Upload
truongdan
View
226
Download
11
Embed Size (px)
Citation preview
1
STRATEGI PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN
KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA
(STUDI KOMPARASI ATAS PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA DENGAN HASAN LANGGULUNG)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (Spd. I)
Oleh :
CHAERUL ANWAR
101011020664
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/ 2009 M
2
STRATEGI PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN
KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA
(STUDI KOMPARASI ATAS PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA DENGAN HASAN LANGGULUNG)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (Spd. I)
Oleh:
CHAERUL ANWAR
NIM: 101011020664
Di Bawah Bimbingan:
Dr. ZAIMUDDIN M.Ag
NIP: 150 247 331
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/ 2009 M
3
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul: "Strategi Pendidikan Dalam Meningkatkan KualitasSumber Daya Manusia" (Studi Komparasi atas Pemikiran Ki Hajar Dewantorodengan Hasan Langgulung) diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah danKeguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulusdalam Ujian Munaqasyah pada, 10 Juni 2009 di hadapan dewan penguji. Karenaitu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S 1 (S.Pd.I) dalam bidangPendidikan Agama.
Jakarta, 10 Juni2009
Panitia Ujian MunaqasyahKetua Jurusan tanggal Tanda tangan
4
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Chaerul Anwar
Tempat/Tgl.Lahir : Bogor,15-05-1983
NIM : 101011020664
Jurusan / Prodi : Pendidikan Agama Islam / S1
Judul Skripsi : Strategi Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas
Sumber Daya Manusia (studi komparasi atas pemikiran Ki
Hajar Dewantara dengan Hasan Langgulung)
Dosen Pembimbing : Dr. Zaimuddin, M. Ag
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya
sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta, Juni 2009Mahasiswa Ybs.
Chaerul AnwarNIM. 101011020664
5
ABSTRAK
Strategi Pendidikan dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia(Studi komparasi atas pemikiran Ki Hajar Dewantoro dengan Hasan Langgulung)
OlehChaerul Anwar
Kulitas sumber daya manusia merupakan modal dasar atau titik sentralyang menjadi subjek pembagunan, karena keberhasilan pembangunan terutamaditentukan oleh kualitas sumber dasya manusianya bukan oleh melimpah ruahnyakekayaan alam. Terlebih lagi di era globalisasi ini sebagai era yang penuh denganpersaingan.
Upaya pengembangan kualitas sumber daya manusia dapat dilakukanmelalui berbagai jalur diantaranya pendidikan. Pendidikan ini merupakan jalurpeningkatan kualitas sumber daya manusia yang lebih menekankan padapembentukan kualitas dasar seperti keimanan, kepribadian, kecerdasan, kreatifitasdan sebagainya. Dahulu pendidikan lebih merupakan model pembentukan maupunpewarisan nilai-nilai tradisi masyarakat artinya misi pendidikan dianggap berhasilketika anak didik sudah mempunyai sifat positif dalam memelihara tradisimasyarakatnya. Kini paradigm demikian harus direkontruksi agar setiap individutidak acuh terhadap persoalan yang terkait dengan kepentingan pembangunan baikdalam hal ekonomi, ketenaga kerjaan dan persoalan lainnya.
Berbagai konsep pendidikan telah ditawarkan oleh pakar pendidikansebagai upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia seperti Ki HajarDewantoro dan Hasan Langgulung. Kedua konsep yang telah ditawarkan dalammeningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan oleh kedua tokohdianggap sebagai acuan terbaik dalam sistem pendidikan yang ada di Indonesiakarena dari dua sistem pendidikan yang ada baik Diknas maupun Depag mengacupada konsep pemikiran pendidikan yang telah di gagas oleh kedua tokoh tersebut,dimana Diknas mengacu pada konsep yang telah ditawarkan oleh Ki HajarDewantoro sedangkan Depag mengacu pada konsep yang telah ditawarkan olehHasan Langgulung.
6
KATA PENGANTAR
بسم اهللا الرمحن الرحيم
Pada saat yang berbahagia ini izinkanlah penulis memanjatkan segala puji
dan syukur ke hadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
serta inayah-Nya, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan, shalawat
teriring salam semoga selalu tercurah kehadirat junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit
hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi, namun berkat bantuan serta motivasi
yang tak ternilai dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapt diselesaikan.
Penulis hanya mampu menghaturkan terima kasih yang terdalam dan rasa
hormat kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Khususnya kepada Bapak Dr. Zaimuddin M.Ag sebagai pembimbing
dalam penulisan skripsi ini, yang telah bersedia dengan tulus memberikan
bimbingan, petunjuk, motivasi dan saran kepada penulis selama penyelesaian
skripsi ini.
Selanjutnya tak lupa pula penulis sampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang ikut membantu, diantaranya:
1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Ketua Jurusan dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.
3. Bapak Dr. Zaimudin. M.Ag, dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis selama penulisan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Mastuhu M.Sc (alm) Selaku dosen Penasehat Akademik.
5. Seluruh Dosen dan staf karyawan jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah mencurahkan ilmu pengetahuan kepada
penulis semasa kuliah.
7
6. Seluruh staf dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan pelayanan dan fasilitas peminjaman buku-
buku yang penulis perlukan.
7. Yang tercinta Ayahanda Sainih (alm), Ibunda Amah, yang senantiasa
mencurahkan kasih sayang, perhatian, doa serta membiayai selama masa
pendidikan.
8. Kepada Kakanda (Saropah, Suhada, Suhana dan Samsudin) serta Adinda
(Suryati dan Nurhayati). Saya sampaikan ucapan terima kasih atas
bantuannya baik materi maupun non materi yang dengan tulus ikhlas
kalian berikan.
9. Teman- teman PAI Se-angkatan yang telah membantu dan memberikan
saran dan motivasi bagi penulis sehingga selesainya skripsi ini.
10. Sahabat- sahabat penulis, Sutrisno, Himla, Dardiri, Anwarudin,
Nuralamsyah, Ilham, Mawan, Ijul, Raup, Apang, Peti,s Bode dan teman-
teman yang tak bisa penulis sebutkan namun tak mengurangi rasa terima
kasih atas perhatian dan motivasi serta bantuannya selama proses
penyelesaikan skripsi ini..
11. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan sripsi dan tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Hanya harapan dan do’a semoga Allah SWT memberikan balasan yang
berlipat ganda kepada semua pihak yang telah berjasa dalam membantu
penulis dalam menyelelesaikan skripsi ini. Amin…
Jakarta, Juni 2009
Penulis
8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Realitas Pendidikan Islam saat ini bisa dibilang telah mengalami masa
kebuntuan intelektual. Diantara indikasinya adalah; pertama, minimnya upaya
pembaharuan, dan kalau toh ada kalah cepat dengan perubahan sosial, politik dan
kemajuan iptek. Kedua, praktek pendidikan Islam sejauh ini masih memelihara
warisan yang lama dan tidak banyak melakukan pemikiran kreatif, inovatif dan
kritis terhadap isu-isu aktual. Ketiga, model pembelajaran pendidikan Islam
terlalu menekankan pada pendekatan intelektualisme-verbalistik dan menegaskan
pentingnya interaksi edukatif dan komunikasi humanistik antara guru-murid.
Keempat, orientasi pendidikan Islam menitikberatkan pada pembentukan ‘abd
atau hamba Allah dan tidak seimbang dengan pencapaian karakter manusia
muslim sebagai khalifah fi al-ardl.1
Padahal, di sisi lain pendidikan mengemban tugas penting, yakni
bagaimana mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM) agar dapat
berperan aktif dan tetap survive di era globalisasi. Mengapa pengembangan
kualitas sumber daya manusia menjadi sangat penting dan begitu urgent? Hal ini
tak bisa dipungkiri mengingat abad XXI sebagai era globalisasi dikenal dengan
situasinya yang penuh dengan persaingan. John Naisbitt dan Patricia Aburdene
sebagaimana dikutip A. Malik Fadjar, pernah mengatakan bahwa terobosan paling
menggairahkan dari abad XXI bukan karena teknologi, melainkan karena konsep
yang luas tentang apa artinya manusia itu. Pengembangan kualitas SDM bukan
persoalan yang gampang dan sederhana, karena membutuhkan pemahaman yang
mendalam dan luas pada tingkat pembentukan konsep dasar tentang manusia serta
perhitungan yang matang dalam penyiapan institusi dan pembiayaan.2
______________1 Abd. Rachman Assegaf, “Membangun Format Pendidikan Islam di Era Globalisasi”,
dalam Imam Machali dan Musthofa (Ed.), Pendidikan Islam dan Tantangan Globalisasi,(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2004), Cet. I, h. 8-9
2 A. Malik Fadjar, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Fajar Dunia, 1999), Cet. I, h.156
9
Paradigma pembangunan yang berorientasi pada keunggulan komparatif
dengan lebih mengandalkan sumber daya alam dan tenaga kerja yang murah, saat
ini mulai mengalami pergeseran menuju pembangunan yang lebih menekankan
keunggulan kompetitif. Dalam paradigma baru ini, kualitas SDM, penguasaan
teknologi tinggi dan peningkatan peran masyarakat memperoleh perhatian.3
Keberhasilan pembangunan terutama ditentukan oleh kualitas
manusianya, bukan oleh melimpah-ruahnya kekayaan alam.4 Manusia merupakan
titik sentral yang menjadi subyek dan perekayasa pembangunan serta sebagai
obyek yang direkayasa dan menikmati hasil-hasil pembangunan. Sumber daya
manusia merupakan modal dasar pembangunan nasional yang memiliki potensi
dan daya dorong bagi percepatan proses pelaksanaan pembangunan nasional.
Dengan demikian, perilaku pembangunan seyogyanya mencerminkan peningkatan
harkat dan martabat kemanusiaan demi peningkatan kualitas peradaban
masyarakat, bangsa dan negara. Di dalamnya diperlukan ketangguhan kualitas,
watak dan moralitas manusia sebagai pelaku utamanya.
Upaya pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia
dapat dilakukan melalui berbagai jalur, diantaranya melalui pendidikan.
Pendidikan ini merupakan jalur peningkatan kualitas sumber daya manusia yang
lebih menekankan pada pembentukan kualitas dasar, misalnya keimanan dan
ketakwaan, kepribadian, kecerdasan, kedisiplinan, kreativitas dan sebagainya.5
Untuk menjawab tuntutan dan tantangan global, keunggulan-keunggulan
mutlak yang harus dimiliki umat Islam Indonesia adalah penguasaan atas sains
teknologi dan keunggulan kualitas sumber daya manusia yang mumpuni.
Kemajuan dan penguasaan atas sains teknologi akan mendorong terjadinya
percepatan transformasi masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan, yang di
Indonesia lebih dikenal dengan istilah pembangunan.6
______________3 A. Malik Fadjar, Reorientasi Pendidikan Islam…, h. 1574 Sri Bintang Pamungkas, Dengan Sumber Daya Manusia (SDM) dan IPTEK Mengatasi
Kemiskinan, Mencapai Kemandirian, (Jakarta: Seminar dan Sarasehan Teknologi, 1993), h. 205 Abdul Latif, Pengembangan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas Menghadapi Era
Pasar Bebas, (Jakarta: DPP HIPPI, 1996), h. 116 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru,
(Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2000), Cet. II, h. 46
10
Merasuknya globalisasi, berkembangnya profesionalisasi dan semakin
menajamnya kompetisi antar negara, menuntut adanya pelurusan orientasi
pembangunan pada peningkatan kualitas manusia.
Dahulu, pendidikan lebih merupakan model untuk pembentukan maupun
pewarisan nilai-nilai keagamaan dan tradisi masyarakat. Artinya, misi pendidikan
dianggap berhasil ketika anak didik sudah mempunyai sikap positif dalam
beragama dan memelihara tradisi masyarakatnya.7 Kini, paradigma pendidikan
seperti itu harus direkonstruksi agar sumber daya manusia muslim tidak acuh
terhadap persoalan yang terkait dengan kepentingan ekonomi, ketenaga-kerjaan,
dan persoalan lainnya dengan tetap mempertahankan nilai-nilai etik dan moral
Islam.
Hal-hal itulah yang mendorong penulis untuk mengkomparasikan konsep
pendidikan Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Nasional dengan
konsep pendidikan Hasan Langgulung sebagai tokoh pendidikan Islam tentang
strategi pendidikan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.Ini
dipertegas dengan statement Azyumardi Azra yang mengatakan bahwa Hasan
Langgulung adalah di antara pemikir yang paling menonjol dalam barisan
pengkaji pemikiran dan teori kependidikan di Indonesia dewasa ini.8
Dari beberapa fenomena dan alasan inilah, penulis beranggapan bahwa
masalah yang akan diangkat dalam skripsi ini layak untuk diangkat sebagai
skripsi. Adapun judul skripsi yang penulis ajukan ialah ”Strategi Pendidikan
Dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (Studi Komparasi Atas
Pemikiran Ki Hajar Dewantara Dengan Hasan Langgulung)”.
______________7 A. Malik Fadjar, Madrasah dan Tantangan Modernitas, (Bandung: Mizan, 1999), Cet
II, h. 98 Selain Hasan Langgulung, Azra juga menyebut pemikir Muslim lain yang konsisten
dalam pengkajian pemikiran kependidikan Indonesia, yaitu; Muzayyin Arifin, Zakiah Daradjat,Syahminan Zaini, Abdul Munir Mulkhan, dan Ahmad D. Marimba. Lihat, Azra, PendidikanIslam; Tradisi dan Modernisasi, h. 90
11
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas, ada banyak persoalan yang dihadapi
pendidikan terkait dengan peningkatan sumber daya manusia (SDM)
terutama di era globalisasi ini dan bagaimana kedua tokoh tersebut dengan
kapasitasnya sebagai kaum intelektual menjawab persoalan itu. Pelbagai
macam persoalan itu bisa diidentifikasi sebagai berikut:.
a. Apa yang dimaksud dengan Sumber Daya Manusia?
b. Bagaimana peran pendidikan dalam peningkatan kualitas sumber daya
manusia?
c. Bagaimana strategi pendidikan yang digagas kedua tokoh tersebut
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia?
2. Pembatasan Masalah
Untuk lebih mempertajam dan mempermudah analisa serta kajian
selanjutnya, penulis memberikan pembatasan masalah sehingga kajian skripsi
ini berfokus pada ide, pandangan dan gagasan yang dirumuskan oleh kedua
tokoh tersebut tentang strategi pendidikan dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia.
3. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah
yaitu: Bagaimana strategi pendidikan yang digagas oleh kedua tokoh dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
C. Tujuan dan Signifikansi Penelitian
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengkomparasikan
pemikiran kedua tokoh tentang strategi peningkatkan kualitas sumber daya
manusia melalui pendidikan. Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi
sumbangsih dalam melakukan perbaikan pendidikan ke arah yang lebih baik.
12
D. Metode Penelitian
Sebagaimana karya ilmiah secara umum, setiap pembahasan suatu
karya ilmiah tentunya menggunakan sebagai landasan dalam mengelaborasi
suatu masalah, sehingga masalah tersebut agar dapat diuraikan dan dijelaskan
dengan gamblang dan mudah dipahami. Dalam penelitian skripsi ini penulis
penelitian kepustakaan (library reseach) dengan tehnik mengumpulkan data-
data yang sesuai dengan pokok masalah kemudian mengelola dan
menganalisis data-data tersebut..
Sedangkan teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku
“Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi Fakultas Ilmu tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”.
13
BAB II
SUMBER DAYA MANUSIA
A. Sumber Daya Manusia (SDM) Yang Berkualitas
a. Pengertian Sumber Daya Manusia
Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah paling sempurna
dengan struktur jasmaniah dan rohaniah terbaik di antara makhluk lainnya.
Muzayyin Arifin mengatakan bahwa dalam struktur jasmaniah dan rohaniah
itu Allah memberikan seperangkat kemampuan dasar yang memiliki
kecenderungan berkembang yang menurut aliran psikologi behaviorisme
disebut pre potence reflex (kemampuan dasar yang secara otomatis
berkembang).9
Kemampuan dasar tersebut kemudian dikenal dengan istilah sumber
daya manusia atau disingkat dengan SDM. Sumber Daya Manusia (SDM)
secara konseptual memandang manusia sebagai suatu kesatuan jasmani dan
rohani. Oleh sebab itu, kualitas SDM yang dimiliki oleh suatu bangsa dapat
dilihat sebagai sinergistik antara kualitas rohani dan jasmani yang dimiliki
oleh individu dari warga bangsa yang bersangkutan.
Kualitas jasmani dan rohani tersebut oleh Emil Salim disebut sebagai
kualitas fisik dan non fisik. Lebih lanjut, wujud kualitas fisik ditampakkan
oleh postur tubuh, kekuatan, daya tahan, kesehatan, dan kesegaran jasmani.
Dari sudut pandang ilmu pendidikan, kualitas non fisik manusia mencakup
ranah (domain) kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kualitas ranah kognitif
digambarkan oleh tingkat kecerdasan individu, sedangkan kualitas ranah
afektif digambarkan oleh kadar keimanan, budi pekerti, integritas kepribadian,
serta ciri-ciri kemandirian lainnya. Sementara itu, kualitas ranah psikomotorik
docerminkan oleh tingkat keterampilan, produktivitas, dan kecakapan
mendayagunakan peluang berinovasi.10
______________9 Muzayyin Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 8810 Anggan Suhandana, Pendidikan Nasional Sebagai Instrumen Pengembangan SDM,
(Bandung: Mizan, 1997), Cet. III, h. 151
14
Sebenarnya tiga kata yang terdapat dalam istilah sumber daya manusia,
yaitu: sumber, daya, dan manusia, tak ada satupun yang sulit untuk dipahami.
Ketiga kata itu tentu mempunyai arti dan dengan mudah dapat dipahami
artinya. Secara sederhana dapat didefinisikan sebagai daya yang bersumber
dari manusia. Daya ini dapat pula disebut kemampuan, tenaga, energi, atau
kekuatan (power).11
Walaupun demikian, istilah sumber daya manusia telah didefinisikan
bermacam-macam oleh para pakar pendidikan maupun psikologi. Diantaranya
ialah apa yang telah diutarakan oleh Yusuf Suit yang mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan sumber daya manusia adalah “kekuatan daya pikir dan
berkarya manusia yang masih tersimpan dalam dirinya yang perlu dibina dan
digali serta dikembangkan untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi
kesejahteraan kehidupan manusia.12
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sumber daya manusia diartikan
sebagai “potensi manusia yang dapat dikembangkan untuk proses produksi.”13
Sedangkan dalam Kamus Webster, yang dimaksud sumber daya manusia ialah
“alat atau kekayaan yang tersedia (available means), kemampuan atau bahan
untuk menyelesaikan masalah atau persoalan.” Definisi dari dua kamus di atas
diperkuat oleh pernyataan Deacon dan Malock dalam Gross Crandall dan
Knol (1973) yang mendefinisikan sumber daya manusia sebagai “alat atau
bahan yang tersedia dan diketahui potensinya untuk memenuhi keinginan”.14
Gunawan A. Wardhana sebagaimana yang dikutip oleh A.S. Munandar
sepenggal kalimat kutipan dari Harbison menyatakan bahwa sumber daya
manusia mencakup semua energi, keterampilan, bakat, dan pengetahuan
______________11 Buchori Zainun, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Gunung Agung, 1993),
Cet. II, h. 5712 Yusuf Suit, Sikap Mental dalam Manajemen SDM, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996),
Cet. I, h. 3513 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), Cet. X, h.
97314 Suprihatin Gunaharja, et.al., Pengembangan Sumber Daya Keluarga, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1993), Cet. I, h. 4
15
manusia yang dipergunakan secara potensial dapat atau harus dipergunakan
untuk tujuan produksi dan jasa-jasa yang bermanfaat.15
Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan sumber daya manusia itu adalah tenaga atau
kekuatan/kemampuan yang dimiliki oleh seseorang berupa daya pikir, daya
cipta, karsa dan karya yang masih tersimpan dalam dirinya sebagai energi
potensial yang siap dikembangkan menjadi daya-daya berguna sesuai dengan
keinginan manusia itu sendiri.
b. Karakteristik Sumber Daya Manusia (SDM) yang Berkualitas
Era globalisasi yang ditandai dengan transparansi di segala bidang
kehidupan, telah menuntut SDM berkualitas yang memiliki seperangkat
pengetahuan dan keterampilan yang memadai yang diimbangi dengan nilai-
nilai tertentu sesuai dengan karakter dunia baru. Yaitu dunia tanpa batas yang
berarti komunikasi antar manusia menjadi begitu mudah, begitu cepat, dan
begitu intensif sehingga batas-batas ruang menjadi sirna. Adapun nilai-nilai
tersebut antara lain; profesionalisme, kompetitif, efektif dan efisien dalam tata
kerja, sehingga fungsi pendidikan tidak sekadar sebagai agen perubahan akan
tetapi harus mampu mengakomodir pengalaman, keterampilan dan nilai-nilai
globalisasi dalam satu paket pendidikan.16 Dengan demikian orientasi
pendidikan harus terkait dan sepadan dengan kebutuhan masyarakat yang terus
berkembang dengan berbagai sektor kebutuhan, terutama dunia industri dan
dunia usaha. Sehingga perlu adanya pandangan baru tentang manusia
berkualitas dalam pendidikan di abad globalisasi ini.
