12
1 STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT PADA SUKU DUANO DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Swigert Chenkova Naibaho 1 , Fitmawati 2 , Emrizal 3 . 1 Mahasiswa Program Studi S1 Biologi FMIPA Universitas Riau 2 Dosen Jurusan Biologi FMIPA Universitas Riau 3 Dosen Jurusan Kimia Bahan Alam Sekolah Tinggi Farmasi Riau Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Bina Widya Pekanbaru, 28293, Indonesia [email protected] ABSTRACT Ethnobotany is the study of the use of plants traditionally such as pharmaceuticals. However, the study of medicinal plants in Indonesia including Indragiri Hilir, Riau Province is still limited. The purpose of this research was to document the types of wild plants and parts of plants of potential drug Duano Tribe community in order to remain sustainable knowledge of traditional medicine. This research was conducted in two stages: data collection in the form of interviews as well as medicinal plants in the field photograph documentation, and data processing. The results showed various plants that were used as treatments, consisting of 50 plant species belonging to 30 families to treat 30 types of diseases. Dominant leaf Organ used and the origin of medicinal plants was the yard. Category of disease treated with most of medicinal plant species disease was in categories of Magis / Non-Medical with FIC value = 0.8. Medicinal plants with the highest accuracy percentage used by POT (Practitioner of traditional medicine) was Piper betle with a value of FL = 100%. Keywords : Ethnobotany, Medicinal Plants, Traditional Medicine, Tribe Duano. ABSTRAK Etnobotani adalah ilmu yang mempelajari tentang pemanfaatan tumbuhan secara tradisional, salah satunya yaitu obat-obatan. Namun, studi mengenai tumbuhan obat di Indonesia termasuk Indragiri Hilir, Riau, masih terbatas. Tujuan penelitian adalah mendokumentasikan jenis-jenis tumbuhan liar dan bagian tumbuhan yang potensial obat masyarakat Suku Duano agar pengetahuan pengobatan tradisional tetap lestari. Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu pengambilan data berupa hasil wawancara dan dokumentasi foto tumbuhan obat di lapangan, serta pengolahan data. Hasil penelitian menunjukkan berbagai jenis tumbuhan yang digunakan sebagai bahan pengobatan, terdiri dari 50 jenis tumbuhan yang tergolong dalam 30 famili untuk mengobati 30 jenis penyakit. Organ daun dominan digunakan dan asal tumbuhan obat adalah pekarangan rumah. Kategori penyakit yang diobati dengan jenis tumbuhan obat terbanyak yaitu kategori penyakit Magis/Non-Medis dengan nilai FIC = 0.8. Tumbuhan obat dengan persentase keakuratan tertinggi digunakan oleh POT (Praktisi obat tradisional) adalah Piper betle dengan nilai FL = 100%. Kata kunci : Etnobotani, Tumbuhan Obat, Obat Tradisional, Suku Duano.

STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT PADA SUKU DUANO DI

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT PADA SUKU DUANO DI

1

STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT PADA SUKU DUANO DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Swigert Chenkova Naibaho1, Fitmawati2, Emrizal3.

1Mahasiswa Program Studi S1 Biologi FMIPA Universitas Riau 2Dosen Jurusan Biologi FMIPA Universitas Riau

3Dosen Jurusan Kimia Bahan Alam Sekolah Tinggi Farmasi Riau Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Bina Widya Pekanbaru, 28293, Indonesia

[email protected]

ABSTRACT

Ethnobotany is the study of the use of plants traditionally such as pharmaceuticals. However, the study of medicinal plants in Indonesia including Indragiri Hilir, Riau Province is still limited. The purpose of this research was to document the types of wild plants and parts of plants of potential drug Duano Tribe community in order to remain sustainable knowledge of traditional medicine. This research was conducted in two stages: data collection in the form of interviews as well as medicinal plants in the field photograph documentation, and data processing. The results showed various plants that were used as treatments, consisting of 50 plant species belonging to 30 families to treat 30 types of diseases. Dominant leaf Organ used and the origin of medicinal plants was the yard. Category of disease treated with most of medicinal plant species disease was in categories of Magis / Non-Medical with FIC value = 0.8. Medicinal plants with the highest accuracy percentage used by POT (Practitioner of traditional medicine) was Piper betle with a value of FL = 100%.

Keywords : Ethnobotany, Medicinal Plants, Traditional Medicine, Tribe Duano.

