Studi Globe

Embed Size (px)

DESCRIPTION

studi globe

Citation preview

Studi GLOBEStudi GLOBE merupakan projek transnasional yang diprakarsai oleh Robert J. House tahun 1991. Yang melibatkan 170 peneliti dari 62 negara. GLOBE merupakan kependekan dari Global Leadreship and Organizational Behavior Effectiveness, dengan kata lain projek ini berkenaan mengenai keefektifan leadership dan perilaku organisasi pada level global dengan pertimbangan tertentu yang diberikan terhadap pengaruh faktor budaya. Total ada 3 fase penelitian yang sudah direncanakan. Fase I (1993/1994) terdiri dari pengembangan dimensi penelitian yang mendasar (dimensi sosial dan budaya organisasi yang baru, dan dimensi six leadership). Fase II adalah mengumpulkan data-data dari dimensi tersebut. Fase III adalah analisis dari efek perilaku kepemimpinan terhadap kinerja dan sikap karyawan. Secara umum penelitian GLOBE ini mencoba untuk mempelajari hubungan yang kompleks antara leadership behavor, organizational effectiveness, social co-habittation conditions dan ekonomi yang sukses dalam masyarakat.Dimensi budaya studi GLOBE ini sendiri terdiri dari :Institutional collectivismGender egalitarianismIn-group collectivismAssertivenessUncertainty avoidancePerformance orientationPower distanceHumane orientationHasil dari studi GLOBEDari perolehan data yang dikumpulkan dan diolah dengan seksama, maka hasil dari studi ini adalah pembagian kultur kedalam beberapa region dan dari setiap region tersebut memiliki karakteristik budaya yang berbeda-beda (Asia Selatan, Amerika Latin, Amerika Utara, Jerman dan Eropa Latin, dll). Refleksi dari studi GLOBEMeskipun pada studi GLOBE ini penulis sudah mempertimbangkan berbagai tingkatan budaya (individu, organisasi dan tingkat sosial) dan selanjutnya membedakan sampel yang diambil dari berbagai negara namun perlu dicatat bahwa budaya dapat terdiri dari berbagai subkultur dan ini menandakan bahwa studi ini tidak sepenuhnya representatif. Negara-negara dengan penduduk besar seperti China, Indonesia dan India tentu sangat heterogen budayanya sehingga sampel yang relatif kecil dari studi GLOBE ini tidak bisa menggambarkan secara sepenuhnya.

Studi Trompenaars dan Hampden-TurnerDalam studi ini terdapat 7 dimensi yang berbeda yang dibagi kedalam 3 aspek yaitu:Aspek I : Hubungan antar manusia1. Universal vs. partikularPemikiran Universalis ditandai menurut penulis dengan logika berikut: "Apa yang baik dan benar dapat didefinisikan dan selalu berlaku. Budaya partikular, sebaliknya, memutuskan apa yang baik dan benar tergantung pada hubungan.2. Individualis vs. komunitarianismePertanyaan mendasar di sini adalah: Apakah orang-orang menganggap diri mereka mengutamakan sebagai individu atau mengutamakan sebagai bagian dari kelompok?3. Emosional vs. netralDalam budaya afektif, budaya emosional diterima sebagai bagian dari kehidupan bisnis. Sedangkan budaya netral cenderung mengungkapkan sedikit emosi; bisnis ditransaksikan seobyektif dan sefungsional mungkin.4. Spesifik vs. diffuseDalam budaya diffuse seseorang terlibat dalam hubungan bisnis, sedangkan budaya spesifik lebih fokus pada aspek kontrak yang telah diatur.5. Askriptif vs. prestasiDalam budaya difokuskan pada pencapaian status, orang yang dinilai berdasarkan pada apa yang telah mereka capai. Dalam askriptif budaya, status dianggap berasal dari karakteristik sejak lahir seperti asal, senioritas, dan gender.Aspek II : Konsep Waktu6. Sekuensial vs. sinkronikPerilaku sekuensial adalah perilaku yang terjadi berturut-turut dan perilaku sinkron adalah kemungkinan untuk 'multitask' dan melakukan sejumlah hal di waktu yang sama.Aspek III: Konsep alam7. internal vs eksternal kontrol Dimensi ini menjelaskan konsep alam dan mengacu pada sejauh mana masyarakat mencoba mengendalikan alam.

4 Dimensi Hall & Halls 1. Konteks komunikasi tinggi rendah2. Orientasi spasial: Jarak sebenarnya antara orang ketika berkomunikasi.3. Monokrom vs waktu polikrom: Monokrom waktu didominasi oleh proses, di mana satu hal yang dilakukan setelah yang lain, sedangkan di polikrom konsep tindakan ini terjadi pada waktu yang sama.4. Kecepatan informasi: Arus informasi tinggi atau rendah selama komunikasi.

PENGEMBANGAN BUDAYAPada bab ini dapat kita ketahui bahwa budaya dapat didefinisikan dan di konseptualisasi dari beberapa hasil studi atau penelitian manajemen lintas budaya yang telah dilakukan dan dilaporkan. Dan perubahan budaya dapat mingkatkan dari:1. Koneksi internasional2. Koordinasi ekonomi global3. Harmonisasi hukum dan regulasi, dan4. MigrasiBudaya meningkatkan koneksi internasional karena daerah di mana batas-batas negara yang semakin digantikan oleh budaya. Hal ini diakibatkan karena saling ketergantungan dan aliran tinggi dari migrasi.Akan tetapi, budaya tidak hanya terbatas pada daerah teritorial yang terbatas. Ini merupakan tantangan baru bagi HRM, tetapi pada saat yang sama, ia juga menawarkan kesempatan baru. Perubahan Intracultural juga harus diperhatikan oleh manajer SDM. Dalam konteks ini, demografis adalah contoh sejauh mana nilai pergeseran antar generasi. Generasi Y disebutkan sebagai contoh dalam konteks ini, Sejak generasi ini lahir menjadi masyarakat informasi dan dibesarkan dengan komputer, orang-orang generasi ini digambarkan sebagai generasi yang cepat, terdidik dan terorganisir. Generasi ini sangat fleksibel dan menunjukkan potensi tinggi untuk mengambil keputusan karena tingkat kesadaran yang tinggi. Hal ini membuat anggota Generasi Y menarik. Tapi agaknya karyawan generasi ini mementingkan diri sendiri dengan preferensi yang berbeda seperti preferensi keseimbangan kehidupan kerja yang berbeda. Fenomena ini harus diamati di luar batas budaya.