Upload
siti-umy-kulsum
View
7
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
STRUMA
Gondok ( dari bahasa latin, guttur, tenggorokan ), didefinisikan sebagai pembesaran dari
tiroid, yang telah di kenal sejak 2700 SM. Tahun 1619, Hieronymus Fabricius ab Aquapendente
menyadari bahwa gondok muncul dari kelenjar tiroid. Pada tahun 1776, tiroid diklasifikasikan
sebagai kelenjar ductless oleh Albrecht von Haller dan memiliki berbagai fungsi mulai dari
pelumas laring sampai mempercantik leher perempuan. Rumput laut yang dibakar dianggap
sebagai pengobatan yang efektif untuk gondok.
Operasi tiroid untuk pertama kalinya untuk pengobatan gondok kepada Roger Frugardi
tahun 1170. Namun operasi tiroid menjadi berbahaya dengan angka kematian yang tinggi >40%,
sampai paruh kedua abad ke 19, ketika kemajuan dalam anestesi umum, antisepsis, dan
hemostasis memungkinkan ahli bedah untuk melakukan operasi tiroid dengan angka kematian
dan morbiditas yang menurun secara signifikan. Ahli bedah tiroid yang terkenal yaitu Emil
Theodore Kocher ( 1841 – 1917 ) dan CA. Theodor Billroth ( 1829 – 1894 ), yang telah
melakukan ribuan operasi dengan hasil yang semakin baik. Namun karena lebih banyak pasien
operasi tiroid yang sukses, masalah baru pun muncul. Setelah tiroidektomi total, pasein
( terutama anak – anak ) akan mengalami myxedematous dengan kretinisme. Myxedeme pertama
kali diobati secara efektif pada tahun 1891 oleh George Murray menggunakan injeksi subkutan
dari ekstrak tiroid domba kemudian Edwin Fox menunjukkan bahwa terapi oral sama efektifnya.
Anatomi
Kelenjar tiroid berwarna coklat dengan konsistensi padat yang terletak posterior dari otot
sternothyroid dan sternohyoid. Berbentuk konus, bagian cranial kecil sedangkan caudal besar.
Memiliki 2 buah lobus yang simetris dan lobus – lobus tersebut dihubungkan dengan isthmus.
Setiap lobus panjangnya sekitar 5 cm, sedangkan lebarnya 3 cm dan tebalnya 2-3 cm Isthmus
difiksasi pada cincin trakea 2 dan 4. Kelenjar tiroid sendiri di fiksasi pada trakea dan tepi caudal
cartilage cricoidea oleh penebalan fascia pretrachealis yang disebut “ ligament of Berry “. Fiksasi
tersebut menyebabkan kelenjar tiroid turut bergerak pada waktu proses menelan berlangsung.
Berat kelenjar tiroid normal sekitar 20 gr. Kelenjar tiroid lebih berat pada wanita daripada laki –
laki tapi itu semua bergantung pada berat badan dan asupan yodium. Kelenjar tiroid biasanya
memanjang dari vertebra servikal 5 ke vertebra torakal 1.
Kelenjar tiroid mempunyai kapsul jaringan ikat yang membentuk stroma organ. Inilah
yang disebut kapsul sejati dari kelenjar tiroid. Bagian luar dari kapsul sejati dikembangkan oleh
fascia pretrechal. Ini merupakan kapsul semu yang disebut perithyroid. Bagian anterior dan
lateral fascia berkembang dengan baik, bagian posterior tipis dan longgar yang memungkinkan
pembesaran kelenjar tiroid posterior.
Kelenjar paratiroid superior biasanya terletak antara kapsul sejati tiroid dan kapsul semu
fascia. Paratiroid inferior mungkin berada antara kapsul sejati dengan kapsul semu dalam
parenkim tiroid.
