Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
“STUDI GENERATOR FLUKS AKSIAL 3 FASA TANPA INTI
DENGAN DESAIN 3 ROTOR 2 STATOR ”
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada
Departemen Teknik Elektro
Oleh :
JEREMIA KURNIAWAN SIHOMBING
NIM :150402087
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
Universitas Sumatera Utara
2
Universitas Sumatera Utara
3
Universitas Sumatera Utara
i
ABSTRAK
Saat ini generator yang tersedia di pasaran adalah generator induksi
kecepatan tinggi dan arus eksitasi untuk menghasilkan medan magnet, sedangkan
pemanfaatan energi terbarukan sebagai energi alternatif memerlukan penggerak
mula dengan kecepatan rendah. Maka diperlukan pengembangan generator untuk
putaran rendah yang salah satunya adalah generator fluks aksial dengan magnet
permanen. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari generator sinkron fluks
aksial 3 fasa dan dirancang tanpa menggunakan inti untuk putaran rendah dengan
menggunakan magnet permanen dari jenis Neodymium Iron Boron (NdFeB).
Generator fluks aksial tanpa inti didesain multi stage 2 buah stator dan 3 buah rotor
dan dapat menghasilkan tegangan antar fasa 12 volt 3 fasa pada frekuensi 50 Hz.
Setiap bagian stator terdapat 9 buah kumparan sehingga memerlukan 12 buah
magnet permanen pada setiap sisi rotornya (9 kumparan 12 kutub). Dari hasil
perhitungan dan pengukuran, tegangan terinduksi secara pengujian dan perhitungan
pada generator 3 fasa telah memiliki akurasi yang baik sekitar 6,18% dengan
tegangan pengujian 11,27 volt dan arus yang dibangkitkan sekitar 1,80 A. Maka
dapat ditentukan besar daya keluaran generator yang dihasilkan 30 watt dengan
efisiensi 50,67%. Pada pengujian Tegangan perfasa 6,84 volt dan pengujian
berbeban lampu pijar 4,40 volt, sehingga drop tegangan 35,42 %. Saat pengujian
pengaturan berbeban ferkuensi konstan dan frekuensi tidak dijaga menghasilkan
daya pembebanan 10,05 watt dan 7,68 watt dengan tahanan beban yang sama, hal
ini dikarenakan saat frekuensi tidak dijaga maka tegangan mengalami penurunan
yang signifikan.
Kata kunci : generator fluks aksial, rotor,stator, magnet permanen NdFeB,
Universitas Sumatera Utara
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “STUDI GENERATOR FLUKS AKSIAL 3 FASA TANPA INTI
DENGAN DESAIN 3 ROTOR 2 STATOR”.
Skripsi ini telah disusun dalam rangka memenuhi kewajiban penulis
sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik di Departemen
Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Dalam penelitian
ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Orang
Tua tercinta, Ayah Warno Sihombing dan Ibu Wasni Siregar yang telah begitu
banyak memberikan pengorbanan untuk membesarkan, mendidik, memberikan
kasih sayang dan semangat kepada penulis. Penulis juga mengucapkan
terimakasih untuk kakak dan adik tercinta Elfrida Dewi Maharani Sihombing,
Elisabeth Novianti Sihombing, Ira Yolanda Sihombing dan Chaterina Yohana
Sihombing.
Dalam penulisan skripsi ini ,penulis juga banyak mendapatkan bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Fahmi, ST.,M.Sc.,IPM, selaku ketua Departemen Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Ir. Arman Sani, MT selaku dosen Pembimbing Skripsi, atas nasehat,
bimbingan dan motivasi dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Universitas Sumatera Utara
iii
3. Bapak Ir. Zulkarnaen Pane, MT dan Bapak Ir. Riswan Dinzi, MT selaku dosen
penguji Skripsi, atas masukan dan bantuannya dalam penyempurnaan Skripsi
ini.
4. Bapak Ir. M. Zulfin, MT selaku dosen wali yang senantiasa mengawasi,
membimbing dan menyemangati peneliti selama masa perkuliahan.
5. Seluruh staf pengajar yang telah member bekal ilmu kepada penulis dan seluruh
pegawai Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera
Utara atas segala bantuannya.
6. Seluruh Staf Pegawai Departemen Teknik Elektro dan Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara.
7. Teman seperjuangan dalam mengerjakan skripsi ini Bungna Mei R Sinambela
sebagai rekan tim dalam penelitian yang selalu memberi masukan dan diskusi
untuk membantu penulis mengerjakan skripsi ini.
8. Semua teman-teman elektro bangkit 2015 : Daud pratama, Remon pasaribu,
Aries Bakara, Daniel Hutagalung,Putra Sinaga dan teman-teman lainnya yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
9. Semua teman-teman Teknik Elektro 2015 yang telah memberikan semangat
kepada penulis dalam pengerjaan skripsi ini.
10. Semua teman-teman mahasiswa rantauan yang tergabung dalam satu kost yang
saling memberi motivasi dan kata-kata yang membangun untuk penulis dalam
pengerjaan skripsi ini.
11. Semua pihak yang telah mendukung penyelesaian Skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Universitas Sumatera Utara
iv
Peneliti menyadari bahwa Skripsi ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
peneliti sangat mengharapkan kritik maupun saran yang bertujuan untuk
menyempurnakan dan memperkaya kajian Skripsi ini. Akhir kata peneliti
mengucapkan terima kasih dan semoga Skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, April 2021
Penulis,
Jeremia Kurniawan Sihombing
Nim : 150402087
Universitas Sumatera Utara
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 3
1.3 Batasan Masalah .................................................................................. 3
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
BAB II Tinjauan Pustaka ............................................................................. 5
2.1 Generator ............................................................................................. 5
2.2 Mesin Aksial Fluks permanent magnet .............................................. 6
2.3 Tipe Generator aksial fluks Permanen Magnet .................................... 7
2.3.1 Berdasarkan banyaknya tingkatan (stage) ................................ 8
2.3.2 Berdasarkan arah fluks ........................................................... 10
2.3.3 Berdasarkan penempatan dan tipe magnet ............................. 11
2.3.4 Berdasarkan tipe stator ........................................................... 12
2.4 Prinsip Kerja Generator AFPM ......................................................... 14
2.4.1 Rotor pada generator magnet permanent .............................. 15
2.4.2 Stator pada generator magnet permanent .............................. 16
Universitas Sumatera Utara
vi
2.5 Magnet Permanen............................................................................... 17
2.6 Induksi Elektromagnetik .................................................................... 19
2.7 Rangkaian Tiga Phasa ..................................................................... 21
2.7.1 Hubungan bintang/star ............................................................ 22
2.7.2 Hubungan delta/segitiga .......................................................... 23
2.8 Karakteristik Generator ...................................................................... 24
2.9 Rugi-rugi dan Efisiensi generator ....................................................... 29
2.9.1 Rugi-rugi ................................................................................ 29
2.9.2 Efisiensi .................................................................................. 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 32
3.1 Tempat dan Waktu ............................................................................ 32
3.2 Metode Penelitian ............................................................................... 32
3.3 Perancangan Generator fluks aksial ................................................. 33
3.3.1 Perancangan Stator Generator ................................................. 34
3.3.2 Perancangan Rotor Generator ................................................. 36
3.3.3 Celah Udara (Air Gap) ............................................................ 38
3.3.4 Rangka Generator .................................................................... 38
3.4 Proses pengerjaan Generator .............................................................. 38
3.4.1 Bahan dan peralatan ................................................................ 38
3.4.2 Tahapan pengerjaan generator ................................................ 39
3.5 Pengujian generator Fluks aksial ........................................................ 41
3.5.1 Peralatan pengujian ................................................................ 41
3.5.2 Bentuk pengujian generator .................................................. 43
3.6 Diagram alir penelitian ........................................................................ 49
Universitas Sumatera Utara
vii
BAB IV HASIL RANCANGAN DAN ANALISIS ................................... 50
4.1 Hasil Spesifikasi Generator .............................................................. 50
4.1.1 Perhitungan Rotor Generator ................................................ 50
4.1.2 Perhitungan Stator Generator .............................................. 54
4.2 Analisa Perhitungan Generator ........................................................... 58
4.2.1 Menghitung tegangan terinduksi 3 fasa ................................ 58
4.2.2 Menghitung arus yang dihasilkan ......................................... 60
4.2.3 Rugi-rugi dan efisiensi .......................................................... 60
4.3 Pengujian generator ............................................................................. 62
4.3.1 Pengujian tanpa beban............................................................ 62
4.3.2 Pengujian hubung singkat ..................................................... 69
4.3.2 Pengujian Berbeban lampu pijar ........................................... 70
4.3.3 Pengujian Pengaturan berbeban dan frekuensi konstan ........ 76
4.3.4 Pengujian Pengaturan berbeban dan frekuensi berubah........ 78
4.4 Bentuk gelombang dari tegangan keluaran generator ......................... 79
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 81
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 81
5.2 Saran ................................................................................................. 82
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 83
LAMPIRAN .................................................................................................. 85
Universitas Sumatera Utara
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bentuk Generator tipe Single Stage ........................................... 8
Gambar 2.2 Bentuk generator tipe Dua Tingkat (Double Stage) ................... 9
Gambar 2.3 Bentuk Generator tipe Multi Stage ............................................ 9
Gambar 2.4 Arah Fluks pada Tipe N-N ....................................................... 10
Gambar 2.5 Arah Fluks pada Tipe N-S ........................................................ 11
Gambar 2.6 Peletakan Magnet Permanen .................................................. 12
Gambar 2.7 Stator yang menumpuk............................................................. 13
Gambar 2.8 Stator yang tidak menumpuk.................................................... 14
Gambar 2.9 Kontruksi umum Aksial fluks magnet permanent.................... 15
Gambar 2.10 Konstruksi rotor magnet permanen .......................................... 15
Gambar 2.11 Garis-garis gaya magnet .......................................................... 17
Gambar 2.12 Magnet neodymium................................................................. 18
Gambar 2.13 Pergerakan fluks pada Generator tipe axial............................. 20
Gambar 2.14 Celah udara (air gap) pada generator MPFA .......................... 21
Gambar 2.15 Gelombang 3 fasa .................................................................... 22
Gambar 2.16 Hubungan bintang / star ........................................................... 23
Gambar 2.17 Hubungan delta ........................................................................ 23
Gambar 2.18 Rangkaian ekuivalen generator sinkron tanpa beban ............... 24
Gambar 2.19 Kurva Karakteristik Generator Sinkron Tanpa Beban ............. 25
Gambar 2.20 Rangkaian ekuivalen Generator Sinkron Berbeban ................. 26
Gambar 2.21 Diagram Phasor Pengaruh XL terhadap VΦ (beban induktif) .. 27
Gambar 2.22 Karakteristik generator dengan berbagai factor daya ............... 28
Gambar 3.1 Desain generator fluks aksial ................................................... 34
Universitas Sumatera Utara
ix
Gambar 3.2 Desain stator dan peletakan kumparan .................................... 35
Gambar 3.3 Hubungan kedua stator yang di rancang ................................. 36
Gambar 3.4 Desain rotor dan penempatan magnet ..................................... 37
Gambar 3.5 Pembuatan stator generator ..................................................... 40
Gambar 3.6 Bentuk rotor dan peletakan magnet .......................................... 40
Gambar 3.7 Rangka Generator .................................................................... 41
Gambar 3.8 Multimeter Digital ZOTEK Type ZT102................................. 42
Gambar 3.9 Clamp multimeter digital UNI-T Type UT201 .......................... 42
Gambar 3.10 Motor DC-Shunt type dikopel dengan tacho meter ................ 42
Gambar 3.11 Osiloskop ATTEN type ADS2202CA .................................... 43
Gambar 3.12 Rangkaian percobaan tanpa beban ........................................... 44
Gambar 3.13 Rangkaian percobaan hubung singkat ....................................... 45
Gambar 3.14 Lampu pijar 12 volt 18 watt ..................................................... 45
Gambar 3.15 Rangkaian percobaaan generator berbeban ............................. 46
Gambar 3.16 Beban variable resistif .............................................................. 47
Gambar 3.17 Rangkaian percobaan dengan pengaturan berbeban ................ 47
Gambar 3.18 Rangkaian pengujian dengan osiloskop ................................... 48
Gambar 3.19 Diagram alir penelitian ............................................................. 49
Gambar 4.1 Hasil Rancangan Generator dengan 3 rotor 2 stator ................ 50
Gambar 4.2 Rancangan rotor dari generator ................................................ 50
Gambar 4.3 Hasil rancangan stator generator ............................................... 54
Gambar 4.4 Grafik hubungan kecepatan terhadap tegangan fasa ke fasa ..... 64
Gambar 4.5 Grafik hubungan kecepatan terhadap tegangan perfasa .............. 65
Gambar 4.6 Grafik hubungan kecepatan terhadap frekuensi ......................... 65
Universitas Sumatera Utara
x
Gambar 4.7 Pengujian tanpa beban untuk fasa netral frekuensi 50 Hz ........ 66
Gambar 4.8 Grafik hubungan tegangan teori dan tegangan pengujian ......... 68
Gambar 4.9 Pengujian hubung singkat dengan kecepatan 500 rpm ............. 69
Gambar 4.10 Grafik hubungan kecepatan terhadap daya beban yang
dihasilkan generator.................................................................. 71
Gambar 4.11 Grafik hubungan kenaikan daya terhadap tegangan perfasa
yang dihasilkan generator ......................................................... 72
Gambar 4.12 Grafik hubungan daya terhadap arus perfasa .......................... 72
Gambar 4.13 Bentuk pengukuran tegangan dalam pengujian generator
berbeban dengan kecepatan 500 rpm ....................................... 73
Gambar 4.14 Grafik hubungan kenaikan rpm terhadap drop tegangan yang
dihasilkan .................................................................................. 75
Gambar 4.15 Grafik hubuungan arus terhadap tegangan ................................ 77
Gambar 4.16 Grafik hubungan arus terhadap tegangan .................................. 78
Gambar 4.17 bentuk gelombang sinusoidal dari tegangan generator ............. 79
Universitas Sumatera Utara
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Parameter umum generator …… ................................................. 33
Tabel 3.2 Hubungan jumlah kumparan dan kutub rotor ............................... 35
Tabel 3.3 Spesikasi magnet ........................................................................ 37
Tabel 4.1 Spesifikasi rotor yang telah dikerjakan ....................................... 51
Tabel 4.2 Spesifikasi stator yang telah dikerjakan ....................................... 55
Tabel 4.3 Hasil perhitungan tegangan induksi .............................................. 59
Tabel 4.4 Hubungan frekuensi terhadap tegangan fasa ke fasa dan fasa ke
netral pada pengujian tanpa beban .............................................. 63
Tabel 4.5 Besar perbandingan dari tegangan teori dan pengujian .............. 67
Tabel 4.6 Pengujian hubung singkat ............................................................ 69
Tabel 4.7 Data pengujian generator dengan beban lampu 12 volt 18 watt .. 70
Tabel 4.8 Nilai perhitungan drop tegangan pada generator ......................... 74
Tabel 4.9 Data pengujian pembebanan dengan frekuensi konstan. ............... 76
Tabel 4.10 Data pengujian pembebanan dengan frekuensi tidak konstan ..... 78
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemanfaatan generator dalam mengembangkan pembangkitan energi listrik
kebanyakan masih menggunakan generator dengan putaran yang tinggi. Generator
listrik adalah sebuah mesin yang dapat merubah energi mekanik (energi gerak)
menjadi energi listrik. Generator membutuhkan energi penggerak mula
menggunakan motor atau dengan memakai bahan bakar dari fosil (minyak bumi
atau gas) untuk membangkitkan tegangan dari medan magnetnya[1].