Untuk itu, maka para pakar khususnya futurolog pendidikan telah
menyusun berbagai skenario mengenai karakteristik manusia atau masyarakat
abad 21, salah satunya sebagaimana pendapat Robert Reich yang dikutip oleh
______________15 A.S. Munandar, Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Rangka Pembangunan
Nasional, (Jakarta: Djaya Pirusa, 1981), h. 916 Zainal Arifin, Nuansa Teosentris Humanistik Pendidikan Islam; Signifikansi Pemikiran
Hasan Langgulung dalam Konstalasi Reformasi Pendidikan Islam, (STAIN Cirebon: Lektur-Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam), Seri VIII/Th. Ke-5/98/h. 76
16
Prof. Dr. Mastuhu, M.Ed., mengemukakan bahwa manusia berkualitas yang
cerdas itu memiliki ciri-ciri antara lain:
a. Added Values (memiliki nilai tambah, keahlian, profesionalisme)
b. Abstraction System Thinking (mampu berpikir rasional,
mengabstraksikan suatu persoalan secara sistematis melalui
pendekatan ilmiah objektif)
c. Experimentation and Test (mampu berpikir di balik data-data dengan
melihat dari berbagai sudut)
d. Collaboration (mampu bekerja sama, bersinergi).17
Gambaran di atas jelas merupakan suatu karakteristik nilai-nilai
mentalitas yang harus tampak pada profil dan penampilan sumber daya
manusia abad 21.
Dalam tingkat tertentu gambaran rumusan di atas relevan dengan ciri
manusia modern seperti dirumuskan oleh Alex Inkeles sebagaimana dikutip
oleh Syahrin Harahap, yaitu: kecenderungan menerima gagasan-gagasan baru,
kesediaan menyatakan pendapat, kepekaan pada waktu dan lebih
mementingkan waktu kini dan mendatang ketimbang waktu yang telah lalu,
rasa ketepatan waktu lebih baik, keprihatinan yang lebih besar untuk
merencanakan organisasi dan efisiensi, menghargai kekuatan ilmu dan
teknologi serta keyakinan bahwa keadilan bisa ditegakkan.18
B. Konsep Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Berkualitas
Konsep sumber daya manusia (human resource) berkembang ketika
diketahui dan disadari bahwa manusia itu mengandung berbagai aspek sumber
daya bahkan sebagai sumber energi. Manusia tidak hanya berunsur jumlah,
seperti terkesan dari pengertian tentang penduduk, tetapi juga mutu, dan mutu
ini tidak hanya ditentukan oleh aspek keterampilan atau kekuatan tenaga
fisiknya, tetapi juga pendidikannya atau kadar pengetahuannya, pengalaman
atau kematangannya, dan sikapnya atau nilai-nilai yang dimilikinya.
______________17 Mastuhu, Menuju Sistem Pendidikan yang Lebih Baik Menyongsong Era Baru Pasca
Orba, (Makalah: disampaikan pada Diskusi Panel HMJ-KI IAIN Jakarta, 13/12/98), h. 218 Syahrin Harahap, Islam Dinamis; Menegakkan Nilai-nilai Ajaran al-Qur’an dalam
Kehidupan Modern di Indonesia, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1997), Cet. I, h. 91-92
17
Kemudian apa yang dimaksud dengan pengembangan sumber daya
manusia? Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo menyimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan pengembangan sumber daya manusia secara makro adalah
suatu proses peningkatan kualitas atau kemampuan manusia dalam rangka
mencapai suatu proses peningkatan kualitas atau kemampuan manusia dalam
rangka mencapai suatu tujuan pembangunan bangsa. Dan secara mikro, dalam
arti di lingkungan suatu unit kerja (departemen atau lembaga-lembaga yang
lain), maka sumber daya yang dimaksud adalah tenaga kerja, pegawai atau
karyawan maka yang dimaksud dengan pengembangan sumber daya manusia
adalah suatu proses perencanaan pendidikan, pelatihan dan pengelolaan tenaga
atau karyawan untuk mencapai suatu hasil yang optimal. Dari batasan ini
dapat disimpulkan bahwa proses pengembangan sumber daya manusia itu
terdiri dari perencanaan (planning), pendidikan dan pelatihan (education and
training), dan pengelolaan (management).19
Prof. DR.H,A.R, Tilaar bereendapat aspek-aspek yang perlu
dikembangkan meliputi:
a. Individualitas, tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan kita masih
bersifat kodian, artinya masih kurang memberikan perhatian kepada
pengembangan individualitas yang mandiri . hampir seluruh kegiatan
di sekolah di arahkan kepada kompormitas seperti mengejar izasah,
menjadi pegawai negeri dan sebagainya dan belum diarahkan kepada
individu yang percaya pada kemamouan mandiri.
b. Etika, atau barang kali lebih tepat di sebut etos kerja merupakan daya
merupakan daya penggerak dinamika suatu masyarakat. Kebudayaan
kita cenderung di arahkan kepada budaya santai . Mungkin karena
alamnya begitu murah dan kaya sehingga menumpulkan semangat
manusianya untuk berusaha keras.
c. Pengetahuan, pengetahuan dalam kontek ini bukanlah pengetahuan
tang sudeah tersedia, tetapi sikap mental ingin tau, ingin
______________19 Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta,
1998), Cet. II, h. 2-3
18
mengeksploras8i . Pendidikan dalam hal ini bukan mencekoki anak
didik dengan pengetahuan siap tetapi kemampuan dan keterampilan
untuk menggali ilmu pengetahuan. Selanjutnya ilmu pengetahuan yang
diajarkan bukanlah hanya sekedar untuk mengetahui, sebagai bahan
pelatihan mental, tetapi pengetahuan yang mempunyai relevansi dalam
meningkatkan kualitas hidup anak didik dan masyarakat.
d. Keterampilan, pengembangan keterampilan bukan saja akan
memperkuat individu seseorang dengan memberi rasa harga diri
karena dapat berkarya, tetapi secara langsung akan ikut menyumbang
bagi pembangunan nasional.
e. Bakat, bakat seseorang apabila di kembangkan dengan tepat bukan saja
bermanfaat bagi pengembangan individu pemiliknya, juga merupakan
aset nasional yang sangat penting. Bakat itun tidak timbul dengan
sendirinya tetapi perlu ditemukan dan di kembangkan.20
C. Islam Dan Sumber Daya Manusia
a. Pandangan Islam tentang Manusia
Manusia merupakan makhluk yang memiliki kemampuan istimewa dan
menempati kedudukan tertinggi di antara makhluk lainnya, yakni menjadi
khalifah (wakil) Tuhan di muka bumi (Q.S.2:30) Islam menghendaki manusia
berada pada tatanan yang tinggi dan luhur. Oleh karena itu manusia dikaruniai
akal, perasaan, dan tubuh yang sempurna. Islam, melalui ayat-ayat al-Qur’an
telah mengisyaratkan tentang kesempurnaan diri manusia, seperti antara lain
disebutkan dalam surat at-Tin ayat 4:
لقد خلقنا اإلنسان يف أحسن تقومي"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya…”21
______________20 H.A.R. Tilaar, Pendidikan Dalam Pembangunan Nasional Menyongsong Abad XXI,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1990 ) cet. I, hal. 109-11021 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 1076
19
Kesempurnaan demikian dimaksudkan agar manusia menjadi individu
yang dapat mengembangkan diri dan menjadi anggota masyarakat yang
berdaya guna sehingga dapat mengembangkan seluruh potensi sumber daya
yang dimilikinya.
Berbeda dengan Islam, menurut orang-orang Barat, manusia adalah
termasuk bangsa binatang menyusui (mamalia). Yusuf Qardhawi, ulama
kontemporer karismatik asal Mesir mengutip pendapat Ernest Haeckel,
pemuka aliran biologisme bangsa Jerman yang mengatakan: “tidak ada sangsi
lagi bahwa dalam segala hal manusia sungguh-sungguh adalah binatang
beruas tulang belakang, yakni binatang yang menyusui.”22 Pendapat ini tentu
saja memanggil kembali memori kita tentang apa yang pernah dilontarkan
oleh ilmuan Barat lainnya, yaitu Charles Darwin dalam “teori evolusi”-nya
bahwa asal-muasal bangsa manusia adalah kera. Tentu teori ini ditolak
mentah-mentah oleh Islam karena bukan hanya bertentangan dengan risalah
Islam namun juga secara tak langsung merendahkan derajat manusia itu
sendiri sebagai seorang khalifah di bumi.
Lain halnya dengan Julian Offrey de Lammetrie, seorang materialis
berkebangsaan Perancis yang mengatakan bahwa tidak terdapat perbedaan
antara manusia dengan binatang dan karena itu manusia adalah suatu mesin.23
Definisi yang dikemukakan oleh para ahli filsafat mengenai manusia
tidaklah berbeda dengan pendapat di atas. Mereka memberikan sebutan
manusia sebagai binatang dengan beberapa sikap menurut kenyataan tindakan
manusia dalam kehidupannya, antara lain yaitu:
a. Homo Sapiens, menurut Lonnaeus yaitu binatang yang mempunyai
budi (akal) dan ahli agama kristen menyebut manusia sebagai animal
rational, yaitu binatang yang berfikir.
______________22 Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999),
Cet. I, h. 25623 Syahminan Zaini dan Ananto Kusuma Seta, Wawasan al-Qur’an tentang
Pembangunan Manusia Seutuhnya, (Jakarta: Kalam Mulia, 1996), Cet. II, h. 5
20
b. Homo Laquen, menurut Revesz dalam “Das Problem Des Ursprungs
end Sprache” manusia ialah binatang yang pandai menciptakan bahasa
dan menjelmakan pikiran serta perasaan dalam kata-kata tersusun.
c. Homo Faber, menurut Bergson dalam “L’Evolution Creatrice” yaitu
binatang yang pandai membuat alat perkakas.
d. Zoon Politicon, menurut Aristoteles yaitu binatang yang pandai
bekerja sama, bergaul dengan orang lain dan mengorganisasi diri untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
e. Homo Religious, yaitu binatang yang dasarnya beragama.
f. Homo Economicus, yaitu binatang yang takluk pada undang-undang
ekonomi dan dia bersifat ekonomikus.24
Tetapi al-Qur’an menegaskan bahwa manusia adalah makhluk yang
bertanggung jawab, yang diciptakan dengan sifat-sifat ketuhanan. Definisi ini
mengandung tiga unsur yaitu:
a. Manusia adalah ciptaan Allah swt. (Q.S. 16: 4)
b. Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab kepada Allah swt.
Menurut al-Qur’an, yang akan dipertanggungjawabkan itu ialah:
1) Semua nikmat Allah yang pernah diterima manusia (Q.S. 102: 8)
2) Semua tingkah laku manusia selama hidup di dunia ini (Q.S. 16:
93)
3) Semua ide, gagasan, ilmu dan teknologi yang diadakan manusia
(Q.S. 16: 36)
4) Semua ikrar dan janji yang diadakan manusia (Q.S. 17: 34)
c. Manusia diciptakan dengan sifat-sifat ketuhanan.
Manusia mempunyai sifat-sfat ketuhanan seperti sifat-sifat yang
dipunyai oleh Tuhan. Seperti berkuasa, berkehendak, berilmu,
penyayang, pengasih, melihat, mendengar, berkata-kata dan
sebagainya. Tetapi sifat-sifat ini tidaklah sama. Tuhan adalah pencipta,
sedangkan manusia adalah ciptaan-Nya. Pencipta dengan ciptaan-Nya
______________24 Syahid Mu’amar Pulungan, Manusia dalam al-Qur’an, (Surabaya: Bina Ilmu, 1984),
Cet.1, h. 15-17
21
tidak sama. Karena itu sifat-sifat Tuhan yang ada pada manusia
tentulah sesuai dengan kemanusiannya.25
Dengan demikian Islam memandang manusia sangat mulia dengan
sumber ajarannya yaitu al-Qur’an. Ia telah memotret manusia dalam
bentuknya yang utuh dan menyeluruh.
b. Potensi Dasar Manusia
Para filosof tidak pernah sependapat tentang potensi apa yang perlu
dikembangkan oleh manusia. Melalui pendekatan historis, Hasan Langgulung
menjelaskan bahwa di Yunani Kuno satu-satunya potensi manusia yang harus
dikembangkan di kerajaan Sparta adalah potensi jasmaninya, tetapi sebaliknya
di kerajaan Athena yang dipentingkan adalah kecerdasan otaknya.26
Beberapa ahli filsafat pendidikan Islam telah mencoba
mengklasifikasikan potensi manusia, diantaranya yaitu menurut KH. A. Azhar
Basyir, bila manusia ditinjau dari substansinya, maka manusia terdiri dari
potensi materi yang berasal dari bumi dan potensi ruh yang berasal dari
Tuhan.27 Pendapat senada juga dikemukakan oleh Syahminan Zaini yang
menyatakan bahwa unsur pembentuk manusia terdiri dari tanah dan potensi
rohani dari Allah.28 Dalam redaksi lain, Muhaimin dan Abdul Mujib
berpendapat bahwa pada hakekatnya manusia terdiri dari komponen jasad
(jasmani) dan komponen jiwa (rohani), menurut mereka komponen jasmani
berasal dari tanah dan komponen rohani ditiupkan oleh Allah.29 Demikian pula
kesimpulan yang diambil Abuddin Nata berdasarkan pendapat para ahli
______________25 Syahminan Zaini dan Ananto Kusuma Seta, Wawasan al-Qur’an tentang
Pembangunan Manusia Seutuhnya, (Jakarta: Kalam Mulia, 1996), Cet. II, h. 726 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,
(Jakarta: Pustaka al-Husna, 1995), Cet. III, h. 261-26227 Muhammad Syamsudin, Manusia dalam Pandangan KH. A. Azhar Basyir,
(Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997), Cet. II, h. 7728 Syahminan Zaini, Penyakit Rohani Pengobatannya, (Jakarta: Kalam Mulia, 1996), Cet.
III, h. 629 Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis dan
Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Bandung: Tri Genda Karya, 1993), Cet. I, h. 10-11
22
filsafat pendidikan, bahwa secara umum manusia memiliki dua potensi, yaitu
potensi jasmani dan potensi rohani.30
Dari pendapat yang dikemukakan di atas, ternyata potensi manusia
dapat diklasifikasikan kepada potensi jasmani dan potensi rohani. Berbeda
dengan klasifikasi yang dikemukakan di atas, beberapa ahli filsafat pendidikan
menguraikan potensi rohani manusia ke dalam beberapa bagian, sebagaimana
pendapat Barmawie Umary yang menyatakan bahwa potensi rohani manusia
itu terdiri dari empat unsur pokok, yaitu roh, qalb, nafs, dan akal.31 Pembagian
Barmawie Umary ini sedikit berbeda dengan klasifikasi potensi rohani yang
dikemukakan oleh Muhaimin dan Abdul Mujib. Menurut keduanya potensi
rohani manusia itu dibagi tiga yaitu, potensi fitrah, qolb, dan akal.32
Berikut ini penulis akan menjelaskan satu persatu tentang klasifikasi
potensi manusia tersebut yaitu:
a. Potensi Jasmani
Secara jasmaniah (fisik), manusia adalah makhluk yang paling potensial
untuk dikembangkan dibandingkan dengan makhluk lainnya. Manusia
dianugerahi rupa dan bentuk fisik yang bagus serta memiliki kelengkapan
anggota tubuh untuk membantu dan mempermudah aktivitasnya. Proses
penciptaan manusia mulai nutfah (air mani), kemudian ‘alaqah (segumpal
darah), mudghah (segumpal daging), ‘izam (tulang belakang) dan lahm yang
membungkus ‘izam atau membentuk rangka yang menggambarkan bentuk
manusia, merupakan kesempurnaan manusia secara fisik.
Untuk mengetahui potensi jasmani, Abuddin Nata memperkenalkan
kata kunci yang diambil dari al-Qur’an, yaitu al-basyar. Menurutnya, kata
basyar dipakai untuk menyebut semua makhluk. Basyar merupakan bentuk
jamak dari akar kata basyarah yang artinya permukaan kulit kepala, wajah dan
tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut. Oleh karena itu kata
______________30 Abuddin Nata, Filsafat Pemikiran Pendidikan Islam I, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1997), Cet. I, h. 3531 Barmawie Umary, Materi Akhlak, (Solo: Ramadhani, 1989), Cet. I, h. 2132 Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis dan
Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Bandung: Tri Genda Karya, 1993), Cet. I, h. 11
23
mubasyarah diartikan musalamah yang artinya persentuhan antara kulit laki-
laki dan kulit perempuan. Disamping itu kata mubasyarah diartikan sebagai
al-liwath atau al-jima’ yang artinya persetubuhan.33
Manusia dalam pengertian basyar adalah manusia yang seperti tampak
pada lahiriahnya, mempunyai bangunan tubuh yang sama, makan dan minum
dari bahan yang sama yang ada di alam ini, dan oleh pertumbuhan usianya,
kondisi tubuhnya akan menurun, menjadi tua dan akhirnya ajalnya akan
menjemputnya.34
Guru Besar Psikologi Islam UIN Jakarta, Prof. Dr. Hj. Zakiah Daradjat
memberikan penjelasan lebih rinci tentang aktifitas lahiriah manusia sebagai
kebutuhan pertama atau disebut juga kebutuhan primer. Kebutuhan seperti
makan, minum, seks dan sebagainya tidak dipelajari manusia, melainkan
sudah menjadi fitrahnya sejak lahir. Jika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak
terpenuhi, akan hilanglah keseimbangan fisiknya. Dalam kebutuhan fisik
jasmaniah ini, manusia tidak banyak berbeda dari makhluk hidup lainnya.
Perbedaannya hanya terletak pada cara memenuhi kebutuhan itu.35 Ketika
keseimbangan fisiknya tidak terjaga, maka tubuh manusia akan sakit,
sementara dalam ilmu kesehatan menjaga seluruh anggota tubuh agar
berfungsi secara optimal memerlukan gizi, berbagai vitamin, udara dan
kondisi lingkungan yang bersih.36
Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa potensi jasmani
yang pada manusia merupakan segala daya manusia yang berhubungan
dengan aktifitas fisiknya sekaligus kebutuhan lahiriahnya, karena manusia
secara fisik akan tumbuh optimal bila semua anggota tubuh yang
diakaruniakan oleh Allah swt berfungsi secara baik. Keterkaitan itu membawa
______________33 Abuddin Nata, Filsafat Pemikiran Pendidikan Islam I, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1997), Cet. I, h. 3034 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1996), Cet. I, h. 26035 Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama,
1995), Cet. II, h. 19-2036 Tim Dosen IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Pendidikan, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1988), Cet. III, h. 139-14
24
implikasi bahwa setiap manusia harus mampu mengembangkan daya-daya
yang berhubungan dengan eksistensi jasmaniahnya.
b. Potensi Rohani
Manusia merupakan makhluk yang istimewa dibanding makhluk
lainnya, karena disamping memiliki dimensi fisik yang sempurna, ia juga
memiliki dimensi roh ini dengan segala potensinya. Jika potensi jasmani
diketahui dari kata basyar, maka untuk mengetahui potensi ruhani dapat
dilihat dari kata al-insan. Kata insan mempunyai tiga asal kata. Pertama,
berasal dari kata anasa yang memiliki arti melihat, mengetahui dan minta izin.