Arteri Berasal dari a. thyroidea superior dan inferior, kadang – kadang ada a.
thyroidea ima (3%). A. thyroidea superior merupakan percabangan dari a. carotis komunis
externa, sedangkan a. thyroidea inferior kanan berasal dari a. subclavia kanan kalau a. thyroidea
inferior kiri berasal dari truncus thyreocervikalis
Vena Vena kelenjar tiroid membentuk pleksus pembuluh darah dipermukaan kelenjar.
Pleksus ini di drainase oleh 3 pembuluh darah balik yaitu : v.tiroid superior, medial, inferior.
Persarafan Persarafan simpatis dari kelenjar tiroid adalah serabut saraf dari ganglia
simpatis superior dan medial. Serabut saraf parasimpatis berasal dari n.vagus dan mencapai
kelenjar tiroid melalui cabang – cabang n.laringeus externus dan n. recurrens.
Sistem Limfatik Sistem limfatika kelenjar tiroid yang berasal dari bagian cranial lobus
thyroideus mengalir mengikuti a. thyroidea superior yang kemudian bermuara ke dalam
lymphonodi cervikalis profundus. Yang berasal dari isthmus, limfe dialirkan ke limfenodus
cervikalis profundus bagian cranialis. Sedangkan yang berasal dari ujung caudal kelenjar tiroid
berjalan mengikuti a. thyroidea inferior menuju lymphonodus paratrachealis dan selanjutnya
menuju cervikalis profundus bagian inferior.
Histologi
Secara mikroskopik, tiroid dibagi menjadi lobules yang mengandung 20 – 40 folikel. Ada
sekitar 3 x 106 folikel dalam kelenjar tiroid pria dewasa. Setiap folikel dilapisi oleh sel epitel
kuboid dan merupakan pusat penyimpanan koloid yang disekresikan dari sel – sel epitel dibawah
pengaruh hormone TSH. Tiap folikel memiliki dua jenis sel yaitu sel folikel dan sel parafolikel
atau C yang mensekresikan hormone kalsitonin. Sel folikel berperan dalam sintesis
thyroglobulin, iodinasi, penyimpanan thyroglobulin, resorbsi dari thyroglobulin, hidrolisis
thyroglobulin serta pelepasan hormone tiroid ke dalam darah dan sistem limfatik.
Fisiologi Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid terdiri dari 3 macam hormone yaitu hormone tiroksin ( T4 ), hormone
triiodotironin ( T3 ) yang mempengaruhi kecepatan metabolism tubuh, kemudian hormone
kalsitonin untuk metabolism kalsium. Semua itu diatur oleh tiroid stimulating hormone ( TSH )
dari hipofisis anterior.
Iodine Metabolism
Untuk membentuk jumlah normal tiroksin, setiap tahun butuh kira – kira 50 mg iodium
yang di telan dalam bentuk iodide atau kira – kira 1 mg / minggu. Iodide yang telah ditelan akan
diabsorbsi dari saluran cerna ke dalam darah. Biasanya
sebgaian besar dari iodide tersebut dengan cepat dikeluarkan
oleh ginjal tapi cuma 1/5 saja yang secara selektif
dipergunakan untuk sintesis hormone tiroid.
Sintesis, Sekresi, dan Transpor Hormon Tiroid
Tahap pertama pembentukan hormone tiroid adalah
pengangkutan iodide dari darah ke dalam sel – sel dan folikel
kelenjar tiroid. Membrane basal tiroid mempunyai kemampuan yang spesifik untuk
memompakan iodide secara aktif ke bagian dalam sel. Kemampuan inilah yang disebut
penjeratan iodide ( iodide trapping )
Sel – sel kelenjar tiroid merupakan sel kelenjar khas yang mensekresikan protein.
Retikulum endoplasma dan alat golgi mensintesis dan mensekresikan molekul glikoprotein besar
yang disebut tiroglobulin ke dalam folikel. Setiap molekul tiroglobulin mengandung 70 asam
amino tirosin dan tiroglobulin yang merupakan substrat utama yang bergabung dengan iodide
untuk membentuk hormon tiroid yang terbentuk di dalam molekul tiroglobulin
Tahap kedua adalah oksidasi ion iodida yaitu perubahan ion iodida menjadi bentuk
iodium yang teroksidasi. Proses ini ditingkatkan oleh enzim peroksidase yang mampu
mengoksidasi iodida. Iodium yang sudah teroksidasi akan berikatan langsung dan berasosiasi
dengan enzim iodinase. Iodium akan berikatan dengan kira – kira 1/6 bagian dari asam amino
tirosin yang ada dalam tiroglobulin.
