Upload
nadyarauf
View
32
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah adanya tanda-
tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global)
dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan
kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.1
Stroke merupakan penyebab kematian tersering ketiga di Amerika dan
merupakan penyebab utama disabilitas serius jangka panjang. 85% stroke adalah non-
hemoragik yang terdiri dari 25% akibat small vessel disease (stroke lakunar), 25%
akibat emboli dari jantung (stroke tromboemboli) dan sisanya akibat large vessel
disease.1 Riset kesehatan dasar tahun 2007 mendapatkan prevalensi stroke nasional
sebesar 0.8%. Stroke juga menjadi penyebab kematian paling tinggi yaitu mencapai
15.9% pada kelompok umur 45 sampai 54 tahun dan meningkat jadi 26.8% pada
kelompok umur 55 sampai 64 tahun.2
Pengobatan yang tepat dapat meningkatkan kemungkinan bertahan hidup dan
meningkatkan tingkat pemulihan yang dapat diharapkan. Peningkatan pengobatan
dari semua jenis stroke telah menghasilkan penurunan drastis dalam tingkat kematian
dalam beberapa dekade terakhir. Rehabilitasi diperlukan untuk memperbaiki fungsi
akibat gangguan ini.3,4
Adanya permasalahan akibat gangguan motorik dan sensorik setelah penderita
stroke melewati masa kritis menyebabkan diperlukannya rehabilitasi medis agar
penderita dapat meningkatkan kemampuan fungsional yang dimilikinya semaksimal
mungkin.5
Rehabilitasi adalah semua upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak
dari semua keadaan yang menimbulkan disabilitas dan atau handicap serta
memungkinkan penyandang disabiliti dan atau handicap untuk berpartisipasi secara
aktif dalam lingkungan keluarga atau masyarakat.6
Rehabilitasi dilakukan oleh suatu tim rehabilitasi yang terdiri dari dokter
rehabilitasi medis, fisioterapis, terapis okupasi, perawat rahabilitasi, pekerja sosial
1
medis, terapis wicara, psikolog, ortotis prostetis, dan lain-lain. Tim rehabilitasi akan
menjadi sangat efektif apabila upaya-upaya tersebut di koordinasikan dan diadakan
pertemuan secara berkala untuk membahas mengenai kemajuan dan kendala tiap
pasien serta ditunjang oleh adanya interaksi yang baik antara penderita dan
keluarganya dengan personil medik.6
Manfaat rehabilitasi pada penderita stroke bukan untuk mengubah defisit
neurologis melainkan menolong penderita untuk mencapai fungsi kemandirian
semaksimal mungkin dalam konteks lingkungannya. Jadi tujuannya adalah lebih ke
arah meningkatkan kemampuan fungsional daripada memperbaiki defisit neurologis
atau mengusahakan agar penderita dapat memanfaatkan kemampuan sisanya untuk
mengisi kehidupan secara fisik, emosional, dan sosial ekonomi dengan baik.6
Berikut ini disampaikan sebuah laporan kasus seorang penderita dengan
hemiparesis sinistra dan paresis nervus VII dan XII sentral sinistra et causa stroke
hemoragik yang dirawat di bagian Rehabilitasi Medik RSUP Prof. DR. R. D. Kandou
Manado.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
2
Stroke menurut WHO didefinisikan sebagai tanda-tanda klinis yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal maupun global dengan gejala-
gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih ataupun menyebabkan kematian
tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.1
2. Epidemiologi
Stroke adalah penyebab cacat nomor satu dan penyebab kematian nomor dua
di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin
penting, dengan dua pertiga stroke sekarang terjadi di negara-negara yang sedang
berkembang.7,8
Menurut taksiran World Health Organization (WHO), sebanyak 20,5 juta jiwa
di dunia sudah terjangkit stroke pada tahun 2001. Dari jumlah itu 5,5 juta telah
meninggal dunia. Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi menyumbangkan 17,5
juta kasus stroke di dunia.9
Di Amerika Serikat, stroke menempati posisi ketiga sebagai penyakit utama
yang menyebabkan kematian. Posisi di atasnya dipegang penyakit jantung dan
kanker. Setiap tahun terdapat laporan 700.000 kasus stroke. Sebanyak 500.000
diantaranya kasus serangan pertama, sedangkan 200.000 kasus lainnya berupa stroke
berulang. Sebanyak 75% penderita stroke menderita lumpuh dan kehilangan
pekerjaan. Di Indonesia penyakit ini menduduki posisi ketiga setelah jantung dan
kanker. Sebanyak 28,5% penderita stroke meninggal dunia. Sisanya menderita
kelumpuhan sebagian maupun total. Hanya 15% saja yang dapat sembuh total dari
serangan stroke dan kecacatan.9
3. Klasifikasi Stroke10
a. Berdasarkan Waktu
1. TIA (Trancient Ischemic Attack)
3
Pada bentuk ini gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran
darah di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam.
2. RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit)
Gangguan neurologi yang timbul dan akan menghilang secara sempurna
dalam waktu 1 minggu dan maksimal 3 minggu.
3. Stroke in Evolution (Progressive Stroke)
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan yang
muncul semakin berat dan bertambah buruk. Proses ini biasanya berjalan
dalam beberapa jam atau beberapa hari.
4. Completed Stroke
Gangguan neurologi yang timbul bersifat menetap atau permanen.
b. Berdasarkan Etiologi
1. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik adalah suatu kondisi yang terjadi terutama disebabkan
oleh pecahnya pembuluh darah di otak. Pembuluh darah pecah dan
kemudian melepaskan darah ke otak. Setelah pecahnya arteri, pembuluh
darah tidak mampu membawa darah dan oksigen ke otak dan
menyebabkan sel mati. Alasan lain yang dapat menyebabkan strok
hemoragik adalah darah yang mengalir ke otak akibat pecahnya pembuluh
darah tersebut membentuk gumpalan di dalam otak dan menyebabkan
kerusakan jaringan otak. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan fungsi
otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita
hipertensi. Umumnya terjadi pada saat melakukan aktivitas, namun juga
dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun dan
penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak
terkontrol. Stroke hemoragik terbagi menjadi intracerebral hemorrhage
(ICH), subarachnoid hemorrhage (SAH), dan cerebral venous
thrombosis.
4
2. Stroke Non Hemoragik
Stroke non hemoragik terjadi akibat penutupan aliran darah ke sebagian
otak tertentu. Aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis
(penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah
yang telah menyumbat di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang
menuju ke otak, maka terjadi serangkaian proses patologik pada daerah
iskemik. Perubahan ini dimulai dari tingkat seluler berupa perubahan
fungsi dan struktur sel yang diikuti dengan kerusakan fungsi dan integritas
susunan sel, selanjutnya akan berakhir dengan kematian neuron. Dapat
berupa iskemia, emboli, spasme ataupun trombus pembuluh darah otak.
Umumnya terjadi setelah beristirahat cukup lama atau bangun tidur. Tidak
terjadi perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema
otak oleh karena hipoksia jaringan otak. Hampir sebagian besar pasien
atau sebesar 83% mengalami stroke jenis ini.
Klasifikasi Oxford Community Stroke Project (OCSP) juga dikenal
sebagai Bamford, membaginya berdasarkan gejala awal dan episode
stroke yaitu total anterior circulation infarct (TACI), partial anterior
circulation infarct (PACI), lacunar infarct (LACI), dan posterior
circulation infarct (POCI).