Yang kedua berasal dari kata nasiya yang berarti lupa. Yang ketiga berasal
dari kata al-uns yang artinya jinak.37
Sedangkan Quraish Shihab menganalisis kata insan hanya terambil dari
kata uns yang berarti jinak dan harmonis. Menurutnya, pendapat di atas, jika
dipandang dari sudut pandang al-Qur’an lebih tepat dari yang mengatakan
bahwa kata insan diambil dari kata nasiya (lupa) atau dari kata nasa-yanusu
(berguncang). Kata insan juga digunakan al-Qur’an untuk menunjuk kepada
manusia dengan seluruh totalitasnya, yaitu jiwa dan raga.38
Manusia sebagai makhluk psikis (al-insan) memiliki potensi seperti
fitrah, qalb, nafs, dan akal. Karena potensi itulah manusia menjadi makhluk
yang tinggi martabatnya.39 Dengan demikian potensi ruhani manusia terdiri
dari beberapa unsur pokok, yaitu:
a. Fitrah
Dari segi bahasa fitrah diambil dari kata al-fathr yang berarti belahan
dan dari makna ini lahir makna-makna lainnya antara lain penciptaan atau
kejadian. Fitrah manusia adalah kejadiannya sejak semula atau bawaan sejak
lahirnya.40 Sedangkan Muhaimin dan Abdul Mujib memberikan penjelasan
rinci tentang arti fitrah yang diambil dari pendapat para ulama dalam
menginterpretasikan firman Allah yang berbunyi:
______________37 Ibn Manzur, Lisan al-Arab, (Mesir: Daar al-Mishriyyah, 1968), Jilid VII, h. 306-31438 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Quran, (Bandung: Mizan, 1996), Cet. III, h. 27839 Barmawie Umary, Materi Akhlak, (Solo: Ramadhani, 1989), Cet. I, h. 2140 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Quran, (Bandung: Mizan, 1996), Cet. III, h. 65
25
Dari ayat di atas ada beberapa makna dari fitrah, yaitu:
1) Fitrah berarti suci (Thur), yang berarti kesucian dalam jasmani dan
rohani.
2) Fitrah berarti mengakui keesaan Allah swt (tauhid).
3) Fitrah berarti potensi dasar manusia sebagai alat untuk mengabdi dan
ma’rifatullah.
4) Fitrah berarti tabiat alami yang dimiliki manusia (human nature).41
Dalam pemahaman potensi fitrah inilah al-Ghazali meneliti
keistimewaan potensi fitrah yang dimiliki manusia, sebagai berikut:
a) Beriman kepada Allah
b) Kemampuan dan kesediaan untuk menerima kebaikan dan
keturunan atau dasar kemampuan untuk menerima pendidikan dan
pengajaran.
c) Dorongan ingin tahu untuk mencari hakekat kebenaran yang
berwujud daya berfikir.
d) Dorongan biologis berupa syahwat (sensual pleasure), ghadhab,
dan tabiat (insting).
Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa fitrah
merupakan potensi dasar yang dimiliki manusia sejak ia dilahirkan berupa
kecenderungan kepada tauhid serta kesucian jasmani dan rohaninya, dan
dalam Islam diakui bahwa lingkungan berpengaruh dalam perkembangan
fitrah menuju kesempurnaan dan kebenaran. Oleh karena itu, potensi yang
dimiliki manusia harus dikembangkan dan dilestarikan.
b. Roh
Roh merupakan kekuatan yang dapat membebaskan diri dari batas-batas
materi. Kekuatan jasmani terikat dengan wujud materi dan inderanya,
sedangkan kekuatan roh tak satupun materi yang dapat mengikatnya. Ia
mempunyai hukum sesuai dengan penciptaan Allah padanya, yakni
______________41 Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis dan
Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Bandung: Tri Genda Karya, 1993), Cet. I, h. 13-19
26
berhubungan dengan kelanggengan wujud azali.42 Oleh karena itu al-Kindi
mengindentifikasi roh sebagai sesuatu yang tidak tersusun, simpel, dan
sederhana tetapi mempunyai arti yang penting sempurna dan mulia.
Substansinya berasal dari substansi Tuhan, hubungannya dengan Tuhan sama
dengan hubungannya dengan cahaya dan matahari.43
Al-Ghazali membagi pengertian roh kepada dua, yaitu:
1) Roh yang bersifat jasmani
Roh yang merupakan bagian dari jasmani manusia, yaitu zat yang amat
halus bersumber dari ruangan hati (jantung) yang menjadi pusat semua
urat (pembuluh darah), yang mampu menjadikan manusia hidup dan
bergerak serta merasakan berbagai rasa. Roh dapat diumpamakan sebagai
lampu yang mampu menerangi setiap sudut organ, inilah yang sering
disebut sebagai nafs (jiwa).
2) Roh yang bersifat rohani
Roh yang merupakan bagian dari rohani manusia mempunyai ciri halus
dan ghaib, dengan roh ini manusia dapat mengenal Tuhannya, dan mampu
mencapai ilmu yang bermacam-macam. Disamping itu roh ini dapat
menyebabkan manusia berprikemanusiaan, berakhlak yang baik dan
berbeda dengan binatang.44
Dari uraian di atas, penulis berpendapat walaupun roh memiliki
karakteristik yang halus, abstrak, rahasia dan ghaib, tetapi roh dapat
diidentifikasi melalui sifatnya. Roh yang bersifat jasmani merupakan zat yang
menentukan hidup dan matinya manusia, sementara roh yang bersifat rohani
merupakan substansi manusia yang berasal dari substansi Tuhan, sehingga
memiliki potensi untuk berhubungan dengan tuhan atau mengenal Tuhannya.
______________42 Ali Abdul Halim Mahmud, Islam dan Pembinaan Kepribadian, (Jakarta: Akademika
Pressindo, 1995), Cet I, h. 5143 Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1995),
Cet. 1X, h. 1744 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 437
27
c. Qalb
Hati dalam bahasa Arabnya disebut qalb. Menurut ilmu biologi, qalb itu
segumpal darah yang terletak di dalam rongga dada, agak ke sebelah kiri,
warnanya agak kecoklatan dan berbentuk segitiga. Tetapi yang dimaksud di
sini bukanlah hati yang berupa segumpal darah dan bersifat materi itu,
melainkan hati yang bersifat immateri. Tentang hati yang bersifat immateri
ini, al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin mengidentifikasikan qalb
menjadi rahasia setiap manusia dan merupakan anugerah Allah yang paling
mulia.45
Qalb mempunyai nama-nama lain yang disesuaikan dengan
aktivitasnya, ia dapat dikatakan sebagai dhomir karena sifatnya yang
tersembunyi, fuad karena sebagai tumpuan tanggung jawab manusia, kabid
karena berbentuk benda, luthfu karena sebagai sumber perasaan halus, karena
qalb suka berubah-ubah kehendaknya, serta sirr karena bertempat pada
tempatnya yang rahasia dan sebagai muara bagi rahasia manusia.46
Dengan demikian, potensi yang dimiliki qalb tergantung kepada
karakteristik qalb itu sendiri yang berubah-ubah, sehingga dalam penjelasan
selanjutnya tentang potensi qalb ini, Dr. Ahmad Mubarak menguraikan
kandungan qalb yang memperkuat potensi-potensi itu. Beliau menyebutkan
berbagai kondisi qalb yang berubah-ubah, yaitu penyakit, perasaan takut,
getaran, kedamaian, keberanian, cinta dan kasih sayang, kebaikan, iman,
kedengkian, kufur, kesesatan, penyesalan, panas hati, keraguan, kemunafikan,
dan kesombongan.47
______________45 Barmawie Umary, Materi Akhlak, (Solo: Ramadhani, 1989), Cet. I, h. 1646 Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis dan
Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Bandung: Tri Genda Karya, 1993), Cet. I, h. 40-4147 Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis dan
Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Bandung: Tri Genda Karya, 1993), Cet. I, h. 114
28
d. Nafs
Dalam konteks rohani manusia, yang dimaksud dengan nafs adalah
kondisi kejiwaan setiap manusia yang memiliki potensi berupa kemampuan
menggerakkan perbuatan yang baik maupun yang buruk.48
Al-Ghazali membagi nafs kepada tiga tingkatan, yaitu:
1. Nafs tingkatan utama, meliputi:
a. Nafs Mardliyah, yaitu nafs yang cenderung melaksanakan petunjuk ,
guna memperoleh ridho illahi
b. Nafs Rodliyah, yaitu nafs yang cenderung kepada sifat ikhlas tanpa
pamrih atas aktivitas yang dilakukannya.
c. Nafs Muthmainnah, yaitu nafs yang cenderung kepada keharmonisan
dan ketenangan.
d. Nafs Kamilah, yaitu nafs yang mengarah kepada pada tingkat
kesempurnaan.
e. Nafs Mulhamah, yaitu nafs yang memiliki keutamaan dalam bertindak
dan menjauhi perbuatan dengki, rakus dan iri hati.
2. Nafs Lawwamah, yaitu nafs yang mencerminkan sifat-sifat insaniyah.
3. Nafs Amarah, yaitu nafs yang mencerminkan sifat-sifat hayawaniyah dan
bahamiyah (kehewanan dan kebinatangan).
Dalam ensiklopedi Indonesia, ditampilkan pula ketujuh konsep
sebagaimana pendapat Al-Ghazali di atas dengan menggunakan tiga
kelompok. Kelompok pertama adalah nafs amarah yang memiliki ciri-ciri
dorongan rendah yang bersifat jasmaniah seperti loba, tamak serta cenderung
menyakiti hati orang lain. Kelompok kedua adalah nafs lawwamah yang
memiliki cirri-ciri sudah menerima nilai-nilai kebaikan tetapi masih cenderung
kepada dosa, walaupun akhirnya menyesalinya. Kelompok ketiga adalah nafs-
nafs yang berciri baik dan luhur, yaitu: mardliyah, kamilah, mulhamah,
muthmainnah, dan radliyah, yang cenderung kepada sifat-sifat keutamaan,
kesempurnaan, kerelaan, penyerahan kepada tuhan dan mencapai ketenangan
______________48 Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis dan
Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Bandung: Tri Genda Karya, 1993), Cet. I, h. 50
29
jiwa. Walaupun dalam Al-Qur’an hanya ada tiga macam nafs yang disebutkan
jelas jenisnya, pertama nafs amarah (Q.S. Yusuf: 53), kedua nafs lawwamah
(Q.S. al-Qiyamah: 2) dan nafs muthmainnah (Q.S. Al-Fajr: 27).49
Dari uraian di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa nafs adalah
kondisi kejiwaan setiap menusia yang telah diilhamkan Allah kepadanya
kebaikan dan keburukan, sehingga nafs memiliki potensi berupa kemampuan
utuk menggerakkan perbuatan yang baik dan buruk. Potensi nafs tersebut
ditentukan daru kualitas nafs itu sendiri, jika kualitas nafs itu baik, maka nafs
memiliki potensi untuk menggerakkan perbuatan baik, sedangkan jika kualitas
nafs itu buruk, maka nafs memiliki potensi untuk menggerakkan perbuatan
buruk.
e. Akal
Manusia dibedakan dengan makhluk lainnya karena manusia dikarunia
akal dan kehendak-kehendak (iradah). Akal memungkinkan manusia untuk
membedakan antara yang benar dan yang salah. Dengan akal manusia dapat
memahami, berpikir, belajar, merencanakan berbagai kegiatan besar, serta
memecahkan berbagai masalah sehingga akal merupakan daya yang amat
dahsyat yang dikaruniakan Allah kepada manusia.
Menurut Ahmad D. Marimba, akal bermanfaat dalam bidang-bidang
berikut ini:
1) Pengumpulan ilmu pengetahuan
2) Memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi manusia
3) Mencari jalan-jalan yang lebih efisien untuk memenuhi maksud
tersebut.
Tetapi pada keadaan yang lain, sebaliknya akal dapat pula berpotensi
untuk:
1) Mencari jalan-jalan ke arah perbuatan yang sesat
2) Mencari alasan untuk membenarkan perbuatan-perbuatan yang sesat
itu
______________49 M. Dawam Rahardjo, et.al, Ensiklopedi Alquran, (Jakarta: Paramadina, 1996), Cet.I, h.
264-265
30
3) Menghasilkan kecongkakan dalam diri manusia bahwa akal itu dapat
mengetahui segala-galanya.50
Demikianlah gambaran tentang potensi akal yang pada intinya
adalah bahwa Allah memberikan suatu karunia besar dan maha dahsyat bagi
manusia, sebuah daya (kekuatan) yang dapat membawa manusia kepada
keaikan dan manfaat, sebaliknya juga dapat merusak dan membawa madharat.
Potensi akal yang dimiliki manusia menjadikannya berbeda denngan makhluk
lainnya di muka bumi ini.
c. Signifikansi Sumber Daya Manusia Berkualitas Menurut Islam
Manusia diciptakan oleh Allah sebagai penerima dan pelaksana ajaran
sehingga ia ditempatkan pada kedudukan yang mulia. Untuk mempertahankan
kedudukannya yang mulia dan bentuk pribadi yang bagus itu, Allah
melengkapinya dengan akal dan perasaan yang memungkinkannya menerima
dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan membudayakan ilmu yang
dimilikinya. Ini berarti bahwa kedudukan manusia sebagai makhluk yang
mulia itu karena akal dan perasaan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang
seluruhnya dikaitkan kepada pengabdian pada Pencipta.51
Potensi-potensi yang diberikan kepada manusia pada dasarnya
merupakan petunjuk (hidayah) Allah yang diperuntukkan bagi manusia
supaya ia dapat melakukan sikap hidup yang serasi dengan hakekat
penciptaannya.52 Sejalan dengan upaya pembinaan seluruh potensi manusia,
Muhammad Quthb berpendapat bahwa Islam melakukan pendidikan dengan
melakukan pendekatan yang menyeluruh terhadap wujud manusia, sehingga
tidak ada yang tertinggal dan terabaikan sedikitpun, baik dari segi jasmani
maupun segi rohani, baik kehidupannya secara mental, dan segala kegiatannya
di bumi ini. Islam memandang manusia secara totalitas, mendekatinya atas
dasar apa yang terdapat dalam dirinya, atas dasar fitrah yang diberikan Allah
______________50 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al Ma’arif,
1989), Cet. VIII, h. 11151 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. III, h.352 Jalaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1996), Cet.II,
h.108
31
kepadanya, tidak ada sedikitpun yang diabaikan dan tidak memaksakan
apapun selain apa yang dijadikannya sesuai dengan fitrahnya. Pendapat ini
memberikan petunjuk dengan jelas bahwa dalam rangka mencapai pendidikan
Islam mengupayakan pembinaan seluruh potensi secara serasi dan seimbang.53
Hasan Langgulung melihat potensi yang ada pada manusia sangat
penting sebagai karunia yang diberikan Allah untuk menjalankan tugasnya
sebagai khalifah di muka bumi. Suatu kedudukan yang istimewa di dalam
alam semesta ini. Manusia tidak akan mampu menjalankan amanahnya
sebagai seorang khalifah, tidak akan mampu mengemban tanggung jawabnya
jikalau ia tidak dilengkapi dengan potensi-potensi tersebut dan
mengembangkannya sebagai sebuah kekuatan dan nilai lebih manusia
dibandingkan makhluk lainnya.54 Artinya, jika kualitas SDM manusianya
berkualitas maka ia dapat mempertanggung jawabkan amanahnya sebagai
seorang khalifah dengan baik. Kualitas SDM ini tentu saja tak hanya cukup
dengan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), tetapi juga
pengembangan nilai-nilai rohani-spiritual, yaitu berupa iman dan taqwa
(imtaq).
Dari penjabaran di atas dapat dimengerti bahwa pengembangan
SDM sangat penting, tak hanya dari sudut ilmu pengetahuan dan teknologi.
Namun, tak kalah pentingnya adalah dimensi spiritual dalam pengembangan
SDM. Kualitas SDM tidak akan sempurna tanpa ketangguhan mental-spiritual
keagamaan. Sebab, penguasaan iptek belaka tidaklah merupakan satu-satunya
jaminan bagi kesejahteraan bangsa dan umat manusia secara keseluruhan.
SDM yang mempunyai dan memegang nilai-nilai agama akan lebih
tangguh secara rohaniah. Dengan demikian akan lebih mempunyai tanggung
jawab spiritual terhadap iptek. SDM yang tidak disertai dengan kesetiaan
kepada nilai-nilai keagamaan, hanya akan membawa manusia ke arah
pengejaran kenikmatan duniawi atau hedonisme belaka. Dan jika semangat
______________53 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet. I,
h.5154 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,
(Jakarta: Al-Husna Zikra, 1995), Cet. III, h. 57
32
hedonisme sudah menguasai manusia, bisa diramalkan yang terjadi adalah
eksploitasi alam sebesar-besarnya tanpa rasa tanggung jawab dan bahkan
penindasan manusia terhadap manusia lain.55
______________55 Wakhudin, Tarmizi Taher; Jembatan Umat, Ulama dan Umara, (Bandung: Granesia,
1998), h. 240-241
33
BAB III
STRATEGI PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS
SUMBER DAYA MANUSIA MENURUT KEDUA TOKOH
A. Ki Hajar Dewantoro
1. Biografi dan Riwayat Pendidikan Ki Hajar Dewantoro
Ki Hajar Dewantoro nama aslinya Suwardi Suryaningrat dilahirkan pada
2 Mei 1889, di Yogyakarta dan wafat pada 26 April 1959. dilihat dari segi
leluhurnya, ia adalah putra dari Suryaningrat, putra Paku Alam III. Sebagai
seorang keluarga ningrat ia termasuk seseorang yang memperoleh keuntungan
dalam mendapatkan pendidikan yang baik. Pendidikan dasarnya ia peroleh
dari sekolah rendah Belanda ELS (Europeesche Lagere School). Setelah itu ia
melanjutkan ke sekolah guru (Kweek School), tetapi sebelum sempat
menyelesaikan ia pindah ke STOVIA (School tot Opleiding van Indische
Arten). Namun di sekolah inipun ia tidak sempat menamatkan pendidikannya
dikarenakan ayahnya mengalami kesulitan ekonomi. Sejak saat itu, ia memilih
untuk terjun ke dunia pergerakan politik nasional.56
Pada tahun 1912, nama Ki Hajar Dewantoro dapat di kategorikan
sebagai tokoh muda yang dapat mendapat perhatian Cokroaminoto untuk
memperkuat barisan Syarekat Islam cabang Bandung. Oleh karena itu ia
bersama dengan Wignyadisastra dan Abdul Muis, yang masing-masing
sebagai Ketua dan Wakil Ketua, Ki Hajar Dewantoro di angkat sebagai
sekretaris, namun keterlibatannya dalam Sarekat Islam ini terhitung singkat,
tidak genap satu tahun. Hal ini terjadi karena bersama dengan E.F.E. Dowes
Deker dan Cipto Mangunkusumo, ia diasingkan ke Belanda (1913) atas dasar
orientasi politik beliau yang sangat radikal. Selain alasan tersebut, Ki Hajar
Dewantoro jauh lebih mengaktifkan dirinya pada Indische Partij yang
didirikan pada tanggal 6 September 1912. Dengan alasan ini, maka Ki Hajar
Dewantoro tidak memiliki kesempatan untuk menjadi tokoh penting di
______________56 Tim Penulis, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jilid 1, (Jakarta: Djambatan, 2002), cet. II.
h. 252
34
lingkungan Syarikat Islam.57
Sebagai tokoh politik dan tokoh pendidikan nasional, Ki Hajar
Dewantoro tidak hanya terlibat dalam konsep dan pemikiran melainkan juga
terlihat aktif sebagai pelaku yang berjuang membebaskan bangsa dari
penjajahan Belanda dan Jepang melalui pendidikan yang diperjuangkan
melalui taman siswa yang didirikan dan di asuhnya. Dalam posisi yang
demikian itu, maka dapat diduga ia memiliki konsep-konsep yang strategis
tentang pendidikan di Indonesia. Konsep ini cukup menarik untuk di kaji lebih
lanjut. Karena jasanya yang demikian besar dalam dunia pendidikan, maka
kelahirannya, tanggal 2 Mei dijadikan Hari Pendidikan Nasional.58
2. Gagasan dan Pemikiran Pendidikan
Indonesia pernah di jajah Belanda dan Jepang. Belanda menjajah
kurang lebih selama tiga setengah abad. Sedangkan Jepang menjajah lebih
kurang tiga setengah tahun. Tidak seperti halnya Inggris terhadap rakyat
jajahannya seperti di India dan Mesir, Belanda tergolong pelit terhadap
jajahannya. Akibatnya rakyat jajahan Inggris adalah rakyat yang
berpendidikan, sedangkan rakyat jajahan Belanda adalah rakyat yang bodoh.