Demikian halnya pada perkembangan energi terbarukan seperti energi air,
energi angin dan energi termal matahari sebagai sumber energi listrik alternatif
skala kecil memerlukan generator. Pada perkembangan energi terbarukan saat ini,
kebanyakan membutuhkan generator yang mempunyai kecepatan rendah dan juga
tanpa menggunakan energi listrik awal untuk menghasilkan medan magnetnya.
Tetapi generator yang tersedia di pasaran berupa generator konvensional dengan
kecepatan putar yang tinggi untuk mengubah ke energi listrik. Pada umumnya,
generator konvensional tersebut membutuhkan kecepatan sekitar 1500 rpm atau
3000 rpm dengan energi listrik awal.
Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mempelajari
generator yang mampu bekerja dalam kecepatan putaran rendah dan tanpa
penggunaan energi listrik awal dalam membangkitkan medan magnet untuk
menghasilkan tegangan. Sehingga perlu pengembangan generator sinkron putaran
rendah, yang salah satunya adalah generator fluks aksial dan dengan penggunaan
magnet permanen untuk membangkitkan medan magnet pada generator tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2
Kelebihan dari generator fluks aksial antara lain dapat didesain sehingga
memiliki kutub-kutub magnet yang lebih banyak sehingga sesuai untuk
pengaplikasian enerator kecepatan rendah. Generator aksial memiliki konstruksi
yang lebih pendek, kompak, strukturnya kuat, dan tingkat efisiensi tinggi karena
tidak timbul rugi-rugi daya pada kumparan rotor. Selain itu pengaruh parameter
desain, seperti air gap dan kecepatan putar juga mempengaruhi unjuk kerja
generator [2].
Hari Prasetijo, Ropiudin, dan Budi Dharmawan dengan judul jurnal
“Generator Magnet Permanen Sebagai Pembangkit Listrik Putaran Rendah “
membahas tentang perancangan Generator magnet permanen jenis NDFEB N42
dengan desain 2 rotor dan 1 piringan stator untuk mendapatkan konstanta yang
diinginkan, seperti daya 5 watt, tegangan 3 fasa 12 Vac dan frekuensi 50 Hz[3].
Berdasarkan latar belakang dan jurnal diatas, saya tertarik untuk melakukan
rancang bangun untuk mempelajari generator magnet permanen fluks aksial dengan
tiga cakram rotor dan dua stator. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat daya
keluaran dan memberikan informasi yang berguna untuk pengembangan generator
fluks aksial magnet permanen untuk putaran rendah yang lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah yang dibahas adalah :
1. Merancang dan membuat generator fluks aksial 3 fasa tanpa inti dengan
desain 3 rotor dan 2 stator berbasis magnet permanen Neodymium .
2. Mempelajari karakteristik dan output yang dihasilkan dari generator yang
dirancang.
1.3 Batasan masalah
Agar isi dan pembahasan skripsi ini terarah, maka peneliti membuat batasan
masalah yang akan dibahas. Adapun batasan masalah pada skripsi ini adalah
sebagai berikut:
1. Desain yang digunakan pada generator ini menggunakan magnet permanen
yang berjenis Besi Boron Neodymium (NdFeB).
2. Menentukan desain generator 3 fasa tanpa inti dan celah udara (airgap) yang
telah ditentukan.
3. Desain rotor terdapat 12 buah magnet dengan ukuran 30 x 10 x 5 mm dan
pada stator terdiri dari 9 coil (kumparan).
4. Pada pengujian generator menggunakan motor DC type shunt hanya sebagai
penggerak mula untuk mengatur putaran generator.
Universitas Sumatera Utara
4
1.4 Tujuan penelitian
Tujuan penelitian Skripsi ini adalah merancang dan membuat generator tiga
fasa fluks aksial magnet permanen dengan 3 buah rotor dan 2 buah stator dan
mengetahui output yang dihasilkan.
1.5 Manfaat penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah mengharapkan generator yang di buat
bisa memberikan informasi dan pengetahuan dari perkembangan generator dan
dapat menjadi solusi untuk generator pembangkit listrik energi terbarukan yang
hanya menghasilkan putaran rendah dari turbin dan dapat diaplikasikan pada
renewable energy (energi terbarukan) saat ini, seperti air , angin dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2 .1 Generator
Generator adalah sebuah mesin yang mengubah energi mekanik (gerak)
menjadi energi listrik. Generator yang menghasilkan listrik bolak – balik (generator
AC) disebut juga dengan alternator. Prinsip dasar alternator menggunakan hukum
Faraday yang berbunyi “Apabila suatu batang penghantar digerakkan didalam suatu
medan magnet yang mempunyai garis gaya magnet dari arah kutub utara ke arah
kutub selatan, maka pada batang penghantar akan memotong garis – garis gaya
magnet yang akan menimbulkan gaya gerak listrik (GGL) atau EMF (Electro
Motive Force) [1].
Untuk menentukan putaran pada sebuah generator diperlukan adanya
hubungan antara jumlah kutub dan frekuensi dapat dirumuskan pada Persamaan
(2.1)[3].
n = 120 . 𝑓
𝑝 (2.1)
Dimana :
n = Putaran (rpm)
f = Frekuensi (Hertz)
p = Jumlah kutub (pole)
Tegangan induksi yang dihasilkan dari generator dapat diketahui dengan
Persamaan (2.2).
𝐸𝑟𝑚𝑠 = 4,44 𝑥 𝑁 𝑥 𝑓 𝑥 ∅𝑚𝑎𝑥 𝑥 𝑁𝑠 / 𝑁𝑝 (2.2)
dimana:
Universitas Sumatera Utara
6
Erms = Tegangan efektif induksi generator (V)
N = jumlah lilitan
f = frekuensi (Hz)
∅𝑚𝑎𝑥 = fluks maksimum (Wb)
Ns = jumlah kumparan
Nph = jumlah fasa
\ Secara umum generator magnet terdiri atas dua bagian utama, yaitu stator
dan rotor. Stator adalah bagian yang diam, dimana pada bagian ini terdapat lilitan
kumparan sebagai tempat tegangan utama akan diinduksikan dan rotor adalah
bagian yang berputar dan terhubung dengan penggerak utama (prime mover), pada
bagian ini magnet permanen diletakkan. Generator sinkron dengan magnet
permanen secara garis besar, dibagi menjadi dua jenis bila dilihat dari fluks magnet
yang dihasilkan, yaitu[4] :
1. Generator magnet permanen dengan fluks radial/Generator RFPM (Radial
Flux Permanent Magnet Generator)
2. Generator magnet permanen dengan fluks aksial/Generator AFPM (Axial
Flux Permanent Magnet Generator)
2.2 Mesin Axial Flux Permanent Magnet (AFPM)
Mesin Axial Flux Permanent Magnet (AFPM), yang biasa disebut mesin
disc-type, merupakan sebuah mesin alternatif atas mesin Radial Flux Permanent
Magnet (RFPM) berbentuk silinder, dikarenakan bentuknya seperti kue panekuk
(pancake) yang terlihat rapi dan tersusun padat, sehingga menghasilkan berat jenis
daya (daya keluaran per massa/volume mesin) yang lebih besar [5]. Sedangkan
Universitas Sumatera Utara
7
generator fluks aksial adalah suatu mesin fluks aksial yang dapat menkonversikan
energi mekanik menjadi energi listrik yang menghasilkan arus bolak – balik yang
terdiri dari stator dan rotor dengan memiliki arah aliran fluks yang memotong stator
secara aksial. Tentunya berbeda dengan generator-generator konvensional lainnya
yang aliran fluksnya secara radial. Generator fluks aksial ini tentunya memiliki
ukuran yang jauh lebih kecil dari yang biasanya, dan sering dimanfaatkan untuk
pembangkit listrik tenaga angin. Keunggulan AFPM dibandingkan dengan RFPM
adalah [6] :
1. AFPM memiliki diameter rotor dan stator yang lebih besar.
2. Konstruksi AFPM lebih mudah dan sangat ideal.
3. Semakin besar diameter rotor semakin banyak jumlah kutub magnet yang
ada, membuat AFPM cocok untuk frekuensi tinggi pada putaran rendah.
4. Memiliki tingkat efisiensi yang tinggi karena penggunaan magnet
permanen, sehingga tidak diperlukan pembangkit (exciter) dan sikat.
5. Memiliki kerapatan daya yang lebih tinggi dengan ukuran yang lebih kecil.
6. Memiliki struktur yang lebih kuat dibandingkan dengan generator fluks
radial.
2.3 Tipe Generator aksial fluks Permanen Magnet
Generator fluks aksial adalah suatu generator dimana arah aliran fluksnya
hanya pada salah satu arah aksial saja dengan tujuan mengoptimalkan fluks yang
dihasilkan rotor agar dapat digunakan oleh stator untuk membangkitkan ggl. Dalam
generator sinkron magnet permanent fluks aksial tipe cakram ini dibagi menjadi
Universitas Sumatera Utara
8
beberapa tipe. Tipe tersebut berdasarkan jumlah tingkatan (stage), arah fluks,
penempatan magnet permanen pada rotor, tipe stator dari generator ini[7].
2.3.1 Berdasarkan Banyaknya Tingkatan (stage)
Generator dengan permanen magnet fluks aksial memiliki banyak tipe dan
bentuk sesuai dengan efisiensi dari aplikasi dan kegunaanya. Salah satunya yaitu
dengan melihat dari sudut pandang kegunaan dan efeisiensi, generator ini dapat
dibagi menjadi beberapa tipe yang diantaranya adalah meninjau dari banyaknya
stage (banyaknya side/bagian dari jumlah rotor dan jumlah stator generator dari
fluks aksial), dapat juga ditinjau dari bentuk magnet pada rotornya, terdiri dari tiga
tipe, yaitu :
1. Satu Tingkat (Single Stage)
Jenis generator pada tipe satu tingkat memiliki sebuah stator dan sebuah
rotor. Dengan alasan itulah, generator ini disebut sebagai satu tingkat (single stage).
Generator ini biasa digunakan pada torsi kecil. Sehingga sangat efektif, bila
digunakan pada generator angin dengan kapasitas penggerak yang kecil. Bentuk
dari generator ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Bentuk Generator tipe Single Stage
Universitas Sumatera Utara
9
2. Dua Tingkat (Double Stage)
Jenis generator pada tipe dua tingkat, dapat dibedakan menjadi dua bagian
yaitu generator ini dapat memiliki 2 rotor 1 stator atau memiliki 2 stator 1 buah
rotor. Pada aplikasi generator dengan double stage ini biasanya digunakan pada
torsi tinggi, sehingga dapat digunakan dengan tenaga berkapasitas besar. Salah satu
bentuk dari generator tipe dua tingkat dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Bentuk generator tipe Dua Tingkat (Double Stage)
3. Banyak Tingkat (Multi Stage)
Jenis generator tipe banyak tingkat memiliki lebih dari dua stator atau dua
rotor, dirancang untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga yang lebih besar (torsi).
Hanya saja pada generator ini cukup besar jika dibandingkan pada dua tipe
generator satu tingkat dan dua tingkat. Pada generator ini juga memiliki transfer
panas yang tidak begitu baik, dikarenakan terlalu banyak stage pada konstruksinya.
Pada Gambar 2.3 dapat dilihat bentuk model dari generator multi stage.
Gambar 2.3 Bentuk Generator tipe Multi Stage
Universitas Sumatera Utara
10
2.3.2 Berdasarkan Arah Fluks
Jenis generator tipe ini umumnya memiliki stage 2 rotor dan 1 stator ini
dibedakan menjadi dua tipe berdasarkan arah fluksnya pada rotor yaitu tipe N-N
dan tipe N-S. Arti dari tipe N-N adalah kutub magnet bagian rotor bawah dan atas
adalah sama polaritasnya yaitu utara (North) sedangkan untuk tipe N-S polaritas
magnet untuk rotor atas dan bawah bebeda yaitu yang bawah utara (North)[8].
1. Tipe N-N
Pada Generator magnet permanen fluks aksial tipe N-N ini memiliki
konstruksi polaritas dari magnet permanen rotor bawah dan atas sama. Aliran fluks
dari generator tipe N-N dijelaskan oleh Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Arah Fluks pada Tipe N-N
Pada gambar diatas terlihat jelas aliran fluks yang mengalir dari magnet
permanen hingga menuju stator. Fluks keluar dari magnet utara bagian bawah
menuju stator namun sampai ditengah-tengah stator fluks tersebut berbelok
dikarenakan adanya fluks utara yang sama pada rotor bagian atas dan fluks bagian
atas ikut berbelok dan melewati arah horizontal stator.Karena aliran fluks pada tipe
N-N tidak menembus seluruh stator dan hanya sampai sebagian lalu bergerak
kearah horizontal maka pada stator ini dipasang sebuah inti besi sebagai penyangga
stator. Hal ini dikarenakan untuk mengoptimalkan fluks yang beergerak horizontal
agar dapat dimanfaatkkan oleh stator. Karena menggunakan penyangga stator
Universitas Sumatera Utara
11
dengan tujuan mengoptimalkan fluks maka ini membuat ketebalan dari generator
ini semakin besar dan lilitan dari tipe ini semakin sedikit.
2. Tipe N-S
Pada Generator magnet permanen fluks aksial tipe N-S ini memiliki
konstruksi polaritas dari magnet permanen rotor bawah dan atas yang berlawanan.
Aliran fluks dari generator tipe N-S dijelaskan oleh Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Arah Fluks pada Tipe N-S
Pada gambar diatas terlihat jelas aliran fluks yang mengalir dari magnet
permanen hingga menuju stator. Fluks keluar dari magnet utara bagian bawah
menuju stator dan menembus stator hingga menuju magnet permanen pada rotor
bagian atas kemudian menuju horizontal dikarenakan beda polaritas antara magnet
yang disampingnya.
2.3.3 Berdasarkan Penempatan dan Tipe Magnet
Bagian dari rotor generator tempat penempatan magnet dapat berbeda-beda.
Salah satunya dalam memasang magnet permanen pada sebuah rotor generator
fluks aksial tipe cakram. Pertama, permanen magnet bisa ditempatkan pada
permukaan penyangga rotor dan yang kedua. magnet permanen ditanamkana pada
penyangga rotor, seperti pada Gambar 2.6.
Universitas Sumatera Utara
12
Gambar 2.6 Peletakan Magnet Permanen, (a) Permukaan rotor
(b) ditanamkan pada rotor
Pada tipe magnet permanen yang diletakan pada permukaan penyangga
rotor akan lebih baik dari pada tipe yang ditanamkan pada rotor karena dengan rotor
diletakan dipermukaan penyangga rotor maka ketebalan rotor secara keseluruhan
akan lebih kecil dibanding yang kedua sehingga torsi mekanik akan lebih kecil
dibandingkan yang kedua. Selain itu untuk tipe yang pertama akan lebih hemat
biaya karena proses produksi yang jauh lebih mudah dibandingkan dengan tipe
kedua. Untuk kecepatan tinggi tipe pertama akan dapat mendinginkan stator karena
bentukya yang seperti kipas.
2.3.4 Berdasarkan Tipe Stator
Untuk generator tipe ini, dengan menyesuaikan dari desain pada rotornya
dan tipe dari stagenya,sehingga generator ini dibedakan menjadi dua jenis yaitu tipe
torus dan tipe tanpa inti (coreless)[7].
a) Torus
Pada tipe ini stator pada generator diberikan penyangga yang biasanya
berupa inti besi. Hal tersebut dimaksudkan agar inti besi bisa mengoptimalkan fluks
yang mengalir dan biasanya torus ini digunakan pada generator dengan tipe N-N.
Universitas Sumatera Utara
13
Tipe torus ini juga terdiri dari dua macam yaitu slot dan non slot. Kedua jenis ini
hanya dibedakan pada penyangga statornya.