ABSTRAK

Etnobotani adalah ilmu yang mempelajari tentang pemanfaatan tumbuhan secara tradisional, salah satunya yaitu obat-obatan. Namun, studi mengenai tumbuhan obat di Indonesia termasuk Indragiri Hilir, Riau, masih terbatas. Tujuan penelitian adalah mendokumentasikan jenis-jenis tumbuhan liar dan bagian tumbuhan yang potensial obat masyarakat Suku Duano agar pengetahuan pengobatan tradisional tetap lestari. Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu pengambilan data berupa hasil wawancara dan dokumentasi foto tumbuhan obat di lapangan, serta pengolahan data. Hasil penelitian menunjukkan berbagai jenis tumbuhan yang digunakan sebagai bahan pengobatan, terdiri dari 50 jenis tumbuhan yang tergolong dalam 30 famili untuk mengobati 30 jenis penyakit. Organ daun dominan digunakan dan asal tumbuhan obat adalah pekarangan rumah. Kategori penyakit yang diobati dengan jenis tumbuhan obat terbanyak yaitu kategori penyakit Magis/Non-Medis dengan nilai FIC = 0.8. Tumbuhan obat dengan persentase keakuratan tertinggi digunakan oleh POT (Praktisi obat tradisional) adalah Piper betle dengan nilai FL = 100%.

Kata kunci : Etnobotani, Tumbuhan Obat, Obat Tradisional, Suku Duano.

Page 2: STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT PADA SUKU DUANO DI

2

PENDAHULUAN

Indonesia kaya akan sumber daya alam dan keanekaragaman hayati serta memiliki keragaman suku atau etnis dan budaya (Melalatoa 1995). Potensi sumber daya alam sangat erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat lokal, artinya semakin melimpah tumbuhan yang ada, maka kebutuhan masyarakat akan semakin tercukupi, terutama sebagai bahan pangan dan obat-obatan (Harmida et al. 2011). Pemanfaatan tumbuhan dalam kehidupan suatu etnik disebut sebagai etnobotani. Etnobotani merupakan suatu bidang ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dan tumbuhan (Safwan 2008).

Budaya pengetahuan dan praktek pengobatan secara tradisional dan penggunakan tumbuhan sebagai obat herbal telah berkembang sejak dulu pada masyarakat suatu etnis dan dilestarikan secara turun-temurun. Modernisasi budaya menyebabkan terkikisnya pengetahuan tradisional yang dimiliki oleh masyarakat (Bodeker 2000). Hal ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran dan minat generasi muda akan pentingnya mempelajari pengetahuan lokal. Selain itu, pewarisan pengetahuan obat tradisional sebagian besar dilakukan secara lisan, sehingga informasi pengetahuan obat tradisional tidak terdokumentasi dengan baik.

Suku Duano di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, sampai saat ini masih mempertahankan tradisi nenek moyang dalam pemanfaatan tumbuhan mangrove liar sebagai alat dan bahan untuk dipergunakan sebagai kebutuhan hidup. Masyarakat Suku Duano masih sangat mempercayai kemampuan dan pengetahuan dari nenek moyang dan hingga sejauh ini, tumbuhan herbal mampu menyembuhkan penyakit-

penyakit yang menyerang masyarakat dari Suku Duano tersebut.

Pengetahuan tradisional pada Suku Duano sangat dibutuhkan untuk menunjang kesehatan masyarakat, sehingga dibutuhkan studi untuk mengetahui jenis tumbuhan yang dipergunakan sebagai alat dan bahan penunjang kehidupan masayarakat Suku Duano, bagian organ tanaman yang digunakan, cara pemakaian, cara pengolahan dan khasiat tumbuhan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah Mendokumentasikan tumbuhan liar yang potensial obat bagi masyarakat Suku Duano agar pengetahuan pengobatan tradisional tidak menjadi punah.

