10
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 13, No. 3, Desember 2015 143 STRUKTUR GEOLOGI DI PERAIRAN PULAU BUTON SELATAN GEOLOGICAL STRUCTURE IN THE SOUTHERN BUTON ISLAND WATERS Lukman Arifin dan Tomy Naibaho Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Jl. Dr. Junjunan 236, Bandung, Email: [email protected] Diterima : 15-07-2015, Disetujui : 09-11-2015 ABSTRAK Penelitian geofisika dengan metode seismik pantul dangkal dilakukan di perairan Pulau Buton bagian selatan. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui kondisi geologi di bawah permukaan dasar laut. Dari data rekaman seismik diinterpretasikan bahwa stratigrafi seismik dibagi menjadi dua runtunan yaitu runtunan A dan B. Bila disebandingkan dengan geologi daratnya maka runtunan A termasuk dalam Formasi Wapulaka yang berumur Tersier dan runtunan B termasuk Formasi Sampolakosa yang berumur Kuater. Data rekaman tersebut juga menunjukkan adanya beberapa struktur geologi seperti sesar, lipatan, dan pengangkatan. Diduga struktur geologi tersebut berkembang dengan masih aktifnya proses tektonik hingga sekarang. Implikasi aktifnya tektonik ini dapat memperkaya dan meningkatkan potensi sumberdaya alam yang ada seperti migas dan aspal. Kata kunci: seismik pantul dangkal, struktur geologi, tektonik, Perairan Pulau Buton. ABSTRACT Geophysical research with shallow reflection seismic method carried out in the waters of the southern part of Buton Island. The aim of research is to determine the geological conditions under the sea floor. Data from seismic recordings interpreted that seismic stratigraphy is divided into two sequences, that are sequence A and B. Ifthe land geology to be compared then the sequence A is Wapulaka Formation which is Tertiary age and sequence B is Sampolakosa Formation which is Kuarter age. The recording data also indicated a number of geological structures such as faults, folds, and uplift. It was alleged that the geological structure is developing with tectonic processes are still active until now. The implications of the active tectonic can enrich and enhance the existing natural resources such as oil and gas, and bitumen. Keywords: shallow seismicreflection, geology structure, tectonic, Buton Island Waters. PENDAHULUAN Pemetaan geologi dan geofisika kelautan Lembar peta 1210 dan 1211 telah dilaksanakan di Tahun Anggaran 2012. Pemetaan tersebut menggunakan kapal riset Geomarin 1 milik Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan Bandung. Metode geofisika yang digunakan pada kegiatan tersebut adalah: seismik pantul dangkal, geomagnetik, dan pemeruman (Naibaho dkk., 2012). Perairan Pulau Buton selatan termasuk dalam wilayah pemetaaan (Gambar 1). Dalam tulisan ini akan dibahas tentang struktur geologi dari data seismik pantul yang diperoleh di perairan Pulau Buton selatan. Latar belakang penelitian ini adalah pemetaan geologi dan geofisika bersistem di perairan Pulau Buton dan sekitarnya. Maksud penelitian adalah mengungkap struktur geologi yang diinterpretasikan dari data seismik pantul dangkal. Tujuannya adalah mengetahui kondisi geologi bawah permukaan dasar laut. Dengan mengetahui kondisi geologi bawah permukaan dasar laut diharapkan dapat mengungkap keterdapatan energi maupun mineral. Kondisi geologi bawah permukaan dasar laut di perairan Pulau Buton dan sekitarnya belum banyak dipublikasikan. Adapun publikasi terbatas di daratan, terutama di bagian lengan tenggara Pulau Sulawesi hingga pulau- pulau yang terdapat disekitanya. Geologi regional daerah penelitian cukup menarik untuk didiskusikan. Hal ini karena terdapat beberapa bagian pulau pulau kecil yang secara geologi

