27
Stubbs Wacana dapat diartikan sebagai bahasa yang diwujudkan di atas kalimat atau di atas klausa (Stubbs, 1983:1). Selaras dengan pengertian yang diberikan oleh Stubbs, wacana disebut sebagai bentuk bahasa di atas kalimat yang mengandung sebuah tema (Sobus, 2002:11) Stubbs di dalam Discourse Analysis: The Sociolinguistic Analysis of Natural Language (1984:1) mengemukakan pendapatnya tentang analisis wacana, sebagaimana berikut ini. “ (Analisis wacana) merujuk pada upaya mengkaji pengaturan bahasa di atas klausa dan kalimat, dan karenanya juga mengkaji satuan-satuan kebahasaan yang lebih luas. Seperti pertukaran percakapan atau bahasa tulu\is. Konsekuensinya, analisis wacana juga memperhatikan bahasa pada waktu digunakan dalam konteks sosial, khususnya interaksi antarpenutur”. Selanjutnya Stubbs (1984: 7) menyatakan “However, it has become increasingly clear that a coherent view of language, ingluding syntax must take account of discourse phenomena”. Analisis wacana menggunakan aturan-aturan atau batasan-batasan bahasa. Aturan-aturan itu termasuk sintaksis atau tata kalimat dan harus memperhatikan fenomena dari wacana. Menurut Stubbs (1983) analisis wacana merujuk pada upaya mengkaji penggunaan bahasa di atas kalimat atau klausa; dan oleh karenanya, analisis wacana mengkaji satuan- satuan kebahasaan yang lebih luas seperti percakapan (wacana lisan) atau teks tulis. Berkaitan dengan proses penyampaian informasi, analisis wacana juga memusatkan perhatiannya pada bagaimana suatu informasi diseleksi, diformulasi, dan disampaikan di antara pembicara-pembicara (Stubbs, 1983:30). Lebih rinci lagi Stubbs (1983: 1) mengemukakan bahwa analisis wacana, “attempts to study the organization of language above the sentence or the clause, and therefore to study larger linguistic units, such as conversational exchanges or written texts. It follows that discourse analysis is also concerned with language in use in social contexts, and in particular with interaction or dialogue between speakers (dalam Schiffrin, 1992: 1)”. Dengan demikian, analisis wacana mampu membawa kita mengkaji latar sosial dan latar budaya penggunaan suatu bahasa. Dengan kata lain, analisis wacana mampu meneliti bahasa lebih dari sekedar menggambarkannya, tetapi dapat pula membantu kita memahami aturan-aturannya yang menjadi bagian dari pengetahun pengguna bahasa yang tercermin dalam komunikasi sehari-harinya (Bhatia, 1999 dalam Paltridge, 2000). Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis wacana mempelajari bahasa dalam penggunaannya dan juga mengkaji bagaimana bahasa menjadi penuh makna dan padu bagi pemakainya.

Stubbs

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Stubbs

Citation preview

Page 1: Stubbs

Stubbs

Wacana dapat diartikan sebagai bahasa yang diwujudkan di atas kalimat atau di atas klausa (Stubbs, 1983:1). Selaras dengan pengertian yang diberikan oleh Stubbs, wacana disebut sebagai bentuk bahasa di atas kalimat yang mengandung sebuah tema (Sobus, 2002:11)

Stubbs di dalam Discourse Analysis: The Sociolinguistic Analysis of Natural Language (1984:1) mengemukakan

pendapatnya tentang analisis wacana, sebagaimana berikut ini.

“ (Analisis wacana) merujuk pada upaya mengkaji pengaturan bahasa di atas klausa dan kalimat, dan karenanya

juga mengkaji satuan-satuan kebahasaan yang lebih luas. Seperti pertukaran percakapan atau bahasa tulu\is.

Konsekuensinya, analisis wacana juga memperhatikan bahasa pada waktu digunakan dalam konteks sosial,

khususnya interaksi antarpenutur”.

Selanjutnya Stubbs (1984: 7) menyatakan “However, it has become increasingly clear that a coherent view of

language, ingluding syntax must take account of discourse phenomena”. Analisis wacana menggunakan aturan-

aturan atau batasan-batasan bahasa. Aturan-aturan itu termasuk sintaksis atau tata kalimat dan harus

memperhatikan fenomena dari wacana.

Menurut  Stubbs (1983) analisis wacana merujuk pada upaya mengkaji penggunaan bahasa di atas kalimat atau klausa; dan oleh karenanya, analisis wacana mengkaji satuan-satuan kebahasaan yang lebih luas seperti percakapan (wacana lisan) atau teks tulis.

Berkaitan dengan proses penyampaian informasi, analisis wacana juga memusatkan perhatiannya pada bagaimana suatu informasi diseleksi, diformulasi, dan disampaikan di antara pembicara-pembicara (Stubbs, 1983:30).

 Lebih rinci lagi Stubbs (1983: 1) mengemukakan bahwa analisis wacana,

“attempts to study the organization of language above the sentence or the clause, and therefore to

study larger linguistic units, such as conversational exchanges or written texts. It follows that discourse analysis

is also concerned with language in use in social contexts, and in particular with interaction or dialogue between

speakers (dalam Schiffrin, 1992: 1)”. Dengan demikian, analisis wacana mampu membawa kita mengkaji latar

sosial dan latar budaya penggunaan suatu bahasa. Dengan kata lain, analisis wacana mampu meneliti bahasa

lebih dari sekedar menggambarkannya, tetapi dapat pula membantu kita memahami aturan-aturannya yang

menjadi bagian dari pengetahun pengguna bahasa yang tercermin dalam komunikasi sehari-harinya (Bhatia,

1999 dalam Paltridge, 2000). Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis wacana

mempelajari bahasa dalam penggunaannya dan juga mengkaji bagaimana bahasa menjadi penuh makna dan

padu bagi pemakainya.

Stubbs (dalam Rosidi, 2009) menyatakan bahwa analisis wacana dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mengkaji organisasi wacana di atas tingkat kalimat atau klausa. Hal ini sesuai dengan pandangan aliran formalis yang memahami wacana sebagai organisasi bahasa yang terbentuk dari unsur-unsur yang secara hierarkis lebih kecil tatarannya (klausa dan kalimat). Analisis wacana juga berusaha untuk mencapai makna yang sangat dekat dengan makna yang dimaksudkan oleh pembicara dalam wacana lisan atau oleh penulis dalam wacana 14 tulis (pandangan fungsional).

