52
1 STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN PEMBUANG SEKUNDER PADA SISTEM DRAINASE V (DI KELURAHAN PEMOGAN, PEDUNGAN, DAN DAUH PURI KELOD) KOTA DENPASAR OLEH : Ir. I KETUT SUPUTRA, MT PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016

STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

1

STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG

UTAMA DAN PEMBUANG SEKUNDER

PADA SISTEM DRAINASE V (DI KELURAHAN PEMOGAN, PEDUNGAN, DAN DAUH PURI KELOD)

KOTA DENPASAR

OLEH :

Ir. I KETUT SUPUTRA, MT

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016

Page 2: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

2

KATA PENGANTAR

Berkat asung kerta wara nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang

maha Esa, yang telah melimpahkan sinar suciNya berupa kekuatan lahir dan

bathin, sehingga dapat diselesaikan laporan penelitian ini. Pada kesempatan ini,

peneliti tidak lupa mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua

pihak yang telah membantunya, sehingga hasil penelitian ini bisa terwujud.

Peneliti menyadari pada laporan penelitian ini terdapat kekurangan-

kekurangan, maka segala saran dan kritik peneliti harapkan.

Akhirnya semoga kebaikan yang telah diberikan oleh berbagai pihak

mendapatkan pahala yang sebesar-besarnya dari Ida Sang Hyang Widhi

Wasa/Tuhan Yang Maha Esa.

Denpasar, Juli 2016

Peneliti

Page 3: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................... 1

1.2 Permasalahan ........................................................... 2

1.3 Permasalahan Sistem Drainase v ............................... 3

1.4 Maksud dan Tujuan .................................................. 4

1.5 Lingkup Penilaian .................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian saluran Pembuang (drainase) .................... 5

2.2 Drainase Perkotaan ................................................... 7

2.3 Sistem Drainase v ..................................................... 11

BAB III METODOLOGI

3.1 Umum ..................................................................................... 13

3.2 Teknik Pengumpulan Data ........................................ 13

3.3 Analisis data ............................................................ 14

3.4 Banjir Rencana ......................................................... 18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data ....................................................................................... 23

4.2 Analisa Curah Hujan Rencana ................................... 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan............................................................................. 46

5.2 Saran ...................................................................................... 47

REFERENSI .................................................................................................... 9

Page 4: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Denpasar sebagai pusat pemerintahan serta pusat perekonomian

merupakan tempat yang sangat menjanjikan bagi masyarakat pencari kerja

sehingga proses urbanisasi tidak dapat dihindari baik yang dating dari daerah-

daerah sekitarnya maupun yang berasal dari provinsi lain.

Sebagai konsekuensi logis dari urbanisasi ini maka Denpasar menjadi

daerah yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang paling tinggi di provinsi

ini. Disamping berpotensi menimbulkan kerawanan social serta criminal juga

akan muncul kantong-kantong pemukiman kumuh yang mana bila tidak ditangani

secara baik akan menimbulkan masalah banjir pada setiap musim hujan.

Kawasan yang dulunya merupakan tanah kosong atau daerah pertanian

sejalan dengan kebutuhan terhadap perumahan sekarang banyak beralih fungsi

menjadi komplek-komplek pemukiman baru sehingga mengakibatkan

terganggunya aliran air permukaan serta mengurangi resapan air ke dalam tanah.

Sungguh sangat ironis Provinsi Bali sebagai tujuan wisata utama di wilayah

Indonesia bagian tengah serta Denpasar sebagai ibukotanya. Pada setiap musim

hujan mengalami banjir serta genangan air di beberapa tempat.

Disamping dirasakan sangat mengganggu aktivitas masyarakatnya, juga

sangat berpotensi menimbulkan berbagai macam penyakit serta menelan kerugian

material.

Page 5: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

5

1.2. Permasalahan

Permasalahan drainase kota Denpasar

Permasalahan yang ada akan penulis kelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu :

1. Permasalahan Umum

Yang dimaksud permasalahan umum adalah permasalahan yang tidak ada

hubungannya dengan perencanaan teknis drainase, akan tetapi sangat besar

kontribusinya terhadap gangguan teknis pada proses pembuangan air.

Permasalahan umum yang bisa menyebabkan banjir antara lain sebagai

berikut :

- Pemukiman yang padat

- Sampah

2. Permasalahan Teknis

Yang dimaksud dengan masalah teknis adalah masalah yang

berkaitan langsung dengan perencanaan teknis drainase, yang timbul

karena keadaan alam.

Salah satu permasalahan teknis yang dijumpai adalah masalah

topografi. Elevasi Denpasar berkisar antara 0,00 sampai dengan + 75,00m,

dari permukaan laut. Di bagian utara dengan kemiringan cukup besar,

I=0,002 dan di bagian selatan dengan kemiringan I = 0,0005. Data

topografi di atas dikutip dari Laporan Perencanaan Drainase Kota

Denpasar oleh Cv, Veygasi Disain.

Page 6: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

6

1.3. Permasalahan Sistem Drainase v

Permasalahan drainase di Kelurahan Pemogan, Dauh Puri Kelod dan

Kelurahan Pedungan dapat dibagi menjadi 3 (tiga) macam antara lain :

1. Topografi

Pada umumnya daerah studi merupakan daerah dengan kemiringan landai

berkisar antara I=0,001 di bagian utara dan I = 0,0005 di bagian selatan

(Suwung).Hal ini dapat dimaklumi karena daerah studi merupakan daerah

dataran rendah.

2. Air Tanah

Karena daerah studi merupakan daerah dataran rendah, maka dapat

dimaklumi bahwa sangat dangkal yaitu 1,5m,pada musim kemarau dan

pada kedalaman 1m,pada musim hujan,bahkan di daerah hilirmuka

airtanah berada kurang lebih 1m pada musim kemarau dan 0,5m pada

musim hujan. Dengan kondisi seperti ini kemampuan tanah menyerap air

sangat terbatas dibandingkan dengan air yang adadi permukaan.

3. Belum ada Sistem Drainase yang jelas.

Sementara ini yang dipakai saluran pembuang adalah saluran irigasi, dari

segi teknis fungsi ini sangat bertentangan yang mana saluran irigasi

alirannya sangat lambat, semakin ke hilir semakin menyempit, muka

tangah yang dilayani lebih rendah dari muka air serta kemiringan yang

kecil. Sedangkan saluran pembuang menurut kondisi yang berlawanan.

Page 7: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

7

1.4. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dilakukannya studi ini adalah untuk mengetahui kapasitas

saluran pembuang primer dan skunder pada sistem drainase V saat ini, serta

memberikan alternatif pemecahan terhadap masalah banjir yang terjadi, dan

membuat alternatif pola aliran sistem drainase di daerah ini.