Tipe slot pada stator, tipe slot ini memiliki bentuk stator pada inti besinya
terdapat kumparan yang membentuk baris–baris. Selanjutnya
dihubungkan dengan di dalam slotnya secara back-to-back.
Tipe nonsloted pada stator, memiliki bentuk stator yang memiliki
kumparan lebar dengan kumparan celah udara AC fasa banyak yang
dibungkus oleh inti stator yang dihubung secara back-to- back.Pada
stator dengan tipe non slot biasanya antara kumparan diisi dengan resin
untuk ketahanan dan menghasilkan transfer panas yang kebih baik.
b) Stator Tanpa Inti (Coreless)
Generator dengan tipe stator tanpa inti (coreless) biasanya digunakan untuk
putaran rendah. Lilitan dari tipe stator ini biasanya jauh lebih banyak dari tipe yang
lain dikarenakan tidak adanya inti atau penyangga pada stator. Biasanya stator ini
digunakan untuk generator tipe N-S. Stator ini dibagi menjadi dua tipe:
Menumpuk (Overlapping)
Pada tipe ini susunan kumparan statornya menumpuk dan saling tumpang
tindih. Susunan fasa yang bertindihan saling berbeda satu sama lainnya,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.7.
Gambar 2.7 stator yang menumpuk
Universitas Sumatera Utara
14
Tidak Menumpuk (non-Overlapping)
Pada tipe ini susunan statornya tidak menumpuk dan tidak saling tumpang
tindih. Susunan fasa saling berbeda satu sama lainnya, seperti di tunjukkan
pada Gambar 2.8.
Gambar 2.8 stator yang tidak menumpuk
2.4 Prinsip Kerja Generator AFPM
Prinsip kerja generator AFPM sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan
prinsip kerja generator konvensional pada umumnya. Pengunaan magnet permanen
menghasilkan medan magnet yang tetap sehingga tidak memerlukan pencatuan arus
searah untuk menghasilkan medan magnet. Sedangkan fluks aksial diperoleh dari
magnet permanen yang telah diberikan perlakuan khusus sehingga arah garis-garis
gaya magnet keluar dari kutub magnet secara aksial atau vertikal. Prinsip generator
AFPM secara sederhana dapat dijelaskan bahwa tegangan akan diinduksikan pada
konduktor, apabila konduktor tersebut bergerak pada medan magnet sehingga
memotong garis-garis gaya magnet[6].
Generator ini juga memiliki konstruksi umum yang diperlihatkan pada
Gambar 2.9 yaitu terdapat rotor yang memiliki magnet permanen sebagai sumber
medan magnet, kumparan stator sebagai tempat terjadinya induksi elektromagnetik,
dan celah udara antara rotor dan stator.
Universitas Sumatera Utara
15
Gambar 2.9 Kontruksi umum Aksial fluks magnet permanent
2.4.1 Rotor pada Generator magnet permanent
Rotor merupakan bagian generator yang berputar. Rotor generator magnet
permanen tersusun dari sejumlah magnet permanen sebagai penghasil medan
magnet yang diperlukan dalam pembangkitan tegangan generator. Magnet
permanen disusun pada sepasang media berbentuk piringan dengan posisi
berhadapan mengapit stator sedemikian sehingga fluks magnet yang melingkupi
kumparan stator dari masing masing magnet permanen saling memperkuat. Rotor
pada generator magnet permanen terlihat pada Gambar 2.10 dengan posisi setiap
kutub magnet permanen[7].
Gambar 2.10 Konstruksi rotor magnet permanen
Universitas Sumatera Utara
16
Luasan area magnet ini menentukan luasan piringan rotor dengan
selanjutnya adanya syarat bahwa luasan piringan stator mengikuti luasan rotor
dengan tujuan untuk mensinkronkan antara kutub magnet permanen dengan
kumparan pada stator. Untuk menentukan Luas area magnetik pada rotor terdapat
pada Persamaan (2.3).
𝐴𝑚𝑎𝑔 =𝜋.(𝑟𝑜
2− 𝑟1 2)− 𝜏𝑓(𝑟0−𝑟1).𝑁𝑚
𝑁𝑚 (2.3)
Dimana:
Ro = Radius luar magnet (cm)
ri = Radius dalam magnet (cm)
τƒ = Jarak antar magnet (cm)
Nm = Jumlah magnet
2.4.2 Stator Pada Generator magnet permanent
Stator adalah bagian yang tak berputar (diam), didalam stator generator
terdapat belitan-belitan penghantar yang disusun sedemikian rupa sesuai kaidah
baik jumlah lilitan, jarak antara lilitan (pitch factor) dan beda sudut antara phasa,
sehingga dapat menghasilkan tegangan fasa 3 yang mempunyai sudut 120 derajat
terhadap phasa lainnya. Kemampuan dan kualitas generator ditentukan juga oleh
bahan tembaga yang dipakai serta tingkat ketahanan isolasi terhadap panas.
Bahan inti dari stator merupakan bahan terpilih yang mempunyai tingkat
permeabilitas magnetik yang tinggi dan dapat terbentuk dari lapisan-lapisan plat
yang terlaminasi satu sama lain. Hal ini adalah dimaksudkan untuk mengurangi rugi
besi karena rugi arus hystrisis yang berpusar dalam inti besi. Demikian juga dengan
lilitan tembaga atau kawat email mempunyai kualitas yang khusus disamping
Universitas Sumatera Utara
17
biasanya mempunyai lapisan isolasi juga mempunyai ketahahanan panas yang
tinggi sampai 150 derajat celcius sehingga tahanan isolasi masih cukup kuat untuk
menahan panasnya stator generator maupun arus lilitan itu sendiri[9].
2 .5 Magnet Permanen
Magnet adalah suatu objek yang mempunyai medan magnet, magnet selalu
mempunyai dua kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan dan garis-garis gaya
magnet (fluks) keluar dari kutub utara dan masuk ke kutub selatan, seperti
ditunjukan pada Gambar 2.11. Magnet permanen tidak memerlukan tenaga atau
bantuan dari luar untuk menghasilkan medan magnet. Magnet neodymium adalah
golongan magnet yang langka dan bahan pembuatnya hanya ada di Dataran China,
Taiwan dan sekitarnya. Bahan pembuatnya adalah Neodymium Alloy, Iron, dan
Boron membentuk dengan Rumus Kimia Nd2Fe14B Tetragonal Crystalline
Structure[8].
Gambar 2.11 Garis-garis gaya magnet
Jenis magnet permanen yang diketahui sampai saat ini ialah [6] :
1. Magnet Neodymium, yaitu jenis magnet tetap yang paling kuat, Magnet
neodymium (juga dikenal sebagai NdFeB, NIB, atau magnet Neo),
merupakan sejenis magnet tanah, terbuat dari campuran logam neodymium.
Universitas Sumatera Utara
18
2. Magnet Samarium - cobalt salah satu dari dua jenis magnet bumi yang
langka, merupakan magnet permanen dari paduan samarium dan kobalt.
3. Magnet keramik, seperti barrium ferrite (BaOx6Fe2O3) dan strontium
ferrite SrOx6Fe2O3
4. Magnet Alnico (Al, Ni, Co, Fe).
Dari keempat jenis magnet permanen diatas, jenis Neodymium lebih banyak
dipakai karena jenis magnet ini sangat kuat. Magnet neodymium (juga dikenal
sebagai NdFeB, NIB, atau magnet Neo), merupakan sejenis magnet tanah jarang,
terbuat dari campuran logam neodymium. Tetragonal Nd2Fe14B memiliki struktur
kristal yang sangat tinggi uniaksial anisotropi magnetocrystalline (HA ~ 7 tesla).
Senyawa ini memberikan potensi untuk memiliki tinggi koersivitas (yaitu,
ketahanan mengalami kerusakan magnetik). Pada Gambar 2.12 dapat dilihat bentuk
dari magnet neodymium.
Gambar 2.12 Magnet neodymium
Magnet merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam suatu
generator. Fungsinya adalah untuk menghasilkan fluks magnetik yang akan dipakai
untuk membangkitkan ggl induksi pada kumparan yang telah dipasang, untuk
membangkitkan ggl induksi maka diperlukan perubahan jumlah fluks magnet yang
Universitas Sumatera Utara
19
mengenai kumparan. Perubahan fluks magnetik tersebut dilakukan dengan proses
gerakan berputar. Kelebihan menggunakan magnet permanen pada generator fluks
aksial ini adalah :
1. Tidak ada energi listrik yang diserap oleh sistem medan eksitasi
sehingga tidak ada kerugian eksitasi dan dapat meningkatkan efisiensi.
2. Menghasilkan torsi yang lebih besar.
3. Menyederhanakan konstruksi dan perawatan.
2.6 Induksi Elektromagnetik
Pada generator terjadi induksi elektro magnetik yang mengacu pada hukum
Faraday dan Lenz. Hukum Faraday menjelaskan bahwa Adanya perubahan fluks
magnetik yang melingkupi suatu kumparan akan menimbulkan ggl induksi pada
ujung-ujung kumparan tersebut, hal tersebut sesuai dengan Persamaan (2.4).
𝑒 = −𝑁dƟ
𝑑𝑡 (2.4).
Dimana
e = Gaya gerak listrik
N = Jumlah lilitan
dƟ = Perubahan fluks magnetic
dt = Perubahan waktu
Sedangkan hukum Lenz menjelaskan bahwa GGL induksi yang muncul
berarah melawan perubahan fluks menyebabkannya arus yang mengalir atau
dengan kata lain bahwa arus induksi menghasilkan medan magnet yang melawan
perubahan fluks magnet yang menghasilkan arus induksi. Pada generator tipe axial,
fluks magnet tidak akan banyak terjadi saat magnet tidak bergerak, tetapi saat
Universitas Sumatera Utara
20
piringan dua rotor digerakkan maka akan dihasilkan tegangan potensial seperti
ditunjukkan oleh Gambar 2.13. Perubahan kecepatan akan mempengaruhi besar
potensial tegangan yang dihasilkan[14].
Gambar 2.13 Pergerakan fluks pada Generator tipe axial[3]
Untuk menentukan besar Fluks magnet maksimal pada magnet permanen
tersebut, ditentukan oleh Persamaan (2.5) [13].
𝐵𝑚𝑎𝑥 = 𝐵𝑟 𝑙𝑚
𝑙𝑚+ δ (2.5)
Dimana :
Br = Kerapatan fluks (T)
Lm = Tinggi magnet (m)
δ = Lebar celah udara (m)
Bmax = Fluks magnet maksimal (T)
Maka diperoleh fluks maksimum yang dihasilkan dengan Persamaan (2.6).
Ø max = 𝐴𝑚𝑎𝑔𝑛 𝑋 𝐵𝑚𝑎𝑥 (2.6)
Dimana :
Amagn = luasan magnet (m2)
Bmax = Fluks magnet maksimal (T)
Ømax = Fluks maksimum (Wb)
Universitas Sumatera Utara
21
Induksi elektromagnetik di pengaruhi oleh celah udara (air gap) pada
generator. Celah udara pada generator merupakan tempat berpindahnya fluks
magnet pada magnet permanen dan menginduksikan ke kumparan stator. Pada
celah udara ini terjadi mekanisme perpindahan atau konversi energi dari mekanik
menjadi listrik. Besar atau lebarnya celah udara ini mempengaruhi penginduksian
ke kumparan stator. Pada generator fluks aksial celah udara bisa saja lebih dari satu
tergantung banyaknya stator atau rotor yang digunakan pada generator tersebut
tentunya berbeda dengan celah udara pada generator radial, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.14 [10].
Gambar 2.14 Celah udara (air gap) pada generator MPFA
2.7 Rangkaian Tiga Phasa
Mesin listrik terdiri dari dua jenis yaitu mesin arus bolak-balik (AC) dan
arus searah (DC). Mesin AC terdiri dari dua jenis yaitu mesin sinkron dan induksi.
Mesin sinkron berfungsi sebagai generator apabila merubah energi mekanik
menjadi energi listrik. Pada sistem tenaga listrik fasa 3, idealnya daya listrik yang
dibangkitkan, disalurkan dan diserap oleh beban semuanya seimbang, daya
pembangkitan = daya pemakaian, dan juga pada tegangan yang seimbang[12]. Pada
tegangan yang seimbang terdiri dari tegangan 1 phasa yang mempunyai magnitude
Universitas Sumatera Utara
22
dan frekuensi yang sama tetapi antara 1 phasa dengan yang lainnya mempunyai
beda phasa sebesar 120° listrik, sedangkan secara fisik mempunyai perbedaan
sebesar 60°, dan dapat dihubungkan secara bintang (Y) atau segitiga (delta Δ)
seperti pada Gambar (2.15) [6].
Gambar 2.15 Gelombang 3 fasa
Gambar 2.15 menunjukkan gelombang dari tegangan phasa. Bila
gelombang-gelombang tegangan tersebut berputar dengan kecepatan sudut dan
dengan arah berlawanan jarum jam (arah positif), maka nilai maksimum positif dari
phasa terjadi berturut-turut untuk phasa V1, V2 dan V3. sistem fasa 3 ini dikenal
sebagai sistem yang mempunyai urutan phasa a – b – c . sistem tegangan fasa 3
dibangkitkan oleh generator sinkron fasa 3. Rangkaian fasa 3 terhubung menjadi 2
bagian yaitu : berhubung Star dan berhubung Delta.
2.7.1 Hubungan bintang / star ( Y )
Pada hubungan bintang (Y), ujungujung tiap phasa dihubungkan menjadi
satu dan menjadi titik netral atau titik bintang seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.9. Tegangan antara dua terminal dari tiga terminal a – b – c mempunyai
besar magnitude dan beda phasa yang berbeda dengan tegangan tiap terminal
terhadap titik netral. Tegangan Va,Vb dan Vc disebut tegangan phasa atau Vf.
Hubungan bintang tiga fasa dapat dilihat pada Gambar 2.16.
Universitas Sumatera Utara
23
Gambar 2.16 Hubungan bintang / star
Dengan adanya saluran atau titik netral maka besaran tegangan phasa
dihitung terhadap saluran atau titik netralnya, juga membentuk sistem tegangan fasa
3 yang seimbang dengan magnitudenya (akar 3 dikali magnitude dari tegangan
phasa). Vline = √3.Vf = 1,73Vf. Sedangkan untuk arus yang mengalir pada semua
phasa mempunyai nilai yang sama per line = I phasa, Ia = Ib = Ic.
2.7.2 Hubungan delta / segitiga
Pada hubungan segitiga (delta) ketiga phasa saling dihubungkan sehingga
membentuk hubungan 3 fasa seperti Gambar 2.17.
Gambar 2.17 Hubungan delta
Dengan tidak adanya titik netral, maka besarnya tegangan saluran dihitung
antar phasa, karena tegangan saluran dan tegangan phasa mempunyai besar
magnitude yang sama, maka Vline = Vphasa, Tetapi arus saluran dan arus phasa
Universitas Sumatera Utara
24
tidak sama dan hubungan antara kedua arus tersebut dapat diperoleh dengan
menggunakan hukum kirchoff, sehingga : Iline =If . √3 .
2.8 Karakteristik Generator
Untuk menentukan kemampuan dan spesifikasi dari generator maka
terdapat beberapa karakteristik pengujian generator, yaitu [14]:
a) Generator Tanpa Beban
Dengan memutar generator sinkron diputar pada kecepatan sinkron dan
rotor diberi arus medan (If), maka tegangan (E0) akan terinduksi pada kumparan
jangkar stator. Bentuk hubungannya diperlihatkan pada Persamaan (2.7).
E0 = c.n.Φ (2.7)
Dimana :
C = konstanta mesin
n = putaran sinkron
Φ = fluks yang dihasilkan oleh If
Dalam keadaan tanpa beban arus jangkar tidak mengalir pada stator,
karenanya tidak terdapat pengaruh reaksi jangkar. Fluks hanya dihasilkan oleh arus
medan (If), seperti pada Gambar 2.18 rangkaian ekuivalen tanpa beban.
