280

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

  • Upload
    dophuc

  • View
    264

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan
Page 2: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Tim PKKOD-LAN

Hak Cipta © 2009 pada PKKOD-LAN

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkansebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, baik secara elektronismaupun mekanis, termasuk memfotocopy, merekam atau dengan sistempenyimpaan lainnya, tanpa izin tertulis dari Penulis.

Penerbit :Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah-Lembaga Administrasi NegaraJl. Veteran No. 10 Jakarta 10110Tlp. (021) 3868201-06 ext. 167, 182

Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimaldi Daerah/Jakarta : PKKOD-LAN, 2009xiv + 265 hlm, ; 15 x 24 Cm

ISBN : 978-979-26-2389-5I. Judul1. Pemerintahan Daerah

Page 3: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerahii

Tim PenulisPenanggungjawab : Dr. Adi Suryanto, M.SiKoordinator : Abdul Muis, S.Sos, MM1. Kartika Retno Pertiwi, S.IP, M.Si2. Samiaji, S.Sos3. Suryanto, S.Sos, M.Si

Page 4: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Daftar Isi

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah iiiiii

Kata Pengantar

erpenuhinya pelayanan menurut standar dan kualitas tertentu merupakan hakbagi setiap warga negara. Penyediaan layanan ini merupakan kewajiban bagi

pemerintah baik Pusat maupun Daerah. Penyelenggaraan pelayanan kepadamasyarakat dalam pelaksanaanya terkait dengan sistem pemerintahan yang berlaku.Dengan sistem pemerintahan yang terdesentralisasi, sebagian besar fungsi pelayanantelah diserahkan kepada daerah.

Fungsi pelayanan yang telah diserahkan kepada daerah wajib untuk dilaksanakanoleh daerah. Meski telah didesentralisasikan kepada daerah, tidak berarti bahwaPemerintah Pusat tidak memiliki tanggung jawab terhadap terselenggaranya pelayanantersebut. Kegagalan Pemerintah Daerah dalam memberikan pelayanan yang baik bagiwarganya berarti juga kegagalan Pemerintah Pusat dalam menjalankan amanat untukmenjamin hak-hak warganya. Pemerintah Pusat wajib melakukan pembinaan danpengawasan berupa pemberian pedoman, standar, arahan, bimbingan, pelatihan,supervisi, pengendalian, koordinasi, serta monitoring dan evaluasi dalam pelaksanaanpelayanan tersebut.

Pada masa berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentangPemerintahan Daerah, terdapat sebelas bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakanoleh Daerah Kabupaten dan Daerah Kota. Bidang pemerintahan tersebut meliputipekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan,industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi,dan tenaga kerja.

Untuk menjamin pelaksanaannya, Pemerintah Pusat telah mengeluarkanStandar Pelayanan Minimal (SPM) untuk berbagai bidang pelayanan tersebut. Untukmendukung penyelenggaraan pemerintahan daerah, telah pula disusun modelperimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Meskipun demikiandalam pelaksanaannya, dari berbagai kajian yang telah dilakukan oleh berbagailembaga penelitian, dapat ditunjukkan bahwa penyelenggaraan pelayanan tersebuttidak kunjung terwujud secara optimal.

Selain itu, penerapan SPM di daerah juga masih belum seragam/sama, karenapemerintah daerah menginterpretasikannya secara berbeda sesuai dengan kondisimasing-masing. Hal ini karena terdapat berbagai kendala dalam pelaksanaan SPM.Kegagalan dalam mengatasi kendala-kendala tersebut mengakibatkan ketidak akuratanpengukuran, sehingga pelaksanaan SPM tidak akan mencerminkan kondisi yangsesungguhnya.

T

Page 5: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerahiv

Penerapan SPM di daerah merupakan persoalan yang strategis dan terkaitdengan berbagai sektor. Hal ini menuntut adanya kesamaan pandangan dan sinergiantara Pemerintah Pusat dan Daerah serta koordinasi yang baik antar berbagai sektor(institusi perangkat pusat dan daerah) terkait. Di samping itu, SPM merupakan patokanyang bersifat relatif dinamis dan perlu senantiasa ditinjau ulang sesuai dengantantangan yang dihadapi dan kemampuan yang dimiliki.

Bertitik tolak dari uraian di atas, maka Lembaga Administrasi Negara dalam halini Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah telah melakukan kajian mengenai StrategiPenerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah. Diharapkan dari kajian tersebutdapat dihasilkan rekomendasi kebijakan yang memuat strategi penerapan StandarPelayanan Minimal di daerah.

Agar hasil kajian ini dapat terdokumentasikan dengan baik, maka dikemaslahkedalam bentuk buku. Buku ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pemerintah,pemerintah daerah dan berbagai kalangan dalam menyusun strategi penerapanstandar pelayanan minimal di daerah.

Atas nama pimpinan LAN, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaanyang setinggi-tingginya kepada berbagai pihak yang telah berpartisipasi memberikanmasukan sehingga buku ini dapat disusun. Harapan kami semoga buku ini dapatbermanfaat.

Jakarta, April 2009Tim Penulis

Page 6: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Daftar Isi

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah vv

Daftar Isi

Kata PengantarDaftar Isi

iiiv

Daftar Tabel viiiDaftar Grafik xiDaftar Bagan xiiiDaftar Box xiv

Bab 1 :Pendahuluan 1

Bab 2 :Konsep Standar Pelayanan Minimal 5A. Makna dan Hakekat Pelayanan 5B. Pembagian Urusan Pemerintahan 7C. Standar Pelayanan Minimal 11

1. Pengertian Umum 112. Prinsip Penyusunan dan Penetapan SPM 173. Mekanisme dan Koordinasi Pelaksanaan SPM 184. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan 195. Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan 23

D. Kerangka Berpikir 30

Bab 3 :Pelembagaan Penerapan Kebijakan Standar PelayananMinimal 31A. Sinergitas Kebijakan Standar Pelayanan Minimal 31

1. Era Sebelum Lahirnya PP No. 65 Tahun 2005 322. Era Berlakunya UU No. 32 Tahun 2004 35

B. Hubungan Antar Lembaga 431. Pengorganisasian Penyusunan Standar Pelayanan

Minimal 442 Penerapan Standar Pelayanan Minimal 473. Pembinaan dan Pengawasan Penerapan Standar

Pelayanan Minimal 48C. Monitoring dan Evaluasi Penerapan Standar Pelayanan

Minimal 49

Page 7: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerahvi

1. Penghargaan dan Sanksi Penerapan StandarPelayanan Minimal 50

2. Penyampaian Laporan Penerapan StandarPelayanan Minimal 51

Bab 4 :Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar PelayananMinimal di Daerah 53A. Kebijakan PEMDA Tentang Standar Pelayanan Minimal 53

1. Provinsi Sumatera Selatan 532. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 553. Provinsi Kalimantan Selatan 574. Provinsi Bali 625. Provinsi Nusa Tenggara Timur 636. Provinsi Maluku Utara 677. Provinsi Papua 69

B. Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal 721. Provinsi Sumatera Selatan 722. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 753. Provinsi Kalimantan Selatan 844. Provinsi Bali 925. Provinsi Nusa Tenggara Timur 1006. Provinsi Maluku Utara 1027. Provinsi Papua 114

C. Capaian Indikator Standar Pelayanan Minimal 1181. Provinsi Sumatera Selatan 1182. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 1263. Provinsi Kalimantan Selatan 1574. Provinsi Bali 1655. Provinsi Nusa Tenggara Timur 2126. Provinsi Maluku Utara 2227. Provinsi Papua 230

Bab 5 :Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal 241A. Model Capaian Standar Pelayanan Minimal 241

1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2432. Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2443. Rencana Pembangunan Tahunan 245

B. Model Keuangan Standar Pelayanan Minimal 251C. Model Pelaporan Standar Pelayanan Minimal 254

Page 8: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Daftar Isi

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah viivii

Bab 6 :Penutup 259A. Kesimpulan 259B. Rekomendasi 262

Daftar Pustaka 263

Page 9: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerahviii

Daftar Tabel

Tabel. 1.1 : Lokus Kajian 3Tabel. 2.1 : Jenis Pelayanan, Indikator dan Target

Standar Pelayanan Minimal BidangKesehatan 21

Tabel. 2.2 : Jenis Pelayanan, Indikator dan TargetStandar Pelayanan Minimal BidangPendidikan 23

Tabel. 3.1 : Pembagian Urusan Pemerintahan Pusat danDaerah 38

Tabel. 4.1 : Penerapan Standar Pelayanan Minimal diProvinsi Kalimantan Selatan 84

Tabel. 4.2 : Penerapan Standar Pelayanan Minimal diKabupaten Banjar 89

Tabel. 4.3 : Penerapan Standar Pelayanan Minimal diKota Banjarmasin 90

Tabel. 4.4 : Hasil Standar Pelayanan Minimal di KotaDenpasar Tahun 2006 92

Tabel. 4.5 : Arah Kebijakan dan Program Penyelenggaraan Pelayanan Pendidikan di Kota Kupang 100

Tabel. 4.6 : Strategi Penerapan Standar PelayananMinimal Bidang Kesehatan Kota Kupang 101

Tabel. 4.7 : Tujuan dan Sasaran Penerapan StandarPelayanan Minimal Bidang Pendidikan diKota Ternate

112

Tabel. 4.8 : Capaian Indikator Standar PelayananMinimal Bidang Kesehatan KabupatenMuara Enim Tahun 2006 118

Tabel. 4.9 : Cakupan Kepemilikan Sanitasi di KotaYogyakarta Tahun 2003 - 2006 136

Tabel. 4.10 : Rasio Sarana Kesehatan Dasar terhadapPenduduk di Kota Yogyakarta Tahun 2004 -2006 140

Tabel. 4.11 : Rasio Sarana Kesehatan Rujukan terhadapPenduduk Kota Yogyakarta Tahun 2006 141

Tabel. 4.12 : Jumlah Apotik dan Persentase PenulisanResep Generik di Kota Yogyakarta Tahun2004 - 2006 144

Page 10: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Daftar Isi

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah ixix

Tabel. 4.13 : Capaian Indikator Standar PelayananMinimal Bidang Kesehatan KabupatenSleman 145

Tabel. 4.14 : Capaian Indikator Standar PelayananMinimal Bidang Pendidikan Kota Yogyakarta 149

Tabel. 4.15 : Indikator Pemerataan Pendidikan Dasar danMenengah Kabupaten Sleman Tahun2007/2008 150

Tabel. 4.16 : Indikator Pemerataan Sekolah Dasar danMadrasah Ibtidaiyah Kabupaten SlemanTahun 2007/2008 152

Tabel. 4.17 : Indikator Pemerataan SMP dan MTsKabupaten Sleman Tahun 2007/2008 152

Tabel. 4.18 : Indikator Pemerataan SMA dan MAKabupaten Sleman Tahun 2007/2008 153

Tabel. 4.19 : Indikator Mutu Pendidikan KabupatenSleman Tahun 2006 154

Tabel. 4.20 : Indikator Mutu Pendidikan Tingkat SDKabupaten Sleman Tahun 2006 155

Tabel. 4.21 : Indikator Mutu Pendidikan Tingkat SLTPKabupaten Sleman Tahun 2006 156

Tabel. 4.22 : Indikator Mutu Pendidikan Tingkat SMAKabupaten Sleman Tahun 2006 156

Tabel. 4.23 : Capaian Indikator Standar Pelayanan KotaBanjarmasin 158

Tabel. 4.24 : Capaian Indikator Standar PelayananMinimal Kabupaten Banjar 162

Tabel. 4.25 : Indikator Standar Pelayanan Minimal KotaDenpasar 166

Tabel. 4.26 : Penurunan Angka Kesakitan KabupatenJembrana Tahun 2004 – 2006 178

Tabel. 4.27 : Data Pokok SD/MI Kota Denpasar Tahun2007/2008 184

Tabel. 4.28 : Data Pokok SMP/MTs Kota Denpasar Tahun2007/2008 184

Tabel. 4.29 : Data Pokok SMA, MA dan SMK KotaDenpasar Tahun 2007/2008 186

Tabel. 4.30 : Indikator Pendidikan Dasar dan Menengahdi Kota Denpasar 187

Tabel. 4.31 : Indikator Mutu Pendidikan Kota DenpasarTahun 2007/2008 190

Tabel. 4.32 : Data Pokok SMU, MA dan SMK Tahun 2006 193

Page 11: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerahx

Tabel. 4.33 : Indikator Mutu Pendidikan di KabupatenJembrana Tahun 2006 198

Tabel. 4.34 : Indikator Mutu Pendidikan Tingkat SD diKabupaten Jembrana Tahun 2006 201

Tabel. 4.35 : Indikator Mutu Pendidikan Tingkat SLTP diKabupaten Jembrana Tahun 2006 202

Tabel. 4.36 : Indikator Mutu Pendidikan Tingkat SM diKabupaten Jembrana Tahun 2006 203

Tabel. 4.37 : Analisis Relevansi SD di KabupatenJembarana Tahun 2006 205

Tabel. 4.38 : Efisiensi Internal Pendidikan di KabupatenJembrana Tahun 2006 206

Tabel. 4.39 : Pemborosan Biaya Akibat Tahun Siswaterbuang di Kab. Jembrana Tahun 2006 208

Tabel. 4.40 : Efisiensi Internal Pendidikan SD dan MI diKabupaten Jembrana Tahun 2006 208

Tabel. 4.41 : Efisiensi Internal Pendidikan SLTP dan MTsdi Kabupaten Jembrana Tahun 2006 210

Tabel. 4.42 : Efisiensi Internal Pendidikan SMU, SMK danMA di Kabupaten Jembrana Tahun 2006 211

Tabel. 4.43 : Pengukuran Pencapaian Sasaran DinasKesehatan Kota Kupang Tahun 2007 213

Tabel. 4.44 : Pengukuran Pencapaian Sasaran DinasPendidikan Kota Kupang Tahun 2006 221

Tabel. 4.45 : Tahapan Pencapaian Program PromosiKesehatan Dinkes Kota Ternate Tahun 2005– 2010 222

Tabel. 4.46 : Tahapan Pencapaian Program KesehatanIbu dan Anak Dinkes Kota Ternate Tahun2005 – 2010 223

Tabel. 4.47 : Tahapan Pencapaian Program PeningkatanGizi Masyarakat DinkesKota Ternate Tahun2005 – 2010 225

Tabel. 4.48 : Tahapan Pencapaian ProgramPenanggulangan Penyakit Dinkes KotaTernate Tahun 2005 – 2010 226

Tabel. 4.49 : Tahapan Pencapaian Program RevitalisasiPosyandu DinkesKota Ternate Tahun 2005 -2010 227

Tabel. 4.50 : Tahapan Pencapaian Program Desa SiagaDinkes Kota Ternate Tahun 2005 - 2010 228

Tabel. 5.1 : Batas Waktu Pencapaian Standar PelayananMinimal 248

Page 12: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Daftar Isi

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah xixi

Daftar Grafik

Grafik. 4.1 : Trend Angka Kematian Bayi di KotaYogyakarta Tahun 2002 – 2006 126

Grafik. 4.2 : Trend Angka Kematian Balita di KotaYogyakarta Tahun 2002 – 2006 127

Grafik. 4.3 : Trend Angka Kematian Ibu Maternal di KotaYogyakarta Tahun 2002 – 2006 128

Grafik. 4.4 : Trend Angka Kesakitan DBN di KotaYogyakarta Tahun 2002 – 2005 129

Grafik. 4.5 : Trend Angka Kesembuhan TB dan ParuBTA+ di Kota Yogyakarta Tahun 2002 – 2006 129

Grafik. 4.6 : Persentase Anak Balita dengan Gizi Buruk diKota Yogyakarta Tahun 2002 – 2006 130

Grafik. 4.7 : Hasil Pemantauan Status Gizi Balita di KotaYogyakarta Tahun 2006 131

Grafik. 4.8 : Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronikdi Kota Yogyakarta Tahun 2002 – 2006 131

Grafik. 4.9 : Persentase Ibu Hamil yang Mengalami AGBdi Kota Yogyakarta Tahun 2002 - 2006 132

Grafik. 4.10 : Persentase Bayi BBLR di Kota YogyakartaTahun 2002 – 2006 133

Grafik. 4.11 : Status Gizi Anak Baru Masuk Sekolah diKota Yogyakarta Tahun 2002 - 2005 133

Grafik. 4.12 : Jumlah Rumah di Kota Yogyakarta Tahun2002 – 2006 134

Grafik. 4.13 : Persentase Rumah Sehat di Kota YogyakartaTahun 2002 – 2006 134

Grafik. 4.14 : Trend Pencapaian Sarana Ibadah Sehat diKota Yogyakarta Tahun 2002 - 2006 135

Grafik. 4.15 : Persentase Keluarga dengan Evaluasi PHBSdi Kota Yogyakarta Tahun 2001 – 2006 136

Grafik. 4.16 : Persentase Keluarga Ber-PHBS Strata III danIV di Kota Yogyakarta Tahun 2002 – 2005 137

Grafik. 4.17 : Persentase Posyandu Purnama dan MandiriMenurut Kecamatan di Kota YogyakartaTahun 2005 138

Grafik. 4.18 : Persentase Keluarga Tidak Merokok di KotaYogyakarta Tahun 2002 – 2006 139

Grafik. 4.19 : Persentase Persalinan Yang di TolongTenaga Kesehatan Per Puskesmas di KotaYogyakarta Tahun 2006 142

Page 13: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerahxii

Grafik. 4.20 : Trend Kepesertaan KB terhadap PUS di KotaYogyakarta Tahun 2001 – 2006 143

Grafik. 4.21 : Cakupan Imunisasi Campak di KotaYogyakarta Tahun 2001 – 2006 143

Page 14: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Daftar Isi

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah xiiixiii

Daftar Bagan

Bagan. 2.1 : Model Manajemen Dasar PenyediaanPelayanan Umum 7

Bagan. 3.1 : Penyusunan Awal Standar PelayananMinimal 44

Bagan. 3.2 : Konsultasi Penyusunan Standar PelayananMinimal 45

Bagan. 3.3 : Penetapan Standar Pelayanan Minimal yangDisusun Menteri 46

Bagan. 3.4 : Penetapan Standar Pelayanan Minimal yangDisusun LPND 46

Bagan. 3.5 : Rencana Pencapaian Standar PelayananMinimal 47

Bagan. 3.6 : Target Tahunan Pencapaian StandarPelayanan Minimal 48

Bagan. 3.7 : Pembinaan Penerapan Standar PelayananMinimal 48

Bagan. 3.8 : Hierarki Pembinaan Penerapan StandarPelayanan Minimal 49

Bagan. 3.9 : Monitoring dan Evaluasi Penerapan StandarPelayanan Minimal 50

Bagan. 3.10 : Penghargaan Penerapan Standar PelayananMinimal 50

Bagan. 3.11 : Sanksi Penerapan Standar PelayananMinimal 51

Bagan. 3.12 : Penyampaian Laporan Umum StandarPelayanan Minimal 51

Bagan. 3.13 : Penyampaian Laporan Teknis StandarPelayanan Minimal 52

Bagan. 5.1 : Tata Cara Penyusunan RencanaPembangunan Jangka Panjang Daerah 244

Bagan. 5.2 : Tata Cara Penyusunan RencanaPembangunan Jangka Menengah 245

Bagan. 5.3 : Tahapan Perencanaan Yang Terintegrasi 246Bagan. 5.4 : Proses Penyusunan Rencana Capaian

Standar Pelayanan Minimal 250Bagan. 5.5 : Penganggaran Kegiatan Standar Pelayanan

Minimal di Daerah 253Bagan. 5.6 : Pelaporan Capaian Target Standar

Pelayanan Minimal di Daerah 255

Page 15: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerahxiv

Daftar Box

Box. 4.1 : Desa Siaga di Kabupaten Muara Enim 74Box. 4.2 : Puskesmas Ramah Remaja di Kabupaten

Sleman 77

Page 16: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Bab 1PENDAHULUAN

erpenuhinya pelayanan menurut standar dan kualitas tertentu merupakanhak bagi setiap warga negara. Penyediaan layanan ini merupakan kewajiban

bagi pemerintah baik Pusat maupun Daerah. Penyelenggaraan pelayanan kepadamasyarakat dalam pelaksanaanya terkait dengan sistem pemerintahan yang berlaku.Dengan sistem pemerintahan yang terdesentralisasi, sebagian besar fungsi pelayanantelah diserahkan kepada daerah.

Fungsi pelayanan yang telah diserahkan kepada daerah wajib untuk dilaksanakanoleh daerah. Meski telah didesentralisasikan kepada daerah, tidak berarti bahwaPemerintah Pusat tidak memiliki tanggung jawab terhadap terselenggaranya pelayanantersebut. Kegagalan Pemerintah Daerah dalam memberikan pelayanan yang baik bagiwarganya berarti juga kegagalan Pemerintah Pusat dalam menjalankan amanat untukmenjamin hak-hak warganya. Pemerintah Pusat wajib melakukan pembinaan danpengawasan berupa pemberian pedoman, standar, arahan, bimbingan, pelatihan,supervisi, pengendalian, koordinasi, serta monitoring dan evaluasi dalam pelaksanaanpelayanan tersebut.

Pada masa berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentangPemerintahan Daerah, terdapat sebelas bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakanoleh Daerah Kabupaten dan Daerah Kota. Bidang pemerintahan tersebut meliputipekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan,industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi,dan tenaga kerja.

Untuk menjamin pelaksanaannya, Pemerintah Pusat telah mengeluarkanStandar Pelayanan Minimal (SPM) untuk berbagai bidang pelayanan tersebut. Untukmendukung penyelenggaraan pemerintahan daerah, telah pula disusun modelperimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Meskipun demikiandalam pelaksanaannya, dari berbagai kajian yang telah dilakukan oleh berbagailembaga penelitian, dapat ditunjukkan bahwa penyelenggaraan pelayanan tersebuttidak kunjung terwujud secara optimal.

Selain itu, penerapan SPM di daerah juga masih belum seragam/sama, karenapemerintah daerah menginterpretasikannya secara berbeda sesuai dengan kondisimasing-masing. Hal ini karena terdapat berbagai kendala dalam pelaksanaan SPM.

T

Page 17: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah2

Kegagalan dalam mengatasi kendala-kendala tersebut mengakibatkan ketidak akuratanpengukuran, sehingga pelaksanaan SPM tidak akan mencerminkan kondisi yangsesungguhnya. Kendala-kendala tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

a. Data yang tidak akurat dan kurang dapat dipercaya, sedangkan data BPS yang ada,bila dapat dipercaya, terlambat beberapa tahun;

b. Data keuangan tidak disajikan tidak utuh, sehingga tidak dapat dianalisa denganbaik;

c. Data statistik yang ada seringkali tidak sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan.Misalnya, data BPS yang tersedia adalah jumlah penduduk usia 0-14 tahun,sedangkan jenis data yang dibutuhkan adalah jumlah penduduk usia 7-16 tahun;

d. Kurangnya kemampuan staf pemerintah daerah untuk mengumpulkan danmengelolola data secara sistematis;

e. Kurangnya kemampuan staf pemerintah daerah untuk melakukan analisa danperencanaan strategis;

f. Indikator-indikator SPM yang ada tidak mencerminkan problem sebenarnya yangterjadi di daerah/desa; serta

g. Dalam mengevaluasi pelaksanaan SPM, satuan kerja perangkat daerah tidakmenjelaskan kondisi yang ada secara objektif. Misalnya, bila dinas melakukanevaluasi, hasil evaluasi bias untuk kepentingan dinas. Sedangkan Bawasda atauBappeda tidak dapat melakukan evaluasi karena kemampuan teknikal yangrendah.

Untuk mendukung penyelenggaraan pelayanan tersebut, Pemerintah telahmengeluarkan PP Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan PenerapanStandar Pelayanan Minimal. Dalam Penjelasan Umum Peraturan tersebut, dinyatakanbahwa peraturan tersebut dilaksanakan dengan berbagai tujuan, yakni :

1. untuk menjamin hak masyarakat untuk menerima suatu pelayanan dasar dariPemerintah Daerah dengan mutu tertentu.

2. menjadi alat untuk menentukan jumlah anggaran yang dibutuhkan untukmenyediakan suatu pelayanan dasar, sehingga SPM dapat menjadi dasarpenentuan kebutuhan pembiayaan daerah.

3. menjadi landasan dalam menentukan perimbangan keuangan dan/atau bantuanlain yang lebih adil dan transparan

4. menjadi dasar dalam menentukan anggaran kinerja berbasis manajemen kinerja.SPM dapat dijadikan dasar dalam alokasi anggaran daerah dengan tujuan yanglebih terukur. SPM dapat menjadi alat ukur untuk meningkatkan akuntabilitasPemerintahan Daerah terhadap masyarakat. Sebaliknya, masyarakat dapatmengukur sejauh mana Pemerintahan Daerah dapat memenuhi kewajibannyadalam menyediakan pelayanan publik.

5. memperjelas tugas pokok pemerintahan Daerah dan mendorong terwujudnyacheck and balances yang efektif.

6. mendorong transparansi dan partisipasi masyarakat dalam prosespenyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

Page 18: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Pendahuluan

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 3

Untuk tercapainya tujuan tersebut, Pemerintah Pusat perlu mempersiapkanpenerapannya dengan baik. Dalam hubungan ini dibutuhkan suatu strategi yang tepatagar tujuan penerapan peraturan tersebut dapat tercapai. Sebagian instrumen untukmendukung penyelenggaraan pelayanan minimal telah dikembangkan, antara lainadanya SPM untuk beberapa jenis pelayanan. Penerapan SPM sebagai upaya untukmenjamin terselenggaranya pelayanan tersebut tidak sedikit menghadapipermasalahan yang memungkinkan terhambatnya pencapaian standar tersebut.Penerapan SPM di daerah merupakan persoalan yang strategis dan terkait denganberbagai sektor. Hal ini menuntut adanya kesamaan pandangan dan sinergi antaraPemerintah Pusat dan Daerah serta koordinasi yang baik antar berbagai sektor (institusiperangkat pusat dan daerah) terkait. Di samping itu, SPM merupakan patokan yangbersifat relatif dinamis dan perlu senantiasa ditinjau ulang sesuai dengan tantanganyang dihadapi dan kemampuan yang dimiliki.

Bertitik tolak dari uraian di atas, maka Lembaga Administrasi Negara dalam halini Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah telah melakukan kajian mengenai StrategiPenerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah, dimana tujuan dari kajian ini adalahmengkaji faktor-faktor pendukung dan penghambat tercapainya SPM di daerah danmerumuskan strategi penerapan SPM di daerah. Kajian ini dilakukan di tujuh provinsi,dimana provinsi-provinsi tersebut dipilih secara purposive. Dari ketujuh provinsitersebut juga dipilih masing-masing 2 lokus level kabupaten/kota sebagaimanaterangkum dalam tabel sebagai berikut :

Tabel. 1.1Lokus Kajian

No Provinsi Kabupaten/Kota

1. Sumatera Selatan Kota Prabumulih Kab. Muara Enim

2. D.I. Yogyakarta Kota Yogyakarta Kab. Sleman

3. Bali Kota Denpasar Kab. Jembrana

4. Kalimantan Selatan Kota Banjarmasin Kab. Banjar

5. Nusa Tenggara Timur Kota Kupang Kab. Kupang

6. Maluku Utara Kota Ternate Kota Tidore Kep.

7. Papua Kota Jayapura Kab. Jayapura

Page 19: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah4

Agar hasil kajian ini dapat terdokumentasikan dengan baik, maka dikemaslahkedalam bentuk buku. Sebagai sebuah produk hasil kajian, perbuku ini diharapkandapat memperkaya khasanah kepustakaan manajemen pemerintahan daerah,utamanya yang berkenaan dengan penerapan standar pelayanan minimal di daerah.Dari sisi policy advice, buku ini diharapkan pula menjadi masukan dalam menyusunstrategi penerapan standar pelayanan minimal di daerah. Buku ini juga diharapkantidak luput dari perhatian para akademisi, praktisi yang concern terhadappermasalahan otonomi daerah.

Page 20: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Bab 2KONSEP STANDAR PELAYANAN MINIMAL

A. Makna dan Hakekat Pelayanan

Pelayanan merupakan kegiatan yang ditawarkan oleh organisasi atau perorangankepada konsumen (yang dilayani), yang bersifat tidak terwujud dan tidak dapat dimiliki.Dalam pelayanan yang disebut konsumen (customer) adalah masyarakat yangmendapat manfaat dari aktivitas yang dilakukan organisasi atau petugas dari organisasipemberi layanan tersebut. Pelayanan hanya dapat dirasakan bila dilaksanakan, olehsebab itu pelayanan memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. pelayanan sifatnya tidak dapat diraba, pelayanan sangat berlawanan sifatnyadengan barang jadi;

2. pelayanan itu kenyataannya terdiri dari tindakan nyata dan merupakan pengaruhyang sifatnya berupa tindak sosial; dan

3. produk dan konsumsi dari pelayanan tidak dapat dipisahkan secara nyata, karenapada umumnya peristiwanya bersamaan dan terjadi di tempat yang sama.

Secara awam dapat dipahami bahwa pelayanan merupakan usaha apa sajayang mempertinggi kepuasan pelanggan (whatever enhances customersastisfaction). Pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah sering disebut dengan istilahpelayanan umum, yang menurut Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan AparaturNegara Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan PelayananPublik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggarapelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupunpelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pada sektor publik, dimana negara dan sistem pemerintahan menjadi tumpuanpelayanan atas warga negara yang harus memperoleh jaminan atas hak-haknya,penataan manajemen kelembagaan sektor ini bukanlah persoalan sederhana.

Dalam hal ini, revitalisasi birokrasi dan cara-cara menemukan kembali penataansistem manajemen publik dalam mengantisipasi tuntutan untuk melayani sektorswasta serta rakyat pada umumnya menjadi krusial. Kebutuhan mendesak inimenemukan momentumnya manakala globalisasi pasar bebas memacu tingkatkompetisi yang sangat tinggi dari seluruh elemen kelembagaan negara maupun sektorswasta.

Page 21: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah6

Pada tingkat kompetisi yang akan semakin terbuka, dorongan untukmengurangi biaya (cost reduction-drive), dorongan untuk memenangkan segmen pasaryang tersedia (market-drive), dan manajemen mutu pelayanan, semakin strategis danmenjadi variabel penentu dalam memenangkan kompetisi ini.

Oleh karenanya, selain secara internal setiap organisasi, perusahaan maupunbirokrasi pemerintahan dihadapkan pada keharusan memenuhi perubahan apresiasiatas kemampuan organisasi memenuhi tujuan mereka, juga secara eksternal akandihadapkan pada kenyataan yang menghendaki keharusan untuk terus melakukanadaptasi. Langkah-langkah inovatif kemudian menjadi salah satu pilihan yang harusdiambil agar setiap elemen internal maupun eksternal secara sinergis membangunkemampuan memenangkan persaingan dan memberi jaminan pelayanan internal atastuntutan kebutuhan mendasar yang terus berubah.

Dinamika pasar, dinamika global, serta tarik menarik kekuatan eksternalkarenanya harus secara taktis diantisipasi secara proaktif, bukan seccara reaktif. Yangkemudian menjadi persoalan mendasar adalah, bagaimana manajemen mampumenciptakan suatu sistem nilai dan moral untuk melayani dan bukan dilayani dalamorganization/corporate culture yang telah terbiasa dengan perlakukan yang kurangmenghargai tuntutan kedaulatan rakyat atas negara serta pemerintahan.

Disisi lain telah terjadi perubahan paradigma dalam administrasi publik (ditandaidengan lahirnya the new public service). Paradigma baru ini membawa perubahanyang signifikan dalam bidang pelayanan publik. Poin terpenting dalam paradigma iniadalah :

1. Melayani warga masyarakat, bukan pelanggan;2. Mengutamakan kepentingan publik;3. Lebih menghargai warga negara daripada kewirausahaan;4. Berpikir strategis dan bertindak demokratis;5. Menyadari bahwa akuntabilitas bukan sesuatu yang mudah;6. Melayani daripada mengendalikan, dan;7. Menghargai orang, bukan produktivitas semata; (Doherty dan Home, 2002)

Perkembangan paradigma itu bisa berjalan sesuai dengan harapan jikaditunjang dengan semangat birokrat sebagai pelayan (abdi masyarakat). Untuk itu,birokrat perlu memiliki mentalitas yang jujur, adil, akuntabel, disiplin danmengutamakan keramahtamahan. Selain itu, kebiasaan memberikan pelayanan yangberkualitas juga wajib dibudayakan.

Berikut disajinkan bagan yang menerangkan model manajemen dasarpenyediaan pelayanan umum yang secara garis besar terdiri dari tiga aktor, yaknipengatur, produsen dan pengguna.

Page 22: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Konsep Standar Pelayanan Minimal

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 7

Bagan. 2.1Model Manajemen Dasar Penyediaan Pelayanan Umum

Keterangan:Hubungan ilustratif antara Konsumen, Produsen dan Pengatur Pelayanan, dimana Pengaturmemilih, menetapkan dan memberi kuasa kepada Produsen (garis hitam); Produsenmengirimkan pelayanan kepada Pengguna (garis putus-putus); dan Pengguna membayarProdusen secara langsung (garis titik-titik ) atas pelayanan yang diterimanya.

B. Pembagian Urusan Pemerintahan

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, pemerintah daerahmenyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecualiurusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah. Dalam menyelenggarakanurusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah tersebut, pemerintahmenjalankan otonomi seluas-luasnya.

Penyelenggaraan desentralisasi mensyaratkan pembagian urusanpemerintahan antara pemerintah dengan pemerintah daerah. Urusanpemerintahan terdiri dari urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadikewenangan pemerintah dan urusan pemerintah yang dikelola secara bersama-sama antar tingkatan dan susunan pemerintahan atau konkuren.

Sesuai dengan Pasal 10 ayat (3) UU Nomor 32 Tahun 2004, PemerintahPusat menyelenggarakan urusan pemerintahanan yang meliputi politik luar negeri,pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama. Selainitu, pada ayat (5) dinyatakan bahwa pemerintah juga menyelenggarakan urusanpemerintahan di luar enam urusan pemerintahan tersebut.

Sedangkan pada Pasal 11 Undang-Undang yang sama dinyatakan bahwapenyelenggaraan urusan pemerintahan dibagi berdasarkan kriteria eksternalitas,akuntabilitas, dan efisiensi dengan memperhatikan keserasian hubungan antarsusunan pemerintahan.

PRODUSEN(Producer)

PENGATUR(Arranger)

PENGGUNA(Consumers)

Page 23: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah8

Eksternalitas, adalah dampak yang timbul sebagai akibat daripenyelenggaraan suatu urusan pemerintahan. Penyelenggaraan urusanpemerintahan berdasarkan kriteria eksternalitas ditentukan berdasarkan luas,besaran, dan jangkauan dampak yang timbul akibat penyelenggaraan suatu urusanpemerintahan. Berdasarkan kriteria eksternalitas maka semakin langsung dampakpenyelenggaraan suatu urusan pemerintahan kepada masyarakat, maka urusantersebut paling tepat untuk diselenggarakan oleh pemerintah daerahkabupaten/kota.

Akuntabilitas, adalah pertanggungjawaban pemerintah, pemerintahandaerah provinsi, dan pemerintahan daerah kabupaten/kota dalampenyelenggaraan urusan pemerintahan tertentu kepada masyarakat.Penyelenggaraan urusan pemerintahan berdasarkan kriteria akuntabilitasditentukan berdasarkan kedekatan suatu tingkatan pemerintahan dengan luas,besaran, dan jangkauan dampak yang ditimbulkan oleh penyelenggaraan suatuurusan pemerintahan. Berdasarkan kriteria akuntabillitas maka semakin dekatpemberi layanan dan penggunanya, dan semakin banyak jumlah pengguna layananmaka layanan tersebut lebih tepat diselenggarakan oleh pemerintahan daerahkabupaten/kota.

Efisiensi, adalah tingkat daya guna tertinggi yang dapat diperoleh daripenyelenggaraan suatu urusan pemerintahan. Penyelenggaraan urusanpemerintahan berdasarkan kriteria efisiensi ditentukan berdasarkan perbandingantingkat daya guna yang paling tinggi yang dapat diperoleh dari penyelenggaraansuatu urusan pemerintahan. Berdasarkan kriteria efisiensi maka penyelenggaraanurusan lebih tepat pada tingkat pemerintahan dimana terdapat perbandinganterbaik antara cost penyelenggaraan urusan dibandingkan dengan manfaat yangdiperoleh dengan penyelenggaraan urusan.

Penggunaan kriteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dalampembagian urusan pemerintahan antar tingkat pemerintahan dilaksanakan secarakumulatif sebagai satu kesatuan. Sementara itu, urusan pemerintahan yangmenjadi kewenangan pemerintahan daerah yang diselenggarakan berdasarkankriteria eksternalitas, akuntabilitas dan efisiensi terdiri dari urusan wajib danurusan pilihan. Urusan wajib didefinisikan sebagai urusan daerah otonom yangpenyelenggaraannya diwajibkan oleh pemerintah. Hal ini berarti pemerintahmenetapkan urusan mana yang merupakan urusan dasar yang menjadi prioritaspenyelenggaraan dan mana yang merupakan urusan pilihan.

Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsimerupakan urusan dalam skala provinsi, sedangkan urusan wajib yang menjadikewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yangberskala kabupaten/kota. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifatwajib, baik untuk pemerintahan provinsi maupun untuk pemerintahan kabupatendan kota sebagaimana disebutkan di atas harus berpedoman pada SPM.

Page 24: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Konsep Standar Pelayanan Minimal

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 9

Urusan yang menjadi kewenangan daerah terdiri dari urusan wajib danurusan pilihan. Urusan pemerintahan wajib adalah urusan pemerintahan yangwajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah yang terkait dengan pelayanandasar (basic services) bagi masyarakat seperti pendidikan dasar, kesehatan,lingkungan hidup, perhubungan, kependudukan dan lain sebagainya.

Urusan yang bersifat pilihan adalah urusan-urusan yang dapat dipilih untukdiselenggarakan oleh pemerintahan daerah berdasarkan kriteria pembagianurusan pemerintahan sebagaimana disebutkan di atas. Urusan yang bersifat pilihantersebut meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensiuntuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan,dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan. Dalam penyelenggaraan urusanpilihan tersebut, pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerahkabupaten/kota dapat memilih bagian urusan pemerintahan pada bidang-bidangtertentu seperti pertanian, kelautan, pertambangan dan energi, kehutanan danperkebunan, perindustrian dan perdagangan, perkoperasian, kesehatan,pendidikan, ketenagakerjaan, dan berbagai bidang lainnya.

Adanya pembagian urusan pemerintahan memberi petunjuk bahwaterdapat urusan-urusan pemerintahan tertentu yang penyelenggaraannya dibagi-bagi antara pemerintah, pemerintahan daerah provinsi, dan pemerintahan daerahkabupaten/kota. Dengan demikian penyelenggaraan urusan pemerintahantersebut melibatkan pemerintah, pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahandaerah kabupaten/kota secara bersama-sama. Pembagian dalam penyelenggaraanurusan pemerintahan tersebut merupakan pelaksanaan hubungan kewenanganantara pemerintah dan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten dan kota atauantar pemerintahan daerah yang saling terkait, tergantung dan sinergis sebagaisatu sistem pemerintahan.

Sesuai dengan deskripsi di atas, UU Nomor 32 Tahun 2004 mengamanatkanbahwa penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib dilaksanakandengan berpedoman pada SPM yang dilaksanakan secara bertahap. SPM dimaksudakan dijabarkan oleh masing-masing kementrian/ lembaga terkait untuk menyusunSPM masing-masing.

Pembahasan mengenai SPM tidak dapat terlepas dari kewenangan wajibyang dimiliki daerah. Oleh sebab itu, maka dalam uraian mengenai SPM ini akandiawali dengan uraian mengenai kewenangan wajib daerah.

Kewenangan wajib daerah merupakan kewenangan yangpenyelenggaraannya diwajibkan oleh Pemerintah kepada Daerah. Di dalam UUNomor 32 Tahun 2004 terdapat masing-masing 16 urusan wajib yang menjadikewenangan provinsi dan kewenangan kabupaten/kota. Urusan wajib yangmenjadi kewenangan pemerintah daerah provinsi merupakan urusan dalam skalaprovinsi yang meliputi:

Page 25: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah10

a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan;b. Perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang;c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;d. Penyediaan sarana dan prasarana umum;e. Penanganan bidang kesehatan;f. Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi SDM potensial;g. Penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota;h. Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota;i. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah termasuk lintas

kabupaten/kota;j. Pengendalian lingkungan hidup;k. Pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota;l. Pelayanan kependudukan dan catatan sipil;m. Pelayanan administrasi umum pemerintahan;n. Pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten/kota;o. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh

kabupaten/kota; danp. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

Sedangkan urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerahuntuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi:

a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan;b. Perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang;c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;d. Penyediaan sarana dan prasarana umum;e. Penanganan bidang kesehatan;f. Penyelenggaraan pendidikan;g. Penanggulangan masalah sosial;h. Pelayanan biang ketenagakerjaan;i. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah;j. Pengedalian lingkungan hidup;k. Pelayanan pertanahan;l. Pelayanan kependudukan dan catatan sipil;m. Pelayanan administrasi umum pemerintahan;n. Pelayanan administrasi penanaman modal;o. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; danp. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

Kewenangan Wajib Daerah dilaksanakan oleh Pemerintahan Daerah yangpenyelenggaraannya berdasarkan prinsip bahwa:

a. Kewenangan Wajib Daerah merupakan kewenangan Daerah yangpenyelenggaraannya diwajibkan oleh Pemerintah;

b. Kewenangan Wajib Daerah ditetapkan oleh Pemerintah untuk menjamindilaksanakannya kewenangan Daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar

Page 26: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Konsep Standar Pelayanan Minimal

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 11

sekaligus menentukan tingkat kualitas pelayanan tersebut yang diukur denganStandar Pelayanan Minimal;

c. Pelaksanaan Kewenangan Wajib Daerah harus menjadi prioritas bagiPemerintah Daerah;

d. Kewenangan Wajib ditetapkan melalui kriteria sebagai berikut:1) Melindungi hak-hak konstitusional perorangan dan masyarakat;2) Melindungi kepentingan Nasional yang ditetapkan berdasarkan konsensus

Nasional, dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan RepublikIndonesia, kesejahteraan masyarakat, ketenteraman dan ketertibanumum;

3) Memenuhi komitmen Nasional yang berkaitan dengan perjanjian dankonvensi Internasional.

C. Standar Pelayanan Minimal

1. Pengertian Umum

Standar pelayanan minimal (SPM) didefinisikan sebagai tolok ukur untukmengukur kinerja penyelenggaraan urusan wajib daerah yang berkaitandengan pelayanan dasar kepada masyarakat. Adanya SPM sangat diperlukanbaik bagi Pemerintah Daerah maupun bagi masyarakat, mengingat bahwaPemerintah Daerah merupakan ujung tombak pemberian pelayanan kepadawarga masyarakat. Bagi Pemerintah Daerah, SPM dapat dijadikan tolok ukurdalam penentuan biaya yang diperlukan untuk membiayai penyediaanpelayanan tersebut. Sedangkan bagi masyarakat, adanya SPM akan menjadiacuan mengenai kualitas dan kuantitas suatu pelayanan yang disediakan olehPemerintah Daerah.

SPM merupakan standar pelayanan yang minimal dan wajib disediakanoleh Pemerintah Daerah kepada masyarakatnya. Adanya SPM akan menjaminminimal pelayanan yang berhak diperoleh masyarakat. Disamping itu, SPMdapat mengembangkan dan menerapkan standar kinerja untuk kewenangandaerah yang lain.

Pada dasarnya pusat pelayanan yang paling dekat dengan masyarakatadalah di tingkat kabupaten/kota. Oleh karena itu, SPM basis penerapannyaadalah di kabupaten/kota. Pemerintah melalui departemen sektoral membuatSPM untuk masing-masing pelayanan yang menjadi bidang tugasnya.

Pemerintah provinsi berdasarkan SPM dari pusat dalam kapasitasnyasebagai wakil pusat di daerah bekerjasama dengan daerah kabupaten/kotamembahas bagaimana pencapaian SPM tersebut. Dalam pelaksanaan SPMbagi daerahnya, pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten/kotadalam wilayahnya bekerjasama merumuskan pencapaian SPM tersebutdengan mempertimbangkan kondisi objektif yang ada di setiap daerah yang

Page 27: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah12

bersangkutan. Selanjutnya, pemerintah kabupaten/kota melalui Perda masing-masing menentukan cara pelaksanaan pelayanan tersebut berdasarkan SPMyang telah disepakati pencapaiannya dengan pemerintah provinsi. SPM yangdiimplementasikan ditingkat kabupaten/kota menjadi dasar bagi pengawasanyang dilakukan oleh provinsi sebagai wakil pusat di daerah.

Pelayanan-pelayanan yang berbasis SPM tersebut kemudiandiakomodasikan dalam Renstra daerah dan dilaksanakan setiap tahunnyamelalui APBD. Pelaksanaan SPM tersebut kemudian dievaluasi untuk melihatsejauhmana pelaksanaannya dan masalah-masalah apa yang terjadi dalamimplementasi untuk dijadikan feedback bagi penyempurnaannya.

Adapun prinsip-prinsip SPM yang dijadikan acuan adalah:

1. SPM diterapkan pada kewenangan wajib Daerah saja, namun Daerah dapatmengembangkan dan menerapkan Standar Kinerja untuk Kewenangan Daerahyang lain;

2. SPM ditetapkan Pemerintah dan diberlakukan untuk seluruh DaerahKabupaten/Kota;

3. SPM harus mampu menjalin terwujudnya hak-hak individu serta dapatmenjamin akses masyarakat mendapat pelayanan dasar dari Pemerintahdaerah sesuai patokan dan ukuran yang ditetapkan oleh Pemerintah;

4. SPM bersifat dinamis dan perlu dikaji ulang dan diperbaiki dari waktu kewaktu sesuai dengan perubahan kebutuhan Nasional dan perkembangankapasitas Daerah;

5. SPM harus memenuhi beberapa ketentuan sebagai berikut:

a. Pemerintah Pusat menentukan SPM secara jelas dan konkrit,sesederhana mungkin, tidak terlalu banyak dan mudah diukur untukdipedomani oleh setiap unit organisasi perangkat Daerah, atau badanudaha milik daerah atau lembaga mitra Pemerintah Daerah yangmelaksanakan kewenangan wajib Daerah.

b. Indikator SPM memberikan informasi kinerja penyelenggaraankewenangan wajib Daerah secara kualitas (seberapa berarti kemajuanyang telah dilakukan) dan secara kuantitas (seberapa banyak yangtelah dilakukan) dengan mempunyai nilai bobot.

c. Karakteristik indikator meliputi:

1) masukan, yaitu bagaimana tingkat atau besaran sumberdayayang digunakan;

2) proses yang digunakan, yaitu termasuk upaya pengukurannyaseperti program atau kegiatan yang dilakukan, mencakup waktu,lokasi, isi program atau kegiatan, penerapannya danpengelolaannya.

Page 28: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Konsep Standar Pelayanan Minimal

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 13

3) hasil, yaitu wujud pencapaian kinerja, termasuk pelayanan yangdiberikan, persepsi publik terhadap pelayanan tersebut,perubahan perilaku publik.

4) manfaat, yaitu tingkat kemanfaatan yang dirasakan sebagai nilaitambah, termasuk kualitas hidup, kepuasankonsumen/masyarakat, maupun Pemerintah Daerah.

5) dampak, yaitu pengaruh pelayanan terhadap kondisi secaramakro berdasarkan manfaat yang dihasilkan.

d. Indikator SPM menggambarkan indikasi variabel pelayanan dasaryang digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau status danmenggambarkan keseluruhan pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu-kewaktu serta jenis pelaporandasar kepada masyarakat terhadap kinerja unit organisasi perangkatdaerah.

e. Indikator (termasuk nilai) pelayanan minimal merupakan keadaanminimal yang diharapkan secara nasional untuk suatu jenis pelayanantertentu. Yang dianggap minimal dapat merupakan rata-rata kondisidaerah-daerah.

f. Indikator Standar Pelayanan Minimal seharusnya diacu dalamperencanaan daerah, pengganggaran daerah dan pemekaran danpenggabungan lembaga perangkat daerah, pengawasan, pelaporandan salah satu dokumen Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) KepalaDaerah serta penilaian kapasitas daerah.

g. Dalam upaya pencapaian SPM untuk jangka waktu tertentuditetapkan batas awal pelayanan minimal (“Minimum ServiceBaselines“) dan target pelayanan yang akan dicapai (“MinimumService Target“).

h. “Minimum Service Baselines” adalah spesifikasi kinerja pada tingkatawal berdasarkan data indikator SPM yang terakhir/terbaru.

i. “Minimum Service Target” adalah spesifikasi peningkatan kinerjapelayanan yang harus dicapai dalam periode waktu tertentu dalamsiklus perencanaan daerah multi tahun untuk mencapai atau melebihiSPM.

6. SPM berbeda dengan standar teknis, dimana standar teknis merupakan faktorpendukung alat mengukur pencapaian SPM.

SPM merupakan alat untuk mengukur kinerja Pemerintahan Daerahdalam penyelenggaraan pelayanan dasar. Tingkat kesejahteraan masyarakatakan sangat tergantung pada tingkat pelayanan publik yang disediakan olehPemerintah Daerah. SPM sangat diperlukan oleh Pemerintah Daerah danmasyarakat sebagai konsumen pelayanan itu sendiri. Bagi Pemerintah Daerah,suatu SPM dapat dijadikan sebagai tolok ukur (benchmark) dalam penentuanbiaya yang diperlukan untuk menyediakan pelayanan tertentu. Sedangkan bagi

Page 29: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah14

masyarakat, SPM akan menjadi acuan dalam menilai kinerja pelayanan publik,yakni kualitas dan kuantitas suatu pelayanan publik yang disediakan olehPemerintah Daerah.

Penerapan SPM akan memiliki manfaat sebagai berikut:

a. Dengan SPM akan lebih terjamin penyediaan pelayanan publik yangdisediakan oleh Pemerintah Daerah kepada masyarakat;

b. SPM akan bermanfaat untuk menentukan Standar Analisis Biaya (SAB)yang sangat dibutuhkan Pemerintah Daerah untuk menentukan jumlahanggaran yang dibutuhkan untuk menyediakan suatu pelayanan publik;

c. SPM akan menjadi landasan dalam penentuan perimbangan keuanganyang lebih adil dan transparan (baik Dana Alokasi Umum/DAU maupunDana Alokasi Khusus/DAK);

d. SPM akan dapat dijadikan dasar dalam menentukan anggaran kinerja danmembantu Pemerintah Daerah dalam melakukan alokasi anggaran yanglebih berimbang;

e. SPM akan dapat membantu penilaian kinerja (LPJ) Kepala Daerah secaralebih akurat dan terukur sehingga mengurangi kesewenang-wenangandalam menilai kinerja pemerintah daerah;

f. SPM akan dapat menjadi alat untuk meningkatkan akuntabilitasPemerintah Daerah kepada masyarakat, karena masyarakat akan dapatmelihat keterkaitan antara pembiayaan dengan pelayanan publik yangdapat disediakan Pemerintah Daerah;

g. SPM akan menjadi argumen dalam melakukan rasionalisasai kelembagaanPemerintah Daerah, kualifikasi pegawai, serta korelasinya denganpelayanan masyarakat.

Dalam penyelenggaraannya, SPM dibuat berdasarkan sejumlahperaturan perundang-undangan, yakni:

a. UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;b. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;c. PP Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan

Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom;d. PP Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan;e. PP Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tatacara Pertanggungjawaban

Keuangan Daerah;f. PP Nomor 20 Tahun 2001 mengenai Pembinaan dan Pengawasan atas

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;g. PP Nomor 56 Tahun 2001 mengenai Pelaporan Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah; danh. PP Nomor 65 Tahun 2005 mengenai Pedoman Penyusunan dan

Penerapan Standar Pelayanan Minimal.

Page 30: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Konsep Standar Pelayanan Minimal

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 15

Sesuai dengan Pasal 5 ayat (1) PP Nomor 65 Tahun 2005, bahwapenyusunan SPM oleh masing-masing Menteri/Pimpinan LPND dilakukanmelalui konsultasi yang dikoordinasi oleh Menteri Dalam Negeri. Konsultasitersebut dilakukan dengan tim konsultasi yang terdiri dari unsur-unsurDepartemen Dalam Negeri, Kementrian Negara Perencanaan PembangunanNasional/Kepala Bappenas, Departemen Keuangan, Kementrian NegaraPemberdayaan Aparatur Negara, dengan melibatkan Menteri/Pimpinan LPNDterkait, yang dibentuk dengan Kepmendagri. Hasil konsultasi tersebutdikeluarkan oleh masing-masing Departemen/LPND sebagai PeraturanMenteri yang bersangkutan.

Sebelum PP Nomor 65 Tahun 2005 tersebut dikeluarkan, untukmengatasi kelangkaan peraturan perundangan mengenai SPM sedangkan SPMharus sudah dilaksanakan, maka dikeluarkan Surat Edaran Menteri DalamNegeri Nomor 100 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan Kewenangan Wajib danStandar Pelayanan Minimal. Berdasarkan SE Mendagri tersebut, beberapadepartemen telah mengeluarkan Pedoman SPM. Pedoman tersebut digunakanuntuk menjabarkan SPM ke dalam aturan yang lebih spesifik, sepertipenjabaran definisi operasional, cara perhitungan pencapaian kinerja, rumusindikator, sumber data, target, maupun langkah-langkah kegiatan yang harusdilakukan.

Kondisi pelayanan publik yang diberikan oleh Pemerintah Daerah diIndonesia saat ini sangat beragam dari satu daerah ke daerah lainnya, baik darisegi kuantitas maupun kualitasnya. Misalnya, dalam hal penyediaanPuskesmas di setiap Kecamatan sebagai SPM di bidang kesehatan masihbelum dapat dipenuhi oleh banyak Pemerintah Daerah. Demikian pula dengandengan pelayanan di bidang lainnya, seperti pelayanan KTP, akses jalan darikecamatan ke ibukota Kabupaten, dan sebagainya masih berada dalam kondisidi bawah SPM yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat (departemen terkait).

Selain itu, tingkat kesiapan masing-masing departemen dalammemberikan acuan mengenai SPM untuk diterapkan di daerah juga cukupberagam. Dari sebanyak 16 (enambelas) sektor yang dalam Undang-Undangditetapkan untuk didesentralisasikan kewenangannya ke Pemerintah Daerah,baru Departemen Kesehatan dan Departemen Pendidikan Nasional yangdinilai paling siap melaksanakannya dengan menyediakan acuan SPM yangditetapkan, yakni dengan SK Menteri Kesehatan Nomor 1457 Tahun 2003tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota danSK Menteri Pendidikan Nasional Nomor 1299 Tahun 2004 tentang StandarPelayanan Minimal Bidang Pendidikan di Kabupaten/Kota.

Berkenaan dengan penyelenggaraan SPM tersebut di atas dan sebagaiturunan dari PP Nomor 65 Tahun 2005, maka diterbitkan Permendagri Nomor6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan StandarPelayanan Minimal. Ruang lingkup dari Permendagri tersebut meliputi: a) Jenis

Page 31: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah16

pelayanan dasar yang berpedoman pada SPM, b) Indikator SPM, c) nilai SPM,d) Batas waktu pencapaian SPM, dan e) Pengorganisasian penyelenggaraanSPM.

Adapun penjabaran untuk masing-masing ruang lingkup tersebut adalahsebagai berikut:

a. Penentuan jenis pelayanan dasar yang berpedoman pada SPM mengacupada kriteria:

1. merupakan bagian dari pelaksanaan urusan wajib;2. merupakan pelayanan yang sangat mendasar yang berhak diperoleh

setiap warga secara minimal sehingga dijamin ketersediaannya olehkonstitusi, rencana jangka panjang nasional, dan konvensiinternasional yang sudah diratifikasi, tanpa memandang latarbelakang pendapatan, sosial, ekonomi, dan politik warga;

3. didukung dengan data dan informasi terbaru yang lengkap secaranasional serta latar belakang pengetahuan dan ketrampilan yangdibutuhkan dalam penyelenggaraan pelayanan dasar sebagaimanadimaksud pada huruf b, dengan berbagai implikasinya, termasukimplikasi kelembagaan dan pembiayaannya; dan

4. terutama yang tidak menghasilkan keuntungan materi.

b. Penentuan indikator standar pelayanan minimal menggambarkan hal-halsebagai berikut:

1. tingkat atau besaran sumberdaya yang digunakan, seperti sarana danprasarana, dana, dan personil;

2. tahapan yang digunakan, termasuk upaya pengukurannya, sepertiprogram atau kegiatan yang dilakukan, mencakup waktu, lokasi,pembiayaan, penerapan, pengelolaan dan keluaran, hasil dandampak;

3. wujud pencapaian kinerja, meliputi pelayanan yang diberikan,persepsi, dan perubahan perilaku masyarakat;

4. tingkat kemanfaatan yang dirasakan sebagai nilai tambah,termasuk kualitas hidup, kepuasan konsumen atau masyarakat, duniausaha, pemerintah dan pemerintahan daerah; dan

5. keterkaitannya dengan keberadaan sistem informasi, pelaporan danevaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah yang menjaminpencapaian SPM dapat dipantau dan dievaluasi oleh pemerintahsecara berkelanjutan.

c. Penentuan Nilai SPM:

1. kualitas berdasarkan standar teknis dari jenis pelayanan dasar yangberpedoman pada SPM dengan mempertimbangkan standarpelayanan tertinggi yang telah dicapai dalam bidang pelayanan dasar

Page 32: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Konsep Standar Pelayanan Minimal

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 17

yang bersangkutan di daerah dan pengalaman empiris tentang carapenyediaan pelayanan dasar yang bersangkutan yang telah terbuktidapat menghasilkan mutu pelayanan yang hendak dicapai, sertaketerkaitannya dengan SPM dalam suatu bidang pelayanan yangsama dan dengan SPM dalam bidang pelayanan yang lain;

2. cakupan jenis pelayanan dasar yang berpedoman pada SPM secaranasional dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan nasionaldan daerah serta kemampuan kelembagaan dan personil daerahdalam bidang pelayanan dasar yang bersangkutan, variasi kondisidaerah, termasuk kondisi geografisnya.

d. Batas waktu pencapaian SPM:

Batas waktu pencapaian SPM merupakan kurun waktu yang ditentukanuntuk mencapai SPM secara nasional. Dalam menentukan batas waktupencapaian SPM harus mempertimbangkan :

1. status jenis pelayanan dasar yang bersangkutan pada saat ditetapkan;2. sasaran dan tingkat pelayanan dasar yang hendak dicapai;3. variasi faktor komunikasi, demografi dan geografi daerah; dan4. kemampuan, potensi, serta prioritas nasional dan daerah.

e. Pengorganisasian penyelenggaraan SPM mencakup:

tatacara penyusunan dan penetapan SPM serta pembinaan danpengawasan penerapannya.

2. Prinsip Penyusunan dan Penetapan SPM

Prinsip-prinsip dalam penyusunan dan penetapan standar pelayanan minimal adalahsebagaimana berikut :

a. Keprimaan sudah harus berawal dari sejak adanya rumusan harapanterhadap kondisi masa depan atau visi yang ingin dicapai organisasi/instansi/negara.

b. Visi dijabarkan secara tuntas ke dalam rumusan-rumusan misi (usaha-usahapokok) organisasi yang terukur.

c. Misi dijabarkan dalam standar pelayanan yang minimum harus ditunjukkanberupa rincian kegiatan yang harus dilakukan untuk dapat menghasilkanoutput/hasil akhir pelayanan dengan mengacu pada parameter keprimaanteknis operasional berikut :

kesederhanaan; kejelasan dan kepastian; akuntabilitas (tanggunggugat); keamanan (security); keterbukaan (transparancy);

Page 33: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah18

efisiensi (ekonomis); efektivitas; adil dan merata; ketepatan (accuracy); kemudahan (accessibility); kesopanan (courtesy); kenyamanan (comfortability); kemampuan/kemahiran (competence); dapat dipercaya (credibility/reliability); keandalan (dependability); fleksibilitas; kejujuran; kesegeraan/kesigapan (promptness); responsif; dan sebagainya.

3. Mekanisme dan Koordinasi Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal

Mekanisme dan koordinasi pelaksanaan SPM untuk mendukung pelayanandasar yang mencerminkan akuntabilitas kinerja pelayanan publik dalam eradesentralisasi adalah sebagai berikut:

Tingkat Pusat

a. Pemerintah melalui Departemen/LPND setelah dikonsultasikan denganDepartemen Dalam Negeri, menetapkan kewenangan wajib dan SPM yangberlaku secara nasional dan wajib dilaksanakan daerah Kabupaten/Kota.

b. Pemerintah melakukan supervisi, monitoring dan pengendalian terhadappelaksanaan kewenangan wajib dan pencapaian SPM.

c. Pemerintah melakukan penilaian keberhasilan pelaksanaan SPM dimasing-masing daerah apakah SPM tercapai atau tidak.

d. Pemerintah mengambil tindakan terhadap daerah yang tidakmelaksanakan kewenangan wajib dan atau tidak mencapai SPM sesuaidengan alasan dan derajat/tingkat kegagalan.

e. Pemerintah melakukan sosialisasi, diseminasi, pelatihan, bimbingan danworkshop/lokakarya SPM;

Tingkat Provinsi

a. Gubernur selaku wakil Pemerintah menetapkan program dan kurun waktupencapaian SPM sesuai dengan kondisi pada masing-masingkabupaten/kota yang ditentukan secara bersamasama dengankabupaten/kota dalam wilayahnya, berdasarkan SPM dariDepartemen/LPND

b. Gubernur selaku wakil Pemerintah melakukan supervisi, pemantauan danmonitoring terhadap pelaksanaan SPM di kabupaten dan kota.

Page 34: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Konsep Standar Pelayanan Minimal

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 19

c. Gubernur selaku wakil Pemerintah melaporkan issue strategis sebagaidampak pelaksanaan SPM di daerahnya untuk mendapat pertimbangandari Pemerintah.

d. Gubernur selaku wakil Pemerintah melakukan sosialisasi, diseminasi, pelatihan,bimbingan dan workshop/lokakarya dalam rangka pelaksanaan SPM didaerahnya.

e. Gubernur melaporkan kepada Pemerintah Pusat secara berkala kinerjadaerah kabupaten/kota terhadap pelaksanaan SPM.

Tingkat Kabupaten/Kota

a. Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota menyusun dan menetapkanPeraturan Daerah tentang pelaksanaan SPM.

b. Penyelenggaraan SPM di Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh unitorganisasi perangkat daerah atau Badan Usaha Milik Daerah atau lembagamitra Pemda, terhadap Kewenangan bidang Pemerintahan tertentu yangwajib dilaksanakan didasarkan kepada SPM yang telah ditetapkan melaluiPerda.

c. Melakukan reorientasi tugas pokok dan fungsi kelembagaan unitorganisasi perangkat daerah dalam penyelenggaraan SPM kedalamProgram Pembangunan Daerah atau Renstra Daerah dan Repetadasebagai pengukuran indikator kinerja APBD atau Anggaran lainnya.

d. Unit organisasi perangkat daerah dalam penyusunan REPETADA danRAPBD memprioritaskan bidang Pemerintahan yang wajib yangmenyentuh langsung kepada pelayanan dasar masyarakat denganpengukuran kinerja berdasarkan indikator SPM yang telah ditetapkan.

e. Kajian penyempurnaan SPM sesuai Kewenangan yang Wajib dilaksanakanKabupaten/Kota berdasarkan kondisi riil, potensial dan kemampuannya.

f. Sosialisasi, desiminasi penyelenggaraan SPM dalam pelaksanaanKewenangan Wajib Daerah Kabupaten/Kota yang kebutuhan dasarmasyarakat secara umum merupakan.

g. Melakukan survei kepuasan masyarakat terhadap pencapaianpelaksanaan SPM.

4. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan

Dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) tahun 1948 dinyatakanbahwa “Health is a fundamental human right”, yang mengandung suatukewajiban untuk menyehatkan yang sakit dan mempertahankan yang sehat.Hal ini melandasi pemikiran bahwa sehat sebagai hak asasi manusia dansehat sebagai investasi. Untuk Indonesia, jelas tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang mengamanatkan bahwa kesehatanmerupakan salah satu aspek dari hak asasi manusia, yaitu sebagaimana dalampasal 28 H ayat (1) : “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,

Page 35: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah20

bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat,serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.

Pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkankesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang orangagar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagaiperwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam PembukaanUndang-Undang Dasar 1945. Pembangunan Kesehatan tersebutdiselenggarakan dengan mendasarkan kepada Sistem Kesehatan Nasional(SKN). SKN adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya BangsaIndonesia secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin derajatkesehatan yang setinggi-tingginya, sebagai perwujudan kesejahteraan umumseperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945.

Sesuai pula dengan SKN tersebut, pelaku penyelenggaraanpembangunan kesehatan adalah masyarakat, pemerintah pusat, pemerintahprovinsi maupun pemerintah kabupaten/kota, badan legislatif serta badanyudikatif. Dengan demikian dalam lingkungan pemerintah, Pemerintah Pusatdan Pemerintah Daerah harus saling bahu membahu secara sinergismelaksanakan pembangunan kesehatan yang terencana, terpadu danberkesinambungan dalam upaya kita bersama mencapai derajat kesehatanyang setinggi-tingginya.

Undang – Undang Nomor 22 Tahun 1999 jo UU Nomor 32 tahun 2004tentang Pemerintahan Daerah telah menetapkan bidang kesehatanmerupakan salah satu kewenangan wajib yang harus dilaksanakan olehKabupaten/Kota. Penyelenggaraan Kewenangan Wajib oleh Daerah adalahmerupakan perwujudan otonomi yang bertanggungjawab, yang pada intinyamerupakan pengakuan/pemberian hak dan kewenangan Daerah dalam wujudtugas dan kewajiban yang harus dipikul oleh Daerah.

Tanpa mengurangi arti serta pentingnya prakarsa Daerah dalampenyelenggaraan otonominya dan untuk menghindari terjadinya kekosonganpenyelenggaraan pelayanan dasar kepada masyarakat, Daerah Kabupaten danDaerah Kota wajib melaksanakan kewenangan dalam bidang tertentu,termasuk didalamnya kewenangan bidang kesehatan.

Pemerintah Pusat bertanggung jawab secara nasional atas keberhasilanpelaksanaan otonomi daerah, walaupun pelaksanaan operasionalnyadiserahkan kepada pemerintah daerah dan masyarakat daerah yangbersangkutan. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentangKewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom,menyebutkan bahwa peran pemerintah pusat di era desentralisasi ini lebihbanyak bersifat menetapkan kebijakan makro, melakukan standarisasi,supervisi, monitoring evaluasi, pengawasan dan pemberdayaan ke daerah,sehingga otonomi dapat berjalan secara optimal.

Page 36: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Konsep Standar Pelayanan Minimal

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 21

Guna menyamakan persepsi dan pemahaman dalam pengaktualisasiankewenangan wajib bidang kesehatan di Kabupaten/Kota seiring denganLampiran Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 100/756/OTDA tanggal 8 Juli2002 tentang Konsep Dasar Penentuan Kewenangan Wajib dan StandarPelayanan Minimal, maka dalam rangka memberikan panduan untukmelaksanakan pelayanan dasar di bidang kesehatan kepada masyarakat diDaerah, telah d i t e t a p k a n K e p u t u s a n M e n t e r i K e s e h a t a nN o m o r 1457/MENKES/SK/X/2003 tentang “Standar Pelayanan MinimalBidang Kesehatan di Kabupaten/Kota”.

Dalam Keputusan Menteri Kesehatan tersebut tercakup jenis-jenispelayanan beserta indikator serta target pencapaiannya sebagaimanaterangkum pada tabel berikut :

Tabel.2.1Jenis Pelayanan, Indikator dan Target

Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan

No. Jenis Pelayanan Indikator dan Target

1. Pelayanan Kesehatan Ibu danBayi

Cakupan kunjungan ibu hamil K4 (95%) Cakupan pertolongan persalinan oleh

Bidan atau tenaga kesehatan yangmemiliki kompetensi kebidanan (90%)

Ibu hamil resiko tinggi yang dirujuk (100%) Cakupan kunjungan neonatus (90%) Cakupan kunjungan bayi (90%) Cakupan bayi berat lahir rendah (BBLR

yang ditangani (100%2. Pelayanan Kesehatan Anak Pra

Sekolah dan Usia Sekolah Cakupan deteksi dini tumbuh kembang

anak balita dan pra sekolah (90%) Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD

dan setingkat oleh tenaga kesehatan atautenaga terlatih/guru UKS/Dokter Kecil(100%)

Cakupan pelayanan kesehatan remaja(80%)

3. Pelayanan Keluarga Berencana Cakupan peserta aktif KB (70%)4. Pelayanan Imunisasi Desa/Kelurahan Universal Child

Immunization (100%)5. Pelayanan

Pengobatan/Perawatan Cakupan rawat jalan (15%) Cakupan rawat inap (15%)

6. Pelayanan Kesehatan Jiwa Pelayanan gangguan jiwa di saranapelayanan kesehatan umum (15%)

7. Pemantauan Pertumbuhan Balita yang naik berat badannya (80%)

Page 37: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah22

No. Jenis Pelayanan Indikator dan Target

Balita Balita Bawah Garis Merah (<15%)8. Pelayanan Gizi Cakupan Balita mendapat kapsul vitamin A

2 kali per tahun (90%) Cakupan Ibu Hamil mendapat 90 tablet Fe

(90%) Cakupan pemberian makanan

pendamping ASI pada Bayi bawah garismerah dari keluarga miskin (100%)

Balita gizi buruk mendapat perawatan(100%)

9. Pelayanan Obstetrik danNeonatus Emergensi Dasardan Komprehensif

Akses terhadap ketersediaan darah dankomponen yang aman untuk menanganirujukan ibu hamil dan neonatus (80%)

Ibu hamil resiko tinggi/komplikasi yangditangani (80%)

Neonatus resiko tinggi/komplikasi yangditangani (80%)

10. Pelayanan Gawat Darurat Sarana kesehatan dengan kemampuanpelayanan gawat darurat yang dapatdiakses masyarakat (90%)

11. Penyelenggaraan penyelidikanepidemologi danpenanggulangan kejadian luarbiasa (KLB) dan gizi buruk

Desa/Kelurahan mengalami KLB yangditangani (<24 jam (100%)

Kecamatan bebas rawan gizi (80%)

12. Pencegahan danPemberantasan Penyakit Folio

Acute Flacid Paralysis (AFP rate per100.000 penduduk <15 tahun ( 1)

13. Pencegahan danPemberantasan Penyakit TBParu

kesembuhan penderita TBC BTA positif(>85%)

14. Pencegahan danPemberantasan Penyakit ISPA

Cakupan balita dengan pneumonia yangditangani (100%)

15. Pencegahan danPemberantasan Penyakit HIVAIDS

Klien yang mendapatkan penanganan HIVAIDS (100%)

Infeksi menular seksual yang diobati(100%)

16. Pencegahan danPemberantasan Penyakit DBD

Penderita DBD yang ditangani (80%)

17. Pencegahan danPemberantasan Penyakit Diare

Balita dengan diare yang ditangani (100%)

18. Pelayanan KesehatanLingkungan

Institusi yang dibina (70%)

19. Pelayanan kesehatan Vektor Rumah/bangunan bebas jentik nyamukAedes (>95%)

20. Pelayanan Hygiene Sanitasi di Tempat umum yang memenuhi syarat

Page 38: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Konsep Standar Pelayanan Minimal

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 23

No. Jenis Pelayanan Indikator dan Target

tempat Umum (80%)21. Penyuluhan Perilaku Sehat Rumah tangga sehat (65%)

Bayi mendapat ASI-eksklusif (80%) Desa dengan program garam beryodium

baik (90%) Posyandu Purnama (40%)

22. Penyuluhan Pencegahan danPenanggulanganPenyalahgunaan Narkotika,Psikotropika dan Zat Adiktif(P3 NAPZA) berbasismasyarakat

Upaya penyuluhan P3 NAPZA oleh petugaskesehatan (15%)

23. Pelayanan Penyediaan Obatdan Perbekalan Kesehatan

Ketersediaan obat sesuai kebutuhan (90%) Pengadaan obat esensial (100%) Pengadaan obat generik (100%)

24. Pelayanan Penggunaan ObatGenerik

Penulisan resep obat generik

25. Penyelenggaraan pembiayaanuntuk pelayanan kesehatanperorangan

Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatanpra bayar (80%)

26. Penyelenggaraan pembiayaanuntuk keluarga miskin danmasyarakat rentan

Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatankeluarga miskin dan masyarakat rentan(100%)

5. Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan

Departemen Pendidikan Nasional juga telah mengeluarkan Keputusan MenteriPendidikan Nasional Nomor 1299 Tahun 2004 tentang Standar PelayananMinimal Bidang Pendidikan. Dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasionaltersebut tercakup jenis-jenis pelayanan beserta indikator serta targetpencapaiannya sebagaimana terangkum pada tabel berikut :

Tabel.2.2Jenis Pelayanan, Indikator dan Target

Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan

No. Jenis Pelayanan Indikator dan Target

1. Pelayanan PendidikanSD/ MI

Anak dalam kelompok usia 7 – 12 tahunbersekolah di SD/MI (100%)

Angka Putus sekolah (APS) (≤1%) Sekolah memiliki sarana dan prasarana minimal

Page 39: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah24

No. Jenis Pelayanan Indikator dan Target

sesuai standar teknis yang ditetapkan secaranasional (90%)

Jumlah guru SD yang diperlukan terpenuhi (95%) Guru SD/MI memiliki kualifikasi sesuai dengan

sesuai kompetensi yang diterapkan secaranasional (65%)

Siswa memiliki buku pelajaran yang lengkapsetiap mata pelajaran (100%)

Rasio jumlah siswa SD/MI per kelas (30-40siswa)

Siswa yang mengikuti uji sample mutupendidikan standar nasional mencapai nilaimemuaskan dalam mata pelajaran membaca,menulis dan berhitung untuk kelas III dan matapelajaran bahasa, matematika, IPA dan IPSuntuk kelas V (90%)

Lulusan SD melanjutkan ke SMP/MTs (100%)2. Pelayanan Pendidikan

SMP/MTs Anak dalam usia 13-15 Tahun bersekolah di

SMP/MTs (96%) Angka putus sekolah (APS (≤1%) Sekolah memiliki sarana dan prasarana minimal

sesuai dengan standar teknis yang ditetapkansecara nasional (90%)

Sekolah memiliki tenaga kependidikan non guruuntuk melaksanakan tugas administrasi dankegiatan non mengajar lainnya (80%)

Jumlah guru SMP yang diperlukan terpenuhi(90%)

Guru SMP/MTs memiliki kualifikasi sesuaidengan kompetensi yang ditetapkan secaranasional (90%)

Siswa memiliki buku pelajaran yang lengkapsetiap mata pelajaran (100%)

Rasio jumlah siswa SMP/MTs per kelas (30-40siswa)

Siswa yang mengikuti uji sampel mutupendidikan standar nasional mencapai nilaimemuaskan dalam mata pelajaran bahasaindonesia, bahasa inggris, matematika, IPA, IPSdi kelas I dan II (90%)

Lulusan SMP / MTs melanjutkan ke SekolahMenengah Atas/Madrasah Aliyah(MA)/SekolahMenengah Kejuruan (SMK) (70%)

3. Pelayanan PendidikanSMA/MA

Anak dalam kelompok usia 16 – 18 tahunbersekolah di SMA/MA/SMK (60%)

Page 40: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Konsep Standar Pelayanan Minimal

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 25

No. Jenis Pelayanan Indikator dan Target

Angka Putus Sekolah (≤1%) Sekolah memiliki sarana dan prasarana minimal

sesuai dengan standar teknis yang ditetapkansecara nasional (90%)

Sekolah memiliki tenaga kependidikan non guruuntuk melaksanakan tugas administrasi dankegiatan non mengajar lainnya (80%)

Jumlah guru SMA/MA yang diperlukanterpenuhi (90%)

Guru SMA/MA memiliki kualifikasi sesuaidgnkompetensi yang ditetapkan secara nasional(90%)

Siswa memiliki buku pelajaran yang lengkapsetap mata pelajaran (100%)

Rasio jumlah siswa per kelas (30-40 siswa) Siswa yang mengikuti uji sampel mutu standar

nasional mencapai nilai ”memuaskan” dalammata pelajaran bahasa Inggris, Geografi,Matematika dasar untuk kelas I dan II (90%)

Lulusan SMA/MA melanjutkan ke perguruanTinggi yang terakreditasi (25%)

4. Pelayanan PendidikanSMK

Angka Putus Sekolah (≤1%) Sekolah memiliki sarana prasarana minimal

sesuai dgn standar teknis yang ditetapkansecara nasional (90%)

Sekolah memiliki tenaga kependidikan non guruuntuk melaksanakan tugas administrasi dankegiatan non mengajar lainnya. (80%)

Jumlah guru SMK yang diperlukan terpenuhi(90%)

Guru SMK memiliki kualifikasi sesuai dengankompetensi yang ditetapkan secara nasional(90%)

Siswa memiliki buku pelajaran yang lengkapsetiap mata pelajaran (100%)

Rasio jumlah siswa SMK perkelas (30-40 siswa) Lulusan SMK melanjutkan ke perguruan tinggi

yang terakreditasi (20%) Lulusan SMK diterima di dunia kerja sesuai

dengan keahliannya (20%)5. Pelayanan Pendidikan

Keaksaraan Penduduk usia produktif (15-44 tahun) bisa

membaca dan menulis (100%) Orang buta aksara dalam kelompok usia di 15-44

tahun (≤ 7%) Orang buta aksara dalam kelompok usia di atas

Page 41: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah26

No. Jenis Pelayanan Indikator dan Target

44 tahun (≤ 30%) Tersedianya data keaksaraan yang diperbaharui

secara terus menerus (100%)6. Pelayanan Pendidikan

Kesetaraan SekolahDasar

Jumlah penduduk usia sekolah yang belumbersekolah di SD/MI menjadi peserta didikProgram Paket A (80%)

Peserta didik program paket A yang tidak aktif (≤10%)

Peserta didik memiliki modul Program Paket A(100%)

Peserta didik yang mengikuti ujian akhirProgram Paket A lulus ujian kesetaraan (95%)

Lulusan Program Paket A dapat melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi (SMP, MTs,atau Program Paket B) (95%)

Peserta didik yang mengikuti uji sampel mutupendidikan mendapat nilai memuaskan (90%)

Tutor Program Paket A yang diperlukanterpenuhi (100%)

Tutor Program Paket A memiliki kualifikasisesuai dengan standar kompetensi yangditetapkan secara nasional (90%)

Pusat kegiatan belajar masyarakat memilikisarana dan prasarana minimal sesuai denganstandar teknis pembelajaran (90%)

Peserta didik memiliki sarana belajar (100%) Tersedianya data dasar kesetaraan sekolah

dasar yang diperbaharui secara terus menerus(100%)

7. Pelayanan PendidikanKesetaraan SMP/MTs

Jumlah penduduk usia sekolah yang belumbersekolah di SMP/MTs menjadi peserta didikProgram Paket B (90%)

Peserta didik Program Paket B yang tidak aktif (≤2%)

Peserta didik memiliki modul Program Paket B(100%)

Peserta didik yang mengikuti ujian akhirProgram Paket B lulus ujian kesetaraan (80%)

Lulusan Program Paket B dapat memasuki duniakerja (50%)

Lulusan Program Paket B dapat melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi (SMA, SMK,MA, atau Program Paket C) (50%)

Peserta didik Program Paket B yang mengikutiuji sampel mutu pendidikan mendapat nilai

Page 42: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Konsep Standar Pelayanan Minimal

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 27

No. Jenis Pelayanan Indikator dan Target

memuaskan (90%) Tutor Program Paket B yang diperlukan

terpenuhi (100%) Tutor Program Paket B memiliki kualifikasi

sesuai dengan standar kompetensi yangditetapkan secara nasional (90%)

Pusat kegiatan belajar masyarakat memilikisarana dan prasarana minimal sesuai denganstandar teknis pembelajaran (90%)

Tersedianya data dasar kesetaraan SekolahMenengah Pertama (SMP) yang diperbaharuisecara terus menerus (100%)

8. Pelayanan PendidikanKesetaraan SMA

Jumlah penduduk usia sekolah yang belumbersekolah di SMA/MA menjadi peserta didikProgram Paket C (80%)

Peserta didik Program Paket C yang tidak aktif (≤5%)

Peserta didik memiliki modul Program Paket C(60%)

Peserta didik yang mengikuti ujian akhirProgram Paket C lulus ujian kesetaraan (80%)

Lulusan Program Paket C dapat memasuki duniakerja (60%)

Lulusan Program Paket C dapat melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi (12%)

Peserta didik Program Paket C yang mengikutiuji sampel mutu pendidikan mendapat nilaimemuaskan (80%)

Tutor Program Paket C yang diperlukanterpenuhi (100%)

Tutor Program Paket C memiliki kualifikasisesuai dengan standar kompetensi yangditetapkan secara nasional (90%)

Pusat kegiatan belajar masyarakat memilikisarana dan prasarana minimal sesuai denganstandar teknis pembelajaran (90%)

Tersedianya data dasar kesetaraan SekolahMenengah Atas (SMA) yang diperbaharui secaraterus menerus (100%)

9. Pelayanan PendidikanKeterampil-anbermatapencaharian

Anggota masyarakat putus sekolah,pengangguran, dan dari keluarga pra sejahteramenjadi peserta didik dalam kursus-kursus/pelatihan/ kelompok belajar usaha/ magang(20%)

Lembaga kursus memiliki ijin operasional dari

Page 43: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah28

No. Jenis Pelayanan Indikator dan Target

pemerintah atau pemerintah daerah (100%) Lembaga kursus dan lembaga pelatihan

terakreditasi (70%) Kursus-kursus/ pelatihan/ kelompok belajar

usaha/ magang dibina secara terus menerus(100%)

Lulusan kursus, pelatihan, magang, kelompokbelajar usaha dapat memasuki dunia kerja (90%)

Tenaga pendidik, instruktur, atau pengujipraktek kursus-kursus /pelatihan/ kelompokbelajar usaha/ magang yang diperlukanterpenuhi (100%)

Tenaga pendidik, instruktur, atau pengujipraktek kursus/ pelatihan/ kelompok belajarusaha/ magang memiliki kualifikasi sesuaidengan standar kompetensi yang ditetapkansecara nasional (90%)

Peserta ujian kursus-kursus memperoleh ijazahatau sertifikat (85%)

Kursus/ pelatihan/ kelompok belajar usaha/magang memiliki sarana dan prasarana minimalsesuai dengan standar teknis yang ditetapkan(90%)

Tersedianya data dasar kursus/ pelatihan/kelompok belajar usaha/ magang ygdiperbaharui terus menerus (100%)

10. Pelayanan PendidikanTaman Kanak-Kanak

Jumlah anak usia 4-6 tahun mengikuti programTK/RA (35%)

Guru layak mendidik TK/RA dengan kualifikasisesuai dengan standar kompetensi yangditetapkan secara nasional (30%)

TK/RA memiliki sarana dan prasarana bermain(90%)

TK/RA menerapkan manajemen berbasissekolah sesuai dengan manual yang ditetapkanmanual yang tetapkan oleh Menteri (67)

11. Pelayanan Pendidikanpada Taman PenitipanAnak, KelompokBermain, atau yangsederajat

Anak dalam kelompok 0-4 tahun mengikutikegiatan Tempat Penitipan Anak, Kelompokbermain atau yang sederajat (30%)

Jumlah anak usia 4-6 tahun yang belum terlayanipada program PAUD jalur formal mengikutiprogram PAUD jalur non formal (50%)

Guru PAUD jalur non formal telah mengikutipelatihan di PAUD (55%)

12. Pelayanan Pendidikan Tersedianya program kepemudaan oleh

Page 44: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Konsep Standar Pelayanan Minimal

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 29

No. Jenis Pelayanan Indikator dan Target

Kepemudaah lembaga kepemudaan untuk meningkatkankapasitas kemampuan pemuda di bidangwirausaha, kepemimpinan, wawasankebangsaan, kebudayaan, dan pendidikan (6program)

Peningkatan partisipasi pemuda dalam kegiatanpembangunan, pemberdayaan, masyarakat dibidang pendidikan, kesehatan, sosial-ekonomi,dan kemasyarakatan (6% per tahun)

Peningkatan partisipasi pemuda dalam kegiatanpembangunan, pemberdayaan, masyarakat dibidang pendidikan, kesehatan, sosial-ekonomi,dan kemasyarakatan (6% per tahun)

13. SPM OlahragaPendidikan Masyarakat,Masyarakat, danPrestasi

Jumlah siswa yang mengikuti kegiatan cabangolah raga yang beragam di luar mata pelajaranolahraga di sekolah (65%)

Terbukanya kesempatan bagi siswa untukberpartisipasi dan berkreasi dalam pendidikanjasmani yang tertuang dalam kurikulum (100%)

Siswa memiliki tingkat kebugaran yang baik(75%)

Klub olah raga dibina di wilayah Kabupaten/Kota(15 klub)

Siswa terpilih mengikuti POPDA di tingkatProvinsi (12 siswa per satuan pendidikan)

Terdapat 1 lapangan terbuka yang dapatdigunakan 5 sekolah

1 orang guru pendidikan jasmasi mengajar 9rombongan belajar

Berfungsinya BAPOPSI (Badan Pembina OlahragaPelajar Seluruh Indonesia) di

Berfungsinya BAPOPSI (Badan Pembina OlahragaPelajar Seluruh Indonesia) di (7 cabang)

Berfungsinya Komite Olah Raga Nasional Daerah(Konida) di tingkat Kabupaten /Kota (85%)

14. Pelayanan statistik danpelaporan pendidikan,pemuda, dan olah raga

Statistik pendidikan, pemuda, dan olah ragadikeluarkan secara resmi oleh pemerintah ( satutahun sekali)

Laporan kemajuan pendidikan, pemuda, danolah raga disampaikan kepada masyarakat (satutahun sekali)

Page 45: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah30

D. Kerangka Berpikir

Pemerintah

Pemerintah Daerah

UU No. 32/2004tentangPemerintahanDaerah

Urusan Wajib

Urusan Pilihan

Pemberian UrusanPemerintahan kepadaPemerintah Daerah(PP 38/2007)

SPM

Pelayanan dasarkepadamasyarakatdaerah:Kesehatan danPendidikan

Dept

. Tek

nis/

LPN

D

TercapainyaTujuanotonomiDaerah

Page 46: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Bab 3PELEMBAGAAN PENERAPAN KEBIJAKAN SPM

A. Sinergitas Kebijakan Standar Pelayanan Minimal

Desentralisasi pelayanan publik merupakan salah satu langkah strategis dalamrangka mendukung terciptanya good governance. Kebijakan desentralisasi danotonomi daerah sesuai dengan UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang PemerintahanDaerah yang kemudian direvisi melalui UU Nomor 32 Tahun 2004, ditujukan untukmeningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan daerah, kesejahteraanrakyat, dan pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah daerah harusmampu menyediakan pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya.Sejalan dengan lahirnya UU Nomor 22 Tahun 1999 ini, mulailah diperkenalkanadanya konsep SPM. SPM merupakan ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanandasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap wargasecara minimal.

