10
© 2018, Program Studi Ilmu Lingkungan Sekolah Pascasarjana UNDIP 120 © 2018 Program Studi Ilmu Lingkungan Sekolah Pascasarjana UNDIP JURNAL ILMU LINGKUNGAN Volume 16 Issue 2 (2018) : 120-129 ISSN 1829-8907 Struktur Komunitas Dan Keberlanjutan Pengelolaan Ekosistem Mangrove Pulau-Pulau Kecil (Kasus Pada Pulau Nain Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara) Joshian Nicolas William Schaduw Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi.Jl. Kampus Unsrat Bahu, Manado 95115, Sulawesi Utara, Indonesia, Email : [email protected] ABSTRAK Kajian ini bertujuan untuk menganalisa struktur komunitas dan keberlanjutan pengelolaan ekosistem mangrove di Pulau Nain Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara. Pulau Nain adalah salah satu pulau yang masuk dalam kawasan konservasi Taman Nasional Bunaken dan memiliki kawasan budidaya rumput laut yang masih produktif. Penelitian ini menggunakan data sekunder dan primer. Data yang dibutuhkan dalam kajian ini meliputi data dimensi ekologi, sosial ekonomi, dan kelembagaan. Analisis yang digunakan dalam kajian ini adalah RAPMECS (Rapid Appraisal for Mangroves Ecosystem) dengan analisis multy dimensional scaling (MDS). Hasil yang diperoleh dari kajian ini adalah luasan mangrove Pulau Nain sebesar 4.40 ha, memiliki dua jenis mangrove yaitu Rhizophora apiculata dan Avicennia marinna masing-masing dari family Avicenniaceae dan Rhizophoraceae. Indeks nilai penting (INP) jenis tertinggi terlihat pada jenis Rhizophora apiculata (79.64%) sedangkan jenis Avicennia marinna (79.64%). Ekosistem mangrove Pulau Nain dalam kondisi yang baik, tapi secara kuantitas belum optimal sebagai buffer sistem lingkungan pesisir. Status keberlanjutan pengelolaan ekosistem mangrove Pulau Nain menunjukkan angka 46,89 yang berarti status keberlanjutan pengelolaan ekosistem mangrove pulau ini berada dalam kondisi cukup baik. Keterisolasian pulau, luasan mangrove yang kecil, luas pulau yang kecil dan rendahnya kualitas sumberdaya manusia membuat pulau ini memiliki nilai yang kurang baik untuk keberlanjutan pengelolaan ekosistem mangrove Pulau Nain. Pemantauan secara berkala dan strategi pengelolaan yang baik dapat meningkatkan indeks keberlanjutan pengelolaan ekosistem mangrove serta meningkatkan kapasitas lingkungan pesisir Pulau Nain. Kata kunci: Keberlanjutan; Pengelolaan; Mangrove; Nain. ABSTRACT The aims of this study are to analyze the community structure and sustainability of mangrove ecosystem management in Nain Island, Wori District, North Minahasa, North Sulawesi Province. Nain Island is one of the islands rlocated in Bunaken National Park conservation area and has productive seaweed cultivation area. This study used secondary and primary data. Data required in this study are included dimension data of ecological, socio-economic, and institutional. The analysis that used in this study was RAPMECS (Rapid Appraisal for Mangroves Ecosystem) through multy dimensional scaling (MDS) analysis. The results obtained from this study are mangroves area in Nain Island was 4.40 ha, has two types of mangroves Rhizophora apiculata and Avicennia marinna respectively belong to family Avicenniaceae and Rhizophoraceae. The highest species importance value index (INP) wasfound in Rhizophora apiculata (79.64%) while Avicennia marinna (79.64%). Mangrove ecosystem in Nain Island are in good condition, but in quantity not yet optimal as buffer for coastal environment system. The sustainability status of mangrove ecosystem management of Nain Island shows 46.89 which means that the sustainability status of mangrove ecosystem management of this island is in fair condition. Isolation of island small mangrove areas, small islands and low quality of human resources make this island has a poor value for the sustainability of mangrove ecosystem management. Regular monitoring and good management strategies can improve the sustainability index of mangrove ecosystem management and increase the capacity of the coastal environment of Nain Island. Keywords: Sustainability; Management; Mangrove; Nain Sitasi: Schaduw J.N.W. (2018). Struktur Komunitas Dan Keberlanjutan Pengelolaan Ekosistem Mangrove Pulau-Pulau Kecil (Kasus Pada Pulau Nain Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara). Jurnal Ilmu Lingkungan, 16(2), 120- 129,doi:10.14710/jil.16.2.120-129 1. Pendahuluan Salah satu kawasan konservasi nasional di Indonesia yang memiliki pulau-pulau kecil adalah Taman Nasioal Bunaken. Luas total Taman Nasional Bunaken (TNB) adalah 89. 065 ha TNB terdiri atas dua bagian yaitu TNB bagian Utara dan TNB bagian selatan. TNB bagian utara meliputi 5 pulau yaitu Bunaken, Manado Tua, Mantehage, Siladen dan Nain ditambah sekitaran Tanjung Pisok yaitu antara desa Molas hingga ke desa Tiwoho. Sedangkan TNB bagian Selatan meliputi wilayah perairan dari desa Poopoh hingga ke desa Popareng. TNB memiliki banyak kekayaan sumberdaya alam, diantaranya ketiga ekosistem

Struktur Komunitas Dan Keberlanjutan Pengelolaan Ekosistem

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Struktur Komunitas Dan Keberlanjutan Pengelolaan Ekosistem

©2018,ProgramStudiIlmuLingkunganSekolahPascasarjanaUNDIP

120

©2018ProgramStudiIlmuLingkunganSekolahPascasarjanaUNDIP

JURNALILMULINGKUNGANVolume16Issue2(2018):120-129 ISSN1829-8907

Struktur Komunitas Dan Keberlanjutan PengelolaanEkosistem Mangrove Pulau-Pulau Kecil (Kasus Pada PulauNainKabupatenMinahasaUtaraProvinsiSulawesiUtara)

JoshianNicolasWilliamSchaduw

FakultasPerikanandanIlmuKelautan,UniversitasSamRatulangi.Jl.KampusUnsratBahu,Manado95115,SulawesiUtara,Indonesia,Email:[email protected]

ABSTRAKKajianinibertujuanuntukmenganalisastrukturkomunitasdankeberlanjutanpengelolaanekosistemmangrovediPulauNainKecamatanWori,KabupatenMinahasaUtara,ProvinsiSulawesiUtara.PulauNainadalahsalahsatupulauyangmasukdalamkawasankonservasiTamanNasionalBunakendanmemilikikawasanbudidayarumputlautyangmasih produktif. Penelitian ini menggunakan data sekunder dan primer. Data yang dibutuhkan dalam kajian inimeliputidatadimensiekologi, sosialekonomi,dankelembagaan.Analisisyangdigunakandalamkajian iniadalahRAPMECS(RapidAppraisal forMangrovesEcosystem)dengananalisismultydimensional scaling (MDS).Hasilyangdiperolehdari kajian ini adalah luasanmangrovePulauNain sebesar4.40ha,memiliki dua jenismangrove yaituRhizophoraapiculatadanAvicenniamarinnamasing-masingdarifamilyAvicenniaceaedanRhizophoraceae.Indeksnilai penting (INP) jenis tertinggi terlihat pada jenis Rhizophora apiculata (79.64%) sedangkan jenis Avicenniamarinna (79.64%).EkosistemmangrovePulauNaindalamkondisiyangbaik, tapisecarakuantitasbelumoptimalsebagai buffer sistem lingkungan pesisir. Status keberlanjutan pengelolaan ekosistem mangrove Pulau Nainmenunjukkanangka46,89yangberartistatuskeberlanjutanpengelolaanekosistemmangrovepulauiniberadadalamkondisicukupbaik.Keterisolasianpulau,luasanmangroveyangkecil,luaspulauyangkecildanrendahnyakualitassumberdayamanusiamembuatpulauinimemilikinilaiyangkurangbaikuntukkeberlanjutanpengelolaanekosistemmangrovePulauNain.Pemantauansecaraberkaladanstrategipengelolaanyangbaikdapatmeningkatkan indekskeberlanjutanpengelolaanekosistemmangrovesertameningkatkankapasitaslingkunganpesisirPulauNain.