1.5. Lingkup Penilaian

Lingkup penelitian adalah mencakup kondisi saluran yang dipakai sebagai

saluran pembuang primer dan pada sistem drainase v.

Page 8: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian saluran Pembuang (drainase)

Drainase adalah istilah yang dipakai untuk sistem-sistem bagi penanganan air

kelebihan.

2.1.1. Pengertian Secara Teknis

Dalam pengertian teknis ada 2 (dua) sistem yang dikenal yaitu :

1. Sistem dengan jaringan drainase

Dalam sistem dengan jaringan drainase, pengeringan suatu tempat dilakukan

dengan mengalirkan air melalui sistem tata saluran yang dilengkapi dengan

bangunan-bangunan yang diperlukan.

2. Sistem resapan di lahan

Dalam sistem resapan,cara pembuangan air adalah dengan meresapkan air ke

dalam tanah sehingga tidak mengganggu kepentingan yang ada di atas

permukaan lahan.

Kedua sistem ini dapat bekerja secara bersama-sama (kombinasi0,ataupun

secara terpisah, (Staf Pengajar UGM dan Unram,1994).

2.1.1 Terbentuknya Drainase

Dari segi terbentuknya sistem jaringan drainase dapat dibedakan menjadi 2

(dua) yaitu :

Page 9: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

9

1. Natural Drainase (Drainase Alamiah)

Yang dimaksud drainase alamiah adalah drainase yang terbentuk

secara alami yang berlangsung sejak bertahan-tahun, yang berupa

sungai beserta anak-anak sungainya dan membentuk suatu jaringan

alur aliran.

2. Artifical Drainase (Drainase Buatan)

Drainase buatan adalah drainase yang dibuat manusia dengan maksud

melengkapi kekurangan-kekurangan drainase alamiah dalam fungsinya

membuang kelebihan air yang mengganggu. (Staf UGM dan

Unram,1994)

2.1.3. Fungsi Drainase

Dari segi fungsinya drainase dapat dibedakan menjadi 2 (dua)yaitu:

1. Single purpose, saluran drainase yang melayani hanya satu kebutuhan

saja misalnya, untuk sarana pembuangan air limbah saja.

2. Multi purpose, saluran drainase yang melayani lebih dari satu

kebutuhan misalnya, untuk sarana pembuangan air hujan yang

bercampur dengan air limbah serta tidak menutup kemungkinan

dipakai untuk keperluan transportasi dan lain sebagainya.(Staf

pengajar UGM dan Unram,1994).

2.1.4. Bentuk saluran

Bentuk tampang saluran drainase disesuaikan menurut fungsinya antara

lain :

Page 10: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

10

1. Trapesim

Terutama saluran dari tanah, aspek kestabilan dinding saluran harus

diperhitungkan secara cermat. Pada umumnya saluran tanah dipilih

bentuk trapezium(Staf Pengajar UGM dan Unram,1994).

2. Empat Persegi Panjang

Untuk memperkuat stabilitas dinding saluran yang terpaksa dibuat

tegak, maka sering dijumpai saluran bentuk empat persegi panjang

dengan perkuatan pada sisi-sisi dinding saluran. (Staf Pengajar UGM

dan Unram,1994).

3. Lingkaran, Parabola atau bulat telur

Untuk tujuan-tujuan khusus saluran sering dibuat dari pasangan

dengan bentuk lingkaran, parabola atau bulat telur. (Staf Pengajar

UGM dan Unram,1994).

4. Tersusun

Karena pertimbangan-pertimbangan tertentu yang terutama

menyangkut fungsi saluran maka bentuk tampang saluran dapat

merupakan gabungan lebih dari suatu bentuk yang disusun menjadi

satu kesatuan tampang saluran. (Staf Pengajar UGM dan Unram,1994)

2.2. Drainase Perkotaan

Untuk suatu daerah yang merupakan pusat kegiatan masyarakat seperti, pusat

perkantoran, daerah industri dan daerah pemukiman, pada umumnya

Page 11: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

11

menghendaki pembangunan air hujan dan air limbah yang sangat cepat agar tidak

sampai terdapat genangan air yang dirasakan dapat mengganggu kegiatan

masyarakatnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut di atas diperlukan sarana

pembuangan air hujan yang memadai baik dari segi sistem maupun dari segi

kepastiannya sesuai dengan analisa banjir rencana.

Keadaan tanah di daerah perkotaan seringkali tidak memungkinkan untuk

membuat saluran dengan ukuran yang memadai sehingga agak menyulitkan di

dalam merencanakan sistem drainase yang ideal. Untuk itu diperlukan partisipasi

semua lapisan masyarakat guna mengatasi masalah banjir tersebut.

2.2.1. Sistem Drainase Kota Denpasar

Di wilayah kota Denpasar mengalir 3(tiga) buah sungai yang selama ini

dimanfaatkan sebagai saluran pembuang utama disamping ada beberapa saluran

irigasi yang mengalami erosi ke dalam (vertical) sehingga menyerupai sebuah

erosi ke dalam (vertical) sehingga menyerupai sebuah sungai dan beberapa alur

rawa. Ketiga sungai utama dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Tukad Ayung yang mengalir di bagian timur Kodya Denpasar dan bermuara di

pantai Padanggalak Sanur.

2. Tukad Badung membelah Kota Denpasar di tengah-tengah dan bermuara di

teluk Benoa Denpasar Selatan

3. Tukad Mati mengalir di bagian barat Kota Denpasar dan bermuara di pantai

selatan.

Sungai yang berasal dari alur rawa antara lain :

Page 12: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

12

1. Tukad Loloan, yang mengalir di sekitar Blanjong Sanur atau Suwung Kangin

dan bermuara di pantai selatan

2. Tukad Ngenjung, mengalir di sebelah barat Tukad Loloan di Suwung Kangin

dan bermuara di pantai selatan.

3. Tukad Punggawa, mengalir sekitar Suwung Kangin antara Kerta Petasikan

dan Sidakarya.

4. Tukad Randa, mengalir mulai dari panjer, melalui kelurahan Sidakarya dan

bermuara di pantai selatan

Sungai yang berasal dari saluran yang tererosi sehingga seperti sungai antara

lain :

1. Tukad Oongan, berasal dari bending Oongan di Tukad Ayung lalu bermuara

di Tukad Bandung.

2. Tukad Abian Base, juga berasal dari kata bendung Oongan di Tukad Ayung

yang merupakan cabang dari Tukad Oongan dan bermuara di pantai

Padanggalak Sanur.

3. Tukad Panjer, merupakan saluran irigasi cabang dari Tukad Oongan dan

bermuara di Tukad Randa.

4. Tukad Pekaseh, juga merupakan cabang saluran Tukad Oongan dan bermuara

di Tukad Rangda.