Linguistics has traditionally concentrated on studying single sentences or isolated speech acts. In this book Michael Stubbs explores one of the most promising new directions in contemporary

Page 2: Stubbs

linguistics the study of many sentences and how they fit together to form discourse. Using many examples drawn from recorded conversations, fieldwork observations, experimental data, and written texts, he discusses such questions as how far discourse structure is comparable to sentence structure; whether it is possible to talk of "well formed" discourse as one does of "grammatical" sentences; and whether the relation between question and answer in conversation is syntactic, semantic, or pragmatic."

 Michael Stubbs shows that linguistic concepts can be extended to analyse spontaneous and informal talk in the home, classroom or factory, and, indeed, written narrative. Using copious examples drawn from recorded conversations, field work observations, experimental data and written texts, he explores such questions as how far discourse structure is comparable to sentence structure; whether it is possible to talk of a well formeda discourse as one does of a grammaticala sentences; and whether the relation between question and answer in conversation is syntactic, semantic or pragmatic. He also demonstrates some of the limitations of contemporary linguistics and speech act theory which neglect key aspects of native speaker fluency and communicative competence. 

Bron and Yule

Fungsi Bahasa

Analisis wacana tidak lepas dari fungsi bahasa itu sendiri. Untuk memudahkan analisis, Yule dan Brown (1984) membatasi hanya pada dua fungsi pokok bahasa yaitu:

1. Fungsi transaksional: fungsi bahasa yang tujuannya untuk menyatakan isi ('the expression of content')

2. fungsi interaksional: fungsi yang melibatkan hubungan sosial dan sikap individu.

Pada kenyataannya sering kedua fungsi ini bekerja bersama-sama. Suatu contoh misalnya, kalau seorang ibu memberi nasehat anaknya, maka dua fungsi bahasa tadi berjalan seiring, yaitu penyampaian nasehat itu sendiri dan pembinaan hubungan sosial dengan anak.

Di dalam bahasa transaksional, ada praanggapan (presupposition) bahwa apa yang ada pada pikiran penutur ialah pemindahan informasi yang efisien. Bahasa yang dipergunakan dalam situasi ini berorientasi pada pesan (massage-oriented). Yang penting di sini ialah bahwa orang yang menerima informasi itu mendapat informasi yang betul. Jadi tujuannya ialah kejelasan tentang apa yang dikatakan oleh penutur seperti kejelasan yang diberikan oleh seorang ketua RT pada warganya yang menanyakan hal retribusi sampah, atau kejelasan yang diberikan oleh seorang dokter ketika ia memberi petunjuk kepada seorang perawat tentang pemberian pil kepada pasiennya. Dengan sendirinya akan timbul hal yang tidak menguntungkan dalam masalah transaksi informasi ini bila misalnya pesan yang disampaikan tidak dipahami dengan sempurna oleh orang yang menerima pesan itu.

Sementara itu para ahli sosiolinguistik menaruh perhatian pada penggunaan bahasa untuk membentuk dan memelihara hubungan sosial. Alasannya ialah bahwa sebagaian

Page 3: Stubbs

besar in-teraksi manusia sehari-hari lebih diwarnai oleh hubungan antar manusia. Kalau ada salah satu di antara dua orang Indonesia yang saling tidak kenal sedang menunggu kereta api di setasiun menyapa yang lain dengan mengatakan: "Kok terlambat sekali keretanya, Ya" atau kalau salah seorang di antara dua orang Amerika yang juga sling tidak kenal mengatakan: "Gee, it's freezing " ini tidak berarti bahwa masing-masing di antara orang Indonesia dan orang Amerika itu semata-mata bermaksud menyampaikan informasi tentang keterlambatan kereta api atau tentang dinginnya udara saat itu, yang tentunya kedua pihak baik penutur maupun penanggap sudah saling mengetahuinya. Di antara situasi ini terkandung makna bahwa penutur ingin sekedar bersopan-santun saja dan ingin membentuk hubungan sosial. Bagaimanapun juga dalam kenyataannya, sebagian besar percakapan sehari-hari merupakan pendapat seseorang mengenai apa yang ada dihadapannya dan di hadapan pendengarnya.

Pada ahli bahasa dan pakar filsafat kebahasaan cenderung untuk mengadakan pendekatan yang terbatas sekali terhadap fungsi-fungsi bahasa dalam masyarakat. Walaupun mereka mengakui bahwa bahasa dapat dipergunakan untuk melaksanakan berbagai fungsi komunikatif, mereka berasumsi bahwa fungsi bahasa yang paling utama ialah komunikasi informasi.

Data

Data analisis wacana biasanya berupa naskah tertulis atau rekaman interaksi yang sesungguhnya. Jarang sekali berupa kalimat tunggal. Tipe materi seperti ini disebut juga sebagai "performance data" yang di dalamnya termasuk juga unsur beragam, salah ucap, serta juga bentuk bahasa yang non standard.

Peranan Konteks

Sejak permulaan tahun 1970, para pakar bahasa menyadari akan pentingnya konteks untuk menginterpretasi ujaran atau pun kalimat; sehingga pendekatan seorang analis wacana pada data jauh berbeda dari ahli informasi bahasa formal. Karena seorang analis wacana mempelajari bahasa dalam konteks minatnya lebih tertuju pada saat tertentu dari pada hubungan potensial antara satu kalimat dengan yang lain tanpa memperhatikan penggunaannya. Seorang analis wacana berusaha menjelaskan apa yang dikerjakan oleh pembicara dan pendengar; sehingga dikatakan oleh Brown dan Yule (1984) bahwa seorang analis wacana mempelajari bahasa dengan pendekatan pragmatis (a pragmatic approach to the study of language in use).

Telah dinyatakan sebelumnya bahwa peranan konteks sangat penting dalam analisis wacana. Kedua contoh berikut ini memperjelas peranan konteks dalam penggunaan bahasa. Kata "pintar" mengandung makna yang berbeda bahkan bertolak belakang pada kedua contoh di bawah ini.

Penutur seorang bapak, pendengarnya istrinya. Tempat di rumah mereka. Pada suatu sore hari, mereka mendengarkan anak mereka yang masih berumur dua

Page 4: Stubbs

setengah tahun menyayikan lagu Balonku Ada Lima dengan lancar. Bapak tersebut berkata : "Pintar ya dia".

Penutur seorang ibu. Pendengarnya suaminya. Si ibu menyuruh anaknya perempuannya memanasi masakan untuk makan malam. Si anak lupa mematikan kompor, sehingga makanannya jadi hangus. Ibu tadi lalu berkata: "Pintar dia ya".