Untuk melaksanakan amanat UU Nomor 32 Tahun 2004 sebagai revisi UUNomor 22 Tahun 1999 tersebut, pemerintah telah mengeluarkan PP Nomor 65Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan SPM. Pedoman inidikeluarkan untuk menjadi acuan dalam penyusunan SPM oleh menteri/pimpinanlembaga pemerintah non departemen dan dalam penerapannya oleh pemerintahprovinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

Sub bab ini akan membahas sinergitas antar berbagai kebijakan yang terkaitdengan pelaksanaan penerapan SPM. Lahirnya PP Nomor 65 Tahun 2005 dinilaisebagai upaya serius pemerintah dalam penerapan SPM di Indonesia. Namundemikian, bukan berarti bahwa pada masa sebelum lahirnya PP tersebut,pemerintah tidak sungguh-sungguh dalam menerapkan SPM. Untuk melihat sejauhmana cakupan berbagai kebijakan yang ada terkait dengan penerapan SPM, makapembahasan dalam sub bab ini akan dibagi dalam dua bagian, yakni era berlakunyaUU Nomor 22 Tahun 1999 (sebelum lahirnya PP Nomor 65 Tahun 2005) dan eraberlakunya UU Nomor 32 tahun 2004 yang merupakan revisi dari UU Nomor 22Tahun 1999.

Selain itu, karena fokus dari kajian ini adalah penerapan SPM pada bidangkesehatan dan pendidikan, maka perkembangan kebijakan yang terkait dengan

Page 47: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah32

penerapan SPM pada kedua bidang tersebut, juga akan dipaparkan dalam sub babini.

1. Era Sebelum Lahirnya PP Nomor 65 Tahun 2005

a. UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

Kelahiran SPM ini ditandai dengan dikeluarkannya UU Nomor 22 Tahun1999 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam UU ini pada Pasal 11 Ayat (2)diatur mengenai kewenangan daerah dan bidang yang wajib dilaksanakanoleh daerah kabupaten dan kota yang meliputi 11 kewenangan wajib,yakni: pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan,pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal,lingkungan hidup, pertanahan, koperasi, serta tenaga kerja.

Sedangkan pada Pasal 11 Ayat (1) diatur mengenai kewenangandaerah kabupaten dan daerah kota, yang mencakup semua kewenanganpemerintahan selain kewenangan yang dikecualikan dalam Pasal 7 dandiatur dalam Pasal 9. Kewenangan yang dikecualikan dalam Pasal 7merupakan kewenangan pemerintah pusat, sedang yang diatur dalamPasal 9 merupakan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom.

b. PP Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah danKewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom

PP ini mengatur pedoman untuk menentukan SPM dalam bidang yangwajib dilaksanakan oleh kabupaten/kota. Dalam Pasal 2 dan 3,kewenangan dikelompokkan dalam 20 bidang. Pasal 2 mengaturkewenangan pemerintah pusat, sedangkan Pasal 3 mengatur kewenanganpemerintah provinsi sebagai daerah otonom. Pada Pasal 4 diaturpelaksanaan kewenangan yang tidak atau belum dilaksanakan olehkabupaten/kota. Penjelasan Pasal 3 Ayat (2) menyatakan bahwapelaksanaan kewenangan wajib merupakan pelayanan minimal padabidang-bidang sebagaimana diamaksud dalam Pasal 11 Ayat 2 UU Nomor22 Tahun 1999, sesuai dengan standar yang ditentukan provinsiberdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh pemerintah.

Kewenangan kabupaten/kota tidak diatur dalam PP Nomor 25Tahun 2000, karena UU Nomor 22 Tahun 1999 pada dasarnya telahmeletakkan semua kewenangan pemerintah pada daerahkabupaten/kota. Atas kewenangan yang telah diserahkan kepadapemerintah provinsi/kabupaten/kota, maka pelayanan minimal yangwajib dilaksanakan harus sesuai dengan standar yang ditentukan olehpemerintah.

Page 48: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Pelembagaan Penerapan Kebijakan SPM

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 3333

Sesuai dengan ketentuan dalam PP Nomor 25 Tahun 2000 Pasal 9Ayat (2), bahwa ketentuan mengenai kebijakan standar, norma, kriteria,prosedur, dan pedoman, ditetapkan selambat-lambatnya dalam waktuenam bulan sejak ditetapkannya PP. PP Nomor 25 Tahun 2000 iniditetapkan pada tanggal 6 Mei 2000. Dengan mengacu pada ketentuanini, setidak-tidaknya kementrian negara/departemen/LPND telahmenetapkan suatu SPM paling lambat November 2000. Dimana SPM inidapat digunakan oleh provinsi/kabupaten/kota sebagai acuan dalampenyelenggaraan kewenangan wajib dan juga sebagi tolok ukur yangharus dicapai dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Namun demikian, pada kenyataannya ketentuan ini ternyata tidakdipenuhi oleh banyak kementrian Negara/departemen/LPND. Terbuktisampai dengan akhir tahun 2001 baru 9 SPM telah disusun olehkementerian negara/departemen, dengan perincian sebagai berikut:

1) Departemen Kesehatan: Keputusan Menkes dan Kesos Nomor1747/Menkes/Kesos/SK/XII/2000 tanggal 14 Desember 2000 tentangPedoman Penetapan Standar Pelayanan Minimal Dalam BidangKesehatan di Kabupaten/Kota.

2) Departemen Perhubungan: Surat Edaran Menteri PerhubunganNomor SE.7 Tahun 2000 tentang Rincian KewenanganKabupaten/Kota di Sektor Perhubungan Dalam Rangka PelaksanaanOtonomi Daerah.

3) Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menegah: SuratKeputusan Menteri Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil danMenengah Nomor 20/Kep/Meneg/XI/2000 tanggal 6 November 2000tentang Pedoman Penetapan SPM Bidang Koperasi dan Usaha Kecildan Menengah yang Wajib Dilakukan Kabupaten/Kota.

4) Departemen Perindustrian dan Perdagangan: Keputusan MenteriPerindustrian dan Perdagangan Nomor 78/MPP/Kep/3/2001 tanggal2 Maret 2001 tentang Pedoman SPM Bidang Perindustrian danPerdagangan.

5) Departemen Pertanian: Keputusan Menteri Pertanian Nomor.206/KPLS/01.201/2/2001 tanggal 4 April 2001 tentang PedomanPenetapan SPM Bidang Pertanian.

6) Departemen Pendidikan Nasional: disini telah diterbitkan duakeputusan yakni:

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 053/U/2001tanggal 19 April 2001 tentang Pedoman Penyusunan SPMPenyelenggaraan Persekolahan Bidang Pendidikan Dasar danMenegah.

Page 49: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah34

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 055/U/2001tanggal 19 April 2001 tentang Pedoman Penyusunan SPMPenyelenggaraan Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda danOlahraga.

7) Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan: Surat KeputusanMenteri Negara Urusan Pemberdayaan Perempuan Nomor23/SK/Meneg.PP/VI/2001 tentang Pedoman Penetapan StandarPelayanan Minimal Pemberdayaan Perempuan di Provinsi,Kabupaten/Kota Sebagai Daerah Otonom.

8) Kementrian Permukiman dan Prasarana Wilayah: Keputusan MenteriPermukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 534/KPTS/M/2001tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Jalan

c. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan danPertanggungjawaban Keuangan Daerah

Dalam Pasal 19 dan 20 antara lain ditetapkan bahwa pemerintahkabupaten/kota dapat melakukan investasi sepanjang investasi tersebutmemberi manfaat bagi peningkatan pelayanan masyarakat dan bahwaAPBD yang disusun harus menggunakan pendekatan kinerja, denganmemuat standar pelayanan yang diharapkan dan perkiraan biaya satuankomponen kegiatan yang bersangkutan. Dalam penjelasan Pasal 20 Ayat(1) huruf b dinyatakan bahwa pengembangan standar pelayanan dapatdilaksanakan secara bertahap dan harus dilakukan secaraberkesinambungan.

d. Surat Edaran Mendagri Nomor 100/757/OTDA tanggal 8 Juli 2002perihal Pelaksanaan Kewenangan Wajib dan SPM

Surat edaraan yang ditujukan kepada gubernur dan bupati/walikota se-Indonesia ini, menjabarkan mengenai disusunnya konsep pengaturantentang penyelenggaraan SPM yang perlu dikembangkan lebih lanjutuntuk lebih mengakomodasikan kepentingan-kepentingan daerah dandepartemen/LPND/kementrian negara. Untuk itu telah disusun KonsepDasar Penyelenggaraan Kewenangan Wajib dan SPM yang saat itudiujicobakan melalui Pengembangan Model dalam rangka memantapkanKonsep Dasar tersebut. Maksud adanya konsep dasar ini adalah agarmasing-masing institusi pemerintah memiliki kesamaan persepsi,pemahaman, dan tindak langkah dalam penyelenggaraan SPM sektor.Selanjutnya, uji coba pengembangan model tersebut dilakukan pada akhirtahun 2003, dimana pemerintah melakukan uji lapangan rancanganKewenangan Wajib dan SPM sebelum diimplementasikan secara nasional

Page 50: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Pelembagaan Penerapan Kebijakan SPM

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 3535

pada 3 bidang yaitu pemerintahan dalam negeri, kesehatan danpendidikan. Uji coba bidang kesehatan dilakukan di Provinsi Jawa Barat(Cirebon dan Cianjur), Jawa Timur (Kediri dan Blitar) dan Nusa TenggaraBarat (Lombok Timur) atas kerja sama Depkes, Depdagri dan PerformUSAID.

Dalam Lampiran SE Mendagri Nomor 100 Tahun 2002 pada butirIV.5a tercantum prinsip-prinsip SPM. Disana dinyatakan bahwa SPM harusmemenuhi beberapa ketentuan, diantaranya pemerintah pusatmenentukan SPM secara jelas dan konkrit, sesederhana mungkin, tidakterlalu banyak dan mudah diukur untuk dipedomani oleh setiap unitorganisasi perangkat daerah, atau badan usaha milik daerah atau lembagamitra pemerintah daerah yang melaksanakan kewenangan wajib daerah.Selanjutnya dalam butir VII.1.1 mengenai mekanisme dan koordinasipelaksanaan SPM dinyatakan bahwa pemerintah melaluidepartemen/LPND setelah dikonsultasikan dengan DDN, menetapkankewenangan wajib dan SPM yang berlaku secara nasional dan wajibdilaksanakan daerah kabupaten/kota.

2. Era Berlakunya UU Nomor 32 Tahun 2004

a. UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

UU Nomor 32 Tahun 2004 merupakan revisi dari UU Nomor 22 Tahun1999 tentang Pemerintahan Daerah. UU ini mengamanatkan bahwapenyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib, dilaksanakansecara bertahap. Mengingat penerapan kebijakan desentralisasi danotonomi daerah diberlakukan secara nasional, maka SPM tersebut jugaberlingkup nasional. Standar nasional akan menjadi satu pedoman bagipemerintah daerah untuk memberikan pelayanan yang sama kualitasnyadengan daerah lainnya.

Dalam UU ini diatur mengenai pembagian urusan pemerintah,menjadi sebagai berikut:

1) Urusan Pusat, yaitu urusan pemerintahan yang sepenuhnya dalamkewenangan pemerintah pusat, meliputi: politik luar negeri,pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, sertaagama. Keenam urusan ini menyangkut terjaminnya kelangsunganhidup bangsa dan negara secara keseluruhan. Dan dalammenyelenggarakan urusan pusat ini, pemerintah pusat dapat:

b) menyelenggarakan sendiri; atauc) melimpahkan sebagian kepada perangkat pemerintah pusat atau

wakil pemerintah di daerah; atau

Page 51: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah36

d) menugaskan kepada pemerintahan daerah dan/ataupemerintahan desa.

2) Urusan bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerahyang otonom (pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten dankota). Pembagian urusan ini menggunakan 3 kriteria, sebagai berikut:b) Kriteria Eksternalitas: adalah pendekatan dalam pembangunan

urusan pemerintahan dengan mempertimbang-kandampak/akibat yang ditimbulkan penyelenggaraan urusanpemerintahan tersebut. Apabila dampak bersifat lokal, makaurusan pemerintahan tersebut menjadi kewenangankabupaten/kota, apabila regional menjadi kewenangan provinsi,dan apabila nasional menjadi kewenangan pemerintah pusat.

c) Kriteria akuntabilitas: adalah pendekatan dalam pembagianurusan pemerintahan dengan mempertimbangkan bahwa tingkatpemerintahan penyelenggaraan suatu urusan atau sebagainyaadalah tingkat pemerintahan yang lebih langsung/dekat denganpenerima manfaat atau penangung dampak /akibat dari urusanyang ditangani tersebut.

d) Kriteria efisiensi: adalah pendekatan urusan pemerintahandengan mempertimbangkan tersedianya sumber daya (personil,dana, dan peralatan) untuk mendapatkan ketepatan, kepastian,dan kecepatan hasil yang harus dicapai dalam penyelenggaraanurusan tersebut.

3) Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusatsesuai dengan kriteria di atas, pemerintah pusat dapat:

b) Menyelenggarakan sendiri.c) Melimpahkan sebagian kepada gubernur selaku wakil

pemerintah pusat. Urusan yang dilimpahkan ini disertai denganpendanaan sesuai dengan asas dekonsentrasi.

d) Menugaskan sebagian kepada pemerintahan daerah dan/ataupemerintahan desa berdasarkan asas tugas pembantuan.

4) Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerahyang diselenggarakan berdasarkan kriteria di atas, terdiri dari urusanwajib dan urusan pilihan.

a) Urusan wajib diselenggarakan dengan berpedoman pada standarpelayanan minimum, khususnya untuk pelayanan dasar. Urusanwajib ini terdiri dari urusan wajib provinsi dan urusan wajibkabupaten/kota, sebagaimana dijabarkan di bawah ini.

(1) Urusan wajib provinsi terdiri dari:

Perencanaan dan pengendalian pembangunan.

Page 52: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Pelembagaan Penerapan Kebijakan SPM

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 3737

Perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang. Penyelenggaraan ketertiban unum dan ketentraman

masyarakat. Penyediaan sarana dan prasarana umum. Penanganan bidang kesehatan. Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya

manusia potensial. Penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota. Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas

kabupaten/kota. Fasilitas pengembangan koperasi dan UKM termasuk

lintas kabupaten/kota. Pengendalian lingkungan hidup. Pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota. Pelayanan kependudukan dan catatan sipil. Pelayanan administrasi pemerintahan umum. Pelayanan administrasi penanaman modal termasuk

lintas kabupaten/kota. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum

dapat dilaksnakan oleh kabupaten/kota. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan peraturan

perundang-undangan.

(2) Urusan wajib kabupaten/kota terdiri dari:

Perencanaan dan pengendalian pembangunan. Perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman

masyarakat. Penyediaan sarana dan prasarana umum. Penanganan bidang kesehatan. Penyelenggaraan pendidikan. Penanggulangan masalah sosial. Pelayanan bidang ketenagakerjaan. Fasilitas pengembangan koperasi dan UKM. Pengendalian lingkungan hidup. Pelayanan pertanahan. Pelayanan kependudukan dan catatan sipil. Pelayanan administrasi pemerintahan umum. Pelayanan administrasi penanaman modal. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan peraturan

perundang-undangan.

Page 53: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah38

b) Urusan pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secaranyata ada dan berpotensi untuk meningkatkankesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan,dan potensi keunggulan daerah yang bersangkutan.

Pembagian urusan antara pusat dan daerah sebagaimanadijelaskan di atas, dapat digambarkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.1.Pembagian Urusan Pusat dan Daerah

Urusan Pusat Daerah Kriteria

Pusat 1. politik2. pertahanan3. keamanan4. yustisi5. moneter dan fiskal

nasional6. agama

Sudah fix

Bersama 1. Urusan wajib2. SPM untuk

layanan dasar

akuntabilitas

eksternalistas

efisiensiPilihan

Daerah

sesuai dengankondisisi, kekhasan,potensi keunggulandaerah

pembangkit

kesejahteraan

Sumber: Indonesian Handbook 2006

b. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan AntaraPemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

UU ini disusun sebagai konsekuensi pembagian tugas antara pemerintahdan pemerintah daerah. Perimbangan keuangan antara pemerintah danpemerintah daerah merupakan suatu sistem yang menyeluruh dalamrangka pendanaan penyelenggaraan asas Desentralisasi, Dekonsentrasi,dan Tugas Pembantuan. UU ini mengatur dasar pendanaan pemerintahdaerah, sebagai berikut:

Penyelenggaraan urusan Pemerintahan Daerah dalam rangkapelaksanaan Desentralisasi didanai APBD.

Penyelenggaraan urusan Pemerintahan yang dilaksanakan olehGubernur dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi didanai APBN.

Page 54: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Pelembagaan Penerapan Kebijakan SPM

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 3939

Pelimpahan kewenangan dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasidan/atau penugasan dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuandari Pemerintah kepada Pemerintah Daerah diikuti denganpemberian dana.

Penerimaan Daerah dalam pelaksanaan Desentralisasi terdiri atasPendapatan Daerah dan Pembiayaan, dimana Pendapatan Daerahbersumber dari:

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan

Sedangkan, Pembiayaan bersumber dari:

Sisa lebih perhitungan anggaran daerah Penerimaan pinjaman daerah Dana cadangan daerah dan Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan

Sementara itu, Dana Perimbangan terdiri atas:

Dana Bagi Hasil Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus

Jumlah Dana Perimbangan sebagaimana dimaksud di atasditetapkan setiap tahun anggaran dalam APBN.

c. PP Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan PenerapanStandar Pelayanan Minimal

SPM disusun dan ditetapkan dalam rangka penyelenggaraan urusan wajibpemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kotayang berkaitan dengan pelayanan dasar sesuai dengan peraturanperundang-undangan. Untuk itu dipandang perlu adanya suatu peraturanyang bisa menjadi pedoman dalam penyusunan SPM ini. Maka lahirlah PPNomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan PenerapanStandar Pelayanan Minimal. PP ini menjadi acuan dalam penyusunan SPMoleh Menteri/Pimpinan LPND dan dalam penerapannya olehpemerintahan provinsi dan pemerintahan kabupaten/kota.

Selanjutnya, PP ini dalam pasal 4, mengatur hal-hal sebagai berikut:

(1) Menteri/Pimpinan LPND menyusun SPM sesuai dengan urusan wajibsebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (2)

Page 55: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah40

(2) Penyusunan SPM sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) mengacupada peraturan perundang-undangan yang mengatur urusan wajib

(3) Dalam penyusunan SPM sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)ditetapkan jenis pelayanan dasar, indikator SPM dan batas waktupencapaian SPM

Adapun hal-hal yang harus dipertimbangkan olehmenteri/pimpinan LPND ketika menyusun SPM sebagaiamana tercantumdalam PP ini adalah sebagai berikut:

Keberadaan sistem informasi, pelaporan dan evaluasipenyelenggaraan pemerintahan daerah yang menjamin pencapaianSPM dapat dipantau dan dievaluasi oleh pemerintah secaraberkelanjutan.

Standar pelayanan tertinggi yang telah dicapai dalam bidang yangbersangkutan di daerah.

Keterkaitan antar SPM dalam suatu bidang dan antara SPM dalamsuatu bidang dengan SPM dalam bidang lainnya.

Kemampuan keuangan nasional dan daerah serta kemampuankelembagaan dan personil daerah dalam bidang yang bersangkutan.

Pengalaman empiris tentang cara penyediaan pelayanan dasartertentu yang telah terbukti dapat menghasilkan mutu pelayananyang ingin dicapai.

Selain itu, PP ini menetapkan pula bahwa pada saat PP ini mulaiberlaku semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan denganSPM dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangandengan ketentuan dalam PP ini. Selanjutnya, semua peraturanperundang-undangan yang berkaitan dengan SPM dan tidak sesuai lagidengan PP ini wajib diadakan penyesuaian paling lambat dalam waktu 2tahun sejak ditetapkannya PP ini. PP ini juga meminta kepadaMenteri/Pimpinan LPND untuk menyusun SPM paling lambat dalamwaktu 3 tahun sejak PP ini berlaku yang ditetapkan dengan PeraturanMenteri yang bersangkutan.

d. PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan PemerintahanDaerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah sesuai dengan UU Nomor 22tahun 1999 yang kemudian direvisi melalui UU Nomor 32 Tahun 2004membutuhkan kejelasan kewenangan antara pemerintah pusat,pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Pembagiankewenangan antar tingkat pemerintahan tersebut dahulu diatur melaluiPP Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan

Page 56: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Pelembagaan Penerapan Kebijakan SPM

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 4141

Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom. Saat ini PP tersebut telahdirevisi menjadi PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian UrusanPemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan DaerahKabupaten/Kota. PP ini memperjelas kegiatan-kegiatan yang menjadikewenagan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintahkabupaten/kota pada masing-masing urusan.

Dalam Pasal 7 disebutkan bahwa: urusan wajib adalah urusanpemerintah yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerahprovinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan denganpelayanan dasar. Selanjutnya pada ayat (2) dari pasal ini, dicantumkan 26urusan wajib yang meliputi: pendidikan; kesehatan; lingkungan hidup;pekerjaan umum; penataan ruang; perencanaan pembangunan,perumahan; kepemudaan dan olehraga; penanaman modal; koperasi danusaha kecil dan menengah; kependudukan dan catatan sipil;ketenagakerjaan; ketahanan pangan; pemberdayaan perempuan danperlindungan anak; keluarga berencana dan keluarga sejahtera;perhubungan; komunikasi dan informatika; pertanahan; kesatuan bangsadan politik dalam negeri; otonomi daerah, pemerintahan umum,administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaan, danpersandian; pemberdayaan masyarakat dan desa; sosial; kebudayaan;statistik; kearsipan; dan perpustakaan.

Untuk malaksanakan penyelenggaraan urusan wajib sebagaimanadimaksud pada ayat (2) tersebut di atas maka harus berpedoman padastandar pelayanan minimal yang dilaksanakan secara bertahap.

e. Permendagri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunandan Penerapan SPM

Maksud dikeluarkannya Petunjuk Teknis Penyusunan dan PenetapanStandar Pelayanan Minimal ini adalah untuk memberikan acuan kepadaMenteri/Pimpinan LPND dalam menyusun dan menetapkan SPM sesuailingkup tugas dan fungsinya. Adapun tujuan petunjuk teknis ini adalahagar SPM yang disusun dan ditetapkan oleh Menteri/Pimpinan LPNDdapat diterapkan oleh Pemerintahan Daerah Provinsi dan PemerintahanDaerah Kabupaten/Kota. Ruang lingkup penyusunan dan penetapan SPMoleh Menteri/Pimpinan LPND sebagaimana diatur dalam Pasal 3, meliputi:

Jenis pelayanan dasar yang berpedoman pada SPM. Indikator dan nilai SPM. Batas waktu pencapaian SPM. Pengorganisasian penyelenggaraan SPM.

Page 57: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah42

Selanjutnya, petunjuk teknis ini juga mencantumkan kriteria dalamhal penentuan jenis pelayanan dasar yang berpedoman pada SPM sebagaiberikut:

Merupakan bagian dari pelaksanaan urusan wajib. Merupakan pelayanan yang sangat mendasar yang berhak diperoleh

setiap warga secara minimal sehingga dijamin ketersediaannya olehkonstitusi, rencana jangka panjang nasional, dan konvensiinternasional yang sudah diratifikasi, tanpa memandang latarbelakang pendapatan, sosial, ekonomi dan politik warga.

Didukung dengan data dan informasi terbaru yang lengkap secaranasional serta latar belakang pengetahuan dan ketrampilan yangdibutuhkan dalam penyelenggaraan pelayanan dasar denganberbagai implikasinya, termasuk implikasi kelembagaan danpembiayaannya.

Terutama yang tidak menghasilkan keuntungan materi.

f. Permendagri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman PenyusunanRencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimum

Permendagri ini disusun untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10 PPNomor 65 Tahun 2005, yakni bahwa penyusunan rencapa pencapaianSPM dan anggaran kegiatan yang terkait dengan pencapaian SPMdilakukan berdasarkan analisis kemampuan dan potensi daerah denganmengacu pada pedoman yang ditetapkan oleh Mendagri. RencanaPencapaian SPM yang dimaksudkan dalam Permendagri ini adalah targetpencapaian SPM yang dituangkan dalam dokumen perencanaan daerahyang dijabarkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah(RPJMD), RKPD, Renstra-SKPD, dan Renja-SKPD untuk digunakan sebagaidasar perhitungan kebutuhan biaya dalam penyelenggaraan pelayanandasar.Dalam Pasal 2, Permendagri ini mencantumkan ruang lingkuprencana pencapaian SPM sebagai berikut:

Batas waktu pencapaian SPM secara nasional dan jangka waktupencapaian SPM di daerah.

Pengintegrasian rencana pencapaian SPM dalam dokumenperencanaan dan penganggaran.

Mekanisme pembelanjaan penerapan SPM. Sistem penyampaian informasi rencana dan realisasi pencapaian

target tahunan SPM kepada masyarakat.

Selanjutnya, dalam Pasal 3 tentang Rencana Pencapaian SPM diaturhal-hal sebagai berikut:

Page 58: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Pelembagaan Penerapan Kebijakan SPM

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 4343

(1) Rencana pencapaian SPM di daerah mengacu pada batas waktupencapaian SPM secara Nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah.

(2) Pemerintah Daerah dalam menentukan rencana pencapaian danpenerapan SPM mempertimbangkan a) kondisi awal tingkatpencapaian pelayanan dasar; b) target pelayanan dasar yang akandicapai; dan c) kemampuan, potensi, kondisi, karakteristik,prioritas daerah dan komitmen nasional.

(3) Rencana pencapaian SPM di daerah mengacu pada batas waktupencapaian SPM dengan memperhatikan analisis kemampuan danpotensi daerah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I PeraturanMenteri ini.

(4) Rencana pencapaian dan penerapan SPM di daerah dilaksanakansecara bertahap berdasarkan pada analisis kemampuan dan potensidaerah.

(5) Jangka waktu dan rencana pencapaian SPM yang ditetapkan olehdaerah digunakan untuk mengukur kepastian penyelenggaraanurusan wajib daerah yang berbasis pada pelayanan dasar denganberpedoman pada ketentuan dalam Lampiran II Peraturan Menteriini.

B. Hubungan Antar Lembaga

Dalam rangka pengorganisasian penyelenggaraan SPM, maka terjadi hubunganantar lembaga baik dalam lingkup pemerintahan pusat, maupun pemerintahandaerah (provinsi, kabupaten/kota). Berikut ini disajikan bagan-bagan yangmenguraikan hubungan antar lembaga yang terjadi tersebut. Bagan-bagan inidiadaptasi dari hubungan antar lembaga sebagaimana diatur dalam PP Nomor 65Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar PelayananMinimal dan Permendagri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk TeknisPenyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.

Page 59: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah44

1. Pengorganisasian Penyusunan SPM

a. Penyusunan Awal SPM

Bagan 3.1Penyusunan Awal SPM

Pada tahap penyusunan awal SPM, Menteri/Pimpinan LPNDmenyusun SPM sesuai dengan urusan wajibnya masing-masing.Penyusunan SPM ini mengacu pada peraturan perundang-undangan yangmengatur urusan wajib tersebut. Dalam penyusunan SPM ini ditetapkanjenis pelayanan dasar, indikator SPM dan batas waktu pencapaian SPM.

Menteri/Pimpinan LPND

SPM

Peraturan Per-UU an Yangmengatur Urusan Wajib

Jenis Pelayanan Dasar Indikator SPM Batas Pencapaian SPM

Keterangan

: menyusun

: mengacu

: menetapkan

Page 60: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Pelembagaan Penerapan Kebijakan SPM

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 4545

DDN Kementerian Negara

Perencanaan PembangunanNasional/Kepala Bappenas

Dep. Keuangan Kementerian Negara PAN

Menteri/PimpinanLPND

Tim Konsultasi

DPOD

Rekomendasi bagiMenteri/Pimpinan

LPND

b. Konsultasi Penyusunan SPM

Bagan 3.2Konsultasi Penyusunan SPM

Keterangan :: arah koordinasi : menghasilkan

: Tim

Penyusunan SPM oleh masing-masing Menteri/Pimpinan LPNDdilakukan melalui konsultasi dengan Tim Konsultasi yang dikoordinasikanoleh Mendagri. Tim Konsultasi tersebut terdiri dari: unsur-unsur DDN,Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/KepalaBappenas, Depkeu, dan Kementerian Negara PAN dengan melibatkanMenteri/Pimpinan LPND terkait sesuai kebutuhan. Tim konsultasi tersebutdibentuk dengan Keputusan Mendagri. Hasil konsultasi tersebutselanjutnya disampaikan oleh Mendagri dalam hal ini Dirjen OtonomiDaerah kepada DPOD melalui Sekretariat DPOD untuk mendapatkanrekomendasi bagi Menteri/Pimpinan LPND yang bersangkutan dalamrangka penyusunan SPM.

c. Penetapan SPM yang disusun Menteri

SPM yang disusun oleh masing-masing Menteri setelah memperoleh danmengakomodasi rekomendasi dari DPOD, selanjutnya ditetapkan denganPeraturan Menteri yang bersangkutan. Untuk mendukung penerapan SPM

Page 61: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah46

dimaksud, Menteri yang bersangkutan menyusun petunjuk teknis yangditetapkan dengan Peraturan Menteri.

Bagan 3.3Penetapan SPM yang Disusun Menteri

d. Penetapan SPM yang disusun Pimpinan LPND

SPM yang disusun oleh masing-masing Pimpinan LPND Departemensetelah memperoleh dan mengakomodasi rekomendasi dari DPODselanjutnya ditetapkan dengan Peraturan Menteri terkait. Untukmendukung penerapan SPM tersebut, Pimpinan LPND kemudianmenyusun petunjuk teknis yang ditetapkan dengan Peraturan Menteriterkait.

Bagan 3.4Penetapan SPM yang Disusun Pimpinan LPND

SPMMenteri

RekomendasiDPOD

SPMPetunjuk

Teknis

Ditetapkan denganPeraturan Menteri Ybs

+

+

SPMMenteri

RekomendasiDPOD

SPMPetunjuk

Teknis

Ditetapkan denganPeraturan Menteri Terkait

+

+

Page 62: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Pelembagaan Penerapan Kebijakan SPM

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 4747

2. Penerapan SPM

a. Rencana Pencapaian SPM

Pemerintahan Daerah menerapkan SPM sesuai dengan ketentuan yangdiatur dalam Peraturan Menteri. SPM tersebut menjadi salah satu acuanbagi Pemerintahan Daerah untuk menyusun perencanaan danpenganggaran penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. SelanjutnyaPemerintahan Daerah menyusun rencana pencapaian SPM yangdituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah(RPJMD) dan Rencana Strategi Satuan Kerja Perangkat Daerah (RenstraSKPD). Sementara itu, rencana pencapaian SPM serta realisasinyadiinformasikan kepada masyarakat sesuai peraturan perundang-undangan.

Bagan 3.5Rencana Pencapaian SPM

b. Target Tahunan Pencapaian SPM

Rencana Pencapaian SPM yang disusun oleh Pemerintah Daerah harusmemuat target tahunan pencapaian SPM dengan mengacu pada bataswaktu pencapaian SPM sesuai dengan Peraturan Menteri. Target tahunanpencapaian SPM tersebut dituangkan ke dalam Rencana Kerja PemerintahDaerah (RKPD), Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (RenjaSKPD), Kebijakan Umum Anggaran (KUA), Rencana Kerja dan AnggaranSatuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) sesuai klasifikasi belanjadaerah dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah.

Pemda

RPJMD Renstra SKPD

MasyarakatRencana Pencapaian

S P M

SPM

Page 63: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah48

Bagan 3.6Target Tahunan Pencapaian SPM

3. Pembinaan dan Pengawasan Penerapan SPM

a. Pembinaan Penerapan SPM

Menteri/Pimpinan LPND melakukan pembinaan kepada PemerintahanDaerah dalam penerapan SPM. Pembinaan dapat berupa fasilitasi,pemberian orientasi umum, petunjuk teknis, bimbingan teknis,pendidikan dan pelatihan ataupun berupa bantuan teknis lainnya yangmencakup:

Perhitungan sumber daya dan dana yang dibutuhkan untuk mencapaiSPM, termasuk kesenjangan pembiayaannya.

Penyusunan rencana pencapaian SPM dan penetapan target tahunanpencapaian SPM.

Penilaian prestasi kerja pencapaian SPM. Pelaporan prestasi kerja pencapaian SPM.

Bagan. 3.7Pembinaan Penerapan SPM

Menteri/PimpinanLPND

Fasilitas

Pemda

PemberianOrientasi Umum

PetunjukTeknis

Pendidikandan Pelatihan

BantuanTeknis

Rencana Pencapaian SPM

Target TahunanPenyampaian SPM

RKPDRENJA SKPDKUARKA - SKPD

Batas WaktuPenyampaian SPM

Sesuai Peraturan Menteri

Page 64: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Pelembagaan Penerapan Kebijakan SPM

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 4949

b. Hirarki Pembinaan Penerapan SPM

Sementara itu, pembinaan penerapan SPM terhadap PemerintahanDaerah Provinsi dilakukan oleh Pemerintah, dan pembinaan penerapanSPM terhadap Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dilakukan olehGubernur sebagai wakil Pemerintah di Daerah.

Bagan 3.8Hirarki Pembinaan Penerapan SPM

C. Monitoring dan Evaluasi Penerapan SPM

Pemerintah melaksanakan monitoring dan evaluasi atas penerapan SPM olehPemerintahan Daerah dalam rangka menjamin akses dan mutu pelayanan dasarkepada masyarakat. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan sesuai denganperaturan perundang-undangan. Monitoring dan evaluasi ini dilakukan oleh:

1. Pemerintah untuk Pemerintahan Daerah Provinsi2. Gubernur sebagai wakil Pemerintah di daerah untuk Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota

Mendagri bertanggung jawab atas pengawasan umum penerapan SPM olehPemerintahan Daerah. Sedangkan Menteri/Pimpinan LPND bertanggung jawabatas pengawasan teknis penerapan SPM oleh Pemerintahan Daerah. Selain itu,Mendagri dapat melimpahkan tanggungjawab pengawasan umum penerapan SPMoleh Pemerintahan Kabupaten/Kota kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah diDaerah. Menteri/Pimpinan LPND dapat melimpahkan tanggungjawab pengawasanteknis penerapan SPM yang dilakukan oleh Pemerintahan Kabupaten/Kota kepadaGubernur sebagai wakil Pemerintah di Daerah.

PEMERINTAH

PEMDA PROVINSI

PEMDAKABUPATEN/KOTA

Page 65: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah50

Bagan 3.9Monitoring & Evaluasi Penerapan SPM

1. Penghargaan dan Sanksi Penerapan SPM

a. Penghargaan Penerapan SPM

Pemerintah dapat memberikan penghargaan kepada PemerintahanDaerah yang berhasil mencapai SPM dengan baik dan dalam batas waktuyang ditetapkan dalam Peraturan Menteri berdasarkan hasil evaluasi yangdilakukan oleh pemerintah. Batas waktu pencapaian merupakan kurunwaktu yang ditentukan untuk mencapai SPM secara nasional. Batas waktupencapaian SPM ditentukan dengan mempertimbangkan:

status jenis pelayanan dasar yang bersangkutan pada saat ditetapkan sasaran dan tingkat pelayanan dasar yang hendak didapat variasi faktor komunikasi demografi dan geografi daerah kemampuan, potensi, serta prioritas nasional dan daerah.

Bagan 3.10Penghargaan Penerapan SPM

PEMERINTAH

PEMDAPROVINSI

PEMDAKABUPATEN/KOTA

PengawasTeknis

MenteriDDN

PEMERINTAH

PEMDA

Mencapai SPMdengan baik

Dalam batas waktu sesuaiPeraturan Menteri

Page 66: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Pelembagaan Penerapan Kebijakan SPM

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 5151

b. Sanksi Penerapan SPM

Pemerintah dapat memberikan sanksi kepada Pemerintahan Daerah yangtidak berhasil mencapai SPM dengan baik dan dalam batas waktu yangtelah ditetapkan dalam Peraturan Menteri. Sanksi ini diberikanberdasarkan hasil monitoring dan evaluasi dengan mempertimbangkankondisi khusus daerah yang bersangkutan. Sanksi yang diterapkan ini telahmengacu pada peraturan perundang-undangan.

Bagan 3.11Sanksi Penerapan SPM

2. Penyampaian Laporan Penerapan dan Pencapaian SPM

a. Penyampaian Laporan Umum SPM

Bupati/Walikota menyusun dan menyampaikan laporan umum tahunankinerja penerapan dan pencapaian SPM kepada Menteri Dalam Negerimelalui Gubernur. Gubernur kemudian menyusun laporan umum tahunankinerja penerapan dan pencapaian SPM. Gubernur menyampaikanringkasan laporan umum tahunan kinerja penerapan dan pencapaian SPMkepada Mendagri. Berdasarkan laporan umum tahunan inilah laluMendagri melaksanakan evaluasi.

Bupati/Walikota

Laporan Umum Tahunan KinerjaPenerapan dan Pencapaian SPM

GUBERNUR

MENDAGRI EVALUASI

PEMERINTAH

MONITORING &EVALUASIPEMDA

SANKSI

Bagan. 3.12Penyampaian LaporanUmum SPM

Page 67: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah52

b. Laporan Teknis SPM

Pemerintah daerah menyampaikan laporan teknis tahunan kinerjapenerapan dan pencapaian SPM kepada Menteri/Pimpinan LPND yangbersangkutan. Berdasarkan laporan teknis tahunan ini, makaMenteri/Pimpinan LPND yang bersangkutan melakukan pembinaan danpengawasan teknis penerapan SPM sesuai dengan bidang urusan masing-masing

Bagan 3.13Penyampaian Laporan Teknis SPM

Dari berbagai bentuk hubungan antar lembaga yang terciptasebagaimana dijabarkan dalam bagan-bagan tersebut di atas, terlihat hal-halsebagai berikut:

Bahwa pengorganisasian penyelenggaraan SPM secara garis besarmencakup tatacara penyusunan dan penetapan SPM serta pembinaandan pengawasan penerapannya.

Dalam rangka pengorganisasian penyelenggaraan SPM tersebut, makaMenteri/Pimpinan LPND mengkoordinasikan komponen-komponen dilingkungan Departemen/LPND masing-masing sesuai dengan urusanpemerintahan yang menjadi kewenangannya.

Dalam menyusun dan menetapkan pengorganisasian penyelenggaraanSPM, Menteri/Pimpinan LPND berkoordinasi dengan Mendagri.

PEMDA

Laporan Teknis KinerjaPenerapan dan Pencapaian

SPM

Menteri/Pimpinan LPND

Pembinaan &Pengawasan Teknis

Page 68: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Bab 4KEBIJAKAN, STRATEGI DAN CAPAIANSTANDAR PELAYANAN MINIMAL DI DAERAH

A. Kebijakan Pemda tentang Standar Pelayanan Minimal

1. Provinsi Sumatera Selatan

Dasar hukum pelaksanaan kebijakan nasional biasanya dituangkan dalambentuk peraturan daerah (perda) atau peraturan lainnya. Perumusankebijakan SPM di daerah tersebut dilakukan dengan mempertimbangkankeputusan menteri (KM) pada departemen teknis yang bersangkutan danperaturan pemerintah/PP, yakni PP No. 65 Tahun 2005 tentang PedomanPenyusunan dan Penerapan SPM. Di Kabupaten Muara Enim misalnya,kebijakan tentang SPM Pendidikan tertuang dalam K e p u t u s a n K e p a l aD i n a s P e n d i d i k a n N a s i o n a l N o . 870/4341/KPTS/DIKNAS/2005tentang SPM Bidang Pendidikan.

Pertanyaannya adalah, mengapa pengaturan SPM tersebut tidakdituangkan dalam perda, peraturan kepala daerah atau keputusan kepaladaerah? Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa kebijakan SPM belum dianggapmenjadi kewajiban daerah, sehingga sebagian besar daerah beranggapanbahwa SPM tersebut menjadi milik pemerintah pusat.

Berbeda dengan daerah lainnya, Pemerintah Kabupaten Muara Enim,khususnya melalui Dinas Pendidikan Nasional berinisiatif menetapkankebijakan internal tentang SPM Bidang Pendidikan. Hal ini sekaligus sebagaijawaban atas sejumlah kritik yang menyatakan bahwa pemerintah daerahtidak merasa memiliki SPM.

Padahal berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan narasumberdi daerah, Dinas Pendidikan Kota Prabumulih misalnya menyatakan bahwaSPM pendidikan yang berlaku secara nasional sebenarnya sudah ada. Namundemikian, SPM Nasional tersebut belum sepenuhnya ditindaklanjuti olehpemerintah daerah. Hal mana ditunjukkan oleh beberapa daerah, termasukKota Prabumulih baik bidang pendidikan maupun kesehatan. Sebagaimanadinyatakan oleh narasumber:

“Kalau di dinas memang belum, karena SPM harus dibuat oleh instansi,apa kinerja yang harus dibuat. Tetapi memang ke arah sana telah

Page 69: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah54

dibuat untuk mengarah ke sistem kinerja yang riil yang berkaitandengan LAKIP. Tetapi untuk SPM ini memang harus mendapatkaninformasi atau pelatihan tentang SPM itu apa....”.

Argumen lain yang dibangun berkenaan dengan belum adanyakebijakan SPM di daerah adalah karena SPM Nasional yang diterbitkan olehdepartemen teknis – dalam hal ini pendidikan dan kesehatan – dianggapsudah jelas sehingga tidak perlu dituangkan dalam bentuk produk hukumdaerah. Namun argumen ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah belummemandang pencapaian SPM sebagai kewajiban pemerintah daerah.Sebagaimana dinyatakan oleh beberapa narasumber daerah, bahwakurangnya sosialisasi dan pelatihan SPM ternyata telah menjadi penyebabrendahnya rasa memiliki terhadap SPM Nasional, sebagaimana pernyataannarasumber berikut ini:

“Saya pikir, yang benar, SPM nya sendiri sudah ada, tetapi yang kitaterima itu belum disosialisasikan, kecuali pada saat ada rakor atausemacamnya dan mendapat bimbingan dari provinsi. Namun hinggasaat ini kita belum pernah menerima petunjuk atau bimbingan, jadi kitahanya melihat dari SPM berdasarkan SPM yang dikeluarkan olehdepartemen, misalnya untuk guru SD sekian, sarana prasarananyasekian, nah hal ini kita sampaikan kepada kepala-kepala sekolah,kepala cabang dinas dan sebagainya”.

Memang harus diakui bahwa belum semua daerah memiliki kebijakankhusus tentang SPM. Akan tetapi upaya pencapaian SPM tersebut dapatdilihat pada rumusan visi dan misinya. Sebagai contoh, Visi Dinas PendidikanProvinsi Sumatera Selatan: terwujudnya masyarakat Sumatera Selatan yangdamai, demokratis, berakhlak mulia, berkeahlian, berdaya saing, maju dansejahtera dalam wadah NKRI yang didukung oleh manusia yang sehat,beriman, bertakwa, berdisiplin, cinta tanah air dan lingkungan, menguasaiIPTEK serta memiliki etos kerja yang tinggi. Manusia yang memiliki danmenguasai IPTEK tersebut hanya mungkin dicapai melalui pendidikan.

Adapun misinya adalah: 1) mengupayakan perluasan dan pemerataankesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi masyarakat, 2)mengembangkan potensi anak secara utuh sejak usia dini dalam rangkamewujudkan masyarakat belajar, 3) meningkatkan kualitas proses pendidikanuntuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian anak, 4) meningkatkanprofesionalisme dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusatpembudayaan IPTEK, keterampilan, pengalaman, sikap dan nilai budayabangsa, dan 5) memberdayakan peran masyarakat dalam penyelenggaraanpendidikan.

Terkait dengan hal ini, narasumber di Provinsi Sumatera Selatanmenyatakan sebagai berikut :

Page 70: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 5555

“Dokumen SPM yang kami laksanakan sama persis dengan dokumenSPM nasional, namun secara khusus pemerintah provinsi belummenuangkannya dalam peraturan daerah. Akan tetapi, RPJM danRenstra pemerintah provinsi kami arahkan pada pencapaian target-target SPM. Mungkin ke depan, kami akan menuangkannya dalamkebijakan daerah agar pencapaian SPM semakin optimal”.

Kondisi serupa juga terjadi di kabupaten dan kota, baik di bidangpendidikan maupun kesehatan. Dari kajian lapangan diperoleh informasihanya dinas kesehatan Kabupaten Muara Enim yang cukup memiliki dokumenlengkap tentang penerapan SPM (bidang kesehatan). Dokumen tersebutantara lain tertuang dalam rencana strategis dinas tahun 2003-2007 dandokumen ‘tersirat’ dari capaian indikator SPM lokal. Maksud dokumen‘tersirat’ tersebut bahwa dinas kesehatan Kabupaten Muara Enim ternyatatelah menetapkan target lokal (: target tahunan) pencapaian SPM, namundokumen tersebut tidak tersedia.

Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Muara Enim “Kabupaten Muara EnimSehat 2007” (Renstra 2003-2007). Sedangkan misinya adalah: 1) memeliharadan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu melalui tersedianyasumber informasi tentang penyakit dan faktor resikonya, tersedianyateknologi, kebijakan dan bantuan tenaga profesional serta sumber dayalainnya, 2) mendorong kemandirian unit pelaksana program danmemberdayakan masyarakat untuk memberantas dan mengendalikanpenyakit dan kekurangan gizi serta faktor resikonya, 3) menggerakkan danmelakukan pendekatan (advokasi) pembangunan kesehatan berwawasankesehatan dan pembangunan kesehatan berbasis wilayah, dan 4) memeliharadan meningatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat besertalingkungannya.

Visi dan misi dinas kesehatan tersebut, ternyata belum ditindaklanjutidengan peraturan daerah Kabupaten Muara Enim ataupun dengan peraturanyang lebih rendah. Oleh karena itu, pencapaian SPM bidang kesehatan tidakdidasarkan pada kebijakan khusus tetapi disandarkan pada dokumen rencanastrategis (Renstra SKPD).

2. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Kebijakan pemerintah Kota Yogyakarta tentang SPM bidang Kesehatan tidakterlepas dari visi Kota Yogyakarta yakni terwujudnya derajad kesehatanmasyarakat yang tinggi melalui budaya hidup sehat dalam lingkungan sehatdan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau didukungoleh sumber daya manusia kesehatan yang berkualitas.”

Page 71: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah56

Kebijakan bidang kesehatan ini adalah dalam rangka mewujudkan KotaYogyakarta Sehat dengan a) meningkatkan kualitas SDM kesehatan bekerjasama dengan institusi pendidikan atau lembaga lain, b) meningkatkan kualitaspenyelenggaraan pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat dan UpayaKesehatan Perorangan, c) meningkatkan net-working dan atau kolaborasiantar elemen pelaku kesehatan dan sektor kesehatan, d) melaksanakan fungsiregulasi sarana dan tenaga kesehatan meliputi lisensi/perijinan, sertifikasi danakreditasi, e) melaksanakan pengawasan mutu institusi pelayanan kesehatan,f) melaksanakan jaminan kesehatan daerah.

Tujuan utama dari kebijakan dibidang kesehatan di Kota Yogyakartaadalah terselenggaranya Pembangunan Kesehatan secara berhasil guna danberdaya guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat minimalsesuai standar pencapaian MDGs. Sedangkan tujuan khususnya adalah a)tersedianya SDM yang berkualitas dalam penyelenggaraan pembangunankesehatan, b) terlaksananya pelayanan kesehatan UKM dan UKP yangberkualitas, c) terwujudnya net-working dan kolaborasi antara elemen pelakukesehatan dan sektor kesehatan dalam penyelenggaraan pembangunankesehatan, d) terselenggaranya fungsi perijinan sarana dan tenaga kesehatan,e) terselenggaranya pengawasan terhadap institusi pelayanan kesehatan,serta f) terselenggaranya jaminan kesehatan daerah.

Sasaran yang ingin dicapai dengan kebijakan ini adalah a) tercapainyaSDM kesehatan yang berkualitas sesuai dengan kompetensi dan disiplin, b)tercapainya cakupan pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat & UpayaKesehatan Perorangan, c) terwujudnya net-working dan atau kolaborasi antarelemen pelaku kesehatan dan sektor kesehatan, d) tercapainya cakupansarana & tenaga kesehatan berijin, produk pangan olahan tersertifikasi, dansarana pelayanan kesehatan terakreditasi, e) terwujudnya budaya perilakuhidup bersih dan sehat, f) terwujudnya pelayanan kesehatan yang bermutu,dan g) tercapainya peningkatan cakupan kepesertaan jaminan kesehatandaerah.

Dalam bidang pendidikan, kebijakan yang ditempuh oleh PemerintahKota Yogyakarta berkaitan dengan SPM Bidang Pendidikan adalahmelaksanakan kegiatan dan program yang diarahkan untuk a) mewujudkanpendidikan berkualitas yang berakar budaya adiluhung, b) mewujudkanpendidikan berwawasan global dan berbasis teknologi informasi serta c)mewujudkan pendidik dan tenaga kependidikan yang memiliki kompetensidan kualifikasi yang sesuai.

Oleh karena itu maka kebijakan yang ditempuh adalah a) meningkatkanakses pendidikan dasar dan menengah yang berkualitas dan terjangkau, b)meningkatkan kualitas ketenagaan, manajamen kelembagaan serta sarana danprasarana, c) meningkatkan pendidikan yang berkualitas yang dapat

Page 72: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 5757

mewujudkan keseimbangan aspek intelektual, emosional dan spiritual serta d)memperluas jangkauan dan jenis sistem pembelajaran.

Sementara itu untuk bidang pendidikan di Kabupaten Sleman diketahuibahwa kemajuan pendidikan cukup menggembirakan, pelaksanaan programpembangunan pendidikan di daerah ini telah menyebabkan makinberkembang nya suasana belajar mengajar di berbagai jenis dan jenjangpendidikan. Dengan dilaksanakannya program pembangunan, pelayananpendidikan telah dapat menjangkau daerah terpencil, daerah denganpenduduk miskin dan daerah jarang dengan dibangunnya sekolah di daerahtersebut.

Disamping itu, untuk meningkatkan mutu pendidikan di KabupatenSleman, sejak tahun 2005 telah dirintis sekolah andalan untuk jenjang SD, SMPdan SMA. Maksud dirintisnya sekolah andalan di Kabupaten Sleman ini adalahsalah satu upaya dalam rangka menampung siswa berprestasi tetap sekolah diKabupaten Sleman dan tidak perlu mencari sekolah lain yang dianggapbermutu sehingga mutu pendidikan di Kabupaten Sleman dapat meningkatselain juga membantu orang tua siswa dalam memperkecil/ menghemat biayapendidikan.

3. Provinsi Kalimantan Selatan

Senada dengan daerah lainnya, di lingkungan pemerintah Provinsi KalimantanSelatan pun belum terdapat kebijakan yang mengatur penerapan SPM didaerah. Oleh karena itu, untuk melihat komitmen pemerintah provinsi dalammelaksanakan SPM dapat dilihat dari dokumen Rencana Pembangunan JangkaMenengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).Secara yuridis, RPJMD Propinsi Kalimantan tercantum dalam Peraturan DaerahPropinsi Kalimantan Selatan Nomor 15 Tahun 2006 tentang RencanaPembangunan Jangka Menengah Daerah Propinsi Kalimantan Selatan Tahun2006-2010, dan RKPD tertuang dalam Peraturan Gubernur Kalimantan SelatanNomor 26 Tahun 2007 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)Propinsi Kalimantan Selatan Tahun 2008.

Untuk mewujudkan kualitas sumber daya manusia yang ditetapkansesuai dengan target yang diinginkan pada tahun 2010, maka sasaran yangakan dicapai dalam pembangunan bidang kesehatan, antara lain tercermindari indikator berupa :

- Usia harapan hidup mencapai 67,9 tahun;- Angka kematian bayi 25 per 1000 kelahiran hidup;- Angka kematian kasar 6,8 per 1000 penduduk;- Angka kematian anak balita 58 per 1000 kelahiran hidup;- Angka kesakitan menjadi kurang dari 17,3 %.

Page 73: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah58

Adapun secara rinci sasaran bidang kesehatan adalah sebagai berikut :

- Sasaran pembangunan kesehatan agar dapat meningkatkan derajatkesehatan masyarakat, adalah meliputi :

a. Menurunnya angka kesakitan baik infeksi penyakit menular maupuntidak menular;

b. Meningkatnya kinerja pelayanan kesehatan;c. Meningkatnya perilaku masyarakat untuk mendukung pola hidup

bersih dan sehat;d. Membaiknya kondisi kesehatan lingkungan;e. Meningkatnya kualitas pemerataan dan keterjangkauan pelayanan

kesehatan;f. Meningkatnya jumlah tenaga kesehatan yang disertai dengan

pendistribusian yang merata;g. Meningkatnya status kesehatan pada semua lapisan masyarakat.

- Sasaran yang berkenaan dengan aspek Keluarga Berencana adalah :

a. Terkendalinya pertumbuhan penduduk dan meningkatnya keluargakecil yang berkualitas yang ditandai (1) menurunnya rata-rata lajupertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,66% tingkat fertilitas totalmenjadi 2,2 per perempuan, (2) meningkatnya peserta KB laki-lakimenjadi 4,5%, (3) meningkatnya jumlah Keluarga Pra Sejahtera danKeluarga Sejahtera I yang aktif dalam usaha ekonomi produktif, dan(4) meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalampenyelenggaraan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi;

b. Meningkatnya pemberdayaan keluarga dalam rangka menujukeluarga kecil berkualitas melalui program terbina;

c. Meningkatnya pembinaan kesehatan reproduksi remaja yang ditandaioleh meningkatnya usia perkawinan pertama, menurunnya vertilitaspada kelompok usia 15-19 tahun;

d. Meningkatnya jumlah tempat pelayanan KB Non Pemerintah,kemandirian institusi masyarakat pedesaan/perkotaan dan kualitaspendayagunaan data dan informasi dalam sistem kependudukan dankeluarga (SIDUGA);

Adapun arah kebijakan dalam pembangunan kesehatan untuk dapatmencapai Kalimantan Selatan Sehat 2010 adalah :

1. Peningkatan kualitas puskesmas dan jaringannya serta sarana danprasarana kesehatan lainnya;

2. Meningkatkan upaya pemberantasan dan pencegahan penyakit menulardan tidak menular;

3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan untuk pemerataandan keterjangkauan pelayanan kesehatan;

Page 74: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 5959

4. Meningkatkan perilaku masyarakat untuk mendukung pola hidup bersihdan sehat;

5. Meningkatkan kondisi kesehatan lingkungan;6. Meningkatkan status kesehatan masyarakat;7. Meningkatkan anggaran bidang kesehatan hingga mencapai 15% dari total

APBD diluar gaji dan tunjangan dengan tetap memperhatikan kemampuandaerah dan skala prioritas dan arah kebijakan pembangunan bidanglainnya.

Sedangkan arah kebijakan dengan Aspek Keluarga Berencana dankependudukan adalah :

1. Mengendalikan pertumbuhan penduduk untuk meningkatkan keluargakecil berkualitas;

2. Meningkatkan pemberdayaan keluarga dalam rangka menuju keluargakecil berkualitas melalui program terbina;

3. Meningkatkan pembinaan kesehatan reproduksi remaja khususnya padakelompok usia 15-19 tahun;

4. Meningkatkan kemandirian institusi masyarakat pedesaan/perkotaandalam pelayanan KB serta kualitas pendayagunaan data dan informasidalam sistem kependudukan dan keluarga (SIDUGA).

Pembangunan Kesehatan di Kota Banjar Masin mempunyai Visi“Banjarmasin Sehat Tahun 2010”, sedangkan Misinya adalah : (1) Mendorongkemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di Kota Banjarmasin,melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan, (2) Memelihara danmeningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatanyang diselenggarakan, (3) Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu,keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya, (4) Menggerakkanpembangunan berwawasan kesehatan didukung oleh manajemen kesehatanyang berdaya guna,

Dari Visi dan Misi tersebut di atas, dijabarkan kedalam sasaran-sasaran,antara lain :

a. Meningkatkan aksesibilitas puskesmas dan pelayanannya sehinggakesehatan masyarakat dapat terpantau dengan baik;

b. Meningkatkan dan memelihara mutu lembaga pelayanan kesehatanmelalui peningkatan kualitas sumberdaya manusia, kelengkapan saranadan prasarana kesehatan;

c. Pelayanan yang bermutu diberikan oleh petugas yang profesional danhandal;

d. Sarana dan prasarana fisik yang memadai menuju proses pelayananpuskesmas yang layak;

Page 75: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah60

e. Jaminan pelayanan kesehatan harus dimiliki oleh anggota masyarakatuntuk menciptakan pemerataan pemanfaatan pelayanan kesehatansehingga mendukung peningkatan status kesehatan;

f. Memberikan pelayanan yang standar kepada keluarga miskin melaluiprogram subsidi pemerintah;

g. Memprioritaskakn kegiatan pada upaya promotif dan preventif(paradigma sehat) dengan tidak mengabaikan upaya kuratif danrehabilitatif;

h. Pengelolaan kesehatan terpadu akan semakin dikembangkan denganmendorong peranserta masyarakat dalam pembangunan kesehatan;

i. Membrantas, mencegah dan menangani penyakit menular maupun tidakmenular yang menjadi masalah serta menanggulanginya bila terjadiKLB/wabah agar tidak terjadi penyebaran penyakit yang lebih lanjut;

j. Melaksanakan perbaikan gizi masyarakat dalalm upaya peningkatan statusgizi yang optimal terutama pada balita dan ibu hamil;

k. Setiap ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas mendapatkan pelayanankesehatan terutama untuk kasus kegawatan obstetri;

l. Penduduk usia lanjut mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengankondisi kesehatannya dan dengan indikasi tepat akan dirujuk;

m. Pelaksanaan pemantauan tumbuh- kembang anak dan kesehatannyamelalui neonatal, bayi, balita, balita hingga usia sekolah;

n. Perbaikan lingkungan disetiap pemukiman, tempat-tempat umum,tempat usaha dan sarana kesehatan melalui penyediaan sanitasi dasaryang memenuhi syarat kesehatan;

o. Tersedianya sumber air bersih yang memenuhi syarat kesehatan bagimasyarakat;

p. Sistem informasi kesehatan dikembangkan lebih diarahkan untukmenciptakan kemampuan menyediakan data dan informasi yangdiperlukan dalam mencapai Visi Kota Banjarmasin Sehat Tahun 2010.

Kebijakan lain yang mengatur penerapan Standar Pelayanan Minimal diKota Banjarmasin adalah Peraturan Walikota Banjarmasin Nomor 30 Tahun2005 Tentang Standar Pelayanan Minimal Perizinan dan Non Perizinan diLingkungan Pemerintah Kota Banjarmasin.

Kebijakan yang mengatur Standar Pelayanan Minimal Kabupaten Banjaradalah Visi pembangunan kesehatan Kabupaten Banjar yakni “KABUPATENBANJAR SEHAT 2010”, yaitu suatu gambaran keadaan masa depan yangdiinginkan ditandai dengan penduduknya hidup dalam lingkungan dan prilakuhidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatanyang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yangtinggi, selain Visi tersebut diatas terdapat juga Visi operasional yakni :“MASYARAKAT BANJAR MANDIRI UNTUK HIDUP SEHAT”.

Page 76: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 6161

Sedangkan Misi pembangunan kesehatan Kabupaten Banjar meliputi :

a. Menggerakkan pembangunan daerah berwawasan lingkungan;b. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan

masyarakat beserta lingkungannya;c. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,

merata dan terjngkau;d. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

Dari Visi dan Misi tersebut diatas, Dinas Kesehatan Banjar telahmerumuskan tujuan dan sasaran bidang kesehatan yang meliputi :

a. Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagisetiap orang; Sasarannya adalah : (1) meningkatkan secara bermaknakemampuan masyarakat untuk memelihara dan memperbaiki keadaankesehatannya serta menjangkau pelayanan kesehatan yang layak sesuaikebutuhan, (2) meningkatnya secara bermakna upaya kesehatan yangbersumberdaya masyarakat;

b. Meningkatnya jumlah wilayah/kawasan sehat; Sasarannya (1)meningkatnya secara bermakna kerjasama dan kontribusi lintas sectordalam pembangunan kesehatan, upaya penanggulangan dampak negativepembangunan terhadap kesehatan, (2) meningkatnya secara bermaknajumlah wilayah/kawasan sehat yang meliputi tempat umum, tempatkerja, lingkungan tempat tinggal dengan sanitasi dasar seperti air bersih,sarana pembuangan limbah, lingkungan social termasuk pergaulan sehat.

c. Terpenuhinya pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,ditunjang oleh tenaga kesehatan yang professional; Sasaran dari tujuanke-3 ini adalah : (1) meningkatnya secara bermakna jumlah saranakesehatan yang bermutu, jangkauan dan cakupan pelayanan kesehatan,pemanfaatan pelayanan promotif dan preventif, (2) meningkatnya secarabermakna cakupan program kesehatan sesuai Standar Pelayanan Minimal,(3) meningkatnya secara bermakna cakupan program kesehatan sesuaiStandar Pelayanan Minimal.

Kebijakan di sektor pendidikan Kota Banjarmasin di atur denganPeraturan Walikota Banjarmasin Nomor 30 tahun 2005 tentang StandarPelayanan Minimal Perizinan dan Non Perizinan di lingkungan PemkotBanjarmasin, tanggal 31 Oktober 2005. Adapun visi Dinas Pendidikan PemkotBanjarmasin adalah : Terwujudnya Sumber Daya Manusia yang berkualitasprima melalui peningkatan Imtaq, Iptek dan Profesionalisme.

Untuk mewujudkan visi tersebut disusun misi sebagai berikut :Memberikan kontribusi nyata pembangunan SDM potensial melalui :

a Mewujudkan pendidikan yang mampu membangun manusia yangberiman dan bertaqwa, berahlak mulia dan berkepribadian tangguh sertamandiri

Page 77: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah62

b Mewujudkan pemerataan pendidikan dasar, menengah dan luar biasaserta luar sekolah dengan penyediaan sarana, prasarana pendidikan

c Mewujudkan peningkatan mutu pendidikan dasar dan menengah denganpenguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan peningkatanprofesionalisme

d mewujudkan sistem pengelolaan pendidikan dengan menerapkan prinsipgood governance.

4. Provinsi Bali

Sejak diberlakukannya desentralisasi, beberapa peraturan perundang-undangan bidang kesehatan sebagai tindak lanjut Undang-Undang Nomor 22tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat danDaerah, telah dan terus disusun Peraturan perundangan kesehatan tersebutantara lain : (a) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 574/Menkes/SK/IV/2000 tentang Kebijakan Pembangunan Kesehatan MenujuIndonesia Sehat 2010. (b) Keputusan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor 1202/Menkes/SK/VII/2003 tentang Indikator Indonesia Sehat 2010 danPedoman Penetapan Indikator Propinsi Sehat dan Kabupaten Sehat (c)K e p u t u s a n M e n t e r i K e s e h a t a n R e p u b l i k I n d o n e s i a N o m o r1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standard Pelayanan Minimal BidangKesehatan di Kabupaten/Kota.

Berdasarkan kebijakan tersebut untuk mempercepat keberhasilanpembangunan kesehatan tersebut diperlukan pembangunan kesehatan yanglebih dinamis dan proaktif dengan melibatkan semua sektor terkait, swastadan masyarakat. Upaya yang ditempuh pemerintah adalah menjadikanpembangunan nasional yang berwawasan kesehatan. Berkaitan dengan inipemerintah menetapkan pembangunan berwawasan kesehatan sebagaistrategi nasional menuju Indonesia Sehat 2010.

Hal sama yang diupayakan oleh Kota Denpasar dan KabupatenJembrana, sebagai bagian dari Provinsi Bali dari kedua daerah ini akandijelaskan mengenai penerapan perencanaan, penerapan hingga monitoringdan evaluasi SPM di daerah masing-masing.

Dalam upaya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih danakuntable sebagaimana diamanatkan dalam Ketetapan MPR No. XI/MPR/1998dan Undang-Undang No. 28 Tahun 1998 tentang penyelenggaraan Negarayang bersih dan bebas KKN kemudian diimplementasikan melalui InpresNomor 7 Tahun 1999 dan Inpres Nomor 5 tahun 2004 tentang PercepatanPemberantasan Korupsi serta memperhatikan PP 58 Tahun 2005 tentangPengelolaan Keuangan Daerah, maka peranan Renstra ini menjadi sangatpenting.

Page 78: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 6363

Untuk mewujudkan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Kebijakan dan Programdalam Renstra ini, maka setiap tahunnya akan dibuat Rencana Kerja Tahunan (RKT ) dan Rencana Kerja Anggaran ( RKA ) secara proporsional dan terukurserta menentukan jenjang tanggung jawab terhadap keberhasilan maupunkegagalan antara lain staf dan eselon IV bertanggung jawab pada kegiatan,eselon III bertanggung jawab pada Program, dan eselon II bertanggung jawabpada Kebijakan.

Renstra SKPD Dinas Pendidikan Kebudayaan dan Pariwisata KabupatenJembrana adalah Perencanaan Strategis yang merupakan dokumenperencanaan strategis, yang sesuai dengan kebutuhan dengan mengacu padaUndang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistim PerencanaanPembangunan Nasional Bab. III Pasal 7 dan Bab. V Pasal 15.

Perencanaan Strategis yang disusun dimaksudkan untuk pelaksanaantugas pokok dan fungsi Dinas Pendidikan Kebudayaan dan PariwisataKabupaten Jembrana yang akan digunakan bagi penyelenggaraanpembangunan Pendidikan, Kebudayaan, dan Pariwisata di KabupatenJembrana. Perencanaan Strategis ini disusun sebagai pedoman bagi aparatDinas Pendidikan Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jembrana dalammelaksanakan tugas pokok dan fungsi yang bersifat strategis sesuai denganVisi, Misi, Tujuan, Sasaran, Kebijakan, Program dan kegiatan yang akandilakukan dalam kurun waktu 5 tahun dari tahun 2006 – 2010.

Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan renstra iniadalah meningkatkan pelayanan bidang pendidikan, Kebudayaan danPariwisata sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatnyapelayanan administrasi di bidang pendidikan yang transparan, demokrasi danakuntable, meningkatnya pemerataan pendidikan usia dini dan anak sekolah,meningkatnya kualitas lulusan kejar paket A, B dan PLS lainnya, meningkatnyakualitas pembinaan Pemuda dan Olahraga, berkembangnya KebudayaanDaerah dan Kebudayaan Nasional, meningkatnya obyek dan kunjungan wisata,meningkatnya kualitas dan kuwantitas sarana prasarana pariwisata,meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan SDM kepariwisataan.

Meskipun Renstra ini disusun dengan memperhatikan kebutuhan yangbersifat strategis, namun disadari bahwa masih banyak terdapat hambatandan kekurangan, salah satu hambatan yang dicapai adalah sulitnyamemprediksi keadaan mendatang sebagai akibat dari cepatnya perubahanlingkungan eksternal organisasi.

5. Provinsi Nusa Tenggara Timur

Sebagaimana daerah lainnya, kebijakan Pemerintah Provinsi NTT tentang SPMjuga belum tersedia. Akan tetapi, kendatipun belum ada kebijakan SPM di

Page 79: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah64

level pemerintah provinsi, namun pemahaman SPM di tingkat SKPD provinsinampak sudah cukup memadai. Hal ini sebagaimana pernyataan KaroOrganisasi Provinsi NTT:

“Menjadi tugas pemerintah provinsi untuk memfasilitasi pelaksanaankebijakan pusat di daerah (kabupaten/kota). Khusus untuk kebijakan PPNo. 65 Tahun 2005 tentang SPM, kami dalam hal ini ikut mensukseskanpelaksanaan kebijakan SPM tersebut”.

Senada dengan gambaran di level provinsi, kondisi yang sama jugaterjadi di kota dan kabupaten. Artinya, pemerintah kota dan kabupaten puntidak memiliki kebijakan khusus sebagai tindak lanjut SPM yang telahditerbitkan oleh departemen teknis. Belum adanya kebijakan yang mengaturSPM di daerah ini, disebabkan masih menunggu SPM dari pemerintah pusatdan masih terjadinya kesimpangsiuran pemahaman antara pusat dan daerahitu sendiri.

Oleh karena itu, untuk melihat kebijakan pemerintah daerah tentangSPM, disini digunakan proksi RPJMD dan atau Renstra SKPD yang dimilikinya.Sebagai contoh, visi & misi Kota Kupang 2007 – 2012 adalah “mewujudkantata kepemerintaan kota yang baik, bersih dan berwibawa, dalam upayamembangun masyarakat kota yang cerdas, berada, berbudaya, sejahtera danberdaya saing.” Adapun misinya adalah “Meningkatkan derajat kesehatanmasyarakat dengan memantapkan sistem pelayanan kesehatan yangberkualitas dan penyiapan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai”

Pembangunan kesehatan Kota Kupang dimaksudkan untukmempercepat penurunan angka kematian bayi, angka kematian ibu, angkakematian balita dan memperpanjang umur harapan hidup guna mewujudkanderajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui pendekatan paradigmasehat (upaya peningkatan promosi kesehatan dan pencegahan yang utamasetelah itu baru pendekatan pengobatan dan rehabilitasi kesehatan).

Sementara itu, kebijakan pemda untuk SPM bidang pendidikan KotaKupang juga setali tiga uang. Namun untuk melihat kebijakan bidangpendidikan dapat disimak pada pernyataan misi Dinas Pendidikan KotaKupang, yaitu “Meningkatkan kualitas pendidikan melalui pembenahanmanajemen dan penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai,pengembangan olah raga, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, sertamemperluas jaringan kerjasama pendidikan baik di tingkat lokal, regional,nasional maupun internasional”.

Berdasarkan pernyataan misi tersebut nampak bahwa Pemerintah KotaKupang menginginkan terciptanya kualitas pendidikan yang semakin baik,dengan melaksanakan sendiri maupun melalui kerjasama dengan pihak lain.Penyelenggaraan pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalampengembangan sumber daya manusia, melalui penyediaan tenaga ahli dan

Page 80: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 6565

terampil yang mempunyai ilmu pengetahuan dan keterampilan baku, sehinggadapat melakukan adaptasi sesuai dengan tuntutan dan kondisi lapangan kerjadan perkembangan IPTEK.

Data menunjukkan bahwa Penduduk Usia Sekolah (7-24 tahun) KotaKupang tahun 2006 sebanyak 108.907 jiwa (40,23%) dari total penduduk. Darijumlah tersebut yang sedang bersekolah sebanyak 75.387 (69,19%) terdiri ataslaki-laki sebanyak 38.966 (51,69%) dan perempuan 36.421 jiwa (48,31%) ,sedangkan yang tidak sedang bersekolah sebanyak 33.610 jiwa (30,81%)terdiri atas laki-laki sebanyak 15.313 jiwa (45,56%) dan perempuan sebanyak18.297 jiwa (54,44%) dari total penduduk (SUSENAS, 2006).

Sasaran utama fungsi pendidikan tahun 2007-2012 diletakkan padaupaya (1) memperbaiki peringkat IPM secara nasional dari level 53 menjadi 43,(2) perluasan kesempatan belajar masyarakat dalam memacu angka partisipasimurni (APM) pada setiap jenis dan jenjang pendidikan yang ada mulai daritingkat SD 100%, SMP 90% dan SMA/SMK 85%, (3) indicator kesetaraanfungsional (buta aksara) menurun sampai 0% dan (4) mengendalikan angkaputus sekolah pada jenjang pendidikan mulai dari tingkat SLTP dan SLTA dibawah 0,10%, (5) penuntasan wajar dikdas 9 tahun dan pelaksanaan wajar 12tahun.

Sebaran penduduk menurut jenis kelamin dan status bersekolah dantidak bersekolah relative berimbang. Ada beberapa permasalahan mendasardalam bidang pendidikan di Kota Kupang, yaitu:

1. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan ditunjukkan olehindikator Kesetaraan Fungsional (buta aksara) yaitu 2,5%, AngkaPartisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) pada masing-masing jenjang pendidikan. APK untuk SD/MI sebesar 125,19%, SMP/MTssebesar 114,62% dan SMA/SMK/MA sebesar 86,80%. APM untuk SD/MIsebesar 92,58%, SMP/MTs sebesar 82,22% dan SMA/SMK/MA sebesar65,58%.