Gambar 2.18 Rangkaian ekuivalen generator sinkron tanpa beban
Universitas Sumatera Utara
25
Dari gambar diatas dapat diperoleh persamaan umum generator yang
diperlihatkan pada Persamaan (2.8).
E0 = VΦ + Ia (Ra + jXs) (2.8)
Pada hubungan generator terbuka (beban nol), Ia = 0. Karena tidak ada
beban yang terpasang, maka Φ yang dihasilkan hanya Φf, dan nilai cn adalah
konstan. Sehingga :
E0 = k1.If (2.9)
Apabila arus medan (If) diubah-ubah harganya, akan diperoleh harga E0
seperti yang terlihat pada kurva sebagai berikut. Bila besarnya arus medan
dinaikkan, maka tegangan output juga akan naik sampai titik saturasi (jenuh) seperti
diperlihatkan pada Gambar 2.19. Pada ab merupakan tambahan arus medan yang
diperlukan untuk daerah jenuh.
Gambar 2.19 Kurva Karakteristik Generator Sinkron Tanpa Beban
Pada Gambar 19, terlihat bahwa pada awalnya kurva berbentuk hampir
benar – benar linear. Hingga pada harga – harga arus medan yang tinggi, bentuk
kurva mulai terlihat saturasi. Inti besi yang tidak jenuh dalam bingkai mesin sinkron
memiliki reluktansi beberapa ratus kali lebih rendah daripada reluktansi air gap.
Sehingga pertama – tama hampir seluruh MMF melewati celah udara dan
peningkatan fluksi yang terjadi linear. Ketika inti besi mengalami saturasi,
Universitas Sumatera Utara
26
reluktansi besi meningkat secara drastis dan fluksi meningkat lebih lambat dengan
peningkatan nilai MMF. Bentuk linear dari grafik OCC disebut karakteristik air gap
line.
b) Generator Sinkron Berbeban
Bila generator diberi beban yang berubah – ubah maka besarnya tegangan
terminal Vt akan berubah – ubah pula. Hal ini disebabkan adanya :
• Jatuh tegangan karena resistansi jangkar (Ra)
• Jatuh tegangan karena reaktansi bocor jangkar (XL)
• Jatuh tegangan karena reaksi Jangkar
Gambar rangkaian dan karakteristik generator sinkron berbeban diperlihatkan pada
Gambar 2.20.
Gambar 2.20 Rangkaian ekuivalen Generator Sinkron Berbeban
Dari gambar di atas dapat diperoleh persamaan umum generator berbeban
yang diperlihatkan pada Persamaan (2.10) [13].
Ea = VΦ + IaRa + j IaXs (2.10)
Dimana:
Ea = tegangan induksi pada jangkar per phasa (Volt)
VΦ = tegangan terminal output per phasa (Volt)
Ra = resistansi jangkar per phasa (ohm)
Universitas Sumatera Utara
27
Xs = reaktansi sinkron per phasa (ohm)
XL = reaktansi bocor per phasa (ohm)
Xa = reaktansi reaksi jangkar per phasa (ohm)
Resistansi jangkar per phasa Ra yang dialiri oleh arus jangkar Ia
menyebabkan terjadinya tegangan jatuh per phasa IaRa yang sefasa dengan arus
jangkar Ia. Akan tetapi, pada praktiknya jatuh tegangan ini diabaikan karena sangat
kecil.
Reaktansi Bocor Jangkar Saat arus mengalir melalui penghantar jangkar,
sebagian fluks yang terjadi tidak memotong air-gap, melainkan mengambil jalur
yang lain dan menghubungkan sisi – sisi kumparan. Fluks bocor tersebut bergerak
dengan arus jangkar dan memberikan induktansi diri (self-inductance) belitan yang
disebut dengan reaktansi bocor jangkar (XL). Oleh karena itu, fluks bocor ini akan
menimbulkan jatuh tegangan akibat reaktansi bocor (XL) yang sama dengan IaXL.
Dimana, jatuh tegangan ini juga dapat mengurangi tegangan terminal (VΦ). Jadi,
akan diperoleh Persamaan (2.11) dan Persamaan (2.12).
E = VΦ + Ia (Ra + jXL) (2.11)
VΦ = E – Ia (Ra + jXL) (2.12)
Pada Gambar 2.21 akan memperlihatkan diagram phasor dari pengaruh
reaktansi bocor jangkar (XL) terhadap tegangan terminal (VΦ).
Gambar 2.21 Diagram Phasor Pengaruh XL terhadap VΦ (beban induktif)
Universitas Sumatera Utara
28
Reaksi jangkar adalah pengaruh dari fluksi jangkar pada fluksi medan
utama. Dalam kasus alternator, faktor daya dari beban memiliki pengaruh yang
cukup besar terhadap reaksi jangkar. Terdapat 3 kasus umum dalam reaksi jangkar
antara lain :
(i) Ketika faktor daya beban unity. Dimana, reaksi jangkar ini
mengakibatkan distorsi.
(ii) Ketika faktor daya beban zero lagging yang mengakibatkan
pelemahan (demagnetising) karena fluksi utama berkurang sehingga
tegangan induksi berkurang.
(iii) Ketika faktor daya beban zero leading. Pada kasus ini, fluksi utama
mengalami penambahan (magnetizing) sehingga tegangan induksi
juga meningkat.
Hubungan Tegangan terminal dengan Arus Jangkar akibat fungsi dari
factor daya dapat dilihat pada Gambar 2.22 .
Gambar 2.22 Karakteristik generator dengan berbagai faktor daya
Universitas Sumatera Utara
29
2.9 Rugi-rugi dan Efisiensi generator
2.9.1 Rugi-rugi
Suhu kerja dari suatu generator sangat erat hubungannya dengan usia,
karena keausan dari isolasinya merupakan fungsi waktu dan suhu. Keausan
merupakan gejala kimiawi yang melibatkan adanya oksidasi lambat dan
pengerapuhan yang menyebabkan terjadinya penyusutan mekanis dan kekuatan
listrik[12].
Pertimbangan terhadap rugi – rugi mesin merupakan hal yang sangat
penting, karena rugi – rugi dapat menentukan :
a. Rugi – rugi dapat menentukan efisiensi mesin dan cukup berpengaruh
terhadap biaya pemakaiannya.
b. Rugi – rugi menentukan pemanasan mesin sehingga menentukan keluaran
daya atau ukuran yang dapat diperoleh tanpa mempercepat keausan isolasi.
c. Jatuhnya tegangan atau komponen arus yang bersangkutan dengan rugi- rugi
yang dihasilkan harus diperhitungkan dengan semetinya dalam penampilan
mesin.
Rugi-rugi yangterdapat pada generator sinkron dibagi menjadi beberapa
bagian diantaranya [14] :
1. Rugi-rugi Tembaga
Rugi listrik dikenal juga dengan rugi tembaga yang terdiri dari kumparan
armatur, kumparan medan. Rugi – rugi tembaga ditemukan pada semua belitan
pada mesin, dihitung berdasarkan pada tahanan dc dari lilitan pada suhu 750 C dan
tergantung pada tahanan efektif dari lilitan pada fluks dan frekuensi kerjanya.
Rugi-rugi tembaga rotor (Pcu = 3. Ia 2. Ra ) dihitung dari arus medan dan tahanan
Universitas Sumatera Utara
30
arus searah dari kumparan penguat pada suhu 750 C.
2. Rugi-rugi besi
Rugi besi disebut juga rugi magnetik yang terdiri dari histerisis dan rugi arus
pusar atau arus eddy yang timbul dari perubahan kerapatan fluks pada besi mesin
dengan hanya lilitan peneral utama yang diberi tenaga pada generator sinkron rugi
ini dialami oleh besi armatur, meskipun pembentukan pulsa fluks yang berasal dari
mulut celah akan menyebabkan rugi pada besi medan juga, terutama pada sepatu
kutub atau permukaan besi medan. Rugi histerisis (Ph) dapat dinyatakan dalam
bentuk Persamaan (2.13) empiris yang besarnya adalah :
Ph = Ph = ƞℎ . 𝐵𝑚𝑎𝑥1.6 . 𝑓. 𝑣 (watt) (2.13)
Dimana :
ƞh = koefisien steinmetz histerisis.
B = kerapatan flux (Wb/m2),
v = volume inti (m3)
f = frekuensi
3. Rugi-rugi gesek dan angin (mekanik)
Rugi gesek yang terjadi pada pergesekan sikat dan sumbu. Rugi ini dapat
diukur dengan menentukan masukan pada mesin yang bekerja pada kecepatan yang
semestinya tetapi tidak diberi beban dan tidak diteral. Rugi angin (windageloss)
atau disebut juga rugi buta (stray loss) akibat adanya celah udara antara bagian rotor
dan bagian stator. Besar rugi gesek dan angin sangat kecil dan sering diabaikan.
Rugi-rugi gesek dan angin sekitar 10%-20% dari rugi total pada beban penuh.
Universitas Sumatera Utara
31
4. Rugi-rugi Nyasar
Rugi-rugi nyasar (stray losses) adalah rugi-rugi akibat pembagian arus
yang tidak seragam pada tembaga dan rugi-rugi inti tambahan dan bernilai
kecil, sehingga tidak terlalu mempengaruhi effisiensi.
2.9.2 Efisiensi
Pada umumnya yang disebut efisiensi adalah perbandingan antara daya
output dengan daya input dengan persamaan berikut.
Pout = √3 x VL x I x cos phi (2.14)
Pin = rugi-rugi + Pout (2.15)
Sehingga efisiensi dapat disimpulkan dengan Persamaan(2.16).
ƞ = 𝑃𝑜𝑢𝑡
𝑃𝑖𝑛 𝑥 100% (2.16)
Dimana,
Pin = Po + Ploss
Ploss = untuk generator adalah
= ( If 2 . Rf
+ Ia 2. Ra
+ IL 2. RSR
+ Rugi gesek + rugi inti )
If 2 . Rf
= rugi kumparan medan
Ia 2. Ra
= rugi kumparan jangkar
IL 2. RSR
= rugi kumparan medan
Rugi gesek = rugi sikat + rugi angin + rugi sumbu
Rugi sikat = Ia . Vsi
Rugi angin = rugi – rugi karena adanya celah antara bagian rotor dan
stator ( ± 1% )
Rugi inti = rugi histerisis + rugi arus pusar
Universitas Sumatera Utara
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di area kampus dan diuji coba di Laboratorium
Konversi Energi Departemen Teknik Elektro USU, serta lama waktu penelitian
adalah 2 (dua) bulan termasuk waktu untuk persiapan semua komponen yang
dibutuhkan dan pembuatan alat selama penelitian.
3.2 Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, metode yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Studi literatur
Dengan membaca teori-teori yang berkaitan dengan topik tugas akhir yang
terdiri dari buku referensi, jurnal penelitian, layanan internet dan diskusi dengan
dosen pembimbing.
2. Merancang generator
Generator akan di rancang sesuai dengan model yang telah dibuat dan
menentukan bentuk dari setiap bagian yang ada pada stator dan rotor nya, dan juga
celah udara.
3. Pengujian generator
Generator akan di uji dengan variasi putaran yang akan di berikan terhadap
generator dengan bantuan prime mover yang di tentukan dan mengukur seberapa
besar arus dan tegangan yang dihasilkan dengan pengujian karakteristik generator
dan pembebanan resistif.
Universitas Sumatera Utara
33
4. Analisa dan Pembahasan
Analisa dan pembahasan dilakukan ketika seluruh data yang dibutuhkan
telah terpenuhi. Dalam analisa dan pembahasan ini akan diketahui hasil dari arus ,
tegangan dan daya keluaran generator.
5. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan akan membahas hasil analisa dari penelitian ini berdasarkan
data yang diperoleh melalui uji coba Generator fluks aksial tanpa inti.
3.3 Rancangan Generator fluks aksial
Sebelum mendesain generator, langkah pertama ialah menentukan parameter
umum dari generator yang akan didesain. Pada Tabel 3.1 menunjukkan parameter
umum generator rancangan yang akan di kerjakan.
Tabel 3.1 Parameter umum generator
Generator magnet permanen fluks aksial tanpa inti dengan bagian utamanya
terdiri dari tiga buah stator dan dua buah rotor yang dipisahkan oleh celah udara
(air gap) dengan jarak yang dekat. Bentuk generator Magnet Permanent fluks aksial
yang dibuat pada penelitian ini seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.1 .
Parameter Nilai
Tegangan 12 volt
Fasa 3
Daya 30 watt
Cos phi 0,8
Frekuensi 50 Hz
Kecepatan 500 rpm
Universitas Sumatera Utara
34
Gambar 3.1 Desain generator fluks aksial
Desain generator fluks aksial pada perancangan ini terdiri dari 4 bagian
utama, yaitu:
1. Stator generator
2. Rotor Generator
3. Celah udara (air gap)
4. Rangka generator
3.3.1 Perancangan Stator Generator
Stator generator adalah bagian dari generator berupa kumparan kawat
tembaga yang dirancang untuk menerima induksi magnet dari rotor sehingga
terdapat aliran fluks magnet yang mengalir pada kumparan tersebut atau arus
listrik. Stator yang akan dibuat pada penelitian ini adalah stator tanpa inti besi
(coreless) dengan bagian tengah stator berupa celah udara dan stator juga dibuat
untuk menghasilkan tegangan tiga fasa. Susunan kumparan yang digunakan
menggunakan susunan non-overlapping yaitu kumparan disusun secara berjajar
tepat berada di samping dengan sesama kumparan. Stator dibuat mengikuti besar
rangka generator supaya konstruksi lebih kuat.
Universitas Sumatera Utara
35
Jumlah koil pada stator ditentukan dari hubungan jumlah koil stator dan
jumlah kutub rotor dengan perbandingan (3:4) untuk mendapatkan pasangan kutub
yang tepat untuk kombinasi kumparan supaya menciptakan sinyal system tiga
phasa[10]. Dengan adanya pengaturan jumlah kutub pada rotor akan mempengarui
kecepatan putar (rpm) pada generator 3 fasa. Hubungan koil kumparan 3 fasa
dengan kutub rotor dalam menentukan kecepatan generator ditunjukkan pada Tabel
3.2.
Tabel 3.2 Hubungan jumlah kumparan dan kutub rotor
Jumlah koil per
phasa (nc)
Jumlah koil
stator
Jumlah kutub
(pole)
Kecepatan putar
(rpm)
1 3 4 1500
2 6 8 750
3 9 12 500
4 12 16 375
5 15 20 300
6 18 24 250
Kumparan pada stator menggunakan kawat tembaga dengan diameter 0,05
cm. Desain dari stator dan ukuran stator akan di buat dengan spesifikasi nya dan
model yang telah didesain sebelumnya, seperti ditunjukkan oleh Gambar 3.2
Gambar 3.2 Desain stator dan peletakan kumparan
Universitas Sumatera Utara
36
Kumparan kedua stator memiliki hubungan yang serupa yaitu hubungan
bintang (star) dan diparalelkan untuk menghubungkan kedua stator, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Hubungan kedua stator yang di rancang
Bahan yang digunakan Pada pembuatan stator adalah resin, ini dipilih
karena resin mudah dibentuk sesuai keinginan dan berntuknya yang keras ketika
sudah kering, selain itu resin juga merupakan osilator yang baik yaitu tidak mudah
panas. Saat pengecoran stator dengan resin hanya membutuhkan waktu sekitar 4
jam supaya pengecoran nya berhasil. Bentuk dimensi dari stator yang dibuat
berbentuk persegi dan penyusunan kumparan sedemikian rupa.
3.3.2 Perancangan Rotor pada Generator
Rotor adalah bagian generator yang bergerak (berputar) pada sumbu rotor,
pada penelitian ini rotor digunakan sebagai tempat magnet permanen diletakkan .