Dell Hymes merinci unsur-unsur konteks sebagai berikut: penyampaian, yaitu penutur atau penulis yang menghasilkan ujaran atau tulisan, penerima, yaitu pendengar atau pembaca yang menerima pesan dalam ujaran atau tulisan. Unsur topik, yaitu apa yang dibicarakan oleh penyampai dan penerima. Pengetahuan analis tentang topik sangat membantu analisisnya. Unsur konteks berikutnya adalah setting yang meliputi waktu, tempat dan peristiwa. Unsur lainnya adalah saluran yaitu bagaimana komunikasi antara penyampai dan penerima dilakukan, apakah melalui tulisan atau lisan. Kemudian ada unsur kode: yaitu bahasa atau dialek mana yang dipakai dalam interaksi. Akhirnya, unsur yang terakhir ialah tujuan, yaitu hasil akhir dari komunikasi.

Secara singkat dapat dinyatakan bahwa unsur-unsur tersebut diatas akan memudahkan seorang analis wacana dalam memperkirakan bentuk isi suatu wacana.

Dua Prinsip Analisis Wacana

Menurut Brown dan Yule (1984) masalah yang dihadapi oleh seorang analis wacana hampir sama dengan masalah yang dihadapi oleh pendengar atau pembaca. Seorang penanggap harus mampu membuat interpretasi-interpretasi dengan menggunakan dua prinsip analis wacana, yaitu: prinsip lokalitas dan analogi. Prinsip lokalitas memberikan tuntunan kepada pendengar, pembaca atau analis wacana untuk tidak menciptakan konteks yang lebih luas dari yang diperlukan untuk sampai pada interpretasi yang paling mendekati maksud asli yang diberikan oleh penyampai. Prinsip analogi memungkinkan suatu wacana ditafsirkan dengan mengingat wacana lain yang semacam, yang sudah pernah diketahui oleh pendengar, dengan cara analogi. Suatu wacana dapat juga diinterpretasikan selain dengan kedua prinsip tersebut diatas juga dengan aspek lain yaitu pengetahuan analis tentang dunia luar (knowledge of the world). Contohnya misalnya seorang analis yang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai komputer akan sangat sulit baginya untuk bisa menginterpretasikan isi buku petunjuk mengenai penggunaan komputer. Contohnya di bawah ini yang dikutip dari Poerwono (1966:7) oleh Wahab (1991) memberikan ilustrasi yang jelas bagaimana seorang analis wacana menggunakan dua prinsip analis wacana seperti yang dinyatakan di atas untuk memahami suatu gejala bahasa yang disebut metafora:

Bu Gondo : Ning rak ora kecantol putri Semarang to?

Kusmadi : Ah mboten, Bu. Tiyang mas Bin kemawon taksih anteng ngaten kok, menapa malih kula

ingkang langkung enem mandar kesesa?

Page 5: Stubbs

Bu Gondo : O, cekake nek masmu Bin isih arep dak imbu terus, kok ben mateng dhisik tenan ana

brongsongan. Puluh-puluh mateng nek mung semprongan, tiwas nyangyangane ora duwur.

Metafora dalam wacana di atas, yaitu 'dak imbu ana brongsongan' ditafsirkan oleh penutur asli bahasa Jawa sebagai kematangan jasmani dan rohani secara wajar. Seperti sudah diutarakan di muka, prinsip lokalitas memberi tuntunan kepada analis untuk membentuk konteks yang secukupnya saja, tidak lebih luas dari yang dirinci oleh Dell Hymes, tetapi ia hanya memperhatikan unsur yang paling relevan saja, dalam hal ini unsur topik. Berdasar pertanyaan yang diucapkan oleh Bu Gondo dan jawaban yang diberikan oleh Kusmadi, analis dapat membuat perkiraan bahwa topik yang cocok untuk wacana semacam itu ialah usia perkawinan. Juga berdasarkan pengetahuan dan pengalaman tentang dunia luar yang berhubungan dengan pembicaraan antara Bu Gondo dan Kusmadi di atas, analis mengetahui bahwa seseorang tidak akan menikah sebelum dia matang dan prinsip (dalam arti jasmani dan rohani).

Prinsip lokalitas dan prinsip analogi ini senada dengan konsep coherence. suatu konsep yang tidak kalah pentingnya dalam analisis wacana. Coherence ialah suatu keadaan yang menunjukan bahwa kalimat-kalimat yang berurutan dalam suatu wacana dianggap berkaitan satu sama lain meskipun tidak ada tanda-tanda linguistik yang nampak.

Coherence dalam Wacana

Salah satu dari anggapan umum yang masih kita dengar mengenai analisis bahasa ialah bahwa satu-satunya landasan yang dipakai untuk menangkap makna suatu pesan linguistik ialah kata-kata dan struktur kalimat yang digunakan dalam menyampaikan pesan tersebut. Contoh pertama di bawah yang merupakan terjemahan dari suatu cuplikan dari novel The Right Stuffoleh Tom Molfe yang dikutip oleh Brown dan Yule (1984) menunjukkan bahwa cuplikan ini secara grammatikal jelas dan benar, tetapi sulit bagi kita untuk menangkap pesan yang disampaikan.

Dalam waktu yang lain, atau sepuluh menit, tidak lebih lama dari itu, tiga dari mereka telah meneleponnya dan menanyakan padanya apakah dia telah mendengar bahwa suatu telah terjadi di luar sana.

Sekarang mari kita simak contoh berikut ini:

PT Tinja sedot WC dan lain-lain service 24 jam T 575979 - 573579 - 573624 - 521606 - 581918.

Kalau kita menganalisis wacana ini, maka dengan mudah kita bisa menangkap pesan yang disampaikan oleh penyampai pesan dalam hal ini PT Tinja, dengan menggunakan prinsip lokalitas dan analogi. Kita lihat bahwa wacana ini disajikan tidak dalam urutan sintaksis yang baik bentuknya (syntactic wellformedness).

Page 6: Stubbs

Dalam uraian di atas dapat disimpulkan bahwa analisis wacana merupakan pendekatan baru untuk mempelajari bahasa. Seorang analis wacana lebih menaruh perhatian pada fungsi interaksional dari bahasa, meskipun dia sama tidak mengabaikan fungsi transaksional. Dia lebih tertarik pada bagaimana penutur (addresser) menggunakan bahasa agar supaya dapat diinterpretasikan dengan baik oleh penanggap (addressee). Meskipun seorang analis wacana masih memperhatikan ciri-ciri linguistik dari suatu wacana dia lebih menekankan pada prinsip-prinsip di luar linguistik antara lain : konteks, analogi, lokalitas, pengetahuan mengenai dunia (knowledge of the world). untuk menentukan suatu wacana itu 'coherent' atau tidak.