METODE PENELITIAN

Pengambilan data dan sampel penelitian dilakukan di Kecamatan Concong, Kecamatan Kuala Indragiri dan Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir. Inventarisasi dan identifikasi tumbuhan obat dilaksanakan di Laboratorium Botani Jurusan Biologi FMIPA Universitas Riau.

a. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis dan buku, alat perekam suara, kamera, gunting tanaman, etiket gantung, kertas label, kantung plastik bening ukuran 10Kg dan karung goni. Bahan yang digunakan adalah sampel tumbuhan obat.

b. Prosedur Penelitian 1. Wawancara

Teknik pengumpulan data melalui wawancara mengenai informasi tumbuhan yaitu dengan mewawancarai beberapa narasumber. Narasumber

Page 3: STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT PADA SUKU DUANO DI

3

yaitu para Praktisi Obat Tradisional (POT) Suku Duano dan enkulturasi dari berbagai daearah di Kabupaten Indragiri Hilir. Untuk mendapatkan hasil informasi yang akurat diperlukan narasumber sebanyak 5 (lima) POT dari Suku Duano.

2. Pengamatan (Observasi)

Teknik observasi yaitu mengadakan pengamatan langsung dilapangan untuk mengetahui jenis tumbuhan yang digunakan untuk pengobatan. Setelah itu dilakukan pengambilan data foto tumbuhan dan pengumpulan sampel tumbuhan.

3. Pengumpulan Sampel

Pengumpulan sampel di lapangan dilakukan bersama narasumber, dengan tujuan pengamatan karakterisasi untuk pengidentifikasian tanaman obat yang diperoleh dari hasil wawancara dengan POT.

4. Identifikasi Tumbuhan

Tumbuhan yang diperoleh kemudian diidentifikasi jenisnya dengan menanyakan pada seseorang yang mengenal tumbuh-tumbuhan obat, mencocokkan dengan tumbuhan yang ada dalam buku-buku Backer dan Bakhuizen (1963), Balgooy (1997), Steenis (1997), Corner dan Watanabe (1997) , dan validasi nama ilmiah menggunakan situs theplantlist.org.

c. Analisi Data Data tumbuhan obat yang diperoleh

dari deskripsi disajikan dalam bentuk tabel, dan dianalisis menggunakan metode Informan Consensus Factor (FIC) dan The Fidelity Level (FL) (Cheikhyoussef et al. 2011).

1. Informan Consensus Factor (FIC)

Formula Informan Consensus Factor (FIC) adalah FIC = Nur – Nt / (Nur – 1), dimana Nur = total dari tumbuhan obat yang digunakan oleh POT dalam menyembuhkan penyakit pada kategori tertentu, Nt = total dari penyakit yang disembuhkan dalam satu kategori tertentu. Informan Consensus Factor (FIC) digunakan untuk menghitung variabilitas penggunaan tumbuhan obat, dengan rentang nilai FIC berkisar antara 0,00-1,00. Nilai FIC yang tinggi menyatakan bahwa sedikit atau satu penyakit pada kategori tertentu dapat disembuhkan dengan banyak jenis tumbuhan obat.

2. The Fidelity Level (FL)

The Fidelity Level (FL) merupakan persentase tingkat kepercayaan penggunaan tumbuhan obat yang sama oleh POT dalam menyembuhkan penyakit tertentu. Formula untuk analisis FL yaitu FL (%) = Np / N x 100 %, Dimana Np = jumlah Praktisi Obat Tradisional (POT) yang menggunakan tumbuhan yang sama dalam menyembuhkan penyakit, N = jumlah Praktisi Obat Tradisional (POT) secara keseluruhan.

HASIL DAN PEMBAHASAN a. Sistem Kepercayaan dan

Pengobatan Suku Duano

Pengobatan tradisional Suku Duano memiliki keunikan karena setiap proses pengobatan disertai dengan mantra maupun doa berupa ayat suci al-quran serta setiap pasien akan diberi air jampi-jampi untuk dikonsumsi selama proses pengobatan. Air jampi-jampi

Page 4: STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT PADA SUKU DUANO DI

4

dikonsumsi sebelum mengonsumsi ramuan obat tradisional.

Pengetahuan Suku Duano membagi penyakit menjadi 2 (dua) jenis, yaitu penyakit yang berasal dari darat dan penyakit yang berasal dari laut. Pasien didiagnosa menderita penyakit darat atau laut dengan cara ditemas (cara suku duano untuk menetukan suatu penyakit yang diderita pasien) dengan menggunakan rimpang kunyit. Proses Temas yaitu diambil bagian tengah rimpang kunyit dan dipotong sepanjang ±1 ruas jari dan kemudian dipotong secara vertikal. Kunyit tersebut kemudian digenggam lalu dibacakan mantra atau doa. Setelah itu kunyit dilepas dari genggaman atau dijatuhkan ke lantai. Apabila salah satu dari potongan kunyit terjatuh dalam posisi tegak/vertikal, maka pasien dinyatakan terkena penyakit laut, namun apabila kedua potong kunyit jatuh dengan posisi sesuai potongan horizontal maka pasien dinyatakan terkena penyakit darat. Penyakit laut biasanya menjangkit para pelaut atau nelayan yang umumnya menghabiskan waktu sehari-hari di atas perahu.