Katakunci:Keberlanjutan;Pengelolaan;Mangrove;Nain.

ABSTRACTTheaimsofthisstudyaretoanalyzethecommunitystructureandsustainabilityofmangroveecosystemmanagementinNainIsland,WoriDistrict,NorthMinahasa,NorthSulawesiProvince.NainIslandisoneoftheislandsrlocatedinBunakenNationalParkconservationareaandhasproductiveseaweedcultivationarea.Thisstudyusedsecondaryand primary data. Data required in this study are included dimension data of ecological, socio-economic, andinstitutional.TheanalysisthatusedinthisstudywasRAPMECS(RapidAppraisalforMangrovesEcosystem)throughmultydimensionalscaling(MDS)analysis.TheresultsobtainedfromthisstudyaremangrovesareainNainIslandwas4.40 ha, has two types ofmangroves Rhizophora apiculata and Avicenniamarinna respectively belong to familyAvicenniaceae and Rhizophoraceae. The highest species importance value index (INP) wasfound in Rhizophoraapiculata(79.64%)whileAvicenniamarinna(79.64%).MangroveecosysteminNainIslandareingoodcondition,butinquantitynotyetoptimalasbufferforcoastalenvironmentsystem.Thesustainabilitystatusofmangroveecosystemmanagement of Nain Island shows 46.89 which means that the sustainability status of mangrove ecosystemmanagementofthisislandisinfaircondition.Isolationofislandsmallmangroveareas,smallislandsandlowqualityofhumanresourcesmake this islandhasapoorvalue for thesustainabilityofmangroveecosystemmanagement.RegularmonitoringandgoodmanagementstrategiescanimprovethesustainabilityindexofmangroveecosystemmanagementandincreasethecapacityofthecoastalenvironmentofNainIsland.

Keywords:Sustainability;Management;Mangrove;Nain

Sitasi:SchaduwJ.N.W.(2018).StrukturKomunitasDanKeberlanjutanPengelolaanEkosistemMangrovePulau-PulauKecil(KasusPada Pulau Nain Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara). Jurnal Ilmu Lingkungan, 16(2), 120-129,doi:10.14710/jil.16.2.120-129

1. Pendahuluan

SalahsatukawasankonservasinasionaldiIndonesiayang memiliki pulau-pulau kecil adalah TamanNasioalBunaken.LuastotalTamanNasionalBunaken(TNB)adalah89.065haTNBterdiriatasduabagianyaituTNBbagianUtaradanTNBbagianselatan.TNB

bagianutarameliputi5pulauyaituBunaken,ManadoTua,Mantehage,SiladendanNainditambahsekitaranTanjungPisokyaituantaradesaMolashinggakedesaTiwoho. Sedangkan TNB bagian Selatan meliputiwilayah perairan dari desa Poopoh hingga ke desaPopareng. TNB memiliki banyak kekayaansumberdaya alam, diantaranya ketiga ekosistem

Page 2: Struktur Komunitas Dan Keberlanjutan Pengelolaan Ekosistem

SchaduwJ.N.W.(2018).StrukturKomunitasDanKeberlanjutanPengelolaanEkosistemMangrovePulau-PulauKecil(KasusPadaPulauNainKabupatenMinahasaUtaraProvinsiSulawesiUtara).JurnalIlmuLingkungan,16(2),120-129,doi:10.14710/jil.16.2.120-129

121©2018,ProgramStudiIlmuLingkunganSekolahPascasarjanaUNDIP

penting pesisir yaitu ekosistem mangrove, padanglamun, dan terumbu karang. Ekosistem mangrovepulau-pulau kecil (PPK) mempunyai fungsi ekologidan ekonomi, hal ini dapat dikembangkan sebagaibasis dari mitigasi terhadap degradasi lingkunganPPK.

HutanmagrovediTNBcukup luas(1528.29ha) terutama di bagian selatan, sedangkan padabagianutaraekosistemmangroveterluasadadiPulauMantehage(Schaduw,2015b).Luashutanmangrovepada PPK TNB sebesar 977.63 ha. Luas total hutanmangrove di TNB sekitar 10% dari luas totalekosistemmangrovediSulawesiUtara.TNBtermasukkomunitas mangrove yang tua di Asia Tenggara,karena itu disana masih ditemukan mangrove yangberukuranbesardengandiameterdiatas1.5myangpadatempatlainsudahjarangditemukan(Schaduw,2016danBTNB,2010).

PulauNainadalahpulaukecilyangdengaluasdaratan118,16hapulauinimemiliki luasmangrovesebesar4,40haatausekitar3.75%dariluasdaratan.Pulau ini masuk dalam kawasan Taman NasionalBunaken (TNB), dari kelimapulau kecil yang adadi

TNB Pulau Nain memiliki keistimewaan karenamemilikikawasanbudidayarumputlautyanghinggasaatinimenjadisentrarumputlautdiSulawesiUtara.Masyarakat pulau ini sebagian besar bermatapencahariansebagaipetanirumputlautdannelayan.Ekosistemmangrovesebagaibuffersistemlingkunganpesisir memiliki fungsi yang sangat besar dalammenjaga stabilitas lingkungan perairan pulau kecil.Sebagai salah satu ekosistem pesisir yang pentingmakakeberlanjutanpengelolaanekosistemmangrovesebaiknya dianalisa pada dimensi ekologi, sosial-ekonomi, dan kelembagaan. Tujuan penelitian iniadalahmenganalisastrukturkomuitasmangrovedankeberlanjutanpengelolaanekosistemmangroveyangada pada Pulau Nain Kecamatan Wori KabupatenMinahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara. Manfaatkajian ini antara lain sebagai masukkan bagipemerintah dalam membuat kebijakan danmenciptakan strategi pengelolaan ekosistemmangrove yang terpadu dan berkelanjutan untukmeningkatkankapasitasmasyarakatPulauNain.

Gambar1.PetaLokasiPenelitianPulauNain

2. MetodologiPenelitian

2.1. LokasidanWaktuPenelitian

PenelitianiniberlokasidiPulauNainKecamatanWoriKabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara(Gambar 1). Pengumpulan data primer dilakukan

dengan mempergunakan metode pengamatanlapangan (observasi) dan metode sampling(stratified, cluster, random, purposive, systematicsampling). Metode observasi merupakanmetodeyang sangat mendasar dalam melakukaninventarisasi potensi sumberdaya di ekosistemmangrove (Kusumastanto 2002 dan Kusmana et al.