Van dijk

Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur/tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga tingkatan. Pertama struktur makro. Ini merupakan makna global/umum dari suatu teks yang dapat diamati. Kedua, superstruktur. Ini merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh. Ketiga, struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian terkecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar.6 Menurut Littlejohn, antara bagian teks dalam model van Dijk dilihat saling mendukung, mengandung arti yang koheren satu sama lain. Hal ini karena semua teks dipandang van Dijk mempunyai suatu aturan yang dapat dilihat sebagai suatu piramida.7 Bahasa dalam wacana kritis dipandang sebagai representasi yang membentuk subjek, tema, maupun ideologi tertentu. Analisis wacana kritis memandang bahasa sebagai faktor yang penting, bahasa tersebut digunakan dalam melihat ketimpangan kekuasaan yang terjadi di masyarakat (dalam Eriyanto. 2009: 8-13) yang merupakan cerminan dari tindakan, konteks, historis, kekuasaan, dan ideologi. 2. Unit Analisis Penelitian yang kami lakukan mengenai “Karakter Orang Surabaya dalam film Kere tapi Mbois”. Penelitian ini dilakukan karena peneliti tertarik dengan karakter masyarakat Surabaya dalam berinteraksi untuk mengkritisi permasalahan-permasalahan yang terjadi di negeri ini. Selain itu juga dikarenakan untuk mendukung karya-karya local yang dihasilkan oleh sineas muda kota Surabaya agar bisa eksis dan mampu bersaing di era global.

Van Djik membagi elemen wacana ini dalam tiga tingkatan, yaitu struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro. Akan tetapi, meskipun terdiri atas berbagai elemen, semua elemen tersebut merupakan suatu kesatuan yang saling terkait, berhubungan, dan mendukung satu sama lainnya. Dari analisa ini, dapat dipahami bagaimana menentukan struktur dalam teks. Struktur makro merupakan makna global atau umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu teks. Superstruktur merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian tersusun secara utuh. Struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil suatu teks seperti kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, dan gambar (Van Djik dalam Eriyanto, 2009: 226).

Kognisi Sosial Kognisi sosial merupakan dimensi untuk menjelaskan bagaimana suatu teks diproduksi oleh individu/kelompok pembuat teks. Cara memandang atau melihat suatu realitas sosial tertentu. Dalam pandangan Van Dijk analisis wacana tidak dibatasi hanya pada struktur teks, karena struktur wacana itu sendiri menujukkan atau menandakan sejumlah makna, pendapat, dan ideologi. Untuk

Page 7: Stubbs

membongkar bagaimana makna tersembunyi dari teks, perlu dibutuhkan suatu analisis kognisi dan konteks sosial.

van Dijk ada tiga dimensi data yaitu teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Analisis wacana Van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis.

Dalam analisis wacana ada tiga hal penting yang mempengarui produksi maupun analisis wacana yakni: ideologi, pengetahuan dan wacana. Ideologi mempengaruhi produksi wacana. Tidak ada wacana yang benar-benar netral atau steril dari ideologi penutur atau pembuatnya. Ideologi adalah sistem kepercayaan baik kepercayaan kolektif masyarakat maupun skemata kelompok yang khas, yang tersusun dari berbagai kategori yang mencerminkan identitas, struktur sosial, dan posisi kelompok. Ideologi merupakan basis sikap sosial. Pengetahuan adalah kepercayaan yang dibuktikan dengan benar (dijustifikasi).

a. Struktur Makro (Struktur Tematik)

Struktur makro merupakan makna global atau umum dari suatu teks. Hal ini berkaitan dengan apa yang hendak dikatakan oleh wartawan Tempo. Adapun elemen wacana diamati terdiri dari topik atau tema yang merupakan inti gagasan berita yang ingin disampaikan wartawan kepada pembaca. Struktur ini meliputi lead, topik atau tema dari berita tersebut.

b. Skematik:

Berkaitan dengan penggambaran bentuk umum teks berita. Bentuk ini disusun sesuai dengan skema tulisan dengan sejumlah kategori seperti pendahuluan, isi, kesimpulan, dan penutup. Elemen yang diamati adalah berita dengan melihat lead, background, ulasan, kutipan, dan lain sebagainya.

c. Semantik:

Berkaitan dengan makna yang ditunjukkan oleh struktur teks Media. Makna ini muncul dari hubungan antar kalimat, hubungan antar proposisi dalam suatu bangunan teks.

Elemen yang akan diamati:

1. Latar:Bagian berita yang dapat mempengaruhi arti yang ingin ditampilkan. Latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan pembaca hendak dibawa.

2. Detil:Elemen wacana yang berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan oleh komunikator. Wartawan akan menampilkan secara berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya.

3. Maksud: Dalam elemen wacana ini, informasi bagi wartawan yang merugikan

Page 8: Stubbs

akan disajikan tersamar, eufemistik dan berbelit-belit.

4. Praanggapan: Merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks, sebagai usaha untuk mendukung pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya kebenarannya.

5. Nominalisasi:Berhubungan dengan pertanyaan apakah wartawan memandang obyek sebagai suatu kelompok.

d. Sintaksis:

Berkaitan dengan bagaimana pendapat disampaikan.

Elemen yang diamati antara lain:1. Koherensi:Yaitu jalinan antar kata, proposisi, atau kalimat. Dengan kata lain koherensi mencoba menghubungkan dua buah kata, kalimat, atau proposisi yang menggambarkan fakta yang berbeda. Koherensi terdiri dari: koherensi sebab akibat, koherensi penjelas, generalisasi spesifikasi, koherensi pembeda dan pengingkaran.

2. Bentuk kalimat:Yaitu cara berpikir logis dengan prinsip kasualitas atau sebab akibat. Terdapat unsur subyek dan predikat dalam setiap kalimat. Bentuk kalimat ini menentukan apakah subyek diekspresikan secara eksplisit atau implisit di dalam teks berita.

3. Kata ganti: Yaitu elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif, sehingga elemen ini bertendensi untuk menunjukkan dimana posisi seseorang dalam wacana.

e) Stilistik:

Berkaitan dengan pemakaian kata yang dipilih. Suatu teks berita mempergunakan kata-kata tertentu untuk mereproduksi suatu wacana dalam masyarakat. Elemen yang diamati dan dipergunakan oleh wartawan antara lain:Leksikon :Yaitu bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia.

f) Retoris:

Berkaitan dengan bagaimana cara wartawan menyampaikan pendapat terhadap berita.

Elemen yang diamati:1. Grafis:Merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh seseorang yang dapat diamati dari teks.