Tirosin mula – mula dioksidasi menjadi monoioditirosin dan selanjutnya diiodotirosin.
Makin lama semakin banyak sisa diidotirosin yang saling bergandengan dengan hasilnya adalah
pembentukan tiroksin ( T4 ), kalau penggandengan terjadi antara monoiodotirosin dengan
diiodotirosin sehingga bisa terbentuk triidotirosin ( T3 ).
Sesudah disintesis, hormon tiroid berada didalam folikel untuk mensuplai tubuh dengan
kebutuhan normal terhadap hormon tiroid selama 2 – 3 bulan. Oleh karena itu bila sintesis
hormon tiroid berhenti, efek akibat defisiensi hormon tersebut belum tampak untuk beberapa
bulan.
Tirosin tidak disekresikan ke dalam darah. Sebaliknya dengan bantuan enzim deiodinase,
iodium dilepaskan dari tirosin sehingga akhirnya membuat semua iodium cukup tersedia di
dalam kelenjar kembali untuk membentuk hormon tiroid tambahan.
Sewaktu memasuki darah, semua hormon T3 dan T4 segera berikatan dengan beberapa
protein plasma. Hormon T3 dan T4 terutama berikatan dengan globulin pengikat tiroksin. Oleh
karena besarnya afinitas dari protein pengikat plasma terhadap hormon tiroid, maka khususnya
tiroksin sangat lambat dilepaskan ke sel jaringan. Kira- kira setiap 6 hari, setengah dari tiroksin
dalam darah dilepas ke sel jaringan, kalau T3 afinitasnya rendah jadi di lepas ke sel kira – kira 1
hari. Sewaktu masuk ke sel, hormon T3 dan T4 berikatan dengan protein intraselular, hormon T4
berikatan lebih kuat dan kedua hormon ini dipakai secara lambat selama berhari – hari /
berminggu – minggu.
Regulasi Hormon Tiroid
Regulasi hormon tiroid adalah sebagai berikut. Hipotalamus sebagai master gland
mensekresikan TRH (Thyrotropine Releasing Hormone) untuk mengatur sekresi TSH oleh
hipofisis anterior. Kemudian tirotropin atau TSH (Thyroid Stimulating Hormone) dari hipofisis
anterior meningkatkan sekresi tiroid dengan perantara cAMP. Mekanisme ini mempunyai efek
umpan balik negatif. Meningkatnya hormon tiroid di dalam cairan tubuh akan menurunkan
sekresi TSH oleh hipofisis anterior. Bila kecepatan sekresi hormon tiroid meningkat sampai kira
- kira 1,75 kali dari normal, maka kecepatan sekresi TSH turun sampai nol, sehingga
menghambat sekresi TSH maupun TRH. Bila jumlah hormon tiroid tidak mencukupi, maka
terjadi efek yang sebaliknya.
