Upload
oktha-claudiuz
View
35
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Struma
Citation preview
LAPORAN PENDAHULUAN
STRUMA
I. DEFINISI
Struma adalah pembesaran tiroid menyeluruh atau sebagian
(Martin Van Plante, 2002).
Struma Diffusa toxica adalah salah satu jenis struma yang disebabkan oleh sekresi hormon-hormon thyroid yang terlalu banyak. Histologik keadaan ini adalah sebagai suatu hipertrofi dan hyperplasi dari parenchyn kelenjar.
2. ETIOLOGI
Penyebab kelainan ini bermacam-macam. Pada setiap orang dapat
dijumpai masa dimana kebutuhan terhadap tiroksin bertambah terutama
pada masa pertumbuhan, pubertas, menstruasi, kehamilan, laktasi,
menopouse, infeksi dan stress. Kontrol normal : wanita (10 %), laki-laki
(1-2 %), umum (5 %)
Hyperthyroid juga disebabkan oleh hyperskresi dari hormon-hormon thyroid tetapi yang mempengaruhiadalah faktor : umur, temperatur, iklim yang berubah, kehamilan, infeksi, kekurangan yodium dan lain-lain.
3. TANDA DAN GEJALA
- Pasien mengeluh adanya benjolan pada leher bagian depan bawah.
- Dapat menyebabkan penekanan pada trakea (sesak nafas) dan esofagus
(disfagia).
- Keganasan tiroid yang infiltrasi dan rekurens menyebabkan terjadinya
suara parau.
- Tidak disertai rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan didalam nodul.
- Dapat mengalami stres yang berat baik emorional maupun fisik.
4.PATOFISIOLOGI
5. PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSA
1. Pemeriksaan Sidik Tiroid.
Digunakan untuk membedakan 3 bentuk nodul yaitu nodul dingin,
nodul panas, nodul hangat. Dalam pemeriksaan ini tidak dapat
Penurunan prosuksi tiroid
Seloresi Tiroid
Peningkatan metabolisme
Tirokalsitonin Tiroksin
Pemenuhan nutrisi
menururn
Hipertermi
Kejang
Penurunan curah jantung
Hipokalsium
Penurunan kalsium
Sekresi sel C
Hipoksia
TIROIDEKTOMI
Esofagus
Sesak nafas
Trakea
Struma nodosa
Hipertiroid
Aktifitas menurun
Lemah
Disfagia
Nyeri
Luka operasikelelahanKurang pengetahuan
Ansietas
Pre operasi Post operasi
Intoleransi aktivitas
Resiko terjadinya infeksi
Ansietas
membedakan apakah nodul itu ganas atau jinak. Grade 0 tidak teraba,
grade 1 teraba dan terlihat dengan kepala di tengadahkan, grade 2 muda
dilihat, kepala posisi biasa, grade 3 terlihat dari jarak tertentu.
Karena ada perubahan pada tiroid awalnya perlu diwaspadai maka
grading system, khususnya grade 1 dibagi dalam 2 kelas :
Grade 1a : tidak teraba atau jika teraba tidak lebih besar dari kelenjar
tiroid normal
Grade 1b : jelas teraba dan membesar, tetapi umumnya tidak terlihat
meskipun kepala ditengadahkan.
2. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG).
Digunakan untuk membedakan antara yang padat, cair, dan beberapa
bentuk kelainan, tetapi belum dapat membedakan dengan pasti apakah
suatu nodul galak atau nodul jinak.
3. Biopsi Aspirasi Jarum Halus.
Digunakan pada keadaan yang mencurigakan atau keganasan.
4. Termografi.
Termografi adalah suatu metode pemeriksaan bedasarkan pengukuran
suhu bulit pada suatu tempat dengan pengunaan alat Dynamic
thermography.
5. Pertanda Tumor (Tumor Marker).
Pada pemeriksaan ini yang diukur adalah peninggian tiroglobulin (
Tg) serum (normal Tg serum, 1,5 – 30 ng / ml.)
