),
terlihat bahwa peranan komoditi makanan masih lebih besar dibandingkan peranan
komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada
Maret 2016 sumbangan GKM terhadap GK sebesar 71,25 persen dan 70,88 persen pada
September 2016. Selama satu semester (Maret 2016 - September 2016) GK daerah
perkotaan meningkat sebesar 1,57 persen atau besaran absolut dari Rp. 364.786
perkapita per bulan menjadi Rp. 370.510 perkapita per bulan. Apabila GK September
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 41
2016 daerah perkotaan dibandingkan dengan kondisi September 2015 (Rp 359.470,-
per kapita per bulan) akan terlihat kenaikannya mencapai 3,07 persen. Sementara itu
Garis kemiskinan di daerah perdesaan pada September 2016 sebesar Rp 337.230,- per
kapita per bulan atau mengalami kenaikan 3,96 persen dibanding keadaan September
2015 (Rp 324.386,- per kapita per bulan). Jika dilihat selama satu semester (Maret
2016-September 2016), kenaikan angka GK daerah perdesaan mencapai 1,79 persen.
Tabel 3.3 Garis Kemiskinan menurut Tipe Daerah Prov. DI Yogyakarta
September 2015-September 2016
Sumber: Berita Resmi Statistik No. 05/01/34/Th.XIX, 3 Januari 2017
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) adalah jumlah nilai pengeluaran dari 52
komoditi dasar makanan yang riil dikonsumsi penduduk referensi yang kemudian
disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita perhari.
Seperti terlihat pada Tabel di bawah ini, berdasarkan komoditas makanan, terdapat
5 komoditas yang secara persentase memberikan kontribusi yang cukup besar pada
garis kemiskinan makanan di perkotaan yaitu beras, daging sapi, rokok kretek filter, kue
basah dan telur ayam ras. Lima komoditi makanan yang berpengaruh cukup besar
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 42
terhadap garis kemiskinan di perdesaan adalah beras, rokok kretek filter, daging sapi,
telur ayam ras, dan bawang merah. Komoditi non makanan yang memberikan
sumbangan besar pada garis kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan yaitu
perumahan, bensin, pendidikan dan listrik. Komoditi lainnya yang termasuk dalam
posisi lima terbesar di perdesaan adalah kayu bakar, sedangkan di perkotaan adalah
biaya kesehatan.
Tabel 3.4
2. Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1), merupakan ukuran rata-rata
kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan.
Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran pesuduk dari garis
kemiskinan.
Tabel 3.5
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 43
Indeks Kedalaman Kemiskinan 2015 - 2016
Sumber: Susenas September 2015, Maret 2016, September 2016
Tabel di atas memperlihatkan bahwa pada September 2015 hingga September
2016 indeks kedalaman kemiskinan untuk Kota dan Desa mengalami penuruan dari
2,32 menjadi 1,75. Namun indeks kedalaman kemiskinan Desa pada September 2015
hingga September 2016 naik dari 2,57 menjadi 2,83 bahkan pada Maret 2016 indeks
kedalaman kemiskinan di Desa cukup tinggi (3,41). Sedangkan indeks kedalaman
kemiskinan Kota pada September 2015 hingga September 2016 mengalami penurunan
dari 2,19 menjadi 1,26. Penuruan indeks kedalaman kemiskinan ini mengindikasikan
bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung mendekati garis kemiskinan
dan ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin akan semakin mengecil.
Sebaliknya kenaikan indeks kedalaman kemiskinan mengindikasikan bahwa
pengeluaran penduduk miskin cenderung menjauhi garis kemiskinan dan ketimpangan
pengeluaran antar penduduk miskin akan semakin membesar.
3. Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Indeks Keparahan Kemiskinan (Proverty Severity Index-P2) memberikan
gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin
tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 44
Tabel 3.6 Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan
September 2015 – September 2016
Tabel di atas memperlihatkan pada periode September 2015 hingga September
2016 indeks keparahan kemiskinan untuk Kota dan Desa mengalami penuruan dari
0,63 menjadi 0,36. Untuk Desa juga mengalami penurunan pada periode yang sama dari
0,68 menjadi 0,67 walaupun mengalami kenaikan pada periode Maret 2016 sebesar
1,05. Sedangkan indeks keparahan kemiskinan di Kota pada periode September 2015
hingga September 2016 mengalami penurunan dari 0,60 menjadi 0,22, demikian juga
untuk periode Maret 2016 juga mengalami penurunan dibanding periode September
2015. Indeks keparahan kemiskinan (P2) di daerah perdesaan sebesar 0,67 sedangkan
di daerah perkotaan mencapai 0,22 mengindikasikan adanya perbedaan rata-rata
pengeluaran konsumsi penduduk miskin terhadap garis kemiskinan di perdesaan lebih
tinggi dibanding di perkotaan. Kesenjangan pengeluaran konsumsi antar penduduk
miskin di daerah perdesaan juga lebih lebar dibandingkan dengan di daerah perkotaan.
4. Penerima Beras Miskin (Raskin) atau Beras Sejahtera (Rastra)
Raskin merupakan subsidi pangan dalam bentuk beras yang diperuntukkan bagi
rumah tangga berpenghasilan rendah sebagai upaya dari pemerintah untuk
meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan perlindungan sosial pada rumah
tangga sasaran. Keberhasilan Program Raskin diukur berdasarkan tingkat pencapaian
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 45
indikator 6T, yaitu: tepat sasaran,tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu, tepat
kualitas,dan tepat administrasi.
Tabel 3.7 Persentase Rumah Tangga yang Membeli/Menerima Beras Miskin (Raskin)/Beras
Sejahtera (Rastra) dan Jumlah Raskin/Rastra yang Dibeli/Diterima
No. Kondisi Raskin/Rastra Persentase
1. Persentase RT membeli/menerima Raskin/Rastra 33,85 %
2. Jumlah Raskin/Rastra dibeli/diterima < 15 Kg. 55,36 %
3. Jumlah Raskin/Rastra dibeli/diterima 15 - 29 Kg. 30,34 %
4. Jumlah Raskin/Rastra dibeli/diterima 30 - 45 Kg. 13,48 %
5. Jumlah Raskin/Rastra dibeli/diterima > 45 Kg. 0.82 %
Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2017
Jika dibandingkan dengan data rata-rata nasional persentase membeli dan
menerima (35,93 persen) sedangkan di Prov DIY 33,85 persen. Untuk jumlah raskin
rata-rata nasional kurang dari 15 Kg (71,32 persen) sedangkan di Prov DIY 55,36
persen. Jumlah raskin nasional antara 15 sampai 29 Kg (19,71 persen) sedangkan di
Prov DIY (30,34 persen). Untuk jumlah raskin antara 30 – 45 Kg rata-rata nasional
sebesar 7,52 persen, sedangkan di Prov DIY (13,48 persen). Dan jumlah raskin lebih
dari 45 Kg ditingkat rata-rata nasional 1,45 persen sedangkan di Prov DIY kurang dari 1
persen (0,82 persen tepatnya).
5. Kartu Perlindungan Sosial
Kartu Perlindungan Sosial adalah kartu yang diterbitkan oleh Pemerintah
Indonesia melalui Kementrian Sosial dalam rangka program percepatan dan perluasan
sosial. kartu ini berfungsi untuk membantu meringankan hidup rakyat miskin antara
lain mendapatkan subsidi beras atau lebih dikenal dengan Beras RASKIN,
mendapatkan bantuan pendidikan bagi siswa dan Program Bantuan Langsung
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 46
Sementara Masyarakat (BLSM). Pendistribusian Kartu Perlindungan Sosial (KPS)
kepada masyarakat sesuai Instruksi Menteri Dalam Negeri tanggal 17 Juni 2013 Nomor
541/3150/SJ Tentang Pelaksanaan Pembagian Kartu Perlindungan Sosial dan
Pengaduan Masyarakat.
Tabel 3.8 Persentase Rumah Tangga Menerima Kartu Perlindungan Sosial (KPS)/
Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) di Provinsi DI Yogyakarta 2017
No. Kondisi Kota Desa Desa + Kota
1. Dapat menunjukan kartu 12,12 % 24,08 % 15,47 %
2. Tidak dapat menunjukan 5,21 % 9,43 % 6,39 %
3. Tidak punya 82,68 % 66,50 % 78,14 %
Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat 2017
Tabel di atas memperlihatkan di daerah perkotaan (82,68 persen) rumah tangga tidak
punya KPS atau KKS yang lebih tinggi dibanding di perdesaan (66,50 persen).
6. Jaminan Sosial
Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial yang
diselenggarakan oleh negara guna menjamin warganegaranya untuk memenuhi
kebutuhan hidup dasar yang layak, sebagaimana dalam deklarasi PBB tentang HAM
tahun 1948 dan konvensi ILO No.102 tahun 1952. Utamanya adalah sebuah bidang
dari kesejahteraan sosial yang memperhatikan perlindungan sosial, atau perlindungan
terhadap kondisi yang diketahui sosial, termasuk kemiskinan, usia lanjut,
kecacatan, pengangguran, keluarga dan anak-anak, dan lain-lain.
Tabel 3.9 Persentase Rumah Tangga yang memiliki atau menerima Jaminan Sosial
di Provinsi DI Yogyakarta & Kab. Bantul, 2017 No. Jenis jaminan DI Yogyakarta Bantul
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 47
1. Jaminan pension 13,35 % 10,16 %
2. Jaminan hari tua 10,38 % 5,42 %
3. Asuransi kecelakaan kerja 9,40 % 8,63
4. Asuransi kematian 7,56 % 4,21
5. Pesangon Pemutusan Hubungan Kerja 2,42 % 1,54
Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat 2017
Kabupaten Bantul didominasi (lebih dari 75 persen) oleh usia produktif 15-54 tahun
namun persentase Rumah Tangga menerima jaminan sangat kecil, asuransi kecelakaan
kerja (7,61 persen) dan asuransi kematian (5,83 persen) apalagi pesangon ketika PHK
(1,94 persen).
7. Kepemilikan asset
Menurut Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, kebijakan redistribusi asset
akan berdampak mengurangi ketimpangan antar golongan karena dengan adanya aset
yang dimilik masyarakat akan mendorong munculnya kegiatan ekonomi di golongan
masyarakat tersebut.
Tabel 3.10 Persentase Rumah Tangga di Kota & Desa dengan Kepemilkan Aset dan
Jenis Aset, 2017 DI Yogyakarta dan Kab. Bantul No. Aset DI Yogyakarta Bantul
1. Tabung gas 5,5 Kg. atau lebih 17,06 % 13,23 %
2. Lemari es/kulkas 57,46 % 53,00 %
3. AC/Pemanas air 9,70 %/3,84% 8,5 %
4. Emas/perhiasan minimal 10 gr 28,85 % 27,83 %
6. Sepeda motor 84,72 % 84,51 %
7. Perahu/perahu motor 0,22 %/0,13% 0,75 %
8. Mobil 20,40 % 17,77 %
9. TV Layar Datar 15,85 % 11,29%
10. Tanah/lahan 63,86 % -
Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat 2017
8. Kredit Usaha Rakyat
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 48
Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan layanan kredit atau pembiayaan yang
diberikan oleh Pemerintah melalui perbankan kepada UMKMK atay koperasi yang layak
tapi belum bankable. Sektor usaha yang dapat memanfaatkan KUR adalah pertanian,
perikanan dan kelautan, perindustrian, kehutanan, dan jasa keuangan simpan pinjam.
BRI Cabang Bantul melaporkan bahwa sampai dengan Agustus 2017, jumlah
KUR Mikro sebanyak 10.220 debitur dan KUR Ritel sebanyak 72 debitur. BPD DIY
Cabang Bantul melaporkan jumlah KUR 930 debitur. Saat ini BPD DIY Cabang Bantul
bekerja sama dengan Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Kabupaten Bantul untuk
melaksanakan pelatihan administrasi keuangan bagi UMK yang akan dilaksanakan
dalam 10 angkatan. (Setda Kabupaten Bantul, 2018).
3.5. Analisis Kondisi Umum Kemiskinan Daerah
3.5.1. Analisis Posisi Relatif Tingkat Kemiskinan Daerah
a. Analisis Persentase Penduduk Miskin
Bagian ini akan membandingkan persentase penduduk miskin di di Indonesia
dengan persentase penduduk miskin di Kabupaten untuk mengetahui capaian
persentase.