5. Tukad Teba, berasal dari intake Tukad Badung merupakan saluran drainase

yang juga berfungsi sebagai saluran irigasi di daerah Ubung dan bermuara di

Tukad Mati.

Page 13: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

13

Dalam Pola Dasar Perencanaan drainase Kota Denpasar yang telah

dirumuskan oleh Dinas Pekerjaan Umum Daerah Tingkat I Bali, sistem

pembuangan air hujan Kota Denpasar dapat dibagi menjadi lima kelompok

(sistem) yaitu:

1. Sistem pembuangan I, melayani khawasan Wangaya, Kesiman, Abian

Kapas,dan sekitarnya, dan kemudian ditampung melalui Tukad Guming,

Tukad Oongan, Tukad Badung dan kemudian dibuang ke laut.

2. Sitem pembuangan II, melayani daerah Niti Mandala, Renon, Panjer,

Sidakarya, Suwung kemudian ditampung melalui Tukad Rangda, Tukad

Punggawa dan Tukad Loloan dan kemudian bermuara ke laut.

3. Sistem pembuang III, melayani daerah Sanur, Kesiman bagian Timur, Tohpati

dan sekitarnya kemudian ditampung melalui saluran pembuang Tukad Ayung

dan Tukad Abian Base kemudian dialirkan ke Pantai Padanggalak Sanur.

4. Sistem pembuang IV, melayanai daerah sebelah barat Tukad Badung mulai

dari Ubung sampai ke Kuta, ditampung melalui Tukad Teba, Tukad Mati

kemudian bermuara di laut.

5. Sistem V, melayani kawasan Pemogan dan sekitarnya mulai dari jalan Teuku

Umar, Pedungan dan Suwung, yang ditampung melalui 4 saluran pembuang

yaitu, Saluran Pemogan Barat, Cabang Saluran Pemogan Barat, Saluran

Pemogan Tengah, dan Saluran PemoganTimur dan kemudian memotong jalan

By Pass Ngurah Rai melalui gorong-gorong.(CV Veygasi Disain,1986).

Page 14: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

14

2.2.2. Saluran Pembuang Utama(saluran pembuang Primer)

Saluran pembuang utama adalah saluran yang menampung air lebih dari

saluran pembuang sekunder yang kemudian dibuang ke sungai atau ke laut.

Saluran pembuang utama biasanya berupa saluran alamiah seperti sungai, anak

sungai serta alur rawa.(Dept.PU,1986)

2.2.3. Saluran Pembuang Sekunder

Saluran pembuang sekunder adalah saluran yang menampung air buangan

dari saluran tersier yang kemudian dibuang ke saluran primer atau langsung ke

jaringan pembuang alamiah.(Dept.PU.1986)

2.2.4. Saluran Pembuang Tersier

Saluran pembuang tersier adalah saluran yang menampung air buangan

dari saluran pembuang kuarter yang kemudian membuang ke saluran pembuang

sekunder. Sedangkan saluran pembuang kuarter adalah saluran yang terletak pada

satu petak tersier yang menampung air buangan langsung dari sawah.

(Dept.PU.1986)

2.3. Sistem Drainase v

Kondisi yang ada pada sistem drainase v seperti telah disinggung dalam bab

sebelumnya ialah terjadinya genangan air (banjir) pada setiap musim hujan.

Melihat perkembangan pemukiman saat ini, kemungkinan besar lahan di daerah

ini akan segera beralih fungsi menjadi daerah pemukiman yang padat, sehingga

penyerapan air hujan akan menjadi berkurang dan akan memperbesar peluang

Page 15: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

15

terjadinya banjir. Pada bagian hulu daerah studi yaitu di setiap musim hujan

disebabkan kurang memadainya saluran drainase baik dari segi kapasitasmaupun

sistemnya.

Disamping karena kondisi topografinya yang sangat landai, juga kepedulian

penduduknya terhadap kebersihan lingkungan sangat rendah. Hal ini dapat dilihat

dari tidak terpeliharanya saluran di sekitar daerah hulu serta banyaknya sampah

rumah tangga yang menyumbat saluran sehingga air akan tergenang sepanjang

hari. Pada daerah hilir aliran air terpotong oleh jalan By Pass Ngurah Rai yang

mana pasilitas gorong-gorong yang ada kapasitasnya kurang memadai.(CV.Adi

Ratna,1996)

Page 16: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

16

BAB III

METHODOLOGI

3.1. Umum

Methode penelitian adalah salah satu cara kerja atau prosedur yang

digunakan untuk memahami suatu objek penelitian. Methode yang penulis

gunakan dalam penelitian tentang Sistem Drainase V kelurahan Pemogan dan

sekitarnya adalah methode deskriptif dalam jenis methode deskriptif adalah suatu

penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis,

factual dan akurat masalah masalah yang diselidiki. Methode Studi Kasus

memusatkan penelitian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail.

(Prf.dr.Winarno Surakhmad,M.Se.Ed.1994).

3.2. Teknik Pengumpulan Data

Methode pengambilan sampel dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu :

- Pengambilan sampel secara random atau probability sampling

- Pengambilan sampel secara kuota (tidak acak).

Dalam studi ini penulis meneliti kasus banjir yang terjadi pada sistem drainase

V di Kelurahan Pemogan dan sekitarnya yang merupakan bagian dari sistem

drainase Kota Denpasar. Berdasarkan sumbernya, data dapat dikelompokkan

menjadi 2 (dua) sebagai berikut :

- Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber data.

Page 17: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

17

- Data sekunder adalah data yang didapat dari pihak lain yang belum diolah

menjadi data yang diperlukan.

3.3. Analisis data

Data yang didapat baik data primer maupun data sekunder, kemudian

dianalisa berdasarkan teori yang ada, dan dari analisa data ini dapat ditarik suatu

kesimpulan terhadap penelitian /studi yang dilaksanakan. Dari data primer yang

didapat dengan pengamatan langsung pada saluran-saluran system drainase V

Kelurahan Pemogan, Pedungan dan Dauh Puri Kelod, dapat diketahui kondisi,

kapasitas serta masalah-masalah yang dihadapi saluran-saluran pada sistem ini.

Berdasarkan data sekunder yang diperoleh, dianalisis berapa debit rencana

yang akan membebani saluran-saluran pada sistem ini dengan cara menganalisa

data curah hujan rencana dengan method Extreem Value, Iwai dan method grafis

dengan cara Extreem Value.

3.3.1. Methode ExtreemValue

Rumus Extreem Value:

Xt=X+[(Yt-Yn)/Sn]*S

Keterangan:

Xt = Curah hujan rencana untuk periode selama t tahun

X = Curah hujan rata-rata dari hasil pengamatan yaitu dari data yang

tersedia.

Yt = Reduced variate, yang tergantung dari periode ulang t tahun.