Fungsi Hormon Tiroid
Efek yang umum dari hormon tiroid adalah mengaktifkan transkripsi inti sejumlah besar
gen. Oleh karena itu, di semua sel tubuh sejumlah besar enzim protein, protein struktural, protein
transpor, dan zat lainnya akan disintesis. Hasil akhirnya adalah peningkatan menyeluruh aktivitas
fungsional di seluruh tubuh. Hormon tiroid meningkatkan aktivitas metabolik selular dengan cara
meningkatkan aktivitas dan jumlah sel mitokondria, serta meningkatkan transpor aktif ion-ion
melalui membran sel. Hormon tiroid juga mempunyai efek yang umum juga spesifik terhadap
pertumbuhan. Efek yang penting dari fungsi ini adalah meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan otak selama kehidupan janin dan beberapa tahun pertama kehidupan pascalahir
Efek hormon tiroid pada mekanisme tubuh yang spesifik meliputi peningkatan
metabolisme karbohidrat dan lemak, peningkatan kebutuhan vitamin, meningkatkan laju
metabolisme basal, dan menurunkan berat badan. Sedangkan efek pada sistem kardiovaskular
meliputi peningkatan aliran darah dan curah jantung, peningkatan frekuensi denyut jantung, dan
peningkatan kekuatan jantung. Efek lainnya antara lain peningkatan pernafasan, peningkatan
motilitas saluran cerna, efek merangsang pada sistem saraf pusat (SSP), peningkatan fungsi otot,
dan meningkatkan kecepatan sekresi sebagian besar kelenjar endokrin lain.
Struma
1 Definisi
Struma adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid.
Pembesaran kelenjar tiroid dapat disebabkan oleh kurangnya diet iodium yang dibutuhkan untuk
produksi hormon tiroid. Terjadinya pembesaran kelenjar tiroid dikarenakan sebagai usaha
meningkatkan hormon yang dihasilkan.
2 Penyebab
Adanya struma atau pembesaran kelenjar tiroid dapat oleh karena ukuran sel-selnya
bertambah besar atau oleh karena volume jaringan kelenjar dan sekitarnya yang bertambah
dengan pembentukan struktur morfologi baru. Yang mendasari proses itu ada 4 hal utama, yaitu :
1. Gangguan perkembangan, seperti terbentuknya kista (kantongan berisi cairan) atau
jaringan tiroid yang tumbuh di dasar lidah (misalnya pada kista tiroglosus atau tiroid
lingual).
2. Proses radang atau gangguan autoimun seperti penyakit Graves dan penyakit tiroiditis
Hashimoto.
3. Gangguan metabolik (misal, defisiensi iodium) serta hyperplasia, misalnya pada struma
koloid dan struma endemik.
4. Pembesaran yang didasari oleh suatu tumor atau neoplasia meliputi adenoma – sejenis
tumor jinak – dan adenokarsinoma, suatu tumor ganas.
3 Klasifikasi
Berdasarkan fisiologinya :
a. Eutiroid adalah aktivitas kelenjar tiroid normal
b. Hipotiroid adalah aktivitas kelenjar tiroid yang kurang dari normal
c. Hipertiroid adalah aktivitas kelenjar tiroid yang berlebihan
Berdasarkan klinisnya :
a. Non-Toksik (eutiroid dan hipotiroid)
- Difusa : endemik goiter, gravida
- Nodusa : neoplasma
b. Toksik (hipertiroid)
- Difus : grave, tirotoksikosis primer
- Nodusa : tirotoksikosis skunder
Berdasarkan morfologinya :
a. Struma Hyperplastica Diffusa
Suatu stadium hiperplasi akibat kekurangan iodine (baik absolut ataupun relatif).
Defisiensi iodine dengan kebutuhan excessive biasanya terjadi selama pubertas, pertumbuhan,
laktasi dan kehamilan. Karena kurang iodine kelenjar menjadi hiperplasi untuk menghasilkan
tiroksin dalam jumlah yang cukup banyak untuk memenuhi kebutuhan supply iodine yang
terbatas. Sehingga terdapat vesikel pucat dengan sel epitel kolumner tinggi dan koloid pucat.
Vaskularisasi kelenjar juga akan bertambah. Jika iodine menjadi adekuat kembali (diberikan
iodine atau kebutuhannya menurun) akan terjadi perubahan di dalam struma koloides atau
kelenjar akan menjadi fase istirahat.
b. Struma Colloides Diffusa
Ini disebabkan karena involusi vesikel tiroid. Bila kebutuhan excessive akan tiroksin oleh
karena kebutuhan yang fisiologis (misal, pubertas, laktasi, kehamilan, stress, dsb.) atau defisiensi
iodine telah terbantu melalui hiperplasi, kelenjar akan kembali normal dengan mengalami
involusi. Sebagai hasil vesikel distensi dengan koloid dan ukuran kelenjar membesar.