Rotor menggunakan bahan resin, bahan ini dipilih karena sifat yang mudah
dibentuk dan di atur. Pemasangan magnet permanen pada tatakan penyangga
Universitas Sumatera Utara
37
dilakukan dengan cara menanam dan menimbulkan sedikit dari tebal magnet pada
sisi bagian dalam tatakan biasanya pemasangan seperti ini disebut dengan Magnet
Permanen Embedded.
Pada perancangan tempat tatakan magnet, tatakan disesuai dengan dimensi
magnet dan posisi kumparan pada rotor, ini bertujuan agar jarak antar magnet tiap
rotor sama rata. Spesifikasi magnet yang digunakan ditunjukkan Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Spesifikasi magnet
Spesifikasi Keterangan
Jenis magnet Neodymium
Ukuran magnet 30 x 10 x 5 mm
Jumlah magnet ( 3 rotor ) 36 buah
Remanasi magnet ( Br ) 0,2235 T
Pada Gambar 3.4 ditampilkan desain dan penempatan magnet permanen
bentuk petak dengan polaritas antar magnet N-S dan jarak antar magnet.
Gambar 3.4 Desain rotor dan penempatan magnet
Universitas Sumatera Utara
38
3.3.3 Celah Udara (Air Gap)
Celah udara memegang peranan sangat penting dalam pembuatan generator
magnet permanen, karena melalui celah inilah tegangan dapat diinduksi pada
kumparan stator, dengan demikian pembuatan generator harus memperhatikan
celah udara dan diupayakan lebar celah udara tidak mengalami perubahan pada
saat generator sedang berputar. Pada penelitian ini, celah udara diasumsikan 3 mm
yang terdiri dari jarak antara rotor dan stator 2 mm, tebal resin ke kumparan pada
stator 1 mm.
3.3.4 Rangka Generator
Rangka generator digunakan untuk tempat dudukan Stator dan rotor pada
generator supaya saat bekerja dapat tetap diam dalam posisi yang ditentukan .
Sehingga rangka generator diperlukan memiliki konstruksi yang kuat dan kokoh.
Dalam perancangan ini rangka Generator dibuat dari material besi untuk menjamin
konstruksinya.
3.4 Proses pengerjaan Generator
3.4.1 Bahan dan peralatan
Untuk pengerjaan generator magnet permanent fluks aksial dibutuhkan alat
dan bahan sebagai berikut :
Alat :
1. Mesin Las, Mesin gerinda dan Mesin Bor
2. Resin dan katalis
3. Mat/fiber glass
Universitas Sumatera Utara
39
4. Penggaris dan jangka sorong
5. Solder dan pemotong kawat
6. Kaca
Bahan :
1. Kawat tembaga berdiameter 0.05 cm
2. Magnet permanent (NdFeB) ukuran 30 x 10 x 5 cm
3. Poros Generator dari besi padat dengan diameter 1.75 cm
4. Plat besi untuk rangka generator ukuran 25 cm x 25 cm
5. Bearing
3.4.2 Tahapan pengerjaan Generator
Beberapa tahapan perancangan dalam pembuatan bagian-bagian generator
adalah sebagai berikut:
Pembuatan Stator :
1. Melilit koil atau kumparan, membuat lilitan kumparan dari kawat tembaga
sesuai dengan spesifikasi yang telah di tentukan dan berjumlah 9 buah untuk
1 stator.
2. Menyusun dan merangkai kumparan, menyusun kumparan di cetakan kaca
dan kemudian merangkai kumparan untuk 3 phasa.
3. Pengecoran stator, melakukan pengecoran stator dengan menggunakan resin
dan katalis yang telah diatur takarannya kemudian ditunggu sekitar 4-5 jam
supaya kering.
Pada Gambar 3.5 dapat dilihat tahapan pembuatan stator dari generator fluks
aksial tanpa inti.
Universitas Sumatera Utara
40
(a) (b) (c)
Gambar 3.5 Pembuatan stator : (a) Kumparan, (b) merangkai stator, (c)
pengecoran stator
Pembuatan Rotor :
1. Peletakan Magnet, Mengatur magnet di bidang cetakan dengan spesifikasi
yang ditentukan dan polaritas magnet utara-selatan.
2. Pengecoran rotor, melakukan pengecoran rotor dengan menggunakan resin
dan katalis yang telah diatur takarannya kemudian ditunggu sekitar 4-5 jam
supaya kering.
Pada Gambar 3.6 dapat dilihat bentuk rotor dari generator fluks aksial tanpa
inti.
Gambar 3.6 Bentuk rotor dan peletakan magnet
Universitas Sumatera Utara
41
Pembuatan Rangka generator :
1. Membuat poros, dibuat dari besi padat berbentuk silinder dengan ukuran
diameter 1.75 cm dengan panjang ± 40 cm.
2. Membuat tiang penyangga, tiang penyangga terbuat dari besi berbentuk ulir
sebagai penghubung frame generator dan stator.
3. Membuat frame generator, terbuat dari plat besi dengan ukuran 25 x 25 cm
dan dipasang bearing sebagai tempat penerimaan poros generator
Pada Gambar 3.7 dapat dilihat bentuk rangka dari generator fluks aksial
tanpa inti.
Gambar 3.7 Rangka generator
3.5 Pengujian Generator fluks aksial
3.5.1 Peralatan pengujian
Peralatan yang digunakan saat pengujian generator fluks aksial tanpa inti ini
adalah sebagai berikut :
1. Generator fluks aksial tanpa inti dengan 3 rotor 2 stator
2. Lampu pijar 12 volt
3. Variable resistif
Universitas Sumatera Utara
42
4. Multimeter digital ZOTEK Type ZT102, sebagai alat ukur untuk
menghitung frekuensi generator yang dihasilkan, diperlihatkan pada
Gambar 3.8.
Gambar 3.8 Multimeter Digital ZOTEK Type ZT102
5. Clamp multimeter digital UNI-T Type UT201 sebagai alat ukur arus AC,
diperlihatkan pada Gambar 3.9.
Gambar 3.9 Clamp multimeter digital UNI-T Type UT201
6. Motor DC-Shunt type dikopel dengan tacho meter sebagai penggerak
mula generator, diperlihatkan pada Gambar 3.10.
Gambar 3.10 Motor DC-Shunt type dikopel dengan tacho meter
Universitas Sumatera Utara
43
7. Osiloskop ATTEN type ADS2202CA, sebagai alat menampilkan bentuk
gelombang dari tegangan keluaran yang dihasilkan, diperlihatkan pada
Gambar 3.11.
Gambar 3.11 Osiloskop ATTEN type ADS2202CA
3.5.2 Bentuk Pengujian
Pada pengujian generator, motor DC type shunt digunakan untuk penggerak
mula yang memutar generator fluks aksial yang dirancang. Sebelum dilakukan
pengujian akan ditentukan dulu berbagai spesifikasi dari generator ini, yakni mesin
bekerja pada putaran 500 rpm, 50 Hz. Pada pengujian ini, ada beberapa pengujian
yang dilakukan, yaitu [2] :
a. Pengujian Generator Tanpa Beban
Pengujian ini bertujuan untuk mengenal struktur umum dan cara kerja
generator saat tanpa beban. Pada pengujian ini, dikarenakan fluks yang dihasilkan
oleh magnet permanent adalah konstan ( tidak menggunakan eksitasi ), generator
pengujian tanpa beban dapat mengetahui hubungan tegangan terinduksi terhadap
perubahan frekuensi. Pada pengujian generator tanpa beban, generator tidak
diberikan beban disini dengan langkah-langkah pengujian sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
44
1. Rangkai alat-alat seperti gambar rangkaian percobaan tanpa beban pada
Gambar 3.12.
Gambar 3.12 Rangkaian percobaan tanpa beban
2. Saklar S1 dalam keadaan terbuka.
3. Tutup Saklar S1, kemudian prime mover dihidupkan.
4. Atur kecepatan prime mover di kecepatan 100 rpm.
5. Catat tegangan keluaran phasa ke phasa dan perphasa R, S dan T dan
nilai frekuensi generator.
6. Naikkan kecepatan prime mover dengan tingkatan 100 sampai 750 rpm.
7. Catat nilai tegangan keluaran dan nilai frekuensi generator.
8. Kemudian kecepatan prime mover diturunkan sampe nol.
9. Pengujian selesai.
b. Pengujian Hubung singkat
Pengujian ini bertujuan untuk mengenal struktur umum dan cara kerja
generator saat terminal dihubung singkatkan dan untuk menentukan nilai arus
hubung singkat ( Isc ) sehingga diperoleh nilai impedansi rangkaian ekivalen dari
generator magnet permanen. Pada pengujian generator dengan magnet permanent (
tidak ada arus eksitasi) sehingga fluks hanya dihasilkan dari magnet permanent dan
Universitas Sumatera Utara
45
bernilai konstan[11]. Nilai arus jangkar maksimum yang masih aman sekitar 125%
- 150 %. Prosedur pengujian hubung singkat sebagai berikut :
1. Rangkai alat-alat seperti gambar rangkaian percobaan hubung singkat pada
Gambar 3.13
Gambar 3.13 Rangkaian percobaan hubung singkat
2. Saklar S1 dalam keadaan terbuka.
3. Tutup Saklar S1, kemudian prime mover dihidupkan.
4. Atur kecepatan prime mover di kecepatan nominal 500 rpm.
5. Catat arus hubung singkat pengujian pada kecepatan nominal.
6. Kemudian kecepatan prime mover diturunkan sampe nol, selesai.
c. Pengujian Generator Berbeban tetap
Pengujian ini bertujuan untuk mengenal cara kerja dan karakteristik
generator saat berbeban. Pada pengujian generator berbeban, generator di beri
beban yang sama tiap phasa nya yaitu lampu pijar 18 watt 12 volt. Lampu pijar
sebagai beban yang dipergunakan ditunjukkan pada Gambar 3.14.
Gambar 3.14 Lampu pijar 18 volt 12 volt
Universitas Sumatera Utara
46
Langkah-langkah pengujian yang dilakukan sebagai berikut :
1. Rangkai alat-alat seperti gambar rangkaian percobaan pengujian hubng
singkat pada Gambar 3.15.
Gambar 3.15 Rangkaian percobaan generator berbeban
1. Saklar S1 dalam keadaan terbuka.
2. Tutup Saklar S1 dan Saklar beban, kemudian prime mover dihidupkan.
3. Atur kecepatan prime mover di kecepatan 100 rpm.
4. Catat tegangan keluaran tiap phasa R, S dan T dan arus Ir, Is dan It.
5. Naikkan kecepatan prime mover dengan tingkatan 100 sampai 750rpm.
6. Catat nilai tegangan keluaran tiap phasa R, S dan T dan nilai arus Ir, Is
dan It dengan kenaikan kecepatan.
7. Kemudian kecepatan prime mover diturunkan sampe nol.
8. Pengujian selesai.
3. Pengujian Generator Pengaturan berbeban dan rpm konstan
Karakteristik kerja suatu generator dalam keadaan normal yang utama ialah
merupakan hubungan antara tegangan terminal, arus beban serta putaran nya. Pada
pengujian generator pengaturan berbeban, generator di beri beban variable resistif
dengan Rmaks = 60 ohm, arus = 4 A. Bentuk beban Variable resistif dapat dilihat
pada Gambar 3.16.
Universitas Sumatera Utara
47
Gambar 3.16 beban Variable resistif
Langkah-langkah pengujian yang dilakukan sebagai berikut :
1. Rangkai alat-alat seperti gambar rangkaian percobaan dengan beban
variable (diubah-ubah) seperti pada Gambar 3.17.
Gambar 3.17 Rangkaian percobaan dengan pengaturan berbeban
2. Saklar S1 dalam keadaan terbuka.
3. Tutup Saklar S1 dan Saklar beban, kemudian prime mover dihidupkan.
4. Atur kecepatan prime mover di kecepatan 500 rpm dan dijaga konstan.
5. Kemudian Tiap phasa diberi beban variable resistif mulai 60 ohm.
6. Catat tegangan keluaran tiap phasa R, S dan T dan arus Ir, Is dan It.
7. Kemudian nilai beban dinaikkan dengan menurunkan nilai tahanan
dengan kelipatan 10 0hm dan dijaga rpm dari generator tersebut.
8. Catat nilai tegangan keluaran tiap phasa R, S dan T dan nilai arus Ir, Is
dan It dengan kenaikan daya beban.
9. Kemudian kecepatan prime mover diturunkan sampe nol, selesai.
Universitas Sumatera Utara
48
4. Pengujian Generator Pengaturan berbeban dan rpm tidak dijaga
Karakteristik kerja suatu generator dalam keadaan normal yang utama ialah
merupakan hubungan antara tegangan terminal, arus beban serta putaran nya.
Perubahan pada beban setiap saat juga merupakan fungsi dari putaran. Pada
pengujian generator berbeban, generator di beri beban variable resistif sesuai
dengan percobaan pada pengujian generator berbeban dengan frekuensi konstan,
tetapi pada pengujian berikut, frekuensi tidak diperhatikan sehingga ada penurunan
dari kecepatan putar generator.
5. Pengujian dengan osiloskop
Pengujian osiloskop dilakukan untuk melihat bentuk sinyal dari tegangan
keluaran generator tiap phasa dengan frekuensi 50 Hz pada kecepatan putar
generator 500 rpm dan tanpa adanya beban[1]. Pada pengujian ini menggunakan
Osiloskop ATTEN type ADS2202CA. Rangkaian listrik pengujian generator fluks
aksial dengan desain 3 rotor dan 2 stator ditunjukkan pada Gambar 3.18.
Gambar 3.18 Rangkaian pengujian dengan osiloskop
Universitas Sumatera Utara
49
3.6 Diagram alir penelitian
Diagram alir penelitian adalah suatu alur dalam bentuk gambar dimana
diagram alir ini akan dijelaskan tahapan-tahapan proses penelitian yang akan
digunakan. Diagram alir pada penelitian ini ditunjukkan oleh Gambar 3.19.
Gambar 3.19 Diagram alir Penelitian
Universitas Sumatera Utara
50
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Spesifikasi Generator
Pada Gambar 4.1 ditunjukkan hasil dari rancangan generator yang di
kerjakan dan dengan rangka sebagai bodi dari generator tersebut.
Gambar 4.1 Hasil Rancangan Generator dengan 3 rotor 2 stator
4.1.1 Perhitungan Rotor Generator
Perancangan rotor yang dibuat 3 buah (3 side) dan peletakan magnet dirotor
agak timbul dari permukaan rotor. Pada Gambar 4.2 diperlihatkan jenis rotor yang
telah selesai dikerjakan.
Gambar 4.2 Rancangan rotor dari generator
Universitas Sumatera Utara
51
Pada Tabel 4.1 dapat dilihat tentang rotor dan bagian-bagiannya yang telah
di kerjakan.
Tabel 4.1 Spesifikasi rotor yang telah dikerjakan
Spesifikasi Magnet permanent
Jenis Neodymium ( NdFeB)
Ukuran magnet 3 x 1 cm
Tebal Magnet (Lm) 0,5 cm
Remanasi magnet (Br) 0.2235 T
Jumlah magnet / rotor 12 buah
Spesifikasi rotor
Jarak magnet( τƒ ) 2,4 cm
Jari-jari luar rotor ( Ro ) 8 cm
Jari-jari dalam Rotor ( Rin ) 5 cm
Dalam penentuan spesifikasi dari rotor didapatkan dari perhitungan dari
generator berikut ini :
1. Menentukan Jumlah kutub rotor
Kutub rotor tersusun dari magnet permanen dengan polaritas utara – selatan
supaya rotor saling tarik-menarik. Pada generator yang dirancang, Penentuan
jumlah kutub dengan menggunakan rumusan tersebut.