Itulah yang dialami dan terjadi pada rakyat Indonesia. Menjelang pada akrir
masa jajahannya, Belanda mulai memberikan perhatian pada pendidikan
bangsa Indonesia dan itupun karena mendapat tekanan dari dunia
internasional. Jauh dari harapan ternyata pendidikan yang diberikanpun
ternyata hanya pendidikan yang bermutu rendah serta adanya upaya agar
bangsa Indonesia dapat terus menjadi budak penjajah dan kehilangan jati
dirinya sebagai bangsa Indonesia.59
Kondisi pendidikan yang demikian itu telah mendorong Ki Hajar
Dewantoro untuk meresponnya. Dialah tokoh yang menggagas agar
pendidikan yang diberikan ke bangsa Indonesia adalah pendidikan yang
______________57 Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Raja
Grapindo Persada, 2005), h.12958 H.A.H. Harahap dan B.S Dewantoro, Ki Hajar Dewantoro Dan Kawan-
Kawan,(Jakarta: Gunung Agung, 1980), h. 359 Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta:
Raja Grapindo Persada, 2005), h.126
35
dilaksanakan oleh bangsa Indonesia sendiri dan didasarkan pada semangat
nasionalisme, patriotisme serta membangun jati diri bangsa sebagai manusia
yang merdeka, bebas, bermartabat dan dihormati bangsa lain. Berbagai aspek
seperti visi, misi, tujuan, kurikulum dan tahapan pendidikan harus dirumuskan
berdasarkan kemauan bangsa Indonesia.60
Gagasan dan pemikiran Ki Hajar Dewantoro inilah yang kemudian
menjadi acuan pendidikan nasional Indonesia hingga sekarang. Dialah Bapak
Pendidikan Nasional Indonesia. Prinsip pendidikan yang sangat demokratis
yang berbunyi ing ngarso sing tulodo, ing madya mangun karso dan tutwuri
handayani adalah berasal dari beliau. Demikian pula pendidikan yang
berwawasan global dengan cara mengharuskan para siswa menguasai
pengetahuan agama dan umum serta menguasai bahasa asing telah dicetuskan
oleh Ki Hajar Dewantoro jauh sebelum bangsa Indonesia mengenal apa yang
di sebut era globalisasi.61
Berbicara tentang pendidikan pada umumnya dan pendidikan Islam pada
khususnya tidak dapat ditinggalkan pembicaraan terhadap tokoh dan pejuang
pendidikan Indonesia sejati yang bernama Ki Hajar Dewantoro. Seorang pakar
yang berkecimpung dalam bidang pendidikan, amatlah naif apabila tidak
mengetahui atau memahami pemikiran pendidikannya. Hal itu terjadi karena
berbagai konsep strategis tentang pendidikan di Indonesia dalam serluruh
aspeknya senantiasa merujuk pada pemikiran beliau.
Gagasan dan pemikiran pendidikan Ki Hajar Dewantoro telah di tulis
dalam berbagai karangannya yang mendapatkan sambutan hangat dari kepala
negara Presiden Republik Indonesia Pertama, Ir. Soekarno. Karena demikian
luas dan mendalam pemikiran pendidikannya itu, maka boleh jadi ia belum
dapat dibaca oleh pakar pendidikan pada khususnya dan masyarakat umum
pada umumnya, karena berbagai alasan.
Demikian pula pada era reformasi seperti sekarang ini, konsep
______________60 Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Raja
Grapindo Persada, 2005), h.12661 Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Raja
Grapindo Persada, 2005), h.127
36
pendidikan di Indonesia tengah ditinjau ulang untuk kemudian dihasilkan
suatu konsep pendidikan yang sesuai dengan tuntunan jaman dan ini tidak
dapat dipungkiri akan berdampak pula pada pendidikan Islam. Dalam kaitan
mencari rumusan konsep pendidikan yang demikian itu, maka sebaiknya kita
menengok sejenak pemikiran-pemikiran yang dikemukakan Ki Hajar
Dewantoro dalam rangka al-muhafadzah ala al-qadim al-shalih wa al-akhzu
bi al-jadid al- ashlah. (meneruskan hal-hal masa lalu yang masih relevan dan
mengambil pemikiran baru yang lebih baik).62
Sebagai mana telah disebutkan di atas, bahwa pada masa hidupnya Ki
Hajar Dewantoro banyak mengabdikan hidupnya bagi kepentingan
pendidikan, salah satunya melalui Taman Siswa yang didirikan dan diasuhnya.
Dalam kapasitasnya yang demikian itu ia banyak memiliki gagasan dan
pemikiran dalam bidang pendidikan yang dikemukakannya untuk mencapai
visi, misi dan tujuan yang ingin dicapainya.63
3. Pandangan Ki Hajar Dewantoro Terhadap Potensi
Berbicara tentang pengembangan sumber daya manusia dalam dunia
pendidikan tidaklah lepas dari pembicaraan mengenai potensi karena pada
dasarnya pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi itu. Lalu
bagaimana Ki Hajar Dewantoro memandang potensi itu sendiri? Di bawah ini
merupakan gambaran pendapat Ki Hajar Dewantoro tentang potensi.
"Anak lahir didunia ini tidak sebagai kertas yang belum ditulisi. Tidak sepertitabularasa, akan tetapi seolah-olah kertas yang samara atau suram; dandisisilah apendidikan berkuasa untuk menebalkan serta menerangkan tulisan-tulisan yang baik agaknya untuk hidupnya anak-anak."64
Tentang pengaruh-pengaruh lainnya dapatlah dimengerti bahwa segala
daya yang baik dan buruk itu akan menebalkan dan menerangkan tulisan-
tulisan yang mengandung isi baik dan buruk.
Tentang tulisan-tulisan yang bersifat samar-samar dan suram itu______________
62 Ungkapan ini merupakan kaidah yang dipegang teguh oleh Nadhlatul Ulama (NU) padakhususnya dan ulama lain pada umumnya
63 Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: RajaGrapindo Persada, 2005), h.130
64 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur TamanSiswa, 1962), h. 442
37
sebetulnya sebutan umum, sebab sesungguhnya daripada tulisan-tulisan yang
ada pada kodratnya anak itu adalah sebagian yang lebih terang dan tebal
daripada yang lain, ini berarti bahwa tabiat-tabiat anak itu berbeda-beda. Ada
beberapa tabiat nampak terang pada anak yang satu, tetapi tak terlihat pada
anak yang lain. Karena itulah pendidikan harus mengingat satu-satunya anak.
Sekarang menyusul pula pertanyaan tentang dapat atau tidakkah
pendidikan itu melenyapkan tabiat yang jahat. Dimuka telah kita terangkan
bahwa pendidikan itu amat kuasa tetapi tidak maha kuasa, oleh karena dasar-
dasarnya hidup dari anak-anak membatasi atau mengurangi penguasa
pendidikan. Dasar dan ajar itu berlaku konvergen, saling berpengaruh.65
4. Pembaharuan Pendidikan
Sejak lahirnya Indonesia merdeka, maka disegala lapangan hidup dan
penghidupan rakyat Indonesia seluruhnya terjadi atau terlaksana pelbagai
pembaharuan tak terkecuali dalam dunia pendidikan. Pembaharuan pendidikan
yang terjadi setelah Indonesia merdeka tertuang dalam UUD 1945 pasal 31
sebagaimana disebutkan:
a. Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.
b. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu system
pengajaran nasional yang di atur dalam Undang-Undang.66
Pasal dalam Undang-Undang Dasar ini nyatalah mengandung maksud
dan adanya kewajiban belajar kelak dikemudian hari dan keharusan
mendasarkan segala usaha pendidikan dan pengajaran pada dasar kebangsaan.
Tentang dasar kebangsaan ini yang dalam hubungannya dengan
pendidikan dan pengajaran mempunyai arti kultural, maka pasal 32 UUD 1945
dengan singkat dan jelas menetapkan pemerintah memajukan kebudayaan
nasional Indonesia, sedangkan pasal 36 dalam konstitusi kita tentang bahasa
yang kita pakai sebagai bahasa resmi ialah bahasa Indonesia.
Ada pula pasal-pasal didalam Undang-Undang yang harus diingat
______________65 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman
Siswa, 1962), h. 44366 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman
Siswa, 1962), h. 179
38
didalam segala rencana untuk mengatur sifat, bentuk dan isi pengajaran pasal
27 bayat 1 tentang persamaan kedudukan segala warga negara dalam hokum
dan pemerintahan, serta ayat 2 tentang hak warga negara atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, pula pada pasal 34 kita
menetapkan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh
negara.67
5. Visi, Misi Dan Tujuan Pendidikan
Secara jelas Ki Hajar Dewantoro tidak mengemukakan Visi, Misi dan
Tujuan Pendidikan, kendati demikian banyak statemen yang beliau
kemukakan dan menjurus pada visi, misi serta tujuan pendidikan yang ingin di
capai, diantaranya beliau mengatakan:
a. Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya
budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran (intelek) dan tubuh
anak.68
b. Pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-
anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-
tingginya.69
c. Pendidikan berarti memelihara hidup-tumbuh kearah kemajuan, tak boleh
melanjutkan keadaan kemarin menurut alam kemarin. Pendidikan adalah
usaha kebudayaan, berazas keadaban, yakni memajukan hidup agar
mempertinggi derajat kemanusiaan.70
Untuk mencapai visi, misi dan tujuan tersebut Ki Hajar Dewantoro
menggunakan azas, sistem, metode, kurikulum sebagai berikut:
5.1 Asas-Asas Pendidikan
Lahir dan berkembangnya suatu gerakan, organisasi atau apapun
______________67 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman
Siswa, 1962), h. 17968 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman
Siswa, 1962), h. 2069 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman
Siswa, 1962), h. 2070 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman
Siswa, 1962), h. 21
39
namanya sebagai suatu kenyataan sejarah erat kaitannya dengan pengalaman
masa lalu, keadaan yang dihadapinya maupun kepentingan masa depan yang
menjadi cita-citanya, karena sejarah itu sendiri merupakan suatu proses yang
berkesinambungan dalam interaksi masa lalu dan masa kini. Dalam ruang
lingkup lingkungan dan sejarah itu pula terbentuk suatu kondisi yang
tentunya ikut memberikan pengaruh pada Taman Siswa, terutama pada Ki
Hajar Dewantoro sebagai pendirinya.71
Itu nampak sangat jelas dari rumusan asas pendidikan yang dirumuskan
oleh Ki Hajar Dewantoro. Untuk melengkapi penjelasan mengenai asas
pendidikan menurut Ki Hajar Dewantoro secara rinci terdiri dari:
1. Seseorang itu merdeka untuk mengatur dirinya sendiri dengan wajib
mengingat kedamaian dan ketertiban dalam kehidupan bersama, hendaknya
setiap anak dapat berkembang menurut kodrat atau bakatnya. Perintah dan
hukuman dalam mendidik anak ditiadakan, akan tetapi mereka kita didik
dengan sistim among.
2. Asas kemerdekaan dalam cipta, rasa dan karsa. Pendidikan harus
membimbing anak menjadi manusia yang dapat mencari sendiri pengetahuan
dan penggunaan pikiran, perasaan dan kemauan. Dalam asas kemerdekaan Ki
Hajar Dewantoro juga sangat mengutamakan kemerdekaan lahir dan batin.
Yang di maksudkan disini ialah kemampuan untuk mengatur kehidupan
sedemikian rupa, sehingga dalam keadaan apapun kita dapat menerimanya
dengan suka rela dan ikhlas, secara jujur dan konsekuen. Apa yang kita yakini
benar dan dapat memelihara kedaulatan pribadi dan rasa harga diri, kedamaian
dan ketentraman jiwa, kegembiraan dan kegairahan hidup, rasa solidaritas dan
rasa turut bertanggung jawab atas nasib sesama masyarakat. Untuk membina
kemampuan ini diperlukan suatu sikap mental tertentu serta pengetahuan dan
keterampilan dalam bidang ilmu dan teknologi, sebab tanpa sikap mental
tertentu ini maka penguasaan ilmu dan teknologi mudah digunakan secara
sewenang-wenang. Sikap mental yang dimiliki menurut Ki Hajar Dewantoro
terdiri dari:
______________71 Jalalludin Rahmat, Filsafat Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), h. 36
40
a. Sikap mental ketetapan hati untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup
dengan jujur, cara halal dan legal.
b. Sikap mental yang obyektif, sikap mental ini untuk menghadapi kenyataan
hidup menurut keadaan yang sebenarnya.
c. Sikap mental setia kawan terhadap sesama mahluk Tuhan.
3. Asas kebudayaan sendiri. Pendidikan harus didasarkan atas kebudayaan
Indonesia sendiri agar peserta didik jangan cepat terpengaruh oleh kebudayaan
yang dating dari luar.
4. Asas kerakyatan. Pendidikan dan pengajaran harus diberikan kepada
seluruh rakyat.
5. Asas berhamba pada sang anak. Para pendidik dalam mendidik anak
hendaknya dengan sepenuh hati, tulus dan ikhlas, dengan tidak terikat oleh
siapapun dan oleh apapun.72
6. Asas kekeluargaan. Sebagai kesatuan hidup taman siswa mengatur dirinya
dengan cara dan sistem “kekeluargaan”, suatu pergaulan hidup yang
berdasarkan hubungan antar sesama saudara dan sesama keluarga. Atas
pertalian kekeluargaan, berkumpul dan bersatulah orang-orang Taman Siswa
dari manapun asalnya, keturunan suku dan daerah asalnya. Dalam suatu
keluarga orang hidup bersama berdasarkan cinta dan kasih sayang.
7. Asas hidup hemat dan sederhana. Berani hidup hemat dan sederhana
sebagai akibat tidak menerima bantuan dari orang lain yang mengikat,
konsekuensi orang yang hidup merdeka, tidak mau menjadi budak orang lain.
Hidup sederhana yang kenyataan hidup melarat yang dialami Taman Siswa
dengan tawakal yang didasarkan sebagai akibat cita-citanya.73
Kongres taman siswa pada tahun 1946 merumuskan kembali pernyataan
asas tahun 1922 dan dalam kongres tersebut ditemukan Panca Dharma
sebagai dasar-dasar Taman Siswa yang berisi kemerdekaan, kodrat alam,
______________72 Zahara Idris dan Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan 2, (Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia, 1992), h. 4273 Mochamad Tauhid, Perjuangan dan Ajaran Hidup Ki Hajar Dewantoro.(Yogyakarta,
Majelis Luhur Taman Siswa), h. 39
41
kebudayaan, kebangsaan dan kemanusiaan.74
5.2 Sistem Pendidikan
Menurut pengertian umum pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup
tumbuhnya anak-anak, adapun maksud pendidikan yaitu menuntun segala
kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai
anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-
tingginya. Untuk mencapai itu semua sangatlah diperlukan cara atau sistem
pendidikan yang dapat menghantarkan siswa tersebut pada tujuan pendidikan
tersebut.
Dalam prakteknya Taman Siswa menggunakan Sistem Among yang
berarti asuhan dan pemeliharaan dengan suka cita dengan memberi kebebasan
kepada anak asuhan itu untuk bergerak menurut kemauannya, berkembang
menurut bakat kemampuannya. Dalam pelaksanaannya sistem among
menempatkan guru sebagai fungsi orang tua, karena itu tugas guru yang
biasanya memberikan perintah, paksaan dan hukuman kepada muridnya tidak
digunakan di Taman Siswa. Sedangkan cara pendidikan yang disebut Ki Hajar
Dewantoro sebagai sistem among dalam pelaksanaanya dapat dirumuskan
sebagai berikut:
a. Ing ngarso sung tulodo, yang berarti kalau pendidik tampil dimuka dia
memberi teladan kepda peserta didik.
b. Ing madya mangun karso, yang berarti kalau pendidik berada ditengah dia
membangun semangat, berswakarya dan berkreasi pada peserta didik.
c. Tut wuri handayani, handayani berarati memberi pengaruh dan tut wuri
berarti mengikuti dari belakang dengan penuh perhatian dan penuh
tanggung jawab berdasarkan cinta dan kasih sayang.75
Ing ngarso sung tolodo, Ing madya mangun karso, Tut wuri Handayani
terjemahan bebasnya adalah berilah contoh nyata ketika anda di depan,
memberikan semangat pada semua ketika terlibat di kancah, dan dari belakang
______________74 Abdurrachman Surjomiharjo, Ki Hajar Dewantoro dan Taman Siswa Dalam Sejarah
Indonesia Modern, (Jakarta: Sinar Harapan 1986 ) . cet 1. h. 9775 Zahara Idris dan Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan 2, (Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia, 1992), h. 60
42
mendorong tercapainya cita-cita yang jalurnya diserahkan kepada
kemerdekaan setiap orang.
Biarkanlah mereka mencari jalan sendiri, pendidik boleh mencapurkan
dirinya bila anak-anak salah jalan karena kemajuan yang sejati hanya dapat
diperoleh dengan perkembangan kodrati, tidak perlu menggunakan perintah
paksaan dan hukuman.
Kodrat anak meliputi kodrat Ilahi dan kodrat alam. Kodrat Ilahi yaitu
suatu kemampuan yang dimiliki sebagai anugerah Tuhan sedangkan kodrat
alam yaitu kemampuan yang dimiliki anak sebagai mestinya. Kodrat anak
terwujud sebagai bakat anak, pendidik tidak dapat memaksa dan ikut
menentukan secara mutlak tetapi pendidik harus berbuat sebagai pamong.76
Dalam sistem among selain memperhatikan kodrat anak, sistem ini juga
mempertahankan pula dasar kemerdekaan, artinya bahwa anak didik harus
diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan diri dan
dibiasakan untuk mempergunakan cipta, rasa dan karsanya sendiri.77
5.3 Metode Pengajaran.
Sebagai suatu ilmu, metodologi merupakan bagian dari perangkat
disiplin keilmuan dan semua ilmu pengetahuan mempunyai metodologi
tersendiri ternasuk pendidikan. Dalam hal metode pendidikan Ki Hajar
Dewantoro tidak menyebutkan metode apa saja yang digunakan dalam
menyampaikan materi pelajaran, lain halnya pada taman kanak-kanak secara
jelas ia menggunakan salah satu metode yaitu metode Montessori-Tagore yang
telah disesuaikan. Mengenai metode ini Ki Hajar Dewantoro mengungkapkan
pendapatnya:
"Montessori dan Tagore adalah pembongkar dunia pendidikan lama sertapembangun aliran baru, aliran mana sesuai dengan aliran kita yangsesungguhnya terambil dari adat pendidikan yang masih hidup dalammasyarakat kita atau masih nampak bekas-bekasnya, yaitu aliran yang kitasebut kultural nasional."78
______________76 Wasti Sumanto dan F.X. Soeyarno, Landasan Hisroris Pendidikan Indonesia,
(Surabaya, Usaha Nasional,1983), h. 6777 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman
Siswa, 1962), h. 6078 Jalalludin Rahmat, Filsafat Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), h. 40
43
Keduanya menganggap pendidikan dan pengajaran di Eropa itu
sesungguhnya sangat menyuburkan intelek, akan tetapi sebaliknya mematikan
perasaan karena membalikan jiwa manusia dari derajat budi menjadi mesin
belaka. Keduanya hendak melepaskan ikatan-ikatan yang menyempitkan budi
manusia dan menurunkan derajat kemanusiaan yang mana rakyat negeri-
negeri Barat itu memang sudah lama menantikan pemimpin-pemimpin dunia
yang dapat membalikan jaman kearah keselamatan dan ketentraman, maka
wajar saja jika kedua aliran itu amat mengguncangkan dunia barat pada saat
itu.79 Selain itu metode yang di tempuh adalah sebagai berikut:
Pada tahun-tahun permulaan anak didik sebanyak mungkin dibiasakan
dengan suasana rumah serta lingkungan sendiri. Dasar-dasar bahasa dan alam
pikiran sendiri ditanamkan sekuat-kuatnya melalui nyanyian dan permainan
anak-anak, sebelum anak didik mendapat pengajaran dalam bahasa asing.
Pendidikan diberikan untuk menyiapkan rasa kebebasan dan tanggung
jawab, agar anak-anak berkembang merdeka dan menjadi orang yang serasi,
terikat erat dengan milik kebudayaan sendiri dan dengan demikian terhindar
dari pengaruh yang tidak baik dan tekanan hubungan kolonial, seperti rasa
rendah diri, ketakutan, kebencian, keseganan dan tiruan yang membuta. Selain
anak-anak dididik untuk menjadi putra tanah air yang setia dan bersemangat
dan dengan patriotisme Indonesia memiliki rasa pengabdian tinggi bagi nusa
dan bangsa.80
Untuk menerapkan dasar itu maka pada mulanya perlu dikembangkan
sistem pondok Indonesia. Murid-murid lelaki dan perempuan tinggal bersama
guru-guru pria dan wanita dalam satu asrama. Tiap bagian perguruan harus
diketuai oleh guru yang telah berkeluarga, yang bertugas untuk memelihara
suasana kekeluargaan. Pusat dari perguruan yang merupakan masyarakat kecil
itu ialah guru.81
______________79 Abdurrachman Surjomiharjo, Ki Hajar Dewantoro dan Taman Siswa Dalam Sejarah
Indonesia Modern, (Jakarta: Sinar Harapan 1986 ) . cet 1. h. 7480 Abdurrachman Surjomiharjo, Ki Hajar Dewantoro dan Taman Siswa Dalam Sejarah
Indonesia Modern, (Jakarta: Sinar Harapan 1986 ) . cet 1. h. 9481 Abdurrachman Surjomiharjo, Ki Hajar Dewantoro dan Taman Siswa Dalam Sejarah
Indonesia Modern, (Jakarta: Sinar Harapan 1986 ) . cet 1. h. 95
44
5.4 Kurikulum Pendidikan
Secara jelas Ki Hajar Dewantoro tidak mendefinisikan bagaimana isi
kurikulum yang ia terapkan dalam sistim pendidikan yang didirikan dan
diasuhnya, kurikulum lebih merupakan mata pelajaran yang ia gagas dan ia
berikan.