b. Studi Etnobotani Tumbuhan Obat Masyarakat Suku Duano

Teknik penyajian ramuan obat adalah diremas dan diambil airnya, direbus dengan air atau direndam dengan air panas, dihaluskan dengan

cara diparut, digiling atau diasah dengan batu, dibakar hingga menjadi abu dan dilukai untuk diambil getahnya. Sedangkan teknik pemakaian ramuan obat yaitu dengan diminum, dioles, dibalur, ditempel, dililit, disembur dan dihirup.

1. Penggolongan Tumbuhan Obat Berdasarkan Famili

Suku Duano secara keseluruhan menggunakan 50 jenis tumbuhan obat yang tergolong dalam 30 famili tumbuhan obat, dimana famili tumbuhan potensial obat terbanyak adalah Famili Zingiberaceae yaitu dengan jumlah 6 (enam) spesies tumbuhan. Hasil serupa ditemukan dalam penelitian Hartanto et al. (2014) pada masyarakat lokal di Kecamatan Pengean Kabupaten Kuantan Singingi yang banyak menggunakan Zingiberaceae dalam pengobatan tradisional yaitu sebanyak sebelas jenis tumbuhan. Sedangkan jenis tumbuhan obat yang paling sedikit digunakan yaitu berasal dari berbagai Famili seperti Acoraceae, Amarylidaceae. Annonaceaae, Oleaceae, Asparagaceae, Caricaceae, Piperaceae, Crassulaceae, Commelinaceae, Convolvulaceae, Cucurbitaceae, Myrtaceae, Leguminosa, Melastomaceae, Meliaceae, Musaceae, Pandanaceae, Polypodiaceae, Rubiaceae dan Sapotaceae, dengan masing-masing terdiri dari 1 (satu) jenis tumbuhan.

Tabel 1. Jenis-jenis tumbuhan obat berdasarkan Famili oleh kelima POT Suku Duano

No Famili Nama Ilmiah Nama Lokal Nama Penyakit

1 Achantaceae

Acanthus ilicifolius Jeruju Sakit kulit

Justicia gendarussa Gandarusa Sakit perut

Avicenia officinalis Api-api

Bengkak, cacar air, Sakit perut

2 Acoraceae Acorus calamus Jerangau Demam, Magis, Sakit kepala, Sesak nafas

Page 5: STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT PADA SUKU DUANO DI

5

Tabel 1. (Lanjutan)