Gambar di bawah ini memperlihatkan trend persentase penduduk miskin di
tingakat Nasional dengan di Kabupaten Bantul Tahun 2013 sampai 2017.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 49
Gambar 16. Perkembangan Kemiskinan Nasional dan Kabupaten Bantul
Dari kombinasi persentase kemiskinan di tingkat nasional dengan di Kabupaten
Bantul terlihat bahwa persentase penduduk miskin di Kabupaten Bantul terus
menurun dari tahun ke tahun namun persentase penurunannya masih selalu di
bawah laju penurunan tingkat nasional. Dengan kata lain, capaian posisi relatif
persentase penduduk miskin (%) di Kabupaten Bantul tahun 2017 sebesar 14,07
persen berada di bawah capaian nasional tahun 2017 (10.64 persen) dan
berkontribusi 0,50 % terhadap jumlah penduduk miskin nasional. Hal ini
menunjukan bahwa telah ada upaya terus menurun tingkat kemiskinan akan
tetapi belum signifikan.
b. Analisis Kedalaman kemiskinan
Tabel 3.11 Kedalaman Kemiskinan Tiga Provinsi dan Indonesia 2017-2018
Provinsi 2017 2018
Maret September Maret
DI Yogyakarta 2,19 2,09 2,07
Jawa Tengah 2,21 2,12 1,85
Jawa Timur 1,87 2,09 1,95
Indonesia 1,83 1,79 1,71
Sumber: BPS, 2018
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 50
Kabupaten Bantul mempunyai indeks kemiskinan sebesar 2,21%, yang lebih tinggi
daripada Indeks Kedalaman Provinsi DI Yogyakart pada Maret 2017 hingga
September 2017 atau sama dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan di Provinsi Jawa
Tengah pada Maret 2017. Indeks kedalaman Provinsi Jawa Tengah menurun cukup
signifikan pada Maret 2018. Demikian juga dengan Provinsi Jawa Timur, indeks
kedalaman kemiskinan Provinsi DI Yogyakarta lebih tinggi, hanya pada September
2017 kedua Provinsi mempunyai indeks sama (2,09). Jika dibandingkan dengan
indeks nasional, indeks kedalaman kemiskinan Provinsi DI Yogyakarta selalu lebih
buruk. Hal ini menunjukan diperlukan upaya lebih kuat lagi untuk menurunkan
indeks kemiskinan di Provinsi DI Yogyakarta sebagai bagian dari Pemerintah
Kabupaten Bantul.
c. Analisis Keparahan kemiskinan
Indeks keparahan kemiskinan Kabupaten Bantul sebesar 0,56% lebih tinggi
dibanding indeks keparahan kemiskinan nasional 0,52% pada Maret 2016. Hal ini
menunjukan Pemerintah Kabupaten Bantul perlu bekerja keras untuk menurunkan
indeks keparahan kemiskinan.
d. Analisis Beras Miskin (Raskin) atau Beras Sejahtera (Rastra)
Persentase penerima Beras Miskin (Raskin)/Beras Sejahtera (Rastra) pada tahun
2017, Kabupaten Bantul (37,82 persen) atau lebih tinggi dibanding Provinsi DI
Yogyakarta (33,85 persen) bahkan dengan angka persentase Nasional (35,93
persen) Artinya program perlindungan sosial raskin/rastra di Kabupaten Bantul
lebih berhasil dibanding di Provinsi DI Yogyakarta bahkan dengan angka Nasional
sekalipun.
e. Analisis Kartu Perlindungan Sosial
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 51
Persentase Rumah Tangga yang memilki atau dapat menunjukan KPS di Kabupaten
Bantul (30.04 persen) lebih tinggi dibanding di Provinsi DI Yogyakarta (24,08
persen) dan jauh lebih tinggi daripada tingkat nasional dengan capain 13,47 persen.
Pemerintah Kabupaten Bantul berhasil menjalankan program perlindungan sosial
untuk jenis Kartu Perlindungan Sosial (KPS) atau Kartu Keluarga Sejahtera (KKS)
namun masih sangat mungkin untuk meningkatkan persentase penerima KPS atau
KKS.
f. Analisis Program Indonesia Pintar (PIP)
Persentase Rumah Tangga yang menerima Program Indonesia Pintar (PIP) di
Kabupaten Bantul pada tahun 2017 sebesar 10,99 persen, sedangkan yang
menerima PIP di Provinsi DI Yogyakarta 16,00 persen dan secara nasional mencapai
17,10 persen. Artinya capaian penerima Program Indonesia Pintar di Kabupaten
masih sangat bisa ditingkatkan karena persentase penerima program masih rendah
dibanding Provinsi DI Yogyakarta dan nasional.
g. Analisis Kepemilikan aset
Analisis kepemilikan aset dipilih enam dari sebelas data yang disediakan oleh BPS RI
dengan pertimbangan kesusuaian data di tingkat Kabupaten, Provinsi, dan Nasional.
Persentase Rumah Tangga yang memilki berbagai aset di Kabupaten Bantul.
Pertama, Tabung gas 5,5 Kg. atau lebih di Kabupaten Bantul 13,23 persen,
sedangkan di Provinsi DI Yogyakarta 17,06 persen sedangkan di tingkat nasional
13,21 persen. Artinya aset tabung gas yang dimiliki Rumah Tangga di Kabupaten
Bantul sangat mendekati tingkat nasional namun cukup rendah dibanding ditingkat
propinsi. Kedua, Lemari es di Kabupaten Bantul 53 persen sedangkan ditingkat
Provinsi DI Yogyakarta mencapai 57,46 persen dan tingkat Nasional mencapai 67,16
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 52
persen. Artinya persentase Rumah Tangga di Kabupaten Bantel selalu lebih rendah
di tingkat propinsi dan nasional. Ketiga, Emas/Perhiasan. Persentase kepemilikan
emas/perhiasan di Kabupaten Bantul (27,83 persen) sedikit lebih rendah dibanding
Provinsi DI Yogyakarta (28,85 persen) namun lebih tinggi dibanding di tingkat
nasional (24,82 persen). Bisa dikatakan Rumah Tangga di Bantul cukup menyukai
investasi dalam bentuk emas atau perhiasan. Keempat, sepeda motor, kepemilikan
sepeda motor di Kabupaten Bantul (84,51 persen) yang hampir sama dengan
persentase kepemilikan sepeda motor di Provinsi DI Yogyakarta (84,72) dan hampir
10 persen lebih tinggi dibanding di tingkat nasional (78,90 persen). Artinya sepeda
motor telah menjadi aset multi fungsi yang akan mempengaruhi kinerja ekonomi
rumah tangga. Kelima, mobil, persentase rumah tangga yang memilki mobil di
Kabupaten Bantul (17,77 persen) sedikit dibawah persentase kepemilikan mobil di
Provinsi DI Yogyakarta (20,40 persen) sedangkan tingkat nasional 14,98 persen. Jika
persentase kepemilikan mobil tinggi diharapkan dapat lebih menggerakan ekonomi
daerah hingga nasional. Keenam, TV layar datar, kepemilikan TV layar datar di
Kabupaten Bantul (11,29 persen) agak sedikit di bawah persentase kepemilikan
Provinsi DI Yogyakarta (15,86 persen) namun cukup jauh dibanding kepemilikan di
tingkat nasional (20,01 persen). Artinya, masyarakat Bantul dan Yogyakarta masih
cukup puas tanpa memiliki TV layar datar.
3.5.2. Analisis Efektifitas
a. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Daerah
Tren pencapaian efektivitas tingkat kemiskinan (%) Kabupaten Bantul tahun
2013-2017 menunjukan ada percepatan perbaikan (cukup efektif) dengan trend
kemiskinan semakin menurun. Laju rata-rata penurunan tingkat kemiskinan
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 53
dalam waktu 4 tahun adalah 60,25% per tahun. Pemkab Bantul telah cukup
efektif menurunkan persentase kemiskinan walapun masih dibawah persentase
kemiskinan nasional.
b. Analisis Keparahan kemiskinan
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar jumlah dan persentase penduduk
miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan
keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk
miskin, kebijakan yang terkait dengan kemiskinan juga sekaligus harus bisa
mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Namun pada
kenyataannya, meski jumlah penduduk miskin 2017 menurun, indeks keparahan
kemiskinan lebih tinggi. Menurut Kepala BPS ada tiga penyebab, pertama inflasi
di desa lebih daripada inflasi di kota, kedua, distribusi makanan dari kota ke desa
jaraknya cukup jauh sehingga muncul margin perdagangan lebih besar, ketiga
masyarakat perdesaan membeli barang di kota secara eceran sehingga harga
lebih mahal.
c. Analisis penerimaan Beras Miskin (Raskin) atau Beras Sehatera (Rastra)
Tujuan Program Raskin adalah mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga
Sasaran melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok dalam bentuk
beras. Tingkat efektivitas disini diartikan sebagai pengukuran keberhasilan
dalam pencapaian distribusi dalam persentase. Distribusi Raskin di Kabupaten
Bantul lebih efektif (37,82%) dibanding persentase nasional (35,93%).
d. Analisis Kartu Perlindungan Sosial
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 54
Kartu Perlindungan Sosial (KPS) adalah kartu yang diterbitkan oleh Pemerintah
Indonesia dalam rangka Program Percepatan dan Perluasan Sosial (P4S). Dengan
memiliki KPS, rumah tangga berhak menerima program-program perlindungan
sosial, seperti: Raskin dan Bantuan Siswa Miskin (BSM). Kabupaten Bantul cukup
berhasil mendistribusikan KPS dimana secara persentase rumah tangga yang
dapat menunjkan KPS di Kabupaten Bantul (30,04%) lebih tinggi dibanding di
Provinsi DI Yogyakarta (24,08%) bahkan jauh lebih tinggi dibanding tingkat
nasional (13,47%)
e. Analisis Program Indonesia Pintar
KIP (Kartu Indonesia Pintar) merupakan kartu yang diperuntukan bagi keluarga
miskin dan rentan untuk anggota keluarga berusia 7-18 tahun agar tetap sekolah
sehingga diharapkan angka putus akan menurun drastis. Target program ini
adalah dapat mendanai 15,5 juta keluarga kurang agar tetap bersekolah.
Mekanismenya, pemilik KIP akan memperoleh dana tunai yang tersimpan
didalam kartu untuk pembiayaan sekolah.
Persentase Rumah Tangga penerima KIP dalam Program Indonesia Pintar (PIP)
di Kabupaten Bantul pada tahun 2017 sebesar 10,99 persen, sedangkan yang
menerima PIP di Provinsi DI Yogyakarta 16,00 persen dan secara nasional
mencapai 17,10 persen. Artinya capaian penerima Program Indonesia Pintar di
Kabupaten masih sangat bisa ditingkatkan karena persentase penerima program
masih rendah dibanding Provinsi DI Yogyakarta dan nasional.
3.6. Analisis Relevansi
a. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Daerah
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 55
Grafik di atas menginformasikan tren pencapaian relevansi tingkat kemiskinan
(%) di Kabupaten Bantul terhadap nasional tahun 2013-2017 cenderung cukup
relevan, namun berada diatas tren capaian nasional. Hal ini menunjukan bahwa
tingkat kemiskinan Kabupaten Bantul lebih buruk dibanding nasional.
Sebenarnya tren penurunan tingkat kemiskinan Kabupaten Bantul sangat cepat
dibanding penurunan tingkat kemiskinan nasional.
b. Analisis Kedalaman Kemiskinan
Indeks Kedalaman Kemiskinan Kabupaten Bantul (2,21%) lebih tinggi dari
Indeks Kedalaman Kemiskinan Provinsi DI Yogyakarta Maret 2017 (2,19%)
bahkan cukup jauh dibawah Indeks Kemiskinan Nasional pada Maret 2017
(1,83%). Pemkab Bantul terus perlu mengupaya secara maksimal melaksanakan
berbagai program bantuan kepada masyarakat miskin dengan target melampaui
Indeks Kedalaman Kemiskinan Provinsi DI Yogyakarta.
c. Analisis Keparahan kemiskinan
Kabupaten Bantul memiliki Indeks Keparahan Kemiskinan sebesar 0,56% yang
lebih tinggi dibanding Indeks Keparahan Kemiskinan Nasional (0,52%) sangat
relevan untuk terus menurun Indeks Keparahan Kemiskin menyamai atau lebih
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 56
kecil melalui berbagai program bantuan kepada masyarakat miskin dan
ketepatan sasaran program menjadi sangat penting.
d. Analisis penerimaan Beras Miskin (Raskin) atau Beras Sehatera (Rastra)
Distribusi Raskin di Kabupaten Bantul (37,82%) lebih tinggi dibanding Nasional
(35,93%) bisa dikatakan cukup relevan untuk terus meningkatkan efektivitas
distribusi dan perlu terus mencermati ketepatan sasaran program sehingga
Indeks Keparahan Kemiskinan dapat menjadi lebih baik atau melampaui Indeks
Keparahan Kemiskinan Nasional.
e. Analisis Kartu Perlindungan Sosial
Lebih tingginya kepemilikan KPS (Kartu Perlindungan Sosial) di Kabupaten
Bantul (30,04%) dibanding Nasional (13,47%) memperlihata cukup relevan
tingkat efektivitas distribusi KPS di Kabupaten Bantul dibanding ditingkat
Nasional, namun perlu terus meningkatkan efektivitas ketepatan sasaran
kepemilikan KPS.
3.7. Analisis Keterkaitan Efektivitas & RelevansiTingkat Kemiskinan Daerah
Tabel di bawah ini menginformasikan analisis keterakitan untuk mengetahui
keterkaitan 5 (lima) indikator utama kemiskinan dengan 4 (empat) perspektif sehingga
dapat diketahui penyebab masalah kemiskinan di Kabupaten Bantul.
Tabel 3.12 Analisis Keterkaitan Indikator Kemiskinan Terhadap Perspektif
Perspektif
Indikator Posisi Relatif
Tahun 2017
Perkembangan
Antar Waktu
Efektivitas Relevansi Keterkaitan
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 57
Perspektif
Indikator Posisi Relatif
Tahun 2017
Perkembangan
Antar Waktu
Efektivitas Relevansi Keterkaitan
1. Jumlah
Penduduk
Penduduk Miskin
tahun 2017
139.670 jiwa lebih
kecil dibanding
Nasional
27.770.000 jiwa
Tahun 2011 ada
399.565 jiwa,
pada 3 Desil ada
258.965 jiwa
dan pada 4
Desil 313.731
jiwa di tahun
2015
Cukup
efektif
Cukup
relevan
Dari 5
indikator
kemiskinan
Kabupaten
Bantul
berada
dibawah
capaian
Nasional
(telah ada
upaya
perbaikan)
akan tetapi
efektivitas
tidak
tercapai. Hal
ini telah
membuktikan
bahwa
program
kegiatan di
Kabupaten
Bantul belum
menyentuh
sebagian
besar
penduduk
miskin di
Kabupaten
Bantul
2.Tingkat
kemiskinan
(%)
Tingkat
kemiskinan Kab.