Menurut Ki Hajar Dewantoro pelararan yang di berikan kepada anak-
anak dibagi menjadi dua: pertama mata pelajaran yang selain memberi
pengetahuan atau kepandaian juga juga berpengaruh pada kemajuan batin,
dalam arti memasukan pikiran, rasa, kemauan, sedangkan yang kedua ialah
yang memberi bekal pada anak-anak untuk hidupnya kelak dalam dunia
pergaulan umum.82
Untuk memperoleh kepandaian para peserta didik Ki Hajar Dewantoro
mengadakan sekolah-sekolah kepandaian khusus (Vakschool) seperti : sekolah
guru, sekolah tani, peternakan, perikanan, pertukangan, tehnik, industri,
perdagangan, kesenian, sekolah kepandaian puteri, kesehatan dan sebagainya.
Untuk kemajuan batin Ki Hajar Dewantoro mengajarkan pendidikan ethik.
yang didalamnya tercantum pendidikan agama. Dalam Taman Siswa
pendidikan agama diatur sebagai berikut:
a. Agama : Tiap-tiap murid dan guru bebas, saling menghormati.
b. Agama : Dimasukkan sebagai ethik (budi pekerti)
c. Agama : Di daerah-daerah yang nyata penduduknya beragama Islam
dibolehkan memberi pengajaran agama didalam pembelajaran tetapi
tidak boleh dengan paksaan.83
Selain mempertimbangkan aspek-aspek keseimbangan sebagaimana
tersebut diatas, mata pelajaran yang diberikan kepada anak didik juga harus
bertolak dari kodrat manusia yang memiliki sifat dan ciri-ciri kejiwaan yang
sesuai dengan perkembangan usianya, Ki Hajar Dewantoro menguraikan
bahan pelajaran kedalam tiga bagian yaitu mata pelajaran untuk anak usia
______________82 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman
Siswa, 1962), h. 8083 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman
Siswa, 1962), h. 189
45
taman kanak-kanak (masa wiraga), taman muda (masa wiraga wirama) dan
taman dewasa (masa wirama).84
B. Hasan Langgulung
1. Biografi dan Riwayat Pendidikan Hasan Langgulung
Nama lengkapnya adalah Hasan Langgulung, lahir di Rappang, Sulawesi
Selatan pada tanggal 16 Oktober 1934. Ayahnya bernama Langgulung dan
ibunya bernama Aminah Tanrasuh.85
Hasan Langgulung muda menempuh seluruh pendidikan dasarnya di
daerah Sulawesi, Indonesia. Ia memulai pendidikan dasarnya di Sekolah
Rakyat (SR)– sekarang setingkat Sekolah Dasar (SD)–di Rappang, Sulawesi
Selatan. Kemudian melanjutkan jenjang pendidikannya di Sekolah Menengah
Islam dan Sekolah Guru Islam di Makasar sejak tahun 1949 sampai tahun
1952 serta menempuh B.I. Inggris di Ujung Pandang, Makasar.
Perjalanan pendidikan internasionalnya dimulai ketika ia memutuskan
hijrah ke Timur Tengah untuk menempuh pendidikan sarjana muda atau
Bachelor of Arts (BA) dengan spesialisasi Islamic and Arabic Studies yang
beliau peroleh dari Fakultas Dar al-Ulum, Cairo University, Mesir pada tahun
1962. Setahun kemudian ia sukses menggondol gelar Diploma of Education
(General) dari Ein Shams University, Kairo. Di Ein Shams University Kairo
pula ia mendapatkan gelar M.A. dalam bidang Psikologi dan Kesehatan
Mental (Mental Hygiene) pada tahun 1967. Sebelumnya, ia juga sempat
memperoleh Diploma dalam bidang Sastra Arab Modern dari Institute of
Higher Arab Studies, Arab League, Kairo, yaitu di tahun 1964.
Kecintaan dan kehausan Hasan Langgulung pada ilmu pengetahuan tak
membuatnya puas dengan apa yang telah ia peroleh di Timur Tengah. Beliau
pun melanjutkan pengembaraan intelektualnya dengan pergi ke Barat.
Hasilnya gelar Doctor of Philosophy (Ph.D) dalam bidang Psikologi diperoleh
dari University of Georgia, Amerika Serikat di tahun 1971.
______________84 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman
Siswa, 1962), h. 8185 Who in The World, 7th Edition 1984-1985, (Chicago Illiniois: Marquis Who’s Who
Incorporated, 1984), h. 595
46
Semasa kuliah Hasan Langgulung tak hanya mengasah daya
intelektualnya (kognisi) saja, saat itu ia pun sudah menunjukkan talenta
sebagai seorang aktivis dan seorang pendidik. Hal ini dapat dibuktikan ketika
ia diberi kepercayaan sebagai Ketua Mahasiswa Indonesia di Kairo tahun
1957. Antara tahun 1957 hingga 1967 ia mengemban amanah sebagai Kepala
dan Pendidik Sekolah Indonesia di Kairo. Kemampuan organisatorisnya
semakin matang ketika ia menjadi Wakil Ketua Mahasiswa Indonesia di
Timur Tengah.
Pada tanggal 22 September 1972, Hasan Langgulung melepas masa
lajangnya dengan menikahi seorang perempuan bernama Nuraimah
Mohammad Yunus. Pasangan ini dikaruniai dua orang putera dan seorang
puteri, yaitu Ahmad Taufiq, Nurul Huda, dan Siti Zakiah. Keluarga ini tinggal
di sebuah rumah di Jalan B 28 Taman Bukit, Kajang, Malaysia.86
Selepas kuliah aktivitas beliau semakin padat. Ia seringkali menghadiri
berbagai persidangan dan konferensi baik sebagai pembicara ataupun peserta
yang diadakan di dalam maupun di luar negeri seperti di Amerika Serikat,
Jepang, Australia, Fiji, Timur Tengah, beberapa negara di Eropa, di samping
negara-negara di wilayah ASEAN sendiri.
Selain sebagai pengajar, peneliti dan konsultan, beliau juga menggeluti
dunia jurnalistik. Ia tercatat sebagai pimpinan beberapa majalah seperti
Pemimpin Redaksi Majalah Jurnal Pendidikan yang diterbitkan oleh
Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM). Anggota tim redaksi pada majalah
Akademika untuk Social Sciences and Humanities, Kuala Lumpur. Anggota
redaksi majalah Peidoprise, Journal for Special Education, yang diterbitkan di
Illinois, Amerika Serikat. Beliau juga tercatat sebagai anggota American
Psychological Association (APA) dan American Educational Research
Association Muslim.
Beliau pernah mengajar di Universitas Kebangsaan Malaysia sebagai
______________86 Who in The World, 7th Edition 1984-1985, (Chicago Illiniois: Marquis Who’s Who
Incorporated, 1984), h. 596-597
47
professor senior dalam beberapa tahun dan sekarang beliau mengajar di
Universiti Islam Antara Bangsa Kuala Lumpur, Malaysia juga sebagai
professor senior. Beliau mendapatkan penghargaan Profesor Agung (Royal
Profesor) pada tahun 2002 di Kuala Lumpur, Malaysia oleh masyarakat
akademik dunia.
Prof. Dr. Hasan Langgulung telah menghasilkan puluhan karya ilmiah
dengan menggunakan bahasa Indonesia (Melayu), bahasa Arab maupun
bahasa Inggris berupa karya terjemahan, buku, makalah dan berbagai artikel
yang tersebar di berbagai majalah di dalam dan luar negeri. Tulisannya
membahas berbagai macam persoalan yang berkisar tentang Pendidikan,
Psikologi, Filsafat dan Islam.
2. Gagasan dan Pemikiran Pendidikan
Hasan langgulung memandang pendidikan dari dua sisi. Pertama dari
segi masyarakat, dan kedua dari segi individu.
Pendidikan dari segi individu beranggapan bahwa manusia diatas dunia
ini mempunyai sejumlah atau beberapa kemampuan yang sifatnya umum pada
setiap manusia sama umumnya dengan kemampuan melihat dan mendengar
tetapi berbeda dalam derajat menurut masing-masing orang seperti halnya
dengan panca indera juga. Ada orang yang penglihatannya kuat,
pendengarannya lemah dan lain-lain. Dalam hal ini pendidikan didefinisikan
sebagai proses untuk menemukan dan mengembangkan kemampuan-
kemampuan ini. Jadi pendidikan adalah proses menampakan yang
tersembunyi pada anak didik.
Dari segi pandangan masyarakat, diakui bahwa manusia memiliki
kemampuan-kemampuan asal dan bahwa anak-anak itu mempunyai benih-
benih bagi segala yang telah dicapai dan dapat dicapai oleh manusia. Ia
menekankan pada kemampuan manusia memperoleh pengetahuan dengan
mencarinya pada alam di luar manusia. Disini mencari itu lebih merupakan
proses memasukan yang wujud di luar seorang pelajar dan bukalah proses
mengeluarkan apa yang wujud didalam pelajar. Jadi disini dengan sendirinya
pendidikan bermaksud pemindahan kesimpulan penyelidikan yang seseorang
48
tidak dapat atau tidak perlu melakukannya sendiri.
Pendekatan ketiga memandang pendidikan sebagai suatu transaksi, yaitu
suatu memberi dan mengambil antara manusia dan lingkungannya. Ia adalah
proses di mana dan dengan itu manusia mengembangkan dan menciptakan
keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk merubah dan memperbaiki
kondisi-kondisi kemanusiaan dan lingkungannya, begitu juga pembentukan
sikap yang membimbing usaha-usahanya dalam membina kembali sifat-sifat
kemanusiaan dan jasmaninya.87
Jadi dapat disimpulkan pendekatan-pendekatan ini sebagai berikut:
pengembangan potensi, pewarisan budaya dan interaksi antara potensi dan
budaya. Perlu ditegaskan bahwa ketiga pendekatan itu tidak dapat berjalan
sendiri-sendiri, yang mungkin adalah salah satunya mendapatkan penekanan
lebih banyak sedang yang lain tidak sebanyak itu, namun ia juga memegang
peranan dalam aspek-aspek tertentu.
3. Pandangan Hasan Langgulung Terhadap Potensi
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa Hasan Langgulung
memandang pendidikan melalui dua pendekatan yaitu dari segi individu dan
masyarakat. Dari pendekatan tersebut ia tidak hanya sebatas memandang
adanya potensi pada manusia tetapi lebih jauh ia memandang dari segi budaya
dan interaksi antara keduanya.
a. Pengembangan Potensi
Kalau kita bertanya apakah ada tempat bagi potensi dalam Islam?
jawabannya ya. Ini dapat kita lihat dalam penciptaan Adam a.s. yang berarti
juga anak cucunya, jadi umat manusia seluruhnya sebagaimana firmanNya:
”Tat kala Aku telah membentuknya dan menghembuskan kepadanya roh
Ku...” (Q.S.15:29). Ini berarti antara lain bahwa Tuhan memberi manusia itu
berbagai potensi atau kemampuan yang berkaitan dengan sifat-sifat Tuhan
yang di sebut al-Asma al-Husna yang berjumlah sembilan puluh sembilan.88
______________87 Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, (Jakarta: Pustaka Al-
Husna, 1998) , cet I. h. 56-5788 Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, (Jakarta: Pustaka Al-
Husna, 1998) , cet I. h. 59
49
Dari uraian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa jika sifat-sifat
Tuhan yang berjumlah 99 itu diaktualisasikan pada diri dan perbuatan manusia
niscaya ia merupakan potensi yang tak terkira banyaknya, sehingga kalaupun
manusia diletakkan di sebuah lingkungan yang kurang sumber daya alamnya
sekalipun ia akan tetap hidup bahkan melebihi manusia yang berada di tempat
dengan daerah yang berluimpah dengan sumber daya alam. Contohnya Jepang
meski sumber daya alam yang dimiliki tak seperti Indonesia namun dengan
pengembangan potensi dan diaktualisasikannya segala potensi yang ada pada
diri mereka, Jepang dapat menjadi negara adikuasa dalam ekonomi,
sebaliknya tidak sedikit pula negara yang kaya akan sumber daya alamnya
tetapi sebab potensi-potensi manusianya tidak dikembangkan maka negaranya
tetap saja merupakan negara berkembang bahkan lebih dari itu ada juga yang
masuk dalam kategori miskin.89
b. Pewarisan Budaya
Sebenarnya pewarisan budaya di sini mungkin kurang tepat, sebab yang
kita maksudkan adalah unsur luar yang masuk dalam diri manusia, sebagai
kebalikan dari unsur manusia yang menonjol keluar seperti pada
pengembangan potensi . Sukar kita membayangkan seseorang tanpa
lingkungan yang memberi corak kepada watak dan kepribadiannya.
Lingkunganlah yang berusaha mewariskan nilai-nilai budaya yang dimilikinya
kepada setiap anggotanya dengan tujuan memelihara kepribadian dan identitas
budaya tersebut sepanjang jaman. Sebab budaya dan peradaban itu bisa juga
mati seperti manusia. Manusia mati bila nyawanya putus sedangkan peradaban
dikatakan mati apabila nilai-nilai, norma-norma dan berbagai unsur lain yang
dimiliki berhenti berfungsi, artinya tidak diwariskan lagi dari generasi
kegenerasi dan tidak lagi diamalkan oleh penganutnya.
Peradaban Islam di mulai sejak turunnya wahyu pertama kepada nabi
______________89 Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, (Jakarta: Pustaka Al-
Husna, 1998) , cet I. h. 60
50
Muhammad SAW yang diikuti oleh wahyu-wahyu berikutnya kurang lebih
selama 23 tahun. Dari sinilah mulai terbentuk suatu kelompok manusia yang
menamakan diri umah islam terikat dengan aqidah, syari’ah dan akhlak yang
terkandung dalam al Quran dan Sunnah. Islam yang diterima Muhammad
SAW itupun bukan soal baru terutama dalam hal aqidah, sebab itu juga telah
disampaikan oleh nabi-nabi terdahulu. Yang membedakan adalah syari’atnya.
Nabi-nabi terdahulu membawa syari’atnya sesuai dengan jaman dan umatnya
sedangkan nabi Muhammad bersifat manyeluruh tanpa pilih suku, warna kulit,
keturunan dan yang lainnya.
Karena tidak semua manusia tidak menganut ajaran Islam, sedang
prinsip Islam tidak boleh memaksakan orang lain untuk menganutnya, maka
keadaan menghendaki bahwa syariat Islam hanya dilaksanakan pada negeri-
negeri yang diperintah oleh kaum muslimin sedang yang lain tidak. Oleh
sebab itu dapat kita katakan bahwa syariat Islam pada dasarnya bersifat
universal kalau ditinjau dari segi ilmiah, sedangklan dari segi praktek
pelaksanaannya bersifat lokal yaitu hanya untuk penganutnya saja.
Perhatian pendidikan Islam ialah bagaimana memindahkan atau
mewariskan unsur-unsur pokok peradaban ini dari generasi ke generasi agar
identitas umat dapat terus terpelihara.
c. Interaksi Antara Potensi Dan Budaya
Dalam kaitannya dengan islam, interaksi antara potensi dan budaya ini
lebih menonjol lagi, sebab baik potensi yang nota bene adalah ruh Allah yang
di sebut fitrah, hanya orang tuanya menyebabkan ia menjadi yahudi, nasrani
atau majusi, jadi fitrah sebagai potensi yang melengkapi manusia semenjak
lahir dan fitrah sebagai din atau agama yang menjadi tapak tegaknya
peradaban islam. Ibarat dua buah sisi mata uang, satu sisi disebut potensi dan
sisi lainnya disebut din, yang satu berkembang dari dalam tiap individu sedang
yang satu lagi dipindahkan dari orang ke orang lain, dari generasi ke generasi,
jadi bersifat dari luar ke dalam.90
______________90 Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, (Jakarta: Pustaka Al-
Husna, 1998) , cet I. h. 63-65
51
4. Pembaharuan Pendidikan
Sejak selesainya perang dunia kedua hampir semua negara
memperlihatkan ciri-ciri tertentu yang sama dalam pertumbuhan pesdidikan
yaitu semuanya langsung mengambil alih pola pendidikan Barat bekas
penjajah yang pernah datang sebagai kekuatan kolonial yang menggunakan
institusi persekolahan sebagai basis. Segera sesudah negara-negara itu
merdeka negara-negara tersebut berusaha menyempurnakan sistem yang
diwarisi penjajah itu dalam sistem pendidikan nasional. Akan tetapi dari
segala usaha penyempurnaan itu sangat sedikit yang dapat digolongkan
sebagai usaha pembaharuan yang fundamental dan konseptual.
Menurutnya sebagian besar para pengambil keputusan, perencanaan dan
pengelola pendidikan terperangkap dalam cara berfikir yang konvensional,
mereka memperkuat dan membela kelangsungan sistem yang sudah ada itu
dengan memperketat struktur dan jenjang kelembagaan serta menata materi
serta metode kependidikan sesuai pola pemikiran yang sama dan kemudian
memberikan kekuatan formal kepada sekolah untuk menentukan jalur dan
jalan hidup seseorang. Lengkaplah sudah sistem yang ada itu sebagai institusi
formal, padahal ia sebenarnya tidak banyak berbeda dari sifat semasa jaman
penjajahan. Tingginya kadar sifat formal itu di satu pihak menghasilkan
kekuatan politok yang menguasai sistem tersebut, di lain pihak
menempatkannya pada posisi yang semakin usang. Yang diperlukan
sebenarnya bukan sistem yang hanya semakin mantap kedudukan formal
politoknya, tetapi yang semakin mantap relevansi pedagogiknya.91
Dari uraian diatas jelaslah bahwa hasan langgulung tidak ingin
pembaharuan pendidikan yang ada hanya bersifat tambal sulam dari suatu
sistem pendidikan yang telah diwariskan penjajah tetapi perubahan itu harus
menyentuh pada aspek yang pudamental dan konseptual.
______________91 Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, (Jakarta: Pustaka Al-
Husna, 1998) , cet I. h. 94
52
5. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan
Segala gagasan untuk merumuskan tujuan pendidikan di dunia Islam
haruslah memperhitungkan bahwa kedatangan Islam adalah permulaan baru
bagi manusia. Islam datang untuk memperbaiki keadaan manusia dan
menyempurnakan perutusan-perutusan Tuhan yang lalu. Tujuannya adalah
untuk mencapai kesempurnaan agama. Seperti arti firman Allah swt.: “Hari ini
Aku sempurnakan agamamu dan Aku lengkapkan nikmat-Ku padamu dan rela
Islam itu sebagai agamamu.” (QS. 5:4). Dan firmanNya yang lain: “Kamu
adalah umat terbaik yang dikeluarkan untuk umat manusia sebab kamu
memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang munkar dan beriman kepada
Allah swt.” (QS. 3:110). Berdasarkan asas ini maka dapatlah kita simpulkan
bahwa tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan Islam dapat diringkaskan
dalam dua tujuan pokok; pembentukan insan yang shaleh dan beriman kepada
Allah dan agama-Nya, dan pembentukan masyarakat yang shaleh yang
mengikuti petunjuk agama Islam dalam segala urusannya.92
a. Pembentukan Insan Shaleh
Yang dimaksud dengan insan shaleh adalah manusia yang mendekati
kesempurnaan, dengan kata lain pengembangan manusia yang menyembah
dan bertakwa kepada Allah sebagaimana dalam firman-Nya: ”Tidaklah Aku
mencipta jin dan manusia kecuali agar mereka menyembah kepada-Ku.” (QS.
51:56), manusia yang penuh keimanan dan taqwa, berhubungan dengan Allah
memelihara dan menghadap kepada-Nya dalam segala perbuatan yang
dikerjakan dan segala tingkah laku yang dilakukannya, segala pikiran yang
tergores di hatinya dan segala perasaan yang berdetak di jantungnya. Ini
adalah manusia yang mengikuti jejak langkah Rasul saw. dalam pikiran dan
perbuatannya.