4. Faktor Resiko
Faktor resiko adalah kelainan atau kondisi yang membuat seseorang rentan
terhadap serangan stroke. Faktor resiko umumnya dibagi menjadi 2 golongan besar
yaitu:
Tidak dapat dimodifikasi11 Dapat dimodifikasi12
· Umur
· Jenis kelamin
· Ras
· Hipertensi
· Kelainan jantung / penyakit
jantung
5
· Faktor genetik · Diabetes mellitus (DM)
· Peningkatan kolesterol (lipid
total)
· Obesitas
· Merokok
· Kurang aktivitas fisik
5. Manifestasi Klinik13
Gejala KlinisStroke Hemoragik
Stroke Non Hemoragik
Perdarahan Intra Serebral
Perdarahan Sub Arachnoid
Onset Menit/jam 1-2 menit Pelan (jam/hari)Nyeri kepala Hebat Sangat hebat Ringan
Muntah pada awalnya Sering Sering TidakHipertensi Hampir selalu Biasanya tidak Sering
Penurunan kesadaran Ada Ada Tidak adaKaku kuduk Jarang Ada Tidak adaHemiparesis Sering dari awal Permulaan tidak ada Sering dari awal
Gangguan bicara Bisa ada Jarang Sering
6. Diagnosis
Diagnosis klinik stroke dibuat berdasarkan batasan stroke, dilakukan
pemeriksaan klinis yang teliti, meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
neurologis dan pemeriksaan penunjang.7
7. Program Rehabilitasi Medik pada Penderita Stroke
Perhatian utama rehabilitasi adalah evaluasi potensi perkembangan pasien
dengan rehabilitasi yang intensif. Tujuan dari rehabilitasi harus realistis dan fleksibel
sebab status neorologis dari pasien dan derajat kelainan biasanya berubah seiring
6
waktu. Hal terbaik didapatkan jika pasien dan keluarga berpartisipasi dalam mencapai
tujuan rehabilitasi.12
a. Fase awal
Tujuannya adalah untuk mencegah komplikasi sekunder dan melindungi fungsi
yang tersisa. Program ini dimulai sedini mungkin setelah keadaan umum
memungkinkan dimulainya rehabilitasi. Hal-hal yang dapat dikerjakan adalah proper
bed positioning, latihan lingkup gerak sendi, stimulasi elektrikal dan begitu penderita
sadar dimulai penanganan masalah emosional.14
b. Fase lanjutan
Tujuannya adalah untuk mencapai kemandirian fungsional dalam mobilisasi dan
aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). Fase ini dimulai pada waktu penderita secara
medik telah stabil. Biasanya penderita dengan stroke trombotik atau embolik,
biasanya mobilisasi dimulai pada 2-3 hari setelah stroke. Penderita dengan
perdarahan subarakhnoid mobilisasi dimulai 10-15 hari setelah stroke. Program pada
fase ini meliputi : 15
Fisioterapi
1) Stimulasi elektrikal untuk otot-otot dengan kekuatan otot (kekuatan 2
kebawah)
2) Diberikan terapi panas superficial (infra red) untuk melemaskan otot.
3) Latihan lingkup gerak sendi bisa pasif, aktif dibantu atau aktif tergantung
dari kekuatan otot.
4) Latihan untuk meningkatkan kekuatan otot.
5) Latihan fasilitasi atau reedukasi otot
6) Latihan mobilisasi.
Okupasi Terapi
Sebagian besar penderita stroke dapat mencapai kemandirian dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari (AKS), meskipun pemulihan fungsi neurologis pada
ekstremitas yang terkena belum tentu baik. Dengan alat bantu yang
disesuaikan, AKS dengan menggunakan satu tangan secara mandiri dapat
7
dikerjakan. Kemandirian dapat dipermudah dengan pemakaian alat-alat yang
disesuaikan.
Terapi Bicara
Penderita stroke sering mengalami gangguan bicara dan komunikasi. Ini dapat
ditangani oleh speech therapist dengan cara:
1) Latihan pernapasan ( pre speech training ) berupa latihan napas, menelan,
meniup, latihan gerak bibir, lidah dan tenggorokan.
2) Latihan di depan cermin untuk latihan gerakan lidah, bibir dan
mengucapkan kata-kata.