Bantul 14,07 %
lebih tinggi
dibanding nasional
10,64%
Terus menurun,
laju penurunan
tingkat
kemiskinan di
Kab. Bantul
selama lima
tahun terakhir
60,25% rata-
rata per tahun
Tidak
Efektif
Relevan
3.Garis
Kemiskinan/GK
(Rp/Kapita/bulan)
Garis Kemiskinan
Prop.DI Yogyakarta
Perdesaan Rp.
352.861 lebih kecil
dibanding Nasional
Rp. 401.220
Garis
kemiskinan
mengalami
kenaikan
sebesar 5,63%
dari tahun
sebelumnya Rp.
348.061
Tidak
efektif
Cukup
relevan
4.Indeks
Kedalaman
Kemiskinan (P1)
Indeks Kedalaman
Kemiskinan Kab.
Bantul 2,21% lebih
dalam dibanding
Nasional 1,84%
Tren penurunan
dua tahun
terakhir 2,29%
menjadi 2,48%
Tidak
efektif
Cukup
relevan
5.Indeks
Keparahan
Indeks Keparahan
Kemiskinan di Kab.
Tren penuruan
dua tahun
Tidak
efektif
Cukup
relevan
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 58
Perspektif
Indikator Posisi Relatif
Tahun 2017
Perkembangan
Antar Waktu
Efektivitas Relevansi Keterkaitan
Kemiskinan (P2) Bantul (0,56%)
lebih parah
dibanding Indeks
Keparahan
Nasional 0,52%
terakhir 0,47%
menjadi 0,59%
Tabel dibawah ini menginformasikan analisis keterkaitan Program-program percepatan
penanggulangan kemiskinan sehingga dapat diketahui penyebab mengatasi penanggulangan
kemiskinan dapat dipercepat
Tabel 3.13
Program Percepatan Penanggulan Kemiskinan
Perspektif Indikator Posisi Relatif
Tahun 2017 Efektivitas Relevansi Keterkaitan
Raskin/Rastra Persentase penerima Raskin di Kab. Bantul (37,82%) lebih tinggi dibanding Nasional (35,93%)
Cukup efektif
Cukup relevan
Dari hasil analisis keterkaitan 3 indikator program percepatan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bantul terhadap perspektif posisi Kabupaten berada diatas capaian Nasional untuk dua indikator namun satu indikator berada dibawah capaian Nasional
Kartu Perlindungan Sosial (KPS)
Persentase kepemilikan KPS di Kab. Bantul (24,08%) lebih tinggi dibanding Nasional (13,47%)
Efektif Relevan
Program Indonesia Pintar
Persentase Rumah Tangga penerima PIP di Kab. Bantul (10,99%) lebih kecil dibanding Nasional (17,10%)
Tidak efektif
Cukup Relevan
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 59
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 60
BAB IV. ANALISIS APBD UNTUK PENANGGULANGAN KEMISKINAN
4.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah terkait penyelenggaraan
pemerintahan yang dapat dinilai dengan uang. Penyelenggaraan fungsi pemerintahan
daerah akan terlaksana secara optimal apabila diikuti dengan pemberian sumber-
sumber penerimaan yang cukup kepada daerah dengan mengacu pada peraturan
perundang-undangan. Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, bahwa ruang lingkup keuangan daerah meliputi:
1. Hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta
melakukan pinjaman
2. Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah
dan membayar tagihan pihak ketiga
3. Penerimaan daerah
4. Pengeluaran daerah
5. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri oleh pihak lain berupa uang, surat
berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang
termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah
6. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintahan daerah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum
Pengelolaan keuangan daerah dituangkan dalam APBD dan laporan keuangan
daerah pada umumnya.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 61
APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari pendapatan daerah, belanja daerah,
dan pembiayaan daerah. Oleh karena itu dalam menganalisis pengelolaan keuangan
daerah, diperlukan pemahaman mengenai jenis obyek pendapatan daerah, belanja
daerah, dan pembiayaan daerah. Analisis pengelolaan keuangan daerah nantinya akan
digunakan untuk menggambarkan kemampuan keuangan daerah dalam mendanai
semua yang berhubungan dengan penyelenggaraan pembangunan daerah. Kemampuan
atau kapasitas keuangan daerah pada dasarnya adalah sejauh mana daerah mampu
mengoptimalkan penerimaan dari pendapatan daerah.
4.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD
a. Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah merupakan hak pemerintah daerah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih. Pendapatan daerah meliputi semua
penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas
dana lancar, yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak
perlu dibayar kembali oleh Daerah. Sumber pendapatan daerah terdiri atas
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Kelompok Lain-lain
Pendapatan Daerah yang Sah.
Uraian
2016 2017 Rata-Rata
pertumbuhan
(RP) (RP) %
PENDAPATAN 2,000,334,145,353.84 2,086,879,034,570.45 8.43%
Pendapatan Asli
Daerah 404,454,682,746.07 494,179,113,471.97 23.61%
Pajak Daerah 133,474,721,165 165,562,359,004.37 18.94%
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 62
Uraian
2016 2017 Rata-Rata
pertumbuhan
(RP) (RP) %
Retribusi Daerah 26,613,085,433.67 31,575,783,483.00 4.72%
Hasih Penel.
Keuangan Daerah
yang dipsahkan 21,068,269,986.18 20,130,437,131.20 22.13%
Lain-lain PAD yang
Sah 223,298,606,161.00 276,910,533,853.40 34.00%
DANA
PERIMBANGAN 1,331,352,777,163.00 1,287,256,262,558.00 8.86%
Bagi Hasil Pajak /
Bagi Hasil Bukan
Pajak 39,338,415,888.00 34,871,178,970.00 2.38%
Dana Alokasi
Umum 999,814,365,000.00 982,250,842,000.00 3.66%
Dana Alokasi
Khusus 292,199,996,275.00 270,134,241,588.00 86.03%
LAIN-LAIN
PENDAPATAN
YANG SYAH 264,526,685,444.77 305,443,658,540.48 1.86%
Hibah 6,148,735,500.00 10,598,764,728.00 28.00%
Dana Darurat
Dana Bagi Hasil
Pajak dari Provinsi
dan Pemerintah
Daerah Lainnya 137,137,204,944.77 145,068,714,991.48 17.56%
Dana Penyesuaian
dan Otonomi
Khusus 99,912,945,000.00 131,691,087,000.00 -0.06%
Bantuan Keuangan
dari Provisi atau
Pemerintah Daerah
lainnya 21,327,800,000.00 18,085,091,821.00 -9.25%
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 63
c. Belanja Daerah
Belanja Daerah merupakan semua kewajiban daerah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan. Analisis belanja daerah digunakan untuk melihat realisasi dari
kebijakan pembelanjaan dan pengeluaran pembiayaan daerah pada periode
tahun anggaran sebelumnya. Analisis ini kemudian dapat digunakan sebagai
bahan untuk menentukan kebijakan pembelanjaan dan pengeluaran pembiayaan
dimasa yang akan datang.
Uraian
2016 2017 Rata-Rata
Pertumbuhan
(RP) (RP) %
PENDAPATAN 2,000,334,145,353.84 2,086,879,034,570.45 8.43%
BELANJA 2,016,543,978,974 2,076,742,163,062.60 10.88%
BELANJA TIDAK
LANGSUNG 1,266,738,323,230 1,116,642,511,784.00 5.72%
Belanja Pegawai 1,032,505,302,997 825,306,291,768.00 -0.06%
Belanja Bunga
Belanja Subsidi - -
Belanja Hibah 32,710,102,500 50,474,188,248.00 109.41%
Belanja Bantuan
Sosial 3,267,350,000 16,503,000,000.00 86.74%
Belanja Bagi Hasil 12,429,955,580 14,330,194,685.00 6.62%
Belanja Bantuan
Keuangan 185,304,699,853 222,760,211,526.00 69.13%
Belanja tidak
Terduga 520,872,300 2,121,325,557.00 116.69%
BELANJA
LANGSUNG 749,805,655,744 960,099,651,278.60 21.26%
Belanja Pegawai 44,678,753,435 69,976,098,898.00 1.79%
Belalanja Barang 421,066,369,647 557,504,286,927.46 31.31%
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 64
Uraian
2016 2017 Rata-Rata
Pertumbuhan
(RP) (RP) %
dan Jasa
Belanja Modal 284,060,532,662 332,619,265,453.14 19.79%
d. Pembiayaan Daerah
Pembiayaan Daerah merupakan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran
yang besangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya. Seperti halnya
kegunaan analisis Pendapatan dan Belanja Daerah, analisis Pembiayaan Daerah
juga digunakan untuk memperoleh gambaran dari pengaruh kebijakan
pembiayaan daerah pada tahun-tahun anggaran sebelumnya terhadap
surplus/defisit belanja daerah sebagai bahan untuk menentukan kebijakan
pembiayaan di masa yang akan datang.
Uraian
2016 2017 Rata-Rata
Pertumbuhan
(RP) (RP) %
PENDAPATAN 2,000,334,145,353.84 2,086,879,034,570.45 8.43%
BELANJA 2,016,543,978,974 2,076,742,163,062.60 10.88%
Belanja Subsidi - -
PEMBIAYAAN
NETTO 268,326,441,720 237,089,480,812.54 46.03%
PENERIMAAN
PEMBIAYAAN 293,078,441,720.00 261,454,280,812.54 29.92%
PENGELUARAN
PEMBIAYAAN 24,752,000,000.00 24,364,800,000.00 -10%
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 65
4.1.2. Neraca Daerah
Analisis neraca daerah bertujuan untuk mengetahui kemampuan keuangan
Pemerintah Daerah melalui perhitungan rasio likuiditas, solvabilitas, dan rasio aktivitas
serta kemampuan aset daerah untuk penyediaan dana pembangunan daerah. Rasio
likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan Pemerintah Daerah dalam
memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengukur
kemampuan Pemerintah Daerah dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka
panjangnya.
Uraian
TAHUN Rata-Rata
Pertumbuhan
2016 2017 %
ASET
ASET LANCAR
KAS 296,308,785,282 247,225,967,225.39 6.7%
Kas di Kas Daerah 221,268,668,753.62 229,851,336,932.90 4.1%
Kas di Pemegang
Kas/Bendahara
Pengeluaran
74,654,448.00 833,005,672.00
408.8%
Kas di Bendahara
Penerimaan 460,910,384.00 713,824,537.00
162.1%
Kas di BLUD 30,269,625,119.92 13,541,504,539.49 208.1%
Kas di Bendahara BOS 17,353,282,450.00 2,281,585,544.00 50.07%
Kas di Bendahara Block
Grant 2,683,771,212,600 -
43.80%
Kas di KPU dan Panwas - -
Kas di Bantuan Dana
Bergulir 43,932,000.00 4,710,000.00
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 66
Uraian
TAHUN Rata-Rata
Pertumbuhan
2016 2017 %
Piutang 49,605,707,271.37 64,302,519,438.74 2.4%
Piutang Pajak 85,821,335,423.29 97,093,170,135.37 46.5%
Piutang Retribusi 2,087,948,332.00 2,336,181,963.65 14.0%
Piutang Lain-lain PAD 35,055,495,306.60 50,808,323,946.65 34.08%
Piutang Pemberian
Pinjaman Pemerintah - -
Piutang Bag Lancar TGR 46,302,100.00 23,125,600.00 4643.28%
Piutang Lainnya 14,204,551,854.00 14,776,862,986.00
Persediaan 969,489,397.23 375,616,706.27 -26.96%
Jumlah Aset Lancar 48,774,707,769.70 49,634,079,006.70 21.35%
402,536,133,970.85 369,773,285,369.96 6.79%
INVESTASI JANGKA
PANJANG
Investasi Non Permanen - -
Investasi Permanen 229,152,262,959.40 248,569,576,110.98 15.69%
Jumlah Investasi Jangka
Panjang 229,152,262,959.40 248,569,576,110.98
15.33%
ASET TETAP
Tanah 535,067,314,152.00 517,919,614,242.00 964.54%
Peralatan dan Mesin 514,461,731,543.57 561,102,664,150.57 18.22%
Gedung dan Bangunan 1,261,647,454,204.97 1,194,597,731,231.78 6.24%
Jalan, Irigasi dan Jaringan 1,821,460,231,355.26 1,973,041,023,200.00 9.77%
Aset Tetap Lainnya 73,057,689,969.00 65,734,074,972.00 3.70%
Konstruksi dalam
Pengerjaan 644,050,000.00
-35.34%
Akumulasi Penyusutan (-1824330894618,56) (-
1895906957057,62)
Jumlah Aset Tetap 2,382,007,576,606.24 2,416,488,150,738.73 4.23%
ASET LAINNYA
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 67
Uraian
TAHUN Rata-Rata
Pertumbuhan
2016 2017 %
Tagihan Jangka Panjang 764,419,414.00 742,769,414.00 1222.41%
TGR
Aset Tak Berwujud 17,412,173,338.44 19,945,487,938.44 70.62%
Aset Lain-lain 6,350,410,718.00 -25.00%
Aset lain yang dibatasi
penggunaannya 238,727,239.45 229,284,603.45
-14.58%
Akumulasi Amortisasi
Aset Tak Berwujud (-7914273215,11) (-10110558975,11)
6.94%
Jumlah Aset Lainnya 16,851,457,494.78 10,806,982,980.78 42.73%
JUMLAH TOTAL ASET 3,030,547,431,031.26 3,045,637,995,200.45 3.08%
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA
PENDEK
Bagian Lancar Utang
Dalam Negeri
Pendapatan diterima
dimuka 54,070,542.93 211,677,621.80
196.97%
Utang Jangka Pendek
Lainnya
Utang Belanja 8,987,426,141.00 13,717,202,977.00 4.12%
Utang Perhitungan Pihak
Ketiga (PFK) 1,161,600.00
Jumlah Kewajiban
Jangka Pendek 9,042,658,283.93 13,928,880,598.80
4.07%
KEWAJIBAN JANGKA
PANJANG
Utang Dalam Negeri -
Pemerintah Pusat
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 68
Uraian
TAHUN Rata-Rata
Pertumbuhan
2016 2017 %
Utang Jangka Panjang
Lainnya
JUMLAH KEWAJIBAN 9,042,658,283.93 13,928,880,598.80 4.06%
EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR
Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran 252,116,629,105.54
Cadangan Pendapatan
yang ditangguhkan
Cadangan Investasi
Jangka Pendek
Cadangan Piutang 139,605,198,463.12
Cadangan Persediaan 48,774,707,769.70
Dana Lancar lainnya 44,190,994,576.00
Dana yang Harus
Disediakan untuk
pembayaran utang jangka
pendek
JUMLAH EKUITAS DANA
LANCAR 9,041,496,683.93
393,493,475,686.91
EKUITAS DANA
INVESTASI
Diinvestasikan dalam
Investasi Jangka Panjang
Diinvestasikan dalam Aset
Tetap 229,152,262,959.40
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 69
Uraian
TAHUN Rata-Rata
Pertumbuhan
2016 2017 %
Diinvestasikan dalam Aset
Lainnya 4,206,338,471,224.79
Dana yang Harus
Disediakan untuk
Pembayaran Utang Jangka
Panjang
24,765,730.709.89
JUMLAH EKUITAS DANA
INVESTASI 1,832,245,167,833.68
2,628,011,297,060.40
JUMLAH EKUITAS
3,021,504,772,747.31 3,031,709,114,601.65 2.15%
JUMLAH KEWAJIBAN
DAN EKUITAS DANA 3,030,547,431,031.26 3,045,637,995,200.45 2.11%
4.2. Kebijakan Pengelolaan Keuangan
Analisis terkait kebijakan pengelolaan keuangan menjadi penting untuk
mengetahui gambaran realisasi dari kebijakan pembelanjaan dan pengeluaran
pembiayaan daerah pada periode tahun anggaran sebelumnya. Hal ini diperkuat
dengan adanya dasar bahwa keuangan daerah digunakan dalam rangka
mendanai pelaksanaan penyelenggaran pemerintah yang terdiri dari urusan
wajib dan urusan pilihan. Pendanaan penyelenggaraan pemerintahan
diprioritaskan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut
dapat diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan,
kesehatan, fasilitas sosial, fasilitas umum yang layak, serta pengembangan
jaminan sosial.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 70
Mengetahui kebijakan pengelolaan keuangan pada periode sebelumnya
digunakan untuk menentukan kebijakan pembelanjaan dan pengeluaran
pembiayaan di masa yang akan datang dalam rangka mengefektifkan dan
mengefisiensikan alokasi dana pembangunan daerah. Analisis kebijakan
pengelolaan keuangan kemudian dilakukan dengan analisis proporsi belanja
untuk pemenuhan kebutuhan aparatur, analisis sumber penutup defisit riil,
analisis Sisa Lebih Perhitungan Anggaran, dan analisis Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran.