Insan shaleh beriman dengan mendalam bahwa ia adalah khalifah di
bumi “Aku ciptakan di bumi khalifah.” (QS. 2:30). Ia mempunyai risalah
______________92 Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, (Jakarta: Pustaka Al-
Husna, 1998) , cet I. h. 137
53
ketuhanan yang harus dilaksanakannya, oleh sebab itu ia selalu menuju
kesempurnaan itu hanya untuk Allah saja. Salah satu aspek kesempurnaan itu
adalah akhlak yang mulia, sebab rasul saw. Bersabda: “Aku diutus hanya
untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
Di antara akhlak insan yang shaleh dalam Islam adalah harga diri,
prikemanusiaan, kesucian, kasih sayang, kecintaan, kekuatan jasmani dan
rohani, menguasai diri, dinamisme dan tanggung jawab. Ia memerintahkan
yang ma’ruf dan melarang yang munkar. Ia juga bersifat benar, jujur, ikhlas,
memiliki rasa keindahan dan memiliki rasa keseimbangan pada
kepribadiannya; jasad, akal, dan roh semuanya tumbuh dan pertumbuhannya
terpadu, juga memakmurkan dunia dan mengeluarkan hasilnya.
b. Pembentukan masyarakat shaleh
Masyarakat shaleh adalah masyarakat yang percaya bahwa ia
mempunyai risalah (message) untuk umat manusia, yaitu risalah keadilan,
kebenaran, dan kebaikan, suatu risalah yang akan kekal selamanya, tidak
terpengaruh faktor waktu dan tempat. Firman Allah: “kamu adalah umat
terbaik yang pernah diutus bagi umat manusia sebab kamu mengajar kepada
kebaikan dan melarang dari kejahatan.” (QS. 3:10). Masyarakat Islam
berusaha sekuat tenaga memikul tanggung jawab yang dibebankan kepadanya
kapan dan dimana saja. Tugas pendidikan Islam adalah menolong masyarakat
mencapai maksud tersebut.
Bertolak dari tantangan-tantangan yang dihadapi oleh dunia Islam maka
dapat disimpulkan bahwa tugas pendidikan Islam pada tahap masyarakat
adalah pada hal-hal berikut:
1. Menolong masyarakat membangun hubungan-hubungan sosial yang
serasi, setia kawan, kerja sama, interdependen, dan seimbang sesuai
dengan firman Allah ”sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara”
(QS. 9:10).
2. Mengukuhkan hubungan di kalangan kaum muslim dan menguatkan
kesetiakawanannya melalui penyatuan pemikiran, sikap, dan nilai-nilai. Ini
semua bertujuan menciptakan kesatuan Islam.
54
3. Menolong masyarakat Islam mengembangkan diri dari segi perekonomian
yang bermakna: a) berusaha memperbaiki suasana kehidupannya dari segi
material dengan memerangi kejahilan kemiskinan, dan berbagai macam
penyakit. b) menolong masyarakat melepaskan diri dari sifat
ketergantungan kepada orang lain dari segi pemikiran, sains dan teknologi.
Ini dapat dicapai dengan pembinaan mental yang berdikari dan sejalan
dengan ajaran aqidah Islam. c) turut serta dalam membangun hubungna
perekonomian yang sesuai dengan ajaran agama. d) menyiapkan diri
dengan sains dan teknologi modern dan melengkapinya dengan pandangan
atau paradigma Islam tentang sistem kehidupan perekonomian. e)
pembentukan kader dan para profesional yang memadai untuk berbagai
sektor ekonomi dan sosial. f) pengembangan nilai-nilai, sikap, dan tingkah
laku pembangunan di kalangan individu dan kelompok. g) melatih pekerja
dalam sektor ekonomi dan semua anggota masyarakat agar berpartisipasi
secara aktif dalam berbagai aktivitas pembangunan, baik ekonomi, sosial,
dan budaya.
4. Memberi sumbangan dalam perkembangan masyarakat Islam. yang
dimaksud dengan perkembangan adalah penyesuaian dengan tuntutan
kehidupan modern dengan memelihara identitas Islam, sebab Islam tidak
bertentangan dengan perkembangan dan pembaharuan. Islam adalah
agama yang sesuai dengan segala tempat dan waktu. Peranan pendidikan
Islam di sini dapat disimpulkan dalam rangka memberi kemudahan bagi
perkembangan dalam masyarakat Islam, ini dapat dicapai dengan: a)
menyiapkan individu-individu dengan kelompok untuk menerima
perkembangan dan turut serta di dalamnya. b) menyiapkan mereka untuk
membimbing perkembangan itu sesuai dengan tuntutan spiritual, syariat
dan akhlak Islam. Salah satu peranan pendidikan Islam adalah
mempersiapkan individu dan kelompok dari segi pemikiran, akhlak,
spiritual, agar sanggup melanjutkan kesinambungan itu.
5. Mengukuhkan identitas budaya Islam. ini dapat dicapai dengan
pembentukan kelompok-kelompok terpelajar, para pemikir dan kaum
55
ilmuan yang: a) bersemangat Islam, sadar dan melaksanakan ajarannya,
prihatin dengan peninggalan peradaban Islam, disamping bangga dan
bersedia membelanya sehingga karya-karyanya mempunyai corak Islam
sejati. b) menguasai sains dan teknologi modern dan bersifat terbuka
terhadap budaya lain. c) bersifat produktif, terutama dalam hal mengarang,
membuat karya inovatif, dapat menyelaraskan potensi-potensi yang ada,
dan membimbing orang lain. d) bebas dari ketergantungan kepada orang
atau budaya lain, dan tidak memiliki sifat taklid buta.93
Untuk mencapai visi, misi dan tujuan tersebut Hasan Langgulung
menggunakan azas, sistem, metode, kurikulum sebagai berikut:
5.1 Asas-Asas Pendidikan
Hasan langgulung menguraikan asas-asas pendidikan kedalam enem
asasberikut ini:
a. Asas-asas historis yang mempersiapi sipendidik dengan hasil-hasil
pengalaman masa lalu dengan undang-undang dan peraturan-peraturannya,
batas-batas dan kekurangan-kekurangannya.
b. Asas-asas sosial yang memberinya kerangka budaya dari mana pendidik
itu bertolak dan bergerak: memindah budaya, memilih dan
mengembangkannya.
c. Asas-asas ekonomi yang memberinya perspektif tentang potensi-potensi
manusia dan keuangan, materi dan persiapan mengatur sumber-
sumbernya dan bertanggung jawab terhadap anggaran belanjanya.
d. Asas-asas politik dan administrasi yang memberinya bingkai ideologi
(aqidah) dari mana ia bertolak untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan
dan rencana yang telah bulat.
e. Asas-asas psikologis yang memberinya info tentang watak pelajar-pelajar,
guru-guru, cara-cara terbaik dalam praktek pencapaian dan penilaian, dan
pengukuran dan bimbingan.
f. Asas-asas filsafat yang berusaha memberinya kemampuan yang lebih baik,
______________93 Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, (Jakarta: Pustaka Al-
Husna, 1998) , cet I. h. 138-142
56
memberi arah suatu sistem, mengontrolnya dan memberi arah kepada
semua asas-asas yang lain.94
Interaksi asas-asas ini didalam proses pengajaran menghendaki beberapa
keterangan yang dapat kita simpulkan tiga hal berikut:
a. Setiap asas itu bukanlah satu ilmu atau mata pelajaran tetapi sejumlah ilmu
dan cabang-cabangnya.
b. Asas-asas ini memberi pendidikan itu sistem-sistem, organisasi-organisasi,
inovasi dan pembaharuan.
c. Asas asas ini sukar memainkan peranannya tanpa asas filsafat yang
mengarahkan gerak dan mengatur langkahnya. Ia menentukan yang baik
dan sesuai dan mengatur sifatnya yang menyeluruh dan serasi.95
Perlu ditegaskan bahwa sebagian besar dasar pokok yang digunakan oleh
pendidikan modern pada dasarnya telah wujud dalam ajaran Islam, oleh sebab
itu patutlah kalau pijakan dalam pembangunan dasar-dasar pokok pendidikan
di dunia Islam ini adalah ajaran Islam sendiri.
a. Keutuhan (syumuliyah)
Pendidikan Islam haruslah bersifat utuh, ini bermakna ia haruslah
memperhatikan segala aspek menusia: badan, jiwa, akal dan rohnya.
Pendidikan Islam perlu mendidik semua individu di masyarakat
(democratization) dan dari segi pelaksanaannya, sistem pendidikan Islam
haruslah meliputi segala aktivitas pendidikan normal, non-formal dan informal
seperti pendidikan di rumah, masjid, pekerjaan, lembaga-lembaga sosial dan
budaya.
b. Keterpaduan
Pendidikan Islam haruslah bersifat terpadu yang dapat disimpulkan
sebagai berikut: 1) Pendidikan Islam haruslah memberlakukan individu
dengan memperhitungkan ciri-ciri kepribadiannya: jasad, jiwa, akal, dan roh
______________94 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998) ,
cet ke II. h. 6
95 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998) ,cet ke II. h. 7
57
yang berkaitan secara organik, berbaur satu sama lain sehingga bila terjadi
perubahan pada salah satu komponennya maka akan berlaku perubahan-
perubahan pada komponen yang lain. 2) Pendidikan Islam harus bertolak dari
keterpaduan di antara negara-negara Islam. Ia mendidik individu-individu itu
supaya memiliki semangat setia kawan dan kerja sama sambil mendasarkan
aktivitasnya atas semangat dan ajaran Islam, seperti firman Allah swt:
”Kerjasamalah kamu atas kebaikan dan taqwa.” (QS. 5: 3). Berbagai jenis dan
tahap pendidikan itu dipandang terpadu antara berbagai komponen dan
aspeknya.
c. Kesinambungan
Pendidikan Islam haruslah bersifat kesinambungan dengan
memperhatikan aspek-aspek berikut: 1) Sistem pendidikan itu perlu memberi
peluang belajar pada tiap tingkat umur, tingkat persekolahan dan setiap
suasana. Dalam Islam tidak boleh ada halangan dari segi umur, pekerjaan,
kedudukan dan lain-lain. Kata-kata yang selalu kita pakai adalah ”tuntutlah
ilmu dari buaian hingga ke liang lahat” atau ”tuntutlah ilmu hingga ke negeri
China”. 2) Sistem pendidikan Islam itu selalu memperbaharui diri.
Diriwayatkan dari Ali r.a. berkata: ”ajarkan anak-anakmu ilmu lain dari yang
kamu diajar, sebab mereka diciptakan bagi jaman bukan jamanmu.”
d. Keaslian
Pendidikan Islam haruslah orisinal berdasarkan ajaran Islam seperti yang
disimpulkan berikut ini: 1) Pendidikan Islam harus mengambil komponen-
komponen, tujuan-tujuan, materi dan metode dalam kurikulumnya dari
peninggalan Islam sendiri sebelum ia menyempurnakannya dengan unsur-
unsur dari peradaban lain di dunia ini. 2) Haruslah ia memberi prioritas kepada
pendidikan kerohanian yang diajarkan oleh Islam. Mengangkat derajat
manusia setinggi langit tanpa meninggalkan alam kebendaan, seperti kata
Rasul saw.: ”Wahai Tuhan, perbaikilah akhiratmu kemana aku akan kembali.”
3) Pendidikan kerohanian Islam sejati menghendaki agar kita menguasai
bahasa Arab, yaitu bahasa al-Qur’an dan Sunnah. 4) Keaslian ini menghendaki
juga pengajaran sains dan seni modern dalam suasana perkembangan dimana
58
yang menjadi pedoman adalah aqidah Islam.
e. Bersifat Ilmiah
Pendidikan Islam haruslah memandang sains dan teknologi sebagai
komponen terpenting dari peradaban modern, dan mempelajari sains dan
teknologi itu merupakan suatu keniscayaan yang mendesak bagi dunia Islam
jika tidak mau ketinggalan kereta api. Selanjutnya patutlah memberi perhatian
khusus ke berbagai sains dan teknik modern dalam kurikulum dan berbagai
aktivitas pendidikan, hanya ia harus sejalan dengan semangat Islam.
f. Bersifat Praktikal
Pendidikan patutlah memperhitungkan bahwa kerja itu adalah komponen
terpentingdalam kehidupan sehari-hari dan kerohanian dalam Islam. Kerja itu
dianggap ibadah. Jadi patutlah pendidikan Islam itu membentuk manusia yang
beriman kepada ajaran Islam, melaksanakan dan membelanya, dan agar ia
membentuk pekerja produktif dalam bidang ekonomi dan individu yang aktif
di masyarakat.
g. Kesetiakawanan
Di antara ajaran terpenting dalam Islam adalah kerja sama, persaudaraan
dan kesatuan di kalangan umat muslimin. Jadi patutlah pendidikan Islam
menumbuhkan dan mengukuhkan semangat setia kawan di kalangan individu
dan kelompok.
h. Keterbukaan
Pendidikan haruslah membuka jiwa manusia terhadap alam jagat dan
Pencipta-Nya, terhadap kehidupan dan benda hidup, dan terhadap bangsa-
bangsa dan kebudayaan-kebudayaan yang lain. Islam tidak mengenal
fanatisme, perbedaan kulit atau sosial, sebab di dalam Islam tidak ada
rasialisme, tidak ada perbedaan antara manusia kecuali karena taqwa dan
iman. Firman Allah swt: ”Wahai manusia, Kami ciptakan kamu dari laki-laki
dan perempuan dan Kami jadikan kamu berbangsa dan bersuku-suku supaya
mengenal satu sama lain. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu
adalah yang paling bertaqwa.” (QS. 49: 1). Juga sabda Nabi saw: ”Setiap
59
kamu dari Adam, sedang Adam dari tanah.”96
Jadi pendidikan Islam adalah pendidikan kemanusiaan yang berdiri di
atas persaudaraan seiman (tidak ada beda antara orang Arab atau orang ’Ajam
kecuali karena taqwa). Jadi ia adalah pendidikan universal sebab Islam adalah
perutusan untuk umat manusia seluruhnya.
Bertolak dari tujuan dan dasar pokok yang telah diterangkan di atas,
maka dapatlah kita simpulkan berbagai komponen utama yang menurut
pendapat Hasan Langgulung, patut mendapat prioritas dari segi perhatian yang
harus diberikan dari orang-orang yang bertanggung jawab tentang pendidikan
di dunia Islam. Komponen itu adalah:
a. Berusaha menyekolahkan semua anak yang mencapai usia sekolah, dan
membuat perancangan agar mereka memperoleh pendidikan dan
keterampilan minimum untuk membolehkan mereka bersekolah. Bagi
yang tak dapat melanjutkan pelajaran, memasuki kehidupan sehari-hari
dengan modal keterampilan yang terhormat. Ia berusaha agar negara-
negara Islam menutup salah satu pintu utama untuk memasuki dunia buta
huruf. Sedang bagi orang-orang dewasa berusaha memberantas buta huruf
di kalangan mereka dalam keadaan masyarakat berusaha untuk tinggal
landas. Menimbang kekurangan material yang dialami oleh sebagian besar
negara-negara Islam maka tugas ini menuntut agar kita
mengeksploitasikan sejauh mungkin semua kerangka pendidikan yang ada
dan berusaha mencari kerangka dan sumber-sumber lain di luar sistem
pendidikan seperti surau, masjid, pondok pesantren, dan lembaga-lembaga
sosial, budaya dan vokasional. Begitu juga harus dimobilisir semua tenaga
yang sanggup mengajar, baik di dalam atau di luar institusi pendidikan.
b. Mempelbagaikan jalur pengembangan itu di semua tahap pendidikan dan
membimbingnya ke arah yang fleksibel dan licin. Kepelbagaian ini
menghendaki perubahan rencana-rencana jangka panjang, pendek dan
mengadakan pendidikan umum, pendidikan teknik, vokasional dan
______________96 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998) ,
cet ke II. h. 143-145
60
pertanian. Sedang fleksibilitas menghendaki adanya jembatan-jembatan
penghubung antara berbagai jenis dan tahap pendidikan.
c. Meninjau kembali materi dan metode pendidikan supaya sesuai dengan
semangat Islam dan ajaran-ajarannya, dan bagi berbagai kebutuhan
ekonomi, teknik, dan sosial. Tidaklah patut ilmu-ilmu dari Barat itu
diambil begitu saja, tetapi yang diambil ialah yang sesuai dengan
kebutuhan dunia Islam dan ditundukkan di bawah sistem nilai-nilai Islam.
d. Mengukuhkan pendidikan agama dan akhlak dalam seluruh tahap dan
bentuk pendidikan supaya generasi baru dapat menghayati nilai-nilai Islam
semenjak masa kecil.
e. Administrasi dan Perencanaan. Pada tahap administrasi patutlah
dimudahkan hubungan yang licin pada mesin administrasi, pembentukan
teknisi-teknisi yang mampu, dan mempraktekkan sistem desentralisasi.
Pada tahap perencanaan, patutlah perencanaan itu serasi meliputi berbagai
sektor, tahap pendidikan dari satu segi, dan dari segi lain juga meliputi
kesepaduan antara pendidikan dengan sektor-sektor lain seperti ekonomi
dan budaya.
f. Kerja sama. Kerja sama adalah salah satu dari aspek utama yang harus
mendapat perhatian besar dikalangan penanggung jawab pendidikan,
sebab ia mengukuhkan kesetiakawanan dan keterpaduan di antara negara-
negara Islam. Kerja sama ini bisa dilaksanakan dengan pertukaran
pengalaman, pelajar, tenaga pengajar, dan membuka institusi perguruan
tinggi dan universitas-universitas bagi pelajar-pelajar dari seluruh dunia
Islam. Begitu juga dengan pengembangan pusat-pusat regional bagi kajian
sains dan teknologi, dan dengan menggunakan tenaga kerja manusia, dan
keahlian ilmiah raksasa yang dimiliki oleh dunia Islam dari masing-masing
negara. Begitu banyak negara Islam yang meminta dan membeli keahlian
dari Barat, padahal keahlian ini ada dalam kuantitas yang besar di negara-
negara Islam yang lain. Malah sebagian keahlian ini mengalami
pengangguran sehingga berhijrah ke negar-negara Barat denga bayaran
murah, sedang berbagai negara islam lain kekurangan keahlian ini. Kerja
61
sama ini juga dapat dilaksanakan dalam bentuk penelitian bersama di
berbagai bidang ilmiah dan pemikiran, dan menterjemahkan karya budaya
yang penting di dunia Islam ke berbagai bahasa dunia Islam.97
Inilah inti prioritas yang sepatutnya dijalankan oleh penanggung jawab
pendidikan di tiap negara Islam untuk mencapai tujuan ganda dari pendidikan
Islam. Yaitu pembentukan individu dan masyarakat yang shaleh. Inti priorotas
ini meliputi penyerapan semua anak-anak yang mencapai usia sekolah,
kepelbagaian jalur perkembangan, meninjau kembali materi dan metode
pendidikan, pengukuhan pendidikan agama, administrasi dan perencanaan,
kerja sama regional dan antara negara di dalam dunia Islam.
5.2 Sistem Pendidikan
Kata strategi bermakna sejumlah prinsip dan pikiran yang mengarahkan
tindakan sistem-sistem pendidikan di dunia Islam. Memperhatikan bahwa kata
terakhir, yaitu dunia Islam, memiliki ciri-ciri khas yang tergambar dalam
aqidah Islamiyah, maka patutlah strategi pendidikan itu mempunyai corak
Islam. Jadi tempat bertolak selalu adalah Islam dan ajarannya yang suci.
Dalam sistem Pendidikan Islam antara kurikulum, metode dan tujuan
pendidikian harus saling berkaitan dan harus saling menjiwai dalam proses
mencapai produk yang bercita-citakan menurut ajaran Islam.98
Dengan demikian Islam dalam sistem itu berjalan diatas dasar realisme
yang tidak mengabaikan kenyataan. Melihat urian diatas, maka sistem
pendidikan Islam itu meliputi :
1. Hakikat Manusia
a. Manusia makhluk yang mulia
Manusia diciptakan oleh Allah sebagai penerima dan pelaksana ajaran,
oleh karena itu ia ditempatkan pada kedudukan yang mulia, hal ini ditegaskan
pada al-Quran:
______________97 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998) ,
cet ke II. h. Who in The World, 7th Edition 1984-1985, (Chicago Illiniois: Marquis Who’s WhoIncorporated, 1984), h. 146-148
98 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pusaka Setia, 1998), cet ke 2,hal. 163
62
”Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkutmereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baikdan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakanmakhluk yang telah Kami ciptakan.”(Q.S. al-Isra: 70)
Untuk mempertahankan kedudukan yang mulia Allah mlengkapinya
dengan akal dan perasaan yang memungkinkannya menerima dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan membudidayakan ilmu yang
dimilikinya.99
b. Manusia sebagai khalifah di bumi
Pandangan ini bersumber darifirman Allah:
...