P = 120𝑓
𝑛
= 120 𝑥 50
500 = 12 kutub
Dimana,
Frekuensi (f) = 50 Hz
Kecepatan rotor (n) = 500 rpm
Jumlah Kutub (P) = 12 kutub
Universitas Sumatera Utara
52
2. Menentukan ukuran rotor
Jarak antara magnet ditentukan 2,4 cm dengan diameter luar 16 cm dan
diameter dalam 10 cm. Diameter dalam dan diameter luar dari rotor sama dengan
diameter dalam dan diameter luar dari stator, sehingga diameter kumparan sama
dengan ukuran dari magnet permanent.
3. Menentukan luas area magnet
Untuk menghitung seberapa besar luas penampang permukaan dari medan
magnet yang terdapat pada generator, dapat menggunakan persamaan :
Amag =π. (ro
2 − r1 2) − τf(r0 − r1). Nm
Nm
Dimana:
ro = Radius luar rotor
ri = Radius dalam rotor
τƒ = Jarak antar magnet (cm)
Nm = Jumlah magnet
Maka didapat nilai dari luas area magnet, yaitu :
Amag =π. (ro
2 − r1 2) − τf(r0 − r1). Nm
Nm
= 3,14. (8
2 − 5 2) − 2,4(8 − 5). 12
12
= 3,0 cm2 = 3 𝑥 10−4 m2
4. Menentukan densitas fluks magnet
Dalam perancangan rotor pada generator ini, jumlah magnet dalam tiap
rotor adalah 12 buah dengan jenis magnet NdFeB dengan nilai remanasi medan
magnet dari magnet permanent tersebut adalah Br = 0,2235 T.Maka dapat dihitung
nilai dari Kerapatan medan magnet maksimal menggunakan persamaan :
Universitas Sumatera Utara
53
Bmax = Brlm
lm+ δ
Dimana :
Br = Kerapatan fluks (T)
Lm = Tinggi magnet (cm)
δ = Lebar celah udara (cm)
Bmax = Fluks magnet maksimal (T)
Maka,
Bmax = 0,2235 0,5
0,5 + 0,3
= 0,1397 T
5. Menentukan fluks maksimum
Berikut ini, akan menghitung nilai fluks maksimum yang mana nilai
tersebut dipengaruhi luas medan magnet (Amax) dan medan mangnet maksimum
(Bmax) dengan persamaan.
Ø max = 𝐴𝑚𝑎𝑔𝑛 X 𝐵𝑚𝑎𝑥
Dimana :
Amagn = luasan magnet (m2)
Bmax = Fluks magnet maksimal (T)
Ømax = Fluks maksimum (Wb)
Maka,
Ø max = 3 𝑥 10−4 m2 𝑥 0,1397 T
= 0,4192 𝑥 10−4 Wb
Universitas Sumatera Utara
54
4.1.2 Perhitungan Stator Generator
Pada rancangan generator,stator dibuat 2 buah sama identik dan terhubung
paralel. Jumlah lilitan pada setiap kumparan sama besar dan setiap kumparan
terhubung seri untuk tiap phasa nya. Sehingga didalam sebuah stator terdiri dari tiga
buah kumparan perphasa nya, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.3 .
Gambar 4.3 Hasil rancangan stator generator
Pada Gambar 4.3, stator dibuat petak untuk mempermudah konstruksi
pemasangan bagian-bagian dari generator saat merangkai generator tersebut dan
mempermudah pembuatan dari rangka generator. Jarak titik pusat terhadap
kumparan bagian luar (Ro) sama dengan jari-jari luar rotor dan jarak titik pusat
terhadap kumparan bagian dalam (Rin) sama dengan jari-jari dalam rotor.
Pada Tabel 4.2 dapat dilihat tentang spesifikasi kumparan dan stator yang telah di
kerjakan.
Universitas Sumatera Utara
55
Tabel 4.2 Spesifikasi stator yang telah dikerjakan
Spesifikasi kumparan
Diameter kawat (Dk) 0,5 mm
Diameter koil bagian luar ( Do) 3 cm
Diameter koil bagian dalam ( Din ) 1,4 cm
Tebal kumparan (tk) 0,8 cm
Jumlah lilitan 250 lilitan
Spesifikasi stator
Jumlah stator 2 buah
Jumlah kumparan 18 kumparan
Jumlah phasa 3 phasa
Tebal stator 1 cm
Diameter stator luar (Do) 16 cm
Diameter stator dalam (Din) 10 cm
Dalam penentuan spesifikasi dari rotor didapatkan dari perhitungan dari
generator berikut ini :
1. Menentukan Jumlah kumparan
Perancangan stator, jumlah kumparan ditentukan sesuai dengan Tabel 3.2
hubungan jumlah kumparan dan jumlah kutub generator untuk 3 fasa, sehingga
ditentukan jumlah kumparan 9 buah tiap stator ( 3 kumparan perphasanya).
2. Menentukan jumlah lilitan kumparan
Stator generator fluks aksial ini memiliki 2 buah stator yang memiliki
karakteristik sama/ identik. Sehingga tegangan terinduksi pada stator sama dengan
stator yang lain nya. Karena kedua stator terhubung parallel, maka :
𝐸𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐸𝑠𝑡𝑎𝑡𝑜𝑟 1 = 𝐸𝑠𝑡𝑎𝑡𝑜𝑟 2
Dari generator diinginkan tegangan nya 12 volt 3 fasa, maka :
Universitas Sumatera Utara
56
Vline = Vphasa x √3
12 = Vphasa x √3
Maka, Vphasa = 6,93 Volt.
Jadi untuk menentukan jumlah lilitan kumparan dapat digunakan persamaan
berikut :
𝐸𝑟𝑚𝑠 = 𝐸𝑚𝑎𝑘𝑠
√2=
2. 𝜋
√2. 𝑁. 𝑓. ∅max .
𝑁𝑠
𝑁𝑝ℎ
Dengan (𝑓 = 𝑛.𝑃
120 ) maka,
𝐸𝑟𝑚𝑠 = 2. 𝜋
√2. 𝑁. (
𝑛. 𝑃
120 ) . ∅max .
𝑁𝑠
𝑁𝑝ℎ
dimana:
Erms = Tegangan efektif induksi generator (V)
N = jumlah lilitan
f = frekuensi (Hz)
n = Kecepatan putar ( rpm )
P = Jumlah kutub
∅𝑚𝑎𝑥 = fluks maksimum (Wb)
Ns = jumlah kumparan
Nph = jumlah fasa
Sehingga untuk menentukan jumlah lilitan pada kumparan (kecepatan 500 rpm)
adalah :
𝐸𝑟𝑚𝑠 = 2. 𝜋
√2. 𝑁.
𝑛. 𝑃
120. ∅max.
𝑁𝑠
𝑁𝑝ℎ
6,93 = 2. 3,14
√2. 𝑁.
500. 12
120. 0,4192 𝑥 10−4 .
9
3
Maka jumlah lilitan (N) = 248,38 lilitan = 250 lilitan
Universitas Sumatera Utara
57
3. Menentukan diameter kawat
Besar arus pada generator, ditentukan dari rumusan daya generator :
Pout = √3 x VL x I x cos phi
Dimana :
Pout = daya generator
VLL = Tegangan line ( saluran )
I = Arus
Cos phi = factor daya ( 0,8 nilai yang diinginkan )
Jadi untuk menentukan besar arus dapat digunakan persamaan berikut :
Pout = √3 x VLL x I x cos phi
30 = √3 x 12 x I x 0,8
Maka besar arus generator adalah 1,80 A.
Stator generator fluks aksial ini memiliki 2 buah stator yang memiliki
karakteristik sama/ identik. Karena kedua stator terhubung parallel, maka :
𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐼𝑠𝑡𝑎𝑡𝑜𝑟1 + 𝐼𝑠𝑡𝑎𝑡𝑜𝑟2
Kerapatan arus pada konduktor stator dapat diasumsikan Ja ≈ 4,5 x 106
A/m2 (biasa digunakan untuk mesin AC sampai dengan kapasitas 100 kw[6].
Sehingga untuk menghitung nilai arus yang dihasilkan (I) perphasa adalah :
𝐼 = 𝑆𝑎 . 𝑎𝑤. 𝐽𝑎
Dimana :
I = Arus yang dihasilkan ( A)
Sa = Luas penampang kawat email (mm2)
𝑎𝑤 = Jumlah kawat parallel
Ja = Kerapatan arus (A/m2)
Universitas Sumatera Utara
58
Sehingga besar diameter kawat yang dihasilkan adalah :
1,8 = 𝜋𝑟2 . 𝑎𝑤 . 𝐽𝑎
1,8 = (3,14 𝑥 𝑟 2 . 2 . (4,5 𝑥 106)
𝑟 = 0,2521 𝑚𝑚
Maka diameter kawat yang digunakan adalah 0,5 mm.
4. Menentukan ukuran kumparan
Diameter kumparan ditentukan sama dengan panjang dari magnet
permanen 3 cm. Maka untuk menghitung diameter dalam kumparan dari stator
menggunakan persamaan berikut :
N = Do − Din
2 x Dk2
Dimana,
N = Jumlah lilitan
Do = Diameter luar kumparan
Din = Diameter dalam kumparan
Dk = Diameter kawat
Maka,
250 = 3 − Din
2 x 0,052
Sehingga diameter dalam kumparan ( Din) = 1,4 cm.
4.2 Analisa Perhitungan Generator
4.2.1 Menghitung Tegangan Terinduksi 3 fasa
Jadi untuk menentukan nilai tegangan 3 fasa yang terinduksi pada generator
dapat menggunakan persamaan :
Universitas Sumatera Utara
59
𝐸𝑟𝑚𝑠 = ( 2. 𝜋
√2. 𝑁.
𝑛. 𝑃
120. ∅max .
𝑁𝑠
𝑁𝑝ℎ) 𝑥 √3
Sehingga nilai tegangan induksi secara perhitungan adalah :
Untuk ( kecepatan putar = 500 rpm)
𝐸𝑟𝑚𝑠 = ( 2 . 3,14
√2. 250 .
500.12
120 . 0,4192 𝑥 10−4 Wb .
9
3 ) 𝑥 √3
= 12,09 Volt ≈ 12 volt
Dengan persamaan tersebut, maka dapat ditentukan besar tegangan 3 fasa
dari fasa ke fasa dan fasa ke netral terhadap besar kecepatan putar generator, seperti
yang ditunjukkan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil perhitungan tegangan induksi 3 fasa
No Kecepatan
(Rpm)
Erms ( V )
Fasa ke fasa
Erms ( V )
Fasa ke Netral
Frekuensi
(Hz)
1 100 2,4 1,39 10
2 150 3,6 2,08 15
3 200 4,8 2,77 20
4 250 6,0 3,46 25
5 300 7,2 4,16 30
6 350 8,4 4,85 35
7 400 9,6 5,54 40
8 450 10,8 6,24 45
9 500 12,0 6,93 50
10 550 13,2 7,62 55
11 600 14,4 8,31 60
12 650 15,6 9,00 65
13 700 16,8 9,70 70
14 750 18,0 10,39 75
Universitas Sumatera Utara
60
4.2.2 Menghitung Arus yang dihasilkan
Untuk menghitung nilai arus yang dihasilkan (I) perphasa adalah
𝐼 = 𝜋𝑟2 . 𝑎𝑤 . 𝐽𝑎
𝐼 = (3,14 𝑥 0,252 . 2 . (4,5 𝑥 106)
𝐼 = 1,766 𝐴 = 1,8 𝐴.
Maka nilai arus total yang dihasilkan oleh generator adalah 1,8 A.
4.2.3 Rugi-rugi dan Efisiensi
a. Rugi-rugi
Berikut beberapa rugi-rugi yang mempengaruhi generator fluks aksial tanpa
inti :
1. Rugi-rugi tembaga
Untuk menentukan rugi-rugi tembaga dari generator digunakan rumusan :
Par = m . Ia2 . Ra
Dimana :
Par = rugi-rugi tembaga
m = jumlah phasa
Ia = nilai arus
Ra = Resistansi stator perphasa ( didapatkan dengan melakukan pengukuran
terhadap setiap phasa generator melalui Ohmmeter, nilai Ra ≈ Rdc =
2,8 Ω) [6].
Maka, rugi-rugi tembaga generator adalah :
Par = 3 . (1,8)2 . 2,8 Ω
Par = 27,21 Watt
Universitas Sumatera Utara
61
2. Rugi-rugi mekanik
Rugi-rugi mekanik terdiri dari rugi-rugi gesekan(pergeseran sumbu) dan
rugi-rugi angin (adanya celah di stator dan di rotor). Untuk menentukan nilai nya
digunakan perumusan :
Pmekanik = 10% x Par
Dimana :
Pmekanik = Rugi-rugi mekanik
Par = Rugi-rugi tembaga
Maka, rugi-rugi mekanik adalah :
Pmekanik = 10% x 27,21
Pmekanik = 2,7 Watt
b. Efisiensi
Efisiensi merupakan suatu ukuran dimana suatu perbandingan daya keluar
dengan masukan. Persamaan rumus effisiensi yaitu :
𝜂 =𝑃𝑜𝑢𝑡
𝑃𝑖𝑛 𝑥 100%
Dimana :
𝜂 = Efisiensi
Pin = Daya masukan ( Pin = Pout + rugi-rugi)
Pout = Daya keluaran
Dengan besar daya keluaran tersebut dengan persamaan :
Pout = √3 x V x I x cos phi
Pout = 30 Watt
Universitas Sumatera Utara
62
Setelah menentukan daya keluaran dan rugi-rugi dari generator, maka dapat
dihitung besar efisiensi generator dengan persamaan berikut :
𝜂 =𝑃
𝑃𝑜𝑢𝑡 + 𝑟𝑢𝑔𝑖 − 𝑟𝑢𝑔𝑖 𝑥 100%
=30
30 + (27,12 + 2,7)𝑥 100%
= 50,26 %
Nilai efisiensi yang didapatkan 50,26 %, hal ini didapatkan karena fluks
yang memotong kumparan begitu kecil, hal ini dipengaruhi kemampuan magnet
permanent yang digunakan pada generator fluks aksial tanpa inti dari kerapatan
magnet hanya sekitar 0,2235 Tesla.
4.3 Pengujian Generator
4.3.1 Pengujian tanpa beban
Pada pengujian tanpa beban untuk generator 3 fasa hubung bintang
dikarenakan fluks dari magnet permanent tetap (konstan ) maka kenaikan dari
tegangan terinduksi dan frekuensi generator dipengaruhi oleh besar kenaikan
kecepatan putar generator, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.4 hubungan
kecepatan generator dengan tegangan terinduksi fasa ke fasa dan fasa ke netral dari
generator dan frekuensi yang dihasilkan generator.
Universitas Sumatera Utara
63
Tabel 4.4 Hubungan kecepatan putar terhadap tegangan fasa ke fasa dan fasa ke
netral pada pengujian tanpa beban
Pada Tabel 4.4 dapat dilihat nilai tegangan yang terinduksi fasa ke fasa dan
fasa ke netral mangalami kenaikan yang linier terhadap besar kecepatan generator
dengan kenaikan frekuensi dari 10 Hz – 75 Hz. Hal tersebut ditunjukkan oleh
persamaan (2.1) dan persamaan (2.2) dimana besarnya tegangan terinduksi
berbanding lurus terhadap kecepatan putar generator.