2. Pencapaian APM jenjang pendidikan SD termasuk kategori tinggidisbanding APM di sekolah menengah. Hal ini dimungkinkan karena factorsocial budaya yang menyangkut persepsi orang tua yang sempit sehinggakurang menyadari arti pentingnya pendidikan bagi anak serta factorekonomi keluarga yang tergolong kurang mampu, menyebabkan anak usiasekolah menengah tidak bersekolah. Fenomena ini jelas terlihat dari datajumlah siswa putus sekolah (drop out) pada tahun 2006 – SD/MI 0%,SLTP/MTs 0,20%, SMU/SMK/MA 0,20%.

3. Dalam penyelenggaraan, fasilitas pendidikan di Kota Kupang baik sekolahnegeri maupun swasta tercatat untuk jenjang pendidikan dasar (SD)sebanyak 118 buah, sekolah menengah pertama (SMP) sebanyak 40 buahdan menengah umum/kejuruan (SMU/SMK) 40 buah.

Page 81: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah66

Untuk tingkat pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan jumlah sekolahswasta lebih banyak daripada sekolah negeri, yaitu SMK swasta sebanyak 8buah sedangkan negeri hanya 4 buah. Proporsi guru tidak sebanding antarSMK swasta dan negeri, lebih banyak guru di SMK Negeri (752 orang)dibandingkan dengan jumlah guru di SMK swasta (263 orang). Padahal jikamelihat kebutuhan akan guru justru harus lebih banyak di SMK swasta karenadari segi jumlah sekolah relative banyak. Kehadiran SMK ini semakin pentingkarena adanya tuntutan pasar tenaga kerja saat ini yang lebih membutuhkanpara lulusan SMK dengan keterampilan khusus.

Selain itu, penyelenggaraan layanan pendidikan usia dini di Kota Kupangmasih sangat terbatas. Padahal rendahnya pelayanan pendidikan dalam usiadini nantinya akan mempengaruhi dan menghambat pengembangan sumberdaya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan danstrategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi ketidakmerataantersebut.

Kualitas pendidikan yang masih relatif rendah sangat berkaitan denganinput, output serta proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari hasil ujian akhirtahun 2006, tingkat SD/MI 100%, SMP/MTs/SMPLB 72,50%, danSMA/MA/SMALB untuk jurusan IPA 76,80%, IPS 68,10%, Bahasa 68,90% sertaSMK sebesar 92,35%. Turunnya persentase kelulusan di tingkat SLTP dan SLTAdiindikasi oleh beberapa hal antara lain penerapan kurikulum yang terlalupadat, terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan (jumlah gedung yangrusak), rendahnya kesejahteraan dan kekurangan tenaga kependidikan yangprofesional yang sesuai dengan bidang tugasnya. Walaupun guru dan pengajarbukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi pengajaranmerupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi merupakan cerminankualitas, sehingga tenaga pengajar memberikan andil sangat besar padakualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya.

Hal ini tidak lain untuk mempercepat terwujudnya masyarakat yangcerdas dan itu hanya dapat dihasilkan melalui pendidikan yang berkualitas.Dalam kaitan ini pendidikan berkualitas perlu mengembangkan seluruhspektrum intelegensia manusia yang meliputi aspek intelegensia, emosional,interpersonal dan intrapersonal.

Fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan adalah rendahnyakualifikasi dan kualitas guru, rendahnya tingkat kesejahteraan guru, rendahnyamutu lulusan, kurang relevannya kurikulum pendidikan dengan kebutuhanpasar kerja. Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga isustrategis yang menjadi persoalan pendidikan di Kota Kupang yaitu:Pemerataan dan perluasan akses pendidikan, peningkatan mutu dan relevansipendidikan serta tata kelola pencitraan publik.

Page 82: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 6767

6. Provinsi Maluku Utara

Dengan mendasarkan pada RPJM Nasional, RPJM Provinsi Maluku Utara, RPJMKota Ternate disusun dalam kerangka menjabarkan danmengimplementasikan visi, misi dan Panca Program Walikota dan WakilWalikota Ternate Periode 2005-2010.

Dalam bidang kesehatan, nampaknya Pemerintah Kota Ternate telahmengakomodir standar pelayanan yang mengacu kepada visi Indonesia Sehat2010. Sesuai dengan Visi Kota Ternate, yakni Terwujudnya Kota Ternate Sehat2010 menuju Masyarakat Madani, dimana dengan visi ini, Pemerintah KotaTernate mengharapkan pada tahun 2010 keadaan masyarakat di Kota Ternateditandai oleh masyarakat yang (1) hidup dalam lingkungan yang sehat, (2)mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat serta (3) mampumenyediakan dan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,sehingga pada akhirnya akan memiliki derajat kesehatan yang optimal gunamenunjang visi Kota Ternate.

Perkembangan pendidikan merupakan suatu tanggungjawabpemerintah, masyarakat dan dunia usaha. Hal ini tercermin dalam UUD 1945,dimana antara lain disebutkan bahwa pendidikan merupakan hak setiap warganegara dan merupakan tanggungjawab semua warga negara yang bertujuanuntuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Penyelenggaraan urusan pemerintahan dibidang pendidikanmerupakan tanggungjawab dari pemerintah daerah. Oleh karena itu,pemerintah daerah wajib melaksanakan standar pelayanan minimal di bidangpendidikan. Kota Ternate sebagai salah satu bagian integral dari NKRI memilikivisi menjadikan Ternate sebagai Kota Budaya Menuju Masyarakat Madani.Atas dasar visi tersebut, Pemerintah Kota Ternate telah menetapkan misi yaituterwujudnya pendidikan berkualitas menuju kota budaya dan masyarakatmadani.

Berdasarkan visi tersebut diatas, maka misi Dinas Pendidikan NasionalKota Ternate yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari misi PemerintahKota Ternate serta Visi Dinas Pendidikan Nasional Kota Ternate adalah : Mewujudkan perluasan dan pemerataan pendidikan untuk memenuhi hak

warga masyarakat memperoleh pendidikan Mewujudkan pendidikan yang bermutu, berdaya saing, berstandar,

berbasis kompetensi serta berwawasan kebangsaan. Mewujudkan pendidikan yang efisien, akuntabel, demokratis, rasional dan

proporsional

Sementara itu sesuai dengan Peraturan Walikota Tidore KepulauanNomor 8 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah KotaTidore Kepulauan Tahun 2005-2010 disebutkan bahwa perencanaan bidangpendidikan di Kota Tidore Kepulauan yang menjadi sasaran pembangunanbidang pendidikan tahun 2005-2010 meliputi :

Page 83: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah68

a) Menurunnya angka buta huruf penduduk usia 15 tahun ke atasb) Meningkatnya secara nyata prosentase penduduk yang menyelesaikan

program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun, yang antara laindiukur dengan :

meningkatnya angka penyelesaian pendidikan dengan menurunkanangka putus sekolah pada jenjang SD/MI;

meningkatnya angka lulusan SD/MI/SDLB yang melanjutkan kejenjang SLTP/MTs;

meningkatnya angka partisipasi sekolah (APS) penduduk usia 7-12tahun dan penduduk usia 13-15 tahun tergambar dari angkapastisipasi kasar (APK);

menurunnya rata-rata lama penyelesaian pendidikan pada semuajenjang dengan menurunkan angka mengulang kelas pada jenjangSD/MI;

c) Meningkatnya proporsi anak yang terlayani pada pendidikan usia dini.d) Meningkatnya proporsi penduduk yang mengikuti jenjang pendidikan

menengah dan pendidikan tinggi, antara lain diukur dengan :

meningkatnya angka melanjutkan lulusan SLTP/MTs ke jenjangpendidikan menengah;

menurunnya rata-rata penyelesaian pendidikan dengan menurunkanangka mengulang kelas jenjang pendidikan menengah;

meningkatnya APK jenjang pendidikan menengah;

e) Meningkatnya proporsi pendidik formal dan non formal yang memilikikualifikasi minimum dan sertifikasi yantg sesuai jenjang kewenanganmengajar dengan jumlah peserta didik.

f) Meningkatnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan pembangunanyang antara lain diukur dengan :

meningkatnya efektivitas pendidikan kecakapan pada semua jalurdan jenjang pendidikan;

meningkatkan sarana laboratorium baik secara kualitas maupunkuantitas sesuai kebutuhan jenis, jenjang dan jalur pendidikan;

membangun jaringan kerjasama antara Dinas Pendidikan denganPerguruan Tinggi serta komunikasi akademik antara jenjangpendidikan tinggi dengan jenjang pendidikan di bawahnya;

g) Meningkatnya efektivitas dan efisiensi manajemen pelayanan pendidikanyang antara lain diukur dengan :

efektifnya pelaksanaan manajemen berbasis sekolah;

meningkatnya angaran pendidikan baik yang bersumber dari APBNmaupun APBD sebagai prioritas nasional yang tinggi serta didukung

Page 84: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 6969

pula oleh terwujudnya sistem pembiayaan yang adil, efisien, efektif,transparan dan akuntabel;

meningkatnya peran serta masyarakat dalam pembangunanpendidikan; dan

meningkatnya efektivitas pelaksanaan otonomi dan desentralisasipendidikan termasuk otonomi keilmuan;

7. Provinsi Papua

Pembangunan kesehatan sebagai bagian integral dari pembangunan nasionaldiselenggarakan dengan tujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dankemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatanmasyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam upaya mencapai tujuan tersebutdilaksanakan program-program pembangunan kesehatan masyarakat yangsetinggi-tingginya. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut dilaksanakanprogram-program pembangunan kesehatan secara sistematis danberkesinambungan.

Sesuai dengan Sistem Kesehatan Daerah (SKD) di Propinsi Papua,diantaranya pelaku pembangunan kesehatan Kota Jayapura dan KabupatenJayapura adalah Dinas Kesehatan yang berperan sebagai penanggung jawab,penggerak pembina dan pelaksana pembangunan kesehatan sesuai dengantugas dan fungsinya. Dalam rangka mensinergikan kegiatan perencanaanpembangunan di Kota Jayapura serta berpedoman pada undang-undangnomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,maka setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) harus menyusun rencanastrategis.

Dinas kesehatan Kabupaten Jayapura telah menyusun rencana stratejiksebagai rencana pembangunan jangka menengah yang berorientasi pada hasilyang ingin dicapai dalam kurun waktu 5 tahun yaitu periode tahun 2007-2011dengan perhitungan potensi, peluang, dan kendala yang ada atau mungkinakan timbul.

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudderajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkantujuan tersebut diciptakanlah Visi Indonesia Sehat 2010, yang merupakancerminan masyarakat, bangsa, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.Untuk mencapai tujuan tersebut diselenggarakan pembangunan kesehatanyang berkesinambungan baik oleh pemerintah, pemerintah provinsi danpemerintah Kabupaten/Kota, maupun oleh masyarakat termasuk swasta.

Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungantersebut, dalam dua dekade ini telah cukup berhasil meningkatkan derajat

Page 85: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah70

kesehatan. Derajat kesehatan masyarakat di Kota Jayapura terhitung “sedang”di jajaran kabupaten/kota secara nasional masih terhitung “rendah”.Permasalahan utama yang dihadapi adalah rendahnya kualitas kesehatanpenduduk yang antara lain ditunjukkan dengan masih tingginya angkakematian bayi, anak balita, dan ibu maternal, serta tingginya proporsi balitayang menderita gizi kurang; masih tingginya angka kematian meningkatnyapenyakit tidak menular; kesenjangan kualitas kesehatan dan akses terhadappelayanan kesehatan yang bermutu antar wilayah gender, dan antar kelompokstatus social ekonomi; belum memadainya jumlah, penyebaran, komposisi danmutu tenaga kesehatan, serta terbatasnya sumber pembiayaan kesehatan danbelum optimalnya alokasi pembiayaan kesehatan.

Dalam rangka mewujudkan Visi “Dinas Kesehatan sebagai PenggerakPembangunan Kesehatan Menuju Terwujudnya Kota Jayapura Sehat” makaDinas Kesehatan mempunyai beberapa misi yang kemudian diarahkan menjadiprogram dan kegiatan. Misi Dinas Kesehatan Kota Jayapura ini meliputimelaksanakan Pembangunan Kesehatan Secara Menyeluruh danBerkesinambungan, Memberdayakan Masyarakat dan Daerah, memantapkanmanajemen kesehatan yang dinamis dan Akutabel, serta meningkatkan kinerjadan mutu upaya kesehatan. Visi Dinas ini memperhatikan dasar-dasarpembangunan kesehatan tersebut dan untuk mencapai sasaran pembangunakesehatan pada tahun akhir tahun 2010 seperti yang telah ditetapkan dalamlampiran Peraturan Daerah Kota Jayapura tahun 2005, tentang rencanaPembangunan Jangka Menengah Kota Jayapura tahun 2005-2010 tentangPeningkatan Akses Masyarakat terhadap Kesehatan yang Berkualitas, dan jugamempertimbangkan perkembangan masalah dan kecenderungan yangdihadapi Dinas Kesehatan.

Hampir semua program/kegiatan yang tercakup dalam misi-misitersebut telah sesuai dengan rencana yang dicanangkan pemerintah pusat,beberapa program/kegiatan yang sesuai dengan indikator-indikator yang telahditetapkan oleh Departemen kesehatan melalui Pedoman Standar PelayananMinimal Bidang Kesehatan. Diantara program/kegiatan yang sesuai denganindikator-indikator SPM tersebut adalah program lingkungan sehat yang berisikegiatan penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar, program lain sepertiprogram upaya kesehatan masyarakat diantaranya mencakup upayapeningkatan pelayanan kesehatan dasar yang terdiri dari kegiatan promosikesehatan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi,kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular dan pengobatandasar.

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa Renstra DinasKesehatan Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura telah memenuhi substansiyang telah dicanangkan pemerintah baik pusat dan daerah dalamperencanaan pembangunan kesehatan selain adanya upaya untuk

Page 86: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 7171

meningkatkan pelayanan di bidang kesehatan dengan menerapkan SPM dalamprogram dan kegiatannya.

Kebijakan Pemerintah Daerah terutama yang terkait dengan pelaksaantugas pokok dan fungsi SKPD telah tertuang dalam rencana stratgis DinasPendidikan dan Pengajaran. Renstra ini disusun dengan memperhatikanlingkungan strategis organisasi secara global, nasional dan daerah. Karena itumuatannya meliputi penjabaran rencana pembangunan jangka menengah dibidang pendidikan dengan memperhatikan rencana strategis Dinas Pendidikandan Pengajaran Propinsi Papua maupun rencana strategis DepartemenPendidikan Nasional. Dengan demikian rencana strategis ini secara substansitetap sinergi dengan pemerintahan atasannya tetapi bobotnya kontekstualsesuai dengan kondisi daerah masing-masing daerah kabupaten kota diwilayah Provinsi Papua.

Dengan penyusunan rencana strategis ini masing-masing daerah dapatmenempatkan posisinya dan berusaha mencapai tujuan, dengan cara dalammencapai tujuan tersebut. Oleh sebab itu rencana strategis memuat visi, misi,tujuan dan sasaran, strategi (Kebijakan, Program dan Kegiatan). KebijakanSKPD khususnya Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kota Jayapura yakni “KotaJayapura Barometer Provinsi Papua” untuk mencapai visi pendidikan tersebut.

Perencanaan yang dilakukan dalam melaksanakan program kerja tahun2008 berpedoman pada Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana Tahunanyang disusun serta mengacu pada data primer maupun sekunder yakni hasilmusrenbang Kota Jayapura tahun 2007, laporan dari sekolah,pengamatan/tinjauan langsung ke sekolah dan masalah-masalah yang sangaturgen untuk segera diselesaikan. Selanjutnya dari beberapa sumber datatersebut di atas, diolah dan dibuat skala prioritas serta disesuaikan denganplafond anggaran sementara yang telah ditetapkan, sehingga program-program yang menjadi prioritas utama bisa terakomodir. Sedangkan untukprogram-program yang belum terakomodir melalui RAPBD Pemerintah KotaJayapura tahun 2008 akan dicarikan sumber pembiayaan lainnya antara lainmelalui dana alokasi Khusus, dana Dekonsentrasi maupun sumber danalainnya yang sifatnya tidak mengikat termasuk Anggaran Belanja Tambahantahun 2008.

Di samping itu, dalam perencanaan program-program pengembanganpendidikan juga melibatkan stakeholder maupun instansi terkait khususnyaBappeda Kota Jayapura, Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Jayapura,Dinas Pekerjaan Umum Kota Jayapura maupun instansi terkait lainnya. Hal inisangat diperlukan mencakup hal-hal yang prinsip guna menghindari kesalahanatau ketidaktepatan sasaran.

Dalam perencanaan program terdapat referensi yang dijadikan sumberutama khususnya dalam estimasi biaya yakni Buku Daftar Harga Barang dan

Page 87: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah72

jasa tahun 2007 yang dikeluarkan oleh Pemda Kota jayapura setiap tahunnya,Edaran tentang standar harga satuan untuk pekerjaan pembangunan kategorisederhana maupun tidak sederhana maupun Buku Standar Nasional Indonesia(SNI) yang dikeluarkan oleh dinas Pekerjaan Umum Kota Jayapura sertadokumen-dokumen lainnya yang dapat djadikan acuan.

Berikut langkah-langkah strategis Dinas Pendidikan dan Pengajaran KotaJayapura yakni :

Meningkatkan pembinaan budi pekerti/ imtaq dalam dunia Pendidikan Meningkatkan standar Kompetensi Guru Meningkatkan kegiatan Belajar Mengajar (KBM) secara kurikuler/ ekstra

kurikuler Meningkatkan sarana dan prasarana yang memadai bagi setiap jenjang

dan jenis pedidikan Meningkatkan pengelolaan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun Meningkatkan NUM kelulusan bagi setiap jenjang dan jenis pendidikan

serta dapat memenuhi daya saing ke perguruan tinggi dan dunia kerja Meningkatkan sistem informasi dan pendataan yang akurat. Meningkatkan kerjasama antara dunia usaha dan dunia industri dengan

dunia pendidikan. Meningkatkan kesejahteraan bagi tenaga pendidikan Meningkatkan pelayanan prima bagi kebutuhan pendidikan masyarakat.

Di Kabupaten Jayapura pun upaya ini tidak terlalu jauh berbeda yaknikebijakan untuk mencapai visi dan misi yakni dengan meningkatkan tata kelolapendidikan dalam rangka meningkatkan pelayanan pendidikan kepadamasyarakat. Dengan tujuan meningkatkan kinerja pengelolaan pendidikanuntuk memberikan pelayanan pendidikan pada masyarakat.

B. Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal

1. Provinsi Sumatera Selatan

Strategi penerapan yang dimaksud disini adalah penjabaran targat-target SPMnasional ke dalam target daerah dan tahunan sesuai dengan kemampuanpemerintah daerah. Tentu saja, hanya urusan wajib yang telah memiliki SPMnasional yang dapat dijabarkan oleh pemerintah daerah dalam bentuk strategipenerapan. Oleh karena itu, pemerintah daerah setidaknya memiliki duastrategi penerapan SPM, yakni strategi penerapan SPM bidang pendidikan dankesehatan.

Namun berdasarkan kajian lapangan, ternyata hampir semua daerahbelum menyusun strategi penerapan SPM, dengan memberikan argumen yanghampir sama dengan ketiadaan dasar hukum di daerah tentang penerapan

Page 88: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 7373

SPM. Dari penjelasan tersebut di atas, dapat dipahami jika daerah belummemiliki strategi penerapan SPM. Analog dengan uraian di atas, bahwadokumen Renstra SKPD dapat dijadikan proksi (alat untuk mendekati) strategipenerapan SPM, maka penjabaran program dan kegiatan yang ada dapatdigunakan untuk melihat strategi penerapan SPM.

Dengan demikian, indikator pencapaian sasaran program sebagaimanatertuang dalam dokumen Renstra Dinas Pendidikan Sumatera Selatanmisalnya, dapat digunakan sebagai proksi bagi strategi penerapan SPM bidangpendidikan. Indikator pencapaian sasaran program tersebut meliputi:

a Terwujudnya pendidikan yang memenuhi standard pelayanan minimalpada setiap jenis dan jenjang pendidikan;

b Kondisi gedung pada semua jenis dan jenjang pendidikan dalam kondisibaik 100%;

c Khusus program wajib pendidikan dasar 9 tahun yang dilaksanakanmelalui jalur formal maupun non formal tuntas wajar paripurna;

d Tenaga guru baik kualitas maupun kuantitasnya memenuhi secaraprofesional;

e Sarana dan prasarana pembelajaran dapat terpenuhi untukmengoptimalkan proses pembelajaran;

f APK pada semua jenis dan jenjang pendidikan dapat mencapai di atas100%;

g APM pada semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan bisa mencapai 100%;h Angka drop-out dapat ditekan di bawah 1%;i Rata-rata NEM naik minimal 7;j Meningkatnya peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan

pendidikan;k Meningkatnya apresiasi pelajar terhadap kebudayaan daerah dan

nasional.

Mencermati uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa meskipun dinaspendidikan tidak mempunyai strategi penerapan SPM, tetapi indikatorpencapaian program sebagaimana di atas dapat digunakan sebagai strategipenerapan dan pencapaian indikator SPM. Kelemahannya adalah, pemerintahprovinsi dalam hal ini dinas pendidikan tidak dapat menunjukkan secara persiskinerja pencapaian SPM-nya sebagaimana dituntut oleh PP No 6 Tahun 2008tentang Peoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EPPD).

Senada dengan Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan, apa yangterjadi di Kota Prabumulih merupakan satu contoh penggunaan programrenstra sebagai proksi bagi strategi penerapan SPM bidang pendidikan. Didalam Renstra tersebut terdapat program-program sebagai berikut: 1)menumbuhkembangkan cinta profesi terhadap guru dalam upayameningkatkan mutu pendidikan, 2) peningkatan partisipasi dan tanggungjawab pemerintah, orang tua dan masyarakat terhadap pendidikan, 3)

Page 89: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah74

peningkatan mutu tenaga kependidikan melalui Diklat, 4) pengembangantenaga kependidikan yang berakhlak mulia bertumpu kepada nilai-nilai agamadan budaya daerah, 6) peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, 7)pemerataan pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat, 8) pemerataan danpenyebaran guru/tenaga kependidikan sesuai dengan kebutuhan sekolah, 9)peningkatan minat beasiswa, dan 10) peningkatan disiplin dan dedikasi tenagakependidikan.

Sementara itu, strategi penerapan SPM Kesehatan Kabupaten MuaraEnim terlihat pada program-program: perilaku sehat dan pemberdayaanmasyarakat, lingkungan sehat, upaya kesehatan, obat makanan dan bahanberbahaya bagi kesehatan, sumber daya kesehatan, manajemenpembangunan kesehatan, dan penelitian & pengembangan kesehatan.

Pemanfaatan program-program renstra sebagai proksi terhadapstrategi penerapan SPM mungkin tidak terlalu tepat, karena ada perbedaanyang cukup mendasar antara program renstra dengan dokumen SPM itusendiri. Namun inilah yang terjadi di hampir semua daerah yang dikaji. Akantetapi, jika melihat capaian indikator SPM tahun 2006, maka Kabupaten MuaraEnim sebenarnya sudah memiliki strategi penerapan SPM.

Box. 4.1

Desa Siaga di Muara Enim

Menindaklanjuti pencanangan Desa Siaga di seluruh wilayah Indonesiasebagaimana telah dilaunching di Kabupaten Lumajang pada saat Hari KesehatanNasional (HKN) ke-42, Kabupaten Muara Enim telah bertekad untuk mengaktifkandesa siaga di beberapa kecamatan.

Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber dayadan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri.Sebuah desa dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut memilikisekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes).

Untuk dapat menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa,Poskesdes memiliki kegiatan: Pengaatan epidemiologi sederhana terhadap peyakit terutama penyakit

menular yang berpotensi menimbulkan KLB dan faktor resikonya termasukstatus gizi serta kesehatan ibu hamil yang beresiko.

Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yangberpotensi menimbulkan KLB serta faktor resikonya termasuk kurang gizi.

Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratankesehatan.

Pelayanan medis dasar sesuai dengan kompetensinya. Promosi kesehatan untuk peningkatan keluarga sadar gizi, peningkatan

perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), penyehatan lingkungan, dan lain-lain.

Page 90: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 7575

Dengan demikian Poskedes diharapkan sebagai pusat pengembangan ataurevitalisasi berbagai UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) yangada di masyarakat desa. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut Poskesdes harusdidukung oeh sumber daya seperti tenaga kesehatan (minimal seorang bidan)dengan dibantu oleh sekurang-kurangnya 2 kader.

Selain itu, juga harus disediakan sarana isik bangunan, perlengkapan, danperalatan kesehatan serta sarana komunikasi seperti telepon, ponsel atau kurir.Untuk sarana fisik Poskesdes dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yaitumengembangkan Polindes yang telah ada menjadi Poskedes, memanfaatkanbangunan yang sudah ada msalnya Balai Warga/RW, Balai Desa, dan lain-lain sertamembangun baru yaitu dengan pendanaan dari Pemerintah (Pusat atau Daerah),donatur, dunia usaha, atau swadaya masyarakat.

2. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Kesehatan merupakan hak azasi manusia, sehingga setiap manusiamempunyai hak untuk hidup sehat. Dengan demikian masyarakat berhak atasakses pelayanan kesehatan yang berkualitas. Hal ini sejalan denganamandemen UUD tahun 1945 pasal 28 huruf H. Dalam pasal tersebut,kesehatan dipandang sebagai suatu bagian dari hak azasi manusia dansekaligus merupakan kewajiban semua pihak (individu, masyarakat dannegara) untuk menciptakan suatu kondisi di mana setiap warga negara dalamkeadaan selalu sehat sehingga mereka dapat berproduksi baik secara ekonomimaupun sosial.

Pembangunan Kesehatan di kota Yogyakarta yang dilaksanakan secaraberkesinambungan telah cukup berhasil meningkatkan derajat kesehatan.Namun demikian masih ada permasalahan dibidang kesehatan yaitu masihadanya potensi kematian ibu serta adanya stagnasi balita gizi buruk, tingginyaangka penyakit potensial wabah terutama demam berdarah, penyakit akibatgaya hidup (penyakit degeneratif, dll). Semakin berkembangnya Pelayanankesehatan swasta (tradisional dan modern) yang belum terkoordinir melaluisistem yang baik merupakan tantangan dalam pembangunan kesehatan.

Pembangunan Kesehatan di kota Yogyakarta bertujuan untukmeningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiapwarga masyarakat agar terwujud derajad kesehatan yang setinggi-tingginya,dengan ditandai oleh penduduknya yang berperilaku hidup bersih dan sehatdan hidup dalam lingkungan yang sehat, serta memiliki kemampuan untukmenjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata diseluruh wilayah kota Yogyakarta. Untuk mencapai tujuan tersebut perludiselenggarakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan semua elemen yang adaguna mencapai tujuan yang dimaksud. Adapun strategi yang ditempuh dalammencapai Yogyakarta menjadi kota sehat adalah :

Page 91: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah76

a. Meningkatkan kemampuan pegawai melalui diklat danmemberdayakannya sesuai kemampuan dan kebutuhan organisasi;

b. Melaksanakan koordinasi dalam perencanaan, pengendalian dan evaluasiprogram-program kesehatan;

c. Meningkatkan pengetahuan dan partisipasi masyarakat dalampembangunan kesehatan;

d. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yangberkualitas;

e. Meningkatkan surveilans, monitoring dan informasi kesehatan;f. Meningkatkan Regulasi Kesehatan;g. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kemandirian pembiayaan

kesehatan.

Sebagiamana telah disinggung pada bab terdahulu bahwa standarpelayanan minimal merupakan salah satu tolok ukur untuk mengukur kinerjapemerintah daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Untukmencapai SPM tersebut, pemerintah daerah dituntut untuk mencari cara ataustrategi bagaimana SPM tersebut dapat menyentuh lapisan warga masyarakat.

Salah satu strategi yang ditempuh oleh Dinas Kesehatan KabupatenSleman adalah dengan program “Puskesmas Ramah Remaja (PRR)”.Puskesmas Ramah Remaja mulai dirintis sejak tahun 2004 dan pada tahun2005 telah terbentuk 9 Puskesmas, yakni Puskesmas Prambanan, PuskesmasKalasan, Puskesmas Ngemplak I, Puskesmas Depok I, Puskesmas Tempel I,Puskesmas Mlati I, Puskesmas Gamping I, Puskesmas Godean I dan PuskesmasMertoyudan.

Tujuan dari pembentukan Puskesmas Ramah Remaja ini adalah a)meningkatkan penjaringan masalah kesehatan secara berkala pada siswa-siswiSLTP dan SLTA, b) melaksanakan sosialisasi dan pendidikan kesehatanreproduksi remaja agar pengetahuan dan sikap positifnya meningkat, c)melatih kader sebaya sebagai bagian peran serta remaja dilingkungannyadalam kesehatan produksi, d) memberikan pelayanan konseling danpendampingan psikolog di puskesmas, e) menjaring status gizi remaja dancalon penganten wanita (terutama anemia dan KEK) dan upaya intervensinya,f) meningkatkan penggunaan tablet besi pada WUS dan tenaga kerja wanita,g) menjaring praremaja diluar sekolah dalam imunisasi TTS, h) meningkatkancakupan ante natal care ANC), i) menekan terjadinya kasus kehamilan tidakdikehendaki dan j) menekan terjadinya kasus aborsi.

Page 92: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 7777

Box. 4.2

Puskesmas Ramah Remaja di Kabupaten Sleman

Menurut hasil pendataan keluarga Desember 2004, kelompok usia remaja(7-15 th) sebesar 117.600 (14,4%) dari kelompok tersebut yang bersekolah114.884 (97,65%). Masalah yang menjadi tantangan bagi Dinas Kesehatanuntuk meberikan informasi yang benar, mudah dan lebih terbuka tentang sexatau kesehatan reproduksi, karena belum semua remaja mengetahui tentangproses kehamilan, bahkan sebagian remaja beranggapan bahwa melakukanhubungan sex sekali saja tidak menyebabkan kehamilan. Hal ini disebabkaninformasi dan pengetahuan yang mereka peroleh hanya sepintas yang berasaldari beredarnya gambar/foto, VCD porno maupun media internet yangsemakin terbuka. Pada tahun 2004, menurut hasil pemeriksaan calonpenganten putri yang berusia < 20 tahun di 24 Puskesmas, dari 261 orang yangdiperiksa ternyata 62 orang (23,7%) positif hamil, sedangkan sampai denganbulan juni 2005 di 10 Puskesmas dari 74 orang terdapat 46 orang yang positifhamil (62%). Selain kasus hamil sebelum nikah, ternyata masalah penggunaanNAPZA dikalangan remaja juga meningkat. Dari 99 tahanan tindak pidananarkoba, ternyata 52 orang adalah mahasiswa dan 1 orang pelajar. Sejalandengan meningkatnya penyalahgunaan NAPZA tersebut, akan meningkat pulaancaman kesehatan reproduksi khususnya karena penularan melalui jarumsuntik yang dipergunakan secara bergantian oleh pengguna NAPZA.

Mengingat begitu kompleksnya masalah yang dihadapi para remaja, DinasKesehatan Kabupaten Sleman berinisiatif mempelopori Program PuskesmasRamah Remaja yang dilaksanakan di 9 (Sembilan) Puskesmas yaitu,Prambanan, Kalasan, Ngemplak I, Depok I, Tempel I, Mlati I, Gamping I,Godean I dan Mertoyudan. Program ini merupakan program yang pertama kalidi Provinsi DIY dan bekerjasama dengan Center For Health Policy and SocialStudies (CHPSS). Tujuan dari pelaksanaan program ini adalah terwujudnyaParadigma sehat dikalangan remaja, yang ditandai dengan remaja datangketempat pelayanan kesehatan dengan alasan ingin tetap sehat danmeningkatkan kesehatnanya, bukan sebaliknya setelah sakit baru ke tempatpelayanan. Untuk mendukung Puskesmas Ramah Remaja, disediakan seorangpsikolog yang siap dimintai konsulatasi para remaja yang telah terlanjur hamilsebelum menikah, kebanyakan kurang memahami tentang kesehatanreproduksi. Padahal masalah kesehatan reproduksi merupakan masalah yangsangat penting untuk menyelamatkan calon anak dan calon ibu.

Langkah-langkah yang telah dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman,yaitu :

membangun komitmen serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilanpetugas

meningkatkan manajemen, pedoman kegiatan, mekanisme dan sistem yangterkait dengan fungsi Puskesmas

Page 93: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah78

melengkapi sarana/media sampai dengan penataan ruang konseling diPuskesmas

dukungan dana baik dari APBD maupun lembaga lain (CHPSS) dalam bentukyang lebih spesifik

peningkatan fungsi Puskesmas penguatan jejaring kerja upaya kesehatan remaja dengan

pembinaan/pelatihan kader kesehatan dan peningkatan peran UKS peningkatan peran remaja seoptimal mungkin

Kegiatan yang telah dilaksanakan ralam dalam rangka Puskesmas RamahRemaja adalah :

workshop kesehatan reproduksi pertemuan koordinasi untuk penyamaan persepsi sekaligus membangun

komitmen antara Dinas Kesehatan dengan instansi terkait pertemuan orientasi bagi guru bimbingan konseling, guru olahraga, guru

biologi dan guru agama tentang Kesehatan Reproduksi sosialisasi kesehatan reproduksi oleh Puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan reproduksi dengan pendekatan one stop

service terintegrasi dan komprehensif di Puskesmas menjalin kerjasama dengan rumah singgah anak jalanan di wilayah Puskesmas

Prambanan dan Kalasan dalam rangka sosialisasi kesehatan reproduksi

Guna melaksanakan standar pelayanan minimal di bidang pendidikan,Pemerintah Kota Yogyakarta telah memiliki strategi-strategi sebagai berikut :

a) Bidang Pendidikan Dasar

(1) Kurikulum

(a) Pengembangan KTSP yang mantap sesuai dengankeunggulan/visi masing-masing sekolah

(b) Pengembangan kurikulum muatan lokal sesuai dengan potensikota Yogyakarta

(c) Fasilitasi kegiatan peningkatan sumber daya manusia untukpengembangan kurikulum nasional maupun muatan lokal

(2) Ketenagaan

(a) Terpenuhinya jumlah dan kualitas ketenagaan kependidikan yangprofesinal melalui pendidikan dan pelatihan

(3) Kesiswaan

(a) Terpenuhinya kegiatan kesiswaan yang mengembangkankepribadian, kemandirian dan akhlak mulia

Page 94: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 7979

(b) Fasilitasi kegiatan siswa yang menunjang pengembangan bakatdan minat siswa yang meliputi akademis maupun non akademis

(4) Sarana dan Prasarana

(a) Terpenuhinya sarana prasarana di sekolah guna menunjangkegiatan guru dan siswa

(b) Fasilitasi sarana prasarana untuk pengembangan kurikulumnasional maupun muatan lokal

b) Bidang Pendidikan Menengah

(1) Kurikulum

(a) Sekolah sudah mampu membuat KTSP dan siapmelaksanakannya;

(b) Guru-guru mampu membuat bahan ajar dengan power point(c) Angka ketidaklulusan UN 2006/2007 turun(d) Peringkat 10 besar tingkat nasional hasil UN 2006/2007 SMA

untuk IPA dan IPS

(e) Dilaksanakan tes kendali mutu siswa SMA kelas III

(2) Ketenagaan

(a) Guru SMA dan SMK tahun 2010 seluruhnya berkualifikasi S 1(b) Tahun 2010 minimal 20% guru SMA dan SMK telah bersertifikasi(c) Setiap SMA memiliki laboratorium IPA(d) Semua Kepala SMA/SMK mampu berkomunikasi dalam Bahasa

Inggris paling lambat tahun 2015(e) Penggantian Kepala Sekolah melalui mekanisme yang betul-betul

berorientasi pada kualitas

(3) Kesiswaan

(a) Siswa dievaluasi untuk pengembangan bakat dan prestasinya(b) Siswa dievaluasi untuk minat kegiatan karya ilmiah(c) Jumlah siswa per ruangan belajar maksimal 30 siswa(d) Tahun 2008 kontingen OSN Kota Yogyakarta juara umum tingkat

nasional

(4) Sarana dan Prasarana

(a) Setiap sekolah memiliki laboratorium komputer(b) Jumlah peralatan di laboratorium IPA dan komputer memenuhi(c) Sekolah memiliki jaringan internet(d) Setiap sekolah memiliki ruang perpustakaan yang representatif

Page 95: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah80

c) Bidang Pendidikan Non Formal

(1) Pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) memiliki tutor dengankualifikasi dan kompetensi yang memadai

(2) Adanya kurikulum pendidikan nonformal yang dapat mengakomodasikebutuhan masyarakat

(3) Adanya pemisahan yang tegas antara siswa pendidikan formal dannon formal

(4) Pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) memiliki sarana danprasarana yang permanen dan memadai

Sementara itu, Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman mempunyai visi“terwujudnya pendidikan yang berkualitas berlandaskan budaya bangsa”.Untuk mewujudkan visi tersebut, Dinas Pendidikan lebih lanjut menjabarkandalam beberapa misi, sasaran, tujuan dan program sebagai berikut :

Misi : Meningkatkan pemerataan dan kualitas pendidikan

Tujuan : 1. Mempertahankan wajib belajar 9 tahun danmerintis wajib belajar 12 tahun serta mendorongkemandirian masyarakat dalam mencapaipendidikan lebih lanjut.

2. Meningkatkan kualitas pendidikan.

Sasaran : 1. Meningkatkan kesempatan belajar yang seluas-luasnya kepada anak usia prasekolah, sekolah danmasyarakat melalui jalur pendidikan formal maupunnon formal

2. Meningkatkan profesioalitas, kualitas sertakompetensi guru, tutor serta tenaga kependidikanlainnya.

3. Meningkatkan produktivitas dan kinerja guru, tutorserta tenaga kependidikan lainnya

4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana danprasarana pendidikan

5. Terlaksananya evaluasi hasil proses pembelajaran.6. Meningkatnya kualitas dan prestasi siswa baik

akademis maupun non akademis.7. Meningkatnya kualitas keagamaan, budi pekerti,

organisasi pemuda dan olahraga.

Program 1 : Peningkatan kualitas pendidikan dasar dan menengah

Kegiatan : 1. Penerimaan siswa baru TK, SD, SMP, SMA dan SMK.2. Pemberian beasiswa SMA dan SMK3. Persiapan operasional TK, SD Model4. Pembinaan MGMP SMP, SMA/SMK

Page 96: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 8181

5. Pembinaan KKG/KKS/KKPS TK/SD6. Pemilihan guru, kepala sekolah dan pengawas

berprestasi7. Lomba mendongeng/bercerita guru TK8. Penyusunan formasi normatif TK, SD, SMP, SMA

dan SMK9. Bantuan DPP SD/MI

10. Penilaian angka kredit guru dan pembinaan gurubermasalah.

11. Insentif PTT, guru bantu dan GRR/GTY TK, SD, SMP,SMA, SMK

12. Sertifikasi guru TK, SD, SMP, SMA/SMK.13. Pelaksanaan Usek, Usda dan Unas bagi SD/MI,

SMP/MTs, SMA/MA dan SMK.14. Pelaksanaan uji sertifikasi kompetensi lulusan SMK15. Pendampingan pembangunan SMK N 1 Kalasan16. Pembangunan TK/SD Model17. Rehabilitasi gedung SD18. Rehabilitasi dan pembangunan ruang kelas, Lab,

keterampilan, Perpustakaan dan pagar sekolah19. Pembangunan pagar SMA Minggir20. Pengadaan buku Paket SD, SMP, SMA, SMK21. Bantuan pengadaadn meubeler TK/SD22. School Mapping SMP23. Inventarisasi barang dan evaluasi sarana prasarana

TK, SD, SMP, SMA dan SMK24. Pekan olahraga SD25. Pelaksanaan MTQ SD, SMP, SMA dan SMK26. Lomba kreativitas siswa dan pameran hasil karya

siswa TK, SD, SMP dan SM27. Lomba siswa berprestasi SD/SMP/SMA/SMK, Pidato

Bahasa Inggris SMP dan debat Bahasa Inggris SMAdan SMK

28. Lomba kompetensi siswa SMK29. Olimpiade sains SD, SMP dan SMA30. Pembinaan siswa berprestasi, Bahasa Inggris dan

Sains serta KIR31. Lomba UKS, LSS dan Dokter Kecil SD, SMP, SMA dan

SMK32. Pembinaan kelompok anti narkoba

Program 2 : Peningkatan Kualitas Pendidikan Non Formal

1. Pelaksanaan program KF

Page 97: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah82

2. Penyelenggaraan program kesetaraan paket A,Bdan C

3. Penyelenggaraan program PAUD, kesetaraan,keterampilan dan pelatihan di SKB

4. Penyelenggaraan Lifeskill di desa IDT 2 Kecamatan5. Pembinaan dan rintisan lembaga PAUD6. Pelatihan tutor PNF dan tenaga pendidik PAUD7. Pengadaan prasarana belajar PAUD percontohan8. Pembelian alat peraga PNF dan APE PAUD

Misi 2 : Menciptakan iklim pendidikan yang kompetitifberdasarkan potensi dan budaya bangsa

Tujuan : Mengembangkan iklim pendidikan yang kompetitifberdasarkan potensi dan budaya bangsa

Sasaran : 1. Terlaksananya kurikulum nasional dan lokal dalamproses pembelajaran di sekolah

2. Tersedianya pedoman pelaksanaan KTSP bagi SD,SMP, SMA dan SMK

3. Meningkatnya peran serta DU/DI terhadap SMK

Program : Penelitian dan Pengembangan Pendidikan

Kegiatan : 1. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan KTSP di SD,SMP, SMA/SMK

2. Pelatihan pembuatan soal SD, SMP, SMA dan SMK3. Penyusunan bahan pembinaan dan evaluasi KBM

SD, SMP, SMA/SMK4. Pengkajian pelaksanaan kurikulum dan tim

pengembangan kurikulum tingkat Kabupaten5. Analisis PUG bidang pendidikan6. Monitoring dan evaluasi RAPBS SD, SMP, SMA dan

SMK7. Study kelayakan pendirian sekolah TK, SD, dan

kelayakan program SMK

Misi 3 : Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan, organisasipemuda dan olehraga serta peran serta masyarakatdalam pembangunan bidang pendidikan

Tujuan : Mewujudkan lembaga pendidikan organisasi pemudadan olahraga yang berkualitas serta meningkatkanperan serta masyarakat dalam pembangunan bidangpendidikan

Sasaran : 1. Terlaksananya penataan lembaga pendidikan

Page 98: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 8383

2. Terwujudnya organisasi pemuda dan olahraga yangberkualitas

3. Meningkatkan peran serta masyarakat dalampembangunan bidang pendidikan

4. Peningkatan pembinaan generasi muda dan olahraga.

Program 1 : Program Peningkatan Manajemen Pendidikan

Kegiatan : 1. Penilaian kinerja kepala sekolah2. Pendampingan subsidi imbal swadaya/

blockgrant/BOMM/BIS/BBE Life Skill dan sekolahbertaraf nasional/internasional

3. Penyusunan dan penggandaan kalender pendidikandan daftar nilai siswa SD

4. Penyusunan profil pendidikan5. Peningkatan tertib administrasi perkantoran6. Peningkatan kualitas sekolah andalan7. Akreditasi sekolah TK, SD, SMP8. Pembinaan dan fasilitasi GOPTKI, BMPS dan forum

komunikasi pendidikan9. Lomba gugus TK/SD

10. Pelaksanaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah

Program 2 : Program Peningkatan Pembinaan Generasi Muda

Kegiatan : 1. Lomba baris dan tata upacara bendera2. Pemilihan dan pelatihan Paskibraka3. Pemilihan dan pengiriman peserta pertukaran

pemuda antar provinsi4. Kemah Bhakti penggalang dan pembinaan Pembina

Pramuka5. Pembinaan budi pekerti dan wawasan kebangsaan

pemuda6. Pembinaan pemuda dan organisasi kepemudaan

Program 3 : Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga

Kegiatan : a. Pekan Olahraga Pelajar, Masyarakat dan Tradisionalb. Pembinaan Klub Olahraga pelajar kecamatanc. Pelatihan pelatih dan wasit olahragad. Pelatihan instruktur dan gelar senam massal

Page 99: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah84

3. Provinsi Kalimantan Selatan

Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor26 Tahun 2007 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) ProvinsiKalimantan Selatan Tahun 2008, maka Strategi Pemerintah Kalimantan SelatanBidang Kesehatan yang akan ditempuh adalah sebagaimana tabel berikut ini :

Tabel. 4.1Penerapan SPM Provinsi Kalimantan Selatan

No. Program Kegiatan

1. Pelayanan administrasiperkantoran

Penyediaan jasa surat menyurat Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya

air dan listrik Penyediaan jasa kebersihan kantor Penyediaan jasa alat tulis kantor Penyediaan jasa pemeliharaan dan

perijinan kendaraan dinas/operasional Penyediaan barang cetakan dan

penggandaan Penyediaan komponen instalasi

listrik/penerangan bangunan kantor Penyediaan bahan bacaan dan peraturan

perundang-undangan Penyediaan bahan logistik kantor Penyediaan makanan dan minuman Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi

keluar daerah Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke

dalam daerah Penyediaan jasa pegawaia non PNS Penyediaan jasa penghapusan arsip

2. Peningkatan Sarana danPrasarana

Pemeliharaan rutin gedung kantor Pemeliharaan rutin meubeliur Pemeliharaan rutin perlengkapan gudung

kantor3. Peningkatan Kapasitas Sumber

Daya Aparatur Diklat manajemen keperawatan Diklat manajemen kebidanan Diklat manajemen bangsal rumah sakit Diklat manajemen Puskesmas Diklat pengelolaan jabatan fungsional Pembinaan akreditasi diklat kesehatan Pembinaan akreditasi rumah sakit dan

laboratorium kesehatan Pembinaan program sertifikasi teknologi

kesehatan Pertemuan pengelolaan diklat kesehatan Perjalanan dinas dalam rangka

peningkatan SDM kesehatan4. Peningkatan Pengembangan Peningkatan Manajemen dan kebijakan

Page 100: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 8585

No. Program Kegiatan

Sistem Pelaporan CapaianKinerja dan Keuangan

kesehatan Raker Kesda Rakorbangkes

5. Obat dan Perbekalan Kesehatan Pertemuan KIE Pelatihan petugas Penggunaan obat rasional Pelatihan rencana kebutuhan obat

Kab./Kota Pelatihan sofware penggunaan obat di

PBF Monitoring alat kesehatan di toko dan

swalayan Monitoring evaluasi distributor PBF Konsultasi teknis program obat makanan

dan bahan berbahaya Penilaian kinerja asisten apoteker Pengadaan obat perkapita

6. Upaya Kesehatan Masyarakat Pengadaan alat pengolahan data Pengolahan data Diklat peningkatan pengetahuan

pengelola kesehatan Koordinasi program Pelayanan kesehatan

(Yankes) khusus dengan pengelolaKab./Kota

Bimtek Yansus Diklat Kaidah berolah raga bagi guru

sekolah Sosialisasi BKOM Tes kebugaran bagi PNS Dinkes Prov. Evaluasi progran Yansus Sosialisasi dan Advokasi KIE bagi

kesehatan remaja Diklat pengarus utamaan gender bidang

kesehatan Rakernas UKS Pertemuan koordinasi program bagi tim

pembina UKS Pemantapan pengolahan KB Pembuatan profil kesehatan keluarga

7. Pengawasan Obat dan Makanan Pemantauan garam beryodium padaperusahaan garam

Monitoring keamanan produk makananyang absah, aman dan bermutuh

Pengamanan makanan, minumanmenjelang bulan ramadhan dan hari raya

Pembinaan ke sarana produksi industrirumah tangga makanan dan minuman

Sosialisasi kasus keracunan makanan danminuman

Pertemuan evaluasi periklanan Bimtek sankri peduli Nafza

Page 101: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah86

No. Program Kegiatan

Pertemuan dampak bahaya Nafza kepadsiswa dan mahasiswa

Monev pasca pelatihan penggunaanshofware narkoba

Monev. Pasca pertemuan sekolahpercontohan tahan Nafza

8. Pengembangan Obat AsliIndonesia

Monev. Pembinaan jamu gendong Monev. Pasca pembinaan pemanfaatan

tanaman obat Monev. Distributor obat tradisional Monev. Distributor kosmetika Pameran obat tradisional

9. Promosi kesehatan danpemberdayaan masyarakat

Pertemuan organisasi profesi kesehatan Pertemuan LSM/Ormas peduli kesehatan Forum komunikasi PRSSNI Kalsel Pertemuan aparatur pemerintah desa Pertemuan pokjanal posyandu Pertemuan/raker TP UKS Lomba sekolah sehat/UKS Lomba posyandu, kader & toga Lomba dokter kecil, KKR, saka bakti

husada Konsultasi program promkes Pameran abdi persada membangun

bidang kesehatan Peringatan HKN tk. Provinsi Pembuatan papan nama poskesdes di

desa siaga Pembuatan billboar ukuran 4x6 meter

sebanyak 25 buah Pembuatan struktur organisasi & uraian

tugas desa siaga Pertemuan & advokasi PHBS dg TP PKK Pemetaan wilayah pengkajian PHBS

melalui kunjungan rumah Pertemuan diseminasi hasil pengkajian

PHBS Workshop rancangan intervensi Advokasi konsep mil workshop &

penentuan model intervensi Pertemuan advokasi penggalangan dana

intervensi Intervensi model promke yang loka

spesifik dan monev. Diklat untuk intervensi PHBS Monev program promkes Diklat nakers & kader desa Pengembangn JPKM Workshop baseline data terpilah yang

responsif gender Penyebarluasan informasi & kampanye

kesehatan melalui berbagai saluran media

Page 102: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 8787

No. Program Kegiatan

Pengembangan model promkes kesehatanpada masyarakat pendulang intan

Penyusunan profil kesehatan10. Perbaikan gizi masyarakat Penanggulangan KEP, anemia gizi Besi,

GAKY, kurang vit. A, & Kekurangan Zat GiziMikro lainnya : Pelacakan danpenanggulanan kasus gizi buruk (Rp.250.000.000)

Pemberdayaan masyarakat untukpencapaian keluarga sadar gizi : surveikeluarga sadar gizi (Rp. 60.000.000,-)

Monitoring, evaluasi dan pelaporan : Revier program gizi Monitoring garam beryodium tingkat

masyarakat Penilaian kinerja tenaga pelaksana gizi

Puskesmas Bimtek program gizi Pertemuan konsultasi prog surveilans

provinsi Peringatan hari gizi Pengadaan timbangan Dacin untuk

posyandu11. Pengembangan lingkungan

sehat Pengkajian pengembangan lingkungan

sehat Penyuluhan menciptakan lingkungan

sehat Monitoring, Evaluasi dan pelaporan

12. Pencegahan danpenanggulangan penyakitmenular

P2ISPA : Penyuluhan melalui media Pengadaan Nebulezer Buku pedoman P2ISPA Pertemuan kemitraan

P2 DIARE : Pencetakan media penyuluhan Penggadaan ringer laktat Sosialisasi Diare pada per group

P2 HIV AIDS : Pertemuan KPAD Pelatihan CST Pencetakan media penyuluhan

P2 TB : Peringatan hari TB PMT untuk petugas Pelacakan kontak penderita serumah Sambung rasa-diseminasi inform Pemeliharaan mikroskop

P2 KUSTA : Sambung rasa dg penderita kusta Survey kontak Hari kusta sedunia

Page 103: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah88

No. Program Kegiatan

Rehabilitasi penderita kustaP2 ARBOVIRUSIS : Pertemuan Pkjanal DBD Pengadan Cynof Pengadaan Abate Pelatihan Jumantik Insentif jumantik

P2 MALARIA : Pertemuan Pkja Gebrak Malaria Hari bebas nyamuk nasional Pemeriksaan slide Bantuan KLB Bahan pemberantasan vektor

P2 FILARIA & BUSKI : Advokasi tk, Kab/Kota Pengobatan massal Sosialisasin pada Guru, BEM, LS Penyuluhan Buski Bahan penyluhan Buski

P2 RABIES : Pengadaan VAR & SAR Pertemuan TIKOR

P2P : Konsultasi teknis program Monitoring dan evaluasi terpadu Belanja modal RR Cetak dan penggandaan Juklak, juknis,

pedoman, dll Bimtek P2M Peningkatan imunisasi Peningkatan Surveillance Epidemiologi

dan penanggulangan Peningkatan pelayanan TKHI

13. Pelayanan kesehatan pendudukmiskin

Pelayanan operasi katarak dan bibirsumbing

14. Pengadaan, peningkatan &perbaikan sarana & prasaranaPuskesmas/Pustu & jaringannya

Pengadaan sarana dan prasaranapuskesmas

Pengadaan sarana dan prasaranapuskesmas pembantu

Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan15. Peningkatan pelayanan

kesehatan anak balita Lomba balita Indonesia Tk. Propinsi Lokakarya peningkatan kesehatan anak

dalam rangka hari anak nasional16. Peningkatan pelayanan

kesehatan lansia Pendidikan pelatihan perawatan

kesehatan Pembinaan kelompok usila/posyandu usila

tk. Propinsi Hari usila nasional tk. Propinsi Pengadaan peralatan penunjang

pelayanan kesehatan lansiaSumber : Bagian Organisasi Provinsi Kalimantan Selatan

Page 104: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 8989

Sementara itu, strategi di bidang pendidikan sesuai dengan PeraturanGubernur Kalimantan Selatan Nomor 26 Tahun 2007 tentang Rencana KerjaPemerintah Daerah (RKPD) Propinsi Kalimantan Selatan Tahun 2008 meliputi :

1. Program pelayanan administrasi perkantoran;2. Program peningkatan sarana dan prasarana3. Peningkatan pengembangan system pelaporan capaian kinerja;4. Program pendidikan anak usia dini;5. Program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun;6. Program pendidikan menengah;7. Program pendidikkan non formal;8. Program peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan;9. Program peningkatan peranserta kepemudaan.

Hal yang sama juga nampak pada strategi penerapan SPM PemerintahKabupaten Banjar, sebagai berikut:

Tabel. 4.2Penerapan SPM Kabupaten Banjar

No. Sasaran Program

1. Meningkatkan kesadaran,kemauan dan kemampuan hidupsehat bagi setiap orang

Pemberantasan penyakit menular; Pencegahan penyakit tidak menular; Pelayanan kesehatan dasar; Pelayanan kesehatan rujukan; Pelayanan kesehatan penunjang dan

khusus; Perbaikan gizi; Kesehatan ibu dan anak, KB, kesehatan

Usila; Promosi kesehatan; Peningkatan peran serta masyarakat

melalui UKBM; Upaya kesehatan institusi; Kemitraan.

2. Meningkatnya jumlahwilayah/kawasan sehat

Pengawasan kualitas air; Penyehatan TTU, TPM dan TPP; Penyehatan lingkungan.

3. Terpenuhinya pelayanankesehatan yang bermutu secaraadil dan merata

Pelayanan prima; Pengembangan puskesmas pembantu dan

pondok bersih desa; Pelatihan manajemen program; Monitoring dan evaluasi program; Pelaksanaan lokakarya mini puskesmas; Puskesmas dengan program unggulan; Pendidikan tenaga kesehatan; Pelatihan manajemen dan pembiayaan

kesehatan;

Page 105: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah90

No. Sasaran Program

Penelitian dan pengembangankesehatan; Pangkalan data dan pengembangan

system informasi kesehatan.Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar

Strategi unggulan pelaksanaan pelayanan kesehatan di KabupatenBanjar antara lain:

- pelayanan kesehatan 24 jam oleh tenaga medis- pelayanan kesehatan kepada alim ulama sebagai tokoh masyarakat dan

agent of change.

Berbeda dengan pemerintah provinsi dan Pemerintah Kabupaten Banjaryang hanya mencantumkan program dan kegiatan, strategi penerapan SPMBidang Kesehatan Kota Banjarmasin agak lebih maju karena telahmencantumkan indikator kinerja, sebagaimana tabel di bawah ini :

Tabel. 4.3Penerapan SPM Kota Banjarmasin

No Program Kegiatan IndikatorKinerja

1. Penyuluhan perilaku sehat Rumah tangga sehatBayi yang dpt ASI ekslusifDesa dgn garam boryodiumPosyandu Purnama & Mandiri

65%80%90%40%

2. Penyuluhan danpenanggulangan Napzaberbasis masyarakat

Upaya penyuluhan pencegahan Napzaoleh petugas kesehatan

15%

3. Pencegahan & pem-berantasan penyakit malaria

Penderita malaria diobati100%

4. Penyelenggaraan penyelidik-an epid. & penanggulanganKLB dan gizi buruk

Desa/kelurahan mengalami KLB yangditangani <24 jam

Kec. Bebas rawan gizi

100%

80%5. Pencegahan peny. polio EFP Rate/100 pndk <15 thn 16. Pencegahan peny. ISPA Cakupan balita dgn pnemoni yang

ditangani100%

7. Pencegahan pen. HIV AIDS Klien yang mendapat pelayanan HIVAIDSDonor darah yang diskrining terhadapHIV AIDSInfeksi menular seksual yang diobati

100%

100%8. Penc. Penyakit DBD Penderita DBD yang ditangani 80%9. Penc. & Pemberantasan

Penyakit diareBalita dg diare yang ditangani 100%

10. Penc. & Pemberantasan Pendertia kusta yang selesai berobat >90%

Page 106: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 9191

No Program Kegiatan IndikatorKinerja

penyakit Kusta (RFT Rate)11. Penc. & Pemb. Penyakit

filariasisKasus filariasis yang ditangani >90%

12. Penyehatan kesehatanlingkungan

Institusi yang dibina 70%

13. Pelayaan & pengendalianvector

Rumah/bangunan bebas jentik >90%

14. Pelayanan Hygiene sanitasiTTU

Tempat umum yang memenuhi syarat 80%

15. Kesehatan lingkungan Rumah sehat TTU sehatKeluarga yang memiliki akses terhadapair bersih

80%80%85%

16. Penc. & Pemberantasanpenyakit Kusta

Pendertia kusta yang selesai berobat(RFT Rate)

>90%

17. Penc. & Pemb. Penyakitfilariasis

Kasus filariasis yang ditangani >90%

18. Penyehatan kesehatanlingkungan

Institusi yang dibina 70%

19. Pelayaan & pengendalianvector

Rumah/bangunan bebas jentik >90%

20. Pelayanan Hygiene sanitasiTTU

Tempat umum yang memenuhi syarat 80%

21. Kesehatan lingkungan Rumah sehatTTU sehatKeluarga yang memiliki akses terhadapair bersih

80%80%85%

22. Pelayanan kesehatan ibu dananak

Cakupan kunjungan ibu hamil K4 95%Cakupan pertolongan persalinan olehbidan atau tenaga kesehatan 90%

Cakupan ibu hamil resiko tinggi yangdirujuk 100%

Cakupan kunjungan neonatus 90%Cakupan kunjungan bayi 90%Cakupan bayi BBLR yang ditangani 100%

23. Pelayanan kesehatan anakpra sekolah dan usia sekolah

cakupan deteksi dini tumbuh kembanganak balita dan pra sekolah

90%

cakupan pemeriksaan kesehatan siswaSD dan setingkat

100%

cakupan pelayanan kesehatan remaja 80%24 Pelayanan KB Cakupan peseerta KB aktif 70%25. Pelayanan Imunisasi Desa/Kelurahan UCI 100%26. Pelayanan pengobatan dan

perawatanCakupan rawat jalan 15%

27. Cakupan rawat inap 1,5%28. Pelayanan kesehatan jiwa Pelayanan kesehatan jiwa di sarana

kesehatan umum15%

29. Pemantauan pertumbuhanbalita

Balita yang naik berat badannya 80%Balita bawah garis merah 5%

30. Pelayanan gizi Cakupan balita mendapat kapsul Vit A 2kali setahun

90%

Page 107: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah92

No Program Kegiatan IndikatorKinerja

Cakupan ibu hamil mendapat 90 tabeltFe

90%

Cakupan pemberian makananpendamping ASI pada bayi bawah garismerah

100%

Balita gizi buruk mendapat perawatan 100%Cakupan WUS yang mendapat kapsulYodium

80%

31. Pelayanan obstetric danneonatal emergency dasardan komprehensif

Akses terhadap ketersediaan darah dankomponen yang aman untuk menanganirujukan ibu hamil dan neonatus

80%

Ibu hamil resiko tinggi komplikasiditangani

80%

Neonatus resiko tinggi/ komplikasiditangani

80%

32. Pelayanan gawat darurat Sarana kesehatan dengan kemampuangawat darurat yang dapat diaksesmasyarakat

90%

33. Pelayanan kesehatan kerja Cakupan pelayanan kesehatan padapekerja formal

80%

34. Pelayanan kesehatan padausia lanjut

Cakupan pelayanan kesehatan pada prausia lanjut dan usia lanjut

70%

35. Penyelenggaraan JPKM untukmasyarakat miskin danrentan

Penyelenggaraan JPKM untukmasyarakat miskin dan rentan

100%

JPKM pra bayar 80%Sumber : DInas Kesehatan Kota Banjarmasin

4. Provinsi Bali

Standar Pelayanan Minimal adalah tolok ukur untuk mengukur kinerja daerahdalam penyelenggaraan kewenangan wajib, dimana berisi standar denganbatas-batas tertentu yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepadamasyarakat. DI Kota Denpasar Jumlah indikator yang ada sebanyak 27Kewenangan wajib dengan 54 buah indikator jenis pelayanan. Adapunpencapaian dari masing-masing indikator tersebut seperti terlihat pada tabeldi bawah ini :

Tabel. 4.4Hasil Standar Pelayanan Minimal

di Kota Denpasar Tahun 2006

No Indikator Satuan Target 2006 Realisasi

1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi1. Persentase Cakupan kunjungan Bumil

(K4) % 95 68,98

Page 108: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 9393

No Indikator Satuan Target 2006 Realisasi

a. Persentase Cakupan Persalinanditolong nakes % 100 77,31

b. Persentase Bumil Risti dirujuk % 100 100c. Persentase cakupan kunjungan

neonatus % 90 79,60

d. Persentase cakupan kunjungan bayi % 80 66,242. Persentase cakupan BBLR yang

ditangani % 100 100

2. Pelayanan Kesehatan Anak Prasekolaha Persentase cakupan deteksi tumbuh

kembang anak balita dan prasekolah % 75 59,04

b Persentase cakupan pemeriksaankesehatan siswa SD dan setingkat olehtenaga kesehatan/tenaga terlatih(guru UKS atau dokter kecil)

% 75 26,63

c Persentase cakupan yankes remaja % 60 18,24

3. Pelayanan Keluarga Berencana

a Persentase cakupan peserta KB aktif % 80 82,74

4. Pelayanan Imunisasi

a Persentase Desa/Keluraha UCI % 100 100

5. Pelayanan Pengobatan/Perawatan

a Persentase cakupan rawat jalan % 20 39,05

b Persentase cakupan rawat inap % 10 0,08

6. Pelayanan Kesehatan Jiwaa Pelayanan gangguan jiwa di sarana

pelayanan kesehatan umum % 3 -

7. Pemantauan Pertumbuhan Balitaa Persentase Balita yang naik berat

badannya % 70 61,07

b Persentase Balita bawah garis merah % < 15 < 1

8. Pelayanan Gizia Persentase cakupan balita mendapat

Vit.A 2 kali per tahun % 90 100

b Persentase cakupan ibu hamilmendapat 90 tablet Fe % 80 68,68

c Persentase cakupan pemberian mknpendamping ASI bayi BGM dari Gakin % 100 -

d Persentase Balita Gizi burukmendapat perawatan % 100 10,53

9. Pelayanan Obstetrik & Neonatal Emergency Dasar & Komperhensifa Persentase akses tersedianya darah

dan komponen yang aman untukmenangani rujukan bumil danneonatus

% 75 60

b Persentase bumil risti/komplikasi yang % 75 100

Page 109: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah94

No Indikator Satuan Target 2006 Realisasi

ditangani

c Persentase Neonatal resikotinggi/komplikasi yang ditangani % 75 100

10 Pelayanan Gawat Darurata Persentase sarana kesehatan dg.

Kemampuan yan gawat darurat yg dptdiakses masyarakat

% 100 30,95

11 Penyelenggaraan penyelidikan epid & penangg. KLB & Gizi Buruka Persentase Desa/Kelurahan KLB yg

ditangani <24 jam % 100 100

b Persentase kecamatan bebas rawangizi % 80 100

12 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Polioa Persentase AFP rate per 100.000

penduduk <15 th % > 1 5,69

13 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TB Paru

a Persentase kesembuhan TB - BTA (+) % > 85 75,92

14 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit ISPAa Persentase Cakupan Balita dg

Pneumonia ditangani % 90 100

15 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIV-AIDSa Persentase klien mendapat pelayanan

HIV-AIDS % 100 100

b Persentase IMS diobati % 100 100

16 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit DBD

a Persentase penderita DBD ditangani % 75 100

17 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Diare

a Persentase Balita Diare ditangani % 75 100

18 Pelayanan Kesehatan Lingkungan

a Persentase institusi yg dibina kesling % - -

19 Pelayanan pengendalian vektor

a Persentase ABJ % > 95 81,53

20 Pelayanan Hygiene Sanitasi Tempat Umum

a Persentase TTU memenuhi syarat % 85 -

21 Penyuluhan perilaku Sehat

a Persentase RT sehat % 70 75,17b Persentase bayi yang mendapat ASI

eksklusif % 70 21,29

c Persentase desa dengan garamberyodium baik % 75 69,05

d Persentase Posyandu Purnama % 25 24,37

22 Penyuluhan P3 NAPZA berbasis masyarakat

Page 110: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 9595

No Indikator Satuan Target 2006 Realisasi

a Persentase upaya penyuluhan P3Napza oleh petugas kes. % 5 2,40

23 Pelayanan penyediaan obat dan perbekalan kesehatana Persentase ketersediaan obat sesuai

kebutuhan % 100 65

b Persentase Pengadaan obat essential % 100 72

c Persentase Pengadaan obat generik % 100 80

24 Pelayanan Penggunaan obat generik

a. Persentase penulisan resep obat generik % 90 96,04

25 Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan perorangan

a Persentase cakupan JPKM pra bayar % 60 46,53

26 Penyelenggaraan Pembiayaan untuk Gakin dan masyarakat rentana Persentase Cakupan JPK Gakin dan

masyarakat rentan % 100 100

27 Jenis yan. yg dilaksanakan sesuai kebutuhan (utk daerah tertentu)1. Persentase cakupan yankes kerja pd

bekerja formal % 40 -

2. Persentase cakupan yankes pra &usila % - 61,67

3. Persentase cakupan WUS yangmendapat yodium kapsul % 65 -

4. Persentase Darah donor diskriningterhdp HIV-AIDS % 100 94,20

5. Persentase penderita malaria yangdiobati % 100 100

6. Persentase RFT Rate % > 90 507. Persentase kasus Filaria yang

ditangani % ≥ 50 -

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Denpasar

Dari 27 Kewenangan Wajib dan 54 buah indikator jenis pelayanantersebut yang belum ada laporan sebanyak 7 buah indikator (12,96%). Dari 7buah indikator tersebut, 5 buah indikator yang meliputi pelayanan gangguanjiwa pada sarana pelayanan kesehatan umum, cakupan pemberian makananpendamping ASI bayi BGM dari gakin, cakupan institusi yang dibina kesling,cakupan TTU yang memenuhi syarat kesehatan dan cakupan pelayanankesehatan kerja pada pekerja formal tidak ada laporan pada Subdin/seksi yangbersangkutan. Sedangkan 2 indikator lagi yaitu cakupan WUS yang mendapatyodium kapsul dan cakupan kasus filaria yang ditangani datanya tidak adakarena tidak ada program pemberian iodium kapsul pada WUS serta sampaisaat ini belum ada kasus filaria yang dilaporkan di Kota Denpasar.

Indikator yang belum memenuhi target sampai tahun 2006 sebanyak 19buah indikator (35,18%). Berdasarkan target yang telah ditetapkan pada

Page 111: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah96

masing-masing indikator diharapkan indikator yang belum ada laporan danbelum memenuhi target agar pada tahun-tahun berikutnya bisa tercapai danlebih ditingkatkan.

Pembangunan kesehatan di Kota Denpasar sudah terlaksana denganbaik meskipun ada beberapa keterbatasan dan kekurangan dalampelaksanaannya. Hasil evaluasi pada tahun 2006 menyimpulkan bahwa Tingkatpencapaian program kesehatan di Kota Denpasar sebagian besar (64,82%)sudah sesuai target yang ditetapkan, namun masih ada 35,18% yang berada dibawah target.

Dalam memenuhi kesesuaian dengan departemen sektor Kota Bali telahmelakukan sebagian besar dari yang telah ditetapkan namun belum semuaindikator dapat diisi datanya, seperti pelayanan gangguan jiwa pada saranapelayanan kesehatan umum, cakupan pemberian makanan pendamping ASIbayi BGM dari gakin, cakupan institusi yang dibina kesling, cakupan TTU yangmemenuhi syarat kesehatan dan cakupan pelayanan kesehatan kerja padapekerja formal, cakupan WUS yang mendapat iodium kapsul dan cakupankasus filaria yang ditangani.

Sementara itu penyelenggaraan program pembangunan kesehatan diKabupaten Jembrana telah dilaksanakan berdasarkan Visi, Misi dan Strategiyang telah ditetapkan. Oleh sebab itu diharapkan juga berdampak padapembangunan secara sektoral. Adapun dampak yang ditimbulkan olehpelaksanaan program kesehatan adalah meningkatnya derajat kesehatan yangditunjukkan dari tercapainya indikator derajat kesehatan dari target Bali Sehatyang hendak dicapai pada tahun 2010, antara lain :

1. Angka Kematian Bayi ( AKB ), sebesar 14,25 / 1.000 KH pada tahun 2006mengalami peningkatan 38,35 % dibandingkan Angka Kematian Bayitahun 2005 sebesar 10,30 / 1.000 KH.

2. Angka Kematian Balita ( AKABA ), sebesar 2,54 / 1.000 KH pada tahun2006. Ini menunjukkan bahwa Angka Kematian Balita dapat ditekansebesar 80,42 % bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar13,38 / 1.000 KH.

3. Angka Kematian Ibu ( AKI ), sebesar 50,88 / 100.000 KH pada tahun 2006mengalami penurunan sebesar 60,47 % bila dibandingkan dengan AngkaKematian Ibu pada tahun 2005 sebesar 128,70 / 100.000.

4. Prevalensi Kekurangan Energi Balita pada tahun 2006 sebesar 4,83 %mengalami peningkatan sebesar 20,99 % bila dibandingkan prevalensi KEPBalita pada tahun 2005 sebesar 3,62 %. Sedangkan status gizi buruk balitapada tahun 2006 sebesar 0,48 % mengalami peningkatan sebesar 26,00% menjadi 0,35 % dari capaian status Gizi Buruk pada tahun 2005.

5. Angka Harapan Hidup ( AHH ) dari 70 tahun pada tahun 2001 menjadi71,45 tahun pada Tahun 2006.

Page 112: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 9797

Untuk menindak lanjuti hasil yang telah dicapai selama periode tahun2006, perlu dilakukan upaya-upaya yang lebih intensif, antara lain : Perlunyaupaya meningkatkan kualitas pendataan dari masing-masing bidang untukmendukung penyajian informasi kesehatan yang akurat. Perlu dilakukankoordinasi yang lebih baik diantara Satuan Kerja Pemerintah Daerah dan LintasSektor dengan jajaran kesehatan, khususnya bidang-bidang di lingkup DinasKesehatan dan Kesos Kabupaten Jembrana, dalam rangka efisiensi danefektivitas managemen organisasi pelayanan kesehatan untuk meningkatkansistem evaluasi dan monitoring.

Perlu digalakkan upaya meningkatkan dan memasyarakatkan pelayanankesehatan yang lebih bersifat pencegahan dalam rangka pencapaianParadigma Sehat. Selain itu Kabupaten Jembrana perlunya peningkatanSumber Daya Manusia dalam upaya meningkatkan mutu dan kualitaspelayanan. Adanya advokasi yang lebih intensif dalam upaya memperolehdana yang lebih memadai untuk kegiatan-kegiatan baru yang bersifatmendesak. Selain adanya upaya yang lebih kreatif untuk meningkatkan danmemantapkan kualitas pelayanan baik di Puskesmas maupun di Rumah Sakitmelalui program swadana.

Berdasarkan data yang ada di Kabupaten Jembrana terdapat dalamprofil pendidikan dan kajian terhadap hasil indikator pendidikan sepertipemerataan, peningkatan mutu, relevansi, dan efisiensi internal pendidikan,maka dapat dilihat bahwa :

a. Dipandang dari segi pemerataan

Pemerataan yang dimaksud diukur dengan beberapa indikator yaitu APK,APM, perbandingan antar jenjang, rasio pendidikan, angka melanjutkan,tingkat pelayanan sekolah. Berdasarkan APK, maka angka yang tertinggiadalah pada jenjang SD/MI , dilanjutkan dengan jenjang SLTP dan jenjangSM pemerataannya yang paling rendah. Rendahnya pemerataan iniadalah akibat dari factor ekonomi. Bila pemerataan dilihat menurutjender di tingkat SD dan SLTP, maka pada jenjang SLTP tidak terlihatperbedaan jender, sedangkan dari segi kota dan desa, pada jenjang SLTPtidak terlihat perbedaan antara kota dan desa. Sesuai dengan besarnyaAPK, maka besarnya APM juga mengikuti yaitu makin tinggi jenjangpendidikan makin rendah nilai APMnya yaitu APM, APM SLTP, APM SLTA.

Bila dilihat perbandingan antar jenjang, maka masih terjadi ketimpanganantara sekolah tingkat SD dengan tingkat SLTP apalagi untuk tingkat SM.Bila tingkat SLTP harus sama dengan SD maka diperlukan tambahansekolah. Indikator tentang angka melanjutkan menunjukkan angka yanglebih besar pada jenjang SLTP. Tingkat pelayanan sekolah yang palingtinggi terdapat di jenjang sekolah SD.

Page 113: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah98

b. Dipandang dari segi peningkatan mutu

Peningkatan mutu dimaksud diukur dengan berbagai indikator yaitupersentase lulusan TK/RA/BA, angka mengulang, angka putus sekolah,angka lulusan, angka kelayakan guru mengajar, persentase kondisi ruangkelas, persentase fasilitas sekolah, angka partisipasi dari biaya, dan satuanbiaya sekolah. Khusus untuk SLTP dan SMU ditambah dengan indikatorkesesuaian guru mengajar menurut bidang studi.

Siswa baru SD dan MI yang berasal dari TK/RA/BA . Angka mengulangyang terbesar terdapat pada tingkat SD yaitu 3,25, sedangkan angkaputus sekolah yang terbesar terdapat pada tingkat SMK yaitu 2,21 danangka lulusan yang terendah terdapat pada tingkat SM . Dengandemikian, dapat dikatakan bahwa tingkat SM perlu ditangani lebih lanjutkarena memiliki nilai yang negatif yang berarti mutunya kurangdibandingkan dengan jenjang lainnya.

Indikator kelayakan mengajar guru, ternyata di tingkat SD guru yanglayak mengajar paling besar yaitu sebesar 97,08 persen dan yang palingrendah pada tingkat MTS sebesar 0 pesrsen yaitu Kondisi ruang kelasterbaik terdapat pada tingkat SMP dan sebaliknya yang kondisinya rusakberat terbanyak terdapat pada tingkat SD Dari fasilitas sekolah yang ada,masih ada sekolah yang belum memiliki perpustakaan yaitu di tingkatSD/MI Demikian juga dengan lapangan olahraga dan ruang UKS, masihada beberapa sekolah yang belum memiliki yaitu di tingkat SD, SMP danSM.

Laboratorium yang harus dimiliki oleh semua SMU dan MA, padakenyataannya masih ada sekolah yang belum memiliki 4 sekolah. Hal yangsama terjadi pada ruang keterampilan 9 sekolah pada jenjang, bimbinganpenyuluhan pada tingkat Pembinaan dan Himbauan, ruang serba gunayang dimiliki hanya pada sekolah Negeri , bengkel yang harus dimilikisemua SMK ternyata hanya 2 sekolah, dan ruang praktik hanya sebesar 5sekolah pada tingkat SM. Pada kenyataannya, angka partisipasi dari segibiaya lebih banyak dari pemerintah daerah pada tingkat SD, jikadibandingkan dengan orang tua atau pemerintah pusat. Pada tingkatSLTPdan SM.

c. Dipandang dari segi relevansi

Relevansi di SD, ternyata muatan lokal yang paling relevan dengan sektormata pencaharian adalah Menganyam dengan mata pelajaran yangdikembangkan adalah mejejahitan. Relevansi di SMU ditunjukkan denganpenjurusan yang dilakukan, ternyata SMU telah menggunakan gabunganantara prestasi dan minat. Kelompok SMK yang paling relevan dengansektor lapangan kerja adalah Managemen Bisnis .

Page 114: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 9999

d. Dipandang dari segi efisiensi internal

Efisiensi internal diukur dari jumlah keluaran, tahun-siswa, putus sekolah,mengulang, lama belajar, tahun-siswa terbuang, tahun masukan perlulusan, dan rasio keluaran/masukan. Berdasarkan jumlah keluaran,ternyata yang paling tinggi adalah SMK dan paling rendah adalah SMU .Dari tahun-siswa yang paling tinggi pada tingkat SLTP dan paling rendahpada tingkat MTs. Jumlah putus sekolah dan mengulang yang seharusnya0 yang berarti sangat efisien, ternyata yang paling mendekati adalahtingkat SMK untuk putus sekolah dan tingka SLTP untuk mengulang.

Bila dilihat dari lama belajar lulusan, maka tingkat SLTP memiliki lamabelajar yang paling tidak efisien yaitu SD, sedangkan lama belajar putussekolah adalah untuk tingkat MA dan lama belajar kohort adalah SLTP.Dalam kaitan dengan tahun-siswa terbuang, ternyata yang terbesar adapada tingkat SLTP dan terendah pada tingkat SMU. Bila dikaitkan dengansatuan biaya per sekolah, maka jenis sekolah SLTP yang paling borosbiayanya, sedangkan yang paling tidak boros adalah SD .