3) Latihan pada penderita disartria lebih ditekankan ke artikulasi
mengucapkan kata-kata.
4) Pelaksana terapi adalah tim medik dan keluarga.
Ortotik Prostetik
Pada penderita stroke dapat digunakan alat bantu atau alat ganti dalam
membantu transfer dan ambulasi penderita. Alat-alat yang sering digunakan
antara lain: arm sling, walker, wheel chair, knee back slap, short leg brace,
cock-up splint, ankle foot orthotic (AFO), knee ankle foot orthotic (KAFO).
Psikologi
Semua penderita dengan gangguan fungsional yang akut akan melampaui
serial fase psikologis, yaitu: fase syok, fase penolakan, fase penyesuaian dan
fase penerimaan. Sebagian penderita mengalami fase-fase tersebut secara
cepat, sedangkan sebagian lagi mengalami secara lambat, berhenti pada salah
satu fase, bahkan kembali ke fase yang telah lewat. Penderita harus berada
pada fase psikologis yang sesuai untuk dapat menerima rehabilitasi.
Sosial Medik dan Vokasional
Pekerja sosial medik dapat memulai bekerja dengan wawancara keluarga,
keterangan tentang pekerjaan, kegemaran, sosial, ekonomi dan lingkungan
hidup serta keadaan rumah penderita.
8
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas
Nama : Ny. AM
Umur : 80 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Makeret
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
MRS : 30 Desember 2013
Tanggal pemeriksaan : 6 Januari 2014
Anamnesis
Keluhan utama
Kelemahan anggota gerak kiri
Riwayat Penyakit Sekarang
Kelemahan anggota gerak kiri dialami penderita sejak 6 jam sebelum masuk
rumah sakit. Kelemahan anggota gerak kiri terjadi secara tiba-tiba pada sore hari, saat
penderita sedang berjalan santai di halaman rumah. Keluhan tersebut disertai dengan
nyeri kepala. Muntah 2 kali berisi cairan dan makanan. Kejang tidak ada, demam
tidak ada, penglihatan ganda tidak ada, penurunan kesadaran tidak ada, gangguan
menelan tidak ada.
Riwayat Penyakit Dahulu
Penderita mengalami hipertensi sejak 10 tahun lalu, kontrol tidak teratur dan
tidak pernah minum obat. Riwayat diabetes, kolesterol, penyakit jantung, ginjal tidak
diketahui oleh penderita. Riwayat pernah stroke sebelumnya tidak ada.
9
Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu penderita memiliki riwayat hipertensi
Riwayat Kebiasaan
Penderita dominan menggunakan tangan kiri dalam melaksanakan aktivitas
kehidupan sehari-hari. Penderita tidak memiliki kebiasaan merokok dan minum
minuman beralkohol. Penderita sering makan-makanan berlemak. Penderita tidak
memiliki kebiasaan berolahraga teratur.
Riwayat Sosial Ekonomi
Penderita tinggal bersama suami di rumah permanen 1 tingkat, dinding
tembok, lantai ubin, Kamar mandi dan toilet terletak di luar rumah. Toilet yang
digunakan yaitu toilet jongkok. Sumber listrik perusahaan listrik negara (PLN) dan
sumber air perusahaan daerah air minum (PDAM). Penderita merupakan seorang ibu
rumah tangga. Suami penderita bekerja sebagai petani. Biaya pengobatan
menggunakan Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)
Status Psikologi
Penderita tampak cemas dengan sakitnya.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
TB: 157 cm BB: 65 kg IMT: 26,42 kg/m2 (obesitas 1)
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Glasgow Coma Scale (GCS) : E4M6V5
Tanda Vital : Tekanan Darah: 180/90 mmHg
Nadi: 80 kali/menit
Respirasi: 20 kali/menit
Suhu Badan: 36,0°C
10
Kepala
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil bulat isokor,
diameter 3mm-3mm, refleks cahaya langsung +/+, reflex cahaya
tidak langsung +/+
Hidung : Sekret -/-
Mulut : Lidah terletak di tengah
Telinga : Sekret -/-
Leher : Trakhea letak di tengah, pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thorax : Jantung: bunyi Jantung I dan II normal, tidak ada bising.