STRUKTUR GEOLOGI DI PERAIRAN PULAU BUTON SELATAN

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STRUKTUR GEOLOGI DI PERAIRAN PULAU BUTON SELATAN

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 13, No. 3, Desember 2015

143

STRUKTUR GEOLOGI DI PERAIRAN PULAU BUTON SELATAN

GEOLOGICAL STRUCTURE IN THE SOUTHERN BUTON ISLAND WATERS

Lukman Arifin dan Tomy Naibaho

Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Jl. Dr. Junjunan 236, Bandung, Email: [email protected]

Diterima : 15-07-2015, Disetujui : 09-11-2015

ABSTRAK

Penelitian geofisika dengan metode seismik pantul dangkal dilakukan di perairan Pulau Buton bagian selatan.Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui kondisi geologi di bawah permukaan dasar laut. Dari data rekamanseismik diinterpretasikan bahwa stratigrafi seismik dibagi menjadi dua runtunan yaitu runtunan A dan B. Biladisebandingkan dengan geologi daratnya maka runtunan A termasuk dalam Formasi Wapulaka yang berumur Tersierdan runtunan B termasuk Formasi Sampolakosa yang berumur Kuater. Data rekaman tersebut juga menunjukkanadanya beberapa struktur geologi seperti sesar, lipatan, dan pengangkatan. Diduga struktur geologi tersebutberkembang dengan masih aktifnya proses tektonik hingga sekarang. Implikasi aktifnya tektonik ini dapat memperkayadan meningkatkan potensi sumberdaya alam yang ada seperti migas dan aspal.

Kata kunci: seismik pantul dangkal, struktur geologi, tektonik, Perairan Pulau Buton.

ABSTRACT

Geophysical research with shallow reflection seismic method carried out in the waters of the southern part ofButon Island. The aim of research is to determine the geological conditions under the sea floor. Data from seismicrecordings interpreted that seismic stratigraphy is divided into two sequences, that are sequence A and B. Ifthe landgeology to be compared then the sequence A is Wapulaka Formation which is Tertiary age and sequence B isSampolakosa Formation which is Kuarter age. The recording data also indicated a number of geological structuressuch as faults, folds, and uplift. It was alleged that the geological structure is developing with tectonic processes arestill active until now. The implications of the active tectonic can enrich and enhance the existing natural resources suchas oil and gas, and bitumen.

Keywords: shallow seismicreflection, geology structure, tectonic, Buton Island Waters.

PENDAHULUANPemetaan geologi dan geofisika kelautan

Lembar peta 1210 dan 1211 telah dilaksanakan diTahun Anggaran 2012. Pemetaan tersebutmenggunakan kapal riset Geomarin 1 milik PusatPenelitian dan Pengembangan Geologi KelautanBandung. Metode geofisika yang digunakan padakegiatan tersebut adalah: seismik pantul dangkal,geomagnetik, dan pemeruman (Naibaho dkk.,2012). Perairan Pulau Buton selatan termasukdalam wilayah pemetaaan (Gambar 1). Dalamtulisan ini akan dibahas tentang struktur geologidari data seismik pantul yang diperoleh di perairanPulau Buton selatan.

Latar belakang penelitian ini adalah pemetaangeologi dan geofisika bersistem di perairan Pulau

Buton dan sekitarnya. Maksud penelitian adalahmengungkap struktur geologi yangdiinterpretasikan dari data seismik pantul dangkal.Tujuannya adalah mengetahui kondisi geologibawah permukaan dasar laut. Dengan mengetahuikondisi geologi bawah permukaan dasar lautdiharapkan dapat mengungkap keterdapatanenergi maupun mineral. Kondisi geologi bawahpermukaan dasar laut di perairan Pulau Buton dansekitarnya belum banyak dipublikasikan. Adapunpublikasi terbatas di daratan, terutama di bagianlengan tenggara Pulau Sulawesi hingga pulau-pulau yang terdapat disekitanya. Geologi regionaldaerah penelitian cukup menarik untukdidiskusikan. Hal ini karena terdapat beberapabagian pulau pulau kecil yang secara geologi

Page 2: STRUKTUR GEOLOGI DI PERAIRAN PULAU BUTON SELATAN

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 13, No. 3, Desember 2015

144

merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Dibagian timur Pulau Buton terdapat cekunganButon. Cekungan ini dibatasi oleh Laut Banda dibagian utara dan timur. Di bagian selatanberbatasan dengan laut Flores dan di bagian baratdengan punggungan tengah Pulau Buton(Hadipandoyo dkk., 2005).