6. x-foto leher AP/lat : untuk mengetahui adanya kalsifikasi pada struma
(kemungkinan keganasan tiroid), penyempitan atau pendorongan trakea
oleh struma yang besar.
7. x-foto trakea AP/lat : untuk mengetahui adanya bagian yang
retrosternal, juga melihat adanya coin lession dalam paru pada
keganasan tiroid.
6. PENATALAKSANAAN
1. Strumektomi
2. L – tiroksin selama 4 – 5 bulan.
3. Biopsi aspirasi jarum halus.
(Sri Hartini KS Kriadi, 1996)
7. ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
A. Pengumpulan Data.
1. Identitas
Identitas klien meliputi, nama, jenis kelamin, umur, agama, alamat,
pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, kebangsaan, suku, tanggal
MRS / jam, diagnosa masuk, nomor Register, ruangan.
2. Keluhan Utama
Klien mengeluh tidak nyaman karena adanya benjolan pada leher.
B. Riwayat Kesehatan.
1. Riwayat Penyakit Sekarang.
Pada umumnya klien mengeluh nyeri dan tidak nyaman pada leher
karena adanya benjolan.
2. Riwayat Penyakit Dahulu.
Sebelumnya klien pernah mengalami rasa sakit pada leher bagian depan
bawah disertai peningkatan suhu tubuh (tiroiditiekrorus) atau tidak.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga.
Dalam keluarga klienada yang meninggal akibat penyakit yang sama
dengan klien (karsinom tiroid tepe meduler) atau tidak.
C. Pola-pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Meliputi : kebiasaan pola hidup, perawatan diri dan pengatahuan
tentang perawatan kesehatan dirinya pada waktu pre dan post operasi.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Meliputi : kebiasaan makan (porsi dan komposisi) dan minum sebelum
dan selama MRS (pre dan post operasi).
3. Pola eliminasi
Meliputi : BAK dan BAB klein, frekuensi dan konsistensinya pada saat
pre dan post operasi.
4. Pola istirahat dan tidur
Klien saat MRS dapat mengalami kesulitan tidur karena merasa cemas
dan takut akan dilakukan operasi, dan pada saat post operasi klien
masih dapat cemas karena adanya luka operasi di leher.
5. Pola aktivitas dan latihan
Pada saat sebelum MRS dan selama MRS (pre operasi), klien dapat
melakukan aktivitas tanpa adanya gangguan, sedangkan saat post
operasi aktivitas klien dibantu oleh keluarganya dan perawat.
6. Pola persepsi dan konsep diri
Pada umumnya klien tidak mengalami gangguan konsep diri.
7. Pola sensori dan kognitif
Pada sistem sensori tidak ada gangguan serta dikaji tentang
pengetahuan klien mengenai masalah penyakitnya.
8. Pola reproduksi dan seksual
Jika terjadi hipertiroidisme dapat menyebabkan penurunan libido,
hipomenorhe, amenorhe, dan impoten.
9. Pola hubungan dan peran
Pada umumnya di pola hubungan peran tidak ada gangguan.
10. Pola penanggulangan stress
Mengkaji tentang cara klien dalam menghadapi masalah dan cara
menyelesaikan masalah tersebut.
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Mengkaji tentang kepercayaan klien mengenai penyakit tersebut.
D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Kesadaran kompos mentis, suara bicara terdengar serak, tekanan darah
dalam batas normal (120/80 mmHg) jika tidak ada riwayat hipertesi,
nadi dalam batas normal (60 – 100 kali per menit), pernafasan dalam
batas normal (16 – 20 kali per menit).
2. Kepala
Pada kepala termasuk norma cepalik dan tidak ada gangguan berupa
nyeri kepala, trauma pada kepala serta penonjolan.
3. Muka
Pada muka simetris, tidak ada oedema dan tias, serta tidak ada
gangguan pada muka.
4. Mata
Pada mata tidak ada gangguan, alis mata normal, tidak ada hiperemi,
perdarahan, oedema, ikterus.