Paru: pernafasan vesikuler, Rhonki -/- Wheezing -/-
Abdomen : Datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-/-)
Status Neurologis
Tanda rangsangan meningeal : Kaku kuduk tidak ada
Pemeriksaan Nervus Kranialis
Paresis N. VII dan N. XII sentral sinistra
Nervus Nama Jenis Pemeriksaan KesanI Olfaktorius Sensorik Anosmia (-) Normal
II Optikus SensorikVisus kasar baikLapang pandang normal
Normal
III Okulomotorius MotorikMenggerakkan sebagian besar otot mata
Normal
IV Troklearis MotorikMenggerakkan beberapa otot mata
Normal
V Trigeminus Gabungan Sensorik : rasa nyeri simetris ki = karasa raba simetris ki = kaMotorik :
Normal
11
Menggerakkan rahang baikMembuka mulutMenggigit baik
VI Abdusen Motorik Abduksi mata Normal
VII Fasialis Gabungan
Sikap wajah simetris ki=kaAngkat alis baik (ki=ka)Kerut dahi baik (ki=ka)Kembung pipi baik (ki=ka)Menyeringai, mulut mencong ke kiri
Paresis
VIII Vestibulokoklearis SensorikNistagmus kiri(-)/kanan(-)Mendengar gesekan jari kiri(+)/kanan(+)
Normal
IX Glosofaringeus Gabungan
Sensorik : Menerima rangsang dari bagian posterior lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasaMotorik : Mengendalikan organ-organ dalam
Normal
X Vagus Gabungan
Sensorik : Menerima rangsang dari organ dalamMotorik : Mengendalikan organ-organ dalam
Normal
XI Aksesorius MotorikMengangkat bahu kanan dan bahu kiri bisa
Normal
XII Hipoglosus MotorikDeviasi (-)vasikulasi (+)Atrofi (-)
Paresis
12
Status Motorik
Pemeriksaan
Ekstremitas Superior Ekstremitas Inferior
Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra
Gerakan Normal Menurun Normal Menurun
Kekuatan Otot 5/5/5/5 4/4/4/4 5/5/5/5 4/4/4/4
Tonus Otot (+) Normal (+) Normal (+) Normal (+) Normal
Atrofi - - - -
Refleks
Fisiologis(+) Normal (+) Normal (+) Normal (+) Normal
Refleks
Patologis- - - -
Sensibilitas
Protopatik
Proprioseptik
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Status Otonom
BAB dan BAK biasa
Skor Stroke Siriraj
(2,5xderajat kesadaran) + (2xvomitus) + (2xnyeri kepala) + (0,1xdiastole) –
(3xateroma) – 12
Derajat kesadaran : 0 = kompos mentis; 1 = somnolen; 2 = sopor/ koma
Vomitus : 0 = tidak ada; 1 = ada
Nyeri kepala : 0 = tidak ada; 1 = ada
Ateroma : 0 = tidak ada; 1 = salah satu atau lebih: diabetes, angina,
penyakit pembuluh darah
Hasil Skor Stroke Siriraj :
Skor > 1 : perdarahan supratentorial
13
Skor -1 sampai dengan 1 : perlu CT Scan
Skor < -1 : infark serebri
Pada kasus ini :
(2,5 x 0) + (2 x 1) + (2 x 1) + (0,1 x 90) - (3 x 0) – 12 = 1 (perlu CT-scan)
Pemeriksaan Penunjang
Brain CT-Scan
Belum dilakukan
Laboratorium
31 Desember 2013 1 Januari 2014
Hb : 11,3 g/dL
Eritrosit : 4,94 106/mm
Leukosit : 10.900/mm
Trombosit : 181.000/mm
Ureum: 32
Kreatinin : 0,9 mg/dL
Natrium: 138
Kalium: 2,71
Klorida: 95,8
Hb : 14,3 g/dL
Eritrosit : 4,81 106/mm
Leukosit : 9600/mm
Trombosit : 219.000/mm
Natrium : 139 mEq/L
Kalium : 4,10 mEq/L
Klorida : 100,8 mEq/L
14
Indeks Barthel
Aktivitas Tingkat Kemandirian N Nilai
Bladder Kontinensia, tanpa memakai alat bantu.