Page 18: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

18

Yn = Reduced mean, yang tergantung dari jumlah tahun.

S = Standar deviasi, dimana:

Sn = (X² - X X)/(n-1)

X = Curah hujan pengamatan

n = Jumlah tahun pengamatan

X = Curah hujan harian rata-rata selama pengamatan

S = Reduced standard deviasi yang tergantung dari tahun pengamatan

seperti terlihat dalam table 3.3.

Yt = In [-In [(t01)/t)]

3.3.2. Methode Iwai

Dari kurve Gauss (kurve frekuensi dengan distribusi normal)akan

menghasilkan rumus sebagai berikut:

∑ = Variabel normal

X = Variabel kemungkinan

C,b,x= Konstanta

Untuk mendapatkan angka-angka tersebut di atas,Iwai mengusulkan rumus

sebagai berikut:

- Harga perkiraan pertama dari Xo:

Log xo=1/n ∑ log x……………………………….(2)

- Perkiraan harga b :

B= 1/m ∑ b: m= n/10……………………………..(3)

- Harga perkiraan Xo :

Page 19: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

19

X=1/n∑ log (xo+b)………………………………….(4)

- Perkiraan harga c :

1/c = b))^2b)/(xo1)Σ)Σ(log2/(n

2/(n-1(x^2-x^2)………………………………(5)

X^2 = 1/n(log(x+b))^2……………………………..(6)

Dimana : x= Harga pengamatan dengan nomor urut m dari yang terbesar.

x = Harga pengamatan dengan nomor urut m dari yang terkecil.

n = Banyaknya data.

m= n/10 angka bulat (dibulatkan ke angka yang terdekat).

Setelah didapatkan harga-harga perkiraan dari c,b,x, maka perhitungan

probilitas hidrologi tersebut dapat dinyatakan dengan rumus:

Log(x+b)=log(xo+b) ∑----------------(7)

Langkah-langkah perhitungan

1. Harga pendekatan pertama untuk konstanta x dihitung dengan

menggunakan rumus (2), dan harga b dengan menggunakan rumus (3).

2. Dengan didapatnya harga b, maka log (x+b) akan dapat dihitung dan harga

x dapat dicari dengan rumus (4)

3. Dengan demikian (log (x+b) 2bisa didapat dan selanjutnya harga x2 dapat

dihitung dengan rumus (6)

4. Harga 1/c akan bias didapat dengan rumus (5).

5. Harga probabilitas hidrologi tersebut akhirnya dapat dicari dengan angka

variable normal terhadap frekuensi perulangan t.

Page 20: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

20

3.3.3. Methode grafis

Methode grafis yang digunakan adalah probability paper extreme value,

dimana dapat digunakan untuk menghitung pengulangan suatu kejadian dengan

data yang terbatas, dengan prosedur yang sederhana walaupunhasilnya sedikit

lebih besar tetapi cukup memadai untuk dipergunakan. Uji Smirnov-Kolmogorov

dilakukan dengan ploting posisi probabilitas data sesungguhnya dan hasil

perhitungan dengan menggunakan kaidah Weibul-Gumbel:

M/(n+1)*100%

Dimana :

m= nomor urut data

n= jumlah data

Hasil perhitungan diplot ke kertas probabilitas logaritmis kemudian ditarik garis

lurus melalui titik-titik yang diplot dan curah hujan yang mungkin yang sesuai

dengan periode ulangnya dapat ditentukan dengan garis lurus tersebut, hasil dari

cara ini dapat dikontrol dengan rumus Smirnov-Kolmogorov sebagai berikut :

Dn = Max Fn (x) – F

Dimana :

Dn = Selisih dari titik terjauh dari hasil ploting dengan titik terdekat

terhadap garis lurus yang ditarik.

Fn (x) = Posisi ploting.

Harga Dn yang dihasilkan harus lebih kecil dari Dn Smirnov-Kolmogorov.

Page 21: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

21

3.4. Banjir Rencana

Tempat jatuhnya hujan yamg kemudian mengalir ke suatu tempat

konsentrasi dinamakan daerah pengaliran atau daerah tangkapan hujan (Catment

area),makin besar daerah tangkapan hujan, makin besar pula debit aliran yang

terjadi.

3.4.1. Koefisien Pengaliran

Koefisien pengaliran (c) merupakan perbandingan tinggi aliran dan tinggi

hujan untuk jangka waktu yang panjang. Koefisien pengaliran (c) dipengaruhi

oleh berbagai faktor seperti iklim, meteorologis dan faktor daerah aliran.

Koefisien pengaliran tidak dapat ditentukan secara tepat karena faktor-faktor

yang mempengaruhi sering berubah-ubah.

3.4.2. Debit air buangan

Perencanaan drainase ini diharapkan mempunyai keandalan sampai tahun

2010 dengan penduduk yang diproyeksikan pada saat itu. Menurut hasil penelitian

Scot & Furphy (1987) diasumsikan kebutuhan air perkotaan rata-rata di Indonesia

sekitar 100 liter/hari/orang dengan volume buangan 90%.

3.4.3. Debit Banjir Rencana

Dalam analisis hidrologi ada banyak cara pendekatan untuk menghitung

debit banjir rencana, antara lain method rational yang dikemukakan oleh

Melchior, der Weduwen, Hasper dan Mononobe-Rhiza maupun method rational

yang di modifikasi.

Page 22: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

22

Dalam studi ini besarnya debit banjir rencana akan mempergunakan

methode rational yang dimodifikasi karena cara ini memungkinkan menghitung

besarnya debit aliran pada sembarang titik tinjauan pada suatu ruas saluran.

Perkiraan debit banjir rencana dengan methode rational berdasarkan

rumus :

Q =I :A

Dengan memperhatikan adanya kehilangan selama pengaliran maka rumus

tersebut disempurnakan menjadi :

Q = 0,278 C.I.A(M 3/dt)

Dimana :

Q = Debit banjir rencana

I = Intensitas hujan maksimum selama waktu yang sama dengan

waktu konsentrasi (mm/jam).

C = Koefisien pengaliran

A = Luas dengan pengaliran (km 2)

3.4.4. Intensitas Hujan

Intensitas hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi persatuan waktu,

dimana air tersebut terkonsentrasi. Intensitas hujan biasanya dihubungkan dengan

kejadian dan lamanya curah hujan turun yang disebut Intensitas Durasi Frekuensi

(IDF).