4.2.1. Proporsi Penggunaan Anggaran
Penggunaan anggaran keuangan daerah antara lain untuk pemenuhan
kebutuhan aparatur dan pembangunan. Analisis terkait proporsi penggunaan
anggaran untuk kebutuhan aparatur menjadi dasar untuk menentukan kebijakan
efisiensi anggaran aparatur selama periode yang direncanakan
Uraian 2016 2017
(RP) (RP)
BELANJA 2,016,543,978,974 1,145,389,576,382
BELANJA TIDAK LANGSUNG 1,265,890,290,230 817,692,644,574.00
Belanja Pegawai 1,032,505,302,997 817,692,644,574.00
Gaji Dan Tunjangan 714,667,286,650 663,489,993,481.00
Tambahan Penghasilan PNS 308,820,477,912 148,260,315,093.00
Belanja Penerimaan Lainnya
Pimpinan Dan Anggota DPRD
Serta KDH/WKDH
4,001,999,949 5,941,836,000.00
BELANJA LANGSUNG 750,653,688,744 327,696,931,808
Belanja Pegawai 44,678,753,435 59,730,127,335.00
Honorarium PNS 5,153,557,350.00 5,315,219,200.00
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 71
Uraian 2016 2017
(RP) (RP)
Honorarium Non PNS 34.738.875.735.00 46.177.883 900,00
Uang Lembur 158,364,250 00 110,305,003.00
Belanja Pegawai BLUD 4,619,456,100.00 8,115,719,232.00
Honorarum Pengelolaan
Operasional Dinas 11.000.000.00
Belanja Barang Dan Jasa 165,680,792,717.18 228,935,121,360.00
Belanja Bahan Pakai Habis 8,698,704,073.00 12,595,754,406.00
Belanja Bahan /Material 37,750,177,837.00 42,107,677,152.84
Belanja Jasa Kantor 28,944,102,300.00 36,074,704,232.00
Belanja Premi Asuransi 14,859,560.00 6,567,897,370.00
Belanja Perawatan Kendaraan
Bermotor 9,421,828,508.18 12,729,167,082.00
Belanja Cetak Dan Penggandaan 7,437,945,254.00 9,167,822,906.00
Belanja Sewa
Rumah/Gedung/Gudang/Parkir 2,202,677,379.00 3,184,534,725.00
Belanja sewa Sarana Mobilitas 915,225,000.00 1,151,322,000.00
Belanja Sewa Perlangkapan Dan
Peralatan Kantor 2,406,117,500.00 3,756,748,500.00
Belanja Makanan Dan Minuman 25,126,909,861.00 34,499,711,747.00
Belanja Pakaian Dinas Dan
Atributnya 295,939,899.00 5,331,745,000.00
Belanja Pakaian Kerja 1,079,931,264.00 1,542,237,500.00
Belanja Pakaian Khusus Dan
Hari-Hari Tertentu 1,569,372,025.00 3,230,590,000.00
Belanja Perjalanan Dinas 27,795,508,307.00 43,034,675,215.00
Belanja Pendidikan Biasiswa
PNS 213,500,000.00 431,000,000.00
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 72
Uraian 2016 2017
(RP) (RP)
Belanja
Khusus,pelatihan,sosialisasi dan
bimbangan teknis PNS
3,275,132,200.00 26,513,213,000
Belanja Perjalanan Pindah
Tugas
Belanja Jasa Konsultansi 8,532,861,750.00 10,878,202,224.00
Belanja Modal 284,060,532,661.95 39,031,683,113.00
Belanja Modal Pengadaan
Tanah 11,654,412,824.00 10,081,550,000.00
Belanja Modal Pengadaan Alat-
Alat Angkutan Darat Bermotor
3,899,259,150 11,603,018,280.00
Belanja Modal Pengadaan
Peralatan Kantor 1,993,668,646 3,816,044,317.00
Belanja Modal Pengadaan
Perlengkapan Kantor 3,122,450,563
Belanja Pengadaan Komputer 8,569,645,964 11,858,848,163.00
Belanja Modal Pengadaan
Mebeulair 1,086,406,743
Belanja Modal Pengadaan
Peralatan Dapur
Belanja Modal Pengadaan
Penghias Ruangan Rumah
Tangga
Belanja Modal Pengadaan Alat-
Alat Studio 467,968,100 1,044,576,644.00
Belanja Modal Pengadaan Alat-
Alat Komunikasi 675,816,200 622,646,009.00
Belanja Pengadaan Alat-Alat
Ukur 350,499,400
Belanja Modal Pengadaan Alat-
Alat Laboratorium 2,729,221,443.49 4,999,700.00
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 73
Uraian 2016 2017
(RP) (RP)
Belanja Modal Pengadaan
Instalasi Listrik Dan Telepon
Realisasi belanja pemenuhan kebutuhan aparatur, dari tahun ke tahun cenderung
mengalami peningkatan, baik Belanja Tidak Langsung maupun Belanja Langsung.
Peningkatan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain
bertambahnya jumlah aparatur dan jenis kebutuhan yang lebih kompleks.
URAIAN
BEJANJA
(UNTUK
PEMENUHAN
KEBUTUHAN
APARATUR)
TOTAL PENGELURAN
(BELANJA+PEMBIAYAAN
PENGELUARAN)
PROSENTASE
(a) (b) (a) / (b) x
100%
Tahun Anggaran 2013 875,988,941,318 1,426,781,456,966 61.4%
Tahun Anggaran 2014 935,908,415,004 1,743,660,531,492 53.7%
Tahun Anggaran 2015 1,016,655,176,910 1,966,798,995,457 51.7%
Tahun Anggaran 2016 1,077,184,056,432.00 2,041,295,978,974.11 52.8%
Tahun Anggaran 2017 926,004,451,444.00 2,161,336,557,886.00 42.8%
4.2.2. Analisis Pembiayaan
Analisis pembiayaan bertujuan untuk memperoleh gambaran dari pengaruh
kebijakan pembiayaan daerah tahun anggaran sebelumnya terhadap
surplus/defisit belanja daerah. Hal ini dimaksudkan sebagai dasar untuk
menentukan kebijakan pembiayaan di tahun yang akan datang dalam rangka
penghitungan kapasitas pendanaan pembangunan daerah. Analisis pembiayaan
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 74
daerah dilakukan dengan terlebih dahulu mencari besarnya defisit riil anggaran,
sekaligus mencari penutup defisit riil anggaran tersebut. Selanjutnya dilakukan
analisis realisasi Sisa Lebih Perhitungan dan Pembiayaan Daerah untuk
mengukur kinerja APBD`
4.2.3. Kerangka Pendanaan
Kerangka pendanaan merupakan proyeksi yang bertujuan untuk
menghitung kapasitas keuangan daerah yang akan dialokasikan untuk mendanai
belanja atau pengeluaran periodik wajib dan mengikat dengan
mempertimbangkan prioritas utama dan program-program pembangunan
jangka menengah daerah selama lima tahun kedepan serta alokasi untuk belanja
atau pengeluaran daerah lainnya.
4.2.4. Proyeksi Pendapatan Daerah
Proyeksi pendapatan daerah secara umum menggunakan rata-rata
pertumbuhan APBD Pendapatan selama waktu 2013-2017. Proyeksi PAD
digunakan asumsu pertumbuhan moderat dengan rata-rata 8,43% per tahun.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 75
Uraian REALISASI APBD PROYEKSI PROYEKSI PROYEKSI
2017 2018 2019 2020 2021
Pendapatan
2,086,878,989,570.45
2,056,183,267,071.60
2,218,300,530,815.31
2,394,298,087,776.96 2,585,385,627,842.18
Pendapatan Asli
Daerah
494,179,068,471.97
420,143,106,639.00
455,560,086,228.67
493,963,801,497.74 535,604,949,964.00
Pendapatan Pajak
Daerah
165,562,359,004.37 144.571.000.000.00
156,757,251,000.00
169,971,887,259.30 184,300,517,355.26
Hasil Retribusi Daerah
31,575,738,483.00 34.545.806.199.00
37,458,017,661.58
40,615,728,550.45 44,039,634,467.25
Hasil Pengololaan
Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
20,130,437,131.20 19,707,296,087.00 21,368,621,147.13 23,169,995,909.84 25,123,226,565.04
Lain-lain Pendapatan
Asli Daerah yang Sah 276,910,533,853.40 221,319,004,353.00 239,976,196,419.96 260,206,189,778.16 282,141,571,576.46
Dana Perimbangan 1,287,256,262,558.00 1,376,480,531,000.00 1,498,436,706,046.60 1,631,198,198,202.33 177,572,235,856,105.00
Bagi Hasil Pajak/Bagi
Hasil Bukan Pajak 34,871,178,970.00 38,161,003,000.00 41,542,067,865.80 45,222,695,078.71 49,229,425,862.68
Dana Alokasi Umum 982,250,842,000.00 982,250,842,000.00 1,069,278,266,601.20 1,164,016,321,022.07 1,267,148,167,064.62
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 76
Uraian REALISASI APBD PROYEKSI PROYEKSI PROYEKSI
2017 2018 2019 2020 2021
Dana Alokasi Khusus 270,134,241,588.00 356,068,686,000.00 387,616,371,579.60 421,959,182,101.55 459,344,765,635.75
Lain-lain Pendapatan
Daerah yang Sah 276,910,533,853.40 259,559,629,432.60 264,303,738,540.05 269,136,088,076.89 274,058,319,315.12
Pendapatan Hibah 10,598,764,728.00 4,500,000,000.00 4,500,000,000.00 4,500,000,000.00 4,500,000,000.00
Dana Bagi Hasil Pajak
dari Provinsi dan
Pemerintah Daerah
Lainnya
145,068,714,991.48 141,733,524,432.60 144,369,767,987.05 147,055,045,671.61 149,790,269,521.10
Dana Penyesuaian dan
otonomi Khusus 131,691,087,000.00 113,326,105,000.00 115,433,970,553.00 117,581,042,405.29 119,768,049,794.02
Bantuan Keuangan
dari Provinsi atau
Pemerintah Daerah
lainnya
18,085,091,821.00 14,842,383,642.00 - - -
Sesuai dengan ruang lingkup keuangan daerah, pengelolaan pendapatan daerah Kabupaten Bantul diarahkan pada sumber-sumber
pendapatan yang selama ini telah menjadi sumber penghasilan Kas Daerah.
a. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 77
b. Peningkatan Dana Perimbangan dan Bagi Hasil serta Lain-lain Pendapatan yang Sah
4.2.5. Proyeksi SILPA
Proyeksi SiLPA tahun 2017 sampai dengan tahun 2021 diprediksikan berdasarkan pertimbangan trend pertumbuhan SiLPA kurun
waktu 2013-2017.