Berdasarkan tinjauan atas kesesuaian indikator dengan capaiannya itumaka dilihat beberapa masukan yang dapat menjadi perbaikan SPMberikutnya adalah sebagai berikut:

a Rendahnya APK, terlebih APM, untuk itu diperlukan penanganan khusussehingga APK dan APM tingkat SM dapat ditingkatkan

b Perbedaan jender masih terasa pada tingkat SLTP, hal ini terlihat darirendahnya APK perempuan jika dibandingkan dengan laki-laki, untuk itudiperlukan penanganan khusus sehingga siswa perempuan yangbersekolah di tingkat SLTP dapat ditingkatkan, misalnya denganmemberikan beasiswa.

c Perbandingan antarjenjang pendidikan terlihat sangat mencolok, terlebihantara tingkat SD dengan tingkat SM, untuk itu perlu dipikirkan apakahsekolah tingkat SD dapat ditingkatkan menjadi SLTP atau menambah SLTPdan SM.

d Angka melanjutkan masih rendah, lebih-lebih pada tingkat SM, untuk ituperlu penanganan khusus misalnya dengan memberikan penyuluhankepada masyarakat tentang pentingnya bersekolah.

e Perlu didirikan Taman Kanak-kanak yang lebih banyak sehingga akanmeningkatkan mutu tingkat SD.

f Angka mengulang dan putus sekolah di tingkat SD perlu diturunkan yaitudengan cara kebijakan pemerintah dengan memberikan beasiswa, ataubimbingan dan penyuluhan kepada setiap siswa oleh sekolah yangbersangkutan.

g Perlu ditingkatkan kemampuan guru dalam mengajar sehingga diharapkansetiap tingkat memiliki guru yang layak mengajar, untuk itu perlu

Page 115: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah100

dipikirkan penyesuaian ijazah yang dapat meningkatkan mutu guru tetapitidak perlu mengganggu jadwal mengajarnya.

h Perlu dilakukan rehabilitasi bagi ruang kelas yang rusak berat. .Olehkarena perpustakaan merupakan suatu keharusan yang dimiliki olehsekolah, maka perlu dibangun perpustakaan tingkat SD, tingkat SLTP, dantingkat SM.

i Perlu dipikirkan bagaimana cara meningkatkan partisipasi pemerintahdaerah dalam pembiayaan sekolah dari tingkat SD sampai SM sehinggamengurangi ketergantungan dari pemerintah pusat.

j Kurikulum muatan lokal hendaknya disesuaikan dengan kondisi daerahsehingga apa yang diajarkan dalam mata pelajaran muatan lokal dapatdiaplikasikan di daerah masing-masing.

k Perlu dilakukan penjurusan di SMU menggunakan prosedur gabunganantara prestasi dengan minat sehingga akan dihasilkan lulusan yangbermutu.

l Perlu dikaji ulang kelompok SMK di daerah sehingga lulusannya dapattertampung di daerah yang bersangkutan dan mengurangi migrasi.

m Agar tidak terjadi pemborosan biaya yang sangat besar pada tingkat SLTP ,maka pada setiap jenis sekolah agar diupayakan untuk mengurangi siswayang putus sekolah dan mengulang (lihat butir 6) untuk semua jenissekolah.

5. Provinsi Nusa Tenggara Timur

Strategi penerapan SPM Kota Kupang tidak jauh berbeda dengan daerah-daerah lainnya, yakni dituangkan dalam dokumen perencanaan sepertiRencara Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan RencanaStrategis (Renstra). Di dalam RPJMD Kota Kupang disebutkan arah kebijakandan program penyelenggaraan pelayanan pendidikan:

Tabel. 4.5Arah kebijakan dan Program

Penyelenggaraan Pelayanan Pendidikan Kota Kupang

Sub fungsi Arah kebijakan Program

Pendidikan Anak UsiaDini (PAUD)

Untuk memberikan kesempatanyang seluas-luasnya kepadawarga masyarakat usia 0-6tahun untuk pengembanganbakat dan pembinaan mental

pendidikan anak usia dini peningkatan kualitas

pendidikan anak usia dini fasilitasi sarana dan

prasarana pendidikan anakusia dini.

Wajib RelajarPendidikan Dasar 9

Diarahkan pada pemenuhan hakdasar pelayanan pendidikan

wajib belajar pendidikandasar 9 tahun

Page 116: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 101101

Sub fungsi Arah kebijakan Program

Tahun melalui peningkatan kualitaspendidikan danpenyelenggaraan pendidikan

fasilitasi sarana danprasarana

manajemen pelayananpendidikan

Pendidikan Menengah Diarahkan pada upayapenyediaan sumber dayamanusia yang handal melaluipeningkatan kualitas pendidikanmenengah

pendidikan menengah fasilitasi sarana dan

prasarana manajemen pelayanan

pendidikanPendidikan Non Formal Diarahkan pada upaya

peningkatan kemampuan danketerampilan tenaga verjamelalui pengembangan model-model pendidikan non formalyang aplikatif

pendidikan non formal pendidikan luar biasa peningkatan mutu pendidik

dan tenaga kependidikan pengembangan budaza baca

dan pembinaanperpustakaan

manajemen pelayananpendidikan

Pemuda dan Olah raga Diarahkan pada upayapengembangan potensi pemudasehingga mampu berperan aktifdalam setiap aspekpembangunan

peningkatan peran sertapemuda

pembinaan danpemasyarakatan olehraga

peningkatan sarana danprasarana olahraga.

Sumber: RPJMD Kota Kupang, 2007-2012

Sementara itu, dalam Renstra Dinas Kesehatan Kota Kupang disebutkanvisinya: “Kota Kupang Sehat 2010”, dengan menerapkan program sebagaiberikut :

Tabel. 4.6Strategi Penerapan SPM Bidang Kesehatan

Kota Kupang

No. Program Tujuan

1 Program Sumberdaya Kesehatan Untuk meningkatkan jumlah dan mutu sarana, prasaranadan peralatan kesehatan serta meningkatkan mutu danjumlah tenaga kesehatan.

2 Program kebijakan danmanajemen Pembangunasnkesehatan

Untuk meningkatkan mtu manajemen kesehata(administrative dan teknis medis) dan tersusunnyaproduk hkum dalam mendukung peningkatan utupelayanan kesehatan (perda retribusi, perda perijinan,perda struktur organisasi, dll) serta terselenggaranyasystem informasi enajemen pembangunan kesehatanterpadu dan berkembangnya ilmu pengetahuan danteknologi kesehatan.

Page 117: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah102

No. Program Tujuan

3 Program Lingkungan Sehat,perilaku dan pemberdayaanmasyarakat

Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakatmelalui peningkatan kemauan dankemampuan hidupsehat baik individu, keluarga dan masyarakat sertameningkatkan pengembangan potensi swadayamasyarakat termasuk swasta dalam bentuk jaringankerja yang dinamis untuk mengoptialkan lingkunganyang bebas dari resiko penyakit yang erasis lingkungan

4 Program Perbaikan GiziMasyarakat

Untuk meningkatkan status gizi masyarakat

5 Program Upaya Kesehatan Untuk meningkatkan keampuan unit kerja kesehatanKota Kupang dan Puskesmas dan perangkatnya dalammemberikan pelayanan Kesehatan baik Promotif,Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif, serta menurunkanagka kesakitan dan kematian penyakit menular, ibu,balita, remaja dan usila.

6 Program Obat, Makanan danBahan Berbahaya

Untuk terjaminnya mutu dan kasiat obat dan alatkesehatan serta makanan dan minuman, kosmetika yangsesuai dengan syarat kesehatan dan terlindunginyamasyarakat dari bahaya penyalahgunaan napza danbahan berbahaya lainnya.

Sumber: Renstra Dinas Kesehatan-Kota Kupang, 2007-2012.

6. Provinsi Maluku Utara

Pembangunan kesehatan di Kota Ternate merupakan bagian integral daripembangunan kesehatan nasional. Sejalan dengan hal tersebut, Kota Ternatetelah menetapkan visi yaitu masyarakat yang mandiri untuk terwujudnya KotaTernate Sehat 2010 menuju masyarakat madani. Visi tersebut merupakangambaran ideal masa depan pembangunan kesehatan yang ingin dicapai, yaitu“pada tahun 2010 keadaan masyarakat Kota Ternate menyadari, mau danmampu untuk mengenali, mencegah dan mengatasi permasalahan kesehatanyang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan, baik yangdisebabkan karena penyakit, termasuk gangguan kesehatan, bencana maupunlingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup sehat.

Untuk itu telah ditetapkan beberapa program guna mendukungterwujudnya visi tersebut, sebagai berikut :

a) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

(1) Pelatihan ASI EksklusifIndikator :jumlah petugas Puskesmas dan Rumah Sakit yang ikut pelatihan 25orang.Rencana Tingkat Capaian :- Peningkatan pemahaman tentang pemberian ASI eksklusif 80%.

Page 118: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 103103

- Terlaksananya kegiatan pelatihan ASI Eksklusif 80%.(2) Pendidikan D3 Kebidanan

Indikator :Terselenggaranya pendidikan kebidanan Kota Ternate semester 2.Rencana Tingkat Capaian :- Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kebidanan 100%..

b) Peningkatan Kemampuan Aparatur(1) Peningkatan Kinerja Kader Posyandu

Indikator :jumlah kader Posyandu 60%.Rencana Tingkat Capaian :- Meningkatkan kinerja Kader Posyandu 70%.- Bertambahnya keterampilan kader Posyandu 60%.

c) Obat dan Perbekalan(1) Pengadaan Obat-obatan

Indikator :tersedianya obat-obatan pada Puskesmas yang ada di wilayah KotaTernate.Rencana Tingkat Capaian :- Terlayaninya kebutuhan obat-obatan di Puskesmas 80%.

d) Upaya Kesehatan Masyarakat(1) Perbaikan gizi masyarakat (pelacakan dan pemantauan status gizi

buruk)indikator :Terdatanya balita berdasarkan status gizi di 23 kelurahanRencana Tingkat Capaian :- Adanya data status gizi balita yang akurat secara berkala 80%.- Terpantaunya status gizi balita 80%.

(2) Sosialisasi program jaminan kesehatan masyarakatindikator :jumlah peserta 162 pengelola program JPKM dan stakeholder.Rencana Tingkat Capaian :- Terselenggaranya kegiatan sosialisasi program jaminan

kesehatan masyarakat 100%.- Tersusunnya konsep pengembangan program jaminan kesehatan

masyarakat 100%.(3) Pembentukan desa siaga

Indikator :Jumlah peserta pelatihan desa siaga 52 orang peserta.Rencana Tingkat Capaian :- Meningkatnya pengetahuan komponen masyarakat 100%.

Page 119: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah104

- Meningkatnya partisipasi aktif dan pemberdayaan masyarakat100%.

(4) Workshop program JPKMIndikator :Jumlah pengelola JPKM 70 peserta.Rencana Tingkat Capaian :- Terselenggaranya kegiatan workshop JPKM 100%.- Tersusunnya konsep pengembangan JPKM 100%.

e) Pengawasan Obat dan Makanan(1) Pengelolaan peningkatan obat Puskesmas

Indikator :Jumlah pengelola obat yang dilatih 15 orang.Rencana Tingkat Capaian :- Peningkatan pengetahuan pengelola obat 80%.- Peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat 80%.

(2) Pelatihan keamanan pangan industri rumah tanggaIndikator :Jumlah pelaku industri rumah tangga yang dilatih 25 peserta.Rencana Tingkat Capaian :- Peningkatan pengetahuan pelaku rumah tangga 80%.- Masyarakat terlindung dari penggunaan bahan tambahan pangan

80%.

f) Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat(1) Pengembangan media promosi budaya sehat masyarakat

Indikator :Penyediaan media promosi budaya sehatRencana Tingkat Capaian :- Tersedianya media informasi budaya sehat 80%.- Masyarakat mengetahui informasi budaya sehat 80%.

g) Perbaikan Gizi Masyarakat(1) Pemberian makanan tambahan penderita TB Paru

Indikator :Jumlah PMT TB Paru 140 penderita.Rencana Tingkat Capaian :- Terlaksananya PMT penderita TB Paru 80%.- Menambahnya asupan gizi bagi penderita TB Paru 80%.

(2) Penanggulangan gangguan akibat kekurangan yodiumIndikator :Jumlah Ibu hamil 3.637, ibu nifas 3.367, balita 16.317 dan anaksekolah (SD) 18.605.Rencana Tingkat Capaian :- Peningkatan upaya GAKY 80%.

Page 120: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 105105

- Menurunnya prevalensi GAKY 70%.(3) PMT Balita, Bumil dan Ibu menyusui

Indikator :Jumlah PMT ibu hamil KEK 21 orang, balita gizi buruk 75 orang, bayigizi buruk 15.Rencana Tingkat Capaian :- Tersedianya makanan tambahan bagi ibu hamil, ibu menyusui

dan balita gizi buruk 80%.- Tertanganinya masalah gizi pada ibu hamil, ibu menyusui dan

balita 80%.

h) Pemberantasan Penyakit Menular(1) Pemberantasan larva lalat

Indikator :Pemberantasan larva lalat di 2 kelurahan (Takome dan Sulamadaha)Rencana Tingkat Capaian :- Mengurangi tingkat kepadatan lalat 80%.

(2) Pencegahan penularan penyakit malariaIndikator :Pemberantasan penyakit malaria pada daerah endemis 1400 rumah(4 kecamatan).Rencana Tingkat Capaian :- Menurunkan kasus pendeita dan kematian akibat malaria 80%- Diagnosa dan pengobatan penderita secara tepat, benar dan

teratur.(3) Pemberantasan Penyakit Kusta

Indikator :Jumlah penderita kusta 150 orang.Rencana Tingkat Capaian :- Penemuan dan pengobatan penderita penyakit kusta 80%.- Menurunkan angka kesakitan dan cacat akibat kusta 80%.

(4) Penyemprotan/Fooging Sarang NyamukIndikator :Wilayah endemik DBD 20 kelurahan di Kecamatan Kota Ternateselatan dan Utara.Rencana Tingkat Capaian :- Memutuskan mata rantai penularan penyakit 80%.- Menurunkan kasus penderita dan kematian akibat demam

berdarah 80%.(5) Pemberantasan penyakit TBC

Indikator :Jumlah penderita TBC 215 orang.Rencana Tingkat Capaian :- Penurunan prosentase penderita penyakit TBC 100%.

Page 121: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah106

i) Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita(1) Peningkatan imunisasi

Indikator :Jumlah bayi/balita 3.752, ibu hamil 4.077, anak sekolah 9.248.Rencana Tingkat Capaian :- Meningkatkan kekebalan 80% pada bayi, ibu hamil, balita dan

anak sekolah.(2) Pelatihan deteksi tumbuh kembang balita dan anak

Indikator :Jumlah peserta 21 orang yang mengikuti pelatihan.Rencana Tingkat Capaian :- Terdeteksinya balita dan kelainan tumbuh kembang 80%.- Tertanganinya balita dengan kelainan tumbuh kembang 80%.

(3) Pelatihan MTBSIndikator :Jumlah peserta pelatihan 14 orangRencana Tingkat Capaian :- Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan bidan dalam

menentukan klarifikasi pada bayi dan balita 80%.- Terselenggaranya MTBS sesuai dengan standar 80%.

(4) Pertemuan AMPIndikator :Jumlah 9 bidang koordinator yang mengikuti pertemuanRencana Tingkat Capaian :- Terselenggaranya kasus obstetri dan neunatal bidan dalam

penangannya 80%.- Tertanganinya kasus komplikasi kehamilan dan persalinan 80%.

j) Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja(1) Penyusunan LAKIP Dinas Kesehatan Kota Ternate 2007

Indikator :Tersusunnya buku LAKIP Dinas KesehatanRencana Tingkat Capaian :- Terlaksananya penyusunan LAKIP tahun 2007.- Tersedianya dokumen LAKIP tahun 2007.

(2) Pertemuan evaluasi programIndikator :Terlaksananya pertemuan evaluasi program Dinas Kesehatan.Rencana Tingkat Capaian :- Terevaluasinya program Dinas Kesehatan dalam 1 tahun.

(3) Penyusunan Profil Dinas Kesehatan Kota TernateIndikator :Tersusunnya buku profil Dinas Kesehatan tahun 2007Rencana Tingkat Capaian :

Page 122: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 107107

- Terbentuknya profil Dinas Kesehatan tahun 2007.

k) Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur(1) Pengadaan Meubelair

Indikator :Jumlah meubelair Kantor Dinas KesehatanRencana Tingkat Capaian :- Tersedianya meubelair kantor Dinas Kesehatan- Terpenuhinya meubelair.

(2) Pengadaan software Aplikasi AkuntansiIndikator :Terpenuhinya software aplikasi akuntansi.Rencana Tingkat Capaian :- Tersedianya software aplikasi akuntansi.

(3) Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas untuk 7 PKM dan RSSorofo

Indikator :Perlengkapan kandor kendaraan dinasRencana tingkat Capaian :- Terawatnya kendaraan dinas operasional.

l) Program Peningkatan Perbaikan Sarana dan Prasarana Puskesmas, Pustudan Jaringannya(1) Pengadaan promosi kesehatan Kit

Indikator :Pengadaan promosi kesehatan KitRencana Tingkat Capaian :- Tersedianya sarana dan prasarana kesehatan

(2) Pengadaan peralatan Poskesdes KitIndikator :Jumlah 3 Poskesdes peralatan Poskesdes KitRencana Tingkat Capaian :- Tersedianya sarana dan prasarana kesehatan.

(3) Rehabilitasi MobilIndikator :Rehabilitasi Puskesmas keliling roda 4 (3 unit).Rencana Tingkat Capaian :- Terlaksananya pelayanan kesehatan yang optimal.

(4) Pengadaan Mobil PuskesmasIndikator :Pengadaan mobil Puskesmas Keliling roda 4 (1 unit).Rencana Tingkat Capaian :- Terlaksananya pelayanan kesehatan yang optimal.

Page 123: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah108

(5) Pengadaan peralatan Pustu SetIndikator :Pengadaan Peralatan Pustu Set untuk 3 Pustu.Rencana Tingkat Capaian :- Tersedianya sarana dan prasarana kesehatan.

(6) Pengadaan peralatan Puskesmas KitIndikator :Alat Puskesmas perawatan kit ( 1 set).

Rencana Tingkat Capaian :- Tersedianya sarana dan prasarana kesehatan.

(7) Pengadaan paramound bedIndikator :Jumlah paramound bed 9 unit.Rencana Tingkat Capaian :- Tersedianya sarana dan prasarana kesehatan.

(8) Pengadaan alat laboratoriumIndikator :Jumlah pengadaan alat laboratorium untuk 7 Puskesmas.Rencana Tingkat Capaian :- Tersedianya sarana dan prasarana kesehatan.

(9) Pengadaan peralatan gigi dan mulutIndikator :Pengadaan peralatan gigi dan mulut.Rencana Tingkat Capaian :- Tersedianya sarana dan prasarana kesehatan.

(10) Pengadaan peralatan Polindes KitIndikator :Jumlah Polindes Kit 1 unit untuk 7 PolindesRencana Tingkat Capaian :- Tersedianya sarana dan prasarana kesehatan.- Terlaksananya pelayanan kesehatan yang optimal.

(11) Pembangunan Puskesmas Pembantu (Pustu)Indikator :Pembangunan Pustu Bostiong 1 unit 110 m2Rencana Tingkat Capaian :- Tersedianya sarana dan prasarana kesehatan.

(12) Pembangunan PolindesIndikator :- Pembangunan Polindes Ubo-Ubo 1 unit 70 m2- Pembangunan Polindes Tobololo 1 unit 70 m2- Pembangunan Polindes Bula 1 unit 70 m2- Pembangunan Polindes Tadenas 1 unit 70 m2- Pembangunan Polindes Jan/Kastela 1 unit 70 m2

Page 124: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 109109

- Pembangunan Polindes Toboko/moya 1 unit 70 m2Rencana Tingkat Capaian :- Tersedianya sarana dan prasarana kesehatan.

Sementara untuk Kota Tidore Kepulauan, pembangunan kesehatanmerupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar manusia, yaitu hakuntuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan UUD 1945 Pasal 28Ayat (1) dan UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Pembangunankesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk peningkatan kualitassumber daya manusia, yang antara lain diukur dengan indeks pembangunanmanusia (IPM). Dalam pengukuran IPM ini, kesehatan adalah salah satukomponen utama selain pendidikan dan pendapatan.

Permasalahan kesehatan di Kota Tidore Kepulauan dapat diidentifikasisebagai berikut :

1. Minimnya sarana dan prasarana kesehatan. Fasilitas kesehatan di KotaTidore Kepulauan saat ini terdiri dari 1 buah Rumah Sakit Umum Daerah,1 buah Puskesmas Perawatan dan 4 buah Puskesmas non Perawatan, 28Puskesmas Pembangu, Polindes non Permanen sebanyak 17 buah,Polindes permanen sebanyak 4 buah, Posyandu Balita sebanyak 112 buahdan Posyandu Usila 19 buah. Jumlah sarana dan prasarana sertaketersediaan tenaga kesehatan belum diimbangi dengan peningkatanpelayanan kesehatan dan ketersediaan obat-obatan murah yang dapatdijangkau masyarakat.

2. Terbatasnya Tenaga Medis dan Paramedis. Jumlah tenaga medis danparamedis di Kota Tidore Kepulauan, pada tahun 2004 adalah terdiri dari5 orang dokter spesialis, dokter umum PNS sebanyak 11 orang, dokterumum PTT sebanyak 3 orang, dokter gigi sebanyak 3 orang, Sarjanafarmasi/ Apoteker sebanyak 5 orang, Sarjana Kesehatan Masyarakatsebanyak 10 orang. Perawat sebanyak 104 orang. Hal ini dari segi rasiojumlah penduduk sangat jauh dari harapan tercapainya pelayanankesehatan berkualitas.

3. Belum menjangkaunya pelayanan kesehatan. Rendahnya pelayanankesehatan dapat dilihat dari beberapa indikator seperti proporsipertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, proporsi bayimendapatkan imunisasi BCG DPT dan Polio III serta campak. Rendahnyapelayanan kesehatan ini berpengaruh terhadap upaya peningkatan statuskesehatan penduduk. Disamping pemerataan dan keterjangkauanpelayanan kesehatan satu hal yang sangat penting adalah rendahnyakondisi kesehatan lingkungan masyarakat maupun kesadaran berperilakubersih dan sehat.

Upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Tidore Kepulauanuntuk meminimalkan kesenjangan dalam pelayanan kesehatan kepada

Page 125: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah110

masyarakat adalah dengan program-program pembangunan yang diarahkanmeningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

a. Program Penyuluhan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.

Program ini ditujukan membangun jalinan kemitraan dan peran sertakeluarga dan masyarakat agar mampu menumbuhkan perilaku hidupsehat dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat.Kegiatan yang dilakukan dalam program ini mencakup 1) pengembanganmedia promosi kesehatan dan teknologi komunikasi informasi danedukasi (EKI), 2) pengembangan upaya kesehatan bersumber masyarakat(seperti posyandu, pondok bersalin desa, usaha kesehatan sekolah) dangenerasi muda, serta peningkatan pendidikan kesehatan kepadamasyarakat.

b. Program Penyehatan Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat

Program ini ditujukan untuk 1) meningkatnya jumlah, pemerataan dankualitas pelayanan kesehatan melalui Puskesmas dan jaringannya meliputiPuskesmas Pembangu, Puskesmas Keliling dan Bidan Desa, 2)meningkatnya akses masyarakat terhadap air bersih, 3) menurunnyafaktor resiko lingkungan penyebab penyakit dan gangguan kesehatan, 4)meningkatkan cakupan wilayah sehat serta 5) mewujudkan mutulingkungan hidup yang lebih sehat.

Adapun kegiatan yang akan dilakukan melalui program ini mencakup :

1) Penyediaan sarana dan prasarana air bersih dan sanitasi dasar.2) Pemeliharaan/pengawasan kualitas lingkungan3) Pengendalian admpak resiko pencemaran lingkungan4) Pelayanan kesehatan penduduk miskin di pusat-pusat pelayanan

kesehatan dan jaringan di bawahnya5) Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana

Puskesmas dan jaringan di bawahnya6) Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat-

obatan generik esensial7) Peningkatan pelayanan kesehatan dasar yang mencakup sekurang-

kurangnya promosi kesehatan, kesehatan ibu dan anak, keluargaberencana, perbaikan gizi, kesehatan lingkngan, pemberantasanpenyakit menular dan pengobatan dasar.

8) Peningkatan biaya operasional dan pemeliharaan sarana danprasarana kesehatan

c. Program Peningkatan Pelayanan dan Aksestabilitas Fasilitas Kesehatan

Program ini ditujukan untuk meningkatkan akses, keterjangkauan dankualitas pelayanan di rumah sakit. Kegiatan yang dilakukan dalamprogram ini mencakup :

Page 126: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 111111

1) Peningkatan pelayanan kesehatan rujukan2) Pembangunan sarana dan prasarana rumah sakit maupun puskesmas

di daerah terpencil3) Perbaikan sarana dan prasarana Puskesmas dan jaringan nya4) Pengadaan peralatan dan perbekalan rumah sakit maupun

puskesmas5) Peningkatan biaya pemeliharaan dan operasional fasilitas kesehatan6) Peningkatan peran serta swasta dan masyarakat dalam penyediaan

dan pengembangan fasilitas kesehatan

d. Program Pengembagnan Sumber Daya Kesehatan

Program ini ditujukan pada peningkatan jumlah, mutu serta penyebarantenaga kesehatan, meningkatkan standar profesi tenaga kesehatan sertameningkatkan efektifitas dan efisiensi penggunaan biaya kesehatan.

Kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini mencakup hal-hal sebagaiberikut :

1) Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan2) Peningkatan keterampilan dan profesionalisme tenaga medis3) Pemenuhan kebutuhan tenaga medis, terutama pelayanan kesehatan

di Puskesmas dan jaringan di bawahnya serta rumah sakit4) Pembinaan tenaga kesehatan termasuk pengembangan karir tenaga

kesehatan5) Tersusunnya standar kompetensi dan regulasi profesi tenaga

kesehatan di daerah

e. Program Peningkatan Status Gizi Masyarakat

Program ini ditujukan untuk menurunkan angka prevalensi kurang gizi danmeningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan statusgizi masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi dan anak balita.

Kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini antara lain :

1) Meningkatkan pendidikan gizi masyarakat2) Penanggulangan kurang energi protein, anemia gizi besi, gangguan

akibat kurang yodium, kurang vitamin A, dan kekurangan zat gizimikro lainnya

3) Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi

f. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

Program ini ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dankecacatan akibat penyakit menular dan penyakit tidak menular sertameningkatkan cakupan imunisasi. Prioritas penyakit menular yang akanditanggulangi adalah malaria, demam berdarah dengue, diare, polio,

Page 127: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah112

filaria, kusta, TBC Paru, HIV/AIDS, serta penyakit-penyakit lain yang dapatdicegah dengan imunisasi.

Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam program ini mencakup :

1) Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko penyakit menular2) Peningkatan cakupan imunisasi dalam rangka pencegahan3) Menemukenali penderita guna penanggulangan wabah4) Peningkatan media komunikasi, informasi dan edukasi dalam rangka

pencegahan dan pemberantasan penyakit

Sementara itu, dalam bidang Pendidikan, strategi Pemerintah KotaTernate dalam penerapan Standar Pelayanan Minimal di Bidang Pendidikanadalah sebagai berikut :

Tabel. 4.7Tujuan dan Sasaran Penerapan SPMBidang Pendidikan di Kota Ternate

No. Tujuan Sasaran

1. Meningkatkan daya dukung sarana danprasrana pelayanan pendidikan bagi anak usiasekolah

Meningkatnya kapasitas pelayananpendidikan bagi anak usia sekolah

2. Meningkatkan daya dukung sarana danprasarana pelayanan bagi anak usia prasekolah

Meningkatnya kapasitas pelayananpendidikan bagi anak usia pra sekolah

3. Meningkatkan kompetensi sumber dayamanusia bidang kependidikan

Meningkatnya standar mutu sumberdaya manusia bidang kependidikan

4. Meningkatkan standar mutu hasil pendidikan Meningkatnya standar mutu hasilpendidikan

5. Meningkatkan efisiensi manajemenpendidikan

Meningkatnya kualifikasi dan standarsarana dan prasarana pengelolaanmanajemen pendidikan

6. Meningkatkan akuntabilitas manajemenpendidikan

Meningkatnya kualifikasi dan standarpelaporan manajemen pendidikan

7. Meningkatkan kompetensi sumber dayamanusia bidang manajemen pendidikan

Meningkatnya kualifikasi sumber dayamanusia pengelola manajemenpendidikan

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Kupang

Strategi Pemerintah Kota Tidore Kepulauan dalam penerapan SPMBidang Pendidikan untuk 2005-2010 adalah :

a. Peningkatan pemerataan dan keterjangkauan pendidikan melalui :

(1) penyelenggaraan wajib belajar sembilan tahun bagi penduduk miskinyang didukung dengan upaya penarikan kembali siswa putus sekolahdan yang tidak melanjutkan ke dalam sistem pendidikan.

Page 128: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 113113

(2) peningkatan pemerataan dan keterjangkauan pendidikan menengahbaik melalui jalur formal maupun nonformal, umum maupunkejuruan terutama di wilayah pedesaan melalui penyediaan saranadan prasarana pendidikan serta peningkatan relevansinya dengankebutuhan dunia kerja.

(3) peningkatan pemerataan dan keterjangkauan pendidikan tinggitermasuk penyeimbangan dan penyerasian jumlah dan jenis programstudi yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan perkembanganguna menghasilkan lulusan yang memenuhi kebutuhan pasar kerja.

(4) penyelenggaraan pendidikan alternatif di wilayah rawan konflik danbencana yang diikuti dengan rehabiltasi dan rekonstruksi sarana danprasarana yang rusak termasuk penyediaan tenaga pendidik sertapenyiapan peserta didik untuk dapat mengikuti proses belajarmengajar.

b. Peningkatan Kualitas Pendidikan yang ditandai dengan :

(1) tersedianya standar pelayanan minimal ditingkat kecamatan.(2) tersedianya sistem rekruitmen tenaga pendidik yang berbasis merit

system.(3) meningkatnya proporsi pendidik pada jalur pendidikan formal

maupun nonformal yang memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasisesuai dengan jenjang kewenangan mengajar.

(4) peningkatan sarana laboratorium baik secara kuantitas maupunkualitas sesuai kebutuhan jenis, jenjang dan jalur pendidikan dalamrangka menunjang kualitas pendidikan.

(5) peningkatan prosentase siswa yang lulus ujian akhir pada setiapjenjang pendidikan.

(6) peningkatan minat baca masyarakat Kota Tidore Kepulauan.

c. Penguatan Manajemen Pelayanan Pendidikan melalui :

(1) penyiapan sistem pembiayaan pendidikan yang berbasis siswa atauberbasis formula yang didukung melalui upaya peningkatankomitmen pemerintah daerah dalam pembiayaan pendidikan

(2) mendorong pelaksanaan otonomi dan desentralisasi pengelolaanpendidikan kepada satuan pendidikan dalam menyelenggarakanpendidikan secara efektid dan efisien, transparan, bertanggungjawab,akuntabel dan partisipatif.

(3) meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunanpendidikan termasuk dalam pembiayaan pendidikan,penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat serta dalampeningkatan mutu layanan pendidikan yang meliputi perencanaan,pengawasan serta evaluasi program pendidikan.

Page 129: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah114

7. Provinsi Papua

Meski tidak secara jelas menjabarkan tentang strategi penerapan standarpelayanan minimal namun sebagian strategi mencapai untuk visi dan misipemerintah daerah diantaranya tercakup didalamnya beberapa indikator SPM.Sebagai upaya untuk mewujudkan visi Dinas Kesehatan di Provinsi Papuaseperti di Kabupaten Jayapura melalui misi dan tujuan yang telah ditetapkandengan mengacu pada strategi pembangunan kesehatan nasional, makapembangunan kesehatan di wilayah Kabupaten Jayapura dilaksanakan denganstrategi-strategi sebagai berikut :

a Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat

Dalam era reformasi, masyarakat harus dapat berperan aktif dalampembangunan kesehatan, dimulai sejak penyusunan berbagai kebijaaknpembangunan kesehatan. pemberdayaan masyarakat dilakukan denganmendorong masyarakat agar mampu secara mandiri menjaminterpenuhinya kebutuhan kesehatan dan kesinambungan pelayanankesehatan. Dalam pemberdayaan masyarakat perlu terus dikembangkanPerilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta upaya kesehatan Berbasismasyarakat (UKBM) dalam rangka mewujudkan ”Desa Siaga” menujuDesa Sehat. Pengembangan desa siaga harus melibatkan lembagaswadaya masyarakat (LSM) utamanya PKK, organisasi keagamaan dansektor swasta. Keberhasilan Desa Siaga ditandai oleh berkembangnyaPHBS serata dikembangkan dan beroperasinya UKBM yang mampumemberikan pelayanan promotif dan preventif,kuratif, keluargaberancana perataan kehamilan dan pertolongan persalinan, gizi danpenanganan kedaruratan kesehatan.

b Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yangberkualitas.

Sesuai dengan paradigma sehat, Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapuraharus mengutamakan pada upaya kesehatan masyarakat yang dipadukansecara serasi dan seimbang dengan upaya kesehatan perorangan. Dinaskesehatan Kabupaten Jayapura memfasilitasi upaya revitalisasi sistemkesehatan dasar dan rujuknya dengan memperluas jaringan yang efektifdan efisien, serta peningkatan kualitas pelayanan sesuai standar yangditetapkan. Sejalan dengan upaya peningkatan kualitas pelayanankesehatan, harus dilakukan pula peningkatan jumlah dan kualitas sumberdaya manusia kesehatanm yang terdistribusi sesuai kebutuhan pelayanankesehatan.

c meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan.

peningkatan surveilans dan monitoring dilaksanakan denganmeningkatkan peran aktif masyarakat dalam pelaporan masalah

Page 130: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 115115

kesehatan di wilayahnya. Dalam keadaan darurat kesehatan dilakukanpengerahan anggaran dan tenaga pelaksana pada saat investigasiKejadian Luar Biasa (KLB) dan respon cepat. Di samping itu dikembangkandan ditingkatkan pula sistem peringatan dini (early warning system) danpenunjang kedaruratan kesehatan, serta dilaksanakan National PandemicPreparedness Plan. Sistem informasi kesehatan pada semua tingkatanadministrasi pemerintahan juga perlu diperbaiki dan dimantapkan.

d melaksanakan regulasi dan intensifikasi sistem registrasi dan akreditasusarana kesehatan.

Pembangunan kesehatan menjadi tanggung jawab bersama antarapemerintah, swasta dan masyarakat. Agar pelayanan kesehatan kepadamasyarakat dapat sesuai dengan arah kebijakan pembangunan kesehatan,maka perlu adanya undang-undang, peraturan-peraturan, ataupunpetunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis oleh pemerintah yangmengatur sistem registasi dan akreditasi sarana pelayanan kesehatansecara tepat dan profesional. Di samping itu perlu dilakukan pendataandan pengawasan secara intensif terhadap sarana pelayanan kesehatanagar sesuai dengan standar pelayanan kesehatan yang berlaku.

e Meningkatkan Kualitas Dan Kuantitas Sumberdaya Kesehatan YangMeliputi Tenaga, Sarana Dan Prasarana Serta Pembiayaan KesehatanSesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Peningkatan sumber daya tenaga kesehatan dilaksanakan dengan mengisiformasi PNS yang telah ditetapkan oleh Pusat dan bila memungkinkan darisegi pembiayaan APBD dapat dilakukan melalui sistem kontrak kerja atasdasar kesepakatan secara sukarela antara kedua belah pihak. Dalampendistirbusian tenaga kesehatan dilakukan melalui proses evaluasipemenuhan kebutuhan dan bukan sekedar mendistribusikan persediaantenaga yang ada ataupun pertimbangan lain-lain. Dari sisi kualitas, tenagakesehatan ditingkatkan melalui metode pendidikan dan pelatihanberbasis kompetensi sesusai standar pemerintah pusat serta disesuaikandengan kebutuhan, kondisi dan situasi Kabupaten Jayapura.

Sarana dan prasarana kesehatan dapat ditingkatkan melalui pengadaandan peningkatan sarana kesehatan yang disesuaikan dengan situasi dankondisi yang berkembang dari hasil evaluasi setiap tahunnya.

Pembiayaan pembangunan kesehatan berasal dari pemerintah sesuai UUNo. 21 tahun 2001 sebesarn 15% dari dana APBD, dana bantuan luarnegeri (BLN) dan dana yang bersumber dari masyarakat seperti asuransikesehatan, Dana sehat dan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakatMiskin (JPKMM). Pelaksanaan pembiayaan kesehatan diupayakan denganmenentukan perhitungan biaya berdasarkan standar pelayanan minimal(SPM).

Page 131: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah116

Sedangkan untuk mencapai dan mewujudkan visi Dinas kesehatan KotaJayapura pada tahun 2010 dan sesuai misi yang telah ditetapkan, maka dalamperiode 2005-2010 akan ditempuh strategi sebagai berikut :

a Mewujudkan Komitmen Pembangunan Kesehatan

Agar masyarakat dan swasta dapat berperan aktif dalam pembangunankesehatan, maka perlu dilakukan upaya sosialisasi mengenai berbagaipermasalahan dan pembangunan kesehatan. Di samping itu, juga perludilaksananakan upaya advokasi kepada para pengambil keputusan dikalangan penyelenggara Negara dan pembangunan, guna terwujudnyakomitmen, dukugan dan sinergisme pembangunan nasional yangberwawasan kesehatan. Dinas kesehatan juga melakukan fasilitasi kepadadaerah dalam melaksanakan sosialisasi dan advokasi pembangunankesehatan di daerah.

b Meningkatkan Pertanggungjawaban dan Pertanggunggigatan

Sesuai dengan system kesehatan nasional maka pembangunan kesehatanoleh dinas kesehatan diselenggarakan secara demokratis, berkepastianhukum, terbuka (transparan), rasional/professional, dan dapatdipertanggungjawabkan serta dipertanggunggugatkan kepadamasyarakat, dan bebas dari KKN. Pengawasan pembangunan kesehatan,baik pengawasan melekat maupun pengawasan fungsional dilaksanakansesuai dengan peraturan yang berlaku.

c Membina Sistem Kesehatan dan Sistem Hukum di Bidang Kesehatan

Untuk kesinambungan dan percepatan pembangunan kesehatan, hasil-hasil pengembangan pembangunan kesehatan dilembagakan denganmemberikan dukungan dan fasilitasi dalam bentuk berbagai pedomanstandar-standar dan peraturan perundang-undangan serta pelembagaannorma dan tata nilai masyarakat di bidang kesehatan.

Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, Dinas Kesehatanmemberikan perhatian khusus pada pelayanan kesehatan bagi pendudukmiskin, penanggulangan penyakit menular dan gizi buruk, promosikesehatan, pembangunan kesehatan di daerah tertinggal, daerahterpencil, daerah perbatasan dan penanggulangan masalah kesehatanakibat bencana, pendayagunaan tenaga kesehatan, sertamempertimbangkan kesetaraan gender.

d Mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kesehatan

Dalam merespon dan menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan yangada baik regional, nasional maupun global, maka pembangunankesehatan dilaksanakan dengan terus mengembangkan dan

Page 132: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 117117

memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan,secara berkesinambungan.

e Melaksanakan Jejaring Pembangunan Kesehatan

Permasalahan kesehatan merupakan upaya yang kontinum dan harusdikelola secara holistik serta tidak bisa dipisah-pisahkan menurut jenjangadministrasi kepemerintahan, sehingga perlu dikembangkan jejaringpembangunan dan upaya kesehatan secara menyeluruh. Selain itu, DinasKesehatan juga melaksanakan dan memberikan pelayananan rujukanupaya kesehatan.

Adanya masalah maupun kendala dalam proses pembangunankesehatan guna mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan perlu disikapidengan suatu strategi sehingga harapan yang ingin dicapai melalui visi-misidapat terwujud. Sedangkan untuk menetapkan strategi yang tepat perludilakukan analisis faktor baik internal maupun eksternal melalui teknik analisisswot. Selain itu strategi yang ditetapkan perlu didukung dengan kebijakan-kebijakan dalam pelaksanaan program dan kegiatan dalam pembangunankesehatan yang tentunya disesuaikan dengan kondisi di wilayah PropinsiPapua.

Sementara itu, dalam bidang pendidikan, Strategi dan arah DinasPendidikan dan Pengajaran Kota Jayapura adalah :

1. Penyusunan kurikulum Pendidikan yang berbasis pada kompetensi padadikdasmen yang ditetapkan oleh pemerintah pusat dan dikembangkan didaerah, diharapkan akan mampu meningkatkan kreatifitas guru, inklusiftidak bias gender sesuai dengan kapasitas peserta didik serta menekankanpada unsur imtaq, wawasan kebangsaan, sehat jasmani dan rohani,berkepribadian, berbudi pekerti, ber etos kerja serta menguasai ilmupengetahuan dan mampu berkomunikasi dengan bahasa Inggris.

2. Peningkatan kemampuan profesional bagi tenaga guru dan tenaga lainnyayang dilakukan dalam sistem integral melalui pemberian akreditasi dansertifikat mengajar, pemantapan jabatan fungsional denganmensyaratkan pada kemampuan dan prestasi sebagai promosi danpeningkatan kesejahteraan guru.

3. Peningkatan efektifitas dan efisiensi Proses belajar mengajar melaluipeningkatan kemampuan guru dalam belajar mengajar, yang diharapkandapat mendorong siswa dalam meningkatkan prestasi belajar yangmaksimal.

4. Pengembangan konsep MPMPBS yang menitikberatkan pada kemandiriansekolah.

5. Meningkatkan standart mutu nasional agar lulusan pada pendidikanmenengah dapat bersaing di Perguruan tinggi di seluruh Indonesia.

Page 133: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah118

6. penyediaan, penggunaan, perawatan dan pendayagunaan saranapendidikan.

7. peningkatan alternatif layanan pendidikan dan bantuan kepada siswa darikeluarga yang kurang mampu.

8. meningkatkan akreditasi untuk mendapatkan klasifikasi/tipe sekolah sertasebagai salah satu bagian dari akuntabilitas publik.

9. peningkatan anggaran pendidikan baik yang bersumber dari pemerintahpusat, daerah dan masyarakat yang didayagunakan dalam peningkatanmutu pendidikan.

10. peningkatan akuntabilitas dan pengawasan kinerja kelembagaan melaluipemberdayaan kontrol masyarakat dan orang tua terhadap proses belajarmengajar dan pencapaian hasil-hasil pendidikan.

Strategi Kabupaten Jayapura dalam mewujudkan visi dan misi dinaspendidikan dan pengajaran seperti yang disebutkan sebagai berikut :

1. Mengupayakan peningkatan kompetensi, komitmen, dukungan peralatan,pemahaman, dan komunikasi dengan pemangku kepentingan terkaitdalam pengelolaan pendidikan.

2. Melakukan pemerataan dan peluasan akses pendidikan pada semuajenjang pendidikan berbasis kampung dan perkotaan

3. Melakukan peningkatan mutu pendidikan melalui peningkatan kwalitassiswa, gugu, dukungan masyarakat dan penyedia pustakawan danlaboratorium.

4. Peningkatan manajemen dan efisiensi pendidikan sekolah.5. Meningkatkan program pendidikan non formal (PAUD, keaksaraan,

kesetaraan, life skill, gender.

C. Capaian Indikator Standar Pelayanan Minimal

1. Provinsi Sumatera Selatan

Pencapaian indikator SPM merupakan akibat dari strategi penerapan yangtelah ditetapkan sebelumnya. Sebagai contoh, capaian indikator SPM bidangkesehatan Kabupaten Muara Enim tahun 2006 adalah sebagai berikut:

Tabel. 4.8Capaian Indikator Standar Pelayanan Minimal

Bidang Kesehatan Kabupaten Muara Enim Tahun 2006

Jenis Pelayanan Indikator Kinerja Target Capaian

1. Kesehatan Ibu dan Bayi 1.1 Cakupan kunjungan Ibu hamil 95 % 90,8%1.2 Cakupan pertolongan persalinan

oleh tenaga kesehatan 80 % 86,95%

Page 134: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 119119

Jenis Pelayanan Indikator Kinerja Target Capaian

1.3 Ibu hamil risiko tinggi yang dirujuk 100% 22,54%1.4 Cakupan kunjungan neonatus 90 % 95,39%1.5 Cakupan kunjungan bayi

( usia s/d 7 tahun) 90 % 91,17%

1.6 Cakupan bayi berat lahir rendah yangditangani 100% 87,72%

2. Kesehatan Anak PraSekolah dan Usia Sekolah

2.1 Cakupan deteksi dini tumbuh kembanganak balita dan pra sekolah 90 % NA*)

2.2 cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SDdan setingkat oleh tenaga kesehatan atautenaga terlatih/guru UKS/dokter kecil

100% NA

2.3 cakupan pelayanan kesehatan remaja 80 % NA3. Keluarga Berencana 3.1 Cakupan peserta aktif KB 75 % 69,16%4. Imunisasi 4.1 Desa/kelurahan Universal Child

Immunization (UCI) 100% 79,54%

5. Pengobatan/Perawatan 5.1 Cakupan rawat jalan 15 % 45,87%5.2 Cakupan rawat inap 1,5% 1,62%

6. Kesehatan Jiwa 6.1 Pelayanan gangguan jiwa di saranapelayanan kesehatan umum 10 % 0,42%

7. Pertumbuhan Balita 7.1 Balita yang naik berat badannya 80 % 91,60%7.2 Balita bawah garis merah -15% 1,71%

8. Gizi 8.1 Cakupan balita mendapat kapsulVitamin A 2x per tahun 90 % 74,10%

8.2 Cakupan ibu hamil mendapat 90 tabelt Fe 90 % 90,90%8.3 Cakupan pemberian makanan

pendamping ASI pada bayi bawah garismerah dari keluarga miskin

100% 100%

8.4 Balita gizi buruk mendapat perawatan 100% 93,68%9. Obstetrik dan Neonatal

Emergensi Dasar danKomprehensif

9.1 Akses terhadap ketersediaan darah dankomponen yang aman untuk menanganirujukan ibu hamil dan neonatus

80 % NA

9.2 Ibu hamil risiko tinggi/komplikasi yangditangani 80 % NA

9.3 Neonatal risiko tinggi/komplikasi yangditangani NA

10. Gawat Darurat 10.1 Sarana kesehatan dengan kemampuanpelayanan gawat darurat yang dapatdiakses masyarakat

90 % 39,13

11. PenyelenggaraanPenyelidikanEpidemiologi danPenanggulanganKejadian Luar Biasa

11.1 Desa/kelurahan mengalami KLB yangditangani <24jam 100% 100%

11.2 Kecamatan bebas rawan gizi80 % 20%

12. Pencegahan danPemberantasan PenyakitPolio

12.1 Acute Flacid Paralysis (AFP) rateper 100.000 penduduk <15tahun 1 0,75

13. Pencegahan danPemberantasan Penyakit

13.1 Kesembuhan penderita TBC BTA positif>85% 51,88%

Page 135: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah120

Jenis Pelayanan Indikator Kinerja Target Capaian

TB Paru

14. Pencegahan danPemberantasan PenyakitISPA

14.1 Cakupan balita dengan pneumonia yangditangani 100% 48,04%

15. Pencegahan danPemberantasan PenyakitHIV/AIDS

15.1 Klien yang mendapatkan penangananHIV/AIDS 100% 100%

15.2 Infeksi menular seksual yang diobati 100% 100%16. Pencegahan dan

Pemberantasan PenyakitDemam Berdarah Dengue(DBD)

16.1 Penderita DBD yang ditangani

80 % 94,49%

17. Pencegahan danPemberantasan PenyakitDiare

17.1 Penderita Diare yang ditangani100% 100%

18. Kesehatan Lingkungan 18.1 Institusi yang dibina 70 % 81,52%19. Pengendalian Vektor 19.1 Rumah/bangunan bebas jentik nyamuk

Aedes <90 % 70,45%

20. Hygiene Sanitasi di TempatUmum

20.1 Tempat umum yang memenuhi syarat 80 % 93,58%

21. Penyuluhan Perilaku Sehat 21.1 Rumah tangga sehat 65 % 71,27%21.2 Bayi yang mendapat ASI eksklusif 80 % 55,59%21.3 Desa dengan garan beriodium baik 90 % 100%21.4 Posyandu Purnama 40 % 34,13%

22. Penyuluhan Pencegahandan PenanggulanganPenyalahgunaanNarkotika, Psikotropikadan Zat Adiktif (P3 NAPZA)berbasis Masyarakat 22.1

Upaya penyuluhan P3 NAPZA oleh petugaskesehatan 15 % 11,94%

23. Penyediaan Obat danPerbekalan kesehatan

23.1 Ketersediaan obat sesuai kebutuhan 90 % 90%23.2 Pengadaan obat esensial 100% 79,34%23.3 Pengadaan obat generik 100% 68,69%

24. Penggunaan Obat Generik 24.1 Penulisan resep obat generik 90 % 92,76%25. Penyelenggaran

Pembiayaan untukPelayanan KesehatanPerorangan

25.1 Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatanpra bayar 80 % 1,62%

26. PenyelenggaranPembiayaan untukKeluarga Miskin danMasyarakat Rentan

26.1 Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatankeluarga miskin dan masyarakat rentan 80 % 96,88%

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Muara Enim

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa angka capaian indikator SPMbidang kesehatan Kabupaten Muara Enim dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 136: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 121121

Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi :

Untuk indikator kunjungan ibu hamil (K4) sebesar 90,8 % dianggap sudahmencapai SPM, karena target pencapaian SPM Kabupaten Muara Enimtahun 2006 sebesar 90 %. Hal ini berarti untuk mencapai SPM nasionalsebesar 95 %, Kabupaten Muara Enim masih memiliki gap sebesar 4,92 %.

Pada indikator pertolongan persalinan oleh bidang atau tenaga kesehatannilai capaian sebesar 86,95 %. Hal ini berarti sebenarnya telah melampauitarget SPM nasional yang hanya 80 %. Akan tetapi karena KabupatenMuara Enim menargetkan capaian sebesar 90 %, maka dalam hal inimasih terdapat gap sebesar 3,05 %.

Pada indikator ibu hamil resiko tinggi yang dirujuk, nilai capaiannyasebesar 22,54 %, sehingga masih jauh dari standar yang ditetapkanmaupun standar nasional sebesar 100 %. Gap nilai yang harus dicapaiadalah sebesar 77,46 %.

Pada indikator kunjungan neonatus terdapat capaian sebesar 95,39 %.Angka ini sudah mencapai target SPM sebesar 90 %.

Pada indikator kunjungan bayi terdapat capaian sebesar 91,17 %. Angkaini sudah mencapai target SPM sebesar 90 %.

Pada indikator kunjungan kunjungan bayi berat lahir rendah (BBLR), nilaicapaiannya sebesar 87,72 %. Angka ini masih jauh dari target SPMnasional sebesar 100 %.

Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah dan Usia Sekolah :

Pelayanan kesehatan anak pra sekolah dan usia sekolah di KabupatenMuara Enim tahun 2006 adalah 36,90%. Angka ini jauh di bawah standarSPM sebesar 90%.

Pelayanan Keluarga Berencana :

Cakupan pelayanan KB di Muara Enim Tahun 2006 adalah 69,16%. Angkaini belum mencapai target SPM

Imunisasi :

Pada indikator desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI),capaiannya sebesar 79,54% dari target SPM sebesar 100%. Dengandemikian masih terdapat gap sebesar 21,46%.

Pelayanan Pengobatan/Perawatan :

Capaian indikator rawat jalan sebesar 45,87%, angka ini telah melampauitarget SPM sebesar 15%. Namun demikian, setelah dikonfirmasi ternyatadata tersebut hanya menyebutkan cakupan rawat jalan di Puskesmas,sedangkan pelayanan rawat jalan di rumas sakit?

Untuk cakupan rawat inap mencapai angka 1,62%, yang berartimelampaui target SPM (1,5%).

Page 137: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah122

Pelayanan Kesehatan Jiwa :

Cakupan pelayanan kesehatan jiwa sebesar 0,42% terhadap jumlahpenduduk. Angka ini masih jauh dari target sebesar 10%.

Pemantauan Pertumbuhan Balita :

Capaian indikator balita yang naik berat badannya tahun 2006 adalah91,60%. Angka ini sudah mencapai target SPM yaitu 80%.

Nilai capaian indikator Balita Bawah Garis Merah adalah sebesar 1,71%.Angka ini sudah mencapai target SPM yaitu -15%. Kabupaten Muara Enimmenetapkan targetnya sebesar 8%, jika demikian maka nilai tersebutbelum mencapai target yang diharapkan.

Pelayanan Gizi :

Nilai capaian indikator balita mendapat kapsul vitamin A 2 kali per tahunadalah 74,10%. Angka ini belum mencapai target SPM nasional sebesar90%, artinya masih terdapat gal sebesar 15,90%.

Nilai capaian ibu hamil mendapat tabelt besi (Fe) adalah 90.90%, angka inisudah melampaui target SPM sebesar 90%. Namun Kabupaten MuaraEnim menargetkan 85%, apabila menggunakan target tersebut maka nilaicapaian sudah jauh melampaui target SPM yang ditetapkan.

Nilai capaian balita gizi buruk mendapat perawatan adalah sebesar93,68%. Angka ini belum mencapai target SPM sebesar 100%, artinyaterdapat gap sebesar 6,32%.

Pelayanan Obstetric dan Neonatal Emergensi Dasar dan Komprehensif :

Untuk nilai capaian indikator akses terhadap ketersediaan darah dankomponen yang aman, ibu reiko tinggi, dan neonatus resiko tinggi belumtersedia datanya atau not available (NA).

Pelayanan Gawat Darurat :

Nilai capaian sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawatdarurat yang dapat diakses masyarakat, dari 2 rumah sakit dan 22puskesmas yang ada di Muara Enim sebesar 39,13%. Angka ini jelas belummencapai target sebesar 90%.

Penyelenggaraan penyelidikan epidemiologi dan Penanggulangan KejadianLuar Biasa dan Gizi Buruk :

Nilai capaian indikator desa/kelurahan mengalami KLB yang ditangani < 24jam adalah 100%.

Nilai capaian indikator kecamatan bebas rawan gizi sudah mencapai100%.

Page 138: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 123123

Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Polio :

Acute Flacid Pharalysis (AFP) rate per 50.000 penduduk < 15 tahun.Jumlah penderita AFP di Kabupaten Muara Enim tahun 2008 adalah 3dengan AFP rate sebesar 0,75. Angka ini belum mencapai target SPMnasional yaitu 1.

Pencegahan dan pemberantasan penyakit TB paru. Cakupan kesembuhanpenderita TBC BTA (+) untuk Kabupaten Muara Enim tahun 2006 sebesar51,88%. Angka ini belum mencapai target SPM sebesar >85%.Kesembuhan penderita TBA BTA (+) untuk Kabupaten Muara Enim tahun2005 belum bisa terlihat karena pengobatannya minimal 18 bulan.

Pencegahan dan pemberantasan penyakit SPA. Cakupan balita denganpneumonia yang ditangani di Kabupaten Muara Enim tahun 2006 adalah48,04%. Angka ini belum mencapai target SPM sebesar 90%.

Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIV/AIDS :

Darah donor diskrining terhadap HIV/AIDS. Darah donor diskriningterhadap HIV/AIDS di Kabupaten Muara Enim tahun 2006 baru 72,36%.Angka ini belum mencapai target SPM sebesar 100%.

Klien yang mendapatkan penanganan HIV/AIDS. Kasus HIV/AIDS tercatatsebanyak 1 penderita dan telah ditangani. Hal ini berarti telah mencapaitarget SPM sebesar 100%.

Infeksi menular seksual yang diobati. Infeksi menular seksual yang diobatisudah mencapai 100%. Angka ini bahkan telah melampaui target SPMnasional > 72%.

Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) :

Penderita DBD yang ditangani sudah mencapai sebesar 99,49%, angka inisudah mencapai target SPM > 72%.

Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Diare :

Balita dengan diare yang ditangani sudah mencapai 100%. Angka ini telahmencapai target SPM 75%.

Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Malaria :

Penderita malaria yang diobati sudah mencapai 100%. Angka ini samadengan target SPM sebesar 100%.

Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Kusta :

Penderita kusta yang selesai berobat (RFT Rate) adalah 48,72%. Angka inimasih belum mencapai target SPM sebesar > 90%, hal ini disebabkankarena pengobatan kusta minimal 6 bulan.

Page 139: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah124

Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Filariasis :

Kasus filariasis yang ditangani sudah mencapai 100%. Angka ini sudahmencapai target SPM sebesar 50%.

Pelayanan Kesehatan Lingkungan :

Institusi yang dibina di Kabupaten Muara Enim tahun 2008 adalah 81,52%.Angka ini sudah mencapai SPM sebesar 50%.

Pelayanan Pengendalian Vektor :

Rumah bangunan bebas jentik nyamuk aedes adalah 70,45%. Angka inibelum mencapai target SPM sebesar 95%. Angka 70,45% diperoleh darijumlah rumah yang diperiksa, sedangkan tidak semua puskesmas yangmelakukan pemeriksanaan jentik di rumah/bangunan.

Pelayanan Hygiene Sanitasi di Tempat Umum :

Tempat-tempat umum yang memenuhi syarat adalah 93,58%. Angka inisudah mencapai target SPM sebesar 45%.

Penyuluhan Perilaku Sehat :

Rumah tangga sehat di Muara Enim tahun 2006 dari jumlah rumah tanggayang diperiksa adalah 71,27%. Angka ini belum mencapai target SPMsebesar 80%.

Bayi yang Mendapat ASI eksklusif :

Bayi yang mendapat ASI eksklusif (0-6 bulan) adalah sebesar 55,59%, yangberarti sudah mencapai target SPM sebesar 50%.

Desa Dengan Garam Beryodium Terbaik :

Desa/kelurahan dengan garam beryodium baik sudah mencapai 100%.Angka ini sudah mencapai target SPM 65%. Angka 65% tersebutmerupakan nilai target SPM lokal, sementara target SPM nasionalnyaadalah 90%.

Posyandu Purnama :

Posyandu Purnama sebesar 34,13%. Angka ini belum mencapai targetSPM sebesar 50%. Angka 50% ini merupakan target lokal, tetapisesungguhnya telah melampaui target SPM naional yang sebesar 40%.

Namun dari data yang ada terlihat hanya 8 Puskesmas yang belummencapai target seperti Puskesmas Fajar bulan, Puskesmas PulauAnatomi, Puskesmas Talang Ubi, Puskesmas Tanah Abang, PuskesmasSugih Waras, Puskesmas Beringin, Puskesmas Sumber Mulya, danPuskesmas Gelumbang.

Page 140: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 125125

Penyuluhan P3 NAPZA (Pencegahan dan Penanggulangan PenyalahgunaanNarkotik, Psikotropika dan Zat Adiktif) Berbasis Masyarakat :

Upaya penyuluhan P3 NAPZA oleh petugas kesehatan tercapai sebesar11,94%, angka ini sudah melampaui target SPM sebesar 5%. Targetsebesar 5% tersebut merupakan target tahun 2006, sehingga capaiansebesar 11,94% dikatakan melebihi atau melampaui target.

Namun jika melihat target SPM nasional yang sebesar 15%, maka capaiantersebut sebenarnya belum mencapai target yang diharapkan.

Pelayanan Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan :

Ketersediaan obat sesuai kebutuhan sudah mencapai target.

Pengadaan Obat Esensial :

Pengadaan obat esensial di Kabupaten Muara Enim tahun 2006 adalah79,34%. Angka ini belum mencapai target SPM sebesar 100%.

Pelayanan Penggunaan Obat Generik :

Pengadaan obat generik adalah sebear 68,69%. Angka ini masih jauh daricapaian target SPM sebesar 100%.

Pelayanan Penggunaan Obat Generik :

Penulisan resep obat Generik sebesar 92,76%, yang berarti sudahmencapai target SPM sebesar 90%.

Penyelenggaraan Pembiayaan untuk Pelayanan Kesehatan Perorangan :

Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar adalah sebesar1,62%. Angka ini belum mencapai terget SPM 30%.

Penyelenggaraan Pembiayaan untuk Gakin dan Masyarakat Rentan :

Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan gakin dan masyarakat rentansebesar 96,88%, yang berarti belum mencapai target SPM sebesar 100%.

Dari paparan tersebut nampak bahwa capaian indikator SPMsemestinya merupakan hasil dari sebuah proses yang direncanakan.Sebagaimana hasil wawancara dengan narasumber di daerah bahwa targetSPM nasional tidak mungkin dapat tercapai seluruhnya karena berbagaiketerbatasan pemerintah daerah

”Pelaksanaan SPM di daerah tidak sekedar menyusun program dankegiatan, akan tetapi sangat berkaitan erat dengan sumber dana yangada. Terus terang jika kita akan menerapkan SPM di daerah, makaseluruh anggaran di daerah akan terserap kepada dua urusan wajib ini,tentunya ini sesuatu yang tidak mungkin. Maka bagi kami, yang

Page 141: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah126

7.62

3.582.88

4.2

3.28

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

2002 2003 2004 2005 2006

terpenting adalah adanya progress dari penyelenggaraan urusan wajibtersebut”.

Pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa penyusunan rencanacapaian indikator SPM ternyata memiliki implikasi anggaran. Bahkan implikasiini dapat mengancam keberlangsungan pelaksanaan urusan-urusan yang lain.Hal ini kirnya perlu menjadi perhatian bersama dan ke depan kiranya perludiambil langkah-langkah stratejik untuk mensiasati implikasi yang timbul,termasuk implikasi anggaran.

2. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Indikator yang digunakan untuk pemantauan dan evaluasi atas pencapaianpembangunan kesehatan Kota Yogyakarta adalah indikator hasil yang terdiridari indikator derajat kesehatan, indikator perilaku sehat, indikator lingkungansehat dan indikator pelayanan kesehatan.

a. Derajat Kesehatan

Indikator yang digunakan untuk memperlihatkan derajat kesehatanmasyarakat Kota Yogyakarta antara lain dengan diketahuinya angkakematian bayi, angka kematian balita, angka kematian ibu maternal,angka harapan hidup, angka kesakitan dan status gizi ibu, bayi, balita.Secara rinci indikator derajat kesehatan dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Mortalitas

Angka Kematian Bayi. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlahkematian bayi (0 - < 1 tahun) per 1000 kelahiran hidup. AngkaKematian Bayi (AKB) di Kota Yogyakarta dalam lima tahun terakhirdari tahun 2002 sampai dengan 2006 adalah sebagai berikut :

Grafik. 4.1Trend Angka Kematian Bayi di Kota Yogyakarta

Tahun 2002-2006

Page 142: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 127127

AKB di Kota Yogyakarta dari tahun 2002 sampai dengan tahun2006 mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Meskipun AKB KotaYogyakarta dalam lima tahun terakhir mengalami penurunan namunpada tahun 2006 mengalami kenaikan. Untuk itu perlu diperhatikanSistim pencatatan kematian di Kota Yogyakarta melalui PWS-KIA halini juga mempengaruhi keakuratan data, disamping itu juga cakupankunjungan Neonatal akan membantu dalam hal pencatatan kematianbayi.

Angka Kematian Balita. Angka Kematian Balita di KotaYogyakarta juga merupakan indikator yang cukup penting untukmengetahui derajat kesehatan masyarakat. Angka ini diperoleh darijumlah kematian anak balita dibagi jumlah anak balita seluruhnyadikalikan 1000. Angka Kematian Balita di Kota Yogyakarta dari tahun2002 sampai dengan tahun 2006 adalah sebagai berikut:

Grafik. 4.2Trend Angka Kematian Balita di Kota Yogyakarta

Tahun 2002-2006

Angka kematian Balita di Kota Yogyakarta dalam lima tahunterakhir jauh lebih kecil dari angka maksimal yaitu 43 per 1000kelahiran hidup, pada thun 2006 terdapat 1.02 % kematian bayi, halini disebabkan adanya bencana alam berupa gempa bumi pada bulanMei.

Angka Kematian Ibu Maternal. Angka Kematian Ibu Maternaldiperoleh dari jumlah kematian ibu melahirkan dibagi jumlah ibumelahirkan dikalikan 1000. Angka maksimal yang diperbolehkansesuai indikator Indonesia Sehat 2010 adalah 90 per 100.000kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu Maternal di wilayah KotaYogyakarta selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada grafiksebagai berikut :

1,02

0,180,140,10,07

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

2002 2003 2004 2005 2006

Page 143: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah128

Grafik. 4.3Trend Angka Kematian Ibu MaternalDi Kota Yogyakarta Tahun 2002-2006

Angka Kematian Ibu Maternal di Kota Yogyakarta dari tahun2002 sampai dengan 2006 berfluktuasi, bahkan mulai tahun 2003sampai dengan tahun 2005 berada diatas angka maksimal yangdiperbolehkan.Tetapi pada tahun 2006 terjadi penurunan . Penyebabkematian ibu maternal yang paling banyak dikarenakan perdarahanpada saat persalinan. Perdarahan waktu persalinan dapat diakibatkanantara lain karena anemi ibu hamil, disamping penyakit lainnyaseperti halnya hipertensi yang mengakibatkan eklamsia.

Pada tahun 2006 kematian ibu maternal mengalamipenurunan dibanding tahun sebelumnya yaitu 3 orang. Hal inimenunjukkan adanya peningkatan kesadaran ibu hamil untuk selalurutin kontrol ke Puskesmas ataupun bidan . Sehingga kondisi ibuhamil cukup terkontrol.

Cakupan ANC tahun 2006 cukup baik dengan hasil K1 = 99,98% dan K4 = 91.05 %, namun angka ini masih jauh dibawah targetsasaran yang diharapkan, karena angka ini hanya tercakup padapelayanan kesehatan di puskesmas dan belum bisa mencatatpelayanan ANC di pelayanan kesehatan swasta secara menyeluruh.

2) Morbiditas

Angka Kesakitan Malaria. Kota Yogyakarta bukan daerah endemismalaria, sehingga angka kesakitan malaria di Kota Yogyakarta adalah0 % (nol persen) dan tidak ada kasus kesakitan malaria. AngkaKesakitan DBD. Penyakit DBD merupakan penyakit yang mempunyaisiklus lima tahunan sehingga perlu diwaspadai dan dicegahledakannya dengan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk). Angkakesakitan yang diperbolehkan tidak lebih dari 0.75 per 1000penduduk. Angka kesakitan DBD di Kota Yogyakarta dari tahun 2002 –2006 dapat dilihat pada grafik sebagai berikut :

61.7944.4

120.36

91.45

164.4

0

50

100

150

200

2002 2003 2004 2005 2006

Page 144: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 129129

Grafik. 4.4Trend Angka Kesakitan DBD di Kota Yogyakarta

Tahun 2002-2005

Angka kesakitan DBD di Kota Yogyakarta mengalamipeningkatan dari tahun 2002 sampai dengan 2004 dengan angka yangselalu diatas angka yang diperbolehkan secara nasional. Meskipunpada tahun 2005 mengalami penurunan, tetapi pada tahun 2006terjadi ledakan penderita. Kasus DBD di Kota Yogyakarta yangditangani berturut-turut dari tahun 2002 – 2006 adalah 100%, angkaini jauh diatas angka nasional yaitu > 80 %. Angka Kesakitan Polio.Kota Yogyakarta bukan daerah endemis polio, sehingga angkakesakitan polio di Kota Yogyakarta adalah 0 % (nol persen) dan tidakada kasus kesakitan polio. Persentase ini sesuai dengan indikatoryang ditetapkan pada standart pelayanan minimal. Kasus yang ada diKota Yogyakarta adalah Acute Flacid Paralisys (AFP), yaitu 2 kasuspada tahun 2006, 2 kasus pada tahun 2004 dan 13 kasus pada tahun2003 serta 4 kasus pada tahun 2006. Angka Kesembuhan (Cure Rate)TB Paru BTA . Kesembuhan TB Paru BTA yang diharapkan yaituangka kesembuhan TB paru BTA harus lebih dari 85 % secaranasional. Angka kesembuhan TB Paru BTA di Kota Yogyakarta daritahun 2002 sampai dengan tahun 2006 dapat dilihat pada grafiksebagai berikut :

Grafik. 4.5Trend Angka Kesembuhan TB Paru BTA +

Di Kota Yogyakarta Tahun 2002-2006

83

70

7578

81.6

60

65

70

75

80

85

2002 2003 2004 2005 2006

1.69

0.830.99

1.37

0.66

0

0.5

1

1.5

2

2002 2003 2004 2005 2006

Page 145: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah130

Angka kesembuhan TB Paru BTA di Kota Yogyakarta daritahun 2002 sampai dengan tahun 2006 terus meningkat, tetapi masihdibawah angka harapan yaitu angka kesembuhan TB paru BTA harus lebih dari 85 % secara nasional. Persentase Kasus Diare yangDitangani 75 %. Kasus diare di Kota Yogyakarta yang ditanganiterutama balita dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 adalahsebesar 100 %. Puskesmas sebagai pusat kesehatan yang pertamatelah melaksanakan pelayanan secara maksimal untuk kasus diareyang ada/berkunjung ke Puskesmas.

3) Status Gizi

Status gizi adalah suatu kondisi seseorang yang dapat diukur baiksecara antropometri maupun klinik sebagai respon atas asupanmakanan dalam jangka waktu tertentu. Status gizi dapatmenggambarkan derajat kesehatan masyarakat, sehingga untukmenentukan derajat kesehatan masyarakat Kota Yogyakarta, perludiketahui status gizi masyarakat Kota Yogyakarta terutama bayi,balita, ibu hamil, anak sekolah, wanita usia subur (WUS) remaja putridan wanita pekerja. Kelompok tersebut diatas merupakan kelompokrawan gizi sehingga perlu perhatian khusus sehingga pembangunankesehatan benar-benar dapat dilaksanakan dan mencapaioptimalisasi. Persentase Anak Balita yang Bergizi Buruk. Pengukuranstatus gizi balita dilakukan 1 tahun sekali dalam kegiatan pemantauanstatus gizi (PSG). Hasil pemantauan status gizi dalam lima tahunterakhir dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 khusus untukanak balita yang bergizi buruk dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Grafik. 4.6Persentase Anak Balita dengan Gizi Buruk

Di Kota Yogyakarta Tahun 2002-2006

Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa terjadipenurunan persentase anak balita dengan gizi buruk dari tahun 2002

1.32

0.99

1.161.2 1.2

0.6

0.7

0.8

0.9

1

1.1

1.2

1.3

1.4

2002 2003 2004 2005 2006

Page 146: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 131131

Gizi Baik,85.34%

Gizi Kurang, 10%

Gizi Buruk,1.21%

Gizi Lebih,3.35%

ke tahun 2003, namun meningkat lagi pada tahun 2004 dan tahun2005 sedangkan tahun 2006 tetap sama dengan tahun sebelumnya.Adapun Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2006 dapat dilihatpada diagram berikut :

Grafik. 4.7Hasil Pemantauan Status Gizi Balita

Di Kota Yogyakarta Tahun 2006

Balita dengan status gizi baik ada 83,34 %, gizi kurang 10 %, giziburuk 1,21% dan gizi lebih 3.35 %. Status gizi balita sangatdipengaruhi oleh gizi ibu pada saat hamil, berat badan lahir sertaasupan makanan serta pola makan selama masa balita. PersentaseIbu Hamil yang Kurang Energi Kronik (KEK). Kurang Energi Kronik(KEK) pada ibu hamil disebabkan oleh kurangnya asupan makanankhususnya sumber energi yang dialami oleh ibu hamil selamakehamilannya. Keadaan ini dapat diketahui dengan mengukur lingkarlengan atas (LILA) ibu hamil. Dikategorikan KEK jika ukuran LILAkurang dari 23,5 cm diukur dengan pita LILA. Akibat yang dapatditimbulkan dari keadaan ini antara lain lahirnya bayi dengan beratbadan rendah, bayi premature, cacat bawaan atau bayi lahir mati.Mempertimbangkan keadaan tersebut, perlu dicermati besarnya ibuhamil yang mengalami Kurang Energi Kronik di Kota Yogyakarta mulaitahun 2002 sampai dengan tahun 2006 yang dapat dilihat pada grafiksebagai berikut:

Grafik. 4.8Persentase Ibu Hami Kurang Energi Kronik

Di Kota Yogyakarta Tahun 2002-2006

21.64

14.01

23.6521.98

18.34

0

5

10

15

20

25

2002 2003 2004 2005 2006

Page 147: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah132

26.7921.1421.9521.0722.49

0

5

10

15

20

25

30

2002 2003 2004 2005 2006

Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa persentaseibu hamil KEK mengalami kenaikan dari tahun 2002 sampai dengantahun 2004, pada tahun 2005 mengalami penurunan kemudianmengalami kenaikan pada tahun 2006. Sehingga ini memerlukanpenanganan yang lebih serius agar pada tahun berikutnya tidakterjadi peningkatan lagi. Yang dapat dilakukan dengan penyuluhankesehatan dan pemeriksaan kesehatan secara intensif, maupunintervensi berupa pemberian makanan tambahan. Selain itu, surveytentang karakteristik ibu hamil dengan status Kurang Energi Kronikperlu juga dilakukan untuk mengetahui penyebab utama kejadian KEKdi Kota Yogyakarta.

Persentase Ibu Hamil yang Anemia Gizi Besi (AGB). AnemiaGizi Besi (AGB) pada ibu hamil disebabkan kurangnya asupan zat besi(Fe) yang berasal dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Feberasal dari lauk hewani dan nabati. Kekurangan Fe dapat diukur darikadar hemoglobin ibu hamil, jika kadar hemoglobin dalam darahkurang dari 11 mg% maka ibu hamil tersebut dapat digolongkanAnemia Gizi Besi.

Persentase ibu hamil yang mengalami Anemia Gizi Besi (AGB)di Kota Yogyakarta dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 dapatdilihat pada grafik sebagai berikut :

Grafik. 4.9Persentase Ibu Hamil Yang Mengalami AGB

Di Kota Yogyakarta Tahun 2002-2006

Anemia Gizi Besi di Kota Yogyakarta terus mengalamipenurunan, hal ini cukup menggembirakan tentunya dengan adanyaprogram pemberian tablet Fe 90 pada ibu hamil. Programpendampingan minum tablet Fe pada tahun 2005, sangat membantumengurangi kejadian anemia terutama pada kelompok ibu hamil yangmerupakan kelompok rawan. Persentase Bayi BBLR. Bayi denganberat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi premature maupun bayi

Page 148: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 133133

cukup bulan yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram.Persentase bayi BBLR juga menentukan derajat kesehatanmasyarakat. Persentase bayi BBLR di Kota Yogyakarta mulai tahun2002 sampai dengan 2006 seperti pada grafik sebagai berikut :

Grafik. 4.10Persentase Bayi BBLR di Kota Yogyakarta

Tahun 2002-2006

Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa terjadipenurunan persentase bayi BBLR di Kota Yogyakarta dari tahun 2002sampai tahun 2004 dan mengalami kenaikan yang cukup signifikanpada tahun 2005 dan 2006. Kenaikan ini menunjukkan bahwa jumlahbayi yang BBLR mengalami kenaikan sehingga perlu diperhatikanpemantauan status kesehatan ibu hamil melalui Antenatal Care(ANC). Persentase Anak Sekolah yang Normal Perbandingan Tinggidan Berat Badannya. Status Gizi anak baru masuk sekolahberdasarkan berat badan menurut tinggi juga menentukan derajatkesehatan masyarakat. Persentase anak sekolah yang normalperbandingan tinggi dengan berat badannya di Kota Yogyakarta mulaidari tahun 2002 sampai dengan tahun 2005 adalah seperti grafikdibawah ini , sedangkan untuk tahun 2006 tidak dilakukanpengukuran karena untuk pengukuran TBABS dilakukan setiap 5tahun sekali. Jadi pengukuran selanjutnya akan dilaksanakan padatahun 2008.

Grafik. 4.11Status Gizi Anak Baru Masuk SekolahDi Kota Yogyakarta Tahun 2002-2005

3.993.4

1.352.35

3.13

0

2

4

6

2002 2003 2004 2005 2006

1.75

98.25

91.9796.54

73.54

8.033.46

26.46

0

20

40

60

80

100

120

2002 2003 2004 2005

Normal

GangguanPertumbuhan

Page 149: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah134

b. Lingkungan Sehat

Lingkungan sehat yang cukup menentukan tingkat pencapaian Kota Sehatpada tahun 2004. Untuk mengukur keberhasilan lingkungan sehat di KotaYogyakarta dapat diketahui dengan beberapa tolok ukur yaitu: PersentaseRumah Sehat. Jumlah rumah di Kota Yogyakarta pada tahun 2005sebanyak 82.245 rumah. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan jumlahrumah pada tahun sebelumnya. Grafik berikut menunjukkan jumlahrumah di Kota Yogyakarta mulai tahun 2002 sampai dengan tahun 2006.

Grafik. 4.12Jumlah Rumah di Kota Yogyakarta

Tahun 2002-2006

Jumlah rumah di Kota Yogyakarta terus bertambah setiaptahunnya. Dari seluruh jumlah rumah yang ada di Kota Yogyakarta padatahun 2006, dilakukan pemeriksaan kesehatan rumah terhadap 41.926rumah (50.30 %). Berdasarkan hasil pemeriksaan dari jumlah rumah yangdiperiksa di Kota Yogyakarta, dapat diketahui persentase rumah sehatpada tahun 2006 adalah sebesar 81.23 % Persentase rumah sehat di KotaYogyakarta dari Tahun 2002 sampai dengan Tahun 2006 dapat dilihatpada grafik berikut:

Grafik. 4.13Persentase Rumah Sehat di Kota Yogyakarta

Tahun 2002-2006

92.81 90.381.2

86.62 85.65

20

40

60

80

100

2002 2003 2004 2005 2006

83,348

79,718

80,218

81,398

82,791

77,000

78,000

79,000

80,000

81,000

82,000

83,000

84,000

20022003200420052006

Page 150: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 135135

Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa persentase rumahsehat di Kota Yogyakarta fluktuatif, hal ini disebabkan karena persentaserumah sehat tidak didasarkan pada rumah yang ada secara keseluruhan diKota Yogyakarta tetapi hanya didasarkan pada rumah yang diperiksa padatahun tersebut. Persentase rumah sehat di Kota Yogyakarta pada tahun2006 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2005, hal ini terjadikarena pada tahun 2006 terjadi Gempa bumi yang menghancurkansebagian rumah di beberapa wilayah kota Yogyakarta .

Pada rumah – rumah yang rubuh kondisi rumahnya menjadi tidaksepenuhnya sehat , sehingga mempengaruhi prosentase rumah sehat danjumlah rumah di kota Yogyakarta. Hal ini perlu mendapatkan perhatianyang lebih guna mengembalikan kondisi perumahan yang memenuhisyarat kesehatan bagi masyarakat di Kota Yogyakarta.

Persentase Sekolah dan Madrasah Sehat. Persentase saranapendidikan sehat (sekolah dan madrasah ) merupakan salah satu tolokukur dari lingkungan sehat. Jumlah sekolah di Kota Yogyakarta yangtercatat pada tahun 2006 sebanyak 421 sekolah. Jumlah sekolah yangdiperiksa pada tahun 2006 sebanyak 395 sekolah (93,82%) sedangkanyang masuk kriteria sekolah sehat sebanyak 384 sekolah (97.22 % ).Jumlah sekolah pada tahun ini lebih sedikit dibanding tahun sebelumnyakarena ada beberapa sekolah yang sudah dilakukan penggabungan danada pula yang ditutup karena kekurangan siswa.

Persentase Sarana Ibadah, Pesantren Sehat. Sarana ibadah yangdimaksud adalah masjid, gereja pura, vihara/klenteng yang berada di KotaYogyakarta. Jumlah sarana ibadah di Kota Yogyakarta pada tahun 2006sebanyak 378 buah sedangkan jumlah sarana ibadah yang diperiksasebanyak 295 (78 %). Dari jumlah yang diperiksa, 283 sarana ibadahmemenuhi syarat sehat, jadi persentase sarana ibadah sehat di KotaYogyakarta tahun 2006 adalah 74.9 %. Adapun pencapaian sarana ibadahsehat dari tahun 2002 - 2006 dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

Grafik. 4.14Trend Pencapaian Sarana Ibadah SehatDi Kota Yogyakarta Tahun 2002-2006

74.9

98.494.692.491.4

0

50

100

150

2002 2003 2004 2005 2006

Page 151: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah136

Selain sarana ibadah, pesantren sehat juga dilihat sebagai tolokukur Kota Sehat. Jumlah pesantren di Kota Yogyakarta tahun 2006sebanyak 22 pesantren sedangkan jumlah yang sehat sebanyak 20 ( 78.3% ).