GEOLOGI REGIONALGeologi regional daerah pemetaan mengacu

pada peta geologi Lembar Buton, SulawesiTenggara (Sikumbang dkk., 1995). MenurutSurono (2010), kepingan benua dengan ukuranyang beragam tersebar di bagian timur Sulawesimulai dari Lengan Timur Sulawesi sampaiKepulauan Tukang Besi (Gambar 2). Kepinganbenua yang cukup besar adalah mulai ujung atasLengan Timur, yakni Banggai-Sula, Matarombeo,Sulawesi Tenggara, dan Buton (Watkinson dkk.,2011). Beberapa penulis di antaranya Pigram dkk.,1985; Davidson, 1991; Garrad dkk., 1988;menyatakan bahwa kepingan benua berasal daritepi utara Australia.

Batuan tertua pada kepingan benuatersingkap di Banggai-Sula, Sulawesi Tenggara,dan Buton. Batuan ini umumnya berupa batuanmalihan berderajat rendah. Di Kepingan Banggai-Sula, batuan malihan ini berumur Karbon Akhir.Kelompok batuan malihan ini ditindih tidak selarasoleh batuan gunungapi dan diterobos oleh batuan

granitan; yang keduanya merupakan batuan co-magmatis berumur Permo-Trias.

Batuan tersebut di atas merupakan batuanalas dari batuan sedimen Mesozoikum yangterendapkan kemudian di semua kepingan benuapada bagian timur Sulawesi. Batuan Mesozoikumini berupa sedimen klastik dan karbonat berumurMesozoikum. Selanjutnya, batuan Mesozoikumditindih secara tidak selaras oleh batuan karbonatdan sedikit klastik berumur Eosen-Oligosen.

Struktur dan Tektonik Pola struktur di perairan Pulau Buton sangat

dipengaruhi oleh kondisi tektonik yang terjadi danberkembang di wilayah timur Sulawesi. Sebagaidampak proses tektonik tersebut mengakibatkanterbentuknya struktur geologi, seperti lipatan,sesar anjak, sesar normal, sesar geser mendatar,dan kelurusan (Sidarto dan Syaiful Bachri, 2013).Sesar-sesar ini umumnya berarah timurlaut-baratdaya di Buton Selatan, utara-selatan di ButonTenggara dan baratlaut-tenggara di Buton Utara.Sesar utama mempunyai arah sejajar dengan arahmemanjangnya tubuh batuan pra-Tersier dansumbu cekungan sedimen Miosen. Tektonik didaerah ini berkembang sejak Pra-Miosen (FormasiTondo) dan berlanjut sampai Formasi Sampolakosa

Gambar 1. Lokasi Penelitian dan LintasanSeismik

Gambar 2. Struktur regional dan tektonik di bagiantimur Sulawesi (Surono, 2010)

Page 3: STRUKTUR GEOLOGI DI PERAIRAN PULAU BUTON SELATAN

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 13, No. 3, Desember 2015

145

terendapkan. Pada Akhir Oligosen Mintakat Butonbertubrukan dengan Mintakat Sulawesi Tenggarayang menyebabkan terjadinya perlipatan kuat dansesar naik pada batuan Pra-Miosen (Surono, 2010).Kegiatan ini diikuti dengan rumpang sedimentasihingga Miosen Awal. Pada Miosen Tengahtermasuk Formasi Tondo, sedimentasi berlanjuthingga Pliosen dengan terendapkannya FormasiSampolakosa. Kegiatan Tektonik pada Plio-Plistosen mengakibatkan terlipatnya batuan Pra-Pliosen dan mengaktifkan kembali sesar-sesaryang terbentuk sebelumnya.