Page 3: Struktur Komunitas Dan Keberlanjutan Pengelolaan Ekosistem

JurnalIlmuLingkungan(2018),16(2):120-129,ISSN1829-8907

122©2017,ProgramStudiIlmuLingkunganSekolahPascasarjanaUNDIP

2005).Datasosialdanekonomiyang terkaitdengankegiatan penelitian ini akan dikumpulkan di lokasipenelitian dari para responden. Responden akandipilih secara purposive sampling dan accidentalsampling. Pengumpulan data terhadap respondenakan dilakukan dengan menggunakan pendekatanwawancara mendalam (deep interview) denganmenggunakankuisioner(Schaduw,2015b).Penelitianini adalah kajian komprehensif yang dimulai daritahun2010–2017padakeempatpulaudiTNByangmemilikiekosistemmangrove.

2.2. JenisDatadanAnalisis

2.2.1.VegetasiMangrovePengambilan data struktur komunitas vegetasimangrovedilakukanpada tiga stasiunyangberbedapada ekosistem mangrove yang ada di Pulau Nain.Setiap stasiun terdiri dari tiga garis transek yangdiharapkan dapat mewakili semua strukturkomunitas mangrove yang ada di lokasi penelitian.Penetapan arah garis transek dilakukan sesudahmelakukan survei komunitas mangrove terlebihdahulu.

Pengambilan data mangrove dilakukandenganmenggunakanmetodegarisberpetak.Transektersebut ditarik tegak lurus garis pantai pada setiapstasiun. Pada setiap transek, data diambil denganmenggunakan petak berukuran 10 x 10 m2 untukkelompok pohon berdiameter >10 cm yangditempatkan di sepanjang garis transek (Schaduw,2015a). Selanjutnya vegetasi mangrove pada setiappetakdiidentifikasidandiukurdiameternya.Alatdanbahan penting yang digunakan dalam pengambilandatainiadalahGPS,meteran,dantali.GPSdigunakanuntuk menentukan posisi geografis masing-masingstasiun pengamatan, sedangkan meteran dan talidigunakan untuk membuat garis berpetak padamasing-masing stasiun. Data ini kemudian di tulisdalam tabel pengamatan yang kemudian akandideskripsikan serta dianalisis indeks nilaipentingnya.2.2.2AnalisisStrukturVegetasiMangrove

Analisis yang dilakukan mempunyai tujuanuntukmendapatkan IndeksNilaiPenting(INP)yangmerupakan penjumlahan dari frekuensi relatif,kerapatanrelatif,dandominansirelatif.Nilaipentingsuatujenisberkisarantara0sampai300.Nilaipentinginimemberikan gambaranmengenai pengaruh atauperanan suatu jenis tumbuhan mangrove dalamkomunitas mangrove, untuk ketiga komponen INPtersebutdapatdihitungdenganrumusdibawahini.

v KerapatanSpesies(Di)

Di=kerapatanspesiesini=jumlahtotalindividudarispesiesA=luasareatotalpengambilancontohv KerapatanRelatifSpesies(RDi)

(RDi)=Kerapatanrelatifspesies(ni)=JumlahindividuSpesiesi

v FrekuensiSpesies(Fi)

Fi=FrekuensispesiesiPi=Jumlahpetakcontohdimanaditemukan

spesiesI v FrekuensiRelatifSpesies(RFi)

RFi =FrekuensirelatifspesiesFi =Frekuensispesieskei

v PenutupanSpesies(Ci)BA=πDBH2:4(dalamCm2) π=konstanta(3,14)DBH=diameterpohondarijenisi A=luasareatotalpengambilancontoh(luas

totalpetak/plot/kuadrat)DBH=CBH/π(dalamCm),DBHadalahlingkaran

pohonsetinggidadav PenutupanRelatifSpesies(RCi)

RCi=PenutupanrelatifspesiesdanluastotalareaCi=Luasareapenutupanspesiesi

v NilaiPentingSpesies(IVi)

AnD i

i =

100

1

´

÷÷÷÷

ø

ö

çççç

è

æ

=

å=

n

ii

ii

nnRD

å=

= n

ii

ii

pp

F1

100

1

´

÷÷÷÷

ø

ö

çççç

è

æ

=

å=

n

ii

ii

FFRF

A

BAn

iiCå== 1

100

1

´

÷÷÷÷

ø

ö

çççç

è

æ

=

å=

n

ii

ii

CCRC

Page 4: Struktur Komunitas Dan Keberlanjutan Pengelolaan Ekosistem

SchaduwJ.N.W.(2018).StrukturKomunitasDanKeberlanjutanPengelolaanEkosistemMangrovePulau-PulauKecil(KasusPadaPulauNainKabupatenMinahasaUtaraProvinsiSulawesiUtara).JurnalIlmuLingkungan,16(2),120-129,doi:10.14710/jil.16.2.120-129

123©2018,ProgramStudiIlmuLingkunganSekolahPascasarjanaUNDIP

Jumlah nilai kerapatan relatif spesies (RDi),frekuensirelatifspesies(RFi)danpenutupanrelatifspesies(RCi)menunjukkanNilaiPentingSpesies(IVi).

Pengertian dari beberapa parameter biologi yangdiamatidiatasadalah:1. Kerapatan adalah banyaknya individu dari suatu

jenispohondantumbuh-tumbuhanlainyangdapatditaksirataudihitung.

2. Dominasiadalah jumlahsuatuspesiesdalamsuatukomunitas yang menentukan atau mengendalikankehadiranspesieslain,atauyangjumlahnyamelebihijenislain.

3. Frekuensi adalah perbandingan banyaknyaditemukannyasuatujenisterhadapjumlahtitik-titikpengukuranseluruhnya.

4. Indeks nilai penting, adalah besaran yangmenunjukan kedudukan suatu spesies terhadapspesieslaindalamsuatukomunitas.

5. Basalareaadalahluasproyeksidaritumbuhanpadapermukaantanah.

2.2.3. Analisis Keberlanjutan Pengelolaan EkosistemMangrove

Keberlanjutan pengelolaan ekosistemmangrove (KPEM)PulauNain dianalisamenggunakanmetodeRAPMECSyangmenggunakanindeksyangtelahdianalisasebelumnyasebagaiatributdalampengelolaan(Schaduw, 2015b). Analisis dilakukan denganmemodifikasipendekatanRAPFISH(RapidAsessmentTechnique for Fisheries) yang dikembangkan olehFisheries Center, University Of British Colombia(Kavanagh2001;Pitcher&Preikshot2001;Alderetal., 2002; Cisse et al., 2014). Indeks keberlanjutanpengelolaanmempunyai selang antara 0-100 (Fauzidan Anna 2002). Indeks keberlanjutan ini akanmenjelaskan kualitas keberlanjutan pengelolaanekosistem mangrove pulau-pulau kecil untukmemitigasikerusakanekosistemdarikegiatanmanusiaataupun alamiah dan mengoptimalkan fungsinya.Dengan kategori sangat baik jika sangat baik(80<KPEM≤100), baik (60<KPEM≤80), cukup baik(40<KPEM≤60), buruk (20<KPEM≤40), dan sangatburuk(0<KPEM≤20).Indekskeberlanjutaninidianalisapadamasing-masingdimensi.Selanjutnyauntukstatuskeberlanjutan dianalisa dengan mengalikan bobottertimbanghasilwawancaraterstrukturdanmendalamterhadap stakeholder kunci yang ada pada masing-masingpulauuntukmengetahuiprioritasdaridimensiyang dikaji. Status ini akan memperlihatkan statuskeberlanjutan secara komprehensif pada masing-masing dimesi. Indeks-indeks ini akan ditampilkandalam diagram layang-layang dan grafik yangrepresentatif. Analisis Leverage digunakan untukmenentukannilai faktoryangberpengaruhterhadapkeberlanjutan tiapdimensi.Nilai faktorberadapadarentang 2-8 (Pitcher 1999). Apabila terdapatindikatordengannilaifaktor<2merupakanfaktortak

berpengaruh, sedangkannilai >8merupakan faktorsensitif(Theresiaetal.2015).MenurutSusilo(2003)dalam penilaian status keberlanjutan bukan hanyapada pengelompokan dimensi pengelolaan tetapibagaimanasetiapdimensidapatmencakupindikatorseluasmungkin.