Page 9: Stubbs

2. Ekspresi:Merupakan elemen dalam bentuk intonasi dari pembicara yang mempengaruhi pengertian dan mensugestikan khalayak pada pada bagian mana yang harus diperhatikan dan bagian yang mana yang tidak.

3. Metofora:Yaitu kiasan atau ungkapan yang dimaksudkan sebagai ornamen atau bumbu dari suatu berita. Hal ini bertendensi sebagai landasan berfikir, alasan pembenar atas pendapat atau gagasan tertentu terhadap publik.

2. Analisis Kognisi SosialDalam pandangan Van Dijk, analisis wacana tidak dibatasi hanya pada struktur teks, karena struktur wacana itu sendiri menunjukkan atau menandakan sejumlah makna, pendapat, dan ideologi. Untuk membongkar bagaimana makna tersembunyi dari teks, kita membutuhkan suatu analisis kognisi dan konteks sosial. Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya proses kesadaran mental dari pemakai bahasa. Oleh karena itu dibutuhkan suatu penelitian atas representasi kognisi dan strategi wartawan dalam memproduksi suatu berita. Karena pada dasarnya setiap teks dihasilkan melalui kesadaran, pengetahuan, prasangka, atau pengetahuan tertentu atas suatu peristiwa.

Analisis kognisi sosial terfokus kepada proses pembuatan berita yang dilakukan oleh wartawan atau komunikator. Kognisi sosial menjelaskan bagaimana wartawan merepresentasikan nilai-nilai kepercayaan atau prasangka dan pengetahuan sebagai strategi pembentukan teks atas peristiwa yang spesifik dan tercermin melalui berita. Analisis ini menampilkan bagaimana individu wartawan dan komunikator melihat dan menafsirkan peristiwa. Wartawan menggunakan model dalam memahami peristiwa yang tengah diliputnya. Model ini memasukkan opini, sikap, perspektif, dan informasi lainnya. Menurut van Dijk, ada beberapa strategi yang dilakukan oleh para wartawan,

diantaranya:Pertama, seleksi. Seleksi merupakan strategi yang kompleks yang menunjukkan bagaimana sumber, peristiwa, informasi diseleksi oleh wartawan untuk ditampilkan ke dalam berita. Keputusan untuk menggunakan satu sumber berita, memilih sumber berita yang satu dibandingkan yang lain, lebih memilih wawancara yang dapat digunakan. Proses seleksi ini, menunjukkan posisi yang diambil di tengah pihak-pihak yang terlibat dalam sebuah peristiwa.

Kedua reproduksi. Kalau strategi seleksi berhubungan dengan pemilihan apa yang dipilih untuk ditampilkan, maka reproduksi berhubungan dengan apakah informasi dikopi, digandakan, atau tidak dipakai sama sekali oleh wartawan. Halini terutama berhubungan dengan sumber berita dari kantor berita atau press release.

Ketiga, penyimpulan. Hal ini berhubungan dengan bagaimana realitas yang kompleks dipahami dan ditampilkan dengan ringkas. Dalam proses ini terdapat tiga hal yang saling terkait yaitu penghilangan dengan merangkum informasi dan beberapa informasi yang tidak relevan dihilangkan. Selanjutnya generalisasi dimana informasi yang mirip atau agak sama dijadikan sebagai informasi yang berlaku umum. Yang terakhir konstruksi yang berhubungan dengan kombinasi beberapa fakta atau informasi sehingga membentuk pengertian secara keseluruhan.

Page 10: Stubbs

Keempat transformasi lokal. Jika penyimpulan berhubungan dengan pertanyaan bagaimana peristiwa yang komplek disederhanakan dengan tampilan tertentu, maka transformasi lokal berhubungan dengan bagaimana peristiwaakan ditampilkan.

3. Analisis Konteks SosialSalah satu tujuan dari analisis wacana adalah untuk mengetahui bangunan wacana yang berkembang di masyarakat, proses produksi dan reproduksi seseorang atau peristiwa digambarkan. Tentang bagaimana makna dapat dipahami, maka kita harus membahas konteks berita. Konteks berita terdiri atas dua bagian. Pertama, adalah konteks sosial. Sistem ini sangat berkaitan dengan kondisi sosial dan budaya masyarakat. Kedua yaitu konteks situasional. Untuk melihat konteks situasional ini, kita harus melihat kondisi terakhir yang terjadi dalam kehidupan sosial, budaya, dan politik yang menyertai peristiwa tersebut dalam hal ini peristiwa.

Menurut Van Dijk, terdapat dua hal yang pentingdalam analisis konteks sosial yaitu : kekuasaan dan akses. Kekuasaan merupakan alat bagi salah satu kelompok di masyarakat yang berfungsi untuk mengontrol kelompok yang lain. Biasanya kekuasaan ini muncul ketika suatu kelompok memiliki sumber-sumber yang bernilai seperti status, uang, danjabatan.

Pada point kedua, kelompok elit sebagai pemilik kekuasaan mempunyai kemampuan mengakses semua potensi-potensi yang bertendensi untuk memenangkan wacana. Mereka mempunyai kesempatan yang luas untuk mempengaruhi kesadaran masyarakat dan bahkan dapat menentukan tema atau topik untuk disebar kepada khalayak.

Analisis wacana model van Dijk sering disebut ”kognisi sosial” nama pendekatan

semacam ini tidak dapat dilepaskan dari karakteristik analisis wacana model van Dijk. Menurut

van Dikj penelitian  wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata, karena

teks hanya hasil dari praktik produksi yang harus diamati. Disini patut dilihat juga bagaimana

suatu teks diproduksi. Sehingga kita dapat memperoleh suatu pengetahuan tentang kenapa

suatau teks bisa semacam itu. Kalau ada teks yang memarjinalkan wanita, maka dibutuhkan

suatu penelitian yang melihat bagaimana produksi teks itu bekerja, kenapa teks tersabut

memarjinalkan wanita. Proses pendekatan dan produksi ini melibatkan suatu yang disebut

kognisi sosial.

Berbagai masalah kompleks dan rumit itulah yang dicoba digambarakan oleh van Dijk.

Oleh karenanya van Dijk tidak mengeksklusi modelnya hanya semata menganalisis teks. Tapi

Page 11: Stubbs

ia juga melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, kelompok kekuasaan yang ada dalam

masyarakat dan berpengaruh pada teks. Wacana oleh van Dijk digambarkan mempuyai tiga

dimensi, diantaranya : teks, kognisi sosial, dan kontek sosial (analisis sosial). Dalam dimensi

teks yang dianalisis bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk

menegaskan suatu tema tertentu. Pada level kognisi sosial dipelajari bagaimana proses

produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari komunikator. Sedangkan, aspek

analisis sosial mempelajari bagunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu

masalah. Namun dalam penelitian ini hanya memfokuskan pada dimensi teks dan analisis

sosial.