Tataan Stratigrafi Stratigrafi Pulau Buton diawali dari

Mesozoikum hingga Kuarter. Penyebaran batuanMesozikum (Pra-Tersier) terdapat di ujung utaradari Pulau Buton di sekitar Kalisusu, serta diButon Selatan sekitar aliran Sungai Mukito.Batuan berumur Kuarter didominasi oleh satuanbatugamping terumbu, yang tersebar di bagianselatan dan tengah dari pulau Buton (M.S. Tobing,2005).

Urutan stratigrafi Pulau Buton dari tua sampaike muda adalah sebagai berikut.

Batuan TersierKelompok satuan batuan yang berumur

Tersier dibagi menjadi dua yaitu batuan berumurPaleogen dan Neogen.

Menurut Hadiwisastra (2009), terdapat satuanbatuan berumur Paleogen yang dinamakanFormasi Wani di sekitar Pegunungan Tobelo,terdiri dari lapisan konglomerat aneka bahan,batupasir dan batupasir gampingan. Dalam lapisankonglomerat ditemukan pecahan batugampingmengandung fosil Globotruncana yang berumurKapur, juga ditemukan fosil nummulites,Isolepidina boetonensis. Berdasarkan keberadaanfosil nummulites, Asterocyclina sp., Spiroclypeussp., dan Borelis sp., tersebut ditentukan satuanbatuan tersebut berumur Eosen. Penyebaransatuan batuan ini terbatas di sekitar aliran SungaiWani, Pegunungan Tobelo, Buton Utara.

Penyebaran batuan Tersier paling luas hampirtiga perempat wilayah Pulau Buton. BatuanTersier Atas (Neogen) terletak tidak selaras di atassatuan yang lebih tua (Mesozoikum). Secaraumum endapan muda ini dimulai dengan batuankonglomeratik hingga pasiran, yang kemudianberubah menjadi lebih ke arah gampingan-napalan.Terdapat dua karakter sedimen berbeda darisatuan Tersier muda, yaitu sedimenkonglomeratik-pasiran dari lapisan Tondo dan

sedimen yang lebih gampingan-napalan dariSampolakosa.

Formasi TondoSatuan ini terdiri dari konglomerat dan

batupasir berselang seling dengan lempung dannapal. Seperti halnya dalam Formasi Wani, dalamlapisan konglomerat dari Formasi Tondo jugaditemukan fragmen-fragmen batuan sedimenMesozoikum, peridotit dan serpentin (Sulistyanidan Surono, 2006). Selain itu juga dalam satuantersebut terdapat lapisan batugamping. Sikumbangdkk., (1995) mengelompokkan sebagai AnggotaBatugamping Formasi Tondo. Kandungan fosilyang terdapat dalam satuan ini sepertiLepidocyclina sumatrensis, Lepidocylina ferreroi,Miogypsina sp., Amphistegina sp., Heterosteginasp., dan Cycloclypeus sp., mencirikan umur MiosenTengah hingga Atas.

Formasi SampolakosaSatuan batuan bersifat napalan, jarang

terdapat sisipan batupasir, dan terletak selaras diatas Formasi Tondo. Dalam satuan ini banyakditemukan fosil foraminifera plankton dari jenisglobigerinae, juga ditemukan fosil moluska yangkhas untuk lingkungan laut dalam. Penyebaransatuan ini paling luas terdapat di Pulau Buton.

Batuan KuarterKelompok batuan Kuarter terdiri dari

batugamping terumbu, yang terutama tersebar dibagian tengah dan selatan dari Pulau Buton.Batugamping terumbu sangat khasmemperlihatkan satuan undak pantai. Sikumbangdkk., (1995) menamakan terumbu terangkat inisebagai Formasi Wapulaka. Selain itu sedimen inijuga disusun oleh endapan batupasir gampingan,batulempung dan napal yang kaya akanforaminifera plankton. Di daerah Pulau Butonselatan, ditemukan gamping terumbu yangterangkat hingga ketinggian 700 meter. Dalamkelompok satuan Kuarter, juga dikelompokkanendapal aluvial yang tersebar di daerah dataranrendah termasuk di sekitar aliran sungai.