Tujuan analisis Multy DimensionalScaling (MDS) adalah mentransformasikeputusan-keputusan responden tentangsimilaritas/preferensi yang digambarkan dalamruang multi dimensi. Bila obyek A dan Bdiputuskan/dipersepsikan oleh responden sebagaipasangan obyek yang paling serupa. (similar) daripada semua, pasangan lain yang mungkin, makaMDS akan memposisikan objek A dan Bsedemikianrupasehinggajarakdiantarakeduanyadalamruangmultidimensilebihdekatdaripada,jarakantar sembarang pasangan objek yang lain (Hair1998;Bakus2000).

Gambar 2. Kerapatan Relatif, Frekuensi Relatif, danDominasiRelatifMangrovePulauNain

Gambar3.IndeksNilaiPentingMangrovePulauNain

3. HasildanPembahsan

3.1. StrukturKomunitas

Pulau Nain adalah pulau terkecil diantara kelimapulauyangadadiTamanNasionalBunaken.Denganluas daratan 118.16 ha pulau ini memiliki luasmangrove sebesar 4.40 ha atau sekitar 3.75% dariluasdaratan.Pulau inimemilikidua jenismangroveyaitu jenis Rhizophora apiculata dan Avicenniamarinna masing-masing dari family Avicenniaceaedan Rhizophoraceae. Keunikan dari ekosistemmangrovedesainiyaitumemilikijarakpohonterkecil

220.36

79.64Rhizophora apiculata

Avicennia marina

RCRFRDIV iiii ++=

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

Rhizophora apiculata

Avicennia marina

(%)

KR

FR

DR

Page 5: Struktur Komunitas Dan Keberlanjutan Pengelolaan Ekosistem

JurnalIlmuLingkungan(2018),16(2):120-129,ISSN1829-8907

124©2017,ProgramStudiIlmuLingkunganSekolahPascasarjanaUNDIP

(1,02m)dibandingkanekosistemmangrovedipulauyang lain,dengankepadatan95,65individu/100m2.Hal ini dikarenakan pohon mangrove yang ada diPulau Nain mempunyai diameter pohon yang kecil,yang tergolongkedalam tumbuhanmangrovemuda.Kerapatan mangrove tertinggi adalah jenisRhizophora apiculata (75%), dan jenis Avicenniamarinna (25%). Hal yang serupa terlihat padafrekuensirelatifjenisRhizophoraapiculata(66.67%),dan jenis Avicennia marinna (33.33%), sedangkanuntuk dominasi relatif Rhizophora apiculata(78.70%), dan jenis Avicennia marinna (21.30%)

(Gambar 2.). INP jenis tertinggi terlihat pada jenisRhizophora apiculata (220,36%) sedangkan jenisAvicenniamarinna(79.64%)(Gambar3).PesisirDesaKembar Maminasa terdapat 7 spesies mangrove(Rahman2014)dandiSungaiTallosebanyak3jenisyakni Nypah fruticans, Rhizophora mucronata, danAvicenia alba (Rahman, 2017). Hasil penelitian iniberbeda dengan penelitian lain yang dilakukan dikampungTelukSulaimanolehSudionoetal. (2013)mendapatkan49jenismangroveyangterdiridari31jenismangrovesejatidan18jenismangroveasosiasi.

Gambar4.IndeksKeberlanjutandanPeranAtributDimensiEkologi

Pada daerah perlindungan lau (DPL) Blongkoterdapat empat famili mangrove, dengan tujuhspesies. Famili mangrove tersebut adalahAvicenniaceae, Meliaceae, Rhizophoraceae, danSonneratiaceae. Sedangkan spesies mangrove yangadadidesainiadalahXylocarpusgranatum,Avicennialanata, Avicennia marina, Avicennia officinalis,Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora apiculata, danSonneratiaalba(Schaduw,2015a).SedangkanPulauMantehage yang terdapat pada kawasan TNBmemiliki8jenismangroveyangterdiridaritigafamili.Jenis-jenis yang ada yaitu : Rhizophora apiculata,Rhizophorastylosa,Rhizophoramucronata,Bruguieragymnorrhiza, Bruguiera cylindrical, Sonneratia alba,Ceriops tagal, Lumnitzera littorea, jenis-jenismangrove tersebut termasuk dalam familiRhizophoraceae, Sonneratiaceae, dan Combretaceae(Lahabu,etal.2015).PulauBunakenyangposisinyaberdekatan dengan Pulau Nain memiliki lima jenismangrove yaitu Soneratia alba, Avicennia marina,Xylocarpus granatum, Rhizophora apiculata, danBruguiera gymnorrhiza, yang terbagi dalam empatfamilyyaituSonneratiaceae,Avicenniaceae,Meliaceae,dan Rhizophoraceae (Schaduw, 2016). Hasil

penelitianyangdilakukanpadaekosistemmangroveyang ada di Taman Nasional Sembilang terdapat 8jenis tumbuhan mangrove antara lain: Excoecariaagallocha, Rhizophora apiculata, Avicennia alba,Rhizophora mucronata, Avicennia officinalis,Brugueira gymnorrhiza, Xylocarpus granatum danNypafruticans(Theresiaetal,2015),sedangkanpadalahan mangrove di Sidoarjo yang memiliki tipedataran pantai didominasi jenis Rhizopora sp,Avicennia Sp dan Excoecaria Sp (Kusumastuti et al,2011). Manfaat tidak langsung dari ekosistemmangrove dirasakan lebih tinggi jika dibandingkanmanfaat langsungnya. Nilai penting ekosistemmangrove antara lain menurunkan tingkat erosi dipantaidansungai,mencegahbanjir,mencegahintrusiair laut, menurunkan tingkat polusi (pencemaran)produksi bahan organik sebagai sumber makanan,sebagai wilayah/daerah asuhan, pemijahan, danmencari makan untuk berbagai jenis biota laut.Mangrove juga akan menjadi sumberdaya pentingdalam ekowisata di banyak negara. Padakenyataannyaekosisteminimenjagakestabilangarispantai, menyediakan penghalang alami dari badai,