Data yang diperlukan untuk membuat kurveIDF adalah data hujan jangka

pendek misalnya : 5 manit 30 menit dan jam-jaman. DR. Mononobe memberikan

rumus sebagai berikut :

Page 23: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

23

I = R24/24 (24/t) 0.667

Dimana :

I = Intensitas hujan (mm/jam)

R24 = hujan harian maksimum (mm)

t = Lamanya hujan, (menit)

Persamaan lengkung kurve IDF dapat dicari dengan rumus DR. Ishiguro sebagai

berikut :

I = A/(Vt +ba)

Dimana :

I = Intensitas hujan (mm/jam)

t = lamanya hujan(menit)

a,b = konstanta

Rumus empiris untuk menentukan waktu konsentrasi T diusulkan oleh Kepich

adalah sebagai berikut :

Tc = 0,00025 (L/S 0,5 0,8

S = ?H/ L total

Dimana :

Tc = Waktu konsentrasi (jam)

L = Jarak dari tempat terjauh ke lokasi pengamatan (M).

S = Kemiringan rata-rata daerah aliran.

?H = Selisih ketinggian antara tempat terjauh dengan tempat pengamatan

Untuk saluran fungsi ganda seperti pada daerah studi maka debit rencana

dihitung dari debit banjir karena hujan dan debit rencana karena air buangan

penduduk (limbah). Dengan debit rencana yang didapat maka akan dapat dihitung

Page 24: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

24

dimensi saluran yang dibutuhkan serta system yang paling efektif guna dapat

mengalirkan air hujan dengan cepat dan lancar.

3.4.5. Analisis Penampang Saluran

3.4.5.1. Saluran

Perencanaan saluran bertujuan untuk menentukan dimensi /ukuran agar

dapat melewatkan air sesuai dengan debit rencana. Dalam merencanakan saluruan

drainase ada dua aspek yang harus diperhatikan yaitu :

1. Kestabilan saluran drainase terhadap erosi oleh aliran air

2. Kapasitas aliran harus mampu mengalirkan air sungai dengan

rencana

Ditinjau dari penggerak aliran, saluran drainase dapat dibagi menjadi dua yaitu :

1. Pengaliran muka air bebas,aliran air digerakkan oleh gaya berat air itu

sendiri.

2. Pengaliran bertekanan,aliran yang digerakkan oleh beda tekanan di ujung

dan pangkal saluran.

Pada umumnya saluran saluran drainase dipergunakan pengaliran muka air bebas

sehingga berlaku rumus Manning sebagai berikut:

V = k.R ^2/3. I^1/2

Dimana :

V = kecepatan aliran (m/dt)

K = Koeefisien kekasaran Strickler.(table 3.6)

R = jari-jari hidrolis

I = Kemiringan dasar saluran

Page 25: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

25

Bentuk dari saluran yang akan direncanakan adalah merupakan antara trapezium

atau segi empat pada bagian atas dan bulatan atau segi tiga pada bagian bawah.

Bentuk ini lebih menguntungkan bila ditinjau dari segi hidrolika karena dapat

mengalirkan air pada saat debit kecil (minimum).

Untuk menghitung penampang melintang saluran dipergunakan persamaan

sebagai berikut :

A = (b + mh ) h

P = b+ 2h 1m̂ 2

R = A/P

Q = A.V

Dimana :

A = Luas penampang basah (m 2)

b = Lebar dasar saluran (m)

p = keliling penampang basah (m)

h = Tinggi muka air

m = Kemiringan talud

Q = Debit (m 3/dt

Page 26: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

26

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS

4.1. Data

Seperti telah disinggunag pada bab sebelumnya bahwa berdasarkan cara

mendapatkannya, data diklasifikasikan menjadi data primer dan data sekunder.

- Data primer

- Data sekunder

4.1.1. Data primer

Data primer yang berhasil dikumpulkan adalah sebagai berikut :

1. Saluran primer yang dipakai sebagai saluran pembuang utama.

Di daerah studi mengalir 4 (empat) buah saluran irigasi yang sementara ini

dipakai sebagai saluran pembuangan ( drainase) yaitu :

- Saluran irigasi Subak Cuculan (Saluran pemogan Barat)

Saluran ini bersumber dari intake Bandung gerak Tukad Badung, yang

mengalir di Kelurahan Pemogan bagian Barat, dan kemudian bermuara di

pantai selatan melalui jalan By Pass Ngurah Rai. Pada bagian hulu saluran

ini berukuran lebar 4,0 meter dengan tinggi 1,50 meter dan makin ke hilir

ukurannya tidak beraturan hingga sampai di baypass ngurah rai berukuran

lebar 3,0 meter dengan tinggi 1,0 meter. Kondisi dinding saluran sebagian

sudah berupa pasangan dan sebagian lagi masih berupa saluran tanah, serta

di kanan kiri saluran banyak ditumbuhi pepohonan dan tumbuhan liar

sehingga sangat mengganggu kelancaran aliran air. Saluran ini melewati

Page 27: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

27

jalan by pass ngurah rai melalui gorong-gorong dengan ukuran lebar 3,0

meter dengan tinggi 1,0 meter.

- Saluran Irigasi Subak Kepaon (Cabang Saluran Pemogan Barat)

Hulu saluran ini terletak pada bangunan bagi BKP 1 di desa pedungan

dengan kondisi kurang terpelihara serta ukuran saluran yang tidak teratur.

Pada bagian hulu saluran ini berukuran lebar 3,0 meter dengan tinggi 1,0

meter serta pada bagian tengah mengalami penyempitan karena desakan

pemukiman hingga berukuran lebar 2,0 meter dengan tinggi kurang dari

1,0 meter. Pada bagian hilir saluran ini menyatu dengan saluran Pemogan

tengah melewati jalan by pass ngurah rai melalui gorong-gorong

berukuran lebar 6,0 meter dengan tinggi 1,0 meter.

Saluran ini melalui daerah persawahan serta kawasan pemukiman

yang mempunyai daerah tangkapan yang cukup luas. Saluran ini

diharapkan mampu melayani daerah di debelah utara komplek ABRI.

Bersama-sama dengan saluran Pemogan Tengah, sehingga tidak terjadi

genangan di sekitar komplek ABRI, tersebut. Saluran irigasi Subak

Kerdung dan Subak Kepaon ( Saluran Pemogan Tengah). Saluran ini

berawal dari free intake batan Nyuh dengan kondisi sudah rusak, dimana

atap bangunan intake yang terbuat dari konstruksi kayu roboh. Pada bagian

hulu saluran ini berukuran lebar 1,50 meter serta tinggi 1,0 meter dengan

kondisi saluran berupa pasangan batu kali. Pada bagian tengah yaitu di

jalan P. Moyo saluran ini berukuran lebar 4,0 meter dengan tinggi 1,0

meter. Saluran ini memotong jalan Teuku Umar kemudian membelok ke

Page 28: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

28

timur memotong jalan Patanta, jalan Pulau Ayu dan Pulau Adi dan

selanjutnya membelok ke selatan memotong jalan Pulau Bangka dan jalan

Pulau Bungin. Saluran ini mempunyai daerah tangkapan dengan batas

jalan Pulau Kawe di sebelah timur dan jalan Pulau Batanta di sebelah

barat, kemudian melalui daerah persawahan dan akhirnya bermuara di

teluk Benoa dengan memotong jalan By Pass melalui gorong-gorong

berukuran lebar 6,0 meter dengan tinggi 1,0 meter.