Kadang-kadang ngompol.
Inkontinensia urin.
10
5
0
10
Bowel/BAB Kontinensia, supositoria memakai alat bantu.
Dibantu.
Mandiri.
10
5
0
10
Toileting Tanpa dibantu (buka/pakai baju, bersihkan dubur tidak
mengotori baju), boleh berpegangan pada dinding, benda,
memakai bad pan. Dibantu hanya salah satu kegiatan diatas.
Dibantu.
10
5
5
Kebersihan
diri
Tanpa dibantu cuci muka, menyisir rambut, hias, gosok
gigi, termasuk persiapan alat-alat tersebut.
Dibantu.
5
0
5
Berpakaian Tanpa dibantu/dibantu sebagian
Dibantu.
10
55
Makan Tanpa dibantu.
Memakai alat-alat makan dibantu sebagian.
Dibantu.
10
5
0
5
Transfer/
berpindah
Tanpa dibantu berpindah.
Bantuan minor secara fisik atau verbal.
Bantuan mayor secara fisik, tetapi dapat duduk tanpa
dibantu.
Tidak dapat duduk / berpindah.
15
10
5
0
0
15
Aktivitas Tingkat Kemandirian N Nilai
Mobilitas Berjalan 16m di tempat datar, boleh dengan alat bantu
kecuali rolling walker, berjalan tanpa dibantu.
Menguasai alat bantunya, memakai kursi roda dengan
dibantu.
Immobile.
15
10
5
10
Naik turun
tangga
Tanpa dibantu.
Dibantu secara fisik / verbal
Tidak dapat.
10
5
0
0
Mandi Tanpa dibantu.
Dibantu.
5
05
Total 100 55
Nilai Interpretasi
0-20 Disabilitas Total
25-45 Disabilitas Berat
50-75 Disabilitas Sedang
80-90 Disabilitas Ringan
100 Mandiri
Interpretasi: Disabilitas Sedang
16
Pemeriksaan Status Mini Mental
Item TesNilai
MaxNilai
ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari) apa? 5 5
2Kita berada di mana? (negara), (propinsi), (kota), (gedung),
(ruang)5 5
REGISTRASI
3
Pemeriksa menyebut 3 benda yang berbeda kelompoknya selang
1 detik (misal apel, uang, meja) responden diminta
mengulanginya. Nilai 1 untuk tiap nama benda yang benar.
Ulangi sampai responden dapat menyebutkan dengan benar dan
catat jumlah pengulangan
3 3
ATENSI DAN KALKULASI
4
Pengurangan 100 dengan 7 secara berturutan. Nilai 1 untuk tiap
jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban.
Atau responden diminta mengeja terbalik kata “WAHYU” (nilai
diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan; misalnya
uyahw = 2 nilai)
5 5
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
5 Responden diminta menyebut kembali 3 nama benda di atas 3 2
BAHASA
6Responden diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukkan
(perlihatkan pensil dan jam tangan)2 2
7Responden diminta mengulang kalimat ”tanpa kalau dan atau
tetapi”1 1
8Responden diminta melakukan perintah “Ambil kertas ini dengan
tangan anda, lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai”3 3
17
9Responden diminta membaca dan melakukan yang dibacanya:
“Pejamkanlah mata Anda”1 1
10 Responden diminta menulis sebuah kalimat secara spontan 1 1
11
Responden diminta menyalin gambar
1 1
Skor Total 30 29
Penilaian : < 24 terdapat gangguan kognitif
> 24 dianggap tidak terdapat gangguan kognitif
Interpretasi : Dianggap tidak terdapat gangguan kognitif
Resume
18
Perempuan 80 tahun dengan keluhan utama kelemahan anggota gerak kiri
sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit. Kelemahan anggota gerak kiri terjadi secara
tiba-tiba pada sore hari, saat penderita sedang berjalan santai di halaman rumah.