73.89174652

GOODBAD

UP

DOWN

-60

-40

-20

0

20

40

60

0 50 100 150

Oth

er D

istin

gish

ing

Feat

ures

Mangrove Ecosysytem Sustainability

RAPMECS Ordination

Real Fisheries References Anchors

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Indeks pantai

Indeks keterisolasian

Luasan Zona Inti

Luasan Zona Pemanfaatan

Luasan Terumbu Karang

Luasan Mangrove

Kerapatan Mangrove

Kepadatan Mutlak

Tunggang Pasut

Kemiringan Lereng

Tinggi Gelombang

Kecepatan Arus

Kualitas air

Perubahan root mean square (RMS) jika suatu atribut dihilangkan

Leverage of Attributes

Page 6: Struktur Komunitas Dan Keberlanjutan Pengelolaan Ekosistem

SchaduwJ.N.W.(2018).StrukturKomunitasDanKeberlanjutanPengelolaanEkosistemMangrovePulau-PulauKecil(KasusPadaPulauNainKabupatenMinahasaUtaraProvinsiSulawesiUtara).JurnalIlmuLingkungan,16(2),120-129,doi:10.14710/jil.16.2.120-129

125©2018,ProgramStudiIlmuLingkunganSekolahPascasarjanaUNDIP

taufan,pasangsurutyangtidakmenentudanbencanaalam lainnya. Untuk beberapa kasus, ekosistemmangrove juga telah berkontribusi secara signifikanterhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakatdisekitarnya. Kontribusi yang paling penting darihutanmangrovedalamkaitannyadengan ekosistempantai adalah serasah daunnya. Diperkirakan hutanmangrovemampumenghasilkanbahanorganikdari

serasahdaunsebanyak7-8ton/ha/tahun.Tingginyaproduktivitas ini disebabkan karena hanya 7% daridedaunanyangdihasilkandikonsumsilangsungolehhewan di dalamnya, sedangkan sisanya olehmakroorganisme(terutamakepiting)danorganismepenguraidiubahsebagaidetritusataubahanorganikmatidanmemasukisistemenergi.

Gambar5.IndeksKeberlanjutandanPeranAtributDimensiSosialEkonomi

3.2. KeberlanjutanDimensiEkologi

Indeks keberlanjutan pengelolaan ekosistemmangrove pulau Nain menunjukkan angka 73.89,berdasarkan angka ini dapat dikatakan pengelolandimensi ini dalam keadaan baik. Dimensi inimendapat pengaruh negatif dari atribut luasanmangrovedanluaszonaintiyangkecil,keterisolasianpulaudaridaratanyangbesar,danindekspantaiyangkurangbaik.Sedangkanatributyangbersifatposistifialah kondisi terumbu karang dan kualitas air yangbaik serta kerapatan mangrove yang masih baik.Mengingat titik ini berada diantara titik baik tetapiberada dibawahmaka diperlukan usaha yang besaruntukmempertahankankondisi ini.Gambar4. akanmenampilkan keberlanjutan dari pengelolaan sertaatribut yang mempunyai peran penting yangmempengaruhi pengelolaan ini. Penanamanmangrove dan optimasi kawasan zona pesisir akanmampu mengangkat dimensi ini kearah yang lebihbaik. Sedangkanuntukkualitas air tetapdijaga agarmenunjang pelestarian ekosistem pesisir yang ada.Berbeda halnya dengan Pulau Mantehage,keberlanjutanpengelolaanekosistemmangrovepadaPulauMantehagememiliki nilai 45.87 (Cukupbaik),empatatributterpentingnyaadalahluasanmangroveyangluas,tunggangpasutrendah,kemiringanlerengyang landai dan luasan terumbu karang yang besar

(Schaduw,2015b).KajianPattimahuetal. (2010)diKabupaten Seram bagian barat memiliki indekskeberlanjutan dimensi ekologi sebesar 79,95 (Baik).Indikator yang diperkirakan memberikan pengaruhterhadapdimensiekologiterdiridarienamindikator,yaitu rantai makanan dan ekosistem; perubahankualitasair;ukuranpopulasidanstrukturdemografi;tingkat kekayaan/keragaman hutan mangrove;struktur relung komunitas, dan perubahankeragaman habitat. Analisis keberlanjutanpengelolaanhutanlindungmangrovediBatuAmpar,Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Baratmenunjukan nilai indeks keberlanjutan ekologisebesar 54,59%, dengan Indikator kunci yangdiperkirakan paling berpengaruh terhadapkeberlanjutan kriteria ekologi sebanyak 4 indikator,yaitu: (1) penataan batas kawasan (2) kesesuaianperuntukankawasan(3)ketersediaanbibittanamanmangrove dan (4) perlindungan terhadap flora danfauna(Karlinaetal2016).KeberlanjutanpengelolaanmangrovedimensiekologidiSidodadihanyamemilikinilai indeks 41,55% (cukup baik), terdapat tigaindikator termasuk kategori sensitif dalammempengaruhi status keberlanjutan pada dimensiekologi yaitu: (1) keberhasilan rehabilitasi, (2)proporsiluashutanmangrovedibandingkankawasanbudidaya, serta (3) komposisi jenis mangrove(Muchlisetal.2014).Indekskeberlajutanpengelolaan

12.18130875

GOODBAD

UP

DOWN

-60

-40

-20

0

20

40

60

0 50 100 150

Oth

er D

istin

gish

ing

Feat

ures

Mangrove Ecosystem Sustainability

RAPMECS OrdinationReal Fisheries References Anchors

0 2 4 6 8 10 12

Pertumbuhan Penduduk

Kepadatan Penduduk

Partisipasi Masyarakat

Pemahaman Masyarakat

Tingkat Pendidikan

Pendapatan masyarakat

Keterpencilan ekonomi

Dampak dari TNB

Kepadatan bangunan

Perubahan root mean square (RMS) jika suatu atribut dihilangkan

Leverage of Attributes

Page 7: Struktur Komunitas Dan Keberlanjutan Pengelolaan Ekosistem

JurnalIlmuLingkungan(2018),16(2):120-129,ISSN1829-8907

126©2017,ProgramStudiIlmuLingkunganSekolahPascasarjanaUNDIP

diTamanNasionalSembilangsebesar66,45(cukupbaik),karenanilaiindeksyangdihasilkanberadapadaselangnilai51-75(Suliso2003),atributyangsangatsensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan ekologi,yaitu perubahan luasan mangrove (Theresia et al.2015).

Dampak yang ditimbulkan dengan adanyarehabilitasi hutan mangrove antara lainmeningkatnya produksi garam/ikan, mengurangiabrasi pantai, menahan tiupan angin dari laut kedarat, semakin banyak tangkapan biota (udang,kepiting,kerang)dipesisir,danmenjadikankawasantersebutmenjadi daerah objekwisata (Utomo et al,2017).Sistemdialamdapatberjalansecaraalamiah

membentuk kesetimbangan, sehingga tidak dikenalkonsep kerusakan lingkungan karena faktor alam.Kerusakan lingkungan terjadi karena ulah campurtanganmanusiayangmengakibatkankesetimbanganalam terganggu. Disamping itu, konsep kerusakanlingkunganyanglebihdikenalapabilagangguanyangterjadi pada alam berimplikasi terhadap kehidupanmanusia. Apabila gangguan manusia melebihi dayadukung lingkungan alam maka alam tidak mampuuntuk merehabilitasi secara alami, sehinggadibutuhkan campur tangan manusia untukmemperbaikialamtersebut(Akbaretal,2017).