Uraian REALISASI REALISASI APBD PROYEKSI PROYEKSI PROYEKSI
2016 2017 2018 2019 2020 2021
Sisa lebih
perhitungnan
annggara daerah
tahun sebeumnya
(SiLPA)
283,026,051,152.00 254,841,678,796.54 167,231,673,329.11 158,870,089,662.65 150,926,585,179.52 143,380,225,920.65
Berdasarkan data historis yang ditampilkan pada tabel sebelumnya maka perkiraan kapasitas kemampuan keuangan daerah untuk
mendanai pembangunan Kabupaten Bantul dalam jangka waktu lima tahun (2016-2021), adalah sebagai berikut:
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 78
NO Uraian REALISASI APBD PROYEKSI PROYEKSI PROYEKSI
2017 2018 2019 2020 2021
1 PENDAPATAN
2,086,879,034,570.
45
2,056,182,267,070.
60
2,218,300,530,815.
31
2,394,298,087,776.
36
2,585,385,627,842.
18
2 SISA LEBIH (RIIL)
PERHITUNG AN ANGGARAN
254,841,678,796.54
167,231,673,329.11
158,870,089,662.52
150,926,585,179.52
143,380,255,920.55
KAPASITAS KEMAMPUAN KEUDA
2,341,720,713,366.
99
2,223,413,940,400.
71
2,377,170,620,477.
97
2,545,224,672,956.
46
2,728,765,883,762.
73
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 79
4.2.6. Proyeksi Belanja
Proyeksi belanja yang meliputi kebutuhan belanja wajib dan mengikat dihitung berdasarkan rata-rata tingkat realisasi pengeluaran
wajib dan mengikat tahun 2013-2017 sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini:
Uraian
2017 2018 2019 2020 2021
REALISASI APBD PROYEKSI PROYEKSI PROYEKSI
(RP) (RP) (RP) (RP) (RP)
BELANJA 2,076,742,163,062.60 2,205,525,940,400.71 2,300,148,961,077.98 2,416,351,582,281.36 2,544,007,219,404.08
BELANJA TIDAK
LANGSUNG 1,116,642,511,784.00 1,225,125,698,360.46 1,221,708,694,833.71 1.230.067.289.412.,66 1,239,094,497,248.50
Belanja Pegawai 825,306,291,768.00 878,610,267,094.40 900,575,523,771.76 923,089,911,866.05 946,167,159,662.71
Belanja Hibah 50,474,188,248.00 55,370,075,410.00 52,601,571,639.50 49,971,493,057.53 47,472,918,404.65
Belanja Bantuan
Sosial 1,650,300,000.00 8,648,200,000.00 6,486,150,000.00 4,864,612,500.00 2,432,306,250.00
Belanja Bagi Hasil
Kepada
Provinsi/Kabupaten/
Kota Dan Pemerintah
Desa
14,330,194,685.00 17,564,212,350.00 19,320,633,585.00 21,252,696,943.50 23,377,966,637.85
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 80
Uraian
2017 2018 2019 2020 2021
REALISASI APBD PROYEKSI PROYEKSI PROYEKSI
(RP) (RP) (RP) (RP) (RP)
Belanja Bantuan
Keuangan Kepada
Provinsi/Kabupaten/
kota Dan
Pemerintahan Desa
dan Partai Politik
222,760,211,526.00 249,184,016,671.00 236,724,815,837.45 224.888.575.045.,58 213,644,146,293.30
Belanja Tidak
Terduga 2,121,325,557.00 15,748,926,835.06 6,000,000,000.00 6,000,000,000.00 6,000,000,000.00
BELANJA LANGSUNG 960,099,651,278.60 980,400,242,040.25 1,078,440,266,244.27 1,186,284,292,868.70 1,304,912,722,155.57
Belanja Pegawai 69,976,098,898.00 93,280,876,740.00 102,608,964,414.00 112,869,860,855.40 124,156,846,940.94
Belanja Barang dan
Jasa 557,504,286,927.46 571,940,966,193.20 629,135,062,812.52 629,048,569,093.77 761,253,426,003.15
Belanja Modal 332,619,265,453.14 315,178,399,107.05 346,696,239,017.76 381,365,862,919.53 419,502,449,211.48
Peningkatan belanja pegawai pada komponen belanja tidak langsung rata-rata sebesar 2,5% mengacu ketentuan peraturan perundang-
undangan, belanja tidak terduga pada tahun 2019 yang dianggarkan lebih kecil karena pada tahun anggaran 2019 dengan asumsi bahwa
polemic terkait dengan dana PERSIBA sudah selesai dengan adanya ketetapan hukum.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 81
4.2.7. Proyeksi Pembiayaan
Proyeksi pembiayaan dihitung berdasarkan rata-rata tingkat realisasi penerimaan dan pengeluaran pembiayaan tahun 2013-2017
sebagaimana ditunjukan pada tabel di bawah ini
NO Uraian
2017 2018 2019 2020 2021
REALISASI APBD PROYEKSI PROYEKSI PROYEKSI
(RP) (RP) (RP) (RP) (RP)
I PENERIMAAN
PEMBIAYAAN DAERAH
265,551,678,796.54
177,941,673,329.11
169,580,089,662.65
161,926,585,179.52
154,380,255,920.55
1 Sisa Lebih Perhitungan
Tahun Lalu
254,841,678,796.54 167,231,673,329.11 158,870,089,662.65 150,926,585,179.52
143,380,255,920.55
2
Penemaan Piutang
Daerah/PenerimaanKemb
ali Investasi Dana Bergulir
10,710,000,000.00 10,710,000,000.00 10,710,000,000.00 11,000,000,000.00
11,000,000,000.00
3 Penjualan Aset Daerah
yang Dipisahkan
II PENGELUARAN
PEMBIAYAAN DAERAH
28,635,000,000.00
28,635,000,000.00
55,460,000,000.00
51,325,000,000.00
51,325,000,000.00
1
Penyartaan Modal
(Investasi) Pemerintah
Daerah
16,500,000,000.00 16,500,000,000.00 43,325,000,000.00 43,325,000,000.00
43,325,000,000.00
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 82
2 Pembayaran Hutang
Pokok yang Jatuh Tempo
3 Pemberian Pinjaman
Daerah/Dana Bergulir
12,135,000,000.00 12,135,000,000.00 12,135,000,000.00 8,000,000,000.00 8,000,000,000.00
PEMBIAYAAN NETTO
236,916,678,796.54 149,306,673,329.11 114,120,089,662.65 110,601,585,179.52
103,055,255,920.55
SISA PEMBIAYAAN ANGGOTA
BERKENAAN
4.2.8. Penghitungan Kerangka Pendanaan
Kebijakan alokasi anggaran merupakan serangkaian aktivitas sebagai upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan dan alokasi anggaran
yang tersedia untuk sebesar-besarnya kepentingan masyarakat.
JENIS DANA
ALOKASI
APBD APBD PROYEKSI PROYEKSI PROYEKSI
TA 2017 TA 2018 TA 2019 TA 2020 TA 2021
(%) (Rp) (%) (Rp) (%) (Rp) (%) (Rp) (%) (Rp)
PRIORITAS I 70
1,639,204,499,359.89 70
1,556,389,758,280.50 70
1,664,019,434,334.58 70 1781657271069.54 70
1,910,136,118,633.91
PRIORITAS 25 25 25 25 636306168239.12 25
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 83
JENIS DANA
ALOKASI
APBD APBD PROYEKSI PROYEKSI PROYEKSI
TA 2017 TA 2018 TA 2019 TA 2020 TA 2021
(%) (Rp) (%) (Rp) (%) (Rp) (%) (Rp) (%) (Rp)
II 585,430,178,341.75 555,853,485,100.18 594,292,655,119.49 682,191,470,940.68
PRIORITAS
III 5
117,086,035,668.35 5
111,170,697,020.04 5
118,858,531,023.90 5 127261233647.82 5
136,438,294,188.14
JUMLAH 100
2,341,720,713,366.99 100
2,223,413,940,400.71 100
2,377,170,620,477.97 100 2545224672956.49 100
2,728,765,883,762.73
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 84
BAGIAN 5:
PRIORITAS INTERVENSI KEBIJAKAN
5.1. Bidang Pendidikan
a. Sumber Daya Manusia Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah Raga
Sumber Daya Manusia (SDM) Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Bantul adalah sebanyak 62 orang pegawai, dengan jumlah pegawai
laki-laki sebanyak 35 orang dan pegawai perempuan sebanyak 27 orang.
Gambar 5.1 Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan dan Pendidikan
b. Jenjang Sekolah dan Jumlah Sekolah
Jumlah Sekolah dibawah kewenangan dan pembinaan Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olahraga Kabupaten Bantul meliputi jenjang Taman KananKanan (TK),
Sekolah Dasar (SD), dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Namun dalam
rangka wajib belajar sembilan tahun, data termasuk Madrasah Ibtidaiyah (MI)
dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) menjadi indikator kolektif tingkat capaian
pelayanan pendidikan dasar sesuai Permendikbud Nomor 23 tahun 2013
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 85
tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar, sekaligus
jenjang Raudlotul Atfal (RA).
c. Kualifikasi guru
Upaya pemerintah daerah untuk meningkatkan mutu guru dilakukan melalui
peningkatan kualifikasi pendidikan dan sertifikasi profesi.
d. Jumlah anak bersekolah dan tidak bersekolah
Jumlah anak yang bersekolah berjumlah 49.759 anak dengan rincian sebanyak
27.933 anak kelompok usia 7-12 tahun, sebanyak 14.361 anak kelompok usia
13-15 tahun, dan sebanyak 7.465 anak kelompok usia 16-18 tahun. Kecamatan
Kasihan memiliki jumlah tertinggi anak yang bersekolah yakni sebanyak 4.341
anak sedangkan Kecamatan Kretek memiliki jumlah terendah anak yang
bersekolah yakni sebanyak 1.297 anak.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 86
Tabel dibawah ini menunjukan jumlah anak tidak bersekolah sebanyak 6.546
orang dengan jumlah tertinggi di Kecamatan Dlingo sejumlah 652 anak dan
terendah di Kecamatan Kretek sejumlah 138 anak.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 87
e. Angka Partisipasi Kasar SD/MI
f. Angka Partisipasi Kasar SMP/MTs
g. Penganggaran
h. Faktor-faktor lingkungan
Di dalam upaya mengidentifikasi secara sistematis berbagai faktor untuk
merumuskan strategi kebijakan pada Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul,
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 88
yaitu dengan menggunakan model analisis situasi SWOT (strength, weaknesses,
opportunities, and threat).
1. Analisis Faktor Lingkungan Internal
a. Kekuatan (Strengths)
1)Tupoksi dan rincian tugas yang jelas dan mudah dipahami
2) SDM pengelola pendidikan yang memiliki kapasitas cukup baik
3) Sarana Prasarana pendidikan yang cukup memadai
4) Komitmen kinerja yang cukup baik dari aparatur pengelola pendidikan
5) Kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan yang cukup baik
6) Nilai akreditasi sekolah yang cukup baik
7) Capaian SPM Dikdas yang meningkat dari tahun ke tahun
8) Letak, lokasi dan kondisi yang kondusif dari setiap jalur, jenis dan jenjang
pendidikan yang ada di Bantul
b. Kelemahan (Weakness)
1) Pelaksanaan tupoksi belum optimal
2) Koordinasi belum menjangkau seluruh stakeholder
3) Aksesibilitas/transportasi pendukung kerja kurang memadai
4) Keterbatasan anggaran yang tersedia di Dinas Dikpora dalam pengelolaan di
bidang pendidikan
5) Kerja sama internal dan lintas sektoral belum optimal
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 89
6) Belum adanya regulasi terkait dengan tata kelola pendidikan khusus di
lingkungan Dinas Dikpora (sejenis SOP Kinerja)
7) Penghargaan / reward belum optimal
8) Masih adanya anak putus sekolah
9) Keterbatasan sarana prasaran olahraga & kepemudaan
2. Analisis Faktor Eksternal
a. Peluang ( Opportunities )
1) Yogyakarta sebagai pusat keunggulan pendidikan
2) Pesatnya perkembangan sektor pariwisata di Yogyakarta
3) Target nasional pegembangan wilayah Samas-Parangtritis
4) Pembangunan JJLS yang melewati wilayah Bantul.
5) Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat
6) Kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam pendidikan mulai menggeliat
7) Kesempatan melanjutkan pendidikan cukup tinggi
8) Masyarakat agamis dan menjunjung tinggi budaya lokal
9) Perhatian dan apresiasi DUDI terhadap kemajuan dan perkembangan pendidikan
cukup baik
10) Kebudayaan lokal yang hidup di masyarakat Bantul sebagai wujud kearifan dan
keunggulan lokal
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 90
b. Ancaman (Threats)
1) Keterbatasan kemampuan masyarakat dalam menerima arus informasi teknologi dan
komunikasi ;
2) Sebagian kebijakan pemerintah belum sesuai dengan kondisi pendidikan di daerah;
3) Kondisi sosial ekonomi masyarakat belum merata;
4) Pelaksanaan SOP yang tidak sama antar daerah;
5) Lunturnya nilai-nilai budaya Indonesia di kalangan generasi muda;
6) Kebijakan antar sektoral yang tidak mendukung keberhasilan pendidikan.
5.2. Capaian Bidang Kesehatan
Derajat Kesehatan Masyarakat Bantul ditunjukkan dengan suatu indikator status
kesehatan, yaitu Umur Harapan Hidup Waktu Lahir (Eo), Angka Kematian, Angka
Kesakitan dan Angka Status Gizi. Gambaran Bantul Sehat dari berbagai data dan
informasi
a. Umur Harapan Hidup
Penghitungan Umur Harapan Hidup (UHH) Waktu Lahir di Kabupaten Bantul
pada Tahun 2016 adalah 73,44 tahunsedangkan pada Tahun 2017adalah 73,5
(BPS Kabupaten Bantul, 2017).