”Dan Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:sesungguhnya aku akan menjadikan seorang khalifah di muka bumi”(Q.S. al-Baqarah: 30)
2. Membina akal dan kepribadian
Pendidikan Islam adalah pembinaan akal dan penyempurnaan
kepribadian menjadi makarimul akhlak nabi Muhammad menyatakan bahwa
agama adalah akal, tidak ada agama bagi orang yang tidak berakal. Akal disini
merupakan kesatuan potensi manusia sebagai mahluk yang paling mulia yaitu
kesatuan pikiran, perasaan dan kemauan yang selaras dengan ajaran Allah
dalam kitab suci Al-Quran dan sesuai dengan fitrah manusia.100
3. Arena pendidikan terbuka
Pendidikan Islam tidaklah sebatas pada lingkungan pendidikan sekolah
saja tetapi juga pada keluarga dan masyarakat, semua itu adalah arena
______________99 Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. III, h. 26100 Sopyan Ahmad, Pembinaan Dan Pengembangan Sistem Pendidikan Islam, (Bandung:
PT. AL-Maarif,1982), cet. 1. h. 17
63
pendidikan untuk menyempurnakan kepribadian manusia.101
5.3 Metode. Pendidikan
Hasan Langgulung tidak secara spesifik menyebutkan metode apasaja
yang harus dipergunakan dalam proses pendidikan karena menurutnya setiap
metode harus disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan, selain itu
jika berbicara metode maka kita tidak bisa lepas dari tiga hal yaitu: apa yang
harus dipelajari, siapa yang mempelajari dan siapa yang mengajarkan.102
Dalam kontek ini sebaiknya seorang guru harus bersifat fleksibel artinya
mengajarkan sesuatu berdasarkan kesanggupan murid, selain itu guru juga
harus berperangai yang baik karena sikap non verbal guru terkadang dapat
lebih menyentuh dihadapan muridnya. Jadi sebaiknya guru bersifat seperti
sabda Nabi SAW "Sembahyanglah kamu seperti kamu lihat aku sembahyang."
(H.R Bukhari).103
5.4 Kurikulum Pendidikan
Menurut Hasan Langgulung pendidikan akhlak adalah pusat yang
disekelilingnya berputar program dan kurikum pendidikan Islam yang
ringkasnya disebut fadilah (sifat yang utama).104 Filosofi Islam sepakat bahwa
pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam sebab tujuan utama dan
termulia pendidikan Islam adalah menghaluskan akhlak dan mendidik jiwa.
Menurutnya ilmu adalah jalan kearah pendidikan akhlak itu, dan untuk
sampai pada fadilah itu, dengan syarat ia bukanlah ilmu tioritis tetapi ilmu
praktis, yaitu ia haruslah diterjemahkan kedalam kenyataan yang hidup, yang
menerapkan ketinggian akhlak bagi individu dan masyarakat.
Dalam pendidikan Islam harus ada keseimbangan antara ilmu agama dan
ilmu dunia, maka perlu adanya pemusatan atau spesialisasi pada bagian ilmu
sesuai dengan periode perkembangan atau tingkat pendidikan. Secara umum
______________101 Sopyan Ahmad, Pembinaan Dan Pengembangan Sistem Pendidikan Islam, (Bandung:
PT. AL-Maarif,1982), cet. 1. h. 19102 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998) ,
cet ke II. h. 313103 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998) ,
cet ke II. h. 316104 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998) ,
cet ke II. h. 117
64
kurikulum juga harus mengikuti ilmu bahasa, agama, kealaman dan sosial.
Jadi pada intinya kurikulum pada pendidikan Islam harus bersifat fungsional
yang tujuannya selain mengeluarkan dan membentuk manusia muslim tetapi
juga mengeluarkan manusia yang mengenal kehidupan dan sanggup
menikmati kehidupan yang mulia.105
______________105 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998) ,
cet ke II. h. 118
65
BAB IV
STUDI KOMPARASI STRATEGI PENDIDIKAN DALAM
MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA MENURUT
KEDUA TOKOH
Dari gagasan pemikiran pendidikan Ki Hajar Dewantoro dan Hasan
Langgulung yang telah di gambarkan pada bab sebelumnya, ada beberapa
persamaan dan perbedaan gagasan keduanya.
A. Persamaan
1. Gagasan pemikiran pendidikan yang digagaskan kedua tokoh sama-sama
dipengaruhi oleh keadaan jaman yang dihadapi keduanya..
Ki Hajar Dewantoro gagasannya banyak terlahir karena rasa ingin bebas
dari penjajahan.106 Landasan yang mendasari pemikiran pendidikan sebagai
alat perjuangan sebenarnya telah digagas sejak lahirnya pergerakan nasional,
yaitu sejak berdirinya Budi Utomo, majalah para pelajar indonesia di Belanda
(Indonesia Merdeka) mencatat "batu dasar bagi perkembangan tiap-tiap
perkembangan negara ialah pengajaran" (De hoeksteen van de ontwikkeling
van elk land is onderwijs), sedangkan Brugmans menulis "pengajaran
merupakan salah satu dari batu dasar dari kebijaksanaan kolonial" (hat
onderwijs is een der hoeksteenen van het kolonial beleid), maka mengertilah
kita bahwa pengajaran merupakan hal penting didalam politik kolonial dan
pergerakan rakyat. Dari dua pangkal tolak tentang pangkal pengajaran itu,
yaitu pandangan dari pihak pergerakan rakyat dan dari sudut penglihatan
pihak penjajah maka terjadilah suatu perjuangan perebutan pelaksanaan
pengajaran rakyat.107
Salah satu ciri yang kentara dalam hubungan kolonial ialah kurangnya
perhatian pemerintah kolonial dalam usaha kemasyarakatan, terutama dalam
hal pendidikan dan pengajaran. Pengajaran akan membawa suatu bangsa
jajahan ke arah kemajuan dan dapat merupakan bahaya bagi kedudukan
______________106 Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta:
Raja Grapindo Persada, 2005), h. 126107 Abdurrachman Surjomiharjo, Ki Hajar Dewantoro dan Taman Siswa Dalam Sejarah
Indonesia Modern, (Jakarta: Sinar Harapan 1986 ) . cet 1. h . 66
66
pemerintah yang mempertahankan sistem kasta di daerah jajahan yang keras.
Sesuai dengan pandangan tentang pentingnya soal pengajaran itu, maka dalam
kegiatan-kegiatan kewartawanan dan polotik Ki Hajar Dewantoro memeakai
setiap kesempatan yang ada untuk mengeluarkan pendapat-pendapatnya
tentang pengajaran kolonial dan pembaharuan yang harus di tempuh sesuai
dengan tuntutan ke arah kemerdekaan bangsa.108
Hasan Langgulung gagasan pemikirannya banyak dipengaruhi oleh
modernitas kemajuan ilmu dan teknologi yang berkembang sangat pesat di
penghujung abad 20.109 Pendidikan Islam haruslah memandang sains dan
teknologi sebagai komponen terpenting dari peradaban modern, dan
mempelajari sains dan teknologi itu merupakan suatu keniscayaan yang
mendesak bagi dunia Islam jika tidak mau ketinggalan kereta. Selanjutnya
patutlah memberi perhatian khusus ke berbagai sains dan teknik modern
dalam kurikulum dan berbagai aktivitas pendidikan, hanya ia harus sejalan
dengan semangat Islam.
2. Pembaharuan Pendidikan.
Di masa penjajahan kolonialisme Ki Hajar Dewantoro memandang
pendidikan yang didapat sangat rendah sehingga ia menggagas agar
pendidikan yang diberikan ke bangsa Indonesia adalah pendidikan yang
dilaksanakan oleh bangsa Indonesia sendiri, tidak hanya sebatas gagasan
semata iapun mendirikan taman siswa sebagai implementasi dari gagasan
beliau tersebut. Gagasan dan pemikiran beliau inilah yang kemudian menjadi
acuan penyelenggaraan pendidikan nasional hingga sekarang.110
Di jaman kemerdekaan bersama dengan lahirnya Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia 1945, pembaruan dalam pendidikan tertuang dalam UUD
1945 pasal 31 yang berbunyi:
______________108 Abdurrachman Surjomiharjo, Ki Hajar Dewantoro dan Taman Siswa Dalam Sejarah
Indonesia Modern, (Jakarta: Sinar Harapan 1986 ) . cet 1. h . 67109 Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, (Jakarta: Pustaka Al-
Husna, 1998) , cet I. h. 70110 Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta:
Raja Grapindo Persada, 2005), h. 126
67
a. Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.
b. Bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pengajaran nasional.111
Hasan langgulung memandang setelah perang dunia ke dua, negara-
negara bekas jajahan langsung mengambil pola pendidikan barat bekas
penjajah yang pernah datang sebagai kekuatan kolonial dan menciptakan
sistem pendidikan kolonial, sekalipun diadakan pembaruan pendidikan, sangat
sedikit yang dapat digolongkan sebagai usaha pembaruan yang bersifat
fundamental dan konseptual, oleh karena itu ia menganggap perlu adanya
pembaharuan yang bersifat fundamental dan konseptual.112
Langkah yang harus diambil untuk membaharui proses pendidikan
dalam Islam adalah berusaha membina filsafat pendidikan yang menyeluruh,
realistik, fleksibel, mengambil landasan dan prinsip dari ajaran Islam.113
3. Potensi.
Ki Hajar Dewantoro menyatakan:
“Anak lahir didunia ini tidak sebagai kertas yang belum ditulisi. Tidak seperti
tabularasa, akan tetapi seolah-olah kertas yang samar atau suram; dan disisilah
pendidikan berkuasa untuk menebalkan serta menerangkan tulisan-tulisan
yang baik agaknya untuk hidupnya anak-anak”. 114
Tentang pengaruh-pengaruh lainya dapatlah juga dimengerti bahwa
segala daya yang baik atau buruk itu akan menebalkan dan menerangkan
segala tulisan-tulisan yang baik dan buruk.
Sekarang menyusul pula pertanyaan tentang dapat atau tidakkah
pendidikan itu melenyapkan tabiat-tabiat yang jahat? Ki Hajar Dewantoro
menyatakan bahwa pendidikan itu amat kuasa tetapi tidak maha kuasa, oleh
karena dasar-dasarnya hidup dari anak-anak membatasi atau mengurangi
______________111 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman
Siswa, 1962), h. 179112 Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, (Jakarta: Pustaka Al-
Husna, 1998) , cet I. h. 94113 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998) ,
cet ke II. h. 37114 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman
Siswa, 1962), h. 442
68
penguasa pendidikan. Dasar dan ajar itu berlaku konvergen, saling
berpengaruh. Tabiat-tabiat yang tersebut itu sebenarnya masih ada di dalam
jiwa, hanya saja seperti tulisan yang samar-samar serta suram tidak nampak
dengan terang tertutup oleh angan-angannya yang cerdas dan kuat karena
pengaruhnya pendidikan. Jadi tidak sama sekali lenyap hilang, hanya tertutup
oleh pikirannya. Andaikata pikirannya yang cerdas itu hilang buat sesaat saja
maka tabiat-tabiat tersebut nampak terang pula. Misalnya orang yang penakut
setelah mendapatkan pendidikan yang baik tidak nampak penakutnya itu
karena ia berpikir akan tetapi jika ia amat terkejut boleh jadi rasa takutnya itu
nampak terang.115
Berhubungan dengan adanya bagian di dalam jiwa kita yang tak dapat
dilenyapkan oleh pengaruh pendidikan itu, Ki Hajar Dewantoro menerangkan
tak usahlah orang putus asa karena mengira tidak akan dapat memperbaiki
budi pekertinya karena adanya tabiat-tabiat buruk yang melekat dan tak dapat
lenyap itu. Ingatlah bahwa pendidikan itu amat berkuasa menguatkan
kehendak, menjernihkan dan menghaluskan pikiran.116
Hasan langgulung menyatakan: kalau kita bertanya apakah ada tempat
bagi potensi dalam Islam? Jawabannya ya. Ini dapat kita lihat dalam
penciptaan Adam a.s. yang berarti juga anak cucunya, jadi umat manusia
seluruhnya sebagaimana firmanNya ”Tat kala Aku telah membentuknya dan
menghembuskan kepadanya roh Ku...” (Q.S.15:29). Ini berarti antara lain
bahwa Tuhan memberi manusia itu berbagai potensi atau kemampuan yang
berkaitan dengan sifat-sifat Tuhan yang di sebut al-Asma al-Husna yang
berjumlah sembilan puluh sembilan.117
Pendidikan sebagai pengembangan potensi dapat di umpamakan seperti
pertumbuhan dan perkembangan bunga-bunga, di mana potensi-potensi
tersembunyi yang ada pada benih berkembang menjadi bunga yang matang
______________115 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman
Siswa, 1962), h. 443-444116 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman
Siswa, 1962), h. 445117 Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, (Jakarta: Pustaka Al-
Husna, 1998) , cet I. h. 59
69
dan mekar. Sebagai bandingannya, maka anak-anak itu adalah benih di mana
terdapat potensi-potensi yang masih tersembunyi dan tidak kelihatan, guru
adalah tukang kebun yang melalui kemesraan dan pemeliharaannya yang
cermat dan membuka rahasia potensi-potensi yang tersembunyi ini, dan
pendidikan adalah proses mengajar berkebun yang dengan itu kebolehan-
kebolehan yang tidak tampak menjadi nampak melalui pilihan dan
penggunaan yang bijaksana terhadap pupuk yang sesuai.118
4. Metode Pengajaran
Baik Ki Hajar Dewantoro maupun Hasan Langgulung sama-sama tidak
secara spesifik menyebutkan metode apa yang harus dipakai dalam
pendidikan, keduanya sama-sama menitikberatkan pada pendidik.
Ki Hajar Dewantoro dengan sistim amongnya menekankan peran aktif
seorang guru yang harus mampu bersikap didepan, ditengah ataupun
dibelakang para muridnya.119
Hasan Langgulung terlebih menekankan sikap pleksibelitas seorang
guru dalam memilih metode pembelajaran.120
5. Dalam penggunaan metode keduanya sama-sama mempertimbangkan aspek
psikologis.
Di dalam lingkungan pendidikan taman siswa tahun-tahun permulaan
anak didik sebanyak mungkin dibiasakan dengan suasana rumah serta
lingkungan sendiri. Dasar-dasar bahasa dan alam pikiran sendiri ditanamkan
sekuat-kuatnya melalui nyanyian dan permainan anak-anak, sebelum anak
didik mendapat pengajaran dalam bahasa asing Untuk menerapkan dasar itu
maka pada mulanya perlu dikembangkan sistem pondok Indonesia. Murid-
murid lelaki dan perempuan tinggal bersama guru-guru pria dan wanita dalam
satu asrama. Tiap bagian perguruan harus diketuai oleh guru yang telah
______________118 Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, (Jakarta: Pustaka Al-
Husna, 1998) , cet I. h. 58119 Abdurrachman Surjomiharjo, Ki Hajar Dewantoro dan Taman Siswa Dalam Sejarah
Indonesia Modern, (Jakarta: Sinar Harapan 1986 ) . cet 1. h . 88120 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998) ,
cet ke II. h. 313
70
berkeluarga, yang bertugas untuk memelihara suasana kekeluargaan. Pusat
dari perguruan yang merupakan masyarakat kecil itu ialah guru.121
Hasan Langgulung dalam kontek ini memandang sebaiknya seorang
guru harus bersifat fleksibel artinya mengajarkan sesuatu berdasarkan
kesanggupan murid, sesuai dengan perkembangannya.122 Lebih lanjut ia
menyatakan pembuat kurikulum dan guru-guru haruslah mengetahui teori-
teori pertumbuhan dan perkembangan agar ia dapat menyuguhkan berbagai
aspek pengetahuan sesuai dengan tahap perkembangan anak-anak.123 Selain
itu guru juga harus mempertimbangkan beberapa aspek diantaranya:
a. Selalu berorietasi pada tujuan.
b. Tidak hanya terikat pada satu metode saja.
c. Kerap digunakan sebagai suatu kimbinasi dari berbagai metode.
d. Kerap digunakan berganti-ganti dari satu metode ke metode lainnya.124
6. Trisentra Pendidikan.
Ki Hajar Dewantoro menyatakan didalam hidupnya anak-anak adalah
tiga tempat pergaulan yang menjadi pusat pendidikan yang amat penting
baginya yaitu : alam keluarga, alam perguruan dan alam pergaulan pemuda.125
a. Alam keluarga adalah pusat pendidikan yang pertama dan yang terpenting,
oleh karena sejak timbulnya adab kemanusiaan hingga kini, hidup
keluarga itu selalu mempengaruhi bertumbunya budi pekerti dari tiap-tiap
manusia.
b. Alam perguruan adalah pusat pendidikan yang teristimewa berkewajiban
mengusahakan kecerdasan pikiran (perkembangan intelektual) beserta
pemberian ilmu pengetahuan (balai wiyata).
______________121 Abdurrachman Surjomiharjo, Ki Hajar Dewantoro dan Taman Siswa Dalam Sejarah
Indonesia Modern, (Jakarta: Sinar Harapan 1986 ) . cet 1. h. 95122 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998) ,
cet ke II. h. 47123 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998) ,
cet ke II. h. 315124 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998) ,
cet ke II. h. 184125 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman
Siswa, 1962), h. 70
71
c. Alam pemuda yaitu pergerakannya pemuda-pemuda yang pada saat itu
sudah tetap adanya, harus diakui dan kita pergunakan untuk menyokong
pendidikan.126
Yang mendasari rumusan tri sentra pendidikan sebagai pusat pendidikan
karena memandang tidak cukup usaha pendidikan hanya disandarkan pada
tenaga pendidik, selain itu karena besarnya pengaruh tri sentra pendidikan
terhadap pendidikan itu sendiri, diantaranya:
a. Berhubungan dengan adanya naluri akan kekalnya keturunan, maka setiap
manusia selalu berusaha mendidik anaknya dengan sesempurna mungkin,
baik dalam hal jasmani maupun rohaninya.
b. Rasa cinta, rasa bersatu, keadaan jiwa sangat berguna untuk
berlangsungnya pendidikan, teristimewa pendidikan budi pekerti. Dan ini
terdapat dalam lingkungan keluarga dan tak ada pusat pendidikan lain
yang menyamainya.
c. Alam perguruan selama masih ditujukan hanya kepada pencarian dan
pemberian ilmu pengetahuan dan kecerdasan pikiran akan sedikit
pengaruh pendidikannya terhadap kecerdasan budi pekerti dan sosial.
d. Pergerakan pemuda merupakan penyokong besar untuk pendidikan, baik
untuk kecerdasan jiwa atau budi pekerti maupun yang menuju pergaulan
sosial.127
Hasan langgulung memandang Pendidikan Islam tidaklah sebatas pada
lingkungan pendidikan sekolah saja tetapi juga pada keluarga dan masyarakat
(alam sekitar), semua itu adalah arena pendidikan untuk menyempurnakan
kepribadian manusia.
a. Keluarga, para ahli didik umumnya menyatakan pendidikan di lembaga ini
merupakan pendidikan pertama dan utama. Dikatakan demikian karana di
lembaga inilah anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya. Di
______________126 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman
Siswa, 1962), h. 71-72127 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman
Siswa, 1962), h. 72-74
72
samping itu pendidikan di sini mempunyai pengaruh yang dalam terhadap
kehidupan peserta didik kemudian hari.
b. Sekolah adalah lembaga pendidikan yang sangat penting sesudah keluarga.