Gambar6.IndeksKeberlanjutandanPeranAtributDimensiKelembagaan

3.3. KeberlanjutanDimensiSosialEkonomi

Indeks keberlanjutan pengelolaan ekosistemmangrove Pulau Nain pada dimensi sosial ekonomiberadapadanilai12,18.Hal inimenunjukkandalamkeberlanjutan pengelolaannya dimensi ini sangatburuk. Beberapa faktor yang mempengaruhi indeksinikearahnegatifadalahkepadatanpendudukyangtinggi, tingkat partisipasi yang rendah danpemahamanmasyarakatyangmasihrendah tentangfungsiekosistemmangrove.Sedangkanuntukatributyang memberikan konteribusi positif yaitupendapatan masyarakat yang baik dibandingkanpulau yang lain. Masyarakat pulau inimenggantungkanekonominyaterhadaphasilrumputlaut, akan tetapi perlu diingat bahwa untukmeningkatkanproduksidarirumputlautmasyarakatpulau ini menggunakan kayu mangrove untukmembuat meja sebagai tempat untuk menjemurrumput laut tersebut. Hal ini harus diminimalkanuntuk mencegah keruskan ekosistem mangrovepulauinikhususnyadankawasanTNBumumnya.

Gambar 5 akan menampilkan posisi indekskeberlanjutan dan atribut penting yangmempengaruhinya.Lainhalnyadengankeberlanjutanpengelolaan ekosistem mangrove Pulau Mantehage,untuk dimensi sosek menunjukkan angka 68.02dengan faktor pengungkit antara lain tingkatpendidikandanpendapatanmasyarakatdipulau iniyang masih sangat rendah (Schaduw, 2015).Keberlanjutan pengelolaan mangrove di TamanNasional Sembilang dimensi sosial memiliki nilaiindeks sebesar 21,53 (buruk), dengan atribut yangsangat sensitif yaitu kurangnya peningkatanpengetahuan masyarakat tentang mangrove(Theresiaetal.2015).Bebedahalnyadenganindeksdimensisosialdanekonomimasing-masing57,01dan36,57 di Desa Sidodadi, dengan faktor pengungkityaitu popuasi yang memanfaatkan sumberdayamangrove tinggidan tingkatpendidikanmasyarakatyang masih rendah (Mukhlisi et al, 2014). Padaekosistem mangrove Batu Ampar, indekskeberlanjutuanpengelolaanmangrovedimensisosial

10.50265694

GOODBAD

UP

DOWN

-60

-40

-20

0

20

40

60

0 50 100 150

Oth

er D

istin

gish

ing

Feat

ures

Fisheries Sustainability

RAPMECS Ordination

Real Fisheries References Anchors

0 2 4 6 8 10 12

Kualitas Perencanaan

Kualitas koordinasi

Kualitas Implementasi

Kualitas Monitoring

Kualitas Evaluasi

Kepatuhan aturan

Kesiapan Infrastruktur

Peran Perguruan tinggi

Pendampingan Masyarakat

Perubahan root mean square (RMS) jika suatu atribut dihilangkan

Leverage of Attributes

Page 8: Struktur Komunitas Dan Keberlanjutan Pengelolaan Ekosistem

SchaduwJ.N.W.(2018).StrukturKomunitasDanKeberlanjutanPengelolaanEkosistemMangrovePulau-PulauKecil(KasusPadaPulauNainKabupatenMinahasaUtaraProvinsiSulawesiUtara).JurnalIlmuLingkungan,16(2),120-129,doi:10.14710/jil.16.2.120-129

127©2018,ProgramStudiIlmuLingkunganSekolahPascasarjanaUNDIP

42,03% (cukup baik), dengan indikator kunci padakriteria ini sebanyak empat yaitu: (1) mekanismeresolusikonfliklahanyangefektifsebesar(2)praktekbudaya lokal dalam pelestarian hutan lindungmangrove (3) ketersediaan organisasi masyarakatdalampengelolaanhutan lindungmangrovedan (4)keterlibatanmasyarakatdalampengelolaankawasanhutan lindung mangrove, sedangkan nilai indekskeberlanjutan pada dimensi ekonomi adalah 34,06(buruk),statuskeberlanjutaniniditentukanolehduaindikator kunci yang paling berpengaruh, yaitupendapatan pemerintah dari pengelolaan danPemanfaatan hutan lindung mangrove serta tingkatpendapatanmasyarakat sekitarhutan (Karlinaetal.2016). Pada ekosistem mangrove di Seram, indekskeberlanjutan dimensi ekonomi sebesar 33,56,dengan tiga indikator yang sensitif terhadap nilaiindeks keberlanjutan dimensi ekonomi, yaitu (1)tersedianya hasil pemanfaatan hutanmangrove; (2)tersedia zonasi untuk berbagai tujuan pengelolaan,dan(3)pengelolaanhutanmangroveyangmelibatkanberbagaistakeholder,sedangkanuntukdimensisosialsebesar 22,96, dengan tiga indikator yang sensitifterhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial,yaitu (1) perusakan sumber daya hutan olehmasyarakat, (2) akses masyarakat lokal, dan (3)tingkat pendidikan masyarakat (Pattimahu et al,2010). Kajian pada kawasan hutan mangroveTugurejo (KMHT) menyimpulkan dengan tingkatpendidikan yang cukup baik dan terbentuknyapersepsi masyarakat yang positif terhadap KMTHtelah memberikan pengaruh terhadap partisipasimasyarakatterhadappengelolaanlingkunganKHMT,yang ditunjukkan dengan tingginya keinginanmasyarakat untuk menjaga, melestarikan, danmengharapkan adanya upaya perlindungan danperbaikan KHMT. Bentuk partisipasi masyarakatadalahsukarela,yaitudengankegiatanrutinmereka,sepertimelakukanperbaikantambak.Denganadanyakepedulian lingkungan masyarakat setempatterhadapKHMT,makadapatdikatakanbahwabentukpartisipasi masyarakat adalah manajemen sendiri(self management), karena terbentuk dengansendirinya atas kesadaran lingkungan masyarakatsetempat(Diartoetal,2012).3.4. KeberlanjutanDimensiKelembagaan

Indeks keberlanjutan pengelolaan ekosistemmangroveditinjaudaridimensikelembagaanberadapadaposisisangatburuk.Indeksinihanyamencapai10,50,rendahnyaindeksinidipengaruhiolehatributrendahnya kualitas koordinasi, implementasi danmonitoring yang sangat buruk, sedangkan satu-satunya indeks yang baik adalah indeks kepatuhanterhadapaturan.Jaraknyayangjauhdaridaratandanminimnya sarana transportasi membuat pulau inisepertikurangdiperhatikanolehpihakpengelola.Halyang cukup membanggakan bahwa kesadaranmasyrakat pulau inimasih baik dalammelestarikanmangroveyangmerekamiliki.Membutuhkanenergi

yang besar untukmengangkat indeks ini kekeadaanyang lebih baik. Sekarang yang diperlukan adalahketerlibatansemuapihakdalammemperbaikisistempengelolaan yang belum optimal pada pulau ini.Gambar 6 akan menampilkan posisi keberlanjutanpengelolaanekosistemmangrovedanatributpentingyang mempengaruhi dimensi ini. Keberlanjutanpengelolaan ekosistem mangrove Pulau Mantehagepada dimensi kelembagaan menujukkan nilai yangbaik yaitu 73.43 dengan faktor pengungkit yaituketaatan terhadap aturan yang direpresentasikanmelalui jumlahpelanggaran, peranperguruan tinggidan kualitas dari monitoring (Schaduw, 2015b).KajianyangdilakukanpadaekosistemmangroveDesaSidodadi memiliki nilai indeks kelembagaan 69,96dengan 4 indikator yang sensitif meliputi (1)konsistensi penegakan hukum, (2) peraturanpengelolaan hutan mangrove (3) koordinasi antarlembaga,serta(4)frekuensikonflik(Mukhlisi,2014).Sedangkan pada Taman Nasional Sembilang indekskeberlanjutan dimensi kelembagaan sebesar 52,36,dengan faktor pengungkit tingkat sinergisitaskebijakandanpengelolaanmangrovesertakepatuhanterhadap aturan-aturan pengelolaan (Theresia et al.2015).3.5. KeberlanjutanPengelolaanEkosistemMangrove