1. Teks

Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa bagian struktur yang masing-masing

saling mendukung. Ia dalam hal ini membaginya dalam tiga tingkat. Pertama, struktur makro, ini

merupakan makna global atau umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik

atau tema yang dikedepankan dalam suatu teks. Kedua, superstruktural yaitu merupakan

struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks. Bagaimana bagian-bagian

teks tersusun kedalam berita secara utuh. Ketiga, struktur mikro adalah makna wacana yang

diamati dari bagian terkecil dari suatu teks semisal, kata, kalimat, proposisi, anak kalimat,

parafrase, dan gambar. Berikut dapat diuraikan satu persatu elemen wacana model van Dijk :

Struktur wacana Hal yang diamati Elemen

Struktur makro

Tematik

Tema/ topik yang dikedepankan dalam

Topik

Page 12: Stubbs

berita

Superstruktur

Skematik

Bagaimana bagian dan urutan berita diskemakan dalam teks berita utuh

skema

Struktur mikro Semantik

Makna yang ingin ditekankan dalam teks berita. Misal dengan memberi detil pada satu sisi atau membuat eksplisi satu sisi dan mengurangi detil sisi lain.

Latar, detil, maksud, pranggapan, nominalisasi

Struktur mikro Sintaksis

Bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang dipilih.

Bentuk kalimat, koherensi, kata

ganti

Struktur mikro Stilistik

Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks berita.

Leksikon

Struktur mikro Retoris

Bagaimana cara penekanan dilakukan.

Grafis, metafora, ekspresi

Namun dalam penelitian ini kami akan memfokuskan pada elemen-elemen teks yang

sesuai dan sejalan dengan kriteria penelitian yaitu manipulasi bahasa pada kampanye Pilgub di

Surabaya 2008, diantaranya sebagai berikut :

Analisis Wacana Van Dijk

Page 13: Stubbs

A.    TEKS

1.    Struktru makro (thematic structure)    Struktru makro merupakan makna global sebuh teks yang dapat dipahami melalui

topiknya. Topik direpresentasikan ke dalam suatu atau beberapa kalimat yang merupakan gagasan utama/ide pokok wacana. Topik juga dikatakan sebagai “semantic macrostructure” (van Dijk, 1985:69). Makrostruktur ini dikatakan sebagai semantik karena ketika kita berbicara tentang topik atau tema dalam sebuah teks, kita akan berhadapan dengan makna dan refrensi.

2.    Superstruktru (superstructure)    Superstruktu merupakan struktru yang digunakan untuk mendeskripsikansehemata, di

mana keseluruhan topik atau isi glogal berita diselipkan. Superstruktru ini mengorganisikan topik dengan cara menyusun kalimat atau unit-unit beritanya berdasarkan urutan atau hiraki yang diinginkan. Sebagai contoh, headlini atau judul beritanya merupakan salah satu unit dalam berita yang diletakan paling atas dan biasanya dicetak lebih tebal dengan ukuran huruf tertentu bahkan dengan warna tertentu. Dariheadlini, pembaca sudah tahu topik (yang paling penting) yang dibicarakan berita tersebut. Van Dijk (1988:52) merupakan sejumlah katagori skema berita atau bagian-bagian yang membangun skema sebuah berita yaitu: (1) summary, yang terdiri atasheadline dan lead, (2) story yang meliputi: Episode, yaitu peristiwa utama dan konteks serta latar belakangnya, Consequence, Verbal reaction dan comment, yang akan diuraikan lebih jelas sebagian berikut.

a.    SummarySummary  yang terdiri atas headline dan lead merupakan “ ringkasan “ isi berita.Headline mendefinisikan sebuiah sequece tertentu didalam berita, di mana topik glogal diselipkan. Headline mudah dibedakan dengan kategori skema yang lain karena headline memang dibuat sedemikian rupa dengan ukuran, ketebalan bahkan warna huruf yang berbeda.

b.    Story1)   Episode: peristiwa utama dan latar belakangnya

Katagori berita selanjutnya adalah peristiwa utama atau main events atau jugaContex. Contex mengandung informasi utama sehubungan dengan topik, yaitu situasi aktual, dan peristiwa konkret bukan situasi umum yang melingkupi sebuah topik. Berbeda dengan contex, latar belakang atau backgroundmengandung informasi yang lebih komprehensif, meliputu budaya strutural dan historis di mana main events terjadi.backgroud meliputi previous Events, yaitu peristiwa sebelumnya yang berhubungan dengan topik, dan historiy, yaitu informasi-informasi “lalu” yang berhubungan dengan topik.

2)   ConsequencesKatagori berikutnya adalah consequences yang berfungsi menunjukan koherensi atau hubungan sebab akibat terjadi peristiwa dalam berita. Consequences bisa jadi memiliki posisi yang sama dengan main events. Bahkan bisa jadi lebih penting menjadi topik utama yang dapat muncul di dalam headline.

Page 14: Stubbs

3)   Verbal ReactionVerbal Reaction atau reaksi verbal narasumber merupakan sebuah katagori skema berita yang bersifat lebih khusus yang mungkin tampak sebagaiconsequense. Peristiwa berita yang paling penting biasanya diikuti oleh reaksi verbal partisipan/actor yang penting, seperti pemimpin politik yang hebat.

4)   CommentKategori skema terakhir adalah comment yang memuat komemtar, opini dan evaluasi wartawan atau media bersangkutan. Meskipun setiao penulis berita menyadari bahwa fakta dan opini tidak boleh tercampur di dalam berita, kategoricomment sering muncul dalam berita (terkadang) secara tidak langsung.