Umur harapan hidup di Kabupaten Bantul cenderung meningkat dari tahun ke
tahun. Pada Tahun 2013 sebesar 73,19meningkat menjadi73,5 pada Tahun 2017.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 91
Peningkatan UHH ini dipengaruhi oleh multifaktor, antara lain faktor kesehatan
menjadi salah satu yang berperan penting didalamnya.
b. Angka Kematian
b.1. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)
Angka kematian ibu pada tahun 2017 turun dibandingkan pada tahun 2016.
Angka Kematian IbuTahun 2017 sebesar 72,85/100.000 Kelahiran Hidupyaitu
sejumlah9 kasus, sedangkan pada tahun 2016 sebanyak 12 kasus sebesar
97,65/100.000.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 92
b.2. Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka kematian bayi menunjukkan kenaikan di Tahun 2017 sebesar 8,74/1.000
kelahiran hidup naik jika dibandingkan tahun 2016 sebanyak 7,65/1.000 kelahiran
hidup. Perkembangan angka kematian bayi di Kabupaten Bantul dari Tahun 2013
sampai dengan 2017 disajikan pada grafik dibawah ini
b.3. Angka Kematian Balita
Kasus kematian balita pada Tahun 2017 sebanyak 115 Balita dengan jumlah kematian
Balita terbesar di wilayah Puskesmas Jetis 2 sebanyak 10 Balita. Selengkapnya
penyebaran kasus kematian Balita di Kabupaten Bantul tahun 2017 dapat dilihat pada
gambar berikut.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 93
c. Angka Kesakitan
c.1. Pola Penyakit
Sepuluh besar penyakit berdasarkan kunjungan rawat jalan yang dilaporkan
Puskesmas disajikan pada gambar di bawah ini.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 94
Laporan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Tahun 2017 menjelaskan bahwa
kunjungan rawat jalan di Rumah Sakit, khususnya Rumah Sakit Panembahan
Senopati sudah didominasi oleh penyakit tidak menular. Hal ini mempertegas
kesimpulan bahwa di Kabupaten Bantul telah terjadi transisiepidemiologi
dengan semakin menonjolnya penyakit-penyakit tidak menular, khususnya
penyakit hipertensi.
c.2. Penyakit Menular
c.2.1. Diare
Angka kesakitan diare pada tahun 2017 sebesar 5,91 per 1000 penduduk meningkat
bila dibandingkan dengan tahun 2016 sebesar 5,19 per 1000 penduduk dan dilaporkan
bahwa 100% balita yang menderita diare sudah ditangani.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 95
c.2.2. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Pada Tahun 2017 jumlah kasus DBD turun bila dibandingkan pada Tahun 2016. Pada
tahun 2016 terdapat 2442 kasus DBD (IR 2,62‰), sedangkan pada Tahun 2017
sebanyak 538 kasus (IR 0,55 ‰).
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 96
d. Angka Status Gizi
Pemantauan status gizi Balita di Kabupaten Bantul pada tahun 2017dilaporkan
Balita gizi buruk ada 202 Balita, dengan jumlah Laki-laki 104 Balita dan
Perempuan 98 Balita. Prevalensi Balita gizi buruk sesuai standar Berat Badan
menurut Umur (BB/U)sebesar 0.41%. Terdapat peningkatan status gizi buruk,
pada tahun 2016 sebanyak 195 Balita dengan prevalensi sebesar 0,40%. Hal ini
perlu diwaspadai mengingat gizi Balita menentukan pertumbuhan fisik dan
perkembangan kecerdasannya dimasa depan. Kecenderungan status gizi buruk
Balita mulai dari tahun 2012 - 2017 digambarkan pada grafik berikut ini.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 97
e. Tenaga Kesehatan
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 98
f. Pembiayaan Kesehatan
Alokasi Anggaran Kesehatandi Kabupaten Bantul Tahun 2017berjumlah Rp.
396.464.709.370,- bersumber dari anggaran APBD Kabupaten, APBD I dan APBN
yang dikelola oleh Dinas Kesehatan dan RSUD Panembahan Senopati. Anggaran
kesehatan perkapita penduduk tahun 2017 sebesar Rp427.602,- yang diperoleh
dari penghitungan realisasi anggaran kesehatan di Kabupaten Bantul.Untuk
anggaranKesehatan Tahun 2017dari berbagai sumber sebesar 13,05% terhadap
total Anggaran APBD Kabupaten Bantul. Berikut disajikan gambar grafik
kecenderunganpersentase realisasi APBD Kesehatan dibandingkan dengan APBD
Total tahun 2017.
g. Sarana kesehatan
Sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten Bantul yang meliputi Puskesmas dan
jajarannya,Rumah Sakit Pemerintah dan serta sarana lainnya ditampilkan pada
tabel berikut.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 99
5.3. Capaian Bidang Infrastruktur Dasar
Pendataan rumah tangga ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
pada tahun 2017 di Kabupaten Bantul, menjelaskan bahwa sebanyak 204.727
rumah tangga yang dipantau ternyata baru sebesar 47,14 % yang telah ber-PHBS
(Komposit). Berikut disajikan gambar grafik kecenderungan keluarga berPHBS
di Kabupaten Bantul tahun 2013-2017
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 100
a. Kesehatan Lingkungan
Pemeriksaan kesehatan lingkungan rumah pada Tahun 2017 telah mencakup
hampir semua rumah yang ada atau berjumlah 245.087 unit. Dari rumah yang
diperiksa kesehatan lingkungannya, sebanyak 67,49 % masuk dalam kategori
rumah sehat. Berikut disajikan gambar penyebaran rumah sehat di Kabupaten
Bantul Tahun 2017.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 101
b. Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%)
Hasil pemeriksaan sarana sanitasi dasar dirumah tangga dijelaskan pada grafik
berikut:
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 102
c. Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%)
d. Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%)
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 103
5.4. Capaian Bidang Pekerjaan Umum, Perumahan Rakyat Dan Kawasan
Permukiman
Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman merupakan
perangkat daerah unsur pelaksana urusan pemerintahan yang berkedudukan di bawah
dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. DPUPKP mempunyai
tugas membantu Bupati melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah dan tugas pembantuan bidang pekerjaan umum, perumahan rakyat
dan kawasan permukiman.
Sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 12 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Perubahan Kabupaten Bantul, DPUPKP
Kabupaten Bantul adalah menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang pekerjaan
umum dan urusan pemerintahan bidang perumahan dan kawasan permukiman.
5.4.1. Sumber Daya Manusia DPUPKP
Sumberdaya manusia merupakan aspek dinamis yang berpengaruh dalam rangka
optimalisasi tugas pokok dan fungsi dalam melaksanakan kegiatan survai lapangan,
perencanaan DED, pengawasan pelaksanaan di lapangan agar sesuai dengan dokumen
rencana, evaluasi dan laporan implementasi secara tepat dan cepat sesuai kurun
waktunya. Jumlah Pegawai Dinas PUPKP Kabupaten Bantul per 1 Januari 2017 ada 134
orang, yang apabila dikatagorikan berdasarkan gender, pangkat/golongan ruang, dan
tingkat pendidikan sebagaimana ditunjukkan dalam tabel di bawah ini:
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 104
Tabel Data Jumlah Pegawai Berdasarkan Gender, Pangkat/Golongan Ruang, dan
Tingkat Pendidikan Tahun 2017
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 105
BAB VI. ISU STRATEGIS DAN RENCANA AKSI DAERAH
6.1. Isu Strategis
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Bantul 2016-2021 maka isu startegis Kabupaten Bantul 2016 – 2021 adalah
sebagai berikut:
1. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia yang antara lain meliputi kesehatan,
pendidikan dan rohani.
2. Pengembangan komoditas unggulan sektor pertanian yang memberdayakan
masyarakat lokal.
3. Pengembangan sektor pariwisata yang berdaya saing.
4. Mendorong sektor industri dan perdagangan sebagai salah satu unggulan daerah.
5. Pengelolaan lingkungan hidup secara lestari dan berkelanjutan.
6. Pengembangan sarana dan prasarana dasar dan yang menunjang aktivitas
perekonomian.
7. Perwujudan tata kelola pemerintahan yang bersih dan profesional.
8. Perwujudan masyarakat yang memiliki ketahanan sosial.
9. Pengendalian laju alih fungsi lahan
6.2. Rencana Strategis
Rencana strategis merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang
direncanakan dicapai dalam kurun waktu 1 (satu) tahun sampai dengan 5 (lima) tahun
dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada atau mungkin timbul.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 106
1. Visi dan Misi
Visi adalah suatu gambaran menantang tentang keadaan masa depan yang
berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan instansi pemerintah. Sebagaimana
telah disebutkan di atas bahwa untuk mewujudkan tujuan pembangunan
Kabupaten Bantul ditetapkan visi daerah yaitu :
“Terwujudnya masyarakat Kabupaten Bantul yang sehat, cerdas dan sejahtera,
berdasarkan nilai-nilai keagamaan, kemanusiaan dan kebangsaan dalam wadah
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)”
Secara filosofis visi tersebut adalah cita-cita untuk mewujudkan masyarakat
Kabupaten Bantul yang :
1. Sehat yaitu masyarakat Kabupaten Bantul yang memiliki kesehatan jasmani,
rohani dan sosial.
2. Cerdas yaitu masyarakat Kabupaten Bantul yang memiliki kecerdasan
intelektual, emosional dan spiritual.
3. Sejahtera yaitu masyarakat Kabupaten Bantul yang produktif, mandiri,
memiliki tingkat penghidupan yang layak dan mampu berperan dalam
kehidupan sosial.
4. Kemanusiaan yaitu masyarakat Kabupaten Bantul yang peduli, saling
menghargai dan mengembangkan semangat gotong-royong.
5. Kebangsaan yaitu masyarakat Kabupaten Bantul yang memiliki rasa
patriotisme cita tanah air dan tumpah darah untuk bersama-sama
mewujudkan pembangunan.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 107
6. Keagamaan yaitu masyarakat Kabupaten Bantul yang beriman, menjalankan
ibadah dan mengembangkan toleransi beragama.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional menjelaskan bahwa misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya
yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Oleh karena itu, sebuah visi belum
dapat dikatakan sempurna tanpa adanya serangkaian misi yang berfungsi untuk
mewujudkan cita-cita tersebut. Dengan memperhatikan seluruh aspek
pembangunan yang dibutuhkan oleh Kabupaten Bantul dan dengan memperhatikan
langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mencapai Visi pembangunan
Kabupaten Bantul Tahun 2016-2021, maka dirumuskan misi sebagai berikut :
1. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yg baik, efektif, efisien dan bebas
dari KKN melalui percepatan reformasi birokrasi
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang sehat, cerdas, terampil
dan berkepribadian luhur
3. Mewujudkan kesejahteraan masyarakat difokuskan pada percepatan
pengembangan perekonomian rakyat dan pengentasan kemiskinan
4. Meningkatkan kapasitas dan kualitas sarana-prasarana umum, pemanfaatan
Sumber Daya Alam dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup dan
pengelolaan risiko bencana
5. Meningkatkan tata kehidupan masyarakat Bantul yang agamis, nasionalis,
aman, progresif dan harmonis serta berbudaya istimewa.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 108
2. Tujuan dan Sasaran
Tujuan adalah pernyataan-pernyataan tentang hal-hal yang perlu dilakukan
untuk mencapai visi, melaksanakan misi dengan menjawab isu strategis daerah
dan permasalahan pembangunan daerah . Rumusan tujuan dan sasaran
merupakan dasar dalam menyusun pilihan-pilihan strategi pembangunan dan
sarana untuk mengevaluasi pilihan tersebut.
Sasaran adalah hasil yang diharapkan dari suatu tujuan yang diformulasikan
secara terukur, spesifik, mudah dicapai, rasional, untuk dapat dilaksanakan
dalam jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan.
Visi : Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Bantul Yang Sehat, Cerdas, Dan Sejahtera,
Berdasarkan Nilai Nilai Keagamaan, Kemanusiaan, Dan Kebangsaan Dalam Wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
No. Misi Tujuan Indikator
Tujuan
Sasaran
Strategis
Indikator
Kinerja
Utama
1. Meningkatkan
tata kelola
pemerintahan
yang baik,
efisien dan
bebas KKN
melalui
percepatan
reformasi
birokrasi
Mewujudkan
tata kelola
pemerintahan
yang baik,
efisien dan
bebas KKN
Indeks Tata
Kelola
Pemerintahan
(Indonesia
Governance
Index/IGI)
Terwujudnya
penyelenggaraan
pemerintahan
daerah yang
berkualitas
Indeks Tata
Kelola
Pemerintahan
(Indonesia
Governance
Index/IGI)
2. Meningkatkan
kualitas
sumber daya
manusia
Mewujudkan
peningkatan
kualitas hidup
masyarakat.