No Famili Nama Ilmiah Nama Lokal Nama Penyakit

3 Amarylidaceae Crinum asiaticum Sebakung/Telepuk Bengkak, Cedera tulang,

Sakit pinggang, Sakit pinggang

4 Annonaceae Annona muricata Durian Belanda Demam, Sakit kepala

5 Arecaceae Areca catechu Pinang

Gangguan haid, Kencing manis, Sakit kepala, Sakit kulit, Sakit perut

Nypa fruticans Nipah Sakit kulit, Sakit perut

6 Asparagaceae Dracaena angustifolia Pandan suji Darah tinggi

7 Asteraceae Gynura sp1. Sebengkak Sakit kulit

Gynura sp2. Penyambung nyawa Darah tinggi

8 Caricaceae Carica papaya Betik Malaria,

9 Commelinaceae Tradescantia spathacea Bakung suasa Berak Darah

10 Convolvulaceae Ipomoea aquatica Kangkung Mencret

11 Crassulaceae Bryophyllum pinnatum Sedingin Demam, Sakit kepala, Sakit perut

12 Cucurbitaceae Momordica sp. Paria/Pare Batuk, Sakit perut

13 Euphorbiaceae Ricinus communis Jarak putih

Cacar air, Campak, Demam

Euphorbia tithymaloides Daun getah Bengkak

14 Lamiaceae

Plectranthus scutellarioides

Ati-ati Perawatan pra-pasca persalinan

Orthosiphon aristatus Kumis kucing Gangguan buang air Kecil, Sakit pinggang

Vitex trifolia Langguning/ Langgundi

Batuk, Mencret, Mimisan, Sakit mata, Sakit perut

15 Leguminosae Tamarindus indica Asam jawa Mencret

16 Lythraceae

Sonneratia alba Pidada Cacar air, Campak

Lawsonia inermis Inai Kurang darah, Perawatan pra-pasca persalinan

Punica granatum Delima Berak Darah

17 Malvaceae Hibiscus rosa-sinensis Bunga Raya Demam

18 Meliaceae Xylocarpus granatum Daun Nyirih / penyirih Cacar air, Wasir

19 Musaceae Musa Paradisiaca Pisang Keracunan, Magis

20 Myrtaceae Psidium guajava Jambu biji Mencret

21 Oleaceae Jasminum sp. Bunga cina Demam

22 Pandanaceae Pandanus amaryllifolius Pandan wangi Magis

23 Phyllantaceae Phyllanthus niruri Ambil Buah Batuk, Sakit perut

Sauropus androginus Katu Sakit Gigi - Mulut

24 Piperaceae Piper betle Sirih Batuk, Demam, Gangguan haid, Mimisan, Sakit kepala, Sesak nafas

Page 6: STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT PADA SUKU DUANO DI

6

Tabel 1. (Lanjutan)

No Famili Nama Ilmiah Nama Lokal Nama Penyakit

25 Poaceae

Cymbopogon citratus Serai Sakit kepala

Saccharum officinarum Tebu hitam Berak Darah

Paspalum notatum Keting Belalang Mencret

26 Polypodiaceae Acrotichium aureum Piai Sakit kepala

27 Rubiaceae Ixora javanica

Kembang semangkuk Demam

28 Rutaceae Citrus aurantifolia Limau nipis Magis, Sakit kepala

Citrus hystrix Limau Purut Epilepsi, Mimisan,

29 Sapotaceae Manilkara zapota Sawo Berak Darah

30 Zingiberaceae

Curcuma longa Kunyit

Cedera tulang, Demam, Luka terbuka, Magis, Mencret, Penyakit kelamin, Perawatan pra-pasca persalinan, Sakit kulit, Sakit perut, Sesak nafas

Curcuma xanthoriza Temulawak Berak Darah

Kaempferia galanga Cekur/Kencur Darah tinggi, Sakit kepala, Sakit kulit, Sakit perut, Sesak nafas

Zingiber officinale Jahe merah Maag

Zingiber montanum Bonglai Demam, Magis, Sakit kepala, Sesak nafas

Zingiber zerumbet Lempuyang Sakit perut

Menurut Suganda dan Ozaki (1996), hampir semua sediaan obat tradisional seperti jamu maupun obat modern di Indonesia berasal dari Famili Zingiberaceae karena merupakan tumbuhan yang banyak tumbuh dan digunakan untuk banyak keperluan, terutama obat-obatan. Famili Zingiberaceae oleh masyarakat banyak ditanam di pekarangan karena memiliki banyak manfaat yaitu selain digunakan sebagai obat juga banyak digunakan sebagai bumbu dapur (Rahayu et al. 2006).

Kandungan Fitokimia dari Famili Zingiberaceae umumnya yaitu minyak atsiri, pati, tannin dan damar. Minyak atsiri berfungsi untuk menstabilkan system syaraf, menyembuhkan

penyakit, antiseptik, memperbaiki sistem pencernaan, melancarkan peredaran darah, memberikan perasaan senang atau efek menenangkan, dan lain sebagainya (Septiatin 2008). Wulandari dan Juwita (2006) menyatakan bahwa senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh tumbuhan dari Famili Zingiberaceae umumnya dapat menghambat pertumbuhan patogen.

2. Persentasi Bagian Tumbuhan Obat yang Digunakan

Penggunaan bagian tumbuhan sebagai bahan pengobatan harus memperhatikan beberapa hal, yaitu tidak merusak spesies tumbuhan, mudah diperoleh dan mudah untuk diolah.

Page 7: STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT PADA SUKU DUANO DI

7

Bagian tumbuhan yang digunakan adalah daun, batang, akar, buah, biji, rimpang dan eksudat. Bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan oleh kelima POT Suku Duano adalah daun (Gambar 2a sampai dengan Gambar 2e). Daun memiliki khasiat yang lebih baik jika dibandingkan dengan bagian

tumbuhan lainnya serta penggunaan organ daun juga tidak merusak tumbuhan secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan organ daun mudah tumbuh kembali sehingga bisa dimanfaatkan terus-menerus hingga tumbuhan menua dan mati (Zuhud dan Hartanto 1994).