Nyeri kepala (+), muntah (+). Penderita tidak mengalami kejang, penglihatan ganda,
penurunan kesadaran dan gangguan menelan
Riwayat penyakit dahulu hipertensi sejak 10 tahun yang lalu. Riwayat
penyakit keluarga, ibu penderita memiliki riwayat hipertensi. Riwayat kebiasaan,
penderita tidak merokok dan minum minuman alkohol. Penderita sering makan
makanan berlemak. Pada pemeriksaan fisik (6 Januari 2014), didapatkan kesadaran
compos mentis (GCS: E4M6V5), tanda-tanda vital dalam batas normal, paresis nervus
VII dan XII sentral sinistra, kekuatan otot ekstremitas superior sinistra (4/4/4/4) dan
ekstremitas inferior sinistra (4/4/4/4), tonus otot dan refleks fisiologis normal, refleks
patologis tidak ditemukan. Status otonom dalam batas normal. Penilaian Index
Barthel: 55 (disabilitas sedang) dan pemeriksaan MMSE: 29 (tidak terdapat gangguan
kognitif).
Diagnosis
Diagnosis Klinis : Hemiparesis Sinistra+Paresis N.VII dan N. XII sentral sinistra
Diagnosis Topis : Subkortikal
Diagnosis Etiologi : Suspek Stroke Hemoragik
Diagnosis Fungsional : Gangguan transfer dan ambulasi serta keterbatasan Aktifitas
Kehidupan Sehari-hari (mandi, makan, berpakaian)
Penatalaksanaan
19
1. Medikamentosa
Elevasi kepala 30º
IVFD NaCl 0,9% 500 cc/8 jam 14 gtt/mnt
Amlodipine 10mg 1-0-0
Captopril 3x25mg
Ranitidin amp 2x1 amp (i.v)
Paracetamol 500 mg 3x1 tab
B1B6B12 3x1 tab
KSR 2x1tab
2. Rehabilitasi medik
Problem rehabilitasi :
Kelemahan anggota gerak kiri
Masalah psikologik
Gangguan transfer dan ambulasi
Gangguan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS)
Program Rehabilitasi medik :
a. Fisioterapi
Evaluasi : - Kelemahan anggota gerak kiri, dengan :
Kekuatan otot ekstremitas atas : 4/4/4/4
Kekuatan otot ekstremitas bawah : 4/4/4/4
- Gangguan transfer dan ambulasi
Program : - Breathing exercise aktif
- Proper bed positioning
- Latihan lingkup gerak sendi aktif ekstremitas superior dan inferior
sinistra
- Latihan penguatan otot untuk ekstremitas superior dan inferior
sinistra
- Infra red pada ekstremitas superior dan inferior sinistra
20
- Latihan berjalan di paralel bar
b. Okupasi Terapi
Evaluasi : Kelemahan anggota gerak kiri
Gangguan AKS (Barthel Index : 55)
Program : Latihan penguatan otot dan peningkatan AKS dengan aktivitas
keterampilan
c. Othotik Prostetik
Evaluasi : Kelemahan anggota gerak kiri
Gangguan transfer dan ambulasi
Program : Tripod
d. Psikologi
Evaluasi : Penderita tampak cemas
Program : Memberi dukungan mental kepada penderita dan keluarganya.
e. Sosial Medik
Program : - Evaluasi status sosial ekonomi penderita dalam keadaan mampu untuk
biaya pengobatan dalam jangka waktu yang lama.