Persentase Tempat-tempat Umum Sehat. Secara keseluruhan,tempat-tempat umum (kantor, hotel, toko, pasar, restoran/rumah makan,salon kecantikan dll) di Kota Yogyakarta pada tahun 2006 sudah cukupsehat dengan persentase sebesar 96.6 % tempat-tempat umum sehat.Angka ini lebih tinggi dibanding tahun 2005 (92.96 %) meskipun sudahdiatas target minimal yang diharapkan berdasarkan Standart PelayananMinimal (SPM) secara Nasional (50 % TTU sehat).

Cakupan Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar.Sarana Sanitasi Dasar meliputi persediaan air bersih, jamban, tempatsampah dan pengelolaan air limbah. Cakupan kepemilikan sanitasi dasardihitung dari jumlah KK yang memiliki dibagi jumlah KK yang diperiksadikalikan seratus persen. Cakupan kepemilikan menurut jenis sanitasidasar mulai tahun 2003-2006 adalah sebagai berikut :

Tabel. 4.9Cakupan Kepemilikan Sanitasi di Kota Yogyakarta

Tahun 2003 sampai dengan 2006

No Sarana Sanitasi DasarTahun

2003 2004 2005 20061.2.3.4.

Persediaan Air BersihJambanTempat SampahPengelolaan Air Limbah

80,65 %97,16 %18,00 %85,65 %

97,00 %87,40 %25,00 %88,64 %

96,20%94,66%87,37%94,29%

98 %97 %97 %93 %

Sumber : Dinkes Kota Yogyakarta, 2006

c. Perilaku Sehat

Perilaku sehat di masyarakat dalam kehidupan sehari-harimerupakan indikator hasil terhadap pencapaian Indonesia Sehat 2010.Adapun cakupan keluarga yang telah dilakukan evaluasi PHBS dari tahun2001 sampai dengan tahun 2006 adalah sebagai berikut:

35.76

71.784

29.1728.4128.73

20.4

0

20

40

60

80

2001 2002 2003 2004 2005 2006

Graf

ik. 4

.15

Pers

enta

se K

elua

rga

deng

an E

valu

asi P

HBS

diKo

ta Y

ogya

kart

a Ta

hun

2001

-200

6

Page 152: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 137137

Cakupan PHBS tahun 2001 – 2004 didapat dari pendataan PHBSdidaerah binaan Puskesmas. Tahun 2005 cakupan PHBS didapat dari HasilSurvey Cepat yang dilakukan dengan sample 210 KK setiap Blok . Tahun2006 Cakupan didapat dari pendataan Total Populasi. Dari grafik diatastampak adanya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat dari tahun2004 sampai tahun 2006 di masyarakat yang selanjutnya tumbuh menjadikecamatan sehat dan kota sehat. Angka tersebut sudah diatas target yangdiharapkan secara Nasional yaitu 65 % keluarga berperilaku sehatberdasarkan indikator Indonesia Sehat tahun 2010. Namun demikianmasih perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan cakupan keluarga yangberperilaku sehat di Kota Yogyakarta.

Persentase Kepala Keluarga (KK) yang Melaksanakan PHBS StrataIII dan Strata IV. Pada tahun 2005, keluarga (KK) yang telah dibina dalamber-Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) ada 39.126 KK dari 45 kelurahanyang ada di Kota Yogyakarta. Dari jumlah tersebut 17.239 KK (44,06 %)telah melaksanakan PHBS sampai katagori strata III dan 16.937 KK (43,29%) melaksanakan PHBS sampai katagori strata IV. Persentase (KK) yangmelaksanakan PHBS strata III dan IV tahun 2002-2005 dapat dilihat padagrafik berikut:

Grafik. 4.16Persentase Keluarga Ber-PHBS Strata III dan IV

Di Kota Yogyakarta tahun 2002-2005

Keluarga dengan PHBS strata III dan IV di Kota Yogyakarta telahmencapai diatas target yang diharapkan secara nasional yaitu 60%.Berturut-turut dari tahun 2002 – 2005 adalah 87.70%, 90.61%, 89.11%dan 87,35% . Persentase tersebut diambil dari jumlah Keluarga (KK) yangdibina PHBS dari tahun 2002 – 2005.

64.19 63.87 62.91

23.5126.74 26.2

0

20

40

60

80

100

strata III strata IV

2002

2003

2004

2005

Page 153: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah138

100 100

88 86.36 86.9689.23

10089.47

89.29

100 97.22

71.4367.57

91.388

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Mant

rijer

on

Kra

ton

Merg

angs

an

Um

bulha

rjo

Kot

agede

Gon

doku

sum

an

Dan

urejan

Pakua

lam

an

Gon

dom

anan

Nga

mpila

n

Wiro

brajan

Ged

ongte

ngen Je

tis

Tegalr

ejo

Kot

a

Persentase Posyandu Purnama dan Mandiri. Perilaku sehat jugadibina di tingkat Posyandu, sehingga tingkat/strata posyandu yang dicapaijuga menentukan keberhasilan perilaku sehat di masyarakat. JumlahPosyandu di Kota Yogyakarta pada tahun 2006 tercatat sebanyak 630 postersebar di 45 kelurahan. Strata posyandu yang menjadi tolok ukursebagai pendukung perilaku sehat adalah strata Purnama dan Mandiri.Berdasarkan jumlah posyandu yang ada (630 pos), 340 posyandu (53,90%)merupakan posyandu Purnama dan 245 posyandu (38,88%) merupakanposyandu Mandiri, sedangkan 45 posyandu (7,14%) yang lain masih strataPratama dan madya.

Menurut Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatansecara nasional, cakupan posyandu Purnama dan Mandiri minimal disuatu wilayah adalah 40%. Capaian kinerja posyandu Purnama di KotaYogyakarta telah diatas angka minimal yang diharapkan. Berikut cakupanposyandu Purnama dan mandiri menurut kecamatan di Kota Yogyakarta :

Grafik. 4.17Persentase Posyandu Purnama dan Mandiri Menurut Kecamatan

Di Kota Yogyakarta Tahun 2005

Persentase Keluarga Tidak Merokok. Perilaku merokok adalahperilaku yang tidak mendukung untuk hidup sehat. Akibat dari merokokantara lain stroke, darah tinggi, kemandulan, jantung koroner, keguguranbagi ibu hamil dan masih banyak penyakit yang mengganggu kesehatan.

Page 154: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 139139

Hasil survey pada penduduk (KK) yang menjadi sample pada tahun2002 yaitu sebesar 44,3% yang tidak merokok, tahun 2003 sejumlah40,18% sampel yang tidak merokok, sedangkan tahun 2004 sejumlah42,39% yang tidak merokok ,tahun 2005 sejumlah 44.61 % penduduk yangtidak merokok dan pada tahun 2006 sejumlah 31.56 % penduduk tidakmerokok.

Grafik. 4.18Persentase Keluarga Tidak MerokokDi Kota Yogyakarta Tahun 2002-2006

Persentase Desa Dengan Garam Ber-Yodium Baik. Untuk menilaiperilaku hidup sehat selain persentase KK yang tidak merokok, perlu jugadilihat cakupan desa yang penduduknya menggunakan garam beryodium.Berdasarkan hasil survey di Kota Yogyakarta pada tahun 2005 dari 45kelurahan yang ada, 25 kelurahan telah menggunakan garam beryodiumbaik (55,56%) sedangkan pada tahun 2004 sebanyak 28 kelurahan(62,22%), yang berarti ada penurunan cakupan penggunaan garamberyodium di Kota Yogyakarta, dan angka ini masih dibawah targetnasional berdasarkan SPM yaitu 90 % desa dengan garam beryodium baik.Upaya-upaya sosialisasi dan kampanye penggunaan garam beryodiumserta manfaat penggunaannya sangat diperlukan untuk memberikanmotivasi kepada masyarakat untuk merubah perilaku yang tadinya belummenggunakan garam beryodium, dapat secara mandiri menjadimenggunakan garam beryodium dalam setiap masakannya.

Persentase Bayi Mendapatkan ASI Eksklusif. Pemberian Air SusuIbu (ASI) secara eksklusif selama 6 bulan merupakan indikator perilakusehat yang diharapkan. Cakupan Bayi yang mendapatkan ASI eksklusifberturut-turut dari tahun 2002 – 2006 adalah 30,54% ; 38,14% ; 31,46% ;46,12%.dan 40.29 %. Ada peningkatan ASI dari tahun 2002 sampai dengantahun 2005, tetapi pada tahun 2006 mengalami penurunan yang cukuptajam . Dan ini merupakan suatu tantangan bagi petugas kesehatan agarpencapaian pemberian ASI ekslusif bisa memenuhi target nasional yaitu80 % bayi mendapatkan ASI ekslusif . Karena dengan adanya pencapaianyang masih jauh dibawah target nasional hal ini merupakan tanda bahwakesadaran para ibu dalam memberikan ASI masih perlu ditingkatkan

31.56

44.6142.3940.1844.3

01020304050

2002 2003 2004 2005 2006

Page 155: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah140

dalam hal ini penyuluhan. Sehingga perlu ditingkatkan denganmemberikan penyuluhan pada ibu baru melahirkan untuk memberikanASI-nya secara eksklusif sampai bayi usia 6 bulan. Selain penyuluhandapat dilakukan pula sosialisasi, kampanye maupun konseling secaraperorangan di Puskesmas untuk meningkatkan penggunaan ASI secaraeksklusif.

d. Pelayanan Kesehatan

Termasuk di dalam indikator pelayanan kesehatan adalah rasio saranakesehatan dasar terhadap penduduk, rasio sarana kesehatan rujukanterhadap penduduk, persentase persalinan yang ditolong tenagakesehatan, persentase bayi yang telah diimunisasi lengkap dan persentasepeserta KB terhadap pasangan usia subur (PUS). Rasio Sarana KesehatanDasar Terhadap Penduduk. Menurut jenis sarana kesehatan dasar yangada di Kota Yogyakarta, maka dapat diketahui rasio sarana kesehatandasar terhadap penduduk sebagai berikut :

Tabel. 4.10Rasio Sarana Kesehatan Dasar Terhadap Penduduk

di Kota Yogyakarta, tahun 2006

No. Jenis Sarana JumlahPenduduk

JumlahSarana

Rasio

1.2.3.4.5.6.7.8.9.

10.11.12.

Puskemas dengan Rawat InapPuskesmasPuskesmas PembantuPuskesmas KelilingBKIABalai Pengobatan / KlinikApotikLaboratorium KesehatanBidan Praktek SwastaPraktek Dokter BersamaPraktek Dokter UmumPraktek Dokter Gigi

522.847522.847522.847522.847522.847522.847522.847522.847522.847522.847522.847522.847

3181218135

1158

695

571148

1 : 173.5361 : 28.9231 : 43.3841 : 28.9231 : 40.0471 : 104.1221 : 4.5271 : 65.0761 : 7.5451 : 104.1211 : 9121 : 3.518

Sumber : Dinkes Kota Yogyakarta tahun 2006

Masing-masing sarana kesehatan dasar melayani sejumlahpenduduk kota sesuai dengan jumlah sarana yang ada. Rasio SaranaKesehatan Rujukan Terhadap Penduduk. Jenis sarana kesehatan rujukandi Kota Yogyakarta meliputi Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Khusus,Rumah Sakit Jiwa, Rumah sakit Bersalin, Rumah Bersalin. Rasio SaranaKesehatan rujukan terhadap Penduduk adalah :

Page 156: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 141141

Tabel. 4.11Rasio Sarana Kesehatan Rujukan Terhadap Penduduk

di Kota Yogyakarta, tahun 2006

No. Jenis Sarana JumlahPenduduk

JumlahSarana

Rasio

1.2.3.4.5.6.

Rumah Sakit Umum PemerintahRumah Sakit Umum SwastaRumah Sakit JiwaRumah Sakit BersalinRumah Sakit KhususRumah Bersalin

522.847522.847522.847522.847522.847522.847

26117

13

1 : 260.3041 : 86.7681 : 520.6081 : 520.6081 : 74.3731 : 40.047

Sumber : Dinkes Kota Yogyakarta tahun 2006

Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4. Untuk mendeteksi secara dinikesehatan ibu hamil dilakukan upaya pemeriksaan ibu hamil selamakehamilannya, dimulai dari usia kemailan 1 bulan sampai dengan 9 bulan.Cakupan program yang dilihat adalah kunjungan ibu hamil K1 dan K4.Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pelayanan kesehatan ibu danbayi adalah kunjungan ibu hamil K4. Cakupan K4 di wilayah KotaYogyakarta tahun 2006 adalah 91.08 % berdasarkan PWS-KIA tahun 2006.Angka ini meningkat dari tahun 2005 yaitu 80.79 %. Cakupan kunjunganibu hamil K4 di Kota Yogyakarta sudah melampaui target yang ditetapkansecara nasional yaitu 90 %.

Persentase Persalinan yang Ditolong Tenaga Kesehatan. Secarakeseluruhan persentase persalinan yang ditolong tenaga kesehatan diKota Yogyakarta tahun 2006 adalah 86.71 % ,dibandingkan dengan tahun2005 yang angka pencapaian 90,58 % ini merupakan suatu penurunan .Padahal pada tahun – tahun sebelumnya ada peningkatan cakupan mulaitahun 2003 sampai dengan tahun 2005, yaitu berturut-turut 74,21% ;87,56% ; 90,58, sehingga pada tahun 2005 sudah mencapai target yangdiharapkan secara nasional yaitu 90 % persalinan ditolong oleh tenagakesehatan. Hal ini bisa dimungkinkan sebagai akibat belum semuapesalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tercatat dengan benar.Berikut Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menurutPuskesmas di Kota Yogyakarta tahun 2006:

Page 157: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah142

Grafik. 4.19Persentase Persalinan Yang di Tolong Tenaga Kesehatan

per Puskesmas di Kota yogyakarta Tahun 2006

Pada tahun ini cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan menurutpuskesmas yang paling tinggi ada di Puskesmas Danurejan I danWirobrajan sedangkan yang paling rendah ada di Puskesmas Ngampilan.Jumlah ibu hamil yang digunakan sebagai pembagi adalah proyeksi ibuhamil sehingga kadang penghitungannya kurang sesuai dengan jumlah riilibu hamil untuk mendapatkan angka persen cakupan.

Cakupan Ibu Hamil Resiko Tinggi yang dirujuk. Cakupan Ibu hamilresiko tinggi yang dirujuk merupakan indikator pelayanan kesehatan ibudan bayi pada indikator SPM nasional. Ibu hamil resiko tinggi di KotaYogyakarta yang dirujuk pada tahun 2006 adalah 14.65 % data ini lebihkecil dibandingkan dengan data pada tahun 2005 yang mencapai 28,15 %.Intervensi yang dilakukan adalah dengan pemberian makanan tambahan(PMT-Bumil) untuk meningkatkan status gizi ibu hamil serta memotivasiminum tablet Fe secara rutin tidak hanya 90 tablet selama kehamilannyamelalui konseling pada saat pemeriksaan kehamilan. Resiko tinggi yangdirujuk adalah yang disertai penyulit pada masa kehamilan (letak bayimelintang) dan penyulit saat persalinan (perdarahan).

Persentase Peserta KB Terhadap Pasangan Usia Subur.Kepesertaan terhadap Keluarga Berencana (KB) merupakan upaya untuk

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100M

antri

jeron

Kra

ton

Mer

gang

san

Um

bulha

rjo I

Um

bulha

rjo II

Kot

aged

e I

Kot

aged

e II

Gon

doku

sum

an I

Gon

doku

sum

an II

Dan

ureja

n I

Dan

ureja

n II

Paku

alam

an

Gon

dom

anan

Nga

mpi

lan

Wiro

bra j

an

Ged

ongt

enge

n

Jetis

Tega

lrejo

Kot

a

Page 158: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 143143

memberikan pelayanan kesehatan secara makro bagi ibu dan anak.Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Kota Yogyakarta pada tahun 2006sebanyak 48.753 pasangan sedangkan yang menjadi peserta KB aktifsebesar 36.101 (74,05 %).

Cakupan peserta KB aktif terhadap Pasangan Usia Subur (PUS) diKota Yogyakarta dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2006 adalahsebagai berikut :

Grafik. 4.20Trend Kepesertaan KB Terhadap PUSDi Kota Yogyakarta Tahun 2001-2006

Kepesertaan KB aktif mengalami fluktuasi, sempat turun padatahun 2002 dan meningkat mulai pada tahun 2003 sampai tahun 2005.Cakupan peserta KB tersebut telah diatas standart pelayanan minimalsecara nasional yaitu 70 % pasangan usia subur menjadi peserta KB aktif.

Persentase Bayi yang Telah Imunisasi Lengkap. Berdasarkancakupan imunisasi campak, dapat diketahui persentase bayi yang telahdiimunisasi lengkap di Kota Yogyakarta sebagaimana grafik berikut :

Grafik. 4.21Cakupan Imunisasi Campak di Kota Yogyakarta

Tahun 2001 – 2006

96.74 10093.239089.92

120.6

020406080100120140

2001 2002 2003 2004 2005 2006

74.14 74.0573.3

6256.91

74.85

0

20

40

60

80

100

2001 2002 2003 2004 2005 2006

Page 159: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah144

Persentase bayi yang diimunisasi lengkap berdasarkan cakupanimunisasi campak / imunisasi dasar lengkap pada tahun 2006 lebih tinggi(100%) dari standart pelayanan minimal (80 %).

Selain imunisasi campak, indikator lain yang dipakai untuk melihatstandart pelayanan minimal pelayanan imunisasi adalah cakupandesa/kelurahan yang terlayani program Universal Child Imunization (UCI).Seluruh kelurahan di Kota Yogyakarta pada tahun 2006 telah tercakupprogram UCI (100%).

Cakupan Ibu Hamil Mendapat Fe 90 Tablet. Cakupan ibu hamilmendapat tablet Fe pada tahun 2005 sebesar 60,21 % angka ini menurundari tahun 2004 yaitu 73,48 %. Penurunan ini disebabkan ibu hamil tidakdisiplin minum tablet Fe secara rutin, sehingga perlu dilakukan upayapendampingan minum tablet Fe bagi Ibu hamil di wilayah KotaYogyakarta. Secara umum cakupan tersebut diatas masih dibawah targetstandart pelayanan minimal nasional yaitu 90 % ibu hamil mendapat Fe 90tablet.

Cakupan Balita Mendapat Vitamin A 2x . Balita yang mendapatvitamin A sebanyak 2 kali dalam satu tahun di wilayah Kota Yogyakartapada tahun 2006 dengan sasaran 17.918 sedangkan realisasi pemberianVit. A sebanyak 22.148 (123,61%). Cakupan balita mendapat vitamin A 2kali di Kota Yogyakarta untuk Tahun 2006 telah melampaui ah targetpelayanan minimal nasional yaitu 100 %.

Ketersediaan Obat Essensial dan Penulisan Resep obat Generik.Ketersedian obat essensial di puskesmas tahun 2006 telah sesuaikebutuhan artinya 100% terpenuhi (tabel SPM 23). Angka ini telah diatastarget nasional yang diharapkan yaitu 70 %. Penulisan resep obat Generikdi apotik yang tersebar di Kota Yogyakarta pada tahun 2006 sebanyak236.168 resep (20,04%) dari 1.178.242 resep yang ada dengan jumlahapotik 114 . Jumlah ini konstan dari tahun 2005 seperti tercantum dalamtabel berikut:

Tabel 4.12Jumlah Apotik dan Persentase Penulisan Resep Generik

di Kota Yogyakarta tahun 2004 -2006

No. UraianTahun

2004 2005 20061.2.3.4.

Jumlah ApotikJumlah Resep totalJumlah Resep GenerikPersentase Resep Generik

1151.243.670257.25520,69 %

1141.178.242236.16820,04%

1141.178.242236.16820,04%

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta

Page 160: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 145145

Jumlah apotik di Kota Yogyakarta pada tahun 2006 masih tetapseperti tahun 2005 yaitu berjumlah 114 apotik, jumlah resep total danjumlah resep generik pada tahun 2006 tidak mengalami perubahan,pesentase penulisan resep generik oleh dokter yaitu sebesar 20,04%.Angka ini jauh dibawah target yaitu 90% penulisan resep adalah resepgenerik.

Cakupan Pelayanan Kesehatan Keluarga Miskin dan JPKM Gakin.Jumlah keluarga (KK) miskin di Kota Yogyakarta padatahun 2006 ada31.367 seluruhnya dicakup dalam pelayanan Jaminan PemeliharaanKesehatan Masyarakat (JPKM).

Pembiayaan Kesehatan. Pembiayaan kesehatan di Kota Yogyakartapada tahun 2006 bersumber dari anggaran APBD Kota Yogyakarta, APBDPropinsi, APBN, Pinjaman Luar Negeri (PHLN) dan sumber pemerintah lain(Askes). Total anggaran kesehatan Kota Yogyakarta tahun 2006 adalah Rp.40.589.153.406,00 (Empat puluh milyar lima ratus delapan sembilan jutaseratus lima puluh tiga ribu empat ratus enam rupiah).

Persentase APBD Kesehatan terhadap APBD Kota Yogyakarta padatahun 2006 adalah 6.65 %. Anggaran kesehatan per kapita Rp. 285.143,00.Meskipun jumlah anggaran kesehatan meningkat dari tahun 2005 sebesarRp. Rp. 30.706.142.300,00, menjadi Rp. 40.589.153.406,00 sehinggapersentase terhadap jumlah APBD kota Yogyakarta untuk tahun 2006mengalami kenaikan dibanding tahun 2005, yaitu sebesar 1.41 %.Persentase anggaran kesehatan pada APBD Kota Yogyakarta masih perluditingkatkan untuk mendukung peningkatan program kesehatan.

Sejalan dengan visi Indonesia Sehat 2010, maka Kabupaten Slemandalam hal ini Dinas Kesehatan telah mengimplementasikan standarpelayanan minimal bidang kesehatan dengan tingkat capaian indikatorstandar pelayanan minimal bidang kesehatan di Kabupaten Slemansebagaimana terlihat pada tabel berikut :

Tabel. 4.13Capaian Indikator SPM Bidang Kesehatan

Kabupaten Sleman

Indikator SPMAngka Absolut

Angka Target2010

Pembilang Penyebut

1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayia. Persentase cakupan kunjung-an

ibu hamil K4b. Persentase cakupan per-tolongan

persalinan oleh bidan atautenaga kesehatan yang memiliki

12.730

12.361

13.252

12.649

96,6

97,72

95

90

Page 161: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah146

Indikator SPMAngka Absolut

Angka Target2010

Pembilang Penyebut

kompetensi ke-bidananc. Persentase ibu hamil resiko tinggi

yang dirujukd. Persentase cakupan kunjung-an

neonatuse. Persentase cakupan kunjung-an

bayif. Persentase cakupan bayi BBLR

yang di tangani

741

12.009

7.206

56

2.650

12.047

12.047

68

27,96

99,68

59,82

82,35

100

90

90

100

2 Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah dan Usia Sekolaha. Persentase cakupan deteksi dini

tumbuh kembangb. Persentase cakupan pe-

meriksaan kesehatan siswa SDdan setingkat oleh tenagakesehatan atau tenaga terlatih(guru UKS dan dokter kecil)

c. Persentase cakupan pelayan-ankesehatan remaja

33.370

14.624

19.713

91.059

15.005

20.636

36,65

97,46

95,53

90

100

80

3. Pelayanan Keluarga BerencanaPersentase cakupan peserta KeluargaBerencana

116.229 145.833 79,70 70

4. Pelayanan ImunisasiPersentase desa/Kelurahan UCI 86 86 100 100

5. Pelayanan Pengobatan/Perawatana. Persentase cakupan rawat jalanb. Persentase cakupan rawat inap

271.19613.997

910.586910.586

29,781,54

151,5

6. Pelayanan Kesehatan JiwaPersentase pelayanan gangguan jiwadi sarana pelayanan kesehatanumum

19.181 924.238 2,08 80

7. Pemantauan Pertumbuhan Balitaa. Persentase balita yang naik berat

badannyab. Persentase balita bawa garis

merah/gizi buruk

402.048

201

567.631

31.391

70,83

0,64

80

5

8. Pelayanan Gizia. Persentase cakupan balita

mendapat kapsul vit. A 2 kali pertahun

b. Persentase cakupan ibu hamilmendapat 90 tabelt fe

c. Persentase cakupan pem-berianmakanan pendamping ASI padabayi BGM dari keluarga miskin

d. Persentase balita gizi buruk yangmendapat perawatan

65.721

10.610

201

201

62.251

13.253

201

201

105,57

80,06

100

100

90

90

100

100

9. Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar dan Komprehensifa. Persentase akses terhadap

ketersediaan darah dankomponen yang aman untuk

- - - 80

Page 162: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 147147

Indikator SPMAngka Absolut

Angka Target2010

Pembilang Penyebut

menangani rujukan ibu hamil danneonatus

b. Persentase ibu hamil risti/komplikasi yang tertangani

c. Persentase neonatus resiko tinggiyang tertangani

645

90

1.386

131

64,54

68,70

80

80

10. Pelayanan Gawat DaruratPersentase sarana kesehatan dengankemampuan pelayanan gawatdarurat yang dapat di aksesmasyarakat

- - - 90

11. Penyelenggaraan penyelidikan Epidemologi dan Penanggulangan KLB dan Gizi Buruka. Persentase desa/kelurahan

mengalami KLB yang ditangani <24 jam

b. Persentase kecamatan bebasrawan gizi (KEP total PSG)

10

12

10

17

100

70,59

100

80

12. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit FolioAcute Flacid Paralysis (AFP) rate per100.000 penduduk < 15 tahun

10 4 250 ≥ 1

13. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TB ParuPersentase kesembuhan pen-deritaTBC BTA +

131 159 82,39 > 85

14. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit ISPAPersentase cakupan balita denganpneumonia yang di tangani

219 219 100 100

15. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIV-AIDSa. Persentase klien yang men-

dapatkan penanganan HIV-AIDSb. Persentase infeksi menular seksual

yang di obati

11

46

11

46

100

100

100

100

16. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit DBDPersentase penderita DBD yang ditangani

755 755 400 80

17. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit DiarePersentase balita dengan diare yangditangani

16.567 910.586 18,19 -

18. Pelayanan Kesehatan LingkunganPersentase institusi yang dibina 973 1.391 69,95 70

19. Pelayanan Pengendalian VektorPersentase rumah / bangunan bebasjentik nyamuk aedes

93.757 107.245 87,42 > 95

20. Pelayanan Hygiene Sanitasi di Tempat UmumPersentase tempat umum yangmemenuhi syarat

1.454 1.726 84,24 80

21. Penyuluhan Perilaku Sehata. Persentase rumah tangga sehatb. Persentase bayi yang mendapat

ASI eksklusifc. Persentase desa dengan garam

2.2363.761

72

2.4006.023

86

93,1762,44

83,72

6580

90

Page 163: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah148

Indikator SPMAngka Absolut

Angka Target2010

Pembilang Penyebut

beryodium baikd. Persentase Posyandu Purnama

dan Mandiri990 1.484 66,71 40

22. Penyuluhan P3 NAPZA Berbasis MasyarakatPersentase upaya penyuluhanP3NAPZA oleh petugas kesehatan

381 14.915 2,55 15

23. Pelayanan Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatana. Persentase ketersediaan obat

sesuai kebutuhanb. Persentase pengadaan obat

esensialc. Persentase pengadaan obat

generik

2.489.179.000

76

81

2.900.179.000

88

88

85,83

86,36

92,05

90

100

100

24. Pelayanan Penggunaan Obat GenerikPersentase penulisan resep obatgenerik

693.002 728.173 95,17 90

25. Penyelenggaraan Pembiayaan untuk Pelayanan KesehatanPersentase cakupan jaminanpemeliharaan kesehatan pra bayar

362.498 910.586 39,81 80

26. Pelayanan Pembiayaan untuk Gakin dan Masyarakat RentanPersentase cakupan jaminanpemeliharaan kesehatan Gakin danmasyarakat

191.680 191.680 100 100

27 Jenis Pelayanan yang Dibutuhkan (untuk daerah tertentu)a. pelayanan Kesehatan Kerja

persentase cakupan pelayan-ankesehatan kpd pekerja non formal

b. pelayanan Kesehatan Usia Kerjapersentase pelayanan kesehat anpra usia dan usia lanjut

c. pelayanan Gizipersentase WUS mendapat kapsulyodium

d. pencegahan dan Pem-berantasanPenyakit HIV-AIDSpersentase donor diskriningpenyakit HIV-AIDS

e. pencegahan dan pem-berantasanpenyakit malariapersentase penderita malaria diobati

f. pencegahan dan pem-berantasanpenyakit kustapersentase kusta yang selesaiberobat (RFT rate)

g. pencegahan dan pem-berantasanpenyakit filaria-sispersentase kasus filariasis yangditangani

3.851

39.612

60.500

3.700

23

23

3

29.417

106.228

234.472

3.700

23

23

3

13,09

37,29

25,80

100

100

100

100

80

70

80

100

100

> 90

> 90

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman

Page 164: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 149149

Capaian Indikator standar pelayanan minimal bidang pendidikan dilingkungan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta akan didahului denganuraian pencapaian indikator SPM Bidang pendidikan di Kota Yogyakartasebagaimana pada tabel berikut :

Tabel. 4.14Capaian Indikator SPM Bidang Pendidikan

Kota Yogyakarta

Sasaran Indikator Target Realisasi PencapaianTarget

Meningkatkanakses siswa usiawajib belajar padatingkat pendidikandasar danmenengah

- Meningkatkan kelancaranadministrasi perkantoran

- Meningkatkan AngkaPartisipasi Sekolah dari 99%menjadi 99,7% untuk anak usiasekolah dari SD, SMP,SMA/SMK (APS SD 99,95%,SMP 99,83%, SMA 99,65%, danSMK 99,63%)

- Meningkatkan beasiswa dari90% menjadi 96% untuk wargakota yang tidak mampu untuktingkat SD dari sisi jumlahsiswa dan komponen sudahmencapai 100%, sedangkanjenjang SMP dan SMA/SMKdari sisi jumlah sudah 100%namun dari sisi komponenmasih 90%

100%

0,10%

6%

100%

0,10%

5%

100%

100%

83,33%

Meningkatnyakualitaspendidikan padatingkat pendidikandasar hinggamenengah formaldan non formal

- Meningkatnya jumlah tenagapendidik an yang bersertifikatdari 0% menjadi 15%

- Meningkatnya kualitaspendidikan yang merata padasetiap jenjang pendiikan dari70% menjadi 90%

- Meningkatnya jumlah sekolahyang terakreditasi dari 70%menjadi 76%

15%

6%

6%

9,98%

5%

8%

67%

80%

100%

Meningkatnyakualitas dankuantitas saranadan prasaranapendidikan formaldan non formal

- Meningkatkan standarisasisarana dan prasarana dari 50%menjadi 56%

6% 6% 100%

Meratanyakesempatanmasyarakat dalamprosespembelajaran

- Meningkatnya kualitaspendidikan dari 85% menjadi88%

3% 3% 100%

Page 165: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah150

Sasaran Indikator Target Realisasi PencapaianTarget

Meningkatnyakemampu-ansiswa dari aspekintelegensia,emosional danspiritual

- Diperolehnya kenaikan bakumutu diatas rata-rata dari 0%menjadi 2%

2% 1,5% 75%

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta

Sementara itu capaian indikator kinerja pendidikan di KabupatenSleman dilihat dari pendidikan dasar dan menengah yang dilihat darisudut pemerataan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan.

Pemerataan Pendidikan.

Berdasarkan Angka Partisipasi Kasar (APK) yang ada, APK tertinggi adalahpada tingkat SD/MI, yaitu sebesar 115,34% dan APK terendah ada padatingkat SMA/MA, yaitu sebesar 74,56%. Tingginya APK adalah akibatbanyaknya siswa dari luar daerah yang berada pada jenjang tersebut. Biladilihat per jenis kelamin, ternyata masih ada perbedaan gender dilihatdari APK pada tingkat SD untuk laki-laki 116,75%, perempuan 112,37%.Untuk tingkat SMP, laki-laki 111,33%, perempuan 106,59% sedang padatingkat SMA, laki-laki 62,30%, perempuan 98,29%.

Tabel. 4.15Indikator Pemerataan Pendidikan Dasar dan Menengah

Kabupaten Sleman Tahun 2007/2008

No. Indikator SD+MI SLTP+MTs SM+MA Lainnya

1. APK 115.34 112.32 74.56 -a. Laki-laki 116.75 111.33 62.30 -b. Perempuan 112.37 106.59 98.29 -

2. APM 98.78 80.77 53.43 -3. Perbandingan

Antarjenjang4.51 (SD/SMP 1.27

(SMP/SMA)-

4. Rasio --Siswa/Sekolah 164.95 309.13 297.08 --Siswa/Kelas 23.96 33.92 29.77 --Siswa/Guru 14.35 11.46 8.58 --Kelas/R.Kelas 0.90 0.99 0.92 --Kelas/Guru 0.59 0.34 0.29 -

5. Angka Melanjutkan 103.12 109.97 - -6. Tingkat Pelayanan Sekolah 129 35 29 -

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman

Page 166: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 151151

Angka Partisipasi Murni (APM) yang tertinggi terdapat pada tingkatSD/MI, yaitu 98,78% dan yang terendah ditingkat SMA, yaitu 53,43%.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada tingkat SD/MI, anak usiasekolah yang bersekolah lebih banyak dibandingkan dengan tingkatlainnya. Indikator selanjutnya yaitu tentang rasio siswa per sekolah, siswaper kelas, siswa per guru, kelas per ruang kelas dan kelas per guru. Rasiosiswa per kelas terpadat terdapat pada tingkat SMP/MTs dengan angka309,13 dan terjarang ada pada tingkat SD/MI dengan angka 164,95.sementara untuk rasio siswa per kelas terpadat terdapat pada tingkatSMP/MTs yaitu 33,92 dan terjarang terdapat pada tingkat SD/MI, yaitu23,96.

Rasio siswa per guru terbesar ada pada tingkat SD/MI, yaitu 14,35dan terendah pada tingkat SMA/MA yaitu 8,58. besarnya rasio siswa perguru ini menunjukkan kurangnya guru pada tingkat tersebut. Sebaliknyakecilnya rasio menunjukkan kecukupan guru ditingkat tersebut. Padatingkat angka melanjutkan di Kabupaten Sleman untuk jenjang tingkatSMP cukup tinggi, yaitu 103,12. sebaliknya angka melanjutkan ke tingkatSMA lebih besar bila dibandingkan dengan angka melanjutkan ke tingkatSMP, yaitu 109,97. salah satu sebab rendahnya angka melanjutkan inikarena banyak siswa yang melanjutkan ke sekolah di luar KabupatenSleman.

Rendahnya jumlah sekolah di jenjang makin tinggi dapat dilihatpada tingkat pelayanan sekolah. Pada tingkat SD, tingkat pelayanansekolah lebih besar, yaitu 129 jika dibandingkan dengan tingkat SMPmaupun SMA. Hal ini disebabkan karena pada tingkat SD telah terjadipemerataan dan wajib belajar SD 6 tahun telah berhasil. Sebaliknya, untuktingkat SMP dan SMA, dilihat dari tingkat pelayanan sekolah belummerata yang diindikasikan pada tingkat pelayanan sekolah pada tingkatSMP sebesar 35 dan lebih besar pada tingkat SMA, yaitu 29.

Pemerataan Pendidikan Tingkat SD/MI

Berdasarkan APK yang ada, ternyata porsi APK terbesar adalah SD, yaitu112,21% jika dibandingkan dengan MI, yaitu 3,02. hal yang sama jugaterjadi pada APM.

Untuk rasio siswa per sekolah terpadat ada pada tingkat SD dengan angka166,04. hal ini menunjukkan bahwa SD di daerah ini lebih banyak diminati.Siswa per kelas yang ada pada saat pembangunan sekolah seharusnyadiisi dengan 40 anak, ternyata pada kenyataannya juga sangat bervariasi.Rasi siswa per kelas SD adalah 24,97 dan MI 17,94. hal ini menunjukkantelah cukupnya SD dan MI yang ada.

Page 167: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah152

Tabel. 4.16Indikator Pemerataan Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah

Kabupaten Sleman Tahun 2007/2008

No. Indikator SD MI SD+MI Lainnya

1. APK 112.21 3.02 115.23 -a. Laki-laki 114.51 3.17 117.68 -b. Perempuan 109.92 2.88 112.79 -

2. APM 96.26 2.52 98.78 -3. Rasio -

-Siswa/Sekolah 166.04 132.59 164.95 --Siswa/Kelas 24.97 17.94 24.76 --Siswa/Guru 14.85 10.78 14.70 --Kelas/R.Kelas 0.89 0.97 0.97 --Kelas/Guru 0.59 0.57 0.57 -

4. Tingkat Pelayanan Sekolah 128.19 128.19 128.19 -Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman

Rasio siswa per guru juga bervariasi dengan rasio terbesar ada padatingkat SD yaitu 14,85 dan untuk tingkat MI sebesar 10,78. besarnya rasioini menunjukkan kurangnya guru di SD dibandingkan dengan MI. Ruangkelas yang paling sering digunakan adalah untuk tingkat MI yaitu sebesar0.97 sedangkan SD sebesar 0,89. Hal ini menunjukkan bahwa untuktingkat MI masih memerlukan tambahan ruang kelas.

Pemerataan Pendidikan Tingkat SMP/MTs

Berdasarkan APK yang ada, ternyata porsi APK terbesar adalah SMP yaitu98.95% jika dibandingkan dengan MTs, yaitu sebesar 16.05. hal yang samajuga terjadi pada APM. Bila dilihat per jenis kelamin, ternyata masih adaperbedaan jender baik di SMP maupun MTs, yaitu masih banyak siswaberjenis kelamin laki-laki daripada perempuan. Banyaknya porsi SMP padaAPK dan APM disebabkan anak bersekolah di SMP lebih banyakdibandingkan dengan MTs dan sesuai dengan jumlah sekolah yang ada,SMP lebih banyak di bandingkan dengan MTs.

Tabel. 4.17Indikator Pemerataan SMP dan MTsKabupaten Sleman Tahun 2007/2008

No. Indikator SMP MTs SMP+MTs Lainnya

1. APK 98.95 16.05 114.99 -a. Laki-laki 94.84 16.05 111.33 -b. Perempuan 91.01 15.59 106.59 -

Page 168: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 153153

No. Indikator SMP MTs SMP+MTs Lainnya

2. APM 68.78 11.99 80.77 -3. Rasio -

-Siswa/Sekolah 309.24 308.50 309.13 --Siswa/Kelas 34.07 33.05 33.92 --Siswa/Guru 11.61 10.66 11.46 --Kelas/R.Kelas 0.93 0.91 0.93 --Kelas/Guru 0.32 0.32 0.34 -

4. Angka Melanjutkan 91.74 21.52 103.12 -5. Tingkat Pelayanan Sekolah 33.98 0.56 34.54 -

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman

Rasio siswa per sekolah terpadat ada pada tingkat SMP denganangka 309.24. hal tersebut menunjukkan bahwa SMP di daerah ini lebihdiminati. Siswa per kelas pada saat pembangunan sekolah seharusnya diisidengan 40 anak, namun pada kenyataan nya juga sangat bervariasi. Rasiosiswa per kelas di SMP adalah 34.07 dan MTs adalah 33.05. hal inimenunjukkan masih kurangnya siswa SMP dan MTs di daerah tersebutjika ada ketentuan per kelas 40 orang.

Pemerataan Pendidikan Tingkat SM (SM dan MA)

Berdasarkan APK yang ada, ternyata porsi APK terbesar adalah SMK, yaitu41.27% jika dibandingkan dengan SMA *28.70%) dan MA (6.02%). Halyang sama juga terjadi pada APM. Tingginya porsi APK dan APM pada SMKdisebabkan banyaknya siswa yang bersekolah di SMK dibandingkandengan jenis sekolah lainnya yang setingkat walaupun jumlah SMK lebihsedikit dibandingkan dengan jumlah MA.

Tabel. 418Indikator Pemerataan SMA dan MA

Kabupaten Sleman Tahun 2007/2008

No. Indikator SMA MA SMK SMA+MA

1. APK 28.70 6.02 41.27 75.04a. Laki-laki 22.46 3.62 36.22 62.30b. Perempuan 36.22 8.22 8.22 52.66

2. APM 20.29 3.97 29.17 53.433. Rasio

-Siswa/Sekolah 252.57 179.31 357.46 --Siswa/Kelas 29.75 22.63 31.25 --Siswa/Guru 8.35 5.50 9.46 --Kelas/R.Kelas 0.83 0.90 0.99 --Kelas/Guru 0.28 0.24 0.30 -

4. Tingkat Pelayanan Sekolah 29.43 29.43 29.43 29.43Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman

Page 169: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah154

Rasio siswa per sekolah terpadat ada pada jenjang SMK denganangka357.46. Hal ini menunjukkan bahwa SMK di daerah ini lebih banyakdiminati. Siswa per kelas pada saat pembangunan sekolah seharusnys 40orang, ternyata kenyataannya juga sangat bervariasi. Rasio siswa per kelasterbesar adalah 31.25 di SMK dan terkecil 22.63 ada di MA. Hal inimenunjukkan masih kurangnya siswa di MA di Kabupaten Sleman. Rasiosiswa per guru juga bervariasi dengan rasio terbesar di SMA dan SMKyaitu 9.46 dan terkecil 5.54 di MA. Besarnya rasio siswa per guru inimenunjukkan kurangnya guru di SMK dan SMA di bandingkan dengan MA.

Peningkatan Mutu Pendidikan

Untuk melihat mutu pendidikan dapat dilihat dari lima indikator mutu,yaitu mutu masukan, mutu proses, mutu SDM, mutu fasilitas dan biaya.Berdasarkan indikator mutu proses, yaitu angka mengulang, angka putussekolah dan angka lulusan, ternyata angka mengulang terbesar terdapatpada tingkat SD, yaitu sebesar 4.31% dan terendah adalah pada tingkatSM yaitu sebesar 0.44%. Angka putus sekolah terbesar terdapat padatingkat SM yaitu sebesar 0.44% dan terendah ada pada tingkat SD yaitu0.05%. Bila dilihat angka lulusan ternyata angka tertinggi terdapat padatingkat SD yaitu sebesar 97.29% dan terendah pada tingkat SMP/MTssebesar 87.19%.

Tabel. 4.19Indikator Mutu Pendidikan

Kabupaten Sleman Tahun 2006

No. Indikator SD+MI SLTP+MTs SM+MA

1. Persentase Lulusan 97.29 87.19 94.032. Angka Mengulang 4.31 0.60 0.443. Angka Putus Sekolah 0.05 0.37 0.994. Angka Lulusan 97.29 87.19 94.035. Angka Kelayakan Mengajar

a. Layak 79.74 82.34 81.81b. Semi layak 16.26 7.29 10.98c. Tidak layak

6. Persentase Kondisi Ruang Kelasa. Baik 54.08 82.58 86.68b. Rusak Ringan 22.44 12.08 7.75c. Rusak Berat 23.49 5.33 5.57

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman

Page 170: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 155155

Peningkatan Mutu Pendidikan Tingkat SD/MI

Berdasarkan mutu masukan dapat diketahui bahwa 97.38% siswa barutingkat SD yang berasal dari TK atau sejenis lebih besar jika dibandingkandengan MI. Angka mengulang terbesar terdapat pada MI yaitu sebesar5.02%, sementara angka putus sekolah tertinggi terdapat pada SD, yaitu0.05%. sedangkan angka kelulusan tertinggi terdapat pada tingkat SD,yakni 97.38%

Tabel. 4.20Indikator Mutu Pendidikan Tingkat SD

Kabupaten Sleman Tahun 2006

No. Indikator SD MI1. Persentase Lulusan 97.38 90.602. Angka Mengulang 4.29 5.023. Angka Putus Sekolah 0.05 0.004. Angka Lulusan 97.38 90.605. Angka Kelayakan Mengajar

a. Layak 79.70 81.63b. Semi layak 16.47 8.63c. Tidak layak 3.83 9.73

6. Persentase Kondisi R. Kelasa. Baik 53.35 82.15b. Rusak Ringan 22.91 6.73c. Rusak Berat 23.74 11.12

Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman

Bila dilihat dari mutu SDM (Guru), maka persentase guru yang layakmengajar di MI lebih besar daripada SD. Mutu guru juga menunjukkankinerja sekolah. Ruang kelas dengan kondisi baik lebih banyak terdapat diMI yaitu sebesar 82.15%, sedangkan kondisi rusak berat paling banyakterdapat pada SD yaitu 23.74%. Banyaknya ruang kelas yang rusak beratmenunjukkan mutu prasarana yang burut dan berakibat secara tidaklangsung akan menurunkan mutu sekolah.

Mutu Pendidikan Tingkat SMP/MTs

Angka mengulang untuk tingkat SMP/MTS ternyata ada pada MTs, yaknisebesar 0.65%, angka putus sekolah terbesar terdapat pada MTs yaitu0.57%. Sedangkan untuk angka kelulusan tertinggi ada pada tingkat SMPyaitu sebesar 88.83%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kinerjadalam indikator mutu proses terbaik adalah pada SMP, hal tersebutditunjukkan dengan adanya angka mengulang dan putus sekolah palingrendah serta angka lulusan yang paling tinggi.

Page 171: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah156

Tabel. 4.21Indikator Mutu Pendidikan tingkat SLTP

Kabupaten Sleman Tahun 2006

No. Indikator SLTP MTs

1. Rasio NEM Lulusan/Siswa Baru - -2. Angka Mengulang 0.58 0.653. Angka Putus Sekolah 0.33 0.574. Angka Lulusan 88.83 73.415. Angka Kelayakan Mengajar

a. Layak 82.27 83.12b. Semi layak 7.08 8.25c. Tidak layak 10.65 8.63

6. Persentase Kondisi R Kelasa. Baik 81.20 92.40b. Rusak ringan 12.50 7.60c. Rusak berat 6.30 0.00

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman

Bila dilihat dari mutu SDM (guru), maka persentase guru yang layakmengajar di MTs lebih besar daripada di SMP. Mutu guru jugamenunjukkan kinerja sekolah. Untuk sarana dan prasarana, ruang kelasdengan kondisi baik banyak terdapat di MTs yaitu sebesar 92.40%,sedangkan ruang kelas dengan kondisi rusak berat ada pada SMP, yaitusebesar 6.30%. Masih banyaknya ruang kelas yang rusak berat, maka haltersebut dapat menurunkan mutu sekolah.

Mutu Pendidikan Tingkat SMU/SMK dan MA

Angka mengulang untuk tingkat SMP/MTS ternyata ada pada MA yaknisebesar 1.38%, angka putus sekolah terbesar terdapat pada MA yaitu0.97%. Sedangkan untuk angka kelulusan tertinggi ada pada tingkat MAyaitu sebesar 87.54%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kinerjadalam indikator mutu proses terbaik adalah pada SMA, hal tersebutditunjukkan dengan adanya angka mengulang dan putus sekolah palingrendah.

Tabel. 4.22Indikator Mutu Pendidikan tingkat SM

Kabupaten Sleman Tahun 2006

No. Indikator SMU SMK MA

1. Rasio NEM Lulusan/Siswa Baru2. Angka Mengulang 0.51 0.38 1.38

Page 172: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 157157

3. Angka Putus Sekolah 0.53 0.96 0.974. Angka Lulusan 72.30 87.18 87.545. Angka Kelayakan Mengajar

a. Layak 84.90 77.35 82.95b. Semi layak 10.41 15.71 9.30c. Tidak layak 4.69 6.94 8.17

6. Persentase kondisi R Kelasa. Baik 86.29 89.58 84.18b. Rusak Ringan 13.11 8.35 1.79c. Rusak Berat 0.60 2.07 14.04

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman

Bila dilihat dari mutu SDM (guru), maka persentase guru yang layakmengajar di SMA lebih besar dibandingkan dengan dua jenis sekolahlainnya yang setingkat. Mutu guru juga menunjukkan kinerja sekolah.Untuk sarana dan prasarana, ruang kelas dengan kondisi baik banyakterdapat di SMK yaitu sebesar 89.58%, sedangkan ruang kelas dengankondisi rusak berat ada pada MA, yaitu sebesar 14.04%. Masih banyaknyaruang kelas yang rusak berat, maka hal tersebut dapat menurunkan mutusekolah.

3. Provinsi Kalimantan Selatan

Di dalam Perda Nomor 15 Tahun 2006, secara umum disebutkan statuskesehatan dan gizi masyarakat telah menunjukkan perbaikan, antara lainangka kematian bayi menurun dari 66 (1999) menjadi 45 per 1000 kelahiranhidup (2003) dan angka kematian ibu melahirkan menurun dari 373 (1995)menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup (2003). Umur harapan hidupmeningkat dari 61 tahun (2000) menjadi 62,2 tahun (2003), namun demikianangka-angka tersebut masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan propinsimaju lainnya maupun standar nasional.

Perkembangan Keluarga Berencana (KB) dilihat dari tingkat TFR belummendukung terwujudnya Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS), pada tahun2000 TFR menunjukkan angka 3,0, sedangkan kondisi yang diinginkan PTSadalah 2,1.

Masalah-masalah yang dihadapi dan perlu mendapat perhatian padasektor kesehatan adalah :

- Beban ganda penyakit.- Kinerja pelayanan kesehatan yang belum optimal- Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat.- Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan;- Rendahnya kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan

kesehatan;

Page 173: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah158

- Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusi tidak merata;- Rendahnya status kesehatan penduduk miskin;- Belum suksesnya penanganan keluarga berencana.

Sementara capaian indikator SPM di Kota Banjarmasin untuk bidangkesehatan nampak pada tabel berikut.

Tabel. 4.23Capaian Indikator SPM Kota Banjarmasin

No Indikator Target2010

2006 2007Target Capaian Target Capaian

1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayia. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 90% 80% 87,90% 83% 96,09%b. Cakupan pertolongan persalinan

oleh bidan atau tenagakesehatan

90% 80% 90,72% 83% 92,76%

c. Cakupan ibu hamil resiko tinggiyang dirujuk

100% 100% 16,90% 100% 100%

d. Cakupan kunjungan neonatus 90% 70% 97,26% 75% 98,31%e. Cakupan kunjungan bayi 90% 70% 97,26% 75% 98,31%f. Cakupan bayi BBLR yang

ditangani100% 100% 115% 100% 100%

2. Pelayanan kesehatan anak pra sekolah dan usia sekolaha. cakupan deteksi dini tumbuh

kembang anak balita dan prasekolah

90% 70% 43,60% 75% 82.60%

b. cakupan pemeriksaan kesehatansiswa SD dan setingkat olehtenaga kesehatan atau tenagaterlatih

100% 75% 70,14% 85% 97.26%

c. cakupan pelayanan kesehatanremaja

80% 35% 42,11% 45% 68,09%

3. Pelayanan Keluarga Berencana- Cakupan peserta KB aktif 70% 70% 97,80% 70% 70,07%

4. Pelayanan Imunisasi- Desa/kelurahan UCI 98% 98% 84% 98% 88%

5. Pelayanan pengobatan/ perawatana. cakupan rawat jalan 15% 12% 124% 13% 142%b. cakupan rawat inap 1,5% 1% 0% 1,20% 0%

6. Pelayanan kesehatan jiwa- pelayanan gangguan jiwa di

sarana pelayanan kesehatanumum

15% 12% 95,47% 13% 100%

7. Pemantauan pertumbuhan balitaa. balita yang naik berat badannya

(N/D)80% 65% 64,90% 70% 64,90%

b. balita bawah garis merah <15% <15% 1,5% <15% 1.50%8. Pelayanan Gizi

a. cakupan balita mendapat kapsul 80% 80% 89,78% 80% 78,72%

Page 174: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 159159

No Indikator Target2010

2006 2007Target Capaian Target Capaian

vitamin A 2 kali pertahunb. cakupan ibu hamil mendapat 90

tabelt Fe80% 80% 22,65% 80% 82,12%

c. cakupan pemberian makananpendamping ASI pada bayiBGM dari keluaga miskin

100% 100% 100% 100% 100%

d. balita gizi buruk mendapatperawatan

100% 100% 100% 100% 100%

9. Pelayanan obstetrik dan neonatal emergency gasar dan komprehensifa. Akses terhadap ketersediaan

darah dan komponen yangaman untuk menanganirujukan ibu hamil danneonatus

80% 40% 0% 50% 0%

b. ibu hamil resiko tinggi/komplikasi yang ditangani

-- -- -- 80% 100%

c. neonatus resiko tinggi/komplikasi yang ditangani

80% 80% 100% 80% 100%

10. Pelayanan Gawat darurat- sarana kesehatan dengan

kemampuan pelayanan gawatdarurat yang dapat diaksesmasyarakat

90% 30% 80% 40% 80%

11. Penyelenggaraan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan kejadian luar biasa/KLB gijiburuka. desa/kelurahan mengalami KLB

yang ditangani < 24 jam100% 100% 100% 100% 100%

b. kecamatan bebas rawan gizi 80% 80% 100% 100% 100%12. Pencegahan dan pemberantasan penyakit Polio

- acute flacid paralysis (AFP) rateper 100.000 penduduk < 14tahun

≥ 2 ≥ 2 4 ≥ 2 2

13. Pencegahan dan pemberantasan penyakit TB Paru- kesembuhan penderita TBC BTA+ > 5% >85% 90% >85% 87,70%

14. Pencegahan dan pemberantasan Penyakit ISPA- Cakupan balita dengan

pneumonia yang ditangani100% 100% 95,95% 100% 90,67%

15. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIV-AIDSa. klien yang mendapatkan

penanganan HIV-AIDS100% 100% 100% 100% 100%

b. infeksi menular seksual yangdiobati

100% 100% 100% 100% 100%

16. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit DBD- penderita DBD yang ditangani 80% 80% 100% 80% 100%

17. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Diare- Balita dengan diare yang

ditangani100% 100% 100% 100% 100%

18. Pelayanan Kesehatan Lingkungan- institusi yang dibina 70% 70% 80% 70% 98%

19. Pelayanan Pengendalian Vektor- Rumah/ bangunan bebas jentik >95% >80% 74% >80% 72%

Page 175: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah160

No Indikator Target2010

2006 2007Target Capaian Target Capaian

nyamuk aedes20. Pelayanan Hyguene sanitasi Tempat-tempat Umum

- Tempat-tempat umum yangmemenuhi syarat

80% 80% 77,4% 80% 77,40%

21. Penyuluhan Perilaku Hidup Sehata. rumah tangga sehat 65% 65% 64,1% 65% 65%b. bayi yang mendapat ASI Ekslusif 80% 80% 25,6% 80% 13,05%c. desa dengan garam beryodium 90% 90% 100% 90% 58%d. posyandu purnama dan mandiri 40% 25% 12,4% 30% 18,06%

22. Penyuluhan P3 Napza- Upaya penyuluhan P3 NAPZA oleh

petugas kesehatan15% 3% 3% 6% 6%

23. Pelayanan Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatana. ketersediaan obat sesuai

kebutuhan95% 95% 95% 95% 95%

b. obat esensial 100% 100% 100% 100% 100%c. pengadaan obat generik 100% 100% 100% 100% 100%

24. Pelayanan Penggunaan Obat Generik- penulisan resep obat generik 100% 100% 95% 100% 95%

25. Penyelenggaraan Pembiayaan untuk pelayanan kesehatan- cakupan jaminan pemeliharaan

pra bayar80% 40% 15% 50% 15%

26. Penyelenggaraan Pembiayaan untuk Gakin dan Masyarakat rentan- cakupan jaminan pemeliharaan

kesehatan gakin danmasyarakat rentan

100% 100% 88,62% 100% 100%

27.

.

Jenis Pelayanan yang dilaksanakan sesuai Kebutuhan (untuk daerah tertentu)a. Pelayanan Kesehatan Kerja :

Cakupan pelayanan kesehatankerja pada pekerja formal

80% 10% 15% 20% 15%

b. Pelayanan kesehatan usia lanjutCakupan pelayanan kesehatanpra usia lanjut dan usia lanjut

80% 80% 0% 70% 70,22%

c. Pelayanan giziCakupan wanita usia suburyang mendapat kapsul Yodium

80% 80% 0% 80% 0%

d. Pencegahan dan pemberantasan Penyakit HIV-AIDSDarah donor diskriningpenyakit HIV-AIDS

100% 100% 0% 100% 0%

e. Pencegahan dan pemberantasan Penyakit MalariaPenderita malaria yang diobati 100% 100% 100% 100% 100%

f. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit KustaPenderita kusta yang selesaiberobat (RTF rate)

100% 100% 80% 80% 80%

g. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit FilariasisKasus filariasis yang ditangani 100% 100% 0% 100% 0%

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin.

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa capaian indiator SPMkesehatan Kota Banjarmasin menunjukkan kondisi yang bervariasi, yakni ada

Page 176: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 161161

yang telah mencapai target maupun yang belum mencapai target,sebagaimana uraian berikut:

Untuk pelayanan kesehatan ibu dan anak telah mencapai target yangditetapkan, baik target tahunan maupun target 2010. Sedangkan untukpencapaian target nasional tidak dijelaskan dalam dokumen ini. Sebagaicontoh, pada cakupan kunjungan ibu hamil K4 dari target 80% pada 2006tercapai 87,9%, sedangkan pada tahun 2007 dari target 83% tercapaisebesar 96,09%. Angka capaian sebesar SPM nasional sebesar 95%.

Pada indikator cakupan ibu hamil resiko tinggi yang dirujuk juga nampaktelah mengalami kenaikan capaian yang luar biasa, dimana pada tahun2006 hanya mampu mencapai 16,9% dari target 100%. Namun pada 2007target tersebut mampu tercapai sebesar 100%.

Capaian indikator yang paling minim (masih 0%) adalah pelayanan gizi danpencegahan dan pemberantasan penyakit filariasis.

Dari ketiga indikator SPM tersebut nampak bahwa pemerintah KotaBanjarmasin masih belum sepenuhnya mencapai target-target SPM yang telahditetapkan secara nasional. Hal ini disebabkan oleh beberapa permasalahan:1) Keterbatasan sumber daya (dana dan manusia), 2) Minimnya sosialisasi danpembinaan, dan 3) Persoalan koordinasi dengan pemerintah provinsi danpusat.

Namun demikian, pencapaian target indikator SPM sebenarnya sudahcuup baik, yang dapat dilihat dari capaian indikator bidang kesehatan KotaBanjamasin tersebut. Akan tetapi, untuk menjaga capaian indikator SPM agartetap dalam kondisi yang cukup baik, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagaiberikut:

Bagian TU

Banyaknya minat petugas Puskesmas untuk meningkatkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi merupakan suatu hal yang sangatmengutungkan, tetapi prosedur yang ada tidak diikuti dengan baiksehinga menyulitkan petugas sendiri serta mengganggu kelancaranprogram pelayanan di Puskesmas.

Pembinaan petugas Puskesmas yang menjadi tanggung jawab pimpinanPuskesmas masih kurang diperhatikan dengan baik.

Masih kurangnya tenaga kesehatan baik di Puskesmas dan di DinasKesehatan yang menjalankan program kesehatan.

Subdin Kesehatan Keluarga

Kurang dimanfaatkannya waktu kunjungan ibu hamil (K1 dan K4) olehpetugas untuk memberikan informasi masalah kesehatan dan segalaresiko kehamilan yang terjadi.

Page 177: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah162

Masih rendahnya D/S atau partisipasi masyarakat dalam upayameningkatkan status gizi keluarga.

Optimalisasi posyandu yang kurang sehingga masih terdapat kasus kuranggizi.

Sistem pencatatan atau PWS KIA yang belum difungsikan dengan benar.

Subdin Pelayanan Kesehatan :

Sistem informasi Puskesmas yang belum berfungsi dengan baik danpenilaian kinerja yang belum baik.

Masih menggunakan stratisikasi sebagai alat penilai Puskesmas. Keterpaduan program UKGS yang belum baik. Masih kurangnya tenaga medis dan paramedis untuk menjalankan

program pelayanan kesehatan di Puskesmas.

Subdin Promosi Kesehatan :

Posyandu sebagai pos pelayanan yang melbatkan peran serta darimasyarakat kembali menunjukkan peningkatan baik secara kualitasmaupun kuantitas.

Pengembangan media yang belum optimal karena keterbatasan dana. Kegiatan penjaringan murid sekolah (SD dan lanjutan) masih kurang dan

perlu ditingkatkan, karena keterbatasan SDM yang ada. Kegiatan promosi kesehatan di Puskesmas masih belum optimal karena

tenaga promkes masih dirangkap dari program kesehatan lainnya.

Subdin Pencegahan Pemberantasan Penyakit dan Kesehatan Lingkungan :

Efektivitas dan aksesabilitas pelaksanaan imunisasi TT oleh petugas masihkurang dan perlu ditingkatkan.

Delapan desa yang tidak UCI masih perlu ditingkatkan. Pelaksanaan klinik sanitasi tidak merata dan masih ada puskesmas yang

belum melaksanakannya.

Adapun capaian indicator SPM bidang kesehatan Kabupaten Banjaradalah sebagai berikut:

Tabel. 4.24Capaian Indikator SPM Bidang Kesehatan Kabupaten Banjar

No Indikator TargetNasional

2007Target Capaian

1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayia. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 95% 90% 90,2%

b. Cakupan pertolongan persalinan olehtenaga kesehatan

80% 85% 97,0%

Page 178: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 163163

No Indikator TargetNasional

2007Target Capaian

c. Cakupan ibu hamil resiko tinggi yang dirujuk 20% 25% 79,5%d. Cakupan kunjungan neonatus 90% 90% 94,3%e. Cakupan kunjungan bayi 90% 90% 94,6%f. Cakupan bayi BBLR yang ditangani 100% 100% 100%

2. Pelayanan kesehatan anak pra sekolah danusia sekolaha. cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak

balita dan pra sekolah90% 90% 19,6%

b. cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SDdan setingkat oleh tenaga kesehatan atautenaga terlatih

100% 100% 14,9%

c. cakupan pelayanan kesehatan remaja 80% 80% 16,5%3. Pelayanan Keluarga Berencana

- Cakupan peserta KB aktif 70% 70% 93,5%4. Pelayanan Imunisasi

- Desa/kelurahan UCI 100% 100% 94,8%5. Pelayanan pengobatan/ perawatan

a. cakupan rawat jalan 15% 15% 8,4%b. cakupan rawat inap 1,5% 1,5% 0,07%

6. Pelayanan kesehatan jiwa- pelayanan gangguan jiwa di sarana

pelayanan kesehatan umum15% 15% 35,7%

7. Pemantauan pertumbuhan balitaa. balita yang naik berat badannya (N/D) 80% 80% 91,3%b. balita bawah garis merah <15% <15% 2,15%

8. Pelayanan Gizia. cakupan balita mendapat kapsul vitamin A 2

kali pertahun90% 90% 75,0%

b. cakupan ibu hamil mendapat 90 tabelt Fe 90% 90% 73,8%c. cakupan pemberian makanan pendamping

ASI pada bayi BGM dari keluaga miskin100% 100% 100%

d. balita gizi buruk mendapat perawatan 100% 100% 100%9. Pelayanan obstetrik dan neonatal emergency

gasar dan komprehensifa. Akses terhadap ketersediaan darah dan

komponen yang aman untuk menanganirujukan ibu hamil dan neonatus

80% 80% -

b. ibu hamil resiko tinggi/ komplikasi yangditangani

80% 80% 81,6%

c. neonatus resiko tinggi/ komplikasi yangditangani

80% 80% 100%

10. Pelayanan Gawat darurat- sarana kesehatan dengan kemampuan

pelayanan gawat darurat yang dapatdiakses masyarakat

90% 90% 100%

11. Penyelenggaraan penyelidikan epidemiologidan penanggulangan kejadian luar biasa/KLBgiji buruka. desa/kelurahan mengalami KLB yang

ditangani < 24 jam100% 100% 100%

b. kecamatan bebas rawan gizi 80% 80% 100%

Page 179: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah164

No Indikator TargetNasional

2007Target Capaian

12. Pencegahan dan pemberantasan penyakitPolio- acute flacid paralysis (AFP) rate per 100.000

penduduk < 14 tahun≥ 1 ≥ 1 1

13. Pencegahan dan pemberantasan penyakit TB Paru- kesembuhan penderita TBC BTA+ 35% 85% 84,8%

14. Pencegahan dan pemberantasan PenyakitISPA- Cakupan balita dengan pneumonia yang

ditangani100% 100% 34,5%

15. Pencegahan dan Pemberantasan PenyakitHIV-AIDSklien yang mendapatkan pelayanan HIV-AIDS 100% 100% -

16. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit DBD- penderita DBD yang ditangani 80% 80% 100%

17. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Diare- Balita dengan diare yang ditangani 100% 100% 91,2%

18. Pelayanan Kesehatan Lingkungan- institusi yang dibina 70% 70% 91,2%

19. Pelayanan Pengendalian Vektor- Rumah/ bangunan bebas jentik nyamuk

aedes>95% >95% 89,4%

20. Pelayanan Hyguene sanitasi Tempat-tempatUmum- Tempat-tempat umum yang memenuhi

syarat80% 80% 72,1%

21. Penyuluhan Perilaku Hidup Sehata. rumah tangga sehat 65% 65% -b. bayi yang mendapat ASI Ekslusif 80% 80% 21,8%c. desa dengan garam beryodium 90% 90% 78,6%d. posyandu purnama dan mandiri 40% 40% 11,5%

22. Penyuluhan P3 Napza- Upaya penyuluhan P3 NAPZA oleh petugas

kesehatan15% 15% 16,7%

23. Pelayanan Penyediaan Obat dan PerbekalanKesehatana. ketersediaan obat sesuai kebutuhan 90% 90% 89,9%b. obat esensial 100% 100% 90,6%c. pengadaan obat generik 100% 100% 90,1%

24. Pelayanan Penggunaan Obat Generik- penulisan resep obat generik 90% 90% 96,9%

25. Penyelenggaraan Pembiayaan untukpelayanan kesehatan- cakupan jaminan pemeliharaan pra bayar 80% 80% 100%

26. Penyelenggaraan Pembiayaan untuk Gakin dan Masyarakat rentan- cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan

gakin dan masyarakat rentan100% 100% 100%

27. Indikator Tambahana. Pelayanan Kesehatan Kerja :

Cakupan pelayanan kesehatan kerja pada 80% 80%

Page 180: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 165165

No Indikator TargetNasional

2007Target Capaian

pekerja formalb. Pelayanan kesehatan usia lanjut

Cakupan pelayanan kesehatan pra usialanjut dan usia lanjut

70% 70% 53,6%

c. Pelayanan giziCakupan wanita usia subur yangmendapat kapsul Yodium

80% 80% -

d. Pencegahan dan pemberantasan PenyakitHIV-AIDS

Darah donor diskrining penyakit HIV-AIDS 100% 100% 100%e. Pencegahan dan pemberantasan Penyakit

MalariaPenderita malaria yang diobati 100% 100% 100%

f. Pencegahan dan Pemberantasan PenyakitKusta

Penderita kusta yang selesai berobat (RTFrate)

>90% >90% 63,2%

g. Pencegahan dan Pemberantasan PenyakitFilariasis

Kasus filariasis yang ditangani ≥90% ≥90% 100%Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar

Keberhasilan pencapaian target-target indikator SPM ditentukan olehbanyak faktor, di antaranya dukungan dari pemerintah daerah denganmenyediakan kebijakan-kebijakan lokal. Untuk pencapaian indikator SPMKabupaten Banjar menunjukkan tingkat capaian yang cukup baik sebagaimanaterdapat pada tabel di atas.

Memang diakui ada beberapa indikator yang nilai capaiannya belumoptimal, seperti:

Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah, yangbaru mencapai 19,6% dari target sebesar 90%.

Cakupan rawat inap yang mencapai 0,07% dari target 1,5%. Cakupan balita dengan pneumonia yang ditangani baru mencapai 34,5%

dari 100% yang menjadi target nasional. Bayi yang mendapat ASI ekslusif sebesar 21,8% dari target sebesar 80%. Posyandu purnama dan mandiri sebesar 11,5% dari target sebesar 40%.

4. Provinsi Bali

Di Kota Denpasar target yang harus dicapai program kesehatan setiaptahunnya telah tertuang dalam Standar Pelayanan Minimal Kesehatan.Standar Pelayanan Minimal (SPM) pada hakekatnya merupakan bentuk-bentuk pelayanan kesehatan yang selama ini telah dilaksanakan olehPemerintah Kabupaten/Kota, yang merupakan jenis pelayanan yang bersifat

Page 181: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah166

spesifik daerah yang merupakan permasalahan kesehatan masyarakat danterkait dengan kesepakatan global. Adapun Standar Pelayanan Minimal (SPM)dimaksud adalah sebagai berikut:

Tabel. 4.25Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Bidang Kesehatan Kota Denpasar

No Indikator SatuanTarget

Nasional 2006 2007 2008 2009 2010

1 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi

a. Persentase Cakupankunjungan Bumil (K4) % 95 95 95 95 95 95

b. Persentase CakupanPersalinan ditolongnakes

% 90 100 100 100 100 100

c. Persentase Bumil Ristidirujuk % 100 100 100 100 100 100

d. Persentase cakupankunjungan neonatus % 90 90 90 95 95 95

e. Persentase cakupankunjungan bayi % 90 80 85 90 95 100

f. Persentase cakupan BBLRyang ditangani % 100 100 100 100 100 100

2 Pelayanan kesehatan anak pra sekolah

a. Persentase cakupandeteksi tumbuh kembanganak balita danprasekolah

% 90 75 75 80 85 90

b. Persentase cakupanpemeriksaan kesehatansiswa SD dan setingkatoleh tenagakesehatan/tenagaterlatih (guru UKS) ataudokter kecil

% 100 75 75 80 95 100

c. Persentase cakupanyankes remaja % 80 60 65 70 75 80

3 Pelayanan Keluarga Berencana

a. Persentase cakupanpeserta KB aktif % 70 80 80 83 85 90

4 Pelayanan Imunisasi

b. PersentaseDesa/Keluraha UCI % 100 100 100 100 100 100

5 Pelayanan pengobatan/perawatan

Page 182: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 167167

No Indikator SatuanTarget

Nasional 2006 2007 2008 2009 2010

a. Persentase cakupanrawat jalan % 15 20 25 30 35 35

b. Persentase cakupanrawat inap % 1,5 10 10 15 15 20

6 Pelayanan kesehatan jiwa

a. Pelayanan gangguan jiwadi sarana pelayanankesh.umum

% 15 3 5 8 10 15

7 Pemantauan Pertumbuhan Balita

a. Persentase Balita yangnaik berat badannya % 80 70 70 75 80 85

b. Persentase Balita bawahgaris merah % < 15 < 15 < 15 < 15 < 15 < 15

8 Pelayanan Gizi

a. Persentase cakupanbalita mendapat Vit.A 2kali per tahun

% 90 90 90 90 95 95

b. Persentase cakupan ibuhamil mendapat 90tablet Fe

% 90 80 80 85 90 90

c. Persentase cakupanpemberian mknpendamping ASI bayiBGM dari Gakin

% 100 100 100 100 100 100

d. Persentase Balita Giziburuk mendapatperawatan

% 100 100 100 100 100 100

9 Pelayanan Obstetrik & Neonatal Emergency Dasar & Komperhensif

a. Persentase aksestersedianya darah dankomponen yang amanuntuk menanganirujukan bumil danneonatus

% 80 75 80 80 85 90

b. Persentase bumilristi/komplikasi yangditangani

% 80 75 8/0 80 85 90

c. Persentase Neonatalresiko tinggi/komplikasiyang ditangani

% 80 75 80 80 85 90

10 Pelayanan Gawat Darurat

a. Persentase saranakesehatan dg.Kemampuan yan gawatdarurat yg dpt diaksesmasyarakat

% 90 100 100 100 100 100

Page 183: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah168

No Indikator SatuanTarget

Nasional 2006 2007 2008 2009 2010

11 Penyelenggaraan penyelidikan epid & penangg. KLB & Gizi Buruk

a. PersentaseDesa/Kelurahan KLB ygditangani <24 jam

% 80 100 100 100 100 100

b. Persentase kecamatanbebas rawan gizi % 80 80 80 85 90 95

12 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Polio

a. Persentase AFP rate per100.000 penduduk <15th

% ≥ 1 > 1 > 1 > 1 > 1 > 1

13 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TB Paru

a. Persentase kesembuhanTB - BTA (+) % > 85 > 85 > 85 > 85 > 85 > 85

14 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit ISPA

a. Persentase CakupanBalita dg Pneumoniaditangani

% 100 90 95 100 100 100

15 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIV-AIDS

a. Persentase klienmendapat pelayananHIV-AIDS

% 100 100 100 100 100 100

b. Persentase IMS diobati % 100 100 100 100 100 100

16 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit DBD

a. Persentase penderitaDBD ditangani % 80 75 80 85 85 85

17 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Diare

a. Persentase Balita Diareditangani % 100 75 80 90 95 100

18 Pelayanan Kesehatan Lingkungan

a. Persentase institusi ygdibina kesling % 70 - - - - -

19 Pelayanan pengendalian vektor

a. Persentase ABJ % > 95 > 95 > 95 > 95 > 95 > 95

20 Pelayanan Hygiene Sanitasi Tempat Umum

e. Persentase TTUmemenuhi syarat % 80 85 86 88 89 90

21 Penyuluhan perilaku Sehat

a. Persentase RT sehat % 65 70 73 75 80 85

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Denpasar

Page 184: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 169169

Hasil SUSENAS 1999 menunjukan bahwa Angka Kematian Bayi (AKB) dipropinsi Bali sebesar 30,71 per 1000 kelahiran hidup. Hasil SKRT 1999 di Jawa-Bali tentang pola penyebab kematian bayi adalah gangguan perinatal (33,5%,penyakit sistem pernapasan 32,1%, Diare 9,6%, Penyakit sistem syaraf 6%,penyakit infeksi dan parasit lain 4,1%, tetanus 2,3%. Angka Kematian Bayi(AKB) di Kota Denpasar mulai mengalami peningkatan dari 7,7 per 1000 KHpada tahun 2004 menjadi 14,8 per 1000 KH pada tahun 2006. Jikadibandingkan dengan cakupan AKB di Tingkat Propinsi Bali pada tahun 2006yaitu sebesar 9,64 per 1000 KH, cakupan AKB di Kota Denpasar masih lebihtinggi, namun masih dibawah target nasional yaitu sebesar 35 per 1000kelahiran hidup maupun target Propinsi dan Kota Denpasar sebesar 30 per1000 kelahiran hidup. Rendahnya Angka Kematian Bayi di Kota Denpasarmenunjukan pelayanan kesehatan bagi bayi cukup baik karena petugas dansarana kesehatan sudah menjangkau seluruh wilayah desa/kelurahan yangada di Kota Denpasar.

Sementara itu Angka Kematian Balita (AKABA) (1-5 tahun) adalahjumlah kematian anak umur 1-5 tahun per 1000 kelahiran hidup. AKABAmenggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak-anak dan faktor-faktorlain yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi,penyakit infeksi dan kecelakaan. Angka Kematian Balita (AKABA) di KotaDenpasar dalam lima tahun terakhir tergolong masih rendah meskipun adapeningkatan dari 0,32% pada tahun 2005 menjadi 6,34% pada tahun 2006.Kalau dibandingkan dengan estimasi kematian Balita di propinsi Bali yangdihitung dari Badan Pusat Statistik tahun 1999 sebesar 59 per 1000 kelahiranhidup, angka tersebut tergolong masih rendah. Kalau dilihat dari Hasil SKRT1999 di Jawa Bali menunjukan 5 penyebab kematian balita yaitu penyakitsistim pernafasan 30,8%, gangguan perinatal 21,6%, diare 15,3%, Infeksi danparasit lain 6,3%, saraf 5,5%, tetanus 3,65 %.

Rendahnya angka kematian balita (AKABA) di Kota Denpasardisebabkan karena baiknya gizi balita, rendahnya faktor risiko yangmengakibatkan kematian bagi balita, perilaku orang tua dalam pemberian gizianak cukup baik serta peranan dari petugas kesehatan dalam memberikanpelayanan kesehatan.

Untuk Kematian Ibu Maternal (AKI) berguna untuk menggambarkantingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi, kesehatan ibu, kondisikesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil,waktu melahirkan dan masa nifas. Angka kematian ibu sampai saat ini barudiperoleh dari survei-survei terbatas seperti penelitian dan pencatatan pada12 rumah sakit pendidikan (1977-1980) diperoleh AKI 370 per 100.000kelahiran hidup. Hasil SKRT 1997 Angka Kematian Ibu sebesar 373 per 100.000kelahiran hidup.

Page 185: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah170

Angka kematian ibu maternal di Kota Denpasar dalam lima tahunterakhir berfluktuatif dimana AKI tertinggi terjadi tahun 2004 sampai padatahun 2006, maka Angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Denpasar berada dibawahdari Angka Kematian Ibu (AKI) di Tingkat Propinsi Bali maupun nasional. UpayaPerbaikan Gizi Keluarga (UPGK) merupakan serangkaian kegiatan yangdirencanakan dan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan status gizidan derajat kesehatan dalam lingkup keluarga yang kegiatannya difokuskan diposyandu. Upaya penanggulangan masalah kurang vitamin A masih bertumpupada pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada anak balita pada bulanPebruari dan Agustus. Kontribusi kapsul vitamin A dosis tinggi diintegrasikanmelalui posyandu dan Puskesmas. Secara umum cakupan vitamin A dosistinggi pada balita di Kota Denpasar sudah melebihi target tahunan yang telahditetapkan baik di tingkat propinsi Bali maupun Kota Denpasar.

Sedangkan upaya penanggulangan anemia gizi diprioritaskan padakelompok rawan yaitu ibu hamil, balita, anak usia sekolah wanita usia suburtermasuk remaja putri dan pekerja wanita. Selama ini upaya penanggulangananemia gizi difokuskan kepada sasaran ibu hamil dengan suplementasi tabletbesi folat (200 mg feSO4 dan 0,25 mg asam folat) dengan memberikan setiaphari 1 tablet selama minimal 90 hari berturut-turut. Untuk Kota Denpasarmenunjukkan bahwa cakupan Fe 1 dan Fe 3 pada ibu hamil secara umumsudah melebihi target yang telah ditetapkan untuk masing-masing tahun.

Kota Denpasar pada dasarnya bukan merupakan daerah endemik GAKY(gangguan akibat kekurangan yodium). Namun demikian sebagai upayapencegahan terhadap GAKY telah dilakukan pemantauan terhadappenggunaan/konsumsi garam beryodium di tingkat kecamatan denganmengambil 42 desa/kelurahan sebagai sampel. Hasil pemantauanmenunjukkan bahwa hanya 69,05% saja atau 29 desa/kelurahan yangtergolong dalam kategori baik.

Bayi dengan berat badan di bawah 2500 gram atau Bayi dengan BBLR(Berat Badan Lahir Rendah) pada saat lahir tergolong kasus BBLR yang sangatrentan terhadap berbagai penyakit dan berpotensi menderita gizi buruk jikatidak ditangani dengan baik. Jumlah kasus bayi BBLR dalam lima tahun terakhirberfluktuatif, dimana kasus paling banyak terjadi pada tahun 2003 sebanyak848 kasus kemudian tahun 2004 dan tahun 2005 menurun menjadi 239 kasusdan 221 kasus, namun pada tahun 2006 kasus bayi BBLR kembali meningkatmenjadi 261 kasus.

Untuk mengukur keadaan status gizi anak balita saat ini digunakanstandar WHO – NCHS, kasus gizi buruk pada balita di Kota Denpasarmenunjukkan adanya peningkatan dalam kurun waktu lima tahun terakhir,namun secara umum masih dibawah ambang batas yang telah ditetapkanyaitu < 1 %. Untuk pemantauan tumbuh kembang balita sampai saat ini masihmengacu pada hasil penimbangan bulanan balita di posyandu. Balita

Page 186: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 171171

mengalami hambatan atau gangguan dalam pertumbuhan apabila posisi beratbadan anak berada di bawah pita warna merah atau BGM.

