3
SI KAPAL KECIL " tempat yg paling aman untuk sebuah kapal adalah dermaga, tp bukan untuk itu sebuah kapal diciptakan " Pernah mendengar peribahasa itu? Sore itu saat matahari hampir terbenam, dermaga dipenuhi banyak kapal yang berlabuh. Sunyi, hanya terdengar hempasan ombak. Namun sebenarnya, sore itu kapal-kapal sedang asik bercengkrama. Mereka menceritakan perjalanannya satu sama lain. Di tengah kapal-kapal besar itu nampak kapal kecil yang diam. Dia sedang berpikir bagaimana indahnya lautan? Ya, dia belum pernah merasakannya. Hingga suatu hari, dia mendengar dari para nelayan bahwa mereka akan membawanya mencari ikan ke suatu tempat istimewa. Istimewa karena perlu perjuangan lebih menuju kesana. "Astaga! kau yakin? Kapal besar saja tak mau melakukannya" teriak sebuah kapal besar "Tempatnya jauh dan ombaknya besar, kau akan rusak saja akhirnya" tambah yang lain. "Sepertinya nelayan memang sengaja, biarlah dia saja yang rusak." kapal- kapal lain menimpali "Kau bahkan tak bermuatan lebih besar dari kapal seukuranmu untuk menampung ikan yang banyak" terdengar dari salah satu kapal di sana. "Ini kali pertamamu, Kau akan membawa para nelayan, keselamatan mereka tergantung padamu. Tugas itu berat, kau tau?" masih dari kapal-kapal itu. "Tak tau diri!" bisik-bisik mereka satu sama lain. Gujatan-gujatan itu tak henti dilemparkan padanya. Walaupun, juga ada teman- teman yang mendukung. Kapal kecil itu hanya pasrah menerima semua. Apalagi yang bisa dia lakukan. Dia pun tak percaya akan kemampuannya. Dia takut akan mencelakakan para nelayan. Tapi, ini kesempatannya untuk melihat lautan dan merasakan ombak yang sebenarnya. Apa dia tidak boleh mendapat kesempatan? Pikirnya.

St.sebuah Kapal Kecil

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: St.sebuah Kapal Kecil

SI KAPAL KECIL

" tempat yg paling aman untuk sebuah kapal adalah dermaga, tp bukan untuk itu sebuah kapal diciptakan "

Pernah mendengar peribahasa itu?

Sore itu saat matahari hampir terbenam, dermaga dipenuhi banyak kapal yang berlabuh. Sunyi, hanya terdengar hempasan ombak. Namun sebenarnya, sore itu kapal-kapal sedang asik bercengkrama. Mereka menceritakan perjalanannya satu sama lain. Di tengah kapal-kapal besar itu nampak kapal kecil yang diam. Dia sedang berpikir bagaimana indahnya lautan? Ya, dia belum pernah merasakannya.

Hingga suatu hari, dia mendengar dari para nelayan bahwa mereka akan membawanya mencari ikan ke suatu tempat istimewa. Istimewa karena perlu perjuangan lebih menuju kesana.

"Astaga! kau yakin? Kapal besar saja tak mau melakukannya" teriak sebuah kapal besar

"Tempatnya jauh dan ombaknya besar, kau akan rusak saja akhirnya" tambah yang lain.

"Sepertinya nelayan memang sengaja, biarlah dia saja yang rusak." kapal-kapal lain menimpali

"Kau bahkan tak bermuatan lebih besar dari kapal seukuranmu untuk menampung ikan yang banyak" terdengar dari salah satu kapal di sana.

"Ini kali pertamamu, Kau akan membawa para nelayan, keselamatan mereka tergantung padamu. Tugas itu berat, kau tau?" masih dari kapal-kapal itu.

"Tak tau diri!" bisik-bisik mereka satu sama lain.

Gujatan-gujatan itu tak henti dilemparkan padanya. Walaupun, juga ada teman-teman yang mendukung. Kapal kecil itu hanya pasrah menerima semua. Apalagi yang bisa dia lakukan. Dia pun tak percaya akan kemampuannya. Dia takut akan mencelakakan para nelayan. Tapi, ini kesempatannya untuk melihat lautan dan merasakan ombak yang sebenarnya. Apa dia tidak boleh mendapat kesempatan? Pikirnya.

"Aku akan berusaha menjaga keselamatan para nelayan, aku tidak tau seberapa ikan yang bisa ku bawa, dan pada akhirnya biarlah aku yang rusak. Tapi, aku ingin merasakan lautan. Aku ingin tetap pergi!" teriak kapal kecil itu di dalam hatinya, mengokohkan tekadnya yang hampir goyah.

Tibalah hari itu, kapal kecil pun berlayar. Benar saja perjalanannya tak mudah. Ombak tinggi terus menerjang badan kapalnya yang kecil. Beban ikan yang ditarik pun tak kalah berat.

Bersambung

Bagaimana hasil perjalanan kapal kecil ini, seberapa banyak ikan yang dapat dia bawa, dan bagaimana reaksi teman-temannya. Tunggu kelanjutannya di edisi berikutnya...

Page 2: St.sebuah Kapal Kecil

Dia terus berusaha menyeimbangkan diri di tengah malam yang gelap. Gelombang besar lautan seakan menyayat kayu-kayu kapalnya. Ikan hasil tangkapan pun masih melompat tak karuan. Belum lagi para nelayan.

Seakan kehilangan kesadaran, kini dia sudah kembali ke dermaga. Tapi dia seorang diri. Mungkin kapal lain sedang sibuk.

Dia dengar dari nelayan. Hasil tangkapan mereka dengannya tak bagus. Tak banyak ikan yang bisa di bawa pulang. Menyadari itu dia tau badan kapalnya telah rusak. Berlubang di mana-mana. Kayu-kayu kapal kecil itu semakin terlihat rapuh. Tentu kabar dan keadaannya telah menyebar di antara kapal lain.

"Sudah sewajarnya, dia baru pertama kali dipakai" ucap seorang nelayan.

Kapal kecil mendengar semuanya. Dia kecewa karena tak bisa memuaskan para nelayan. Dia khawatir bahwa dia tidak akan dipakai lagi atau bahkan dibuang. Tapi dia masih merasa senang, karena telah dapat berlayar merasakan lautan. Bukankah untuk itu dia diciptakan? Baginya, jika pun ini kali terakhirnya, dia telah berguna. Dia tidak menyesal.

Lalu suatu hari, nelayan membawanya. Mereka melepas kayu-kayu pada kapal kecil. Mereka memperbaiki kerusakannya. Hingga Kapal kecil itu kembali ke dermaga dengan penampilan yang lebih kokoh. Pelayaran yang dulu, menjadi pengalaman. Semua itu membuat Kapal-kapal lain mengakuinya. Mengakui bahwa dia siap untuk kembali berlayar.