METODE PENELITIANMetode penelitian terdiri dari metode seismik

pantul dangkal dan penentuan posisi. Metodeseismik yang digunakan adalah seismik pantuldangkal saluran tunggal dengan sumber suara/ledakan adalah Sparker. Catu daya yaitu antara500-3000 Joule dengan sapuan perekaman ½ detik,

Page 4: STRUKTUR GEOLOGI DI PERAIRAN PULAU BUTON SELATAN

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 13, No. 3, Desember 2015

146

selang peledakan antara 0.5-3.6 detik. Sinyalseismik yang diterima dari hydropon di filterdengan band pass filter dengan frekuensi antara300-4000 Hz. Perekaman data seismik pantuldangkal dilengkapi dengan sebuah perangkatkomputer yang menggunakan software SonarWiz5tahun 2010 dengan luaran digital dalam bentukSeg-y.

Penentuan posisi kapal menggunakanperalatan DGPS (Differensial Global PositioningSystem) dengan keteletian yang cukup tinggi.Peralatan yang digunakan adalah DGPS type C&CCnav.

HASIL DAN PEMBAHASANRekaman seismik pantul dangkal yang

ditampilkan dan diinterpretasikan adalah lintasanL8, L9, L19, L21, dan L22. Interpretasi rekamanseismik dilakukan berdasarkan konsep stratigrafiseismik ( Sheriff, \1986; Ringis, 1986; Kiarey dkk,2002). Pembagian runtunan pada rekaman seismikdilakukan dengan cara menarik batas runtunandengan memperhatikan pantulan dalam ataukonfigurasi pantulan. Dengan kaidah kaidahtersebut maka diinterpretasikan rekaman seismiksebagai berikut:

Lintasan seismik L8 (Gambar 3) berada dibagian selatan Pulau Buton dengan arah lintasanbaratdaya-timurlaut. Kedalaman laut di lintasan inimencapai 600 meter di bagian baratdaya. Rekamanseismik di lintasan ini beramplitudo lemah.Rekaman seismik di lintasan ini diinterpretasikanmenjadi dua runtunan seismik yaitu runtunan Adan runtunan B. Runtunan A diinterpretasikansebagai seismic basement (dasar seismik) yaitubatas gelombang seismik yang dapat menembusruntunan paling bawah. Konfigurasi pantulanruntunan A umumnya bebas pantulan dan kadang-kadang terlihat konfigurasi yang chaotic (berbintikkacau). Runtunan B memperlihatkan konfigurasiagak sejajar dimana cenderung mengikutikemiringan dasar laut. Runtunan B diduga batuanberumur Kuarter yang terdiri dari batugampingterumbu, yang terutama tersebar di bagian tengahdan selatan dari Pulau Buton. Batugampingterumbu sangat khas memperlihatkan satuanundak pantai. Bila disebandingkan dengan didaratnya maka runtunan B ternasuk FormasiWapulaka (Sikumbang dkk.,1995). Di bagianbaratdaya terlihat adanya tinggian yang berbedapola dengan bagian timurlaut. Gejala adanyaproses tektonik yang aktif dapat diamati padabentuk dari ketidak teraturan morfologi dasarlautnya dan runtunan B yang mengalami

perubahan konfigurasi pantulan. Struktur geologipada lintasan ini lebih dominan terbentuk karenaadanya pelipatan maupun pengangkatan. RuntunanA yang diinterpretasikan sebagai dasar seismikdiduga berumur Tersier Atas (Neogen) dan biladisebandingkan dengan geologi daratnya makaruntunan ini diduga termasuk FormasiSampolakosa