3.    Struktur MikroStruktur mikro adalah struktur wacana itu sendiri yang terdiri atas beberapa elemen, yaitu

1)   Elemen sintaksisElemen sintaksis merupakan salah satu elemen penting yang dimaanfaatkan untuk mengimplikasikan ideologi. Dengan kata lain, melalui struktur sintaksis tertentu, pembaca dapat menangkap maksud yang ada dibalik kalimat-kalimat dalam berita. Melalui struktur sintaksis, wartawan dapat menggambarkan aktor atau peristiwa tertentu secara negafit maupun posifit.

a.       KoherensiKoherensi adalah pertalian atau jalinan antarakata, atau kalimat dalam teks, Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. Proposisi “demontrasi mahasiswa” dan “nilai tukar rupian melemah” adalah dua buah fakfa yang bernilai. Dua buah proposisi itu menjadi berhubung sebab-akibat ketika ia dihubungkan dengan kata hubung “mengakibatkan” sehingga kalimatnya menjadi “Demontrasi” mahasiswa mengakibatkan nilai tukar rupiah melemah. Dua buah kalimat itu menjadi tidak berhubungan ketika dipakai kata hubung “dan”. Kalimatnya kemudian menjadi “Demonstrasi mahasiswa dan nilai tukar rupiah melemah”. Dalam kalimat ini, antara fakta banyaknya demonstrasi dan nilia tukar rupiah dipandang tidak saling berhubungan, kalimat satu tidak menjelaskan kalimat lain atau menjadi penyebab kalimat lain.

b.      Koherensi KondisionalKoherensi Kondisianal diantaranya ditandai dengan pemakian anak kalimat sebagai penjelas. Di sini ada dua kalimat,di mana kalimat kedua adalah penjelas atau keterangan dari proposisi pertama, yang dihubungkan dengan kata hubung konjungsi, seperti “yang” atau “dimana”. Kalimat kedua fungsinya hanya sebagai penjelas (anak kalimat), sehingga ada atau tidak anak kalimat itu,tidak akan mengurangi arti kalimat. Anak kalimat itu menjadi cermin kepentingam komunikator karena ia dapat memberi keterangan yang baik/buruk terhadap suatu pertanyaan. Seperti dalam sebuah kalimat “PSSI, yang selalu kalah dalam pertandingan internasional. Tidak jadi dikirim ke Asian Games”. Arti kalimat tersebut tidak akan berubah jika seandainya diubah menjadi “PSSI tidak jadi dikirim ke Asean Games”. Anak kalimat “yang selalu kalah dalam pertandingan” selain menjadi penjelas juga bermakna ejekan terhadap PSSI.

c.       Koherensi pembedaJika koherensi kondisional berhubungan dengan pertanyaan bagaimana dua peristiwa dihubungkan/dijelaskan. Koherensi pembeda berhubungan dengan pertanyaan, bagaimana dua buah peristiwa atau fakta itu hendak dibedakan. Seperti mengenai kebebasan pers di ers Gus Dur,

Page 15: Stubbs

pada era Gus Dur kebebasan pers dijamin, namun terjadi peristiwa penduduk banser terhadap harian jawa post hingga menyebabkan koran tersebut tidak bisa terbit. Dua buah peristiwa itu terpisah, tidak berhubungan, juga tidk menyulut peristiwa lain. Akan tetapi, kedua masalah tersebut bisa dibuat berhubungan dengan cara membuat satu peristiwa sebagai kebalikan/kontras dari peristiwa lain. Dalam contoh kasus tersebut, bisa saja dikatakan alangkah berbedanya masa pemerintahan Habibie dan Gus Dur, atau pemerintah Habibie lebih baik dari pada pemerintah Gus Dur.

d.      PengingkaranElemen wacana pengingkaran adalah bentuk praktik wacana yang menggambarkan bagai mana wartawan menyembunyikan apa yang anggin diekpresikan secara amplisit. Penginakaran ini menunjukkan seolah wartawan menyetujuin sesuatu, pahal ia tidak setuju dengan memberikan argumentasia atau fakta yang menyangkal persetujuannya tersebut.

e.       Bentuk kalimatBentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Di mana ia menyatakan apakah A yang menjelaskan B, atau B yang menjelaskan A. Logika kausalitas ini jika diperjemahkan ke dalam bahasa menjadi susunan objek (diterangkan) dan predikat (menerangkan). Bentuk lain adalah dengan pemakian urutan kata-kata yang mempunyai dua fungsi sekaligus. Pertam, menekankan atau menghilangkan dengan penempatan dan pemakian kata atau frase yang mencolok dengan menggunakan pemakian semantik. Yang juga penting dalam sintaksis selain bentuk kalimat adalah posisi proposisi dalam kalimat. Bagaiman proposisi-proposisi diatur dalam satu rangkaian kalimat. Termasuk ke dalam bagian bentuk kalimat ini adalah apakah berita itu memakai bentuk deduktif atau indukfit. Dedukfit adalah bentuk penulisan kalimat dimana inti kalimat (umum) ditempatkan di bagian mukak, kemudian disusul dengan keterangan tambahan (khusus). Sebaliknya, bentuk induktif adalah bentuk penulisan di mana inti kilimat ditempatkan di akhir setelah keterangan tambahan.

f.       Kata GantiElemen kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imanjinatif. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menujukkan di mana posisi seseorang dalam wacana. Dalam mengungkapkan sikapnya, seseoarang dapat menggunakan “kami” atau “saya” yang menggambarkan bahwa sikap tersebut merupakan sikap resmi komunikator. Namun, ketika menggunakan kata ganti “kita”, sikap tersebut sebagai representasi dari sikap bersama dalam suatu komunitas tersebut. pemakian kata ganti yang jamak seperti “kita” (atau “kami”) mempunyai implikasi menumbuhkan solidaritas, aliansi, perhatian, yang pada dasarnya merupakan upaya merangkul dan menghilangkan oposisi yang ada. Pemakian kata ganti “kita” menciptakan komunitas antara wartawan dan para pembaca.

2)   Elemen Semantik (makna lokal)Elemen semantik ini sangat erat hubunganya dengan elemen leksikon dan sintaksis sebab penggunaan leksikon dan struktur sintaksis tertentu dalam berita dapat memunculkan makna tertentu. Berikut ini adalah unsur-unsur wacana yang tergolong ke dalam elemen semantik.

1.      LatarLatar merupakan bagian berita yang dapat mengpengaruhi semantik (arti) yang inggin ditampilkan. Latar dapat menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam suatu teks

Page 16: Stubbs

(Eriyanto, 2006.235). oleh karena itu, latar teks merupakan elemen yang berguna karena dapat membongkar apa maksud yang inggin disampaikan oleh wartawan. Latar peristiwa itu dipakai untuk menyediakan dasar hendak ke mana teks dibawah.

2.      DetilElemen wacana detil berhunungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang (Eriyanto, 2006: 238). Detil yang lengkap dan panjang merupakan penonjolan yang dilakukan secara sengaja untuk menciptakan citra tertentu kepada khalayak. Detil yang lengkap itu akan dihilangkan kalau berhubungan dengan sesuatu yang menyangkut kelemahan atau kegagalan komunikator.

3.      MaksudElemen wacana maksud hampir sama dengan detil, hanya saja elemen maksud meliat informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya, informasi yang merugikan akan diuraikan secara tersamar, implisit, dan tersembunyi.