Jumlah balita BGM di Kota Denpasar dalam lima tahun terakhirmengalami peningkatan dari 0,1% pada tahun 2002 menjadi 0,79% pada tahun2006. Meskipun kasus balita gizi buruk maupun kasus balita BGM di KotaDenpasar mengalami peningkatan dalam kurun waktu lima tahun, namunsecara umum masih berada dibawah ambang batas yang telah ditetapkan. Inimenunjukkan bahwa upaya menciptakan SDM yang berkualitas sudahmendapatkan perhatian yang sangat serius dari Pemerintah Kota Denpasar.

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi mulai dari lahirsampai berumur 6 bulan tanpa diberi makanan tambahan apapun karenasampai umur tersebut kebutuhan zat gizi bayi bisa dipenuhi dari ASI atau airsusu ibu saja. Berdasarkan Data yang diperoleh menunjukkan bahwa dalamlima tahun terakhir cakupan ASI eksklusif di Kota Denpasar berfluktuatif danmasih di bawah target yang ditetapkan baik secara nasional (80%) maupuntarget yang ditetapkan secara lokal (70%).

Posyandu merupakan salah satu upaya kesehatan bersumber dayamasyarakat (UKBM). Di Kota Denpasar, lambatnya perkembangan posyanduke arah posyandu mandiri tidak terlepas dari kurang berperan sertanyamasyarakat dalam penyelenggaraan kegiatan posyandu terutama dalam haldukungan dana untuk operasional kegiatan posyandu yang berasal daribantuan pemerintah.

Untuk pemberantasan Penyakit menular Bersumber Binatang sepertiMalaria, Angka kesakitan malaria untuk Jawa Bali diukur dengan AnnualParasite Rate Incidence (API). Sampai dengan tahun 2006 baru terdapat 2kasus penyakit malaria di Kota Denpasar. Demam Berdarah Dengue (DBD)Jumlah kasus demam berdarah di Kota Denpasar cenderung mengalamipeningkatan setiap tahunnya. Angka insiden Demam Berdarah Dengue (DBD)sempat mengalami penurunan sampai batas terendah pada tahun 2004menjadi 178,3 kasus per 100.000 penduduk. Namun kondisi tersebut tidakbertahan lama karena terjadi lagi lonjakan kasus dan puncaknya pada tahun2006 kasus DBD sampai mencapai angka 517 per 100.000 penduduk KotaDenpasar. Penyakit diare masih merupakan salah satu faktor penyebabkematian pada balita. Adanya di Kota Denpasar trend lonjakan kasus iniperlu segera diantisipasi untuk menghindari terjadinya KLB di tahun-tahunyang akan datang.

Jumlah kasus pneumonia pada balita yang dilaporkan berobat di saranapelayanan kesehatan baik di Puskesmas maupun RSU dalam lima tahunterakhir di Kota Denpasar berfluktuatif yang menunjukkan bahwa prevalensikasus penyakit pneumonia pada balita di Kota Denpasar dalam lima tahunterakhir berfluktuatif dimana kasus tertinggi terjadi pada tahun 2003 (14,47%),

Page 187: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah172

kemudian terjadi penurunan prevalensi kasus pada tahun 2004 (8,32%) dantahun 2005 (2,51%), namun pada tahun 2006 kasus kembali meningkatdengan prevalensi 7,02%.

Penyakit tuberkulosis paru masih merupakan masalah kesehatanmasyarakat menunjukkan bahwa pada tahun 2004 dan tahun 2005 kasusTuberkulosis Paru di Kota Denpasar mengalami penurunan masing-masingmenjadi 0,28 per 1000 penduduk dan 0,22 per 1000 penduduk, akan tetapipada tahun 2006 penemuan kasus meningkat lagi menjadi 0,60 per 1000penduduk Kota Denpasar. Untuk Aquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS)Penyebaran HIV-AIDS tidak mengenal batas daerah maupun wilayah.Perkembangan kasus AIDS dan infeksi HIV yang dilaporkan di Kota DenpasarMeningkatnya kasus HIV-AIDS disebabkan oleh beberapa faktor seperti kurangbaiknya perilaku sex dan pemakaian narkoba melalui jarum suntik sertaadanya darah yang tercemar virus HIV saat tranfusi darah dilaksanakan. Salahsatu upaya dalam rangka menanggulangi penularan HIV – AIDS melaluitranfusi darah, maka pada tahun 2006 Unit Tranfusi Darah (UTD) PMI CabangKota Denpasar melakukan skrining terhadap 1.587 pendonor darah. Darijumlah tersebut sebanyak 1.495 sampel darah diperiksa dan hasilnya sebanyak16 sampel darah (1,07%) postif terinfeksi HIV-AIDS.

Infeksi Menular Seksual (IMS) IMS merupakan jenis penyakit yang dapatditularkan melalui hubungan seks dengan orang yang mengidap IMS. Kasuspenyakit infeksi menular seksual (IMS) dalam lima tahun terakhir palingbanyak tercatat pada tahun 2003 yaitu terjadi penurunan jumlah kasus mulaitahun 2004 sampai tahun 2006. Penyakit Yang Dapat Dicegah DenganImunisasi (PD3I) seperti Poliomyelitis dan Acute Flaccid Paralysis (AFP)merupakan salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.Penyebab penyakit tersebut adalah virus polio. Hasil surveilens aktif padatahun 2002 s/d 2006 di Kota Denpasar kasus lumpuh layuh (AFP) di KotaDenpasar dalam periode lima tahun cenderung mengalami peningkatan.Penyakit campak adalah penyakit akut yang mudah menular baik pada balita,anak-anak maupun orang dewasa yang disebabkan oleh virus campak dalamlima tahun terakhir paling tinggi terjadi pada tahun 2002 (3,81%) namunberkat pelaksanaan imunisasi campak secara rutin di puskesmas pada bayiatau balita sehingga prevalensi penyakit campak sudah bisa ditekan menjadi0,96 % pada tahun 2006. Upaya-upaya Pencegahan terhadap Penyakit Gigi danMulut, Pelayanan kesehatan gigi dasar meliputi tumpatan gigi tetap sebanyak7.449 (63,84%) dan pencabutan gigi tetap 4.220 (36,16%). Rasio tambal dancabut sebagai pelayanan dasar gigi dan mulut di Kota Denpasar mencapaiangka 1,8. Disamping perawatan kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakandi tingkat puskesmas, kegiatan ini juga dilaksanakan di tingkat sekolah dasaratau sederajat melalui program UKGS sebagai program promotif dan preventifkesehtan gigi dan mulut di tingkat sekolah dasar atau sederajat.

Page 188: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 173173

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), untuk menanggulangi rumahtangga yang rawan terhadap penyakit infeksi dan non infeksi, maka setiaprumah tangga yang ada perlu diberdayakan untuk melaksanakan PerilakuHidup Bersih dan Sehat (PHBS). Data lima tahun terakhir menunjukkan bahwaterjadi peningkatan jumlah rumah tangga yang ber-PHBS di Kota Denpasarmulai tahun 2002 s/d 2005 upaya ini dilakukan dengan menggerakkan danmemberdayakan keluarga atau anggota rumah tangga untuk hidup bersih dansehat agar setiap keluarga tahu, mau dan mampu menolong diri sendiri dibidang kesehatan.

Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan NAFZA, beberapaperilaku masyarakat yang merugikan kesehatan antara lain penggunaannarkotika, obat psikotropika dan zat aditif. Salah satu upaya yang dapatdilakukan untuk menanggulangi penyalahgunaan NAFZA adalahpenyebarluasan informasi kesehatan melalui penyuluhan kepada anak sekolahserta kelompok potensial lainnya di masyarakat.

Program Kesehatan Lingkungan, Penyakit infeksi dan parasit berkaitandengan penggunaan air bersih, jamban keluarga, pengelolaan sampah danpembuangan air limbah. Persentase keluarga yang memiliki akses air bersih diKota Denpasar pada tahun 2006 sudah mencapai 100%. Akses air bersihbersumber dari ledeng dengan persentase tertinggi yaitu 68,92% kemudiandiikuti akses air bersih bersumber dari sumur gali 28,93%, sumur pompatangan (SPT) 4,15% dan yang terkecil bersumber dari lain-lain sebesar 0,10%.

Upaya ini termasuk Rumah/Bangunan Bebas Jentik dalam rangkapencegahan terhadap DBD, di Kota Denpasar telah dilakukan pengamatanjentik secara berkala dan cakupan KK yang memiliki jamban dan saranasanitasi berupa tempat sampah pada tahun 2006 tidak dilaporkan.Pengelolaan air limbah ditingkat keluarga sudah mulai mendapatkanperhatian. Dari 113.850 KK yang ada, yang memiliki pengelolaan air limbahsebanyak 87.552 KK (76,90%).

Pelayanan kesehatan bertujuan meningkatkan pemerataan dan mutuupaya kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna serta terjangkau olehsegenap masyarakat. Sasarannya adalah tersedianya pelayanan kesehatandasar dan rujukan oleh pemerintah dan swasta yang didukung oleh partisipasidan sistem pembiayaan pra upaya. Program ANC bertujuan untukmenurunkan angka kematian ibu melahirkan sehingga dapat meningkatkanderajat kesehatan. Kegiatan ANC di Kota Denpasar meliputi pertolonganpersalinan oleh tenaga kesehatan, Kunjungan ibu hamil (K1 dan K4) dankunjungan neonatus.

Cakupan kegiatan ANC dalam lima tahun terakhir rata-rata mengalamipenurunan. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan padatahun 2004 merupakan hasil tertinggi yang pernah dicapai (100%), sedangkan

Page 189: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah174

dua tahun sebelumnya (2002 s/d 2003) serta dua tahun sesudahnya (2005 s/d2006) hasil yang dicapai berada di bawah target yang ditetapkan secaranasional (95%). Cakupan kunjungan ibu hamil (K4) dengan hasil tertinggi hanyatercapai pada tahun 2003 yaitu sebesar 95,31% sedangkan cakupan terendahdicapai pada tahun 2006 yaitu sebesar 68,98%. Secara umum cakupankunjungan ibu hamil (K4) masih berada di bawah target yang ditetapkan(95%).

Cakupan kunjungan neonatus dalam lima tahun terakhir kelihatanberfluktuatif. Kunjungan melebihi target yang ditetapkan tercapai pada tahun2002, 2003 dan 2005, sedangkan cakupan yang berada di bawah target yangditetapkan (90%) yaitu tahu 2004 (89,37%) dan 2006 (79,60%). Imunisasi Bayidan Ibu hamil, Secara Nasional cakupan Desa/Kelurahan Universal ChildImmunization (UCI) ditetapkan 100%. Cakupan Desa/Kelurahan UCI di KotaDenpasar pada tahun 2006 sudah mencapai 100%.

Dalam lima tahun terakhir cakupan imunisasi untuk bayi yang meliputiimunisasi BCG, HB3, Campak, Polio 3, Polio 4, DPT1 dan DPT 3 rata-rata sudahmelebihi target yang telah ditetapkan. Namun khusus untuk cakupan imunisasiHB3 pada tahun 2006 hasilnya masih berada di bawah target yang telahditetapkan. Imunisasi pada ibu hamil meliputi imunisasi TT1 dan TT2. Cakupanimunisasi TT1 dan TT2 pada ibu hamil tiap tahunnya mengalami penurunan.Pada tahun 2006 Cakupan imunisasi TT1 mencapai 69,91% sedangkan TT2mencapai 62,19%. Hasil ini masih jauh dari target yang ditetapkan yaitu 100%untuk TT1 dan 90% untuk TT2. Adanya penurunan cakupan TT ibu hamil inikemungkinan disebabkan beberapa factor antara lain mobilitas bumil yangcukup tinggi, atau beralih ke dokter spesialis kandungan (obgyn) dan juga ketempat praktek bidan swasta. Untuk mengantisipasi kemungkinan penurunancakupan imunisasi pada tahun berikutnya, maka kinerja provider dalam hal inibaik petugas kesehatan di tingkat Kota Denpasar maupun puskesmas sertainstansi terkait lainnya agar lebih ditingkatkan, serta penetapan sasaranimunisasi yang lebih akurat.

Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita, Deteksi dini tumbuh kembangbalita atau anak prasekolah adalah upaya penjaringan yang dilaksanakanuntuk menemukan penyimpangan tumbuh kembang secara dini danmengetahui serta mengenal faktor resiko terjadinya penyimpangantumbuhkembang tersebut. Bentuk pelayanannya meliputi pemeriksaan kesehatan,pemantauan berat badan dan deteksi tumbuh kembang. Pelayanan kesehatanpada kelompok remaja difokuskan pada siswa SMP/SMU. Cakupan pelayanankesehatan pada kelompok remaja di Kota Denpasar tahun 2006 barumencapai 18,24% atau pelayanan kesehatan pada kelompok remaja telahdilakukan pada 8.569 siswa SMP/SMU dari 46.974 siswa SMP/SMU yang ada diKota Denpasar.

Page 190: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 175175

Upaya untuk menjaga agar kondisi para pra usia lanjut dan usia lanjuttetap sehat dan produktif di masyarakat dan tidak menjadi beban bagikeluarga telah terintegrasi melalui program posyandu usia lanjut. Pelayananyang diberikan posyandu usia lanjut meliputi senam lansia, pemberian paketobat, PMT dan pemeriksaan kesehatan. Cakupan pelayanan kesehatan padakelompok pra usia lanjut dan usia lanjut mencapai 61,57% atau sebanyak6.218 pra usia lanjut dan usia lanjut telah memperoleh pelayanan kesehatandari 10.083 pra usia lanjut dan usia lanjut yang ada. Dibandingkan denganstandar pelayanan minimal bidang kesehatan, maka cakupan pelayanan prausia lanjut dan usia lanjut di Kota Denpasar masih di bawah target yangditetapkan (70%)

Untuk Pelayanan Keluarga Berencana, pada tahun 2006 tercatatsebanyak 69.737 Wanita usia subur (WUS) di Kota Denpasar. Dari jumlahtersebut sebanyak 57.700 WUS (82,74%) merupakan peserta KB aktif dan7.398 (10,61%) merupakan peserta KB baru. Sarana Pelayanan Kesehatanseperti Puskesmas, di Kota Denpasar telah dibangun 10 buah Puskesmas indukyang telah memiliki kemampuan gawat darurat serta kemampuanlaboratorium dan 26 buah puskesmas pembantu. Rumah sakit yang ada diKota Denpasar terdiri dari 3 buah rumah sakit pemerintah dan 13 buah rumahsakit swasta yang secara keseluruhan sudah memiliki kemampuan gawatdarurat, memiliki akses ketersediaan darah untuk ibu hamil dan neonatus yangdirujuk, memiliki kemampuan laboratorium kesehatan serta khusus.

Pelayanan Penyediaan Obat Dan Perbekalan Kesehatan, dalam rangkamenunjang pelayanan kesehatan di Kota Denpasar dibutuhkan 105 jenis ObatEssensial dan 104 jenis Obat Generik. Pada tahun 2006 ketersediaan obatsesuai kebutuhan baru mencapai 62% untuk Obat Essensial dan 68% untukObat Generik. Jika mengacu pada SPM (Standar Pelayanan Minimal) dalamPelayanan dan Penyediaan Obat, maka ketersdiaan obat sesuai kebutuhanmasih di bawah target yang ditetapkan pada SMP yaitu sebesar 90% maupuntarget yang ditetapkan Dinas Kesehatan Kota Denpasar (100%). Dilihat darisegi pengadaan obat, maka pengadaan Obat Essensial baru mencapai 72%,sedangkan pengadaan Obat Generik baru mencapai 80%. Pengadaan keduajenis obat ini (Essensial maupun Generik) jika mengacu pada SPM (90%) dantarget yang ditetapkan Dinas Kesehatan Kota Denpasar (100%), keduanyamasih dibawah target yang ditetapkan. Ketersediaan Obat Generik Berlogo diKota Denpasar pada tahun 2006 terdiri dari 110 jenis obat dengan tingkatketersediaan < 100% meliputi 67 jenis obat, sedangkan siasanya 43 jenis obatdengan tingkat ketersediaan mencapai ≥ 100%. Penulisan resep obat generikdi 10 puskesmas yang ada di Kota Denpasar rata-rata mencapai 96,04%.Sedangkan sisanya 3,96% merupakan resep obat non generik.

Terkait dengan telah menetapkan pendekatan baru dalamPembangunan Kesehatan dari ”paradigma sakit” ke “paradigma sehat”, di

Page 191: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah176

mana upaya pencegahan dan promosi lebih diutamakan tanpa mengabaikanupaya pengobatan dan rehabilitasi. Bertolak dari pendekatan tersebut, makaarah kebijakan dan pembangunan kesehatan yang tersirat dalam visipembangunan kesehatan Kabupaten Jembrana ditetapkan dengan mengacupada visi pembangunan kesehatan yang dikenal dengan Indonesia Sehat 2010,yaitu suatu keadaan di mana manusia hidup dalam lingkungan sehat,berperilaku hidup bersih dan sehat, akses terhadap pelayanan kesehatan sertamemiliki derajat kesehatan yang optimal.

Dengan visi tersebut, Kabupaten Jembrana telah merumuskan misipembangunan kesehatan yaitu menggerakkan pembangunan kesehatan yangberwawasan kesehatan, memelihara dan meningkatkan kesehatan individu,keluarga, masyarakat dan lingkungannya, memelihara dan meningkatkanpelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau dan mendorongkemandirian masyarakat untuk hidup bersih dan sehat.

Untuk menunjang pencapaian pembangunan kesehatan telahdikelompokkan program dan kegiatan pelaksanaannya yang ditentukanberdasarkan indikator - indikator pencapaiannya. Adapun indikator-indikatoryang dibahas antara lain :

Derajat Kesehatan, Gambaran terhadap derajat kesehatan diukurberdasarkan indikator - indikator seperti Umur Harapan Hidup, AngkaKematian, Angka Kesakitan dan Status Gizi. Umur Harapan Hidup, Derajatkesehatan masyarakat selain ditentukan oleh menurunnya Angka Kesakitandan Angka Kematian juga ditentukan oleh meningkatnya Umur HarapanHidup. Tinggi rendahnya Angka Umur Harapan Hidup menggambarkan tinggirendahnya taraf hidup suatu daerah. Dengan melihat Angka Kematian Bayidan Angka Umur Harapan Hidup dapat ditentukan indeks mutu hidup atauIndeks Pembangunan Manusia suatu daerah secara lengkap. Estimasi hasilpenelitian BPS menunjukkan bahwa Umur Harapan Hidup KabupatenJembrana mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006Umur Harapan Hidup Kabupaten Jembrana menunjukkan peningkatan dari71,4 tahun pada tahun 2005 menjadi 71,45 tahun pada tahun 2006.

Angka Kematian, secara umum berkaitan erat dengan tingkat AngkaKesakitan dan Status Gizi. Indikator untuk menilai keberhasilan programpembangunan kesehatan dapat dilihat dari perkembangan Angka Kematian.Besarnya tingkat Angka Kematian dapat dilihat dari beberapa indikator, antaralain : Angka Kematian Bayi ( AKB ). Angka Kematian Bayi atau Infant MortalityRate adalah kematian bayi di bawah usia 1 tahun tiap 1.000 kelahiran hidup.Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator terhadap persediaan,pemanfaatan dan kualitas pelayanan prenatal.

Tahun 2004 Angka Kematian Bayi di Kabupaten Jembrana adalah 8,95 /1.000 Kelahiran Hidup mengalami peningkatan pada tahun 2005 menjadi

Page 192: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 177177

10,30 / 1.000 Kelahiran Hidup dan pada tahun 2006 kembali meningkatmenjadi 14,25 / 1.000 Kelahiran Hidup. Hal ini menunjukkan bahwa AngkaKematian Bayi tahun 2006 mengalami peningkatan sebesar 38,35 %dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Apabila dibandingkan dengan targetyang hendak dicapai Provinsi / Kabupaten Sehat tahun 2010 sebesar 17 /1.000 KH, maka AKB Kabupaten

Angka Kematian Balita ( AKABA ), Jumlah Kematian Balita tahun 2006sebanyak 10 jiwa dari jumlah 3.931 jiwa kelahiran hidup. Angka KematianBalita Kabupaten Jembrana tahun 2004 sebesar 10 / 1.000 KH, meningkatmenjadi 13,38 / 1.000 KH pada tahun 2005, selanjutnya menurun menjadi 2,54/ 1.000 KH pada tahun 2006. Ini menunjukkan bahwa Angka Kematian Balitadapat ditekan sebesar 80,42 % bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.Namun bila dibandingkan dengan target Provinsi / Kabupaten Sehat tahun2010 sebesar 17 / 1.000 KH, maka AKABA Kabupaten Jembrana masih lebihbaik dari target tersebut.

Angka Kematian Ibu ( AKI ), Angka Kematian Ibu atau MaternalMortility Rate ( MMR ) menunjukkan jumlah kematian ibu pada setiap100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu Kabupaten Jembrana tahun2004 sebesar 105,26 / 100.000 KH naik menjadi sebesar 128,70 / 100.000 KHpada tahun 2005 selanjutnya menurun menjadi 50,88 / 100.000 KH padatahun 2006. Hal ini menunjukkan bahwa Angka Kematian Ibu dapat ditekansebesar 60,47 % bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Apabiladibandingkan dengan target Provinsi / Kabupaten Sehat tahun 2010 sebesar100 / 100.000 KH, maka AKI Kabupaten Jembrana masih lebih baik dari targettersebut.

Angka Kematian Kasar ( AKK ), Angka Kematian Kasar ( AKK ) atau CrudeDeath Rate ( CDR ) menunjukkan jumlah kematian yang terjadi per 1.000penduduk pada pertengahan tahun yang terjadi di suatu daerah. TingginyaAngka Kematian Kasar menunjukkan keadaan status kesehatan, ekonomi,lingkungan fisik dan biologik masyarakat di wilayah tersebut masih rendah.Menurut Data Dinas Naker Kependudukan, Capil dan KB KabupatenJembrana, jumlah kematian penduduk dalam tahun 2006 sebanyak 496 jiwa.Merujuk dari data tersebut maka Angka Kematian Kasar ( CDR ) KabupatenJembrana mencapai 1,92 per 1.000 penduduk. Dari jumlah tersebut, penyebabkematian menunjuk pada penyebab kematian utama penduduk di KabupatenJembrana disebabkan oleh beragam faktor.

Angka Kesakitan yang diterkait dengan Pola Penyakit dan AngkaKesakitan Penderita Rawat Jalan, Di Puskesmas Pola penyakit Rawat Jalansemua golongan umur Tahun 2006 berjumlah 72.634 kasus dari laporan datakesakitan Puskesmas di Kabupaten Jembrana (data dari Dinas Kesehatan danKesos Kab. Jembrana). Sedangkan untuk di Rumah Sakit, Pola penyakit RawatJalan semua golongan umur Tahun 2006 dari laporan data kesakitan Rumah

Page 193: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah178

Sakit di Kabupaten Jembrana berjumlah 36.455 kasus dengan beragam jenispenyakit. Pola Penyakit Rawat Inap di Rumah Sakit untuk Semua GolonganUmur Tahun 2006 berjumlah 5.937 kasus. Sedangkan data untuk AngkaKesakitan Kabupaten Jembrana tahun 2004 – 2006 adalah masing-masingmemperlihatkan penurunan. Seperti yang terlihat dalam table berikut :

Tabel. 4.26Penurunan Angka Kesakitan

Kabupaten Jembrana Tahun 2004-2006

IndikatorT a h u n

2004 2005 20061 2 3 4

Angka Kesakitan 34,33 29,05 27,85Sumber : Dinas Kesehatan dan Kesos Kab. Jembrana.

Untuk Penyakit Menular Bersumber Binatang, Filariasis dan Malaria.Dalam tahun 2006 kasus Penyakit Filariasis tidak ditemukan. Sedangkanjumlah kasus Penyakit Malaria di Kabupaten Jembrana, sejak tahun 2004menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan yaitu dari 28 kasus padatahun 2004 meningkat menjadi 65 kasus pada tahun 2005 dan 82 kasus padatahun 2006. Apabila dilihat dari angka Annual Parasite Incidence ( API )mengalami fluktuasi yaitu dari 0,11/1.000 penduduk pada tahun 2004 menjadi0,07 / 1.000 penduduk pada tahun 2005 dan 0,10 / 1.000 penduduk padatahun 2006. Sesuai indikator daerah pembebasan malaria kasus indegenustidak boleh melebihi 1 / 1.000 pada tiga tahun berturut-turut. Di kabupatenJembrana dalam tiga tahun terakhir angka API masih berada di bawah 1 /1.000 ( Low Case Insidence ) dimana angka API tersebut adalah gabungankasus indegenus dan kasus import.

Jumlah kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di KabupatenJembrana dari tahun ke tahun menunjukkan trend meningkat. Pada tahun2004 ditemukan sebanyak 51 Kasus dan 1 kasus meninggal dunia dengankomplikasi radang otak. Pada tahun 2005 ditemukan sebanyak 70 kasussedangkan tahun 2006 hanya ditemukan 60 kasus tanpa kasus meninggal.

Penyakit Menular Langsung. Pada P2TB Paru Angka Deteksi Dini ( CaseDetection Rate ) Dalam Tahun 2006 Jumlah suspek TBC yang diperiksasebanyak 988 orang, meningkat 56,08 % dari pencapaian tahun 2005 sebanyak633 orang. Dan penemuan penderita BTA (+) mencapai 110 orang ataumeningkat 4,76 % dari jumlah penderita TBC tahun 2005 sebanyak 105 orang.

Untuk Pengobatan Penderita TB paru dalam Tahun 2004 jumlah kasusBTA (+) yang diobati sebanyak 102 orang, BTA (-) Ro (+) sebanyak 31 orang,Sedangkan Tahun 2005 jumlah kasus BTA (+) yang diobati sebanyak 105 orang

Page 194: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 179179

dan BTA(-) Ro(+) sebanyak 30 orang. Sedangkan Tahun 2006 jumlah kasus BTA (+)

yang diobati sebanyak 110 orang dari 110 kasus yang ditemukan dan BTA (-) Ro(+) sebanyak 33 orang. Tahun 2006 penderita Kusta yang ditemukan sebanyak12 orang, meningkat 20,00 % bila dibandingkan dengan hasil temuanpenderita Kusta Tahun 2005 sebanyak 10 orang.

P2 Diare, Penemuan dan pengobatan penderita Diare pada Balita diPuskesmas Tahun 2004 sebanyak 697 orang, pada tahun 2005 sebanyak 1.387orang, sedangkan pada Tahun 2006 sebanyak 1.866 orang. Hal inimenunjukkan adanya peningkatan sebesar 34,54 % dari tahun sebelumnya.Dalam Tahun 2004 telah dilakukan sero survey dan VCT dengan sasaran risikotinggi tertular yang bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Propinsi Bali.Ditemukan angka komulatif HIV / AIDS di Kabupaten Jembrana tahun 2004sebanyak 5 kasus, tahun 2005 sebanyak 27 kasus dan tahun 2006 sebanyak 54kasus, sedangkan kasus Siphilis tidak ditemukan.

Pencegahan dan Pengamatan Penyakit telah dilakukan melalui kegiatanimunisasi. Sasaran imunisasi pada bayi yang dilaksanakan tahun 2005 sebesar4.075 orang, dan cakupan imunisasi terdiri dari BCG 4.075 orang (91,36%), DPT1 : 4.125 orang (101,23 %)¸ HB 3 : 3.982 orang (97,72 %), Polio 4 :4.048 orang (99,34 %) dan Campak : 4.024 orang (98,75 %) dari target yangdiharapkan. Sasaran imunisasi pada bayi yang dilaksanakan tahun 2006sebesar 3.723 orang dengan cakupan imunisasi yang terdiri dari BCG : 3.800orang ( 102,07 % ), DPT.1 : 4.119 Orang (110,64 %), HB.3 : 3.867 Orang (103,87 % ), Polio : 3.713 Orang (99,73 %) dan Campak : 3.718 % ( 99,87 % ).

Sedangkan sasaran imunisasi pada Ibu Hamil pada tahun 2005 sebesar4.484 orang, dan cakupan imunisasi yang dicapai terdiri dari TT 1 : 4.032 orang( 89,92 % ), TT 2 : 3.818 orang (85,15 %) dan Boster : 287 orang (6,40 %). Dansasaran imunisasi pada Ibu Hamil pada tahun 2006 sebesar 4.090 orang, dancakupan imunisasi yang dicapai terdiri dari TT 1 : 4.090 orang ( 100,00 % ), TT 2: 2.755 orang (67,36 %) dan Boster : 90 orang ( 2,20 %). Cakupan Catch UpCampaign Tahun 2005 untuk imunisasi DT anak SD kelas I mencapai 98,35 %dari jumlah sasaran 4.956 Orang.

Berbagai upaya untuk mengatasi masalah gizi telah dilakukan melaluiProgram Upaya Perbaikan Gizi Keluarga ( UPGK ), pemberian kapsul Vitamin Auntuk anak 1 – 4 tahun, distribusi kapsul yodium untuk penduduk pada daerahrawan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium ( GAKY ), pemberian tablet Feuntuk ibu hamil dan upaya lain yang berhubungan dengan peningkatankonsumsi pangan dan pendapatan masyarakat. Diantaranya SistemKewaspadaan Pangan dan Gizi ( SKPG ), Upaya yang telah dilakukan untukmeningkatkan status gizi masyarakat antara lain melalui Upaya Perbaikan GiziKeluarga (UPGK) yang bertujuan untuk meningkatkan mutu konsumsi pangansehingga berdampak pada status gizi masyarakat. Peningkatan gizi diarahkanpada peningkatan intelektualitas, produktivitas dan prestasi kerja serta

Page 195: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah180

penurunan angka gangguan, terutama gizi kurang dan buruk.

Terkait dengan gizi buruk, Prevalensi Kekurangan Energi Balita padatahun 2006 sebesar 4,83 % mengalami peningkatan sebesar 20,99 % biladibandingkan prevalensi KEP Balita pada tahun 2005 sebesar 3,62 %.Sedangkan status gizi buruk balita pada tahun 2006 sebesar 0,48 % mengalamipeningkatan sebesar 26,00 % menjadi 0,35 % dari capaian status Gizi Burukpada tahun 2005. Kekurangan Vitamin A adalah untuk menurunkan prevalensikebutaan akibat Xerophthalmia. Dalam tahun 2006 Distribusi Vitamin A untukbalita usia 6 bulan – 5 tahun dilaksanakan bulan Februari dan Oktober.Sedangkan kegiatan sweeping Vitamin A dilaksanakan pada bulan Maret danNovember. Distribusi Vitamin A tahun 2004 sebesar 86,21 %, tahun 2005sebesar 98,53 %, sedangkan tahun 2006 sebesar 100,10 %.

Data menunjukkan bahwa target Bali Sehat 2010 untun Vitamin A sudahtercapai. Untuk Gangguan Akibat Kekurangan Yodium ( GAKY ), Program inibertujuan untuk menurunkan Angka Gondok serta mencegah munculnyakasus kretin pada bayi baru lahir. Upaya yang dilakukan dengan carapendistribusian kapsul yodium dan yodisasi garam pada keluarga-keluarga.Distribusi garam yodium pada tahun 2004 sebesar 95,81 %, tahun 2005sebesar 87,65 %, sedangkan tahun 2006 sebesar 86,95 %. Ini berarti target BaliSehat 2010 sebesar 90,00 % masih belum tercapai. Anemia gizi merupakanmasalah klasik kesehatan, terutama bagi ibu hamil. Cakupan distribusi Tabletbesi ( Fe III ) untuk ibu hamil pada tahun 2006 sebesar 100,60 % atau sebanyak3.778 orang, mengalami peningkatan 23,89 % dibandingkan distribusi TabletBesi (Fe III) tahun 2005 sebesar 81,20 %. Hal ini menunjukkan bahwa targetBali Sehat 2010 sebesar 80,00 % sudah tercapai.

Untuk program berperilaku hidup sehat, dalam tahun 2005, penyuluhanyang dilakukan di 51 desa/kelurahan, frekwensi penyuluhan sebanyak 2.324kali dengan sasaran 20.618 orang sedangkan pada tahun 2006 yangdilakukan di 51 desa /kelurahan, frekwensi penyuluhan sebanyak 1.645kali dengan sasaran 40.836 orang, menunjukkan peningkatan sebesar 98,06 %dari tahun sebelumnya.

Masyarakat sebagai pelaku upaya kesehatan sangat besar perannya.Bentuk peran tersebut terlihat dari partisipasi masyarakat dalam kegiatanposyandu, polindes dan Pos Upaya Kesehatan Kerja. Posyandu sebagai wahanakesehatan bersumber masyarakat yang memberikan pelayanan KIA, KB, Gizi,Imunisasi dan P2 Diare selain posyandu, Polindes sebagai wahana kesehatanbersumber masyarakat yang dikelola oleh Bidan Desa bersama masyarakatguna memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Upaya membangkitkanTanaman Obat Keluarga ( TOGA ) berfungsi sebagai wahana kesehatanbersumber masyarakat berupaya menghasilkan tanaman yang dapatdipergunakan oleh keluarga untuk menjaga dan meningkatkan kesehatankeluarga. Pos Upaya Kesehatan Kerja ( UKK ) sebagai wahana bersumber

Page 196: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 181181

masyarakat yang dilakukan oleh masyarakat/kelompok pekerja yang bertujuanuntuk meningkatkan produktivitas kerjanya.

Perilaku masyarakat lain perlu ditumbuhkan terutama dalam upayamenanggulangi biaya perawatan yang semakin mahal. Oleh sebab itumasyarakat dianjurkan membentuk dana Jaminan Pemeliharaan KesehatanMasyarakat ( JPKM ) untuk mengantisipasi kemungkinan jatuh sakit yangmemerlukan biaya perawatan. Di Kabupaten Jembrana, sejak tahun 2002 telahdibentuk Lembaga Asuransi Kesehatan Jaminan Kesehatan Jembrana denganmengadakan relokasi subsidi yang semula diberikan kepada sarana kesehatanpemerintah dialihkan kepada masyarakat dalam bentuk premi biaya rawatjalan pada tingkat PPK.1 bagi masyarakat yang jatuh sakit. Dan sejak tahun2006 lembaga tersebut telah ditetapkan melalui Peraturan Daerah dengannama Jaminan Sosial Daerah mencanangkan pula biaya rawat inap padatingkat PPK 2 / Paripurna bagi masyarakat yang memerlukan. Bagi pesertayang telah mengikuti program tingkat Paripurna akan mendapat subsidi biayaperawatan selama menjalani rawat inap dan rujukan.

Upaya mencapai pembangunan kesehatan lingkungan di wilayahKabupaten Jembrana, bergantung pula pada baik buruknya pelayanan airminum dan penyehatan lingkungan. Adapun kegiatan yang telah dilakukanselama tahun 2006 meliputi : Penyehatan Makanan dan Minuman, Kegiatanini bertujuan untuk menurunkan Angka Kesakitan yang disebabkan olehmakanan dan minuman. Hasil yang dicapai dalam kegiatan PenyehatanTempat Pengelolaan makanan dan minuman berupa inventarisasi,pengawasan dan grade, antara lain. Selain upaya penyehatan makanan danminuman, upaya Penyehatan Lingkungan Permukiman, Hasil kegiatan yangdilakukan antara lain terhadap : Jamban, Tempat Pengelolaan Sampah, SaranaPembuangan Air Limbah, dan Rumah. Kegiatan ini juga dilakukan berupapengawasan dan pembinaan terhadap pengguna tempat tempat umumseperti pasar, hotel, kawasan pariwisata dan kawasan industri.

Program Upaya Kesehatan adalah untuk meningkatkan pemerataan danmutu pelayanan kesehatan yang effektif dan effisien serta terjangkau olehsegenap anggota masyarakat. Sasaran program ini ditujukan agar tersedianyasarana pelayanan kesehatan dasar dan rujukan baik oleh pemerintah maupunswasta yang didukung oleh peran serta masyarakat dan sistem pra-upaya.Upaya itu diantaranya Pelayanan Kesehatan Dasar dengan pembangunan danrehabilitasi sarana pelayanan seperti Puskesmas dan Puskesmas Pembantuyang didukung pula dengan Puskesmas Keliling dan tenaga kesehatan disarana-sarana kesehatan. Meski demikian, penampilan dan mutu pelayanankesehatan dirasakan belum optimal. Hal ini disebabkan lemahnya sistemmanajeman dan belum mantapnya pelayanan rujukan serta kurangnyadukungan logistik dan biaya operasional untuk mendukung pelayanan yangakan diberikan.

Page 197: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah182

Jumlah kunjungan rawat jalan di poli umum di Puskesmas padatahun 2006 berjumlah 72.162 orang meningkat 2,36 % dari jumlah kunjunganrawat jalan tahun 2005 sebesar 70.496 orang. Rata-rata kunjungan pada tahun2006 di Puskesmas sebanyak 33 orang/ Puskesmas/hari menurun 15,38 %dibandingkan rata-rata kunjungan tahun 2005 sebanyak 39 orang/Puskesmas/hari. Hal ini disebabkan kunjungan rawat jalan dengan menggunakan programJKJ lebih sering dilakukan pada kunjungan ke Praktek Dokter dan Bidan swasta.

Pada Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA ), Pelayanan Antenatal pada tahun2006 menunjukkan bahwa kunjungan pertama ibu hamil ( K1 ) sebesar 100,00% mengalami peningkatan bila dibanding tahun 2005 sebesar 92,84 %.Sedangkan pelayanan ibu hamil (K4) sebesar 94,84 % menunjukkanpeningkatan bila dibanding tahun 2005 sebesar 89,02%. Cakupan TT2 padatahun 2006 sebesar 67,34 % mengalami penurunan sebesar 20,92 % biladibanding cakupan tahun 2005 sebesar 85,15 %. Pertolongan persalinan yangditangani oleh tenaga kesehatan pada tahun 2006 mengalami peningkatansebesar 2,67 % dari 96,85 % pada tahun 2005 menjadi 99,44 % pada tahun2006.

Untuk menilai keberhasilan pelaksanaan Program Keluarga Berencanadapat ditinjau dari 3 unsur antara lain : Pencapaian target KB Baru, Cakupanpeserta KB Aktif dan penggunaan Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih ( MKET ).Dalam tahun 2006 perolehan Akseptor KB Baru mencapai 3.011 orang,mengalami peningkatan sebesar 15,32 % bila dibandingkan denganpencapaian 2005 sebesar 2.631 orang. Dari jumlah perolehan Akseptor KBBaru tersebut penggunaan alat kontrasepsi Non MKJP sebesar 2.455 orang(75,36 %) menggunakan metoda suntik) dan MKJP sebesar 556 orang (9,07%menggunakan IUD ).

Manfaat Imunisasi antara lain untuk mendapat perlindungan terhadappenyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, yang merupakan masalahpenting yang perlu ditangani secara serius, mengingat bahwa dampak dariimunisasi ini akan dapat menurunkan tingkat morbiditas (Angka Kesakitan)dan tingkat mortalitas (Angka Kematian). Cakupan imunisasi bayi pada tahun2006 mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan pencapaian tahun2005. Program Imunisasi di Kabupaten Jembrana sejak Tahun 2001 sudahmencapai cakupan Desa Universal Child Immunization ( UCI ).

Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit, Di Kabupaten Jembrana terdapatempat buah rumah sakit yang terdiri dari 1 buah RSU Daerah dan 1 buah RSSwasta Dharma Sentana, RS Khusus Bersalin Kertayasa dan RS Khusus Ibu danAnak Bunda. Jumlah tempat tidur yang tersedia di RSU Daerah sebanyak 100buah, RS Swasta Dharma Sentana 20 buah, RS Khusus Bersalin Kertayasa 20buah dan RS Khusus Ibu dan Anak Bunda 25 buah Jumlah kunjungan barurawat jalan pada tahun 2006 sebanyak 27.377.

Page 198: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 183183

Angka Kematian Netto ( Net Death Rate ), Untuk menilai mutu RumahSakit dipergunakan indikator Angka Kematian Neto ( NDR ), yaitu angkakematian 48 jam pasien rawat inap per 1.000 pasien keluar hidup dan mati.NDR pada RSUD Negara pada tahun 2006 sebesar 24,46 º/oo, NDR RSUDharma Sentana 21,17º/oo, NDR RSK. Kertayasa 2,66º/oo, NDR RSK. Bunda0,00 º/oo. Dari angka-angka NDR pada tahun 2006 tersebut masih dapatditolerir karena masih berada di bawah NDR Ideal sebesar 25 per 1.000 pasienkeluar. Angka Kematian Umum (Gross Death Rate). Berdasarkan data GDR dariRSUD Negara berada di atas GDR Ideal sebesar 45 per 1.000 pasien keluarsedangkan RS yang lainnya berada di bawah GDR Ideal. Sementara ituberdasarkan data dari Kabupaten Jembarana rata-rata lama hari perawatan(LOS) pada RSU yang ada masih berada di bawah Angka LOS Ideal yangberkisar 6 – 9 hari.

Indikator ini memberikan penilaian tingkat efisiensi pelayanan RumahSakit. Idealnya tempat tidur kosong hanya dalam waktu 1 – 3 hari. Denganstandar ideal LOS antara 1 – 3 hari, menunjukkan bahwa semakin besarTOI maka tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur semakin jelek. Untukmengukur penggunaan tempat tidur Rumah Sakit maka ke tiga komponenyaitu BTO, TOI dan LOS harus dilakukan secara bersama-sama, gunamengetahui tingkat efisiensinya. Upaya Kesehatan Pelayanan Kesehatan dapatefektif dan efisien bila ditunjang dengan sumber daya, baik berupa tenaga,pembiayaan dan sarana / prasarana kesehatan yang memadai. Gambaranmengenai Keadaan Tenaga Kesehatan yang bekerja di Kabupaten Jembranapada tahun 2004 dengan jumlah penduduk 252.065 jiwa, pada tahun 2005dengan jumlah penduduk 253.403 jiwa dan tahun 2006 dengan jumlahpenduduk 260.791 jiwa berdasarkan rasio 100.000 penduduk.

Anggaran Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Jembrana yangbersumber dari Dana APBD II dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan.Pada tahun 2004 besarnya anggaran pembangunan kesehatan sebesar Rp.8.094.956.000 meningkat menjadi Rp. 10.523.522.175 pada tahun 2005 danmeningkat lagi menjadi Rp.29.981.863.127.

Kemajuan pendidikan di Kota Denpasar cukup menggembirakan.Pelaksanaan program pembangunan pendidikan di daerah telah menyebabkanmakin berkembangnya suasana belajar mengajar di berbagai jenis dan jenjangpendidikan. Dengan dilaksanakannya program pembangunan, pelayananpendidikan telah dapat menjangkau seluruh wilayah Kota Denpasar dengandibangunnya sekolah di daerah tertentu. Secara rinci, pembangunan di setiapjenjang pendidikan tidak sama, oleh karena itu, berturut-turut akan dijelaskantentang keadaan tingkat SD yang terdiri dari SD dan MI, tingkat SMP yangterdiri dari SMP dan MTs, serta tingkat SM yang terdiri dari SMA, SMK dan MA.

Pada tingkat SD (SD dan MI) berdasarkan data yang ada pada tahun2007/2008, jumlah SD dan MI sebanyak 208 sekolah, siswa baru tingkat I

Page 199: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah184

sebesar 14.325 orang, siswa seluruhnya sebanyak 78.811 orang dan lulusansebanyak 11.172 orang untuk menampung sejumlah siswa tersebut tersediaruang kelas sebanyak 1.776 dengan rincian 1221 memiliki kondisi baik, 286kondisi rusak ringan,dan 269 kondisi rusak berat. Guru yang mengajar di SDsebanyak 3.110 guru, diantaranya sebanyak 2800 guru (90.03%) layakmengajar, sebanyak 303 guru (9.74%) semi layak mengajar dan 7 guru(0.023%) tidak layak mengajar.

Tabel. 4.27Data Pokok SD/MI Kota Denpasar

Tahun 2007/2008

No Komponen SD MI SD+MI

1. Sekolah 205 3 2082. Siswa Baru Tk.I 14.159 193 14.3523. Siswa 77.601 1.210 78.8114. Lulusan 11.025 147 11.1725. Ruang Kelas

a. Baik 1.191 30 1.221b. Rusak Ringan 286 0 286c. Rusak Berat 269 0 269

6. Kelas 2.009 40 2.0497. Guru

a. Layak mengajar 2800 - 2.800b. Semi layak mengajar 303 - 303c. Tidak layak 7 - 7

8. Fasilitasa. Perpusatakaan 110 2 112b. Lapangan Olah Raga 24 - 24c. UKS 214 2 216

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Denpasar

Untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di SD dan MI terdapatfasilitas perpustakaan sebanyak 112, lapangan olahraga sebanyak 24 buah danUKS sebanyak 216 buah.

Tabel. 4.28Data Pokok SMP/ MTs Kota Denpasar

Tahun 2007/2008

No Komponen SMP MTs SMP+MTs

1. Sekolah 45 3 482. Siswa Baru Tk.I 11.420 64 11.4843. Siswa 26.059 205 26.264

Page 200: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 185185

4. Lulusan 10.322 55 10.3775. Ruang Kelas 467 8 475

a. Baik 424 8 432b. Rusak Ringan 21 0 21c. Rusak Berat 7 0 7

6. Kelas 596 8 6047. Guru 1.707 43 1.750

a. Layak mengajar 1.582 43 1.625b. Semi layak mengajar 125 0 125c. Tidak layak 0 0 0

8. Fasilitas 128 2 130a. Perpusatakaan 40 3 43b. Lapangan Olah Raga 42 3 45c. UKS 30 1 31d. Laboratorium 99 0 99

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Denpasar

Untuk tingkat SMP (SMP dan MTs), berdasarkan data yang ada padatahun 2007/2008, jumlah SMP dan MTs sebanyak 48 sekolah, siswa barutingkat I sebesar 10.132 orang, siswa seluruhnya sebesar 29.829 orang, danlulusan sebesar 9.009. untuk menampung sejumlah siswa tersebut, tersediaruang kelas sebanyak 475, dengan rincian 432 memiliki kondisi fisik baik, 21dengan kondisi rusak ringkan dan 7 kondisi rusak berat dengan jumlah kelassebesar 604 sehingga terdapat shift sebesar 3,9. Guru yang mengajar di SMPdan MTs sebanyak 1750 di antaranya yaitu sebanyak 1.625 (92.8%) adalahlayak mengajar. Untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di SMP dan MTsterdapat fasilitas perpustakaan sebesar 48 buah, lapangan olah raga sebesar45, ruang UKS sebesar 31,dan laboratorium sebesar 51 buah. Keteranganlainnnya adalah jumlah SMP (SMP dan MTs) di Kota Denpasar sebanyak 48buah. Dengan jumlah siswa sebanyak 26.264 orang dengan ruang kelassebanyak 604 ruang dan ditangani oleh guru sebanyak 1750 orang.

Sementara berdasarkan data yang ada pada tahun 2007/2008 jumlahSMA, SMK dan MA sebanyak 51 siswa baru tingkat 1 sebesar 11.441 orang,siswa seluruhnya sebesar 30.698 orang, dan lulusan sebesar 8.980 orang.Untuk menampung sejumlah siswa tersebut, tersedia ruang kelas sebanyak605, dengan rincian 588 kondisi baik, 17 kondisi rusak ringan dengan jumlahkelas 675 sehingga terdapat shift 308. guru yang mengajar di SMA, SMK danMA sebanyak 2.632 di antaranya yaitu sebanyak 2.201 (83,62%) adalah layakmengajar 389 (14,77%) semi layak mengajar, dan 42 (1.59 %) tidak layakmengajar.

Page 201: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah186

Tabel. 4.29Data Pokok SMA, MA dan SMK Kota Denpasar

Tahun 2007/2008

No. Komponen SMA MA SMK SMA+ SMK

1. Sekolah 29 1 21 512. Siswa Baru Tk.I 5.891 31 5.519 11.4413. Siswa 17.295 77 13.326 30.6984. Lulusan 5.424 16 3.540 8.9805. Ruang Kelas

a. Baik 356 0 232 588b. Rusak Ringan 17 0 0 17c. Rusak Berat - - - -

6. Kelas 436 - 372 8087. Guru 4.456 15 1.161 2.632

a. Layak mengajar 1.271 10 920 2210b. Semi layak mengajar 168 5 216 389c. Tidak layak 17 - 25 42

8. Fasilitasa. Perpusatakaan 25 - 16 41b. Lapangan Olah Raga 15 - - 15c. UKS 18 - 10 28d. Laboratorium 105 - 41 146e. Keterampilan 11 - 4 15f. BP 24 - 13 37g. Serbaguna 10 - 11 21h. Bengkel - - 13 13i. Ruang Praktek 1 - 37 38

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Denpasar

Untuk menunjang kegiatan mengajar di SMA, SMK dan MA terdapatfasilitas perpustakaan sebanyak 25 buah, lapangan olah raga sebesar 33, ruangUKS sebanyak 24 laboratorium sebanyak 51 keterampilan sebanyak 14, BPsebanyak 26 serba guna 18 dan ruang praktik sebanyak 38 buah. Biladibandingkan antara siswa SMA dengan SMK yaitu 27 dan 13 ternyata jumlahsiswa SMA lebih besar. Hal ini disebabkan jumlah SMA juga lebih besardibandingkan dengan jumlah SMK. Selain itu, pembangunan SMA lebih murahsehingga wajar jika SMA lebih banyak. Sesuai dengan banyaknya siswa yangada, lulusa SMA juga lebih banyak jika dibandingkan dengan lulusan SMK.

Dari ketiga jenis sekolah yang ada, jumlah ruang kelas yang paling besarmemiliki kondisi yang baik adalah SMA, sedangkan ruang kelas yang memilikikondisi rusak berat terdapat pada SMA. Melihat kondisi yang rusak berat ini,selayaknya jika pada jenis sekolah tersebut diprioritaskan untuk memperolehbantuan rehabiltiasi terlebih dahulu dibandingkan sekolah jenis lainnya.

Page 202: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 187187

Selanjutnya jika dilihat guru yang layak mengajar ternyata palingbanyak di SMA yaitu sebesar 87,29 persen dan yang terkecil di SMK yaitusebesar 79,24 persen. Bila dilihat fasilitas sekolah yang seharusnya ada,ternyata tidak semua fasilitas yang ada dimiliki oleh SMA, MA, atau SMK.Perpustakaan, lapangan olah raga, UKS terdapat di tiga jenis sekolah,sedangkan bengkel dan ruang praktik hanya di SMK. Kondisi sekolah yangtidak memilki fasilitas tersebut hendaknya menjadi prioritas dalampembangunan fasilitas tersebut.

Kinerja pendidikan dasar dan menengah di Kota Denpasar dimulaidengan kinerja dipandang dari sudut pemerataan pendidikan, dilanjutkandengan peningkatan mutu pendidikan, relevansi pendidikan dan diakhiridengan efisiensi internal pendidikan. Untuk pemerataan, peningkatan mutudan efisiensi internal, kinejrja yang dilihar adalah menurut jenjang pendidikanyaitu SD, SMP dan SM sedangkan untuk relevansi yang dilihat hanya SD, SMAdan SMK.

Untuk Pemerataan Pendidikan, berdasarkan APK yang ada, ternyataAPK tertinggi terdapat di tingkat SD yaitu 141,42 persen dan yang terendah ditingkat SMP yaitu 123 %. Tingginya APK di SD adalah akibat banyaknya siswausia di luar usia sekolah yang berada di jenjang tersebut. Bila dilihat per jeniskelamin, ternyata dibandingkan dengan tingkat lainnya jenjang SMP palingtinggi APK untuk anak laki-laki maupun perempuan.

Tabel. 4.30Indikator Pendidikan Dasar dan Menengah

Di Kota Denpasar

No. INDIKATOR SD+MI SPM+MTs SM + MA Lainnya1. APK 141,42 123 123,41 -

- Laki-laki 144,83 118,90 114,32 -- Perempuan 137,83 124,13 131,63 -- Kota --Desa -

2. APM 141,37 82,75 84,48 -3. Perbandingan antar jenjang 4,14 0,98 -4. Rasio

Siswa/ sekolah 382 585 1197 -Siswa/ kelas 39 42 76 -Siswa/ guru 43 13 23 -Kelas/ ruang kelas 1,76 0,75 2,73 -Kelas/ guru 1.11 0.32 0.62 -

5. Angka melanjutkan 67,85 92,44 127,10 -6. Tk. Pelayanan Sekolah 164 96 67 -7. Kepadatan Penduduk 447 192 113 -

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Denpasar

Page 203: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah188

Demikian pula untuk APM yang tertinggi terdapat di tingkat SD yaitu141, 37 persen dan yang terendah di tingkat SMP yaitu 82, 75 persen.Berdasarkan APM dapat diketahui bahwa pada tingkat SD anak usia sekolahyang bersekolan lebih banyak dibandingkan dengan tingkat lainnya. Hal itujuga menunjukkan indikator pemerataan yang paling baik terdapat di tingkatSD.

Bila sekolah antar jenjang dibandingkan, maka makin tinggi sekolahmakin kurang, hal itu ditunjukkan dari jumlah tingkat SMP berbanding tingkatSD sebesar 4,14 dan tingkat Sm berbanding tingkat SMP sebesar 0.98. makinsedikitnya jumlah sekolah di jenjang yang makin tinggi menunjukkankurangnya jumlah sekolah yang diperlukan di daerah tersebut.

Indikator berikutnya membicarakan rasio siswa per sekolah, siswa perkelas, siswa per guru, kelas per ruang kelas dan kelas per guru. Rasio siswa persekolah terpadat terdapat di tingkat Sm dengan angka 1197 dan terjarangterdapat di tingkat SD dengan angka 382. hal itu menunjukkan bahwa sekolahdi daerah ini sangat heterogen. Rasio siswa per kelas terpadat terdapat ditingkat SMA, yaitu 76 dan terjarang terdapat di tingkat SD yaitu 39.

Rasio siswa per guru juga bervariasi dengan rasio terbesar terdapatpada tingkat SD yaitu 43 dan untuk SMP yaitu 13 dan SMA adalah 23. Besarnyarasio siswa per guru ini menunjukkan kurangnya guru ditingkat tersebut.Besarnya rasio terkecil menunjukkan cukupnya guru tingkat tersebut, ruangkelas yang paling sering digunakan adalah pada tingkat tersebut masihmemerlukan ruang kelas tambahan jika diharapkan jumlah kelas yang samadengan jumlah ruang kelas sehingga tidak ada ruang kelas yang digunakanlebih dari sekali. Sejalan dengan perbandingan antara sekolah di tingkat SMPdan SD yang cukup tinggi, maka angka melanjutkan ke tingkat SMA juga cukuptinggi yaitu 127, 10. Diharapkan bila jumlah tingkat SMP ditingkatkan makaangka melanjutkan juga akan meningkat. Sebaliknya angka melanjutkan ketingkat SD lebih kecil yaitu 67.85 persen dengan melanjutkan ke tingkat SMP.Salah satu sebab rendahnya angka melanjutkan ini karena perbandingansekolah tingkat SD dan SMP juga rendah.

Rendahnya jumlah sekolah pada jenjang yang semakin tinggi dapatdilihat pada tingkat pelayanan sekolah. Pada tingkat SD tingkat pelayanansekolah lebih besar yaitu 164, jika dibandingkan dengan tingkar SMP atau SM.Hal itu disebabkan karena pada tingkat SD telah terjadi pemerataan dan wajibbelajar sekolah dasar 9 tahun telah berhasil. Sebalinya untuk tingkat SLTP danbahkan tingkat SM dilihat dari tingkat pelayanan sekolah belum merata yangdiindikasikan pada TPS tingkat SM sebesar 67 dan lebih besar di tingkat SMPsebesar 96.

Perbedaan percapaian di tingkat SD, SMP dan SM juga karena akibatperbedaan kepadatan penduduk usia sekolah, kepadatan terbesar terdapat di

Page 204: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 189189

tingkat SD dan terkecil terdapat di tingkat SM. Di samping itu, banyak desatertinggal juga mempengaruhi kinerja pendidikan dasar dan menengah.

Berdasarkan indikator yang terdapat di tabel di atas dan denganmelihat pencapaian setiap indikator untuk setiap jenjang pendidikn, makadapat dikatakan bahwa tingkat SD mempunyai kinerja yang lebih ungguldibandingkan dengan tingkat SMA dan tingkat SMK. Kinerja yang lebih unggulini diambil dari banyaknya nilai yang lebih tinggi pada tingkat tersebut.

Peningkatan Mutu Pendidikan, indikator mutu pendidikan dapatdibedakan menjadi lima indikator mutu yaitu : (1) mutu masukan, (2) mutuproses, (3) mutu SDM, (4) mutu fasilitas, dan (5) biaya. Berdasarkan mutumasukan dapat diketahui bahwa 98.02% siswa baru tingkat I untuk tingkat SDadalah berasal dari tamatan TK atau sejenis.Berdasarkan indikator mutuproses yaitu angka mengulang, angka putus sekolah dan angka kelulusan,ternyata angka mengulang terbesar terdapat pada tingkat Sd yaitu sebesar1.87 persen dan terendah terdapat pada tingkat SMP yaitu sebesar 0.01persen. Selanjutnya angka putus sekolah terendah terdapat pada tingkat SDyaitu sebesar 0.07 persen dan terbesar pada tingkat SM yaitu sebesar 0.28persen. Bila dilihat angka kelulusan ternyata angkat tertinggi terdapat padatingkat SMP yaitu sebesar 199,17 persen. Dengan melihat ketiga indikatormutu proses ini dapat dikatakan bahwa kinerja terbaik adalah pada tingkatSMP. Hal ini ditunjukkan dengan adanya mengulang paling rendah serta angkakelulusan yang paling tinggi.

Bila dilihat dari mutu SDM (guru), maka persentase guru yang layakmengajar terbesar adalah pada tingkat SM yaitu 230,19 persen dan guru yanglayak mengajar terendah adalah pada tingkat SMP. Mutu guru jugamenunjukkan kinerja sekolah, hal itu terlihat pada kesesuaian ijazah gurudengan bidang studi yang diajarkan. Khusus SMP, banyaknya guru yang sesuaiterlihat pada semua bidang studi untuk semua tingkatnya SD, SMP, dan SM.

Indikator berikutnya adalah tentang mutu prasarana dan saranapendidikan. Ruang kelas dengan kondisi baik paling banyak terdapat adatingkat SM. Yaitu sebesar 295,57 persen sedangkan kondisi rusak berat yangpaling banyak terdapat pada tingkat SD yaitu sebesar 21.38 persen. Hal inidikarenakan jumlah SD yang ada lebih banyak dari jenjang SMP maupun SM.Banyaknya ruang kelas yang rusak berat ini menunjukkan mutu prasaranayang buruk.

Page 205: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah190

Tabel. 4.31Indikator Mutu Pendidikan Kota Denpasar

Tahun 2007/2008

No. Indikator SD+MI SMP+MTs SM+MA+SMK

1. Persentase Lulusan 88.80 99.17 97.862. Angka Mengulang 1.84 0.01 0.983. Angka Putus Sekolah 0.07 0.26 0.494. Angka Lulusan 188.80 199.17 190.415. Angka kelayakan Mengajar

a. Layak 84.68 136.78 230.19b. Semi layak 14.31 41.91 51.62c. Tidak layak 1.01 21.3 18.18

6. Persentase Kesesuaian Guru Mengajara.PPkn 100 100 100b.Pendidikan Agama 100 100 100c.Bhs Indonesia 100 100 100d.Bhs. Inggris 100 100 100e.Sejarah dan sejarah budaya - - 100f.Pendidikan jasmani 100 100 100g.Matematika 100 100 100h. IPA 100 100 100h.1.Fisika - - 100h.2.Biologi - - 100h.3.Kimia - - 100i. IPS - - -i.1. ekonomi - - -i.2.sosiologi - - -i.3. geografi - - -j. seni dan kerajinan 100 100 -k. muatan lokal 100 100 -l. tata negara - - 100m. Antropologi - - 100n. Pendidikan Seni - - 100o. Bahasa Asing - - 100p. B dan P 100 100 100q. Lain-lain 100

7. Persentase Kondisi Ruang Kelasa. Baik 163.71 198.7 295.57b. Rusak Ringan 14.91 1.61 4.43c. Rusak Berat 21.38 0.21 0

8. Persentase Fasilitas Sekolah - - -a. Perpustakaan 125.00 183.33 259.52b. Lapangan OR 178.85 191.67 290c. UKS 78.86 162.50 121.90d. laboratorium 206.25 565.24e. keterampilan - - -f. Bimbingan Penyuluhan - - -g. Serba Guna - - -h. Bengkel - - -

Page 206: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 191191

No. Indikator SD+MI SMP+MTs SM+MA+SMK

i. Ruang Praktik - - -9. Angka Partisipasi (persen) - - -

a. Pemerintah Pusat 42.1 40.68 5.69b. Orang Tua 24.08 63.12 204.85c. Pemerintah Daerah 120.44 45.06 75.13d. Yayasan 0 43.60 10.47e. Lainnya 0 7.55 3.86

10. Satuan Biaya (000 Rp. ) 2.207.762,48

250.306,7 2.214.160,69

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Denpasar

Indikator mutu prasarna lainnya adalah ketersediaan fasilitas sekolahyang ada, jumlah sekolah sekolah yang memiliki perpustakaan terbesar adapada tingkat SM yaitusebesar 259, 52 persen dan terendah ada pata tingkatSMP sebesar SD yaitu 125 persen. Jumlah lapangan olah raga terbesar padatingkat SM yaitu sebesar 2901 persen dan terendah ada pada tingkatr SD,sebesar 178.85. fasilitas sekolah lainnya yaitu ruang UKS terbesar terdapatpada tingkat SMP yaitu sebesar 162.50 persen. Dengan demikian, bila setiapsekolah diharuskan memiliki ketiga fasilitas tersebut maka tingkat SM memilikifasilitas terbanyak. Selain Kota Denpasar kemajuan pendidikan di KabupatenJembrana cukup menggembirakan. Pelaksanaan program pembangunanpendidikan di daerah ini telah menyebabkan makin berkembangnya suasanabelajar mengajar di berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Dengandilaksanakannya program pembangunan, pelayanan pendidikan telah dapatmenjangkau daerah terpencil, daerah dengan penduduk miskin, dan daerahjarang dengan dibangunnya sekolah di daerah tersebut. Secara rinci,pembangunan di setiap jenjang pendidikan tidak sama, oleh karena itu,berturut-turut akan dijelaskan tentang keadaan tingkat SD yang terdiri dari SDdan MI, tingkat SLTP yang terdiri dari SLTP dan MTs, serta tingkat SM yangterdiri dari SMU, SMK, dan MA.

Untuk Tingkat SD dan MI Berdasarkan data yang ada pada tahun 2006,jumlah SD dan MI sebanyak 194 buah, siswa baru tingkat I sebesar 5468orang, siswa seluruhnya sebanyak 28.534 orang, dan lulusan sebesar 4.251orang. Untuk menampung sejumlah siswa tersebut, tersedia ruang kelassebanyak 1.237 buah dengan rincian 962 Memiliki kondisi baik 222 kondisirusak ringan, dan 53 kondisi rusak berat, dengan jumlah kelas sebesar 1.232,Guru yang mengajar di SD dan MI sebanyak 1.502 di antaranya yaitusebanyak 1.437 orang ( 95,67 %) adalah layak mengajar 2 orang ( 0,13 %) semilaya.dan 63 orang ( 4,19 % ) tidak layak mengajar.

Selain itu berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kabupaten JembranaPada tabel tersebut digambarkan pula bahwa jumlah SD lebih besar jikadibandingkan dengan MI, hal ini terlihat di semua data yang ada. Jumlah SD

Page 207: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah192

sebesar 185 dengan jumlah siswa sebanyak 26.995 orang dan ruang kelassebesar 1175 dan ditangani oleh guru sebanyak 1.402 orang Selain itu,dimasing-masing sekolah terdapat ruang perpustakaan, dan dimasing masingsekolah dasar sebsgisn besar memiliki ruang UKS.

Bila dilihat menurut status sekolah, jumlah sekolah negeri lebih banyakdi SD jika dibandingkan dengan MI. Sebaliknya, jumlah madrasah swasta lebihbanyak di MI Tsanawiyah Negeri jika dibandingkan dengan MI Negeri . Hal inidisebabkan karena MI Swasta telah menjadi Sekolah Negeri. Untuk tingkatBerdasarkan Tingkat SLTP (SLTP dan MTs), data yang ada pada tahun 2006,jumlah SLTP dan MTs sebanyak 32 sekolah, siswa baru tingkat I sebesar 2.267orang, siswa seluruhnya sebesar 11.903, dan lulusan sebesar 3.465 orangUntuk menampung sejumlah siswa tersebut, tersedia ruang kelas sebanyak331buah, dengan rincian 251 Memiliki kondisi baik, 65 dengan kondisi rusakringan, dan 15 kondisi rusak berat dengan jumlah kelas sebesar 314 buah.Guru yang mengajar di SLTP dan MTS sebanyak 828 orang di antaranyasebanyak 703 orang ( 84,90 %) adalah layak mengajar, 68 orang ( 8,21 %) semilayak, dan 57 orang ( 6,88 %) tidak layak mengajar. Untuk menunjang kegiatanbelajar mengajar di SLTP dan MTS terdapat fasilitas perpustakaan sebesar 24buah, lapangan olahraga sebesar 23 buah, ruang UKS sebesar 25 buah danlaboratorium sebesar 26 buah.

Selain itu di Kabupaten Jembarana jumlah SLTP lebih besar jikadibandingkan dengan MTs, hal ini terlihat di semua data yang ada. JumlahSLTP sebesar 25 buah dengan jumlah siswa sebesar 10.838 orang. denganruang kelas sebesar 279 buah dan ditangani oleh guru sebanyak 828 orang,Selain itu, terdapat pula perpustakaan sebesar 669 buah, lapangan olahragasebesar 18 buah, ruang UKS sebesar 25 buah , dan ruang labratorium sebesar26 buah . Seperti halnya dengan MI, jumlah MTs lebih sedikit dibadingkan MI,namun MTs Swasta lebih banyak dibandingkan dengan MTs Negeri sebanyak 4buah MTs swasta, jika dibandingkan dengan Madrasah Negeri yaitu sebesar 3buah. Begitu juga di SLTP Negeri lebih banyak jumlahnya bila dibandingkandengan sekolah swasta, sekolah negeri sebanyak 16 sekolah sedangkansekolah swasta sebanyak 8 buah, begitu juga jumlah siswanya masih lebihbanyak sekolah negeri daripada sekolah swasta.

Berdasarkan data yang ada pada tahun 2006, jumlah SMU, SMK, danMA sebanyak 23 buah , siswa baru tingkat I sebesar 3.115 siswa seluruhnyasebesar 5.7115 dan lulusan sebesar 2.555 Untuk menampung sejumlah siswatersebut, tersedia ruang kelas sebanyak 229 dengan rincian 188 Kondisi baik,39 kondisi rusak ringan, dan 2 kondisi rusak berat dengan jumlah kelas sebesar237, Guru yang mengajar di SMU, SMK dan MA sebanyak 737 orang, diantaranya yaitu 619 orang ( 83,99 % ) layak mengajar 91 orang ( 12,35 %) semilayak, dan 27 orang ( 3,66 %) tidak layak mengajar. Untuk menunjang kegiatanbelajar mengajar di SMU, SMK dan MA terdapat fasilitas perpustakaan sebesar

Page 208: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 193193

13 buah, lapangan olahraga sebesar 16 buah, ruang UKS sebesar 7 buah,laboratorium sebesar 29 buah, keterampilan sebesar 10 buah, BP sebesar 8buah, serba guna sebesar 4 buah, Bengkel sebesar 1.buah, dan ruang praktiksebesar 4 buah. Bila dibandingkan antara siswa SMU, MA dan SMK ternyatajumlah siswa SMU lebih besar sebesar 5.659 sedangkan MA dan SMK masing-masing sebesar 603 dan 2.444 siswa. Hal ini disebabkan jumlah SMU juga lebihbesar jika dibandingkan dengan jumlah MA dan SMK. Selain itu, pembangunanSMU lebih murah sehingga wajar jika SMU lebih banyak. Sesuai denganbanyaknya siswa yang ada, lulusan SMU juga lebih banyak jika dibandingkandengan lulusan SMK.

Dari ketiga jenis sekolah yang ada, jumlah ruang kelas yang paling besarmemiliki kondisi yang baik adalah SMU sebesar 188 buah, sedangkan ruangkelas yang memiliki kondisi rusak berat terdapat pada MU sebesar 2 buah, .Melihat kondisi yang rusak berat ini, selayaknya jika pada jenis sekolahtersebut diprioritaskan untuk memperoleh bantuan rehabilitasi terlebihdahulu dibandingkan dengan dua jenis sekolah lainnya. Selanjutnya, jika dilihatguru yang layak mengajar, ternyata paling banyak di SMU yaitu sebesar 348orang,( 56,22 % ) dan yang terkecil di MA yaitu sebesar 96 orang, ( 15,21 %).Bila dilihat fasilitas sekolah yang seharusnya ada, ternyata tidak semua fasilitasyang ada dimiliki oleh SMU, MA, atau SMK. Perpustakaan, lapangan olahraga,UKS terdapat di tiga jenis sekolah, sedangkan bengkel dan ruang praktik hanyadi SMK. Kondisi sekolah yang tidak memiliki fasilitas tersebut hendaknyamenjadi prioritas dalam pembangunan fasilitas tersebut.

Tabel. 4.32Data Pokok SMU, MA dan SMK Tahun 2006.

No. Komponen SMU MA SMK SM+MA

1. Sekolah 13 3 7 232. Siswa Baru Tk. I 2.055 194 866 31153. Siswa 5.659 603 2.444 57064. Lulusan 1.664 183 708 25555. Ruang Kelas

a. Baik 131 19 38 188b. Rusak Ringan 17 0 22 39c. Rusak Berat 2 0 0 2

6. Kelas / Rombel 140 24 73 2377. Guru

a. Layak mengajar 348 96 175 619b. Semi layak 59 0 32 91c. Tidak layak 7 2 18 27

Page 209: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah194

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Denpasar

Sementara itu untuk Kinerja Pendidikan Dasar Dan Menengah diKabupaten Jembarana dimulai dengan kinerja dipandang dari sudutpemerataan pendidikan, dilanjutkan dengan peningkatan mutu pendidikan,relevansi pendidikan, dan diakhiri dengan efisiensi internal pendidikan. Untukpemerataan, peningkatan mutu, dan efisiensi internal, kinerja yang dilihatadalah menurut jenjang pendidikan yaitu tingkat SD, SLTP, dan SMA,sedangkan untuk relevansi yang dilihat hanyalah SD, SMU, dan SMK.

Upaya Pemerataan Pendidikan, Berdasarkan APK yang ada, ternyataAPK tertinggi terdapat di tingkat SD yaitu 112,37 % dan yang terendah ditingkat SMU yaitu 68,77 %. Tingginya APK adalah akibat adanya penambahanjumlah penduduk usia sekolah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwatingkat SLTP. mempunyai kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan tingkatSD dan tingkat SM. Di daerah ini anak yang bersekolah di tingkat SD palingbanyak dibandingkan dengan tingkat lainnya.

APM yang tertinggi terdapat di tingkat SD yaitu 100,11 % dan yangterendah di tingkat SM .yaitu 66,25 %. Berdasarkan APM dapat diketahuibahwa pada tingkat Anak usia sekolah yang bersekolah lebih banyakdibandingkan dengan tingkat lainnya. Hal itu juga menunjukkan kinerja yangpaling baik terdapat di tingkat SD.

Indikator berikutnya membicarakan tentang rasio siswa per sekolah,siswa per kelas, siswa per guru, kelas per ruang kelas dan kelas per guru. Rasiosiswa per sekolah terpadat tertinggi di tingkat SLTP dengan angka 452 danterjarang terdapat di tingkat SD sebesar 146 Hal itu menunjukkan bahwasekolah di daerah ini sangat heterogen. Rasio siswa per guru juga bervavariasidengan rasio terbesar terdapat pada tingkat SD yaitu 19 dan terendahterdapat pada SM yaitu 14 Besarnya rasio siswa per guru ini menunjukkankurangnya guru di tingkat tersebut. Sebaliknya, rasio terkecil menunjukkancukupnya guru di tingkat tersebut. Ruang kelas yang paling sering digunakanadalah pada tingkat SLTP. Hal itu berarti, bahwa pada tingkat tersebut masihmemerlukan ruang kelas tambahan jika diharapkan jumlah kelas sama denganjumlah kelas sehingga tidak ada ruang kelas yang digunakan lebih dari sekali.

8. Fasilitasa. Perpustakaan 9 2 2 13b. Lapangan olahraga 9 1 6 16c. UKS 5 0 2 7d. Laboratorium 18 6 5 29e. Keterampilan 4 3 3 10f. BP 6 1 1 8g. Serbaguna 3 1 0 4h. Bengkel 0 0 1 1i. Ruang Praktik 1 0 3 4

Page 210: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 195195

Sebaliknya, terdapat ruang kelas yang tidak digunakan, ini terlihat pada rasiodi bawah 1 yang terdapat di tingkat SD.

Sejalan dengan perbandingan antara sekolah di tingkat SLTP dan SDyang cukup tinggi, maka angka melanjutkan ke tingkat SLTP juga cukup tinggiyaitu 99,59 %. Diharapkan bila jumlah tingkat SLTP ditingkatkan maka angkamelanjutkan juga akan meningkat. Sebaliknya, angka melanjutkan ke tingkatSM lebih kecil yaitu 89,90 % dengan melanjutkan ke tingkat SLTP. Salah satusebab rendahnya angka melanjutkan ini karena perbandingan sekolah tingkatSM dan SLTP juga rendah.Berdasarkan indikator ada yang dengan melihatpencapaian setiap indikator untuk setiap jenjang pendidikan, maka dapatdikatakan bahwa tingkat SM Mempunyai kinerja yang lebih ungguldibandingkan dengan tingkat SD dan tingkat SLTP. Kinerja yang lebih unggulini diambil dari banyaknya nilai yang lebih tinggi pada tingkat tersebut.

Berdasarkan APK yang ada, ternyata porsi APK terbesar adalah SD yaitu110,89 .% jika dibandingkan dengan SLTP yaitu yaitu 81,98. %. Hal yang samajuga terjadi pada APM. Indikator berikutnya membicarakan tentang rasiosiswa per sekolah, siswa per kelas, siswa per guru, kelas per ruang kelas dankelas per guru. Rasio siswa per sekolah terdapat di SD Berdasarkan indikatoryang terdapat pada Tabel 3.2 dan dengan melihat pencapaian setiap indikatoruntuk setiap jenjang pendidikan, maka dapat dikatakan bahwa SD mempunyaikinerja yang lebih unggul dibandingkan dengan MI. Kinerja yang lebih unggulini diambil dari banyaknya nilai yang lebih tinggi pada SD. Oleh karena itu, agarkinerja SD sebanding dengan MI, maka diperlukan penanganan lebih lanjutuntuk MI.

Dengan melihat hasil indikator di atas, dapat disimpulkan bahwakepadatan penduduk usia sekolah dan banyaknya desa tertinggal tidakmempengaruhi pencapaian indikator pemerataan. Hal itu ditunjukkan denganmasih tingginya angka partisipasi bersekolah. Selanjutnya bila dilihat dariTabel 2.8 Buku III Indikator dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antaraangka partisipasi dengan keadaan sekolah. Bila APK tingkat SD rendah,ternyata rasio siswa per kelas juga rendah. hal itu menunjukkan bahwa minatbersekolah di tingkat SD kurang. Hal itu jug terlihat dari rendah siswa persekolah, sedangkan TPS ternyata rendah yang berarti kesempatan belajarcukup tinggi.

Bila dikaitkan dengan tingkat kesulitan ke sekolah dapat diketahuibahwa terdapat hubungan antara angka partisipasi dengan keadaan daerah.APK tingkat SD rendah, hal itu disebabkan karena kesulitan ke sekolah yangberarti di daerah itu merupakan daerah sulit sehingga anak tidak bersekolah.Selain itu, bila dilihat dari desa tertinggal ternyata hampir sebagian sekolahtersebut terdapat di desa tertinggal. Tambahan pula, kepadatan anak usia 7-12 tahun memang cukup besar. Kondisi ini menunjukkan bahwapembangunan pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi daerah. Bila

Page 211: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah196

hanya dilihat dari pendidikan semata, maka akan sulit dilakukanpemecahannya tanpa mengikutsertakan faktor di luar pendidikan yangmempengaruhi.

Untuk Tingkat SLTP (SLTP dan MTs), berdasarkan APK yang ada,ternyata porsi APK terbesar adalah SD yaitu 112,37 % jika dibandingkandengan SLTP yaitu 97,51 %. Hal yang sama juga terjadi pada APM. Bila dilihatper jenis kelamin, ternyata masih ada perbedaan jender baik di SLTP maupundi MTs. Banyaknya porsi SLTP pada APK dan APM disebabkan anak yangbersekolah di SLTP lebih banyak dibandingkan dengan MTs dan sesuai denganjumlah sekolah yang ada, SLTP lebih banyak jika dibandingkan dengan MTs.Untuk melihat kinerja SLTP dan MTs, indikator berikut membicarakan tentangrasio siswa per sekolah, siswa per kelas, siswa per guru, kelas per ruang kelasdan kelas per guru. Rasio siswa per sekolah terpadat.

Rasio siswa per guru juga bervariasi dengan rasio terbesar di SLTP yaitu16. Besarnya rasio siswa per guru ini menunjukkan kurangnya guru di MTs jikadibandingkan dengan di SLTP. Ruang kelas yang paling sering digunakanadalah di SLTP . Hal itu berarti bahwa pada SLTP masih memerlukan ruangkelas tambahan jika diharapkan jumlah kelas sama dengan jumlah kelassehingga tidak ada ruang kelas yang digunakan lebih dari sekali. Selain itu,sesuai dengan jumlah sekolah, maka tingkat pelayanan sekolah di SLTP jugalebih tinggi jika dibandingkan dengan MTs.

Berdasarkan indikator yang terdapat pada Tabel 3.3 dan denganmelihat pencapaian setiap indikator untuk SLTP dan MTs, maka dapatdikatakan bahwa SLTP mempunyai kinerja yang lebih unggul dibandingkandengan MTs. Kinerja yang lebih unggul ini diambil dari banyaknya nilai yanglebih tinggi pada tingkat tersebut. Dengan demikian, untuk menghasilkankinerja yang sama antara SLTP dan MTs, perlu dilakukan penanganan lebihlanjut untuk MTs. Tambahan pula, kepadatan anak usia 13-15 tahun memangcukup besar. Kondisi ini menunjukkan bahwa pembangunan pendidikan tidakdapat dipisahkan dengan kondisi daerah. Bila hanya dilihat dari pendidikansemata, maka akan sulit dilakukan pemecahannya tanpa mengikutsertakanfaktor di luar pendidikan yang mempengaruhi.

Dengan melihat hasil indikator di atas, dapat disimpulkan bahwakepadatan penduduk usia sekolah dan banyaknya desa tertinggal kelihatannyamemberi pengaruh terhadap pencapaian indikator pemerataan. Kondisi ituditambah dengan kurangnya jumlah sekolah yang ada. Hal itu ditunjukkandengan rendahnya angka partisipasi bersekolah di tingkat SLTP.