(a) (b)

(c) (d)

(e)

Gambar 1. Diagram persentase Bagian Tumbuhan Obat yang Digunakan oleh (a) POT1, (b) POT2, (c) POT3, (d) POT4, dan (e) POT5.

Page 8: STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT PADA SUKU DUANO DI

8

POT1 dominan memakai bagian daun untuk ramuan pengobatan yaitu sebesar 45%, POT2 menggunakan daun sebagai bahan untuk ramuan dengan persentase sebesar 82%, POT3 menggunakan daun sebagai bahan utama ramuan pengobatan dengan persentase sebesar 76%, persentase bagian daun yang digunakan oleh POT4 sebagai ramuan pengobatan adalah 64% dan persentase bagian daun yang digunakan oleh POT5 adalah 50%. Beberapa jenis tumbuhan obat yang digunakan daunnya sebagai obat yaitu Sebakung (Crinum Asiaticum), Sedingin (Bryophyllum pinnatum), Sirih

(Piper betle), Langguning (Vitex trifolia), Keduduk (Melastoma malabathricum), Jarak (Ricinus communis), paria (Momordica sp.) dan lain-lain.

3. Tipe Pengolahan Tumbuhan Obat

Tipe pengolahan tumbuhan obat oleh POT dapat dibagi menjadi 2 jenis pengolahan (Gambar 3) yaitu tumbuhan obat yang diolah secara tunggal (hanya menggunakan satu jenis tumbuhan obat) maupun tumbuhan obat yang diolah menjadi ramuan (lebih dari satu jenis tumbuhan obat).

Gambar 2. Diagram persentase Tipe Pengolahan Tumuhan Obat

Secara umum pengolahan obat dengan cara tunggal lebih dominan dari pengolahan obat ramuan. Hal ini sesuai dengan penelitian Hanum dan Tri (2015) pada masyarakat Bali, diperoleh hasil bahwa penggunaan tumbuhan obat secara tunggal lebih besar 88% dibandingkan penggunaan tumbuhan obat dengan cara ramuan. Hal ini disebabkan POT Suku Duano yang percaya bahwa pengolahan obat tunggal lebih memaksimalkan khasiat pengobatan dari suatu jenis tumbuhan obat tersebut. Selain itu, kesulitan

memperoleh tumbuhan obat berkhasiat obat disekitar wilayah Suku Duano membuat POT lebih bijaksana dalam mengefektifkan penggunaan tumbuhan obat dalam proses pengolahannya.

Tumbuhan obat yang digunakan secara tunggal diantaranya yaitu Sebakung (Crinum asiaticum), Pinang (Areca catechu), Daun Getah (Pedilanthus tithymolloides), Betik (Carica papaya), Langgundi (Vitex trifolia), Jeruju (Acanthus ilicifolius), Sebengkak (Gynura sp.), Pidada (Sonneratia alba), Gandarusa (Justicia

Page 9: STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT PADA SUKU DUANO DI

9

gendarussa), Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus), dan lain sebagainya.

c. Informant Consensus Factor (FIC) dan Fidelity Level (FL) 1. Informant Consensus Factor

(FIC)

Informant Consensus Factor (FIC) Digunakan untuk menghitung variabilitas pemakaian tumbuhan

sebagai bahan pengobatan tradisional, dengan rentang nilai FIC antara 0.00-1.00. Nilai FIC tinggi menunjukkan penggunaan tumbuhan obat banyak digunakan oleh POT (Praktisi Obat Tradisional) untuk mengobati satu kategori penyakit, sedangkan apabila Nilai FIC rendah menunjukkan penggunaan tumbuhan obat sedikit digunakan oleh POT untuk menyembuhkan lebih banyak penyakit dalam satu kategori (Tabel 2).