- Saluran Irigasi Subak Sesetan (Saluran Pemogan Timur )

Saluran ini berawal dari bangunan bagi (BKD 3) yang terletak di jalan

Pulau Bungin. Kondisi saluran sebagian masih berupa saluran tanah serta

dengan ukuran lebar 2,0 meter dan tinggi 1,0 meter di bagian hulu, hilir

berukuran lebar 3,0 meter dengan tinggi 1,0 meter. Saluran ini bermuara di

teluk Benoa dengan memotong jalan By Pass Ngurah Rai melalui gorong-

gorong berukuran lebar 3,0 meter dan tinggi 1,0 meter.

2. Saluran Pinggir Jalan

Disamping keempat saluran irigasi yang dipakai sebagai saluran pembuang

utama tersebut di atas, masih ada beberapa saluran dipinggir jalan yang secara

langsung melayani air buangan rumah tangga dan air hujan serta menampung

air yang berasal dari got-got kecil pinggir jalan. Saluran ini umumnya sudah

berupa pasangan dengan diplester, namun masih banyak dijumpai

pengendapan serta timbunan di beberapa tempat sehingga sangat mengganggu

kelancaran aliran air.

Page 29: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

29

3. Gorong-gorong

Fasilitas gorong-gorong yang ada pada jalan By Pass Ngurah Rai berukuran

lebar 3,0 meter dengan tinggi 1,0 meter.

Data serta skema saluran sebagai berikut

Page 30: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

30

Tabel 4.1

Data Saluran Yang ada

B A H I

atas bawa

hSaluran

(cm) (cm) (cm)

1 P. Buton 0425 60 60 40 0,003765 Persegi empat Pasangan Pasangan

2 Satelit 0429 70 40 70 0,006531 Trapesium Pasangan

3 Saelus 04210 70 60 65 0,001636 Trapesium Pasangan

4 Bungin 041 80 50 50 0,001462 Trapesium Pasangan

5 P Roti -Dk Sari 0431 50 50 50 0,004658 Persegi empat Pasangan Banji

6 Gurita 0432 60 40 60 0,000653 Trapesium Pasangan Banji

7 p Ambon 0422 60 40 50 0,00602 Trapesium Pasangan

8 N Ceningan 0424 65 40 60 0,00129 Trapesium Pasangan

9 P Rembulan 0426 50 30 50 0,00481 Trapesium Pasangan

10 P Serangan 0428 40 40 50 0,002201 Persegi empat Pasangan

11 P bacan 0427 50 30 60 0,010973 Trapesium Pasangan Banji

12 P Kawe-Pbungin 041 70 40 60 0,001 Trapesium Pasangan Banji

13 P Singkep 042 40 40 40 0,001706 Persegi empat Pasangan

14 Pedungan 043 60 60 60 0,001632 Persegi empat Pasangan

15 P Ayu 032 40 25 50 0,008785 Trapesium Pasangan

16 P Adi 033 40 25 50 0,011649 Trapesium Pasangan

17 P Batanta 031 50 40 50 0,002762 Trapesium Pasangan

KeteranganNoNama

Jalan/Saluran

Nomor

Saluran

Dimensi

Bentuk SaluranBahan

saluran

Page 31: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

31

28

Page 32: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

32

29

Page 33: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

33

30

Page 34: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

34

31

Page 35: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

4.1.2. Data Sekunder

Data sekunder yang berhasil dikumpulkan adalah sebagai berikut :

1. Topografi

Pada umumnya daerah studi adalah merupakan daerah dataran rendah dengan

kemiringan I = 0,001 di bagian utara dan I = 0,0005 di bagian selatan.

Dengan kondisi seperti ini aliran air akan sangat lambat sehingga proses

pengeringan suatu daerah memerlukan waktu cukup lama. (CV. Veygasi

Disain, Denpasar)

2. Air Tanah

Karena daerah studi merupakan daerah dataran rendah, maka dapat dimaklumi

bahwa air tanah sangat dangkal sekali. Yang mana hal ini sangat berpengaruh

terhadap daya serap tanah terhadap air yang ada di atasnya. Di daerah huku

air tanah dengan kedalama 1,5 meter di musim kemarau dan 1 meter di musim

hujan, sedang di daerah hilir air tanah mencapai 1 meter pada musim hujan

dan 0,5 meter pada musim hujan (CV. Adi Ratna Denpasar).

3. Curah Hujan

Musim hujan dimulai pada bulan November dan berakhir pada bulan Maret.

Yang mana 75% hujan tahunan terjadi pada bulan-bulan tersebut. data curah

hujan dari tahun 1960 sampai dengan 1994 sebagai berikut:

Page 36: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

ii

Tabel 4.2

Data Curah Hujan Stasiun

Denpasar dan Tuban

No Tahun Sta Denpasar Sta Tuban

Hujan 1 hr, mm Hujan 1 hr, mm

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

1960

1961

1962

1963

1964

1965

1966

1967

1968

1969

1970

1971

1972

1973

1974

1975

1976

1977

1978

1979

1980

1981

1982

1983

1984

1985

1986

1987

1988

1989

1990

1991

1992

1993

1994 1995

155

100

260

140

226

132

124

190

148

117

163

218

109

152

257

330

151

214

240

184

215

235

175

222

149

254

429

446

145

382

105

163

169

185

159

95

93

152

107

226

132

108

148

140

117

136

151

124

106

180

330

82

85

189

105

139

92

121

149

156

124

79

90

227

109

111

110

200

184

82

Sumber: Badan Meteorologi dan Geo Fisika Denpasar

Page 37: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

iii

4. Luas wilayah dan jumlah penduduk

Wilayah sistem drainase V meliputi 3 (tiga)9 kelurahan di 2 (dua) kecamatan

yaitu: Kelurahan Dauh Puri Kelod Kecamatan Denpasar Barat, Kelurahan

Pedungan Kecamatan Denpasar Selatan, Kelurahan Pemogan Kecamatan

Denpasar Selatan. Berdasarkan data penduduk tahun 1990 sampai dengan

tahun 1995 jumlah penduduk dan luas wilayah masing-masing desa dapat

dilihat pada tabel 4.3 berikut:

TABEL 4.3

DATA KEPENDUDUKAN Nama Desa/Kecamatan Luas

Wilayah

(Km m2)

Jumlah Penduduk

1990 1991 1992 1993 1994 1995

Pedungan Denpasar Selatan

Pemogan Denpasar Seaton

Dauh Puri Kelod/Denpasar

Barat

7.49

9.71

1.88

9037

7303

7903

9220

7486

8012

9293

7769

8148

9384

8027

8432

9503

8246

8432

9604

10427

8556

Sumber: Kantor Kelurahan

Mengingat jumlah penduduk senantiasa berkembang, maka jumlah penduduk

akan diproyeksikan sampai dengan tahun 2020 agar perencanaan yang dibuat

memiliki keandalan sampai pada tahun tersebut. Batas wilayah studi dapat

dilihat pada gambar No. 5

Page 38: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

iv

Page 39: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

v

Page 40: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

vi

Page 41: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

vii

4.2 Analisa Curah Hujan Rencana

Untuk menghitung curah hujan rencana, digunakan metode : Extreem

Vlaue, Iwai dan Methode Grafis. Data curah hujan yang dipergunakan adalah data

curah hujan maksimum harian yang diperoleh dair Badan Meteorologi dan

Geofisika Denpasar.