Sedangkan untuk Tingkat SM (SM dan MA), Berdasarkan APK yang ada,ternyata porsi APK terbesar adalah SM yaitu 68,72 % jika dibandingkandengan MA. Hal yang sama juga terjadi pada APM Tingginya porsi APK danAPM pada SMU disebabkan banyaknya siswa yang bersekolah di SMU

Page 212: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 197197

dibandingkan dengan jenis sekolah lainnya yang setingkat karena jumlah SMUjuga lebih banyak jika dibandingkan dengan jenis sekolah lainnya yangsetingkat.Untuk melihat kinerja SMU, SMK, dan MA, indikator berikutmembicarakan tentang rasio siswa per sekolah, siswa per kelas, siswa perguru, kelas per ruang kelas dan kelas per guru. Rasio siswa per sekolahterpadat di SM, menunjukkan bahwa sekolah di daerah ini SM lebih banyakdiminati. Siswa per kelas yang pada saat pembangunan sekolah seharusnyadiisi dengan 40 anak, ternyata pada kenyataannya juga sangat bervariasi.Rasio siswa per kelas terbesar adalah SM. dan terkecil adalah MA Hal inimenunjukkan masih kurangnya yang berminat di MA, sebaliknya, SM . telahmencukupi.

Besarnya rasio siswa per guru ini menunjukkan kurangnya guru di SMjika dibandingkan dengan di MA. Ruang kelas yang paling sering digunakanadalah di SM. yaitu sebesar 213 buah. Hal itu berarti bahwa pada SM masihmemerlukan ruang kelas tambahan jika diharapkan jumlah kelas sama denganjumlah kelas sehingga tidak ada ruang kelas yang digunakan lebih dari sekali.Selain itu, sesuai dengan jumlah sekolah, maka tingkat pelayanan sekolah diSMU juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan jenis sekolah lainnya yangsetingkat.

Berdasarkan indikator yang ada dan dengan melihat pencapaian setiapindikator untuk setiap jenjang pendidikan, maka dapat dikatakan bahwa SM.mempunyai kinerja yang lebih unggul dibandingkan dengan jenis sekolahlainnya yang setingkat. Kinerja yang lebih unggul ini diambil dari banyaknyanilai yang lebih tinggi pada tingkat tersebut.

Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat hubungan antara angkapartisipasi dengan keadaan sekolah. Bila APK tingkat SM ternyata rasio siswaper kelas juga rendah, bila dilihat rasio siswa per sekolah ternyata cukup tinggiyaitu MA, sedangkan TPS ternyata tinggi yang berarti kesempatan belajarmemang kurang. Hal itu menunjukkan bahwa minat bersekolah di tingkat SMkurang karena memang jumlah sekolahnya tidak mencukupi.

Tambahan pula, kepadatan anak usia 16-18 tahun memang cukupbesar. Kondisi ini menunjukkan bahwa pembangunan pendidikan tidak dapatdipisahkan dengan kondisi daerah. Bila hanya dilihat dari pendidikan semata,maka akan sulit dilakukan pemecahannya tanpa mengikutsertakan faktor diluar pendidikan yang mempengaruhi. Dengan melihat hasil indikator di atas,dapat disimpulkan bahwa kepadatan penduduk usia sekolah dan banyaknyadesa tertinggal kelihatannya memberi pengaruh terhadap pencapaianindikator pemerataan. Hal itu ditunjukkan dengan rendahnya angka partisipasibersekolah di tingkat SM.

Pada indikator Peningkatan Mutu Pendidikan, Indikator mutu ini dapatdibedakan menjadi lima indikator mutu yaitu: (1) mutu masukan, (2) mutu

Page 213: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah198

proses, (3) mutu SDM, (4) mutu fasilitas, dan (5) biaya. Berdasarkan mutumasukan dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa baru tingkat I untuktingkat SD adalah berasal dari tamatan TK atau sejenis.

Berdasarkan indikator mutu proses yaitu angka mengulang, angkaputus sekolah, dan angka lulusan, ternyata angka mengulang terbesarterdapat pada tingkat SD yaitu sebesar 907 ( 3,36 %) dan terendah terdapatpada tingkat MI yaitu sebesar 62 ( 0,21 %). Selanjutnya angka putus sekolahterbesar terdapat pada tingkat SMP yaitu sebesar 0,42 % dan terendahterdapat pada tingkat SMP yaitu sebesar 0,04 %. Bila dilihat angka lulusanternyata angka tertinggi terdapat pada tingkat SD yaitu sebesar 14,89 % danterendah terdapat pada tingkat SM yaitu sebesar 0,29 %.

Dengan melihat ketiga indikator mutu proses ini dapat dikatakan bahwakinerja terbaik adalah pada tingkat SM Hal itu ditunjukkan dengan adanyaangka mengulang dan putus sekolah paling rendah serta angka lulusan yangpaling tinggi. Bila dilihat dari mutu SDM (guru), maka % guru yang layakmengajar terbesar adalah pada tingkat SD. yaitu 97,08 % dan guru yang layakmengajar terendah adalah pada tingkat SMU sebesar 74,88. Mutu guru jugamenunjukkan kinerja sekolah, hal itu terlihat pada kesesuaian ijazah guru gurudengan bidang studi yang diajarkan. Khusus SM, banyaknya guru yang sesuaiterlihat pada bidang studi PPKN , yaitu sebesar 109,52 % dan yang paling tidaksesuai adalah bidang studi Biologi. yaitu sebesar, 82,76 sedangkan SMU,banyaknya guru yang sesuai terlihat pada bidang studi Bahasa Inggris Yaitusebesar 110,34 % dan yang paling tidak sesuai terlihat pada bidang studiSejarah Budaya yaitu sebesar 79,31 %.

Tabel. 4.33Indikator Mutu Pendidikan

Di Kabupaten Jembrana Tahun 2006

No. Indikator SD+MI SLTP+MTs SM+MA

1. Persentase Lulusan TK/RA/BA2. Angka Mengulang 3,40 0,13 0,053. Angka Putus Sekolah 0,05 0,44 0,914. Angka Lulusan 97,48 94,31 90,325. Angka Kelayakan Mengajar

a. Layak 95,67 82,06 76,44b. Semi layak 1,26 7,52 13,33c. Tidak layak 3,06 10,42 10,22

6. Persentase Guru Mengajara. PPKn - 102,56 109,52b. Pend. Agama - 102,41 120,51c. Bhs Indonesia - 87,06 100,00d. Bhs Inggris - 113,73 110,34

Page 214: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 199199

No. Indikator SD+MI SLTP+MTs SM+MA

e. Sejarah & Sejarah Budaya - 100,00 79,31f. Pend. Jasmani - 138,46 123,08g. Matematika - 109,38 102,94h. IPA - 96,88 -h.1 Fisika - - 135,00h.2 Biologi - - 82,76h.3 Kimia - - 105,00

No. Indikator - -i. IPS - 80,43 -i.1 Ekonomi - - 100,00i.2 Sosiologi - - -i.3 Geografi - - 88,89j. Seni & Kerajinan - 61,11 -k. Muatan Lokal - 155,17 -l. Tata Negara - - -m. Antropolgi - - -n. Pendidikan Seni - -o. Bahasa Asing - - 166,67p. B dan P - 112,90 100,00q. Lain-lain - - 27,14

7. %tase Kondisi Ruang Kelas -a. Baik 77,77 84,62 83,55b. Rusak Ringan 17,95 11,54 24,00c. Rusak Berat 4,28 3,85 1,33

8. %tase Fasilitas Sekolaha. Perpustakaan - 71,43 68,75b. Lapangan OR - 71,43 62,50c. UKS - 71,43 31,25d. Laboratorium - 42,86 143,75e. Keterampilan - - 31,25f. Bimbingan Penyuluhan - - 37,50g. Serba Guna - - 25,00h. Bengkel - - -i. Ruang Praktik - - -

9. Angka Partisipasi (%)a. Pemerintah Pusat - 35,71 10,79b. Orang tua - 2,32 13,50c. Pemerintah Daerah - 58,75 75,57

10. Satuan biaya (000 Rp.) - 1621,98 1329,65Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Jembrana.

Indikator berikutnya adalah tentang mutu prasarana dan saranapendidikan. Ruang kelas dengan kondisi baik paling banyak terdapat padatingkat SMP yaitu sebesar 84,62 % sedangkan kondisi rusak berat yang palingbanyak terdapat pada tingkat SD. yaitu sebesar 4,28 %. Banyaknya ruang kelasyang rusak berat ini menunjukkan mutu prasarana yang buruk dan berakibatsecara tidak langsung akan menurunkan mutu sekolah.

Page 215: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah200

Indikator mutu prasarana lainnya adalah ketersediaan fasilitas sekolahyang ada. Jumlah sekolah yang memiliki perpustakaan terbesar ada padatingkat SMP. yaitu sebesar 71,43 % dan terendah ada pada tingkat SMPsebesar 68,75 Jumlah lapangan olahraga terbesar pada tingkat SMP. Yaitusebesar 71,43 % dan terendah ada pada tingkat SM. Sebesar 62,50 %.Fasilitas sekolah lainnya yaitu ruang UKS terbesar terdapat pada tingkat SLTPyaitu sebesar 71,43 %. Dengan demikian, bila setiap sekolah diharuskanmemiliki ketiga fasilitas tersebut.

Berdasarkan indikator mutu yang terdapat pada Tabel 3.5 dan denganmelihat pencapaian setiap indikator untuk setiap jenjang pendidikan, makadapat dikatakan bahwa tingkat SLTP Mempunyai kinerja yang lebih ungguldibandingkan dengan tingkat SD dan tingkat SM. Kinerja yang lebih unggulini diambil dari banyaknya nilai yang lebih tinggi dalam hal mutu pada tingkattersebut.

Tingkat SD (SD dan MI), Berdasarkan mutu masukan dapat diketahuibahwa 35,64 % siswa baru tingkat I SD yang berasal dari tamatan TK atausejenis lebih besar jika dibandingkan dengan MI. 2,86 %. Berdasarkan indikatormutu proses yaitu angka mengulang, angka putus sekolah, dan angka lulusan,ternyata angka mengulang terbesar terdapat pada SD . yaitu sebesar 3,25 %,angka putus sekolah terbesar terdapat pada SD yaitu sebesar 0,05 %, danternyata angka tertinggi terdapat pada SM. yaitu sebesar 2,21%.

Bila dilihat dari mutu SDM (guru), maka %tase guru yang layak mengajardi SD lebih besar daripada MI. Mutu guru juga menunjukkan kinerja sekolah.Banyaknya ruang kelas yang rusak berat ini menunjukkan mutu prasaranayang buruk dan berakibat secara tidak langsung akan menurunkan mutusekolah. Indikator mutu prasarana lainnya adalah ketersediaan fasilitassekolah yang ada. Jumlah SD. memiliki perpustakaan lebih besar. Jumlahlapangan olahraga lebih besar pada SD dan ruang UKS lebih besar pada SDDengan demikian, bila setiap sekolah diharuskan memiliki ketiga fasilitastersebut, maka SD Memiliki angka terbesar yaitu 100 %. Indikator mutuyang ditunjukkan dari biaya dilihat dari angka partisipasi pemerintah pusat,pemerintah daerah, dan orang tua siswa.

Dari ketiga angka partisipasi dalam hal biaya tersebut, angka partisipasiterbesar adalah SLTP pada Pemkab dengan prosentase sesebesar 64,20 %pada tingkat Pusat Partisipasi pemerintah pusat lebih rendah terdapat diSMA sebsar 8,53 %, demikian juga partisipasi orang tua terbesar siswa sebesar12,46 %. Berdasarkan tabel dibawah ini ternyata partisipasi pemerintahdaerah paling tinggi jika dibandingkan dengan partisipasi lainnya.

Page 216: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 201201

Tabel. 4.34Indikator Mutu Pendidikan Tingkat SD

Di Kabupaten Jembran Tahun 2006

No. Indikator SD MI

1. Persentase Lulusan TK/RA/BA2. Angka Mengulang 3,38 0,223. Angka Putus Sekolah 0,05 0,004. Angka Lulusan 91,72 97,485. Angka Kelayakan Mengajar

a. Layak 97,08 76,00b. Semi layak 0,21 16,00c. Tidak layak 2,71 8,00

6. Persentase Kondisi R. Kelasa. Baik 78,38 66,13b. Rusak Ringan 17,36 29,03c. Rusak Berat 4,26 4,84

7. Persentase Fasilitas Sekolaha. Perpustakaan - -b. Lapangan OR - -c. UKS - -d. Laboratorium - -

8. Angka Partisipasi (%) - -a. Pem Pusat - -b. Orang tua - -c. Pemda

9. Satuan biaya (000 Rp.)Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Jembrana

Berdasarkan mutu Tingkat SLTP (SLTP dan MTs), masukan yangterdapat Tabel 3.7 dapat diketahui bahwa rasio NEM lulusan dibandingkandengan NEM siswa baru, ternyata SD Lebih besar dari pada MI Berdasarkanindikator mutu proses yaitu angka mengulang, angka putus sekolah, dan angkalulusan, ternyata angka mengulang terbesar terdapat pada SD yaitu sebesar3,38 %, angka putus sekolah terbesar terdapat pada SMK yaitu sebesar 2,21%. Dengan melihat ketiga indikator mutu proses ini dapat dikatakan bahwakinerja terbaik adalah pada MI. Hal itu ditunjukkan dengan adanya angkamengulang dan putus sekolah paling rendah serta angka lulusan yang palingtinggi.

Bila dilihat dari mutu SDM (guru), maka %tase guru yang layak mengajardi SD. lebih besar daripada diMI. Mutu guru juga menunjukkan kinerjasekolah. Indikator berikutnya adalah tentang mutu prasarana dan saranapendidikan. Ruang kelas dengan kondisi baik lebih banyak terdapat pada SDyaitu sebesar 78,38 % sedangkan kondisi rusak berat yang paling banyakterdapat pada MI. yaitu sebesar 4,844 %. Banyaknya ruang kelas yang rusak

Page 217: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah202

berat ini menunjukkan mutu prasarana yang buruk dan berakibat secara tidaklangsung akan menurunkan mutu sekolah.

Tabel. 4.35Indikator Mutu Pendidikan tingkat SLTP

Di Kabupaten Jembrana Tahun 2006

No. Indikator SLTP MTs

1. Rasio NEM Lulusan/Siswa Baru 7,39 5,482. Angka Mengulang 0,14 0,093. Angka Putus Sekolah 0,45 0,284. Angka Lulusan 96,64 73,255. Angka Kelayakan Mengajar

a. Layak 83,03 77,99b. Semi layak 5,86 14,47c. Tidak layak 11,11 7,55

6. %tase Kesesuaian guru mengajara. PPKn 102,56 6,57b. Pend. Agama 102,41 11,38c. Bhs Indonesia 87,06 12,28d. Bhs Inggris 113,73 8,38e. Sejarah & Sejarah Budayaf. Pend. Jasmani 138,46 4,79g. Matematika 109.38 11,08h. IPA 96,88 13,62i. IPS 80,43 11,08j. Seni & Kerajinan 61,11 -k. Muatan Lokal 155,17 -l. B dan P 112,90 -m. Lain-lain -

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Jembrana

Indikator mutu prasarana lainnya adalah ketersediaan fasilitas sekolahyang ada. Jumlah SLTP. memiliki perpustakaan lebih besar. Jumlah lapanganolahraga lebih besar pada SLTP, ruang UKS lebih besar pada SLTP , dan ruanglaboratorium lebih besar pada SM Dengan demikian, bila setiap sekolahdiharuskan memiliki keempat fasilitas tersebut.

Indikator mutu yang ditunjukkan dari biaya dilihat dari angka partisipasipemerintah pusat, pemerintah daerah, dan orang tua siswa. Dari ketiga angkapartisipasi dalam hal biaya tersebut, angka partisipasi terbesar adalahpadaPemkab dengan %tase terbesar pada tingkat SLTP . Partisipasipemerintah pusat lebih rendah terdapat diSLTP demikian juga partisipasiorang tua siswa.. Berdasarkan Tabel di atas, ternyata partisipasi pemerintahdaerah paling banyak jika dibandingkan dengan partisipasilainnya.

Berdasarkan indikator mutu yang terdapat pada tabel dan dengan

Page 218: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 203203

melihat pencapaian setiap indikator untuk SLTP dan MTs, maka dapatdikatakan bahwa SLTP mempunyai kinerja mutu yang lebih ungguldibandingkan dengan MTs. Kinerja yang lebih unggul ini diambil daribanyaknya nilai yang lebih tinggi dalam hal mutu pada tingkat tersebut.Dengan demikian, kinerja mutu yang lebih buruk ini yang harus ditangani lebihlanjut.

Sementara Tingkat SM (SMU, SMK, dan MA), Berdasarkan mutumasukan yang terdapat pada Tabel 3.8 dapat diketahui bahwa rasio NEMlulusan dibandingkan dengan NEM siswa baru, ternyata SM terbesar jikadibandingkan dengan kedua jenis sekolah lainnya yang sejenis. Berdasarkanindikator mutu proses yaitu angka mengulang, angka putus sekolah, dan angkalulusan, ternyata angka mengulang terbesar terdapat pada SMK yaitu sebesar0,12 %, angka putus sekolah terendah terdapat pada MA yaitu sebesar 0,40%, dan ternyata angka tertinggi terdapat pada SMK. yaitu sebesar 2,21 %.Dengan melihat ketiga indikator mutu proses ini dapat dikatakan bahwa mutumasukan terbaik adalah pada SMK Hal itu ditunjukkan dengan adanya angkamengulang dan putus sekolah paling rendah serta angka lulusan yang palingtinggi.

Bila dilihat dari mutu SDM (guru), maka persentase guru yang layakmengajar di MA. terbesar yaitu sebesar 96,94 % jika dibandingkan dengankedua jenis sekolah lainnya yang setingkat. Mutu guru juga menunjukkankinerja sekolah. Indikator berikutnya adalah tentang mutu prasarana dansarana pendidikan. Ruang kelas dengan kondisi baik terbesar terdapat padaMA. yaitu mencapai 100 % sedangkan kondisi rusak berat yang terbanyakterdapat pada SMU. yaitu sebesar 1,33 %. Minimnya ruang kelas yang rusakberat ini menunjukkan mutu prasarana yang mengalami peningkatan biladibandingkan tahun lalu dan berakibat secara tidak langsung akanmeningkatkan mutu sekolah.

Tabel. 4.36Indikator Mutu Pendidikan tingkat SMDi Kabupaten Jembrana Tahun 2006

No. Indikator SMU SMK MA

1. Rasio NEM Lulusan/Siswa Baru 7,05 6,802. Angka Mengulang 0,02 0,12 0,003. Angka Putus Sekolah 0,44 2,21 0,404. Angka Lulusan 73,25 93,04 85,125. Angka Kelayakan Mengajar

a. Layak 74,88 76,44 96,94b. Semi layak 14,25 13,33 0,00c. Tidak layak 10,87 10,22 2,04

6. Persentase Kesesuaian guru mengajar

Page 219: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah204

No. Indikator SMU SMK MA

a. PPKn 109,52 11 4b. Pend. Agama 120,51 27 11c. Bhs Indonesia 100,00 11 7d. Bhs Inggris 110,34 15 9e. Sejarah & Sejarah Budaya 79,31 7 4f. Pend. Jasmani 123,08 12 2g. Matematika 102,94 15 7h. IPAh.1 Fisika 135,00 4 3h.2 Biologi 82,76 3 6h.3 Kimia 105,00 3 5i. IPSi.1 Ekonomi 100,00 8 4i.2 Sosiologi 0 0 4i.3 Geografi 88,89 0 4j. Seni & Kerajinan 0 0 1k. Muatan Lokal 0 4 10l. Tata Negara 0 0 2m. Antropolgi 0 0 1n. Pendidikan Seni 200,00 0 2o. Bahasa Asing 166,67 0 1p. B dan P 100,00 9 3q. Lain-lain 27,14 0 0

7. Persentase Kondisi R. Kelasa. Baik 87,33 63,33 100,00b. Rusak Ringan 11,33 36,67 0,00c. Rusak Berat 1,33 00,00 0,00

8. Persentase Fasilitas sekolaha. Perpustakaan 68,75 28,57 66,67b. Lapangan OR 56,25 85,71 33,33c. UKS 43,75 28,57 0,00d. Laboratorium 131,25 71,43 200,00

9. Angka Partisipasi (%)a. Pem Pusat 1,31 12,15 6,45b. Orang tua 10,18 16,72 4,69c. Pemda 86,08 56,69 87,06

10. Satuan biaya (000 Rp.) 1.348,58 1.411,24 522,00Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Jembrana

Indikator mutu prasarana lainnya adalah ketersediaan fasilitas sekolahyang ada. Jumlah SMU memiliki perpustakaan terbesar 68,75 %, jikadibandingkan dengan jenis sekolah lainnya yang setingkat. Jumlah lapanganolahraga terbesar pada SMK sebsar 85,71 , ruang UKS sebesar 43,75 padaSMU. , ruang laboratorium terbesar pada SMU ruang keterampilan terbesar diSMK , ruang BP terbesar pada SMU, dan ruang Serba Guna terbesar pada SMK.Dengan demikian, bila setiap sekolah diharuskan memiliki ketujuh fasilitastersebut, maka SMK memiliki angka terbesar.

Page 220: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 205205

Berdasarkan indikator mutu yang terdapat pada Tabel (Indikator MutuPendidikan tingkat SM) dan dengan melihat pencapaian setiap indikatoruntuk SMU, SMK, dan MA, maka dapat dikatakan bahwa SMK mempunyaikinerja mutu yang lebih unggul dibandingkan dengan SMU. Kinerja yang lebihunggul ini diambil dari banyaknya nilai yang lebih tinggi dalam hal mutu padatingkat tersebut. Dengan demikian, kinerja mutu yang lebih buruk ini yangharus ditangani lebih lanjut.

Tidak seperti dua indikator sebelumnya yang menggunakan jenisindikator yang sama, indikator untuk relevansi antara tingkat SD, SMU, danSMK berbeda. Untuk SD merupakan relevansi antara muatan lokal denganmata pelajaran yang dikembangkan oleh daerah, untuk SMU merupakanrelevansi antara siswa menurut jurusan di SMU dengan kriteria dan prosedurpenjurusan di SMU, sedangkan untuk SMK adalah relevansi antara lulusandengan yang terserap di sektor mata pencaharian. Oleh karena itu, analisisnyajuga dibedakan antara ketiga jenis sekolah tersebut.

Kabupaten Jembrana mempunyai relevansi pedidikan yang baik antarakurikulum muatan lokal yang ada dengan mata pelajaran yang dikembangkandi SD. Hanya Kabupaten atau kecamatan -. Yang tidak ada relevansinya antarakurikulum muatan lokal dengan mata pelajaran yang dikembangkan di tingkatSD. Selanjutnya, bila dilihat dari sektor dominan yang ada pada setiapkabupaten/kota atau kecamatan tersebut, maka kurikulum muatan lokal danmata pelajaran yang dikembangkan di tingkat SD pada beberapakabupaten/kota atau kecamatan yaitu - relevan dengan lingkungan yang ada,sedangkan beberapa kabupaten/kota atau kecamatan yaitu - sama sekalitidak relevan dengan lingkungan yang ada.

Tabel. 4.37Analisis Relevansi SD

Di Kabupaten Jembrana Tahun 2006

Kabupaten/Kota SektorDominan

No. Kecamatan Muatan Lokal Mata Pelajaran 1 2 3

1. Kec. Melaya B. DaerahB. Inggris

Metembang,jejahitan,menganyam

V V V

2. Kec. Negara Bhs. Inggris Metembang,jejahitan,menganyam

V V V

3. Kec. Mendoyo Sda Metembang,jejahitan,menganyam

V V V

4. Kec. Pekutatan Sda Metembang,jejahitan,menganyam

V V V

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Jembrana

Page 221: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah206

Dengan melihat kondisi seperti ini, maka kabupaten/kota ataukecamatan yang tidak ada relevansinya hendaknya dijadikan prioritas utamauntuk ditangani lebih lanjut sehingga relevan, begitu juga pada LulusanSekolah Menengah Kejuruan (SMK), dari jumlah SMK yang ada, sudah 100 %yang telah melaksanakan pendidikan sistem ganda (PSG), hal itu membuktikanbahwa sudah ada relevansi antara SMK dengan dunia industri atau duniausaha. Dengan menggabungkan dari 9 sektor menjadi 6 sektor sesuai dengankelompok di SMK maka lulusan kelompok Bisnis dan Managemen merupakanlulusan terbesar yang dapat diserap di lapangan kerja, sedangkan kelompokPertanian Merupakan lulusan terkecil yang dapat diserap di lapangan kerja.

Efisiensi Internal Pendidikan, Seperti halnya dua indikator pertama yaitupemerataan dan peningkatan mutu, indikator untuk efisiensi jugamenggunakan data kabupaten/kota atau propinsi sesuai dengan data yangtersedia. Untuk tingkat SD sampai tingkat SM menggunakan indikator yangsama. Indikator dimaksud meliputi jumlah keluaran, jumlah tahun-siswa,jumlah putus sekolah, jumlah mengulang, lama belajar, tahun-siswa terbuang,tahun masukan per input dan rasio keluaran dan masukan.

Tabel. 4.38Efisiensi Internal Pendidikan

Di Kabupaten Jembrana Tahun 2006

No. Komponen SD+MI SLTP+MTs SMU+MA SM+MA

1. Jumlah Keluaran 995 987 987 9722. Jumlah Tahun-siswa 6197 2990 2989 29723. Jumlah Putus sekolah 3 13 13 284. Jumlah Mengulang 213 4 1 25. Lama Belajar

- Lulusan 6,21 3,00 3,00 3,00- Putus Sekolah 3,30 1,94 2,06 1,97- Kohort 6,18 2,99 2,99 2,97

6. Tahun-siswa Terbuang- Jumlah 526 34 28 60- Mengulang 518 8 2 4- Putus sekolah 10 26 26 56

7. Tahun-masukan per Lulusan 6,23 3,03 3,03 3,068. Rasio keluaran/masukan 0,98 0,99 0,99 0,98

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Jembrana

Berdasarkan Tabel di atas diketahui bahwa jumlah keluaran yangterbaik yaitu dalam arti mendekati angka 1000 adalah pada tingkat SMP/MTssebesar 987 Jumlah tahun-siswa yang mencapai 6000 adalahSD/MI, dan 2990untuk tingkat SLTP dan SM memiliki nilai terbesar adalah pada tingkat SDsebesar 2990 Jumlah putus sekolah yang terbaik yaitu mendekati 0 % ada

Page 222: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 207207

pada tingkat SMU/MA. Sebesar 1,00 Selanjutnya, jumlah mengulang yangmendekati 0 . % atau yang terbaik ada pada tingkat SM/MA sebesar 2,97 %.

Untuk melihat efisiennya suatu sekolah dapat dilihat dari rata-rata lamabelajar siswa, untuk tingkat SD seharusnya lama belajar sampai lulus ataudisebut rata-rata lama belajar lulusan adalah 6 tahun dan tingkat SLTP dan SMseharusnya 3 tahun sehingga tidak ada siswa yang mengulang atau putussekolah. Rata-rata lama belajar lulusan ini yang paling penting untukmenentukan efisien tidaknya suatu sekolah. Berdasarkan rata-rata lamabelajar lulusan, ternyata yang kondisinya terbaik adalah pada tingkat SM. Biladilihat lama belajar putus sekolah, ternyata kondiisi putus sekolah yangterburuk adalah pada tingkat SLTP. yang berarti hanya beberapa tahun sekolahtelah mengalami putus sekolah.

Di samping itu, rata-rata lama belajar kohort merupakan rata-rata darilulusan dan putus sekolah. Efisien atau tidaknya suatu sekolah juga dapatdilihat dari tahun-siswa terbuang. Tahun–siswa terbuang dirinci menjadi tigayaitu terbuang karena mengulang, putus sekolah dan gabungan antaramengulang dan putus sekolah. Tahun-siswa terbuang yang terbaik yangberarti nilainya mendekati 0 ada pada tingkat SM Bila dilihat tahun masukanper lulusan maka tingkat SLTP Memiliki nilai tertinggi jika dibandingkandengan jenjang pendidikan lainnya. Demikian juga dengan rasio keluaran permasukan, nilai terbesar yaitu mendekati angka 1 terdapat pada tingkat SM.

Dengan mendasarkan pada 8 jenis indikator untuk efisiensi internalsekolah, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat SM memiliki kinerja yangterbaik dilihat dari sisi efisiensi internal pendidikan yang digambarkan daribanyaknya nilai yang positif dari setiap indikator efisiensi.

Kemudian dengan melihat jumlah siswa putus sekolah berdasarkan kohortdari 1000 siswa dapat diketahui bahwa dari tiga jenjang pendidikan yang ada,ternyata jenis sekolah SLTP yang paling besar siswa tidak melanjutkan sekolah,sedangkan jenis sekolah yaitu SMK. yang paling kecil. Besarnya siswa yang putussekolah ini juga terlihat dari siswa yang bertahan makin kecil dan yang terbaikterdapat di jenis sekolah MA. dan yang terburuk pada jenis sekolah SD Biladikaitkan dengan siswa bertahan tetapi juga pernah mengulang, maka jenissekolah SMU mempunyai kondisi yang paling baik dibandingkan dengan jenissekolah lainnya dan yang paling jelek adalah SLTP.

Page 223: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah208

Tabel. 4.39Pemborosan Biaya akibat Tahun-siswa terbuang

Di Kabupaten Jembrana Tahun 2006

No. Jenis Sekolah Tahun-siswa terbuang Pemborosan Biaya

1. SD 520 02. MI 662 03. SD+MI 9305 04. SLTP 36 662.5295. MTs 17 22.4786. SLTP+MTs 34 677.6917. SMU 31 249.9808. MA 0 09. SMU+MA 28 233.985

10. SMK 137 473.66411. SM+MA 60 701.557

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Jembrana

Pemborosan biaya dihasilkan dari tidak efisiennya sistem pendidikanyang ada. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa pemborosan yangpaling besar terjadi pada jenis sekolah SM/MA yaitu sebesar Rp 701.557,pemborosan yang terkecil terdapat pada jenis sekolah MTs yaitu sebesar Rp22.478. Dengan melihat kondisi seperti ini, maka perlu dikaji ulang sistempendidikan yang ada. Kajian ini tidak hanya ditujukan pada jenis sekolah yangmengalmai pemborosan biaya terbesar melainkan juga jenis sekolah yanglebih baik. Dengan adanya pemborosan ini, dapat disimpulkan bahwa jenissekolah SMA memiliki kinerja yang paling baik dibandingkan jenis sekolahlainnya. Pada Tingkat SD (SD dan MI) jumlah keluaran yang terbaik yaitu dalamarti mendekati angka 100 adalah MI. Jumlah tahun-siswa yang seharusnya6114 untuk tingkat MI ternyata hanya sebesar 6248 Untuk SD dan sebesar1.000 untuk MI. Jumlah putus sekolah yang terbaik yaitu mendekati 0 %adalah MI. sebesar 0 Selanjutnya, jumlah mengulang yang mendekati 0 % atauyang lebih baik adalah MI sebesar 0,22 %.

Tabel. 4.40Efisiensi Internal Pendidikan SD dan MI

Di Kabupaten Jembrana Tahun 2006

No Komponen SD MI

1. Jumlah Keluaran 994 9962. Jumlah Tahun-siswa 6194 62483. Jumlah Putus sekolah 12 04. Jumlah Mengulang 210 260

Page 224: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 209209

No Komponen SD MI

5. Lama Belajar- Lulusan 6,21 6,25- Putus Sekolah 3,30 0- Kohort 6,18 0

6. Tahun-siswa Terbuang- Jumlah 520 662- Mengulang 510 662- Putus sekolah 11 0

7. Tahun-masukan per Lulusan 6,23 0,968. Rasio keluaran/masukan 6,27 0,96Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Jembrana

Untuk melihat lebih efisien mana SD atau MI dapat dilihat dari rata-ratalama belajar siswa, untuk tingkat SD seharusnya lama belajar sampai lulus ataudisebut rata-rata lama belajar lulusan adalah 6 tahun yang berarti tidak adasiswa yang mengulang atau putus sekolah. Rata-rata lama belajar lulusan iniyang paling penting untuk menentukan efisien tidaknya suatu sekolah.Berdasarkan rata-rata lama belajar lulusan, ternyata kondisi SD Lebih baikdibandingkan dengan MI yaitu SD dan MI Bila dilihat lama belajar putussekolah, ternyata kondisi putus sekolah yang terburuk adalah SD yaitu sebesar12 yang berarti hanya beberapa tahun sekolah telah mengalami putus sekolah.Di samping itu, rata-rata lama belajar kohort merupakan rata-rata dari lulusandan putus sekolah dan lebih tinggi SD jika dibandingkan dengan MI. Sehinggasecara gabungan antara mengulang dan putus sekolah yang lebih baik juga MI.

Bila dilihat tahun masukan per lulusan maka SD Lebih baik jikadibandingkan dengan MI Demikian juga dengan rasio keluaran per masukan,nilai terbesar yaitu mendekati angka 1 terdapat pada SD.sebesar 6,27 %.Dengan mendasarkan pada 8 jenis indikator untuk efisiensi internal sekolah,maka dapat disimpulkan bahwa SD memiliki kinerja yang terbaik dilihat darisisi efisiensi internal pendidikan yang digambarkan dari banyaknya nilai yangpositif dari setiap indikator efisiensi jika dibandingkan dengan SD.

Jumlah keluaran yang terbaik yaitu dalam arti mendekati angka 1000adalah MTs. Mencapai 100 % Jumlah tahun-siswa yang seharusnya 3000 MTs2991 untuk tingkat MTs. Jumlah putus sekolah yang terbaik yaitu mendekati 0% adalah MTs sebesar 8 Selanjutnya, jumlah mengulang yang mendekati 0 %atau yang lebih baik adalah MTs sebesar 3.

Page 225: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah210

Tabel. 4.41Efisiensi Internal Pendidikan SLTP dan MTs

Di Kabupaten Jembrana Tahun 2006

no

Komponen SLTP MTs

.Jumlah Keluaran 986 992

.Jumlah Tahun-siswa 2990 2992

.Jumlah Putus sekolah 14 8

.Jumlah Mengulang 4 3

.Lama Belajar

- Lulusan 3,00 3,00- Putus Sekolah 1,95 1,63- Kohort 2,99 2,99

.Tahun-siswa Terbuang- Jumlah 36 17- Mengulang 9 3- Putus sekolah 27 13

.Tahun-masukan per Lulusan 3,03 3,02

.Rasio keluaran/masukan 0,99 0,99Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Jembrana

Rata-rata lama belajar lulusan ini yang paling penting untukmenentukan efisien tidaknya suatu sekolah. Berdasarkan rata-rata lamabelajar lulusan, ternyata kondisi SLTP Lebih baik dibandingkan dengan MTsyaitu SLTP dan MTs. Bila dilihat lama belajar putus sekolah, ternyata kondisiputus sekolah yang terburuk adalah SMP yaitu sebesar 1,95 yang berartihanya beberapa tahun sekolah telah mengalami putus sekolah. Denganmendasarkan pada 8 jenis indikator untuk efisiensi internal sekolah, makadapat disimpulkan bahwa SLTP. Memiliki kinerja yang terbaik dilihat dari sisiefisiensi internal pendidikan yang digambarkan dari banyaknya nilai yangpositif dari setiap indikator efisiensi jika dibandingkan dengan MTs.

Selanjutnya untuk indicator ini di tingkat SM (SMU, SMK, dan MA)Berdasarkan Tabel 3.19 diketahui bahwa jumlah keluaran yang terbaik yaitudalam arti mendekati angka 1000 adalah MA. Jumlah tahun-siswa yangseharusnya 3000 untuk tingkat MA sebesar 3000 Untuk SMK sebesar 1000untuk Jumlah putus sekolah yang terbaik yaitu mencapai 0 % adalah SMA.sebesar 0 Selanjutnya, jumlah mengulang yang mencapai 0 % atau yang lebihbaik adalah MA Sebesar 0 %.

Page 226: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 211211

Tabel. 4.42Efisiensi Internal Pendidikan SMU, SMK, dan MA

Di Kabupaten Jembran Tahun 2006

No. Komponen SMU SMK MA

1. Jumlah Keluaran 986 933 10002. Jumlah Tahun-siswa 2.988 2.931 3.0003. Jumlah Putus sekolah 14 67 04. Jumlah Mengulang 1 4 05. Lama Belajar

- Lulusan 3,00 3.00 3.00- Putus Sekolah 2,06 1,92 0- Kohort 2,99 2,93 0

6. Tahun-siswa Terbuang- Jumlah 31 137 0- Mengulang 2 8 0- Putus sekolah 29 130 0

7. Tahun-masukan per Lulusan 3,03 3,14 3.008. Rasio keluaran/masukan 0,99 0,95 1,00

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaetn Jembrana

Dari ketiga jenis sekolah di tingkat SM dapat diketahui mana dariketiganya yang elbih efisien adalah dengan menentukan indikator rata-ratalama belajar siswa, untuk tingkat SM seharusnya lama belajar sampai lulusatau disebut rata-rata lama belajar lulusan adalah 3 tahun yang berarti tidakada siswa yang mengulang atau putus sekolah. Rata-rata lama belajar lulusanini yang paling penting untuk menentukan efisien tidaknya suatu sekolah.Berdasarkan rata-rata lama belajar lulusan, ternyata kondisi MA. terbaikadalah jika dibandingkan dengan dua sekolah lainnya yaitu SMK. Bila dilihatlama belajar putus sekolah, ternyata kondisi putus sekolah yang terburukadalah SMK. yaitu sebesar 130 yang berarti hanya beberapa tahun sekolahtelah mengalami putus sekolah. Di samping itu, rata-rata lama belajar kohortmerupakan rata-rata dari lulusan dan putus sekolah dan lebih tinggi SMK jikadibandingkan dengan SMU.

Dengan bendasarkan pada 8 jenis indikator untuk efisiensi internalsekolah, maka dapat disimpulkan bahwa SMK memiliki kinerja yang terbaikdilihat dari sisi efisiensi internal pendidikan yang digambarkan dari banyaknyanilai yang positif dari setiap indikator efisiensi jika dibandingkan dengan keduajenis sekolah lainnya.

Page 227: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah212

5. Provinsi Nusa Tenggara Timur

Capaian Indikator Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan, berdasarkanhasil sensus tahun 2004 angka morbiditas (penderitaan) NTT tinggi yangberdampak pada tingginya angka mortalitas (kematian) = 5,63/1000 penduduk(2004). Pada tahun 2005 angka kematian bayi = 49/1000 kelahiran hidup dansecara nasional AKB 52/1000 kelahiran hidup, angka kematian ibu554/100.000 kelahiran hidup dan secara nasional AKI 334/100.000 kelahiranhidup, demikian juga angka kematian balita 82/1000 BLT dan secara nasional81/1.000 BLT masih tergolong tinggi. Anggka balita tahun 2005 berstatus gizisedang/kurang/buruk : 41,54% dan baik 58,45% gizi balita cenderungmeningkat pada tahun 2006 dapat dikategorikan gizi lebih 0,7%; gizi baik60,3%; gizi kurang 27% dan gizi buruk 12%. Dan pada tingkat nasional gizi lebih2,5%; gizi baik 69,5%; gizi kurang 19,2% dan gizi buruk 8,8%; .

Data SKRT menunjukkan jenis penyakit yang paling menerangkan angkamorbiditas yaitu ISPA dan diare secara tidak langsung berkaitan dengan peranibu dan kualitas kesehatan lingkungan yang masih buruk. Rendahnya kondisikesehatan lingkungan. Kondisi lingkungan berpengaruh terhadap derajatkesehatan masyarakat yang tercermin antara lain dari akses masyarakatterhadap air bersih dan sanitasi dasar.

Sarana pelayanan kesehatan masih terbatas sehingga layanan kepadamasyarakat miskin belum optimal. Namun upaya pengadadan sarana terusdiperhatikan oleh pemerintah dan masyarakat, dimana pada tahun 2005jumlah RSUD 14 buah, Rumah Sakit Khusus 1 buah, Rumah Sakit ABRI 2 buah,Rumah Sakit Swasta 8 buah, jumlah puskesmas 244 buah dan puskesmaspembangun 919 buah, balai pengobatan 46 buah dan Posyandu 8030 buah.

Adanya kecenderungan meningkatnya penyebaran penyakit HIV/AIDSselama 5 tahun terakhir; 231 kasus yang meninggal dunia 73 orang (32,28%),HIV sebanyak 126 kasus (51,6%) dan AIDS sebanyak 105 kasus (45,4%).Meningkatnya jumlah dan kemampuan tenaga kesehatan dalam pelayanankesehatan termasuk peningkatan penyediaan sarana, prasarana dan peralatankesehatan. Berkembangnya potensi swadaya masyarakat termasuk swastadalam bentuk jaringan kerja yang dinamis untuk mengoptimalkan lingkunganyang bebas dari resiko penyakit yang berbasis lingkungan.

Menurunnya kesakitan dan kematian dengan penanganan maupunpengobatan yang adekuat dan rasional, perbaikan gizi masyarakat sertapemantapan kegiatan penanggulangan KLB.

Page 228: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 213213

Tabel. 4.43Pengukuran Pencapaian Sasaran (Pencapaian Indikator SPM)

Instansi Dinas Kesehatan Kota KupangTahun 2007

No Jenis pelayanan Indikator & Target

Target Realisasi Pencapaiansasaran

Ketersediaan Sarana Kesehatan1. Rasio Puskesmas Rawat Inap Per

Kec2. Rasio Pus & Pus RRI per Penduduk

3. Rasio Pustu per Penduduk

4. Rasio Klinik Bersalin perpenduduk

5. Rasio RSUD

1 per Kec

1 per20000 pddk

1 per1000 pddk

1 per5000 pddk

1 perkab/kota

1 per Kec

0,65 per20000 pddk

0,11 per1000 pddk0,16 per

5000 pddk1 per

kab/kota

100 %

65,45 %

10,91 %

16 %

100 %

Ketersediaan Tenaga Kesehatan1. Rasio Dokter

2. Rasio Dokter Gigi

3. Rasio Apoteker dan Ass Apoteker

4. Rasio Bidan

5. Rasio Perawat

6. Rasio Ahli Gizi

7. Rasio Ahli Sanitasi

8. Rasio Ahli Kesehatan Masyarakat

9. Rasio Tenaga Masyarakat Terlatih

1 per 10000pddk

1 per 10000pddk

1 per 10000pddk

1 per 1000pddk

1 per 1000pddk

1 per 10000pddk

1 per 5000pddk

1 per 10000pddk

1 per 1000pddk

0,55 per10000 pddk

0,27 per10000 pddk

1,06 per10000 pddk

0,40 per1000 pddk0,36 per

1000 pddk0,67 per

10000 pddk0,33 per

5000 pddk0,31 per

10000 pddk1,84 per

1000 pddk

55 %

27 %

106 %

40 %

36 %

67 %

33 %

31 %

148 %

Ketersediaan anggaran kesehatan1. Persentase penduduk yang

menjadi peserta jaminanpemeliharaan kesehatan (JPKM/Askes/ Dana Sehat)

2. Rata-rata persentase anggarakesehatan dalam APBD/DAU Kota

3. Alokasi Anggara Kesehatanpemerintah perkapita per tahun(dlm ribuan rp)

80 % pddk

15 % DAU

100 perkapita

80 % pddk

1,70 % DAU

82 per kapita

100 %

11,33 %

82 %

Penyeleggaraan Pembiayaan

Page 229: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah214

No Jenis pelayanan Indikator & Target

Target Realisasi Pencapaiansasaran

Pelayanan Kesehatan KK Miskin1. Cakupan JPKM KK Miskin 100 % 100 % 100 %

Manajemen Kesehatan1. Dokumen Yankes (RASK,DASK,

Profil Kes. KW SPM, LAKIP,Ranstra)

2. Persentase Bimtek Yankes3. Persentase Monev Program4. Persentase Surkesda5. Persentase SIK On Line (SIK

Terpadu)

6 dok

100 %100 %100 %80 %

6 dok

100 %100 %100 %

0 %

100 %

100 %100 %100 %

0 %

Pengendalian Vektor1. Angka Bebas Jentik (>80%)2. Index Lalat (<20%)

80 %20 %

80 %20 %

100 %100 %

Sarana Kemitraan1. Angka LSM Kesehatan Per Kota2. Rasio Posyandu per Penduduk

3. Persentase Posyandu Purnamadan Mandiri

5 per kota1 per 1000

pddk40

5 per kota1,02 per

1000 pddk0

100101,82

0

Pelayanan Dalam Kemitraan1. Kunjungan Balita Ke Posyandu

2. Kesertaan JPKM3. Kader Aktif4. Kemandirian UKBM

60 % balita

80 % pddk80 % kader10 % UKBM

65,62 %Balita

80 % Pddk100 % Kader10 % UKBM

109,3729 %

100 %125 %100 %

Kontribusi Sektor Terkait1. Kontribusi Keluarga yang Memiliki

Akses terhadap Air Bersih2. Persentase pasangan Usia

Subur/PUS yang menjadi AkseptorKB

3. Cakupan Akseptor Aktif KB4. Angka Kecelakaan Lalu Lintas

5. Persentase Penduduk yang MelekHuruf

85 %

70 %

70 %1 per 10000

pddk95 %

64 %

81,79 %

98,86 %1 per 10000

pddk88,53 %

75,29 %

116,84 %

141,23 %100 %

93,19 %

Keadaan Lingkungan1. Angka Rumah Sehat (Memenuhi

Syarat)2. Angka pemilikan jamban Keluarga

MS3. Angka KK dengan sarana Air Bersih

MS4. Angka TTU MS

80 % rumah

90 % KK

70 % KK

70 %TTU

80 % rumah

75 % KK

60 % KK

93,45 % TTU

100 %

83,33 %

85,71 %

133,5 %

Page 230: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 215215

No Jenis pelayanan Indikator & Target

Target Realisasi Pencapaiansasaran

5. Angka TPM MS 70 % TPM 86,42 % TPM 123,4571%

Perilaku Hidup Masyarakat1. Presentase Rumah Tangga PHBS 65 % 65 % 100 %

1 Pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi1. Cakupan pemeriksaan Ibu hamil

ke 42. Cakupan persalinan oleh

bidan/tenaga kesehatan3. Ibu hamil risti yang dirujuk4. Cakupan kunjungan Neonatus5. Cakupan Kunjungan Bayi6. Cakupan Bayi Berat Lahir

Rendah/BBLR yang ditangani

85 %

80 %

100 %90 %90 %

100 %

62,8 %

81,2 %

100 %85 %

87,60 %100 %

73,88 %

101,50 %

100 %94,44 %97,33 %100 %

Pelayanan Kesehatan Anak PraSekolah dan usia Sekolah1. Cakupan Deteksi Dini Tmbuh

Kembang Anak Balita dan PraSekolah

80 % 80 % 100 %

Pelayaan Usia Lanjut1. Cakupan Pelayanan Kesehatan

Pra Usia Lajut dan Usia Lajut80 % 80 % 100 %

Pelayanan Imunisasi1. Persentase Kelurahan UCI 100 % 14,29 % 14,29 %

Pemantauan Pertumbuhan Balita1. Gizi Baik2. Balita Yang Naik Berat Badannya3. Balita Bawah Garis Merah (BGM)

80 %80 %15 %

70,00 %46,94 %9,18 %

87,50 %58,67 %

138,80 %

Pelayanan Gizi1. Cakupan Balita Mendapat Kapsul

Vitamin A 2 Kali Per Tahun2. Cakupan Ibu Hamil Mendapat 90

Tablet Fe3. Cakupan Peberian Makanan

Pendamping ASI pada Bayi BGMdari Keluarga Miskin

4. Balita Gizi Buruk MendapatPerawatan

90 %

90 %

100 %

100 %

80 %

62 %

100 %

100 %

88,89 %

68,89 %

100 %

100 %

Pelayanan Obstetrik dan NeoatalEergensi Dasar dan Komprehenshif1. Ibu Hamil Risti/Komplikasi yang

ditangani80 % 80 % 100 %

Page 231: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah216

No Jenis pelayanan Indikator & Target

Target Realisasi Pencapaiansasaran

2. Neonatal Risti/Komplikasi yangditangani

80 % 80 % 100 %

Pelayaan Gawat Darurat1. Sarana Kesehatan dengan

kemampuan pelayanan GawatDarurat yang dapat diaksesmasyarakat

90 % 90 % 90 %

Penyelenggaraan PenyeldkEpidemio-logi & Penanggulangan KLBdan Gizi Buruk1. Kelurahan Mengalami KLB yang

ditagani <24 Jam2. Kecamatan Bebas Rawan Gizi

100 %

80 %

100 %

0 %

100 %

0 %

Pencegahan dan PeberantasanPenyakit TB Paru1. Kesembuha penderita TBC BTA

positif (>85%)85 % 69,02 % 81,20 %

Pencegahan dan PemberantasaPenyakit ISPA1. Cakupan Balita dengan Pnemonia

yang ditangani100 % 100 % 100 %

Pencegaa dan PemberantasanPenyakit DBD1. Penderita DBD yang ditagani 80 % 80 % 100 %

Pencegahan dan pemberantasanpenyakit Malaria1. Penderita Malaria yang diobati 100 % 100 % 100 %

Pencegahan dan PemberantasanPenyakit Kusta1. Penderita Kusta yang selesai

Berobat/RTF (>90%)90 % 90 % 100 %

Pencegahan dan PemberantasanPenyakit Diare1. Balita dengan diare yang

ditangani100 % 100 % 100 %

Pelayanan Penyediaan Obat &Perbekalan Kesehatan1. Ketersediaan Obat Sesuai

Kebutuhan2. Penyediaan Obat Esensial

90 %

100 %

90 %

100 %

100 %

100 %

Page 232: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 217217

No Jenis pelayanan Indikator & Target

Target Realisasi Pencapaiansasaran

3. Penyediaan Obat Generik Berlogo4. Penulisan Resep Obat Generik

100 %90 %

100 %90 %

100 %100 %

Angka Cakupan Pelayanan Medik1. Angka Perawatan di Puskesmas

(BOR)2. Angka Kematian Netto Puskesmas

RI

75 % TT1 %

Penderita

75 % TT0 %

Penderita

100 %100 %

Akses dan mutu Pelayaan Kesehatan1. Presentase Penduduk yg

memanfaatkan Puskesmas/saranakesehatan

–cakupan Kunjungan Pus/cakupanRawat Jalan

–Cakupan Rawat Inap2. Persentase Sarana Kesehatan

dengan Keampuan LaboratoriumKesehatan

3. Persentase Perawatan danPengobatan/ Tata Laksana KasusSesuai Protap.

15 %

1,5 %100 %

100 %

15 %

1,5 %100 %

100 %

100 %

100 %100 %

100 %

Angka Kematian1. Angka Kematian Kasar

2. Angka Kematian Bayi

3. Angka Kematian Balita

4. Angka Kematian Ibu

5. Angka Usia Harapan Hidup

7,2 per10000 Pddk45 per 1000

KH60 per 1000

Balita300 per

100000 KH65 Tahun

8 per 10000pddk

59 per 1000KH

60 per 1000Balita

262,19 per100000 KH

62,60 Tahun

88,89 %

68,89 %

100 %

112,60 %

96,31 %

Angka Kesakitan1. Agka Gizi Kurang (KEP Total)

Balita2. Angka Kesakitan Gizi Buruk

Balita3. Angka Kesakitan Tetanus

Neoatorum4. Angka Kesakitan Difteri

5. Angka Kesakitan Pertusis

6. Angka Kesakitan Campak

7. Angka Kesakitan TB Paru

8. Angka Kesakitan Malaria

21 per 100Balita

60 per 1000Balita

0 per 1000pddk

0 per 1000pddk

0 per 1000pddk

0 per 1000pddk

1 per 1000pddk

100 per 1000

22,52 per100 Balita

57 per 1000Balita

0 Per 1000pddk

0 per 1000pddk

0 per 1000pddk

0 per 1000pddk

1 per 1000pddk

35 per 1000

92, 76 %

116,6667 %

100 %

100 %

100 %

100 %

100 %

165 %

Page 233: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah218

No Jenis pelayanan Indikator & Target

Target Realisasi Pencapaiansasaran

9. Angka Kesakitan AFP

10. Angka Kesakitan DBD

11. Angka Kesakitan Diare

12. Angka Kesakitan Kusta

13. Angka Kesakitan Kasar

pdd1 per 1000

pddk1 per 1000

pddk15 per 1000

pddk1 per 10000

pddk1 per 1000

pddk

pddk0 per 1000

pddk0,007 per1000 pddk

21 per 1000pddk

1 per 10000pddk

1,1 per 1000pddk

100 %

199,3 %

60 %

100 %

90 %

Sumber :Lakip Dinkes Kota Kupang 2007

Sementara itu, untuk mencapai Indonesia Sehat Tahun 2010 secaranasional, Pemerintah Kabupaten Kupang terus berupaya untuk meningkatkankualitas dan kuantitas sumber daya kesehatan untuk dapat menjawabkebutuhan masyarakat yang tersebar di 29 kecamatan dengan kondisitopografi yang berbeda-beda. Hal ini merupakan tantangan yang cukup seriusdalam mengakses pelayanan ke Rumah Sakit Daerah. Untuk mengatasikeadaan tersebut maka Pemerintah Kabupaten Kupang berupayamendekatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat dengan menyediakansarana dan prasarana kesehatan dengan membangun Puskesmas di setiapkecamatan dan Puskesmas Pembantu (PUSTU) untuk setiap desa.

Berdasarkan standar dari departemen kesehatan sasaran pendudukyang dilayani oleh sebuah puskesmas rata-rata 30.000 sedangkan untukPuskesmas Pembantu melayani 2 sampai 3 desa dengan sasaran pendudukantara 2.500 – 10.000. Saat ini pemerintah kabupaten Kupang dengan jumlahpenduduk 344.008 jiwa seharusnya cukup dengan 13 Puskesmas dan 35Puskesmas pembantu (Pustu) namun kenyataan yang ada kita memiliki 27Puskesmas dan pada tahun 2008 akan di bangun 2 Puskesmas untukkecamatan Akle dan Sabu Tengah sehingga jumlahnya menjadi 29 buah,sedangkan Puskesmas pembantu (Pustu) sampai dengan saat ini berjumlah111 buah namun masih 63 desa yang belum ada sarana kesehatan danditargetkan sampai dengan tahun 2009 semua sarana fisik sudah selesai dibangun.

Idealnya untuk satu Puskesmas dibutuhkan 22 tenaga kesehatan (medisdan non medis) sedangkan untuk Puskesmas Rawat Inap 26 Tenaga kesehatan(medis dan non medis) sedangkan untuk Puskesmas Pembantu (Pustu)dibutuhkan satu perawat kesehatan/mahir, bidan dan 1 pekarya kesehatan.Disini terlihat bahwa kita masih sangat kekurangan tenaga kesehatankhususnya untuk puskesmas dan puskesmas rawat inap. Hal ini perlu

Page 234: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 219219

mendapat perhatian serius sehingga pelayanan kesehatan dapat berjalandengan baik yang akan berdampak pada tingkat kesehatan masyarakat.

Berdasarkan komposisi demografis Nusat Tenggara Timur, titik beratpenduduk berada pada usia muda dan sebagian diantaranya merupakanpenduduk usiasekolah. Pada tahun 2003 penduduk usia 15 – 44 tahun yangberstatus buta aksara masih tinggi yaitu 411.083 jiwa (laki-laki 269.807 jiwadan perempuan 241.276 jiwa). Data ini menempatkan provinsi NTT dalamkelompok 9 provinsi berpenduduk buta aksara tertinggi di Indonesia.Kecenderungan menunjukkan pertumbuhan penduduk yang masih tinggi kedepan akan tetap menghasilkan komposisi demofrafis seperti sekarang.

Faktor dominan yang memperburuk kualitas pendidikan di NTT adalahkemiskinan yang berkarakter majemuk mencakup ekonomi, structural,situasional/alamiah, social – politik dan subyektif. Kondisi yangmemprihatinkan ini sangat menggangu rendahnya mutu SDM NTT yang padagilirannya menyebabkan pulah rendahnya Indeks Pembangunan Manusia(IPM) NTT. Untuk mengatasi persoalan ini maka tepat kebijakan pembangunanmemberikan ruang kepada semua pemangku kepentingan untuk partisipasiaktif sesuai perannya.

Sampai dengan sat ini angka partisipasi kasar (APK) pendidikan dasarkhususnya SMP/MTs dan sederajat masih rendah. APK SD/MI telah menjadi114% sementara APK SMP.MTs dan yang sederajat pada tahun 2005 barumencapai 70%. APK SMA/SMK/MA dari yang sederajat masih lebih rendah lagiyaitu baru mencapai 40% sementara APK SMP/MTs dan sederajat telahmencapai 82% dan SMA/SMK/MA mencapai 46%. Data ini menunjukkanbahwa pencapaian APK di NTT khususnya dalam rangka pelaksanaan wajibbelajar pendidikan dasar 9 tahun masih berada di bawah rata-rata nasional.Demikian pula hal pada tingkat SLTA dan yang sederajat.

Pada tahun 2005, Angka Partisipasi Murni (APM) pendidikan dasar jugamasih rendah dibandingkan dengan rata-rata nasional SD/MI dan sederajat =90,47%, APM SMP/MTs dan sederajat 71,41%, APM SMK/SMA/MA dansederajat 42,10%; sedangkan APM secara nasional pada tahun yang sama2005 menunjukan APM SD/MI dan sederajat 94%, SMP/MTs dan sederajat72% dan APM SMA/SMK/MA dan sederajat 41%.

Data nasional menunjukkan rasio Research and Development (R &D)/juta penduduk hanya sebesar 1 (1985/1995) dan jumlah paten yangdihasilkan hanya 20 paten (1996), tanpa jumlah ekspor teknologitinggi/manufaktur (1997). Indonesia ber Nilai Daya Saing Bangsa 13,3 dari nilaimaksimum 100 atau berperingkat 28 dan ber Nilai Kontribusi IPTEKS dan SDMterhadap dunia usaha sebesar 9,6 atau berperingkat 30 dari 30 negara. Dayasaing penduduk NTT berdasarkan indicator tersebut diasumsi lebih rendahdari daya saing penduduk secara nasional.

Page 235: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah220

Mutu lulusan SMA/SMK NTT bidang IPA dan IPS berdasarkan indicatorskor UMPTN/SPMB selama rentang 1994 – 2005 sangat rendah secaranasional dan berposisi pada kuartil terbawah peringkat nilai nasional menurutprovinsi. Posisi mutu lulusan tersebut menjadi slaah satu indicator rendahnyadaya saing nasional lulusan SMA dan SMK wilayah ini. Dampaknya adalahlulusan di wilayah ini hanya berkemampuan bersaing di wilayah mutu perifer(pinggiran) dan sangat sedikit lulusan bermutu yang bereksodus (berpindah)ke sentrum persaingan nasional dan regional.

Kecenderungan global bidang perdagangan dan demografi mendatangakan menghadirkan jasa dan manajemen pendidikan bermutu luar negeri diNTT. Persaingan komoditi bermutu di pasar global tidka berhidarkan, karenaitu mutu manajemen pendidikan dan keluaran pendidikan NTT yang kini hanyadiserap oleh kebutuhan pasar local perlu dibenahi untuk masuk ke pasarglobal.

Kualitas mutu lulusan/tamatan pendidikan pada semua atas terutamapednididikan tinggi mengalami krisis kualitas. Krisis ini disebabkan olehmenjamurnya penjualan gelar dan penyelenggaraan pendidikan penjualangelar dan penyelenggaraan pendidikan dalam ragam pendidikan jarakn jauh,kelas parallel, kelas akhir minggu, kelas eksekutif dan lainnya, yang tidakmemenuhi kaidah dan norma akademik.

Kualitas SDM tahun 2005 berdasarkan status pendidikan masih rendah,yang ditandai oleh populasi penduduk berstautus pendidikan tidak/belumpernah bersekolah cukup besar 352.936 jiwa (11,17%) dan yang tidak/belumtamat SD/MI 1.002.828 jiwa (31,82%) atau sebanyak 42,99% penduduk yangtidak/belum bersekolah atau belum tamat SD?MI. Besaran relatif kumulatifpenduduk berstatus pendidikan setinggi/lebih rendah tamat SD/MI adalah76,32%, SMTP 87,17% dan setinggi/lebih rendah tamat SMTA adalah 97,48%.

Terdapat kesenjangan tingkat pendidikan yang cukup lebar antarakelompok masyarakat seperti penduduk perkotaan dan pedesaan, dan antaradaerah, fasilitas pelayanan dan pendidikan khususnya untuk jenjangpendidikan menengah dan yang lebih tinggi belum tersedia secara merata.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) masih mengalami kendala dalammenyadarkan orangtua dan menyiapkan kelompok PAUD secara merata.Kecenderungan orangtua dan masyarakat menganggap PAUD tidak terlalupenting dlaam proses tumbuh kembang anak.

Pendidikan tinggi masih menghadapi kendala dalam mengembangkanilmu pengetahuan, teknologi dan seni mengalami hambatan karenaterbatasnya buku-buku teks dan jurnal-jurnal internasional yang dapatdiakses, namun kesadaran masyarakat untuk menyediakan fasilitas pendidikanterus meningkat.

Page 236: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 221221

Sementara itu, untuk pelayanan bidang pendidikan, capaian Indikatoruntuk SPM Bindang Pendidikan di Kabupaten Kupang sebagaimana pada tabelberikut ini :

Tabel. 4.44Pengukuran Pencapaian Sasaran

Dinas Pendidikan Kabupaten KupangTahun 2006

No. Indikator Sasaran Rencana TingkatCapaian

Realisasi RealisasiTingkatCapaian

1. Meningkatnya APK:SD dari 103,89% diusahakan u/dipertahankanSMP dari 54,58 % menjadi 60,50%SMA dari 20,98 % menjadi 60,50%

Meningkatnya APM :SD dari 82,30 % Menjadi 90 %SMP dari 20,29 % menjadi 45 %SMA dari 13,76 % menjadi 30 %

APKSD : 100 %

SMP : 60,50 %SMA : 60,60 %

APMSD : 90 %SMP : 45 %SMA : 30 %

103 %

73,25 %70,80 %

94 %58 %49 %

103 %

121 %117 %

104 %128 %163 %

2. Meningkatnya NEM Rata-rata :SD dari 6,67 menjadi 7,00SMP dari 6,09 menjadi 6,80SMA dari 6,02 menjadi 6,50

NEMSD : 7,00SMP : 6,80SMA : 6,50

7,407,007,10

105102103

3. Meningkatkan angka melanjutkan:Tingkat SD ke SMP dari 68,31 %menjadi 80 %Tingkat SMP ke SMA dari 42,47 %menjadi 65 %

SD ke SMP : 80 %

SMP ke SMA :65 %

88 %

70 %

110 %

107 %

4. Meningkatnya Tingkat PelayananSekolah :SD dari 139 % diusahakan untukdipertahankanSMP dari 49 % menjadi 75 %SMA dari 90 % menjadi 95 %

Meningkatnya Angka KelulusanSD dari 96,42 % menjadi 100 %SMP dari 90,14 % menjadi 100 %SMA dari 98,76 % menjadi 100 %

SD : 100 %

SMP : 75 %SMA : 95 %

SD : 100 %SMP : 100 %SMA : 100 %

100 %

85 %97 %

100 %100 %100 %

100 %

113 %102 %

100 %100 %100 %

Sumber : Dinas P & K Kab Kupang 2006

Page 237: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah222

6. Provinsi Maluku Utara

Tingkat capaian indikator standar pelayanan minimal bidang kesehatan di KotaTernate dapat dilihat pada uraian berikut ini :

Promosi Kesehatan. Tujuan yang ingin dicapai dari program ini adalahmemberdayakan individu, keluarga dan masyarakat agar mampumenumbuhkan perilaku hidup sehat yang merupakan salah satu dari tiga pilarIndonesia sehat 2010 yakni perilaku sehat dan mengembangkan upayakesehatan yang bersumber masyarakat.

Upaya perubahan perilaku sehat telah dilaksanakan melalui programpendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan masyarakat yang kemudianberkembang menjadi promosi kesehatan. Promosi kesehatan merupakanupaya meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, olehdan bersama masyarakat agar dapat menolong dirinya sendiri sertamengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat dalam upayakesehatan sesuai dengann sosial budaya setempat.

Kegiatan yang akan dilaksanakan adalah pengkajian perilaku sehat dimasyarakat dan pengembangan media KIE (komunikasi informasi dan edukasi)yang sesuai dengan sasaran diberbagai tatanan. Selain itu dikembangkan pulakemitraan secara lintas program dan lintas sektor, termasuk dengan LSM,organisasi profesi serta berbagai pihak agar memperoleh dukungan bagipelaksanaan program perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat.

Salah satu kegiatan promosi kesehatan adalah pencegahan korbanpenyalahgunaan narkoba, psikotropika dan bahan aditif lainnya (NAPZA) yangsemakin meningkat dan pengguna tidak hanya masyarakat mampu, tetapi jugakelompok yang rentan yaitu pelajar dan mahasiswa. Indikator dan tahapanpencapaian untuk program promosi kesehatan di Kota Ternate seperti padatabel berikut :

Tabel. 4.45Tahapan Pencapaian Program Promosi KesehatanDinas Kesehatan Kota Ternate Tahun 2005-2010

No. IndikatorTahapan Pencapaian (%)

2005 2006 2007 2008 2009 20101. Persentase rumah tangga

berperilaku hidup bersihdan sehat

5 10 20 35 50 65

2. Persentase bayi yangmendapat ASI eksklusif 40 45 50 60 75 80

3. Persentase desa dengangaram ber yodium baik 15 25 40 60 75 90

4. Persentase PosyanduPurnama dan Mandiri 6 10 15 20 25 40

Page 238: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 223223

No. IndikatorTahapan Pencapaian (%)

2005 2006 2007 2008 2009 20105. Persentase keluarga yang

mempunyai akses airbersih

90,5 90,8 91,2 91,5 91,8 92

6. Persentase cakupanpertolongan persalinanoleh bidan dan tenagakesehatan yangmempunyai kompetensikebidanan

87 87 88 89 90 90

7. Persentase upayapenyuluhan P3 NAPZA olehtenaga kesehatan

6 7 8 10 12 15

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Ternate

Kesehatan Ibu dan Anak. Pembangunan yang dilaksanakan selama iniditujukan untuk tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap epndudukagar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya yangdinilai dengan indikator Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu(AKI) yang akan terwujud apabila beberapa kegiatan dalam programkesehatan ibu dan anak dapat terselenggara secara optimal.

Indikator program kesehatan ibu dan anak adalah K1, K4, Linakes,Pembinaan Ibu Hamil Risti dan Pelayanan Kesehatan Neunatus. Tabel berikutmenjelaskan indikator dan tahapan pencapaian untuk program kesehatan ibudan anak.

Tabel. 4.46Tahapan Pencapaian Program Kesehatan Ibu dan Anak

Dinas Kesehatan Kota Ternate Tahun 2005-2010

No. IndikatorTahapan Pencapaian (%)

2005 2006 2007 2008 2009 20101. Persentase cakupan

kunjungan ibu hamil danK4

92 92 93 94 95 95

2. Persentase ibu hamilresiko tinggi yang di rujuk 40 50 65 80 90 100

3. Persentase cakupankunjungan neonatus 90 91 92 93 95 95

4. Persentase cakupankunjungan bayi

87 87 87 88 90 90

5. Persentase cakupan bayiBBLR yang di tangani 100 100 100 100 100 100

6. Persentase akses terhadapketersedia an darah dankomponen yang amanuntuk menangani rujukan 40 50 50 50 50 80

Page 239: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah224

No. IndikatorTahapan Pencapaian (%)

2005 2006 2007 2008 2009 2010ibu hamil dan neonatus

7. Persentase ibu hamilresiko tinggi/ komplikasiyang tertangani

25 35 45 55 65 80

8. Persentase neonatusresiko tinggi/ komplikasiyang tertangani

25 35 45 55 65 80

9. Persentase cakupanpemeriksaan kesehatansiswa SD dan setingkatoleh tenaga kesehatanatau tenaga terlatih (guruUKS atau dokter kecil)

80 85 87 90 95 100

10. Persentase cakupanpelayanan kesehatanremaja

25 35 45 55 65 80

11. Persentase pasangan usiasubur yang menjadiakseptor KB

50 60 64 68 70 70

12. Persentase cakupanpelayanan kesehatan prausia lanjut dan usia lanjut

40 45,0 55,0 60,0 65,0 70

13. Persentase cakupanpeserta aktif KB

50 60 64 68 70 70

14. Angka kematian bayi per1000 kelahiran hidup 10 9 8 7 7 7

15. Angka kematian balita per1000 kelahiran hidup 45 42 40 38 36 32

16. Angka kematian ibumelahirkan per 100.000kelahiran hidup

160 125 120 115 110 105

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Ternate

Peningkatan Gizi Masyarakat. Dampak dari krisis ekonomi yang terjadimasih dirasakan sampai saat ini yang mengakibatkan terjadinya penurunandaya beli masyarakat terhadap kebutuhan pangan sehingga menyebabkanpenurunan kecukupan gizi masyarakat yang dapat menurunkan status gizinya.Disisi lain pembangunan sumber daya manusia juga dipengaruhi oleh statusgizi balita, dimana balita dengan status gizi buruk akan tertinggalperkembangan jasmani dan kecerdasannya dibanding balita dengan status giziyang baik sehingga penanggulangan gizi buruk merupakan program prioritasyang harus dikembangkan.

Tabel berikut akan menjelaskan indikator dan tahapan pencapaianuntuk program peningkatan gizi masyarakat.

Page 240: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 225225

Tabel. 4.47Tahapan Pencapaian Program Peningkatan Gizi Masyarakat

Dinas Kesehatan Kota Ternate Tahun 2005-2010

No. IndikatorTahapan Pencapaian (%)

2005 2006 2007 2008 2009 20101. Persentase cakupan

balita mendapat kapsulvitamin A 2 kalipertahun

95 96 96 97 98 99

2. Persentase cakupan ibuhamil mendapat 90tablet fe

92 94 95 96 97 98

3. Persentase cakupanpemberian makananpendamping ASI padabayi BGM dari keluargamiskin

100 100 100 100 100 100

4. Persentase cakupandeteksi dini tumbuhkembang anak balitadan pra sekolah

65 70 75 80 85 90

5. Persentase balita giziburuk mendapatperawatan

100 100 100 100 100 100

6. Persentase WUSmendapat kapsulyodium

100 100 100 100 100 100

7. Persentase kecamatanbebas rawan gizi 100 100 100 100 100 100

8. Persentase balita yangnaik berat badannya(N/D)

83 85 87 89 93 95

9. Persentase balita bawaggaris merah (BGM) 2,0 1,8 1,6 1,4 1,2 1

10. Persentase balitadengan gizi buruk

17 17 16 16 15 15

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Ternate

Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit. Upaya penanggulanganpenyakit dilaksanakan secara komprehensif dengan melakukan upayapromotif, preventif disamping upaya kuratif dan rehabilitatif saat ini masihterus dilakukan secara intensif mengingat perannya dalam menentukan statuskesehatan masyarakat cukup besar. Beberapa penyakit infeksi khususnyapenyakit yang berpotensi wabah masih menunjukkan angka kesakitan dankematian yang cukup tinggi. Dalam keadaan tersebut yang perlu diperhatikanadalah kegiatan pemantauan atau analisis situasi mengenai kejadianbeberapapenyakit menular yang menggunakan sistem kewaspadaan dini (SKD)di seluruh Puskessmas. SKD perlu dioptimalkan mengingat sistem ini

Page 241: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah226

merupakan alat untuk memantau sekaligus mengnaitisipasi setiap peningkatakejadian penyakit menular dari setiap wilayah sehingga KLB secara dini dapatdicegah.

Kegiatan pencegahan penyakit melalui imunisasi yang selama inidilaksanakan telah memberikan manfaat untuk menurunkan angka kesakitandan angka kematian, baik bayi maupun pada balita. Keberhasilan programimunisasi di Kota Ternate secara langsung memberikan kontribusi terhadappenurunan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yang beberapadiantaranya merupakan penyakit sangat berbahaya.

Indikator program ini secara jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel. 4.48Tahapan Pencapaian Program Penanggulangan Penyakit

Dinas Kesehatan Kota Ternate Tahun 2005-2010

No. IndikatorTahapan Pencapaian (%)

2005 2006 2007 2008 2009 20101. Persentase

desa/kelurahan UCI85,0 86 87 88 89 90

2. Persentase pelayanangangguan jiwa di saranapelayanan kesehatanumum

3 5 8 10 12 15

3. Acute Flacid Paralysis(AFP) rate per 100.000penduduk < 15 tahun

0 0 0 0 0 0

4. Persentasekesembuhan penderitaTBC BTA +

80 82 82 84 85 87

5. Persentase cakupanbalita denganpneumonia yangditangani

100 100 100 100 100 100

6. Persentase klien yangmendapatkanpenanganan HIV AIDS

- 100 100 100 100 100

7. Persentase infeksimenular seksual yang diobati

100 100 100 100 100 100

8. Persentase balitadengan diare yang ditangani

100 100 100 100 100 100

9. Persentaserumah/bangunan bebasjentik nyamuk aedes

55 60 65 70 75 80

10. Persentase penderitamalaria yang di obati 100 100 100 100 100 100

11. Angka kesakitan malaria

Page 242: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 227227

No. IndikatorTahapan Pencapaian (%)

2005 2006 2007 2008 2009 2010per 1000 penduduk 110 90 80 70 60 50

12. Persentase kusta yangselesai berobat

80 85 85 90 90 95

13. Persentase desa yangterkena kejadian luarbiasa (KLB) yang ditangani < 24 jam

100 100 100 100 100 100

14. Persentase kasusfilariasis yang ditangani 0 100 100 100 100 100

15. Persentase darah donordiskrining terhadap HIV-AIDS

100 100 100 100 100 100

16. Prevalensi HIV 1 0,98 0,95 0,92 0,9 0,917. Angka kesakitan

demam berdarahdengou (DBD)

15 10 10 6 3 2

18. Persentase institusiyang dibina kesehatanlingkungannya

25 30 35 40 45 50

19. Persentase tempatumum yang memenuhisyarat

50 50 50 50 50 50

20. Persentase rumah sehat 70,8 70,9 71,4 72 75 8021. Persentase keluarga

yang memiliki aksesterhadap air bersih

90,5 90,8 91,2 91,5 91,8 92

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Ternate

Revitalisasi Posyandu. Posyandu adalah sarana yang dibangun olehmasyarakat, digunakan oleh masyarakat dengan maksud dan untuk mementauperkembangan dan peningkatan status kesehatan masyarakat itu sendirikhususnya bayi dan balita. Dewasa ini, indikator cakupan program pelayanankesehatan dasar di Posyandu cenderung turun, seiring dengan dinamikamasyarakat yang telah melemahkan aktivitas posyandu karena bekurangnyadukungan dari masayrakat dan minimnya dana dalam melakukankegiatanannya. Indikator dari program ini adalah cakupan D/S, N/S, N/D danjumlah posyandu mandiri. Tabel dibawah ini menjelaskan indikator dantahapan pencapaian untuk program revitalisasi posyandu.

Tabel. 4.49Tahapan Pencapaian Program Revitalisasi Posyandu

Dinas Kesehatan Kota Ternate Tahun 2005-2010

No. IndikatorTahapan Pencapaian (%)

2005 2006 2007 2008 2009 20101. Persentase balita yang

naik berat badan nya 83 85 87 89 93 95

Page 243: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah228

No. IndikatorTahapan Pencapaian (%)

2005 2006 2007 2008 2009 2010(N/D)

2. Persentase balitabawah garis merah(BGM)

2 2 2 1 1 1

3. Persentase posyandupurnama

10 15 20 25 30 40

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Ternate

Pengembangan Desa Siaga. Desa siaga adalah desa yang penduduknyamemiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk mencegah danmengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawat daruratankesehatan secara mandiri.

Tujuan umum desa siaga adalah terewujudnya masyarakat desa yangsehat serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan diwilayahnya. Sasarannya yaitu individu dan keluarga, pihak-pihak yangberpengaruh terhadap perubahan perilaku indicidu dan keluarga seperti tokohmasyarakat, tokoh agama, tokoh perempuan dan pemuda, kader sertapetugas kesehatan. Indikator dari program desa siaga seperti tabel dibawahini:

Tabel. 4.50Tahapan Pencapaian Program Desa Siaga

Dinas Kesehatan Kota Ternate Tahun 2005-2010

No. IndikatorTahapan Pencapaian (%)

2007 2008 2009 20101. Cakupan pelayanan kesehatan

dasar Poskesdes 25 50 75 1002. Cakupan pelayanan UKBM-

UKBM lain 50 70 85 1003. Jumlah kasus kegawat

daruratan dan KLB yangdilaporkan masyarakat 70 80 90 100

4. Cakupan rumah tangga yangmendapat pelayanan gizi 40 55 65 80

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Ternate

Capaian indikator SPM Bidang Kesehatan di Kota Tidore Kepulauanmencakup :

Meningkatnya prosentase rumah tangga berperilaku hidup sehat menjadi65%.

Meningkatnya prosentase Posyandu Purnama dan Mandiri menjadi 40%.

Page 244: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 229229

Meningkatnya prosentase keluarga menghuni rumah yang memenuhisyarat kesehatan menjadi 75%.

Cakupan keluarga menggunakan air bersih 85%. Prosentase keluarga menggunakan jamban yang memenuhi syarat

kesehatan 80% Meningkatnya prosentase tempat-tempat umum yang memenuhi syarat

kesehatan 80% Meningkatnya cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan

menjadi 90%. Meningkatnya cakupan pelayanan antenatal (K4) 90%. Cakupan kunjungan neonatus (KN2) menjadi 90% dan cakupan kunjungan

bayi menjadi 90%. Terselenggaranya pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin secara Cuma-

Cuma di Puskesmas dan rumah sakit kelas III sebesar 100%. Cakupan rawat inap 1,5%. Prosentase desa yang mencapai universal child immunization (UCI) 98%. Angka detection rate penyakit TB 70% dan angka keberhasilan

pengobatan diatas 85%. Penderita DBD yang ditangani 80%. Penderita malaria yang diobati 100%. CFR diare pada saat KLB < 1,2% ODHA mendapat pengobatan 100%. Prosentase ibu hamil yang mendapat tablet Fe 80%. Prosentase bayi yang mendapat ASI Eksklusif 80%. Balita yang mendapat vitamin A 80% Tenaga kesehatan yang ditingkatkan kemampuannya 10%. Riset yang relevan dengan upaya pembangunan kesehatan 20 riset.

Peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang lebihberkualitas merupakan mandat yang harus dilakukan bangsa Indonesia.Mandat ini tertuang dalam RPJM Nasional, karena pendidikan merupakansalah satu pilar penting dalam meningkatkan kualitas hidup manusia.

Pembangunan bidang pendidikan di Kota Ternate hingga tahun 2007sudah menampakkan hasil yang cukup menggembirakan. Namun demikian,permasalahan-permasalahan di bidang pendidikan masih merupakan masalahyang sangat serius untuk ditangani. Angka buta aksara penduduk usia 15 tahunke atas masih sebesar 27.46%. angka partisipasi sekolah APS) penduduk usia 7-12 tahun sudah mencapai 97%, penduduk usia 13-15 tahun mencapai 90.2%,penduduk usia 16-18 tahun baru mencapai 61.8% dan penduduk usia 19-24tahun baru mencapai 16.1%.

Data tersebut mengindikasikan bahwa terdapat sekitar 9.8% anak usia13-15 tahun dan 38.2% anak usia 16-18 tahun, sekitar 83% usia 19-24 tahunyang tidak bersekolah. Selain itu fasilitas pelayanan pendidikan dasar,

Page 245: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah230

menengah dan tinggi belum terjangkau secara maksimal ke wilayah-wilayahpedesaan, terpencil dan kepulauan.