5. Telinga
Pada telinga tidak ada gangguan, tidak ada sekret, serumen, dan benda
asing.
6. Hidung
Pada hidung tidak ada gangguan, tidak ada sekret, bau, obstruksi dan
polip.
7. Mulut dan Faring
Tidak ada kelainan pada bibir (seperti cheiloechizis) tidak ada karies
gigi hanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
8. Leher
Teraba benjolan akibat pembesaran kelenjar tiroid, dengan konsistensi
kenyal, ikut bergerak saat menelan.
9. Thorak
Meliputi ada tidaknya kelainan daerah thorak.
10. Paru
Meliputi ada tidaknya kelainan pada daerah paru, ada suara tambahan
(egofori, ronchi, wheezing) atau tidak.
11. Jantung
Meliputi ada tidaknya kelainan pada daerah jantung ada tidaknya iktus.
12. Abdomen
Meliputi ada tidaknya kelainan pada daerah abdomen.
13. Inguinal, Genital, dan Anus.
Pada sistem ini tidak ada gangguan dan kelainan, seperti hernia, tumor,
abces.
14. Integumen
Tampak pucat disaat klien cemas dant akut.
15. Ekstrimitas dan Neurologie
Meliputi ada tidaknya kelainan pada sistem Ekstrimitas dan
Neurologie, seperti kekakuan sendi, tanda infeksie demaS
8. DIAGNOSA
Diagnosa PRE OPERASI
1. Ansitasi berhubungan dengan prosedur pembedahan.
2. Kurang pengetahuan, mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kesalahan interpretasi informasi.
3. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan
kebutuhan energi
Diagnosa POST OPERASI
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
2. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan terpasanganya drain.
3. Ansietas berhubungan dengan luka operasi dileher.
a. INTERVENSI
Diagnosa PRE OPERASI
1. Ansietasi berhubungan dengan prosedur pembedahan.
Tujuan : Tidak terjadi kecemasan yang berlanjut sehingga menyebabkan
gangguan psikologi yang lebih lanjut.
Kriteria Hasil
i. Klien rileks
ii. Ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi
iii. Mampu mengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagi
perasaannya
Rencana Tindakan
1. Tinjau ulang prosedur pembedahan dan harapan selanjutnya.
R/ Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat
keputusan berdasarkan informasi.
2. Bantu klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
R/ Membantu mengurangi ansietas klien dan dapat menentukan koping
efektif yang tepat.
3. Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas.
R/ Ansietas ringan dapat ditujukan dengan peka rangsangan dan
insomnia. Ansietas berat yang berkembang dalam keadaan panik
dapat menimbulkan perasaan terancam, teror, ketidak mampuan
untuk bicara dan bergerak.
4. Jelaskan prosedur, lingkungan sekeliling atau suara yang mungkin
terdengar oleh pasien.
R/ Memberikan informasi akurat yang dapat menurunkan distorsi /
kesalahan interprestasi yang dapat berperan dalam reaksi ansietas
atau ketakutan.
5. Jelaskan pengobatan yang dianjurkan, tujuan dan potensial efek
samping dari pengobatan.
R/ Tujuan pengobatan kanker adalah menghancurkan sel-sel malignan
serta meminimasi kerusakan pada sel yang normal. Pengobatan
dapat meliputi pembedahan kemoterapi dan radiasi.
6. Berikan obat anti ansietas (transquilizer, sedatif) dan pantau efeknya.
R/ Dapat digunakan bersama dengan pengobatan untuk menurunkan
pengaruh dari sekresi hormon tiroid yang berlebihan.
Diagnosa POST OPERASI
2. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
Tujuan : Setelah dilakukan keperawatan nyeri dapat berkurang.
Kriteria Hasil
iv. Nyeri hilang / kontrol.
v. Mendemonstrasikan penggunan keterampilan relaksasi dan aktivitas
hiburan yang tepat terhadap situasi.
Rencana Tindakan
a. Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik verbal maupun non verbal, catat
lokasi, intensitas (skala 0 – 10) dan lamanya.