PulauNain

Status keberlanjutan pengelolaan ekosistemmangrovePulauNainmenunjukkanangka46.89yangberarti status keberlanjutan pengelolaan ekosistemmangrovepulauiniberadadalamkondisicukupbaik(Gambar. 7). Keterisolasian pulau, luasanmangroveyang kecil, luas pulau yang kecil dan rendahnyakualitas sumberdaya manusia membuat pulau inimemiliki nilai yang buruk untuk nilai keberlanjutanpengelolaan ekosistemmangrovePulauNain. Statusdari keberlanjutan pengelolaan Pulau Nain dapatditingkatkan melalui peningkatan peran sertapengelolayangdalamhaliniadalahpemerintahuntukmeningkatkan kualitas pengelolaan khususnyadimensi sosial ekonomi dan kelembagaan. Berbedahalnya dengan status keberlanjutan pengelolaanekosistemmangrovePulauMantehageyangtermasukkategori baik (59,34), akan tetapi satu dari tigadimensi di Pulau Mantehage memiliki nilai yangrendah yaitu dimensi ekologi (Schaduw, 2015b).Keberlanjutan pengelolaan ekosistem hutanmangrovediKabupatenSeramBagianBaratMalukumenunjukkan nilai indeks keberlanjutan sebesar36,08dantermasukdalamstatuskeberlanjutanyangburuk,denganindikatoryangsensitifsebanyakenamindikator, yaitu (1) data pemanfaatan hutanmangrove; (2) zonasi mangrove; (3) keterlibatanstakeholder; (4) perusakan sumber daya hutan; (5)akses masyarakat lokal dan (6) tingkat pendidikanmasyarakat (Pattumahu et al, 2010). Statuskeberlanjutan pengelolaan hutan lindung mangrovediKecamatanBatuAmparadalahbaik(54,59%)padakriteria ekologi; buruk pada kriteria ekonomi

Page 9: Struktur Komunitas Dan Keberlanjutan Pengelolaan Ekosistem

JurnalIlmuLingkungan(2018),16(2):120-129,ISSN1829-8907

128©2017,ProgramStudiIlmuLingkunganSekolahPascasarjanaUNDIP

(34,06%)dankriteriacukupbaikpadakriteriasosial(42,03%).Masing-masingkriteriamemilikiindikatorkunci sebagai faktor yang berpengaruh terhadapstatuskeberlanjutanpengelolaan tersebut. Indikatoryang berpengaruh terhadap status keberlanjutanpengelolaan hutan lindung mangrove pada kriteriaekologi yaitu: penataan batas kawasan, kesesuaianperuntukan kawasan sebesar, ketersediaan bibittanamanmangrove,danperlindunganterhadapfloradan fauna. Indikator berpengaruh pada kriteriaekonomi yaitu: pendapatan pemerintah daripengelolaan dan pemanfaatan hutan lindungmangrove, dan tingkat pendapatan masyarakatsekitar hutan. Indikator berpengaruh pada kriteriasosial yaitu: mekanisme resolusi konflik lahan yangefektif,praktekbudayalokaldalampelestarianhutanlindung mangrove, ketersediaan organisasimasyarakat dalam pengelolaan hutan lindungmangrove, dan keterlibatan masyarakat dalampengelolaan kawasan hutan lindung mangrove(Karlinaetal.2016).

Gambar 7. Indeks Keberlanjutan Pengelolaan EkosistemMangrovePulauNain

Desa Sidodadi memiliki indeks berkelanjutanpengelolaan mangrove dengan nilai 55,63, jikaditinjau keberlanjutan dari masing-masing dimensimaka dapat dinyatakan bahwa dimensi ekologi danekonomi masuk ke dalam status kurangberkelanjutan. Sementara itu,dimensi sosialbesertadimensihukumdankelembagaankeduanyamemilikistatus cukup berkelanjutan (Mukhlisi et al, 2014).Status keberlanjutan pengelolaan ekosistemmangrove di Taman Nasional Sembilang KabupatenBanyuasin Provinsi Sumatera Selatan berada dalamkategori cukup baik (49,81), dengan rekomendasistrategi pengelolaan yaitu pemberdayaanmasyarakat, pendidikan dan pelatihan sumber dayamanusia serta rehabilitasi, konservasi danpemeliharaan ekosistem mangrove, yang menjadisalah satu strategi untuk meningkatkan statuskeberlanjutan pengelolaan ekosistem mangrove diTamanNasionalSembilangKab.BanyuasinSumateraSelatan agar dapat berkelanjutan (Theresia et al,2015).Melihathasil kajiandiPulauNain, ekosistem

mangroveyangadadiPulauinidapatdikembangkanmenjadi kawasan ekoswisata. Ekowisata bahari(Ecotourism,greentourismataualternativetourism),merupakanwisatayangberorientasipadalingkunganbahari yang memanfaatkan karakter sumberdayapesisir dan laut, dalam memberikan sumbanganpositif kepada upaya pelestarian berwawasanlingkungan melalui tindakan konservasi ataumenyelamatkanlingkungan.Berdasarkanpengertianekowisata diatas maka dapat dirumuskan faktor-faktordariprinsiputamadasarpelaksanaankegiatanecotourism yaitu faktor Jasa lingkungan nonmarketdari manfaat kegiatan sosial, ekonomi dan ekologi(Pieteretal,2015)

4. KesimpulandanSaranPulauNainmemiliki dua jenismangrove yaitu jenisRhizophoraapiculatadanAvicenniamarinnamasing-masingdarifamilyAvicenniaceaedanRhizophoraceae,dengan luasanmangrove4,40ha, jarakantarpohon1,02m,dankepadatanpohon95,65ind/hatermasukkategori ekosistem mangrove yang sangat padat.Tidak ada indikasi degradasi ekosistem mangrovepadapulauini.Keberlanjutanpengelolaanekosistemmangrove Pulau Nain secara keseluruhan beradapada posisi yang cukup baik, akan tetapi posisi inisangat rentan karena memiliki kekurangan padadimensi sosial ekonomi dan kelembagaan. Faktorpengungkit utama dimensi ekologi adalah luasanmangroveyangperludiperluas,dimensisosekadalahpeningkatan pendapatan masyarakat, dan dimensikelembagaan adalah peningkatan kepatuhanterhadapaturan.UcapanTerimaKasih Penulis mengucapkan terima kasih kepadaPusatPenelitianOseanografi LembagaPengetahuanIndonesia, melalui pelaksanaan kegiatan penelitianProgram Demand Driven Research COREMAP-CTI,karena sebagian dari kegiatan penelitian dankelanjutandibiayaiolehP2OLIPI.Ucapanyangsamadi tujukan kepada Dinas Pariwisata Sulut, DinasKelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara;Balai Taman Nasional Bunaken (BTNB); WorldWildlife Fund (WWF); Pemerintah KecamatanWoridan KabupatenMinahasa Utara; Fakultas Perikanandan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, sertasemuapihakyangterlibatdalampenelitianini.DaftarPustaka