Kecepatan
(rpm)
Erms ( V ) Erms ( V ) Frekuensi
(Hz) R-S R-T S-T R-N S-N T-N
100 2,25 2,23 2,27 1,37 1,35 1,39 10,12
150 3,38 3,35 3,41 2,06 2,04 2,09 15,15
200 4,49 4,46 4,51 2,75 2,72 2,77 20,16
250 5,65 5,62 5,64 3,43 3,43 3,46 25,20
300 6,81 6,74 6,83 4,12 4,09 4,14 30,32
350 7,88 7,84 7,91 4,81 4,78 4,84 35,18
400 9,08 9,05 9,11 5,51 5,49 5,53 40,23
450 10,17 10,13 10,19 6,12 6,09 6,14 45,25
500 11,27 11,24 11,3 6,84 6,81 6,87 50,28
550 12,44 12,4 12,48 7,59 7,57 7,61 55,27
600 13,58 13,55 13,6 8,29 8,26 8,3 60,25
650 14,65 14,61 14,68 8,96 8,94 8,99 65,18
700 15,78 15,73 15,81 9,65 9,63 9,68 70,24
750 16,85 16,82 16,87 10,33 10,31 10,35 75,17
Universitas Sumatera Utara
64
Dari Tabel 4.4, dapat digambarkan grafik hubungan kenaikan kecepatan
generator terhadap tegangan fasa ke fasa saat pengujian tanpa beban generator fluks
aksial seperti pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Grafik hubungan Kecepatan terhadap tegangan fasa ke fasa
Pada Gambar 4.4 dapat dilihat grafik hubungan tegangan yang terinduksi
oleh kenaikan nilai putaran generator yaitu, terjadi hubungan yang linear antara
besarnya kecepatan putar generator dengan tegangan keluaran fasa ke fasa pada
generator. Dari Kecepatan 100 rpm – 500 rpm, tegangan yang terinduksi pada
tegangan saluran mencapai 2,25 - 16,85 volt. Hal ini sudah sesuai teori,
sebagaimana teori menyatakan besarnya tegangan adalah berbanding lurus dengan
kecepatan putar generator.
Pengujian tanpa beban tegangan fasa-netral untuk generator 3 fasa hubung
bintang bertujuan untuk menunjukkan hubungan perubahan kecepatan terhadap
tegangan tiap fasa. Dari Tabel 4.4 dapat digambarkan grafik hubungan kenaikan
kecepatan putaran terhadap tegangan fasa ke netral saat pengujian tanpa beban
generator fluks aksial seperti pada Gambar 4.5.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
181
00
15
0
20
0
25
0
30
0
35
0
40
0
45
0
50
0
55
0
60
0
65
0
70
0
75
0
Tega
nga
n (
Vo
lt)
kecepatan (rpm)
R - S
R - T
S - T
Universitas Sumatera Utara
65
Gambar 4.5 Grafik hubungan kecepatan terhadap tegangan perfasa
Pada Gambar 4.5 menunjukkan hubungan perubahan frekuensi
terhadap besar tegangan tiap fasa pada generator. Persamaan dari tegangan Saluran
= √3 x tegangan tiap fasanya, menghasilkan tegangan tiap fasanya sekitar 1,37
sampai 10,33 volt dengan perubahan frekuensi 10 Hz-75Hz.
Dari Tabel 4.4 dapat digambarkan grafik hubungan kenaikan kecepatan
putaran terhadap frekuensi generator fluks aksial seperti pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6 Grafik hubungan kecepatan dengan frekuensi yang dihasilkan
Pada Gambar 4.6 dapat dilihat grafik pengaruh dari kecepatan putar
generator dengan frekuensi yang dihasilkan generator. Sesuai dengan persamaan
(2.1) menyatakan bahwa frekuensi berbanding lurus dengan kenaikan kecepatan
0
2
4
6
8
10
12
10
0
15
0
20
0
25
0
30
0
35
0
40
0
45
0
50
0
55
0
60
0
65
0
70
0
75
0
Tega
nga
n (
Vo
lt)
Kecepatan (rpm)
R - N
S - N
T - N
0
10
20
30
40
50
60
70
80
10
0
15
0
20
0
25
0
30
0
35
0
40
0
45
0
50
0
55
0
60
0
65
0
70
0
75
0
Fre
kue
nsi
(H
z)
Kecepatan (rpm)
Frekuensi
Universitas Sumatera Utara
66
(rpm) dan berbanding terbalik dengan jumlah kutub generator. Pada pengujian
generator dengan kecepatan 500 rpm dihasilkan frekuensi 50,17 Hz.
Tegangan saluran pengujian tidak sama karena saat melilit pembuatan
kumparan stator dilakukan dengan manual atau tidak menggunakan mesin gulung
sehingga dapat mempengaruhi ukuran kumparan pada stator Salah satu bentuk
pengujian tanpa beban dapat dilihat pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Pengujian tanpa beban dengan kecepatan 500 rpm
Tingkat akurasi generator atau perbandingan nilai tegangan pada teori dan
pengujian memiliki perbedaan dikarenakan berbagai factor yang mempengaruhi,
dan terdapat kesalahan-kesalahan yang membuat hasil perhitungan berbeda dengan
saat melakukan pengujian. Perbandingan tersebut bertujuan untuk mengetahui
tingkat akurasi dan perfoma dari generator. Bisa saja nilai hasil perhitungan lebih
besar dari pada nilai hasil yang didapat pada saat pengukuran, maupun sebaliknya.
Untuk mengetahui nilai perbandingan dari tegangan perhitungan pada Tabel 4.3
dan tegangan pengujian pada Tabel 4.4 generator 3 fasa hubung bintang dapat
menggunakan persamaan :
Perbandingan(%) = Vteori − Vpengujian
V Teori x 100%
Universitas Sumatera Utara
67
Maka untuk kecepatan putar 500 rpm dengan tegangan fasa ke fasa,besar
perbandingan tegangan teori dan pengujian yaitu :
perbandingan (%) =12 − 11,27
12 x 100%
= 6,08 %
Perbandingan dari tegangan teori dengan tegangan pengujian didapatkan
pada kecepatan 500 rpm sekitar 6,08%. Keseluruhan perhitungan dapat dilihat pada
Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Besar perbandingan dari tegangan teori dan pengujian
Kecepatan
(rpm)
Tegangan
teori (V)
Tegangan pengujian (V) Perbandingan
(%) R-S R-T S-T
100 2,4 2,25 2,23 2,27 6,25
150 3,6 3,38 3,35 3,41 6,11
200 4,8 4,49 4,46 4,51 6,53
250 6 5,65 5,62 5,64 6,06
300 7,2 6,81 6,74 6,83 5,65
350 8,4 7,88 7,84 7,91 6,23
400 9,6 9,08 9,05 9,11 6,42
450 10,8 10,17 10,13 10,19 6,6
500 12 11,27 11,24 11,3 6,08
550 13,2 12,44 12,4 12,48 5,76
600 14,4 13,58 13,55 13,6 5,72
650 15,6 14,65 14,61 14,68 6,11
700 16,8 15,78 15,73 15,81 6,12
750 18 16,85 16,82 16,87 6,41
Rata-rata (%) 6,15
Universitas Sumatera Utara
68
Dari Tabel 4.5 dapat menunjukkan sebuah grafik hubungan perbandingan
tegangan perhitungan dan pengujian oleh kecepatan putar generator tersebut pada
setiap pengukurannya yang dapat dilihat pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8 Grafik hubungan Tegangan teori dengan Tegangan pengujian
Pada Gambar 4.8 dapat dilihat grafik hubungan kecepatan putar generator
yang mempengaruhi tegangan secara perhitungan dan pengujian. Perbedaan antara
perhitungan dan pengukuran dari Tabel 4.5 dapat dilihat hasil dari perbandingan
rata-ratanya 6,19 %. Generator sudah memiliki tingkat akurasi yang baik karena
perbandingan hasil pengukuran dan perhitungan pada parameter tegangan yang di
bandingkan tidak lebih dari 6% tingkat kesalahan akurasi. Hal ini disebabkan
adanya rugi – rugi pada bagian stator dan rotor generator sehingga hasil pengujian
lebih kecil dari perhitungan teoritis, Rugi – rugi ini disebabkan bagian
fluksmagnetik yang tidak semuanya diserap oleh koil atau tidak semua medan
magnetiknya bisa dikonversi ke listrik dan juga disebabkan proses melilit kumparan
yang dilakukan secara manual sehingga kumparan tidak sempurna.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750
Tega
nga
n
Kecepatan
V teori
R-S
R-T
S-T
%
Universitas Sumatera Utara
69
4.3.2 Pengujian hubung singkat
Pada pengujian ini, nilai arus jangkar maksimum yang masih aman sekitar
125% - 150 %. Data pengujian hubung singkat dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Pengujian hubung singkat
Kecepatan (Rpm) Isc ( A )
500 2,181
Berdasarkan pengujian hubungan singkat ini dapat kita ketahui arus nominal
saat terjadi hubungan singkat sehingga dapat memasang pengaman arus pada
generator tersebut. Arus maksimal yaitu 2,18 A mendekati dari nilai arus
maksimum yang masih aman sekitar 125 %. Pada percobaan tanpa beban tegangan
saluran ( Ea) mencapai 6,84 volt. Untuk mencari impedansi (Zs) menggunakan
rumusan :
𝐼𝑎 = 𝐼𝑠𝑐 = 𝐸𝑎
𝑍𝑠
2,18 𝐴 = 6,84
𝑍𝑠
Maka, nilai impedansi tiap fasa (Zs) = 3,13 Ohm.
Bentuk pengujian hubung singkat pada generator 3 fasa fluks aksial dapat dilihat
pada Gambar 4.9.
Gambar 4.9 Pengujian hubung singkat dengan kecepatan 500 rpm.
Universitas Sumatera Utara
70
4.3.3 Pengujian Berbeban lampu pijar
Tegangan dan arus keluaran generator pada saat kondisi berbeban,
Pengujian generator fluks aksial tiga fasa berbeban dilakukan dengan
menambahkan beban pada tiap phasa tegangan keluaran generator, Pengujian
dilakukan dengan variasi putaran generator dimulai pada 100 rpm sampai 750 rpm,
Beban yang digunakan pada pengujian yaitu beban lampu pijar 12 volt 18 watt,
Hasil pengujian berbeban lampu pijar telah ditunjukkan pada Tabel 4.7 yang terdiri
dari tegangan, arus dan daya pembebanan.
Tabel 4.7 Data pengujian generator dengan beban lampu 12 volt 18 watt
Kecepatan
(rpm)
tegangan ( V ) Arus ( A ) Daya
(watt) R-N S-N T-N Ir Is It
100 0,55 0,54 0,57 0,163 0,163 0,164 0,283
150 0,92 0,91 0,94 0,245 0,243 0,249 0,681
200 1,39 1,37 1,41 0,329 0,325 0,331 1,40
250 2,03 2,01 2,03 0,415 0,411 0,421 2,526
300 2,44 2,42 2,47 0,492 0,49 0,499 3,715
350 3,01 2,99 3,03 0,573 0,571 0,577 5,180
400 3,44 3,41 3,48 0,656 0,651 0,659 6,770
450 3,96 3,94 3,97 0,738 0,733 0,738 8,740
500 4,4 4,39 4,46 0,82 0,818 0,82 10,856
550 5,13 5,11 5,15 0,901 0,901 0,907 13,896
600 5,6 5,58 5,64 0,982 0,979 0,983 16,514
650 6,23 6,21 6,25 1,066 1,061 1,067 19,900
700 6,71 6,69 6,75 1,148 1,145 1,149 23,119
750 7,26 7,24 7,29 1,230 1,228 1,235 26,824
Pada Tabel 4.7 terdapat beban generator yang terpasang pada terminal-
terminalnya untuk mengukur frekuensi yang dihasilkan, tegangan terminal, putaran
Universitas Sumatera Utara
71
poros, dan arus beban, Dengan menggunakan data yang terdapat pada Tabel 4.7.
Untuk frekuensi 50 Hz dihasilkan tegangan pembebanan setiap fasa R,S dan T
adalah 4,40; 4,39 dan 4,46 volt, untuk arus beban 0,820; 0,818 dan 0,826 A
diperoleh daya pada beban sebesar 10,86 watt. Untuk mendapat kan besar daya
digunakan persamaan (2.14). Dari Tabel dapat dilihat hubungan kenaikan rpm
terhadap daya beban yang dihasilkan generator, seperti pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10 Grafik hubungan kecepatan generator terhadap daya beban yang
dihasilkan
Pada Gambar 4.10 dapat dilihat grafik hubungan daya terhadap kenaikan
kecepatan dari generator, dengan kecepatan 100-750 rpm dapat mencapai daya
pembebanan 0,283 watt – 26,82 watt. Semakin dipercepat generator maka nilai
daya pembebanan akan mengalami kenaikan, hal ini dikarenakan semakin
tingginya tegangan yang dapat dihasilkan generator untuk membebani beban,
Untuk itu, dapat dilihat hubungan kenaikan daya terhadap tegangan yang dihasilkan
oleh generator saat pengujian berbeban seperti pada Gambar 4.11.
0
5
10
15
20
25
30
100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750
Daya
Daya
Universitas Sumatera Utara
72
Gambar 4.11 Grafik hubungan daya terhadap tegangan tiap fasa pada generator
Pada Gambar 4.11 dapat diketahui kenaikan daya beban yang dihasilkan
dipengaruhi kenaikan tegangan terminal dari generator dan hubungan nya
berbanding lurus terhadap kenaikan nilai tegangan tiap fasanya. Ketika frekuensi
50 Hz, tegangan perphasa hanya 4,40 volt daya beban 10,82 watt dan saat pengujian
sampai 75 Hz daya pembebanan mencapai 26,82 watt. Hal ini dikarenakan
peningkatan kecepatan generator sehingga tegangan yang dihasilkan mengalami
kenaikan dan arus beban juga akan semakin besar karena beban tetap. Maka
hubungan daya terhadap kenaikan arus beban pengujian berbeban dapat dilihat pada
Gambar 4.12.
Gambar 4.12 Grafik hubungan daya terhadap arus perfasa
0
2
4
6
8
Tega
nga
n
Daya
Fasa R
Fasa S
Fasa T
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
Aru
s
Daya
Ir
Is
It
Universitas Sumatera Utara
73
Pada Gambar 4.12 dapat dilihat bahwa hubungan daya terhadap kenaikan
arus beban yang semakin meningkat karena hubungan nya terhadap daya yang
dihasilkan berbanding lurus, Ketika dikecepatan 500 rpm dihasilkan arus beban
perphasa sekitar 0,82 A dan saat pengujian di sekitar 750 rpm arus yang dihasilkan
perphasa sekitar 1,23 A.
Salah satu bentuk pengujian beban lampu pijar dengan pengukuran
tegangan dapat dilihat pada Gambar 4.13.
Gambar 4.13 Bentuk pengukuran tegangan dalam pengujian generator
berbeban dengan lampu pijar dengan kecepatan 500 rpm
Regulasi tegangan atau perbandingan tegangan perfasa generator saat tanpa
beban dan kemudian diberi beban maka akan terjadi penurunan tegangan. Maka
dapat dilakukan perhitungan terhadap Drop Tegangan. Perhitungan drop tegangan
dilakukan untuk mengetahui pengaruh pembebanan terhadap nilai tegangan
keluaran generator. Perhitungan regulasi tegangan hubungan antara Tegangan
tanpa beban Tabel 4.4 dengan tegangan berbeban Tabel 4.7. Hasil perhitungan
didapatkan dengan persamaan :
Universitas Sumatera Utara
74
Drop tegangan ( % ) = ( Vtanpa beban – Vberbeban
Vtanpa beban) 𝑥 100%
Untuk kecepatan 500 rpm, didapatkan regulasi tegangan yaitu :
Drop tegangan ( % ) = ( Vtanpa beban – Vberbeban
Vtanpa beban) 𝑥 100%
= 6,84 – 4,4
6,84 𝑥 100%
= 35,42 %
Dengan persamaan yang sama, maka didapatkan hasil perhitungan regulasi
tegangan tiap fasa terhadap kecepatan generator dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Nilai perhitungan drop tegangan pada generator
Kecepatan
(rpm)
Drop tegangan (volt) Regulasi
(%) R-N S-N T-N
100 0,82 0,81 0,82 59,61
150 1,14 1,13 1,15 55,25
200 1,36 1,35 1,36 49,39
250 1,4 1,42 1,43 41,18
300 1,68 1,67 1,67 40,64
350 1,8 1,79 1,81 37,42
400 2,07 2,08 2,05 37,50
450 2,16 2,15 2,17 35,31
500 2,44 2,42 2,41 35,42
550 2,46 2,46 2,46 32,41
600 2,69 2,68 2,66 32,31
650 2,73 2,73 2,74 30,49
700 2,94 2,94 2,93 30,42
750 3,06 3,07 3,06 29,65
Pada Tabel 4.8 ditunjukkan nilai-nilai drop tegangan setiap phasanya
terhadap kenaikan putaran generator dan persentase dari drop tegangan terhadap
Universitas Sumatera Utara
75
tegangan tanpa beban. Maka dilihat bentuk grafik kenaikan drop tegangan dan
regulasi tegangan terhadap kecepatan putar generator seperti pada Gambar 4.14.