0 = tidak nyeri
1 = nyeri ringan
2 = tidak nyaman
3 = mengganggu
4 = sangat mengganggu
0 = tidak nyeri
1 = sedikit nyeri
2 = nyeri
3 = nyeri sedang
0 = tidak nyeri
1 = nyeri ringan
2 = nyeri sedang
3 = nyeri parah
4 = separah-parahnya
R/ Bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri, menentukan pilihan
intervensi, menentukan efektivitas terapi.
b. Letakakan pasien dalam posisi semi fowler dan sokong kepala / leher
dengan bantal pasien atau bantal kecil.
R/ Mencegah hiperekstensi leher dan melindungi integritas garis
jahitan.
c. Pertahankan leher / kepala dalam posisi netral dan sokong selama
perubahan posisi. Instruksikan pasien menggunakan tangannya untuk
menyokong leher selama pergeraekan dan untuk menghindari
hiperekestensi leher.
R/ Mencegah stres pada garis jahitan dan menurunkan keteganggan
otot.
d. Anjurkan pasien untuk mnggunakan teknik relaksasi seperti imajinasi,
musik yang lembut, relaksasi progresif.
R/ Membantu untuk memfokuskan kembali perhatinan dan membantu
pasien untuk mengatasi nyeri / rasa tidak nyaman secara lebih
efektif.
e. Berikan minuman yang sejuk atau makanan yang lunak seperti es krim
atau sejenisnya.
R/ Menurunkan nyeri tenggorokan tetapi makanan lunak ditoleransi
jika pasien mengalami kesulitan menelan.
f. Berikan obat analgetik dan / atau analgetik sprei tenggorokan sesuai
dengan kebutuhan.
R/ Menurunkan nyeri dan rasa tidak nyaman. Meningkatkan istirahat.
g. Berikan es jika ada indikasi.
R/ Menurunkan edema Jaringan dan menurunkan persepsi terhadap
nyeri.
b. PELAKSANAAN
Pelaksanaan adalah pengolahan dan perwujudan dari rencanan
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Dalam
operasionalnya perawat merupakan satu tim yang bekerja secara
berkesinambungan dengan berbagai tim. Seluruh kegiatan keperawatan dalam
tahap ini ditulis secara rinci sesuai dengan tindkan yang telah dilakukan pada
pelaksanaan tindakan keperawatan (Nasrul Effendi, 1995).
c. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses perawatan dan
merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan
klien dan sesama tenaga kesehatan (Nasrul Effendi, 1995).
d. KOMPLIKASI POST OP TIROIDEKTOMI
Komplikasi utama pada pasien tiroidektomi adalah pendarahan di
daerah operasi dan segera dilakukan pengobatan atau pelepasan jahitan dan
menghentikan pendarahan, juga bisa terjadi cidera pada saraf laringiel
berulang, obstruksi jalan nafas yang disebabkan oleh odem glotis, dan
hipokalsimea (bila kelenjar para tiroid cidera secara kurang hati-hati atau
pengangkatan selama pembedahan).
Setelah tiroidektomi sub total, ini tidak biasanya untuk pasien yang
mengalami hipotiroidisme ringan, namun penggantian hormon tiroid biasanya
tidak diperlukan, karena jaringan tiroid mengalami hipertropi dan akhirnya
menutupi fungsi normal.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Lynda Juail. Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta, 2001.
Doenges Marlyn. E. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC Jakarta, 2001.
Effendi Nasrul. Pengantar Proses Keperawatan, EGC, Jakarta, 1995.
Areif Mnasjoer dkk. kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Medai Aesculapius, FKUI,
Jakarta, 2000.
Marmowinoto Martatko, Pedoman Diagnose dan Terapi Lab / Upf Ilmu Bedah,
RSUD Dr. Soetomo, FK Unair, Surabaya, 1994.
Planta Martin Van, Diagnosa Banding Ilmu Penyakit Dalam, Hipokrates, Jakarta,
2002.
Sri Hartini KS Kariadi, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, FKUI, Jakarta, 1996.