Tabel 2. Informant Consensus Factor (FIC) Tumbuhan Obat oleh Lima POT

No Kategori penyakit

Jumlah Penyakit

dalam Satu Kategori (Nt)

Total Tumbuhan yang

Digunakan untuk Satu

Kategori (Nur)

FIC

1 Demam 4 14 0.76

2 Infeksi 5 12 0.63

3 Masalah Otot dan Sendi 3 5 0.50

4 Magis/ Non Medis 2 6 0.80**

5 Masalah Sirkulasi 2 4 0.66

6 Sakit Kepala 4 11 0.70

7 Sakit Secara Khusus 3 3 0.00*

8 Sakit Secara Umum 4 5 0.25

9 Sistem Ekskresi dan Hormon 3 3 0.00*

10 Sistem Pencernaan 7 25 0.75

11 Sistem Pernafasan 3 10 0.77

12 Sistem Reproduksi 6 6 0.00*

Keterangan : *FIC terendah, **FIC tertinggi

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa Nilai FIC terendah yaitu 0 terdapat pada kategori Sakit Secara Khusus dengan jumlah 3 (tiga) penyakit dengan menggunakan 3 (tiga) jenis tumbuhan obat, kategori Sistem Ekskresi dan Hormon dengan jumlah 3 (tiga) penyakit dengan menggunakan 3 (tiga) jenis tumbuhan obat, serta kategori Sistem Ekskresi dan Hormon dengan menggunakan 6 (enam) jenis

tumbuhan untuk 6 (enam) penyakit. Nilai FIC tertinggi yaitu 0.8 ada pada kategori penyakit Magis/ Non-Medis dengan jumlah 2 (dua) penyakit dengan menggunakan 6 jenis tumbuhan obat.

Sakit Secara Khusus adalah jenis penyakit serius yang membutuhkan penanganan khusus. Beberapa penyakit yang digolongkan kedalam kategori Sakit Secara Khusus adalah Sengat, Keracunan Makanan, Luka Terbuka,

Page 10: STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT PADA SUKU DUANO DI

10

sedangkan beberapa penyakit yang digolongkan kedalam kategori Sakit Secara Umum adalah Sakit Gigi, Sakit Mata, Mimisan dan Guam.

2. Fidelity Level (FL)

Fidelity Level (FL) merupakan persentase penggunaan tumbuhan obat yang sama dalam mengobati suatu penyakit tertentu oleh POT (Praktisi

Obat Tradisional). Penggunaan rumus FL didasarkan pada keakuratan suatu tumbuhan obat yang digunakan oleh empat atau lebih POT dalam pengobatan. Semakin tinggi persentase nilai FL artinya semakin banyak POT yang menggunakan suatu jenis tumbuhan obat yang sama untuk menobati berbagai penyakit (Tabel 3).

Tabel 3. Fidelity Level Tumbuhan Obat oleh Lima POT Suku Duano

No Nama Ilmiah Tumbuhan

POT1 POT2 POT3 POT4 POT5 FL (%)

1 Piper betle + + + + + 100*

2 Bryophyllum pinnatum + + - + + 80

3 Kaempferia galangal + - + + + 80

4 Vitex trifolia + - + + + 80 Keterangan : *FL tertinggi

Tabel 3 menunjukkan beberapa tumbuhan obat yang digunakan oleh POT Suku Duano memiliki tingkat keakuratan yang tinggi dalam mengobati penyakit. Menurut Pahlevi (2016), apabila semakin tinggi nilai Fidelity Level maka tumbuhan ini dianggap semakin penting kegunaannya dan apabila semakin kecil nilainya maka tanaman dianggap semakin tidak begitu penting dalam pengobatan.

Pramita et al. (2013) pada penelitian mengenai etnobotani upacara Kasada di Malang, menyatakan bahwa tumbuhan dengan nilai Fidelity Level (FL) diatas 70% dinyatakan sebagai tumbuhan yang sangat penting penggunaannya sebagai keperluan ritual. Tumbuhan dengan nilai keakuratan tertinggi dengan nilai FL 100% merupakan tumbuhan yang diketahui oleh seluruh POT sebagai tumbuhan berkhasiat obat yaitu Piper betle (Sirih), Tumbuhan dengan nilai FL 80% adalah Bryophyllum pinnatum

(Sedingin), Kaempferia galanga (Kencur), dan Vitex trifolia (Langguning).