Indeks
Pembangunan
Manusia
(IPM)
Terwujudnya
derajat
kesehatan
masyarakat
Umur
Harapan
Hidup
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 109
Visi : Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Bantul Yang Sehat, Cerdas, Dan Sejahtera,
Berdasarkan Nilai Nilai Keagamaan, Kemanusiaan, Dan Kebangsaan Dalam Wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
No. Misi Tujuan Indikator
Tujuan
Sasaran
Strategis
Indikator
Kinerja
Utama
yang sehat,
cerdas,
terampil dan
berkepribadian
luhur
yang tinggi
Terwujudnya
akses dan mutu
pendidikan yang
berkualitas
Angka
Harapan
Lama Sekolah
3. Mewujudkan
kesejahteraan
masyarajat
difokuskan
pada
percepatan
pengembangan
perekonomian
rakyat dan
pengentasan
kemiskinan
Meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat
Angka
kemiskinan
Turunnya
jumlah
masyarakat
kurang mampu
Angka
kemiskinan
Pertumbuhan
ekonomi
Terwujudnya
perekonomian
daerah yang
berkualitas
Pertumbuhan
ekonomi
Pemerataan
pendapatan
Terwujudnya
destinasi
pariwisata yang
berdaya saing
dan unggul
Pertumbuhan
jumlah
kunjungan
wisatawan
Terciptanya
industri yang
berkualitas
Cakupan
industri
kreatif
Terpenuhinya
kebutuhan
pangan
masyarakat
Pertumbuhan
produksi
tanaman
pangan
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 110
Visi : Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Bantul Yang Sehat, Cerdas, Dan Sejahtera,
Berdasarkan Nilai Nilai Keagamaan, Kemanusiaan, Dan Kebangsaan Dalam Wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
No. Misi Tujuan Indikator
Tujuan
Sasaran
Strategis
Indikator
Kinerja
Utama
Pertumbuhan
produksi
tanaman
hortikultura
Pertumbuhan
produksi
tanaman
perkebunan
Pertumbuhan
produksi
daging (sapi,
kambing,
domba, kuda,
unggas)
Terpenuhinya
kebutuhan
perikanan
masyarakat
Pertumbuhan
produksi
perikanan
6.3. Rencana Aksi Daerah
Menyikapi berita bersumber dari Tribun Jogja, dimana Pemerintah Kabupaten
Bantul berupaya menekan angka kemiskin di Kabupaten Bantul sekitar 1,3 persen tiap
tahun (http://jogja.tribunnews.com/2018/07/17/angka-kemiskinan-bantul-ditarget-
turun-13-persen-per-tahun diakses 1 November 2018) maka Rencana Aksi Daerah
disusun dengan penurunan sekitar 1,3 persen. Sedangkan Pemerintah Provinsi D.I.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 111
Yogyakarta dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) D.I.
Yogyakarta 2017-2022, Pemerintah D.I. Yogyakarta menargetkan penuruan angka
kemiskinan pada tahun 2022 menjadi 7 persen.
Rencana aksi daerah adalah berbagai rencana aktivitas yang dikerjakan atau
dikoordinasi oleh Pemerintah Kabupaten Bantul sebagai bentuk strategi untuk
menanggulangi kemiskinan sejak tahun 2018 hingga tanun 2021 dengan target akhir
penurunan kemiskinan adalah 8.9%.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 112
Master-Plan SPKD Kabupaten Bantul
Tahun I
Target Penuruan Kemiskinan 13,4 %
Sasaran Program Strategi Kegiatan Pengelola Indikator
1 2 3 4 5 6
Aspek: Ekonomi
RPJMD
Terwujudnya
perekonomian daerah
yang berkualitas
Percepatan 1:
Meningkatkan
kemampuan dan
pendapatan warga
miskin
Peningkatan daya
saing produk daerah
1. Fasilitasi produk
bersertifikasi halal
2. Fasilitasi produsk
bersertifikasi SNI
Dinas
Perdagangan,
Dinas UMKM
Bertambah banyak
produk bersertifikat
Peningkatan kualitas
produktivitas
masyarakat
1. Pelatihan berproduksi
sesuai standar nasional
2. Menyediakan alat-alat
produksi sesuai standar
nasional
Dinas Tenaga
Kerja, Dinas
Sosial
Bertambahnya jumlah
tenaga trampil dan
wirausaha yang
berpeluang bekerja di
sektor industri
menengah
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 113
Tahun I
Target Penuruan Kemiskinan 13,4 %
Sasaran Program Strategi Kegiatan Pengelola Indikator
1 2 3 4 5 6
Aspek: Sumber Daya Manusia
RPJMD
Terwujudnya
perekonomian daerah
yang berkualitas
Percepatan 1:
Meningkatkan
kemampuan dan
pendapatan warga
miskin
Peningkatan daya
saing produk daerah
1. Promosi pentingnya
pendidikan akan
meningkatan daya saing
produk daerah
2. Pentingnya pendidikan
dan pelatihan untuk
peningkatan pengetahuan
Dinas
Pendiidikan,
Dinas
Perdagangan,
Dinas UMKM
Bertambah banyak
peserta mengakses
sarana pendidikan,
meningkatnya jumlah
lulusan dengan
kompetensi tertentu
Peningkatan kualitas
produktivitas
masyarakat
1. Pelatihan berproduksi
sesuai standar nasional
2. Magang pada industri
menengah atau besar
Dinas Tenaga
Kerja, Dinas
Sosial
Bertambahnya jumlah
tenaga trampil dan
wirausaha yang
berpeluang bekerja di
sektor industri
menengah
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 114
Tahun I
Target Penuruan Kemiskinan 13,4 %
Sasaran Program Strategi Kegiatan Pengelola Indikator
1 2 3 4 5 6
Aspek: Sarana dan Prasarana
RPJMD
Terwujudnya
perekonomian daerah
yang berkualitas
Percepatan 1:
Meningkatkan
kemampuan dan
pendapatan warga
miskin
Peningkatan daya
saing produk daerah
1. Tersedianya tempat
pelatihan terpadu
2. Terjalinnya kerjasama
dengan lembaga
sertifikasi
Dinas Tenaga
Kerja dan
Transmigrasi,
Dinas
Koperasi,
Usaha Kecil,
Menengah
dan
Perindustrian
1. Bertambah banyak
tempat
pelatihan/program
pelatihan
2. Meningkatkanya
kerjasama dengan
industrti
menengah
Peningkatan kualitas
produktivitas
masyarakat
1. Menyediakan alat-alat
produksi sesuai standar
nasional
Dinas Tenaga
Kerja dan
Transmigrasi,
Dinas
Koperasi,
Usaha Kecil,
Menengah
dan
Perindustrian
Bertambahnya jumlah
alat-alat produks
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 115
Tahun I
Target Penuruan Kemiskinan 13,4 %
Sasaran Program Strategi Kegiatan Pengelola Indikator
1 2 3 4 5 6
Aspek: Ekonomi
RPJMD
Terwujudnya
perekonomian daerah
yang berkualitas
Percepatan 2:
Mengurangi beban
pengeluaran
masyarakat miskin
Pengurangan beban
hidup warga kurang
mampu
1. Bantuan pangan untuk
masyarakat
2. Subsidi pangan untuk
masyarakat
Dinas Sosial,
Pemberdayaan
Perempuan
dan
Perlindungan
Anak
Tersedia pangan
cukup bagi
masyarakat miskin
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 116
Tahun I
Target Penuruan Kemiskinan 13,4 %
Sasaran Program Strategi Kegiatan Pengelola Indikator
1 2 3 4 5 6
Aspek: Sumber Daya Manusia
RPJMD
Terwujudnya
perekonomian daerah
yang berkualitas
Percepatan 2:
Mengurangi beban
pengeluaran
masyarakat miskin
Pengurangan beban
hidup warga kurang
mampu
Pelatihan penguasaan
teknologi yang disertai
pendampingan hingga menjadi
petani mandiri
Dinas
Pertanian,
Pangan,
Kelautan dan
Perikanan
Jumlah petani
mandiri
Sosialisasi peningkatan
produksi ternak dan
perikanan darat
Dinas
Pertanian,
Pangan,
Kelautan dan
Perikanan
Produksi ternak dan
perikanan darat
meningkat
Pelatihan pemanfaatan
teknologi informasi bagi
petani
Dinas
Komunikasi
dan
Informatika
Termanfaatkannya
teknologi informasi
untuk petani
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 117
Tahun I
Target Penuruan Kemiskinan 13,4 %
Sasaran Program Strategi Kegiatan Pengelola Indikator
1 2 3 4 5 6
Aspek: Sarana dan Prasarana
RPJMD
Terwujudnya
perekonomian daerah
yang berkualitas
Percepatan 2:
Mengurangi beban
pengeluaran
masyarakat miskin
Pengurangan beban
hidup warga kurang
mampu
1. Pemkab Bantul terus
berupaya meningkatkan
persentase penerima
manfaat kebijakan
2. Tepat sasaran penerima
bantuan
Badan
Perencanaan
Pembangunan
Daerah, Dinas
Sosial,
Pemberdayaan
Perempuan
dan
Perlindungan
Anak Bantul
Meningkatnya
persentase penerima
Raskin, KIP
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 118
Tahun II
Target Penuruan Kemiskinan 11,5 %
Sasaran Program Strategi Kegiatan Pengelola Indikator
1 2 3 4 5 6
Aspek: Ekonomi
RPJMD
Terwujudnya
destinasi pariwisata
yang berdaya saing
dan unggul
Percepatan 3:
Mengembangkan dan
menjamin
keberlanjutan Usaha
Mikro dan Kecil
Peningkatan daya
tarik dan pelayanan
wisata
1. Berkerjasama dengan
sektor perbankan untuk
mengembangkan sektor
pariwisata dalam bentuk
KUR
2. Pengelola tempat wisata
bekerjasama dengan sektor
Industri Kreatif untuk
memasarkan produk
3. Pemkab Bantul menarik
investor untuk bekerjasama
meningkatkan daya tarik
wisata alam
Dinas
Kebudayaan,
Dinas
Pariwisata,
Dinas
Perdagangan,
Dinas
Komunikasi
dan
Informatika
1. Meningkatnya
penerima KUR
kegiatan wisata
2. Meningkatnya
penjualan produk
industri kreatif di
tempat-tempat wisata
3. Meningkatnya
investor di sektor
wisata
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 119
Tahun II
Target Penuruan Kemiskinan 11,5 %
Sasaran Program Strategi Kegiatan Pengelola Indikator
1 2 3 4 5 6
Aspek: Sumber Daya Manusia
RPJMD
Terwujudnya
destinasi pariwisata
yang berdaya saing
dan unggul
Percepatan 3:
Mengembangkan dan
menjamin
keberlanjutan Usaha
Mikro dan Kecil
Peningkatan daya
tarik dan pelayanan
wisata
1. Pelatihan pengelolaan
tempat wisata
2. Mendatangkan ahli
pariwisata untuk
pengembangan kapasitas
pengelola tempat wisata
3. Pelatihan promosi wisata
secara tradisional dan
modern
Dinas
Kebudayaan,
Dinas
Pariwisata,
Dinas
Perdagangan,
Dinas
Komunikasi
dan
Informatika
Jumlah peserta lulus
pelatihan, jumlah ahli
terlibat dalam
pengembangan
wisata, terbarukan
promosi destinasi
wisata di internet
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 120
Tahun II
Target Penuruan Kemiskinan 11,5 %
Sasaran Program Strategi Kegiatan Pengelola Indikator
1 2 3 4 5 6
Aspek: Sarana dan Prasarana
RPJMD
Terwujudnya
destinasi pariwisata
yang berdaya saing
dan unggul
Percepatan 3:
Mengembangkan dan
menjamin
keberlanjutan Usaha
Mikro dan Kecil
Peningkatan daya
tarik dan pelayanan
wisata
1. Mengembangkan destinasi
wisata baru
2. Menjaga kebersihan tempat
wisata
3. Menjaga budaya tempat
wisata
Dinas
Kebudayaan,
Dinas
Pariwisata,
Dinas
Perdagangan,
Dinas
Penanaman
Modal dan
Pelayanan
Terpadu,
Dinas
Lingkungan
Hidup
Jumlah destinasi
wisata baru, tingkat
kebersihan
lingkungan,
terpelihara budaya
lokal
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 121
Tahun II
Target Penuruan Kemiskinan 11,5 %
Sasaran Program Strategi Kegiatan Pengelola Indikator
1 2 3 4 5 6
Aspek: Ekonomi
RPJMD
Terciptanya industri
kreatif yang
berkualitas
Percepatan 3:
Mengembangkan dan
menjamin
keberlanjutan Usaha
Mikro dan Kecil
Akselerasi
pengembangan
industri kreatif
1. Bantuan permodalan
wirausaha industri kreatif
2. Subsidi bahan input
industri kreatif
Dinas
Koperasi,
Usaha Kecil,
Menengah
dan
Perindustrian,
Dinas
Penanaman
Modal dan
Pelayanan
Terpadu,
Bank BPD DIY
Cabang
Bantul
Tersalurnya sejumlah
bantuan permodalan,
tersalurnya sejumlah
subsidi untuk bahan
baku input
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 122
Tahun II
Target Penuruan Kemiskinan 11,5 %
Sasaran Program Strategi Kegiatan Pengelola Indikator
1 2 3 4 5 6
Aspek: Sumber Daya Manusia
RPJMD
Terciptanya industri
kreatif yang
berkualitas
Percepatan 3:
Mengembangkan dan
menjamin
keberlanjutan Usaha
Mikro dan Kecil
Akselerasi
pengembangan
industri kreatif
3. Pelatihan produksi industri
kreatif sesuai minat dan
bakat
4. Mendatangkan ahli untuk
mengembangkan industri
kreatif
Dinas
Koperasi,
Usaha Kecil,
Menengah
dan
Perindustrian
Jumlah peserta lulus
pelatihan, jumlah ahli
untuk
mengembangkan
industri kreatif
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 123
Tahun II
Target Penuruan Kemiskinan 11,5 %
Sasaran Program Strategi Kegiatan Pengelola Indikator
1 2 3 4 5 6
Aspek: Sarana dan Prasarana
RPJMD
Terciptanya industri
kreatif yang
berkualitas
Percepatan 3:
Mengembangkan dan
menjamin
keberlanjutan Usaha
Mikro dan Kecil
Akselerasi
pengembangan
industri kreatif
1. Pengembangan sentra-
sentra industri kreatif
2. Pengembangan show-room
industri kreatif
3. Fasilitasi pengembangan
usaha
Dinas
Koperasi,
Usaha Kecil,
Menengah
dan
Perindustrian,
Dinas
Penanaman
Modal dan
Pelayanan
Terpadu
Jumlah sentra
industri yang telah
dikembangkan,
jumlah show-room
yang telah dibuat,
jumlah fasilitasi
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 124