c. Struma Nodular
Biasanya terjadi pada usia 30 tahun atau lebih yang merupakan sequelae dari struma
colloides. Struma noduler dimungkinkan sebagai akibat kebutuhan excessive yang lama dari
tiroksin. Ada gangguan berulang dari hiperplasi tiroid dan involusi pada masing-masing periode
kehamilan, laktasi, dan emosional (fase kebutuhan). Sehingga terdapat daerah hiperinvolusi,
daerah hiperplasi dan daerah kelenjar normal. Ada daerah nodul hiperplasi dan juga
pembentukan nodul dari jaringan tiroid yang hiperinvolusi.
Tiap folikel normal melalui suatu siklus sekresi dan istirahat untuk memberikan
kebutuhan akan tiroksin tubuh. Saat satu golongan sekresi, golongan lain istirahat untuk aktif
kemudian. Pada struma nodular, kebanyakan folikel berhenti ambil bagian dalam sekresi
sehingga hanya sebagian kecil yang mengalami hiperplasi, yang lainnya mengalami
hiperinvolusi (involusi yang berlebihan/mengecil)
4 Diagnosis
Anamnesa
a. Penderita datang dengan keluhan adanya benjolan pada leher depan bagian tengah
b. Usia dan jenis kelamin : nodul tiroid timbul pd usia < 20 tahun atau > 50 tahun dan jenis
kelamin laki-laki resiko malignancy tinggi (20-70%).
c. Riwayat radiasi daerah leher & kepala pada masa anak-anak malignancy 33-37%
d. Kecepatan tumbuh tumor. Nodul jinak membesar lama (tahunan), nodul ganas membesar
dengan cepat (minggu/bulan)
e. Gangguan menelan, sesak nafas, suara serak & nyeri (akibat penekanan/desakan dan/atau
infiltrasi tumor sebagai pertanda telah terjadi invasi ke jaringan atau organ di sekitarnya)
f. Asal dan tempat tinggal (pegunungan/pantai)
g. Benjolan pada leher, lama, pembesaran
h. Riwayat penyakit serupa pada keluarga
i. Struma toksik :
- Kurus, irritable, keringat banyak
- Nervous
- Palpitasi
- Hipertoni simpatikus (kulit basah dingin & tremor)
j. Struma non-toksik :
- Gemuk
- Malas dan banyak tidur
- Gangguan pertumbuhan
Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Pemeriksa berada di depan penderita. Penderita posisi duduk dengan kepala sedikit fleksi
atau leher terbuka sedikit hiperekstensi agar m. sternokleidomastoideus relaksasi sehingga tumor
tiroid mudah dievaluasi.
Apabila terdapat pembengkakan atau nodul, perlu diperhatikan beberapa komponen berikut :
- Lokasi : lobus kanan, lobus kiri, ismus
- Ukuran : besar/kecil, permukaan rata/noduler
- Jumlah : uninodusa atau multinodusa
- Bentuk : apakah difus (leher terlihat bengkak) ataukah berupa noduler lokal
- Gerakan : pasien diminta untuk menelan, apakah pembengkakannya ikut bergerak
- Pulsasi : bila nampak adanya pulsasi pada permukaan pembengkakan
b. Palpasi
Pasien diminta untuk duduk, leher dalam posisi fleksi, pemeriksa berdiri di belakang
pasien dan meraba tiroid dengan menggunakan kedua tangan. Beberapa hal yang perlu dinilai
pada pemeriksaan palpasi :
- Perluasan dan tepi
- Gerakan saat menelan, apakah batas bawah dapat diraba atau tidak dapat diraba trachea
dan kelenjarnya.
- Konsistensi, temperatur, permukaan, dan adanya nyeri tekan
- Hubungan dengan m. sternocleidomastoideus (tiroid letaknya lebih dalam daripada
musculus ini.