Keluarga umumnya tidak mampu mengajarkan berbagai ilmu oleh karena
itu sudah sepantasnyalah mereka menyerahkan tugas dan tanggung
jawabnya kepada sekolah untuk melaksanakan tugas-tugas di atas.
c. Masyarakat (alam sekitar). Alam sekitar merupakan salah satu faktor dari
faktor-faktor pendidikan yang ada, dengan demikian alam sekitar
merupakan penting pula bagi pelaksanaan pendidikan. Kendati demikian
faktor alam sekitar jelas berbeda apabila dibandingkan dengan lingkungan
yang lain. Keluarga dan sekolah memiliki tanggung jawab terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak, lain halnya dengan alam sekitar
yang sebatas mempengaruhi namun tidak tersimpul unsur tanggung
jawab.128
7. Kurikulum.
Menurut Ki Hajar Dewantoro pelajaran yang di berikan kepada anak-
anak dibagi menjadi dua: pertama mata pelajaran yang selain memberi
pengetahuan atau kepandaian juga berpengaruh pada kemajuan batin, dalam
arti memasukan pikiran, rasa, kemauan, sedangkan yang kedua ialah yang
memberi bekal pada anak-anak untuk hidupnya kelak dalam dunia pergaulan
umum.129
Untuk merealisasikan gagasan tersebut Ki Hajar Dewantoro mendirikan
berbagai cabang pendidikan di bawah naungan taman siswa beberapa sekolah
kejuruan (vakschool) dalam bidang pertanian, guru dan jurnalistik.130
Selain mendirikan sekolah kejuruan para siswa juga diberikan pelajaran
dan praktek bekerja seperti pertanian dan pertukangan di desa-desa,
______________128 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pusaka Setia, 1998), cet ke . h.
211-213129 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman
Siswa, 1962), h. 80130 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman
Siswa, 1962), h. 223
73
pertukangan dan perdagangan di kota-kota, perikanan dan perkapalan di
pantai-pantai.131
Dalam mengembangkan kemajuan batin Ki Hajar Dewantoro
mengajarkan pendidikan ethik yang tercakup didalamnya pendidikan agama.
a. Untuk taman indria dan taman anak usia 5-8 tahun pengajaran berupa
pembiasaan (syari'at) bersifat global dan sepontan yakni belum berupa
teori, belum pula diberikan menurut rencana atau waktu tertentu. Pamong
diharapkan melakukan koreksi atau anjuran seperti jangan mengganggu
teman-teman, duduk yang baik, jangan berisik dan lain-lain. Yang perlu
diperhatikan semua dilakukan secara tiba-tiba dan pada waktu yang
diperlukan karena dengan begitu kita dapat mulai menyokong
perkembangan rasa dan pikiran, individual dan sosial dengan cara
pembiasaan.
b. Adapun tingkatan yang kedua (taman muda) usia 9-12 tahun masuk dalam
tahap hakikat yang berarti kenyataan atau kebenaran dan mengandung
maksud memberi pengertian kepada anak-anak agar mereka menjadi
insyaf dan sadar tentang segala kebaikan dan segala kebalikan-
kebalikannya. Pengajaran hakikat ini dipakai untuk anak-anak akil balig
yakni waktu berkembangnya akal, keinsyafan dan kesadaran tentang
pelbagai kebaikan atau kejahatan, namun selalu atas dasar pengetahuan
kenyataan atau kebenaran. Jangan sampai anak-anak selalu terikat pada
kebiasaan dengan tidak mengetahui maksud dan tujuan yang sebenarnya
karena syari'at tanpa hakikat adalah kosong, sedangkan hakikat tanpa
syariat adalah buta.
c. Tingkatan yang ketiga (taman dewasa) usia 13-16 tahun masuk dalam tahap
tarikat yang berarti laku yakni perbuatan yang dengan sengaja kita
lakukan dengan maksud melatih diri untuk melaksanakan berbagai
kebaikan bagaimanapun sukar atau berat. Inilah latihan bagi anak-anak
yang mulai dewasa untuk memaksa, menekan atau memerintah dan
______________
74
mengusai diri pribadi. Dalam lingkungan agama atau kebatinan pada
umumnya tarikat itu berupa macam-macam perbuatan seperti berpuasa,
mengurangi makan dan tidur, menekan hawa nafsu dan lain-lain.
d. Tingkatan yang keempat (taman madya dan taman guru) usia 17-20 tahun
inilah waktunya masuk periode makrifat yang berarti mereka ada di dalam
tingkatan pemahaman yakni biasa melakukan kebaikan, menginsyafi serta
menyadari akan maksud dan tujuannya. Pengajaran ethik yang diberikan
kepada mereka berupa ilmu pengetahuan yang agak dalam dan luas, jadi
tidak hanya bentuk-bentuk adat kesusilaan tetapi sampai pada dasar-
dasarnya.132
Menurut hasan langgulung dalam pendidikan Islam harus ada
keseimbangan antara ilmu agama dan ilmu dunia, maka perlu adanya
pemusatan atau spesialisasi pada bagian ilmu sesuai dengan periode
perkembangan atau tingkat pendidikan. Secara umum kurikulum juga harus
mengikuti ilmu bahasa, agama, kealaman dan sosial. Jadi pada intinya
kurikulum pada pendidikan Islam harus bersifat fungsional yang tujuannya
selain mengeluarkan dan membentuk manusia muslim tetapi juga
mengeluarkan manusia yang mengenal kehidupan dan sanggup menikmati
kehidupan yang mulia.133
8. Dalam kurikulum keduanya sama-sama menyesuaikan terhadap
perkembangan peserta didik
Ki Hajar Dewantoro menguraikan bahan pelajaran kedalam tiga bagian
yaitu mata pelajaran untuk anak usia taman kanak-kanak (masa wiraga), taman
muda (masa wiraga wirama) dan taman dewasa (masa wirama).134
A. Taman wiraga mengajarkan:
a. Permainan dan olah raga dengan nyanyian anak-anak dan tari
(pemeliharaan badan secara titmis)
______________132 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman
Siswa, 1962), h. 489-490133 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998) ,
cet ke II. h. 118134 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman
Siswa, 1962), h. 81
75
b. Nyanyian rakyat, menggambar dengan corak dan warna, merangkai
(itu semua latihan untuk kesempurnaan panca indera dihubungkan
dengan rasa)
c. Cerita yang berwujud dongeng, mitologis dan historis
dihubungkan dengan pelajaran bahasa dan lagu.
d. Pelajaran mengenal tempat sekelilingnya si anak selaku persediaan
pelajaran ilmu alam, ilmu kodrat, ilmu bumi dan negeri
(kemasyarakatan dan kenasionalan).
B. Taman wiraga-wirama mengajarkan:
a. Olah raga, pencak, tari.
b. Nyanyian, menggambar.
c. Bahasa dan cerita kesusastraan, kealaman mulai dari alam daerah
kemudian alam indonesia dan asia.
d. Pengetahuan tentang kodrat alam, bumi, negeri dan pergaulan umum di
tanah air, asia dan lainnya.
C. Taman wirama mengajarkan:
a. Olah raga, tari.
b. Nyanyian, menggambar, kesenian dilanjutkan dengan mengenal
kesenian asing.
c. Bahasa dan kesusasteraan nasional dan dunia lainnya, ilmu
keagamaan.
d. Ilmu dari negeri indonesia sekarang dan dahulu, sosiologi, ekonomi
dan menuntun anak mengadakan perhimpunan umum, koperasi,
debatingclub dan sebagainya.
Hasan Langgulung menyatakan dalam pendidikan Islam harus ada
keseimbangan antara ilmu agama dan ilmu dunia, maka perlu adanya
pemusatan atau spesialisasi pada bagian ilmu sesuai dengan periode
perkembangan atau tingkat pendidikan.135
______________135 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998) ,
cet ke II. h. 118
76
B. Perbedaan
1. Pembaharuan Pendidikan.
Ki Hajar Dewantoro lebih fokus pada perubahan sistem yang ada baik
pada masa penjajahan maupun jaman kemerdekaan. Di masa penjajahan
kolonialisme Ki Hajar Dewantoro memandang pendidikan yang didapat
sangat rendah sehingga ia menggagas agar pendidikan yang diberikan ke
bangsa Indonesia adalah pendidikan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia
sendiri.136
Di jaman kemerdekaan bersama dengan lahirnya Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia 1945, pembaruan dalam pendidikan tertuang dalam UUD
1945 pasal 31 yang berbunyi:
a. Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran dan
b. Bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pengajaran nasional.137
Lain halnya dengan Hasan langgulung gagasannya lebih bersifat
memperbaharui sistem yang ada. Hasan langgulung memandang setelah
perang dunia ke dua, negara-negara bekas jajahan langsung mengambil pola
pendidikan barat bekas penjajah yang pernah datang sebagai kekuatan kolonial
dan menciptakan sistem pendidikan kolonial, sekalipun diadakan pembaruan
pendidikan, sangat sedikit yang dapat digolongkan sebagai usaha pembaruan
yang bersifat fundamental dan konseptual, oleh karena itu ia menganggap
perlu adanya pembaharuan yang bersifat fundamental dan konseptual.138
2. Tujuan Pendidikan
______________136 Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta:
Raja Grapindo Persada, 2005), h. 126137 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman
Siswa, 1962), h. 179138 Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, (Jakarta: Pustaka Al-
Husna, 1998) , cet I. h. 94
77
Ki Hajar Dewantoro memandang pada intinya tujuan pendidikan adalah
untuk:
a. Memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin dan karakter),
pikiran (intelek) dan tubuh anak.139
b. Menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar
mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.140
c. Pendidikan berarti memelihara hidup-tumbuh kearah kemajuan, tak boleh
melanjutkan keadaan kemarin menurut alam kemarin. Pendidikan adalah
usaha kebudayaan, berazas keadaban, yakni memajukan hidup agar
mempertinggi derajat kemanusiaan.141
Lain halnya dengan Hasan Langgulung yang memandang tujuan pokok
yang ingin dicapai oleh pendidikan Islam adalah pembentukan insan yang
shaleh dan beriman kepada Allah dan agama-Nya, dan pembentukan
masyarakat yang shaleh yang mengikuti petunjuk agama Islam dalam segala
urusannya.142
Prioritas tujuan pendidikan yang digagas Ki Hajar Dewantoro lebih
menekankan pada perluasan pendidikan, dalam artian tujuan yang bersifat
horisontal lebih diutamakan, adapun tujuan yang bersifat vertikal menjadi
tujuan selanjutnya.143
______________139 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman
Siswa, 1962), h. 20140 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman
Siswa, 1962), h. 20141 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman
Siswa, 1962), h. 21142 Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, (Jakarta: Pustaka Al-
Husna, 1998) , cet I. h. 137143 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman
Siswa, 1962), h. 206
78
Sedangkan Hasan Langgulung memandang tujuan pendidikan baik
horisontal maupun vertikal harus berjalan berdampingan.144
3. Asas-asas pendidikan
Menurut Ki Hajar Dewantoro terdiri dari kemerdekaan, kodrat alam,
kebudayaan, kebangsaan dan kemanusiaan. Yang kita kenal dengan istilah
Panca Dharma 145
Hasan Langgulung memandang asas-asas pendidikan lebih luas dan
menyeluruh, asas-asas tersebut terdiri dari: asas historis, sosial, ekonomi,
politik dan administrasi, psikologis dan filsafat.146
4. Sistem Pendidikan
Dalam prakteknya Ki Hajar Dewantoro menggunakan sistem among
dimana sisiem tersebut lebih menekankan pencapaian tujuan pendidikan pada
aspek pendidik. Selain sistim among dalam taman siswa juga dikenal sistim
pondok, lain halnya dengan Hasan Langgulung menggunakan sistem Islam
yang memandang antara kurikulum, metode dan tujuan pendidikian harus
saling berkaitan dan harus saling menjiwai dalam proses mencapai produk
yang bercita-citakan menutut ajaran Islam.147
5. Kurikulum pendidikan
Kurikulum pendidikan yang digagas Ki Hajar Dewantoro memasukkan
Pendidikan Agama kedalam pelajaran ethik yang pada intinya merupakan
upaya pembiasaan melakukan perbuatan terpuji pada diri anak dalam
______________144 Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, (Jakarta: Pustaka Al-
Husna, 1998) , cet I. h. 79145 Abdurrachman Surjomiharjo, Ki Hajar Dewantoro dan Taman Siswa Dalam Sejarah
Indonesia Modern, (Jakarta: Sinar Harapan 1986 ) . cet 1. h. 97146 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998) ,
cet ke II. h. 6147 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pusaka Setia, 1998), cet ke 2,
hal. 163
79
kehidupannya sehari-hari hingga mendarah daging dan kalaupun ada
penjelasan dan keterangan, hal demikian hanya sebagai penguat.148
Hasan Langgulung memandang pelajaran agama merupakan kajian yang
luas yang terdiri dari beberapa kajian seperti fiqih, ushul fiqh, tasawuf, tafsir,
hadits, dabt, musthalah hadits dan ilmu kalam.149 Pendidikan agama bukan
hanya menjadi semacam ilmu pengetahuan melainkan harus menjadi
keyakinan, pandangan hidup yang mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku
sehari-hari bahkan mempengaruhi aspek kehidupan lainnya. Dengan kata lain
di dalam pendidikan agama terdapat misi dakwah, yaitu mengajak orang lain
agar menerima, memahami dan mengamalkan ajaran agama yang disampaikan
kepada yang bersangkutan.
Jika kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran, menurut Ki Hajar
Dewantoro pelajaran yang diberikan kepada anak-anak dibagi menjadi dua:
pertama mata pelajaran yang selain memberi pengetahuan atau kepandaian,
kedua ialah yang memberi bekal pada anak-anak untuk hidupnya kelak dalam
dunia pergaulan umum dan tujuan yang pertama adalah intinya pendidikan.150
Menurut Hasan Langgulung pendidikan akhlak adalah pusat yang
disekelilingnya berputar program dan kurikum pendidikan.151
______________148 Ki Hajar Dewantoro, bagian pertama Pendidikan (Yogyakatra, Majlis Luhur Taman
Siswa, 1962), h. 189149 Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, (Jakarta: Pustaka Al-
Husna, 1998) , cet I. h. 9150 Dewantoro, bagian pertama Pendidikan…, h. 80151 Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam…,h. 117
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya dan analisis
yang dilakukan dalam penelitian ini, penulis mengambil kesimpulan bahwa
gagasan atau strategi yang digagas kedua tokoh lebih condong pada persamaan
gagasan pemikiran keduanya.
Perbedaan strategi pendidikan yang mendasar dari kedua tokoh terletak pada
kurikulum yang digagas oleh keduanya, dimana Ki Hajar Dewantoro menjadikan
kebudayaan sebagai landasan kurikulum pendidikan, lain halnya dengan Hasan
Langgulung yang menjadikan agama sebagai landasannya dan hal ini berimplikasi
pada tujuan pendidikan, menurut Ki Hajar Dewantoro tujuan pendidikan terutama
untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran dan tubuh anak, sedangkan
menurut Hasan Langgulung tujuan pendidikan yaitu terbentuknya insan saleh dan
masyarakat saleh.
Terkait dengan kurikulum pendidikan di Indonesia, maka kurikulum yang
digagas Ki Hajar Dewantoro merupakan kurikulum yang dipakai sistem
Pendidikan Nasional, sedangkan Hasan Langgulung merupakan kurikulum yang
dipakai Departemen Agama.
Jika orientasi tujuan pembelajaran pada tiga unsur (kognitif, apektif dan
psikomotorik), realitas yang ada pada lembaga pendidikan yang ada sekarang,
secara mayoritas kurikulum Diknas lebih unggul dalam segi kognitif dan
psikomotorik, sedangkan kurikulum Depag lebih unggul dalam hal apektif.
B. Saran
Adapun saran-saran yang menurut penulis anggap penting untuk
diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. Bagi para praktisi pendidikan dapat menjadikan strategi pendidikan yang
digagas kedua tokoh sebagai bahan kajian khususnya dalam
pengembangan sumber daya.
81
b. Strategi pendidikan dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia
yang telah digagas oleh kedua tokoh dapat dijadikan salah satu referensi
dalam wacana pengembangan dunia pendidikan khususnya bagi
pemerintah selaku penanggung jawab dunia pendidikan.
c. Agar semua skate holder pendidikan dapat ikut serta dalam pengembangan
pendidikan khususnya pendidikan yang berbasis pengembangan sumber
daya manusia.
d. Bagi orang tua yang hendak memasukkan anaknya dalam lembaga
pendidikan agar memperhatikan sejauh mana lembaga pendidikan tersebut
dalam mengembangkan sumber daya yang ada pada setiap peserta didik.
e. Setiap individu untuk selalu berusaha meningkatkan sumber daya yang
ada pada dirinya yang salah satunya melalui strategi yang digagas kedua
tokoh.
82
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Muzayyin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1993.
Arifin, Zainal, Nuansa Teosentris Humanistik Pendidikan Islam; SignifikansiPemikiran Hasan Langgulung dalam Konstalasi Reformasi PendidikanIslam, STAIN Cirebon: Lektur-Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam, SeriVIII/Th. Ke-5/98.
Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju MileniumBaru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, Cet. II, 2000.
Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, cet. III, 1996.
___________, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: Ruhama,Cet. II, 1995.
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Cet. X, 1999.
Dewantara, Ki Hajar, Bagian Pertama Pendidikan, Yogyakatra: Majlis LuhurTaman Siswa, 1962
Fadjar, A. Malik, Madrasah dan Tantangan Modernitas, Bandung: Mizan, Cet. II,1999.
___________, Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta: Fajar Dunia, Cet. I, 1999.
Harahap H.A.H., B.S Dewantara, Ki Hajar Dewantara Dan Kawan-Kawan,Jakarta: Gunung Agung, 1980
Harahap, Syahrin, Islam Dinamis; Menegakkan Nilai-nilai Ajaran al-Qur’andalam Kehidupan Modern di Indonesia, Yogyakarta: Tiara Wacana, Cet. I,1997.
Idris, H., Jamal, Lisma, Pengantar Pendidikan 2. Jakarta: PT. GramediaWidiasarana Indonesia, 1992
Langgulung, Hasan, Asas-Asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna,1998, cet-2
__________, Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,Jakarta: Pustaka al-Husna, Cet. III, 1995.
__________, Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,Jakarta: Al-Husna Zikra, Cet. III.1995.
83
__________,Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, Jakarta: Pustaka Al-Husna,Cet. I, 1998.
Latif, Abdul l, Pengembangan Sumber Daya Manusia yang BerkualitasMenghadapi Era Pasar Bebas, Jakarta: DPP HIPPI, 1996
Marimba, Ahmad, D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: AlMa’arif, Cet. VIII, 1989.
Mu’amar, Pulungan, Syahid, Manusia Dalam al-Qur’an, Surabaya: Bina Ilmu,Cet. I, 1984.
Muhaimin, Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis danKerangka Dasar Operasionalisasinya, Bandung: Tri Genda Karya, Cet. I1993.
Munandar, A.S., Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam RangkaPembangunan Nasional, Jakarta: Djaya Pirusa, 1981
Nasution, Harun, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang,Cet. IX, 1995.
Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: RajaGrafindo Persada, Cet. I, 1996.
___________, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, Cet. I,1997.
___________,Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam Di Indonesia, Jakarta:Rajagrapindo Persada, 2005
Notoatmodjo, Soekidjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: RinekaCipta, Cet. I, 1998.
Pamungkas, Sri Bintang, Dengan Sumber Daya Manusia (SDM) dan IPTEKMengatasi Kemiskinan, Mencapai Kemandirian, Jakarta: Seminar danSarasehan Teknologi, 1993
Qardhawi, Yusuf, Berinteraksi dengan Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani Press,Cet. I, 1999.
Rahardjo, M. Dawam, et.al, Ensiklopedi Alquran, Jakarta: Paramadina, Cet. I,1996.1
Rahmat, Jalalludin, Filsafat Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.
Shihab, M. Quraish, Wawasan al-Quran, Bandung: Mizan, Cet. I, 1996.
84
Suhandana, Anggan, Pendidikan Nasional Sebagai Instrumen PengembanganSDM, Bandung: Mizan, Cet. III, 1997.
Suit, Yusuf, Sikap Mental dalam Manajemen SDM, Jakarta: Ghalia Indonesia,Cet. I, 1996.1
Sumanto, F.X. Soeyarno, Landasan Hisroris Pendidikan Indonesia, Surabaya,Usaha Nasional,1983
Suprihatin, Gunaharja. et.al., Pengembangan Sumber Daya Keluarga, Jakarta:BPK Gunung Mulia, Cet. I, 1993.
Tauhid, Mochamad, Perjuangan dan Ajaran Hidup Ki Hajar Dewantara.Yogyakarta, Majelis Luhur Taman Siswa
Tilaar, H.A.R., Pendidikan Dalam Pembangunan Nasional Menyongsong AbadXXI, Jakarta: Balai Pustaka, Cet. I, 1990.
Tim Dosen IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Pendidikan, Surabaya: UsahaNasional, Cet. III, 1988.
Tim Penulis, Ensiklopedi Islam Indonesia Jilid 1 Jakarta: Djambatan, Cet. II,2002.
Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pusaka Setia, Cet. II, 1998.
Umary, Barmawie, Materi Akhlak, Solo: Ramadhani, Cet. II, 1989.
Vaizey, John, Pendidikan di Dunia Modern, Jakarta: Gunung Agung, 1980
Who in The World, 7th Edition 1984-1985, Chicago Illiniois: Marquis Who’sWho Incorporated, 1984.
Zaini, Ananto, Kusuma Seta, Wawasan al-Qur’an tentang PembangunanManusia Seutuhnya, Jakarta: Kalam Mulia, Cet. II, 1996.
Zainun, Buchori, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Gunung
Agung, Cet. II, 1993.