4.2.1 Analisa Curah Hujan Rencana dengan Methode Extreem Value

n = 35

x = X/n

= 7744/35

= 201,257 mm

S = 1)-Xi/(nX-ΣXi2

= (1664798-1481051.01/(34)

= 73.514

Untuk mendapatkan Reduced mean (Yn) dan Reduced Standard Deviasi

(Sn) yang merupakan fungsi dari n dapat dilihat dari tabel 4.4 dan tabel 4.5

Page 42: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

viii

Tabel 4.4

Yn = Reduced Mean, yang tergantung dari jumlah tahun pengamatan

n Yn n Yn

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

0.4952

0.4996

0.5035

0.5070

0.5100

0.5128

0.5157

0.5181

0.5202

0.5202

0.5236

0.5252

0.5268

0.5283

0.5296

0.5309

0.5320

0.5332

0.5343

0.5353

0.5362

0.5371

0.5380

0.5388

0.5396

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

49

50

55

60

65

70

75

80

90

100

0.5402

0.5410

0.5418

0.5424

0.5431

0.5442

0.5442

0.5448

0.5453

0.5458

0.5463

0.5468

0.5473

0.5477

0.5481

0.5485

0.5504

0.5521

0.5535

0.5548

0.5559

0.5569

0.5586

0.5600

Sumber: Direktorat Irigasi (perhitungan bendungan tetap oleh Ir.

Soernarno)

Page 43: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

ix

Tabel 4.5

Yn = Reduced Standard deviasi, yang tergantung dari jumlah tahun pengamatan

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

0.9496

0.9676

0.9833

0.9971

1.0095

1.0206

1.0316

1.0411

1.0493

1.0565

1.0628

1.0696

1.0754

1.0811

1.0864

1.0915

1.0961

1.1004

1.1047

1.1086

1.1124

1.1159

1.1193

1.1226

1.1255

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

49

50

55

60

65

70

75

80

90

100

1.1285

1.1313

1.1339

1.1363

1.388

1.1413

1.1436

1.1458

1.1480

1.1499

1.1557

1.1538

1.5570

1.1574

1.1590

1.1507

1.1681

1.1747

1.1803

1.1654

1.1898

1.1938

1.2007

1.2065

Sumber: Direktorat Irigasi (perhitungan bendungan tetap oleh Ir.

Soernarno)

Page 44: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

x

Untuk n = 35

Yn = 0.5402

Sn = 1.1285

Hubungan waktu ulang (t) dengan reduced variate (Yt) dapat dilhat pada tabel 4.6

Tabel 4.6

T

(Tahun)

Yt

2

5

10

15

20

25

50

100

0.36655

1.49997

2.2504

2.67378

2.97023

3.19857

3.90197

4.60018

Hasil akhir dari perhitungan probabiltias curah hujan harian rata-rata atau

kemungkinan hujan harian rata-rata terbesar untuk satu periode dapat dihiutung

berdasarkan rumus:

Xt = X + (Yt-Yn)/Sn * S

Dimana :

n = 35 (banyaknya data)

X = 210.2571 (konstant/tetap)

S = 73.514 (konstant/tetap)

Yn = 0.5402 (konstant/tetap)

Sn = 1.1285 (konstant/tetap)

Yt = Variabel, fungsi return periode

Page 45: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

xi

Probabilitas curah hujan harian rata-rata maksimum untuk waktu ulang t tahun,

seperti yang terlihat pada tabel 4.7

Tabel 4.7

Probabilitas Curah Hujan Harian rata-rata maksimum untuk waktu ulang t tahun

No Waktu Ulang Reduced

Variate

Yt

Kemungkinan hujan

Xt

Dibulatkan

(mm)

1

2

3

4

5

6

2

5

10

20

50

100

0.36655

1.49997

2.25040

2.97023

3.90197

4.60018

198.945

272.78

321.66

368.56

429.25

474.736

199

273

322

369

430

475

4.2.2 Analisa Curah Hujan Rencana dengan methode Iwai

Data curah hujan harian maksimum dari stasiun pengamatan (Xi) diurut

dari terbesar ke terkecil seperti tabel 4.8

Page 46: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

xii

TABEL 4.8

Perhitungan Curah Hujan Rencana Methode Iwai

No Xi

Log

Xi b (Xi+b)