Lintasan L9 (Gambar 4) merupakan lintasanterusan dari L8 yang berarah-tenggara. Kedalamanlaut di lintasan ini mencapai sekitar 600 meter kearah lepas pantai. Morfologi dasar lautbergelombang dan terlihat adanya tinggian-tinggian yang agak menonjol. Konfigurasiruntunan B yang agak sejajar tampak agak kacau(Chaotic) hingga permukaan dasar laut. RuntunanB pada lintasan ini agak lebih tebal biladibandingkan dengan runtunan B pada lintasan L8.Pada lintasan ini dapat diamati bahwa prosestektonik yang cukup kuat mempengaruhiterbentuknya struktur geologi berupa sesar,pengangkatan, dan intrusi. Gejala ini menunjukkanbahwa proses tektonik masih aktif danberlangsung sampai sekarang.Runtunan A danruntunan B pada lintasan L9 ini mempunyaikesamaan dengan runtunan A dan B pada lintasanL8.

Lintasan L19 (Gambar 5) terletak di bagianbaratdaya Pulau Buton dengan arah lintasan utara-selatan dan sejajar pantai. Kedalaman lautmencapai hingga 300 meter di bagian selatanlintasan. Lintasan L19 diinterpretasikan menjadiruntunan A dan runtunan B. Runtunan Bmemperlihatkan konfigurasi pantulan sejajarmengikuti kemiringan morfologi dasar laut.Morfologi dasar lautnya relatif agak kasar danmempunyai kemiringan yang cukup tajam.Runtunan A dengan konfigurasi pantulan berbintikkacau (chaotic) merupakan seismic basement (dasarseismik) sama seperti lintasan L8 dan L9.Runtunan A diduga berumur Tersier Atas dantermasuk dalam Formasi Sampolakosa sedangkanruntunan B berumur Kuarter yang termasukkedalam Formasi Wani. Di bagian tengah lintasanterlihat adanya tonjolan yang diduga adalahterumbu karang. Terumbu karang ini banyakditemukan di laut dangkal sekitar pantai. Gejalatektonik tidak tampak, hal ini ditandai dengan tidakadanya struktur geologi yang tampak padarekaman penampang seismiknya.

Lintasan L21 (Gambar 6) terletak di bagiantimur Pulau Buton dengan arah lintasan timur-barat. Interpretasi runtunan di lintasan ini agaksulit dilakukan karena perbedaan konfigurasinya

Page 5: STRUKTUR GEOLOGI DI PERAIRAN PULAU BUTON SELATAN

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 13, No. 3, Desember 2015

147

Das

Das

sar�laut

sar�akustik

Dasar�a

Dasa

akustik�

ar�laut�

Gambar 3. Interpretasi Rekaman Seismik di Lintasan 8

Gambar 4. Interpretasi Rekaman Seismik di Lintasan L9

Page 6: STRUKTUR GEOLOGI DI PERAIRAN PULAU BUTON SELATAN

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 13, No. 3, Desember 2015

148

Dasar�akustik� Ree Def? Dasar�laut

Dasar�akustik� Ree Def? Dasar�laut

Gambar 5. Interpretasi Rekaman Seismik di Lintasan L19

Gambar 6. Interpretasi Rekaman Seismik di Lintasan L21

Page 7: STRUKTUR GEOLOGI DI PERAIRAN PULAU BUTON SELATAN

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 13, No. 3, Desember 2015

149

tidak begitu jelas. Karena penetrasi gelombangseismik di setiap lintasan hampir sama makaruntunan di lintasan ini diinterpretasikan samadengan lintasan lain yaitu menjadi dua runtunan Adan B. Di bagian timur lintasan terlihat adanyacekungan yang diisi sedimen yang cukup tebal.Cekungan ini diduga adalah penerusan dari selatantara Pulau Buton dan Pulau Muna. Sedimenyang mengisi cekungan ini cenderung didominasidari daratan Pulau Buton dengan konfigurasipantulan sejajar yang agak miring mengikutikemiringan lereng dari daratan Pulau Buton. Kearah baratnya dari cekungan terlihat adanyatinggian yang diduga adalah penerusan dari pulau-pulau kecil yang banyak terdapat disekitar PulauButon bagi selatan. Struktur geologi tidak begitujalas pada lintasan ini. Akan tetapi dapat didugabahwa ketidak teraturan dari konfigurasi pantulan

masih dipengaruhi oleh adanya gejala tektonikyang masih aktif. Hal ini dapat dilihat dari lintasanL22 yang menyambung dengan lintasan L21.