7. Provinsi Papua

Rencana strategi yang mengacu pada visi misi pembangunan kesehatanKabupaten Jayapura telah dijabarkan dalam rencana kerja tahunan dinaskesehatan kabupaten Jayapura yang mencakup 19 (sembilan belas) sasaran.Pada tahun 2007 ini untuk mencapai sasaran tersebut telah direncanakansebanyak 68 (enam puluh delapan) kegiatan dengan penetapan indikatorkinerja sebagai alat ukur keberhasilan dari kegiatan tersebut. Rencana kerjatersebut telah dituangkan dalam Rencana Anggaran Satuan Kerja (RASK) danditetapkan dalam dokumen penggunaan anggaran satuan kerja perangkatdaerah (DPA-SKPD) yang akan digunakan sebagai dasar penilaian daerah (DPA-SKPD) yang akan digunakan sebagai dasar penilaian atas kinerja dalam tahunberjalan (tahun 2007).

Capaian kinerja dinas kesehatan kabupaten jayapura dapat diukurdengan melihat sasaran yang ditetapkan. Dari 19 sasaran yang ditetapkansebagian besar kegiatannya dapat terlaksana namun ada sasaran yang tidakdilaksanakan pada tahun 2007 ini disebabkan oleh karena keterbatasan saranadan prasarana dan sumber dana serta kewenangan dalam perekrutan tenagakesehatan.Dengan melakukan evaluasi atas indikator kinerja kegiatan dansasaran maka diharapkan dapat memberikan jawaban sebagai berikut sebabtidak tercapainya target sasaran berupa kendala dan hambatan yang tidakdiperhitungkan dalam perencanaan, Pertanggungjawaban pengguna sumberdaya yang dimiliki, Efisiensi, efektifitas dan penghematan pengguna sumberdaya.

Adapun sasaran-sasaran yang tidak dilaksanakan pada tahun 2007 iniadalah :

a. Tersedianya pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang.

Kegiatan ini pada dasarnya telah dilaksanakan oleh pelaksana kegiatan dilapangan dengan adanya kasus-kasus kesehatan yang memerlukan tindaklanjut pelayanan ke tingkat yang lebih tinggi seperti rujukan kasus daripuskesmas ke puskesmas perawatan/Plus atau dari puskesmas ke RumahSakit Umum Daerah. Hanya saja data dilaporkan dalam laporan kinerjapemerintah disamping itu sistem pendanaannya tergabung dalamkegiatan opersional pelayanan sehingga sulit untuk diuraikan.

b. Terpenuhi kebutuhan tenaga kesehatan sesuai standar.

Sasaran ini sangat terkait dengan kebijakan pusat dalamperekrutan/pengangkatan tenaga sehingga sulit bagi SKPD untuk dapat

Page 246: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 231231

memenuhi kebutuhan tenaga sesuai standar. Hal yang mungkin dilakukanadalah perekrutan tenaga kontrak, namun hal ini juga diperlukankemampuan advokasi pada para stakeholder agar dapat disetujuiperencanaannya.

c. Tersedianya sistem perundang-undangan yang mengatur tentang praktikpelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan swasta.

Adanya keterbatasan dana dan SDM baik kualitas maupun kuantitasnyaterutama dalam mengajukan rancangan peraturan/keputusan daerahtentang praktik pelayanan kesehatan sehingga kegiatan ini belum dapatdilaksanakan dengan baik.

d. Tercapainya standar pembiayaan kesehatan sesuai ketentuan undang-undang.

Disadari bahwa untuk dapat memenuhi kebutuhan pembiayaan dalampenyelenggaraan pemerintah memang sangat dibatasi denganketersediaan APBD Kabupaten sehingga sulit untuk bisa mengajukanperencanaan pembiayaan sesuai ketentuan undang-undang

Rincian lengkap mengenai capaian kinerja sasaran dan penyebab belumtercapainya target kinerja, diuraikan sebagai berikut :

a. Program Upaya Kesehatan Masyarakat dengan kegiatan :

1) Peningkatan pelayanan kesehatan dasar, meliputi pelayanankesehatan gigi mobile di wilayah/ distrik yang tidak mempunyaisarana pelayanan kesehatan gigi, pelayanan kesehatan di daerahterpencil/terasing dengan frekuensi 2 kali dalam setahun, pelayanankesehatan di kampung-kampung yang tidak ada tenaga kesehatanminimal 1 kali dalam sebulan serta perawatan kesehatan masyarakatterutama bagi keluarga rawan sebanyak 4 kali kunjungan dalamsetahun. Indikator kegiatan ini adalah jumlah kampng yangmendapatkan sakses pelayanan kesehatan dengan target 132kampung, realisasi 100%.

2) Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan, meliputi biayaoperasional pelayanan kesehatan bagi puskesmas, puskesmaspembantu, Polindes dan Pondokan Bidan. Biaya operasionalpelayanan ini diturunkan per triwulan sehingga sarana kesehatanyang ada dapat berfungsi secara maksimal. Indikator kegiatan iniadalah berfungsinya sarana pelayanan kesehatan yang ada dengantarget 13 puskesmas, 36 Pustu, 26 Polindes, dan 6 pondokan denganrealiasasi 100%.

Page 247: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah232

b. Program upaya kesehatan keluarga, dengan kegiatan:

1) Kemitraan bidan dan dukun bersalin, kegiatan ini bertujuan untukmeningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dananak dengan menjalin kemitraan/kerja sama dengan dukun-dukunbersalin yang ada di kampung-kampung. Indikator kegiatan terdiridari cakupan K.4 ibu hamil, persalinan oleh tenaga kesehatan terlatihkunjungan neonatus dan kunjungan nifas. Realisasi kegiatan inikesemuanya masih belum mencapai target yang ditetapkan. Hal inidisebabkan oleh berbagai faktor antara lain keterbatasan tenagabidan di desa/kampung, pengetahuan masyarakat tentang kesehatanibu dan anak yang rendah, dukungan keluarga/suami maupunmasyarakat terhadap kesehatan ibu dan anak.

2) Pembinaan tenaga kebidanan, dilakukan dengan kunjungan langsungke Puskesmas dan Polindes untuk memberikan bimbingan teknis baikdalam pelayanan kesehatan ibu dan anak maupun administrasipencatatan pelaporan bagi tenaga bidan di lapangan. Indikatorkegiatan meliputi Kasus Ibu hamil resiko tinggi yangditangani,cakupan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) dan cakupankunjungan bayi. Capaian indikator ini rata-rata belum mencapaitarget, kendala yang dihadapi adalah keterbatasan tenaga bidan dikampung serta kualitas SDM bidang itu sendiri.

c. Terlaksananya upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit. Untukmencapai sasaran ini dilaksanakan melalui program pencegahan danpemberantasan penyakit dengan empat kegiatan yang terdiri dari:

1) Kegiatan peningkatan imunisasi yang dilaksanakan baik secara rutinoleh puskesmas mauphn melalui sweeping ke rumah-rumah dansekolah dasar. Indikator kinerja kegiatan ini adalah cakupan universalchild imunization (UCI) desa/kampung dan hasilnya telah melebihitarget mencapai 126% dari target 72%.

2) Kegiatan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular yangmeliputi pemberantasan dan penanggulangan TBC, kusta, filaria,frambosia dan kecacingan. Kegiatan ini dilaksanakan baik secara pasif(menunggu pasien datang dan berobat) maupun secara aktif yaknidengan melakukan penyulusan dan survey untuk menjaring kasus.Hasil kinerja kegiatan ini yang diukur dengan indikator cakupanpenderita TBC yang sembuh, RFT kurta, kasus filaria yang ditangani,kasus frambosia yang diobati dan kasus kecacingan yang diobati.Sebagian indikator ini ada yang telah dan hampir mencapai target,tetapi untuk indikator frambosia dan kecacingan belum ada datanya.

3) Pencegahan dan penularan penyakit endemik. Kegiatan ini meliputipemberantasan dan pengawasan sarang nyamuk (fogging) sertapengadaan bahan/obat RDT. Indikator kegiatan ini mencakup rumah

Page 248: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 233233

tangga bebas jentik nyamuk aedes aegepty mencapai 85% danpenanganan kejadian luar biasa/wabah yang ditangani kurang dari 24jam mencapai 100%.

4) Monitoring dan evaluasi penanggulangan HIV-AIDS yang dilaksanakanmelalui bimbingan teknis bagi petugas puskesmas dalampenatalaksanaan penanggulangan HIV-AIDS di puskesmas dan rumahsakit. Indikator kegiatan adalah jumlah puskesmas yang telahmelakukan VCT bagi penderita HIV-AIDS di wilayah kerjanya danhasilnya baru mencapai 58% dari target 12 puskesmas serta 100%bagi rumah sakit.

d. Terwujudnya perbaikan gizi masyarakat. Sasaran ini diimplementasikandalam program perbaikan gizi masyarakat dengan tiga kegiatan yangterdiri dari :

1) Pemberian makanan tambahan bagi balita dan ibu hamil serta PMTpenyuluhan di Posyandu. Indikator kinerjanya adalah cakupan kasuskasus gizi buruk kurang dari 20% realisasi 2% sehingga capain kinerjalebih dari 100%.

2) penanggulangan kekurangan gizi nutrien, kegiatannya berupapemberian Vitamin A pada balita dengan indikator kinerja jumlahbalita yang mendapat Vit A2 kali/tahun. Realisasi 80% dari target 70%sehungga capaiannya 114%.

3) pelacakan kasus gizi buruk, pelaksanaannya petugas puskesmas turunke kampung-kampung untuk melacak kasus gizi buruk yang ada dankemduian dilakukan penanganan langsung. Indikator kinerjanyaadalah jumlah kasus gizi buruk pada balita dan ibu hamil yangditangani, dengan capaian kinerja 100% dari 29 kasus yang ada.

e. Tersedianya obat dan perbekalan kesehatan, untuk mewujudkan sasaranini diimplementasikan dalam program obat dan perbekalan kesehatandengan dua kegiatan yakni :

1) Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan, termasuk didalamnyaadalah pengadaan kartu stok obat. Indiaktornya adalah ketersediaanobat sesuai kebutuhan obat esensial dengan target 100% danrealisasi 84%.

2) Adanya kebijakan pemerintah pusat tentang harga standar penjualanobat generik yang merata di seluruh tanah air berdampak padaketersediaan obat-obat tertentu (terutama obat generik) menjadisulit ditemui di pasaran sehingga berdampak pula terhadappemenuhan kebutuhan obat di puskesmas dan jaringannya sehinggakeluhan masyarakat tentang kekurangan/ketidaktersediaan obathampir tidak terdengar.

Page 249: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah234

f. Terlaksananya pengembangan upaya kesehatan lingkungan.

Program yang mendukung pencapaian sasaran ini adalah upaya kesehatanlingkungan, dengan kegiatan pengembangan lingkungan sehat yangmeliputi pengawasan tempat-tempat umum, (TTU) pengamatan danpembinaan rumah sehat, pengadaan peralatan kebersihan puskesmas danpembangunan incenerator sebaai tempat pembuangan limbahpuskesmas. Capaian kinerja dengan indikator sarana TTU dan TPM yangmemenuhi syarat serta persentase rumah tangga yang sehat rata-ratahampir mencapai 100% dari target yang ditetapkan.

g. Terlaksananya promosi kesehatan samapai ke tingkat kampung.

Program yang mendukung sasaran ini adalah upaya promosi kesehatandengan kegiatan peningkatan promosi kesehatan yang dilaksanakanmelalui sosialisasi penyuluhan pola hidup sehat dan pembinaan bagipetugas penyuluh kesehatan. Indikator capaian kinerja meliputi bayi yangmendapatkan ASI ekslusif hanya mencapai 54% dan rumah tangga sehatyang telah mencapai 103%. Adanya ketentuan terbaru tentang pemberianASI ekslusif selama 6 bulan pertama bagi bayi, disadari memang masihsangat sulit diterima oleh masyarakat. Banyak hal yang mempengaruhi,salah satunya adalah asupan makanan bergizi bagi ibu menyusui yangkurang sehingga kualitas ASI yang diberikan juga berkurang, alhasilkebutuhan gizi bayi juga berkurang dan ibu akhirnya memberikanmakanan pendamping ASI lainnya.

h. Terwujudnya upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM).

Melalui program pemberdayaan masyarakat dengan kegiatan berupalomba posyandu, lomba balita sehat dan pengadaan sarana dan prasaranaposyandu diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan kemampuanmasyarakat dalam pembangunan kesehatan. Indikator capaian kinerjasasaran ini adalah posyandu dengan status purnama mandiri mencapai83.6%. cakupan posyandu aktif mencapai 89% dan cakupan balita bawahgaris merah (BGM) 35% dari target yang ditetapkan. Dari ketiga indikator,capaian cakupan balita BGM yang masih jauh dari target.

Hal ini berkaitan dengan meningkatnya kasus balita BGM sebesar 4% yangditemui di wilayah kerja Puskesmas dibanding tahun 2006 yang hanya1.65%. Penetapan target yang rendah yang hanya berdasarkan kondisisatu tahun terakhir memang tidak bisa menggambarkan kondisi yangsebenarnya karena banyak faktor yang mempengaruhi keberadaan datayang akurat berdasarkan data beberapa tahun terakhir sehingga bisamendekati kondisi sebenarnya.

Page 250: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 235235

i. Terlaksananya administrasi penunjang pelayanan kesehatan yangdidukung dengan program pelayanan administrasi perkantoran yangmerupakan pelayanan penunjang pembangunan kesehatan.

j. Meningkatnya kualitas manejemen pelayanan kesehatan.

Untuk mencapai sasaran ini ditetapkan program peningkatan manajemendan kebijakan pembangunan kesehatan dengan empat kegiatan yaitu :

1) Rapat kerja kesehatan yang bertujuan untuk mengevaluasi capaianprogram pembangunan kesehatan sekaligus menyusun rencanakinerja anggaran tahun berikurnya.

2) penyusunan sistem kesehatan daerah (SKD) yang merupakan suatumodel/pola pembangunan kesehatan ke depan sesuai arah kebijakanpembangunan kesehatan nasional.

3) monitoring dan evaluasi program, kegiatannya berupa pertemuankoordinasi program puskesmas, pendampingan pertemuan minilokakarya puskesmas serta pengadaan format pencatatan pelaporanpuskesmas. Indikator capaian kinerjanya mencapai 97% dari 13puskesmas hanya 2 puskesmas yang sistem pencatatan pelaporannyamasih kurang.

4) Penilaian kinerja puskesmas, merupakan kegiatan yagn menilaikinerja puskesmas secara keseluruhan baik capaian target programmaupun manajemen pelayanan dan pelaporan puskesmas. Indikatorkinerja adalah puskesmas denga kinerja baik dan sedang mencapai76.9% atau 10 dari 13 puskesmas yang ada.

k. Terwujudnya kemampuan teknis bagi tenaga kesehatan sesuai bidangprofesinya.

Melalui program peningkatan dan pengembangan sumber daya tenagakesehatan diharapkan dapat mewujudkan sasaran dimaksud. Ada limakegiatan yang dilaksanakan dalam program ini yang kesemuanya berupapelatihan teknis bagi petugas Puskesmas sesuai bidang profesinya masing-masing. Secara keseluruhan indikator kinerja dari sasaran masing-masing.Secara keseluruhan indikator kinerja dari sasaran ini hampir mecapai100% dari target yang ditetapkan.

l. Terpenuhinya kebutuhan sarana prasarana pelayanan kesehatan yangberkualitas, dengan program pengadaan, peningkatan dan perbaikansarana dan prasarana kesehatan.

Program ini dilaksanakan melalui 11 kegiatan yang meliputipembangunan, peningkatan, rehabilitasi dan pemeliharaan gedung kantordan perumahan petugas, serta pengadaan dan pemeliharaan prasaranakesehatan seperti kendaraan puskesmas keliling (pusling), peralatan

Page 251: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah236

medis dan peralatan non medis. Realisasi kegiatan mencapai 100%dengan capaian indikator kegiatan rata-rata hampir mencapai 100%.

m. Terakreditasinya sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swastadengan program registrasi dan akresitasi sarana kesehatan.

Untuk mencapai sasaran ini ada dua kegiatan yang dilaksanakan yaitu (1)Registrasi dan akreditasi sarana kesehatan swasta, (2). Pengawasansarana kesehatan swasta. Kegiatan ini bertujuan agar semua saranakesehatan swasta. Kegiatan ini bertujuan agar semua sarana pelayanankesehatan swasta dapat dipantau pelaksanaannya sehingga memenuhistandar pelayanan dan tidak menimbulkan kerugian/ketidak nyamanandalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Realisasi kegiatanterlaksana 100% dengan capaian indikator rata-rata hampir 100%.

n. Terpantaunya sarana penjualan/pembuatan obat, makanan dankosmetika.

Programnya adalah peningkatan dan pengawasan obat, makanan dankosmetika. Kegiatan yang dilaksanakan adalah pelatihan peningkatanpemberdayaan masyarakat di bidang obat dan makanan, dimana dengankegiatan ini diharapkan para pemilik/ penjual obat dan makanan tidakmenjual obat dan bahan makanan kadaluarsa atau yang mengandungbahan berbahaya. Realisasi kegiatan 100% dengan capaian indikatorkegiatan hampir mencapai 100%.

Sedangkan di Kota Jayapura berdasarkan pelaksanaan seluruh kegiatanDinas Kesehatan Kota Jayapura Tahun Anggaran 2007 secara ringkas dapatdijelaskan dalam berbagai indikator berikut :

1. Untuk persentase penduduk kota jayapura berdasarkan jenis Sarana AirBersih yang digunakan tahun 2007 bahwa sebagian besar masyarakatKota Jayapura (62, 93 %) memanfaatkan sumber air bersih dari perpipaan(PDAM), dibandingkan dengan penggunaan air lainnya seperti kranumum, sumur gali, perlindungan mata air dan lainnya.

2. Sistem pembuangan kotoran manusia sangat erat kaitannya dengankondisi lingkungan dan resiko penularan penyakit saluran pencernaan.Dalam tahun 2007 untuk wilayah perkotaan sebagai besar masyarakatsudah menggunakan sistem pembuangan kotoran yang memenuhipersyaratan kesehatan yaitu sebanyak 60.50% rumah tangga memakaisistem leher angsa. Dari hasil pengawasan kondisi kesehatan lingkunganperumahan yang dilaporkan oleh petugas sanitasi dari sembilanpuskesmas pada tahun 2007 diperoleh gambaran 74.3% keluargamenempati rumah dengan kondisi kesehatan lingkungan yang baik,sedangkan sisanya 25.7% kondisi kesehatan lingkungan perumahannyatidak memenuhi syarat.

Page 252: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 237237

3. Untuk hasil pengawasan terhadap kualitas penyehatan tempatpengelolaan makanan (TPM) untuk tahun 2007 dari 316 TPM yangterdaftar berhasil diperiksa sebanyak 159 TPM (50,31%) dan yangmemenuhi syarat dengan baik sebanyak 143 TPM (89.93%). Dibandingkandengan keadaan tahun 2007 hasil pemeriksaan maupun jumlah TPM yangterdaftar. Sedangkan untuk hasil pemerikasaan yang dilakukan terhadapkualitas penyehatan TTU dan industri pada tahun 2007 dari 469 TTU yangterdaftar, berhasil diperiksa sebanyak 225 (47.9%) dan yang memenuhisyarat dengan baik hanya 158 TTU (70.22%) dibandingkan dengan tahun2007 hasil pemeriksaan terhadap kondisi lingkungan TTU dan industriyang terdaftar terlihat ada peningkatan. Data lain yang diperoleh dari 9puskesmas, jumlah TP2 terdaftar di Kota Jayapura tahun 2007 sebanyak11 buah, dari jumlah tersebut diperiksa sebanyak 9 (81.8%) dan 6diantaranya (66.6%) memenuhi syarat kesehatan.

4. Untuk estimasi Angka Harapan Hidup waktu lahir menunjukkan bahwaada peningkatan yaitu 64.2 tahun pada tahun 1997 menjadi 65 tahunpada tahun 2001. peningkatan angka harapan hidup tersebut terjadiuntuk kedua jenis kelamin, walaupun pada umumnya angka harapanhidup anak perempuan yang baru lahir lebih tinggi daripada anak laki-laki.

5. Angka Kematian Bayi (AKB) di Kota Jayapura dari tahun ke tahunmenunjukkan kecenderungan menurun. Estimasi Angka Kematian Bayi(AKB) dilakukan Biro Pusat Statistik adalah berdasarkan perhitungan daridata hasil sensus/survei tentang rata-rata anak yang dilahirkan dan yangmasih hidup menurut ibu. Estimasi Angka Kematian Bayi untuk KotaJayapura masih mengacu pada angka estimasi nasional untuk propinsiPapua, yaitu 47.44 per 1000 kelahiran hidup (BPS, Proyeksi PendudukIndonesia per Propinsi 2000-2005). Namun menurut data BPS KotaJayapura angka kematian bayi di Kota Jayapura tahun 2006 tercatat 6.64per 1000 kelahiran hidup, agak meningkat sedikit dari tahun sebelumnyayaitu 5.05 per 1000 kelahiran hidup.

Dari pekerjaan yang dilaksanakan sudah sesuai dengan standar yangditentukan baik yang menyangkut spesifikasi barang atau bahan bangunanyang digunakan mengacu pada spesifikasi bahan bahan bangunan yangdikeluarkan oleh pemerintah kota Jayapura maupun pemerintah pusat dankhusus untuk pekerjaan non fisik meliputi pengadaan buku, pengadaanperalatan praktek untuk sekolah, pengadaan komputer maupun pengadaanmobiler sudah sesuai standar ketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintahKota Jayapura maupun Departemen Pendidikan Nasional. Disamping itu untukpekerjaan yang bersifat swakelola salah satunya Rehabilitasi Gedung SekolahDasar yang bersumber dari dana alokasi khusus Bidang Pendidikan sudahdilaksanakan sesuai dengan Buku Petunjuk Pengelolaan Dana Alokasi KhususBidang Pendidikan dan Pengajaran Kota Jayapura yang digunakan sebagaiacuan utama dalam melaksanakan program dan kegiatan. Bahkan untuk

Page 253: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah238

pekerjaan rehabilitasi gedung sekolah dasar yang dikerjakan secara swakelolaoleh sekolah terdapat peningkatan yang signifikan baik dari segi kuantitasmaupun kualitas pekerjaan. Hal ini disebabkan oleh tingkat sosialisasi maupunpengawasan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan Pengajaran sangatmaksimal dan intensif berkelanjutan. Sehingga sekolah telah memahamitentang cara mengelola dan melaksanakan pekerjaan maupun sistempelaporannya.

Dari segi kuantitas dapat dilihat bahwa seluruh pekerjaan yangdilaksanakan sudah sesuai dengan jumlah yang ditentukan sebagaimanatertera pada dokumen Pelaksanaan Anggaran. Untuk pekerjaan fisikkhususnya rehabilitasi Gedung Sekolah Dasar output yang dihasilkanmelampaui dari target yang ditetapkan dimana semula hanya untukmerehabilitasi ruang kelas saja, akan tetapi mengingat pekerjaan ini bersifatswakelola maka dari dana yang telah ditetapkan dapat diperbaiki sebagianbesar gedung sekolah rusak termasuk pengadaan mebelair maupun buku.Akan tetapi sebaliknya apabila pekerjaan tersebut di kerjakan melalui pihakketiga, maka hasilnya kurang maksimal.

Selanjutnya untuk kualitas pekerjaan sudah sesuai dengan standar yangditetapkan dimana untuk pekerjaan fisik bahan bangunan yang digunakansesuai dengan perencanaan yang disusun, termasuk bahan lokal/galian C.Selain itu selama dalam pelaksanaan pekerjaan dilakkan pengawasan olehkonsultan pengawas sehingga pekerjaan yang dikerjakan oleh pihakketigatepat waktu dan tepat sasaran. Sedangkan untuk pekerjaan non fisik antaralain pengadaan mebelair, peralatan praktek IPA, pengadaan buku maupunpengadaan buku, spesifikasi yang digunakan adalah yang terbaik, berstandartnasional maupun memenuhi kriteria yang ditetapkan. Khusus untukpengadaan Buku judul dan penerbit yang dipilih adalah penerbit yang sudahmemiliki sertifikasi dari Departemen Pendidikan Nasional sesuai suratkeputusan Menteri Pendidikan Nasional.

Pada dasarnya pekerjaan yang dilaksanakan pada tahun 2007merupakan pekerjaan lanjutan dari tahun 2006, dimana semua perencanaanyang disusun disesuaikan dengan kebutuhan di sekolah dan bagi pekerjaanlanjutan sistem perencanaannya berlanjut. Khusus untuk pekerjaanrehabilitasi gedung sekolah dasar pemanfaatannya disesuaikan denganmasing-masing ruang yang diperbaiki. Jika yang diperbaiku menyangkut ruangbelajar maka outputnya dimanfaatkan sebagai ruang belajar, dst. Sedangkanuntuk pekerjaan non fisik semua jenis peralatan output dimanfaatkan sesuaidengan fungsi masing-masing sebagai berikut:

1. Pengadaan komputer, dimanfaatkan sebagai sarana penunjangpembelajaran berbasis ICT, serta menunjang kegiatan administrasisekolah.

Page 254: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Kebijakan, Strategi dan Capaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 239239

2. Pengadaan mebelair, dimanfaatkan sebagai pengganti perabotan sekolahyang rusak antara lain meja dan kursi siswa, meja dan kursi guru lemaribuku dll.

3. Pengadaan buku, dimanfaatkan sebagai sarana penunjang belajar siswakhususnya bagi siswa yang tidak mampu membeli buku diluar, dapatmeminjam buku terebut di sekolah, sehingga tidak ketinggalan dalammengikuti pelajaran

4. pengadaanperalatan Praktek IPA, dimanfaatkan sebagai kelengkapanperalatan praktek dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian siswasetelah mendapat pelajaran teori maka dilanjutkan dengan praktek. Halini sangat memudahkan siswa dalam menyerap pelajaran.

5. pengadaan ICT, dimanfaatkan sebagai kelengkapan jaringan PendidikanNasional yang berpusat pada dinas pendidikan dan pengajaran KotaJayapura sesuai rencana akan dipancarkan langsung kepada sekolah-sekolah, sehingga diharapkan Jardiknas akan dapat diakses semuasekolah.

Oleh karena itu pemanfaatan output dari masing-masing kegiatansudah sesuai dengan perencanaan yang disusun dan damapai dengan saat inikegaitan yang sudah selesai, outputnya telah dimanfaatkan sesuai denganrencana yang disusun . sedangkan untuk pekerjaan yang belum selesai akandilanjutkan pada tahun 2008 dan apabila telah selesai maka outputnya akandimanfaatkan sesuai dengan rencana peruntukkannya.

Page 255: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah240

Page 256: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Bab 5STRATEGI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANANMINIMAL

trategi adalah cara-cara untuk mencapai tujuan (goal), dalam hal ini adalahcara-cara yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan SPM Nasional.

Namun berdasarkan paparan sebelumnya, khususnya pada paparan Bab 4 di atas,nampak jelas bahwa kebijakan SPM berdasarkan PP No. 65 Tahun 2005 jo PermendagriNo. 6 Tahun 2007 jo Permendagri No. 79 Tahun 2007 belum sepenuhnya dipahami dandiimplementasikan oleh pemerintah daerah. Menurut Permendagri No. 6 Tahun 2007tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penatapan SPM, dinyatakan bahwaDepartemen/LPND diharapkan dapat menyusun dan menetapkan SPM sesuai dengantugas dan fungsinya. Oleh karena itu, berdasarkan Permendagri ini, maka pemerintahprovinsi dan kabupaten/kota diharapkan mampu melaksanakan SPM yang disusun olehDepartemen/LPND.

Untuk menunjang pelaksanaan SPM yang telah diterbitkan olehDepartemen/LPND, Departemen Dalam Negeri telah menerbitkan Permendagri No. 79Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian SPM. Pertanyaannyaadalah, bagaimana pemerintah daerah (SKPD) akan menyusun rencana pencapaianSPM, jika Departemen/LPND belum menyusun SPM nasionalnya. Persoalan selanjutnyaadalah, bagaimana SKPD menyusun rencana capaian SPM jika dikaitkan dengandokumen perencanaan daerah lainnya seperti RPJMD, Renstra SKPD, dan RKPD.

A. Model Capaian Standar Pelayanan Minimal

Untuk melaksanakan SPM nasional yang telah diterbitkan oleh Departemen/LPND,pemerintah daerah diwajibkan menyusun rencana pencapaian SPM yang memuatbatas waktu pencapaian SPM nasional dan daerah, pengintegrasian pencapaianSPM dengan perencanaan dan penganggaran, mekanisme pembelanjaanpenerapan SPM; dan sistem penyampaian informasi rencana dan realisasipencapaian target tahunan Standar Pelayanan Minimal kepada masyarakat.Penyusunan rencana capaian SPM dapat dikatakan merupakan pekerjaan beratkarena beberapa alasan, antara lain belum terbitnya seluruh dokumen SPMnasional dan keharusan mengintegrasikan rencana capaian tersebut dengandokumen perencanaan daerah. Terkait dengan alasan pertama yaitu belumtersedianya seluruh SPM sektor, memang benar bahwa hanya beberapa

S

Page 257: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah242

departemen sektoral yang telah menerbitkan SPM seperti Departemen PendidikanNasional, Departemen Kesehatan, Departemen Pekerjaan Umum (lama),Departemen Sosial (parsial), Departemen Tenaga Kerja (draft), dan KementerianNegara Pariwisata, Seni dan Budaya.

Kedua, keharusan untuk megintegrasikan dokumen perencanaan memangsesuai dengan amanat UU No. 32 Tahun 2004 jo UU No. 25 Tahun 2004 tentangSistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Sebagaimana diketahui bahwapelaksanaan otonomi daerah berdasar UU No. 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah telah membawa perubahan dalam sistem pemerintahan diIndonesia. Seiring dengan pemberian tanggung jawab yang semakin besar dankompleks, peran provinsi dan kabupaten/kota juga semakin meningkat dalamberbagai aspek. Di antaranya, dalam bidang peraturan daerah, kelembagaan,keuangan daerah, perencanaan pembangunan daerah, dan pengembangansumber daya manusia.

Dalam perencanaan pembangunan daerah, perubahan sistem perencanaandapat dilihat dari proses penyusunan, koordinasi dan pelaksanaan perencanaanpembangunan. Terdapat 2 (dua) agenda penting dalam perubahan sistemperencanaan pembangunan di daerah. Pertama, Pemerintah Daerah dituntutmemiliki profesionalisme dan kompetensi sehingga mampu menyusunperencanaan yang tepat dan dapat dilaksanakan. Kedua, Sistem Negara Kesatuanyang dianut membawa konsekuensi bahwa dalam pengembangan perencanaansemua level pemerintahan harus selalu melaksanakan koordinasi untukmenghindari berbagai tumpang-tindih dan perbedaan kepentingan antar levelpemerintahan atau antar pemerintah daerah. Secara konsepsional, perencanaanbukan merupakan hal baru bagi organisasi, termasuk organisasi pemerintah.Bahkan fungsi perencanaan merupakan fungsi generic dalam ilmu manajemen,yang berarti bahwa fungsi ini merupakan fungsi yang dibutuhkan dan ada dalampengelolaan organisasi. M.L. Jhingan menyebutkan bahwa perencanaan adalahteknik, cara untuk mencapai tujuan, tujuan untuk mewujudkan maksud dansasaran tertentu yang telah ditentukan sebelumnya dan telah dirumuskan denganbaik oleh Badan Perencanaan Pusat. Definisi ini memberikan gambaran bahwarencana adalah tindakan yang harus dilakukan pada masa yang akan datang.

Dengan kata lain bahwa rencana adalah panduan bagi pelaksana, danpelaksana seharusnya tidak lagi harus menghadapi permasalahan koordinasikarena sudah dirumuskan dengan baik oleh perencana (planners). Nishio (dalamKengo Akizuki 2004) menyebut hal ini sebagai coordination by plan. ‘Only byreading and abiding by the plan, people can automatically be engaged in aharmoniously action, without being conscious of coordination’. Dalam kenyataan,model ini sering mendapatkan tantangan karena bukan merupakan hal mudahuntuk memisahkan secara murni fungsi perencanaan dengan pelaksanaan(implementasi) karena adanya beberapa keterbatasan dalam perencanaan.Beberapa kelemahan umum yang kita jumpai dalam perencanaan antara lain

Page 258: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Pencapaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 243243

kesalahan dalam melakukan prediksi masa depan dan kesalahan analisis danperhitungan. Pemerintah Indonesia menyadari hal tersebut, sehingga terdapat 2(dua) esensi kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk mendapatkan sistemperencanaan yang baik. Pertama, dengan UU No 25 Tahun 2004 tentang SistemPerencanaan Pembangunan Nasional, Pemerintah ingin mengembangkan SistemPerencanaan Nasional yang terintegrasi, sistematis dan harmonis. Kedua,mengembangkan hubungan antara perencanaan dan penganggaran, sehinggaditetapkan UU No 17 Tahun 2004 yang mengatur pengelolaan keuangan negaradan daerah, UU No 32 dan 33 Tahun 2004 yang mengatur perencanaan danpenganggaran di Daerah. Berdasarkan UU No.25 Tahun 2004, perencanaanpembangunan nasional mencakup penyelenggaraan perencanaan makro semuafungsi pemerintahan yang meliputi semua bidang kehidupan secara terpadu dalamWilayah Negara Republik Indonesia. Perencanaan Pembangunan Nasional terdiriatas perencanaan pembangunan yang disusun secara terpadu oleh KementerianNegara/LPND dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.Perencanaan dimaksud meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang,Menengah, dan Tahunan.

1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

Dengan ditiadakannya GBHN sebagai pedoman penyusunan rencanapembangunan nasional dan diterapkannya otonomi daerah sertadesentralisasi pemerintahan, maka untuk menjaga pembangunan yangberkelanjutan (sustainable development), telah disusun Sistem PerencanaanPembangunan Nasional (SPPN) yang ditetapkan dalam UU No.25 Tahun 2004.Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang tersebut, perlu disusun RencanaPembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005-2025 sebagaipenjabaran dari tujuan dibentuknya pemerintahan Negara Indonesia dalambentuk visi, misi dan arah pembangunan nasional. RPJP Nasional dimaksudbersifat visioner dan hanya memuat hal-hal yang mendasar, sehinggamemberi keleluasaan yang cukup bagi penyusunan rencana jangka menengahdan tahunannya.

Kurun waktu RPJP Nasional adalah 20 (dua puluh) tahun, yangpelaksanaannya terbagi dalam tahap-tahap perencanaan pembangunan dalamperiodisasi perencanaan pembangunan jangka menengah nasional 5 (lima)tahunan, yang dituangkan dalam format Rencana Pembangunan JangkaMenengah (RPJM) Nasional1. RPJP Nasional menjadi pedoman dalammenyusun RPJM Nasional di tingkat Pusat, dan RPJP Daerah di tingkat lokal2.Berdasarkan UU No.32 Tahun 2004 jo UU No.17 Tahun 2007, RPJP Daerahditetapkan dalam format Peraturan Daerah (Perda), yang penyusunannyamengacu pada RPJP Nasional dan disesuaikan dengan karakteristik dan

1 Disarikan dan dinarasikan berdasarkan Penjelasan Umum UU No.17 Tahun 2007.2 Hal ini diamanatkan pula dalam Pasal 150 ayat (3) UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Page 259: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah244

KondisiUmum Daerah

-Urusan PemerintahanKewenangan Daerah

-Geomorfologi & Lingkungan

-Ekonomi & SDA

-Demografi

-PrasaranaSarana

-Prestasi kerja pelayananpublicberbasis SPM

-dll.

Rancangan RPJP

Merumuskan gambaran awal-Visi-Misi-ArahPembangunan:urusan wajib dan SPMurusan pilihan / unggulan

Saran,Tanggapan,

Rekomendasistakeholders

Sosialisasi,KonsultasiPublik, danjaring asmaraterhadapkinerjapelayananpublicberbasis SPM

MusrenbangJangkaPanjangDaerah

Rumusanhasil

kesepakatan& komitmen danmemperhatikan

Konsultasi Publikkinerja pelayanan

dasar berbasisSPM

RancanganAkhir RPJPD

-Visi-Misi-Arah PembangunanArahan UmumFungsi & peransubwilayah/kawasanTolok ukur prestasikerja daerah berbasisSPM

PenetapanPerda ttgRPJPD

PeraturanDaerah ttg

RPJP Daerah

Rancangan ArahPembangunan

Rencana tata ruang

RANC VISI, MISIKDH TERPILIH

RPJM NASIONAL

URUSAN WAJIB DANSPM

potensi daerah. Selanjutnya RPJP Daerah dijabarkan lebih lanjut dalam RPJMDaerah. Dalam hal ini, kurun waktu RPJP Daerah adalah sesuai dengan kurunwaktu RPJP Nasional, namun periodisasi RPJM Daerah tidak dapat mengikutiperiodisasi RPJM Nasional dikarenakan pemilihan Kepala Daerah tidakdilaksanakan secara bersamaan waktunya, sebagaimana diatur dalam UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana telah diubah denganUU No. 8 Tahun 2005.

Bagan. 5.1Tata Cara Penyusunan RPJPD

2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

RPJM merupakan dokumen perencanaan yang disusun untuk periode limatahun, terhitung sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2009. Di tingkatnasional, rencana dimaksud dituangkan dalam format RPJM Nasional yangditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) No.7 Tahun 2005.Penyusunan RPJM Nasional ini berpedoman pada RPJP Nasional. RPJMNasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden hasilPemilihan Umum (Pemilu) yang dilaksanakan secara langsung pada Tahun2004. RPJM dimaksud memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan

Page 260: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Pencapaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 245245

umum, program Kementerian Negara/LPND dan lintas KementerianNegara/LPND, serta kewilayahan dan lintas kewilayahan. Dalam RPJM tersebutdimuat pula kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaranperekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalamrencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yangbersifat indikatif. RPJM Nasional menjadi pedoman bagi : (1) KementerianNegara/LPND dalam menyusun Renstra; (2) Pemerintah Daerah dalammenyusun RPJM Daerah; dan (3) Pemerintah Pusat dalam menyusun dokumenperencanaan tahunan yang dituangkan dalam format Rencana KerjaPemerintah (RKP).

Bagan. 5.2Tata Cara Penyusunan RPJM Daerah

3. Rencana Pembangunan Tahunan

RKP merupakan dokumen perencanaan nasional untuk periode satu tahun,yang untuk kurun waktu tahun 2006 dituangkan dalam bentuk RKP Tahun2006 dan ditetapkan berdasarkan Perpres No. 39 Tahun 2005. RKP inimerupakan penjabaran dari RPJM Nasional Tahun 2004-2009 dan sebagai

Kondisi UmumDaerah

-Urusan pemerintahankewenangan daerah-Geografi-Perekonomian daerah-Sosial-Budaya-Prasarana sarana-Pemerintahan Umum-Prestasi kerja pelayananpublic berbasis SPM

RANC VISI, MISIKDH TERPILIH

AnalisisKeuangan Daerah

Rancangan AwalRPJMD

- Strategi Pem.Daerah

- Arah kebijakanUmum

- Arah kebijakankeuangan daerah

- Program prioritasKDH

Rancangan RestraSKPD

-Visi, Misi, Tujuan

-Strategi, kebijakan

-Program, indikasi kegiatan, prestasi kerja(tolok ukur kinerja) berbasis SPM danpendanaanRancangan kerangka regulasiRancangan kerangka prestasi kerja urusanwajib berbasis SPMRancangan kerangka pendanaan

Lokasi Kegiatan

Rencana tata ruang

RancanganRPJMD

-Visi, Misi, Program KDH

-Arah, Kebijakan keuangan daerah

-Strategi Pembangunan Daerah &Kebijakan Umum

-Program, Indikasi kegiatan, danpendanaanRancangan kerangka regulasiRancangan Kerangka PrestasiKerja urusan wajib berbasis SPMRancangan kerangka pendanaan

MusrenbangJangka Menengah

Daerah

Rumusanhasil

kesepakatan& komitmenstakeholder Rancangan

Akhir RPJMD

-Visi, Misi program KDH

-Arah, kebijakankeuangan daerah

-Strategi PembangunanDaerah & Kebijakan Umum

-Program, indikasikegiatan, dan pendanaanRancangan kerangkaregulasiRancangan KerangkaPrestasi Kerja urusanwajib Berbasis SPMRancangan kerangkapendanaan

-Program transisi

-Kaidah pelaksanaan

PenetapanPerda ttgRPJMD

PeraturanDaerah ttg

RPJM Daerah

dijabarkan

Konsultasi Publikdan jaring

asmara kinerjapelayanan publik

diacu

RPJM NASIONAL

URUSAN WAJIB DANSPM

Page 261: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah246

kelanjutan dari RKP Tahun 2005. RKP memuat prioritas pembangunan,rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomiansecara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, program KementerianNegara/Departemen/LPND, lintas Kementerian Negara/Departemen /LPND,dan kewilayahan, dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka pendanaanyang bersifat indikatif.

Untuk tingkat Daerah, disusun RKP Daerah yang merupakan penjabarandari RPJM Daerah dan penyusunannya mengacu pada RKP Tahun 2006. RKPDaerah memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunandaerah, rencana kerja, dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsungoleh Pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasimasyarakat.Mengacu pada perencanaan di atas, maka dokumen perencanaanpembangunan daerah sangat terkait erat dengan dokumen perencanaanpembangunan nasional secara khusus mengacu pula pada UU No. 25 Tahun2004, yang mengatur tahapan perencanaan mulai dari Rencana PemerintahJangka Panjang (RPJP), Rencana Pemerintah Jangka Menengah (RPJM Daerah),Renstra Satuan Kerja Pemerintah Daerah (Renstra SKPD), Rencana KerjaPemerintah Daerah (RKPD) dan Rencana Kerja Satuan Kerja PemerintahDaerah (Renja SKPD).

Dengan tahapan ini diharapkan perencanaan daerah bersifat sinergisdan terintegrasi. Tahapan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Bagan. 5.3Tahapan Perencanaan yang Terintegrasi

RPJPNasional

RPJMNasional RKP

RPJP Daerah RPJMDaerah

RKPDaerah

RenjaSKPD

RenstraSKPD

Pedoman dijabarkan

Diacu Diperhatikan

Pedoman dijabarkan

Pedoman5 Tahun

Pedoman

5 Tahun20 Tahun 1 Tahun

1 TahunDiacu

Sumber: UU No. 25 Tahun 2004

Page 262: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Pencapaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 247247

Namun demikian, dalam prakteknya tahapan perencanaan dimaksud masihmenyisakan berbagai permasalahan, antara lain:

1. Rentannya perencanaan daerah seiring dengan perubahan pemerintahannasional dan daerah. Sebagai contoh perubahan RPJP Daerah karenaperubahan pemerintahan daerah akan mempengaruhi RPJM Daerah;

2. Rentannya perencanaan daerah jika terjadi perbedaan peta politik nasionaldan daerah. RPJM Nasional sebagai penjabaran visi, misi dan arahpembangunan Presiden terpilih harus diperhatikan daerah dalam penyusunanRPJM Daerah. Jika Kepala Daerah terpilih berbeda haluan politiknya denganPresiden, maka terdapat kemungkinan ketidaksinkronan antara RPJM Nasionaldan Daerah;

3. Partisipasi masyarakat secara eksplisit disebutkan dalam penyusunan RPJP danRPJM, namun tidak demikian halnya dalam penyusunan Rencana KerjaPemerintah Daerah (RKPD). Hal ini menyisakan pertanyaan jika dikaitkandengan tujuan pembuatan rencana yaitu menyelesaikan masalah dan tuntutanpublik. RKPD adalah rencana tahunan yang seharusnya mencerminkanjawaban atas tuntutan dan permasalahan publik;

4. RKPD sebagai penjabaran RPJM yang digunakan sebagai dasar penyusunanAPBD ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah, sedangkan APBDditetapkan dengan Peraturan Daerah. Sehingga ketika terjadiketidaksinkronan RKPD dan APBD yang dijadikan acuan adalah APBD karenamemiliki dasar hukum yang lebih kuat.

Pertanyaannya adalah bagaimana proses penyusunan rencana capaian SPMtersebut dilakukan? Tentu saja, penyusunan rencana capaian SPM dilaksanakandengan mengikuti seluruh proses penyusunan perencanaan daerah mulai daridokumen RPJMD, Renstra SKPD dan RKPD. Pada saat menyusun RPJM Daerah (5tahunan), pemerintah daerah sudah mulai memasukkan program-program jangkamenengah. Hal ini disebabkan RPJMD akan menjadi salah satu sumber dalammenyusun Renstra SKPD dan RKPD (disebut juga rencana pembangunan tahunan),yang selanjutnya menjadi KUA.

Penyusunan model capaian SPM yang dimaksud disini merupakanpenjabaran Permendagri No. 79 Tahun 2007, dimana rencana capaian SPMsebagaimana disebutkan di atas memiliki 4 hal: 1) batas waktu pencapaian, 2)integrasi dengan perencanaan daerah, 3) pembelanjaan anggaran, dan 4) sisteminformasi. Jika digambarkan, maka dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 263: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah248

Tabel. 5.1Batas waktu pencapaian SPM

Jenis Pel.Dasar

Prog/Kegiatan

IndikatorProg/Kegiatan

Bts waktu pencapaian(tahun)

Priodisasi pencapaian program/kegiatan (%) Paguindikatif(Juta Rp)

Sumber dana Ket.

Out put Out come Nasional Daerah 1 2 3 4 5 6 7 dst APBD Kab/Kota

APBD Prov.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Rencana pencapaian SPM di daerah mengacu pada batas waktu pencapaianSPM secara nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah. Tentu saja, batas waktucapaian SPM nasional berbeda-beda sesuai dengan departemen teknis yangmengeluarkannya. Departemen Kesehatan misalnya, menentukan batas waktupencapaian SPM pada tahun 2010, dengan mengusung tema “Menuju IndonesiaSehat 2010”. Berdasarkan batas waktu tersebut, maka pemerintah daerahkemudian menurunkannya ke dalam rencana capaian dan penerapan SPM didaerah dengan mempertimbangkan:

a. kondisi awal tingkat pencapaian pelayanan dasar;b. target pelayanan dasar yang akan dicapai; danc. kemampuan, potensi, kondisi, karakteristik, prioritas daerah dan

komitmen nasional.

Potret kondisi awal pencapaian pelayanan dasar inilah yang kemudiandisebut profil pelayanan dasar, yaitu sebuah kondisi yang menggambarkan tingkatcapaian kinerja pelayanan dasar sampai saat ini, sesuai dengan kemampuan danpotensi daerah yang dimilkinya. Oleh karena itu, rencana pencapaian danpenerapan SPM di daerah dilaksanakan secara bertahap berdasarkan pada analisiskemampuan dan potensi daerah. Faktor kemampuan dan potensi daerah meliputikepegawaian, kelembagaan, kebijakan, sarana dan prasarana, keuangan, sumberdaya alam dan partisipasi swasta/masyarakat.

Selanjutnya, faktor kemampuan dan potensi daerah dapat digunakan untukmenganalisis:

Note:Kolom 1. Diisi dgn jenis pelayanan dasar yang merupakan Urusan Wajib Pemerintah Daerah.Kolom 2. Diisi berdasarkan skala prioritas program dan kegiatan hasil analisis yang digunakan.Kolom 3 & 4. Diisi berdasarkan indikator teknis dari keluaran dan hasil suatu program/kegiatanKolom 5. Diisi dengan Batas waktu pencapaian SPM yang ditetapkan secara nasional dari Departemen Teknis/LPNDKolom 6. Diisi dengan Batas waktu Pencapaian SPM dalam kurun waktu yang ditentukan untuk mencapai SPM di daerah.Kolom 7. Diisi dengan perincian batas waktu pada kolom (6) yang dibagi dalam tahunan.Kolom 8. Diisi berdasarkan hasil estimasi utk pagu indikatif dari setiap program yg diturunkan ke dalam kegiatan berdasarkan penerapan SPMdaerah dan sumber pendanaannya.Kolom.9, 10 cukup jelas.Kolom 11. Diisi dgn permasalahan dll yg masih diperlukan

Sumber: Lampiran 2, Permendagri No. 79/2007

Page 264: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Pencapaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 249249

a. penentuan status awal yang terkini dari pencapaian pelayanan dasar diDaerah;

b. perbandingan antara status awal dengan target pencapaian dan batas waktupencapaian SPM yang ditetapkan oleh Pemerintah;

c. perhitungan pembiayaan atas target pencapaian SPM, analisis standar belanjakegiatan berkatian SPM, dan satuan harga kegiatan; dan

d. perkiraan kemampuan keuangan dan pendekatan penyediaan pelayanan dasaryang memaksimalkan sumber daya daerah.

Sementara itu, perkiraan kemampuan keuangan dan pendekatanpenyediaan pelayanan dasar yang memaksimalkan sumber daya daerah perlumempertimbangkan:

a. pengalihan kemampuan keuangan, personil dan kelembagaan pemerintahdaerah dan unit kerja teknis, dari kegiatan yang tidak prioritas kepadakegiatan yang prioritas berkaitan dengan SPM;

b. efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintahan di semua unitkerja/SKPD dalam target pencapaian dan penerapan SPM yang lebih tinggi;dan

c. inovasi dalam pengaturan penyediaan pelayanan untuk menjangkaumasyarakat luas dan mutu yang lebih baik.

Analisis Kemampuan dan Potensi Daerah dilakukan dengan menggunakaninstrumen evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai denganperaturan perundang-undangan. Analisis Kemampuan dan Potensi Daerahdigunakan untuk menyusun skala prioritas program dan kegiatan terkait rencanapencapaian dan penerapan SPM. Batas Waktu Pencapaian SPM menjadi bataswaktu maksimal dari jangka waktu rencana pencapaian dalam penerapan SPM diDaerah. Daerah dapat menetapkan rencana pencapaian dan penerapan SPM lebihcepat dari batas waktu yang ditetapkan oleh Menteri/Kepala LPND sesuai dengankemampuan dan potensi yang dimiliki Daerah. Rencana pencapaian danpenerapan SPM dalam batas waktu tertentu dijabarkan menjadi target tahunanpencapaian dan penerapan SPM. Target tahunan pencapaian dan penerapan SPMdituangkan dalam Renja SKPD, RKPD, KUA, PPA, RKA-SKPD dan DPA-SKPD.

RPJMD yang memuat rencana pencapaian SPM menjadi pedomanpenyusunan Renstra SKPD, Renja SKPD, RKPD, KUA dan PPA. Program dan kegiatandalam dokumen perencanaan telah mempertimbangkan rencana pencapaian SPMbagi urusan wajib pemerintahan yang berbasis pada pelayanan dasar.Pengintegrasian rencana pencapaian SPM kedalam RPJMD menjadi lampiran yangtidak terpisah dari RPJMD. Pengintegrasian rencana pencapaian SPM ke dalamRPJMD menggunakan format/tabel tersebut di atas. Rencana tahunan pencapaianSPM yang dituangkan dalam Rencana Kerja SKPD disusun berdasarkan RenstraSKPD, yang selanjutnya dibahas dalam forum Musyawarah Perencanaan danPembangunan untuk dianggarkan dalam satu tahun anggaran dalam RKPD.Rencana pencapaian dan penerapan SPM merupakan tolok ukur tingkat prestasi

Page 265: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah250

kerja pelayanan dasar pada urusan wajib pemerintahan daerah. Tolok ukurtersebut merupakan salah satu elemen dalam penjabaran visi, misi, dan programprioritas kepala daerah. Tolok ukur tingkat prestasi kerja pelayanan dasar dalampencapaian dan penerapan SPM dimuat dalam program dan kegiatan prioritaspembangunan daerah, dimana program dan kegiatan prioritas pembangunandaerah disusun berdasarkan pembagian urusan pemerintahan dan disesuaikandengan tugas pokok dan fungsi SKPD. Jika digambarkan dalam bagan alirpenyusunan rencana capaian SPM maka akan nampak sebagai berikut

Bagan. 5.4Proses Penyusunan Rencana Capaian SPM

SPM Nasional

Rencana Capaian SPM Di Daerah

Menuangkan rencana capaian SPM (batas waktu pencapaian SPMdan penentuan priotitas program dan kegiatan)

Profil Pelayanan Dasar

kondisi awal tingkat pencapaian pelayanandasar;

target pelayanan dasar yang akan dicapai;dan

kemampuan, potensi, kondisi,karakteristik, prioritas daerah dankomitmen nasional.

kepegawaian, kelembagaan, kebijakan, sarana dan prasarana, keuangan, sumber daya alam dan partisipasi swasta/masyarakat

Tkt. Nas.

Pemda wajib menyusun,mengkaji dan menganalisisdatabase profil pelayanandasar. Faktor kemampuandan potensi daerah

Masukkan dalam dokumen perencanaan (RPJMD-5 tahunan) Rencana pencapaian tahunan (Renja SKPD, RKPD, KUA, PPA, RKA-SKPD dan DPA-SKPD) Rencana tahunan pencapaian SPM yang dituangkan dalam Rencana Kerja SKPD disusun

berdasarkan Renstra SKPD, yang selanjutnya dibahas dalam forum Musyawarah Perencanaandan Pembangunan untuk dianggarkan dalam satu tahun anggaran dalam RKPD.

Di Daerah

Page 266: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Pencapaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 251251

B. Model Keuangan SPM

Pengelolaan keuangan Standar Pelayanan Minimal (SPM) tidak terlepas darikebijakan yang mengatur keuangan daerah yakni Peraturan Pemerintah No. 58tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dan ditindak lanjuti denganPeraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang PedomanPengelolaan Keuangan Daerah. Sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan MenteriDalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tersebut, sebagaimana telah diperbaharuidengan Permendagri No. 59 Tahun 2007, Azas Umum Anggaran Pendapatan danBelanja Daerah antara lain disebutkan bahwa :

(1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah disusun dengan kebutuhanpenyelengaraan pemerintahan dan kemampuan keuangan daerah;

(2) Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) berpedoman pada Rencana Kerja PembanguananDaerah (RKPD) dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada masyarakatuntuk tujuan bernegara;

(3) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah mempunyai fungsi otoritas,perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi dan stabilitasasi;

(4) APBD, perubahan APBD, dan pertangungjawaban APBD ditetapkan denganPeraturan Daerah.

Aturan lebih lanjut yang mengatur tentang penganggaran yang berkaitandengan penerapan Standar Pelayanan Minimal di daerah dimuat dalamPermendagri No. 13 Tahun 2006, sebagaimana diatur dalam pasal 31 yangmenyatakan :

(1) Belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 ayat (1) huruf b,dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemeritahan yangmenjadi kewenangan propinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusanwajib, urusan pilihan dan urusan pilihan yang penangannnya dalam bagianatau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintahdan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkandengan ketentuan perundang-undangan;

(2) Belanja penyelengaraan urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat(1)diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupanmasyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkandalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitassosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminansosial;

(3) Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat(2) diwujudkan melalui prestasi kerja dalam pencapaian standar pelayananminimal sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

(4) Klasifikasi belanja menurut urusan pemerintahan sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) terdiri dari belanja urusan wajib dan belanja urusan pilihan;

Page 267: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah252

Dengan memperhatikan kebijakan sebagaimana diutarakan di atas, kiranyapengaturan dan penetapan aspek keuangan yang berkaitan dengan penetapanStandar Pelayanan Minimal pembahasannya sudah dibahas semenjakpembahasan-pembahasan dokumen-dokumen perencanaan pembangunandaerah, mulai dari musrenbangdes dan pembahasan rencana kerja masing-masingdinas sampai pada pembahasan RPJM, sehingga penganggaran yang berkaitandengan pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal di daerah benar-benarterintegrasi dan terdokumen dengan dengan baik, tidak menimbulkan kesanmuncul secara tiba-tiba dan menimbulkan permasalahan dalam implementasinya.

Pengelolaan keuangan SPM tidak terlepas dari pengelolaan keuanganpemerintahan secara keseluruhan, dimana anggaran merupakan pernyataanmengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama priode waktu tertentu yangdinyatakan dalam ukura finansial, sedangkan pengangaran adalah proses ataumetode untuk mempersiapkan suatu pengangaran, pengangaran terkait denganproses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalamsuatu moneter, proses penganggaran ini dimulai dari kegiatan perumusan strategidan perencanaan strategi dilakukan, anggaran merupakan artikulasi hasilperumusan dan perencanaan strategi yang telah dibuat, sehinga terlihat denganjelas bahwa proses penganggaran menjadi sangat penting, karena anggaran yangtidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat dihindari.

Demikian juga penganggaran harus dikendalikan mulai dari tahapperencanaan sampai pada tahap pelaporan, proses penganggaran akan lebihefektif jika terdapat institusi yang memiliki fungsi secara khusus untuk mengontroldan mengawasi proses penganggaran.

Anggaran publik akan berisi rencana kegiatan yang dipresentasikan dalambentuk dokumen yang menggambarkan secara menyeluruh mengenai kondisikeuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi mengenai pendapatan,belanja dan aktivitas, anggaran juga bersifat estimasi mengenai apa yang akandilakukan organisasi pada waktu yang akan datang.

Mekanisme penyusunan perencanaan dan penganggaran dalam penerapanstandar pelayanan minimal di daerah haruslah merupakan proses yang mengakar,mulai dari bawah, dengan sistem tersebut berbagai jenis barang dan jasa yangakan dicapai melalui penerapan standar pelayanan minimal akan terlihat denganjelas. Guna memberikan arah yang jelas bagi pemerintah daerah dalam rangkapenganggaran kegiatan SPM di daerah, dapat dilihat pada gambar berikut:

Page 268: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Pencapaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 253253

Bagan. 5.5Penganggaran Kegiatan SPM di Daerah

Sumber: Diolah (Tim Kajian)

Dari bagan di atas dapat dijelaskan, dokumen Rencana Kinerja Satuan KerjaPerangkat Daerah (Renja SKPD) yang memuat usulan program dan kegiatan SKPDtahunan di bawa ke forum Musrenbang, yang selanjutnya akan menghasilkankebijakan umum anggaran (KUA) dan prioritas program & anggaran (PPA). Notakesepakatan tentang KUA dan PPA yang disepakati bersama antara kepala daerahdengan pimpinan DPRD wajib memuat target pencapaian dan penerapan SPM.Nota kesepakatan tentang KUA dan PPA menjadi dasar penyusunan RKA-SKPD(Rencana Kerja & Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah) dengan menggunakanpendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah daerah, penganggaranterpadu dan penganggaran tahunan berdasarkan tingkat prestasi kerja yangmengacu pada rencana pencapaian dan penerapan SPM.

Penyusunan RKA-SKPD program dan kegiatan yang terkait denganpencapaian SPM mengacu pada indikator kinerja, capaian atau target kinerja,analisis standar belanja, dan satuan harga. RKA-SKPD yang disahkan oleh kepalaSKPD menggambarkan secara rinci dan jelas progam dan kegiatan dalam rangkapencapaian dan penerapan SPM.

Adapun untuk pengelolaan pelayanan dasar dan rencana pencapaian danpenerapan SPM yang bersifat lintas daerah perlu disepakati bersama antar daerah

Renstra SKPDRenja SKPD

KUA danPPA RKA-SKPD

Musren-bang

RAPBDAPBDPemba-

hasan danPengesahan

di DPRD

Page 269: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah254

dan dijadikan sebagai dasar dalam perencanaan dan penganggaran kebutuhanmasing-masing daerah. Pengelolaan pelayanan dasar dan rencana pencapaian danpenerapan SPM yang bersifat lintas urusan perlu disepakati bersama antar SKPDterkait. Dalam rangka mencapai kesepakatan terkait pengelolaan dan perencanaanpencapaian dan penerapan SPM lintas daerah dapat diatur dengan kerjasamaantar daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pengelolaan pelayanan dasar secara bersama-sama didasarkan pada prinsipkeadilan, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas. Pendanaan yang berkaitandengan rencana pencapaian dan penerapan SPM yang merupakan tugas dan fungsipemerintah dibebankan pada APBN. Pendanaan yang berkaitan dengan rencanapencapaian dan penerapan SPM yang merupakan tugas dan fungsi pemerintahdaerah dibebankan pada APBD.

Untuk memastikan agar kegiatan yang mendukung pencapaian indikatorSPM tersebut dapat dibiayai, maka perlu komitmen yang kuat baik dari pemerintahdaerah maupun DPRD. Karena tanpa komitmen yang kuat, masing-masing pihakcenderung akan memperjuangkan kepentingannya, akibatnya masyarakat ataupublik daerah tidak akan pernah mendapatkan layanan dasar dari pemerintahdaerah. Akan tetapi, jika kegiatan-kegiatan tersebut telah memiliki pos-posanggaran dalam APBD, maka persoalan selanjutnya adalah bagaimana SKPD dapatmengimplementasikannya dengan optimal sesuai dengan prinsip-prinsippengelolaan keuangan daerah.

C. Model Pelaporan SPM

Dalam Permendagri No. 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan RencanaPencapaian SPM disebutkan bahwa rencana pencapaian target tahunan SPM danrealisasinya merupakan bagian dari LPPD, LKPJ, dan ILPPD. Akan tetapi, dalam PPNo. 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD),Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah (LKPJ), dan InformasiLaporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (ILPPD) tidak dijelaskanbagaimana pemerintah daerah melaporkan capaian SPM. Artinya, terdapatketidakjelasan antara amanat Permendagri tersebut dengan PP No. 3 Tahun 2007yang menjadi konsideran.

Oleh karena itu, terbitnya PP No. 6 Tahun 2008 tentang Pedoman EvaluasiPenyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EPPD) dapat menjadi pegangan bagipemerintah daerah dalam melaporkan capaian-capaian target SPM-nya. Melaluiindikator-indikator kunci (IKK) yang telah disiapkan oleh Tim Nasional EPPD,pemerintah daerah dalam hal ini SKPD dapat melaporkan capaian target-targettahunan, kendala-kendala yang dihadapi dan solusi-solusi yang dapat ditempuhuntuk mengatasinya.

Page 270: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Pencapaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 255255

Sayangnya, peraturan pelaksana PP tersebut – yang akan dituangkanPermendagri – sampai saat ini belum final, sehingga penyusunan LPPD Tahun 2007belum dapat menggunakan IKK yang telah disusun oleh Timnas EPPD. Namunsebagai langkah terobosan, Timnas EPPD tengah mengadakan serangkaianworkshop dalam rangka mensosialisasikan suplemen LPPD, yakni mensosialisasikanparameter dan IKK yang salah satunya digunakan untuk mengukur capaian SPM.

Apabila dalam workshop tersebut pemerintah provinsi dan kabupaten/kotasepakat untuk menggunakan parameter dan IKK tersebut, maka penilaian LPPD,LKPJ dan ILPPD tahun 2007 – yang dilaksanakan tahun 2008 – sudah mampumenilai capaian-capaian SPM. Jika digambarkan dalam bentuk gambar maka akannampak sebagai berikut

Bagan. 5.6Pelaporan capaian target SPM daerah

Selain disampaikan kepada Timda EPPD dan departemen teknis, realisasitarget capaian SPM tersebut juga dipublikasikan kepada masyarakat melaluiinstrumen ILPPD, dalam hal ini dapat berupa jurnal pemerintah daerah, laporan

Capaian SPMoleh SKPD

Tim DaerahEPPD

Masyarakat

DepartemenTeknis

Sumber : Diolah (Tim Kajian)

Page 271: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah256

kinerja pemerintah dan sejenisnya. Intinya, pemerintah daerah wajibmenyampaikan pencapaian kinerjanya kepada khalayak/publik daerah.

Tidak dapat dinafikan bahwa pencapaian kinerja daerah terhadap rencanacapaian SPM memerlukan pembinaan dan pengawasan. Oleh karena itu, dalamPermendagri No. 79 Tahun 2007 disebutkan bahwa pembinaan dan pengawasanumum atas penerapan dan pencapaian SPM pemerintah daerah secara nasionaldikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri. Sedangkan pembinaan danpengawasan dan penerapan SPM pemerintahan daerah kabupaten/kotadikoordinasikan oleh Gubernur sebagai wakil pemerintah di daerah.

Adapun pembinaan dan pengawasan teknisnya dilakukan olehMenteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non-Departemen. Untuk mendukungpenerapan dan pencapaian SPM pemerintah daerah, Menteri/Pimpinan LembagaPemerintah Non-Departemen menyusun petunjuk teknis yang ditetapkan denganPeraturan Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non-Departemen.Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non-Departemen setelah berkoordinasidengan Menteri Dalam Negeri, mendelegasikan tugas kepada Gubernur selakuwakil pemerintah di daerah untuk melakukan pembinaan dan pengawasan teknisatas penerapan dan pencapaian SPM pemerintah daerah kabupaten/kota.Koordinasi tersebut meliputi penyampaian rencana program dan kegiatanpembinaan dan pengawasan teknis atas penerapan dan pencapaian SPMpemerintah daerah.

Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non-Departemen dalammelakukan pengawasan teknis atas penerapan dan pencapaian SPM pemerintahdaerah provinsi, dibantu oleh Inspektorat Jenderal Departemen/Unit PengawasanLembaga Pemerintahan Non-Departemen. Gubernur selaku wakil pemerintah didaerah dalam pengawasan teknis atas penerapan dan pencapaian SPM pemerintahdaerah kabupaten/kota, dibantu oleh Inspektorat Provinsi berkoordinasi denganBadan Pengawasan Daerah kabupaten/kota. Monitoring dan evaluasi umumterhadap kinerja penerapan dan pencapaian SPM pemerintah daerah, dilakukanoleh Menteri Dalam Negeri dilakukan oleh Tim Konsultasi Penyusunan SPM. TimKonsultasi Penyusunan SPM menyampaikan hasil monitoring dan evaluasi umumkinerja penerapan dan pencapaian SPM pemerintah daerah, kepada DPOD melaluiSekretariat DPOD. Hasil monitoring dan evaluasi umum dipergunakan oleh DewanPertimbangan Otonomi Daerah sebagai bahan laporan penerapan SPM kepadaPresiden.

Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non-Departemen melakukanmonitoring, evaluasi teknis terhadap kinerja penerapan dan pencapaian SPMpemerintah daerah, berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri selaku Ketua TimKonsultasi Penyusunan SPM. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan paling sedikitsekali setahun oleh Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non-Departementerkait. Hasil monitoring dan evaluasi penerapan dan pencapaian SPMdipergunakan pemerintah sebagai: a) bahan masukan bagi pengembangan

Page 272: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Pencapaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 257257

kapasitas pemerintahan daerah dalam pencapaian SPM; dan b) bahanpertimbangan dalam pembinaan dan pengawasan penerapan SPM, termasukpemberian penghargaan bagi pemerintah daerah yang berprestasi sangat baik.

Page 273: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah258

Page 274: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Bab 6PENUTUP

A. Kesimpulan

1. SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yangmerupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secaraminimal. SPM merupakan alat Pemerintah dan pemda untuk menjamin aksesdan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat secara merata. SPM ditetapkanoleh Pemerintah dan diberlakukan untuk seluruh pemda provinsi dan pemdakabupaten/kota dan merupakan bagian dari penyelenggaraan pelayanan dasarnasional.

2. Namun demikian, sejak penyelenggaraan kewenangan dicanangkan melalui PPNo. 25 Tahun 2000 belum ada ketentuan yang mengatur tentang SPM. Saat ituPemerintah mengeluarkan SE Mendagri No. 100 Tahun 2002 sebagai landasanpenyusunan SPM. Kebijakan tentang SPM itu sendiri baru ditetapkan setelahlahir UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yakni denganditerbitkannya PP Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan danPenerapan SPM.

3. PP tersebut jelas ditujukan kepada Kementerian Negara/Departemen/ LPNDuntuk menyusun pedoman dan penerapan SPM di sektornya masing-masing.Tetapi dalam prakteknya, tidak semua Kementrian Negara/Departemen/ LPNDtelah menyusun SPM-nya. Tercatat, setidaknya terdapat 9 instansi pusat yangtelah menyusun SPM, dimana di dalamnya terdapat 2 instansi yang secaraintens memperbaiki SPM-nya sesuai dengan perkembangan kebijakan yangterjadi, yakni Departemen Kesehatan dan Departemen Pendidikan Nasional.

4. Secara teknis, Departemen Dalam Negeri telah menerbitkan PermendagriNomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan PenetapanSPM dan Permendagri No. 79 Tahun 2007 tentang Rencana Capaian SPM.Berdasarkan kebijakan ini, maka pemerintahan di daerah diminta untukmenyesuaikan pelayanannya sesuai dengan aturan SPM tersebut.

5. Sesuai dengan kewenangan yang telah ditetapkan, penyelengaraan SPMmerupakan tugas dan tangungjawab gubernur dan bupati/ walikota, dandalam pelaksanaannya melibatkan multidinas/ instansi, baik pada tahapperencanaan, penerapan, maupun pada tahap monitoring dan evaluasi.

Page 275: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah260

6. Pengorganisasian pelaksanaan SPM di daerah diwujudkan dalam bentukpembagian urusan yang dilaksanakan oleh masing-masing pemerintahanpusat, provinsi, kabupaten/kota.

7. Amat disayangkan, ketiadaan sanksi yang tegas terhadap instansi yang belummenyusun SPM ataupun yang belum melaksanakan SPM, menyebabkan PPNomor 65 Tahun 2005 ini terlihat ‘kurang menggigit’ dan terkesan hanyasebagai kebijakan bermodel ‘universal’ dan bukan bermodel ‘imperatif’.Dengan demikian, wajar saja bila masih banyak instansi yang ‘setengah hati’dalam menyusun SPM-nya, kalaupun ada, mereka biasanya tidak pernahmelaksanakan monitoring dan evaluasi secara reguler/terprogram akanpencapai SPM tersebut.

8. Dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) tahun 1948 tertulisbahwa “Health is a fundamental human right”, yang mengandung suatukewajiban untuk menyehatkan yang sakit dan mempertahankan yang sehat.Pernyataan inilah yang melandasi pemikiran bahwa sehat sebagai hak asasimanusia dan sehat sebagai investasi. Berdasarkan hal ini, tampaknyaDepartemen Kesehatan merupakan departemen yang ‘one step ahead’ atauselangkah lebih maju dibandingkan departemen lainnya dalam meresponkebijakan pemerintah baik dalam hal penerapan SPM pada umumnya maupunpenerapan SPM Bidang Kesehatan khususnya.

9. Hal ini terbukti, bahwa Departemen Kesehatan termasuk departemen yangtercepat yang merespon kebijakan pemerintah akan SPM ini. Respon tersebutdimulai dengan terbitnya Kepmenkes dan Kesos Nomor1747/Menkes/Kesos/SK/XII tanggal 14 Desember 2000 tentang PedomanPenetapan Standar Pelayanan Minimal Dalam Bidang Kesehatan dikabupaten/Kota, yang kemudian direvisi menjadi Kepmenkes Nomor1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal BidangKesehatan di Kabupaten/kota. Perkembangan terakhir Kepmenkes Nomor1457 Tahun 2003 ini juga telah direvisi menjadi Kepmenkes Nomor 157 Tahun2008. Kepmenkes yang baru ini disahkan pada bulan Juli 2008.

10. Namun demikian, SPM Bidang Kesehatan ini dalam prakteknya tidak berjalanlancar. Tercatat hanya ada 10 indikator yang dapat dipenuhi oleh lebih dari90% kabupaten atau kota di Indonesia yang menjadi lokus penelitian ini dari54 indikator SPM di bidang kesehatan.

11. Permasalahan yang umum dihadapi dalam penerapan SPM Bidang Kesehatanini adalah: jumlah indikator telalu banyak, target indikator terlalu tinggi,beberapa indikator yang sulit diperoleh sumber datanya, dan ada indikatoryang di suatu daerah memiliki nilai starategis tetapi di dearah lain menjaditidak strategis.

12. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasanabelajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

Page 276: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Penutup

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 261261

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritualkeagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, sertaketerampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

13. Menyadari pentingnya hal ini, maka Departemen Pendidikan Nasionaltermasuk departemen yang cepat merespon amanat PP Nomor 25 Tahun 2000tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai DaerahOtonom. Dimana pada Pasal 9 Ayat (2) disebutkan bahwa ketentuan mengenaikebijakan standar, norma, kriteria, prosedur, dan pedoman, ditetapkanselambat-lambatnya dalam waktu enam bulan sejak ditetapkannya PP ini.

14. Hal ini dibuktikan dengan terbitnya kebijakan berikut ini:

a. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 053/U/2001 tanggal 19April 2001 tentang Pedoman Penyusunan SPM PenyelenggaraanPersekolahan Bidang Pendidikan Dasar dan Menegah.

b. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 055/U/2001 tanggal 19April 2001 tentang Pedoman Penyusunan SPM PenyelenggaraanPendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan Olahraga.

Kebijakan tersebut di atas kemudian direvisi menjadi Keputusan MendiknasNomor 1299 Tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Minimal BidangPendidikan, yang di dalamnya terdiri atas matriks indikator keberhasilan SPM,dengan komponen-komponennya antara lain: kurikulum, anak didik,ketenagaan, sarana prasarana, organisasi, pembiayaan, manajemen sekolah,dan peran serta masyarakat, untuk masing-masing sekolah.

15. Namun demikian, pada prakteknya terjadi kesimpangsiuran antara aturan SPMBidang Pendidikan dengan aturan lain yang hampir mirip dengan itu. Dalamkaitan ini yang dimaskud dengan aturan lain yang mirip tersebut adalahPermendiknas Nomor 6 Tahun 2007 tentang Perubahan Permendiknas Nomor24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah; danPermendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi LulusanUntuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah.

16. Sehingga di beberapa daerah terjadi ‘overlapping’ pemenuhan, antarapemenuhan SPM Bidang Pendidikan yang telah diatur dalam suatu aturandengan pemenuhan ‘standar isi’ dan ‘standar kompetensi’ yang telah diaturoleh aturan yang berbeda. Hal ini tentu saja acapkali membingungkan dinasterkait dalam menentukan skala urgensi pemenuhan aturan-aturan yangdikeluarkan oleh departemen teknisnya.

Page 277: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah262

B. Rekomendasi

1. Pemerintah dalam hal ini Departemen Dalam Negeri perlu segeramemberlakukan PP No. 6 Tahun 2008 tentang Pedoman EvaluasiPenyelenggaraan Pemerintahan Daerah, karena melalui implementasi PP inidiharapkan dapat mendorong terlaksananya PP No. 65 Tahun 2005, yang telahlama ’tidak digubris’ oleh kementerian negara/departemen teknis/LPND.

2. Jika diperlukan, kementerian negara/departemen teknis/LPND dapatberkonsultasi dengan instansi terkait untuk proses akselerasi penyusunan SPMdi instansinya. Dalam hal ini, tim penyusun SPM instansi (jika ada) dapatberhubungan dengan Timnas EPPD yang telah menyusun lampiran PP No. 6Tahun 2008, khususnya tentang penilaian target SPM.

3. Bagi instansi yang telah menyusun SPM sesuai dengan ketentuan PP No. 65Tahun 2005, diharapkan dapat mensosialisasikan SPM-nya kepada pemerintahdaerah. Sedangkan bagi instansi yang masih merevisi atau menyelesaikanpenyusunan SPM, diharapkan dapat menyesuaikan dengan PP No. 65 Tahun2005 dan Permendagri No. 6 tahun 2007 sehingga akan memudahkanpemerintah daerah dalam menyusun rencana capaiannya.

4. Bagi pemerintah daerah, penyusunan rencana capaian SPM dilakukan melaluipengintegrasian dengan dokumen perencanaan (RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD,Renja SKPD). Dengan demikian, rencana capaian SPM akan didukung denganpembiayaan yang diperlukan karena dianggarkan dalam APBD.

5. Agar lebih fokus, penyusunan rencana capaian SPM di daerah dapat jugadilakukan oleh sebuah Tim Khusus yang ditugaskan oleh masing-masing KepalaSKPD. Tim ini perlu dilengkapi dengan sumber daya manusia, sarana-prasaranadan anggaran yang cukup memadai sehingga akan menghasilkan dokumenyang komprehensif.

Page 278: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

DAFTAR PUSTAKA

BUKUDoherty, Tony L., dan Terry Horne, 2002, Managing Public Services, Implementing

Changes : a Thoughtful Approach to The Practice of Management, New York :Routledge.

Gaspersz, Vincent, 2005, Total Quality Management, Jakarta : Gramedia PustakaUtama.

Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, 2006, Pedoman PelaksanaanPelayanan Publik: Kiat dan Terobosan Kabupaten/Kota.

Lembaga Administrasi Negara, 2006, Strategi Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik.

Nasution, Nur, 2004, Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management), Jakarta :Ghalia Indonesia.

PERUNDANG-UNDANGANUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan PembangunanNasional

Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan danPenerapan Standar Pelayanan Minimal.

Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 1299 Tahun 2004 Tentang StandarPelayanan Minimal Bidang Pendidikan.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457 Tahun 2003 Tentang Standar PelayananMinimal Bidang Kesehatan.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk TeknisPenyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal.

Page 279: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah264

Permendagri No. 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana PencapaianSPM

Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 1 Tahun 2008 tentang RencanaPembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun2005-2025

Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 15 Tahun 2006 tentang RencanaPembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun2006-2010

Peraturan Bupati Kupang Nomor 34 Tahun 2006 tentang Rencana Kerja PemerintahDaerah Kabupaten Kupang Tahun 2007

Peraturan Walikota Tidore Kepulauan Nomor 8 tahun 2005 tentang RencanaPembangunan Jangka Menengah Kota Tidore Kepulauan Tahun 2005-2010

Peraturan Walikota Banjarmasin Nomor 30 Tahun 2005 tentang Standar PelayananMinimal

Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 122 tahun 2003 tentangStandar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan Kabupaten/ Kota Se-ProvinsiDaerah Istimewa Yogyakarta

Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 123 Tahun 2003 tentangStandar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kabupaten/ Kota Se-ProvinsiDaerah Istimewa Yogyakarta

DOKUMEN-DOKUMEN

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur, Rencana Kerja Tahunan Provinsi NusaTenggara Timur Tahun 2007

Pemerintah Kabupaten Kupang, Rencana Strategis Kabupaten Kupang Tahun 2004-2009

Pemerintah Kota Kupang, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah KotaKupang Tahun 2007-2012

Pemerintah Kabupaten Kupang, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahTahun 2006.

Page 280: Strategi Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerahperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/165841... · supervisi, pengendalian, koordinasi, ... Tabel. 4.50 : Tahapan

Daftar Pustaka

Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah 265265

Pemerintah Kabupaten Kupang, Rencana Strategis Dinas Pendidikan dan KebudayaanKabupaten Kupang 2005-2009

Pemerintah Kabupaten Kupang, Profil Pendidikan Kabupaten Kupang Tahun 2006

Pemerintah Kota Kupang, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah DinasPendidikan Tahun 2007

Peemerintah Kota Ternate, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah DinasKesehatan tahun 2007

Pemerintah Kota Tidore Kepulauan, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2007

Pemerintah Kota Ternate, Rencana Strategis Dinas Pendidikan Nasional Tahun 2006-2010

Pemerintah Kota Kupang, Profil Pendidikan Kota Kupang tahun 2008-09-22

Pemerintah Kota Kupang, Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah DinasKesehatan Tahun 2006-2010

Pemerintah Kota Kupang, Laporan Tahunan Dinas Pendidikan Nasional Tahun 2007

Pemerintah Kabupaten Sleman, Profil Pendidikan Kabupaten Sleman Tahun 2007

Pemerintah Kabupaten Sleman, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahDinas Pendidikan Tahun 2007

Pemerintah Kota Yogyakarta, Rencana Strategik Satuan Kerja Perangkat Daerah DinasPendidikan Tahun 2007-2011

Pemerintah Kota Yogyakarta, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah DinasPendidikan Tahun 2007

Pemerintah Kota Banjarmasin, Profil Pendidikan Kota Banjarmasin Tahun 2007-2008

Pemerintah Kota Banjarmasin, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah DinasKesehatan Tahun 2007

Pemerintah Kota Banjarmasin, Rencana Strategis Bidang Pendidikan Tahun 2005-2009

Pemerintah Kota Banjarmasin, Rencana Strategis Dinas Kesehatan Tahun 2006-2010