Log

(Xi+b) (log(Xi+b)^2

1 446 2,649

-

58,84 387,159 2,599 6,754801

2 429 2,632

-

58,84 370,159 2,58 6,6564

3 382 2.582

-

58,84 323,159 2,522 6,360484

4 330 2,518

-

58,84 271,159 2,449 5,997601

5 260 2,414

-

58,84 201,159 2,324 5,400976

6 257 2,,41

-

58,84 198,159 2,318 5,373124

7 254 2,404

-

58,84 195,159 2,312 5,345344

8 240 2,38

-

58,84 181,159 2,281 5,202961

9 235 2,371

-

58,84 176,159 2,27 5,1529

10 226 2,354

-

58,84 167,159 2,249 5,058001

11 222 2,346

-

58,84 163,159 2,238 5,008644

12 218 2,338

-

58,84 159,159 2,228 4,963984

13 215 2,332

-

58,84 156,159 2,22 4,9284

14 214 2,33

-

58,84 155,159 2,218 4,919524

15 190 2,278

-

58,84 131,159 2,149 4,618201

16 185 2,267

-

58,84 126,159 2,134 4,553956

17 184 2,264

-

58,84 125,159 2,13 4,5369

18 175 2,243

-

58,84 116,159 2,1 4,41

19 169 2,227

-

58,84 110,159 2,079 4,322241

20 163 2,212

-

58,84 104,159 2,057 4,231249

Page 47: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

xiii

21 163 2,212

-

58,84 104,159 2,057 4,231249

22 159 2,201

-

58,84 100,159 2,042 4,169764

23 155 2,19

-

58,84 96,159 2,026 4,104676

24 152 2,181

-

58,84 93,159 2,013 4,052169

25 151 2,179

-

58,84 92,159 2,009 4,036081

26 119 2,173

-

58,84 60,159 2 4

27 118 2,17

-

58,84 59,159 1,996 3,984016

28 145 2,161

-

58,84 86,159 1,983 3,932289

29 141 2,149

-

58,84 82,159 1,964 3,857296

30 132 2,12

-

58,84 73,159 1,92 3,6864

31 124 2,093

-

58,84 65,159 1,876 3,519376

32 117 2,068

-

58,84 58,159 1,833 3,359889

33 109 2,037

-

58,84 50,159 1,779 3,164841

34 105 2,021

-

58,84 46,159 1,749 3,059001

35 100 2

-

58,84 41,159 1,709 2,920681

7044 79,50 4984,56 74,413 159,873419

Harga perkiraan pertama dari X0 =

Log Xo = 1/35 Log Xi

= 1/35 * 79.506

X0 = 186.895

Perhitungan koefisien b seperti pada tabel 4.9

Page 48: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

xiv

TABEL 4.9

Perhitungan Koefisien b

No Xi Xt XiXi Xi+Xt Xi Xi-X0 2X0-(Xi+ -56.1538

1

2

3

446

429

382

100

105

109

44600

45045

41638

546

534

491

960.25

10115.2

6708.25

-172.21

-160.21

-117.21

-56.1536

-63.1375

-57.2328

-176.524

b = -58.841

Besarnya curah hujan (X) yang mungkin terjadi dihitung dengan rumus:

Log (X+b) = log (X0+b) (1/c)

1/c = 2 X0-1)X2-2n/(n

X2 = 1/n [log (Xi+b)]2

= 1/35*159.8734

= 4.5678

X0 = 1/n log (xi+b)

= 1/35 * 74.413

= 2.126

1/c = (2*35)/34*(4.5678-4.5202)

= 0.3130

Angka variabel normal dapat dilihat pada tabel 4.10. perhitungan curah hujan

rencana methode Iwai seperti pada tabel 4.11

Tabel 4.10

Angka Variabel normal terhadap frekuensi perulangan T

Page 49: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

xv

T (Tahun) 1/t

5

10

20

50

100

200

500

100

0.200

0.100

0.050

0.020

0.010

0.005

0.002

0.001

0.5951

0.0062

1.1031

1.4522

1.645

1.8214

2.0352

2.1851

Dikutip dari Ir. Suyono Sudarsono dan Kensaku Tekeda/Hidrologi untuk

Pengairan

Tabel 4.11

Tabel Curah Hujan Rencana Iwai

t (thn) 1/c Yo+1/c) X+b) X

(mm)

2

5

10

20

50

100

0.3045

0.5951

0.9062

1.1614

1.4522

1.645

0.095308

0.186266

0.283640

0.363518

0.454538

0.514885

2.22130

2.31226

2.40964

2.48951

2.58053

2.64088

166.4595

205.2420

256.8270

308.6869

380.6612

437.4063

225.30047

264.08303

315.66795

367.52790

439.50219

496.24727

Page 50: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

xvi

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

DARI uraian pada bab sebelumnya dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai

berikut:

1. Studi kapasitas saluran pembuang utama dan pembuang sekunder pada sistem

drainase V Kota Denpasar yang terletak di Kelurahan Dauh Puri Kelod

Kecamatan Denpasar Barat, Kelurahan Pedungan Kecamatan Denpasar

Selatan dan Kelurahan Pemogan Kecamatan Denpasar selatan bertujuan

memberikan alternatif pemecahan terhadap masalah banjir yang terjadi apda

setiap musim hujan di daerah tersebut.

2. Dari hasil perhitungan didapat bahwa sebagian saluran yang ada kapasitasnya

kurang memadai, maka diperlukan suatu rewkayasa guna dapat mengalirkan

debit air potensial.

3. Kondisi saluran pada umumnya kurang terpelihara, hal ini dapat dilihat dari

banyaknya ruas saluran yang dipenuhi sampah serta terjadi pengednapan pada

dasar saluran.

4. Kemiringan berpotensi menimbulkan endapan pada dasar saluran.

5. Untuk sementara ini yang menjadi saluran pembuang utama adalah saluran

irigasi yang mana dari segi teknis kedua fungsi ini sangat berlawanan.

6. Dari hasil analisis, untuk mengatasi masalah banjir pada beberapa saluran

sistem drainse V dapat dilakukan sebagai berikut:

Page 51: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

xvii

- Merekaysa kekasaran dinding saluran sehingga mampu menambah

kapasitas saluran.

- Melakukan modifikasi penampang saluran dengan tetap menyesuaikan

dengan keadaan di lapangan.

5.2 Saran

Untuk mengatasi masalah banjir yang terjadi pada sistem drainase V serta

berdasarkan kesimpulan yang ada, dapat disarankan sebagai berikut:

1. Saluran yang kapasitasnya tidak memenuhi, dapat dibatasi dengan

peningkatan kekasaran dinding saluran, dan memperbesar penampang saluran

dengan tetap memperhatikan keadaan di lapangan.

2. Bangunan pintu atau skat balok yang mudah dibuka dan ditutup.

3. Pemeliharaan terhadap saluran pembuang lebih ditingkatkan guna

menghindari terjadinya endapan serta penyumbatan oleh sampah.

4. Untuk mengantisipasi perkembangan pemukiman di kelurahan Pemogan dan

Kelurahan Pedungan, maka perlu direncanakan sarana drainase yang

memadai.

Page 52: STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG UTAMA DAN …

xviii

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, 1995, Perencanaan Drainase Kota Denpasar Sistem V- Daerah

Pemogan, CV. Adi Ratna, Denpasar.

2. Anonym, 1986, Standar Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan Bagian

Saluran (KP-03), CV. Galang Persada, Bandung.

3. Anonim, 1984, Perencanaan (Evaluasi Master Plan) Assainering Kota, Dinas

Pekerjaan Umum Provinsi Daerah Tingkat I Bali, Denpasar.

4. Anonim, 1995, Perencanaan Drainase Kota Madya Denpasar (Perencanaan

Master Plan), CV. Veygasi Disain, Denpasar.

5. Anonim, 1989, Petunjuk Penyusunan Program Pembangunan Prasarana Kota

Terpadu, Pemerintah Daerah Tingkat II Badung, Badung.

6. Chow Van Te, 1985, Open Chanel Hydraulice, Terjemahan Suyatman, Ir.

Kistanto, Sugiarto, VFX, Ir. Nensi Rosalina EV, Erlangga, Jakarta.

7. Linsly Ray K. Ir. Kohler Max A, Paulus Joseph L.H., 1986, Hidrologi Untuk

Insinyur, Erlangga, Jakarta.