Lintasan L22 (Gambar 7) adalah lintasan yangmenyambung dengan L21 dengan arah timur-barat. Kedalaman laut pada lintasan ini mencapaihampir 450 meter di bagian barat lintasan.Runtunan di lintasan ini diinterpretasikan menjadidua runtunan yaitu runtunan A dan runtunan B.Runtunan B agak sejajar dimana runtunan inibanyak mengalami perubahan bentuk yang didugakuat karena pengaruh adanya proses tektonik.Terlihat adanya dua blok tinggian yang agakterpisah dan ini diduga merupakan blok dari bagianPulau Muna di bagian selatan. Runtunan A didugaberumur Tersier dan runtunan B berumur Kuarter.Bila disebandingkan dengan geologi daratnya makaruntunan A termasuk Formasi Sampolakosa dan

Dasar�laut�

Gambar 7. Interpretasi Rekaman Seismik di Lintasan L22

Page 8: STRUKTUR GEOLOGI DI PERAIRAN PULAU BUTON SELATAN

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 13, No. 3, Desember 2015

150

runtunan B termasuk Formasi Wapulaka. Daripenjelasan tersebut di atas maka proses tektonikyang masih berlangsung hingga sekarang dapatdiamati dari rekaman seismik dangkal resolusitinggi. Implikasi dari aktifnya tektonik di daerahpenelitian adalah terdapatnya potensi migas diPulau Buton yaitu di cekungan Buton ( Satyanadkk., 2011). Potensi lainnya yang sudah lamadikenal adalah aspal yang terdapat di dalamFormasi Tondo dan Formasi Sampolakosa. Aspalyang terdapat di dalam kedua formasi tersebutdiduga berasal dari Formasi Winto dan dianggapsebagai formasi pembawa bitumen padat (Tobing,2005). Batugamping merupakan bahan galian laindengan pelamparan yang luas pada FormasiSampolakosa. Keterdapatan batugamping saat inibanyak digunakan untuk material campuranbangunan atau pembuatan batubata (Widhiyatnadkk., 2007).

KESIMPULANDari hasil interpretasi rekaman seismik yang

telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwadaerah penelitian adalah daerah aktif secaratektonik. Struktur geologi yang dapat diamatiadalah berupa sesar, perlipatan, dan pengangkatan.Perkembangan pola struktur geologi di daerah inisangat dipengaruhi oleh kondisi tektonik diwilayah timur Sulawesi, sesar sesar di lengantenggara Sulawesi maupun sesar sesar yang ada diPulau Buton. Sesar-sesar tersebut umumnyaberarah timurlaut-baratdaya di Buton Selatan,utara-selatan di Buton Tenggara dan baratlaut-tenggara di Buton Utara. Tektonik yangberkembang sejak Pra-Miosen (Formasi Tondo)berlanjut sampai Formasi Sampolakosaterendapkan. Proses tektonik yang masih aktifsampai sekarang dapat memperkaya keberadaanmineral maupun migas di masa yang akan datang.Potensi migas yang masih diteliti hingga sekarangadalah migas yang terdapat di cekungan Buton.

UCAPAN TERIMA KASIHPada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada Bapak Kapus Litbang GeologiKelautan yang telah memberikan izin untukmempublikasikan hasil penelitian ini. Tidak lupadiucapkan terima kasih yang sebesar besarnyakepada rekan rekan tim pemetaan geologi dangeofisika lembar peta 2210 dan 2211 yang telahmemberikan kesempatan untuk menulis makalahini. Juga kepada rekan rekan yang telahmemberikan masukan dan saran saran sehinggatulisan ini dapat diselesaikan.

