15
LAPORAN PENDAHULUAN STRUMA I. DEFINISI Struma adalah pembesaran tiroid menyeluruh atau sebagian (Martin Van Plante, 2002). Struma Diffusa toxica adalah salah satu jenis struma yang disebabkan oleh sekresi hormon- hormon thyroid yang terlalu banyak. Histologik keadaan ini adalah sebagai suatu hipertrofi dan hyperplasi dari parenchyn kelenjar. 2. ETIOLOGI Penyebab kelainan ini bermacam-macam. Pada setiap orang dapat dijumpai masa dimana kebutuhan terhadap tiroksin bertambah terutama pada masa pertumbuhan, pubertas, menstruasi, kehamilan, laktasi, menopouse, infeksi dan stress. Kontrol normal : wanita (10 %), laki-laki (1-2 %), umum (5 %) Hyperthyroid juga disebabkan oleh hyperskresi dari hormon-hormon thyroid tetapi yang mempengaruhiadalah faktor : umur, temperatur, iklim yang berubah, kehamilan, infeksi, kekurangan yodium dan lain-lain. 3. TANDA DAN GEJALA - Pasien mengeluh adanya benjolan pada leher bagian depan bawah. - Dapat menyebabkan penekanan pada trakea (sesak nafas) dan esofagus (disfagia). - Keganasan tiroid yang infiltrasi dan rekurens menyebabkan terjadinya suara parau.

Struma Chandra

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Struma

Citation preview

Page 1: Struma Chandra

LAPORAN PENDAHULUAN

STRUMA

I. DEFINISI

Struma adalah pembesaran tiroid menyeluruh atau sebagian

(Martin Van Plante, 2002).

Struma Diffusa toxica adalah salah satu jenis struma yang disebabkan oleh sekresi hormon-hormon thyroid yang terlalu banyak. Histologik keadaan ini adalah sebagai suatu hipertrofi dan hyperplasi dari parenchyn kelenjar.

2. ETIOLOGI

Penyebab kelainan ini bermacam-macam. Pada setiap orang dapat

dijumpai masa dimana kebutuhan terhadap tiroksin bertambah terutama

pada masa pertumbuhan, pubertas, menstruasi, kehamilan, laktasi,

menopouse, infeksi dan stress. Kontrol normal : wanita (10 %), laki-laki

(1-2 %), umum (5 %)

Hyperthyroid juga disebabkan oleh hyperskresi dari hormon-hormon thyroid tetapi yang mempengaruhiadalah faktor : umur, temperatur, iklim yang berubah, kehamilan, infeksi, kekurangan yodium dan lain-lain.

3. TANDA DAN GEJALA

- Pasien mengeluh adanya benjolan pada leher bagian depan bawah.

- Dapat menyebabkan penekanan pada trakea (sesak nafas) dan esofagus

(disfagia).

- Keganasan tiroid yang infiltrasi dan rekurens menyebabkan terjadinya

suara parau.

- Tidak disertai rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan didalam nodul.

- Dapat mengalami stres yang berat baik emorional maupun fisik.

Page 2: Struma Chandra

4.PATOFISIOLOGI

5. PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSA

1. Pemeriksaan Sidik Tiroid.

Digunakan untuk membedakan 3 bentuk nodul yaitu nodul dingin,

nodul panas, nodul hangat. Dalam pemeriksaan ini tidak dapat

Penurunan prosuksi tiroid

Seloresi Tiroid

Peningkatan metabolisme

Tirokalsitonin Tiroksin

Pemenuhan nutrisi

menururn

Hipertermi

Kejang

Penurunan curah jantung

Hipokalsium

Penurunan kalsium

Sekresi sel C

Hipoksia

TIROIDEKTOMI

Esofagus

Sesak nafas

Trakea

Struma nodosa

Hipertiroid

Aktifitas menurun

Lemah

Disfagia

Nyeri

Luka operasikelelahanKurang pengetahuan

Ansietas

Pre operasi Post operasi

Intoleransi aktivitas

Resiko terjadinya infeksi

Ansietas

Page 3: Struma Chandra

membedakan apakah nodul itu ganas atau jinak. Grade 0 tidak teraba,

grade 1 teraba dan terlihat dengan kepala di tengadahkan, grade 2 muda

dilihat, kepala posisi biasa, grade 3 terlihat dari jarak tertentu.