4.      PranggapanElemen wacana pranggapan merupakan pertanyaan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Pranggapan adalah upaya mendukung pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya kebenarannya. Pranggapan hadir dengan pernyataan yang dipandang terpercaya sehingga tidk perlu dipertanyakan. Seperti dalam suatu domonstrasi mahasiswa. Seseorang yang setuju dengan gerakan mahasiswa akan memakai praanggapan berupa pernyataan “perjuangan mahasiswa menyuarakan hati nurani rakyat”. Pernyataan ini  merupakan suatu premis dasar yang akan menentukan proposisi dukunganya terhadap gerakan mahasiswa pada kalimat berikutnya.

3)    Elemen leksikonElemen leksikom menyangkut pemilihan diksi. Pemilihan diksi telah diketahui dapat mengeskspresikan idiologi maupun persuai, sebagaimana yang terjadi pada “terrorist” dan “freedomfighter”. Bagaimana aktor yang sama digambarkan dengan dua diksi yang berbeda berimplikasi pada pemahaman pembaca tenteng aktor tersebut.

4)   Elemen RetorikElemen ritorik menyangkut penggunaan repetisi, alitersi, metafora yang dapat berfungsi sebagai “idiologi control” manakalah sebuah informasi yang kurang baik tentang aktor tertentu dibuat kurang mencolok sementara informasi tentang aktor lain ditekankan. Dengan kata lain, retorik ini digunakan untuk memberi penekanan posifit atau negatif terhadap aktor atau peristiwa dalam berita.

a.       GrafisElemem ini merupakan bagian untuk memberikan apa yang ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Dalam berita elemen grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat berbeda dibandingkan tulisan lain, seperti pemakian huruf tebal, huruf miring, garis bawah, huruf dengan ukuran lebih besar,termasuk pemakian caption, raster, grafik, gambar, foto dan tabel untuk mendukung pesan. Pemakian angka-angka dalam berita diantaranyadigunakan untuk menyugestikan kebenaran, ketelitian, dan posisi dara suatu laporan. Pemakian jumlah, ukuran statistik menurut Van Dijk (dalam Eriyanto, 2006:258) bukan semata bagian dari standar jurnalistik, melainkan juga menyugestikan presisi dari apa yang hendak dikatakan dalam teks.

b.      Metafora

Page 17: Stubbs

Dalam suatu wacana, seorang wartawan tidak hanya menyampaikan pesan pokok lewat teks, tetapi juga kiasan,ungkapan, metafora yang dimaksudkan sebagian ornamen atau bumbuu dari suatu berita. Akan tetapi, pemakian metafora tertentu bisa jadi pakian oleh wartawan secara strategi sebagai landasan berfikir, alasan pembenar atas pendapat tertentu kepada publik. Penggunaan ungkapan sehari-hari, peribahasa, pepatah, petuah leluhur, kata-kata kuno, bahkan ungkapan ayat suci dipakai untuk memperkuat pesan utama.B. KOGNISI SOSIAL     Kognisi sosial dan produksi berita                 Dalam pandangan van dijk, kognisi sosial terutama dihubungkan dengan proses produksi berita. Wacana berita di sini tidak hanya dipahami dalam pengertian sejumlah struktur tetapi juga bagian dari proses komunikasi yang kompleks. Titik kunci dalam memahami produksi berita adalah dengan meneliti proses terbentuknya teks. Analisis wacana tidak dibatasi hanya pada struktur teks, karena struktur wacana itui sendiri menujukkan atau menandakan sejumlah makna, pendapat, dan idiologi. Pendekatan kognifit didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakian bahasa atau lebih tepatnya proses kesadaran mental pemakian bahasa.C. KONTEKS     Analisis Sosial     Dimensi ketiga analisis wacana van dijk adalah analisis sosial. Wacana adalah bagianwacana yang berkembang dalam masyarakat, sehungga untuk mineliti teks, perludilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dalam masyarakat. Titik penting dalam analisis ini adalah untuk menujukkan bagaimana makna yang dihayati bersama, kekuasaan sosial diproduksi lewat praktik didkrusus dan legitimasi.

1.      Praktik kekuasaan           Van Dijk mendefinisikan kekuasaan tersebut sebagai kepemilikan yang dimiliki oloeh suatu kelompok (atau anggotanya), satu kelompok untuk mengontrol kelompok (atau anggota) dari kelompok lain. Kekuasaan ini umumnya didasarkan pada kepemilikan atas sumber-sumber yang bernilai seperti uang, status, dan pengetahuan. Selain berupa kontrol yang bersifat langsung dan fisik, kekuasaan juga berbentuk persuasif.

2.      Akses mempengaruhi wacana           Analisis wacana Van Dijk memberi perhatian yang besar pada akses, bagaimana akses di antara masing-masing kelompok dalam masyarakat. Kelompok elit mempunyai akses yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang tidak berkuasa. Oleh karena itu, mereka yang lebih berkuasa mempunyai kesempatan lebih besar untuk mempengaruhi kesadaran khalayak. Akses yang lebih besar bukan hanya memberi kesempatan untuk mengontrol kesadaran khalayak lebih besar, tetapi juga menentukan topik apa dan isi wacana apa yang dapat disebarkan dan didiskusikan kepada khalayak.      

Brown Yule

Page 18: Stubbs

menurut Brown dan Yule (1983: 240), menerangkan semantik dianalisis melalui sintaksis yang membabitkan wacana atau teks secara keseluruhannya.  Analisis ini mempertimbangkan sintaksis dan semantik yang berfungsi untuk menerangkan ciri-ciri linguistik sesuatu wacana.  Setiap nilai maksud atau makna yang dianalisis mestilah tepat dan sesuai dengan fakta pada ketika pengkaji itu menjalankan kajian  dan dapat digeneralisasikan.  Misalnya, mendung bermakna hari hujan dan sokongannya sangat bermakna bagi kami.  Setiap ujaran tersebut membawa makna yang berbeza berdasarkan penggunaannya.  Dengan erti kata lain, dari segi semantik, setiap ujaran itu mempunyai nilai makna yang berbeza.  Contohnya, ujaran (mendung bermakna hari hujan) yang mengaitkan ‘mendung’ dengan ‘hujan’ kelihatannya tidak melibatkan aspek linguistik.  Namun demikian, jika dipandang dari segi semantik, ‘mendung’ merupakan satu tanda yang ada yang kaitannya

Page 19: Stubbs

dengan tanda yang lain, iaitu ‘hujan’.  Dalam hal ini menerangkan tentang tarikan pemerhatian ahli bahasa untuk mengkaji makna dalam bidang semantik.