- Limfonodi dan jaringan sekitar
c. Auskultasi
Pada auskultasi perlu diperhatikan adanya bising tiroid yang menunjukkan adanya
hipertiroid.
5 Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Pemeriksaan kadar TSH, T3 total, Free T4, dan T4 total.
2. Radiologi
Thorax adanya deviasi trakea, retrosternal struma, coin lesion (papiler), cloudy
(folikuler).
Leher AP lateral evaluasi jalan nafas untuk intubasi pembiusan.
3. USG
Dilakukan untuk mendeteksi nodul yang kecil atau nodul di posterior yang secara klinis
belum dapat dipalpasi. Di samping itu, dapat dipakai untuk membedakan nodul yang padat atau
kistik serta dapat dimanfaatkan untuk penuntun dalam tindakan biopsy aspirasi jarum halus.
4. Scanning tiroid
Memakai uptake I131 yang didistribusikan ke tiroid untuk menentukan fungsi tiroid.
Normalnya uptake 15-40 % dalam 24 jam. Bila uptake > normal disebut hot area, sedangkan jika
uptake < normal disebut cold area (pada neoplasma).
5. Pemeriksaan sitologi melalui biopsi aspirasi jarum halus ( FNAB )
Pemeriksaan sitologi nodul tiroid diperoleh dengan aspirasi jarum halus. Cara
pemeriksaan ini berguna untuk menetapkan diagnosis suspek maligna ataupun benigna.
6 Penatalaksanaan
1. Konservatif/medikamentosa
a. Indikasi :
- Usia tua
- Pasien sangat awal
- Rekurensi pasca bedah
- Pada persiapan operasi
- Struma residif
- Pada kehamilan, misalnya pada trimester ke-3
b. Struma non toksik : iodium, ekstrak tiroid 20-30 mg/dl
c. Struma toksik :
- Bed rest
- PTU 100-200 mg (propilthiouracil)
Merupakan obat anti-tiroid, dimana bekerjanya dengan prevensi pada sintesis dan akhir
dari tiroksin. Obat ini bekerja mencegah produksi tiroksin (T4). Diberikan dosis 3x 100 mg/hari
tiap 8 jam sampai tercapai eutiroid. Bila menjadi eutiroid dilanjutkan dengan dosis maintenance
2 x 5 mg/hari selama 12-18 bulan.
Lugol 5 – 10 tetes
Obat ini membantu mengubah menjadi tiroksin dan mengurangi vaskularisasi serta
kerapuhan kelenjar tiroid. Digunakan 10-21 hari sebelum operasi. Namun sekarang tidak
digunakan lagi, oleh karena propanolol lebih baik dalam mengurangi vaskularisasi dan
kerapuhan kelenjar. Dosis 3 x 5-10 mg/hari selama 14 hari.
Iodium (I131)
2. Radioterapi
Menggunakan I131, biasanya diberikan pada pasien yang telah diterapi dengan obat anti-
tiroid dan telah menjadi eutiroid. Indikasi radioterapi adalah pasien pada awal penyakit atau
pasien dengan resiko tinggi untuk operasi dan untuk pasien dengan hipotiroid rekuren.
Radioterapi merupakan kontraindikasi bagi wanita hamil dan anak-anak.
3. Operatif
a. Isthmulobectomy , mengangkat isthmus
b. Lobectomy, mengangkat satu lobus, bila subtotal sisa 3 gram
c. Tiroidectomi total, semua kelenjar tiroid diangkat
d. Tiroidectomy subtotal bilateral, mengangkat sebagian lobus kanan dan sebagian kiri.
e. Near total tiroidectomi, isthmulobectomy dextra dan lobectomy subtotal sinistra dan
sebaliknya.
f. RND (Radical Neck Dissection), mengangkat seluruh jaringan limfoid pada leher sisi yang
bersangkutan dengan menyertakan n. accessories, v. jugularis eksterna dan interna, m.
sternocleidomastoideus dan m. omohyoideus serta kelenjar ludah submandibularis.