Gambar 4.14 Hubungan kenaikan rpm terhadap drop tegangan yang dihasilkan
Dari Gambar 4.14 grafik hubungan kenaikan rpm terhadap drop tegangan
perphasa dapat dilihat nilai drop tegangan semakin besar saat putaran generator
dinaikkan,Ketika kecepatan generator 500 rpm drop tegangan yang terjadi pada
setiap phasa sekitar 2,44 Volt dan kemudian pada pengujian kecepatan sampai 750
rpm telah mengalami kenaikan sekitar 3,06 volt tiap phasanya. Tetapi persentasi
drop tegangan semakin menurun, dikarenakan tegangan terminal yang semakin
meningkat oleh putaran generator sekitar 35,42 %.
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750
Tega
nga
n
rpm
Fasa R
Fasa S
Fasa T
Universitas Sumatera Utara
76
4.3.3 Pengujian Pengaturan berbeban dan frekuensi konstan
Pengujian pengaturan berbeban dilakukan untuk mendapatkan dan
menggambarkan karakteristik generator dalam kenaikan daya keluaran ( Pout)
dengan melakukan pembebanan yang sama di tiap phasanya generator. Kemudian
nilai bebannya di variasikan saat generator dalam frekuensi 50 Hz dan frekuensi
tetap dijaga konstan, supaya dapat melihat pengaruh pembebanan terhadap nilai
tegangan dan arus beban yang dihasilkan. Hasil data dari pengujian pengaturan
berbeban dengan nilai frekuensi generator yang dijaga konstan f = 50 Hz dapat
dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Pengujian pembebanan dengan frekuensi konstan
Dari Tabel 4.9 data pengujian generator dengan pengaturan berbeban dan
frekuensi yang dijaga konstan menunjukkan perubahan tegangan dan arus terhadap
tahanan beban yang berubah, sehingga membentuk grafik seperti pada Gambar
4.15.
Tahanan
beban
(Ω)
Tegangan (volt) Arus (A) Daya
(watt) R-N S-N T-N Ir Is It
60 6,72 6,7 6,74 0,193 0,193 0,196 3,912
50 6,58 6,57 6,59 0,251 0,251 0,253 4,968
40 6,41 6,39 6,41 0,319 0,321 0,329 6,205
30 6,27 6,26 6,29 0,373 0,375 0,379 7,07
20 5,99 5,98 6,01 0,457 0,459 0,477 8,349
10 5,79 5,78 5,81 0,577 0,578 0,581 10,06
Universitas Sumatera Utara
77
Gambar 4.15 Hubungan arus terhadap tegangan pada frekuensi konstan
Pada Gambar 4.15 dapat dilihat grafik hubungan kenaikan arus terhadap
tegangan. Penurunan nilai tegangan tidak terlalu signifikan terhadap kenaikan arus
beban sehingga nilai daya yang dihasilkan lebih besar, hal ini dikarenakan frekuensi
yang tetap dijaga konstan dengan mempertahankan kecepatan putar generator.
Tahanan beban 10-60 ohm dan tegangan mengalami penurunan dari 6,72 – 5,79
volt. Dihasilkan daya pembebanan terbesar yaitu 10,05 watt saat tegangan tiap fasa
sekitar 5,79 volt.
0
2
4
6
8
10
12
0.193 0.251 0.319 0.373 0.457 0.577
Tega
nga
n
Arus
Fasa R
Fasa S
Fasa T
Daya
Universitas Sumatera Utara
78
4.3.4 Pengujian Pengaturan berbeban dan frekuensi tidak konstan
Pengujian pengaturan berbeban dilakukan dengan beban yang sama pada
percobaan sebelumnya dan tidak mempertahankan nilai frekuensi. Hasil pengujian
pengaturan berbeban dengan nilai frekuensi berubah-ubah dilihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Data pengujian pengaturan berbeban dan frekuensi tidak konstan
Tahanan
beban
(Ω)
Tegangan (volt) Arus (A) Kecepatan
(rpm)
Daya
(watt) R S T R S T
60 6,39 6,38 6,4 0,172 0,171 0,176 500 3,317
50 6,04 6,02 6,1 0,213 0,211 0,221 482 3,905
40 5,85 5,83 5,89 0,266 0,264 0,273 465 4,703
30 5,6 5,59 5,63 0,302 0,299 0,309 441 5,102
20 5,38 5,35 5,42 0,42 0,419 0,432 429 6,842
10 5,16 5,14 5,21 0,49 0,489 0,504 408 7,668
Dari Tabel 4.10 pengujian pengaturan berbeban dengan frekuensi tidak
dijaga/berubah menghasilkan pengaruh terhadap tegangan keluaran dan arus
pembebanan pada generator dan putaran generator mengalami perlambatan dari
500 rpm sampai 408 rpm. Dari Tabel 4.10 dapat dilihat hubungan arus terhadap
tegangan dan daya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.16.
Gambar 4.16 Hubungan arus terhadap tegangan
0
2
4
6
8
10
0.172 0.213 0.266 0.302 0.42 0.49
Tega
nga
n
Arus
Fasa R
Fasa S
Fasa T
Daya
Universitas Sumatera Utara
79
Pada pengujian pengaturan berbeban Tegangan terminal terlihat menurun
lebih signifikan, dari sekitar 6,4 volt sampai 5,21 volt. Hal ini dikarenakan frekuensi
tidak dijaga sehingga putaran generator mengalami perlambatan dari 500 rpm
sampai 408 rpm. Dihasilkan daya pembebanan terbesar yaitu 7,68 watt.
Kedua pengujian pengaturan berbeban saat ferkuensi konstan dan saat
frekuensi tidak dijaga menghasilkan daya pembebanan 10,05 watt dan 7,68 watt,
Daya yang dihasilkan saat frekuensi konstan lebih besar karena tegangan terminal
tidak terlalu signifikan mengalami penurunan dibanding saat frekuensi tidak dijaga
konstan dengan tahanan yang sama.
4.4 Bentuk gelombang dari tegangan keluaran generator
Untuk melihat bentuk gelombang sinusoidal dari tegangan generator setiap
fasanya maka digunakan Osiloskop ATTEN type ADS2202CA dengan dua input
channel. Berikut bentuk gelombang hasil percobaan penggunaan osiloskop
terhadap tegangan keluaran generator tiap fasa nya seperti pada Gambar 4.17.
Gambar 4.17 Bentuk gelombang sinusoidal dari tegangan generator fasa R, fasa S
dan fasa T
Universitas Sumatera Utara
80
Pada Gambar 4.17 menampilkan bentuk gelombang sinusoidal hasil
pengujian generator setiap fasanya menggunakan osiloskop pada kecepatan
putaran 500 rpm. Dari gambar terlihat bentuk gelombang sinusoidal yang
dihasilkan rata (tidak ada getaran), ini sebabkan karena ukuran magnet yang
digunakan sama besar dan ukuran nya sama, karena dimensi dan berat magnet dapat
menyeimbangkan perputaran rotor pada generator. Pada gambar dapat diketahui
nilai frekuensi sekitar 50,24 Hz dan tegangan puncak ke puncak (Vpp) rata-rata
19,34 volt,. Sedangkan untuk menghitung besar tegangan keluaran generator
digunakan persamaan :
𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝑉𝑝𝑝
2
= 19,34
2
= 9,67 𝑣𝑜𝑙𝑡
Maka, untuk mendapatkan nilai tegangan efektifnya (Vrms) menggunakan
persamaan :
𝑉𝑟𝑚𝑠 = 𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠
√2
= 9,67
√2
= 6,84 volt
Universitas Sumatera Utara
81
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari perancangan dan pengujian Generator fluks aksial tanpa inti
menggunakan magnet permanen dengan desain 2 buah stator dan 3 buah rotor,
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Generator fluks aksial 3 fasa tanpa inti dengan 2 stator dan 3 rotor telah
dirancang dengan tegangan saluran 12 volt 3 fasa saat frekuensi 50 Hz, dan
daya perhitungan sekitar 30 watt dengan effisiensi generator 50,67%.
2. Perbandingan tegangan terinduksi secara pengujian dan perhitungan pada
generator 3 fasa telah memiliki akurasi yang baik sekitar 6,18% dan tegangan
pengujian 11,27 volt dari tegangan perhitungan 12 volt.
3. Saat pengujian tanpa beban frekuensi 50 Hz tegangan tiap phasanya sekitar
6,84 volt dan pengujian berbeban tetap lampu pijar 4,40 volt, sehingga drop
tegangan 35,42 % dan semakin menurun saat frekuensi dinaikkan karena
tegangan terminal yang melayani beban akan mengalami kenaikan.
4. Saat pengujian pengaturan berbeban ferkuensi konstan dan frekuensi tidak
dijaga menghasilkan daya pembebanan 10,05 watt dan 7,68 watt dengan
tahanan beban yang sama, hal ini dikarenakan saat frekuensi tidak dijaga
maka tegangan mengalami penurunan yang signifikan
5. Perancangan generator 3 fasa dengan daya yang ditentukan kurang terpenuhi
sehingga generator belum efisien.
Universitas Sumatera Utara
82
5.2 Saran
Dari perancangan dan pengujian Generator fluks aksial tanpa inti
menggunakan magnet permanen dengan desain 2 buah stator dan 3 buah rotor,
dapat diberikan saran sebagai berikut:
1. Pada penelitian selanjutnya, sebaiknya menggunakan magnet permanent
yang memiliki densitas magnet yang lebih baik.
2. Pada penelitian selanjutnya, dapat mengembangkan generator fluks aksial
tanpa inti untuk menghasilkan daya yang lebih besar dan dapat diaplikasikan
sebagai penghasil tegangan pada pembangkit listrik.
Universitas Sumatera Utara
83
DAFTAR PUSTAKA
[1] Zebua, Karyaman Harto. 2016. Pembuatan dan Uji Kelistrikan Generator
Magnet Permanen Fluks Aksial. Medan : Tugas Akhir Universitas Sumatera
Utara.
[2] Wijaya, F. Danang., dkk. 2013. Perancangan Generator Magnet Permanen
Fluks Aksial Putaran Rendah. Annual Engineering Seminar 2014.
Yogyakarta : Universitas Gajah Mada. Pp. 21-26.
[3] H. Prasetijo, Ropiudin, dan B. Dharmawan. 2012. Generator Magnet
Permanen Sebagai Pembangkit Listrik Putaran Rendah.Purwokerto : Tugas
Akhir Universitas Jenderal Soedirman.
[4] Nur , Dhiyaul Farhan M., dkk. 2013. Perancangan Prototype Generator
Magnet Permanen Fluks Aksial Pada Pembangkit Listrik Tenaga Angin
Untuk Penerangan Lampu Jalan. Banda Aceh : Seminar Nasional dan Expo
Teknik Elektro 2013.
[5] Muliawati, Fithri., dan T. Ramadhan. Rancang Bangun Generator Portable
Fluks Aksial Magnet Permanen Jenis Neodymium ( NdFeB ). Bogor : Jurnal
Teknik Elektro Universitas Ibn Khaldun Bogor, no. V, pp. 38-46.
[6] Abdul, Fajar. 2017. Rancang Bangun Generator Sinkron Axial Flux
Permanent Magnet 1500 Watt. Research Gate.
[7] Tinjo, Raja. 2010. Optimasi Jarak Celah Udara Generator Sinkron Magnet
Permanent Fluks Aksial Rotor Cakram Ganda Dengan Stator Tanpa Inti.
Skripsi Teknik Elektro. Depok : Universitas Indonesia.
[8] Alvera Apridalianti Melkias, Rusmana. 2018. Rancang Bangun Generator
Axial Flux Permanent Magnet Tipe Magnet Statis Dan Dinamis Internal
Universitas Sumatera Utara
84
Stator. Tugas Akhir Teknik Konversi Energi. Bandung : Politeknik Negeri
Bandung.
[9] M. F. Alqodri, C. E. Rustana, dan H. Nasbey. 2015. Rancang Bangun
Generator Fluks Aksial Putaran Rendah Magnet Permanen Jenis
Neodymium ( NdFeB ) Turbin Angin Sumbu Vertikal Tipe Double-Stage
Savionus. Jakarta : Seminar Nasional Fisika 2015, vol. IV, pp. 135–142.
[10] Ardhians Wijaya, Syahrial, Dan Waluyo. 2016. Perancangan Generator
Magnet Permanen dengan Arah Fluks Aksial untuk Aplikasi Pembangkit
Listrik. Bandung : Tugas Akhir Institut Teknologi Nasional Bandung.
[11] Toto Tohir dan Sofian Yahya. 2014. Perancangan dan Pengujian Motor
Induksi Tiga Fasa Menjadi Generator Magnet Permanen Satu Fasa
Kecepatan Rendah. Bandung : Politeknik Negeri Bandung.
[12] Zuhal. 1995. Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya. Jakarta :
Gramedia.
[13] Natalia Radwan-Praglowska, Dariusz Borkowski, And Tomasz Wegiel.
2017. Model Of Coreless Axial Flux Permanent Magnet Generator. Poland :
Cracow University Of Technology
[14] Clarissa Amelia Sitorus.2017. Pembuatan Alternator Axial Flux Coreless
Dengan Menggunakan Magnet Permanen. Surabaya : Tugas Akhir Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.
Universitas Sumatera Utara
85
LAMPIRAN
1. Generator fluks aksial tanpa inti yang telah dikerjakan , dipasangkan sesuai
dengan rangkaian pengujian untuk tanpa beban dan berbeban. Dengan
menggunakan Motor DC shunt (penggerak mula), Multimeter dan clamp
meter sebagai alat ukur keluaran generator.
2. Pengujian generator fluks aksial 3 fasa untuk mengukur tegangan fasa ke
fasa saat frekuensi pengujian 50 Hz.
Universitas Sumatera Utara
86
3. Salah satu bentuk pengujian tanpa beban dengan kecepatan putar generator
500 rpm untuk tegangan perfasa dari generator.
4. Pengujian generator 3 fasa dengan hubung singkat pada terminal untuk
menentukan nilai batas arus maksimalnya.
Universitas Sumatera Utara
87
5. Pengujian berbeban generator 3 fasa dengan menggunakan lampu pijar tiap
fasanya, untuk mendapatkan nilai tegangan pembebanan.
6. Pengujian berbeban generator 3 fasa dengan menggunakan lampu pijar pada
tiap fasanya, untuk mendapatkan nilai arus beban.
Universitas Sumatera Utara
88
7. Pengujian pembebanan generator 3 fasa dengan menggunakan variable
resistif ( tahanan geser) pada tiap fasa dari generator, maka dapat diukur
tegangan dan arus.
8. Pengujian penggunaan osiloskop untuk melihat bentuk gelombang dari
tegangan tiap phasa generator.
Universitas Sumatera Utara