Karena ada perubahan pada tiroid awalnya perlu diwaspadai maka

grading system, khususnya grade 1 dibagi dalam 2 kelas :

Grade 1a : tidak teraba atau jika teraba tidak lebih besar dari kelenjar

tiroid normal

Grade 1b : jelas teraba dan membesar, tetapi umumnya tidak terlihat

meskipun kepala ditengadahkan.

2. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG).

Digunakan untuk membedakan antara yang padat, cair, dan beberapa

bentuk kelainan, tetapi belum dapat membedakan dengan pasti apakah

suatu nodul galak atau nodul jinak.

3. Biopsi Aspirasi Jarum Halus.

Digunakan pada keadaan yang mencurigakan atau keganasan.

4. Termografi.

Termografi adalah suatu metode pemeriksaan bedasarkan pengukuran

suhu bulit pada suatu tempat dengan pengunaan alat Dynamic

thermography.

5. Pertanda Tumor (Tumor Marker).

Pada pemeriksaan ini yang diukur adalah peninggian tiroglobulin (

Tg) serum (normal Tg serum, 1,5 – 30 ng / ml.)

6. x-foto leher AP/lat : untuk mengetahui adanya kalsifikasi pada struma

(kemungkinan keganasan tiroid), penyempitan atau pendorongan trakea

oleh struma yang besar.

7. x-foto trakea AP/lat : untuk mengetahui adanya bagian yang

retrosternal, juga melihat adanya coin lession dalam paru pada

keganasan tiroid.

6. PENATALAKSANAAN

1. Strumektomi

2. L – tiroksin selama 4 – 5 bulan.

3. Biopsi aspirasi jarum halus.

(Sri Hartini KS Kriadi, 1996)

Page 4: Struma Chandra

7. ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

A. Pengumpulan Data.

1. Identitas

Identitas klien meliputi, nama, jenis kelamin, umur, agama, alamat,

pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, kebangsaan, suku, tanggal

MRS / jam, diagnosa masuk, nomor Register, ruangan.

2. Keluhan Utama

Klien mengeluh tidak nyaman karena adanya benjolan pada leher.

B. Riwayat Kesehatan.

1. Riwayat Penyakit Sekarang.

Pada umumnya klien mengeluh nyeri dan tidak nyaman pada leher

karena adanya benjolan.

2. Riwayat Penyakit Dahulu.

Sebelumnya klien pernah mengalami rasa sakit pada leher bagian depan

bawah disertai peningkatan suhu tubuh (tiroiditiekrorus) atau tidak.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga.

Dalam keluarga klienada yang meninggal akibat penyakit yang sama

dengan klien (karsinom tiroid tepe meduler) atau tidak.

C. Pola-pola Fungsi Kesehatan

1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Meliputi : kebiasaan pola hidup, perawatan diri dan pengatahuan

tentang perawatan kesehatan dirinya pada waktu pre dan post operasi.

2. Pola nutrisi dan metabolisme

Meliputi : kebiasaan makan (porsi dan komposisi) dan minum sebelum

dan selama MRS (pre dan post operasi).

3. Pola eliminasi

Meliputi : BAK dan BAB klein, frekuensi dan konsistensinya pada saat

pre dan post operasi.

4. Pola istirahat dan tidur

Klien saat MRS dapat mengalami kesulitan tidur karena merasa cemas

dan takut akan dilakukan operasi, dan pada saat post operasi klien

masih dapat cemas karena adanya luka operasi di leher.

5. Pola aktivitas dan latihan

Page 5: Struma Chandra

Pada saat sebelum MRS dan selama MRS (pre operasi), klien dapat

melakukan aktivitas tanpa adanya gangguan, sedangkan saat post

operasi aktivitas klien dibantu oleh keluarganya dan perawat.

6. Pola persepsi dan konsep diri

Pada umumnya klien tidak mengalami gangguan konsep diri.

7. Pola sensori dan kognitif

Pada sistem sensori tidak ada gangguan serta dikaji tentang

pengetahuan klien mengenai masalah penyakitnya.

8. Pola reproduksi dan seksual

Jika terjadi hipertiroidisme dapat menyebabkan penurunan libido,

hipomenorhe, amenorhe, dan impoten.

9. Pola hubungan dan peran

Pada umumnya di pola hubungan peran tidak ada gangguan.

10. Pola penanggulangan stress

Mengkaji tentang cara klien dalam menghadapi masalah dan cara

menyelesaikan masalah tersebut.

11. Pola tata nilai dan kepercayaan

Mengkaji tentang kepercayaan klien mengenai penyakit tersebut.

D. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum

Kesadaran kompos mentis, suara bicara terdengar serak, tekanan darah

dalam batas normal (120/80 mmHg) jika tidak ada riwayat hipertesi,

nadi dalam batas normal (60 – 100 kali per menit), pernafasan dalam

batas normal (16 – 20 kali per menit).

2. Kepala

Pada kepala termasuk norma cepalik dan tidak ada gangguan berupa

nyeri kepala, trauma pada kepala serta penonjolan.

3. Muka

Pada muka simetris, tidak ada oedema dan tias, serta tidak ada

gangguan pada muka.

4. Mata

Pada mata tidak ada gangguan, alis mata normal, tidak ada hiperemi,

perdarahan, oedema, ikterus.

5. Telinga

Pada telinga tidak ada gangguan, tidak ada sekret, serumen, dan benda

asing.

6. Hidung

Page 6: Struma Chandra

Pada hidung tidak ada gangguan, tidak ada sekret, bau, obstruksi dan

polip.

7. Mulut dan Faring

Tidak ada kelainan pada bibir (seperti cheiloechizis) tidak ada karies

gigi hanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid.

8. Leher

Teraba benjolan akibat pembesaran kelenjar tiroid, dengan konsistensi

kenyal, ikut bergerak saat menelan.

9. Thorak

Meliputi ada tidaknya kelainan daerah thorak.

10. Paru

Meliputi ada tidaknya kelainan pada daerah paru, ada suara tambahan

(egofori, ronchi, wheezing) atau tidak.

11. Jantung

Meliputi ada tidaknya kelainan pada daerah jantung ada tidaknya iktus.

12. Abdomen

Meliputi ada tidaknya kelainan pada daerah abdomen.

13. Inguinal, Genital, dan Anus.

Pada sistem ini tidak ada gangguan dan kelainan, seperti hernia, tumor,

abces.

14. Integumen

Tampak pucat disaat klien cemas dant akut.

15. Ekstrimitas dan Neurologie

Meliputi ada tidaknya kelainan pada sistem Ekstrimitas dan

Neurologie, seperti kekakuan sendi, tanda infeksie demaS

8. DIAGNOSA

Diagnosa PRE OPERASI

1. Ansitasi berhubungan dengan prosedur pembedahan.

2. Kurang pengetahuan, mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kesalahan interpretasi informasi.

3. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan

kebutuhan energi

Diagnosa POST OPERASI

1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.

2. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan terpasanganya drain.

3. Ansietas berhubungan dengan luka operasi dileher.

Page 7: Struma Chandra

a. INTERVENSI

Diagnosa PRE OPERASI

1. Ansietasi berhubungan dengan prosedur pembedahan.

Tujuan : Tidak terjadi kecemasan yang berlanjut sehingga menyebabkan

gangguan psikologi yang lebih lanjut.

Kriteria Hasil

i. Klien rileks

ii. Ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi

iii. Mampu mengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagi

perasaannya

Rencana Tindakan

1. Tinjau ulang prosedur pembedahan dan harapan selanjutnya.

R/ Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat

keputusan berdasarkan informasi.

2. Bantu klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.

R/ Membantu mengurangi ansietas klien dan dapat menentukan koping

efektif yang tepat.

3. Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas.

R/ Ansietas ringan dapat ditujukan dengan peka rangsangan dan

insomnia. Ansietas berat yang berkembang dalam keadaan panik

dapat menimbulkan perasaan terancam, teror, ketidak mampuan

untuk bicara dan bergerak.

4. Jelaskan prosedur, lingkungan sekeliling atau suara yang mungkin

terdengar oleh pasien.

R/ Memberikan informasi akurat yang dapat menurunkan distorsi /

kesalahan interprestasi yang dapat berperan dalam reaksi ansietas

atau ketakutan.

5. Jelaskan pengobatan yang dianjurkan, tujuan dan potensial efek

samping dari pengobatan.

R/ Tujuan pengobatan kanker adalah menghancurkan sel-sel malignan

serta meminimasi kerusakan pada sel yang normal. Pengobatan

dapat meliputi pembedahan kemoterapi dan radiasi.

6. Berikan obat anti ansietas (transquilizer, sedatif) dan pantau efeknya.

Page 8: Struma Chandra

R/ Dapat digunakan bersama dengan pengobatan untuk menurunkan

pengaruh dari sekresi hormon tiroid yang berlebihan.

Diagnosa POST OPERASI

2. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.

Tujuan : Setelah dilakukan keperawatan nyeri dapat berkurang.