Tahun III
Target Penuruan Kemiskinan 8,9 %
Sasaran Program Strategi Kegiatan Pengelola Indikator
1 2 3 4 5 6
Aspek: Ekonomi
RPJMD
Terpenuhinya
kebutuhan pangan
masyarakat
Percepatan 4:
Pemberdayaan warga
miskin untuk
memenuhi kebutuhan
dasar
Akselerasi
pemenuhan
kebutuhan pangan
masyarakat
1. Bantuan kebutuhan
pangan masyarakat sesuai
sasaran
2. Subsidi kebutuhan pangan
masyarakat sesuai sasaran
Dinas
Pengendalian
Penduduk,
Keluarga
Berencana,
Pemberdayaan
Masyarakat
dan Desa, Bank
BPD DIY
Cabang Bantul
Jumlah bantuan tepat
sasaran, jumlah total
subsidi tepat sasaran
Pengembangan
peternakan berbasis
industri
1. Pinjaman dana untuk
memulai wirausaha
2. Fasilitasi peminjaman dana
ke Bank Daerah
Bank BPD DIY
Cabang Bantul,
Jumlah dana
tersalurkan ke
peternak, jumlah
fasilitasi
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 125
Tahun III
Target Penuruan Kemiskinan 8,9 %
Sasaran Program Strategi Kegiatan Pengelola Indikator
1 2 3 4 5 6
Aspek: Sumber Daya Manusia
RPJMD
Terpenuhinya
kebutuhan pangan
masyarakat
Percepatan 4:
Pemberdayaan warga
miskin untuk
memenuhi kebutuhan
dasar
Akselerasi
pemenuhan
kebutuhan pangan
masyarakat
1. Sosialisasi sumber-sumber
pangan masyarakat
2. Pelatihan pengolahan
pangan masyarakat
3. Pelatihan produksi sumber-
sumber kebutuhan pangan
4. Pelatihan pencarian
sumber-sumber kebutuhan
pangan
Dinas
Koperasi,
Usaha Kecil,
Menengah
dan
Perindustrian,
Dinas
Pertanian,
Pangan,
Kelautan dan
Perikanan,
Dinas
Koperasi,
Usaha Kecil,
Menengah
Tersosialisasi
sumber-sumber
pangan, jumlah lulus
pelatihan
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 126
Tahun III
Target Penuruan Kemiskinan 8,9 %
Sasaran Program Strategi Kegiatan Pengelola Indikator
1 2 3 4 5 6
Aspek: Sarana dan Prasarana
RPJMD
Terpenuhinya
kebutuhan pangan
masyarakat
Percepatan 4:
Pemberdayaan warga
miskin untuk
memenuhi kebutuhan
dasar
Akselerasi
pemenuhan
kebutuhan pangan
masyarakat
1. Mengembangkan program
ketahanan pangan
2. Warga wajib menanam
pohon sumber
karbohidrat
3. Warga wajib memiliki
sumber protein misal
kolam ikan
Dinas
Pertanian,
Pangan,
Kelautan dan
Perikanan,
Dinas
Koperasi,
Usaha Kecil,
Menengah
dan
Perindustrian
Terwujudnya
program ketahanan
pangan, jumlah
rumah tangga
menanam pohon
sumber karbohidrat &
sumber protein
Pengembangan
peternakan berbasis
industri
5. Memfasilitasi peternak
tradisional untuk berpindah
ke peternakan berbasis
industri
6. Pemkab Bantul
mengembangkan
peternakan dengan pola
Dinas
Pertanahan
dan Tata
Ruang, Dinas
Koperasi,
Usaha Kecil,
Menengah
Jumlah peternak
tradisional berpindah
peternakan berbasis
industri, telah
dikembangkan
industri peternakan
terintegrasi
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 127
Tahun III
Target Penuruan Kemiskinan 8,9 %
Sasaran Program Strategi Kegiatan Pengelola Indikator
1 2 3 4 5 6
Aspek: Sarana dan Prasarana
integrasi dengan pertanian dan
Perindustrian
Tahun III
Target Penuruan Kemiskinan 8,9 %
Sasaran Program Strategi Kegiatan Pengelola Indikator
1 2 3 4 5 6
Aspek: Ekonomi
RPJMD
Terpenuhinya
kebutuhan perikanan
masyarakat
Percepatan 4:
Pemberdayaan warga
miskin untuk
memenuhi kebutuhan
dasar
Peningkatan produksi
perikanan
1. Menetapkan harga ikan yang
murah sebagai sumber
protein warga miskin untuk
memenuhi kebutuhan dasar
konsumsi
2. Subsidi pakan ikan untuk
peternak ikan
Dinas
Perikanan,
Dinas
Perdagangan
Harga ikan terjangkau
warga miskin, harga
pakan ikan lebih
murah
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 128
Tahun III
Target Penuruan Kemiskinan 8,9 %
Sasaran Program Strategi Kegiatan Pengelola Indikator
1 2 3 4 5 6
Aspek: Sumber Daya Manusia
RPJMD
Terpenuhinya
kebutuhan perikanan
masyarakat
Percepatan 4:
Pemberdayaan warga
miskin untuk
memenuhi kebutuhan
dasar
Peningkatan produksi
perikanan
3. Pelatihan pengelolaan
produksi ikan air tawar
4. Pelatihan pengelolaan
penangkapan modern ikan
laut
5. Pelatihan produksi ikan
siap santap
6. Magang atau incubator
dengan pelaku bisnis atau
industri produksi ikan
Dinas Tenaga
Kerja, Dinas
Perikanan,
Dinas
Perdagangan,
Dinas
Industri,
Dinas UMKM
Jumlah peserta lulus
pelatihan, jumlah
peserta magang
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 129
Tahun III
Target Penuruan Kemiskinan 8,9 %
Sasaran Program Strategi Kegiatan Pengelola Indikator
1 2 3 4 5 6
Aspek: Sarana dan Prasarana
RPJMD
Terpenuhinya
kebutuhan perikanan
masyarakat
Percepatan 4:
Pemberdayaan warga
miskin untuk
memenuhi kebutuhan
dasar
Peningkatan produksi
perikanan
1. Fasilitasi pemilikan alat-alat
produksi perikanan
2. Fasilitasi pengelolaan
tambak ikan
3. Fasilitas pemilikan kapal
penangkap ikan skala kecil
dan sedang
4. Menjembatani kerjasama
dengan industri pengolahan
ikan
Dinas
Perikanan,
Dinas UMKM,
Dinas
Perdagangan
Jumlah alat produksi
meningkat, jumlah
tambak ikan
meningkat, jumlah
kapal nelayan
meningkat, jumlah
kerjasama dan
realisasi kerjasama
meningkat
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 130
BAB VII. SISTEM MONITORING DAN EVALUASI
Tujuan Monitoring dan Evaluasi Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
adalah melakukan evaluasi terhadap pencapain penanggulangan kemiskinan yang telah
dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bantul sesuai target. Selain itu juga, untuk
mengetahui efektifitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan
ekonomi, sumber daya manusia, dan sarana – prasarana.
Kebijakan dan program pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah yang dilakukan secara sistematis, terencana dan bersinergi dengan dunia usaha
dan masyarakat. Pengertian ini menunjukkan bahwa kebijakan dan program
penanggulangan kemiskinan pada prinsipnya bersifat lintas sektoral dan lintas
pemangku kepentingan. Untuk mewujudkan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten
Bantul wajib dilakukan hal berikut ini:
a. Pemerintah Kabupaten Bantul menjalin kerjasama dengan Pemerintah Pusat yang
telah menjalin kerjasama antara lain UNDP, Kementerian Keuangan, dan Baznas
sebagai lembaga internasional, kementerian, dan institusi nasional yang
beraktivitas melakukan penanggulan kemiskinan ditingkat internasional dan
nasional
b. Pemerintah Kabupaten Bantul terus berupa meningkatkan pertumbuhan ekonomi
dengan menjalin kerjasama dengan para pelaku industri ditingkat lokal dan
nasional
c. Sesuai dengan Rencana Aksi Daerah, setiap OPD mempunyai tugas pokok dan
fungsi sendiri-sendiri, namun integrasi dan kolaborasi antar OPD sangat
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 131
dibutuhkan agar Rencana Aksi Daerah untuk penanggulangan kemiskinan terwujud
sesuai persentase pengurangan kemiskinan yang ditargetkan.
d. OPD sebagai penanggungjawab kegiatan sangat dianjurkan untuk menjalin
kerjasama dengan masyarakat atau penerima program penanggulangan
kemiskinan. Upaya penanggulangan kemiskinan tidak bisa dilakukan hanya oleh
OPD saja, melainkan harus melibatkan semua pemangku kepentingan dalam
bentuk koordinasi
Sebagaimana dijelaskan dalam Perpres No. 15 Tahun 2010 tentang
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, program-program penanggulangan
kemiskinan dapat dikelompokkan berdasarkan karakteristik penerima manfaat dan
tujuannya, sebagai berikut:
1. Kelompok program perlindungan sosial berbasis individu, keluarga atau rumah
tangga, yang bertujuan melakukan pemenuhan hak dasar, pengurangan beban
hidup dan perbaikan kualitas hidup masyarakat miskin. Program nasional dalam
kelompok ini antara lain adalah Program Keluarga Harapan (PKH), Program
Jaminas Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Program Beras untuk Keluarga
Miskin (Raskin), dan Program Beasiswa Pendidikan untuk Keluarga Miskin
(BSM).
2. Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan
kelompok masyarakat, yang bertujuan mengembangkan potensi dan
memperkuat kapasitas kelompok masyarakat miskin untuk terlibat dalam
pembangunan yang didasarkan pada prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat.
Program nasional dalam kelompok ini adalah Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 132
3. Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha
ekonomi mikro dan kecil; yang bertujuan memberikan akses dan penguatan
ekonomi bagi pelaku usaha berskala mikro dan kecil. Program nasional dalam
kelompok ini adalah Program Kredit Usaha Rakyat (KUR).
4. Program-program lain yang secara langsung maupun tidak langsung dapat
meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat miskin.
6.1. Monitoring
Monitoring atau pemantauan akan dilakukan melalui metode berikut ini:
a. Pelaksana
Pelaksana adalah semua pemangku kepentingan yang terlibat dalam
penanggulangan kemiskinan.
b. Obyek
Obyek adalah semua kegiatan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten
Bantul, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga pelaporan. Obyek
monitoring dilakukan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah,
swasta, dan masyarakat. Sedang dari segi kewilayahan, obyek monitoring
mulai dari tingkat dusun hingga tingkat kabupaten
c. Metode
Metode pemantauan adalah cara memantay kegiatan penanggulangan
kemiskinsn sesuai dengan mekanisme kerja pemantau.
d. Pelaporan
Wakil Kepala Daerah atau Wakil Bupati berhak mengadakan pemantaun
terjadwal maupun pemantauan tidak terjadwal sesuai kebutuhan agar
program dapat terlaksana.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 133
6.2. Capaian
Capaian merupakan alat evaluasi untuk mengetahui seberapa berhasil sebuah
program dan kegiatan untuk menanggulangi kemiskinan di Kabupaten Bantul.
Pengukuran capaian dapat dilakukan sejak perencanaan, persiapan, pelaksanaan
hingga hasilnya. Sehingga kegiatan pengukuran capain baru dapat dilakukan jika
program penanggulangan kemiskinan daerah sudah berjalan dalam kurun waktu
tertentu.
Hasil (outcome) pada SPKD adalah seberapa berhasil program dan kegiatan yang
diterapkan ke masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan. Sehingga nilai
keberhasilannya adalah seberapa berhasil meningkatkan ekonomi masyarakat,
seberapa berhasil meningkatkan peluang kerja, dan seberapa berhasil pemerintah
menyediakan sarana dan prasarana.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 134
BAB VIII. PENUTUP
8.1. Kesimpulan
1. Pemerintah KabupatenBantul secara umum telah menunjukan usaha
mengurangi penduduk miskin di Kabupaten Bantul dengan meluncurkan
berbagai Kebijakan, Program dan Kegiatan namun hasil capain selalu dibawah
capaian Nasional.
2. Industri sedang/besar ada di 17 Kecamatan jika dikelola dengan baik diharapkan
dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bantul. Sektor Industri
persentase penyerapan SDM (24.78%), lebih sedikit dibanding persentase
penyerapan SDM di Perdagangan, Hotel dan Restoran (25,83%)
3. Komposisi APBD Kabupaten Bantul sebenarnya cukup bagus, alokasi anggaran
untuk aparatur dengan alokasi untuk masyarakat sudah sesuai dengan yang
digariskan Pemerintah. Sehingga dengan Komposisi APBD seperti itu bisa
diharapkan penanggulangan kemiskinan akan berjalan sesuai rencana
8.2. Rekomendasi
1. Para pelaksana program dan kebijakan kiranya dapat mengoptimalkan
komunikasi antara pelaksana program, kegiatan dengan masyarakat miskin
penerim program atau kegiatan
2. Sangat perlu menjaga keberlanjutan program-kegiatan dengan sektor-sektor
industri, perdagangan, hotel, dan restoran sebagai sektor yang menyerap SDM
hampir menyerap 50% SDM di Kabupaten Bantul namun tetap memperhatikan
sektor pertanian
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 135
3. Sangat penting mencari sumber-sumber pendapatan diluar APBD melalui
kerjasama pembiayaan Islam untuk SDGs, penerbitan Sukuk Hijau oleh
Kementerian Keuangan, Investasi Sosial, dan Urun Dana (crowdfunding).