- Home visit untuk menyarankan mengganti wc jongkok dengan wc
duduk
Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
DAFTAR PUSTAKA
21
1. Karema W. Diagnosis dan klasifikasi stroke; simposium stroke up date 2001.
Bagian SMF Saraf FK UNSRAT/RSUP Manado. 2001: 10-5.
2. Runtuwene Th. Faktor risiko dan pencegahan stroke; Simposium Stroke Up
Date 2001. Bagian SMF Saraf FK UNSRAT/RSUP Manado. 2001: 20 - 9.
3. Van Gijn J. Main groups of cerebral and spinal vascular disease: overview. In:
Ginsberg MD, Bogousslavsky J, eds. Cerebrovascular disease:
pathophysiology, diagnosis, and management. 1 ed. Malden: Blackwell
Science; 1998:1369-1372
4. Soendoro T, On behalf of RISKESDAS team. Report on result of National
Basic Health Research (RISKESDAS) 2007. Jakarta: The National Institute
of Health Research and Develompment Ministry of Health Republic of
Indonesia; 2008.
5. Mardjonjo M, Sidharta P. Neuro klinis dasar. Edisi VI. Jakarta : Dian Rakyat,
1995 ; 269-302.
6. Prawirosumarto K. Rehabilitasi fisik pada pasien stroke; REHABILTASI
MEDIK, Hasil Simposium 1987. Departemen Rehabilitasi Medik.Jakarta.
1987: 121-25.
7. Wirawan RP. Rehabilitasi stroke dalam pelayanan kesehatan primer. SMF
Rehabilitasi Medis RS Fatmawati. Jakarta;2009.p.61-2.
8. Sutrisno, Alfred. Stroke? you must know before you get it!. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama. 2007. Hal: 1-13
9. Feigin, Valery. Stroke Panduan bergambar tentang pencegahan dan pemulihan
stroke. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. 2006.
10. Misbach J, Wendra A. Stroke In Indonesia. A first large prospective hospital
based study of acute stroke in 28 hospitals in indonesia. Jakarta. 1996
11. Walelang Th. Faktor resiko dan pencegahan stroke. Poceeding symposium
stroke up date. Manado. Perdosi, 2001.
12. Sengkey L, Angliadi LS, Mogi TI. Ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi
medik. Manado: Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik;
2006.p.55-9
22
13. Kotambunan RC. Diagnosis stroke. Bagian Neurologi FK UNSRAT/SMF
RSUP Manado. Manado, 1995 ; 1-12.
14. Angliadi LS. Rehabilitasi medik pada stroke. Proceeding symposium stroke
up date. Manado. Perdosi, 2001.
15. Sinaki M, Dorsher PT. Rehabilitation after stroke. In : basic clinical
rehabilitation medicine. Philadelphia. Mosby, 1993 ; p. 87-8.
23
Laporan Kasus
Rehabilitasi Medik Pada Penderita Hemiparesis Sinistra
Serta Paresis Nervus VII dan XII Sentral Sinistra
Et Causa Suspek Stroke Hemoragik
Oleh :
Mersry Ch. Pansariang
080111057
Pembimbing :
dr. Vivi Sumarna
Penguji :
dr. Engeline Angliadi, Sp. KFR
BAGIAN/SMF ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI
BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU
MANADO
2014
LEMBAR PENGESAHAN
24
Laporan kasus dengan judul Rehabilitasi Medik Pada Penderita Hemiparesis
Sinistra serta Paresis Nervus VII dan XII Sentral Sinistra
et causa suspek Stroke Hemoragik
telah dikoreksi, dibacakan, dan disetujui
pada tanggal Januari 2014
Mengetahui,
Residen Pembimbing
dr. Vivi Sumarna
Supervisor Penguji
dr. Christina A. Damopolii, SpKFR
25