Kriteria Hasil

iv. Nyeri hilang / kontrol.

v. Mendemonstrasikan penggunan keterampilan relaksasi dan aktivitas

hiburan yang tepat terhadap situasi.

Rencana Tindakan

a. Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik verbal maupun non verbal, catat

lokasi, intensitas (skala 0 – 10) dan lamanya.

0 = tidak nyeri

1 = nyeri ringan

2 = tidak nyaman

3 = mengganggu

4 = sangat mengganggu

0 = tidak nyeri

1 = sedikit nyeri

2 = nyeri

3 = nyeri sedang

0 = tidak nyeri

1 = nyeri ringan

2 = nyeri sedang

3 = nyeri parah

4 = separah-parahnya

R/ Bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri, menentukan pilihan

intervensi, menentukan efektivitas terapi.

b. Letakakan pasien dalam posisi semi fowler dan sokong kepala / leher

dengan bantal pasien atau bantal kecil.

R/ Mencegah hiperekstensi leher dan melindungi integritas garis

jahitan.

c. Pertahankan leher / kepala dalam posisi netral dan sokong selama

perubahan posisi. Instruksikan pasien menggunakan tangannya untuk

menyokong leher selama pergeraekan dan untuk menghindari

hiperekestensi leher.

R/ Mencegah stres pada garis jahitan dan menurunkan keteganggan

otot.

d. Anjurkan pasien untuk mnggunakan teknik relaksasi seperti imajinasi,

musik yang lembut, relaksasi progresif.

R/ Membantu untuk memfokuskan kembali perhatinan dan membantu

pasien untuk mengatasi nyeri / rasa tidak nyaman secara lebih

efektif.

Page 9: Struma Chandra

e. Berikan minuman yang sejuk atau makanan yang lunak seperti es krim

atau sejenisnya.

R/ Menurunkan nyeri tenggorokan tetapi makanan lunak ditoleransi

jika pasien mengalami kesulitan menelan.

f. Berikan obat analgetik dan / atau analgetik sprei tenggorokan sesuai

dengan kebutuhan.

R/ Menurunkan nyeri dan rasa tidak nyaman. Meningkatkan istirahat.

g. Berikan es jika ada indikasi.

R/ Menurunkan edema Jaringan dan menurunkan persepsi terhadap

nyeri.

b. PELAKSANAAN

Pelaksanaan adalah pengolahan dan perwujudan dari rencanan

keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Dalam

operasionalnya perawat merupakan satu tim yang bekerja secara

berkesinambungan dengan berbagai tim. Seluruh kegiatan keperawatan dalam

tahap ini ditulis secara rinci sesuai dengan tindkan yang telah dilakukan pada

pelaksanaan tindakan keperawatan (Nasrul Effendi, 1995).

c. EVALUASI

Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses perawatan dan

merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan

klien dan sesama tenaga kesehatan (Nasrul Effendi, 1995).

d. KOMPLIKASI POST OP TIROIDEKTOMI

Komplikasi utama pada pasien tiroidektomi adalah pendarahan di

daerah operasi dan segera dilakukan pengobatan atau pelepasan jahitan dan

menghentikan pendarahan, juga bisa terjadi cidera pada saraf laringiel

berulang, obstruksi jalan nafas yang disebabkan oleh odem glotis, dan

hipokalsimea (bila kelenjar para tiroid cidera secara kurang hati-hati atau

pengangkatan selama pembedahan).

Setelah tiroidektomi sub total, ini tidak biasanya untuk pasien yang

mengalami hipotiroidisme ringan, namun penggantian hormon tiroid biasanya

tidak diperlukan, karena jaringan tiroid mengalami hipertropi dan akhirnya

menutupi fungsi normal.

Page 10: Struma Chandra

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Lynda Juail. Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta, 2001.

Doenges Marlyn. E. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC Jakarta, 2001.

Effendi Nasrul. Pengantar Proses Keperawatan, EGC, Jakarta, 1995.

Areif Mnasjoer dkk. kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Medai Aesculapius, FKUI,

Jakarta, 2000.

Marmowinoto Martatko, Pedoman Diagnose dan Terapi Lab / Upf Ilmu Bedah,

RSUD Dr. Soetomo, FK Unair, Surabaya, 1994.

Planta Martin Van, Diagnosa Banding Ilmu Penyakit Dalam, Hipokrates, Jakarta,

2002.

Sri Hartini KS Kariadi, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, FKUI, Jakarta, 1996.