Benign thyroid disease
Berdasarkan fisiologinya :
7 Hipertiroidisme
Manifestasi klinis hipertiroidisme dihasilkan dari peningkatan hormon tiroid yang
beredar.
2.7.1 Grave’s Disease
Penyakit Graves adalah penyebab terbanyak dari hipertiroid di Amerika Utara, mencapai
hingga 60-80% kasus. Ini adalah penyakit autoimun yang penyebabnya tidak diketahui dengan
kecenderungan dalam keluarga, dominan pada perempuan (5:1), dan insidennya meningkat
antara usia 40-60 tahun. Penyakit Graves ditandai dengan tirotoksikosis, goiter difus, dan kondisi
extrathyroidal, termasuk ophthalmopathy, dermopathy (pretibial myxedema), acropachy tiroid,
ginekomastia, dan manifestasi lainnya.
2.7.1.1 Etiologi
Etiologi yang tepat dari inisiasi proses autoimun pada penyakit Graves tidak diketahui.
Namun, kondisi seperti pasca-melahirkan, kelebihan yodium, terapi litium, dan infeksi bakteri
serta virus telah dianggap sebagai pemicu.
2.7.1.2 Tanda dan Gejala klinis :
- Intoleransi panas.
- Mudah berkeringat dan cepat haus.
- Penurunan berat badan meskipun asupan kalori adekuat.
- Gejala rangsangan adrenergik meningkat meliputi : Palpitasi, nervousness, fatigue,
emosional, hyperkinesis, tremor.
- Gejala gastrointestinal yang paling sering ditemukan yaitu peningkatan frekuensi
buang air besar dan diare.
- Pada pasien wanita sering mengalami amenorrhea, penurunan kesuburan, dan
peningkatan insiden abortus.
- Komplikasi kardiovaskular seperti atrial fibrilasi dan gagal jantung kongestif.
Sekitar 50% pasien dengan penyakit graves juga mengalami opthalmopathy klinis yang
jelas, gejalanya yaitu :
- Von Graefe's sign
- Dalrymple's sign
- Periorbital edema
- Conjunctival swelling
- Chemosis
- Proptosis
Pada pemeriksaan fisik ditemukan :
- penurunan berat badan dan kemerahan pada wajah dapat terlihat
- Kulit hangat dan lembab
- Pada pasien di Amerika dan Afrika sering terlihat penggelapan pada kulit mereka
- Takikardia atau atrial fibrilasi
- Tremor
- Pengecilan otot
- Kelemahan otot proksimal dengan refleks tendon hiperaktif sering ditemukan.
2.7.1.3 Penatalaksanaan
Penyakit Graves dapat diobati dengan salah satu dari tiga modalitas pengobatan, yaitu:
- Obat antitiroid,
- Tiroid ablasi dengan 131I radioaktif
- Thyroidectomy.
Pilihan pengobatan tergantung pada beberapa faktor yaitu : usia pasien, tingkat keparahan
penyakit, ukuran kelenjar, patologi yang menyertai, ophthalmopathy, pilihan/keinginan dari
pasien, dan keinginan untuk kehamilan.
Obat-obat antitiroid umumnya diberikan sebagai persiapan untuk ablasi yodium
radioaktif atau operasi. Obat-obat yang umum digunakan adalah propylthiouracil (PTU,
100 hingga 300 mg tiga kali sehari) dan methimazole (10 sampai 30 mg tiga kali sehari)
Radioactive Iodine Therapy sering diberikan pada pasien yang kambuh setelah terapi
medis atau bedah, dan pada pasien yang antitiroid obat atau operasi merupakan
kontraindikasi.
Operasi dianjurkan ketika RAI merupakan kontraindikasi, seperti pada pasien:
(1) kanker atau dicurigai nodul tiroid,
(2) masih muda,
(3) sedang hamil atau keinginan untuk hamil segera setelah pengobatan,
(4) memiliki alergi terhadap obat antitiroid ,
(5) goiter yang besar sehingga menyebabkan gejala penekanan, dan
(6) Menolak untuk menjalani terapi RAI.