DAFTAR ACUANDavidson, J.W., 1991, The Geology and Prospectivity

of Buton Island, SE Sulawesi, Indonesia,Proc. 20th Ann. Con. Indon. PetroleumAssoc.

Garrad, R.A., Supandjono, J.B., dan Surono, 1988.The Geology of The Banggai-SulaMicrocontinent, Eastern Indonesia, Proc.17th Ann. Con. Indon. Petroleum Assoc,Jakarta.

Hadipandoyo, S., Setyoko, H.J., Suliantara, Guntur,S., Riyanto, H., Saputro, H.H., Harahap,M.D., Firdaus, N., 2007. KuantifikasiSumberdaya Hidrokarbon Indonesia, ISBN978.979.-8218-16-3, Puslitbangtek Minyakdan Gas Bumi Lemigas, Jakarta.

Hadiwisastra, S., 2009. Kondisi Aspal Alam DalamCekungan Buton, Jurnal Riset Geologi danPertambangan, Vol.19, No1, 2009.

Kearey, P., Brooks, M., Hill, I., 2002. AnIntroduction to Geophysical Exploration,Third Edition, Blackwell Science Ltd,London.

Naibaho, T., Rahardiawan, R., Saputro, E., Sinaga,A.C., Ali, A., Subarsyah, 2012. LaporanPemetaan Geologi dan Geofisika di LembarPeta 2210 dan 2211 Perairan Pulau Buton,Puslitbang Geologi Kelautan. LaporanIntern, Tidak di Publikasi.

Pigram, C.J., Surono dan Supandjono, J.B., 1985.Origin of The Sula Platform, EasternIndonesia, Geology.

Ringis, J., 1986. Seismic Stratigraphy in very HighResolution Shallow Seismic Data, CCOPTech. Publication.

Satyana, A.H., Faulin, T. dan Mulyati, S.N., 2011.Tectonic Evolution of Sulawesi Area,Implication for Proven and ProspectivePetroleum Plays, Proc. 36th HAGI and 40thIAGI Ann. Con. and Exhibit.

Sikumbang, N., Sanyoto, P., Supandjono, R.J.B.,Gafoer, S., 1995. Peta Geologi Lembar Buton,Sulawesi, skala 1:250.000. Pusat Penelitiandan Pengembangan Geologi, Bandung.

Sidarto dan Syaiful Bachri, 2013. Struktur Geologidalam buku Geologi Sulawesi, LIPI Press,Jakarta

Sheriff, R.E., 1986. Seismic Stratigraphy,International Human Resources DevelopmentCorporation, Boston.

Page 9: STRUKTUR GEOLOGI DI PERAIRAN PULAU BUTON SELATAN

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 13, No. 3, Desember 2015

151

Surono, 2010. Geologi Lengan Tenggara Sulawesi,Publikasi Khusus, Badan Geologi, KESDM,Bandung.

Sulistyani, L., dan Surono, 2006. Facies Analisis onThe Limestone Member, The TondoFormation, Based on Sample Taken FromKaisapu Area Buton, Southeast SulawesiProvince, Proc. Jakarta 2006 Int.Geosciences Conf. and Exhib, Indon. Petrol.Assoc, Jakarta.

Tobing, M.S., 2005. Prospek Bitumen Padat PulauButon, Propinsi Sulawesi Tenggara,Kolokium Hasil Lapangan, Sub Dit BatubaraDirektorat Inventarisasi Mineral, Bandung.

Watkinson, I.M., Hall, R., and Ferdian, F., 2011.Tectonic re-Interpretation of Banggai-Sula-Molucca Sea Margin, Indonesia, The SEAsian Gateway: History and Tectonic of TheAustralia-Asia Collision. Geological Societ,London, Special Publication.

Widhiyatna, D., Hutamadi, R., Sutrisno, 2007.Tinjauan Konservasi Sumberdaya AspalButon, Bulletin Sumber Daya Geologi, Vol.2,No. 3, 2007.

Page 10: STRUKTUR GEOLOGI DI PERAIRAN PULAU BUTON SELATAN

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 13, No. 3, Desember 2015

152