Akbar A.A, J Sartohadi, T Sugandawaty, Djohan, S

Ritohardoyo. 2017. Erosi Pantai, Ekosistem HutanBakau Dan Adaptasi Masyarakat Terhadap BencanaKerusakan Pantai Di Negara Tropis. Jurnal IlmuLingkungan15(1):1-10

AlderJ,T.J.Pitcher,D.Preikshot,K.Kaschner,andB.Feriss.2000.Howgoodisgood?Arapidappraisaltechniquefor evaluation of the sustainable statusof fisheriesofthe North Atlantic. In Pauly and Pitcher (eds.).Methods forevaluation the impactof fisherieson the

73.89

12.1810.50020406080100EKOLOGI

SOSEKKELEMBAGAAN

Page 10: Struktur Komunitas Dan Keberlanjutan Pengelolaan Ekosistem

SchaduwJ.N.W.(2018).StrukturKomunitasDanKeberlanjutanPengelolaanEkosistemMangrovePulau-PulauKecil(KasusPadaPulauNainKabupatenMinahasaUtaraProvinsiSulawesiUtara).JurnalIlmuLingkungan,16(2),120-129,doi:10.14710/jil.16.2.120-129

129©2018,ProgramStudiIlmuLingkunganSekolahPascasarjanaUNDIP

North Atlantic ecosystem. Fisheries Center ResearchReports.8(2):15-22.

Bakus GJ. 2007. Quantitatif Analysis of Marine BiologicalCommunities Field Biology and Environmental. NewJersey:JohnWiley&SonsInc.

Cisse A.A, B. Fabian, and G. Oliver. 2014. Sustainability oftropicalsmall-scalefisheries:integratedassessmentinfrenchguana.MarinePolicy.44:397-405.

Diarto,BHendrarto,SSuryoko.2012.PartisipasiMayarakatDalam Pengelolaan Lingkungan Kawasan HutanMangrove Tugurejo Di Kota Semarang. Jurnal IlmuLingkungan.10(1):1-7

Fauzi A. dan S. Anna. 2005. Pemodelan sumberdayaperikanandankelautanuntukanalisiskebijakan.PT.GramediaPustakaUtama.Jakarta.

Hair JF, Anderson RE, Tatham RL, Black WC. 1998.Multivariate Data Analysis. New York: Prentice HallInternationalInc.

Karlina E, C Kusmana, Marimin, dan M. Bismark. 2016.Analisis Keberlanjutan Pengelolaan Hutan LindungMangrove Di Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya,ProvinsiKalimantanBarat. JurnalAnalisisKebijakan.13(3):201-219

KavanaghP. 2001.RapidAppraisalof Fishereis (RAPFISH)Project.RAPFISHsoftwaredescreption(forMicrosoftExcel). University of British Columbia, FisheriesCentre,Vancouver.FisheriesCentreResearch.2(12).DOI.10.14288/1.007.4801

KusmanaC,SriW,IwanH,PrijantoP,CahyoW,TatangT,Adi T, Yunasfi, Hamzah. 2005. Teknik RehabilitasiMangrove. Bogor: Fakultas Kehutanan. InstitutPertanianBogor.

Kusumastanto T. 2002. Reposisi Ocean Policy DalamPembangunan Ekonomi Indonesia di Era OtonomiDaerah. Disampaikan. Bogor: Di dalam Orasi IlmiahPengukuhanGuruBesarTetapBidangIlmuKebijakanEkonomiPerikanandanKelautanFPIKIPB.

KusumastutiW,BHendrarto,DSutrisnanto.EvaluasiLahanBasahBuatanVegetasiMangroveDalamMengurangiPencemaran Lingkungan (Studi Kasus di DesaKepetingan Kabupaten Sidoarjo). Jurnal IlmuLingkungan.9(2):69-74

LahabuY,J.N.W.Schaduw,danA.B.Windarto.2015.KondisiEkologi Mangrove Di Pulau Mantehage KecamatanWori Kabupaten Minahasa Utara Provinsi SulawesiUtara,JurnalPesisirdanLautTropis.2(1):41-52

Mukhlisi, IB. Hendrarto dan H Purnaweni. 2014. Statuskeberlanjutan pengelolaan hutan mangrove di desaSidodadi kecamatan padang cermin kabupatenpesawaranProvinsilampung.JurnalGeografi.11(1):58-70

PattimahuDV,CKusmana,HHarjomidjojodanDDarusman.2010. Analisis Nilai Keberlanjutan PengelolaanEkosistem Hutan Mangrove Di Kabupaten SeramBagian Barat, Maluku. Forum Pascasarjana. 33(4):239-249

Pieter J, F Benu, M.R. Kaho. 2015. Valuasi EkonomiEkowisata Terhadap Pengembangan Objek WisataKawasanPesisirPantai(StudiKasusJasaLingkunganNon-Market Sumberdaya Alam ObjekWisata PesisirPantaiLasianaKecamatanKelapaLimaKotaKupang–ProvinsiNTT).JurnalIlmuLingkungan.13(1):55-64

Pitcher,T.J.1999.RAPFISHarapidappraisaltechniqueforfisheries and Its application to the code conduct forresponsible fisheriesFAOFisheriesCircularNo.947.Rome.

Pitcher T.J and D. Preikshot. 2001. RAPFISH: a rapidappraisal technique to evaluate the sustainabilitystatusoffisheries.FisheriesResearch,49(2001):255-270.

Schaduw J.N.W. 2015a. Bioekologi Mangrove DaerahPerlindunganLautBerbasisMasyarakatDesaBlongkoKecamatan Sinonsayang Kabupaten Minsel ProvinsiSulut. Jurnal LPPM UNSRAT bidang Sains danTeknologi.2(1):90-102

Schaduw J.N.W. 2015b. Keberlanjutan PengelolaanEkosistem Mangrove Pulau Mantehage, KecamatanWori, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi SulawesiUtara, Jurnal LPPM UNSRAT bidang Sains danTeknologi.2(2):60-70

Schaduw J.N.W. 2016. Kondisi Ekologi Mangrove PulauBunakenKotaManadoProvinsiSulawesiUtara.JurnalSainsLPPMUNSRATbidangSainsdanTeknologi.3(2):64-74

SudionoE,SasmirulA,Purwnomo,Jasari,Sujoko,U,SahriA.2013. Laporan Survey Biodiversitas KawasanMangrove Teluk Sulaiman dan Tata Batas kawasanLindungdanWisataAlamLabuanCermin,kecamatanBiduk-Biduk, Kabupaten Berau (Laporan Internal).TheNatureConservancy.Berau.

SusiloS.B.2003.KeberlanjutanPembangunanPulau-PulauKecil: Studi Kasus Kelurahan Pulau Panggang danPulau Pari Kepulauan Seribu DKI Jakarta. Disertasi(Tidak dipublikasikan). Institut Pertanian Bogor.Bogor.

Theresia, M Boer, Niken dan T.M Pratiwi. 2015. StatusKeberlanjutan Pengelolaan Ekosistem Mangrove DiTaman Nasional Sembilang Kabupaten BanyuasinProvinsiSumateraSelatan.JurnalIlmudanTeknologiKelautanTropis.7(2):703-714

Utomo B, S Budiastuti, C Muryani. 2017. StrategiPengelolaanHutanMangroveDi Desa Tanggul TlareKecamatan Kedung Kabupaten Jepara. Jurnal IlmuLingkungan.15(2):117-123