KESIMPULAN

Total tumbuhan obat yang berhasil dikoleksi dari 5 Praktisi Obat Tradisional (POT) adalah 30 Famili yang terdiri dari 50 Spesies dan bagian tumbuhan yang dominan digunakan untuk pengobatan oleh Suku Duano adalah daun. Tumbuhan obat yang digunakan secara tunggal (hanya menggunakan satu jenis tumbuhan obat) oleh POT lebih banyak digunakan daripada obat ramuan (menggunakan beberapa tumbuhan obat). Nilai Informant Consensus Factor (FIC) tertinggi yaitu pada kategori penyakit Magis/ Non-Medis sedangkan nilai terendah adalah pada kategori Sistem Reproduksi, Sistem Ekskresi dan Hormon, dan Sakit Secara Khusus, sedangkan analisis The Fidelity Levels

Page 11: STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT PADA SUKU DUANO DI

11

(FL) menunjukkan tingkat keakuratan penggunaan tumbuhan obat tertinggi pada Piper betle (Sirih) mencapai 100% yaitu tumbuhan ini digunakan oleh seluruh Praktisi Obat Tradisional (POT) sebagai ramuan pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

Backer CA, Bakhuizen VDB. 1963. Flora of Java. Volume ke-3. Netherlands: Wolters-Noordhoof. V-Gruningen.

Balgooy van MM. 1997. Malesian seed plants Volume ke-1. Netherlands: Grafische Vormgeving Kanters.

Bodeker G. 2000. Partnership Against Aids : Incorporating the Traditional Sector For Prevention And Management (pp 87-90) In Bell k (ed), Aids in the Commonwealth. London : Kensington Press.

Cheikhyoussef A, Martin S, Kenneth M, Hina MA. 2011. Ethnobotanical Study of Indigenous Knowledge of Medical Plant Use by Traditional Heralers in Oshikoto Region, Namibia. J of Ethnobiology and Ethnomedicine 7.

Corner R, Watanabe HC. 1969. Collection of illustrated Tropical Plants. Volume ke-1. Kyoto. Japan.

Hanum SF, Tri Warseno. 2015. Ethnomedicine Tumbuhan Obat Tradisional Masyarakat Bali. Bali : UPK BKT Kebun Raya “Eka Karya” Bali LIPI.

Harmida, Sarno, Vivin FY. 2011. Studi Etnofitomedika di Desa Lawang Agung Kecamatan Mulak Ulu Kabupaten Lahat Sumatera Selatan. J Penelitian Sains 1(D): 1-5.

Hartanto S, Fitmawati, Nery S. 2014. Studi Etnobotani Famili

Zingiberaceae dalam Kehidupan Masyarakat Lokal di Kecamatan Pangean Kabupaten Kuantan Singingi, Riau. J. Biosaintifika 6.

Melalatoa MJ. 1995. Ensiklopedia Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Pahlevi, Ilham M. 2016. Kajian Etnobotani Ritual Siraman Air Terjun Sedudo Kabupaten Nganjuk. Kediri: UN PGRI.

Pramita NH, Serafinah I, Luchman H. 2013. Etnobotani Upacara Kasada Masyarakat Tengger, di Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Journal of Indonesian Tourism and Development Studies 1(2).

Rahayu M, Sunarti S, Sulistiarini D, Prawiroatmodjo S. 2006. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Secara Tradisional oleh Masyarakat Lokal di Pulau Wawonii Sulawesi Tenggara. Biodiversitas 7.

Safwan M. 2008. Eksplorasi Etnobotani Terhadap Tumbuhan Hutan yang berkhasiat Sebagai Obat di Daerah Aliran Sungai Sekayam Kabupaten Sanggau. Kerjasama Untan dengan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat, Pontianak.

Septiatin. 2008. Seri Tanaman Obat : Apotik Hidup dari Rempah-rempah, Tanaman Hias dan Tanaman Liar. Bandung: Yrama Widya.

Steenis CGGJV. 1997. Flora untuk Sekolah di Indonesia. Jakarta: PT. Pradaya Pramita.

Suganda AG, Ozaki Y. 1996. Efek Analgesik Ekstrak Rimpang Empat Jenis Tanaman Suku Zingiberaceae. Prosiding Simposium Penelitian

Page 12: STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT PADA SUKU DUANO DI

12

Bahan Obat Alami VIII. Bogor: Badan Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO) dengan Perhimpunan Penelitian Bahan Obat Alam (PERHIPPA).

Wulandari S, Juwita WS. 2006. Bioaktifitas Ekstrak Jahe (Zingiber Officinale Roxb.) dalam Menghambat Pertumbuhan Koloni Bakteri Escherichia coli dan Bassilus subtilis. Jurnal Biogenesis 2(2).

Zuhud EAM, Haryanto (Edit). 1994. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Fakultas Kehutanan IPB-Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN). Jurnal Bahan Alam Indonesia.